“fungsi al-tahwÎl dalam sahÎh...

85
“FUNGSI AL-TAH WÎL DALAM SAH ÎH MUSLIMOleh : Zulkarnain NIM : 104034001188 Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011

Upload: doannhan

Post on 29-Jun-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

“FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIM”

Oleh :

Zulkarnain

NIM : 104034001188

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2011

Page 2: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

i

“Fungsi al-Tahwîl Dalam Sahîh Muslim”

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ushuluddin sebagai syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Ushuluddin (S.ud)

Oleh : Zulkarnain

NIM : 104034001188

Di bawah Bimbingan

Dr. Bustamin, M.Si NIP. 19630701 199803 1 003

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2011

Page 3: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

ii

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN

Skripsi yang berjudul Fungsi al-Tahwîl dalam Sahîh Muslim telah diuji dalam sidang munaqasah Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S-1) pada Jurusan Tafsir Hadis.

Jakarta, 23 Juni 2011

Sidang Munaqasah

Ketua merangkap anggota sekretaris merangkap anggota Dr. Bustamin, M.Si Dr. Lili Ummi Kalsum, MA NIP: 19630701 199803 1 003 NIP:19711003199903 2 001

Anggota

Rifkqi Muhammad Fathi, MA Maulana, MA NIP: 19770120 200312 1 003 NIP: 19650207 199903 1 001

Pembimbing

Dr. Bustamin, M.Si NIP: 19630701 199803 1 003

Page 4: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

iii

KATA PENGANTAR بسم اهللا الرحمن الریم

Puja dan puji syukur patut diucapkan kepada Allah Swt. Pemiliki segala

pujian, "tempat" untuk mengadu dan "tempat" untuk meminta pertolongan, karena

telah menganugerahkan nikmat yang tak terhingga, sehingga penulis dapat

merampungkan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga tertuju kepada

utusan pemegang cahaya dan pembawa rahmat yakni, Nabi Muhammad Saw.

Beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Amîn

Penulis menyadari, bahwa dalam proses penulisan dan perampungan skripsi,

ada berbagai pihak yang berperan dan telah banyak membantu, karenanya dengan

segala hormat penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Bustamin, M.Si., selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktu untuk mengoreksi karya sederhana dari penulis pemula.

2. Seluruh dosen di Jurusan Tafsir Hadis, terima kasih karena telah mau

berbagi ilmu dan ide kepada penulis, semoga semuanya tetap tersimpan di

dada penulis dan bermanfaat. Amîn

3. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada pak Imam Prasojo, ibu Gita, ibu Fuji dan Yayasan Nurani Dunia,

yang telah menyumbangkan banyak materi, sehingga penulis dapat

menjenjang pendidikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah dan di Ma`had

Dârussunnah al-`Âli li `Ulûm al-Hadîts

4. Guruku syeikh Ali Mustafa Yakub, selaku Mudîr Ma`had Dârussunnah

yang telah banyak memberikan pencerahan untuk penulis dalam hal

Page 5: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

iv

hukum dan hadis. Tak lupa juga kepada para staf pengajar yang telah

berbagi ilmu dan pandangan.

5. guruku dan orang tuaku KH. Maman Abdurrahman selaku Mudîr Ma`had

al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar yang telah

menjadi pintu gerbang ilmu bagi penulis.

6. Abangku Zaki Wali yang telah memberikan kebebasan kepada penulis

untuk berangkat ke tanah Jawa.

7. Teman-teman di DarSun, Taufik Masyriqan, Zaimul Ihsan, Nasruddin

Ramli, Syamsul Bahri, Yazid Saghof (maaf kalau gelar kiyainya tidak

penulis tulis) Arrozi Hasyim, Lia Rosmala, Faiqatul Mala, Azizah Ghafur,

Husnul Huluq, Izzah Shalihah, Siti Mardhiyah, Rikza Ahmad, Kamal

Fuad, Syarif Hidayatullah. Juga tak lupa Ade Purnama, enchun alias

Asmi, Asep Komar, serta temanku yang terjauh yang suka ngomel-ngomel

Nanik Susiani dan teman-temanku yang lain, mohon maaf karena tidak

disebutkan namanya satu-persatu.

Ciputat, Juni 2011

Page 6: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

v

ABSTRAK

Sejak abad pertama hijriyah, para ulama salaf ahli hadis telah konsen

dalam mencari jalur periwayatan atau sanad dari hadis-hadis yang mereka dengar

dengan bertanya langsung kepada orang yang menerimanya. Tujuannya adalah

agar kevalidan data benar-benar akurat dan dapat dijadikan referensi dalam

permasalahan agama. Penelusuran serta pencarian jalur periwayatan pun berlanjut,

walau mereka harus keluar dari kampung halaman, lalu berpindah-pindah dari

tempat satu ke tempat yang lain, yang di sana terdapat orang atau kelompok yang

mereka bisa mendengar dan menyaksikan langsung hadis-hadis dibacakan dan

dicatat.

Pencatatan tentu dilakukan oleh mereka dalam bentuk tulisan dan kekuatan

hafalan, agar ratusan periwayat yang telah ikut andil dalam penyebaran hadis

tidak bercampur dalam rantai periwayatan. Dalam pengumpulan rantai

periwayatan hadis, tidak jarang dari mereka mendapati adanya titik temu dari

siapa suatu hadis yang sudah tersebar itu bermuara, sebelum sampai kapada Nabi

sebagai pemilik hadis. Di antara mereka yang paling jeli dalam melihat titik temu

itu adalah imam Muslim. Ia kemudian berinisiatif untuk menggabungkannya. Hal

ini terlihat jelas dari karyanya al-Musnad al-Sahîh atau Sahih Muslim. Di

dalamnya banyak hadis-hadis yang dirangkum jalur periwayatannya agar tidak

terjadi pengulangan penyebutan matan hadis, seperti dilakukan sering oleh amîr

al-mukminîn fi al-hadîts yang lain.

Demi menjaga agar tidak terjadi “percampuran” periwayatan hadis, maka

imam muslim menggunakan simbol “h” yang telah populer dikalangan ahli hadis,

sebagai pengganti dari kata al-tahwîl, sekaligus sebuah bukti bahwa di dalam jalur

periwayatan tersebut terdapat perpindahan dari periwayatan satu ke periwayatan

yang lain atau dari sanad satu ke sanad yang lain. Berangkat dari al-tahwîl inilah,

rasa keingintahuan penulis muncul, bukan yang erat kaitannya dengan arti letiral

dan devinitif baku kata al-tahwîl, melainkan fungsi apa yang berada di baliknya,

sehingga lahirlah tulisan sederhana ini.

Page 7: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI A. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan Tidak dilambangkan ا B Be ب T Te ت Ts Te dan es ث J Je ج H H dengan garis dibawah ح Kh Ka dan ha خ D De د Dz Ka dan ha ذ R Er ر Z Zet ز S Es س Sy Es dan ye ش S Es dengan garis di bawah ص D De dengan garis di bawah ض T Te dengan garis di bawah ط Z Zet dengan garis di bawah ظ Koma terbalik di atas hadapan kanan ‘ ع Gh Ge dan ha غ F Ef ف Q Ki ق K Ka ك L El ل M Em م N En ن W We و H Ha ه Apostrof ` ء Y Ye ي

B. Huruf Vokal 1. vokal tunggal

Tanda vocal Arab Tanda vocal latin Keterangan ــ A Fathah ــ I Kasrah ــ U Dammah

2. Vokal Rangkap Tanda vocal arab Tanda vocal latin Keterangan

ــ ي Ai A dan i ــ و Au Ada dan u

3. Vokal Panjang Tanda vocal arab Tanda vocal latin Keterangan

ــا Â A dengan topi di atas ـي Î I dengan topi di atas ـو Û U dengan topi di atas

Page 8: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING………………….…......i

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI......................................................ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………...…..iii

ABSTRAK……………………………………………………………………….v

PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………….vi

DAFTAR ISI ..……………………………………………………………….....vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... .......1

A. Latar Belakang Masalah........................................................ .......1

B. Batasan Masalah dan Rumusan ............................................. .......4

C. Tinjauan Pustaka................................................................... .......5

D. Tujuan Penelitian.................................................................. .......6

E. Metode Penelitian …………………………………………….......6

F. Sistematika Penulisan ........................................................... .......7

BAB II IMAM MUSLIM DAN SAHIHNYA…………………………………10

A. Biografi imam Muslim……………………………………...........10

B. Riwayat Pendidikan Imam Muslim...............................................13

C. komentar para Ulama Terhadap Imam Muslim.............................20

BAB III MENGENAL KITAB SAHIH MUSLIM...........................................23

A. Metodologi Penyusunan Hadis……………………………...........23

B. Pandangan para ulama Mengenai Hadis-Hadis yang Terdapat

dalam Kitab Sahih Muslim...............................................................38

BAB IV METODE PENYUSUNAN SANAD DALAM SAHIH MUSLIM..44

A. at-Tahwîl dan fungsinya................................................................44

B. Variasi Jumlah At-tahwîl dalam Sahîh Muslim………………….49

C. Mutâbi‘dan fungsinya....................................................................53

D. Perbedaan dan kesamaan antara At-tahwîl dan Mutâbi‘……........56

BAB V PENUTUP..........................................................................................64

A. Kesimpulan........................................................................... ......64

Page 9: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

viii

B. Saran-saran ........................................................................... ......64

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......66

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Lampiran 1 B. Lampiran 2 C. Lampiran 3 D. Lampiran 4 E. Lampiran 5 F. Lampiran 6 G. Lampiran 7 H. Lampiran 8 I. Lampiran 9

Page 10: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata hadis1 dalam perkembangan maknanya lebih cenderung kepada segala

sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw apapun itu, baik berupa

ucapan, perbuatan dan lain-lain2 yang di mata umat Islam mendapat porsi

istimewa dalam daftar urutan referensi utama sumber kedua hukum Islam setelah

al-Qur`an. Dan secara umum hadis tersusun atas dua unsur pokok yang tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, yaitu sanad3 dan matan.4

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa hadis-hadis yang sampai kepada kita

tidak semata-mata datang dengan sendirinya atau dengan kata lain, adanya hadis

hanya berdasarkan ucapan orang-orang sekarang, bahwa nabi telah melakukan ini

dan itu. Akan tetapi, hadis yang dibaca oleh umat Islam sekarang ini telah

melewati proses panjang dari waktu ke waktu dengan melalui beberapa generasi

1 Hadis juga dapat bermakna; yang baru, ucapan atau perkataan, khabar,cerita dan

wawancara atau interview. (Atabik Ali Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus kontemporer Arab-Indonesia, (Multi Karya Grafika Pondok Pesantren Krapyak: Yogyakarta,) cet 8, h. 747)

2 Muhammad `Ajâj al-Khatib, Usûl al-Hadîts, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), cet 3, h. 2

3 Sanad secara bahasa dapat berarti penopang , penyangga, wewenang dan sumber yang dapat diandalkan (Atabik Ali Ahmad Zhuhdi Muhdlar Kamus kontemporer Arab-Indonesia, , h. 1093), sedangkan secara istilah adalah al-ikhbâr `an torîqil matan, artinya: berita-berita yang berasal dari matan (al-Suyûtî Tadrîb al-Râwi editor; abd al-wahab Abd al-latif, (Qâhirah: maktabah dâr al-turats,2005 ) cet. 5 h.36. Mengenai pengertian sanad, penjelasan yang sangat baik menurut penulis, adalah sebagaimana apa yang dikatakan oleh syeikh utsamin yaitu al-rijâlu alladzîna ja al matn min torîqihim, artinya: orang-orang yang mendatangkan (ja`) matan melalui jalur mereka. lihat Muhammad Salih al-Utsaimin, syarh nuzhatun nazar fi taudihi nukhbatil fikr, (Qâhirah, maktabah sunnah, 2002), cet 1, h. 39

4 Adapun matan secara bahasa artinya teks atau yang tertulis lihat Kamus kontemporer Arab-Indonesia, Atabik Ali Ahmad Zhuhdi Muhdlar, h. 1617. Sedangkan menurut istilah yaitu; huwa ma yantahî ilahi ghâyatu al-sanad minal kalam artinya: ucapan yang disandarkan kepada orang kepada sanad yang terakhir, oleh lihat al-Suyûtî tadrîb al-rawi. H 36. Atau sebagaimana yang dikatakakan oleh al-`Utsimin " al-fazul hadîts allatî tataqawwamu bihâ al-ma‘ânî", artinya: lafaz-lafaz hadis yang dengannya menjadi kuatlah makna-makna, lihat Muhammad Salih al-`Utsaimin, syarh nuzhatun nazar fi taudihi nukhbatil fikr, h. 36

Page 11: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

2

terdahulu dengan cara disampaikan dari seorang guru kepada murid-muridnya

atau sebaliknya5, lalu oleh mereka juga disampaikan kepada kemurid-muridnya

lagi, kemudian murid selanjutnya dan seterusnya. Rantai perjalanan hadis ini

dikenal dengan sebutan jalur periwayatan atau yang lebih dikenal dengan istilah

sanad.

Dalam Islam sistem sanad sangatlah dibutuhkan, karena dengannya dapat

diketahui bahwa hadis yang disampaikan orang adalah berasal dari Nabi saw

benar-benar terbukti, sehingga nilai-nilai ajaran agama Islam dapat terjaga

kemurniannya.

Pentingnya sanad dalam menjaga kemurnian ajaran agama Islam, sejak

awal pernah disinggung oleh Ibn Mubarak. Ia mengatakan. “Isnad bagian dari

agama tanpa Isnad maka orang akan mengatakan apa yang dia kehendaki”6

Jika kembali kepada sejarah, sebenarnya “embrio” untuk meneliti

kebenaran sebuah informasi dari si pembawa berita dalam hal ini adalah seorang

periwayat sudah ada semenjak pada masa Nabi7, begitu juga pernah terjadi pada

masa Abu Bakar r.a8 dan puncaknya terjadi setelah adanya fitnah atau peristiwa

5 Yang penulis maksudkan adalah, bahwa seorang guru terkadang menerima hadis bukan

dari gurunya lagi sebagaimana lumrahnya, melainkan sebaliknya dari muridnya sendiri. Ibn al-Salâh Dalam kitabnya Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts menulis sebuah judul ma`rifatu akâbir al-rruwah min al-asâghir. Pada bab itu ia mencontohkan; Ibnu al-qâsim `Ubaidillah ibnu Ahmad al-Azhary dalam beberapa riwayatnya menerima hadis dari muridnya yaitu al-Khatîb al-Baghdady. lihat Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts ( Bairut: Dâr al-kutub al-`lmiyyah, 2006), cet 2, h. 312

6 Redaksi selangkapnya sebagai berikut,

( قالع هك أنارن املبد اهللا ببع ن :ن، لوالدي من ادناءالاإلسا شاء مش نلقال م ادناإلس ) lihat Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts, h. 271

7 kritik akan kebenaran sebuah berita dengan menanyakan langsung kepada sumber berita pernah dilakukan oleh Umar r.a ketika ia mendengar kabar tentang Rasulullah yang telah menceraikan istri-istri beliau dari tetangganya sendiri, Umayyah ibn Zaid. Lihat Muslim, sahîh Muslim, (Darul Fikr, 2002), cet 1, h. 692

8 Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2004) cet 4, h. 2

Page 12: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

3

terbunuhnya Usman r.a, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ibn Sirin “pada

mulanya kaum muslimin tidak menanyakan sanad namun setelah terjadinya

fitnah, apabila mendengar hadis mereka selalu menanyakan dari siapa hadis itu

diperoleh. Apabila diperoleh dari ahl al-sunnah hadis itu diterima sebagai dalil

dalam agama, dan apabila diperoleh dari orang-orang penyebar bid`ah, hadis itu

ditolak”9

Sangat urgent-nya sistem sanad dalam menyebarkan hadis,

“mengharuskan” para Amîr al-Mukminîn fi al-Hadîts10, seperti; Imam Malik,

Ahmad ibn Hanbal, Bukhari, Muslim, Sâhib al-Sunan dan lain-lain, ketika

meriwayatkan sebuah hadis mereka menyebutkan jalur-jalur sanadnya, hal ini

dengan jelas dapat dilihat dari karya-karya mereka.

Adanya sebuah sanad memberikan indikasi, bahwa apa yang diberitakan

tentang semua tindak-tanduk Nabi saw adalah benar adanya. Akan tetapi, sanad-

sanad yang bersambung sampai kepada Nabi saw masing-masing memiliki tingkat

kualitas yang berbeda-beda, dari tingkat yang paling sahîh11 yang dalam 'ulûm al-

9Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis,. H. 2, mengutip dari buku, karya Nur al-Din Itr.

Manhaj al-Naqd fi ‘ulum al-Hadîts, (Damascus: Darul Fikr 1981), h. 55 dan Mustafâ Mu’min., Qasamat al-‘Alam al-Islami al-Mu‘ashir, (Darul Fath, 1974), h. 12-13

10 Julukan ini diberikan kepada orang yang menjadi tokoh pada masanya dalam bidang hafalan dan dirayah hadis, sehingga menjadi tokoh dan imam pada masanya. Lihat: Muhammad 'Ajâj al-Khatib, Usul al-Hadîts, h. 411

11Hadis sahih sebagaimana yang dikatakan oleh al-Baiqûnî adalah:

ـها الصحيح وهو ما اتصل ( )إسناده ولم يشذ أو يعل ... أول )معتمد في ضبطه ونقله ... يرويه عدل ضابط عن مثلـه (

Artinya: Urutan hadis yang pertama yaitu hadis sahih, yang dimaksud dengan hadis sahih adalah,

hadis yang bersambung sanadnya, yang tidak ada syaz ataupun 'illat, serta semua sanadnya bersifat `âdil dan dâbit (terjaga hafalannya,). Lihat 'Umar ibn Mahammad ibn Fatûh al-Baiqûnî, manzumah al-Baiqûnî, (markaz al-khidmât wa al-Abhâts al-tsaqâfiyyah, 1987) h. 1

Page 13: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

4

hadîts dikenal dengan sebutan silsilah al-dzahab12 sampai ke tingkat yang paling

lemah (daîf) yaitu maudû' atau hadis palsu13, sehingga dengan demikian, setiap

hadis yang memiliki jalur sanad belum tentu benar-benar berasal dari Nabi saw.

Ketika meriwayatkan dan menampilkan jalur sanad dari sebuah hadis,

secara umum tidak ada perbedaan signifikan di antara para mukharrij14,

khususnya yang kitab mereka dikategorikan kedalam kelompok al-kutub al-

sittah15. Akan tetapi, imam Muslim dengan kitab Sahîh-nya menunjukkan ciri

khas tersendiri dalam menampilkan jalur periwayatan dari hadis-hadis yang beliau

terima. Di sana akan banyak dijumpai percabangan jalur sanad dari hadis-hadis

yang diriwayatkannya, sedangkan di kitab Sahîh al-Bukhâry maupun Kutub al-

Sunan lainnya sangat jarang dijumpai.

