hdr2 askep

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 199). Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998). Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450 juta orang di muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150 juta mengalami depresi, 25 juta orang mengalami skizofrenia, sebagai gambaran, di negara Indonesia survey tentang penderita gangguan jiwa tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada bulan Januari sampai November 2009 adalah sebanyak 852 orang. Berdasarkan fakta – fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan bagi kita di Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah mengkhawatirkan dewasa ini akibat terjadinya “perang”, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan. Karena secara nyata kondisi seperti itulah 1 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

Upload: nuri-

Post on 10-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep kep jiwa "HDR"

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui

individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain

(Stuart and Sundeen, 199). Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri

sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada

harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).

Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450 juta orang di

muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder), 150 juta mengalami depresi, 25

juta orang mengalami skizofrenia, sebagai gambaran, di negara Indonesia survey tentang

penderita gangguan jiwa tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan

jiwa berat. Berdasarkan data yang diperoleh penulis, jumlah pasien yang dirawat di Rumah

Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada bulan Januari sampai November 2009 adalah

sebanyak 852 orang.

Berdasarkan fakta – fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi cacatan bagi kita di

Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah mengkhawatirkan dewasa ini akibat

terjadinya “perang”, konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan. Karena secara nyata

kondisi seperti itulah yang merupakan salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress,

depresi dan berbagai gangguan jiwa pada manusia.

Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di Indonesia pada umumnya dan di

Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda pada khususnya, maka perlunya dilakukan

perawatan yang lebih intensif pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis secara

menyeluruh meliputi

Bio – Psiko – Sosio – Spiritual, dimana penanganan klien dengan Harga Diri Rendah

pada kuhususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan ke arah profesionalisme

profesi keperawatan oleh sebab itu penyusun tertarik untuk mengangkat Asuhan Keperawatan

pada klien dengan Harga Diri Rendah Kronis sebagai judul makalah.

Berdasarkan faktor – faktor tersebut di atas, sehingga perawatan masalah dengan

Harga Diri Rendah Kronis sangat memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh, karena

1 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

seseorang yang mengalami gangguan jiwa dengan harga diri rendah pasti akan merasa dirinya

tidak berharga, tidak mampu, dan selalu mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang

mana hal ini dapat memicu seseorang mengalami stress.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Harga Diri Rendah?

2. Apa etiologi dari Harga Diri Rendah?

3. Apa saja manifestasi klinis dari Harga Diri Rendah?

4. Bagaimana patofisiologi Harga Diri Rendah?

5. Bagaimana pohon masalah dari Harga Diri Rendah?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari Harga Diri Rendah?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu memahami tentang bagaimana

pemberian asuhan keperawatan pada pasien denga Harga Diri Rendah .

2. Tujuan Khusus

Dengan makalah ini di harapkan pembaca khususnya mahasiswa mampu memahami

tentang Definisi, Etiologi, Manisfestasi klinik, Patofosiologi, Pohon masalah,

Penatalaksanaan dari Harga Diri Rendah.

2 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Harga Diri Rendah

Harga Diri Rendah (HDR) adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, pesimis, tidak ada

harapan dan putus asa. (DEPKES RI,1996)

Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko

mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda

Juall-Moyet, 2007)

Harga Diri Rendah (HDR) merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri

atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung

diekspresikan. (Tonsend,1992)

Konsep Diri adalah semua pikiran kepercayaan dan keyakinan yang diketahui

tentang dirinya dan mempengaruhi individu dengan lama berhubungan dengan orang

lain. (Stuard, Sundeent, 1991)

B. Etiologi

Tonsen 1998 mengemukakan bahwa penyebab harga diri rendah adalah :

1. Kurangnya umpan balik positif

2. Perasaan ditolak oleh orang terdekat.

3. Sejumlah kegagalan dan ketidakberdayaan.

4. Ego yang belum berkembang menghakimi super ego.

Menurut Stuard dan Sundeent faktor predisposisinya adalah penololakan orang

tua atau harapan orang tua yang tidak realistic, kegagalan berulang-ulang, tanggung

jawab personal, ketergantungan kepada orang lain dan ideal diri tidak realistis.

Sedangkan faktor presipitasinya adalah bersumber dari internal ataupun

eksternal yaitu:

1. Truma

3 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

Seperti penganiayaan, syok psikolog maupun fisik.

2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana

individu mengalami frustasi.

Ada tiga transisi peran :

o Transisi peran berkembang

Perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan, termasuk tahap

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dengan norma-norma

budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.

o Transisi peran situasi

Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran

atau kematian.

o Transisi peran sehat sakit

Terjadi akibat penggeseran dari keadaan sehat ke keadaaan sakit

Transisi ini dibentuk oleh :

Kehilangan bagian tubuh

Perubahan penampilan fungsi tubuh

Perubahan fisik atau tumbang tidak normal

Prosedur medis dan keperawatan.

