lapkas ggn tdr pd anak ediiit 1

Upload: coganbingitz

Post on 10-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jaudjakkidkaldoada

TRANSCRIPT

PENDAHULUANTidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, kebutuhan tidur untuk semua umur berbeda. Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversible dan berlangsung cepat. Beberapa ahli berpendapat bahwa tidur diyakini dapat memulihkan tenaga karena tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan pemulihan sistem tubuh manusia.1 Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan bayi. Tahapan tidur pada bayi dan anak dapat dikelompokkan menjadi tidur aktif atau REM (rapid eye movement) dan tidur tenang atau non-REM.2 Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah baik dewasa maupun anak. Gangguan tidur dapat terjadi pada anak dengan manifestasi kesulitan pada saat mulai tidur, mempertahankan tidur, atau gangguan yang berhubungan dengan pernapasan. Sebagian besar anak mempunyai pola tidur yang normal, tetapi 15-30% anak mengalami masalah tidur pada periode bayi. Tidak ada bayi atau anak yang melewati masa kecilnya tanpa pernah mengalami gangguan tidur sama sekali. Masalah tidur pada anak membawa berbagai dampak di antaranya adalah gangguan pertumbuhan, fungsi kognitif dan perilaku sehari-hari. Penyebab gangguan tidur dapat bersifat internal maupun eksternal. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kualitas tidur pada anak, demikian pula perilaku dan kebiasaan dapat dihubungkan dengan gangguan tidur. Gangguan tidur tidak hanya mempengaruhi bayi atau anak tersebut, tetapi juga dapat mempengaruhi seluruh keluarga, bahkan membawa dampak pada kehidupan bertetangga di sekitarnya.1,2 Masalah tersebut perlu mendapat penanganan secara tepat dan strategi yang paling efektif adalah melakukan promosi tentang cara mencapai tidur yang baik sejak awal kehidupan.3Pengukuran gangguan tidur dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau interview. Penanganan gangguan tidur bersifat multifaktor, kadang-kadang terapi medikamentosa dapat digunakan pada kasus tertentu.4DEFINISI GANGGUAN TIDUR PADA ANAKTidur adalah suatu keadaan tidak sadar yang terjadi ketika otak secara relatif menjadi lebih responsif terhadap stimulus internal dibandingkan stimulus eksternal.5 Beberapa ahli mendefinisikan tidur sebagai keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversible dan berlangsung cepat. Walaupun fungsi tidur selalu membuat para ahli kagum, namun pertanyaan dasar mengapa kita tidur tetap belum terjawab. Dari sudut pandang neurofisiologi, tidur merupakan keadaan khusus dari kewaspadaan otak. Pada bayi normal, anak dan orang dewasa mempunyai periode REM dan non-REM yang berubah-ubah beberapa kali selama tidur malam hari. Pada tahun pertama, sebagian besar bayi terbangun pada malam hari, dan ini tidak diketahui oleh orang tuanya karena bayi biasanya tidak menangis.1

Pola tidur berkembang sesuai dengan usia. Pada masa bayi terjadi beberapa perubahan, pola siklus tidur-bangun baru jelas terlihat pada umur 3-4 bulan, yaitu proporsi tidur lebih banyak pada malam hari. Umumnya morning naps berhenti pada umur 1 tahun dan afternoon naps terus berlangsung hingga umur 3 tahun. Pada akhirnya jumlah total tidur menurun bertahap selama periode anak-anak.

Perkembangan tidur ini berkaitan dengan umur dan bertambah besarnya anak, maka jumlah tidur yang diperlukan berkurang dan diikuti dengan penurunan proporsi REM dan non-REM. Dari rata-rata 16,5 jam pada umur 1 minggu, 14, 13, 12 , 11 dan 10 jam pada umur 1, 2, 3, 5, dan 9 tahun.1

