encephalitis lapkas

31
1 ENCEPHALITIS a. Ensephalitis Virus Infeksi SSP oleh virus merupakan penyakit radang jaringan otak dan selaputnya, yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme menyerupai virus misalnya psitakosis. Infeksi virus SSP umumnya merupakan komplikasi dari infeksi umum oleh virus dan menyebabkan meningitis aseptic dan encephalitis ( kecuali rabies ). Pada encephalitis terjadi kerusakan neuron, terdapat intranuklear inclusion bodies, edema, radang leukosit polimorfonuklear dan limfosit. Virus penyebab ensefalitis dapat dibagi dalam dua kelompok, ialah virus RNA dan virus DNA. Contoh virus yang mengandung RNA antara lain picorna atau enterovirus ( polio, coxsakie, A & B, echo dan enterovirus 70 & 71 ), togavirus atau arbovirus ( rubella, St. Louis ), Falavivirus ( Japan B , Yellow fever, dengue ), rhabdovirus ( rabies ), mixovirus ( influenza, parotitis, morbilli ) dan arena virus (lassa fever,

Upload: tejo-pramono

Post on 19-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Encephalitis Lapkas

1

ENCEPHALITIS

a. Ensephalitis Virus

Infeksi SSP oleh virus merupakan penyakit radang jaringan otak dan

selaputnya, yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme menyerupai

virus misalnya psitakosis. Infeksi virus SSP umumnya merupakan

komplikasi dari infeksi umum oleh virus dan menyebabkan meningitis

aseptic dan encephalitis ( kecuali rabies ). Pada encephalitis terjadi

kerusakan neuron, terdapat intranuklear inclusion bodies, edema, radang

leukosit polimorfonuklear dan limfosit.

Virus penyebab ensefalitis dapat dibagi dalam dua kelompok, ialah

virus RNA dan virus DNA. Contoh virus yang mengandung RNA antara

lain picorna atau enterovirus ( polio, coxsakie, A & B, echo dan

enterovirus 70 & 71 ), togavirus atau arbovirus ( rubella, St. Louis ),

Falavivirus ( Japan B , Yellow fever, dengue ), rhabdovirus ( rabies ),

mixovirus ( influenza, parotitis, morbilli ) dan arena virus (lassa fever,

koriomeningitis limfositik ), sementara itu virus yang mengandung DNA

antara lain virus herpes, pox ( variola, vaccinia ) dan retrovirus ( AIDS ).

Defenisi

Merupakan reaksi keradangan yang mengenai jaringan otak oleh

berbagai macam mikroorganisme, penyebab yang terpenting dan

tersering ialah virus.

Page 2: Encephalitis Lapkas

2

Etiologi

Virus penyebeb Ensefalitis dapat dibagi dalam dua kelompok :

Virus RNA dan virus DNA. Contoh virus yang mengandung

RNA antara lain pocorna atau enterovirus ( polio, coxsakie A &

B, encho dan enterovirus 70 &71), togavirus ( Japan B, yellow

fever, dengue ), rhabdovirus ( rabies ), mixovirus ( influenza,

parotitis, morbilli ) dan area virus ( lassa fever, koriomeningitis

limfosit ).

Virus yang mengandung DNA antara lain virus herpes, pox

( variola, vaccinia ) dan retrovirus ( AIDS ).

Patofisiologi

Virus yang menyebabkan protitis, morbili, varisela masuk ke

dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Virus polio dan

enterovirus melalui mulut, virus herpes simpleks melalui mulut atau

mukosa kelamin.

Virus yang lain masuk kedalam tubuh manusia melalui

inokulasi seperti gigitan binatang ( rabies ) atau nyamuk. Bayi dalam

kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus rubella atau

cytomegalovirus.

Di dalam tubuh manusia virus memperbanyak diri secara local,

keudian terjadi viremia yang menyerang system saraf pusat melalaui

kapilaris di pleksus koroideus. Cara lain ialah melalui saraf perifer

( gerakan sentripetal ) atau secara retrograde axoplasmic spred

misalnya oleh virus – virus herpes simpleks, rabies dan herpes zoster.

Pertumbuhan virus mulai di jaringan ekstraneural seperti di

usus atau kelenjar getah bening ( poliomyelitis ), saluran pernafasan di

Page 3: Encephalitis Lapkas

3

bagian atas atau mukosa gastrointestinal ( arbovirus ) dan jaringan

lemak ( coxsakie, poliomyelitis, rabies, variola ).

Di dalam SSP virus menyebar secara langsung atau melalui

ruang ekstraseluler. Infeksi virus dalam otak menyebabkan meningitis

aspetik dan ensefalitis ( kecuali rabies )

Pada encephalitis terdapat kerusakan neuron dan glia dimana

terdapat intraceluler inclusion bodies, peradangan otak dan medulla

spinalis serta edema otak. Juga terdapat peradangan pada pembuluh –

pembuluh darah kecil, thrombosis dan proliferasi astrosit dan

microglia. Neuron – neuron yang rusak di makan oleh makrofag atau

microglia, disebut sebagai neuronofagia, yaitu sesuatu yang khas bagi

ensefalitis primer.

Di dalam medulla spinalis virus menyebar melalui endoneurium

dalam ruang interstitial pada saraf – saraf seperti yang terjadi pada

rabies dan herpes simpleks. Pada ensefalitis sel – sel neuron dan glia

mengalami kerusakan, dikelilingi sel.

Gambaran Klinis

Gejala – gejala ensefalitis viral beraneka ragam, bergantung

pada masing – masing kasus, epidemic, jenis virus dan sebagainya.

Pada umumnya terdapat 4 jenis atau bentuk manifestasi klinis.

1. Bentuk asimptomatik, umumnya gejala ringan sekali, kadang –

kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa diketahui

sebabnya. Diplopia, vetigo, dan parestesi juga berlangsung sepintas

saja. Diagnosis hanya di tegakkan atas pemeriksaan CSS

2. Bentuk Abortif, gejala berupa nyeri – nyeri kepala, demam yang

tidak tinggi dan kaku kuduk ringan. Umumnya terdapat gejala –

gejala seperti infeksi saluran pernafasan bagian atas atau

gastrointestinal.

Page 4: Encephalitis Lapkas

4

3. Bentuk fulminan, bentuk ini berlangsung beberapa jam sampai

beberapa hari yang berakhir dengan kematian. Pada stadium akut

terdapat demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat, apatis, kaku

kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat

termasuk kedalam koma yang dalam. Kematian biasanya terdapat

terjadi dalam 2 – 4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung.

4. Bentuk khas ensefalitis, bentuk ini mula secara bertahap dengan

gejala – gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala – gejala

infeksi saluran nafas bagian atas atau gastrointestinal selama

beberapa hari. Kemudian muncul tanda – tanda radang SSP seperti

kaku kuduk, tanda kernig positif, gelisah, lemah dan sukar tidur.

Deficit neurologist yang timbul bergantung pada tempat kerusakan.

Selanjutnya kesadaran mulai menurun sampai koma, dapat vterjadi

kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi,

kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara dan gangguan

mental.

Diagnosis

Diawali dengan anamnesis yang cermat dan kemudian

diteruskan dengan pemeriksaan fisik / neurologic yang sistematik.

Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan darah rutin dan khusus,

pemeriksaan CSS, tes serologic, biakan darah, urin, dan feses, foto

dada dan bila perlu CT- Scan atau MRI. CSS pada umumnya jernih

dengan jumlah sel 20 – 500/ml, kadang – kadang bisa mencapai 2.000

atau lebih. Kadar protein meningkat sampai 80 – 100 mg%, sementara

itu kadar glukosa dan klorida normal.

Diagnosa Banding

Page 5: Encephalitis Lapkas

5

Meliputi meningitis bacterial yang telah diobati, mengitis

tuberkulosa, meningitis oleh jamur, abses tak, lues serebral,

sarkoidosis, lupus eritematosus sistemik, intoksikasi timah hitam.

Komplikasi

Meliputi defisit neurologic sebagai gejala sisa, hidrosefalus,

maupun gangguan mental.

Penatalaksanaan

Penderita harus di rawat di rumah sakit dengan istirahat mutlak.

Penderita dirawat sampai menghilang gejala – gejala neurologic.

Antivirus masih terbatas untuk herpes zoster, simpleks dan variola.

Acyclovir diberikan dengan dosis 10 mg/KgBB setian 8 jam

selama 10 hari atau peroral 200mg/Kg, 5 – 6 kali sehari. Kadar Hb

harus dikontrol, bila Hb turun sampai 9 gr% maka dosis diturunkan

menjadi 200 mg setiap 8 jam. Jika Hb turun sampai 7 gr% atau lebih

rendah lagi, maka pengobatan dihentikan sementara waktu dan

diberikan kembali setelah kadar Hb normal kembali.

Prognosis

Bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan. Di

samping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan

penyakit yang dapat muncul selama perawatan.

Page 6: Encephalitis Lapkas

6

b. Ensefalitis Bakterial

Ensefalitis dikenal pula sebagai ensefalitis supuratif atau abses

otak. Faktor penyebab meliputi kuman – kuman stafilokokus,

streptokokus, askerisia, pneumococcus dan sebagainya. Pada bayi dan

anak kecil, ensefalitis terjadi sebagai komplikasi meningitits bacterial,

mastoditis, infeksi telinga bagian tengah, sinutsitis frontalis, etmoidalis,

sfenoidalis, dan maksilaris.

Defenisi

Merupakan reaksi kerdangan yang mengenai jaringan otak

oleh berbagai macam mikroorganisme yang disebabkan oleh

bakteri.

Epidemiologi

Pada umumnya sering terjadi pada umur di bwah 15 tahun,

karena pada umur ini frekuensi penyakit – penyakit sinus nasalis

maupun mastoiditis masih tinggi.

Etiologi

Kuman – kuman stafilokokus, streptokokus, eskerisia,

pneumokokus dan sebagainya.

Patofisiologi

Organisme piogenik masuk ke dalam otak melalui peredaran

darah, penyebaran langsung, komplikasi luka tebus dan kelainan

kardiopulmonal. Penyebaran melalui darah dalam bentuk sepsis

atau berasal dari radang fokal di bagian lain di dekat otak.

Page 7: Encephalitis Lapkas

7

Penyebaran langsung dapat melalui tromboflebtis, osteomielitis,

infeksi telinga tengah dan sinus paranasal.

Mula – mula terjadi peradangan supuratif pada jaringan otak.

Biasanya terdapat di substansia alba, karena bagian ini kurang

mendapat suplai darah. Proses peradangan ini kurang mendapat

suplai darah. Proses peradangan ini membentuk eksudat,

thrombosis septic pada pembuluh darah dan agregasi leukosit yang

sudah mati.

Di aerah yang mengalami peradangan tadi timbul edema,

perlunakan dan kongesti jaringan otak disertai perdarahan kecil. Di

keliling abses terdapat pembuluh – pembuluh darah dan infiltrasi

leukosit. Bagian tengah kemudian melunak dan membentuk

dinding yang kuat membentuk kapsul yang konsentris di

sekelilingg abses terjadi infiltrasi leukosit polimorfonuklear, sel –

sel plasma dan limfosit. Abses dapat membesar, kemudian pecah

dan masuk ke dalam ventrikulus atau ruang subarkhnoid yang

dapat mengakibatkan meningitis.

Gambaran Klinis

Pada permulaan terdapat gejala – gejala yang tidak khas

seperti infeksi umum, kemudian timbul tanda – tanda peningkatan

tekanan intracranial berupa nyeri kepala yang makin lama makin

hebat, muntah, tidak ada nafsu makan, demam, penglihatan kabur,

kejang umum atau fokal dan akhirnya kesadaran menurun.

Gejala – gejala defisit neurologic bergantung pada lokasi dan

luas abses, antara lain defisit nervi kraniales, hemiparesis, reflex

tendon meningkat, kaku kuduk, afasia, hemianopia, nistagmus,

ataksia. Pada abses serebelli nyeri kepala terasa di daerah

suboksipital dan belakang telinga.

Page 8: Encephalitis Lapkas

8

Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

1. Kaku Kuduk

Pasien berbaring telentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa

fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk (+) bila didapatkan

kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa

nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan

juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.

2. Brudzinski I

Pasien berbaring telentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya

dibawah kepala dan tangan kanan di atas dada pasien kemudian

dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin.

Tanda Brudzinski I (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi

involunter pada leher

3. Brudzinski II

Pasien berbaring telentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada

sendi panggul. Tanda brudzinski II (+) bila pada pemerksaan terjadi

fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

4. Kernig Sign

Pasien berbaring telentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi

pada sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi

lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda kernig (+) bila ekstensi

sendi lutut tidak mencapai sudut 135 derajat ( kaki tidak dapat di

ekstensikan sempurna ) disetai spasme otot paha biasanya diikuti

rasa nyeri.

Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Page 9: Encephalitis Lapkas

9

Lumbal punsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan

protein cairan serebrospinal dengan syarat tidak ditemukan adanya

peningkatan tekanan intracranial.

Diagnosis

Anamnesis terhadap kemungkinan infeksi akut atau kronis di

telinga bagian tengah, mastoid, sinus paranasal, paru – paru,

jantung.

Pemeriksaan fisik / neurologic perlu dikonfirmasi dengan

hasil anamnesis dan sebaliknya, anamnesis perlu diulang

berdasarkan atas temuan pada pemeriksaan ini.

Pemeriksaan tambahan meliputi CSS, foto toraks dan

tengkorak dan bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan EEG, CT –

Scan atau MRI.

Diagnosis Banding

Meliputi kemungkinan meningitis bacterial, tumor otak, abses

ekstradural, abses subdural dan tromboflebitis kortikal.

Komplikasi

Epilepsi ( terjadi 1 – 15 tahun kemudian ), deficit neurologic,

retardasi mental dan hidrosefalus.

Penatalaksanaan

Pengobatan terbaik adalah pada stadium permulaan

terbentuknya abses. pengobatan harus tuntas. Apabila diberikan

ampisilin, maka dosisnya hrus tinggi, 4 x 3 – 4 gram tiap harinya,

apabila memakai kloramfenikol maka dosisnya ialah 4 x 1 gram/

24 jam.

Page 10: Encephalitis Lapkas

10

Bila terdapat tanda peningkatan intracranial, dapat diberikan

dexametason atau kortison

Prognosis

Tergantung pada penegakan diagnosis secara dini, penentuan

organisme penyebab serta pemberian obat yang tepat dan segera.

Angka kematian bisa mencapai 50% atau bahkan lebih tinggi.

STATUS ORANG SAKIT

1. Anamnesa Pribadi

A. Identitas Pasien

Page 11: Encephalitis Lapkas

11

Nama : Sarina

Umur : 6 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

BB/TB : 14 kg/109 cm

Alamat : Gedubang Aceh

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 25 April 2013

No. RM : 50.03.50

B. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Abel

Umur : -

Pekerjaan : wiraswasta

2. Anamnesa penyakit

Keluhan Utama : Muntah dan Mencret

Telaah : Os datang ke RSUD Langsa dengan keluhan Muntah

dan mencret. Muntah dan mencret sudah dirasakan sejak

1 hari yang lalu. Mencret sudah lebih 10 x dengan

konsistensi air lebih banyak dari ampas. Muntah sudah

lebih dari 6 x sejak 1 hari yang lalu. Os juga merasakan

sakit pada saat BAK (Buang air kecil) keluhan disertai

dengan demam dan OS mempunyai riwayat kejang.

RPT : Riwayat Kejang

RPO : Tidak ada

STATUS PRESENT

Keadaan Umum

Page 12: Encephalitis Lapkas

12

Sensorium : Sopor

Heart Rate : 84x/menit

Respiratory Rate : 24x/menit

Temperature : 38,7o C

Keadaan Penyakit

- Anemi : (-) - Turgor : (+) Kesan normal

- Ikterus : (-) - Sikap tidur paksa : (-)

- Sianose : (-) - Pancaran wajah : Lemah

- Dispnoe : (+) - Kejang Rangsangan : (+)

- Oedem : (-) - Refleks Fisiologis : (+)

Keadaan Gizi

BB : 19 kg

TB : 109 cm

2. PEMERIKSAAN FISIK

2.1 Kepala

- Pertumbuhan Rambut : Normal

- Sakit bila dipegang : (-)

- Perubahan Lokal : (-)

BB Sekarang

BB SeharusnyaX 100%

19 Kg

20 KgX100%

= 95% Gizi baik

Page 13: Encephalitis Lapkas

13

Muka

- Sembab : (-)

- Pucat : (-)

- Kuning : (-)

- Parase : (-)

- Ggn Lokal : (-)

Mata

- Ikterik : (-)

- Conjunctiva palp. Inf Pucat : (-)

- Pupil : isokor ka=ki

- Reaksi pupil : (+)

- Diameter pupil : 2 – 3 mm

- Oedem palpebra superior : (-)

Telinga/ Hidung

- Tidak ada kelainan

Mulut

- Tidak ada kelainan

- Tonsil T1/T1

- Lidah Besleg (-)

2.2 Leher

Inspeksi

- Struma : (-)

- Kel. Bengkak : (-)

- Sikatriks : (-)

Palpasi

Page 14: Encephalitis Lapkas

14

- Posisi Trakea : Media

- Nyeri tekan : (-)

- TVJ : R-2 cmH2O

- Pembengkakan: (-)

2.3 Thorax

Inspeksi

- Bentuk : Simetris Fusiformis

- Ketinggalan bernafas : (-)

- Ictus : tidak tampak

Palpasi

- Nyeri tekan : (-)

- Fremitus : (+) kesan normal

Perkusi

- Suara Perkusi : Sonor

- BPH : a. Relatif : ICR V

b. Absolut : ICR VI

Auskultasi

- SP : Vesikuler

- ST : (-) tidak dijumpai suara tambahan

2.4 Cor

- HR : 84x/menit, Reguler

- Suara Katup : M1 > M2 P2 > P1

A1 < A2 P2 < A2

- Suara Desah : (-)

- Gesek pericardial : (-)

Page 15: Encephalitis Lapkas

15

2.5 Abdomen

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Soepel, Hepar/lien/ren : tidak teraba

Perkusi : Thympani

Auskultasi : Peristaltik (+) Normal

2.6 Extremitas

Atas & Bawah : - Bengkak (-)

- Merah (-)

- Sianosis (-)

- Oedem (-)

3. Pemeriksaan Lab

Urine

-Protein : (-)

-Bilirubin : (-)

-Reduksi : (-)

Darah

-Hb : 14,3 g/ dL

-Ht : 43, 4 %

-Erythrocyte : 5,71/UI X 106

-Leococyte : 23.500/UI X 103

-Thrombocyte : 458.000 UI X 103

Page 16: Encephalitis Lapkas

16

4. Diagnosa Banding

- Encephalitis

- Meningitis

- Sindrom Reye

5. Diagnosa Sementara

- Encephalitis

6. Penatalaksanaan

Di mulai dari tanggal 25 April 2013 (10.00)

Th/ - IVFD RL 38 gtt/menit

- Injeksi Piracetam 200 mg/6 jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul /6 jam

- Injeksi Metronidazole 1 Flash/hari

Pukul 12.55

- Injeksi Diazepam 8 mg IV

Pukul 13.00

- Lumbal Punksi : didapati cairan jernih, menetes cepat.

Cairan Otak

-Warna : Jernih

-Jumlah Sel : 4

-PMN : Sulit dinilai

-MN : Sulit dinilai

-None : (-)

-Pandi : (-)

Faeses

-Ascaris Lumb : (-)

-Triscuria tric : (-)

-Angkilostoma : (-)

-Amuba : (-)

Page 17: Encephalitis Lapkas

17

Pukul 13.15

- Injeksi Cefotaxime 300 mg/ 6jam

- Injeksi Viccillin 250 mg/ 6jam

- O2 = 1 – 2 L/menit

- Kesadaran Menurun

Kemudian dilanjutkan dengan follow up pasien sampai ke hari

berikutnya,

FOLLOW UP

Tanggal Vital sign & Pemeriksaan

Fisik

Keluhan Terapi

Page 18: Encephalitis Lapkas

18

25 April 2013

Sens : Sopor

HR : 84x/i

RR : 24x/i

T : 38,5oC

- Muntah (+)

- Mencret (+)

- Demam (+)

Pukul 10.00

- IVFD RL 38 gtt/menit

- Injeksi Piracetam 200 mg/6 jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul /6 jam

- Injeksi Metronidazole 1 Flash/hari

Pukul 12.55- Injeksi

Diazepam 8 mg IV

Pukul 13.00- Lumbal

Punksi : didapati cairan jernih, menetes cepat.

Pukul 13.15- Injeksi

Cefotaxime 300 mg/ 6jam

- Injeksi Viccillin 250 mg/ 6jam

- O2 = 1 – 2 L/menit

Kesadaran Menurun

26 Sens : Sopor - Kesadaran menurun Pukul 10.00

Page 19: Encephalitis Lapkas

19

April 2013 HR : 86x/i

RR : 24x/i

T : 37,5o

(+)- Nyeri BAK (+)- Demam (+)- Kejang (+)

- Injeksi Piracetam 300 mg/ 6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul / 6jam

Pukul 16.00

- Injeksi Piracetam 300 mg/ 6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul/ 6jam

Pukul 19.15

- Injeksi Cefotaxime 300 mg/ 6jam

- Injeksi Viccillin 250 mg/ 6jam

Malam

- Injeksi Diazepam 10 mg

- Injeksi Phenobarbital 2x40 mg

Diet sonde 175 cc/3jamPukul 22 dan 04

- Injeksi Piracetam 300 mg/6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul/6jam

Page 20: Encephalitis Lapkas

20

Pukul 01.15/07.15

- Injeksi 300 mg/6jam

- Injeksi Viccilin 250 mg/6jam

27 April 2013

Sens : Sopor

HR : 84x/i

RR : 22x/i

T :38,7oC

Demam (+)Nyeri BAK (+)Mencret (+)Kejang (-)

Pukul 09/12- Sonde 175 cc/3jam

Pukul 10.00

- Injeksi Piracetam 300 mg/ 6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul/6jam

- Infuse Metronidazole 1fl/hari

Pukul 13.00

- Injeksi Cefotaxime 300 mg/6jam

- Injeksi Viccilin 250 mg/6jam

Pukul 16.00

- Injeksi Piracetam 300 mg/6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul/6jam

Pukul 19.15

- Injeksi Cefotaxime 300 mg/6jam

- Injeksi Viccilin 250 mg/6jam

Page 21: Encephalitis Lapkas

21

Pukul 22.00

- Injeksi Piracetam 300 mg/6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul/6jam.

Pukul 01/07

- Injeksi Cefotaxime 300 mg/6jam

- Injeksi Viccilin 250 mg/6jam

Pukul 21/06

- Sonde 175 cc/3jam

28 April2013

Sens : Sopor

HR : 82x/i

RR : 22x/i

T :39,2oC

- Demam (+)- Sesak (+)- Kejang (+)

Pukul 09/12- Sonde 175 cc/3jam

Pukul 10.00

- Injeksi Piracetam 300 mg/6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul/6jam

Pukul 13.00

- Injeksi Cefotaxime 300 mg/6jam

- Injeksi Viccilin 250 mg/6jam

Pukul 16.00

- Injeksi Piracetam 300 mg/6jam

- Injeksi Dexametason ½

Page 22: Encephalitis Lapkas

22

Ampul/6jam- Injeksi Cefotaxime

300 mg/6jam

Pukul 18.15

- Os Apneu, RJP (+), Ambu (+)

Pukul 19.00

- Injeksi Viccilin 250 mg/6jam

- Oral Phenobarbital 40 mg 2 x 1

- O2 = 1 – 2 L/menit- Sonde 175 cc via

NGT

Pukul 23/04

- Injeksi Piracetam 300 mg/6jam

- Injeksi Dexametason ½ Ampul/6jam

- Injeksi Cefotaxime 300 mg/6jam

Pukul 01/07

- Injeksi Viccilin 250 mg/6jam.