fr-os mandibula parasympisis

35
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul: ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Nn. Y.A DENGAN OPEN FRAKTUR OS MANDIBULA PARASYMPISIS, TINDAKAN OPERASI PLATING MANDIBULA DI RUANG BEDAH SENTRAL (GBPT) LANTAI 4 RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Akademik. Mengetahui/Menyetujui: Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik:

Upload: ita-nurdianaa

Post on 23-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

fraktur mandibula

TRANSCRIPT

Page 1: Fr-os Mandibula Parasympisis

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Nn. Y.A DENGAN OPEN

FRAKTUR OS MANDIBULA PARASYMPISIS, TINDAKAN

OPERASI PLATING MANDIBULA DI RUANG BEDAH

SENTRAL (GBPT) LANTAI 4 RSUD Dr. SOETOMO

SURABAYA

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan

Akademik.

Mengetahui/Menyetujui:

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik:

SRI HARTI PADOLI, Skp

NIP. NIP.

Page 2: Fr-os Mandibula Parasympisis

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis yang

merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang karena

membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Reaksi

fisiologis berkaitan langsung dengan tindakan bedah itu sendiri, sedangkan

reaksi psikologis meskipun tidak berkaitan langsung dengan tindakan bedah

namun sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembedahan karena

da-pat memicu respon yang lebih besar.

Pada dasarnya pembedahan merupakan stressor kepada tubuh dan

memicu respon neuroendokrin. Respon terdiri dari sistem saraf simpathi dan

respon hormon yang ber-fungsi melindungi tubuh dari ancaman didera.

Respon sistem saraf simpathi dengan vaso-konstriksi berguna untuk

mempertahankan tekanan darah agar cukup aliran darah ke jantung dan otak.

Kenaikan kardiak output dan pengurangan aktifitas gastrointestinal berguna

untuk mempertahankan tekanan darah, namun memiliki efek negatif

anoreksia, nyeri akibat gas dan konstipasi. Pada respon hormonal,

peningkatan sekresi glucocorticoid (cortex adrenal) menyebabkan retensi

sodium untuk peningkatan volume darah: katabolisme protein dan lemak

untuk penyembuhan menyebabkan peningkatan energi, tersedianya asam

smino sehingga efek negatifnya menyebabkan kehilangan potassium dan

penurunan berat badan. Kenaikan produksi trombosit berguna untuk

mencegah perdarahan melalui pembekuan, namun efek negatifnya

menyebabkan penurunan berat badan, kemungkinan pemben-tukan thrombus,

kenaikan sekresi ADH menyebabkan peningkatan volume darah, namun bisa

memungkinkan kelebihan cairan.

Pada klien lanjut usia, kemampuan mentolerir bedah tergantung pada

luasnya perubahan fisiologi yang terjadi akibat proses usia, lamanya prosedur

bedah dan terdapatnya satu atau lebih penyakit menahun. Perubahan-

perubahan fisiologis pada lansia yang mempengaruhi proses bedah adalah

cardiovasculer, renal, pulmonari dan muskuloskeletal. Kecepatan jantung

yang lebih lamban bisa menyebabkan shock, infeksi luka dan thrombo-

phlebitis. Fungsi ginjal yang menurun menyebabkan respon terlambat

terhadap anestesi serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Fungsi

respiratori yang menurun menye-babkan atelektasis dan pneumonia. Mobilitas

yang berkurang juga bisa menimbulkan atelektasis, pneumonia,

thrombophlebitis serta konstipasi.

Respon psikologi seseorang terhadap pembedahan berbeda-beda.

Pandangan bahwa pembedahan akan menimbulkan kerusakan pada bagian

Page 3: Fr-os Mandibula Parasympisis

tubuh tertentu serta nyeri yang hebat menyebabkan klien pada umumnya

merasa takut atau cemas terhadap sesuatu yang belum pasti. Disinilah fungsi

perawat untuk lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis pasien yang akan

menjalani operasi.

Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah

operasi berlangsung. Pada periode pre operatif yang lebih diutamakan adalah

persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi. Aspek yang paling penting

pada periode ini adalah pendidikan kesehatan tentang hal-hal yang patut ia

ketahui sebagai persiapan seperti persetujuan operasi sebagai syarat

administratif maupun persiapan-persiapan menjelang operasi seperti puasa,

bercukur, mandi, keramas, dll. Selain itu kesiapan yang tak kalah pentingnya

adalah penyuluhan tentang peristiwa yang akan datang, latihan-latihan yang

diperlukan pada periode pasca bedah guna mencegah komplikasi serta

pengkajian sebelum penyuluhan tentang apa yang diketahui klien tentang

tujuan bedah serta semua prosedur rutin, baik pra maupun

pasca bedah.

Pada periode intra operatif, tugas utama perawat adalah membantu/

bekerjasama dengan tim dalam pelaksanaan operasi. Sedang pada periode

post ope-ratif, tugas perawat adalah membantu klien dalam pemulihan setelah

pembiusan, mempertahankan sistem tubuh berjalan baik, mencegah

komplikasi pasca operasi dan mencegah ketidaknyamanan.

