gastroskisis dan omfalokel
DESCRIPTION
referat bedah anakTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Gastroskisis dan omfalokel merupakan beberapa kelainan kongenital yang paling
banyak ditemukan. Insiden dari keduanya 1/2000 kelahiran, oleh karena itu, ahli
bedah anak akan menemukan defek kelainan dinding abdomen ini 2 kali lebih banyak
dari bayi dengan defek atresia esofagus dan fistula trakeosesofagus. 1
Bayi yang lahir dengan gastroskisis mungkin memiliki kondisi malabsorpsi, baik itu
dari perlukaan usus ataupun obstruksi usus parsial selama di dalam uterus. Kelainan
fiksasi interna mungkin ditemukan pada defek dinding abdomen dan volvulus midgut
juga mungkin terjadi. Sebagai tambahan, anak-anak dengan kondisi ini mungkin
memiliki refluks gastroesofagus dan penyakit hirscprung mungkin menjadi
komplikasi selama perjalanan penyakit. 1
DEFINISI
1
Omfalokel (disebut juga Exomfalos) merupakan defek dinding abdomen pada garis
tengah dengan berbagai derajat ukuran, disertai hernia visera yang ditutupi oleh
membran yang di terdiri atas peritoneum di lapisan dalam dan amnion di lapisan luar
serta Wharton’s Jelly di antara lapisan tersebut. Pembuluh darah berada di dalam
membran, bukan pada dinding tubuh. Isi dari hernia antara lain berbagai jenis dan dan
jumlah usus, sering sebagian dari hati dan kadang-kadang organ lainnya. Sedangkan
tali pusat terdapat pada puncak kantong ini. Defek ini mungkin terletak di pusat atas,
tengah atau bawah abdomen dan ukuran serta lokasi memiliki implikasi yang penting
dalam penanganannya.2,3
Gastroskisis adalah defek pada dinding abdomen yang biasanya tepat di sebeah kanan
dari masuknya korda umbilikus ke dalam tubuh. Ada juga yang terletak di sebelah
kiri, namun kasusnya jarang. Sejumlah usus dan kadang-kadang bagian dari organ
abdomen lain ikut mengalami herniasi keluar dinding abdomen dengan tanpa adanya
membran yang menutupi ataupun kantung.2
Gambar 1. Bayi dengan omfalokel. 1,4
2
Gambar 2. Bayi dengan gastroskisis. 4,5
PERKEMBANGAN DINDING
ABDOMEN DAN PATOLOGI OMFALOKEL-GASTROSKISIS
Dinding abdomen dibentuk oleh pelipatan ke dalam dari kranial, kaudal dan dua
lipatan embrionik lateral. Sejalan dengan pembentukan dinding abdomen,
pertumbuhan traktus intestinalis menyebabkan migrasi keluar kavum abdomen
melalui cincin umbilikus dan ke arah korda umbilikus selama minggu ke-6 gestasi.