I. Rentang Respon Harga Diri Rendah

Rentang respon harga diri rendah berfluktuasi dari rentang adaptif sampai

rentang maladaptif (Stuard dan Sundeent, 1998).

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma. Respon

Adaptidf meliputi :

a. Aktualisasi diri

4 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi

Diri

Konsep

Diri+

Harga diri

Rendah

Kekacauan

Identitas

Depersonalisasi

Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman

yang sukses.

b. Konsep diri positif

Klien mampu pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat

mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai suatu

masalah sesuai norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika

menyimpang merupakan respon maladaptif.

Respon Maladaptif :

a. Harga Diri Rendah

Transisi antara adaptif dan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir kearah

negatif.

b. Kekacauan Identitas

Kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-kanak dalam

pematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara harmonis.

c. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realisis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan

dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak dapat membedakan dirinya dari orang

lain sehingga tidak dapat mengenali dirinya sendiri.

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan Harga Diri Rendah

adalah mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif

pada diri dan orang lain, perasaan tidak mampu, merasa bersalah, mudah tersinggung,

adanya ketegangan peran yang dirasakan. Tanda lainnya adalah pandangan hidup

yang pesimis, mengurung diri, menarik diri secara sosial, penyalah gunaan dan

perasaan khawatir.

5 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

D. Pohon Masalah

E. Penatalaksanaan

Menurut Hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah

dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih

manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :

a. Psikofarmaka

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat

2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil

3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala

positif maupun gejala negative skizofrenia

4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti

5) Tidak menyebabkan kantuk

6) Memperbaiki pola tidur

7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi

8) Tidak menyebabkan lemas otot.

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh

dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama

(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama

misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk

6 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Tidak Efektifnya Koping Individu

generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan

aripiprazole.

b. Psikoterapi

Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang

lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri

lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.

Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).

c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial

dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.

Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi

neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).

d. Keperawatan

Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana

pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.

Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan

kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam

komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok

stimulasi kognitif/persepsi, therapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas

kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan

Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling

relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah

therapy aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK)

stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait

dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi

kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat

dan Akemat,2005).

7 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengkajian

1. Identitas klien meliputi :

Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medic.

2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor

psikologis, social budaya, dan factor genetic.

3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak

mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah

diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala

stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress

seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan

orang lain dan menyebabkan ansietas.

4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual

5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam

perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat

kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya

tilik diri.

6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive

7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

8 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Masalah keperawatan:

a. Resiko isolasi sosial: menarik diri

b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

c. Berduka disfungsional.

2. Data yang perlu dikaji:

a. Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

b. Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,

ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2. Isolasi Sosial : Menarik diri

9 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi SP

1. Gangguan konsep

diri : Harga diri

Rendah

TUM :Klien dapat meningkatkan harga dirinya.TUK :1. Klien dapat membina

hubungan saling percaya dengan perawat

KH :Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata.

1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

KH :Klien mengidentifikasi kemampuan dari aspek positif yang dimiliki

2. Klien dapat menilai

I.1 BHSP dengan menggunakan

prinsip terapeutik ;

Sapa klien dengan ramah

Perkenalkan diri dengan sopan

Tanyakan nama lengkap dan nama

panggilan.

Jelaskan tujuan pertemuan dan

menepati janji.

Tunjukan sikap empati.

2.1 Diskusikan aspek yang dimiliki

klien

2.2 Utamakan memberikan pujian yang

realistis.

3.1 Diskusikan bersama klien

kemampuan yang masih dapat

digunakan selama sakit.

3.2 Diskusikan kemampuan yang dapat

SP 1 pasien :

1. Mendiskusikan kemampuan &

aspek positif yang dimiliki pasien

2. Membantu pasien menilai

kemampuan yang masih dapat

digunakan

3. Membantu pasien memilih dan

menetapkan kemampuan yang

akan dilatih

4. Melatih kemampuan yang sudah

dipilih dan menyusun jadwal

pelaksanaan kemampuan yang

telah dilatih dalam rencana harian

SP 2. Pasien :

1. Melatih pasien melakukan

kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien

10 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

kemampuan yang digunakan

KH :Klien menilai kemampuan yang digunakan

3. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

KH:Klien membuat rencana harian

4. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan

KH :Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

5. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

KH :Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di

dilanjutkan penggunaannya.

4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas

yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

4.2 Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

4.3 Beri contoh cara pelaksanaan yang

telaj direncanakan.

