internasionalisasi perusahaan jamu (studi kasus pada …
TRANSCRIPT
INTERNASIONALISASI PERUSAHAAN JAMU
(Studi Kasus Pada PT Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul Tbk)
Oleh :
Kezia Giovanni Rusli
NIM : 212012075
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
vi
ABSTRACT
Internationalization is a process of the increasing involvement and the
company adaptation within the international operating activities.
Internationalization process is determined by various factors, one of them is the
product being sold by the company. A product that has a great cultural bounded
such as Jamu (herbal medicine) has different adaptation process from the
universal product, such as computer. This study aims to know the
internationalization process of the jamu company, the motivation that influence
the jamu company engaged in the internationalization activities and the barriers
within the internationalization process faced by the jamu company.
This study raised the case of PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk (PT Sido Muncul). The data was obtained by in-depth interviews with PT Sido
Muncul internal management. The results showed that now PT Sido Muncul is in
pre-export stage and the involvement in internationalization activities were
occurred unintentionally by using indirect export. The desire to meet the demand
of the foreign markets, the desire to increase the revenue, the company’s ambition
to become a global herbal companies and the company’s response toward the
implementation of ASEAN Economic Community (AEC) become the motives that
make PT Sido Muncul involved in the internationalization activities. Like SMEs
(small and medium size enterprises), internationalization activities are not easy
to do even for such a large scale jamu company like PT Sido Muncul. The lack of
abilities to determine the condition of foreign markets, the difficulties to meet the
requirements of registration and the licensing products outside the country that is
very different in each country, and also an amount of countries that do not have
appropriate regulations for categorization of jamu products also become the
barriers for PT Sido Muncul to be a fully exporter.
Keywords: Internationalization Process, Internationalization Motivation,
Internationalization Barriers, Jamu (herbal medicine) company.
vii
SARIPATI
Internasionalisasi adalah proses peningkatan keterlibatan dan adaptasi
perusahaan dalam aktivitas operasi internasional. Proses internasionalisasi
ditentukan oleh banyak hal termasuk produk yang dijual. Produk yang memiliki
ikatan budaya yang tinggi seperti jamu tentu memiliki proses adaptasi yang
berbeda dari pada produk yang sifatnya universal seperti komputer. Penelitian ini
bertujuan mengetahui proses internasionalisasi perusahaan jamu, motivasi
perusahaan jamu terlibat aktivitas internasionalisasi, dan hambatan
internasionalisasi yang dihadapi perusahaan jamu.
Penelitian ini mengangkat kasus PT. Sido Muncul. Data diperoleh melalui
wawancara mendalam dengan beberapa pihak internal PT Sido Muncul. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PT Sido Muncul saat ini berada pada tahap pre-
export, keterlibatan dalam aktivitas internasional terjadi secara tidak disengaja
melalui export tidak langsung. Keinginan perusahaan untuk memenuhi
permintaan pasar luar negeri, keinginan meningkatkan pendapatan, ambisi
menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia, serta respon perusahaan terhadap
pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi motif perusahaan terlibat
dalam aktivitas internasional. Seperti halnya pada usaha kecil dan menengah,
internasionalisasi tetap tidak mudah dilakukan oleh perusahaan jamu skala besar
seperti PT Sido Muncul. Keterbatasan perusahaan mengetahui kondisi pasar luar
negeri, kesulitan memenuhi persyaratan pendaftaran dan perizinan produk di luar
negeri yang berbeda di setiap negara, serta banyaknya negara yang tidak memiliki
regulasi untuk kategorisasi produk jamu menjadi hambatan perusahaan untuk
bergeser menjadi exporter penuh.
Kata kunci : Proses Internasionalisasi, Motivasi Internasionalisasi, Hambatan
Internasionalisasi, Perusahaan Jamu
viii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
karena berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga kertas
kerja ini dapat terselesaikan. Penulisan kertas kerja ini merupakan salah satu
syarat akademik yang harus dipenuhi oleh penulis untuk memperoleh gelar sarjana
ekonomi strata satu dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana.
Kertas kerja ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan penulis
melalui studi kasus pada PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Dimana
kertas kerja ini membahas mengenai Internasionalisasi Perusahaan Jamu (Studi
Kasus pada PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk).
Penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih jauh dari sempurna. Jika
ditilik sebagai suatu hasil karya ilmiah yang wajar, masih banyak kekurangan
maupun pelanggaran ilmiah yang sengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena
itu, penulis merasa perlu untuk meminta maaf kepada segenap pihak yang turut
berperan dalam penulisan kertas kerja. Kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan kertas kerja ini. Semoga kertas kerja ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Salatiga, 6 April 2016
Penulis
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
pimpinan, hikmat, pertolongan dan kekuatan yang telah dianugerahkan-Nya
secara berlimpah kepada penulis sehingga kertas kerja ini dapat terselesaikan
dengan baik, segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak
memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama pembuatan kertas kerja ini.
Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja, SE, ME, Ph.D selaku Dekan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
2. Ibu Roos Kities Andadari, SE, MBA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing serta
selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.yang telah memberikan waktu, arahan
dan bimbingan sehingga kertas kerja ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Eristia Lidia Paramita, S.E, MM, SPd sebagai Wali Studi yang telah
memberikan pengetahuan dan membimbing penulis selama masa studi di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW membekali penulis
ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama penulis menempuh
pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana. Staf dan Tata Usaha
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang telah membantu penulis
dalam hal administrasi.
5. Ibu Komala Inggarwati S.E., M.M, Ibu Lanyawati (Manajer Keuangan PT
Sido Muncul) dan Ko Michael Ryan yang telah membantu penulis sehingga
dapat melakukan wawancara dengan narasumber.
6. Narasumber dari pihak internal PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk.
7. Papa Yudi, Mama Lusi, Mama Lan, dan Papa Mul terima kasih atas kasih
sayang, perhatian, bimbingan, saran, sarana, serta dukungan yang diberikan
kepada penulis.
x
8. Kakak terkasih dari penulis, Ko Samuel serta seluruh keluarga besar dari
penulis, terima kasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang diberikan
selama ini.
9. Akim yang selalu mendampingi penulis dalam menyelesaikan masa studi,
meluangkan waktu dan pikiran, memberikan semangat, dorongan, doa, dan
kasih sayang kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat terkasih penulis Vonny Setianda, Beta Ubaya Nindya, Yan
Enggal Asmara, Adrian Nathanael Winata, dan Agustina Ayrein Khoe,
terima kasih telah menjadi sahabat yang baik dalam suka duka, terima kasih
untuk selalu memberikan dukungan, doa, perhatian dan semangat agar
penulis mampu menyelesaikan penulisan kertas kerja ini.
11. Teman-teman komsel ROG terima kasih untuk dukungan doa, perhatian
dan semangat bagi penulis.
12. Serta teman-teman selama penulis menjalani studi di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana seluruh rekan seperjuangan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis angkatan 2012, kakak kelas maupun adik
kelas.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan dorongan kepada penulis.
Salatiga, 6 April 2016
Penulis
Kezia Giovanni Rusli
xi
DAFTAR ISI
INTERNASIONALISASI PERUSAHAAN JAMU ............................................. i
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULISError! Bookmark
not defined.
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
SARIPATI .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
LATAR BELAKANG PENELITIAN .................................................................. 1
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 4
Internasionalisasi .............................................................................................. 4
Proses Internasionalisasi Perusahaan ............................................................... 5
Motivasi Melakukan Internasionalisasi ......................................................... 10
Hambatan Internasionalisasi .......................................................................... 13
Adaptasi Internasional.................................................................................... 14
Jamu ............................................................................................................... 15
Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 17
METODE PENELITIAN ................................................................................... 20
HASIL PENELITIAN ........................................................................................ 23
Profil Industri Jamu Indonesia ....................................................................... 23
Profil PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk ................................ 26
xii
Proses Internasionalisasi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk .. 31
Motivasi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Melakukan
Internasionalisasi ............................................................................................ 36
Hambatan Internasionalisasi .......................................................................... 39
Pemasaran PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk ........................ 40
Pembahasan .................................................................................................... 44
PENUTUP .......................................................................................................... 45
Kesimpulan .................................................................................................... 45
Implikasi Terapan .......................................................................................... 45
Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang.......................... 46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara ........................................................ 50
Lampiran 2 Negara/Kota Tujuan Ekspor ............................................................ 54
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Motivasi Melakukan Internasionalisasi ................................................ 10
Tabel 2. Internasionalisasi Tongrentang ............................................................. 18
Tabel 3. Perkembangan Kinerja Industri Jamu Besar dan Sedang Indonesia
Berdasarkan KBLI (Kinerja Industri Berdasarkan Lapangan Usaha) Tahun 2006 -
2010 .................................................................................................................... 23
Tabel 4. Produk Utama Ekspor Obat Herbal Indonesia...................................... 25
Tabel 5. Perkembangan Penjualan Bersih dan Ekspor PT Sido Muncul Tahun
2011 - 2014 ......................................................................................................... 30
Tabel 6. Negara/Kota Tujuan Ekspor ................................................................. 33
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Internasionalisasi Uppsala ....................................................... 7
Gambar 2. Internationalization Process Model Cavusgil et al ............................ 7
Gambar 3. Konsep Pengembangan Obat Bahan Alam Indonesia ...................... 17
Gambar 4. Perkembangan Nilai Ekspor Obat Herbal Indonesia Tahun 2009-2013
(US$ Ribu) .......................................................................................................... 24
Gambar 5. Nilai Ekspor Obat Herbal Indonesia Menurut Negara Tujuan Periode
Januari-Juni 2014 ................................................................................................ 25
Gambar 9. Peta Distribusi Ekspor PT Sido Muncul ........................................... 33
Gambar 8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Internasionalisasi PT
Sido Muncul ........................................................................................................ 36
Gambar 10. Produk Sido Muncul di Beberapa Negara ...................................... 41
1
INTERNASIONALISASI PERUSAHAAN JAMU
(Studi Kasus Pada PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk)
Kezia Giovanni Rusli
Univesitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ruslikezia @gmail.com
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Globalisasi, perkembangan teknologi, kompetisi yang semakin ketat,
permintaan konsumen yang terus berubah, serta perubahan dalam bidang ekonomi
dan politik mempengaruhi keputusan perusahaan untuk mengambil resiko yang
lebih besar dengan memperluas aktivitas perusahaan ke luar negeri (Westhead et
al., 2001; Krosakiene, 2014). Untuk menghadari beberapa hal tersebut, Foley
(1999) dan Andadari (2008) menyarankan perusahaan dapat melakukan perluasan
aktivitas keluar negeri dengan beberapa keputusan yang dapat diambil, seperti
ekspor, licensing, joint ventures, dan foreign direct investment (FDI). Namun,
faktanya perluasan aktivitas perusahaan ke luar negeri bukan merupakan keputusan
perusahaan dalam arti dapat terjadi secara tidak disengaja. Beberapa penulis
(Sebhatu, 2005; Andadari, 2008) memberikan contoh misalnya, suatu perusahaan
secara tidak sengaja menerima pesanan produk dari pembeli asing, akibatnya
perusahaan melakukan ekspor ke negara pemesan. Oleh karena itu dapat
disimpulkan secara tidak disengaja perusahaan telah mengalami perluasan aktivitas
ke luar negeri.
Dalam prakteknya, memasuki pasar internasional dipandang sebagai sebuah
keputusan yang fenomenal, entrepreneurial action, dan merupakan salah satu
langkah untuk melakukan inovasi, karena perusahaan secara proaktif dan agresif
terlibat dalam proses pembentukan peluang, membuat penemuan, melakukan
evaluasi dan eksploitasi (Andadari, Local Clusters in Global Value Chains A case
study of wood furniture clusters in Central Java (Indonesia), 2008). Langkah-
2
langkah ini diterapkan pada banyak hal termasuk pada produk yang dijual (Keegan
& Green, 2013).
Dalam teori internasionalisasi, perbedaan budaya merupakan tantangan
utama bagi perusahaan ketika melakukan internasionalisasi (Fan & Tan, 2015).
Keegan dan Green (2013) sebelumnya menjelaskan bahwa budaya memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumsi masyarakat. Budaya
menjadikan produk yang laris dari negara tertentu belum tentu dapat diterima oleh
negara lain. Oleh karena itu ada produk yang perlu mengalami penyesuaian atau
adaptasi sebelum dijual di pasar internasional.
Sensitivitas lingkungan (environmental sensitivity) menunjukkan sejauh
mana produk harus disesuaikan dengan kebutuhan budaya yang spesifik dari suatu
pasar nasional yang berbeda (Keegan & Green, 2013). Semakin besar sensitivitas
lingkungan maka akan semakin besar usaha perusahaan untuk mengatasi kondisi
ekonomi, peraturan, teknologi, sosial dan kondisi budaya yang spesifik di negara
tersebut. Pada dasarnya, dibandingkan dengan produk industri, barang konsumsi
(consumer products) cenderung lebih sensitif ketika berada pada budaya yang
berbeda. Makanan dan minuman diyakini sebagai produk yang sangat dipengaruhi
oleh budaya (Keegan & Green, 2013).
Di Indonesia khususnya, Jamu merupakan salah satu produk konsumsi yang
lekat dengan budaya dan memiliki ciri khas tersendiri. Jamu sebagai obat
tradisional Indonesia telah dipercaya dan digunakan secara luas oleh masyarakat
Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai penyakit (Dewoto,
2007). Keberadaan jamu sebagai obat tradisional menjadikan jamu sebagai produk
yang high culture specific (Fan & Tan, 2015). Produk yang memiliki ikatan budaya
yang tinggi seperti jamu tentu memiliki proses adaptasi yang berbeda dari pada
produk yang sifatnya universal, contohnya komputer. Penelitian terdahulu
menyatakan, China juga memiliki obat tradisional dengan cultural background
yang kuat seperti jamu, yaitu Traditional Chinese Medicine (TCM). TCM berhasil
diinternasionalisasikan berkat inisiatif, bantuan dan dorongan yang kuat dari
pemerintah China untuk dapat menginternasionalisasikan produk TCM.
3
Berdasarkan penjabaran diatas, proses internasionalisasi perusahaan jamu
menjadi menarik untuk diteliti. Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat diangkat
beberapa persoalan penelitian seperti: (1) Bagaimana proses internasionalisasi dari
perusahaan jamu? (2) Apa motif yang mendorong perusahaan jamu melakukan
internasionalisasi? (3) Hambatan apa yang dihadapi perusahaan jamu untuk
meningkatkan keterlibatannya dalam pasar internasional?