Pada minggu ke-10 dan ke-12, dinding abdomen dibentuk dan usus kembali ke
kavum abdomen pada pola stereotipikal yang menghasilkan rotasi normal dan fiksasi
lateral. Gastroskisis diperkirakan sebagai hasil dari iskemik terhadap perkembangan
dinding abdomen. Daerah paraumbilikal kanan merupakan daerah dengan resiko
tinggi karena disuplai oleh vena umbilikal kanan dan arteri omfalomesenterika kanan
hingga mengalami involusi. Jika perkembagan dan involusi ini terganggu pada derajat
dan waktu tertentu, kemudian defek dinding tubuh akan menghasilkan iskemia
dinding abdomen. Hipotesis lain menyatakan bahwa gastroskisis terjadi karena defek
dari ruptur awal hernia korda umbilikalis.2
Pada omfalokel, isi abdomen tidak kembali ke dalam rongga abdomen tetapi tetap
berada di luar abdomen namun berada di dalam korda umbililukus. Berbagai variasi
dan jumlah dari midgust dan organ intra abdomen mengalami herniasi keluar pada
defek tersebut tergantung dari ukuran dan lokasi relatif dinding abdomen. Defisit
pelipatan kranial terutama menghasilkan omfalokel epigastrik yang mungkin
berhubungan dengan kelainan pelipatan kranial tambahan seperti hernia diafragma
anterior, celah sternal, defek perikardial dan defek karidak. Ketika bagian-baian
3
tersebut terjadi bersamaan, disebut sebagai Pentalogy of Cantrell (gambar 1). Ketika
pelipatan ke dalam melibatkan pelipatan kaudal, omfalokel mungkin berhubungan
dengan Extrophy cloacal atau bladder (gambar 2). 2
Gambar 3. Pentalogy of Cantrell. 4
4
Gambar 4. Exstrophy Cloacal.4
EPIDEMIOLOGI
Ada perbedaan insidens defek dinding abdomen dan proporsi relatif gastroskisis dan
omfalokel; meskipun demikian, perkiraan kasar di seluruh dunia, insidens gastroskisis
berkisar antara 0,4-3 per 10.000 kelahiran dan tampaknya akan meningkat terus,
sementara itu insidens omfalokel berkisar antara 1,5-3 per 10.000 kelahiran dan
tampaknya stabil. Etiologi defek dinding abdomen tidak diketahui dan kebanyakan
sporadik, tetapi terdapat kasus gastroskisis dan omfalokel familial yang jarang
(mungkin ditentukan juga secara genetik). Terdapat faktor resiko maternal khusus
untuk defek dinding abdomen yang berlainan. Gastroskisis memiliki asosiasi yang
kuat dengan usia maternal muda, dengan kebanyakan ibu berada pada usia 20 tahun
atau lebih muda. Sebagai tambahan lagi, gastroskisis dihubungkan dengan pajanan
maternal terhadap asap rokok, narkoba, obat-obatan vasoaktif (pseudoefedrin) dan
toksin lingkungan. Hubungan tersebut tampaknya konsisten dengan teori insufisiensi
vaskular dinding abdomen pada gastroskisis. Sebaliknya, omfalokel berhubungan
dengan peningkatan usia maternal, dengan kebanyakan berada pada usia 30 tahun
atau lebih. 2
ANOMALI YANG BERHUBUNGAN
Seperti semua bayi yang memiliki defek lahir, anak-anak yang memiliki defek
dinding abdomen akan memiliki peningkatan resiko untuk terjadinya anomali
5
tambahan, tetapi resiko relatif dan pola anomali yang berhubungan merupakan
perbedaan mayor antara gastroskisis dan omfalokel. Perbedaan tersebut sangat
penting dalam manajemen klinis dan prognosis jangka panjang. Pada gastroskisis,
insidens anomali yang berhubungan berkisar anatara 10%-20% dan kebanaykan
anomali yang signifikan ditemukan berada pada traktus gastrointestinal. Skeitar 105
bayi yang dengan gastroskisis memiliki stenosis atau atresia sebagai hasil dari
insufisiensi vaskular di usus pada waktu perkembangan gastroskisis atau lebih
umumnya, dari volvuls atau kompresi vaskular mesenterika oleh penyempitan cincin
dinding abdomen. Lesi lain yang sering berhubungan termasuk undescensus testes,
divertikulum Meckel’s dan duplikasi intestinal. Anomali serius laninnya di luar
abdomen atau traktus gastrointestinal seperti abnormalitas kromososm jarang
ditemukan. Hal yang berbeda terlihat pada pasien omfalokel, di mana memiliki
insidens yang lebih tinggi untuk terjadinya anomali yang berhubungan ( hingga 505-
70%). Abnormalitas kromosom, seperti trisomi 13, 14, 15, 18 dan 21 terdapat pada
hingga 30% kasus. Defek kardiak juga sering terjadi, berkisar 30%-50% kasus.
Multipel anomali sering terjadi dan mungkin terbagi dalam beberapa pola sindrom.
Satu pola yang penting yaitu, Beckwith-Weidenmann syndrome yang ditandai
makroglosia, organomegali, hipoglikemia awal (dari hiperplasia pankreas dan insulin
berlebihan) dan peningkatan resiko tumor Wilms, hepatoblastoma dan
neuroblastoma, yang berkembang belakangan pada usia anak-anak. Ukuran defek
dinding abdomen pada omfalokel tidak secara langsung berhubungan dengan adanya
anomali lain, seperti yang didemontrasikan oleh temuan bahwa defek kecil yang
terdapat pada USG prenatal memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terdapatnya
abnormalitas kromosomal dan defek kardiak. 2
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PRENATAL
6
Defek dinding abdomen sering didiagnosis menggunakan USG (gambar 5 dan 6)
pada skrining rutin atau untuk indikasi obstetric seperti mengevaluasi peningkatan
serum alfa fetoprotein (AFP) maternal. AFP analog dengan fetal albumin dan serum
AFP maternal merefleksikan nilai AFP cairan amnion. Tes ini digunakan untuk
mengevaluasi abnormalitas kromosomal fetus dan defek tabung neural, tetapi AFP
juga biasanya meningkat pada defek dinding abdomen. Keparahan peningkatan nilai
AFP bervariasi antara gastroskisis dan omfalokel. Pada gastroskisis, nilai serum AFP
maternal biasanya abnormal, dengan rata-rata peningkatan > 9X dari nilai rata-rata.
Sebaliknya, pada omfalokel, AFP biasanya meningkat rata-rata 4X dari nilai normal.
Pola yang berbeda ini menyebabkan sensitivitas nilai serum AFP maternal yang
rendah untuk omfalokel dibandingkan gastroskisis. Seperti kebanyakan tes skrining,
sensitivitas tergantung pada nilai batas yang dipilih. Contohnya, jika nilai abnormal
didefinisikan sebagai lebih dari 3X nilai normal, maka 96% gastroskisis akan
terdeteksi tetapi hanya 65% pada omfalokel.2
Gambar 5. Gambaran omfalokel pada USG kehamilan 15 minggu.5
7
Gambar 6. Gambaran gastroskisis pada USG abdomen.5
USG prenatal dilakukan pada kebanyakan kehamilan di Amerika Serikat dan ketika
dilakukan, dapat mengidentifikasi sejumlah mayoritas defek dinding abdomen dan
secara akurat membedakan omfalokel dari gastroskisis. Identifikasi ini akan
memberikan kesempatan keluarga untuk melakukan konseling dan menyiapkan
perawatan setelah kehamilan. Namun sayangnya, tingkat keakuratan USG prenatal
untuk mendiagnosis defek dinding abdomen dipengaruhi oleh waktu dan tujuan studi,
posisi dan pengalaman serta keahlian operator. Spesifisitas cukup tinggi (hingga
95%), namun sensitivitasnya hanya 60%075% untuk mengidentifikasi gastroskisis
dan omfalokel. Kesalahan diagnostic mungkin terjadi karena dirancukan dengan
defek abdomen lainnya (sering pada umbilikuas, tidak ditutupi oleh membrane);
omfalokel rupture yang menjadi mimic gastroskisis karena hilangnya membrane yang
menutupi; dan kasus gastroskisis yang jarang.2
8
MANAJEMEN
MANAJEMEN PRENATAL
Janin dengan defek dinding abdomen merupakan kehamilan resiko tinggi pada
banyak tingkatan. Untuk kasus gastroskisis dan omfalokel, terdapat peningkatan