Gambar 1. Kebutuhan tidur menurut umur.2(Sumber: Sekartini R, 2008)Sebagian besar anak mempunyai pola tidur yang normal, tetapi 15-30% anak mengalami masalah tidur pada periode bayi. Beberapa ahli menyebutkan bahwa masalah tidur pada masa bayi dapat berlanjut pada usia balita dan masa usia sekolah, dan hal tersebut dapat memprediksi terjadinya masalah tidur dan perilaku nantinya. Gangguan tidur pada anak dapat mempengaruhi perilaku dan emosi anak, menyebabkan mengantuk pada siang hari, dapat mengurangi perhatian anak pada sekolah, mudah lelah, mengurangi aktifitas fisik, anak menjadi iritabel, impulsif, sering mengganggu, dapat mengurangi daya ingat anak, dan kadang anak menjadi rewel. Masalah tidur yang sering dijumpai adalah kesulitan untuk memulai tidur, kesulitan untuk jatuh tertidur dan bangun pada malam hari tetapi tidak dapat tidur kembali. Hal tersebut selain mengganggu anak juga menyebabkan masalah bagi orangtuanya.3

Penelitian epidemiologi berbasis sekolah menunjukkan bahwa gangguan tidur sering dijumpai pada anak. Prevalensi gangguan tidur pada anak sekitar 30%-35%. Kesulitan untuk memulai tidur atau mempertahankan tidur terjadi sekitar 10% hingga 20% anak berusia 8-9 tahun, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan terjadi pada sekitar 1%-3% anak usia sekolah, dan mengantuk yang berlebihan di siang hari tampaknya menyebabkan masalah nyata pada sekitar 10% anak usia sekolah.5 Di Beijing, China didapatkan prevalensi gangguan tidur pada anak usia 2-6 tahun sebesar 23,5%. Seringkali gangguan tidur pada anak tidak terdeteksi oleh orangtua dan tidak ditangani dengan benar.4,6FISIOLOGI TIDURPerubahan-perubahan aktivitas korteks serebri selama tidur ternyata dikelompokkan dalam 5 tahapan tidur. Sewaktu siap untuk tidur, terbaring rileks, tonus otot mulai menurun dan mata masih terbuka, gelombang listrik otak memperlihatkan gelombang alfa dengan penurunan voltase. Keadaan ini sering disebut tahap 1. Keadaan tidur masuk tahap 2, apabila timbul sekelompok gelombang berfrekuensi 14-18 siklus per detik, ini dinamakan gelombang tidur (sleep spindle). Pada tahap ini kedua bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara. Selama waktu ini masih akan terbangun oleh suara yang agak berisik. Selama beberapa waktu berikutnya, masuk dalam tidur lelap tahap 3, dan bahkan tidur lebih lelap lagi pada tahap 4. Dalam tahap 3, orang yang tertidur cukup pulas, rileks sekali karena tonus otot lenyap sama sekali.2 Tahap 4 adalah tidur paling nyenyak, tanpa mimpi dan sulit dibangunkan. Setelah berlangsungnya tahap 4, tiba-tiba bola mata mulai bergerak cepat, sehingga tidur ini disebut REM (tahap 5). Detak jantung bertambah cepat, tekanan darah naik, otot-otot anggota gerak dan badan tegang kembali (menggerakkan badan di tempat tidur). Walaupun ada aktivitas demikian anak masih lelap tertidur dan sulit terbangun. Mimpi yang jelas terlihat pada tahap ini, dan ada yang mengatakan bahwa tahap tidur ini memulihkan pikiran, menjernihkan rasa khawatir dan mempertahankan sel-sel otak. Selama tahap tidur pertama sampai dengan tahap 4 kedua bola mata tidak bergerak secepat tahap tidur kelima. Oleh karena itu jenis tidur selama keempat tahap itu dikenal sebagai non rapid eye movement sleep (non-REM).2JENIS-JENIS GANGGUAN TIDURTerdapat tiga jenis gangguan tidur yakni disomnia, parasomnia, dan gangguan tidur sekunder. Istilah disomnia berhubungan dengan masalah jumlah tidur, saat mulai dan mempertahankan tidur. Parasomnia terdiri dari sekelompok masalah yang berhubungan dengan keadaan terjaga, terjaga sebagian atau transisi tahapan tidur. Masalah ini dapat mengganggu tidur, tetapi biasanya tidak menyebabkan keadaan mengantuk yang berlebihan. Gangguan tidur sekunder dihubungkan dengan gangguan psikiatri, neurologis atau masalah medis lainnya.4,6Gangguan tidur terdiri atas dua klasifikasi yakni menurut ICD-10 dan DSM IV. Diagnosis tidur pada ICD-10 termasuk dalam kategori F51 (non organic sleep disorders) dan G47 (organic sleep disorders). Kategori F51 selanjutnya dibagi menjadi disomnia dan parasomnia. Tidak ada kriteria khusus untuk anak, tetapi ICD-10 menekankan masalah tidur pada anak tidak perlu berhubungan dengan kualitas tidur, melainkan lebih berhubungan dengan ketidakmampuan orangtua untuk mengontrol waktu tidur.7,8Secara garis besar ada dua gangguan tidur yaitu disomnia dan parasomnia. Pada disomnia, gangguan terutama dalam kualitas, waktu dan lamanya tidur. Pada parasomnia, gangguan yang utama adalah adanya kejadian abnormal yang terjadi selama tidur, seperti night terrors, nightmares, dan sleep walking. Insomnia, hipersomnia dan gangguan siklus tidur-bangun (gangguan irama sikardian) termasuk dalam disomnia. Nocturnal enuresis (bed wetting) yang terjadi pada 1/3 awal tidur dan sering dihubungkan dengan bangun pada malam hari juga dimasukkan ke dalam gangguan tidur. Sleep terrors, nightmares, night waking dan bed wetting merupakan keluhan orangtua yang paling sering dihadapi oleh dokter anak.4,61. Disomnia Disomnia merupakan kesulitan untuk tidur pada anak yang ditandai dengan terbangun pada malam hari (>1 kali) dan kesulitan untuk memulai tidur (> 20-30 menit). Penelitian epidemiologi berskala besar mendapatkan hasil bahwa 1/3 sampai 1/4 anak umur 6 bulan sampai 5 tahun mempunyai kesulitan untuk berangkat tidur, memulai tidur dan tidur terus tanpa terbangun sepanjang malam. Disomnia dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu disomnia intrinsik, ekstrinsik, dan disomnia sirkadian. Tidak ada perbedaan jenis kelamin pada berbagai kelompok disomnia ini.2,4a. Disomnia intrinsik Disebabkan karena penyebab dari dalam tubuh dan meliputi gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan (sleep apnea) dan narkolepsi.2,41) Sleep apnea. Sleep apnea terjadi jika aliran udara terhenti secara komplit. Hipopnea jika terjadi penurunan ventilasi sebanyak 30-50% aliran udara selama tidur sekurangnya 10 detik. Terdapat tiga tipe sleep apnea yaitu: apnea sentral, Obstructive sleep apnea syndrome dan tipe campuran.2,4,6a) Apnea sentral. Terjadi jika tidak ada usaha nafas yang disebabkan oleh imaturitas jaringan saraf yang mengatur pernafasan terutama pada bayi prematur dan bayi baru lahir.

