fraktur orbita

13
FRAKTUR ORBITA FRAKTUR BLOW-OUT DEFINISI Trauma tumpul pada mata dan daerah orbita dapat menyebabkan kerusakan pada dinding tulang orbita yang relatif tipis. Trauma secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect) dapat menyebabkan fraktur pada tulang orbital. Daerah tulang orbita yang paling rentan terhadap trauma adalah dinding inferior dan medial. Apabila fraktur terjadi hanya pada dinding orbita, dapat terjadi suatu kondisi yang disebut fraktur blow-out atau blow-in. Pada fraktur blow-out apabila tekanan pada daerah orbita cukup kuat, maka dapat terjadi penurunan isi orbita ke tempat terjadinya fraktur, biasanya terjadi penurunan isi orbita ke sinus maksillaris. Fraktur blow-out dapat juga terjadi bersama fraktur tulang zygomaticus, atau fraktur daerah midfacial sepert fraktur Le Fort II dan Le Fort III. Fraktur blow-out sebagian besar terjadi karena

Upload: zdfg1234

Post on 25-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Fraktur OrbitaRadiologiKedokteran Orbital FractureRadiologyBlow out FractureBlow in Fracture

TRANSCRIPT

Page 1: Fraktur Orbita

FRAKTUR ORBITA

FRAKTUR BLOW-OUT

DEFINISI

Trauma tumpul pada mata dan daerah orbita dapat menyebabkan kerusakan

pada dinding tulang orbita yang relatif tipis. Trauma secara langsung (direct) maupun

tidak langsung (indirect) dapat menyebabkan fraktur pada tulang orbital. Daerah

tulang orbita yang paling rentan terhadap trauma adalah dinding inferior dan medial.

Apabila fraktur terjadi hanya pada dinding orbita, dapat terjadi suatu kondisi yang

disebut fraktur blow-out atau blow-in. Pada fraktur blow-out apabila tekanan pada

daerah orbita cukup kuat, maka dapat terjadi penurunan isi orbita ke tempat terjadinya

fraktur, biasanya terjadi penurunan isi orbita ke sinus maksillaris. Fraktur blow-out

dapat juga terjadi bersama fraktur tulang zygomaticus, atau fraktur daerah midfacial

sepert fraktur Le Fort II dan Le Fort III. Fraktur blow-out sebagian besar terjadi

karena trauma tumpul pada daerah orbita, biasanya terjadi akibat kecelakaan olahraga

atau akibat perkelahian. Umumnya benda tumpul yang menyebabkan trauma memiliki

ukuran yang lebih besar dari diameter daerah orbital, seperti kepalan tangan, bola

tennis, dan dashboard mobil. (Warden and Lieberman, 2002)

KLASIFIKASI

Fraktur blow-out yang terjadi tanpa disertai fraktur orbital rim disebut “Pure

blow-out fracture”, sedangkan fraktur blow-out yang terjadi bersamaan dengan raktur

Fraktur Blow-out

Page 2: Fraktur Orbita

orbital rim disebut “Impure blow-out fracture”. Fraktur blow-out biasanya terjadi

pada tulang dasar atau medial dari orbital, karena daerah ini merupakan daerah yang

paling lemah, tetapi tidak menutup kemungkinan fraktur ini terjadi pada dinding

superior atau lateral. Oleh karena itu fraktur blow-out dapat diklasifikasikan menjadi

fraktur blow-out superior, inferior, medial, dan lateral. Fraktur blow out superior

biasanya hanya terjadi pada orang orang yang mengalami pneumatisasi pada tulang

atap orbita. Fraktur pada dinding lateral orbita jarang terjadi karena tulang pada

daerah ini cendrung lebih tebal, dan ditunjang oleh otot, oleh karena itu apabila terjadi

fraktur pada dinding lateral biasanya diikuti fraktur pada daerah lain, atau tenaga

trauma yang terjadi pada orbita sangat besar. (Mathur, Taylor and Patel, 2014)

EPIDEMIOLOGI

Sebesar 70% kasus fraktur blow-out disebabkan karena trauma benda tumpul,

13% disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, 10% disebabkan karena terjatuh, dan