Di Indonesia terdapat perusahaan jamu skala besar, salah satunya PT
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (PT Sido Muncul). Perusahaan ini
telah berdiri sejak 1951 dan telah terlibat aktivitas internasionalisasi sejak tahun
2000. Beberapa produk unggulan seperti jamu Tolak Angin dan Kuku Bima Ener-
G merupakan produk andalan yang sudah berhasil diinternasionalisasikan ke lebih
dari 20 negara. Keberhasilan PT Sido Muncul dalam memasuki pasar internasional
menjadikan perusahaan ini sebagai salah satu objek studi kasus yang menarik untuk
menjawab persoalan penelitian yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) proses internasionalisasi
perusahaan jamu 2) motivasi perusahaan jamu terlibat aktifitas internasionalisasi 3)
hambatan internasionalisasi yang dialami perusahaan jamu, khususnya pada PT
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Harapannya penelitian ini mampu
memberikan kontribusi kepada beberapa cangkupan. Pertama, bagi perusahaan.
Harapannya perusahaan jamu lainnya di Indonesia dapat terpacu dan terlibat dalam
aktivitas internasionalisasi. Kedua, bagi akademisi. Harapannya penelitian ini
mampu memberikan referensi mengenai internasionalisasi perusahaan jamu
khususnya untuk disiplin ilmu manajemen.
4
KAJIAN PUSTAKA
Internasionalisasi
Calof dan Beamish (1995) mendefinisikan internasionalisasi sebagai proses
adaptasi kegiatan operasi perusahaan (strategi, struktur, sumber daya, dan lain
sebagainya) dengan lingkungan internasional. Andadari (2008) mendefinisikan
internasionalisasi sebagai proses peningkatan keterlibatan perusahaan dalam
aktivitas operasi internasional.
Jane (2012) menyebutkan bahwa dalam internasionalisasi terdapat 3 hal
yang terjadi: 1) terdapat aktivitas keluar masuk produk, jasa maupun sumber daya
yang melewati batas suatu negara dimana perusahaan melakukan aktivitas
internasionalisasi, 2) akibatnya perusahaan melakukan transaksi lintas negara, dan
3) aktivitas internasionalisasi terjadi akibat faktor pendorong yang muncul dari
dalam (perusahaan memiliki orientasi pasar luar negeri) dan dari luar perusahaan
(lingkungan bisnis, globalisasi).
Westhead (2001) menyatakan bahwa internasionalisasi dapat digunakan
sebagai salah satu tolok ukur untuk menunjukkan pertumbuhan dan competitive
performance dari perusahaan baik pada level nasional maupun regional.
Internasionalisasi menunjukkan tahapan pertumbuhan perusahaan, khususnya
pertumbuhan pasar. Hal ini menjadikan internasionalisasi atau pelaksanaan
ekspansi ke luar negeri dari perusahaan sebagai salah satu indikator perusahaan
mengalami pertumbuhan (Jane, 2012). Oleh karena itu, saat ini apabila perusahaan
memiliki posisi yang strategis di dalam negeri tidaklah cukup. Perusahaan perlu
untuk melakukan internasionalisasi dan meningkatkan ekspansi internasional
mereka (Korsakiene, 2014).
Manolova et al. (2010) dan Korsakiene (2014) membuktikan bahwa
pelaksanaan internasionalisasi diakui berkontribusi terhadap pertumbuhan
pendapatan perusahaan, karena memampukan untuk mencapai skala dan lingkup
ekonomis, memudahkan dalam memperoleh akses menuju teknologi asing,
5
memampukan untuk melakukan aktivitas manufaktur dengan lebih efektif, serta
dapat memampukan perusahaan dalam melakukan pemasaran dan manajemen
pengetahuan dengan lebih baik. Sementara dalam lingkup nasional, adanya devisa
yang diperoleh negara dari pelaksanaan internasionalisasi menjadikan pelaksanaan
internasionalisasi perusahaan juga sangat diharapkan oleh pemerintah. Maka dapat
disimpulkan bahwa internasionalisasi menjadi visi dan misi utama bagi perusahaan
maupun pemerintah sehingga hal ini perlu dilakukan oleh perusahaan (Andadari,
2008; Korsakiene, 2014).
Proses Internasionalisasi Perusahaan
Andadari (2008) menyebutkan bahwa aktivitas pelaksanaan
internasionalisasi dapat berupa keputusan perusahaan untuk melakukan ekspor,
licensing, joint ventures, foreign direct investment dan lain sebagainya. Thompson
& Strictland (2010) menjelaskan keputusan ini didasari oleh keinginan perusahaan
untuk untuk menjangkau pelanggan baru, memperoleh akses pada sumber daya
alam yang tersedia, memperoleh modal untuk kompetensi inti perusahaan,
menyebar resiko bisnis dan mencapai biaya yang lebih rendah dan daya saing yang
lebih besar. Namun dalam prakteknya, proses internasionalisasi dapat terjadi secara
tidak disengaja. Dimana misalnya suatu perusahaan secara tidak sengaja
memperoleh pesanan dari buyer asing (luar negeri) yang mengakibatkan
perusahaan melakukan ekspor sehingga secara tidak disengaja perusahaan telah
meningkatkan aktivitas operasionalnya ke lingkungan internasional.
Teori internasionalisasi dapat dikelompokkan menjadi stage theories dan
non-stage theories. Stage theories memandang internasionalisasi sebagai suatu
proses berkesinambungan yang terjadi secara perlahan, bertahap, dan berurutan.
Model internasionalisasi Uppsala merupakan salah satu contoh stage theories
(Andadari, 2008)
Dalam model internasionalisasi Uppsala, proses internasionalisasi
dipandang sebagai proses dimana perusahaan secara bertahap, perlahan-lahan
meningkatkan aktivitas bisnisnya di lingkup internasional (Welch & Paavilaninen,
2014). Model ini berasumsi bahwa perusahaan memiliki bounded rationality
6
(keterbatasan rasional dan informasi) terhadap bisnis internasional atau pasar di
negara asing dan melakukan trade-off antara pertumbuhan dan resiko dari psychic
distance . Langkah untuk memperkecil resiko tersebut dilakukan dengan cara
memasuki pasar asing selangkah demi selangkah, mulai dari mode of entry yang
paling kecil jarak kulturnya (low psychic distance), kemudian meningkatkannya
secara bertahap ke mode of entry yang lebih beresiko dan lebih jauh jarak kulturnya
(Welch & Paavilaninen, 2014). Psychic distance didefinisikan sebagai perbedaan
dalam hal, bahasa, budaya, sistem politik, tingkat pendidikan dan lain sebagainya
yang dapat menghambat arus internasionalisasi. Pengetahuan perusaahaan
mengenai psychic distance akan memapukan perusahaan untuk melihat peluang
dengan lebih baik dan tidak perlu terlalu khawatir terhadap ketidakpastian pasar
internasional.
Model internasionalisasi Uppsala dibagi ke dalam 4 tahapan: 1) irregular
export activities (sporadic export), tahap ini dilakukan perusahaan dengan
melakukan ekspor ke negara-negara yang dekat dari home market dan ekspor masih
bersifat sporadic (tidak merata dan frekuensinya berubah-ubah); 2) exporting by
independent representative (export mode), tahap ini dilakukan perusahaan melalui
kerja sama dengan perusahaan atau pihak independen di luar negeri untuk
membantu melakukan penjualan dan meluaskan jaringan pemasaran luar negeri
perusahaan. Perusahaan hanya melakukan ekspor, sedangkan perusahaan atau
pihak independen diperbolehkan untuk mengelola aktivitas penjualan sendiri; 3)
establishment of a foreign sales subsidiary, tahap ini dilakukan dengan mendirikan
perusahaan cabang di luar negeri untuk mendukung aktivitas penjualan dan
pemasaran perusahaan di pasar asing; dan 4) installation of foreign production
facilities, tahap ini dilakukan perusahaan dengan mulai melaksanakan seluruh
aktifitas produksi maupun penjualan di pasar luar negeri (foreign direct investment).
Proses ini berevolusi dengan menyesuaikan perkembangan pengetahuan serta
pengalaman perusahaan dan peningkatan komitmen operasi perusahaan di pasar
internasional (Andadari, 2008).
7
Gambar 1. Proses Internasionalisasi Uppsala
Sumber: Zohari (2012)
Cavusgil et al (2008) menyampaikan stage theory dengan
internationalization process model yang berbeda dari milik Uppsala.
Gambar 2. Internationalization Process Model Cavusgil et al
Sumber: Cavusgil et al (2008)
Pertama, fase domestic focus. Pada fase ini perusahaan masih belum mampu
dan belum mau untuk terlibat dalam bisnis internasional karena perusahaan belum
Domestic Focus
Pre-Export Stage
Experimental Involvement
Active Involvement
Committed Involvement
8
siap dan belum mampu mengatasi hambatan di pasar internasional. Oleh karena itu,
perusahaan mengawali dengan fokus pada pengembangan pasar domestik untuk
mendapatkan posisi strategis di dalam negeri (home market). Kedua, fase pre-
export stage, perusahaan mulai mengalami perkembangan dan mendapatkan
pesanan dari luar negeri. Perusahaan mulai menganalisis kelayakan usahanya untuk
dapat terlibat dan melaksanakan aktivitas internasionalisasi. Ketiga, fase
experimental involvement, aktivitas internasionalisasi perusahaan di luar negeri
masih sangat terbatas. Aktivitas internasionalisasi perusahaan masih berupa basic
export . Keempat, fase active involvement, perusahaan mulai mentarget pasar asing
dan melakukan peningkatan aktivitas di luar negeri melalui eksploitasi yang
sistematis dari pilihan internasionalisasi dan komitmen dari manajemen puncak
serta sumber daya untuk mencapai kesuksesan internasional. Terakhir fase
committed involvement, perusahaan yang telah berada pada fase ini memiliki niatan
tulus dan komitmen dari sumber daya untuk membuat bisnis internasional sebagai
kunci utama bagi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan aktivitas rantai
nilai. Entry mode dalam fase ini menggunakan foreign direct investment (FDI).
Sedangkan non-stage theories memandang internasionalisasi bukan sebagai
proses yang terjadi secara bertahap. Teori international entrepreneurship,
international collaborative ventures, eclectic modeling merupakan bagian dari non-
stage theories (Andadari, 2008; Cavusgil et al, 2008).
Dalam international entrepreneurship, perusahaan diyakini dapat menjadi
pemain global tanpa harus melalui tahapan proses internasionalisasi. Hal ini dapat
terjadi karena perusahaan telah memiliki entrepreneurial competencies seperti
memiliki visi global, creative insight, dan kemampuan untuk menyadari peluang
teknologi dan dapat memanfaatkan hal tersebut (Andadari, 2008). Salah satu
contohnya adalah born global firm yang telah mengoperasikan aktivitas bisnisnya
di pasar global sejak pertama kali didirikan (Cavusgil et al, 2008) .
Sementara itu, teori eclectic modeling berfokus pada frekuensi transaksi,
ketidakpastian dan asset specificity (aset yang harus diinvestasikan dalam suatu
transaksi) yang timbul dari pertukaran sumber daya antara pihak pembeli dan
9
penjual. Teori ini melihat hubungan yang positif antara asset specificity dan
keinginan perusahaan untuk menggunakan high-control entry market. Jadi,
semakin besar investasi yang dilakukan untuk suatu tansaksi bisnis, maka semakin
besar pula kecenderungan pasar untuk memilih bentuk mode of entry dimana
perusahaan memiliki kendali yang lebih besar atas transaksi tersebut (Welch &
Paavilaninen, 2014). Cavusgil et al. (2008) menjelaskan, dalam teori ini terdapat 3
kondisi yang menentukan perusahaan akan melakukan internasionalisasi melalui
foreign direct investment (FDI), yaitu ownership-specific advantages, location-
specific advantages, internalization advantages.
Selain itu terdapat international collaborative ventures. International
collaborative ventures merupakan bentuk kerjasama antara 2 atau lebih perusahaan.
Bentuk kerjasama ini dapat dilakukan secara horizontal atau vertikal. Horizontal
collaborative terjadi ketika 2 atau lebih perusahaan yang berada dalam level rantai
nilai yang sama melakukan kerjasama. Contohnya: perusahaan manufaktur dengan
perusahaan manufaktur atau hubungan antara supplier dengan supplier. Sedangkan
vertical collaboration terjadi ketika 2 atau lebih perusahaan yang berada dalam
level rantai nilai yang berbeda melakukan kerjasama. Contohnya: hubungan antara
perusahaan manufaktur dengan distributornya.
Collaborative ventures diklasifikasikan dalam 2 tipe utama:
1. Equity-based joint ventures yang menghasilkan formasi baru dari legal entity.
2. Project-based strategic alliances yang tidak memerlukan equity commitment
dari perusahaan yang bekerjasama, tapi karena memang menginginkan untuk
melakukan kerjasama dalam bidang R&D, proses manufaktur, design, atau
dalam aktivitas penambahan nilai lainnya.
Collaborative ventures memampukan perusahaan untuk memperoleh akses
pada pengetahuan, modal, jaringan distribusi, marketing assets dari perusahaan
asing atau kerjasama yang ada dapat memampukan perusahaan untuk mengatasi
hambatan yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini tentunya memampukan
10
perusahaan untuk dapat lebih cepat melakukan internasionalisasi dan berkembang
di negara yang dituju (Cavusgil et al, 2008).
Motivasi Melakukan Internasionalisasi
Jane (2012) menyatakan bahwa internasionalisasi dapat terjadi karena
adanya faktor pendorong yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Faktor internal berhubungan dengan kecenderungan suatu organisasi
yang mempengaruhi manajemen, seperti ukuran perusahaan, usia perusahaan,
pengalaman perusahaan di pasar internasional, performance perusahaan di pasar
internasional, serta karakteristik manajemen dan organisasi perusahaan (Zaiem &
Zghidi, 2011). Sedangkan faktor eksternal merupakan unsur-usur di luar
perusahaan, tempat perusahaan beroperasi yang cenderung tidak dapat dikendalikan
oleh perusahaan dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan, seperti
pelanggan, pesaing, ekonomi, teknologi, politik dan hukum, sosial, serta budaya
(Zaiem & Zghidi, 2011). Faktor internal dan eksternal menyebabkan perusahaan
melakukan tindakan yang bersifat reaktif dan proaktif terhadap situasi yang ada
(Andadari, Local Clusters in Global Value Chains A case study of wood furniture
clusters in Central Java (Indonesia), 2008). Tabel 1 berisi contoh-contoh faktor
yang mendorong perusahaan terlibat dalam aktifitas internasionalisasi.
