ii. tinjauan pustaka a. proses drilling - selamat datangdigilib.unila.ac.id/20472/3/bab ii.pdf · 5...
TRANSCRIPT
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Drilling
Proses drilling adalah proses permesinan untuk membuat lubang bulat pada benda
kerja. Drilling biasanya dilakukan memakai pahat silindris yang memiliki dua ujung
potong yang disebut drill. Pahat diputar pada porosnya dan diumpankan pada benda
kerja yang diam sehingga menghasilkan lubang berdiameter sama dengan diameter
pahat. Mesin yang digunakan disebut drill press, tetapi mesin lain dapat juga
digunakan untuk proses ini. Lubang yang dihasilkan dapat berupa lubang tembus
(through holes) dan tak tembus (blind holes). (Al Huda, 2008)
B. Kondisi Pemotongan Pada Drilling
Kecepatan potong (cutting speed) pada drilling didefinisikan sebagai kecepatan
permukaan terluar dari pahat drill relatif terhadap permukaan benda kerja.
Kecepatan potong dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
DNv
dimana, v : Kecepatan potong (m/min),
N : Kecepatan putaran (rpm: rev/min).
D : Diameter pahat.
6
Gambar 1. Kondisi pemotongan pada Drilling (Groover, 2002)
Waktu riil permesinan (time of actual machining), Tm (min) :
1. Pada pembuatan lubang tembus (through hole):
fN
AtTm
2. Pada pembuatan lubang tembus (through hole):
fN
dTm
dimana, f : Gerak makan (mm/rev).
Tm : Waktu riil permesinan (min).
t : Ketebalan benda kerja (mm).
A : Jarak antara sisi terluar pahat drill dengan permukaan benda kerja
ketika ujung drill mulai menyentuh permukaan.
d : Kedalaman lubang,
: Drill point angle.
7
Kecepatan pemindahan material (material removal rate), MRR:
4
2 NfDMRR
dimana, MRR: material removal rate (mm3/min)
C. Berbagai proses yang berhubungan dengan Drilling.
Terdapat beberapa jenis proses yang terkait dengan drilling. Proses ini memerlukan
lubang awal yang dibentuk dengan drilling, kemudian lubang dimodifikasi.
Beberapa proses tersebut diantaranya adalah:
a. Reaming. Digunakan untuk sedikit menambah lebar lubang, menghasilkan
toleransi yang lebih baik pada diameternya. Pahatnya disebut reamer, biasanya
berbentuk galur lurus..
b. Tapping. Proses ini dilakukan dengan pahat tap, untuk membuat internal ulir
pada permukaan dalam sebuah lubang.
c. Counter-boring. Menghasilkan lubang bertingkat, lubang diameter besar diikuti
dengan lobang diameter lebih kecil. Digunakan untuk "menyimpan" kepala baut
agar tidak menonjol.
d. Counter-sinking. Serupa dengan counter-boring, tetapi lubang lebar berbentuk
kerucut untuk "menyimpan" kepala sekrup bebentuk kerucut.
e. Centering. Disebut juga center-drilling, digunakan untuk membuat lubang awal
sehingga drilling dapat dilakukan pada posisi yang lebih akurat. Pahatnya
disebut center-drill.
8
f. Spot-facing. Mirip dengan proses milling. Digunakan untuk meratakan
permukaan tertentu benda kerja yang menonjol, terutama setelah proses drilling.
D. Variasi Pahat Pada Drilling
Mata bor adalah suatu alat pembuat lubang atau alur yang efisien, macam-macam
ukuran daripada mata bor terbagi dalam beberapa jenis, diantaranya ialah: didalam
satuan inchi, di dalam pecahan dari 1/64” sampai 3/8” dan seterusnya. Di dalam
satuan millimeter dengan setiap kenaikan bertambah 0,5 mm, dengan nomor dari
80 – 1 dengan ukuran 0,0135 – 0,228”, dengan tanda huruf A sampai Z dengan
ukuran 0,234 – 0, 413”.
Terdapat beberapa hal yang harus kita perhatikan untuk memilih mata bor yaitu :
1. Ukuran lubang
2. Benda kerja yang akan dibor
3. Sudut bibirnya
Ukuran lubang menentukan ukuran garis tengah dari mata bor, setiap mata bor
akan menghasilkan lubang yang lebih besar daripada garis tengahnya, sudut spiral
dan sudut bibir tergantung dari benda kerja yang akan dibor.
Alat penyudut dipakai untuk memeriksa sudut bibir, sisi potong yang tumpul akan
menyebabkan permukaan lubang menjadi kasar, hal ini terjadi bila jarak sudut
pahat dengan sisi potong 550, untuk mengurangi akibat yang tidak baik terhadap
sisi potong, jarak perlu diperpendek dengan menggerinda mata bor yang lebih
besar. (Daryanto, 1996)
9
1. Mata bor pilin dengan spiral kecil
Mata bor pilin dengan spiral kecil, sudut penyayatnya 130° digunakan untuk
mengebor aluminium, tembaga, timah, seng, dan timbel.
