efek antihiperglikemik infusa kulit pisang raja pada
TRANSCRIPT
EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK INFUSA KULIT PISANG RAJA PADA
MENCIT JANTAN GALUR SWISS TERBEBANI SUKROSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Veren Handoyo
NIM : 178114022
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK INFUSA KULIT PISANG RAJA PADA
MENCIT JANTAN GALUR SWISS TERBEBANI SUKROSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Veren Handoyo
NIM : 178114022
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa kulit
pisang raja (IKP) terhadap efek antihiperglikemik pada mencit jantan galur Swiss
yang terbebani sukrosa secara peroral. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak 30 ekor
mencit dibagi secara acak menjadi enam kelompok. Kelompok I hanya diberikan
aquadest dosis 25 g/KgBB. Kelompok II hanya diberikan sukrosa dosis 4 g/KgBB.
Kelompok III diberikan larutan acarbose dosis 80 mg/KgBB. Kelompok IV, V, dan
VI diberikan IKP dengan tiga peringkat dosis yaitu 833,34; 1666,67; 3333,33
mg/KgBB. Metode yang digunakan yaitu UTGO, kelompok III, IV, V, dan VI
hewan coba dibebani sukrosa secara peroral 30 menit setelah perlakuan masing-
masing kelompok. Kadar gula darah hewan coba diukur pada menit ke-0 sebelum
perlakuan dan pada menit ke-15, 30, 60, 90, dan 120 setelah induksi sukrosa. Data
hasil kadar gula darah yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik. Pada
skrining fitokimia dengan menggunakan uji tabung diperoleh bahwa IKP
mengandung senyawa flavonoid dan saponin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
IKP memiliki efek antihiperglikemik pada mencit jantan galur Swiss yang terbebani
sukrosa peroral.
Kata kunci: Pisang raja, gula darah, infusa, antihiperglikemik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of Raja Banana fruit peels
infusion (IKP) on antihyperglycemic effect in sucrose-induced male Swiss mice.
This study was a pure experimental research with one-way-complete random design.
A total of thirty mice were randomly divided into six groups. Group I was given a
dose of 25 g/KgBW of aquadest. Group II was given a dose of 4 g/KgBW of sucrose.
Group III was given a dose of 80 mg/KgBW of acarbose. Kelompok IV, V, dan VI
was given IKP with three dose ratings, namely 833,34; 1666,67; 3333,33
mg/KgBW. This study uses the Oral Sugar Tolerance Test method which groups
III, IV, V, and VI are given sucrose orally 30 minutes after the treatment of each
group. Blood sugar levels of the tested animals were measured at 0 minutes before
treatment, and at 15, 30, 60, 90, and 120 minutes after sucrose induction. Data on
the results of blood sugar levels obtained were the analyzed statistically.
Phytochemical screening was known in the infusion made containing flavonoid and
saponin. The results showed that IKP had the effect of antihyperclycemic in
sucrose-induced male mice.
Keywords: Raja banana, blood sugar, infusion, antihyperglycemic.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 8
KESIMPULAN ..................................................................................................... 20
SARAN ................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 25
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil Uji Kualitatif Infusa Kulit Pisang
Raja …………........………..........................................................
11
Tabel II. Rata-rata AUC0-120 Setiap Kelompok Perlakuan
Mencit..........................................................................................
13
Tabel III. Hasil Uji Post-Hoc AUC0-120 Kadar Gula Darah Setiap
Kelompok Perlakuan Mencit........................................................
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Banana Ripeness Chart University of California
Agriculture and Natural Resources.....................................
25
Lampiran 2. Buah Pisang Raja, Kulit Pisang Raja, Serbuk, dan
Infusa...................................................................................
26
Lampiran 3. Hasil Kadar Air Serbuk Kulit Pisang Raja dan Uji
Kualitatif Infusa Kulit Pisang Raja......................................
27
Lampiran 4. Pengukuran dan Pembacaan Kadar Gula Darah pada
Mencit.................................................................................
29
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance (EC).............................................. 30
Lampiran 6. Surat Keterangan Determinasi Buah Pisang
Raja.....................................................................................
31
Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa Kulit Pisang
Raja.....................................................................................
33
Lampiran 8. Rerata Kadar Gula darah dan AUC0-120 Setiap Kelompok
Perlakuan.............................................................................
34
Lampiran 9. Surat Legalitas Penggunaan Aplikasi SPSS untuk Analisis
Data secara Statistik.............................................................
35
Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Uji Shapiro-Wilk AUC0-120 Kadar
Gula Darah Setiap Kelompok Perlakuan
Mencit.................................................................................
36
Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik Uji Oneway ANOVA dengan Taraf
Kepercayaan 95%................................................................
37
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik Uji Post Hoc Bonfferoni AUC0-120
Kadar Gula Darah Setiap Kelompok Perlakuan
Mencit.................................................................................
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
“Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa
peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal” (Perkeni, 2015).
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa pada tahun 2019
sebanyak 463 juta orang di dunia terkena diabetes dan prevalensi diabetes dari tahun
ke tahun meningkat. Diperkirakan pada tahun 2030 sebanyak 578 juta orang dewasa
terkena diabetes dan pada tahun 2045 meningkat menjadi 700 juta orang (IDF,
2019). Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menyatakan bahwa prevalensi
DM di Indonesia berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk berusia ≥ 15 tahun
meningkat dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018 (Kemenkes RI,
2018).
Meningkatnya penderita diabetes melitus dari tahun ke tahun memerlukan
suatu usaha untuk mengatasinya. Gaya hidup kembali ke alam menjadi tren saat ini
sehingga masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam termasuk pengobatan
dengan tumbuhan obat. Masyarakat banyak menggunakan obat herbal karena obat
herbal telah digunakan secara turun-temurun, mudah diperoleh, dan harganya relatif
murah. Salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula
darah adalah tanaman pisang (Musa paradisiaca). Masyarakat pada umumnya
hanya memanfaatkan bagian daun dan buahnya, sedangkan bagian kulitnya dibuang
begitu saja. Kulit pisang dibuang sebagai limbah yang tidak berguna padahal kulit
pisang memiliki banyak manfaat, diantaranya yaitu bermanfaat sebagai antioksidan,
penyembuh luka, antihiperglikemik, antiulcer, dan lainnya (Navghare dan Dhawale,
2016; Camberos et al., 2016; Ezekwesili et al., 2014). Penelitian yang dilakukan
oleh Someya et al. (2002) menyatakan bahwa kandungan senyawa fenolik total dan
gallocatechin pada kulit pisang (Musa canvendish) lebih besar dibandingkan
dengan bagian daging buahnya. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati et al.
(2020) melaporkan bahwa ekstrak air kulit buah pisang ambon (Musa paradisiaca
L.) dapat menurunkan kadar gula darah mencit jantan galur Swiss Webster yang
diinduksi fruktosa karena adanya kandungan senyawa flavonoid dan saponin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Utami (2016) melaporkan bahwa ekstrak n-heksan kulit pisang raja mampu
menurunkan kadar gula darah mencit jantan yang diinduksi glukosa karena adanya
kandungan senyawa flavonoid dan alkaloid.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai efek antihiperglikemik kulit pisang raja. Penelitian ini
menggunakan metode Uji Toleransi Gula Oral (UTGO) yaitu dengan
menginjeksikan sukrosa secara peroral ke mencit. Sukrosa merupakan disakarida
yang dapat terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase.
Karbohidrat kompleks lebih lama dicerna dan diabsorpsi dibandingkan dengan
karbohidrat sederhana (Wolever dan Miller, 1995). Oleh karena itu, sukrosa dipilih
sebagai agen penginduksi gula darah mencit untuk melihat efek antihiperglikemik
dari infusa kulit pisang raja.
Kulit pisang raja yang akan digunakan dibuat dalam bentuk sediaan infusa.
Sediaan infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit (BPOM RI, 2012).
Bentuk sediaan infusa dipilih karena masyarakat Indonesia menggunakan obat
tradisional dalam bentuk rebusan dan proses pembuatannya tergolong mudah.
Penelitian Vijayakumar et al. (2016) menyatakan bahwa ekstrak air Musa
paradisiaca mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid. Hasil
penelitian Sharma dan Sharma (2011) menyatakan bahwa ekstrak air Musa
paradisiaca var sapientum mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan alkaloid.
Oleh karena itu, diharapkan senyawa flavonoid, saponin, dan alkaloid yang
terkandung dalam kulit pisang raja dapat tersari dalam bentuk sediaan infusa dan
dapat memberikan efek antihiperglikemik. Senyawa flavonoid memiliki efek
hipoglikemik dengan menghambat α-amilase dan α-glukosidase yang membatasi
konversi karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana (Afroz et al., 2016).