6% disebabkan karena luka tembak. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria, yaitu

sebesar 81% penderita fraktur ini adalah pria, hal ini disebabkan karena penyebab

utama fraktur ini adalah trauma. Selain itu karena penyebab utama dari fraktur ini

adalah trauma tumpul atau kecelakaan lalu lintas, penyakit ini paling banyak

ditemukan pada populasi dewasa muda. Pada wanita penyebab tersering fraktur ini

adalah kekerasan dalam rumah tangga. (Weerakkody and Gaillard, 2015) (Mathur,

Taylor and Patel, 2014)

PATOFISIOLOGI

Fraktur blow-out terjadi akibat adanya trauma baik secara langsung maupun

tidak langsung terhadap mata. Terdapat berbagai teori yang mengemukakan

bagaimana mekanisme trauma tersebut dapat menyebabkan terjadinya fraktur pada

tulang dasar orbita, dan menyebabkan fraktur blow-out.

Teori tersebut antara lain :

1. Teori Hydraulic

Pada teori ini dinyatakan bahwa suatu trauma pada daerah orbita dapat

menyebabkan peningkatan tekanan hidraulik dalam bola mata yaitu tekanan

intra okular. Peningkatan tekanan intra okular ini menyebabkan terjadinya

Page 3: Fraktur Orbita

fraktur pada dinding orbita yang paling lemah, yaitu pada umumnya pada

dinding inferior.

2. Teori Buckling

Pada teori ini dinyatakan bahwa tekanan yang ditimbulkan akibat trauma pada

daerah orbita dapat disalurkan melalui orbital rim ke dinding orbita,

menyebabkan terjadinya fraktur dinding orbita tanpa menyebabkan fraktur

pada orbital rim.

Apabila tekanan yang ditimbulkan trauma cukup kuat, maka isi orbita dapat keluar ke

tempat yang mengalami fraktur, kondisi ini disebut fraktur blow-out. Fraktur blow-out

dikatakan sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah perforasi bola mata

saat terjadi peningkatan tekanan pada daerah orbita. Fraktur pada dinding orbita juga

bisa terjadi akibat fraktur tulang zygomaticus, atau tulang maxila seperti pada Le Fort

II dan III, pada keadaan ini fraktur pada daerah lain menjalar sampai ke dinding

orbita. (Warden and Lieberman, 2002)

GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS

Gejala Klinis Fraktur blow-out, secara umum terdapat trias gejala fraktur

blow-out yaitu enophtalmos, restrictive strabismus, dan rasa baal di infraorbital yaitu

di daerah kelopak mata bawah dan pipi, sampai ke gusi atas. Selain trias diatas dapat

ditemukan pula penurunan visus dan vertical diplopia, ekimosis, ptosis dan

pembengkakan pada daerah periorbital, gerakan bola mata terbatas, disertai rasa nyeri

bila bola mata digerakkan, dapat juga ditemukan pendarahan subconjunctiva pada

bola mata. Pasien biasanya mengalami gangguan dalam menggerakan bola mata

Mekanisme Fraktur Blow-out

Page 4: Fraktur Orbita

keatas, karena terjadi penjepitan musculus rectus inferior di tempat terjadinya fraktur,

selain itu dapat juga diakibatkan karena kerusakan nervus III. (Warden and

Lieberman, 2002)

Dalam memeriksa pasien dengan kecurigaan fraktur blow-out harus diperiksa

visus, dan refleks pupil untuk memastikan ada atau tidaknya kerusakan pada nervus

opticus. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan pergerakan bola mata, untuk

menilai apakah ada kerusakan pada saraf saraf penggerak bola mata. Pemeriksaan

dengan slit lamp, dan pemeriksaan tekanan intra okular juga perlu dilakukan untuk

memastikan tidak ada perforasi bola mata. (Andersson, Kahnberg and Pogrel, 2010)

Fraktur blow-out dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Antara lain

penjepitan pada saraf terutama M. Rectus Inferior, sehingga menyebabkan vertical

diplopia, dan gangguan pergerakan bola mata ke atas. Selain itu dapat juga terjadi

kerusakan nervus opticus yang dapat menimbulkan penurunan visus. Perforasi atau

ruptur bola mata juga dapat terjadi pada beberapa kasus. (Andersson, Kahnberg and

Pogrel, 2010)

Pemeriskaan radiologis yang dapat digunakan untuk mendiagnosis fraktur

blow-out antara lain :

Foto Polos : Caldwell, dan Waters, pemeriksaan ini memiliki angka false

negative sampai sebesar 50%. Pada foto polos dapat ditemukan bayangan

opak pada sinus maksilaris atau sinus ethmoidalis.

USG : Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas sebesar 85%

CT Scan : Merupakan pilihan utama untuk mendiagnosis fraktur blow-out,

disarankan untuk melakukan pemeriksaan CT Scan dengan potongan coronal

dan axial, pada melakukan CT Scan harus diprioritaskan untuk mendapatkan

gambaran lantai dasar orbita dan canalis nervus opticus.

MRI : kurang disarankan karena MRI kurang baik dalam menggambarkan

kondisi tulang, selain itu karena fraktur blow-out disebabkan karena trauma,

pemeriksaan MRI harus dilakukan dengan hati-hati, karena ada kemungkinan

terdapat benda asing di dalam orbita.

Pada pemeriksaan radiologis secara umum dapat ditemukan kerusakan pada tulang

dasar orbita, tulang dasar orbita dapat tidak terlihat, atau terlihat turun ke dalam sinus.

Sinus maksilaris pada umumnya akan memberikan gambaran radiopak, dapat pula

timbul gambaran air-fluid level. Pada beberapa kasus dapat dtiemukan emphysema

Page 5: Fraktur Orbita

subcutis di daerah periorbital, sering pula ditemukan pembengkakan jaringan lunak

periorbital. (Mathur, Taylor and Patel, 2014)

Gambaran Klinis Pasien dengan Fraktur Blow-out

FRAKTUR BLOW-IN

DEFINISI

Seperti fraktur blow-out orbita, fraktur blow-in terjadi karena adanya fraktur

pada dinding orbita. Fraktur blow-in terjadi saat fragmen fraktur dinding orbita

terdorong masuk ke dalam orbital space atau cavum orbitalis. Masuknya fragmen

fraktur ke dalam orbital space menyebabkan orbital space menjadi lebih sempit, dan

terjadi peningkatan tekanan pada orbital space. Kelainan ini dianggap lebih parah

daripada fraktur blow-out. Fraktur blow-in lebih jarang ditemukan apabila

dibandingkan dengan fraktur blow-out. (Elston et al., 2013)

Page 6: Fraktur Orbita

Fraktur Blow-in

KLASIFIKASI

Fraktur blow-in dapat diklasifikasikan menjadi “Pure”, dan “Impure”, sama

seperti fraktur blow-out. Yang membedakan kedua klasifikasi tersebut adalah kondisi

orbital rim, apabila orbital rim mengalami fraktur maka fraktur blow-in disebut

sebagai “Impure”, sebaliknya apabila tidak terjadi fraktur orbital rim maka fraktur

blow-in tersebut dapat disebut “Pure”. Fraktur blow-in “Impure” biasanya diikuti

fraktur pada tulang midfacial seperti os zygomaticus, atau os maxilla. Fraktur blow-in

juga dapat diklasifikasikan berdasarkan dinding orbita yang mengalami fraktur

menjadi superior, inferior, medial, dan lateral. Fraktur blow-in yang sering ditemukan

adalah fraktur blow-in superior. (Mathur, Taylor and Patel, 2014)

PATOFISIOLOGI

Pada fraktur blow-in fragmen fraktur yang masuk ke obrital space bersifat

sebagai space-occupying lesion. Pada kasus fraktur-blow in sering terjadi fenomena

trap-door dimana fragmen fraktur yang masuk ke dalam orbital space tidak dapat ter

reduksi secara spontan oleh gaya gravitasi ke tempat semula karena tertahan oleh

mukosa sinus maxillaris. Akibatnya fragmen fraktur tertahan di dalam orbital space.

Page 7: Fraktur Orbita

Fenomena trap-door juga dapat terjadi karena terjepitnya m. rectus inferior,

memberikan gejala diplopia dan gangguan pergerakan bola mata. Fraktur blow-in

lebih sering terjadi pada anak-anak karena elastisitas dari tulang anak-anak lebih

tinggi daripada dewasa. Elastisitas tulang anak-anak menyebabkan lebih rentan terjadi

fenomena trap-door karena pada saat terjadi perpindahan fragmen tulang, elastisitas

yang tinggi membuat fragmen fraktur seperti tertarik kembali ke tempat semula

dengan cepat, hal ini menyebabkan rentan terjadi penjepitan jaringan. Fragmen fraktur

yang masuk ke dalam orbital space bersifat sebagai space-occupying lession pada

orbital space, menyebabkan berbagai gangguan pada fungsi normal mata, dan

menimbulkan berbagai gejala klinis. (Warden and Lieberman, 2002)

Fraktur Blow-in Superior dengan Fenomena Trap-Door

GEJALA KLINIS

Secara umum gejala klinis fraktur blow-in orbita mirip dengan gejala klinis

pada fraktur blow-out orbita. Pada pasien dapat ditemukan adanya vertical diplopia,

gangguan pergerakan bola mata, hipestesia di daerah periorbital maupun pada pipi,

dapat pula ditemukan ekimosis dan pembengkakan pada daerah periorbital. Gejala

Page 8: Fraktur Orbita

yang khas yang ditemukan pada penderita fraktur blow-in adalah adanya proptosis

dari bola mata, hal ini disebabkan karena fragmen fraktur menyebabkan volume

orbital space berkurang, sehingga tekanan nya meningkat, dan bola mata terdorong ke

luar. (Warden and Lieberman, 2002)

DAFTAR PUSTAKA

Warden, S. and Lieberman, G. (2002) Orbital Fractures A Radiological Perspective,

September, [Online], Available:

http://eradiology.bidmc.harvard.edu/LearningLab/central/Warden.pdf [8

January 2015].

Elston, J.B., Ching, J.A., Hiro, E. and Payne, W.G. (2013) Pure Orbital Floor Blow-in

Fracture, 20 March, [Online], Available: http://www.eplasty.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=932:pure-orbital-floor-blow-in-

fracture&catid=183:x-craniofaciall-microsurgery&Itemid=122 [8 Mar 2015].

Mathur, N.N., Taylor, S.F. and Patel, B. (2014) Orbital Fractures , 14 July, [Online],

Available: http://emedicine.medscape.com/article/867985-overview [8 Mar

2015].

Weerakkody, Y. and Gaillard, F. (2015) Orbital blow-out fracture, 14

February, [Online], Available: http://radiopaedia.org/articles/orbital-blow-

out-fracture [8 Mar 2015].

Andersson, L., Kahnberg, K.-E. and Pogrel, M.A. (2010) Oral and Maxillofacial

Surgery, 1st edition, Chichester: Wiley-Blackwell.

KESIMPULAN

Page 9: Fraktur Orbita

Fraktur orbita dan fraktur maksilofasial merupakan fraktur yang paling sering

terjadi pada trauma di daerah wajah. Fraktur orbita dapat berdiri sendiri, namun tidak

jarang pula fraktur orbita terjadi bersamaan dengan fraktur maksilofasial. Kedua

fraktur ini memiliki dampak yang serius dan sering menimbulkan berbagai

komplikasi. Dibutuhkan penangan yang tepat dan sesegera mungkin untuk mencegah

timbulnya berbagai komplikasi yang diakibatkan karena fraktur tersebut. Identifikasi

yang cepat dan tepat pada kedua jenis fraktur diatas sangat diperlukan, dan salah satu

alat bantu utama untuk menegakkan diagnosis pada fraktur orbita dan maksilofasial

adalah pemeriksaan radiologis.

Berbagai pemeriksaan radiologi telah tersedia untuk membantu menegakkan

diagnosis fraktur orbita dan fraktur maksilofasial. Pengetahuan mengenai pemilihan

pemeriksaan radiologi yang tepat sangat dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis

fraktur orbita dan fraktur maksilofasial. Selain itu diperlukan juga pengetahuan yang

memadai mengenai interpretasi dari masing masing pemeriksaan radiologis untuk

mendiagnosis fraktur-fraktur tersebut dengan cepat dan tepat. Kemampuan untuk

memilih pemeriksaan radiologis yang paling ideal, dan interpretasi yang akurat sangat

berperan dalam menegakkan diagnosis fraktur orbita dan fraktur maksilofasial.