iii. kerangka pikiran dan hipotesis -...

5
FTIP001657/001 [2] [3] [1] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan 24 III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikiran Akar kawao digunakan sebagai obat tradisional oleh sebagian masyarakat Indonesia seperti obat cacing, mata dan luka luar (Menninger, 1970). Menurut Teysmann dalam Menninger (1970), orang Jawa memberikan sepotong akar kawao dalam cairan palem (nira) agar cairan tersebut tidak menjadi asam. Selama bertahun- tahun masyarakat pedesaan menggunakan bahan alami yang mudah ditemukan dekat dengan tempat tinggal mereka ini sebagai solusi dalam masalah pengawetan nira. Berdasarkan penelitian Filianty (2007), akar tanaman kawao mengandung komponen fitokimia utama yang terdiri dari alkaloid dan flavonoid. Alkaloid merupakan racun, memiliki aktivitas fisiologis luas, hampir semuanya bersifat basa, mengandung unsur nitrogen pada cincin heterosikliknya, dibiosintesis dari asam amino, biasa terdapat sebagai garam organik dalam tumbuhan, dalam konsentrasi kecil dapat membunuh mikroorganisme (Lenny, 2006). Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat koagulator protein. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang menggangu integritas membran sel bakteri (Cowan, 1999 dikutip Juliantina et.al., 2009). Ekstraksi akar kawao dapat dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam bubuk simplisia dalam pelarut. Vongthongsri et. al. (2005) menemukan bahwa Millettia brandisiana yang diekstrak dengan menggunakan akuades

Upload: votram

Post on 08-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_3_1232.pdf · Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian,

FTIP001657/001

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

24

III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pikiran

Akar kawao digunakan sebagai obat tradisional oleh sebagian masyarakat

Indonesia seperti obat cacing, mata dan luka luar (Menninger, 1970). Menurut

Teysmann dalam Menninger (1970), orang Jawa memberikan sepotong akar kawao

dalam cairan palem (nira) agar cairan tersebut tidak menjadi asam. Selama bertahun-

tahun masyarakat pedesaan menggunakan bahan alami yang mudah ditemukan dekat

dengan tempat tinggal mereka ini sebagai solusi dalam masalah pengawetan nira.

Berdasarkan penelitian Filianty (2007), akar tanaman kawao mengandung

komponen fitokimia utama yang terdiri dari alkaloid dan flavonoid. Alkaloid

merupakan racun, memiliki aktivitas fisiologis luas, hampir semuanya bersifat basa,

mengandung unsur nitrogen pada cincin heterosikliknya, dibiosintesis dari asam

amino, biasa terdapat sebagai garam organik dalam tumbuhan, dalam konsentrasi

kecil dapat membunuh mikroorganisme (Lenny, 2006). Flavonoid merupakan

senyawa fenol yang bersifat koagulator protein. Flavonoid berfungsi sebagai

antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler

yang menggangu integritas membran sel bakteri (Cowan, 1999 dikutip Juliantina

et.al., 2009).

Ekstraksi akar kawao dapat dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi

merupakan metode ekstraksi yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara

merendam bubuk simplisia dalam pelarut. Vongthongsri et. al. (2005) menemukan

bahwa Millettia brandisiana yang diekstrak dengan menggunakan akuades

Page 2: III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_3_1232.pdf · Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian,

FTIP001657/002

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

25

mengandung senyawa tanin dan flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan dan

antibakteri. Terdapat 3 jenis senyawa pada ekstrak akar kawao yang dimaserasi

menggunakan pelarut akuades yaitu 8-Azabicyclo[3.2.1]octane-2-carboxylic acid, 3-

hidroxy-8-methyl-, (exo,exo)- (CAS) dan 4-Piperidinecarboxamide yang termasuk

golongan alkaloid dan Triethanolamine yang merupakan senyawa amin dan triol

(Wulandari, 2011). Alkaloid merupakan zat aktif utama yang terdapat di dalam akar

kawao (Filianty, 2007). Oleh karena itu, pelarut akuades akan digunakan untuk

ekstraksi akar kawao pada penelitian ini.

Penelitian Budiyanto dan Yulianingsih (2008) mengenai ekstraksi pektin dari

ampas jeruk siam menunjukkan bahwa perlakuan suhu, waktu ekstraksi pektin dan

interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, berat ekivalen,

metoksil, galakturonat, derajat esterifikasi dan viskositas relatif serta menunjukkan

bahwa semakin lama ekstraksi maka rendemen pektin dari ampas jeruk siam akan

semakin meningkat. Dalam penelitian Buchori (2007) mengenai ekstraksi gula dari

daun stevia menunjukkan bahwa suhu dan lama ekstraksi mempengaruhi rendemen

gula yang didapat. Peningkatan suhu dan lama menyebabkan peningkatan rendemen

stevia yang dihasilkan. Menurut Dirga (2011), ekstrak akar kawao dengan lama

maserasi selama 24 jam menggunakan akuades dengan konsentrasi 10% (b/v) dapat

menghambat pertumbuhan Clostridum sp dengan rata-rata diameter dan luas areal

hambat sebesar 11 mm dan 95,77 mm2, S. cerevisiae sebesar 12,5 mm dan 123,02

mm2 dan menghambat E. coli sebesar 10,5 mm dan 86,7 mm2.

Lama ekstraksi merupakan hal yang berpengaruh terhadap ekstrak yang

dihasilkan, semakin lama ekstraksi maka semakin besar pula ekstrak yang didapat.