Percabangan jalur sanad tersebut lebih dikenal dalam ilmu hadis dengan

istilah al-tahwîl. dan insya Allah pembahasan mengenai al-tahwîl inilah yang

akan penulis jadikan sebagai tema utama dalam penyusunan skripsi ini

12 Artinya rantai emas maksudnya adalah, bahwa sebuah sanad yang memiliki jalur

sanad yang tersahih atau terkuat. Lihat, Ahmad ‘Umar Hasyim, qawâ‘id usûl al-hadîts, (Beirut: Ilmu al-Kutub, 1997), cet 2, h. 38

13 Yang dimaksud dengan hadis maudhu` adalah

ذكالواملب خلتاملق صنوالع منصول إبى رساهللالو ى اهللال صل عهيو ل سم Artinya:

Yaitu, sebuah hadis palsu yang dibuat-buat (oleh seseorang, lalu kemudian) disandarkan kepada Rasul saw. Lihat Mahmûd Tahhân, Taisîr Mustalah al-Hadîts (Beirut: Dâr al-fikr, tth) h. 75

14 Maksudnya: orang yang mengeluarkan (meriwayatkan) Hadits-hadits. A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2002), cet, VII, h. 430

15 Secara etimologi kutub al-sittah artinya enam kitab, dalam ulum hadis istilah kutub al-sittah selalu dialamatkan kepada enam imam dengan karya-karya mereka yaitu imam al-Bukhari dengan Sahîh al-Bukhâry, imam Muslim dengan Sahîh Muslim, Abû Dâud dengan sunan Abî Dâud, Abû 'Isâ al-Tirmidzî dengan Sunan al-Tirmidzi, imam al-Nasâ’i dengan Sunan Al-Nasâ’i dan imam Ibn Mâjah dengan sunan Ibn Mâjah. pada awalnya hanya ada 5 kitab hadis (kutub al-Khamsah) yang menjadi rujukkan utama oleh para ulama selain sunan Ibn Majah, kemudian datang Abû Fadal ibn Tâhir dan memasukkan Sunan Ibnu Majah kedalam referensi utama hadis, sehingga berjumlah menjadi enam. lihat: Muhammad 'Ali Baidun,, Syurût al-A immah al-sittah, (dar al-kutub al-'ilmiyah, 2000), cet 1, h. 13

Page 14: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

5

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari beberapa literatur buku ‘ulûm al-hadîts yang penulis ketahui, di sana

ketika mambahas tema yang bernama sanad, sangat jarang dijumpai pengarang

menyinggung masalah al-tahwîl. Apabila dibahas atau disinggung juga, itu hanya

sebatas pengertiannya saja atau rumus yang digunakan sebagai tanda adanya

percabangan dan siapa yang pertama kali menggunakan kata al-tahwîl. Serta

perbedaan para ulama dalam penggunaan rumus " h (ح )16 apakah rumus tersebut

adalah sebagai simbol dari kata al-tahwîl ataukah dari kata al-hadîts (احلديث).17

Dan mereka manaruh pembahasan tersebut pada bab tertentu dengan bertemakan

al- rumz atau simbol-simbol dalam hadis.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis akan membatasi

permasalahan hanya pada fungsi al-tahwîl yang terdapat pada sanad sebuah

hadis. Sebagaimana diketahui bahwa hadis-hadis al-tahwîl bukan hanya terdapat

dalam satu kitab ata dua kitab hadis saja melainkan tersebar di banyak kitab, oleh

karenanya agar lebih terfokus pada pembahasan fungsi al-tahwîl ini, maka perlu

kiranya penulis membarikan perumusan masalah yaitu, bagaimana fungsi al-

Tahwîl dalam Sahîh Muslim?

C. Tinjauan Pustaka

Sekedar untuk menguatkan judul skripsi yang penulis angkat, penulis

berusaha mencari data-data dari skripsi yang pernah ditulis oleh para mahasiswa

16 Ibn Katsîr, al-Bâ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, Editor: Ahmad Muhammad Syâkir, (Beirut: Darul Fikr, 2005), cet 1, h. 98

17 Ibn Katsîr, al-Bâ‘its al-Hatsîts Syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, h. 98

Page 15: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

6

Ushuluddin khususnya jurusan tafsir hadis dalam kolektif judul skripsi pada

Perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat dan juga Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah atau pun tesis dan disertasi dengan membaca katalog daftar sikripsi

sampai melacaknya melalaui data komputer yang ada di tiap-tiap perpustakaan,

tetap penulis belum menemukan judul skripsi, tesis dan disertasi yang

mengangkat tema serupa seperti yang diajukan oleh penulis. Terkecuali

pembahasan al-tahwîl yang pernah ditulis oleh ulama-ulama terdahulu seperti Ibn

al-Salâh Al-Nawawî dan al-Syakhawî yang penulis temukan dalam kitab-kitab

mereka. Dengan demikian judul dan tema yang penulis angkat adalah judul dan

tema baru yang belum ditulis oleh mahasiswa jurusan tafsir hadis sebelumnya

yang berkaitan dengan fungsi al-tahwîl.

D. Tujuan Penilitian

Guna melengkapi salah satu persyaratan pada akhir program S1 Fakultas

Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah dalam meraih gelar

S.Ud (Sarjana Ushuluddin).

Untuk mengetahui fungsi dari percabangan atau al-tahwîl dari sebuah sanad

yang tentunya dapat mempengaruhi kwalitas hadis melalui sanad tersebut, bukan

hanya hadis-hadis yang terdapat dalam Sahîh Muslim, tetapi juga pada kitab-kitab

hadis yang lain.

Page 16: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

7

Karena pembahasan al-tahwîl sangat jarang dalam kitab-kitab 'ulûm al-

hadîts, maka penulis ingin mengangkatnya yang mudah-mudahan dapat menjadi

subangsih tersendiri terutama bagi penulis dan orang lain yang membacanya.

E. Metode Penilitian

Dalam proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis melakukannya

dengan metode sebagai berikut:

1. pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah awal yang penulis lakukan, yaitu

dengan menggunakan metode kajian kepustakaan (Library Research). Untuk

mendapatkan data yang valid sesuai dengan tuntutan akademis, maka penulis

menyandarkan dalam penulisan skripsi ini pada referensi-referensi primer

diantaranya yaitu: kitab sahih Muslim sendiri, karena ia merupakan objek kajian

penulis. secara keseluruhan skripsi yang penulis angkat berbicara mengenai salah

satu cabang dari ‘ulûm al-hadîts dengan demikian, untuk membahasnya juga,

tentunya penulis menggunakan referensi primer ‘ulûm al-hadîts, dalam hal ini

buku-buku yang penulis gunakan adalah, seperti: Muqaddimah Ibnu al-Salah,

Tadrîb al-Râwi dan lain-lain. Untuk mendapatkan informsi yang lebih akurat,

penulis juga tidak melupakan referensi sekunder sebagai tambahan data, seperti:

Qawa‘id Usul Hadîts, Ilmu Mushthalah Hadits dan lain-lain

2. Setelah pengumpulan data dari referensi primer dan sekunder, maka

penulis akan meneliti dan menganalisis data-data tersebut, kemudian mengambil

kesimpulannya. proses yang penulis ambil lebih dikenal dengan istilah metode

deskriptif analisis.

Page 17: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

8

3. Agar tidak terjadi penjilplakan judul oleh penulis, maka penulis mencoba

mencari-cari skripsi, tesis atau disertasi yang sekiranya memiliki objek penelitian

yang sama sesui dengan judul skripsi yang penulis angkat di Perpustakaan

Ushuluddin dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah. Setelah dicari,

ternyata belum ada yang menulis tema yang sama, sesuai dengan judul skripsi

penulis yang penulis angkat.

4. Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman

penulisan Skripsi, Tesis, Desertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta press

cetakan pada tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Adapun untuk menjaga sistematika penulisan, sehingga terfokus pada

kajian yang dimaksud dan selanjutnya dapat memberikan gambaran dari

pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan membaginya kedalam lima bab,

yaitu:

Bab pertama, berupa pendahuluan. Pada bab ini, penulis mencoba

menguraikan latar belakang masalah yang merupakan alasan penulis memilih

judul skripsi ini, kemudian batasan dan rumusan masalah, lalu tinjauan pustaka

yang di dalamnya penulis mencoba mencari karya-karya berupa skripsi, tesis dan

disertasi yang di dalamnya membahas tentang al-tahwîl, tujuan penelitian,

kemudian metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

Karena fokus pembahasan penulis berhubungan dengan imam Muslim

sebagai seorang penulis, maka pada bab kedua ini, penulis membicarakan biografi

imam muslim yang berisikan di mana ia dilahirkan serta pada tahun berapa ia

Page 18: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

9

dilahirkan. Selain itu juga penulis membicarakan pada dinasti siapa hidup dan di

mana ia dimakamkan. Pada bab ini juga, penulis mencoba melacak kapan imam

Muslim menerima hadis pertama, siapa guru-gurunya yang pernah ia terima hadis

dari mereka, serta murid-muridnya dan juga karya-karya.

Pada bab ketiga, penulis mencoba memperkenalkan lebih jauh tentang

kitab sahih muslim yang di dalamnya membahas metode penyusunan hadis-

hadisnya, agar dapat diketahui dalam kelompok mana klasifikasi kitab tersebut,

selain itu juga penulis mengutip pandangan para ulama berkaitan dengan hadis-

hadis serta bagaimana komentar para ulama terhadap hadis-hadis tersebut dan

klasifikasi sanad yang dipaparkan olehnya dalam mukadimahnya.

Selanjutnya bab keempat, di dalamnya penulis membahas mengenai

pengertian al-tahwîl dari sisi bahasa dan istilah, beserta contoh dan fungsi-

fungsinya. Sebagai bahan perbandingan, penulis juga membahas tentang mutâbi’

beserta contoh dan fungsinya.

Bab kelima, adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran

Page 19: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

10

BAB II

IMAM MUSLIM DAN SAHIHNYA

A. Biografi Imam Muslim

Setidaknya ada tiga point dasar pada judul skripsi yang penulis angkat, yang

menjadi objek kajian penulis. Pertama, imam Muslim sebagai seorang tokoh

pakar hadis sekaligus pengarang kitab Sahih Muslim. kedua, kitab Sahîh Muslim-

nya sendiri dan ketiga adalah Al-tahwîl. Oleh karena imam Muslim adalah

seorang tokoh, ada baiknya penulis memaparkan lebih dulu biografinya, sebelum

mengupas salah satu karya terbesarnya.

Sebagaimana yang telah banyak dibicarakan orang, bahwa cara untuk

mengetahui kekredibilitasan1 seseorang dalam bidang tertentu, yaitu diantaranya

dengan mengetahui sosiokultur di mana tempat ia dilahirkan dan dibesarkan,

kemudian mengetahui latar belakang pendidikan orang tersebut. Hal itu perlu

diketahui, karena dari pendidikanlah, pola pemikiran seseorang mulai terbangun.

Dan dikarenakan yang dibahas pada kesempatan ini adalah hadis, maka selain dari

pendidikan untuk mengetahuinya juga, dapat dilihat dari bagaimana penilaian

orang-orang terkemuka pada masa itu terhadapnya, tentunya yang sebidang

dengan tokoh tersebut. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah dengan

melakukan penelitian Terhadap pemikiran-pemikiran orang tersebut, yang

1 Ada lima syarat yang harus dimiliki sebuah hadis, dan itu juga sudah menjadi sebuah

ketentuan baku yang dibuat oleh para ulama untuk menentukan kualitas hadis tersebut, yaitu: bersambungnya sanad, `adil,dôbit, tidak memiliki syaz dan tidak memiliki illat. `Abd al-Majîd Mahmûd Matlûb, Mabâhîts fî 'Ulûm al-Qur`ân wa al-Hadîts, (Qâhirah: Muassasah al-Mukhtâr: 2004), cet 1. h. 283

Dari kelima syarat di atas yang berkaitan khusus dengan sanad hanya ada tiga, yaitu: bersambungannya sanad, 'âdil dan dôbit. Seseorang dapat disebut kredibel jika dia memiliki dua kriteria utama yaitu 'âdil dan dâbit.

Page 20: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

11

tersebar didalam karya-karyanya. Singkat kata, "pohon" sejarah orang tersebut

harus diketahui secara utuh dan menyeluruh.

Apa yang penulis katakan di atas, tentu sangat berlaku juga terdahap imam

Muslim yang memiliki nama lengkap, Muslim ibn al-Hajjâj ibn Muslim al-

Qusyairî al-Naisabûrî. Dia adalah seorang pakar hadis yang diakui oleh para

ulama pada masanya, bahkan mayoritas umat Islam pada abad ke 3 H dan sampai

sekarang pun masih tetap diakui. Ia lahir pada tahun 204 H atau pada tahun 206 H

menurut persi yang lain. Di salah satu kabilah di Arab yang lebih dikenal dengan

Naisabur.2

Naisabur adalah sebuah kota diantara beberapa kota terpenting yang ada di

Iran3. Orang-orang di luar kota tersebut menyebutnya Nasyâwûr4. al-Hamawî

pernah berkata "Naisabur adalah kota yang sangat besar, tanahnya memiliki

potensi mengandung hasil bumi yang sangat berharga dan ia adalah kota dimana

banyak dilahirkan para ulama yang belum pernah pernah saya melihatnya sebelum

saya berkeliling kota Madinah yang serupa dengannya ."5

Di awal abad ketiga Hijriyah, Naisabur merupakan salah satu daerah yang

masih di bawah kekuasaan bani Abbasiyah, yang pada tahun kelahiran imam

Muslim masih dipimpin oleh khalifah al-Ma`mun (198-218 H)6. Ia adalah salah

2 Muslim ibn al-hajjâj, Sahîh Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, (al-Qâhirah:

Dâr al-Hadîts t.t.h), juz 1 h.أ 3 Syauqi, Atlas Hadits, (Jakarta: al-Muhira, t.t.h) h. 156 4 Abû ‘Abdullâh Yâqût ibn ‘Abdillah al-Hamawî al-Rûmî al-Baghdâdî, Mu‘jam al-

Buldân, (Beirut: Dâr Sâdir, tth) jld 5, h 331 5 Abû ‘Abdullâh Yâqût ibn ‘Abdillah al-Hamawî al-Rûmî al-Baghdâdî, Mu‘jam al-

Buldân, h. 331 6 A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam3, (Jakarta: al-Husna Zikra, 2000), cet 3, h.

129

Page 21: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

12

seorang putra Hârûn al-Rasyîd yang pernah membawa kekhalifahan Abbasiah

berada pada masa keemasan.

Apabila sejarah kekuasaan dinasti Abbasiyah digambarkan seperti bentuk

pyramid, maka al-Ma`mun-lah adalah orang yang berada pada puncak pyramid

tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Hitti dalam bukunya History af The

Arabs "diktum yang dikutip oleh seorang penulis antologi, al-Tsa`labî, (w1038 M)

bahwa dari para khalifah Abbasiyah "sang pembuka" adalah al-Manshur "sang

penengah" adalah al-Ma`mûn dan "sang penutup" adalah al-Mu`tadid memang

mendekati kebenaran".7

Al-Ma`mun dalam sejarah dicatat, sebagai seorang khalifah yang suka akan

intelektual dan ilmu, ini merupakan sebuah karakter yang berbanding terbalik

dengan saudaranya al-Amin yang suka akan hiburan. Oleh kerena kecintaanya

kepada ilmu ia lalu membangun sebuah gedung yang dinamakan Bait al-Hikmah,

disana ia mengumpulkan buku-buku yang ditulis oleh penulis luar kemudian

memerintahkan untuk diterjemahkan. Dari sini ilmu pengetahuan berkembang

pesat dan melahirkan al-Kindi sebagai tokoh filosof muslim.8

Sebelum melihat akan kemunduran kekuasaan bani Abbasiyah pada 20

tahun kemudian yang ditandai dengan naiknya al-Mu`tadid sebagai khalifah,

imam Muslim lebih dulu wafat, pada bulan Rajab tahun 261 hijriyyah di usianya

yang ke 57 tahun dan dimakamkan di kota kelahirannya9

7 Philip K.Hitti, History af The Arabs. Penerjemah : R Cecep Lukman Yasin dan Dedi

Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi, 2006) cet 1. h. 369-370 8 A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam3 , h. 137 9 al-Dzahabî, Siyar A lâm al-Nubala, (Maktabah al-Shafa t.t.h), juz 8, h. 307

Page 22: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

13

B. Riwayat Pendidikan Imam Muslim

Dari beberapa buku târikh yang penulis sempat buka, seperti kitab Siyar

A‘lam al-Nubalâ , Tahzîb al-Kamâl, Tahzîb al-Tahzîb dan lain-lain, penulis belum

menemukan pada usia berapa imam Muslim mulai mengenal dunia pendidikan di

masa kanak-kanaknya. penulis hanya menemukan dari catatan imam Al-Dzahabî

yang menurutnya, imam Muslim pada tahun 218 H (pada usia 14 tahun) beliau

sudah menerima (simâ)10 hadis dan guru pertama yang ia terima hadis darinya

adalah Yahyâ ibn Yahyâ al-Tamîmî11.

Masih adanya ketidakjelasan mengenai kapan imam Muslim mulai

mendapatkan pendidikan, tidak menunjukkan bahwa ia tidak menerima

pendidikan di usia dini sama sekali, sebagaimana ulama-ulama terdahulu, sebelum

atau yang semasa dengannya. Sedangkan apa yang dikatakan oleh al-Dzahabî di

atas, menurut asumsi penulis adalah bahwa, bisa jadi pada usia itu ia baru

10 Al-Samâ‘ yang berarti mendengar, dalam istilah hadis dikenal sebagai kegiatan seorang

guru yang membaca hadis baik dari hafalan atau kitabnya sedangkan hadirin mendengarnya baik majelis itu imla' atau untuk yang lain. Lihat . Muhammad `Ajâj al-Khatib, Usûl al-Hadîts, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), cet 3, h. 204

Berkaitan dengan usia ideal untuk mempelajari hadis, M.M Azami di dalam bukunya Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, mencoba menjelaskannya secara gamblang dengan mengutip perkataan ulama terdahulu yang ia catat dari berbagai sumber. Seperti perkataan al-Tsauriy “Umumnya orang-orang beribadah dahulu dua puluh tahun, kemudian baru belajar dan menulis hadis”. Ia juga mengutip perkataan al-Zubairi “Saya lebih senang apabila umur sebelum dua puluh tahun itu dipakai untuk menghafal al-Qur`an dan ilmu-ilmu wajib yang lain”. Selain perkataan kedua tokoh dia atas, Azami juga mencatat ucapan al-Zuhri ketika berbicara dengan Ibnu ‘Uyaiynah yang pada waktu itu berusia lima belas tahun-,”Saya tidak pernah melihat anak yang belajar hadis yang lebih muda dari pada kamu”. Sebelum memberikan komentar, Azami menyisipkan dalam catatannya perkataan Musa ibn Harun, menurutnya, orang-orang Basrah belajar dan menulis hadis ketika berumur sepuluh tahun, orang-orang Kufah belajar dan menulis hadis ketika berumur dua puluh tahun, sedangkan orang-orang Syam belajar dan menulis hadis ketika berumur tiga puluh tahun.