1. PRE OPERATIF

a. Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk

melindungi klien dari pelimpahan wewenang pembedahan dan

melindungi ahli bedah dan rumah sakit terhadap pengaduan yang tidak

disertai wewenang atau klien tidak menyadari resiko yang menyertai.

b. Pengkajian

Yang perlu dikaji adalah pengetahuan klien tentang:

- Tujuan pembedahan, prosedur pra dan post operasi.

- Latihan-latihan yang diperlukan pada post operasi guna

mencegah kom-plikasi.

- Peristiwa yang akan datang.

2. KESIAPAN PSIKOLOGIS TERHADAP PEMBEDAHAN

Kecemasan yang berat akan mempengaruhi hipotalamus dan

menimbulkan dua me-kanisme yang berbeda. Impuls pertama

disponsori oleh sistem saraf simpatis yang akan mempengaruhi medula

adrenal dalam memproduksi epinephrin dan nor epinephrin. Dalam

keadaan normal, kedua substansi ini akan memberikan sirkulasi darah

Page 4: Fr-os Mandibula Parasympisis

yang adekuat sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit terjaga,

suhu tubuh stabil sehingga energi terpenuhi. Tetapi jika produksinya

patologis akan meningkatkan rate dan kontraksi jantung, dilatasi pupil,

penurunan motilitas GI tract hingga terjadi glikogenolisis dan gluko-

neogenesis di hepar. Sedangkan mekanisme kedua akan

mempengaruhi kelenjar hipofise anterior sehingga merangsang produksi

hormon adrenokortikosteroid yaitu aldosteron dan glukokortikoid.

Aldosteron berperan dalam mem-pertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit, reabsorbsi air dan natrium. Glukokortikoid menyediakan

energi pada kondisi emergensi dan penyembuhan jaringan.

Kecemasan dapat timbul karena kesiapan psikologis terhadap

pembedahan belum terjadi. Tanda-tanda fisiologis yang penting dalam

indikasi cemas adalah:

- Kulit : pucat, lembab.

- Pupil: dilatasi.

- Respirasi : lebih dalam.

- Nadi : ritme dan kekuatan meningkat.

- Temperatur: sedikit meningkat.

- GI : anorexia, nausea.

- Motorik : gelisah, gerakan stereotypi, immobilitas

(stress berat).

- Perilaku : rentang perhatian berkurang, kemampuan

mengikuti pe-rintah menurun.

- Interaksi: bertanya terus, pengungkapan negatif.

3. KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

Data mengenai penginderaan dan bahasa menunjukkan kemampuan klien

untuk mengerti petunjuk-petunjuk dan kemampuan menerima

pengalamam perioperatif.

4. OKSIGENASI

Adanya riwayat gangguan respirasi sangat berpengaruh terhadap

kemampuan mengembangkan paru-paru serta potensial atelektasis atau

pneumonia pasca bedah. Riwayat gangguan vaskuler berpengaruh

terhadap gangguan suplay O2 pasca bedah.

5. NUTRISI

Kelebihan atau kekurangan berat badan dapat dihitung dari rasio tinggi

badan dan berat badan. Defisiensi nutrisi harus dicegah. Intake diit yang

tidak adekuat, mual, anoreksia dan kondisi oral jelek akan mempengaruhi

Page 5: Fr-os Mandibula Parasympisis

intake nutrisi sebelum operasi dan merupakan faktor yang harus dipertim-

bangkan pada periode pasca bedah.

6. ELIMINASI

Mobilitas dan ambulatori merupakan kegiatan penting pasca bedah untuk

men-cegah komplikasi. Kurang kegiatan menyebabkan konstipasi pasca

bedah, terutama bila memiliki riwayat konstipasi kronis.

7. AKTIFITAS

Kemampuan bergerak dan berjalan pada pasca bedah akan menentukan

kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan kepada

gerakan yang mak-simum.

8. KENYAMANAN

Kegiatan rutin ataupun prosedur tertentu perlu dijelaskan kepada klien

demi mencegah salah pengertian, serta untuk meningkatkan pengetahuan

dan me-ngurangi kecemasan.

Pada periode intra operatif, pengkajian difokuskan pada perubahan

hemodinamik, ke-amanan dan keselamatan, pengaturan posisi serta

koordinasi kesiapan proses pembe-dahan. Tindakan keperawatan yang harus

dilakukan:

1. Pengelolaan keamanan dan keselamatan fisik.

- Jaminan perhitungan kassa, jarum, instrumen harus cocok untuk

pemakaian.

- Mengatur posisi klien:

a. Posisi fungsional.

b. Membuka daerah operasi.

c. Mempertahankan posisi selama prosedur.

- Memasang alat ground.

- Menyiapkan bahan fisik.

2. Pemantauan fisiologis

- Mengkalkulasi kebutuhan cairan dan pengaruh akibat kekurangan

cairan.

- Membandingkan data abnormal dari cardio pulmonal.

- Melaporkan perubahan.

3. Manajemen keperawatan

- Menyiapkan keselamatan fisik.

- Mempertahankan aseptis lingkungan.

