faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan ...repository.umrah.ac.id/1808/2/rusika marta...
TRANSCRIPT
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Dasar dan Kimia Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2013-2016
Rusika Martha Dewi
1
Asri Eka Ratih SE, M.Si 2
Program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2016. Jenis data adalah data sekunder. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive
Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Likuiditas, Saham Publik dan Net
Profit Margin secara partial berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan. Sedangkan Leverage, Profitabilitas dan Umur Perusahaan
secara partial tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan. Penelitian menunjukkan bahwa Leverage, Likuiditas, Profitabilitas,
Saham Publik, Umur Perusahaan dan Net Profit Margin secara simultan
berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.
Kata Kunci : Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Saham Publik, Umur
Perusahaan, Net Profit Margin dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Abstract
The purpose of this study is for factors that influence the completeness of
financial statement disclosures in manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange (BEI) for the 2013-2016 period. Data types are
secondary data. The sampling method in this study uses purposive sampling
method. The results showed that Liquidity, Public Shares and Net Profit Margin
partially affected the Completeness of Financial Statement Disclosures. While
Leverage, Profitability and Age of the Company have no partial effect on the
Completeness of Financial Statement Disclosures. Research shows that Leverage,
Liquidity, Profitability, Public Shares, Company Age and Net Profit Margin
simultaneously affect the Completeness of Financial Statement Disclosures.
Keywords: Leverage, Liquidity, Profitability, Public Shares, Company Age, Net Profit
Margin and Completeness of Financial Statement Disclosures
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat komplek karena
mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan
masyarakat sering kali dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis
tidak lepas dari kondisi keuangan suatu perusahaan.
Salah satu faktor yang mencerminkan kinerja perusahaan adalah laporan
keuangan yang harus dibuat oleh pihak manajemen secara teratur. Bagi pihak-
pihak luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela
informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui kondisi suatu
perusahaan pada suatu masa pelaporan, dimana informasi yang di dapat dari suatu
laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure)
dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.
Dengan tidak stabilnya ekonomi menuntut perusahaan untuk
mengungkapkan informasi perusahaan secara lengkap, terlebih lagi bagi
perusahaan yang sudah go publik di pasar modal. Ketatnya regulasi informasi
keuangan di suatu negara bisa dijadikan sebagai indikator perkembangan pasar
modal di negara bersangkutan. Semakin maju pasar modal, semakin ketat regulasi
yang diberlakukan. Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih berada pada
tahap emerging market, regulasi yang dimaksud belum seketat sebagaimana yang
diterapkan pada negara yang sudah maju.
Menurut Halim dan Samporno, (2016) Pengungkapan laporan keuangan
yang memadai bisa ditempuh melalui penerapan informasi yang baik. Untuk
menyelenggarakan informasi yang baik bagi pelaku pasar modal, maka
pemerintah menunjuk Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Peraturan mengenai pospos laporan keuangan minimum
yang harus diungkap dalam laporan keuangan diatur secara rinci di dalam SK
Bapepam.
Menurut Suwardjono, (2010: 581) ada tiga konsep pengungkapan laporan
keuangan yaitu Adequate disclosure, Fair disclosure, Full disclosure. Konsep
Pengungkapan cukup (Adequate disclosure) yaitu pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan
dapat diinterprestasikan dengan benar oleh investor. Konsep pengungkapan wajar
(Fair disclosure) yaitu sasaran yang etis dengan menyediakan informasi yang
layak terhadap investor potensial sedangkan Konsep pengungkapan penuh (Full
disclosure) yaitu memiliki kesan penyajian laporan keuangan yang berlebihan
sehingga banyak pihak berpendapat bahwa full disclosure merupakan konsep
yang dapat merugikan perusahaan.
Menurut Soermarso (2010), Pengungkapan informasi laporan keuangan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan
sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan sukarela
diharapkan dapat memberikan gambaran lebih luas mengenai kondisi dan situasi
perusahaan untuk mengungkapkan laporan keuangan secara sukarela dengan
manfaat yang diperoleh dari pengungkapan tersebut lebih besar dari biayanya.
Semakin banyak informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan
oleh perusahaan, maka hal ini akan mempermudah bagi pihak yang
berkepentingan untuk melihat dan meninjau bagaimana kinerja perusahaan
tersebut. Misalnya, bagi para investor, hal ini juga akan bepengaruh. Semakin
lengkap informasi yang diungkap semakin banyak pula perusahaan akan menarik
para investor tersebut. Dengan tidak menentunya atau stabilnya kondisi ekonomi
perusahaan
Laporan keuangan yang lengkap berdasarkan peraturan IFRS
(International Financial Reporting Standards) yang akan mulai berlaku pada
tahun 2012 mencakup antara lain: (a) laporan posisi keuangan, yaitu laporan
keuangan yang berisi semua pos aktiva, kewajiban, dan ekuitas.; (b) laporan laba
rugi komprehensif, yaitu laporan keuangan yang berisi semua pos pendapatan dan
beban; (c) laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan keuangan yang berisi
rekonsiliasi perubahan ekuitas untuk periode berjalan; (d) laporan arus kas, yaitu
laporan keuangan yang menunjukkan semua arus kas masuk dan arus kas keluar
dari kegiatan operasional, pendanaan, dan investasi; (e) catatan laporan keuangan,
yaitu laporan keuangan yang berisi ikhtisar kebijakan akuntansi dan informasi
penjelasan (Bragg, 2011).
Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang kualitas
pengungkapan informasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI, namun masih
terdapat perbedaan hasil. Hasil penelitian tersebut beragam, mungkin dikarenakan
perbedaan sifat variabel independen dan variabel dependen yang diteliti,
perbedaan periode pengamatan, jenis pengungkapan, peraturan yang berlaku
dan/atau perbedaan dalam metodologi statistik yang digunakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah leverage,
likuiditas, profitabilitas, net profit margin, saham publik dan umur perusahaan.
Menurut Sampurno (2016), Laverage yang merukapan tingkat hutang
perusahaan yang merupakan hal penting bagi laporan perusahaan untuk di
laporkan karena hutang perusahaan berkaitan dengan luas pengungkapan
perusahaan yang di tujukan kepada para pemegang saham dan pengambil
keputusan.
Menurut Pradifta (2014) kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain
ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan
pengungkapan yang luas. Hal ini didasarkan pada ekspetasi bahwa perusahaan
yang secara keuangan kuat, akan cenderung lebih berani mengungkapkan
informasi lebih banyak melalui laporan keuangan.
Menurut Pradifta (2014) para investor kebanyakan lebih menyukai
perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dengan harapan perusahaan mampu
memberikan pengembalian investasi yang tinggi. Didasarkan dengan tujuan untuk
menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan memberikan
signal melalui pengungkapan laporan keuangan.
Menurut Irawan (2006), Net profit margin salah satu funsi laba bersih
adalah untuk meramalkan pengahasilan jangka panjang, mengevaluasi rasio
investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik
sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menarik
investor, serta untuk mengukur harga saham dipasar modal. (Sofiana, 2010) Net
profit margin atau disebut rasio profitabilitas, rentabilitas ekonomi dan profit
margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi
yang lebih rinci, sebab mereka ingin menyakinkan investor terhadap profitabilitas
perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.
Menurut Sefani (2011), semakin besar porsi saham yang dimiliki oleh
umum menyebabkan perusahaan lebih serius dalam memberikan informasi
perusahaan kepada umum, artinya semakin tinggi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangannya.
Menurut Sampurno (2016) umur perusahaan merukapan seberapa lama
perusahaan beroperasi, perusahaan yang memiliki umur muda akan
mengungkapkan laporan keuangan secara kurang luas karena perusahaan yang
memiliki umur muda belum tahu laporan yang harus di laporkan sebagai
informasi untuk para pengambil keputusan dan para investor.
Penelitian ini berbeda dengan peneiti-peneliti sebelumnya khususnya
perubahan mengenai beberapa hal. Pertama, penelitian-penelitian sebelumnya
lebih banyak menekankan perhatian pada tingkat pengungkapan wajib saja atau
sukarela saja sebagai variabel dependen. Dalam penelitian ini, prosedur
pengukuran variabel tersebut mencakup keduanya (baik wajib maupun sukarela)
yang dinyatakan dalam indeks pengungkapan. Kedua, penelitan-penelitian
sebelumnya banyak dilakukan terhadap data cross sectional untuk satu periode
saja. Dalam penelitian ini penulis mencoba melakukan perluasan penelitian
dengan menganalisis data lebih dari satu periode untuk menguji apakah variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan dalam penelitian
ini tetap konsisten dalam waktu yang berbeda.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji secara empiris pengaruh
leverage, likuiditas, profitabilitas, saham publik, umur perusahaan, dan net profit
margin terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI, mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat
leverage, likuiditas, profitabilitas, saham publik, umur perusahaan, dan net profit
margin terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), khususnya perusahaan
manufaktur. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti memberi judul sebagai
berikut: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2013-2016”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah leverage berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan ?
2) Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan ?
3) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan ?
4) Apakah saham publik berpengaruh terhadap kelengkapan laporan
keuangan ?
5) Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan laporan
keuangan ?
6) Apakah net profit margin berpengaruh terhadap kelengkapan laporan
keuangan ?
7) Apakah leverage, likuiditas, profitabilitas, saham publik, umur
perusahaan, dan net profit margin berpengaruh terhadap kelengkapan
laporan keuangan ?
TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses
akuntansi. Laporan keuangan merupakan wujud jasa dari profesi pemakainya
sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai
laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan.
Menurut DSAK IAI (2016), tujuan laporan keuangan bertujuan umum
menjadi dasar dari Kerangka Konseptual. Aspek lain dari Kerangka Konseptual –
konsep entitas pelapor, karakteristik kualitatif, dan kendala, informasi keuangan
yang berguna, unsur-unsur laporan keuangan, pengakuan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan–mengalir secara logis dari tujuannya.
Menurut PSAK 01 (2013), Penyajian Laporan Keuangan mengatur
komponen laporan keuangan dan persyaratan minimal pengungkapan dalam
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,
dan laporan perubahan ekuitas. PSAK 1 juga mengungkapkan lebih lanjut pos-pos
yang disajikan baik dalam komponen laporan keuangan yang relevan atau catatan
atas laporan keuangan. Lampiran ini memberikan contoh sederhana tentang
bagaimana ketentuan PSAK 1 terkait laporan posisi keuangan, laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain, dan laporan perubahan ekuitas dapat
terpenuhi. Entitas dapat mengubah urutan penyajian dan istilah yang digunakan
untuk menjelaskan pospos jika diperlukan untuk memenuhi kondisi tertentu. Menurut DSAK IAI (2016) karakteristik kualitatif informasi keuangan
yang berguna yang dibahas dalam bab ini mengidentifikasi jenis informasi yang
kemungkinan besar sangat berguna untuk investor saat ini dan investor potensial,
pemberi pinjaman, serta kreditor lainnya untuk membuat keputusan mengenai
entitas pelapor berdasarkan informasi dalam laporan keuangan (informasi
keuangan).
