ggn motorik pd cp
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
1/9
REHABILITASI KELAINAN MOTORIK PADA
CEREBRAL PALSY
Dr. Aminuddin A. SpRMSpesialis Rehabilitasi MedikRS . Bunda Margonda
Kelainan motorik pada anak dapat disebabkan oleh karena adanya kelainan atau
penyakit pada :
- Otak
- Sumsum tulang belakang
- Genetik
- Saraf tepi
- Otot
pada pembahasan ini kami akan mengambil contoh gangguan motorik yang
disebabkan adanya kelainan pada otak yaitu Cerebral Palsy, karena jumlahnya
lebih banyak yang datang ke Rumah Sakit, disbanding lainnya.
Cerebral Palsy adalah lesi otak non progresif, yang terjadi sebelum, selama, atau
segera setelah lahir, yang menyebabkan kelainan fungsi neuromuskuler berupa
abnormalitas tonus otot, gangguan koordinasi gerak otot disertai ketidakmampuan
dalam menjadi postur dan keseimbangan tubuh.
Etiologi :
Penyebab Cerebral Palsy bisa bersifat :
- Prenatal : Infeksi (TORCH), anoksia, perdarahan, faktor Rh, kelainan
metabolik, sinar X, keracunan.
- Perinatal : Anoksia, kelainan plasenta, anoksia maternal, trauma,
perdarahan otak, induksi persalinan, partus lama, prematur.
- Postnatal : Trauma kepala, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, tumor
otak, hidrosefalus, dsb.
1
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
2/9
Tabel Etiologi Cerebral Palsy
Kongenital Didapat
Pre-natal Perinatal Pasca-natal
Anoksia Anoksia Trauma
Syok anemiamaternal
Obsruksi pernapasan Fraktur tengkorak
Gangguan plasenta Atelektasis Kontusio serebri
Inkompatibilitas Rh Plansenta previa
Plasenta prematur Infeksi
Infeksi Maternal Sedasi berlebihan Meningitis
Rubella Kelahiran sungsang EnsefalitisToksoplasmosis
Sitomegalovirus TraumaGangguanserebrovaskular
Herpes Virus Disproporsi sefalopelvik
Anoksia
Komplikasi Seksiosesarea
Syok
Trauma Keracunan
Prematuritas Nyaris Tenggelam
Faktor MetabolikTumor Otak
Malformasi otak
Menurut beratnya Cerebral Palsy
Secara beratnya Cerebral Palsy dapat diobati (1) Ringan, pasien tidak memerlukan
pengobatan, tidak ada masalah bicara dapat melaksanakan kebutuhannya sehari-
hari, dan ambulasi tanpa bantuan alat, (2) Sedang, pasien memerlukan
pengobatan atau perawatan, tidak dapat merawat dirinya sendiri, juga tidak dapat
ambulasi sendiri atau bicara. Pada pasien memerlukan braces atau alat bantu
diri, (3) Berat. Di sini pasien memerlukan pengobatan dan perawatan, tetapi oleh
2
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
3/9
karena keadaannya begitu berat maka prognosis untuk kemungkinan perawatan
sendiri ambulasi dan bicara adalah jelek.
Evaluasi Klinis
Menemukan secara dini adanya reflek abnormal yang persisten sangat
penting artinya untuk lebih efektif mencapai tujuan habilitasi pada anak dengan
Cerebral Palsy. Pengetahuan tentang respons refleks yang normal dan abnormal
adalah merupakan dasar evaluasi klinis dan menetukan metoda upaya habilitasi
bagi pasien Cerebral Palsy.
Refleks primitif penting dalam perkembangan normal. Respons dari refleks
ini mempersiapkan si bayi untuk mengalami perkembangan yang progresif seperti
berguling, duduk, merangkak, berdiri dan sebagainya. Dalam perkembangan
normal, reflek spinal dan batang otak primitif ini secara berangsur berkurang
sesuai dengan makin tingginya pola gerak dan terbentuknya reaksi keseimbangan.
Apabila kontrol inhibisi dari pusat yang lebih tinggi terputus atau rusak , maka pola
reflek primitif akan mendominasi aktivitas sensoris motorik. Tetapi disfungsi
neurologik tertentu akibat dari lesi sistem saraf pusat, akan menghilangkan control
inhibisi terhadap refleks primitif, ini dapat terlihat pada penderita Cerebral Palsy.
