gambaran faktor predisposisi, pendukung · pdf filemasyarakat universitas sumatera utara (hmp...

141
GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : WIDYA OKTALISA NIM. 101000218 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Upload: hakhue

Post on 21-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI

DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

WIDYA OKTALISA NIM. 101000218

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

Page 2: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI

DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

WIDYA OKTALISA NIM. 101000218

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

Page 3: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Page 4: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

ii

ABSTRAK

Klinik sanitasi merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas, bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral yang ada di wilayah kerja puskesmas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu yang berjumlah 858 KK. Dari pengambilan sampel secara systematic random sampling, diperoleh sampel sebanyak 90 KK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi yaitu memiliki pengetahuan baik sebesar 52,2%, sikap baik sebesar 44,4%, kepercayaan pada klinik sanitasi baik sebesar 86,7%. Faktor pendukung yaitu menyatakan jika keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi baik sebesar 13,3%, dan sosialisasi klinik sanitasi seluruhnya tidak baik. Faktor pendorong yaitu keberadaan petugas klinik sanitasi menyatakan jika petugas klinik sanitasi baik sebesar 25,6%. Disarankan dalam pelaksanaan klinik sanitasi ini, agar petugas klinik sanitasi meningkatkan sosialisasi dan bersikap aktif ke masyarakat, dan dapat melakukan pemantauan oleh instansi terkait program ini untuk merevitalisasikannya, serta pemerintah untuk dapat memberikan dana yang lebih demi kelancaran sarana dan prasarana.

Kata Kunci : Faktor Predisposisi, Pendukung, dan Pendorong, Klinik Sanitasi.

Page 5: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

iii

ABSTRACT

Sanitation Clinic is the public place for overcome the environmental health problem and disease based on environment with guidance, counseling, and technical help from public health centre workers. Sanitation clinic is not as an independent service unit, but as an integral part of the health centre activities, cooperated by interprogram and intersectoral that is in the working area of public health centre. This research aim to know the description of predisposing, enabling and reinforcing factor on society in utilization of sanitation clinic at Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. The kind of this research is descriptive using of the cross sectional design. The population in this research is the society of Kelurahan Baru Ladang Bambu which amounts to 858 patriarch. Starting at of taking sample according to systematic random sampling, obtained sample as much as 90 patriarch. Result of this research has been shown that predisposing factor on society in utilization of sanitation clinic had good knowledge of 52.2 percent, good attitude of 44.4 percent, good credibility of 86.7 percent. Enabling factor has been shown that if the presence of facilities and infrastructure of sanitation clinic were good of 13,3 percent, and the whole socialization of sanitation clinic was not good. Reinforcing factor has been shown that if the presence of sanitation clinic workers were good of 25.6 percent. Suggested in implementation of this sanitation clinic, in order that increased the socialization by sanitation clinic workers and they should be active to society, and the instance beside of this program could do the monitoring for doing the revitalitation, and for the goverment could giving more budget for the sake of the continuity of facilities and infrastructure. Keywords : Predisposing, Enabling and Reinforing Factor, Sanitation Clinic.

Page 6: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Widya Oktalisa

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 23 Oktober 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

Alamat : Jalan Sungai Duku / Kompleks PT.UK No. 45

Pekanbaru, Riau

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1998 - 2004 : SD Negeri 018 Pekanbaru

Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 4 Pekanbaru

Tahun 2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Pekanbaru

Tahun 2010 - Sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT ORGANISASI

1. Pers Mahasiswa Suara Universitas Sumatera Utara (Persma Suara USU).

2. Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (PEMA FKM USU).

3. Himpunan Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU).

4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (HMI Komisariat FKM USU).

Page 7: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

v

KATA PENGANTAR

Allhamdulillahhirobbil`alamin, segala puji beserta syukur penulis ucapkan

kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Faktor

Predisposisi, Pendukung dan Pendorong Pada Masyarakat Dalam Pemanfaatan

Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

Kota Medan Tahun 2014”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan moril maupun

spiritual dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terimakasih yang

tidak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu dalam memberikan pengarahan bagi penulis sejak semester

awal.

3. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen

Pembimbing II serta Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

Page 8: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

vi

4. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai

Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH yang telah bersedia menjadi penguji II pada

seminar proposal dan memberikan masukan serta saran dalam perbaikan

skripsi ini.

6. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS yang telah bersedia menjadi penguji

III pada seminar proposal dan telah memberikan masukan dan saran dalam

perbaikan skripsi ini.

7. Ir. Indra Chahaya S, M.Si yang telah bersedia menjadi penguji II pada sidang

skripsi dan telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan

skripsi ini.

8. Dr. Taufik Ashar, MKM yang telah bersedia menjadi penguji III pada sidang

skripsi dan telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan

skripsi ini.

9. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, khususnya Departemen Kesehatan Lingkungan, terima kasih atas

bantuan dan bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

10. Lurah Baru Ladang Bambu dan Kepala Puskesmas Medan Tuntungan yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

Page 9: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

vii

11. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, terima kasih atas doa, kasih

sayang serta dorongannya baik moril maupun materiil selama ini sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Kakakku tersayang (kak Pipin dan kak Lili), abangku tersayang (bang Adi),

terima kasih karena telah banyak membantu baik dalam bentuk doa, dorongan

moril maupun materiil, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa

mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabatku tersayang yang jauh di sana (Dina, Anggi, Mia, Dini,

Berlian, Titin, Ima, Nopus, dll), terima kasih atas jalinan persahabatan selama

ini serta doa dan dukungan yang tetep diberikan walaupun jarak memisahkan.

14. Sahabat-sahabatku seperjuangan stambuk 2010 (Ashel, Eela, Ebi, Tasya, Riri,

Tika, Ira, dll) yang telah bersama-sama berjuang, terima kasih atas

kebersamaan selama ini baik canda, tawa, suka, dan duka serta bantuan dan

dukungannya hingga terselesaikannya skripsi ini.

15. Temen-temen seperjuangan di Departemen Kesehatan Lingkungan (Dhila,

Devi, Merlyn, Fiqoh, Berly, Ira, Lia, Isna, Petra, Mia, Erna, Meithyra, Palma,

Fandi, Reza, Yeyen, Raja) dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

per satu yang telah memberikan motivasi dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat-

Nya kepada kita semua.

16. Temen-temen PBL (kak Chichi, Sylvana, Yaya, Izzah, Adel, bang Roy, Arif,

dll) terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.

Page 10: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

viii

17. Senior dan alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKM USU,

terima kasih karena selama ini telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi,

dukungan, dan bantuan. Terima kasih kakanda dan abangda.

18. Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juni 2014

Penulis

Page 11: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................................................ ii ABSTRACT ........................................................................................................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................... 5 1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Lingkungan .................................................................................. 7 2.2 Penyakit Berbasis Lingkungan .................................................................. 9

2.2.1 Penyakit Berbasis Lingkungan di Kota Medan ............................. 10 2.3. Program Kesehatan Masyarakat ................................................................ 12 2.4. Klinik Sanitasi ........................................................................................... 14 2.5. Tujuan Klinik Sanitasi .............................................................................. 16 2.6. Sasaran Klinik Sanitasi .............................................................................. 17 2.7. Ruang Lingkup Klinik Sanitasi ................................................................. 17 2.8. Strategi Operasional Klinik Sanitasi ......................................................... 18 2.9. Kegiatan Klinik Sanitasi ............................................................................ 19

2.9.1 Alur Kegiatan Program Klinik Sanitasi ......................................... 22 2.10. Sumber Daya Program Klinik Sanitasi ...................................................... 23 2.11. Peran Klinik Sanitasi di Puskesmas ........................................................... 26 2.12. Pelanggan Pelayanan Kesehatan ............................................................... 26 2.13. Mutu Pelayanan Kesehatan ....................................................................... 29

2.13.1 Pengertian Mutu ............................................................................ 29 2.13.2 Pelayanan Kesehatan ..................................................................... 30 2.13.3 Dimensi Mutu Jasa Pelayanan Kesehatan ..................................... 31

2.14. Perilaku ...................................................................................................... 34 2.15. Teori Lawrence Green ............................................................................... 36 2.16. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan .................................................................................................. 41 2.17. Kerangka Konsep ...................................................................................... 42

Page 12: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

x

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 43 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 43 3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 43

3.3. Populasi dan Sampel .................................................................................. 44 3.3.1 Populasi ......................................................................................... 44 3.3.2 Sampel ........................................................................................... 44 3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ............................................................. 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 46 3.4.1 Data Primer .................................................................................... 46 3.4.2 Data Sekunder ............................................................................... 46

3.5. Definisi Operasional .................................................................................. 46 3.6 Aspek Pengukuran ..................................................................................... 48 3.7 Teknik Analisa Data .................................................................................. 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 52 4.1.1 Keadaan Demografis Kelurahan Baru Ladang Bambu ................. 52 4.1.2 Sarana Kesehatan di Kelurahan Baru Ladang Bambu .................. 53

4.2. Struktur Organisasi Puskesmas Tuntungan ............................................... 54 4.3. Karakteristik Responden ........................................................................... 55 4.4. Gambaran Faktor Predisposisi ................................................................... 57

4.3.1 Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi ...... 57 4.3.2 Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi ................. 60 4.3.3 Kepercayaan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik

Sanitasi ........................................................................................... 62 4.5. Gambaran Faktor Pendukung .................................................................... 64

4.4.1 Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi ............................................ 64 4.4.2 Sosialisasi Klinik Sanitasi ............................................................. 67

4.6. Gambaran Faktor Pendorong ..................................................................... 67 4.5.1 Petugas Klinik Sanitasi .................................................................. 68

BAB V. PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden ........................................................................... 71 5.5.1 Umur .............................................................................................. 71 5.5.2 Jenis Kelamin ................................................................................. 71 5.5.3 Pendidikan ..................................................................................... 72 5.5.4 Pekerjaan ........................................................................................ 74 5.5.5 Penghasilan .................................................................................... 75 5.5.6 Jarak Rumah dengan Puskesmas ................................................... 76

5.2. Gambaran Faktor Predisposisi ................................................................... 77 5.2.1 Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi ...... 77

Page 13: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

xi

5.2.2 Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi ................. 79 5.2.3 Kepercayaan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik

Sanitasi ........................................................................................... 81 5.3. Gambaran Faktor Pendukung .................................................................... 83

5.3.1 Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi ............................................ 83 5.3.2 Sosialisasi Klinik Sanitasi ............................................................. 86

5.4. Gambaran Faktor Pendorong .................................................................... 88 5.4.1 Petugas Klinik Sanitasi .................................................................. 88

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ................................................................................................ 90 6.2. Saran .......................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 dan Tahun 2012 ............................................................... 50

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ............................................................................ 52

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ............................................................... 52

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan .................................................. 52

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan .................................................. 53

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan .................................................. 53

Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Jarak Rumah ke Puskesmas di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ......................................... 54

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ............................................................................ 58

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Pengetahuan ........................... 60

Tabel 5.0. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ........................................................................................................... 61

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Sikap Terhadap Klinik Sanitasi ............................................................................................................... 62

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Kepercayaan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ............................................................................ 63

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Kepercayaan Terhadap Klinik Sanitasi .................................................................................................... 63

Page 15: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

xiii

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Sarana dan Prasarana Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan .................................................. 65

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Sarana dan Prasarana Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi ............................................ 67

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan .............................................................. 68

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi .......................................... 70

Page 16: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Master Data

Lampiran 3. Output SPSS Tentang Distribusi Responden Berdasarkan Indikator

Lampiran 4. Output SPSS Tentang Distribusi Frekuensi Responden

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM-USU

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian ke Puskesmas dari Dinas Kesehatan Kota Medan

Lampiran 7. Surat Rekomendasi Penelitian ke Kelurahan Baru Ladang Bambu dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan

Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas Tuntungan

Lampiran 9. Surat Balasan Selesai Penelitian dari Kelurahan Baru Ladang Bambu

Lampiran 10. Contoh Form Rujukan Klinik Sanitasi

Page 17: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Pemerintah Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan adalah membebaskan penduduk dari penularan atau transmisi penyakit

dengan cara menghilangkan sumber penyakit, melakukan penyehatan lingkungan,

dan meningkatkan perilaku hidup sehat penduduk serta memberikan kekebalan

terhadap serangan penyakit (Achmadi, 2004).

Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan

yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat

masyarakat yang masih rendah sehingga mengakibatkan penyakit-penyakit berbasis

lingkungan muncul, seperti: diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih

mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan merupakan pola penyakit utama di

Indonesia (Depkes RI, 2001).

Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan ujung

tombak yang paling depan di wilayah kerjanya. Salah satu fungsi puskesmas yang

penting adalah mengembangkan dan membina kemandirian masyarakat dalam

memecahkan masalah kesehatan yang timbul, mengembangkan kemampuan dan

kemauan masyarakat baik berupa pemikiran maupun kemampuan yang berupa

sumber daya. Oleh sebab itu diperkenalkan dan dikembangkan suatu alternatif

pemecahan masalah kesehatan lingkungan yaitu klinik sanitasi (Depkes RI, 2001).

Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang

mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang mempunyai

Page 18: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

2

peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang

kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2005).

Klinik sanitasi hanya dilaksanakan di puskesmas yang diperkenalkan dari

konsep Puskesmas Wanasaba Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB pada tahun

1995 dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa puskesmas di provinsi NTB,

Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan

Selatan, sehingga pada awal tahun 2000 sudah sampai ke seluruh Puskesmas di

Indonesia termasuk Kota Medan (Depkes RI, 2000).

Kegiatan klinik sanitasi ini dibagi menjadi 2 yaitu dalam dan luar gedung, di

antara keduanya kegiatan dalam gedung adalah kegiatan yang utama yang harus

dilakukan sebelum kegiatan luar gedung. Namun sampai sekarang kegiatan ini belum

berjalan optimal, baik dalam maupun luar gedung, hal ini dibuktikan dengan masih

sangat kurangnya kunjungan klien atau pasien.

Gambaran perilaku masyarakat yang kurang mendukung dapat menurunkan

kualitas dan kuantitas lingkungan sehingga mengakibatkan dampak buruk bagi

kesehatan masyarakat maupun individu. Banyak faktor yang membuat masyarakat

tidak mengunjungi klinik sanitasi. Pada survei pendahuluan di Puskesmas Tuntungan,

diperoleh informasi bahwa klinik sanitasi tidak dimanfaatkan tampak dari jumlah

pengunjung yang nihil. Petugas berpendapat bahwa masyarakat tidak memanfaatkan

klinik sanitasi karena kesadaran masyarakat yang kurang terhadap pentingnya upaya

pencegahan untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan. Masyarakat datang ke

puskesmas hanya sekedar melakukan pengobatan saja.

Page 19: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

3

Menurut Notoatmodjo (2003), banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Tim

kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku

tertentu adalah karena alasan pokok, yaitu: pengetahuan, kepercayaan, sikap, orang

penting sebagai referensi, sumber-sumber daya (resources). Keseluruhan alasan

tersebut menjadi faktor pada masyarakat untuk berperilaku dalam memanfaatkan

klinik sanitasi ini. Beberapa alasan tersebut dipisahkan menjadi 3 faktor utama, yaitu

faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, ekonomi,

dan demografi; faktor pendukung meliputi sarana/prasarana dan sosialisasi; serta

faktor pendorong meliputi petugas klinik sanitasi itu sendiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryanti (2003) menunjukkan adanya

hambatan mengenai pelaksanaan program klinik sanitasi di puskesmas kota Medan.

Dari 39 puskesmas yang ada di Kota Medan, terdapat 31 puskesmas yang mempunyai

hambatan program klinik sanitasi. Adapun hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

klinik sanitasi yaitu: 1) pada program klinik sanitasi; 2) pada perencanaan klinik

sanitasi; 3) pada tenaga/sarana klinik sanitasi; 4) pada dana klinik sanitasi; 5) pada

pelaksanaan klinik sanitasi. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa program

klinik sanitasi yang kurang baik (program tidak berjalan) yaitu Puskesmas Medan

Tuntungan (Maryanti, 2003).

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara

berkembang. Di seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses terhadap air

minum dan 2,5 miliar kekurangan sanitasi yang baik. Menurut WHO, diare adalah

penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah lima tahun dan morbiditas di

dunia. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare setiap tahun dan

Page 20: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

4

membunuh sekitar 760.000 anak balita setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan

masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi

dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional (WHO, 2013).

Pada konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) yang

diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation Program (WSP) pada tahun 2013

terungkap, bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan

sanitasi buruk. Menurut data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar

(BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah (Kompas, 2013).

TB Paru juga merupakan penyakit berbasis lingkungan, salah satunya

dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi yang erat kaitannya dengan keadaan rumah,

kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang

buruk (Hiswani, 2009). Jumlah kasus baru TB Paru di Indonesia diestimasikan sekitar

450.000 orang setahunnya (Depkes RI, 2013).

Di provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan, tercatat pada tahun

2012, kasus penyakit berbasis lingkungan seperti pneumonia pada balita berjumlah

22.908 kasus, DBD ada 1.101 kasus dengan jumlah yang meninggal ada 22 kasus.

Prevalensi TB Paru berjumlah 5.266 kasus. Diare dengan estimasi sekitar 941.521

kasus (Dinkes Medan, 2012). Di Puskesmas Medan Tuntungan khususnya, tercatat

kasus TB Paru dengan prevalensi berjumlah 12 kasus, pneumonia dengan estimasi

260 kasus, diare 10.689 kasus, dan DBD berjumlah 35 kasus (Dinkes Medan, 2012).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Gambaran Faktor Predisposisi, Pendukung dan

Page 21: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

5

Pendorong Pada Masyarakat Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan

Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2014”.

1.2. Perumusan Masalah

Dinas Kesehatan melalui Puskesmas telah membuat suatu upaya, yaitu

mengadakan suatu klinik sanitasi untuk membantu menangani dalam menekan angka

penyakit berbasis lingkungan yang terjadi. Namun, masyarakat tampak tidak

memanfaatkan klinik sanitasi, terlihat dari keengganan masyarakat untuk berkunjung

ke klinik sanitasi.

Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat yang kurang dalam upaya

pencegahan dan pola pikir masyarakat yang hanya sebatas untuk pengobatan saja.

Selain itu terdapat beberapa faktor lainnya yang ingin diketahui, yaitu faktor

predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, ekonomi, dan

demografi; faktor pendukung meliputi sarana/prasarana dan sosialisasi; serta faktor

pendorong meliputi petugas klinik sanitasi. Sehingga peneliti ingin meneliti tentang

bagaimana gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat

dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan

Medan Tuntungan Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong

pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang

Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Page 22: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor predisposisi pada masyarakat dalam pemanfaatan

klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan, yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

pendidikan, ekonomi, dan demografi.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung pada masyarakat dalam pemanfaatan

klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan, meliputi sarana/prasarana dan sosialisasi.

3. Untuk mengetahui faktor pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan

klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan, meliputi petugas klinik sanitasi.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi puskesmas dan Dinas Kesehatan kota

Medan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam pelaksanaan program

klinik sanitasi dalam hal penanganan masalah penyakit berbasis lingkungan.

2. Menambah pengetahuan peneliti dalam hal sanitasi khususnya program klinik

sanitasi lingkungan secara lebih mendalam.

3. Memberikan masukan aplikatif bagi masyarakat untuk bisa mengoptimalkan

secara maksimal fasilitas yang telah disediakan untuk meningkatkan

kesehatannya melalui klinik sanitasi.

4. Menjadikan tambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca tentang ilmu

kesehatan masyarakat khususnya kesehatan lingkungan tepatnya mengenai

program klinik sanitasi yang ada di puskesmas.

