handout kerja bengkel refrigerasi

Upload: mr-alex

Post on 17-Oct-2015

318 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Disadur dari beberapa sumber dan kreasi penulis sendiri

TRANSCRIPT

  • THE BEGINNING

    Oleh MOH. ARIS ASARI, S.Pd

    PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA SMK NEGERI I CIREBON

    2013 visit us on : refacsmkn1crb.wordpress.com

  • CHAPTER 1

    COPPER TUBE PROPERTIES

    Preface

    Telah diketahui bahwa pipa tembaga sudah banyak digunakan dalam pengerjaan pemipaan

    yang berhubungan dengan sistem pemanasan, pendinginan dan sistem lainnya. Semua produksi pipa

    tembaga di Amerika yang digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan, harus sesuai standar dan

    spesifikasi dari American Society for Testing and Materials (ASTM). Dan semua pipa tembaga ber-

    standar ASTM harus berkomposisi minimal 99,9 % tembaga murni.

    Pipa yang banyak digunakan dalam peralatan refrijerasi dan tata udara adala pipa tembaga.

    Pipa lain yang sering digunakan adalah pipa alumunium, pipa baja, pipa baja tahan karat, dan pipa

    plastik. Pemilihan ukuran pipa yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    Drop tekanan harus sekecil mungkin.

    Dapat mengalirkan bahan refrigerant sesuai dengan perencanan atau kecepatan sirkulasi

    refrigerannya sesuai.

    Kalau pipa yang digunakan terlalu kecil akan mengakibatkan :

    Kerugian gesekan.

    Bunyi yang keras dan bising karena kecepatan yang tidak sesuai.

    Sedangkan jika pipa yang digunakan ukurannya terlalu besar akan mengakibatkan :

    Kegagalan pengembalian minyak/oli kompresor.

    Pengeringan minyak/oli kompresor yang akhirnya kompresor menjadi macet.

    1. Pipa Tembaga

    Pipa tembaga adalah pipa yang paling sering digunakan untuk keperluan mesin pendingin yang

    menggunakan bahan refrigeran jenis R.11, R.12, R.22, dan R.502. Pipa tembaga yang dipergunakan

    pada mesin pendingin adalah pipa tembaga khusus yang disebut ACR TUBING (Air Conditioning and

    Refrigeration Tubing) yang telah dirancang dan memenuhi persyaratan/karakteristik khusus untuk

    mesin pendingin. Bagian dalam pipa untuk keperluan mesin pendingin harus dijaga agar tetap kering

    dan biasanya dibersihkan dengan menggunakan nitrogen. Ujung-ujung pipa jangan dibiarkan terbuka

    dan harus ditutup agar tidak terkontaminasi udara luar (uap air) atau kotoran lainnya dengan cara

    digepengkan ataupun ditutup dengan penutup khusus.

    Pipa tembaga pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

    1. Pipa tembaga lunak (Soft)

    Pipa tembaga lunak biasanya digunakan pada mesin-mesin pendingin jenis domestic dan komersial.

    Pipa tembaga ini memiliki sifat kekerasan tertentu yang disebut Annealed Copper Tubing, yaitu,

    pipa dipanaskan kemudian dibirkan mendingin sendiri. Hal ini membuat pipa tembaga menjadi lunak

    dan mudah dibentuk. Pipa tembaga lunak mempunyai sifat khusus. Jika pipa dibengkokan berulang

    kali maka pipa tersebut akan menjadi keras dan kaku, sehingga mudah rusak, retak atau patah.

    Sifat ini dapat diperbaiki dengan cara memanaskan pipa tersebut sampai warnanya berubah menjadi

    merah atau ungu dan didinginkan secara perlahan-lahan di udara, selanjutnya pipa dapat dengan

    mudah dibentuk seperti semula. Pekerjaan ini dinamakan Proses ANNEALING.

    Penyambungan pipa tembaga ini dapat dilakukan dengan dua cara , yaitu (1) pengelasan (brasing), (2)

    tanpa pengelasan, tetapi menggunakan flare fitting yang disebut sebagi flare nut, yaitu baut khusus

    untuk keperluan penyambungan secara cepat (flaring).

  • Gambar Pipa Tembaga Lunak

    Pipa tembaga lunak ini biasanya diperjualbelikan di pasaran dalam bentuk rol dengan panjang yang

    bervariasi mulai dari 25 feet, 50 feet dan 100 feet dengan diameter luar (OD) dalam satuan inchi.

    Ukuran yang tersedia di pasaran adalah 3/16, , 5/16, 3/8, 7/16, , 9/16, 5/8 dan inchi. Ketebalan

    pipa tergantung padadiameter luar pipa. Misalnya, pipa memiliki ketebalan 0,03 inchi. Pipa inchi,

    0,35 inchi.

    2. Pipa tembaga keras (Hard)

    Pipa tembaga keras biasanya digunakan pada mesin pendingin untuk keperluan komersial,

    dimana sifat pipa tembaga ini kaku dan keras, jadi pada saat pemasangan pipa tersebut harus

    dipasang klem atau penyangga sebagai tumpuan dan pengikatnya, apalagi jika ukuran diameter pipa

    yang digunakan ukurannya besar. Pipa tembaga keras tidak dapat dibengkokkan, jadi harus

    menggunakan elbow bila diperlukan bengkokan. Penyambungan pipa hanya hanya dilakukan dengan

    sistem pengelasan dengan las perak (silver brazing) atau menggunakan flare fitting. Penyolderan

    hanya dilakukan untuk saluran tekanan rendah. Pipa tembaga keras ini diperjualbelikan di pasaran

    dalam bentuk batangan, dimana setiap batangnya mempunyai panjang kurang lebih 7 meter.

    Gambar Pipa Tembaga keras

    Temper, dideskripsikan sebagai tingkat kekuatan dan kekerasan dari pipa. Drawn temper tube

    biasa dikatakan sebagai hard tube/pipa keras sedangkan annealed temper tube lebih sering dikatan

    soft tube/pipa lunak.