Terdapat tiga tingkat perkembangan refleks, yaitu :
1. Tingkat Apedal, saat ini predominan reflek spinal dan batang otak dengan
perkembangan motorik baru berupa berbaring telentang atau tengkurap.
2. Tingkat Quadrupedal, saat ini yang predominan adalah perkembangan
midbrain, dengan timbulnya reaksi gerak, sedangkan dari perkembangan
motorik, anak sudah dapat berguling, duduk dan merangkak.
3. Tingkat Bipedal, yaitu perkembangan tingkat kortex dengan timbulnya reaksi
keseimbangan, dan perkembangan motorik anak telah dapat berdiri dan
berjalan.
Atas dasar prinsip umum diatas, dapat dilakukan evaluasi klinis pasien
Cerebral Palsy, berupa :
3
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
4/9
Refleks Spinal
Reflek spinal disalurkan oleh daerah di sistem saraf pusat sampai ke dasar
ventrikal IV. Refleks spinal ini mengkoordinasikan otot ekstremitas dalam pola
fleksi atau ekstensi total. Reaksi positif atau negatif dari refleks spinal masih
mungkin ditemukan pada bayi normal dalam usia dua bulan pertama. Reaksi
positif yang tetapi ada setelah melewati usia dua bulan menunjukkan gangguan
pematangan sistem saraf pusat, sedangkan yang normal adalah reaksi yang
negatif.
Refleks Batang Otak
Refleks batang otak disalurkan oleh daerah Nukleus Nervus VIII ke bawah keNukleus Rubra. Refleks batang otak adalah reflek postural statis dengan pengaruh
perobahan distribusi tonus otot di seluruh tubuh, apakah sebagai respons terhadap
perobahan posisi kepala dan tubuh oleh karena perangsangan labyrinth atau
perobahan posisi kepala terhadap tubuh oleh karena rangsangan proprioseptif otot
leher. Reaksi positif atau negatif refleks batang otak mungkin ditemukan pada
anak usia 4 6 bulan pertama. Reaksi yang tetap positif setelah usia melewati 6
bulan mungkin menunjukkan perlambatan maturasi sistem saraf pusat. Reaksi
negatif adalah normal.
Refleks Midbrain
Reaksi penyesuaian (righting reactions) diintegrasikan di tingkat midbrain, di
atas nukleus rubra. Reaksi penyesuaian ini berinteraksi dengan setiap bagian kerja
tubuh sehingga membentuk hubungan yang normal antara kepala dan tubuh atau
dengan setiap bagian tubuh lainnya. Reaksi ini merupakan reaksi yang pertama
kali timbul yaitu segera setelah lahir dan mencapai maksimal pada usia 10 12
bulan. Selanjutnya, dengan meningkatnya kontrol dari korteks, reaksi ini secara
berangsur dirobah dan dihambat dan akhirnya menghilang pada akhir usia 5
tahun. Kombinasi kerja reaksi ini memungkinkan si anak berguling, duduk,
merangkak.
4
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
5/9
Refleks Korteks
Reaksi ini ditimbulkan oleh interaksi korteks, ganglia basalis, dan serebelum.
Pematangan reaksi keseimbangan akan mengantarkan individu memasuki tingkat
perkembangan motorik manusia normal yaitu berdiri dan berjalan dengan dua kaki
dan tubuh melakukan adaptasi terhadap perobahan pusat gaya berat tubuh.
Reaksi ini timbul mulai usia 6 bulan. Reaksi positif pada setiap tingkat
menunjukkan kemungkinan adanya aktivitas motorik yang lebih tinggi.
Masalah klinis yang utama dari penderita Cerebral Palsy adalah defisiensi
kontrol motorik, sehingga tujuan utama dari habilitasi adalah membantu individu
dengan Cerebral Palsy memperoleh, mempelajari, kesanggupan motorik baru, dan
mengembangkannya ke tingkat fungsional tertentu. Tetapi selain defisiensi
motorik, biasanya pada penderita Cerebral Palsy juga disertai oleh gangguan
fungsi kognitif, gangguan bicara, kejang dan sebagainya, sehingga secara
keseluruhan penderita Cerebral memerlukan penanganan bersama oleh beberapa
disiplin ilmu.
Dalam hal habilitasi motorik pada penderita Cerebral Palsy, pola umum adalah
berupa (1) latihan fungsi motorik yang tepat, (2) bantuan agar pasien Cerebral
Palsy dapat berfungsi, apakah berupa bantuan manusia atau alat (3) kemudian
membantu dengan alat khusus, (4) kemudian membatasi keperluan alat bantu
dengan melakukan modifikasi lingkungan, (5) memberikan latihan lebih lanjut
untuk dapat mengkompensasi cacatnya, (6) modifikasi anatomi dan fisiologi
dengan prosedur pembedahan atau pengobatan.
