ikakom sken 2
DESCRIPTION
ikmTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang memadai merupakan tumpuan masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah salah satu kebutuhan mendasar selain pangan dan juga
pendidikan. Pelayanan kesehatan bukan salah monopoli rumah sakit saja. Penduduk
Indonesia yang jumlahnya melebihi 200 juta jiwa tidak mungkin harus bergantung dari
rumah sakit yan umlahnya sedikit dan tidak merata penyebarannya.
Pelayanan kesehatan yang bermutu masih jauh dari harapan masyarakat, serta
berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU Kesehatan Nomor 23
tahun 1992 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
khususnya ditingkat Puskesmas.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan
biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tesebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas
guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah Dinas
Kesehatan Kabupaten dan Kota.
Saat ini, pudarnya Ujung Tombak Pelayanan Kesehatan, demikian halnya
Puskesmas menjadi hal yang sangan disayangkan dibandingkan pada tahun 1980-an
dimana pusat Pelayanan Kesehatan terlihat sangat ramai dikunjungi pasien yang
hendak berobat, yang kini fenomena itu jarang terjadi. Sebagai pusat pelayanan
kesehatan masyarakat, mestinya puskesmas dapat menjadi tempat rujukan pertama
dengan pelayanan prima yang dapat menangani berbagai masalah kesehatan yang
1
terjadi pada masyarakat, dan yang lebih fatal dimana petugas puskesmas tidak begitu
tanggap dengan pelayanan medik, tetapi lebih menekankan administrasi.
Banyak masalah yang menjadi pemicu rendahnya pencitraan puskesmas pada
saat sekarang. Sarana yang tidak lengkap seperti obat-obatan yang kurang bermutu dari
segi variasi, petugas yang kurang tanggap dengan pasien, keramahan yang kurang dari
pemberi layanan, sehingga masyarakat kurang puas setiap berobat ke pusat pelayanan
kesehatan ini. Disamping itu program puskesmas yang kurang berjalan menjadi
pemicu rendahnya mutu pelayanan puskesmas di mata masyarakat.
Manusia adalah faktor kunci keberhasilan dari suatu pembangunan. Untuk
menciptakan manusia yang berkualitas diperlukan suatu derajat kesehatan manusia
yang prima sehingga dalam hal ini mutlak diperlukan pembangunan kesehatan. Untuk
mendukung pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah telah menyediakan
beberapa sarana/fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Salah satu fasilitas
kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah Puskesmas. Sebagai ujung
tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia maka Puskesmas perlu
mendapatkan perhatian terutama berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas sehingga dalam hal ini Puskesmas terlebih pada Puskesmas yang
dilengkapi dengan unit rawat inap dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan
dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas/sarana kesehatannya untuk
memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan.
Gelombang perubahan kini tengah menerpa lingkungan pelayan kesehatan
primer di segenap penjuru dunia. Pentingnya peranan pelayanan kesehatan primer
dalam strategi peningkatan status kesehatan masyarakat telah ditekankan sejak
deklarasi “Health For All in the year 2000” di Alma Ata. Deklarasi ini diikuti dengan
dikembangkannya puskesmas-puskesmas sebagai garda terdepan sistim kesehatan di
negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Pada tahun 2008, WHO mengajak
negara-negara di seluruh dunia untuk kembali menguatkan komitmen terhadap
pelayanan kesehatan primer sebagai strategi utama dalam pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan kesehatan global. Reformasi puskesmas kini telah menjadi salah satu
agenda prioritas Departemen Kesehatan RI.
Di Indonesia terdapat 8.234 Puskesmas dan puluhan ribu puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, puskesmas perairan dan lain-lain. Lokasi puskesmas ini terletak di
2
berbagai daerah yang berbeda-beda kondisi sosial budaya, ekonomi, dan pola
epidemiologi. Sebagai tempat pelayanan terdepan, Puskesmas menghadapi berbagai
tantangan manajemen. Salah satunya adalah sumber daya manusia. Sampai saat ini
masih sulit untuk mendistribusikan dokter, bahkan di daerah, urusan warna kulit dan
bahasa yang beda bisa jadi masalah. Masalah ini terkait dengan pendanaan yang
bervariasi sumber dan jumlahnya. Akibatnya variasi kinerja Puskesmas terjadi. Di
berbagai daerah Puskesmas mengalami kesulitan, namun di daerah lain sangat pesat
kemajuannya bahkan menempatkan spesialis sebagai tenaga kesehatannya. Variasi ini
semakin tajam dengan adanya desentralisasi pelayanan kesehatan.