- Mengelola SDM yang efektif.

Page 6: Fr-os Mandibula Parasympisis

Pada fase post operatif, pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas,

karena bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang

mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik, narkotik dan

karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting untuk mempertahankan

sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh

karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15 me-nit dan kesadaran selama 2

jam dan 4 jam sekali.

Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan

kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan

bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk

mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.

Page 7: Fr-os Mandibula Parasympisis

FRAKTUR OS.MANDIBULARIS

DEFiNISI

Rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma

baik secara langsung atau tidak langsung.

PATOFISIOLOGI

A. Penyebab fraktur adalah trauma

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa

trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :

Osteoporosis Imperfekta

Osteoporosis

Penyakit metabolik

1.

2. TRAUMA

Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan

posisi dagu langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).

(a) TANDA DAN GEJALA

Nyeri hebat di tempat fraktur

Tak mampu menggerakkan dagu bawah

Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,

bengkak, krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

(b) PEMERIKSAAN PENUNJANG

X-Ray

Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

CCT kalau banyak kerusakan otot.

(c) PENATALAKSANAAN MEDIK

Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.

Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire

( tindakan Asbarg)

(d) RENCANA KEPERAWATAN

Prioritas Masalah

Page 8: Fr-os Mandibula Parasympisis

Mengatasi perdarahan

Mengatasi nyeri

Mencegah komplikasi

Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

NO DX. KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL

1. Ansietas

berhubungan dengan

krisis situasio-nal,

ketidakakraban de-

ngan lingkungan,

anca-man kematian,

peruba-han pada

status kese-hatan,

prosedur pra o-perasi

& prosedur pas-ca

operasi.

Sediakan waktu

kunjungan oleh personel

kamar opera-si sebelum

pembedahan ji-ka

memungkinkan, untuk

mendiskusikan hal-hal

yang perlu diketahui

klien sebe-lum

pembedahan.

Informasikan pada

klien/ keluarga tentang

peran ad-vokat perawat

intraoperasi

Identifikasi tingkat

rasa takut yang

mengharuskan

dilakukannya penundaan

prosedur pembedahan.

Beritahu klien

kemungkinan

dilakukannya anestesi

lokal atau spinal dimana

rasa pu-sing atau

mengantuk mung-kin

saja terjadi.

Perkenalkan staf

pada wak-tu pergantian

ke ruang o-perasi.

Kontrol stimuli

Dapat

meredakan

keresahan klien

dan menyediakan

infor-masi untuk

perawat-an

intraoperasi for-

mulatif.

Dapat

mengembang-kan

rasa percaya/

hubungan,

menurun-kan rasa

takut akan

kehilangan kontrol

pada lingkungan

yang asing.

Rasa takut

yang

ber-lebihan/terus-

mene-rus akan

mengaki-batkan

reaksi stress yang

berlebihan.

Dapat

mengurangi

ansietas /rasa

takut.

Menciptakan

hu-bungan dan

Page 9: Fr-os Mandibula Parasympisis

2.

Resiko terjadinya

syok berhubungan

dengan perdarahan

yang ba-nyak

eksternal.

KOLABORASI:

Rujuk pada

rohaniawan, spesialis

klinis perawat psi-kiatri,

konseling psikiatri jika

diperlukan.

Diskusikan

penundaan pem-

bedahan dengan dokter,

a-nestesiologis, klien dan

ke-luarga sesuai

kebutuhan.

Berikan obat sesuai

petun-juk, seperti zat-zat

seda-tif, hipnotis;

tranquilizer IV.

INDENPENDEN:

Observasi tanda-tanda

vi-tal.

Mengkaji sumber, lokasi,

dan banyaknya

perdarahan

Memberikan posisi

supinasi

Memberikan banyak

cairan (minum)

KOLABORASI:

Pemberian cairan per

kenya-manan

psikologis.

Suara gaduh

& keri-butan akan

mening-katkan

ansietas.

Konseling

profesio-nal

mungkin dibutuh-

kan klien untuk

me-ngatasi rasa

takut.

Mungkin

diperlukan jika

rasa takut yang

berlebihan tidak

berkurang.

Untuk

meningkatkan

tidur malam hari

se-belum

pembedahan;

meningkatkan ke-

mampuan koping.

Untuk mengetahui

tanda-tanda syok

sedini mungkin.

Untuk menentukan

tindakan.

Untuk mengurangi

perdarahan dan

mencegah

kekurang-an darah

ke otak.

Untuk mencegah

ke-kurangan

cairan (mengganti

Page 10: Fr-os Mandibula Parasympisis

infus

Pemberian obat

koagulan- sia (vit.K,

Adona) dan penghentian

perdarahan dengan

fiksasi.

Pemeriksaan

laboratorium (Hb, Ht)

cairan yang hilang)

Pemberian cairan

per infus.

Membantu proses

pembekuan darah

dan untuk

menghen-tikan

perdarahan.

Untuk mengetahui

kadar Hb, Ht

apakah perlu

transfusi atau

tidak.

3. Gangguan rasa

nyaman:

Nyeri sehubungan

de-ngan perubahan

frag-men tulang, luka

pada jaringan lunak,

pema-sangan back

slab, stress, dan

cemas.

