identifikasi ibu hamil yang tidak melakukan …repository.poltekkes-kdi.ac.id/183/1/kti final an....
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI IBU HAMIL YANG TIDAK MELAKUKAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA TRIMESTER I DI
POLI KIA PUSKESMAS LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh:
ERNAWATY NIM : P00324013043
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2016
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Ernawaty
2. Tempat Tanggal Lahir : Raja, 17 Agustus 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Bugis
6. Alamat : Desa Epeesi Kecamatan Basala
Kabupaten Konawe Selatan
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 1 Epeesi, Tamat Tahun 2007
2. SMP Negeri 36 Konsel, Tahun Tamat 2010
3. SMK 5 Kesehatan Kendari, Tamat Tahun 2013
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2013 sampai sekarang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Identifikasi Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care pada
Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sitti Aisa, Am.Keb., S.Pd., M.Pd.,
selaku Pembimbing I dan Ibu Heyrani, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan
tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu Hj. dr. Maryam Rufiah, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari.
3. Bapak Ir. Sukanto Toding, MSP., MA., selaku Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.
4. Ibu dr. Jeni Arni Harli T., selaku Kepala Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama penelitian ini berlangsung.
vi
5. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Hj. Sitti Rachmi
Misbah, S.Kp., M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Fitriyanti, SST., M.Keb.,
selaku Penguji III.
7. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
8. Teristimewa kepada ayahanda H. Sahir dan Ibunda Hj. Sari Bulan tercinta
yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih
sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta
saudara-saudaraku: Briptu Muh. Sanusi, Muh. Ilyas, dan Zulkifli, terima
kasih atas pengertiannya selama ini.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2013, khususnya anak-anak ”Curut”: Satry, Ika, Putri,
Dian, Ecing, Ria, Nunu dan anak-anak BTN Kemilau: Hikmah, Uni, Dewi,
Andi, Yus, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Agustus 2016
Penulis
vii
INTISARI
Identifikasi Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo
Kota Kendari Tahun 2016 Latar Belakang: Puskesmas Lepo-Lepo mempunyai kunjungan Antenatal Care (ANC) yang rendah yakni, cakupan kunjungan K1 sebesar 82,5% sedangkan standar pelayanan minimal 95% dan cakupan K4 sebesar 77,2% sedangkan standar pelayanan minimal 90% dari jumlah ibu hamil pada tahun 2015 sebesar 342 ibu hamil, dimana yang tidak melakukan ANC pada trimester I sebanyak 74 orang (21,6%). Tujuan Penelitian: untuk mengidentifikasi ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal care (ANC) pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016, pada bulan Juni – Juli 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang kunjungan pada Trimester II dan III di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari sebanyak 231 orang dengan jumlah sampel 38 ibu hamil yang tidak melakukan ANC pada Trimester I. Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa umur ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care pada Trimester I tertinggi berada pada umur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 28 orang (73,7%); pendidikan ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care pada Trimester I terbanyak pada pendidikan menengah (SMA), yakni sebanyak 20 orang (52,6%); dan pekerjaan ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care pada Trimester I terbanyak pada ibu yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga), yakni sebanyak 23 orang (60,5%).
Kata Kunci : Umur, Pendidikan dan Antenatal Care Daftar Pustaka : 33 (2005-2016)
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
INTISARI ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kehamilan ........................................ 7
B. Tinjauan Tentang Antenatal Care (ANC) ...................... 12
C. Tinjauan Tentang Faktor yang Mempengaruhi ANC ..... 18
D. Kerangka Teori .............................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................. 27
B. Tempat Penelitian ......................................................... 27
C. Waktu Penelitian ........................................................... 27
D. Populasi dan Sampel .................................................... 27
ix
E. Variabel Penelitian ........................................................ 28
F. Definisi Operasional ...................................................... 28
G. Sumber Data ................................................................. 29
H. Pengolahan Data .......................................................... 29
I. Penyajian Data .............................................................. 30
J. Analisis Data ................................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................. 31
B. Pembahasan ................................................................. 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 42
B. Saran ............................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo ............................ 33
2. Distribusi Umur Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care
pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari 34
3. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal
Care pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo
Kota Kendari ............................................................................... 34
4. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal
Care pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo
Kota Kendari ............................................................................... 35
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 26
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Master Tabel
2. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
3. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Sultra
4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) yaitu pemeriksaan dan
pengawasan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan flsik
ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin dari minggu ke minggu, dengan
upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan pada ibu hamil.
Ketidak patuhan dalam pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak
dapat diketahui berbagai komplikasi yang mempengaruhi kehamilan atau
komplikasi hamil sehingga tidak dapat dideteksi. Jika ibu hamil tidak
melakukan pemeriksaan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya
berjalan dengan baik, mengalami keadaan resiko tinggi, dan komplikasi
obsetrik dapat membahayakan kehidupan ibu dan janin sehingga dapat
menyebabkan kematian (Saifuddin, 2009).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014,
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat
yaitu sebanyak 9.300 jiwa, Afrika Utara sebanyak 179.000 jiwa dan Asia
Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu di negara-negara
Asia Tenggara, yaitu Indonesia sebanyak 214 per 100.000 kelahiran
hidup, Filipina sebanyak 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam
sebanyak 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 per
1
100.000 kelahiran hidup, Brunai sebanyak 60 per 100.000 kelahiran hidup,
dan Malaysia sebanyak 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Untuk menjamin mutu pelayanaan antenatal perlu indikator untuk
menyatakan kunjungan ibu hamil tersebut dinyatakan memenuhi standar.
Indikator K1 ideal dan K4 adalah indikator untuk melihat frekuensi yang
merujuk pada periode trimester saat melakukan pemeriksaan kehamilan.
Kementerian Kesehatan menetapkan K4 sebagai salah satu indikator ANC
(Kemenkes RI, 2013).
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan kesehatan bagi
ibu hamil dan janinnya oleh tenaga professional meliputi pemeriksaan,
minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu,
1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester III. Dengan
pemeriksaan Antenatal penyakit kehamilan dapat dicegah atau dapat
diatasi. Pemeriksaan antenatal penting untuk deteksi dini komplikasi
kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan, mengatakan ibu yang
antenatal care yang tidak teratur memiliki resiko mengalami partus lama 3
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang antenatal care teratur
(Amiruddin, 2008).
