film horor indonesia

25
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan. Sebelum film menjadi sebuah media komunikasi massa dan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat, film hanya digunakan sebagai alat untuk merekam peristiwa sehari-hari maupun peristiwa penting saja karena pada awalnya film merupakan bagian dari fotografi. Penemuan gambar bergerak pertama justru terjadi bukan di Hollywood, penelitian ini dilakukan oleh Eadweard Muybridge 1 pada tahun 1878 yang membuat 16 frame kuda yang berlari, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ketika kuda berlari keempat kakinya terangkat seperti terbang. Dari 16 frame kuda tersebut Muybridge merangkaikannya dan digerakkan secara berurutan sehingga menciptakan gambar pertama yang bergerak 2 . Dilihat dari awal 1 Seorang peneliti dan fotografer pengembang shutter kamera yang bekerja sama dengan mantan Gubernur California Leland Stanford yang juga seorang pengusaha pacuan kuda untuk membuat sebuah gambar bergerak. Lihat http//www.inventors.about.com/EadweardMuybridge.htm, diakses pada 16 Mei 2009, pukul 22.30 WIB. 2 http//www.displaynews.com/fakta unik:sejarah film sepanjang masa.htm, diakses pada 13 April 2009, pukul 23.30 WIB. 1

Upload: wahyu-tri-laksono-1108

Post on 14-Jun-2015

1.935 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: film horor Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai

sarana hiburan. Sebelum film menjadi sebuah media komunikasi massa dan

sebagai sarana hiburan bagi masyarakat, film hanya digunakan sebagai alat untuk

merekam peristiwa sehari-hari maupun peristiwa penting saja karena pada

awalnya film merupakan bagian dari fotografi. Penemuan gambar bergerak

pertama justru terjadi bukan di Hollywood, penelitian ini dilakukan oleh

Eadweard Muybridge1 pada tahun 1878 yang membuat 16 frame kuda yang

berlari, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ketika kuda berlari

keempat kakinya terangkat seperti terbang. Dari 16 frame kuda tersebut

Muybridge merangkaikannya dan digerakkan secara berurutan sehingga

menciptakan gambar pertama yang bergerak2. Dilihat dari awal perkembangannya

berarti film adalah semacam selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk

merekam gambar negatif (yang akan dibuat potret) dan gambar positif (yang akan

diputar di bioskop berupa lakon atau gambar hidup)3.

Penelitian yang dilakukan oleh Muybridge ini mendorong orang-orang

untuk menciptakan film yang lebih baik daripada sebelumnya yang hanya

menggunakan kamera foto biasa. Sepuluh tahun setelah eksperimen yang

dilakukan Muybridge pada tahun 1888 dan ditambah dengan perkembangan

teknologi yang cepat, maka muncullah film yang bukan saja sebatas pada gambar

1 Seorang peneliti dan fotografer pengembang shutter kamera yang bekerja sama dengan mantan

Gubernur California Leland Stanford yang juga seorang pengusaha pacuan kuda untuk membuat

sebuah gambar bergerak.

Lihat http//www.inventors.about.com/EadweardMuybridge.htm, diakses pada 16 Mei 2009,

pukul 22.30 WIB.

2 http//www.displaynews.com/fakta unik:sejarah film sepanjang masa.htm, diakses pada 13 April

2009, pukul 23.30 WIB. 3 Bambang Marhijanto, kamus Lengkap bahasa Indonesia (Surabaya: Bintang Timur Surabaya,

1995), hlm. 197.

1

Page 2: film horor Indonesia

yang bergerak seperti sebelumnya tetapi sudah hampir mendekati konsep-konsep

film yang ada pada saat ini. Film tersebut berjudul “Roundhay Garden Scene”

yang dibuat oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis. Film terus

berkembang seiring dengan berkembang pesatnya penemuan-penemuan yang

berhubungan dengan produksinya terutama penelitian yang dilakukan oleh

Thomas Alva Edison bersama dengan temannya George Eastman untuk

mengembangkan gambar bergerak4. Pada saat ini film berupa gambar bisu dan

kebanyakan berupa film documenter.

Pada perkembangan selanjutnya film menjadi sebuah industri baru yang

besar dan bermunculan perusahaan film seperti Edison Company, Vitagraph, dan

Biograph. Untuk menghindari persaingan dan monopoli para pengusaha film ini

akhirnya membuat jalan baru dalam industri film dengan mendirikan studio-studio

baru di daerah suburban di kota Los Angeles yang bernama Hollywood5. Namun

film-film yang berkembang saat ini merupakan film-film bisu atau tanpa suara.