    Berdasarkan pada Tabel 1, terdapat enam tipe standar pipa tembaga dan spesifikasi

    penggunaannya. Pada tabel juga, menunjukkan standar ASTM untuk produksi pipa tembaga dengan

    beragam ukuran dan tempers. Terdapat tipe K, L, M, DWV dan Medical Gas tube yang sesuai dengan

    standar ASTM. Tiap tipe pipa merepresentasikan tingkat ketebalan pipa. Pipa tipe K akan lebih tebal

    daripada pipa tipe L, dan pipa tipe L akan lebih tebal daripada pipa tipe M untuk semua ukuran

    diameter pipa. Sedangkan ukuran diameter dalam, dipengaruhi oleh ukuran pipa serta ketebalan pipa

    tersebut.

  • Tabel 1. Types, Standards, Applications, Tempers, Lengths

    The Copper Tube Handbook, 2006 : 20

    Tabel 2. Dimensions and Physical Characteristics of Copper Tube: TYPE K

    The Copper Tube Handbook, 2006 : 21

  • Tabel 3. Dimensions and Physical Characteristics of Copper Tube: TYPE L

    The Copper Tube Handbook, 2006 : 21

    Tabel 4. Dimensions and Physical Characteristics of Copper Tube: TYPE M

    The Copper Tube Handbook, 2006 : 22

    Tabel 4. Dimensions and Physical Characteristics of Copper Tube: ACR (Air-Conditioning and Refrigeration Field Service) (A= Annealed Temper, D=Drawn Temper)

  • The Copper Tube Handbook, 2006 : 23

    Berikut ini tujuh keuntungan dari penggunaan pipa tembaga, :

    1. Ekonomis. Pipa tembaga mudah untuk diperlakukan, dibentuk, dan disambung sehingga akan mengurangi biaya instalasi, material dan waktu.

    2. Ringan. Untuk diameter dalam yang sama, pipa tembaga lebih ringan dibandingkan pipa ferros karena itu mudah untuk dipindahkan dan menghemat tempat.

    3. Mudah dibentuk. Pipa tembaga mudah diarahkan dan dibentuk, sehingga bisa mengurangi sambungan pipa dan elbow. Dengan proses bending, pipa bisa kita arahkan mengikuti kontur dan sudut sesuai keinginan kita.

    4. Mudah disambung. Penyambungan pipa bisa menggunakan adapter, soldering, brazing ataupun welding.

    5. Aman. Pipa tembaga tidak terbakar atau pemicu terbakar, dan tidak bereaksi menjadi gas beracun kecuali untuk campuran organik yang mudah menguap, seperti amoniak (NH3), tidak diperbolehkan memakai pipa tembaga.

    6. Resistansi korosi. Pipa tembaga memiliki angka resistansi korosi yang cukup tinggi.

    2. Pipa Alluminium

    Pipa Alluminium banyak dipergunakan sebagai bahan evaporator. Daya hantar panas pipa

    alluminium ini tidak begitu baik jika dibandingkan dengan daya hantar panas pipa tembaga, dan

    harganyapun relatif lebih mahal. Penyambungan atau pengelasan pipa alluminium tidak semudah

    penyambungan pipa tembaga, dimana harus menggunakan las khusus yang disebut las MIG, atau bisa

    juga dengan menggunakan kawat las Platinum 52 dengan campuran boraks atau fluks 52 dengan

    nyala api yang teratur, dimana apinya tidak boleh bersentuhan secara langsung dengan fluks 52 yang

    telah dioleskan, disinipun diperlukan keterampilan las secara khusus.

    Kasus kerusakan atau kebocoran evaporator pada mesin pendingin seringkali terjadi. Untuk

    mengatasinya jika kebocorannya tidak terlampau besar kebocorannya bisa di tutup dengan

    menggunakan lem APOXY atau HARDEX. Karena tekanan pada bagian evaporator adalah rendah, jadi

    dengan system pengeleman saja sudah cukup tanpa perlu pengelasan. Gambar berikut menunjukan

    bentuk evaporator yang ada di pasaran dengan kapasitas bermacam-macam.

  • Gambar evaporator plate dan pipa aluminium

    3. Pipa Baja Pipa baja juga banyak sekali dipergunakan pada mesin pendingin untuk keperluan domestic,

    seperti halnya pada kondensor lemari es. Ada beberapa pipa baja dengan ketebalan dinding tertentu

    yang biasa digunakan pada mesin pendingin, adapun ukuran diameter pipa baja tersebut sama

    dengan ukuran diameter pipa tembaga, sedangkan cara penyambungan dari pipa baja adalah dengan

    sistem brasing dan ada pula yang menggunakan ulir.

    Gambar instalasi pipa baja

    Pipa tembaga atau kuningan tidak dapat digunakan pada sistem pendingin yang menggunakan

    bahan refrigeran amoniak (R.717), dimana sifat pipa tembaga ini mudah bereaksi jika terkena

    amoniak, jadi untuk mesin pendingin yang menggunakan bahan refrigerannya amoniak harus

    menggunakan pipa baja. Adapun ukuran-ukuran pipa baja yang ada di pasaran adalah sebagaimana

    tertera pada tabel berikut :

    Tabel 5. Diameter pipa baja

  • 4. Pipa Baja Stainless

    Pipa Baja stainless pada umumnya mempunyai fungsi yang sama dengan pipa refrigeran

    lainnya, dimana pipa baja stainless ini sangat kuat terhadap korosi dan sangat mudah dalam

    melakukan penyambungannya, dimana bisa menggunakan brasing maupun menggunakan ulir. Pipa

    baja stainless No.304 sering sekali digunakan pada mesin pendingin untuk Food Processing,

    Manufacture Ice Cream, Milk Cool Storage dan yang lainnya, karena pipa baja stainless ini mempunyai

    kadar karbon (C), Nickel (Ni), dan Chronium (Cr) yang sangat rendah sekali.

