case encephalitis
DESCRIPTION
encephalitisTRANSCRIPT
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : Mia
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 4 Th
Agama : Islam
Alamat : Tambun RT 002/03 Pusaka Raya
Kecamatan : KOJA
Pendidikan : --
Nomor CM : 11-13-51
Masuk tgl : 21 juli 2007
B. Indentitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Tn.Muhtar Ny. Titin Aryati
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMP
Pekerjaan : Pedagang IRT
Penghasilan : Rp.1.000.000 -
Alamat : SDA SDA
II.Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu pasien tanggal : 30 juli 2007
A. KELUHAN UTAMA
Kejang >15 menit 1 jam SMRS
1
B.Keluhan tambahan :
- Panas tinggi
- Muntah
- Pasien tidak sadar
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan kejang 1 jam sebelum masuk RS
KOJA tgl 21 juli 2007, pasien kejang 1 kali dengan lama kejang
lebih dari 15 menit. Kejang dimulai dari matanya yang mendelik
keatas kemudian seluruh tubuh. Setelah kejang pasien tidak sadar.
6 hari SMRS timbul bisul pada hidung pasien. Lalu pasien dibawa
ke puskesmas dan didiagnosis alergi. Pasien diberi obat untuk bisul
dan batuknya. Tetapi tidak membaik malah semakin memburuk
bahkan sampai wajahnya bengkak.Dan demam dan batuknya tidak
hilang
2 hari SMRS bengkaknya berkurang tapi kemudian timbul bentol
bentol kecil diseluruh tubuh disertai gatal-gatal. Malamnya pasien
mulai demam tinggi sampai mengigau. Selama pasien sakit pasien
tidak mau makan.
1 hari SMRS Pasien masih demam, pasien tidur sepanjang hari,
dibangunkan tapi tidak bangun. Malamnya pasien timbul kejang
dan dibawa ke IGD RS Koja.
D.Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah ada riwayat kejang sebelumnya.
E.Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini.
2
F.Riwayat kehamilan dan persalinan:
Selama kehamilan,ibu pasien rutin kontrol ke bidan 1x/bulan. Pasien
dikandung selama 9 bulan, lahir spontan ditolong oleh bidan.Setelah lahir
pasien langsung menangis.Berat badan lahir 3000 gram, panjang
badan:ibu pasien lupa.
Kesan : Riwayat antenatal care baik dan persalinan tanpa penyulit.
G. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
Pertumbuhan gigi pertama sekitar 5 bulan
Berdiri sekitar 10 bulan
Berjalan sekitar 18 bulan
Berbicara dengan lancar sekitar 2 tahun
Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan baik.
H.Riwayat imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi :
BCG, DPT I,II,III, Hepatitis I,II,III, Polio I,II,III, Campak
Kesan : imunisasi dasar lengkap.
I. Perumahan dan Sanitasi Lingkungan
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya, paman dan bibinya serta
adiknya dalam 1 rumah. Rumah pasien berupa rumah sederhana dengan
3 kamar tidur, ventilasi kurang, sehingga sinar matahari sulit masuk,
kebersihan kurang, jarak antar rumah berdekatan, pemukiman padat dan
lokasinya di bantaran kali. Pasokan air bersih sulit didapat
Kesan : sanitasi kurang
3
III.Pemeriksaan fisik tgl 21 juli 2007
A. Status generalis
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Somnolen-sopor
Kesan Sakit : Sakit berat
GCS : E1M3V2=6
Tanda vital
Nadi : 140x/menit
Suhu : 39,5
Frekuensi napas : 36x/menit
Data antropometri:
Tinggi Badan : 108 cm
Berat Badan : 15 kg
Lingkar kepala : 49 cm
Lingkar lengan atas : 15 cm
Status gizi: (NCHS)
BB/U : 15 kg X 100% = 88,2% (Gizi baik)
17 kg
TB/U : 108cm X 100% = 104.8 % ( Normal)
103cm
BB/TB : 15 X100% = 83,3% (Gizi kurang)
18
4
Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+, CA-/-, SI -/-
Telinga : Normotia, serumen-/-, membran timpani sulit dinilai
Hidung : Bentuk normal, Sekret -/-, nafas cuping hidung –
Bibir : Lembab, tidak kering, Cyanosis-
Mulut : Gigi rata, caries-, Mukosa normal, lidah kotor-, lidah
tremor-
Leher : Kaku kuduk +, trakea lurus di tengah, KGB tidak teraba
membesar
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V,1-2 cm lateral
garis mid clavicularis kiri.
Perkusi : Batas jantung ka-ki normal
Auscultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur -, gallop –
Paru :
Inspeksi : Gerak napas simetris dikedua hemitorax, retraksi
sela iga -
Palpasi : Vocal fremitus ki-ka simetris
Perkusi : Sonor dikedua hemitorax
Auscultasi : SN vesiculer,Rh-/-,Wh-/-
Abdomen :
Inspeksi : datar, dilatasi vena –
Palpasi : Supel, turgor kulit baik, hepar/lien tidak teraba
membesar, nyeri tekan –
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus + N
5
Ekstremitas :
Atas :Akral hangat,edema tidak ada, deformitas tidak ada.
Bawah :Akral hangat,edema tidak ada, deformitas tidak ada.
IV.Pemeriksaan neurologis: tgl 30 juli 2007
GCS:E:1+M:4+V:2=8
Tanda rangsang meningeal:
kaku kuduk : positif
Brudzinsky I : kanan-kiri negatif
Brudzinsky II : kanan-kiri negatif
kerniq : kanan negatif >135°, kiri negatif >135°,
Reflek Patologis :
Kanan Kiri
Babinsky - -
Oppenheim - -
Chaddock - -
Schaeffer - -
V.Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium: 21 juli 2007 jam 04:39:10Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,03012000223000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
6
KIMIAELEKTROLIT
NaKCl
LAIN-LAINAstrupPHPCO2PO2HCO3P2 SaturasiBEO2 Saturasi
1213,0998
7,60333,0135,431,3
10,399,8
135-1473,5-5,097-108
7,38-7,4435,0-45,095,0-100,021,0-28,0
-2,50-2,5094,0-100,0
GDS 141 <180
Laboratorium: 21 juli 2007 jam 12:56:05Pemeriksaan Hasil Nilai NormalHEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
9,6298000196.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
KIMIAELEKTROLITNaKCl
1333,29102
135-1473,5-5,097-108
Radiologi CT-Scan otak tgl 25 juli 2007
7
Hasil : Terdapat gambaran hipodens didaerah lobus frontalis dextra dan
sinistra. Dan Lobus temporoparietalis dextra
Kesan : infark didaerah lobus frontal dextra dan sinistra dan lobus
temporoparietal dextra
Hasil kultur darah tanggal 10 Agustus 2007 : NEGATIF
VI.Resume
Pasien seorang anak perempuan berumur 4 th dengan berat badan
15kg datang dengan keluhan kejang 1 jam sebelum masuk Rumah
Sakit.Pasien kejang 1 kali dengan lama kejang lebih dari 15 menit.
Kejang dimulai dari matanya yang mendelik keatas kemudian
seluruh tubuh. Setelah kejang pasien tidak sadar. Lengan kiri fleksi
spastic dan kaki kiri extensi spastic.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Somnolen-sopor
Kesan Sakit : Sakit berat
GCS : E1M3V2=6
Tanda vital :
Nadi : 140x/menit Suhu : 39,5
Frekuensi napas : 40x/menit
Pada pemeriksaan leher ditemukan kaku kuduk
8
VII.DIAGNOSIS KERJA
Hiponatremia
Hipokalemia
Ensefalitis e.c Virus
VII.DIAGNOSIS BANDING
Meningitis
VIII.PEMERIKSAAN ANJURAN
1 EEG
2. Pemeriksaan LCS
IX.PENATALAKSANAAN
IVFD 2A+kcl 3 meq/kolf 14 tts/mntDexametason 3x1.5mgRanitidin 3x15mgFosmidex 2x500 mgSagestam 2x30mgAntrain 2x150 mgAminofusin 150 cc
9
X. FOLLOW UP
Ket 22-07-07
10
Ket 21-07-07S: Demam +, kejang -O: KU
KesadaranNadiRRSuhuKepalaLeherMataJantungParuAbdomenEkstremitas
Sakit beratApatis-somnolen100 x/mnt40x/mnt39,5 CNormocephaliKaku kuduk +CA -/-, SI-/-S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler rh -/-, wh-/-Datar,Supel, BU + Akral hangat
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,03012000223000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
KIMIAELEKTROLITNaKClLAIN-LAINAstrupPHPCO2PO2HCO3BEO2 Saturasi
1213,0998
7,60333,0135,431,31,0399,8
135-1473,5-5,097-108
7,38-7,4435,0-45,095,0-100,021,0-28,0-2,50-2,5094,0-100,0
GDS 141 <180
S: Demam +, keadaan umum menurunKonsul Dr.Riza jam 19:30
O: KUKesadaranNadiRRSuhuKepalaLeherMataJantungParuAbdomenEkstremitas
Sakit berat Sopor140 x/mnt40 x/mnt39,8 CNormocephaliKaku kuduk +CA -/-, SI -/-S1S2 reguler, murmur -, gallop –SN vesikuler, rh -/-,wh-/-Datar,Supel, BU + Akral hangatProduksi NGT coklat
A: EncephalitisP: IVFD 2A+kcl 3 meq/kolf 14 tts/mnt
Dexametason 3x1.5mgRanitidin 3x15mgFosmidex 2x500 mgSagestan 2x30mgAntrain 2x150 mgAminofusin 150 cc
11
12
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
8,4256900196.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
KIMIAELEKTROLIT
NaKCl
LAIN-LAINAstrupPHPCO2PO2HCO3P2 SaturasiBEO2 Saturasi
1393,81100
7,45420,9152,714,7
-9,199,4
135-1473,5-5,097-108
7,38-7,4435,0-45,095,0-100,021,0-28,0
-2,50-2,5094,0-100,0
GDS 127 <180
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,73112.700125.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
13
A: encephalitis P: -Cek AGD elektrolit,GDS,H2TL(cyto)-lain-lain
lanjut,notropil 3x150 mg-Konsul hasil labTransfusi PRC 150 cc prelasix 15 mgCek ulang astrapDexametason stop Bilas lambung
Ket 25-07-07S: Demam +, kejang -O: KU
KesadaranNadiRRSuhuKepalaLeherMataJantungParuAbdomenEkstremitas
Sakit beratsopor100 x/mnt32x/mnt37,5 CNormocephaliKaku kuduk +CA -/-, SI-/-S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler rh -/-, wh-/-Datar,Supel, BU + Akral hangat
FAAL HATI
AlbuminGlobulinTotal proteinSGOTSGPT
FAAL GINJAL
UreumKreatinin
2,552,745,29215103
200,6
4,0-5,21,3-2,76-810-319-36
20-400,7-1,5
A: EncephalitisP: IVFD 2A+kcl 3 meq/kolf 14 tts/mnt
Dexametason 3x1.5mgRanitidin 3x15mgFosmidex 2x500 mgSagestan 2x30mgAntrain 2x150 mgAminofusin 150 cc
encephalitis
14
Ket 07-08-07S: Demam +,mengeram suara lebih jelas&sering, kedua tangan mulai dapat
digerakan sedikit,mulai bisa mendengarO: KU
KesadaranNadiRRSuhuKepalaLeherMataJantungParuAbdomenEkstremitas
BaikApatis-sadar120 x/mnt30 x/mnt38 CNormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-,gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-
Datar,Supel, BU +NAkral hangat Akral hangat
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
11,1307700271000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
A:P: - IVFD KaENIB+KCl 3 meq 8 tts/mnt
Antrain3x150 mg IVTripenem 2x500 mgGaramycin 2x30 mg
Ket 11-08-07S: Mencret >5x warna kehitaman,isi air+ampas,lendir-, panas tinggiO: KU
KesadaranNadiRRSuhuKepalaLeherMataJantungParuAbdomenEkstremitas
Sakit beratApatis-somnolen132 x/mnt58x/mnt39 CNormocephaliKaku kuduk +CA -/-, SI-/-S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler rh -/-, wh-/-Datar,Supel, BU + Akral hangat
pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,93413.500546.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
A: Encephalitis + perdarahan GI tractP: IVFD KaEN1B+KCL3meq 8tpm
Tripenem 2x500mgAntrain 3x150mgGaramycin 2x30mgDexametason 2x 1mg IVRantin 2x15 mg
15
Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,83212400316000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
KIMIAELEKTROLITNaKCl
FAAL HATISGOTSGPT
1362,8497
7033
135-1473,5-5,097-108
10-31 9-36
A: Encephalitis
16