Gambar 2. Bor Pilin Spiral Kecil
2. Mata bor pilin spiral besar sudut penyayat 130°
Bor pilin dengan spiral besar, sudut penyayat 130° digunakan untuk mengebor
kuningan dan perunggu.
Gambar 3. Bor Pilin Kisar Besar
3. Mata bor pilin spiral besar sudut penyayat 80°
Mata bor pilin dengan spiral besar, sudut penyayat 80° digunakan untuk
mengebor batu pualam/ marmer, batu tulis, fiber, ebonit, dan sebagainya.
Gambar 4. Bor Pilin Kisar Besar Sudut Sayat Kecil
10
4. Mata bor pilin spiral besar sudut penyayat 30°
Mata bor pilin dengan spiral besar, sudut penyayat 30° digunakan untuk
mengebor jenis bahan karet yang keras (karet-karet bantalan).
Gambar 5. Bor Pilin Kisar Besar Sudut Lancip
E. Tool Geometry
Twist drill (drill dengan bermata dua) digunakan luas di industri untuk membuat
lubang secara cepat dan ekonomis, diameter berkisar 0.15 mm (0.006 in.) - 75 mm
(3.0 in.). Badan drill memiliki dua daun spiral (flutes). Sudut kemiringan spral daun
disebut helix angle, biasanya sekitar 30°. Saat proses drillinIg, daun ini_ berfungsi
untuk jalur pengeluaran geram dari lubang. Tebal (jarak) antara daun disebut web.
Ujung twist drill berbentuk kerucut, sudutnya disebut point angle, nilai sekitar
118°. Desain umum dari ujung drill adalah chisel edge. Chisel edge menyambung
dengan dua ujung (mata potong) disebut lips dan menyambung ke daun (flutes).
Permukaan flutes yang berhubungan dengan ujung potong berperan sebagai rake
face. Twist drill biasanya terbuat dari high-speed steel (HSS). Pembentukan pahat
dibuat dengan proses casting, kemudan dikeraskan permukaannya dengan proses
heat treatment sementara bagian dalamnya tetap kuat/ulet. Setelah itu dilakukan
proses Grinding untuk mempertajam ujung potongnya. (Daryanto, 1996)
11
Gambar 6. Geometri Pahat
F. Mesin Drilling (The Drill Press)
Mesin standar untuk drilling disebut drill press. Beberapa jenis drill press:
a. Upright drill. Mesin ini ditegakkan diatas lantai, terdiri dari meja untuk
meletakkan dan memegang benda kerja, drilling head yang digerakkan oleh
spindle untuk memasang pahat drill, serta landasan dan tiang penopang.
Gambar 7. Upright drill
12
b. Bench drill. Lebih kecil dari upright drill, diletakkan diatas meja atau bangku.
c. Radial drill. Drill press besar yang dirancang untuk melobangi benda kerja
besar. Memiliki lengan radial sehingga drilling head dapat digerakkan sepanjang
lengan ini untuk menjangkau lokasi yang relatif jauh dari tiang mesin.
Gambar 8. Radial drill
d. Gang drill. Mesin ini terdiri dari 2 - 6 mesin upright drill diatur saling
berhubungan dan segaris. Tiap spindle beroperasi sendiri-sendiri, tapi memiliki
satu meja kerja. Sehingga satu rangkaian proses drilling (centering, drilling,
reaming, tapping) dapat dilakukan secara berurutan dengan hanya menggeser
benda kerja tanpa mengganti pahatnya.
13
Gambar 9. Gang drill.
e. Multiple-spindle drill. Mirip dengan mesin gang drill, beberapa spindle
dihubungkan bersama untuk membuat berbagai lubang pada satu benda kerja
secara bersamaan.
f. Numerical control drill presses. Mesin ini mampu mengontrol pemosisian
lubang pada benda kerja. Sering dilengkapi dengan turrets untuk memegang
beberapa pahat drill sekaligus dan dapat dikontrol dengan NC program, sering
disebut mesin CNC turret drill.
14
G. Pemegang Benda Kerja Pada Drill Press
Peralatan yang biasa digunakan untuk memegang benda kerja pada mesin drill
press antara lain:
a. Ragum (Vise). Adalah alat yang umum digunakan, menjepit benda kerja pada
dua sisi berdampingan.
b. Perkakas Cekam (Fixture). Peralatan yang dirancang secara khusus untuk
komponen tertentu. Fixtures dirancang untuk mencapai tingkat akurasi
pemosisian yang lebih tinggi, tingkat produksi yang lebih cepat, dan kemudahan
operasi yang lebih besar.
c. Perkakas tuntun (Jig). Mirip seperti fixtures, tapi dilengkapi dengan alat
pengarah pahat drill terhadap benda kerja, sehingga akurasi penempatan pahat
lebih tinggi.