Menurut laporan Dinas Kesehatan tentang pemanfaatan Antenatal
Care (ANC) selama tiga tahun terakhir kecenderungannya semakin
menurun, hal ini ditunjukkan dengan data cakupan K1 dan K4 pada tahun
2013 sebesar 92,75% dan 88,47%, pada tahun 2014 menurun menjadi K1
sebesar 83,66% dan K4 sebesar 71,52% dan pada tahun 2015 menurun
kembali menjadi K1 sebesar 75,57% dan K4 sebesar 69,21% dengan
2
jumlah ibu hamil pada tahun 2015 yaitu sebesar 5.177 ibu hamil.
Puskesmas Lepo-Lepo merupakan salah satu Puskesmas di Kecamatan
Baruga yang mempunyai kunjungan Antenatal Care (ANC) yang rendah
yakni, cakupan kunjungan K1 sebesar 92% sedangkan standar pelayanan
minimal 95% dan cakupan K4 sebesar 77,2% sedangkan standar
pelayanan minimal 90% dari jumlah ibu hamil pada tahun 2015 sebesar
342 ibu hamil, dimana yang tidak melakukan ANC pada trimester I
sebanyak 74 orang (21,6%). Untuk Periode Januari-Mei 2016 sebanyak
406 ibu hamil, dimana jumlah ibu hamil yang tidak melakukan ANC pada
trimester I mengalami peningkatan sebanyak 38 orang (26,2%)
(Puskesmas Lepo-Lepo, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Identifikasi Ibu Hamil yang Tidak
Melakukan Antenatal Care (ANC) pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas
Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah identifikasi ibu hamil yang
tidak melakukan Antenatal care (ANC) pada Trimester I di Poli KIA
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016”?.
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi ibu hamil yang tidak melakukan
Antenatal care (ANC) pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari Tahun 2016.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi umur ibu hamil yang tidak melakukan
Antenatal care (ANC) pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas
Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016.
b. Untuk mengidentifikasi pendidikan ibu hamil yang tidak melakukan
Antenatal care (ANC) pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas
Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016.
c. Untuk mengidentifikasi pekerjaan ibu hamil yang tidak melakukan
Antenatal care (ANC) pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas
Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi
yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dan pengembangan
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dalam pembuatan kebijakan serta
upaya peningkatan kesehatan ibu hamil.
4
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi
khususnya mengenai kunjungan Antenatal Care (ANC) bagi ibu hamil,
selain itu diharapkan para ibu hamil dapat meningkatkan motivasi
untuk memeriksakan kehamilannya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk melatih diri dan berfikir
secara ilmiah khususnya masalah kunjungan Antenatal Care (ANC).
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah:
1. Apriliyana, Arifa (2012). Gambaran Karakteristik Ibu Hamil yang
Melakukan Kunjungan Antenatal Care (ANC) Trimester III di BPM Sri
Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu hamil trimester III yang berkunjung ke BPM Sri
Martuti Piyungan Bantul pada bulan Juli 2012. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa karakteristik ibu hamil yang melakukan kunjungan
Antenatal Care (ANC) berdasarkan umur adalah sebagian besar ibu
hamil berumur 20-35 tahun yaitu 45 0rang ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil adalah bekerja yaitu ada 13 orang ibu hamil, ada 29 orang
ibu hamil yang berpendapatan lebih dari upah minimum regional,
sebagian besar ibu hamil yang melakukan kunjungan Antenatal Care
5
(ANC) ada 37 orang ibu hamil yang mempunyai kendaraan pribadi,
sebagian besar ibu hamil didukung oleh suami/keluarganya yaitu
sebanyak 40 orang ibu hamil. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
penggunaan variabel penelitian, dimana pada penelitian ini
menambahkan variabel pendidikan.
2. Zahara, Elisa (2013). Gambaran Kunjungan K-4 Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III yang
berada di wilayah kerja Pukesmas Mutiara Timur Kabupaten Pidie
pada bulan Juli tahun 2013 yang berjumlah 101 orang. Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah lebih kurang 50 orang,
dengan kriteria bersedia menjadi responden dan ibu hamil trimester III
pada tahun 2013. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden berpengetahuan cukup, yaitu sebanyak 25 responden
(50%); mayoritas responden berpendidikan menengah, yaitu sebanyak
31 responden (62,0%); dan mayoritas responden mempunyai jarak
fasilitas kesehatan yang dekat, yaitu sebanyak 40 responden (80%).
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel
penelitian, dimana pada penelitian ini menambahkan variabel umur
responden.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah persatuan antara sebuah sel telur dan
sperma. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur
(ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008). Lamanya
kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira 280 hari (40
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Bila kehamilan lebih
dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan
36 minggu disebut kehamilan prematur (Wiknjosastro, 2008).
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.
Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria sangat besar kemungkinan akan mengalami kehamilan
(Mandriwati, 2008).
2. Gejala dan Tanda kehamilan
Menurut Mansjoer (2007) tanda-tanda kehamilan yaitu:
a. Gejala kehamilan tidak pasti
1) Amenore (tidak mendapat haid)
Amenore dapat muncul akibat gangguan endokrin,
kelemahan dan keletihan dapat merupakan tanda anemia atau
7
infeksi. Rumus taksiran Naegle bila siklus haid ± 28 hari adalah:
tanggal + 7, bulan -3, tahun + 1.
2) Mual dan muntah (nausea and vomiting). Dapat disebabkan
oleh gangguan pada saluran cerna atau alergi.
3) Mangidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).
4) Pingsan dan mudah lelah.
5) Anoreksi pada bulan-bulan pertama sering terjadi.
6) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar.
b. Tanda hamil tidak pasti
1) Pigmentasi kulit. Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Di
pipi, hidung dan dahi, di kenal sebagai kloasma gravidarum.
Terjadi karena pengaruh hormon plasenta yang merangsang
melanofor dan kulit.
