infanticide - css

24
BAB I PENDAHULUAN Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anak buah hatinya. Oleh karena itu seorang anak harus mendapatkan perlindungan baik masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Tetapi sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan meninggal karena dibunuh oleh ibunya, seringkali dijumpai di media massa (Hadijah, 2008). Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan terjadi dimana saja. Fir’aun di zamannya telah memerintahkan membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, karena takut munculnya seorang raja baru. Pada zaman dahulu juga terjadi di tanah arab dimana lazimnya terjadi setiap bayi perempuan yang dianggap membawa sial bagi keluarganya juga dibunuh. Masih banyak lagi alasan lain yang mendorong seseorang sampai hati merampas nyawa seorang bayi yang baru dilahirkan (Hoediyanto, 2008). Pembunuhan anak adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya yaitu saat

Upload: rafika-aninda

Post on 07-Jul-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

infanticide

TRANSCRIPT

Page 1: Infanticide - CSS

BAB I

PENDAHULUAN

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan

penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang,

apapun dikorbankan demi anak buah hatinya. Oleh karena itu seorang anak harus

mendapatkan perlindungan baik masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Tetapi

sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan

meninggal karena dibunuh oleh ibunya, seringkali dijumpai di media massa (Hadijah, 2008).

Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan

terjadi dimana saja. Fir’aun di zamannya telah memerintahkan membunuh setiap bayi laki-

laki yang lahir, karena takut munculnya seorang raja baru. Pada zaman dahulu juga terjadi di

tanah arab dimana lazimnya terjadi setiap bayi perempuan yang dianggap membawa sial bagi

keluarganya juga dibunuh. Masih banyak lagi alasan lain yang mendorong seseorang sampai

hati merampas nyawa seorang bayi yang baru dilahirkan (Hoediyanto, 2008).

Pembunuhan anak adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana kejahatan

ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan haruslah ibu

kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah

karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya

karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya yaitu saat

dilakukan tindakan menghilangkan nyawa anaknya yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian. Patokannya yaitu dapat dilihat apakah sudah ada atau belum tanda-tanda

perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat atau diberikan pakaian (Idries, 1997).

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus pembunuhan anak sendiri adalah

membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan

penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari sekitar 30-40 kasus PAS per tahun

dilakukan dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul

di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun)

(Affandi et al,2008).

Saat dilakukannya kejahatan tersebut, dikaitkan dengan keadaan mental emosional

dari ibu seperti rasa malu, takut, benci serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu,

sehingga perbuatannya dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar

serta dengan perhitungan yang matang (Idries, 1997).

Page 2: Infanticide - CSS

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Batasan Pengertian Pembunuhan Anak Sendiri

Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh

seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut

ketahuan telah melahirkan anak. Dengan demikian berdasarkan pengertian di atas,

persyaratan yang harus dipenuhi dalam kasus pembunuhan anak (infanticide) yaitu:

1. Pelaku adalah ibu kandung

2. Korban adalah anak kandung

3. Alasan melakukan tindakan tersebut yaitu takut ketahuan telah melahirkan anak

4. Waktu pembunuhan yaitu tepat pada waktu melahirkan atau beberapa saat setelah

melahirkan.

Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan yang

tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak

(infanticide), malainkan suatu pembunuhan biasa (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).

2.2. Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap

nyawa orang. Adapun bunyi pasalnya yaitu:

Pasal 341. Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat

anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,

diancam karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 342. Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut

akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian merampas nyawa anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling

lama sembilan tahun.

Pasal 343. Bagi orang lain yang turut serta melakukan kejahatan yang diterangkan

dalam pasal 342 KUHP diartikan sebagai pembunuhan atau pembunuhan berencana.

Berdasarkan undang-undang tersebut kita dapat melihat adanya tiga faktor penting

yaitu:

Ibu yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan

anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau tidak, sedangkan bagi

orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena

Page 3: Infanticide - CSS

pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat yaitu 15

tahun penjara (pasal 338 pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur

hidup/hukuman mati ( pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).

Waktu yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat,

tetapi hanya dinyatakan “ pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian “. Sehingga

boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap

anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan

bukan membunuh anaknya.

Psikis yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan

diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut

didapatkan dari hubungan tidak sah.

Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah,

got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak

sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang

(pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308) (Budiyanto et al.,1997).

