fluor albus

29
Referat Fluor Albus Disusun oleh: M. Fahrezha 110.2008.313 Pembimbing: Dr. Dadang Hidayat Sp.OG SMF Ilmu Kebidanan & Kandungan FK Universitas Yarsi & RSUD Gunung Jati

Upload: muhammad-fahrezha

Post on 24-Jul-2015

739 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fluor Albus

Referat

Fluor Albus

Disusun oleh:

M. Fahrezha110.2008.313

Pembimbing:

Dr. Dadang Hidayat Sp.OG

SMF Ilmu Kebidanan & Kandungan

FK Universitas Yarsi & RSUD Gunung Jati

Juni 2012

Page 2: Fluor Albus

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nyalah

sehingga referat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari SMF Ilmu

Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI / RSUD

Gunung Jati. Dalam penyusunan referat yang berjudul “Fluor albus” ini saya memperoleh

bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak. Adalah tidak mungkin wujud

tulisan ini tanpa peran dan bantuan mereka. Untuk itu melalui kesempatan ini, saya ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah memberikan

masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.

Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, saya mengharapkan kritik dan saran

dari semua pihak demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata, saya ingin sekali agar referat ini

berguna baik dalam bidang pendidikan maupun untuk menambah pengetahuan masyarakat.

Cirebon, Juni 2012

Page 3: Fluor Albus

FLUOR ALBUS

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah keputihan sering kali digunakan sebagai referensi umum untuk menjelaskan sekresi

vaginal, baik yang normal maupun abnormal. Karena tidak ada istilah lain dalam bahasa

Indonesia yang umum dipakai untuk sekresi vaginal. Dalam istilah medis, keputihan ini biasa

disebut dengan fluor albus, atau bisa juga disebut dengan leukorhea.

Namun banyak sekali hal-hal yang merupakan penyebab dari keputihan ini. Keputihan atau

fluor albus bisa terjadi pada saat tubuh dalam keadaan sehat atau saat tubuh dalam keadaan

terinfeksi oleh mikroorganisme tertentu. Leukorea merupakan salah satu masalah yang

banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda sampai usia tua.

Masalah leukorea ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam kehidupannya sehari-

hari maupun dalam hubungan dengan suami. Lebih dari sepertiga penderita yang berobat ke

klinik-klinik ginekologidi Indonesia mengeluh adanya leukorea (fluor albus) dan lebih dari

80%. Di antaranya adalah yang merupakan keputihan patologis.

Page 4: Fluor Albus

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI

Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada

cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang bersifat berlebihan, namun tidak berupa

darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang

keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada

vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari

tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi.

Secara normal, selalu seseorang wanita mengeluarkan cairan dari alat kemaluannya yang

berasal dari:

1. Transudat dinding vagina.

2. Lendir cervix.

3. Lendir kelenjar-kelenjar Bartholini dan Skene.

Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna

kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-iritan, tidak mengganggu, tidak

terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Lactobacillus sp

(dominan), Streptococcus, Staphylococcus, dan Gardnella vaginalis. Lingkungan dengan pH

asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.

EPIDEMIOLOGI

Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang

mengalami flour albus bervariasi antara 1 -15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas

seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua

umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan

indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering

menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering

Page 5: Fluor Albus

penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia.

Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis

masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain itu vaginitis seringkali

asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab.

ETIOLOGI

Fluor albus atau leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita

ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya.

Sumber cairan ini dapat berasal dari sekresi vulva, cairan vagina, sekresi serviks, sekresi

uterus, atau sekresi tuba falopii, yang dipengaruhi fungsi ovarium. Dapat dibedakan antara

leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang

kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang

sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.

Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Di sini cairan mengandung

banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental

dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea

patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan

pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian

atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.

Fluor albus dapat disebabkan karena:

1. Infeksi yang biasanya menimbulkan fluor yang berwarna kuning atau hijau.

2. Bertambahnya sekret yang normal.

Cairan tersebut di atas disebut luar biasa kalau:

1. Menimbulkan bercak-bercak pada celana (berwarna kuning atau hijau).

2. Berbau.

3. Menyebabkan keluhan-keluhan seperti gatal dan panas pada vulva.

Page 6: Fluor Albus

KLASIFIKASI

Fluor albus fisiologis pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio

vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.

Fluor albus fisiologis ditemukan pada:

a. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh

estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukorea disini

hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh

pengeluaran transudasi dari dinding vagina.

d. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi

lebih encer.

e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita

dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion

porsionis uteri.

Fluor albus patologis ditemukan pada:

1. Konstitusionil: pada keadaan astheni, anemia, nefritis kronis dan pada bendungan

umum. (decompensatio cordis, cirrhosis hepatis)

2. Kelainan endokrin seperti pada functional bleeding (kadar estrogen tinggi), pada

kehamilan (karena hydraemia dan pengaruh endokrin).

3. Infeksi:

a. Vulvitis – vulvovaginitis

b. Vaginitis (Kolpitis)

c. Cervicitis

d. Endometritis

e. Salpingitis

Vulvitis

Disebabkan oleh:

Kuman-kuman: Streptooccus, Staphylococcus, Haemophilus vaginalis, Bacil

TBC, bacil coli.

Page 7: Fluor Albus

Protozoa: Trichomonas vaginalis

Fungus: Monila

Cacing: Oxyuris (pada anak)

Vaginitis

Vagina pada wanita dewasa agak resistensi terhadap infeksi yang ditimbulkan oleh

bacil Doderlein, micrococcus catarrhalis, dan bacil coli. Kemungkinan infeksi lebih

besar pada anak dan wanita dalam menopause (vaginitis senilis).

Cervicitis

Oleh gonococcus, staphylococ, dan streptococ.

Endometritis

Terutama terjadi kalau ada sisa plasenta atau neoplasma.

Salpingitis

Gonococ, streptococ, staphylococ, bac tbc.

Sebab lain seperti:

Corpus alienum:

Pessarium

Rambut kemaluan

Rambut wol

Kain atau kapas

Alat-alat atau obat kontrasepsi.

Fistula (fistula vesicovaginalis, fistula rectovaginalis).

Page 8: Fluor Albus

PATOGENESIS

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan

suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu

infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret

vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina

mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan

bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara

Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil

metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik

terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,

lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang

rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

Peran Lactobacillu

s

Meningkatkan pH vagina

Faktor anti bakteri

Page 9: Fluor Albus

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama

C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan

berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah

pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan

kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian

pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.

Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau

peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan

perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan

jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini

bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat

immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone

menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi

pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri

patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu

mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stress dan hormon dapat

merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada

vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen

peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan

memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang

normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,

yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga

merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.

Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia,

menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum

yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih

vagina, disinfektan yang kuat.

Page 10: Fluor Albus

GEJALA KLINIS

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu

tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian

besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:

- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

- Sekret vagina yang bertambah banyak

- Rasa panas saat kencing

- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Vaginosis bacterial memiliki sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga

kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan

seksual.

Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau

amis.

Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa

terbakar kemerahan dan bengkak di daerah genital.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam

serta pemeriksaan laboratorium.

Page 11: Fluor Albus

Anamnesis

Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah:

a. Usia. Harus diperkirakan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau pada

wanita dewasa, leukorea yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi

dan merupakan leukorea yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus

dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi

lainnya. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan

terjadinya keganasan terutama kanker serviks.

b. Metode kontrasepsi yang dipakai. Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat

meningkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya

infeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada

serviks yang meragsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.

c. Kontak seksual. Untuk mengantisipasi leukorea akibat PHS seperti gonorea,

kondiloma akuminata, herpes genitalis, dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan

adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan.

d. Perilaku. Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman-temannya

kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya leukorea cukup

besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah tukar menukar peralatan mandi atau

handuk.

e. Sifat leukorea. Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan

konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah berapa lama

kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan

mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.

f. Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi. Pada kedua keadaan

ini leukorea yang terjadi biasanya merupakan hal yang fisiologis.

g. Masa inkubasi. Bila leukorea timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau

pengaruh zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam

Pemeriksaan fisik secara umum dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan penyakit

kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan

dengan leukorea. Pemeriksaan yang khusus harus dilakukan adalah pemeriksaan genitalia

yang meliputi: inspeksi dan palpasi genitalia eksterna; pemeriksaan spekulum untuk

Page 12: Fluor Albus

melihat vagina dan serviks; pemeriksaan pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding

vagina, hindari kontaminasi dengan lendir serviks.

Pada infeksi karena gonokokkus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium uretra

eksternum merah, edema dan sekret yang mukopurulen, labio mayora dapat bengkak,

merah, dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar Bartolini ikut meradang dan terasa nyeri

waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah

dengan erosi dan sekret mukopurulen.

Pada Trichomonas vaginalis dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadang

terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi

berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila sekret banyak

dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia eksterna.

Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang berwarna

hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau

berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur

darah yang keluar dari ostium uteri internum.

Pada kandidiasis vagina, dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina, pada

dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih, yang jika

diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah.

Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna merah dengan permukaan yang

tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-benjol dan

ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak sekret yang kental

berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks lanjut, serviks menjadi nekrosis,

berbenjol-benjol, ulseratif dan permukaannya bergranuler, memberikan gambaran seperti

bunga kol.

Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi seperti IUD,

tampon vagina, pesarium, kondom yang tertinggal dan sebagainya.

Page 13: Fluor Albus
Page 14: Fluor Albus

Pemeriksaan laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

a. Penentuan pH. Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 – 4,5)

b. Penilaian sediaan basah. Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah dengan

KOH 10%, dan pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis. Trichomonas

vaginalis akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk lonjong

dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat. Sedangkan kandida albikans dapat

dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginitis

nonspesifik yang disebabkan Gardnerella vaginalis pada sediaan dapat ditemukan

beberapa kelompok basil, leukosit yang tidak seberapa banyak, dan banyak sel-sel

epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell

yang merupakan ciri khas infeksi Gardnerella vaginalis.

c. Pewarnaan gram. Neisseria gonorrhoeae memberikan gambaran adanya gonokokkus

intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang

berukuran kecil gram negatif yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel

epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.

d. Kultur. Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi

seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.

e. Pemeriksaan serologis. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi herpes

genitalis dan Human Papilloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.

f. Tes Pap Smear. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada

serviks.

PENATALAKSANAAN

Preventif

Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

a. Memakai alat pelindung. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan tertularnya

penyakit karena hubungan seksual, salah satunya dengan menggunakan kondom.

Kondom dinilai cukup efektif dalam mencegah penularan PHS.

b. Pemakaian obat atau cara profilaksis. Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan

vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relatif tidak ada

manfaatnya jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap mikroorganisme

penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis

Page 15: Fluor Albus

yang tidak tepat juga akan merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga

terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakain obat

mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada pasien

menopause dengan gejala yang berat.

c. Pemeriksaan dini. Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan

pemeriksaan pap smear secara berkala. Dengan pemeriksaan pap smear dapat diamati

adanya perubahan sel-sel normal menjadi kanker yang terjadi secara berangsur-

angsur, bukan secara mendadak.

Kuratif

Terapi leukorea harus disesuaikan dengan etiologinya

a. Parasit. Pada infeksi Trichomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg peroral

selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi harus diperhatikan

adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian kondom dan pengobatan

pasangannya. Selain itu dapat juga digunakan sediaan klotrimazol 1x100 mg

intravaginal selama 7 hari.

b. Jamur. Pada infeksi Candida albicans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit

intravaginal selama 14 hari. Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal

mikostatin ini dapat diberikan seminggu sebelum haid selama beberapa bulan. Obat

lainnya adalah itrakonazol 2x200 mg peroral dosis sehari.

c. Bakteri.

1. Untuk gonokokkus dapat diberikan: tetrasiklin 4x250 mg peroral/hari selama

10 hari atau dengan kanamisin dosis 2 gram IM. Obat lainnya adalah

sefalosporin dengan dosis awal 1 gram selanjutnya 2x500 mg/hari selama 2

hari. Sedangkan pada wanita hamil dapat diberikan eritromisin 4x250 mg

peroral/hari selama 10 hari atau spektinomisin dosis 4 gram IM.

2. Gardnerella vaginalis dapat diberikan clindamycin 2x300 mg peroral/ hari

selama 7 hari. Obat lainnya metronidazole 3x250 mg peroral/hari selama 7

hari (untuk pasien dan suaminya).

3. Chlamidia trachomatis diberikan tetrasiklin 4x500 mg peroral/hari selama 7

– 10 hari.

4. Treponema pallidum diberikan Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit IM dosis

tunggal atau Doksisiklin 2x200 mg peroral selama 2 minggu.

Page 16: Fluor Albus

d. Virus.

1. Virus Herpes tipe 2: dapat diberikan obat anti virus dan simtomatis untuk

mengurangi rasa nyeri dan gatal, serta pemberian obat topikal larutan neutral

red 1% atau larutan proflavin 0,1%.

2. Human papiloma virus: pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang

rasional untuk virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.

3. Condyloma akuminata dapat diobati dengan menggunakan suntikan

interferon suatu pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topikal podofilin

25% atau podofilotoksin 0,5% di tempat dimana kutil berada. Bila kondiloma

berukuran besar dilakukan kauterisasi.

e. Vaginitis lainnya.

1. Vaginitis atropika. Pengobatan yang diberikan adalah pemberian krem

estrogen dan obat peroral yaitu stilbestrol 0,5 mg/hari selama 25 hari

persiklus atau etinil estradiol 0,01 mg/hari selama 21 hari persiklus.

2. Vaginitis kronis/rekurens. Perlu diperhatikan semua faktor predisposisi

timbulnya keluhan leukorea serta pengobatan pada pasangannya. Bila pada

kultur ditemukan hasil positif sebaiknya diberikan pengobatan sebelum

menstruasi selama 3 bulan berturut-turut dengan clotrimazole 1x100 mg

intravaginal selama 5 hari atau ketokonazole 2x200 mg dimulai hari pertama

haid.

3. Vaginitis alergika. Pengobatan pada kasus ini adalah dengan menghindari

alergen penyebabnya, misalnya terhadap tissue, sabun, tampon, pembalut

wanita. Pada kasus yang dicurigai vaginitis alergika tetapi tidak diketahui

penyebabnya dapat diberikan antihistamin.

4. Vaginitis psikosomatis. Untuk mengobati pasien ini perlu pendekatan

psikologis bahwa ia sebenarnya tidak menderita kelainan yang berarti dan hal

tersebut timbul akibat konflik emosional. Pendekatan yang memandang

pasien sebagai manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya

harus dipikirkan.

PROGNOSIS

Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata-rata 70 – 80% dengan regimen

pengobatan yang telah dibahas sebelumnya.

Page 17: Fluor Albus

Kandidiasis mengalami kesembuhan rata-rata 80 - 95%.

Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata-rata 95%.

Page 18: Fluor Albus

BAB III

KESIMPULAN

Fluor albus adalah salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda

sampai usia tua. Leukorea (fluor albus/white discharge/keputihan/vaginal discharge/duh

tubuh vagina) adalah pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak berupa darah.

Kebanyakan duh tubuh vagina adalah normal. Akan tetapi, jika duh tubuh yang keluar tidak

seperti biasanya baik warna ataupun penampakannya, atau keluhannya disertai dengan nyeri,

kemugkinan itu merupakan tanda adanya sesuatu yang salah. Duh tubuh vagina merupakan

kombinasi dari cairan dan sel yang secara berkelanjutan melewati vagina. Fungsi dari duh

tubuh vagina adalah untuk membersihkan dan melindungi vagina.

Etiologi leukorea sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut

multifaktorial. Leukorea fisiologis adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah

dengan sifat yang bermacam-macam baik warna, bau, maupun jumlahnya. Leukorea

fisiologis terdapat pada bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, karena pengaruh

estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin; saat menarche, karena pengaruh

estrogen dan biasanya akan hilang dengan sendirinya; rangsangan seksual sebelum dan pada

waktu koitus akibat transudasi dinding vagina; saat ovulasi, berasal dari sekret kelenjar

serviks uteri yang menjadi lebih encer; saat kehamilan, mood (perasaan hati), stress; saat

pemakaian kontrasepsi hormonal; pembilasan vagina secara rutin. Leukorea patologis

disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, parasit, virus, benda asing, menopause,

neoplasma/keganasan pada alat genitalia, dan erosi. Infeksi oleh bakteri diantaranya

gonokokkus, klamidia trakomatis, gardnerella vaginalis, treponema pallidum. Leukorea

patologis oleh jamur biasanya disebabkan oleh spesies kandida, cairan yang keluar dari

vagina biasanya kental, berwarna putih susu, dan sering disertai rasa gatal, vagina tampak

kemerahan akibat peradangan.

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

dalam serta pemeriksaan laboratorium. Yang harus diperhatikan dalam anamnesis adalah

usia, metode kontrasepsi yang dipakai, kontak seksual, perilaku, sifat leukorea, menanyakan

kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, masa inkubasi. Pada pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan dalam yang perlu diperhatikan adalah ciri-ciri duh tubuh di alat reproduksi

Page 19: Fluor Albus

wanita tersebut yang akan disesuaikan dengan penyebabnya. Sedangkan pemeriksaan

laboratorium yang perlu dilakukan adalah penentuan pH, penilaian sediaan basah, pewarnaan

gram, kultur, pemeriksaan serologis, tes pap smear.

Penatalaksanaan leukorea meliputi preventif dan kuratif. Preventif diantaranya

memakai alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis, dan pemeriksaan dini.

Sedangkan terapi kuratif harus disesuaikan dengan etiologinya.

Page 20: Fluor Albus

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono (2008). “Ilmu Kandungan”. Jakarta: PT. Bina Pustaka

2. Sastrawinata, Sulaiman (2010). “Ginekologi Edisi 2”. Bandung: FK Universitas

Padjadjaran

3. Price, Sylvia A. (2007). “Patofisiologi Volume 2”. Jakarta: EGC

4. Mansjoer, Arif (2008). “Kapita Selekta Kedokteran”. Jakarta: Penerbit FKUI