Tabel 1. Motivasi Melakukan Internasionalisasi
Faktor Internal (Proaktif) Faktor Eksternal (Reaktif)
Adanya komitmen manajemen untuk terjun
ke arena pasar global
Upaya perusahaan dalam mengatasi
ancamann kehilangan pasar di negara
sendiri akibat diserbu berbagai perusahaan
asing dengan produk-produknya yang
bermutu tinggi dan bernilai lebih
Upaya meningkatkan citra dan reputasi
perusahaan sebagai pemain global serta
memperoleh posisi yang berbeda di pasar
domestik
Tindakan perusahaan dalam mengatasi
penurunan penjualan akibat pengaruh
perubahan variabel demografis di dalam
negeri, misalnya pertumbuhan penduduk
yang melambat
Keinginan perusahaan untuk menjangkau
pelanggan baru
Upaya perusahaan dalam memperpanjang
daur hidup produk perusahaan yang telah
memasuki fase jenuh di pasar domestik
11
Keinginan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar
Upaya perusahaan untuk menghindari
adanya regulasi hambatan tarif di negara
tujuan internasionalisasi
Upaya perusahaan untuk mendekatkan diri
dengan konsumen demi kepentingan lalu
lintas komunikasi yang cepat dan efektif
dari konsumen ke produsen atau sebaliknya
sehingga menurunkan biaya distribusi
Upaya perusahaan dalam menghindari
resesi ekonomi
Mengurangi ketergantungan perusahaan
pada satu pasar saja (menyebar resiko)
Keinginan perusahaan untuk
memanfaatkan kemajuan teknologi
komunikasi dan transportasi agar dapat
mencapai konsumen global dengan lebih
mudah
Adanya over produksi sehingga kelebihan
produk dipasarkan ke luar negeri
Memanfaatkan kemudahan regulasi
ekspor yang diberikan oleh pemerintah
untuk mendorong ekspor
Upaya perusahaan dalam memperoleh
faktor-faktor produksi yang lebih murah,
seperti misalnya tenaga kerja dan bahan
baku untuk meningkatkan daya saing
Upaya perusahaan untuk memanfaatkan
keuntungan dari adanya fluktuasi mata
uang
Upaya perusahaan untuk memperoleh
akses pada sumber daya, seperti modal
Upaya perusahaan untuk memanfaatkan
fasilitas dan kemudahan yang disediakan
oleh pemerintah host country bagi investor
asing Sumber: Andadari, 2008; Cavusgil, Knight, & John, 2008; Zaiem & Zghidi, 2011
Melihat alasan-alasan tersebut, setidaknya ada tiga teori yang digunakan
untuk menjelaskan faktor-faktor yang mendorong perusahaan terlibat dalam
aktivitas internasionalisasi, yaitu : (1) teori pertumbuhan (theory of the growth); (2)
teori internalisasi; (3) teori siklus hidup produk (the product lifecycle approach)
(Andadari, 2008).
1. Teori Pertumbuhan
Pertumbuhan dari suatu perusahaan merupakan salah satu alasan bagi
perusahaan melakukan internasionalisasi, karena pertumbuhan yang ada
menyebabkan pasar lokal dan nasional dirasa relatif terlalu kecil sementara pasar
internasional jauh lebih luas. Pertumbuhan perusahaan bergantung pada faktor
internal dan eksternal. Tetapi lebih dari itu manajemen merupakan faktor utama
yang menentukan perusahaan berhasil di pasar internasional. Manajemen yang
12
tepat meliputi kemampuan keahlian manajerial, minimalisasi biaya transaksi,
ukuran optimum skala produksi di lokasi tertentu, keadaan teknologi, hambatan
masuk, kemampuan keuangan, dan keseimbangan antara kontrol dan kooperasi di
dalam perusahaan (Andadari, 2008).
2. Teori Internalisasi
Perusahaan melakukan internalisasi terhadap perusahaannya untuk
menghadapi adanya pasar tidak sempurna dan berdasarkan hal ini terdapat beberapa
alasan bagi perusahaan untuk melakukan internalisasi: 1. untuk memacu inovasi
dan ide dan menjaga hak eksklusif yang dimiliki untuk keperluan perusahaan; 2.
untuk meminimalisasi resiko atau fluktuasi biaya akibat perubahan nilai mata uang
dan untuk mengurangi efek dari kebijakan pemerintah yang kurang
menguntungkan; 3. untuk menghindari interfensi dari pembuat kebijakan publik
dalam alokasi sumber daya (Cavusgil et al, 2008)
Teori eclectic milik Dunning, menyatakan internalisasi memberikan
kemampuan bagi perusahaan untuk mengurangi biaya dan meminimalkan
ketidakpastian dari arm’s-length transactions di pasar dengan melakukan
kerjasama bisnis dengan suppliers atau distributors (Andadari, 2008).
3. The Product Lifecycle (PLC) Approach
Teori siklus hidup produk menyatakan bahwa perkembangan hidup suatu
produk terdiri dari 4 tahapan yaitu, introduction, growth, maturity, dan decline.
(Cavusgil et al 2008) menjelaskan pada masa pengenalan produk, perusahaan
cenderung fokus pada pasar domestik untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi,
karena pada tahapan ini design yang optimal belum tercipta, sensitivitas harga
masih belum tercipta, dan komunikasi antara pasar dan eksekutif dapat dilakukan
dengan mudah dan secara langsung. Saat design mulai mendominasi dapat diterima
dan proses produksi mulai terstandarisasi. Perusahaan berkembang ke pasar ekspor
dengan mentarget konsumen menengah keatas yang mau menerima inovasi dan
mau untuk mebayar dengan harga yang lebih tinggi. Seiring berjalannya waktu
permintaan asing akan mengalami pertumbuhan, pasar asing akan berkembang
13
secara ekonomi, dan ekspor akan mengalami peningkatan. Selanjutnya ketika
perusahaan telah berhasil memiliki produk yang matang (mature) dan
terstandarisasi, perusahaan dapat mulai memproduksi produk di luar negeri. Saat
produk berada pada tahapan maturity, keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan
dengan menurunkan biaya produksi melalui penggunaan bahan baku dan tenaga
kerja yang lebih murah.
Hambatan Internasionalisasi
Dias & Lopes (2014) menyebutkan hambatan perusahaan dalam melakukan
ekspor tidak langsung, yaitu: (1) masalah akses pembiayaan, (2) kemampuan
internasional terbatas, (3) kesulitan untuk memahami dan memenuhi persyaratan,
aturan, dan kebutuhan teknis yang diperlukan, (4) biaya transportasi mahal, (5)
terbatas dalam memenuhi pesanan pelanggan yang mengakibatkan penundaan, (6)
kesulitan untuk mengambil keuntungan dari tarif dan perjanjian perdagangan.
Rahadi (2006) dalam Andadari (2016) menemukan dua faktor yang
menyebabkan perusahaan tidak menggunakan ekspor langsung, yaitu masalah
perdagangan ekspor dan masalah pembiayaan. Masalah perdagangan ekspor terjadi
karena tingginya risiko kegiatan ekspor (baik dalam risiko pembayaran dan
pengiriman barang), masa tenggang (time lag) di-antara pembayaran, dan tingginya
biaya ekspor. Sedangkan masalah pembiayaan adalah karena modal yang dimiliki
perusahaan terbatas dan masalah lembaga jaminan (kurangnya dukungan dari
lembaga keuangan dan jaminan ekspor). Kondisi seperti ini menyebabkan
perusahaan cenderung menunggu pembeli sehingga mekanisme perdagangan yang
terjadi umumnya adalah pasar pembeli.
Korsakiene (2014) dan Toulova et al (2014) menggambarkan hambatan
ekspor kedalam faktor internal dan faktor eksternal. Hambatan internal disebabkan
oleh kelemahan yang melekat pada perusahaan itu sendiri. Hambatan eksternal
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan. Faktor internal meliputi: (a) kurangnya komitmen untuk memenuhi
pengiriman produk dengan tepat waktu, (b) sistem manajemen yang lemah dalam
produksi, administrasi, dan keuangan, (c) terbatas dalam memenuhi peryaratan dan
14
peraturan di negara tujuan ekspor, (d) terbatasnya sarana dan prasarana dalam
rangka pemenuhan permintaan, (e) rendahnya kualitas SDM, (f) modal kerja
terbatas (untuk promosi, melakukan adaptasi, dan lain sebagainya), (g) kurangnya
pengalaman dan pengetahuan mengenai pasar luar negeri, (h) komunikasi
(pemahaman bahasa asing), informasi, dan jaringan yang lemah di luar negeri, dan
(i) kemampuan R & D rendah.
Hambatan eksternal: (a) penyediaan dan harga bahan baku yang tidak
stabil, (b) persyaratan oleh pembeli meningkat, (c) peraturan pemerintah domestik
yang tidak kondusif untuk ekspor, (d) peraturan pemerintah luar negeri yang
menghambat aktifitas ekspor, (e) kurangnya dukungan dan bantuan pemerintah
domestik untuk perusahaan melakukan ekspor, (f) akses perusahaan ke pasar luar
negeri rendah, (g) akses kepada sumber daya keuangan yang rendah, (h) persaingan
ketat di pasar internasional.
Adaptasi Internasional
Keegan & Green (2013) menjelaskan, sensitivitas lingkungan
(environmental sensitivity) menunjukkan sejauh mana suatu produk harus
diadaptasi sesuai dengan culture-specific needs dari pasar nasional yang berbeda.
Perusahaan dengan produk yang environmentally insensitive akan relatif
membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk menentukan kondisi spesifik dan
unik dari pasar lokal karena pada dasarnya produk tersebut merupakan produk
universal. Semakin besar environmental sensitivity dari suatu produk, maka
semakin besar pula usaha yang diperlukan oleh perusahaan untuk mengatasi
ekonomi, peraturan, teknologi, sosial dan kondisi lingkungan budaya yang spesifik
dari suatu negara.
Makanan dan minuman merupakan consumer products dengan sensitivitas
lingkungan yang tinggi (high environmental sensitivity) (Schaninger et al 1989;
Keegan & Green, 2013). Hal ini terjadi karena produk makanan dan minuman
sensitif terhadap adanya perbedaan iklim dan budaya. Dalam hierarki Maslow
(Keegan & Green, 2013), lapar dan haus adalah kebutuhan fisiologis dasar, semua
orang perlu makan dan minum tetapi apa yang ingin dimakan dan diminum dapat
15
sangat dipengaruhi oleh budaya. Begitu pula dengan produk obat-obatan, obat-
obatan termasuk kedalam produk yang culturally sensitive. Budaya menjadikan
preferensi masyarakat dalam menggunakan obat dan mengkonsumsi obat dapat
berbeda-beda. Berikut kutipan pendapat Geert Hofstede mengenai definisi budaya:
“Budaya merupakan pemrograman pikiran secara kolektif yang
membedakan para anggota sebuah kelompok atau kategori dengan kelompok-
kelompok lain - the collective programming of the mind that distinguishes the
members of one category of people from those another.” (Keegan & Green, 2013)
Budaya mengandung unsur perilaku, nilai, kepercayaan, agama, estetika,
bahasa, komunikasi, dan preferensi terhadap makanan sehingga dimana ketika
suatu negara tujuan internasionalisasi memiliki budaya yang berbeda dengan negara
tempat perusahaan beroperasi berarti negara tersebut juga memiliki unsur-unsur
yang berbeda pula. Hal ini menjadikan selain faktor peraturan, teknologi, ekonomi
dan sosial, kekompleksan dari unsur budaya menjadikan budaya sebagai faktor
utama mengapa suatu produk harus mengalami penyesuaian atau adaptasi ketika
hendak memasuki pasar internasional.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan adaptasi
terhadap strategi dan program marketing yang akan dilakukan di negara target
pemasaran. Srategi adaptasi meliputi adanya perubahan elemen produk seperti,
design, fungsi, atau kemasan, serta cara perusahaan dalam melakukan pemasaran,
sebagai respon perusahaan dalam memenuhi kebutuhan atau kondisi dari pasar
negara tujuan internasionalisasi. Adaptasi yang dilakukan dapat menjadikan produk
lebih menarik bagi target pasar serta berdampak positif dalam meningkatkan
inovasi dari perusahaan. Disisi lain, perusahaan juga perlu menghindari melakukan
adaptasi dan mengeluarkan biaya adaptasi yang tidak perlu ketika melakukan
adaptasi terhadap elemen-elemen marketing mix (product, price, place, promotion).
Jamu
Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku dari alam,
baik tumbuhan (akar, batang, daun, umbi, atau keseluruhan bagian tumbuhan),
16
hewan (protein, asam amino, enzim, asam lemak, dan lain sebagainya) atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang diketahui memiliki khasiat obat (BPOM,
2004). Berdasarkan cara pembuatan, jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (2004) menggolongkan
obat bahan alam di Indonesia menjadi 3 yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka.
Jamu (empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang
disediakan secara tradisional, dalam bentuk rajangan, tablet, kapsul, parem, serbuk
seduhan, pil, atau cairan. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah, cukup dengan
bukti empiris bahwa jamu berkhasiat menyembuhkan penyakit dan memelihara
kesehatan. Obat herbal terstandar (scientific based herbal medicine) adalah obat
bahan alam yang terbukti secara ilmiah berkhasiat dan aman melalui uji pra-klinik
(uji toksisitas (keamanan), farmakodinamik (kemanfaatan), teratogenik (keamanan
terhadap janin) dan kisaran dosis), serta telah menggunakan bahan baku yang
terstandarisasi. Fitofarmaka (clinical based herbal medicine) adalah obat bahan
alam yang terbukti secara ilmiah aman dan berkhasiat melalui uji pra-klinik pada
hewan serta uji klinik pada manusia. Fitofarmaka menggunakan bahan baku serta
cara produksi yang telah terstandarisasi. Sekalipun berbeda, ketiga jenis obat bahan
alam tersebut sering disebut sebagai jamu atau obat herbal (Bank Indonesia, 2005).
17
Gambar 3. Konsep Pengembangan Obat Bahan Alam Indonesia
Sumber: Dewoto (2007)
Proses produksi dan kegunaan dari produk jamu menjadikan perusahaan
jamu sebagai bagian dari industi obat-obatan atau industri farmasi (Murdopo,
2014). Proses produksi perusahaan jamu diatur secara ketat, baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Untuk dapat bersaing di pasar nasional dan
internasional, perusahaan jamu perlu melakukan riset secara berkesinambungan,
terus berinovasi, menjalankan organisasi dan sistem pemasaran dengan baik, serta
memiliki kondisi permodalan yang kuat (Artiprasetyo, 2009).