    Gambar pipa stainles dan instalasi pemipaannya

    5. Pipa Fleksibel

    Getaran-getaran yang diakibatkan oleh bekerjanya kompresor dapat mengakibatkan kerusakan

    pada sambungan pipa, khususnya sambungan pipa ke kompresor. Untuk mengatasi hal tersebut maka

    pada bagian tersebut perlu dipasang pipa fleksibel yang dapat meredam getaran. Bahan konstruksi

    dari pipa fleksibel terbuat dari selang perunggu fleksibel yang dilapisi dengan anyaman pita rambut

    perunggu dan disambungkan dengan pipa tembaga sebagai ujung-ujungnya. Pipa fleksibel ini dapat

    digunakan pada mesin pendingin yang menggunakan bahan refrigerant R12, R13, R22, R24, R114,

    R502 atau yang sejenisnya kecuali untuk NH3 (Amoniak). Pipa fleksibel ini di desain untuk nominal

    tekanan 25 atg, dan temperature pada kisaran -700C sampai dengan + 2000C. Ukuran pipa fleksibel

    yang ada dipasaran bermacam-macam seperti yang tertera pada tabel 6.

    Gambar Pipa fleksibel

    6. Pipa kapiler (Capilary tube)

    Juga disebut : Impedance tube, Restrictor tube atau choke tube. Pipa kapiler dibuat dari pipa

    tembaga dengan lubang dalam yang sangat kecil. Panjang dan lubang pipa kapiler dapat mengontrol

    jumlah bahan pendingin yang mengalir ke evaporator.

    Pipa kapiler memiliki fungsi sebagai berikut :

    1. Menurunkan tekanan refrigerant cair yang mengalir didalamnya

  • 2. Mengatur jumlah refrigerant cair yang mengalir melaluinya

    Pipa kapiler terdiri dari berbagai macam ukuran. Yang diukur bagian diameter dalam (inside

    diameter/ID) dari pipa, lain halnya dengan pipa tembaga yang diukur adalah diameter luar (Outside

    diameter/OD) Pipa kapiler tidak boleh dibengkok terlalu tajam, karena dapat menyebabkan

    tersumbatnya lubang pipa. Pipa kapiler menghubungkan saringan (filter dryer) dan evaporator,

    merupakan batas antara sisi tekanan tinggi dan tekanan rendah dari system.

    Pada bagian tengahnya sepanjang mungkin dilekatkan dengan saluran hisap dan disolder. Bagian yang

    disolder ini dinamakan Penukar Kalor (heat Exchanger).

  • CHAPTER II

    PIPING ADAPTER

    Berbagai jenis sambungan pemipaan

    a. Flare adapter

    Flare adapter digunakan untuk menyambungkan pipa hasil flaring. Ciri khas flare adapter

    adalah pipa yang dihubungkan mudah untuk dilepaskan kembali sambungannya, karena tidak

    memakai proses brazing ataupun soldering.

    Gambar Pipa hasil flare

    Flared pipe

    Male nut

  • Name Figure Object

    Adapter

    (male)

    Adapter

    (female)

    Union

    Tee

    b. Elbow Adapter

    Elbow adapter digunakan untuk menyambungkan pipa dengan sudut kemiringan tertentu. Pipa

    yang disambungkan harus pipa dengan diameter yang sama selain itu proses penyambungan

    menggunakan proses brazing ataupun soldering.

    Name Figure Object

    45 Elbow

    90 Elbow

  • 45 Elbow

    90 Elbow

    180 Elbow

    Tee

    Tee

    c. Coupling Adapter

    Name Figure Object

    Roll Stop

    Stake Stop

    No Stop

    Reducing

  • Long Nut Shout Nut Cap Nut

    Forged Brass Nut Reducing Nut Swivel Double Nut Kit

    Union Reducing Union Flare to Solder Union

  • CHAPTER IV

    PERHITUNGAN PANJANG PIPA COIL DAN SOLDERING JOINT

    a. Standar Radius dan Panjang pipa untuk coil

    d. Ukuran untuk soldering joint

    Tabel. 2. Dimensi Solder Joint untuk sambungan Wrought (W) dan Cast (C) Pressure

    Coil-loop

    U-bend

  • ( Copper Tube Handbook, 2006 : 37)

  • CHAPTER V

    WORKING WITH COPPER TUBE

    Pada dasarnya terdapat 4 pekerjaan dasar pemipaan. Berikut ini merupakan deskripsi dari

    pekerjaan dasar pemipaan dengan pipa tembaga!

    A. Measuring and cutting

    Mengukur pipa dengan akurat berguna untuk mengurangi kesalahan terlalu pendek atau

    terlalu panjang terhadap pipa yang akan kita potong. Hal ini akan mempengaruhi proses selanjutnya,

    seperti nilai ekonomis ataupun pada proses joining yang bisa berakibat hasil penyambungan pipa

    kurang begitu baik.

    Pemotongan pipa bisa dilakukan melalui berbagai alat, seperti menggunakan disk-type tube

    cutter atau gergaji besi. Untuk pipa dengan diameter besar dan tebal, gunakan gergaji untuk

    memotongnya. Harus berhati-hati dalam memotong pipa supaya pipa tidak berubah bentuk/rusak.

    Gambar Tube Cutter beserta bagian-bagiannya

  • Gambar Alat-alat potong pipa tembaga

    Berikut ini beberapa prosedur pengukuran dan pemotongan pipa!

    1. Luruskanlah pipa yang masih dalam bentuk rol/gulungan pada bidang datar, jangan menarik pipa

    dari bagian sisi koil untuk mencegah pipa bengkok.

    2. Ukurlah panjang pipa yang akan dipotong dan beri tanda yang jelas.

    Gambar Proses pengukuran pipa

    3. Letakan pipa yang akan dipotong tersebut pada rol beralur yang ada pada tubing cutter seperti

    pada gambar 2.3, putarlah knob pengatur tekanan pisau sehingga pisau pemotong menyentuh

    pipa dan tepat pada tanda ukuran yang telah dibuat.