Page 23: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi umumnya mengacu pada penyediaan fasilitas dan jasa untuk

pembuangan yang aman dari urin manusia dan tinja. Sanitasi yang tidak memadai

merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan meningkatkan sanitasi

dikenal memiliki dampak yang menguntungkan yang signifikan terhadap kesehatan

baik di rumah tangga dan di masyarakat. Kata 'sanitasi' juga mengacu pada

pemeliharaan kondisi higienis, melalui layanan seperti pengumpulan sampah dan

pembuangan air limbah (WHO, 2013).

Menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan

lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol

dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta

yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.

Sedangkan menurut Entjang (2000), sanitasi lingkungan adalah pengawasan

lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan

manusia, di mana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan

yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.

Menurut Hiswani (2003) yang mengutip pendapat Sutomo, sanitasi lingkungan

adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip

usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat

menimbulkan penyakit melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk :

Page 24: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

8

1. Sanitasi air (Water Sanitasi)

2. Sanitasi Makanan (Food Sanitasi)

3. Pembuangan Sampah (Sewage and Excreta disposal).

4. Sanitasi Udara (Air Sanitation)

5. Pengendalian vektor dan binatang pengerat (Vektor and Rodent Controle).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

menyebutkan antara lain bahwa: (1) kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, (2) kesehatan lingkungan dilaksanakan

terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum

dan lingkungan lainnya, (3) kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, tanah, dan

udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,

pengendalian vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya, (4) setiap

tempat umum atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan

lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan (Depkes RI, 1992).

Mengingat hal-hal yang terjadi di negara-negara berkembang meliputi masalah

sanitasi lingkungan seperti: pengotoran persediaan air rumah tangga, infeksi karena

kontak langsung ataupun tidak langsung dengan feses manusia, infeksi yang

disebabkan oleh arthropoda, rodensia, mollusca, dan vektor-vektor penyakit lainnya,

perumahan yang sempit, serta penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan

manusia, maka dilakukan usaha dalam sanitasi lingkungan di Indonesia yang

meliputi:

1. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun

kuantitasnya.

Page 25: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

9

2. Mengatur pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah.

3. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-

rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

4. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti: lalat, nyamuk,

kutu-kutu, serta binatang reservoir penyakitnya.

5. Pengawasan terhadap bahaya polusi dan radiasi dari sisa-sisa zat radioaktif

sesuai dengan perkembangan negara.

(Entjang, 2000).

2.2. Penyakit Berbasis Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah keadaan lingkungan yang

optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

optimal pula, ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain: perumahan,

pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembangunan sampah,

pembuangan air kotor dan pencemaran ruang lingkup tersebut harus dijaga untuk

mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk

terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya

(Notoatmodjo, 2007).

Masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat kompleks seperti urbanisaasi

penduduk dari desa ke kota, pembuangan sampah yang dilakukan secara dumping

tanpa adanya pengolahan, penyediaan air bersih hanya 60% penduduk Indonesia

mendapatkan air dari PDAM, tingkat pencemaran udara sudah melebihi nilai ambang

batas khususnya di kota-kota besar, pembuangan limbah industri dan limbah rumah

tangga yang tidak dikelola dengan baik, bencana alam serta perencanaan tata kota dan

Page 26: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

10

kebijakan pemerintah yang sering kali menimbulkan masalah baru bagi kesehatan

lingkungan (Chandra, 2007).

Penyakit berbasis lingkungan merujuk pada penyakit yang memiliki akar atau

hubungan yang erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang

dalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas dalam jangka

waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau kondisi

lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit tersebut

dihilangkan (Achmadi, 2012).

Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan

yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat

masyarakat yang masih rendah sehingga mengakibatkan penyakit-penyakit berbasis

lingkungan muncul antara lain, seperti: diare, ISPA, malaria, DBD, TBC, yang masih

mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan merupakan penyakit utama di

Indonesia (Depkes RI, 2001).

2.2.1 Penyakit Berbasis Lingkungan di Kota Medan

Masalah penyakit berbasis lingkungan masih ditemukan di wilayah Kota

Medan hingga kini, seperti (Dinkes Medan, 2012):

1. TB. Paru

TB Paru atau yang sering disebut penyakit Tuberculosis (TBC) adalah

batuk yang berlangsung secara terus menerus selama 3 minggu atau lebih,

berkeringat malam tanpa aktifitas serta dapat juga ditandai dengan batuk darah

karena pembuluh darah pecah akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut.

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis basil atau kuman

Page 27: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

11

yangberbentuk batang dan mempunyai sifat tahan terhadap penghilangan warna

yang bersifat asam dan alkohol (kuman tetap berwarna kemerahan), maka

disebut Basil Tahan Asam (BTA). Menemukan kuman BTA ini menjadi dasar

dalam penegakan diagnosis (Achmadi, 2008).

Kasus TB paru di kota Medan hingga tahun 2012 masih ditemukan,

dengan prevalensi berjumlah 5.266 kasus, di mana ditemukan kasus baru

(insidance penyakit TB paru) berjumlah 5.213 kasus (Dinkes Medan, 2012).

2. Pneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh

gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun

tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Depkes RI, 2002).

Meskipun pneumonia tidak masuk dalam 10 penyakit terbesar, namun

kasus pneumonia ini selalu ditemukan di kota Medan. Perkiraan kasus

pneumonia pada balita di kota Medan berjumlah 22.908 dari jumlah balita

229.080, di mana kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani berjumlah

4.943 kasus yaitu sekitar 22 % (Dinkes Medan, 2012).

3. Diare

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali

dalam satu hari. Penyebab dari diare yaitu oleh bakteri/virus, seperti: Rotavirus,

Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni,

Cryptospondium (Depkes RI, 2001).

Page 28: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

12

Kasus diare di kota Medan tahun 2012 diperkirakan mencapai 941.521

kasus dari jumlah penduduk kota Medan yang berjumlah 2.290.805 orang.

Namun, kasus diare yang ditemukan dan ditangani hanya berjumlah 30.426

dari perkiraan kasus diare, yaitu hanya sekitar 3,23 % saja (Dinkes Medan,

2012). Angka ini menunjukkan bahwa kasus diare masih banyak terjadi dan

masih belum banyak yang ditemukan dan ditangani.

4. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan

oleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya

mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam

lambung nyamuk dan berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air

liur nyamuk setelah satu minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk

menggigitorang sehat akan menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di

dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat lainnya

(Depkes RI, 2001).

Hingga tahun 2012 tercatat kasus DBD di kota Medan berjumlah 1.101

kasus dengan jumlah yang meninggal dari kasus tersebut berjumlah 22 kasus.

Angka ini menunjukkan bahwa kejadian DBD di kota Medan masih perlu

penanggulangan lagi untuk mencapai kota Medan yang bebas DBD (Dinkes

Medan, 2012).

2.3. Program Kesehatan Masyarakat

Puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia perlu

lebih ditingkatkan mutu pelayanannya sehingga partisipasi kelompok-kelompok

Page 29: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

13

masyarakat yang ada di wilayah kerjanya dapat lebih ditingkatkan. Untuk itu, dokter

dan tenaga para medis yang ada di puskesmas perlu memahami dan menerapkan

prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan program kesehatan masyarakat

(Muninjaya, 1999).

Program kesehatan yang dikembangkan melalui puskesmas lebih banyak

bersifat pencegahan (Public Health Service) dan dalam pelaksanaannya lebih

mengutamakan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat (Muninjaya,

1999).

Untuk mencegah berkembangnya gangguan kesehatan (kejadian sakit di

masyarakat), perlu dikembangkan program kesehatan masyarakat yang meliputi

aspek promosi kesehatan dan perlindungan spesifik (primer prevention), surveilan

dan pengobatan tepat (secondary prevention), rehabilitasi, legislasi, dan paliasi

(tertier prevention). Semua jenis kegiatan program masyarakat tersebut memerlukan

partisipasi aktif masyarakat, dan semuanya dapat digolongkan ke dalam pelayanan

kesehatan (health services), partisipasi/mobilisasi peran serta kelompok-kelompok

masyarakat (community participation and mobilization), dan upaya asuransi (health

insurance) (Muninjaya, 1999).

Menurut P. Walton Purdon yang dikutip oleh Ryadi (1986), ditekankan bahwa

kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek dari kesehatan masyarakat.

Penerapan konsep ini kemudian diartikan bahwa pengembangan kesehatan

lingkungan harus mengikuti prinsip-prinsip ilmu kesehatan masyarakat.

Berpijak pada prinsip-prinsip ilmu kesehatan masyarakat, maka faktor

pencegahan (preventif) dan promotif lebih memegang peranan penting di dalam

Page 30: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

14

setiap bentuk upaya kesehatan lingkungan. Dengan ini dapat diartikan bahwa

pengembangan kesehatan lingkungan tidak mengandalkan pada “treatment” suatu

kasus bila sesuatu sudah terjadi. Tetapi justru menekankan bagaimana pencegahan

dan peningkatan (promotif) (Ryadi, 1986).

Klinik sanitasi merupakan salah satu program kesehatan masyarakat dibidang

kesehatan lingkungan yang sangat relavan untuk menerapkan paradigma sehat yang

pada saat ini digalakkan kembali. Karena dalam klinik sanitasi dilakukan integrasi

penanganan preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan.

Dalam paradigma baru ini maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada

upaya promotif-preventif di banding upaya kuratif-rehabilitatif (Depkes RI, 2000).

2.4. Klinik Sanitasi

Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan

antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresiko

tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan

lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama

masyarakat yang dapat dilakukan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar

puskesmas (Depkes RI, 2005).

Klinik sanitasi juga merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi masalah

kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan bimbingan,

penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan

sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebagai bagian integral dari

kegiatan puskesmas dalam melaksanakan program ini bekerjasama dengan lintas

program dan lintas sektoral yang ada di wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2000).

Page 31: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

15

Klinik sanitasi juga merupakan kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan

yang bertujuan untuk mengenal masalah lebih rinci, kemudian diupayakan yang

dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan dengan komunikasi

penderita/pasien yang datang ke puskemas (Depkes RI, 2000).

Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas

dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis

lingkungan dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan,

khususnya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, guna meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2000).

Pelaksanaan program klinik sanitasi menjaring pasien/klien di puskesmas

dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan yang tidak sehat

sebagai media penularan dan penyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat

selanjutnya dilaksanakan konseling dan kunjungan lapangan atau kunjungan rumah

untuk mencari jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan penyakit

berbasis lingkungan yang muncul di masyarakat (Depkes RI, 2000).

Terdapat beberapa pengertian yang harus dipahami dalam pelaksanaan program

klinik sanitasi selain dari pengertian klinik sanitasi (Depkes RI, 2001), yaitu:

1. Pasien Klinik Sanitasi

Yaitu penderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas yang

kemudian dirujuk oleh dokter ke ruang klinik sanitasi atau yang ditemukan di

lapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun petugas survei.

Page 32: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

16

2. Klien Klinik Sanitasi

Yaitu masyarakat yang datang ke puskesmas atau yang menemui petugas klinik

sanitasi namun bukan sebagai penderita penyakit, tetapi untuk berkonsultasi

tentang masalah yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan/kesehatan

lingkungan.

3. Konseling

Yaitu kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk

mengenal masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahannya yang

dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan dengan konsultasi

penderita/pasien yang datang ke puskesmas (Depkes RI, 2000).

2.5. Tujuan Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Yaitu meningkatkan derajat masyarakat melalui upaya preventif, kuratif, dan

promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus-menerus (Depkes RI,

2000).

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien

serta masyarakat di sekitarnya) akan pentingnya lingkungan sehat dan

perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan

dengan kesehatan lingkungan.

Page 33: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

17

3. Terciptanya keterpaduan lintas program-program kesehatan dan lintas

sektor terkait, dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap

penyakit-penyakit berbasis lingkungan.

4. Untuk menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatkan

penyehatan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat.

5. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis

lingkungan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terpadu

(Depkes RI, 2000).

2.6. Sasaran Klinik Sanitasi

Pelaksanaan program klinik sanitasi mengarah pada suatu sasaran yang

ditentukan, yaitu (Depkes RI, 2000):

1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan

yang datang ke puskesmas.

2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan

yang datang ke puskesmas.

3. Lingkungan penyebab masalah bagi pasien/klien dan masyarakat sekitarnya.

2.7. Ruang Lingkup Klinik Sanitasi

Adapun ruang lingkup kegiatan sanitasi meliputi berbagai macam upaya, yaitu

(Depkes RI, 2000):

1. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan

penyakit diare, kecacingan, dan penyakit kulit.

2. Penyehatan perumahan/pemukiman dalam rangka pencegahan penyakit ISPA,

TB-Paru, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria.

Page 34: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

18

3. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja.

4. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran

pencemaran atau keracunan makanan.

5. Penanganan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan keracunan

pestisida.

6. Pengamanan penyakit atau gangguan lainnya yang berhubungan dengan

kesehatan lingkungan.

2.8. Strategi Operasional Klinik Sanitasi

Beberapa strategi operasional agar program klinik sanitasi dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, antara lain(Depkes RI, 2000):

1. Pemajanan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat dan

mengatasi dengan upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif secara terpadu

dan berkesinambungan.

2. Masalah dalam tiap puskesmas tidaklah sama, baik antar lingkungan ataupun

antar kelurahan oleh sebab itu harus dipahami secara benar mengenai peta

masalah kesehatan yang berkenaan dengan kesehatan lingkungan, agar

penanganannya menjadi lebih spesifik dan berorientasi pada hasil.

3. Membuat skala prioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan dengan

mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit untuk

menangani semua masalah yang ada dalam waktu bersamaan, baik luas

wilayahnya maupun jenis penyakitnya.

Page 35: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

19

4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan

lintas sektor di wilayah kerja puskesmas.

5. Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat memalui kelembagaan yang

sudah ada seperti: PKK, LSM, LKMD.

6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknis dan pemberdayaan untuk

menciptakan kemandirian masyarakat, penyuluhan juga dilakukan dengan

pemberian contoh dan keteladanan.

7. Mengupayakan dukungan dan dengan meningkatkan swadaya masyarakat

termasuk swasta selain sumber dana dari pemerintah.

2.9. Kegiatan Klinik Sanitasi

Kegiatan klinik sanitasi dilaksananakan di dalam gedung dan di luar gedung

Puskesmas (Depkes RI, 2005):

1. Dalam Gedung

a. Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan) dan Klien (pengunjung

bukan penyakit berbasis lingkungan)

Semua pasien/klien datang berobat ke puskesmas melalui prosedur pelayanan

seperti: mendaftar di loket, selanjutnya akan mendapat kartu status, diperiksa oleh

petugas medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidang, perawat). Apabila diketahui

pasien/klien menderita penyakit berbasis lingkungan maka yang bersangkutan dirujuk

ke ruang klinik sanitasi.

Pada ruang klinik sanitasi pasien/klien diberikan penyuluhan dan bimbingan

teknis, petugas mewawancarai pasien tentang penyakit yang diderita dikaitkan

dengan masalah kesehatan lingkungan. Selanjutnya hasil wawancara dicacat dalam

Page 36: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

20

Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Kemudian petugas klinik sanitasi melakukan

konseling tentang penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan

lingkungan.

Petugas juga membuat janji dengan pasien dan keluarganya apabila diperlukan

untuk melakukan kunjungan rumah untuk melihat langsung faktor resiko penyakit

yang dialami pasien tersebut. Setelah konseling di ruang klinik sanitasi, pasien dapat

mengambil obat di apotik puskesmas (loket obat) kemudian pasien diperbolehkan

pulang.

Kegiatan lain di dalam gedung yaitu secara rutin petugas klinik sanitasi

menyampaikan segala permasalahan, cara penyelesaian masalah, hasil

monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi dalam Mini Lokakarya

Puskesmas yang melibatkan seluruh penanggungjawab kegiatan dan dilaksanakan

satu bulan sekali. Dengan demikian diharapkan seluruh petugas puskesmas

mengetahui pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi dapat dilakukan secara integritas

dalam lintas program.

2. Luar Gedung

a. Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke

Puskesmas)

Kunjungan rumah/lokasi dilakukan oleh petugas dengan membawa hasil analisa

keadaan lingkungan pasien/klien klinik sanitasi yang merupakan lanjut dari

kesepakatan antara petugas klinik sanitasi dengan pasien/klien yang datang ke

Puskesmas. Kunjungan rumah ini untuk mempertajam sasarannya karena pada saat

kunjungan petugas telah memiliki data pasti adanya sarana lingkungan bermasalah

Page 37: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

21

yang perlu diperiksa dan fakor-faktor perilaku yang berperan besar dalam proses

terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.

Pada kunjungan tersebut dapat mengambil partisipasi perawat dari puskesmas

pembantu atau bidan desa, dan kader kesehatan lingkungan untuk melakukan

pengecekan fisik/klinis atas penyakit yang telah diobati tersebut (semacam kegiatan

Perawatan Kesehatan Keluarga). Petugas klinik sanitasi membawa kartu status

kesehatan lingkungan/register yang telah diisi saat kunjungan pasien ke ruang klinik

sanitasi di puskesmas sebelumnya.

Untuk keperluan monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas klinik

sanitasi mengisi kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu ini secara

berkala (1-3 bulan) diisi oleh kader atau bidan di desa.

Pada kunjungan ke lapangan petugas klinik sanitasi mengajak kader

kesehatan/kesehatan lingkungan, kelompok pemakai air, PKK, dan

berkonsultasi/melibatkan LSM, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan pihak terkait

lainnya. Dengan maksud agar masyarakat turut berperan aktif memecahkan masalah

kesehatan yang timbul di lapangan mereka sendiri.

Diharapkan jika suatu saat timbul masalah penyakit berbasis lingkungan yang

sejenis, mereka dapat menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Petugas klinik sanitasi

maupun petugas kesehatan lain yang mendampinginya dapat memberikan penyuluhan

kepada pasien/klien dan keluarganya serta tetangga-tetanggga pasien tersebut.

Pada kunjungan rumah tangga petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan lintas

program dan lintas sektor, apabila dibutuhkan perbaikan atau pembangunan sarana

sanitasi dasar dengan biaya besar, (seperti pembangunan sistem perpiaaan) yang tidak

Page 38: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

22

terjangkau oleh masyarakat setempat, petugas klinik sanitasi melalui puskesmas dapat

mengusulkan kegiatan tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

untuk ditindaklanjuti.

Jika masalah di lapangan belum dapat terpecahkan, maka dapat diangkat ke

tingkat yang lebih tinggi. Bila diperlukan koordinasi di Kabupaten/Kota, maka

puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2.9.1 Alur Kegiatan Program Klinik Sanitasi

Keterangan:

-Penderita :

-Klien :

-Petugas :

-Umpan Balik :

Sumber : Depkes RI, 2000

Koordinasi Masyarakat

Koordinasi Lintas Program

Koordinasi Lintas Sektor

- Toga - Toma - LKMD - Guru

- Pustu - Polindes/

Bindes

- Dep. Agama - Dep. PU - PMD - Pariwisata - Pertanian - Sektor terkait lain

P u s k e s m a s

Penderita

Klien/Masyarakat Umum

L O K E T

Poliklinik Apotik

Klinik Sanitasi

Lok min/Pertemuan Bulanan

PULANG

Da l am Gedung

Lua r G edung

Kunjungan rumah dan lingkungan: ling.kerja, TTU, TPM

Implementasi dan rekomendasi perbaikan lingkungan

Pemantauan penilaian - PWS

Page 39: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

23

Keterangan :

1. Pasien datang ke puskesmas, kemudian mendaftar ke loket, selanjutnya

diperiksa oleh medis/paramedis jika indikasinya menderita penyakit berbasis

lingkungan maka dirujuk ke klinik sanitasi, di klinik sanitasi pasien diberikan

konseling, penyuluhan serta membuat janji kunjungan rumah untuk

memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dialaminya, dan selanjutnya

pasien mengambil obat di apotik dan pasien dapat pulang.