b) Obstructive sleep apnea syndrome. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan dimana terjadi penurunan atau terhentinya aliran udara respirasi. Keadaan ini lebih sering dijumpai daripada apnea sentral. Sering berhubungan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, obesitas, alergi, penyakit motoneuron dan penyakit neuromuskular yang melemahkan otot faring posterior. Gejala yang muncul seperti ngorok, terhentinya nafas selama beberapa saat atau terjadi kesulitan bernafas selama tidur, bernafas dari mulut, nafas yang berbunyi, tidur yang gelisah, berkeringat banyak selama tidur, nyeri kepala pada pagi hari, dan bersuara dari hidung.2,4,62) Narkolepsi. Gangguan tidur yang ditandai dengan rasa mengantuk yang berlebihan dan menetap. Epidemiologi narkolepsi pada populasi umum sekitar 10-25%. Narkolepsi terjadi pada anak perempuan dan laki-laki dalam jumlah sama dan biasanya muncul setelah pubertas, dengan usia terbanyak saat gejala muncul pertama kali antara umur 15-25 tahun. Gejala yang timbul dapat tiba-tiba atau dapat muncul perlahan dalam beberapa tahun. Mengantuk sepanjang hari adalah gejala awal dari narkolepsi. Penderita tertidur bukan saja pada saat orang lain merasa mengantuk, tapi juga pada saat orang normal dalam keadaan terjaga seperti saat nonton film atau menulis surat. Narkolepsi tidak dapat diobati tapi gejalanya dapat dikontrol sehingga anak tersebut dapat hidup normal. Penanganannya berupa pengaturan tidur siang 2-3 kali sehari, konseling psikososial dan terapi suportif. Pada keadaan yang berat dapat dipertimbangkan pemberian obat-obatan.2,4,6