H. Sifat-sifat material
Dalam sebuah pemilihan material yang cocok maka diperlukan pengetahuan akan
sifat dari material tersebut. Walaupun memang sudah ada standar baku yang
mengatur akan kandungan bahan-bahan pembentuk yang akan membangun sifat
material, namun keahlian untuk menentukan berdasarkan metode-metode
pengujian material sangatlah penting bagi seorang material engineer.
15
Sifat-sifat (Properties) material yang dimaksud adalah :
1. Sifat Mekanis
2. Sifat Elektris
3. Sifat Elektrokimia
4. Sifat Magnetik
5. Sifat Termal
Kekuatan adalah kemampuan suatu material dalam menerima beban, semakin
besar beban yang mampu diterima oleh material maka benda tersebut dapat
dikatakan memiliki kekuatan yang tinggi. Dalam kurva stress-strain kekuatan
(strength) dapat dilihat dari sumbu-y (stress), semakin tinggi nilai stress-nya
maka material tersebut lebih kuat. Untuk memperjelas, lihat gambar 15 :
Gambar 10. kurva stress vs strain (tegangan vs regangan)
Kurva yang diberi label strongest (terkuat) digambarkan sebagai kurva yang
memiliki nilai sb-y tertinggi. Kemudian kurva yang diberi label Toughest adalah
kurva yang memiliki nilai ketangguhan tertinggi. Ketangguhan suatu material
16
dapat dilihat dari luas daerah sibawah kurva stress-strain nya. Semakin besar luas
daerah di bawah kurva, maka material tersebut dikatakan semakin tangguh. Lalu
untuk keuletan material digambarkan dari kurva yang diberi label most ductile.
Keuletan menggambarkan bahwa material tersebut sulit untuk mengalami patah
(fracture) yang dalam kurva dapat dilihat sebagai kurva yang memiliki nilai
sumbu-x (strain / regangan) tertinggi.
Ada beberapa lagi sifat mekanik material diantaranya kekerasan dan getas.
Kekerasan dapat diartikan ketahan suatu material terhadap deformasi lokal,
misalkan ketahanan terhadap goresan. Bila suatu material digores maka yang akan
menerima beban adalah bagian permukaannya saja bukan keseluruhannya, itulah
mengapa goresan dikatakan hanya menghasilkan deformasi lokal. Selanjutnya
sifat getas dari suatu material dapat diartikan ketidakmampuan suatu material
untuk berdeformasi plastis. Material yang getas berarti bila diberi suatu beban dia
hanya akan berdeformasi elastis, dan selanjutnya akan mengalami patah.
Mengetahui tentang sifat mekanik suatu material sangatlah penting terutama
dalam pemilihan material yang akan dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalkan kita disuruh memilih jenis baja yang akan digunakan untuk membuat
jembatan, maka hal terpenting yang harus kita perhatikan adalah bahan yang kita
pilih haruslah kuat, dalam arti dia tidak akan mudah mengalami deformasi plastis.
(http://geowana.wordpress.com/pentingnya sebuah ilmu material)
17
I. Baja (Material Benda Kerja)
Baja karbon dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah kadar karbonnya. Baja
karbon dibagi menjadi tiga kelompok. Adapun pembagian jenis – jenis baja
karbon adalah:
a). Baja karbon rendah
Baja karbon rendah yang biasanya disebut mild steel mengandung karbon
antara 0,1% sampai dengan 0,3% dan dalam perdagangan karbon rendah
berbentuk batang), pelat – pelat baja dan baja strip. Baja karbon rendah
memiliki kekuatan sedang dengan keuletan yang baik dan sesuai dengan
tujuan fabrikasi digunakan dalam kondisi anil atau normalisasi untuk tujuan
konstruksi dan struktural, seperti jembatan, bangunan gedung, kendaraan
bermotor, dan kapal laut.
b). Baja karbon sedang
Baja karbon sedang mempunyai kandungan karbon antara 0,3 % sampai
dengan 0,6 %. Penemperan di daerah temperatur lebih tinggi (yaitu 350-
550°C) menghasilkan karbida sferoidisasi yang meningkatkan keuletan baja,
dan dalam perdagangan baja karbon sedang digunakan untuk bahan baut, mur,
piston, poros engkol, material as roda, poros, roda gigi, dan rel. Proses
ausforming dapat diterapkan pada baja dengan kadar karbon sedang tersebut
sehingga dicapai kekuatan lebih tinggi tanpa mengurangi keuletan.
c). Baja karbon tinggi
Baja karbon tinggi mempunyai kandungan karbon antara 0,7 % sampai dengan
1,3 % dan setelah mengalami proses heat treatment, baja tersebut digunakan
18
untuk pegas (per), alat – alat perkakas, gergaji, pisau, kikir dan pahat potong.
Baja karbon tinggi umumnya dikeraskan dengan ditemper ring pada
temperatur 250°C untuk menghasilkan kekuatan dan keuletan yang memadai
untuk per, die, dan perkakas potong. Keterbatasan penggunaan terjadi karena
kemampukerasan yang kurang baik dan pelunakan cepat yang terjadi pada
penemperan temperatur sedang.
Klasifikasi dari jenis baja karbon tersebut diatas dapat dilihat lebih rinci pada
tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Baja Karbon [Wiryosumarto, 1996]
Jenis Kadar
Karbon (%)
Kekuatan
Luluh
(kg/mm2)
Kekuatan
Tarik
(kg/mm2)
Kekerasan
(Brinell)
Perpanjangan
(%)
Baja Karbon Rendah :
a. Baja Lunak Khusus
b. Baja Sangat Lunak
c. Baja Lunak
d. Baja Setengah
Lunak
Baja Karbon Sedang :
a. Baja Setengah
Keras
b. Baja Keras
Baja Karbon Tinggi :
a. Baja Sangat Keras
0,08
0,08-0,12
0,12-0,20
0,20-0,30
0,30-0,40
0,40-0,50
0,50-0,80
18-28
20-29
22-30
24-36
30-40
34-46
36-47
32-36
36-42
38-48
44-55
50-60
58-70
65-100
95-100
80-120
100-130
112-145
140-170
160-200
180-235
40-30
40-30
36-24
32-22
30-17
26-14
20-11
19
J. Baja Karbon AISI 1045
Baja karbon AISI 1045 merupakan salah satu jenis baja karbon sedang (0,43 –
0,50 %C berat) yang banyak digunakan dipasaran karena memiliki banyak
keunggulan. Baja ini memiliki karakteristik sifat mampu mesin yang baik, wear
resistance-nya baik, dan sifat mekaniknya menengah. Dengan bantuan diagram
fasa yang merupakan landasan untuk perlakuan panas bagi logam, dan diagram
fasa besi-karbon diberlakukan untuk baja. Memahami diagram fasa menjadi
sebuah tuntutan karena terdapatnya hubungan antara struktur mikro dengan sifat-
sifat mekanis suatu material, yang semuanya berhubungan dengan karakteristik
diagram fasanya. Diagram fasa juga memberikan informasi penting tentang titik
leleh, titik kristalisasi, dan fenomena lainnya.
K. High Speed Steel (HSS)
Baja kecepatan tinggi (sering di singkat HSS/HS) adalah suatu material yang
biasanya digunakan di dalam manufaktur dari alat-alat pemesinan dan alat
pemotong yang lain. Sering digunakan juga dalam mesin pemotong dan bor.
Bahan ini lebih kuat daripada perkakas baja karbon tinggi yang mulai di gunakan
pada tahun 1940-an. Kandungan karbon : 0,70 % - 1,50 %. Sifat-sifat HSS untuk
memotong lebih cepat dari pada baja karbon tinggi, karena itu dinamakan baja
kecepatan tinggi (high speed steel/HSS). Pada suhu-kamar HSS dan baja karbon
tinggi mempunyai kekerasan yang tidak jauh berbeda, hanya pada suhu yang
sudah diatur HSS menjadi lebih menguntungkan. HSS menurut beratnya mulai
mencair pada 1130 ° C (2066 ° F), dan sudah benar-benar cair setelah mencapai
1315 ° C (2400 ° F).
20
Adapun aplikasi dari penggunaan utama dari baja kecepatan tinggi digunakan
pada manufaktur untuk berbagai pahat potong: drills, taps, milling cutters, tool
bits, gear cutters, saw blades, dll. Baja karbon tinggi menjadi suatu pilihan yang
baik untuk aplikasi kecepatan rendah di mana suatu ketajaman tepi sangat
diperlukan, seperti alat pemotong, pahat dan mata pisau.
Baja kecepatan tinggi menjadi Fe-C-X multicomponen bercampur menjadi sistem
logam di mana X mewakili; menunjukkan unsur logam pelapis chromium,
tungsten, molibdenum, vanadium, atau unsur kimia kobalt. Secara umum,
komponen X hadir lebih dari 7%, dengan karbon lebih dari 0,60%. Tingkatan T-1
dengan tungsten 18% tidak berubah komposisinya sejak tahun 1910 dan
penggunaan tipe utama pada 1940, ketika diganti oleh molibdenum. Sekarang ini,
hanya 5-10% dari HSS di Eropa dan hanya 2% di Amerika Serikat yang berasal
dari jenis ini. (Krar, 1997)
Penambahan 10% dari tungsten dan molibdenum secara keseluruhan
memaksimalkan secara efisien kekerasan dan ketahanan dari baja kecepatan tinggi
dan memelihara sifat-sifat pada temperatur tinggi yang dihasilkan ketika
pemotongan logam. (Taufiq Rochim, 1993)
L. Panas yang dihasilkan dan perpindahan panas
Mekanisme pemotongan logam melibatkan sejumlah interaksi kuat mekanis dan
proses thermal. Dalam perhitungan, kita memperhitungkan termo-mekanis
coupling dan interaksi antara gesekan, suhu dan plastisitas. Hukum keseimbangan
21
yang relevan yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah persamaan panas.