    Gambar Proses peletakkan pipa pada tubing cutter

  • 4. Putarlah pemotong pipa ini secara mengelilingi pipa sampai putaran terasa ringan, setelah itu

    putarlah knob pengatur tekanan pisau atau putaran seperti diperlihatkan pada gambar di

    bawah, setelah itu putarkanlah pemotong pipa sampai pipa terpotong.

    Gambar Proses pemotongan pipa

    B. Reaming

    Gambar reamer dan deburring tools

    Reaming adalah proses perluasan pada pipa untuk menghilangkan ketajaman sisi-sisi pipa

    setelah dipotong dan membuang serpihan tembaga yang masih menempel pada bagian dalam pipa

    untuk menghindari terbawa masuk ke dalam sistem. Proses reaming tidak boleh terlalu kasar karena

    bisa membuat bentuk dan diameter dalam pipa berubah. Proses reaming bisa menggunakan (a)

    reamer, (b) cutting pocket ataupun (c) deburring tools.

    Gambar Proses reaming dengan berbagai peralatan

    Bersihkan pipa dari kotoran yang menempel pada pipa dengan peralatan tambahan seperti (a) sand

    cloth, (b) abrasive pad dan (c) fitting brush.

    a b c

  • Gambar Proses cleaning dengan menggunakan peralatan tambahan

    C. Swaging dan Flaring

    Swaging tools equipment type srew dan punch

    Swaging digunakan untuk membesarkan ujung pipa, agar dua buah pipa yang sama diameternya

    dapat disambung dengan solder timah atau las perak. Panjang sambungan untuk tiap pipa berbeda,

    pada umumnya diambil sepanjang diameter dari pipa yang akan disambung.

    Swagging tool ada 2 macam :

    1. Model dipukul (Punch type)

    2. Model diputar (Screw type)

    Selain swaging, salah satu cara untuk menyambung pipa tembaga pada suatu sistem pemipaan

    adalah penyambungan dengan menggunakan flare dan jenis yang paling umum yang dipakai adalah

    flare 45. Flaring dan swaging adalah proses pengembangan pipa yang akan disambung atau

    diinstalasi. Supaya hasil flare pipa tepat maka diperlukan peralatan yang baik. Gambar

    2.5menunjukkan gambaran hasil flaring!

    Gambar hasil proses flaring

    a b c

  • Gambar Flaring Tools

    Flare-block adalah salah satu alat untuk flaring yang mempunyai diameter lubang yang

    berlainan agar mampu mengakomodasi bermacam ukuran pipa. Setelah pipa dijepit dalam posisi

    yang benar barulah ulir pengatur flare dipasang. Batang ulir pengatur diputar perlahan sehingga cone

    bertemu dengan ujung pipa, setelah itu barulah proses flare dilakukan sampai ujung pipa membentuk

    flare. Dalam praktik yang baik, gunakan sedikit oli pada konis agar flare menjadi halus dan mudah

    dilepas. Yakinkan bahwa sambungan telah berada pada posisi tepat sebelum flaring dilakukan untuk

    menghindari pipa terlalu panjang/pendek.

    Gambar Proses flaring menggunakan flare-block.

    Gambar (a) Ujung pipa yang di-flare 45 (b) Proses pemasangan flare joint (c) Sambungan flare

    lengkap

    Standar ukuran flare pipa dan tenaga yang dibutuhkan pada saat proses flare pipa dapat dilihat dari

    tabel dibawah. (Mitsubishi Electric : Split type Ac model MXZ-3A30NA Installation Manual)

    a b c

  • D. Bending

    Bending adalah proses pembengkokkan pipa dengan sudut tertentu. Alat pembengkok pipa

    diantaranya adalah bending tools, lever-type hand bender atau pegas pembengkok. Proses bending

    tidak akan merusak bagian dalam dan luar pipa jika dilakukan dengan benar. Berdasarkan hasil

    pengujian, tingkat kekuatan pipa yang sudah di bending jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.

    Gambar Pegas pembengkok dan Leaver Type Bender

    Pada pegas pembengkok, pembengkok pipa tersebut ada 2 macam yaitu lilitan pegas di luar (outside

    spring) dan lilitan pegas di dalam (inside spring). Yang pertama pipa dimasukan ke dalam pegas dan

    untuk yang kedua pegas dimasukan ke dalam pipa. Inside spring hanya dapat dipakai untuk

    membengkokan ujung pipa, sedangkan outside spring dapat dipakai untuk membengkokan semua

    bagian dari pipa.

    Gambar 2.10 menunjukkan langkah-langkah dalam pembengkokkan pipa menggunakan lever-

    type hand bender. Ilustrasi ini hanya salah satu dari banyak alat yang telah diproduksi proses bending.

    Gambar Proses bending

    a. Regangkan lever-type hand bender sampai 180, kemudian masukkan pipa ke bagian tengah

    bender.

  • b. Tempatkan holder clip pada pipa, kemudian putar salah satu handle bender ke kanan sampai

    sejajar dengan pipa. Ini adalah posisi pipa yang akan kita bengkokan berada pada sudut

    kelengkungan pipa masih 0.

    c. Putar handle bender kedua untuk membengkokan sesuai sudut yang kita inginkan dengan

    perlahan, dimana pada roda bender sudah tersedia indikator sudut kelengkungan.

    d. Putar 22ke arah kanan handle bender kedua setelah kita mendapatkan bentuk dan sudut

    kebengkokan pipa yang kita inginkan kemudian lepaskan holder clip pada pipa.

  • CHAPTER VI

    SOLDERING AND BRAZING COPPER TUBE

    A. Soldering dan Brazing

    1. Applying Flux

    Flux/Borak digunakan untuk mengurangi proses oksidasi dari permukaan yang akan disambung,

    mencegah proses oksidasi pada saat proses pemanasan, mempercepat penyatuan antar permukaan

    ketika dipanaskan. Oleskan flux jangan terlalu tebal dengan mengggunakan sikat pada pipa dan

    sambungannya. Kelebihan dalam menggunakan flux akan mengakibatkan korosi akibat sisa flux.