b. Disomnia ekstrinsikDisomnia ekstrinsik disebabkan karena penyebab dari luar meliputi ketidakmampuan untuk tertidur dan mempertahankan tidur pada bayi dan anak-anak .2,41) Night waking. Sebagian besar anak bangun pada malam hari, jika disertai tangisan yang lama dan kejadiannya berulang-ulang akan menjadi sumber stres bagi orangtua. Bila anak menangis pastikan bahwa tidak ada masalah fisik. Night waking atau terjaga saat malam merupakan gangguan tidur terbanyak pada bayi dan anak kecil. Pada umur 6 bulan, kebanyakan bayi sudah dapat tidur sepanjang malam tanpa membutuhkan minum susu diantaranya. Akan tetapi sekitar 25-50% bayi umur 6-12 bulan, 30% umur 1 tahun dan 15-20% anak umur 1-3 tahun tetap terbangun di malam hari, dan gangguan ini tetap ada walaupun sudah bertambah usia. Bila bayi berumur lebih dari 6 bulan dan biasa diberi minum pada saat itu, maka jumlahnya dapat dikurangi secara bertahap hingga akhirnya tidak sama sekali dan diberikan hanya dalam keadaan bangun tidur. Cara lain yaitu dengan prosedur membangunkan anak kira-kira 15-60 menit sebelum anak itu bangun spontan. Pada kasus ini, mula tidur dapat diubah agak lebih malam sehingga diharapkan anak akan bangun lebih siang tanpa mengurangi jumlah waktu tidurnya.2,4,72) Insomnia. Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan yang bermakna untuk memulai tidur, mempertahankan tidur dan atau bangun lebih pagi. Insomnia mewakili sekumpulan gejala tidur yang lebih global dan merupakan salah satu keluhan tidur pada orang dewasa tapi orang tua, anak-anak dan remaja jarang datang dengan insomnia sebagai keluhan utama. Biasanya insomnia bersifat dalam jangka pendek, sementara dan berhubungan dengan kejadian yang menekan, tapi dapat menjadi kronik. Kebanyakan kasus insomnia anak dapat ditangani dengan menyediakan lingkungan tidur yang nyaman (sleep hygiene) dan merubah perilaku tidur. Pada keadaan yang berat maka dapat dikombinasikan dengan medikamentosa.2,4,63) Disomnia sirkadian. Ditandai oleh waktu tidur yang tidak tepat. Biasanya muncul pada umur remaja ketika waktu tidur ditunda oleh berbagai alasan. Kemudian dia akan menebusnya dengan tidur yang lama pada akhir minggu. Tidur yang tidak teratur ini merubah jam biologis dan ditandai dengan delayed sleep phase syndrome. Penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktunya, mengantuk sepanjang hari dan banyak disertai tidur siang. Penanganannya dengan menghilangkan kebiasaan menunda tidur dan menjadwalkan tidur sesuai pada waktunya.2,4 2. Parasomnia