2. Petugas berkoordinasi dengan lintas program melalui loka karya mini atau

pertemuan bulanan.

3. Petugas melakukan kunjungan rumah dengan memberikan implementasi dan

rekomendasi perbaikan lingkungan.

4. Klien datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan

lingkungan yang dihadapi untuk mencari cara pemecahan masalah.

5. Pemantauan wilayah setempat untuk dijadikan tolak ukur pelaksanaan

program klinik sanitasi (Depkes RI, 2000).

2.10. Sumber Daya Program Klinik Sanitasi

Sumber daya merupakan suatu hal yang diperlukan dalam pelaksanaan untuk

pencapaian program klinik sanitasi. Sumber daya yang harus dimiliki oleh klinik

sanitasi puskesmas sebagai berikut (Depkes RI, 2005):

1. Tenaga Pelaksana

Adapaun tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan klinik

sanitasi, antara lain:

Page 40: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

24

a. Tenaga kesehatan lingkungan, terdiri dari: Diploma I dan Diploma III

kesehatan lingkungan atau Strata I Kesehatan Masyarakat.

b. Tenaga kesehatan lain, seperti: Bidan, Perawat Kesehatan Masyarakat,

Petugas Gizi dan petugas lain yang ditunjuk oleh pimpinan puskesmas.

c. Tenaga Pelaksana kegiatan kesehatan lingkungan yang ditunjuk oleh

pimpinan puskesmas untuk melaksanakan kegiatan klinik sanitasi

(pekarya, sosial, ekonomi, dll).

2. Sarana dan Prasarana

a. Ruangan, diperlukan untuk:

(i) Ruang klinik sanitasi, sebagai tempat dalam gedung puskesmas yang

dipergunakan untuk penyuluhan dan konsultasi (konseling) oleh

petugas klinik sanitasi terhadap pasien/klien.

(ii) Bengkel klinik sanitasi, sebagai tempat dalam gedung yang

dipergunakan untuk membuat, merawat, memperbaiki sarana air

bersih dan sanitasi, menyimpan peralatan yang berkaitan dengan

kegiatan kesehatan lingkungan, serta melatih keterampilan bagi

masyarakat dalam pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.

b. Peralatan

Peralatan yang digunakan dan harus ada, seperti: alat-alat

perbaikan/pembangunan sarana air bersih dan santasi, cetakan sarana air

bersih dan jamban keluarga, peralatan pengukuran kualitas lingkungan

(air, tanah, udara), alat-alat pengambilan sampel lingkungan dan sound

system.

Page 41: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

25

c. Transportasi

Digunakan untuk mendukung kegiatan klinik sanitasi di luar gedung

(kunjungan lapangan).

d. Alat Peraga dan media penyuluhan

Diperlukan alat untuk kelancaran kegiatan di dalam maupun di luar

gedung untuk kegiatan penyuluhan dan konseling, seperti: maket, media

cetak (poster, leaflet, lembar balik, buku, majalah), media elektonik, dll.

e. Formulir Pencacatan dan Pelaporan

Yaitu digunakan untuk pencatatan dan pelaporan.

f. Buku Pedoman

Digunakan sebagai pedoman kerja bagi petugas klinik sanitasi, yaitu buku

pedoman klinik sanitasi, yaitu: Pedoman Pelaksanaan klinik sanitasi

untuk puskesmas, Pedoman teknis klinik sanitasi untuk puskesmas,

Panduan Konseling bagi petugas klinik sanitasi, dan Standar Prosedur

Operasional Klinik Sanitasi untuk Puskesmas.

3. Sumber Dana

Untuk mendukung tercapainya program klinik sanitasi dibutuhkan dana.

Dana ini diperoleh dari dana operasional puskesmas, Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Provinsi (APBD), dan APBD Kabupaten/Kota, Bantuan Luar Negeri

(BLN), Kemitraan, dan Swadaya Masyarakat.

Page 42: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

26

2.11. Peran Klinik Sanitasi di Puskesmas

Klinik sanitasi merupakan salah satu program yang sangat relavan untuk

menerapkan paradigma sehat yang pada saat ini digalakkan kembali. Karena dalam

klinik sanitasi dilakukan integrasi penanganan preventif dan kuratif terhadap

penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dalam paradigma baru ini maka

pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif di banding

upaya kuratif-rehabilitatif (Depkes RI, 2000).

Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang

mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang mempunyai

peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang

kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2005).

2.12. Pelanggan Pelayanan Kesehatan

Pelanggan adalah orang yang sehari-hari melakukan kontak dengan pelayanan

kesehatan. Berdasarkan pengertian ini, maka akan dikenal dua macam pelanggan,

yaitu pelanggan internal dan pelanggan eksternal (Pohan, 2003).

Pelanggan dari dalam (internal customer) yaitu mereka yang bekerja di institusi

pelayanan tersebut, seperti staf administrasi, juru masak, satpam, petugas laundry,

pimpinan rumah sakit, dokter, perawat, bidan, dsb. Setiap kelompok pelanggan ini

perlu diberi pelayanan sebaik-baiknya oleh pihak manajemen institusi sesuai dengan

kebutuhannya masing-masing (Muninjaya, 2012).

Menurut Pohan (2003), Pelanggan internal adalah semua orang yang bekerja

dalam organisasi pelayanan kesehatan dan pelanggan internal ini sangat penting

karena harus berkerjasama dalam menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Page 43: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

27

Jika sebagian organisasi tidak berkerja dengan baik, maka dampaknya akan

berpengaruh terhadap seluruh mata rantai pelayanan kesehatan dan akhirnya pasien

atau pelanggan eksternal akan mendapat pelayanan kesehatan yang kurang atau tidak

bermutu (Pohan, 2003).

Pelanggan eksternal adalah orang yang di luar organisasi pelayanan kesehatan

yang memperoleh pelayanan kesehatan yang dihasilkan oleh organisasi pelayanan

kesehatan. Pelanggan eksternal in termasuk pasien, keluarganya (Pohan, 2003).

Pelanggan pelayanan kesehatan secara umum juga dapat diartikan sebagai

masyarakat (individu atau kelompok) atau insitusi pengguna jasa pelayanan

kesehatan, yang membutuhkan pelayanan kesehatan atau yang punya potensi

membayar jasa pelayanan kesehatan. Mereka dimasukkan sebagai pelanggan dari luar

(external customer) institusi (Muninjaya, 2012).

Kunci kerberhasilan suatu organisasi tidak terkecuali organisasi pelayanan

kesehatan adalah mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan

dan kemudian berupaya memenuhinya (Pohan, 2003).

Pelanggan eksternal pada umumnya membutuhkan hal-hal sebagai berikut

(Pohan, 2003):

1. Kebutuhan terhadap akses pelayanan kesehatan, artinya kemudahan

memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

2. Kebutuhan terhadap pelayanan yang tepat waktu, artinya tingkat ketersediaan

pelayanan kesehatan pada saat yang dibutuhkan.

Page 44: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

28

3. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, artinya

biaya pelayanan kesehatan terjangkau dan benar jumlahnya serta mampu

mengurangi atau menghilangkan keluhan.

4. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang tepat dan layak, artinya

pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

5. Kebutuhan terhadap lingkungan yang aman, artinya segala upaya dilakukan

demi keamanan pelanggan dan mengurangi terjadinya bahaya cedera dan

akibat yang merugikan yang mungkin terjadi dalam organisasi pelayanan

kesehatan.

6. Kebutuhan terhadap penghargaan dan penghormatan pribadi, artinya semua

pelanggan harus diperlakukan sebagai manusia yang penting dan terhormat.

Pelanggan pelayanan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan strata I

(Puskesmas, dokter, atau bidan praktek swasta, klinik bersalin, balai pengobatan

swasta, dsb) adalah individu (pasien) dan kelompok masyarakat. Pelanggan individu

dilayani di dalam gedung untuk pengobatan dasar atau rehabilitasi medis. Petugas

kesehatan menunggu kehadiran pelanggan ini (pelayanan pasif). Untuk pelanggan

kelompok masyarakat (bayi, ibu hamil, remaja, penduduk usia lanjut, pengguna alat

kontrasepsi, dsb) diberikan pelayanan di luar gedung. Pelayanan untuk kelompok

masyarakat yang bersifat proaktif karena petugas kesehatan mendatangi kelompok

masyarakat untuk memberikan pelayanan. Jenis pelayanan kesehatan yang diterima

oleh pelanggan berkelompok bersifat preventif (imunisasi, penimbangan bayi,

pemeriksaan ibu hamil), dan promotif (penyuluhan kesehatan masyarakat, konseling)

(Muninjaya, 2012).

Page 45: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

29

2.13. Mutu Pelayanan Kesehatan

2.11.1 Pengertian Mutu

Pada istilah pemasaran yang sederhana, maka mutu dapat diartikan, bagaimana

membuat konsumen agar mau datang kembali, mau membeli lagi, atau dengan

perkataan lain, mutu ialah bagaimana menyediakan kebutuhan konsumen dengan

barang atau jasa yang terbaik (Pohan, 2003).

Kita dapat menelusuri hasil jerih payah Florance Nigthingale di mana dia

menggunakan standar untuk menilai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

pasien militer selama Perang Krim. Pekerjaan Nigthingale berhubungan dengan udara

segar dan kebersihan, sebagai suatu contoh klasik terbaik di mana hanya dengan cara-

cara yang sangat sederhana telah dapat menghasilkan suatu manfaat yang luar biasa,

yang tidak terduga sebelumnya (Pohan, 2003).

Ini adalah salah satu contoh peningkatan mutu yang terbaik, karena kunci

keberhasilannya adalah selalu menganggap mutu itu sebagai suatu hal yang

sederhana, namun kalau mutu itu ditingkatkan akan memberikan hasil yang luar biasa

yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya (Pohan, 2003).

Dari penjelasan dan contoh di atas, dapat didefinisikan pengertian mutu barang

atau jasa adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunujukkan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa kebutuhan

yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat (Pohan, 2003).

Page 46: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

30

2.11.2 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan suatu kumpulan dari berbagai jenis pelayanan

kesehatan, mulai dari promosi kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan

penyakit, rehabilitasi kesehatan hingga transplantasi organ (Pohan, 2003).

Sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional, subsistem pelayanan kesehatan

yang dikembangkan di sebuah Kabupaten/Kota seharusnya diarahkan untuk

mencegah, mempromosikan, memelihara, dan meningkatkan status kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya (Muninjaya, 2012).

Sebagai bagian dari sistem pelayanan publik, pelayanan kesehatan di suatu

kab/kota harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Muninjaya, 2012):

1. Availablity. Pelayanan kesehatan harus tersedia untuk melayani seluruh

masyarakat di suatu wilayah dan dilaksanakan secara komprehensif mulai dari

upaya pelayanan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

2. Appropriateness. Pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan

masyarakat di suatu wilayah. Kebutuhan masyarakat diukur dari pola penyakit

yang berkembang di wilayah tersebut.

3. Contuinity-Sustainability. Pelayanan kesehatan di suatu daerah harus

berlangsung untuk jangka lama dan dilaksanakan secara berkesinambungan.

4. Acceptability. Pelayanan kesehatan harus diterima masyarakat dan

memperhatikan aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.

5. Affordable. Biaya/tarif pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh masyarakat

umum.

6. Efficient. Pelayanan kesehatan harus dikelola (manajemen) secara efisien.

Page 47: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

31

7. Quality. Pelayanan kesehatan yang diakses masyarakat harus terjangkau

mutunya.

Berdasarkan pendekatan tersebut, maka pelayanan kesehatan yang bermutu

harus mempunyai paling sedikit tiga dimensi atau unsur (Pohan, 2003), yaitu :

1. Dimensi Konsumen, yaitu apakah pelayanan kesehatan itu memenuhi seperti apa

yang dibutuhkan dan diharapkan oleh pasien/konsumen, yang akan diukur

dengan Kepuasan Pasien atau keluhan pasien/konsumen.

2. Dimensi Profesi, apakah pelayanan kesehatan itu telah memenuhi kebutuhan

pasien/konsumen, seperti apa yang telah ditentukan oleh profesi pelayanan

kesehatan, dan diukur dengan menggunakna Prosedur atau Standar Profesi, yang

diyakini akan memberi hasil dan kemudian hasil itu dapat pula diamati.

3. Dimensi Manajemen atau Dimensi Proses, yaitu bagaimana proses pelayanan

kesehatan itu menggunakan sumber daya yang paling efesien dalam memenuhi

kebutuhan dan harapan/keinginan pasien/konsumen tersebut.

Pelayanan kesehatan yang bemutu, ialah: suatu pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi pelayanan kesehatan dan

sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau

oleh daya beli masyarakat.

2.11.3 Dimensi Mutu Jasa Pelayanan Kesehatan

Dimensi mutu merupakan suatu kerangka pikir yang dapat digunakan dalam

menganalisis masalah mutu yang sedang dihadapi dan kemudian mencari solusi yang

diperlukan untuk dapat mengatasinya (Pohan, 2003).

Page 48: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

32

Parasuraman, Zeithaml dan Berry menganalisis dimensi kualitas jasa

berdasarkan 5 aspek komponen mutu. Kelima komponen mutu pelayanan dikenal

dengan nama ServQual. Menurut Muninjaya (2012) yang dikutip dari Parasuruman

dkk, kelima dimensi meliputi:

1. Responsiveness (cepat tanggap)

Dimensi ini dimasukkan ke dalam kemampuan kesehatan menolong pelanggan

dan kesiapannya melayani sesuai prosedur dan bisa memenuhi harapan

pelanggan. Dimensi ini merupakan penilaian mutu pelayanan yang paling

dinamis. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan cenderung

meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan kemajuan teknologi dan

informasi kesehatan yang dimiliki oleh pelanggan. Nilai waktu bagi pelanggan

menjadi semakin mahal karena masyarakat merasa kegiatan ekonominya

semakin meningkat. Time is money berlaku untuk menilai mutu pelayanan

kesehatan dari aspek ekonomi para penggunanya.

2. Reliability

Kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan

akurat sesuai dengan yang ditawarkan (seperti dalam brosur). Dari kelima

dimensi kualitas jasa, reliability dinilai paling penting oleh para pelanggan

berbagai industri jasa. Karena sifat produk jasa yang nonstandardized output,

dan produknya juga sangat tergantung dari aktivitas manusia sehingga sangat

sulit mengharapkan output yang konsisten. Apalagi jasa diproduksi dan

dikonsumsi pada saat yang bersamaan. Untuk meningkatkan reliability di

bidang pelayanan kesehatan, pihak manajemen puncak perlu membangun

Page 49: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

33

budaya kerja yang bermutu yaitu budaya tidak ada kesalahan atau corporate

culture of no mistake yang diterapkan mulai dari pimpinan puncak sampai ke

front line staff (yang langsung berhubungan dengan pasien).

3. Assurance

Kriteria ini berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan, dan sifat petugas

yang dapat dipercaya oleh pelanggan. Pemenuhan terhadap kriteria pelayanan

ini akan mengakibatkan pengguna jasa merasa terbebas dari resiko.

Berdasarkan riset, dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi,

krediabilitas, dan keamanan.

4. Empathy

Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staff kepada

setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan memberikan

kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jas ingin

memperoleh bantuannya. Pernanan SDM kesehatan sangat menentukan mutu

pelayanan kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi kepuasan para

pengguna jasa pelayanan kesehatan.

5. Tangible

Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh para

penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik. Para penyedia layanan

kesehatan akan mampu bekerja secara optimal sesuai dengan kemampuan

masing-masing. Dalam hal ini, perlu dimasukkan perbaikan sarana komunikasi

dan perlengkapan pelayanan yang tidak langsung seperti tempat parkir dan

kenyamanan ruang tunggu. Karena sifat produk jasa yang tidak bisa dilihat,

Page 50: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

34

dipegang, atau dirasakan, perlu ada ukuran lain yang bisa dirasakan lebih nyata

oleh para pengguna pelayanan. Dalam hal ini, pengguna jasa menggunakan

inderanya (mata, telinga, dan rasa) untuk menilai kualitas jasa pelayanan

kesehatan yang diterima, misalnya ruang penerimaan pasien, TV, peralatan

kantor yang lengkap, seragam staf yang rapi, menarik dan bersih.

2.14. Perilaku

Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Peter dan Lumongga (2010), perilaku

adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang mempengaruhi proses perhatian,

pengamatan, pikiran, daya ingat dan fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah

totalitas respons, namun semua respons sangat tergantung pada karakteristik

individual. Faktor-faktor yang membedakan respons dan stimulus yang berbeda-beda

disebut sebagai determinan perilaku.

Perilaku adalah keadaan jiwa dalam memberikan respons terhadap stimulus dari

luar, bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,

antara lain:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan

2. Perilaku dalam bentuk sikap

3. Perilaku dalam bentuk tindakan atau perbuatan.

Perilaku dalam bentuk pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Page 51: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

35

Perilaku dalam bentuk sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Allport ysng dikutip oleh

Notoatmodjo, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

(Notoatmodjo, 2003).

Perilaku dalam bentuk tindakan merupakan tindakan yang terbuka dalam artian

dapat dilihat secara nyata. Walaupun pengetahuan dan sikap (tindakan tertutup)

mengenai kesehatan lingkungan telah positif, namun tidak selalu diikuti oleh tindakan

yang positif juga. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas

kesehatan lingkungan yang ada pada klinik sanitasi tersebut. Di samping faktor

pendukung fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain, seperti dari

keluarga, tetangga, teman, petugas kesehatan, dll (Notoatmodjo, 2003).

Banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu perilaku yang sama

di antara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang

berbeda-beda. Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan

seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena alasan pokok, yaitu:

1. Pengetahuan

2. Kepercayaan

3. Sikap

4. Orang penting sebagai referensi

Page 52: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

36

5. Sumber-sumber daya (resources)

6. Kebudayaan, yang merupakan perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan

penggunaan sumber-sumber di dalam masyarakat yang akhirnya akan

menghasilkan suatu pola hidup.

(Notoatmodjo, 2003).

2.15. Teori Lawrence Green

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Lawrence Green,

mengungkapkan determinan perilaku berawal dari analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku, yaitu: faktor predisposisi (predisposing factors), faktor

pendukung (enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors).

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini meliputi, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, dan sebagainya yang terwujud dalam pengetahuan, kepercayaan,

sikap, persepsi, keyakinan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun

tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu objek tertentu (Mubarok, dkk, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

Page 53: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

37

perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting)

(Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan tentang hubungan antar jenis lingkungan sangat penting agar

dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas.

Sebagai contoh, apabila terdapat permasalahan menumpuknya sampah di kota-

kota dan diselesaikan dengan mengangkut dan membuangnya di suatu lembah

yang jauh dari pusat kota, maka permasalahan tidak terselesaikan, tetapi hanya

dipindahkan dan timbul masalah lain seperti pencemaran tanah, air, dan udara

bertambahnya jumlah lalat, tikus, bau, pemandangan menjadi tidak nyaman, dan

sebagainya (Soemirat, 1996).

Pengetahuan di dalam domain kognitif ada 6 tingkatan, antara lain: 1) tahu

yaitu mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya; 2) memahami yaitu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikannya dengan benar; 3) aplikasi yaitu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya; 4) analisis

yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain; 5) sintesis yaitu

kemampuan untuk meletakkan atau meghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru; 6) evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan

justifikasi/penilaian terhadap suatu materi/objek (Notoatmodjo, 2003).

