fisika (ptk)
TRANSCRIPT
-
MODUL
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU
(PLPG)
Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
FISIKA
Oleh :
Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si
Drs. Supurwoko, M.Si
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan karunia yang
telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat terlaksana dengan
baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat kerja keras penulis dan
partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Ketua Rayon Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.
2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Wakil Ketua Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan materi ini.
3. Rekan-rekan Panitia Sertifikasi Guru atas kebersamaannya sehingga dalam waktu singkat mampu menyiapkan berbagai hal berkenaan dengan penyiapan PLPG,
khususnya penulisan modul.
4. Semua pihak yang telah memberikan berbagai jenis bantuan
Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi amal baik dan
dilimpahi rahmat oleh Allah SWT. Akhirnya, semoga modul ini dapat memberikan manfaat
pada kita, khususnya bagi peserta pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam meningkatkan
kompetensinya.
-
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................... 1
BAB II SISTEMATIKA PROPOSAL PTK .......................................................... 11
BAB III CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................... 24
BAB IV BERLATIH MENYUSUN PROPOSAL PTK ....................................... 43
BAB V RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN LAPORAN PTK ........................... 46
LAMPIRAN - LAMPIRAN .................................................................................. 50
-
1
BAB I
VALIDITAS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Pendahuluan
Saudara adalah guru yang punya banyak pengalaman, baik manis maupun pahit dalam
mengajar. Saudara pasti menginginkan siswayang selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun,
mungkin keinginan Saudara yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan.
Misalnya, mungkin Saudara sering menemukan siswa-siswa tidak bersemangat, kurang termotivasi,
kurang percaya diri, kurang disiplin, Saudara sudah melakukan upaya untuk mengatasinya, tetapi
mungkin hasilnya masih jauh dari yang Saudara inginkan.
Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan penelitian tindakan? mungkin
Saudara ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi, karena harus mengembangkan
instrumen yang berkali-kali direvisi atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini,
harus terjun ke lapangan menemui responden, kecewa karena angket tidak semua dikembalikan, harus
menganalisis data dan tersandung masalah statistik, Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah
karena pertanggung jawaban teoretisnya cukup berat.
Mengapa penelitian tindakan tidak sulit ? Karena jenis penelitian tindakan memang berbeda
dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di
kampus atau lembaga penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk
saudara sebagai guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan
ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang
cocok untuk para praktisi, termasuk guru.
Persyaratan penelitian tindaan kelas (PTK) merupakan kegiatan tindakan perbaikan digarap
secara sistemik untuk meningkatkan yang sudah ada bukan teoritik tetapi berpijak pada kondisi yang
ada. PTK yang dilakukanan guru saat PLPG, harus memperlihatkan sebagai upaya untuk peningkatan
mutu professional guru, sehingga bermakna sebagai bentuk untuk meningkatkan mutu pelayanan
kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siswa, jadi subjeknya harus siswa. Serta harus dilakukan
sendiri oleh guru, bukan minta bantuan orang atau pihak lain.
Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) :
a) Merupakan kegiatan yang dirancang guru untuk meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar.
b) Terjadi minimum dua siklus sebagai eksperimen berkesinambungan.
c) Siswa diberi pedoman yang jelas agar dapat mengikuti tahapan tiap siklus sehingga ada unjuk kerja
siswa sesuai pedoman tertulis yang diberikan oleh guru.
d) Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan.
e) Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan.
f) Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi, melibatkan siswa yang dikenai tindakan
-
2
g) Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya
h) Bukan tindakan untuk materi tetapi mencobakan cara, pendekatan atau metode
i) Jika menyebut topik, harus yang sifatnya luas, berulang
Prinsip perencanaan harus SMART, sebagai akronim dari : Specific-Managable-Acceptable-
Realistic-Time-bound, khusus, dapat di-laksanakan, dapat diterima, terdukung sumber daya, ada
batasan waktu.
B. Definisi PTK
Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk
meningkatkan situasi pem-belajaran yang menjadi tanggung jawabnya, maka disebut penelitian
tindakan kelas atau PTK.
Apakah kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) tidak akan mengganggu proses
pembelajaran? Ttidak, karena justru PTK dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas
sesuai dengan jadwal.
Apakah penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil,
terlokalisasi, dan secara langsung gayut atau relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja? Benar.
Apakah subyek dalam PTK termasuk murid-murid Saudara? Benar.
Apakah boleh bekerja sama dengan guru lain untuk menjaga kualitas PTK ? Benar. Saudara
dapat melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai
kolaborator Saudara.
Karena situasi kelas sangat dinamis maka peneliti dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar
kegiatan PTK selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada
tercapainya perbaikan. Sehingga dituntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerdijasama dari semua
orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara berkesinambungan sehingga
betapapun kecilnya perbaikan demi perbaikan dapat diraih. Tindakan dilaksanakan secara terencana,
hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu sebagai dasar kebijakan dalam melakukan
modifikasi.
C. Syarat Keberhasilan PTK
Agar hasil penelitian tindakan kelas berhasil maka , tim peneliti ialah saudara dan kolaborator
serta murid-murid harus
1. Komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen yang terwujud dalam
keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Keterlibatan akan mungkin
terwujud jika ada peran dan maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tindakan.
2. Bertanggung jawab pada peningkatan yang akan dicapai.
-
3
3. Bertindak berdasarkan pada pengetahun, baik pengetahu an secara konseptual dari tinjauan
pustaka teoretis, maupun pengetahuan secara teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis
dan di-padukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan,
berdasarkan nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika
didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui
kelemahan dan atau kekurangan diri.
4. Tindakan perbaikan dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat
diubah ke arah perbaikan.
5. Penelitian tindakan melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui
tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.
6. Secara sistematik agar mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya
berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terkadap praktik dan pemahaman tentang kriteria
sebagai ukuran perbaikan..
7. Perlu dibuat deskripsi otentik objektif bukan penjelasan tentang tindakan yang dilaksanakan dalam
riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan
refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional.
8. Perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik yang mencakup
a) Identifikasi makna yang mungkin diperoleh melalui wawasan teoretik yang relevan, pengaitan
dengan penelitian lain misal didukung atau ditolak lewat tinjauan pustaka.
b) Masalah deskripsi terkait yang secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi
terhadap hasilnya
c) Dukungan teorisasi yang memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara
tertentu.
9. Perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk:
a) Tulisan tentang hasil refleksi diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan
dengan dirinya sendiri;
b) Percakapan tertulis yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut
berupa narasi dan atau bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik.
10. Perlu melakukan validasi atas pernyataan tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan
lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti yang berasal dari
data mentah, baik diperoleh sendiri maupun bersama teman sebagai bentuk dari validasi
diri, meminta teman sejawat meneliti dengan masukan yang digunakan sebagai perbaikan
dari validasi sejawat, dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar sebagai
bentuk validasi public. Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain
karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada
perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali.
-
4
D. Tujuan PTK
Tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran murid di kelas, dan atau
mengubah kerangka kerja dalam melaksanakan pembelajaran kelas Saudara. Jadi, PTK lazimnya
dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas.
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di
ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai Alat untuk (Cohen & Manion, 1980: 211):
1. Mengatasi masalah situasi pembelajaran di kelas;
2. Dalam-jabatan, membekali keterampilan guru dan metode baru dan mendorong timbulnya
kesadaran guru, khususnya melalui pengajaran sejawat.
3. Memasukkan sistem yang ada dengan pendekatan tambahan.
4. Meningkatkan mutu komunikasi antara guru dan peneliti.
5. Menyediakan pilihan pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas,
diperlukan tiga butir penting :
a) Hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh peneliti dan orang yang menginginkannya.
b) Penelitian terjadi dalam situasi nyata untuk mecahkan masalah segera diperlukan, dan hasilnya
langsung diterapkan dan atau dipraktikkan dalam situasi terkait.
c) Peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.
E. Kriteria Penelitian Tindakan
PTK harus memenuhi kriteria validitas. Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian
tindakan condong ke makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung dan lokal
dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya (Erickson, 1986, disitir oleh Burns, 1999).
Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada validitas internal (Davis, 1995,
disitir oleh Burns, 1999). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok adalah validitas
demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus
dipenuhi dari awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran akan kekurangan
muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Burns, 1999: 161-162, menyitir Anderson dkk,1994).
1. Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan
berbagai pendapat. Dalam PTk, idealnya Peneliti, guru lain dan atau pakar sebagai kolaborator,
serta murid masing-masing mendapat kesempatan untuk berpendapat apa yang dipikirkan,
dirasakan serta dialami selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup :
a) Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK dapat menawarkan pandangannya?
b) Apakah solusi masalah di kelas memberi manfaat kepada mereka?
c) Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas Saudara?
-
5
Semua pemangku kepentingan PTK diberi kesempatan dan atau didorong lewat berbagai
cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan dan
sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas peneliti. Misal kasus PTK untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran fisika pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk
melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi
kesempatan dan atau didorong untuk mengungkapkan pendapatnya tentang situasi dan kondisi
pembelajaran fisika di sekolah terkait. Akhirnya diperoleh kesepatakan bahwa memang ada
kekurangan yang perlu diperbaiki atau disebut kesepakatan tentang latar belakang penelitian.
Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah,
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut
untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan menjadi
dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua
peserta penelitian untuk mengungkapkan psaudarangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya.
Proses yang mendorong setiap peserta PTK untuk mengungkapkan pendapat, gagasan diciptakan
sepanjang penelitian berlangsung.
11. Validitas hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas membawa hasil yang sukses di dalam
konteks PTK. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga
meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan
pertanyaan baru.
Apa yang mesti dilakukan, bila setelah dilakukan tindakan ditemukan masalahbaru bahwa hanya
sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu
berbicara.
Pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu
pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap,
berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Validitas
hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria
berikutnya.
12. Validitas Proses berkenaan dengan keterpercayaan dan kompetensi, yang dapat dipenuhi dengan
menjawab sederet pertanyaan berikut:
a) Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksana an PTK Saudara? Misalnya,
apakah Saudara dan kolaborator mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya,
Saudara dan kolaborator secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang
ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya.
b) Apakah peristiwa atau perilaku dapat dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui
sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang simplistik atau
rancu?
-
6
Dalam kasus penelitian tindakan kelas fisika peneliti dapat menentukan indikator kelas, siapa yang
aktif, dengan menghitung siswa yang aktif terlibat belajar menggunakan alat praktikum untuk
memperoleh data lewat tugas praktikum. Jika keaktifan siswa terlalu rendah, guru secara kritis
merefleksi bersama kolaborator untuk mencari penyebabnya dan menentukan cara mengatasinya.
Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuara-kan apa yang dirasakan
sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka
aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa
para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa pemberian tugas information gap dan
tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari peran
pemberi pengetahuan ke peran fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan
terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat dialog reflektif
yang demokratik.
Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat menentukan kualitas proses
yang diinginkan dan tingkat kemampu -an untuk melakukan pengamatan dan membuat catatan
lapangan. Misal, kualitas proses belajar mengjar (PBM) fisika akan sangat ditentukan oleh
wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti tentang (1) materi fisika (2) ubahan dan alat
percobaan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian,
motivasi, tingkat perkembangan siswa terhadap pem-belajaran fisika. Jika wawasan, pengetahuan
dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan dapat dengan lebih mudah menentukan perilaku
yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan indikator yang tepat.
Peneliti didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, misalnya melakukan
pengamatan dan membuat catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut
untuk dapat bertindak objektif, selama mengamati perhatiannya terfokus pada gejala yang dapat
ditangkap lewat pancainderanya saja;
Pengamatan peneliti harus dijaga agar jangan sampai peneliti melakukan penilaian terhadap apa
yang terjadi, dijaga agar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran.
Akan lebih baik jika para peneliti merekam pada kaset audio atau audio-visual sehingga catatan
lapangan dapat lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam
pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat menentukan kualitas proses tindakan dan
pengumpulan data tentang proses PTK.
13. Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Saudara capai realitas kehidupan kelas
Saudara dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Saudara
dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari
perubahan ini.
Validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor
penghambat dan pendukung pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown,
-
7
2000) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Upaya guru untuk
menghormati siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha
belajar siswa merupakan faktor positif yang medukung proses pembelajaran.
Validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru
yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif sebagai fasilitator dan penolong
serta pemantau kinerja.
Validitas katalitik juga tercermin pada peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar
hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memberi motivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan
diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik dilakukan
melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
14. Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian
akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk
publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan
guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan teman yang kritis atau pelaku
PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai jaksa tanpa kompromi.
Kriteria validitas dialogis dipenuhi saat penelitian masih ber-langsung, yaitu secara beriringan
dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan
pandangan, pendapat, dan atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya
secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk
terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat
validitas dialogik, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika
memerlukan, diijinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang
dikritisi.
F. Trianggulasi Mengurangi Subjektivitas
Trianggulasi adalah proses validasi yang melibatkan pendapat peneliti, stakeholders dan
pakar. Untuk meningkatkan validitas PTK dengan meminimalkan subjektivitas melalui trianggulasi.
Saudara sebagai pelaku PTK dapat menggunakan metode saudara dan perspektif kolaborator untuk
memperoleh gambaran yang lebih objektif.
Bentuk lain dari trianggulasi adalah: trianggulasi waktu, trianggulasi ruang, trianggulasi
peneliti, dan trianggulasi teoretis (Burns, 1999: 164).
1. Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda,
meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin
bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data tentang proses
pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat dikumpulkan pada jam awal, tengah dan
siang pada hari yang berbeda dan jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali.
-
8
2. Trianggulasi peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulan data yang sama oleh beberapa
peneliti sampai diperoleh data yang relatif konstan. Misalnya, dua atau tiga peserta penelitian
dapat mengamati proses pembelajaran yang sama dalam waktu yang sama pula.
3. Trianggulasi ruang dapat dilakukan dengan mengumpulkan data yang sama di tempat yang
berbeda. Dalam contoh proses pembelajaran fisika, ada dua atau tiga kelas yang dijadikan ajang
penelitian yang sama dan data yang sama dikumpulkan dari kelas-kelas tersebut.
4. Trianggulasi teoretis dapat dilakukan dengan memaknai gejala perilaku tertentu dengan dituntun
oleh beberapa teori yang berbeda tetapi terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan
motivasi dapat ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavioristik, kognitif, dan
konstruktivis.
G. Reliabilitas
Reliabilitas data PTK Saudara secara hakiki memang rendah. Mengapa? Karena situasi PTk
terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali apapun secara alami sehingga sulit
untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi, padahal tingkat reliabilitias tinggi hanya dapat dicapai
dengan mengendalikan hampir seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variabel) dan hal ini tidak
mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK. Mengapa tidak mungkin? Karena akan bertentangan
dengan ciri khas penelitian tindakan itu sendiri, yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan
terlokalisasi, dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu
tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas PTK termasuk: menyajikan
(dalam lampiran) data asli seperti transkrip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penelitian
dipublikasikan), menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan
kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.
H. Kelebihan dan Kekurangan PTK
PTK memiliki kelebihan untuk menumbuhkan :
1. Rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK;
2. Kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif evaluatif dalam
PTK;
3. Kerja sama ada saling merangsang untuk berubah;
4. Kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK.
PTK Saudara juga memiliki kelemahan:
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian karena terlalu banyak
berurusan dengan hal-hal praktis,
2. Rendahnya efisiensi waktu karena peneliti harus terlibat dalam proses sementara dan harus
melakukan tugas rutin.
-
9
3. Menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan
keinginan anggota.
I. Persyaratan Keberhasilan PTK
Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi
1. Kesediaan untuk mengakui kekurangan diri;
2. Kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru;
3. Dorongan untuk mengemukakan gagasan baru;
4. Waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan;
5. Kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat;
6. Pengetahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta penelitian.
J. Penelitian Tindakan Kolaboratif
Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang
dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri :
1. PTK sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilaku kan oleh sekelompok peneliti
melalui kerja sama dan kerja bersama,
2. PTK kolaorasi dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara
kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis
3. Optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan
semua orang yang terlibat dalam situasi terkait
4. Pengaruh langsung hasil PTK pada Saudara sebagai guru dan murid-murid Saudara serta sekaligus
pada situasi dan kondisi yang ada.
Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan: mahasiswa;
sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain; sejawat
dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru dan
peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya antara guru
bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace, 1998).
Tiga tahap PTK kolaboratif adalah: prakarsa, pelaksanaan, dan diseminasi (Burns, 1999: 207-
208).
1. Prakarsa yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi :
a) PTK hendaknya ditarik dari kebutuhan, kepedulian dan persyaratan yang diungkapkan oleh
semua pihak yang terlibat dalam konteks pembelajaran di kelas atau sekolah Saudara;
b) PTK hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan guru dan
sejawat;
-
10
c) PTK hendaknya terpusat pada masalah pembelajaran kelas, yang ditemukan dalam kenyataan
sehari-hari. Namun demikian hasil PTK dapat untuk memberikan masukan pengembangan
teori pembelajar an bidang studi saudara;
d) PTK hendaknya menggunakan metodologi yang ditentukan dengan mempertimbangkan
persoalan pembelajaran kelas yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan siswa sebagai
sasaran penelitian.
2. Pelaksanaan yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi :
a) PTK hendaknya direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan,
metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Saudara negosiasikan dengan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama peneliti, sejawat, siswa, dan kepala sekolah sebagai
dukungan kebijakan.
b) PTK hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan
pengalaman orang-orang dari bidang-bidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa, antropologi,
dan sosiologi serta budaya. Jadi Saudara dapat mencari masukan dari teman-teman guru atau
dosen LPTK yang relevan.
3. Diseminasi yang perlu dipertimbangkan dalam PTK kolaborasi
a) Bentuk pelaporan hasil penelitian tindakan ditentukan oleh audiens sasaran. Jika audiens
sasaran adalah guru di SD, misalnya, berbeda dengan jika audiens sasarannya adalah pendidik
guru di universitas.
b) Gunakan jaringan kerja dan mekanisme yang tersedia di dalam lembaga pendidikan saudara
untuk menyebarkan hasil penelitian terkait. Misalnya, penyebaran hasil penelitian dilakukan
lewat simposium guru, sarasehan MGMP, atau seminar daerah.
Kelebihan dan kelemahan PTK kolaborasi :
Proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik
pendidikan sebagai umpan balik ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis.
Proses tersebut mendorong guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerja sama sebagai
masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang sedang mereka pegang
dalam kultur sosio-politik lembaga tempat mereka bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif
kemungkinan besar akan mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik.
Penelitian tindakan kolaboratif secara potensial lebih memberdayakan daripada penelitian tindakan
yang dilakukan secara individu karena menawarkan kerangka kerja yang mantab untuk perubahan
keseluruhan. Kelemahan terbesar PTK kolaboratif terkait dengan sulitnya mencapai keharmonisan
kerjasama antara orang-orang yang berlatar belakang yang berbeda.
-
11
BAB II
SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
PTK dilakukan untuk mengubah perilaku peneliti, sejawat dan murid saudara, atau mengubah
kerangka kerja, proses pembelajaran, Singkatnya, PTK dilakukan untuk meningkatkan praktik
pembelajaran di kelas. Contoh-contoh bidang garapan PTK:
a) Metode mengajar, mengganti metode tradisional dengan penemuan;
b) Prosedur evaluasi, untuk meningkatkan metode dalam penilaian yang kontinyu.
c) Penanaman sikap dan nilai menjadi lebih positif terhadap aspek kehidupan yang berlaku dalam
masyarakat.
d) Pengembangan profesional guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan
metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri
bahwa mengajar memerlukan profesionalisme.
e) Pengelolaan dan kontrol,bertahap pada teknik modifikasi perilaku.
f) Administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah.
A. Judul
Judul penelitian tindakan kelas (PTK) hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat sebagai
system perlakuan sebagai bentuk tindakan yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah.
Formulasi judul hendaknya singkat, jelas dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan
sosok PTK.
Latihan : Tulislah judul PTK yang saudara usulkan
...
...
Teliti apakah usulan judul PTK telah mencantumkan
a) Tujuan atau tindakan yang akan dilakukan
b) Cara menyelesaikan masalah (solusi)
c) Tempat penelitian dilaksanankan (seting)
d) Susunan kalimat jelas dan benar
B. Bidang Ilmu
Nyatakan bidang ilmu yang saudara ingin teliti, misalnya fisika jika penelitian berkaitan erat
dengan pemahaman konsep, prinsip atau hukum dari materi fisika.
-
12
C. Bidang Kajian
Nyatakan bidang kajian yang berkaitan dengan tindakan yang akan saudara lakukan sebagai
bentuk penyelesaian masalah diajukan. Misal pendidikan fisika, jika membahas tindakan yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar fisika.
D. Latar Belakang Masalah
Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah
mengidentifikasi masalah merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan diteliti harus
dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan
seorang fasilitator supaya mereka betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa
kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran
komunikasi, kreativitas, dsb. Pada dasarnya, masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan
keadaan yang diinginkan.
Masalah yang diangkat hendaknya bersifat tematik dan dapat diidentifikasi dengan
pertolongan tabel dua arah, model Aristoteles. Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel lajur
dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat komponen pokok yang ada (Schab, 1969)
yaitu: guru, siswa, bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi dalam proses
belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha memahami komponen tertentu peneliti perlu
memikirkan bubungan di antara komponen-komponen tersebut.
Kriteria dalam penentuan masalah:
1. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi
pengembangan lembaga atau program;
2. Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang
memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama.
3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab
dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada
berdasarkan fenomena dangkal.
Tabel 3.1. Pola Pelatihan SEQIP
Penataran SEQIP pada guru SD Jam 7 pagi, 15 Juni 2004,
guru SD duduk di meja yang telah disiapkan. Dosen memberi salam,
uru menjawab,
Dosen mengisi air pada bak transparan dengan air, guru SD
diminta mengamati tenggelam terapungnya berbagai jenis benda
dalam air : batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin.
Dosen bertanya pada guru SD, simpulkan hasil pengamatan
bapak/ibu. Jawaban guru dirangkum sebagai berikut : Tenggelam
-
13
terapungnya benda dalam air tergantung pada
1) Berat benda
2) Masa jenis
3) Berat jenis
4) Batu, gabus, karet, besi, kayu, plastic dan plastisin
Diskusi dipimpin dosen untuk konfirmasi jawaban 1 s/d 4 :
1) Apakah yang dimaksud massa jenis ? jawab massa/volume
2) Apakah yang dimaksud berat jenis ? jawab berat/volume
3) Apakah kita menimbang benda ? jawab tidak
4) Apakah kita membaca atau menyimpulkan ? jawab membaca
Pikirkan kembali jawaban bapak/ibu, setelah beberapa waktu
sekitar 15 menit bapak/ibu guru dapat menyimpulkan : tenggelam
terapungnya suatu benda dalam air tegantung pada jenis benda.
Dosen bertanya pada guru SD, ketika tadi saudara menjawab
pertanyan memerlukan waktu 15 menit, kira-kira berapa lama murid
saudara mejawab pertanyaan tadi ?.... guru terdiam ..ya lebih lama.
Tetapi ada jawaban guru yang dramatis .tidak ada 1 menit
karena hanya diberi ceramah metode dektesion. Ha.haha..
Akhirnya dosen berhasil menyadarkan guru SD diperlukan
perbaikan dalam proses belajar mengajar IPA di SD
Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi, yang dalam model
Kemmis dan Taggart disebut reconnaissance, terhadap data pengamatan awal. Masalah rendahnya
kualitas pembelajaran IPA di SD ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan proses
pembelajaran IPA, diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran
IPA di kelas. Sebagai contoh, cuplikan proses pembelajaran bermasalah tersebut disajikan dalam
Tabel 3.1 :
Seperti dapat dilihat dalam Tabel 3.1, Dosen sebagai penatar telah melibatkan guru SD dalam
kegiatan penataran PBM IPA di SD. Meng-gunakan keterampilan proses. suasana terbuka setiap
peserta pe-nataran mendapatkan hak berbicara sehingga terjadi dialog profesional yang enak. Tentu
saja masalah yang ditemukan tidak mungkin hanya satu; biasanya ada sederet masalah. Maka, peneliti
bersama kolaborator-nya perlu membatasi masalah, atau menentukan fokus penelitian. Dalam kasus
pengajaran IPA pola SEQIP melibatkan DINAS, Kepalasekolah, guru SD induk dan SD imbas sebagai
kolaborator. Setelah ditentukan, masalah perlu dirumuskan.
Latar belakang masalah hendaknya menguraikan urgensi atau perlunya penanganan rmasalah
yang ditemukan dalam PTK. Tunjukkan fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan
-
14
guru selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung maupun dari kajian pustaka dan atau hasil
penelitian sebelumnya sebagai dukungan yang akan lebih menguatkan argumentasi mengenai penting
serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan.
Karakteristik khas PTK yang diusulkan jadikan sesuatu yang sangat penting dan perlu
dilakukan, yakinkan bahwa proposal saudara berbeda dari penelitian yang telah dilakukan, hendaknya
peneliti mampu menguraikan keistimewaan PTK pada latar belakang masalah.
Beri uraian makna atau penjelasan kalimat yang digunakan dalam judul penelitian tindakan
kelas, sebagai sarana untuk menyatakan identifikasi masalah yang secara spesifik akan diselesaikan.
Latihan : Mencermati masalah
a) Kemukakanlah masalah atau kendala yang Anda hadapi ketika melaksanakan KBM fisika
berkaitan dengan penggunaan media, strategi, model, lingkungan belajar, sistem penilaian
....
.
b) Pilihlah salah satu masalah yang menuntut Anda mendesak
...
..
c) Berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera di carikan
pemecahannya!
...
d) Analisislah penyebab munculnya masalah yang Anda rumuskan tersebut
...
..
e) Pilihlah salah satu pemecahan masalah yang paling urgent, bertolak dari hasil analisis dan
didasarkan pada TEORI tertentu.
...
..
E. Perumusan Masalah
Masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan
yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat dirumuskan. Pada intinya, rumusan masalah
harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan.
-
15
Latar belakang masalah biasanya mempunyai cakupan yang sangat luas, sehinga harus
diidentifikasi dan dibatasi agar mampu di angkat atau memperjelas masalah yang diusulkan untuk
ditangani me-lalui PTK, kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam kalimat tanya pada rumusan
masalah.
Masalah hendaknya benarbenar di angkat dari uraian latar belakang masalah yang
ditemukan dari keseharian masalah di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui
PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis
metodologik di luar jangkauan PTK.
Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang
dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran
permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah nyata.
Tabel 3.2. Masalah dan Rumusan Masalah
No. Masalah Rumusan Masalah
1 Rendahnya kemampu an mahasiswa meng-
ajukan pertanyaan
kritis
Bagaimana melakukan tindakan pada
mahasiswa semester V agar mampu
bertanya secara kritis, bukan sekedar
bersifat klarifikasi
2 Rendahnya keterlibat an siswa dlm proses
pembelajaran Fisika
Apakah pola pembelajaran fisika ber-
struktur ilmiah mampu mengubah ke-
terlibatan siswa yg pasif menjadi aktif 3 Rendahnya kualitas
pengelolaan interaksi
guru-siswa-siswa
Apakah metode diskusi berstruktur
ilmiah mampu mengaktifkan interaksi
guru-siswa-siswa
4 Rendahnya kemandiri an siswa belajar
fisika di suatu SMA ?
Apakah pendekatan proses pada pem-
belajaran fisika mampu meningkatkan
kemandirian belajar fisika ?
Daftar pertanyaan dapat membantu peneliti dalam memahami situasi yang ada bersama gejala-
gejala yang perlu diteliti. Kemampuan untuk melihat kekurangan diri merupakan salah satu
persyaratan bagi keberhasilan penelitian tindakan kelas. Beri komentar tntang pernyataan dari Isaac
Newton seperti dikutip di bawah ini :
I dont know what I may appear to the world, but to myself I seem to have been only a
boy playing on the sea-shore, and diverting myself in now and again finding a smother pebble or
the prettier shell than ordinary, whilst the great ocean of truth lay all undiscovered before me. (
dalam Kemmis dan McTagart, 1988: 99)
(Saya tidak tahu bagaimana saya ini tampak di dunia, tetapi saya sendiri merasa hanyalah
seorang bocah laki-laki yang bermain di pantai, dan lari mondar-mandir ke segala arah dari
waktu ke waktu untuk menemukan batu kecil yang lebih halus atau kerang yang lebih cantik dari
biasanya, sementara samudera kebenaran terbentang di depanku penuh rahasia).
-
16
Rumusan masalah harus dikunci secara jelas, hingga akan dapat memudahkan cara dan ukuran
keberhasilan tindakan yang dilakukan dalam penelitian.
Latihan merumuskan masalah :
a) Deskripsi rumusan masalah yang Anda hadapi
...
..
b) Apakah deskripsi masalah saudara telah :
o Disesuaikan dengan kondisi nyata tentang kendala yang di-hadapai sewaktu melaksanakan
KBM ?
o Memuat identifikasi satu masalah yang mendesak untuk segera dilaksanakan?
o Memuat hasil analisis masalah?
o Memuat tentang refleksi awal?
o Mengikuti aturan kalimat Tanya?
o Mencerminkan judul penelitian yang saudara ajukan
F. Cara Pemecahan Masalah
Cara Pemecahan Masalah (hipotesis tindakan) menjelaskan cara yang diajukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, pilihan pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai
landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Harus menjelas-kan
tentang kemungkinan kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan atau
peningkatan implementasi program pem-belajaran dan atau berbagai program sekolah lainnya. Juga
harus di-cermati artikulasi kemanfaatan PTK yang lebih menekankan tindakan perbaikan
pembelajaran dalam kelas.
Hipotesis penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, Rumusan hipotesis
tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Maka
untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang
prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai
menemukan prosedur tindakan yang dianggap paling tepat.
Tabel 3.3: Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan
N Masalah Rumusan Hipotesis Tindakan 1 Rendahnya
kemampuan
mhs meng-
ajukan per-
tanyaan kritis
Bagaimana melakukan
tindakan pada mhs agar
mampu bertanya secara
kritis, bukan sekedar
bersifat klarifikasi
Bertanya secara kritis akan
muncul dari mhs jika diberi
tenggat waktu yg cukup
untuk mengajukan
2 Rendahnya Apakah pola pembelajar Proses pembelajaran fisika
-
17
keterlibatan
siswa dlm
proses pembe
lajaran fisika
an fisika berstruktur
ilmiah mampu meng-
ubah keterlibatan siswa
yg pasif menjadi aktif
berstruktur ilmiah mampu
mengubah keterlibatan
siswa yg pasif menjadi aktif
3 Rendahnya kualitas
pengelolaan
interaksi guru
-siswa-siswa
Apakah metode diskusi
berstruktur ilmiah
mampu mengaktifkan
interaksi guru-siswa-
siswa
Metode diskusi berstruktur
ilmiah mampu mengaktif-
kan interaksi guru-siswa-
siswa
4 Rendahnya kemandiri an
siswa belajar
fisika di
suatu SMA ?
Apakah pendekatan
proses pada pem-
belajaran fisika mampu
meningkatkan kemandiri
an belajar fisika ?
Pendekatan proses pada
pembelajaran fisika mampu
meningkatkan kemandirian
belajar fisika ?
Dalam menimbang berbagai prosedur sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat atau
orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teori atau hasil penelitian yang telah ditinjau
sebelumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat. Lihat tabel 3.3
Contoh lain dari hipotesis tindakan :
Situasi kelas yang mempunyai siswa sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan
analisis masalah peneliti menyimpulkan bahwa siswa memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam
memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa kesiapan pengalaman untuk memahami konteks
perlu ditingkatkan.
Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut : Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan
lewat teknik perbaikan yang tepat dan kesiapan pengalaman untuk memahami konteks bacaan
ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat pula kecepatan membacanya.
Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis
tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakan belum seperti yang diinginkan, peneliti
harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya.
Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan
hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi
merumuskan hipotesis yang lain lagi ... begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat
kualitasnya.
Latihan Cara Memecahkan Masalah :
a) Deskripsikan tentang cara pemecahan masalah yang Anda ajukan
...
..
.
b) Apakah pemecahan masalah yang diajukan memenuhi rambu :
o Apakah ada pilihan pemecahan masalah?
-
18
o Apakah pilihan pemecahan masalah berdasarkan teori tertentu?
o Apakah pilihan pemecahan masalah bertolak dari hasil analisis?
G. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan
perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam
bagian bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal.
Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa
dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM
baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat
diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam
hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan keuntungan yang dijanjikan, khususnya
bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana
PTK, bagi rekan rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari
konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak
merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
H. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan
Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti
perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang
akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Pustaka yang ditinjau hendaknya
mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori
dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat
keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung
proses analisis masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis
tindakan atau pertanyaan penelitian.
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang
dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan
itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan
maupun pelaku pelaku PTK lain disamping terhadap teori teori yang lazim termuat dalam berbagai
kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras
kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
Latihan Menyebutkan kajian Pustaka :
a) Nyatakan kajian pustaka yang digunakan :
-
19
b) Apakah kajian pustaka :
o Disusun menurut urutan abjad pengarang,
o Relevan dan dipergunakan dalam penelitian.
o Hasil unduhan dari dunia maya
I. Rencana Penelitian
1. Setting Penelitian
Sebutkan tempat penelitian, kelas berapa, karakteristik dari kelas seperti komposisi siswa pria dan
wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat ke-
mampuan dan lain sebagainya. Aspek substantive permasalahan seperti fisika kelas X SMA atau
IPA kelas IX SMP juga dikemukakan pada bagian ini.
2. Variabel yang diselidiki
Tentukan variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk men-jawab permasalahan yang
dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa
a) Variabel input terkait dengan siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur evaluasi,
lingkungan belajar, dan lain sebagainya;
b) Variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya,
guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di
kelas, dan sebagainya,
c) Varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan
pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang
telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
3. Rencana Tindakan
Gambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran :
a) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai
seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah.
Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain
lain yang terkait dengan pelaksana-an tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Uraikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, diuraikan alternative solusi yang akan
dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen
LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.
b) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan
perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
-
20
c) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data
mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
d) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan
refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel
yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
4. Data dan cara pengumpalannya
Tunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses
maupun dampak tindakan per-baikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menilai keberhasilan atau kekurang berhasilan tindakan perbaik -an pembelajaran yang
dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui
pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas termasuk
berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan, penggambaran
interaksi dalam kelas atau analisis sosiometrik, pengukuran hasil belajar dengan berbagai
prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini
tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga harus aktif sebagai
pengumoul data, bukan semata mata sebagai sumber data.
Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian
kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja
memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman
data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis
dan interpretasi data.
5. Indikator Kinerja
Keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan
verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi salah konsep
siswa.
Misal perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pe-ngurangan jumlah jenis dan atau
tingkat kegawatan dari mis-konsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak
dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
Latihan Membuat Rencana Penelitian :
a) Seting penelitian
b) Apakah seting penelitian telah berisi tentang o Lokasi sekolah, o Kelas berapa,
-
21
o Jumlah siswa, o Komposisi siswa, o Situasi lingkungan siswa, o Lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)
c) Indikator keberhasilan;
d) Apakah indikator keberhasilan o yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan, o berupa gradasi seperti : 80-100 : A, 60-79 : B, 40-59 : C, 20- 39 : D, 0-19 : E o Kalau kemampuan kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa
dijadikan sebagai acuan,
e) Gambaran umum penelitian (siklus tindakan);
f) Apakah tindakan tiap siklusnya berupa kegiatan : o Perencanaan, o Pelaksanaan, o Pengamatan o Refleksi, refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan
tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.
g) Instrumen yang digunakan,
h) Apakah instrument yang digunakan menunjukkan adanya o Pedoman observasi, o Format observasi, o Alat perekam, o Pelaksana observasi
J. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan kegiatan dari
awal sampai akhir.
K. Tim Peneliti Dan Tugasnya
Cantumkan nama ketua dan anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim
peneliti serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
L. Rencana Anggaran
1. Komponen Pembiayaan
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan pelaksanan
penelitian, dan pelaporan.
-
22
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah sebagai berikut :
a) Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan anggota tim peneliti untuk menetapkan
jadwal penelitian dan pembagian kerja, menyusun instrument penelitian, menetapkan format
pengumpulan data, menetapkan teknik analisis data, dan sebagainya.
b) Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain pelancaran tes diagnostic dan analisis
hasilnya, gladi resik implementasi tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan,
observasi dan interpretasi pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan
tindakan ulang, dan sebagainya.
c) Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep laporan, review
konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar
nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah
penggandaan dan pengiriman laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
d) Cara Merinci Kegiatan dan Pembiayaan
Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan operasional yang dijabarkan dari
metodologi yang dikemukakan. Agar dapat dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus
jelas namanya, tempatnya, lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output
yang diharapkan. Patokan pembiayaan satuan kegiatan PTK
o Honorarium
1) Ketua Peneliti
2) Anggota tim peneliti
3) Tenaga Administrasi
4) Besarnya honorarium tergantung sumber pandanaan
o Bahan dan Peralatan penelitian
1) Bahan habis pakai
2) Alat habis
3) Sewa alat
o Perjalanan
1) Biaya perjalanan sesuai dengan ketentuan
2) Transportasi local sesuai harga setempat
3) Lumpsum termasuk konsumsi sesuai dengan ketentuan
4) Monitoring dari PGSM minimal untuk satu orang, satu kali, selama dua hari
5) Konsultasi ketua tim peneliti ke PGSM selama dua hari
-
23
o Laporan Penelitian
1) Penggandaan
2) Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan inggris
3) Pengiriman
o Seminar
1) Seminar lokal, konsumsi sesuai harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan
harga setempat
2) Seminar nasionala minimal untuk dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku
PTK)
M. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar benar
relevan dan sungguh sungguh dipergunakan dalam penelitian.
N. Lampiran
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti yang memuat
identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah
pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian
termasuk di PTK.
Lampirkan pula sesuatu yang dapat memperjelas karakteristik pelaksanaan PTK yang
diusulkan, missal dapat berupa struktur atau format pembelajaran, cara pengamatan, model penilaian
dan sebagainya.
-
24
BAB III
CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Judul Penelitian :
Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur
Pembelajaran Ilmiah
B. Bidang Ilmu :
Pendidikan Fisika
C. Bidang Kajian
Masalah pembelajaran Micro Teaching, yang berkaitan dengan pendekatan dan metode
mengajar Fisika yang memenuhi kaidah pembelajaran ilmiah.
D. Latar Belakang Penelitian
Sejalan dengan visi, misi dan tujuan Universitas, maka visi, misi dan tujuan, serta strategi dan
priorinitas yang dipilih oleh Program P.Fisika mengembangkan visi dan misi fakultas (FKIP) sebagai
berikut:
Visi P.Fisika ialah : Menyiapkan tenaga kependidikan khususnya adalah guru P. Fisika plus
(tidak hanya mampu menjadi guru) yang mampu bersaing baik di tingkat regional maupun nasional
serta senantiasa berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga mampu mengantisipasi
perkembangan tuntutan masyarakat dalam era globalisasi ini. Sedang salah satu misinya ialah :
Menghasilkan tenaga kependidikan (guru) P.Fisika yang profesional, sebagai tenaga kependidikan
(guru) Sekolah Menengah yang profesional khusus nya dalam bidang P.Fisika sehingga mampu
mengantisipasi perkembangan IPTEK di era global.
Kekuatan yang dimiliki jurusan PMIPA saat ini ialah dengan berhasil meraih program Hibah
A1 yang diikuti oleh Prodi Fisika, Matematika dan Kimia sehingga dapat digunakan untuk
memperbaiki ruang micro teaching dan perlengkapannya.
Meskipun rerata nilai PPL tinggi ialah 3,0 belum mencerminkan kemampuan yang
sesungguhnya, masih terbatas pada retorika batas kelulusan. Pencerminan kemampuan tersebut dapat
dilihat secara jelas saat mahasiswa praktek mengajar di kelas ditunggu oleh dosen pembimbing, Tidak
nampak struktur dan proses pembelajaran secara ilmiah; Prof Walter Klinger Phd (Erzeihungswiss
Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg 1997) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa
hingga para siswa mampu memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk
memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama ialah
motivasi (1), penjabaran masalah (2) ,penyusunan opini (3),perencanaan dan konstruksi (4), percobaan
(5), kesimpulan (6) abstraksi (7), konsolidasi (8)
-
25
Karena program P.Fisika akan mendidik colon guru fisika di Sekolah Lanjutan yang menuntut
model pembelajaran secara ilmiah maka perlu mengkaji ulang Standar Operasi Pelaksanaan (SOP)
micro teaching yang sesuai kaidah pembelajaran ilmiah.
Sikap jujur, obyektif, tak kenal lelah dan proses urutan kerja secara sistematis, rasional dapat
dipertanggung jawabkan, diuji ulang kebenarannya dengan hasil yang tetap valid dan reliabel
merupakan ciri Fisika sebagai produk pengetahuan yang benar dan dapat diandalkan karena
merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah. Tetapi dalam kegiatan belajar
mengajar fisika proses ilmiah belum dilaksanakan secara benar, salah satu kelemahan karena dosen
bukan merupakan model pelaksana metode pembelajaran yang baik.
Jamzuri (2006), pembuatan Standar Operasi Pelaksanaan (SOP) Micro Teaching
menemukan beberapa contoh kesulitan mahasiswa dalam memenuhi sturuktur pembelajaran ilmiah
dan kesulitan dosen sebagai model pembelajaran pada kuliah micro teaching .
Contoh 1, Tarik kesimpulan data pada tabel 1 :
Tabel 1. Data Pengamatan Tenggelam Terapungnya suatu Benda
No
Jenis
Benda Keadaan benda Di Air Kesalahan Dalam
Menarik Kesimpulan Tenggelam Terapung
(1) (2) (3) (4) (5) 1 Besi V Tenggelam terapungnya suatu benda dlm air
tergantung pada o Beratbenda..........20 % o Berat jenis benda...0 % o Volume benda.....10 %
2 Kaca V 3 Kayu V
4 Gabus V
5 Batu V
Kesalahan mahasiswa dalam menarik kesimpulan tabel 1, dapat dibenar -kan dalam waktu sekitar 10
menit setelah mahahasiswa ditanya tentang :
Apakah saudara menimbang berat dan mengukur volume benda ? Sehingga mahasiswa sadar bahwa ia
tidak menyimpulkan berdasarkan data yang ada. Akhirnya disimpulkan secara benar bahwa
Tenggelam terapungnya suatu benda dalam air tergantung pada jenis benda.
Contoh 2, ketika dosen menjelaskan metode bermain peran dosen tidak melaksanakan
secara benar, tetapi umumnya dosen bercerita tentang metode bermain peran, bukan melaksanakan
metode bermain peran saat kuliahnya. Dalam melaksanakan metode demonstrasi dosen lebih
berperan dalam ceramahnya.
Berdasarkan contoh menarik kesimpulan dan penerapan metode mengajar tersebut dapat
dinyatakan bahwa diperlukan Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang
Memenuhi Kaidah Nilai Pembelajaran Ilmiah menjadi bagian yang perlu dilakukan.
Tindakan yang diperlukan meliputi Penjelasan 8 Struktur pem-belajaran dan aplikasi
Pembelajaran Ilmiah dalam Micro Teaching Salah satu indikator yang terkait kuat dengan
keberhasilan mencetak guru fisika yang profesional adalah kegiatanmicro teaching sebagai kesiapan
mengajar di sekolah lanjutan dalam bentuk kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Sehingga
-
26
Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) yang berjudul Peningkatan Kualitas
Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur Pembelajaran Ilmiah menjadi
bagian yang sangat perlu dilakukan.
E. Rumusan Masalah
1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi
struktur pembelajaran ilmiah ?
2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi
struktur pembelajaran ilmiah ?
3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi Struktur
pembelajaran ilmiah ?
F. Cara Memecahkan Masalah
1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat
memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?
Untuk menjawab masalah pertama dilakukan tindakan :
a) Diadakan pelatihan dosen model sebagai pembimbing praktek oleh konsultan.
b) Dibentuk kelompok yang terdiri dari 3 s/d 12 mahasiswa dipimpin oleh 1 pembimbing
2. Bagaimana model pembimbingan agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi
struktur pembelajaran ilmiah ?
Untuk menjawab masalah kedua dilakukan tindakan berupa :
a) Dosen model memberi contoh model pembelajaran dengan struktur pembelajaran ilmiah.
b) Dilakukan model refleksi 1 mahasiswa praktek mengajar, 3 mahasiswa sebagai pengamat
c) Pembimbing mengevaluasi refleksi mahasiswa.
3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat memenuhi
Struktur pembelajaran ilmiah ?
Untuk menjawab masalah ketiga dilakukan tindakan berupa :
a) Menyusun Format pengamatan pembelajaran ilmiah
b) Menyusun petunjuk pengisian format pembelajaran ilmiah
Langkah penyelesaian masalah dirinci pada metodologi penelitian
G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah Apakah tindakan yang dilakukan, bagaimana model
pembimbingan dan bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah micro teaching di P.Fisika dapat
memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah; Maka tujuan penelitian adalah :
-
27
1. Melakukan tindakan kuliah micro teaching di P.Fisika untuk memenuhi struktur pembelajaran
ilmiah ?
2. Membuat model pembimbingan agar kuliah micro teaching di P.Fisika yang memenuhi struktur
pembelajaran ilmiah ?
3. Membuat bentuk evaluasi kuliah micro teaching di P.Fisika yang memenuhi Struktur
pembelajaran ilmiah ?
H. Manfaat Penelitian
1. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan menerapkan prosedur ilmiah dalam pembelajaran fisika.
2. Meningkatkan mutu pembelajaran micro teaching.
3. Meningkatkan kerjasama antar dosen dan dosen dengan mahasiswa dalam memecahkan masalah
pembelajaran micro teaching
4. Mempersiapkan mahasiswa mengikuti PPL di Sekolah Lanjutan.
I. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan
1. Reflective Teaching
Prof Dr Joko Nurkamto ( FKIP UNS ) dalam pengukuhan guru besar mengemukakan
pendapatnya, Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Reflective Teaching Guru merupakan
ujung tombak pelaksanaan pendidikan karena gurulah yang secara langsung memimpin kegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas, yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru menjadi orang pertama
yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di sekolah.
Karena perannya yang sangat penting, guru dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi
dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu: (1) merencanakan
program belajar-mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar, (3) menilai
kemajuan kegiatan belajar-mengajar, dan (4) menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian
kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut (Soedijarto,
1993). Keempat gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena
memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik dan memerlukan penguasaan dasar-dasar pengetahuan
yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan cara kerja dengan dukungan cara berpikir yang
kreatifdan imajinatif.
Karakteristik profesionalisme guru dituntut guru untuk secara terus menerus memikirkan
secara reflektif apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakannya di dalam kelas (Raka Joni, 1992).
Inilah yang kemudian lazim dikenal sebagai pengajaran reflektif Makna pengajaran reflektif dapat
disimpulkan dari pendapat John Dewey (dalam Henke, 2001: 1) yang mendefinisikan refleksi sebagai
"that which involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of
the reasons that support it and the further consequences to which it leads". Apabila diterapkan dalam
pengajaran, maka diperoleh pengertian bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan
oleh guru dalam melaksanakan tugas secara sistematis mengeksplorasi, mempertanyakan, dan
-
28
membingkai kembali praktek pengajarannya secara holistik untuk dapat membuat interpretasi secara
benar berdasarkan keadaan di lapangan dan kemudian dapat menentukan pilihan yang tepat untuk
memperbaiki kinerjanya.
Untuk dapat melakukan pengajaran reflektif tersebut guru perlu memiliki kesadaran akan
praktek pengajarannya dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sehingga melahirkan
keterbukaan (open-mindedness), keterlibatan secara penuh (hole-heartedness), dan tanggung jawab
(responsibility) (Dewey, 1996).
Pengajaran reflektif memiliki empat langkah yang terkait satu sama lain, yaitu deskripsi,
analisis, eksplanasi, dan refleksi. Deskripsi berarti menggambarkan peristiwa kegiatan belajar-
mengajar di dalam kelas sebagaimana adanya; dapat dilakukan melalui teknik rekaman videotapes,
rekaman audiotapes, dan deskripsi tertulis. Analisis adalah suatu pemecahan masalah yang melibatkan
guru melakukan pengujian terhadap apa yang efektif dan tidak efektif di dalam kelas. Eksplanasi
menuntut guru mengkomunikasikan hasil analisis, yaitu tentang derajat keefektifan kegiatan belajar-
mengajar di dalam kelas. Dan, refleksi menuntut guru mengidentifikasi makna pribadi dari apa yang
telah dikerjakannya di dalam kelas (Reiman, 1999: 1).