Parasomnia terdiri dari gangguan klinis yang bukan merupakan kelainan dari proses yang bertanggung jawab untuk keadaan tidur dan bangun tetapi merupakan fenomena fisik yang timbul terutama saat tidur. Prevalensi pada anak secara umum berkisar antara 5-15%. Parasomnia pada anak-anak meliputi: bruxism, enuresis (bed wetting), tidur berjalan (sleep walking), night terrors dan nightmares.2,41) Bruxism. Sleep bruxism merupakan gerakan mulut selama tidur yang menyebabkan gigi gemeretak. Anak dapat mengkertakkan gigi mereka pada tiap tahapan tidur, tapi lebih sering pada separuh awal tidur saat tidur non-REM. Tapi beberapa orang hanya mengkertakkan gigi mereka saat tidur REM. Hampir 50% bayi mengkertakkan gigi mereka dan biasanya dimulai pada umur 10 bulan, saat gigi seri pertama tumbuh. Hal ini bukan merupakan hal yang mengkhawatirkan dan hal ini akan menghilang sendiri. Sangat kecil kemungkinan terjadi kerusakan pada giginya, tetapi mengkertakkan gigi cukup mengkhawatirkan jika terjadi perubahan pada gigi anak. Beberapa bayi tampaknya lebih jarang mengkertakkan gigi jika tidur miring. Bruxism juga dapat timbul pada anak-anak yang lebih besar dan remaja dan biasanya dimulai pada umur 10 tahun. Bruxism terutama berkaitan erat dengan stress dan emosi yang terpendam. Faktor resiko lain yang meningkatkan kemungkinan anak mengalami bruxism adalah maloklusi, trauma gigi, serebral palsi, mental retardasi, alkohol dan obat-obatan (amphetamine). Karena sleep bruxism bersifat self limited maka penanganan secara khusus tidak diperlukan. Tapi karena stress adalah faktor utama pada banyak kasus, maka faktor tersebut harus dicari dan dihilangkan jika mungkin. Jika anak bruxism mempunyai gangguan perilaku dan psikiatri harus dirujuk pada ahli kesehatan jiwa. Bila terdapat gangguan gigi maka diperlukan konsultasi ke dokter gigi.2,4,62) Enuresis (bed wetting). Enuresis atau ngompol terjadi pada 1/3 awal tidur malam dan anak dapat bangun mendadak. Hal ini dimasukkan dalam gangguan tidur. Kontrol terhadap fungsi kandung kemih pada malam hari biasanya dicapai pada umur 3 tahun. Sejumlah anak masih mempunyai kesulitan, misalnya 1 diantara 5 anak berumur 7 tahun masih ngompol, 1 diantara 14 anak berumur 10 tahun, dan 1 diantara 33 anak berumur 14-15 tahun tetap ngompol. Pada umur 6 bulan rata-rata ngompol setiap 2 jam dan popok sekali pakai yang berkualitas memiliki peran penting dalam membantu meningkatkan kualitas tidur bayi sepanjang malam, oleh karena itu jagalah agar bayi tetap kering sepanjang malam.4,7,113) Sleep walking (somnambulism). Somnambulism sering terjadi pada anak besar atau remaja, antara umur 5 dan 7 tahun dan sering dijumpai riwayat keluarga dengan gangguan serupa. Anak bangun dari tempat tidur lalu berjalan, naik tangga, atau ke kamar mandi dengan mata terbuka, bahkan sampai keluar rumah yang dapat membahayakan hidupnya. Ia tidak dapat menjawab pertanyaan. Kejadian ini terjadi selama periode tidur non-REM (fase sedang atau dalam). Pada anak tidur berjalan ini berhubungan dengan night terrors dan ngompol. Umumnya serangan berlangsung sebentar selama beberapa menit, kemudian tertidur kembali. Karena anak dengan tidur berjalan bisa mencederai diri mereka sendiri, maka pastikan kamar dan lingkungan sekitarnya aman. Tuntun anak kembali ke tempat tidurnya secara perlahan dan tidak perlu dibangunkan. Pastikan anak tidur cukup dan mempertahankan jadwal tidur yang reguler.2,4,64) Sleep terrors. Pada umumnya sleep terrors terjadi pada anak berumur 18 bulan-5 tahun. Anak yang sedang tidur tiba-tiba duduk, berteriak, tampak bingung, disorientasi, mata terbelalak, dan terlihat ketakutan sekali. Anak tersebut walaupun terbangun tetapi tidak mengenal orangtuanya atau orang lain. Serangan ini hanya berlangsung beberapa menit, kemudian anak tidur kembali, namun juga dapat berlangsung lama. Keesokan harinya sama sekali tidak ingat akan kejadian ini. Peristiwa ini terjadi biasanya setelah 4 jam pertama tidur malam yaitu pada periode tidur non-REM. Sering kali orangtua mengira suatu nightmares, sebenarnya bukan, karena mimpi tidak terjadi selama periode non-REM. Karena ini bukan mimpi, maka keesokan harinya anak tidak ingat kejadian yang mengerikan itu. Peristiwa ini terutama terjadi pada keadaan sedang sakit, stres, kurang tidur, dan dapat juga terjadi tanpa faktor stres. Penjelasan kepada orangtua tentang fenomena ini merupakan hal yang sangat penting. Perlu ditegaskan pada orangtua bahwa umumnya akan terjadi remisi spontan. Orangtua tidak dianjurkan membangunkan anak, tetapi membiarkan gangguan ini mereda dengan sendirinya.4,6,95) Nightmares. Keadaan ini terjadi selama tidur REM. Paling sering terjadi pada anak berumur 4-6 tahun, meskipun studi membuktikan bahwa 25% anak berumur 6-12 tahun masih dapat mengalami mimpi buruk. Anak bangun sepenuhnya dan tampak ketakutan. Biasanya dapat mengingat kembali isi mimpinya dan dapat ditenangkan oleh orangtua. Seperti night terrors, kejadian ini mudah timbul bila ada faktor stres. Mimpi buruk dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan beberapa diantaranya dapat dihindarkan misalnya makanan khusus pada malam hari, seperti coklat, keju, dan coca-cola, program televisi, dalam masa inkubasi penyakit, khawatir akan sesuatu. Sikap orang tua sebaiknya menenangkan dan mendampingi hingga anak itu rileks dan jangan memperlihatkan bahwa kita tegang. Yakinkan bahwa itu hanya mimpi, dan bukan kejadian yang sebenarnya. Proses ini akan cepat reda, bila situasinya berubah, misalnya dibawa ke toilet, ke ruangan lain untuk minum jus dan lain-lain. Bila kejadian ini berulang secara teratur, maka perlu diketahui latar belakangnya bila perlu mengkonsultasikan ke psikolog.2,4,9ETIOLOGI DAN GEJALAPerubahan keadaan bangun dan tidur merupakan suatu proses neuron yang kompleks, banyak faktor internal dan eksternal yang dapat mengganggu. Berbagai faktor lingkungan telah dilaporkan dapat mempengaruhi kualitas tidur pada anak. Contohnya suara bising dan keadaan rumah tangga yang padat, penggunaan obat-obatan, atau alkohol. Penyakit kronis seperti asma, alergi dan dermatitis atopi juga dilaporkan dapat mengganggu tidur.1Tanda-tanda kurang tidur seperti:6,9 Mengantuk di siang hari, kurang perhatian, keterlambatan

