emy_perc ii mikro

21
BAB I PENDAHULUAN I.1. Maksud dan Tujuan Praktikum I.1.1. Maksud Praktikum Maksud dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan dapat mempraktekkan uji MIC (Minimal Inhibitory Concentration) pada sampel uji Soklin pembersih lantai untuk mengetahui konsentrasi terendah dari Soklin pembersih lantai tersebut yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba atau bakteri uji. I.1.2. Tujuan Praktikum Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terendah Soklin pembersih lantai yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba atau bakteri uji. I.2. Prinsip Praktikum Prinsip dari praktikum kali ini ialah para praktikan menentukan nilai MIC (Minimal Inhibitory Concentration) dengan cara menguji sampel desinfektan yang mana akan dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi yang telah berisi medium NB (nutrient Broth) kemudian dilakukan pengenceran dari pengenceran 1:10 sampai pengenceran 1:5120.

Upload: emy-esa

Post on 03-Jul-2015

315 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Emy_Perc II Mikro

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Maksud dan Tujuan Praktikum

I.1.1. Maksud Praktikum

Maksud dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan

dapat mempraktekkan uji MIC (Minimal Inhibitory Concentration)

pada sampel uji Soklin pembersih lantai untuk mengetahui konsentrasi

terendah dari Soklin pembersih lantai tersebut yang masih dapat

menghambat pertumbuhan mikroba atau bakteri uji.

I.1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi

terendah Soklin pembersih lantai yang masih dapat menghambat

pertumbuhan mikroba atau bakteri uji.

I.2. Prinsip Praktikum

Prinsip dari praktikum kali ini ialah para praktikan menentukan nilai

MIC (Minimal Inhibitory Concentration) dengan cara menguji sampel

desinfektan yang mana akan dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi

yang telah berisi medium NB (nutrient Broth) kemudian dilakukan

pengenceran dari pengenceran 1:10 sampai pengenceran 1:5120.

\

Page 2: Emy_Perc II Mikro

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum

Desinfekstansia secara umum diartikan sebagai pembasmi

mikroorganisme terutama ditujukan kepada benda mati atau sebagai bahan

kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran

jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau

menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Pada

penandaannya, yang memenuhi persyaratan telah dicantumkan cara

penggunaan produk yang sesuai sebagai bahan untuk disinfeksi (3, hal 327).

Aktivitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor

lingkungan yang meliputi faktor biotik (makhluk hidup dan mencakup

adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme dapat dalam

bentuk simbiose, sinergisme, antibiose, dan sintropisme) dan abiotik

(temperatur, kelembaban, pH, radiasi, penghancuran secara mekanik (1,

net). Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas disinfektan

sebagai berikut:

a. Konsentrasi Disinfektan

Pada umumnya desinfektan konsentrasi tinggi bersifat bakterisida,

sedangkan pada konsentrasi yang lebih rendah zat tersebut bersifat

bakteriostatik. Misalnya, etil alkohol mempunyai efektifitas paling

tinggi pada konsentrasi 70%, sedangkan propel alkohol pada konsentrasi

50-80%.

b. Waktu Kontak

Matinya mikroba karena disinfektan bersifat teratur dan tidak

mendadak. Oleh kerena itu, untuk mendapatkan efek yang memuaskan

maka desinfektan harus kontak yang cukup lama, tetapi aman. Waktu

kontak berbagai disinfektan bervariasi.

Page 3: Emy_Perc II Mikro

c. Suhu

Reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu tinggi akan

mempercepat reaksi, demikian juga dengan disinfektan. Kenaikan suhu

10oC dapat melipat gandakan efek disinfektan.

d. Lingkungan Media

Efek disinfektan sangat dipengaruhi pH media. Antiseptik bekerja

dalam suhu tubuh yang memiliki pH bervariasi. Oleh karena itu,

pemilihan antiseptik harus sesuai dengan pH jaringan.

(6, hal 62-63)

Di samping itu, desinfektansia juga digunakan untuk mencegah

infeksi pada benda mati, dengan jalan memusnahkan hama pathogen,

misalnya alat injeksi dan alat bedah, lantai, dan air minum atau kolam

renang. Yang meliputi zat-zat bakterisida, fungisida, sporasida, dan

amubasid. Contohnya adalah klor, karbol, lisol, dan formalin (5, hal 228).

Menurut SNI 06-1872-1990, syarat mutu cairan disinfektansia sebagai

pembersih lantai dan lain-lain adalah koefisien fenol, pH, kelarutan dalam

air sadah, dan daya memucatkan sebagai indikator kekeuatan disinfektansia

dalam membasmi mikroorganisme adalah koefisien fenol (3,hal 327).

Zat-zat yang digunakan antiseptik dan disinfektan adalah sebagai

berikut:

1. Asam

Asam sangat mempengaruhi mikroba karena adanya ion hidrogen.

Asam yang kuat bersifat bakterisida. Efek bakterisida ini disebabkan

adanya daya hidrolisis dan denaturasi protein sel mikroba. Asam-asam

seperti asam sulfat, asam klorida, dan asam nitrat bersifat bakterisida,

tetapi asam tersebut dapat merusak jaringan tubuh manusia.

2. Alkali (basa)

Basa dapat mempengaruhi mikroba karena ion OH- nya. Efek ion

tersebut terhadap mikroba tidak begitu merusak seperti halnya asam.

Basa memiliki efek terhadap mikroba karena menghidrolisis dan

Page 4: Emy_Perc II Mikro

menggumpalkan protein. Basa-basa yang memiliki sifat di atas antara

lain, kalium hidroksida, natrium hidroksida, dan ammonium hidroksida.

3. Fenol dan senyawa fenolat (Kresol, Heksaklorofen)

Fenol (asam karbolat)digunakan pertama kali oleh Litser sekitar

tahun 1860-an dalam rangka mengembangkan teknik pembedahan

aseptik. Fenol (asamkarbol) untuk pertama kalinya dipergunakan lister

didalam ruang bedah sebagai germisida, untuk mencegah infeksi

pascabedah. Pada konsentrasi yang rendah (2-4%) daya bunuhnya

disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan

selain itu juga merusak membrane sel dengan cara menurunkan

tegangan permukaannya. Fenol merupakan standar pembanding untuk

menentukan aktivitas atau khasiat suatu disinfektan.

Daya kerja fenol terhadap mikroba adalah dalam kemampuannya

mendenaturasi protein dan menginaktivasi enzim dalam membrane sel),

dan bersifat racun. Bila fenol diberikan dengan konsentrasi tinggi, fenol

akan merusak membrane sel secara total dan mengakogulasikan protein.

Tetapi bila fenol diberikan pada konsentrasi rendah hanya menambah

permeabilitas membran sel sehingga metabolit sel akan keluar dan

menginaktifkan enzim bakteri.

Senyawa fenol cukup banyak mempunyai turunan yang semuanya

dapat digunakan sebagai disinfektan. Persenyawaan ini boleh jadi

bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membrane

sel. Kresol beberapa kali lebih germisidal dibandingkan dengan fenol.

(6, hal.64-65)

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan

sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan

adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan

antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan

tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan

juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses

pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan

Page 5: Emy_Perc II Mikro

desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi (1, net).

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi

umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan

pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan

alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan

halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen

atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi,

golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan

biguanida (5, hal 230).

Metode difusi adalah metode yang menggunakan antimikrobia dengan

kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat

yang kemudian media diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir

dilarutkan antimikrobia dengan kadar yang menghambat atau mematikan.

Metode difusi dilakukan dengan cara, cakram kertas saring berisi sejumlah

tertentu obat diletakkkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya

telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Diameter zona hambatan

sekitar cakram yang terbentuk setelah diinkubasi dipergunakan mengukur

kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji (1, net).

Konsentrasi minimum penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC

Minimum Inhibitory Concentration atau MIC test. MIC adalah konsentrasi

terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Nilai MIC

adalah spesifikuntuk tiap-tiap kombinasi dari antibiotika dan mikroba.

Kadar minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan suatu

mikroorganisme juga disebut. Kadar Hambatan Minimum (KHM). Anti

mikroba dapat meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi

bakteriosid, apabila kadar anti mikrobanya ditingkatkan lebih besar dari

MIC tersebut (2, net).

Senyawa antibakteri didefinisikan sebagai senyawa biologis atau

kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri.

Antibakteri adalah jenis bahan tambahan makanan yang digunakan dengan

tujuan untuk mencegah kebusukan atau keracunan oleh mikroorganisme

Page 6: Emy_Perc II Mikro

pada bahan pangan. Beberapa jenis senyawa yang mempunyai aktivitas

antibakteri adalah sodium benzoat, senyawa fenol, asam-asam organic, asam

lemak rantai medium dan esternya, sorbet, sulfur dioksida dan sulfit, nitrit,

senyawa kolagen dan surfaktan, dimetil karbonat dan metil askorbat.

Antibakteri alami baik dari produk hewani, tanaman maupun

mikroorganisme misalnya bakteriosin (6, hal 66).

Zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), baktei

statik (menghambat pertumbuhan bakteri), dan germisidal (menghambat

germinasi spora bakteri). Kemampuan suatu zat antimikrobia dalam

menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya : 1) konsentrasi zat pengawet, 2) jenis, jumlah ,umur, dan

keadaan mikrobia, 3) suhu, 4) waktu, dan 5) sifat-sifat kimia dan fisik

makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah komponen didalam.

Ruang lingkup bakteri yang dapat dipengaruhi oleh zat antibakteri disebut

dengan spectrum antibakteri. Berdasarkan spectrum aksinya, zat antibakteri

dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Spektrum luas, zat antibakteri diklatakan

berspektrum luas apabila zat tersebut efektif melawan prokariot, baik

membunuh atau menghambat bakteri gram positif dan gram negatif dalam

ruang lingkup yang luas. 2) Spektrum sempit, zat antibakteri yang efektif

melawan sebagian bakteri gram positif atau negatif. 3) spectrum terbatas, zat

antibakteri yang efektif melawan suatu spesies bakteri tertentu (1, net). 

Aktivitas anti bakteri ditentukan oleh spektrum kerja, cara kerja,

MIC, serta potensi pada MIC. Suatu bakteri dikatakan mempunyai aktivitas

yang tinggi bila MIC terjadi pada kadar rendah tetapi mempunyai daya

bunuh atau daya hambat yang besar. Suatu anti mikroba menunjukkan

toksisitas yang selektif, dimana obatnya lebih toksis terhadap

mikroorganisme atau karena obat pada reaksi–reaksi biokimia penting

dalam sel parasit lebih unggul daripada pengaruhnya terhadap sel hospes

serta karena struktur sel mikrorganisme berbeda dengan strukur sel manusia

atau hospe (inang) (2, net).

Page 7: Emy_Perc II Mikro

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik

dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas

bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat

pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai

kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).

Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik

menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM

(4, hal 585).

MIC dari sebuah antibiotika terhadap mikroba digunakan untuk

mengetahui sensitivitas mikroba semakin rendah nilai MIC dari sebuah

antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar. Nilai MIC

berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang di uji. MIC dari sebuah

antibiotika terhadap spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba

adalah sangat berbeda dalam hal sensitivitasnya. Metode uji antibakterial

dan antimikrobial yang lain adalah teknik tube dillution test. Fungsinya

untuk mengetahui hasil MIC secara langsung. Metode yang lain adalah

metode E-nerst, yang merupakan metode uji difusi agar yang dengan mudah

dan cepat memperoleh hasil MIC (4, hal 586).

Beberapa zona hambat yang dapat mempengaruhi ukuran zona

penghambatan dan harus dikontrol adalah:

a. Konsentrasi mikroba pada permukaan medium. Semakin tinggi

konsentrasi mikroba maka zona panghambatan akan semakin kecil.

b. Kedalaman medium cawan petri. Semakin tebal medium pada cawan

petri maka zona penghambatan makin kecil.

c. Nilai pH dari medium. Beberapa antibiotika bekerja dengan baik pada

kondisi asam dan beberapa basa kondisi alkali atau basa,

d. Kondisi aerob atau anaerob. Beberapa antibakterial bekerja terbaiknya

pada kondisi aerob dan yang lainnya pada kondisi anaerob.

( 2, net)

Page 8: Emy_Perc II Mikro

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2006, Cara Membedakan Bahan Kimia Desinfeksi, (Online), (http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/1/2/l2.htm, diakses 2 Januari 2006)

2. Anonim, 2008, Pemeriksaan Potensi Antibiotik, (Online), (http://blogkita.info/my-kampuz/mykuliah/mikrobiologi/pemeriksaan- potensi-antibiotik /, diakses 19 November 2008) 3. Djide Natsir dan Sartini, 2008, Analisis Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium

Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin, Makassar, hal. 327

4. Tim Penyusun, 2007, Farmakologi dan Terapi, Departemen farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal. 585,586

5. Tjay Hoan Tan dan Rahardja Kirana, 2002. Obat-Obat Penting, PT Elek Media Komputindo, Jakarta, hal. 228,230

6. Waluyo, Lud, 2008, Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi, Universitas Muhammadiyah Malang Press; Malang, hal. 62,63,64,65,66

Page 9: Emy_Perc II Mikro

II.2 Uraian Sampel

Dalam sampel wipol atau pembersih lantai obat mengandung :

- Bahan aktif Pine Oil 2,5%

II.3 Uraian Bakteri

Eschericia coli

a. Klasifikasi

Kingdom : Protista

Divisio : Schizophyta

Class : Schyzomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Eschericia

Spesies : Eschericia coli

b. Morfologi

Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat-sifat

yang mendekati fungi. Bakteri batang, gram negatif, fakultatif

anaerob, tidak membentuk spora. Kulturnya membentuk koloni

bulat, cembung, halus, dan sebagian menghasilkan hemolisin.

Page 10: Emy_Perc II Mikro

BAB III

METODE KERJA

III.1.Alat dan Bahan

III.1.1. Alat-alat yang digunakan

1. Tabung reaksi 10 buah

2. Rak tabung reaksi

3. Spoid

4. Bunsen

5. Lap kasar dan halus

6. Kapas

7. Timbangan

III.1.2. Bahan-bahan yang digunakan

1. Sampel wipol

2. Medium NB (Nutrien Broth)

3. Suspensi mikroba Eschericia coli

4. Alkohol

III.2. Cara Kerja

1. Sediakan 10 buah tabung reaksi dan isi 9 ml medium NB ke dalam

tabung pertama dan 5 ml ke dalam tabung lainnya.

2. Tambahkan ke dalam tabung pertama 1 ml anti mikroba yang akan diuji,

sehingga diperoleh pengenceran 1:10.

3. Di ambil dengan pipet steril 5 ml dari tabung pertama dan dimasukkan

ke dalam tabung ke dua campurkan sampai homogen.

4. Kemudian diambil lagi 5 ml dari tabung kedua dan dimasukkan ke

dalam tabung ketiga dan seterusnya sampai pada tabung kesepuluh,

setelah dihomogenkan, dipipet 5 ml dari tabung terakhir lalu dibuang.

5. Ditanam ke dalam tiap-tiap tabung 0,02 ml suspensi mikroba dengan

menggunakan spoid.

6. Diinkubasikan semua tabung pada suhu 37oC dan diperiksa

pertumbuhan bakteri setelah 1x24 jam.

Page 11: Emy_Perc II Mikro

7. Tentukan konsentrasi tertinggi yang masih dapat memperlihatkan

penghambatan pertumbuhan mikroba adalah nilai MIC-nya

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1. Tabel Pengamatan

Kelompok Nilai MIC

1 1:80

2 1:40

3 1:40

4 1:160

5 1:160

6 1:640

Page 12: Emy_Perc II Mikro

IV.2. Gambar Pengamatan

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI UNMUL

1:10 1:20

1:40

(Nilai MIC-nya)

1:80

1:160 1:320

1:640 1:1280

1:2560 1:5120

Page 13: Emy_Perc II Mikro

IV.3. Perhitungan Data Hasil Pengamatan

1. Pengeceran 1:10

x = =

2. Pengeceran 1:20

x = =

3. Pengeceran 1:40

x = =

4. Pengenceran 1:80

x = =

5. Pengenceran 1:160

x = =

6. Pengenceran 1:320

x = =

7. Pengenceran 1:640

x = =

8. Pengenceran 1:1280

x = =

9. Pengenceran 1:2560

x = =

Page 14: Emy_Perc II Mikro

BAB V

PEMBAHASAN