faktor – faktor yang mempengaruhi …
TRANSCRIPT
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 145
Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 1 2015Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
___________________________________________________________________________________________
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMANTERENCANA KOTA DEPOK
Laella Nuzullia1 dan Wisnu Pradoto2
1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: [email protected]
ABSTRAK:Kota Depok sebagai bagian dari Jakarta Metropolitan Region (JMR) mempunyai perkembangan yangcepat sebagai bentuk dari fenomena Mega-Urbanisasi. Salah satu bentuk perkembangannya dapat dilihat dariperkembangan kawasan permukiman terencana. Namun, seringkali pembangunan kawasan permukimanterencana yang dilakukan oleh pihak swasta/developer hanya berorientasi pada keuntungan tanpamemperhatikan kesesuaian lahan sehingga menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari lahan tidakterbangun menjadi lahan terbangun khususnya permukiman. Hal ini berdampak pada perkembangan kawasanpermukiman terencana yang tidak merata karena mengikuti ketersediaan lahan tidak terbangun. Penelitian inidilakukan untuk menganalisis perkembangan kawasan permukiman terencana dan faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangannya. Kajian perkembangan kawasan permukiman terencana dilakukan secaratime series yaitu pada tahun 1990, 2000, dan 2010. Faktor – faktor yang dikaji dalam penelitian terdiri dari 5faktor, yaitu Lahan Tidak Terbangun, Jarak dari Jaringan Jalan arteri dan Kolektor, Kondisi Fisik Alam, FaktorEksternal berupa jarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) dan Jaringan Jalan Tol, serta harga lahan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah skoring, deskriptifkuantitatif, dan regresi spasial OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis yang telah dilakukan menghasilkanbahwa perkembangan kawasan permukiman terencana lebih cenderung mengarah ke luar pusat kota menujuke wilayah – wilayah pinggiran Kota Depok. Ada 2 faktor yang memiliki perbandingan lurus terhadapperkembangan kawasan permukiman terencana. yaitu lahan tidak terbangun dengan nilai koefisien +0.010 danjarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) serta Jaringan Jalan Tol dengan nilai koefisien +3.604. Sedangkan3 faktor lainnya memiliki perbandingan terbalik terhadap perkembangan kawasan permukiman terencanayaitu Jaringan Jalan Arteri dan Kolektordengan nilai koefisien -0.104, Kondisi Fisik Alamdengan nilai koefisien -0.344, dan Harga Lahandengan nilai koefisien -0.003.
Kata Kunci : Permukiman Terencana, Peri-urban, Ordinary Least Square (OLS)
ABSTRAK:Depok city which a part of Jakarta Metropolitan Region (JMR) is fast developing as a form ofMegaurbanisation phenomena. The developing can be found on planned settlement development.Nevertheless, planned settlement was built by developer having commercial oriented without thinking aboutland suitability so it’s make a lot of land conversely from non built up areas to built up areas especially forsettlement. This phenomena impactful to developing of planned settlement which sprawl developing becauseavailability of non built up areas. The purpose of research focused on how to analyze developing of plannedsettlement and its factors which influents the developing. The period of developing was time series between1990, 2000, and 2010. Factors which can influent of developing divided into 5 factors, there are non-built upareas,distance from arterial and kolektor roads, natural physic,eksternal factors such as distance fromUniversity of Indonesia (UI) and Toll road, land prices.The research used quantitative method. Analyzingtechnique by scoring, quantitative descriptif, and Ordinary Least Square (OLS). Planned settlement developmentwas direct from inner city to suburban area. There are 2 factors which have proportionally relationship withdeveloping of planned settlement such as non-built up areas (+0.010) and distance from University of Indonesia
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 145
Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 1 2015Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
___________________________________________________________________________________________
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMANTERENCANA KOTA DEPOK
Laella Nuzullia1 dan Wisnu Pradoto2
1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: [email protected]
ABSTRAK:Kota Depok sebagai bagian dari Jakarta Metropolitan Region (JMR) mempunyai perkembangan yangcepat sebagai bentuk dari fenomena Mega-Urbanisasi. Salah satu bentuk perkembangannya dapat dilihat dariperkembangan kawasan permukiman terencana. Namun, seringkali pembangunan kawasan permukimanterencana yang dilakukan oleh pihak swasta/developer hanya berorientasi pada keuntungan tanpamemperhatikan kesesuaian lahan sehingga menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari lahan tidakterbangun menjadi lahan terbangun khususnya permukiman. Hal ini berdampak pada perkembangan kawasanpermukiman terencana yang tidak merata karena mengikuti ketersediaan lahan tidak terbangun. Penelitian inidilakukan untuk menganalisis perkembangan kawasan permukiman terencana dan faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangannya. Kajian perkembangan kawasan permukiman terencana dilakukan secaratime series yaitu pada tahun 1990, 2000, dan 2010. Faktor – faktor yang dikaji dalam penelitian terdiri dari 5faktor, yaitu Lahan Tidak Terbangun, Jarak dari Jaringan Jalan arteri dan Kolektor, Kondisi Fisik Alam, FaktorEksternal berupa jarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) dan Jaringan Jalan Tol, serta harga lahan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah skoring, deskriptifkuantitatif, dan regresi spasial OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis yang telah dilakukan menghasilkanbahwa perkembangan kawasan permukiman terencana lebih cenderung mengarah ke luar pusat kota menujuke wilayah – wilayah pinggiran Kota Depok. Ada 2 faktor yang memiliki perbandingan lurus terhadapperkembangan kawasan permukiman terencana. yaitu lahan tidak terbangun dengan nilai koefisien +0.010 danjarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) serta Jaringan Jalan Tol dengan nilai koefisien +3.604. Sedangkan3 faktor lainnya memiliki perbandingan terbalik terhadap perkembangan kawasan permukiman terencanayaitu Jaringan Jalan Arteri dan Kolektordengan nilai koefisien -0.104, Kondisi Fisik Alamdengan nilai koefisien -0.344, dan Harga Lahandengan nilai koefisien -0.003.
Kata Kunci : Permukiman Terencana, Peri-urban, Ordinary Least Square (OLS)
ABSTRAK:Depok city which a part of Jakarta Metropolitan Region (JMR) is fast developing as a form ofMegaurbanisation phenomena. The developing can be found on planned settlement development.Nevertheless, planned settlement was built by developer having commercial oriented without thinking aboutland suitability so it’s make a lot of land conversely from non built up areas to built up areas especially forsettlement. This phenomena impactful to developing of planned settlement which sprawl developing becauseavailability of non built up areas. The purpose of research focused on how to analyze developing of plannedsettlement and its factors which influents the developing. The period of developing was time series between1990, 2000, and 2010. Factors which can influent of developing divided into 5 factors, there are non-built upareas,distance from arterial and kolektor roads, natural physic,eksternal factors such as distance fromUniversity of Indonesia (UI) and Toll road, land prices.The research used quantitative method. Analyzingtechnique by scoring, quantitative descriptif, and Ordinary Least Square (OLS). Planned settlement developmentwas direct from inner city to suburban area. There are 2 factors which have proportionally relationship withdeveloping of planned settlement such as non-built up areas (+0.010) and distance from University of Indonesia
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 145
Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 1 2015Online :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
___________________________________________________________________________________________
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMANTERENCANA KOTA DEPOK
Laella Nuzullia1 dan Wisnu Pradoto2
1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: [email protected]
ABSTRAK:Kota Depok sebagai bagian dari Jakarta Metropolitan Region (JMR) mempunyai perkembangan yangcepat sebagai bentuk dari fenomena Mega-Urbanisasi. Salah satu bentuk perkembangannya dapat dilihat dariperkembangan kawasan permukiman terencana. Namun, seringkali pembangunan kawasan permukimanterencana yang dilakukan oleh pihak swasta/developer hanya berorientasi pada keuntungan tanpamemperhatikan kesesuaian lahan sehingga menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari lahan tidakterbangun menjadi lahan terbangun khususnya permukiman. Hal ini berdampak pada perkembangan kawasanpermukiman terencana yang tidak merata karena mengikuti ketersediaan lahan tidak terbangun. Penelitian inidilakukan untuk menganalisis perkembangan kawasan permukiman terencana dan faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangannya. Kajian perkembangan kawasan permukiman terencana dilakukan secaratime series yaitu pada tahun 1990, 2000, dan 2010. Faktor – faktor yang dikaji dalam penelitian terdiri dari 5faktor, yaitu Lahan Tidak Terbangun, Jarak dari Jaringan Jalan arteri dan Kolektor, Kondisi Fisik Alam, FaktorEksternal berupa jarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) dan Jaringan Jalan Tol, serta harga lahan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah skoring, deskriptifkuantitatif, dan regresi spasial OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis yang telah dilakukan menghasilkanbahwa perkembangan kawasan permukiman terencana lebih cenderung mengarah ke luar pusat kota menujuke wilayah – wilayah pinggiran Kota Depok. Ada 2 faktor yang memiliki perbandingan lurus terhadapperkembangan kawasan permukiman terencana. yaitu lahan tidak terbangun dengan nilai koefisien +0.010 danjarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) serta Jaringan Jalan Tol dengan nilai koefisien +3.604. Sedangkan3 faktor lainnya memiliki perbandingan terbalik terhadap perkembangan kawasan permukiman terencanayaitu Jaringan Jalan Arteri dan Kolektordengan nilai koefisien -0.104, Kondisi Fisik Alamdengan nilai koefisien -0.344, dan Harga Lahandengan nilai koefisien -0.003.
Kata Kunci : Permukiman Terencana, Peri-urban, Ordinary Least Square (OLS)
ABSTRAK:Depok city which a part of Jakarta Metropolitan Region (JMR) is fast developing as a form ofMegaurbanisation phenomena. The developing can be found on planned settlement development.Nevertheless, planned settlement was built by developer having commercial oriented without thinking aboutland suitability so it’s make a lot of land conversely from non built up areas to built up areas especially forsettlement. This phenomena impactful to developing of planned settlement which sprawl developing becauseavailability of non built up areas. The purpose of research focused on how to analyze developing of plannedsettlement and its factors which influents the developing. The period of developing was time series between1990, 2000, and 2010. Factors which can influent of developing divided into 5 factors, there are non-built upareas,distance from arterial and kolektor roads, natural physic,eksternal factors such as distance fromUniversity of Indonesia (UI) and Toll road, land prices.The research used quantitative method. Analyzingtechnique by scoring, quantitative descriptif, and Ordinary Least Square (OLS). Planned settlement developmentwas direct from inner city to suburban area. There are 2 factors which have proportionally relationship withdeveloping of planned settlement such as non-built up areas (+0.010) and distance from University of Indonesia
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 146
(UI) and Toll road (+3.604). The other have inversely relationship with developing of planned settlement such asdistance from arterial and kolektor roads (-0.104), natural physic (-0.344) and land prices (-0.003).