Melihat ucapan-ucapan ulama di atas, Azami memberikan komentar “Tampaknya ketentuan di atas tidak merupakan patokan umum, hanya saja kecenderungan yang lazim pada saat itu adalah murid mulai belajar hadis pada umur dua puluh tahun”. Lihat Muhammad Mustafâ Azami, Hadis Nabawi dan SejarahKodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), cet 4, h. 505-506

11 al-Dzahabî, Siyar A lâm al-Nubala, juz 8, h. 269

Page 23: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

14

mendapat kesempatan untuk men-sima' hadis secara langsung yang dapat beliau

riwayatkan atau sampaikan juga kepada orang lain.12

Apa yang penulis katakan di atas, mengenai pendidikan imam Muslim

dapat dibuktikan dengan sejarah Abbasiyah, dimana pada masa itu kecintaan akan

ilmu sangat digalakkan oleh pemerintah, khususnya pada masa pemerintahan al-

Ma`mun dari tahun 198 sampai dengan tahun 218 H, tepatnya di akhir kekuasaan

pada periode pertama. Pernyataan penulis tersebut, bersandar pada apa yang

dikatakan oleh A.Syalabi dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam 3, ketika ia

membagi masa pemerintahan Abbasiyah menjadi tiga periode, yaitu: periode

pertama (132-232H), periode kedua (232-590H) dan periode ketiga (590-656H).13

Untuk mengetahui gambaran umum pemerintahan Abbasiyah pada periode

pertama, sekaligus menggambarkan bagaimana atmosfir pendidikan dan ilmu

pengetahuan pada masa kelahiran imam Muslim, penulis akan mengutip apa yang

dikatakan oleh A.Syalabi, menurutnya:

"pada periode ini kekuasaan berada di tangan para khalifah di

seluruh kerajaan Islam kecuali di Andalusia. Para khalifah di

zaman tersebut merupakan para pahlawan-pahlwan yang

memimpin angkatan tentara dan mengarungi peperangan.

Kebanyakan mereka adalah ulama-ulama yang mengluarkan fatwa

dan berijtihad, cinta akan ilmu pengetahuan, merapatkan hubungan

12 Kegiatan menerima dan mendengar hadis, dalam ilmu hadis dikenal dengan istilah

tahammul al-hadîts, sedangkan kegiatan meriwayatkan atau menyampaikan hadis diistilahkan dengan kata " ada " . Mengenai tahammul al-hadîts mayoritas para ulama cenderung memperbolehkan anak kecil untuk ikut dalam kegiatan mendengar hadis dan ada pula sebagian ulama yang tidak memperbolehkan, sedangkan mengenai ada sendiri, ulama ahli hadis, usul dan fikih sependapat bahwa, orang yang riwayatnya dapat dijadikan hujjah, adalah apabila ia beragama Islam, bâligh bersifat `âdil dan dâbit. Lihat Muhammad `Ajaj al-Khatib, Usûl l al-Hadîts, h.200-203

13A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3 , h. 3

Page 24: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

15

dengan kaum keluarga dan menyampaikan pidato yang berapi-

api."14

Sudah menjadi sebuah tradisi para ulama terdahulu, yaitu mereka tidak

hanya menimba ilmu dari seorang guru saja atau beberapa orang guru yang ada di

daerah, di mana tempat mereka lahir dan dibesarkan, akan tetapi mereka juga

sering melakukan rihlah ilmiah ke berbagai daerah untuk menambah ilmu

pengetahuan agama, khususnya yang berkaitan dengan hadis, sehingga terkadang

mereka harus melewati beberapa negeri hanya untuk mendapatkan sebuah hadis

yang benar-benar valid dan autentik, yaitu dengan mendengar langsung dari sang

guru.15

14A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3 , h. 3 15 Dimukadimah sahihnya, imam Muslim mengatakan:

لـيس باألخبار العلم أهل وقول قولنا أصل في الروايات من واملرسل سماع غير من اإلرسال"

"بحجةArtinnya: ke-irsala-lan (dengan adanya data yang valid bahwa sesorang) tidak mendengar

hadis secara langsung (dari gurunya) atau yang dinamakan dengan hadis mursal, menurut pendapat kami dan pendapat para pakar dalam bidang hadis adalah sesuatu yang tidak dapat dijadikan hujjah(tidak dapat dijadikan sebagai dalil). Lihat Muslim ibn al-Hajjâj, Sahîh Muslim, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1992), h. 21

Dari pernyataan imam Muslim di atas dengan jelas diketahui bahwa, ia sangat berhati-hati dalam menerima dan menyeleksi hadis, ia tidak akan menerima hadis kecuali hadis tersebut benar-benar ittisal atau bersabung. tetapi sebelumnya, masih di dalam muqaddimah sahihnya, secara jelas ia tidak serta-merta menolak hadis mursal atau hadis " 'an 'anah " (hadis yang sanadnya menggunakan ” 'an " yang berindikasi akan adanya ketidakbersambungan sanad), karena menurutnya, masih ada kemungkinan hadis tersebut sanadnya bersambung, dengan alasan apabila ada dua orang yang hidup pada satu masa, maka mereka memiliki kemungkinan untuk bertemu. Sebagaimana perkataannya di bawah ini:

جميعـا لكونهمـا منه والسماع لقاؤه له ممكن وجائز حديثا مثله عن روى ثقة رجل كل نأ

بها والحجة ثابتة فالرواية مبكال شافهات وال اجتمعا أنهما قط خبر في يأت لم وإن واحد عصر في كانا

شيئا منه يسمع لم أو عنه روى من يلق لم الراوي هذا أن بينة لةالد هناك يكون أن إال زمةالArtinya: sesungguhnya setiap para perawi yang tsiqah dan dia meriwayatkan sebuah

hadis yang ia terima dari seorang perawi yang tsiqah juga dan adanya kemunkinan perawi tersebut bertemu dan mendengar darinya dikarenakan keduanya berada dalam satu masa, walaupun tidak ada berita yang pasti bahwa keduanya pernah bertemu dan tidak pula mereka berbicara secara langsung, maka riwayat tersebut adalah benar dan menjadikan ia sebagai dalil merupakan sebuah keharusan, kecuali terdapat sebuah keterangan yang jelas bahwa perawi tersebut tidak pernah

Page 25: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

16

Hal serupa pula dilakukan oleh imam Muslim dengan semangat muda

sebagai seorang pemuda yang haus akan ilmu, terutama ilmu hadis, membuat ia

tidak hanya belajar dan mencari hadis dari para guru yang ada di daerahnya saja,

akan tetapi ia juga sering berpergian ke daerah-daerah lain yang di sana terdapat

para ulama hadis dan adapun tempat-tempat yang yang pernah ia singgahi adalah

Hijâz, Misr, syâm dan dan irâq dan lain-lain.16

1. Guru-Guru Imam Muslim

Pengembaraannya ke berbagai daerah dengan tujuan utama untuk mencari

hadis, seperti yang telah di sebutkan di atas, secara tidak langsung

mempertemukan beliau dengan beberapa orang guru di suatu tempat dengan latar

belakang penguasaan ilmu yang berbeda-beda pula, sehingga dengan demikian ia

tidak hanya memiliki satu guru saja. Baik guru dalam bidang ilmu tafsir, hadis,

fikih atau ilmu-ilmu agama yang lain.

Di kota Mekah imam Muslim berguru kepada al-Qa`nabî, ia merupakan

guru besar baginya, sedangkan di kufah dia berguru kepada Ahmad ibn Yûnus dan

yang lainnya. Menurut catatan al-Mizzî ada sekitar 218 orang yang pernah

menjadi guru imam muslim, di antaranya adalah Ibrâhîm ibn khâlid al-Yasykurî,

Ibrâhîm ibn Dinâr al-Tamâr, Ibrâhîm ibn Ziyâd sabalâni, Ibrâhîm ibn Sa‘îd al-

Jauharî, Ahmad ibn Ja‘far al-Ma‘qarî, Ahmad ibn Janâb al-Missîsî, Ahmad ibn bertemu dan tidak pernah mendengar satu hadis pun dari orang yang ia sandarkan hadisnya. Muslim ibn al-hajjâj, Sahîh Muslim, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1992), h. 21

Ia mencontohkan "Contohnya hadis yang diriwayatkan kepada kami yang disandarkan kepada Hisyam ibn

`Urwah dari bapaknya(`Urwah) dari 'Âisyah dan sudah menjadi sebuah kepastiaan sebagaimana yang kami tahu bahwa Hisyâm terbukti mendengar dari bapaknya dan bapaknya terbukti juga mendengar dari 'Âisyah dan sebagaimana yang kita ketahui bahwa 'Âisyah sudah pasti terbukti mendengar dari Nabi saw., Maka dengan demikian Hisyâm boleh tidak menyebutkan dalam riwayat tersebut kalau ia menerima dari bapaknya." Muslim ibn al-hajjâj, Sahîh Muslim, h. 22

16 Tsauqî Abû Khalîl, Atlas al-Hadîts al-Nabawî, (Beirut: Dar al-fikr, 2006), cet 3, h. 12

Page 26: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

17

Jawwâs al-Hanafî Qutaibah ibn sa‘id, al-Qa‘naî, Ahmad ibn Hanbal, Isma‘îl ibn

Abi Uwais, Yahya ibn Yahya, Abû Bakar, ‘Usman ibn Abû Syaibah, ‘Abdullah

ibn Asma’dan lain-lain17

2. Murid-Murid Imam Muslim

Bukan hanya memiliki banyak guru, sebagai seorang yang telah memiliki

nama di papan teratas dari deretan para pakar hadis, ia juga memiliki banyak

murid dan di antaranya adalah Abu Isa al-Tirmidzî, Ibrâhîm ibn Ishâq al-sairafî,

Ibrâhîm ibn Abu talib, Ibrâhîm ibn Muhammad ibn hamzah, Ibrâhîm ibn

Muhammad ibn Sufyân, al-faqîh18,dan lain-lain

Sejarah telah mencatat bahwa imam Muslim adalah seorang tokoh yang

sangat selektif dalam memilih hadis sekaligus tokoh yang dijadikan referensi

untuk penilaian jarh dan ta‘dil para ulama ahli hadis pada masanya dan ulama

terdahulu. Masih dalam catatan sejarah, diketahui bahwa imam al-Tirmîdzî

adalah salah seorang tokoh yang kekredibilitasannya sudah tidak diragukan lagi,

pemilik al-jâmi‘ sekaligus murid langsung dari imam Muslim.

Walaupun al-Tirmîdzî adalah muridnya langsung sebagaimana yang telah

masyhur di kalangan ahli hadis, bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan oleh imam

Muslim sudah tidak diragukan lagi akan kesahihannya. Bisa dibayangkan

bagaimana rantai emas sanad dari kedua tokoh tersebut akan terjalin antara guru

dan murid. Harapan dari bayangan terjalinnya rantai tersebut, hanya sebatas

logika positif yang tergambar, karena masih dalam catatan sejarah pula, imam al-

Tirmîdzî ternayta diketahui tidak pernah meriwayatkan hadis dari gurunya

17al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asma al-Rijâl, Muhaqqiq: Syaikh Ahmad ‘Ali ‘Abir dan Husain Ahmad Agha, (Beirut: Dar al-Fikr) juz 18 h.70-72

18 al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asma al-Rijâl, juz 18 h. 72

Page 27: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

18

tersebut, kecuali hanya satu hadis. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan

oleh al-Dzahabî, menurutnya ”imam al-Tirmidzî tidak pernah meriwayatkan

sebuah hadis pun yang beliau terima dari imam Muslim kecuali satu hadis saja”.19

Dari penuturan al-Dzahabî di atas, penulis mencoba melacak hadis yang

dimaksud olehnya dalam sunan al-Tirmîdzî dan penulis menemukan sebuah hadis

yang sanadnya berasal dari imam Muslim, hadis tersebut insya Allah adalah

sebagai berikut :

ح لمسا مثناج دجح نباحثندنى بيحى ييحي احثند دمحم نة عاويعو مأب قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم : بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة،قال

20أحصوا هلال شعبان لرمضان

Artinya: Telah bercerita kepada kami Muslim ibn Hajjâj (ia berkata) telah bercerita

kepada kami Yahyâ ibn Yahyâ (ia mengatakan) telah bercerita kepada kami Abû

Mu‘âwiyah dari Muhammad ibn ‘Amr dari Abû Salamah dari Abu Hurairah ia

berkata: Rasulullah saw telah bersabda "sempurnakan bulan Sya‘ban (menjadi 30

hari, dengan begitu awal) bulan Ramadhan dapat ditentukan "

3. Karya-karya Imam Muslim

Perjalanan imam Muslim dengan menempuh jarak yang sangat panjang

dari satu negeri ke negeri yang lain dengan menggunakan kendaraan seadanya

pada waktu itu, entah itu menggunakan kuda, onta atau lainnya, tentunya dapat

menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Walaupun demikian

perjalanannya bukanlah merupakan suatu hal yang sia-sia dimata imam Muslim,

19 al-Dzahabî, Siyar A lâm al-Nubala, juz 8, h. 300 20 Muhammad ibn 'Isâ Abû 'Isâ al-Tirmizi, al-Jâmi al-Sahîh al-Tirmizi, editor, Ahmad

Muhammad Syâkir dkk, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-`Arabi, tth) juz, 3, h. 71

Page 28: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

19

karena dari hasil perjalanannya, ia dapat menulis di lembaran-lembaran sejarah

tentang dirinnya sendiri dengan menciptakan sebuah karya yang berjuta-juta orang

membacanya yakni al-Musnad atau al-musnad al-Sahîh atau pun yang lebih

dikenal dengan sahih Muslim.

Menurut Subhi al-Sâlih, "imam Muslim sangat bangga akan kitab Sahîh-

nya, mengingat jerih-payah yang ia curahkan ketika mengumpulkannya". Hal

tersebut sangatlah wajar dan dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk imam

Muslim. Di salah satu kesempatan ia perberkata "seandainya para ahli hadis

mereka menulis hadis selama 200 tahun, maka poros mereka adalah Musnad ini"21

Kitab Sahîh Muslim adalah salah satu kitab hadis tersahih setelah bukhari.

Di dalamnya terdapat 3033 hadis, jumlah tersebut adalah hasil seleksi selama

kurang lebih 15 tahun22, dari tiga ratus ribu hadis yang ia kumpulkan dengan cara

mendengar langsung. Keunggulan Sahîh Muslim dari beberapa sisi jika

dibandingkan dengan kitab-kitab hadis yang lain membuat banyak para ulama

melirik terhadap kitab tersebut untuk mereka syarahi.

Sebuah kitab hadis yang belum ada yang dapat menyainginya dari sisi

kesistematisan penetapan hadis-hadis, hingga tidak terjadi pengulangan di sana

sini dan dari sisi memudahkan para pembaca hadis dalam melihat jalur

periwayatan sebuah hadis dengan cara merangkum jalur-jalur sanad yang banyak

menjadi satu. Dan akan penulis bicarakan lebih jauh tetang kitab tersebut pada bab

selanjutnya insya Allah.

21 al-Dzahabî, Siyar A lâm al-Nubala , juz 8, h. 306 22 Muhammad `Ajaj al-Khatib, Usûl al-Hadîts, h. 283

Page 29: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

20

Selain karya menomental tersebut, dia juga mengarang beberapa karya yang

tak kalah pentingnya dalam kajian ilmu hadis di antaranya yaitu: Al-Musnad al-

Kabîr ‘Ala al-Rijâl, Kitâb al-Jâmi‘ al-Kabîr ‘Ala al-Abwâb, Kitâb al-Asâmî` wa

al-Kunyâ, Kitâb al-Musnad al-Sahîh, Kitâb al-Tamyîz, Kitâb al-‘Ilal, Kitâb al-

Wuhdân, Kitâb al-Afrâd, Kitâbal-Aqrân, dan lain-lain.23 Secara pribadi, penulis

belum melihat kitab-kitab beliau tersebut di atas selain kitab sahihnya.

C. Komentar Para Ulama Terhadap Imam Muslim

Subjudul yang penulis angkat di atas, adalah sebuah judul yang menurut

penulis sendiri merupakan pemborosan kertas dan waktu untuk menulisnya.

Alasanya sederhana, karena menurut penulis apalah artinya menulis ulang

komentar para ulama terdahulu untuk menggambarkan kualitas seorang tokoh

sekaliber imam Muslim yang dengan hanya melihat sebuah karyanya saja semua

orang mungkin akan secara apriori mengakui kapasitasnya sebagai seorang

muhaddits.

Walaupun demikian, penulis merasa hal tersebut perlu dilakukan sebagai

kelengkapan biografi beliau dan sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu mata

rantai yang dapat melengkapi rantai sejarah imam Muslim.

Penulis mulai dengan mengutip apa yang pernah dikatakan oleh para ulama

yang hidup semasa dengannya, sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam

kitabnya Tahdzîb al-Tahdzîb. menurutnya Abu Amar al-Mustamli pernah berkata

"pada tahun 251 hijriyyah Ishâq ibn Mansûr meng-imla`-kan hadis kepada kami

dan pada waktu itu imam Muslim juga hadir, dia sangat mengagumi Ishâq ibn

23 Muhammad `Ajaj al-Khatib, Usûl al-Hadîts, h. 283

Page 30: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

21

Mansûr. dan ketika saya masih meminta agar saya dapat meng-imla`-kan hadis,

Ishâq ibn Mansûr kemudian melihat kepada Muslim lalu berkata " Allah tidak

akan menghilangkan kebaikan kepada Umat Islam selama Dia tetap

mengkekalkanmu.24

Dari ucapan Ishaq ibn Amar di atas, penulis menangkap bahwa dia jauh-

jauh hari sudah memprediksikan imam Muslim bakal menjadi orang yang sangat

mulia dengan menciptakan karya-karya yang sangat dibutuhkan orang dan ucapan

itu sudah terbukti dimana kitab sahih Muslim adalah salah satu kitab yang banyak

dicari orang untuk dijadikan referensi utama dalam berbagai tulisan mereka.

Kapasitas imam Muslim sebagai seorang pakar dalam bidang hadis baik

dari segi sanad maupun matan menjadikan ia selalu ditanyai orang seputar hadis.

