integrasi ilmu dan agama

25
INTEGRASI ILMU DAN AGAMA Hubungan ilmu dan agama, baik dalam ranah ontologis, epistemologis maupun ontologis selalu menyisakan persoalan yang tidak pernah selesai dibicarakan. Berawal dari temuan Copernicus (1473-1543) yang kemudian diperkuat oleh Galileo Galilei (1564- 1642) tentang struktur alam semesta yang heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) berhadapan dengan gereja yang geosentris (bumi sebagai pusat tata surya), telah melahirkan ketegangan antara ilmu dan agama. Penerimaan atas kebenaran ilmu dan agama menjadi satu pilihan yang dilematis. Di Inggris pada tahun 1870 dalam satu kuliah umum Max Muller telah mengejutkan audiensnya ketika ia mempromosikan apa yang ia sebut sebagai ilmu agama (science of religion). Satu kombinasi yang pada saat itu dianggap aneh karena pasca Origin of Species- nya Darwin, kebenaran ilmu dan agama semakin tidak dapat dipertemukan. Yang satu meyakini bahwa alam semesta terjadi karena diciptakan langsung oleh Tuhan (kreasionisme) dan yang lain menganggap alam semesta semata-mata merupakan proses alamiah yang sangat panjang. Hubungan ilmu dan agama melalui pendekatan filosofis, karena menurut pendapat penulis, filsafatlah yang secara netral dan proporsional dapat menjembatani sekaligus mempertemukan dua domain ini. Tulisan ini akan memjawab dua pertanyaan pokok: 1) bagaimana konsep hubungan ilmu dan agama ini dibicarakan secara akademik, dan 2) bagaimana hakikat integrasi ilmu dan agama baik dalam ranah ontologis, epistemologis, dan aksilogis. Dalam mengeksplorasi hubungan ilmu dan agama ini, penulis menggunakan pandangan-pandangan seorang pemikir Islam kelahiran Persia, yaitu Mulla Shadra (1572-1641), sebagai suatu perspektif. Refleksi awal tentang pemikiran Mulla Shadra dapat dikemukakan bahwa ia menempatkan ilmu dan agama tidak dalam posisi “konflik”, keduanya mempunyai tolak ukur kebenaran sendiri tetapi kebenaran yang diperoleh tidaklah saling bertentangan. Metode yang di gunakan untuk menemukan kebenaran ilmu dan agama

Upload: icha-ichud

Post on 30-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

agamaa

TRANSCRIPT

Page 1: Integrasi Ilmu Dan Agama

INTEGRASI ILMU DAN AGAMA

Hubungan ilmu dan agama, baik dalam ranah ontologis, epistemologis maupun ontologis selalu menyisakan persoalan yang tidak pernah  selesai dibicarakan. Berawal dari temuan Copernicus (1473-1543) yang kemudian diperkuat oleh Galileo Galilei (1564-1642) tentang struktur alam semesta yang heliosentris (matahari sebagai pusat tata surya) berhadapan dengan gereja yang geosentris (bumi sebagai pusat tata surya), telah melahirkan ketegangan antara ilmu dan agama. Penerimaan atas kebenaran ilmu dan agama menjadi satu pilihan yang dilematis.

Di Inggris pada tahun 1870 dalam satu kuliah umum Max Muller telah mengejutkan audiensnya ketika ia mempromosikan apa yang ia sebut sebagai ilmu agama (science of religion). Satu kombinasi yang pada saat itu dianggap aneh karena pasca Origin of Species-nya Darwin, kebenaran ilmu dan agama semakin tidak dapat dipertemukan. Yang satu meyakini bahwa alam semesta terjadi karena diciptakan langsung oleh Tuhan (kreasionisme) dan yang lain menganggap alam semesta semata-mata merupakan proses alamiah yang sangat panjang.

Hubungan ilmu dan agama melalui pendekatan filosofis, karena menurut pendapat penulis, filsafatlah yang secara netral dan proporsional dapat menjembatani sekaligus mempertemukan dua domain ini. Tulisan ini akan memjawab dua pertanyaan pokok: 1) bagaimana konsep hubungan ilmu dan agama ini dibicarakan secara akademik, dan 2) bagaimana hakikat integrasi ilmu dan agama baik dalam ranah ontologis, epistemologis, dan aksilogis.Dalam mengeksplorasi hubungan ilmu dan agama ini, penulis menggunakan pandangan-pandangan seorang pemikir Islam kelahiran Persia, yaitu Mulla Shadra (1572-1641), sebagai suatu perspektif.

Refleksi awal tentang pemikiran Mulla Shadra dapat dikemukakan bahwa ia menempatkan ilmu dan agama tidak dalam posisi “konflik”, keduanya mempunyai tolak ukur kebenaran sendiri tetapi kebenaran yang diperoleh tidaklah saling bertentangan. Metode yang di gunakan untuk menemukan kebenaran ilmu dan agama bersifat kooperatif-saling mendukung. Ini terlihat dari pandangannya yang tidak menolak rasio dan empiris sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran, disamping ia juga menambahkan metode sufistik untuk mencapai kebenaran hakiki. Mulla Shadra melakukan sintesis terhadap sumber pengetahuan yang meliputi iluminasi intelektual (kasyf, zauq atau isyraq), penalaran atau pembuktian rasional (‘aql, burhan, atau istidlal) dan agama atau wahyu (syar’ atau wahy).

Page 2: Integrasi Ilmu Dan Agama

Kebenaran ilmu dan agama dianalogikan sebagaimana sinar yang ‘satu’ yang menyinari suatu ruangan yang memiliki jendela dengan beragam warna. Setiap jendela akan memancarkan warna yang bermacam-macam sesuai dengan warna kacanya. Demikianlah ia menggambarkan bahwa kebenaran berasal dari Yang Satu, dan tampak muncul beragam kebenaran tergantung sejauh mana manusia mampu menangkap kebenaran itu. Kebenaran yang ditangkap ilmuwan hanyalah sebagian yang mampu ditangkap dari kebanaran Tuhan, demikian pula kebenaran yang ditangkap oleh agamawan. Dengan demikian, kebenaran yang ditangkap ilmuwan dan agamawan bersifat komplementer, saling melengkapi.

