Download - Isi laporan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di zaman ini, era dimana persaingan bisnis yang semakin sengit di
sertai dengan kondisi yang tidak dalam kondisi yang stabil, hal-hal tersebut
membuat perusahaan menyiapkan strategi dalam menghadapi persaingan dari
perusahaan-perusahaan lain. Salah satu cara untuk mampu memenangkan
persaingan tersebut adalah dengan cara meningkatkan kualitas serta
mengawasi hasil-hasil produk yang di hasilkan oleh perusahaan, sehingga
dapat mampu unggul bersaing dengan perusahaan lainya.
Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi
perusahaan secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan
tetap bertahan terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain.
Adapun pengertian kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau
derajat sesuatu, kualitas merupakan hal terpenting yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam memilih/membeli suatu produk tersebut. Produk dengan
kualitas tinggi merupakan indikator keberhasilan dari suatu proses produksi
karena kualitas merupakan salah satu faktor dasar keputusan konsumen dalam
pemilihan suatu produk. Meskipun dalam proses produksi akan menghasilkan
produk yang bervariasi, semua variabilitas yang terjadi dapat diminimumkan
dengan metode pengendalian kualitas yang tepat. Hal ini penting dilakukan
karena jika variabilitas pada produk yang dihasilkan tinggi, menyebabkan
kerugian bagi perusahaan maupun konsumen sebagai pemakai produk.
Kualitas pada suatu produk membutuhkan pengawasn yang ketat untu
mencapai spesifikasi yang diharapkan.
Dengan memberikan perhatian pada kualitas akan memberikan
dampak yang positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu dampak terhadap
biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan (Gaspersz, 2002 dalam
Alisjahbana, 2005). Dampak terhadap biaya produksi terjadi melalui proses
2
pembuatan produk yang memiliki derajat konformasi yang tinggi terhadap
standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan. Dampak terhadap
peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan penjualan atas produk
berkualitas yang berharga kompetitif. Dengan memperhatikan aspek kualitas
produk, maka tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal dapat
terpenuhi sekaligus dapat memenuhi tuntutan konsumen akan produk yang
berkualitas dan harga yang kompetitif.
Akan tetapi, meskipun proses produksi telah di lakukan dengan baik,
pada kenyataanya masih banyak produk yang di hasilkan yang tidak
memenuhi hasil yang diharapkan, dimana kualitas produk yang dihasilkan
tidak memenuihi standar yang telah di tentukan oleh perusahaan. Hal-hal
tersebut terjadi karena di pengaruhi beberapa faktor seperti bahan baku, tenaga
kerja manusia maupun fasilitas-fasilitas mesin yang digunakan dalam proses
produksi tersebut.
Salah satu aktifitas untuk mengendalikan kualitas agar sesuai standar
adalah dengan menerapkan sistem pengendalian kualitas yang tepat,serta
mempunyai tujuan dan tahapan yang jelas.serta memberikan inovasi untuk
melakukan pencegahan dan penyelesaian masalah yang di hadapi perusahaan.
Kegiatan pengendalian kualitas tersebut tentunya akan dapat mempertahankan
kualitas produk. Pengendalian kualitas penting untuk di lakukan oleh
perusahaan agar produk yang di hasilkan sesuai dengan standar yang telah di
tetapkan baik oleh perusahaan maupun standar yang telah ditetapkan oleh
badan lokal dan internasional yang mengelola standar mutu/kualitas.
Pengendalian kualias yang baik akan menghasilkan kualitas produk
yang baik pula. Maka dari itu pengendalian kualitas dapat di lakukan mulai
dari bahan baku, tahap produksi hingga tahap akhit produk sebelum di
distribusikan ke para konsumen. metode yang mengatur atau membahas
mengenai kualitas dengan karakteristiknya masing-masing. Untuk mengukur
seberapa besar tingkat kerusakan produk yang dapat diterima oleh suatu
3
perusahaan dengan menentukan batas toleransi dari cacat produk yang
dihasilkan tersebut dapat menggunakan metode pengendalian kualitas dengan
menggunakan alat bantu statistik. Yaitu metode pengendalian kualitas yang
dalam aktifitasnya menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada
Statistical Process Control (SPC) serta Statistical Quality Control (SQC),
dimana proses produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi,
pada saat proses produksi berlangsung sampai dengan produk jadi. Sebelum
dilempar ke pasar, produk yang telah diproduksi diinspeksi terlebih dahulu,
dimana produk yang baik dipisahkan dengan yang jelek (reject), sehingga
produk yang dihasilkan jumlahnya berkurang.
1.2. Rumusan Masalah
Pada proses pembuatan produk, pengendalian kualitas di lakukan oleh
bagian quality assurance dan quality control . bagian quality assurance
mengendalikan kualitas produk dengan mengukur dimensi produk seperti
berat,diameter,panjang,lebar dan sebagainya sesuai dengan spesifikasi ukuran
yang telah di tetapkan oleh perusahaan, sedangkan bagian quality control
mengendalikan kualitas dengan melihat kecacatan produk secara visual.
Maka perumusan masalah dalam laporan ini adalah bagaimana variabilitas
ukuran produk yang dihasilkan dan apakah hasil produksi yang di hasilkan
dikategorikan terkendali secara statistik?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktek adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui variabilitas ukuran produk yang dihasilkan dan apakah
hasilnya masih dalam kategori terkendali secara statistik.
2. Mengetahui Jenis dan penyebab ketidaksesuaian ukuran hasil produksi
3. Menganalisis kegunaan alat bantu statistik dalam membantu perusahaan
menekan tingkat kecacatan produk.
4
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan dalam laporan kerja praktek ini, agar pembahasan
tidak melebar dari cakupan tema laporan kerja praktek yaitu :
1. observasi di lakukan hanya pada bagian produksi flat making.
2. Observasi di lakukan hanya produk item Lincoln plate 27 cm
3. Alat ukur yang digunakan telah dikalibrasi
4. Ukuran standar spesifikasi produk merupakan parameter yang
diperoleh dari divisi quality assurance .
1.5. Manfaat Kerja Praktek
Manfaat yang dapat diambil dari dilaksanakanya kerja praktek ini bagi
mahasiswa diantaranya adalah :
1. Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi mahasiswa akan
pengembangan teknologi di masa sekarang sehingga dapat menyadari
realitas antara teori di bangku kuliah dengan tugas yang terdapat di
lapangan.
2. Menambah pengalaman dalam usaha berpikir dan melatih
keterampilan sikap, serta pola tindak dalam dunia industri yang sesuai
dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
3. Memepelajari dan mengetahui proses pengendalian kualitas dalam
proses produksi.
4. Melakukan pengukuran yang berkaitan dengan pengendalian kualitas.
Manfaat yang dapat diambil dari dilaksanakanya kerja praktek ini bagi
perguruan tinggi diantaranya adalah:
a. Menjalin hubungan eksternal yang baik baik dengan perusahaan yang
bergerak dalam dunia industri.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan bidang dan
keilmuan.
5
Manfaat yang dapat diambil dari dilaksanakanya kerja praktek ini bagi
perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Dapat menjalin hubungan eksternal yang positif dengan lembaga
pendidikan tingkat universitas khususnya Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Teknik Industri.
b. Masukan bermanfaat yang dapat digunakan untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan sesuai dengan hasil pengamatan yang
dilakukan mahasiswa selama melaksanakan kerja praktek.
c. Mengenal dan mengetahui keilmuan yang ada di jurusan Teknik
Industri Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6
BAB II
TEMPAT KERJA PRAKTEK
2.1. Gambaran Umum Instansi
2.1.1 PT Doulton
PT Doulton adalah sebuah perusahaan manufaktur dari grup
The Royal Doulton sejak tahun 1994. Namun pada tahun 2005
menjadi satu-satunya perusahaan manufaktur di asia tenggara dari
The Waterford Wedgwood U.K Plc. PT Doulton juga merupakan
perusahaan untuk keramik rumah tangga dan koleksi yang turun-
temurun sejak 1815, berpusat di stoke-on-trent, Staffordshire.