Seperti dalam soal menjarah dan menta`dil para periwayat, ia pernah didatangi

oleh orang-orang sekelas Abu Zur`ah dan Abu hatim yang dikenal sebagai kritikus

hadis untuk menanyakan kwalitas para periwayat hadis yang hidup sezaman

dengan imam Muslim.25

Dan orang-orang hidup pada zaman sekarang dapat melakukan hal yang

serupa dengan membuka hasil dari karya imam Muslim, dimana kajian-kajian

keislaman yang mengharuskan dicantumkannya hadis-hadis Nabi saw pada

catatan-catatan tertentu. Dan catatan-catatan berupa hadis-hadis tersebut hampir

semua termuat dalam kitab sahih Muslim26. Oleh karena itu adalah wajar jika ada

24 al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, juz 18 h. 150 25 al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, juz 18 h. 72 26 al-hafiz Abû Quraisy pernah berkata, suatu ketika kami sedang berada di samping Abû

Zur'ah al-Râzi, kemudian datanglah Muslim ibn al-Hajjaj dan Abu zur`ah langsung mengucapkan salam kepadanya, setelah Muslim duduk sebentar dan melakukan diskusi kecil dengan Abû Zur'ah lalu ia pergi dan saya bertanya kepada Abû Zur'ah apakah orang itu telah mengumpulkan empat

Page 31: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

22

yang beranggapan bahwa, imam Muslim merupakan salah satu dari empat orang

yang menjaga Dunia selain Abu zur‘ah di al-Rai, Abdullah al-Darimi di al-

Samarqandi dan Muhammad ibn Ismail di Bukhari.27

Al-Dzahabî dalam kitab Siyar-nya membarikan gelar kepada imam Muslim

dengan berbagai macam gelar. Dia mengatakan “Muslim adalah seorang al-Imâm

al-Kabîr , al-Hâfiz, al-Mujawwid, al-Hujjah dan al-Sâdiq28”. Sedangkan Ibnu

Hajar mengatakan dia adalah imamnya para penulis (dalam bidang hadis).29

puluh ribu hadis dalam sahihnya? Abû Zur'ah menjawab ; dan dia hampir tidak menyisahkan sedikitpun, inilah yang saya tidak habis pikir. Lihat al-Dzahabî, Siyar A lam al-Nubalâ h. 302

27 al-Dzahabî, Siyar A lam al-Nubalâ, juz 8, h. 300 28 al-Dzahabî, Siyar A lâm al-Nubala, juz 8, h. 296 29 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Illmyah: 1995), cet

, 2. Juz 2, h.178

Page 32: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

23

BAB III

MENGENAL KITAB SAHIH MUSLIM

A. Metodologi Penyusunan Hadis

Di kalimat terakhir pada bab kedua di atas, penulis telah menyingung apa

yang pernah dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Taqrîb al-Tahdzîb, yaitu ia

memberi gelar kepada imam Muslim, sebagai imamnya para penulis. Pernyataan

tersebut bukanlah tanpa alasan, karena bukti dari perkataan Ibnu Hajar dapat

dilihat pada salah satu karya terbesarnya, seperti kitab Sahîh-nya sendiri. Sebuah

karya yang dapat dijadikan inspirasi bagi para penulis setelahnya dalam segi

metodologi penulisan hadis.

Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqi sebagai salah seorang peniliti yang

memberikan tahqîq-kan kepada kitab sahihnya mengatakan ”kitab sahih Muslim

adalah sebuah kitab (Hadis) yang belum ada yang menyainginya dari sisi

sistimetika, merangkum jalur hadis tanpa menambah ataupun menguranginya dan

menjaga perpindahan sanad yang dapat disatukan tanpa ada penambahan

sedikitpun dan beliau selalu berhati-hati dalam menjaga kesalahan lafaz dalam

periwayatan hadis baik dari segi matan maupun sanad walaupun hanya sehuruf ”1

Membuka dan membaca awal kitab al-Sahîh, ternyata memiliki daya tarik

tersendiri bagi para pembacanya dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain,

karena sebelum memulai menulis hadis-hadis yang tersusun sesuai dengan judul

bab per-bab, imam Muslim terlebih dahulu menulis abstraksi tentang apa yang

1 Komentar Muhammad Fuad di atas, dapat dilihat pada kata sambutan beliau dalam

kitab sahih Muslim yang beliau tahqîq lihat Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, (al-Qâhirah: Dâr al-Hadîts, t.t.h), juz 1 h. د

Page 33: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

24

akan ia tulis. Isi dari abstraksi sebagaimana yang terlihat di awal kitab pada

muqaddimah, bukanlah suatu hal yang akan menggambarkan secara umum isi

kitab tersebut, akan tetapi ia memaparkan mengenai pengklasifikasian para

periwayat dari jalur sanad yang ia riwayatkan hadisnya.2

Pemaparan mengenai tingkatan para periwayat oleh imam Muslim,

memiliki relefansi jika dilihat dalam konteks sejarah pada masanya. Perang

ideologi di interent umat muslim masih hangat-hangatnya, hingga tidak

mengherankan jika banyak tersebarnya hadis-hadis palsu yang berisikan tentang

keutamaan suatu kelompok tertentu.3

a. Penamaan Kitab Sahih Muslim

Dalam muqaddimah kitab tersebut, sesuai dengan apa yang penulis ketahui,

bahwa imam Muslim tidak berikan nama terhadap kitab sahihnya itu. Akan tetapi,

di beberapa tempat dari buku sejarah, beliau menyebutkan nama kitab tersebut,

terkadang dengan nama al-Musnad dan terkadang pula dengan nama yang

lengkap yaitu al-Musnad al-Sahih sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Mizzî

dalam Tahzîb al-Kamal.

2 Contohnya seperti dalam muqaddimahnya, ia mengatakan: Setelah hadis-hadis dari kelompok pertama, maka kami akan mengikutkan hadis-hadis

yang di dalam sanadnya terdapat beberapa (perawi) yang tidak memiliki sifat al-hifz dan al-itqân ......., seperti; ‘Ata` ibn al-Sâib, Yâzid ibn Abû Ziyâd dll. Lihat Muslim ibn al-Hajjâj, Sahîh Muslim, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1992), h. 4

3 Perang antar aliran atau mazhab tertentu,sehingga membuat para pengikutnya menjadi fanatic terhadap kelompok masing adalah salah satu faktor penyebab timbulnya hadis-hadis palsu. Hal itu dikarenakan, mereka ingin menyampaikan bahwa kelompok merekalah yang paling baik dan menyerukan agar orang lain masuk kedalam kelompok mereka, untuk mewujudkan hal tersebut, mereka lalu membuat hadis-hadis palsu yang disandarkan kepada Nabi saw, berkaitan keutamaan kelompok mereka. Selain karena fanatanik kelompok, ada factor-faktor lain penyebab timbulnya hadis palsu, yaitu: membuat hadis-hadis fadâil a'mâl agar umat mau bertaqarrub kepada Allah, karena kebencian terhadap Islam, ingin mendapat perhatian pemerintah, mencari kekayaan dan ingin tenar. Lihat Mahmûd Tahan, Taisîr Mustalah al-Hadîts (Beirut: Dâr al-fikr, t.t.h), h. 76-77

Page 34: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

25

مسلما سمعت :يقول أبي سمعت :املاسرجسي محمد بن احلسين لقا

4مسموعة حديث ألف مائة ثثال من الصحيح املسند هذا صنفت :يقولArtinya:

al-Husain ibn Muhammad al-Mâsarjisî mengatakan bahwa dia telah

mendengar bapaknya mengatakan saya telah mendengar Muslim mengatakan "al-

Musnad al-Sahîh yang saya karang ini terdiri dari tiga ratus ribu hadis yang

didengar secara langsung"

على املسند اهذ كتابي عرضت:يقول مسلما سمعت :عبدان بن مكي قال

5تركته اببسو علة له أن الكتاب هذا في علي أشار ما فكل ،زرعة أبيArtinya:

Makkî ibn ‘Abdân berkata bahwa ia telah mendengar Muslim berkata "saya

pernah perlihatkan kitab al-Musnad-ku ini kepada Abu Zur‘ah, maka setiap apa

yang ia isyaratkan kepada saya dalam kitab ini (terdapat hadis-hadis) yang

memiliki cacat dan sebab-sebab tertentu maka saya tinggalkan"

Walaupun demikian, nama kitab sahih Muslim adalah nama yang lebih

dikenal orang dibandingkan dengan nama kitab al-Musnad al-Sahih. Seperti nama

kitab Sahih al-Bukahri lebih dikenal orang dibandingkan dengan nama lengkap

kitab tersebut yaitu al-Jâmi‘ al-Musnad al-sahîh al-Mukhtasar min umûri

Rasûlillah sallahu `alaihi wa sallam wa sunanihi wa ayyâmihi6.

b. Ketentuan Dasar Penerimaan Hadis

4 al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, Muhaqqiq: Syaikh Ahmad ‘Ali ‘Abir dan

Husain Ahmad Agha, (Beirut: Dar al-Fikr), juz 18 h. 301 5 al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asmai al-Rijâl, juz 18 h. 301 6 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, (Riyadh : maktabah al-Ma`arif,

1991), cet, 2, h. 97

Page 35: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

26

Masih di dalam muqaddimah-nya, imam Muslim selain mengklasifikasikan

hadis sesuai dengan tingkatan para periwayatnya, yang insya Allah akan dibahas

pada bagian selanjutanya dari bab ini, beliau juga menulis enam bab yang secara

global menurut penulis isinya adalah bentuk peringatan kepada para pembaca

untuk benar-benar meneliti orang-orang yang mengaku bahwa hadis-hadis yang

diucapkan mereka adalah benar-benar dari Nabi saw.

Pada bab pertama, imam Muslim menulis dengan judul bab wajib

meriwayatkan hadis yang bersumber dari para periwayat yang telah terkenal

kekredibilitasnya atau kesahihannya dan meninggalkan para periwayat pendusta

atas Rasulullah saw. Ia mengatakan;

اجباىل، أن الوعاهللا ت فقكلم، واعح وحيص نيب زييمالت فرد على كل أحع أن ال يروي منها إال ما عرف . الروايات وسقيمها و ثقات الناقلين لها من المتهمين

هقي منتنأن ي ه واقلية في نارتالس ارجه وخة ماندين صحعالمم وهل التأه نا كان عا م .من أهل البدع

Artinya:

”ketahuilah semoga Allah memberikan taufik kepadamu, sesungguhnya

wajib kepada semua orang (yang belajar hadis) mengetahui perbedaan antara

sahih dan cacadnya riwayat-riwayat. Keredibilitasa pada periwayatnya agar

terhindar dari periwayat yang muttahham. Tidak boleh seorangpun meriwayatkan

suatu hadis tanpa ia mengetahui sahihnya tempat periwayatan serta terjaganya

yang penukilan dan harus menjauhi orang-orang yang muttaham dan orang-orang

yang diancam masuk neraka dari golongan pembuat hadis-hadis palsu.”7

7Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6

Page 36: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

27

Setelah mengeluarkan pernyataan diatas, beliau mengatakan ”dan adapun

dalilnya atas perkataan kami diatas adalah firman Allah

بجهالة قوما تصيبو أن فتبينوا بنبأ فاسق جاءكم إن آمنوا الذين أيها يا

)6: جراتاحل( نادمين فعلتم ما على فتصبحو

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya

yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

)282:البقرة، (الشهداء نم ترضون منممفان لم يكونا رجلين فرجل وامراتن

Artinya:

Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki

dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai (ridhai) dari

para saksi

رعبم نهسكوفأم نلهأج نلغف فاذا بورعبم نهفارقو ف أووواوهدأش يذو

)2:الطالق( منكم عدل

Page 37: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

28

Artinya:

Apabila mereka (para istri yang ditalak) telah mendekati akhir idahnya,

maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepasanlah mereka dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu.(QS. al-talâq: 2)

Kemudian imam Muslim mengatakan ”maka pengambilan dalil dari ayat-

ayat yang telah kami sebutkan adalah bahwa berita yang dibawa oleh orang-orang

yang dikenal fasik adalah gugur atau tertolak dan persaksian orang-orang yang

tidak adil juga ditolak”8

Tidak hanya dalil al-Qur`an yang ia jadikan dalil tetapi ia juga

mengeluarkan hadis-hais Nabi saw sebagai penguat dari pernyataannya di atas,

seperti hadis-hadis berikut dibawah ini:

لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسر ني عنث عدح نم كذب هي أنرث يديبح

نالكاذبي دأح و9فه

Artinya:

Dari Rasulullah saw, berliau bersabda " orang berbicara mengatas namakan

saya, yang diyakini ia berdusta, maka dia adalah salah seorang dari para pendusta"

Pada bab kedua, beliau membawakan hadis-hadis yang berisikan ancaman

bagi orang-orang yang berdusta atas nama Nabi Muhammad, seperti hadis-hadis

dibawah ini:

8 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6 9 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 6

Page 38: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

29

اهللا رسول قال قال يخطب عنه اهللا رضي عن ربعي بن حراش أنه سمع عليا

10النار يلج علي يكذب من فإنه علي تكذبوا ال وسلم عليه اهللا صلى

Artinya:

Ali Ra. Pernah berkhutabah dalam khutbahnya dia berkata: Rasulullah saw

telah bersabda "janganlah kalian berdusta atas namaku karena orang yang

berdusta atas namaku maka akan dilemparkan kedalam api neraka"

مقعده فليتبوأ كذبا علي تعمد من قال وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول أن

ار من11الن

Artinya:

Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang dengan sengaja berdusta atas

namaku maka tempat kembalinya adalah di dalam neraka

Sekedar untuk menguatkan apa yang telah dipaparkan pada bab pertama

dan kedua. Pada bab ketiga ini, imam Muslim membawakan hadis marfu`, mauquf

dan maqtu yang mencerikatan larangan untuk meriwayatkan hadis-hadis yang

didengar oleh seseorang, tanpa meneliti terlebih dahulu apakah hadis tersebut

sahih atau tidak. berikut adalah hadis-hadis yang dimaksud:

10 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 7 11 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 7

Page 39: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

30

نة أبي عريرل اهللا قال هوسلى ره اهللا صليع لمسء كفى ورا بالمأن كذب

12سمع ما بكل يحدث

Artinya:

Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata, Rasulullah saw bersabda "Cukuplah

seseorang disebut sebagai pembohong jika dia menceritakan setiap yang ia

dengar"

أن بالكذ من المرء عنه بحسب اهللا تعالى رضي اخلطاب بن عمر قال

13سمع ما بكل يحدث

Artinya:

" Umar ra. Berkata Cukuplah seseorang disebut sebagai pembohong jika dia

menceritakan setiap apa yang ia dengar ".

ما بكل حدث رجل يسلم ليس أنه اعلم مالك لي قال وهب ابن قال

معال سن وكوا ياما إمدأب وهث ودحا بكل يم مع14س

Artinya:

Ibn Wahab mengatakan, bahwa imam Malik pernah berkata kepadaku

"ketahuilah! sesungguhnya tidak akan selamat seseorang yang mengatakan setiap

12 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 8 13 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 8 14 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 8

Page 40: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

31

apa yang ia dengar dan dia tidak akan menjadi seorang pemimpin selamanya

ketika dia mesih tetap suka menceritakan setiap apa yang ia dengar"

Selain itu juga imam Muslim mewanti-wanti kepada kepada para pembaca

kitab sahihnya, agar berhati-hati dalam menerima hadis dari orang-orang yang

dianggap lemah. Warning ini ditulisnya pada bab ke empat dalam mukadimahnya

Selanjutnya pada bab kelima imam menulis sebuah judul yang menjelaskan

bahwa sanad adalah bagian dari agama (anna al-Isnad min al-din) dan

periwayatan harus dari para periwayat yang kredibel, dan untuk mengatakan

kekurangan (menjarh)dari seorang periwayat dalam batas-batas yang masih dalam

batas-batas tertentu bukanya hanya boleh hukumnya, bahkan wajib hukumnya dan

perbuatan seperti itu bukanlah dinamakan gibah yang diharamkam, justeru hal

tersebut dapat menjaga adanya celaan terhadap kemulyaan syariaat.

Pernyataan imam Muslim pada bab kelima di atas menurut penulis adalah

bentuk pengaminannya terhadap pernyataan-pernyataan para pendahulunya yang

mengatakan, bahwa sanad bagian dari agama, seperti Ibnu Sirrin, Tawus, sa`ad

ibn Ibrahim, Ibnu Mubarrak dan lain-lain. Berikut ini adalah kutipan dari

pernyataan keempat tokoh terbut:

15دينكم تأخذون عمن فانظروا دين العلم هذا إن :سيرين بن محمد قال

Artinya:

Muhammad Ibn Sirin berkata: sesungguhnya (sanad) adalah bagian dari

masalah agama, maka telitilah orang-orang yang hadis mereka kalian terima

15 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 10

Page 41: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

32

قالوا الفتنة وقعت فلما سناداإل عن يسألون يكونوا لـم : سيرين ابن قال

فال البدع أهل إلى وينظر همحديث فيؤخذ السنة أهل إلى رنظفي كمرجال لنا سموا

16همحديث يؤخذ

Artinya:

Ibn sirin berkata: (pada mulanya) kaum muslimin tidak menanyakan sanad,

namun setelah terjadinya fitnah (apabila mendengar hadis mereka selalu

mengatakan). Sebutkan kepada kami sanad-sanad kelian. Apabila diperoleh dari

Ahlus-sunnah, hadis itu diterima sebagai dalil dalam agama, dan apabila diperoleh

dari orang-orang penyebar bid`ah, hadis itu ditolak

شاء من لقال سناداإل ولوال الدين من سناداإل يقول المبارك بن قال عبداهللا

17شاء ما

Artinya:

Abdullah ibn Mubarrak pernah berkata: al-Isnad bagian dari agama,

seandainya tidak ada Isnad maka sudah dipastikan seseorang akan mengatakan

setiap yang dia ingin

Dan pada bab enam dari muqaddimah-nya, imam Muslim menulis judul

bab sihah al-Ihtijaj bi al-hadits mu`an`an. Bab ini berisikan pernyataan-

16 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 10 17 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 11

Page 42: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

33

pernyataannya akan kebolehan berhujjah dengan hadis mu`an`an tentunya dengan

pernyaratan-persyaratan tertentu dan Masih menurutnya, pernyatan tersebut

adalah pernyataan yang disepakati oleh para ahli ilmu periwayatan baik yang

klasik maupun yang kontemporer. Sekaligus pada bab ini, ia mengkritik orang-

orang yang berseberangan dengan pendapatnya.18

c. Susunan dan Jumlah Bab Perbab dalam Sahih Muslim

Untuk mengetahui secara global isi dari kitab sahih muslim. Penulis

mencoba mengutip setiap tema yang terdapat dalam kitab tersebut, sebagaimana

yang terlihat pada bagan dibawah berikut:

ابتالك مقر ابتالك مسإ ابتالك مقر ابتالك مسإ

18 Berikut ini adalah terjemahan dari kritikan beliau terhadap orang-oranh yang

berseberangan dengannya. Sesungguhnya setiap perawi yang tsiqah meriwayatkan sebuah dari seseorang yang

kwalitasnya sama dengan dia dan ada kemungkinan si perawi bertemu dengan orang dan mendengar langsung dari dia disebabkan mereka berdua hidup sezaman walaupun belum ada informasi yang pasti bahwa mereka pernah berkumpul dan tidak ada juga informasi yang pasti bahwa mereka pernah berbicara secara verbal maka dengan demikian periwayatan tersebut sahih dan berhujah dengan riwayat tersebut adalah harus. Kecuali terdapat petunjuk yang sangat jelas, yang mengindikasikan si perawi tidak pernah bertemu dengan orang tersebut atau dia tidak pernah medengar satu hadis pun dari dia dan masalah lain yang masih samara dan memungkinkan untuk kami bahas (jadi kasus periwayatan seperti ini menurut kami adalah) periwayatan yang diterima dengan cara mendengarkan langsung, kecuali ada keterangan lain seperti yang telah dijelaskan diatas. Dan dikatakan kepada orang yang telah membawakan pandangan baru, kami akan memaparkannya untuk ditolak: "anda telah mengatakan bahwa hadis ahad yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqah yang didapat dari orang yang tsiqah juga adalah bisa dijadikan hujjah dan wajib diamalkan kemudian setelah itu anda mengatakan (periwayatan tersebut) dapat diterima kecuali dengan syarat kedua orang tersebut pernah ketemu sekali atau lebih atau rawi tersebut pernah mendengar hadis secara langsung dari dia. Apakah anda mendapatkan syarat ini yang anda mensyaratkannya dari seseorang yang harus diikuti ucapannya? Kalau tidak ada lalu mana dalil dari ucapanmu itu.Apabila dia mengaku syarat yang ia tetapkan adalah merupakan kutipan dari ucapan para ulama terdahulu maka mentalah buktinya. Dan sudah tentu dia tidak akan mendapatkan jalannya ataupun orang lain. Selanjutnya jika dia masih tetap mengaku bahwa apa yang ia sangka adalah dalil yang dapat dijadikan hujjah, maka katakan kepada dia, dalil macam seperti apalagi? Apabila dia masih berdalih dengan mengatakan "saya mengatakan hal tersebut karena saya telah menemukan riwayat yang diriwayatkan oleh para perawi dulu maupun sekarang yang belum jelas jalur periwayatannya dan perawi tersebut juga belum pernah mendengar" lihat Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 21

Page 43: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

34

ةامسالق ابتك

ـاملونيبارح القواصص

والداتي

1 انمياإل ابتك 28

2 ةارهالط ابتك 29 دوداحل ابتك

3 ضياحل ابتك 30 ةيضقاأل ابتك

4 ةالالص ابتك 31 ةطقالل ابتك

و داجس املابتك 32 ريالسو ادهاجل ابتك

معاضو ةالالص

5

رافسـامل ةالص ابتك 33 ةارماإل ابتك

قورصاه

6

7 ةعم اجلابتك 34 حائبالذو ديالص ابتك

Page 44: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

35

وام يم لكؤال نحيانو

8 نيديالع ةالص ابتك 35 ياحضاأل ابتك

9 اءقستساإل ةال صابتك 36 ةبرش األابتك

10 فوسالك ابتك 37 ةنيالزو اسبالل ابتك

11 زائن اجلابتك 38 ابد األابتك

12 اةكالز ابتك 39 مالالس ابتك

من األدب اظفلاأل ابتك و غيرها

13 اميالص ابتك 40

14 افقتعاإل ابتك 41 رعالش ابتك

15 جاحل ابتك 42 ايؤالر ابتك

16 احكالن ابتك 43 لائضالف ابتك

17 اعضرال ابتك 44 ةابحالص لائضف ابتك

Page 45: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

36

ضراهللا ي عنهم

ةالالصو رالب ابتك

باواآلد

18 قالالط ابتك 45

19 نعالل ابتك 46 ردالق ابتك

20 قتالع ابتك 47 ملالع ابتك

اءعوالد ركالذ ابتك

والتوةب اإلوتسارفغ

21 وعيالب ابتك 48

22 ةاقسامل ابتك 49 ةبوالت ابتك

قافنامل اتفص ابتك

أوهامكحم

23 ضائرالف ابتك 50

24 اتباهل ابتك 51 ةفصو ةناجل ابتك

Page 46: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

37

عنمياه أولهاه

اطرشأ و نتالف ابتك

السةاع

25 ةيصالو ابتك 52

26 رذ النابتك 53 قائقالرو دهالز ابتك

27 انمياأل ابتك 54 التفسيرابتك

Jika dilihat dari susunan kitab perkitab (bukan berarti buku) yang terdapat

dalam kitabnya, maka sahih muslim termasuk dalam klasifikasi kitab, yang diberi

nama dengan al-Jawâmi`.sebagaimana beberapa kitab yang digolongkan dalam

kategori al-Jawâmi` seperti: Jâmi‘ al-Razâq, Jâmi‘ al-Tsurî, Jâmi‘ al-Tirmizî dan

lain-lain.19

Sedangkan dimaksud dengan al-jâmi` di sini adalah setiap kitab hadis yang

menghimpun hadis-hadis sesuai dengan berbagai macam tema yang terdapat

didalamnya20, dengan kata lain, al-jâmi` tidak hanya memuat hadis-hadis yang

berkaitan dengan salah satu cabang ilmu dalam Islam, seperti Akidah, Hukum,

tata krama,tafsir sejarah dan lain-lain21.

19 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, (Riyadh : maktabah al-

Ma`arif, 1991) cet, 2, h. 97 20 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, h. 97 21 Mahmûd Tahhân, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, h. 97

Page 47: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

38

B. Pandangan Para Ulama Mengenai Hadis-Hadis Yang Terdapat Dalam

Kitab Sahih Muslim

Telah menjadi kesepakatan para ulama, bahwa kitab sahih Muslim

merupakan salah satu dari dua kitab yang paling sahih setelah al-qur`an dan hal ini

tidak terjadi perbedaan pandangan di kalangan mereka. Apabila dilihat dari sisi

mana yang paling sahih di antara keduanya, maka disini terjadi pembagian dua

kelompok, yaitu ; kelompok jumhur yang mengatakan kitab sahih Bukhari lebih

unggul dari sahih Muslim, karena imam al-Bukhari memberikan 2 syarat untuk

penulisan hadis, pertama : seorang periwayat harus semasa dengan gurunya.

Kedua : ia benar-benar mendengar hadis secara langsung dari gurunya tersebut.

Sedangkan imam Muslim tidak menjadikan syarat yang kedua sebagai syarat.22

Kelompok kedua adalah minoritas, yang meyakini bahwa sahih Muslimlah

yang tersahih. Kelompok ini diwakili oleh ulama-ulama Maghrib dan Abu ‘Ali,

al-Naisâbûrî23. Abu ‘Ali pernah mengatakan “tidak ada satu kitab hadis pun

dibawah pelataran langit yang lebih sahih dari sahih Muslim”24

Walaupun pernyataan dua kelompok terakhir telah mendapatkan kritikan

dari Ibnu Katsîr dan al-Suyûti, akan tetapi Muhammad Fuad ‘Abd al-Bâqi sedikit

membarikan pembelaan terhadap kelompok terakhir tersebut, dia mengatakan

“walaupun sahih al-Bukhari adalah yang tersahih dan itu adalah pendapat jumhur

ulama, akan tetapi kitab imam Muslim dari sisi ketelitian yang berkaitan dengan

22Ibn Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, Editor: Ahmad

Muhammad Syâkir, (Beirut: Darul Fikr, 2005), cet 1, h. 20 23 Ibn Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, h. 20 24 al-Dzahabî, Siyar A`lâm al-Nubala, (Maktabah al-Shafa t.t.h), juz 8, h 301

Page 48: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

39

sanadnya, dialah yang lebih baik”25. Dan hal-hal yang ada kaitannya sanad dari

kitab sahih Muslim, akan penulis bahas pada bab berikutnya, insya Allah.

Selain terjadi perbedaan pendapat pada masalah di atas, terjadi pula

perbedaan pandangan dalam menafsirkannya pengelompokkan hadis-hadis dalam

sahih Muslim, menjadi tiga kelompok, sebagaimana yang terdapat di awal

muqaddimah dari kitabnya.

Mengenai perbedaan pendapat ini, penulis mencukupkan pembahasan

dengan apa yang telah dipaparkan oleh imam al-suyûthî dalam kitabnya Tadrîb al-

Râw fî Syarh al-Taqrîb al-Nawâwî26, sebagaimana berikut:

" Imam muslim dalam mukadimah sahihnya, membagi hadis-hadis

yang ia riwayatkan menjadi tiga ketegori.

1. hadis yang diriwayatkan oleh para hâfiz dan al-mutqinûn

2. hadis yang diriwayatkan oleh para periwayat mastûr tetapi

kapasitas mereka masih di bawah kelompok kedua

3. dan hadis yang diriwayatkan oleh para periwayat lemah al-

Matrukûn.

Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud dari pembagian

kategori tersebut.

Menurut ak-Hakim dan al-Baihaqi: yang diinginkan oleh Muslim

adalah antisipasi, sebelum dia menyebutkan kelompok kedua, terlebih

dahulu ia menyebutkan kelompok pertama.

25 Muslim ibn al-hajâj, Sahih Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, juz 1, h د 26 al-Suyûti, Tadrîb al-râwi, editor; abd al-wahab Abd al-latif, (Qâhirah: maktabah dâr

al-turats,2005 ) cet. 5, h. 71-72

Page 49: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

40

(akan tetapi statement dia atas di sanggah oleh al-Qâdi al-`iyâd),

menurutnya: ucapan ini bersumber dari guru-guru al-Hâkim, dan orang-

orang banyak mengikutinya. Menurutku bukan seperti itu, lebih tepatnya

yaitu bahwa, imam Muslim setelah meyebutkan kelompok pertama,

kemudian menyebutkan hadis dari kelompok kedua sebagai mutâba`ah

dan al-isytisyhâd. Atau sekiranya belum ada sesuatu yang dimaksud oleh

hadis dari kelompok pertama, maka ia menyebutkan hadis dari kelompok

ketiga"

Ahmad Umar Hasyim dalam bukunya yang berjudul ushûl al-Hadîts,

menulis sebuah sub judul "bantahan terhadap terhadap orang yang mengatakan

bahwa terdapat periwayat-periwayat dhaîf dan matrûk dalam hadis-hadis yang

diriwayatkan oleh imam Muslim"

Beliau mengatakan "apabila ada yang mengatakan, bahwa dalam sahih

muslim terdapat para periwayat yang tergolong lemah dan kelompok pertengahan

yang tidak memiliki kreteria sahih, maka jawabanya adalah sebagai berikut"

1. adapun yang dimaksud dengan sanad-sanad tersebut adalah, bahwa

mereka ada yang mengatakan lemah dan ada pula yang mengatakan tsiqah.

2. sanad-sanad tersebut hanyalah sebagai mutâba`ah dan syawâhid bukan

asal sanad yang ia sebutkan. Jadi yang pertama imam Muslim adalah hadis asal

yang sahih, kemudian ia mengikutkan hadis-hadis yang lain dengan sanad yang

Page 50: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

41

sebagiannya lemah. Dengan tujuan untuk menguatkan serta menambahkan hal-hal

yang lain.27

3.Bisa jadi ada seorang periwayat yang tiba-tiba menjadi da'if disebabkan

ikhtilât (bercampurnya hafalan, dikarenakan usia lanjut) setelah imam Muslim

menerima hadis darinya. Seperti Ahmad ibn Abdurrahman ibn Akhi ibn Abdullah

ibn Wahab yang bercampur hafalannya, pada tahun 150 H, setelah imam Muslim

keluar dari kota Mesir.

4. Membawakan hadis-hadis lemah setelah menyebutkan hadis sahih adalah

dengan tujuan, agar hadis-hadis lemah tersebut naik derajat (menjadi hasan li

ghairihi).28

penulis akan memberikan contoh hadis yang dapat dilihat dalam sahihnya,

pada bab " Bâb Istihbâb Tahsîn al-saut bil-Qurân29.

حدثنا سفيان بن عيينة عن الزهري حدثني عمرو الناقد وزهير بن حرب قاال لشيءما أذن اهللا :عن أبي سلمة عن أبي هريرة يبلغ به النبي صلى اهللا عليه وسلم قال

ما أذن لنىنغتي آنبيبالقر . Artinya:

Telah bercerita kepada saya ‘Amar al-Nâqid dan Zuhair Ibn Harb, mereka

berdua berkata, telah bercerita kepada kami Sufyan Ibn ‘Uyaiynah dari al-Zuhry

dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata (berdasarkan) apa yang Nabi saw

sampaikan kepadanya yaitu; Hal yang (sangat) dianjurkan oleh Allah swt

27Ahmad Umar Hasyim, qawâ‘id usûl al-hadîts, (Beirut: Ilmu al-Kutub, 1997), cet 2, h.

48-49 28 Ahmad Umar Hasyim, qawâ‘id usûl al-hadîts, h. 48-49 29 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 351-352

Page 51: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

42

(sebagaimana juga) dianjurkan oleh Nabi saw adalah membaguskan suara ketika

membaca al-Qur`an.

حدثني يونس وحيونس وحدثني حرملة بن يحيى أخبرنا ابن وهب أخبرني سناد عن ابن شهاب بهذا اإلهما الن وهب أخبرني عمرو كعلى أخبرنا اباألبن عبد

بيأذن لنا يقال كمىنغتبالقرآني . Artinya:

Telah bercerita kepada saya Harmalah Ibn Yahya, (ia berkata) telah

mengabarkan kepada kami Ibn Wahb (Ia mengatakan) telah mengabarkan kepada

kami Yunus (al-Tahwîl) telah bercerita kepada saya Yunus Ibn al-A‘lâ (ia berkata)

telah mengabarkan kepada kami ‘Amr keduanya (bersumber) dari Ibn Syihâb

dengan sanad ini berkata: “ Sebagaimana yang dianjurkan oleh Nabi saw adalah

membaguskan suara ketika membaca al-Qur`an”

ز بزيالعدبا عثنداحلكم ح نب رثني بشدحدزيا يثندد حمحاهلاد ( ن م ناب وهو (ة أنريره أبي نة علمأبي س نم عاهيرن إبد بمحم نلعوسر معس لى اهللا هاهللا ص

بالقرآن يجهر بهيتغىنما أذن اهللا لشيء ما أذن لنبي حسن الصوت :م يقولعليه وسل

Artinya:

Telah bercerita kepada saya Bisyr Ibn al-Hakam (ia berkata) telah bercerita

kepada kami ‘Abd al-‘Azîz Ibn Muhammad (ia berkata) telah bercerita kepada

kami Yazîd ia adalah anak al-Hâdi dari Ibrâhîm dari Abu Salamah dari Abu

Hurairah, sunguh ia telah mendengar Nabi saw bersabda “Hal yang (sangat)

dianjurkan oleh Allah swt (sebagaimana juga)aku anjurkan Nabi saw adalah

membaguskan suara ketika membaca al-Qur`an dengan keras

Page 52: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

43

بب أخهو ناهللا بدبي عمثنا عدب حهو ناب أخي نثني ابدحورمني عر نب ح عيرش نة بويحالك وذا اإلماد بهن الهاب لى نول اهللا صسقال إن راء ووس اد مثلهنس

و لمسه ولياهللا عمعقل سي لم Artinya:

Keponakanku yaitu Ibn Wahb Telah bercerita kepada saya (ia berkata)

telah berceita kepada saya pamanku ‘Abdllah Ibn Wahb (ia berkata) telah

bermengabarkan kepada saya ‘Umar Ibn Malik dan Haiwah Ibn Syuraih dari ibn

al-Hâdi dengan sanad hadis ini (yang matannya sesuai dengan hadis yang di atas)

terkecuali didalamnya tidak disebutkan (kata) telah mendengar.

نقل عا هثندى حسوم نب كما الحثندحأ األو نى بيحي ناعي عزر وبي كثي

لمأبي س نة قالةعريرأبي ه نا أذن اهللا :، عم لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسقال ر بيلن هء كأذنيلشىنغتبهي رهجبالقرآن ي

Artinya:

Telah bercerita kepada kami al-Hakam ibn Mûsâ (ia berkata) telah berceita kepada kami Haql dari al-Auza‘iy dari Yahya ibn Abu Katsîr dari Abu Salam dari Abu Hurairah ( ia berkata) Rasulullah saw bersabda Hal yang (sangat) dianjurkan oleh Allah swt (sebagaimana juga) saya anjurkan juga oleh Nabi saw adalah membaguskan suara ketika membaca al-Qur`an dengan keras

Muhammad ibn Ibrahim al-Halby dalam bukunya mengatakan " ketahuilah,

bahwa terkadang dimasukkan ke dalam bab mutâba`ah dan isti syhâd riwayat

yang hadisnya tidak dapat dijadikan hujjah atau dalil……. Dan dalam kitab

Bukhari dan Muslim terdapat kelompok al-Du'afâ` yang disebutkan oleh mereka

dengan tujuan sebagai al- mutâba'ah dan al-Syawâhid ".30

30 Muhammad ibn Ibrâhîm al-Halbî al-Hanafî, Qafwu al-Âtsar fî Safwah, (Beirut: Dar-

Alfikr, 1970), cet 1, h.64

Page 53: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

44

BAB IV

METODE PENYUSUNAN SANAD DALAM SAHIH MUSLIM

A. Al-tahwîl dan Fungsinya

Di bagian awal penulis telah menyinggung bahwa, jika dibandingkan

dengan kitab-kitab hadis yang ditulis oleh para ulama, baik yang terdulu maupun

yang sekarang, secara sekilas memang tidak ada perbedaan yang mendasar dari

cara mereka menyusun hadis. Akan tetapi imam Muslim dengan kitab Sahîh-nya

menunjukkan ciri khas tersendiri ketika menyusunnya, terutama dalam

menampilkan jalur periwayatan dari hadis-hadis yang beliau terima. Di sana akan

banyak dijumpai percabangan jalur sanad dari hadis-hadis yang diriwayatkannya,

sedangkan di kitab sahîh al-Bukhâri maupun Kutub al-Sunan akan jarang

dijumpai Percabangan inilah yang lebih dikenal dengan istilah al-tahwîl, yang

secara bahasa dapat berarti perpindahan.

a. Pengertian al-Tahwîl

Dalam literatur kitab-kitab hadis, al-tahwîl biasanya disimbolkan dengan

huruf (ح) 'h'. Di kalangan ulama, masih ada yang bersilang pendapat, tentang

apakah huruf h tersebut adalah singkatan dari kata hâil (pemisah), al-tahwîl (

pemindahan), sahha (selamat/benar) atau al-hadîts (khabar).1 Selain perselisihan

pandangan tersebut, menurut al-Nawâwy, " belum juga diketahui, siapa yang

pertama kali menggunakan rumus 'h' tersebut."2

1Syams al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Rahmân al-Syakhâwî, Fath al-Mugîts Syarh al-

fiyah al-hadîts, (Libanan: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1403 H) cet 1, juz 2 2al-Suyûtî, Tadrîb al-Râwi, editor; abd al-wahab Abd al-latif, (Qâhirah: maktabah dâr al-

turats,2005 ) cet. 5, h. 372

Page 54: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

45

Sedangkan secara istilah, penulis belum menemukan para muhadditsûn

terdahulu memberikan definisi secara gamblang, sebagaimana mereka

memberikan definisi pada hadis sahîh, hasan, mursal maudú` dan lain-lain.

Penulis hanya menemukan mereka menjelaskan maksud simbol 'h' ketika

membahas rumus yang sering digunakan oleh para periwayat dalam kitab-kitab

mereka. Seperti dalam kitab fath al-Mugîts, terdapat sebuah judul al-Isyârah bi al-

Rumz, di sana al-Syakhâwî mengatakan ” para ahl-al hadîts ketika mereka

menulis hadis atau mengarang sebuah kitab dan mereka menemukan adanya

pertemuan dua buah sanad atau lebih, maka ketika mereka mau berpindah dari

sanad satu ke sanad yang lain, mereka menulis dengan rumus H (ح).3

Sesungguhnya huruh H (yang sering disebutkan dalam sanad-sanad hadis)

maknanya adalah al-tahwîl yakni perpindahan dari sanad satu ke sanad yang lain4

begitulah yang dikatakan Ibn al-salâh dalam Muqqadimah-nya. Hal senada juga

dikatakan oleh al-Nawâwî, menurutnya ”apabila sebuah hadis memiliki satu sanad

atau lebih (biasanya para ahli hadis) menulis pada perpindahan sanad tersebut

dengan rumus H”5

Dari ucapan al-Sakhâwi, Ibn al-Salâh dan al-Nawâwî di atas, dapat

diketahui bahwa yang menjadi fokus dari pembahasan mereka dan para ulama

terdahulu adalah rumus 'h' yang sering digunakan oleh para muhaddits, bukan

permasalahan tentang al-Tahwîl itu sendiri dari sisi istilah dan fungsinya.

3al-Suyûtî, Tadrîb al-Râwi, h. 372 4 Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts, ( Bairut: Dâr al-kutub al-

`lmiyyah, 2006), cet 2, h. 230 5 al-Suyûtî, Tadrîb al-Râwi, h. 372

Page 55: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

46

Walaupun al-Tahwîl dari sisi istilah belum ada ulama yang

membakukannya, tetapi menurut penulis, ucapan Ibn al-salâh di atas dapat

dijadikan sebagai pengertian secara istilah kata tersebut.

b. Fungsi al-Tahwîl

Sebelum penulis memberikan contoh-contoh hadis yang memiliki al-tahwîl

sekaligus dengan variasi jumlahnya. Selanjutnya penulis akan memaparkan

terlebih dahulu al-tahwîl berdasarkan fungsinya.

Untuk dapat mengetahui fungsinya, langkah pertama yang dilakukan

penulis adalah dengan mengumpulkan sanad-sanad hadis yang ber-al-tahwîl,

kemudian dianalisis. Dan diantara fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan jalur periwayatan yang banyak menjadi satu jalur sanad.

Contohnya:

حدثنا نمير ابن وحدثنا ح بشر بن محمد حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو حدثنا بن عبيداهللا وحدثنا ح ) احلارث ابن يعني ( خالد حدثنا املثنى ابن وحدثنا ح أبي

الربيع أبو وحدثنا ح عمر ابن عبيداهللا عن كلهم ) القطان يعين ( يحيى حدثنا سعيدوأبا قاال كامل وثندح حادم ند بيثني ح زدحو ريهز نب برا حثندحل واعيمإس

( الضحاك أخبرنا فديك أبي ابن حدثنا رافع بن محمد وحدثني ح أيوب عن جميعا أسامة حدثني وهب ابن حدثنا األيلي سعيد نب هارون حدثناو ح ) عثمان ابن يعني 6نافع عن الليث حديث مثل عمر ابن عن نافع عن ءهؤال كل

6 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, (Dar al- Fikr, 2002), cet 1, juz 2, h. 188

Page 56: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

47

2. Menghindari adanya pengulangan materi matan dari madar7 sanad hadis

tertentu

Contohnya:

أن حفصة عن ابن عمرنافع مالك عن نا يحيى بن يحيى قال قرأت علىحدثا سكت المؤذن من أم المؤمنين أخبرته أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم كان إذ

الصالةقبل أن تقامدا الصبح ركع ركعتين خفيفتين ة الصبح وبذان لصالاألحدثني زهير وحوحدثنا يحيى بن يحيى وقتيبة وابن رمح عن الليث بن سعد

وحدثني زهير بن حرب ح يى عن عبيداهللا حدثنا يحبن حرب وعبيداهللا بن سعيد قاال 8كما قال مالكسناد هم عن نافع بهذا اإلحدثنا إسماعيل عن أيوب كل

Pada hadis di atas yang menjadi madar sanad nya adalah Nâfi` sebagaimana

yang yang dikatakan oleh imam Malik

7 Meminjam istilah yang digunakan oleh Juynboll dalam bukunya teori common link,

madar yang berarti poros, maksudnya adalah, bahwa adanya periwayatan sebuah hadis yang melalui beberapa jalur sanad, akan tetapi kesemuanya hanya disandarkan kepada seorang perawi saja. Lihat Ali Masrur, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi, (Yogyakarta, LKiS: 2007) cet I h. xix

Contohnya:

Al-Syafî’i

Abd al-Azîz ibn Muhammad

Al-Syafî’i

Nabi Nabi Nabi

Jabir Jabir Jabir

Amr ibn Abî Amr Budak yang dimerdekakan oleh Mutalib

Mutalib

Ibrâhîm ibn Muhammad

Al-Syafî’i

Mutalib

Sulaimân ibn Hilâl

Seorang laki-laki dari banî Salamah

Dari bagan di atas, yang menjadi madarnya adalah Amar ibn Abî Amr. Lihat, Ali

Masrur, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi, h. 59 8 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322

Page 57: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

48

3.Dengan mudah dapat diketahui adanya penambahan meteri matan dari

salah satu jalur sanad walaupun berasal dari madar yang sama

Contohnya:

نة عورع بن اما هشثندان حمليس ة بندبا عثندح اقدو النرما عثندح نه عأبي ة قالتائشع: معر إذا سي الفجتكعلي رصي لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسكان ر

وحدثناه ح) يعين ابن مسهر ( ثنيه علي بن حجر حدثنا علي ويخففهما وحداألذانوحدثناه أبو بكر وأبو كريب وابن نمير عن عبداهللا بن حبو كريب حدثنا أبو أسامة أ

وفي حديث وحدثناه عمرو الناقد حدثنا وكيع كلهم عن هشام بهذا اإلسناد حنمير 9بي أسامة إذا طلع الفجرأ

Pada hadis ke dua hadis di atas, yang menjadinya madar adalah Hisyâm dan

penambahan yang terdapat pada jalur riwayat Abû Usâmah, yaitu lafaz idzâ tala'a

al-fajru.. Karena hadis asal atau pertamanya dalam Sahih Muslim adalah sebagai

berikut:

ح نه عأبي نة عورع نب اما هشثندان حمليس نة بدبا عثندح اقدو النرما عثندة قالتائشع: معر إذا سي الفجتكعلي رصي لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسكان ر

10األذان ويخففهما4. memberikan efisiensi penyebutan jalur sanad sebuah hadis sekaligus

menunjukkan adanya mutâb’ah dari hadis tersebut

Contohnya:

اهثندحى ويحي نى بيحا ينربأخ ميشا ح هثندحان وبيش نب خوا فرثندح ادمح نة أبي بلما ح سثندحو وكر أبب ة أبي بنبيا شثندكيع حو نان عفيح س

حدثنا معاذ بن عبيداهللا وحدثنا ح جعفر بن محمد حدثنا المثنى بن محمد وحدثنا

9 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322 10 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 1, h. 322

Page 58: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

49

كل زائدة عن علي بن حسين حدثنا كريب أبو وحدثنا ح شعبة عن هماالك أبي صلى يبالن عن أبيه عن بكرة أبي بن عبدالرحمن عن عمير بن عبدالملك عن ءهؤال

عوانة أبي حديث بمثل وسلم عليه اهللاAdapun hadis yang dimaksud, adalah sebagai berikut:

عن عبدالملك بن عمير عن عبدالرحمن أبو عوانةحدثنا قتيبة بن سعيد حدثناإلى عبيداهللا بن أبي بكرة وهو قاض ) بت له وكت( بن أبي بكرة قال كتب أبي

فإني سمعت رسول اهللا صلى اهللا : تحكم بين اثنين وأنت غضبان أن البسجستان .11 ضبان يحكم أحد بين اثنين وهو غال( عليه وسلم يقول

B. Variasi Jumlah At-tahwîl Dalam Sahîh Muslim

Setelah mejelaskan tentang fungsi al-tahwîl, selanjutnya penulis akan

menampilkan contoh-contoh hadis yang memiliki percabangan sanad yang penulis

kutip langsung dari kitab sahih Muslim. Disana akan terlihat dengan jelas variasi12

jumlah percabangan sanad, dari hadis yang hanya memiliki dua jalur sanad

sampai yang memiliki sepuluh jalur sanad sebagaimana yang telihat dibawah ini:

1. yang memiliki dua percabangan sanad

نميرمحمد ابن عبداهللا بن شيبة وإسحاق بن إبراهيم وحدثنا عثمان بن أبينجع عكيو نا ععش األميمكرح عب وا أبثندحو با عثندة حبيأبي ش ناب نة بد

قال رسول اهللا صلى اهللا : قالبداهللا أبي وائل عن ع عن األعمشن عسليمان ووكيع لمسه ولياء(عمة في الدامالقي مواس يالن نيى بقضا يل م13 أو(

11 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 133. 12 Agar lebih jelas lagi jalur sanad dari contoh-contoh hadis yang memiliki variasi jumlah

al-Tahwîl, maka penulis telah membuat bagan dari masing-masing jalur sanad tersebut dan dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran.

13 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 100

Page 59: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

50

2. yang memiliki tiga percabangan sanad

رريا جثندة حبيأبي ش نان بثمع اهثندححدحا ونربأخ اهيمرإب ناب اقحا إسثن عن األعمش حدثنا سفيان كلهم وحدثنا ابن أبي عمرح جرير وعيسى بن يونس

ـم يذكرا ل ) سن القتلألنه (جرير وعيسى ابن يونسسناد وفي حديث بهذا اإل 14أول

3. yang memiliki empat percabangan sanad

بن القاسم وحدثني ح عوانة أبو حدثنا حبان حدثنا خراش بن أحمد حدثنا أخبرنا إبراهيم بن حاقإس وحدثنا ح شيبان عن موسى بن عبيداهللا حدثنا زكرياء

بعصالم بن امالمقد ميثعا الخثندل حائيرثني ح إسدحو اججا حثندح ارمع بن بن زياد عن مكله سماه ورجل المختار بن عبداهللا حدثنا زيد بن حماد حدثنا الفضل

( جميعا حديثهم في أن غير بمثله وسلم عليه اهللا صلى النبي عن عرفجة عن قةعالهلو15)فاقت

4.Yang memiliki lima cabang

أبي بن بكر أبو وحدثنا ح شعماأل عن جرير حدثنا سعيد بن قتيبة حدثنا وحدثني ح سفيان عن جميعا أبي حدثنا نمير ناب وحدثنا ح وكيع حدثنا شيبة

عن ) وعمر ابن يعني ( عبيداهللا حدثنا يالرق جعفر بن عبداهللا حدثنا حاتم بن محمد سلمة بن حماد حدثنا بهز حدثنا بشر بن عبدالرحمن وحدثني ح أنيسة أبي بن زيد جميعا حديثهم وفي شعبة حديث نحو سنادإلا بهذا كهيل بن سلمة عن هؤالء كل

سفيان حديث وفي ثةثال أو عامين حديثه في فإن سلمة بن حماد إال أحوال ثةالث ووكائها ووعائها بعددها يخبرك أحد جاء فإن ( سلمة بن وحماد أنيسة أبي بن وزيد

14 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 100 15 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 200

Page 60: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

51

طهافأع اهإي ( ادزان وفية في سايع روكيو ) إالو ل فهيكسبي الكفي) مة وايابن رو 16)بها فاستمتع وإال ( نمير

5. Yang memiliki enam cabang

اهثندى حيحي نى بيحا ينربم أخيشا ح هثندحو انشبي نخ بوا فرثندح ادمح نة أبي بلما ح سثندحو وكر أبب ة أبي بنبيا شثندح كيعو نان عفيا ح سثندحو

دمحم ى بنثنا المثندح دمحم نفر بعا ح جثندحاهللا وديبع بن عا اذمثندأبي ح هؤالء كل زائدة عن علي بن حسين حدثنا كريب أبو وحدثنا ح شعبة عن هماكالنلك عدالمبر بن عميع نن عمحدالربن عأبي ب ةبكر نه عن أبيع النلى يباهللا ص هعلي

لمسث بمثل ودية أبي حانو17ع

6. Yang memiliki tujuh cabang

اهثندة حبيقت د بنعيس دمحمو ح بنما رعمين جث عن الليد بعح س واهثندح وكر أبب ة أبي بنبيا شثندحو ليع بن سا ح هرمثندحو نر ابيمثني ندح اكال أبيمه نداهللا عيبثني ح عدحو وع أببيالر وأبا قاال كامل وثندح ادمثني ح حدحر ويهز بن

عمر أبي ابن وحدثنا ح أيوب عن جميعا ) علية ابن يعني ( إسماعيل حدثنا حرب عن عبدالرزاق حدثنا رافع بن محمد وحدثنا ح أمية بن إسماعيل عن سفيان وحدثنا

يبالن عن مرع ابن عن نافع عن ءهؤال كل موسى عن جريج وابن وبأي عن معمر الإ ) فينـتـثل ( اجميع حديثهم في أن غير مالك حديث نحو وسلم عليه اهللا صلى 18مالك كرواية ) طعامه فيـنـتقل ( حديثه في فإن سعد بن الليث

16 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 128 17 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 123 18 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 129

Page 61: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

52

7. Yang memiliki delapan cabang

نميرحدثنا ابن وحدثنا ح بشر بن محمد حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو حدثنا بن عبيداهللا وحدثنا ح ) احلارث ابن يعني ( خالد حدثنا املثنى ابن وحدثنا ح أبي

الربيع أبو وحدثنا ح عمر ابن عبيداهللا عن كلهم ) القطان يعين ( يحيى حدثنا سعيدوأبا قاال كامل وثندح ادمح ند بيثني ح زدحو ريهز نب برا حثندحل واعيمإس

( الضحاك أخبرنا فديك أبي ابن حدثنا رافع بن محمد وحدثني ح بأيو عن جميعا أسامة حدثني وهب ابن حدثنا األيلي يدسع بن هارون حدثناو ح ) عثمان ابن يعني 19نافع عن الليث حديث مثل مرع ابن عن نافع عن ءالهؤ كل

8. Yang memiliki sembilan cabang

ح سعد بن الليث عن سعيد بن وقتيبة رمح بن ومحمد يحيى بن يحيى حدثنا ) زيد ابن وهو ( حماد حدثنا قالوا كامل وأبو الربيع وأبو هشام بن خلف وحدثنا

نب عوا ح أيثندحو ريهز نب برا حثندل حاعيمإس نب عوا ح أيثندحو نر ابيمن بن محمد وحدثنا ح أسامة أبو حدثنا شيبة أبي ابن بكر أبو وحدثنا ح أبي وحدثنا

ح اهللاعبيد عن جميعا ) القطان وهو ( يحيى حدثنا قاال سعيد بن وعبيداهللا الـمثنى عن سفيان احدثن قالوا عمر أبي وابن عبدة بن وأحمد حجر أبي بن علي وحدثني جريح ابن أخبرنا عبدالرزاق حدثنا رافع بن محمد وحدثني ح أمية بن إسماعيل أخبرني وهب ابن حدثنا يلياأل سعيد بن هارون وحدثنا ح عقبة بن موسى أخبرني عن مالك حديث بمعنى عمر ابن عن نافع عن ءالهؤ كل ) زيد ابن يعني ( أسامة سابقا فجئت عبدالله قال ةعل وابن حماد رواية من أيوب حديث في وزاد نافع

بي فطفف سالفر سالـم20جد

19 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188 20 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 208

Page 62: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

53

9. Yang memiliki sepuluh cabang

احثنة دبيقت ند بعيس نابح ومن رث عن الليد بعا ح سثندحو ريهز نب برح نابى وثنا قاال الـمثندى حيحي ) وها ح ) القطان وثندحو نر ابيما نثندح أبي ح

وحدثني ح عبيداهللا عن كلهم مسهر بن علي حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو وحدثناريهز نب برا حثندل حاعيمني ( إسعي نة ابليا ح ) عثندحو وع أببيالر وأبكامل و عن سفيان أخبرنا زاقعبدالر حدثنا رافع بن محمد وحدثني ح حماد حدثنا قاال

بن عبداهللا وحدثني ح أمية بن وإسماعيل موسى بن وأيوب ختيانيالس أيوب أمية ابن وإسماعيل أيوب عن سفيان حدثنا نعيم أبو خبرناأ الدارمي الرحمنعبد

ابن أخبرنا عبدالرزاق حدثنا رافع بن محمد وحدثنا ح عقبة بن وموسى اهللاوعبيد حنظلة عن وهب ابن أخبرنا الطاهر أبو وحدثني ح يةأم بن إسماعيل أخبرني جريج

الليثي زيد بن وأسامة أنس بن ومالك عمر ابن وعبيداهللا الجمحي سفيان أبي بنمكله نافع عن نن عر ابمن عع بيل النه اهللا ىصليع لمسث بمثل وديى حيحي نع 21دراهم ثلاثة ثمنه قال هموبعض قيمته قال بعضهم أن غير مالك

C. Mutâbi‘ dan Fungsinya

Mutâbi‘secara bahasa artinya yang mengikuti, sedangkan menurut istilah,

penulis hanya menemukan para pakar hadis mendefinisikannya dengan cara

memberikan gambaran mengenai apa itu mutâbi‘, seperti yang telah contohkan

oleh Ibn Katsîr, ia mengatakan ” misalnya Hammâd ibn Salamah meriwayat

(sebuah hadis yang ia terima) dari Ayyûb dari Muhammad ibn Sîrîn dari Abû

Hurairah dari Nabi saw dan apabila ada periwayat lain yang meriwayatkan dari

Ayyûb selain Hammad atau selain Ayyûb dari Muhammad atau selain

21 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 106

Page 63: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

54

Muhammad dari Abû Hurairah atau selain Abû Hurairah dari Nabi saw maka

inilah yang disebut dengan mutâb'ât ”22

Hal senada juga dikatakan oleh al-Dahlawî ”apabila ada seorang periwayat

meriwayatkan sebuah hadis dan periwayat lain juga meriwayatkan hadis yang

sama maka hadis yang kedua disebut sebagai hadîts mutâbi‘ ”23

Gambaran yang diberikan oleh Ibn Katsîr tentang mutâbi‘ secara tidak

langsung, ia telah membagi mutâbi‘ kepada dua bagian yaitu: tamm / akmal24 dan

qasir.25 Agar jelas pengertian dari ke dua pembagian mutâbi‘ tersebut penulis

akan memberikan contohnya, sebagaimana yang penulis kutip dari buku karya A.

