harga-diri-rendah
DESCRIPTION
asTRANSCRIPT
1
KATA PENGANTAR
OM Swastyastu
Puji syukur kami haturkan kehapanan Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Konsep
teori dan askep harga diri rendah”. Meskipun banyak hambatan kami alami dalam
proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.
OM Santih Santih Santih OM
Denpasar, 19 Maret 2015
penyusun
2
Daftar Isi
Kata pengantar…………......……………………..………………............... 1
Daftar Isi…………………….....……………………………………...……2
A. Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang ……………………………….……......................... 3
1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan …………………………………….….....…......................... 5
1.4 Metode Penulisan…………….………………….………………… 5
B. Bab II Isi / pembahasan
2.1 Konsep Teori HDR........................................................................... 6
2.2 Askep HDR ..................................................................................... 14
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ………………………….…………………….............. 19
Daftar Pustaka …………………………………………………...………… 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU
Kesehatan No. 23 tahun 1992). Selain itu, menurut UU RI Nomor 39 Tahun 2009
tentang kesehatan, adapun pengertian kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Keadaan sehat dicerminkan oleh kelengkapan organ dan sistem tubuh yang
berfungsi normal serta adanya zat pengatur fungsi tubuh. Otak adalah organ yang
bertugas mengatur fungsi tubuh. Agar otak berfungsi dengan baik diperlukan
energi dari glukosa, protein, lemak, vitamin, dan oksigen yang berasal dari sistem
tubuh. Manusia dikatakan memiliki jiwa jika dia hidup dan organ tubuhnya
berfungsi baik. Oleh karena itu, kesehatan otak merupakan inti dari kesehatan jiwa
manusia.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah keadaan sehat
seseorang dimana dapat menerima keadaan diri sendiri, orang lain, dan benda-
benda yang berhubungan dengan kehidupan serta dapat mengatasi masalah yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan kehidupan secara sosial dan
ekonomis. Menurut Skinner, ada 4 kriteria sehat jiwa, yaitu menerima diri sendiri,
diterima oleh orang lain, efisien dalam bekerja atau studi, dan bebas dari konflik
dalam diri sendiri.
Kesehatan jiwa juga didefinisikan sebagai perasaan sehat dan bahagia serta
4
mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri serta orang lain
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusikan pada
fungsi yang terintegrasi sistem klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
organisasi, atau komunitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
meyakini bahwa klien adalah manusia yang utuh dan unik yang terdiri dari aspek
bio-psikosial-kultural-spiritual. Selanjutnya, perawat dapat mengidentifikasi status
kesehatan klien yang berfluktuasi sepanjang rentang sehat-sakit. Status kesehatan
klien akan mempengaruhi respon klien yang dapat dikaji dari aspek bio-
psikososial-kultural-spiritual. Pada pengkajian, seringkali perawat hanya
memusatkan perhatian pada aspek biologis atau fisik saja sehingga asuhan
keperawatan yang komprehensif tidak tercapai (Kelliat,1999).
Umumnya, pasien gangguan jiwa dibawa keluarganya ke Rumah Sakit
Jiwa atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu
merawat dan terganggu karena perilaku pasien. Beberapa gejala yang lazim
dirasakan oleh keluarga sehingga menjadi alasan mengapa pasien dibawa ke
Rumah Sakit Jiwa yaitu adanya harga diri rendah, menarik diri, halusinasi,
waham, dan perilaku kekerasan (Stuart dan Sudeen, 1995).
5
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :
1. Apa itu Harga Diri Rendah ?
2. Apa penyebab/etiologi Harga Diri Rendah ?
3. Bagaimana patofisiologi Harga Diri Rendah ?
4. Bagaimana Mekanisme koping harga diri rendah ?
5. Bagaimana penatalaksanaan harga diri rendah ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Harga Diri Rendah.
2. Untuk mengetahui penyebab/etiologi Harga Diri Rendah.
3. Untuk mengetahui patofisiologi Harga Diri Rendah.
4. Untuk mengetahui Mekanisme koping harga diri rendah.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan harga diri rendah.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu metode kepustakaan,
dimana data-data yang diperoleh didapatkan melalui buku-buku dan juga
dari internet.