Popularitas dari produk doulton dikarenakan produk-produk tersebut
menjadi pusat perhatian keluarga kerajaan inggris, pada tahun 1901
perusahaan di Burslem mendapatkan anugrah kerajaan dari raja yang
baru Edward VII. Hal inilah yang memungkinkan bisnis perusahaan
ini mempergunakan logo baru dengan nama yang dipakai untuk
jangka waktu lama yaitu : Royal Doulton. Sekarang, produk yang
ditawarkan mulai beragam termasuk produk untuk
makan,hadiah,untuk masak,untuk koleksi, perhiasan, dan lain-lain.
Tiga merek utama Royal Doulton adalah : Royal Doulton untuk
produk-produk inggris, Royal Albert untuk produk inggris Romantis,
dan Minton untuk produk mewah klasik,kontemporer dan
cosmopolitan.
2.1.2 Waterford Wedgwood
Dengan latar belakang sejarah lebih dari 600 tahun turun-
temurun. Saat ini Waterford Wedgwood plc adalah perusahaan dunia
terkemuka untuk produk-produk murah dengan 4 merek dunia
Waterford, Wedgwood, Rosenthal, dan belakangan ini Royal
Doulton.
7
Waterford Wedgwood plc didirikan di tahun 1986 dengan
digabungkanya Waterford Cristal dan Wedgwood pada Pebruari
1998, perusahaan ini membeli 90% saham Rosenthal AG,
Selb,Germany. Pada januari 2005, perusahaan ini kembali membeli
perusahaan Royal Doulton yang berada di Staffordshire, karena
penggabungan antara Waterford Wedgwood dan Royal Doulton
akan menghasilkan salah satu perusahaan dunia untuk produk-
produk mewah dari keramik dan gelas dan karenanya, menjadi
symbol yang kuat dipasar keramik rumah tangga di dunia. Di
seluruh dunia ini, kelompok bisnis ini memiliki perwakilan di lebih
80 negara dengan total katyawan sejumlah 9.000 orang.
Di tahun 1994, dewan Direksi Royal Doulton mendapat
persetujuan untuk membuk usaha joint venture dengan kelompok
Multifortuna untuk memproduksi keramik China di Indonsia.
Kelompok MultiFortuna adalah Distributor tunggal terhadap
produk Royal Doulton di Indonesia. Kelompok bisnis ini juga
mempunyai control utama terhadap SURYA TOTO, salah satu
perusahaan manufaktur dan distributor terbesar untuk keramik
saniter di Asia Tenggara. Alasan projek ini adalah sebagai berikut :
1. Secara strategis adalah masuk akal bagi kelompok bisnis Royal
Doulton untuk memulai perusahaan manufaktur di lingkungan
berbiaya rendah.
2. Membuka pasar baru yang tidak mungkin dilakukan dengan
manufaktur inggris.
3. Tersedianya rekanan joint venture dengan caliber tinggi.
4. Kelompok bisnis ini tetap memegang control terhadap fasilitas
manufakturbtersebut.
Pada perjanjian awal, disetujui Joint Venture dengan rasio
70:30 dengan Royal Doulton sebagai rekanan utama dan dengan
8
penanaman modal awal sebesar 16 juta poundsterling yang terdiri
dari asset dan 5 juta Poundsterling untuk keperluan modal kerja. Di
tahun 2002, kelompok Royal Doulton membeli tambahan saham
25% dari bisnis di Indonesia sehingga kelompok multifortuna
sekarang hanya memiliki 5% kepemilikan. Pada Desember 2004,
Waterford Wedgwood plc salah satu competitor utama Royal
Doulton, telah memberikan penawaran tunai untuk membeli Royal
Doulton plc. Dan di bulan Januari 2005, PT Doulton menjadi satu-
satunya perusahaan manufaktur yang dimiliki oleh Waterford
Wedgwood di Asia Tenggara.
Total area perusahaan menempati bidang tanah seluas 12
hektar dengan bangunan awal menempati area sekitar 2 hektar. Di
tahun 2002, pengembangan terhadap bangunan utama menambah
luas pabrik sebesar 2.4 hektar untuk menerima transfer produk
Royal Doulton dari United Kingdom di tahun yang sama. Di tahun
2006, lebih banyak penambahan pada bangunan yang menambah
luas pabrik sebesar 1.5 hektar untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan persiapan menerima transfer produk dari Wedgwood.
Terhitung pada bulan November 2006, jumlah karyawan yang
dipekerjakan PT Doulton adalah sejumlah 1.363 orang termasuk
TKA dari inggris.
Rencana target produksi awal adalah untuk menghasilakn
150,000 pcs per minggu, terdiri dari produk-produk untuk
perhotelan dan penerbangan yang tidak memerlukan hiasan, namun
sekarang pabrik ini mempunyai kapasitas 125,000 pcs per mnggu
produk jadi yang hamper semuanya dengan hiasan. PT.Doulton
yang memulai produksi tahun 1966 menghasilkan produk-produk
untuk perkawinan dan sehari-hari disamping untuk perhotelan yang
berbahan dasar Bone China. Dari tahun 1996-2000 tingkat kesulitan
produksi meningkat dengan diperkenalkanya berbagai bentuk dan
pola dekorasi. Di tahun 2002, merek terkenal Royal Albert di
9
pindahkan ke Indonesia. Produk ini di buat dengan bahan dasar
Bone China.
Saat ini, sebuah proyek pemindahan produk Earthenware dari
United ingdom akan segera Diselesaikan 1,4 juta pcs terdiri dari 136
item individu, mencakup 8 pola individu dengan hiasan. Selain itu,
juga sedang direncanakan pemindahan 20.000 pcs produk
Wedgwood Bone Chine Holloware yang sekarang masih di produksi
di United Kingdom.
2.2 Sejarah Perusahaan
Royal Doulton adalah sebuah produk Inggris klasik dalam pembuatan alat-
alat makan – minum dan keramik pada tahun 1815. Semua berawal dari
hubungan antara John Doulton, Martha Jones, and John Watts di suatu
factory di Lambeth, London. Disana bisnis ini sebagai spesialis dalam
pembuatan barang pecah belah. Perusahaan tersebut mengambil nama
Doulton pada tahun 1853 ketika John dan anaknya henry, mereka mendirikan
sebagai pembuat barang pecah belah Inggris. Dan selama barang pecahbelah
belum dapat berkembang luas, mereka mampu mengembangkan produk
dengan memproduksi variasi dari jenis-jenis yang luas untuk pasaran barang-
barang mewah.
Perubahan social merubah nasib keberuntungan bisnis ini, pada masa Ratu
Victoria (1837-1901). Alhasil, Doulton memimpin dalam negaranya dan
industri barang pecah belah telah membuat negara inggris sebagai perusahaan
top pembuat barang pecah belah. Pada waktu itu juga, perusahaan tersebut
menjadi pemain kunci dalam bidang kerajinan keramik. Singkatnya Doulton
tiadak hanya memproduksi barang yang tinggi tingkat kegunaanya, akan
tetapi produk yang di hasilkan juga fashionable.
Ini adalah kisah sukses yang telah berlalu dan terjadi di Stoke-on-Trent.
Pada tahun 1882 Doulton membeli sebuah perusahaan kecil dari Pinder,
Bourne and Co. di jalan Nile di Burslem,Staffordshire, dan Doulton Di juluki
sebagai “ahli keramik”. Doulton menjadi berkembang popular, berterima
kasih sebesar-besarnya kepada direksi artistic John Slater, dimana telah
10
bekerja malang melintang beberapa variasi dunia patung,pot bunga dan
dekorasi.
