integrasi ilmu dan agama dalam menyongsong …

12
88 Integrasi Ilmu dan Agama dalam Menyongsong Peradaban Bangsa INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG PERADABAN BANGSA Aminah Institut Parahikma Indonesia (IPI) Gowa Abstract: The presence of a civilization is a necessity. In such efforts, the integration between science and religion is a basic framework that can facilitate such efforts. In this context, science is seen as something of a physical nature while religion is seen as something that is metaphysical. The synthesis between the two became a theo-anthropocentric assimilation that gave birth to the magnum opus of civilization. Keywords: Integration Science, Islam Religion, Civilization Nation I. PENDAHULUAN Dalam menjalani hidup ini manusia dibekali kemampuan untuk mengemban amanah di muka bumi ini. Manusia dipilih untuk membentuk peradaban di dunia, karena secara jasad maupun batin dan akal, manusia diciptakan dengan berbagai substansi untuk menyempurna. Fitrah manusia adalah menyempurna, hanya saja pandangan dunia tiap individu itu berbeda-beda sehingga berimplikasi pada bagaimana cara mereka menyikapi atau menghadapi tiap polemik yang ada. Tuhan menyebutkan beberapa ciri manusia dalam Al-Qur’an, diantaranya: a) Al Basyar yang bermakana bahwa manusia memiliki jasad dan organ biologis. Dalam hal ini manusia sama dengan binatang yang memiliki beberapa bagian organ tubuh yang vital dengan fungsi yang hampir mirip dengan manusia serta memiliki kebiasaan seperti makan, minum, dan istirahat, b) An Naas yang bermakna bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling bantu membantu, toleransi, saling menghormati satu sama lain, c) Al insan yang bermakna manusia adalah makhluq sempurna secara totalitas baik secara fisik, mental, intelektual, maupun spiritual. Jika dilihat dari sudut pandang Al-insan, maka manusia adalah makhluq yang bisa menciptakan peradaban di permukaan bumi. Secara fitrawi, manusia cenderung pada kesempurnaan. Kesempurnaan tersebut bergantung pada epistemology yang dimiliki. Misalnya, epistemologi yang dimiliki adalah cara pandang materialis, maka mereka menilai segala hal yang sempurna hanya benilai aksiden. Hal yang bersifat aksiden tersebut adalah segala hal yang bisa di inderai seperi kecantikan, penampilan luar, dan kebersihan. Di sisi lain, jika seseorang mengunakan akalnya sebagai epistemologi lanjutan dai inderawi, maka ia bisa menilai segalanya secara objektif dan logis. Peradaban hanya akan tercipta jika manusia mengaktualkan potensi al-insan dalam dirinya. Selain itu untuk mmbentuk peradaban maka agama dan ilmu adalah dua

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

88 Integrasi Ilmu dan Agama dalam Menyongsong Peradaban Bangsa

INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM

MENYONGSONG PERADABAN BANGSA

Aminah

Institut Parahikma Indonesia (IPI) Gowa

Abstract: The presence of a civilization is a necessity. In such efforts, the

integration between science and religion is a basic framework that can

facilitate such efforts. In this context, science is seen as something of a physical

nature while religion is seen as something that is metaphysical. The synthesis

between the two became a theo-anthropocentric assimilation that gave birth to

the magnum opus of civilization.

Keywords: Integration Science, Islam Religion, Civilization Nation

I. PENDAHULUAN

Dalam menjalani hidup ini manusia dibekali kemampuan untuk mengemban

amanah di muka bumi ini. Manusia dipilih untuk membentuk peradaban di dunia,

karena secara jasad maupun batin dan akal, manusia diciptakan dengan berbagai

substansi untuk menyempurna. Fitrah manusia adalah menyempurna, hanya saja

pandangan dunia tiap individu itu berbeda-beda sehingga berimplikasi pada bagaimana

cara mereka menyikapi atau menghadapi tiap polemik yang ada. Tuhan menyebutkan

beberapa ciri manusia dalam Al-Qur’an, diantaranya: a) Al Basyar yang bermakana

bahwa manusia memiliki jasad dan organ biologis. Dalam hal ini manusia sama dengan

binatang yang memiliki beberapa bagian organ tubuh yang vital dengan fungsi yang

hampir mirip dengan manusia serta memiliki kebiasaan seperti makan, minum, dan

istirahat, b) An Naas yang bermakna bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling

bantu membantu, toleransi, saling menghormati satu sama lain, c) Al insan yang

bermakna manusia adalah makhluq sempurna secara totalitas baik secara fisik, mental,

intelektual, maupun spiritual.