Mulla Shadra adalah tokoh yang hidup sezaman dengan Galileo Galilei. Artinya ketika di Barat sedang terjadi kebuntuan pemahaman tentang ilmu dan agama, Mulla Shadra telah mempunyai konsep yang cemerlang untuk menjawab kebuntuan itu. Satu kondisi atmosfir keilmuan yang sangat kontras karena di Barat sedang terjadi konfrontasi antara ilmu dan agama sedangkan di dunia Islam hubungan ilmu dan agama justru mengalami penguatan.

Pemikiran Mulla Shadra, sebagai bagian dari fragmentasi perkembangan pemikiran Islam, secara cerdas dan jernih menempatkan kedudukan ilmu dan agama pada posisi yang harmonis. Tidak salah tentunya apabila ada ungkapan bahwa kemajuan pemikiran Islam terjadi manakala agama secara mutualis menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan ilmu. Agama bukan penghambat perkembangan ilmu sebagaimana terjadi di Barat tetapi justru merupakan pendorong sekaligus ruh bagi karakteristik keilmuan Islam.Hubungan Ilmu Dan AgamaPengertian ilmuIlmu merupakan istilah yang memiliki beragam makna. Menurut The Liang Gie ilmu dapat dibedakan menurut cakupannya. Pertama, ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumum-umumnya. Adapun dalam arti yang kedua ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari satu pokok soal tertentu misalnya antropologi, geografi, sosiologi. Tulisan ini menempatkan pemahaman ilmu pada arti yang pertama.

Ilmu dapat pula dibedakan berdasarkan maknanya, yaitu pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam arti pengetahuan, dikatakan bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge). John G. Kemeny menggunakan istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah. (all knowlwdge collected by means of the scientific method).

Page 3: Integrasi Ilmu Dan Agama

Ilmu dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘alima yang berarti ‘tahu’. Dalam bahasa Inggris di sebut science berasal dari perkataan Latin scientia yang diturunkan dari kata scire yang berarti mengetahui (to know) atau belajar (to learn). Dalam arti yang kedua ini ilmu dipahami sebagai aktifitas, sebagaimana dikatakan Charles Singer bahwa ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan (science in the process which makes knowledge). Sebagai aktifitas, ilmu melangkah lebih lanjut pada metode.  Titus mengatakan bahwa banyak orang mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat membuktikan kebenarannya (a method of obtaining knowledge that is objective and verifiable)

Pengertian Agama

Agama secara etimologis berasal dari bahasa Arab “aqoma” yang berarti ‘menegakkan’. Sementara kebanyakan ahli mengatakan bahwa kata ‘agama’ berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu a (tidak) dan gama (berantakan), sehingga agama berarti tidak berantakan. Namun ada pula yang mengartikan ’a’ adalah cara dan gama berarti jalan. Agama berarti cara-cara berjalan untuk sampai kepada keridhaan Tuhan. Selain dua pandangan tersebut, kata ‘agama’ sering disejajarkan dengan kata majemuk “negara kertagama” yang berarti peraturan tentang kemakmuran agama, atau juga dengan kata majemuk “asmaragama” yang berarti peraturan tentang asmara, dengan kata lain agama dalam hal ini dapat diartikan peraturan atau tata cara.

Agama yang dalam bahasa Inggris, Perancis dan Jerman disebut religion atau dalam bahasa Belanda disebut religie, diambil dari bahasa Latin, yaitu  relege (to treat carefully), relegare (to bind together) dan religare (to recover). Dalam Islam ‘agama’ disebut dengan ‘dien’ yang oleh Moenawar Chalil dijelaskan bahwa:“Kata dien itu mashdar dari kata kerja daana – yadienu. Menurut lughat, kata dien itu mempunyai arti bermacam-macam, antara lain berarti: 1) cara atu adat istiadat, 2)peraturan, 3) undang-undang, 4) taat atau patuh, 5) menunggalkan ketuhanan, 6) pembalasan, 7) perhitungan, 8) hari kiamat, 9) nasihat, 10) agama.”Dalam Filsafat Perennial, agama memiliki dimensi eksoterik (bentuk) dan esoterik (substansi). Secara eksoterik di dunia ini dikenal banyak agama, namun diantara keragaman agama tersebut setiap agama memiliki substansi yang menjadi titik temu bagi keragaman tersebut. Agama yang dimaksud dalam tulisan ini secara eksoterik adalah Islam, namun secara esoterik tentu Islam memiliki nilai-nilai universal yang juga ada setiap agama.

Page 4: Integrasi Ilmu Dan Agama

Ragam Hubungan Antara Ilmu dan Agama

Dalam wacana pemikiran Islam banyak kalangan memandang tidak ada persoalan antara ilmu dan agama. Pengakuan adanya kebenaran ayat kauniyah (ayat yang ada dalam alam semesta) dan ayat qauliyah (ayat-ayat dalam kitab suci) telah dipandang cukup untuk menjelaskan bahwa tidak ada pertentangan antara ilmu dan agama dalam Islam, karena secara ontologis kedua ayat tersebut berasal dari Yang Satu. Turunnya ayat pertama dalam Islam juga dimulai  dengan ayat yang ‘scientific’ yaitu (iqra), sejalan pula dengan misi Nabi Muhammad Saw., untuk memberantas kebodohan (jahiliyyah), sebagai lawan dari berpikir yang rasional. Pandangan ini juga diperkuat dengan tersebarnya didalam al-Qur’an ayat-ayat berisi perintah bagi setiap muslim untuk selalu berpikir dan mengembangkan ilmu, serta diberikannya derajat yang tinggi bagi orang yang beriman dan berilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu merupakan suatu pencarian religius.

Adapun Pendapat dari Ian Barbour berusaha memetakan hubungan ilmu dan agama dalam empat tipologi yaitu konflik, independensi, dialog dan integrasi. John F Haught juga melakukan hal yang sama dengan menggunakan istilah yang berbeda yaitu konflik, kontras, kontak dan konfirmasi.

1. Konflik. Hubungan ini ditandai dengan adanya dua pandangan yang saling berlawanan antara ilmu dan agama dalam melihat satu persoalan. Keduanya sama-sama memiliki argumentasi yang tidak hanya berbeda tapi saling bertentangan bahkan menafikan satu dengan yang lain. Ian Barbour, seorang fisikawan sekaligus teolog, mencatat bahwa momentum kuat munculnya konflik antara ilmu dan agama terjadi pada masa abad pertengahan, manakala otoritas gereja menjatuhkan hukuman kepada Galileo Galilei pada tahun 1633. Karena mengajukan teori Copernicus bahwa bumi dan planet-planet berputar mengelilingi matahari (heliosentris) dan menolak teori Ptolemaeus yang didukung oleh otoritas ilmiah Aristoteles dan otoritas kitab suci yang menyakini bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentris).

Seseorang tidak dapat menerima pandangan heliosentris dan geosentris sekaligus atau dengan kata lain harus memilih salah satu apakah akan

Page 5: Integrasi Ilmu Dan Agama

menerima kebenaran agama atau kebenaran ilmu. Jika menerima kebenaran agama akan berimplikasi pada penolakan objektifitas kebenaran ilmu, dan jika menerima kebenaran ilmu akan berimplikasi pada pengingkaran kebenaran agama dan dituduh sebagai kafir.

Persoalan lain yang menggambarkan hubungan konflik antara ilmu dan agama adalah masalah teori evolusi Darwin yang muncul pada abad ke-19. Sejumlah ilmuwan dan agamawan menganggap bahwa teori evolusi Darwin dan kebenaran kitab suci tidak dapat di pertemukan. Kaum Literalis Biblikal memahami bahwa alam semesta di ciptakan Tuhan secara langsung (kreasionisme), adapun kaum evolusionis berpandangan bahwa alam semesta terjadi secara alamiah melalui proses yang sangat panjang (evolusionisme). Dengan menunjukan bukti-bukti empiris kaum evolusionisme tidak menisbahkan proses yang panjang itu pada Tuhan namun melalui proses yang alamiah. Makhluk hidup dapat berkembang menjadi beraneka ragam melalui mekanisme adaptasi, survival for live dan seleksi alam. Meskipun Darwin tidak mengatakan manusia berasal dari kera namun baginya manusia bukanlah makhluk yang di ciptakan khusus kemudian ditempatkan di bumi ini sebagaimana yang di pahami kreasionisme. Menurutnya, manusia hanyalah proses evolusi tersebut. Pandangan demikian tentu menggeser pandangan gereja bahwa Tuhanlah yang menciptakan satu persatu makhluk hidup dan secara khusus menciptakan manusia yang memiliki posisi lebih tinggi dari makhluk yang lain.

Ada sementara agamawan menyatakan bahwa teori evolusi bertentangan dengan keyakinan agama, sedangkan ilmuwan ateis mengklaim bahwa berbagai bukti ilmiah atas teori evolusi tidak sejalan dengan keimanan. Dua kelompok ini sepakat bahwa seseorang dapat mempercayai Tuhan dan teori evolusi sekaligus. Dengan demikian maka ilmu dan agama berada dalam posisi bertentangan.

1.    Independensi. Pandangan idependensi menempatkan ilmu dan agama tidak dalam posisi konflik. Kebenaran ilmu dan agama sama-sama abasah selama berada pada batas ruang lingkup penyelidikan masing-masing. Ilmu dan agama tidak perlu saling mencampuri satu dengan yang lain karena memiliki cara pemahaman akan realitas yang benar-benar terlepas satu sama lain, sehingga tidak ada artinya mempertentangkan keduanya.

Menurut pandangan ini upaya peleburan merupakan upaya yang tidak memuaskan untuk menghindari konflik. Kalangan Kristen Konservatif berusaha meleburkan ilmu dan agama dengan mengatakan bahwa Kitab Suci memberikan informasi ’ilmiah’ yang paling dapat di percaya tentang

Page 6: Integrasi Ilmu Dan Agama

awal mula alam semesta dan kehidupan yang kehidupan yang tidak mengandung kesalahan. Mereka menolak teori evolusi Darwin, dan membangun konsep baru tentang penciptaan yang dinamakan “ilmu penciptaan” (creation science) berdasarkan atas penafsiran harfiah terhadap kisah-kisah Biblikal. Hal serupa juga di lakukan oleh penganut konkordisme yang memaksakan agar Kitab Suci bisa disamakan dengan alur-alur kisah kosmologi modern. Bagi penganut aliran ini, agama harus dibuat sedemikian rupa sehingga tampak ilmiah kalau agama ingin dihargai secara intelektual.

Karl Barth berpandangan bahwa ilmu dan agama memiliki metode dan poko persoalan yang berbeda. Ilmu di bangun berdasarkan pengamatan dan penalaran manusia, sedangkan teologi berdasarkan wahyu Tuhan. Oleh karenanya ilmu dan agama harus berjalan sendiri-sendiri tanpa ada campur tangan satu dengan yang lain.

Barbour menambahkan bahwa selain metode dan pokopk persoalan, bahasa dan fungsinya  juga berbeda. Bahasa ilmiah berfungsi menjwab bagaimana, yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan mencari jalan keluar atas fenomena riil kemanusiaan, sedangkan bahasa agama berfungsi untuk menjawab mengapa, yang akan mendorong seseorang untuk mematuhi prinsip-psinsip moral tertentu.

Gambaran yang sering digunakan untuk menjelaskan tipologi ini adalah seperti halnya permainan, missal, catur dan bisol. Peraturan dalam catur tidak dapat diterapkan dalam bisbol demikian pula sebaliknya. Tidak ada gunanya untuk mengatakan yang satu lebih baik dari yang lain. Demikian halnya dengan ilmu dan agama, tidak ada yang dapat diperbandingkan satu dengan yang lain dan keduanya tidak dapat ditempatkan pada posisi bersaing atau konflik.

Pendekatan independensi ini di nilai cukup aman karena dapat menghindari konflik dengan cara memisahkan hubungan di antara keduanya. Pendekatan ini menggambarkan ilmu dan agama sebagaimana jalur kereta yang berel ganda, masing-masing memiliki jalan yang independen dan otonom. Ketegangan antara Galileo Galile dengan gereja semstinya tidak perlu terjadi jika agama tidak masuk kewilayah privasi ilmu, demikian pula ilmu tidak memaksakan diri dengan rasional-empirisme pada agama. Ilmu dan agama mempunyai bahasa sendiri karena menjalani fungsi yang berbeda dalam kehidupan manusia, agama berurusan dengan fakta objektif, agama rentan dengan perubahan karena sifatnya yang deduktif, sedangkan ilmu setiap saat bisah berubah karena sifatnya yang lebih induktif. Ilmu dan agama adalah dua domain independen yang dapat hidup bersama sepanjang

Page 7: Integrasi Ilmu Dan Agama

mempertahankan “jarak aman” satu sama lain. Ilmu dan agama berada pada posisi sejajar dan tidak saling mengintervensi satu dengan yang lain.

2.    Dialog. Pendekatan independensi meskipun merupakan pilihan yang cukup aman, namun dapat menjadikan realitas kehidupan menjadi terbelah. Penerimaan kebenaran antara ilmu dan agama menjadi satu pilihan dikotomis yang membingungkan karena tidak dapat mengambil keduanya sekaligus. Adapun bagi seseorang yang berusaha menerima keduanya akan mengalami split personality, berkepribadian ganda, karena menerima dua macam kebenaran yang saling berseberangan. Menurut Barbour, pendekatan ini membantu tetapi membiarkan segala sesuatu berada pada jalan buntu yang bisa membuat orang putus asa.Pendekatan dialog memandang bahwa ilmu dan agama tidak dapat disekat dengan kotak-kotak yang sama sekali terpisah, meskipun pendekatan ini menyadari bahwa keduanya berbeda secara logis, linguistik, maupun normatif. Bagaimanapun juga, di Barat, agama telah memberikan banyak inspirasi bagi perkembangan ilmu, demikian pula penemuan-penemuan ilmiah juga mempengaruhi teologi. Meskipun keduanya berbeda namun tidak mungkin benar-benar dipisahkan. Pendekatan dialog ini dapat membangun hubungan yang mutualis. Dengan belajar dari ilmu, agama dapat membangun kesadaran kritis dan lebih terbuka sehingga tidak terlalu over sensitive terhadap hal-hal yang baru. Sebaliknya, ilmu perlu mempertimbangkan perhatian agama pada masalah harkat kemanusiaan. Dalam dunia manusia, ada realitas batin yang membentuk makna dan nilai. Ilmu bukanlah satu-satunya jalan menuju kebanaran, dan ilmu bukan hanya untuk ilmu tetapi ilmu juga untuk kemanusiaan. Agama dapat membantu memahami batas-batas rasio, yaitu pada wilayah adikodrati atau supranatural ketika ilmu tidak mampu menyentuhnya. Hubungan dialogis berusaha membandingkan metode kedua bidang yang dapat menunjukan kemiripan dan perbedaan. Dialog dapat terjadi manakala ilmu dan agama menyentuh persoalan diluar wilayahnya sendiri.

3.    Integrasi. Ada dua makna dalam tipologi ini. Pertama, bahwa integrasi mengandung makna implisit reintegrasi,  yaitu menyatukan kembali ilmu dan agama setelah keduanya terpisah. Kedua, integrasi mengandung makna unity, yaitu bahwa ilmu dan agama merupakan kesatuan primordial. Makna yang pertama populer di Barat karena kenyataan sejarah menunjukan keterpisahan itu. Adapun makna kedua lebih banyak berkembang di dunia Islam karena secara ontologis di yakini bahwa kebenaran ilmu dan agama adalah satu, perbedaannya pada ruang lingkup pembahasan, yang satu pengkajian dimulai dari pembacaan Al-Qur’an, yang satu dimulai dari pembacaan alam. Kebenaran keduanya saling mendukung dan tidak saling bertentangan.

Page 8: Integrasi Ilmu Dan Agama

Beberapa Tipe Integrasi Ilmu dan Agama Ada beragam konsep tentang integrasi. Dalam konteks Kristen kontemporer Ian Barbour mengajukan konsep yang dikena sebagai integrasi teologis. Konsep ini berusaha mencari implikasi telogis atas berbagai teori ilmiah mutakhir, kemudian satu teologi baru dibangun dengan memperhatikan juga teologi tradisional sebagai salah satu sumbernya. Pandangan konseptual teologi dapat berubah atas nama “belajar dari ilmu”.

Pandangan teology of nature Barbur mendapat kritik dari Huston Smith dan Seyyd Hosein Nasr karena apabila teologi dapat setiap saat bisa berubah karena berinteraksi (belajar dari ilmu), akan menimbulkan kesan bahwa teologi berada di bawah ilmu. Tokoh Kristen yang lain adalah John F. Haugat. Ia menggunakan istilah konfirmasi sebagai bentuk dari integrasi yang dimaksudkan, sebagai upaya mengakarkan ilmu beserta asumsi metafisisnya pada pandanga dasar agama tentang realitas. Apabila agama berisi keyakinan apriori, misalnya tentang Tuhan, surga dan neraka, dalam ilmu pun sebenarnya juga mengandung ‘keyakinan’ apriori, misalnya alam semesta merupakan totalitas benda-benda yang tertata secara rasional. Tanpa asumsi dasar ini ilmu sebagai pencarian intelektual tidak dapat melakukan langkah pertamanya sekalipun.

Integrasi yang ingin di bangun oleh Haugat tidak hendak meleburkan ilmu dan agama, serta tidak hanya bertujuan untuk menghindari konflik, tetapi menempatkan agama sebagai pendukung seluruh upaya kegitan ilmiah, memperkuat kerinduan akan pengetahuan dan memperkuat dorongan yang bisa memunculkan ilmu. Integrasi Holistik Ilmu dan Agama prespektif Mulla Shadra

Apakah hubungan ilmu dan agama berada pada posisi konflik, independensi, dialog atau integrasi masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Di tengah kebimbangan untuk memahami pada posisi mana sesungguhnya ilmu dan agama berada, Mulla Shadra mempunyai pandangan filosofis, terutama dalam bidang ontologi an epistemologi yang menunjukan karakter yang kuat pada tipe integrasi meskipun secara eksplisit ia tidak pernah membahas secara langsung hubungan antara imu dan agama. Beberapa prinsip penting yang mendasari integrasi tersebut adalah:

1.    Tauhid (Keesaan Allah)Keesaan Allah adalah prinsip yang paling mendasar dalam Islam konsep ini berimplikasi pada kesatuan ciptaan yakni keterhubungan bagian-bagian alam, dan selanjutnya berimplikasi pula pada kesatuan pengetahuan. Tapi

Page 9: Integrasi Ilmu Dan Agama

bukan saja menjadi kerangka keimanan yang menjadi dasar keyakinan umat Islam kepada Allah, namun juga merupakan kerangka pemikiran yang membangun integritas kebenaran. Pandanga tauhid ini didasarkan atas beberapa firman Allah dalam Al-Qur’an yaitu:“Dan Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia”.(Q.S. 2:163). “Apakah ada keragu-raguan tentang Allah, pencipta langit dan bumi” (Q.S. 14:10).Pandangan uniter dalam keilmuan diyakini oleh ilmuwan muslim sejak masa lampau. Mereka tidak mengutamakan satu bidang ilmu atas yang lain, namun satu ilmu selalu terkait dengan bidang ilmu yang lain. Akan tetapi, dewasa ini hampir-hampir tidak terjadi dialog antara ilmu terutama ilmu alam dan ilmu sosial humaniora.

2.    Keyakinan pada realitas adikodrati dan keterbatasan pengetahuan manusia. Al-Qur’an menjelaskan sebagai berikut: “Dan Tuhan mengeluarkan kalian dari rahim ibu kalian dalam keadaan tidak tahu apa-apa, dan Kami berikan kepada kalian pendengaran dan pengelihatan dan hati agar kalan dapat bersyukur”.(Q.S. 16:78). Ayat ini menunjukan bahwa manusia berawal dari tidak tahu dan melalui sarana yang diberikan Allah berupa panca indera dan hati, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an menyebutkan pembedaan dua alam yaitu alam tak tampak dan alam tampak. Dengan kemampuan yang dimilikinya manusia dapat mengembakan penyelidikan pada alam tampak, sedangkan terhadap alam yang tak tampak harus melalui bimbingan wahyu agar tidak  mengalami pemahaman yang salah.“Katakanlah (hai Muhammad): Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa aku memiliki khazanah-khazanah Tuhan, tidak pula aku mengetahui apa yang gaib, dan tidak pula aku mengatakan pada kalian bahwa aku adalah sosok malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”(Q.S. 6:50).Dua ayat tersebut menegaskan keyakinan bahwa ada realitas yang adikodrati yang menguasai, memberikan sarana dan mengajarkan ilmu kepada manusia. Namun demikian tidak semua ilmu dapat dikuasai manusia karena keterbatasan yang dimilkinya.

3.    Keyakinan pada alam yang memiliki tujuanDalam pandangan Al-Qur’an , Allah menciptakan segala sesuatu dalam satu ukuran tertentu dan menetapkan baginya suatu tujuan. Dan tidak Kami ciptakan langit dan bumi, dan apapun yang ada diantara keduanya untuk kesia-siaan. (Q.S. 38: 27). Pandangan Al-Qur’an tentang tujuan alam berjalan seiring dengn konsep kehidupan akhirat. Perjalanan dunia akan berakhir dan digantikan dengan kehidupan akhirat. Apakah kalian mengira bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Q.S. 23: 115). Pemahama Islam ini

Page 10: Integrasi Ilmu Dan Agama

sekaligus menepis pandangan kaum naturalis bahwa alam terjadi secara kebetulan, yaitu melalui proses alamiah berdasarkan hukum alam yang ada dalam dirinya. Oleh karena kebetulan, tentu alam tidak memiliki tujuan kecuali hanya berjalan sesuai dengan hukum-hukum tersebut.

4.    Komitmen pada nilai-nilai moralKomitmen moral adalah salah satu dari risalah kenabian. Sebagaimana dalam satu hadist dijelaskan  bahwa Nabi Muhammad saw., diutus untuk menyempurnakan ahlak manusia. Hal ini juga diperkuat dalam Al-Qur’an:“Dialah yang mengutus seorang dari kalangan orang-orang yang buta huruf untuk membacakan ayat-ayat-Nya dan menyucikan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab dan kebijaksanaan, meski sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 62: 2).Islam menganjurkan umatnya untuk menjalankan agama secara kaffah (sempurna). Diantara komponen kesempurnaan itu adalah bahwa umat Islam harus mengembangkan ilmu yang tidak hanya untuk ilmu tetapi ilmu yang mempunyai perhatian pada alam dan kemanusiaan, oleh karenanya ilmu harus dilandasi oleh nilai-nilai moral.