Page 54: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

38

b. Sikap

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya

(Widayatun,T.R, 2009).

Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap

sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman sendiri ataupun dari pengalaman orang

lain. Sikap juga berasal dari orang yang dekat dengan kita. Mereka dapat

mengakrabkan kita kepada sesuatu, atau menyebabkan kita menolaknya (ITB,

1992).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima (diartikan bahwa

subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan), merespon

(memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi sikap), menghargai (mengajak orang lain

untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga), dan bertanggung jawab (bertanggung jawab atas segala suatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang memiliki

tingkatan paling tinggi) (Notoatmodjo, 2003).

2. Faktor Pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup, prasarana, sarana atau fasilitas yang

memungkinkan orang atau masyarakat yang bersangkutan mewujudkan apa yang

diketahui, diyakini, dan disikapinya ke dalam bentuk perilaku (Hartono, 2010).

Page 55: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

39

Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan untuk

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung

yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

a. Sarana dan Prasarana

Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah

sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan

baik pada tingkat individu maupun masyarakat.

Media atau sarana informasi perlu dipilih dengan cermat mengikuti metode

yang telah ditetapkan. Selain itu juga harus memperhatikan sasaran atau

penerima informasi. Bila penerima informasi tidak bisa membaca misalnya,

komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media yang penuh tulisan (Hartono,

2010).

Dimensi mutu pelayanan kesehatan salah satunya yaitu keterjangkauan atau

akses terhadap pelayanan kesehatan. Keterjangkauan atau akses artinya

pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak terhalang

oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan bahasa. Akses geografis,

diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi dan

hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapat

pelayanan kesehatan (Pohan, 2003).

Ketersediaan fasilitas lain berhubungan dengan image. Pelanggan akan

meyakini benar bahwa institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan memang

memiliki reputasi baik, dapat dipercaya, dan punya nilai (rating) tinggi di bidang

Page 56: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

40

pelayanan kesehatan. Kepercayaan ini sudah terbukti dari reputasi pelayanan

yang sudah ditunjukkan selama ini oleh institusi penyedia jasa pelayanan

kesehatan ini (Pohan, 2003).

b. Sosialisasi

Pelayanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi

yang jelas tentang apa, siapa, di mana, dan bagaimana pelayanan kesehatan itu

dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan

rumah sakit (Muninjaya, 2012).

3. Faktor Pendorong (reinforcing factors)

Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan referensi

sikap dan perilaku secara umum. Misalnya, perilaku petugas kesehatan dapat

mendorong terbentuknya perilaku (Pieter dan Lumongga, 2010).

Perilaku dapat ditumbuhkan oleh orang yang amat berarti dalam hidup kita.

Bila seseorang amat berarti bagi kita, kita akan mendengarkan petuahnya dan kita

akan berusaha meneladaninya (ITB, 1992).

Konsumen menganggap bahwa pelayanan kesehatan bermutu kalau

pelayanannya dilaksanakan sesuai dengan kepentingan mereka, yaitu manusiawi,

cepat, penuh empati, ramah, dan komunikatif (Muninjaya, 2012).

Faktor-faktor ini yang terwujud meliputi, faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat. Termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat

maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Page 57: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

41

Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien/klien hendaknya memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan informasi atau konseling. Jika

keterampilan ini ternyata belum dimilki, maka harus diselenggarakan program

pelatihan/kursus bagi mereka (Hartono, 2010).

Disimpulkan bahwa perilaku masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari masyarakat yang

bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas

kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya

perilaku (Notoatmodjo, 2003).

2.16. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut WHO (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan

yaitu:

1. Faktor regional dan residence.

2. Faktor sistem pelayanan yang bersangkutan, antara lain:

a. Tipe organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya.

b. Kelengkapan program kesehatan

c. Tersedianya tenaga dan fasilitas medis

d. Teraturnya pelayanan

e. Hubungan antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan masyarakat

f. Adanya asuransi kesehatan

3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lain

4. Faktor-faktor konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan :

Page 58: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

42

a. Faktor sosio demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, dan status

perkawinan.

b. Faktor sosio psikologis yang meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan

kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi kesehatan.

c. Faktor ekonomis meliputi status sosio ekonomis (pendidikan dan

pekerjaan)

(Depkes, 1999).

2.17. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian dari penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

2. Faktor Pendukung - Sarana dan Prasarana - Sosialisasi

3. Faktor Pendorong : - Petugas Klinik Sanitasi

1. Faktor Predisposisi : - (Pengetahuan, Sikap,

Kepercayaan) - Pendidikan - Ekonomi (pekerjaan,

penghasilan) - Demografi (Umur,

Jenis Kelamin)

Klinik sanitasi

Page 59: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan langsung oleh peneliti

dalam bentuk kuesioner. Sehingga dapat diketahui gambaran faktor predisposisi,

pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi

tersebut.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan

yaitu di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Adapun alasan pemilihan lokasi ini yaitu :

1. Puskesmas Medan Tuntungan merupakan puskesmas yang program klinik

sanitasi dengan kategorik kurang baik di Puskesmas Kota Medan (Maryanti,

2003).

2. Jumlah Kunjungan pasien/klien klinik sanitasi di Puskesmas Medan

Tuntungan tidak ada.

3. Jumlah pengunjung yang dominan mengunjungi Puskesmas Medan

Tuntungan salah satunya adalah berasal dari Kelurahan Baru Ladang Bambu.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2014.

Page 60: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

44

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Adapun populasi pada penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Medan Tuntungan, terkhusus pada masyarakat di Kelurahan Baru

Ladang Bambu. Di mana jumlah kunjungan terbanyak ke Puskesmas Medan

Tuntungan itu adalah berasal dari Kelurahan Baru Ladang Bambu. Berdasarkan data

Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012, adapun jumlah penduduk yang berada

dalam wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan khususnya di Kelurahan Baru

Ladang Bambu berjumlah 4.767 orang, yang terdiri dari 858 KK (Dinkes Medan,

2012).

Wawancara dilakukan pada kepala rumah tangga ataupun ibu rumah tangga

sebagai perwakilan dari suatu keluarga/rumah tangga yang berada di Kelurahan Baru

Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

3.3.2 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus penentuan jumlah

sampel menurut Slovin, untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) pada populasi

tersebut. Adapun rumus Slovin tersebut adalah:

푛 = N

N. d + 1

Keterangan : n = jumlah anggota sampel

N = jumlah anggota populasi

d = tingkat ketelitian (10%)

Page 61: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

45

Berdasarkan data pada survei pendahuluan diketahui bahwa jumlah KK pada

Kelurahan Baru Ladang Bambu adalah 858 KK, maka besar sampel yang akan diteliti

adalah :

푛 = N

N. d + 1

푛 = 858

858. (0,1) + 1

푛 = 8589,58

푛 = 89,56 ≈ 90

Dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh sampel jumlah KK di Kelurahan

Baru Ladang Bambu sebesar 90 responden.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

systematic random sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi dengan cara

menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang

dipilih secara random di antara nomer 1 hingga n (Sinulingga, 2011).

Sistem random sampling digunakan karena anggota populasi bersifat homogen,

hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk

diambil sebagai sampel. Pengambilan sampel secara acak sistematis (systematic

sampling). Caranya adalah membagi jumlah anggota populasi dengan perkiraan

jumlah sampel yang digunakan. Pengambilan sampel dengan membuat interval 10

dalam daftar urutan nama-nama KK di Kelurahan Baru Ladang Bambu. Maka

populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai kelipatan 10.

Page 62: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

46

Pengambilan sampel pertama dilakukan secara acak. Interval 10 ini diperoleh dengan

hasil pembagian jumlah populasi dengan jumlah sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.4.1 Data Primer

Data yang dikumpulkan secara primer melalui wawancara terpimpin dengan

menggunakan kuesioner secara langsung kepada masyarakat yang mana kuesioner

penelitian tersebut telah disiapkan oleh peneliti.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota Medan, profil Puskesmas

Medan Tuntungan, dan instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.5. Definisi Operasional

1. Faktor Predisposisi

a. 1. Pengetahuan adalah pengetahuan masyarakat tentang klinik sanitasi,

sanitasi lingkungan, dan penyakit berbasis lingkungan.

2. Sikap adalah reaksi atau respon masyarakat terhadap klinik sanitasi di

puskesmas.

3. Kepercayaan adalah kepercayaan masyarakat dalam pemanfaatan

klinik sanitasi tentang bagaimana klinik sanitasi di puskesmas

dimanfaatkan dan mengapa masyarakat memanfaatkannya.

b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang dimiliki masyarakat pada

pendidikan formal.

Page 63: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

47

c. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sehari-hari di

luar rumah untuk memperoleh penghasilan tetap.

d. Umur adalah usia masyarakat berdasarkan tanggal lahir.

e. Jenis kelamin, dibedakan atas laki-laki dan perempuan.

2. Faktor Pendukung

a. Sarana dan prasarana adalah segala macam fasilitas yang dibutuhkan untuk

kelancaran dalam pelaksanaan klinik sanitasi, seperti ruang klinik sanitasi,

media penyuluhan yang mendukung dan menarik minat masyarakat

berkunjung ke klinik sanitasi di puskesmas, jarak rumah masyarakat ke

puskesmas, serta adanya fasilitas lain yang mempengaruhi minat masyarakat

berkunjung.

b. Sosialisasi adalah segala hal yang dapat mendukung masyarakat untuk

berkunjung ke puskesmas untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi. Dapat

berupa penyuluhan tentang klinik sanitasi maupun informasi dalam bentuk

selebaran atau informasi dari mulut ke mulut.

3. Faktor Pendorong

a. Petugas klinik sanitasi adalah pendapat masyarakat mengenai petugas klinik

sanitasi yang bertugas yaitu keramah tamahan petugas klinik sanitasi, sikap

petugas klinik sanitasi dalam berkomunikasi melayani pasien/klien.

Page 64: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

48

3.6. Aspek Pengukuran

Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan wawancara terpimpin menggunakan

kuesioner. Setiap aspek pengukuran diwakili oleh beberapa pertanyaan. Masing-

masing pertanyaan memiliki bobot nilai. Masing-masing aspek pengukuran terdiri

dari 2 kategori, di mana penentuan kategori diperoleh berdasarkan rata-rata skor

jawaban seluruh responden :

Rata-rata skor =

1. Pengetahuan

Aspek pengukuran pengetahuan masyarakat tentang klinik sanitasi, sanitasi,

dan penyakit berbasis lingkungan, diukur melalui 10 pertanyaan dengan

ketentuan sebagai berikut: jika responden menjawab a, maka skor = 0; jika

responden menjawab b, maka skor = 1 dan untuk pertanyaan 1, 6, 8, 9, dan 10.

Jika jawaban responden b namun tidak tercantum pada pilihan, maka skor = 0;

jika responden dapat menyebutkan salah satu atau lebih jawaban dari yang

tercantum pada pilihan, maka skor = 1. Sehingga diperoleh skor tertinggi untuk

aspek pengetahuan yaitu 10. Selanjutnya aspek pengetahuan dikategorikan

menjadi 2 kategori dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pengetahuan baik : jika skor di atas rata-rata.

b. Pengetahuan kurang baik : jika skor di bawah rata-rata.

Page 65: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

49

2. Sikap

Aspek pengukuran sikap diukur melalui 5 pertanyaan dengan ketentuan yaitu:

jika responden menjawab “Setuju”, maka skor = 1 dan jika responden menjawab

“Tidak Setuju”, maka skor = 0. Sehingga diperoleh skor tertinggi untuk aspek

sikap yaitu 5. Selanjutnya aspek sikap dikategorikan menjadi 2 kategori dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Sikap baik : jika skor di atas rata-rata.

b. Sikap kurang baik : jika skor di bawah rata-rata.

3. Kepercayaan

Aspek pengukuran kepercayaan dalam menggunakan klinik sanitasi diukur

melalui 2 pertanyaan dengan ketentuan yaitu: jika responden menjawab “Ya”,

maka skor = 1 dan jika responden menjawab “Tidak”, maka skor = 0. Sehingga

diperoleh skor tertinggi untuk aspek kepercayaan yaitu 2. Selanjutnya aspek

kepercayaan dikategorikan menjadi 2 kategori dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kepercayaan baik : jika skor di atas rata-rata.

b. Kepercayaan kurang baik : jika skor di bawah rata-rata.

4. Sarana dan prasarana

Aspek pengukuran sarana dan prasarana meliputi fasilitas klinik sanitasi,

jarak, dan adanya fasilitas lain. Aspek ini diukur melalui 12 pertanyaan dengan

ketentuan yaitu: jika responden menjawab “Ya”, maka skor = 1 dan jika

responden menjawab “Tidak”, maka skor = 0. Untuk pertanyaan nomor 2, 7, 11,

dan 12, jika responden menjawab “Ya”, maka skor = 0 dan jika menjawab

“Tidak”, maka skor = 1. Sehingga diperoleh skor tertinggi untuk aspek sarana

Page 66: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

50

dan prasarana yaitu 12. Selanjutnya aspek sarana dan prasarana dikategorikan

menjadi 2 kategori dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Sarana dan prasarana baik : jika skor di atas rata-rata.

b. Sarana dan prasarana kurang baik : jika skor di bawah rata-rata.

5. Sosialisasi

Aspek pengukuran sosialisasi diukur melalui 3 pertanyaan dengan ketentuan

yaitu: jika responden menjawab “Ya”, maka skor = 1 dan jika responden

menjawab “Tidak”, maka skor = 0. Sehingga diperoleh skor tertinggi untuk

aspek sosialisasi yaitu 3. Selanjutnya aspek sosialisasi dikategorikan menjadi 2

kategori dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Sosialisasi baik : jika skor di atas rata-rata.

b. Sosialisasi kurang baik : jika skor di bawah rata-rata.

6. Petugas Klinik Sanitasi

Aspek pengukuran petugas klinik sanitasi diukur melalui 5 pertanyaan,

dengan ketentuan yaitu: jika responden menjawab “Ya”, maka skor = 1 dan jika

responden menjawab “Tidak”, maka skor = 0. Sehingga diperoleh skor tertinggi

untuk aspek petugas klinik sanitasi yaitu 8. Selanjutnya aspek petugas klinik

sanitasi dikategorikan menjadi 2 kategori dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Petugas klinik sanitasi baik : jika skor di atas rata-rata.

b. Petugas klinik sanitasi kurang baik : jika skor di bawah rata-rata.

Page 67: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

51

3.7. Teknik Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan analisis univariat untuk mengetahui

gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong pada masyarakat dalam

pemanfaatan klinik sanitasi. Hasil yang berupa angka-angka akan disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi.

Page 68: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

52

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan dengan luas wilayah yaitu adalah 135 Ha yang terbagi dalam 5 (lima)

lingkungan. Letak geografis dan batas-batas wilayah Kelurahan Baru Ladang Bambu

Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Namo Gajah

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baru Pancur Batu

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Durin Jangak Kec. Pancur Batu

4.1.1 Keadaan Demografis Kelurahan Baru Ladang Bambu

Jumlah penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu mengalami peningkatan

sebanyak 3,1 % pada tahun 2012. Pada Tahun 2011 jumlah penduduk Kelurahan

Baru Ladang Bambu sebanyak 4201 jiwa. Sementara pada tahun 2012 jumlah

penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu adalah sekitar 4299 jiwa.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Baru Ladang Bambu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 dan Tahun 2012

No. Lingkungan Tahun 2011 Tahun 2012

Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1. Lingkungan I 172 180 244 389 2. Lingkungan II 200 192 181 245 3. Lingkungan III 497 529 502 465 4. Lingkungan IV 530 535 621 565 5. Lingkungan V 611 755 495 628

Jumlah 2010 2191 2022 2277 Sumber : Profil Kelurahan Baru Ladang Bambu Tahun 2013

Page 69: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

53

4.1.2 Sarana Kesehatan Kelurahan Baru Ladang Bambu

Kelurahan Baru Ladang Bambu melaksanakan pelayanan kepada masyarakat di

bidang kesehatan melalui beberapa sarana kesehatan dengan melaksanakan beberapa

kegiatan yang telah dilaksanakan diantaranya :

a. Posyandu

Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki Posyandu sebanyak 4 (empat ) buah

yang berada di lingkungan yang ada di Kelurahan, yaitu :

1. Posyandu Kartini I berada di lingkungan IV yang dibina oleh Badan SOS

dengan pemberian PMTA (Pemberian Makanan Tambahan ASI).

2. Posyandu Kartini II berada di lingkungan III yang dibina oleh Badan SOS

dengan pemberian PMTA (Pemberian Makanan Tambahan ASI).

3. Posyandu Kartini III berada di lingkungan V yang dibina oleh Badan SOS

dengan pemberian PMTA (Pemberian Makanan Tambahan ASI).

4. Posyandu Kartini IV berada di lingkungan I yang dibina oleh Badan SOS

dengan pemberian PMTA (Pemberian Makanan Tambahan ASI).

b. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

Kelurahan Baru Ladang Bambu telah mendistribusikan Kartu JAMKESMAS

kepada masyarakat Baru Ladang Bambu sebanyak 306 Kepala Keluarga.

c. Puskesmas Pembantu (PUSTU)

Kelurahan Baru Ladang Bambu memiliki 1 (satu) Puskesmas Pembantu. Saat

ini Puskesmas Pembantu tidak memiliki dokter tetap.

Page 70: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

54

4.2. Struktur Organisasi Puskesmas Tuntungan

Adapun struktur organisasi yang terdapat di Puskesmas Tuntungan Kecamatan

Medan Tuntungan Kota Medan sebagai berikut:

Sumber : Profil Puskesmas Tuntungan, 2012

KEPALA

PENJAB TATA USAHA/ADM

INVENTARIS

BENDAHARA

WAKOR-I

KIA

DDTKB

LANSIA

KB

P2M/PKPL

ISPA DBD

DIARE Imunisasi Tb Paru

WAKOR-II

SP2TP

KEFARMASIAN

PENGOBATAN

LABORATORIUM

PUSTU LADANG BAMBU

PUSTU MEDAN PERMAI

GIZI

UKS

UKGM

PKM/PSM

Kesling

Kes. Mata PHN

Kes. Jiwa

Page 71: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

55

4.3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dinilai pada penelitian ini adalah umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah penghasilan, dan jarak rumah ke

puskesmas.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Umur (tahun) Jumlah Persentase (%) 1. 15 – 35 35 38,9 2. 36 – 55 43 47,8 3. > 55 12 13,3

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur,

persentase responden terbanyak sebesar 47,8% yaitu pada kelompok umur 35-55

tahun dan responden terendah sebesar 13,3% yaitu pada kelompok umur > 55 tahun.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) 1. Laki-laki 19 21,1 2. Perempuan 71 78,9

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin,

persentase responden terbanyak sebesar 78,9% yaitu perempuan, sedangkan

persentase responden laki-laki sebesar 21,1%.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1. Tidak sekolah/Tidak tamat SD 2 2,2 2. SD 12 13,3 3. SMP 26 28,9 4. SMA 37 41,1 5. Akademi/Perguruan Tinggi 13 14,4

Total 90 100,0

Page 72: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

56

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa berdasarkan tingkat pendidikan,

persentase responden terbanyak sebesar 41,1% yaitu pada tingkat SMA dan

persentase responden terendah sebesar 2,2% yaitu pada tingkat tidak sekolah ataupun

tidak tamat SD.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1. Petani 5 5,6 2. Buruh 2 2,2 3. Wiraswasta 31 34,4 4. Pegawai Swasta 9 10,0 5. Ibu Rumah Tangga 41 45,6 6. PNS/Polri/TNI 2 2,2

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa berdasarkan jenis pekerjaan,

persentase responden terbanyak sebesar 45,6% yaitu sebagai ibu rumah tangga (IRT),

dan persentase responden terendah sebesar 2,2% yaitu sebagai PNS.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Jumlah Penghasilan di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Jumlah Penghasilan (Rupiah) Jumlah Persentase (%) 1. < 500.000 16 17,8 2. 500.000 - 2.000.000 64 71,1 3. > 2.000.000 10 11,1

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa berdasarkan jumlah penghasilan,

persentase responden terbanyak sebesar 71,1% yaitu pada penghasilan sebesar Rp

500.000 – Rp 2.000.000 dan terendah sebesar 11,1 % yaitu pada penghasilan sebesar

> Rp 2.000.000.