Ket 12-08-07S: BAB cair >5x/hari, warna kehitaman isi air+ampas, lendir-, panas tinggi,
keluar darah dari NGTO: KU
KesadaranNadiRRSuhuKepalaLeherMataJantungParuAbdomenEkstremitas
Sakit beratApatis-somnolen155 x/mnt56x/mnt39, CNormocephaliKaku kuduk +CA -/-, SI-/-S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler rh -/-, wh-/-Datar,Supel, BU + Akral hangat
P: IVFD KaEN 1B +KCL 3meq 14ttmDexametason 3x1.5mgRanitidin 3x15mgTripenem 2x500mgGaramycin 2x30mgAntrain 2x150 mgNew diatab puyer 3x1
Ket 13-8-07 jam 04:30S: Kesadaran menurunO: KU
KesadaranNadiRRSuhuKepalaLeherMataJantungParuAbdomenEkstremitas
Sakit beratsopor-koma152 x/mnt TD 90/6043x/mnt41 CNormocephaliKaku kuduk +CA -/-, SI-/-S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler rh -/-, wh-/-Datar,Supel, BU + Akral hangat
A: EncephalitisP: IVFD KaEN 1B +KCL 3meq 14ttm
O2 3ltSuction evaluasi (15-60 menit) Antrain extra 150mg
Jam 06:15-Dobuject 8ttm mikro dievaluasi tiap 15 mnt bila tetap atau turun tingkatkan 2tts micro max 20 tts micro-Rx lain teruskan
Jam 07:05TD 40/palpasi N: 52 RR:32
- RL loading 150cc
Jam 08:55Apnoe → RJP → GAGAL → ┼
ANALISA KASUS
17
Dari tinjauan pustaka diketahui bahwa diagnosa ensefalitis dapat
ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan kejang. Kejang dimulai dari
matanya yang mendelik keatas lalu kejang tangan dan kaki. Kejang
1x selama >15 menit. 4 hari SMRS pasien mengalami panas tinggi
dan tidak ada respon saat dibangunkan.
2. Gejala klinis
- Gejala klinis tidak spesifik pada ensefalitis, tergantung dari
penyebab dan luas daerah yang terkena.
- Gejala bisa bersifat akut atau kronis perlahan-lahan.
- Pada pasien ini didapatkan gejala-gejala yang bersifat akut,
yaitu :
a. panas tinggi mendadak (hiperpireksia)
b. kesadaran yang menurun sampai menjadi sopor
c. kelainan neurologis : kaku kuduk, kejang
Pada penderita ensefalitis kadang-kadang disertai
kaku kuduk apabila infeksi dari virus sudah
mengenai meningen.
3. Pemeriksaan penunjang :
-Pada pasien ini telah diperiksa kultur darah dan hasilnya
NEGATIF artinya penyebab encephalitis adalah Virus
- Tes Fungsi hati pertama kali dilakukan hasilnya sangat tinggi ini
menandakan adanya gangguan fungsi hati
- Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yang
dapat membantu diagnosis pasien seperti pungsi lumbal untuk
18
pemeriksaan cairan cerebrospinal ataupun EEG. Walaupun bukan
merupakan diagnosis pasti pada ensefalitis.
Penatalaksanaan
1. Perawatan ICU
Pasien harus mendapatkan perawatan dalam ICU karena keadaan
umumnya yang sakit berat dan kesadaran yang menurun dengan
disertai dispnoe.
2. Medikamentosa
Kausatif : diberikan apabila jenis virus diketahui, misalnya
ensefalitis herpes simpleks dengan asiklovir 30 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 3 dosis secara intravena perlahan-lahan diberikan
selama 10 hari.
3. Suportif
Sebagian besar pengobatan ensefalitis adalah pengobatan non
spesifik yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Metamizol Na (Antrain) untuk mengatasi kejang demamnya.
Meronem dan garamicin sebagai antibiotic profilaksis.
Kortikosteroid (Dexamethason) untuk mengurangi pembengkakan
otak. Ranitidin untuk mencegah iritasi/ ulkus pada lambung yang
kosong.
Hasil Lab:
1. Hb 9,6
Hb turun kemungkinan karena pasien kurang mendapat asupan
nutrisi selama 1minggu SMRS.
2. Na2+ 121
Kemungkinan karena pasien sering muntah
19
Koreksi : Nacl 3% dengan tujuan untuk meningkatkan kadar Na
serum menjadi normal
3. K+ 3,09
Kebutuhan K+ = 2,5 meqxBB/hari
Jadi kebutuhan K+ = 2,5 meqx15= 37,5 meq/hari
Koreksi kalium dilakukan per 8jam
K+= ΔKx0,6xBB
K+= (4-3,09)x0,6x15= 8,19
Koreksi 8 jam pertama 8,19 +12,5= 20.69meq/8jam
4. PH 7,603
HCO3 31,8
BE 10,3
Berdasarkan px Lab pasien menderita Alkalosis Metabolik
Koreksi :
20
LAIN-LAINAstrupPHPCO2PO2HCO3P2 SaturasiBEO2 Saturasi
EritrositVER(MCV)HER(MCH)KHER(MCHC)Hitung jenisBasofil EusinofilBatangSegmenLimfositMonositLED
7,44636,5136,824,6
0,598,8
3,26832733
0117020860
7,40-7,5035,0-45,095,0-100,021,0-28,0
-2,50-2,5085,0-95,0
4,0-5,082-9327-3132-36
0-11-32-650-7020-402-8< 15
mmHgmmHgmeq/L
meq/L%
pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
11,2338.700222.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
g/dl%
/ μL
21
URIN LENGKAP
Warna Berat jenisPHAlbuminGlukosaKetonBilirubinDarah samarNitritUrobilinogenSEDIMEN :LeukositEritrositSilinderEpitelBakteriKRISTAL :Ca OksalatKarbonatFosfatAsam uratAmorfSel ragi
Kuning keruh 10207,02+-2+
1+-1,0
1-20-1-1+-
------
1,003-1,0304,6-8,5------0,1-1,0
< 10< 1
Laboratorium :24-Juli-07 jam 12:32
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,73112.700125.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
g/dl%
/ μL
FAAL HATI
22
AlbuminGlobulinTotal proteinSGOTSGPT
FAAL GINJAL
UreumKreatinin
2,552,745,29215103
200,6
4,0-5,21,3-2,76-810-319-36
20-400,7-1,5
g/dlg/dlg/dlu/lu/l
mg/dlmg/dl
Laboratorium : 25-Juli-07 Jam : 12:47:22
Laboratorium : 03-Agustus-07 Jam : 11:52:14
pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
IMUNO SEROLOGI
CRP 105 <5 mg/L
Laboratorium :05-Agustus-07 Jam 09:23:05
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
7,2724.90081.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
g/dl%
/ μL
FAAL HATI
SGOTSGPT
6240
10-319-36
u/lu/l
23
pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,93413.500346.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
g/dl%
/ μL
Laboratorium : 11-Agustus-07 Jam 10:59:56
Laboratorium 12-agustus-07 Jam 12:02:19
HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS
Hemoglobin HematokritLekositTrombosit
10,83212.400316.000
12,0-14,037-435000-10000200.000-500.000
g/dl%
/ μL
FAAL HATI
SGOTSGPT
ELEKTROLIT
NaKCl
7033
1362,8497
10-319-36
135-1473,5-5,097-108
u/lu/l
mmol/lmmol/lmmol/l
24
23-07-07 24-07-07 25-07-07 26-07-07S: Panas+ Panas+,tidak BAB
6hr,Kadang batuk.Demam +, kejang-, Belum BAB 7 hr,Batuk kdg-kdg
Konsul Dr.Riza jam 08:30K/U menurun
O:KUKesadaranNadiRRSuhuKepalaMataJantung
Paru
AbdomenEkstremitas
Sakit sedangcm-Apatis128 x/mnt52 x/mnt38 CNormocephaliCA -/-, SI -/-S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel, BU+ Akral hangat
Sakit sedangApatis110 x/mnt36 x/mnt36,7 CNormocephaliCA -/-, SI -/-S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Cekung,Supel, BU + Akral hangat
Sakit sedangApatis100 x/mnt32 x/mnt37,2 CNormocephaliCA -/-, SI -/-S1S2 reguler, murmur, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh-/-Datar,Supel, BU + Akral hangat
Sakit beratSomnolen-Sopor120x/mnt 30 x/mnt 38,8 CNormocephaliCA -/-, SI -/-S1S2 reguler, murmur-,gallop-SN vesikuler,rh -/-, wh -/-Datar,Supel, BU + Akral dingin
A: encephalitis encephalitis Encephalitis EncephalitisP: IVFD 2A+KCl 3
meq 14 tts/mntTripenem 2x400 mg IVSagestam 2x30mg IVNotrofil 3x150 mg Antrein 2x150 mg
IVFD KaENIB+KCl 3 meq 12 tts/mntExtimon 3x500 mg IVSagestam 2x30 mgSyrup mucin 3xcthBilas lambungCT-scanAminofesin 150 cc/2 hr
IVFD KaENIB+KCl 3 meq 12 tts/mntExtimon 3x500 mg IVSagestam 2x30 mgSyrup mucin 3xcth(viasonde)Aminofusin 150 cc/2 hrAntrain3x150 mg IVRanitidin 3x15 mg IVNotrofil 3x150 mg IVLuminal 1x30 mgBilas lambung dengan NaCl 0,9 Bila jernih beri d5%4x40 cc
IVFD KaENIB+KCl 3 meq 10 tts/mntExtimon 3x500 mg IVSagestam 2x30 mgSyrup mucin 3xcth(viasonde)Aminofusin 150 cc/2 hrAntrain3x150 mg IVRanitidin 3x15 mg IVNotrofil 3x150 mg IVLuminal 1x30 mgBilas lambung dengan NaCl 0,9 Bila jernih beri d5% 4x40 cc
Keterangan Baca CT-scanKesan : terdapat infark di daerah lobus frontalis kanan kiri,dan temporoparietalis ka
Jawaban konsul Dr.Riza loding RL150 cc Antrain
25
27-07-07 28-07-07 06-08-07 07-08-07S: Demam – ,sdh bs
berkata setengah kata
Demam↑↓,gerakan mata +, ada perbaikan,sudah mulai merintih.
Demam +,Batuk +,sesak +,Muntah +,mengeram +
Demam +,mengeram suara lebih jelas&sering, kedua tangan mulai dapat digerakan sedikit,mulai bisa mendengar
O:KUKesadaranNadiRRSuhuKepalaMata
Jantung
Paru
AbdomenEkstremitas
Sakit sedang CM120 x/mnt40 x/mnt37 CNormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel, BU + ↑Akral hangat,spastic,dekubitus +
Sakit sedangCM120 x/mnt40 x/mnt37 CNormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel, BU + ↑Akral hangat,spastic,dekubitus +
Sakit sedang
100 x/mnt52 x/mnt38 CNormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel, BU + ↑Akral hangat,spastic.
A: Encephalitis encephalitis encephalitis
P: IVFD KaENIB+KCl 3 meq 10 tts/mntExtimon 3x500 mg IVSagestam 2x30 mgSyrup mucin 3xcth(viasonde)Aminofusin 150 cc/2 hrAntrain3x150 mg IVRanitidin 3x15 mg IVNotrofil 3x150 mg
IVFD KaENIB+KCl 3 meq 10 tts/mntExtimon 3x500 mg IVSagestam 2x30 mgSyrup mucin 3xcth(viasonde)Aminofusin 150 cc/2 hrAntrain3x150 mg IVRanitidin oralNotrofil oralLuminal 1x30 mgBilas lambung 3x/hari dengan NaCl
IVFD KaENIB+KCl 3 meq 8 tts/mntAntrain3x150 mg IVSeftazidime 3x500 mgGaramycin 2x30 mg
26
IVLuminal 1x30 mgBilas lambung 3x/hari dengan NaCl 0,9 Bila jernih beri d5% 6x50 ccFusikom
0,9 Bila jernih beri d5% 6x50 ccFusikom
Keterangan Terpasang DC,O2 Nasal,Coba minum.
Konsul : HB 7,2HT 22%Trombo 81000Leukosit 4900R/PRC 2X150 mg Prelasix 15 mgTripenem 2x500 mg
10-08-07 12-08-07 12-08-07 13-08-07 jam 4:30S: Demam +↓↑,
muntah-,kejang-,batuk -,BAB +,konsistensi lunak ,BAK normal,merintih,kaki sudah dpt digerakan sedikit
BAB cair lebih dari 5x/hari,ampas +,lendir -,darah-,warna hitam,panas tinggi+
Konsul jam 11:00 Dr.RizaKeluar darah dari NGT warna hitam ,Demam tinggi+,
Kesadaran ↓,
O:KUKesadaranNadiRRSuhuKepalaMataJantung
Paru
AbdomenEkstremitas
BaikApatis-sadar152 x/mnt76 x/mnt38,9 CNormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel,BU+ ↑Akral hangat,spastic 9 c
LemahApatis155 x/mnt56 x/mnt39 C NormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel, BU + ↑Akral hangat,spastic 9 C
LemahApatis-CM165 x/mnt (lemah)33 x/mnt 39,2 CNormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel, BU + ↑Akral hangat,spastic 9 C
Sakit beratSofor-koma152 x/mnt43 x/mnt 41,5 CNormocephaliCA -/-, SI -/- ,RCL+/+,RCTL+/+ S1S2 reguler, murmur-, gallop-SN vesikuler, rh -/-, wh -/-Datar,Supel,BU+ ↑Akra hangat spastic 9 C
A: Encephalitis encephalitis Encephalitis encephalitis
P: IVFD KaENIB+KCl 3 meq 8 tts/mnt
IVFD KaENIB+KCl 3 meq 8 tts/mnt
IVFD KaENIB+KCl 3 meq 14 tts/mntAntrain3x150 mg IV
O2 3-4literSuction /evaluasi slim(15-60 menit)
27
Antrain3x150 mg IVTripenem 2x500 mgGaramycin 2x30 mg Dexametason 2x1mgRamitidin 2x15 mgSusu ganti dancow 8x150 ccCek albumin,CRP
Antrain3x150 mg IVTripenem 2x500 mgGaramycin 2x30 mg Dexametason 2x1mgRamitidin 2x15 mgNew diatab puyer 3x1
Tripenem 2x500 mgGaramycin 2x30 mg Ramitidin 2x15 mgNew diatab puyer 3x1Dexametason 2x1mg-STOPAminofusin pedriatic 150 ccPuasa,periksa H2TL ,SGOTSGPT.
Antrein 150 mgDobuject 8 tts micro dievaluasi tiao 15 menit,bila tetap/turun tingkatkan 2 tts micro max dosis 20 tts micro.terapi lain teruskan
Keterangan Lab :HB 11,1HT 33 %Leukosit 7700Trombo 271000Hasil kultur -
Lab :Leukosit 13500Trombo 140000HT 34 %HB 10,9
Lab :HB 10,8Leukosit 12400Trombo 316000HT 32 %SGOT 70SGPT 33
Jam 7:05 : TD : 40/PalpasiN 92R 32Terapi :RL 150 tts/mnt LoadingTerapi lain di teruskanJam 08:55 :Apnoe→RJP gagal→meninggal
Pemeriksaan neurologis : ( 30 juli 2007 )
Pemeriksaan neurologis:Tanda rangsang meningeal:kaku kuduk : positifBrudzinsky I : kanan-kiri negatifBrudzinsky II : kanan-kiri negatif
Refleks patologisKanan Kiri
Babinsky - -
28
Oppenheim - -Achilles - -
ANALISA KASUS
Dari tinjauan pustaka diketahui bahwa diagnosa ensefalitis dapat
ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis
pasien kejang sampai 3 kali dengan lama kejang kurang dari 15
menit. kejang dimulai dari matanya yang mendelik keatas yang
kemudian kejang seluruh tubuh.
kesadaran pasien menurun.
Panas tinggi mulai terjadi 3 jam sebelum masuk RS.
Dari pasien ini diduga penyebab encephalitis adalah bakteri dari riwayat
OMSK yang dapat menyebar secara percontinuitatum,hematogen dan
limfogen.
Gejala klinis
Gejala klinis tidak spesifik pada ensefalitis, tergantung dari penyebab dan
luas daerah yang terkena.
Gejala bisa bersifat akut atau kronis perlahan-lahan.
Pada pasien ini didapatkan gejala-gejala yang bersifat akut, yaitu :
panas tinggi (hiperpireksia)
kesadaran yang menurun sampai menjadi sopor
kelainan neurologis : kaku kuduk, kejang
29
Tanda rangsang meningeal positif sehingga menunjukkan kerusakan
sudah mencapai meningen sehingga bias juga disebut sebagai
meningoencefalitis
Pemeriksaan penunjang :
Pada pasien ini terdapat peningkatan leukosit pada pemeriksaan darah
lengkap yang bisa menunjukkan adanya proses infeksi.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu diagnosis pasien seperti pungsi lumbal untuk pemeriksaan
cairan cerebrospinal ataupun EEG. Walaupun bukan merupakan
diagnosis pasti pada Meningoensefalitis.
TINJAUAN PUSTAKA
ENSEFALITIS
PENDAHULUAN
Ensefalitis adalah suatu infeksi jaringan otak oleh berbagai macam
mikro-organisme. Misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta
dan virus.Penyebab yang terpenting dan tersering adalah virus. Berbagai
jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala klinisnya
sama. Sesuai dengan jenis virus dan epidemiologinya, diketahui berbagai
30
macam ensefalitis virus. Dari beberapa jenis virus yang dapat
menyebabkan ensefalitis, satu yang paling sering dan berbahaya adalah
Virus Herpes Simpleks (VHS). Infeksi Herpes Simpleks pada susunan
saraf pusat sering berakibat fatal.encefalitis yang menunjukkan gejala
tanda rangsang meningeal positif bisa disebut sebagai meninoencefalitis
karena kerusakan telah mengenai meningen.
EPIDEMIOLOGI
Virus Herpes Simpleks
Angka kejadian di Amerika Serikat 1 dalam 250.000-500.000 per tahun.
Virus Herpes Simpleks terdiri dari 2 tipe, yaitu VHS tipe 1 dan VHS tipe
2. VHS tipe 1 menyebabkan ensefalitis terutama pada anak, sedangkan
VHS tipe 2 menyebabkan infeksi pada neonatus.
Angka kejadiannya berkisar 1 per1000.
di Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus ensefalitis tetapi Japanese
encephalitis yang baru ditemukan.
ETIOLOGI
Klasifikasi ensefalitis berdasarkan cara virus tersebut menginfeksi otak :
Ensefalitis Primer
Infeksi virus yang bersifat epidemik
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
Golongan virus ARBO : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,
Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
31
Infeksi virus yang bersifat sporadik
Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps,
Lymphocytic choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan
oleh virus tetapi belum jelas.
Ensefalitis Sekunder (Ensefalitis pasca-infeksi)
Pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-
mononukleosis infeksious dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus
respiratorius yang tidak spesifik.
PENULARAN
Radang otak sendiri tidak menular, tetapi virus yang menyebabkan
ensefalitis dapat menyebar. Tentu saja, bila seorang anak terinfeksi virus
belum tentu dia akan terjangkit ensefalitis.Karena ensefalitis dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab, infeksi dapat timbul melalui
berbagai macam cara.
PATOGENESIS
Virus dapat masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran
cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan beberapa cara :
Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir
permukaan atau organ tertentu.
32
Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah
kemudian menyebar ke organ dan berkembangbiak di organ
tersebut.
Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di
daerah pertama kali masuk (permukaan selaput lendir)
kemudian menyebar ke organ lain.
Penyebaran melalui saraf : virus berkembangbiak di permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Pada keadaan permulaan timbul demam, tetapi belum ada kelainan
neurologis. Virus akan terus berkembangbiak, kemudian menyerang
susunan saraf pusat dan akhirnya diikuti kelainan neurologis.
Kelainan neurologis pada ensefalitis dapat disebabkan oleh :
Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus
yang sedang berkembangbiak.
Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan
berakibat demielinisasi, kerusakan vaskular, dan paravaskular.
Sedangkan virusnya sendiri sudah tidak ada dalam jaringan
otak.
Reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten.
Lesi korteks biasanya asimetri.
Otopsi menunjukkan nekrosis korteks lobus temporal dengan perdarahan
ptekial, edema otak, serta pelebaran pembuluh darah korteks. Terlihat
pula hyperemia serta infiltrasi perivaskular oleh sel mononuklear,
makrofag dan sel plasma pada korteks serebri. Dapat pula ditemukan
herniasi unkus dan serebelum sebagai komplikasi peninggian tekanan
intrakranial.
Korteks serebri terutama lobus temporalis, sering terkena oleh virus
herpes simpleks. Virus ARBO cenderung mengenai seluruh otak.
33
Keterlibatan medulla spinalis, radiks saraf dan saraf perifer sangat
bervariasi.
MANIFESTASI KLINIS
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala ensefalitis lebih kurang
sama dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis.
Masa prodromal berlangsung antara 1-7 hari.Umumnya didapatkan suhu
yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia.
Pada bayi lebih sulit untuk mendeteksi beberapa gejala, tetapi dapat
dilihat tanda penting yang tampak, seperti muntah, penonjolan ubun-ubun
besar, menangis yang tidak berhenti-henti atau kekakuan pada tubuh.
Pada anak yang lebih besar, sebelum kesadaran menurun; sering
mengeluh nyeri kepala, pusing. Muntah juga sering ditemukan. Nyeri
tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Ruam kulit kadang
didapatkan pada beberapa tipe ensefalitis misalnya pada enterovirus dan
varisela zoster.
Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari
distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala tersebut berupa gelisah,
iritabel, screaming attack, perubahan perilaku atau disorientasi,
kehilangan sensasi rasa, gangguan bicara dan pendengaran, penglihatan
ganda, halusinasi, gangguan daya ingat, sukar menggerakkan ekstremitas,
gerakan-gerakan yang tidak disadari dan kejang. Kejang-kejang dapat
bersifat umum atau fokal atau hanya twitching saja. Kejang dapat
berlangsung berjam-jam.
Serta anak dapat mengalami penurunan kesadaran dengan cepat sampai
koma dan letargi. Koma adalah faktor prognosis yang buruk. Anak yang
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh dengan gejala sisa
yang berat. Kematian biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama.
34
Gejala serebrum yang beraneka ragam dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misalnya hemiparesis atau paralisis, hemiplegi, afasia,
ataksia, paralisis saraf otak, gangguan sistem autonom seperti kehilangan
kendali usus dan kandung kencing, papil edema, dan sebagainya. Tanda
rangsang meningeal dapat terjadi bila peradangan mencapai meningen
(meningoensefalitis) seperti kaku kuduk.
Pada ensefalitis pasca-infeksi, gejala penyakit primer sendiri dapat
membantu diagnosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi rutin pada ensefalitis tidak efektif. Hanya
menunjukkan adanya leukositosis seperti infeksi pada umumnya.
Cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu
membantu. Cairan serebrospinal sering dalam batas normal, kadang-
kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein atau
glukosa. Cairan serebrospinal mengandung sedikit sampai beberapa ribu
sel per millimeter kubik. Biasanya berwarna jernih, jumlah sel 50-200
dengan dominasi limfosit. Pada awal penyakit, selnya sering
polimorfonuklear kemudian sel didominasi oleh mononuklear. Kadar
protein pada cairan cerebrospinal cenderung normal, kadang-kadang
sedikit meningkat. Tetapi kadar mungkin amat tinggi jika kehancuran
otak luas. Sedangkan kadar glukosa masih dalam batas normal, walaupun
pada virus tertentu misalnya parotitis, penurunan kadar glukosa cairan
serebrospinal yang besar sering terjadi.
Cairan serebrospinal harus dibiakkan untuk virus, bakteri, jamur dan
mikobakteria. Pada beberapa keadaan pemeriksaan khusus terindikasi
untuk protozoa, mikoplasma dan patogen lain. Keberhasilan mengisolasi
virus dari cairan serebrospinal penderita ensefalitis ditentukan oleh waktu
35
pengambilan sampel pada perjalanan klinis, agen etiologi spesifik dan
ketrampilan laboratorium diagnostik.
Agar menambah kemungkinan mengenali dugaan patogen virus,
spesimen untuk biakan juga harus diambil dari usapan nasofaring, tinja
dan urin. Spesimen serum juga harus diambil pada awal perjalanan
penyakit dan jika biakan virus tidak diagnostik, diambil lagi 2-3 minggu
kemudian untuk pemeriksaan serologis.
Pemeriksaan Serologis
Isolasi virus dalam cairan serebrospinal secara rutin tidak dilakukan
karena sangat jarang menunjukkan hasil yang positif. Titer antibodi
terhadap VHS dapat diperiksa dalam serum dan cairan serebrospinal.
Pada infeksi primer, antibodi dalam serum menjadi positif setelah 1
sampai beberapa minggu. Sedangkan pada infeksi rekuren dapat
ditemukan peningkatan titer antibodi dalam 2 kali pemeriksaan, fase akut
dan fase rekonvalesen.
Kenaikan titer 4 kali lipat pada fase rekonvalesen merupakan tanda
bahwa infeksi VHS sedang aktif. Harus diingat bahwa peningkatan kadar
antibodi serum belum membuktikan bahwa ensefalitis disebabkan oleh
VHS.
Titer antibodi dalam cairan serebrospinal merupakan indikator yang lebih
baik, karena hanya diproduksi bila terjadi kerusakan sawar darah otak.
Sayang sekali kemunculan antibodi dalam cairan serebrospinal sering
terlambat dan baru dapat dideteksi pada hari 10-12 setelah permulaan
sakit. Hal ini merupakan kendala terbesar dalam menegakkan diagnosis
ensefalitis herpes simpleks.
Elektroensefalografi (EEG)
36
Elektroensefalografi (EEG) digunakan untuk mendeteksi gelombang otak
abnormal. EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah yang
sesuai dengan kesadaran yang menurun. EEG sangat membantu diagnosis
bila ditemukan gambaran periodic lateralizing epileptiform discharge
atau perlambatan fokal di daerah temporal atau fronto-temporal. Lebih
sering EEG hanya memperlihatkan perlambatan umum yang
menunjukkan disfungsi otak menyeluruh (proses inflamasi difus =>
aktivitas lambat bilateral). Sensitivitas EEG kira-kira 84%, tetapi
spesifitasnya hanya 32,5%.
Pencitraan (CT Scan, MRI)
Pemeriksaan pencitraan yang dapat membantu menegakkan diagnosis
ensefalitis adalah pemeriksaan CT-Scan dan MRI kepala. Gambaran yang
agak khas pada CT-Scan terlihat pada 50-75% yang merupakan infeksi
virus herpes simpleks. Berupa gambaran daerah hipodens di lobus
temporal atau frontal, kadang-kadang meluas sampai lobus oksipital.
Daerah hipodens ini disebabkan oleh nekrosis jaringan otak dan edema
otak. Gambar khas CT-Scan baru terlihat setelah minggu pertama. MRI
lebih sensitive dan memperlihatkan hasil lebih awal dibandingkan CT-
Scan.
Biopsi Otak
Bila terdapat tanda klinis fokal yang ditunjang dengan gambaran EEG
atau CT scan, dapat dilakukan biopsi otak di daerah yang bersangkutan.
Bila tidak ada tanda klinis fokal, biopsi dapat dilakukan pada daerah
37
lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes
Simpleks.
Dalam mendiagnosis ensefalitis herpes simpleks yang baku untuk
dilakukan adalah biopsi otak dan isolasi virus dari jaringan otak. Tetapi
banyak pusat penelitian tidak ingin mengerjakan prosedur ini karena
berbahaya dan kurangnya fasilitas untuk isolasi virus. Kelemahan lain
dari prosedur ini adalah kemungkinan ditemukannya hasil negative palsu
karena biopsy dilakukan bukan pada tempat yang tepat.
Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan PCR pada cairan serebrospinal biasanya positif lebah awal
dibandingkan titer antibodi. Pemeriksaan PCR mempunyai sensitivitas
75% dan spesifitas 100%. Pemeriksaan PCR lebih cepat dapat dilakukan
dan resikonya lebih kecil.
DIAGNOSIS
Secara klinis ensefalitis dapat didiagnosis dengan menemukan gejala
klinis seperti tersebut diatas.
Diagnosis etiologis dapat ditegakkan dengan :
1. Biakan : dari darah, viremia berlangsung hanya sebentar saja
sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif; dari cairan
serebrospinal atau jaringan otak (hasil nekropsi); dari feses untuk
jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi
hemaglutinasi dan uji neutralisasi.
3. Pemeriksaan patologi anatomis post mortem.
Hasil pemeriksaan ini juga tidak dapat memastikan diagnosis. Telah
diketahui bahwa satu macam virus dengan gejala-gejala yang sama dapat
menimbulkan gambaran yang berbeda. Bahkan pada beberapa kasus yang
38
jelas disebabkan virus tidak ditemukan sama sekali tanda radang yang
khas. Pada beberapa penyakit yang mempunyai predileksi tertentu,
misalnya poliomyelitis, gambaran patologi anatomis dapat menyokong
diagnosa.
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis Bakterialis
Meningitis Bakterialis merupakan salah satu jenis penyakit infeksi pada
selaput pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang
subarakhnoid. Meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri seperti
Haemophillus influenzae, Streptococcus pneumoniae, Neisseria
meningitides. Dan selebihnya disebabkan oleh virus, parasit serta jamur.
Gejalanya bersifat akut dengan tanda-tanda khas “trias klasik” yang
berupa demam, penurunan kesadaran, dan tanda rangsang meningeal
seperti kaku kuduk.
Ensefalopati
Merupakan kelainan pada otak yang disebabkan bukan oleh infeksi.
Dapat disebabkan hipoksia-iskemia otak, hipoglikemia, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, hipertensi, Dibedakan dengan
ensefalitis berdasarkan pemeriksaan cairan serebrospinal yaitu didapatkan
peningkatan protein dan tanpa atau sedikit peningkatan dari jumlah sel.
Serta terdapatnya anemia.
Sindrom Reye
Ensefalopati disertai degenerasi lemak pada organ viscera terutama hati.
Dapat disebabkan infeksi virus influenza, varisela dan infeksi virus
lainnya.
39
Tumor otak
Peningkatan dari protein cairan serebrospinal ditemukan pada sejumlah
tumor otak, terutama pada medulloblastoma dan neurinoma. Pemeriksaan
morfologik dari sel sedimen cairan serebrospinal yang disentrifus sering
memungkinkan diagnosis awal secara sitologik.
PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
Pada beberapa anak dengan ensefalitis yang sangat ringan dapat dirawat
dirumah, tetapi sebagian besar perlu dirawat dirumah sakit terutama di
ICU. Dimana akan dimonitor tekanan darah, denyut jantung dan
frekuensi pernafasan serta cairan-cairan tubuh untuk mencegah
pembengkakan lebih lanjut dari otak.
2. Suportif
Penatalaksanaan secara umum tidak spesifik. Tujuannya adalah
mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi gangguan asam basa darah.
3. Simptomatik
Penatalaksanaan ensefalitis termasuk pengobatan kejang, hiperpireksia,
gangguan respirasi, peninggian tekanan intracranial, edema otak dan
infeksi sekunder. Perbedaan utama adalah pada ensefalitis herpes
simpleks kita dapat memberikan antivirus yang spesifik.
Obat antikonvulsif dapat diberikan segera untuk memberantas kejang.
Tergantung dari kebutuhan obat diberikan intramuskulus atau intravena.
Obat yang diberikan adalah valium, dan atau luminal.
40
Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan surface cooling dengan
menempatkan es pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh
besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah
proksimal betis dan diatas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan
largatil 2 mg/kg bb/hari dan phenergan 4 mg/kg bb/hari secara intravena
atau intramuskulus dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan
antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah
memungkinkan pemberian obat peroral.
Pada pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada tenggorok,
paralysis pita suara dan otot nafas dilakukan drainase postural dan
aspirasi mekanis yang periodik.
Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial dapat diberikan
manitol 0,5-2 g/kg bb iv selama lebih kurang 15 menit, dapat diulangi
dalam periode 8-12 jam apabila diperlukan. Berikan dexamethason 0,5
mg/kg BB/kali dilanjutkan dengan dosis 0,1 mg/kg BB/kali tiap 6 jam
untuk menghilangkan edema otak.
Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
Pada ensefalitis Herpes Simpleks, pengobatan dengan antivirus harus
dimulai sedini mungkin untuk mencegah terjadinya nekrosis hemoragik
yang irreversible yang biasanya terjadi 4 hari setelah muncul gejala
ensefalitis. Hal ini menimbulkan kesulitan besar karena pada fase awal
tidak ada cara untuk membuktikan diagnosis. Sebelumnya obat antivirus
Vidarabin efektif menurunkan mortalitas penderita ensefalitis dari 70%
menjadi 40%. Tetapi obat pilihan pertama yang saat ini digunakan dan
telah dibuktikan lebih baik untuk pengobatan ensefalitis herpes simpleks
adalah Asiklovir.
Preparat asiklovir tersedia dalam 250 mg dan 500 mg, yang harus
diencerkan dengan aquadest atau larutan garam fisiologis. Dosis asiklovir
41
10 mg/kg BB/hari dapat diberikan secara intravena setiap 8 jam.
Pemberian secara perlahan-lahan, diencerkan menjadi 100 ml larutan,
diberikan selama 1 jam. Efek sampingnya adalah peningkatan kadar
ureum dan kreatinin, tergantung kadar obat dalam plasma. Pemberian
asiklovir secara perlahan-lahan akan mengurangi efek samping. Asiklovir
diberikan selama 10 hari, kalau terbukti bukan ensefalitis herpes
simpleks, pengobatan dihentikan walaupun belum 10 hari.
4. Rehabilitasi Medik
Terutama untuk penderita ensefalitis dengan kerusakan otak yang parah
yang telah sembuh tapi dengan disertai sequele dapat dilakukan
fisioterapi.
PENCEGAHAN
Pencegahan biasanya dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan
mencegah penyakit-penyakit yang memungkinkan terjadinya ensefalitis.
Misalnya measles, mumps dan cacar air yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Pada daerah dimana ensefalitis dapat ditularkan melalui gigitan serangga,
terutama nyamuk, seharusnya dilakukan pencegahan misalnya dengan
memasang kelambu, obat semprot nyamuk, mengatur drainase yang baik,
membersihkan tempat-tempat yang memungkinkan nyamuk berkembang
biak dan lai-lain.
KOMPLIKASI
Kebanyakan anak-anak dengan daya tahan tubuh yang bagus, dapat
sembuh secara penuh. Pada sebagian kecil penderita ensefalitis dengan
pembengkakan otak dapat menyebabkan timbulnya kerusakan otak
permanen dan komplikasi lanjutan seperti gangguan belajar, gangguan
42
berbicara, kehilangan memori dan gangguan kontrol dari otot-otot.
Fisioterapi sangat penting.
Komplikasi atau gejala sisa lainnya dapat berupa paresis atau paralisis,
pergerakan koreoatetoid, gangguan penglihatan atau gejala neurologis
lain. Iritabel, emosi tidak stabil, sulit tidur, halusinasi, enuresis, anak
menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata dalam
perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental,
masalah tingkah-laku dan epilepsi.
Komplikasi yang paling buruk adalah kematian. Untuk anak-anak kurang
dari 1 tahun mempunyai resiko paling besar mengalami kematian.
Ensefalitis herpes simpleks biasanya fatal bila tidak diobati segera dengan
obat antivirus.
PROGNOSIS
Angka kematian untuk ensefalitis berkisar antara 35-50%. Pasien yang
pengobatannya terlambat atau tidak diberikan antivirus (pada ensefalitis
Herpes Simpleks) angka kematiannya tinggi bisa mencapai 70-80%.
Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurukan mortalitas menjadi
28%.
Sekitar 25% pasien ensefalitis meninggal pada stadium akut. Penderita
yang hidup 20-40%nya akan mempunyai komplikasi atau gejala sisa.
Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada ensefalitis yang
tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari
memberikan prognosis buruk, demikian juga koma. Pasien yang
mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh dengan gejala sisa
yang berat.
43
KESIMPULAN
Diagnosis dini pada pasien ensefalitis terutama ensefalitis herpes
simpleks adalah saat yang menentukan, karena penyakit ini dapat diobati
dengan obat antivirus. Berhubung membuat diagnosis pasti secara dini
sukar dilaksanakan, maka kita harus selalu memikirkan kemungkinan
ensefalitis bila dijumpai pasien dengan demam, kejang terutama kejang
fokal, manifestasi neurologist fokal lain seperti hemiparesis atau afasia
dengan disertai penurunan kesadaran progresif.
Prognosis tergantung kepada cepatnya pengobatan dan kesadaran pasien.
44