Faktor-Faktor Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Menurut Na’im dan Rakhman (2010:72-73) dalam Wahyuningsih, Arifati,
dan Raharjo (2016), Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam
bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontijensi,
metode persediaan, jumlah saham beredar, dan ukuran perusahaan.
Pengungkapan bukan hanya memberikan penjelasan atas laporan yang
disajikan akan tetapi juga menyajikan informasi yang bermanfaat dalam
mempelajari usaha suatu perusahaan secara menyeluruh. Ada dua jenis
pengungkapan (disclosure) yang dimuat dalam laporan keuangan dalam
hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar. Yang pertama
adalah pengungkapan wajib (mandatory), yaitu pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Kedua adalah pengungkapan
sukarela (voluntary), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh
perusahaan tanpa diwajibkan oleh peraturan yang berlaku.
Menurut Kartika dan Hersugondo (2009), Sesuai dengan salah satu undang-
undang pasar modal yaitu dalam meningkatkan transparasi dan menjamin
perlindungan terhadap masyarakat pemodal, disebutkan bahwa setiap perusahaan
menawarkan efeknya melalui pasar modal wajib mengungkapkan seluruh
informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan.
Peraturan mengenai laporan tahunan perusahaan yang go publik diatur
jelas dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-431/BL/2012 tentang
penyampaian laporan tahunan emiten atau perusahaan publik. Peraturan tersebut
meneyebutkan bahwa laporan tahunan emiten dan perushaan publik merupakan
sumber informasi yang penting tentang kinerja dan propspek perusahaan bagi
pemegang saham dan masyarakat sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi.
Leverage
Menurut Pradifta (2014) rasio leverage menggambarkan sampai sejauh
mana aktiva suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio leverage yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan banyak dibiayai oleh investor atau kreditur luar.
Semakin tinggi rasio leverage beerrati semakin besar pula proporsi pendanaan
perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Teori keagenan memprediksi bahwa
perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih
banyak informasi Karena biaya keagenan perusahaan struktur modal itu lebih
tinggi.
Likuiditas
Menurut Santioso dan Yenny (2012) Rasio Likuiditas – dari sudut
pandang pemberi pinjaman, rasio lancar yang lebih tinggi tampaknya memberikan
perlindungan terhadap kemungkinan drastis bila terjadi kegagalan perusahaan.
Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar tampaknya membantu
melindungi klaim, karena persediaan dapat dicairkan dengan pelelangan atau
karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan piutang usaha. Dilihat dari
sudut lain, suatu rasio lancar yang tinggi menunjukkan praktek-praktek
manajemen yang kurang baik. Hal itu menunjukkan adanya saldo kas yang
menganggur, tingkat persediaan yang berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan
yang ada, serta kebijakan kredit yang keliru yang mengakibatkan piutang usaha
menjadi berlebihan.
Profitabilitas
Menurut Ilham (2010), dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas
menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin
tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Terdapat tiga tolak ukur sebuah profitabilitas yang biasanya
sering digunakan yaitu, Margin laba atas penjualan (Profit Margin On Sales),
Pengemablian atas total aktiva (Return On Asset/ROA), dan Pengembalian atas
ekuitas saham biasa (Return On Equity/ROE). Akan tetapi dalam penelitian ini
peneliti menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai tolak ukur atau
pengukurannya.
Saham Publik
Perusahaan yang porsi sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan
tingginya nilai perusahaan dimata publik dalam memaksimalkan kekayaan
pemegang saham dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern).
(Priguno, 2013). Saham publik menunjukkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh
masyarakat publik. Pengertian publik disini adalah pihak inividu yang berada
diluar lingkar manajemen dan tidak memilki hubungan istimewa dengannya.
Jumlah kepemilikan saham diduga mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
dalam laporan keuangan dan tahunan yang ditinjau dari aspek bahwa besarnya
kepemilikan saham oleh publik dan atau asing dibandingkan dengan kepemilikan
oleh pihak tertentu yang merupakan pihak insider (Sampurno, 2015).
Umur Perusahaan
Menurut Santioso dan Yenny (2012) umur perusahaan menunjukkan
seberapa lama perusahaan mampu bertahan. Perusahaan yang berumur lebih tua
memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan
keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih
mengetahui kebutuhan pemakai akan informasi tentang perusahaan.
Umur Perusahaan dihitung sejak perusahaan tersebut berdiri berdasarkan
akta pendirian. Semakin lama umur perusahaan maka kemungkinan memberikan
informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan yang baru berdiri.
Informasi yang banyak tersebut akan bermanfaat bagi investor dalam mengurangi
tingkat ketidakpastian perusahaan, sehingga investor dapat menggunakan
informasi tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi
(Sampurno, 2015).
Net Profit Margin (NPM)
Menurut Irawan (2006), Net profit margin (NPM) salah satu funsi laba
bersih adalah untuk meramalkan pengahasilan jangka panjang, mengevaluasi rasio
investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada public
sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang, menarik
investor, serta untuk mengukur harga saham dipasar modal. Harga saham tersebut
adalah informasi yang penting, yang dibutuhkan oleh investor sebagai dasar
penilaian atas perusahaan. Dimana perusahaan yang ingin mensejahterakan
investor cenderung akan mengungkapkan informasi net profit margin ecara luas
dan lengkap dalam laporan keuangan. Menurut Riyanto (2013:336), Net Profit
Margin adalah suatu rasio yang mengukur keuntungan netto per rupiah penjualan.
Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba
atas penjualan, rasio ini menggambarkan penghasilan bersih perusahaan
berdasarkan total penjualan. Pengukuran rasio ini dapat dilakukan dengan cara
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan.
Pengembangan Hipotesis dan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah penulis uraikan, dapat ditarik
dugaan sementara dari penelitian ini, yaitu :
H1 : Leverage Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan.
H2 : Likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
H3 : Profitabilitas Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Pengungkapan laporan
Keuangan.
H4 : Saham Publik Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan.
H5 : Umur Perusahaan Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan.
H6 : Net Profit Margin Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan.
H7 : Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Saham Publik, Umur Perusahaan dan Net
Profit Margin Berpengaruh Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data yang berbentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif dapat diolah atau
dianalisis menggunakan menggunakan tekhnik perhitungan matematika. Hal ini
juga seperti yang dikatakan oleh Sugiono (2008), yang mengatakan bahwa data
kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat
diklasifikasikan, konkrit, teramati dan terukur, hubungan variabelnya bersifat
sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya
menggunakan statistika.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang didapat dari catatan, buku, dan majalah berupa laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori dan
lain sebagainya (Sujarweni, 2015). Dalam penelitian data sekunder merupakan
data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs
www.idx.co.id . data yang diperlukan merupakan data yang diperoleh pihak
perusahaan data sudah diterbitkan dalam bentuk laporan tahunan dan laporan
keuangan atau dengan kata lain data tersebut tidak secara langsung diambil di
perusahaan tetapi diambil dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini pengukuran variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Y)
Seperti yang sudah dijlaskan bahwa variabel dependen penelitian ini
adalah Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Variabel ini
mengukur seberapa banyak item laporan keuangan yang material
diungkapkan oleh Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan
Kimia yang terdaftar di BEI. Variabel ini diukur melalui index of
disclosure methodology, yaitu dengan rumus :
n
Index Disclosure = x 100%
k
Dimana :
n = merupakan jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
k = merupakan jumlah item yang seharusnya diungkapkan perusahaan
berdasarkan peraturan
Tingkat kelengkapan pengungkapan akan dinyatakan dalam bentuk indeks
kelengkapan pengungkapan. Indeks kelengkapan pengungkapan ini
menggambarkan suatu item-item belum diungkapkan yang seharusnya
diungkapkan dalam laporan keuangan sebuah perusahaan berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Hal ini terdapat dalam peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam
No. KEP-347/BL/2012 pada tanggal 25 Juni 2012 yang berisi tentang penyajian
dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik. Berdasarkan
peraturan Bapepam maka item-item yang harus diungkapkan adalah sebanyak 72
item.
Variabel Independen (X)
1) Leverage, dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) yang akan
menggambarkan mengenai struktur modal yang dimiliki Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia dan dinyatakan dengan
rumus :
Total Hutang
LEV =
Total Aktiva
(Pradifta, 2014)
2) Likuiditas berhubungan dengan posisi keuangan jangka pendek
perusahaan,, yang diukur dengan menggunakan current ratio yang
dinyatakan dengan rumus :
Aktiva Lancar
LIKUID =
Hutang Lancar
(Brigham dan Houston, 2001:80 dalam Sefani 2011)
3) Profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan
dan kemmpuan perusahaan memperoleh keuntungan, yang diukur
menggunakan Return on Asset (ROA) yang dinyatakan dengan rumus:
Earning After Tax
PROF =
Total Assets
(Sampurno, 2015)
4) Saham publik menunjukkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh
masyarakat publik, yang diukur menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Saham Publik
SP =
Saham saham beredar
(Tristanti, 2012)
5) Umur perusahaan dihitung berdasarkan sejak perusahaan itu berdiri
berdasarkan akta pendirian, yang diukur menggunakan rumus sebagai
berikut :
UMPER = Tahun First Issue – Tahun Berdiri
(Sampurno, 2015)
6) Net Profit Margin digunakan untuk mengukur seberapa besar ukuran
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang
dihasilkan dari penjualannya. Net Profit Margin dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Laba Bersih Setelah Pajak
NPM =
Penjualan
(Hanafi, Mahmud dan Abdul Halim, 2007:83 dalam Sofiana 2010)
Gambaran Umum Data Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2013-2016. Total dari penelitian ini adalah 66 perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdsarkan dengan
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Penggunaan teknik ini bertujuan
untuk mendapatkan sampel yang representativ dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2013-2016.
2) Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan secara
berturut-turut sejak tahun 2013-2016 pada situs resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
3) Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan dalam
mata uang rupiah pada tahun 2013-2016.
4) Perusahaan manufaktur yang memiliki laba secara terus menerus selama
tahun 2013-2016.
Proses Pemilihan Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016.
66
2. Perusahaan manufaktur yang
mempublikasikan laporan keuangan
secara berturut-turut sejak tahun 2013-
2016 pada situs resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
(19)
3. Perusahaan manufaktur yang
mempublikasikan laporan keuangan dalam
mata uang rupiah pada tahun 2013-2016.
(13)
4. Perusahaan manufaktur yang memiliki
laba secara terus menerus selama tahun
2013-2016.
(18)
Jumlah Sampel Terpilih 16
Menurut kriteria tersebut jumlah perusahaan sampel yang digunakan Data
Hasil Analisis Data
Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, dan minimum. Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif dari
data yang digunakan didalam penelitian ini. Hasil Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LEV 64 .07146 .83746 .3743027 .21254062 LIKUID 64 1.00084 13.87127 3.3761989 3.12176617 PROF 64 .00601 .18838 .0728172 .05359175 SP 64 .03790 .53635 .3029213 .15667455 UMPER 64 21 63 37.38 8.943 NPM 64 .00668 .27025 .0862586 .07926846 KPLK 64 .48611 .73611 .5792098 .06693721
Valid N (listwise) 64
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Dari tabel diatas menunjukkah bahwa :
1. Leverage (X1) terdapat nilai minimum adalah 0.07146 pada perusahaan
SMBR tahun 2014, nilai maximum adalah 0.83746 pada perusahaan
INAI tahun 2015, nilai mean adalah 0.3743027 dan std. deviation
0.21254062. Hal tersebut menunjukkan bahwa leverage rata-rata
perusahaan sampel adalah sebesar 0.37% dengan tingkat variabilitas
sebesar 0.21%.
2. Likuiditas (X2) terdapat nilai minimum adalah 1.00084 pada perusahaan
BUDI tahun 2015, nilai maximum adalah 13.87127 pada perusahaan INCI
tahun 2013, nilai mean adalah 3.3761989 dan std. deviation 3.12176617.
Total Sampel Perusahaan Manufaktur pada periode 2013-2016
berjumlah 16 perusahaan x 4 tahun = 64 observasi
Hal tersebut menunjukkan bahwa likuiditas rata-rata perusahaan sampel
adalah sebesar 3.37% dengan tingkat variabilitas sebesar 2.12%.
3. Profitabilitas (X3) terdapat nilai minimum adalah 0.00601 pada
perusahaan APLI tahun 2015, nilai maximum adalah 0.18838 pada
perusahaan INTP tahun 2013, nilai mean adalah 0.0728172 dan std.
deviation 0.05359175. Hal tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas
rata-rata perusahaan sampel adalah sebesar 0.07% dengan tingkat
variabilitas sebesar 0.05%.
4. Saham Publik (X4) terdapat nilai minimum adalah 0.03790 pada
perusahaan TOTO tahun 2013 dan 2014, nilai maximum adalah 0.53635
pada perusahaan INCI tahun 2014, nilai mean adalah 0.3029213 dan std.
Deviation 0.15667455. Hal tersebut menunjukkan bahwa saham publik
rata-rata perusahaan sampel adalah sebesar 0.30% dengan tingkat
variabilitas sebesar 0.15%.
5. Umur Perusahaan (X5) terdapat nilai minimum adalah 21 pada perusahaan
APLI tahun 2013, nilai maximum adalah 63 pada perusahaan SMGR
tahun 2016, nilai mean adalah 37.38 dan std. deviation 8.943. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan rata-rata perusahaan sampel
adalah sebesar 37.38% dengan tingkat variabilitas sebesar 8.94%.
6. Net Profit Margin (X6) terdapat nilai minimum adalah 0.00668 pada
perusahaan APLI tahun 2013, nilai maximum adalah 0.27025 pada
perusahaan SMBR tahun 2014, nilai mean adalah 0.0862586 dan std.
deviation 0.07926846. Hal tersebut menunjukkan bahwa net profit margin
rata-rata perusahaan sampel adalah sebesar 0.27% dengan tingkat
variabilitas sebesar 0.08%
7. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) terdapat nilai
minimum adalah 0.48611 pada perusahaan AMFG tahun 2013 dan 2014,
nilai maximum adalah 0.73611 pada perusahaan INTP tahun 2014, nilai
mean adalah 0.5792098 dan std. deviation 0.06693721. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan rata-
rata perusahaan sampel adalah sebesar 0.57% dengan tingkat variabilitas
sebesar 0.06%.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikoleniaritas,
heterokedesitas dan autokorelasi.
Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013), Uji normalitas adalah untuk menguji apakah
dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal.
Hasil Uji Normalitas dengan One Sampel K-S Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 64
Normal Parametersa,b
Mean .0000000 Std. Deviation .03809121
Most Extreme Differences Absolute .080 Positive .080 Negative -.064
Kolmogorov-Smirnov Z .644 Asymp. Sig. (2-tailed) .801
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa hasil analisis dengan
menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test menunjukkan bahwa jumlah
Kolmogrov-Smirnov Z 0.644 dan jumlah signifikan 0.801 karena p-value = 0.801
˃ 0.05, maka diketahui Ho diterima yang berarti data residual berdistribusi secara
normal.
Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013), Uji heteroskedastisitas adalah bertujuan meguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Berdasarkan gambar diatas Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain ini uji
heterokeastisitas juga dapat menggunakan uji Spearman’s rho, jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0.05 maka tidak terjadi heterokedasitas.
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Spearman’s rho Correlations
Unstandardized Residual
Spearman's rho
LEV
Correlation Coefficient -.019
Sig. (2-tailed) .882
N 64
LIKUID
Correlation Coefficient .053
Sig. (2-tailed) .676
N 64
PROF
Correlation Coefficient -.015
Sig. (2-tailed) .908
N 64
SP
Correlation Coefficient -.032
Sig. (2-tailed) .804
N 64
UMPER
Correlation Coefficient .014
Sig. (2-tailed) .914
N 64
NPM
Correlation Coefficient -.013
Sig. (2-tailed) .918
N 64
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 64
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk
Leverage (X1) 0.882 ˃ 0.05, Likuiditas (X2) 0.676 ˃ 0.05, Profitabilitas (X3)
0.908 ˃ 0.05, Saham Publik (X4) 0.804 ˃ 0.05, Umur Perusahaan (X5) 0.914 ˃
0.05 dan Net Profit Margin (X6) 0.918 ˃ 0.05. Dapat disimpulkan bahwa pada uji
ini menunjukkan tidak adanya heterokedasitas.
Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013), uji multikolonieritas adalah bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen
yang nilai kolerasi antar sesame variabel independen sama dengan nol.
Multikolonieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variable
independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen lainnya. Dalam
pengertian sederhana setiap variable independen menjadi variable dependen
(terikat) dan diregres terhaap variable independen lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variable independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai
VIF ≥ 10.
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) LEV .341 2.936
LIKUID .430 2.324
PROF .314 3.185
SP .849 1.178
UMPER .731 1.367
NPM .291 3.438
a. Dependent Variable: KPLK
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel diatas, keseluruhan variabel untuk nilai VIF dan
Tolerance untuk variabel Leverage (X1) memiliki nilai tolerance 0.341 > 0.10,
dengan VIF 2.936 < 10, Likuiditas (X2) memiliki nilai tolerance 0.430 > 0.10,
dengan VIF 2.324 < 10, variabel Profitabilitas (X3) memiliki nilai tolerance 0.314
> 0.10, dengan VIF 3.185 < 10, variabel Saham Publik (X4) memiliki nilai
tolerance 0.849 > 0.10, dengan VIF 1.178 < 10, variable Umur Perusahaan (X5)
memiliki nilai tolerance 0.731 > 0.10, dengan VIF 1.367 < 10, variabel Net Profit
Margin (X6) memiliki nilai tolerance 0.291 > 0.10, dengan VIF 3.438 < 10.
Uji Autokorelasi
Menurut Sunyoto (2011), Salah satu ukuran dalam menentukan ada
tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)
2. Tidak terjadi autokorelasi jila nilai DW diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW
≤ +2
3. Terjai autokorelasi negatif jika nilai DW iatas +2 DW atau DW > +2
Hasil Uji Durbin Watson Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .822a .676 .642 .04004586 1.327
a. Predictors: (Constant), NPM, SP, UMPER, LIKUID, LEV, PROF b. Dependent Variable: KPLK
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai DW adalah sebesar
1.327 yang berarti bahwa -2 ˂ 1.327 ˂ 2 Hal ini berarti bahwa tidak terjadi
autokorelasi dalam model yang digunakan, sehingga model regresi layak
digunakan. Maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak dapat menolak Ho yang
menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
Uji Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui model atau bentuk hubungan pengaruh antar variabel
dan untuk mengetahui positif atau negatifnya pengaruh variabel Leverage (X1),
Likuiditas (X2), Profitabilitas (X3), Saham Publik (X4), Umur Perusahaan (X5)
dan Net Profit Margin (X6) terhadap variabel terikat Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan (Y) dimana dari sampel yang diperoleh, digunakan analisis
regresi linier berganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .524 .031 16.655 .000
LEV .052 .041 .166 1.282 .205
LIKUID -.015 .002 -.703 -6.116 .000
PROF .068 .168 .055 .407 .685
SP .220 .035 .516 6.306 .000
UMPER -.001 .001 -.140 -1.583 .119
NPM .625 .118 .741 5.300 .000
a. Dependent Variable: KPLK
Sumber : Hasil Olah data SPSS 21, 2018
Dari table diatas apat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
ID = 0.524 + 0.052 LEV - 0.015 LIKUID + 0.068 PROF + 0.220 SP - 0.001
UMPER + 0.625 NPM + ε
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta (a) Nilai konstansta (a) bernilai positif yaitu 0.524, ini berarti jika semua variabel
Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Saham Publik, Umur Perusahaan dan Net
Profit Margin memiliki angka (0), maka nilai variabel Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) adalah sebesar 0.524.
b. Koefisien b1 untuk variabel Leverage Besarnya nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0.052, nilai b1 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel Leverage dengan
variabel Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan yang artinya jika
variabel independen Leverage meningkat sebesar satu satuan dan variabel
lainnya konstan, maka variabel dependen Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.052.
c. Koefisien b2 untuk variabel Likuiditas Besarnya nilai koefisien regresi (b2) sebesar -0.015, nilai b2 yang negatif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara variabel Likuiditas
dengan variabel Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan yang artinya
jika variabel independen Leverage meningkat sebesar satu satuan dan variabel
lainnya konstan, maka variabel dependen Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan (Y) akan mengalami penurunan sebesar -0.015.
d. Koefisien b3 untuk variabel Profitabilitas Besarnya nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0.068, nilai b3 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel Profitabilitas
dengan variabel Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan yang artinya
jika variabel independen Leverage meningkat sebesar satu satuan dan variabel
lainnya konstan, maka variabel dependen Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.068.
e. Koefisien b4 untuk variabel Saham Publik Besarnya nilai koefisien regresi (b4) sebesar 0.220, nilai b4 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel Saham Publik
dengan variabel Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan yang artinya
jika variabel independen Leverage meningkat sebesar satu satuan dan variabel
lainnya konstan, maka variabel dependen Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0.220.
f. Koefisien b5 untuk variabel Umur Perusahaan Besarnya nilai koefisien regresi (b5) sebesar -0.001, nilai b5 yang negatif
menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara variabel Umur
Perusahaan dengan variabel Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
yang artinya jika variabel independen Leverage meningkat sebesar satu
satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel dependen Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) akan mengalami penurunan sebesar -
0.001.
g. Koefisien b6 untuk variabel Net Profit Margin Besarnya nilai koefisien regresi (b6) sebesar 0.625, nilai b6 yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel Net Profit
Margin dengan variabel Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
yang artinya jika variabel independen Leverage meningkat sebesar satu
satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel dependen Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar
0.625.
Pengujian Hipotesis
Uji Secara Simultan (F)
Tabel 4.8
Hasil Uji Secara Simultan (F) ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .191 6 .032 19.837 .000b
Residual .091 57 .002
Total .282 63 a. Dependent Variable: KPLK b. Predictors: (Constant), NPM, SP, UMPER, LIKUID, LEV, PROF
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel Diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 19.837
dengan tingkat signifikansi 0.000b nilai F hitung akan dibandingkan dengan nilai
F tabel. Nilai F tabel pada tingkat kesalahan α=5% dengan derajat kebebasan (df)
= (n-k) ; (k-1). Jumlah observasi (n) sebanyak 64, dan jumlah variabel penelitian
(k) berjumlah (7). Jadi df = (64-7) ; (7-1), sehingga F tabel pada tingkat
kepercayaan 95% (α=5%) adalah 2.26. jadi F hitung ˃ F tabel (19.837 ˃ 2.26) dan
tingkat signifikansi sebesar 0.000b maka keputusan H7 diterima Leverage,
Likuiditas, Profitabilitas, Saham Publik, Umur Perusahaan dan Net Profit Margin
secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri
dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
Uji Secara Partial (T)
Hasil Uji Secara Partial (T) Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .524 .031 16.655 .000
LEV .052 .041 .166 1.282 .205
LIKUID -.015 .002 -.703 -6.116 .000
PROF .068 .168 .055 .407 .685
SP .220 .035 .516 6.306 .000
UMPER -.001 .001 -.140 -1.583 .119
NPM .625 .118 .741 5.300 .000
a. Dependent Variable: KPLK
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Dengan nilai n=36, α=5% : 2 =2.5%, α=2 (uji dua sisi) dengan derajat
keterbatasan (df) n-k-1 atau 64-6-1=57. Hasil untuk nilai t-tabel dengan pengujian
dua sisi yaitu 2.0025. Dengan ini dapat diambil kesimpulan dari analisis tabel
diatas Sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analasis pada table diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 1.282 ˂ 2.0025 dan nilai signifikansi (p-value = 0.205 ˃
0.05). Maka H1 ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Leverage
(X1) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan (Y).
2. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar -6.116 ˂ -2.0025 dan nilai signifikansi (p-value = 0.000 ˂
0.05). Maka H2 diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel Likuiditas
(X2) secara parsial berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan (Y).
3. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 0.407 ˂ 2.0025 dan nilai signifikansi (p-value = 0.685 ˃
0.05). Maka H3 ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Profitabilitas
(X3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan (Y).
4. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 6.306 ˃ 2.0025 dan nilai signifikansi (p-value = 0.000 ˂
0.05). Maka H4 diterima dan Ho ditolak, yang berarti Saham Publik (X4)
secara parsial berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan (Y).
5. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar -1.583 ˃ -2.0025 dan nilai signifikansi (p-value = 0.119 ˃
0.05). Maka H5 ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Umur
Perusahaan (X5) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan (Y).
6. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 5.300 ˃ 2.0025 dan nilai signifikansi (p-value = 0.000 ˂
0.05). Maka H6 diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel Net Profit
Margin (X6) secara parsial berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan (Y).
Uji Koefisien Determinasi
Menurut Priyatno (2012), koefisien determinasi adalah digunakan untuk
mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .822a .676 .642 .04004586 1.327
a. Predictors: (Constant), NPM, SP, UMPER, LIKUID, LEV, PROF b. Dependent Variable: KPLK
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel Diatas dapat dilihat bahwa dapat diketahui nilai
Adjusted R² (R Square) adalah 0.642. Jadi sumbangan pengaruh dari variabel
independen (Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Saham Publik, Umur Perusahaan
dan Net Profit Margin) terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016 yaitu 64.2% sedangkan sisanya 35,8%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Pembahasan
1. Pengaruh Leverage Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Leverage tidak berpengaruh
terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hal ini
mengindikasikan perusahaan yang memiliki hutang yang besar akan
melaporkan laporan keuangan dengan porsi yang lebih banyak untuk
memberi laporan yang lengkap kepada pengambil keputusan dan pera
pemegang saham. Hasil penelitian ini dipertegas dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Irawan (2006), Sofiana (2010), Daniel
(2013), Tristanty (2012) dan Sampurno (2014) menunjukkan bahwa
leverage tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Pradifta (2014) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Likuiditas berpengaruh
terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang semakin rendah maka semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan. Ketika likuiditas dipandang
sebagai ukuran kinerja, perusahaan yang mempunyai likuiditas rendah
perlu memberikan informasi yang lebih rinci untuk menjelaskan lemahnya
kinerja dibanding perusahaan yang memiliki rasio likuiditas yang tinggi.
Hasil penelitian ini dipertegas dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Daniel (2013) dan Pradifta (2014) menunjukkan bahwa
likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Irawan (2006), Sofiana (2010), Sefani (2011), Tristanty (2012), Sampurno
(2014) dan Hernaningtyas (2015) menunjukkan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.
Hal ini mengindikasikan bahwa Perusahaan dengan tingkat profitabilitas
yang tinggi berarti memiliki kinerja perusahaan yang sudah baik.
Perusahaan dengan kinerja yang sudah baik lebih memilih untuk tidak
mengungkap informasi secara lengkap karena beranggapan tidak perlu
mengungkap informasi yang dianggap buruk disaat posisi perusahaan
sedang baik. Perusahaan khawatir akan menurunkan nilai perusahaan
dimata investor. Hasil penelitian ini dipertegas dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Irawan (2006), Sefani (2011) dan
Sampurno (2014) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Tetapi berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tristanty (2012) dan Pradifta
(2014) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
4. Pengaruh Saham Publik Terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Saham Publik berpengaruh
terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan. Hal ini
mengindikasikan bahwa dengan saham yang di miliki masyarakat banyak
maka informasi dalam laporan keuangan perusahaan akan terperinci dan
lebih luas untuk memeberikan informasi kepada masyarakat dengan
keadaan perusahaan, dalam peneltitan ini variabel saham publik
berpengaruh signifikan berarti saham publik berpengaruh tarhadap
kelengkapan laporan keuangan perusahaan untuk memberikan informasi
kepada investor agar mengetahui kondisi perusahaan. Hasil penelitian ini
dipertegas dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tristanty
(2012) dan Sampurno (2015) menunjukkan bahwa porsi saham publik
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2006),
Sefani (2011) dan Hernaningtyas (2015) menunjukkan bahwa porsi saham
publik tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
5. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Umur Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang mempunyai umur lebih
tua tidak akan mengungkapkan laporan keuangan secara lengkap dan
perusahaan yang mempunyai umur lebih tua cenderung melaporkan
laporan yang di butuhkan oleh pihak yang membutuhkan jadi perusahaan
akan melaporkan laporan yang di butuhkan saja. Hasil penelitian ini
dipertegas dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tristanty
(2012), Sampurno (2014) dan Hernaningtyas (2015) menunjukkan bahwa
umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Irawan (2006) menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
6. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Net Profit Margin
berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki net profit
margin yang tinggi akan mendorong perusahaan untuk memberikan
informasi tentang laporan keuangan secara lebih lengkap, dimana hal ini
dibutuhkan oleh pihak–pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan
tersebut. Hal tersebut dikarenakan investor beranggapan bahwa
perusahaan dengan laba yang tinggi mampu memberikan pengembalian
investasi yang tinggi pula. Hasil penelitian ini dipertegas dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sofiana (2010) menunjukkan bahwa net
profit margin berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Irawan (2006) menunjukkan bahwa net profit margin tidak berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
7. Pengaruh Leverage, Leverage, Profitabilitas, Saham Publik, Umur
Perusahaan dan Net Profit Margin Terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Leverage, Likuiditas,
Profitabilitas, Saham Publik, Umur Perusahaan dan Net Profit Margin
berpengaruh signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan .
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarakan uraian pembahasan diatas maka kesimpulan yang diambil
adalah sebagai berikut :
1. Leverage (X1) tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
2. Likuiditas (X2) berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
3. Profitabilitas (X3) tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2016.
4. Saham Publik (X4) berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
5. Umur Perusahaan (X5) tidak berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2016.
6. Net Profit Margin (X6) berpengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
7. Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Saham Publik, Umur Perusahaan dan
Net Profit Margin secara simultan berpengaruh terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada perusahaan manufaktur sektor
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2016.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan terhadap penelitian yang
akan datang agar dapat :
1. Menambahkan variabel independen lainnya, yang diduga memiliki
pengaruh terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.
2. Memperluas populasi penelitian.
3. Menggunakan periode yang berbeda atau periode terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Priguno (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pengungkapan Sukarela Pada Laporan Tahunan. (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Tedaftar di Bursa Efek Indonesia)
Agus Sumarnadi Nugroho, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012).
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Keluasan
Pengungkapan Laporan Keuangan pada Sektor Industri Makanan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ahmed Riahi-belkaoui. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Jakarta: Salemba
Empat, 2011.
Andi Kartika dan Hersugondo, Eksplanasi Volume 4 Nomor 7 Edisi Mei 2009.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Anggraeni, Ardiana Renukti. 2008. Pengaruh Likuiditas, Struktur Modal,
profitabilitas, Rasio Saham Publik dan Tipe Kepemilikan Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Fakultas
Ekonomi. Universitas Surakarta.
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control
System. Salemba Empat: Jakarta
Bapepam, Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal tentang
Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. 2000.
Chariri, Anis dan Ghozali, Imam. 2008. Teori Akuntansi. Edisi Revisi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Cristine Sutanto, 2012. Pengaruh Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Tahunan Terhadap Biaya Atas Pinjaman Dengan Ukuran Perusahaan,
Reputasi Auditor dan Times Interest Earned Ratio sebagai Variabel
Pemoderasi. (Penelitian pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI). Universitas Indonesia Depok.
Drs. Hadri Mulya, M.Si. 2013. Memahami Akuntansi Dasar : Pendekatan
Teknis Siklus Akuntansi Edisi 3.
Fitriany, Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan
Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di
BEJ, Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Hendriksen, D, Eldon and Micahel F. Van Bred, Teori Akuntasi, Edisi V, Buku
2, Interaksara, Batam, 2002.
Jensen. M.C. and Meckling (1976). Theory of the firm : Managerial Behaviour,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economicks
Marwata, Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan
Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahan Publik di Indonesia,
Simposium Nasional Akuntansi IV, 2001.
Moh. Halim dan Vicky Sampurno, Jurnal Manajemen dan Bisnis Indnesia
Vol.1.No.2 Desember 2015
Mulyadi, Agus. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Pertambangan Yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia. Universitas
Pembangunan “Veteran” Jakarta.
Na’im, Ainun dan Rakhman, Analisis Hubungan antara Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15,
No.1, 2000.
Nugraheni, dkk. 2012. Analisis FaktorFaktor Fundamental Perusahaan
Terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Vol. VIII. No. 1. pp. 75
Pradifta, 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2012.
[Robert T. Kleiman] Apr 6, 2010 Encyclopedia of Business. Agency Theory
Vicky Sampurno, 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan. (Studi pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI).
Wiwit Wahyuningsih, Rina Arifati, SE, M.Si, Akt, Kharis Raharjo, SE, MSi.Ak,
CA. Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016. Pengaruh
likuiditas, leverage, profitabilitas dan porsi saham publik, ukuran
perusahaan dan umu perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keungan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
Indonesia dengan periode penelitian tahun 2009-2014.
Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi; Cet, 1- Alat
Statistik dan Analisis Output Komputer. Yogyakarta : CAPS, ( 2011; 134-
135)