INDEPENDEN:

Mengkaji karakteristik

nyeri : lokasi, durasi, in-

tensitas nyeri dengan

menggunakan skala

nyeri (0-10).

Mempertahankan

immobi-lisasi (back

slab).

Berikan sokongan (sup-

port) pada area yang

luka.

Menjelaskan seluruh

pro-sedur di atas.

KOLABORASI:

Pemberian obat-obatan

a-nalgesik.

Untuk mengetahui

tingkat rasa nyeri

sehingga dapat

menentukan jenis

tindak annya.

Mencegah

pergeser-an tulang

dan pene-kanan

pada jaringan

yang luka.

Peningkatan vena

return,

menurunkan

edem, dan

mengura-ngi nyeri.

Untuk

mempersiap-kan

mental serta a-gar

pasien berparti-

sipasi pada setiap

tindakan yang

akan dilakukan.

Page 11: Fr-os Mandibula Parasympisis

Mengurangi rasa

nyeri.

4. Resiko tinggi terjadi

infeksi berhubungan

dengan luka terbuka.

INDEPENDEN:

Kaji keadaan luka (konti-

nuitas dari kulit)

terhadap adanya:

edema, rubor, ka-lor,

dolor, fungsi laesa.

Anjurkan pasien untuk

ti-dak memegang

bagian yang luka.

Merawat luka dengan

meng-gunakan tehnik

aseptik.

Mewaspadai adanya

keluhan nyeri

mendadak,

keterbatasan gerak,

edema lokal, eritema

pada daerah luka.

KOLABORASI:

Pemeriksaan darah : leu-

kosit.

Pemberian obat-obatan :

antibiotika dan TT

(Tokso-id Tetanus).

Persiapan untuk operasi

sesuai indikasi.

Untuk mengetahui

tanda-tanda

infeksi.

Meminimalkan

terja-dinya

kontaminasi.

Mencegah

kontami-nasi dan

kemungkin-an

infeksi silang.

Merupakan

indikasi adanya

osteomilitis.

Leukosit yang me-

ningkat artinya su-

dah terjadi proses

infeksi .

Untuk mencegah

kelanjutan terjadi-

nya infeksi dan

pen-cegahan

tetanus.

Mempercepat pro-

ses penyembuhan

luka dan dan

pence-gahan

peningkatan

Page 12: Fr-os Mandibula Parasympisis

infeksi.

5. Gangguan aktivitas

berhubungan dengan

kerusakan

neuromusku-ler

skeletal, nyeri, im-

mobilisasi.

INDEPENDEN:

Kaji tingkat immobilisasi

yang disebabkan oleh e-

dema dan persepsi

pasien tentang

immobilisasi tersebut.

Mendorong partisipasi

dalam aktivitas rekreasi

(menonton TV,

membaca koran dll ).

Menganjurkan pasien

untuk melakukan latihan

pasif dan aktif pada

yang cedera maupun

yang tidak.

Membantu pasien dalam

perawatan diri

Auskultasi bising usus,

monitor kebiasaan elimi-

nasi dan menganjurkan

a-gar b.a.b. teratur.

Pasien akan

memba-tasi gerak

karena salah

persepsi (per-sepsi

tidak propor-

sional).

Memberikan

kesem-patan

untuk menge-

luarkan energi,

me-musatkan

perhatian,

meningkatkan

pera-saan,

mengontrol di-ri

pasien dan mem-

bantu dalam

mengu-rangi

isolasi sosial.

Meningkatkan

aliran darah ke

otot dan tulang

untuk mening-

katkan tonus otot,

mempertahankan

mobilitas sendi,

mencegah

kontrak-tur/atropi

dan reap-sorbsi Ca

yang tidak

digunakan.

Meningkatkan

keku-atan dan

sirkulasi otot,

meningkatkan

pasien dalam me-

ngontrol situasi,

me-ningkatkan

Page 13: Fr-os Mandibula Parasympisis

Memberikan diit tinggi

protein, vitamin, dan

mi-neral.

KOLABORASI :

Konsul dengan bagian

fisio-terapi.

kemauan pasien

untuk sembuh

Bedrest,

penggunaan

analgetika dan

peru-bahan diit

dapat me-

nyebabkan

penurun-an

peristaltik usus

dan konstipasi.

Mempercepat

proses

penyembuh-an,

mencegah penu-

runan BB, karena

pada immobilisasi

biasanya terjadi

pe-nurunan BB.

Untuk menentukan

program latihan.

6. Kurangnya

pengetahuan ttg

kondisi, prognosa,

dan pengobatan

berhu-bungan

dengan kesa-lahan

dalam penafsir-an,

tidak familier de-

ngan sumber in

formasi

INDEPENDEN:

Menjelaskan tentang

kelainan yg muncul

prognosa, dan harapan

yang akan datang.

Memberikan dukungan

ca-ra-cara mobilisasi

dan am-bulasi

sebagaimana yang di

anjurkan oleh bagian

fisio-terapi.

