efek nefroprotektor ekstrak biji mahoni (swietenia .../efek... · nilai konversi dosis manusia ke...

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS SEL GINJAL MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Muvida G.0009144 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

Upload: ledien

Post on 03-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia

mahagoni (L.) Jacq.) TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS

SEL GINJAL MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI

PARASETAMOL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Muvida

G.0009144

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2012

Page 2: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

Page 3: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Efek Nefroprotektor Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia

mahagoni (L.) Jacq.) terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit (Mus

musculus) yang Diinduksi Parasetamol

Muvida, NIM : G0009144, Tahun : 2012

Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Kamis, 27 Desember 2012

Pembimbing Utama

Nama : Muthmainah, dr., M.Kes NIP : 19660702 199802 2 001 (…………………………….)

Pembimbing Pendamping

Nama : Yulia Sari, S.Si, M.Si NIP : 19800715 200812 2 001 (…………………………….)

Penguji Utama

Nama : Endang Listyaningsih, dr., M.Kes NIP : 19640810 198802 2 001 (…………………………….)

Penguji Pendamping

Nama : Muthmainah, dr. NIP : 19840707 200912 2 003 (…………………………….)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes.

NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SP.PD-KR-FINASIM

Page 4: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 27 Desember 2012

Muvida NIM. G0009144

Page 5: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Muvida, G.0009144, 2012. Efek Nefroprotektor Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Biji mahoni (Swietenia mahagoni) mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, dan tanin yang diduga mampu melindungi ginjal dari radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek nefroprotektor dan pengaruh peningkatan dosis ekstrak biji mahoni terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan the post test only controlled group design. Sampel berupa 28 mencit jantan, galur Swiss webster berumur 2-3 bulan dengan berat badan + 20 g. Sampel mencit dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor mencit. Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling. Mencit Kelompok Kontrol Negatif (KK (-)) dan Kelompok Kontrol Positif (KK (+)) diberi akuades selama 14 hari. Mencit Kelompok Perlakuan 1 (KP1) diberi ekstrak biji mahoni dosis 11,2 mg/20 g BB dan Kelompok Perlakuan 2 (KP2) diberi ekstrak biji mahoni dosis 22,4 mg/20 g BB selama 14 hari. Parasetamol diberikan pada kelompok KK (+), KP1, dan KP2 pada hari ke-12, 13, dan 14. Hari ke-15, mencit dikorbankan dan ginjal mencit dibuat preparat dengan metode blok parafin dan pengecatan hematoksilin eosin (HE). Gambaran histologis sel ginjal dinilai berdasarkan penjumlahan inti sel piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Data dianalisis menggunakan uji One-Way ANOVA (α = 0,05) dan dilanjutkan uji Post Hoc Multiple Comparisons LSD (α = 0,05). Hasil Penelitian: Rerata kerusakan histologis sel ginjal pada KK (-) adalah 9,57+0,701; KK (+) 28,93+1,698; KP1 9,28+0,873; KP2 27,79+1,651. Hasil analisis data secara statistik menunjukkan adanya perbedaan nilai yang bermakna dari rerata skor kerusakan sel ginjal antara KK (-) – KK (+), KK (-) – KP2, KK (+) – KP1, dan KP1 – KP2, serta perbedaan tidak bermakna antara KK (-) – KP1 dan KK (+) – KP2. Simpulan: Ekstrak biji mahoni memiliki efek nefroprotektor terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit yang diinduksi parasetamol dan peningkatan dosis ekstrak biji mahoni tidak dapat meningkatkan efek nefroprotektornya. Kata kunci : ekstrak biji mahoni, nefroprotektor, kerusakan histologis sel ginjal

Page 6: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Muvida, G.0009144, 2012. Nefroprotector Effect of Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Seed Extract Against Paracetamol-Induced Kidney Cells Histological Damage in Mice (Mus musculus). Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Seed extract of Swietenia mahagoni (L.) Jacq. contains saponins, flavonoids, alkaloids, terpenoids, steroids, and tannins that may exhibit significant protection of kidney cells from free radicals. In present study, Swietenia mahagoni was evaluated for its nefroprotector effect and to evaluate increasing doses on paracetamol-induced kidney cells histological damage in mice (Mus musculus). Methods: This research use experimental laboratory studies with the post test only controlled group design. Samples were 28 male Swiss webster mice (2-3 months old) weighing + 20 g and they were divided equally into 4 groups, 7 mice each group. Sampling technique in this research was incidental sampling. The Negative Control Group (KK (-)) and the Positive Control Group (KK (+)) mice were given aquadest for 14 days. The First Treatment Group (KP1) mice were given mahagony seed extract with the dose of 11,2 mg/20 g body weight of mice and the Second Treatment Group (KP2) mice were given mahagony seed extract with the dose of 22,4 mg/20 g body weight of mice for 14 days. Paracetamol was given to groups of KK (+), KP1, dan KP2 on the 12th, 13th, and 14th day. On day-15th, mice were sacrificed and kidneys were taken to make preparations by paraffin block methode and hematoxilin eosin (HE) staining. Kidney cells histological features were assessed based on quantifying of pyknosis, karyorrhexis, and karyolysis. Data were analyzed with the One-Way ANOVA test (α = 0.05) and continued with Post Hoc Multiple Comparisons LSD test (α = 0.05). Results: The mean of kidney cells histological damage in mice for KK (-) was 9,57 + 0,701; KK (+) 28,93 + 1,698; KP1 9,28 + 0,873; KP2 27,79 + 1,651. Result of statistic analysis showed that there were significant differences of kidney cells damage score between KK (-) – KK (+), KK (-) – KP2, KK (+) – KP1, KP1 – KP2, and non significant differences between KK (-) – KP1 and KK (+) – KP2. Conclusion: Swietenia mahagoni (L.) Jacq. seed extract showed nefroprotector effect against paracetamol-induced kidney cells histological damage in mice and increasing doses of mahagony seed extract did not enhance its nefroprotector effect. Kata kunci : mahagony seed extract, nefroprotector, kidney cells histological

damage

Page 7: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan kelapangan yang tak terduga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Efek Nefroprotektor Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Parasetamol”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi dan Pembimbing Utama yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan, dan nasihat bagi penulis.

3. Yulia Sari, S.Si, M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

4. Endang Listyaningsih, dr., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Muthmainah, dr., selaku Anggota Penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Tim skripsi FK UNS, Mb S. Enny N., SH, MH dan Bp. Sunardi yang telah banyak membantu.

7. Staf Laboratorium Histologi, Pak Sukidi dan Mb Dewi atas bantuannya selama ini. 8. Bapak Badariansyah, Ibu Asmara Murni, Ibu Wahidah, ibu yang luar biasa, dan

saudara-saudara tercinta, Nabila, Rusdy, Azmi, dan Najwa, terima kasih atas doa yang tanpa jeda dan kasih sayang yang tak pernah lekang.

9. Meutia, Syara, Yuni, Rafika, Dila, dan Aya, sahabat yang selalu memotivasi. 10. Dahniar dan Sabila, teman seperjuangan skripsi yang luar biasa. 11. Sintin, Dwi, Eksy, Wahyu, Atma, dan Fitroh, tim RC yang menginspirasi. 12. Keluarga besar Kastrat De Geneeskunde, keluarga besar Asisten Histologi

2009, Nita, Ema, Hanif, Mustiqa, Zahra, Maya, Rizka, Nurul, Farida, Fika, Mb Avi, Atika, Ginong, Putri, Prisca, Agung, Basith, Arthes, Elanda, Erma, Qonita, Sofi, yang senantiasa menjadi rumah pelepas lelah dan teman yang hangat.

13. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 27 Desember 2012

Muvida

Page 8: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 5

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5

1. Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) ................................... 5

2. Ginjal (Ren) .................................................................................. 9

3. Parasetamol............................................................................ 19

4. Mekanisme Kerusakan Ginjal Setelah Pemberian Parasetamol

Dosis Toksik................................................................................ 21

5. Mekanisme Perlindungan Biji Mahoni terhadap Kerusakan

Ginjal Akibat Induksi Parasetamol........................................... 23

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 26

C. Hipotesis .......................................................................................... 27

Page 9: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 28

A. Jenis Penelitian............................................................................... 28

B. Lokasi Penelitian............................................................................ 28

C. Subyek Penelitian ............................................................................. 28

D. Teknik Sampling ............................................................................. 29

E. Rancangan Penelitian ....................................................................... 29

F. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 31

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................ 31

H. Alat dan Bahan Penelitian................................................................ 34

I. Cara Kerja ........................................................................................ 35

J. Teknik Analisis Data ....................................................................... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................................ 43

A. Data Hasil Penelitian ........................................................................ 43

B. Analisis Data ..................................................................................... 44

BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 48

BAB VI. PENUTUP .............................................................................................. 52

A. Simpulan ........................................................................................... 52

B. Saran .................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 53

LAMPIRAN .............................................................................................................. 58

Page 10: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Biji Mahoni........................................................... 8

Tabel 4.1. Rerata Transformasi Jumlah Kerusakan Histologis Sel Ginjal pada Masing-Masing Kelompok Mencit...................................................... 46

Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05) ................................................... 47

Page 11: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Biji Mahoni……….……………….……………….…………… 7

Gambar 2.2. Struktur Histologis Ginjal….…………………………………….. 10

Gambar 2.3. Pengamatan Mikroskopis Ginjal Normal………………………… 19

Gambar 2.4. Skema Kerangka Pikir…………………………………………… 26

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian….……………….……………….…29

Gambar 3.2. Skema Langkah Penelitian….……………….……………….……40

Gambar 4.1. Diagram Rerata Skor Kerusakan Sel Ginjal Masing-Masing Kelompok….……………….……………….……….…………… 43

Page 12: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Mikroskopis Sel Ginjal

Lampiran 4. Gambaran Histologis (Fotomikrograf) Tubulus Proksimal Ginjal Mencit

Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas dan Varians Data Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Mahoni terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji One-Way ANOVA dan Post Hoc Multiple Comparison Data Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Mahoni terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit

Lampiran 7. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Lampiran 8. Langkah Kerja Proses Ekstraksi Biji Mahoni dengan Metode Maserasi

Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian

Page 13: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN

ADH : Antidiuretic hormone

AINS : Anti Inflamasi Non Steroid

CYP : Sitokrom P450

NAPQI : N-asetyl-p-benzoquinoneimine

GSH : Glutation

ROS : Reactive Oxygen Species

MDA : Malondialdehid

KK (-) : Kelompok Kontrol Negatif

KK (+) : Kelompok Kontrol Positif

KP1 : Kelompok Perlakuan 1

KP2 : Kelompok Perlakuan 2

HE : Hematoksilin Eosin

LD : Lethal Dose

SPSS : Statistical Product and Service Solution

LSD : Least Significantly Different

Page 14: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ginjal adalah organ vital yang berfungsi sebagai pengatur volume dan

komposisi kimia darah. Kelainan-kelainan yang mungkin terjadi pada ginjal

adalah infeksi, pielonefritis, glomerulonefritis, nefrosklerosis, dan nefropati

toksik. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal. Apabila

kedua ginjal gagal menjalankan fungsinya, maka individu yang bersangkutan

akan mengalami gagal ginjal (Wilson, 2006). Jika fungsi ginjal menurun secara

cepat dalam beberapa hari, akan terjadi gagal ginjal akut. Jika berlangsung lebih

dari 3 bulan, maka menjadi gagal ginjal kronis (Davey, 2006).

Di seluruh dunia, jumlah penderita gagal ginjal kronis diperkirakan 15%

dari jumlah seluruh penduduk. Bahkan di Amerika Serikat, diperkirakan angka

kejadian pada 2015 akan mencapai 595.000 jiwa (Gilbertson et al., 2005). Di

Indonesia sendiri penderita gagal ginjal kronis mencapai 12,5% dari jumlah

seluruh penduduk (Pernefri, 2011). Menurut Rahardjo dalam Lubis (2006),

diperkirakan jumlah penderita gagal ginjal kronis terus meningkat dan

diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun.

Perkembangan terbaru pengobatan gagal ginjal yang telah meluas di

masyarakat adalah hemodialisis dan transplantasi ginjal. Kedua terapi ini

membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan tidak praktis meskipun dapat

memperpanjang harapan hidup (Wilson, 2006). Di samping itu, hemodialisis

Page 15: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dan transplantasi ginjal memiliki efek samping yang berbahaya berupa

meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular (Davey, 2006).

Melihat hal di atas, konsep pengobatan back to nature dengan obat-

obatan herbal menjadi pilihan baik sebagai terapi preventif maupun terapi

kuratif gagal ginjal. Mahoni (Swietenia mahagoni) merupakan tanaman

tradisional yang tumbuh di daerah tropis, termasuk Indonesia. Bagian yang

digunakan dari tumbuhan tersebut adalah bijinya (Hariana, 2007). Biji mahoni

memiliki efek farmakologis antipiretik, antiinflamasi, analgetik, antijamur, serta

antibakteri (Majid et al., 2004; Rahman et al., 2008; Ghosh et al., 2009; Al-alusi

et al., 2010).

Efek terapeutik biji mahoni didapatkan dari bahan aktif

tetranortriterpenoid dan asam lemak (Bacsal et al., 1997). Di samping itu, biji

mahoni memiliki potensi antioksidan dengan kandungan utamanya yang berupa

saponin dan flavonoid (Hariana, 2007; Sahgal et al., 2009a).

Penelitian yang dilakukan oleh Sahgal et al. (2009a) menunjukkan

bahwa biji mahoni sebagai sumber antioksidan yang tinggi dapat membantu

melawan efek radikal bebas yang berbahaya bagi organ tubuh. Namun,

penelitian biji mahoni sebagai nefroprotektor belum banyak dilakukan, padahal

antioksidan diketahui dapat mencegah terjadinya kerusakan ginjal (Lee et al.,

2004). Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang efek nefroprotektor dari ekstrak biji mahoni.

Penelitian akan dilakukan terhadap mencit (Mus musculus) yang dirusak

ginjalnya dengan parasetamol dosis toksik. Peneliti memilih parasetamol untuk

Page 16: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

diinduksikan pada mencit karena obat ini umum digunakan masyarakat dan

diperoleh tanpa harus ada resep dokter (Prescott et al., 2009). Pada dosis

berlebih, obat ini juga akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang

dapat mengakibatkan kerusakan pada berbagai organ, termasuk ginjal (Perneger

et al., 1994). Adapun variabel yang diukur adalah gambaran kerusakan

histologis sel ginjal. Pada penelitian ini diharapkan pemberian ekstrak biji

mahoni dapat mencegah kerusakan sel ginjal mencit akibat induksi parasetamol

dosis toksik.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Adakah efek nefroprotektor ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni)

terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang

diinduksi parasetamol?

2. Apakah peningkatan dosis dapat meningkatkan efek nefroprotektor ekstrak

biji mahoni (Swietenia mahagoni) terhadap kerusakan histologis sel ginjal

mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efek nefroprotektor ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni)

terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang

diinduksi parasetamol.

Page 17: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis terhadap peningkatan efek

nefroprotektor ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni) terhadap

kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi

parasetamol.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

pengaruh ekstrak biji mahoni dalam mencegah kerusakan histologis sel

ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan

ekstrak biji mahoni sebagai nefroprotektor.

2. Manfaat Aplikatif

Memberikan informasi ilmiah pada masyarakat tentang manfaat biji mahoni

dalam bidang kesehatan, antara lain dalam kaitannya dengan kesehatan

ginjal.

Page 18: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)

a. Nama lain

Indonesia : mahoni

Belanda : mahok

Inggris : West Indian mahogany, Cuban mahogany tree

Perancis : acajou

India : mahagoni, mahagni, mahaagonichetta, ciminukku

Malaysia : cheriamahogany

(Orwa et al., 2009)

b. Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Swietenia

Page 19: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Spesies : Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

(Plantamor, 2008)

c. Deskripsi

Swietenia mahagoni adalah tanaman berbentuk pohon yang

ketinggiannya dapat mencapai 30 meter. Diameter batangnya sekitar 1

meter dan memiliki banyak cabang besar. Kulit abu-abu dan halus ketika

masih muda, berubah menjadi coklat tua, beralur dan mengelupas setelah

tua (Orwa et al., 2009). Daun mahoni bertandan, licin, tidak berbulu,

panjang 12-15 cm majemuk menyirip dengan 2-4 pasang daun.

Bunganya berwarna kuning kehijauan dengan diameter 6-8 cm

(Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2001).

Buah mahoni berbentuk bulat telur berlekuk lima. Kulit luar

tebalnya 4-5 cm, sedangkan kulit dalam tipis. Ketika masih muda buah

ini berwarna hijau dan setelah tua berwarna coklat (FP USU, 2010). Buah

merekah mulai dari pangkalnya apabila sudah kering. Bagian tengah

buah tebal, berkayu, terdapat 5 kolom lancip memanjang hingga

ujungnya, di mana pada bagian ini sayap dan biji saling menempel,

meninggalkan bekas ketika biji lepas (Direktorat Perbenihan Tanaman

Hutan, 2001).

Biji mahoni terdapat di dalam buah, ujung agak tebal dan

warnanya coklat kehitaman. Biji ini memiliki katup yang membelahnya

menjadi 5 bagian dari dasar ke atas. Setiap buah terdiri 35-45 butir biji

(Orwa et al., 2009).

Page 20: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Gambar 2.1. Biji Mahoni (Friday, 2004)

d. Kandungan Kimia dan Khasiat

Sahgal et al. (2009b) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

dalam biji mahoni terdapat kandungan aktif utama berupa alkaloid,

terpenoid, antraquinon, glikosida, saponin, dan minyak atsiri. Kandungan

senyawa kimia yang lain adalah tanin dan steroid (Hajra et al., 2011b).

Kandungan total senyawa fenol dan flavonoid dalam 1 gram

ekstrak kering biji mahoni berturut-turut adalah 26,9 mg dan 2,5 mg.

Ekstrak ini memiliki aktivitas inhibisi xantin oksidase dan scavenging

radikal bebas (Sahgal et al., 2009a; Hajra et al., 2011a).

Limonoid dari kelas tetratriterpenoid merupakan salah satu

substansi yang menyebabkan biji mahoni memiliki efek terapeutik.

Tetranortriterpenoid memiliki aktivitas antiplatelet dan antimikroba

(Ekimoto et al., 1991; Rahman et al., 2008). Tetranortriterpenoid yang

terkandung dalam biji mahoni antara lain mahonin, secomahoganin,

swietenin, swietenoloid, swietemahonin, swietemahonolid (Kadota et al.,

1990).

Page 21: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Isolasi komponen kimia dari biji mahoni dengan berbagai teknik

menunjukkan adanya kandungan asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang

tinggi (64,9%) serta protein (13%), di mana 7,5 % proteinnya larut dalam

air (Bacsal et al., 1997; Ali et al., 2011). Kandungan asam lemak pada

minyak biji mahoni antara lain asam palmitat, stearat, arakhidonat, dan

oleat, linoleat, dan linoleinat (Majid et al., 2004; Ali et al., 2009).

Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Biji Mahoni

Kandungan Jumlah

Lemak 57,9%

Total protein 13%

Protein larut air 7,5%

Tepung 4,2%

Glukosa 1,9%

Serat 1,4%

Karbohidrat total 9,7%

(Ali et al., 2009)

Secara empiris, biji mahoni telah terbukti memiliki aktivitas

gastroprotektif terhadap kerusakan lambung tikus yang diinduksi etanol

(Alrdahe et al., 2010). Ekstrak metanol dari biji mahoni juga telah diuji

untuk efek farmakologis antipiretik, antiinflamasi, dan analgetik. Efek ini

didapat melalui mekanisme inhibisi pada jalur siklo-oksigenase dan lipo-

oksigenase pada metabolisme asam arakidonat (Ghosh et al., 2009).

Page 22: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Ginjal (Ren)

a. Fisiologi

Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh dengan cara

mengeliminasi produk sisa metabolisme dan zat-zat lain yang berbahaya

terhadap tubuh, sambil mempertahankan konstituen darah yang masih

berguna (Wilson, 2006; Davey, 2006). Produk sisa metabolisme tubuh

yang dieliminasi ginjal meliputi urea (dari metabolisme asam amino),

asam urat (dari asam nukelat), dan kreatinin (dari kreatin otot), produk

akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit berbagai

hormon. Ginjal juga membuang sebagian besar toksin dan zat asing

lainnya seperti pestisida, obat-obatan, dan zat aditif makanan (Guyton &

Hall, 2007). Selain itu, ginjal juga berperan dalam fungsi hormonal,

mensekresikan eritropoietin dan renin, serta dalam fungsi metabolisme

dengan mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya (Sherwood,

2001).

Page 23: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Gambar 2.2. Struktur Histologis Ginjal (Mescher, 2010)

b. Anatomi

Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di

rongga abdomen bagian belakang, satu di setiap sisi kolumna vertebralis

sedikit di atas garis pinggang (Sherwood, 2001). Ginjal kiri terletak

sedikit lebih tinggi dibandingkan ginjal kanan, karena adanya lobus

kanan hepar yang besar. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga

kedua belas. Sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga

kesebelas (Snell, 2006; Wilson, 2006). Setiap ginjal pada orang dewasa

laki-laki beratnya sekitar 150 gram dan pada wanita sekitar 135 gram.

Panjangnya sekitar 10-12 cm, lebarnya 5-7 cm, dan tebalnya 2-3 cm.

Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum

tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan

ureter yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih. Ginjal diliputi

Page 24: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya

yang rapuh (Guyton & Hall, 2007; Wein et al., 2007).

c. Histologi

Masing-masing ginjal mempunyai korteks di bagian luar yang

berwarna coklat gelap, dan medula di bagian dalam yang berwarna

coklat terang (Snell, 2006). Korteks ginjal terdiri dari pars konvulata

dan pars radiata. Pars konvulata tersusun dari korpuskuli ginjal dan

tubuli yang membentuk labirin kortikal. Pars radiata tersusun dari

bagian-bagian lurus (segmen lurus tubulus proksimal dan segmen lurus

tubulus distal) dari nefron dan duktus kolektivus. Masa jaringan korteks

yang mengelilingi setiap piramid medula membentuk sebuah lobus

renalis, dan setiap berkas medula merupakan pusat dari lobulus renalis.

Jaringan korteks juga terdapat di antara piramid medula, yang disebut

kolumna Bertini (Gartner & Hiatt, 2007).

Medula ginjal terbagi menjadi beberapa masa jaringan berbentuk

kerucut yang disebut piramida ginjal. Dasar dari setiap piramida dimulai

pada perbatasan antara korteks dan medula serta berakhir di papila, yang

menonjol ke dalam ruang pelvis ginjal, yaitu sambungan dari ujung

ureter bagian atas yang berbentuk corong. Batas luar pelvis terbagi

menjadi kantong-kantong dengan ujung terbuka yang disebut kaliks

mayor, yang meluas ke bawah dan terbagi menjadi kaliks minor, yang

mengumpulkan urin dari tubulus setiap papila (Wilson, 2006; Guyton &

Hall, 2007). Berikut adalah bagian-bagian ginjal:

Page 25: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1) Nefron

Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta satuan fungsional

berukuran mikroskopik yang dikenal sebagai nefron, yang disatukan

satu sama lain oleh jaringan ikat (Sherwood, 2001). Setiap nefron

terdiri dari glomerulus (sekumpulan kapiler glomerulus) yang dilalui

sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah, dan tubulus yang

panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam

perjalanannya menuju pelvis ginjal (Guyton & Hall, 2007).

2) Korpuskulum Ginjal

Korpuskulum ginjal terdiri dari kapsula Bowman dan kapiler

glomerulus. Kapsula Bowman merupakan suatu invaginasi dari

tubulus proksimal (Wilson, 2006). Terdapat rongga berupa celah

yang sempit di antara lapisan parietal (epitel kapsula) dan lapisan

viseral (epitel glomerulus) yang melekat erat pada untaian kapiler.

Korpuskulum ginjal mempunyai polus vaskular, tempat arteriol

aferen dan eferen masuk dan keluar glomerulus dan tempat lapisan

parietal kapsula membalik untuk melapisi pembuluh darah sebagai

lapisan viseral. Korpuskulum ginjal juga mempunyai polus urinari di

sisi sebelahnya, tempat rongga kapsula berhubungan dengan lumen

tubulus kontortus proksimal dan tempat epitel parietal melanjutkan

diri pada epitel kuboid atau silindris rendah tubulus kontortus

proksimal (Leeson et al., 1996).

Page 26: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Glomerulus

Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus

yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan

hidrostatik lebih tinggi (kira-kira 60 mm Hg) bila dibandingkan

dengan kapiler lainnya (Guyton & Hall, 2007). Glomerulus terdiri

dari kapiler yang inti sel endotelnya menonjol ke dalam lumen. Sel-

sel endotel dipisahkan dari podosit, modifikasi dari lapisan sel

viseral kapsul Bowman, oleh lamina basal yang tebal. Komponen

jaringan ikat pada arteriol aferen tidak masuk ke dalam kapsula

Bowman dan secara normal sel-sel jaringan ikat digantikan oleh tipe

sel khusus, yaitu sel-sel mesangial. Sel mesangial merupakan

elemen pendukung dan fagositik dari korpuskulum ginjal (Gartner &

Hiatt, 2007).

Sekelompok sel khusus yaitu sel-sel jukstaglomerularis

(modifikasi otot polos arteriol aferen), makula densa, dan sel-sel

mesangial ekstraglomerular membentuk bangunan penting disebut

aparatus jukstaglomerulus. Sel jukstaglomerular bersifat epiteloid

dan berdekatan dengan glomerulus sel-sel otot polos dalam tunika

media arteriol aferen. Sel-sel ini juga berhubungan erat dengan

makula densa, suatu bagian khusus tubulus kontortus distal yang

terdapat di antara arteriol aferen dan eferen. Sel jukstaglomerular

menghasilkan renin yang berpengaruh dalam pengaturan tekanan

darah (Leeson et al., 1996).

Page 27: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Glomerulus berperan dalam memfiltrasi plasma darah. Pada

saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma

bebas-protein menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsula

Bowman. Proses ini dikenal sebagai filtrasi glomerulus yang

merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Filtrat

glomerulus mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal untuk

memulai proses reabsorbsi dan sekresi (Guyton & Hall, 2007;

Sherwood, 2001).

4) Tubulus Kontortus Proksimal

Tubulus kontortus proksimal terletak di korteks, mulai dari

polus urinarius korpuskulum ginjal kemudian menurun ke dalam

medula dan menjadi ansa Henle (Eroschenko, 2003). Panjangnya

hampir 14 mm dengan diameter luar 50 sampai 60 µm. Dindingnya

dibentuk oleh epitel kolumnar rendah atau kuboid (Leeson et al.,

1996). Batas selnya tidak jelas, sitoplasma eosinofilik, bergranula

dan berinti besar, bulat, berbentuk sferis dan terletak di sentral. Pada

sisi luminal dari membran (sisi yang menghadap lumen tubulus),

terdapat sejumlah besar brush border yang memperluas area

permukaan kira-kira 20 kali lipat (Guyton & Hall, 2007). Sedangkan

pada bagian basal sel terdapat basal striation berupa garis-garis

basal (Gartner dan Hiatt, 2007).

Sesuai dengan namanya, tubulus ini jalannya sangat berkelok

dan selalu membentuk lengkung yang besar menghadap ke

Page 28: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

permukaan kapsula ginjal. Sebagai bagian nefron yang paling

panjang dan paling lebar, tubulus membentuk isi korteks, yang

tampak pada sajian sebagai gambaran serong dan melintang (Leeson

et al., 1996).

Di dalam tubulus proksimal, filtrat glomerulus mulai berubah

menjadi kemih oleh absorpsi beberapa zat dan penambahan (sekresi)

zat-zat lainnya. Tubulus proksimal hampir sepenuhnya mengisap zat

gizi dari filtrat glomerular (glukosa, asam amino, protein, vitamin).

Ion natrium secara aktif diserap kembali dari filtrat glomerular

(Slomianka, 2009).

Sel-sel tubulus proksimal mempunyai tanda-tanda sel yang

bermetabolisme tinggi, mempunyai banyak mitokondria untuk

menyokong proses transpor aktif yang sangat cepat dan cukup tepat

(Guyton & Hall, 2007). Tubulus proksimal adalah lokasi yang paling

sering mengalami kerusakan akibat toksikan. Kadar toksikan pada

tubulus proksimal sering lebih tinggi karena terjadinya absorpsi dan

sekresi aktif di tubulus proksimal serta kadar sitokrom P450 pada

tubulus proksimal lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau

mengaktifkan toksikan (Wilson, 2006).

5) Ansa Henle

Ansa Henle terdiri atas segmen desenden tebal tubulus

kontortus proksimal, segmen asenden dan desenden tipis, dan

segmen asenden tebal tubulus kontortus distal (Eroschenko, 2003).

Page 29: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Nefron kortikal mempunyai segmen tipis yang sangat pendek di

dalam pars desenden ansa Henle yang terletak di dalam lapisan

dalam medula, sedangkan pada nefron jukstaglomerular segmen

tipis berjalan dari bagian lebih dalam pars desenden sampai zona

dalam medula, untuk membentuk ansa, dan berjalan kembali sebagai

bagian lebih dalam pars asenden sampai ke zona luar (Leeson et al.,

1996).

Segmen tipis ansa Henle mengarah ke tubulus distal yang

dibentuk oleh sel kuboid rendah tanpa brush border. Pada ujung

cabang asenden tebal terdapat bagian yang pendek, yang sebenarnya

merupakan plak pada dindingnya, dan dikenal sebagai makula

densa. Setelah makula densa, cairan memasuki tubulus distal, yang

terletak pada korteks renal (Guyton & Hall, 2007).

Filtrat yang melewati ansa Henle akan mengalami proses

pemekatan karena ansa Henle menimbulkan gradien hipertonis

dalam medula yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi urin

pada waktu melewati tubulus kolektivus. Bagian desenden ansa

Henle sangat permeabel terhadap air, Na+, dan Cl-. Karena

interstisial medula hipertonis terhadap filtrat, akibatnya Na+ dan Cl-

masuk sedangkan air akan keluar meninggalkan filtrat. Bagian

asenden ansa Henle tidak permeabel terhadap air dan secara aktif

mentransport Na+ dan Cl- ke dalam cairan interstisial sehingga

tubulus ini sangat berperan dalam mempertahankan cairan

Page 30: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

interstisial medula yang hipertonis. Akibat hilangnya Na+ dan Cl-

yang tidak diikuti keluarnya air, maka filtrat yang mencapai tubulus

kontortus distal bersifat hipotonis (Guyton & Hall, 2007).

6) Tubulus Kontortus Distal

Tubulus kontortus distal lebih pendek dan tidak begitu

berkelok dibandingkan tubulus kontortus proksimal (Eroschenko,

2003). Sel-selnya kuboid kecil dan tidak mempunyai brush border,

intinya di tengah atau apeks, sedikit mikrovili yang pendek dan

vakuola apikal. Di dalam sitoplasma bagian basal terdapat

interdigitasi tonjolan-tonjolan sel lateral yang rumit mirip dengan

yang tampak pada tubulus proksimal dengan mitokondria yang

besar, tersusun radier sehingga memberikan gambaran bergaris pada

bagian basal sel dan merupakan mekanisme pompa natrium yang

aktif dari cairan tubular (Leeson et al., 1996). Pada umumnya sel-

selnya tercat kurang kuat dibanding dengan tubulus proksimal

(Sherwood, 2001).

Pada tubulus kontortus distal terjadi pertukaran ion, bila

terdapat aldosteron, Na+ diresorbsi dan ion K+ diekskresi. Tubulus

ini juga mengekskresi H+ dan NH+ (amonium) ke dalam urin.

Mekanisme di sini penting untuk mengendalikan keseimbangan

asam basa darah. Tubulus kontortus distal bersama-sama dengan

tubulus kolektivus sangat permeabel terhadap air bila terdapat

Page 31: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

hormon antidiuretik (ADH) (Guyton & Hall, 2007; Sherwood,

2001).

7) Duktus Kolektivus

Duktus kolektivus bukan bagian nefron. Setiap tubulus

kontortus distal berhubungan dengan duktus kolektivus melalui

sebuah cabang samping duktus kolektivus yang pendek yang

terdapat pada berkas medular. Di bagian medula yang lebih dalam

beberapa duktus kolektivus bersatu untuk membentuk duktus yang

besar yang bermuara ke apeks papila. Saluran ini disebut duktus

papilaris (Bellini). Muara ke permukaan papila sangat banyak dan

rapat, dan disebut area kribrosa. Sel-sel yang meliputi saluran ini di

bagian proksimal bentuknya kuboid makin ke distal dan pada duktus

papilaris berubah menjadi kolumnar. Duktus kolektivus

menyalurkan urin dari nefron ke pelvis renalis dengan sedikit

absorbsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH)

(Leeson et al., 1996).

Berikut adalah gambaran mikroskopis ginjal normal yang

dilihat menggunakan mikroskop:

Page 32: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Gambar 2.3. Pengamatan Mikroskopis Ginjal Normal. Pada gambar tampak G: glomerulus, U: urinary space (celah kapsular), TP: renal corpuscle's tubular pole (kutub tubular korpuskulum ginjal), P: proximal convoluted tubule (tubulus proksimal), D: distal convoluted tubules (tubulus distal). Perbesaran 400 x. Pengecatan Hematoksilin Eosin (Mescher, 2010)

3. Parasetamol

Parasetamol (asetaminofen) adalah salah satu obat yang paling

popular dan banyak digunakan untuk pengobatan nyeri dan demam. Obat ini

sering dikategorikan sebagai obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

meskipun sangat sedikit memiliki aktivitas anti inflamasi (Bertolini et al.,

2006). Lebih lanjut mengenai parasetamol akan diuraikan di bawah ini.

a. Farmakodinamik

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek

antipiretik. Efek analgesik parasetamol dan fenasetin serupa dengan

salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai

sedang dengan penghambatan biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek

anti inflamasinya sangat lemah (Wilmana & Gan, 2007).

Page 33: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b. Farmakokinetik

Setelah pemberian oral, parasetamol diabsorpsi dengan cepat dan

sempurna dari usus. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam

waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1-4 jam. Di dalam

plasma, sebanyak 25% parasetamol terikat protein plasma (Tjay &

Rahardja, 2002). Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar.

Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan

sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Ketika jalur glukuronidasi dan

sulfasi ini tidak dapat digunakan lagi disebabkan asupan parasetamol

jauh melebihi dosis terapi, maka parasetamol berlebih ini akan

dimetabolisme melalui jalur sitokrom P450 (CYP). Bioaktivasi

parasetamol melalui jalur CYP pada hepar akan menghasilkan metabolit

yang sangat aktif yaitu N-asetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI)

(Murugesh et al., 2005; Haldar et al., 2011).

NAPQI adalah metabolit minor parasetamol yang sangat

elektrofilik, reaktif, dan toksik terhadap hati dan ginjal. Pada dosis lazim,

metabolit ini ditangkap oleh glutation (GSH) dengan pembentukan

konjugat yang tidak toksik. Baru apabila cadangan glutation habis, terjadi

reaksi sitotoksik (Wilmana & Gan, 2007). Ekskresi melalui ginjal,

sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam

bentuk terkonjugasi (Wilmana & Gan, 2007).

Page 34: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Indikasi dan Posologi

Indikasi pemberian parasetamol adalah sebagai analgesik dan

antipiretik (Bertolini et al., 2006). Dosis parasetamol untuk dewasa 300

mg – 1 g tiga kali sehari. Dosis untuk anak adalah 150-300 mg/kali

dengan maksimum 1,2 g/hari (Wilmana & Gan, 2007).

d. Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi adalah reaksi hipersensitivitas

dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis 3-4 g sehari dapat terjadi

kerusakan hepar, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrosis hepar

yang ireversibel (Tjay & Rahardja, 2002). Nekrosis tubulus renalis dan

hipoglikemia juga dapat terjadi setelah menelan dosis tunggal 10-15 g

(Bertolini et al., 2006).

4. Mekanisme Kerusakan Ginjal Setelah Pemberian Parasetamol Dosis

Toksik

Asupan berlebih parasetamol akan menyebabkan metabolisme

melalui jalur sitokrom P450 (CYP) aktif. Bioaktivasi parasetamol melalui

jalur CYP pada sel ginjal akan menghasilkan metabolit yang sangat aktif

yaitu N-asetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) (Murugesh et al., 2005;

Haldar et al., 2011). NAPQI adalah metabolit minor parasetamol yang

sangat elektrofilik, reaktif, dan toksik terhadap hati dan ginjal. Pada dosis

lazim, metabolit ini ditangkap oleh glutation (GSH) dengan pembentukan

konjugat yang tidak toksik. Baru apabila cadangan glutation habis, terjadi

reaksi sitotoksik (Wilmana & Gan, 2007).

Page 35: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Setelah overdosis, kualitas dan kuantitas pembentukan NAPQI dapat

melebihi pasokan dan regenerasi GSH. Ketika terjadi deplesi GSH, NAPQI

akan berikatan secara kovalen dengan makromolekul dan memicu

serangkaian kegiatan yang mengakibatkan kematian sel ginjal (Bertolini et

al., 2006). Reaksi antara NAPQI dengan makromolekul akan memacu

terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS) (Kis et al., 2005). ROS dapat

terbentuk dari oksidasi lipid dan protein, kerusakan untai DNA, dan hasil

modulasi ekspresi gen (Lee et al., 2004). Produk akhir oksidasi lipid di

dalam tubuh adalah Malondialdehid (MDA) yang dapat menyebabkan

kematian sel akibat proses oksidasi berlebihan dalam membran sel (Mayes,

2008).

Nefrotoksisitas akibat overdose parasetamol dapat menginduksi stres

retikulum endoplasma pada glomerulus ginjal, yang menyebabkan stres

oksidatif dan inflamasi pada sel-sel podosit serta mesangial glomerulus

(Inagi, 2009).

Perubahan morfologik nukleus pada nekrosis menurut Cotran (2007)

dan Wilson (2006) terdapat 3 pola, yang semuanya disebabkan oleh

pemecahan nonspesifik DNA, di antaranya:

a. Piknosis, ditandai dengan melisutnya nukleus dan peningkatan

basofilia kromatin (berwarna gelap), kemudian DNA berkondensasi

menjadi massa yang melisut padat.

b. Karioreksis, ditandai dengan nukleus yang hancur dan membentuk

fragmen-fragmen materi kromatin yang tersebar di dalam sel, yang

Page 36: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

selanjutnya dalam 1-2 hari inti dalam sel yang mati benar-benar

menghilang.

c. Kariolisis, ditandai dengan nukleus mati dan hilang yang disebabkan

oleh aktivitas DNAse sehingga basofilia kromatin memudar (tidak

dapat diwarnai lagi).

Pada nefrotoksisitas parasetamol terjadi nekrosis segmen-segmen

pendek tubulus, terutama pada tubulus proksimal, dengan membrana basalis

tubuli umumnya masih baik dan secara klinik terjadi supresi akut fungsi

ginjal. Gambaran histologis jaringan ginjal nekrosis yang bertahan selama

seminggu akan mulai tampak regenerasi epitel dalam bentuk lapisan epitel

kuboid rendah serta aktivitas mitotik di sel epitel tubulus yang tersisa.

Regenerasi ini bersifat total dan sempurna, kecuali pada membran basal

yang rusak (Cotran et al., 2007).

5. Mekanisme Perlindungan Biji Mahoni terhadap Kerusakan Ginjal

Akibat Induksi Parasetamol

Ekstrak biji mahoni diduga dapat mencegah kerusakan ginjal akibat

pemberian parasetamol dosis toksik karena memiliki aktivitas antioksidan.

Di bawah kondisi fisiologis, terdapat keseimbangan antara pembentukan

radikal bebas dan sistem pertahanan antioksidan yang digunakan

organisme untuk melindungi dirinya sendiri dari toksisitas radikal bebas.

Keseimbangan antioksidan dan detoksifikasi Reactive Oxygen Spesies

(ROS) yang berpotensi menimbulkan kerusakan sangat penting untuk

homeostatis selular (Pajovic et al., 2008). Kandungan biji mahoni yang

Page 37: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

berperan sebagai antioksidan adalah terpenoid, tanin, flavonoid, steroid,

saponin, dan alkaloid (Sahgal et al., 2009b; Hajra et al., 2011a).

Limonoid dari kelas tetratriterpenoid merupakan salah satu

substansi yang menyebabkan biji mahoni memiliki efek terapeutik

(Rahman et al., 2008). Golongan terpenoid ini dapat mencegah infiltrasi

leukosit ke dalam ginjal yang dapat menimbulkan kerusakan ginjal

(Alrdahe et al., 2010). Terpenoid juga dapat meningkatkan glutation (GSH)

dan aktivitas enzim antioksidan (Thoppil & Bishayee, 2011).

Tanin dan flavonoid yang didapat dari ekstrak biji mahoni diketahui

memiliki aktivitas scavenging radikal bebas yang tinggi (Hagerman, 2002;

Hajra et al., 2011a; Sahgal et al., 2009a). Flavonoid merupakan scavenger

yang efektif untuk radikal hidroksil dan peroksil. Mekanisme antioksidan

yang lain dari flavonoid terletak pada kemampuan donor hidrogen dan

metal ion chelation. Setelah mendonorkan atom hidrogen, flavonoid

menjadi radikal yang stabil yang tidak mudah berpartisipasi dalam reaksi

radikal lain. Di samping itu, flavonoid dapat membentuk kompleks dengan

logam dan mencegah oksidasi lipid (Lee et al., 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Pajovic et al., (2008) menunjukkan

bahwa ekspresi enzim antioksidan seperti glutation (GSH) dapat

dimodulasi oleh steroid.

Saponin dan alkaloid dapat memainkan peran penting dalam

penghambatan lipoksigenase (Rodrigues et al., 2005). Lipoksigenase

merupakan enzim penting dalam biosintesis leukotrien yang memainkan

Page 38: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

peran penting dalam patofisiologi beberapa penyakit inflamasi.

Lipoksigenase sensitif terhadap antioksidan, di mana aktivitasnya adalah

menghambat pembentukan hidroperoksida lipid dalam rangka scavenging

bentuk radikal dari lipidoksi atau lipidperoksi dalam proses peroksidasi

enzim. Hal ini dapat membatasi ketersediaan substrat hidroperoksida lipid

yang diperlukan untuk siklus katalitik lipoksigenase (Rackova et al., 2007).

Page 39: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4. Skema Kerangka Pikir

Page 40: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

C. Hipotesis

1. Ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki efek nefroprotektor

terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang

diinduksi parasetamol.

2. Peningkatan dosis dapat meningkatkan efek nefroprotektor ekstrak biji

mahoni (Swietenia mahagoni) terhadap kerusakan histologis sel ginjal

mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol.

Page 41: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mencit. Sampel yang diambil dari

populasi memiliki kriteria inklusi yaitu: berjenis kelamin jantan, galur Swiss

webster, berusia 2-3 bulan, dan berat badan ± 20 g. Adapun kriteria

eksklusinya adalah mencit yang memiliki kecacatan fisik dan atau tampak

sakit. Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan rumus Federer, yaitu:

(k-1)(n-1) > 15

(4-1)(n-1) > 15

3(n-1) > 15

3n > 15 + 3

n > 6 ≈ 7

Keterangan:

k : jumlah kelompok

n : jumlah sampel dalam tiap kelompok

Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok sebanyak 7 ekor

Page 42: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mencit (n > 6). Jumlah kelompok mencit ada 4 sehingga penelitian ini

membutuhkan 28 ekor mencit dari populasi yang ada.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling. Sampel

diperoleh dengan mengambil begitu saja subjek penelitian yang ditemui dari

populasi yang ada (Taufiqqurohman, 2008).

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah the post test only controlled group

design. Dalam rancangan ini subjek dibagi menjadi 4 kelompok secara

random.

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

Keterangan:

X : Populasi

S : Sampling

Y : Sampel

R : Randomisasi

KK (-) : Kelompok Kontrol Negatif, diberi makanan dan minuman standar

tanpa diberi ekstrak biji mahoni maupun parasetamol.

X

S

Y

R KK (-)

KK (+)

KP1

KP2

O0

O1

O2

O3

Dibandingkandengan uji

statistik

Page 43: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

KK (+) : Kelompok Kontrol Positif, diberi makanan dan minuman standar

dan diberi parasetamol 0,1 ml/20 g BB mencit satu kali sehari pada

hari ke-12, 13, dan 14.

KP1 : Kelompok Perlakuan 1, diberi makanan dan minuman standar,

diberi ekstrak biji mahoni dengan dosis 0,1 ml/20 g BB mencit

satu kali sehari selama 14 hari berturut-turut dan diberi

parasetamol 0,1 ml/20 g BB mencit satu kali sehari pada hari ke-

12, 13, dan 14.

KP2 : Kelompok Perlakuan 2 diberi makanan dan minuman standar,

diberi ekstrak biji mahoni dengan dosis 0,2 ml/20 g BB mencit

satu kali sehari selama 14 hari berturut-turut dan diberi

parasetamol 0,1 ml/20 g BB mencit satu kali sehari pada hari ke-

12, 13, dan 14.

O0 : Pengamatan jumlah sel ginjal yang mengalami kerusakan pada

mencit kelompok kontrol negatif.

O1 : Pengamatan jumlah sel ginjal yang mengalami kerusakan pada

mencit kelompok kontrol positif.

O2 : Pengamatan jumlah sel ginjal yang mengalami kerusakan pada

mencit kelompok perlakuan 1.

O3 : Pengamatan jumlah sel ginjal yang mengalami kerusakan pada

mencit kelompok perlakuan 2.

Pengambilan organ ginjal mencit yang selanjutnya dibuat preparat

histologis, dilakukan pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama dikerjakan.

Page 44: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : pemberian ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni).

2. Variabel terikat : kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus).

3. Variabel luar :

a. Terkendali

Variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis

makanan mencit semuanya diseragamkan.

b. Tak terkendali

1) Sensitivitas subjek terhadap zat yang diberikan.

2) Keadaan psikologis subjek.

3) Keadaan awal ginjal mencit.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: pemberian ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni)

Biji mahoni yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari toko

obat herbal Akar Sari. Ekstraksi biji mahoni dilakukan di Laboratorium

Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan teknik maserasi menggunakan pelarut

etanol 70%.

Ekstrak biji mahoni diberikan selama 14 hari berturut-turut secara

per oral dengan sonde lambung dalam 2 dosis.

Dosis I : 11,2 mg/20 g BB mencit yang diencerkan hingga 0,1 ml

diberikan pada mencit KP1 (perhitungan dosis pada cara kerja).

Page 45: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Dosis II : 22,4 mg/20 g BB mencit yang diencerkan hingga 0,2 ml

diberikan pada mencit KP2.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

2. Variabel terikat: kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus)

Kerusakan histologis sel ginjal mencit adalah gambaran kerusakan

mikroskopis sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit yang diinduksi

parasetamol dan telah mendapat perlakuan dengan ekstrak biji mahoni.

Pada variabel ini yang dinilai berupa besarnya kerusakan histologis

sel epitel tubulus proksimal ginjal mencit. Besarnya kerusakan histologis

dinilai dengan cara menghitung jumlah sel epitel tubulus proksimal yang

rusak dari tiap 50 sel epitel tubulus proksimal pada suatu daerah tertentu di

pars konvulata korteks ginjal. Sel epitel tubulus proksimal yang rusak

ditandai oleh adanya inti sel yang piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Tiap

mencit diambil ginjal kanan dan kirinya. Untuk masing-masing ginjal,

jumlah irisan yang dibaca adalah 1 irisan dari 2 irisan yang diambil,

sehingga untuk setiap kelompok (7 mencit) terdapat 7 irisan ginjal kanan

dan 7 irisan ginjal kiri yang akan dibaca. Dengan demikian ada 14 angka

yang muncul mengenai jumlah sel epitel tubulus proksimal yang mengalami

kerusakan pada tiap kelompok mencit.

Page 46: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Adapun rumus besarnya kerusakan histologis sel epitel tubulus

proksimal untuk tiap irisan ginjal adalah:

Pi + Kr + Kl

Keterangan :

Pi : Jumlah sel epitel tubulus proksimal dengan inti piknosis.

Kr : Jumlah sel epitel tubulus proksimal dengan inti karioreksis.

Kl : Jumlah sel epitel tubulus proksimal dengan inti kariolisis.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

3. Variabel luar

Variabel luar terdiri dari variabel yang dapat dikendalikan dan yang tidak

dapat dikendalikan.

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan. Variabel ini dapat dikendalikan

melalui homogenisasi.

1) Variasi genetik

Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit dengan galur Swiss

webster.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan.

3) Umur

Umur mencit pada penelitian ini adalah + 3 bulan.

4) Suhu udara

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara

berkisar antara 25-28o C.

Page 47: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

5) Berat badan

Berat badan hewan percobaan + 20 g.

6) Jenis makanan

Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air

Perusahaan Air Minum (PAM).

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan:

1) Reaksi sensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi kepekaan

mencit terhadap zat yang digunakan.

2) Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan yang

berulang kali, dan perkelahian antarmencit dapat mempengaruhi

kondisi psikologis mencit.

3) Keadaan awal ginjal mencit tidak diperiksa pada penelitian ini

sehingga mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan ginjalnya

sudah mengalami kelainan.

H. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) kandang mencit

4 buah masing-masing untuk 7 ekor mencit beserta kelengkapan pemberian

makan; 2) timbangan hewan; 3) timbangan obat; 4) pipet tetes dan mikropipet

5) sonde lambung; 6) alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting,

jarum, meja lilin); 7) alat untuk pembuatan preparat histologi; 8) mikroskop

cahaya medan terang; 9) gelas ukur dan pengaduk; 10) masker; 11) handscoen;

dan 12) kamera.

Page 48: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi: 1) parasetamol; 2)

makanan hewan percobaan (pelet); 3) akuades; 4) bahan untuk pembuatan

preparat histologis dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE); dan 5)

ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.).

I. Cara Kerja

1. Cara ekstraksi biji mahoni (Swietenia mahagoni)

Pembuatan ekstrak biji mahoni dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM) dengan

menggunakan metode maserasi. Biji mahoni dicuci menggunakan akuades

kemudian dikeringkan dalam almari pengering suhu 450C selama 48 jam.

Selanjutnya biji mahoni direndam dengan ethanol 70%, di-blend selama 30

menit, didiamkan selama 24 jam, lalu disaring. Prosedur tersebut diulangi

sebanyak 3 kali. Filtrat hasil penyaringan diuapkan dengan vacuum rotary

evaporator, pemanas water bath suhu 700C. Dari proses tersebut akan

didapatkan ekstrak kental yang dituang dalam cawan porselin. Selanjutnya

ekstrak kental dalam cawan porselin dipanaskan dengan pemanas water

bath suhu 700C sambil terus diaduk sehingga didapatkan ekstrak etanol biji

mahoni. Ekstrak biji mahoni ini akan diencerkan dengan akuades sebelum

disondekan pada mencit percobaan.

2. Dosis dan pengenceran ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni).

Pemberian ekstrak biji mahoni untuk gastroprotektor berdasarkan

penelitian oleh Alrdahe et al. (2010) adalah 400 mg/kg BB tikus atau setara

dengan 80 mg/200 g BB tikus. Pada penelitian Alrdahe et al. tersebut,

Page 49: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

ekstrak biji mahoni diberikan dalam 4 dosis, yaitu 50, 100, 200, dan 400

mg/kg BB tikus yang diberikan secara per oral selama 14 hari berturut-

turut. Penentuan dosis yang diberikan kepada mencit berdasarkan pada

hasil konversi dari tikus ke mencit seperti terlihat pada lampiran 1

(Ngatidjan, 1991). Dosis pemberian ekstrak biji mahoni pada mencit ini

adalah dosis I = 0,1 ml/20 g BB mencit dan dosis II = 0,2 ml/20 g BB

mencit. Masing-masing dosis yang disondekan tersebut adalah 5,6 g

ekstrak biji mahoni yang telah diencerkan dengan akuades menjadi volume

50 ml. Ekstrak biji mahoni dosis I diberikan satu kali sehari selama 14 hari

berturut-turut pada KP1. Ekstrak biji mahoni dosis II diberikan satu kali

sehari selama 14 hari berturut-turut pada KP2.

Perhitungan dosis ekstrak biji mahoni:

a. Dosis I ekstrak biji mahoni setara dengan 80 mg ekstrak biji mahoni

pada tikus dengan berat 200 g.

Dosis I untuk mencit 20 g = Nilai konversi x 80 mg

= 0,14 x 80 mg

= 11,2 mg/20 g BB mencit

Pengenceran ekstrak biji mahoni:

Ekstrak biji mahoni sebanyak 11,2 g diencerkan dengan akuades

sehingga didapatkan 100 ml larutan ekstrak biji mahoni, setara dengan

5,6 g ekstrak biji mahoni yang dilarutkan dengan akuades sehingga

menjadi 50 ml larutan ekstrak biji mahoni.

↔ Dalam 1 ml mengandung 112 mg ekstrak biji mahoni

Page 50: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

↔ Dalam 0,1 ml mengandung 11,2 mg ekstrak biji mahoni

Larutan ekstrak biji mahoni yang disondekan adalah ekstrak biji

mahoni yang telah diencerkan. Larutan ekstrak biji mahoni yang

disondekan pada 1 ekor mencit (20 g) pada KP1 sebanyak 0,1 ml dan

diberikan selama 14 hari berturut-turut.

b. Dosis II ekstrak biji mahoni

Ekstrak biji mahoni dosis II adalah 2 kali ekstrak biji mahoni dosis I.

Jadi, larutan ekstrak biji mahoni yang disondekan pada 1 ekor mencit

(20 g) pada KP2 sebanyak 0,2 ml dan diberikan selama 14 hari berturut-

turut.

3. Dosis dan pengenceran parasetamol

Dosis letal (LD-50/Lethal Dosis-50) untuk mencit per oral yang telah

diketahui adalah 338 mg/kg BB atau 6,76 mg/20 g BB mencit (Wishart et

al., 2011). Dosis parasetamol yang digunakan untuk menimbulkan efek

kerusakan ginjal berupa nekrosis sel epitel tubulus proksimal ginjal tanpa

menyebabkan kematian mencit adalah dosis 3/4 LD-50 perhari (Ratnasari,

2009). Dosis yang digunakan adalah 338 mg/Kg BB × 0,75 = 253,5 mg/kg

BB = 5,07 mg/20 g BB mencit. Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam

akuades hingga 9,86 ml, sehingga dalam 0,1 ml larutan parasetamol

mengandung 5,07 mg parasetamol.

Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari ke-12,

13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk

menimbulkan kerusakan berupa nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal

Page 51: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

di daerah pars konvulata korteks ginjal tanpa menimbulkan kematian pada

mencit.

4. Persiapan mencit

Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi,

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sesudah

adaptasi, keesokan harinya dilakukan penimbangan untuk menentukan

dosis dan dilakukan perlakuan.

5. Pengelompokan subjek

Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Subjek dikelompokkan

menjadi empat kelompok dengan cara randomisasi, dan masing-masing

kelompok terdiri dari 7 mencit. Adapun pengelompokan subjek adalah

sebagai berikut:

a. KK (-) : Kelompok Kontrol Negatif, diberi akuades per oral sebanyak

0,1 ml/20 g BB mencit setiap hari selama 14 hari berturut-

turut, tanpa ekstrak biji mahoni maupun parasetamol.

b. KK (+) : Kelompok Kontrol Positif, diberi akuades per oral sebanyak

0,1 ml/20 g BB mencit selama 14 hari berturut-turut, dan

diberi parasetamol per oral 0,1 ml/20 g BB mencit satu kali

sehari pada hari ke-12, 13, dan 14, tanpa ekstrak biji mahoni.

c. KP1 : Kelompok Perlakuan 1, diberi ekstrak biji mahoni per oral

sebanyak 0,1 ml/20 g BB mencit satu kali sehari selama 14

hari berturut-turut dan diberi parasetamol per oral 0,1 ml/20 g

BB mencit satu kali sehari pada hari ke-12, 13, dan 14.

Page 52: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

d. KP2 : Kelompok Perlakuan 2, diberi ekstrak biji mahoni per oral

sebanyak 0,2 ml/20 g BB mencit satu kali sehari selama 14

hari berturut-turut dan diberi parasetamol per oral 0,1 ml/20 g

BB mencit satu kali sehari pada hari ke-12, 13, dan 14.

Setiap sebelum pemberian parasetamol dan ekstrak biji mahoni, mencit

dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian

parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian ekstrak biji mahoni agar

terabsorbsi terlebih dahulu. Di luar jadwal perlakuan mencit diberi makan

berupa pelet dan minum air PAM ad libitum.

Page 53: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

6. Pemberian Perlakuan

Gambar 3.2. Skema Langkah Penelitian

7. Pengukuran Hasil

Pada hari ke-15 setelah perlakuan diberikan, semua hewan

percobaan dikorbankan dengan cara neck dislocation (Alrdahe et al., 2010).

Setiap mencit diambil ginjal kanan dan kiri, kemudian masing-masing

ginjal dibuat 2 irisan secara frontal pada daerah pertengahan ginjal dengan

Page 54: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

jarak antaririsan adalah 10 irisan dengan ketebalan tiap irisan ginjal + 5–7

µm (untuk keseragaman). Preparat ginjal dibuat dengan metode blok

parafin dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Tiap mencit dibuat 2

irisan jaringan dari ginjal kanan dan 2 irisan jaringan dari ginjal kiri, yang

kemudian diambil secara acak 1 irisan dari masing-masing ginjal untuk

diamati pada mikroskop. Jadi, jumlah irisan ginjal yang dibaca untuk tiap

mencit adalah 1 irisan dari ginjal kanan dan 1 irisan dari ginjal kiri. Dengan

demikian untuk tiap kelompok terdapat 7 irisan ginjal kanan dan 7 irisan

ginjal kiri (14 irisan ginjal). Dari tiap irisan ginjal dibaca jumlah sel epitel

tubulus proksimal yang rusak dari tiap 50 sel epitel tubulus proksimal

ginjal. Dengan demikian ada 14 angka yang muncul mengenai jumlah sel

epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan pada setiap kelompok

mencit, yang kemudian dibandingkan reratanya dengan uji statistik.

Pengamatan preparat irisan jaringan ginjal mula-mula dilakukan

dengan perbesaran 100 kali untuk mengamati seluruh bagian irisan,

kemudian ditentukan tubulus proksimal yang terletak pada pars konvulata

korteks ginjal. Pengamatan dilanjutkan dengan perbesaran 400 kali untuk

mengamati inti sel epitel tubulus proksimal ginjal. Perbesaran 1000 kali

untuk melihat dan membedakan inti sel yang piknosis, karioreksis, dan

kariolisis dengan lebih jelas.

Pengamatan dilakukan pada tubulus proksimal ginjal karena

menurut Wilson (2006), pada tubulus proksimal terjadi absorpsi dan

sekresi aktif serta kadar sitokrom P450 lebih tinggi untuk mendetoksifikasi

Page 55: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

atau mengaktifkan toksikan sehingga lebih mudah untuk mengalami

kerusakan.

Untuk mengetahui sel-sel epitel tubulus proksimal yang

mengalami kerusakan maka dari tiap irisan ditentukan 1 daerah di pars

konvulata korteks ginjal kemudian pada tiap daerah tersebut dihitung

jumlah sel epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan dari tiap 50

sel epitel tubulus proksimal yang ada di daerah tersebut. Masing-masing

irisan ginjal yang diamati kemudian dihitung jumlah inti sel yang

mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Jumlah sel yang

mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari tiap 50 sel

menggambarkan besarnya kerusakan yang dialami oleh tiap irisan ginjal.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh diuji normalitasnya menggunakan uji

Kolmogorof-Smirnov dan uji Levene’s Test of Varian untuk mengetahui varian

data. Kemudian data diuji menggunakan uji statistik One-Way ANOVA

dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons untuk mengetahui

kelompok mana yang mempunyai perbedaan bermakna. Derajat kemaknaan

yang digunakan adalah α = 0,05 (Dahlan, 2007).

Page 56: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Data yang didapatkan dari hasil pengamatan mikroskopis dari efek

nefroprotektor ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) terhadap

kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi

parasetamol disajikan pada lampiran 3. Hasil rerata jumlah kerusakan

histologis sel ginjal mencit untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada

gambar 4.1.

Gambar 4.1. Diagram Rerata Skor Kerusakan Sel Ginjal Masing-masing

Kelompok. Kontrol (-) tanpa parasetamol dan ekstrak biji mahoni, kontrol (+) hanya diberi parasetamol, perlakuan 1 diberi parasetamol dan ekstrak biji mahoni dosis 11,2 mg/g BB, perlakuan 2 diberi parasetamol dan ekstrak biji mahoni dosis 22,4 mg/g BB (Data Primer, 2012)

0

5

10

15

20

25

30

35

Kontrol (-) Kontrol (+) Perlakuan 1 Perlakuan 2

Rer

ata

Jum

lah

Ker

usak

an S

el G

inja

l

Kelompok

9.57 + 0.701

28.93 + 1.698

9.28 + 0.873

27.79 + 1.651

Page 57: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kelompok KK (+) memiliki

rerata jumlah kerusakan yang paling tinggi, yaitu 28.93+1.698; sedangkan KP1

memiliki rerata terendah, yaitu 9.28+0.873. Gambaran histologis

(fotomikrograf) tubulus proksimal ginjal mencit pada KK (-), KK (+), KP1,

dan KP2 dapat dilihat pada lampiran 4.

B. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for

Windows. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik

dengan uji One-Way ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan rerata

jumlah kerusakan sel ginjal mencit yang bermakna antara keempat kelompok

sekaligus. Uji One-Way ANOVA ini dapat dilakukan jika data penelitian

memenuhi ketiga syarat uji parametrik.

Syarat pertama adalah skala pengukuran variabel termasuk skala

numerik. Terdapat dua macam variabel dalam penelitian ini. Pemberian ekstrak

biji mahoni yang merupakan variabel bebas menggunakan skala ordinal

(kategorik), sedangkan kerusakan histologis sel ginjal mencit yang merupakan

variabel terikat menggunakan skala rasio (numerik). Dengan demikian, syarat

skala numerik dalam penelitian ini telah terpenuhi.

Sebaran atau distribusi data yang normal merupakan syarat uji

parametrik kedua. Untuk mengetahui normalitas data pada penelitian ini,

digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (α = 0,05) karena jumlah irisan ginjal

yang diperiksa sebagai sampel adalah 56 irisan (lebih dari 50). Hasil uji

Page 58: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada lampiran 5. Nilai p dari hasil uji

Kolmogorov-Smirnov untuk kelompok KK (-), KK (+), KP1, dan KP2 berturut-

turut adalah 0,163; 0,200; 0,118; dan 0,090. Keempat nilai di atas lebih besar

dari α (0,05), sehingga menunjukkan bahwa sebaran data pada masing-masing

kelompok KK (-), KK (+), KP1, dan KP2 adalah normal, jadi syarat kedua

terpenuhi.

Syarat terakhir adalah kesamaan varian data yang dapat diketahui

dengan uji Homogeneity of Variances. Suatu data dikatakan memiliki

kesamaan varian bila nilai p lebih besar dari nilai α (0,05). Hasil uji

Homogeneity of Variances dapat dilihat pada lampiran 5. Dari uji ini

didapatkan nilai p sebesar 0,004. Karena p < α, maka varian data ini tidak sama

sehingga syarat ketiga uji parametrik belum dapat terpenuhi. Dari sini perlu

dilakukan transformasi data agar diperoleh varian data yang sama. Sebelumnya

perlu dicari bentuk transformasi data yang sesuai dengan menilai slope dan

power. Nilai slope dan power dapat dilihat pada lampiran 5. Nilai slope =

0,830 dan nilai power = 0,170; sehingga bentuk transformasi yang digunakan

adalah logaritma. Berikut adalah hasil rerata data transformasi yang telah

dilakukan:

Page 59: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 4.1. Rerata Transformasi Jumlah Kerusakan Histologis Sel Ginjal pada Masing-Masing Kelompok Mencit

Kelompok Rerata Jumlah

KK (+) 1,02

KK (-) 1,45

KP1 0,94

KP2 1,43

(Data Primer, 2012)

Setelah dilakukan transformasi data, dilakukan kembali uji

Homogeneity of Variances. Hasil uji Homogeneity of Variances dengan data

transformasi dapat dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan uji ini, didapatkan

nilai p sebesar 0,625 sehingga dapat dinyatakan bahwa varian data

antarkelompok sama.

Setelah ketiga syarat terpenuhi maka uji One-Way ANOVA bisa

dilakukan. Hasil uji One-Way ANOVA dapat dilihat pada lampiran 6. Derajat

kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Nilai p dari hasil uji One-Way

ANOVA adalah 0,001 (p < 0,05). Nilai p yang kurang dari 0,05 menunjukkan

adanya perbedaan nilai rerata jumlah kerusakan sel ginjal yang bermakna pada

setidaknya dua kelompok.

Langkah selanjutnya adalah analisis mengenai perbedaan masing-

masing kelompok dengan Post Hoc Multiple Comparisons menggunakan uji

Least Significantly Different (LSD). Ringkasan hasil uji LSD dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 60: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Uji LSD (α = 0,05)

Kelompok p Perbedaan

KK (-) – KK (+) 0,001 Bermakna

KK (-) – KP1 0,631 Tidak Bermakna

KK (-) – KP2 0,001 Bermakna

KK (+) – KP1 0,001 Bermakna

KK (+) – KP2 0,705 Tidak Bermakna

KP1 – KP2 0,001 Bermakna

(Data Primer, 2012)

Nilai p yang lebih besar dari 0,05 antara KK (-) – KP1 dan KK (+) –

KP2 menunjukkan bahwa didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara

kedua kelompok ini. Sedangkan nilai p yang lebih kecil dari 0,05 antara

pasangan kelompok lainnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai

rerata jumlah kerusakan sel ginjal yang bermakna pada pasangan

antarkelompok data tersebut. Hasil uji LSD secara rinci dapat dilihat pada

lampiran 6.

Page 61: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini mengamati pengaruh pemberian ekstrak biji mahoni terhadap

kerusakan histologis sel ginjal mencit akibat paparan parasetamol. Kerusakan sel

ginjal pada penelitian ini merupakan nilai dari skor kerusakan sel ginjal yang

dievaluasi dari perubahan inti sel ginjal berupa piknotik, karioreksis, dan kariolisis.

Sel piknotik memiliki inti yang kisut dan bertambah basofil, dan batasnya tidak

teratur. Inti sel karioreksis memiliki inti yang mengalami fragmentasi atau hancur

dengan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel.

Sel yang mengalami kariolisis memiliki ciri kromatin basofil menjadi pucat, inti sel

kehilangan kemampuan menyerap warna sehingga tidak tampak dalam pewarnaan

(Cotran, 2007; Wilson, 2006).

Kerusakan sel akibat paparan dosis toksik parasetamol paling berat terjadi

pada tubulus proksimal ginjal karena menurut Wilson (2006) di daerah ini terjadi

absorpsi dan sekresi aktif serta kadar sitokrom P450 lebih tinggi untuk

mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan sehingga lebih mudah untuk

mengalami kerusakan. Oleh karena itu, penilaian kerusakan histologis sel ginjal

dalam penelitian dilakukan dengan menghitung jumlah sel piknosis, karioreksis,

kariolisis pada tubulus proksimal.

Dalam penelitian ini mencit dibagi menjadi empat kelompok, yaitu

Kelompok Kontrol Negatif (KK(-)), Kelompok Kontrol Positif (KK (+)),

Kelompok Perlakuan 1 (KP1), dan Kelompok Perlakuan 2 (KP2). KK (-) digunakan

Page 62: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sebagai derajat normal untuk pembanding terhadap ketiga kelompok yang lain. KK

(-) diharapkan memiliki jumlah kerusakan histologis sel ginjal yang paling kecil

dibandingkan kelompok lain. Adanya gambaran inti piknosis, karioreksis, dan

kariolisis pada KK (-) disebabkan oleh proses apoptosis yang secara fisiologis

dialami oleh semua sel normal. Setiap sel dalam tubuh akan selalu mengalami

penuaan yang diakhiri kematian sel dan digantikan oleh sel-sel baru melalui proses

regenerasi. Selain itu, variabel yang tidak dapat dikendalikan seperti: perbedaan

sensitivitas, kondisi psikologis, dan keadaan awal ginjal mencit mungkin juga dapat

menjadi penyebab perubahan inti tersebut.

Hasil analisis jumlah kerusakan histologis sel ginjal menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan bermakna antara KK (-) dan KK (+). Hasil ini sesuai dengan

yang diharapkan, yaitu kerusakan histologis sel ginjal terjadi lebih besar pada KK

(+) yang diberi parasetamol dibanding KK (-) yang tidak diberi parasetamol. Hal ini

sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Wilmana & Gan (2007) bahwa pemberian

parasetamol dengan dosis toksik dapat menyebabkan kerusakan sel ginjal melalui

pembentukan metabolit N-asetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) yang melampaui

persediaan glutation dan memicu terjadinya kerusakan sel ginjal.

KP1 yang diberi parasetamol dosis toksik dan ekstrak biji mahoni

menunjukkan kerusakan histologis sel ginjal yang lebih sedikit dibandingkan

dengan KK (+) yang hanya diberi parasetamol dosis toksik tanpa ekstrak biji

mahoni. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji mahoni mampu

mengurangi jumlah inti sel ginjal yang mengalami kerusakan akibat pemberian

parasetamol dosis toksik.

Page 63: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kandungan ekstrak biji mahoni yang telah dijelaskan sebelumnya

kemungkinan berperan dalam mengurangi kerusakan inti sel ginjal melalui

mekanisme antioksidan. Kandungan biji mahoni yang berperan sebagai

antioksidan adalah terpenoid, tanin, flavonoid, steroid, saponin, dan alkaloid

(Sahgal et al., 2009b; Hajra et al., 2011a). Golongan terpenoid dapat mencegah

infiltrasi leukosit ke dalam ginjal yang dapat menimbulkan kerusakan ginjal

(Alrdahe et al., 2010). Terpenoid juga dapat meningkatkan glutation (GSH) dan

aktivitas enzim antioksidan (Thoppil & Bishayee, 2011). Tanin dan flavonoid

diketahui memiliki aktivitas scavenging radikal bebas yang tinggi (Hagerman,

2002; Hajra et al., 2011a; Sahgal et al., 2009a). Mekanisme antioksidan yang lain

dari flavonoid terletak pada kemampuan donor hidrogen dan metal ion chelation

(Lee et al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Pajovic et al., (2008)

menunjukkan bahwa ekspresi enzim antioksidan seperti glutation (GSH) dapat

dimodulasi oleh steroid. Saponin dan alkaloid dapat memainkan peran penting

dalam penghambatan lipoksigenase (Rodrigues et al., 2005). Lipoksigenase

merupakan enzim penting dalam biosintesis leukotrien yang berperan penting

dalam patofisiologi beberapa penyakit inflamasi (Rackova et al., 2007).

KP1 merupakan kelompok perlakuan menggunakan ekstrak biji mahoni

dengan dosis 11,2 mg/20 g BB mencit (dosis I) dan parasetamol dosis toksik.

Berdasarkan hasil analisa jumlah kerusakan sel ginjal pada KP1 didapatkan

perbedaan yang tidak bermakna dengan KK (-). Dari sini diketahui bahwa

pemberian ekstrak biji mahoni dosis I dapat mengurangi kerusakan histologis sel

Page 64: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

ginjal mencit akibat pemberian parasetamol dosis toksik dengan melindungi sel

ginjal sehingga kondisinya sama seperti KK (-).

Hasil analisis jumlah kerusakan sel ginjal pada KP2 yang diberi ekstrak biji

mahoni dengan dosis 22,4 mg/20 g BB mencit (dosis II) menunjukkan kerusakan

histologis sel ginjal dengan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok

mencit yang hanya diberi paparan parasetamol dosis toksik tanpa ekstrak biji

mahoni (KK (+)). Jumlah kerusakan histologis sel ginjal pada kelompok KP2 juga

lebih banyak daripada KP1 dan KK (-) dengan perbedaan yang bermakna. Dari sini

dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak biji mahoni dengan dosis II tidak

meningkatkan aktivitas nefroprotektor dibandingkan pemberian ekstrak biji mahoni

dosis I, tetapi justru memberikan efektivitas yang lebih rendah daripada dosis I. Hal

ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan karena dosis ekstrak biji mahoni pada

KP2 terlalu tinggi melebihi dosis optimum sehingga fungsi proteksinya justru

semakin menurun. Sebagaimana obat yang mempunyai dosis optimal, ekstrak biji

mahoni juga mempunyai dosis optimal. Bila dosis yang diberikan berlebihan, maka

akan menurunkan efek proteksinya (Alrdahe et al., 2010).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak biji mahoni

terbukti mempunyai efek nefroprotektor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

pengurangan kerusakan histologis sel ginjal mencit akibat paparan parasetamol

setelah pemberian ekstrak biji mahoni dengan dosis tertentu. Efek proteksi dari

ekstrak biji mahoni pada dosis I memiliki hasil yang sama dengan kontrol negatif,

sedangkan dari dosis II diketahui tidak terjadi peningkatan efek nefroprotektor,

tetapi justru memberikan efektivitas yang lebih rendah daripada dosis I.

Page 65: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni) memiliki efek nefroprotektor

terhadap kerusakan histologis sel ginjal mencit (Mus musculus) yang

diinduksi parasetamol.

2. Peningkatan dosis tidak dapat meningkatkan efek nefroprotektor ekstrak biji

mahoni (Swietenia mahagoni) terhadap kerusakan histologis sel ginjal

mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis ekstrak biji

mahoni yang optimal untuk manusia dalam mencegah kerusakan sel ginjal.

2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek kandungan zat aktif yang paling

berperan dalam ekstrak biji mahoni yang berfungsi sebagai nefroprotektor.

3. Hendaknya ekstrak biji mahoni dipertimbangkan untuk dijadikan obat

herbal terstandar asli Indonesia sebagai alternatif pencegahan kerusakan sel

ginjal.

Page 66: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

DAFTAR PUSTAKA

Al-alusi NT, Kadir FA, Ismail S, Abdullah MA (2010). In vitro interaction of

combined plants: Tinosporacrispa and Swietenia mahagoni against Methicillinresistant Staphylococcus aureus (MRSA). AJMR Vol. 4(21), pp. 2309-12

Alrdahe SS, Abdulla MA, Razak SA, Kadir FA, Hassandarvish P (2010). Gastroprotective activity of Swietenia mahagoni seed extract on ethanol-induced gastric mucosal injury in rats. WASET 67

Bacsal K, Havez L, Diaz I, Espina S, Javillo J, Manzanilla H, Motalban J, et al. (1997). The effect of Switenia mahogany (mahogany) seed extract on indomethacin-induced gastric ulcers in female Sprague-Dawley rats. Acta Medica Philippina, 3:127-39

Bertolini A, Ferrari A, Ottani A, Guerzoni S, Tacchi R, Leone S (2006). Paracetamol: New vistas of an old drug. CNS Drug Reviews, Vol. 12, No. 3–4

Cotran RS, Rennke H, Kumar V (2007). Ginjal dan sistem penyalurnya. Dalam: Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L. (eds). Buku ajar patologi robbins volume 2. Edisi VII. Jakarta: EGC, pp: 572-94

Dahlan MS (2007). Statistika untuk kedokteran dan kesehatan: Deskriptif, bivariat, dan multivariat, dilengkapi “aplikasi dengan menggunakan SPSS”. Seri 1. Jakarta: Salemba Medika

Davey P (ed) (2006). At a glance medicine. Jakarta: Erlangga, pp: 258-9

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2001). Informasi singkat benih: Swietenia mahagoni (L.) Jacq. http://www.dephut.go.id/ INFORMASI/RRL/IFSP /swietenia_mahagoni.pdf - Diakses Februari 2012

Ekimoto H, Irie Y, Araki Y, Han GQ, Kadota S, Kikuchi T (1991). Platelet aggregation inhibitors from the seeds of Swietenia mahagoni: Inhibition of in vitro and in vivo platelet-activating factor-induced effects of tetranortriterpenoids related to swietenine and swietenolide. Planta Med., 57:56-8

Eroschenko VP (2003). Atlas histologi di fiore. Edisi 9. Jakarta: EGC, pp: 247-249

FP USU (2010). Hidup sehat dengan mahoni. http://images.bpas.multiply. multiplycontent.com – Diakses Februari 2012

Page 67: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Friday JB (2004). Hawai’i forestry & agroforestry trees. www.ctahr.hawaii.edu/ forestry/trees/Samanea_Syzygium.html - Diakses Februari 2012

Gartner JP, Hiatt JL (2007). Color text book of histology. 3th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp: 437-59

Ghosh S, Besra SE, Roy K, Gupta JK, Vedasiromoni JR (2009). Pharmacological effects of methanolic extract of Swietenia mahagoni Jacq (meliaceae) seeds. Int J Green Pharm., 3: 206-10

Gilbertson DT, Liu J, Xue JL, Louis TA, Solid CA, Ebben JP, Collins AJ (2005). Projecting the number of patients with end-stage renal disease in the United States to the year 2015. J Am Soc Nephrol., 16: 3736–41

Guyton AC, Hall JE (2007). Ginjal dan cairan tubuh. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi XI. Jakarta: EGC, pp: 307-9

Hagerman AE (2002). Tannins as antioxidants. http://www.users.muohio.edu/ hagermae/Tannins%20as%20Antioxidants.pdf – Diakses Februari 2012

Hajra S, Mehta A, Pandey P, Vyas SP (2011a). Antioxidant and antidiabetic potential of ethanolic extract of Swietenia mahagoni (Linn.) seeds. IJPRD., Vol 3(3): 180-6

Hajra S, Mehta A, Pandey P (2011b). In vitro antihelmintic activity of Swietenia mahagoni seed extract against Pherytima posthuma. IJPSRR., Vol 12(1): 111-3

Haldar PK, Adhikari S, Bera S, Bhattacharya S, Panda SP, Kandar CC (2011). Hepatoprotective efficacy of Swietenia mahagoni L. Jacq. (Meliaceae) bark against paracetamol-induced hepatic damage in rats. Ind J Pharm Edu Res., 45: 108-13

Hariana A (2007). Tumbuhan obat dan khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya, pp: 111

Inagi R. 2009. Endoplasmic reticulum stress in the kidney as a novel mediator of kidney injury. Nephron Exp Nephrol., 112:e1-9

Kadota S, Marpaung L, Kikuchi T, Ekimoto H (1990). Constituents of the seeds of Swietenia mahagoni Jacq. III: Structures of mahonin and secomahoganin. Chem Pharm Bull., 38(6) 1495-500

Kis B, Snipes JA, Busija DW (2005). Acetaminophen and the cyclooxygenase-3 puzzle: Sorting out facts, fictions, and uncertainties. JPET., 315:1–7

Page 68: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Lee J, Koo N, Min DB (2004). Reactive oxygen species, aging and antioxidative neutraceuticals. Compr Rev Food Sci Food Safety., 3: 1151–4

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA (1996). Buku Ajar Histologi. Edisi V. Jakarta: EGC, pp: 427-33

Lubis AJ (2006). Dukungan sosial pada pasien gagal ginjal terminal yang melakukan terapi hemodialisis. USU Repository

Majid MA, Rahman IMM, Shipar MAH, Uddin MH, Chowdhury R (2004). Physico-chemical characterization, antimicrobial activity and toxicity analysis of Swietenia mahagoni seed oil. Int J Agri Biol., Vol. 6, No. 2

Mayes PA (2003). Struktur dan fungsi vitamin larut lipid. Dalam: Biokimia harper. Edisi XXV. Jakarta: EGC, pp: 618-9

Mescher AL (2010). Junquera’s basic histology: text and atlas. Edisi ke 12. United States of America: The Mc Graw-Hill Companies, Inc

Murugesh KS, Yeligar VC, Maiti BC, Maity TK (2005). hepato protective and antioxidant role of Berberis tinctoria lesch leaves on paracetamol induced hepatic damage in rats. IJPT, 4 (1): 64-9

Ngatidjan (1991). Petunjuk laboratorium metode laboratorium dalam toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM, pp: 152-94

Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A (2009). Agroforestree database: A tree reference and selection guide version 4.0. http://www. worldagroforestry.org/af/treedb/ – Diakses Februari 2012

Pajovic SB, Saicic ZS (2008). Modulation of antioxidant enzyme activities by sexual steroid hormones. Physiol Res., 57: 801-11

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) (2011). Pelihara ginjal untuk melindungi jantung. http://medicastore.com/seminar/123/Pelihara_ Ginjal_ untuk_Melindungi_Jantung.html - Diakses Januari 2012

Perneger TV, Whelton PK, Klag MJ (1994). Risk of kidney failure associated with use of acetaminophen, aspirin, and nonsteroidal antiinflammatory drugs. N Engl J Med., 331:1675–9

Plantamor (2008). Informasi spesies: Mahoni. http://www.plantamor.com/index. php?plant=1206 – Diakses Februari 2012

Page 69: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Prescott K, Stratton R, Freyer A, Hall I, Jeune IL (2009). Detailed analyses of self-poisoning episodes presenting to a large regional teaching hospital in the UK. Br J Clin Pharmacol., 68(2): 260–8

Rackova L, Oblozinsky M, Kostalova D, Kettmann V, Bezakova L (2007). Free radical scavenging activity and lipoxygenase inhibition of Mahonia aquifolium extract and isoquinoline alkaloids. Journal of Inflammation, 4:15

Rahman AKMS, Chowdhury AKA, Ali HA, Raihan SZ, Ali MS, Nahar L, Sarker SD (2008). Antibacterial activity of two limonoids from Swietenia mahagoni against multiple-drug-resistant (MDR) bacterial strains. J Nat Med., 63: 41-45

Ratnasari I (2009). Pengaruh Madu terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Parasetamol. Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Skripsi

Rodrigues HG, Diniz YS, Faine LA, Galhardi CM, Burneiko RC, Almeida JA, Ribas BO, Novelli EL (2005). Antioxidant effect of saponin: potential action of a soybean flavonoid on glucose tolerance and risk factors for atherosclerosis. Int J Food Sci Nutr., 56(2):79-85

Sahgal G, Ramanathan S, Sasidharan S, Mordi MN, Ismail S, Mansor SM (2009a). In vitro antioxidant and xanthine oxidase inhibitory activities of methanolic Swietenia mahagoni seed extracts. Molecules, 14:4476-85

Sahgal G, Ramanathan S, Sasidharan S, Mordi MN, Ismail S, Mansor SM (2009b). Phytochemical and antimicrobial activity of Swietenia mahagoni crude methanolic seed extract. Tropical Biomedicine, 26(3): 274–9

Sherwood L. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp: 461-84

Slomianka L (2009). Blue histology – urinary system. http://www.lab.anhb.uwa.edu .au/mb140/corepages/urinary/urinary.htm#Tubules – Diakses Februari 2012

Snell RS (2006). Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC, pp: 250-1

Taufiqqurohman MA (2008). Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan. Surakarta: UNS Press, pp: 62-3, 101-2

Thoppil RJ, Bishayee A (2011). Terpenoids as potential chemopreventive and therapeutic agents in liver cancer. World J Hepatol., 3(9): 228-49

Page 70: EFEK NEFROPROTEKTOR EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia .../Efek... · Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan Lampiran 2. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Oral Lampiran 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tjay TH, Rahardja K (2002). Obat-obat penting: Khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Jakarta: Gramedia, pp: 297-8

Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA (2007). Campbell-walsh urology. Vol I. 9th Ed. Saunders; pp: 24

Wilmana PF, Gan S (2007). Analgesik-antipiretik analgesik anti-inflamasi nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. Dalam: Farmakologi dan terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 237-8

Wilson LM (2006). Anatomi dan fisiologi ginjal dan saluran kemih. Dalam: Price SA dan Wilson LM (eds). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC, pp: 867-94

Wishart D, Knox C, Law V (2011). Drugbank: Acetaminophen. http://www. drugbank.ca/drugs/DB00316 - Diakses Februari 2012