    Untuk kasus yang lebih besar, kelebihan flux akan mengakibatkan lubang pada pipa dan

    sambungannya.

    Pada saat mengoleskan flux pada pipa, jangan menggunakan jari tangan karena bahan kimia

    yang terkomposisi pada flux berbahaya untuk mata, mulut atau luka yang terbuka.

    Gambar Proses pengolesan flux pada pipa dan sambungan

    2. Soldering dan Brazing

    Soldering dan brazing merupakan langkah terakhir dari proses penyambungan pipa. Soldering

    biasanya digunakan pada bahan-bahan lunak seperti tembaga, seng, alumunium dan lain-lain. Bahan

    tambahan untuk soldering biasanya timah dan perak selain itu bahan ini harus memiliki titik didih

    lebih rendah dari bahan yang akan disambung. Sedangkan brazing, hampir sama dengan soldering,

    perbedaannya penyambungan dengan cara ini menggunakan bahan yang lebih keras seperti baja atau

    sejenisnya. Jadi busur api yang digunakan pada brazing lebih besar daripada soldering.

    Sebelum kita melakukan proses soldering dan brazing, terlebih pasang kedua pipa dan

    bersihkan sisa-sisa flux pada pipa. Lihat gambar untuk lebih jelas!

    Gambar Proses penyambungan pipa dan pembersihan sisa flux

  • Pre-heating adalah proses pemanasan awal yang diperlakukan pada pipa beserta

    sambungannya. Pre-heating berfungsi untuk menyamakan temperatur pipa dengan sambungannya

    sehingga akan menghasilkan sambungan yang kuat. Pada saat melakukan pre-heating pada

    sambungan, jangan panaskan terlalu lama karena akan mengakibatkan terbakarnya flux sehingga

    akan hilang keefektifan dari flux selain itu juga akan mengakibatkan cairan solder tidak akan masuk

    ke dalam sambungan.

    Gambar Proses pre-heating pada pipa dan sambungan

    Sumber bahan bakar pada proses brazing bisa menggunakan gas acetylene ataupun liquid

    petroleum gas (LPG). Logam penyambung yang sering digunakan dalam brazing adalah jenis

    campuran logam BCuP yang mengandung phosphor serta jenis campuran logam BAg yang

    mengandung silver. Sebelum kita menempelkan logam penyambung pada bagian yang akan kita

    sambung, pastikan bahwa pipa beserta sambungannya sudah panas merata sehingga akan

    menghasilkan sambungan yang kuat. Setelah kedua pipa telah disambungkan, dinginkan secara

    natural serta bersihkan bagian luar pipa tersebut. Pendinginan pipa dengan menggunakan air akan

    menyebabkan sambungan menjadi regas.

    Gambar Proses penyambungan pipa dan cleaning

    Metode lain penyambungan adalah dengan menggunakan (a) mechanical coupling, (b) Tee-

    pulling tools, dan (c) electric resistance hand tools.

    Gambar Metode penyambungan lainnya

    a b c

  • CHAPTER VII

    SOLDERING, BRAZING AND WELDING

    A. Diagram jenis proses pengelasan

  • 1. SOLDERING

    Soldering adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan melumerkan dan mengalirkan

    filler metal (logam pengisi) diantara sendi sambungan, dimana filler metal memiliki titik lumer yang

    lebih rendah dari pada logam yang akan disambung. Logam yang akan disambung tidak ikut meleleh

    pada proses soldering.

    Titik lumer filler metal pada soft soldering berada dibawah temperatur 400C, sedangkan titik lumer

    filler metal pada hard soldering berkisar 450C. Filler metal yang digunakan pada soft soldering

    merupakan paduan timah sedangkan pada hard soldering paduan timah dengan tembaga (40%

    tembaga) Hard soldering sering disebut juga silver soldering atau silver brazing. Hasil sambungan dari

    hard soldering lebih kuat dan lebih baik dibandingkan soft soldering.

    a. Peralatan Soldering

    1. Propane torch

    Merupakan alat yang digunakan untuk membakar gas propane (LPG).

    Panas yang dihasilkan mencapai 1995C.

    2. Filler metal

    Logam pengisi dapat berupa paduan timah (titik lumer 350C) dan paduan timah dengan

    silver (titik lumer 450C) .

  • 2. Brazing

    Brazing adalah adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan melumerkan dan

    mengalirkan filler metal (logam pengisi) diantara sendi sambungan menggunakan capillary action,

    dimana filler metal memiliki titik lumer yang lebih rendah dari pada logam yang akan disambung.

    Proses brazing biasanya disertai dengan pemberian flux pada sambungan untuk menghindari oksidasi

    pada sambungan.

    Titik lumer filler metal pada brazing berada diatas temperatur 450C. Beberapa jenis filler metal untuk

    brazing :

    Pure metals: logam murni seperti silver, gold, palladium.

    Paduan Ag-Cu: Baik pada saat mencair dimana silver akan cepat mengisi sambungan.

    Paduan Ag-Zn: Banyak digunakan di industri perhiasan dan tahan terhadap ammoniac.

    Paduan Cu-Zn (brass): Bisa digunakan untuk menyambung baja dan besi tempa.

    Paduan Ag-Cu-Zn: Mudah lumer

    Paduan Cu-P: Dalam prosesnya tidak membutuhkan flux

    Paduan Au-Ag: Logam mulia dan banyak digunakan untuk industri perhiasan.

    Al-Si: untuk proses brazing alumunium.

    Active alloys: berkomposisi titanium atau vanadium. Digunakan dalam brazing non-metallic

    materials, seperti graphite atau keramik.

    dll

    Metal Filler untuk brazing dengan flux

    3. Perbedaan Soldering dengan Brazing

    Proses Soldering (kiri) dan Brazing (kanan)

  • Proses Soldering (kiri) dan Brazing (kanan)

    Proses Soldering (kiri) dan Brazing (kanan)

    Proses Soldering (kiri) dan Brazing (kanan)

    Proses Soldering (kiri) dan Brazing (kanan)

  • B. Las Otogen

    Mengelas logam dengan las otogen adalah proses penyambungan dan memotong logam dengan

    mempergunakan suatu busur nyala yang dihasilkan dari pembakaran gas acetylene dan gas oksigen.

    1. Peralatan Las Otogen

    a. Tabung acetylene

    Tabung acetylene adalah tabung yang terbuat dari logam baja yang didalamnya selain berisi gas

    acetylene juga berisi bahan berpori seperti kapas, sutra tiruan, atau asbes yang berfungsi sebagai

    penyerap aseton yang merupakan bahan dimana acetylene dapat larut dengan baik dan aman

    dibawah pengaruh tekanan. Botol ini dapat berisi antara 40-60 liter gas acetylene. Bentuk botol

    pendek gemuk. Tekanan isinya mencapai 15 kg/cm. Untuk membuka katupnya digunakan kunci sok.

    Baut dan mur pengikatnya menggunakan sistem ulir kiri. Warna botol merah.

    Petunjuk dalam praktek :

    1. Hindarkan botol acetylene ini dari botol oksigen.

    2. Lindungi botol acetylene ini dari terik matahari dan panas.

    3. Usahakan jangan sampai jatuh atau kejatuhan benda lain.

    4. Hindarkan dari tempat-tempat yang berminyak.

    5. Pemakaian gas harus selalu melalui regulator.

    6. Bukalah regulatornya bila tidak digunakan.

    7. Jangan merubah tanda-tanda yang ada pada regulator.

    8. Tempatkan tabung ini berdiri tegak.

    9. Bila tabung asetilin tiba-tiba menjadi panas, segeralah tutup katup silindernya, kemudian

    siramlah dengan air sampai dingin.

    10. Dilarang merokok selama berdekatan dengan acetylene.

    b. Tabung oksigen

    Tabung oksigen terbuat dari bahan baja. Bentuknya tinggi ramping. Mempunyai tekanan isi

    maksimum 150 kg/cm. Baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan. Botol ini berisi zat asam (O2)

    sekitar 40 60 liter. Warna botol biru atau hitam.

    Petunjuk dalam praktek :

    1. Jauhkan tabung oksigen dengan tabung acetylene.

  • 2. Tutuplah katup tabung oksigen ini, buang gasnya hingga manometer tekanan kerja menunjukan

    angka nol, bila pengelasan telah selesai atau istirahat.

    3. Ikatlah tabung oksigen ini dengan kokoh pada kereta dorong waktu dipindah-pindahkan.

    4. Bukalah dahulu regulatornya dari tabung oksigen, bila terpaksa memindahkan oksigen tanpa

    kereta.

    5. Bersihkanlah tempat kerja pada radius kurang lebih 8 meter sebelum memulai kegiatan mengelas.

    6. Tempatkan alat pemadam kebakaran pada tempat yang mudah dicapai.

    Gambar Tabung Acetylene dan oxygen

    Tabel perbedaan tabung oksigen dengan tabung acetylene

    No Tabung Oksigen Tabung Acetylene

    1 Bentuk tabung tinggi dan langsing Bentuk tabung pendek dan gemuk

    2 Warna tabung hitam, abu-abu, biru, hijau Warna tabung merah, orange, dan coklat

    3 Konstruksi tabung dicetak/dituang Konstruksi tabung dirol dan dilas

    4 Baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan Baut serta mur pengikatnya adalah ulir kiri

    5 Tekanan isi maksimum 150 kg/cm Tekanan isi maksimum 15 kg/cm

    c. Regulator tabung gas

    Regulator adalah alat pengatur tekanan yang digunakan untuk menurunkan tekanan isi dari gas

    yang keluar dari tabung oksigen ataupun acetylene menjadi tekanan kerja dan menjaga tekanan kerja

    tetap konstan/stabil sewaktu dilakukan pengelasan. Regulator terdapat 2 (dua) buah alat pengukur

    tekanan yaitu manometer tekanan isi dan manometer tekanan kerja. Dimana :

    1. Tekanan isi sampai 30 kg/cm

    2. Tekanan kerja sampai 3 kg/cm

  • Gambar 2.16 Regulator Oksigen (kanan) dan regulator acetylene (kiri)

    Petunjuk dalam praktek :

    1. Jangan memegang regulator dengan sarung tangan berminyak.

    2. Pegang regulator pada badannya jangan pada manometernya.

    3. Sebelum membuka katup tabung, tutuplah dahulu katup regulator dengan memutar baut

    pengatur berlawanan jarum jam hingga terasa longgar.

    4. Putarlah baut pengatur perlahan-lahan searah putaran jarum jam ketika mengatur tekanan kerja.

    5. Berdirilah di samping, jangan dimuka manometer ketika mengatur tekanan kerja.

    6. Apabila regulator rusak segera diganti dengan yang baik.

    d. Brander las / welding torch

    Brander las adalah alat untuk mencampur gas oksigen dan gas acetylene yang juga digunakan untuk

    menginjeksi gas campuran yang keluar untuk dibakar sehingga membuat busur nyala las.

    Gambar 2.17 Contoh welding torch

    Petunjuk dalam praktek :

    1. Jangan memegang pembakar dengan sarung tangan berminyak.

    2. Mulut pembakar jangan digunakan untuk memukul-mukul atau mencungkil sesuatu.

    3. Bila lubang mulut tersumbat, tusuklah dengan alat penusuk khusus yang pas ukurannya.

    4. Untuk membersihkan bibir mulut pembakar, gosokannlah pada balok kayu yang bersih sambil

    katup oksigen dibuka agar tidak tersumbat.

    5. Matikan pembakar bila tidak dipakai.

    6. Jangan membiasakan menggantungkan pembakar pada tabung las.

  • e. Nyala api las

    Memilih atau menentukan nyala api las yang

    dipergunakan merupakan bagian yang

    penting pada pengelasan dengan acetylene.