Qadir Hasan, dia mengatakan;

"jelasnya begini: Umpamanya ada satu hadis, diriwayatkan imam

Mâlik dari Zuhri, Zuhri dari Urwah, Urwah dari ‘Âîsyah dan

‘Âîsyah dari Nabi saw.

Ringkasnya:

1. Mâlik

2.Zuhri

3‘Urwah

4.‘Âîsyah

5.Nabi saw

22 Ibnu Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulum al-Hadîts, Editor: Ahmad

Muhammad Syâkir, (Beirut: Darul Fikr, 2005), cet 1, h. 44 23 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, editor: salmân al-husain al-Nadawî,

(Beirut: al-basyâir al-Islâmiyah, 1986), cet 2, h. 56 24 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 57 25 A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2002),

cet, VII, h.302

Page 64: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

55

Mula-mula kita periksa, apakah ada selain imam Mâlik

meriwayatkan dari Zuhri atau tidak? ternyata ada Salih (yang juga)

meriwayatkan dari Zuhri.

Sanadnya jadi begini:

1.Salih

2.Zuhri

3.‘Urwah

4. ‘Âîsyah

5. Nabi saw

Maka Salih itu, dikatakan mutâbi‘ yang tamm (sempurna), karena

ia menguatkan periwayat yang pertama yakni imam Mâlik.

Kalau sekiranya tidak ada yang menguatkan imam Malik,

hendaklah kita periksa, apakah ada yang membantu Zuhri atau

tidak? ternyata ada, yaitu: `Ubaidullah, umpannya sanadnya jadi

begini:

1. Mâlik

2. `Ubaidullah

3. `Urwah

4. ‘Âîsyah

5. Nabi saw

`Ubaidullah disebut mutâbi‘ qasir, karena ia bukan membantu

periwayat yang pertama

Page 65: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

56

Jika tidak ada yang membantu Mâlik dan Zuhri, kita periksa pula,

apakah ada yang membantu `Urwah? Kalau ada, maka yang

menguatkan itu disebut mutâbi‘ qasir dan seterusnya keatas

sampai kepada ‘Âîsyah."26

Dalam literatur kitab-kitab hadis, biasanya hadis-hadis yang disebutkan

pada urutan kedua, ketiga dan seterusnya, disebut sebagai mutâbi‘ dan apabila

hadis tersebut makna dan lafazya sesuai dengan hadis yang pertama maka sering

dikatakan mitsluhu ( مثله ), jika kesusuainya hanya terletak pada maknanya bukan

pada lafaznya, maka sering dikatakan nahwuhu ( حنوه )27 dan adapun fungsi

Mutâbi' sendiri adalah sebagai penguat.28 Masih menurut al-Dahlawi, bahwa

disyaratkan dalam mutâba'ah yaitu; dua buah hadis yang disebutkan tersebut

harus bersumber dari seorang sahabat yang sama.29 Dan menurutnya juga, tidak

ada keharusan bahwa, mutâbi' harus memiliki derajat yang sama dengan hadis

asal30.

Berdasarkan pernyataan dari al-Dahlawi di atas, dapat dikatakan bahwa,

mutâbi' bisa berderajat sama dengan hadis asal dan bisa juga berasal dari hadis

yang derajatnya dibawah hadis asal. Penjelasan lebih lanjut akan dibahas pada

point berikutnya

D. Perbedaan dan kesamaan antara Al-Tahwîl dan Mutâbi‘

Pada bagian terakhir dari pembahasan bab ke empat ini, penulis telah

melakukan sedikit aktifitas anilisis, mengenai hadis-hadis yang ber-al-tahwîl dan

hadis-hadis yang termasuk dalam kategori mutâbi'. Dan hasilnya adalah bahwa

26 A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits, h.302-303 27 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56 28 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56 29 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56 30 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56

Page 66: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

57

tidak ada perbedaan mendasar antara hadis yang ber-al-tahwîl dan hadis yang

masuk kategori mutâbi'. Yaitu, tujuannya sama-sama untuk menguatkan.

Hanya saja, walaupun dari sisi untuk menguatkan tidak ada perbedaan, akan

tetapi penyebutan matan hadis dengan sanad yang digabungkan lebih mudah,

apabila memiliki madar yang sama. Karena tidak membutuhkan pengulangan

pengucapan matan atau redaksi dari hadis tersebut. Inilah yang menjadi perbedaan

antara penyebutan sanad yang digabungkan dengan jalur al-tahwîl dan sanad yang

tidak digabungkan dengan jalur mutâba'ah.

Sekedar gambaran mengenai perbedaan kecil di atas, penulis akan mengutip

sebuah hadis yang memiliki al-tahwîl, kemudian menjabarkannya menjadi mutâbi'

dan syawâhid sebagaimana contoh di bawah ini.

وحدثنا محمد بن رمح حدثنا الليث عن ح ليثال بن سعيد حدثنا حدثنا قتيبةرمن عاب نافع عقال :ن هأن لمسه وليلى اهللا عبي صن النأال( ع كلكماع ور كلكم

نل عئوسته فالمعياع أل رل رالرجته وعير نل عئوسم وهاع واس رلى النالذي ع رمية على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم والمرأة راعيعلى أهل بيته وهو مسئول

دبالعو مهنأالع هنل عئوسم وهده ويال سلى ماع عل رئوسم كلكماع ور فكلكم 31)عن رعيته

Apabila sanad hadis tersebut dipisahkan, maka hasilnya adalah sebagai

berikut:

1 .ث عا ليثندد حعيس نة ببيا قتثندحرمن عاب نافع عن لى اهللا :نبي صن النع كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على الناس أال(عليه وسلم أنه قال

31 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 187

Page 67: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

58

أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على ة على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده وهو راعي

)مسئول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته2 .رمن عن ابافع عن نث عا الليثندح حمر نب دمحا مثندحلى :وبي صن النع

كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على أال(اهللا عليه وسلم أنه قال ع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم الناس راة على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده راعيوالمرأة

) فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتهالوهو مسئول عنه أ

Jika melihat sanad dari kedua hadis tersebut diatas, maka dapat dikatakan

bahwa kedua sanad tersebut dapat digolongkan ke dalam hadis yang memiliki

sanad 'âlî. Adapun yang dimaksud dengan sanad 'âli adalah satu hadis yang

periwayat-periwayat sanadnya sedikit, terbanding dengan sanad lain dari hadis itu

juga.32 Lawan dari sanad 'âlî adalah sanad nâzil, yaitu: satu hadis yang periwayat-

periwayat sanadnya banyak terbanding dengan sanad lain dari hadis itu juga.33

Selain berdasarkan jumlah sanadnya sedikit, kedua hadis tersebut di atas

juga disebut 'âlî, dikarenakan kedekatan zamannya dengan Nabi. Disebabkan

kedekatan inilah, sehingga menurut ibn Kasîr, bahwa sanad 'âlî lebih jauh jarak

kesalahannya jika dibandingkan dengan sanad nâzil.34

Berikut di bawah ini adalah hadis-hadis mutâba`ah dari kedua hadis

tersebut di atas, sekaligus dengan sanad-sanad nâzil-nya. Disebut nâzil, jika

dihitung dari jumlah para periwayat yang ada pada sanad-sanadnya lebih banyak

32 A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits, h. 332 33 A.Qadir Hassan, Ilmu Mushthalah Hadits, h. 332 34 Ibnu Katsîr, al-Bâ ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulum al-Hadîts, h.112

Page 68: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

59

yaitu melalui 5 orang periwayat sabelum sampai kepada Nabi saw, jika

dibandingkan dengan kedua sanad di atas, yang hanya berjumlah 4 orang

periwayat, sebelum sampai kepada Nabi saw.

اوثندح وكر أبب نة أبي ببيا شثندح محمد نر با ح بشثندحو نر ابيمثا ندح بن عبيداهللا وحدثنا ح ) الحارث ابن يعني ( خالد حدثنا المثنى ابن وحدثنا ح أبي

الربيع أبو حدثناو ح عمر ابن عبيداهللا عن كلهم ) القطان يعني ( يحيى حدثنا سعيدوأبا قاال كامل وثندح ادمح ند بيثني ح زدحو ريهز نب برا حثندحل واعيمإس

( الضحاك أخبرنا فديك أبي ابن حدثنا رافع بن محمد وحدثني ح أيوب عن جميعا أسامة حدثني وهب ابن حدثنا األيلي سعيد بن هارون وحدثنا ح ) عثمان ابن يعني 35نافع عن الليث حديث مثل عمر ابن عن نافع عن ءهؤال كل

Hadis diatas disebut sebagai tâbi', dikarenakan dua alasan, pertama: ia

disebutkan kedua setelah hadis yang pertama, yang berstatus `âlî. Kedua pada

akhir kalimatnya, imam Muslim menggunakan kata " Mitsl36 " atau seperti. Ini

menunjukkan bahwa lafaz dan makna matan hadis pertama dengan hadis kedua

adalah sama.

Apabila dipecah-pecahkan, sanad hadis mutâbi` diatas, dengan pengulangan

penyebutan matannya, maka hasilnya adalah sebagai berikut:

)1 (اوثندح وكر أبب نة أبي ببيا شثندد حمحم نر ببش نداهللا عيبن عاب رمع ن نافع نعن عر ابمن :عقال ع هأن لمسه وليلى اهللا عبي صاع أال( النر كلكم

ر نل عئوسم وهاع واس رلى النالذي ع رته فالأميعير نل عئوسم كلكمته وعية على بيت بعلها وولده راعيوالرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة

35 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188 36 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, h. 56

Page 69: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

60

فكلكم راع وهي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه أال )لكم مسئول عن رعيتهوك

:عمر ابن عن نافع عن عمر ابن عبيداهللا نع أبي حدثا نمير بنا وحدثنا )2(رعيته كلكم راع وكلكم مسئول عن أال( النبي صلى اهللا عليه وسلم أنه قال عن

وهته ويل بلى أهاع عل رالرجته وعير نل عئوسم وهاع واس رلى النالذي ع رفالأمياع ة على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم والعبد رراعيمسئول عنهم والمرأة

) فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته وهو مسئول عنه أالعلى مال سيده عمر ابن عبيداهللا عن )الحارث ابن يعني ( خالد حدثنا المثنى بنا وحدثنا )3(

كلكم راع أال( وسلم أنه قال النبي صلى اهللا عليهعن :عمر ابن عن نافع عنوكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته

ة على بيت بعلها وولده راعيعنهم والمرأة والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول فكلكم راع وهو مسئول عنه أالوهي مسئولة عنهم والعبد راع على مال سيده

)وكلكم مسئول عن رعيته بنا عبيداهللا عن ) القطان يعني ( يحيى حدثنا سعيد نب عبيداهللا وحدثنا )4(

كلكم راع أال( النبي صلى اهللا عليه وسلم أنه قال عن :عمر ابن عن نافع عن عمرسم كلكمته فاألوعير نل عئوالذي ع رته ميعير نل عئوسم وهاع واس رلى الن

ة على بيت بعلها وولده راعيوالرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة م وهده ويال سلى ماع عر دبالعو مهنلة عئوسم هياع ور ألا فكلكم هنل عئوس

)وكلكم مسئول عن رعيته)5( اوثندح وع أببيو الر وقاال كامل أب داحاد ثنمح ند بيز ن نافع نعن عاب

سئول عن كلكم راع وكلكم مأال ( النبي صلى اهللا عليه وسلم أنه قالعن :عمرمير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته رعيته فاأل

Page 70: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

61

ولده وهي مسئولة عنهم والعبد ة على بيت بعلها وراعيوهو مسئول عنهم والمرأة ) فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته وهو مسئول عنه أالراع على مال سيده

عن نافع نع أيوب عن جميعا إسماعيل وحدثنا حرب بن زهير وحدثني )6( كلكم راع وكلكم مسئول عن أال( النبي صلى اهللا عليه وسلم أنه قال عن :عمر ابن

يته مير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل برعيته فاأل دبالعو مهنلة عئوسم هيلده ووا ولهعت بيلى بة عاعيأة ررالمو مهنل عئوسم وهو

) فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتهراع على مال سيده وهو مسئول عنه أال ابن يعني ( الضحاك أخبرنا فديك أبي ابن حدثنا رافع بن محمد وحدثني )7(

كلكم أال( النبي صلى اهللا عليه وسلم أنه قال عن :عمر ابن عن نافع نع ) عثمانم كلكماع ورنل عئوته فاألسعيته رعير نل عئوسم وهاع واس رلى النالذي ع رمي

ة على بيت بعلها وولده راعيوالرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة ر دبالعو مهنلة عئوسم هيأالو هنل عئوسم وهده ويال سلى ماع اع عر فكلكم

)وكلكم مسئول عن رعيته نافع عن أسامة حدثني وهب ابن حدثنا األيلي سعيد بن هارون وحدثنا) 8(

نن عاب رمب :عن النقال ع هأن لمسه وليلى اهللا عأال(ي صم كلكماع ور ل كلكمئوسمير الذي على الناس راع وهو مسئول عن رعيته والرجل راع على أهل عن رعيته فاأل

مهنل عئوسم وهته ويأة برالماعيور دبالعو مهنلة عئوسم هيلده ووا ولهعت بيلى بة ع ) فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيتهراع على مال سيده وهو مسئول عنه أال

Sedikit keterangan tambahan, walaupun tidak ada hubungannya dengan

judul skripsi yang menulis anggkat, akan tetapi perlu dibicarakan, karena menurut

penulis memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan ketelitian imam Muslim

dalam menulis dan menyusun hadis-hadis.

Setelah melakukan bercobaan pemisahan jalur masing-masing sanad hadis

di atas, sehingga tiap-tiap sanad dapat berdiri sendiri beserta penyebutan

Page 71: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

62

matannya masing-masing, dengan cara demikian, maka dapat dikatakan bahwa

adalah lebih efisien dan lebih memudahkan jika mengumpulkan jalur-jalur

periwayatan yang berasal dari satu sumber dengan tidak mengulang penyebutan

kembali matan hadisnya.

Selanjutnya, setelah melihat dan mengetahui mana yang disebut hadis `âlî

dan hadis nâzil dari hadis-hadis yang telah penulis paparkan di atas. Menurut

penulis, dapat dibenarkan apa yang menjadi statemen Muhammad Fuad ‘Abd al-

Bâqi yang mengatakan bahwa, "kitab imam Muslim dari sisi ketelitian yang

berkaitan dengan sanadnya, dia lah yang lebih baik"37 (jika dibandingkan dengan

imam Bukhari). Karena menurut penulis, bisa saja imam Muslim memasukkan

sanad hadis `âlî ke dalam sanad hadis nâzil atau pun sebaliknya, sehingga

penyebutan sanad-sanadnya pun dapat digabungkan, dikarenakan memiliki lafaz

serta makna matan hadis yang sama dan juga bersumber dari satu madar yang

sama.

Kenyataannya, imam Muslim tidak melakukan hal tersebut, ia tetap

memilah, mana hadis yang berstatus lebih dan mana yang kurang seperti `âlî dan

nâzil, kemudian menyusunnya sesuai dengan urutan tingkatan tertinggi lalu

terendah.

Selanjutnya hadis di bawah ini masih tetap statusnya sebagai mutâ`bi :

قال أبو إسحاق وحدثنا الحسن بن بشر حدثنا عبداهللا ابن نمير عن عبيداهللا 38عن نافع عن ابن عمر بهذا مثل حديث الليث عن نافع

37 Muslim ibn al-hajâj, Sahih Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, (al-Qâhirah:

Dâr al-Hadîts t.t.h), juz 1, h د 38 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188

Page 72: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

63

Sedangkan posisi kedua hadis di bawah, hanyalah sebagai syâhid terhadap

hadis-hadis yang telah disebutkan di atas, karena keduanya diriwayatkan secara

maknawi.

كلهم وحدثنا يحيى بن يحيى ويحيى بن أيوب وقتيبة بن سعيد وابن حجر عن إسماعيل بن جعفر عن عبداهللا بن دينار عن ابن عمر قال قال رسول اهللا صلى اهللا

لمسه ولين حعاب نع سنوني يربب أخهو ننا ابربى أخيحي نلة بمرثني حدحو يقول عن سالم بن عبداهللا عن أبيه قال سمعت رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم شهاب ( حسيت أنه قد قال : عمر وزاد في حديث الزهري قال حديث نافع عن ابنبمعنى

39 بيه وهو مسئول عن رعيتهالرجل راع في مال أ

39 Muslim ibn al-hajjâj, Sahih Muslim, juz 2, h. 188

Page 73: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di akhir bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari apa yang telah bahas

yang berkaitan dengan fungsi al-Tahwîl, yaitu:

1. huruf ح "h" yang bermakna al-Tahwîl adalah simbol adanya perpindahan

sanad dal sebuah hadis.

2. Ada pun fungsi al-Tahwîl yaitu; Mengumpulkan jalur periwayatan yang

banyak menjadi satu jalus sanad, kedua; Menghindari adanya pengulangan

materi matan dari madar sanad hadis tertentu, ketiga; Dengannya dapat

diketahui adanya adanya penambahan materi matan dari salah satu jalus sanad,

walaupun berasal dari madar yang sama, keempat lebih memberikan efisiensi

penyebutan jalur sanad sebuah hadis sekaligus menunjukkan adanya mutâb’ah

dari hadis tersebut

3. hadis-hadis yang sanadnya memiliki al-Tahwîl yang terdapat dalam Sahîh

Muslim adalah merupakan pengumpulan jalur periwayatan hadis dengan

tingkat derajat sanad hadis yang sama, sehingga tidak terjadi pengulangan

matan hadis.

4. hadis-hadis yang sanadnya memiliki al-tahwîl tidak memiliki perbedaan

mendasar dengan hadis-hadis yang berstatus sebagai mutâbi`, yaitu sama-sama

berfungsi sebagai penguat.