Saponin dapat merangsang sekresi insulin oleh sel beta pankreas, menghambat
glukoneogenesis melalui penghambatan enzim glukosa-6-fosfat dan fruktosa-1,6
bifosfat, dan menghambat aktivasi alfa glukosidase (Barky et al., 2017). Alkaloid
dapat menghambat enzim alfa glukosidase pada mukosa duodenum sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penguraian polisakarida menjadi monosakarida dapat terhambat (Sundhani et al.,
2016)
Tujuan dari penelitian ini yaitu menguji pengaruh pemberian infusa kulit
pisang raja terhadap efek antihiperglikemik pada mencit jantan galur Swiss yang
terbebani sukrosa secara peroral dan menentukan dosis efektif antihiperglikemik
infusa kulit pisang raja pada mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa
secara peroral. Pada penelitian ini juga dilakukan skrining fitokimia dengan uji
tabung untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa flavonoid, saponin, dan
alkaloid pada sediaan infusa kulit pisang raja. Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian “Efek Antihiperglikemik Infusa dan Dekokta Kulit Pisang Raja pada
Mencit Jantan Galur Swiss Terbebani Sukrosa”.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunkaan dalam penelitian ini yaitu kulit pisang raja
yang diperoleh dari Pasar Saka Selabung Muaradua Sumsel, sukrosa, acarbose 50
mg Dexa®, aquadest, serbuk magnesium, HCl pekat, HCl 2N, reagen Mayer, dan
strip pengukur kadar gula darah. Bahan uji yang digunakan adalah kulit pisang raja
matang, tidak busuk, dan berwarna kuning (skala 5-7 pada Banana Ripeness Chart
University of California Agriculture and Natural Resources).
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat-alat gelas (labu
ukur, batang pengaduk, gelas beaker, gelas ukur, erlenmeyer, corong, pipet tetes,
tabung reaksi), sendok, ayakan dengan nomor mesh 40 dan 50, moisture balance,
kain flannel, kertas saring, termometer, penangas air, mesin penyerbuk (Retsch®),
panci enamel, stopwatch, timbangan analitik (Mettler Toledo®), spuit injeksi oral
dan syringe 1 cc (Turemo®), dan glukometer (Accu-Chek®).
Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan bahan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Bahan uji yang digunakan adalah kulit pisang raja matang, tidak busuk,
dan berwarna kuning (skala 5-7 pada Banana Ripeness Chart University of
California Agriculture and Natural Resources).
2. Determinasi kulit pisang raja
Determinasi tanaman pisang raja dilakukan di Laboratorium Kebun
Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Pembuatan simplisia dan serbuk kulit pisang raja
Kulit pisang raja yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir.
Setelah itu, kulit dirajang tipis lalu ditiriskan untuk meniadakan air.
Selanjutnya, kulit pisang raja dikeringkan dengan sinar matahari selama tiga
hari. Kulit pisang raja yang telah dikeringkan kemudian diserbuk dengan mesin
penyerbuk dan diayak dengan ayakan nomor mesh 40/50. Serbuk yang
digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk yang berada diantara ayakan
nomor mesh 40 dan 50.
4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit pisang raja
Serbuk kering kulit pisang raja yang sudah diayak, dimasukkan sebanyak
±5 gram ke dalam alat Moisture Balance dan diratakan. Setelah itu, dipanaskan
pada suhu 120˚C. Kemudian, hasil % kadar air akan muncul secara otomatis
pada alat.
5. Pembuatan infusa kulit pisang raja
Pembuatan infusa kulit pisang raja dilakukan dengan tata cara berdasarkan
Acuan Sediaan Herbal BPOM RI (2012) yaitu infusa yang mengandung bukan
bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Serbuk
kering kulit pisang raja ditimbang sebanyak ±10 gram. Kemudian, dimasukkan
ke dalam panci dan dibasahi dengan aquadest sebanyak 20 mL. Lalu,
dipanaskan dengan penangas air pada suhu 90˚C selama 15 menit. Campuran
diambil lalu diperas menggunakan kain flannel dan ditambah aquades panas
melalui ampas hingga didapatkan perasan 100 mL infusa kulit pisang raja.
6. Uji kualitatif infusa kulit pisang raja
a. Uji flavonoid. Uji flavonoid menggunakan 1 mL infusa kulit pisang raja
yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan serbuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
magnesium. Kemudian, ditambahkan beberapa tetes HCl pekat (Ensamory
et al., 2017). Terbentuknya warna jingga sampai merah menunjukkan
adanya flavon dan merah sampai merah keunguan menunjukkan adanya
flavonon (Hamad et al., 2017).
b. Uji saponin. Uji saponin menggunakan 1 ml infusa kulit pisang raja yang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 2 mL air
panas. Lalu, dikocok. Terbentuknya busa yang stabil menunjukkan adanya
saponin (Ensamory et al., 2017).
c. Uji alkaloid. Uji alkaloid dilakukan dengan memasukkan 5 ml infusa kulit
pisang raja ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 ml HCl 2N, lalu
dipanaskan pada penangas air. Setelah dingin disaring dan filtrat
ditambahkan reagen Mayer. Keberadaan alkaloid ditandai dengan
terbentuknya endapan atau kekeruhan (Hamad et al., 2017).
7. Pembuatan larutan sukrosa 12% (b/v)
Konsentrasi larutan sukrosa 12% didapat dari perhitungan dengan rumus
D x BB = C x V, dengan dosis sukrosa 4 g/KgBB (Gunawan-Puteri et al., 2018;
Yusoff et al., 2015), bobot hewan coba 30 gram (bobot tertinggi mencit), dan
volume pemberian sebesar 1,0 mL (volume maksimal pemberian peroral pada
mencit). Kemudian, larutan sukrosa 12% dibuat dengan cara menimbang 12
gram sukrosa dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, serta ditambahkan
aquadest sampai tanda batas lalu digojog sampai homogen.
8. Pembuatan larutan acarbose
Dosis acarbose yang digunakan yaitu 80 mg/KgBB. Larutan acarbose
dibuat dengan cara menimbang acarbose yang telah digerus sebanyak 240 mg.
Kemudian, dimasukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL dan ditambahkan
aquadest hingga tanda batas dan digojog hingga homogen.
9. Penentuan kontrol normal
Kontrol normal yang digunakan pada penelitian ini adalah aquadest.
Aquadest digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan infusa kulit pisang raja.
10. Penetapan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
a. Penetapan dosis infusa kulit pisang raja. Penetapan peringkat dosis dari
infusa kulit pisang raja ditetapkan berdasarkan :
1) Bobot tertinggi mencit yaitu 30 gram
2) Volume maksimal pemberian infusa kulit pisang raja secara peroral
pada mencit yaitu 1,0 mL
3) Konsentrasi infusa kulit pisang raja yang dibuat yaitu 10%.
b. Penetapan dosis sukrosa 12% (b/v). Dosis sukrosa 12% mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Gunawan-Puteri et al. (2018) dan Yusoff
et al. (2015) yaitu menggunakan sukrosa dengan dosis 4 g/KgBB.
c. Penetapan dosis acarbose. Dosis acarbose pada penelitian ini mengacu
pada penelitian yang dilakukan oleh Gunawan-Puteri et al. (2018) yaitu 80
mg/KgBB.
11. Perlakuan hewan coba
Pada penelitian ini digunakan hewan coba sebanyak 30 ekor mencit jantan
galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram, berusia 2-3 bulan, dan dalam
kondisi sehat. Sebelum digunakan, hewan coba dipuasakan selama 10-12 jam
(Yusuf et al., 2018) dan hanya diberikan air minum serta diadaptasikan di
lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam. Kemudian, 30 ekor mencit
dibagi secara acak menjadi enam kelompok yang masing-masing kelompok
teridiri dari lima ekor mencit. Lima ekor mencit didapatkan dari perhitungan
menggunakan rumus Federer, yaitu
(n - 1)(t - 1) ≥ 15
Keterangan:
n : Jumlah sampel tiap kelompok perlakuan
t : Jumlah kelompok perlakuan
(Stevani, 2016)
Kelompok I adalah kelompok kontrol normal yang diberikan aquadest
dengan dosis 25 g/KgBB (Fransisca et al., 2018). Kelompok II adalah
kelompok kontrol gula yang hanya diberikan sukrosa dosis 4 g/KgBB.
Kelompok III adalah kelompok kontrol acarbose yang diberikan larutan
acarbose dengan dosis 80 mg/KgBB. Kelompok IV, V, dan VI adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kelompok perlakuan dengan tiga peringkat dosis infusa kulit pisang raja yang
berbeda yaitu 3333,33 mg/KgBB; 1666,67 mg/KgBB; dan 833,34 mg/KgBB.