Mudah marah, hiperaktif, depresi, ketidaksabaran, suasana hati sering berubah-ubah, kurang percaya diri

Penurunan nilai/prestasi di sekolah

DIAGNOSISPenilaian kualitas tidur dapat dilakukan dalam beberapa cara. Penilaian secara subjektif dan objektif yang akurat tentang gangguan tidur dan perilaku yang terkait memiliki aplikasi praktis dalam penelitian dan perawatan klinis, karena sifatnya multidimensi banyak alat ukur yang digunakan dalam penilaian tidur. Secara objektif pengukuran tidur dapat dilakukan dengan menggunakan polysomnography (PSG) dan Actigraph (ACG); PSG didasarkan pada rekaman elektroensefalografi, sedangkan ACG menggunakan informasi aktifitas motorik. Pemeriksaan PSG dapat memberi informasi lengkap tentang perubahan keadaan tidur-bangun, sedangkan ACG memberikan perkiraan kualitas tidur; maka PSG dianggap sebagai standar baku emas untuk penelitian tentang tidur. Walaupun tahapan tidur tidak dapat dibedakan dengan menggunakan data aktifitas motorik, data ACG dan rekaman PSG dilaporkan berkorelasi amat baik. Kualitas tidur dan diperkirakan dengan menggunakan ACG, khususnya bila dikombinasi dengan data subyektif.2