5.1 Anjurkan pada klien untuk mencoba

kegiatan yang telah direncanakan

5.2 Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3 Diskusikan kemungkinan

pelaksanaan di rumah

a. Beri pendidikan kesehatan

pada keluarga tentang cara

perawatan klien Harga Diri

Rendah.

b. Bantu keluarga dalam

memberi dukungan

c. Bantu keluarga dalam

menyiapkan lingkungan di

SP 1. Keluarga :

1. Mendiskusikan masalah yang

dihadapi keluarga dalam merawat

pasien di rumah

2. Menjelaskan tentang pengertian,

tanda dan gejala harga diri rendah

3. Menjelaskan cara merawat pasien

dengan harga diri rendah

4. Mendemontrasikan cara erawat

pasien dengan harga diri rendah

5. Memberi kesempatan kepada

keluarga untuk mempraktikkan

cara merawat

SP 2 Keluarga :

1. Melatih keluarga mempraktikkan

cara merawat pasien harga diri

rendah langsung pada pasien

11 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

keluarga. rumah. SP 3. Keluarga

1. Membuat perencanaan pulang

bersama keluarga

2. Isolasi Sosial :

Menarik diri

TUM :Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.TUK :

1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.

KH :Klien dapat menerima kehadiran perawat.

2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri.

KH :

1.1 Bina hubungan saling percaya

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang

menarik diri.

2.2 Diskusikan bersama klien tentang

prilaku menarik diri.

2.3 Beri pujian terhadap kemampuan

klien mengungkapkan  perasaannya.

3.1 Diskusikan tentang manfaat

berhubungan dengan orang lain.

3.2 Dorong dan bantu klien

berhubungan dengan orang lain

secara bertahap.

SP 1 Klien

1. Menyebutkan penyebab isos

2. Berdiskusi dengan klien manfaat

berinteraksi dengan orang lain.

3. Berdiskusi dengan klien kerugian

tidak berinteraksi dengan orang

lain.

4. Mengajarkan klien berkenalan

dengan 1 orang.

5. Menganjurkan klien memasukkan

kegiatan berbicara dengan orang

laian dalam jadwal kegiatan

harian

12 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

Klien dapat menyebutkan penyebab/ alasan menarik diri.

3. Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

KH :Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat berhubungan dengan orang lain.

4. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.

KH :Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah

3.3 Beri pijian terhadap kemampuan

klien dalam menyebutkan manfaat

berhubungan dengan orang lain.

4.1 Dorong klien untuk menyebutkan

cara berhubungan dengan  orang

lain.

4.2 Dorong dan bantu klien

berhubungan dengan orang lain

secara bertahap.

4.3 Libatkan klien dalam kegiatan TAK

dan ADL ruangan.

4.4 Reinforcement positif atas

keberhasilan yang telah dicapai.

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan

perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain.

5.2 Diskusikan dengan klien tentang

manfaat berhubungan dengan orang

lain.

5.3 Beri reinfircement positif atas

SP 2 Klien

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

klien.

2. Memberikan kesempatan untuk

mempraktikkan cara berkenalan

dengan 1 orang.

3. Membantu klien memasukkan

kegiatan berbicara dengan orang

lain dalam jadwal kegiatan harian

SP 1 Keluarga

1. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam

merawat klien

2. Menjelaskan pengertian, tanda,

dan gejala isos yang dialami klien

dan proses terjadinya

3. Menjelaskan cara merawat klien

isos

SP 2 Keluarga

1. Melatih keluarga mempraktikkan

13 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

berhubungan dengan orang lain.

KH :Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain : diri sendiri dan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

KH : Keluarga dapat menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara merawat klien menarik diri, mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.

kemampuan klien mengungkapkan

manfaat berhubungan dengan orang

lain.

6.1 Bisa berhubungan saling percaya

dengan keluarga : salam

perkenalkan diri, sampaikan tujuan,

buat kontrak, eksplorasi perasaan

keluarga.

6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga

tentang : perilaku menarik diri,

penyebab perilaku menarik diri,

akibat yang akan terjadi jika

perilaku menarik diri tidak

ditanggapi, cara keluarga

menghadapi klien menarik diri.

6.3 Dorong anggota keluarga untuk

memberikan dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang

lain.

cara merawat klien isos.

2. Melatih keluarga mempraktikkan

cara merawat langsung klien isos.

SP 3 Keluarga

1. Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas di rumah

termasuk minum obat.

2. Menjelaskan tindak lanjut klien

setelah pulang.

14 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

15 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

16 | ASUHAN KEPERAWATAN JIWA “HARGA DIRI RENDAH”-STIKES MATARAM 2015/IVB KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No DiagnosaKeperawatan

Implementasi Evaluasi Paraf

1. Harga diri Rendah SP 1 Pasien :

1. Mendiskusikan kemampuan &

aspek positif yang dimiliki pasien.

2. Membantu pasien menilai

kemampuan yang masih dapat

digunakan.

3. Membantu pasien memilih dan

menetapkan kemampuan yang akan

dilatih.