resiko retardasi pertumbuhan intrauterin / Intrauterine growth retardation (IUGR),
kematian janin dan kelahiran prematur, sehingga pengkajian obstetrik dengan serial
USG dan tes lainnya menjadi indikasi. Pada kedua kasus tersebut, ada beberapa
kontroversi mengenai waktu dan jenis kelahiran. Pada gastroskisis, diagnosis IUGR
dapat menjadi masalah karena sulitnya menilai torso, namun hal itu mungkin hanya
mempengaruhi 30%-70% janin. Penyebab kegagalan pertumbuhan janin pada
gastroskisis belum diketahui tetapi diperkirakan oleh karena peningkatan kehilangan
protein dari visera yang terpapar, walaupun tidak adekuatnya suplai nutrien janin
merupakan hipotesis alternatif. Usus yang terpapar mudah untuk mengalami
perlukaan. Perlukaan bervariasi dalam derajatnya dari volvulus dan hilangnya
keseluruhan midgut hingga ke atresia intestinal lokal dan stenosis serta inflamasi
yang menyebar atau serositis yang dapat membuat lingkaran usus tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Infalamasi tersebut berkembang setelah minggu ke-30
kehamilan dan diperkirakan karena terpaparnya usus dengan cairan amnion atau oleh
karena obstruksi limfatik intestinal. Derajat inflamasi sulit untuk dinilai pada USG
dan setelah kelahiran, sehingga hal tersebut sulit untuk dikorelasikan dengan hasil
klinis. Karena perlukaan usus merupakan prediktor utama morbiditas dan mortalitas
postnatal, maka pemahaman dan tes prediktif diperlukan untuk dapat melakukan
intervensi. Oligohidramion juga sering ditemukan pada gastroskisis, sekitar hingga
25% kasus. Penyebabnya belum diketahui dan biasanya memiliki derajat sedang dan
berhubungan dengan IUGR, distress janin dan asfiksia lahir. 2
MANAJEMEN POSTNATAL
Manajemen awal bayi yang baru lahir dengan defek dinding abdomen diawali dengan
resusitasi ABC dan setelah dinilai dan distabilisasi, perhatian diarahkan ke defek
9
dinding abdomennya. Masalah yang penting yaitu kehilangan panas, sehingga
perawatan harus dilakukan seperti menjaga suhu lingkungan hangat selagi melakukan
proteksi terhadap visera yang terpapar. Kelahiran prematur umumnya berhubungan
dengan kondisi tersebut di atas. Menilai dan menjaga nilai glukosa serum merupakan
bagian dari resusitasi tetapi khususnya penting pada bayi dengan defek dinding
abdomen karena hubungannya dengan prematuritas, IUGR dan pada omfalokel serta
kemungkinan terjadinya sindrom Beckwith-Wiedeman. Prematuritas berhubungan
dengan hipoplasia paru atau defek jantung signifikan yang terlihat pada omfalokel
mungkin memerlukan intubasi awal dan ventilasi mekanik. Dekompresi lambung
penting untuk mencegah distensi traktus gastrointestinal dan kemungkinan aspirasi.
Akses vaskular diperoleh untuk memberikan cairan intravena dan antibiotilk
spektrum luas untuk profilaksis. Bayi dengan gastroskisis memiliki kehilangan cairan
yang cukup tinggi dari penguapan dan ruang ketiga dan mungkin membutuhkan
pemberian cairan dua kali volume untuk menjaga volume intravascular tetap adekuat.