Penelitian Terdahulu
Hong Kong merupakan salah satu negara yang memproduksi obat
tradisional seperti Indonesia, produk-produknya biasa disebut sebagai Traditional
Chinese Medicine (TCM). Beijing Tongrentang Group Co. Ltd (TRT) merupakan
salah satu produsen TCM terbesar di China. Sejauh ini, TRT bergerak dalam 3
sektor, yaitu farmasi modern, bisnis retail dan pelayanan medis. TRT memiliki 10
perusahaan yang ada di dalam negeri dan luar negeri. TRT memiliki lebih dari 800
18
toko ritel di dalam negeri dan 28 toko yang dijalankan dengan joint ventures di 15
negara. Proses internasionalisasi Tongrentang terjadi sebagai berikut (Yutong,
2015):
Tabel 2. Internasionalisasi Tongrentang
DATA KEY EVENTS
1669 Pertama kali Tongrentang berdiri
1991 Tongrentang berhasil menjadi industri obat herbal pada skala nasional
1997 Beijing Tongrentang Group Co. Ltd menjadi perusahaan terbuka pada
Mei. Pada bulan Desember tahun yang sama, perusahaan milik
delapan lini produksi utama melalui Sertifikasi Good Manufacturing
Practice (GMP) Australia.
2002 Tongrentang mulai terlibat dalam aktifitas ekspor dan joint ventures
2006 Tongrentang Chinese medical culture dijadikan sebagai national
intangible cultural heritage.
2012 Tongrentang termasuk kedalam 100 perusahaan yang memiliki nilai
investasi paling banyak di China.
Sumber: Yutong, 2015
Awal mula keberhasilan internasionalisasi TRT dikarenakan adanya
inisiatif dari pemerintah China untuk menjadikan TCM sebagai produk global sejak
tahun 1996 (Yutong, 2015).
Tantangan yang dihadapi dalam proses internasionalisasi TCM adalah
adanya cultural background yang kuat pada TCM dan adanya lack of understanding
dari konsumen luar negeri mengenai produk TCM membuat TRT perlu melakukan
adaptasi dan edukasi atas produk agar sesuai dengan budaya dan selera serta dapat
diterima oleh konsumen negara tujuan internasionalisasi. Hambatan lain berupa,
lambatnya perkembangan regulasi untuk produk TCM di tiap negara sehingga TRT
kesulitan untuk memasukkan produk ke pasar luar negeri (Yutong, 2015).
19
Wu et al (2015) menyatakan hambatan yang menyebabkan TCM sulit untuk
masuk ke pasar global adalah:
1. Penelitian TCM masih minim dan sulit untuk menjelaskan teori TCM
TCM memiliki fitur filosofis oriental yang unik dan kompleksitas
yang ekstrim menyebabkan teori TCM hampir tidak dapat dijelaskan dan
didekati oleh metodologi ilmiah modern. Selain itu, pembuktian akan
keselamatan, kualitas dan klinis khasiat TCM masih rapuh, yang berdampak
pada sulitnya memenuhi persyaratan teknis dan peraturan di tiap negara.
Oleh karena itu, pendaftaran produk herbal TCM dengan praktek klinis
jangka panjang di China menjadi masalah yang sangat sulit dan bahkan
tidak praktis.
2. Belum memiliki strategi yang bersifat menyeluruh (nasional)
Kesulitan pendaftaran produk TCM di luar negeri menunjukkan
bahwa dalam pelaksanaan internasionalisasi diperlukan rencana dan strategi
yang baik dengan pihak-pihak berkepentingan yang dapat membantu proses
internasionalisasi TCM, seperti pemerintah China, industri farmasi dan
komunitas ilmiah. Adanya kondisi keuangan yang lemah dan kapasitas
penelitian yang rendah, perusahaan tidak mampu memenuhi ketentuan
pendaftaran internasional TCM melalui usaha perusahaan sendiri.
3. Kurangnya komunikasi dan koordinasi
Lambatnya proses internasionalisasi TCM juga diakibatkan oleh
kurangnya komunikasi dan koordinasi antara perusahaan dengan lembaga
regulator yang menangani pendaftaran produk TCM di luar negeri. Di satu
sisi, para ahli di tiap negara memiliki sedikit pengetahuan, pengalaman atau
pemahaman yang relevan mengenai TCM; di sisi lain, para ilmuwan China
atau perusahaan belum sepenuhnya memahami persyaratan peraturan atau
pedoman yang dikeluarkan oleh instansi terkait yang mengatur pendaftaran
produk. Hal ini mengakibatkan perusahaan kesulitan untuk memenuhi
persyaratan dengan cara yang tepat dan cepat.
20
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
menganalisis objek penelitian PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (PT
Sido Muncul) untuk dapat memberikan gambaran yang mendalam dan mendetail
mengenai persoalan penelitian. PT Sido Muncul merupakan industri jamu yang
bergerak di bidang industri medis (farmasi), ramuan herbal (jamu), kosmetik,
makanan dan minuman yang berhubungan dengan kesehatan, perdagangan, jasa,
pengangkutan darat, dan pertanian. PT Sido Muncul berlokasi di jalan Soekarno
Hatta Km. 28 Kec. Bergas - Klepu, Semarang 50552, Indonesia. Jenis penelitian
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang
dapat diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan suatu pendekatan induktif untuk
penyusunan pengetahuan yang menggunakan riset dan subjektifitas serta arti
pengalaman bagi individu. Metode ini digunakan untuk mengungkapkan pendapat
atau tanggapan pihak internal PT Sido Muncul mengenai faktor-faktor pendorong
dan proses internasionalisasi dari perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung (tatap muka) dan wawancara tidak langsung (via telepon).
Sumber data berasal dari Bapak Irwan Hidayat selaku Chief Executive Officer
(CEO) dimana wawancara dilakukan via telepon, sementara itu wawancara
langsung dilakukan dengan Ibu Eszy Filiani Nurul selaku staff export, dan Ibu
Nanik R. Sunarso selaku Senior Public Relation Manager. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui media massa, artikel, laporan keuangan perusahaan, dan
website perusahaan.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membagi proses pengumpulan
data menjadi dua. Tahap pertama, penulis mengadakan wawancara pendahuluan
dengan Senior Public Relation Manager PT Sido Muncul serta melaksanakan studi
pustaka guna mendapatkan gambaran mengenai topik penelitian ini. Tahap
berikutnya penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan staff
21
export dan CEO PT Sido Muncul. Terakhir, penulis membuat kesimpulan dari hasil
penelitian.
Selama melakukan penelitian penulis mengalami beberapa kendala. Pada
tahap awal penelitian penulis perlu melakukan wawancara pendahuluan kepada
pihak internal PT Sido Muncul untuk dapat memperoleh gambaran mengenai
kondisi internasionalisasi PT Sido Muncul. Adanya relasi dan bantuan melalui
beberapa pihak, penulis memperoleh kontak Ibu Lanyawati, Manajer Keuangan PT
Sido Muncul. Untuk mengetahui prosedur wawancara dan narasumber yang baik
bagi penelitian ini, Ibu Lanyawati menyarankan kepada penulis untuk
menghubungi Ibu Nanik (Senior Public Relation Manager) yang berkantor di
Jakarta. Penulis berhasil menghubungi Ibu Nanik dan wawancara yang seharusnya
dilakukan di Jakarta dapat dilangsungkan di PT Sido Muncul, Klepu, Ungaran pada
6 November 2015 karena kebetulan Ibu Nanik sedang melakukan acara CSR di
lingkungan PT Sido Muncul, Klepu, Ungaran. Melalui Ibu Nanik, penulis
diarahkan untuk melakukan wawancara dengan Ibu Eszy, staff export PT Sido
Muncul yang berkantor di Jakarta agar memperoleh informasi yang lebih mendetail
mengenai aktivitas internasionalisasi perusahaan. Ibu Nanik mengarahkan untuk
melakukan wawancara dengan staff export karena pada saat itu posisi manajer
export sedang kosong sehingga dipercayakan kepada staff export yang telah lama
menangani export produk Sido Muncul.
Setelah cukup lama berusaha untuk membuat janji bertemu dan memperoleh
jawaban melalui email dan telepon kantor namun selalu banyak halangan, pada
tanggal 4 Desember 2015 Ibu Eszy menerima tugas untuk hadir di PT Sido Muncul
Klepu, Ungaran. Momen ini dimanfaatkan penulis untuk dapat bertemu dengan Ibu
Eszy dan wawancara berhasil dilakukan selama 45 menit. Setelah data yang ada
diolah, penulis merasa bahwa informasi untuk menjawab persoalan penelitian
masih kurang sehingga usaha untuk melakukan wawancara kedua dilakukan.
Namun karena kesibukan Ibu Eszy menyebabkan sulitnya komunikasi diantara
penulis dan narasumber dan berakibat pada wawancara yang tidak dapat dilakukan
kembali bersama dengan Ibu Eszy.
22
Penulis berusaha untuk memperoleh narasumber lain dengan posisi jabatan
yang lebih tinggi dengan harapan dapat memberikan informasi yang akurat dan
lebih mendetail mengenai persoalan penelitian penulis. Penulis selanjutnya ingin
menjadikan CEO PT Sido Muncul, Bapak Irwan Hidayat sebagai narasumber
selanjutnya. Kurangnya koneksi dan kedekatan penulis dengan Ibu Nanik dan Ibu
Lanyawati membuat beliau tidak berani memberikan bantuan lebih lanjut. Akhirnya
melalui bantuan Ibu Komala, penulis memperoleh nomor handphone Bapak Irwan
Hidayat. Ibu Komala menyarankan untuk menghubungi beliau via SMS terlebih
dahulu, namun tidak kunjung ada respon sehingga penulis menelepon pada 2 Maret
2016 dan tidak diangkat. Berkat kemurahan hati Bapak Irwan, beliau menghubungi
penulis pada hari yang sama dan dari hasil pembicaraan yang ada penulis diarahkan
untuk mengatur segala keperluan yang ada dengan sekretarisnya, Ibu Rezy.
Akhirnya karena kesibukan dari Bapak Irwan yang tidak memungkinkan untuk
dapat bertemu dan melakukan wawancara secara langsung, wawancara dilakukan
via telepon.
Wawancara melalui telepon menyebabkan kurangnya pemahaman
mengenai apa yang dimaksudkan oleh narasumber, seperti Pak Irwan melontarkan
pembicaraan yang mengarah pada gurauan namun penulis tidak menganggapnya
sebagai gurauan atau mengenai bagaimana reaksi beliau yang sesungguhnya
mengenai pertanyaan-pertanyaan yang penulis lontarkan. Pembicaraan terpaksa
dihentikan karena Pak Irwan ingin melakukan makan siang dan meminta untuk
dihubungi 1 jam kemudian. Namun ketika penulis mencoba mengubungi via SMS
dan telepon sudah tidak ada respon sehingga wawancara diselesaikan karena dirasa
informasi yang ada sudah cukup banyak dan menjawab persoalan penelitian yang
ada.
23
HASIL PENELITIAN
Profil Industri Jamu Indonesia
Direkorat Jendral Pengembangan Ekspor Nasional Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia (2014) menyatakan bahwa industri jamu
merupakan salah satu aset nasional yang penting. Industri jamu termasuk dalam
industri prioritas yang dikembangkan Indonesia. Industri jamu, baik skala kecil atau
rumahan hingga besar memiliki potensi pasar menjanjikan di pasar lokal maupun
global dan telah memberi kontribusi pada penerimaan negara melalui pajak dan
devisa ekspornya. Industri jamu juga tidak membebani pemerintah dengan impor
bahan baku, karena bahan-bahan yang digunakan berasal dari kekayaan hayati
Indonesia yang sangat banyak dan beragam (Murdopo, 2014).
Tabel 3 menunjukkan kondisi perkembangan kinerja industri jamu besar
dan sedang di Indonesia dari tahun 2006 hingga 2010. Asosiasi pengusaha jamu
dan obat alam Indonesia yang diakui pemerintah, Gabungan Pengusaha Jamu dan
Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu) menyatakan, hingga tahun 2015 terdapat
1.459 industri jamu di Indonesia yang terdiri dari industri kecil atau rumahan hingga
industri besar yang telah menyerap 15 juta tenaga kerja (kemenperin.go.id).
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Jamu, penjualan jamu di Indonesia pada
2010 menembus angka Rp 7,2 triliun, pada tahun 2011 mencapai Rp12 triliun, lalu
terus meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 13 triliun, 2013 menjadi Rp 14 triliun,
pada 2014 mencapai Rp 15 triliun dan pada 2015 diperkirakan mencapai Rp 20
triliun (Deny, 2015)
Tabel 3. Perkembangan Kinerja Industri Jamu Besar dan Sedang Indonesia
Berdasarkan KBLI (Kinerja Industri Berdasarkan Lapangan Usaha) Tahun
2006 - 2010 Indikator 2006 2007 2008 2009 2010 Trend
Jumlah Unit Usaha
(Unit) 70 69 67 64 58 -4,41%
Nilai Produksi
(Ribuan Rp.) 928.171.341 800.811.428 1.494.737.707 867.749.211 1.233.656.395 6,71%
24
Indikator 2006 2007 2008 2009 2010 Trend
Jumlah Tenaga Kerja
(Orang) 11.324 9.707 11.296 9.039 9.653 -3,83%
Utilisasi (%) 68,3 73,3 83,3 84,3 79,4 4,52%
Nilai Input (Ribuan
Rp.) 605.067.860 426.516.727 1.309.724.262 451.605.177 661.056.982 2,37%
Nilai Output (Ribuan
Rp.) 1.152.403.662 893.598.063 1.540.286.573 881.694.961 1.270.163.715 1,83%
Nilai Tambah
(Ribuan Rp.) 547.335.802 467.081.336 230.562.311 430.089.784 609.106.733 1,32%
Sumber: kemenperin.go.id
Pada Majalah Warta Ekspor mengenai Obat Herbal Tradisional (Murdopo,
2014), Kementrian Perdagangan Republik Indonesia menyebutkan bahwa nilai
ekspor obat herbal Indonesia tahun 2013 mencapai US$ 23,44 juta, sedangkan nilai
ekspor pada periode Januari-Juni 2014 sebesar US$ 29,13 juta, mengalami
peningkatan 600% dari nilai ekspor pada periode Januari-Juni 2013. Pertumbuhan
ekspor obat herbal Indonesia selama periode 2009-2013 mengalami kenaikan
sebesar 6,49% per tahun (lihat gambar 4).
Gambar 4. Perkembangan Nilai Ekspor Obat Herbal Indonesia Tahun 2009-
2013 (US$ Ribu)
Sumber: Warta Ekspor September 2014
Tabel 4 menunjukkan produk utama ekspor obat herbal pada periode
Januari-Juni 2014.