Jika dilihat dari sudut pandang Al-insan, maka manusia adalah makhluq yang bisa

menciptakan peradaban di permukaan bumi. Secara fitrawi, manusia cenderung pada

kesempurnaan. Kesempurnaan tersebut bergantung pada epistemology yang dimiliki.

Misalnya, epistemologi yang dimiliki adalah cara pandang materialis, maka mereka

menilai segala hal yang sempurna hanya benilai aksiden. Hal yang bersifat aksiden

tersebut adalah segala hal yang bisa di inderai seperi kecantikan, penampilan luar, dan

kebersihan. Di sisi lain, jika seseorang mengunakan akalnya sebagai epistemologi

lanjutan dai inderawi, maka ia bisa menilai segalanya secara objektif dan logis.

Peradaban hanya akan tercipta jika manusia mengaktualkan potensi al-insan

dalam dirinya. Selain itu untuk mmbentuk peradaban maka agama dan ilmu adalah dua

Page 2: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

Volume VI, Nomor 1, Januari - Juni 2017 89

hal penting yang harus teraktual. Walaupun ada beberapa pahaman yang menganggap

bahwa agama dan ilmu adalah dua hal yang tidak akan bertemu di satu titik, kajian ini

akan membuktikan bahwa peradaban dengan cara mengintegrasikan agama dan ilmu

bukanlah suatu hal yang nihil. Karena dengan menjadikan ilmu dan agama sebagai

tonggaknya, maka kehidupan menjadi seimbang an bermakna.

II. INTEGRASI ILMU DAN AGAMA

Ilmu dalam bahasa lain juga disebut sains yang lebih rinci akan dibahas,

sementara agama secara etimologi berasal dari bahasa Sangsekerta yang akar katanya adalah a

dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur.

Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang

dihadapi dalam hidupnya, bahkan menjelang matinya.1 Berikut adalah rincian pembahasan

perkembangan ilmu dan agama dalam kerangka filosofis.

A. Pandangan filosofis mengenai ilmu

Umumnya ilmu dipandang dari segi materialis dan metafisika islam. Filsafat

digunakan sebagai tolok ukur memahami hakikat realitas. Mengkaji filsafat tidak

terlepas dari 3 hal, yakni pembahasan epistemologi (cara pandang manusia dalam

memahami realitasa atau alat yang digunakan dalam memahami dan menilai realitas),

ontologi (ilmu mengenai hakikat realitas berasarkan epistemologi yang digunakan), dan

aksiologi (yang membahas tentang hasil dari memahami dan menilai realitas yang ada).

Filsafat sebagai induk segala ilmu pengetahuan jugalah yang mengubah hal yang

tadinya mitos menjadi logis.

Perkembangan ilmu pengetahuan secara garis besar atau dalam pandangan non

Islam terbagi menjadi 3 yakni:

1. Era Renaisans (Abad Ke 15-16)

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kejayaan gemilang

perkembangan ilmu pengetahuan. Di era ini, tantangan gerakan reformasi terhadap

kekuasaan tunggal dan supremasi Gereja Katolik Roma berkembang seiring dengan

kejayaan humanisme.2 Sejarah mencatat bahwa penyempurnaan kesenian, keahlian dan

ilmu yang diwujudkan dalam diri jenis serba bisa Leonardo da Vinci melejit di zaman

ini. Selain itu penemuan percetakan (kira-kira 1440M) dan ditemukannya benua baru

(1429M) oleh Columbus memberikan motivasi pada kalangan lain dalam kemajuan

ilmu pengetahuan. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili

Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsar. Seni musik juga mengalami

perkembangan pesat.

1 Al-Asyraf, Pengertian Agama, https://abdain.wordpress.com/2010/01/03/pengertian-agama/,

diakses pada tanggal 2 Februari 2017.

2 Ahmad Edi Purwanto, Perkembangan Filsafat Zaman Renaisans dan Modern,

http://aepcitystudio.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-filsafat-zaman-renaisans.html, diakses pada

tanggal 2 Februari 2017.

Page 3: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

90 Integrasi Ilmu dan Agama dalam Menyongsong Peradaban Bangsa

Nicholas Copernicus (1473-1543) adalah seorang tokoh gereja ortodoks di era ini,

ia menemukan bahwa matahari berada di pusat pada jagad raya, dan bumi memiliki dua

macam gerak, yaitu berputar sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi

matahari. Teorinya ini disebut Heliosentrisme, dimana matahari menjadi pusat jagad

raya, bukan bumi sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat oleh

pihak gereja. Teori Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi

sebagai pusat jagad raya.

Selain Copernicus, tokoh ternama disaat itu adalah Galileo (1546-1642) dengan

penemuan lintas peluru, penemuan hukum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet

Jupiternya. Penemuan tata bulan Jupiter memperkokoh keyakinan Galileo bahwa tata

surya bumi bersifat heliosentrik. Sebagai sarjana matematika dan fisika, Galileo

menerima prinsip tata surya yang heliosentris. Galileo dapat pula membuat sebuah

teropong bintang untuk melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Yang

terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat

buah bulan.

Galileo membagi sifat benda dalam dua golongan, yaitu pertama, golongan yang

langsung mempunyai hubungan dengan metode pemeriksaan fisik, artinya yang

mempunyai sifat-sifat primer (primary qualities) seperti berat, panjang dan lain-lain

sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang tidak mempunyai peranan dalam proses

pemeriksaan ilmiah, disebut sifat-sifat sekunder (secondary qualities) seperti sifat

warna, asam, manis, dan tergantung dari pancaindera manusia. Sejak itu, ilmu pada

umumnya tidak dapat memeriksa sifat kehidupan, karena sifatnya subjektif, tidak dapat

diukur, dan tidak dapat ditemukan satuan dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo

dianggap sebagai pelopor perkembangan ilmu dan penemu dasar ilmu modern yang

hanya berpegang pada soal-soal yang objektif saja.

Pada masa yang bersamaan, Tycho Brahe (1546-1601) menemukan bahwa adalah

“benda-benda angkasa semuanya ‘terapung bebas’ dalam ruang angkasa”. Johannes

Keppler (1571-1630) sebagai pembantu Tycho yang mengembangkan ilmu astronomi.

Pada era itu juga ditemukan logaritma oleh Napier (1550-1617) berdasarkan basis e,

yang kemudian diubah ke dalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun 1615) dan kemudian

diperluas oleh Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Desarque (1593-1662) ditemukan

Projective Geometry, Sedangkan Fermat mengembangkan Ortogonal Coordinate

System seperti Descartes. Di samping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori al-Jabar

berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal dalam tangan Newton dan Leibniz

kemudian akan menjelma sebagai perhitungan diferensial integral (calculus). Fermat

bersama-sama Pascal menyusun dasar perhitungan statistik. Sumbangsih penemuan-

penemuan di era ini selanjutnya dikembangkan di era modern.

2. Era Modern

Tokoh yang berperan besar di awal era ini adalah Isaac Newton (1643-1727) dan

Leibniz (1646-1716). Lahirnya teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika

Page 4: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

Volume VI, Nomor 1, Januari - Juni 2017 91

merupakan karya besar Newton. . Joseph Black (1728-1799) dikenal sebagai pelopor

dalam pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO2. Ia melakukan pemanasan

terhadap kapur. Demikian pula Henry Cavendish (1731-1810) memeriksa gas yang

terjadi jika serbuk besi disiram dengan asam dan menghasilkan hawa yang dapat

dinyalakan.

Sarjana lain, seperti Joshep Prestley (1733-1804) menemukan sembilan macam

hawa No dan Oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat

menyegarkan hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine Laurent

Lavoiser (1743-1794) adalah sarjana yang meletakkan dasar ilmu kimia. Perkembangan

ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan

statistika. Di abad ke-19 muncul pharmokologi, geofisika, geomorfologi, palaentologi,

arkeologi, logika matematika, mekanika quantum, fisika nuklir, kimia nuklir,

radiobiologi, oceonografi, antropologi budaya, psikologi dan lain-lain.

Masa kini dimulai pada abad ke-19 dan 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang

berpengaruh seperti positvisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neo

kantianisme, neo tomisme, dan fenomenologi. Aliran-aliran ini sangat terikat oleh

keadaan negara maupun lingkungan bahasa sehingga dalam perkembangan terakhir

lahirlah filsafat analitis yang lahir sejak tahun 1950. Positivisme oleh filusuf Auguste

Comte (1798-1857) seorang sosiolog pertama menyatakan bahwa pemikiran setiap

manusia, setiap ilmu dan pola pikir tiap suku pada umumnya melewati tiga tahap yaitu:

1) Tahap teologis dimana manusia masih mempercayai hal bersifat mistis, 2) Tahap

metafisis sebagai masa transisi antara tahap teologis ke fase ilmiah, 3) Tahap positif

ilmiah adalah fase dimana segala hal dikatakan benar ketika dinilai secara ilmiah

berdasarkan eksperimen, pengalaman, atau penelitian observatif.

3. Era Posmodernisme

Sejarah mencatat awal munculnya posmodernisme adalah pada tanggal 15 Juli

1972 di St. Louis Amerika Serikat.3 Namun hal ini sampai sekarang sebenarnya masih

dalam perdebatan ramai karena setiap disiplin ilmu akan melihatnya engan cara yang

berbeda. Ada 15 pola ide reaksi yang merupakan pecahan dari ide-ide asli dari belahan

Barat dan berfungsi sebagai subjek perbincangan di Indonesia anatara lain: 1) ide

difference berfungsi melihat kenyataan untuk mencapai nilai kemanusiaan melalui

pengetahuan, 2) ide deconstruction yang digunakan untuk mengkritik tradisi filsafat

oksidental, 3) ide politik sebagai sebuah bentuk manipulasi untuk menguasai atau

mempertahankan kekuasaan politik, 4) ide epistemologi sebagai sebuah paradigm baru

yang menjelaskan kembali kenyataan manusia, 5) ide logosentrisme yang diambil dari

Derrida sebagai penolakan dominasi logos atau rasionalitas yang berubah menjadi

mitos baru yakni sains dan teknologi, 6) ide tentang Tuhan dan Agama membuka

3 Radhar Panca Dahana, Jejak Posmodernisme: Pergulatan Kaum Intelektual Indonesia,

(Yogyakarta, Bentang, 2004), h. 23

Page 5: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

92 Integrasi Ilmu dan Agama dalam Menyongsong Peradaban Bangsa

kemungkinan munculnya sebuah kritik alternatif dalam pemikiran Islam terutama

dengan pendekatan gaya Arkoun, 7) Seni diterapkan pada semua produksi artistik atau

bentuk seni modern, 8) Arsitekturyang membawa slogan baru dalam dunia arsitektural

dimana tak ada lagi totalitas dan prutanisme yang menyingkirkan opsi-opsi tradisional

atau individual dalam karya arsitektural, 9) Ekonomi sebagai gagassan yang melakukan

oposisi ekonomi modern, ekonomi dalam dominasi kuat kapitalisme, 10) Modernisme

dimana posmodernisme telah membawa visi baru tentang hal ini temasuk semangat

untuk menentang atau menolaknya. Sementara 5 hal lainnya adalah feminsme, ilmu

ilmiah, bahasa, teknologi, dan Derrida.4

Dari rincian perkembangan ilmu secara ilmiah, dapat disimpulkan bahwa

mayoritas memiliki epistemologi yang sama akni materialisme. Materialisme serta

empiisme memiliki epistem atau alat yang sama dalam membaca realitas yakni hanya

menggunakan indera. Aapun akal hanya menilai secara subjekif beasarkan apa yang

diterima oleh indera sehingga hasil yang diperoleh besifat relative bahkan nisbi. Efek

negatif yang muncul dalam keseharian adalah ketika menjalani sesuatu, selalu diukur

dengan pandangan dunia materialistik. Contoh riil nya antara lain hidup hanya untuk

memuaskan nafsu birahi, menumpuk harta, menzalimi bawahan (karyawan) karena

melihat mereka seperti sekumpulan mesin yang siap bekerja setiap saat, korupsi, dan

lain sebagainya.

Sementara itu Islam memandang ilmu sebagai cahaya. Rasulullah Muhammad

S.A.W. bersabda bahwa “Ilmu adalah cahaya”. Sebagaimana epistemologi Islam yang

terdiri dari indera (yang berfungsi untuk mengenali realitas dari alam materi, khayal

(yang berfungsi sebagai penyekutuan dan pembanding dalam khayalan dari semua

objek-objek yang ditangkap oleh indera dan adapun alam yang dikenali oleh khayal

adalah alam malakut atau alam barzakhi seperti di saat kita bermimpi, isaat itulah kita

menangkap alammalakut), serta akal (yang berfungsi untuk menilai realitas, apakah

benar atau salah. Adapun alam yang dikenal oleh akal disebut dengan alam akal seperti

ketika manusia ingin mngetahui segala hal yang bersifat universal, maka di saat itulah

dia menangkap Ialam akal).

Persepsi indera, khayal, dan akal inilah yang terapat dalam diri manusia (sebagai

mikro kosmos). Sementara realitas adalah makro kosmos yang terdiri dari alam materi,

alam khayal, dan alam akal. Cahaya yang dimaksud oleh nabi Muhammad S.A.W

adalah Tuhan, beserta segala ciptaanNya. Hal ini selaras dengan Q.S./ Al-Nur [24]:35

yang berbunyi:

4 Radhar Panca Dahana, Jejak Posmodernisme: Pergulatan Kaum Intelektual Indonesia, h. 50-55

Page 6: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

Volume VI, Nomor 1, Januari - Juni 2017 93

Artinya:

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah

seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di

dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang

dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang

tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) yang

minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di

atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia

kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ketiga alam yang dikenal oleh filusuf Islam tersebut adalah gradasi cahaya dari

Sang Pemlik Cahaya yaitu Allah S.W.T. sebagai Sumbe Cahaya. Maka dari itu alam

materi adalah alam yang paling jauh dari cahayaNya. Olehnya itu siapapun yang

menjadikan dunia sebagai tujuan, jiwanya buta karena jauh dari cahaya Ilahi. Dia

membunuh, serakah, mabuk harta karena mempertuhankan dunia dan isinya.

Sebaliknya, siapapun yang beikhtiar menuju Tuhan, maka dia melampaui alam khayal

dan alam akal dengan mensucikan jiwa dan jasad melalui ibadah, bedzikir, berbuat baik

pada sesama, dan mensucikan akal dengan berpikir secara logis.

Selain itu, Islam tidak hanya mengenal ilmu yang bersifat ilmiah. Sebagaimana

pembagian alam di atas, secara materi ilmu yang bisa didapatkan adalah ilmu fisika,

kimia, ekonomi, dll. Dari alam khayal, manusia bisa mempelajari ilmu bahasa dan

matematika, dan dari alam akal manusia mmpelajari tentang ilmu metafisika atau

filsafat. Banyak para ilmuwan islam yang memiliki sumbangsih besar dalam

pekembangan ilmu pengetahuan seperti Jabir bin Hayyan (Geber), Bapak Kimia

Modern, Ibnu Rusyd (Averrous), Filsuf Muslim, Ibnu Sina (Avicenna): Bapak

Page 7: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

94 Integrasi Ilmu dan Agama dalam Menyongsong Peradaban Bangsa

Kedokteran, Al-Biruni, Matematikawan Muslim, Al-Khawarizmi, Guru Aljabar Eropa,

Ibnu Ismail Al-Jazari, Penemu Konsep Robotika Modern, dan sebagainya.5

B. Pandangan filosofis mengenai agama

Beberapa pemaparan mengenai pandangan filsafat kaum non muslim serta filsafat

Islam di atas, maka dapat diketahui bahwa pastinya kaum materialistik ada yang tidak

beragama. Mengapa? Karena Tuhan tidak dapat di inderai, dan manusia itu mati murni

karna kehabisan energi dan mereka menganggap bahwa kehidupan dunia adalah

kehidupan awal dan akhir. Maka dari itu kebanyakan kaum atheisme (tidak bertuhan)

dikarenakan memiliki pandangan dunia materialisme.

Kita juga bisa menilik dari sejarah pemikiran seorang filosof yang merumuskan

kembali pemikiran Plato (dalam Islam, pahaman Platonian ini berasarkan alam

malakut), terutama dalam menjawab persoalan agama. Aliran ini dikenal dengan Neo-

Platonisme yang dirintis oleh Plotinus (205-70 SM). Doktrin pokok Plotinus adalah tiga

realitas, yaitu jiwa (soul), akal (nous), dan Yang baik (The Good). Hubungan ketiga

unsur tersebut dikenal dengan Plotinus Trinity. Menurut Plotinus, Tuhan bukan untuk

dipahami, tetapi untuk dirasakan. Akibatnya, orang-orang yang menghidupkan filsafat

dimusuhi dan dibunuh. Di antara korban kefanatikan agama Kristen adalah Hypatia

(370-415).6

Sementara itu kaum theisme yang mengaku (beagama dan bertuhan) terbagi

menjadi animisme (mempertuhankan benda-benda seperti pohon, dsb.), politheisme

(percaya ada banyak Tuhan, dan monotheisme (percaya bahwa Tuhan itu Tunggal. Pada

hakikatnya Tuhan itu Esa, hanya saja beberapa agama memiliki pahaman yang hanya

sampai pada alam khayal atau malakut, sehingga melihat realitas alam kerangka

majemuk seperti percaya pada banyaknya dewa. Jika dikaji secara filosofis, segala

ciptaan yang ada di muka bumi ini pasti ada penciptanya.

Dalam memahami konsep penciptaan, kajian teologis beberapa agama mencoba

menjawab berdasarkan kepercayaan dan epistemologi masing-masing. Islam memahami

bahwa secara filosofis harus “Kausa Akhir yang tak tercipta”sebagai Penyebab Tunggal

adanya alam semesta beserta isinya, Dialah yang disebut sebagai Tuhan yang

terjewantahkan dalam beberapa agama dengan nama yang berbeda-beda seperti Allah

S.W.T bagi orang muslim, Sang Hyang Widhi bagi orang Hinduisme Bali, bahkan

kaum Kristiani mengakui Allah sebagai Tuhan mereka dalam Markus Pasal 12 ayat 9

yang berbunyi:

"Maka jawab Yesus kepadanya: "Hukum yang terutama inilah: dengarlah olehmu

5 Abdul Rasyid, Ilmuwan Muslim di Abad kegelapan Eropa (kebangkitan & Kejayaan islam pada

zaman Kegelapan Eropa), https://www.facebook.com/notes/abdul-rasyid/ilmuwan-muslim-di-abad-

kegelapan-eropa-kebangkitan-kejayaan-islam-pada-zaman-keg/555981824478818/, diakses pada tanggal

3 Februari 2017.

6 Nanang Wijaya, Agama dan Filsafat Klasik, https://jalanpencerahan.wordpress.com/

artikel/agama-dalam-filsafat-klasik/, diakses pada tanggal 3 Februari 2017.

Page 8: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

Volume VI, Nomor 1, Januari - Juni 2017 95

hai Israil, adapun Allah Tuhan Kita, ialah Tuhan Yang Esa".

Dengan emikian kaum kristiani ada yang tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan,

jika mereka benar-benar memahami isi dari Kitab Injil ini. Hal ini sinergis dengan butir

Pancasila sila ke 1 yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Orang yan beragama

juga percaya atau beriman bahwa akan ada alam setelah alam dunia yaitu

akhirat/surge/neraka dan semua agama mengakui itu. Tiap agama juga memiliki suri

tauladan seperti nabi Muhammad S.A.W bagi ummat islam, yesus bagi ummat kristen,

serta para dewa bagi ummat hindu dan Buddha. Tiap agama juga mengajarkan hidup

saling tolong menolong, saling menghormati dalam merintis perdamaian dan meraih

kebahagiaan sejati.

Di Indonesia TAP MPR No. XVII/ 1998menyebutkan ada 8 kelompok hak asasi

manusia yang iakui pemerintah sebagai hak yan tidak boleh diabaikan dan dirampas

oleh siapapun, temasuk olh Negara sekalipun, yaitu hak untuk hidup, hak berkeluarga,

hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak

keamanan, dan hak kesejahteraan. Adapun kebebasan beragama tertuang dalam pasal

13: Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

menurut agamanya dan kepercayaannya itu.7

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah sebagaimana dalam Q.S. Ad-

dzariyat: 56-58 baik itu ibadah hati, lisan, dan anggota badan.8 Kitab suci Al-Qur’an

juga menegaskan agar kita tidak memaksakan orang lain (yang beda keyakinan) untuk

beribadah sesuai agama yang kita anut, sebagaimana Q.S./ Al-baqarah (2): 256 yang

berbunyi:

Artinya:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan

yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada

Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada

buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi

Maha Mengetahui.

7 Musdah Mulia, Islam dan Hak Asasi Manusia: Konsep dan Implementasi, (Yogyakarta, Naufan

Pustaka, 2010), h. 34-35

8 Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid 1, (Jakarta, Darul Haq, 1998), h. 76

Page 9: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

96 Integrasi Ilmu dan Agama dalam Menyongsong Peradaban Bangsa

C. Integrasi ilmu dan agama dalam membentuk peradaban

Orang beragama pasti percaya atau beriman pada adanya Tuhan dan hal yang

bersifat metafisika. Ironisnya, kekacauan justru tercipta oleh mereka yang mengaku

beragama. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena kuangnya kesadaran

beragama secara totalitas. Sementara itu ada beberapa pahaman yang menganggap

bahwa ilmu pengetahuan dan iman tak akan pernah bisa bersatu, dalam hal ini disebut

dengan sekulerisme. Pemahaman sekuler ini berimplikasi pada cara manusia bersikap.

Contoh nyata dalam kehidupan sehai-hari ketika seseorang bekerja, ianggap sebagai

mengejar dunia, dan keika beribadah seperti sholat dianggap sebagai orang yang hanya

mengejar akhirat. Padahal, urusan dunia dan akhirat adalah dua hal yang tak

terpisahkan. Mencari rezki dengan cara yang halal agar bisa bersedekah dan membantu

orang lain adalah salah satu cirri bahwasanya urusan dunia juga terkait dengan urusan

akhirat ketika sinergis dengan aturan agama.

Peperangan yang terjadi di beberapa Negara bukan hanya menyangkut negara

yang mengalami perang itu sendiri. Seperti perang di Palestina yan tak berkesudahan

menarik simpati rakyat dunia dan memprotes negara penjajah seperti Israel beserta

sekutunya. Disini terlihat adanya kesadaran manusia akan persoalan dunia yang

bersifat menyeluruh. Dari segi ekonomi negara maju menaruh simpati pada negara

miskin dengan hutangnya. Jadi memang semestinya, negara kaya membantu negara

miskin. Tapi mengapa masih ada saja masyarakat yang tidak sejahtera?

Tindakan kekerasan masih terjadi dimana-mana. Konflik perang, kriminal,

degradasi moral, perusakan lingkungan, kecanduan narkoba, KDRT, pelanggaran

HAM, serta sikap tidak peduli pada Tuhan sebagai Sang Khaliq merupakan kelakuan

yang merusak keselarasan alam semesta. Kesemuanya menunjukkan akan pentingnya

perubahan cara pendekatan dan perubahan cara berpikir dalam mengatasi segala

polemik kemanusiaan.

Fritjof Capra dalam bukunya The Tao of Physics dan The Turning Point

berpendapat bahwa seluuh aspek iup ini dpengaruhi oleh perubahan paradigm ilmu

pengetahuan seperti pengaruh pemikiran Timur, Taoisme.9 Adanya keselarasan antara

fisika klasik Newton dan fisika kuantum. Fisika newton yang bersifat rasionalistis,

serba terukur, mekanistik, logis, sebab-akibat, sangat berguna dalam perkembangan

teknologi, ekonomi, fisika, biologi, kedokteran, dan psikologi. Namun dalam dunia

mikro, fisika kuantum yang berlaku. Ternyata suatu sinar dapat bersifat sebagai

partikel dan gelombang yang berbeda sifatnya. Dengan fisika kuantum di era modern

ini, maka orang mulai merubah cara berpikir yang relative dan probabilistik. Fisika

kuantum juga memutlakkan gagasan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang mutlak,

yang paling benar, dan paling baik. Tiada yang Mutlak, Maha Benar, Maha Baik,

kecuali Allah S.W.T.

9 Agus Purwadianto, et.al, Jalan Paradoks, (Bandung, Teraju, 2004), h.8

Page 10: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

Volume VI, Nomor 1, Januari - Juni 2017 97

Bahkan ada fisikawan bernama Demitri Bolykov, yang sangat menggandrungi

kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islamannya adalah

fisika yang pada saat itu meneliti tentang perputaran bumi dan porosnya. 10 Teori itu

dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”, dimana ayat-ayat Al Qur’an

dan hadits nabi Muhammad S.A.W. juga menjelaskan tentang hal ini.11 Masih banyak

lagi para ilmuwan yang masuk Islam dari hasil riset mereka yang juga terdapat dalam

ajaran agama Islam.

Olehnya itu, tiap individu diharapkan memiliki kesadaran holistik atau

menyeluruh agar kehidupan di alam semesta ini bisa selaras. Pendekatan Tao memang

holistik alam menyatukan konsep (Yin dan Yang). Dengan demikian perlu

dikembangkan pola pendidikan holistik dimana semua segi kemampuan manusia

diperhatikan secara integral seperti kemampuan intelektual, emosional, sosial, fisik,

artistik, kreativitas dan spiritual. Tiap pribadi akan menemukan dan mengembangkan

identitasnya serta menemukan arti tujuan hidupnya melalui saling ketertarikan antara

lingkungan, masyarakat, sesama, alam, serta Sang Pencipta.

Dengan adanya integrasi holistik tersebut maka peradaban di muka bumi ini bisa

tercipta. Ilmu yang besifat sainstik dan agama yang membuat orang beriman patuh

pada Penciptanya adalah kunci harmoni alam semesta. Harmonisasi alam semesta

inilah yang membingkai peradaban manusia. Albert Einstein mengatakan: “Religion

without science is blind. Science without religion is paralyzed” (Agama tanpa ilmu

adalah buta, Ilmu tanpa agama adalah lumpuh)”. 12 Terciptanya peradaban adalah misi

kerasulan Nabiyullah Muhammad S.A.W, sebagaimana termaktub dalam hadits shahih:

Aku diutus" (Innama bu'itstu liutammima makarimal akhlaq) "ا إنما بعثت لأتمم لأخلاقمكارم "

untuk menyempurnakan akhlaq". Bahkan Allah S.W.T juga menegaskan bahwasanya

nabi Muhammad S.A.W. adalah prototipe manusia yang berakhlaq sempurna dalam

Q.S. 68 (al- Qalam): 4 dan QS. 33 (Al-Ahzab): 21. Masyarakat yang memiliki iman

tanpa ilmu menjadi masyarakat yang terbelakang sedangkan masyarakat yang memiliki

ilmu tanpa iman akan mnjadi bobrok moalnya. Karna itu seyogianya kita sebagai

ummatnya mendukung misi peradaban atau akhlaq itu agar bisa berkibar dan

terjewantahkan secara holistik selaras dengan ilmu pengetahuan di muka bumi ini.