Kelompok III, IV, V, dan VI diinduksi dengan sukrosa secara peroral. Induksi
sukrosa dilakukan 30 menit setelah perlakuan masing-masing kelompok.
12. Pengukuran kadar gula darah
Kadar gula darah mencit diukur dengan alat glukometer (Accu-Chek®).
Pengambilan darah dilakukan melalui vena lateralis pada ekor mencit. Kadar
gula darah mencit diukur pada menit ke-0 (t0) sebelum perlakuan, 15 (t1), 30
(t2), 60 (t3), 90 (t4), dan 120 (t5) setelah pemberian larutan sukrosa. Setelah
kadar gula darah diperoleh, selanjutnya dibuat kurva dengan mem-plot-kan
nilai kadar gula darah pada waktu menit ke-0 sampai menit ke-120 dengan
menggunakan metode trapezoid (AUC t0-tn) dan rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
AUC t0-tn = 𝑡1−𝑡0
2𝑥(𝐶0 + 𝐶1) +
𝑡2−𝑡1
2𝑥(𝐶1 + 𝐶2) +
𝑡𝑛−𝑡𝑛−1
2𝑥 (𝐶𝑛−1 + 𝐶𝑛)
Keterangan :
AUC t0-tn : luas daerah di bawah kurva dari menit ke-0 sampai ke-n
C : konsentrasi gula darah (mg/dL)
t : waktu (menit)
(Fransisca et al., 2018)
Setelah menghitung nilai AUC t0-tn, persentase Penurunan Kadar Gula Darah
(PKGD) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% PKGD = [1 − 𝐴𝑈𝐶 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 𝐴𝑈𝐶 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
𝐴𝑈𝐶 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑔𝑢𝑙𝑎−𝐴𝑈𝐶 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 ] x 100%
13. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Hasil
Data AUC0-120 kadar gula darah dianalisis secara statistik dengan uji
Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau
tidak sebagai persyaratan analisis parametrik. Jika data yang diperoleh
terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah dengan
taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
antarkelompok. Jika dihasilkan p < 0,05 pada uji ANOVA satu arah, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc untuk mengetahui kelompok yang berbeda
secara bermakna. Uji Post-Hoc yang dilakukan adalah uji Bonferroni untuk data
dengan varian sama. Jika didapat nilai p < 0,05, artinya terdapat perbedaan rerata
yang bermakna antara dua kelompok data. Jika nilai p > 0,05 artinya perbedaan
tersebut tidak bermakna (Dahlan, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui menguji pengaruh pemberian
infusa kulit pisang raja terhadap penurunan kadar gula darah mencit jantan galur
Swiss yang terbebani sukrosa secara peroral dan menentukan dosis efektif infusa
kulit pisang raja yang dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit jantan galur
Swiss yang terbebani sukrosa secara peroral. Adapun penelitian ini telah
mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik, Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada dengan nomor referensi KE/FK/0838/EC/2020.
Pada penelitian ini digunakan kulit pisang raja. Masyarakat Indonesia selama
ini hanya memanfaatkan bagian buah dan jantung pisang untuk dikonsumsi.
Umumnya kulit pisang dianggap sebagai limbah yang tidak dapat digunakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Someya et al. (2002) menyatakan bahwa kandungan
senyawa fenolik total dan gallocatechin pada kulit pisang (Musa canvendish) lebih
besar dibandingkan dengan bagian daging buahnya. Kulit pisang memiliki
kandungan senyawa fenolik total sebesar 907 mg/100 g dan gallocatechin sebesar
158 mg/100 g, sedangkan bagian daging buahnya mengandung senyawa fenolik
total sebesar 232 mg/100 g dan gallocatechin 29,6 mg/100 g. Lakshmi et al. (2014)
menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi kulit buah dan daun M. paradisiaca
memiliki aktivitas antidiabetes yang lebih besar dibandingkan dengan bagian
batang dan akarnya pada tikus yang diinduksi Streptozotocin. Pane (2013)
melaporkan bahwa kulit pisang raja mengandung senyawa flavonoid dan saponin,
serta mempunyai aktivitas antioksidannya lebih tinggi dibandingkan aktivitas
antioksidan pada kulit pisang mas dan ambon. Fidrianny et al. (2014) menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
bahwa kandungan flavonoid total ekstrak etil asetat pisang raja bulu lebih tinggi
dibandingkan dengan pisang ambon lumut dan muli.
1. Determinasi Tanaman
Pada penelitian ini, dilakukan determinasi tanaman yang akan
digunakan yaitu Pisang Raja di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Determinasi dilakukan untuk
mendapatkan kebenaran mengenai identitas tanaman yang digunakan dan
untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan (Diniatik, 2015).
Kulit pisang raja yang digunakan diperoleh dari Pasar Saka Selabung
Muaradua Sumsel. Hasil determinasi dengan nomor referensi 617/LKTO/Far-
USD/XI/2020 menunjukkan bahwa bahan yang digunakan adalah benar Musa
AAB (Pisang Raja subgrup) 'Pisang Raja' (Pisang Raja).
2. Penetapan Kadar Air Serbuk Kulit Pisang Raja
Tujuan dari penetapan kadar air serbuk kulit pisang raja ini adalah
untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam serbuk. Kadar air yang
terkandung dalam serbuk berkaitan dengan ukuran ketahanan dalam
penyimpanan serbuk (Tangkumahat et al., 2017). Penetapan kadar air serbuk
kulit pisang raja dilakukan dengan menggunakan alat moisture balance di
Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Padat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma dengan cara sebanyak ±5 gram serbuk kering kulit
pisang raja yang sudah diayak dimasukkan ke dalam alat Moisture Balance dan
diratakan. Dengan pemanasan pada suhu 120˚C, akan diperoleh % kadar air
secara otomatis pada alat.
BPOM (2014) mempersyaratkan kadar air kurang dari 10% sebagai
syarat serbuk yang baik untuk simplisia. Hasil pengujian kadar air pada serbuk
kulit pisang raja diperoleh sebesar 12,837 %. Hal ini menunjukkan serbuk kulit
pisang raja yang digunakan pada penelitian ini belum memenuhi persyaratan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
serbuk yang baik untuk simplisia. Oleh karena itu, serbuk kulit pisang raja tidak
dapat disimpan terlalu lama.
3. Pembuatan Infusa Kulit Pisang Raja (IKP)
Setelah dikeringkan, kulit pisang raja yang akan digunakan dibuat
dalam bentuk sediaan infusa. Sediaan infusa adalah sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama
15 menit (BPOM RI, 2012). Bentuk sediaan infusa dipilih karena masyarakat
Indonesia menggunakan obat tradisional dalam bentuk rebusan dan proses
pembuatannya tergolong mudah. Pelarut yang digunakan untuk membuat
infusa kulit pisang raja (IKP) adalah aquadest. Penelitian Vijayakumar et al.
(2016) menyatakan bahwa ekstrak air Musa paradisiaca mengandung senyawa
alkaloid, saponin, dan flavonoid. Sharma dan Sharma (2011) menyatakan
bahwa ekstrak air Musa paradisiaca var sapientum mengandung senyawa
flavonoid, saponin, dan alkaloid. Oleh karena itu, diharapkan senyawa
flavonoid, saponin, dan alkaloid yang terkandung dalam kulit pisang raja dapat
tersari dalam bentuk sediaan infusa dan dapat memberikan efek
antihiperglikemik.
4. Skrining Fitokimia secara Kualitatif Infusa Kulit Pisang Raja
Pada penelitian ini dilakukan skrining fitokimia secara kualitatif terhadap
infusa kulit pisang raja (IKP) dengan uji tabung untuk mengidentifikasi
kandungan senyawa dalam sediaan infusa kulit pisang raja. Uji tabung
merupakan tahap awal untuk mendeteksi senyawa yang terkandung dalam
infusa (Nurwidayati et al., 2014). Uji kualitatif yang dilakukan yaitu uji
flavonoid, saponin, dan alkaloid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel I. Hasil Uji Kualitatif Infusa Kulit Pisang Raja
Uji
Kandungan
Cara Uji Hasil Keterangan
Flavonoid 1 ml IKP + serbuk
magnesium + HCl
pekat
Terjadi perubahan warna
pada infusa menjadi
warna jingga
Positif (+)
Saponin 1 ml IKP + 2 ml air
panas lalu dikocok
Terbentuk busa yang
stabil pada infusa
Positif (+)
Alkaloid 5 ml IKP + 5 ml
HCl 2N + reagen
Mayer
Tidak terjadi kekeruhan
atau adanya endapan
pada infusa
Negatif (-)
Berdasarkan tabel I, infusa kulit pisang raja (IKP) positif mengandung
senyawa flavonoid yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna infusa
menjadi jingga setelah dilakukan pengujian dengan serbuk magnesium dan HCl
pekat. Menurut Hamad et al. (2017), terbentuknya warna jingga menunjukkan
adanya senyawa flavonoid. IKP positf mengandung saponin yang ditandai
dengan terbentuknya busa yang stabil saat dilakukan pengocokan IKP dan air
panas. Menurut Ensamory et al. (2017), terbentuknya busa yang stabil
menunjukkan adanya senyawa saponin. Pengujian IKP dengan menggunakan
HCl 2N dan reagen Mayer tidak menimbulkan kekeruhan atau endapan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa IKP tidak mengandung senyawa alkaloid.