25
Tabel 4. Produk Utama Ekspor Obat Herbal Indonesia
Sumber: Warta Ekspor September 2014
Gambar 5 menunjukkan nilai ekspor obat herbal Indonesia menurut negara
tujuan pada periode Januari hingga Juni 2014. Selain negara-negara tersebut GP
Jamu (2013) menyebutkan Korea Selatan, Filipina, Hong Kong, Taiwan, Afrika
Selatan, Nigeria, Arab Saudi, Rusia dan Cile juga menjadi negara tujuan ekspor
perusahaan jamu Indonesia
Gambar 5. Nilai Ekspor Obat Herbal Indonesia Menurut Negara Tujuan
Periode Januari-Juni 2014
Sumber: Warta Ekspor September 2014
Direkorat Jendral Pengembangan Ekspor Nasional Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia (2014) menyebutkan beberapa kendala yang
dialami oleh pelaku usaha industri jamu Indonesia untuk dapat melakukan ekspansi
ke luar negeri: 1) Masih sangat terbatas dalam menciptakan produk berkualitas,
berdaya saing tinggi dan berorientasi pasar, 2) Industri jamu Indonesia terlalu
26
berfokus pada proses pemasaran dan kurang memperhatikan peningkatan kualitas
pada produk, 3) Kemampuan untuk melakukan R&D rendah, 4) Industri jamu
Indonesia masih terbatas dalam akses permodalan pada usaha jamu terutama, usaha
jamu tradisional; pengembangan tanaman obat bahan baku jamu dan proses
pengolahan yang efisien, 5) Kendala terkait peraturan dan prosedur pengujian
laboratorium, 6) Kurangnya kerjasama industri jamu dengan para pemangku
kepentingan yang meliputi pemerintah, swasta dan akademisi yang sesungguhnya
dapat membantu mengembangkan usaha jamu di Indonesia, seperti melakukan
kerjasama antara perusahaan atau industri jamu dengan pemerintah dan institusi
pendidikan dalam bidang penelitian untuk mengembangkan teknologi, inovasi
proses, pembuatan regulasi dan kebijakan industri jamu, dan saintifikasi jamu untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Profil PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
Saat pertama kali berdiri pada tahun 1951 Sido Muncul merupakan usaha
jamu rumahan milik keluarga. Banyaknya permintaan akan jamu Sido Muncul dari
tahun ke tahun membuat Sido Muncul semakin berkembang sehingga pada tahun
1970 Sido Muncul membentuk persekutuan komanditer (CV) dengan nama CV
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul dan pada 1975 berubah menjadi perseroan
terbatas (PT) dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul. Adanya
keinginan Sido Muncul untuk menjadi perusahaan yang langgeng dan dapat
dipercaya oleh masyarakat direalisasikan dengan berubah dari perusahaan keluarga
menjadi perusahaan terbuka (Tbk) pada 18 November 2013. Kini PT Industri Jamu
dan Farmasi Sido Muncul Tbk telah menjadi pabrik jamu terbesar di Indonesia dan
tercatat dengan Kode saham dari Perseroan SIDO di Bursa Efek Indonesia.
Saat ini PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (PT Sido Muncul)
merupakan industri jamu yang bergerak di bidang industri medis (farmasi), ramuan
herbal (jamu), kosmetik, makanan dan minuman yang berhubungan dengan
kesehatan, perdagangan, jasa, pengangkutan darat, dan pertanian. Cakupan bidang
usaha PT Sido Muncul banyak karena perusahaan memiliki 3 anak perusahaan,
27
yaitu PT Semarang Herbal Indo Plant (SHIP), PT Muncul Mekar dan PT Berlico
Mulia Farma.
PT SHIP merupakan pabrik bahan baku yang berdiri pada tahun 2010 dan
dikembangkan oleh PT Sido Muncul untuk memasok kebutuhan ekstrak pasar
domestik dan internasional, meningkatkan kapasitas produksi, memperpendek mata
rantai produksi, efisiensi, standarisasi dan membantu petani menampung hasil
panen mereka pada saat harga turun. Perusahaan ini muncul sebagai hasil dari
pemikiran PT Sido Muncul untuk menjamin ketersediaan dan keberlangsungan
spesies bahan baku produksi jamu di Indonesia. Hadirnya PT SHIP menjadikan
mutu bahan baku dan kualitas obat-obat bahan alam semakin maju sehingga
produk-produk yang dihasilkan PT Sido Muncul dapat bersaing di pasar domestik
maupun internasional dengan kualitas yang baik dan terstandar.
Hasil dari PT SHIP adalah ekstraksi untuk memasok produk makanan,
minuman, farmasi, neuraceutical, kosmetik dan pertanian. PT SHIP menggunakan
metode terstandar untuk mengekstraksi bagian tanaman seperti daun, bunga, kulit
tanaman, akar, benih dan buah yang berkhasiat untuk kesehatan. Bagian tanaman
ini diproses dengan menggunakan berbagai macam fasilitas antara lain peralatan
pabrik untuk mengolah bahan mentah (termasuk sebelum proses awal pengolahan
bahan mentah), penyaringan air secara osmosis, peralatan ekstraksi dinamik, vakum
rendah desikator suhu, pelarut ekstraksi bertenaga tinggi, peralatan ekstraksi
kromatografi dan alat pengering semprot. Semua dikerjakan secara teliti dengan
prosedur dan pengawasan ketat untuk menjaga kelangsungan tanaman obat herbal
di Indonesia.
PT Muncul Mekar merupakan perusahaan distribusi yang dibuat PT Sido
Muncul pada tahun 1975 sebagai respon perusahaan terhadap pemberlakuan
peraturan pemerintah yang mengharuskan para produsen untuk menunjuk
distributor dalam memasarkan produknya. Selanjutnya PT Muncul Mekar ditunjuk
sebagai distributor tunggal PT Sido Muncul. Saat ini PT Muncul Mekar memiliki
109 sub perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan 4 kantor perwakilan
di Jakarta yang membawahi pemasaran Jabodetabek, Sumatra dan Pontianak, Jawa
28
Barat mencakup wilayah pemasarannya termasuk provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah mencakup wilayah pemasaran provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
mencakup wilayah pemasaran provinsi Jawa Timur, Indonesia bagian Tengah dan
Indonesia bagian Timur.
Perkembangan distribusi PT Muncul Mekar ditunjang dengan masuknya
sistem komputerisasi yang terintegrasi sehingga memudahkan dalam pelaporan
data penjualan dan marketing sampai pelosok-pelosok kota hingga kecamatan. Hal
ini tentunya akan mendukung ketersediaan produk di tiap-tiap wilayah dan
membantu penentuan langkah-langkah lebih lanjut untuk kemajuan perusahaan.
Selanjutnya PT Muncul Mekar juga membantu proses pengiriman produk Sido
Muncul di dalam negeri sebelum di ekspor.
PT Berliko Mulia Farma merupakan industri farmasi yang diakuisisi oleh
PT Sido Muncul sejak 1 September 2014. PT Berliko Mulia Farma telah berdiri
sejak 1976 dan telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik. Bagi PT
Sido Muncul, PT Berliko Mulia Farma membantu perusahaan dalam
mengembangkan dan menunjang aktivitas farmasi PT Sido Muncul.
Dalam proses produksi, sejak 11 November 2000 PT Sido Muncul telah
memiliki sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP), sertifikat Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) setara dengan farmasi dari Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Republik Indonesia serta menggunakan ISO (International Standart
Organization) 17250 untuk standart laboratorium dan memiliki Akreditasi Nasional
(KAN) untuk fasilitas laboratorium yang menjadikan PT Sido Muncul sebagai
pabrik jamu berstandar farmasi di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor
HK.00.05.4.1380 tahun 2005 tentang penerapan pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik, sertifikat CPOTB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa
Industri dan Usaha Obat Tradisional telah memenuhi Persyaratan Teknis CPOTB
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam membuat satu jenis
bentuk sediaan obat tradisional. Sertifikat ini mencakup pemenuhan kriteria dari
29
segi personalia; bangunan; peralatan; sanitasi dan hygiene; penyiapan bahan baku;
pengolahan dan pengemasan; pengawasan mutu; inspeksi diri; dokumentasi; serta
penanganan terhadap hasil produk jadi diperedaran.
Sementara itu, berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan nomor HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 tentang penerapan pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik, sertifikat CPOB adalah dokumen sah yang
merupakan bukti bahwa industri farmasi telah memenuhi persyaratan CPOB dalam
membuat satu jenis bentuk sediaan obat yang diterbitkan oleh Kepala Badan
(BPOM). Sertifikat ini mencakup pemenuhan kriteria dari segi manajemen mutu;
personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan hygiene; produksi;
pengawasan mutu; inspeksi diri, audit mutu dan audit dan persetujuan pemasok;
penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk; dokumentasi;
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi (pom.go.id)
Sedangkan sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP) adalah
dokumen sah yang menjamin bahwa dalam proses produksi, perusahaan memenuhi
persyaratan industri makanan dan kemasan, terkait dengan keamanan pangan,
kualitas dan persyaratan hukum (gmp-center.com).
Kepemilikan atas sertifikat CPOTB, CPOB, dan sertifikat GMP menjadi
bukti sah bahwa PT Sido Muncul membuat obat secara konsisten, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sertifikat
inilah yang menjadikan PT Sido Muncul sebagai perusahaan jamu berstandar
farmasi Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan kualitas produk dan aktivitas research and
development PT Sido Muncul telah memiliki Akreditasi Nasional (KAN) dan
menggunakan ISO (International Standart Organization) 17025. ISO 17025
merupakan sebuah standar yang diakui secara internasional dan pengakuan formal
mengenai kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi melalui
akreditasi, digunakan secara luas sebagai persyaratan diterimanya hasil pengujian
dan hasil kalibrasi yang diperlukan oleh berbagai pihak di dunia (bikasolusi.co.id).
Saat ini, PT Sido Muncul memiliki fasilitas laboratorium lengkap yang terdiri dari
30
laboratorium analisa (kimia, mikrobiologi, instrumentasi), formulasi, mikrobiologi,
stabilitas, farmakognosi, farmakologi, toksikologi dan laboratorium klinik.
Kelengkapan fasilitas yang dimiliki PT Sido Muncul dapat meningkatkan
kreativitas pengembangan dan inovasi produk yang mengikuti perkembangan pasar
global.
Adanya sertifikat CPOTB, CPOB, dan GMP, serta penggunaan ISO 17025
memudahkan PT Sido Muncul dalam berinovasi, memproduksi produk-produk
berkualitas, berdaya saing tinggi, ramah lingkungan, dan berorientasi pasar atau
sesuai dengan standar negara tujuan internasionalisasi produk yang cenderung lebih
ketat dari Indonesia.
Pada tahun 2015, PT Sido Muncul telah memiliki 273 jenis produk yang
terdiri dari produk obat, makanan dan minuman dalam bentuk serbuk, instan, mix
komplit (serbuk dan instan), cair, kapsul, tabet atau pil, dan permen. PT Sido
Muncul memiliki 3.841 orang tenaga kerja dan mampu memproduksi 85 juta
kemasan setiap bulannya.
Banyaknya permintaan konsumen Indonesia atas produk PT Sido Muncul
menjadikan perusahaan berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
dalam negeri sehingga seluruh hasil produksi perusahaan hanya dijual di Indonesia.
Namun, pada tahun 2000 secara tidak sengaja PT Sido Muncul memperoleh
pesanan produk dari luar negeri dan sejak saat itu perusahaan mulai melakukan
aktivitas internasionalisasi berupa ekspor hingga sekarang. Tabel 5 menunjukkan
perkembangan penjualan bersih PT Sido Muncul dalam 4 tahun terakhir.
Tabel 5. Perkembangan Penjualan Bersih dan Ekspor PT Sido Muncul
Tahun 2011 - 2014
Tahun Penjualan Bersih
(Dalam Juta Rupiah)
Penjualan Ekspor*
(Dalam Juta Rupiah)
2011 2.198.273 76.939,55
2012 2.391.667 83.708,34
2013 2.372.364 83.032,74
2014 2.197.907 76.926,74 Sumber: sidomuncul.com; Data Primer, 2015
*) Nilai penjualan ekspor diperoleh dari 3,5% (2-5% proposi penjualan ekspor) nilai penjualan
bersih
31
PT Sido Muncul merasa bahwa kondisi permodalan dan akses menuju
permodalan bukan masalah bagi perusahaan. Adanya perubahan bentuk perusahaan
dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan terbuka semakin memudahkan
perusahaan dalam memperoleh biaya permodalan untuk mengembangkan dan
mendukung aktivitas internasionalisasi perusahaan, seperti misalnya saat ini PT
Sido Muncul sedang melakukan perluasan bangunan terhadap PT SHIP yang
merupakan pabrik bahan baku PT Sido Muncul untuk meningkatkan kapasitas
produksi agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri.
Selain itu dari segi tenaga kerja, dari 3.841 orang tenaga kerja PT Sido
Muncul, sekitar 20% dari total karyawan PT Sido Muncul merupakan lulusan
perguruan tinggi (D3, S1 dan S2) dari berbagai disiplin ilmu seperti biologi,
ekonomi, farmasi, pertanian, hukum, teknologi pangan, kimia, teknik dan
sebagainya. Perusahaan juga merekrut profesional seperti apoteker, dokter, dokter
gigi dan dokter spesialis sebagai konsultan yang akan sangat membantu dan
menunjang aktivitas operasional perusahaan untuk dapat menghasilkan produk
yang berkualitas, melakukan pemasaran produk dengan baik, serta memampukan
perusahaan untuk terus melakukan inovasi. Kemudian untung mengembangkan
kemampuan karyawan, pada waktu-waktu tertentu perusahaan memberikan
kesempatan pada karyawan untuk memperoleh pelatihan, kursus, maupun seminar.
Proses Internasionalisasi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
Pada tahun 1991, PT Sido Muncul telah memiliki gambaran bahwa pada
masa yang akan datang, batas-batas untuk memasuki suatu negara akan memudar
dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan aktivitas bisnis di pasar
internasional. Pada tahun 1996, Bapak Irwan Hidayat, Chief Executive Officer
sekaligus pemilik PT Sido Muncul pada saat itu, mulai memiliki keinginan untuk
produk Sido Muncul dapat dijual di luar negeri. Namun, perusahaan masih terbatas
dan belum mampu menjangkau pasar luar negeri sehingga perusahaan memilih
fokus mengembangkan pasar dalam negeri terlebih dahulu.
Perusahaan berhasil memperoleh sebagian besar konsumen dalam negeri,
terbukti dengan adanya 109 sub perwakilan distributor PT Sido Muncul di seluruh
32
Indonesia. Pendapatan dari penjualan produk Sido Muncul di Indonesia digunakan
perusahaan untuk menambah kapasitas produksi, membangun pabrik baru,
membeli peralatan maupun fasilitas baru, memiliki sertifikasi, memenuhi
kebutuhan biaya R&D, melakukan inovasi dan lain sebagainya. Hal ini terus
perusahaan lakukan dari tahun ke tahun 100% untuk mengembangkan dan
memenuhi permintaan pasar dalam negeri.
Pada tahun 2000 PT Sido Muncul secara tidak disengaja memperoleh
pesanan produk dari luar negeri. Hal ini diyakini perusahaan dapat terjadi karena
produk Sido Muncul telah terlebih dahulu diterima oleh pasar domestik dan adanya
kualitas yang baik pada produk telah memunculkan aktivitas handcarry dari Warga
Negara Indonesia (WNI) yang pergi ke luar negeri, seperti Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) maupun Warga Negara Asing (WNA) yang datang berkunjung ke Indonesia,
membeli produk Sido Muncul, menyukai dan membawanya kembali ke negara
asalnya. Dalam rangka memenuhi pesanan, perusahaan harus melakukan ekspor
dan secara tidak disengaja PT Sido Muncul mulai terlibat dalam aktivitas
internasionalisasi.
Negara yang pertama kali melakukan pemesanan akibat adanya peristiwa
handcarry berasal dari Hong Kong, Amerika, dan Arab Saudi. Pesanan produk
berasal dari distributor-distributor lokal (buyer) di masing-masing negara.
Distributor-distributor tersebut mengetahui tentang produk Sido Muncul dari WNI,
seperti TKI maupun WNA yang gemar mengkonsumsi produk Sido Muncul di
negara mereka sehingga distributor melakukan pendekatan (approach) kepada
perusahaan untuk dapat melakukan import dan menjual produk Sido Muncul di
negara mereka. Maka dapat diketahui bahwa bentuk ekspor yang dilakukan oleh PT
Sido Muncul merupakan ekspor tidak langsung. Pada masa awal PT Sido Muncul
terlibat dalam aktivitas internasionalisasi, seluruh kegiatan ekspor ditangani oleh
divisi pemasaran.
33
Gambar 6. Peta Distribusi Ekspor PT Sido Muncul
Sumber: sidomuncul.com
Mula-mula, target pasar PT Sido Muncul di negara tujuan ekspor adalah
WNI (seperti TKI) dan wisatawan asing yang pernah ke Indonesia, namun dalam
perkembangannya produk PT Sido Muncul banyak dimintai oleh masyarakat lokal
di masing-masing negara tujuan ekspor. Saat ini, ada lebih dari dua puluh negara
yang telah melakukan kerja sama dengan PT Sido Muncul dan dalam satu negara
PT Sido Muncul bisa menjalin kerja sama dengan lebih dari 2 distributor lokal.
Untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan perusahaan dalam melakukan
internasionalisasi, sejak tahun 2006 PT Sido Muncul menambahkan divisi baru
pada struktur organisasi dan melimpahkan tanggung jawab aktivitas internasional
dari divisi pemasaran ke divisi ekspor. Dari keseluruhan negara ini (lihat tabel 6 ),
pendapatan ekspor paling besar diperoleh dari Hongkong dan Afrika. Tabel 6
menunjukkan negara-negara tujuan ekspor PT Sido Muncul.
Tabel 6. Negara/Kota Tujuan Ekspor
Asia Timur Asia Tenggara Asia Selatan Asia Barat Daya
Hongkong Malaysia Jeddah Qatar
Taiwan Brunei Darussalam Dubai
Korea Selatan Singapura Afganistan
Mongolia Thailand
34
Afrika Amerika Australia Eropa
Nigeria Suriname Sidney Rusia
Mauritius Amerika Serikat Melbourne Inggris / London
Algeria Australia lainnya Jerman
Togo Belanda
Ghana
Jordan
Afrika lainnya Sumber: Data Primer, 2015
Dari keseluruhan negara/kota tersebut, diketahui proporsi penjualan ekspor
baru sebesar 2-5% dari total produksi perusahaan. Kecilnya ekspor PT Sido Muncul
akibat adanya sistem beli putus dalam kerja sama antara PT Sido Muncul dengan
buyer yang cenderung didominasi oleh distributor atau agen skala kecil
menyebabkan aktivitas ekspor perusahaan ke suatu negara belum tentu terjadi
secara rutin. Sistem beli putus mengakibatkan perusahaan bergantung pada pesanan
dari distributor luar negeri dan berdampak pada kecilnya proporsi penjualan ekspor.
Disisi lain, adanya peningkatan permintaan di pasar domestik dan internasional
mengakibatkan perusahaan kesulitan untuk memenuhi permintaan, karena
perusahaan memprioritaskan penjualan di pasar domestik akibatnya perusahaan
kesulitan untuk memenuhi permintaan ekspor sehingga permintaan ekspor dapat
dikatakan terbengkalai dan kembali berdampak pada kecilnya proporsi penjualan
ekspor PT Sido Muncul.
Dalam perkembangan aktivitas internasionalisasi PT Sido Muncul, tidak
sedikit perusahaan farmasi asing yang menyatakan minat untuk memiliki lisensi
salah satu produk PT Sido Muncul, yaitu Tolak Angin. Dari sejumlah negara itu,
perusahaan farmasi Singapore, Jepang, Taiwan, dan Jerman, merupakan negara
yang paling aktif dalam bernegosiasi harga. Perusahaan berkeinginan membentuk
joint ventures dengan kepemilikan saham berimbang sehingga lisensi dan bahan
baku dari PT Sido Muncul sedangkan pengolahannya dilakukan di negara
perusahaan yang melakukan joint ventures dengan PT Sido Muncul. Kerja sama ini
masih terus dirancang oleh perusahaan dan menjadi salah satu rencana jangka
panjang dari PT Sido Muncul sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan
penetrasi produk di pasar internasional.
35
PT Sido Muncul yakin bahwa kondisi pasar domestik yang baik akan
menjadikan produk Sido Muncul mudah menyebar ke berbagai negara sehingga
strategi mengembangkan pasar dalam negeri (domestic focus) masih menjadi
bagian dalam strategi internasionalisasi perusahaan. Strategi yang dilakukan yaitu
dengan menjangkau daerah di Indonesia yang pemasarannya belum maksimal,
seperti di Indonesia bagian Timur (Papua dan lain sebagainya), berusaha menjadi
penyuplai bahan baku pada perusahaan farmasi lokal dan menjangkau WNA yang
ada di Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak turis yang belum mengetahui
tentang produk Sido Muncul, paling tidak setiap tahun terdapat 9 juta turis yang
datang ke Indonesia, begitu juga dengan ekspatriat. Banyak dari mereka yang belum
mengetahui produk dari Sido Muncul. Diharapkan melalui iklan-iklan maupun
promosi yang dilakukan di dalam negeri membuat para turis maupun ekspatriat bisa
melihat dan mengenal produk Sido Muncul sehingga ketika pulang ke negara asal
masing-masing, ekspatriat dan turis-turis tertarik untuk mau membawa pengertian
dan produk Sido Muncul ke negara asalnya dan dapat berdampak pada penjualan
internasional perusahaan. Selain strategi internal perusahaan juga menerapkan
strategi eksternal, salah satunya dengan melakukan kerjasama dengan Bank Rakyat
Indonesia untuk membuka akses pendanaan kepada petani rempah binaan dan
grosir atau pengecer produk Sido Muncul. Kemudahan akses perbankan bagi mitra
bisnis PT Sido Muncul diyakini dapat memberikan efek domino bagi perusahaan
dan penjualan PT Sido Muncul karena kebutuhan bahan baku dapat meningkat dan
akan memapukan perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan pasar domestik
maupun internasional.
Keberhasilan PT Sido Muncul di pasar internasional tentunya tidak terlepas
dari dukungan dan peran pemerintah. Pemerintah mendatangkan buyer-buyer
potensial dari berbagai macam negara ke Indonesia untuk hadir dalam pameran
dagang Indonesia atau menginformasikan serta mendorong PT Sido Muncul untuk
datang dan terlibat dalam pameran dagang yang ada di luar negeri yang
memungkinkan PT Sido Muncul bertemu dengan buyer-buyer potensial dari
berbagai macam negara. Pemerintah juga membantu proses kelengkapan dokumen
36
yang diperlukan perusahaan untuk dapat melakukan pemasaran di negara tujuan
ekspor. PT Sido Muncul juga melakukan kerjasama dengan Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di berbagai negara tujuan ekspor untuk dapat
memperoleh informasi mengenai buyer-buyer potensial, seperti background buyer
dan kondisi keuangan buyer serta membantu PT Sido Muncul dalam melakukan
negosiasi business to business (B2B). Kedepan perusahaan mengharapkan untuk
terus dibantu menembus lebih banyak negara, baik dari kebutuhan dokumen,
perizinan dan persyaratan pendaftaran produk.
Motivasi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Melakukan
Internasionalisasi
Pada tahun 2000, PT Sido Muncul secara tidak disengaja memperoleh
pesanan produk dari luar negeri akibat adanya aktivitas handcarry dari WNI dan
WNA. Dalam rangka memenuhi pesanan, perusahaan harus melakukan ekspor dan
secara tidak disengaja menjadi awal mula PT Sido Muncul mulai terlibat dalam
aktivitas internasionalisasi.
Gambar 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Internasionalisasi
PT Sido Muncul
Keputusan Internasionalisasi
2000
Memenuhi Permintaan Luar Negeri
2015
Meningkatkan Pertumbuhan Pendapatan Perusahaan
2006
Ambisi untuk Menjadi Perusahaan
Obat Herbal yang Mendunia
2015
Merespon Pemberlakuan
MEA
37
Pengalaman yang telah diperoleh PT Sido Muncul di pasar internasional
mengubah motivasi perusahaan dari hanya sekedar memenuhi permintaan pasar
luar negeri menjadi ambisi untuk menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia.
Ambisi ini dinyatakan perusahaan dengan tidak mengandalkan permintaan dari luar
negeri saja atau menunggu datangnya permintaan secara pasif. Namun,
dikembangkan menjadi usaha aktif untuk membuka pasar baru (meluaskan
jangkauan pasar) dan memperoleh pelanggan baru, salah satunya dengan
memanfaatkan peluang besar yang muncul dari pemberlakuan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). MEA memacu perusahaan untuk survive dan
berkembang di pasar ASEAN serta terus menjadi lebih baik dibandingkan dengan
pesaing. Adanya gambaran perusahaan mengenai hilangnya batas-batas untuk
masuk ke suatu negara sejak 25 tahun yang lalu dan kondisi perusahaan yang sudah
kuat di dalam negeri membuat perusahaan lebih siap dalam merespon
pemberlakuan MEA. Oleh karena itu, MEA dimanfaatkan perusahaan dengan
mentarget negara-negara baru di Asia Tenggara seperti Filipina, Myanmar dan
Vietnam.
Pentargetan negara-negara baru ini didasarkan pada analisis dan
pertimbangan perusahaan mengenai kondisi penduduk yang cenderung sama
dengan Indonesia, jumlah penduduk yang banyak dan potensial, adanya banyak
WNI yang bermukim di negara tersebut, serta adanya kesamaan budaya yang
mendukung untuk produk Sido Muncul dapat masuk.
Pengalaman yang ada ternyata masih belum cukup untuk memampukan
perusahaan melakukan ekspor langsung ke negara-negara tersebut. Perusahaan
masih terbatas dalam mengetahui kondisi pasar di luar negeri (karakteristik budaya,
sosial, ekonomi, politik, produk yang diminati) dan memenuhi persyaratan
pendaftaran dan perizinan produk di masing-masing negara tujuan ekspor sehingga
perusahaan memutuskan untuk menggunakan mode of entry yang sama seperti yang
sudah dijalankan di banyak negara yaitu melakukan ekspor tidak langsung dan
menjalin kerja sama dengan distributor lokal (foreign distributor) di masing-masing
negara.
38
Distributor lokal memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat
memasukkan produk Sido Muncul ke berbagai toko dan tempat-tempat penjualan
produk yang baik di luar negeri. Adanya jaringan distribusi dari distributor lokal di
negara tujuan ekspor memudahkan PT Sido Muncul dalam melakukan penjualan
dan distribusi produk. Distributor lokal memampukan PT Sido Muncul untuk
memasukkan barang dengan jumlah yang lebih banyak dan merata di negara tujuan
ekspor. Distributor lokal membantu mempercepat dan memenuhi syarat
pendaftaran dan perizinan produk, memberikan informasi mengenai kondisi pasar
(seperti produk yang diminati), membantu proses promosi dan pemasaran produk.
Secara tidak langsung distributor lokal merupakan pihak yang membantu
perusahaan untuk memasuki negara tujuan ekspor, membantu mengatasi perbedaan
budaya, dan keterbatasan informasi mengenai kondisi luar negeri. Distibutor lokal
membuat cara masuk PT Sido Muncul menjadi lebih terarah sehingga
memampukan perusahaan untuk mengontrol resiko akibat perbedaan budaya serta
melakukan analisis terhadap kondisi pasar luar negeri. Oleh karena itu, prinsip
kejujuran, kehati-hatian, transparan, saling percaya, mengutamakan kualitas, tidak
merugikan partner diterapkan dan dijaga PT Sido Muncul dalam menjalin
hubungan dengan distributor (buyer) di setiap negara.
Keterlibatan PT Sido Muncul dalam MEA juga dilakukan guna
meningkatkan pertumbuhan pendapatan PT Sido Muncul menyusul stagnannya
total penjualan produk di pasar domestik yang diproyeksikan hanya tumbuh 3%
hingga 4% di tahun 2016. Selain membuka pasar baru ke negara lain, perusahaan
juga berusaha untuk memperoleh pelanggan baru dengan mengintensifkan aktivitas
penjualan di negara existing yang sudah lama menjadi tujuan ekspor perusahaan.
Biasanya di luar negeri produk Sido Muncul dijual di toko-toko komunitas seperti
toko komunitas Indonesia, Asia, dan Korea. Kedepan PT Sido Muncul berusaha
melakukan optimalisasi dengan melakukan penjualan langsung tanpa melalui
perantara distributor dan dilakukan dengan menyasar toko-toko mainstream dunia
yang bukan outlet dan toko utama seperti Watsons dan semacamnya di luar negeri
karena besarnya peran distributor lokal dalam aktivitas internasional perusahaan
39
berpotensi menimbulkan ketergantungan perusahaan pada distributor yang dapat
menghambat perkembangan aktivitas perusahaan di luar negeri dan mengurangi
perolehan keuntungan penjualan ekspor perusahaan. Rencana lainnya yaitu, PT
Sido Muncul tidak hanya mengekspor produk jadi namun, juga mendistribusikan
ekstraksi temu lawak dan kunyit seperti ke Jepang dan Taiwan yang telah
mengajukan permintaan. Selain itu usaha peningkatan pendapatan perusahaan juga
dilakukan dengan aktif mengikuti pameran dagang yang diadakan di dalam negeri
dan luar negeri maupun melakukan pendekatan langsung dengan pihak-pihak di
negara tujuan ekspor yang bersedia untuk menjadi buyer, seperti misalnya untuk
penjualan produk Sido Muncul di Filipina perusahaan bekerjasama dengan petinju
dunia Manny Pacquiao sebagai distributor.