Page 3: III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_3_1232.pdf · Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian,

FTIP001657/003

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

26

Namun waktu yang terlalu lama menyebabkan meningkatnya biaya operasi dengan

hasil ekstrak yang dimungkinkan dapat mencapai kondisi yang sama dengan waktu

yang sedikit karena pada proses maserasi dapat terjadi kesetimbangan dimana zat

yang terdapat di dalam jaringan tidak dapat ditarik keluar lagi. Begitu juga dengan

suhu ekstraksi, peningkatan suhu menyebabkan jumlah zat yang terekstrak pun

semakin banyak namun juga dapat menyebabkan kerusakan zat karena peningkatan

suhu (Buchori, 2007).

Percobaan pendahuluan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari empat

tahap, yaitu karakterisasi senyawa fitokimia akar kawao berdasarkan screening

fitokimia kualitatif pada berbagai ukuran diameter akar kawao, pembuatan dan

karakterisasi serbuk akar kawao, penentuan kisaran lama ekstraksi akar kawao,

penentuan kisaran suhu ekstraksi akar kawao dengan pengamatan areal hambat pada

biakan S. cerevisiae dan penentuan kisaran lama ekstraksi akar kawao dengan

pengamatan areal hambat pada biakan S. cerevisiae (Lampiran 1). Hasil percobaan

pendahuluan akan dijadikan dasar untuk percobaan utama pada penelitian ini.

Tahap pertama adalah karakterisasi senyawa fitokimia akar kawao

berdasarkan screening fitokimia kualitatif pada berbagai ukuran diameter akar

kawao. Komposisi zat kimia dalam tanaman dapat berubah dengan semakin lamanya

umur pertumbuhannya yang tampak pada ukuran diameter akar kawao. Hasil

pengujian akar kawao dengan diameter 2 ± 0,5 cm, 4 ± 0,5 cm dan 6 ± 0,5 cm

menunjukkan senyawa fitokimia yang terkandung tidak berbeda yaitu terdiri dari

flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan triterpenoid. Dengan demikian ukuran

Page 4: III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_3_1232.pdf · Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian,

FTIP001657/004

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

27

diameter akar kawao yang akan digunakan pada percobaan utama adalah akar kawao

dengan ukuran diameter 2-6 cm.

Tahap kedua adalah pembuatan dan karakterisasi serbuk akar kawao. Tahap

ini bertujuan untuk menghasilkan serbuk akar kawao dan mengetahui sifat fisik dan

kimianya. Berdasarkan hasil percobaan serbuk akar kawao dengan ukuran 80 mesh

memiliki warna coklat muda, berbau khas akar kawao serta memiliki kadar air

10,11%, karbohidrat 68,37%, lemak 14,50%, abu 4,9% dan senyawa nitrogen 1,25%.

Serbuk akar kawao yang dihasilkan akan dijadikan stok untuk percobaan utama yang

disimpan pada tempat kering untuk mencegah kerusakan pada serbuk akar kawao

tersebut.

Tahap ketiga adalah penentuan kisaran suhu ekstraksi akar kawao dengan

pengamatan areal hambat pada biakan S. cerevisiae. Suhu ekstraksi yang digunakan

adalah 15oC, 30oC, 40oC, 50oC dan 60oC. Pengujian ini dilakukan dengan uji areal

hambat metode paper disk terhadap S. cerevisiae. Hasil terbaik ditunjukkan pada

perlakuan maserasi pada suhu 30oC dengan areal hambat seluas 63,64 mm2.

Kecenderungan peningkatan luas areal hambat terjadi pada suhu ekstraksi 15oC

sampai 30oC. Pada suhu ekstraksi diatas 30oC terjadi penurunan areal hambat yang

terbentuk.

Tahap keempat adalah penentuan kisaran lama ekstraksi akar kawao dengan

pengamatan areal hambat pada biakan S. cerevisiae. Lama ekstraksi yang diujikan

adalah 6 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam. Pengujian ini

dilakukan dengan uji areal hambat metode paper disk terhadap S. cerevisiae. Hasil

terbaik ditunjukkan pada perlakuan maserasi selama 24 jam dengan areal hambat

Page 5: III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080110_3_1232.pdf · Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian,

FTIP001657/005

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

28

seluas 63,64 mm2. Kecenderungan peningkatan luas areal hambat terjadi dari lama

ekstraksi 6 jam sampai 24 jam. Pada lama ekstraksi diatas 24 jam terjadi

kecenderungan penurunan areal hambat yang terbentuk. Bahkan pada lama ekstraksi

72 jam tidak terbentuk areal hambat. Hasil tersebut diduga karena terjadi degradasi

komponen aktif dalam akar kawao.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, dapat diketahui bahwa akar kawao

dapat digunakan untuk menghambat mikroorganisme yang diujikan karena

komponen-komponen senyawa aktif yang terkandung didalamnya. Pelaksanaan

penelitian dilakukan pada berbagai kombinasi suhu dan lama maserasi. Perlakuan

suhu ekstraksi yang akan dilakukan pada perecobaan utama yaitu 25oC, 30oC dan

35oC. Perlakuan lama ekstraksi yang akan dilakukan pada percobaan utama yaitu 18

jam, 24 jam dan 30 jam. Uji efektvitas akar kawao dilakukan dengan metode difusi

paper disk terhadap 3 mikroorganisme kontaminan pada nira yaitu S.cerviceae,

L.mesenteroides dan E.coli.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka dapat disusun hipotesis sebagai

berikut : “Salah satu kombinasi perlakuan suhu dan lama maserasi pada ekstraksi akar

kawao (Millettia sericea) dapat digunakan untuk menghambat mikroorganisme

S.cerevisiae, L.mesenteroides dan E.coli dengan luas areal hambat tertinggi

menggunakan metode difusi paper disk.