Diantara persaingan, royal doulton berubah menjadi terkenal didunia
China. Bahwa nama dan reputasinya telah berkembang dengan hasil
produksinya seperti Titanium Ware dan juga Bone China. Inovasi dan
nspirasi selalu menjadi faktor dalam perkembangan. Pada tahun 1960 Royal
Doulton memperkenalkan produk baru yaitu Keramik China. Yang mana
telah dikembangkan dalam beberapa tahun oleh Direksi Teknikal Richard
Bailey, dan efektif memindah biaya Bone China selama keramik china di
tawarkan untuk di produksi. Di tahun 1996 Royal Doulton mendapat untuk
pertama kalinya penghargaan kerajaan untuk bidang Inovasi teknikal untuk
bisnis.
Secara sendirinya, selama sepanjang sejarah Royal Doulton telah menjalin
asosiasi dengan beberapa brand-brand lainya. Minton telah berkerja sama
dengan Royal Doulton di tahun 1968, selama Royal Albert, menjadi bagian
dari aliansi keramik inggris, telah bergabung ketika Royal Doulton bersatu
dengan AEP di tahun 1971. Sejak itu, bisnis tersebut telah berkombinasi
dengan dengan 3 brand yaitu : Royal Doulton, Royal Albert dan Minton.
Talenta kreatifitas individu juga menjadi poin utama untuk menjaga
kesuksesan dari Royal Doulton dan brand telah berkembang seiring dengan
silsilah keramik. Sekarang, Royal Doulton bukan hanya salah satu
perusahaan chinaware tertua didunia. Tapi juga salah satu yang terupdate.
Royal Doulton melanjutkan untuk membangun perusahaan diatas tanah
warisan di Indonesia.
Pada Desember 2004, Waterford Wedgwood U.K yang salah merupakan
salah satu saingan terbesar, merekomendasikan penawaran tunai untuk Royal
Doulton. Sebagai kombinasi dari Waterford Wedgwood dan Royal Doulton
akan membuat bisnis keramik mewah yang merajai di dunia. Royal Doulton
menjadi bagian dari Waterford Wedgwood pada Januari 2005 oleh karena itu,
menjadi kuat pada pasar alat makan keramik di dunia. Dengan telah
11
bergabungnya selama lebih dari 600 tahun dari warisan,tradisi, dan kesenian ,
saat ini Waterford Wedgwood merajai perusahaan barang-barang mewah
dengan 4 brand berpenghargaan dunia yaitu Waterford,Wedgwood,Rosenthal
dan Royal Doulton.
2.3 Struktur Organisasi
Setiap perusahaan tentunya memeerlukan suatu kordinasi yang tepat dan
baik antara pimpinan atau atasan perusahaan dengan bawahanya, struktur
organisasi yang baik akan membawa hal yang positif terutama dalam hal
pembagian wewenang antar masing-masing jabatan yang terdapat dalam
struktur organisasi perusahaan tersebut. Apabila setiap tugas dan wewenang
dapat dilakukan secara baik dan tepat, maka dapat membuat kondisi
operasional perusahaan berjalan efektif.
Struktur organisasi yang terdapat pada PT. Doulton merupakan gambaran
hubungan antar bagian dalam organisasi, struktur itu juga menggambarkan :
1. Pembagian kerja, baik wewenang dan tanggung jawab dari masing-
masing bagian dalam organisasi.
2. karyawan dapat bekerja sama dengan baik, sehingga dapat terciptaya
keselarasan kerja, harmonis dan loyal terhadap organisasi.
Berikut ini adalah struktur organisasi pada PT Doulton
12
Gambar 2.1 Struktur Organisasi
President Director
HR&GA Director
HSE Manager Factor Manager Maintenance
Manager
Decal Factory
Manager
Planning &
warehouse
Manager
Tech.Compliance
& Quality Manager
Finance &
Accounting
Manager
13
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing pegawai
adalah sebagai berikut :
1. President Director
Direktur utama (President Director) adalah jabatan yang ditunjuk dan
memberi laporan kepada dewan direksi, berikut ini adalah tugas dan
wewenang dari Direktur utama yaitu :
c. Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif
d. Menawarkan visi imajinasi di tingkat tertinggi
e. Memimpin rapat umum, dalam hal : untuk memastikan
pelaksanaan tata-terti, menentukan urutan agenda, menjelaskan dan
menyimpulkan tindakan dan kebijakan.
f. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubunganya
dengan dunia luar.
g. Mengambil keputusan.
2. HR & GA Director
adapun beberapa tugas, tanggung jawab dan wewnang dari HR &
GA Director antara lain yaitu :
a. Interview perekrutan karyawan baru
b. Menyiapkan data absensi karyawan dll untuk keperluan penggajian
c. Melakukan penggajian
d. Melakukan penilaian kinerja karyawan dalam promosi jabatan.
e. Mengurus rumah tangga kantor
f. Menyiapan surat ajalan bagi karyawan yang akan melakukan tugas
keluar
g. Mengkoordinir transportasi yang digunakan untuk tugas luar
karyawan
h. Menerbitkan peraturan perusahaan.
3. HSE Manager
Tugas dan wewenang dari HSE manager adalah menangani
keselamatan kerja para pekerja pada perusahaan.
14
4. Factor Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab dari departemen factor manager
adalah :
a. Mengelola Pabrik dan seluruh aset sumber daya yang berada
dibawah pengawasannya.
b. Menyusun rencana dan anggaran tahunan.
c. Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengawasi
kegiatan pengolahan serta aspek lainnya agar mutu dan
effisiensi yang tinggi dapat dicapai dengan biaya yang
ekonomis.
d. Menciptakan/menumbuhkan “Sense of Belonging” kepada
seluruh personil.
e. Dapat mengantisipasi kejadian yang mungkin merugikan
perusahaan.
5. Maintenance Manager
Adapun tugas dan tanggung jawab dari maintenance manager yaitu ;
a. Bertanggung jawab untuk merencanakan dan
mengorganisasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan
perbaikan dan pemeliharaan di dalam kondisi siap untuk
memenuhi kebutuhan lingkungan.
b. Bertanggng jawab untuk memenuhi system manajemen mutu
dan lingkungan bersama-sama dengan departemenya.
6. Decal Factory Manager
Adapun tugas dari departemen Decal Factory Manager adalah:
a. Bertanggung jawab sebagai atasan dari designer hiasan produk
7. Planning & Ware House Manager
Adapun peranan dari departemen Planning & Ware House Manager
pada PT Doulton adalah Manajer gudang bertugas merencanakan dan
mengendalikan kegiatan pergudangan sehingga tercapai tujuan
utamanya, diantaranya: keamanan, keakurasian jumlah dan kebutuhan
barang yang dikelola, dengan melaksanakan sistem dan prosedur yang
15
telah ditetapkan manajemen. Menerapkan prosedur kerja, termasuk
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk menjaga dan
memelihara semua aset perusahaan berupa aset tetap atau aset tidak
tetap. Menjaga kelancaran dan pelaksanaan semua kegiatan arus
transaksi barang melalui penentuan tata letak gudang serta penunjang
tenaga pelaksana, agar tercapai pemanfaatan fasilitas dan optimalisasi
tenaga kerja.
8. Tech. Compliance & Quality Manager
Adapun wewenang dan tanggung jawab dari departemen tech.
Compliance & Quality Manager adalah :
a. Melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan system Pemeriksaan
Pengendalian Intern yang berlaku.
b. Mengkoordinasikan kegiatanpemeriksaan dengan presiden
derektur tentang pencapaian tujuan pemeriksaan dan tujuan
perusahaan.
c. Mengikuti tindak lanjut atas temuan-temuan pemeriksaan yang
dilaporkan oleh bagian audit internal, untuk memastikan bahwa
tindakan yang tepat telah di ambil dan dilaksanakan oleh
pimpinan atau pejabat objek pemeriksaan.
d. Menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) yang
disampaikan kepada Presiden Direktur dengan tembusan pada
Direktur Utama Serta General Manager terkait tang
bertanggung jawab Menindak lanjutin temuan hasil
pemeriksaan
Adapun tanggung jawabnya adalah :
a. Setiap saat dapat memasuki untuk memeriksa seluruh bagian di
lingkungan perusahaan, memeriksa seluruh dokumen atau
catatan yang dipandang perlu yang berkaitan baik langsung
dengan kegiatan perusahaan serta mewawamcarai atau
memeriksa pegawai perusahaan yang diperlukan untuk
kepentingan pemeriksaan.
16
b. Apabila dipandang perlu, audit internal dapat memperoleh
bantuan tenaga ahli dalam melaksanakan pemeriksaan baik
dalam maupun dari luar perusahaan setelah mendapat
persetujuan Persiden Direktur.
c. Melakukan pemeriksaan khusus yang dilaksanakan oleh kepala
audit internal dengan seizin Presiden Direktur.
Dengan tanggung jawab tersebut sangat memungkinkan bagi
satuan penegendalian untuk melakukan audit dengan jangkauan
yang cukup luas meliputi kegiatan di setiap tingkat manajemen,
termasik seluruh karyawan perusahaan sekalipun seorang
Manajer Divisi.
Adapun tugas dari bagian Quality Manager yaitu :
a. Sebagai pelaksana utama dalam proses pelaksanaan kebijakan
kualitas perusahaan bersama APPI berkomunikasi dengan
Executive Director dalam menentukan layak tidaknya produk
dikirim ke pelanggan dari tinjauan masalah yang berpengaruh
besar terhadap perusahaan.
b. Memutuskan layak atau tidaknya produk, baik produk setengah
jadi atau produk jadi untuk diproses dan dikirim ke pelanggan
dari tinjauan teknis.
c. Berkonsultasi dengan APPI dalam memutuskan layak atau
tidaknya produk, baik produk setengah jadi atau produk jadi
untuk diproses dan dikirim kepelanggan dari tinjauan standard
aturan global atau spesifik pellanggan.
9. Finance & Accounting Manager
Manajer keuangan bertugas dan bertanggung jawab merencanakan,
menyiapkan budget dan planning (AOP) untuk menetukan tujuan yang
harus dicapai. Memonitor kegiatan operasional dalam hal aspek
financial supaya sejalan dengan AOP. Menandatangai bank instrument
(Cheque, transfer bank) sesuai dengan batasan yang ditetapkan
17
perusahaan. Verifikasi setiap pengeluaran biaya ataupun pembelian
aset dan penggunaan dana lainnya sesuai dengan batasan yang
ditetapkan oleh perusaaan. Menetapkan pelaksanaan sistem dan
prosedur yang berkaitan dengan keuangan.
18
2.4 Alur Proses Produksi
19
Didalam memproduksi alat-alat makan khususnya Flat making
memerlukan tahapan-tahapan dalam menjalankan proses produksi. Adapun
tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :
1. Bahan Baku
PT Doulton adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi barang pecah belah yang berbahan baku utamanya adalah
Earthenware dan Bonechina.bahan baku di supply dengan oleh supplier
dalam negri.
2. Mixing (persiapan bahan baku)
Mixing merupakan tahapan mempersiapkan bahan baku untuk produksi
yang nantinya bahan baku akan di maukan kedalam tangki besar untuk
dihancurkan dan di cetak membentuk silinder panjang yang akan dipotong-
potong sesuai dengan kebituhan.
3. Pencetakan bahan baku.
Pada tahap ini bahan baku yang sudah di campur pada tangki besar akan di
bentuk menjadi 2 jenis golongan bentuk yaitu slip house (tabung) dan bentuk
pipih besar, untuk slip house di gunakan untuk membuat piring,sedangkan
bahan baku berbentuk pipih besar di gunakan untuk membuat gelas.
4. Produksi
Pada tahap ini masing-masing bahan baku di buat dengan masing masing
mesin baik untuk membuat flat making,cup making atau hollowware.
5. Inspeksi
Dari hasil-hasil produksi tersebut akan di lakukan inspeksi dari masing-
masing produk yang masih berbentuk clay atau keramik basah.
6. Biscuit Firing
Dari hasil clay maka tahap selanjutnya adalah pembakaran dengan 2 jenis
mesin pembakaran yaitu mesin Kiln (pembakar dengan konveyor berjalan)
atau di masukan ke dalam box besar.
7. Inspeksi.
Pada tahap ini inspeksi di lakukan kembali dengan cara mengukur dan
mengecek apakah terdapat biscuit yang cacat atau tidak.
20
8. Glazing
Tahap ini adalah proses pemberian lapisan kaca pada biscuit sehingga
permukaannya lebih halus dari tahap sebelumnya.
9. Glost firing
Tahap selanjutnya adalah hasil setelah glazing di bakar kembali untuk
memastikan agar produk kuat.
10. Inspeksi
Tahap ini adalah inspeksi dari hasil glost yaitu dengan cara mengukur
dimensi-dimensi produk,
11. Glost warehouse.
Tahap ini adalah penyimpanan produk hasil proses glost, produk ini sudah
dapat dikatakan produk jadi, akan tetapi belum di hias.
12. Lithography
Tahap lithography adalah tahapan pemberian hiasan pada produk, seperti
pemberian gambar bunga dan sebagainya.
13. Gilding
Tahapan ini masih merupakan tahapan pada departemen lithography,
gilding sendiri adalah pemberian warna emas pada produk.
14. Enamel firing
Pada tahapan ini produk yang sudah melewati tahap gilding akan di bakar
kembali ke dalam mesin Kiln,proses ini bertujuan agar warna dekorasi
terserap kedalam pori-pori keramik sehingga warnanya tidak luntur.
15. Enamel selection
Tahapan ini adalah proses seleksi dan pengecekan dari produk-produk
yang telah jadi yang di lakukan oleh staff departemen quality control dan
quality assurance.
16. Finish best warehouse.
Produk-produk yang telah lulus seleksi di katakan produk tersebut best
(bagus), selanjutnya adalah penyimpanan produk tersebut yang ditempatkan
pada pallet yang kemudian disusun di dalam warehouse .
21
17. Packing
Tahap ini adalah proses pembungkusan produk dengan karton yang akan
di kirimkan kepada para konsumen.
22
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengendalian Kualitas
Pengendalian Kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk
mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkanya dengan spesifikasi
atau persyaratan dan mengambil tindakan yang sesuai apabila ada perbedaan
antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar (Purnomo, 2004).
Tujuan dari pengendalian kualitas adalah mengendalikan kualitas produk atau
jasa yang dapat memuaskan konsumen. Pengendalian kualitas statistik
merupakan suatu alat tangguh yang dapat digunakan mengurangi biaya,
menurunkan cacat dan meningkatkan kualitas pada proses manufakturing.
Pengendalian kualitas memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh
perancang, bagian inspeksi, bagian produksi sampai pendistribusian produk
ke konsumen. Pengertian kualitas itu sendiri, yaitu dapat diartikan sebagai
derajat atau tingkatan di mana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan
keinginan dari konsumen (Purnomo, 2004).
Menurut Nasrullah Reza (1996), pengendalian kualitas merupakan
suatu kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu atau
ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan
standar-standar yang dicantumkan yang dapat tercermin dalam hasil akhir
atau pengendalian kualitas dapat dikatakan juga sebagai usaha untuk
mempertahankan mutu dan kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai
dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan-
kebijakan perusahaan. Aktivitas pengendalian kualitas pada umumnya
meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini (Purnomo, 2004):
1. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.
2. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang
berlaku.
23
3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan
yang cukup signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk
mengoreksinya.
Suatu perusahaan bila dengan efektif menggunakan kualitas sebagai
strategi bisnisnya akan mendapatkan kenaikan keuntungan dari strategi
tersebut. Konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu produk dari
perusahaan tertentu yang lebih berkualitas daripada saingan-saingannya
sehingga kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk. Alasan-alasan mendasar pentingnya kualitas
sebagai strategi bisnis adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004):
1. Meningkatnya kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen yang
kuat akan penampilan kualitas.
2. Kemampuan produk.
3. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku.
4. Persaingan yang semakin intensif.
5. Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program keteknikan
kualitas yang efektif.