    Pembakaran yang telah terjadi dapat

    menimbulkan nyala api yang berbeda beda

    bentuk dan warnanya. Pada praktek

    pengelasan ada 3 (tiga) jenis nyala api yang

    dipergunakan, yaitu :

    1. Nyala karburasi

    Nyala karburasi adalah nyala api las yang berlebihan acetylene. Nyala api ini dipergunakan pada

    proses pengelasan batang- batang permukaan yang keras.

    2. Nyala Netral

    Nyala api dimana pengaturan pengeluaran oksigen dan acetylene seimbang. Nyala api ini sering

    dipergunakan pada pengelasan : baja, baja tahan karat, aluminium dan tembaga.

  • 3. Nyala oksidasi

    Nyala api las yang berlebihan oksigen nya. Nyala oksidasi ini dapat terjadi dengan mengurangi

    pengeluaran acetylene setelah nyala netral. Nyala api ini biasa dipergunakan untuk pengelasan

    kuningan atau perunggu

    f. Perlengkapan Las

    Perlengkapan las Oxy Acetylene tekanan tinggi yang terdiri dari :

    1. Tabung acetylene

    2. Tabung Okigen

    3. Pipa hembus dengan pipa pancarnya

    4. Regulator tekanan asetilin

    5. Regulator tekanan oksigen

    6. Pipa karet atau selang (house)

    7. Satu set kunci ring/kunci sok

    8. Kaca mat alas

    9. Pemantik/penyulut api (flint lighter)

    10. Batang kawat las

    11. Fluks (borak)

    12. Trolly (roda dorong)

    g. Perakitan peralatan Las dan Pengoperasiannya

    1. Simpanlah kedua tabung pada roda secara tegak lurus, dimana tabung hitam adalah tabung

    Oksigen dan tabung berwarna merah bata adalah tabung asetilin.

    2. Pasanglah ujung-ujung pipa karet/selang pada pipa hembus dan ujung yang lainnya pasangkan

    pada regulator. Ikatlah dengan menggunakan klem pengikat, dimana selang yang berwarna

    merah untuk acetylene dan selang berwarna hitam atau hijau untuk saluran oksigen.

    3. Bersihkan permukaan ulir cylinder valve dan regulator yang akan disambung dari kotoran oli atau

    gemuk.

  • 4. Bukalah kran pada tabung oksigen sedikit saja untuk mengeluarkan kotoran yang ada pada

    saluran, begitu pula untuk tabung acetylene lalu tutup kembali.

    5. Pasanglah regulator oksigen pada tabung oksigen dengan catatan bahwa ulir sekrup regulator

    oksigen adalah ulir kanan.

    6. Pasanglah regulator asetilin pada tabung acetylene dengan catatan bahwa ulir sekrup regulator

    acetylene adalah ulir kiri.

    7. Keraskan dengan menggunakan kunci, lalu periksalah semua kran atau valve semuanya harus

    dalam keadaan tertutup.

    8. Pasanglah pipa pancar sesuai kebutuhan.

    9. Bukalah kran tabung secara perlahan-lahan satu putaran saja, agar tidak merusak meter

    regulator, ini berlaku untuk kedua tabung tersebut, maka disini akan terlihat meter regulator

    menunjukan isi/volume tabung itu sendiri.

    10. Aturlah kran regulator acetylene maupun oksigen secara perlahan-lahan sehingga didapatkan

    tekanan yang sesuai dengan kebutuhan dengan melihat meter tekanan saluran keluar. Untuk

    kran regulator oksigen maupun acetylene untuk membuka saluran arah putaran kanan dan

    menutup arah putaran kiri.

    11. Bukalah kran acetylene dan oksigen yang ada pipa hembus (blow pipe) sedikit saja, lalu nyalakan

    dengan menggunakan penyulut api.

    12. Setelah menyala aturlah nyala apinya dengan mengatur lagi kran yang ada di pipa hembus,

    sehingga didapatkan nyala api yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun bentuk nyala api yang ada

    pada systim pengelasan adalah ada 3 (tiga) jenis, sebagai berikut : Nyala oksidasi, Nyala Netral

    dan Nyala karburasi.

    13. Pengelasan siap untuk dikerjakan dan jangan lupa memakai kacamata las untuk pengaman.

    14. Jika pengelasan telah selesai, matikanlah nyala api dengan menutup kran acetylene yang ada

    pada pipa hembus terlrbih dahulu setelah itu baru tutup kran oksigen.

    15. Tutuplah keran yang ada pada kedua tabung, lalu bukalah kran yang ada pada pipa hembus

    untuk mengeluarkan acetylene dan oksigen yang tersisa.

    16. Tutuplah semua kran yang ada.

    17. Bukalah regulator dari tabungnya.

    18. Gulung kembali selang supaya rapih dan simpan semua peralatan pada tempatnya.

    3. Shielded Metal Arc Welding

    Pengelasan dengan SMAW Shield Metal Arc Welding (Las Busur Manual) atau disebut juga MMAW

    (Manual Metal Arc Welding) menggunakan busur nyala listrik yang menimbulkan panas tinggi ( 6.300

    derajat Celsius) sehingga mencairkan logam yang dilas dan bersama dengan itu, loncatan busur yang

    terdiri dari tetesan logam elekroda akan bersatu dengan benda kerja, dan membentuk suatu kampuh,

    di mana kampuh las itu akan dilindungi oleh kerak yang ditimbulkan oleh coating/pembungkus

    elektroda yang mencair bersama-sama logam pengisinya.

  • Coating memiliki berat jenis yang lebih rendah dari logam, maka cairan coating tersebut akan

    mengambang di atas kampuh las sehingga membentuk terak.

    Gambar Proses SMAW

    a. Peralatan las SMAW

    1. Mesin / Trafo Las

    Mesin las digunakan untuk membagi tegangan supaya mendapatkan busur nyala yang memberikan

    panas untuk digunakan mencairkan/melumerkan logam yang akan di las/disambung.

    Berdasarkan arus yang keluar dari mesin las, maka mesin las dapat digolongkan menjadi 3 jenis :

    Mesin Las AC

    Mesin Las DC

    Mesin Las AC/DC

    2. Elektroda Las

    Elektroda las atau batang las digunakan sebagai bahan tambah di dalam pengisian kampuh las

    dan membuat busur nyala melalui ujung penyalaan.

    Elektroda las terbuat dari bermacam-macam logam seperti baja, baja tuang, tembaga,

    perunggu, alumunium, cementite carbide dsb.

    Mesin Las AC/DC Mesin Las DC Mesin Las AC

  • Gambar Elektroda Las SMAW

    Skema Klasifikasi Elektroda menurut standar AWS-ASTM adalah sebagai berikut :

    Karakteristik digit ketiga posisi pengelasan :

    Angka ke-3

    (E XXXX)

    POSISI PENGELASAN

    0 - - - -

    1 Di bawah tangan Horizontal Vertical Di atas Kepala

    2 Di bawah tangan Horizontal - -

    3 Di bawah tangan - - -

  • Karakteristik digit keempat tipe selaput dan arus listrik :

    Angka ke-4

    (E XXXX)

    Selaput Sumber Arus

    1 Cellulose Potassium AC DC

    2 Rutille Sodium AC DC

    3 Rutille Potassium AC DC

    4 Rutile Iron Powder AC DC

    5 Low Hydrogen Sodium - DC

    dst dst dst dst

    3. Tempat/ Ruang Las

    Ruang Las berfungsi untuk melindungi selaput mata orang yang berada di sekitar karena selama

    proses pengelasan akan menimbulkan sinar las yang mengandung sinar infra merah dan ultra violet

    selain itu asap las juga dapat menggangu orang di sekitar kita.

  • 4. Peralatan pengaman (safety Equipment)

    Peralatan pelindung muka terdiri atas kop las dan topi las yang berfungsi untuk melindungi muka dan

    mata dari percikan cairan logam, asap serta panas dan sinar ultra violet dan infra merah.

    Peralatan pelindung badan terdiri atas safety shoes, welding gloves, dan apron yang berfungsi untuk

    melindungi tubuh dari percikan cairan logam serta melindungi badan dari sinar ultra ungu yang dapat

    merusak jaringan di dalam tubuh kita.

    Gambar Welding helmet

    Gambar Welding Gloves

  • Gambar Welding Apron

    Gambar Welding Shoes

  • STANDARD-WELDING

  • UN STANDARD-WELDING

    5. Kabel Las

    Kabel las digunakan sebagai tempat mengalirnya arus listrik dari sumber tenaga ke mesin las dan dari

    mesin las ke elektroda dan kembali ke mesin las melalui kabel masa. Pada mesin las terdapat 2 jenis

    kabel las yaitu kabel primer dan kabel sekunder.

    6. Tang penjepit las

    Tang penjepit digunakan untuk menjepit elektroda dan benda kerja. Tang penjepit terdiri atas tang

    elektroda dan tang masa (clamp).

    7. Palu terak (bik hammer) dan sikat baja

    Palu terak digunakan untuk mengetok permukaan rigi-rigi las.

    Sikat baja digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum dan sesudah di las.

  • Gambar Bik hammer

    8. Tang penjepit benda kerja panas

    Tang penjepit benda kerja panas digunakan untuk menjepit benda kerja yang dalam keadaan panas

    setelah proses pengelasan.

    Gambar tang penjepit benda panas

    9. Pahat tangan

    Pahat tangan digunakan untuk membersihkan percikan logam cair pada permukaan benda kerja,

    membuka kesalahan sambungan sewaktu mengelas, membuat kampuh las dsb.

    Gambar Pahat tangan

  • GAMBAR SIMBOL PENGELASAN

  • GERAKAN ELEKTRODA

    Gerakan elektroda dalam mengelas dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

    Gerakan zig-zag

    Gerakan melingkar

    Gerakan segitiga

    POSISI MENGELAS LISTRIK

    a. Sambungan Sudut (Filet weld) untuk pelat

    No Posisi Pengelasan Proses Pengelasan

    1 Di bawah tangan (flat) Kode posisi 1F

    Pengelasan dilakukan di bawah tangan, sumbu las pada benda kerja horizontal

    2 Mendatar (Horizontal) Kode posisi 2F

    Pengelasan dilakukan mendatar, sumbu las pada benda kerja horizontal

    3 Tegak (Vertikal) Kode posisi 3F

    Pengelasan dilakukan dari bawah ke atas, sumbu las pada benda kerja vertikal

    4 Di atas kepala Kode posisi 4F

    Pengelasan dilakukan di atas kepala, sumbu las pada benda kerja horizontal

  • b. Sambungan Tumpul(Pipe weld) untuk pipa

    No Posisi

    Pengelasan

    Proses Pengelasan

    1 Kode posisi 1G Pengelasan dilakukan di bawah tangan, sumbu pipa mendatar, pipa boleh

    diputar

    2 Kode posisi 2G Pengelasan dilakukan mendatar, sumbu pipa tegak, pipa boleh diputar

    3 Kode posisi 5G Pengelasan dilakukan di bawah tangan, tegak dan di atas kepala, sumbu

    pipa mendatar, pipa tidak boleh diputar

    4 Kode posisi 4G Pengelasan dilakukan di bawah tangan, tegak dan di atas kepala, sumbu

    pipa miring 45, pipa tidak boleh diputar

  • DAFTAR PUSTAKA

    Copper Development Association. (2006). The Copper Tube Handbook. New York : Copper

    Development Association Inc.

    Hasan, Syamsuri. (2006). Sistem refrigerasi dan Tata Udara jilid 2. Jakarta : Direktorat

    Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

    Mitrakusuma, W.H. (2006). Panduan Praktikum Instalasi Sistem Refrigerasi. Bandung : Polban

    (Tidak diterbitkan).

    Taqwali, Ega. (2005). Job sheet Sistem Pendingin I : Pekerjaan Dasar Pipa. Bandung : Universitas

    Pendidikan Indonesia (Tidak diterbitkan).