6
BAB II
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Stuart, et al. 1998: 319). Termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan, serta keinginannya.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Keliat, 2006)
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga dirirendah dapat
terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yangtelah berlangsung
lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen,
2006)
Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap
melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu
dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari
kemampuan interpersonal, intelektual, dan penguasaan lingkungan. Konsep diri
negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Rentang respon konsep diri (Stuart, et al. 1998:320)
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi
diri positif rendah identitas
Gambar 1.1 Skema Rentang Respon Konsep Diri (sumber: Stuart, et
al, 1988: 320)
7
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam buku Nur Fajariyah (2012: 7)
respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri
yaitu adaptif dan maladaptif:
a. Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep
diri maladaptif.
d. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
Jadi pengertian harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna,
tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa (Direktorat Kesehatan Jiwa
DepKes RI, 1992).
2. Etiologi
Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan
balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan
ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego,
faktor-faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak
adanya dukungan sosial.
a. Faktor predisposisi
Adapun faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan harga diri rendah
adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip oleh Keliat):
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan saraf pusat yang dapat
menimbulkan gangguan seperti:
8
a) Hambatan perkembangan otak khususnya korteks frontal, temporal,
dan limbik (sistem kesadaran dan emosi).
b) Pertumbuhan dan perkembangan individu.
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
3) Sosial budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi seperti
kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, dan
kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stres yang menumpuk.
Jadi faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah,
yaitu:
1) Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada
gangguan konsep diri.
2) Anak yang tidak menerima kasih sayang.
3) Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan
gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri.
4) Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah,
diantaranya adalah situasi atau stressor yang dapat mempengaruhi konsep diri
dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri contohnya adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
seperti:
1) Pola asuhan anak yang tidak tepat (dituruti, dilarang, dituntut).
2) Kesalahan dan kegagalan berulang kali.
3) Cita-cita yang tidak dapat dicapai.
4) Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
9
3. Patofisiologi
Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan
interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain, individu yang mempunyai
ketergantungan berlebihan pada orang lain, dan kemudian dimunculkan dalam
bentuk perilaku (Stuart, et al, 1998).
Perilaku biasanya ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah
adalah kritik terhadap diri sendiri/orang lain, produktivitas menurun, destruksi
pada orang lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap
diri sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik,
pandangan hidup terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri
dari realitas, cemas dan takut.
Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang
buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan depresi. Hal ini dapat terjadi karena
faktor sosiokultural akibat menurunnya stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga
dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping
individu yang tidak efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya, serta
koping keluarga dalam menghadapi situasi yang dialami klien.
10
4. Pohon Masalah
Pohon Masalah Harga Diri Rendah (sumber: Aris R., dkk, 2008)
Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran
Gangguan interaksi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
( cp )
Koping individu tidak efektif
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Koping keluarga tidak efektif:
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
Berduka disfungsional
Perilaku kekerasan
Tidak efektifnya penatalaksanaan
regiment terapeutik
Gangguan proses pikir: waham
Menurunnya motivasi
perawatan diri
Defisit perawatan diri
Komunikasi verbal
11
5. Jenis Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah menurut
Keliat (1998:24) dapat terjadi secara:
a. Situasional
Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
dan perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena:
1) Privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronis
Yaitu perasaan negatif terhadap diri yang telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat klien mempunyai cara berpikir negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping gangguan konsep diri: harga diri rendah dibagi
menjadi 2, yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang.
a. Jangka pendek
1) Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri.
4) Aktivitas yang memberi arti terhadap kehidupan.
12
b. Jangka panjang
Mekanisme pertahanan diri (ego oriental reaction) yang bervariasi
untuk melindungi diri yang sering digunakan untuk fantasi, disosiasi,
proyeksi, dan mengisar.
7. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau karakteristik perilaku yang
terjadi pada klien dan masalah utama harga diri rendah menurut Direktorat
Kesehatan Jiwa DepKes RI (1998:35) adalah sebagai berikut:
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri.
b. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna, dan tidak mampu.
c. Mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan tubuhnya.
d. Mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana
mestinya.
e. Menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas.
f. Kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain.
g. Destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri.
h. Pembicaraan kacau.
i. Mengungkapkan adanya ketegangan peran.
j. Mudah tersinggung dan mudah marah.
k. Produktivitas menurun.
l. Pandangan hidup yang ekstrim.
m. Penolakan terhadap diri sendiri.
n. Mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o. Merasa tidak adekuat.
p. Keluhan fisik dan penyalahgunaan zat.
8. Penatalaksanaan
Usaha pertama yang dilakukan adalah membina hubungan rasa percaya.
Apabila sudah didapatkan kontak mata, maka lakukan bimbingan tentang hal-hal
yang praktis. Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan yang baik seperti
bekerja secara sederhana di rumah atau di luar rumah. Bantu klien memperluas
kesadaran dirinya, kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya.
13
Bantu untuk mengevaluasi diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian
bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh
atau boleh pulang ke rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh
putus. Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:
a. Farmakologi.
b. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku,
terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok
yang tujuannya adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.
c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
14
B. Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal
dirawat. Isi pengkajian meliputi:
a. Identitas klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan
klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, panggilan
perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2) Usia dan nomor rekam medik.
3) Perawat menuliskan sumber data yang didapat.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh
pengalaman masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada
gangguan atau masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan
tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian seperti gagal
mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain.
d. Faktor presipitasi
Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak
mampu menyelesaikannya, seperti:
1) Stressor yang mempengaruhi gambaran diri
a) hilangnya bagian tubuh,
b) tindakan operasi,
c) proses patologi penyakit,
d) perubahan struktur dan fungsi tubuh,
e) proses tumbuh kembang, dan
f) prosedur tindakan dan terapi.
15
2) Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri
a) penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua, dan orang
yang berarti.
b) pola asuh yang tidak tepat.
c) kegagalan dan kesalahan berulang.
e. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka pendek yaitu:
1) Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti.
3) Aktivitas yang memberi atau dukungan sementara terhadap konsep diri.
4) Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan.
Mekanisme yang digunakan dalam jangka panjang yaitu penyesuaian atau
penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego, identitas, dan
keunikan individu.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian (Keliat, 1998: 89) adalah:
a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik.
3. Perencanaan
Rencana Tindakan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pasien
Untuk mengatasi masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Tindakan
keperawatan pada pasien :
Tujuan :
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
e) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
16
Tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang masih
dimilikinya , perawat dapat :
a) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam
keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
17
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat
melakukan hal-hal berikut :
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
b) Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
d) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.
Strategi Pelaksanaan.
1. SP 1Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang
akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
2. SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
3. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah
harga diri pasien.
4. ImplementasiImplementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
18
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan
cermat dan efisien dalam situasi yang tepat.
c. Dokumentasi intrvensi dan respon klien
5. Evaluasi
Evaluasi menurut Stuart (1998:237) yaitu:
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah
menurun dalam sifat, jumlah, dan asal atau waktu?
b. Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan
persetujuan diri yang lebih besar?
c. Apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara
adekuat?
d. Apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan
eksplorasi serta evaluasi diri?
e. Apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif ?
19
BAB III
PENUTUP
harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna, tidak
berdaya, tidak ada harapan dan putus asa
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga dirirendah dapat
terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yangtelah berlangsung
lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
20
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice,
7 th edition, New York: Lippincott.
Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri
Rendah. Jakarta: TIM.
Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th edition, St
Louis Mosby Year.
Stuart, Gail W. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.