Pandangan epistemologi Mulla Shadra melampaui pandangan Empirisme, Rasionalisme maupun Kritisisme yang lahir dan berkembang di Barat. Mulla Shadra juga melampaui para pemikir Islam lainnya karena keberhasilannya memadukan empat aliran besar pemikiran Islam, yaitu filsafat peripatetik (masysyai) Islam dari Ibnu Sina, Iluminasionis (teosofi Isyraqi) dari Syuhrawardi, ajaran tasawuf dari Ibnu Arab, dan teologi Islam (kalam). Agar lebih utuh memahami epistemologi Mulla Shadra maka perlu dijelaskan tiga hal pokok yang menjadi kerangka bagi bangunan epistemologinya yaitu: 1) Ilmu Hudhuri, 2) Konsep tentang persepsi, dan 3) kesatuan antar yang mengetahui dan yang diketahui.

1.  Ilmu HudhuriMulla Shadra sebagaimana para pemikir Islam yang lain membagi pengetahuan menjadi dua. Pertama, pengetahuan berdasarkan korespondensi atau representasi, disebut juga pengetahuan capaian (al-‘ilm al–Hushuli); dan kedua, pengetahuan presenial (al-ilm al-hudhuri). Epistemilogi Barat modern hanya mengenal pengetahuan Hushuli, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui kerja indra dan akal, sebagai kerja yang murni dilakukan manusia. Mereka tidak mengakui pengetahuan presensial (hudhuri) sebagai pengetahuan yang secara intuitif didapatkan langsung dari pemilik kebenaran. Pemahaman Shadra tentang Ilmu Hudhuri ini didasarkan atas ayat Qur’an yaitu: Dan dia mengajarkan kepada adam nama-nama seluruhnya. (Q.S.2: 31)

Pengetahuan hushuli diperoleh melalui konsep-konsep dalam pikiran tentang

Page 11: Integrasi Ilmu Dan Agama

yang diketahui, sedangkan pengetahuan hudhuri mengimplikasikan kehadiran realitas yang diketahui dalam akal/intelek secara langsung tanpa perantara. Pengetahuan ini bersifat intuitif, ilmunatif dan melampaui alam rasio, tetapi bukan berarti tanpa bobot intelektual. Mulla Shadra mengistilahkan dengan signifikansi wahyu sebagai sumber asasi bagi pengetahuan.

Bagi Shadra pengetahuan adalah wujud, yakni status wujud dan status pengetahuan adalah sama. Agar pengetahuan menjadi mungkin, wujud objektif material eksternal harus mengalami transformasi, suatu perubahan aktual. Dalam persepsi yang terjadi bukan abstraksi bentuk dari materi, namun transformasi objek persepsi yang hadir dalam jiwa yang mengetahui. Oleh karena apa yang diketahui bukan abstraksi atau ciptaan pikiran, maka sesuatu yang diketahui merupakan sesuatu yang riil dalam totalitasnya, tanpa pengurangan atau tambahan. Dalam pengetahuan hushuli hubungan antara subjek dengan objek jelas terpisah sehingga ada konsep dualisme didalamnya. Sementara pada pengetahuan hudhuri dualisme itu hilang. Yang ada adalah kesatuan antara subjek penahu dan objek yang diketahui.

2.    PersepsiDalam terminologi Barat istilah persepsi hanya merujuk pada sensai fisik saja, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pencerapan indra. Akan tetapi bagi Shadra, sensasi bukan hanya meliputi fisik namun juga nonfisik. Persepsi adalah sebutan bagi perbuatan yang dilakukan oleh jiwa untuk mengetahui apapun objek yang diketahuinya, baik fisik maupun nonfisik. Ia membagi persepsi meliputi empat tingkat, yaitu persepsi indra (al-hiss), imajinal (al-khayal), intuisi indra (wahm), inteleksi (ta’aqqul). Namun karena persepsi imajinal dan intuisi indra merupakan perantara antara persepsi indra dan inteleksi, Shadra meringkasnya menjadi tiga yaitu persepsi indra, imajinal dan inteleksi.

3.    Kesatuan yang mengetahi dan yang diketahuiMulla Shadra menyatakan bahwa yang ditangkap oleh indra bukanlah sifat benda materialnya, namun kualitas khusus yang bersifat kejiwaan dalam benda tersebut. Indra sesungguhnya adalah kekuatan jiwa, dengan demikian antara yang mempersepsi dan yang dipersepsi berada dalam satu modus keberadaan. Konsep inilah yang dikenal sebagai ‘kesatuan antara yang mengetahui dan yang diketahui’.

Doktrin metafisika Shadra lainnya yang terkait dengan pengetahuan adalah kesatuan intelek dengan intelijible (ittihad al-‘aqil wa al-ma’qul). Pada saat tindakan inteleksi berlangsung maka terjadilah kesatuan antara bentuk

Page 12: Integrasi Ilmu Dan Agama

intelijible (ma’qul), pemilik intelek (‘aqil) dan intelek (‘aql). Kesatuan subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahi paa akhirnya mempunyai implikasi kesatuan pengetahuan dengan wujud. Dengan demikian pandangan ini mengandung konsep bahwa ada hubungan yang signifikan antara memahami pengetahuan dengan tingkat kesempurnaan manusia.

Kebenaran ilmu diibaratkan sebagaimana cahaya, semakin jauh dari sumber cahaya maka akan semakin sedikit mendapatkan sinar cahaya tersebut, demikian pula semakin dekat dengan sumber cahaya maka akan semakin banyak mendapatkan pancaran cahaya tersebut. Tuhan adalah cahaya ilmu sehingga jika menginginkan curahan ilmu manusia harus mendekat pada sumber cahaya tersebut. Konsep inilah yang menjadi dasar epistemologis bahwa ilmu tidak dapat lepas dari agama, karena untuk mendapatkan ilmu sesorang harus meningkatkan kualitas kedekatannya kepada Tuhan.

Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (shalallohu a’laihi wasalam), sekitar 15 abad yang lalu sampai dengan saat ini masih terjaga keutuhannya, sehingga dengan demikian hal ini adalah merupakan salah satu mukzijat terbesar yang diberikan Alloh (subhanahu wa’taalla) kepada Nabi Muhammad – yang tidak bisa membaca dan menulis. Keajaiban Al Qur’an tidak hanya itu, namun kebenaran isi dari ayat-ayat di dalamnya terbukti secara ilmiah / science diakui oleh semua orang. Adapun bagian ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Ilmu

1. Ilmu Antariksa

Tentang Gas Nebula.

Tata surya dan bintang-bintang dulunya adalah gas nebula yang terpilin dan berotasi dan akhirnya terjadilah alam yang sekarang ini. James Hanz berkata Sebenarnya materi alam semesta berasal dari gas dijelaskan dalam QS. Al-Fushilat: 11“Kemudian Dia Menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia Berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut

perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh”.”

Page 13: Integrasi Ilmu Dan Agama

2 pace ShuttleSpace Shuttle adalah pesawat luar angkasa milik Amerika Serikat yang digunakan dalam misi penerbangan luar angkasa berawak. Space shuttle disebut juga pesawat ulang-alik.Bila pesawat terbang bisa mengunakan angin untuk terbang tetapi bila pesawat luar angkasa harus menggunakan pendorong roket untuk memberi gaya tolak di luar angkasa karena di sana hampa udara. Maka dalam Al Qur’an pun diketahui bahwa manusia akan mampu menembus angkasa dan ke luar angkasa. Al Qur’an juga meramalkan kemampuan manusia menembus bumi.Q.S Ar-Rohman: 33

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”Q.S Saba: 2 “Dia Mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang, Maha Pengampun.”

Adapun tentang penciptaan langit dan bumi, adalah sebagaimana berikut:

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30)

Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari

Page 14: Integrasi Ilmu Dan Agama

"ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.

Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai kedudukan ka’bah

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Neil Amstrong dan diperkuat dengan penelitian oleh Mr. Yasin seorang peneliti warga Palestina mengungkapkan bahwa Ka’bah merupakan jantung dari jagad raya ini. Maka pantaslah sekiranya waktu ka’bah menggantikan standar waktu Greenwich.

Bukan itu saja bahkan ketika pengambilan foto planet mars terlihat bahwa bumi memancarkan suatu radiasi yang tidak berujung. Radiasi ini diperkirakan oleh mereka bahwa radiasi berasal dari ka’bah yang menghubungkan ka’bah di bumi ke ka’bah di akhirat.Diketahui pula bahwa ka’bah merupakan daerah “Zero Magnetic” yang mana

Page 15: Integrasi Ilmu Dan Agama

merupakan daerah pertemuan tarik menarik antara kutub selatan dan kutub utara sehingga di ka’bah tidak memiliki daya magnet. Apabila memegang kompas di sekitar ka’bah maka jarum tidak akan bergerak ke arah manapun. Dari hasil penelitian bahwa orang yang melakukan tawaf di ka’bah seperti di carge oleh sebuah kekuatan yang bisa membuat tubuh lebih segar kembali dan lebih sehat karena disana tidak terpengaruh oleh adanya gaya gravitasi bumi.Yang pernah belajar Matematika, pastinya pernah mendengar nama Fibonacci. Dia adalah seorang ahli matematika yang hidup pada abad pertengahan di Aljazair. Semasa kecilnya pernah berguru kepada seorang ahli matematika Muslim, hingga akhirnya Fibonacci membawa ilmu Golden Ratio yang mengguncangkan Eropa dan dunia.

Golden Ratio benar-benar terobosan ilmu pengetahuan yang mencengangkan.

Anda dapat melihat bukti-bukti ilmiah luar biasa dari misteri yang tetap tersembunyi di Kota Suci Mekkah Selama Ribuan Tahun. Mekkah ditetapkan sebagai arah bersujud, tempat konvensi miliaran umat Islam dan kota suci bagi umat Islam. Orang-orang Muslim, yang sanggup, disunahkan untuk pergi melakukan perjalanan melalui Ka’bah, Muzdelife dan Arafat dan untuk berkumpul di kota suci.

Phi Konstan-1,618, jumlah Nilai unggulan matematika. Allah – Sang Pencipta selalu menggunakan nomor yang sama dalam berbagai peristiwa di alam semesta, dalam pulse hati kita, rasio aspek spiral DNA, di desain khusus yang disebut alam semesta dodecehadron, dalam aturan array daun tanaman yang disebut phylotaxy, dalam bentuk serpihan salju, kristal, dalam struktur spiral banyak galaksi.

Ilmu Kesehatan

Mamfaat Berpuasa bagi kesehatan manusia

1.Dr.Muhammad Munib dan kawan-kawan dari TurkiMelakukan sebuah penelitian terhadap seratus responden muslim, Sampel darah mereka diambil sebelum dan diakhir bulan ramadhan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan protein , total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol, albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, dan unsur-unsur pembentuk darah lainnya, dan

Page 16: Integrasi Ilmu Dan Agama

didapat, antara lain bahwa terjadi penurunan umum pada kadar gula (glukosa) dan tryacyglicerol orang yang berpuasa, terjadinya penurunan parsial dan ringan pada berat badan, tidak terlihat adanya aseton dalam urin, baik dalam awal maupun akhir puasa, sebab sebelum puasa ramadhan, kenyataan ini menegaskan tidak adanya pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh selama bulan puasa islam, Dengan keutamaan puasa, glikogen dalam tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan lemak yang tersimpan, sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat.

2. Dr. Yuri Nikolayev 

Direktur bagian diet pada Rumah Sakit Jiwa Moskow menilai kemampuan untuk berpuasa yang mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi awet muda, sebagai suatu penemuan (ilmu) terbesar abad ini. Beliau mengatakan: what do you think is the most important discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger phisically, mentally and spiritually through rational fasting. (Menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional).