Pengajaran reflektif bukanlah metode mengajar tetapi beyond the methods dan memiliki
perspektif yang lebih holistik. Diharapkan dengan melaksanakan pengajaran reflektif ini, guru mampu
meningkatkan profesionalismenya.
2. Struktur Pembelajaran Ilmiah
Prof Walter Klinger Phd ( Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg
1997) yang pendapatnya menjadi dasar model pembelajaran IPA SEQIP (Science Education Quality
Improvement Project) Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu
memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan
tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama
a. Motivasi
b. Penjabaran masalah
c. Penyusunan Opini
d. Perencanaan dan konstruksi
e. Percobaan
f. Kesimpulan
g. Abstraksi
h. Konsolidasi
Makna masing-masing langkah dapat sangat bervariasi. Bobot tergantung pada materi yang
akan diajarkan maupun kepada situasi dan didaktik suatu kelas, dalam praktek pengajaran ada transisi
terus menerus dari satu langkah ke langkah berikutnya, sehingga sulit menarik garis tegas masing-
masing langkah. Kadang ada langkah yang diabaikan atau dua langkah terjadi secara bersamaan atau
saling susul menyusul dengan begitu cepat sehingga sulit menarik garis pembatas yang tegas antara
masing-masing langkah. Misalnya antara konstruksi dan percobaan, abstraksi percobaan dan
kesimpulan, antara kesimpulan dan abstraksi. Terutama di kelas rendah, langkah-langkah konstruksi
kesimpulan dan Abstraksi kadang dapat diabaikan sama sekali.
-
29
Tergantung pada struktur dan pengaturan materi yang diberikan, ada langkah-langkah yang
berulang secara teratur, kadang dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam satu unit pelajaran.
Misalnya langkah-langkah dua sampai lima
Tetapi sebelum mampu menangani langkah-langkah di atas maupun variasinya secara
mantap, sangat perlu untuk praktek menggunakan bentuk yang sederhana dulu, yang mempunyai
langkah-langkah yang terpisah secara jelas, berdasarkan suatu protokol pelaksanaan pendidikan yang
ditulis sebelumnya. Adapun penjelasan tiap langkah sebagai berikut :
a) Langkah Motivasi
Tujuan motivasi adalah menuntun siswa ke arah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa
ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. Maka motivasi harus sesuai dengan
tujuan unit belajar, motivasi jangan sampai mendahulukan hasil; Dalam keadaan ideal, perlu
berfungsi sebagai penyatu seluruh proses pendidikan yang mungkin saja melebisi satu unit
pendidikan.
Motivasi siswa melalui dorongan yang berulang dan terencana dengan baik, dipengaruhi oleh
kepribadian guru dan latar belakang kelas. dapat dipilih dari lima katagori :
1) Motivasi Berlandaskan Lingkungan Sekeliling Siswa
o Laporan pengalaman pribasi siswa,
o Instruksi untuk melakukan pencarian data yang berkaitan dengan ekskursi atau pekerjaan
rumah.
o Berita surat kabar, radio , TV
o Masalah yang berasal dari lingkup perhatian siswa.
2) Motivasi Berlandaskan pada Kegiatan Guru
3) Konflik kognitif, yang berkaitan dengan materi, untuk men-jelaskan masalah yang saling
bertentangan.
4) Motivasi melalui ekskursi kelas, gambar, film pendidikan, buku, tabel dan diagram, cerita,
deskripsi atau kunjungan ke musium
5) Motivasi Berlandaskan Pesentasi Peristiwa Sejarah
Misal penemuan tentang kemagnetan dari Orsted atau berita ilmiah tentang penemuan sinar
X pada zaman dulu
6) Motivasi Berlandaskan Peralatan Teknik Yang berfungsi
Misal bel listrik, lembaran bimetal, termometer, dinamo sepeda
7) Motivasi Berlandaskan Ingatan Kembali Peristiwa Sebelumnya
Motivasi yang paling efektif kalau mengandung komponen emosional yang kuat, ialah kalau
mengandung aspek mengejutkan, misterius, estetika atau persaingan atau berasal dari
lingkungan sekeliling siswa. Tetapi yang paling penting motivasi yang diberikan harus sesuai
dengan usia siswa.
-
30
b) Langkah Penjabaran Masalah
Tujuan dalam merumuskan masalah secara jelas untuk menjalani langkah berikutnya, peluang
menciptakan masalah atau menyadar -kan masalah secara seragam terhadap suatu masalah adalah :
1) Kenyataan yang dialami, semua siswa suatu kelas mengalami suatu situasi nyata bersama.
Misal hasil kunjungan suatu kelas untuk mengamati sesuatu kejadian pembuatan kontruksi
bangunan, kehidupan ikan, keadaan alam
2) Kenyataan yang direproduksi atau disediakan, yang dapat dilakukan dengan cara demonstrasi
fenomena alam. Misal dengan bantuan KIT percobaan, presentasi peralatan listrik pemainan,
mineral atau produk kimia.
3) Menyadarkan adanya masalah, sebagai salah satu tuntutan utama pengajaran ilmu
pengetahuan agar obyek-obyek yang akan di bahas dapat diprensentasikan secara nyata.
kenyataan harus selalu menjadi tuntutan sebagai proses pengetahuan ilmiah yang
berlangsung secara akurat bukan sekedar melihat-lihat saja. Untuk mencetuskan kegiatan yang
secara metodologis diperlukan deduksi hipotesis pada langkah berikutnya; Sehingga perlu
dipisahkan antara obyek dan subyek, semacam proses pematangan yang akan menghasilkan
kesadaran disini ada sesuatu yang masih dipertanyakan, disini ada sesuatu yang dapat
diamati. Maka siswa telah sadar adanya masalah yang perlu diamati. Guru harus
merencanakan masalah pada perencanaan unit pelajaran. Meskipun pada saat pelajaran
berlangsung guru membiarkan perumusan masalah terjadi
4) Kesulitan siswa kelas rendah merumuskan masalah antara lain :
o Jarang mampu membahas fenomena alam secara rasional dan obyektif
o Sering mengabaikan efek-efek yang penting dan lebih mem-perhatikan fakta-fakta dan ciri
yang tidak penting
o Secara tidak sengaja, para siswa memproyeksikan pengalam-an lain dalam deskripsi
penghamatan meraka sesungguhnya dan kadang sulit meyakinkan bahwa pengalaman
tersebut tidak sah
o Kemampuan siswa untuk menilai besaran sangat terbatas
o Kesulitan menyebutkan istilah teknis, kosa kata terbatas, bahkan tidak mempunyai konsep
behasa seharihari, apalagi istilah teknis yang diperlukan. Maka pengajaran bahasa menjadi
penting dalam penjabaran masalah agar dapat diverbalkan observasi, opini dan hasil
secara tepat.
o Bahaya penilaian terburu-buru, ialah melompat hingga mencapai kesimpulan sebelum
masalah dikenali secara tepat. Kelas tiba-tiba merumuskan hipotesis tanpa sebelumnya
merumuskan masalah. Guru harus secara konsekuen berkali kali kembali pada masalahnya
dan melanjutkan kelangkah berikutnya kalau pertanyaan ilmiahnya sudah tertera di papan
tulis.
-
31
c) Penyusunan Opini-Opini
1) Pertanyaan ilmiah dirumuskan secara jelas mirip teka-teki, karena menuntut jawaban teka-teki
siswa berusaha mencari keterangan dan intepretasi yang mungkin. Akhirnya mereka
berhipotesa yang bagi mereka mewakili solusi masalah yang diterima. Siswa berpikir secara
deduktif, sehingga metode deduktif diberlakukan dalam menyusun opini.
2) Pada saat merumuskan masalah perlu bantuan guru, Sebaliknya pada saat menyusun opini
kemampuan siswa berkembang cepat dalam upaya untuk mengekpresikan opini, para siswa
berkesempatan membebaskan daya khayal, keatifitas, daya pikir dan intuisi.
3) Menciptakan ruang bebas berpikir, siswa dapat berkembang dan merumuskan pola pikiranya.
Sebaiknya dilakukan pada diskusi kelompok kecil, bukan dalam kegiatan mandiri, karena
perumus an hipotesis berkaitan dengan menerima atau menolak gagasan yang akan lebih
mudah dalam bentuk interaksi dua siswa atau lebih.
4) Perumusan hipotesis dalam kelompok kecil biasanya lebih bermakna karena menghasilkan
hipotesa yang berbeda-beda. Maka menjadi sangat penting agar hipotesis dari semua
kelompok dideskusikan bersama, dicermati secara kritis, kesulitan yang muncul adanya sikap
kaku menferbalkan fakta maupun istilah teknis.
5) Bila ada siswa dapat menjawab secara tepat, guru tidak perlu takut, karena menurut ilmu
pengetahuan masih perlu diuji oleh suatu percobaan
d) Perencanaan Dan Konstruksi
1) Bertujuan untuk mengkontruksikan perangkat percobaan yang memungkinkan verifikasi atau
mengolah hipotesis dan penentuan saling kait antar parameter yang relevan.
2) Siswa diajak mengenal ubahan, maka tidak boleh mengatakan percobaan berikut akan
menjawab pertanyaan tersebut Juga tidak boleh mari kita lakukan demostrasi Sadarkan
siswa akan cara-cara menemukan jawaban masalah bukan hanya sekedar menjalankan
peralatan laboratorium.
3) Jalan dari hipotesis kepada rangkaian peralatan percobaan cukup rumit. Diperlukan
kemampuan mencipta, sabar dan merangkai alat dan bahan menjadi berfungsi. Maka harus
dikembangkan strategi percobaan, metode yang membawa kepada tujuan menyusuri suatu
percobaan berkelanjutan yang menyebabkan jawaban ilmiah.
4) Keterbatasan anak untuk berpikir secara logis fungsional, kombinasi teknis, kekuatan
imajinasi teknis obyektif maupun mengimplementasikan peralatan dua menjadi tiga demensi
sangat diperlukan pada saat sistem pengukuran ditentukan, Tetapi sejak awal kemampuan
anak harus dikembangkan.
5) Mulailah dengan peralatan praktis atau bahan-bahan yang ramah lingkungan untuk merakit
percobaan.
-
32
6) Gunakan istilah teknis yang tepat, istilah yang sulit ditulis dekat komponen yang
bersangkutan; Fungsi dan tujuan masing-masing komponen, alat ukur harus dibahas secara
mendalam, konstruksi percobaan jangan dilakukan secara abstrak, tetapi dilakukan melalui
trial and error menggunakan komponen itu sendiri, tetapi belakangan harus makin terpisah.
7) Tuliskan deskrepsi singkat percobaan dan gambarkan sketsa percobaan pada papan tulis atau
lembar kerja yang menjadi bagian dari langkah perencanaan, Pada awalnya peralatan
digambar secara perspektif dan berangsur angsur menjadi potongan gambar lalu digambar
sketsa abstrak yang mengguna kan simbul simbul standar. Misal batu baterei digambar secara
nyata kemudian menjadi simbul abtraknya.
8) Lakukan kerja kelompok yang kemudian diangkat menjadi diskusi kelas untuk mendorong
pemikiran kreatif dan konstruktik.
e) Percobaan
1) Langkah percobaan merupakan titik perhatian utama pengajaran fisika dan kimia. Jawaban
pertanyaan ilmiah ditentukan oleh langkah percobaaan
2) Perocaan siswa dan percobaan demonstrasi guru, Pengalaman percobaan hanya diperoleh jika
melakukan sendiri, sebaiknya menggunakan percobaan siswa untuk mengamati,
mengoperasikan menjalankan peralatan, membaca meter, mencatat data hasil pengamatan.
3) Kasus pertama : siswa melakukan percobaan yang sama dengan masalah yang sama. Kasus
kedua : kelompok siswa melakukan percobaan yang berlainan dengan masalah dan hipoteisis
yang berlainan pula. Tetapi baik kasus pertama maupun kedua semua kelompok harus
mempresentasikan kepada seluruh kelas.
4) Langkah langkah percobaan yang perlu diperhatikan :
o Merakit peralatan percobaan sesuai dengan sketsa perencanaan dari dua dimensi ( simbul)
menjadi tiga demensi (benda riel)
o Penyetelan rangkaian percobaan
o Menentukan ubahan independen, dependen dan kontrol
o Menentukan pencatatan data pengamatan, dalam tabel, papan tulis atau buku
o Pelaksanaan urutan percobaan
o Mengembalikan peralatan pada tempatnya
o Langkah percobaan dan perulangan percobaan diperlukan sebagai pemantapan untuk
menentukan akurasi hasil percobaan, terutama kalau terjadi sesuatu diluar sudut pandang
hipotesis. Hasil perulangan jangan sampai me-ngaburkan hipotesis.
f) Kesimpulan
1) Langkah percobaan, kesimpulan dan abstraksi berkaitan sangat erat seringkali langkah
tersebut tidak jelas, sehingga kepustakaan menganggap langkah ini sebagai kesatuan,
-
33
merupakan langkah pemrosesan hasil; Tetapi agar mampu membedakan dalam pengajaran
langkah tersebut dibahas secara terpisah.
2) Hasil percobaan biasanya masih belum merupakan temuan ilmiah sesuai dengan makna
ilmiah. Hanya dari suatu generalisasi abtraksi dari hasil percobaan akan membawa hasil
pengetahuan ilmiah
3) Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil percobaan tergantung pada masalah, hipotesis yang
diajukan dan metode percobaan yang dipergunakan. Perlu disadari bahwa kebanyakan nilai
terukur diindikasikan oleh pergerakan suatu alat ukur. Misal Observasi : jarum ampermeter
menyimpang, Kesimpulan : arus mengalir
4) Hirarki penarikan kesimpulan di pandang dari sudut generalisasi
o Pernyataan rangkuman sederhana :
Kawat besi menghantarkan, kesimpulan besi menghantar arus listrik
o Kesimpulan perbandingan :
Air panas dalam panci naik dari bawah ke atas kesimpulan air panas lebih ringan dari
air dingin
o Kesimpulan penyebab dengan rumus :Kalau .....maka
Kalau batang logam dipanaskan maka panjang batang akan bertambah panjang
o Kesimpulan verbal kuantitatip :
Kalau jarak diperpanjang n kali maka gaya tariknya akan bertambah n kali
o Kesimpulan rumus verbal matematika : V = S/t
g) Abstraksi :
1) Tujuan abstraksi, pelepasan dari kasus mandiri ke kasus umum.
2) Abstraksi adalah perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang diperoleh melalui kasus
khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat yang berlaku umum.
3) Dalam fisika hubungan antar konsep dijalin dalam bentuk matematik, yang akhirnya
membawa pada versi matematika sebagai hukum dan teori alam yang dapat digunakan untuk
melakukan deduksi pertanyaan-pertanyaan kuantitatif untuk suatu kasus khusus.
h) Konsolidasi Pengetahuan Melalui Aplikasi Dan Praktek
1) Tujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh untuk memungkinkan
integrasi dan internalisasi pengetahuan itu ke stusktur pengetahuan siswa yang sudah ada.
2) Tidak cukup hanya memahami fakta, harus dipraktekkan, dihapalkan dan ditransfer ke kasus
lain.
3. Keterampilan Micro Teaching
Tujuan micro teaching adalah untuk memberi keterampilan mengajar dan mempersiapkan
mahasiswa mengajar di lapangan pada kuliah PPL. Drs R. Widodo (2002) merangkum panduan materi
-
34
Pengajaran Mikro (Micro Teaching) yang diterbitkan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta,
mensarikan 8 keterampilan pengajaran mikro sebagai berikut :
a) Keterampilan Bertanya
Pertanyaan diajukan oleh guru agar siswa belajar dan meningkatkan kemampu an berpikir. Dalam
proses belajar mengajar setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntuk
siswa meningkatkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar
berinisiatip sendiri digolongkan dalam keterampilan bertanya.
b) Keterampilan Memberi Penguatan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi peng-hargaan, persetujuan atas
jawaban siswa atau sebaliknya dapat di-golongkan dalam keterampilan memberi penguatan.
Tujuan memberi penguatan untuk meningkatkan perhatian siswa, menjaga dan membangkitkan
motivasi, memudahkan belajar serta mengontrol tingkah laku siswa agar menjadi positip.
c) Keterampilan Menjelaskan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan menyajikan informasi lisan atau tertulis secara
sistematis yang bertujuan untuk menunjukka