Kata Kunci : Planned Settlement, Peri-urban, Ordinary Least Square (OLS)
PENDAHULUANKota Depok sebagai bagian dari
Jakarta Metropolitan Region (JMR) mempunyaiperkembangan yang cepat sebagai dampakdari fenomena Mega-Urbanisasi.Perkembangan yang cepat ini dapat dilihat dariaspek peningkatan jumlah penduduk danpembangunan perumahan dan permukiman.Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2004tercatat sejumlah 1,369,461 jiwa, sedangkan ditahun 2012 tercatat 1,898,567 jiwa (BadanPusat Statistik, 2013). Dari data pendudukkependudukan tahun 2004 dan 2012 makadapat dilihat bahwa Kota Depok mengalamipeningkatan jumlah penduduk sekitar 529,106jiwa dalam kurun waktu 8 tahun. Beberapafaktor yang berkontribusi dalam proses Mega-Urbanisasi di JMR adalah adanyapembangunan perumahan skala besar, kotabaru, infrastruktur, dan industrial estate(Firman, 2009). Total pembangunan kawasanpermukiman terencana di Kota Depok tahun2010 adalah sejumlah 658 kawasanpermukiman terencana, sedangkan jumlah initerus bertambah sehingga total pembangunankawasan permukiman terencana sejumlah 949kawasan permukiman terencana (Dinas TataRuang dan Permukiman, 2011).
Pembangunan kawasan permukimanterencana yang terletak di Kota Depoksebagian besar dilakukan oleh pengembang(developer) dimana dalam pengembanganpermukiman terencana ini para pengembangcenderung membangun permukimanterencana yang bersifat komersial, artinyadisini permukiman terencana diletakkan padalokasi – lokasi strategis di Kota Depok sehingganilai jual-belinya pun cukup tinggi. Akan tetapi,lokasi – lokasi strategis di Kota Depok yangberada di pinggiran Kota Jakarta telah banyakdibangun permukiman terencana dengankepadatan bangunan yang tinggi sehinggamenyebabkan para pengembang mencari
lahan – lahan baru untuk tetapmengembangkan kawasan permukiman.Pengembang akan membeli lahan yang beradadi pinggiran Kota Depok dimana hargalahannya masih cukup rendah kemudian dijualdengan harga yang relative tinggi apabilaperkembangan permukiman terencana mulaimengarah pada wilayah pinggiran Kota Depokatau dengan kata lain pusat Kota Depok sudahcukup padat dan tidak memiliki lahan siapbangun untuk dijadikan kawasan permukimanterencana. Hal ini menyebabkan adanyaperubahan penggunaan lahan yang besarterutama pada wilayah pinggiran Kota Depokdimana ketersediaan lahan masih cukup besar.Dampak dari adanya aktivitas developer(pengembang) dalam membangun kawasanpermukiman terencana menyebabkanperkembangan yang tidak merata.
Tujuan dari penelitian ini adalahmenganalisis perkembangan kawasanpermukiman terencana dan faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangannya.
Adapun sasaran yang akan dilakukanuntuk mencapai tujuan penelitian:1. Menganalisis laju dan pola perkembangan
kawasan permukiman terencana di KotaDepok.
2. Menganalisis karakteristik sosial ekonomipenghuni kawasan permukiman terencanadi Kota Depok.
3. Menganalisis faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangan kawasanpermukiman terencana di Kota Depok.
Ruang lingkup wilayah penelitian inisecara administratif yaitu Kota Depok. KotaDepok memiliki 11 kecamatan, yaituKecamatan Beji, Pancoran Mas, Cipayung,Sukmajaya, Cilodong, Limo, Cinere, Cimanggis,Tapos, Sawangan, dan Bojongsari. Objekpenelitian ini akan lebih difokuskan kepadakawasan permukiman terencana yang terletakdi 11 kecamatan tersebut.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 147
Gambar 1Peta Wilayah Studi Penelitian
KAJIAN LITERATURLaju dan Pola Perkembangan KawasanPermukiman Terencana
Menurut Wirth (dalam Kostof , 1991:37)berpendapat bahwa kota adalah permukimantetap dalam skala besar dan cenderungmemiliki kepadatan yang tinggi serta terdiridari individu serta karakter yang bersifatheterogen. Sedangkan Mumford (dalamKostof, 1991:37) juga mengemukakan bahwakota adalah tempat yang mempunyai dayatarik penduduk yang besar sehinggamenimbulkan kepadatan atau konsentrasipermukiman yang tinggi di dalamnya
Kota merupakan sesuatu yang dinamis,artinya kota mengalami perkembangan dariwaktu ke waktu. Menurut Zahnd (1999:23),perkembangan kota tidak terjadi secaraabstrak, artinya perkembangan kotaberlangsung dalam 4 dimensi yaitu kondisiruang yang berkaitan dengan produk, waktuyang berkaitan dengan proses perkembangan,perilaku manusia dalam memanfaatkan ruangserta aktivitas yang ada dalam ruang.
Menurut Zahnd (1999:25) terdapat tigacara perkembangan dasar di dalam kota, yaitu:1. Perkembagan Horizontal
Perkembangan horizontal adalahperkembangan yang cara
perkembangannya mengarah ke luar,artinya daerah yang mengalamiperkembangan semakin luas.Perkembangan ini sering terjadi di pinggirkota, dimana lahan masih lebih murah dandekat dengan jalan raya yang mengarah kekota sehingga menyebabkanperkembangan wilayah pinggiran kota.
2. Perkembangan VertikalPerkembangan vertical adalah
perkembangan yang caraperkembangannya mengarah ke atas,artinya daerah mengalami pembangunansecara vertical atau dengan kata lainketinggian bangunan pada suatu daerahmengalami peningkatan.
3. Perkembangan interstialMenurut Harlow (dalam Zahnd,
1999:24), istilah ‘interstisial’ berasal dariistilah interstice/ interstitial yang berfokuspada suatu proses (cara) kepadatan ataudengan kata lain perkembangan interstialadalah perkembangan yang caraperkembangannya mengarah ke dalamartinya jumlah lahan terbangun di suatudaerah semakin bertambah.Perkembangan ini sering terjadi di daerahpusat kota serta daerah antara pusat kotadan pinggiran dimana sudah terdapat
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 148
batasan daerah yang jelas sehingga hanyabisa dipadatkan.
Definisi pola perkembangan permukimanterdiri dari 3 kata dasar yaitu pola,perkembangan, dan permukiman terencana.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Meifinta, 2013 ) bahwa pola adalahgambar yang digunakan untuk contoh, corak,sistem, bentuk yang tetap, kombinasi sifatkecenderungan yang khas, informasi bentukpengorganisasian, teknik penyusunan,pedoman, kerangka, cara dan usaha. Jikadikaitkan dengan kalimat pola perkembanganpermukiman terencana adalah corak ataubentuk perkembangan permukiman terencanayang diamati secara time series.
Menurut Hartson (dalam Koestoer,2001), pola perkembangan perkotaan dibagimenjadi 3, yaitu (a) Pola linear, dimana bentukkotanya mengikuti jaringan jalan; (b) Polakantong, dimana muncul kota – kota di sekitarkota induk yang bersifat mengelompok; (c)Pola Hierarki, dimana ada hierarki kota – kotadi sekitar kota induk yang memiliki polateratur.
Menurut Koestoer (2001:9) bahwabentuk kota tergantung pada kondisi fisik yangdimiliki oleh suatu kota. Kota yang memilikihambatan fisik akan berkembang mengikutihambatan fisik tersebut sehingga memiliki polayang tidak teratur. Berikut pola – pola umumperkembangan perkotaan :
Sumber :Branch (dalam Koestoer, 2001, p.126)Gambar 2
Pola – Pola Umum Perkembangan PermukimanTerencana
Permukiman TerencanaMenurut Kostof (1991), permukiman
dibagi menjadi 2 yaitu planned settlement danunplanned settlement. Sejarah perkembangan
planned settlement terjadi sejak 600 SMdengan adanya pola grid yang bersifatmonoton dan konsep Garden City yang dibuatoleh Ebenezer Howard.
Planned settlement sering disebutsebagai perumahan formal karena dibangunsecara terencana. Dalam Permenpera No.10/Permen/M/2007, perumahan formaladalah rumah atau perumahan yang dibangunsecara terencana oleh lembaga / institusi yangberbadan hukum sehingga memiliki pola yangteratur. Menurut Kuswartojo (2005:104),perumahan formal juga dibangun berdasarkanizin sesuai peraturan perundang-undanganyang berlaku. Selain itu, perumahan formaljuga dilengkapi oleh sarana dan prasaranapendukung sehingga jaringan pelayananberada diantara elemen perumahan danmenentukan pola permukiman.
Wang dan Li (2006) melakukan sebuahpenelitian terkait dengan hubungan kondisisosial, ekonomi dan fisik yang mempengaruhipreferensi seseorang dalam memilih tempatbermukim di Cina. Menurut Wang dan Li(2006), karakteristik sosial, dan ekonomiberdampak pada faktor preferensi bermukimmasyarakat. Karakteristik sosial dan ekonomiyang dimaksud terdiri dari 5 aspek, yaitu:1. Pendapatan Rumah Tangga (Household
Income)Pendapatan rumah tangga berdampak
pada konsumsi permukiman terencanaberdasarkan kemampuan financial yangdimiliki oleh suatu rumah tangga.2. Pendidikan (Education)
Tingkat pendidikan sangat berkorelasidengan pendapatan. Namun, disini tingkatpendapatan juga berpengaruh pada preferensiseseorang untuk memilih lokasi bermukim. DiCina, posisi seseorang dalam hierarki pekerjaandipengaruhi oleh tingkat pendidikan (Szelenyi,1987; Wang dan Li, 2006). Pengaruh tingkatpendidikan dalam memilih lokasi pemukimansangatlah kuat. Hal ini ditunjukkan melaluiadanya preferensi kesukaan bermukim (districtpreference).3. Usia (Age)
Studi tentang pemilihan lokasipermukiman dan mobilitas, hal yang pentingdiidentifikasikan adalah usia dan sikluskehidupan keluarga (Clark, 1982; Wang dan Li,2006).4. Iklim Dunia Kerja (Nature of Employment
Organization)
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 149
Iklim dunia kerja berkaitan dengan jenispekerjaan seseorang. Jenis pekerjaan jugaberkitan dengan tingkat pendapatan danpengeluaran seseorang yang mempengaruhikemampuan untuk membeli rumah.5. Lokasi Permukiman Sekarang (Current
Residential Location)Orang – orang belajar dari pengalaman
dan informasi yang dibutuhkan dari sebuahlingkungan. Pemilihan lokasi permukimansekarang akan mempengaruhi pemilihan lokasibermukim di masa yang akan datang.