3. Allan Cott, M.D.,

seorang ahli dari Amerika, telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain: a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental). b. To look and feel younger (melihat dan merasa lebih muda). c. To clean out the body (membersihkan badan) d. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak. e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks). f. To let the body health itself (membuat badan sehat dengan sendirinya). g. To relieve tension (mengendorkan ketegangan jiwa). h. To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi). i. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri). j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).

4. Dr Ahmad al-Qadhi, Dr. Riyadh al-Bibabi,

Bersama rekannya di Amerika, ia melakukan uji laboratorium terhadap sejumlah sukarelawan yang berpuasa selama bulan Ramadhan. Hasil penelitian ini menunjukan pengaruh positif puasa yang cukup signifikan terhadap sistem kekebalan tubuh. Indikator fungsional sel-sel getah

Page 17: Integrasi Ilmu Dan Agama

(lymfocytes) membaik hingga sepuluh kali lipat, walaupun jumlah keseluruhan sel-sel getah bening tidak berubah, namun prosentase jenis getah bening yang bertanggung jawab melindungi tubuh dan melawan berbagai penyakit yaitu sel T mengalami kenaikan yang pesat.

5. Dr Sabah al-Baqir dan kawan-kawan

Puasa dapat mengurangi jumlah hormon pemicu stress . Dia bersama tim dari Falkutas kedokteran Universitas King Saud.yang melakukan studi terhadap hormon prolaktin, insulin dan kortisol, pada tujuh orang laki-laki yang berpuasa sebagai sampel. Hasilnya bahwa tidak ada perubahan signifikan pada level kortisol. Prolaktin, dan insulin. Ini menunjukkan bahwa puasa bulan ramadhan bukanlah pekerjaan yang memberatkan, dan tidak mengakibatkan tekanan mental maupun saraf. Percobaan ini menunjukan peningkatannya terjadi pada perbedaan waktu saja, bila pada hari tidak puasa prolaktin mengalami kenaikan tertinggi pada jam 16.00. sementara pada bulan Ramadhan mengalami puncaknya pada pukul 21.00 dan menurun lagi sampai batas terendahnya pukul 04.00. Sementara insulin meningkat pada pukul 16.00, sedang pada bulan ramadhan pukul 21.00, menurun sampai batas terendah pukul 16.00. Sedang Kortisol pada hari biasa mencapai puncaknya pukul 09.00, menurun pada pukul 21.00, sementara pada bulan Ramadhan tidak ada perubahan berarti.

MANFAAT GERAKAN SHOLAT

a. Berdiri lurus

Berdiri lurus adalah pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.

b. Takbir

Takbir merupakan latihan awal pernapasan, Paru-paru adalah alat pernapasan, Paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga yang melengkung dan tulang belakang yang mencembung. Susunan ini didukung oleh dua jenis otot yaitu yang

menjauhkan lengan dari dada (abductor) dan mendekatkannya (adductor).

Page 18: Integrasi Ilmu Dan Agama

Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar.

c. Ruku

Dengan ruku’, memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher oleh karena sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar bila ruku’ dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi daripada leher. Ruku’ juga mengempiskan pernapasan. Pelurusan tulang belakang pada saat ruku’ berarti mencegah terjadinya pengapuran. Selain itu, ruku’ adalah latihan kemih (buang air kecil) untuk mencegah keluhan prostat. Pelurusan tulang belakang akan mengempiskan ginjal. Sedangkan penekanan kandung kemih oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan kemih. Getah bening (limfe) fungsi utamanya adalah menyaring dan menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah.

d. Sujud

Sujud Mencegah Wasir, mengalirkan getah bening dari tungkai perut dan dada ke leher karena lebih tinggi. Dan meletakkan tangan sejajar dengan bahu ataupun telinga, memompa getah bening ketiak ke leher. Selain itu, sujud melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah wasir. Sujud dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah bening dan tidak melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada di sebagian sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud. Selain itu sujud adalah manifestasi ketotalan kita dalam berpasrah diri kepada Allah, bahwa manusia adalah mahluk yang lemah, seorang hamba yang sudah bisa menikmati sholatnya, maka jiwanya dalam titik nol, dalam kondisi yang paling pasrah dan stabil, seseorang yang dilanda stres akan terlepas segala beban di jiwa dalam posisi ini.selain secara fisik otot2 leher yang kaku karena stres akan diulur, sehingga seorang hamba yang beriman dan pandai memaknai sholatnya tidak akan pernah dilanda keputusasaan (Stress)

e. Duduk antara 2 sujud

Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya pengapuran. Pembuluh darah balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari mata kaki

Page 19: Integrasi Ilmu Dan Agama

sehingga pembuluh darah di pangkal kaki mengembang. Gerakan ini menjaga supaya kaki dapat secara optimal menopang tubuh kita.

f. Salam

Gerakan salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.

Sholat Lebih Canggih dari Yoga “Apakah pendapatmu sekiranya terdapat sebuah sungai di hadapan pintu rumah salah seorang di antara kamu dan dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali. Apakah masih terdapat kotoran pada badannya?”. Para sahabat menjawab : “Sudah pasti tidak terdapat sedikit pun kotoran pada badannya”. Lalu beliau bersabda : “Begitulah perumpamaan sholat lima waktu. Allah menghapus segala kesalahan mereka”. (H.R Abu Hurairah r.a).

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat serta kita dapat berkumpul dan melaksanakan diskusi pada mala mini dengan membahas “ Integrasi Ilmu dan Agama”

masih banyak kekurangan yang terdapat pada hasil diskusi kami

Page 20: Integrasi Ilmu Dan Agama

ini, maka tidak akan terwujud dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Medan, 20 September 2013

Kelompok 2