Terdapat metode penilaian tidur secara subjektif menggunakan kuesioner atau interview. Beberapa kuesioner yang pernah diajukan kepada orangtua misalnya Childrens Sleep Behaviour Scale, The Childrens Sleep Distrubance Scale, The Pediatric Sleep Quetionnaire dan The Childrens Sleep Habit Questionnaire.12 The Childrens Sleep Distrubance Scale merupakan kuesioner yang mudah diisi oleh orangtua bersama anak, dapat mendeteksi gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang sering dialami oleh anak, dan telah divalidasi dalam bahasa Indonesia. Kelemahan kuesioner ini adalah belum divalidasi secara objektif sebagai alat ukur. Satu kuesioner yang telah divalidasi adalah Brief Screening Infant Sleep Questionnaire (BISQ). Kuesioner ini merupakan kuesioner singkat untuk mendeteksi gangguan tidur pada anak secara dini dan telah diuji coba. Kuesioner mudah dibuat dan dianalisis, namun validitas dan reliabilitasnya amat rendah.13,14,15Bagi bayi dan anak, tidur mempunyai arti yang lebih penting karena tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangannya. Pada saat inilah terjadi perbaikan fungsi sel-sel tubuh termasuk sel otak dan diproduksinya hormon-hormon tubuh. Tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan iritabilitas, emosional, dan kurang bergairah. Orangtua sering tidak mengetahui bahwa anak yang lelah itu menjadi iritabel, dan menangis merupakan petunjuk akan makin sulit baginya untuk tidur sehingga memerlukan intervensi orangtua.2,16 Ilmuwan telah membuktikan bahwa:2,17 Tidak seorangpun dapat bekerja tanpa tidur

Tidur membantu meningkatkan daya ingat

Tidur penting untuk kesehatan fisik dan mentalAnak yang tidak dapat tidur pada malam hari dengan baik akan menjadi iritabel dan depresi, sulit mengerjakan sesuatu, dan sulit berkonsentrasi di sekolah. Dia mungkin kehilangan nafsu makan, berat badan menurun dan akhirnya jatuh sakit. Telah diketahui secara umum bahwa tidur yang terganggu menyebabkan penurunan fungsi otak.PENATALAKSANAANRutinitas tidur yang teratur sangat penting bagi anak. Metode yang dapat dilakukan untuk mengobati gangguan tidur yaitu dengan higiene tidur. Higiene tidur (Sleep hygiene) merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kualitas tidur. Higiene tidur dapat didefinisikan sebagai perilaku sehari-hari yang berperan dalam membentuk kualitas tidur yang baik, durasi tidur yang cukup, dan konsentrasi penuh pada siang hari. Perilaku tersebut antara lain adalah menghindari tidur siang yang terlalu sore dan durasinya singkat, tidak lebih dari satu jam; menghindari alkohol, rokok, dan kafein sebelum tidur; menjalankan rutinitas sebelum tidur yang kondusif; menghindari aktivitas yang bersifat stimulasi baik secara fisiologis, kognitif, dan emosional; tidur sendiri; tidak menggunakan tempat tidur untuk aktifitas yang lain selain untuk tidur; tidur dalam lingkungan yang nyaman, tenang, dan bebas toksin; serta mempertahankan jadwal tidur yang stabil seperti bangun dan memulai tidur pada saat yang sama setiap harinya. Perilaku yang penting diaplikasikan untuk mendapatkan higiene tidur yang baik adalah waktu memulai tidur pada hari sekolah dan libur sebaiknya tidak berbeda lebih dari satu jam, hindari tidur berlebihan pada akhir pekan untuk mengejar waktu tidur pada minggu sebelumnya, luangkan waktu diluar ruangan setiap harinya, berolahraga teratur, gunakan 30-60 menit sebelum tidur sebagai waktu menenangkan diri, jangan pergi tidur dalam keadaan lapar, namun tidak dianjurkan untuk makan makanan lengkap sebelum tidur, serta hindari penggunaan pil tidur atau obat-obatan yang membantu tidur lainnya kecuali dengan anjuran dokter.18 Metode yang juga dapat dilakukan antara lain penghindaran faktor yang dapat memberi efek buruk terhadap kualitas tidur, terapi perilaku, dan farmakoterapi.18 Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orangtua ialah:18,19 Tentukan waktu yang teratur untuk tidur dan bangun

Pertahankan pada waktu tersebut

Relaksasi pada waktu tidur secara teratur dengan menceritakan cerita pendek kepada anak sebelum tidur

Ketika anak berteriak, pastikan anak tidak kebasahan, tidak enak badan, atau kesakitan Obat melatonin dapat diberikan dengan dosis rendah (0,5-3 mg) karena dapat mengurangi latensi tidur dan memperbaiki kualitas tidur.20RINGKASANTidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan yang bersifat reversible dan berlangsung cepat. Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan bayi dan anak. Tahapan tidur pada bayi dan anak dapat dikelompokkan menjadi tidur aktif atau REM (rapid eye movement) dan tidur tenang atau non-REM.