2) Leukorhea. Sekret serviks meningkat karena pengaruh
Peningkatan hormone progesteron
3) Perubahan payudara. Payudara menjadi tegang dan membesar
karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang
duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam
karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum bila
kehamilan lebih dari 12 minggu.
4) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan
konsistensi dari rahim.
8
5) Perubahan organ dalam pelvis. Tanda Hegar adalah
melunaknya segmen bawah uterus, tanda Chadwick adanya
bendungan vaskuler sehingga adanya perubahan warna pada
vagina dan cervix, tanda Piscaseck: uterus membesar ke salah
satu jurusan, kontraksi Braxton-Hicks: uterus berkontraksi bila
terangsang.
c. Tanda pasti (tanda positif)
1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak
janin.
2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin. Dengan
stetoskop Laennec DJJ terdengar pada kehamilan 18-20
minggu. Alat Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.
3) Dengan ultrasonografi (USG) dapat di lihat gambaran janin.
3. Pemeriksaan Kehamilan
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran bayi yang sehat, cukup bulan, melalui jalan
lahir namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh
karena itu, pelayanan antenatal merupakan cara sangat penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan normal dan mendeteksi ibu
dengan kelahiran abnormal. Ibu hamil sebaiknya mengunjungi dokter,
bidan atau perawat sedini mungkin sejak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan antental care.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi: anamnesis,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan obstetrik, pemeriksaan
9
tambahan. Jika kehamilan masih muda, maka pemeriksaan
ginekologik (pemeriksaan dalam) perlu dilakukan. Jadwal pemeriksaan
kehamilan yang dianjurkan adalah :
a. Umur kehamilan sampai 28 minggu dilakukan tiap 4 minggu.
b. Umur kehamilan 28 – 36 miggu dilakukan tiap 2 minggu.
c. Umur kehamilan 36 minggu ke atas dilakukan tiap minggu.
Atau ibu hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama
periode antenatal (Simkin, 2008).
4. Umur Kehamilan
Umur kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-
kira 280 hari (40 minggu). Bila ditinjau dari tuanya kehamilan maka
kehamilan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Kehamilan triwulan (trimester) pertama : 0 – 12 minggu.
b. Kehamilan triwulan (trimester) kedua : 12 – 28 minggu.
c. Kehamilan triwulan (trimester) ketiga : 28 – 40 minggu.
Dalam triwulan pertama organ-organ mulai terbentuk. Dalam
triwulan kedua organ telah dibentuk tetapi belum sempurna dan
viabilitas janin masih disangsikan. Janin yang dilahirkan dalam triwulan
ketiga telah viable (dapat hidup di dunia luar) (Depkes RI, 2009).
5. Kelainan Kehamilan
Kelainan dalam kehamilan dapat diketahui dari kenaikan berat
badan ibu hamil terutama bila kenaikan berat badan itu mendadak
lebih banyak dari biasanya. Kenaikan berat badan dari biasa akan
menjadi tanda kelainan, karena dalam keadaan kenhamilan biasa
10
wanita itu pasti akan sepintas lalu saja badannya makin gemuk montok
perutnya, makin tua kehamilannya makin besar, karena anak yang ada
dalam kandungan makin lama makin besar pula. Kecuali
bertambahnya berat badan disebabkan adanya plasenta (ari), air
ketuban, rahim (uterus) yang membesar, buah dada yang membesar,
tambahnya volume darah, cairan ekstraseluler yang lebih banyak
karena jaringan sifatnya longgar dan lebih mengikat garam dan
persediaan protein dalam badan. Tanda kelainan kehamilan antara lain
pusing hebat, muntah terus menerus, kaki bengkak, pucat, pendarahan
(Depkes RI, 2009).
6. Faktor Risiko Kehamilan
Faktor risiko umumnya berpengaruh secara tidak langsung
dalam meningkatkan morbiditas dan mortabilitas ibu maupun janin.
Walaupun demikian, adanya kombinasi beberapa faktor risiko pada ibu
hamil dapat mengakibatkan kehamilan tersebut berisiko tinggi/risti.
Makin banyak faktor risiko yang ditemukan dalam kehamilan makin
buruk prognosisnya.
Kehamilan pada ibu yang mempunyai faktor risiko perlu
diwaspadai, dipantau secara intensif dan sejak dini dicegah agar faktor
risiko tidak menjadi pemicu timbulnya komplikasi daam masa
kehamilan, persalinan dan nifas.
Untuk itu, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan
kehamilan yang lebih sering, penjelasan khusus pada ibu mengenai
faktor risiko yang dimilikinya serta bahaya yang mungkin
11
mengancamnya, rujukan ke tingkat yang lebih lengkap. Faktor risiko
pada ibu hamil diantaranya adalah umur kurang dari 20 tahun dan atau
lebih dari 35 tahun, paritas 0 (primigravida, belum pernah melahirkan
dan jumlah anak lebih dari 4), jarak persalinan terakhir dengan
kehamilan sekarang kurang dari dua tahun, tinggi badan kurang dari
145 cm, lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, kelainan bentuk
tubuh misalnya kelainan tulang belakang (klifosis, lordosis, skoliosis)
dan kelainan panggul (Depkes RI, 2009).
B. Tinjauan Tentang Antenatal Care (ANC)
1. Definisi
Menurut Mufdlilah (2009), antenatal care adalah suatu program
yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik
pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan.
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil.
Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberi ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
(Manuaba, 2009). Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kunjungan
ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal.
Pelayanan antenatal care yaitu untuk mencegah adanya komplikasi
12
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi
sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Yeyeh, 2010).
Kemenkes RI (2013) menjelaskan bahwa pelayanan antenatal
adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan.
Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil
secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan
antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap
penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan (Pantikawati,
2010).
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim (Manuaba, 2009). Pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan secara berkala selama masa kehamilan ibu yang
diselenggarakan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil dan
janin yang dikandungnya untuk menjamin agar ibu hamil dapat melalui
masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta
melahirkan bayi yang sehat (Depkes RI, 2010).
2. Tujuan dan Manfaat ANC
Menurut Pantikawati (2010) ada beberapa tujuan pemeriksaan
ibu hamil secara keseluruhan yaitu:
13
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kehamilan ibu
dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial
ibu.
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyakit atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum,dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman
dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI)
secara ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
janin agar dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian
neonatal.
h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.
Manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini yaitu:
a. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas
tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.
b. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
c. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI pada bayinya.
d. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setelah kelahiran bayi (Sunarsih, 2011).
14
3. Frekuensi dan Cakupan ANC
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan
petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Menurut Depkes RI (2010)
dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar
adanya minimal yaitu dengan pemeriksaan ANC 4 kali selama
kehamilan sebagai berikut:
a. Minimal satu kali pada trimester I (0-13 minggu)
b. Minimal satu kali pada trimester II (14-28minggu)
c. Minimal dua kali pada trimester III (29-36 minggu).
Cakupan pelayanan antenatal care dapat dipantau melalui
kunjungan baru ibu hamil kunjungan pertama (K1) atau disebut juga
akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali
dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan kedua,
dan dua kali pada triwulan ketiga dan keempat untuk melihat kwalitas.
Cakupan kunjungan ibu hamil keempat (K4) adalah cakupan ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal care 4 kali sesuai standar
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemerintah
menetapkan cakupan ANC > 95% (Pantikawati, 2010).
4. Pelayanan ANC
Menurut Depkes RI (2009) bahwa dalam penerapan praktek
sering dipakai standar minimal pelayanan antenatal care yang disebut
”7T” yaitu: (timbang) berat badan dan tinggi badan, ukur (tekanan)
darah. ukur (tinggi) fundus uteri, Pemberian imunisasi TT lengkap,
15
Pemberian Tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil, tes
terhadap penyakit seksual menular, temu wicara dan konseling dalam
rangka rujukan.
Menurut Manuaba (2009) bahwa jadwal pelaksanaan antenatal
disesuaikan dengan trimester kehamilan:
a. Trimester I dan II dilakukan setiap bulan sekali. Diambil dari data
tentang laboratorium, dilakukan pemeriksaan USG, diberikan
nasehat diet (empat sehat lima sempurna). Observasi penyakit
yang dapat mempengaruhi kehamilan dan komplikasi kehamilan.
Rencana pengobatan terhadap penyakit, menghindari terjadinya
komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetanus pertama.
b. Trimester III dilakukan setiap dua minggu sampai ada tanda
kehamilan tiba. Dilakukan evaluasi data laboratorium untuk melihat
hasil pengobatan, dilakukan diet empat sehat lima sempurna,
pemeriksaan ultrasonografi, dan imunisasi tetanus kedua.
Observasi Penyakit yang menyertai kehamilan trimester III.
Nasehat dan petunjuk tentang tanda in partu dan kemana harus
datang untuk melahirkan.
Menurut Salmah (2009) tujuan pengkajian awal pemeriksaan
kehamilan yaitu:
a. Mengkaji tingkat kesehatan dengan melakukan pengkajiaan riwayat
lengkap dan melakukan uji skrining yang tepat.
16
b. Menetapkan catatan dasar tentang tekanan darah, urinalisis, nilai
darah, pertumbuhan dan perkembangan janin yang digunakan
sebagai standar untuk perbandingan sesuai kemajuan kehamilan.
c. Mengidentifikasi risiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidan
masa lalu dan sekarang, riwayat obstetric, medis dan pribadi serta
keluarga.
d. Memberi kesempatan kepada ibu dan keluarganya,
mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang
kehamilan saat ini dan kehilangan kehamilan masa lalu, persalinan,
kelahiran atau puerperium.
e. Memberi anjuran kepada masyarakat dan dalam upaya
mempertahankan kesehatan ibu dan perkembangan kesehatan
janinnya.
f. Membangun hubungan saling percaya karena ibu dan bidan adalah
mitra dalam asuhan.
5. Kebijakan Program Pelayanan ANC
Kebijakan Depertemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe
Motherhood” yaitu meliputi: Keluarga Berencana, Antenatal Care,
Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan opstetrik dan neonatal kepada setiap ibu hamil
ini sesuai dengan pendekatan Making Prenancy Safer (MPS), yang
mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu:
17
a. Setiap persalian ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat.
c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses
pencengahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI,
2009).
C. Tinjauan Tentang Faktor yang Mempengaruhi ANC
1. Umur
Pembagian umur pada suatu penelitian dapat berdasarkan
tingkat kedewasaan yaitu antar usia 15 tahun sampai 49 tahun, dimana
berada pada tahap dewasa, dengan kata lain batas antara dewasa
muda dengan dewasa tua yaitu sekitar 32 tahun. Semakin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah
baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Verner dan Davison di
dalam Notoatmodjo (2010) bahwa dengan bertambah usia maka akan
mengurangi kemampuan untuk melihat, mendengar yang akan
mempengaruhi dirinya dalam mendapatkan pengetahuan.
Usia <20 tahun dan >35 tahun meningkatkan risiko komplikasi
obstetri juga peningkatan kesakitan dan kematian perinatal. Pada
kehamilan >35 tahun juga berpengaruh untuk terjadi abnormalitas
18
persalinan. Umur meningkatkan angka kematian maternal (Henderson,
2006).
2. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu,kelompok
atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau
penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi
terutama terhadap perilaku. Faktor lingkungan non fisik, akibat
masalah-masalah sosial penangannya diperlukan pendidikan
kesehatan. Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan
masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada
masyarakat dan edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau
mengadopsi perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi
ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya
pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI,
2009).
Menurut Manuaba (2008), pendidikan merupakan salah satu
factor yang mempengaruhi persepsi seseorang, karena dapat
19
membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide atau
teknologi. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita, maka semakin
mampu mandiri dalam mengambil keputusan menyangkut diri mereka
sendiri.
3. Paritas
Menurut Wiknjosastro (2008), paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi.hal ini di akibatkan oleh vaskularisasi yang berkurang ataupun
perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Ibu yang
pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care
(ANC) sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan
untuk menjaga kesehatan kehamilannya (Depkes RI, 2009).
Kehamilan berturut-turut membuat ibu bisa berbahaya. Para
ilmuwan dari New York AS menyebutkan, wanita butuh waktu untuk
pulih dari kehamilan. Selain itu, kehamilan yang terjadi dalam jangka
waktu pendek akan menyebabkan anak-anak yang dilahirkan rentan
mengalami kekurangan gizi.dalam hal ini perlu memperhatikan interval
kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat mengundang
risiko bagi para wanita. Jadi sebaiknya apabila ibu hamil dengan
interval kehamilan yang rapat sebaiknya rutin memeriksakan
kehamilannya (Depkes RI, 2009).
20
Mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan risiko
terhadap ibu dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara kehamilan
lebih dari 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat dari seringnya hamil,
melahirkan dan menyusui. Sehingga sering mengakibatkan berbagai
masalah seperti ibu menderita anemia, kurang gizi, dan bahkan sering
pendarahan setelah melahirkan yang membahayakan nyawa ibu.risiko
melahirkan bayi cacat dan berat badan lahir rendah (BBLR) juga
meningkat setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35 tahun.
Wanita dengan paritas tinggi cenderung kurang melakukan perawatan
kehamilan, ibu paritas tinggi lebih percaya diri tentang kehamilannya
dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan dan
merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan ANC
(Wiknjosastro, 2009).
4. Pekerjaan
Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi
seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penghasilan
keluarga juga menentukan status sosial ekonomi keluarga tersebut.
Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang
dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan,
pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Pendapatan juga mempunyai kontribusi besar dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Bagi ibu-ibu yang mempunyai
biaya akan lebih leluasa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan,
21
sebaliknya ibu-ibu yang kurang mempunyai biaya akan kurang leluasa
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil
penelitian Ulina (2008) mengatakan bahwa ada hubungan pendapatan
dengan pemeriksaan kehamilan. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan
yang dihadapi, hal ini disebabkan karena ketidak mampuan dan
ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut
Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2010), faktor ekonomi juga
berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang
dalam bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan dan pemeriksaan kehamilannya. Hasil penelitian
Simanjuntak (2009) menunnjukkan bahwa ada yang bermakna antara
penghasilan dengan kunjungan antenatal care K4, dimana OR sebesar
2,42 yang berarti ibu yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan
kunjungan antenatal care sesuai standar 2,42 kali dibandingkan
dengan ibu yang berpenghasilan rendah.
5. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang ibu tentang kehamilan sangat
diperlukan untuk menjalani proses kehamilannya. Banyak sumber
informasi yang dapat di peroleh ibu untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kehamilannya, seperti dari petugas kesehatan (bidan, dokter)
saat menjalani pemeriksaan dengan melakukan tanya jawab
(konseling), maupun dari media massa yaitu informasi yang diperoleh
22
dari media elektronik (televisi) maupun media cetak (majalah, tabloid,
koran, poster dan lain-lain). Pada umumnya, jika pengetahuan ibu
sudah baik maka akan memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
Akan tetapi seseorang yang mempunyai latar belakang
pengetahuan yang baik dan bertempat tinggal dekat dengan sarana
kesehatan, bisa saja belum pernah memamfaatkan sarana kesehatan.
Ada juga ibu yang tidak mau memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan karena kurang pengetahuan yang baik tentang fasilitas
kesehatan yang ada, tetapi karena sesuatu hal maka ibu tersebut akan
menggunakan fasilitas kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Misalnya ketika seorang ibu hamil terpaksa minta bantuan
dokter/bidan karena mengalami pendarahan yang pada awalnya
melakukan pemeriksaan di dukun bayi, tetapi karena pelayanan yang
di berikan dokter (bidan) cukup baik maka ibu hamil tersebut akan
memamfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada. Pentingnya aspek
pengetahuan dalam pemanfaatan antenatal care (ANC) dapat dilihat
dari pendapat Choli (2014) yang menyatakan bahwa pemanfaatan
antenatal care (ANC) perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan
ibu saat kehamilan dan melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan
keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak
pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas
kesehatan.
23
Berdasarkan penelitian Surtama (2013) mengatakan bahwa
pengetahuan mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan.
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng.
Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang
ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan antenatal care (ANC)
dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil
akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes
RI, 2009).
D. Kerangka Teori
Asuhan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) adalah asuhan yang
diberikan untuk ibu sebelum kelahiran. Pemeriksaan kehamilan sebaiknya
dilakukan lebih dari 4 kali kunjungan. Rendahnya tingkat kunjungan ibu
hamil dalam melaksanakan asuhan kehamilan salah satunya disebabkan
oleh faktor umur ibu.
Faktor umur mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Usia <20 tahun dan >35 tahun meningkatkan risiko komplikasi obstetri
juga peningkatan kesakitan dan kematian perinatal. Pada kehamilan >35
tahun juga berpengaruh untuk terjadi abnormalitas persalinan. Umur
meningkatkan angka kematian maternal (Henderson, 2006). Penelitian
Matthews et al (2010), mayoritas perempuan dalam usia tiga puluhan
melakukan pemeriksaan kehamilan awal dan lebih sering daripada remaja
24
dan wanita yang lebih tua. Perempuan di bawah 35 tahun lebih sering
melakukan kunjungan ke klinik untuk meyakinkan bahwa bayi mereka
tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua yang tidak mengalami masalah,
tidak peduli mereka menganggap hal tersebut hal biasa.
Selain itu, dilihat dari segi pendidikan ibu semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah menerima informasi, informasi kesehatan
yang cukup pada ibu hamil mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam
melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan hal ini secara tidak
langsung dapat memperkecil kematian ibu dan bayi (Amiruddin, 2008).
Menurut Salmah (2009) bahwa seseorang ibu rumah tangga
memiliki banyak waktu luang untuk mencari informasi dengan ibu-ibu
lainnya atau melalui petugas kesehatan dibandingkan dengan orang yang
bekerja, khususnya yang bekerja di tempat-tempat yang tertutup dari
akses informasi (pekerja kantoran).
25
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan :
: Garis penghubung variabel yang diteliti
: Variabel independen yang diteliti
: Variabel dependen yang diteliti
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Ibu hamil yang tidak melakukan ANC Trimester I
Pekerjaan
Pendidikan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi
ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC)
Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari Tahun 2016.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2016.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh ibu hamil yang datang kunjungan pada
Trimester II dan III periode Januari – Mei 2016 di Poli KIA Puskesmas
Lepo-Lepo Kota Kendari sebanyak 406 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara total
sampling, dimana seluruh ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal
Care (ANC) pada trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota
Kendari sebanyak 38 orang yang ditetapkan sebagai sampel penelitian
27
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
umur ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu.
2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
kejadian ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care pada
Trimester I.
F. Definisi Operasional
1. Ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care Trimester I adalah ibu
hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya pada umur 0 – 12
minggu.
2. Umur
Umur adalah usia responden saat penelitian dilakukan, dengan
kategori:
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun (Depkes RI, 2009).
3. Pendidikan
Pendidikan adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang
diselesaikan oleh responden, dengan kategori:
a. Pendidikan Dasar : SD dan SMP
b. Pendidikan Menengah: SMA Sederajat
c. Perguruan Tinggi: Diploma dan Sarjana (Notoatmodjo, 2012).
28
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan
oleh ibu rumah tangga untuk memperoleh penghasilan, dengan
kategori:
a. Bekerja (PNS, Wiraswasta)
b. Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (Notoatmodjo, 2012)
G. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan
melalui buku registrasi ibu di Poli KIA dan gambaran umum lokasi
penelitian.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek kelengkapan data dari buku register di Poli KIA.
2. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
29
3. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2008).
I. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
J. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka
digunakan rumus:
%100N
fP
Keterangan:
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P : Angka persentase (Sugiyono, 2008).
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari terdiri dari
4 (empat) Kelurahan, yakni Kelurahan Lepo-Lepo, Wundudopi,
Baruga, dan Watubangga yang merupakan wilayah administratif
Kecamatan Baruga, dengan luas wilayah ± 13.130 Ha. dengan
batas wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wua-wua dan
Kecamatan Kadia
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Poasia
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda
4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo
pada tahun 2015 sebanyak 24.571 jiwa yang tersebar di 4 (empat)
kelurahan dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 5.639
jiwa. Adapun penyebaran penduduk tiap kelurahan adalah sebagai
berikut:
31
1) Kelurahan Lepo-Lepo : 1.302 KK dengan 5.557 jiwa.
2) Kelurahan Wundudopi : 968 KK dengan 4.432 jiwa.
3) Kelurahan Baruga : 1.904 KK dengan 8.761 jiwa.
4) Kelurahan Watubangga : 1.465 KK dengan 5.821 jiwa.
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas
Lepo-Lepo terdiri dari:
1) Sarana Kesehatan Pemerintah
a) Puskesmas Induk 1 unit yang merupakan puskesmas
perawatan yang menyelenggarakan rawat jalan, rawat inap,
rawat umum dan kebidanan serta unit gawat darurat 24 jam
yang berlokasi di kelurahan Lepo-Lepo.
b) Puskesmas pembantu 2 unit, masing-masing terletak di
Kelurahan Watubangga dan Kelurahan Baruga.
c) Puskesmas keliling 2 unit, masing-masing berlokasi di
Kelurahan Baruga dan Kelurahan Watubangga, keduanya
sudah berfungsi.
2) Sarana Kesehatan
a) Rumah bersalin 2 unit, yang berlokasi di Kelurahan
Wundudopi dan Kelurahan Baruga.
b) Praktek dokter berkelompok 1 unit, berlokasi di Kelurahan
Wundudopi.
32
3) Sarana kesehatan bersumber daya masyarakat
a) Posyandu 18 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 4 unit,
di Kelurahan Baruga 4 unit, di Kelurahan Watubangga 6
unit dan di Kelurahan Wundudopi 4 unit.
b) Posyandu lansia 3 unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-Lepo 1
unit, di Kelurahan Baruga 1 unit dan Watubangga 1 unit.
d. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas Lepo-Lepo
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Lepo-Lepo.
Jumlah tenaga Status
Jumlah PNS Honorer Sukarela
Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Keperawatan Sarjana Kes. Masyarakat Sarjana Kebidanan Apoteker Ahli madya keperawatan Ahli madya kebidanan Ahli madya Gizi Ahli madya kesling Ahli madya analisis kes Perawat Perawat gigi Bidan SPAG SPPH SMF Tenaga administrasi Pekarya kesehatan Sopir Petugas kebersihan Tukang masak dan cuci SMU
3 1 3
10 1 1
17 16 2 1 1
11 3 5 1 2 1 3 1 1 1 - -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 2 1
- - - 1 - -
17 - 3 1 3 2 - - - - - - - - - - -
3 1 3
11 1 1
34 16 5 2 4
13 3 5 1 2 1 3 1 1 2 2 1
Sumber: Data Sekunder, Tahun 2016.
33
2. Analisis Variabel Penelitian
a. Umur Responden
Tabel 2. Distribusi Umur Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
No. Umur (Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
1 < 20 3 7,9
2 20 – 35 28 73,7
3 > 35 7 18,4
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 38 responden
sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak
28 orang (73,7%), umur > 35 tahun sebanyak 7 orang (18,4%) dan
umur < 20 tahun sebanyak 3 orang (7,9%).
b. Pendidikan Responden
Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
No. Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Dasar 13 34,2
2 Menengah 20 52,6
3 Tinggi 5 13,2
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 38 responden
sebagian besar responden berpendidikan menengah, yakni
sebanyak 20 orang (52,6%), pendidikan dasar sebanyak 13 orang
(34,2%), dan pendidikan tinggi sebanyak 5 orang (13,2%).
34
c. Pekerjaan Responden
Tabel 4. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care pada Trimester I di Poli KIA Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari
No. Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Bekerja 15 39,5
2 Ibu Rumah Tangga 23 60,5
Total 38 100,0
Sumber: Data Primer, 2016.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 38 responden
sebagian besar responden tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga),
yakni sebanyak 23 orang (60,5%), dan yang bekerja sebanyak 15
orang (39,5%).
B. Pembahasan
1. Umur Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil
yang tidak melakukan Antenatal Care pada Trimester I berumur 20 –
35 tahun, yakni sebanyak 28 orang (73,7%), umur > 35 tahun
sebanyak 7 orang (18,4%) dan umur < 20 tahun sebanyak 3 orang
(7,9%). Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena ibu merasa
berada pada rentang usia yang masih belum memasuki kehamilan
risiko tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Amiruddin
(2005) di Puskesmas Ulaweng Jawa Timur yang menyebutkan bahwa
fasilitas antenatal lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok risiko
tinggi, salah satunya usia di atas 35 tahun.
35
Walapun umur 20-35 tahun merupakan usia reproduksi, tetapi
apabila tidak didukung oleh kesiapan mental seseorang maka
kemungkinan untuk memeriksakan kehamilannya tidak dilakukan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Amiruddin (2005) di Puskesmas
Ulaweng Jawa Timur yang menyebutkan bahwa fasilitas antenatal
lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok risiko tinggi, salah satunya
usia di atas 35 tahun.
Pemanfaatan ANC perlu memperhatikan usia ibu, karena
mempertimbangkan bahwa pemeriksaan kehamilan adalah penting
bagi kesehatan ibu dan janin. Pada umumnya, ibu hamil memiliki usia
yang ideal untuk hamil dan mempunyai anak. Karena dengan usia
yang ideal diharapkan responden tersebut juga telah memiliki
pengetahuan yang cukup tentang kehamilan itu sendiri. Dengan
demikian kesiapan mental seseorang lebih baik terutama dalam
menghadapi kehamilannya. Karena dengan bertambahnya umur
seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga
akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui
akan pentingnya antenatal care. Sejalan dengan pendapat Nursalam
(2001) bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Menurut WHO dalam Murniati (2005), menyatakan bahwa umur
merupakan salah satu faktor risiko tinggi bagi kehamilan. Umur yang
terlalu muda mempunyai bahaya yang lebih besar dari pada umur yang
lebih tua. Risiko tinggi yang dapat dialami ibu jika usia terlalu muda
36
dalam kehamilan adalah mengalami perdarahan berat saat melahirkan
anak, anak lahir mati, anak lahir dengan berat badan rendah, dan
proses kelahiran sulit.
Untuk menghindari risiko tinggi kehamilan dan kesulitan dalam
persalinan pada usia dengan kelompok risiko tinggi maka ibu harus
memeriksakan kehamilan secara teratur. Umur merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam
pemanfaatan ANC. Asumsi peneliti bahwa umur yang semakin muda
dan tua menjadi alasan utama responden untuk memeriksakan
kehamilannya.
2. Pendidikan Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil
yang tidak melakukan Antenatal Care pada Trimester I memiliki
pendidikan menengah, yakni sebanyak 20 orang (52,6%), pendidikan
dasar sebanyak 13 orang (34,2%), dan pendidikan tinggi sebanyak 5
orang (13,2%).
Berdasarkan hasil penelitian didapati ibu hamil di Puskesmas
Lepo-Lepo dengan pendidikan cukup baik (SMA) lebih banyak tidak
melakukan kunjungan pemanfaatan pelayanan antenatal secara
teratur dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan rendah (SD dan
SMP). Sedangkan jumlah ibu yang memiliki pendidikan terakhir
perguruan tinggi sangat sedikit sekali jumlahnya.
Pendidikan dapat mendukung pengetahuan bagi ibu. Pendidikan
sangat berpengaruh terhadap kemampuan seorang ibu di dalam
37
menerima informasi pendidikan kesehatan. Semakin baik pendidikan
seorang ibu, maka semakin baik pula pola pikirnya untuk menerima
stimulus dan melakukan tindakan-tindakan yang dapat menunjang
kesehatan bayinya.
Pendidikan kesehatan tidak dapat terlihat segera dan tidak dapat
diukur dengan mudah, karena pendidikan merupakan ”behavioral
investment” jangka panjang. Dalam waktu pendek pendidikan
kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan masyarakat. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh
kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan
kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada
meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran
(outcome) pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Beberapa ibu didapati memiliki pendidikan yang rendah (SD dan
SMP). Faktor sosial dan ekonomi mendorong seorang ibu tidak
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan menikah di
usia muda. Usia yang masih muda dengan pendidikan yang rendah
sangat mempengaruhi ibu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
dengan baik.
Mengacu pada hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa
meskipun pendidikan ibu hamil tinggi tetapi ibu hamil banyak yang
tidak memeriksakan kehamilannya secara rutin disebabkan karena ibu
memiliki pandangan bahwa walaupun ibu mengalami keluhan selama
masa kehamilan tetapi jika keluhan tersebut tidak menghambat
38
aktivitas sehari-hari maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan
kehamilan dan hal ini dapat menyebabkan rendahnya pemanfaatan
ANCnya.
Pendidikan dan penghasilan merupakan faktor prediktif untuk
melakukan pemeriksaan fisik sedangkan penghasilan prediktif untuk
melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan. Andersen dalam
Wibowo (2007) menyatakan bahwa pendidikan seseorang secara tidak
langsung mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Pendidikan merupakan dasar terjadinya variasi dalam pengetahuan,
sikap dan nilai-nilai terhadap suatu pelayanan kesehatan. Selanjutnya
hal tersebut membawa dampak terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan.
Hal ini sesuai menurut Sedarmayanti dalam Hardywinoto
(2007), pendidikan akan mendorong individu dan merupakan salah
satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan seseorang
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan
atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih
baik.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku
seseorang sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan yang
diperoleh. Perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya
indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari pendidikan
kesehatan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya
pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak
39
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI,
2008).
3. Pekerjaan Ibu Hamil yang Tidak Melakukan Antenatal Care
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 responden sebagian
besar responden tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga), yakni sebanyak
23 orang (60,5%), dan yang bekerja sebanyak 15 orang (39,5%).
Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga sulit lepas begitu
saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan
hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita
harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal
yang menyangkut urusan rumah tangganya serta menjaga kesehatan
diri dan keluarganya (Mubarak, 2007).
Menurut Salmah (2009) bahwa seseorang ibu rumah tangga
memiliki banyak waktu luang untuk mencari informasi dengan ibu-ibu
lainnya atau melalui petugas kesehatan dibandingkan dengan orang
yang bekerja, khususnya yang bekerja di tempat-tempat yang tertutup
dari akses informasi (pekerja kantoran).
Hal ini pula sejalan dengan yang dikatakan Rosmawati (2014)
dimana pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga memberikan peluang
bagi individu untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga
kesempatan untuk memperoleh informasi akan lebih luas. Informasi
yang diperoleh akan membentuk suatu kepercayaan yang dijadikan
dasar pengetahuan oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti
lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar
40
individu sebagai kelompok sosial. Dalam interaksi sosial terjadi
hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan
yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola
pemikiran individu. Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai objek yang dihadapinya dalam interaksi sosialnya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Notoatmodjo
(2012) bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan memerlukan
banyak waktu dan memerlukan peralatan, masyarakat yang sibuk
hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh sedikit informasi
sehingga pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan juga
berkurang.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Umur ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care pada Trimester I
tertinggi berada pada umur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 28 orang
(73,7%).
2. Pendidikan ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care pada
Trimester I terbanyak pada pendidikan menengah (SMA), yakni
sebanyak 20 orang (52,6%).
3. Pekerjaan ibu hamil yang tidak melakukan Antenatal Care pada
Trimester I terbanyak pada ibu yang tidak bekerja (Ibu Rumah
Tangga), yakni sebanyak 23 orang (60,5%).
B. Saran
1. Bagi para bidan, diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan bagi puskesmas maupun tenaga kesehatan lainnya tentang
upaya meningkatkan pelayanan Antenatal Care. Dan diharapkan bidan
dapat lebih memberikan pendidikan kesehatan tentang Antenatal Care,
tujuan ibu melakukan Antenatal Care, jadwal kunjungan Antenatal
42
Care, sehingga setiap kunjungan yang dilakukan ibu hamil bermakna
dan bermanfaat.
2. Bagi ibu hamil, diharapkan dapat berperan aktif dalam mencari
informasi tentang kesehatan dan pelayanan-pelayanan yang harus di
kunjungi terutama tentang kesehatan ibu hamil yaitu tentang
pemeriksaan kehamilan (ANC) pada Trimester I, serta diharapkan
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada satu tempat sehingga
kesehatan ibu hamil setiap trimesternya dapat dikontrol dengan baik.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian lanjutan
faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan
(ANC) dengan menggunakan variabel penelitian yang lainnya seperti
motivasi, dukungan tenaga kesehatan, kelengkapan sarana prasarana
kesehatan, untuk melengkapi hasil penelitian yang telah ada.
43
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. 2008. Issu Mutakhir Tentang Komplikasi Kehamilan (Preeklampsia
Dan Eklampsia). Makassar: Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Apriliyana, Arifa, 2012. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil yang Melakukan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) Trimester III di BPM Sri Martuti Piyungan Bantul Yogyakarta. Jurnal Naskah Publikasi Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta.
Choli, 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Depkes. Departemen Kesehatan RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal (Buku Acuan).
Jakarta : Departemen Kesehatan. Depkes RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan
Dasar. Jakarta: Depkes RI. __________, 2009. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan. Hakimi. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica. Hardywinoto, 2007. Panduan Gerontologi. Jakarta: Gramedia Pustaka. Henderson, C., Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC. Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar RI Tahun 2013. Jakarta:
Kemenkes RI. Mandriwati, 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:
EGC. Mansjoer et al., 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI. Manuaba, I.C. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC. Maulana. 2008. Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya. Yogyakarta: Kata
Hati. Mufdlilah. 2009. Antenatal Care Focused. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta. Pantikawati. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha
Medika. Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari. Puskesmas Lepo-Lepo, 2016. Rekapitulasi Laporan Bulanan Puskesmas-KIA
Puskesmas Lepo-Lepo Tahun 2016. Kendari: Puskesmas Lepo-Lepo. Saefudin, A. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarana Prawirohardjo. Salmah. 2009. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC. Simanjuntak, 2009. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. Skripsi. Medan: USU.
Simkin, Penny., 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi.
Jakarta: Arcan. Sinsin, 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak: Masa Kehamilan. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika. Wibowo, 2007. Kompetensi Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Widyastuti, Yani. Rahmawati, 2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Fitramaya. Wiknjosastro, H. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. ___________. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Yeyeh, Rukiyah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Lampiran 1. Master Tabel Penelitian
IDENTIFIKASI IBU HAMIL YANG TIDAK MELAKUKAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA TRIMESTER I DI POLI KIA PUSKESMAS
LEPO-LEPO KOTA KENDARI TAHUN 2016
Kode Nama Umur (Th) Pendidikan Pekerjaan
Resp. Resp <20 20-35 >35 SD SMP SMA PT Bekerja IRT
1 Ny. M √ √ √
2 Ny. Pn √ √ √
3 Ny. Sp √ √ √
4 Ny. Ar √ √ √
5 Ny. Zk √ √ √
6 Ny. Dr √ √ √
7 Ny. Sp √ √ √
8 Ny. Sa √ √ √
9 Ny. Hm √ √ √
10 Ny. Yu √ √ √
11 Ny. So √ √ √
12 Ny. La √ √ √
13 Ny. Ja √ √ √
14 Ny. St √ √ √
15 Ny. Va √ √ √
16 Ny. Di √ √ √
17 Ny. Hd √ √ √
18 Ny. Kd √ √ √
19 Ny. Jl √ √ √
20 Ny. Rm √ √ √
21 Ny. Uu √ √ √
22 Ny. Ia √ √ √
23 Ny. Jk √ √ √
24 Ny. Mb √ √ √
25 Ny. Ps √ √ √
26 Ny. Ab √ √ √
27 Ny. Hw √ √ √
28 Ny. Aa √ √ √
29 Ny. Jg √ √ √
30 Ny. Dn √ √ √
31 Ny. Dg √ √ √
32 Ny. Hy √ √ √
33 Ny. Wo √ √ √
34 Ny. Aa √ √ √
35 Ny. Sg √ √ √
36 Ny. Hd √ √ √
37 Ny. Tk √ √ √
38 Ny. Sh √ √ √