5
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
6/9
Penatalaksanaan Rehabilitasi
PRINSIP TERAPI
1. Inhibisi adalah tehnik untuk mencegah tumbuhnya patrun patologis
(reaksi asosiasi, ATNR dan total patrun serta spastisitas) dengan cara
memposisikan ekstremitas / badan, pada posisi tertentu terhadap bagian
badan yang lain.
2. Fasilitasi, adalah teknik untuk mempermudah tumbuhnya gerakan dalam
pola normal dengan cara memposisikan ektremitas / badan di posisi
tertentu.3. Mengontrol tonus refleks sikap.
Antara inhibisi dan fasilitasi memang berkaitan langsung, maksudnya
dengan melakukan inhibisi otomatis memberikan fasilitasi pergerakan yang
lebih normal.
Usia 0 3 Tahun
Pada anak normal, masa ini merupakan periode umur saat perkembangan
bahasa dasar dan pembelajaran motorik yang intensif berlangsung. Dengan katalain, masa ini merupakan waktu dimana intervensi dengan terapi fisik, terapiokupasi, dan atau terapi wicara dapat paling menguntungkan dalam menaikkanperkembangan pola motorik normal (kasar, halus, dan oral), dan mungkinmenghambat pola abnormalitas. Dengan program intervensi dini yang baik,pembedahan jarang diperlukan pada kelompok usia ini.
Para terapis harus mengajarkan orangtua atau perawat suatu aktivitasbermain khusus sehingga lingkungan sehari-hari anak tersebut memacukemandiriannya. Selain itu, diperlukan program latihan untuk meregangkan ototyang tegang dan mencegah deformitas. Pengaturan posisi yang khusus mungkin
diperlukan untuk menyokong otot yang lemah dan mencegah deformitas akibattenaga gravitasi yang tak berlawanan. Teknik pemberian makan yang khususmemampukan anak tersebut belajar mengunyah dan mengembangkan kendaliyang lebih baik terhadap otot-otot mulut sehingga berbicara akan dimungkinkanpada usia selanjutnya.
6
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
7/9
Usia 3 7 Tahun
Bracing jarang diperlukan sebelum usia 3 tahun, kecuali anak tersebut
berdiri atau berjalan dengan deformitas tungkai, pergelangan kaki, atau kaki yangberat. Bracingbiasa dipergunakan untuk membantu otot yang lemah dan otot danotot kuat yang berlawanan, sehingga mencegah gaya deformitas pada tulang dansendi.
Bracingminimal diindikasikan; suatu orthosis pergelangan kaki (AFO) akanmenstabilkan pergelangan kaki dan mencegah plantar fleksi kaki yang ekstrim.Pada beberapa kasus, kaki dan pergelangan kaki tidak dapat dipasangkan bracedengan semestinya sampai tendo Achilles diperpanjang. Untuk spastisitas aduktorberat yang menyebabkan scissoring saat berjalan (gaya berjalan ngesot), longleg braces (otrhosis pergelangan kaki lutut atau KAFO) dengan pengikat pelvicbisa diperlukan untuk mengendalikan ekstremitas inferior anak bila pembedahan
dikontraindikasikan atau sebaliknya tidak diinginkan.
Jika ambulasi fungsional tanpa atau dengan bracingminimal tidak tercapaihingga usia 5 sampai 7 tahun, rujuk anak tersebut ke ahli ortopedi untuk pelepasanatau perpanjangan otot yang spastis melalui pembedahan. Hal ini dapatmengurangi jumlah bracing dan meningkatkan pola berjalan yang lebih efisien.Calon pembedahan yang sesuai memiliki keseimbangan, kendali motorik volunter,dan motivasi untuk berjalan. Dislokasi atau subluksasi panggul merupakanmasalah yang sering terjadi yang menyertai spastisitas otot aduktor dan fleksor.Usia rata-rata timbulnya dislokasi pada anak yang spastic adalah 7 tahun. Apabilahal ini terjadi, reduksi dislokasi dapat dipertahankan hanya jika disertai denganpembebasan otot-otot spastic secara bedah. Dislokasi penuh dapat dipantaudengan sinar-x panggul yang berkala yang dimulai pada usia dua tahun sehinggapenatalaksanaan pembedahan dapat diminimalkan (hanya melepaskan jaringanlunak).