3.2. Dimensi Pengendalian Kualitas
Kualitas biasanya tidak hanya ditentukan oleh satu atribut atau dimensi
tunggal, tetapi kualitas memiliki dimensi yang banyak sehingga sulit
untuk mendefinisikan. David Garvin, Profesor administrasi bisnis pada
Havard University menyarankan subyek kualitas yang diterapkan pada
produk dan mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda, yaitu (Reza
Nasrullah, 1996):
1. Untuk kerja (kinerja, performansi, prestasi) dari fungsi mengenai seberapa
baik suatu produk melakukan apa yang memang harus dilakukan oleh
produk tersebut.
2. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (features) yang menjadikan suatu
produk unik dibandingkan dengan produk sejenis dari produsen lain.
24
3. Keandalan (realibility), yaitu kemampuan produk untuk bertahan atau
tidak mogok dalam masa kerjanya.
4. Kecocokan atau kesesuaian (conformance) dengan standar industri,
misalnya standar gas buang pada kendaraan bermotor tidak boleh melebihi
sekian persen kandungan tembaga.
5. Daya tahan produk (durability) terhadap waktu, tidak mudah rusak ukuran
umur produk dan teknologi modern mempengaruhinya.
6. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan (serviceability). Produk yang
digunakan untuk jangka waktu yang lama memungkinkan harus diperbaiki
atau dipelihara, sehingga dibutuhkan ketersediaan suku cadang, tenaga ahli
ataupun mekanisme kerja produk itu sendiri yang cukup sederhana
sehingga tidak sulit untuk diperbaiki.
7. Keindahan penampilan (aesthetic). Gorvin menyadari keindahan
(Aesthetics) suatu produk memungkinkan pelanggan termotivasi oleh
kualitas produk.
8. Persepsi konsumen dimensi ini tidak didasarkan pada produk itu sendiri
tetapi pada citra dan reputasinya.
Davin Garvin menyadari bahwa suatu produk biasanya tidak unggul dalam
semua dimensi, sebaliknya produsen memilih kombinasi yang membuat
produk memiliki suatu keunggulan kompetitif. Tapi jika kedelapan
dimensi itu ada dalam pikiran seluruh jajaran organisasi perusahaan, maka
manajemen kualitas akan lebih mudah dilaksanakan.
25
3.3. Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas
Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu
memahami langkah- langkah dalam pengendalian kualitas.
Menurut Roger G. Schroeder (2000:135) untuk mengimplementasikan
perencanaan, pengendalian dan pengembangan kualitas melalui siklus
kualitas diperlukan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Menentukan karakteristik kualitas.
2. Memutuskan bagaimana cara mengukur setiap karakteristik.
3. Menetapkan standar kualitas.
4. Menentukan tes yang tepat untuk tiap-tiap standar
5. Mencari dan memperbaiki kasus produk berkualitas rendah.
3.4. Pengaruh Kualitas
Selain sebagai elemen penting dalam operasi, kualitas memiliki pengaruh
lain. Menurut Heizer & Render (2005:254) ada tiga alas an pentingnya
kualitas, yaitu :
1. Reputasi perusahaan. Suatu organisasi menyadari bahwa reputasi
akan mengikuti kualitas, apakah itu baik atau buruk. Kualitas akan
muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan,
kebiasaan karyawan, dan hubungan pemasok. Promosi diri tidak
akan dapat menggantikan produk yang berkualitas.
2. Keandalan produk. Pengadilan terus menurus berusahan
menangkap organisasi yang memiliki desain, memproduksi, atau
mengedarkan produk atau jasa yang penggunaanya mengakibatkan
kerusakan atau kecelakaan. Peraturan seperti Costumer Product
Safety membuat suatu standar produk untuk dapat memenuhi
standar tersebut.
3. Keterkibatan global. Di masa teknologi seperti sekarang, kualitas
menjadi suatu perhatian internasional. Bagi perusahaan dan Negara
yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka
produk mereka harus memenuhi harapan kualitas, desain, dan
26
harga global. Produk yang rendah mutunya mengurangi
keuntungan perusahaan dan neraca pembayaran Negara.
3.5. Metode Pengendalian Kualitas
Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka
pengendalian kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan menggunakan
teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua hasil produksi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
Menurut Montgomery (2001:26) teknik dalam melaksanakan pengendalian
kualitas terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Inspection / pemeriksaan
Untuk menjamin produk yang dihasilakn sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, maka diperlukan adanya pemeriksaan,
kecuali apabila keadaan produk stabil dan mempunyai rata-rata
variabilitas yang rendah.
Ada bebrapa pedoman umum unyuk menentukan kapan sebaiknya inspeksi
menurut Handoko (2000 : 249) yaitu :
h. Inspeksi setelah operasi-operasi yang cenderung memproduksi
barang-barang yang tidak sesuai.
i. Inspeksi sebelum operasi-operasi yang memakan biaya.
j. Inspeksi sebelum operasi-operasi dimana produk-produk salah
mungkin menghentikan atau memacetkan kerja mesin-mesin.
k. Inspeksi sebelum operasi-operasi perakitan yang tidak dapat
dilakukan ulang.
l. Inspeksi sebelum operasi-operasi menutupi kerusakan-kerusakan.
m. Pada mesin-mesin semi otomatis atau otomatis, inspeksi dilakukan
pada unit pertama dan terakhir, tetapi hanya kadang-kadang bagi
unit-unit diantaranya.
n. Inspeksi komponen akhir.
o. Inspeksi sebelum penggudangan.
p. Inspeksi dan pengujian produk jadi.
27
Perusahaan harus memeriksa produk hasil produksinya dan memastikan
bahwa tidak ada produk yang dikirim tanpa melalui proses inspeksi, paling
tidak ada sampel. Karena dalam hal ini pelanggan merupakan inspector.
Apabila kualitas tersebut buruk, maka mereka memberitahukan kepada pihak
lain bahwa produk yang dihasilkan perusahaan kita berkualitas buruk.
2. Statistical Quality Control / SQC
Pengendalian kualitas secara statistic (SQC) merupakan
teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk mengawasi,
mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk
dan prosesnya menggunakan metode-metode statistic.
Pengendalian kualitas secara statistic (Statistical Quality
Control/SQC) sering disebut juga pengendalian proses secara
proses statistic (Statistical Process Control/SPC).
Ada beberapa pengertian Statistical Quality Control (SQC)
/ Statistical Process Control (SPC) yang dikemukakan Para ahli,
antara lain sebagai berikut :
a. Menurut Heizer & Render (2001:286) yang dimaksud dengan
Statistical Proses Control (SPC) adalah sebuah teknik statistic
yang digunakan untuk mengawaso standar, membuat
pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selagi produk
atau jasa sedang diproduksi.
b. Menurut Assauri (2004:219) Statistical Quality Control adalah
suatu system yang dikembangkan untuk menjaga standar yang
uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang
minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tatistical
Process Control / SPC adalah salah satu alat pengendali kualitas yang
menggunakan metode statistic untuk mengumpulkan, menganalisis serta
28
menginterpretasikan data untuk digunakan dalam kegiatan pengendalian
kualitas ditinjau dari keseuaian dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
3.6. Faktor-faktor Pengendalian Kualitas
Menurut Montgomery (2001:26) factor-faktor yang mempengaruhi
pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah :
1. Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan
kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu
proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan
proses yang ada.
2. Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi hasil produksi, yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila
ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal
ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat
berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan diatas sebelum
pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.
3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima
Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah agar dapat
mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin.
Tingkat pengendalian yang dilakukan tergantung pada banyaknya
produk yang berada di bawah standar.
4. Biaya kualitas
Biaya kualitas sangatlah penting dalam mempengaruhi tingkat
pengendalian kualita dalam menghasilkan prodk. Apabila ingin
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, maka dibutuhkan biaya
kualitas yang relative lebih besar.
Macam-macam biaya kualitas :
a. Prevention cost (biaya pencegahan)
29
Biaya ini merupakan biaya yang sering terjadi untuk mencegah
terjadinya kerusakan produk yang dihasilakn. Biaya ini meliputi
biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan dan
pemeliharaan system kualitas.
Contoh : biaya yang dikeluarkan untuk melatih karyawan.
b. Detection /Appisal Cost (Biaya deteksi/penilaian)
Biaya deteksi adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah
produk dan jasa yang telah dihasilkan telah sesuai dengan
persyaratan-persyartan kualitas.
Tujuan utama dari deteksi adalah menghindari terjadinya
kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi.
Contoh : menghindari pengiriman barang-barang yang tidak
sesuai dengan persyaratan konsumen.
c. Internal Failure Cost (biaya kegagalan internal)
Meupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian
dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang-barang tersebut
dikirimkan kepada konsumen.
Contoh : produk cacat
d. External Failure Cost (biaya kegagalan eksternal)
Merupakan biaya yang terjadi karena produk tidak sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut
dikirimkan keada konsumen.
Contoh : Biaya penarikan kembali dan biaya garansi.
3.7. Macam-macam Diagram pengendali kualitas
Dalam pengendalian kualitas statistic dikenal adanya “seven tools”
Seven Tools dari pengendalian prosessatistik ini adalah metode grafik paling
sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah :
1. Lembar Pengamatan (Check Sheet)
Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk mencatat
data produk termasuk juga waktu pengamatan, permasalahan yang
dicai dan jumlah cacat pada setiap permasaahan.
30
2. Stratifikas (Run Chart)
Startifikasi adalah suatu upaya untuk menhyrai atau mengklasfikasi
persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil
atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan.
3. Histogram
Histogram adalah diagram batang yang menunjukan tabulasi dari data
yang diatur berdasarkan ukuranya. Tabulasi data ini umumnya dikenal
sebagai distribusi frekuensi.
4. Grafik Kendali (Control Chart)
Grafik pengendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan
untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses
yang terkendali. Grafik pengendali terkadang disebut dengan
Shewhart control charts karena grafik ini pertama kali dibuat oleh
Walter A. Shewhart. Nilai dari karekterisik kualitas yang dimonitor,
digambarkan sepanjang sumbu y, sedangkan sumbu x
menggambarkan sampel atau subgroup dari karakteristik kualitas
tersebut. Sebagai contoh karakteristik kualitas adalah panjang rata-
rata, diameter rata-rata, dan waktu pelayanan rata-rata. Semua
karakteristik tersebut dinamakan variabel dimana nilai numeriknya
dapat diketahui. Sedangkan atribut adalah karakteristik kualitas yang
ditunjukkan dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidaksesuaian
dalam satu unit, serta jumlah cacat per unit. Terdapat tiga garis pada
grafik pengendali. Center line atau garis tengah adalah garis yang
menunjukkan nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang diplot
pada grafik. Upper limit control atau batas pengendali atas dan lower
limit control atau batas pengendali bawah digunakan untuk membuat
keputusan mengenai proses. Jika terdapat data yang berada di luar
batas pengendali atas dan batas pengendali bawah serta pada pola data
tidak acak atau random maka dapat diambil kesimpulan bahwa data
berada di luar kendali statistik.
31
5. Diagram Pareto
Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto
dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto
adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk
peningkatan kualitas. Diagram ini menunjukkan seberapa besar
frekuensi berbagai macam tipe permasalahan yang terjadi dengan
daftar masalah pada sumbu x dan jumlah/frekuensi kejadian pada
sumbu y. Kategori masalah diidentifikasikan sebagai masalah utama
dan masalah yang tidak penting. Prinsip Pareto adalah 80 % masalah
(ketidaksesuaian atau cacat) disebabkan oleh 20 % penyebab. Prinsip
Pareto ini sangat penting karena prinsip ini mengidentifikasi
kontribusi terbesar dari variasi proses yang menyebabkan performansi
yang jelek seperti cacat. Pada akhirnya, diagram pareto membantu
pihak manajemen untuk secara cepat menemukan permasalahan yang
kritis dan membutuhkan perhatian secepatnya sehingga dapat segera
diambil kebijakan untuk mengatasinya.
6. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram sebab akibat juga disebut Ishikawa Diagram karena
diagram ini diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943.
Diagram ini terdiri dari sebuah panah horizontal yang panjang dengan
deskripsi masalah. Penyebab-penyebab masalah digambarkan dengan
garis radial dari garis panah yang menunjukan masalah. Kegunaan
dari diagram sebab akibat adalah:
a. Menganalisis sebab dan akibat suatu masalah.
b. Menentukan penyebab permasalahan.
c. Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-
sumber variasi.
7. Diagram Sebar (Scatter Diagram)
32
Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan
antara dua variable tersebut kuat atau tidak yaitu antara factor proses
yang mempengaruhu proses dengan kualitas produk. Pada sumbu x
terdapat nilai dari variable independen, sedangkan pada sumbu y
menunjukan nilai dari variable independen.
3.8. Pengendalian Kualitas Statistik Untuk Data Variabel
Pengendalian kualitas proses statistik untuk data variabel sering kali
disebut sebagai metode peta pengendali (control chart) untuk data variabel.
Metode ini digunakan untuk menggambarkan variasi atau penyimpangan
yang terjadi pada kecenderungan memusat dan penyebaran observasi. Metode
dapat menunjukan apakah proses dalam kondisi stabil atau tidak.
Menurut Mitra (1993) yang dikutip dari Ariani (2005,hal 80), macam-macam
model peta pengendali statistik antara lain :
1. Model Umum
Model ini merupakan suatu rencana yang tidak teridentifikasi. Tidak ada
titik-titik yang ada di luar batas pengendali, mayoritas titik berada pada
titik pusat, dan beberapa titik dekat dengan batas-batas pengendali.
2. Model Yang Berubah Secara Mendadak
Model ini terjadi karena ada perubahan dalam suhu udara, tekanan udara,
dan lain sebagainya. Selain itu dapat juga terjadi karena operator baru,
alat baru, atau instrumen pengukuran baru, dan metode pemrosesan baru.
3. Model Perubahan Bertahap
Model ini karena ada perubahan dalam organisasi seperti perubahan baku
atau komponen dari waktu ke waktu, perubahan program perawatan, atau
perubahan gaya supervisi.
4. Model Trend
Model ini berada dengan perubahan mendadak atau bertahap. Trend
menunjukan perubahan yang tetap naik atau turun.
5. Model Siklus
33
Model ini terjadi karena pengurangan karakteristik model melalui
evaluasi perilaku yang berulang.
6. Model Tidak Beraturan
Model ini meliputi keanehan yang berfluktuasi tajam bahkan berada di
batas pengendali serta biasanya di sebabkan adanya gangguan dari luar.
7. Model Campuran
Model ini disebabkan oleh dua atau lebih karakteristik yang berada dekat
dengan batas-batas pengendali. Model ini terjadi karena nilai yang satu
terlalu tinggi dan nilai-nilai yang lainya terlalu rendah.
8. Model Stratifikasi
Model ini merupakan hasil dari dua atau lebih distribusi karakteristik
kualitas kualitas pada populasi.
Dalam proses pengendalian peta pengendali statistik mendekati adanya sebab
khusus dalam ketidaksesuaian yang terjadi. Apabila data sample berada diluar
batas pengendali, maka data sample tersebut disebut berada diluar batas
pengendali statistik (out of statistical control). Sebaliknya, jika data sampel
berada didalam batas pengendali, maka data sampel tersebut berada dalam batas
pengendali statistik (in statistical control).
Peta pengendalian atau control chart adalah metode statistik yang
membedakan adanya variasi atau penyimpanan karena sebab umum dan sebab
khusus. Penyimpangan yang disebabkan oleh sebab khusus biasanya berada diluar
batas pengendalian sedangkan yang disebabkan oleh sebab umum biasanya berada
pada batas pengendalian.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Produksi
Hasil produksi PT Doulton ini meliputi produk-produk barang pecah
belah yang terbagi menjadi tiga jenis produk yaitu Flat,cup & dish,
Holloware. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian merupakan pesanan
sehingga perencanaan produksi dan penjadwalan memegang kunci utama dari
proses produksi tersebut, disamping pengawasan kualitas produk itu sendiri.
PT.Doulton mempunyai konsumen yang sebagian besar berasal dari
luar negeri seperti Jepang,Inggris, dan Amerika untuk pasaran di Indonesia
biasanya konsumenya adalah hotel-hotel dan rumah sakit serta jasa maskapai
penerbangan.
4.2. Pengumpulan Data
Data diperoleh dari hasil produksi pada PT Doulton meliputi hasil
pengukuran selama proses produksi pada bulan Juni-Juli 2014. Data produksi
dihitung dengan menggunakan diagram x - R chart dengan jumlah sampel
tetap dalam tiap kelompok unit. Data tersebut dihitung untuk mengetahui
apakah proses produksi tersebut berada dalam kontrol atau tidak.
Proses pengendalian kualitas pada PT. Doulton dilakukan oleh
Departemen Quality Control & Quality Assurance. Setiap produk jadi untuk
dijual kepada konsumen ataupun bahan baku yang digunakan untuk proses
produksi harus melalui proses pengendalian kualitas. Standar yang digunakan
adalah kesesuaian produk dengan spesifikasi yang diminta diantaranya adalah
Berat,Diameter,Diameter Foot, Base Center, Edge Bottom & Edge Rim. Dari
beberapa ukuran spesifikasi tersebut , berat dan diameter merupakan standar
yang paling menentukan apakah produk tersebut diterima atau tidaj oleh
konsumen.
Berikut hasil pengumpulan data hanya pada jenis produk Lincoln Plate
27 cm pada bulan juni-juli 2014.
35
a. Berat item Lincoln plate 27 cm
Tabel 4.2.1 Pengumpulan Data Produk Lincoln Plate 27 cm
LEMBAR DATA UNTUK PETA KENDALI X & R
Produk : Lincoln Plate 27 CM
Karakteristik : Berat
Satuan Pengukuran : Gram
No Tanggal Sample x R
1 2 3 4 5
1 02.12.13 705.3 667.4 678.2 670.5 666.1 677.5 39.2
2 10.12.13 661.7 640.2 658.9 642.1 663.4 653.26 23.2
3 17.12.13 615.6 717.2 650.4 695.8 655.7 666.94 101.6
4 24.12.13 597.2 613.8 662.1 671.3 664.5 641.78 74.1
5 30.12.13 627.8 688 624.3 687.1 635.7 652.58 63.7
6 20.01.14 607.8 708.2 663.6 675.3 612.5 653.48 100.4
7 27.01.14 658.7 659.2 747.2 654.7 663.5 676.66 92.5
8 05.02.14 675.7 653.4 674.2 666.5 666.1 667.18 22.3
9 10.02.14 675.7 724.3 633.6 698.4 645.9 675.58 90.7
10 24.02.14 693.7 679 735.4 646.6 679.4 686.82 88.8
11 01.04.14 669.3 661.4 634.4 628.8 689 656.58 60.2
12 15.04.14 679.9 669.5 666.2 667.8 660.5 668.78 19.4
13 27.04.14 640.4 650.8 655.4 666.1 652.1 652.96 25.7
14 12.05.14 691.1 694.2 690.3 672.4 660.6 681.72 33.6
15 22.05.14 691.1 694.2 690.3 672.4 660.6 681.72 33.6
16 28.05.14 660.7 666.7 650.8 660.2 655.5 658.78 15.9
17 03.06.14 665.1 675.6 668.8 679.9 666.3 671.14 14.8
18 23.06.14 633.3 581.3 651.2 662.7 692 644.1 110.7
19 01.07.14 702.5 746.3 714.7 621.8 694.2 695.9 124.5
20 10.07.14 645.3 668.3 678.2 680.7 687.6 672.02 42.3
Jumlah 13335.48 1177.2
36
b. Diameter Lincoln Plate 27 cm
Tabel 4.2.2 Hasil Pengukuran Diameter Lincoln Plate 27 cm
LEMBAR DATA UNTUK PETA KENDALI X & R
Produk : Lincoln Plate 27 CM
Karakteristik : Diameter
Satuan Pengukuran : mm
No
Sample
Tanggal 1 2 3 4 5 x R
1 02.12.13 301.7 301.2 301.3 301.4 302 301.52 0.8
2 10.12.13 300.8 301 300.9 301.1 301.2 301 0.4
3 17.12.13 300.7 301 300.5 300.8 300.6 300.72 0.5
4 24.12.13 301 300.9 301.1 301 301 301 0.2
5 30.12.13 303 303 303.1 303 303.1 303.04 0.1
6 20.01.14 303.1 303.2 302.9 303.2 303 303.08 0.3
7 27.01.14 303 303.1 303 303 304.2 303.26 1.2
8 05.02.14 302.5 302.1 302.7 302.4 302.3 302.4 0.6
9 10.02.14 303.7 303.6 303 303.1 303 303.28 0.7
10 24.02.14 302.5 303.3 302.7 303 302.8 302.86 0.8
11 01.04.14 303.4 302.4 303.1 303.1 302.7 302.94 1
12 15.04.14 302.6 302.3 302.7 302.7 302.7 302.6 0.4
13 27.04.14 303.1 302.3 301.7 301.9 302 302.2 1.4
14 12.05.14 301 301.8 301.6 301.7 302 301.62 1
15 22.05.14 302 302.8 302.6 302.9 302.7 302.6 0.9
16 28.05.14 302 302.7 302.6 302.1 301.7 302.22 1
17 03.06.14 302.6 303 303 303 302.7 302.86 0.4
18 23.06.14 303.3 304.3 303.9 304 303.7 303.84 1
19 01.07.14 302.3 302.7 303.2 302.8 302.9 302.78 0.9
20 10.07.14 303.2 303.2 302.9 303.4 301 302.74 2.4
jumlah 6048.56 16
37
4.3. Pengolahan dan Analisis Data
Perhitungan lembar peta kendali x dan R untuk berat Lincoln Plate
27 cm adalah :
x = 𝑋1+𝑋2+⋯………..𝑋𝑛
𝑛
x = 705 ,3+667,4+678,2+670,5+666 ,1
5
x = 705,3
R = 𝑅𝑚𝑎𝑥 −𝑅𝑚𝑖𝑛
𝑅1 = 705,3 – 666,1
𝑅1 = 39,2
Untuk perhitungan x2, x
3, x
4……., x
20menggunakan rumus seperti
pada perhitungan x1 dan untuk perhitungan 𝑅2,𝑅3, 𝑅4, … . 𝑅20, menggunakan
rumus seperti pada perhitungan 𝑅1 dan di dapat hasil seperti pada table 4.3.1
x = x
1 + x
2+ ………… x
20
𝑚
x = 13335 ,48
20
= 666,74
R = R
1 + R
2+ ………… R
𝑚
𝑚
= 1177,2
20
= 58,86
𝐵𝐾𝐴x
= x + 𝐴2 R
= 666,74 + (0,577𝑋58,86)
= 666,74 + 33,96
= 700,7
38
𝐺𝑇x
= x
= 666,74
𝐵𝐾𝐵x
= x - 𝐴2 R
= 376,237 – (0,557 x 19,805)
= 666,74 – 33,96
= 632,78
𝐵𝐾𝐴𝑅 = R 𝐷4
= 58,86 x 2,114
= 124,43
𝐺𝑇𝑅 = R
= 58,86
𝐵𝐾𝐵𝑅 = R 𝐷3
= 58,86 x 0
= 0
39
Grafik 4.3.1 Peta Kendali Kontrol x Berat Lincoln Plate 27 cm
Grafik 4.3.2. Peta Kendali Kontrol R Berat Lincoln Plate 27 cm
191715131197531
700
690
680
670
660
650
640
630
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
__X=666.77
UB=700.73
LB=632.81
Xbar Chart Berat Lincoln Plate 27 cm
191715131197531
140
120
100
80
60
40
20
0
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
_R=64.7
UB=124.4
LCL=0
Rchart Berat Lincoln Plate 27 cm
40
Perhitungan lembar peta kendali x dan R untuk diameter Lincoln
Plate 27 cm adalah :
x = 𝑋1+𝑋2+⋯………..𝑋𝑛
𝑛
x = 301 ,7+301,2+301,3+301,4+302
5
x = 301,52
R = 𝑅𝑚𝑎𝑥 −𝑅𝑚𝑖𝑛
𝑅1 = 302-301,2
𝑅1 = 0,8
Untuk perhitungan x2, x
3, x
4……., x
20menggunakan rumus seperti
pada perhitungan x1 dan untuk perhitungan 𝑅2,𝑅3, 𝑅4, … . 𝑅20, menggunakan
rumus seperti pada perhitungan 𝑅1 dan di dapat hasil seperti pada table 4.3.2
x = x
1 + x 2+ ………… x20
𝑚
x = 6048 ,56
20
= 302,43
R = R
1 + R2+ ………… R 𝑚
𝑚
= 16
20
= 0,8
𝐵𝐾𝐴x
= x + 𝐴2 R
= 302,43 + (0,577𝑋0,8)
= 302,43 + 0,46
= 302,89
41
𝐺𝑇x
= x
= 302,43
𝐵𝐾𝐵x
= x - 𝐴2 R
= 302,43 – (0,557 x 0,8)
= 302,43 – 0,46
= 301,97
𝐵𝐾𝐴𝑅 = R 𝐷4
= 0,8 x 2,114
= 1,69
GT𝑅 = R
= 0,8
𝐵𝐾𝐵𝑅 = R 𝐷3
= 0,8 x 0
Grafik 4.3.3 Peta Kendali Kontrol x Diameter Lincoln Plate 27 cm
191715131197531
304.0
303.5
303.0
302.5
302.0
301.5
301.0
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
__X=302.428UB=302.43
LB=301.97
1
1
11
11
1
1
1
1
Xbar Chart Diameter Lincoln Plate 27 cm
42
Grafik 4.3.4 Peta Kendali Kontrol R Diameter Lincoln Plate 27 cm
191715131197531
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
_R=0.892
UB=1.69
LCL=0
1
R Chart Diameter Lincoln Plate 27 cm
43
4.4. Pembahasan
Berdasarkan gambar garfik 4.3.1 dan 4.3.2 untuk pengukuran berat
dari lincoln plate 27 cm menunjukan bahwa keseluruhan data hasil observasi
berada diantara batas kendali atas dan batas kendali bawah atau dapat disebut
(in statistical control).
Sedangkan berdasarkan gambar grafik 4.3.3 dan 4.3.4 tentang nilai
rata-rata pengukuran pada pada dimensi diameter lincoln plate 27 cm
menunjukan bahwa terdapat data yang (out of statistical control) yaitu pada
data ke -1,2,3,4,5,6,9,14,18 ini berarti bahwa proses produksi yang tidak
stabil, maka perlu di selidiki penyebab ketidak sesuaian ukuran produk
dengan spesifikasi ukuran produk yang telah di tentukan oleh perusahaan,
tools yang di gunakan adalah diagaram fishbone (tulang ikan) berikut ini
gambar diiagramnya.
Gambar 4.5. Fishbone Diagram Ketidak Sesuaian Ukuran
Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui bahwa sebab-sebab
yang dapat mempengaruhi menurunya ketidak sesuaian ukuran
produk, diantaranya adalah :
44
a. Faktor Material (bahan baku)
1. Bahan baku yang di gunakan adalah bonechina dimana faktor
ini disebabkan oleh suhu kiln dan sifat dari material.
b. Faktor Manusia
- Ketidakdisiplinan operator dalam mengikuti standar kerja yaitu
dengan mematuhi SOP yang telah ditentukan oleh perusahaan.
- Operator kurang teliti juga menjadi salah satu penyebab ketidak
sesuaian ukuran sehingga hasil produksi tidak sesuai dengan
spesifikasi
c. Faktor Mesin
- Settingan mesin yang bergeser berpengaruh pula terhadap
ukuran produk yang dihasilkan oleh mesin tersebut. Mesin yang
di maksud dalam penyebab ketidaksesuaian ukuran ini adalah
mesin roller pada saatr prtoses produksi
d. Faktor Lingkungan
- Suhu yang tidak stabil juga dapat mempengaruhi kinerja
operator dalam bekerja sehingga dapat menyebabkan ukuran
produk yang tidak sesuai.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Masih terdapat perbedaan-perbedaan ukuran dari masing-masing dimensi
seperti berat dan diameter lincoln plate 27 cm, dengan batas kemampuan
atas (BKA) rata-rata berat lincoln plate 27 cm sebesar 700,7 dan batas
kemampuan bawah rata-rata berat lincoln plate 27 cm sebesar 632,78 dan
untuk batas kemampuan atas rata-rata diameter lincoln plate 27 cm
sebesar 302,89 dan batas kemampuan bawah lincoln plate 27 cm sebesar
301,97.
2. Berdasarkan diagram fishbone atau diagram tulang ikan maka dapat di
ketahui penyebab dari ketidaksesuaian ukuran produk, penyebabnya
diantaranya adalah dari faktor tenaga kerja yaitu kelelahan dalam bekerja
yang berakibat ketidaksesuaian produk serta karyawan yang tidak
mengikuti SOP dari perusahaan yang telah di tentukan, selain itu ada
faktor lain yang menjadi penyebab ketidaksesuaian ukuran yaitu faktor
usia mesin yang sudah tua serta settingan mesin yang bergeser, dan
faktor lainya adalah faktor suhu lingkungan kerja yang cukup panas
sehingga mempengaruhi kinerja karyawan dan berdampak pada
ketidaksesuaian produk.
3. Strategi yang dilakukan perusahaan adalah memberikan penekanan
kepada karyawan untuk mengikuti SOP yang telah ditetapkan dengan cara
memberikan training secara berkelanjutan serta menjelaskan pentingnya
menjaga kualitas produk dan meningkatkan produktivitas.
5.2. Saran
Dengan melihat hasil analisis dengan metode peta X-bar dan Diagram
Sebab Akibat, maka penulis dapat mengemukakan saran-saran sebagai bahan
46
pertimbangan PT. Doulton dalam upaya peningkatan kulitas produksi, adapun
saran-saran dari penulis sebagai berikut :
1. Perlu pengawasan yang cukup baik kepala bagian operator dalam
memantau operatornya untuk mengikuti SOP yang telah ditetapkan
perusahaan.
2. Karena tingkat kecacatan masih ada yang tinggi, maka PT Doulton
dalam hal ini Departemen Quality Control & Quality Assurance masih
perlu melakukan pengendalian kualitas dan pengawasan yang lebih ketat.
3. Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan masukan bagi
perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
terutama yang berkaitan dengan upaya pengendalian kualitas produk
yang terkendali secara statistik atau berada dalam kontrol.
47
DAFTAR PUSTAKA
ivanemmoy.wordpress.com/factory-manager-2/ di akses 24/08/2014 jam 8.03
abdurrachman aries,skripsi Analisis Pengendalian Kualitas Pada Pembuatan Atap
(roof) Body Mitsubishi Prona Di PT.Karoseri Agustus (Diakses 25 Agustus 2014
pukul 16.25 )
Nugroho Ariefin, Analisis Pengendalian Kualitas Benang Polyester 100% Pada
Bagian Winding PT DELTA DUNIA TEXTILE Karanganyar (Di Akses 25
Agustus 2014 dari diglib.uns.ac.id)
Assauri, Sofjan. 1998. Manajemen Operasi Dan Produksi. Jakarta : LP FE UI
Dwiwinarno, Titop. 2009. “Evaluasi Pengendalian Kualitas Pada Bagian
PMontgomery, Douglas C. 2001. Introduction to Statistical Quality Control. 4th
Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.
Schroeder, Roger G. 2007. Manajemen Operasi. Jilid 2-Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality Management. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
48
LAMPIRAN
49
.
50