faktor-faktor yang mempengaruhi capital...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL ADEQUACY RATIO(CAR)
PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE MARET 2009 – DESEMBER 2011
Oleh:
FITRIA SAKINAH
NIM: 108084000046
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Fitria Sakinah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 April 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Oscar 4 Rt 06/02 No. A41 Bambu Apus -
pamulang
Agama : Islam
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
TK Aisyiah 083 (1995-1996)
SDN Bambu Apus II (1996-2002)
MTS Al – Ikhsan (2002-2005)
SMA Muhammadiyah 8 Ciputat (2005-2008)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2013)
ii
Abstract
This research aims to analyze the influence of Return On Assets (ROA),
Financing to Deposite Ratio (FDR), the exchange rate of the Rupiah and inflation of
Capital Adequacy Ratio (CAR). The analysis is performed using data monthly time
published by Bank Indonesia in the study period of March 2009 – December 2011.
The methods used in this research is the Ordinary Least Square (OLS) in
Eviews 6. The results of this study indicate that the variable ROA, FDR, and inflation
has significant effects on the CAR. While the Rupiah exchange rate do not affect
significantly the CAR in syariah bank in Indonesia.
The results of this research show that ROA, FDR, and inflation is a significant
effect of partial CAR Islamic banks in Indonesia period March 2009 - December
2011 with all probability value smaller than 0.05. While exchange rates are a partial
value for the probability is greater than 0.05 indicated the absence of effect on the
CAR. While simultaneously ROA, FDR, the exchange rate and inflation proved to be
of significant influence to the CAR. The coefficient of determination of the regression
models showed that a change in variable CAR 70,72% caused by the four variables
are examined, while the rest 29,28% is affected by other factors that are not
incorporated into the model of research.
Keyword : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Financing to
Deposite Ratio (FDR), exchange rate of the Rupiah and inflation.
iii
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return On Assets
(ROA), Financing to Deposite Ratio (FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR). Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtun
waktu bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam penelitian periode
Maret 2009 – Desember 2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square
(OLS) pada program Eviews 6. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
ROA, FDR, dan Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR.
Sedangkan Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CAR
pada bank syariah di Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA,FDR,dan Inflasi secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap CAR bank syariah di Indonesia periode Maret 2009
– Desember 2011 dengan nilai probabilitasnya kesemuanya lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan Nilai Tukar secara parsial memiliki nilai probabilitasnya lebih besar dari
0,05 dinyatakan tidak adanya pengaruh terhadap CAR. Sementara secara bersama-
sama ROA,FDR,Nilai Tukar dan Inflasi terbukti berpengaruh signifikan terhadap
CAR. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa dalam model regresi sebesar
70,72% perubahan variable CAR disebabkan oleh keempat variable yang diteliti,
sedangkan sisanya 29,28% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model penelitian.
Kata kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Financing
to Deposite Ratio (FDR), Nilai Tukar Rupiah, Inflasi.
iv
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT dengan segala
kesempurnaan-Nya yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya dan
kita sebagai manusia yang menjadi salah satu ciptaan-Nya yang telah sangat
sempurna dan mulia dilahirkan di dunia ini, Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan karunia-Nya kepada penulis serta menganugerahkan kecerdasan dan
kemampuan berpikir khususnya kepada penulis, sehingga sampai saat ini penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan ikhlas dengan harapan dapat
memberikan manfaat yang luas bagi banyak pihak. Shalawat serta salam tidak lupa
untuk selalu diserukan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa ajaran agama Islam hingga sampai kepada kita semua.
Penulisan skripsi ini penulis lakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jika tanpa
bimbingan dan bantuan berbagai pihak dari mulai periode perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Oleh karena itu, izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terkait yang berjasa bagi penulis dalam hidup
penulis dan dalam penyusunan skripsi ini, yang terdiri dari:
v
1. Bapak dan Ibuku tercinta, terima kasih banyak untuk segala curahan kasih
sayang yang tulus baik moril maupun materil serta doa yang selalu
mengiringi langkahku untuk mencapai cita-cita yang aku impikan.
Terlebih buat ibu yang selalu sabar menghadapi cobaan dan tetap tegar
menghadapi hidup. Insyaallah aku akan berusaha semaksimal mungkin
untuk menjadi orang sukses dunia dan akhirat seperti yang bapak dan ibu
harapkan.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membuat Fakultas
Ekonomi menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih maju lagi.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, M.M, Bapak Indoyama Nasarudin, S.E.,
M.AB, dan Herni Ali HT, SE, MM selaku pembantu dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4. Bapak Dr. Lukman M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang telah memberikan kontribusi yang besar kepada
pendidikan khususnya di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, M.M selaku dosen
pembimbing I, terima kasih banyak atas kemudahan dan didikan yang
bapak berikan bapak kepadaku.
6. Bapak Yoghi Citra Pratama, Msi, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, semangat, dan selalu menasehati agar aku
vi
selalu rajin dalam beribadah kepada Allah SWT serta memberikan banyak
ilmu yang bermanfaat demi selesainya Skripsi ini dengan baik.
7. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi saya dan untuk kemajuan FEB UIN
Syahid Jakarta, serta staf karyawan yang telah memberikan pelayanan
kepada setiap mahasiswa.
8. Kelima kakak ku yang sangat luar biasa dan sangat aku sayangi. Kaka
haden yang sudah mau meminjamkan laptopnya, kaka lundi yang selalu
menghiburku disaat aku stress, kaka dika yang tintanya selalu aku
habiskan untuk mengeprint Skripsi, kaka tia yang sudah rela
menggantikan tugasku dirumah jika aku sedang sibuk dikampus, dan
kakaku tercinta fauzia kharisma yang selalu mendengarkan keluh kesahku
dan selalu memberikan solusi sehingga semua kebutuhan untuk membuat
skripsi ini semua terpenuhi. Terimakasih banyak atas doa dan
dukungannya, kalian yang selalu bisa menjadi pemecah stress disaat aku
mengalami kebuntuan dalam mengerjakan Skripsi.
9. Terima kasih banyak untuk Daniel Febyan yang setia menemaniku baik
disaat senang maupun sedih. Disaat aku patah semangat kamu selalu
menghibur dan memberiku motivasi.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Nini,Caya,Feline,Kifil,Dyan,Nuning yang
senantiasa mewarnai hari-hari kelamku dengan penuh canda dan tawa.
vii
Selalu memberi nasehat dan dukungan yang super untuk menambah
semangat saya dalam mengerjakan skripsi ini.
11. Teman-teman terbaikku Apraw,Oki,Yanti,Iqbal,Adha,Veni yang selalu
berbagi ilmu dan membantu apa yang saya belum pahami. Semoga kita
sukses dan dapat mencapai cita-cita yang diimpikan.
12. Sahabat SMA ku cici meli,mba ninik,caca marica,dan pupu terima kasih
sudah meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesahku,
menghapus air mataku dengan senyuman.
13. Terima kasih untuk keluarga kedua saya dikampus Ladies Futsal UIN.
Pengalaman yang sangat berharga bisa bergabung bersama kalian,bermain
futsal sangatlah menghibur membuat otak fresh ketika sedang stress dalam
mengerjakan skripsi ini.
Masih dalam keterbatasan penulis, yang hanya manusia biasa. Maka penulis
memohon maaf dan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan
oleh penulis.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 14 mei 2013
Fitria Sakinah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP i
ABSTRACT ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………………………… 10
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 11
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
A. Bank Syariah ……………………………………………………………….. 13
1. Pengertian Bank Syariah ……………………………………………….. 13
2. Prinsip Bank Syariah ………………………………………………....... 15
B. PermodalanBank ………………………………………………………….. 15
C. Capital Adequacy Ratio (CAR) …..……………………………………….. 20
D. Return On Assets (ROA) ………………..…………………………………. 23
1. Pengertian ROA ………….……………………………………………. 23
2. Keterkaitan ROA dengan CAR ……………..…………………………. 25
E. Financing To Deposit Ratio ………………………..……………………… 26
1. Pengertian FDR ………………………………………………………… 26
2. Keterkaitan FDR dengan CAR ………...………………………………. 28
F. Nilai Tukar Rupiah (KURS) ……………………….……………………… 29
ix
1. Definisi Nilai Tukar Rupiah ………………………………..…………. 29
2. Teori Nilai Tukar Rupiah …...…………………………………………. 29
3. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah dengan CAR …...………..…………. 31
G. Inflasi ………………………………………………………………............ 32
1. Definisi Inflasi …………………………………………………….…... 32
2. Tingkat Inflasi ……………………………………………………..…... 32
3. Efek Inflasi ……………………………………………………………... 33
4. Penyebab Inflasi dalam Perspektif Islam ………………………….…... 36
5. Keterkaitan Inflasi dengan CAR ……………………………………... 37
H. Penelitian Terdahulu ………………………………………………………... 38
I. Kerangka Pemikiran ………………………………………………………... 42
J. Hipotesis ……………………………………………………………………. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………….. 47
B. Jenis dan Sumber Data ………...…………………………………………… 47
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 47
D. Metode Analisis Data ………………………………………………………. 48
1. Uji Normalitas………………………………………………………….. 49
2. Uji Stasioneritas ………………………………………………………... 50
a. Uji Akar Unit ……………………………………………………….. 50
b. Uji Derajat Integrasi ………………………………………………... 51
3. UjiAsumsiKlasik ……………………………………………………… 53
a. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………... 53
b. Uji Autokorelasi ……………………………………………………. 54
c. Uji Multikolinieritas ………………………………………………... 55
4. UjiStatistik…….. ……………………………………………………… 55
a. Uji t-statistik (UjiParsial) ………………………………………….. 55
b. Ujif-statistik (UjiSimultan) ……………………………...………... 57
5. Uji Koefisien Determinan (R2) …………………….………………….. 58
x
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………………………. 60
1. Variabel Dependen (Y) ………………………………………………… 60
2. Variabel Independen (X) …………………………………………….. 60
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN 62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………... 62
1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) ………………………. 62
2. Perkembangan Return On Assets (ROA) ………………....………….. 63
3. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) ……….…………... 65
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ………………..…………………... 67
5. Perkembangan Tingkat Inflasi ………………………………………..... 68
B. Hasil dan Analisis Pembahasan …………………………………………….. 71
1. Uji Normalitas ………………………………………………………......71
2. Uji Stasioneritas ………………………………………………………....72
a. Uji Akar Unit ...………………………………………………….......72
b. Uji Derajat Integrasi …...……………………………………………73
3. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………….74
a. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………...74
b. Uji Autokorelasi ……………………………………………………..75
c. Uji Multikolinieritas …………………………………………….......76
4. Uji Statistik………………………………………………………………77
c. Uji t-statistik (UjiParsial) ……………………………………………78
d. Ujif-statistik (UjiSimultan) ……………………………...………......80
5. Uji Koefisien Determinan (R2) …………………….…………………...80
6. Analisi Ekonomi ………………………………………………………...81
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 85
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 85
B. Implikasi ……………………………………………………………….….. 86
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 87
LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 88
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel1.1 Perkembangan CAR,ROA,FDR,KursdanInflasi 6
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 40
Tabel 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera 71
Tabel 4.2 Uji Akar Unit ADF Pada Tingkat Level 72
Tabel 4.3 Uji Akar Unit ADF Pada first difference 73
Tabel 4.4 Hasil Heteroskedasticity Test: White 74
Tabel 4.5 Hasil RegresiLM-Test 75
Tabel 4.6 Hasil Uji Correlation Matrix 76
Tabel 4.10 Hasil Regresi 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
Gambar 2.1 KerangkaPemikiran 44
Gambar 4.1 Perkembangan CAR Bank Syariah di Indonesia 61
Gambar 4.2 Perkembangan ROA Bank Syariah di Indonesia 63
Gambar 4.3 Perkembangan FDR Bank Syariah di Indonesia 65
Gambar 4.4 Perkembangan KURS Bank Syariah di Indonesia 66
Gambar 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia 68
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lamp. 1 Data Variabel Penelitian 85
Lamp. 2 Uji Normalitas 86
Lamp. 3 Uji Stasioneritas CAR tingkat Level 87
Lamp. 4 Uji Stasioneritas ROA tingkat Level 88
Lamp.5 Uji Stasioneritas FDR tingkat Level 89
Lamp. 6 Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level 90
Lamp. 7 Uji Stasioneritas INF tingkat Level 91
Lamp. 8 Uji DerajatIntegrasi CAR First Difference 92
Lamp. 9 Uji DerajatIntegrasi ROA First Difference 93
Lamp. 10 Uji DerajatIntegrasi FDR First Difference 94
Lamp.11 Uji DerajatIntegrasi LNKURS First Difference 95
Lamp. 12 Uji DerajatIntegrasi INF First Difference 96
Lamp. 13 Heteroskedasticity Test: White 97
Lamp. 14 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test 97
Lamp. 15 UjiCorrelation Matrix 97
Lamp. 16 HasilRegresi 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan bank sangat dibutuhkan dalam suatu negara karena
merupakan alat penyeimbang dalam suatu sistem keuangan yang selama ini
diterapkan di seluruh negara termasuk diIndonesia.Karena pembangunan ekonomi
di suatu negara sangat bergantung kepada dinamika perkembangan dan kontribusi
nyata dari sektor perbankan (Levine 2010:42).Memelihara kestabilan moneter
salah satunya bisa dilakukan dengan mengatur perputaran uang di masyarakat
melalui peranan bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Fakta
menunjukkan bahwa dewasa ini hampir semua sektor yang berkaitan dengan
kegiatan keuangan membutuhkan jasa bank (Kasmir, 2002:1-2) sehingga peran
sebagai perantara keuangan yang dimiliki oleh bank dengan melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana juga akan menunjang kelancaran aktivitas
perekonomian (Totok,dkk 2000:7). Peranan bank yang sangat besar dan penting
ini akan dapat benar-benar terwujud tentunya dengan dukungan pihak-pihak yang
terkait dengan bank, tidak terkecuali individu-individu di masyarakat sebagai
calon pengguna jasa bank.
Menurut Mishkin (1998:226) fungsi utama bank dalam suatu
perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dengan secara tepat
dan cepat menyalurkan dana tersebut pada penggunaan atau investasi yang efektif
dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan sebagai “aliran darah” bagi
perkembangan perekonomian dalam peningkatan standar taraf hidup.Sedangkan
2
pengertian bank umum menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, "Bank
Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran".