Faktor – Faktor yang MempengaruhiPerkembangan Kawasan PermukimanTerencana
Sedangkan menurut Lee (dalam Yunus,2005) terdapat 6 faktor yang mempengaruhiproses perkembangan ruang perkotaan kewilayah pinggiran kota. Adapun keenam faktoritu adalah sebagai berikut :1. Faktor Aksesibilitas (Accessibility)
Faktor aksesibilitas sangat terkait denganketerjangkauan lokasi sehingga berperandalam perubahan penggunaan lahan.Lokasi yang mempunyai aksesibilitas yangcukup baik cenderung mengalamiperkembangan yang pesat termasukperkembangan horizontal dengan carainteraksi antara wilayah pinggiran kota danpusat kota.
2. Faktor Pelayanan Umum (Public Services)Faktor pelayanan umum merupakan salahsatu faktor yang menjadi daya tarik bagipenduduk untuk melakukan migrasi daaripusat kota ke wilayah pinggiran kota.Semakin baik tingka pelayanan umum yangdisediakan oleh wilayah pinggiran, semakinbanyak pula penduduk yang ingin tinggal diwilayah pinggiran kota.
3. Karakteristik Lahan (Land Characteristics)Karakteristik lahan berkaitan dengankondisi geografis dari lahan di wilayahpinggiran kota. Lahan di wilayah pinggirankota cenderung memiliki karakteristiklahan yang subur, air tanahnya dangkal,serta kondisi lingkungan yang masih baikdibandingkan dengan pusat kota, sehinggalahan di wilayah pinggiran kota seringdimanfaatkan sebagai kawasanpermukiman.
4. Karakteristik pemilik lahan (land owner’scharacteristic)
Karakteristik pemilik lahan berkaitandengan bagaimana pemilik lahanmemanfaatkan asset lahan yangdimilikinya. Perilaku pemilik lahan yangberada dalam kondisi ekonomi yangmapan akan sangat berbeda denganperilaku pemilik lahan yang berada dalamkondisi ekonomi yang terbatas dimanamereka cenderung untuk menjual lahanyang dimilikinya.
5. Peraturan mengenai tata guna lahan(regulatory measures)Keberadaan peraturan mengenaipenggunaan lahan di wilayah pinggirankota juga berpengaruh terhadapperkembangan ruang k earah wilayahpinggiran kota. Peraturan yang adabiasanya bertujuan untuk mengurangibeban di pusat kota.
6. Prakarsa Pengembang (developerinitiatives)Prakarsa pengembang disini lebih diartikanpada kemampuan pengembang untukmelihat nilai ekonomis lahan yang beradadi pinggiran kota. Nilai lahan yangterjangkau oleh pengembangdimanfaatkan untuk membangun kawasanpermukiman yang dilengkapi dengansarana dan prasarana pendukungnya. Halini yang menyebabkan perkembanganruang perkotaan kea rah wilayah pinggirankota.
Menurut Branch (dalam Koestoer, 2001)bahwa perkembangan kota dipengaruhi oleh 8unsur yaitu topografi, bangunan, jalurtransportasi, ruang terbuka, kepadatanbangunan, iklim lokal, vegetasi tutupan, dankualitas estetika.
METODOLOGI PENELITIANMetode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodependekatan penelitian kuantitatif. Justifikasipemilihan metode pendekatan kuantitatifdidasarkan pada proses berfikir peneliti yangbersifat deduktif. Oleh sebab itu, penelitian iniberusaha untuk mengukur hubungan antaravariabel – variabel penelitian secara kuantitatifdengan menggunakan model matematis danspasial.
Dalam melakukan penelitianberdasarkan variabel yang telah ditetapkandigunakan teknik pengambilan sampel. Tekniksampling sebagai suatu prosedur dimana
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 150
hanya sebagian dari populasi saja yang diambildan digunakan untuk menentukan sifat sertaciri yang dikehendaki dari populasi (Nazir,2003:271). Tujuan dari pengambilan sampeladalah generalisasi populasi yang jumlahnyacukup banyak ke dalam unit sampel.
Teknik sampling yang digunakan saatmenyebar kuisioner di lapangan adalah denganmenggunakan simple random sampling. Tekniksimple random sampling termasuk kedalamkategori teknik pengambilan sampelprobabilita (probability sampling). Simplerandom sampling adalah teknik pengambilansampel yang memberikan peluang sama bagisetiap anggota populasi untuk dipilih menjadisampel secara acak (Nazir, 2003:279).
Besaran sampel yang dihitung denganmenggunakan rumus slovin berikut (Bungin,2004:105): = +
Keterangan:n : Jumlah SampelN : Jumlah Populasi (Jumlah KK)d : Derajat Ketelitian
Dari rumus tersebut, maka dapatdihitung jumlah sampel untuk masing – masingkecamatan. Adapun jumlah sampel untukmasing – masing kecamatan tersaji dalam tabeldibawah ini:
TABEL IJUMLAH SAMPEL UNTUK PENYEBARAN
KUISIONER DI TIAP KECAMATAN
UnitJumlah
Keluarga(KK)
JumlahSampel
(KK)
Kecamatan PancoranMas
72,877 13
Kecamatan Cimanggis 77,945 14Kecamatan Sawangan 40,682 7Kecamatan Limo 24,775 4KecamatanSukmajaya
78,252 14
Kecamatan Beji 50,977 9Kecamatan Cipayung 41,860 7Kecamatan Cilodong 42,071 7Kecamatan Cinere 31,995 6Kecamatan Tapos 77,438 14Kecamatan Bojongsari 31,619 5
TOTAL 570,491 100
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Teknik AnalisisAnalisis Laju dan Pola Perkembangan KawasanPermukiman Terencana
Analisis laju dan pola perkembanganpermukiman terencana dapat dilihat melaluideskriptif kuantitatif dari pertambahan luaspenggunaan lahan permukiman terencana diKota Depok yang dirinci per kecamatansehingga nantinya diperoleh wilayah – wilayahyang mengalami laju perkembangan cepat,sedang, dan lambat. Analisis laju dan polaperkembangan permukiman terencanadilakukan dengan menggunakan analisisdeskriptif kuantitatif dan analisis Overlay dariluasan penggunaan lahan permukimanterencana di Kota Depok secara time seriestahun 1990, 2000, dan 2010.Analisis Karakteristik Sosial dan EkonomiPenghuni Kawasan Permukiman Terencana
Teknik analisis yang digunakan untukmengidentifikasi sasaran ini menggunakananalisis kuantitatif deskriptif berdasarkan hasilkuisioner yang telah dilakukan terhadapresponden penelitian.Analisis Faktor – Faktor yang MempengaruhiPerkembangan Kawasan PermukimanTerencana
Analisis faktor – faktor fisik yangmempengaruhi perkembangan permukimanterencana dibantu dengan menggunakananalisis regresi spasial. Analisis regresi spasialdilakukan setelah mengetahui danmengumpulkan data variabel dependen danvariabel independen. Analisis regresi spasialyang digunakan adalah model regresi OLS(Ordinary Least Square).
HASIL PEMBAHASANAnalisis Laju dan Pola Perkembangan KawasanPermukiman Terencana
Perkembangan Kawasan PermukimanTerencana di Kota Depok mengalamiperkembangan pada tahun 1990, 2000 dan2010. Perkembangan kawasan permukimanterencana dapa dilihat dari kenaikan luaspenggunaan lahan kawasan permukimanterencana. Berikut merupakan grafikperkembangan permukiman terencana di KotaDepok pada tahun 1990, 2000 dan 2010:
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 151
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Gambar 4.4Grafik Perkembangan Kawasan Permukiman
Terencana Kota DepokTahun 1990, 2000, dan 2010
Pada gambar grafik 4.4 diatas, dapatdilihat perkembangan kawasan permukimanterencana mulai tahun 1990, 2000, dan 2010.Perkembangan kawasan permukimanterencana di Kota Depok memilikiperkembangan yang cukup signifikan padaperiode tahun 1990 sampai tahun 2000. Padaperiode awal 1990an, perkembangan kawasanpermukiman terencana diawali denganpembangunan Perumnas di Kecamatan Bejidan Sukmajaya. Perkembangan selanjutnya,yaitu pada periode tahun 2000an, kawasanpermukiman terencana mulai berkembangpesat pasca 10 tahun pembangunan aktivitaspendidikan tinggi di Kota Depok, yaituUniversitas
TABEL IILAJU PERKEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOKTAHUN 1990 - 2000
KecamatanTahun 1990-2000 (m2)
Skor Laju1 1
Tapos 5,248,440.68 524,844.07 3 Cepat
Sukmajaya 3,408,143.46 340,814.35 2 Sedang
Sawangan 1,333,268.08 133,326.81 1 Lambat
PancoranMas 4,502,333.88 450,233.39
3 Cepat
Limo 3,392,728.18 339,272.82 2 Sedang
Cipayung 62,555.22 6,255.52 1 Lambat
Cinere 2,721,713.19 272,171.32 2 Sedang
Cimanggis 4,451,049.82 445,104.98 3 Cepat
Cilodong 1,276,809.81 127,680.98 1 Lambat
Bojongsari 643,956.84 64,395.68 1 Lambat
Beji 518,429.54 51,842.95 1 Lambat
Sumber: Hasil Analisis, 2014Keterangan:
1 : Selisih luas penggunaan lahan kawasan permukimanterencana tahun 1990 - 2000
1 : Rata – rata pertambahan luas lahan kawasanpermukiman terencana selama 10 tahun
Dari tabel II merupakan lajuperkembangan kawasan permukiman dalamkurun waktu selama 10 tahun, yaitu padatahun 1990 – 2000. Dari tabel IV.6 diatas dapatdisimpulkan bahwa perkembangan kawasanpermukiman terencana paling cepat berada diKecamatan Tapos, Pancoran Mas, danCimanggis. Sedangkan perkembangan kawasanpermukiman terencana sedang berada diKecamatan Sukmajaya, Limo dan Cinere.Perkembangan kawasan permukimanterencana lambat berada di KecamatanCipayung, Cilodong, Bojongsari, Sawangan danBeji.
TABEL IIILAJU PERKEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOKTAHUN 2000 – 2010
KecamatanTahun 2000 – 2010 (m2)
Skor Laju2 2
Tapos 1,203,629.11 120,362.91 1 Lambat
Sukmajaya 529,323.47 52,932.35 1 Lambat
Sawangan 1,926,828.72 192,682.87 2 Sedang
PancoranMas 452,899.49 45,289.95
1 Lambat
Limo 842,346.64 84,234.66 1 Lambat
Cipayung 306,186.90 30,618.69 1 Lambat
Cinere 63,944.98 6,394.50 1 Lambat
Cimanggis 83,741.33 8,374.13 1 Lambat
Cilodong 1,276,809.81 127,680.98 1 Lambat
Bojongsari 643,956.84 64,395.68 1 Lambat
Beji 518,429.54 51,842.95 1 Lambat
Sumber: Hasil Analisis, 2014Keterangan:
1 : Selisih luas penggunaan lahan kawasan permukimanterencana tahun 1990 - 2000
1 : Rata – rata pertambahan luas lahan kawasanpermukiman terencana selama 10 tahun
Tabel III merupakan lajuperkembangan kawasan permukiman dalamkurun waktu selama 10 tahun, yaitu padatahun 2000 – 2010. Dari tabel III diatas dapatdisimpulkan bahwa tidak ada wilayah yangmengalami perkembangan kawasanpermukiman terencana paling cepatSedangkan perkembangan kawasan
1
Tahun 1990 2000
Total LuasKawasan
PermukimanTerencana (m2)
12.415.1 39.974.5
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
Luas
Kaw
asan
Perm
ukim
an T
eren
cana
(m2)
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 151
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Gambar 4.4Grafik Perkembangan Kawasan Permukiman
Terencana Kota DepokTahun 1990, 2000, dan 2010
Pada gambar grafik 4.4 diatas, dapatdilihat perkembangan kawasan permukimanterencana mulai tahun 1990, 2000, dan 2010.Perkembangan kawasan permukimanterencana di Kota Depok memilikiperkembangan yang cukup signifikan padaperiode tahun 1990 sampai tahun 2000. Padaperiode awal 1990an, perkembangan kawasanpermukiman terencana diawali denganpembangunan Perumnas di Kecamatan Bejidan Sukmajaya. Perkembangan selanjutnya,yaitu pada periode tahun 2000an, kawasanpermukiman terencana mulai berkembangpesat pasca 10 tahun pembangunan aktivitaspendidikan tinggi di Kota Depok, yaituUniversitas
TABEL IILAJU PERKEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOKTAHUN 1990 - 2000
KecamatanTahun 1990-2000 (m2)
Skor Laju1 1
Tapos 5,248,440.68 524,844.07 3 Cepat
Sukmajaya 3,408,143.46 340,814.35 2 Sedang
Sawangan 1,333,268.08 133,326.81 1 Lambat
PancoranMas 4,502,333.88 450,233.39
3 Cepat
Limo 3,392,728.18 339,272.82 2 Sedang
Cipayung 62,555.22 6,255.52 1 Lambat
Cinere 2,721,713.19 272,171.32 2 Sedang
Cimanggis 4,451,049.82 445,104.98 3 Cepat
Cilodong 1,276,809.81 127,680.98 1 Lambat
Bojongsari 643,956.84 64,395.68 1 Lambat
Beji 518,429.54 51,842.95 1 Lambat
Sumber: Hasil Analisis, 2014Keterangan:
1 : Selisih luas penggunaan lahan kawasan permukimanterencana tahun 1990 - 2000
1 : Rata – rata pertambahan luas lahan kawasanpermukiman terencana selama 10 tahun
Dari tabel II merupakan lajuperkembangan kawasan permukiman dalamkurun waktu selama 10 tahun, yaitu padatahun 1990 – 2000. Dari tabel IV.6 diatas dapatdisimpulkan bahwa perkembangan kawasanpermukiman terencana paling cepat berada diKecamatan Tapos, Pancoran Mas, danCimanggis. Sedangkan perkembangan kawasanpermukiman terencana sedang berada diKecamatan Sukmajaya, Limo dan Cinere.Perkembangan kawasan permukimanterencana lambat berada di KecamatanCipayung, Cilodong, Bojongsari, Sawangan danBeji.
TABEL IIILAJU PERKEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOKTAHUN 2000 – 2010
KecamatanTahun 2000 – 2010 (m2)
Skor Laju2 2
Tapos 1,203,629.11 120,362.91 1 Lambat
Sukmajaya 529,323.47 52,932.35 1 Lambat
Sawangan 1,926,828.72 192,682.87 2 Sedang
PancoranMas 452,899.49 45,289.95
1 Lambat
Limo 842,346.64 84,234.66 1 Lambat
Cipayung 306,186.90 30,618.69 1 Lambat
Cinere 63,944.98 6,394.50 1 Lambat
Cimanggis 83,741.33 8,374.13 1 Lambat
Cilodong 1,276,809.81 127,680.98 1 Lambat
Bojongsari 643,956.84 64,395.68 1 Lambat
Beji 518,429.54 51,842.95 1 Lambat
Sumber: Hasil Analisis, 2014Keterangan:
1 : Selisih luas penggunaan lahan kawasan permukimanterencana tahun 1990 - 2000
1 : Rata – rata pertambahan luas lahan kawasanpermukiman terencana selama 10 tahun
Tabel III merupakan lajuperkembangan kawasan permukiman dalamkurun waktu selama 10 tahun, yaitu padatahun 2000 – 2010. Dari tabel III diatas dapatdisimpulkan bahwa tidak ada wilayah yangmengalami perkembangan kawasanpermukiman terencana paling cepatSedangkan perkembangan kawasan
2 3
2000 2010
39.974.5 47.830.7
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 151
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Gambar 4.4Grafik Perkembangan Kawasan Permukiman
Terencana Kota DepokTahun 1990, 2000, dan 2010
Pada gambar grafik 4.4 diatas, dapatdilihat perkembangan kawasan permukimanterencana mulai tahun 1990, 2000, dan 2010.Perkembangan kawasan permukimanterencana di Kota Depok memilikiperkembangan yang cukup signifikan padaperiode tahun 1990 sampai tahun 2000. Padaperiode awal 1990an, perkembangan kawasanpermukiman terencana diawali denganpembangunan Perumnas di Kecamatan Bejidan Sukmajaya. Perkembangan selanjutnya,yaitu pada periode tahun 2000an, kawasanpermukiman terencana mulai berkembangpesat pasca 10 tahun pembangunan aktivitaspendidikan tinggi di Kota Depok, yaituUniversitas
TABEL IILAJU PERKEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOKTAHUN 1990 - 2000
KecamatanTahun 1990-2000 (m2)
Skor Laju1 1
Tapos 5,248,440.68 524,844.07 3 Cepat
Sukmajaya 3,408,143.46 340,814.35 2 Sedang
Sawangan 1,333,268.08 133,326.81 1 Lambat
PancoranMas 4,502,333.88 450,233.39
3 Cepat
Limo 3,392,728.18 339,272.82 2 Sedang
Cipayung 62,555.22 6,255.52 1 Lambat
Cinere 2,721,713.19 272,171.32 2 Sedang
Cimanggis 4,451,049.82 445,104.98 3 Cepat
Cilodong 1,276,809.81 127,680.98 1 Lambat
Bojongsari 643,956.84 64,395.68 1 Lambat
Beji 518,429.54 51,842.95 1 Lambat
Sumber: Hasil Analisis, 2014Keterangan:
1 : Selisih luas penggunaan lahan kawasan permukimanterencana tahun 1990 - 2000
1 : Rata – rata pertambahan luas lahan kawasanpermukiman terencana selama 10 tahun
Dari tabel II merupakan lajuperkembangan kawasan permukiman dalamkurun waktu selama 10 tahun, yaitu padatahun 1990 – 2000. Dari tabel IV.6 diatas dapatdisimpulkan bahwa perkembangan kawasanpermukiman terencana paling cepat berada diKecamatan Tapos, Pancoran Mas, danCimanggis. Sedangkan perkembangan kawasanpermukiman terencana sedang berada diKecamatan Sukmajaya, Limo dan Cinere.Perkembangan kawasan permukimanterencana lambat berada di KecamatanCipayung, Cilodong, Bojongsari, Sawangan danBeji.
TABEL IIILAJU PERKEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOKTAHUN 2000 – 2010
KecamatanTahun 2000 – 2010 (m2)
Skor Laju2 2
Tapos 1,203,629.11 120,362.91 1 Lambat
Sukmajaya 529,323.47 52,932.35 1 Lambat
Sawangan 1,926,828.72 192,682.87 2 Sedang
PancoranMas 452,899.49 45,289.95
1 Lambat
Limo 842,346.64 84,234.66 1 Lambat
Cipayung 306,186.90 30,618.69 1 Lambat
Cinere 63,944.98 6,394.50 1 Lambat
Cimanggis 83,741.33 8,374.13 1 Lambat
Cilodong 1,276,809.81 127,680.98 1 Lambat
Bojongsari 643,956.84 64,395.68 1 Lambat
Beji 518,429.54 51,842.95 1 Lambat
Sumber: Hasil Analisis, 2014Keterangan:
1 : Selisih luas penggunaan lahan kawasan permukimanterencana tahun 1990 - 2000
1 : Rata – rata pertambahan luas lahan kawasanpermukiman terencana selama 10 tahun
Tabel III merupakan lajuperkembangan kawasan permukiman dalamkurun waktu selama 10 tahun, yaitu padatahun 2000 – 2010. Dari tabel III diatas dapatdisimpulkan bahwa tidak ada wilayah yangmengalami perkembangan kawasanpermukiman terencana paling cepatSedangkan perkembangan kawasan
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 152
permukiman terencana sedang berada diKecamatan Sawangan. Perkembangan kawasanpermukiman terencana lambat berada diKecamatan Tapos, Sukmajaya, Pancoran Mas,Cipayung, Cimanggis, Cilodong, Bojongsari,Limo, Cinere.dan Beji.
TABEL IVLAJU PERKEMBANGAN KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOKTAHUN 1990, 2000, dan 2010
Kecamatan
SkorTahun1990 -2000
SkorTahun2000 -2010
TotalSkor
LajuPerkembangan
Tapos 3 1 4 CepatSukmajaya 2 1 3 SedangSawangan 1 2 3 SedangPancoranMas
3 1 4 Cepat
Limo 2 1 3 Sedang
Kecamatan
SkorTahun1990 -2000
SkorTahun2000 -2010
TotalSkor
LajuPerkembangan
Cipayung 1 1 2 LambatCinere 2 1 3 SedangCimanggis 3 1 4 CepatCilodong 1 1 2 LambatBojongsari 1 1 2 LambatBeji 1 1 2 Lambat
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Dari tabel IV diatas dapat disimpulkanbahwa perkembangan kawasan permukimanterencana paling cepat berada di KecamatanTapos, Pancoran Mas, dan Cimanggis.Sedangkan perkembangan kawasanpermukiman terencana sedang berada diKecamatan Sukmajaya, Sawangan, Limo danCinere. Perkembangan kawasan permukimanterencana lambat berada di KecamatanCipayung, Cilodong, Bojongsari, dan Beji.
GAMBAR 3PETA POLA PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA CEPAT
Pola perkembangan kawasanpermukiman terencana yang mengalamiperkembangan paling cepat pada tahun 1990bersifat konsentris dimana kawasan
permukiman terencana hanya berpusat di 2kecamatan yaitu Kecamatan Cimanggis danPancoran Mas. Namun, pola perkembangankawasan permukiman terencana berubah pada
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 153
tahun 2000 dan 2010 dimana polaperkembangannya tidak lagi bersifatkonsentris melainkan menyebar secara tidakmerata di seluruh kecamatan. Polaperkembangan ini sering disebut sebagai polaperkembangan yang sporadic atau bersifatradial tidak menerus dimana awal
perkembangannya bersifat memusat namundalam perkembangan selanjutnya bersifattidak merata. Selain itu, pola perkembanganpada wilayah ini juga mengikuti adanyaaksesibilitas berupa jalan arteri dan kolektor.
GAMBAR 4PETA POLA PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA SEDANG
Pola perkembangan kawasanpermukiman terencana yang mengalamiperkembangan sedang memiliki pola yangberbeda sama pada tahun 1990, 2000, dan2010. Pola yang dialami dalam periode tahun1990 terkonsentrasi pada satu kecamatanyaitu Kecamatan Sukmajaya. Pola yang dialamidalam periode tahun 2000 adalah polaperkembangan yang bersifat linear mengikutijalan. Pola yang dialami dalam periode tahun
2010 adalah pola perkembangan yang bersifattidak merata (leapfrog development). Polaperkembangan ini mempunyai kelemahandimana perkembangan kawasan permukimanterencana tidak dapat diduga karenapembangunan kawasan permukimanterencana bisa muncul dilokasi manapun sertapenyediaan sarana dan prasarana yang tidakefisien.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 154
GAMBAR 5PETA POLA PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA LAMBAT
Pola perkembangan yang dimiliki olehwilayah ini cenderung bersifat sporadis atautersebar secara tidak merata. Polaperkembangan jenis ini terjadi secara timeseries, yaitu pada tahun 1990, 2000 dan 2010Selain itu, ada beberapa kecamatan sepertiKecamatan Cipayung. Cilodong, dan Beji yangmemiliki pola perkembangan kawasanpermukiman terencana linier yang berartimengikuti aksesibilitas, yaitu aksesibilitasberupa jalan kolektor dan arteri.
Analisis Karakteristik Sosial dan EkonomiPenghuni Kawasan Permukiman Terencana
Analisis karakteristik sosial danekonomi kawasan permukiman terencanadibagi menjadi 10 variabel. Kesepuluh variabelini adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,rata – rata pendapatan, rata – ratapengeluaran, jumlah anggota keluarga,anggota keluarga, harga rumah, caramembayar rumah, biaya angsuran rumah, danlama cicilan rumah.
Dari hasil kuisioner didapatkan hasilbahwa sebagian besar responden (65%)
merupakan penghuni dengan tingkatpendidikan terakhir sarjana/S1 dan tingkatpendidikan terakhir magister/S2 (27%).Sementara itu, hanya 8% responden yangmenempuh pendidikan pada tingkatdoktoral/S3.
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 6
GRAFIK TINGKAT PENDIDIKAN PENGHUNIKAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Tingginya tingkat pendidikan yangdimiliki juga berdampak pada jenis pekerjaanyang dimiliki oleh penghuni kawasanpermukiman terencana. Dari hasil kuisioner
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 154
GAMBAR 5PETA POLA PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA LAMBAT
Pola perkembangan yang dimiliki olehwilayah ini cenderung bersifat sporadis atautersebar secara tidak merata. Polaperkembangan jenis ini terjadi secara timeseries, yaitu pada tahun 1990, 2000 dan 2010Selain itu, ada beberapa kecamatan sepertiKecamatan Cipayung. Cilodong, dan Beji yangmemiliki pola perkembangan kawasanpermukiman terencana linier yang berartimengikuti aksesibilitas, yaitu aksesibilitasberupa jalan kolektor dan arteri.
Analisis Karakteristik Sosial dan EkonomiPenghuni Kawasan Permukiman Terencana
Analisis karakteristik sosial danekonomi kawasan permukiman terencanadibagi menjadi 10 variabel. Kesepuluh variabelini adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,rata – rata pendapatan, rata – ratapengeluaran, jumlah anggota keluarga,anggota keluarga, harga rumah, caramembayar rumah, biaya angsuran rumah, danlama cicilan rumah.
Dari hasil kuisioner didapatkan hasilbahwa sebagian besar responden (65%)
merupakan penghuni dengan tingkatpendidikan terakhir sarjana/S1 dan tingkatpendidikan terakhir magister/S2 (27%).Sementara itu, hanya 8% responden yangmenempuh pendidikan pada tingkatdoktoral/S3.
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 6
GRAFIK TINGKAT PENDIDIKAN PENGHUNIKAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Tingginya tingkat pendidikan yangdimiliki juga berdampak pada jenis pekerjaanyang dimiliki oleh penghuni kawasanpermukiman terencana. Dari hasil kuisioner
0%
65%
27%
8%
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 154
GAMBAR 5PETA POLA PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA LAMBAT
Pola perkembangan yang dimiliki olehwilayah ini cenderung bersifat sporadis atautersebar secara tidak merata. Polaperkembangan jenis ini terjadi secara timeseries, yaitu pada tahun 1990, 2000 dan 2010Selain itu, ada beberapa kecamatan sepertiKecamatan Cipayung. Cilodong, dan Beji yangmemiliki pola perkembangan kawasanpermukiman terencana linier yang berartimengikuti aksesibilitas, yaitu aksesibilitasberupa jalan kolektor dan arteri.
Analisis Karakteristik Sosial dan EkonomiPenghuni Kawasan Permukiman Terencana
Analisis karakteristik sosial danekonomi kawasan permukiman terencanadibagi menjadi 10 variabel. Kesepuluh variabelini adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,rata – rata pendapatan, rata – ratapengeluaran, jumlah anggota keluarga,anggota keluarga, harga rumah, caramembayar rumah, biaya angsuran rumah, danlama cicilan rumah.
Dari hasil kuisioner didapatkan hasilbahwa sebagian besar responden (65%)
merupakan penghuni dengan tingkatpendidikan terakhir sarjana/S1 dan tingkatpendidikan terakhir magister/S2 (27%).Sementara itu, hanya 8% responden yangmenempuh pendidikan pada tingkatdoktoral/S3.
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 6
GRAFIK TINGKAT PENDIDIKAN PENGHUNIKAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Tingginya tingkat pendidikan yangdimiliki juga berdampak pada jenis pekerjaanyang dimiliki oleh penghuni kawasanpermukiman terencana. Dari hasil kuisioner
65%
SMA Sederajat
Sarjana/S1
Magister/S2
Doctoral/S3
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 155
diperoleh bahwa 42% responden memilikipekerjaan sebagai kayawan swasta dan 25%responden bekerja sebagai PNS. Jenispekerjaan yang dimiliki oleh penghuni yangtinggal di kawasan permukiman terencanadigambarkan pada gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 7
GRAFIK JENIS PEKERJAAN PENGHUNI KAWASANPERMUKIMAN TERENCANA
Sementara itu, rata – rata pendapatanrumah tangga juga berada pada levelmenengah ke atas dengan rata – ratapendapatan tiap bulan antara Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,- . Dari hasil kuisionerdidapatkan sebanyak 44% penghuni dikawasan permukiman terencana memiliki rata– rata pendapatan tiap bulan lebih dari Rp10,000,000,- dan 37% penghuni memiliki rata –rata pendapatan tiap bulan Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,-. Kondisi rata – ratapendapatan penghuni di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 8GRAFIK RATA – RATA PENDAPATAN PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Dengan kondisi pendapatan yangberada pada level menengah ke atas tersebutberdampak pada tingkat pengeluaran. Darihasil kuisioner didapatkan bahwa sebagian
besar keluarga (39%) yang tinggal di kawasanpermukiman terencana memiliki rata – ratapengeluaran tiap bulan sebesar Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,-. Sedangkan 33%keluarga yang menyatakan bahwa rata – ratapengeluaran tiap bulan sebesar Rp 1,000,000,-hingga Rp 5,000,000,-. Kondisi rata – ratapengeluaran penghuni di kawasanpermukiman terencana terlihat dalam gambarberikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 9GRAFIK RATA – RATA PENGELUARAN PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Jumlah anggota keluarga terkaitdengan kebutuhan ruang dalam tiap bangunanrumah yang harus disediakan, sehingga hal iniperlu dimasukkan kedalam karakteristikkawasan permukiman terencana. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa sebagian besar(55%) keluarga memiliki jumlah anggotakeluarga sebanyak 4 – 6 orang dan lainnyasebesar 55% memiliki jumlah anggota keluargasebanyak 2 – 3 orang. Kondisi jumlah anggotakeluarga yang tinggal di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 10GRAFIK JUMLAH ANGGOTA KELUARGA KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
24%
25%42%
9%
0%
19%
37%
44%
< Rp 1,000,000
Rp 1,000,000 - Rp5,000,000
Rp 5,000,000 - Rp10,000,000
> Rp 10,000,000
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 155
diperoleh bahwa 42% responden memilikipekerjaan sebagai kayawan swasta dan 25%responden bekerja sebagai PNS. Jenispekerjaan yang dimiliki oleh penghuni yangtinggal di kawasan permukiman terencanadigambarkan pada gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 7
GRAFIK JENIS PEKERJAAN PENGHUNI KAWASANPERMUKIMAN TERENCANA
Sementara itu, rata – rata pendapatanrumah tangga juga berada pada levelmenengah ke atas dengan rata – ratapendapatan tiap bulan antara Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,- . Dari hasil kuisionerdidapatkan sebanyak 44% penghuni dikawasan permukiman terencana memiliki rata– rata pendapatan tiap bulan lebih dari Rp10,000,000,- dan 37% penghuni memiliki rata –rata pendapatan tiap bulan Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,-. Kondisi rata – ratapendapatan penghuni di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 8GRAFIK RATA – RATA PENDAPATAN PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Dengan kondisi pendapatan yangberada pada level menengah ke atas tersebutberdampak pada tingkat pengeluaran. Darihasil kuisioner didapatkan bahwa sebagian
besar keluarga (39%) yang tinggal di kawasanpermukiman terencana memiliki rata – ratapengeluaran tiap bulan sebesar Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,-. Sedangkan 33%keluarga yang menyatakan bahwa rata – ratapengeluaran tiap bulan sebesar Rp 1,000,000,-hingga Rp 5,000,000,-. Kondisi rata – ratapengeluaran penghuni di kawasanpermukiman terencana terlihat dalam gambarberikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 9GRAFIK RATA – RATA PENGELUARAN PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Jumlah anggota keluarga terkaitdengan kebutuhan ruang dalam tiap bangunanrumah yang harus disediakan, sehingga hal iniperlu dimasukkan kedalam karakteristikkawasan permukiman terencana. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa sebagian besar(55%) keluarga memiliki jumlah anggotakeluarga sebanyak 4 – 6 orang dan lainnyasebesar 55% memiliki jumlah anggota keluargasebanyak 2 – 3 orang. Kondisi jumlah anggotakeluarga yang tinggal di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 10GRAFIK JUMLAH ANGGOTA KELUARGA KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Pengusaha
PNS
Karyawan Swasta
Lainnya
< Rp 1,000,000
Rp 1,000,000 - Rp5,000,000
Rp 5,000,000 - Rp10,000,000
> Rp 10,000,000
0%
33%
39%
28%
0%
55%
1%
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 155
diperoleh bahwa 42% responden memilikipekerjaan sebagai kayawan swasta dan 25%responden bekerja sebagai PNS. Jenispekerjaan yang dimiliki oleh penghuni yangtinggal di kawasan permukiman terencanadigambarkan pada gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 7
GRAFIK JENIS PEKERJAAN PENGHUNI KAWASANPERMUKIMAN TERENCANA
Sementara itu, rata – rata pendapatanrumah tangga juga berada pada levelmenengah ke atas dengan rata – ratapendapatan tiap bulan antara Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,- . Dari hasil kuisionerdidapatkan sebanyak 44% penghuni dikawasan permukiman terencana memiliki rata– rata pendapatan tiap bulan lebih dari Rp10,000,000,- dan 37% penghuni memiliki rata –rata pendapatan tiap bulan Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,-. Kondisi rata – ratapendapatan penghuni di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 8GRAFIK RATA – RATA PENDAPATAN PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Dengan kondisi pendapatan yangberada pada level menengah ke atas tersebutberdampak pada tingkat pengeluaran. Darihasil kuisioner didapatkan bahwa sebagian
besar keluarga (39%) yang tinggal di kawasanpermukiman terencana memiliki rata – ratapengeluaran tiap bulan sebesar Rp 5,000,000,-hingga Rp 10,000,000,-. Sedangkan 33%keluarga yang menyatakan bahwa rata – ratapengeluaran tiap bulan sebesar Rp 1,000,000,-hingga Rp 5,000,000,-. Kondisi rata – ratapengeluaran penghuni di kawasanpermukiman terencana terlihat dalam gambarberikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 9GRAFIK RATA – RATA PENGELUARAN PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Jumlah anggota keluarga terkaitdengan kebutuhan ruang dalam tiap bangunanrumah yang harus disediakan, sehingga hal iniperlu dimasukkan kedalam karakteristikkawasan permukiman terencana. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa sebagian besar(55%) keluarga memiliki jumlah anggotakeluarga sebanyak 4 – 6 orang dan lainnyasebesar 55% memiliki jumlah anggota keluargasebanyak 2 – 3 orang. Kondisi jumlah anggotakeluarga yang tinggal di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 10GRAFIK JUMLAH ANGGOTA KELUARGA KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
33%
< Rp 1,000,000
Rp 1,000,000 -Rp 5,000,000
Rp 5,000,000 -Rp 10,000,000
> Rp 10,000,000
0%
44%1 orang
2 - 3 orang
4 -6 orang
>6 orang
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 156
Anggota keluarga yang tinggal di setiaprumah memiliki keterkaitan yang erat terhadapkebutuhan ruang dalam tiap bangunan rumahyang harus disediakan. Dari hasil kuisionerdidapatkan hasil bahwa sebagian besarkeluarga yang tinggal di kawasan permukimanterencana beranggotakan 1 pasang suami-istridan 2 anak, 25% keluarga yang terdiri dari 1pasang suami-istri dan 1 anak, 19% adalahkeluarga yang terdiri dari 1 pasang suami-istri,sedangkan sisanya (13%) terdiri dari 1 pasangsuami-istri dan 2 anak dan 5% adalah keluargayang tinggal bersama orang lain bukankeluarga, seperti pramuwisma dan sopir ataukeluarga yang memiliki anak lebih dari 3.Kondisi anggota keluarga yang tinggal dikawasan permukiman terencana secaralengkap terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 11GRAFIK ANGGOTA KELUARGA PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Dengan kondisi pendapatan danpengeluaran yang dikeluarkan oleh keluargaserta jumlah anggota keluarga akanberdampak pada kemampuan membeli yangdapat dilihat dari harga rumah. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa sebagian besar(53%) rumah di kawasan permukimanterencana memiliki harga antara 300 jutarupiah hingga 600 juta rupiah dan 28% rumahlainnya memiliki harga antara 600 juta rupiahhingga 1 miliar rupiah. Kondisi harga rumahsecara keseluruhan di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 12
GRAFIK HARGA RUMAH KAWASAN PERMUKIMANTERENCANA
Cara membayar rumah menunjukkantingkat kemampuan membeli rumah dikawasan permukiman terencana. Caramembayar juga berkaitan erat dengan faktorlainnya seperti pendapatan dan pengelarankeluarga setiap bulannya. Cara membayarrumah dikawasan permukiman terencanadibagi menjadi 2 kategori, yaitu caramembayar rumah secara tunai dan caramembayar rumah secara kredit/angsuran. Darihasil kuisioner didapatkan bahwa 70%penghuni di kawasan permukiman terencanamelakukan pembayaran rumah secarakredit/angsuran, sedangkan sisanya sebesar30% melakukan pembayaran rumah secaratunai. Kondisi cara membayar rumah dikawasan permukiman terencana terlihat dalamgambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 13GRAFIK CARA MEMBAYAR RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Biaya angsuran rumah berkaitandengan rata – rata pendapatan danpengeluaran setiap keluarga denganmenyesuaikan harga rumah yang dibeli sesuaidengan kemampuan finansialnya. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa biaya angsuran
19%
25%38%
13%
5%
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 156
Anggota keluarga yang tinggal di setiaprumah memiliki keterkaitan yang erat terhadapkebutuhan ruang dalam tiap bangunan rumahyang harus disediakan. Dari hasil kuisionerdidapatkan hasil bahwa sebagian besarkeluarga yang tinggal di kawasan permukimanterencana beranggotakan 1 pasang suami-istridan 2 anak, 25% keluarga yang terdiri dari 1pasang suami-istri dan 1 anak, 19% adalahkeluarga yang terdiri dari 1 pasang suami-istri,sedangkan sisanya (13%) terdiri dari 1 pasangsuami-istri dan 2 anak dan 5% adalah keluargayang tinggal bersama orang lain bukankeluarga, seperti pramuwisma dan sopir ataukeluarga yang memiliki anak lebih dari 3.Kondisi anggota keluarga yang tinggal dikawasan permukiman terencana secaralengkap terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 11GRAFIK ANGGOTA KELUARGA PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Dengan kondisi pendapatan danpengeluaran yang dikeluarkan oleh keluargaserta jumlah anggota keluarga akanberdampak pada kemampuan membeli yangdapat dilihat dari harga rumah. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa sebagian besar(53%) rumah di kawasan permukimanterencana memiliki harga antara 300 jutarupiah hingga 600 juta rupiah dan 28% rumahlainnya memiliki harga antara 600 juta rupiahhingga 1 miliar rupiah. Kondisi harga rumahsecara keseluruhan di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 12
GRAFIK HARGA RUMAH KAWASAN PERMUKIMANTERENCANA
Cara membayar rumah menunjukkantingkat kemampuan membeli rumah dikawasan permukiman terencana. Caramembayar juga berkaitan erat dengan faktorlainnya seperti pendapatan dan pengelarankeluarga setiap bulannya. Cara membayarrumah dikawasan permukiman terencanadibagi menjadi 2 kategori, yaitu caramembayar rumah secara tunai dan caramembayar rumah secara kredit/angsuran. Darihasil kuisioner didapatkan bahwa 70%penghuni di kawasan permukiman terencanamelakukan pembayaran rumah secarakredit/angsuran, sedangkan sisanya sebesar30% melakukan pembayaran rumah secaratunai. Kondisi cara membayar rumah dikawasan permukiman terencana terlihat dalamgambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 13GRAFIK CARA MEMBAYAR RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Biaya angsuran rumah berkaitandengan rata – rata pendapatan danpengeluaran setiap keluarga denganmenyesuaikan harga rumah yang dibeli sesuaidengan kemampuan finansialnya. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa biaya angsuran
1 Pasang Suami-Istri
1 Pasang Suami-Istri dan 1 anak
1 Pasang Suami-Istri dan 2 anak
1 Pasang Suami-Istri dan 3 anak
Lainnya
12%
53%
26%
9%
30%
70%
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 156
Anggota keluarga yang tinggal di setiaprumah memiliki keterkaitan yang erat terhadapkebutuhan ruang dalam tiap bangunan rumahyang harus disediakan. Dari hasil kuisionerdidapatkan hasil bahwa sebagian besarkeluarga yang tinggal di kawasan permukimanterencana beranggotakan 1 pasang suami-istridan 2 anak, 25% keluarga yang terdiri dari 1pasang suami-istri dan 1 anak, 19% adalahkeluarga yang terdiri dari 1 pasang suami-istri,sedangkan sisanya (13%) terdiri dari 1 pasangsuami-istri dan 2 anak dan 5% adalah keluargayang tinggal bersama orang lain bukankeluarga, seperti pramuwisma dan sopir ataukeluarga yang memiliki anak lebih dari 3.Kondisi anggota keluarga yang tinggal dikawasan permukiman terencana secaralengkap terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 11GRAFIK ANGGOTA KELUARGA PENGHUNI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA
Dengan kondisi pendapatan danpengeluaran yang dikeluarkan oleh keluargaserta jumlah anggota keluarga akanberdampak pada kemampuan membeli yangdapat dilihat dari harga rumah. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa sebagian besar(53%) rumah di kawasan permukimanterencana memiliki harga antara 300 jutarupiah hingga 600 juta rupiah dan 28% rumahlainnya memiliki harga antara 600 juta rupiahhingga 1 miliar rupiah. Kondisi harga rumahsecara keseluruhan di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014GAMBAR 12
GRAFIK HARGA RUMAH KAWASAN PERMUKIMANTERENCANA
Cara membayar rumah menunjukkantingkat kemampuan membeli rumah dikawasan permukiman terencana. Caramembayar juga berkaitan erat dengan faktorlainnya seperti pendapatan dan pengelarankeluarga setiap bulannya. Cara membayarrumah dikawasan permukiman terencanadibagi menjadi 2 kategori, yaitu caramembayar rumah secara tunai dan caramembayar rumah secara kredit/angsuran. Darihasil kuisioner didapatkan bahwa 70%penghuni di kawasan permukiman terencanamelakukan pembayaran rumah secarakredit/angsuran, sedangkan sisanya sebesar30% melakukan pembayaran rumah secaratunai. Kondisi cara membayar rumah dikawasan permukiman terencana terlihat dalamgambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 13GRAFIK CARA MEMBAYAR RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Biaya angsuran rumah berkaitandengan rata – rata pendapatan danpengeluaran setiap keluarga denganmenyesuaikan harga rumah yang dibeli sesuaidengan kemampuan finansialnya. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa biaya angsuran
53%
< 300 juta rupiah
300 - 600 jutarupiah
600 juta - 1 miliarrupiah
>1 miliar rupiah
30%Tunai
Kredit/ Angsuran
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 157
rumah yang dikeluarkan oleh sebagian besar(79%) penghuni di kawasan permukimanterencana adalah sebesar Rp 1,000,000,-hingga Rp 5,000,000,- sednagkan sisanyasebesar 17% menguarkan biaya sekitar Rp5,000,000,- hingga Rp 10,000,000,- dan hanya4% yang mengeluarkan biaya sekitar lebih dariRp 10,000,000,-. Kondisi biaya angsuran rumahdi kawasan permukiman terencana terlihatdalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 14GRAFIK BIAYA ANGSURAN RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Lama cicilan rumah ini berkaitandengan cara membayar rumah di kawasanpermukiman terencana secara kredit/angsuran. Lama cicilan rumah juga tergantungpada besarnya biaya angsuran yang ditentukanoleh pembeli rumah dengan disesuaikandengan harga rumah yang dibeli. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa 80% penghuni dikawasan permukiman terencana melakukanpembayaran rumah dalam waktu 10 – 20tahun, sedangkan sisanya sebesar 20%melakukan pembayaran rumah dalam waktukurang dari 10 tahun. Kondisi lama cicilanrumah rumah di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 15GRAFIK LAMA CICILAN RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Analisis Faktor – Faktor yang MempengaruhiPerkembangan Kawasan PermukimanTerencana
Analisis faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangan kawasanpermukiman terencana dilakukan denganmenggunakan metode analisis regresi spasial.Pada analisis regresi spasial variabel penelitianakan dibedakan menjadi 2, yaitu variabelindependen dan variabel dependen. Variabeldependen yang digunakan dalam penelitian iniadalah perkembangan permukiman terencana(Y) dan variabel independen yang digunakandalam penelitian ada 5, yaitu Lahan TidakTerbangun (X1), Jaringan Jalan arteri danKolektor (X2), Kondisi Fisik Alam (X3), FaktorEksternal (X4) berupa keberadaan kampusUniversitas Indonesia (UI) dan Jaringan JalanTol, serta harga lahan (X5). Teknik analisis yangdigunakan untuk mengetahui faktor – faktorfisik yang mempengaruhi kawasanpermukiman terencana adalah analisis regresispasial Ordinary Least Square (OLS).
Berdasarkan hasil analisis regresi spasialyang telah dilakukan terhadap keenam variabeldiatas, maka didapatkan persamaan sebagaiberikut:
Persamaan di atas dapatdiinterpretasikan sebagai berikut:1. Nilai konstanta adalah 38.752. Nilai
konstanta akan berarti apabila nilaikoefisien dari semua variabel bebas adalahnol (0), maka nilai dari variabel terikatadalah nilai konstantanya.
2. Lahan Tidak Terbangun (X1) terhadapperkembangan permukiman terencana (Y)Nilai koefisien dari X1 adalah sebesar0.010. Nilai koefisien bernilai positif. Hal inimenunjukkan bahwa antara variabel lahantidak terbangun dan variabelperkembangan kawasan permukimanterencana berbanding lurus, misal apabilasemakin luas lahan tidak terbangun maka
0%
79%
17%
4%
20%
80%
0%
Y = (38.752) + (0.010) X1 – (0.104) X2 – (0.344) X3
+ (3.604) X4 – (0.003) X5
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 157
rumah yang dikeluarkan oleh sebagian besar(79%) penghuni di kawasan permukimanterencana adalah sebesar Rp 1,000,000,-hingga Rp 5,000,000,- sednagkan sisanyasebesar 17% menguarkan biaya sekitar Rp5,000,000,- hingga Rp 10,000,000,- dan hanya4% yang mengeluarkan biaya sekitar lebih dariRp 10,000,000,-. Kondisi biaya angsuran rumahdi kawasan permukiman terencana terlihatdalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 14GRAFIK BIAYA ANGSURAN RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Lama cicilan rumah ini berkaitandengan cara membayar rumah di kawasanpermukiman terencana secara kredit/angsuran. Lama cicilan rumah juga tergantungpada besarnya biaya angsuran yang ditentukanoleh pembeli rumah dengan disesuaikandengan harga rumah yang dibeli. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa 80% penghuni dikawasan permukiman terencana melakukanpembayaran rumah dalam waktu 10 – 20tahun, sedangkan sisanya sebesar 20%melakukan pembayaran rumah dalam waktukurang dari 10 tahun. Kondisi lama cicilanrumah rumah di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 15GRAFIK LAMA CICILAN RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Analisis Faktor – Faktor yang MempengaruhiPerkembangan Kawasan PermukimanTerencana
Analisis faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangan kawasanpermukiman terencana dilakukan denganmenggunakan metode analisis regresi spasial.Pada analisis regresi spasial variabel penelitianakan dibedakan menjadi 2, yaitu variabelindependen dan variabel dependen. Variabeldependen yang digunakan dalam penelitian iniadalah perkembangan permukiman terencana(Y) dan variabel independen yang digunakandalam penelitian ada 5, yaitu Lahan TidakTerbangun (X1), Jaringan Jalan arteri danKolektor (X2), Kondisi Fisik Alam (X3), FaktorEksternal (X4) berupa keberadaan kampusUniversitas Indonesia (UI) dan Jaringan JalanTol, serta harga lahan (X5). Teknik analisis yangdigunakan untuk mengetahui faktor – faktorfisik yang mempengaruhi kawasanpermukiman terencana adalah analisis regresispasial Ordinary Least Square (OLS).
Berdasarkan hasil analisis regresi spasialyang telah dilakukan terhadap keenam variabeldiatas, maka didapatkan persamaan sebagaiberikut:
Persamaan di atas dapatdiinterpretasikan sebagai berikut:1. Nilai konstanta adalah 38.752. Nilai
konstanta akan berarti apabila nilaikoefisien dari semua variabel bebas adalahnol (0), maka nilai dari variabel terikatadalah nilai konstantanya.
2. Lahan Tidak Terbangun (X1) terhadapperkembangan permukiman terencana (Y)Nilai koefisien dari X1 adalah sebesar0.010. Nilai koefisien bernilai positif. Hal inimenunjukkan bahwa antara variabel lahantidak terbangun dan variabelperkembangan kawasan permukimanterencana berbanding lurus, misal apabilasemakin luas lahan tidak terbangun maka
< Rp 1,000,000
Rp 1,000,000 - Rp5,000,000
Rp 5,000,000 - Rp10,000,000
> Rp 10,000,000
< 10 Tahun
10-20 Tahun
> 20 Tahun
Y = (38.752) + (0.010) X1 – (0.104) X2 – (0.344) X3
+ (3.604) X4 – (0.003) X5
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 157
rumah yang dikeluarkan oleh sebagian besar(79%) penghuni di kawasan permukimanterencana adalah sebesar Rp 1,000,000,-hingga Rp 5,000,000,- sednagkan sisanyasebesar 17% menguarkan biaya sekitar Rp5,000,000,- hingga Rp 10,000,000,- dan hanya4% yang mengeluarkan biaya sekitar lebih dariRp 10,000,000,-. Kondisi biaya angsuran rumahdi kawasan permukiman terencana terlihatdalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 14GRAFIK BIAYA ANGSURAN RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Lama cicilan rumah ini berkaitandengan cara membayar rumah di kawasanpermukiman terencana secara kredit/angsuran. Lama cicilan rumah juga tergantungpada besarnya biaya angsuran yang ditentukanoleh pembeli rumah dengan disesuaikandengan harga rumah yang dibeli. Dari hasilkuisioner didapatkan bahwa 80% penghuni dikawasan permukiman terencana melakukanpembayaran rumah dalam waktu 10 – 20tahun, sedangkan sisanya sebesar 20%melakukan pembayaran rumah dalam waktukurang dari 10 tahun. Kondisi lama cicilanrumah rumah di kawasan permukimanterencana terlihat dalam gambar berikut:
Sumber: Hasil Analisis, 2014
GAMBAR 15GRAFIK LAMA CICILAN RUMAH KAWASAN
PERMUKIMAN TERENCANA
Analisis Faktor – Faktor yang MempengaruhiPerkembangan Kawasan PermukimanTerencana
Analisis faktor – faktor yangmempengaruhi perkembangan kawasanpermukiman terencana dilakukan denganmenggunakan metode analisis regresi spasial.Pada analisis regresi spasial variabel penelitianakan dibedakan menjadi 2, yaitu variabelindependen dan variabel dependen. Variabeldependen yang digunakan dalam penelitian iniadalah perkembangan permukiman terencana(Y) dan variabel independen yang digunakandalam penelitian ada 5, yaitu Lahan TidakTerbangun (X1), Jaringan Jalan arteri danKolektor (X2), Kondisi Fisik Alam (X3), FaktorEksternal (X4) berupa keberadaan kampusUniversitas Indonesia (UI) dan Jaringan JalanTol, serta harga lahan (X5). Teknik analisis yangdigunakan untuk mengetahui faktor – faktorfisik yang mempengaruhi kawasanpermukiman terencana adalah analisis regresispasial Ordinary Least Square (OLS).
Berdasarkan hasil analisis regresi spasialyang telah dilakukan terhadap keenam variabeldiatas, maka didapatkan persamaan sebagaiberikut:
Persamaan di atas dapatdiinterpretasikan sebagai berikut:1. Nilai konstanta adalah 38.752. Nilai
konstanta akan berarti apabila nilaikoefisien dari semua variabel bebas adalahnol (0), maka nilai dari variabel terikatadalah nilai konstantanya.
2. Lahan Tidak Terbangun (X1) terhadapperkembangan permukiman terencana (Y)Nilai koefisien dari X1 adalah sebesar0.010. Nilai koefisien bernilai positif. Hal inimenunjukkan bahwa antara variabel lahantidak terbangun dan variabelperkembangan kawasan permukimanterencana berbanding lurus, misal apabilasemakin luas lahan tidak terbangun maka
Y = (38.752) + (0.010) X1 – (0.104) X2 – (0.344) X3
+ (3.604) X4 – (0.003) X5
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 158
perkembangan kawasan permukimanterencana juga semakin besar.
3. Jaringan Jalan Arteri dan Kolektor (X2)terhadap perkembangan permukimanterencana (Y)Nilai koefisien dari X2 adalah sebesar0.104. Nilai koefisien bernilai negatif. Halini menunjukkan bahwa antara variabeljaringan Jalan Arteri dan Kolektor danvariabel perkembangan kawasanpermukiman terencana berbandingterbalik, misal apabila semakin bertambahjaringan Jalan Arteri dan Kolektor makaperkembangan kawasan permukimanterencana semakin sedikit sehingga kurangberpengaruh terhadap kawasanpermukimn terencana.
4. Kondisi Fisik Alam (X3) terhadapperkembangan permukiman terencana (Y)Nilai koefisien dari X3 adalah sebesar0.344. Nilai koefisien bernilai negatif. Halini menunjukkan bahwa antara variabelfisik alam dan variabel perkembangankawasan permukiman terencanaberbanding terbalik. Hal ini menunjukkanbahwa perkembangan kawasanpermukiman terencana kurangmemperhatikan kondisi alam yang ada diKota Depok.
5. Keberadaan kampus Universitas Indonesia(UI) dan Jaringan Jalan Tol (X4) terhadapperkembangan permukiman terencana (Y)Nilai koefisien dari X4 adalah sebesar0.3604. Nilai koefisien bernilai positif. Halini menunjukkan bahwa antara variabelKeberadaan kampus Universitas Indonesia(UI) dan Jaringan Jalan Tol terhadapvariabel perkembangan kawasanpermukiman terencana berbanding lurus.misal apabila semakin ada pertambahanpembangunan jalan Tol di Kota Depokmaka perkembangan kawasanpermukiman terencana juga semakin besardan mengarah ke sekitar jalan Tol.
6. Harga Lahan (X5) terhadap perkembanganpermukiman terencana (Y)Nilai koefisien dari X5 adalah sebesar0.003. Nilai koefisien bernilai negatif. Halini menunjukkan bahwa antara variabelharga lahan dan variabel perkembangankawasan permukiman terencanaberbanding terbalik, misal apabila semakinmahal harga lahan di suatu lokasi KotaDepok maka perkembangan kawasan
permukiman terencana semakin sedikit.Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa parapengembang mencari harga lahan yangrelatif murah untuk dijadikan kawasanpermukiman terencana.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASIKesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasilpenelitian ini terkait dengan perkembangankawasan permukiman terencana ialah kawasanpermukiman terencana mengalamiperkembangan yang pesat pada tahun 1990,2000, dan 2010. Hal ini ditandai denganmeningkatnya luas penggunaan lahan kawasanpermukiman terencana pada tahun 1990,2000, dan 2010. Kecamatan – kecamatan yangmengalami laju perkembangan yangcepatadalah Kecamatan Tapos, Pancoran Mas,dan Cimanggis. Kecamatan – kecamatan yangmengalami laju perkembangan yang sedangadalah kecamatan Sukmajaya, Sawangan,Cinere, dan Limo. Sedangkan Kecamatan –kecamatan yang mengalami lajuperkembangan yang lambat adalah KecamatanBeji, Bojongsari, Cilodong, Cipayung.
Faktor – faktor yang mempengaruhiperkembangan kawasan permukimanterencana dapat dilihat melalui hubunganvariabel independen dan variabel dependen.Hubungan antara variabel independen denganvariabel dependen dibagi menjadi 2, yaitu yangberbanding lurus dan berbanding terbalik.Faktor – faktor fisik yang berbanding lurusdengan perkembangan kawasan permukimanerencana adalah lahan tidak terbangun dankeberadaan kampus Universitas Indonesia (UI)dan Jaringan Jalan Tol. Nilai yang dihasilkanmelalui regresi spasial OLS (ordinary LeastSquare) adalah +0.010 untuk ketersediaanlahan tidak terbangun dan +3.604 untukkeberadaan kampus Universitas Indonesia (UI)dan Jaringan Jalan Tol. Sedangkan faktor –faktor lainnya yang berbanding terbalik yaituJaringan Jalan Arteri dan Kolektordengan nilaikoefisien -0.104, Kondisi Fisik Alam dengannilai koefisien -0.344, dan Harga Lahan dengannilai koefisien -0.003.
Perbedaan laju perkembangankawasan permukiman terencana cepat,sedang, dan lambat dipengaruhi oleh kelimafaktor, yaitu Lahan Tidak Terbangun (X1),Jaringan Jalan arteri dan Kolektor (X2), KondisiFisik Alam (X3), Faktor Eksternal (X4) berupa
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan … Laella Nuzullia dan Wisnu Pradoto
Teknik PWK;Vol. 4; No. 1; 2015; hal. 145-159 | 159
keberadaan kampus Universitas Indonesia (UI)dan Jaringan Jalan Tol, serta harga lahan(X5).Wilayah yang memiliki laju perkembangankawasan permukiman terencana cepat lebihdidominansi oleh faktor luas lahan tidakterbangun yang tinggi, dekat dengan aksesjalan arteri dan kolektor, serta keberadaankampus UI. Wilayah yang memiliki lajuperkembangan kawasan permukimanterencana sedang memiliki kelima faktortersebut tanpa ada yang mendominansi.Sedangkan wilayah yang memiliki lajuperkembangan kawasan permukimanterencana lambat lebih didominansi olehfaktor harga lahan yang menengah hinggatinggi.
RekomendasiPada bagian ini berisi tentang
rekomendasi bagi pemerintah. Rekomendasibagi pemerintah didasarkan pada analisisperkembangan kawasan permukimanterencana yang telah dilakukan sebelumnya.Berikut rekomendasi bagi pemerintah: Pemerintah membuat rencana
pengembangan infrastruktur dan saranaperkotaan pada wilayah – wilayahpinggiran Kota Depok.
Pemerintah membatasi perkembangankawasan permukiman terencana yangmempunyai laju perkembangan cepat dansedang melalui pembatasan izin bagideveloper.
Sedangkan bagi wilayah yang memilikilaju perkembangan kawasan permukimanterencana lambat, pemerintah dapatmengarahkan pengembang untukmembangun kawasan permukiman
terencana di wilayah ini melalui sisteminsentif dan disinsentif.
DAFTAR PUSTAKABungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.
Firman, Tommy. 2009. “The Continuity andChange in Mega-Urbanization inIndonesia: A Survey of Jakarta – BandungRegion (JBR) Development.” HabitatInternational, Vol.33, pp. 327 – 339.
Koestoer, Haldi Hendro. 2001. DimensiKeruangan Kota, Teori dan Kasus.Jakarta: UI Press.
Kostof, Spiro. 1991. The City Shaped: UrbanPattern and Meanings Through History.London: A Bulfinch Press Book.
Kuswartojo, T. (2005), Perumahan danPemukiman di Indonesia, UpayaMembuat Perkembangan Kehidupanyang Berkelanjutan, Bandung: PenerbitITB.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia.
Wang, Donggen dan Si-Ming Li. 2006. “Socio-economic differentials and statedhousingpreferences in Guangzhou,China.” Habitat International, Vol.30, pp.305 – 326.
Yunus, Hadi S. 2005. Megapolitan Konsep,Problematika, dan Prospek. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Zahnd, Markus (1999). Perancangan KotaSecara Terpadu : Teori Perancangan Kotadan Penerapannya. Yogyakarta :Penerbit Kanisius.