Penelitian-penelitian terus dilakukan pada tahun 1920-an terutama penelitian yang

dilakukan oleh Thomas Alva Edison yang gemar melakukan penelitian untuk

memasukkan suara ke dalam film dan penelitian ini baru berhasil pada awal tahun

1930-an.

Setelah semakin berkembangnya teknologi dalam pembuatan film dengan

adanya film bersuara dan dimasukkannya alur cerita ke dalam film, maka mulai

berkembanglah apa yang dinamakan genre6 dalam film. Film yang sebelumnya

hanya berupa sebuah film dokumenter yang intinya hanya menampilkan

peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan dan sejarah manusia, berkembang

setelah adanya penggunaan cerita dan menghasilkan berbagai macam genre baru

dalam film seperti film drama (film yang menyuguhkan kisah manusia yang

dramatik), film gangster (menyuguhkan berbagai tokoh dan kehidupan kalangan

gangster), dan film horor (film yang menyuguhkan ketakutan dan kengerian

4 Howard Cincotta (eds), Garis Besar Sejarah Amerika (Jakarta: Departemen Luar Negeri AS,

2004), hlm.203.5 Robby Wahyudi Gusti, “Industri Film Hollywood Pasca Perang Dunia II (1947-1960-an)”

(Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Depok, 2006), hlm. 2.6 Genre adalah pembagian jenis film berdasarkan temanya.

2

Page 3: film horor Indonesia

sebagai menunya)7. Namun, pada perkembangan di awal tahun 1930-an ini justru

yang sangat berkembang dan dapat diterima oleh masyarakat adalah film yang

bergenre horor karena dalam film horor penonton ditawarkan sesuatu yang

bersifat kengerian, takut, menyeramkan, dan menegangkan8. Film-film horor

antara lain “Dracula”, “King Kong”, “Frankenstein”, “Freaks”, dan ”Werewolf”.

Film ini dapat menyedot animo masyarakat yang begitu tinggi bukan saja di

Amerika tetapi seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia.

Film-film yang ada di Indonesia pada awalnya merupakan film-film yang

berasal dari Hollywood. Film dari Hollywood ini dapat masuk dengan mudah ke

Hindia Belanda karena adanya peran langsung dari pengusaha-pengusaha film

yang ada di Amerika untuk memasarkannya. Lalu pada tahun 1926 dibuatlah film

Indonesia pertama yang berjudul Lutung Kasarung yang dibuat dengan tujuan

untuk kemajuan seni sunda. Film ini dibuat oleh perusahaan Java Film Coy di

Bandung dengan sutradara G. Kruger dan L. Heuveldorp dari Belanda9. Film

pertama yang dibuat di Hindia belanda dapat dikatakan bergenre horor tetapi

pada saat itu belum adanya pembagian genre dalam film dan film juga masih

merupakan film bisu. Pada perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 1930-an

ketika di Hollywood sedang berkembang demam film horor maka di Hindia

Belanda mulai berkembang pula film horor. Film horor pertama diperkenalkan

pertama kali pada tahun 1934 dengan judul “Ouw Phe Tjoa” (ular hitam dan ular

putih) dan pada tahun 1935 dengan judul “Tie Pat Kai Kawin” (siluman babi

perang siluman monyet). Film-film horor yang diperkenalkan di Hindia Belanda

pada saat itu diambil dari cerita-cerita tiongkok terkenal, hal ini disebabkan pada

saat itu bioskop-bioskop dikuasai oleh kaum Cina peranakan. Film-film horor

seperti ini dibawa langsung dari Cina untuk dipertontonkan di Hindia Belanda.

Film ini dianggap film horor karena film tersebut berasal dari cerita legenda

masyarakat Cina.

7 M. Yoesoef, “Film Horor Sebuah Definisi Yang Berubah”, “Jurnal Wacana FIB UI”, 5: 103-

113, Oktober, 2003.8 Bambang Marhijanto (1995), op.cit., hlm. 254.9 http://www.wikipedia.com/artikel/Perfilman Indonesia.htm, diakses pada 13 April 2009, pukul

23.09 WIB.

3

Page 4: film horor Indonesia

Ketika pada saat revolusi tahun 1945 film-film yang dibuat terbatas pada

tema film yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme untuk membantu revolusi

Indonesia sedikit sekali film yang bergenre lain.. Setelah masa revolusi selesai

film tidak mengalami perkembangan yang cukup baik karena adanya pertentangan

dalm pembuatannya dan sedikit berbau politik, ini terjadi pada masa demokrasi

terpimpin. Ketika memasuki zaman orde baru film kembali mulai berkembang

dengan berbagai macam genre yang berkembang. Pada tahun 1970-an ketika

memasuki masa orde baru film-film horor Indonesia mulai berkembang kembali

dengan dibuatnya film “Bernapas Dalam Lumpur” dan “Beranak Dalam Kubur”.

Pada tahun 1973 film yang berjudul “Si Manis Jembatan Ancol” dibuat dengan

mengambil cerita dari mitos yang ada di dalam masyarakat betawi. Ketika

Indonesia memasuki tahun 1980-an dimana dunia sedang mengalami perubahan

yang besar akibat adanya krisis minyak, pemerintah melakukan kontrol yang ketat

terhadap perfilman nasional. Perfilman Indonesia tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan perpolitikan. Ini dapat dilihat ketika pemerintah mulai mengambil

kontrol secara langsung terhadap urusan pembuatan film terutama dalam film

horor yang dengan sengaja menciptakan mitos-mitos dalam masyarakat yang

digunakan dalam cerita film horor tahun 1980-an.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi pada masalah tentang penggunaan tema mitos yang ada

di masyarakat Indonesia pada saat itu dan digunakan dalam cerita film horor yang

di produksi di Indonesia. Batas waktu dimulai saat Indonesia memasuki zaman

orde baru awal tahun 1980 sampai awal tahun 1990 ketika adanya campur tangan

pemerintah membuat mitos-mitos tersebut..

3. Metode Penelitian

4

Page 5: film horor Indonesia

Penelitian ini dilakukan dngan menggunakan metode ilmu sejarah yang

diawali dengan pengumpulan sumber atau heuristik. Pada tahap ini digunakan

untuk mencari beberapa referensi yang berhubungan dengan tema penelitian.

Tahap kedua adalah tahap kritik, tahap di mana sumber-sumber yang telah ada

dipilih-pilih dan untuk selanjutnya dibandingkan antara sumber yang satu dengan

sumber yang lainnya agar mendapatkan sebuah fakta yang dapat

dipertanggungjawabkan. Tahap selanjutnya adalah interpretasi, tahap interpretasi

adalah ksimpulan penulis stelah membaca dan membandingkan sumber yang ada.

Kemudian setelah tahap interpretasi dilanjutkan dengan tahap terakhir yaitu

historiografi (penulisan).

4. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan tentang film ini berbagai macam sumber mengatakan

bahwa film pada mulanya hanya sebagai sebuah bagian dari fotografi dan

berkembang menjadi sebuah gambar bergerak pada tahun 1900-an. Film pertama

yang dibuat ini hanya berupa sebuah dokumenter sajatetapi pada perkembangan

selanjutnya muncul genre-genre dalam film10.

Pada dekadfe 30-an film jenis horor mulai berkembang di Hollywood dan

juga sudah mulai diperkenalkan di Indonesia oleh kaum Cina peranakan.

Perkembangan Film horor di Indonesia mulai berkembang ketika memasuki

zaman orde baru dimana pemerintah dengan Perusahaan Film Negara mengontrol

film mulai dari produksi dan pemakaian tema11.

10 M. Yoesoef, op.cit.11 http//www.rumahfilm.org/Eric Sasono/artikel/Sketsa Jakarta dalam Film Indonesia. Htm,

diakses pada 25 April 2009, pukul 23.43 WIB.

5

Page 6: film horor Indonesia

5. Sistematika Karangan

Bab pertama dari makalah ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari

latar belakang penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, tinjauan

pustaka, dan sistematika karangan.

Bab kedua menjelaskan tentang perkembangan film horor mulai dari

definisi tentang film horor, perkembangannya di Hollywood, pembagian jenis-

jenis film horor.

Bab ketiga menjelaskan perkembangan film horor pada tahun 1980-an di

Indonesia yang dimulai dari pembahasan tentang awal mulanya film horor masuk

ke Indonesia, jenis film horor yang berkembang di Indonesia sampai keadaan

Indonesia pada tahun 1980 yang menyebabkan diterimanya film horor dan

berkembang sangat cepat serta alasan pemerintah menciptakan sebuah mitos

dalam film horor tersebut.

Bab keempat menceritakan simpulan dari penjelasan yang telah

disampaikan dalam tulisan ini.

6

Page 7: film horor Indonesia

BAB II

PERKEMBANGAN FILM HOROR

Film horor merupakan sebuah genre yang berkembang dalam film, film

horor menyuguhkan ketakutan, kengerian, dan ketegangan pada penontonnya12.

Biasanya dalam plot-plot yang terdapat di film horor mengandung berbagai

kekuatan, kejadian, dan karakter jahat yang berasal dari dunia supernatural yang

berhubungan dengan kehidupan kita di dunia sehari-hari atau dunia nyata. Tujuan

dari dibuatnya film inipun pada dasarnya untuk meneror penonton melalui

berbagai adegan dengan menggunakan tokoh yang menakutkan.

1. Perkembangan Film Horor di Hollywood

Film horor pertama berkembang di Jerman dengan judul “Nosferatu” pada

dekade 1930-an13. Kesuksesan film horor Jerman ini mendorong Hollywood untuk

memproduksi film yang bergenre horor juga dengan judul “Dracula” (film bisu)

kemudian disusul dengan membuat “Frankenstein” pada tahun 1930-an.

Penggunaan cerita dalam film horor pada awalnya diangkat dari cerita yang ada di

dalam novel yang berasal dari cerita atau mitos-mitos yang sudah ada dan berakar

di masyarakat Eropa terutama kebudayaan Inggris (kesusastraan Inggris) pada

abad 19 seperti novel “Frankestein” karya Mary Shelley (1818) dan novel

“Dracula” karya Bram stocker (1897)14. Kedua cerita ini menampilkan makluk

yang menakutkan meskipun keduanya mempunyai asal-usul yang berbeda

Film horor yang diangkat dari novel ini pada awal kemunculannya

mengisahkan tentang teror yang dilakukan oleh para monster terhadap masyarakat

dalam bentuk pembunuhan dan penganiayaan dalam bentuk yang tidak lazim dan

cenderung bersifat supernatural sesuai dengan karakter dari si monster. Hal yang

tidak lazim inilah yang digunakan Hollywood sebagai formula dalam pembuatan

film horor selanjutnya. Film-film horor pertama ini dapat dikatakan sebagai film 12 http//www.rumahfilm.org/Hikmat Darmawan/Artikel/Mengapa Film Horor 1.htm, diakses

pada 13 April 2009, 21.30 WIB.13 M.Yoesoef, loc.cit.14 Ibid.

7

Page 8: film horor Indonesia

horor klasik karena dari film ini mulai bermunculan film horor sekuel dari film

“Frankenstein” dan “Dracula” seperti “The Bride of Frankenstein” dan “Dracula

Daughter”.

Film horor yang menggunakan cerita lama seperti ini mulai ditinggalkan

pada permulaan tahun 1950-an dengan munculnya film-film yang berhubungan

dengan pembunuhan berantai (serial killers) dan teror penyakit, meskipun adanya

perubahan cerita yang digunakan ini tidak mempengaruhi tujuan awal dari film

horor itu sendiri yaitu menimbulkan ketakutan pada penonton. Pada tahun 1960-

an penggunaan cerita dalam film horor mengalami perubahan kembali dengan

penggunaan cerita ke masalah-masalah psikologis seperti film “Psycho” yang

berdasarkan karya Alfred Hitchcock. Film-film pada dekade 1960-an juga

mengadaptasi cerita tentang kedatangan alien-alien dari luar angkasa yang

dianggap mengancam kehidupan manusia dan dunia. Lalu pada tahun 1970-an

berganti lagi tema yang diambil, pada tahun ini tema yang diangkat berbau dunia

kematian yang meneror masyarakat berupa mayat hidup yang bangkit dari

kematian dengan wajah yang carut marut dan seram seperti dalam film “zombie”

dan film “The Vampire”. Lalu pada tahun 1980-an yang berkembang adalah cerita

gabungan dari film horor dan fiksi ilmiah yang menghasilkan film-film seperti

“Alien”, “Aliens”, “Exorcist”, “Salem’s lot”, “Species”, dan “The Omen”. Pada

era 1980-an dalam pembuatan film horor sudah tidak mengikuti pola yang

tradisional dan sudah sedikit melanggar dari ketentuan film horor di mana hantu

atau sesuatu yang menakutkan dapat keluar di tempat yang terang benderang,

penggunaan effect-effect yang dapat menambah tegang penonton seperti pada film

“Nightmare on Elm Street”15. Ada juga film “Salem’s Lot” yang juga

menggunakan teknik baru di mana penonton dihadapkan pada hal-hal yang

datangnya mendadak dan musik yang menyeramkan16.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam tema film horor disesuaikan

dengan suasana zamannya, sebab setiap generasi berbeda pemikirannya terhadap

15 Tony Ryanto, “Nightmare on Elm Street Film Horor Dengan Kekuatan Utama Special

Effects”, Bisnis Indonesia, Sabtu 6 September, 1986. 16 Tony Ryanto, “Salem’s Lot”, Berita Buana, Sabtu 25 Oktober, 1980.

8

Page 9: film horor Indonesia

sesuatu yang dianggap horor. Ini dapat dilihat dari berdasarkan tahun apa yang

dikatakan horor sepuluh tahun lalu belum tentu horor untuk sepuluh tahun yang

akan datang. Hal seperti inilah yang dilihat oleh para pengusaha film horor agar

dagangan yang mereka jual dapat diterima oleh masyarakat. Ada satu hal lagi

yang penting dalam film horor yang ada di Hollywood generasi awal bahwa ada

suatu pesan yang ingin disampaikan kepada para penontonnya bahwa segala

sesuatu seperti monster yang menakutkan yang memiliki sifat jahat itu dapat

dikalahkan oleh sebuah kebaikan, misal dalam film “Dracula” sosok Dracula yang

seram sekaligus menakutkan takut oleh salib dan dapat dikalahkan oleh bawang

putih dan paku yangterbuat dari kayu.

2. Pembagian Jenis Film Horor

Dalam pembagian jenis tentang film horor ada dua orang yang sangat

berpengaruh dalam pembagian jenis film horor ini yaitu Charles Derry dan T.

Todorov. Pertama pembagian jenis film horor yang dikemukakan oleh Charles

Derry (1977) di dalam bukunya yang berjudul Dark Dreams: A Psychological

History of the Modern Horror Film membagi film horor ke dalam tiga jenis yaitu

Horor of Personality, Horor of Armageddon, dan Horor of the Demonic17. Horor

of personality adalah jenis film horor yang sudah tidak lagi menokohkan karakter-

karakter yang mitis sebagai sumber horornya, horor jenis ini sudah tidak

menampilkan monster-monster yang menganggu tatanan kehidupan masyarakat

tetapi lebih menekankan pada sosok manusia normal yang biasa saja dan baru

kelihatan sifatnya ketika mulai memasuki akhir cerita, contoh film ini adalah film

“Psycho”. Horor Armageddon adalah jenis film horor yng mengambil kisah dari

kitab atau mitologi suci biblikal tentang kiamat, film seperti ini kebanyakan

berceriota antara bahaya serangan yang dilakukan oleh planet lain yang biasanya

mempunyai sistem pertahanan yang kuat dan teknologi yang lebih maju dari

manusia, film seperti ini antara lain “Alien” dan “Zombie”. Ynag terakhir adalah

horor demonic, film horor berjenis ini sangat akrab di telinga kita karena

Menawarkan tema tentang dunia yang burukakibatnya adanya kuasa Setan ada di 17 http//www.rumahfilm.org/Hikmat Darmawan/artikel/Mengapa Film Horor 2.htm, diakses

pada 13 April 2009, 22.30 WIB.

9

Page 10: film horor Indonesia

dunia, dan selalu mengancam kehidupan umat manusia. Kuasa Setan/Kejahatan

itu bisa hanya berupa penampakan spiritual belaka, dapat juga mengambil bentuk

penyihir, demit, atau setan seperti film “Don’t Look Now” (1973). Dalam horor of

demonic ini ada empat tema besar yang biasanya ada didalamnya yaitu gagasan

balas dendam, fenomena mistik khususnya kerasukan, perusakan tokoh tak

berdosa, tekanan pada simbol agama.

T. Todorov yang melakukan kajian terhadap film horor membagi film

horor berdasarkan klimaks cerita di akhir film. Todorov membaginya ke dalam

tiga kategori Horor Uncanny (misterius atau aneh), Horor Marvelous (horor

mengagumkan), dan Horor fantastic (horor yang luar biasa)18. Film horor jenis

horor uncanny lebih mengedepankan fenomena yang aneh dan misterius yang

dapat dijelaskan oleh hukum-hukum yang berlaku dalam realitas dan film yang

termasuk dalam jenis ini antara lain “Freaks”, “Black Cat” dan “Nightmare on

Elm Street”. Horor jenis marvelous adalah horor yang bersifat irasional yang tidak

dapat dijelaskan dan keirasionalan darim cerita film itu hanya diterima begitu saja

contoh film yang termasuk dalam jenis ini adalah “Alien”, “Aliens”, “King

Kong”, ‘Zombie”, “Vampire”. Sedangkan yang terakhir dari pembagian film

menurut Todorov adalah jenis horor fantastic lebih mengarahkan penonton untuk

masuk ke dalam situasi yang ragu-ragu tentang sesuatu yang supernatural dan

natural atau yang nyata maupun yang tidak nyata contoh film “The X-Files”, “The

Omen”, dan “The Exorcist”.

BAB III

PERKEMBANGAN FILM HOROR DI INDONESIA 1980-an

18 M. Yoesoef, loc. cit.

10

Page 11: film horor Indonesia

1. Masuknya Film Horor

Film horor mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1930-an oleh para

kaum cina peranakan yang pada saat itu merupakan pengusaha bioskop. Film

horor pertama yang diperkenalkan di Indonesia yaitu film “Ouw Phe Tjoa” (ular

hitam dan ular putih) pada tahun 1934 dan dengan judul “Tie Pat Kai Kawin”

(siluman babi perang siluman monyet) pada tahun 193519, film ini di impor

langsung dari Cina. Film ini dimasukkan ke dalam jenis film horor yang

diperkenalkan pertama di Indonesia dengan alasan dari penggunaan cerita legenda

masyarakat Tiongkok yang sudah terkenal.

Pada perkembangannya setelah diperkenalkannya film horor ke Indonesia,

film horor tidak begitu antusias untukdibuat oleh para sutradara-sutradara yang

ada di Hindia Belanda saat itu. Pada tahun 1941 Tan Tjoei Hock membuat film

horor yang berjudul “Tengkorak Hidup”, film ini dibuat langsung di Indonesia.

Film ini dalam ceritanya melibatkan unsur supernatural dan alam gaib yang

dijadikan sebagai sebuah fantasi dan dongeng. Pada masa-masa setelah tahun

1940 ini produksi film horor tidak ada sama sekali, hal ini disebabkan karena

Indonesia pada saat itu sedang mengalami revolusi sehingga kebanyakan dari film

yang dibuat bertemakan nasionalisme dan cerita perang untuk meningkatkan

nasionalisme pada bangsa Indonesia. Pada dekade setelah revolusipun tidak

adanya produksi film baik yang bertemakan horor maupun lainnya karena adanya

suatu pertentangan dalam para insan perfilman tentang konsep yang ingin dibuat

dan konflik itu lebih kepada konflik tentang ideologi politik antara kelompok kiri

dan kelompok kanan dan film ingin dijadikan sebuah alat untuk mencapai tujuan

manipol.

Baru setelah runtuhnya pemerintahan demokrasi terpimpin ala Soekarno

dan orde lama serta memasuki awal dari orde baru mulai kembali perfilman

Indonesia dibuat secara intens terutama film horornya. Hal ini dapat dilihat dari

muali diproduksinya film “Lisa” pada tahun 1971 yang diperankan oleh Lenny

Marlena dan Rahayu Effendi dan pada tahun 1973 dibuatlaah “Si Manis Jembatan

Ancol” yang diangkat dari cerita daerah masyarakat Betawi. Pada tahun-tahun 19 H. Misbach Yusa Biran, et al., Film Indonesia Bagian I (1900-1950) (Jakarta: Dewan Film

Nasional, 1993), hlm. 30.

11

Page 12: film horor Indonesia

awal orde baru yaitu tahun 1967 sampai akhir tahun 1970 jenis-jenis tema dalam

film horor Indonesia lumayan beragam yaitu tentang makhluk halus, mitos local,

horor komedi, dan film-film horor psikologis. Keberagaman ini dapat dilihat dari

film-film yang diproduksi pada tahun 70-an ini yaitu “Bernapas Dalam Lumpur”

(1970), “Beranak Dalam Lumpur” (1970), “Lisa” (1971), “Pemburu Mayat”

(1972), “Mayat Cemburu” (1973)20. Memasuki tahun1980-an keragaman dalam

film horor mulai hilang karena adanya peran langsung dari pemerintah tema yang

diangkat terbatas pada mitos-mitos local dan seperti selanjutnya sampai memasuki

tahun 200-an.

2. Jenis Film Horor Indonesia

Dilihat dari pembahasan yang ada sebelumnya tentang berbagai

macamnya tema film yang ada di Indonesia sulit untuk memasukkan ke dalam

jenis apa film-film horor yang ada di Indonesia. Kalau ditarik dari permulaan film

horor dibuat yaitu film horor pertama Indonesia berjenis Demonic horor (Derry)

dan marvelous horor (T. Todorov). Pada tahun 1970 film horor Indonesia

dimasukkan ke dalam kategori horor of personality (Derry) dan horor fantastic

misal dalam film “Lisa” (filmyang menimbulkan kengerian akibat rasa bersalah

seorang ibu yang telah menyuruh seseorang untuk membunuh anaknya) dan

“Pemburu Mayat” (film yang menceritakan tentang seorang psikopat yang

mengidap nekrofilia21) dalam kedua film ini penonton diajak untuk menjadi ragu-

ragu terhadap sesuatu yang sifatnya supernatural an tokohnya bukan berupa

seorang monster ataupun makhluk halus, berbeda dengan film horor Indonesia

tahun 1980-an yang termasuk ke dalam demonic horor dan marvellous horor

karena menggunakan hantu-hantu yang bergentayangan untuk balas dendam serta

alur ceritanya tidak rasional tetapi penonton tidak mempermasalahkannya.

Film horor seperti pada tahun 1970-an kurang diminati dan berhasil di

pasaran. Masyarakta lebih menyukai film horor kategori demonic mungkin karena

20 http//www.rumahfilm.org/Hikmat Darmawan/artikel/Mengapa Film Horor 2.htm, diakses

pada 13 April 2009, 22.30 WIB.21 Nekrofilia adalah orang yang gemar bersetubuh dengan mayat.

12

Page 13: film horor Indonesia

demonic horor sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu dan dalam filmnya

terkadang ada unsur sex.

3. Perkembangan Film Horor Indonesia !980-an

Pada dekade ini dikatakan sebagai perkembangan film horor Indonesia

karena banyaknya produksi film yang diproduksi per tahunnya. Perkembangan

film ini disesuaikan karena pada saat itu sedang munculnya pembicaraan tentang

film Indonesia harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Pemerintah juga sudah

mulai melakukan kontrol yang ketat terhadap film-film buatan asing maupun

produksi dalam negeri.

Bahkan dalam film horor yang dibuat pada saat itu tidak terlepas dari

kontrol pemerintah baik dari segi sensor, penggunaan cerita, sampai bagian

promosi. Pemerintah lewat Departemen Penerangan menjalankan keputusan

Menteri Penerangan Nomor 71/Sk/M/19 67 bahwa film harus sesuai dengan

kepribadian bangsa. Meledaknya film-film horor ini juga karena keberhasilan

pemerintah orde barui dalam membangun sektor industri, ekonomi, dan produksi

minyak pada akhir tahun 1970 sehingga daya beli masyarakat tinggi.

Pada tahun ini Indonesia berkembang tidak tertahankan, kenaikan harga

minyak akibat perang Irak-Iran pada awal tahun 1980 menyebabkan bonanza

minyak. Ledakan ekonomi ini juga menyebabkan pengetatan ideologi dan

korporatisasi oleh negara22. Adanya paket UU Politik tahun 1985 membuat represi

politik makin kentara dan ruang kebebasan semakin menyempit, ini terlihat ikut

campurnya pemerintah dalam membentuk mitos-mitos nasional melalui film

dengan mempromosikan sendiri film-film tersebut lewat Perusahaan Film Negara

(PFN) yang pada saat itu mempunyai posisi yang amat kuat dalam industri film.

Ini adalah salah satu hal kenapa film horor tahun 1980-an homogen hanya

terfokus pada satu tema saja yaitu pengangkatan mitos lokal saja, selain mungkin

adanya unsur politik di dalamnya untuk melanggengkan kekuasaan. Film-film

horor 1980-an yang mengandung tema mitos lokal antara lain “Malam Jum’at

Kliwon” (1986), “Nenek lampir” (1987), “Dendam Jum’at Kliwon” (1987), “Ratu 22 http//www.rumahfilm.org/Eric Sasono/artikel/Sketsa Jakarta dalam Film Indonesia. Htm,

diakses pada 25 April 2009, pukul 23.43 WIB.

13

Page 14: film horor Indonesia

Buaya Putih” (1988), “Bangkit Dari Kubur’ (1988), “Wewe Gombel” (1988),

“Malam satu suro” (1988), “Musnahkan Ilmu Santet” (1989), “Wanita Harimau

(Santet II)” (1989). Pada masa ini juga muncul aktris film yang menjadi ikon film

horor Indonesia sampai saat ini yaitu Suzanna Martha Frederika van Osch atau

yang lebih dikenal dengan nama Suzanna.

BAB IV

KESIMPULAN

Pada dasarnya film horor berkembang akibat adanya perkembangan

teknologi dalam pembuatan film baik produksi yang ada di Hollywood dan

14

Page 15: film horor Indonesia

Indonesia. Film-film horor yang ada di Hollywood semakin berkembang setelah

berakhirnya Perang Dunia II, ini juga direspon oleh para pengusaha film agar

tidak terjadinya sebuah kebosanan dalam film horor yang ada di Hollywood

karena dari tahun ke tahun selera penonton akan film horor berbeda-beda dan

semakin bervariasi, apa yang dianggap oleh generasi 70-an sebagai film horor

belum tentu sama terhadap generasi 10 tahun di depannya.

Film horor yang berkembang di Indonesia pun demikian mengalami

pasang surut pembuatannya. Bahkan perkembangannya sangat lambat karena

kebanyakan film yang ada di Indonesia hanya melihat film sebagai seduah

komoditi yang dapat dijual tanpa melihat aspek ceritanya. Hal ini karena

kebanyakan masyarakat Indonesia masih kekurangan sumber daya kreatif untuk

membuat film dan kurangnya peran para akademisi dalam pembuatan film.

Bedanya dengan Hollywood, film horor Indonesia dapat di campuri oleh masalah

yang politik seperti pada tahun 1980-an ketika terjadi bonzan minyak pemerintah

langsung mengetatkan sensor dan membuat mitos-mitos nasional dalam film

horor Indonesia. Namun, ada kesamaan antara film horor Indonesia dan

Hollywood kebanyakan di akhir cerita para tokoh yang baik akan menang

mengalahkan tokoh yang jahat, seperti pemuka-pemuka agama yang digambarkan

sebagai golongan putih dan setan yang diwakilkan oleh golongan hitam.

BIBIOGRAFI

BUKU

Abdullah, Taufik., H. Misbach Yusa Biran, S.M. Ardan. 1993. Film Indonesia

Bagian I (1900-1950). Jakarta: Dewan Film Nasional.

15

Page 16: film horor Indonesia

Cincotta, Howard (eds), Garis Besar Sejarah Amerika. 2004. Jakarta: Departemen

Luar Negeri AS.

Bambang Marhijanto, kamus Lengkap bahasa Indonesia (Surabaya: Bintang

Timur Surabaya, 1995).

KORAN

Tony Ryanto, “Nightmare on Elm Street Film Horor Dengan Kekuatan Utama

Special Effects”, Bisnis Indonesia, Sabtu 6 September, 1986.

Tony Ryanto, “Salem’s Lot”, Berita Buana, Sabtu 25 Oktober, 1980.

MAJALAH

M. Yoesoef, “Film Horor Sebuah Definisi Yang Berubah”, “Jurnal Wacana FIB

UI”, 5: 103-113, Oktober, 2003.

SKRIPSI

Wahyudi Gusti, Robby, “Industri Film Hollywood Pasca Perang Dunia II (1947-

1960-an)”. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Depok, 2006.

INTERNET

http//www.rumahfilm.org/Eric Sasono/artikel/Sketsa Jakarta dalam Film

Indonesia. Htm, diakses pada 25 April 2009, pukul 23.43 WIB.

http//www.rumahfilm.org/Hikmat Darmawan/artikel/Mengapa Film Horor 1.htm,

diakses pada 13 April 2009, 22.30 WIB.

http//www.rumahfilm.org/Hikmat Darmawan/artikel/Mengapa Film Horor 2.htm,

diakses pada 13 April 2009, 22.50 WIB.

http//www.inventors.about.com/EadweardMuybridge.htm, diakses pada 16 Mei

2009, pukul 22.30 WIB.

http//www.displaynews.com/fakta unik:sejarah film sepanjang masa.htm, diakses

pada 13 April 2009, pukul 23.30 WIB.

http://www.wikipedia.com/artikel/Perfilman Indonesia.htm, diakses pada 13 April

2009, pukul 23.09 WIB.

16