Panas yang dihasilkan oleh gesekan dan kerja plastik bertindak sebagai sumber
masalah termal. Pelunakan termal yang sesuai pada gilirannya mempengaruhi
masalah mekanis. Rincian dari pendekatan numerik yang digunakan untuk
memperhitungkan kopel termo-mekanis dapat ditemukan di tempat.
Laju panas per satuan volume akibat deformasi plastis dapat ditulis dalam bentuk:
p
Ws.
Dimana p
W
adalah kekuatan plastik per satuan volume deformasi, dan adalah
fraksi dari kerja plastik dikonversi menjadi panas. Untuk beberapa material,
koefisien diketahui untuk menjadi fungsi kekuatan pada deformasi. di sini,
bagaimanapun, diperlakukan sebagai konstan untuk kesederhanaan, di samping
itu, laju pemanasan per satuan luas karena gesekan :
vth .
dimana t adalah vektor dan kontak traksi dan v menunjukkan lompatan
kecepatan di permukaan bidang kontak. Jika, di samping itu, kita asumsikan
gesekan Coulomb, menjadi:
pvh
dimana µ adalah koefisien gesek (tanpa satuan), tekanan kontak p (N/m2), dan v
(m/s) besarnya kecepatan geser. H panas dapat dibagi ke tubuh dalam kontak
sesuai dengan hubungan :
pvh 1
22
pvh )1(2
Dimana persamaan di atas merujuk pada tubuh dalam kontak:
111222 /1
1
ckck
Kerja/energi mekanik dalam proses pemotongan yang bebas getaran seluruhnya
diubah menjadi panas/kalor. yang diubah menjadi energi panas per satuan waktu
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = ssh QQQ ; W
Dimana, Q = Panas total yang dihasilkan perdetik
60
vFv ; J/s atau W
Qsh = Panas yang dihasilkan perdetik pada bidang geser
60
ss vF ; J/s atau W
Q = Panas yang dihasilkan perdetik pada bidang geram
60
svF ; J/s atau W
Qc = Panas yang dihasilkan perdetik pada bidang utama
M. Temperatur Pemotongan
Hampir seluruh energi pemotongan diubah menjadi panas melalui proses gesekan,
antara geram dengan pahat dan antara pahat dengan benda kerja. Panas yang
ditimbulkan cukup besar karena tekanan yang besar akibat gaya pemotongan dan
luas bidang kontak relatif kecil maka temperature pahat dan bidang utamanya akan
23
Primary
deformation zone
Secondary
deformation zone
Primary
deformation zone
Secondary
deformation zone
sangat tinggi temperaturnya. Meskipun prosentase panas yang terbawah geram
sangat tinggi tidaklah berarti bahwa temperatur geram menjadi lebih tinggi dari
pada temperatur pahat.
Panas mengalir bersama sama geram yang selalu terbentuk dengan kecepatan
tertentu, sedangkan panas yang merambat melalui pahat terjadi sebagai proses
konduksi panas yang dipengaruhi olek konduktivitas panas material pahat serta
penampang pahat yang relatif kecil.
Panas dalam proses permesinan ketika logam dipotong, sejumlah energi
dibutuhkan dalam mendeformasi geram (chip) dan mengatasi gesekan antara
pahat dan benda. Hampir semua energi yang dibutuhkan itu diubah menjadi panas
(sekitar 98%) (M.C Shaw, 1984), menghasilkan suhu yang tinggi dalam area zone
deformasi (primary and secondary deformation zone) (lihat Gambar 14). Ini dapat
menyebabkan suhu panas yang sangat tinggi pada benda kerja dan pahat, energi
yang tersisa sekitar 2% adalah tetap dipertahankan sebagai energi elastis dalam
chip.
Gambar 11. Daerah zone deformasi selama proses pemotongan
24
Suhu pemotongan (cutting temperature) adalah perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi unjuk kerja proses pemesinan. Temperatur pada daerah zone
deformasi utama (primary deformation zone), dimana terjadi deformasi benda
kerja menjadi geram akibar tegangan geser, mempengaruhi sifat mekanik benda
kerja dan selanjutnya gaya pemotongan (D.A Stephenson, 2006) serta keausan
tepi pahat.
Sedangkan temperatur pada zone deformasi kedua (secondary deformation zone)
sangat mempengaruhi umur pahat utamanya akibat keausan kawah. Peningkatan
temperatur pada zone ini menyebabkan pahat penjadi lunak dan keausannya
menjadi cepat melalui proses abrasi dan deformasi plastik.
Selama proses gurdi atau pengeboran kondisi panas pada daerah kontak antara
pahat dengan benda kerja dalam pengeboran memiliki perbedaan yang signifikan
dibandingkan dengan pemotongan ortogonal turning dan borring. Geram yang
terbentuk pada dasar lubang akan tetap mengalami kontak dengan mata bor dan
mengalami penumpukan karena titik pengeboran bergerak lambat kearah porsi
material kerja sehingga daerah kontak pahat – benda kerja mengalami pemanasan
karena terbentuknya geram.
Temperatur pada proses gurdi atau pengeboran sering kali tidak mencapai kondisi
steady, tapi meningkat seiring dengan kedalaman lubang. Pada proses
pemotongan yang lain temperatur pengeboran sangat dipengaruhi oleh kecepata
spindel dan laju gerak makan.
Diantara parameter geometri pahat point angel memiliki pengaruh yang paling
besar. Karena point angel meningkat, panjang ujung potongan pengeboran
25
menurun, dan temperatur meningkat seiring difusi panas yang konstan ke bagian
yang lebih kecil. Peningkatan sudut heliks, yang mengurangi torsi gurdi atau
pengeboran, tanpanya tidak mempengaruhi temperatur pengeboran seperti yang
diperkirakan karena panas yang dihasilkan dari pengeboran lebih berasal dari
gesekan dari pada pergeseran material kerja. (D.A Stephenson, 2006)
N. Metode elemen hingga
Metode elemen hingga adalah metode numerik yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan teknik dan masalah matematik dari suatu gejala
phisis. Tipe masalah teknik dan matematik fisik yang dapat diselesaikan dengan
metode elemen hingga terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok analisa
struktur dan kelompok masalah-masalah non struktur.
Tipe-tipe permasalahan struktur meliputi:
1. Analisa tegangan/stress, meliputi analisa truss dan frame serta masalah-
masalah yang berhubungan dengan tegangan-tegangan yang terkonsentrasi.
2. Buckling.
3. Analisa getaran.
Problem non struktur yang dapat diselesaikan dengan menggunakan metode ini
meliputi:
1. Perpindahan panas dan massa.
2. Mekanika fluida, termasuk aliran fluida lewat media porus.
3. Distribusi dari potensial listrik dan potensial magnet.
26
Dalam persoalan-persoalan yang menyangkut geometri yang rumit, seperti
persoalan pembebanan terhadap struktur yang kompleks, pada umumnya sulit
dipecahkan melalui matematika analisis. Hal ini disebabkan karena matematika
analisis memerlukan besaran atau harga yang harus diketahui pada setiap titik
pada struktur yang dikaji.
Penyelesaian analisis dari suatu persamaan differensial suatu geometri yang
kompleks, pembebanan yang rumit, tidak mudah diperoleh. Formulasi dari
metode elemen hingga dapat digunakan untuk mengatasi pemasalahan ini.
Metode ini akan mengadakan pendekatan terhadap harga-harga yang tidak
diketahui pada setiap titik secara diskrit. Dimulai dengan pemodelan dari suatu
benda dengan membagi-bagi dalam bagian yang kecil yang secara keseluruhan
masih mempunyai sifat yang sama dengan benda yang utuh sebelum terbagi
dalam bagian yang kecil (meshing/diskritisasi). (Susatio, 2004)
O. Tahapan metode elemen hingga
Secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode
elemen hingga dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemilihan tipe elemen dan diskritisasi
Amatilah benda atau struktur yang akan dianalisa, apakah satu dimensi, dua
dimensi, atau tiga dimensi. Macam dan tipe elemen dasar yang digunakan:
27
Gambar 12. Bentuk-bentuk elemen dasar
(a). Elemen garis (1 dimensi)
(b). Elemen segitiga dan segi empat (2 dimensi)
(c). Elemen tetrahedra dan balok (3 dimensi)
(d). elemen segitiga axisimetri
Bagilah/potong benda dalam bagian-bagian kecil (disebut elemen). Langkah ini
disebut sebagai langkah diskritisasi. Banyaknya potongan yang dibentuk
bergantung pada geometri dari benda yang akan dianalisa, sedangkan bentuk
elemen yang diambil bergantung pada dimensinya (lihat Gambar 10).
2. Pemilihan fungsi pemindah/fungsi interpolasi
Jenis-jenis fungsi yang sering digunakan adalah fungsi linier, fungsi kuadratik,
kubik atau polinomial derajat tinggi.
28
3. Mencari hubungan strain/Displacement dan stress/strain
sebagai contoh, hubungan ini untuk kasus satu dimensi berlaku :
dx
dux atau xx E
dimana : x = Strain
x = Stress
E = Modulus elastis
u = Displacement
4. Dapatkan matrik kekakuan dari elemen yang dibuat
Untuk benda yang terdiri dari beberapa buah elemen , lakukan penggabungan
(assemblage) dari matrik kekakuan elemen menjadi matrik kekakuan global
yang berlaku untuk seluruh benda atau struktur.
5. Gunakan persamaan kesetimbangan F = [k] d
6. Selesaikan persamaan pada langkah 5, dengan menghitung harga yang belum
diketahui. Jika perhitungan melibatkan matrik dengan ukuran yang kecil,
biasanya ditempuh dengan cara partitioning matrik, tetapi jika perhitungan
melibatkan matrik dengan ukuran yang besar, komputer adalah jalan terbaik
dalam mendapatkan solusinya.
7. Hitung Strain dan Stress dari tiap elemen.
8. Interpretasikan kembali hasil-hasil perhitungan yang diperoleh.
29
P. Contoh-contoh Meshing
Berikut ini adalah beberapa contoh Meshing dari suatu struktur yang kompleks.
Meshing bergantung pada struktur yang akan dianalisa.
Gambar 13. Meshing dari suatu tower kontrol dengan 48 buah elemen beam dan
28 buah node
Gambar 14. Meshing dua dimensi, dengan 120 buah node dengan 297 elemen
segitiga
30
Gambar 15. Elemen masif tiga dimensi
Q. Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan elemen hingga
Beberapa kelebihan dalam penggunaan metode ini adalah :
1. Benda dengan bentuk yang tidak teratur dapat dengan mudah dianalisa.
2. Tidak terdapat kesulitan dalam menganalisa beban pada suatu struktur.
3. Pemodelan dari suatu benda kerja dengan komposisi materi yang berlainan
dapat dilakukan karena tinjauan yang dilakukan secara individu untuk setiap
elemen.
4. Dapat menangani berbagai macam syarat batas dalam jumlah yang tak terbatas.
5. Variasi dalam ukuran elemen memungkinkan untuk memperoleh detail analisa
yang diinginkan.
6. Dapat memecahkan masalah-masalah dinamik (time dependent).
Kekurangan yang terdapat dalam penggunaan metode ini adalah diperlukannya
komputer sebagai sarana hitung yang lebih cepat dan akurat. (Susatio, 2004)
31
R. Lagrangian
Finite element mesh melekat pada bahan benda kerja dan unsur-unsur deformasi
bersama dengan bahan selama pemotongan. Hal ini sangat cocok untuk solid
mechanics analysis dan sesuai untuk masalah aliran material yang tanpa terlibat.
Untuk simulasi pemotongan logam, rumus Lagrangian lebih disukai karena
pemodelan lebih mudah. Geometri kondisi batas (atau bentuk chip) tidak harus
ditentukan, tapi berkembang selama percobaan dari analisis sepenuhnya sebagai
fungsi dari proses deformasi fisik, parameter mesin, dan material bahan kerja.
Kerugian utama dari Lagrangian dalam simulasi adalah bahwa sebagai unsur
umumnya mengalami distorsi parah, geometris juga sebagai bahan non-linearities
diperkenalkan di persamaan FE yang sangat meningkatkan beban komputasi. Hal
ini menimbulkan substansial numerik.
kesulitan yang kadang-kadang memerlukan mesh untuk diregenerasi agar
mencegah simulasi dari “breaking down” prematur, selain itu berdampak negatif
pada efisiensi dan akurasi analisis. Dalam model-model berbasis Lagrangian,
perpisahan dari chip ke benda kerja secara tradisional dicapai melalui pemisahan
dari simpul di depan ujung alat sepanjang garis yang sudah ditetapkan mewakili
kedalaman potong. Prosedur pemisahan node diatur oleh kondisi kegagalan
material, yang merupakan fungsi dari salah satu dari beberapa kriteria dan
meskipun sederhana, metodologi tidak memiliki drawbacks.
Dengan deformasi besar yang ditemui selama pemotongan logam, ada
kecenderungan untuk simpul dalam depan alat sepanjang garis perpisahan akan
32
mendorong keluar dari posisi, sehingga menyebabkan keterikatan dari unsur-unsur
dengan pemotongan alat. Pemisahan prematur node yang mengakibatkan celah di
depan tool tip adalah masalah umum lain, yang biasanya disebabkan oleh
spesifikasi yang tidak benar kriteria besarnya pemisahan.
Hal itu dapat berkontribusi untuk mengurangi akurasi dan validitas hasil.
Bagaimanapun, beberapa peneliti telah meneliti metode alternatif untuk mencapai
aksi pemotongan seperti penghapusan elemen dan adaptif remeshing. (SL Soo and
D K Aspinwall, 2007)
S. Arbitrary Lagrangian Eulerian (ALE)
Prosedur yang ALE dapat digambarkan sebagai rumus umum adalah
amalgamates dengan dua klasik Eulerian Lagrangian dan teknik menjadi satu
deskripsi untuk memanfaatkan jasa masing-masing. FE mesh dalam sebuah
simulasi ALE spasial maupun tidak tetap melekat pada materi, tetapi boleh
sewenang-wenang bergerak relatif terhadap materi. Perumusan itu sedemikian
rupa sehingga dapat dikurangi untuk Eulerian atau deskripsi Lagrangian jika
diperlukan.
00,
dx
df
xd
df
dt
ddttxtxf
Untuk simulasi pemotongan logam, ide umumnya menerapkan fitur dari jenis
Eulerian pendekatan untuk pemodelan sekitar daerah tool tip, sementara bentuk
Lagrangian dapat dimanfaatkan untuk pemodelan pada aliran yang tanpa bahan
pada batas bebas. Dengan cara ini, masalah berat distorsi dan keterlibatan unsur di
33
zona pemotongan bisa dikurangi tanpa perlu remeshing. Evolusi dari bentuk dan
ukuran dari chip dapat terjadi dengan bebas dan secara otomatis sebagai fungsi
dari material deformasi. Sejumlah peneliti telah mempelajari masalah ortogonal
berbalik dengan chip yang terus-menerus dengan menggunakan prosedur ALE.
(SL Soo and D K Aspinwall, 2007)
T. Komputasi Distribusi Temperatur Menggunakan FEM
Dengan asumsi pemesinan ortogonal steady dan kontinur persamaan pengatur
perpindahan panas adalah persamaan energi steady .
0..
2
qTkTVc p
dimana TS suhu tertentu sepanjang batas ST, fluks panas yang ditentukan, q pada
batas Sq, dan koefisien perpindahan panas yang ditetapkan, h pada batas Sh
dimana p adalah kepadatan, cP panas spesifik, V kecepatan, T suhu, k
konduktivitas termal, dan .
q laju penghasilan panas internal per satuan volume.
Untuk pemesinan ortogonal dimana ketebalan geram belum terdeformasi, t1, jauh
lebih kecil daripada lebar geram, perpindahan panas dapat diasumsikan dua-
dimensi.
Dengan menggunakan persamaan Galerkin, dapat ditunjukkan bahwa unsur
persamaan matriks.
pTHee
di mana Te adalah vektor nodal temperatur dari elemen,
hNdSNNdkNNdVcNH T
s
T
p
Teeq
ee
..
34
qdSNdShTNdNNp T
s
T
s
e
Teq
eb
e q
mana Ω2 adalah domain dari elemen dan N elemen bentuk fungsi matriks.
U. DEFORM™ 3D
Deform™ 3D adalah sebuah proses simulasi yang dirancang untuk menganalisis
tiga-dimensi (3D) aliran proses pembentukan logam kompleks.
Deform™ 3D adalah alat praktis dan efisien untuk memprediksi aliran material
dalam industri membentuk operasi tanpa biaya. Aplikasi yang ada pada DeformTM
3D meliputi:
- Penempaan - machining - rolling
- Ekstrusi - heading - gambar
- Cogging - pemadatan - boring
Didasarkan pada metode elemen hingga, Deform™ telah terbukti akurat dan
kuat dalam aplikasi industri selama lebih dari dua dekade. Software ini mampu
memprediksi deformasi besar aliran bahan dan perilaku termal dengan hasil yang
presisi.
The Automatic Mesh Generator (AMG) menghasilkan sistem mesh yang optimal
dengan pengendalian ukuran elemen lokal yang didasarkan pada proses yang
ingin dianalisa. Fasilitas ini merupakan resolusi yang disempurnakan fitur bagian
tetap menjaga kontrol yang baik masalah keseluruhan ukuran dan kebutuhan
komputasi. Sebuah ditetapkan pengguna mesh lokal kepadatan pengguna tingkat
35
lanjut memberikan kontrol yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sementara Deform™ 3D menyediakan kemampuan analisis canggih, pengguna
berbasis grafik Antarmuka yang intuitif dan mudah dipelajari. Selain itu,
menyediakan utilitas untuk memanipulasi 3D geometri, termasuk kemampuan
untuk memangkas boolean flash. Geser dan pemangkasan operasi juga dapat
dianalisis menggunakan mesin FEM. Bahkan mesin kompleks
operasi dapat dimodelkan. Deform™ 3D adalah dasar yang komprehensif
sistem pemodelan yang mengintegrasikan produksi bahan baku, pembentukan,
perlakuan panas dan pemesinan. (http://www.deform.com)