Page 73: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

57

Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Jarak Rumah ke Puskesmas di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Jarak (Km) Jumlah Persentase (%) 1. < 1 19 21,1 2. 1-5 71 78,9

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa berdasarkan jarak rumah ke

puskesmas, persentase responden terbanyak sebesar 78,9% yaitu dengan jarak rumah

ke puskesmas sekitar 1-5 Km dan terdapat 21,1% responden memiliki jarak rumah ke

puskesmas <1 Km. Namun, tidak ada responden yang memiliki jarak rumah ke

puskesmas lebih dari 5 Km.

4.4. Gambaran Faktor Predisposisi

Adapun gambaran faktor predisiposisi responden pada masyarakat dalam

pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan tahun 2014 ini meliputi: pengetahuan responden yaitu

pengetahuan tentang klinik sanitasi disertai juga pengetahuan tentang sanitasi

lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan; sikap responden terhadap klinik

sanitasi; dan kepercayaan responden terhadap klinik sanitasi.

4.4.1 Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jumlah rata-rata skor jawaban seluruh

responden terhadap pengetahuan responden dalam pemanfaatan klinik sanitasi di

Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan yaitu berjumlah 6.

Sehingga dari skor rata-rata tersebut, dapat ditentukan bahwa kategori pengetahuan

baik yaitu > 6 dan kategori pengetahuan kurang baik yaitu ≤ 6.

Page 74: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

58

Pengetahuan yaitu pengetahuan masyarakat tentang klinik sanitasi, sanitasi

lingkungan, dan penyakit berbasis lingkungan. Adapun distribusi responden menurut

tingkat pengetahuan tentang pemanfaatan klinik sanitasi dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Pengetahuan Responden (n) (%) 1. Pernah mendengar klinik sanitasi :

- Tidak - Ya

84 6

93,3 6,7

Jumlah 90 100,0 2. Mengetahui di Puskesmas menyediakan pelayanan untuk

mencegah penyakit berbasis lingkungan : - Tidak - Ya

22 68

24,4 75,6

Jumlah 90 100,0 3 Mengetahui di Puskesmas menyediakan pelayanan untuk

konsultasi tentang sanitasi lingkungan : - Tidak - Ya

50 40

55,6 44,4

Jumlah 90 100,0 4. Tahu darimana sumber air yang baik untuk menunjang

kebutuhan rumah tangga : - Sumur/air hujan/air sungai - PDAM

54 36

60,0 40,0

Jumlah 90 100,0 5. Penyakit DBD dapat menyebabkan kematian :

- Tidak - Ya

6 84

6,7 93,3

Jumlah 90 100,0 6. Tahu cara pencegahan DBD :

- Tidak - Ya

13 77

14,4 85,6

Jumlah 90 100,0 7. Bagaimana pengelolaan sampah yang baik :

- Dibuang ke sungai - Dibuang ke tempat sampah dan diangkut/dibakar

1 89

1,1 98,9

Jumlah 90 100,0

Page 75: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

59

Tabel 4.8 (lanjutan) 8. Tahukah apa itu sanitasi lingkungan :

- Tidak - Ya

74 16

82,2 17,8

Jumlah 90 100,0 9. Bagaimana kualitas fisik air bersih yang baik untuk

dikonsumsi : - Tidak - Ya

12 78

13,3 86,7

Jumlah 90 100,0 10. Apakah air bersih yang tidak memenuhi persyaratan

dapat menyebabkan penyakit : - Tidak - Ya

5 85

5,6 94,4

Jumlah 90 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa 93,3% masyarakat tidak “pernah

mendengar tentang klinik sanitasi”, namun responden sebanyak 75,6% “mengetahui

bahwa di puskesmas menyediakan pelayanan untuk mencegah penyakit berbasis

lingkungan”, dan sebanyak 55,6% pula responden tidak “mengetahui bahwa di

puskesmas menyediakan pelayanan untuk konsultasi tentang sanitasi lingkungan”.

Hal ini diperkuat dengan jawaban responden sebanyak 82,2% tidak “mengetahui apa

itu sanitasi lingkungan”.

Meskipun responden banyak yang tidak mengerti tentang sanitasi lingkungan,

namun dominan responden sudah “mengetahui pengelolaan sampah yang baik”, yaitu

sebanyak 98,9% responden mengelola sampah dengan “dibuang ke tempat sampah

dan diangkut atau dibakar”. Sebanyak 86,7% responden juga telah “tahu bagaimana

kualitas air bersih yang baik untuk dikonsumsi”. Namun, sebanyak 60% responden

mengatakan bahwa “sumber air yang baik bagi kebutuhan rumah tangga mereka yaitu

dari sumur”.

Page 76: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

60

Sebesar 93,3% responden mengetahui bahwa “penyakit DBD dapat

menyebabkan kematian”, oleh karena itu sebanyak 85,6% responden pula

“mengetahui cara pencegahan DBD”. Serta sebanyak 94,4% responden tahu bahwa

“air bersih yang tidak memenuhi persyaratan dapat menyebabkan penyakit”.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Pengetahuan

No. Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 43 47,8 2. Baik 47 52,2

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat

pengetahuan yang baik tentang klinik sanitasi, sanitasi lingkungan, dan penyakit

berbasis lingkungan yaitu dengan persentase sebesar 52,2% dan responden yang

memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik tentang klinik sanitasi, sanitasi

lingkungan, dan penyakit berbasis lingkungan lebih sedikit lagi yaitu dengan

persentase sebesar 47,8%.

4.4.2 Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jumlah rata-rata skor jawaban seluruh

responden terhadap sikap responden dalam pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan

Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan yaitu berjumlah 4. Sehingga dari

skor rata-rata tersebut, dapat ditentukan bahwa kategori sikap baik yaitu > 4 dan

kategori sikap kurang baik yaitu ≤ 4.

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi atau respon masyarakat

terhadap klinik sanitasi yang meliputi tentang sikap atas keberadaan klinik sanitasi

Page 77: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

61

dan sikap untuk berkunjung ke klinik sanitasi. Adapun distribusi responden menurut

indikator sikap tentang pemanfaatan klinik sanitasi dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Tabel 5.0. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Sikap Responden Jumlah (n)

Persentase (%)

1. Adanya klinik sanitasi di puskesmas : - Setuju - Tidak Setuju

90 0

100,0

0 Jumlah 90 100,0

2. Mau datang ke klinik sanitasi : - Setuju - Tidak Setuju

64 26

71,1 28,9

Jumlah 90 100,0 3 Klinik sanitasi melakukan upaya pencegahan

penyakit berbasis lingkungan : - Setuju - Tidak Setuju

88 2

97,8 2,2

Jumlah 90 100,0 4. Kita perlu berkonsultasi ke klinik sanitasi :

- Setuju - Tidak Setuju

78 12

86,7 13,3

Jumlah 90 100,0 5. Kita perlu berkonsultasi ke klinik sanitasi setelah

berobat di puskesmas : - Setuju - Tidak Setuju

52 38

57,8 42,2

Jumlah 90 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden “setuju” atas

“pengadaan klinik sanitasi” dan “setuju” untuk “mau datang ke klinik sanitasi”

(71,1%). Sebagian besar responden (97,8%) menyatakan “setuju” dengan “upaya

pencegahan penyakit berbasis lingkungan di klinik sanitasi”. Namun, juga terdapat

sebesar 42,2% responden yang “tidak setuju” bahwa “perlu berkonsultasi ke klinik

Page 78: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

62

sanitasi setelah berobat di puskesmas”. Padahal, sebesar 86,7% responden

menyatakan “setuju” bahwa “perlunya berkonsultasi ke klinik sanitasi”.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Sikap Terhadap Klinik Sanitasi

No. Sikap Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 50 55,6 2. Baik 40 44,4

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa responden yang memiliki sikap

yang baik terhadap klinik sanitasi lebih rendah yaitu dengan persentase sebesar

44,4% dan sikap responden yang kurang baik terhadap klinik sanitasi lebih tinggi

yaitu sebesar 55,6%.

4.4.3 Kepercayaan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jumlah rata-rata skor jawaban seluruh

responden terhadap kepercayaan responden dalam pemanfaatan klinik sanitasi di

Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan yaitu berjumlah 1.

Sehingga dari skor rata-rata tersebut, dapat ditentukan bahwa kategori kepercayaan

baik yaitu > 1 dan kategori kepercayaan kurang baik yaitu ≤ 1.

Kepercayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepercayaan

masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi tentang bagaimana klinik sanitasi

dimanfaatkan dan mengapa masyarakat memanfaatkannya. Adapun distribusi

responden menurut tingkat kepercayaan dalam pemanfaatan klinik sanitasi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 79: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

63

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Kepercayaan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Kepercayaan Responden Jumlah (n)

Persentase (%)

1. Klinik sanitasi dapat membantu dalam memahami sanitasi lingkungan :

- Ya - Tidak

82 8

91,1 8,9

Jumlah 90 100,0 2. Klinik sanitasi dapat mencegah penyakit diare,

DBD, gatal-gatal, dan penyakit berbasis lingkungan lainnya :

- Ya - Tidak

81 9

90,0 10,0

Jumlah 90 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui sebesar 91,1 % responden percaya

bahwa “klinik sanitasi dapat membantu mereka dalam memahami sanitasi

lingkungan” dan sebesar 90% responden percaya bahwa “klinik sanitasi dapat

mencegah penyakit berbasis lingkungan.”

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Menurut Kepercayaan Terhadap Klinik Sanitasi

No. Kepercayaan Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 12 13,3 2. Baik 78 86,7

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa responden yang memiliki

kepercayaan yang baik terhadap klinik sanitasi yaitu sebesar 86,7% dan responden

yang memiliki kepercayaan yang kurang baik terhadap klinik sanitasi yaitu hanya

sebesar 13,3% saja.

Page 80: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

64

4.5. Gambaran Faktor Pendukung

Adapun gambaran faktor pendukung responden pada masyarakat dalam

pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan tahun 2014 ini dilihat dari keberadaan sarana dan prasarana

klinik sanitasi yang meliputi fasilitas klinik sanitasi, jarak rumah ke puskesmas, serta

adanya keberadaan fasilitas lain; dan sosialisasi terhadap keberadaan klinik sanitasi.

4.5.1 Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jumlah rata-rata skor jawaban seluruh

responden terhadap keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi dalam

pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan yaitu berjumlah 5. Sehingga dari skor rata-rata tersebut, dapat ditentukan

bahwa kategori sarana dan prasarana baik yaitu > 5 dan kategori sarana dan prasarana

kurang baik yaitu ≤ 5.

Sarana dan prasarana adalah segala macam fasilitas yang dibutuhkan untuk

kelancaran dalam pelaksanaan klinik sanitasi, seperti ruang klinik sanitasi, media

penyuluhan yang mendukung dan menarik minat masyarakat berkunjung ke klinik

sanitasi di puskesmas, jarak rumah masyarakat ke puskesmas, serta adanya fasilitas

lain yang mempengaruhi minat masyarakat berkunjung. Adapun distribusi responden

menurut indikator keberadaan sarana dan prasarana tentang pemanfaatan klinik

sanitasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 81: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

65

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Sarana dan Prasarana Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Tentang Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi Jumlah (n)

Persentase (%)

1. Pernah berkonsultasi di ruang khusus klinik sanitasi : - Tidak - Ya

89 1

98,9 1,1

Jumlah 90 100,0 2. Pernah mendapat konsultasi tentang sanitasi

lingkungan di loket pendaftaran : - Ya - Tidak

2 88

2,2 97,8

Jumlah 90 100,0 3 Petugas menjelaskan disertai dengan media cetak

saat berkonsultasi: - Tidak - Ya

88 2

97,8 2,2

Jumlah 90 100,0 4. Petugas menjelaskan disertai dengan video saat

berkonsultasi : - Tidak - Ya

90 0

100,0 0

Jumlah 90 100,0 5. Petugas menjelaskan disertai dengan buku/majalah

saat berkonsultasi : - Tidak - Ya

85 5

94,4 5,6

90 100,0 6. Petugas menyertai formulir untuk pencatatan dan

pelaporan saat berkonsultasi : - Tidak - Ya

90 0

100,0 0

Jumlah 90 100,0 7. Mempunyai masalah jarak dari rumah ke puskesmas :

- Ya - Tidak

44 46

48,9 51,1

Jumlah 90 100,0 8. Ketersediaan sarana dalam kegiatan klinik sanitasi

adalah hal yang penting : - Tidak - Ya

10 80

11,1 88,9

Jumlah 90 100,0

Page 82: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

66

Tabel 5.4 (lanjutan) 9. Berkunjung ke puskesmas untuk konsultasi tentang

sanitasi lingkungan : - Tidak - Ya

78 12

86,7 13,3

Jumlah 90 100,0 10. Berkunjung ke puskesmas untuk konsultasi tentang

penyakit berbasis lingkungan : - Tidak - Ya

71 19

78,9 21,1

Jumlah 90 100,0 11. Berkunjung ke rumah sakit untuk konsultasi tentang

sanitasi lingkungan : - Ya - Tidak

8 82

8,9 91,1

Jumlah 90 100,0 12. Berkunjung ke rumah sakit untuk konsultasi tentang

penyakit berbasis lingkungan : - Ya - Tidak

18 72

20,0 80,0

Jumlah 90 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 98,9% responden menyatakan

“tidak” pada pernyataan “pernah berkonsultasi di ruang khusus klinik sanitasi”.

Selain itu, sebesar 97,8% responden menyatakan “petugas tidak menyertai media

cetak saat berkonsultasi” dan sebesar 94,4% responden menyatakan “petugas tidak

menyertai buku/majalah saat berkonsultasi”. Sebagian besar responden (51,1%)

menyatakan bahwa “tidak mempunyai masalah jarak dari rumah ke puskesmas”.

Pada tabel 5.4 di atas juga dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

menyatakan bahwa mereka berkunjung ke puskesmas “tidak” untuk melakukan

konsultasi tentang sanitasi lingkungan (86,7%) dan tentang penyakit berbasis

lingkungan (78,9%). Namun, terdapat sebesar 20% responden menyatakan bahwa

mereka “ke rumah sakit untuk konsultasi tentang penyakit berbasis lingkungan”.

Page 83: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

67

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Sarana dan Prasarana Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

No. Sarana dan Prasarana Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 78 86,7 2. Baik 12 13,3

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 di atas, diketahui bahwa responden menyatakan

keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi kurang baik pada persentase tertinggi

yaitu sebesar 86,7% dan hanya 13,3% saja persentase responden yang menyatakan

bahwa keberadaan sarana dan prasarana klinik sanitasi baik.

4.5.2 Sosialisasi Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jumlah rata-rata skor jawaban seluruh

responden terhadap sosialisasi klinik sanitasi dalam pemanfaatan klinik sanitasi di

Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan yaitu nol. Sehingga,

dapat diketahui bahwa sosialisasi terhadap keberadaan klinik sanitasi seluruhnya

kurang baik.

4.6. Gambaran Faktor Pendorong

Adapun gambaran faktor pendorong responden pada masyarakat dalam

pemanfaatan klinik sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan tahun 2014 ini dilihat dari keberadaan petugas klinik sanitasi

meliputi keramah tamahan petugas klinik sanitasi, kesigapan petugas klinik sanitasi,

keaktifan petugas klinik sanitasi, serta penjelasan petugas klinik sanitasi dalam

melayani pasien/klien yang bersifat komunikatif.

Page 84: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

68

4.6.1 Petugas Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh jumlah rata-rata skor jawaban seluruh

responden terhadap keberadaan petugas klinik sanitasi dalam pemanfaatan klinik

sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan yaitu

berjumlah 3. Sehingga dari skor rata-rata tersebut, dapat ditentukan bahwa kategori

baik yaitu > 3 dan kategori kurang baik yaitu ≤ 3.

Peugas klinik sanitasi dalam penelitian ini adalah pendapat masyarakat

mengenai petugas klinik sanitasi yang bertugas meliputi keramah-tamahan petugas

klinik sanitasi, sikap petugas klinik sanitasi dalam berkomunikasi melayani

pasien/klien. Adapun distribusi responden menurut indikator keberadaan petugas

klinik sanitasi tentang pemanfaatan klinik sanitasi dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

No. Tentang Petugas Klinik Sanitasi Jumlah (n)

Persentase (%)

1. Petugas klinik sanitasi pernah berkunjung ke rumah : - Tidak - Ya

90 0

100,0

0 Jumlah 90 100,0

2. Pernah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit berbasis lingkungan dari petugas klinik sanitasi :

- Tidak - Ya

81 9

90,0 10,0

Jumlah 90 100,0 3 Pernah mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi

lingkungan dari petugas klinik sanitasi : - Tidak - Ya

82 8

91,1 8,9

Jumlah 90 100,0

Page 85: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

69

Tabel 5.6 (lanjutan) 4. Sikap petugas klinik sanitasi mempengaruhi minat

untuk berkunjung: - Tidak - Ya

46 44

51,1 48,9

Jumlah 90 100,0 5. Mengharapkan petugas klinik sanitasi baik dan

ramah: - Ya - Tidak

69 21

76,7 23,3

Jumlah 90 100,0 6. Mengharapkan petugas klinik sigap :

- Ya - Tidak

31 59

34,4 65,6

Jumlah 90 100,0 7. Mengharapkan petugas klinik sanitasi aktif:

- Ya - Tidak

47 43

52,2 47,8

Jumlah 90 100,0 8. Mengharapkan petugas klinik sanitasi komunikatif :

- Ya - Tidak

17 73

18,9 81,1

Jumlah 90 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan “tidak”

pada pernyataan “petugas klinik sanitasi pernah berkunjung ke rumah”. Selain itu,

sebagian besar responden menyatakan “tidak” pada pernyataan “pernah mendapat

penyuluhan tentang penyakit berbasis lingkungan dari petugas klinik sanitasi” (90%)

dan “pernah mendapat penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dari petugas klinik

sanitasi” (91,1%).

Pada tabel 5.6 di atas juga dapat dilihat bahwa sebesar 76,7% responden

mengharapkan “petugas klinik sanitasi lebih baik dan ramah” dan sebesar 52,2%

responden mengarapkan “petugas klinik sanitasi lebih aktif”.

Page 86: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

70

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Masyarakat Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Berdasarkan Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

No. Petugas Klinik Sanitasi Jumlah Persentase (%) 1. Kurang baik 67 74,4 2. Baik 23 25,6

Total 90 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui bahwa responden menyatakan jika

petugas klinik sanitasi kurang baik pada persentase tertinggi yaitu sebesar 74,4% dan

hanya sekitar 25,6% responden yang menyatakan bahwa petugas klinik sanitasi baik.