2.3. Pemeriksaan Kedokteran Forensik

Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga

kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai berikut:

Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?

Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?

Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?

Oleh karena Visum et Repertum itu juga mengandung makna sebagai pengganti

barang bukti, maka segala apa yang terdapat dalam barang bukti dalam hal ini yaitu tubuh

anak, harus dicatat dan dilaporkan. Dengan demikian selain ketiga kejelasan tersebut di atas,

masih ada dua hal lagi yang harus diutarakan dalam VR yaitu:

Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?

Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?

Sehingga lebih jelas bahwa permasalahan tentang maturitas seperti cukup bulan atau

prematur merupakan hal yang penting, sama halnya dengan kemampuan anak untuk hidup

dengan wajar (viabilitas) tanpa kelainan bawaan yang diderita oleh anak (Idries, 1997).

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu ditinjau lebih dahulu pengertian lahir hidup dan

lahir mati. Perlu diketahui bahwa seorang dokter tidak dibenarkan membuat kesimpulan lahir

Page 4: Infanticide - CSS

hidup atau lahir mati dari hasil pemeriksaan terhadap korban kasus yang diduga akibat

pembunuhan anak (Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).

A. Lahir hidup atau lahir mati

Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang

lengkap, yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain tanpa

mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau

dikeluarkan oleh ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun setelah

kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin yang tidak

bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain seperti denyut jantung, denyut nadi

tali pusat atau gerakan otot rangka (Budiyanto et al.,1997).

Adapun tanda-tanda kehidupan pada bayi yang baru dilahirkan yaitu :

Pernapasan

o Paru mengembang

o Udara dalam lambung atau usus

Menangis

Pergerakan otot

Sirkulasi darah dan denyut jantung serta perubahan hemoglobin

Isi usus

Keadaan tali pusat

(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007)

1. Pernapasan

Pernapasan spontan terjadi akibat rangsangan atmosfer dan adanya gangguan sirkulasi

plasenta, dan ini menimbulkan perubahan penting yang permanen pada paru.

a. Uji Apung Paru

Uji apung paru dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru

tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan

histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

Lidah dikeluarkan seperti biasa di bawah rahang bawah, ujung lidah dijepit dengan

pinset atau klem, kemudian ditarik ke arah ventrokaudal sehingga tampak palatum mole.

Dengan scalpel yang tajam, palatum mole disayat sepanjang perbatasannya dengan palatum

Page 5: Infanticide - CSS

durum. Faring, laring, esophagus bersama dengan trakea dilepaskan dari tulang belakang.

Esofagus bersama dengan trakea diikat di bawah kartilago krikoid dengan benang.

Pengikatan ini dimaksudkan agar pada manipulasi berikutnya cairan ketuban, mekonium atau

benda asing lain tidak mengalir ke luar melalui trakea; bukan untuk mencegah masuknya

udara ke dalam paru.

Pengeluaran organ dari lidah sampai paru dilakukan dengan forsep atau pinset bedah

dan scalpel, tidak boleh dipegang dengan tangan. Kemudian esophagus diikat di atas

diafragma dan dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk

ke dalam lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil

meragukan.

Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke

dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan

dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dilihat apakah mengapung atau tenggelam.

Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air, dan dilihat apakah

mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke

dalam air, diperhatikan apakah mengapung atau tenggelam.

Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena

kemungkinan adanya pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara

dua karton dan ditekan dengan arah penekanan tegak lurus jangan digeser untuk

mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan

kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih

mengapung berarti paru terisi udara residu yang tidak akan keluar. Namun, terkadang dengan

penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah dan

udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.

Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat

kemungkinan adanya pernapasan sebagian (parsial respiration) yang dapat bersifat buatan

atau alamiah (vagitus uternus atau vagitus vaginalis) yaitu bayi sudah bernapas walaupun

kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).

Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi

dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut,

sehingga udara dalam alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan

histopatologik paru harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.

Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya,

sehingga tidak dianjurkan untuk dilakukan.

Page 6: Infanticide - CSS

b. Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan

larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan cairan

fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam, kemudian

dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila paru telah

membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.

Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas, tetapi

merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk

paru janin belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang berbentuk seperti bantal

(cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga akan

tampak seperti gada (club like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang

berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernapas yang sudah membusuk dengan

perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding

alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di

bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka

(open loops).

Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion

yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solusio

plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine submersion). Tampak sel-

sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti

piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang. Juga

tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik

dengan batas yang juga tidak jelas.

Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat

dalam bronkioli dan alveoli. kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus

yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.

Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya

kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan atau

tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl yang fatal

seperti anensefalus (Budiyanto et al.,1997).

Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru yaitu (Apuranto, H. dan

Hoediyanto, 2007):

N Paru belum bernapas Paru sudah bernapas

11. Volume kecil, kolaps, Volume 4-6x lebih besar, sebagian

Page 7: Infanticide - CSS

menempel pada vertebra,

konsistensi padat, tidak ada

krepitasi

menutupi jantung, konsistensi seperti

karet busa (ada krepitasi)

22. Tepi paru tajam Tepi paru tumpul

33. Warna homogen, merah

kebiruan/ungu

Warna merah muda

54. Kalau diperas di bawah

permukaan air tidak keluar

gelembung gas atau bila sudah

ada pembusukan gelembungnya

besar dan tidak rata.

Gelembung gas yang keluar halus dan

rata ukurannya.

65. Tidak tampak alveoli yang

berkembang pada permukaan

Tampak alveoli, kadang-kadang

terpisah sendiri

66. Kalau diperas hanya keluar

darah sedikit dan tidak berbuih

(kecuali bila sudah ada

pembusukan)

Bila diperas keluar banyak darah

berbuih walaupun belum ada

pembusukan (volume darah dua kali

volume sebelum napas.

87. Berat paru kurang lebih 1/70

BB

Berat paru kurang lebih 1/35

BB

88. Seluruh bagian paru tenggelam

dalam air

Bagian-bagian paru yang mengembang

terapung dalam air.

2. Menangis

Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa

bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara

tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis

dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah

menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat.

3. Pergerakan Otot

Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat

dibuktikan. Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun

yang lahir mati.

4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin

Page 8: Infanticide - CSS

Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada

saksi mata) dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan

dalam duktus arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena

umbilicalis yang langsung masuk vena cava inferior).

Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang

sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale

tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu).

Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam)

Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.

5. Isi Usus dan Lambung

Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat

reflek menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung

dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan.

Keadaan-keadaan tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus

diikat, dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian

dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan

adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya

dari usus besar.

6. Keadaan Tali Pusat

Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut

tali pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua,

pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara

tajam atau tumpul).

7. Keadaan Kulit

Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah

bayi lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak

lahir hidup yaitu maceration, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati in utero beberapa

hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi

tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu

dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.

Bukti kematian dalam kandungan:

Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu

melahirkan

Meceration, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:

Page 9: Infanticide - CSS

o Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau)

o Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan

o Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak

o Tidak ada gas, baunya khas

o Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam

kandungan

(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007):

B. Tanda Perawatan

Penentuan ada tidaknya tanda perawatan sangat penting artinya dalam kasus

pembunuhan anak, oleh karena dapat diduga apakah kasus yang dihadapi memang benar

kasus pembunuhan anak seperti dimaksud dalam undang-undang, atau menjadi kasus lain

yang ancaman hukumannya berbeda.

Adapun anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui

dari tanda-tanda sebagai berikut:

tubuh masih berlumuran darah

ari-ari (plasenta) masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan

pusat (umbilicus)

bila ari-ari tidak ada, maka ujung talli pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat

diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air

adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta di daerah yang

mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian

belakang bokong.

Page 10: Infanticide - CSS

Gambar 1. Tali Pusat Belum Terpotong dan Masih Terhubung dengan Ari-Ari.

C. Luka-luka yang dapat Dikaitkan dengan Penyebab Kematian

Cara atau metoda yang banyak dijumpai untuk melakukan tindakan pembunuhan anak

adalah cara atau metoda yang menimbulkan keadaan mati lemas (asfiksia) seperti penjeratan,

pencekikan dan pembekapan serta membenamkan ke dalam air. Adapun cara yang lain

seperti menusuk atau memotong serta kekerasan dengan benda tumpul relatif jarang

ditemukan.

Dalam kasus ini yang harus diperhatikan yaitu:

Adanya tanda-tanda mati lemas seperti sianosis pada bibir dan ujung-ujung jari,

bintik-bintik perdarahan pada selaput biji mata dan selaput kelopak mata serta

jaringan longgar lainnya, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus

berwarna putih atau putih kemerahan yang keluar dari lubang hidung dan atau

mulut serta tanda-tanda bendungan pada alat dalam.

keadaan mulut dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan di bibir dan

sekitarnya, biasanya berbentuk bulan sabit, memar pada bibir bagian dalam yang

berhadapan dengan gusi serta adanya gumpalan benda asing seperti koran atau

kain yang mengisi rongga mulut.

keadaan di daerah leher dan sekitarnya yaitu adanya luka lecet tekan yang

melingkari sebagian atau seluruh bagian leher yang merupakan jejas jerat sebagai

akibat tekanan yang ditimbulkan oleh alat penjerat yang digunakan, adanya luka-

luka lecet kecil berbentuk bulan sabit yang diakibatkan dari ujung kuku dan

adanya luka-lua lecet dan memar yang tidak beraturan akibat tekanan ujung jari.

adanya luka tusuk atau luka sayat pada daerah leher, mulut atau bagian tubuh

lainnya. adanya istilah “tusukan bidadari” yaitu menusukkan benda tajam pada

langit-langit rongga mulut sampai menembus rongga tengkorak.

adanya tanda terendam seperti tubuh yang basah dan berlumpur, telapak tangan

dan telapak kaki yang pucat dan keriput (washer woman hand), kulit yang

berbintil-bintil (cutis anserina sepert kulit angsa, serta adanya benda asing di

saluran pernapasan terutama trakea).

D. Cukup Bulan dalam Kandungan

pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, tinggi badan, berat badan

ujung-ujung jari

keadaan genitalia eksterna

Page 11: Infanticide - CSS

pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (os femur) mempunyai arti

yang cukup penting. Bagian distal os femur serta proksimal os tibia akan

menunjukkan pusat penulangan pada umur kehamilan 36 minggu, demikian juga

pada os cuboideum dan os cuneiform, sedangkan os talus dan calcaneus pusat

penulangan akan tampak pada umur kehamilan 28 minggu.

E. Viabilitas

Dapat dilihat apakah terdapat kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup bayi seperti jantung (ASD, VSD), otak (anensefalus atau mikrosefalus)

dan saluran pencernaan (stenosis esophagus) (Idries, 1997).

2.4. Pemeriksaan Kasus Pembunuhan Anak Sendiri (Infanticide)

Pemeriksaan dilakukan terhadap pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan)

dan korban (bayi yang baru dilahirkan).

A. Pemeriksaan terhadap Ibu

1. Tanda telah melahirkan anak

Robekan baru pada alat kelamin

ostium uteri dapat dilewati ujung jari

keluar darah dari rahim

ukuran rahim saat post partum setinggi pusat,

6-7 hari post partum setinggi tulang kemaluan

payudara mengeluarkan air susu

hiperpigmentasi aerola mamma

striae gravidarum dari warna merah menjadi putih

2. Berapa lama telah melahirkan

ukuran rahim kembali ke ukuran semula 2-3 minggu

getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah

4-9 hari post partum berwarna putih

10-14 hari post partum getah nifas habis

robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari

3. Mencari tanda-tanda partus precipitatus

robekan pada alat kelamin

inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam rahim menjadi keluar, lebih-

lebih bila tali pusat pendek

Page 12: Infanticide - CSS

robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat pada anak atau pada tempat

lekat tali pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan

histopatologis

luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala,

perdarahan di dalam tengkorak

4. Pemeriksaan golongan darah

5. Pemeriksaan histopatologi yaitu sisa plasenta dalam darah yang berasa dari rahim

B. Pemeriksaan terhadap Korban

1. Viabilitas

Syaratnya yaitu:

Umur ≥ 28 minggu dalam kandungan

Panjang badan ≥ 35 cm

Berat badan ≥ 2500 gram

Tidak ada cacat bawaan yang berat

Lingkaran frontoocipital ≥ 32 cm

2. Penentuan umur bayi

berdasarkan panjang badan (rumus Haase)

berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan

berdasarkan inti penulangan

o Calcaneus = ± 5-6 bulan

o Talus = ± 7 bulan

o Femur = ± 8-9 bulan

o Tibia = ± 9-10 bulan

3. Pernah atau tidak pernah bernapas. Hal ini dibuktikan dengan percobaan apung

paru. Hasil percobaan apung paru yang menyimpulkan “belum pernah bernapas”,

belum dapat menyingkirkan kemungkinan tindakan “pembunuhan anak”, karena ada

keadaan dimana bayi lahir hidup tetapi belum/tidak sempat bernapas dan dibunuh

ibunya pada saat itu (bernapas hanya salah satu bukti/tanda kehidupan)

4. Berapa lama bayi hidup

Page 13: Infanticide - CSS

Lamanya bayi hidup (bila hidup lebih dari 24 jam) dapat dilihat pada: perubahan tali

pusat, perubahan pada pembuluh darah. Kalau bayi hidup kurang dari 24 jam, hal ini

tidak dapat ditentukan dengan pasti. Penutupan duktus arteriosus dan foramen ovale

tidak dapat dipakai sebagai pegangan, karena waktu penutupannya bervariasi (tidak

tepat).

5. Sebab kematian

a. Kelalaian

Pada peristiwa kelahiran sering dijumpai kelalaian, baik itu disengaja atau tidak

disengaja.

Inhalasi cairan ketuban/darah atau terbenam di dalam WC mati akibat asfiksia

Terjerat tali pusat, mati akibat asfiksia. Jeratan tali pusat yang dilakukan

setelah bayi mati dapat dibedakan dengan jeratan tali pusat intrauterine yaitu

bayi yang mati intrauterine menunjukkan paru yang belum pernah bernapas.

Perdarahan dari tali pusat, karena setelah bayi lahir, tali pusat tidak diikat

dengan baik.

Suffocation, misalnya terjadi kelahiran dibawah selimut

Lalai membuat hangat (tidak dapat dibuktikan post mortem) atau tidak

memberi ASI. Sehingga kematian bayi secara pasif (kedinginan dan starvasi)

b. Kekerasan

Kekerasan dalam uterus

o Dinding perut tertumbuk sesuatu (jatuh/ditendang)

o Pemasukkan alat ke vagina

Kekerasan selama proses kelahiran

o Kemungkinan terjadi trauma kelahiran yang wajar harus dipikirkan

sebelum menduga adanya tindak kekerasan

o Retak tulang tengkorak karena trauma kelahiran (biasanya pada os

temporal) pada umumnya hanya sedikit dan tidak disertai luka lecet

o kekerasan pada kepala yang disengaja menimbulkan retak yang besar,

ada luka lecet, mungkin ditemukan kontusio/laserasi cerebri

Kekerasan yang terjadi setelah kelahiran lengkap

o Kekerasan benda tumpul

Page 14: Infanticide - CSS

o Suffocation dan gagging

o Jeratan atau cekikan

o Luka iris atau luka tusuk

o Tenggelam

6. Periksa golongan darah

7. Tanda-tanda perawatan

(Apuranto, H. dan Hoediyanto, 2007).

Page 15: Infanticide - CSS

BAB III

PENUTUP

1. Pembunuhan anak sendiri (infanticide) yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh

seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena

takut ketahuan telah melahirkan anak.

2. Dasar Hukum Menyangkut Pembunuhan Anak Sendiri tertera dalam KUHP pasal

341, 342,343.

3. Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga

kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan di dalam hal sebagai

berikut:

Apakah anak tersebut dilahirkan hidup atau lahir mati?

Apakah terdapat tanda-tanda perawatan?

Apakah ada luka-luka yang dapat dikaitkan dengan penyebab kematian?

Apakah anak yang dilahirkan itu cukup bulan dalam kandungan?

Apakah pada anak tersebut didapatkan kelainan bawaan yang dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup bagi si anak?

Page 16: Infanticide - CSS

DAFTAR PUSTAKA

Affandi et al. 2008. Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) Dengan Kekerasan Multipel. Majalah

Kedokteran Indonesia, September 2008, Vol 58 Nomor 9.

Apuranto, H. dan Hoediyanto. 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Surabaya: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga.

Budiyanto et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hadijah, Siti. 2008. Penegakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Pembunuhan Bayi

Di Wilayah DIY. Available from: http://eprints.undip.ac.id (accessed: 2010, Desember 24)

Hoediyanto. (Last Update: 2008, September 17). Pembunuhan Anak (Infanticide). Available

from: http://www.fk.uwks.ac.id (accesed: 2010, Desember 24)

Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.