Kateter urin berguna untuk memonitor keluaran urin secara ketat dan sebagai
panduan resusitasi. Arteri dan vena umbilicus mungkin dilakukan kanulasi jika
diperlukan selama resusitasi, namun pada omfalokel penempatan mungkin sulit
karena insersi abnormal pembuluh darah. Bahkan jika kanulasi berhasil, mungkin
perlu dilepaskan selama pembetulan defek.2
Setelah resusitasi berhasil dilakukan, defek dinding abdomen dapat dinilai dan
diobati. Proses ini melibatkan pertimbangan yang berbeda pada gastroskisis dan
omfalokel. Pada gastroskisis dilihat keadaan visera yang terpapar dan dihindari agar
jangan sampai terjadi puntiran pedikulus vascular mesenterika. Jika terjadi gangguan
vascular karena pembukaan dinding abdomen terlalu kecil, defek sesegera mungkin
dilakukan pembesaran melalui operasi. Usus yang terpapar harus diproteksi dan
kehilangan panas dan cairan harus diminimalisasi. Metode paling mudah yaitu
menempatkan visera yang terpapar dan setengah bagian bawah tubuh bayi pada
kantong plastic usus transparan. Cara ini cepat, tidak membutukan keterampilan
10
khusus atau pengalaman khusus dan dapat memudahkan penilaian perfusi usus. Cara
lain, hanya usus yang ditutupi dengan plastic bening, namun membutuhkan teknik
yang lebih sulit. Cara terakhir, bahan kain yang lembab ditutupi pada usus dengan
dilapisi plastic bening tetapi membutuhkan penilaian tentang bagaimana ketat atau
kuatnya untuk menutupi dan agar tampak dilihat. Bahan kain lembab sendiri
seharusnya dihindari karena meningkatkan kehilangan panas melalui penguapan.
Setelah usus tadi ditutupi, seluruh masa distabilisasi dengan menempatkan bayi
dengan posisi miring kanan untuk mencegah bengkoknya pedikulus mesenterika.
Pada omfalokel penangannya berbeda. Defek diinspeksi agar menjamin membrane
yang menutupi nya tetap intak dan kain basah yang tidak menempel diletakkan dan
distabilisasi untuk mencegah trauma terhadap kantong. Jika kantong omfalokel
ruptur, usus yang terpapar harus ditangani seperti halnya gastroskisis.2
MANAJEMEN OPERASI
Pada gastroskisis dan omfalokel, tujuan utama adalah untuk mereduksi visera yang
mengalami hernia masuk kembali ke dalam abdomen dan untuk menutup fasia dan
kulit untuk menciptakan dinding abdomen yang solid dengan umbilicus yang relatif
normal untuk meminimalkan resiko bayi. Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak
teknik yang dapat digunakan. Pengobatan sangat bervariasi tergantung pada ukuran
dan jenis defek, ukuran bayi dan masalah yang berhubungan. Karena terdapat sedikit
bukti untuk mengganggap suatu metode lebih bagus dari yang lain, terdapat variasi
dalam pendekatan operasi.2
Pada gastroskisis, hilangnya panas dan cairan yang terus menerus dan perubahan
metabolik membuat penutupan menjadi prioritas tinggi. Selama resusitasi awal pada
saat lahir atau sesegera mungkin setelahnya, a prefabricated, spring-loaded Silastic
silo ditempatkan pada defek untuk menutupi usus yang terpapar tadi. Praktek ini,
akan meminimalisasikan kehilangan melalui penguapan, mencegah trauma tambahan
dan juga dapat menilai perfusi usus secara terus menerus. Alat ini dapat ditempatkan
11
dalam ruang bersalin atau disamping tempat tidur tanpa anestesi. Jika defek dinding
abdomen terlalu kecil untuk mengakomodasi alat, defek dapat dbesarkan dengan
anestesi lokal dan sedasi. Jika alat tidak dapat ditempatkan di samping tempat tidur,
sesegera mungkin setelah resusitasi awal dan stabilisasi, bayi dilakukan operasi untuk
penutupan primer atau pemasangan silo. Penutupan di kamar bersalin merupakan
konsep yang menarik yang meminimalisasi waktu dan trauma perioperatif tetapi
hanya mungkin dengan kelahiran yang terencana dari defek yang diketahui
sebelumnya dan membutuhkan komitmen berbagai pihak. Perbaikan primer segera
tanpa anestesi pernah dilaporkan untuk kasus tertentu dan mungkin menjadi contoh
dramatik operasi dengan trauma dan invasif minimal.2
Setelah pemasangan spring-loaded silo, bayi dievaluasi lebih lanjut dan dirawat di
ICU. Dengan diuresis spontan, dekompresi traktus gastrointestinal dari atas dan
bawah dan resolusi edema dinding usus, maka volume usus yang terpapar yang
berada di dalam bag menjadi turun dalam periode waktu yang singkat. Ketika bayi
berada dalam kondisi stabil dan reduksi spontan usus ke dalam abdomen telah
mencapai keadaan puncak, bayi dibawa ke kamar operasi untuk dilakukan percobaan
penutupan primer tunda. Reduksi serial alat pada tempat tidur pernah disarankan,
tetapi resiko salah pemasangan alat membuat rencana ini kurang menarik. Di kamar
operasi, jika usus dapat direduksi ke dalam abdomen dan defek menutup primer (atau
melalui perbaikan primer tunda), maka operasi dilakukan. Keputusan apakah bayi
dapat mentoleransi reduksi dan perbaikan dapat menjadi susah dan dapat
ditambahkan dengan mengukur tekanan intragastik selama penutupan berlangsung.
Tekanan < 20 mm Hg dapat memprediksikan kesuksesan penutupan tanpa komplikasi
tekanan intra-abdomen yang berlebihan. Metode lain dilaporkan untuk membantu
dalam keputusan untuk menutup atau tidak adalah mengukur perubahan tekana vena
sentral, tekanan ventilator dan karbondioaksida. Jika bayi dalam keadaan stabil ketika
fascia ditutup, umbilicus dapat direkontruksi pada tingkat krista iliaka posterior
selama penutupan kulit. Pembuatan umbilicus dapat selalu ditunda untuk waktu
12
berikutnya. Jika perbaikan tidak mungkin, formal silastic silo dijahitkan ke fasia dan
reduksi serial dilakukan post-operasi. Bayi dengan gastroskisis dan atresia intestinal
memiliki tantangan yang cukup serius, jika usus berada dalam kondidi bagus dan
abdomen dapat ditutup dengan mudah, perbaikan primer kombinasi dari kedua defek
menjadi mungkin dilakukan. Oleh karena itu, jika atresia terjadi, prioritas pertama
adalah menutup abdomen dengan primer atau primer tunda atau perbaikan silo
bertahap. Bayi dijaga dengan dekompresi gaster dan nutrisi parenteral selama
beberapa minggu hingga laparotomy dan perbaikan atresia intestinal. Tahap
perbaikan ini akan menyebabkan inflamasi menghilang dan isi hernia kembali ke
abdomen sebelum pembukaan usus dan pembuatan anastomosis.2
Pada omfalokel, strategi yang digunakan berbeda. Pertama, menutup kantong yang
intak, kemudian tidak perlu terburu-buru untuk melakukan operasi penutupan.
Sepanjang visera tertutupi membrane, evaluasi yang lengkap untuk defek yang
berhubungan dapat dilakukan dan masalah lain teratasi. Ketika bayi stabil dan jika
defek relative kecil, perbaikan primer dapat dilakukan dengan insisi membrane
omfalokel, mengurangi hernia visera dan menutup fasia dan kulit. Membrane yang
melapisi liver mungkin terluka saat insisi, karena itu dapat dibiarkan saja. Ketika
penutupan primer tidak mungkin dilakukan, ada banyak pilihan, namun yang dapat
dilakukan adalah mengobati kantong omfalokel dengan sulfadiazine silver topical dan
membiarkan agar terjadi epitelisasi (gambar 7) hingga beberapa minggu atau bulan.
Makanan enteral biasanya dapat ditolerasi setelah bayi sembuh dari berbagai masalah
sistemtik. Setelah masalah lain yang berhubungan sudah diatasi, keluarga dapat
diajarkan untuk untuk melakukan perawatan luka dan bayi diijikan untuk rawat jalan.
Ketika epitelisasi kantong sudah terjadi atau sudah cukup kuat untuk mendapatlan
tekanan luar, kompresi dilakukan dengan plester elastic dan secara serial dilakukan
hingga isi abdomen mereduksi. Ketika isi abdomen tereduksi, membran mengalami
epitelisasi dan bayi berada dalam keadaan baik, perbaikan hernia ventral dilakukan.
Proses ini dapat dicapai dalam waktu 6-12 bulan, namun terdapat sedikit resiko dalam
13
menunggu dalam menunggu selama masa tadi. Defek fasia menyisakan ukuran yang
sama ketika bayi tumbuh. Hal ini membuat penutupan relative sedikit terlambat dari
omfalokel yang berukuran besar. Strategi ini awalnya diadopsi hanya untuk pasien
yang memiliki omfalokel berukuran besar atau berhubungan dengan masalah yang
serius tetapi berjalan dengan baik pada kasus sulit yang sebelumnya tidak dapat
ditutup. Teknik ini juga dapat mencegah kompromis paru, pecahnya luka, infeksi dan
tertundanya pemberian makanan enteral yang terganggu dengan sejumlah operasi
besar pada bayi yang baru lahir. Hal ini juga berguna khususnya untuk memperoleh
penutupan fasia pada regio epigastrium omfalokel besar. Banyak strategi alternative
untuk penutupan omfalokel, termasuk hanya penutupan kulit, reduksi silastic silo dan
perbaikan, reduksi di dalam membrane omfalokel, inverse amnion dan penambalan
fasia.2
14
Gambar 7. Epitelisasi setelah pemberian silver suifadiazin.6
PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan gastrosksiis tergantung pada kondisi usus, sementara pasien
dengan omfalokel tergantung pada anomaly lain yang berhubungan dan kondisi
medis. Secara keseluruhan, pasien dengan gastroskusus memiliki prognosis baik.
Harapan hidup sedikitnya 90%-95%, dengan kebanyakan pasien yang meninggal
15
terjadi pada yang memiliki usus katastropik, sepsis dan komplikasi jangka panjang
sindrom usus pendek. Pasien dengan atresia dan sindrom usus pendek mungkin
akhirnya membaik walaupun perawatan selama di rumah sakit cukup lama dan
panjang. Bahkan bayi dengan traktus intestinal intak mungkin memerlukan perawatan
di rumah sakit selama beberapa minggu hingga bulan karena toleransi yang rendah
pada pemberian makanan enteric. Sebuah bentuk enterokolitis nekrosis dapat
bermanifestasi sebagai pneumatosis intestinal pada pemeriksaan radiologi abdomen,
yang merupakan ebntuk unik dari perlukaan intestinal yang terjadi selama periode
post-operasi setelah perbaikan gastroskusis.pemberian makanan sering berkomplikasi
sebagai refluks gastroesofagus yang dapat memebrat. Fungsi gastrointestinal jangka
panjang biasanya bagus, walaupun terdapat resiko obstruksi adesif 5%-10%.
Prognosis bayi dengan omfalokel lebih sulit untuk digeneralisasikan, tetapi
kebanyakan mortalitas dan morbiditas berhubungan dengan anomaly daripada defek
dinding abdomennya.2
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Glasser JG. Pediatric Omphalocele and Gastroschisis. Medscpape Reference.
2010. Tersedia di http://emedicine.medscape.com/article/975583-overview.
Dikunjungi tanggal 20 April 2011.
2. Ledbetter DJ. Gastroschisis and Omphalocele. 2006. Surg Clin N Am;86:249–
260.
3. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 2002. Staf Pengajar Bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa Aksara.
Jakarta.
4. Boykin K. Gastroschisis vs Omphalocele. Tersedia di http://www.sh.lsuhsc.
edu/Pediatrics/documents/Gastroschisis%20vs%20Omphalocele.pdf.
Dikunjungi tanggal 20 April 2011.
5. Blazer S, Zimmer EZ, Gover A, Bronshtein M. Fetal Omphalocele Detected
Early in Pregnancy: Associated Anomalies and outcomes. 2004.
RSNA;232:191-195.
6. Soave F. Conservative Treatment of Giant Omphalocele. 1963. Arch Dis
Child;38:130-134.
17