Page 87: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

71

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa kelompok umur terbanyak dari responden

adalah 36-55 tahun yaitu sekitar 47,3% sedangkan paling rendah yaitu pada

kelompok umur di atas 55 tahun yaitu hanya 13,3% saja.

Pada penelitian ini, umur termasuk dalam faktor predisposisi yaitu demografi.

Umur responden memberikan kontribusi besar dari hasil akhir usaha yang lebih

maksimal mengenai perilaku kesehatan yang dilakukan, seperti dalam hal kesadaran

untuk melakukan tindakan pencegahan sebagaimana yang ingin diwujudkan pada

pelayanan klinik sanitasi ini, yaitu meningkatkan derajat masyarakat melalui upaya

preventif, kuratif, dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus-

menerus (Depkes RI, 2000).

5.1.2 Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini diperoleh 78,9% responden berjenis kelamin perempuan

sedangkan laki-laki sebanyak 21,1%. Pada penelitian ini selain umur, jenis kelamin

termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu demografi. Jenis kelamin dikaitkan dengan

status responden di dalam keluarga. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa

kebanyakan ibu-ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hal ini sangat erat

kaitannya dengan peran seorang ibu di dalam rumah tangga yaitu sebagai ibu rumah

tangga dan lebih banyak berada di rumah dibanding seorang laki-laki yang berperan

sebagai kepala keluarga dan sering bekerja di luar rumah.

Page 88: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

72

Jenis kelamin mendasari suatu peluang besar bagi perempuan untuk

mempunyai waktu yang cukup luang dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki, di

mana laki-laki lebih banyak beraktifitas/bekerja di luar rumah. Sehingga perempuan

memiliki cukup waktu luang untuk datang ke klinik sanitasi dan seharusnya tidak

menjadi kendala bagi mereka untuk berkunjung ke klinik sanitasi.

5.1.3 Pendidikan

Hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa pendidikan responden pada

Kelurahan Baru Ladang Bambu telah cukup tinggi, yaitu sekitar 41,1% responden

tamat pendidikan menengah yaitu tamat SMA dan responden yang mencapai tingkat

pendidikan tinggi yaitu tamat akademi/perguruan tinggi ada 14,4%, walaupun

terdapat 2,2% responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu tidak

sekolah/tidak tamat SD.

Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan formal yang dimiliki masyarakat di Kelurahan Baru Ladang Bambu

Kecamatan Medan Tuntungan. Pendidikan itu melingkupi proses pendidikan yang

dilaksanakan di sekolah. Pada penelitian ini, pendidikan masyarakat di Kelurahan

Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan memiliki tingkat pendidikan

yang bervariasi dan ada pula yang sama. Tingkat pendidikan di sini dikategorikan ke

dalam beberapa tingkatan yang meliputi 3 macam yaitu tingkat pendidikan rendah

(tamat SD,SMP), tingkat pendidikan menengah (tamat SMA), dan tingkat pendidikan

tinggi (tamat Akademi/Perguruan Tinggi).

Masyarakat yang mempunyai pendidikan menengah dan akademi/perguruan

tinggi akan lebih memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan lingkungan

Page 89: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

73

terutama tentang sanitasi lingkungan dan tentang penyakit berbasis lingkungan.

Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula

tingkat pemahaman terhadap suatu masalah. Pendidikan merupakan suatu proses atau

kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau

masyarakat, dan bertujuan untuk bertahan hidup termasuk memenuhi kebutuhan

sandangnya (Azwar, 2007).

Pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat.

Pendidikan merupakan sarana yang digunakan oleh seorang individu agar nantinya

mendapat pemahaman terkait kesadaran kesehatan. Hasil dari pendidikan terkait

kesehatan adalah dalam bentuk kesadaran kesehatan. Kesadaran adalah keadaan di

mana seseorang dalam keadaan siap dari segi fisik dan pikiran untuk menerima atau

melakukan hal-hal tertentu. Kebanyakan orang menilai apabila seseorang itu

mendapat proses pendidikan yang baik dan mendapat pengetahuan kesehatan yang

cukup maka ia juga akan mempunyai tingkat kesadaran kesehatan yang baik pula.

Tingkat pendidikan juga dapat sebagai penentu daya nalar seseorang untuk

menerima informasi dan mengolahnya serta menanggapi informasi yang diterima itu

dengan baik secara rasional. Pendidikan berpengaruh dalam proses belajar seseorang,

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula seseorang tersebut dalam

menerima informasi.

Hasil studi Widyastuti dan Elisabeth dalam Opangge (2013), dapat disimpulkan

bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih berorientasi

pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan

Page 90: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

74

memiliki status kesehatan yang lebih baik. Semakin rendah pendidikan, maka tingkat

partisipasi masyarakat di bidang kesehatan semakin rendah juga.

5.1.4 Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45,6% responden adalah Ibu Rumah

Tangga (IRT). Selain itu, terdapat 34,4% responden bekerja sebagai wiraswasta

diikuti 10% sebagai pegawai swasta. Sisanya dapat ditemukan 5,6% responden

bekerja sebagai petani, 2,2% sebagai buruh, dan hanya 2,2% bekerja sebagai PNS.

Bekerja sebagai ibu rumah tangga diartikan bahwa responden tersebut tidak

bekerja di luar rumah, namun suami yang bertindak sebagai kepala keluarga yang

bekerja di luar rumah. Sebagian besar responden pada penelitian ini adalah

perempuan (78,9%) yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Hal ini mencerminkan

bahwa tingkat pendidikan ibu yang bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga tidak

setinggi ibu yang memiliki pekerjaan di luar rumah di samping bertindak sebagai ibu

rumah tangga di dalam rumah. Sehingga pemahaman mengenai kesehatan dapat

dikatakan tidak setinggi ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Hal ini

berbanding lurus dengan pengetahuan dan kesadaran kesehatan seseorang. Semakin

tinggi pendidikan, maka semakin tinggi pula kesadaran terhadap kesehatan.

Menurut teori Maslow dalam Malayu (2002), jika seseorang yang ingin

memiliki kebutuhan rasa aman dan kenyamanan maka akan melakukan berbagai

upaya untuk mencapainya, salah satu faktornya adalah kecukupan penghasilan dan ini

hanya diperoleh jika mempunyai suatu pekerjaan yang layak.

Page 91: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

75

5.1.5 Penghasilan

Tingkat penghasilan dalam penelitian ini adalah jumlah penghasilan yang

didapatkan oleh masyarakat dengan bekerja sehari-hari. Jumlah penghasilan yang

dikategorikan pada penelitian ini yaitu sebagian besar responden berpenghasilan

antara Rp 500.000 – Rp 2.000.000 yaitu sebesar 71,1% di Kelurahan Baru Ladang

Bambu Kecamatan Medan Tuntungan. Penghasilan masyarakat yang terbanyak ini

berasal dari pegawai swasta dan wiraswasta seperti dalam hal perdagangan. Semakin

tinggi penghasilan penduduk, maka semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang

dibelanjakan untuk barang, makanan dan semakin tinggi penghasilan keluarga

semakin baik pula status kesehatannya.

Keadaan ekonomi sangat berperan penting dalam meningkatkan status

kesehatan masyarakat. Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga

untuk memperoleh suatu yang lebih baik juga dalam kebutuhannya seperti kesehatan,

pendidikan dan sebagainya. Sebaliknya, jika pendapatan rendah maka akan terdapat

hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian penghasilan

sebagai salah satu faktor dalam masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan

melakukan perilaku kesehatan yang bersifat mencegah seperti dalam hal

memanfaatkan klinik sanitasi yang ada. Pada penelitian ini, hanya sebagian kecil

responden yang berpenghasilan tinggi (11,1%). Walaupun terdapat sebagian

masyarakat yang berpenghasilan di atas Rp 2.000.000, akan tetapi kesadaran akan

pentingnya berkonsultasi mengenai kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis

lingkungan di klinik sanitasi masih sangat rendah, sehingga kunjungan ke klinik

sanitasi tetap saja rendah.

Page 92: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

76

5.1.6 Jarak Rumah dengan Puskesmas

Jarak merupakan kelengkapan data untuk penguatan atas faktor pendukung

yaitu faktor sarana dan prasarana. Karena jarak dapat mempengaruhi atas keberadaan

fasilitas seperti transportasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa

78,9% responden menyatakan jarak lokasi Puskesmas Medan Tuntungan sebagai

tempat yang menyediakan pelayanan klinik sanitasi dengan tempat tinggal responden

tidak terlalu jauh yaitu sekitar 1-5 Km.

Menurut Pohan (2003), salah satu dimensi mutu pelayanan kesehatan antara

lain yaitu keterjangkauan atau akses terhadap pelayanan kesehatan. Keterjangkauan

atau akses artinya pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak

terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi, dan bahasa. Akses

geografis, diukur dengan jarak, lama perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi

dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapat

pelayanan kesehatan.

Jarak puskesmas yang tidak terlalu jauh akan membuat masyarakat mudah

dalam menjangkaunya. Kemudahan dalam menjangkau lokasi puskesmas ini

berhubungan dengan faktor ekonomi dalam keluarga. Jika masyarakat memiliki

kendaraan dalam menjangkau lokasi puskesmas sehingga mudah untuk menjangkau

lokasi puskesmas tanpa harus menimbulkan kelelahan, maka hal ini dapat mendorong

minat atau motivasi masyarakat untuk berkunjung ke klinik santasi.

Page 93: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

77

5.2. Gambaran Faktor Predisposisi

5.2.1 Pengetahuan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

Pengetahuan pada penelitian ini meliputi pengetahuan masyarakat tentang

klinik sanitasi, sanitasi lingkungan, dan penyakit berbasis lingkungan. Dari hasil

penelitian tentang pengetahuan responden di Kelurahan Baru Ladang Bambu

Kecamatan Medan Tuntungan dalam pemanfaatan klinik sanitasi menyatakan bahwa

tingkat pengetahuan responden baik yaitu sebanyak 52,2%.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaran

indera manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang program klinik sanitasi dapat

membantu mereka memahami lebih banyak mengenai upaya-upaya pencegahan, apa

yang harus mereka lakukan agar sesuatu yang buruk, misalnya lingkungan yang

buruk, tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan mereka, yaitu berupa penyakit

berbasis lingkungan.

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai program klinik sanitasi kurang, yaitu

sebesar 93,3% responden “tidak” pernah mendengar tentang klinik sanitasi. Sehingga

sebesar 55,6% responden menyatakan “tidak” mengetahui jika di puskesmas

menyediakan pelayanan untuk konsultasi tentang sanitasi lingkungan. Namun

demikian, dominan responden sudah “mengetahui pengelolaan sampah yang baik”,

yaitu sebanyak 98,9% responden mengelola sampah dengan “dibuang ke tempat

Page 94: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

78

sampah dan diangkut atau dibakar”. Selain itu, sebanyak 86,7% responden juga telah

“tahu bagaimana kualitas air bersih yang baik untuk dikonsumsi”, serta sebanyak

94,4% responden tahu bahwa “air bersih yang tidak memenuhi persyaratan dapat

menyebabkan penyakit”.

Menurut Notoatmojdjo (2003) mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang

akan mempengaruhi pengetahuannya. Pendidikan dapat membawa wawasan atau

pengetahuan seseorang. Pendidikan berpengaruh dalam proses belajar seseorang,

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula seseorang tersebut dalam

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk berusaha memperoleh informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Hal ini sebanding dengan tingkat pendidikan responden yang diperoleh dari

penelitian ini, yaitu pendidikan tingkat menengah (tamat SMA) paling tinggi pada

masyarakat di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang sanitasi lingkungan, dan

penyakit berbasis lingkungan meskipun pengetahuan tentang program klinik sanitasi

masih kurang.

Dalam hal pemanfaaan klinik sanitasi ini, pengetahuan masyarakat berperan

dalam membantu masyarakat untuk memahami lebih dalam mengenai semua hal dan

persoalan yang berhubungan dengan sanitasi dan penyakit yang berbasis lingkungan.

Page 95: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

79

Tingginya tingkat pendidikan seseorang berbanding lurus dengan pengetahuan

mereka tentang semua hal yang baik yang berhubungan dengan cara-cara pencegahan

penyakit yang merupakan hal buruk bagi kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan responden yang menyatakan bahwa sebanyak 85,6% responden

mengetahui cara pencegahan penyakit DBD.

Hasil penelitian yang diperoleh pada masyarakat Kelurahan Baru Ladang

Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ini telah menunjukkan bahwa pengetahuan

mereka sudah tergolong baik. Berarti masyarakat sudah mengetahui hal-hal yang

berhubungan dengan kesehatan lingkungan seperti, upaya pencegahan DBD, cara

pengolahan sampah yang baik, ciri-ciri fisik air bersih seperti apa. Namun dalam hal

ini, pengetahuan masyarakat mengenai klinik sanitasi masih sangat rendah.

Masyarakat mengetahui bahwa di puskesmas menyediakan pelayanan untuk

melakukan pencegahan penyakit berbasis lingkungan dan upaya kesehatan

lingkungan, namun masyarakat tidak mengetahui bahwa di puskesmas mereka dapat

melakukan konsultasi dalam rangka membantu upaya pencegahan mereka melalui

fasilitas klinik sanitasi.

5.2.2 Sikap Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

Salah satu faktor predisposisi dalam penelitian ini adalah faktor sikap, yang

diartikan sebagai reaksi atau respon masyarakat terhadap klinik sanitasi di puskesmas.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa sebagian

besar responden memiliki sikap tidak baik yaitu 55,6%. Namun, walaupun sikap

masyarakat terhadap pemanfaatan klinik sanitasi dominan tidak baik, terdapat 44,4%

Page 96: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

80

responden yang menyatakan sikap yang baik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang tidak jauh antara masyarakat yang bersikap baik dan tidak baik.

Studi yang dilakukan Opangge (2013), menyatakan bahwa sikap masyarakat

timbul berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Tingkat pengetahuan yang

tinggi dapat mendorong masyarakat untuk bersikap lebih baik sesuai dengan

pengetahuan yang mereka miliki. Pada penelitian ini, telah dibahas sebelumnya

bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik.

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan responden yang menyatakan “setuju” atas

pegadaan klinik sanitasi (97,8%) dan “setuju” dengan upaya pencegahan penyakit

berbasis lingkungan di klinik sanitasi. Hal ini menjadi suatu pembuktian atas

perbedaan yang tidak jauh antara sikap masyarakat yang baik dan yang kurang baik.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap

mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap

berasal dari pengalaman sendiri ataupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo,

2003).

Sikap yang kurang baik pada penelitian ini dimaksudkan sebagai sikap

masyarakat yang tertutup terhadap pemanfaatan klinik sanitasi, sebagai salah satu

upaya masyarakat dalam menangani masalah yang berhubungan dengan sanitasi

lingkungan dan kesehatan lingkungan mereka. Sikap yang tertutup ini merupakan

reaksi atau respon yang muncul yang terbatas pada perhatian masyarakat terhadap

kesehatan lingkungan di sekitar mereka dan kurangnya kesadaran akan manfaat klinik

Page 97: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

81

sanitasi yang terjadi pada masyarakat sehingga mengakibatkan kunjungan masyarakat

untuk datang ke klinik sanitasi rendah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan responden

yang menyatakan “tidak setuju” bahwa “perlu berkonsultasi ke klinik sanitasi setelah

berobat di puskesmas (42,2%), padahal sebesar 86,7% responden menyatakan

“setuju” bahwa “perlunya berkonsultasi ke klinik sanitasi”.

Sikap yang kurang baik ini menggambarkan tindakan responden tentang

pemanfaatan klinik sanitasi dikarenakan tidak adanya kesinambungan yang dilakukan

masyarakat antara pengetahuan dan sikap yang mereka miliki dengan tindakan yang

mereka lakukan. Sebagian besar masyarakat tahu dan memahami tentang bahaya dari

penyakit berbasis lingkungan yang sering dialami akan tetapi penyesuaian dengan

adanya tindakan langsung terhadap upaya menanggulangi kejadian penyakit tersebut

masyarakat tidak efektif dalam pelaksanaannya. Seperti mereka enggan berkunjung

untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi.

5.2.3 Kepercayaan Responden Dalam Pemanfaatan Klinik Sanitasi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa sebesar 91,1%

responden “percaya” bahwa “klinik sanitasi dapat membantu mereka dalam

memahami sanitasi lingkungan” dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan

lingkungan mereka dan “percaya” bahwa “klinik sanitasi dapat mencegah penyakit

berbasis lingkungan” (90%) yang tidak mereka harapkan. Sehingga, dapat diketahui

dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa 86,7% responden memiliki kepercayaan

yang baik terhadap klinik sanitasi.

Salah satu faktor predisposisi selain pengetahuan dan sikap adalah kepercayaan.

Kepercayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kepercayaan masyarakat

Page 98: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

82

dalam pemanfaatan klinik sanitasi tentang bagaimana klinik sanitasi di puskesmas

dimanfaatkan dan mengapa masyarakat memanfaatkannya. Kepercayaan responden

terhadap klinik sanitasi ini sejalan dengan tingkat pengetahuan responden yang baik

mengenai kesehatan lingkungan, yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya yaitu

tingkat pengetahuan responden baik (52,2%).

Banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu perilaku yang sama

di antara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang

berbeda-beda. Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan

seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena alasan pokok, salah satunya yaitu

kepercayaan (Notoatmodjo, 2003).

Kepercayaan masyarakat yang baik terhadap klinik sanitasi ini dapat

berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam pemanfaatan klinik sanitasi.

Masyarakat telah memiliki pengetahuan mengenai sanitasi lingkungan dan kesehatan

lingkungan yang baik, sehingga terciptanya kepercayaan merupakan salah satu hal

yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan masyarakat yang baik, karena

pengetahuan yang baik menjadi suatu dasar bagi seseorang untuk berpendapat dan

memilih akan suatu hal yang mereka anggap baik dan tidak baik demi kesehatan

mereka. Misalnya, pengetahuan masyarakat yang baik mengenai kesehatan

lingkungan, sehingga masyarakat juga mengetahui dengan baik upaya-upaya

pencegahan penyakit berbasis lingkungan dikarenakan lingkungan yang tidak sehat,

dan dalam hal ini masyarakat akan berpikiran bahwa hal-hal berupa program yang

bertujuan baik dalam upaya-upaya pencegahan, seperti klinik sanitasi ini, maka

mereka pun merasa percaya akan upaya seperti klinik sanitasi ini.

Page 99: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

83

Sikap pasien/klien klinik sanitasi kurang baik (55,6%) untuk berpartisipasi

melakukan kunjungan ke klinik sanitasi. Hal ini merupakan salah satu faktor yang

mendukung rendahnya kunjungan ke klinik sanitasi meskipun kepercayaan

masyarakat terhadap klinik sanitasi sudah baik. Adanya hubungan faktor predisposisi

(pengetahuan, kepercayaan, sikap) dengan kunjungan ke klinik sanitasi dalam

penelitian ini sesuai dengan teori Green, dkk (1999), yang mengatakan bahwa faktor-

faktor perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang terwujud dalam

pengetahuan, kepercayaan, sikap. Sehingga meskipun pengetahuan dan kepercayaan

masyarakat telah baik, namun jika masyarakat memiliki sikap yang kurang baik yaitu

dengan bersikap tertutup maka perilaku dalam bentuk tindakan tidak terwujud sesuai

dengan yang diharapkan.