Dalam konteks keindonesiaan, sila ke 2 dari butir Pancasila yan berbunyi:

“Kemanusiaan yang adil dan beradab” menunjukkan bahwa misi kerosulan sejalan

10 Endah Hapsari, Ahli Fisika Ini Jadi Mualaf karena Matahari, Mengapa? (1)

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/08/19/m8l2t8-ahli-fisika-ini-jadi-mualaf-karena-

matahari-mengapa-1, diakses pada tanggal 3 Februari 2017.

11Rahmanhadiq, Al Qur’an dan Sains tentang Rotasi Bumi, http://www.qiroatipusat.or.id/2015/

06/al-quran-dan-sains-tentang-rotasi-bumi.html, diakses pada tanggal 3 Februari 2017.

12 Ika Umaya Santi, Albert Einstein (Agama tanpa ilmu adalah buta, Ilmu tanpa agama

adalah lumpuh), https://umayaika.wordpress.com/2012/04/24/albert-einstein-agama-tanpa-ilmu-adalah-

buta-ilmu-tanpa-agama-adalah-lumpuh/, diakses pada tanggal 3 Februari 2017.

Page 11: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

98 Integrasi Ilmu dan Agama dalam Menyongsong Peradaban Bangsa

dengan misi kebangsaan. Semoga peradaban mulia bisa tercipta di dunia ini terutama di

tanah air Indonesia yang sama kita cintai ini.

III. KESIMPULAN

Integrasi antara ilmu dan agama dalam membingkai peradaban bukanlah hal yang

mustahil. Teori peniikan holistik yang ditawarkan oleh Fritjof Capra dalam penyatuan

antara teori fisika newtonian dan fisika kuantum telah membuktikan bahwa ilmu fisika dan

metafisika sebagai bukti akan keselarasan antara ilmu dan agama (kaum yang beriman). Apapun

latar belakang suku, agama, background pendidikan, integasi antara kecerdasan intelektual,

emosional, serta spritual adalah kunci terciptanya peradaban. SALAM PERADABAN.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyid, Ilmuwan Muslim di Abad kegelapan Eropa (kebangkitan & Kejayaan

islam pada zaman Kegelapan Eropa), https://www.facebook.com/notes/abdul-

rasyid/ilmuwan-muslim-di-abad-kegelapan-eropa-kebangkitan-kejayaan-islam-

pada-zaman keg/555981824478818/, diakses pada tanggal 3 Februari 2017.

Agus Purwadianto, et.al, Jalan Paradoks, (Bandung, Teraju, 2004)

Ahmad Edi Purwanto, Perkembangan Filsafat Zaman Renaisans dan Modern,

http://aepcitystudio.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-filsafat-zaman-

renaisans.html, diakses pada tanggal 2 Februari 2017.

Al-Asyraf, Pengertian Agama, https://abdain.wordpress.com/2010/01/03/pengertian-

agama/, diakses pada tanggal 2 Februari 2017.

Endah Hapsari, Ahli Fisika Ini Jadi Mualaf karena Matahari, Mengapa? (1)

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/08/19/m8l2t8-ahli-

fisika-ini-jadi-mualaf-karena-matahari-mengapa-1, diakses pada tanggal 3

Februari 2017.

Ika Umaya Santi, Albert Einstein (Agama tanpa ilmu adalah buta, Ilmu tanpa agama

adalah lumpuh), https://umayaika.wordpress.com/2012/04/24/albert-einstein-

agama-tanpa-ilmu-adalah-buta-ilmu-tanpa-agama-adalah-lumpuh/, diakses pada

tanggal 3 Februari 2017.

Musdah Mulia, Islam dan Hak Asasi Manusia: Konsep dan Implementasi, (Yogyakarta,

Naufan Pustaka, 2010)

Nanang Wijaya, Agama dan Filsafat Klasik,

https://jalanpencerahan.wordpress.com/artikel/agama-dalam-filsafat-klasik/,

diakses pada tanggal 3 Februari 2017.

Radhar Panca Dahana, Jejak Posmodernisme: Pergulatan Kaum Intelektual Indonesia,

Page 12: INTEGRASI ILMU DAN AGAMA DALAM MENYONGSONG …

Volume VI, Nomor 1, Januari - Juni 2017 99

(Yogyakarta, Bentang, 2004)

Rahmanhadiq, Al Qur’an dan Sains tentang Rotasi Bumi,

http://www.qiroatipusat.or.id/2015/06/al-quran-dan-sains-tentang-rotasi-

bumi.html, diakses pada tanggal 3 Februari 2017.

Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid 1, (Jakarta, Darul Haq, 1998)