Dalam menciptakan perbankan yang sehat, Bank Indonesia telah
mengeluarkan program Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Arsitektur
Perbankan Indonesia adalah Kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang
bersifat menyeluruh dan memberi arah , bentuk dan tatanan industri perbankan
untuk rentang waktu 5 s/d 10 tahun kedepan. API jadi sangat dibutuhkan dalam
rangka memperkuat dasar-dasar industri perbankan.Krisis 1997 menunjukkan
bahwa industri perbankan secara umum dan BI sebagai pengawas belum
kokoh.API adalah program restrukturisasi perbankan pasca International
Monetery Fund (IMF). BI mulai implementasikan API sejak 9 Januari 2004 dan
dijalankan secara bertahap s/d 2013 (10 Tahun) sebagai suatu kerangka
menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke
depan. API bertujuan untuk memperkuat permodalan bank dalam rangka
meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola usaha maupun risiko guna
mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan.Dengan
demikian, aspek permodalan merupakan aspek penting yang perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari manajemen bank.
Brigham (2005:547) menyatakan struktur modal merupakan salah satu
bagian yang sangat penting dalam prosespengambilan keputusan keuangan,
karena memiliki hubungan timbal balik terhadap keputusanvariabel-variabel
3
keuangan lainnya.Indikator modal merupakan urat nadi perbankan oleh karenanya
kriteria pengukuran kesehatan dan kinerja bank menjadi hal yang esensial untuk
diperhatikan oleh pihak manajemen.Kriteria rasio modal haruslah di kedepankan
mengingat industri perbankan adalah industri yang dalam kegiatan usahanya
mengandalkan kepercayaan masyarakat.Sudah menjadi lazim bagi masyarakat
untuk melihat kesehatan bank melalui aspek permodalan dan atas dasar itulah
masyarakat dapat membangun kepercayaan untuk menyerahkan dananya pada
perbankan. Mengingat citra perbankan nasional yang semakin pudar di mata
masyarakat dikarenakan banyaknya kasus-kasus penyelewengan dana nasabah
oleh pihak manajemen bank sehingga hal ini menambah daftar ketidakpercayaan
masyarakat terhadap bank.
Mengingat pentingnya modal pada bank, pada tahun 1988 Bank for
International Settlements (BIS) mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan
yang lebih dikenal dengan The 1988 Accord (Basel I).Sistem ini dibuat sebagai
penerapan kerangka pengukuran bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar
modal minimum adalah 8%. Sejalan dengan semakin berkembangnya produk-
produk yang ada di dunia perbankan, BIS kembali menyempurnakan kerangka
permodalan yang ada pada The 1988 Accord dengan mengeluarkan konsep
permodalan baru yaitu The New Basel Capital Accord/Agreement yang lebih
dikenal dengan Basel II. Basel II di Indonesia merupakan bagian dari tahapan
Arsitektur Perbankan Indonesia yang dijalankan untuk periode tahun 2004-2013.
Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar The 1988 Accord yang
memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap
4
risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas
penerapan manajemen risiko di bank. Pada Basel Accord II cara perhitungan
besarnya permodalan yang wajib dipertahankan oleh suatu bank adalah dengan
langsung menghubungkannya dengan unsur-unsur risiko yang melekat di
dalamnya. Unsur-unsur risiko tersebut meliputi unsur risiko pasar, unsur risiko
kredit, unsur risiko operasional.Sehingga hasilnya adalah perhitungan modal bank
yang lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive capital allocation). Dengan risk
sensitivity, perbankan menjadi lebih peka dalam mengendalikan risk-based
capital-nya sesuai dengan regulasi berbasis risiko yang ditetapkannya.
Demikianlah selanjutnya melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/12/PBI/2003
telah ditegaskan kembali apa yang harus dipenuhi bank umum dalam menerapkan
risk management khususnya menyangkut persyaratan permodalan bank. Adapun
peraturan tersebut mengacu pada pelaksanaan persyaratan modal sesuai dengan
ketentuan yang dimuat dalam Basel Accord II.
Kinerja manajemen bank dalam mengelola permodalan dapat dilihat
melalui rasio keuangan yang salah satu diantarannya adalah Capital
AdequacyRatio (CAR) yang merupakan indikator terhadap kemampuan bank
untuk mengcover atau menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva produktif yang berisiko.
Besarnya CAR yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia untuk bank-bank yang
beroperasi di Indonesia adalah sebesar minimum 8%. Besar kecilnya CAR yang
dimiliki oleh sebuah bank akan dapat dipengaruhi oleh kinerja aspek keuangan
5
lainnya yaitu aspek likuidatas, aspek kualitas aktiva, aspek sensitivitas terhadap
pasar, aspek profitabilitas(Prasnanugraha, 2007:15).
Kegagalan suatu perusahaan khususnya yang bergerak dalam bidang
perbankan dapat dilihat dan diukur antara lain melalui kinerja keuangan, yaitu
dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai
sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan
melakukan analisis laporan keuangan yang baik, maka bank dapat lebih optimal
dalam penyusunan rencana strategis ke depannya dalam kaitannya dengan
minimalisasi risiko keuangan.Meskipun aspek keuangan menjadi aspek yang
sangat dominan dalam pengukuran kinerja dan kesehatan bank namun aspek non
finansial juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengukuran kinerja
bank. (Yansen, 2008:18).
Kinerja bank yang menurun akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat
karena pada dasarnya bank merupakan industri yang dalam menjalankan usahanya
memerlukan kepercayaan masyarakat sehingga kesehatan bank harus
diperhatikan. Penilaian terhadap rasio permodalan yang lazim digunakan untuk
mengukur kesehatan bank yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) yang didasarkan
pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Resiko (ATMR). Sejak
periode krisis sampai saat ini CAR menjadi acuan utama dalam menentukan
kesehatan bank, dimulai dari minimum sebesar 4% pada periode awal terjadinya
krisis, persyaratan besaran minimum CAR telah ditingkatkan secara bertahap dan
6
sejak awal tahun 2001, Bank Indonesia menetapkan CAR sebesar 8% (Masyhud,
2006:264).
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di
sebabkan oleh aktiva yang berisiko. Menurut Dendawijaya (2000 : 122) adalah
“Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut di biayai
dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber di luar
bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain.
Pemilihan variabel CAR sebagai variabel dependen dikarenakan CAR
merupakan indikator yang paling penting menurut Bank Indonesia dalam menjaga
tingkat kesehatan bank.CAR dipengaruhi oleh banyak faktor seperti rentabilitas
dan likuiditas. (Jumingan, 2008:239). Selama periode pengamatan (Maret 2009 –
Desember 2011)rata-rataCAR pada bank syariah di Indonesia sangatberfluktuasi
begitu juga dengan ROA, FDR, Nilai Tukar dan Inflasi yang nilainya juga
berfluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 dibawah ini :
Table 1.1
Perkembangan CAR, ROA, FDR, Kurs, Inflasi pada Bank Syariah
Indonesia
Tahun CAR
(persen)
ROA
(persen)
FDR
(persen)
KURS
(rupiah)
INFLASI
(persen)
2009 11,99 2,12 98,88 10,111 4,90
2010 14,66 1,67 94,37 9,049 5,13
2011 15,92 1,86 94,29 8,535 5,38
Sumber : DataBank Indonesia
7
Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut menunjukkan bahwa perolehan rata-rata
CAR mengalami kenaikan setiap tahunnya yaitu sebesar 11,99% pada tahun 2009
lalu naik menjadi 14,66% pada tahun 2010 dan sedikit naik ditahun 2011 menjadi
15,92%.Melihat rata-rata rasio CAR pada bank syariah di Indonesia menunjukkan
bahwa rata-rata rasio CAR berada diatas 8% sehingga dapat dikatakan kondisi
permodalan pada bank syariah di Indonesia selama periode pengamatan (2009 –
2011) dalam kondisi yang sehat.
Begitu juga pada ROA, FDR, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi yang
kecenderungan nilainya fluktuatif, seperti yang dilihat pada tabel 1.1 bagaimana
nilai ROA pada tahun 2009 dari Rp. 2,12% turun menjadi 1,67 % pada tahun
2010 lalu meningkat lagi ditahu berikutnya menjadi 1,86 % pada tahun 2011. Hal
seperti ini juga terjadi pada FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi seperti yang
dapat dilihat pada tabel 1.1.
Dalam perjalanannya, rasio kecukupan modal (CAR) pada perbankan
syariah perlu memperhatikan faktor eksternal dan internal yang dapat
mempengaruhi kegiatan mereka.Hal tersebut diantaranya pengaruh faktor
eksternal berkaitan indikator moneter berupa kurs rupiah terhadap dollar.Kurs
dinilai berpengaruh terhadap kecukupan modal (CAR) karena jika rupiah terhadap
dollar menguat mengindikasikan banyak modal yang masuk ke Indonesia,
termasuk kedalam bank syariah.Maka jumlah modal yang diterima bank
menambah sehingga rasio kecukupan modal pun bertambah sehat. Hubungan
Nilai Tukar rupiah terhadap dollar terhadap CAR adalah positif. Begitu pula
dengan inflasi dapat dikatakan salah satu indikator yang berhubungan terhadap
8
kecukupan modal (CAR) karena dikala tingkat Inflasi sedang tinggi
kecenderungan harga barang-barang menjadi naik, maka pemerintah akan
menerapkan kebijakan moneter untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara
menaikkan suku bunga pada bank. Agar masyarakat cenderung menabungkan
uang mereka di bank daripada membelanjakan uang mereka, karena kepuasan dari
konsumsi akan sedikit yang diterima. Dengan masuknya dana masyarakat yang
dihimpun oleh bank akan semakin bagus tingkat kesehatan modal bank itu sendiri
dan nilainya akan jauh dari tingkat minimum.
Selain faktor eksternal, ada faktor internal juga yang harus diperhatikan
oleh bank syariah dalam memperhatikan kesehatan bank antara lain likuiditas dan
profitabilitas. Rasio Likuiditas merupakan salah satu faktor yang penting untuk
melihat kemampuan suatu Bank dalam melunasi kewajibannya.Likuiditas sangat
erat hubungannya dengan kepercayaan masyarakat, sehingga tiap Bank
diwajibkan memelihara tingkat likuiditasnya.Untuk mengukur tingkat Likuiditas
Bank dapat dihitung dengan menggunakan LDR, Sedangkan dalam perbankan
syariah tingkat likuditas perbankan syariah dapat dilihat dari Financing Deposit
Rasio (FDR). FDR secara pemahaman hampir sama dengan konsep LDR dimana
keduanya sama-sama befungsi untuk mengukur tingkat likuditas perbankan
dimana keduanya juga melihat rasio dari jumlah dana yang disalurkan dengan
rasio jumlah dana yang diterima, hanya saja FDR tidak menganut sistem bunga
dalam menyalurkan dana ataupun pembiayaannya. Hubungan FDR terhadap CAR
adalah positif.
9
Rasio profitabilitasmerupakan aspek untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan keuntungan. Penilaiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan Rasio Return On Asset (ROA). Apabila menggunakan rasio ROA
maka hubungannya dengan CAR adalah positif, karena dengan meningkatnya
ROA maka laba bank meningkat, sehingga modal bank meningkat, dan akhirnya
CAR juga meningkat. (Artin, 2006:13)
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai dari CAR suatu bank, diantaranya adalah penelitian
Manullang (2002) yang menganalisis pengaruh rentabilitas terhadap rasio
kecukupan modal pada bank tabungan pensiunan. Demikian pula dengan
Shitawati (2006) yang menunjukkan bahwa enam rasio keuangan yaitu Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), dan
Giro Wajib Minimum (GWM) mempunyai pengaruh terhadap nilai CAR pada
bank umum di Indonesia.
Dengan topik yang sama dan ada beberapa variabel yang berbeda
penelitian Rahayu (2008) juga menunjukkan bahwa beberapa rasio keuangan
seperti Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Return On Equity(ROE)
mempengaruhi nilai CAR pada Bank Muamalatnamun tidak demikian halnya
dengan Nilai Tukar Valuta Asing yang tidak signifikan mempengaruhi CAR.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL ADEQUACY RATIO
10
PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE MARET 2009 –
DESEMBER 2011”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena
langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan
masalah pada dasarnya adalah merumuskan pertanyaan yang jawabannya
akandicari melalui penelitian berdasarkan seputar keadaanreturn on asset (ROA),
Financing To Deposit Ratio(FDR), Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasiterhadap
Capital Adequacy Ratio(CAR) pada bank syariah di indonesia periode Maret 2009
sampai Desember 2011.
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan
dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Return on Asset(ROA) secara parsial terhadap
CAR periode Maret 2009 – Desember2011 ?
2. Apakah terdapat pengaruh Financing to Deposit Ratio secara parsial
terhadap CARperiode Maret 2009 – Desember 2011?
3. Apakah terdapat pengaruh inflasi secara parsial terhadap CAR periode
Maret 2009 – Desember 2011?
4. Apakah terdapat pengaruh nilai tukar rupiah secara parsial terhadap CAR
periode Maret 2009 – Desember 2011?
5. Apakah terdapat pengaruh ROA,FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi
secara simultan terhadap CAR periode Maret 2009 – Desember 2011?
11
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan padaperumusan masalah diatas, makatujuan
dilaksanakanpenelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh Return on Assetsecara parsial terhadap CAR
periode Maret 2009 – Desember 2011
2. Menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratiosecara parsialterhadap
CAR periode Maret 2009 – Desember 2011?
3. Menganalisis pengaruh Inflasisecara parsial terhadap CAR periode Maret
2009 – Desember 2011
4. Menganalisis pengaruh Nilai Tukar Rupiah secara parsial terhadap CAR
periode Maret 2009 – Desember 2011
5. Menganalisis pengaruh ROA,FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi secara
simultan terhadap CAR periode Maret 2009 – Desember 2011
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa :
1. Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola
hubungan Return On Asset(ROA), Financing To Deposit Ratio
(FDR),Nilai Tukar Rupiah , dan Inflasi terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada bank syariah di indonesia periode
Maret 2009 sampai Desember 2011.
2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan
teoritis yang diperoleh saat perkuliahan dalam berbagai kasus
riil di dunia kerja.
12
a. Bagi Praktisi Lembaga-Lembaga Keuangan
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para
praktisi lembaga pemberdayaan umat serta praktisi lembaga-
lembaga keuangan, khususnya perbankan syariah tentang otoritas
perbankan syariah dan segala bentuk lembaga usaha syariah
lainnya.
b. Bagi Pemerintah
Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil
keputusan atau kebijakan perekonomian, agar apabila mengambil
kebijakan perkonomian terutama mengenai kebijakan moneter
lebih mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
likuiditas perbankan syariah.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perbankan Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Definisi Bank Syariah menurut Muhammad (2000 :62) adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau
biasa disebut dengan Bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/
perbankan yang opersional dan produknya dikembangkan berlandaskan
pada Al-Qur‟an dan hadits Nabi Muhammad SAW atau dengan kata lain,
bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
Syariat Islam.
Pengertian Bank Syariah menurut Ensiklopedia Islam adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam.(Sumitro, 1997:
5).Perbankan syariah adalah suatu system perbankan yang di kembangkan
berdasarkan syariah (hukum islam). Usaha pembantukan system ini
didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun
menjamin dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan
investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini
tidak dijamin oleh system perbankan konvensional. (Inggrid, 2009:12)
14
Dalam syariat Islam dijelaskan bahwa praktek riba adalah haram
hukumnya.Oleh karena itu, bank syariah berusaha menerapkan sistem bagi
hasil dan jual beli dalam kegiatan operasinya sesuai dengan prinsipnya
yang tidak menggunakan sistem bunga.Pada undang-undang nomer 10
tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Th. 1992 tentang perbankan pasal
(1) disebutkan bahwa: Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah, antara lain: pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina’).
Pada undang-undang nomer 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah yaitu Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah
adalah suatu bentuk perbankan yang dalam melaksanakan kegiatan
oprasionalnya baik dalam kegiatan penghimpunan dan maupun penyaluran
dan berdasarkan pada prinsip syariah.
15
2. Prinsip Bank Syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam ke dalam transaksi
keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang
diikuti oleh bank islami itu adalah (Rodoni, 2009:123) :
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi
b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
c. Memberikan zakat.
B. Permodalan Bank
MenurutHasibuan (2006:61). Modal Sendiri Bank adalah sejumlah
uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang
berasal dari dalam bank itu sendiri.Komponen modal dalam perbankan
umumnya terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.Kedua komponen
tersebut antara lain sebagai berikut :
1. modal Inti
Modal Inti adalah jenis modal yang terdapat dalam komponen
modal dan merupakan bagian terpenting dalam bank.Apabila terdapat
goodwill maka perhitungan atas jumlah seluruh modal inti harus dikurangi
dengan goodwill tersebut. Modal inti terdiri atas:
16
a. Modal disetor
Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya (pemegang saham).Bagi bank yang berbadan hukum
koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan
wajib anggotanya.
b. Agio saham
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh
bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
c. Cadangan umum
Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan
laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat
anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.
d. Cadangan tujuan
Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan dari
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota
e. Laba ditahan
Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota
diputuskan untuk tidak dibagikan.
f. Laba tahun lalu
17
Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah
dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota.Jumlah laba
tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar
50%.Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
g. Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku
berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.Jumlah laba tahun buku
berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar
50%.Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan (minority interest)
Bagian kekayaan bersih tersebut adalah bagian kekayaan bersih anak
perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak
perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak
perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank lain,
lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan (Lembaga Keuangan Bukan Bank /
LKBB) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.
2. Modal Pelengkapan
18
Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk
tidak dari laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya dapat
dipersamakan dengan modal. Secara rinci, modal pelengkap dapat berupa:
a. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk
dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat
persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.
b. Cadangan / Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif adalah cadangan yang
dibentuk dengan cara membebani laba-rugi tahun berjalan, dengan
maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai
akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktif. Dalam kategori cadangan ini termasuk cadangan piutang
ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat berharga.Jumlah
cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat
diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap adalahmaksimum
sebesar 12.5% dari jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR).
c. Modal Kuasi
Modal kuasi yang menurut Bank for International Settlement (BIS)
disebut hybrid (debt/equity) capital instrument adalah modal yang
didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti
modal atau hutang yang mempunyai ciri-ciri:
19
1. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan
dengan modal (subordinated) dan telah dibayar penuh.
2. Tidak dapat dilunasi/ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa
persetujuan Bank Indonesia.
3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal
jumlah kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan
cadangan-cadangan yang termasuk modal inti meskipun
bank belum dilikuidasi.
4. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam
keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar
bunga tersebut.
Dalam pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang
berasal dari penyetoran modal yang efektif oleh pemilik bank yang
belum didukung oleh modal dasar (yang sudah mendapat pengesahan
dari instansi yang berwenang) yang mencukupi.
d. Pinjaman Subordinasi
Pinjaman Subordinasi adalah pinjaman antara bank dengan pihak
pemberi pinjaman dan telah mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia. Pinjaman ini merupakan pinjaman yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman.
20
2. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia,
tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar
penuh.
3. Minimal berjangka waktu 5 tahun.
4. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut
permodalan bank harus tetap sehat.
5. Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir
dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan
modal).
Pinjaman subordinasi yang diperhitungan tidak lebih dari 50% dari
modal inti, sedangkan modal pelengkap yang diperhitungkan sebagai
modal bank setinggi-tinginya 100% dari modal inti.
C. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562) CAR adalah rasio
yang memperlihatkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yangmencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko
yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.CAR
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat,
21
pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
misalnya kredit yang diberikan.CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko
(Dendawijaya, 2009:121).
Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif
yang berisiko.Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal bank terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Menurut PBI No.
10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar
8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR).Sebuah bank mengalami risiko modal apabila tidak dapat
menyediakan modal minimum sebesar 8%.Dengan penetapan CAR pada
tingkat tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang
cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya resiko sebagai akibat
berkembang atau meningkatnya ekspansi aset terutama aktiva yang
dikategorikan dapat memberikan hasil dan sekaligus mengandung resiko
sebagaimana yang dikutip oleh Werdaningtyas (2002).
Besarnya CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut.
(Dendawijaya, 2009 :144).
22
Modal Bank
CAR = X 100%
Total ATMR
Modal Bank terdiri atas modal inti dan modal
pelengkap.Komponen modal inti meliputi modal disetor, agio saham,
cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak (cadangan umum), dan
laba ditahan. Modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi
aktiva tetap (Dendawijaya, 2009:144). ATMR dihitung dari aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif (tidak
tercantum dalam neraca). Menurut Hasibuan (2006 :58) ATMR aktiva
neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing
aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos
aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominalrekening administratif yang bersangkutan dengan
bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut (resiko aktiva
administratif).
Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang
paling berisiko diberi bobot 100%. ATMR ini menunjukkan nilai aktiva
berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup
(Arthesa danHandiman, 2006 : 147). Setelah mengetahui cara perhitungan
CAR maka dapat diambil kesimpulan tentang hal-hal yang dapat
mempengaruhi CAR adalah sebagai berikut sebagaimana yang dikutip
dalam R. Arif Ginanjar (2007):
23
1. Tingkat kualitas manajemen bank dan kualitas sistem dan prosedur
operasionalnya.
2. Tingkat kualitas dan jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat
padanya.
3. Kualitas dan tingkat kolektibilitasnya.
4. Struktur posisi dan kualitas permodalan bank.
5. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
6. Tingkat likuiditas yang dimilikinya.
7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka panjang.
D. Return On Assets (ROA)
1. Pengertian ROA
Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas
dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan
perusahaan. Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank
Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank
Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya
sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Lukman, 2009 :
119).
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva / assets yang
dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
24
secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Veithzal, 2006 : 157).
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat
perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara
perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoretis, laba
yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem
CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak (Lukman
Dendawijaya, 2009 : 118).
ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum
pajak / earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT
merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak.Total assets
merupakan total asset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total
assets yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah
jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat
berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang,
penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan dalam Call Money
atau Money Market) dan penempatan dalam bentuk kredit (kredit
konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan maupun institusi
atau perusahaan) sebagaimana yang dikutip oleh Artin Shitawati dalam
Robert Ang (1997: hal. 18.32- 18.33).
Baik profit margin maupun total asset turnover tidak dapat
memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan
25
perusahaan. Profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva
,sementara total asset turnover tidak memperhitungkan profitabilitas dalam
penjualan. Rasio return on asset atau return on investment mengatasi
kedua kelemahan tersebut. Peningkatan kemampuan perusahaan dapat
terjadi jika ada peningkatan profit margin atau peningkatan total asset turn
over atau keduanya. Dua perusahaan dengan profit margin dan total asset
turnover yang berbeda dapat saja memiliki rasio ROA yang sama.(Van
Horne 2005:225).
ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Lukman, 2009 :118)
Laba Sebelum Pajak
ROA = X 100%
Total Aktiva
2. Keterkaitan ROA dengan CAR
Analisis rasio rentabilitas ini menggunakan ROA dikarenakan
Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset
yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat
(Dendawijaya, 2009:119). Disamping itu, ROA merupakan metode
pengukuran yang obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang
tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian
kebijakan perusahaan terutama perbankan.sebagaimana dikutip oleh
Ahmad Buyung Nusantara dalam Bambang Riyanto (1995).
Menurut Masyhud (2006) ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
26
memanfaatkan aktiva / assets yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset.sehingga CAR yang merupakan indikator kesehatan bank semakin
meningkat. Setiap kali bank mengalami kerugian, modal bank menjadi
berkurang nilainya dan sebaliknya jika bank meraih untung maka
modalnya akan bertambah.
E. Financing To Deposit Ratio (FDR)
1. Pengertian FDR
Financing to deposit ratio adalah rasio antara sejumlah kerdit yang
diberikan dengan dana bank yang diterima. Disamping itu FDR
merupakan perbandingan antara tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh
bank syariah terhadap dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dari
nmasyarakat.
Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam
penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh Karen itu, aktifitas penyaluran
dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiyaan
(financing). FDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukan
deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam
memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya.Menurut
Mubarok (2011: 23) rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan
digunakan untuk pemberian pinjaman.
27
Secara sistematis financing to deposit ratio (FDR) dapar
dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE No.6/23/DPNP tahun 2004):
Total Pembiayaan
FDR = X 100%
Dana Pihak Ketiga
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat
diimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan
yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank
untuk memberikan kredit. (Fatimah, 2008:43).
Semakin besar FDR maka semakin baik pula bank tersebut dapat
menjalankan fungsi intermediasinya, akan tetapi semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk mebiayai kredit semakin besar. (Dendawijaya 2003:116)
Menurut Narulia dan Suryadi (2006: 63)perbandingan antara total
pembiayaan yang diberikan dengan dana yang behasil dihimpun oleh bank
yang terdiri dari DPK ditambah dengan ekuitas. FDR disebut juga rasio
kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur
dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit
merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari kegiatan ini. Deposit
atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi
28
semakain besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan.
Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank tersebut.
Berdasarkan surat edaran bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993, besarnya FDR telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh
melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau
pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun
asalkan tidak melebihi 100% (Muhammad 2005: 55).
Selanjutnya FDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi
manajemen suatu bank.Manajemen bank konservatif biasanya cenderung
memiliki FDR yang relatif rendah.Sebaliknya bila FDR melebihi batas
toleransi dapat dikatakan manajemen bank yang bersangkutan sangat
expansif atau agresif (Siamat, 2003:47).
2. Keterkaitan FDR dengan CAR
Sugiyanto dkk (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
FDR merupakan rasio keuangan yang mampu memprediksi kebangkrutan
bank nasional di Indonesia (yang diproksi melalui CAR) satu tahun
sebelum gagal. Hasil penelitiannya didukung oleh Haryati (2001) yang
menunjukkan FDR mampu membedakan CAR pada bank yang bangkrut
dan sehat.
Apabila pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan lebih besar
daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun maka manajer terpacu
untuk meningkatkan kinerja dan dengan pengelolaan sejumlah aktivita
29
produknya Bank Syariah mampu menopang likuiditas tanpa harus banyak
menyerap (menurunkan) permodalan (CAR) bank.
F. Nilai Tukar Rupiah (KURS)
1. Definisi Nilai Tukar Rupiah
Menurut Krugman dan Maurice (1994 : 73) Kurs adalah Harga
sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam
mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996 : 163) kurs adalah
pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat
perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Menurut
Salvator (1997 : 10) kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya.
Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani (1992:664)memberikan
defenisi mengenai nilai tukar sebagai berikut:
”An exchange rate is defined as the amount of one currency that
can be exchanged per unit of another currency, or the price of one
currency in terms of another currency”
Dapat disimpulkan dari beberapa definisi diatas bahwa nilai tukar
adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat
dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain.
2. Teori Nilai Tukar dalam Islam
Kebijakan nilai tukar dalam islam menggunakan sistem “manage
floating”. Nilai tukar merupakan kebijakan pemerintah namun
30
pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar
kecuali terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri.
Perubahan harga di dalam negeri disebabkan fluktuasi mata uang,
penyebabnya dibedakan menjadi 2 (dua) :
1. Natural exchange rate fluctuation, fluktuasi nilai tukar uang
disebabkan adanya perubahan-perubahan pada agregat
supply dan aggregate demand.
2. Human error exchange rate fluctiation, fluktuasi nilai tukar
yang disebabkan karena prilaku manusia seperti korupsi dan
administrasi yang buruk, pajak yang terlalu berlebihan, dan
pencetakan uang berlebihan dengan tujuan mencari
keuntungan yang tinggi.
Sedangkan, Perubahan harga di luar negeri dapat disebabkan oleh 2
(dua) hal :
1. Non-engineered/non-manipulated changes, perubahan yang
terjadi tidak disebabkan adanya manipulasi (yang merugikan)
oleh pihak-pihak tertentu.
- Unsterilized intervention menambah jumlah mata uang
dalam negeri dengan mencetak.
- Sterilized intervention menambah jumlah mata uang dalam
negeri dengan menjual aset lain.
31
2. Engineered/non-manipulated changes, perubahan ini
disebabkan adanya manipulasi yang dilakukan pihak-pihak
tertentu untuk merugikan pihak lainnya.
- Ikhtikar, melakukan penimbunan mata uang dan dilepaskan
ketika nilai tukarnya melemah
- Ba’i najasy, dengan adanya forward transaction yang
dikombinasikan dengan margin trading.
3. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah dengan CAR
Nilai tukar adalah variabel ekonomi makro yang sangat
menentukan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Perubahan nilai tukar rupiah akan mempengaruhi perekonomian
nasional secara umum dan perusahaan pada khususnya. Perbankan
adalah perusahaan yang sangat terkait dengan perubahan nilai tukar
rupiah yang disebut sebagai risiko pasar (market risk) bagi perbankan.
Menurut PBI No.10/15/PBI/2008 Sejalan dengan standar internasional
yang berlaku, perhitungan kecukupan modal yang berfungsi sebagai
penyangga untuk menyerap kerugian yang timbul dari berbagai risiko,
perlu disesuaikan dengan profil risiko yang mencakup risiko kredit,
risiko pasar, risiko operasional, dan risiko lainnya yang bersifat
material.
Sehingga jika dana masyarakat yang dihimpun CAR yang
merupakan indikator kesehatan bank semakin meningkat dan bisa
menanggulangi risikio-risiko yang ada.
32
G. Inflasi
1. Definisi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 381-382) inflasi terjadi
ketika tingkat harga umum naik . “inflasi di hitung dengan
menggunakan indeks harga konsumen (CPI) atau consumen price
indeks, mengukur biaya sekeranjang pasar dari barang dan jasa
konsumen yang dikaitkan dengan biaya sekeranjang pasar dari barang
dan jasa tersebut pada tahun dasar tertentu”.
Immamudin yuliadi (2008:74-75) berpendapat bahwa “inflasi
diartikan dengan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan
terus menerus.Jadi kenaikan yang terjadi pada sekelompok kecil
barang belum bisa dikatakan sebagai inflasi.Demikian pula perubahan
harga yang terjadi sekali saja juga belum juga bisa dikatakan inflasi”.
Inflasi berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-
harga yang berlaku, dapat dibedakan kepada tiga bentuk sebagai
berikut: inflasi tarikan permintaan, inflasi desakan biaya, dan inflasi
diimpor. (sukirno, 2004:333)
2. Tingkat Inflasi
Kondisi inflasi menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:307),
berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Merayap (Creeping Inflation)
33
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan
harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam
jangka waktu yang relatif lama.
2. Inflasi menengah (Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-
kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta
mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu
atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan
seterusnya.
3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan ditandai dengan kenaikan
harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan
tajam.Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah
mengalami defisit anggaran belanja.
3. Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor
produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan
disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor
produksi dan pendapatan nasional masing-masing disebut dengan
efficiency dan output effects (Nopirin, 1987 : 32-34).
a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang
dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya
34
inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan
dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang
menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan
menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-
pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi
adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang
mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik dengan
prosentase lebih besar dari pada laju inflasi.Dengan demikian
inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola
pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor
produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat
mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa
barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang
tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain,
yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi
barang tertentu.
c. Efek Terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
produksi.Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan
35
harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan
pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong
kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi
(hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni
penurunan output.Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang
riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak
mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang
biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
langsung antara inflasi dan output.Inflasi bisa dibarengi dengan
kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan
output.
Menurut para ekonom Islam, inflasi sangat berdampak buruk
bagi perekonomian (Karim 2010: 139):
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang terutama
terhadap fungsi tabungan (nilai simpanan), fungsi dari
pembayaran di muka, dan unit dari fungsi perhitungan. Orang
harus melepaskan diri dari uang dan asset keuangan akibat dari
bebas inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan
terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self feeding
inflation”.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap
menabung masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
36
3. Meningkatkan kecenderungan masyarakat untuk berbelanja
terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah (naiknya
Marginal Propensity to Consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan,
logam mulia, mata uang asing, dengan mengorbankan investasi
ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan,
transportasi, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
4. Penyebab Inflasi dalam Perspektif Islam
Ekonom IslamTaqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M ~ 1441M),
yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun, menggolongkan
Inflasi dalam dua golongan yaitu: (Karim 2010: 140)
1. Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis oleh sebab-sebab alamiah,
manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya.Inflasi ini adalah inflasi
yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau
naiknya permintaan agregatif (AD↑).
MV = PT = Y
Dimana :
M = Jumlah uang beredar
V = kecepatan peredaran uang
P = tingkat harga
T = jumlah barang dan jasa (Q)
37
Y = tingkat pendapan nasional (GDP)
Maka natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:
a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa (T) yang diproduksi
dalam suatu perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan V
tetap, maka konsekuensinya P akan naik.
b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil, misalnya nilai ekspor
lebih besar dari nilai impor sehingga secara netto terjadi impor
uang yang mengakibatkan M naik, sehingga jika V dan T tetap,
maka P akan naik.
Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi
dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau
menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist:
Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah
SAW, ”Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal),
tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-
lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi rizki. Aku
berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta
padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”
2. Human Error Inflation
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada Natural
Inflation, maka inflasi yang disebabkan oleh hal lain dapat digolongkan
sebagai Human Error Inflation atau False Inflation. Human Error
38
Inflationdikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan
manusia itu sendiri.
Human Error Inflation dapat dikelompokan menurut penyebab-
penyebabnya sebagai berikut:
1. Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad
Administraton).
2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax).
3. Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang
berlebihan (Excessive Seignorage)
5. Keterkaitan Inflasi dengan CAR
Dalam ilmu ekonomi, inflasiadalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan
dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi memiliki dampak negatif dan
positif tergantung parah atau tidaknya inflasi.Apabila itu dalam inflasi
yang parah, menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi dimana
para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam
perekonomian.Disamping itu, juga bisa memperburuk tingkat
kesejahteraan masyarakat akibat menurunnya daya beli masyarakat
secara umum akibat harga-harga yang naik.
Sementara, jika inflasi mengalami kenaikan yang masih dibatas
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam mendorong
39
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.
Dikala tingkat inflasi mengalami kenaikan kecenderungan harga
barang-barang menjadi naik, maka masyarakat cenderung
menabungkan uang mereka dibank daripada membelanjakan uang
mereka, karena kepuasan dari konsumsi akan sedikit yang diterima.
Dengan masuknya dana masyarakat yang dihimpun oleh bank akan
semakin bagus tingkat kesehatan modal bank itu sendiri dan nilai CAR
akan jauh dari tingkat minimum.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio) telah dilakukan oleh beberapa peneliti.Afanasief (2004)
menguji faktor-faktor yang mempengaruhi CAR pada bank-bank di Brazil,
dimana faktor-faktor yang digunakan adalah Inflasi, tingkat suku bunga
dan rasio CAMEL (CAR, ROI, BOPO, NPL dan LDR.Alat analisis yang
digunakan adalah regresi berganda.Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Inflasi dan tingkat suku bunga dan rasio CAMEL (CAR, ROI,
BOPO, NPL dan LDR) berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Penelitian Krisna (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Capital Adequacy Ratio pada bank-bank umum di Indonesia dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan seperti Return on Invesment, Return on
Equity, Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin,
Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan. Hasil penelitian Krisna
40
tersebut menunjukkan bahwa Return on Invesment, Loan to Deposit Ratio
dan Non Performing Loan secara parsial mempengaruhi Capital Adequay
Ratio, sedangkan Return on Equity, Biaya Operasi terhadap Pendapatan
Operasi, dan Net Interest Margin tidak signifikan mempengaruhi CAR.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
(tahun)
Judul Variable
penelitian /
metode analisis
Hasil
Temuan
1. Afanasief
et al
(2004)
The Determinants
of Bank Interest
Spread in
Brazil
Dependen: CAR
Independen:
Inflasi dan
tingkat suku
bunga dan rasio
CAMEL (CAR,
ROI, BOPO,
NPL dan LDR)
Analisis Regresi
Inflasi dan tingkat
suku bunga dan
rasio CAMEL
(CAR, ROI,
BOPO, NPL dan
LDR) berpengaruh
signifikan terhadap
CAR
2. Der-Fen
Huang
(2005)
The Predictive
power of capital
aqequacy ratios on
bank risk
Dependen: CAR
Independen:
ROA, ROE,
EPS, LDR, PBI
ROA, ROE, LDR
signifikan
mempengaruhi
CAR, Sedangkan
Variabel EPS dan
PBI tidak signifikan
mempengaruhi
CAR
3. Shitawati
(2006)
Analisis Faktor-
faktor
yang Berpengaruh
Terhadap Capital
Adequacy Ratio
(Studi
Empiris: Bank
Umum di
Indonesia)
Dependen: CAR
Independen:
ROA, ROE,
BOPO, GWM,
NIM, LDR
Metode Analisis
:
Analisis Regresi
Berganda
ROA, ROE, NIM,
LDR, BOPO, dan
GWM secara parsial
dan simultan
berpengaruh
terhadap
CAR pada bank
umum di Indonesia
41
4. Hestining
Rahayu
(2008)
Pengaruh
Financing To
Deposit Ratio,
Return On Equity
Dan Nilai Tukar
Valuta Asing
Terhadap Capital
Adequacy Ratio Pt
Bank Muamalat
Indonesia Tbk
Tahun 2003-2005
Dependen : CAR
Independen :
FDR, ROE, Nilai
Tukar
Metode Analisis
:
Analisis Regresi
Linier Berganda
FDR dan ROE
secara parsial
mempengaruhi
CAR, sedangkan
Nilai Tukar tidak
signifikan
mempengaruhi
CAR
5. Yansen
Krisna
(2008)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Capital Adequacy
Ratio (Studi pada
bank-bank umum
di Indonesia
periode tahun
2003-2006)
Dependen: CAR
Independen:
ROI,ROE,
BOPO,NIM,
LDR, NPL
Metode Analisis:
Analisis Regresi
Berganda
ROI, LDR dan NPL
secaraparsialmempe
ngaruhi CAR,
sedangkan ROE,
BOPO dan NIM
tidak signifikan
mempengaruhi
CAR
6. c Mena
Fitriyani
(2011)
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Capital Adequacy
Ratio Pada Bank
Umum Syariah Di
Indonesia
Dependen : CAR
Independen :
PPAP, FDR,
ROA dan DER
FDR signifikan
mempengaruhi
CAR, Sedangkan
variable PPAP,
ROA dan DER
tidak signifikan
mempengaruhi
CAR
Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti melakukan replikasi
dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dimana penelitian
inimenggunakan 4 variabel yang diantaranya dua adalah faktor internal
yaitu rasio keuangan yangdiwakili oleh Return On Assets (ROA) dan
financing to Deposit Ratio (FDR). Serta dua faktor eksternal yaitu Nilai
Tukar Rupiah dan Inflasi.Penelitian ini berbeda dengan penelitian
42
sebelumnya dalam beberapa aspek seperti pemilihan kategori rasio yang
digunakan, jumlah rasio yang digunakan untuk setiap kategori, dan tahun
pengamatan. Penelitian ini akan menggunakan tahun pengamatan Maret
2009 – Desember 2011. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
independen adalahReturn On Assets (ROA), financing to Deposit Ratio
(FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi. Sedangkan Capital Adequacy
Ratio (CAR), adalah rasio kecukupan modal sebagai variabel terikat
(dependen).
I. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori
yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan
gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau
alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni, 2010:
15). Berikut adalah penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian
yang dilakukan:
Indikator modal merupakan urat nadi perbankan oleh karenanya
kriteria pengukuran kesehatan dan kinerja bank menjadi hal yang esensial
untuk diperhatikan oleh pihak manajemen.Kriteria rasio modal haruslah di
kedepankan mengingat industri perbankan adalah industri yang dalam
kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat.Sudah menjadi
lazim bagi masyarakat untuk melihat kesehatan bank melalui aspek
permodalan dan atas dasar itulah masyarakat dapat membangun
kepercayaan untuk menyerahkan dananya pada perbankan.
43
Kinerja manajemen bank dalam mengelola permodalan dapat
dilihat melalui rasio keuangan yang salah satu diantarannya adalah Capital
AdequacyRatio (CAR) yang merupakan indikator terhadap kemampuan
bank untuk mengcover atau menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat
dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva produktif yang
berisiko.Dalam prakteknya, capital adequacy ratio(CAR) dapat
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, baik itu dari dalam perbankan itu
maupun dari sektor moneter. Sepertireturn on assets (ROA), financing to
deposit (FDR), nilai tukar rupiah dan inflasi.
Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai
melakukan analisis regresi berganda menggunakan Eviews 6 dengan
metode Ordinary Least Square(OLS) dan dilakukan uji stasioner, uji
asumsi klasik dan uji koefisien determinasi agar penelitian dapat diuji
dengan baik dan benar sesuai metodelogi penelitian, selanjutnya
melakukan analisis tersebut untuk mengambil hasil dan interpretasi data
yang akan menghasilkan kesimpulan penelitian ini.
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah
kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk
mewujudkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan
dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut :
44
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Return On Asset (Roa),Financing To Deposit Ratio(Fdr), Nilai
Tukar Rupiah Dan Inflasi Terhadap Capital Adequacy Ratio(Car) Pada Bank Syariah
Di Indonesia Periode Maret 2009 – Desember 2011
Capital Adequacy Ratio
(Y)
Model Ekonometrika
Uji Asumsi Klasik
- Uji Heteroskedastisitas
- Uji Autokorelasi
- Uji Multikolinearitas
Regresi Berganda
- Uji t
- Uji f
- Uji Adj R2
Kesimpulan dan implikasi
ROA
(X1)
(
Inflasi
(X4)
KURS
(X3)
FDR
(X2)
45
J. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat
diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Return On Assets (ROA)
H0 : Diduga ROA tidak bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy
Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember
2011
H1 :Diduga ROA bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio
perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember 20112
2. financing to Deposit Ratio (FDR)
H0 :Diduga FDR tidak bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy
Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember
2011
H1 :Diduga FDR bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio
perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember 2011.
3. Nilai Tukar Rupiah(KURS)
H0 :Diduga tidak KURS bepengaruh signifikan terhadap Capital
Adequacy Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-
desember 2011
H1 :Diduga KURS bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy
Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember
2011
46
4. Inflasi
H0 :Diduga Inflasi tidak bepengaruh signifikan terhadap Capital
Adequacy Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-
desember 2011
H1 :Diduga Inflasi bepengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy
Ratio perbankan syariah di Indonesia periode maret 2009-desember
2011
5. ROA, FDR, KURS, Inflasi
H0 :Diduga ROA, FDR, KURS, Inflasi secara simultan tidak bepengaruh
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio perbankan syariah di
Indonesia periode maret 2009-desember 2011
H1 :Diduga ROA, FDR, KURS, Inflasi secara simultan bepengaruh
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio perbankan syariah di
Indonesia periode maret 2009-desember 2011
47
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data atau informasi dalam memecahkan permasalahan dan
menguji kesesuaian hipotesa penelitian. Adapun metode penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengamati dan menganalisis
mengenai pengaruh Return On Assets (ROA), Financing Deposit Ratio
(FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi yang mempengaruhi Capital Adequacy
Ratio (CAR) di bank syariah di Indonesia.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk
angka-angka.Sumber datanya diperoleh melalui Bank Indonesia (BI) pada
kurun waktu 2009 sampai 20011 serta bahan-bahan lain yang berhubungan
dengan penelitian.
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode pengumpulan
data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI).Dengan menggunakan
metode pengumpulan data dan informasi melalui telah berbagai literatur yang
relevan.Yang diperoleh dari publikasi resmi yang berhubungan dengan
permasalahan yang ada di dalam menulis penelitian. Yang dapat diperoleh
48
dari buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, internet dan lain-lain. Teknik
pemgumpulan data yang digunakan adalah menggunakan pencatatan
langsung yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah disebutkan diatas
sesuai dengan data yang digunakan.