5.3. Gambaran Faktor Pendukung

4.5.3 Sarana dan Prasarana Klinik Sanitasi

Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa 86,7% responden menyatakan

bahwa sarana dan prasarana klinik sanitasi kurang baik. Hal ini sesuai hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa sebesar 98,9% responden menyatakan “tidak” pada

pernyataan “pernah berkonsultasi di ruang khusus klinik sanitasi”. Selain itu, sebesar

97,8% responden menyatakan “petugas tidak menyertai media cetak saat

berkonsultasi” dan sebesar 94,4% responden menyatakan “petugas tidak menyertai

buku/majalah saat berkonsultasi”. Dari penjelasan sebelumnya juga diketahui bahwa

jarak tidak menjadi masalah bagi masyarakat, dikarenakan jarak antara rumah

responden dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu sekitar 1-5 Km. Hal ini juga

Page 100: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

84

sesuai dengan pernyataan sebagian besar responden (51,1%) yang menyatakan bahwa

“tidak mempunyai masalah jarak dari rumah ke puskesmas”.

Faktor pendukung dalam penelitian ini salah satunya yaitu terdapatnya sarana

dan prasarana yang mendukung kegiatan klinik sanitasi. Sarana dan prasarana dalam

penelitian ini diartikan sebagai segala macam fasilitas yang dibutuhkan untuk

kelancaran dalam pelaksanaan klinik sanitasi, seperti ruang klinik sanitasi, media

penyuluhan yang mendukung dan menarik minat masyarakat berkunjung ke klinik

sanitasi di puskesmas, jarak rumah masyarakat ke puskesmas, serta adanya fasilitas

lain yang mempengaruhi minat masyarakat berkunjung.

Sarana dan prasarana adalah segala jenis peralatan yang dimiliki oleh organisasi

dan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mengembang misi

organisasi yang bersangkutan (Siagian, 1993).

Salah satu komponen penting dalam pembangunan kesehatan adalah sarana

kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada

tingkat individu maupun masyarakat. Adapun jenis sarana yang paling utama dalam

klinik sanitasi di puskesmas yang mengacu pada pedoman klinik sanitasi yaitu

adanya ruang klinik sanitasi (Depkes RI, 2000).

Menurut Parasuruman dkk, dalam Muninjaya (2012), menganalisis dimensi

kualitas jasa berdasarkan 5 aspek komponen mutu, salah satu komponennya yaitu

bersifat tangible yaitu mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara

langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik. Dari survei

pendahuluan yang dilakukan sebelumnya di Puskesmas Medan Tuntungan, diketahui

Page 101: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

85

bahwa tidak terdapat ruang khusus untuk klinik sanitasi, padahal hal tersebut

merupakan sarana utama yang harus dimiliki.

Hasil penelitian juga diperoleh sebesar 20% responden menyatakan bahwa

mereka “ke rumah sakit untuk konsultasi tentang penyakit berbasis lingkungan”.

Faktor penghasilan atau ekonomi merupakan suatu faktor yang secara tidak langsung

mempengaruhi dalam program kesehatan. Apabila penghasilan yang didapat berlebih,

maka seseorang lebih cenderung untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih

baik, contohnya seperti rumah sakit dengan fasilitas yang ada di lingkungan tempat

tinggalnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat

11,1% responden berpenghasilan di atas Rp 2.000.000,-. Hal ini dapat menjadi salah

satu alasan bagi masyarakat untuk tidak berkunjung ke klinik sanitasi di puskesmas.

Dikarenakan mereka tidak terkendala biaya dan dapat langsung ke fasilitas lain yang

mereka anggap lebih lengkap dan terjamin seperti ke rumah sakit.

Keterbatasan sarana dan prasarana untuk kegiatan klinik sanitasi tentu saja

berpengaruh besar terhadap pelaksanaan klinik sanitasi di puskesmas baik kegiatan di

dalam gedung maupun di luar gedung. Sarana prasarana yang tidak mendukung ini

memungkinkan kegiatan tidak bisa berjalan optimal, sebaliknya bila sarana prasarana

yang dimiliki klinik sanitasi mencukupi sehingga dapat mendukung kegiatan ini,

maka akan menjadi daya tarik untuk menarik minat masyarakat berkunjung ke klinik

sanitasi. Sehingga berpengaruh juga terhadap keberhasilan dan juga pencapaian

program kesehatan lingkungan.

Page 102: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

86

4.5.4 Sosialisasi Klinik Sanitasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan jika

sosialisasi atas keberadaan klinik sanitasi di Puskesmas Medan Tuntungan terhadap

masyarakat di Kelurahan Ladang Bambu kurang baik. Hal ini sesuai juga dengan

pernyataan responden tentang pengetahuan yang sebanyak 93,3% menyatakan “tidak

pernah mendengar tentang klinik sanitasi” dan sebanyak 55,6% responden pula “tidak

mengetahui bahwa di puskesmas menyediakan pelayanan untuk konsultasi tentang

sanitasi lingkungan”.

Pelayanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang

jelas tentang apa, siapa, di mana, dan bagaimana pelayanan kesehatan itu

dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas dan

rumah sakit (Muninjaya, 2012).

Selain sarana dan prasarana, adapun faktor pendukung yang lain dalam penelitan

ini yaitu adanya sosialisasi terhadap keberadaan klinik sanitasi. Sosialisasi dalam

penelitian ini dimaksudkan sebagai segala hal yang dapat mendukung masyarakat

untuk berkunjung ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah kesehatan

lingkungan mereka ke klinik sanitasi. Hal tersebut dapat berupa penyuluhan tentang

klinik sanitasi maupun informasi dalam bentuk selebaran atau informasi dari mulut ke

mulut.

Walaupun tingkat pengetahuan masyarakat mengenai sanitasi lingkungan dan

penyakit berbasis lingkungan baik, namun jika sosialisasi terhadap keberadaan klinik

sanitasi ini kurang baik, maka masyarakat menjadi tidak mengetahui apa itu klinik

sanitasi, di mana diadakan, kapan dapat dikunjungi, dan bagaimana

Page 103: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

87

memanfaatkannya. Sehingga menyebabkan masyarakat menjadi tidak tahu akan

klinik sanitasi dan hal ini menjadi faktor rendahnya kunjungan masyarakat ke klinik

sanitasi.

Sosialisasi yang baik diberikan oleh pihak puskesmas terhadap klinik sanitasi

akan meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke klinik sanitasi. Untuk

meningkatkan kehadiran masyarakat berkunjung ke klinik sanitasi perlu diadakan

sosialisasi mengenai jadwal dan tempat pelaksanaannya serta sosialisasi mengenai

manfaat klinik sanitasi terhadap masyarakat agar masyarakat tahu tentang manfaat

program klinik sanitasi tersebut demi meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya

kesehatan lingkungan mereka.

Pada penelitian ini, pengetahuan masyarakat tentang klinik sanitasi masih

rendah. Faktor pengetahuan tentang program klinik sanitasi sangat penting untuk

ditanamkan pada masyarakat dalam hal pemanfaatan klinik sanitasi. Salah satu upaya

untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan pelaksanaan sosialisasi atau

penyuluhan sebagai sarana pemberian pendidikan guna memberikan pengetahuan dan

kesadaran pada masyarakat akan pentinganya upaya pencegahan melalui himbauan

untuk menjaga kesehatan lingkungan mereka, yang dilakukan tiap kali masyarakat

berkunjung ke puskesmas dan juga dilakukan di luar gedung yaitu kegiatan

pemantauan langsung ke masyarakat.

Page 104: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

88

5.4. Gambaran Faktor Pendorong

5.4.1 Petugas Klinik Sanitasi

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat Kelurahan Baru Ladang

Bambu Kecamatan Medan Tuntungan, diketahui sebanyak 74,4% responden

menyatakan bahwa pendapat mereka terhadap petugas klinik sanitasi kurang baik.

Hal ini dapat dilihat dari pernyataan responden yang menyatakan “tidak” pada

pernyataan “petugas klinik sanitasi pernah berkunjung ke rumah”. Selain itu,

sebagian besar responden menyatakan “tidak” pada pernyataan “pernah mendapat

penyuluhan tentang penyakit berbasis lingkungan dari petugas klinik sanitasi” (90%)

dan “pernah mendapat penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dari petugas klinik

sanitasi” (91,1%).

Menurut Pohan (2003), kunci kerberhasilan suatu organisasi tidak terkecuali

organisasi pelayanan kesehatan seperti puskesmas salah satunya adalah mengetahui

apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan dan kemudian berupaya

memenuhinya. Pelanggan eksternal adalah orang di luar organisasi pelayanan

kesehatan yang memperoleh pelayanan kesehatan yang dihasilkan oleh organisasi

pelayanan kesehatan. Pelanggan eksternal ini juga termasuk pasien/klien klinik

sanitasi. Salah satu yang hal yang dibutuhkan pelanggan eksternal yaitu mereka

membutuhkan penghargaan dan penghormatan. Mereka semua harus diperlakukan

sebagai manusia yang penting dan terhormat. Sehingga faktor petugas sebagai

pemberi pelayanan sangat berpengaruh terhadap minat pasien/klien untuk

berkunjung.

Page 105: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

89

Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan referensi

sikap dan perilaku secara umum. Misalnya, perilaku petugas kesehatan dapat

mendorong terbentuknya perilaku (Pieter dan Lumongga, 2010). Hal yang sama juga

dinyatakan oleh tim kerja dari WHO yang menganalisis bahwa penyebab seseorang

itu berperilaku tertentu adalah karena alasan pokok, salah satunya yaitu referensi

orang penting (Notoatmodjo, 2003).

Mutu barang atau jasa itu bersifat multidimensi, demikian pula dengan mutu

pelayanan kesehatan. Salah satu dimensi mutu pelayanan kesehatan itu antara lain

adalah hubungan antar manusia. Hubungan antar manusia merupakan interaksi antara

pemberi pelayanan kesehatan yaitu dalam hal ini adalah petugas klinik sanitasi,

dengan pasien/klien. Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan

kepercayaan atau kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling

menghormati, responsif, memberi perhatian, dll. Pengalaman menunjukkan bahwa

pasien diperlakukan kurang baik, cenderung akan mengabaikan nasehat dan tidak

mau melakukan kunjungan ulang (Pohan, 2003).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 76,7% responden

mengharapkan “petugas klinik sanitasi lebih baik dan ramah” dan sebesar 52,2%

responden mengarapkan “petugas klinik sanitasi lebih aktif”. Perilaku dan sikap

petugas klinik sanitasi dapat mendorong terbentuknya minat masyarakat untuk

berkunjung ke klinik sanitasi. Sikap petugas klinik sanitasi yang baik, ramah, sigap,

aktif, dan komunikatif dalam berkomunikasi melayani pasien/klien dapat menjadi

faktor pendorong/penguat bagi masyarakat untuk berkunjung ke klinik sanitasi.

Page 106: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

90

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Faktor predisposisi dalam pemanfaatan klinik sanitasi yang meliputi

pengetahuan, sikap, kepercayaan responden. Diketahui bahwa persentase

responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang klinik sanitasi,

sanitasi lingkungan, dan penyakit berbasis lingkungan yaitu sebesar 52,2% dan

kurang baik sebesar 47,8%. Persentase responden yang memiliki sikap baik

terhadap klinik sanitasi yaitu sebesar 44,4% dan kurang baik sebesar 55,6%.

Persentase kepercayaan responden yang baik terhadap klinik sanitasi yaitu

sebesar 86,7% dan kurang baik sebesar 13,3%.

2. Faktor pendukung dalam pemanfaatan klinik sanitasi yang meliputi keberadaan

sarana dan prasarana dan sosialisasi terhadap klinik sanitasi. Diketahui bahwa

persentase responden yang menjawab jika keberadaan sarana dan prasarana

klinik sanitasi baik yaitu sebesar 13,3% dan kurang baik lebih tinggi yaitu

sebesar 86,7%. Persentase responden yang menjawab jika sosialisasi terhadap

klinik sanitasi kurang baik yaitu sebesar 100%.

3. Faktor pendorong dalam pemanfaatan klinik sanitasi yang meliputi keberadaan

petugas klinik sanitasi diketahui bahwa persentase responden yang menyatakan

jika petugas klinik sanitasi baik yaitu hanya sebesar 25,6%, sedangkan

Page 107: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

91

persentase responden tertinggi yaitu sebesar 74,4% yang menyatakan bahwa

petugas klinik sanitasi kurang baik.

6.2. Saran

1. Kepada petugas klinik sanitasi di Puskesmas Medan Tuntungan agar dapat

berperan dalam meningkatkan sosialisasi yang lebih banyak mengenai klinik

sanitasi kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahuinya dan dapat

memanfaatkannya sesuai yang diharapkan. Serta petugas klinik sanitasi dapat

lebih bersikap aktif dalam menjalankan tugasnya untuk sering berpartisipasi

terjun langsung ke masyarakat.

2. Kepada Dinas Kesehatan agar dapat melakukan revitalisasi terhadap program

klinik sanitasi ini, seperti dengan melakukan pemantauan terhadap jalannya

program ini melalui penerimaan pelaporan mengenai program ini dan

membahasnya dalam rapat evaluasi yang dilakukan. Karena program ini

merupakan suatu program yang sangat bagus jika dijalankan dengan baik untuk

membantu dalam menjaga kesehatan masyarakat khususnya kesehatan

lingkungan.

3. Kepada pemerintah untuk dapat memberikan sumber dana yang lebih untuk

kelancaran sarana dan prasarana dalam mendukung operasional pelaksanaan

program-program kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas.

Page 108: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U, F. 2004. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. PT. Raja Grafindo Persada, Bandung.

______________. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. UI Press, Jakarta.

______________. 2012. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta.

Depkes RI. 1992. Undang-Undang Nomor 23 Tentang Kesehatan. Jakarta.

_________. 2000. Pedoman Teknis Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta.

_________. 2001. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas. Jakarta.

_________. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta.

_________. 2005. Rencana Strategi Lingkungan Sehat. Jakarta.

_________. 2013. Semua Orang Berisiko Terkena Malaria. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2285 Diakses pada: 30 Desember 2013.

_________. 2013. Kemenkes Berkomitmen Eliminasi Filariasis dan Kecacingan http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2382 Diakses pada: 30 Desember 2013.

Dinkes Kota Medan. 2012. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2012. Medan.

Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Green W. L., Kreuter W. M., 1999. Health Education Planning : An Education and Ecological Approach, Third Edition. Mc Graw Hill, New York.

Hartono, B. 2010. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Hiswani. 2003. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Kejadiannya Sangat Erat Dengan Keadaan Sanitasi Lingkungan.

Page 109: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani7.pdf. USU Digital Library, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hiswani. 2009. Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. http://library.usu.ac.id/download/fkm-hiswani6.pdf. USU Digital Library, Universitas Sumatera Utara, Medan.

ITB. 1992. Pendidikan Kesehatan Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar. Penerbit ITB, Bandung.

Kompas. 2013. Indonesia Negara dengan Sanitasi Terburuk Kedua di Dunia! http://properti.kompas.com/read/2013/10/31/1209048/Indonesia.Negara.dengan.S anitasi.Terburuk.Kedua.di.Dunia. Diakses pada: 11 Maret 2014.

Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Maryanti, E. 2003. Hambatan Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi Lingkungan di Puskesmas Kota Medan. Skripsi, FKM USU, Medan.

Mubarak, Iqbal, dan Wahit. 2009. Sosiologi untuk Keperawatan Pengantar dan Teori. Salemba Medika, Jakarta.

Muninjaya, AA, G. 1999. Manajemen Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

_______________. 2012. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

_____________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Opangge, H. 2013. Studi Perilaku Masyarakat Tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Pieter dan Lumongga. 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Kencana,

Jakarta.

Pohan, I, S. 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Kesaint Blanc, Bekasi.

Siagian, P.S. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Bumi Aksara.

Jakarta.

Page 110: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sinulingga, S. 2011. Metode Penelitian. USU Press, Medan.

Soemirat, J. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Widayatun, T, R. 2009. Ilmu Perilaku. CV Agung Seto, Jakarta.

WHO. 2013. Dengue and severe dengue. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ Diakses pada: 18 Februari 2014.

_____. 2013. Diarrhoeal disease. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html Diakses pada: 18 Februari 2014.

_____. 2013. Sanitasi. http://www.who.int/topics/sanitation/en/ Diakses pada: 5 Maret 2014.

Page 111: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN

TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

No. Kuesioner : Tanggal Kuesioner :

A. Identitas Responden Nama : 1. Umur :

a. 15-35 tahun b. 36-55 tahun c. >55 tahun

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

3. Pendidikan : a. Tidak sekolah/Tidak tamat SD b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi/Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan : a. Petani e. Ibu Rumah Tangga b. Buruh f. PNS/TNI/Polri c. Wiraswasta g. Lainnya: ................. d. Pegawai swasta

5. Jumlah Penghasilan : a. <500.000 b. 500.000-2.000.000 c. >2.000.000

6. Jarak rumah dengan Puskesmas : .............................

Page 112: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

B. Pengetahuan 1. Apakah bapak/ibu pernah mendengar mengenai klinik sanitasi?

a. Tidak b. Ya Jawaban ya, dapat menjawab apa itu klinik sanitasi :

1. Pelayanan kesehatan di puskesmas untuk mencegah penyakit berbasis lingkungan.

2. Pelayanan kesehatan di puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan.

3. Konseling/penyuluhan tentang masalah penyakit berbasis lingkungan di puskesmas.

4. Konseling/penyuluhan tentang sanitasi lingkungan di puskesmas.

2. Apakah bapak/ibu tahu di puskesmas menyediakan pelayanan untuk mencegah penyakit diare, demam berdarah, gatal-gatal, malaria, tbc, dll? a. Tidak b. Ya

3. Apakah bapak/ibu tahu di puskesmas menyediakan pelayanan untuk konsultasi tentang sanitasi lingkungan? a. Tidak b. Ya

4. Menurut bapak/ibu, dari mana sumber air yang baik untuk dapat menunjang kebutuhan rumah tangga? 4 a. Sumur/air hujan/air sungai b. PDAM

5. Menurut bapak/ibu, apakah penyakit demam berdarah dapat menyebabkan

kematian? a. Tidak b. Ya

6. Apakah bapak/ibu mengetahui cara pencegahan penyakit demam berdarah?

a. Tidak b. Ya Jika ya, dapat menjawab apa saja cara pencegahan penyakit demam berdarah:

1. Menguras bak mandi 2. Menutup wadah/bak penampungan air 3. Mengubur barang bekas seperti kaleng 4. Membubuhkan bubuk abate pada bak mandi

7. Menurut bapak/ibu, bagaimana pengelolaan sampah yang baik?

a. Dibuang di sungai b. Dibuang di tempat sampah dan diangkut/dibakar

Page 113: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

8. Apakah bapak/ibu tahu apa itu sanitasi lingkungan? a. Tidak b. Ya Jika ya, dapat menjawab apa itu sanitasi lingkungan :

1. Perumahan 2. Pembuangan kotoran/Jamban 3. Sampah 4. Penyediaan air bersih

9. Apakah bapak/ibu tahu bagaimana kualitas fisik air bersih yang baik untuk

dikonsumsi? a. Tidak b. Ya Jika ya, dapat menjawab bagaimana kualitas fisik air bersih yang baik untuk dikonsumsi : 1. Tidak keruh 2. Tidak berwarna 3. Tidak berasa 4. Tidak berbau

10. Menurut bapak/ibu, apakah air bersih yang tidak memenuhi persyaratan dapat menyebabkan penyakit? a. Tidak b. Ya Jika ya, sebutkan penyakit apa saja yang disebabkan oleh air yang tidak memenuhi persyaratan: 1. Diare 3. Filariasis/kecacingan

2. Penyakit kulit 4. Polio

Total skor pengetahuan : C. Sikap No. Pertanyaan Setuju Tidak Setuju 1. Apakah bapak/ibu setuju atas pengadaan klinik

sanitasi di puskesmas?