Penelitian Vijayakumar et al. (2016) menyatakan bahwa ekstrak air Musa
paradisiaca mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid. Perbedaan
hasil fitokimia ini salah satunya dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
tempat tumbuh tanaman (Setyorini et al., 2016). Namun, untuk memastikan
jenis senyawa yang terkandung pada IKP perlu dilakukan uji kuantitatif untuk
menguatkan hasil uji tabung dengan metode pemisahan seperti kromatografi
lapis tipis (Hanani, 2015).
5. Efek Antihiperglikemik Infusa Kulit Pisang Raja
Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar gula darah menggunakan
metode uji toleransi gula oral (UTGO) dengan cara membebani hewan coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dengan sukrosa hingga mengalami keadaan hiperglikemik sementara tanpa
merusak pankreas hewan coba (Etuk, 2010). UTGO dapat memberikan
gambaran kenaikan kadar gula darah dengan cepat setelah pembebanan sukrosa.
Menurut Gunawan-Putri et al. (2018), pembebanan sukrosa pada mencit jantan
galur Swiss dapat meningkatkan kadar gula darah 2-3 kali lipat. Sukrosa
merupakan disakarida yang dapat terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa
oleh enzim sukrase. Sukrosa banyak ditemukan dalam gula tebu, bit, sorgum,
beberapa jenis buah dan sayur (Rodwell et al., 2018). Sukrosa diabsorpsi oleh
usus halus (Wongnawa et al., 2014).
Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit dibagi secara acak menjadi
enam kelompok yang masing-masing kelompok teridiri dari lima ekor mencit.
Hewan coba yang digunakan yaitu mencit jantan galur Swiss berat badan 20-
30 gram dengan usia 2-3 bulan. Hewan coba dipuasakan terlebih dahulu selama
10-12 jam sebelum perlakuan. Tujuan dipuasakan yaitu untuk menjaga
stabilitas gula darah dan menghindari naiknya kadar gula darah mencit akibat
makanan yang dikonsumsi (Yusuf et al., 2018).
Kadar gula darah mencit diukur dengan alat glukometer (Accu-Chek®).
Pengambilan darah dilakukan melalui vena lateralis pada ekor mencit. Kadar
gula darah mencit diukur pada menit ke-0 (t0) sebelum perlakuan, 15 (t1), 30
(t2), 60 (t3), 90 (t4), dan 120 (t5) setelah pemberian larutan sukrosa. Kelompok
perlakuan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga peringkat dosis yaitu
3333,33 mg/KgBB; 1666,67 mg/KgBB; dan 833,34 mg/KgBB. Setelah data
kadar gula darah diperoeh, nilai luas daerah di bawah kurva pada waktu menit
ke-o sampai menit ke-120 dihitung dengan menggunakan metode trapezoid
(AUC t0-tn).
Data AUC0-120 kadar gula darah dianalisis secara statistik dengan uji
Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau
tidak sebagai persyaratan analisis parametrik. Kemudian, dilanjutkan dengan
uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antarkelompok. Didapatkan nilai p < 0,05 pada uji ANOVA
satu arah, sehingga dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kelompok yang berbeda secara bermakna. Uji Post-Hoc yang dilakukan adalah
uji Bonferroni karena data memiliki varian yang sama. Nilai p < 0,05, artinya
terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data nilai p >
0,05 artinya perbedaan tersebut tidak bermakna.
Tabel II. Rata-rata AUC0-120 dan PKGD Perlakuan Mencit yang Diinduksi
Sukrosa
Perlakuan Rerata AUC±SD
(mg.menit/dL)
PKGD (%)
Kontrol Normal 9637,5 ± 1276,8 -
Kontrol Gula 22173,0 ± 1114,6 -
Kontrol Acarbose 11781,0 ± 610,8 82,9
IKP Dosis Rendah 14874,0 ± 1476,0 58,2
IKP Dosis Sedang 14445,0 ± 1303,0 61,6
IKP Dosis Tinggi 15246,0 ± 632,1 55,3
Keterangan:
Kontrol Normal : Aquadest dosis 25 g/KgBB
Kontrol Gula : Sukrosa dosis 4 g/KgBB
Kontrol Acarbose : Acarbose dosis 80 mg/KgBB + Sukrosa dosis 4 g/KgBB
IKP Dosis Rendah : Infusa kulit pisang raja dosis 833,34 mg/KgBB + Sukrosa
dosis 4 g/KgBB
IKP Dosis Sedang : Infusa kulit pisang raja dosis 1666,67 mg/KgBB + Sukrosa
dosis 4 g/KgBB
IKP Dosis Tinggi : Infusa kulit pisang raja dosis 3333,33 mg/KgBB + Sukrosa
dosis 4 g/KgBB
SD : Standar Deviasi
Gambar 1. Kurva Hubungan antara Waktu dan Rata-rata Kadar Gula
Darah Setiap Kelompok Perlakuan Mencit
0,0
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
0 1 5 3 0 6 0 9 0 1 2 0
KA
DA
R G
ULA
DA
RA
H (
MG
/DL)
Kontrol Normal Kontrol Gula
Kontrol Akarbosa IKP Dosis Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tabel III. Hasil Uji Post-Hoc AUC0-120 Kadar Gula Darah Setiap
Kelompok Perlakuan Mencit
Kontrol
Normal
Kontrol
Gula
Kontrol
Acarbose
IKP
Dosis
Rendah
IKP
Dosis
Sedang
IKP
Dosis
Tinggi
Kontrol
Normal - BB BTB BB BB BB
Kontrol
Gula BB - BB BB BB BB
Kontrol
Acarbose BTB BB - BB BB BB
IKP Dosis
Rendah BB BB BB - BTB BTB
IKP Dosis
Sedang BB BB BB BTB - BTB
IKP Dosis
Tinggi BB BB BB BTB BTB -
Keterangan:
BB : Berbeda Bermakna (p<0,05)
BTB : Berbeda Tidak Bermakna (p>0,05)
a. Kadar gula darah Kelompok Kontrol Normal (hanya diberikan aquadest
dosis 25 g/kgBB)
Berdasarkan tabel II dapat dilihat bahwa nilai rerata AUC0-120±SD
kelompok kontrol normal adalah 9637,5±1276,8 mg.menit/dL. Gambar 1
menunjukkan bahwa pada kelompok ini kadar gula darah mencit dari
menit ke-0 sampai menit ke-120 relatif stabil. Hal tersebut terjadi karena
pada kelompok ini hewan coba hanya mendapatkan aquadest dosis 25
g/kgBB. Fitriani dan Erlyn (2019) melaporkan aquadest tidak memberikan
pengaruh terhadap kadar gula darah hewan coba karena tidak mengandung
zat yang dapat menurunkan kadar gula darah.
b. Kadar gula darah Kelompok Kontrol Gula (hanya diberikan sukrosa dosis
4 g/KgBB)
Pada kelompok kontrol gula, hewan coba hanya diberikan sukrosa
dosis 4 g/KgBB. Kelompok kontrol gula tujuan untuk memastikan bahwa
sukrosa yang digunakan dapat menaikkan kadar gula darah mencit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Berdasarkan tabel II dapat dilihat bahwa kelompok ini memiliki nilai
rerata AUC0-120±SD sebesar 22173,0±1114,6 mg.menit/dL. Tabel III
menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan kelompok kontrol normal
terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) yang artinya hewan coba pada
kelompok kontrol gula mengalami keadaan hiperglikemik. Gambar I
menunjukkan bahwa pada menit ke-15 terjadi peningkatan kadar gula
darah pada hewan coba dan pada menit ke-30 kadar gula darah hewan coba
mulai mengalami penurunan. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Gunawan-Puteri et al. (2018), kadar gula
darah mencit mulai mengalami peningkatan pada menit ke-15 setelah
pemberian sukrosa.
c. Kadar gula darah Kelompok Kontrol Acarbose (diberikan larutan acarbose
dosis 80 mg/KgBB dan Sukrosa 4 g/KgBB)
Pada kelompok kontrol acarbose, hewan coba diberikan acarbose
dosis 80 mg/KgBB dan Sukrosa 4 g/KgBB. Acarbose secara struktural
mirip dengan oligosakarida alami, sehingga dapat menghambat enzim alfa
glukosidase secara kompetitif dan menurunkan absorpsi gula pada saluran
cerna (Siswandono, 2016; Rosak dan Mertes, 2012). Kelompok kontrol
acarbose berfungsi untuk memberikan gambaran penurunan kadar gula
darah mencit akibat adanya efek dari agen antihiperglikemik. Tabel II
menunjukkan bahwa nilai rerata AUC0-120±SD dari kelompok ini sebesar
11781,0 ±610,8 mg.menit/dL dengan nilai PKGD sebesar 82,9%.