4. Melatih kemampuan yang sudah

dipilih dan menyusun jadwal

pelaksanaan kemampuan yang telah

dilatih dalam rencana harian

S :

O :

A :P :

Klien mengatakan senang berbincang-bincang dengan perawat. Klien bersedia membuat jadwal kegitan harian dan akan berusaha melakukan kegiatan sesuai jadwal.

Klien kooperatif dalam berdiskusi, klien dapat menentukan kegiatan secara mandiri, klien masih sedikit berbicara, jadwal sudah dibuat

Harga diri rendah (+)lanjutkan SP 2 PasienPerawat : 1. Evaluasi Jadwal kegiatan harian

klien 2. Melatih kemampuan lain yang

dimiliki klien3. Memasukkan kedalam jadwal

kegiatan sehari-hari

Klien :1. Anjurkan memasukkan jadwal

kegiatan harian dan melakukan

SP 2 Pasien :

1. Melatih pasien melakukan kegiatan

lain yang sesuai dengan kemampuan

pasien

SP 1. Keluarga :

1. Mendiskusikan masalah yang

dihadapi keluarga dalam merawat

pasien di rumah

2. Menjelaskan tentang pengertian,

S :

O :

A :

P :

S :

kegiatan sesuai jadwal.

Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sesuai jadwal,

Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya

Resiko Perilaku Kekerasan (+)

Planning Perawat : 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

harian klien 2. Menambah jumlah kegiatan 3. Menganjurkan klien memasukan

dalam jadwal kegiatan harian Klien : Anjurkan klien untuk tetap melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan.

Keluarga pasien mengatakan memahami bagaimana cara merawat keluarganya dengan harga diri rendah.

tanda dan gejala harga diri rendah

3. Menjelaskan cara merawat pasien

dengan harga diri rendah

4. Mendemontrasikan cara perawat

pasien dengan harga diri rendah

5. Memberi kesempatan kepada

keluarga untuk mempraktikkan

cara merawat

SP 2 Keluarga :

1. Melatih keluarga mempraktikkan

cara merawat pasien harga diri

rendah langsung pada pasien

SP 3. Keluarga

1. Membuat perencanaan pulang

bersama keluarga

O:

A:

P:

Keluarga pasien terlihat memahami penjelasan dari perawat.

Masalah teratasi

Intervensi dihentikan.

2. Isolasi Sosial : Menarik diri

SP 1 Klien

1. Menyebutkan penyebab isos

2. Berdiskusi dengan klien manfaat

berinteraksi dengan orang lain,

3. Berdiskusi dengan klien kerugian

tidak berinteraksi dengan orang

lain.

4. Mengajarkan klien berkenalan

dengan 1 orang.

5. Menganjurkan klien memasukkan

kegiatan berbicara dengan orang

laian dalam jadwal kegiatan

harian

SP 2 Klien

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan

klien.

2. Memberikan kesempatan untuk

mempraktikkan cara berkenalan

dengan 1 orang.

3. Membantu klien memasukkan

kegiatan berbicara dengan orang

lain dalam jadwal kegiatan harian

S :

O :

A :

P:

Klien mengatakan sudah mencoba

belajar berkenalan namun masih

enggan untuk dilakukan.

Klien aktif dan memperhatikan selama

latihan berkenalan dengan perawat

Klien sudah tahu cara berkenalan

dengan menyebutkan nama,asal,hobi.

Lanjutkan berkenalan dengan orang lain

Masukkan kegiatan berkenalan dengan orang lain ke dalam daftar jadwal harian

SP 1 Keluarga

1. Mendiskusikan masalah yang

dirasakan keluarga dalam

merawat klien

2. Menjelaskan pengertian, tanda,

dan gejala isos yang dialami klien

dan proses terjadinya

3. Menjelaskan cara merawat klien

isos

SP 2 Keluarga

1. Melatih keluarga mempraktikkan

cara merawat klien isos.

2. Melatih keluarga mempraktikkan

cara merawat langsung klien isos.

SP 3 Keluarga

1. Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas di rumah

termasuk minum obat.

2. Menjelaskan tindak lanjut klien

S :

O:

Keluarga pasien mengatakan apa yang menjadi masalah dalam merawat klien, dan mengatakan akan mempraktikan apa yang sudah di jelaskan oleh perawat.

Keluarga pasien terlihat mampu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat

setelah pulang.

A:

P:

Masalah teratasi

Intervensi dihentikan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri

termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara

situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan dapat

di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Konsep diri sangat

erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah

satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang

berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh

individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina

hubungan interpersonal.

Meskipun konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara

bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan

terbentuk karena pengaruh ligkungannya. Selain itu konsep diri juga akan di pelajari oleh

individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang

dilalui individu tersebut.

B. Saran

         Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.

         Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dan mencegah terjadinya komplikasi.

         Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun

demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd danNihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition.

Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku

Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.Schultz dan Videback. (1998). Manual

Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care

Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC