faktor-faktor yang berhubungan dengan …repository.unimus.ac.id/52/1/fulltext 1.pdf · latar...

102
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI UDARA DI RUANG KELAS (Studi di Yayasan Mataram Semarang) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : VITA WIANA BUDI CAHYA A2A214048 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 http://lib.unimus.ac.id

Upload: dangmien

Post on 04-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERADAAN BAKTERI UDARA DI RUANG KELAS

(Studi di Yayasan Mataram Semarang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

VITA WIANA BUDI CAHYA

A2A214048

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016

http://lib.unimus.ac.id

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

http://lib.unimus.ac.id

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

http://lib.unimus.ac.id

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

http://lib.unimus.ac.id

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat,

hidayah, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Bakteri Udara di Ruang

Kelas (Studi di Yayasan Mataram Semarang). Penulis menyadari bahwa skripsi

ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan, pengarahan, dan

bantuan dari berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini penulis menyampaikan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ulfa Nurullita, S.KM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan, pikiran dan waktu untuk membimbing penulis.

2. Bapak Mifbakhuddin, S.KM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan, pikiran dan waktu untuk membimbing penulis.

3. Bapak DR. Sayono, S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

4. Bapak Direktur Yayasan Mataram Semarang, Bapak Kepala Sekolah SD,

SMP, dan SMA Mataram Semarang yang telah memberikan ijin dan

kesempatan yang selebar-lebarnya kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

5. Mamah, ayah, dan adik tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan

dukungan baik moril maupun materiil.

6. Iwan Panji Winoto, pasangan spesial penulis yang terus memberikan

semangat, perhatian dan doa.

7. Teman-teman mahasiswa yang telah membantu penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, termasuk penanggung jawab

laboratorium.

Penulis berharap semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya dan

membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Akhir kata penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca.

Penulis

http://lib.unimus.ac.id

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERADAAN BAKTERI UDARA DI RUANG KELAS

(Studi di Yayasan Mataram Semarang)

Vita Wiana Budi Cahya,1 Ulfa Nurullita

2 Mifbakhuddin

3

1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga

yang beresiko terhadap kesehatan. Polusi udara di dalam ruangan lebih berbahaya dari

polusi udara di luar ruangan. Hal ini dikarenakan manusia menghabiskan waktunya hampir

90% di dalam ruangan. Salah satu parameter polusi udara di dalam ruangan adalah adanya

bakteri. Pertumbuhan bakteri di dalam ruangan dipengaruhi oleh kondisi fisik ruangan dan

penghuninya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas. Metode : Jenis penelitian yang digunakan

adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas pada

penelitian ini adalah suhu, pencahayaan, kelembaban, dan PHBS siswa. Variabel terikat

pada penelitian ini adalah keberadaan bakteri udara. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ruang kelas SD, SMP, SMA, dan seluruh siswa di dalamnya. Sampel ruang kelas

yang digunakan adalah seluruh total populasi yaitu 15 ruang kelas, sedangkan sampel siswa

sebanyak 135 siswa berdasarkan hasil perhitungan metode Slovin. Suhu, pencahayaan, dan

kelembaban diukur menggunakan anemometer, sedangkan PHBS siswa dinilai berdasarkan

kuesioner. Keberadaan bakteri udara diukur berdasarkan jumlah bakteri dari hasil

pemeriksaan laboratorium. Uji hubungan yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman.

Hasil : Hubungan suhu dengan keberadaan bakteri udara didapatkan p-value sebesar 0,013,

dengan pencahayaan didapatkan p-value sebesar 0,060, dengan kelembaban didapatkan p-

value sebesar 0,000, dan dengan PHBS siswa didapatkan p-value sebesar 0,000. Simpulan :

Suhu, kelembaban, dan PHBS siswa berhubungan dengan keberadaan bakteri udara di

ruang kelas. Pencahayaan tidak berhubungan dengan keberadaan bakteri udara di ruang

kelas.

Kata kunci : kondisi fisik ruangan, PHBS siswa, bakteri

ABSTRACT

Background: Indoor air pollution is an environmental factor that third risk to health.

Indoor air pollution is more harmful than outdoor air pollution. This is because people

spend almost 90% of his time indoors. One of the parameters of indoor air pollution is the

presence of bacteria. The growth of bacteria in the room is affected by the physical

condition of the room and its occupants. This study aims to determine the factors associated

with the presence of airborne bacteria in the classroom. Methods: This type of research is

explanatory research with cross sectional approach. The independent variable in this study

is the temperature, lighting, humidity, and PHBS students. The dependent variable in this

study was the presence of airborne bacteria. The population in this study were all

classroom elementary, junior high, high school, and all students in it. Samples classrooms

used is the total population of 15 classrooms, while a student sample as many as 135

students based on the calculation method Slovin. Temperature, lighting and humidity are

measured using the anemometer, while PHBS students are assessed by questionnaire. The

existence of airborne bacteria measured by the amount of bacteria on the results of

laboratory tests. The correlation test used is Rank Spearman correlation. Results: The

relationship of air temperature with the presence of bacteria was obtained p-value of 0.013,

the lighting was obtained p-value of 0.060, the humidity was obtained p-value of 0.000, and

the PHBS students obtained p-value of 0.000. Conclusion: temperature, humidity, and

PHBS students associated with the presence of airborne bacteria in the classroom. The

lighting is not related to the presence of airborne bacteria in the classroom.

Keywords: physical condition of the room, PHBS students, bacteria

http://lib.unimus.ac.id

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

DAFTAR GRAFIK ................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian ................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Udara .......................................................................................... 9

B. Polusi Udara

1. Pengertian Polusi Udara ........................................................ 9

2. Sumber Polusi Udara ............................................................. 10

3. Dampak Polusi Udara ............................................................ 11

4. Penanggulangan Polusi Udara ............................................... 13

C. Polusi Udara dalam Ruang

1. Pengertian Polusi Udara dalam Ruang .................................. 14

2. Sumber Polusi Udara dalam Ruang ....................................... 14

3. Bioaerosol .............................................................................. 15

4. Standar Kualitas Udara dalam Ruang .................................... 16

http://lib.unimus.ac.id

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

5. Polusi Udara dalam Ruang .................................................... 17

D. Bakteri

1. Bakteri yang Berasal dari Udara ............................................ 17

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri .... 18

3. Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri yang Berasal

dari Udara .............................................................................. 21

4. Perhitungan Jumlah Bakteri ................................................... 23

E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

di Sekolah .............................................................................. 24

2. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

di Sekolah .............................................................................. 24

3. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

di Sekolah .............................................................................. 25

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) di Sekolah ................................................ 30

F. Personal Hygiene ...................................................................... 30

G. Kerangka Teori ........................................................................... 34

H. Kerangka Konsep ....................................................................... 35

I. Hipotesis .................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan .............. 36

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi .................................................................................. 36

2. Sampel ................................................................................... 37

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian ................................................................ 41

2. Definisi Operasional .............................................................. 41

D. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data ........................................................................... 42

http://lib.unimus.ac.id

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

2. Instrumen ............................................................................... 42

3. Cara Pengumpulan Data ........................................................ 43

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data ....................................................... 45

2. Analisis Data .......................................................................... 46

F. Jadwal Penelitian ....................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sampel ......................................................... 48

B. Hasil

1. Analisis Univariat ................................................................. 48

2. Analisis Bivariat ................................................................... 51

C. Pembahasan

1. Suhu ...................................................................................... 55

2. Pencahayaan .......................................................................... 56

3. Kelembaban ........................................................................... 57

4. PHBS Siswa ........................................................................... 57

5. Bakteri Udara ........................................................................ 58

6. Hubungan Suhu dengan Keberadaan Bakteri Udara

di Ruang Kelas ...................................................................... 58

7. Hubungan Pencahayaan dengan Keberadaan Bakteri Udara

di Ruang Kelas ...................................................................... 59

8. Hubungan Kelembaban dengan Keberadaan Bakteri Udara

di Ruang Kelas ..................................................................... 61

9. Hubungan PHBS Siswa dengan Keberadaan Bakteri Udara

di Ruang Kelas ..................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 64

B. Saran ........................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

http://lib.unimus.ac.id

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 6

Tabel 2.1 Komposisi Udara Bersih 9

Tabel 2.2 Kandungan Debu Maksimal di dalam Ruangan dalam Pengukuran

Rata-Rata 8 Jam 16

Tabel 2.3 Kandungan Gas Pencemar dalam Ruang Kerja, dalam Rata-Rata

Pengukuran 8 Jam 16

Tabel 3.1 Populasi Siswa SD Kelas IV-VI 36

Tabel 3.2 Populasi Siswa SMP kelas VII-IX 37

Tabel 3.3 Populasi Siswa SMA kelas X-XII 37

Tabel 3.4 Definisi Operasional 41

Tabel 3.5 Skoring Skala Guttman 45

Tabel 3.6 Jadwal Penelitian 47

Tabel 4.1 Distribusi Suhu 49

Tabel 4.2 Distribusi Pencahayaan 49

Tabel 4.3 Distribusi Kelembaban 50

Tabel 4.4 Jawaban Kuesioner PHBS Siswa 50

Tabel 4.5 Kategori PHBS Siswa 51

Tabel 4.6 Distribusi Bakteri Udara 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas 52

http://lib.unimus.ac.id

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Penularan Penyakit Akibat Sanitasi yang Buruk 31

http://lib.unimus.ac.id

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hubungan Suhu dengan Keberadaan Bakteri Udara 52

Grafik 4.2 Hubungan Pencahayaan dengan Keberadaan Bakteri Udara 53

Grafik 4.3 Hubungan Kelembaban dengan Keberadaan Bakteri Udara 54

Grafik 4.4 Hubungan PHBS Siswa dengan Keberadaan Bakteri Udara 54

http://lib.unimus.ac.id

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

DAFTAR LAMPIRAN

A. Hasil Pengukuran Suhu, Pencahayaan, dan Kelembaban 71

B. Hasil Penilaian PHBS Siswa 74

C. Hasil Pemeriksaan Laboratorium mengenai Jumlah Bakteri Udara 78

D. Rata-Rata Hasil Pengukuran Suhu, Pencahayaan , Kelembaban, dan

Jumlah Bakteri Udara 81

E. Hasil Analisis Data 82

F. Foto Kegiatan 90

G. Kuesioner PHBS Siswa 93

H. Surat Ijin Penelitian 94

I. Surat Keterangan Penelitian di SD Mataram Semarang 95

J. Surat Keterangan Penelitian di SMP Mataram Semarang 96

K. Surat Keterangan Penelitian di SMA Mataram Semarang 97

http://lib.unimus.ac.id

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara merupakan komponen terpenting dalam kehidupan. Komposisi

udara normal terdiri dari campuran mekanis gas nitrogen sebanyak 78,1%,

oksigen sebanyak 20,93%, dan karbondioksida sebanyak 0,03%, selebihnya

berupa gas argon, neon, krypton, xenon, dan helium. Udara juga mengandung

uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan. Udara berperan

memberikan oksigen, pengatur suhu bumi sesuai dengan kebutuhan hidup

manusia dan melindungi bumi dari sinar matahari, terutama sinar ultraviolet(1,

2).

Kualitas udara harus dipelihara agar dapat memberikan daya dukung bagi

makhluk hidup untuk hidup secara optimal(3)

. Kualitas udara yang buruk

akibat terkontaminasi oleh zat-zat berbahaya disebut sebagai polusi udara.

Polusi udara dalam ruang memiliki dampak yang lebih berbahaya

dibandingkan dengan polusi udara pada umumnya. Polusi udara dalam ruang

tidak terlihat dan tidak berbau, berbeda dengan polusi udara luar ruang yang

kadang dapat dilihat secara kasat mata, seperti asap knalpot kendaraan

bermotor yang berwarna hitam(4)

. Manusia rata-rata menghabiskan 75% dari

waktunya di dalam ruangan, hal ini juga yang menunjukkan bahwa polusi

udara di dalam ruang menjadi masalah yang lebih serius dibandingkan dengan

polusi udara luar ruang(5)

.

Sebuah penelitian menemukan bahwa polusi udara di dalam ruangan telah

membunuh 3,5 juta orang, sementara polusi udara di luar ruangan membunuh

3,3 juta orang di seluruh dunia tahun 2010(6)

. Menurut Environmental

Protection Agency of America (EPA), menyatakan bahwa polusi udara dalam

ruangan berada di urutan ketiga faktor lingkungan yang beresiko terhadap

http://lib.unimus.ac.id

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

kesehatan manusia, kualitas udara dalam ruangan 2-5 kali lebih buruk

dibanding udara di luar ruangan(7)

.

Polusi udara disebabkan oleh kehadiran substansi fisik, kimia, dan

biologis(8)

. Salah satu substansi biologi yang terdapat di udara adalah

mikroorganisme. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruang dikenal

dengan istilah bioaerosol. Bioaerosol merupakan kumpulan partikel seperti

spora, polen, sel-sel bakteri dan virus yang tersuspensi di dalam medium

gas(9)

. Mikroorganisme akan terhembuskan ke udara dalam bentuk percikan

titik-titik air dari hidung dan mulut saat bersin, batuk, dan berbicara. Titik-titik

air yang ukurannya dalam kisaran mikrometer akan tinggal di udara sampai

beberapa lama, sedangkan yang berukuran besar akan segera jatuh ke lantai

atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini akan berada di udara

selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut(10)

.

Salah satu mikroorganisme yang sering dijumpai di dalam ruangan adalah

bakteri. Bakteri di udara merupakan unsur polusi yang sangat berarti karena

dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan atas, tuberkulosis,

pneumonia pneumokokus, meningkitis meningokokus, dan penyakit pasukan.

Angka bakteri di dalam ruangan harus memenuhi standar kualitas udara di

dalam ruangan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. Jenis bakteri yang

sering ditemukan pada umumya dari jenis basil gram positif berspora dan non

spora, basil gram negatif dan kokus gram positif. Bakteri tersebut biasanya

terdapat dalam mulut dan tenggorokan orang normal. Jenis bakterinya seperti

Staphylococcus sp, Streptococcus sp yang ditemukan di udara melalui batuk,

bersin, dan berbicara. Beberapa jenis lain yang terdeteksi mencemari udara

antara lain adalah Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Proteus sp, Bacillus sp dan

golongan jamur(10, 11).

Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

adalah suhu, cahaya, kelembaban, dan lainnya. Suhu adalah faktor penting

bagi pertumbuhan bakteri, masing-masing spesies bakteri mempunyai suhu

optimum untuk pertumbuhannya(11)

. Cahaya yang berasal dari sinar matahari

dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Bakteri lebih menyukai kondisi

http://lib.unimus.ac.id

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

gelap(12)

. Bakteri akan berkembangbiak pada kelembaban yang cukup tinggi

yaitu sekitar 85%(13)

.

Bakteri udara dalam ruangan banyak ditemukan di tempat-tempat umum,

termasuk ruang kelas. Pertumbuhan bakteri di ruang kelas selain dipengaruhi

oleh faktor lingkungan, juga dimungkinkan dipengaruhi oleh perilaku

penghuninya. Studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa SD, SMP, dan

SMA Yayasan Mataram Semarang dengan jumlah sampel sebanyak masing-

masing 10 siswa mengenai kesadaran terhadap Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) menunjukkan hasil bahwa perilaku mencuci tangan sebelum

makan hanya dilakukan oleh siswa SMA, yaitu sebesar 20% dari siswa SMA

yang dijadikan sampel. Mencuci tangan setelah bermain / setelah istirahat

tidak dilakukan oleh siswa SD, SMP, dan SMA. Mencuci tangan

menggunakan air bersih yang mengalir dilakukan oleh 40% dari sampel siswa

SD, 40% dari sampel siswa SMP, dan 100% dari sampel siswa SMA. Mencuci

tangan menggunakan sabun hanya dilakukan oleh siswa SMA, yaitu sebesar

20% dari sampel siswa SMA. Perilaku merokok dilakukan oleh 20% dari

sampel siswa SMA, merokok tidak dilakukan oleh siswa SD dan SMP.

Perilaku membuang sampah pada tempatnya dilakukan oleh 60% dari sampel

siswa SD, 60% dari sampel siswa SMP, dan 80% dari sampel siswa SMA.

Perilaku meludah di sembarang tempat tidak dilakukan oleh siswa SD, SMP,

dan SMA.

PHBS di sekolah sangat diperlukan seiring banyaknya penyakit yang

menyerang anak usia sekolah yang umumnya berhubungan dengan PHBS(14)

.

PHBS di sekolah bertujuan agar secara mandiri anak sekolah mampu

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat(15)

. Indikator PHBS di sekolah antara lain

adalah mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan

minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat

sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah

sembarangan tempat, dan memberantas jentik nyamuk(16)

.

http://lib.unimus.ac.id

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Penelitian tentang Gambaran Sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat pada Anak Sekolah Dasar Negeri di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura

Kabupaten Sukoharjo, menunjukkan hasil bahwa PHBS pada anak sekolah

dasar negeri di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo

sebagian besar adalah cukup. Terdapat penerapan PHBS siswa di SD Negeri

Gonilan yang kurang baik, antara lain tangan siswa yang terlihat kotor, kuku

panjang, jajan di tempat sembarangan, jarang mencuci tangan sebelum makan

dan membuang sampah tidak selalu pada tempatnya(17)

.

Penelitian tentang Persepsi Siswa SMP dalam Penerapan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Tatanan Sekolah di Kelurahan Tugu dan Pasir Gunung

Selatan Kota Depok, menunjukkan hasil bahwa ada sikap siswa yang

menganggap penting penerapan PHBS di sekolah dan ada juga yang merasa

tidak penting(18)

.

Salah satu penerapan PHBS yang lainnya adalah tidak merokok(19)

.

Perilaku merokok pada anak usia sekolah banyak ditemukan di Indonesia.

Hasil Riskedas pada tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi merokok

berdasarkan usianya adalah usia perokok mulai merokok, dimulai dari usia 5-9

tahun sebanyak 1,7%, usia 10-14 tahun sebanyak 17,5%, usia 15-19 tahun

sebanyak 43,5%, usia 20-24 tahun sebanyak 14,6%, usia 25-29 tahun

sebanyak 4,3%, dan usia >30 tahun sebanyak 3,9%. Berdasarkan data tersebut

dapat dilihat bahwa prevalensi tertinggi usia perokok mulai merokok adalah

pada usia 15-19 tahun atau anak seusia Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Prevalensi tertinggi kedua adalah usia

10-14 tahun atau anak seusia Sekolah Dasar (SD)(20)

.

Penelitian tentang hubungan kebersihan tangan dengan keberadaan

bakteri staphylococcus pada pejamah makanan di instalasi gizi rumah sakit

D.R Moewardi, menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara

kebersihan tangan dengan keberadaan bakteri Staphylococcus spp(21)

.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin menganalisis faktor-faktor

yang berhubungan dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas.

http://lib.unimus.ac.id

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

disimpulkan suatu masalah apakah faktor suhu, pencahayaan, kelembaban dan

PHBS siswa berhubungan dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas.

2. Tujuan Khusus :

a. Mendeskripsikan suhu di ruang kelas.

b. Mendeskripsikan pencahayaan di ruang kelas.

c. Mendeskripsikan kelembaban di ruang kelas.

d. Mendeskripsikan PHBS siswa.

e. Mendeksripsikan keberadaan bakteri udara di ruang kelas.

f. Menganalisis hubungan suhu dengan keberadaan bakteri udara di

ruang kelas.

g. Menganalisis hubungan pencahayaan dengan keberadaan bakteri udara

di ruang kelas

h. Menganalisis hubungan kelembaban dengan keberadaan bakteri udara

di ruang kelas.

i. Menganalisis hubungan PHBS siswa dengan keberadaan bakteri udara

di ruang kelas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan

ilmiah untuk penelitian sejenis, khususnya tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas.

http://lib.unimus.ac.id

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

instansi terkait untuk upaya perlindungan kesehatan siswa.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No Penulis Judul Variabel Desain

Penelitian

Hasil

1 Ni Luh

Putu Eva

Yanti(18)

Persepsi Siswa SMP

dalam Penerapan

PHBS Tatanan

Sekolah di Kelurahan

Tugu dan Pasir

Gunung Selatan Kota

Depok

PHBS pada

siswa

Fenomenol

ogi

deksriptif

Terdapat sikap siswa

yang menganggap

penting PHBS, dan

terdapat juga yang

menganggap tidak

penting.

2 Moham

mad

Suhri,

2014(17)

Gambaran Sikap

tentang Perilaku

Hidup Bersih dan

Sehat pada Anak

Sekolah Dasar Negeri

di Desa Gonilan

Kecamatan Kartasura

Kabupaten Sukoharjo

PHBS pada

anak

Deskriptif Sebagian besar siswa

memiliki sikap PHBS

dalam kategori sedang

(45%)

3 Annisa

Firdaus,

2016(22)

Hubungan Perilaku

Hidup Bersih dan

Sehat dengan

Kejadian

Leptospirosis di

Wilayah Kerja

Puskesmas Ngrayun

Kabupaten Ponorogo

- Variabel

bebas :

PHBS

- Variabel

terikat :

kejadian

leptospirosis

Observasio

nal analitik

dengan

pendekatan

case

control

Rerata skor PHBS buruk

lebih tinggi daripada

PHBS baik. Terdapat

hubungan signifikan

antara hubungan perilaku

hidup bersih dan sehat

dengan kejadian

leptospirosis di wilayah

kerja Puskesmas

Ngrayun Kabupaten

Ponorogo.

4 Apri

Atok Puji

Asmoro,

2008(21)

Hubungan

Kebersihan Tangan

dengan Keberadaan

Bakteri

Staphylococcus pada

Pejamah Makanan di

Instalasi Gizi Rumah

Sakit D.R Moewardi

- Variabel

bebas :

Kebersihan

tangan

- Variabel

terikat:

keberadaan

bakteri

Staphylococ

cus

Cross

sectional

Ada hubungan antara

kebersihan tangan

dengan keberadaan

bakteri Staphylococcus

spp.

http://lib.unimus.ac.id

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

5 Emmy

Bima

Astuti

Puji

Lestari,

2011(23)

Keanekaragaman

Spesies Bakteri dan

Perbedaan Angka

Bakteri Udara dalam

Ruang Kelas di SMK

Theresiana Semarang

- Variabel

bebas :

ruang kelas

ber AC dan

ruang kelas

tidak ber

AC

- Variabel

terikat :

angka

bakteri

udara dan

keanekarag

aman

spesies

bakteri

Cross

sectional

Teridentifikasi 3 spesies

bakteri di ruang kelas ber

AC dan 5 spesies bakteri

di ruang kelas tidak ber

AC. Angka bakteri udara

dalam ruang kelas tidak

ber AC lebih tinggi

dibanding ruang kelas

ber AC. Terdapat

hubungan antara suhu

dan kelembaban dengan

angka bakteri udara.

Tidak terdapat hubungan

antara pencahayaan

dengan angka bakteri

udara.

6

Devi Nur

Vidyauta

mi,

2015(24)

Pengaruh

Penggunaan

Ventilasi (AC dan

Non

AC) dalam Ruangan

terhadap Keberadaan

Mikroorganisme

Udara

- Variabel

bebas:

sistem

ventilasi

(AC dan

non AC)

serta

pengukuran

suhu,

kelembaban

, dan

intensitas

cahaya

- Variabel

terikat:

jumlah

mikroorgani

sme udara

Description

research

(penelitian

deskriptif)

Ada pengaruh antara

ventilasi (AC dan Non

AC) terhadap banyaknya

mikroorganisme.

Diantara parameter suhu,

kelembaban, dan

intensitas cahaya yang

mempengaruhi jumlah

mikroba paling besar

yaitu kelembaban.

7 Ismadiar

Rachmat

antri,

2015(25)

Pengaruh

Penggunaan

Ventilasi (AC dan

Non

AC) terhadap

Keberadaan

Mikroorganisme

Udara

di Ruang

Perpustakaan

- Variabel

bebas :

suhu,

kelembaban

, intensitas

cahaya

- Variabel

terikat :

jumlah

koloni

mikroorgani

sme

Penelitian

korelasi

Terdapat

mikroorganisme

udara yang tidak sesuai

dengan Keputusan

Menteri Kesehatan

No.1405 tahun 2002 di

dalam ruang

perpustakaan karena

mengandung koloni

kuman patogen . Sistem

ventilasi dan keberadaan

manusia dalam ruangan

berpengaruh terhadap

keberadaan koloni

mikroba udara.

http://lib.unimus.ac.id

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Penelitian tentang keberadaan mikroorganisme di dalam ruangan sudah

pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya menganalisis pengaruh lingkungan fisik

seperti suhu, pencahayaan, kelembaban, dan ventilasi dengan keberadaan

mikroorganisme. Penelitian-penelitian sebelumnya dilakukan di ruang kelas

SMK, perpustakaan, dan ruang kuliah AC dan non AC.

Penelitian tentang PHBS sudah pernah dilakukan. Sebelumnya terdapat

penelitian tentang gambaran PHBS di sekolah. Sebelumnya juga terdapat

penelitian tentang hubungan PHBS dengan kejadian penyakit akibat bakteri yaitu

leptospirosis. Penelitian tentang hubungan salah satu indikator PHBS yaitu

kebersihan tangan terhadap adanya bakteri juga sudah pernah dilakukan,

penelitian tersebut hanya memeriksa adanya bakteri Staphylococcus. Penelitian

tentang PHBS sebelumnya dilakukan pada siswa SD, siswa SMP, masyarakat di

wilayah kerja puskesmas, dan pejamah makanan di rumah sakit.

Penelitian ini akan mengembangkan penelitian sebelumnya yaitu dengan

menganalisis faktor suhu, pencahayaan, kelembaban, dan PHBS siswa SD, SMP,

SMA yang dihubungkan dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas.

http://lib.unimus.ac.id

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Udara

Udara merupakan komponen lingkungan terpenting dalam kehidupan.

Udara sangat mudah tersebar mengisi seluruh ruangan di lingkungan hidup

karena temperatur ruang udara yang selalu berada dalam fasa gas(26)

. Udara

terdiri dari campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi

bumi(27)

. Susunan campuran gas pada udara yang masih bersih adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1. Komposisi Udara Bersih

Macam gas Volume (%)

Nitrogen, N2

Oksigen, O221Argen, Ar

Karbondioksida, CO2

Helion, He

Neon, Ne

Xenon, Xe

Kripton, Kr

Metana, CH4- Karbon monoksida, CO

Amoniak, NH3- Nitrat oksida, N2O

Hidrogen sulfida, H2S

78

0,94

0,03

0,01

0,01

0,01

0,01

Sedikit sekali

Sedikit sekali

Sedikit sekali

Sumber : Dedi Alamsyah & Ratna Muliawati, 2013

Delapan gas pertama dalam tabel tersebut susunannya relatif tetap. Lima

gas lainnya jumlahnya sedikit dan bervariasi dari tempat ke tempat(27)

.

B. Polusi Udara

1. Pengertian Polusi Udara

Polusi udara adalah pencemaran akibat gas dan partikel halus hasil

dari peristiwa alam atau kegiatan manusia yang dilepaskan ke atmosfer.

Gas dan partikel tersebut menyebabkan pencemaran jika melebihi

kapasitas atmosfer untuk melarutkan atau membuangnya ke lapisan tanah

atau badan air pada biosfer(28)

.

http://lib.unimus.ac.id

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Polusi udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan

komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia. Mutu udara

ambien akan turun sampai ke tingkat tertentu dan menyebabkan udara

ambien tidak dapat memenuhi fungsinya(29)

.

Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,

atau biologi di atmosfer. Substansi tersebut dalam jumlah tertentu dapat

membahayakan kesehatan makhluk hidup, mengganggu estetika dan

kenyamanan, serta merusak properti(30)

.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang polusi udara di atas maka

dapat didefinisikan polusi udara adalah masuk / dimasukkannya satu /

lebih substansi fisik, kimia, biologi atau komponen lainnya berupa gas dan

partikel ke atmosfer akibat dari peristiwa alam atau kegiatan manusia.

Polusi udara menyebabkan mutu udara ambien turun sehingga tidak

memenuhi fungsinya lagi dan membahayakan kesehatan makhluk hidup.

Selain itu polusi udara juga mengganggu estetika dan kenyamanan, serta

merusak properti.

2. Sumber Polusi Udara

Kualitas udara yang buruk dipengaruhi oleh konsentrasi sejumlah zat

hasil dari kegiatan manusia atau secara alami. Berikut adalah dua sumber

polusi udara(9)

:

a. Alamiah :

Zat pencemar alamiah dapat berasal dari dalam tanah, hutan, dan

pegunungan (radon, methane, uap air / kelembaban)

b. Aktivitas manusia, contohnya :

1) Pencemaran akibat lalu lintas : CO, debu, karbon, Pb, NO.

2) Pencemar industri : NOx,SO2, Ozone, Pb, VOC.

3) Rumah tangga : pembakaran

http://lib.unimus.ac.id

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

3. Dampak Polusi Udara

Polusi udara menyebabkan penurunan kualitas udara dan berdampak

bagi kehidupan, antara lain :

a. Dampak kesehatan

Sistem pernafasan adalah salah satu jalan masuknya substansi

pencemar yang ada di udara. Partikulat berukuran besar dapat tertahan

di saluran pernafasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil

dan gas dapat masuk sampai ke paru-paru. Zat pencemar tersebut

kemudian terserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke

seluruh tubuh. Dampak terhadap kesehatan secara umum adalah ISPA

(Infeksi Saluran Pernafasan Akut), termasuk diantaranya asma,

bronkitis, dan gangguan pernafasan lainnya(31)

.

Bahan pencemar udara juga dapat masuk ke saluran pencernaan

(ingesti) yaitu melalui makan atau minum. Akibatnya dapat

menimbulkan efek lokal dan dapat pula menyebar ke seluruh tubuh

melalui peredaran darah(31)

.

Polusi udara juga akan berdampak pada janin dalam kandungan

dan anak-anak dalam masa tumbuh kembang. Dampak buruk polusi

udara terhadap anak adalah merosotnya tingkat IQ. Dampak lainnya

adalah turunnya berat badan janin dan meningkatnya jumlah kematian

bayi serta kerusakan otak yang terutama disebabkan oleh gas CO(32)

.

b. Dampak terhadap tanaman

Tanaman dapat terganggu pertumbuhannya apabila tumbuh di

daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi. Keadaan ini juga

mengakibatkan tanaman rawan terhadap penyakit seperti klorosis,

nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdesposisi di permukaan

tanaman dapat menghambat proses fotosintensis(31)

.

c. Dampak terhadap hewan

Dampak polusi udara terhadap kehidupan hewan peliharaan

maupun tidak peliharaan dapat terjadi karena adanya proses

http://lib.unimus.ac.id

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya. Salah satu contoh

dampaknya adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien

terpapar oleh gas SO2. Selain itu, dampak terhadap hewan juga dapat

terjadi secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung

dapat mengalami gangguan pernafasan apabila terjadi interaksi melalui

sistem pernafasan. Secara tidak langsung terjadi melalui suatu

perantara, baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi sebagai bahan

makanan hewan(33, 34)

.

d. Hujan asam

Bahan pencemar udara seperti SO2 dan NO2 akan membentuk

asam jika bereaksi dengan air hujan dan menurunkan pH air hujan

yang normalnya adalah 5,6. Hujan asam tidak selalu dalam keadaan

basah atau berupa uap air yang jatuh dari udara, tetapi dapat juga

berbentuk gas atau uap yang mudah dibawa oleh angin ke segala

tempat. Dampak dari hujan asam ini antara lain :

1) Mempengaruhi kualitas air permukaan.

2) Merusak tanaman dan dapat memusnahkan kawasan hutan yang

luas.

3) Berkaratnya logam.

4) Rusaknya bahan pakaian

5) Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan seperti

rusaknya dinding bangunan dan lunturnya cat(30, 35)

.

e. Efek rumah kaca

Efek rumah kaca adalah pemanasan global dari emisi karbon

dioksida (CO2). Karbondioksida sebenarnya merupakan senyawa

normal yang ada di atmosfir. Semakin banyak penggunaan bahan

bakar fosil dan adanya intervensi manusia ke dalam siklus karbon dan

oksigen mengakibatkan produk karbon dioksida lebih cepat dari siklus

normalnya, sehingga konsentrasi rata-rata karbon dioksida di atmosfir

meningkat. Dampak yang ditimbulkan antara lain adalah perubahan

curah hujan sehingga tanah tidak subur dan berdampak juga pada

http://lib.unimus.ac.id

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

mencairnya bongkahan es di daerah kutub yang menyebabkan

permukaan laut meningkat sehingga memungkinkan banjir pada kota-

kota di pinggir pantai dan daerah industri(9)

.

f. Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon berada di statosfer dengan ketinggian 20-35 km.

Lapisan ozon melindungi bumi dengan memfilter radiasi ultraviolet B

dari matahari. Molekul-molekul ozon (O3) dibentuk dan diuraikan

secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan

bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul

ozon lebih cepat dari pembentukkannya. Hal ini menyebabkan

terbentuknya lubang-lubang pada lapisan ozon(31)

. Fungsi lapisan ozon

yang tidak optimal akan mengakibatkan meningkatnya derajat sinar

ultraviolet yang mencapai bumi sehingga dapat menimbulkan masalah

kesehatan seperti kanker kulit, katarak, dan penurunan imunitas

terhadap penyakit(36)

.

4. Penanggulangan Polusi Udara

Melihat dampak buruk dari polusi udara, maka diperlukan upaya

pencegahan. Upaya pencegahan terhadap polusi udara dapat dilakukan

dengan cara(37, 38)

:

a. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung

asap serta gas-gas polutan lainnya dan menggantinya dengan bahan

bakar ramah lingkungan seperti biodesel.

b. Melakukan pengolahan / penyaringan limbah asap industri dengan cara

memasang bahan penyerap polutan sebelum limbah dibuang bebas ke

udara.

c. Membuat cerobong asap yang cukup tinggi agar asap dapat menembus

lapisan inversi thermal sehingga tidak menambah polutan yang

tertangkap di pemukiman.

d. Melakukan reboisasi.

e. Tidak melakukan pembakaran hutan secara liar.

http://lib.unimus.ac.id

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

f. Menghemat bahan bakar alat transportasi atau mengganti bahan bakar

dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida

dan diusahakan agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara

sempurna.

g. Mengontrol emisi kendaraan bermotor dengan mengubah alat

pengubah ketalitik.

h. Mengurangi kendaraan pribadi

C. Polusi Udara dalam Ruang

1. Pengertian Polusi Udara dalam Ruang

Polusi udara dalam ruang adalah polusi udara yang terjadi di dalam

ruangan misalnya rumah, sekolah, dan kantor. Polusi udara dalam ruang

tidak secara langsung berhubungan dengan emisi global, namun sangat

penting untuk menentukan keterpajanan seseorang. Kualitas udara dalam

ruangan ditentukan secara sengaja ataupun tidak sengaja oleh penghuni

ruangan (9, 39)

.

2. Sumber Polusi Udara dalam Ruang

Sumber polusi udara dalam ruangan menurut penelitian The National

Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) adalah sebagai

berikut(40)

:

a. Pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam ruangan seperti asap

rokok, pestisida, bahan pembersih ruangan.

b. Pencemaran dari luar ruangan meliputi masuknya gas buangan

kendaraan bermotor, cerobong asap dapur karena penempatan lokasi

lubang ventilasi yang tidak tepat.

c. Pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formaldehid, lem,

asbestos, fibreglass, dan bahan lainnya.

http://lib.unimus.ac.id

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

d. Pencemaran mikroba meliputi bakteri, jamur, virus atau protozoa yang

dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin ruangan beserta

seluruh sistemnya.

e. Kurangnya udara segar yang masuk karena gangguan ventilasi udara

dan kurangnya perawatan sistem peralatan ventilasi.

3. Bioaerosol

Atmosfer mengandung partikel-partikel yang disebut sebagai aerosol,

salah satu komponen aerosol adalah bioaerosol. Bioaerosol merupakan

kumpulan partikel seperti spora, polen, sel-sel bakteri dan virus yang

tersuspensi di dalam medium gas . Mikroba di udara bebas merupakan

salah satu dari komponen aerosol dan tidak dapat terpisah dari komponen-

komponen penyusun udara. Hampir semua aktivitas manusia akan

mengularkan emisi partikel / aerosol ke udara(41)

. Berikut adalah sumber

bioaerosol(9)

:

a. Outdoor contamination

1) Jamur, berasal dari organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan

yang mati, dan bangkai binatang.

2) Bakteri legionella. berasal dari soil borne yang mungkin dapat

menembus ke dalam ruang.

3) Alga, tumbuh dekat kolam/danau masuk ke dalam ruangan melalui

hembusan angin.

4) Jentik-jentik serangga, di luar ruangan yang dapat menembus

setiap bangunan tertutup.

b. Indoor contamination

Kontaminasi yang berasal dari dalam ruang banyak terjadi pada

kelembaban antara 25%-75%. Pada kelembaban tersebut akan

meningkatkan pertumbuhan spora dan jamur.

http://lib.unimus.ac.id

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

4. Standar Kualitas Udara dalam Ruang

Standar kualitas udara dalam ruangan menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor 1405 Tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan di

lingkungan kerja perkantoran dan industri adalah sebagai berikut(42)

:

a. Suhu dan kelembaban

1) Suhu : 18-28ºC

2) Kelembaban : 40%-60%

b. Debu

Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam

pengkuruan rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Kandungan Debu Maksimal di Dalam Ruangan

dalam Pengukuran Rata-Rata 8 Jam

No Jenis Debu Konsentrasi Maksimal

1 Debu total 0,15 mg/m3

2 Asbes bebas 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5µ

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405 Tahun 2002

c. Pertukaran udara

Pertukaran udara : 0,283 m3/menit/orang dengan laju ventilasi

0,15-0,25 m/detik. Ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingin

harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan

menerapkan sistem ventilasi silang.

d. Gas pencemar

Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata

pengukuran 8 jam sebagai berikut :

Tabel 2.3. Kandungan Gas Pencemar dalam Ruang Kerja,

dalam Rata-Rata Pengukuran 8 Jam

No Parameter Konsentrasi Maksimal

(mg/m3) Ppm

1

2

3

4

5

Asam Sulfida (H2S)

Amonia (NH3)

Karbon Monoksida (CO)

Nitrogen Dioksida (NO2)

Sulfur Dioksida (SO2)

1

17

29

5,60

5,2

-

25

25

3,0

2

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405 Tahun 2002

http://lib.unimus.ac.id

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

e. Mikrobiologi

1) Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara

2) Bebas kuman patogen

5. Polusi Udara dalam Ruang Kelas

Ruang kelas adalah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Penghuni ruang kelas sebagian besar adalah anak-anak yang cenderung

lebih rentan, sehingga ruang kelas harus memperhatikan beberapa hal

seperti kualitas udara. Faktor yang mempengaruhi kualitas udara yang

menyebabkan polusi udara di ruang kelas pada umumnya sama dengan

bangunan lain. Kualitas udara yang buruk di ruang kelas akan

menyebabkan masalah kesehatan pada anak-anak sehingga menurunya

persentase kehadiran dan kinerja belajar siswa(43, 44)

.

D. Bakteri

1. Bakteri yang Berasal dari Udara

Udara bukan merupakan habitat asli mikroorganisme, tetapi

bermacam-macam mikroorganisme dalam jumlah yang beragam dapat

berada di udara sekeliling kita sampai beberapa kilometer di atas

permukaan bumi. Mikroorganisme yang paling banyak berada di udara

bebas adalah bakteri, jamur, dan mikroalga(11)

.

Bakteri merupakan organisme uniseluler, nukleoid / tidak memliki

membran inti, tidak memiliki klorofil, saprofit / parasit, berkembangbiak

dengan pembelahan biner, dan termasuk dalam protista prokariotik(45)

.

Ukuran tubuh bakteri sangat kecil yaitu dengan lebar antara 1-2 mikron

dan panjangnya antara 2-5 mikron. Ukuran bakteri dipengaruhi oleh

umurnya, bakteri yang berumur 2-6 jam umumnya lebih besar dari bakteri

yang berumur lebih dari 24 jam. Bentuk tubuh bakteri dapat dilihat

menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000 kali atau lebih(11)

.

http://lib.unimus.ac.id

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Bentuk dasar bakteri yaitu bulat (coccus), batang atau silinder (bacillus)

dan spiral (batang melengkung atau melingkar-lingkar)(46)

.

Mikroorganisme seperti bakteri terhembuskan dalam bentuk percikan

dari hidung dan mulut selama bersin, batuk, dan bahkan bercakap-cakap.

Ukuran titik-titik air yang terhembuskan dari saluran pernafasan yaitu

mikrometer sampai millimeter. Titik-titik air yang ukurannya dalam

kisaran mikrometer akan tinggal di udara sampai beberapa lama, tetapi

yang berukuran besar akan segera jatuh ke lantai atau permukaan benda

lain. Debu dari permukaan ini akan berada di udara selama

berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut(10)

.

Bakteri yang sering ditemukan pada umumya dari jenis basil gram

positif berspora atau non spora, basil gram negatif dan kokus gram positif.

Bakteri tersebut adalah yang biasanya terdapat dalam mulut dan

tenggorokan orang normal melalui batuk, bersin, dan berbicara seperti

Staphylococcus sp, Streptococcus sp. Beberapa jenis lain yang terdeteksi

mencemari udara antara lain adalah Pseudomonas sp, Klebsiella sp,

Proteus sp, Bacillus sp dan golongan jamur(11)

.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Bakteri mengalami pertumbuhan sama halnya dengan makhluk hidup

yang lain(13)

. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan optimum

bakteri. Faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Suhu

Suhu merupakan faktor lingkungan terpenting bagi kelangsungan

hidup bakteri. Bakteri hidup dalam kisaran suhu tertentu. Kondisi suhu

lingkungan yang keluar dari kisaran akan menyebabkan pertumbuhan

bakteri terhambat dan mati. Suhu berpengaruh terhadap aktivitas

anzim. Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan aktivitas enzim

menurun, sedangkan jika suhu terlalu tinggi maka dapat mendenaturasi

protein enzim(13)

.

http://lib.unimus.ac.id

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Suhu yang paling baik untuk kehidupan makhluk hidup disebut

suhu optimum. Berdasarkan suhu optimum untuk pertumbuhannya,

bakteri dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu sebagai berikut(13)

:

1) Bakteri psikrofilik (0-20ºC), yaitu bakteri yang hidup pada suhu

dingin dan pertumbuhan optimumnya adalah pada suhu dibawah

20ºC. Bakteri ini banyak terdapat di dasar lautan, daerah kutub, dan

pada bahan makanan yang dibekukan. Pertumbuhan bakteri

psikrofil pada bahan makanan menyebabkan kualitas bahan

makanan tersebut menurun atau menjadi busuk.

2) Bakteri mesofilik (20-50ºC), yaitu bakteri yang dapat hidup secara

maksimal pada suhu sedang dan memiliki suhu optimum di antara

20ºC sampai 50ºC. Bakteri mesofil banyak terdapat pada tanah, air,

dan tubuh vertebrata (hewan bertulang belakang).

3) Bakteri termofilik (50-100ºC), yaitu bakteri yang tumbuh optimal

pada suhu yang tinggi. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu diatas

40ºC bahkan di tempat yang panas, seperti di sumber mata air

panas.

Penelitian tentang pengaruh penggunaan ventilasi (AC dan Non

AC) terhadap keberadaan mikrooganisme udara di ruang perpustakaan,

menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka jumlah koloni mikroba

akan cenderung banyak, dan semakin rendah suhu maka jumlah koloni

mikroba akan cenderung sedikit(25)

.

b. Derajat keasaman / pH

pH mempengaruhi aktivitas enzim. Enzim akan mengkatalis reaksi

lebih cepat pada pH optimum(47)

. pH optimum bagi sebagian besar

bakteri adalah antara 6,5 dan 7,5. Terdapat juga mikroorganisme yang

tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali(48)

.

c. Nutrisi

Setiap bakteri memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Sumber

nutrisi yang dibutuhkan bakteri meliputi sumber energi cahaya

(fototrof) dan senyawa kimia (kemotrof); sumber karbon yang berupa

http://lib.unimus.ac.id

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

karbon anorganik (karbondioksida) dan karbon organik seperti

karbohidrat; sumber nitrogen dalam bentuk garam nitrogen anorganik

seperti kalium nitrat dan nitrogen organik berupa protein dan asam

amino; unsur logam seperti kalium, natrium, magnesium, besi,

tembaga dsb; dan bakteri juga membutuhkan air(49)

.

d. Cahaya dan zat kimia

Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri.

Cahaya dapat merusak sel bakteri yang tidak berklorofil. Sinar

ultraviolet (UV) yang dapat membunuh bakteri memiliki panjang

gelombang 210-300 nm. Asam nukleat merupakan komponen sel yang

dapat menyerap sinar UV. Sel yang terpapar akan mengalami ionisasi

sehingga mengakibatkan kerusakan, terhambatnya pertumbuhan atau

menyebabkan kematian(12)

.

Penelitian tentang pengaruh penggunaan ventilasi (AC dan NON

AC) dalam ruangan terhadap keberadaan mikroorganisme udara,

menunjukkan bahwa hubungan antara intensitas cahaya dengan jumlah

mikroba adalah berbanding terbalik. Semakin besar intensitas cahaya

maka jumlah mikroba semakin sedikit, dan sebaliknya jika semakin

kecil intensitas cahaya maka jumlah mikroba semakin banyak(24)

.

e. Kelembaban

Bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, yaitu sekitar

85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan

metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan

pengeringan(12)

.

Penelitian tentang pengaruh penggunaan ventilasi (AC dan Non

AC) terhadap keberadaan mikroorganisme udara di ruang

perpustakaan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

kelembaban dengan keberadaan mikroba. Semakin tinggi kelembaban,

maka jumlah koloni mikroba akan cenderung banyak. Semakin rendah

kelembaban, maka jumlah koloni mikroba akan cenderung sedikit(25)

.

http://lib.unimus.ac.id

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Pertumbuhan bakteri di dalam ruangan juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor seperti padatnya orang, sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang

menempati ruangan tersebut(10)

.

3. Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri yang Berasal dari Udara

Bakteri asal udara menyebabkan penyakit saluran pernafasan bagian

atas(10)

. Penyakit tersebut adalah sebagai berikut :

a. Difteri

Difteri adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas yang

disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Difteri

menyebabkan terbentuknya pseudomembran berwarna keabu-abuan di

faring, laring, dan hidung. Penyakit ini biasanya terlihat pada 2-5 hari

sesudah penularan. Penularannya melalui kontak langsung dengan

penderita. Penyakit ini terjadi karena adanya toksin yang diserap ke

pembuluh darah dan dibawa ke seluruh tubuh termasuk jantung. Gejala

awal difteri tidak spesifik seperti demam ringan (biasanya <38,5ºC),

muntah, batuk, dan nyeri tenggorokan. Gejala yang parah dapat

menyebabkan kematian, selain itu beberapa otot seperti otot langit-

langit, otot mata, otot tungkai dan otot saluran pernafasan akan

mengalami kelumpuhan(50)

.

b. Streptokokal

Penyakit streptokokal disebabkan oleh bakteri Streptococcus

pyogenes. Penyakit streptokokal dibagi menjadi dua macam yaitu :

1) Infeksi primer (tipe bernanah atau pembentuk nanah)

Sindrom infektif yang paling umum pada infeksi primer adalah

radang tenggorokan yang akut dengan dahak atau tanpa dahak yang

disebut dengan faringitis atau tonsillitis streptokokal. Penderita

umumnya mengalami ruam eritematosus (kemerah-merahan).

Streptokokal pembentuk nanah atau pilogenik lainnnya meliputi

penyakit kulit (pioderma) seperti impetigo (peradangan kulit yang

akut), infeksi luka sekunder, dan lepuh yang terinfeksi.

http://lib.unimus.ac.id

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

2) Lanjutan atau komplikasi (tipe tak bernanah)

Jenis penyakit lanjutan yang tidak membentuk nanah adalah

demam rematik (peradangan jaringan penghubung pada banyak

persendian dan organ, terutama jantung) dan glomerulonefritis akut

(peradangan ginjal tak bernanah, terutama menyerang glomeruli

atau pembuluh kapiler). Demam rematik merupakan lanjutan

penyakit faringitis sedangkan glomerulonefritis akut adalah

lanjutan faringitis dan pioderma(10)

.

Bakteri asal udara juga menyebabkan penyakit yang melibatkan

daerah-daerah lain selain saluran pernafasan bagian atas. Penyakit tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh organisme Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium

menyerang organ tubuh terutama paru(51)

. Tuberkulosis menular

melalui percikan dahak pasien pada saat batuk atau bersin, yang

kemudian terhirup orang lain. Gejala utama Tuberkulosis adalah batuk

berdahak terus menerus selama 2 minggu atau lebih. Gejala lainnya

adalah batuk bercampur darah, sesak nafas dan nyeri dada, nafsu

makan berkurang, berat badan turun, lemas, demam/meriang

berkepanjangan, dan berkeringat di malam hari tanpa melakukan

kegiatan(52)

.

b. Pneumonia pneumokokus

Pneumonia lobar atau cuping (penyumbatan pada cuping paru-

paru) dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, namun

95% dari pneumonia bakterial disebabkan oleh Streptococcus

pneumoniae, yang dahulu disebut Diplococcus pneumoniae dan

biasanya disebut pneumokokus. Gejala umum pada pneumonia adalah

deman, batuk, dan takipneu. Alveoli (sel udara) paru-paru penuh terisi

eksudat. Diagnosis klinis pneumonia pada pemeriksaan radiografi,

dimana akumulasi cairan nampak sebagai area konsolidasi.

http://lib.unimus.ac.id

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Pneumokokus dapat juga menyerang jaringan-jaringan lain, terutama

sinus, ruang tengah telinga, dan selaput otak(10, 53)

.

c. Meningitis meningokokus

Meningitis meningokokus merupakan penyakit infeksi menular

yang menyerang selaput otak. Penyebabnya adalah bakteri Neisseria

meningitidis. Bakteri ini menginfeksi saluran pernafasan kemudian

masuk ke dalam aliran darah. Penularan penyakit ini melalui sekret

saluran pernafasan (droplet) ataupun air liur (saliva) dengan masa

inkubasi 3-4 hari (rentang waktu 2-10 hari). Gejalanya yaitu demam

tinggi, mual/muntah, sakit kepala, kaku kuduk, photofobia, dan

ketahanan fisik melemah. Penyakit meningitis yang telah parah dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius seperti kerusakan

otak, kurangnya daya ingat, kurang kemampuan pendengaran dan

menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara serius(54, 55)

.

d. Penyakit pasukan

Penyakit pasukan mempunyai sindrom khas pneumonia. Penyakit

ini disebabkan oleh Legionella pneumophila. Gejala-gejalanya mulai

nampak pada 2-10 hari setelah terkena bakteri yang bersangkutan yaitu

meliputi rasa lesu, sakit kepala, rasa sakit pada otot, dada dan perut,

kebingungan, dan terganggunya fungsi ginjal(10)

.

4. Perhitungan Jumlah Bakteri

Jumlah bakteri dapat dihitung menggunakan beberapa metode yaitu

sebagai berikut :

a. Metode hitungan mikroskopik langsung

Metode hitung jumlah mikroskopik langsung dilakukan

menggunakan bilik hitung Petroff – Hausser cell counter(45)

. Metode

perhitungan ini menghasilkan hitungan total, baik sel yang hidup

maupun sel yang sudah mati(15)

.

http://lib.unimus.ac.id

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

b. Metode cawan

Metode hitung cawan merupakan metode yang paling sensitif.

Setiap sel yang hidup dianggap dapat berkembang menjadi satu koloni,

sehingga pada metode ini jumlah koloni yang muncul pada cawan

merupakan satu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup pada

sampel(56)

.

c. Metode Most Probable Number (MPN)

Metode MPN merupakan metode perhitungan sel terutama untuk

perhitungan bakteri coliform. Perhitungan didasarkan pada jumlah

perkiraan terdekat yaitu dalam range tertentu dan dihitung sebagai nilai

duga dekat secara statistik dengan merujuk tabel MPN(45)

.

E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah

sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran oleh peserta

didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah sebagai hasil

pembelajaran. Tujuannya adalah agar secara mandiri mampu mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat(15)

. PHBS di sekolah sangat diperlukan

seiring banyaknya penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah yang

umumnya berhubungan dengan PHBS(14)

.

2. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Manfaat PHBS di sekolah antara lain(57)

:

a. Sekolah menjadi bersih sehingga anak sekolah dan guru terlindungi

dari gangguan dan ancaman penyakit.

b. Semangat proses belajar mengajar semakin meningkat sehingga

berdampak pada prestasi belajar anak sekolah.

http://lib.unimus.ac.id

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

c. Citra sekolah sebagai sarana pendidikan semakin meningkat sehingga

mampu menarik minat orang tua (masyrakat).

d. Citra pemerintah daerah semakin meningkat di bidang pendidikan.

e. Dapat menjadi percontohan sekolah ber-PHBS bagi daerah lain.

3. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Indikator PHBS di sekolah terdiri dari indikator perilaku dan indikator

lingkungan. Indikator perilaku meliputi(16)

:

a. Mencuci tangan menggunakan sabun

Mencuci tangan dalam upaya peningkatan PHBS sangat penting

dilakukan karena tangan merupakan bagian dari tubuh manusia yang

sering menyebarkan infeksi. Tangan akan terkena kuman saat

bersentuhan dengan bagian tubuh sendiri, tubuh orang lain, hewan,

atau permukaan yang tercemar. Kuman tersebut dapat masuk ke tubuh

saat tangan menyentuh mata, hidung, dan mulut. Penyakit yang

disebabkan akibat kebersihan tangan yang kurang antara lain adalah

bisul, jerawat, tifus, leptospirosis, jamur, polio, disentri, diare, kolera,

cacingan, hepatitis A, SARS, hingga flu burung(58)

.

Mencuci tangan menggunakan air saja tidak cukup untuk

melindungi dari kuman penyakit yang berada di tangan. Mencuci

tangan menggunakan air dan disertai dengan sabun merupakan

tindakan yang tepat untuk memutus mata rantai kuman(59)

.

b. Mengonsumsi makanan dan minuman sehat

Makanan dan minuman sehat berperan penting dalam memberikan

asupan energi dan zat gizi bagi anak usia sekolah. Masyarakat sekolah

dapat mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin sekolah atau membawa

bekal dari rumah. Kantin yang sehat akan menyediakan makanan yang

mengandung gizi seimbang dan bervariasi. Jajanan sehat adalah

jajanan yang terhidar dari bahaya fisik, kimia, dan bilogis. Jajanan

yang tidak sehat akan menimbulkan masalah gizi, dan mengganggu

kesehatan seperti penyakit saluran pencernaan. Hal ini juga akan

http://lib.unimus.ac.id

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar siswa, meningkatkan

absensi sehingga berpengaruh pada prestasi belajar anak(60, 61)

.

Beberapa cara memilih makanan jajanan sehat adalah sebagai

berikut(62)

:

1) Memilih makanan yang tertutup rapat, tidak berbau/berasa asam,

dan tidak berlendir.

2) Menghindari makanan yang berwarna mencolok, karena

dikhawatirkan mengandung bahan pewarna yang dilarang untuk

makanan.

3) Menghindari makanan gorengan yang berwarna gelap dan

bertekstur keras, karena itu merupakan salah satu ciri gorengan

yang sudah digoreng berulang kali atau menggunakan minyak

berulang.

4) Menghindari makanan gorengan yang berwarna putih, karena

dikhawatirkan gorengan tersebut digoreng dengan plastik dan

biasanya gorengan tersebut tetap renyah sampai keesokan harinya.

5) Menghindari makanan yang dibungkus dengan kertas koran atau

kertas dengan tinta pada bagian dalam, karena zat kimia pada tinta

koran/kertas dapat meracuni makanan.

6) Makanan yang panas lebih baik dibungkus dengan plastik putih

daripada dengan plastik kresek atau bahan beling.

7) Menghindari makanan yang dikemas menggunakan staples, karena

dikhawatirkan staples dapat tertelan bersama makanan.

8) Memperhatikan kandungan gizi dan tanggal kadaluwarsa pada

makanan kemasan.

c. Menggunakan Jamban Sehat

Jamban atau fasilitas pembuangan tinja dikatakan sehat apabila

memenuhi syarat yaitu sebagai berikut(58)

:

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban.

2) Tidak mengotori air permukaan di sekitar.

3) Tidak mengotori air tanah di sekitar.

http://lib.unimus.ac.id

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

4) Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.

5) Tidak menimbulkan bau.

6) Mudah digunakan dan dipelihara.

7) Dapat diterima oleh masyarakat.

8) Tersedia cukup air untuk membersihkan.

9) Tersedia sabun untuk cuci tangan setelah buang air besar.

Tinja manusia mengandung organisme pathogen yang dibawa air,

makanan, serangga sehingga menyebabkan penyakit seperti penyakit

akibat bakteri salmonella, penyakit vibriokolera, penyakit oleh amuba,

virus seperti hepatitis infektiosa, cacing, disentri, poliomyelitis,

ascariasis, dan lain-lain(63)

. Alur penularannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Alur Penularan Penyakit Akibat Sanitasi yang Buruk(64)

Cara memelihara jamban sehat adalah sebagai berikut(65)

:

1) Hendaknya lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air.

2) Jamban dibersihkan secara teratur sehingga ruang jamban dalam

keadaan bersih.

3) Tidak ada kotoran yang terlihat di dalam jamban.

4) Tidak ada kecoa, lalat, dan tikus yang berkeliaran.

5) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).

6) Segera perbaiki bila ada kerusakan.

http://lib.unimus.ac.id

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

d. Membuang Sampah di Tempat Sampah

Masyarakat sekolah wajib membuang sampah pada tempat

sampah yang tersedia. Tempat sampah merupakan fasilitas siswa

dalam menerapkan cara membuang sampah yang benar(60)

.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyebabkan

penumpukan sampah. Hal ini menjadikan sampah sebagai tempat

perkembangbiakan vektor yang dapat menyebabkan penyakit saluran

pencernaan seperti diare, kolera, dan typus(66)

.

Sampah yang membusuk akan mengeluarkan gas seperti methan

(CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta senyawa lainnya. Gas-gas ini

merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan

(udara)(67)

. Bau dari sampah yang menyengat dapat menyebabkan

penyakit sesak nafas dan penyakit mata(66)

.

e. Tidak Merokok

Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang di

sekitarnya. Satu batang rokok mengandung 4000 bahan kimia

berbahaya diantaranya adalah nikotin yang dapat menyebabkan

ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah, tar yang dapat

menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker, dan CO yang dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen

sehingga sel-sel tubuh akan mati(60)

.

Bagian tubuh pertama kali yang terpengaruh oleh rokok adalah

mulut. Merokok dapat mengubah keseimbangan jumlah spesies bakteri

dalam mulut secara drastis sehingga meningkatkan resiko penyakit

mulut, paru-paru, dan sistem pencernaan. Perokok aktif secara

signifikan meningkatkan pertumbuhan bakteri di dalam mulutnya

sampai lebih dari 150 spesies, dan menurunkan jumlah bakteri baik

Proteobacteria yang seharusnya bertugas membantu menetralkan

racun dari rokok. Perokok aktif juga dapat meningkatkan jumlah

spesies bakteri Streptococcus yang menjadi penyebab kerusakan dan

lubang pada gigi(68)

. Tidak merokok di lingkungan sekolah dapat

http://lib.unimus.ac.id

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

menghindari masyarakat sekolah dari kemungkinan terkena penyakit di

atas(60)

.

f. Tidak Menggunakan NAPZA

NAPZA adalah zat yang mempengaruhi fungsi dan struktur

beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya(69)

. NAPZA

dibagi dalam 3 jenis yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif

lainnya.

Dampak penyalahgunaan NAPZA terhadap kondisi fisik adalah

terjadi perubahan mental karena dosis yang terlalu berlebihan.

Pemakaian ganja dalam kurun waktu lama akan menurunkan daya

tahan sehingga mudah terserang infeksi dan memperburuk aliran darah

koroner. Pemakaian kokain dapat menyebabkan terjadinya aritmia

jantung, ulkus atau perforasi sekat hidung, dalam jangka panjang

menyebabkan anemia dan turunnya berat badan. Pemakaian alkohol

akan menyebabkan banyak komplikasi misalnya gangguan lambung,

kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung dan saraf,

gangguan metabolisme, cacat janin, dan gangguan seksual. Pemakaian

alat yang tidak steril akan menyebabkan terjadi infeksi, seperti HIV

dan Hepatitis. Akibat yang tidak langsung misalnya terjadi stroke atau

malnutrisi karena pemakaian alkohol. Akibat dari cara hidup pasien

adalah menyebabkan terjadinya kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan

gigi dan penyakit kelamin(70)

.

g. Tidak Meludah di Sembarangan Tempat

Air liur sebenarnya sangat berguna bagi tubuh kita. Air liur

membantu pencernaan makanan dengan membasahi makanan yang

masuk ke mulut sehingga lebih mudah dikunyah dan ditelan. Air liur

juga melindungi kita dari bakteri yang masuk melalui mulut. Bakteri

yang merusak jaringan dan membuat gigi berlubang itu dihancurkan

oleh air liur yang mengandung protein dan berfungsi sebagai antibodi.

Meludah sembarangan akan menyebabkan kuman penyakit tersebar

http://lib.unimus.ac.id

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

luas. Contoh penyakit yang paling mudah menular melalui percikan

ludah adalah campak, polio, teteanus, dan TBC(71)

.

h. Memberantas Jentik

Kegiatan Pemberantasan Nyamuk (PSN) di sekolah dilakukan

dengan menguras dan menutup tempat penampungan air, mengubur

barang-barang bekas dan menghindari gigitan nyamuk. Memberantas

jentik nyamuk dibuktikan dengan tidak ditemukannya jentik nyamuk

pada tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot

bunga / alas pot bunga dan barang-barang bekas / tempat yang dapat

manampung air yang ada di lingkungan sekolah. Diharapkan

lingkungan bebas jentik dapat mencegah penyakit seperti demam

berdarah, chikungunya, malaria, dan filariasis(60)

.

Indikator lingkungan meliputi ada jamban yang bersih, ada air bersih,

ada tempat sampah, ada Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), ada

ventilasi udara, ada kantin sehat, ada UKS, ada taman sekolah.(57)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

di Sekolah

Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS anak sekolah adalah berasal

dari(72)

:

a. Dukungan dari orang tua

b. Dukungan teman sekolah

c. Dukungan guru di sekolah

d. Sarana prasarana yang mendukung perwujudan PHBS di sekolah.

F. Personal Hygiene

Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam

memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh

kesejahteraan fisik dan psikologis(73)

.

http://lib.unimus.ac.id

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Jenis-jenis personal hygiene adalah sebagai berikut :

1. Kebersihan Kulit

Kulit merupakan salah satu bagian terpenting dari tubuh yang berfungsi

melindungi tubuh. Kulit pada umumnya dibersihkan dengan cara mandi.

Salah satu manfaat mandi adalah menghilangkan racun dari dalam tubuh.

Racun tersebut dapat keluar dari dalam tubuh dalam bentuk keringat dan

semacamnya. Racun-racun tersebut akan menutup pori-pori dan

menghambat keluarnya keringat apabila tidak dibersihkan. Keringat yang

masih menempel pada kulit juga akan memudahkan kotoran dari luar

menempel, sehingga dapat menyebabkan iritasi atau gatal-gatal. Mandi

yang baik bagi kesehatan adalah minimal dua kali sehari. Air yang

digunakan untuk mandi harus bersih(74)

.

2. Kebersihan gigi dan mulut

Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya bakteri(75)

. Gigi

dan mulut merupakan satu kesatuan karena gigi terdapat di rongga mulut.

Gigi dan mulut yang tidak dibersihkan dengan sempurna akan

menyebabkan sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan bertambah

banyak dan membentuk plak. Beberapa penyakit yang muncul akibat

perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi,

sariawan(76)

. Usaha yang dilakukan untuk menjaga kebersihan gigi dan

mulut adalah dengan cara sebagai berikut:

a. Menyikat gigi dilakukan sebanyak minimal dua kali sehari setiap pagi

setelah sarapan dan sebelum tidur.

b. Menggunakan sikat gigi khusus apabila untuk anak-anak, yaitu dengan

sikat yang berbulu lembut dan kepala sikat kecil.

c. Menggunakan takaran pasta gigi yang normal.

d. Menyikat gigi selama 2 menit dan menyikat seluruh permukaan gigi.

e. Mengganti sikat gigi setiap 3 bulan.

f. Menghindari memakan makanan yang manis dan asam.

g. Mengkonsumsi makanan berserat.

h. Periksa gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

http://lib.unimus.ac.id

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

3. Kebersihan rambut

Rambut merupakan struktur kulit. Rambut yang sehat mempunyai

ciri-ciri terlihat mengkilap, tidak kering, tidak berminyak, dan tidak mudah

patah(77)

. Kebersihan rambut perlu dijaga untuk menghindari aroma tidak

sedap, dan menghindari gangguan kulit kepala seperti ketombe dan kutu

rambut. Membersihkan rambut dilakukan dengan cara keramas secara

teratur minimal dua hari sekali menggunakan shampoo. Rambut yang

bersih dapat memperlancar sirkulasi darah pada kulit kepala, membantu

mengurangi stres, dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh

dan berkembang secara normal(78)

.

4. Kebersihan mata, hidung, dan telinga

Perawatan khusus untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga

secara normal tidak ada selama individu mandi. Secara normal, mata terus

menerus dibersihkan oleh air mata. Kelopak mata dan bulu mata juga

berfungsi untuk mencegah masuknya partikel asing ke dalam mata.

Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran.

Pembersihan telinga dapat dilakukan secara mandiri. Hidung berfungsi

sebagai indera penciuman, mencegah masuknya partikel asing ke dalam

sistem pernafasan, dan memantau temperatur dan kelembaban udara yang

dihirup(76)

.

5. Kebersihan kuku dan kaki

Menjaga kebersihan kuku merupakan cara terpenting untuk menjaga

dari berbagai kuman yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku.

Kondisi normal kuku adalah halus, tebal ± 0,5 mm, transparan, dan dasar

kuku berwarna merah muda(79)

. Memotong kuku sebaiknya dilakukan satu

kali seminggu atau sesuai kebutuhan(77)

. Menjaga kebersihan kaki

dilakukan dengan cara mencuci dengan air bersih dan sabun, kemudian

mengeringkannya dengan handuk. Perawatan kaki lainnya yaitu dengan

menghindari penggunaan sepatu yang sempit karena dapat menyebabkan

gangguan kaki seperti katimumul (kulit ari menjadi mengeras, menebal,

bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Penggunaan kaos kaki

http://lib.unimus.ac.id

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

yang sempit, sudah usang, dan kotor juga harus di hindari karena dapat

menimbulkan bau pada kaki, alergi, dan infeksi pada kulit kaki(80)

.

6. Kebersihan pakaian

Pakaian berfungsi untuk melindungi kulit dari kotoran luar dan

mengatur suhu tubuh(81)

. Hal yang harus diperhatikan dalam hal pakaian

antara lain adalah :

a. Mengganti pakaian setiap selesai mandi, atau apabila kotor dan basah.

b. Mengenakan pakaian sesuai dengan ukuran tubuh.

c. Pakaian kotor harus dicuci menggunakan detergen kemudian dijemur

dan setelah kering disetrika lalu dilipat.

d. Pakaian yang telah dipakai keluar hendaknya tidak dipakai untuk tidur,

karena memungkinkan terkena debu atau kotoran.

e. Menghindari memakai pakaian orang lain untuk mencegah tertularnya

penyakit.

http://lib.unimus.ac.id

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

G. Kerangka Teori

Kerangka teori berdasarkan tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Bagan 1. Kerangka Teori (9, 10, 12, 13, 16, 24, 25, 41, 47, 49)

Keberadaan

bioaerosol

Polusi

udara

dalam

ruang

Pertumbuhan

bakteri di

ruang kelas

PHBS

Suhu

PH

Nutrisi

Kelembaban

Kepadatan penghuni

Kegiatan penghuni

Mencuci tangan

Membuang sampah

Meludah

Makan di dalam kelas

Mandi

Menggosok gigi

Mencuci rambut

Cahaya dan

zat kimia

Aktivitas enzim

Aktivitas enzim

Sumber energi

bakteri

Radiasi

bakteri

Metabolisme

bakteri

Indoor

contamination

Kehadiran

substansi

biologi

Faktor

Internal

Faktor

Eksternal

Merokok

Memotong kuku

Mengganti pakaian

http://lib.unimus.ac.id

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

H. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Bagan 2. Kerangka Konsep

I. Hipotesis

1. Ada hubungan suhu dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas.

2. Ada hubungan pencahayaan dengan keberadaan bakteri udara di ruang

kelas.

3. Ada hubungan kelembaban dengan keberadaan bakteri udara di ruang

kelas.

4. Ada hubungan PHBS siswa dengan keberadaan bakteri udara di ruang

kelas.

Keberadaan bakteri udara

di ruang kelas

Suhu

Pencahayaan

Kelembaban

PHBS siswa

- PH

- Nutrisi

http://lib.unimus.ac.id

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research.

Explanatory research merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan

kasual antar variabel melalui pengujian hipotesis(82)

. Metode pendekatan yang

digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional, yang menekankan waktu

pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada satu waktu, tidak ada tindak lanjut. Semua subjek penelitian tidak harus

diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, tetapi variabel independen

dan variabel dependen dinilai hanya satu kali saja(83)

.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ruang kelas IV-VI SD, ruang

kelas VII-IX SMP, ruang kelas X-XII SMA dan seluruh siswa di dalam

ruang kelas tersebut. Rincian jumlah populasi siswa adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1. Populasi siswa SD kelas IV – VI

NO Kelas Jumlah siswa

1 IV 16

2 V 8

3 VI 12

Jumlah Populasi Siswa 36

http://lib.unimus.ac.id

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Tabel 3.2. Populasi siswa SMP kelas VII – IX

NO Kelas Jumlah siswa

1 VII A 33

2 VII B 31

3 VII C 34

4 VIII A 23

5 VIII B 25

6 VIII C 24

7 IX A 23

8 IX B 20

9 IX C 23

Jumlah Populasi Siswa 236

Tabel 3.3. Populasi siswa SMA kelas X – XII

NO Kelas Jumlah siswa

1 X 31

2 XI 14

3 XII 15

Jumlah Populasi Siswa 60

2. Sampel

Sampel ruang kelas dalam penelitian ini adalah seluruh total populasi

ruang kelas. Sampel siswa dihitung berdasarkan metode Slovin dengan

rumus sebagai berikut(84)

:

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁(𝑒)2

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Eror (% yang dapat ditoleransi dengan ketidaktepatan

penggunaan sampel sebagai pengganti populasi)

Berdasarkan rumus di atas dapat dihitung jumlah sampel dari masing-

masing jenjang yaitu SD, SMP, dan SMA. Hasil tersebut kemudian akan

digunakan untuk menghitung sampel pada masing-masing kelas di tiap

jenjang. Perhitungannya menggunakan teknik proportionate stratified

random sampling , teknik ini digunakan apabila populasi tidak homogen

http://lib.unimus.ac.id

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

dan berstrata secara proporsional. Jumlah sampel yang diambil untuk

setiap strata tidak sama, harus sebanding dengan jumlah populasi setiap

strata (proporsional). Sampling pada penelitian ini dilakukan secara acak

dengan mengundi nama, dan dilakukan tanpa pengembalian. Sampel yang

sudah terpilih tidak dimasukkan kembali ke dalam populasi, sehingga

tidak mungkin terpilih lebih dari satu kali. Jumlah sampel dihitung dengan

rumus sebagai berikut(85)

:

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛

Keterangan :

n : Jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni : Jumlah anggota populasi stratum

N : Jumlah anggota populasi total

Jumlah sampel berdasarkan perhitungan adalah sebagai berikut :

a. Sampel Siswa SD

𝑛 =𝑁

1+ 𝑁(𝑒)2 = 36

1+ 36(0,1)2 =36

1+ 36(0,01) =

36

1+ 0,36 =

36

1,36 = 27

Sampel siswa SD yang diambil berdasarkan perhitungan di atas

adalah 27 siswa. Jumlah sampel untuk masing-masing kelas adalah

sebagai berikut :

1) Kelas IV

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

16

36𝑥 27 = 12

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SD kelas IV adalah

sebanyak 12 siswa.

2) Kelas V

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

8

36𝑥 27 = 6

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SD kelas V adalah

sebanyak 6 siswa.

http://lib.unimus.ac.id

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

3) Kelas VI

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

12

36𝑥 27 = 9

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SD kelas VI adalah

sebanyak 9 siswa.

b. Sampel Siswa SMP

𝑛 =𝑁

1+ 𝑁(𝑒)2 = 236

1+ 236(0,1)2 =236

1+ 236(0,01) =

236

1+ 2,36 =

236

3,36 = 70

Sampel siswa SMP yang diambil berdasarkan perhitungan di atas

adalah 70 siswa. Jumlah sampel untuk masing-masing kelas adalah

sebagai berikut :

1) Kelas VII A

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

33

236𝑥 70 = 10

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas VII A adalah

sebanyak 10 siswa.

2) Kelas VII B

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

31

236𝑥 70 = 9

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas VII B adalah

sebanyak 9 siswa.

3) Kelas VII C

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

34

236𝑥 70 = 10

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas VII C adalah

sebanyak 10 siswa

4) Kelas VIII A

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

23

236𝑥 70 = 7

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas VIII A adalah

sebanyak 7 siswa.

5) Kelas VIII B

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

25

236𝑥 70 = 7

http://lib.unimus.ac.id

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas VIII B adalah

sebanyak 7 siswa.

6) Kelas VIII C

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

24

236𝑥 70 = 7

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas VIII C adalah

sebanyak 7 siswa.

7) Kelas IX A

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

23

236𝑥 70 = 7

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas IXA adalah

sebanyak 7 siswa.

8) Kelas IX B

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

20

236𝑥 70 = 6

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas IX B adalah

sebanyak 6 siswa.

9) Kelas IX C

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

23

236𝑥 70 = 7

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMP kelas IX C adalah

sebanyak 7 siswa.

c. Sampel Siswa SMA

𝑛 =𝑁

1+ 𝑁(𝑒)2 =

60

1+ 60(0,1)2=

60

1+ 60(0,01) =

60

1+ 0,60 =

60

1,60 = 38

Sampel siswa SMA yang diambil berdasarkan perhitungan di atas

adalah 38 siswa. Jumlah sampel untuk masing-masing kelas adalah

sebagai berikut :

1) Kelas X

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

31

60𝑥 38 = 20

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMA kelas X adalah

sebanyak 20 siswa.

http://lib.unimus.ac.id

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

2) Kelas XI

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

14

60𝑥 38 = 9

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMA kelas XI adalah

sebanyak 9 siswa.

3) Kelas XII

𝑛𝑖 =𝑁𝑖

𝑁𝑛 =

15

60𝑥 38 = 9

Jumlah sampel yang diambil pada siswa SMA kelas XII adalah

sebanyak 9 siswa.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu, pencahayaan,

kelembaban, dan PHBS siswa.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberadaan bakteri udara

di ruang kelas.

c. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah nutrisi dan PH.

Variabel pengganggu dikendalikan dengan membuat media nutrient

agar dengan komposisi nutrisi dan PH yang optimum untuk

pertumbuhan bakteri.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah :

Tabel 3.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Hasil ukur Skala

1 Suhu Derajat panas dingin

ruangan(86)

, diukur

menggunakan anemometer

pada lima titik di setiap

ruang kelas.

Anemo-

meter

0 = memenuhi

syarat (18ºC-28ºC)

1= tidak memenuhi

syarat (<18ºC atau

>28ºC)(42)

Interval

2 Pencaha

yaan

Besarnya cahaya yang

masuk ke dalam ruangan(87)

,

diukur menggunakan

anemometer pada enam titik

di setiap ruang kelas.

Anemo-

meter

0 = memenuhi

syarat (≥100 lux)

1= tidak memenuhi

syarat (<100 lux) (42)

Interval

http://lib.unimus.ac.id

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

3 Kelembab

an

Kandungan uap air dalam

udara di ruangan(88)

, diukur

menggunakan anemometer

pada lima titik di setiap

ruang kelas.

Anemo-

meter

0 = memenuhi

syarat (40%-60%)

1= tidak memenuhi

syarat (<40% atau

>60%) (42)

Interval

4 PHBS

Siswa

Perilaku hidup bersih dan

sehat yang dipraktekkan

siswa, diukur menggunakan

kuesioner dengan hasil

berupa skor.

Kuesio-

ner

0 = skor baik (76%-

100%)

1= skor cukup

(56%-75%)

2= skor kurang

(<56%) (83)

Interval

5 Kebera

daan

bakteri

udara

Banyaknya bakteri yang ada

di ruang kelas diambil

dengan metode settling plate

dan dihitung dengan

pemeriksaan laboratorium.

Nutrient

agar

0= memenuhi

syarat (<700 koloni

/ m3)

1= tidak memenuhi

syarat (≥700 koloni

/ m3)

(42)

Rasio

D. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan langsung dari sumber yaitu

meliputi suhu, pencahayaan, kelembaban, PHBS siswa, dan hasil

pemeriksaan laboratorium keberadaan bakteri yang berupa jumlah bakteri.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah jumlah siswa di setiap kelas

untuk keperluan menghitung sampel.

2. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Suhu

Data suhu diukur menggunakan alat anemometer.

b. Pencahayaan

Data pencahayaan diukur menggunakan alat anemometer.

c. Kelembaban

Data kelembaban diukur menggunakan alat anemometer.

http://lib.unimus.ac.id

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

d. PHBS siswa

Data PHBS siswa didapatkan dengan instrumen berupa kuesioner.

Kuesioner yang digunakan meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang

PHBS yang dikembangkan dari literatur yang ada. Jenis skala yang

digunakan untuk mengukur PHBS adalah skala Guttman. Skala

pengukuran dengan tipe ini didapatkan jawaban yang tegas. Alternatif

jawabannya adalah Ya dan Tidak(85)

.

e. Keberadaan Bakteri

Data mengenai keberadaan bakteri di ruang kelas didapat dengan

instrumen media nutrient agar.

3. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk suhu, pencahayaan, kelembaban dan

keberadaan bakteri dilakukan dalam keadaan ruangan terisi oleh siswa.

Data suhu, pencahayaan, kelembaban, dan keberadaan bakteri diteliti pada

waktu yang sama. Pengumpulan data untuk PHBS siswa tidak harus

dilakukan pada waktu yang sama. Berikut adalah cara-cara

pengukurannya:

a. Suhu

Suhu diukur pada lima titik di setiap ruang kelas. Cara kerja

pengukurannya adalah sebagai berikut :

1) Nyalakan anemometer.

2) Letakkan anemometer pada titik yang telah ditentukan.

3) Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu nilai

angka yang muncul stabil.

4) Catat hasil pengukuran.

b. Pencahayaan

Pencahayaan diukur pada enam titik di setiap ruang kelas. Titik

ukur pencahayaan tersebut ditentukan sesuai dengan luas ruang kelas

yaitu 6x8m (48 m2). Pengukuran untuk luas ruang kelas 10-100 m

2

adalah dilakukan pada setiap tiga meter sehingga diperoleh enam titik.

http://lib.unimus.ac.id

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Cara kerja pengukurannya adalah sebagai berikut :

1) Nyalakan anemometer.

2) Anemometer dibawa pada titik yang telah ditentukan dengan jarak

antara anemometer dengan lantai adalah ± 1 meter.

3) Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu nilai

angka yang muncul stabil.

4) Catat hasil pengukuran.

c. Kelembaban

Kelembaban diukur pada lima titik di setiap ruang kelas. Cara

kerja pengukurannya adalah sebagai berikut :

1) Nyalakan anemometer.

2) Letakkan anemometer pada titik yang telah ditentukan.

3) Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu nilai

angka yang muncul stabil.

4) Catat hasil pengukuran.

d. PHBS Siswa

Data mengenai PHBS siswa didapatkan melalui wawancara

dengan alat bantu kuesioner.

e. Keberadaan bakteri udara di ruang kelas

Keberadaan bakteri udara di ruang kelas dilihat berdasarkan

banyaknya bakteri dengan metode settling plate. Metode settling plate

dilakukan dengan cara meletakkan cawan petri yang berisi media

nutrient agar di dalam ruang kelas pada lima titik selama 15 menit

dengan keadaan terbuka / terpapar udara. Media selanjutnya dibawa ke

laboratorium pada waktu yang sama dengan menggunakan box

steroform untuk dianalisis di laboratorium.

http://lib.unimus.ac.id

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Editing (Penyuntingan data)

Kuesioner yang telah dikumpulkan disunting terlebih dahulu

dengan memeriksa lengkap tidaknya pengisian.

b. Skoring

Pengukuran PHBS siswa menggunakan skala Guttman dengan

perincian skor sebagai berikut(85)

:

Tabel 3.5. Skoring Skala Guttman

Alternatif Jawaban Skor

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Ya 1 0

Tidak 0 1

Presentase skor untuk jawaban dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P =skor

skor maksimal 𝑥 100%

c. Coding (Pengkodean)

Coding adalah pemberian kode pada setiap data dalam kategori

yang sama. Kode dibuat dalam bentuk angka untuk memberikan

petunjuk atau identitas data yang akan dianalisis. Coding dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Suhu(42)

a) Memenuhi syarat (18ºC - 28ºC) = 0

b) Tidak memenuhi syarat ( <18ºC atau >28ºC) = 1

2) Pencahayaan(42)

a) Memenuhi syarat ( ≥100 lux ) = 0

b) Tidak memenuhi syarat ( <100 lux ) = 1

http://lib.unimus.ac.id

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

3) Kelembaban(42)

a) Memenuhi syarat (40% - 60%) = 0

b) Tidak memenuhi syarat ( <40% atau >60%) = 1

4) PHBS siswa(83)

a) Baik (76% - 100%) = 0

b) Cukup (56% - 75%) = 1

c) Kurang (<56%) = 2

5) Mikrobiologi(42)

a) Memenuhi syarat (<700 koloni / m3) = 0

b) Tidak memenuhi syarat ( ≥700 koloni / m3) = 1

d. Tabulasi

Tabulasi dilakukan dengan menempatkan data dalam bentuk tabel

untuk memudahkan analisis.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel suhu, pencahayaan,

kelembaban, PHBS siswa dan variabel keberadaan bakteri udara yaitu

banyaknya bakteri. Analisis tersebut kemudian di interpretasikan

secara deskriptif.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan

antara suhu, pencahayaan, kelembaban, dan PHBS siswa dengan

keberadaan bakteri udara di ruang kelas. Variabel diuji normalitas

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk besar sampel > 50 dan

menggunakan uji Shapiro Wilk untuk besar sampel ≤ 50. Hasil uji

normalitas apabila didapatkan hasil normal, maka selanjutnya

dilakukan uji hubungan / korelasi menggunakan uji Pearson. Hasil uji

normalitas apabila didapatkan hasil tidak normal, maka selanjutnya

dilakukan uji hubungan / korelasi menggunakan uji Rank Spearman.

http://lib.unimus.ac.id

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Hasil dari uji hubungan / korelasi dapat diinterpretasikan berdasarkan :

1) Kekuatan korelasi (r)

Nilai 0,0 - <0,2 menunjukkan kekuatan korelasi sangat lemah, nilai

0,2 - <0,4 menunjukkan kekuatan korelasi lemah, nilai 0,4 - <0,6

menunjukkan kekuatan korelasi sedang, nilai 0,6 - <0,8

menunjukkan kekuatan korelasi kuat, dan nilai 0,8 - 1

menunjukkan kekuatan korelasi sangat kuat.

2) Nilai p

Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

bermakna. Nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat

korelasi yang bermakna.

3) Arah korelasi

Hasil + (positif) menunjukkan bahwa korelasi searah, semakin

besar nilai satu variabel maka semakin besar nilai varibel lainnya.

Hasil - (negatif) menunjukkan bahwa korelasi berlawanan arah,

semakin besar nilai satu variabel maka semakin kecil nilai variabel

lainnnya.

F. Jadwal Penelitian

Tabel 3.6. Jadwal Penelitian

Kegiatan

Desem-

ber

2015

Januari

2016

Februa

ri 2016

Maret

2016

April

2016

Mei

2016

Juni

2016

Juli

2016

Agus-

tus

2016

Septem-

ber 2016

Pengajuan

tema skripsi

Penyusunan

proposal

Pengambilan

data

Penyusunan

hasil penelitian

Ujian skripsi

http://lib.unimus.ac.id

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sampel

Penelitian ini dilakukan di ruang kelas SD, SMP, dan SMA Yayasan

Mataram, Jalan MT Haryono No.403-405 Semarang. Ruang kelas yang

digunakan untuk penelitian adalah ruang kelas IV-VI SD, VII-IX SMP, dan

X-XII SMA. Ruang kelas tersebut berukuran 6x8 meter. Masing-masing

ruang kelas menggunakan AC.

Parameter yang diperiksa di dalam ruang kelas adalah suhu, pencahayaan,

kelembaban, dan keberadaan bakteri udara. Pengukuran suhu, pencahayaan,

kelembaban, dan pengambilan sampel bakteri udara dilakukan secara

bersamaan pada satu waktu. Semua pengukuran dilakukan pada saat siswa

berada di dalam kelas. Suhu, pencahayaan, dan kelembaban diukur

menggunakan satu alat, sedangkan sampel bakteri udara yang sudah diambil

pada waktu yang bersamaan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan di

laboratorium. Parameter lainnya yang diperiksa adalah PHBS siswa dengan

menggunakan sampel siswa yang ada didalamnya. Penilaian PHBS dilakukan

dengan populasi semua total siswa kelas IV-VI SD, VII-IX SMP, dan X-XII

SMA yang semuanya hadir pada saat itu. Sampel siswa yang digunakan

adalah sebanyak 135 siswa.

B. Hasil

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi

frekuensi masing-masing variabel.

http://lib.unimus.ac.id

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Analisis univariat pada penelitian ini meliputi :

a. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan pada saat AC di dalam kelas menyala,

pintu tertutup, dan jendela tertutup. Suhu diukur pada 5 titik

pengukuran di masing-masing kelas yang kemudian dirata-rata. Rata-

rata suhu yang didapatkan adalah 28,0ºC. Suhu terendah dari penilitian

ini adalah 25,4 ºC dan tertinggi adalah 31,1 ºC. Distribusi suhu

berdasarkan data yang diperoleh disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Suhu

Suhu f %

Memenuhi syarat (18 ºC – 28 ºC) 7 46,7

Tidak memenuhi syarat (>28 ºC) 8 53,3

Suhu pada penelitian ini sebanyak 53,3 % tidak memenuhi syarat.

Hasil ini mengacu pada standar kualitas udara dalam ruangan menurut

Kemenkes RI No. 1405 Tahun 2002 yaitu syarat suhu adalah 18 ºC –

28 ºC.

b. Pencahayaan

Pengukuran pencahayaan dengan memperhatikan luas ruang kelas

yaitu 6x8 meter (48 m2), maka dilakukan pada 6 titik yang kemudian

dirata-rata hasil pengukurannya. Hasil pengukuran didapatkan

pencahayaan minimal adalah 83 lux dan maksimal adalah 144 lux.

Rata-rata hasil pengukuran pencahayaan adalah 106 lux. Berdasarkan

data hasil pengukuran yang mengacu pada standar kualitas udara

dalam ruangan menurut Kemenkes RI No. 1405 Tahun 2002, maka

diperoleh distribusi pencahayaan sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Pencahayaan

Pencahayaan f %

Memenuhi syarat (≥ 100 lux) 9 60,0

Tidak memenuhi syarat (< 100 lux) 6 40,0

Hasil pengukuran pencahayaan menunjukkan bahwa sebanyak

60% pencahayaan memenuhi syarat yaitu ≥ 100 lux.

http://lib.unimus.ac.id

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

c. Kelembaban

Kelembaban di ruang kelas diukur pada 5 titik di masing-masing

kelas. Hasil kelembaban minimal adalah 57,2 % dan maksimal adalah

72,1%. Data yang diperoleh kemudian di rata-rata dan diperoleh hasil

rata-rata yaitu 61,9%. Berikut adalah distribusi kelembaban di ruang

kelas :

Tabel 4.3. Distribusi Kelembaban

Kelembaban f %

Memenuhi syarat (40-60 %) 4 26,7

Tidak memenuhi syarat (>60%) 11 73,3

Syarat kelembaban berdasarkan standar kualitas udara dalam

ruangan menurut Kemenkes RI No. 1405 Tahun 2002 adalah 40-60%.

Kelembaban yang diukur pada 15 ruang kelas, sebagian besar tidak

memenuhi syarat yaitu sebanyak 73,3%.

d. PHBS siswa

PHBS siswa didapatkan dari hasil pengisian kuesioner terhadap

135 siswa. Berikut adalah rincian jawaban kuesioner PHBS siswa :

Tabel 4.4. Jawaban Kuesioner PHBS Siswa

No Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

F % f %

1 Mencuci tangan setelah aktivitas pada saat istirahat 86 64 49 36

2 Mencuci tangan menggunakan air bersih yang

mengalir

118 87 17 13

3 Mencuci tangan menggunakan sabun 69 51 66 49

4 Membuang sampah pada tempatnya 111 82 24 18

5 Merokok 13 10 122 90

6 Meludah di dalam kelas 2 1 133 99

7 Makan di dalam kelas 70 52 65 48

8 Mandi minimal 2x sehari 129 96 6 4

9 Menggosok gigi setiap pagi setelah sarapan 98 73 37 27

10 Menggosok gigi sebelum tidur 89 66 46 34

11 Mencuci rambut minimal 2 hari sekali 122 90 13 10

12 Memotong kuku 1x dalam seminggu 120 89 15 11

13 Mengganti pakaian setiap selesai mandi 135 100 0 0

14 Mengganti pakaian apabila kotor atau basah 128 95 7 5

http://lib.unimus.ac.id

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Berdasarkan jawaban tersebut kemudian dilakukan skoring. Hasil

skoring kuesioner didapatkan nilai terendah adalah 50 dan nilai

tertinggi adalah 93. Nilai PHBS siswa tersebut kemudian

dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 4.5. Kategori PHBS Siswa

Kategori PHBS %

Baik 68,9

Cukup 26,7

Kurang 4,4

Berdasarkan hasil diatas, menunjukkan bahwa PHBS siswa

sebagian besar adalah baik.

e. Bakteri Udara

Jumlah bakteri udara yang dihitung di laboratorium dengan sampel

udara di masing-masing kelas diambil pada 5 titik. Data dari 5 titik

tersebut kemudian di rata-rata. Hasil rata-rata jumlah bakteri adalah 67

koloni/m3. Jumlah bakteri terendah adalah 32 koloni/m

3 dan tertinggi

adalah 142 koloni/m3. Syarat jumlah mikrobiologi berdasarkan pada

standar kualitas udara dalam ruangan menurut Kemenkes RI No. 1405

Tahun 2002 adalah < 700 koloni/m3. Distribusi data jumlah bakteri

udara adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Bakteri Udara

Bakteri udara f %

Memenuhi syarat (< 700) koloni/m3

15 100,0

Tidak memenuhi syarat (≥ 700 koloni/m3) 0 0

Hasil di atas menunjukkan bahwa jumlah bakteri udara di semua

kelas adalah memenuhi syarat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Data yang diperoleh diuji normalitas

terlebih dahulu.

http://lib.unimus.ac.id

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Hasil dari uji normalitas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas

No Variabel P value Kesimpulan

1 Suhu 0,133 Distribusi normal

2 Pencahayaan 0,102 Distribusi normal

3 Kelembaban 0,009 Distribusi tidak normal

4 PHBS siswa 0,000 Distribusi tidak normal

5 Bakteri Udara 0,018 Distribusi tidak normal

Hasil uji normalitas terhadap variabel dengan p value > 0.05

menunjukkan bahwa distribusi data normal sehingga uji hubungan yang

digunakan adalah korelasi Pearson. Hasil uji normalitas yang

menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal maka uji hubungan yang

digunakan adalah Rank Spearman. Berikut adalah hasil uji hubungan :

a. Hubungan Suhu dengan Bakteri Udara

Hasil uji hubungan antara suhu dengan bakteri udara

menggunakan Rank Spearman didapatkan nilai p-value adalah sebesar

0,013 (<0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara suhu dengan bakteri udara. Korelasi antara suhu

dengan bakteri udara adalah sebesar -0,625. Kekuatan korelasi dengan

hasil tersebut adalah korelasi kuat dengan arah korelasi negatif yaitu

semakin tinggi suhu maka semakin sedikit bakteri dan semakin rendah

suhu maka semakin banyak bakteri. Pola negatif ini dapat dilihat pada

grafik scatter sebagai berikut :

Grafik 4.1. Hubungan Suhu dengan Keberadaan Bakteri Udara

http://lib.unimus.ac.id

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

b. Hubungan Pencahayaan dengan Keberadaan Bakteri Udara

Hubungan pencahayaan dengan keberadaan bakteri udara diuji

menggunakan Rank Spearman. Nilai p-value yang diperoleh adalah

sebesar 0,060 (>0,05) dan korelasi sebesar -0,496, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

pencahayaan dengan bakteri udara. Korelasi antara pencahayaan

dengan keberadaan bakteri udara terlihat pada grafik scatter berikut :

Grafik 4.2. Hubungan Pencahayaan dengan Keberadaan Bakteri Udara

c. Hubungan Kelembaban dengan Keberadaan Bakteri Udara

Hasil korelasi antara kelembaban dengan keberadaan bakteri udara

yang berupa jumlah bakteri adalah sebesar 0,983. Hal ini menunjukkan

bahwa kekuatan korelasi sangat kuat dengan arah korelasi positif yaitu

semakin tinggi kelembaban maka semakin banyak bakteri dan semakin

rendah kelembaban maka semakin sedikit bakteri. Nilai p-value yang

diperoleh adalah sebesar 0,000 (<0,05), sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan

jumlah bakteri udara.

http://lib.unimus.ac.id

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Korelasi positif terlihat pada titik-titik di grafik scatter berikut :

Grafik 4.3. Hubungan Kelembaban dengan Keberadaan Bakteri Udara

d. Hubungan PHBS Siswa dengan Keberadaan Bakteri Udara

Hasil uji Rank Spearman antara PHBS siswa dengan keberadaan

bakteri udara, diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05), sehingga

disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara PHBS dengan

jumlah bakteri udara. Hasil korelasi didapatkan sebesar -0,399. Hal ini

menunjukkan bahwa kekuatan korelasi lemah dengan arah korelasi

negatif yaitu semakin tinggi PHBS maka semakin sedikit bakteri dan

semakin rendah PHBS maka semakin banyak bakteri. Pola korelasi

negatif dapat terlihat pada grafik scatter berikut ini :

Grafik 4.4. Hubungan PHBS Siswa dengan Keberadaan Bakteri Udara

http://lib.unimus.ac.id

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

C. Pembahasan

1. Suhu

Hasil pengukuran suhu sebagian besar tidak memenuhi syarat. Ruang

kelas yang digunakan untuk penelitian menggunakan sistem ventilasi

berupa AC. Kondisi AC pada saat pengukuran terlihat bahwa semua AC

dinyalakan dengan suhu minimal, namun hasil pengukuran suhu yang

diperoleh jauh lebih tinggi dari suhu AC. Hal ini dimungkinkan ruang

kelas menggunakan AC yang sudah tidak berfungsi secara maksimal,

sehingga mengakibatkan pengukuran suhu yang diperoleh menjadi lebih

tinggi. Terdapat juga kelas yang terletak di lantai 2 dan memperoleh

cahaya matahari yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan kenaikan

suhu pada ruangan.

Kondisi suhu ruang yang terlalu rendah akan mengakibatkan

kedinginan sehingga terjadi penurunan kemampuan beraktivitas dan dapat

menyebabkan gangguan kesehatan yaitu hypothermia. Suhu ruang yang

tinggi akan mengakibatkan kepanasan dan tubuh berkeringat, sehingga

mangakibatkan aktivitas terganggu juga. Suhu yang tinggi dapat

menyebabkan dehidrasi sampai dengan heat stroke.

Jenis aktivitas yang dilakukan oleh penghuni ruangan juga akan

berpengaruh pada energi/panas yang dikeluarkan dari tubuh. Semakin

tinggi aktivitas yang dilakukan, semakin besar pula kecepatan

metabolisme dalam tubuh sehingga semakin besar energi/panas yang

dihasilkan. Penelitian tentang Field Study on Thermal Comfort in a UK

Primary School menunjukkan bahwa anak-anak umumnya merasakan

sensasi thermal yang lebih hangat dari orang dewasa. Hal ini disebabkan

karena anak-anak juga melakukan aktivitas di luar kelas yaitu bermain,

berbeda dengan orang dewasa yang hanya berada di dalam ruangan saja,

sehingga tingkat metabolisme tubuh anak-anak menjadi lebih tinggi(89)

.

Panas yang dihasilkan tubuh dapat mengalir dari permukaan kulit ke

lingkungan. Udara di sekitar tubuh dapat menjadi hangat karena

http://lib.unimus.ac.id

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

menyeimbangkan suhu kulit, proses ini disebut dengan konduksi. Hal ini

menjadi buruk apabila lingkungan memiliki tingkat panas yang sama atau

bahkan lebih tinggi dari permukaan kulit(90)

.

2. Pencahayaan

Pencahayaan pada sebagian besar ruang kelas adalah memenuhi

syarat. Hal ini disebabkan karena keadaan ruang kelas yang dilengkapi

dengan jendela-jendela, sehingga cahaya matahari dapat dengan bebas

masuk ke dalam ruangan. Posisi ruang kelas yang berada di lantai 2 juga

mengakibatkan pencahayaan yang didapat lebih banyak. Ruang kelas juga

dilengkapi dengan sumber cahaya buatan yaitu lampu. Diperoleh juga

intensitas cahaya yang rendah pada bagian-bagian tertentu ruang kelas

yang dekat dengan pepohonan. Cuaca pada saat pengukuran sedikit

mendung sehingga intensitas cahaya matahari tidak terlalu banyak.

Pencahayaan yang terlalu rendah akan berpengaruh terhadap proses

akomodasi mata yang tinggi, sehingga mangakibatkan retina mata rusak.

Pencahayaan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kenaikan suhu pada

ruangan(91)

.

Sumber pencahayaan ada 2 yaitu cahaya alami dan cahaya buatan.

Cahaya alami adalah cahaya yang berasal dari sinar matahari. Intensitas

cahaya yang bersumber dari matahari tidak mudah diatur, dapat sangat

redup atau sangat menyilaukan. Sumber cahaya matahari juga dapat

menghasilkan panas. Sifat dari sumber cahaya matahari tidak menentu,

tergantung kepada waktu (siang atau malam hari), musim, dan cuaca

(cerah, mendung, berawan, dll). Sumber pencahayaan buatan berasal dari

lampu. Lampu dapat menghasilkan pencahayaan yang merata. Lampu juga

dapat menghasilkan pencahayaan yang konstan setiap waktu.

http://lib.unimus.ac.id

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

3. Kelembaban

Ruang kelas yang diukur kelembabannya menunjukkan bahwa

sebagian besar tidak memenuhi syarat. Hal ini dimungkinkan karena

beberapa ruang kelas menggunakan jenis lantai tegel. Jenis lantai tegel

memberikan kesan sejuk dan dimungkinkan mempunyai tingkat

kelembaban lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lantai keramik.

Kelembaban merupakan kandungan uap air yang ada di udara.

Kelembaban yang tinggi dapat disebabkan oleh konstruksi yang tidak baik,

seperti atap yang bocor, lantai dan dinding yang tidak kedap air, serta

kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami(91)

.

Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca

dan suhu. Kelembaban cenderung tinggi dan sinar matahari cenderung

berkurang pada musim hujan. Sebaliknya pada musim kemarau,

kelembaban cenderung rendah. Panas matahari dapat menyebabkan uap air

dilepas ke udara melalui proses penguapan.

4. PHBS Siswa

Hasil dari penilaian PHBS siswa menunjukkan bahwa sebagian besar

adalah baik, namun masih terdapat juga siswa dengan PHBS cukup dan

kurang. Mencuci tangan menggunakan air bersih yang mengalir dilakukan

oleh sebagian besar siswa karena memang tersedianya kran air bersih.

Membuang sampah pada tempatnya dilakukan oleh sebagian besar siswa,

walaupun masih terdapat 18% siswa yang tidak membuang sampah pada

tempatnya. Hal ini dimungkinkan karena siswa malas mencari tempat

sampah yang tidak tersedia di depan kelasnya masing-masing. Makan di

dalam kelas juga masih dilakukan oleh setengah dari total siswa yang

dijadikan sampel walaupun sudah terdapat larangan dari pihak sekolah

untuk tidak makan di dalam kelas. Personal hygiene siswa seperti

kebersihan rambut, kuku, dan pakaian sebagian besar adalah baik.

http://lib.unimus.ac.id

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

PHBS siswa yang baik dapat membuat siswa terlindungi dari

gangguan dan ancaman penyakit. PHBS yang baik juga akan membuat

semangat belajar siswa meningkat sehingga berdampak pada prestasi

siswa.

Seseorang berperilaku sehat atau berperilaku tidak sehat disebabkan

oleh 4 faktor, yaitu pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap kesehatan;

Perilaku kesehatan dari orang lain yang cenderung akan dicontoh dan

dijadikan panutan; Sumber daya yang mencakup fasilitas, uang, waktu,

dan tenaga yang akan berpengaruh positif atau negatif terhadap perilaku

kesehatan seseorang; Kebudayaan yang terbentuk dan akan berubah secara

cepat atau lambat sesuai dengan dinamika masyarakat(92)

.

5. Bakteri Udara

Sesuai dengan standar kualitas udara dalam ruangan menurut

Kemenkes RI Nomor 1405 tahun 2002, hasil jumlah bakteri udara di

semua ruang kelas adalah memenuhi syarat. Jumlah bakteri < 700

koloni/m3 merupakan jumlah yang masih memenuhi syarat selama bakteri

tersebut bukan merupakan bakteri patogen.

Bakteri terhembuskan dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut

selama bersin, batuk, dan bahkan bercakap-cakap. Bakteri di udara dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit, diantaranya adalah difteri,

streptokokal, tuberkulosis, pneumonia pneumokokus, meningitis

meningokokus, dan penyakit pasukan(10)

.

6. Hubungan Suhu dengan Keberadaan Bakteri Udara di Ruang Kelas

Hasil statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suhu

dengan keberadaan bakteri udara. Arah hubungan yang didapat dari hasil

statistik adalah negatif, semakin rendah suhu maka semakin banyak

bakteri dan semakin tinggi suhu maka semakin sedikit bakteri. Adanya

http://lib.unimus.ac.id

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

hubungan antara suhu dengan keberadaan bakteri udara, dimungkinkan

karena suhu pada ruangan tersebut merupakan suhu optimal yang dapat

memicu pertumbuhan bakteri.

Hasil rata-rata suhu yang memenuhi syarat (18ºC-28ºC) tedapat di 7

kelas dengan jumlah bakteri berturut-turut adalah 142, 63, 77, 63, 88, 69,

dan 73 koloni/m3. Hasil rata-rata suhu yang tidak memenuhi syarat

(>28ºC) tedapat di 8 kelas dengan jumlah bakteri berturut-turut adalah 65,

76, 53, 32, 39, 52, 61, dan 45 koloni/m3. Data ini menunjukkan bahwa

ruang kelas dengan suhu yang memenuhi syarat (18ºC-28ºC) cenderung

terdapat lebih banyak bakteri. Sebaliknya ruang kelas dengan suhu yang

tidak memenuhi syarat (>28ºC) cenderung terdapat lebih sedikit bakteri.

Kelangsungan hidup mikroba seperti bakteri tergantung pada

kemampuan beradaptasi terhadap suhu lingkungan. Suhu yang paling baik

untuk pertumbuhan bakteri disebut suhu optimum(13)

.

Suhu berperan dalam reaksi enzimatik. Enzim merupakan suatu

protein yang rentan terhadap kondisi lingkungan, sehingga apabila suhu

mengalami perubahan maka aktivitas enzim juga ikut mengalami

perubahan. Enzim mempunyai suhu tertentu yang dapat menjadikan

aktivitasnya optimum.

Suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan aktivitas enzim

menurun(13)

. Suhu yang bertambah tinggi sampai ke suhu optimum,

menyebabkan kecepatan reaksi enzim naik karena energi kinetik

bertambah. Akibatnya gerak vibrasi, translasi, dan rotasi enzim maupun

substrat terjadi secara cepat, sehingga akan memperbesar peluang ezim

dan substrat bereaksi(93)

. Namun apabila suhu terlalu tinggi sampai

melebihi batas optimum dapat menyebabkan enzim terdenaturasi sehingga

tidak dapat menjalankan fungsinya(13)

.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian tentang pengaruh

penggunaan ventilasi (AC dan non AC) terhadap keberadaan

mikroorganisme udara di ruang perpustakaan, menunjukkan hasil yang

sama yaitu terdapat hubungan antara suhu dengan jumlah bakteri udara.

http://lib.unimus.ac.id

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

7. Hubungan Pencahayaan dengan Keberadaan Bakteri Udara di Ruang

Kelas

Hubungan antara pencahayaan dengan keberadaan bakteri udara

berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna. Ruangan dengan cahaya yang cukup maupun

cahaya yang kurang, mempunyai jumlah bakteri yang tidak jauh beda. Hal

ini dimungkinkan cahaya yang cukup lebih banyak ditopang dari cahaya

buatan. Cahaya matahari merupakan desinfektan bakteri, sehingga yang

berpengaruh terhadap keberadaan bakteri adalah cahaya matahari.

Pencahayaan dibagi menjadi 2 berdasarkan sumbernya, yaitu cahaya

alami dan cahaya buatan. Cahaya alami berupa matahari dan cahaya

buatan berupa lampu. Cahaya alami yang berupa matahari mempunyai

desinfektan tinggi untuk membunuh bakteri. Cahaya matahari dapat masuk

ke dalam ruangan melalui jendela atau genteng kaca. Bakteri akan mati

apabila terkena sinar matahari secara langsung dalam waktu 2 jam atau

sesuai dengan jenis bakterinya.

Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet juga

dapat diperoleh secara buatan yaitu dari lampu fluorescent khusus, seperti

lampu merkuri tekanan rendah dan lampu merkuri tekanan sedang. Sinar

ultraviolet yang dapat membunuh bakteri memiliki panjang gelombang

210-330 nm.

Radiasi sinar ultraviolet akan melakukan penetrasi ke dinding sel

mikroorganisme dan mengubah komposisi asam nukleatnya. Absorbsi

ultraviolet dapat menyebabkan mikroorganisme tersebut tidak mampu

melakukan replikasi akibat pembentukan ikatan rangkap dua pada

molekul-molekul pirimidin. Sel akan kehilangan sifat patogenitasnya

apabila tidak mampu melakukan replikasi. Radiasi ultraviolet yang

diabsorbsi oleh protein pada membran sel akan menyebabkan kerusakan

membran sel dan kematian sel. Namun beberapa bakteri memang

mempunyai suatu sistem metabolik fungsional yang bervariasi dalam

http://lib.unimus.ac.id

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

mekanisme untuk memperbaiki kerusakan asam nukleatnya. Kemampuan

mikroba untuk memperbaiki kerusakan selnya ini akan mempengaruhi

efisiensi proses desinfeksi.

Hasil pada penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian tentang

keanekaragaman spesies bakteri dan perbedaan angka bakteri udara dalam

ruang kelas di SMK Theresiana Semarang, dengan hasil yang sama yaitu

tidak terdapat hubungan antara pencahayaan dengan jumlah bakteri udara.

8. Hubungan Kelembaban dengan Keberadaan Bakteri Udara di Ruang

Kelas

Kelembaban dengan keberadaan bakteri udara berdasarkan hasil uji

statistik menunjukkan hasil terdapat hubungan yang bermakna dengan

arah korelasi positif. Korelasi positif yang dimaksud berdasarkan hasil ini

adalah semakin tinggi kelembaban maka semakin banyak bakteri dan

sebaliknya, semakin rendah kelembaban maka semakin sedikit bakteri.

Kelembaban yang memenuhi syarat (40-60%) terdapat di 4 kelas,

dengan jumlah bakteri yaitu 53, 32, 39, dan 45 koloni/m3. Hasil rata-rata

kelembaban yang tidak memenuhi syarat (>60%) terdapat di 11 kelas

dengan jumlah bakteri yaitu 142, 65, 76, 63, 77, 63, 52, 61, 88, 69, dan 73

koloni/m3. Hasil ini menunjukkan bahwa ruang kelas dengan kelembaban

yang memenuhi syarat (40-60%) diikuti dengan jumlah bakteri yang

cenderung sedikit, dan ruang kelas dengan kelembaban yang tidak

memenuhi syarat (>60%) diikuti dengan jumlah bakteri yang cenderung

lebih banyak.

Kelembaban di dalam ruangan yang dianggap nyaman adalah 40%-

60%. Kelembaban di atas 60% akan menyebabkan berkembangbiaknya

organisme patogen maupun organisme alergen. Bakteri memerlukan

kelembaban yang cukup tinggi. Kadar air dari protoplasma diperlukan

untuk kegiatan metabolisme. Pengurangan kadar air akan menyebabkan

kegiatan metabolisme terhenti(12)

. Pengurangan kadar air terjadi pada

proses pembekuan dan pengeringan.

http://lib.unimus.ac.id

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang pengaruh

penggunaan ventilasi (AC dan non AC) dalam ruangan terhadap

keberadaan mikroorganisme udara (studi kasus : ruang kuliah jurusan

teknik sipil UNDIP) yaitu terdapat hubungan antara kelembaban dengan

bakteri udara. Hasil korelasi yang didapatkan sama-sama positif yaitu

semakin tinggi kelembaban, maka jumlah bakteri akan cenderung banyak

dan semakin rendah kelembaban, maka jumlah bakteri akan cenderung

sedikit.

9. Hubungan PHBS Siswa dengan Keberadaan Bakteri Udara di Ruang

Kelas

PHBS siswa dengan keberadaan bakteri udara di ruang kelas

berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna dengan arah korelasi negatif. Rata-rata PHBS siswa kategori

baik terdapat pada siswa di 10 kelas, dimana jumlah bakteri terendah

diantara kelas-kelas tersebut adalah 32 koloni/m3

dan tertinggi adalah 88

koloni/m3. Rata-rata PHBS siswa kategori cukup terdapat pada siswa di 5

kelas, dimana jumlah bakteri terendah diantara kelas-kelas tersebut adalah

65 koloni/m3 dan tertinggi adalah 142 koloni/m

3. Berdasarkan hasil

tersebut terlihat bahwa ruang kelas dengan siswa ber-PHBS baik

cenderung terdapat jumlah bakteri sedikit, sedangkan ruang kelas dengan

siswa ber-PHBS cukup cenderung terdapat jumlah bakteri yang lebih

banyak, walaupun perbedaannya tidak begitu jauh.

PHBS siswa merupakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang

dilakukan oleh siswa. Sifat atau taraf kegiatan siswa seperti PHBS ini

merupakan salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri di dalam

ruangan yang ditempati yaitu ruang kelas.

Salah satu indikator PHBS siswa adalah mencuci tangan. Tangan

merupakan bagian tubuh manusia yang sering menyebarkan infeksi.

Tangan akan terkena bakteri saat bersentuhan dengan bagian tubuh sendiri,

http://lib.unimus.ac.id

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

tubuh orang lain, hewan, atau permukaan yang tercemar. Perilaku mencuci

tangan dengan benar bermanfaat membunuh bakteri yang ada di tangan.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan perilaku yang

berhubungan dengan adanya bakteri. Sampah merupakan benda yang

mengandung banyak bakteri. Sampah yang dibuang di sembarang tempat

atau bahkan di dalam ruangan akan menyebabkan bakteri menyebar.

Membuang sampah di tempat sampah yang sesuai akan mengurangi

adanya penyebaran bakteri.

Menjaga kebersihan diri seperti kebersihan kulit, gigi, rambut, dan

kuku dapat membunuh bakteri yang terdapat di kulit, gigi, rambut, dan

kuku. Kulit, gigi, rambut, dan kuku yang kotor mengandung banyak

bakteri yang apabila tidak dibersihkan akan menyebabkan bakteri tersebar

dan menimbulkan penyakit.

http://lib.unimus.ac.id

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Suhu terendah pada penelitian ini adalah 25,4ºC, suhu tertinggi adalah

31,1ºC, dan rata-rata suhu adalah 28ºC. Terdapat 7 kelas yang memenuhi

persyaratan suhu di dalam ruangan dan 8 kelas lainnya tidak memenuhi

persyaratan.

2. Pencahayaan di dalam ruang kelas rata-rata adalah 106 lux. Minimal

pencahayaan adalah 83 lux dan maksimal adalah 144 lux. Pencahayaan

pada 9 kelas memenuhi syarat, sedangkan pada 6 kelas lainnya tidak

memenuhi syarat.

3. Kelembaban pada 15 ruang kelas sebagian besar tidak memenuhi syarat

yaitu sebanyak 11 kelas dan hanya 4 kelas saja yang memenuhi syarat.

Rata-rata kelembaban di ruang kelas adalah 61,9 % dengan kelembaban

tertinggi yaitu 72,1 % dan terendah yaitu 57,2 %.

4. PHBS siswa dengan kategori baik adalah sebanyak 68,9%, kategori cukup

sebanyak 26,7%, dan kategori kurang sebanyak 4,4%.

5. Bakteri udara di semua ruang kelas adalah memenuhi syarat. Jumlah

terendah bakteri udara pada penelitian ini adalah 32 koloni/m3 dan

tertinggi adalah 142 koloni/m3. Rata-rata bakteri udara di ruang kelas

adalah 67 koloni/m3.

6. Terdapat hubungan antara suhu dengan keberadaan bakteri udara di ruang

kelas dengan arah hubungan negatif.

7. Tidak terdapat hubungan antara pencahayaan dengan keberadaan bakteri

udara di ruang kelas.

8. Terdapat hubungan antara kelembaban dengan keberadaan bakteri udara di

ruang kelas dengan arah hubungan positif.

http://lib.unimus.ac.id

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

9. Terdapat hubungan antara PHBS siswa dengan keberadaan bakteri udara

di ruang kelas dengan arah hubungan negatif.

B. Saran

1. Bagi Instansi Sekolah

Sekolahan dengan sistem ventilasi berupa AC sebaiknya

memperhatikan kebersihan AC yang digunakan. Pihak sekolah sebaiknya

juga menyediakan fasilitas penunjang PHBS siswa seperti sabun untuk

cuci tangan dan tempat sampah di depan setiap kelas.

2. Bagi Peneliti

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis hubungan

antara faktor-faktor yang ada pada penelitian ini dengan keberadaan

bakteri udara yang lebih mendalam yaitu terhadap jenis bakterinya.

Peneliti selanjutnya diharapkan juga dapat menganalisis perbedaan PHBS

siswa antar jenjang pendidikan.

http://lib.unimus.ac.id

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2006.

2. Susanta G, Sutjahjo H. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan

Global. Bogor: Penebar Plus; 2007.

3. Depkes RI. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2004.

4. Pangkalan I. Inner Healing at Home. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo;

2007.

5. Hunter BT. Udara dan Kesehatan Anda. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer;

2006.

6. Wihardandi A. Polusi Udara Bunuh 7 Juta Orang di Seluruh Dunia. 2013

[cited 2016 9 Maret]; Available from:

http://www.mongabay.co.id/2013/04/10/polusi-udara-bunuh-7-juta-orang-di-

seluruh-dunia/.

7. Lisyastuti E. Jumlah Koloni Mikroorganisme Udara dalam Ruang dan

Hubungannya dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Pekerja

Balai Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) BPPT di Kawasan Puspitek

Serpong. Depok: Universitas Indonesia; 2010 [cited 2016 10 Maret 2016];

Available from: http://lib.ui.ac.id/.

8. Hutagalung M. Teknologi Pengolahan Limbah Gas. 2009 [cited 2016 9

Maret]; Available from: http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-

pengolahan-limbah-gas/.

9. Santoso I. Kesehatan Lingkungan Permukiman Perkotaan. Yogyakarta:

Gosyen Publishing; 2015.

10. Irianto K. Mikrobiologi. Bandung: CV.YRAMA WIDYA; 2007.

11. Waluyo L. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press; 2007.

12. Jawetz, Melnick, Adelberg. MIkrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba

Medika; 2005.

13. Pahmawati Y. Mengenal Bakteri. Jakarta: Adfale Prima Cipta; 2011.

14. Ismoyowati. Indikator PHBS di Sekolah. Majalah Informasi & Referensi

Promosi Kesehatan I No1/Tahun IX 2007.

15. Irianto K. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis, dan Virologi Medis (Medical

Bacteriology, Medical Micology, and Medical Virology). Bandung: Alfabeta;

2014.

16. Permenkes RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.

17. Suhri M. Gambaran Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada

Anak Sekolah Dasar Negeri di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten

Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014 [cited

2016 5 April 2016]; Available from: http://eprints.ums.ac.id/28617/.

18. Yanti NLPE. Persepsi Siswa SMP dalam Penerapan PHBS Tatanan Sekolah di

Kelurahan Tugu dan Pasir Gunung Selatan Kota Depok. Depok: Universitas

Indonesia; 2012 [cited 2016 2 April]; Available from: http://lib.ui.ac.id/.

19. Depkes RI. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta: Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; 2006.

http://lib.unimus.ac.id

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

20. Riset Kesehatan Dasar (Riskedas). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia; 2010.

21. Asmoro AAP. Hubungan Kebersihan Tangan dengan Keberadaan Bakteri

Staphylococcus pada Pejamah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit D.R

Moewardi. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008 [cited 2016 3 April];

Available from: http://eprints.undip.ac.id/.

22. Firdaus A. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian

Leptospirosis di Wilayah Kerja Puskesmas Ngrayun Kabupaten Ponorogo.

Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta; 2016 [cited 2016 9 April

2016]; Available from: http://eprints.ums.ac.id/.

23. Lestari EBAP. Keanekaragaman Spesies Bakteri dan Perbedaan Angka

Bakteri Udara dalam Ruang Kelas di SMK Theresiana Semarang. Semarang:

Universitas Muhammadiyah Semarang; 2011 [cited 2016 10 Maret]; Available

from:

http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-

gdl-emmybimaas-6999.

24. Vidyautami DN. Pengaruh Penggunaan Ventilasi (AC dan Non AC) dalam

Ruangan terhadap Keberadaan Mikroorganisme Udara. Jurnal Teknik

Lingkungan. 2015;4(1).

25. Rachmatantri I. Pengaruh Penggunaan Ventilasi (AC dan Non AC) terhadap

Keberadaan Mikroorganisme Udara di Ruang Perpustakaan. Semarang:

Universitas Diponegoro; 2015 [cited 2016 9 Maret 2016]; Available from:

http://download.portalgaruda.org/.

26. Akhadi M. Isu Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014.

27. Alamsyah D, Muliawati R. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.

28. Purwanto. Awas Polusi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti; 2008.

29. Pemerintah RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta1999.

30. Lampung DP. Polusi Udara. Available from:

http://dishub.lampungprov.go.id/wp-content/uploads/Polusi-Udara.pdf.

31. Ningsih MI. Pencemaran. Bandung: Pringgandani; 2010.

32. Sugiarti. Gas Pencemar Udara dan Pengaruhnya bagi Kesehatan Manusia.

Jurnal Chemica. 2009;10(1):50-8.

33. Mukono HJ. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran

Pernapasan. Surabaya: UNAIR; 2008.

34. Budiyono A. Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara pada

Lingkungan. Berita Dirgantara. 2010;2(1).

35. Sumardjo D. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran

dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC; 2009.

36. Widyastuti P. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan.

Jakarta: EGC; 2006.

37. Wijana N. Biologi dan Lingkungan. Yogyakarta: Plantaxia; 2014.

38. Usaha Pencegahan Pencemaran Udara. Artikel Lingkungan Hidup: Artikel

Lingkungan Hidup; [cited 2016 14 Maret]; Available from:

http://lib.unimus.ac.id

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

http://www.artikellingkunganhidup.com/usaha-pencegahan-pencemaran-

udara.html.

39. Keman S. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman. 2005;2(1).

40. Setiadi AH. Pemodelan CFD Ruang Bersih Farmasi. Depok: Universitas

Indonesia; 2008.

41. Soedomo M. Pencemaran Udara (Kumpulan Karya Ilmiah). Bandung:

Penerbit ITB; 2001.

42. Kepmenkes. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405 Tahun 2002.

Jakarta2002.

43. Chintia S. Pengaruh Ventilasi Alami Terhadap Kualitas Udara (Konsentrasi

CO2) di Ruangan Kelas. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2014 [cited

2016 30 Maret]; Available from: http://repository.usu.ac.id/.

44. Kania RS. Pengaruh Kondisi Ruang Kelas Terhadap Konsentrasi Belajar

Siswa Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 6 Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia; 2012 [cited 2016 30 Maret]; Available

from: http://a-research.upi.edu/.

45. Harti AS. Mikrobiologi Kesehatan. I ed. Yogyakarta: ANDI; 2015.

46. Pratiwi ST. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga; 2008.

47. Alim T. Pengaruh pH terhadap Enzim. 2013 [cited 2016 10 Mei]; Available

from: http://www.biologi-sel.com/2013/08/pengaruh-ph-terhadap-enzim.html.

48. Pelczar M, Chan ECS. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press; 2006.

49. Kusnadi dkk. Buku Common Text Mikrobiologi. Jakarta: Universitas

Pendidikan Indonesia; 2012.

50. Handayani S. Deteksi Kuman Difteri dengan Polymerase Chain Reaction

(PCR). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI

2012;39(3).

51. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes

RI; 2007.

52. Depkes RI. Buku Saku Kader Program Penanggulangan TB. Jakarta: Depkes

RI; 2009.

53. Randle E, N N, D I. Invasive Pneumococcal Disease. Archive of disease in

childhood-Education & practice edition. 2011;96(5):183-90.

54. Selamatkan Jemaah Haji dan Umroh dari Bahaya Meningitis Meningokokus.

2013; Available from: http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=2277.

55. Andareto O. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu

Semesta; 2015.

56. Cappucino GJ, Sherman. Microbiology a Laboratory Manual 8 Edition. State

University of New York, Rockland Community College: United States; 2008.

57. Maryam S, Nurhayadi Y, Aryani TY. Khazanah Ilmu Kesehatan :

Menumbuhkan Kecintaan dan Kepedulian akan Kesehatan. Jakarta: In Media;

2013.

58. Priyoto. Perubahan dalam Perilaku Kesehatan : Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu; 2015.

59. Infodatin. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Depkes RI;

[cited 2016 20 April]; Available from:

http://lib.unimus.ac.id

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

ctps.pdf.

60. Dinkes JB. Petunjuk Teknis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

Rumah Tangga. Bandung: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat; 2010.

61. Safriana. Perilaku Memilih Jajanan Pada Siswa Sekolah Dasar Di SDN Garot

Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Jakarta: Universitas

Indonesia; 2012 [cited 2016 18 April]; Available from: http://lib.ui.ac.id/.

62. Dedeh, Kurniasih, dkk. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta:

Kompas Gramedia; 2010.

63. Yusuf M. Faktor-Faktor Pemanfaatan Jamban oleh Masyarakat Desa

Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Gorontalo:

Universitas Negeri Gorontolo; 2014 [cited 2016 21 April 2016]; Available

from: http://eprints.ung.ac.id/4984/.

64. WSP WaSP. Informasi Pilihan Jamban Sehat. Jakarta: World Bank Offi ce

Jakarta; 2009.

65. Kemkes PPKS. Menggunakan Jamban Sehat. Depkes RI: 2009; 2009 [cited

2016 4 April]; Available from:

http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/1444/2/BK2009-

A.pdf.

66. Prasasti CI, Mukono J, Sudarmaji. Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan

Ber-AC Terhadap Gangguan Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan.

2005;1(2):160-9.

67. Tobing IS. Dampak Sampah terhadap Kesehatan Lingkungan dan Manusia.

Makalah pada Lokakarya "Aspek Lingkungan dan Legalitas Pembuangan

Sampah serta Sosialisasi Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Bahan Baku

Pembuatan Kompos" Kerjasama Univ Nasional dan Dikmenti DKI. 2005.

68. Vemale.com. Jorok ! Merokok Bikin Bakteri Mulut Jutaan Kali Lipat Lebih

Banyak. 2016 [cited 2016 3 April]; Available from:

http://www.vemale.com/kesehatan/93013-jorok-merokok-bikin-bakteri-mulut-

jutaan-kali-lipat-lebih-banyak.html.

69. Kemenkes RI. Pedoman Konseling Gangguan Penggunaan NAPZA Bagi

Petugas Kesehatan. Kemenkes RI; 2010.

70. Alatas H, B M. Penanggulangan Korban Narkoba Meningkatkan Peran

Keluarga dan Lingkungan. Jakarta: Balau Penerbit FKUI; 2006.

71. Fimela.com. Hobi Meludah Sembarangan ? Rugi ! 2012 [cited 2016 3 April];

Available from: http://www.fimela.com/lifestyle-relationship/hobi-meludah-

sembarangan-rugi-1202032.html.

72. Adiwiryono RM. Peran Kesehatan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Anak Usia Dini dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah ProfHamka. 2010.

73. Mubarak WI. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam

Praktik. Jakarta: EGC; 2008.

74. Hanif FP. Sehat itu (Bisa) Murah. Yogyakarta: FlashBooks; 2015.

75. Kemenkes RI. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Pusat Data dan

Informasi; 2014.

http://lib.unimus.ac.id

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

76. Potter PA, Perry AG. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan praktik.

Jakarta: EGC; 2006.

77. Ambarwati FR. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Parama Ilmu;

2014.

78. Mangesa H, Panggabean R, Mamesah M. Seri Informasi Kesehatan Anak :

Kebersihan Anak Setiap Hari. Jakarta: Persekutuan Pelayanan Kristen untuk

Kesehatan di Indonesia; 2012.

79. Uliyah M, Hidayat AAA. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk

Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2008.

80. Zebua AP. Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan Kulit pada Pemulung

dan Fasilitas Sanitasi di TPA Terjun Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2014. Medan: Universitas Sumatra Utara; 2014 [cited 2016 2

Mei]; Available from: http://jurnal.usu.ac.id/.

81. Ananto P, Kadir A. Memelihara Kesehatan dan Kesegaran Jasmani. Jakarta:

Depdikbud; 2010.

82. Hermawan A. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia; 2009.

83. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika; 2008.

84. Riduwan, Kuncoro EA. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur

(Path Analysis). Bandung: CV.Alfabeta; 2008.

85. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

CV.Alfabeta; 2008.

86. Pauliza O, Buchori DGA. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan.

Bandung: Grafindo Media Pratama; 2008.

87. Karlen M. Dasar-Dasar Perencanaan Ruang. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.

88. Yani A, Ruhimat M. Geografi : Menyingkap Fenomena Geosfer. Bandung:

Grafindo Media Pratama; 2007.

89. Teli, Jentsch, James, Bahaj. Field Study on Thermal Comfort in a UK Primary

School, Proceedings of 7th Windsor Conference: The changing context of

comfort in an unpredictable world Cumberland Lodge. UK2012.

90. Hunt AP, all e. Heat Strain, Hydration Status, and Symptoms of Heat Illness

in Surface Mine Workers. The School of Human Movement Studies and the

Institute of Healt and Biomedical Innovation: Queensland University of

Technology; 2011.

91. Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, (2011).

92. Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

Gigi. Jakarta: EGC; 2010.

93. Meryandini A, Widosari, Bt M, al e. Isolasi Bakteri Selulotik dan

Karakterisasi Enzimnya. Makara Sains. 2009.

http://lib.unimus.ac.id

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

A. Hasil Pengukuran Suhu, Pencahayaan, dan Kelembaban

No Ruang

Kelas

Titik

Sampel

Suhu

(ºC)

Pencahayaan

(Lux)

Kelembaban

(%)

1 SD Kelas IV

Titik 1 26,4 73 73,4

Titik 2 26,6 95 71,1

Titik 3 26,6 65 73,3

Titik 4 26,6 74 71,2

Titik 5 26,3 92 71,6

Titik 6 98

2 SD

kelas V

Titik 1 31,3 168 62,1

Titik 2 31,3 116 60,9

Titik 3 31,5 98 61,8

Titik 4 30,8 100 61,5

Titik 5 30,8 117 61,1

Titik 6 102

3 SD

kelas VI

Titik 1 30,0 85 62,4

Titik 2 30,7 139 64,1

Titik 3 30,7 74 63,1

Titik 4 29,8 89 63,8

Titik 5 30,5 141 62,6

Titik 6 100

4 SMP

kelas VII A

Titik 1 28,1 64 59,4

Titik 2 28,3 119 59,9

Titik 3 28,5 152 59,1

Titik 4 28,3 123 60,4

Titik 5 28,3 98 61,3

Titik 6 80

5 SMP

kelas VII B

Titik 1 26,4 128 60,3

Titik 2 26,6 74 61,5

Titik 3 26,6 80 61,9

Titik 4 26,5 104 61,3

Titik 5 26,6 116 61,0

Titik 6 93

6 SMP

kelas VII C

Titik 1 30,2 160 58,4

Titik 2 30,8 143 58,0

Titik 3 30,7 156 59,4

Titik 4 31,1 150 59,4

Titik 5 31,1 121 59,0

Titik 6 134

http://lib.unimus.ac.id

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

7 SMP

kelas VIII A

Titik 1 29,6 82 57,4

Titik 2 29,7 64 57,1

Titik 3 29,8 70 57,3

Titik 4 30,0 90 57,3

Titik 5 29,5 161 57,1

Titik 6 140

8 SMP

kelas VIII B

Titik 1 25,7 101 63,3

Titik 2 25,7 73 62,1

Titik 3 26,3 112 62,8

Titik 4 26,4 140 62,9

Titik 5 26,3 116 62,0

Titik 6 83

9 SMP

kelas VIII C

Titik 1 26,8 176 61,8

Titik 2 26,9 90 60,5

Titik 3 26,9 78 61,5

Titik 4 26,7 81 61,8

Titik 5 26,4 153 62,3

Titik 6 100

10 SMP

kelas IX A

Titik 1 28,9 154 59,2

Titik 2 28,9 121 61,3

Titik 3 28,5 96 61,7

Titik 4 28,7 117 60,0

Titik 5 28,7 145 61,1

Titik 6 153

11 SMP

kelas IX B

Titik 1 28,3 80 58,0

Titik 2 28,1 136 61,0

Titik 3 28,3 61 61,9

Titik 4 28,5 109 61,4

Titik 5 28,5 83 61,5

Titik 6 100

12 SMP

kelas IX C

Titik 1 29,1 96 60,4

Titik 2 29,6 100 60,6

Titik 3 29,9 87 58,1

Titik 4 29,0 125 59,3

Titik 5 29,3 99 59,7

Titik 6 73

13 SMA

kelas X

Titik 1 24,6 127 67,3

Titik 2 25,3 100 67,7

Titik 3 25,6 76 65,1

http://lib.unimus.ac.id

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Titik 4 25,8 73 65,8

Titik 5 25,6 98 66,1

Titik 6 86

14 SMA

kelas XI

Titik 1 26,3 111 62,4

Titik 2 26,4 94 61,6

Titik 3 26,4 123 61,5

Titik 4 26,4 120 61,9

Titik 5 26,0 85 62,0

Titik 6 96

15 SMA

kelas XII

Titik 1 26,0 97 62,5

Titik 2 26,4 81 62,5

Titik 3 26,0 104 61,7

Titik 4 26,0 126 61,0

Titik 5 26,0 62 62,6

Titik 6 90

http://lib.unimus.ac.id

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

B. Hasil Penilaian PHBS Siswa

NO Kelas Nomor Responden Skor

1 Kelas IV SD

01 71

02 57

03 64

04 57

05 71

06 57

07 64

08 50

09 50

10 64

11 50

12 71

2 Kelas V SD

01 50

02 57

03 64

04 79

05 64

06 93

3 Kelas VI SD

01 86

02 79

03 71

04 57

05 57

06 93

07 71

08 79

09 79

4 Kelas VIIA SMP

01 93

02 93

03 93

04 93

05 86

06 79

07 93

08 93

09 86

10 93

5 Kelas VIIB SMP

01 93

02 93

03 93

04 64

05 57

06 79

http://lib.unimus.ac.id

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

07 86

08 86

09 86

6 Kelas VIIC SMP

01 86

02 79

03 79

04 93

05 93

06 93

07 93

08 71

09 79

10 79

7 Kelas VIIIA SMP

01 93

02 93

03 93

04 93

05 93

06 93

07 93

8 Kelas VIIIB SMP

01 93

02 93

03 79

04 86

05 79

06 79

07 93

9 Kelas VIIIC SMP

01 86

02 93

03 71

04 79

05 93

06 79

07 71

10 Kelas IXA SMP

01 93

02 93

03 79

04 86

05 79

06 79

07 79

11 Kelas IXB SMP

01 93

02 93

03 86

http://lib.unimus.ac.id

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

04 93

05 86

06 86

12 Kelas IXC SMP

01 86

02 71

03 93

04 93

05 71

06 86

07 86

13 Kelas X

01 93

02 93

03 93

04 93

05 79

06 79

07 86

08 71

09 64

10 79

11 86

12 93

13 86

14 93

15 86

16 86

17 64

18 71

19 71

20 93

14 Kelas XI

01 57

02 86

03 86

04 71

05 57

06 64

07 64

08 79

09 86

15 Kelas XII

01 79

02 57

03 50

04 50

05 93

http://lib.unimus.ac.id

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

06 86

07 71

08 64

09 79

http://lib.unimus.ac.id

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

D. Rata-Rata Hasil Pengukuran Suhu, Pencahayaan, Kelembaban, dan

Jumlah Bakteri Udara

NO Ruang

Kelas

Rata-

Rata

Suhu

Rata-Rata

Pencahaya-

an

Rata-Rata

Kelembab-

an

Rata-

Rata

PHBS

Siswa

Rata-Rata

Jumlah

Bakteri

1 IV SD 26.5 ºC 83 Lux 72,1 % Cukup 142 koloni/m3

2 V SD 31.1 ºC 117 Lux 61,5 % Cukup 65 koloni/m3

3 VI SD 30,3 ºC 105 Lux 63,2 % Cukup 76 koloni/m3

4 VIIA SMP 28,3 ºC 106 Lux 60,0 % Baik 53 koloni/m3

5 VIIB SMP 26,5 ºC 99 Lux 61,2 % Baik 63 koloni/m3

6 VIIC SMP 30,8 ºC 144 Lux 58,8 % Baik 32 koloni/m3

7 VIIIA SMP 29,7 ºC 101 Lux 57,2 % Baik 39 koloni/m3

8 VIIIB SMP 26,1 ºC 104 Lux 62,6 % Baik 77 koloni/m3

9 VIIIC SMP 26,7 ºC 113 Lux 61,6 % Baik 63 koloni/m3

10 IXA SMP 28,7 ºC 131 Lux 60,7 % Baik 52 koloni/m3

11 IXB SMP 28,3 ºC 95 Lux 60,8 % Baik 61 koloni/m3

12 IXC SMP 29,4 ºC 97 Lux 59,6 % Baik 45 koloni/m3

13 X SMA 25,4 ºC 93 Lux 66,4 % Baik 88 koloni/m3

14 XI SMA 26,3 ºC 105 Lux 61,9 % Cukup 69 koloni/m3

15 XII SMA 26,1 ºC 93 Lux 62,1 % Cukup 73 koloni/m3

http://lib.unimus.ac.id

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

E. Hasil Analisis Data

1. Hasil Statistik Univariat

a. Suhu

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Suhu 15 25.4 31.1 28.013 1.9146

Valid N (listwise) 15

Klasifikasi Suhu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memenuhi syarat 7 25.9 46.7 46.7

Tidak memenuhi syarat 8 29.6 53.3 100.0

Total 15 55.6 100.0

Missing System 12 44.4

Total 27 100.0

http://lib.unimus.ac.id

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

b. Pencahayaan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pencahayaan 15 83 144 105.73 15.554

Valid N (listwise) 15

Klasifikasi Pencahayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memenuhi syarat 9 33.3 60.0 60.0

Tidak memenuhi syarat 6 22.2 40.0 100.0

Total 15 55.6 100.0

Missing System 12 44.4

Total 27 100.0

http://lib.unimus.ac.id

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

c. Kelembaban

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kelembaban 15 57.2 72.1 61.980 3.4888

Valid N (listwise) 15

Klasifikasi Kelembaban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memenuhi syarat 4 14.8 26.7 26.7

Tidak memenuhi syarat 11 40.7 73.3 100.0

Total 15 55.6 100.0

Missing System 12 44.4

Total 27 100.0

http://lib.unimus.ac.id

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

d. PHBS Siswa

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PHBS 135 50 93 79.73 13.074

Valid N (listwise) 135

Klasifikasi PHBS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 93 68.4 68.9 68.9

Cukup 36 26.5 26.7 95.6

Kurang 6 4.4 4.4 100.0

Total 135 99.3 100.0

Missing System 1 .7

Total 136 100.0

http://lib.unimus.ac.id

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

e. Bakteri Udara

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Jumlah Bakteri 15 32 142 66.53 25.732

Valid N (listwise) 15

Klasifikasi Jumlah Bakteri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memenuhi syarat 15 55.6 100.0 100.0

Missing System 12 44.4

Total 27 100.0

http://lib.unimus.ac.id

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

2. Hasil Uji Normalitas

a. Hasil Normalitas Suhu

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Suhu .220 15 .048 .909 15 .133

a. Lilliefors Significance Correction

b. Hasil Normalitas Pencahayaan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pencahayaan .226 15 .037 .902 15 .102

a. Lilliefors Significance Correction

c. Hasil Normalitas Kelembaban

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Kelembaban .230 15 .032 .828 15 .009

a. Lilliefors Significance Correction

d. Hasil Normalitas PHBS Siswa

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PHBS .188 135 .000 .866 135 .000

a. Lilliefors Significance Correction

http://lib.unimus.ac.id

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

e. Hasil Normalitas Bakteri Udara

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah Bakteri .209 15 .078 .851 15 .018

a. Lilliefors Significance Correction

3. Hasil Statistik Bivariat

a. Hasil Statistik Hubungan Suhu dengan Keberadaan Bakteri Udara

di Ruang Kelas

Correlations

Suhu Jumlah Bakteri

Spearman's rho Suhu Correlation Coefficient 1.000 -.625*

Sig. (2-tailed) . .013

N 15 15

Jumlah Bakteri Correlation Coefficient -.625* 1.000

Sig. (2-tailed) .013 .

N 15 15

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

b. Hasil Statistik Hubungan Pencahayaan dengan Keberadaan Bakteri

Udara di Ruang Kelas

Correlations

Pencahayaan Jumlah Bakteri

Spearman's rho Pencahayaan Correlation Coefficient 1.000 -.496

Sig. (2-tailed) . .060

N 15 15

Jumlah Bakteri Correlation Coefficient -.496 1.000

Sig. (2-tailed) .060 .

N 15 15

http://lib.unimus.ac.id

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

c. Hasil Statistik Hubungan Kelembaban dengan Bakteri Udara

di Ruang Kelas

Correlations

Kelembaban Jumlah Bakteri

Spearman's rho Kelembaban Correlation Coefficient 1.000 .983**

Sig. (2-tailed) . .000

N 15 15

Jumlah Bakteri Correlation Coefficient .983** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

d. Hasil Statistik Hubungan PHBS Siswa dengan Keberadaan Bakteri Udara

di Ruang Kelas

Correlations

PHBS Jumlah Bakteri

Spearman's rho PHBS Correlation Coefficient 1.000 -.399**

Sig. (2-tailed) . .000

N 135 135

Jumlah Bakteri Correlation Coefficient -.399** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 135 135

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

http://lib.unimus.ac.id

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

F. Foto Kegiatan

Gambar 1. Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Gambar 2. Pengukuran Pencahayaan

http://lib.unimus.ac.id

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Gambar 3. Pengisian Kuesioner PHBS Siswa

Gambar 4. Penempatan Cawan Petri untuk Pengambilan Sampel Udara

http://lib.unimus.ac.id

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.unimus.ac.id/52/1/FULLTEXT 1.pdf · Latar belakang : Polusi udara dalam ruangan merupakan faktor lingkungan urutan ketiga yang

Gambar 5. Kondisi Cawan Petri saat diletakkan di Meja

http://lib.unimus.ac.id