2. Apakah bapak/ibu setuju untuk datang ke klinik sanitasi?

3. Apakah bapak/ibu setuju dengan upaya pencegahan penyakit berbasis lingkungan di klinik sanitasi?

4. Menurut bapak/ibu apakah kita perlu berkonsultasi ke klinik sanitasi?

5. Apakah bapak/ibu setuju bahwa kita perlu datang ke klinik sanitasi untuk berkonsultasi setelah berobat ke puskesmas?

Page 114: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

D. Kepercayaan No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah bapak/ibu percaya klinik sanitasi dapat

membantu bapak/ibu dalam memahami sanitasi lingkungan?

2. Apakah bapak/ibu percaya klinik sanitasi dapat mencegah penyakit diare, DBD, gatal-gatal, dll?

E. Sarana dan Prasarana, meliputi fasilitas, jarak, dan adanya fasilitas lain. No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah bapak/ibu pernah berkonsultasi di ruang

khusus klinik sanitasi?

2. Pernahkah bapak/ibu mendapat konsultasi tentang sanitasi lingkungan di loket pendaftaran?

3. Ketika bapak/ibu berkonsultasi, apakah petugas menjelaskan disertai dengan media cetak seperti brosur/ poster/ leaflet?

4. Ketika bapak/ibu berkonsultasi, apakah petugas menjelaskan disertai dengan video?

5. Ketika bapak/ibu berkonsultasi, apakah petugas menjelaskan disertai dengan buku/majalah?

6. Saat bapak/ibu berkonsultasi, pernahkah petugas menyertai formulir untuk pencatatan dan pelaporan?

7. Dalam melakukan kunjungan ke klinik sanitasi, apakah bapak/ibu mempunyai masalah jarak dari rumah ke puskesmas?

8. Menurut bapak/ibu apakah ketersediaan sarana dalam kegiatan klinik sanitasi adalah hal yang penting?

9. Apakah bapak/ibu berkunjung ke puskesmas untuk konsultasi tentang sanitasi lingkungan?

10. Apakah bapak/ibu berkunjung ke puskesmas untuk konsultasi tentang penyakit berbasis lingkungan?

11. Apakah bapak/ibu berkunjung ke rumah sakit untuk konsultasi tentang sanitasi lingkungan?

12. Apakah bapak/ibu berkunjung ke rumah sakit untuk konsultasi tentang penyakit berbasis lingkungan?

Page 115: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

F. Sosialisasi No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Pernahkah bapak/ibu mendapatkan penyuluhan tentang

klinik sanitasi?

2. Pernahkah bapak/ibu mendapat informasi tentang klinik sanitasi?

3. Apakah bapak/ibu mendapatkan informasi tentang klinik sanitasi dari petugas puskesmas?

G. Petugas Klinik Sanitasi No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah petugas klinik sanitasi pernah berkunjung ke

rumah bapak/ibu?

2. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit berbasis lingkungan dari petugas klinik sanitasi di puskesmas?

3. Apakah bapak/ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dari petugas klinik sanitasi di puskesmas?

4. Apakah sikap petugas klinik sanitasi mempengaruhi minat bapak/ibu dalam berkunjung?

5. Bagaimana sikap petugas klinik sanitasi yang bapak/ibu harapkan?

Jawab: .............................................................................................

Page 116: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lampiran 2

MASTER DATA

NK nm u s d k g j

P1

P2

P3

P4

P5

P6

P7

P8

P9

P10

TP

S1

S2

S3

S4

S5

TS

K1

K2

TK

SP1

SP2

SP3

SP4

SP5

SP6

SP7

SP8

SP9

SP10

SP11

SP12

TSP

Sos1

Sos2

Sos3

TSos

PKS1

PKS2

PKS3

PKS4

PKS5

PKS6

PKS7

PKS8

TPKS

1 riri 1 2 5 3 3 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 1 1 1 4 1 1 2 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

2 dona 1 2 3 5 2 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 4

3 budiati 2 2 2 5 2 2 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 5 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

4 lasmiani

2 2 3 5 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 3

5 ana putri 1 2 3 3 1 2 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3

6 juliani 2 2 4 5 2 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 3

7 nopi 1 2 4 5 2 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

8 wahyu

ni 2 2 3 5 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2

9 minah 2 2 5 3 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4

10

erni sukasih 2 2 4 5 2 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 4

11 rudi 1 1 3 3 2 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

12

fitri 1 2 4 5 2 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

13 heppi 1 2 4 5 2 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4

14

ratnasari

dewi 1 2 4 3 2 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 0 1 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4

15

mariana

2 2 4 5 2 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 0 1 1 1 4 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

16 erna 1 2 4 5 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 5

17

juminten 1 2 4 3 1 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 0 1 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

18 elmi 2 2 2 3 1 2 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

Page 117: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

19 paini 3 2 2 5 2 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 0 1 0 1 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

20 sukarni 3 2 2 5 2 2 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 5 1 0 1 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

21 friska 2 2 4 5 2 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 5

22

muntini

2 2 1 5 2 2 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4

23

sri nuranit

a 2 2 4 5 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4

24 lina 2 2 4 3 2 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2

25 rista 3 2 3 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

26 ihsan 1 1 3 3 2 2 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

27

erlina 1 2 4 5 1 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4

28

lawarno 1 1 3 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2

29 asna 2 2 2 3 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 4 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

30 rosnita 2 2 5 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2

31

tiur maida

2 2 4 5 2 2 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 6 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4

32 susi 1 2 4 5 2 2 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 4 1 0 1 0 0 2 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5

33

suhermanto 1 1 5 3 3 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3

34 santi 1 2 4 3 1 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 0 1 1 0 3 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

35 kasiati 2 2 3 5 1 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2

36

hendra 1 1 4 3 2 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

37

sulasmi 2 2 3 5 2 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

38 santy 1 2 4 3 3 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

Page 118: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

39

siti nurmawati

2 2 2 1 2 2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2

40

layla safitri 1 2 4 5 2 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 3 1 1 1 1 0 4 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

41 ade 1 2 4 5 1 2 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

42

sudarmi 2 2 2 5 1 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2

43 fani 1 2 2 5 1 2 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4

44 jeni 1 2 3 5 2 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

45 rosita 1 2 3 5 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 7 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2

46

siswoyo 1 2 3 3 2 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4

47

suyeti 1 2 3 3 2 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

48 titin 2 2 4 3 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2

49 ningsih 2 2 3 5 2 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 0 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5

50

suwarni 3 2 2 5 1 2 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

51

zulkifli 2 1 2 2 1 2 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 5 1 0 1 1 0 3 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

52 aisyah 1 2 3 5 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4

53 sariani 1 2 4 1 1 2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2

54 sri 2 2 4 5 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

55

supartini 3 2 1 5 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

56

mimi 1 2 3 5 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 5

57 yanti 1 2 4 3 2 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

58

hotmaida 1 2 3 5 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6

Page 119: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

59

rosmini 1 2 4 1 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 0 1 0 0 2 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2

60

indah ayu 1 2 5 4 2 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

61 juartini 3 2 5 6 3 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 6

62

suci suriani

2 2 5 4 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 4

63

ista andina 1 2 4 5 3 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3

64

sri farida 2 2 5 4 3 2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3

65

asmawati 1 2 5 4 2 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

66

tini rahmawati

1 2 5 5 2 2 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

67

edi saputr

a 2 1 4 4 2 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3

68

suryanto 2 1 5 4 3 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

69 devi 1 2 4 3 2 2 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 0 0 3 1 1 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3

70

kartika 2 2 3 3 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3

71

lestari dewi 1 2 4 5 2 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2

72 jaka 2 1 4 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4

73

hadimulyana 2 2 4 6 3 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4

74

puji astuti

1 2 4 5 3 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

75

khairunnisa 1 2 5 3 2 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 0 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

76

lenni rafitri 2 2 4 4 2 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 1 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 3

77

ahmad daut 2 1 4 3 2 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 1 1 1 0 1 4 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

Page 120: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

78

sutrisno 3 1 2 1 2 2 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 5 1 1 1 0 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3

79

saniman 2 1 3 3 2 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

80 elyani 2 2 3 5 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 1 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

81

supardi

2 1 2 2 1 2 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 4 1 0 1 1 1 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

82

yunidar 1 2 4 5 2 2 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3

83

muklis pasarib

u 3 1 4 4 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

84

sumarni 3 2 3 5 2 2 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 1 0 1 1 0 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

85

sri zulhijja

h 2 2 3 3 2 2 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 1 1 1 1 0 4 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2

86 suwito 2 1 3 3 2 2 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 6 1 0 1 0 0 2 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 4

87

herman 3 1 5 4 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 0 1 0 2 1 1 2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3

88 suyono 2 1 3 1 2 2 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3

89

supriyadi

3 1 4 3 2 2 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

90

m salim 3 1 3 3 3 2 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7 1 1 1 1 0 4 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2

Keterangan: NK : Nomor Kuesioner j : jarak nm : nama responden P1 : pertanyaan nomor 1 tentang pengetahuan S : jenis kelamin (sex) P2 : pertanyaan nomor 2 tentang pengetahuan d : pendidikan (didik) P3 : pertanyaan nomor 3 tentang pengetahuan k : pekerjaan (kerja) P4 : pertanyaan nomor 4 tentang pengetahuan g : penghasilan (gaji) P5 : pertanyaan nomor 5 tentang pengetahuan

Page 121: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

P6 : pertanyaan nomor 6 tentang pengetahuan P7 : pertanyaan nomor 7 tentang pengetahuan P8 : pertanyaan nomor 8 tentang pengetahuan P9 : pertanyaan nomor 9 tentang pengetahuan P10 : pertanyaan nomor 10 tentang pengetahuan TP : total skor pengetahuan S1 : pertanyaan nomor 1 tentang sikap S2 : pertanyaan nomor 2 tentang sikap S3 : pertanyaan nomor 3 tentang sikap S4 : pertanyaan nomor 4 tentang sikap S5 : pertanyaan nomor 5 tentang sikap TS : total skor sikap K1 : pertanyaan nomor 1 tentang kepercayaan K2 : pertanyaan nomor 2 tentang kepercayaan TK : total skor kepercayaan SP1 : pertanyaan nomor 1 tentang sarana dan prasarana SP2 : pertanyaan nomor 2 tentang sarana dan prasarana SP3 : pertanyaan nomor 3 tentang sarana dan prasarana SP4 : pertanyaan nomor 4 tentang sarana dan prasarana SP5 : pertanyaan nomor 5 tentang sarana dan prasarana SP6 : pertanyaan nomor 6 tentang sarana dan prasarana

SP7 : pertanyaan nomor 7 tentang sarana dan prasarana SP8 : pertanyaan nomor 8 tentang sarana dan prasarana SP9 : pertanyaan nomor 9 tentang sarana dan prasarana SP10 : pertanyaan nomor 10 tentang sarana dan prasarana SP11 : pertanyaan nomor 11 tentang sarana dan prasarana SP12 : pertanyaan nomor 12 tentang sarana dan prasarana TSP : total skor sarana dan prasarana Sos1 : pertanyaan nomor 1 tentang sosialisasi Sos2 : pertanyaan nomor 2 tentang sosialisasi Sos3 : pertanyaan nomor 3 tentang sosialisasi Tsos : total skor sosialisasi PKS1 : pertanyaan nomor 1 tentang petugas klinik sanitasi PKS2 : pertanyaan nomor 2 tentang petugas klinik sanitasi PKS3 : pertanyaan nomor 3 tentang petugas klinik sanitasi PKS4 : pertanyaan nomor 4 tentang petugas klinik sanitasi PKS5 : pertanyaan nomor 5 tentang petugas klinik sanitasi PKS6 : pertanyaan nomor 6 tentang petugas klinik sanitasi PKS7 : pertanyaan nomor 7 tentang petugas klinik sanitasi PKS8 : pertanyaan nomor 8 tentang petugas klinik sanitasi TPKS : total skor petugas klinik sanitasi

Page 122: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lampiran 3

OUTPUT SPSS TENTANG DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN INDIKATOR

A. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

apakah pernah mendengar KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 84 93.3 93.3 93.3

ya 6 6.7 6.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah tahu di puskesmas menyediakan layanan untuk mencegah PBL?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 22 24.4 24.4 24.4

ya 68 75.6 75.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah tahu di puskesmas menyediakan layanan untuk konsultasi ttg SL?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 50 55.6 55.6 55.6

ya 40 44.4 44.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 123: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

apakah tahu darimana sumber air yg baik?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sumur/air hujan/air sungai 54 60.0 60.0 60.0

PDAM 36 40.0 40.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah DBD dpt menyebabkan kematian?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 6 6.7 6.7 6.7

ya 84 93.3 93.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah tahu cara pencegahan DBD?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 13 14.4 14.4 14.4

ya 77 85.6 85.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

bagaimana pengelolaan sampah yg baik?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dibuang ke sungai 1 1.1 1.1 1.1

dibuang ke tempat sampah

dan diangkat/diangkut

89 98.9 98.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 124: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

apakah tahu apa itu SL?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 74 82.2 82.2 82.2

ya 16 17.8 17.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah tahu ciri-ciri fisik air bersih yg baik unt dikonsumsi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 12 13.3 13.3 13.3

ya 78 86.7 86.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah tahu air yg tdk baik dpt menyebabkan penyakit?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 5 5.6 5.6 5.6

ya 85 94.4 94.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

B. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

apakah setuju atas pengadaan KS di puskesmas?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid setuju 90 100.0 100.0 100.0

Page 125: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

apakah setuju unt dtg ke KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak setuju 26 28.9 28.9 28.9

setuju 64 71.1 71.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah setuju dgn upaya pencegahan PBL di KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak setuju 2 2.2 2.2 2.2

setuju 88 97.8 97.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah perlu konsultasi ke KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak setuju 12 13.3 13.3 13.3

setuju 78 86.7 86.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah setuju kita datang ke KS setelah berobat unt konsul?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak setuju 38 42.2 42.2 42.2

setuju 52 57.8 57.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 126: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

C. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Kepercayaan Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

apakah percaya KS membantu dlm memahami sanitasi lingk?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 8 8.9 8.9 8.9

ya 82 91.1 91.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah percaya KS dpt mencegah PBL?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 9 10.0 10.0 10.0

ya 81 90.0 90.0 100.0

Total 90 100.0 100.0 D. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Sarana

dan Prasarana Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

apakah pernah konsul di ruang khusus KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 89 98.9 98.9 98.9

ya 1 1.1 1.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 127: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

pernah dpt konsultasi ttg sanitasi lingk di loket pendaftaran?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 2 2.2 2.2 2.2

tidak 88 97.8 97.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah petugas menjelaskan disertai dgn media cetak?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 88 97.8 97.8 97.8

ya 2 2.2 2.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah petugas menjelaskan disertai dgn video?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 90 100.0 100.0 100.0

apakah petugas menjelaskan disertai dgn buku/majalah?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 85 94.4 94.4 94.4

ya 5 5.6 5.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

pernahkah petuas menyertai dgn formulir pencatatan/pelaporan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 90 100.0 100.0 100.0

Page 128: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

apakah punya masalah dgn jarak?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 44 48.9 48.9 48.9

tidak 46 51.1 51.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah sarana dlm kegiatan KS hal penting?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 10 11.1 11.1 11.1

ya 80 88.9 88.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah ke puskesmas unt konsul ttg sanitasi lingk?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 78 86.7 86.7 86.7

ya 12 13.3 13.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah ke puskesmas unt konsul ttg PBL?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 71 78.9 78.9 78.9

ya 19 21.1 21.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 129: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

apakah ke RS unt konsul ttg sanitasi lingk?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 8 8.9 8.9 8.9

tidak 82 91.1 91.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah ke RS unt konsul ttg PBL?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 18 20.0 20.0 20.0

tidak 72 80.0 80.0 100.0

Total 90 100.0 100.0 E. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sosialisasi Tentang

Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

pernahkah dpt penyuluhan ttg KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 90 100.0 100.0 100.0

pernahkah dpt info ttg KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 90 100.0 100.0 100.0

apakah dpt info ttg KS dr petugas puskesmas?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 90 100.0 100.0 100.0

Page 130: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

F. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keberadaan Petugas Klinik Sanitasi Tentang Pemanfaatan Klinik Sanitasi di Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

apakah petugas KS pernah berkunjung ke rumah?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 90 100.0 100.0 100.0

apakah pernah dpt penyuluhan ttg PBL dr petugas KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 81 90.0 90.0 90.0

ya 9 10.0 10.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah pernah dpt penyuluhan ttg sanitasi lingk dr petugas KS?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 82 91.1 91.1 91.1

ya 8 8.9 8.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah sikap petugas KS mempengaruhi minat berkunjung?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 46 51.1 51.1 51.1

ya 44 48.9 48.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 131: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

apakah mengharapkan petugas KS baik dan ramah?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 69 76.7 76.7 76.7

tidak 21 23.3 23.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah mengharapkan petugas KS sigap?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 31 34.4 34.4 34.4

tidak 59 65.6 65.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah mengharapkan petugas KS aktif?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 47 52.2 52.2 52.2

tidak 43 47.8 47.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

apakah mengharapkan petugas KS komunikatif?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 17 18.9 18.9 18.9

tidak 73 81.1 81.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 132: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lampiran 4

OUTPUT SPSS TENTANG DISTIBUSI FREKUENSI RESPONDEN A. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 15-35 35 38.9 38.9 38.9

36-55 43 47.8 47.8 86.7

>55 12 13.3 13.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

B. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 19 21.1 21.1 21.1

Perempuan 71 78.9 78.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

C. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Sekolah/Tidak Tamat

SD

2 2.2 2.2 2.2

SD 12 13.3 13.3 15.6

SMP 26 28.9 28.9 44.4

SMA 37 41.1 41.1 85.6

Akademi/PG 13 14.4 14.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 133: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

D. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Petani 5 5.6 5.6 5.6

Buruh 2 2.2 2.2 7.8

Wiraswasta 31 34.4 34.4 42.2

Pegawai Swasta 9 10.0 10.0 52.2

IRT 41 45.6 45.6 97.8

PNS/TNI/Polri 2 2.2 2.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

E. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <500 16 17.8 17.8 17.8

500-2000 64 71.1 71.1 88.9

>2000 10 11.1 11.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

F. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Rumah ke

Puskesmas Jarak rumah ke puskesmas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <1 19 21.1 21.1 21.1

1-5 71 78.9 78.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 134: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

G. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Total skor pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 43 47.8 47.8 47.8

baik 47 52.2 52.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

H. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Total skor sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 50 55.6 55.6 55.6

baik 40 44.4 44.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

I. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepercayaan Total skor kepercayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 12 13.3 13.3 13.3

baik 78 86.7 86.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

J. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Total skor sarana dan prasarana

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 78 86.7 86.7 86.7

baik 12 13.3 13.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 135: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

K. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosialisasi Total skor sosialisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 90 100.0 100.0 100.0

L. Tabel Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Petugas Klinik Sanitasi

Total skor petugas klinik sanitasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang 67 74.4 74.4 74.4

baik 23 25.6 25.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 136: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Page 137: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Page 138: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Page 139: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Page 140: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

CONTOH FORM DI KLINIK SANITASI

Gambar 1. Contoh panduan konseling di klinik sanitasi

Gambar 2. Contoh register pasien yang datang ke klinik sanitasi

Page 141: GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG · PDF fileMasyarakat Universitas Sumatera Utara (HMP Kesling FKM USU). 4. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Gambar 3. Form dan checklist untuk home visit (kunjungan rumah)