D. Model Analisis Data
Berdasarkan kerangka berfikir, menurut pendapat Keynes dalam teori
faktor produksi dengan metode pengeluaran (expenditure approach), dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara Return On Assets (ROA), Financing
Deposit Ratio (FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi yang mempengaruhi
Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat diformulasikan sebagai berikut :
Y = f ( X1 , X2 , X3 , X4 )
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan
meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS).
Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai
berikut :
y = f (x1, x2, x3, x4) … (3.1)
Dari fungsi pertama tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model
linear sebagai berikut:
Yi = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 +β4x4et … (3.2)
atau
CAR = β0 + β1ROA + β2FDR+ β3KURS +β4INFet … (3.3)
49
Dimana :
CAR = Capital Adequacy Ratio
β0 = intercept/konstanta
ROA = Return On Asset
FDR = Financing to Deposit Ratio
KURS = Nilai Tukar Rupiah
INF = Inflasi
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi
et = Tingkat Kesalahan (Term of Error)
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel dalam penelitian normal atau tidak.Normal dalam arti mempunyai
distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar pada patokan
distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama.
Uji Jarque Bera merupakan uji yang digunakan untuk pengujian
normalitas Ut dalam penelitian ini.Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal.Ada dua carayang dapat
digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data yang dinilai
normal maka baik untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian.Pengujian
normailtas data sebagai berikut:
Hipotesis: Ho: Model Normal
Ha: Model Tidak Normal
50
Bila probabilitas Obs*R2> 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
2. Uji Stasioner
Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan kumpulan
dari variabel random dalam urutan waktu. Setiap data time series yang kita
punyai merupakan suatu data dari hasil proses stokastik. Suatu data hasil
proses random dikatakan stasioner jika mengetahui kriteria, yaitu , jika
rata-rata dan varian konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua
periode waktu tertentu (Agus Widarjono,2005). Salah satu persyaratan
penting untuk mengaplikasikan model seri waktu yaitu dipenuhinya
asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari variabel-variabel
pembentuk persamaan regresi.Karena penggunaan data dalam penelitian
ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka dalam penelitian
ini perlu digunakan beberapa uji stasioner. Dalam melakukan uji
stasioneritas, penulis akan melakukan proses analisis yang terdiri dari :
a. Uji Akar Unit
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model
ekonomi dengan data time series adalah dengan menguji stasioneritas
pada data atau disebut juga dengan stasionary stochastic process. Uji
stasioneritas dapat dilakukan dengan menggunakan Augmented
Dickey-Fuller(ADF) pada derajat yang sama (level atau different)
hingga diperoleh data yang stasioner, yaitu data yang variansnya tidak
51
terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai
rata-rata.
Jika dalam uji stasioneritas ini menunjukan nilai ADFSTATISTIK yang
lebih besar dari pada Mackinnon critical value, maka dapat diketahui
bahwa data tersebut stasioner karena tidak mengandung unit root.
Sebaliknya jika nilai ADFSTATISTIK yang lebih kecil dari pada Mackinnon
critical value, maka dapat disimpulkan data itu tidak stasioner pada
derajat level. Dengan demikian, diferrencing data untuk memperoleh
data yang stasioner pada derajat yang sama di first different (1) harus
dilakukan, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode
sebelumnya (Ajija dkk, 2011: 165).
Langkah-langkah pengujian akar unit sebagai berikut :
Hipotesis Ho : Data tersebut tidak stasioner pada tingkat Level.
Ha : Data tersebut stasioner pada tingkat Level.
Pengambilan Keputusan dilakukan dengan criteria :
Jika ADFSTATISTIK >Mackinnon critical value(critical value)
= 5% maka Ho ditolak
Jika ADFSTATISTIK <Mackinnon critical value(critical value)
= 5% maka Ho diterima
b. Uji Derajat integrasi
Seperti uji akar unit ADF, keputusan sampai pada derajat
keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan
membandingkan antara nilai ADFSTATISTIK yang diperoleh dari koefisien
52
Y dengan nilai kritis distribusi statistik Mac Kinnon. Jika nilai absolut
dari statistik ADF lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat
pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu.Akan tetapi
jika dilanjutkan pada diferensiasi yang lebih tinggi sehingga diperoleh
data stasioner.
Data time series pada umumnya adalah data yang tidak
stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus
ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner.Menurut
Nachrowi (2006: 340) dalam berbagai studi ekonometrika, data time
series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data
tersebut, ternyata data time series „menyimpan‟ berbagai
permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini
merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak
stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi
akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk
membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data
untuk menghilangkan otokorelasi.
Dalam uji akar unit ADF bila menghasilkan kesimpulan bahwa
data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensiasi data. Uji
stasioner data melalui proses diferensiasi ini disebut uji derajat
integrasi.
Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut :
= Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, …..dan seterusnya
53
= Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, ….dan seterusnya.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria (Ajijah dkk,
2011: 171) :
Jika ADF test statistik > ADF tabel (daerah kritis = 5%)
maka ditolak, data stasioner pada derajat 1, 2, ….dan
seterusnya.
Jika ADF test statistik < ADF tabel (daerah kritis = 5%)
maka diterima, data tidak stasioner pada derajat 1, 2,
….dan seterusnya.
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas. Uji asumsi klasik
penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan
varian yang minimum (Best Linear Unbiased Estimator = BLUE), yang
berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu diperlukan
pendeteksian lebih lanjut diantaranya : (Nachrowi, 2006).
a. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau
sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel independen
(Gujarati, 2006).Untuk melacak keberadaan heteroskedastisitas dalam
penelitian ini digunakan uji White.Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
54
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah
disebut denfan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006).
Langkah-langkah Pengujian sebagai berikut :
Hipotesis : Ho: Model tidak terdapat heteroskedastisitas
Ha:Model terdapat heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima.
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak.
Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2lebih besar dari 0,05
maka model tersebut terdapat Heterokedastisitas. Apabila OBS*R2lebih
kecil dari 0,05 maka model tersebut tidak terdapat Heterokedastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai “korelasi di antara anggota
observasi yang diurut menurut waktu ( seperti deret berkala) atau ruang
(seperti data lintas-sektoral) (Gujarati ,2006). Untuk melihat ada tidaknya
penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM
Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α =
0.05 (Gujarati ,2006)
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
Hipotesis : Ho : Modeltidak terdapat Autokorelasi
Ha : Model terdapat Autokorelasi
Bila probabilitas OBS*R2> 0.05 → Ho diterima
55
Bila probabilitas OBS*R2< 0.05 → Ho ditolak
Apabila probabilitas OBS*R2lebih besar dari 0.05 maka data tersebut
tidak mengandung masalah autokorelasi.Apabila probabilitas OBS*R2lebih
kecil dari 0.05 maka data tersebut mengandung masalah autokorelasi.
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna
atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan
(independen) dari model regresi.(Gujarati, 2006).Dalam penelitian ini
penulis akan melihat multikolinieritas dengan menguji koefisien korelasi
(r) berpasangan yang tinggi di antara variabel-variabel penjelas. Sebagai
aturan main yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup
tinggi katakanlah diatas 0.8 ada kemungkinan terjadinya multikolinearitas
serius dalam model.Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka
diduga model tidak mengandung multikolinieritas.(Gujarati, 2006).
4. Uji statistik
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel
yang akan diteliti. Pengelolahan data menggunakan Exel 2007 dan Eviews
6.Dalam pengujian ini menggunakan uji statistik meliputi uji-t dan uji-F.
a. Uji t-statistik (Uji Parsial)
Uji statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang
bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi
signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap
56
variabel dependen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis
sebagai berikut :
Ho : βi = 0 (tidak signifikan)
Ho : βi ≠ 0 (signifikan)
Dimana βi adalah koefisien variabel independen ke-i parameter
hipotesis, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila t-
hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak.
Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh
secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.Dan bila t-hitung
< t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima ini
artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen. (Djalal Nachrowi dan Hardius Usman,
2006 : 18)
Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
t-hitung =
Dimana :
βi = koefisien variabel ke-i
b = nilai hipotesis nol
Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i
57
b. Uji f-statistik (Uji Simultan)
Uji f-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : βi = 0 (tidak berpengaruh)
Ho : βi ≠ 0 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai f-hitung
dengan f-tabel.Jika f-hitung (F*) > f-tabel, maka Ho ditolak, yang
artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen.
Nilai f-hitung dapat diperoleh dengan rumus :
f-hitung =
*(
)+
Keterangan :
R2= koefisien determinasi
k = jumlah variabel independen
n = jumlah sampel
Kriteria :
Ho : β1 = β2 = 0
Ho diterima (F* < F tabel) artinya variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0
58
Ha diterima (F* > F tabel) artinya variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. (Djalal
Nachrowi dan Hardius Usman, 2006 : 17).
5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
R2 menjelaskan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat
diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai R2sama dengan nol (R
2=0),
artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali.
Sementara bila nilai R2=1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat
diterangkan oleh X. Dengan kata lain, bila R2=1, maka semua titik
pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau
buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2nya yang mempunyai
nilai antara nol dan satu.
R2 sangat berguna untuk mengukur „kedekatan‟ antara nilai
prediksi dan nilai sesungguhnya dari variabel terikat.Semakin besar R2,
maka semakin besar (kuat) pula hubungan antara variabel terikat dengan
satu atau banyak variabel bebas. Masalahnya, bila kita mempunyai dua
buah regresi dengan variabel terikat yang sama, tetapi jumlah variabel
bebasnya berbeda. Formula untuk menghitung R2, yaitu :
∑
∑
Berdasarkan rumusan diatas terlihat bahwa besaran SST sama
sekali tidak dipengaruhi oleh variabel bebas, karena formulasinya hnya
memperhitungkan variabel terikat. Dalam arti, berapapun jumlah variabel
59
bebas yang digunakan dalam membentuk regresi, tidak akan memengaruhi
SST.
Sementara itu, dalam perhitungan SSE, tentu akan dipengaruhi
oleh variabel bebas, dimana semakin banyak variabel bebas, maka nilai
SSE cenderung semakin kecil, atau paling tetap, dan sebaliknya semakin
sedikit variabel bebas, maka nilai SSE cenderung akan semakin besar. Hal
ini disebabkan semakin banyaknya variabel bebas akan mengakibatkan
semakin besarnya variasi variabel terikat yang dapat diterangkan oleh
variabel bebas, sehingga nilai SSR akan besar, yang berakibat nilai SSE
akan kecil.
Akibat kedua hal tersebut, maka semakin banyak variabel bebas
yang dimasukkan dalm model, maka nilai R2akan semakin besar.Bila kita
hanya berpatokan pada R2 tentu kita akan selalu memutuskan bahwa
model yang terbaik adalah model dengan variabel bebas yang banyak.
Padahal kenyataannya tidaklah demikian.Terkadang satu variabel bebas
dalam model regresi sederhana dapat menerangkan variabel terikat dengan
lebih baik dibandingkan beberapa variabel bebas dalam regresi majemuk.
Oleh karena itu, agar keputusan lebih tepat, terutama untuk
membandingkan regresi dengan variabel terikat yang sama, maka
digunakan R2
yang disesuaikan atau dikenal dengan sebutan R2 Adjusted
yang dinotasikan dengan . Adapun formulasi perhitungannya adalah
sebagai berikut :
∑
∑
60
Dimana : k adalah banyaknya parameter model regresi termasuk
intercept. (Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2006 : 125).
E. Definisi Variabel Operasional
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah adalah variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Bambang Prasetyo dan Lina
Miftahul Jannah, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank umum syariah di Indonesia.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen
bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol
risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal
bank (persen).
2. VariabelIndependen (X)
Variabel independen adalah tipe variabel menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain (Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah
2005). Variabel independen dalam bahasa Indonesia adalah variabel bebas.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Return on assets (ROA) (X1)
Return on assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula
61
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukan kinerja
perusahaan yang semakin baik (persen).
b. Financing to Deposit Ratio (FDR) (X2)
Financing to deposit ratio(FDR) adalah rasio kredit terhadap
total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak
ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit (persen).
c. Nilai Tukar Rupiah (X3)
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya (ribuan rupiah).
d. Inflasi (X4)
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik
secara umum dan terus menerus.Akan tetapi bila kenaikan harga hanya
dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila
kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar
dari harga barang-barang lain (persen).
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Capital Adequacy Ratio
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bankyang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman
(utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratioadalah rasio
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit
yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang
disebabkan oleh aktiva yang berisiko.Perkembangan capital adequacy ratio
(CAR) periode 2009-2011 dapat dilihat padagambar dibawah ini:
Gambar 4.1
Perkembangan Capital Adequacy Ratio
Periode Maret 2009 – Desember 2011
0
10
20
30
Mar
'09
May
'09
Jul '
09
Sep
'09
No
v '0
9
Jan
'10
Mar
'10
May
'10
Jul '
10
Sep
'10
No
v '1
0
Jan
'11
Mar
'11
May
'11
Jul '
11
Sep
'11
No
v '1
1
CAR
CAR
63
Berdasarkan dengan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa nilai CAR
tertinggi terjadi pada awal bulan yaitu pada bulan Januari 2011 sebesar 20,23 %
dan angka terendah terjadi pada bulan Desember 2009 sebesar 10,77 %.
Perbankan syari`ah di Indonesia hingga tahun 2011 ini menunjukkan
perkembangan yang sangat menggembirakan, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Begitu pula dengan CAR yang ada di dalamnya, rata-rata Capital
Adequacy Ratio pada tahun 2010 tercatat sebesar 16,24%, meningkat dari 10,78%
pada tahun sebelumnya.
Dengan besaran rasio tersebut, maka perbankan syariah masih memiliki
kemampuan yang memadai untuk melakukan ekspansi. Sehingga dari pemaparan
di atas dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio dari tahun 2009 hingga
tahun 2011 mengalami perkembangan yang cukup tinggi, meskipun sempat terjadi
penurunan pada bulan-bulan tertentu.
2. Perkembangan Return on Assets (ROA)
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai pembina
dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan
masyarakat. Suatu bank dapat dimasukkan dalam kategori sehat apabila memiliki
rasio ROA minimal 1,5%.
ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak /
earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT merupakan
pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak.Total assets merupakan total asset
64
perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total assets yang lazim digunakan
untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah dari asset-asset produktif yang
terdiri dari penempatan surat-surat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia,
Surat Berharga Pasar Uang, penempatan dalam saham perusahaan lain,
penempatan dalam Call Money atau Money Market) dan penempatan dalam
bentuk kredit (kredit konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan
maupun institusi atau perusahaan). Perkembangan ROA periode 2009-2011 dapat
dilihat padagambar dibawah ini:
Gambar 4.2
Perkembangan Return on Asset
Periode Maret 2009 – Desember 2011
Berdasarkan dengan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa nilai ROA
tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar 2,44 % dan angka terendah terjadi
pada bulan mei 2010 sebesar 1,25 %. Bila dibandingkan tahun 2009, ROA
mengalami sedikit peningkatan hingga saat ini. Peningkatan ROA tersebut antara
lain disebabkan karena adanya peningkatan Net Operation Margin akibat
meningkatnya pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah di
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Mar
'09
May
'09
Jul '
09
Sep
'09
No
v '0
9
Jan
'10
Mar
'10
May
'10
Jul '
10
Sep
'10
No
v '1
0
Jan
'11
Mar
'11
May
'11
Jul '
11
Sep
'11
No
v '1
1
ROA
ROA
65
tahun 2009, dengan pendapatan dari pembiayaan murabahah dan musyarakah
sebagai kontributor terbesar yaitu masing masing mencapai 42,87% dan 12,87%
dari seluruh total pendapatan perbankan syariah.
Di lain pihak, seiring dengan bertambahnya jumlah bank syariah baru, dan
adanya tambahan modal disetor pada beberapa bank syariah, terjadi peningkatan
yang signifikan pada ekuitas perbankan syariah.
2. Perkembangan Financing to Deposit Ratio(FDR)
FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang
digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari
kegiatan ini. Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa
konsekuensi semakain besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang
bersangkutan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank
tersebut. Berdasarkan surat edaran bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993, besarnya FDR telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh melebihi
110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi
jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 100%
(Muhammad 2005: 55).
Tujuan penting dari perhitungan FDR adalah untuk mengetahui serta
menilai sampai berapa jauh bank memliki kondisi sehat dalam menjalankan
operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain FDR digunakan sebagai suatu
indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank. Perkembangan FDR
periode 2009-2011 dapat dilihat padagambar dibawah ini:
66
Gambar 4.3
Perkembangan Financing to Deposit Ratio
Periode Maret 2009 – Desember 2011
Berdasarkan dengan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa nilai FDR tertinggi
terjadi pada bulan Maret 2009 sebesar 103,3 % dan angka terendah terjadi pada
bulan Januari 2010 sebesar 88,67 %. Pertumbuhan jumlah pembiayaan yang tidak
secepat pertumbuhan DPK menyebabkan FDR bank syariah mengalami
penurunan. Namun demikian, FDR sebesar 88,67% tersebut masih menunjukkan
efektifitas fungsi intermediasi bank syariah yang tetap terjaga, dengan FDR bank
syariah lebih tinggi dari LDR bank konvensional sebesar 72,88%.
Tahun 2010 memberikan tantangan bagi perbankan syariah untuk dapat
meningkatkan produktivitas dan kontribusinya dalam mendukung perekonomian
nasional. Semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya beli
masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta bertambahnya
jumlah BUS baru secara bersama-sama memberikan dampak positif bagi kinerja
perbankan syariah. Selama tahun 2010, kinerja perbankan syariah relatif baik
ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi pada sejumlah indikator utama
75
80
85
90
95
100
105M
ar '0
9
Jun
'09
Sep
'09
Dec
'09
Mar
'10
Jun
'10
Sep
'10
Dec
'10
Mar
'11
Jun
'11
Sep
'11
Dec
'11
FDR
FDR
67
perbankan syariah. Rasio FDR perbankan syariah juga masih dapat dijaga pada
level yang cukup tinggi yaitu 89,67%.
4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS)
Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang berbeda
diperdagangkan satu sama lainnya. Pasar valuta asing adalah pasar dimana mata
uang asing diperdagangkan pada tingkat harga yang dinyatakan dalam nilai tukar.
(Lipsey : 1995). Kurs valuta asing merupakan harga (yang dihitung dengan mata
uang domestik) dari satu unit mata uang asing atau perbandingan harga antar
valuta bila terjadi pertukaran (Boediono, 1993). Perkembangan nilai tukar rupiah
periode 2009- 2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.4
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Periode Maret 2009 – Desember 2011
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa angka nilai tukar
rupiah (kurs) tertinggi terjadi pada bulan Maret 2009 yaitu sebesar Rp.11.849,00
dan nilai tukar rupiah terendah terjadi pada bulan Mei 2009 yaitu sebesar
0.002,000.004,000.006,000.008,000.00
10,000.0012,000.0014,000.00
Mar
'09
Jun
'09
Sep
'09
Dec
'09
Mar
'10
Jun
'10
Sep
'10
Dec
'10
Mar
'11
Jun
'11
Sep
'11
Dec
'11
KURS
KURS
68
Rp.8.544,00 Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah (kurs
Rupiah/US$) berfluktuasi.
Pertengahan 2009 kurs Rupiah/US$ cenderung di atas Rp.10.000,00.
Kecenderungan melemahnya nilai tukarRupiah tersebut terkait dengan kondisi
sosial politik yang bergejolak. Dan pada September 2009 kurs Rupiah/US$
kembali menguat hingga mencapai kisaran Rp. 9.681,00. Sedangkan dari bulan
September 2009 sampai akhir 2010 mengalami kembali stabil dan menguat cukup
signifikan sesuai pada gambar 4.4 yang menunjukkan bahwa pergerakan yang
stabil sepanjang tahun tersebut karena berada pada kisaran Rp.9.000,00 sampai
Rp.9.500,00.
Selama tahun 2010 sampai 2011 penguatan nilai tukar rupiah tidak
terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi. Dari
sisi domestik, solidnya fundamental ekonomi dan prospek pencapaian
InvestmentGrade Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik bagi aliran
modal masuk. Sehingga, nilai tukar rupiah ini yang menguat cukup signifikan
terutama disebabkan oleh derasnya aliran masuk modal asing yang ditopang oleh
keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestik
serta fundamental perekonomian domestik yang kuat. (Laporan Perekonomian
Indonesia/www.bi.go.id).
5. Perkembangan Tingkat Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
69
kenaikan harga) pada barang lainnya.Inflasi jugamerupakan salah satu ukuran
aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi
nasional (Tajul Khalwaty, 2000).
Menurut Mankiw (2003) laju inflasi (inflation rate) adalah perubahan
presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya.Laju inflasi
merupakan suatu indikator yang sangat menentukan dalam perekonomian makro
suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang
apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian
yang pada akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara.
Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting untuk
mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.Perkembangan laju inflasi periode 2009- 2011 dapat dilihat
pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.5
Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia
Periode Maret 2009 – Desember 2011
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Mar
'09
May
'09
Jul '
09
Sep
'09
No
v '0
9
Jan
'10
Mar
'10
May
'10
Jul '
10
Sep
'10
No
v '1
0
Jan
'11
Mar
'11
May
'11
Jul '
11
Sep
'11
No
v '1
1
INF
INF
70
Pada gambar di atas dapat kita lihat bahwa pergerakan inflasi cukup
berfluktuasi. Inflasi tertinggi berada pada bulan Maret 2009 sebesar 7,92%
sedangkan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan November 2009 sebesar
2,41%. Angka ini merupakan angka terendah inflasi sepanjang tahun.Sehingga
pada tahun tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia sudah
mulai kondusif kembali, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan angka
inflasi yang cukup signifikan.
Tekanan inflasi pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Inflasi meningkat menjadi 6,96% dari
2,78% di tahun sebelumnya.Perkembangan inflasi yang meningkat tersebut tidak
terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan faktor domestik yang terjadi sepanjang
tahun 2010.
Dari sisi eksternal, peningkatan inflasi sejalan dengan meningkatnya inflasi
global, sebagai imbas meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan harga-harga
komoditas internasional. Namun, pengaruh penguatan nilai tukar rupiah pada
tahun ini mampu meminimalkan dampak dari peningkatan harga-harga komoditas
global tersebut. Dari sisi domestik perkembangan ekspektasi inflasi, kondisi
permintaan dan penawaran, serta penyesuaian tarif komoditas relatif tidak
memberikan tekanan kenaikan inflasi yang berlebihan.Tekanan kenaikan inflasi
muncul terutama akibat terganggunya kelancaran pasokan bahan makanan yang
banyak terpengaruh oleh anomali cuaca.(Laporan Perekonomian
Indonesia/www.bi.go.id).
71
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder
deret waktu (time series) yang berbentuk annual mulai Maret Tahun 2009 –
Desember Tahun 2011. Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan
penelitian diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia (BI). Data
mengenaiCAR ,ROA dan FDR diperoleh dari Statistik Perbankan Syari`ah Bank
Indonesia. Sedangkan Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi diperoleh dari Bank
Indonesia dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yangdigunakan
sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary Least Square(OLS).
Model OLS merupakan metode estimasi yang sering digunakan untukmengestimasi
fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel (Ajija, 2011:23).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai
probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka penelitian
ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data
terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai
derajat kesalahan α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan
normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal.
72
Tabel 4.1
Uji Normalitas Jarque Bera
Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwa data dalam
penelitian ini sudah berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability
sebesar 0.928950 yang lebih besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan
yang menyatakan Ho diterima, sehingga model ini dikatakan telah normal.
2. Uji Stasioner
a. Uji Akar Unit
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji
stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian
inidata yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel
tersebut. dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alamyang
berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak
diketahuinyamerupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri
adalah fungsi matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang
kegunaannya untukmenyederhanakan suatu bilangan (dalam
penelitian ini untuk menyederhanakan data variabel).
0
2
4
6
8
10
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Series: Residuals
Sample 2009M03 2011M12
Observations 34
Mean 4.52e-15
Median 0.185390
Maximum 5.196172
Minimum -3.506981
Std. Dev. 1.960870
Skewness 0.154516
Kurtosis 2.907548
Jarque-Bera 0.147401
Probability 0.928950
0
2
4
6
8
10
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Series: Residuals
Sample 2009M03 2011M12
Observations 34
Mean 4.52e-15
Median 0.185390
Maximum 5.196172
Minimum -3.506981
Std. Dev. 1.960870
Skewness 0.154516
Kurtosis 2.907548
Jarque-Bera 0.147401
Probability 0.928950
73
Uji stasioneritas data ini dapat dilakukan dengan menggunakan
Augmented Dickey Fuller (ADF) pada derajat yang sama hingga
diperoleh suatu data yang stasioner, yaitu data yang variansnya tidak
terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai
rata-ratanya. (Ajija, dkk, 2011: 165).
Tabel 4.2
Uji Akar UnitADF Test Pada Tingkat Level
No. Variabel Level
Ho = Tidak
Stasioner
ADF CV 5% Ha = Stasioner
1 CAR -3.329615 -3.552973 Terima Ho
2 ROA -3.139044 -3.552973 Terima Ho
3 FDR -2.765885 -3.568379 Terima Ho
4 LNKURS -3.581012 -3.552973 Tolak Ho
5 INF -2.295100 -3.552973 Terima Ho
Tabel di atas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan
menggunakan ADF test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data yang diuji
dapat diketahui dengan adanya nilai ADF test dan dari nilaiCritical Value
(CV) 5% tidak semua variabel yang stasioner. Ada salah satu variabel
tidak stasioner disebabkan karena nilai ADF test lebih kecil dibandingkan
dari nilaiCritical Value (CV) 5%. Dengan kata lain variabel-variabel
tersebut pada level mengalami persoalan akar-akar unit. Oleh karena itu
perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.
b. Uji Derajat Integrasi
Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa data belum
stasioner pada tingkat level.Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat
74
Integrasi. Nilai statistik ADF untuk mengetahui pada derajat berapa suatu
data akan stasioner dapat dilihat pada nilai ADFtest (Pp test) yang lebih
besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, maka variabel tersebut dikatakan
stasioner pada derajat pertama. Hasil dari pengujian derajat integrasi
pertama dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.3
Uji Akar UnitADF Test Pada first difference
No. Variabel Level
Ho = Tidak
Stasioner
ADF CV 5% Ha = Stasioner
1 CAR -5.091646 -3.562882 Tolak Ho
2 ROA -8.125326 -3.557759 Tolak Ho
3 FDR -6.067169 -3.557759 Tolak Ho
4 LNKURS -6.205770 -3.557759 Tolak Ho
5 INF -4.284580 -3.562882 Tolak Ho
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel sudah
stasioner pada tingkat first difference.Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai
ADF lebih besar dari pada Mac Kinnon Critical Value 5% (ADF statistik
> CV 5%).Kesimpulan dari data yang diolah adalah Ho ditolak yaitu
semua variabel sudah stasioner pada tingkat first difference.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan
jikaberbeda disebut heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk
75
mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji
White. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan bantuan program
komputer Eviews 6.0, dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji White HeteroskedasticityTest
F-statistic 0.769386 Prob. F(13,20) 0.6812
Obs*R-squared 11.33486 Prob. Chi-Square(13) 0.5828
Scaled explained SS 7.904843 Prob. Chi-Square(13) 0.8497
Diatas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar
11.33486.Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.5828yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih
besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasimerupakan suatu kejadian di mana error term pada satu
periode waktu secara sistematik tergantung pada error term pad periode-
periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi
digunakan uji Langrange Multiplier (LM-test).Uji ini sangat berguna
untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat
pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.
76
Tabel 4.5
Hasil Regresi LM-Test
F-statistic 2.206864 Prob. F(3,25) 0.1123
Obs*R-squared 6.909407 Prob. Chi-Square(3) 0.0748
Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2)
sebesar6.909407.Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0748yang
lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square
lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikorelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variable
independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variable
independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau
tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen.
Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas, dimana
model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian
multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai
berikut:
77
Table 4.6
Hasil Uji Corellation Matrix
ROA FDR LNKURS INF
ROA 1.000000 -0.774986 0.524589 0.407459
FDR 0.774986 1.000000 0.740640 0.356420
LNKURS 0.524589 0.740640 1.000000 -0.502218
INF 0.407459 0.356420 -0.50218 1.000000
Dari tabel diatas hasil analisis uji multikolinieritas dengan
correlation matrix diatas terlihat bahwa koefisien korelasi tidak ada yang
diatas 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat
multikolinieritas.
4. Uji statistik
Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan
menggunakan program computer Eviews 6 dengan menggunakan metode
regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang
ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil regresi
Variabel Koefisien t-Statistik Probabilitas
C 0.241520 0.595834 0.5561
D (ROA) 4.329405 3.302654 0.0026
D (FDR) 0.280338 3.249858 0.0030
D (LNKURS) 13.75032 0.672049 0.5071
D (INF) 1.654543 2.533306 0.0172
F-statistik 20.32295
Probabilitas 0.000000
Adjusted R-squared 0.707206
Durbin - Watson stat 2.205985
78
Dari tabel diatas maka dapat disusun persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut :
CAR = 0.241520+ 4.329405(ROA) + 0.280338 (FDR)+13.75032
(LNKURS) + 1.654543 (INF)
a. Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau bernilai
nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan ataupenurunan
maka besarnya nilai CAR sebesar 0.241520 atau sebesar 2 persen.
b. Nilai koefisien regresi ROA sebesar 4.329405 yang berarti setiap
kenaikan ROA sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar
4.329405.
c. Nilai koefisien regresi FDR sebesar 0.280338 yang berarti setiap
kenaikan FDR sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar
0.280338.
d. Nilai koefisien regresi LNKURS sebesar 13.75032 yang berarti setiap
kenaikan FDR sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar
13.75032.
e. Nilai koefisien regresi INF sebesar 1.654543 yang berarti setiap
kenaikan FDR sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar
1.654543.
1) Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu)
variabel-variabel independen (ROA, FDR, LNKURS, INF) terhadap
variabel dependen yaitu CAR, salah satunya untuk melakukan uji-t adalah
79
dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji statistik t. apabila nilai
probabilitas lebih kecil dari signifikansi α=0.05 berarti variabel
independen secara parsial (individu) mempengaruhi variabel dependen.
Dari tabel 4.5 bahwa didapatkan dari uji statistik t yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Pengaruh t-statistik untuk ROA terhadap CAR
Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 3.302654
dengan tingkat signifikan 0.0026.karena tingkat signifikan lebih kecil
dari 0.05 maka secara parsial ROA berpengaruh secara signifikan
positif terhadap CAR.
b. Pengaruh t-statistik FDR terhadap CAR
Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 3.249858
dengan tingkat signifikan 0.0030.karena tingkat signifikan lebih kecil
dari 0.05 maka secara parsial FDR berpengaruh secara signifikan
positif terhadap CAR.
c. Pengaruh t-statistik LNKURS terhadap CAR
Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 0.672049
dengan tingkat signifikan 0.5071.karena tingkat signifikan lebih besar
dari 0.05 maka secara parsial LNKURS tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap CAR.
d. Pengaruh t-statistik INF terhadap CAR
Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh t-hitung sebesar 2.53306
dengan tingkat signifikan 0.0172.karena tingkat signifikan lebih kecil
80
dari 0.05 maka secara parsial INF berpengaruh secara signifikan positif
terhadap CAR.
2) Uji Fisher (Uji-F)
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (ROA,FDR,LNKURS,INF) secara simultan (bersama-sama)
terhadap variabel dependen yaitu CAR. Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh
hasil F-statistik sebesar 20.32295 dengan nilai probabilitas (F-statistik)
sebesar 0.00000.karena hasil probabilitas (signifikan) lebih kecil dari
0.005 berarti dapat disimpulkan bahwa ROA,FDR,Nilai tukar rupiah dan
Inflasi secara bersama-sama signifikan mempunyai pengaruh terhadap
CAR.
5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R2 yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan nilai R2 pada saat mengevaluasi model regresi
terbaik.Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lenih dari satu
variabel independen.
Berdasarkan hasil regresi tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai
Adjusted Rsquared sebesar 0.707 ini menunjukan bahwa variasi variabel
independen ROA,FDR,Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi sebesar 70,7 %.
Sedangkan sisanya sebesar 29,3 % dijelaskan oleh variabel lain diluar
variabel yang diteliti.
81
6. Analisis ekonomi
Berdasarkan hasil dari pengujian statistik dan analisis ekonomi
yang dilakukan, dapat diketahui bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik
untuk menerangkan variebel-variabel yang dapat mempengaruhi Capital
Adequacy Ratio (CAR). Dari ketiga variabel independen (ROA, FDR,
Kurs dan Inflasi) yang dimasukkan ke dalam pengujian statistik dan
ekonometrik ternyata tidak semua variabel berpengaruh secara signifikan.
Hal ini membuktikan, bahwa pembiayaan hanya dipengaruhi oleh
beberapa dari variabel independen.
Ketidaksesuaian hasil penelitian ini karena pembiayaan yang tidak
hanya dipengaruhi oleh variabel internal perbankan syariah juga
dipengaruhi dari faktor eksternal perbankan syariah bisa berupa variabel
makro ekonomi dan variabel sosial ekonomi.
Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas
dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan
perusahaan. Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank
Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank
Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya
sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Lukman,
2009:119).
ROA memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap
CAR di perbankan syariah. Dengan meningkatnya keuntungan asset yang
82
dimiliki bank maka besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan
asset. Setiap kali bank mengalami kerugian modal bank akan menjadi
berkurang nilainya dan sebaliknya jika bank meraih untung maka
modalnya akan bertambah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Artin Sitawati (2006).
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan ukuran likuiditas
yang mengukur besarnya dana yang di tempatkan dalam bentuk kredit
yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank yang terutama dana
dari masyarakat. Apabila pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan lebih
besar daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun maka manajer
terpacu untuk meningkatkan kinerja dan dengan pengelolaan sejumlah
aktivita produknya Bank Syariah mampu menopang likuiditas tanpa harus
banyak menyerap (menurunkan) permodalan (CAR) bank.
Inflasi berpengaruh signifikan secara positif dan terhadap CAR di
perbankan syariah. Kenaikan inflasi yang masih dibatas ringan yaitu
lajunya kurang dari 10% per tahun, mempunyai pengaruh yang positif
dalam mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,
menabung dan berinvestasi. Kenaikan harga yang tinggi mempunyai
pengaruh yang positif terutama terhadap iklim investasi karena kenaikan
harga pada dasarnya merupakan insentif bagi pengusaha untuk melakukan
kegiatan produksinya. Dengan meningkatnya harga orang akan cenderung
83
menunda konsumsi dengan menabung, sehingga akan menurunkan biaya
permintaan dan meningkatkan CAR pada bank, termasuk bank syariah.
Dana yang masuk ke bank akan membuat rasio kecukupan modal
bertambah sehat.
Nilai tukar adalah variabel ekonomi makro yang sangat
menentukan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perubahan
nilai tukar rupiah akan mempengaruhi perekonomian nasional secara
umum dan perusahaan pada khususnya. Perbankan adalah perusahaan
yang sangat terkait dengan perubahan nilai tukar rupiah yang disebut
sebagai risiko pasar (market risk) bagi perbankan. Menurut PBI
No.10/15/PBI/2008 Sejalan dengan standar internasional yang berlaku,
perhitungan kecukupan modal yang berfungsi sebagai penyangga untuk
menyerap kerugian yang timbul dari berbagai risiko, perlu disesuaikan
dengan profil risiko yang mencakup risiko kredit, risiko pasar, risiko
operasional, dan risiko lainnya yang bersifat material.Sehingga jika dana
masyarakat yang dihimpun CAR yang merupakan indikator kesehatan
bank semakin meningkat dan bisa menanggulangi risikio-risiko yang ada.
Karena pada dasarnya berapapun tingkat kurs yang berlaku tidak ada
pengaruhnya terhadap perbankan syariah karena perbankan syariah tidak
mengenal spekulatif yang memperhitungkan dengan adanya tingkat kurs.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh hestining rahayu (2008),
juga menyatakan bahwa nilai tukar (kurs) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap CAR.
84
Pada umumnya permodalan perbankan syariah dapat dijaga dalam
kisaran yang memadai untuk dapat menyerap potensi kerugian. Rasio
kecukupan modal CAR selama tiga tahun terakhir pada posisi Desember
2011 tercatat sebesar 16,63%. Perkembangan ini tentu memberikan
harapan positif bagi perkembangannya pada tahun 2012. Meskipun tahun
depan secara global, ekonomi nasional diprakirakan akan menghadapi
tantangan perlambatan pertumbuhan akibat krisis utang yang dihadapi oleh
negara-negara maju khususnya negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Namun dengan relatif terkendalinya perekonomian domestik dan
kinerja sektor riil yang masih positif, ekspansi yang dilakukan oleh bank-
bank syariah diharapkan masih akan mendorong perkembangan industri
perbankan syariah ke depan. Khususnya, industri perbankan syariah telah
melakukan perbaikan infrastruktur selama 2 tahun terakhir, penguatan
aspek regulasi, harmonisasi dan koordinasi kebijakan antara pihak-pihak
terkaitdan koordinasi dengan pelaku usaha di sektor riil sehingga
diharapkan industri perbankan syariah nasional masih akan mengalami
pertumbuhan yang relatif tinggi pada tahun 2012 dan seterusnya.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul “Faktor –
Faktor yang Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (Car) Pada Bank Syariah di
Indonesia Periode Maret 2009 – Desember 2011”. Didapat beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Return On Assets (ROA) secara parsial mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan syariah
Indonesia.
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan
syariah Indonesia.
3. Nilai Tukar Rupiah (KURS) secara parsial tidak berpengaruh terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan syariah Indonesia.
4. Inflasi secara parsial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR) di perbankan syariah Indonesia.
5. Secara simultan Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi bersama-sama berpengaruh
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan syariah.
Nilai Adjusted R-Square sebesar 0.702 ini menunjukan bahwa variasi
variabel dependen (CAR) secara bersama-sama maupun dijelaskan oleh
variasi variabel independen ROA, FDR, Nilai Tukar rupiah dan Inflasi sebesar
86
70,2 % sedangkan sisanya sebesar 29,8 % dijelaskan oleh variabel lain diluar
variabel yang diteliti.
B. implikasi
Beberapa implikasi yang ditujukan bagi pemerintah, bagi bank syariah dan
bagi peneliti berikutnya dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah:
1. Bagi pemerintah untuk lebih mempertimbangkan regulasi tentang CAR
perbankan syariah sebagai pengontrol, menghitung, mengawasi, melihat
pertumbuhan atau perkembangan CAR perbankan syariah agar terus
meningkat.
2. Bagi bank syariah untuk meningkatkan CAR maka lebih memaksimalkan
dan lebih memfokuskan kepada ROA, FDR, dan inflasi yang paling
berpengaruh diperbankan syariah. Nilai Tukar Rupiah tidak terlalu
diperhatikan karena dengan ROA dan FDR otomatis likuiditas perbankan
syariah bisa terjamin.
Bagi peneliti berikutnya agar memperpajang periode waktu peneliti
sertamenggunakan lebih banyak variabel yang mempengaruhi CAR perbankan
syariah,sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.
87
DAFTAR PUSTAKA
A. Totok, Budi Santoso, Sigit Triandari, Y. Sri Susilo. Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya, Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Abdullah, Faisal. Manajemen Perbankan, Edisi Pertama Cetakan Pertama,
Universitas Muhammadiyah Malang Press, Malang, 2003.
Ade Arthesa dan Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT.
Indeks, Jakarta, 2006.
Adiwarman A. Karim. Bank Islam : “ Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
__________________. Bank Islam : “ Analisis Fiqih dan Keuangan”,Edisi 4, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.
Ali, Masyhud. “Manajemen Resiko : Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis”. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006.
Ang, Robert, Buku Pintar Pasar Modal, Mediasoft Indonesia, Jakarta, 1997.
Antonio, Muhammad Syafi’i .“Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik”, Gema Insani
Press, Jakarta, 2002.
Bank Indonesia. “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2009.
_____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2010.
_____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2011.
Brigham, Eugne F & Joel F Houston. “Fundamental of Financial Management.
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Djumhana, Muhammad. “Hukum Perbankan di Indonesia”, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000.
Dominick, Salvator. Ekonomi Internasional, Edisi Lima jilid I dan jilid II, Penerbit
Erlangga, 1997.
F. Artin, Sitawati. “Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Capital
Adequacy Ratio (studi empiris : bank umum di Indonesia periode 2001-
2004)”. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
88
Fabuzzi, Frank J. Manajemen Investasi, Salemba Empat, Jakarta, 1992.
Gujarati, Damodar. “Basic Econometrics”, Mc. Graw Hill, New York, 2003.
_______________. “Dasar-dasar Ekonometrika”, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta,
2006.
Hasibuan, Malayu. S.P. Manajemen Dasar , Pengertian, dan Masalah, Edisi Revisi,
Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Inggrid, Tan. “Bisnis Dan Investasi Sistem Syariah “, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta, 2009.
Jumingan. “Analisis Laporan Keuangan”. PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2002”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Khalwaty, Tajul. "Inflasi dan Solusinya", Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2000.
Krisna, Yansen. “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio”,
Tesis, Universitas Diponegoro, Program Studi Manajemen, 2008.
Krugman, Paul R.dan Maurince Obstefeld. "International Economics Theory and
Police" 6 edition, Addison Wesley, USA, 2003.
Levine, John R., Young, Margaret Levine. “Internet for Dummies. Twelfth edition”.
Wiley Publishing, New Jersey, USA, 2010.
Lipsey, G. Richard, dkk. "pengantar Mikro Ekonomi Edisi Kesepuluh", Binarupa
Aksara, Jakarta, 1995.
Mankiw, N Gregory. "Teori Makro Ekonomi Terjemahan". PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonisia, Yogyakarta, 2005.
Nachroni, D. dan Usman. “Pendekatan Popular Dan Praktis EKONOMETRIK Untuk
Analis Ekonomi Dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006.
Narulia, Lisa dan Suryadi. "Analisis Kinerja Bank Syariah Mandiri" Majalah
Ekonomi dan Komputer No.2 Tahun XIV, 2006.
Nopirin. Ekonomi Moneter Buku Dua, BPFE, Yogyakarta, 1987.
89
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. "Metode Penelitian Kuantitatif Teori
dan Aplikasi", PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Prasnanugraha, P Ponttie. “Analisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap kinerja
bank umum di Indonesia (Studi Empiris Bank-bank Umum Yang
Beroperasi Di Indonesia)”. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang,
2007.
Rivai. Veithzal. Credit Management Handbook:Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan
Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2006.
Sadono, Sukirno. Makroekonomi, Teori Pengantar; Edisi Ketiga, Rajawali Press,
Jakarta, 2004.
Samuelson, PA dan Nordhaus WD. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas,
Diterjemahkan oleh Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, dan Anna
Elly, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.
Schorul R. Ajija, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba empat, Jakarta, 2011.
Siamat, Dahlan. Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, 2003.
____________. Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, 2004.
Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
Van, Horne. Accounting Economics, Translation, PT Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta, 2005.
Widarjono, Agus. "Ekonometrika Teori dan Aplikasinya" Edisi Pertama, Ekonesia,
Yogyakarta, 2005.
Yuliadi, Immamudin. Ekonomi Moneter, PT Indeks, Jakarta, 2008.
www.bi.go.id
90
Lampiran 1 : Data Penelitian Periode Maret 2009 – Desember 2011
Obs CAR ROA FDR KURS INF
Mar '09 13.74 2.44 103.33 11,849.00 7.92
Apr '09 13.27 2.29 101.36 11,025.00 7.31
May '09 12.38 2.22 101.06 10,392.00 6.04
Jun '09 12.47 2.16 100.2 10,206.00 3.65
Jul '09 11.99 2.12 99.59 10,111.00 2.71
Aug '09 14.99 2.08 99.71 9,977.00 2.75
Sep '09 11.5 1.38 98.11 9,900.00 2.83
Oct '09 11.5 1.46 97.3 9,482.00 2.57
Nov '09 11.17 1.48 95.49 9,469.00 2.41
Dec '09 10.77 1.48 89.7 9,457.00 2.78
Jan '10 11.26 1.65 88.67 9,275.00 3.72
Feb '10 11.43 1.76 90.96 9,348.00 3.81
Mar '10 11.07 2.13 95.07 9,173.00 3.43
Apr '10 12.12 2.06 95.57 9,027.00 3.91
May '10 12.31 1.25 96.65 9,183.00 4.16
Jun '10 12.89 1.66 96.08 9,148.00 5.05
Jul '10 14.66 1.67 95.32 9,049.00 6.22
Aug '10 14.23 1.63 98.86 8,971.00 6.44
Sep '10 14.58 1.77 95.4 8,975.00 5.80
Oct '10 15.74 1.79 94.76 8,927.00 5.67
Nov '10 15.4 1.83 95.45 8,938.00 6.33
Dec '10 16.25 1.67 86.67 9,022.00 6.96
Jan '11 20.23 2.26 91.97 9,016.00 7.02
Feb '11 15.17 1.81 95.16 8,932.00 6.84
Mar '11 16.57 1.97 93.22 8,760.00 6.65
Apr '11 19.86 1.9 95.17 8,636.00 6.16
May '11 19.58 1.84 94.88 8,544.00 5.98
Jun '11 15.92 1.84 94.93 8,568.00 5.54
Jul '11 15.92 1.86 94.18 8,535.00 4.61
Aug '11 15.83 1.81 98.39 8,529.00 4.79
Sep '11 16.18 1.8 94.97 8,681.00 4.61
Oct '11 15.3 1.75 95.24 8,880.00 4.42
Nov '11 14.88 1.78 94.4 9,031.00 4.15
Dec '11 16.63 1.79 88.94 9,068.00 3.79
91
Lampiran 2 : Uji normalitas
0
2
4
6
8
10
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
Series: ResidualsSample 2009M03 2011M12Observations 34
Mean 6.27e-16Median 0.185390Maximum 5.196172Minimum -3.506981Std. Dev. 1.960870Skewness 0.154516Kurtosis 2.907548
Jarque-Bera 0.147401Probability 0.928950
92
Lampiran 3 : Uji Stasioner CAR Tingkat Level
Null Hypothesis: CAR has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.329615 0.0791
Test critical values: 1% level -4.262735
5% level -3.552973
10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(CAR)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 14:42
Sample (adjusted): 2009M04 2011M12
Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. CAR(-1) -0.334478 0.100456 -3.329615 0.0023
C 3.761789 2.168102 1.735061 0.0930
@TREND(2009M03) 0.064567 0.062125 1.039301 0.3070 R-squared 0.317430 Mean dependent var -0.518485
Adjusted R-squared 0.271926 S.D. dependent var 3.912096
S.E. of regression 3.338085 Akaike info criterion 5.335180
Sum squared resid 334.2843 Schwarz criterion 5.471226
Log likelihood -85.03046 Hannan-Quinn criter. 5.380955
F-statistic 6.975776 Durbin-Watson stat 2.209449
Prob(F-statistic) 0.003252
93
Lampiran 4: Uji Stasioner ROA Tingkat Level
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.139044 0.1143
Test critical values: 1% level -4.262735
5% level -3.552973
10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(ROA)
Method: Least Squares
Date: 07/04/13 Time: 09:34
Sample (adjusted): 2009M04 2011M12
Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROA(-1) -0.456012 0.145271 -3.139044 0.0038
C 0.877266 0.327517 2.678532 0.0119
@TREND(2009M03) -0.002537 0.006000 -0.422767 0.6755 R-squared 0.255804 Mean dependent var -0.026061
Adjusted R-squared 0.206191 S.D. dependent var 0.346716
S.E. of regression 0.308910 Akaike info criterion 0.574975
Sum squared resid 2.862763 Schwarz criterion 0.711021
Log likelihood -6.487085 Hannan-Quinn criter. 0.620750
F-statistic 5.155990 Durbin-Watson stat 2.285580
Prob(F-statistic) 0.011893
94
Lampiran 5 : Uji Stasioner FDR Tingkat Level
Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.765885 0.2198
Test critical values: 1% level -4.296729
5% level -3.568379
10% level -3.218382 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(FDR)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 15:01
Sample (adjusted): 2009M07 2011M12
Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FDR(-1) -0.489661 0.177036 -2.765885 0.0107
D(FDR(-1)) -0.041572 0.097189 -0.427747 0.6726
D(FDR(-2)) -0.056976 0.096696 -0.589232 0.5612
D(FDR(-3)) 0.048992 0.096281 0.508850 0.6155
C 46.72165 17.04460 2.741140 0.0114
@TREND(2009M03) -0.032619 0.073308 -0.444957 0.6603 R-squared 0.270688 Mean dependent var -0.375333
Adjusted R-squared 0.118748 S.D. dependent var 3.055023
S.E. of regression 2.867904 Akaike info criterion 5.121896
Sum squared resid 197.3970 Schwarz criterion 5.402136
Log likelihood -70.82845 Hannan-Quinn criter. 5.211547
F-statistic 1.781542 Durbin-Watson stat 1.768968
Prob(F-statistic) 0.154815
95
Lampiran 6 : Uji Stasioner LNKURS Tingkat Level
Null Hypothesis: LNKURS has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.581012 0.0471
Test critical values: 1% level -4.262735
5% level -3.552973
10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNKURS)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 15:02
Sample (adjusted): 2009M04 2011M12
Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNKURS(-1) -0.252154 0.070414 -3.581012 0.0012
C 2.303242 0.650726 3.539497 0.0013
@TREND(2009M03) -0.000449 0.000512 -0.876838 0.3875 R-squared 0.532494 Mean dependent var -0.007363
Adjusted R-squared 0.501327 S.D. dependent var 0.019317
S.E. of regression 0.013641 Akaike info criterion -5.665004
Sum squared resid 0.005582 Schwarz criterion -5.528958
Log likelihood 96.47257 Hannan-Quinn criter. -5.619229
F-statistic 17.08515 Durbin-Watson stat 1.287932
Prob(F-statistic) 0.000011
96
Lampiran 7 : Uji Stasioner INF Tingkat Level
Null Hypothesis: INF has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.295100 0.4248
Test critical values: 1% level -4.262735
5% level -3.552973
10% level -3.209642 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INF)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 15:02
Sample (adjusted): 2009M04 2011M12
Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INF(-1) -0.168997 0.073634 -2.295100 0.0289
C 0.405991 0.385485 1.053193 0.3007
@TREND(2009M03) 0.017931 0.012123 1.479106 0.1495 R-squared 0.169070 Mean dependent var -0.125152
Adjusted R-squared 0.113675 S.D. dependent var 0.680207
S.E. of regression 0.640380 Akaike info criterion 2.032998
Sum squared resid 12.30260 Schwarz criterion 2.169044
Log likelihood -30.54447 Hannan-Quinn criter. 2.078773
F-statistic 3.052072 Durbin-Watson stat 0.877545
Prob(F-statistic) 0.062153
97
Lampiran 8 : Uji Derajat Integrasi CAR First difference
Null Hypothesis: D(CAR) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.091646 0.0014
Test critical values: 1% level -4.284580
5% level -3.562882
10% level -3.215267 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(CAR,2)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 15:03
Sample (adjusted): 2009M06 2011M12
Included observations: 31 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(CAR(-1)) -1.410856 0.277092 -5.091646 0.0000
D(CAR(-1),2) 0.254488 0.185289 1.373463 0.1809
C -3.748130 1.731397 -2.164801 0.0394
@TREND(2009M03) 0.166600 0.084265 1.977094 0.0583 R-squared 0.593724 Mean dependent var 0.066774
Adjusted R-squared 0.548582 S.D. dependent var 5.842212
S.E. of regression 3.925245 Akaike info criterion 5.692649
Sum squared resid 416.0037 Schwarz criterion 5.877679
Log likelihood -84.23605 Hannan-Quinn criter. 5.752964
F-statistic 13.15242 Durbin-Watson stat 1.043777
Prob(F-statistic) 0.000018
98
Lampiran 9: Uji Derajat Integrasi ROA First difference
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.125326 0.0000
Test critical values: 1% level -4.273277
5% level -3.557759
10% level -3.212361 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(ROA,2)
Method: Least Squares
Date: 07/04/13 Time: 09:40
Sample (adjusted): 2009M05 2011M12
Included observations: 32 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ROA(-1)) -1.388569 0.170894 -8.125326 0.0000
C -0.140618 0.127318 -1.104460 0.2785
@TREND(2009M03) 0.005896 0.006416 0.918909 0.3657 R-squared 0.694815 Mean dependent var 0.000312
Adjusted R-squared 0.673768 S.D. dependent var 0.583430
S.E. of regression 0.333236 Akaike info criterion 0.729128
Sum squared resid 3.220340 Schwarz criterion 0.866541
Log likelihood -8.666049 Hannan-Quinn criter. 0.774676
F-statistic 33.01219 Durbin-Watson stat 2.041810
Prob(F-statistic) 0.000000
99
Lampiran 10: Uji Derajat Integrasi FDR First difference
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.067169 0.0001
Test critical values: 1% level -4.273277
5% level -3.557759
10% level -3.212361 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(FDR,2)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 15:04
Sample (adjusted): 2009M05 2011M12
Included observations: 32 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(FDR(-1)) -1.132424 0.186648 -6.067169 0.0000
C -4.380477 2.331083 -1.879160 0.0703
@TREND(2009M03) 0.169761 0.115899 1.464734 0.1538 R-squared 0.559452 Mean dependent var -0.191250
Adjusted R-squared 0.529070 S.D. dependent var 8.513151
S.E. of regression 5.842096 Akaike info criterion 6.457116
Sum squared resid 989.7725 Schwarz criterion 6.594529
Log likelihood -100.3139 Hannan-Quinn criter. 6.502665
F-statistic 18.41357 Durbin-Watson stat 2.021391
Prob(F-statistic) 0.000007
100
Lampiran 11: Uji Derajat Integrasi LNKURS First difference
Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.205770 0.0001
Test critical values: 1% level -4.273277
5% level -3.557759
10% level -3.212361 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LNKURS,2)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 15:05
Sample (adjusted): 2009M05 2011M12
Included observations: 32 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNKURS(-1)) -0.849792 0.136936 -6.205770 0.0000
C -0.015039 0.006055 -2.483888 0.0190
@TREND(2009M03) 0.000637 0.000285 2.236062 0.0332 R-squared 0.586537 Mean dependent var 0.002669
Adjusted R-squared 0.558022 S.D. dependent var 0.018323
S.E. of regression 0.012181 Akaike info criterion -5.888794
Sum squared resid 0.004303 Schwarz criterion -5.751381
Log likelihood 97.22070 Hannan-Quinn criter. -5.843245
F-statistic 20.56964 Durbin-Watson stat 2.176736
Prob(F-statistic) 0.000003
101
Lampiran 12: Uji Derajat Integrasi INF First difference
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=8) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.448637 0.0632
Test critical values: 1% level -3.562882
5% level -4.284580
10% level -3.215267 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(INF,2)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 15:05
Sample (adjusted): 2009M06 2011M12
Included observations: 31 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INF(-1)) -0.571945 0.165847 -3.448637 0.0019
D(INF(-1),2) 0.270789 0.177113 1.528903 0.1379
C -0.004838 0.230269 -0.021011 0.9834
@TREND(2009M03) -0.001504 0.011309 -0.133026 0.8952 R-squared 0.317826 Mean dependent var 0.029355
Adjusted R-squared 0.242029 S.D. dependent var 0.633177
S.E. of regression 0.551253 Akaike info criterion 1.766670
Sum squared resid 8.204769 Schwarz criterion 1.951701
Log likelihood -23.38338 Hannan-Quinn criter. 1.826985
F-statistic 4.193118 Durbin-Watson stat 1.905728
Prob(F-statistic) 0.014700
102
Lampiran 13 : Heteroskedasticity Test : White
Lampiran 14 : Breusch – Godrfey serial correlation LM Test
F-statistic 2.206864 Prob. F(3,25) 0.1123
Obs*R-squared 6.909407 Prob. Chi-Square(3) 0.0748
Lampiran 15 : Uji correlation Matrix
ROA FDR LNKURS INF
ROA 1.000000 -0.774986 0.524589 0.407459
FDR 0.774986 1.000000 0.740640 0.356420
LNKURS 0.524589 0.740640 1.000000 -0.502218
INF 0.407459 0.356420 -0.50218 1.000000
F-statistic 0.769386 Prob. F(13,20) 0.6812
Obs*R-squared 11.33486 Prob. Chi-Square(13) 0.5828
Scaled explained SS 7.904843 Prob. Chi-Square(13) 0.8497
103
Lampiran 16 : Hasil Regresi
Dependent Variable: D(CAR)
Method: Least Squares
Date: 05/20/13 Time: 14:31
Sample (adjusted): 2009M04 2011M12
Included observations: 33 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.241520 0.405348 0.595834 0.5561
D(ROA) 4.329405 1.310887 3.302654 0.0026
D(FDR) 0.280338 0.086261 3.249858 0.0030
D(LNKURS) 13.75032 20.46030 0.672049 0.5071
D(INF) 1.654543 0.653116 2.533306 0.0172 R-squared 0.743805 Mean dependent var -0.518485
Adjusted R-squared 0.707206 S.D. dependent var 3.912096
S.E. of regression 2.116853 Akaike info criterion 4.476466
Sum squared resid 125.4699 Schwarz criterion 4.703209
Log likelihood -68.86168 Hannan-Quinn criter. 4.552758
F-statistic 20.32295 Durbin-Watson stat 2.205985
Prob(F-statistic) 0.000000