laporan kasus fluor albus

40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputiCorinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma danCandida spp. 1

Upload: dini-iriani

Post on 31-Dec-2015

522 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

flour albus

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Fluor Albus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1       Definisi

Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah bukanlah suatu

penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang

berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks

menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina

yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan

karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ

berbentuk yang panjangnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi

epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai

kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan.

Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh

sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina

tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada

pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH

3,5-4,5. Flora normal vagina meliputiCorinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus,

Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma danCandida spp. Lingkungan dengan pH asam

memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan olehLactobacillus Doderlin.

Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan yang patologik. Fluor

albus fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan

kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas

serta bakteri normal didalam vagina, bersifat asam dan berperan penting dalam menjamin

fungsi yang optimal.

Penyebab paling penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan

mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,

seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat

menyebabkan fluor albus patologik, begitu pula pada adneksitis. Fluor albus juga

1

Page 2: Laporan Kasus Fluor Albus

ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau

seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.

2.2       Epidemiologi

Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita

mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat

pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada

wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.

Flour albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya Bakteri

Vaginosis (BV) adalah penyebab tersering (40-50% kasus terinfeksi vagina),

Vulvovaginal Candidiasis (VC) disebabkan oleh jamur candida species, 80-90% oleh

candida albicans, Trichomoniasis (TM) disebabkan oleh trichomoniasis vaginalis, angka

kejadiannya sekitar 5-20% dari kasus infeksi vagina.

 

2.3       Etiologi

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah

porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior

vagina.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

a)     Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh

estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b)     Menjelang atau setelah haid.

c)     Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh

pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini berkaitan dengan kesiapan

vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.

d)     Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.

e)     Kehamilan

f)      Stres, kelelahan

g)     Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

h)     Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan

penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.2

Page 3: Laporan Kasus Fluor Albus

Sedangkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:

1. Infeksi

a. Bakteri :

Gonococcus

Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative “Neisseria gonorrhoeae”

ditemukan oleh Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokok berbentuk biji kopi,

bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif

dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan

terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual.  Bakteri ini

bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam

pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan

mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak

dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan

pH 7.2-8.5 untuk pertumbuhan yang optimal.

Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung

dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit, kuman

ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat

desinfektan

Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai

pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen.

Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menyebabkan reaksi radang. Organisme

ini menyerang membran mukosa, khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra,

servik uteri, rectum, dan konjungtiva.

3

Page 4: Laporan Kasus Fluor Albus

Gambar 1. Bakteri N. Gonorrhoeae

Gambaran tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya

bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Cara

penularan penyakit ini adalah dengan senggama.

Chlamidia trachomatis

Bakteri ini sering menyebabkan penyakit mata yang dikenal dengan penyakit

traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina yang berwarna kuning

seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal. Dan terlihat

melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk

suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel vagina.

Gambar 2. Bakteri Chlamidia trachomatis

Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi

clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak.

Gardanerrella vaginalis

4

Page 5: Laporan Kasus Fluor Albus

Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang

dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena seringnya

ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk

bentukan khas dan disebut clue cell. Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5.

Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin

yang menimbulkan bau amis seperti ikan.

Treponema Pallidum (= Spirochaeta pallida)

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan penyakit dapat

terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut kondiloma lata. Bakteri

berbentuk spiral P: 6 – 15 μ, L: 0,25 μ, lilitan: 9 – 24 dan tampak bergerak aktif (gerak

maju & mundur, Berotasi undulasi sisi ke sisi) pada pemeriksaan mikroskopis lapangan

gelap.

Gambar 3. Bakteri Treponema Pallidum

Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di luar

tubuh. Penularan dapat secara kontak langsung yaitu melalui coital à STD dan dapat juga

melalui non-coital (jarum suntik) à sulit terjadi.

b. Jamur

5

Page 6: Laporan Kasus Fluor Albus

Candida albicans

Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah

atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses

peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohifa).

Gambar 4. Jamur Candida albicans

Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan

jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan

penderita juga biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling

menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena ping-pong.

c. Parasit

Trichomonas vaginalis

Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak

berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop.

6

Page 7: Laporan Kasus Fluor Albus

Gambar 5. Parasit Trichomonas vaginalis

Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga

ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.

d. Virus

Virus Herpes simpleks

Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe 2 yang

merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-35% dapat juga

disebabkan virus herpes simpleks tipe 1.

Gambar 6. Virus Herpes simpleks

7

Page 8: Laporan Kasus Fluor Albus

Pada awal infeksi tampak kelainan kulit seperti melepuh seperti terkena air panas

yang kemudian pecah dan meimbulkan luka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.

Human Papilloma Virus

Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai

genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat

infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral.

Berkembang biak pada inti sel.

Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata.

Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat banyak dan dapat

bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar.

Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui

senggama dengan gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai gangguan sistem

imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada pasien

dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS.

2.  Iritasi :

a) Sperma, pelicin, kondom

b) Sabun cuci dan pelembut pakaian

c) Deodorant dan sabun

d) Cairan antiseptic untuk mandi.

e) Pembersih vagina.

f) Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

g) Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain

Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan

pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel bertumbuh sangat

cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pembusukan dan perdarahan

akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan

O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.

8

Page 9: Laporan Kasus Fluor Albus

Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau

busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai adanya darah

yang tidak segar.

4.  Benda asing

Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang

dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan

prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika

rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora

normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.

5.  Radiasi

6.  Fistula

7.  Penyebab lain :

a) Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

b) Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

2.4       Patogenesis

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa

dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita

sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun

mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar

dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks,

yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis

antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, dan hasil

metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik

terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi

glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH

9

Page 10: Laporan Kasus Fluor Albus

vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan

bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida

sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel

ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang

mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas,

penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak

terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang

tinggi.

Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat

kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral

menyebabkan perlekatanCandida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media

bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH

5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi.

Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan

progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga

berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh

bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen

itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon

dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.

Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan

jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga

terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma

hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan

produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan

pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albus

pada vaginosis bacterial.

Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,

anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan

10

Page 11: Laporan Kasus Fluor Albus

umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan

pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

 

2.5   Gejala Klinis

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina

merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali

muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan

beberapa gejala fluor albus:

-          Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

-          Sekret vagina yang bertambah banyak

-          Rasa panas saat kencing

-          Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

-          Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

 

Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium uretra

eksternum merah, edema, labia mayora dapat bengkak, merah dan nyeri tekan. Cairan

yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih dikenal dengan nama gonorrhea ini

berwarna putih kental/ kekuningan (mukopurulen) yang sebetulnya merupakan nanah

yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhea.  Kadang-kadang

kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada

pemeriksaan melalui spekulum terlihat serviks merah dengan erosi dan sekret

mukopurulen.

Gambar 7. Gambaran klinis servisitis GO

11

Page 12: Laporan Kasus Fluor Albus

Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna

kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

Gambar 8. Gambaran klinis Clamidya

Vaginosis bacterial menyebabkan sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu

hingga kekuning-kuningan dengan bau amis dan juga memberikan gambaran vulva dan

vagina yang hiperemis, sekret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai

lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai

lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum. Bau semakin bertambah

setelah hubungan seksual.

Gambar 9. Gambaran klinis Vaginosis bacterial

Pada sifilis yang disebabkan oleh bakteri Triponema Pallidum tampak cairan

putih kekuningan, bau anyer, terdapat luka pada bibir kemaluan, yang tidak nyeri, disertai

pembesaran kelenjar getah bening pada lipatan paha kanan kiri.

12

Page 13: Laporan Kasus Fluor Albus

Gambar 10.. Gambaran klinis sifilis

Pada Kandidiasis Vaginalis dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina,

gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak. Pada dinding

vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih yang jika diangkat

meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina menggumpal putih kental.

Gambar 11. Gambaran klinis Kandidiasis VulvoVaginalis

Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak merah,

sembab dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih. Pada pria sering

tanpa gejala sehingga mereka tidak menyadari dan menularkan pada istri atau

pasangannya. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak

sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai Strawberry appreance. Bila sekret

banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia

eksterna. Sekret vagina biasanya sangat banyak, berwarna kuning kehijauan,

berbusa/berbuih menyerupai air sabun dan berbau busuk.

13

Page 14: Laporan Kasus Fluor Albus

Gambar 12. Gambaran klinis Trikomoniasis/Vaginitis Trikomonas

Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia

mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat adanya

ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.

Gambar 13. Gambaran klinis Herpes Genitalis

Pada Kondiloma akumilata yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus tampak

cairan vagina berwarna keputihan, berbau amis, disertai kumpulan kutil menyerupai

jengger ayam.

14

Page 15: Laporan Kasus Fluor Albus

Gambar 14. Gambaran klinis Kondiloma akumilata

Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan

permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler,

berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak

sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk.

Gambar 15. Gambaran klinis Ca Cervix

2.6         Diagnosis

Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan

pemeriksaan penunjang.15

Page 16: Laporan Kasus Fluor Albus

Anamnesis

Usia

Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau wanita

dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar estrogen yang tinggi dan

merupakan fluor albus yang fisiologis. Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan

kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada

wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan

terutama kanker serviks..

Metode kontrasepsi yang dipakai

Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi kelenjar

serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur. Pemakaian IUD juga

dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks menjadi meningkat.

Kontak seksual

Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma

Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan kontak seksual

terakhir dan dengan siapa melakukan.

Perilaku

Pasien yang tinggal di asrama atau bersama temannya kemungknan tertular

penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh: kebiasan

yang kurang baik tukar menukar alat mandi atau handuk.

Sifat fluor albus

Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,

keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian tersebut

berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal

tersebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya.

Hamil atau menstruasi

16

Page 17: Laporan Kasus Fluor Albus

Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada

keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.

Masa inkubasi

Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh

rangsangan fisik

1. Penyakit yang diderita

2. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.

  Pemeriksaan Fisis dan Genital

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya

kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang mungkin

berkaitan dengan fluor albus.

Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genetalia yaitu

meliputi:

Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna

Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks

Pemeriksaan pelvis bimanual

Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender vagina.

Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan

penyebabnya.

Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

a) Pengukuran pH

Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)

Hasil pengukuran pH cairan vagina

Pada pH vagina 7.2-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus

Pada pH vagina 5.0-6.5 sering disebabkan oleh Gardanerrella vaginalis

17

Page 18: Laporan Kasus Fluor Albus

Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican

Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup

spesifik.

b) Penilaian sedian basah

Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH10% dan NaCl

0.9%. Cairan dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl

0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH10%. Penutup objek

glass ditutup dan diperiksa di mikroskop.

Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan NaCl 0.9% sebagai parasit

berbentuk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat.

Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora)

atau hifa semu.

Vaginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis pada sediaan

dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak seberapa banyak dan

banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukannya berbintik-bintik. Sel-sel ini

disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi  Gardnerella vaginalis.

c) Perwarnaan Gram

Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra

seluler.

Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil gram

negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan

kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.

d) Kultur

Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi seringkali

kuman tidak tumbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran.

Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human

Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.

18

Page 19: Laporan Kasus Fluor Albus

Tes Pap Smear

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks,

infeksi Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil terapi.

Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat

kriteria sebagai berikut, yaitu:

(1)   Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,

(2)   Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,

(3)   duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,

(4)   pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

 

2.7       Penatalaksanaan

Preventif

Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti memakai alat pelindung,

pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini.

1)      Alat pelindung

Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan

dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya penularan

PHS termasuk AIDS.

2)      Pemakaian obat atau cara profilaksis

Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang

dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan

pengobatan terhadap microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik

dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman

tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian

obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada pasien

menaupose dengan gejala yang berat.

3)      Pemeriksaan secara dini

19

Page 20: Laporan Kasus Fluor Albus

Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara

berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal

menjadi kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher

rahim memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat

mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:

1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari

rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2. Setia kepada pasangan.

3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering

dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang

menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk

mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri

berkembang biak.

4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah

depan ke belakang.

5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat

mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu

sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah

vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam

perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum

atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.              

       

Kuratif

Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk

menghilangkan kecemasannya.

Patologis: Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya, antara lain:

1. Bakteri

a. Gonorhoea

Tiamfenikol 3,5 gram oral

20

Page 21: Laporan Kasus Fluor Albus

Ofloksasin 400 mg/oral

Kanamisin 2 gram im

Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr IM

Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : Doksisiklin 2 x 100mg oral

selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

b. Klamidia trakomatis

Ceftriakson 125 mg SD IM

Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari

Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari

Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10

hari

c. Gardnerella vaginalis

Metronidazol 500mg, SD selama 7 hari

Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr

Metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr

Alternatif lain:

Metronidazol 2 gr, oral, SD, atau

Klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr

Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

d. Treponema Pallidum

Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau

doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu.

2. Jamur

Pada infeksi candida albicans dapat diberikan

Sistemik :

Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

21

Page 22: Laporan Kasus Fluor Albus

Itrakonazole 2x200mg peroral dosis sehari.

Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

Nimorazol 2 gram dosis tunggal

Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

Topikal :

Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 – 14 hari

Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari.

Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan

seminggu sebelum haid selama beberapa bulan.

3. Parasit

Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan (Harus diberikan pd yg bergejala

maupun tidak)

Metronidazol 2 gr dosis tunggal, atau

Metronidazol 2x 500 mg, 7 hr.

Mitra seksual harus diobati: dosis multipel 7 hr

* Kehamilan: à Klotrimazole intravaginal dosis tunggal atau dosis terbagi

 

4. Virus

Virus herpes simpleks tipe 2

a. Lesi Primer

Simptomatis : analgesik, kompres NaCl 0.9%

Anti virus:

Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 7-10 hari

Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 7-10 hari

Famciclovir 3×500 mg/hari selama 7-10 hari

b. Lesi rekuren

Simptomatis : analgesik

Anti virus:

Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5  hari

22

Page 23: Laporan Kasus Fluor Albus

Asiklovir 3 x 400 mg oral selama 5 hari

Asiklovir 2 x 800 mg oral selama 5  hari

Valasiklovir 2×500 mg/hari selama 5 hari

Famciclovir 2×125 mg/hari selama 5 hari

Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder.

Human Papiloma Virus

Pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang rasional untuk

infeksi virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.

Kondiloma Akuminata

Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu pengatur

kekebalan. Dapat diberikan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0.5%

ditempat dimana kutil berada. Bila kondiloma berukuran besar dilakukan

kauterisasi. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan

psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik,

kortikosteroid dan estrogen.

 

2.8       Prognosis

Prognosis flour albus baik karena infeksinya dapat disembuhkan walaupun dapat

timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan

ulang dengan antibiotik yang sama dapat dipakai.

Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan

pengobatan yang tepat dapat memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).

23

Page 24: Laporan Kasus Fluor Albus

BAB. III REFLEKSI KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Nn. RD

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : JL. Kartini No.12. RT.0I. RW.05 Sumbersari – Jember

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan supermarket

Status : Belum menikah

Tanggal Pemeriksaan : 11 April 2013

3.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan pada pasien di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr. Soebandi

Jember tanggal 11 April 2013.

Keluhan utama:

Pasien mengeluhkan keluar cariran putih kekuningan seperti susu dari kemaluan.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan keluar cairan putih kental dari kemaluan sejak 1 bulan yang

lalu. Cairan bewarna putih (keruh) terkadang abu-abu dan kekuningan. Tidak pernah

keluar cairan bewarna coklat ataupun keabuan. Tidak terdapat darah. Cairan yang keluar

terkadang berbau amis tetapi tidak berbau busuk. Cairan keluar lebih banyak jika pasien

akan menstruasi dan stress karena lelah bekerja. Tidak gatal. Tidak nyeri atau panas saat

berkemih. Tetapi pasien menjadi sering berkemih. Siklus menstruasi pasien lancar. Pasien

tidak mengkonsumsi obat konstrasepsi hormonal. Pasien mengaku belum pernah

melakukan hubungan seksual sebelumnnya. Pasien pertama menstruasi saat berusia 13

tahun.

24

Page 25: Laporan Kasus Fluor Albus

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien pernah mengalami seperti ini sebelumnya 3 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga:

Kakak pasien mengalami keluhan yang sama seperti ini.

Riwayat Pemberian Obat:

Pasien menggunakan cairan pembersih vagina.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Kepala/ leher : dalam batas normal

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Genital : terdapat sekret berupa cairan putih kental pada daerah vulva

dan vagina

Ekstremitas : dalam batas normal

Status dermatologis (lokalis):

Regio genitalia eksterna:

Didapatkan mukosa vagina tampak hiperemis, tampak sisa sekret bewarna putih

keabu-abuan, agak berbau amis, tidak berbau busuk. Sekret tidak tampak seperti

25

Page 26: Laporan Kasus Fluor Albus

busa. Vulva tampak oedem dan hiperemis, introitus vagina dalam batas normal,

serviks dalam batas normal.

3.4 Pemeriksaan penunjang

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

3.5 Diagnosis kerja

Fluor albus (Lekorhea) et causa Vaginosis Bacterial

3.6 Diagnosis banding

Fluor albus (Lekorhea) et causa Trichomonas vaginalis

3.7 Penyulit

Tidak didapatkan penyulit pada pasien tersebut

3.8 Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Metronidazol 500mg, SD selama 7 hari

Klindamisin cream 2%, intra vaginal, 5 gr, selama 7 hr

Metronidazol gel 0,75 % intravag. 2 x sehari, 5 hr

Alternatif lain:

Metronidazol 2 gr, oral, SD, atau

Klindamisin 300 mg, oral, 2x /hr, 7 hr

Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

b. Non Medikamentosa

Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,

hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

26

Page 27: Laporan Kasus Fluor Albus

Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering

dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang

menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk

mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri

berkembang biak.

Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah

depan ke belakang.

Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat

mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu

sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada

daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset

di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum

menggunakannya.        

      

3.9 Resume

Seorang perempuan berusia 19 tahun datang ke poli dengan keluhan keluar keluar

cairan putih kekuningan kental dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu. Cairan yang

keluar terkadang berbau amis. Cairan keluar lebih banyak jika pasien akan menstruasi

dan stress karena lelah bekerja. Tetapi pasien menjadi sering berkemih. Siklus

menstruasi pasien lancar. Pasien tidak mengkonsumsi obat konstrasepsi hormonal.

Pasien mengaku belum pernah melakukan hubungan seksual sebelumnnya. Pasien

pertama menstruasi saat berusia 13 tahun. Dari pemeriksaan fisik àmukosa vagina

tampak hiperemis, sekret bewarna putih keabu-abuan, berbau amis. Vulva tampak

oedem dan hiperemis.

3.10 Prognosis

Ad vitam : baikAd fungsionam : baik

Ad sanationam : baik

27

Page 28: Laporan Kasus Fluor Albus

DAFTAR PUSTAKA

 

Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta

Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North Am,1995;79;1271-98

Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis Colonitation of

the Gravid cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6.

Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4).

Donders GG. Pathogenesis of Abnormal Vagina Bacterial Flora. Am J Obsted Gynecol

1999;4;872-4

Herman, MJ. Virus pada Penyakit Hubungan Sexual. Maj Kedok Indon 1999;49;457-67

Hutabarat, H. Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita. 1999.

Jakarta

Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaecology

A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Press :

Oxford

Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80-8

Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan

Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran

UNHAS RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta

Schwabe, RJ. Asymptomatic bacterial Vaginosis. 2000;6;1643-47

Sianturi, MHR. Keputihan Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut. Bagian Obstetri

Ginekologi FKUI, 1996; Jakarta

28

Page 29: Laporan Kasus Fluor Albus

Wiggins, R. Test to identify sialides activity in Vaginal Swab from Women with

Bacterial Vaginosis. 2000;38(8);3069-87

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit

lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan

Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta

Worlath H. Analysis of Bacterial Vaginosis Related Amines in Vaginal Fluid by Gas

Chromatography and Mass Spectrometry. J Clin Microbiol 2000,;39;402-6.

29