Pasien mengetahui

kondisi saat ini

dan hari depan

sehingga pasien

dapat menen-

tukan pilihan..

Sebagian besar

fraktur

memerlukan

penopang dan

fiksasi selama

proses pe-

nyembuhan

sehingga

keterlambatan pe-

nyembuhan

Page 14: Fr-os Mandibula Parasympisis

Memilah-milah aktifitas

yg bisa mandiri dan

yang ha-rus dibantu.

Mengidentifikasi

pelayanan umum yang

tersedia seper-ti tim

rehabilitasi, perawat

keluarga (home care).

Mendiskusikan tentang

perawatan lanjutan.

disebab-kan oleh

penggunaan alat

bantu yang ku-

rang tepat.

Mengorganisasika

n kegiatan yang

diper-lukan dan

siapa yang perlu

menolongnya

(apakah fisiotera-

pist, perawat atau

ke luarga).

Membantu

memfasi-litasi

perawatan

mandiri, memberi

support untuk

man-diri.

Penyembuhan

frak-tur tulang

kemung-kinan

lama (kurang lebih

1 tahun) se-hingga

perlu disiap-kan

untuk perenca-

naan perawatan

lan-jutan dan

pasien ko-operatif.

Page 15: Fr-os Mandibula Parasympisis

PENGKAJIAN DATA

Nama Mahasiswa : Subhan

NIM : 010030170 B

Tempat Praktek : Ruang Bedah G

Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2001

I. IDENTITAS

Nama : Nn. Y.A

Umur : 16 tahun.

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.

Agama : Islam.

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SLTP kelas II

Alamat : Jl. Dongho Rt. 2/2 Trenggalek

Alasan Dirawat: Jatuh dari sepeda motor, rahang/muka bawah (dagu) pa- tah. Gigi bagian atas dan

bawah tanggal 3/2.

Keluhan Utama Sebelumnya:

Nyeri, sakit kepala, membuka mulut dan bicara sakit sekali, gigi atas dan

bawah tanggal 3/2, sebagian goyang. Klien tidak mau makan dan minum.

Upaya yang telah dilakukan:

Klien dibawa ke puskesmas didekat tempat kejadian, tetapi karena tidak

sanggup menangani, kemudian dirujuk ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya

dan dianjurkan untuk menjalani perawatan.

Terapi/Operasi yang pernah dilakukan:

Debridement di IRD dengan anestesi umum tanggal 28 Mei 2001.

II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

2.1 Riwayat Penyakit Sebelumnya:

Post debridement open fraktur mandibula para sympisis tanggal 28 Mei

2001.

2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:

Nyeri pada wajah dan mulut, terutama rahang bawah/dagu patah, gi-gi

atas dan bawah tanggal 3/2, tidak mau makan dan minum, bila bicara

te-rasa sakit.

2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga:

Page 16: Fr-os Mandibula Parasympisis

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit/kecelakaan seperti yang

di alami klien. Demikian pula dengan penyakit hipertensi.

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum:

Keadaan umum klien lemah, klien merasa nyeri pada saat bicara, wa-

jah bengkak. Gigi atas dan bawah tanggal 3/2, sebagian goyang.

Klien tampak pucat dan gelisah.

2. Tanda-tanda Vital:

Suhu 37,2oC/axilla, nadi 84x/menit, kuat dan teratur, tensi diukur

dengan klien berbaring pada lengan kiri, hasilnya= 120/90 mmHg,

pernafasan normal, 24x/menit, denyut jantung teratur. Lainnya: akti-

fitas agak terganggu karena obstruksi bekuan darah dan tampon.

3. Sistem Tubuh (Body Systems):

3.1 PERNAFASAN (B1: BREATHING)

Hidung : terdapat bekuan darah.

Trachea : letaknya normal, nafas dangkal

Bentuk dada : simetris.

3.2 CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)

Ada keluhan sakit kepala.

Suara jantung: normal.

Edema : tidak ada.

3.3 PERSYARAFAN (B3: BRAIN)

Kesadaran: compos mentis.

GCS : E= 4 V=5 M= 6

Total nilai: 15

Kepala dan wajah: memar pada dahi dan bengkak.

Mata:

- Sklera: merah, karena ada perdarahan.

- Pupil : isokor.

3. Persepsi Sensori

Pendengaran kiri dan kanan normal.

Penciuman : terganggu karena pada hidung ada bekuan darah dan dipa

sang tampon.

Pengecapan : tidak dikaji.

Penglihatan : agak kabur karena terjadi pembengkakan.

Perabaan : tidak ada kelainan.

3.4 PERKEMIHAN- ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Page 17: Fr-os Mandibula Parasympisis

Produksi urine: dalam 24 jam 600-1000 ml, frekuensi 3 – 4x/hari.

Warna : kuning. Bau: amoniak.

3.5 PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)

-Mulut dan tenggorok: sulit dibuka, terbuka pada parasympisis

man- dibula.

- Abdomen : normal.

-Rectum : normal.

-BAB : 1-2x/hari, konsistensi agak keras. Ketika

BAB tidak ada masalah.

-Diet : cair.

3.6 TULANG – OTOT – INTEGUMEN (B6: BONE)

Kemampuan pergerakan sendi: bebas.

Extremitas:

- Atas : tidak ada kelainan.

- Bawah : tidak ada kelainan.

Kulit:

-Warna kulit : pucat.

- Akral : hangat.

- Turgor : baik.

3.7 SISTEM ENDOKRIN

Riwayat pertumbuhan & perkembangan fisik : kelemahan.

3.8 SISTEM HEMATOPOIETIK

Type darah: luka memar didahi.

3.9 REPRODUKSI

(1) Perempuan:

Vagina : tidak ada kelainan.

Uretra : tidak ada kelainan.

Payudara : tidak ada kelainan.

Axilla : tidak ada kelainan.

Siklus haid : hari ke-14, tidak ada kelainan.

3.9 PSIKOSOSIAL

Konsep diri:

Citra diri/body image

- Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh:

Klien cemas dan takut karena ia tidak tahu/tidak mengerti

mukanya akan diapakan bila dioperasi nanti dan apakah bisa

kembali seperti se-diakala. Klien takut mukanya terutama

rahang dan giginya akan sangat menyeramkan/buruk.

(2) Identitas

- Status klien dalam keluarga: anak.

Page 18: Fr-os Mandibula Parasympisis

- Kepuasan klien terhadap status dan posisinya dalam keluarga:

puas.

- Kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya: puas.

(3) Peran

- Tanggapan klien terhadap perannya: senang.

- Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya:

sanggup.

- Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.

(4) Ideal diri/Harapan

Harapan klien terhadap:

-Tubuh: bagaimana nanti wajahnya bisa kembali seperti semula

atau ti- dak, terutama rahang dan giginya.

Harapan klien terhadap lingkungan:

-Sekolah: bagaimana sekolahnya, karena sebentar lagi ulangan.

Harapan klien terhadap penyakit yang sedang dideritanya:

Klien berharap agar operasi dapat dilaksanakan dengan baik dan

lancar.

(i) Harga diri

- Tanggapan klien terhadap harga dirinya: sedang.

Sosial/Interaksi

- Hubungan dengan klien: tidak kenal.

- Reaksi saat interaksi : kontak mata.

- Konflik yang terjadi terhadap: peran

3.10 SPIRITUAL

Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah.

Sumber kekuatan/harapan disaat sakit: Allah.

Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini: shalat.

Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual

agama yang diharapkan saat ini: minta didoakan oleh orangtua dan

saudara-sauda-ranya..

Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam

menghadapi situ-asi sakit saat ini: klien meyakininya.

Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: klien

mem-percayainya.

Persepsi terhadap penyebab penyakit: sebagai cobaan/peringatan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Mei 2001:

Page 19: Fr-os Mandibula Parasympisis

- Leukosit : 4,4x1000/UL

- Ery : 2,98x1 juta/UL

- Hb : 8,9 gr %

- HCT : 25,8%

- Diff :

Eos : 3

Lym : 42

Mono: 1

- LED : 74 mm/jam.

- PPT : 12,6 C: 11,6

- KPTT : 30,7 C:31,2

- BUN : 22 mg/dl

- SGOT: 58 U/L

- SGPT : 17 U?L

Terapi Post Operasi:

- Infus RL:D5 20 tetes/mnt.

- Injeksi Cefetason 1 gr 3x1 vial.

- Injeksi Kalnex 3x1 amp.

- Injeksi Antalgin 3x1 amp.

- Betadine kumur.

- Diet: cair.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Diagnostik Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doengoes, Marilyn E, et all. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman

Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.

Jakarta.

Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd edition. WB Saunders.

Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan Vol. 3. IAPK Pajajaran. Bandung.

Padoli. 2000. Diktat Kuliah PSIK Angkatan I TA. 1999/2000. Surabaya.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A

Nursing Process Approach. St. Louis. Cv. Mosby Company.

Page 20: Fr-os Mandibula Parasympisis

ANALISA DATA

No KELOMPOK DATA KEMUNGKINAN

PENYEBAB

MASALAH DIAGNOSA

1.

30/5/

2001

DS: Klien mengatakan

ia sangat takut &

ce-mas.

DO: -Klien tampak geli-

sah.

-Pucat &

berkeringat

-Nadi= 84x/mnt.

-RR= 24x/mnt.

-Tensi=120/80

mm- Hg.

Situasi krisis,

a-sing

terhadap

lingkungan &

ku-rangnya

penge-tahuan

terhadap

tindakan

operasi

Cemas Cemas

berhu-

bungan

dengan

situasi krisis,

asing

terhadap

lingkungan &

kurangnya

pe-

ngetahuan

terhadap tin-

dakan

operasi.

2.

30/5/

2001

DS: Klien mengeluh

nyeri pada

mulut.

DO: -Foto Ro’ Fr.

Mandi-bula

Parasympisis.

-Bibir robek.

-Gigi atas & bawah

tanggal 3/2.

Perubahan

frag-men

tulang, luka

pada jaringan

lu-nak/mukosa

mu-lut.

Nyeri Nyeri berhu-

bungan

dengan

perubahan

fragmen tu-

lang, luka

pada jaringan

lunak

/mukosa

mulut

3.

30/5/

2001

Post operasi:

DS: -

DO: -RR= 24x/mnt.

-OTT masih terpa-

sang.

-Klien belum

sadar.

Kurangnya eks-

pansi paru aki-

bat pengaruh

o-bat anestesi.

Pola nafas ti-

dak efektif.

Pola nafas ti-

dak efektif

berhubungan

dengan

kurang nya

ekspansi

paru oleh pe-

ngaruh obat

anestesi.

4. DS: Klien merintih

kesa-kitan ketika

Disrupsi

integri-tas

kulit, jaring-an,

Resiko tinggi

nyeri akut.

Resiko tinggi

nyeri akut

berhubungan

Page 21: Fr-os Mandibula Parasympisis

30/5/

2001

sadar.

DO: -Mukosa bibir dija-

hit (10 jahitan).

-Pada os

mandibula

parasympisis

terpa-sang kawat

2 & 6 screw serta

2 plat.

otot & tulang

karena

prosedur

pembedahan.

dengan

disrup-si

integritas

kulit,

jaringan, otot

& tulang

karena prose-

dur pembe-

dahan.

RENCANA TINDAKAN PERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan

&

Hasil Yang Diharapkan

Rencana Tindakan Rasional

1.

30/5/

2001

Pre operasi:

Krisis situasi, asing ter-

hadap lingkungan &

ku-rangnya

pengetahuan terhadap

tindakan ope-rasi.

Tujuan:

Kecemasan berkurang

dalam.

Kriteria hasil:

-Ekspresi wajah tenang

(tidak gelisah).

-TTV:

Tensi= 120/80

mmHg.

Nadi= 80x/mnt.

RR= 16x/mnt.

1. Jelaskan secara

singkat & jelas tentang

penyakit & proses/jenis

pembeda-han.

2. Berikan HE pre

operatif:

-Orientasi ruangan.

-Orientasi keadaan

yang akan dihadapi.

-Tindakan prosedur.

-Latihan nafas dalam.

3. Ajak klien untuk

berdoa & menyerahkan

1. Membantu

klien

memahami

proses

penyakitnya &

me-mahami

proses/ je-nis

operasi yang

a-kan

dijalaninya.

2. Membantu

klien untuk

beradap-tasi

dengan ke-

adaan di

lingku-ngan

kamar ope-rasi

serta me-

mahami

tentang situasi

yang a-kan

dihadapinya

sehingga kece-

Page 22: Fr-os Mandibula Parasympisis

jalannya operasi

kepada Tuhan.

4. Berikan

support/dukung-an

pada klien.

5. Ajak klien untuk

berdis-kusi mengenai

hal-hal yang ingin

diketahui ser-ta

perbaiki pendapat kli-

en yang keliru.

masan berku-

rang/hilang.

3. Untuk

membe-rikan

keperca-yaan

diri & ke-

yakinan pada

klien serta

kesi-apan

mental bahwa

klien a-kan

ditolong.

4. Agar klien

me-rasa

mempero-leh

dukungan &

memberikan

kli-en

kepercayaan

diri.

5. Untuk

mengalih-kan

perhatian klien

& membe-

rikan keperca-

yaan diri klien.

2.

30/5/

2001

Nyeri berhubungan de-

ngan perubahan

fragmen tulang, luka

pada jaringan lunak.

Tujuan:

Nyeri berkurang

dalam.

Kriteria hasil:

- Klien

melaporkan nyeri

hilang /terkontrol.

1. Kaji karakteristik

nyeri.

2. Pertahankan

immobilisasi

3. Berikan sokongan

1. Untuk

mengeta-hui

tingkat rasa

nyeri sehingga

dapat

menentu-kan

jenis tinda-kan

.

2. Mencegah

per-geseran

tulang &

penekanan

pada jaringan

Page 23: Fr-os Mandibula Parasympisis

- Klien mengikuti

program pe-ngobatan

yang dibe-rikan.

pada rahang yang

luka.

4. Jelaskan prosedur

tinda-kan yang akan

dilakukan.

Kolaborasi:

5. Berikan obat-

obatan a-nalgesik.

yang luka.

3. Peningkata

n ve-na return

menu-runkan

edem &

mengurangi

nye-ri.

4. Untuk

memper-

siapkan

mental serta

agar klien

berpartisipasi

pada setiap

tin-dakan yang

akan

dilakukan.

5. Untuk

mengura-ngi

nyeri.

3. Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan

ku-rangnya ekspansi

paru karena pengaruh

obat anestesi.

Tujuan:

Pola nafas efektif

dalam 24 jam.

Kriteria hasil:

-Klien sadar penuh.

-RR= 16x/mnt.

-Bernafas secara

normal melalui hidung

& mulut.

1. Atur posisi untuk

mem- bebaskan jalan

nafas.

2. Lakukan suction

untuk mencegah

aspirasi.

3. Berikan O2 3-5 l.

4. Bila klien sudah

sadar an-jurkan untuk

1. Untuk

mencegah

obstruksi jalan

nafas, lidah ja-

tuh

kebelakang

atau

mencegah

aspirasi bila

muntah.

2. Untuk

mencegah

resiko terjadi-

nya aspirasi.

3. O2 yang tinggi

menyebabkan

ekspansi paru

mengembang

Page 24: Fr-os Mandibula Parasympisis

batuk dan nafas dalam. maksimal.

4. Agar paru me-

ngembang

lebih cepat

akibat bantuan

otot

pernafasan &

pengembanga

n rongga dada.

4.

30/5/

2001

Resiko tinggi

berhubung-an dengan

disrupsi integ-ritas

kulit jaringan, otot &

tulang karena prosedur

pembedahan.

Tujuan:

Nyeri akut tidak

terjadi.

Kriteria hasil:

- TTV:

Tensi= 120/80

mmHg.

Nadi= 81x/mnt.

RR= 16x/mnt.

-Klien tidak gelisah.

1. Berikan injeksi

analgesik.

2. Evaluasi nyeri

klien.

3. Atur posisi yang

nyaman.

4. Berikan informasi

bila terjadi nyeri.

1. Untuk

mengura-

ngi/mencegah

nyeri.

2. Untuk

mengeta-hui

tingkat nye-ri

& keberhasil-

an pengaruh

pemberian

tera-pi

analgesik.

3. Untuk

mengalih-kan

rasa nyeri

klien.

4. Agar dapat

se-gera

diberikan

tindakan

sesuai dengan

indikasi.

Page 25: Fr-os Mandibula Parasympisis

TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl. Jam Tindakan Keperawatan

30/5/

2001

07.35

wib

S/D

07.55

wib

S/D

08.10

wib

08.15

wib

S/D

09.20

wib

09.40

wib

09.55

wib

S/D

11.35

wib

Pre operasi:

- Menjelaskan kepada klien bahwa ia akan dioperasi untuk

dipasang plate pada rahang yang patah.

- Menjelaskan kepada klien bahwa ia akan dibawa ke

ruangan opera-si dimana banyak terdapat lampu-lampu &

alat-alat untuk pembe-dahan & disana ia ditidurkan oleh ahli

bius sehingga tidak lagi me-rasakan sakit.

- Menganjurkan klien untuk latihan nafas dalam & berdoa

menurut keyakinannya.

- Memberikan support & sentuhan secara wajar.

- Memberikan obat pre medikasi injeksi.

- Memberikan sokongan pada leher.

- Melarang klien untuk banyak bergerak.

- Membawa klien ke ruang operasi 411.

Intra Operasi:

- Menjelaskan pada klien bahwa ia akan dibius supaya

tidur & tidak akan merasakan sakit saat dilakukan operasi.

- Menjelaskan operator, anestesi & perawat yang akan

melaksana-kan operasi.

- Mengatur posisi klien terlentang.

- Membantu pelaksanaan operasi sebagai perawat

instrumen II.

- Operasi plating mandibula:

5 hole 4 screw (7 cm 2 atas).

4 hole 2 screw (5 cm 2 bawah).

Wire 2 pada gigi.

Post operasi:

- Menjelaskan bahwa bila reaksi obat bius hilang lukan

akan terasa nyeri.

- Memberikan injeksi Antigen 1 ampul/IM.

- Mengatur posisi klien kepala miring ke kiri serta agak

ekstensi.

- Memberikan O2 4 ltr & melakukan suction.

- Mengajarkan klien batuk & nafas dalam.

Page 26: Fr-os Mandibula Parasympisis

11.45

wib

- Memonitor tanda-tanda vital:

Tensi= 110/80 mmHg.

Nadi=80x/mnt.

RR= 20x/mnt.

Suhu= 36,7oC.

-Klien dibawa ke ruangan bedah F.

EVALUASI

No. Diagnosa Evaluasi

1.

30/5/

2001

1 S: Klien merasa senang ditemani tapi tetap merasa

khawatir o-perasinya tidak bisa mengembalikan

rahangnya menjadi normal kembali.

O: - Klien terus berdoa & minta ditemani.

- Gelisah.

- Pucat dan berkeringat.

- Nadi= 84x/mnt, RR= 20x/mnt.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Rencana intervensi diteruskan.

2.

30/5/

2001

2 S: Klien merintih kesakitan bila membuka mulut/bicara.

O: - Bibir masih robek.

- Mandibula masih belum tersambung (patah).

- Klien Pucat dan berkeringat menahan sakit.

- Nadi= 84x/mnt, RR= 20x/mnt.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Tetap teruskan rencana intervensi setelah post operasi.

3.

30/5/

2001

3 S: -

O: - Extubasi OTT ganti nasal canule.

- Nafas spontan. Batuk dan nafas dalam.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Teruskan rencana intervensi. Pertahankan kondisi

klien.

4.

30/5/

2001

4 S: Klien tidak lagi merintih kesakitan dan dapat tidur.

O: - Klien tidak gelisah.

- Tidak ada tanda perdarahan.

- Klien tampak tenang.

- TTV dalam batas normal.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Tetap teruskan intervensi serta pertahankan kondisi

Page 27: Fr-os Mandibula Parasympisis

klien.