Secara garis besar ada dua gangguan tidur yaitu disomnia dan parasomnia. Pada disomnia, gangguan terutama dalam kualitas, waktu dan lamanya tidur. Pada parasomnia, gangguan yang utama adalah adanya kejadian abnormal yang terjadi selama tidur.

Penilaian kualitas tidur dapat dilakukan dalam beberapa cara. Penilaian secara subjektif dan objektif yang akurat tentang gangguan tidur dan perilaku yang terkait memiliki aplikasi praktis dalam penelitian dan perawatan klinis.

Berbagai metode yang dapat dilakukan untuk mengobati gangguan tidur antara lain dengan higiene tidur, penghindaran faktor yang dapat memberi efek buruk terhadap kualitas tidur, terapi perilaku, dan farmakoterapi.DAFTAR PUSTAKA1. Lumbantombing SM. Kebutuhan tidur. Dalam: Ismael HS, penyunting. Gangguan tidur. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2008:13-6.2. Sekartini R. Kebutuhan tidur pada bayi dan anak. Dalam: Gunardi H, Tehuteru E, Setianto DB, penyunting. Bunga rampai tips pediatric buletin IDAI, Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2008:147-50.3. Davis KF, Parker KP, Montgomery GL. Sleep in infant and young children. Part one: normal sleep. J Pediatr Health Care. 2009;18:65-71.4. Dawson P. Sleep and sleep disorders in children and adolescent: information for parents and educators. NASP Resources. 2014;11:50-75.5. Russo MB. Normal sleep, sleep physiology and sleep deprivation: general principles. 2014;5:34-67. 6. Sleep Health foundation. Sleep Problems and Sleep Disorders in School Aged Children. 2013;10:35-9. 7. Amalia GK. DSM-IV Classification of Sleep Disorders. Armenian Medical Network. 2011;12:34-45.8. Shneerson JM, Ohayon MM, Carskadon MA. Classification of Sleep Disorders. Armenian Medical Network. 2014;9:50-9.9. Nadeau SE. Sleep and sleep disorders. NASP Resources. 2014;8:44-7.10. Turnbull K, Reid GJ, Morton JB; Behavioral Sleep Problems and their Potential Impact on Developing Executive Function in Children. Sleep. 2013;36:1077-1084.

11. Neveus T. Nocturnal enuresis-theoretic background and practical guidelines. Pediatr Nephrol. 2011;26:1207-14.12. Moturi S, Avis K. Assessment and treatment of common pediatric sleep disorders. Psychiatry (Edgmont). 2010;7:24-37.13. Low JY. Sleep Distrubance Scale for Children. Nodate. 2012;20:120-5.14. Iwasaki M, Iwata S, Iemura A, et al. Utility of subjective sleep assessment tools for healthy preschool children: a comparative study between sleep logs, questionnaires, and actigraphy. J Epidemiol 2010;20:1439.

15. Quach J, Hiscock H, Ukoumunne OC, et al. A brief sleep intervention improves outcomes in the school entry year: a randomized controlled trial. Pediatrics 2011;128:692701.16. Balaguru V. Sleep Problems in Childhood and Adolescence: information for parents, carers, and anyone who works with children. Mental Health and Growing Up Factsheet. 2012;88:500-45. 17. Holley S, Hill C, Stevenson J. An hour less sleep is a risk factor for childhood conduct problems. Child Care Health Dev. 2011;74:44455.

18. Galland BC, Mitchell EA; Helping children sleep. Arch Dis Child. 2010;95:850-3.19. Bartlet LB. Treating The Sleep Disorders of Childhood: Current Practice In The United Kingdom. J Indian Assoc. Child Adolesc. Ment. Health. 2009;2:89-8. 20. Baglioni C, Spiegelhalder K, Lombardo C, Riemann D. Sleep and emotions: A focus on insomnia. Sleep Medicine Reviews. 2010;14:227-38.LAMPIRAN

20