Hambatan Internasionalisasi
Salah satu hambatan yang dihadapi PT Sido Muncul dalam melakukan
aktivitas internasionalsasi adalah tidak adanya regulasi untuk kategorisasi produk
jamu di banyak negara. Regulasi mengenai produk jamu baru ada di Indonesia,
India, dan Hong Kong. Oleh karena itu, perusahaan mengenalkan produk PT Sido
Muncul bukan sebagai produk jamu atau obat herbal melainkan sebagai food
suplement. Tidak adanya regulasi mengenai produk jamu di negara pembeli
sehingga sulit bagi perusahaan untuk memasukkan produk ke negara tersebut.
PT Sido Muncul memiliki 273 jenis produk. Namun, produk yang didorong
dan berhasil ada di pasar internasional yaitu, Tolak Angin, Kuku Bima Ener-G,
Kopi Jahe, Jahe Wangi, ESTE-EMJE, dan Sido Muncul Herbal Kapsul. PT Sido
Muncul melakukan edukasi melalui iklan dan direct promotion agar produk Sido
Muncul dapat diterima oleh konsumen. Contohnya salah satu produk andalan PT
Sido Muncul di pasar internasional adalah Tolak Angin. Tolak Angin dikenalkan
perusahaan sebagai food suplement yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh.
Ciri-ciri orang yang akan sakit, apapun itu penyakitnya akan diawali dengan adanya
gejala kurang enak badan. Oleh karena itu, apabila orang merasa kurang enak
badan, mereka perlu mengkonsumsi Tolak Angin yang dapat menyembuhkan
gejala tersebut sekaligus mencegah dan menjaga kesehatan dari pengkonsumsi
40
Tolak Angin apabila diminum setiap hari sesuai dengan aturan pakai. Proses
edukasi perusahaan dimudahkan dengan berkembangnya trend menjaga kesehatan
dan trend hidup sehat dengan mengkonsumsi obat-obatan herbal.
Adaptasi juga dilakukan perusahaan agar produk menjadi sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan sukses untuk dipasarkan di luar negeri. Aktivitas
internasionalisasi perusahaan masih berupa ekspor sehingga adaptasi yang
dilakukan sedikit dan berlaku untuk semua negara tujuan ekspor. Adaptasi
dilakukan pada brand, kemasan dan komposisi bahan pendukung. Contoh, produk
Tolak Angin yang dijual ke Thailand mengalami perubahan nama dengan
menggunakan bahasa Thailand, namun perusahaan tetap mencantumkan nama
produk Tolak Angin kecil di bagian sudut kemasan. Hal ini bertujuan untuk tetap
menjaga brand Tolak Angin dikenal di pasar internasional. Informasi pada kemasan
mengenai komposisi, cara penggunaan produk, dan lain sebagainya dicetak
menyesuaikan bahasa yang digunakan di masing-masing negara tujuan ekspor.
Kemudian konten pada design kemasan, seperti gambar dan lain sebagainya juga
disesuaikan dengan regulasi yang berlaku di masing-masing negara. Adaptasi juga
diterapkan pada komposisi bahan pendukung produk seperti jumlah kandungan
kafein, perasa mint dan lain sebagainya agar sesuai dengan selera pasar dan regulasi
yang berlaku di masing-masing negara tujuan ekspor.
Pemasaran PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
Produk yang dijual PT Sido Muncul ke negara-negara tujuan ekspor
berbeda-beda. PT Sido Muncul cenderung menyerahkan kepada distributor
mengenai pemilihan produk yang akan dijual di luar negeri karena distributor
merupakan pihak yang mengetahui bagaimana kondisi pasar dan jenis produk yang
diminati oleh konsumen luar negeri. Faktor budaya, iklim, ekonomi, sosial, dan
politik mempengaruhi jenis produk yang dijual dan cara penjualan produk Sido
Muncul di luar negeri. Contohnya, Amerika, negaranya maju dan dari sisi ekonomi
baik, didominasi oleh masyarakat menengah keatas sehingga produk Sido Muncul
Herbal Kapsul dan Tolak Angin banyak diminati, Kuku Bima Ener-G di Afrika,
Afrika cuacanya cenderung panas, produknya cocok untuk masyarakat menengah
41
ke bawah sehingga murah dan sesuai dengan kebutuhan pasar Afrika. Sedangkan
Korea Selatan memiliki musim salju sehingga pada musim ini produk yang diminati
seperti Tolak Angin, Kopi Jahe, ESTE-EMJE, dan Jahe Wangi atau seperti
Myanmar yang negaranya sedang berkembang, produk kapsul yang mahal tidak
akan cocok bagi konsumen di Myanmar. Kuku Bima Ener-G menjadi produk yang
cocok bagi konsumen Myanmar karena masyarakatnya merupakan kalangan
menengah kebawah dan diketahui bahwa masyarakat Myanmar, mulai dari anak
kecil hingga orang tua setiap hari memiliki kebiasaan meminum minuman energy
drink seperti minuman sehari-hari layaknya teh dan kopi. Hal ini menunjukkan
bahwa produk energy drink PT Sido Muncul merupakan produk yang tepat untuk
dijual di pasar Myanmar.
Gambar 8. Produk Sido Muncul di Beberapa Negara
Sumber: Data Primer, 2015
Harga jual produk Sido Muncul di tiap negara berbeda. Harga jual
ditentukan distributor melalui penjumlahan antara pengambilan keuntungan
distributor sebesar 6%-15% dari harga beli dengan cost yang dikeluarkan untuk
pengiriman produk ke negara tujuan ekspor. Apabila biaya pengiriman barang
mahal karena lokasi jauh, seperti ke Amerika, Australia maka negosiasi dilakukan
terhadap porsi keuntungan yang distributor ambil agar harga jual produk di luar
negeri tetap terjangkau. Kontrol harga juga dilakukan oleh PT Sido Muncul. Hal ini
Nigeria, Myanmar,
Afrika
Kuku Bima Ener-G
Amerika
Tolak Angin
Sido Muncul Herbal Kapsul
Arab Saudi
Tolak Angin
Kopi Jahe
Korea Selatan
Tolak Angin
ESTE-EMJE
Kopi Jahe
Jahe Wangi
42
terkadang dilakukan perusahaan dengan secara langsung datang dan melakukan
survey ke negara-negara tujuan ekspor PT Sido Muncul. Di lain sisi, apabila harga
produk dari distributor luar negeri menjadi terlalu mahal, perusahaan tidak takut
dan menganggapnya sebagai peluang, karena apabila harga di pasar luar negeri
terlalu mahal maka akan meningkatkan kemungkinan untuk konsumen mencari
produk Sido Muncul langsung dari Indonesia.
Penjelasan sebelumnya telah menyebutkan bahwa proses pemasaran PT
Sido Muncul di luar negeri semuanya dilakukan oleh distributor, baik yang terjadi
akibat adanya pesanan dari luar negeri maupun yang terjadi karena perusahaan
mentarget suatu negara. Untuk mendukung penjualan produk PT Sido Muncul yang
dilakukan oleh distributor-distributor di luar negeri, PT Sido Muncul membantu
distributor dengan memberikan materi promosi. Materi promosi yang diberikan
oleh perusahaan tergantung dari proposal permintaan materi promosi yang diajukan
oleh distributor sehingga materi promosi yang terdapat di masing-masing negara
berbeda. Materi promosi yang diberikan oleh PT Sido Muncul kepada distributor
biasanya berupa, banner, flyer, iklan radio, dan lain sebagainya. Hingga saat ini
perusahaan belum melakukan promosi melalui media televisi seperti yang gencar
dilakukan di Indonesia, namun perusahaan akan mulai menggunakan media
promosi telivisi saat melakukan pemasaran di Filipina. Besarnya pasar (jumlah
penduduk) dan potensi pasar mempengaruhi cara promosi perusahaan di negara
tujuan ekspor, apakah promosi akan dilakukan secara besar-besaran dan intensif
atau tidak.
Sebelum kegiatan pemasaran aktif dilakukan oleh distributor maupun
perusahaan, keberhasilan pemasaran PT Sido Muncul di pasar luar negeri tidak
terlepas dari adanya peran WNI yang berada di luar negeri, seperti TKI dan
wisatawan. Kebiasaan mereka membawa produk-produk PT Sido Muncul ke luar
negeri tanpa disadari menjadi sarana “promosi gratis” yang dinikmati manfaatnya
oleh perusahaan. Selain itu adanya WNA yang datang ke Indonesia, yang secara
tidak disengaja datang membeli produk PT Sido Muncul di Indonesia, menyukai
produk PT Sido Muncul dan membawa produk-produk tersebut ke negara asal
43
mereka, juga menjadi sarana yang efektif bagi perusahaan untuk melakukan
promosi di luar negeri. Tanpa disadari aktivitas ini menjadi promosi word of mouth
di luar negeri. Hal ini tentu tidak terlepas dari adanya kualitas pada produk PT Sido
Muncul sehingga memungkinkan promosi ini dapat terjadi.
Adanya gaya hidup menjaga kesehatan tubuh dan trend “kembali ke alam”
(back to nature) yang semakin berkembang telah memicu peningkatan permintaan
produk herbal baik di pasar domsetik maupun internasional karena produk herbal
yang berbahan baku alami diyakini lebih aman tanpa efek samping dibandingkan
produk farmasi atau obat berbahan kimia. Trend inilah yang dimanfaatkan dan
memudahkan PT Sido Muncul untuk memasuki dan memasarkan produk-produk
herbal Sido Muncul di pasar internasional.
Dalam menghadapi persaingan di pasar internasional, perusahaan tidak mau
fokus membandingkan diri dengan pesaing. Oleh karena itu, usaha untuk
memenangkan persaingan yang perusahaan lakukan adalah dengan terus
mengembangkan kualitas serta melakukan inovasi (varian, jenis produk) pada
produk-produk Sido Muncul. PT Sido Muncul juga berusaha mengikuti trend
perkembangan permintaan konsumen dan memproduksinya dengan kualitas yang
lebih baik, seperti trend supplement dari kulit manggis dan lain sebagainya.
Kepemilikan sertifikat Good Manufacturing Practices (GMP), Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) serta penggunaan ISO (International Standart Operation) 17025 juga
digunakan PT Sido Muncul dalam melakukan promosi, tujuannya untuk
menunjukkan keunggulan produk, jaminan atas kualitas produk dan memperoleh
kepercayaan konsumen luar negeri.
Selain itu, aktivitas promosi yang dilakukan langsung oleh perusahaan
adalah dengan mengikuti pameran dagang yang diadakan baik di dalam negeri
maupun luar negeri. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk memperkenalkan
maupun menjual langsung produk-produk PT Sido Muncul baik kepada konsumen
akhir (pengguna produk) maupun buyer-buyer potensial.
44
Pembahasan
Meskipun perusahaan ini sudah tergolong skala besar, namun proses
internasionalisasi yang dilalui menyerupai proses internasionalisasi yang terjadi
pada usaha kecil dan menengah. Dengan menggunakan model Cavusgil et al (2008)
PT Sido Muncul yang telah berhasil menguasai pasar domestik (domestic focus)
kemudian memasuki tahap pre-export. Keterlibatan dalam penjualan di luar negeri
terjadi secara tidak sengaja karena tingginya loyalitas konsumen PT Sido Muncul.
Masuknya produk yang bermula dari aktivitas handcarry para konsumen kemudian
menciptakan permintaan pasar dari luar negeri. Distributor lokal yang peka
terhadap kebutuhan niche market tersebut memperantarai kebutuhan dari konsumen
ini dengan melakukan pemesanan langsung ke perusahaan.
Penjualan sudah menyebar di semua benua dan meliputi 28 negara, bahkan
di suatu negara jumlah distributor bisa lebih dari satu. Namun demikian
ketergantungan perusahaan pada distributor sangat tinggi karena bentuk pesanan
beli putus dan dalam jumlah kecil. Informasi pasar sangat tergantung pada
distributor. Pesanan terjadi tidak secara rutin. Proses penyebaran wilayah penjualan
mungkin dapat dijelaskan dengan teori Uppsala. Beberapa negara yang secara rutin
atau relative rutin pesanannya adalah Hongkong, Malaysia, Thailand yaitu negara-
negara yang banyak terdapat TKI atau memiliki kedekatan budaya. Nampaknya
produk yang memiliki sensitivitas budaya yang tinggi akan menyebar ke berbagai
negara mengikuti orang yang memiliki ikatan budaya yang sama atau yang jarak
budayanya dekat.
45
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan didepan dapat disimpulkan hal-hal berikut:
1. Proses Internasionalisasi PT Sido Muncul dengan menggunakan model
Cavusgil (Cavusgil et al. 2008) berada pada tahap pre-export. Perusahaan ini
telah memiliki posisi yang kuat di pasar domestik dan telah melakukan
penjualan ke luar negeri. Namun penjualan tersebut terjadi secara tidak
sengaja, yang kemudian direspon oleh buyer di luar negeri yang menindak
lanjuti permintaan dengan pemesanan beli putus.
2. Selain memenuhi permintaan konsumen yang loyal di luar negeri, motivasi
perusahaan melakukan internasionalisasi adalah meningkatkan pendapatan,
ambisi untuk menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia. Pemberlakuan
MEA pada tahun 2016 mendorong perusahaan untuk merespon situasi ini.
3. Proses Internasionalisasi menghadapkan perusahaan dengan berbagai
hambatan. Keterbatasan perusahaan mengetahui kondisi pasar luar negeri,
kesulitan memenuhi persyaratan pendaftaran dan perizinan produk di luar
negeri yang berbeda di setiap negara, serta banyaknya negara yang tidak
memiliki regulasi untuk kategorisasi produk jamu sehingga produk-produk
Sido Muncul didaftarkan sebagai bagian dari food suplement menjadi
hambatan perusahaan untuk bergeser menjadi exporter penuh.
Implikasi Terapan
Selama ini seluruh aktivitas internasionalisasi PT Industri Jamu dan Farmasi
Sido Muncul Tbk di luar negeri bergantung pada distributor yang mengakibatkan
terhambatnya pergerakan aktivitas internasionalisasi perusahaan di luar negeri dan
mengakibatkan pendapatan perusahaan dari ekspor menjadi kurang maksimal,
untuk mengatasi permasalahan tersebut sebaiknya perusahaan mulai
mempertimbangkan untuk memiliki perwakilan perusahaan di luar negeri yang
dapat membantu pergerakan perusahaan di negara-negara existing maupun baru.
46
Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang
Peneliti menyadari berbagai keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan.
Untuk itu diajukan beberapa saran perbaikan dan juga saran bagi penelitian
mendatang.
Pertama, penelitian ini hanya meneliti perusahaan jamu skala besar
sehingga kurang bisa mewakili internasionalisasi perusahaan jamu di Indonesia
yang kebanyakan didominasi oleh perusahaan berskala menengah dan kecil.
Kedua, 3 narasumber, Chief Executive Officer, Senior Public Relation
Manager dan Staff Export PT Sido Muncul memiliki pengalaman yang berbeda
dalam proses internasionalisasi sehingga proses triangulasi tidak dapat dilakukan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Andadari, R. K. (2008). Local Clusters in Global Value Chains A case study of
wood furniture clusters in Central Java (Indonesia). Amsterdam:
Timbergen Institute Research.
Andadari, R. K. (2016). Analyzing the Readiness of Batik SMEs to Export (A Case
Study of Pekalongan Batik SMEs). FEB UKSW.
Artiprasetyo, A. (2009). Analisis Strategi Terhadap Penjualan dan Laba pada
Perusahaan Jamu Kemasan. Bogor: Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. BPOM Republik Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2013). Tata Cara
Sertifikasi
BSP. (2012, April 24). BSP. Diambil kembali dari bikasolusi:
http://www.bikasolusi.co.id/isoiec-17025-standar-akreditasi-laboratorium-
pengujian-dan-kalibrasi/
Calof, J., & Beamish, P. (1995). Adapting to Foreign Markets: Explaining
Internationalization. International Business Review, 4(2), 31-115.
Cavusgil, S., Knight, G., & John, R. R. (2008). International Business: Strategy,
Management, and The New Realities. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Deny, S. (2015, Januari 9). Liputan 6. Dipetik Juli 31, 2015, dari
bisnis.liputan6.com: http://bisnis.liputan6.com/read/2158450/jamu-jadi-
senjata-ri-lawan-ideologi-kapitalis
Deny, S. (2015, Mei 25). Liputan 6. Dipetik Juli 31, 2015, dari bisnis.liputan6.com:
http://bisnis.liputan6.com/read/2239299/menperin-yakin-jamu-ri-bisa-
tembus-proteksi-pasar-ekspor
Dewoto, H. R. (2007, Juli 7). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, 57, 205-211.
Dias, E. B., & Lopes, D. S. (2014). Co-operation Between Large Enterprises (LE's)
and SME's An Approach To Overcome The Stage Internationalization
Process. Business: Theory and Practice, 216-327.
Fan, T. P.-C., & Tan, A. T. (2015). How Product Attributes Influence
Internationalization: A Framework of Domain- and Culture-Specificity.
Management International Review, 55, 53-76. doi:10.1007/s11575-014-
0229-0
48
Foley, J. (1999). The Global Entrepreneur: Taking Your Business International.
Chicago: Dearborn Financial Publishing.
GMP Center. (2011, Februari 13). GMPCenter. Diambil kembali dari gmp-center:
http://gmp-center.com/2011/02/13/good-manufacturing-practices/
Harian Ekonomi Neraca. (t.thn.). kemenperin. Diambil kembali dari Kementrian
Perekonomian Republik Indonesia:
http://www.kemenperin.go.id/artikel/5002/Dua-Regulasi-Hambat-Industri-
Jamu-Tradisional
Jane, O. (2012). Proses Internasionalisasi Perusahaan: Desain Strategi & Organisasi
(Studi Kasus UKM di Kota Bandung).
Keegan, W. J., & Green, M. C. (2013). Global Marketing (7 ed.). United Kingdom:
Pearson Higher Education.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (t.thn.). Kinerja Industri Jamu
Besar dan Sedang di Indonesia Tahun 2006-2010. Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia. Diambil kembali dari
http://www.kemenperin.go.id/statistik/ibs_tahun.php
Kementrian Perindustrian. (2015). Media Industri. Prospek Industri 2016
(Optimisme di Tengah Tantangan).
Korsakiene, R. (2014). Internationalization of Lithuanian SMEs: Investigation of
Barriers and Motives. Economics and Business, 54-60.
doi:10.7250/eb.2014.020
Manolova, T. S., Manev, I. M., & Gyoshev, B. S. (2010). In good company: The
role of personal and inter-firm network for new-venture internationalization
in a transition economy. Journal of World Business, 45(3), 257-265.
doi:10.1016/j.jwb.2009.09.004
Murdopo. (2014, 9 5). Warta Ekspor. Obat Herbal Tradisional, hal. 2-9.
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (t.thn.). Sido Muncul. Diambil
kembali dari sidomuncul: http://www.sidomuncul.com
Rimadi, L. (2015, Mei 25). Liputan 6. Dipetik Juli 31, 2015, dari
bisnis.liputan6.com: http://bisnis.liputan6.com/read/2239033/jokowi-
tantang-pengusaha-jamu-tembus-pasar-internasional
Schaninger, C. M., Bourgeois, J. C., & Buss, C. W. (1989). French-English
Canadian Subcultural Consumption Differences. Journal of Marketing, 49,
82-92.
49
Thompson, A. A., Strictland, A., & Gamble, J. (2010). Crafting and Executing
Strategy: The Quest for Competitive Advantage. United Kingdom: Mc
Graw-Hill Education.
Toulova, M., Votoupalova, M., & Kubickova, L. (2014). Barriers of SME's
Internationalization and Strategy for Success in Foreign Markets.
International Journal of Management Cases, 4-19.
Welch, C., & Paavilaninen-Mantymaki, E. (2014). Putting Process (Back) In:
Research on the Internationalization Process of the Firm. International
Journal of Management reviews, 16, 2-23. doi:10.1111/ijmr.12006
Westhead, P., Wright, M., & Ucbasaran, D. (2001). The Internationalization of New
and Small Firms: A Resource-Based View. Journal of Business Venturing,
16(4), 333-358. doi:10.1016/S0883-9026(99)00063-4
Wright, M., Westhead, P., & Ucbasaran, D. (2007). Internationalization of Small
and Medium-sized Enterprises (SMEs) and International Entrepreneurship:
A Critique and Policy Implications. Regional Studies, 41(7), 1013-1030.
doi:10.1080/00343400601120288
Wu, W.-Y., Yang, W.-Z., Hou, J.-J., & Guo, D.-A. (2015, Januari). Current Status
and Future Perspective in the Globalization of Traditional Chinese
Medicines. World Journal of Traditional Chinese Medicine, 1(1), 1-4.
doi:10.15806/j.issn.2311-8571.2014.0027
Yutong, J. (2015). Martketing Analysis for Beijing Tongretang Group Co. Ltd. 1-
58.
Zaiem, I., & Zghidi, A. B. (2011). Product Adaptation Strategy and Export
Performance: The Impacts of the Internal Firm Characteristics and
Business. Contemporary Management Research, 7(4), 291-312.
Zohari, T. (2012). The Uppsala Internationalization Model and Its Limitation in
The New Era. Stockholm University School of Business. Diambil kembali
dari digitpro.: http://www.digitpro.co.uk/2012/06/21/the-uppsala-
internationalization-model-and-its-limitation-in-the-new-era/
50
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara
A. Faktor-faktor Pendorong Pelaksanaan Internasionalisasi
1. Kapan muncul gagasan untuk melakukan ekspansi penjualan ke Luar
Negeri?
2. Siapa yang punya ide? Mengapa ingin melakukan ide tersebut?
3. Tujuan yang ingin dicapai dari ide tersebut?
4. Negara mana yang ingin dituju? Mengapa negara tersebut?
5. Kapan ide tersebut terlaksana? Mengapa?
6. Bagaimana perkembangan selanjutnya? Mohon berkenan menceritakan.
B. Proses Internasionalisasi
1. Ceritakan perkembangan ekspansi penjualan ke Luar Negeri? Mohon
berkenan menceritakan.
2. Sasaran pasar pertama kali? Mengapa? Apakah sasaran pasar mengalami
perubahan? Mengapa berubah?
3. Apakah faktor-faktor yang menjadi pertimbangan perusahaan ketika akan
melakukan penjualan atau mentarget suatu negara?
4. Bagaimana cara perusahaan memperoleh informasi mengenai kondisi
pasar luar negeri? (Selera, kebiasaan)
5. Gambarkan aktor-aktor yang terlibat dalam penjualan di luar negeri?
Mengapa seperti itu?
6. Bagaimana cara perusahaan menjaga hubungan dengan aktor-aktor yang
terlibat dalam aktivitas penjualan di luar negeri?
7. Perusahaan melakukan ekspor tidak langsung bekerjasama dengan
distributor lokal di masing-masing negara. Bagaimana peranan distributor
dalam aktivitas internasionalisasi perusahaan?
8. Apa keuntungan dan kerugian yang dialami perusahaan ketika
bekerjasama dengan distributor?
9. Apakah metode kerja sama yang ada berlaku di semua negara?
10. Mengapa perizinan produk menjadi lebih mudah ketika bekerjasama
dengan distributor?
11. Adaptasi apa saja yang dilakukan terhadap produk? Kenapa?
51
12. Mengapa nama beberapa produk seperti Tolak Angin dan Kuku Bima
Ener-G di luar negeri tidak mengalami perubahan?
13. Bagaimana cara perusahaan mengedukasi masyarakat luar negeri untuk
meminum jamu Tolak Angin dan produk-produk lain dari PT Sido
Muncul?
14. Perusahaan memperkenalkan produk Sido Muncul sebagai produk herbal
atau jamu?
15. Bagaimana cara promosi yang efektif di luar negeri?
16. Bagaimana cara perusahaan memasuki pasar luar negeri?
17. Apa yang menjadikan perusahaan berhasil dalam melakukan penjualan ke
luar negeri?
18. Dari total produksi perusahaan, berapa kira-kira porsi penjualan ke luar
negeri? (%)
19. Apakah yang menyebabkan penjualan ke luar negeri masih di angka sekian
%?
20. Bagaimana cara perusahaan meningkatkan penjualan ke luar negeri?
Strategi internal dan eksternal?
21. Apa pengaruh dan dampak untuk penjualan dalam negeri dan luar negeri
setelah perusahaan berhasil melakukan ekspansi penjualan ke luar negeri?
22. Bagaimana proses penentuan harga jual produk di luar negeri?
23. Bagaimana cara perusahaan melakukan kontrol terhadap harga jual produk
di luar negeri?
24. Bagaimana cara perusahaan memperoleh buyer? Buyer seperti apa yang
perusahaan cari? Berapa jumlah buyer yang saat ini perusahaan layani?
25. Untuk dapat melakukan penjualan ke luar negeri tentu perusahaan perlu
didukung dengan sumber dan kecukupan modal yang baik. Bagaimana
kondisi permodalan perusahaan? Apa keuntungan yang diperoleh
perusahaan ketika menjadi perusahaan terbuka (Tbk)?
26. Apakah ada bahan baku pokok atau pendukung yang diimport perusahaan?
Apakah hal tersebut menyebabkan perusahaan bergantung pada bahan
baku import dari suatu negara?
52
27. Negara mana yang memberikan sumbangsih terbesar bagi pendapatan
perusahaan?
C. Persaingan
1. Bagaimana penilaian narasumber terhadap produk-produk Sido Muncul
yang dijual ke luar negeri? Apa keunggulan dan kelemahannya jika
dibandingkan dengan produk pesaing?
2. Bagaimana cara perusahaan memenangkan persaingan yang ada?
3. Negara mana yang menjadi pesaing terkuat?
D. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
1. Dengan berlakunya MEA apa keuntungan yang diperoleh dan
dimanfaatkan oleh perusahaan?
2. Apa tantangan yang dihadapi oleh perusahaan akibat adanya
pemberlakuan MEA?
3. Apa yang ingin perusahaan capai dari adanya pemberlakuan MEA?
4. Bagaimana gambaran perusahaan kedepan dengan adanya
pemberlakuan MEA?
5. Persiapan apa saja yang telah perusahaan lakukan untuk menghadapi
MEA?
E. Tantangan dan Hambatan
1. Apa yang menjadi tantangan dan hambatan bagi perusahaan untuk
melakukan penjualan ke luar negeri?
2. Apa pengaruh perbedaan budaya dalam penjualan produk Sido Muncul
di luar negeri?
F. Rencana Mendatang
1. Bagaimana cara penjualan perusahaan di masa yang akan datang?
2. Bagaimana cara perusahaan melakukan penjualan langsung? Jelaskan!
3. Apakah terdapat rencana untuk melakukan joint ventures atau licensing
di masa yang akan datang?
G. Pemerintah
1. Apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk membantu penjualan jamu
di luar negeri?
53
2. Apa kritik dan saran untuk pemerintah agar proses internasionalisasi
perusahaan jamu dapat berkembang dan maksimal di luar negeri?
54
Lampiran 2 Negara/Kota Tujuan Ekspor
Bulan Tahun
2012 2013 2014 2015
Januari -
1. Malaysia
2. Brunei
3. Singapore
1. HongKong
2. Singapore
3. Thailand
1. Hong
Kong
Februari -
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Maritius
4. Amerika
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Brunei
4. Nigeria
5. Taiwan
6. Mauritius
7. Korea Selatan
8. Australia
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Brunei
4. Mauritius
5. Suriname
6. Korea
Selatan
Maret -
1. Malaysia
2. Brunei
3. Nigeria
1. Hong Kong 2.
Suriname
1. Nigeria
2. Afganistan
April -
1. Hong
Kong
2. Malaysia
1. Malaysia
2. Nigeria
3. Suriname
4. Sydney
5. Qatar
1. Hong
Kong
2. Brunei
Mei -
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Brunei
4. Nigeria
5. Mauritius
6. Suriname
7. Afrika
1. Hong Kong
2. Malaysia
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Nigeria
Juni -
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Singapore
4. Jeddah
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Nigeria
4. Mauritius
5. Suriname
6. Sydney
7. Belanda
1. Malaysia
Juli -
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Nigeria
4. Mauritius
5. Korea
Selatan
6. Jeddah
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Nigeria
4. Thailand
1. Mauritius
2. Australia
55
7. Dubai
Agustus - 1. Suriname
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Brunei
4. Australia
1. Hong
Kong
2. Brunei
3. Korea
Selatan
September -
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Nigeria
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Taiwan
4. Korea Selatan
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Nigeria
4. Suriname
Oktober 1. Hong Kong
2. Malaysia
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Brunei
4. Suriname
5. Algeria
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Mauritius
1. Hong
Kong
2. Mauritius
3. Suriname
4. Afganistan
November
1. Brunei
2. Singapore
3. Nigeria
4. Taiwan
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Brunei
4. Korea
Selatan
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Brunei
1. Hong
Kong
2. Togo
Desember
1. Malaysia
2. Muritius
3. Suriname
4. Korea
Selatan
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Brunei
4. Taiwan
5. Mauritius
1. Hong Kong
2. Malaysia
3. Nigeria
4. Suriname
5. Korea Selatan
6. Afganistan
7. Togo
1. Hong
Kong
2. Malaysia
3. Korea
Selatan