Evaluasi hasil program KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan
bulanan KIA, kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa,
penemuan kasus tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian
perinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal, Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan KIA untuk memantau
kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas, Laporan kelahiran dan
kematian per desa untuk memantau perkembangan kelahiran dan kematian neonatal
dimasing-masing desa dalam suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan
laporan penemuan kasus tetanus neonatorum per desa digunakan memantau kasus
BBLR dan tetanus neonatorum di wilayah desa.
Kesulitan evaluasi Program KIA sangat berkaitan dengan fungsi manajemen
dalam hal monitoring dan evaluasi. Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat
fasilitas pelayanan memerlukan informasi yang adekuat sehingga bias melakukan
fungsi manajemennya, dimana salah satu fungsi tersebut adalah monitoring dan
evaluasi. Kegiatan ini bergantung pada sistem informasi yang berjalan dimana salah
satu aktifitas sistem tersebut adalah pencatatan dan pelaporan. Sistem monitoring dan
evaluasi adalah factor yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi manajemen untuk
memantau jalannya pelayanan kesehatan. Berdasarkan permasalahan tersebut diketahui
bahwa data dan informasi yang di himpun dan dicatat oleh bidan masih manual yang
berakibat laporan yang dibuat terlambat dan tidak akurat serta belum adanya basis data
mengakibatkan sulitnya mencari data yang dibutuhkan terutama untuk kebutuhan
evaluasi kegiatan program di Puskesmas meliputi ketersediaan data dan informasi yang
relevan sesuai kebutuhan organisasi.
3
B. Rumusan Masalah
Apa penyebab Menurunnya kesehatan primer di puskesmas ?
C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan rendahnya motivasi staf puskesmas
2. Mampu menyusun program peningkatan cakupan pelayanan kesehatan ibu (K4)
3. Mampu menjelaskan mutu pelayanan kesehatan ibu sesuai dengan program yang
direncanakan
4
BAB II
ANALISIS KASUS
A. Analisa Cara Epidemiologi
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan cause effect diagram.
Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. bernama Dr. Kaoru Ishikawa,
ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo.
Diagram SEBAB AKIBAT (atau sering disebut juga DIAGRAM FISHBONE /
TULANG IKAN / ISHIKAWA) adalah teknik pemecahan masalah yang membantu kita
berpikir melalui banyak kemungkinan sebab-sebab dari suatu masalah yang ingin
diselesaikan.
Diagram sebab akibat ini digambarkan seperti diagram tulang ikan dimana ”Kepala
Ikan” menjadi masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan faktor sebab-sebab yang muncul
(atau sering disebut juga akar masalah) digambarkan sebagai tulang ikan yang mempunyai
cabang-cabang dari bagian yang besar ke bagian yang lebih kecil. Untuk memudahkan,
Ishikawa, pencetus diagram sebab-akibat ini, menggolongkan bagian faktor Sebab dari suatu
masalah kedalam enam kelompok sebab yaitu:
1. material
2. lingkungan
3. manajemen
4. peralatan
5. proses
6. orang
5
Enam kelompok faktor penyebab itu memandu kita menemukan apa saja kemungkinan-
kemungkinan akar sebab permasalahan yang ada. Enam kelompok ini tentu saja dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing permasalahan yang dihadapi.
Tahapan penyusunan diagram sebab-akibat adalah sebagai berikut:
1. Tuliskan masalahnya ditengah kertas paling kiri atau kanan sebagai kepala ikan.
Kemudian tarik garis lurus sebagai tulang ikan utamanya
2. Susun dahan atau tulang-tulang utamanya sebagai kelompok faktor-faktor utama
penyebab masalah itu.
3. Susun ranting atau tulang-tulang yang lebih kecil yang berpengarluh terhadap dahan /
tulang yang utama. Begitu seterusnya dapat dibuat subranting yang berpengaruh ke
ranting/tulang yang lebih besar.
4. Dari faktor-faktor sebab yang ada di ranting/tulang yang terkecil tersebut akan
menjadi identifikasi akar masalahnya. Tulislah semua akar masalah tersebut dalam
sebuah dafter dan tentukan mana yang perlu diatasi segera dan buat usulan program
untuk menangani tiap-tiap penyebab tersebut.
Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex;
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual;
3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status; dan
6
5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)
kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya
sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan
sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah
bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya
karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak
hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga
spiritual.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia
makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi
juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai
kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan
fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai,
memerlukan teman serta ingin berkembang.
Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor. Menurut teori ini ada dua faktor
yang mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor)
7
yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes)
yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu
faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan
faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari
organisasi tempatnya bekerja.
Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang
memungkinnya menggunakan kreaktivitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi
yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak terutama dikaitkan
dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh
faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi kepada
mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya dari
organisasi.
Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu
sendiri (the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju
(advancement), pengakuan orang lain (recognition), tanggung jawab (responsible).
Menurut Herzberg faktor hygienis/extrinsic factor tidak akan mendorong minat para
pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat
memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak
menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial.
Sedangkan faktor motivation/intrinsic factor merupakan faktor yang mendorong
semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat
tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi daripada
pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis).
B. Kausa & Alternatif Kausa
8
Masalah utama berupa rendahnya K4 ibu hamil di Puskesmas Papua Barat
merupakan hasil dari rendahnya mutu pelayanan kesehatan di puskesmas tersebut.
Bila dianalisis menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) akan didapatkan berbagai
penyebab, yaitu :
1. Proses
o SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS ( SIMPUS ) kurang
baik.
o Petugas yang bersikap kurang simpatik dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil
o Petugas puskesmas kurang memberikan penyuluhan terhadap ibu hamil akan
pentingnya pemeriksaan kehamilan
o Petugas yang melakukan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil tidak sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan yang baik dan benar
o Petugas tidak cepat & tepat waktu dalam memberikan pelayanan kesehatan
dan pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil.
2. Lingkungan
a) Internal
Kurangnya kepercayaan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan Ibu tentang
kesehatan, dan juga faktor tradisi oleh masyarakat setempat
Faktor ekonomi , yaitu ketidakcukupan finansial menimbulkan kecemasan Ibu
mengenai biaya untuk pelayanan kesehatan
Kesibukan Ibu , baik seorang Ibu rumah tangga maupun seorang Ibu yang
berkarir.
9
PROSES MASUKAN
LINGKUNGAN
RENDAHNYA ANGKA K4 IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAPUA BARAT
TINDAKAN MEDISTINDAKAN
NON MEDIS
ORGANISASIMANAJEMEN
KEBIJAKAN
TENAGADANA
FASILITAS
b) Eksternal
Rendahnya dukungan dari suami maupun orang sekitar ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin
Kurangnya akses sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu
Lokasi yang kurang strategis dan transportasi yang kurang memadai. Pada
daerah pedesaan, terutama pada daerah terpencil.
3. Input
Dana
Kurangnya dana dalam penyelenggaraan kesehatan di daerah terpencil
Tenaga
o Eksternal
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, serta distribusi yang tidak
merata terutama kelangkaan tenaga kesehatan professional di
daerah terpencil
o Internal
Dilihat dari motivas tenaga kerja kesehatan yang dianalisis sesuai
Hygiene-Motivation Factors( Two-factor theory) dari F.Herzberg terdapat
beberapa indikator yang menentukan kepuasan ataupun ketidak puasan
tenaga kesehatan di peskesmas tersebut, yaitu :
Faktor penentu kepuasan: ( Motivation factors )
Achievement. ( Prestasi)
Petugas kesehatan yang hasil kerjanya tidak mendapatkan penghargaan
dari tempat kerja.
Recognition. (Pengakuan)
Petugas kesehatan yang merasa tidak diakui sebagai pelaksana pelayanan
kesehatan di puskesmas tersebut
Petugas kesehatan yang merasa tidak diterima sebagai pelaksana
pelayanan kesehatan di puskesmas tersebut
Work itself. (Sifat Pekerjaan)
Petugas kesehatan yang merasa kesulitan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan
Petugas kesehatan yang tidak bebas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan
10
Petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil merasa penyusunan personil tidak sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi
Responsibility. (Tanggung Jawab)
Petugas kesehatan merasa kurang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang dilakukan
Advancement. (Kemajuan/ Promosi/Pengembangan)
Tidak terjadi peningkatan hasil kerja dalam pelayanan kesehatan ibu hamil
di puskesmas tersebut
Tidak adanya peningkatan karier
Penyebab ketidakpuasan: (Hygiene factors)
Policy (Kebijakan)
Salary (Gaji)
Petugas kesehatan yang memperoleh gaji yang tidak sesuai dengan beban
kerja
Petugas kesehatan tidak menerima tambahan selain gaji dan insentif dari
pimpinan
Working conditions (Kondisi pekerjaan)
Kondisi kerja petugas kesehatan tidak mendukung kelancaran pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan
Petugas kesehatan merasa fasilitas di tempat kerja tidak mendukung
kelancaran pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
Interpersonal relations (Hubungan antar individu)
Hubungan dengan rekan kerja berjalan dengan buruk dan kurang
komunikatif dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
Petugas kesehatan tidak dapat bekerja sama dengan rekan kerja sehingga
pelayanan kesehatan berjalan
Petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan besikap tidak
baik dan acuh dengan keluhan pasien
Supervision (Pengawasan)
Petugas kesehatan yang merasa pimpinan tidak mampu berkomunikasi
dengan bawahan
Fasilitas
o Minimnya fasilitas yang tersedia di Puskesmas tersebut
11
Berdasarkan dari skenario penyebab utama rendahnya kualitas
pelayanan puskemas di daerah Papua Barat tersebut adalah faktor
internal manajemen puskesmas yaitu, akibat rendahnya motivasi staf
puskesmas.