Terapis okupasi berurusan dengan perbaikan kendali motorik halus dankemandirian dalam hal makan, berpakaian, berjalan, dan kegiatan di toilet, sertamencegah deformitas dan meningkatkan fungsi ekstremitas superior dankeseimbangan batang tubuh. Orthosis pergelangan tangan (WHO) dapatdipergunakan pada malam hari untuk memelihara panjang otot-otot fleksorpergelangan tangan dan otot-otot kecil tangan. WHO fungsional dapat diergunakansepanjang hari untuk memperbaiki posisi tangan dan memudahkan fungsi motorikhalus dari jari-jari tangan, seperti menulis dan makan.
Terapi wicara harus dilakukan terus-menerus selama periode ini untukmerangsang perkembganan berbahasa dan mengatasi msalah artikulasi.
7
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
8/9
Usia 8 - Dewasa
Pemantauan berkala terhadap anak-anak atau orang dewasa dengancerebral palsy perlu dilakukan untuk mencegah atau memperbaiki deformitas
sebelum terjadi kerusakan permanent atau timbul nyeri. Jika ambulasi fungsionalbelum tercapai hingga usia 8 tahun, meskipun telah dilakukan intervensi terapiyang adekuat, mungkin hal ini bukanlah tujuan yang realistik.
Terapi fisik harus dibatasi pada program pemeliharaan untuk mencegahkontraktur dan deformitas serta meningkatkan kemandirian pada tingkat kursi roda.Hal ini akan memungkinkan anak tersebut untuk mengarahkan energinyamendekati pembelajaran akademis dan sosial dengan tujuan untuk memperolehketerampilan intelektual dan social yang diperlukan dalam persaingan di duniaorang dewasa. Terapi okupasi mungkin masih dieprlukan untuk memampukananak mencapai tingkat kemandirian yang optimal dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari (ADLS) yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan.
Jika anak belum bisa bicara sampai usia 8 tahun, mungkin terapi wicaratidak perlu dilanjutkan lagi. Bentuk komunikasi alternatif harus dikembagnkan.Pada awal hingga pertengahan usia belasan, penilaian dan konseling akandiperlukan untuk membantu pasien mengatur tujuan yang realistis untukketergantungan pekerjaan dan finansial, jika mungkin.
Komplikasi
Selain disfungsi motorik yang jelas, kira-kira 50% dari seluruh anakdengan cerebral palsy memperlihatkan retardasi mental. Kejang muncul padalebih kurang 40%, masalah bicara dan bahasa pada 80%, masalah penglihatanpada 40%, dan pendengaran berkurang pada 20%. Hampir 100% memilikimasalah gigi yang bermakna, dan jumlah yang bermakna dapat menderitaketidaksesuaian panjang tungkai. Seluruh aspek ini harus dipertimbangkan dandilakukan intervensi pada waktu yang tepat.
8
-
7/22/2019 Ggn Motorik Pd Cp
9/9
Tabel Gangguan Motorik yang menyertai Cerebral Palsy
Gangguan Lokasi Lesi Ciri-Ciri
Spastisitas
Korteksmotorik, areaIV, sistempiramidal
Meningkatnya tonus otot, refleks yang hiperaktif,mudah munculnya refleks peregangan,meningkatnya tahanan pada jangkauan geraksendi yang penuh
AtetoidGangliabasalis, sistemekstrapiramidal
Gerakan menggeliat yang perlahan, involunter,dan terus-menerus, pada ekstremitas, leher,wajah.
AtaksiaCerebelumatau tracuscerebellaris
Gaya berjalan yang tidak mantap, berbasislebar, dismetria; intention tremor padaekstremitas superior; gaya berjalan trunkus yangterhuyung-huyung
Tremor Ganglia basalisSeringkali herediter; tremor otot halus miripdengan tremor pada parkinsonisme; tidakmenyebabkan ketidakmampuan yang serius.
RigiditasDifus; gangliabasalis,korteks
Otot-otot berkontraksi dengan lambat dan kaku;tahanan terhadap gerakan otot meningkat diseluruh jangkauan gerak; gerakan-gerakanvolunter yang lambat dan membutuhkan banyaktenaga.
HipotoniaKorteksmotorik, areaIV
Penurunan tonus otot yang nyata, hiperelastissendi; refleks tendon dalam hiperaktif walaupuntonus otot berkurang (jika asalnya sentral)
9