B. Saran-Saran

Apa yang telah penulis bahas di dalam skripsi ini, masih sangat jauh dari

kesempurnaan, jika yang memiliki kejelian dalam memandang, tentu di sana akan

terlihat “ruang-ruang” kosong kalimat dan pembahasan yang perlu ditambah atau pun

dikurangi, terutama yang berkaitan dengan al-tahwîl dan sanad yang terdapat dalam

Page 74: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

65

hadis-hadis sahih muslim dan penulis sadar akan hal itu, ketika membaca ulang

lembar demi lembarnya.

Sebuah harapan dari penulis, akan lebih baik, jika ada yang ingin meneliti lebih

jauh system penulisan hadis dalam sahih muslim, agar tertutup ketidaksempurnaan

penulis akan hal itu, selain untuk menambah dan mengembangkan perbendaharaan

literatur penelitian sanad khususnya al-tahwîl, karena disana masih ada banyak

mutiara yang belum tersentuh oleh “tangan-tangan” kreatif para peneliti.

Wallahu a`lam.

Page 75: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

66

DAFTAR PUSTAKA

Abû Khalîl, Tsauqî, Atlas al-Hadîts al-Nabawî, Beirut: Dar al-fikr, 2006 Al- ‘Asqalânî, Ibn Hajar, Taqrîb al-Tahdzîb, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Illmyah: 1995 Azami, Muhammad Mustafa, Hadis Nabawi dan SejarahKodifikasinya, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2009 Al-Baghdâdî, Abû ‘Abdullâh Yâqût ibn ‘Abdillah al-Hamawî al-Rûmî, Mu‘jam al-

Buldân, Beirut: Dâr Sâdir, tth Baidhun, Muhammad 'Ali,, Syurût al-A`immah al-sittah, dar al-kutub al-'ilmiyah,

2000 Al-Baiqûnî, 'Umar ibn Mahammad ibn Fatûh, manzumah al-Baiqûnî, (markaz al-

khidmât wa al-Abhâts al-tsaqâfiyyah, 1987 Al-Dahlawî, Muqaddimah fî usûl al-hadîts, editor: salmân al-husain al-Nadawî,

Beirut: al-basyâir al-Islâmiyah, 1986 Al-Dzahabî, Siyar A`lâm al-Nubala, Maktabah al-Shafa t.t.h Al-Hanafy, Muhammad ibn Ibrâhîm al-Halby, Qafwu al-Âtsar fî Safwah, Beirut: Dar-

al-fikr, 1970 Hassan, A.Qadir, Ilmu Mushthalah Hadits,Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2002 Hasyim, Ahmad Umar, qawâ‘id usûl al-hadîts, Beirut: Ilmu al-Kutub, 1997 Hitti, Philip K., History af The Arabs. Penerjemah : R Cecep Lukman Yasin dan Dedi

Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi, 2006 Ibn al-hajjâj, Muslim, Sahîh Muslim, Editor: Muhammad Fuad Abd al-Bâqi, al-

Qâhirah: Dâr al-Hadîts Ibn al-Salâh, Muqaddimah Ibn al-Salâh fî'ulûm al-hadîts, Bairut: Dâr al-kutub al-

`lmiyyah, 2006 Ibn Katsîr, al-Bâ‘its al-Hatsîts syarh Ikhtisar ‘Ulûm al-Hadîts, Editor: Ahmad

Muhammad Syâkir, Beirut: Darul Fikr, 2005 Al-Khatib, Muhammad `Ajâj, Usûl al-Hadîts, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003 Masrur, Ali, Teory Common Link G.H.A Juynboll Melacak Akar Kesejarahan Hadis

Nabi, Yogyakarta, LKiS: 2007 Matlûb, `Abd al-Majîd Mahmûd, Mabâhîts fî 'Ulûm al-Qur`ân wa al-Hadîts, Qâhirah:

Muassasah al-Mukhtâr: 2004

Page 76: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

67

Al-Mizzî, Tahdzîb al-Kamâl fi asma` al-Rijâl, Muhaqqiq: Syaikh Ahmad ‘Ali ‘Abir dan Husain Ahmad Agha, Beirut: Dar al-Fikr

Mu’min, Mustafa, Qasamat al-‘Alam al-Islami al-Mu‘ashir, Darul Fath: 1974 Muhdlor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi, Kamus kontemporer Arab-Indonesia, Multi

Karya Grafika Pondok Pesantren Krapyak: Yogyakarta t.t.h Muslim, sahîh Muslim, Darul Fikr, 2002 t.t.h Nur al-Din,. Manhaj al-Naqd fi ‘ulum al-Hadîts, Damascus: Darul Fikr 1981 Al-Suyûtî Tadrîb al-Râwi editor; abd al-wahab Abd al-latif, Qâhirah: maktabah dâr

al-turats, 2005 Al-Syakhâwî, Syams al-Dîn Muhammad ibn ‘Abd al-Rahmân, Fath al-Mugîts Syarh

al-fiyah al-hadîts, Libanan: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1403 H Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam3, Jakarta: al-Husna Zikra, 2000 Syauqi, Atlas Hadits, Jakarta: al-Muhira t.t.h Tahhân , Mahmûd, Taisîr Mustalah al-Hadîts , Beirut: Dâr al-fikr, t.t.h ---------- Mahmûd, Usûl al-Takhrîj wa dirasah al-Asânid, Riyadh : maktabah al-

Ma`arif, 1991 A-Tirmizi Muhammad ibn 'Isâ Abû 'Isâ, al-Jâmi` al-Sahîh al-Tirmizi, Muhaqqiq,

Ahmad Muhammad Syâkir dkk, Beirut: Dar Ihya al-Turats al-`Arabi, t.t.h Al- ‘Utsaimin Muhammad Salih, syarh nuzhatun nazar fi taudihi nukhbatil fikr,

Qâhirah: maktabah sunnah, 2002 Yaqub, Ali Mustafa, Kritik Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004

Page 77: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 1

عكيو

األعمش

بي وائلأ

عبداهللا

عثمان بن أبي شيبة

لمسه وليلى اهللا عل اهللا صوسر

مملس

ماهيرإب نب اقحر إسيمن نداهللا ببع ناب دمحم

أبو بكر ابن أبي شيبة

عبدة بن سليمان

ند ابمحمو ماهيرإب نب اقحإسة وبيأبي ش نان بثما عثندح وحدثنا أبو بكر حعمش األ نمير جميعا عن وكيع عنعبداهللا بن

ان ومليس نة بدبا عثندة حبيأبي ش نابنع عكيأبي و نش عماألع أول ما (قال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم :وائل عن عبداهللا قال

) يقضى بين الناس يوم القيامة في الدماء

Page 78: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 2

رسولل اهللا صلى اهللا عمليه وس

عداهللاب

مسوقر

عد اهللا ابن مرةب

األعمش

سفيان

رمأبي ع ناب

سنوي نى بعيس

ناب اقحإساهيمرإب

رريج

عثمان بن أبي شيبة

مملس

ة حبيأبي ش نان بثمع اهثند رريا جثندا ححثندحو وحدثنا حإسحاق ابن إبراهيم أخبرنا جرير وعيسى بن يونس سناد وفي ابن أبي عمر حدثنا سفيان كلهم عن األعمش بهذا اإل

لـم يذكرا ) سن القتلنه أل (حديث جرير وعيسى ابن يونس أول

Page 79: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 3

بيلى النه اهللا صليع لمسو

عرفجة

علاقة بن زياد

المختار بن عبداهللا

ادمح د بنيز

ارمع ل بنالفض

اججح

إسرائيل

بعصالم بن امالمقد ميثعالخ

اقحإس بن ماهيرإب

شيبان

موسى بن عبيداهللا

القاسم اء بنيكرز

وة أبانوع

حبان

دمأح ناش بخر

مملس

رجل

احثند دمأح ناش با خرثندان حا حبثندح وة أبانوثني ح عدوح القاسم اء بنيكرا زثندداهللا حيبع نى بسوم نان عبيا ح شثندحو اقحإس بن

ماهيرا إبنربال أخبعصم بن امالمقد ميثعا الخثندل حائيرثني ح إسدحو اججا حثندح ارمع ل بنا الفضثندح ادمح د بنيا زثنداهللا حدبع بن صلى النبي عن جةعرف عن قةعال بن زياد عن كلهم سماه ورجل المختار

)فاقتلوه ( جميعا حديثهم في أن غير بمثله وسلم عليه اهللا

Page 80: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 4

كعب ابن أيب

ديوغفلة ابن س

كهيل بن سلمة

ادمح ة بنلمس

زهب

بنعمحالرد ر بنبش

أنيسة أبي بن زيد

)عمرو ابن يعني ( عبيداهللا

الرقي جعفر بن عبداهللا

دمحم اتم بنح

سفيان

( نمير (أبي

نر ابيمن

عكيو

وكر أبب ة أبي بنبيش

ررين جش عمالأع

سعيد بن قتيبة

عليه اهللا صلى اهللا رسول وسلم

مسلم

حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو وحدثنا ح عمشاأل عن جرير حدثنا سعيد بن قتيبة ناحدث حاتم بن محمد وحدثني ح سفيان عن جميعا أبي حدثنا نمير ابن وحدثنا ح وكيع أنيسة أبي بن زيد عن ) عمرو ابن يعني ( عبيداهللا حدثنا يالرق جعفر بن عبداهللا حدثنا سلمة عن هؤالء كل سلمة بن حماد حدثنا بهز حدثنا بشر بن عبدالرحمن وحدثني ح حماد إال أحوال ثةثال جميعا حديثهم وفي شعبة حديث نحو ادسنإلا بهذا كهيل بنة بنلمثه في فإن سدين حيامع في ثةثال أوث وديان حفيد سيزة أبي بن وسياد أنمحو سفيان وزاد ) إياه فأعطها ووكائها ووعائها بعددها يخبرك أحد جاء فإن ( سلمة بن )بها فاستمتع وإال ( نمير ابن رواية وفي ) مالك كسبيل فهي وإال ( وكيع رواية في

Page 81: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 5

النلى يبه اهللا صليع لمسو

)بكرة أبي (أبيه

بكرة أبي بن عبدالرحمن

عمير بن عبدالملك

زائدة

نيسح نب ليع

وب أبيكر

شعبة

أبي (معاذ)

معاذ بن عبيداهللا

دمحم نفر بعج

دمحم ى بنثنالم

سفيان

كيعو

وكر أبب ة أبي بنبيش

ادمح نة أبي بلمس

فروخ بن شيبان

ميشه

يحيى بن يحيى

مسلم

اهثندى حيحي نى بيحا ينربم أخيشا ح هثندحان وبيش نخ بوفر وكيع حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو وحدثنا ح مةسل أبي بن حماد حدثنا

نان عفيا ح سثندحو دمحم ى بنثنا المثندح دمحم نفر بعا ح جثندحو حدثنا كريب أبو ثناوحد ح شعبة عن هماكال أبي حدثنا معاذ بن عبيداهللانيسح نب ليع نة عائدالء كل زؤه نلك عدالمبر بن عميع نع

بمثل وسلم عليه اهللا صلى النيب عن أبيه عن بكرة أبي بن عبدالرحمن عوانة أبي حديث

Page 82: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 6

وسلم عليه اهللا صلى يبالن عن

عمر ابن

نافع

موسى

نج ابيرج

معمر

عبدالرزاق

دمحم نافع بر

أمية بن إسماعيل

سفيان

نأبي اب رمع

بوأي

)علية ابن يعني ( إسماعيل

يهزر ب بنرح

ادمح

وأبكامل و

عبيداهللا

)أبي (نمير

نر ابيمن

ليع هر بنسم

وكر أبب ة بيأ بنبيش

سعد بن الليث

سعيد بن قتيبة

مسلم

بوأي

اهثندة حبيقت د بنعيس دمحمو ح بنما رعميج ث نعن الليد بعح س واهثندح وكر أبب أبي بن وأبو الربيع أبو وحدثني ح عبيداهللا عن هماكال أبي حدثني نمير ابن وحدثنا ح مسهر بن علي وحدثنا شيبة ح أيوب عن جميعا ) علية ابن يعني ( إسماعيل حدثنا حرب بن زهير وحدثني ح حماد حدثنا قاال كامل

عن زاقعبدالر حدثنا رافع بن محمد وحدثنا ح أمية بن إسماعيل عن سفيان وحدثنا عمر أبي ابن وحدثنا نحو وسلم عليه اهللا صلى النيب عن عمر ابن عن نافع عن ءهؤال كل موسى عن جريج وابن أيوب عن معمر

فيـنـتقل ( حديثه في فإن سعد بن الليث الإ ) فينـتـثل ( اجميع حديثهم في أن غير مالك حديثهامة ) طعايالك كروم

الربيع أبو دمحم ح بنمر

Page 83: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 7

النلى يبه اهللا صليع لمسو

عمر ابن

نافع

أسامة

نب ابهو

األيلي سعيد نب هارون

اكحني ( الضعي نان ابثمع(

نك أبي ابيفد

دمحم نافع بر

أيوب عن جميعا إسماعيل

إسماعيل

ريهز نب برح

ادمح ند بيز

كامل وأبو الربيع بوأ

عمر ابن عبيداهللا

)القطان يعين ( يحيى

سعيد بن عبيداهللا

الدني ( خعي ناحلارث اب (

نى اباملثن

نمير أبي

نر ابيمن

دمحم نر ببش

وكر أبب نة أبي ببيش

مسلم

احدثن املثنى ابن وحدثنا ح أبي نميرحدثنا ابن وحدثنا ح بشر بن محمد حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو حدثنا ح عمر ابن عبيداهللا عن كلهم ) القطان يعين ( يحيى حدثنا سعيد بن عبيداهللا وحدثنا ح ) احلارث ابن يعني ( خالد

ح أيوب عن جميعا إسماعيل وحدثنا حرب بن زهير دثنيوح ح زيد بن حماد حدثنا قاال كامل وأبو الربيع أبو وحدثنا األيلي يدسع بن هارون حدثناو ح ) عثمان ابن يعني ( الضحاك أخبرنا فديك أبي ابن حدثنا رافع بن محمد وحدثني

نافع عن الليث حديث مثل عمر ابن عن نافع عن ءالهؤ كل أسامة حدثني وهب ابن ناحدث

Page 84: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 8

بيلى النه اهللا صليع لمسو عمر ابن

نافع

ابن يعني ( أسامة )زيد

نب ابهو

يلياأل سعيد بن هارون

عقبة بن موسى

نح ابيرج

عبدالرزاق

دمحم نافع بر

أمية بن إسماعيل عن سفيان

ليع نر أبي بجح

عبيداهللا

وهو ( يحيى )القطان

دمحم نب

وة أبامأس

وكر أبب نة أبي اببيش

أبي )نمير(

ناب نمير

بوأي

إسماعيل

ريهز نب برح

ادمح ) وهو ند ابيز (

لفخ نام بهش

سعد بن الليث

بن يحيىىيحي

مسلم

سعيد بن قتيبة

أبي ابن رمع

دمحم نح بمر

دمأح نب

سعيد بن عبيداهللا

قالوا كامل وأبو الربيع وأبو هشام بن خلف وحدثنا ح سعد بن الليث عن سعيد بن قتيبةو رمح بن ومحمد يحيى بن يحيى حدثنا بكر أبو وحدثنا ح أبي وحدثنا نمير ابن وحدثنا ح وبأي عن إسماعيل حدثنا حرب بن زهير وحدثنا ح أيوب عن ) زيد ابن وهو ( حماد حدثنا

نة أبي اببيا شثندح وة أباما ح أسثندحو دمحم نى بثناهللا الـمديبعو د بنعيا قاال سثندى حيحي ) وهالقطان و ( مياجع نداهللا عيبثني ح عدحو ليع نر أبي بجح دمأحو نة بدبع ابنأبي و رما قالوا عثندان حفيس نل عاعيمن إسة بيثني ح أمدحو دمحم نافع با رثنداق حزالردبا عنربأخ ناب يرني حجربى أخسوم نة بقبا ح عثندحن وواره ند بعياأل سليا يثندح نب ابهني وربة أخامني ( أسعي ند ابيكل ) ز ؤءاله نافع عن نن عاب رمع

الـمسجد الفرس بي فطفف سابقا فجئت عبدالله قال علة وابن حماد رواية من أيوب حديث في وزاد نافع عن مالك حديث بمعنى

وع أببيالر وكامل أب

Page 85: “FUNGSI AL-TAHWÎL DALAM SAHÎH MUSLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5057/1/ZULKARNAIN-FUH.pdf · al-Taqwa Tasikmalaya dan Ibu Ajengan beserta staf pengajar

Lampiran 9

بيلى النه اهللا صليع لمسو

عمر ابن

نافع

نب ابهو

والطاهر أب

سفيان أبي بن حنظلةحيمالج

أمية بن إسماعيل

نج ابيرج

بوأي

وم أبيعن

الدارمي عبدالرحمن بن عبداهللا

بوأي انيالسيتخ سفيان

عالردابقز

دمحم نافع بر

الربيع أبو

علية ابن يعني( عيل إسما(

ريهز نب برح

دعياهللاب

ليع نر بهسم

وكر أبب نب ة أبيبيش

أبي )نمير(

نر ابيمن

)القطان وهو ( يحيى

ريهز نب برح

سعد بن الليث

سعيد بن قتيبة

مسلم

حماد

بوأي نى بسوم

عقبة بن موسى

زيد بن أسامة

أنس بن مالك

عمر ابن عبيداهللا

عبيداهللا

ناب الـمثنى

نح ابمر

وكامل أب

احثنة دبيقت ند بعيس نابح ومن رث عن الليد بعا ح سثندحو ريهز نب برح نابى وثنا قاال الـمثندى حيحي ) وها ح ) القطان وثندحو ناب ح ) علية ابن يعني ( إسماعيل حدثنا بحر بن زهير وحدثني ح عبيداهللا عن كلهم مسهر بن علي حدثنا شيبة أبي بن بكر أبو وحدثنا ح أبي حدثنا نمير

وإسماعيل موسى بن وأيوب ختيانيالس أيوب عن سفيان أخبرنا زاقعبدالر حدثنا رافع بن محمد وحدثني ح حماد حدثنا قاال كامل وأبو الربيع أبو وحدثنا حمدم وحدثنا ح عقبة بن وموسى اهللاوعبيد أمية ابن وإسماعيل أيوب عن سفيان حدثنا نعيم أبو أخبرنا الدارمي الرحمنعبد بن عبداهللا وحدثني ح أمية بننافع با رثنداق حزالردبا عنربأخ نج ابيرني جربل أخاعيمإس نة بيثني ح أمدحو وأب ا الطاهرنربأخ نب ابهو نظلة عنن حان أبي بفيس حيمداهللا الجيبعو قال بعضهم أن غير مالك عن يحيى حديث بمثل وسلم عليه اهللا صلى النبي عن عمر ابن عن نافع عن كلهم الليثي زيد بن وأسامة أنس بن كومال عمر ابن

هتمقي ضعبومقال ه هنثلاثة ثم رداهم