12
D. Alternatif Penyelesaian
Dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
organisasi sangat erat kaitannya dengan kinerja staf yang membidangi tugas dan
tangung jawab yang diembannya. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut para staf
tidak terlepas dari adanya tuntutan-tuntutan kebutuhan yang diingini. Untuk itu
seorang pimpinan memang sudah selayaknya dapat memahami terhadap tuntutan
kebutuhan para stafnya dan sekaligus dapat memberikan pengertian dan pemahaman
kepada para staf, bahwa para staf dalam bekerja tidak hanya berorientasi semata-mata
kepada pemenuhan kebutuhan pribadi saja melainkan harus dapat juga berorientasi
kepada usaha-usaha target pencapaian organisasi.
Sehubungan dengan itu pimpinan Puskesmas selaku motivator terhadap para
staf harus dapat memotivasi para stafnya agar bernar-benar dapat melaksanakan
tugasnya dengan optimal sesuai tujuan organisasi Puskesmas. Oleh karena itu
pimpinan Puskesmas ditunutut untuk dapat mensinergiskan antara pemenuhan
kebutuhan pribadi staf disatu sisi dengan pemenuhan kebutuhan oranisasi dilain pihak.
Dengan terciptanya kondisi yang sedemikian rupa diharapkan akan dapat
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi para staf dalam bekerja . Sebagaimana
yang diungkapkan George R.Terry dan Leslie W.Rue (2005 :177,179,180), ada
beberapa hal yang dapat dilakukan seorang menejer dalam melakukan motivasi kepada
staf :
1.Buatlah pekerjaan itu menarik
2.Perhatikan ganjaran-ganjaran dengan pelaksanaan
3.Adakanlah ganjaran-ganjaran yang dihargai
4.Perlakukan pegawai sebagai perorangan-perorangan
5.Doronglah partisipasi dan kooperasi
6.Adakanlah umpan balik yang tepat pada waktunya.
13
Pendapat yang lain mengatakan , “ Agar upaya organisasi-organisasi untuk
memotivasi karyawan mereka berhasil, maka pihak manajemen atau harus
menciptakan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan didalam individu, atau mereka
harus menyediakan alat-alat untuk memuaskan kebutuhan yang sudah ada pada
individu yang bersangkutan. Jadi agar dapat memotivasi karyawan, kita perlu
mengetahui sesuatu tentang kebutuhan fundamental manusia “. (J.Winardi, 2004 :
347).
Sehubungan dengan pendapat di atas, maka pimpinan Puskesmas dalam rangka
menumbuhkan motivasi staf administrasi dalam bekerja, harus memperhatikan
kebutuhan fundamental para staf, dan dalam proses selanjutnya tentu saja pimpinan
Puskesmas dapat melakukan proses motivasi dengan menggunakan teori-teori motivasi
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi para staf dalam pemenuhan kebutuhannya
secara hirarkis dan simultan, yang tentu saja diharapkan dapat memberikan dampak
positif terhadap peningkatan produktivitas kerja sekaligus indikator dari peningkatan
kinerja staf administrasi di Puskesmas.
Pada hakekatnya adalah bahwa, tidak akan ada suatu motivasi apabila tidak
dirasakan adanya suatu kebutuhan atau kepuasan. Dilihat dari pendekatan ini terdapat
beberapa model teori motivasi sebagai berikut :
a. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Salah satu teori motivasi yang dikenal adalah teori dari Abraham Maslow, inti dari
teori Maslow tersebut adalah bahwa didasarkan pada hirarki dari lima kebutuhan
manusia, yaitu : (Milkovich & Boudreau, 1990: 167).
1. Physiological needs (kebutuhan fisiologis)
2. Safety security needs (kebutuhan rasa keamanan)
3. Social needs (kebutuhan sosial)
4. Exteems needs (kebutuhan penghargaan)
5. Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri)
Selanjutnya Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memenuhi kebutuhan
yang lebih pokok sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow adalah bahwa kebutuhan yang
14
telah dipenuhi mereda daya motivasinya. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia
menerima upah yang cukup untuk pekerjaannya dari organisasi tempat ia bekerja,
maka uang tidak mempunyai daya motivasi lagi. Teori Maslow juga didasarkan
pada anggapan bahwa orang mempunyai kebutuhan untuk berkembang dan maju.
Implikasi dari tingginya kekurangan pemenuhan kebutuhan untuk kategori
perwujudan diri dan penghargaan diri ialah bahwa manajer harus memusatkan
perhatiannya pada strategi untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Logika itu
mengasumsikan bahwa usaha untuk memperbaiki kekurangan kategori ini
mempunyai kemungkinan berhasil lebih besar dari pada mengarahkan perhatian
pada kebutuhan yang lebih rendah yang telah dipenuhi sebelumnya dengan
memuaskan.
b. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Prinsip dari teori ini ialah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja (job
dissatisfaction) itu merupakan dua hal yang berbeda (Anwar Prabu, 2000: 121). Ia
membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya
menjadi dua kelompok yaitu kelompok satisfier/motivator dan
kelompok dissatisfier atau hygiene factor.
Satisfier merupakan faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber
kepuasan kerja terdiri dari :
1. Achievement (Prestasi)
2. Recognation (penghargaan/pengakuan)
3. Work it self (kemandirian)
4. Responsibility (tanggung jawab)
5. Advancement (kemajuan)
Hadirnya faktor-faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak hadirnya
faktor itu tidaklah selalu mengakibatkan adanya ketidakpuasan.
Dissatisfiers (hygiene factor) adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber
ketidakpuasan, yang terdiri atas :
1. Company policy and administrations (kebijaksanaan perusahan dan administrasi)
15
2. Supervision technical (teknik supervisi)
3. Salary (gaji)
4. Interpersonal relations (hubungan antar personel)
5. Working Condition (kondisi pekerjaan)
6. Job Security and status (keamanan pekerjaan dan status)
Perbaikan terhadap kondisi ini akan mengurangi atau menghilangkan
ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber
kepuasan kerja. Dengan demikian, perbaikan salary dan working conditions tidak
akan menimbulkan kepuasan tetapi hanya akan mengurangi ketidakpuasan.
Selanjutnya menurut Herzbeg bahwa yang bisa memacu orang untuk bekerja
dengan baik dan menimbulkan gairah untuk bekerja hanyalah kelompok satisfier.
Penyelesaian yang dipilih
Sesuai dengan Teori Motivasi Maslow, manager harus memusatkan diri pada
implikasi dari tingginya kekurangan pemenuhan kebutuhan untuk kategori
perwujudan diri dan penghargaan diri. Logika itu mengasumsikan bahwa usaha untuk
memperbaiki kekurangan kategori ini mempunyai kemungkinan berhasil lebih besar
dari pada mengarahkan perhatian pada kebutuhan yang lebih rendah yang telah
dipenuhi sebelumnya dengan memuaskan.
Sesuai dengan Teori Motivasi Herzberg, bahwa yang bisa memacu orang untuk
bekerja dengan baik dan menimbulkan gairah untuk bekerja hanyalah
kelompok satisfier. Satisfier merupakan faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya
sebagai sumber kepuasan kerja terdiri dari :
Achievement (Prestasi)
Recognation (penghargaan/pengakuan)
Work it self (kemandirian)
Responsibility (tanggung jawab)
Advancement (kemajuan)
16
BAB III
RENCANA PROGRAM
5 Level Prevention (5 Tingkat Pencegahan)
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses
bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia dengan
cara meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini
dilakukan pada seseorang yang sehat.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general
and specific protection)
Merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,
menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap
prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan
pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan
penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat,
menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang
akan timbul.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke
masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak
menjadi beban orang lain.
17
Contoh Program yang dapat kami laksanakan di Puskesmas Papua Barat:
1. Health Promotion
Pemberian penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya K4
Meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang cara mempersiapkan makanan
yang aman dan sehat serta tentang gizi ibu hamil
Senam kesehatan untuk ibu hamil
Pengadaan posyandu yg berkerja sama dengan puskesmas
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general
and specific protection)
Membuat program untuk kunjungan rutin ibu hamil yang terdapat di daerah
Puskesmas setiap bulan yang didalamnya.
USG rutin setiap bulan untuk ibu hamil yang berguna memantau
perkembangan janin, apabila terdapat permasalahan maka bisa diatasi sedini
mungkin.
Pemberian vitamin untuk ibu hamil
Pembuatan program senam untuk ibu hamil untuk mempersiapkan kelahiran
dan menjaga stamina.
Penyuluhan untuk keluarga ibu hamil agar siaga setiap saat apabila terjadi
kelahiran yang mendadak, terjadi kecelakaan kepada ibu, agar tahu apa yang
harus diperbuat.
Mempersiapkan bulan-bulan terakhir kelahiran untuk persiapan persalinan
bagi keluarga dan ibu yang mengandung
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
Pada ibu hamil yang terdapat gejala indikasi anemia diberikan tablet Fe dan
dianjurkan makan makanan yang banyak mengandung zat besi
Pada ibu hamil yang perkembangannya tidak seperti diharapkan misalnya
berat badan yang terlalu kurus diberikan makanan tambahan
Pada ibu hamil yang usianya terlalu muda dan pinggang yang terlalu kecil
atau ukuran bayi yang terlalu besar, pihak Puskesmas mencari solusi untuk
melahirkan bayi secara aman.
18
BAB IV
REKOMENDASI
A. Petugas Puskesmas
a. Sistem informasi manajemen puskesmas ( SIMPUS ) harus dioprasikan secara
maksimal.
b. Petugas puskesmas harus sering memberikan penyuluhan terhadap ibu hamil
akan pentingnya pemeriksaan kehamilan.
c. f Petugas puskesmas harus sudah mengetahui dan bekerja sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan yang baik dan benar
d. Petugas harus cepat, tepat dan tanggap dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil.
B. Ibu Hamil
a. Perlunya kesadaran dari ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya, untuk
itu penyuluhan sangan penting dilakukan.
b. Harus ada dukungan dari orang-orang terdekat terutama suami, keluarga dan
orang-orang sekitar tentang pentingnya memeriksakan kehamilan.
C. Pemerintah
a. Harus ditambahnya akses sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu.
b. Ditambahnya sarana transportasi, agar memudahkan akses menju ke tempat
pelayanan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di pedesaan atau di tempat
terpencil.
c. Ditambahnya sarana kesehatan (PUSKESMAS) di pedesaan dan tempat-
tempat terpencil.
d. Memberikan dana khusus untuk petugas yang bekerja di pedalaman agar
motivasi kerjanya meningkat.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. http://muslimpinang.wordpress.com/2009/05/31/pengaruh-komunikasi-dan-motivasi-
dari-pimpinan-puskesmas-terhadap-kinerja-staf-administrasi-puskesmas/
2. Muhammad, Iman. 2009. PENGARUH MOTIVASI KERJA PERAWAT
OUTSOURCING TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN
INSTALASI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TEMBAKAU DELI MEDAN
TAHUN 2009 diakses dari helvetia.ac.id pada 24 November 2012
3. Djusmalinar, Erli Zainal, Elvina Desmayanti. 2011. HUBUNGAN DUKUNGAN
SUAMI TERHADAP MENINGKATNYA KUNJUNGAN ANC PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LINGKAR TIMUR KOTA BENGKULU
TAHUN 2011. Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu
4. http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/mutu-pelayanan-kesehatan-di-puskesmas.html
5. http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/subdin/PONED%20sebagai%20Strategi
%20untuk%20Persalinan%20yang%20Aman%20print.pdf
6. http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/uts%20sim%20asti.pdf
7. http://eprints.undip.ac.id/13683/1/D2A004026_Dinik_Retnowati.pdf
8. http://www.psychologymania.com/2011/09/teori-teori-motivasi-motivation.html
9. http://www.mywvindonesia.org/front/index.php?
option=com_content&view=article&id=500:diagram-sebab-akibat-diagram-fishbone-
tulang-ikan ishikawa&catid=49:knowledgedevelopment&Itemid=158
10. http://www.yptrading.co.id/artikel/detail/27/diagram-tulang-ikan.html/
11. http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/PRINSIP-PRINSIP-METODE-ANALISIS-
AKAR-MASALAH.docx
20
21