Kelompok kontrol acarbose memberikan perbedaan yang bermakna
(p<0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol gula (Tabel III), dan
memberikan perbedaan tidak berbeda bermakna (p>0,05) dibandingkan
dengan kelompok kontrol normal. Hal ini menunjukkan bahwa acarbose
dapat menurunkan kadar gula darah yang setara dengan keadaan normal.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali et al.
(2013) dan Gunawan-Puteri et al. (2018) bahwa acarbose memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kemampuan dalam menurunkan kadar gula darah hewan coba yang
terbebani sukrosa.
d. Kadar gula darah Kelompok IKP Dosis Rendah (diberikan infusa kulit
pisang raja dengan dosis 833,34 mg/KgBB)
Pada kelompok IKP dosis rendah, hewan coba diberikan IKP dosis
833,34 mg/KgBB dan sukrosa dosis 4 g/KgBB. Tabel II menunjukkan
bahwa nilai AUC0-120±SD kelompok ini adalah 14874,0±1476,0
mg.menit/dL dan PKGD sebesar 58,2%. Hasil uji Post Hoc pada tabel III
menunjukkan kelompok IKP dosis 833,34 mg/KgBB memberikan
perbedaan yang bermakna (p<0,05) dibandingkan baik dengan kelompok
kontrol gula maupun kelompok kontrol normal. Hal ini menunjukkan IKP
dosis rendah memiliki efek antihiperglikemik namun belum setara dengan
keadaan normal. Selain itu, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
acarbose, juga memberikan perbedaan yang bermakna (p<0,05) yang
menunjukkan bahwa efek antihiperglikemik yang dimiliki IKP dosis
rendah tidak setara dengan acarbose dosis 80 mg/KgBB. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa IKP dosis rendah dibandingkan dengan IKP dosis
sedang memberikan hasilnya berbeda tidak bermakna (p>0,05) yang
artinya efek antihiperglikemik IKP dosis rendah dan IKP dosis sedang
relatif sama atau sebanding.
e. Kadar gula darah Kelompok IKP Dosis Sedang (diberikan infusa kulit
pisang raja dengan dosis 1666,67 mg/KgBB)
Pada kelompok IKP dosis sedang, hewan coba diberikan IKP dosis
1666,67 mg/KgBB dan sukrosa dosis 4 g/KgBB. Tabel II menunjukkan
bahwa nilai AUC0-120±SD kelompok ini adalah 14445,0±1303,0
mg.menit/dL dan PKGD sebesar 61,6%. Hasil uji Post Hoc pada tabel III
menunjukkan IKP dosis sedang jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol gula memberikan perbedaan yang bermakna (p<0,05), sehingga
dapat dikatakan bahwa IKP dosis sedang memiliki efek antihiperglikemik.
Selain itu, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol normal juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan
bahwa IKP dosis sedang memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar
gula darah hewan coba, tetapi tidak setara dengan keadaan normal. IKP
dosis sedang dibandingkan dengan kelompok kontrol acarbose
memberikan perbedaan yang bermakna (p<0,05), yang menunjukkan
bahwa efek antihiperglikemik yang dimiliki IKP dosis sedang tidak setara
dengan acarbose dosis 80 mg/KgBB.
Hasil uji statistik berbeda tidak bermakna (p>0,05) terlihat bila IKP
dosis sedang dibandingkan dengan IKP dosis tinggi. Hal ini berarti efek
antihiperglikemik IKP dosis sedang dan IKP dosis tinggi relatif sama.
f. Kadar gula darah Kelompok IKP Dosis Tinggi (diberikan infusa kulit
pisang raja dengan dosis 3333,33 mg/KgBB).
Pada kelompok IKP dosis tinggi, hewan coba diberikan IKP dosis 3333,33
mg/KgBB dan sukrosa dosis 4 g/KgBB. Tabel II menunjukkan bahwa nilai
AUC0-120±SD kelompok ini adalah 15246,0±632,1 mg.menit/dL dan PKGD
sebesar 58,2%. Hasil uji statistik Post Hoc (Tabel III) menunjukkan
kelompok IKP dosis tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
gula memberikan perbedaan yang bermakna (p<0,05), sehingga dapat
dikatakan bahwa IKP dosis tinggi memiliki efek antihiperglikemik. Selain
itu, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol normal, terdapat perbedaan
yang bermakna (p<0,05) yang menunjukkan bahwa IKP dosis tinggi
memiliki kemampuan menurunkan kadar gula darah hewan coba, tetapi
tidak setara dengan keadaan normal. Perbedaan yang bermakna (p<0,05)
juga terlihat bila membandingkan IKP dosis tinggi dengan kelompok
kontrol acarbose. Hal ini menunjukkan bahwa efek antihiperglikemik yang
dimiliki IKP dosis tinggi tidak setara dengan acarbose dosis 80 mg/KgBB.
Jika IKP dosis rendah dibandingkan dengan IKP dosis sedang hasil
statistiknya menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hasil uji statistik
berbeda tidak bermakna juga terlihat apabila IKP dosis sedang dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan IKP dosis tinggi. Ketersediaan substrat lebih besar dibandingkan
dengan ketersediaan sisi aktif enzim di dalam tubuh (Patrick, 2013).
Peningkatan dosis tidak sebanding dengan peningkatan efek antihiperglikemik
IKP dapat terjadi kemungkinan karena sisi aktif enzim alfa glukosidase pada
tubuh mencit jumlahnya terbatas, sehingga jika semua sisi aktif enzim sudah
berikatan dengan dugaan senyawa yang terkandung dalam infusa kulit pisang
raja, peningkatan dosis tidak dapat meningkatkan efek antihiperglikemik yang
muncul. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh dosis terhadap peningkatan efek antihiperglikemik infusa kulit
pisang raja dengan menggunakan dosis yang lebih rendah dari dosis rendah
penelitian yaitu kurang dari 833,34 mg/KgBB.
Pada penelitian ini, belum dapat ditentukan dosis efektif IKP. Dosis efektif
merupakan dosis perlakuan yang memberikan penurunan gula darah yang
bermakna terhadap kontrol gula dan tidak bermakna terhadap kontrol normal.
Hasil uji statistik dari kelompok perlakuan baik IKP dosis rendah, sedang, dan
tinggi memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol gula (p<0,05).
Namun, dari ketiga peringkat dosis tersebut tidak ada yang memberikan
perbedaan tidak bermakna dengan kelompok kontrol normal.
Faktor konversi dosis dari mencit 20 g ke manusia 70 Kg adalah 387,9
(Stevani, 2016). Perhitungan konversi dosis IKP dari mencit ke manusia yaitu :
Dosis manusia (70 kg) = Dosis mencit (20 g) x Faktor konversi dosis
IKP Dosis Rendah : 833,34 mg/KgBB mencit
: 0,83334 g/ KgBB mencit
: 0,0166668 g/20 gBB mencit
: 6,465 g/70 KgBB manusia
: 0,092 g/KgBB manusia
IKP Dosis Rendah : 1666,67 mg/KgBB
: 1,66667 g/ KgBB mencit
: 0,03333 g/20 gBB mencit
: 12,93 g/70 KgBB manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
: 0,185 g/KgBB manusia
IKP Dosis Tinggi : 3333,33 mg/KgBB
: 3,33333 g/ KgBB mencit
: 0,06666 g/20 gBB mencit
: 25,8599 g/70 KgBB manusia
: 0,369 g/KgBB manusia
Berdasarkan hasil konversi dosis IKP dari mencit ke manusia, kecil
kemungkinannya untuk infusa kulit pisang raja dapat dikembangkan lebih
lanjut sebagai antihiperglikemik. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan infusa kulit pisang raja memiliki dugaan senyawa yang
berperan dalam menurunkan kadar gula darah, sehingga peluang untuk
mengembangkan dugaan senyawa yang terkandung dalam kulit pisang raja
sebagai agen antihiperglikemik cukup besar.
Berdasarkan skrining fitokimia yang telah dilakukan, diketahui bahwa
infusa kulit pisang raja mengandung senyawa flavonoid dan saponin, sehingga
kedua senyawa inilah yang diduga berperan dalam memberikan efek
antihiperglimik. Senyawa flavonoid memiliki efek antihiperglikemik dengan
menghambat α-amilase dan α-glukosidase yang membatasi konversi
karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana (Afroz et al., 2016), sedangkan
senyawa saponin berperan dalam menghambat glukoneogenesis melalui
penghambatan enzim glukosa-6-fosfat dan fruktosa-1,6 bifosfat, serta
menghambat aktivasi alfa glukosidase (Barky et al., 2017). Namun, pada
penelitian ini hanya dilakukan uji kualitatif terhadap senyawa flavonoid dan
saponin sehingga tidak diketahui berapa kadar flavonoid dan saponin yang
terkandung di dalam sediaan yang dibuat. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terkait kadar flavonoid dan saponin yang terkandung
dalam infusa kulit pisang raja. Selain itu, perlu dilakukan juga penelitian lebih
lanjut mengenai efek antihiperglikemik infusa kulit pisang raja dengan metode
uji antihiperglikemik lainnya, misalnya metode induksi bahan kimia dengan
menggunakan streptozotocin atau aloksan yang dapat menyebabkan terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kerusakan pada sel β pankreas hewan coba sehingga kadar gula darahnya akan
naik lebih lama (Etuk, 2010).
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa infusa
kulit pisang raja dosis 833,34 mg/KgBB, 1666,67 mg/KgBB, dan 3333,33
mg/KgBB mempunyai efek antihiperglikemik pada mencit jantan galur Swiss yang
terbebani sukrosa secara peroral. Namun, pada penelitian ini tidak dapat ditentukan
dosis efektif dari infusa kulit pisang raja dalam menurunkan kadar gula darah hewan
coba.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek antihiperglikemik
infusa kulit pisang raja dengan menggunakan metode uji antihiperglikemik lainnya
seperti metode induksi bahan kimia dan pengaruh dosis terhadap peningkatan efek
antihiperglikemik infusa kulit pisang raja dengan menggunakan dosis yang lebih
rendah dari 833,34 mg/KgBB, serta perlu dilakukan skrinning fitokimia secara
kuantitatif untuk memastikan kadar senyawa yang terkandung dalam infusa kulit
pisang raja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
DAFTAR PUSTAKA
Afroz, R., Tanvir, E.M., dan Little, P.J., 2016. Molecular Pharmacology of Honey.
Journal of Clinical and Experimental Pharmacology, 6(3), 7.
Ali, R.B., et al., 2013. In Vitro and In Vivo Effects of Standardized Extract and
Fractions of Phaleria macrocarpa Fruits Pericarp on Lead Carbohydrate
Digesting Enzymes. BMC Complementary and Alternative Medicine,
13(39), 3.
American Diabetes Association, 2019. Standars of Medical Care in Diabetes-2019.
Diabetes Care, 42 (Supplement 1), S13.
Arifin, B., dan Ibrahim, S., 2018. Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnal Zarah, 6(1), 21-29.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012. Acuan Sediaan
Herbal. Badan POM RI, Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. BPOM, Jakarta.
Barky, A.E. et al., 2017. Saponins and Their Potential Role in Diabetes Mellitus.
Diabetes Manag, 7(1), 156.
Camberos et al., 2016. Wound Healing and Antioxidant Capacity of Musa
Pradisiaca Linn. Pell Extracts. Journal of Pharmacy & Pharmacognosy
Research, 4(5), 165.
Dahlan, M. S., 2014. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Epidemiologi
Indonesia. Jakarta, pp. 12.
Darmawi, A.R., Saleh, C., dan Kartika, R., 2015. Aktivitas Antihiperglikemik dari
Ekstrak Etanol dan n-Heksana Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia
A.Gray) Pada Tikus Putih Jantan. Jurnal Kimia Mulawarman, 12(2), 59-63.
Diniatik, 2015. Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook F. & Th.) dengan Metode
Spektrofotometri. Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(1), 2.
Edwards, D., 2011. Banana Ripeness Chart.
https://ucanr.edu/repository/view.cfm?article=83211, diakses tanggal 5 Mei
2020.
Ensamory, M.L., Rahmawati, dan Rousdy, D.W., 2017. Aktivitas Antijamur Infusa
Kulit Buah Jeruk Siam (Citru nobilis) terhadap Aspergillus niger EMP1
U2. Jurnal Labora Medika, 1(2), 8.
Etuk, E.U., 2010. Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture and
Biology Journal of North America, 1(2), 130-134.
Evans, W.C., 2009. Trease and Evans Pharmacognosy. 16th Ed. Saunders Elsevier,
London, pp. 228.
Ezekwesili et al., 2014. Evaluation of The Anti-Ulcer Property of Aqueous Extract
of Unripe Musa Paradisiaca Linn. Peel in Wistrar Rats. African Journal
of Pharmacy and Phamacology, 8(39), 1006.
Fathnur, S.K., Samudra, A.G., dan Oktarina, W., 2017. Pengaruh Air Rebusan Daun
Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Kadar Gula Darah Mencit Putih
Jantan yang Diinduksi Glukosa. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2(1), 147-157.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Fatimah, R.N., 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority, 4(5), 94.
Fidrianny, I., Rizki, K., dan Insanu, M., 2014. In Vitro Antioxidant Activities from
Various Extracts of Banana Peels Using ABTS, DPPH Assays and
Correlation with Phenolic, Flavonoid, Carotenoid Content. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6(8), 301.
Fitriani, N. dan Erly, P., 2019. Aktivitas Antidiabetik Kombinasi Ekstrak Etanol
Daun Ciplukan (Physalis angulata) dan Daun Gaharu (Aquilaria
malaccensis) pada Tikus Diabetes. Syifa‘ MEDIKA, 9(2), 75.
Fransisca, Kalangi, G.E., Saptasari, D.C., and Hendra, P., 2018. The Effect of Pasak
Bumi Roots Towards Blood Glucose Level in Glucose-Loaded Mice.
Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 15(1), 1-6.
Gunawan-Puteri, M.D.P.T., Rustandi, F. and Hendra, P., 2018. Spray Dried
Aqueous Extract of Lemongrass (Cymbopogon citratus) Exhibits In Vitro
and In Vivo Anti Hyperglycemic Activities. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas, 15(2), 55-61.
Halimah, H. et al., 2018. Studi Potensi Penggunaan Daun Mengkudu (Morinda
citrifolia L.) sebagai Bahan Antibakteri Escherichia coli dan Salmonella
typhimurium. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 24(1), 61.
Hamad, A., Jumitera, S., Puspawiningtyas, E., dan Hartanti, D., 2017. Aktivitas
Antibakteri Infusa Kemangi (Ocimum basilicum L.) pada Tahu dan
Daging Ayam Segar. Inovasi Teknik Kimia, 2(1), 1-8.
Hanani, E., 2015. Analisis Fitokimia. EGC, Jakarta, pp. 227-229.
Hu, S., Boettcher, B.R., dan Dunning, B.E., 2003. The Mechanisms Underlying The
Unique Pharmacodynamics of Nateglinide. Diabetologia, 46(Suppll),
M38.
International Diabetes Federation, 2019. Advocacy Guide to the IDF Diabetes Atlas
Ninth edition 2019. International Diabetes Federation.
Jamal,A.A.N. et al., 2015. Efektivitas Larvasida Ekstrak Kulit Pisang Raja (Musa
paradisiaca var. Raja) terhadap Larva Aedes sp. Instar III. Higiene, 2(2),
72.
Kariadi, S.H., 2009. Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan Lengkap untuk Diabetisi,
Keluarganya, dan Profesional Medis.
https://books.google.co.id/books?id=XNTQ5i458-
cC&printsec=frontcover&dq=Kariadi,++S.++H.++(2009)+Diabetes?++s
iapa++takut!!:++Panduan++lengkap++untuk++diabetisi,+keluarga,+dan
+profesional+medis.&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiR9Jn3keXqAhVae
H0KHc7DBF0Q6AEwAXoECAQQAg#v=onepage&q&f=false, diakses
tanggal 24 Juli 2020.
Kemenkes RI, 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan RI,
Jakarta.
Lakshmi, V. et al., 2014. Antidiabetic Potential of Musa paradisiaca in
Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. The Journal of
Phytopharmacology, 3(2), 79-80.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Mendoza, R.G. et al., 2012. The Role of Nateglinade and Repaglinade, Derivatives
of Meglitinide, in The Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Arch Med
Sci, 937.
Mudgal, J. et al., 2016. In vivo Evaluation of Two Thiazolidin-4-one Derivatives
in High Sucrose Diet Fed Pre-diabetic Mice and Their Modulatory Effect
on AMPK, Akt and p38 MAP Kinase in L6 Cells. Frontiers in
Pharmacology, 7(381), 3.
Navghare, V.V. dan Dhawale, S.C., 2016. In Vitro Antioxidant, Hypoglyclemic,
and Oral Glucose Tolerance Test of Banana Peel. Alexandria Journal of
Medicine, 2017(53), 237.
Nurwidayati, A., Srikandi, Y., dan Risti. Skrining Fitokimia Ekstrak Jarak Pagar
(Jatropha curcas) dan Ekstrak Jarak Kastor (Riccinus communis) Famili
Euphorbiaceae. Jurnal Vektor Penyakit, 8(1), 17.
Pane, E.R., 2013. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Metanol Kulit
Pisang Raja. Valensi, 3(2), 76-81.
Patrick, G.L., 2013. An Introduction to Medicinal Chemistry. Oxford University
Press, United Kingdom, pp. 39.
Perkeni, 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. PB Perkeni, Jakarta.
Poerba, Y.S., et al., 2018. Deskripsi Pisang Koleksi Pusat Penelitian Biologi LIPI.
LIPI Press, Jakarta, pp. 156-159.
Redaksi Trubus, 1997. Berkebun Pisang secara Intensif. Penebar Swadaya, Bogor,
pp. 10.
Rodwell, V.W. et al., 2018. Harper’s Illustrated Biochemistry, 31st edition.
McGraw-Hill Education, United States, pp. 375.
Rosak, C. dan Mertes, G., 2012. Crtitical Evaluation of The Role of Acarbose in
The Treatment of Diabetes: Patient Considerations. Dovepress, 2012(5),
358.
Setyorini, H.A., Kurniatri, A.A., Adelina, R., dan Winarsih, 2016. Karakteristik
Mutu Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) dari Tiga Tempat
Tumbuh. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(4), 280.
Sharma, A. dan Sharma, K., 2011. Musa Paradisiaca var sapientum Fruit Peel for
Suppression of Aflatoxin Producing Aspergillus Spp. on Groundnuts.
Indian Phytopathology, 64(3), 276.
Siswandono, 2016. Kimia Medisinal. Ed 2. Airlangga University Press, Surabaya,
pp. 555, 556, 565.
Sobir, 2009. Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Redaksi Agromedia,
Jakarta, pp. 208-210.
Someya, S.. Yoshiki, Y., dan Okubo, K., 2002. Antioxidant Compounds from
Bananas (Musa cavendish). Food Chemistry, 79(2002), 352-354.
Stevani, H., 2016. Praktikum Farmakologi. Kemenkes RI, Jakarta, pp. 4.
Sundhani, E. et al., 2016. Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Adam Hawa (Rhoeo
discolor) dan Daun Pucuk Merah (Syzygium campanulatum Korth.)
dalam Menurunkan Kadar Gula Darah pada Tikus Putih Jantan Galur
Wistar dengan Pembebanan Glukosa. Pharmacy, 13(2), 147.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Susilawati, E., Selifiana, N., dan Supriana, S.P., 2020. Pengaruh Ekstrak Air Kulit
Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) pada Model Hewan
Resistensi Insulin. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 5(1), 191-200.
Suyanti dan Supriyadi, A., 2008. Pisang, Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek
Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 12, 31.
Tangkumahat, F.G., Rorong, J.A., dan Fatimah, F., 2017. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Bunga dan Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Kadar
Glukosa Darah Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) yang Hiperglikemik.
Jurnal Ilmiah Sains, 17(2), 146.
Tolistiawaty, I. et al., 2014. Gambaran Kesehatan pada Mencit (Mus musculus) di
Instalasi Hewan Coba. Jurnal Vektor Penyakit, 8(1), 30.
USDA, 2020. Musa x paradisiaca L.
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=MUPA3, diakses tanggal 21
Februari 2020.
Utami, R.N., 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca
var. Raja) terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Jantan (Mus
musculuss). Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar,
Makassar.
Wolever, T.M.S. dan Miller, J.B., 1995. Sugars and Blood Glucose Control. Am J
Clin Nutr., 62(suppl), 212S-27S.
Wongnawa, M. et al., 2014. Alpha-Glucosidase Inhibitory Effect and Inorganic
Constituebts of Phyllanthus amarus Schum. & Thonn. Ash.
Songklanakarin Journal Of Science and Technology. 36(5), 541-546.
Yusoff, N.A. et al., 2015. Aqueous Extract of Nypa fruticans Wurmb. Vinegar
Alleviates Postprandial Hyperglycemia in Normoglycemic Rats. Nutrients,
2015(7), 7012-7026.
Yusuf, M.I. et al., 2018. Antioxidant and Antidiabetic Potential of Galing Stem
Extract (Cayratia trifolia Domin). Phatmacogn J, 10(4), 686-689.
Yusuf, M. dan Wati, A., 2019. Efek Infus Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit (Mus musculus). Media
Farmasi Poltekkes, 15(1), 43-50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
LAMPIRAN
Lampiran 1. Banana Ripeness Chart University of California Agriculture and
Natural Resources
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 2. Buah Pisang Raja, Kulit Pisang Raja, Serbuk, dan Infusa
Buah Pisang Raja Kulit Pisang Raja
Serbuk Kulit Pisang Raja Infusa Kulit Pisang Raja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 3. Hasil Kadar Air Serbuk Kulit Pisang Raja dan Uji Kualitatif
Infusa Kulit Pisang Raja
1.1. Hasil Kadar Air Serbuk Kulit Pisang Raja
1.2.Hasil Uji Flavonoid
Sebelum pengujian
Setelah pengujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1.3.Hasil Uji Saponin
Sebelum pengujian
Setelah pengujian
1.4.Hasil Uji Alkaloid
Sebelum pengujian
Setelah pengujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 4. Pengukuran dan Pembacaan Kadar Gula Darah pada Mencit
Pengukuran kadar gula darah pada mencit
Pembacaan Kadar Gula Darah pada Mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance (EC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 6. Surat Keterangan Determinasi Buah Pisang Raja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 7. Perhitungan Dosis Infusa Kulit Pisang Raja
Perhitungan dosis tertinggi infusa kulit pisang raja yaitu sebagai berikut :
D x BB = C x V
D x 30 g = 10 g/100 mL x 1 mL
D x 30 g = 100 mg/mL
D = 3333,33 mg/KgBB
Keterangan :
D : Dosis (mg/KgBB)
BB : Bobot mencit (gram)
C : Konsentrasi (mg/mL)
V : Volume (mL)
Pada penelitian ini dibuat tiga peringkat dosis dengan cara membagi dua
dosis 3333,33 mg/KgBB yaitu menjadi 1666,67 mg/KgBB. Kemudian,
hasil tersebut dibagi dua lagi menjadi 833,34 mg/KgBB. Jadi, didapatkan
tiga dosis yaitu 3333,33 mg/KgBB; 1666,67 mg/KgBB; dan 833,34
mg/KgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 8. Rerata Kadar Gula darah dan AUC0-120 Setiap Kelompok
Perlakuan
Kelompok Perlakuan
Kontrol Normal
Kontrol Gula
Kontrol Acarbose
IKP Dosis
Rendah
IKP Dosis
Sedang
IKP Dosis Tinggi
Rerata kadar gula
darah (mg/dL)
0 93,0 ± 12,2
103,6 ± 10,7
85,8 ± 9,4 53,3 ±
7,5 82,8 ± 10,8
80,6 ± 16,8
15,0 80,2 ± 15,5
232,6 ± 19,6
91,0 ± 4,5 137,8 ±
16,0 178,2 ±
13,3 167,4 ±
12,2
30,0 76,4 ± 13,3
217,6 ± 19,9
110,2 ± 8,8
155,3 ± 19,5
173,6 ± 18,5
144,2 ± 12,7
60,0 85,0 ± 16,9
192,0 ± 17,5
101,8 ± 13,0
121,7 ± 18,2
107,8 ± 17,1
138,6 ± 20,0
90,0 78,2 ± 15,5
173,6 ± 12,0
96,9 ± 7,7 89,8 ±
8,6 94,2 ± 16,6
107,0 ± 7,6
120,0 74,8 ±
9,0 136,2 ±
19,5 89,4 ± 5,8
85,8 ± 10,8
79,0 ± 10,1
101,2 ± 6,6
Rata-rata AUC0-120
(mg.menit/dL) ±SD 9637,5 ± 1276,8
22173,0 ±
11114,6
11781 ± 610,8
14874 ± 1476,0
14445,0 ±
1303,0
15246,0 ± 632,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 9. Surat Legalitas Penggunaan Aplikasi SPSS untuk Analisis Data
secara Statistik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Uji Shapiro-Wilk AUC0-120 Kadar Gula
Darah Setiap Kelompok Perlakuan Mencit
Tests of Normality
Kelompok perlakuan
(Veren Handoyo)
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Statis
tic df Sig.
AUC0-120
Kadar Gula
Darah Mencit
Kontrol Normal
(Aquadest) .204 5 .200* .942 5 .679
Kontrol Acarbose
(Acarbose) .292 5 .190 .885 5 .331
Kontrol Gula
(Sukrosa) .352 5 .042 .780 5 .055
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34
mg/KgBB)
.191 5 .200* .946 5 .705
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67
mg/KgBB)
.214 5 .200* .922 5 .540
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33
mg/KgBB)
.200 5 .200* .902 5 .420
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 11. Hasil Analisis Statistik Uji Oneway ANOVA dengan Taraf
Kepercayaan 95%
Oneway
Descriptives
AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit
N Mean
Std.
Deviati
on
Std.
Error
95% Confidence
Interval for
Mean
Mini
mum
Maxi
mum
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol Normal
(Aquadest) 5
9637.500
0
1276.80
754
571.0
0569
8052.1
340
11222.
8660
8302
.50
1143
7.50
Kontrol
Acarbose
(Acarbose)
5 11781.00
00
610.810
42
273.1
6273
11022.
5787
12539.
4213
1121
2.50
1265
2.50
Kontrol Gula
(Sukrosa) 5
22173.00
00
1114.59
690
498.4
6289
20789.
0452
23556.
9548
2126
2.50
2410
5.00
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34
mg/KgBB)
5 14874.00
00
1476.01
829
660.0
9545
13041.
2812
16706.
7188
1315
5.00
1669
5.00
Perlakuan Dosis
Sedang
(1666,67
mg/KgBB)
5 14445.00
00
1302.98
336
582.7
1187
12827.
1325
16062.
8675
1305
0.00
1603
5.00
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33
mg/KgBB)
5 15246.00
00
632.103
63
282.6
8534
14461.
1397
16030.
8603
1461
0.00
1603
5.00
Total 30
14692.75
00
4076.96
601
744.3
4875
13170.
3859
16215.
1141
8302
.50
2410
5.00
Test of Homogeneity of Variances
AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.343 5 24 .280
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
ANOVA
AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 451941489.37
5 5 90388297.875 72.103 .000
Within Groups 30086415.000 24 1253600.625
Total 482027904.37
5 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik Uji Post Hoc Bonfferoni AUC0-120
Kadar Gula Darah Setiap Kelompok Perlakuan Mencit
Bonfer
roni
Kontrol
Normal
(Aquadest)
Kontrol Acarbose
(Acarbose)
-
2143.50
000
708.1
2446 .087
-
4450.8
398
163.83
98
Kontrol Gula
(Sukrosa)
-
12535.5
0000*
708.1
2446 .000
-
14842.
8398
-
10228.
1602
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34
mg/KgBB)
-
5236.50
000*
708.1
2446 .000
-
7543.8
398
-
2929.1
602
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67
mg/KgBB)
-
4807.50
000*
708.1
2446 .000
-
7114.8
398
-
2500.1
602
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33
mg/KgBB)
-
5608.50
000*
708.1
2446 .000
-
7915.8
398
-
3301.1
602
Kontrol
Acarbose
(Acarbose)
Kontrol Normal
(Aquadest) 2143.50
000
708.1
2446 .087
-
163.83
98
4450.8
398
Kontrol Gula
(Sukrosa)
-
10392.0
0000*
708.1
2446 .000
-
12699.
3398
-
8084.6
602
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34
mg/KgBB)
-
3093.00
000*
708.1
2446 .003
-
5400.3
398
-
785.66
02
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67
mg/KgBB)
-
2664.00
000*
708.1
2446 .014
-
4971.3
398
-
356.66
02
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33
mg/KgBB)
-
3465.00
000*
708.1
2446 .001
-
5772.3
398
-
1157.6
602
Kontrol Gula
(Sukrosa)
Kontrol Normal
(Aquadest)
12535.5
0000*
708.1
2446 .000
10228.
1602
14842.
8398
Kontrol Acarbose
(Acarbose)
10392.0
0000*
708.1
2446 .000
8084.6
602
12699.
3398
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34
mg/KgBB)
7299.00
000*
708.1
2446 .000
4991.6
602
9606.3
398
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67
mg/KgBB)
7728.00
000*
708.1
2446 .000
5420.6
602
10035.
3398
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33
mg/KgBB)
6927.00
000*
708.1
2446 .000
4619.6
602
9234.3
398
Perlakuan
Dosis Rendah
(833,34
mg/KgBB)
Kontrol Normal
(Aquadest)
5236.50
000*
708.1
2446 .000
2929.1
602
7543.8
398
Kontrol Acarbose
(Acarbose)
3093.00
000*
708.1
2446 .003
785.66
02
5400.3
398
Kontrol Gula
(Sukrosa)
-
7299.00
000*
708.1
2446 .000
-
9606.3
398
-
4991.6
602
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67
mg/KgBB)
429.000
00
708.1
2446
1.00
0
-
1878.3
398
2736.3
398
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33
mg/KgBB)
-
372.000
00
708.1
2446
1.00
0
-
2679.3
398
1935.3
398
Perlakuan
Dosis Sedang
(1666,67
mg/KgBB)
Kontrol Normal
(Aquadest)
4807.50
000*
708.1
2446 .000
2500.1
602
7114.8
398
Kontrol Acarbose
(Acarbose)
2664.00
000*
708.1
2446 .014
356.66
02
4971.3
398
Kontrol Gula
(Sukrosa)
-
7728.00
000*
708.1
2446 .000
-
10035.
3398
-
5420.6
602
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34
mg/KgBB)
-
429.000
00
708.1
2446
1.00
0
-
2736.3
398
1878.3
398
Perlakuan Dosis
Tinggi (3333,33
mg/KgBB)
-
801.000
00
708.1
2446
1.00
0
-
3108.3
398
1506.3
398
Perlakuan
Dosis Tinggi
(3333,33
mg/KgBB)
Kontrol Normal
(Aquadest)
5608.50
000*
708.1
2446 .000
3301.1
602
7915.8
398
Kontrol Acarbose
(Acarbose)
3465.00
000*
708.1
2446 .001
1157.6
602
5772.3
398
Kontrol Gula
(Sukrosa)
-
6927.00
000*
708.1
2446 .000
-
9234.3
398
-
4619.6
602
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Perlakuan Dosis
Rendah (833,34
mg/KgBB)
372.000
00
708.1
2446
1.00
0
-
1935.3
398
2679.3
398
Perlakuan Dosis
Sedang (1666,67
mg/KgBB)
801.000
00
708.1
2446
1.00
0
-
1506.3
398
3108.3
398
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Efek Antihiperglikemik
Infusa Kulit Pisang Raja pada Mencit Jantan Galur Swiss
Terbebani Sukrosa” dengan nama lengkap Veren
Handoyo, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 19 April
2000. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Alm.
Handoyo dan Vivi Yohani. Penulis telah menempuh
pendidikan formal yaitu di TK Pertiwi Muaradua (2004-
2005), SDN 05 Muaradua (2005-2011), SMPN 1
Muaradua (2011-2014), dan SMA Santa Maria 1 Bandung
(2014-2017). Pada tahun 2017, penulis melanjutkan
pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh
pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kegiatan
keorganisasian sebagai anggota Divisi Kerohanian Komunitas Mahasiswa Buddhis
dan Konghucu Dharma Virya (KMBK-DV) 2017/2018. Selain organisasi, penulis
aktif dalam berbagai kepanitiaan, antara lain pernah menjadi anggota Divisi Liasion
Officer (LO) “Faction#2”, anggota Divisi Acara “Meditation Class KMBK-DV
2017”, Sekretaris “Vege Day KMBK-DV 2018”, Bendahara “Pelepasan Wisuda 2
Farmasi 2019”. Penulis juga aktif berperan sebagai asisten praktikum yakni asisten
praktikum Farmasi Fisika (2018 dan 2019), praktikum Biokimia (2019), praktikum
Kimia Analisis (2019) praktikum Mikrobiologi (2020), praktikum FTSF (2020),
praktikum Farmakologi Toksikologi (2020), dan praktikum Pharmaceutical Care
Kardio Endokrin (2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI