dukungan sosial untuk kemandirian duafa di...
TRANSCRIPT
DUKUNGAN SOSIAL UNTUK KEMANDIRIAN DUAFA DI
PESANTREN INSANUL QUR’AN BOGOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Sahvilla Meutia Sari
NIM. 11150520000024
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2019 M
ABSTRAK
Sahvilla Meutia Sari, NIM 11150520000024, Dukungan Sosialuntuk Kemandirian Duafa di Pesantren Insanul Qur’anBogor.
Santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor cenderung memilikiemosi yang kurang stabil, kurang disiplin dan kurang mandiriakibat perlakuan orangtua yang memanjakan. Pesantren ini hadirsebagai upaya pendidikan bagi remaja duafa untuk bisa lebihmandiri dan mampu berkompetisi di masa yang akan datang.
Tujuan penelitian ini: (1) untuk menganalisis bentuk dukungansosial yang diberikan oleh pembimbing, pengasuh dan orangtuakepada santri duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, dan (2)untuk menganalisis dampak dukungan sosial terhadapkemandirian santri duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metodedeskriptif. Subjek penelitian terdiri dari 1 pembimbing, 1pengasuh, 2 orangtua dan 4 santri duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor. Teknik pengambilan informan menggunakanteknik purposive sampling. Analisis data menggunakan teoriBogdan dan Biklen, dengan cara reduksi data, penyajian data danverifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bentuk dukungan sosialyang diberikan oleh pembimbing, pengasuh dan orangtua kepadasantri duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor yaitu dukunganmaterial, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukunganinformasional maupun dukungan pendampingan, dan (2) dampakdukungan sosial terhadap kemandirian santri duafa di PesantrenInsanul Qur’an Bogor, bersifat positif untuk kemandirian.Artinya, adanya dukungan sosial menjadikan santri duafa menjadilebih mandiri.
Kata Kunci: Duafa, Dukungan Sosial, Kemandirian.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim.Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga senantiasaterlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,para sahabat, dan para pengikutnya yang setia. Alhamdulillahpeneliti mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul“Dukungan Sosial untuk Kemandirian Duafa di PesantrenInsanul Qur’an Bogor”.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada orang tuapeneliti Evi Yulita, Sri Nuraeni, Fauzal Tri Angkasah, ApipSupriyadi, yang tak henti menunjukkan rasa sayang kepadapeneliti, serta menjadi alasan terbaik bagi peneliti agar terussemangat dan berusaha secara maksimal dalam meraih cita-cita.Selain itu peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan, Dr. Siti Napsiyah,S.Ag,BSW, MSW. Selaku Wakil Dekan BidangAkademik, Dr, Sihabuddin N, M.Ag Selaku Wakil DekanBidang Administrasi Umum, Drs. Cecep Castrawijaya,M.A. selaku Wakil Bidang Kemahasiswaan Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Ir. Noor Bekti Negoro, M.Si, selaku Ketua Program StudiBimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi, selaku SekretarisProgram Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yangsenantiasa meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untukmemberikan arahan dan masukan dalam penyusunanskripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staff di lingkungan Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik danmemberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama
ii
menempuh pendidikan di UIN Syarif HidayatullahJakarta.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikanfasilitas untuk mendapatkan referensi dalam menyusunskripsi ini.
7. Keluarga besar Pesantren Insanul Qur’an Bogor, yangtelah memberikan izin kepada peneliti untukmelaksanakan penelitian, yang selalu ikhlas, sabar, danpenuh kesungguhan dalam memberikan informasi dankeperluan penelitian kepada penulis.
8. Hasantoha Adnan, selaku pimpinan di Pesantren InsanulQur’an Bogor, yang senantiasa membantu peneliti ketikaproses penelitian, yang selalu menyediakan waktunya.
9. Adik-adik peneliti yang senantiasa menjadi alasan penelitiuntuk tidak gampang menyerah. Rara, Abay, Yuza,Keysha, Farel, Indah, Almira si gendut yang selalupeneliti sayangi.
10. Sahabat peneliti, Purwandaru, Agnes, Astri, Siti Muftiah,Sifa, Mutya, Andreana (Cabe Squad). Ira Yusna Nasution,Umi Mahmudah, Revita Nurwahidah (Onta Squad).Terkhusus Herdin Ferdian Aznan yang sudah membantupeneliti dari awal berjuang masuk UIN Jakarta sampaiakhir. Dan yang selalu setia menemani dan membantupeneliti dalam berproses memperoleh gelar sarjana.
11. Seluruh keluarga BPI, Silmi, Rini, Milzam, Era, Ulfi,Mutiah, Maryam, Nisa, Syakur, Aisyah, Rofi, Nella, Ojan,Azka, Cors, Alykha, Syita, Aji, Alfi, Debby, Mail, Suci,Puput, Iin, Vidia, Nadiah, Aam, Nurhalimah, Arum, Hani,Ayu, Tiara, Farhan, Takim, Lirik, Luay, Haris, Fitri, Eva,Iky, Umar, Abdi, Ilay, Uswatun, Alfian, Annisa, Astri,
iii
Lulu, Zubed, yang telah mendukung dan menyemangatipeneliti sejak awal kuliah sampai akhir.
Jakarta, 1 November 2019
Sahvilla Meutia Sari
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBINGLEMBAR PENGESAHANPERNYATAANABSTRAKKATA PENGANTAR...............................................................iDAFTAR ISI.............................................................................ivDAFTAR DIAGRAM..............................................................viDAFTAR TABEL.....................................................................viDAFTAR GAMBAR................................................................vi
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ........................................................... 1B. Batasan Masalah......................................................... 6C. Rumusan Masalah ...................................................... 7D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................. 7E. Metodologi Penelitian................................................. 8F. Tinjauan Kajian Terdahulu ....................................... 13G. Sistematika Penulisan............................................... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Dukungan Sosial
1. Definisi Dukungan Sosial ..................................... 222. Fungsi Utama Dukungan Sosial ........................... 233. Sumber Dukungan Sosial ..................................... 25
B. Kemandirian1. Definisi Kemandirian ........................................... 272. Karakteristik Kemandirian ................................... 283. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian 29
C. Duafa1. Pengertian Duafa .................................................. 312. Hikmah Memperdayakan Duafa........................... 32
D. Kerangka Berpikir .................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIANA. Sejarah Pesantren Insanul Qur’an Bogor ................. 35B. Visi dan Misi ............................................................ 38
v
C. Fasilitas..................................................................... 38D. Syarat Pendaftaran.................................................... 39E. Program dan Jadwal Kegiatan Santri........................ 40F. Struktur Kepengurusan ............................................. 43
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIANA. Data Informan…………………………………..….45B. Temuan Lapangan
1. Hambatan dalam Proses Penelitian..................... 532. Permasalahan yang Dihadapi Santri Duafa di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor......................... 553. Bentuk Dukungan Sosial yang Diterima Santri di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor.........................594. Dampak Dukungan Sosial yang Diberikan oleh
Pembimbing, Petugas dan Orang tua terhadapKemandirian Santri Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.......................................................65
BAB V PEMBAHASANA. Gambaran Bentuk Dukungan Sosial yang Didapatkan
Santri Duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor......77B. Dampak Dukungan Sosial terhadap Kemandirian
Santri Duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor…..97
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARANA. Simpulan. ............................................................... 115B. Implikasi.. ............................................................... 115C. Saran........ ............................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Santri dari Hari Senin sampai HariJum’at..........................................................................40
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Santri di Hari Sabtu..........................42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Lapisan Dukungan Sosial..........................26Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian...................................34Gambar 3. Struktur Kepengurusan Pesantren............................44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 mencapai 25,14
juta orang. Sebagian besar penduduk miskin berada di Pulau Jawa
(12,72 juta orang), sedangkan jumlah penduduk miskin terendah
berada di Pulau Kalimantan (0,97 juta orang).1
Dari data tersebut dilihat bahwa angka permasalahan
mengenai kemiskinan di Indonesia berada pada angka yang
cukup besar, sehingga harus ada perhatian dari setiap kalangan
masyarakat baik pemerintah maupun swasta dalam menghadapi
permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti
memfokuskan penelitian pada remaja duafa.
“Duafa yaitu golongan manusia yang hidup dalam
kemiskinan, kesengsaraan, kelemahan,
ketertindasan dan penderitaan yang tiada putus.”2
Saat ini arus gelombang teknologi berkembang sangat
pesat dan kehidupan semakin sulit, sehingga masyarakat dituntut
untuk mampu kompetitif dalam menghadapi arus kehidupan. Hal
ini pun berlaku untuk generasi remaja yang secara psikologis
sedang berada di masa krisis pencarian identitas diri. Walaupun
pencarian identitas tidak berawal dan berakhir pada masa remaja
1Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2019,
diakses pada 15 Juli 2019,https://www.bps.go.id. 2Muhsin, Menyayangi Dhuafa, (Jakarta: Gema Insani,2004), Hal. 1.
2
namun krisis antara identitas dengan kekacauan identitas
mencapai puncaknya pada tahap edolesen.3
Anak-anak dari kelas sosial ekonomi rendah, yang
selanjutnya disebut remaja duafa. Banyak yang tidak memperoleh
pendidikan dari orangtua, baik pendidikan formal maupun
pendidikan di dalam keluarga. Mereka juga kurang mendapatkan
tuntunan hidup yang lebih baik, seperti tuntunan mengenai adab
dan tuntunan mengenai hidup yang disiplin. Sehingga remaja
duafa kurang memiliki bekal untuk berkompetisi dengan remaja
dari kelas sosial ekonomi menengah dan atas. Permasalahan
utama remaja duafa adalah banyaknya hambatan dalam
memperoleh obyek yang sangat diinginkannya dengan jalan yang
wajar sehingga mereka mengalami frustasi dan tekanan batin.4
Karena banyaknya rintangan, tekanan batin dan frustasi
tersebut para remaja duafa lalu menolak norma sosial yang
dianggap tidak adil bagi kehidupan mereka karena hanya
menguntungkan kaum dengan kemampuan ekonomi yang baik
saja.5
Menurut Hurlock masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha
3Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2014), Hal.
98. 4Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2017), Hal. 89. 5Ibid., Hal. 89.
3
mencapai kemampuan berperilaku secara dewasa, serta tugas
perkembangan masa remaja yaitu:6
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Mampu membina hubungan baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis.
3. Mencapai kemandirian emosional.
4. Mencapai kemandirian ekonomi.
5. Mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
6. Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orangtua.
7. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
8. Mempersiapkan diri untuk memasuki fase
perkawinan.
9. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung
jawab kehidupan keluarga.
Selain itu pada dasarnya manusia merupakan makhluk
sosial sedangkan mereka yang duafa kurang mendapatkan
dukungan sosial yang baik dalam kehidupannya. Dari
permasalahan tersebutlah maka dibutuhkan peran dari banyak
pihak agar mampu memotivasi mereka sehingga dapat
berkembang menjadi lebih baik dan mandiri. Menurut Mu’tadzin
menjelaskan bahwa kemandirian merupakan sikap individu yang
6Ali Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), Hal.
10.
4
dapat berkembang seiring dengan pertemuan individu dengan
lingkungannya sehingga mampu berfikir dan bertindak sendiri.7
Dalam agama Islam diajarkan bahwa sebagai sesama manusia
harus saling tolong menolong terutama mengasihi anak yatim dan
orang miskin. Seperti dalam Qur’an surat Al-Baqarah [2]: 838
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji
dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.” (QS. Al-Baqarah [2]: 83)
Rumitnya permasalahan yang dihadapi remaja duafa serta
bagaimana semestinya tugas seorang remaja yang sedang
berkembang. Peneliti tertarik untuk meneliti berbagai upaya yang
7Vira Rachmiwanti dan Hartosujono, Hubungan antara Dukungan
Sosial dengan Kemandirian pada Penyandang Tuna Daksa di Pusat
Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat Bantul, (Yogyakarta: Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, 2015), Hal. 1. 8Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:
PT Syaamil, 2005), Hal. 12.
5
harus dilakukan pihak Lembaga Pesantren Insanul Qur’an Bogor
dalam mempersiapkan remaja duafa guna menghadapi masa
depan yang serba kompleks dan penuh tantangan. Karena
menurut Andersen, situasi kehidupan yang menyulitkan tersebut
dapat menyebabkan manusia menjadi serba bingung jika tidak
memiliki ketahanan hidup yang memadai.9
Selain itu menurut Hurlock, situasi tersebut dapat
mempengaruhi dinamika kehidupan remaja karena secara
psikologis remaja tengah berada pada masa topan dan badai
dalam mencari identitas dirinya.10
Dalam hal ini, peneliti akan
meneliti berbagai upaya sebuah lembaga mempersiapkan remaja
dalam menghadapi masa depan dengan memfokuskan diri pada
pengembangan kemandirian santri. Karena perubahan tata nilai
yang terjadi dalam diri generasi dan antargenerasi akan tetap
memposisikan kemandirian sebagai isu aktual dalam
perkembangan manusia.11
Penelitian ini menjadi semakin menarik ketika peneliti
memperhatikan sebuah Pesantren Insanul Qur’an di Bogor, yang
melakukan sejumlah pembinaan untuk mengantarkan anak-anak
di atas menjadi orang yang lebih mandiri. Pesantren ini pada
dasarnya dibuat khusus untuk mereka yang duafa. Pesantren
tersebut pun terdiri dari santri yang kisaran umurnya 12-17
9Ali Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), Hal.
107. 10Ibid., Hal. 107. 11Ibid., Hal. 108-109.
6
tahun, yang artinya sudah masuk tahap remaja sehingga sesuai
dengan umur yang akan diteliti.
Pada pesantren tersebut pun terdapat pembinaan
keterampilan dan spiritual seperti tahfidz Qur’an, mempelajari
sejarah kehidupan nabi, kajian,dan pendidikan umum.Pembinaan
kesehariannya meliputi kegiatan eco preneur seperti tani dan
ternak untuk putra, menjahit dan memasak kue untuk putri yang
diharapkan dapat menjadi bekal bagi santri tersebut sehingga
mampu berkembang menjadi lebih mandiri. Pembimbing pun
berperan aktif dalam melakukan pendekatan secara emosional
terhadap para santrinya, sehingga kondisi pesantren tersebut
memiliki iklim kekeluargaan yang baik. Dari penjabaran diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Dukungan
Sosial Untuk Kemandirian Duafa Di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah utama yang
menjadi fokus penelitian ini adalah apakah terdapat dukungan
sosial bagi kemandirian duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terfokus dan
memperoleh hasil yang lebih optimal. Duafa yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah santri duafa yang berasal dari
keluarga miskin, tersingkirkan dari lingkungan sosialnya karena
kondisi kemiskinan yang dialaminya sehingga kerap mendapat
hinaan dan dijauhi dan mengalami ketertinggalan dari segi
7
pendidikan formal maupun pendidikan dalam keluarga.
Dukungan sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
dukungan sosial oleh orangtua, pembimbing dan pengasuh yang
dirasakan santri duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Dan
kemandirian dalam penelitian adalah kemandirian yang
berkembang karena faktor dukungan dari lingkungan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang terdapat pada latar belakang
tersebut, maka muncul ketertarikan peneliti untuk melakukan
sebuah penelitian mengenai dukungan sosial bagi kemandirian
duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk dukungan sosial dari orangtua,
pembimbing dan pengasuh Pesantren Insanul Qur’an
Bogor untuk meningkatkan kemandirian santri?
2. Bagaimana dampak dukungan sosial terhadap
kemandirian santri duafa di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan diadakan penelitian ini untuk:
1. Menganalisis bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh
pembimbing, pengasuh dan orangtua kepada santri duafa di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
2. Menganalisis dampak dukungan sosial terhadap kemandirian
santri duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
8
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangsih
pemikiran ilmiah untuk akademis tentang dukungan sosial bagi
kemandirian duafa.
1. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Pesantren
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai bahan
masukan dan penginformasian bagi Pesantren Insanul Qur’an
Bogor untuk memberikan pelayanan pemberdayaan yang semakin
baik.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai bahan
materi untuk melakukan praktek penyuluhan, baik sebagai bahan
materi maupun upaya tindak lanjut yang dilakukan mahasiswa
jurusan bimbingan dan penyuluhan Islam.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi masyarakat agar memahami lebih dalam akan
pentingnya dukungan sosial untuk perkembangan kemandirian.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah
yang terdapat dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
9
penelitian yang menekankan pada analisis terhadap antar
fenomena yang terjadi dengan menggunakan penjelasan logika
ilmiah.12
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif.
Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan penelitian yang
menggambarkan data secara faktual yang disajikan secara ringkas
dan sistematik serta akurat sehingga mudah dipahami dan
disimpulkan, dan data yang dikumpulkan secara deskriptif
semata-mata dibuat bukan untuk menguji sebuah hipotesis
ataupun membuat sebuah prediksi.13
Dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif yang
bersifat deskripsi, peneliti berharap agar penelitian peneliti
mendapatkan analisis penelitian yang mendalam dan lebih jelas
mengenai penelitian dukungan sosial bagi kemandirian duafa di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan
yaitu pada bulan Juni sampai Oktober.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Pemilihan subjek dalam penelitian ini, menggunakan
teknik purposive sampling. Yaitu pengambilan sampel yang
didasari oleh pertimbangan khusus yang dipahami oleh peneliti
12Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: Pustaka
Pelajar, 2017), Hal. 5. 13Ibid., Hal. 6.
10
sehingga peneliti memiliki kebebasan dalam memilih siapa yang
mereka temukan untuk diteliti yang biasanya digunakan untuk
meneliti sebuah gagasan.14
Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah santri
duafa yang ada di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Dan yang
dijadikan objek dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang
diberikan Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam
penelitian maka akan dilakukan dengan tiga metode
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan memperhatikan
dan mengikuti secara sistematis perilaku sasaran
penelitian. Dalam kegiatan observasi pun merupakan
kegiatan mencari data yang dapat digunakan sebagai
kesimpulan data yang diperoleh.15
Dalam penelitian ini observasi dilakukan di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor dengan mengamati
kondisi di Pesantren dan kegiatan yang dilakukan oleh
santri duafa.
14Rully Indrawan, Poppy Yaniawati, Metodologi Penelitian,
(Bandung: Refika Aditama, 2014), Hal. 105-106. 15
Haris Herdiansyah, Metode Pendekatan Kualitatif, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), Hal. 131.
11
b. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan percakapan yang
dilakukan oleh dua orang dengan maksud tertentu, dengan
cara pewawancara memberikan pertanyaan dan yang
terwawancara memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan oleh pewawancara tersebut.16
Metode ini digunakan untuk menggali informasi
mengenai bentuk dukungan sosial di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor dalam mengembangkan kemandirian santri
duafa. Informasi didapat dari 2 orangtua, 1 pengasuh, 1
pembimbing dan 4 santri duafa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik
mengumpukan data yang berupa bukti ataupun informasi
yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri
sebuah informasi.17
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan
gambaran umum mengenai Pesantren Insanul Qur’an di
Bogor dan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian.
16Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), Hal. 143. 17Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), Hal. 177.
12
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh yaitu
dari data primer dan data sekunder.18
a. Data Primer
Data primer merupakan data tangan pertama yaitu
data yang diperoleh oleh peneliti langsung dari subjek
atau responden penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dari tangan kedua
yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen analisis data dalam
penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan dan pengaturan
secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan dan
bahan-bahan lainnya yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman peneliti terhadap bahan penelitian tersebut agar dapat
diinterpretasikan temuannya kepada orang lain.19
Proses analisis data melibatkan tiga proses yang dapat
dilakukan kapan saja, dalam arti proses tidak harus dilakukan
18Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: Pustaka
Pelajar, 2017), Hal. 132. 19Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), Hal. 217.
13
ketika peneliti telah menyelesaikan seluruh penelitian. Dan ketiga
proses tersebut adalah sebagai berikut:20
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan,
penyederhanaan dan pengubahan data kasar yang
muncul dari catatan tertulis yang dihasilkan ketika
berada di lapangan.
b. Penyajian Data
Penyajian data yaitu aktifitas menyajikan data
hasil penelitian, sehingga peneliti mampu mengambil
kesimpulan sementara dan dapat menentukan langkah
selanjutnya bila terdapat data yang perlu klarifikasi.
c. Verifikasi
Verifikasi merupakan aktifitas merumuskan
kesimpulan berdasarkan dua aktifitas sebelumnya,
kesimpulan ini dapat berupa kesimpulan sementara
dan kesimpulan akhir (final).
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti mengenai
penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang mengangkat
tentang dukungan sosial bagi kemandirian diantaranya adalah:
1. Pada tahun 2019 penelitian yang ditulis oleh Syifa
Akmalia Kholilurohmah, mahasiswa Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif
20Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), Hal. 11-12.
14
Hidayatullah Jakarta. Dengan judul skripsi “Dukungan
Sosial dan Motivasi dalam Beribadah pada Lansia di
Pondok Lansia Bedikari Tangerang”. Dan tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan: (1) dukungan sosial yang diterima oleh
lansia, (2) motivasi lanjut usia dalam beribadah, (3)
pengaruh dukungan sosial bagi motivasi lanjut usia
dalam beribadah. Hasil dari penelitiannya menjelaskan
bahwa (1) dukungan sosial yang diterima lansia meliputi
dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan
penghargaan dan dukungan instrumental, (2) motivasi
lansia dalam beribadah meliputi kesadaran diri serta
pengetahuan lansia mengenai ibadah, (3) dukungan
sosial berpengaruh bagi motivasi lansia dalam beribadah.
Kelebihan pada skripsi ini adalah penulisan dalam
skripsi ini sangat rapih dan mudah dipahami, sedangkan
kekurangan dalam penelitian ini adalah masih ada
penulisan yang kurang sesuai dengan pedoman penulisan
skripsi yang sudah ditentukan oleh kampus.21
2. Pada tahun 2019 penelitian yang ditulis oleh Sri Ayu
Miswatul Mutiah, mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Islam Universitas Islam Negeri Sumatra Utara. Dengan
judul skripsi “Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya
21
Syifa Akmalia Kholilurohmah, Dukungan Sosial dan Motivasi
dalam Beribadah pada Lansia di Pondok Lansia Bedikari Tangerang,
(Jakarta: UIN Jakarta , 2019).
15
terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri
5 Seruway Aceh Tamiang Tahun Ajaran 2018/2019”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1)
tingkat dukungan sosial teman sebaya pada siswa SMP
Negeri 5 Seruway Aceh Tamiang, (2) tingkat prestasi
belajar siswa SMP Negeri 5 Seruway Aceh Tamiang, (3)
adanya pengaruh antara dukungan sosial teman sebaya
dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri 5 Seruway
Aceh Tamiang Tahun Ajaran 2018/2019. Hasil dari
penelitiannya menjelaskan bahwa dukungan sosial teman
sebaya mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kelebihan
pada skripsi ini adalah penulisan dalam skripsinya
tertulis secara terstruktur, sedangkan kekurangan dalam
penelitian ini adalah penjelasan di kesimpulan penelitian
ini sulit untuk dipahami.22
3. Pada tahun 2018 penelitian yang ditulis oleh Ahriani
Silvia, mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan judul skripsi “Dukungan Sosial bagi
Kemandirian Waria pada Rumah Singgah Waria Anak
Raja, Depok”. Dan tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah dukungan sosial dapat
mempengaruhi kemandirian waria di rumah singgah.
22Sri Ayu Miswatul Mutiah, Pengaruh Dukungan Sosial Teman
Sebaya terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 5 Seruway
Aceh Tamiang Tahun Ajaran 2018/2019, (Medan: UIN Sumatra Utara, 2019).
16
Hasil dari penelitiannya menjelaskan bahwa waria sudah
mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakat
tanpa membuat masyarakat tidak nyaman, waria pun
sudah mampu hidup mandiri dan dukungan sosial dari
dalam rumah singgah berperan besar dalam proses
kemandirian waria. Kelebihan pada skripsi ini adalah
peneliti mampu menjabarkan dengan jelas permasalahan
yang dihadapi oleh waria, sedangkan kekurangan dalam
penelitian ini adalah tidak memberikan saran pada
penelitian selanjutnya sehingga penelitiannya tidak dapat
diperdalam dan tidak jelas apa kekurangan penelitian
yang dapat disempurnakan dengan penelitian selanjutnya
yang serupa.23
4. Ratna Yuningsih, mahasiswa Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2018. Dengan judul skripsi
“Analisis Perkembangan Kemandirian pada Anak Autis
di Sekolah Khusus Putra-Putri Mandiri Ciputat”. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana
tahapan-tahapan perkembangan kemandirian pada anak
autis serta untuk mengetahui gangguannya dan apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian pada anak autis. Hasil dari penelitian ini
adalah terjadi keterlambatan perkembangan kemadirian
23Ahriani Silvia, Dukungan Sosial bagi Kemandirian Waria pada
Rumah Singgah Waria Anak Raja, Depok, (Jakarta: UIN Jakarta, 2018).
17
pada tahap-tahap perkembangan kemadirian anak autis,
gangguan perkembangan diakibatkan sulit berinteraksi
sosial, perilaku yang berulang, gangguan komunikasi
dan emosi. Kelebihan dalam penelitian ini adalah
sumber datanya bervariatif sehingga pembaca dapat
mengembangkan materi dengan mudah, sedangkan
kekurangan pada penelitian ini adalah masih banyak
menggunakan kalimat yang diulang.24
5. Muhammad Irfan Najmi, mahasiswa Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2018. Dengan judul skripsi “Peran
Pengasuh dalam Pembinaan Kemandirian Anak Yatim
Ar-Rohman Bintaro”. Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana peran pengasuh dalam
pembinaan kemandirian anak yatim di Ar-Rohman
Bintaro. Hasil dari penelitiannya menjelaskan bahwa
peran pengasuh yang diberikan secara konsisten setiap
harinya akan mengembangkan kemandirian anak-anak
dari aspek psikologis dan sosial. Kelebihan pada skripsi
ini adalah isi dari skripsinya tertata rapih,
pembahasannya tidak melebar dan mudah dipahami,
sedangkan kekurangan dalam penelitian ini adalah
masih ada bagian yang kurang memperhatikan ketentuan
24Ratna Yuningsih, Analisis Perkembangan Kemandirian pada Anak
Autis di Sekolah Khusus Putra-Putri Mandiri Ciputat, (Jakarta: UIN Jakarta ,
2018).
18
penulisan skripsi yang benar, seperti memberikan poin
pada bagian yang seharusnya dibentuk narasi.25
6. Vira Rachmiwanti dan Hartosujono, Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 2015. Dengan
judul jurnal “Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Kemandirian pada Penyandang Tuna Daksa di Pusat
Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat Bantul”. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara dukungan sosial dengan cacat fisik di pusat
rehabilitasi terpadu penyandang cacat fisik, dan untuk
mengetahui seberapa signifikan fungsi dukungan sosial
untuk kemandirian individu. Hasil dari penelitiannya
menjelaskan bahwa dukungan sosial berpengaruh
signifikan pada kemandirian individu. Kelebihan pada
penelitian tersebut adalah peneliti mampu
menghubungkan teori dengan permasalahan yang diteliti
sehingga jurnal mudah dipahami, sedangkan
kekurangannya adalah peneliti menggunakan teknik
penelitian kuantitatif sehingga penelitian tidak
mendalam.26
25Muhammad Irfan Najmi, Peran Pengasuh dalam Pembinaan
Kemandirian Anak Yatim di Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro, (Jakarta: UIN
Jakarta, 2018). 26Vira Rachmiwanti dan Hartosujono, Hubungan antara Dukungan
Sosial dengan Kemandirian pada Penyandang Tuna Daksa di Pusat
Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat Bantul, (Yogyakarta: Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, 2015).
19
7. Abdul Muis, mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015. Dengan judul skripsi “Pengaruh Dukungan
Sosial dan Bimbingan Agama Islam terhadap
Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Pesantren
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta
Selatan”. Hasil penelitian ini adalah dukungan sosial
tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan diri
sedangkan bimbingan agama Islam memiliki hubungan
yang signifikan terhadap kepercayaan diri dan keduanya
variabel secara bersama-sama mempengaruhi
kepercayaan diri. Kelebihan pada penelitian ini adalah
penelitiannya rinci dan jelas sehingga mudah dipahami,
sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah masih
ada penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan
ilmiah.27
Dari beberapa penelitian sebelumnya yang sudah
disebutkan diatas, dapat disimpukan bahwa perbedaan antara
penelitian sebelumnya dengan penelitian ini ada pada acuan teori
penelitian, jarak waktu penelitian, subjek penelitian dan teknik
analisis data yang berbeda.
Terdapat penelitian sebelummnya yang juga meneliti
tentang dukungan sosial yang berhubungan dengan kemandirian,
27Abdul Muis, Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan Agama
Islam terhadap Kepercayaan Diri Penyandang Tunadaksa di Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kebayoran Baru Jakarta Selatan, (Jakarta:
UIN Jakarta, 2015).
20
namun belum ada penelitian yang mendalam mengenai kajian
ilmu duafayang membahas kemandiriannya sehingga akan
terdapat variasi penelitian. Dalam hal ini, rata-rata penelitian
sebelumnya meneliti orang-orang yang kekurangan dalam hal
fisik dan memiliki keadaan psikis yang tidak normal. Berbeda
dengan penelitian ini, duafa pada penelitian ini memiliki psikis
dan kondisi fisik yang normal hanya saja memiliki permasalahan
dalam kehidupannya sehingga dapat mempengaruhi psikisnya.
Itulah sebab diambilnya penelitian mengenai remaja duafa.
Namun dengan adanya keterkaitan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya maka penelitian ini dapat disebut sebagai
penelitian ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada Surat
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor: 507
tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang penelitian,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan kajian
terdahulu, metode penelitian serta sistematika
penulisan.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi landasan teori yang akan
digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini
serta kajian dan kerangka penelitian.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai gambaran mengenai
Pesantren Insanul Qur’an Bogor dan sebagainya.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai data dan temuan
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai uraian yang
mengaitkan latar belakang dengan teori.
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Bab ini berisi uraian tentang kesimpulan yang
didapat dari proses pembuatan tugas akhir.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
22
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DUKUNGAN SOSIAL
1. Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan informasi yang disampaikan
oleh seseorang dan mendapatkan respon dari yang dituju dengan
tujuan mendorong seseorang untuk merasa dicintai dan
diperhatikan, dihargai, dihormati dan merasa terlibat dalam suatu
jaringan komunikasi.28
Menurut Sarafino dukungan sosial berarti adanya
penerimaan dari seseorang atau kelompok terhadap induvidu
yang menimbulkan persepsi pada dirinya bahwa induvidu
tersebut disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong.29
Dalam psikologi komunitas, dukungan sosial juga dapat
diartikan sebagai segala bentuk bantuan yang diterima seseorang
dalam hidupnya dengan tujuan untuk membantu seseorang
menggapai kebahagiaan.30
Selain itu dukungan sosial juga merupakan sumber dari
usaha yang dilakukan seseorang untuk mencari dukungan
emosional di luar dirinya agar menjaga kesehatan mental
dirinya.31
28Laura A. King, The Science of Psychology: An Appreciative View,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Hal. 226. 29Edward P. Sarafino dan Timoty W. Smith, Health Psychology, (US:
Jhon Willey & Sons Inc, 2011), Hal. 81. 30Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas, (Depok: LPSP3,
2013), Hal. 33. 31Ibid., Hal. 33.
23
Menurut Shumaker dan Brownell dukungan sosial
merupakan suatu yang dapat mengidentifikasikan sebagai
pertukaran sumber daya antar dua orang yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan penerima sumber daya tersebut.32
Menurut Orford dukungan sosial merupakan suatu bentuk
tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman yang
membuat seseorang merasa bahwa ia diperhatikan, disayang,
dipercaya dan dibuat merasa aman.33
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial merupakan segala bentuk bantuan yang direspon
oleh orang yang dituju dan menimbulkan perasaan nyaman.
Dalam penelitian ini, peneliti menyepakati pendapat yang dikutip
dari Orford.
2. Fungsi Utama Dukungan Sosial
Dukungan sangat dibutuhkan untuk seseorang yang
sedang menghadapi masalah. Dan dukungan dapat berupa
dorongan atau pemberian semangat, pemberian informasi dan
dukungan nyata.34
Dukungan berupa dorongan dapat diperoleh dari keluarga
atau teman dekat, dukungan berupa informasi dapat diperoleh
dari nasehat atau bimbingan, dan dukungan nyata merupakan
32Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas, (Depok: LPSP3,
2013), Hal. 40. 33Ibid., Hal. 36. 34Ibid., Hal. 40.
24
dukungan yang langsung diberikan secara nyata seperti
pemberian uang atau barang yang dibutuhkan oleh seseorang.35
Orford membagi dukungan sosial kedalam dua
komponen yaitu dukungan intrumental dan dukungan emosional.
Dukungan instrumental adalah dukungan berupa pertolongan
ataupun dapat juga berupa dukungan dengan materi sedangkan
dukungan emosional mencangkup pemberian dorongan bersifat
emosi seperti motivasi, semangat, cinta, kasih sayang. Dan dalam
komponen tersebut, ada lima fungsi utama dukungan sosial
yaitu:36
a. Material
Material berfungsi dalam dukungan yang berupa
pertolongan dan bantuan nyata, yang mengacu pada
bentuk pelayanan dan pemberian benda-benda yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan permasahalan yang
dihadapi seseorang yang dituju.
b. Emosional
Emosional berfungsi pada pemberian bantuan
dalam bentuk pengekspresian emosi.
c. Penghargaan
Yaitu keberfungsian membuat seseorang menjadi
merasa dihargai dan diterima oleh lingkungan sekitarnya
sehingga meningkatkan kerja diri seseorang yang merasa
35
Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas, (Depok: LPSP3,
2013), Hal. 40. 36Ibid., Hal. 36.
25
diakui dan diterima terlepas dari kesalahan yang
dibuatnya.
d. Informasional
Yaitu dukungan berupa pemberian informasi atau
pengetahuan atau melatih keterampilan untuk digunakan
dalam mengatasi masalah orang yang dituju.
e. Pendampingan
Pendampingan merupakan bentuk hubungan
personal menemani, mengawal, menjadi teman mengisi
waktu luang, rekreasi dan menemani dalam melalui
masa-masa sulit.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial memiliki lima fungsi utama yaitu fungsi
material, fungsi emosional, fungsi penghargaan, fungsi
informasional dan fungsi pendampingan.
3. Sumber Dukungan Sosial
Khan dan Antonucci membuat sebuah diagram yang
menggambarkan orang-orang yang berperan dalam dukungan
sosial yang terdiri dari tiga lapisan, lapisan yang pertama terdiri
dari orang terdekat,dukungannya dapat dilakukan setiap saat serta
membentuk dukungan sosial yang stabil, lalu lapisan yang kedua
terdiri dari orang yang memiliki hubungan dengannya namun
memiliki batasan sehingga hubungannya dapat berubah sewaktu-
waktu lalu lapisan yang ketiga terdiri dari orang-orang yang
26
berhubungan dari jalur satu profesi ataupun satu kampung
sehingga sifat dukungan sangat mudah berubah.37
Gambar 1. Diagram Lapisan Dukungan Sosial.38
Seperti yang terlihat pada diagram di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pada lapisan pertama terdiri dari orang-orang
terdekat, yaitu sumber dukungan bersumber dari suami/istri,
sahabat atau keluarga dekat. Lalu dilapisan kedua bersumber dari
orang yang memiliki hubungan seperti tetangga, teman arisan dan
kaum kerabat. Dan yang ketiga bersumber dari teman sekantor
dan sekampung.
Pesantren Insanul Qur’an sendiri, dukungan sosial yang
diterima santri diperoleh dari teman dekat, keluarga,
37Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas, (Depok: LPSP3,
2013), Hal. 35. 38Ibid., Hal. 35.
27
pembimbing, pengasuh serta pemimpin Pesantren Insanul Qur’an
Bogor.
B. KEMANDIRIAN
1. Definisi Kemandirian
Menurut Erikson kemandirian merupakan usaha untuk
melepaskan diri dari orangtua untuk menemukan dirinya dengan
perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri.39
Menurut Desmita, kemandirian adalah kemampuan untuk
mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan
sendiri secara bebas dan berusaha untuk mengatasi perasaan malu
dan keragu-raguannya sendiri.40
Kemandirian menurut Johson merupakan salah satu ciri
kematangan yang menunjukkan induvidu berfungsi secara
mandiri dan berusaha ke arah prestasi dirinya sendiri dan
tercapainya tujuan.41
Kemandirian menurut Lie dan Prasasti adalah kemampuan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari sendiri atau dengan sedikit
bantuan bimbingan yang disesuaikan dengan tahap
perkembangan dan kapasitasnya.42
39M. Hosnan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bogor: Galia
Indonesia, 2016), Hal. 185. 40Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2014), Hal. 185. 41Ibid., Hal. 185. 42Ibid., Hal. 185.
28
Kemandirian bukanlah hasil dari proses aturan yang
otoritas melainkan suatu proses perkembangan diri yang sesuai
dengan eksistensi manusia.43
Dari definisi-definisi yang sudah disebutkan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan perkembangan
seseorang yang mengarahkan pada individualitas sehingga dapat
menentukan keputusannya dengan penuh tanggung jawab dan
hasrat untuk memajukan dirinya. Dalam penelitian ini, peneliti
menyepakati pendapat yang dijelaskan oleh Erikson.
2. Karakteristik Kemandirian
Kemandirian akan berkembang seiring berjalannya
kehidupan seseorang dalam mempelajari pengalaman dalam
hidupnya. Steiberg membedakan karakteristik kemandirian dalam
tiga bentuk yaitu.44
a. Kemandirian emosional, perubahan hubungan
emosional antar individu.
b. Kemandirian tingkah laku, kemampuan untuk membuat
keputusan tanpa tergantung pada orang lain serta
bertanggung jawab.
c. Kemandirian nilai, kemampuan memilah perilaku
berdasarkan benar dan salah, yang penting dan tidak
penting.
43Ali Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016),
Hal. 10. 44M. Hosnan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bogor: Galia
Indonesia, 2016), Hal. 186.
29
Sedangkan menurut Erikson karakteristik kemandirian
adalah sebagai berikut:45
a. Kondisi dimana seseorang memiliki hasrat untuk
bersaing untuk kemajuan dirinya.
b. Mampu menentukan keputusan dan inisiatif dalam
menghadapi masalah.
c. Memiliki Kepercayaan diri dan mampu mengerjakan
tugas-tugasnya.
d. Memiliki sikap tanggung jawab atas apa yang
dilakukan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seiring
dengan berkembangnya kemandirian maka akan mengarahkan
pada karakteristik kemandirian secara emosional, kemandirian
dalam memutuskan tingkah laku yang bertanggung jawab,
mampu memilah perilaku sesuai dengan nilai yang baik dan
memiliki keinginan untuk maju serta percaya diri.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Sebagaimana aspek dalam psikologi, kemandirian bukan
hanya pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir.
Namun, berkembang karena dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya. Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi
kemandirian adalah sebagai berikut:46
45M. Hosnan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bogor: Galia
Indonesia, 2016), Hal. 185. 46Ali Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016),
Hal. 118-119.
30
1. Gen atau Keturunan Orangtua
Orangtua yang mandiri seringkali menurunkan sifat
kemandirian terhadap anaknya, namun hal ini masih
menjadi perdebatan karena adanya pendapat bahwa
kemandirian yang muncul pada anak merupakan hasil dari
cara orangtua tersebut membesarkan anaknya.
2. Pola Asuh Orangtua
Cara orangtua mengasuh anaknya akan mempengaruhi
kemadirian anaknya. Orangtua yang sering melarang
anaknya tanpa memberikan penjelasan yang jelas dan
suka membanding-bandingkan anaknya, akan
menghambat perkembangan kemandirian.
3. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan yang banyak memberikan
hukuman akan menghambat perkembangan kemandirian
remaja. Dan sebaliknya, sistem pendidikan yang
memberikan penghargaan akan menciptakan suasana
kompetisi yang positif sehingga memperlancar
perkembangan kemandirian.
4. Sistem Kehidupan di Masyarakat
Ketika remaja merasa kurang aman serta tidak
dihargainya potensi remaja dalam kegiatan yang
produktif, dapat menghambat perkembangan kemandirian
remaja.
31
Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan pada remaja tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa kemandirian tidak hanya merupakan faktor pembawaan
diri dari lahir, namun juga dapat berkembang karena faktor
keturunan, faktor pola asuh orangtua, faktor sistem pendidikan
dan faktor kehidupan di masyarakat.
C. Duafa
1. Pengertian Duafa
Duafa berasal dari bahasa arab yang merupakan kalimat
jamak asal kata dhaif yang artinya lemah, sehingga dapat
diartikan sebagai orang-orang lemah, tertindas maupun sengsara
dimana mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.47
Duafa definisinya dalam Buku Besar Bahasa Indonesia adalah
orang-orang lemah (ekonominya dan sebagainya).48
Pengertian lain dari duafa menurut Muhsin, duafa
merupakan golongan manusia yang hidup dalam kemiskinan,
kesengsaraan, kelemahan, ketertindasan dan penderitaan yang
tiada putus.49
Dari uraian beberapa definisi mengenai duafa di atas
maka dapat disimpulkan bahwa pengertian duafa yaitu golongan
47Khurul Aimmatul Ummah, Pola Implementasi Alokasi Ziswaf
Dalam Penyediaan Akses Pendidikan Bagi Kaum Dhuafa, (Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia, 2018), Hal. 6. 48Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Hal. 214. 49Muhsin, Menyayangi Dhuafa, (Jakarta: Gema Insani,2004), Hal. 1.
32
orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sehari-hari atau memiliki perekonomian yang buruk.
2. Hikmah Memperdayakan Duafa
Dalam Islam kita diajarkan bahwa sebagai sesama
makhluk ciptaan Allah, kita harus memiliki kepekaan diri
terhadap sesama manusia. Salah satunya dengan berbagi dan
mengasihi kaum-kaum yang kurang mampu. Dan berikut
merupakan hikmah dari memperdayakan kaum duafa menurut
Hikmat & Hidayat, yaitu:50
1.Mengangkat derajat kaum duafa dan menjalin
persaudaraan.
2.Menghilangkan sifat kikir bagi pemilik harta.
3.Menghilangkan sifat dengki pada kaum duafa terhadap
orang mampu.
4.Dapat menghapus kesenjangan ekonomi, sosial dan
budaya.
5.Membantu kaum duafa dalam memenuhi kebutuhan
yang sulit terpenuhi.
6.Menciptakan kehidupan yang mandiri.
7.Menghindari tindak kriminal yang dapat dilakukan oleh
kaum duafa.
Dari uraian mengenai hikmah memperdayakan kaum
duafa di atas maka dapat disimpulkan bahwa memperdayakan
50Khurul Aimmatul Ummah, Pola Implementasi Alokasi Ziswaf
Dalam Penyediaan Akses Pendidikan Bagi Kaum Dhuafa, (Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia, 2018), Hal. 6.
33
kaum duafa akan mempererat jalinan persaudaraan antar umat
manusia, menghilangkan sifat kikir dan dengki, menghapuskan
kesenjangan sosial, menciptakan kehidupan yang mandiri serta
menghindari dari tindak kriminalitas.
D. Kerangka Berpikir
Dukungan sosial merupakan segala bentuk bantuan yang
diterima seseorang dalam hidupnya dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan penerima bantuan. Dan duafa
merupakan salah satu yang membutuhkan dukungan sosial karena
permasalahan kaum duafa yaitu ketika mereka tidak bisa
memenuhi suatu objek kebutuhan mereka karena kondisi
perekonomian yang buruk menyebabkan kecemasan dan frustasi,
sehingga sangat rawan kejahatan.
Hal ini semakin menjadi permasalahan ketika
memperhatikan remaja duafa yang semestinya masih dalam tahap
pencarian jati diri, namun sudah harus menghadapi permasalahan
tersebut. Sehingga banyak remaja yang akhirnya terjebak dalam
dunia kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, mabuk-
mabukkan, gang-gangan, mencuri dan permasalahan kenakalan
remaja lainnya. Sehingga dibutuhkan adanya dukungan sosial
dari masyarakat.
Salah satu pesantren yaitu Pesantren Insanul Qur’an
Bogor menjadi wadah pemberian dukungan sosial oleh
pembimbing, pengasuh dan orangtua dalam bentuk dukungan
34
emosional, material, penghargaan, informasional dan
pendampingan kepada santri duafanya.
Bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan bertujuan
untuk memperdayakan santri duafa sehingga mereka terbantu
baik dalam segi materialnya maupun emosionalnya. Sehingga
dukungan sosial yang diberikan ini dapat menjadi kekuatan dalam
memperdayakan kaum duafa dan memberikan dampak positif
terhadap kemandirian duafa.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Dukungan sosial oleh:
Pembimbing
Pengasuh
Orangtua
Bentuk dukungan sosial:
Material
Emosional
Penghargaan
Informasional
Pendampingan
Tujuan:
Untuk memperdayakan
santri duafa sehingga
terbantu.
Dampak:
Meningkatkan
kemandirian santri
duafa.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Pesantren Insanul Qur’an berlokasi di Jalan
Kalapanunggal No. 111, Kampung Cibeber 1, RT 01 RW 01
Desa Cikahuripan, Klapa Nunggal, Bogor, Jawa Barat. Pesantren
ini berdiri di lahan sebesar 5,1 hektar, yang 3,5 hektarnya
merupakan tanah wakaf. Pesantren ini dipimpin oleh Bapak
Hasantoha Adnan Syaputra atau yang biasa di panggil Bapak
Anto.
Pada awalnya Pesantren Insanul Qur’an Bogor ini,
bernama Pesantren Insan Kahuripan yang sudah berdiri sejak
tahun 2009. Pesantren ini terletak di tanah wakaf milik Yayasan
Dian Kahuripan sehingga pesantren tersebut berada di bawah
naungan Yayasan Dian Kahuripan. Namun pada tahun 2014,
pendiri Yayasan Dian Kahuripan meninggal dunia. Pada tahun
yang sama pula, Pesantren Insan Kahuripan memisahkan diri dari
Yayasan Dian Kahuripan dan berganti nama menjadi Pesantren
Al-Husna.51
Saat Pesantren Insan Kahuripan berganti nama menjadi
Pesantren Al-Husna, pesantren ini pun berganti pimpinan yaitu
berada di bawah kepemimpinan Ummi Aan. Karena pada saat itu
santri dari pesantren sebelumnya masih ingin belajar sehingga
Ummi Aan melanjutkan perjuangan dari pendiri yayasan
51Wawancara Bapak Hasantoha Adnan Pimpinan Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada tanggal 17 September 2019
36
sebelumnya. Ummi Aan pun memang pada awalnya merupakan
salah satu pengurus di Yayasan Dian Kahuripan. Sehingga
pesantren ini terus melanjutkan visi misi serta tujuan yang sudah
ada sejak awal berdirinya pesantren yaitu memberdayakan duafa
dengan konsep menggabungkan antara alam dengan kegiatan
agama.
Pada tahun 2017, Pesantren Al-Husna bergabung kembali
ke Yayasan Dian Kahuripan karena alasan pendanaan. Lalu
kembali mengubah nama menjadi Pesantren Insanul Qur’an
berdasarkan kesepakatan bersama, sehingga sejak itu
kepemimpinan diambil alih oleh Bapak Hasantoha Adnan.
Pesantren ini sejak awal memang sudah dikhususkan
untuk kaum duafa, yang pada awalnya hanya terdiri dari lima
santri dan sekarang santrinya sudah terdiri dari 39 santri. Yaitu 23
santri perempuan dan 16 santri laki-laki. Hal ini dikarenakan
keprihatinan para pengurusnya melihat kondisi di sekitar lokasi
tersebut, dimana para remajanya bisa dengan mudah terpengaruh
anggapan-anggapan yang salah. Selain itu para pengurusnya
menyadari bahwa kaum duafa sebagian besar memiliki tingkat
pendidikan yang rendah serta kurang mampu memanfaatkan ilmu
yang mereka miliki sehingga tidak bisa memperbaiki kondisi
ekonominya.52
Seiring berjalannya waktu, Pesantren Insanul Qur’an
Bogor tidak hanya menerima santri dari kalangan duafa. Tetapi
52Wawancara Ummi Aan Pengurus Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada tanggal 12 September 2019
37
juga menerima santri yatim, orang mampu namun masih dalam
kategori kalangan menengah bawah, bahkan beberapa anak dapat
dikategorikan sebagai slowler yaitu anak yang lamban dalam
memahami pembelajaran. Namun hal ini dibatasi, karena
terbatasnya pembimbing di pesantren sehingga dikhawatirkan
dapat mengganggu proses pembinaaan santri lainnya.53
Santri baru memahami hal seperti belajar, mengenal
pergaulan, mengetahui mata uang, setelah masuk ke pesantren.
Dan di pesantren santri diarahkan untuk senantiasa melaksanakan
kegiatannya secara mandiri. Seperti mencuci baju sendiri,
melakukan kegiatan sehari-harinya sendiri, piket secara mandiri
tanpa harus disuruh lagi. Walaupun pada awalnya semua kegiatan
harus dibina oleh pembimbing dan pengasuh yang ada, namun
seterusnya semua kegiatan diserahkan pada santri untuk
dijalankan secara mandiri.54
Pesantren Insanul Qur’an Bogor ini, selain santri harus
menghafal Al-Qur’an.Santri juga diberikan program pembinaan
keseharian dan eco preneur. Yang diharapkan dengan adanya
kegiatan tersebut, santri tidak hanya menjadi kader pemimpin
ummat yang baik namun juga mampu menguasai berbagai
keterampilan serta berwawasan lingkungan sehingga dapat
meningkatkan kemandirian santrinya.
53Wawancara Ustadzah Syahidah Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada tanggal 28 Juni 2019 54Wawancara Ustadzah Syahidah Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada tanggal 28 Juni 2019
38
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi pondok Pesantren yang terkemuka,
mengembangkan pendidikan berdasar Al-Qur’an dan sunnah
dengan mengutamakan akhlak, adab dan ilmu serta amal yang
bersinergi dengan keseimbangan alam dan ekosistem guna
membentuk generasi rabbani yang beriman, berilmu, beramal,
dan bertaqwa menuju masyarakat madani.
2. Misi
a. Membina ummat berdasarkan keimanan dan ketakwaan
melalui pembinaan akhlak dan budi pekerti.
b. Mewujudkan tercapainya peningkatan kemandirian
santri dan masyarakat yang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, kebudayaan, yang berwawasan
lingkungan.
c. Menegakkan nilai-nilai kemanusiaan sejalan dengan
ajaran Islam demi kesejahteranaan ummat.
d. Mengantarkan masyarakat yang berdaya secara agama,
ekonomi dan sosial melalui pembinaan dan pelatihan minat
maupun bakat yang selaras dengan alam.
C. Fasilitas
1. Pondok santri akhwat.
2. Pondok santri ikhwan.
3. Ruang penyimpanan barang-barang ikhwan.
4. Masjid (masih dalam proses pembangunan).
39
5. Saung.
6. Toilet akhwan.
7. Toilet ikhwan.
8. Kamar mandi akhwat.
9. Kamar mandi ikhwan
10. Ruang mencuci akhwat.
11. Ruang mencuci ikhwan.
12. Dapur.
13. Kolam ikan lele, nila dan mentok.
14. Tempat ternak.
15. Sawah.
16. Kebun pohon jati, pohon kelapa, bayam, kangkung, cabai dan
tomat.
D. Syarat Pendaftaran
1. Tes membaca Al-Qur’an dan hafalan.
2. Calon santriwan dan santriwati mengikuti psikotes.
3. Wawancara orangtua/wali.
4. Menginap di lokasi pesantren selama 3
5. Formulir pendaftaran yang sudah terisi.
6. Foto ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar.
7. Fotokopi Akta Kelahiran.
8. Fotokopi Kartu Keluarga.
9. Surat Keterangan Sehat.
10. Fotokopi rapor 2 semester terakhir dan ijazah.
40
E. Program dan Jadwal Kegiatan Santri
1. Pembinaan spiritual : Tahfidz Al-Qur’an, kajian dan
mempelajari sejarah kehidupan
nabi.
2. Pembinaan Keterampilan : Memasak kue, menjahit dan
eco preneur (bertani, berternak
dan berkebun).
3. Pendidikan umum : Matemetika, Bahasa Inggris,
Bahasa Indonesia dan Bahasa
Arab.
Tabel 1. Jadwal kegiatan santri dari hari Senin sampai hari
Jum’at.
NO. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
1. 04:00 Sholat malam dan
mengaji
Sahur untuk hari
senin dan hari kamis
2. 04:28 Subuh berjamaah,
dzikir, mengaji 1
surat.
-
3. 05:30 Mengaji di halaman
pesantren
-
4. 07:00 Mufrodat Menghafal kosa kata
bahasa arab dan setoran
hafalan
41
Tabel 1. Jadwal kegiatan santri dari hari Senin sampai hari
Jum’at.
NO. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
5. 07:15 Piket Menyapu, mengepel,
membersihkan kamar
mandi, mencuci piring,
merebus air, merapihkan
dapur
6. 09:00 Mengaji di halaman
pesantren
-
7. 10:00 Sholat dhuha Selesai sholat kembali
mengaji
8. 11:00 Istirahat Tidur siang
9. 11:49 Sholat dzuhur dan
dzikir
Bangun disesuaikan
dengan waktu sholat
dzuhur
10. 12:30 Mengaji, hafalan
dan setoran
-
11. 15:00 Sholat ashar, dzikir
dan kultum
-
12. 16:00 Mandi dan
membersihkan
kamar
-
13. 17:52 Sholat magrib -
42
Tabel 1. Jadwal kegiatan santri dari hari Senin sampai hari
Jum’at.
NO. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
14. 18:00 Belajar baca Qur’an
(BBQ), mufrodat
Setoran mufrodat yang
dihafal tadi pagi
15. 19:00 Sholat isya’ -
16. 20:00 Mengaji di halaman
pesantren
-
17. 21:30 Kembali ke kamar,
rapih-rapih, wudhu,
membaca Surat Al-
Mulk, Al-Ikhlas,
Al-Falaq, Ayat
Kursi dan tidur.
-
Tabel 2. Jadwal kegiatan santri di hari Sabtu.
NO. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
1. 04:00 Sholat malam dan
mengaji
-
2. 04:28 Sholat subuh, dzikir
dan mengaji 1 surat
-
3. 05:30 mengaji dihalaman
pesantren
-
43
Tabel 2. Jadwal kegiatan santri di hari Sabtu.
NO. WAKTU KEGIATAN KETERANGAN
4. 07:15 Piket Membersihkan kamar
mandi, mencuci piring,
merebus air,
membersihkan dapur
5. 08:00 Makan pagi -
6. 09:00 Belajar matematika Belajar sekitar 1-2 jam
7. 11:00 Tidur Siang -
8. 12:05 Makan siang -
9. 13:00 Belajar Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Inggris
Disesuaikan setiap hari
minggu
10. 15:00 Pembinaan eco
preneur
Jadwal di hari Minggu adalah kegiatan penjengukkan dari
orangtua dan melakukan pembinaan eco preneur karena tidak
setiap minggu orangtua menjenguk dan tidak semua orangtua
menjenguk para santri.
F. Struktur Kepengurusan
Seiring dengan disahkannya kepengurusan baru Yayasan
Dian Kahuripan, Pondok Tahfidz Al-Husna bersepakat untuk
meleburkan diri di bawah pengelolaan Yayasan Dian Kahuripan.
44
Dan berikut merupakan struktur organisasi di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada tahun 2019-2020.
Gambar 2. Struktur Kepengurusan Pesantren55
55
[Ponpes ETIQ] Pondok Pesantren Eco Tahfizh Insanul Qur’an,
Yayasan Pemberdayaan Ummat Dian Kahuripan.
YAYASAN PEMBERDAYAAN
UMMAT DIAN KAHURIPAN
PESANTREN INSANUL QUR’AN
BOGOR
PIMPINAN PESANTREN
Hasantoha Adnan Syahputra, S.Sos., M.Si.
Pembina Pondok
& Penanggung jawab Ma’had
Putri
Ustadzah Aan Setianingsih
Pembina Ecopreneur &
Kurikulum
Nurhayati Syamsiah, S.Sos
Penanggung Jawab
bid. Umum
- Ustad Erinaldo
- Ustadzah Yatina
Herawati
Penanggung Jawab
Ma’had Putra
& Kesiswaan
Ustad Fathul Faruq
Penanggung Jawab
bid. Kesiswaan
Ustadzah Syahida
Ramadhani
45
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai temuan-
temuan data yang didapatkan peneliti selama kegiatan observasi
dan wawancara berlangsung. Penelitian ini meneliti tentang
dukungan sosial bagi kemandirian duafa di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor.
A. Data Informan
Berdasarkan temuan data penelitian yang dikumpulkan,
peneliti akan mendeskripsikan hasil temuan dari 1 pembimbing, 1
pengasuh, 2 orangtua serta 4 santri duafa di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor:
1. Deskripsi Informan Pembimbing
Nama : Ustadzah Syahidah Ramadhani
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Bekasi
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Ustadzah Syahidah merupakan anak dari Ummi Aan
Setianingsih, yang juga bertugas di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor. Beliau lahir pada tanggal 6 Februari 1995 di Bekasi.
Ustadzah Syahidah merupakan mahasiswa tingkat akhir dari
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah. Dan karena latar
belakang pendidikan beliau sebagai salah satu mahasiswa
Ushuluddin, maka beliau mengabdikan diri sebagai salah satu
pembimbing di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Selain itu
46
Ustadzah Syahidah juga merupakan istri dari Ustadz Faruq yang
merupakan pembimbing santri laki-laki di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor. Dalam pernikahannya, mereka sudah dikaruniai
satu anak laki-laki yang berusia 2 tahun. Ketika mewawancarai
Ustadzah Syahidah, beliau mengatakan bahwa:
“Keberadaan seorang pembimbing di sebuah
pesantren bukan hanya sebagai seseorang yang
membina santri dalam menghafal Al-Qur’an,
tetapi juga sebagai keluarga kedua yang
memberikan dukungan kepada santri agar santri
memiliki akhlak karimah dan juga mampu
meningkatkan kemandirian santri sehingga santri
memperbaiki kondisi kehidupannya.”56
2. Deskripsi Informan Pengasuh
Nama : Ustadzah Yatina Erawati
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Ummi Tina merupakan adik dari Ummi Aan Setianingsih
yang lahir pada tanggal 17 April 1973 di Jakarta. Ummi Tina
menyelesaikan pendidikannya sampai ke jenjang sekolah
menengah atas.
Pada awalnya Ummi Tina memasukkan anaknya ke
Pesantren Insanul Qur’an pada saat masih bernama Pesantren Al-
Husna. Namun karena melihat kakaknya kerepotan mengatur
56
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
47
kondisi pesantren pada saat itu, akhirnya Ummi Tina
memutuskan untuk ikut terlibat dalam kegiatan di pesantren.
Saat ini tugas Ummi Tina adalah sebagai pengasuh di
pesantren. Namun karena kurangnya sumber tenaga di Pesantren
Insanul Qur,an Bogor, Ummi Tina pun terkadang merangkap
pekerjaan yang lainnya seperti ikut membantu pada saat kegiatan
hafalan. Selain itu Ummi Tina juga ikut membantu membina
santri dalam kegiatan pengembangan keterampilan seperti
memasak, menjahit dan berkebun. Saat sedang di ajak
berbincang-bincang pada awal observasi peneliti di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor, Ummi Tina mengatakan:
“Pada dasarnya Pesantren Insanul Qur’an Bogor
kan memang diarahkan untuk meningkatkan
kemandirian santri duafa, karena memang dari
awal kakak saya (Ummi Aan) beserta teman-
temannya memperjuangkan kaum duafa agar
mampu mengubah kehidupannya dengan tetap
berpegang teguh pada ilmu Al-Qur’an. Bahkan
awal-awalnya mereka langsung turun ke jalan
mencari satu persatu anak duafa untuk di bina
menjadi santri.”57
3. Deskripsi Informan Orangtua
Nama : Warniti
Usia : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Pemalang
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
57Wawancara Yatina Erawati pengasuh Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 28 Juni 2019
48
Ibu Warniti, lahir pada tanggal 15 Juni 1974. Beliau
merupakan ibu dari santri bernama Muhammad Zainul Fahri
Himawan. Ibu Warniti merupakan ibu rumah tangga dan
suaminya bekerja sebagai kuli bangunan. Dan beliau menjenguk
anaknya setiap dua minggu sekali, dari pagi sampai siang atau
sore hari.
Ibu Warniti memiliki harapan agar anaknya dapat berhasil
dunia dan akhirat sehingga mampu memperbaiki kondisi
keluarganya. Yang paling tidak memiliki kehidupan yang jauh
lebih baik dari kehidupan orangtuanya. Selain itu Ibu Warniti
mengatakan bahwa:
“Anak saya dimasukkan ke Pesantren Insanul
Qur’an Bogor karena keinginan kami dan
anaknya. Dan di sini kan anaknya diajarkan
mandiri. Nyuci sendiri, kalau di pesantren lain
kan ada laundrynya. Selain itu di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor juga menerapkan konsep
alam yang bikin anaknya nyaman dan
jugatambah banyak keterampilannya tentang
pemanfaatan alam.”58
Nama : Samiati
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Bogor
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
58Wawancara Warniti Orangtua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
49
Ibu Samiati merupakan ibu rumah tangga dan suaminya
bekerja sebagai buruh. Saat diwawancarai Ibu Samiati
menyatakan bahwa memasukkan anaknya ke Pesantren Insanul
Qur’an Bogor, agar anaknya mampu menjadi penghafal Qur’an
yang baik serta agar anak tersebut tidak terlibat dalam kegiatan
remaja yang mengkhawatirkan. Beliau mengatakan bahwa:
“Pesantren Insanul Qur’an Bogor itu kan
Alhamdulillah pesantrennya mempermudah
untuk pembiayaannya. Udah itu mbak, jaman
sekarang ngeri. Di tempat saya tu tingkah
remajanya macam-macam. Remajanya disana tu
banyak yang mabuk-mabukkan, pakai anting
laki-lakinya, ada juga pergaulan bebas.”59
4. Deskripsi Informan Santri Duafa
Nama : Faris Rantisi
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Bekasi
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Faris Rantisi merupakan santri yang akrab disapa
Farhan.Farhan lahir di Banten pada 14 September 2005. Orangtua
dari Farhan bernama Bapak Hermansyah dan Ibu Siti Azizah.
Bapaknya bekerja sebagai kuli bangunan sedangkan ibunya
adalah ibu rumah tangga.
Farhan termasuk santri yang jarang dijenguk karena
kesibukkan orangtuanya serta memang sudah dijadwal untuk
59Wawancara Samiati Orangtua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
50
dijenguk sebulan sekali. Saat peneliti mengobservasi, Farhan
termasuk santri yang aktif mengikuti semua kegiatan di
pesantren, selain itu ia juga rajin. Dalam hal ini, peneliti pernah
melihat Farhan merapihkan sendal para orangtua yang sedang
menjenguk tanpa disuruh oleh siapapun. Dan berdasarkan
informasi dari para orangtua ketika peneliti melakukan observasi,
salah satu orangtua mengatakan:
“Farhan sekarang udah bagus banget
perubahannya mba. Dulu dia itu kemana-mana
sendiri, gak bisa apa-apa dia itu dulunya waktu
awal-awal nyantri. Tapi sekarang udah bagus
banget mba, setelah masuk pesantren jadi lebih
dekat sama orang lain dan rajin lagi dia.”60
Nama : Siti Nurjanatul Ma’wa
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Ma’wa merupakan anak dari Alm. Bapak Sainandri dan
Ibu Yati yang lahir pada tanggal 7 Maret 2006 di Depok. Ma’wa
sudah menjadi yatim ketika ia bersekolah di bangku kelas 5 SD
sedangkan ibunya merupakan ibu rumah tangga. Semasa
bersekolah, Ma’wa berpindah-pindah sekolah karena mengikuti
orangtuanya.
60Warniti Orangtua Santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor pada
Tanggal 19 September 2019
51
Sebelumnya, kakaknya Ma’wa merupakan salah satu
santri di sebuah pesantren yang tidak jauh dari Pesantren Insanul
Qur’an Bogor. Dan karena ibunya setiap minggu menjenguk dan
kebetulan lokasi Pesantren Insanul Qur’an ini terletak di pinggir
jalan (yang sebelumnya bernama Al-Husna), orangtua dari
Ma’wa menjadi tertarik untuk memasukkan Ma’wa menjadi
santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Saat diwawancarai
Ma’wa mengatakan bahwa:
“Ana gak pernah menghafal Al-Qur’an tapi mau
ngafal dari sekolah dasar.Itu karena kan suka ada
acara televisi hafidz Qur’an jadi mau juga
bisangafal Qur’an.”61
Nama : Eka Novi Supriyatin
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Eka merupakan anak dari Bapak Nurkholis dan Ibu
Mulyani Nur Makhrifah yang lahir pada tanggal 28 November
1999 di Depok. Kedua orangtua Eka, bekerja sebagai buruh galon
milik perusahaan China. Eka merupakan lulusan dari SDN 01 dan
mondok saat SMP, namun saat itu yang dipelajari sebatas
membaca kitab dan belajar bahasa. Saat diwawancarai Eka
mengatakan bahwa:
61
Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
52
”Karena kan dulunya belajarnya kitab sama
bahasa, Eka jadi pengen gitu menghafal Al-
Qur’an biar ilmunya nggak sampai situ aja.
Walaupun awalnya sulit banget karena ustadzah
taulah saya kan orangnya lama banget paham
sampai ustadzahnya geregetan, tapi dari situ saya
termotivasi untuk bisa mengatur waktu dan
kebiasaan di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.”62
Eka adalah seorang anak yang berpenampilan sangat
normal namun ia memiliki kekurangan dalam hal mempelajari
sesuatu yang baru. Eka mengatakan bahwa ia merupakan
seseorang anak yang bisa disebut dengan slowlearner. Slow
Learner yaitu seorang anak yang mengalami lamban dalam
belajar, lamban dalam memahami keterampilan dan lamban
memahami informasi yang diperolehnya.63
Walaupun Eka memiliki kekurangan, Eka merupakan
seorang anak yang sudah dibiasakan mandiri oleh orangtuanya.
Bahkan Eka sempat putus sekolah selama kurang lebih 2 tahun
dan akhirnya memutuskan untuk bekerja.
Nama : Novia Romdona Hakim
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Depok
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
62
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 63Krisna Indah Marheni, Art Therapy bagi Anak Slow Learner,
(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2017), Hal. 154.
53
Novi merupakan anak dari Bapak Lukman Hakim dan Ibu
Nurhayati yang lahir pada tanggal 1 November 2003 di Depok.
Bapaknya bekerja sebagai buruh bengkel sedangkan ibunya
merupakan ibu rumah tangga. Novi merupakan murid lulusan
sebuah sekolah dasar negeri di Tapos, Kota depok.
Novi pada awalnya merupakan anak yang cenderung tidak
bisa mengendalikan emosinya dan sangat ketergantungan dengan
keberadaan orangtuanya, namun tidak memiliki hubungan
kekeluargaan yang baik. Hal ini dikarenakan jarangnya
pertemuan antara Novi dengan orangtuanya. Selain itu di dalam
Pesantren Insanul Qur’an, ia kerap mengalami permasalahan
berselisih paham dengan teman santri lainnya.64
B. Temuan Lapangan
1. Hambatan Dalam Proses Penelitian
Hambatan peneliti dalam penelitian ini yang pertama
adalah peneliti mengalami kendala pada saat beradaptasi dengan
cuaca di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Karena setiap kali
peneliti berkunjung ke pesantren untuk bertemu dengan santri,
pengurus maupun orangtua, peneliti selalu sakit demam setelah
itu.
Cuaca di sekitar lokasi penelitian memang sangat panas.
Cahaya mataharinya sangat terik dan kering dengan debu yang
sangat pekat. Di sepanjang perjalanan sangatlah tampak jelas
bahwa debu-debu melapisi permukaan daun, atap rumah, serta
64Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
54
dinding rumah yang tampak sangat kusam akibat tebalnya debu
yang menempel.
Hal itu menjadi salah satu alasan terbesar, mengapa
peneliti jadi sering terlihat mengulur-ulur waktu. Karena selama
sakit, paling tidak peneliti membutuhkan waktu seminggu untuk
sembuh total. Selain itu jarak untuk menuju ke Pesantren Insanul
Qur’an cukup jauh, yaitu sekitar dua sampai tiga jam perjalanan.
Dalam hal ini peneliti mengakalinya dengan tetap berproses
untuk melakukan pembuatan skripsi yang biasanya dipaksakan di
hari ke tiga setelah sakit.
Lalu kendala lainnya yaitu kendaraan umum di sekitar
tempat penelitian. Dan yang baru peneliti ketahui adalah
angkutan umum di sana hanya sampai pukul 4 sore, setelah itu
peneliti akan kesulitan mendapatkan angkutan umum. Bahkan
saat di lokasi peneliti melihat jarang yang menggunakan aplikasi
ojek online sehingga peneliti harus selalu melihat waktu agar
dapat menyesuaikan dengan jam kendaraan umum ketika peneliti
akan pulang.
Untuk hambatan di dalam pesantren sendiri, peneliti
kesulitan ketika mewawancarai orangtua. Karena kebanyakan
orangtua menghindar ketika hendak diwawancarai. Selain itu,
ketika dimintai data, para orangtua banyak yang tidak bisa
menulis. Sehingga peneliti kesulitan dalam melengkapi lampiran.
Dalam hal ini, peneliti mengakalinya dengan cara hanya
mewawancarai beberapa orangtua. Setelah itu membuka obrolan
55
biasa dengan orangtua, namun dengan tetap mengacu pada
pedoman wawancara. Sehingga peneliti tetap mendapati hasil
yang diarahkan dalam penelitian ini.
Selain itu awalnya santri perempuan sangat tertutup dan
pemalu. Sedangkan untuk santri laki-lakinya, sulit untuk ditemui
karena aturan yang ada di dalam pesantren yaitu memberi jarak
antara laki-laki dan perempuan. Sehingga harus ada jadwal
khusus untuk peneliti dapat bertemu dengan santri laki-lakinya.
Dalam hal ini, peneliti mengakalinya dengan cara
melakukan pendekatan secara langsung kepada santri perempuan.
Sehingga peneliti mendapatkan kepercayaan dari santrinya dan
para santri lebih terbuka ketika peneliti melakukan wawancara
dan observasi.
Sedangkan untuk santri laki-laki, peneliti mengakalinya
dengan cara datang setiap hari minggu. Yaitu hari penjengukkan
orangtua, sehingga peneliti lebih leluasa ketika mewawancarai
dan melakukan observasi di asrama laki-laki. Selain itu setiap
melakukan kunjungan ke pesantren, peneliti selalu masuk lewat
arah asrama santri laki-laki. Sehingga membuat peneliti dapat
melihat secara langsung kegiatan di asrama santri laki-laki.
2. Permasalahan yang Dihadapi Santri Duafa di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor
Pesantren Insanul Qur’an di Bogor pada dasarnya dibuat
khusus untuk mereka yang duafa. Bahkan diawal berdirinya
Pesantren Insanul Qur’an Bogor, para pengurusnya langsung
56
turun ke jalanan untuk mencari remaja duafa yang akan menjadi
santri di pesantren.65
Namun seiring berjalannya waktu, pesantren mulai
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan santrinya.
Sehingga muncullah permasalahan perekonomian di pesantren
yang mengakibatkan para pengurus harus mencari-cari donasi.
Hingga akhirnya pesantren kembali berada di bawah
naungan sebuah yayasan, yang membuat asrama santri
perempuan harus di pindahkan di dekat asrama laki-laki. Namun
keberadaan kedua asrama saling membelakangi sehingga para
santri tetap terjaga dalam pergaulan antara laki-laki dan
perempuan.
Pesantren tersebut pun terdiri dari santri yang kisaran
umurnya 12-17 tahun, yang artinya sudah masuk tahap remaja.
Dengan jumlah santri sekitar 39 santri. Yang terdiri dari 23 santri
perempuan dan 16 santri laki-laki. Dan dari jumlah tersebut
hanya 5 santri perempuan dan 3 santri laki-laki yang membayar
iuran bulanan secara total.66
Selain itu permasalahan lain yang dihadapi santri di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor, terletak pada latar belakang
santri duafa tersebut yaitu kebanyakan dari santri berasal dari
keluarga miskin. Saat sedang observasi dan wawancara, peneliti
kerap mendapat jawaban bahwa orangtua kebanyakan bekerja
65Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 28 Juni 2019 66
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 30 Oktober 2019
57
sebagai buruh. Selain itu santri sebelum masuk ke pesantren juga
ada yang mengalami permasalahan dijauhi oleh teman-temannya,
sehingga ketika di awal masuk pesantren banyak santri yang tidak
mau berpisah dari orangtuanya. Seperti ungkapan dari santri
bernama Novi :
“aku suka disindir-sindir sih sama temen-temen,
jadi suka ngelampiasin emosinya ke orang
rumah. Soalnya aku dulu emosian banget
orangnya. Tapi itu dulu, disini orang-orangnya
baik”67
Dari pernyataan Novi tersebut terlihat bahwa
permasalahan dijauhi oleh temannya itu berupa sindiran yang
Novi terima dari teman-temannya. Dan selain Novi, salah satu
santri bernama Eka pun mengalami hal yang sama, yaitu :
“kalau di tempat saya dulu, bodoh bodoh sendiri,
pinter pinter sendiri. Kalau di sini kan walaupun
semuanya di kerjain masing-masing tapi tetap
saling bantu. Dulu saya dijauhin mungkin karena
saya kan orangnya biasa-biasa aja. Dulu saya
juga sering diledekin “Eka kamu bodoh banget
sih. Eka kok kamu lambat banget sih pahamnya”.
Tapi aku dihina gitu malah jadi semangat untuk
bisa. Ya walaupun sedih juga sih.”68
Masalah lain yang dialami oleh santri yaitu ketertinggalan
dari segi pendidikan formal maupun pendidikan dalam keluarga.
Dalam hal ini peneliti mendapati santri-santri yang sulit untuk
67
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 68
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
58
dimintai data karena kesulitan tanda-tangan dan masih belum
lancar dalam menulis.
Selain itu santri-santri mengaku, dulunya sangat
ketergantungan dengan keberadaan orangtuanya. Banyak dari
mereka yang bahkan belum bisa melakukan tugas sehari-hari.
“Tadinya males banget dirumah itu, alhamdullah
sekarang sudah bisa bantu-bantu ibu dirumah.
Dari yang dulunya sedikit-sedikit ngambek
sekarang udah bisa mengontrol, dulu saya
melawan orangtua dan tidak deket orangtua.”69
Dari pernyataan Novi tersebut, ia menyebutkan bahwa ia
kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehinga membuatnya
bergantung dengan keberadaan orangtuanya bahkan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari seperti membantu orangtua.
“Tadinya apa-apa orangtua, alhamdulillah
sekarang sudah bisa mandiri. Soalnya di sini
semuanya kerjain sendiri. Dulu apa-apa sama ibu
dan suka ngomel.”70
“Dulu sekolahnya di rumah.”71
Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebelumnya santri kurang diberikan pendidikan terkait
kedisiplinan sehingga untuk menjalani kegiatan sehari-hari, santri
69
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 70
Wawancara Siti Nurjanatul Ma’wa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 71
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
59
baru memahaminya setelah diberi bimbingan di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor.
3. Bentuk Dukungan Sosial yang Diterima Santri di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Dukungan sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah dukungan yang berupa pembinaan dari pembimbing serta
pengasuh di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Dan dukungan
berupa apresiasi dan kebanggaan yang diberikan oleh orangtua
santri. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadzah Syahidah:
“Keberadaan seorang pembimbing di sebuah
pesantren itu, bukan hanya sebagai seseorang
yang membina santri dalam menghafal Al-
Qur’an. Tetapi juga sebagai keluarga kedua yang
memberikan dukungan kepada santri agar santri
memiliki akhlak karimah dan juga mampu
meningkatkan kemandirian santri sehingga santri
memperbaiki kondisi kehidupannya.”72
Dalam hal ini pembimbing, pengasuh dan pimpinan
yayasan sekaligus Pesantren Insanul Qur’an Bogor setiap
seminggu atau dua minggu sekali, selalu melakukan pertemuan
untuk membicarakan perkembangan para santri dan melakukan
evaluasi terhadap pembinaan yang dilakukan di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor. 73
72
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 73
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
60
Dalam kesehariannya, Ustadzah Syahidah membangun
iklim kekeluargaan kepada santri agar mereka merasakan adanya
hubungan emosional yang erat. Selain itu Ustadzah Syahidah
tidak pernah membatasi santri dalam menghafal, karena beliau
menyadari bahwa setiap santri memiliki kemampuan
menghafalnya masing-masing. Beliau juga kerap mengingatkan
santri dalam melakukan kegiatan sehari-hari, mengenai cara
berpakaian yang sopan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan
pesantren. Beliau pun membiasakan santri untuk senantiasa
menjaga pergaulan terhadap lawan jenis.
“Dukungan dari berbagai pihak di Pesantren
Insanul Qur’an, sangat berpengaruh kepada
santri. Karena santri-santri ini sebelumnya kurang
memperdulikan lingkungannya dan banyak
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di pesantren
sebelumnya tidak pernah dilakukan santri di
rumah. Selain itu sebagian besar santri tidak
percaya diri dan memiliki emosi yang tinggi.
Namun setelah masuk ke pesantren, santri mulai
terbiasa menghadapi permasalahan yang di
temuinya di pesantren sehingga mereka dapat
menemukan solusinya secara mandiri. Bahkan
santri mampu membagikan ilmu-ilmu yang
didapatnya di pesantren kepada anggota
keluarganya yang lain maupun masyarakat di
sekitarnya.74
Pembimbing pun tidak hanya membimbing para santri
dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an, namun juga memberikan
74
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
61
bimbingan spiritual seperti kajian ataupun mengingat-ngingat
sejarah peradaban para nabi yang membuat santri selalu
mengingat Allah di setiap kegiatan yang mereka laksanakan.
Dalam kegiatan sehari-hari pun para santri selalu diberikan
informasi secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya
seperti pembimbing langsung memberikan informasi ketika
kegiatan berternak bahwa nabi dulunya juga berternak. Selain itu
ada juga tulisan-tulisan yang ditempel di dinding, seperti
kebersihan sebagian dari iman, contoh-contoh kesalahan dalam
sholat.
Pembimbing dan pengasuh juga membangun hubungan
kekeluargaan dengan para santri sehingga santri merasa bahwa
mereka adalah satu kesatuan dari Pesantren Insanul Qur’an.
Selain itu pembimbing dan pengasuh juga melakukan pendekatan
secara emosional dengan para santri. Hal ini terlihat jelas dari
luwesnya santri-santri tertawa dan bersenda gurau dengan
pembimbing dan pengasuh. Bahkan para santri terlihat khawatir
ketika melihat ada pembimbing ataupun pengasuh yang sedang
sakit.
“Karena memang di sini kan lingkupnya kecil
jadi kami seperti keluarga sendiri mba. Bahkan
kalau misalnya kami sakit, santri-santrinya nanti
khawatir. Biasanya santrinya nyariin dan seperti
kehilangan.”75
75
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
62
Pengasuh di Pesantren Insanul Qur’an Bogor juga terlibat
dalam pemberian dukungan kepada para santri. Pengasuh
membina santri yang baru masuk dengan memberikan informasi
mengenai bagaimana cara mencuci baju, mencuci piring,
menyapu sekitar pesantren dan bagaimana cara memasak air.
Pengasuh juga mengarahkan santri agar senantiasa menjaga
kebersihan pesantren dan peka terhadap lingkungan yang kurang
rapih.
“Disini gak ada hukuman-hukuman sih mba.
Soalnya anak-anaknya kan juga rajin. Mereka
Cuma gak ngejalanin tugasnya kalau sakit doang.
Santri-santri di sini dibiasakan mengerjakan
semuanya sendiri.Selain itu diberi contoh juga,
lama-lama mereka mengikuti. Kadang kan santri
capek, ngeluh tapi ya kita nguatin aja. Selain itu
kan memang niatnya agar mereka mandiri di sini
biar nanti di luar mereka bisa bantu
orangtuanya.”76
Sangat terlihat jelas bahwa pengasuh senantiasa
menghargai setiap usaha santri dalam menyelesaikan
kegiatannya. Karena pengasuh tidak pernah mengeluhkan atau
memberikan hukuman kepada santri ketika santri salah dalam
mengerjakan tugasnya, melainkan memberikan arahan mengenai
cara-cara yang benar dalam mengerjakan kegiatan yang
diberikan. Pengasuh pun ikut terlibat dalam kegiatan santri
sehingga santri dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh
pengasuh.
76Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
63
Dan untuk dukungan dari orangtua selain memotivasi
anaknya, orangtua memberikan dukungan pada anaknya dengan
cara mengapresiasi hasil hafalan anaknya, membawakan
makanan kesukaan anaknya, membanggakan peningkatan baik
perilaku ataupun hafalannya dan sekedar mengelus-elus kepala
anaknya untuk menguatkan anaknya. Seperti ungkapan dari salah
satu orangtua, ketika ditanya mengenai seberapa penting sebuah
dukungan dari orangtua:
“penting, dukungan dari keluarga, lingkungan
itu sangat penting. Kalau sendiri gak akan bisa
jalan harus ada dukungan dari orang lain.”77
Bahkan saat peneliti sedang berbincang-bincang dengan
para orangtua, terlihat ada salah satu orangtua yang saat itu tidak
bisa berkunjung untuk menemui anaknya dan menghubungi salah
satu orangtua yang ada di Pesantren Insanul Qur’an Bogor hanya
untuk sekedar berkomunikasi dengan anaknya. Dengan
menanyakan kabar, kondisi kesehatan, perkembangan hafalan dan
kondisi di lingkungan Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Saat berkunjung ke sana, peneliti juga menemukan santri-
santri yang tidak dikungjungi oleh orangtuanya. Hal ini
dikarenakan kebanyakan anak di sana merupakan anak duafa
yang dalam kondisi ini, banyak orangtua yang tidak dapat
meninggalkan pekerjaannya. Dan sebagian besar dari orangtua di
sana merupakan pekerja buruh.
77
Wawancara Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
64
Dari kondisi tersebut terlihat jelas raut muka sedih santri
namun di lain sisi terlihat juga upaya dari pembimbing, pengasuh,
pemilik yayasan bahkan orangtua santri lain yang sedang
berkunjung dalam memberikan dukungan yang meningkatkan
emosional santri menjadi lebih tegar. Contohnya seperti orangtua
yang mengajak santri lain untuk ikut bergabung dalam kegiatan
makan-makan mereka, selain itu mereka juga mengajak santri
lain berkomunikasi. Sehingga santri lain juga merasakan
kehangatan hubungan dalam keluarga.
Pemilik yayasan sekaligus pimpinan di Pesantren Insanul
Qur’an pun kerap terlihat ikut terlibat bersama para santri dalam
kegiatan berkebun.Pimpinan pesantren seringkali hadir di
pesantren sambil membawa berbagai jenis bibit tanaman untuk
nantinya digunakan untuk pembinaan berkebun bersama para
santri. Bahkan pimpinan santri pun ikut masuk ke dalam kolam
ikan untuk membantu santri-santri membersihkan kolam
ikan.Dalam prosesnya, sesekali terdengar senda gurau dari
pimpinan santri sehingga semakin memecah situasi gembira para
santri.
Dalam penelitian ini peneliti juga menemukan fakta
bahwa walaupun santri terkadang bermasalah dengan santri
lainnya, beberapa santri merasa bahwa teman sesama santrinya
secara tidak langsung juga memberikan dukungan dalam bentuk
dorongan berkerja sama dalam menyelesaikan permasalahan.
65
4. Dampak Dukungan Sosial yang Diberikan oleh
Pembimbing, Pengasuh dan Orangtua terhadap Kemandirian
Santri Duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Para santri mengaku, dulunya sangat ketergantungan
dengan keberadaan orangtuanya. Banyak dari mereka yang
bahkan belum bisa melakukan tugas sehari-hari.
“Tadinya males banget dirumah itu, alhamdullah
sekarang sudah bisa bantu-bantu ibu dirumah.
Dari yang dulunya sedikit-sedikit ngambek
sekarang udah bisa mengontrol, dulu saya
melawan orangtua dan tidak deket orangtua.”78
Dari pernyataan Novi tersebut, ia menyebutkan bahwa ia
kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehinga membuatnya
bergantung dengan keberadaan orangtuanya bahkan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari seperti membantu orangtua.
“Tadinya apa-apa orangtua, alhamdulillah
sekarang sudah bisa mandiri. Soalnya di sini
semuanya kerjain sendiri. Dulu apa-apa sama ibu
dan suka ngomel.”79
“Dulu sekolahnya di rumah.”80
Dari permasalahan-permasalahan tersebutlah, peneliti
meneliti dukungan sosial bagi kemandirian duafa di Pesantren
78
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 79
Wawancara Siti Nurjanatul Ma’wa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 80
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
66
Insanul Qur’an Bogor. Yang mengacu pada dukungan yang
diberikan oleh pembimbing, pengasuh dan orangtua.
Seperti yang sudah dijelaskan oleh para santri sebelumnya
di atas, santri mengaku bahwa awalnya mereka adalah anak yang
sangat ketergantungan dengan orangtuanya, tidak dapat
mengendalikan emosinya, nakal bahkan tidak mendengarkan
nasihat dari orangtuanya. Namun setelah berproses di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor, santri merasakan banyak perubahan yang
terjadi pada dirinya.
Karena jauh dari orangtua, santri terbiasa melakukan
segala hal sendiri. Sehingga para santri benar-benar merasakan
bagaimana berartinya keberadaan orangtua dalam hidup mereka.
Hal ini terlihat jelas dari respon santri ketika peneliti mulai
mempertanyakan dukungan terkait orangtua. Beberapa santri
tidak dapat membendung tangisannya sehingga sesi wawancara
pun terasa sangat natural dan informasi yang diberikan pun sesuai
dengan yang mereka rasakan.
Pesantren Insanul Qur’an Bogor, sejak awal didirikannya
memang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian duafa
sehingga mereka memiliki keinginan serta kemampuan untuk
bersaing demi kemajuan dirinya. Hal ini seperti yang ditegaskan
oleh Ummi Tina, yaitu sebagai berikut:
“Pada dasarnya Pesantren Insanul Qur’an Bogor
kan memang diarahkan untuk meningkatkan
kemandirian santri duafa, karena memang dari
awal kakak saya (Ummi Aan) beserta teman-
temannya memperjuangkan kaum duafa agar
67
mampu mengubah kehidupannya dengan tetap
berpegang teguh pada ilmu Al-Qur’an. Bahkan
awal-awalnya mereka langsung turun ke jalan
mencari satu persatu anak duafa untuk di bina
menjadi santri.”81
Hal ini semakin diperjelas oleh santri-santri yang
diwawancarai. Menurut pengakuan mereka sudah mengalami
perubahan selama menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an.
Pada penjelasannya, mereka yang tadinya tidak memperdulikan
mengenai apa yang akan terjadi nantinya, sekarang sudah
memiliki cita-cita dan keinginan untuk menjadi seseorang yang
jauh lebih baik. Berikut merupakan hasil wawancara:
“lebih keperubahan jadi lebih baik lagi.”82
Dari pernyataan Makwa, ia jadi memiliki keinginan
untuk menjadi lebih baik dari dirinya sebelumya.
“iya ada. Karena dari sekolah yang dulu saya
sering dibilangin “lama, belajarnya payah”.
Saya juga pernah berhenti sekolah dan
akhirnya saya kerja. Akhirnya dari diri saya
sendiri terdorong untuk bisa lebih dari yang
lain.”83
Eka mengaku bahwa sekarang ia menjadi terdorong untuk
menjadi lebih baik dari yang lain setelah ia menyadari bahwa
hinaan dari teman-temannya justru haru menjadi motivasi untuk
dirinya.
81
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 28 Juni 2019 82Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 83
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
68
“iya. Pengen jadi lebih baik dari temen-
temen. Dan pengen berdakwah jadi kiyai.
Mau berdakwah sampai keluar negeri. Mau
jadi kayak Habib Mudzir.”84
Dari ketiga hasil wawancara tersebut, maka dapat
disimpulkan adanya keinginan untuk menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Santri juga pada awalnya tidak memiliki kepekaan yang
cukup baik terhadap kondisi lingkungan tempat tinggalnya.
Namun di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, santri-santri dibina
kepekaannya terhadap permasalahan yang terjadi disekitarnya
sehingga mereka mampu menentukan dan berinisiatif sendiri
dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Seperti hasil
wawancara berikut ini:
“iya. Contohnya kalau dulu pada susah buat
bangun sholat malam, sekarang karena sudah
dibiasain saya bangunin jadi terbiasa.”85
Seperti selayaknya remaja biasa, mereka juga mengalami
yang namanya kesulitan ketika harus bangun di tengah malam
untuk melaksanakan sholat sunnah. Namun dari hasil wawancara
di atas maka dapat disimpulkan bahwa santri lain yang melihat
permasalahan ini setelah menjadi santri di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor, ia lebih peka terhadap permasalahan tersebut dan
akhirnya memiliki inisiatif sendiri untuk memberikan solusi
84
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019 85
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
69
terhadap permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu berikut
merupakan hasil wawancara dengan santri lainnya:
“iya karena di sini berfikir sendiri jadi suka
ide-ide muncul. Contohnya dulu gak ada
pelajaran Bahasa Arab, sejak saya saranin ke
ustadzah jadi ada pelajaran Bahasa Arab.”86
Santri bernama Eka mengaku bahwa pembiasaan
mengerjakan segala sesuatu sendiri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor, membuat ide-ide bermunculan. Salah satu idenya adalah
mempelajari Bahasa Arab dan akhirnya ia berinisiatif untuk
menyarankan hal tersebut kepada para pembimbing sehingga
sekarang santri selain menghafal tapi juga dapat memahami apa
yang mereka hafalkan.
“iya. Sekarang pengen punya kuburan
wakaf.Separuh untuk wakaf separuh untuk
keluarga. Pernah juga berinisiatif sendiri cuci
piring malem-malem tanpa di suruh.”87
Santri lain bernama Faris pun tadinya merupakan santri
yang sangat pemalu dan ketergantungan dengan orangtuanya.
Namun setelah menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor,
ia sudah mampu mengambil keputusan sendiri. Seperti pada hasil
wawancara di atas bahwa ia bahkan pernah berinisiatif sendiri
untuk mencuci piring tanpa disuruh.
86
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 87
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
70
Santri juga mengalami perubahan pada kepercayaan
dirinya, seperti yang dijelaskan oleh Novi dan Eka bahwa mereka
sekarang memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi
permasalahan mereka. Pasalnya ada dukungan dari pembimbing
serta pengasuh sehingga mereka terdorong untuk semakin
percaya diri dalam menyelesaikan secara mandiri permasalahan
yang mereka hadapi. Dan berikut hasil wawancara dengan santri
lainnya:
“percaya diri. Tapi sebenernya ana pemalu
pada awalnya tapi lama-lama kalau kenal
percaya diri.”88
Pada wawancara tersebut, Ma’wa mengatakan bahwa ia
awalnya merupakan santri yang pemalu. Namun bila sudah akrab
dengannya, ia merupakan santri yang percaya diri. Hal ini terlihat
jelas karena pada saat pertama kali diajak berbicara oleh peneliti,
Ma’wa hanya senyum-senyum sambil menundukkan
pandangannya.
“makin percaya diri karena mau masukkin
orangtua ke dalam syurga.”89
Berdasarkan hasil wawancara dengan Faris, ia
mengatakan bahwa ia semakin percaya diri setelah menjadi santri
di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Hal ini semakin diperkuat
dari keterangan salah satu orangtua yang mengatakan:
“Farhan sekarang udah bagus banget
perubahannya mba. Dulu dia itu kemana-
88
Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 89
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
71
mana sendiri, gak bisa apa-apa dia itu
dulunya waktu awal-awal nyantri. Tapi
sekarang udah bagus banget mba, setelah
masuk pesantren jadi lebih dekat sama
orang lain dan rajin lagi dia.”90
Dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan kepercayaan
diri Faris. Dari yang tadinya kemana-mana sendiri dan tidak bisa
apa-apa, sekarang ia sudah menjadi lebih percaya diri.
Santri-santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor juga
diajarkan untuk mengerjakan segalanya secara mandiri dan
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor.
Hal ini dilakukan agar terbina sikap tanggung jawab santri
sehingga dalam kehidupannya setelah lulus dari Pesantren
Insanul Qur’an Bogor, mereka tidak melakukan hal-hal yang
akan mereka sesali nantinya. Kepercayaan yang terbentuk setelah
menjadi santri, dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini:
“karena saya kan otaknya lambat, saya
paling lambat menghafal dari pada yang lain.
Tapi saya tetap semangat. Justru ketika yang
lain tidur, saya jam 2 bagun untuk
menghafal.”91
Pada hasil wawancara dengan Eka tersebut dapat
disimpulkan, Eka merasa bertanggung jawab atas pilihannya
90Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor pada
Tanggal 19 September 2019 91
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
72
untuk menjadi santri sehingga ia berusaha dengan keras tetap
semangat dalam menghadapi masalahnya.
“iya. Karena sayang sama orangtua dan
berbakti sama keluarga.”92
Faris merupakan salah satu santri yang memiliki
perubahan yang baik ketika berada di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor. Pasalnya ia menjadi santri yang selalu mengedepankan
agama dalam bertingkah laku. Seperti hasil wawancara di atas,
Faris mulai menyadari bahwa ia bertanggung jawab atas
keluarganya sehingga ia menyayangi dan ingin senantiasa
berbakti kepada orangtuanya.
Bahkan pada tanggal 22 September 2019, peneliti melihat
ada seorang santri yang terlihat sibuk sendiri tapi secara mandiri
merapihkan sendal-sendal orangtua yang sedang berkunjung dan
ternyata santri tersebut adalah Faris. Ketika ditanya mengapa ia
melakukan hal itu, katanya karena tidak enak kalau pembimbing
dan pengasuh melihat berantakan dan saat itu sedang ada ketua
pesantren.
Dalam hal ini dapat disimpulkan adanya perubahan dalam
aspek memiliki sikap bertanggung jawab karena merasa memiliki
tanggung jawab dalam menjaga kebersihan pesantren sehingga
tanpa disuruh ia langsung bergerak sendiri.
Hal ini semakin diperkuat oleh pengakuan santri duafa
yang diwawancarai oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
92
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
73
“iya kak. Tadinya apa-apa orangtua,
alhamdulillah sekarang mah sudah bisa
mandiri.”93
Dari hasil wawancara dengan Novi, ia mengatakan bahwa
dulu ia sangat bergantung dengan orangtuanya. Namun setelah di
pesantren ia menjadi terbiasa mengerjakan segala hal sendiri.
“dulu apa-apa sama ibu dan suka ngomel,
kalau di sini apa-apa sendiri walaupun
masih ada manja-manjanya. Dan sekarang
kalau mau pulang kerumah alhadulillah
sudah bisa membantu ibu di rumah.”94
Makwa mengatakan bahwa sekarang ia sudah bisa
membantu ibunya ketika ia sedang pulang kerumah. Tidak seperti
sebelumnya ketika ia masih bergantung dengan orangtuanya.
“iya kan disini tanpa orangtuanya semua
jadi harus berfikir sendiri. Disini ide-ide
baru muncul gitu. Saya kan orangnya lama
gitu kalau memahami, di sini dibantu
banget. Dulu saya juga gak pake hijab, tapi
sekarang baru tau kalau 1 helai rambut aja
dosa. Suara, adab, akhlak, lebih sayang
juga sama orangtua, bisa sedikit-sedikit
ngerubah orangtua karena ibu saya susah
banget kalau sholat. Tapi sayang ajak
bukan nyuruh karena sebelum berdakwah
keluar, berdakwah dulu di keluarga.”95
93
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 94
Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 95
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
74
Dari pernyataannya tersebut Eka berusaha menjelaskan
bagaimana pembiasaan di pesantren membentuk kemandiriannya.
“dari SD malas-malasan. Sekarang suka
bantu-bantu. Kalau berantakan suka
rapihin.”96
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa santri
duafa tersebut dapat disimpulkan bahwa dulunya santri sangat
bergantung dengan keberadaan orangtuanya, namun mereka
sudah mengalami peningkatan dalam kemandiriannya. Bahkan
dengan menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor selain
meningkatkan pengetahuan keagamaan mereka, mereka juga
semakin sadar akan keberfungsian dirinya di lingkungannya
sehingga diharapkan mereka dapat memiliki kehidupan yang
lebih baik.
Dukungan yang diberikan baik dalam segi material,
emosional, penghargaan, informasional maupun pendampingan
menghasilkan peningkatan kemandirian santri baik dalam aspek
pengendalian emosionalnya maupun tingkah lakunya.
Hal ini terlihat dari temuan peneliti bahwa setiap sholat
santri selalu merapatkan kakinya setiap kali berdiri. Mereka juga
selalu berdoa bersama sambil berhadap-hadapan tanpa disuruh
lagi, mereka juga senantiasa kuliah tujuh menit setiap selesai
sholat ashar walaupun ada atau tidak ada pembimbing. Bahkan
santri terlihat merapihkan sendal dari orangtua yang berkunjung
96
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
75
tanpa disuruh oleh siapapun. Berikut merupakan jawaban yang
dijelaskan oleh beberapa santri:
“alhamdulillah nyaman, karena guru-guru
pembimbing, temen suka memotivasi kalau
ana lagi sedih. Kalau ana sedih-sedih guru-
gurunya, pembimbing dan semuanya
nyemangatin ana.”97
Makwa menjelaskan bahwa semua yang berada di
pesantren senantiasa mendukung dalam kemajuan dirinya.
“nyaman karena disini kita semua berubah
bareng-bareng dan kebersamaan. Mereka
menjadi pendorong, memotivasi dan
seneng banget di sini jadi banyak
kegiatannya.”98
Novi pun juga menjelaskan bahwa dengan adanya
kebersamaan di Pesantren Insanul Qur’an Bogor pun menjadikan
dorongan tersendiri untuk kemajuan dirinya.
“walaupun ustadzahnya pada geregetan
sama saya karena otak saya lambat. Tapi
mereka selalu membantu saya, menghargai
kemampuan hafalan saya. Awalnya kan
masih penyesuaian, belum ngerti. Awalnya
kaget gitu, kalau di sini mau gak mau kita
harus bisa sendiri. Awalnya terpaksa, lama-
lama terbiasa dan insya Allah luar biasa.”99
97
Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 98
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 99
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
76
Eka menyatakan bahwa ia sangat kesulitan dalam
mempelajari sesuatu namun para pembimbing senantiasa
memberikan dukungan kepadanya.
“Nyaman, pembimbing sangat ngebantu,
apalagi ngebantu dalam talaqi surat. Pernah
juga curhat juga karena susah ngaji, pengen
pinter dan orangtua.”100
Dari beberapa pernyataan di atas dapat dilihat bahwa
santri pun mengalami kesulitan tersendiri di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor sehingga mereka membutuhkan dukungan dari
semua yang berkontribusi dalam menjalankan lingkungan
pesantren karena memang waktu mereka dihabiskan hanya
berada di dalam Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
100
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
77
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai uraian
analisa data tentang dukungan sosial bagi kemandirian duafa di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Peneliti akan mendeskripsikan
teori sesuai dengan fakta lapangan yang terkumpul sehingga
dapat disimpulkan.
A. Gambaran Bentuk Dukungan Sosial yang Didapatkan
Santri Duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Menurut Orford dukungan sosial merupakan suatu bentuk
tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman yang
membuat seseorang merasa bahwa ia diperhatikan, disayang,
dipercaya dan dibuat merasa aman.101
Dan berikut merupakan
bentuk dukungan yang diberikan pembimbing berdasarkan
wawancara dengan Ustadzah Syahidah:
“Kalau menghafal didukung dengan cara talaqi.
Menghafal satu ayat satu ayat, kalau sudah bagus
santrinya menghafal sendiri.Atau ngasih-ngasih
motivasi dan pernah ngedatangin motivator.
Memberikan informasi-informasi dengan konsep
pembiasaan seperti mereka harus biasa pakai
kaos kaki, menjaga pakaian mereka karena kan di
sini banyak masyarakat yang lewat-lewat. Di
biasakan sholat jama’ah.”102
101Istiqomah Wibowo, dkk., Psikologi Komunitas, (Depok: LPSP3,
2013), Hal. 36. 102
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
78
Dan menurut penuturan Ummi Tina selaku pengasuh,
beliau memberikan penjelasan mengenai bagaimana dukungan
tersebut diberikanya itu sebgai berikut:
“Dengan cara pembiasaan. Santri-santri di sini
dibiasakan mengerjakan semuanya sendiri. Selain
itu diberi contoh juga, lama-lama mereka
mengikuti.”103
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
orangtua di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, tampak bahwa para
orangtua pun mulai sadar bahwa dukungan sosial merupakan
suatu langkah yang penting dilakukan dalam memberikan
kenyaman kepada anaknya, sehingga dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik dan mampu berkembang menjadi mandiri.
“Penting, dukungan dari keluarga, lingkungan itu
sangat penting. Kalau sendiri gak akan bisa jalan
harus ada dukungan dari orang lain.”104
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pihak yang
terlibat di Pesantren Insanul Qur’an, memahami akan pentingnya
dukungan yang diberikan kepada santri. Baik dari pihak
pembimbing, pengasuh, orangtua bahkan pimpinan Pesantren
Insanul Qur’an sendiri.
Dan berdasarkan temuan lapangan serta wawancara
peneliti pada penelitian dukungan sosial bagi kemandirian duafa
di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, maka dapat dijelaskan bahwa
103
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019 104
Wawancara Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
79
kategori dukungan sosial yang diterima santri duafa adalah
sebagai berikut:
1. Diperhatikan
Diperhatikan artinya tindakan perhatian yang diberikan
oleh pembimbing, pengasuh maupun orangtua yang berkunjung
di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Seperti yang dituturkan oleh
Bapak Edo selaku pengurus di Pesantren Insanul Qur’an Bogor:
“Anak-anak kita tinggal di sini, kasih makan
yang bener, saya bilang gitu kan, yang pertama
saya punya keyakinan, ilmu gizi itu ilmu pasti,
sehingga dia harus dipenuhi. Kalau jaman dulu
makanan tidak diperhatikan, saya berpendapat
berbeda. Kalau kita menuntut anak-anak
memberikan energi kelas satu, kita harus
memberikan makanan yang kelas satu juga.
Bukan soal memberikan makanan mewah.Anak-
anak bisa masak sendiri? Bisa.Jangan sibukkan
mereka dengan hal-hal begitu, sibukkan mereka
dengan ilmu.”105
Pak Edo mengatakan bahwa dulu makanan yang diberikan
kepada santri itu tidak diperhatikan dan beliau menginginkan hal
yang berbeda. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
adanya bentuk perhatian yang diberikan oleh pihak Pesantren
Insanul Qur’an Bogor. Yang dalam hal ini artinya pengasuh
dituntut untuk memberikan perhatian terhadap asupan gizi santri
di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Lalu Ustadzah Syahidah
mengatakan:
105
Wawancara Erinaldo Pengurus Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 28 Juni 2019
80
“di sini kan lingkupnya kecil jadi kalau ada apa-
apa berasa juga di merekanya. Kalau kitanya gak
memperhatikan mereka nanti mereka ngerasa
dicuekin. Jadi bentuk bimbingannya itu harus
sering banget ngingetin dan kita gak boleh lelah
untuk itu karena gimana pun mereka kan kadang
juga ngerasa capek.”106
Dari keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembimbing pun turut memberikan perhatian kepada para
santrinya. Dan pada observasi di tanggal 22 September 2019,
peneliti juga melihat bagaimana orangtua memberikan
perhatiannya kepada anaknya dengan cara mengelus-elus
kepalanya, membawakan bekal makanan kesukaannya, dan
menanyakan mengenai bagaimana kegiatannya di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor.
2. Disayang
Menurut peneliti kasih sayang merupakan hal yang sangat
mempengaruhi hubungan antara pembimbing, pengasuh dan
orangtua dengan santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Pasalnya santri yang diwawancarai sangat emosional ketika
peneliti berusaha menanyakan perihal kasih sayang terutama
kasih sayang yang didapatkan dari orangtua.
Pada tanggal 19 September 2019, saat itu santri sudah
semakin terbuka dengan peneliti, bahkan sesi wawancara terasa
seperti sedang ada kegiatan curhat antara peneliti dengan santri
yang diwawancarai. Hal ini ditunjukkan dengan meluapnya
106Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
81
emosional santri sehingga mereka menangis ketika ditanya
mengenai beberapa hal, terutama mengenai keluarganya.
“iya karena memang di sini kan lingkupnya kecil
jadi kami seperti keluarga sendiri mba.”107
Seperti yang diterangkan di atas, bahwa pembimbing juga
ikut memberikan kasih sayang kepada santri. Dan iklim saling
menyayangi tersebut terbentuk secara sendirinya karena memang
adanya pertemuan secara berkelanjutan dalam jangka panjang
antara pembimbing, pengasuh dengan santri di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor.
“orangtua saya sebenernya dating sebulan sekali.
Tapi orangtua saya tergantung saya sih karena
mama gak banyak cerita. Kalau misalnya saya
gak kuat di sini, orangtua berani ngeluarin.
Orangtua gak mau saya menyiksa diri. Jadi
orangtua saya selalu ngedukung apa yang saya
pilih. Dorongan saya sih bener-bener dari
orangtua karena mama pernah bilang “mama ini
tuh udah tua loh, mama cuma mau kamu bisa
ngaji. Buat ngajiin mama kalau udah
meninggal”.108
Dan dari keterangan Eka dan bagaimana emosionalnya
Eka ketika memberikan penjelasan tersebut, bisa disimpulkan
bahwa santri sangat membutuhkan pemberian kasih sayang dari
orang-orang disekitarnya. Baik kasih sayang yang diberikan
melalui kata-kata atau pun tindakan
107Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 108Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
82
3. Dipercaya
Dipercaya artinya adanya kepercayaan yang diberikan
oleh pembimbing, pengasuh dan orangtua kepada santri di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor sehingga mereka bisa bertindak
secara mandiri sesuai dengan apa yang menjadi keinginan
mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Warniti:
“harus meniatkan karna Lillahi Ta’ala, pokotnya
semangat terus, jangan karna takut sama mama,
kalau takutnya sama mama kan gak bisa kalau
mamanya gak ada berarti dia gak takut, tapi kalau
takutnya sama Allah selalu ada yang ngawasin.
Harus punya target gimana kedepan.”109
Dari keterangan di atas terlihat bahwa adanya bentuk
pemberian kepercayaan dari orangtua kepada anaknya. Ibu
Warniti memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk bijak
dalam bertindak, beliau mempercayai anaknya dengan
mengingatkan anaknya akan pentingnya semangat dan ikhlas
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor.
“iya. Seperti santri yang paling tua kita kasih
kepercayaan untuk mengurusi adik-adik
santrinya. Untuk menghormati dia karena dia
lebih tua dari pada yang lain.”110
109
Wawancara Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019 110Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
83
Menurut Ustadzah Syahidah, di pesantren mereka
menghormati semua santrinya. Alah satunya dengan memberikan
kepercayaan kepada para santri.
“fokusnya menghafal tapi juga ingin anak-anak
belajar jahit. Selain itu santri-santri di sini dibina
agar mandiri. Dengan cara semua tugas mereka
kerjakan sendiri. Cuci piring, bersih-bersih
bahkan ini Ummi masak, nanti mereka yang
mencuci piringnya. Santri di sini bahkan tidak
usah di suruh lagi. Mereka liat kakaknya saja
dan terbiasa dengan kegiatan di sini.”111
Dari pernyataan Ummi Tina tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembimbing dan pengasuh juga memberikan bentuk
kepercayaan kepada santrinya agar mereka merasa dipercayai
sehingga meningkatkan kemandirian mereka.
“iya karena hinaan-hinaan yang aku terima. Aku
terdorong banget. Bahkan Ustadzah, Ummi
sering ngasih kepercayaan untuk membimbing
santri-santri yang lain.”112
Ketika diwawancarai, Eka terlihat sangat percaya diri
ketika menjelaskan bahwa pembimbing senantiasa memberikan
kepercayaan kepadanya dalam membantu membimbing santri-
santri yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya santri membutuhkan kepercayaan agar mereka percaya
diri terhadap keberadaan diri mereka.
111Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 28 Juni 2019 112Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
84
4. Dibuat Merasa Aman
Dibuat merasa aman artinya tidak banyaknya larangan
kepada santri yang membuat santri merasa bahwa ia berada di
kondisi yang tidak aman dalam melakukan sesuatu sehingga
membuat santri tidak dapat mengembangkan kreatifitas yang ada
di dalam dirinya. Berikut merupakan hasil wawancara dengan
Ustadzah Syahidah dan Ummi Tina:
“iya. Contohnya seperti kita tidak melepaskan
santri kita begitu saja. Setelah lulus mereka
masih kita arahkan agar mendapatkan pekerjaan
yang sesuai dengan mereka.”113
Pada hasil wawancara dengan Ustadzah Syahidah terdapat
kalimat diarahkan yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Dari sana dapat disimpulkan, salah satu cara membuat santri
merasa aman yaitu dengan diberikan pengarahan yang disesuikan
dengan kemampuan dan keinginan santri itu sendiri.
“iya contohnya seperti kami pisahkan tempat
santri laki-laki dan perempuan. Selain itu mba
tau kan yang dari Aceh. Itu kan mereka gak
punya biaya karena emang niatnya kesini untuk
masuk sekolah dengan beasiswa dan ternyata
sampai sini gak dapat beasiswanya, jadiya kami
yakinkan mereka bisa di sini aja sampai mereka
sukses dan bisa pulang ke Aceh dengan uang
mereka sendiri.”114
113
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 114
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 28 Juni 2019
85
Selain itu pada wawancara dengan Ummi Tina selaku
pengasuh, dapat disimpulkan bahwa santri tidak hanya diberikan
informasi bahwa mereka diharuskan menjaga pergaulan dengan
lawan jenis, tetapi juga difasilitasi dengan pemisahan santri laki-
laki dan perempuan agar mereka merasa aman.
“dua-duanya. Kalau orangtuanya yang mau
anaknya gak mau kan percuma gak bakal
berjalan. Awalnya tau pesantren ini dari
teman.”115
Ketika peneliti bertanya mengenai menjadi santri adalah
keinginan anak atau orangtua, salah satu orangtua menjawab
bahwa hal tersebut adalah keinginan kedua pihak.Dari hal ini
dapat disimpulkan, bahwa tidak ada paksaan dari orangtua
sehingga anak diberikan haknya dalam memilih sehingga mereka
dibuat merasa aman dalam menentukan pilihannya sendiri.
“Pesantren Insanul Qur’an Bogor itu kan
Alhamdulillah pesantrennya mempermudah
untuk pembiayaannya. Udah itu mbak, jaman
sekarang ngeri.Di tempat saya tu tingkah
remajanya macam-macam.Remajanya disana tu
banyak yang mabuk-mabukkan, pakai anting
laki-lakinya, ada juga pergaulan bebas.”116
Berdasarkan keterangan Ibu Samiyati dapat disimpulkan
bahwa memasukkan anaknya ke Pesantren Insanul Qur’an Bogor
agar anak tersebut tidak terlibat dalam kegiatan remaja yang
115
Wawancara Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019 116Wawancara Samiyati Orang Tua Santri di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
86
mengkhawatirkan. Dan dari hal ini terlihat bahwa adanya upaya
dari orangtua untuk membuat anaknya merasa aman berkembang
di suatu lingkungan yang baik.
Berdasarkan temuan lapangan serta wawancara peneliti
pada penelitian dukungan sosial bagi kemandirian duafa di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor, maka dapat disimpulkan bahwa
bentuk dukungan sosial yang diterima santri duafa adalah sebagai
berikut:
1. Dukungan Material
Material berfungsi dalam dukungan yang berupa
pertolongan dan bantuan nyata, yang mengacu pada bentuk
pelayanan dan pemberian benda-benda yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi seseorang yang
dituju.
Dalam penelitian ini, bantuan berupa jasa didapatkan dari
pengasuh karena di Pesantren Insanul Qur’an tugas utama dari
seorang pengasuh adalah mempersiapkan makanan untuk para
santri. Namun hal ini bukan karena memanjakan santrinya, hanya
agar santrinya fokus dengan kegiatan lainnya.
Walaupun santri tidak berkewajiban untuk memasak,
namun beberapa santri tetap tampak membantu. Hanya saja hal
tersebut dilakukannya ketika waktu luang. Seperti yang
dituturkan oleh Bapak Edo selaku pengurus di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor:
“Anak-anak kita tinggal di sini, kasih makan
yang bener, saya bilang gitu kan, yang pertama
87
saya punya keyakinan, ilmu gizi itu ilmu pasti,
sehingga dia harus dipenuhi. Kalau jaman dulu
makanan tidak diperhatikan, saya berpendapat
berbeda. Kalau kita menuntut anak-anak
memberikan energi kelas satu, kita harus
memberikan makanan yang kelas satu juga.
Bukan soal memberikan makanan mewah.Anak-
anak bisa masak sendiri? Bisa. Jangan sibukkan
mereka dengan hal-hal begitu, sibukkan mereka
dengan ilmu.”117
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengurus Pesantren Insanul Qur’an Bogor, merancang pesantren
agar tidak membuat santri sibuk dengan kegiatan lain kecuali
program yang dirancang oleh pihak pesantren.
Dari keterangan tersebut juga dapat disimpulkan bahwa
pengasuh membantu santri dalam memenuhi kebutuhan
makannya yang artinya memberikan dukungan berupa jasa
sehingga santri dapat menyelesaikan tugas utamanya tanpa harus
memikirkan pemenuhan kebutuhan pangannya.
Selain itu peneliti juga mewawancarai salah satu santri
yang bernama Faris Rantisi. Dan ia mengatakan bahwa:
“Pembimbing sangat ngebantu, apalagi ngebantu
dalam talaqi surat. Pernah juga curhat juga
karena susah ngaji, pengen pinter dan orangtua.
Pernah juga di kasih baju. Ummi suka
ngebanggain.”118
117
Wawancara Erinaldo Pengurus Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 28 Juni 2019 118
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
88
Yang dari wawancara tersebut terdapat kalimat
“membantu dalam talaqi surat”, dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa adanya dukungan instrumental berbentuk dukungan
pemberian bantuan jasa sehingga santri dapat menyelesaikan
permasalahannya.Dan dukungan tersebut diperoleh dari
pembimbing.
Selain itu ketika diwawancarai Ustadzah Syahidah juga
menjelaskan bahwa:
“kalau untuk dukungan matrial itu dari pihak
pimpinan pesantren”119
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
dukungan instrumental berupa materi, diperoleh pesantren dari
pihak pimpinan pesantren. Dan ketika peneliti melakukan
observasi, pimpinan pesantren seringkali hadir dihari Sabtu dan
Minggu ke pesantren sambal membawa berbagai jenis bibit
tanaman untuk nantinya digunakan untuk pembinaan berkebun
bersama para santri.
Pemilik yayasan sekaligus pimpinan di Pesantren Insanul
Qur’an pun kerap terlihat ikut terlibat bersama para santri dalam
kegiatan berkebun.Bahkan pimpinan santri pun ikut masuk ke
dalam kolam ikan untuk membantu santri-santri membersihkan
kolam ikan. Dalam prosesnya, sesekali peneliti mendengar senda
gurau dari pimpinan santri dari dalam kolam sehingga semakin
memecah situasi gembira para santri.
119
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
89
1. Dukungan Emosional
Emosional berfungsi pada pemberian bantuan dalam
bentuk pengekspresian emosi. Dalam hal ini yang dilihat oleh
peneliti adalah apa saja bentuk dukungan secara emosional yang
diberikan oleh pembimbing, pengasuh dan orangtua di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor.
“sangat akrab mba. Bahkan kalau misalnya kami
sakit, santri-santrinya nanti khawatir.120
Biasanya
santri nyanyariin dan seperti kehilangan.”121
Dari penuturan Ustadzah Syahidah di atas, dapat
disimpulkan bahwa adanya kedekatan secara emosional antara
santri dengan pembimbing maupun pengasuh di sana.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti, dukungan
secara emosional merupakan bentuk dukungan yang sangat
berpengaruh terhadap kemauan santrinya untuk mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Dukungan emosional yang diterima santri di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor yaitu dorongan semangat yang dapat
berupa apresiasi, kebanggaan maupun motivasi. Seperti yang
dijelaskan oleh Ustadzah Syahidah dan salah satu orangtua santri
yaitu:
“Karena ya tadi merekakan di sini sudah capek
menghafal walaupun mereka tidak pernah
120
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 121
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
90
mengeluh tapikan sudah tugas kita untuk
menyemangati mereka.”122
Dari pernyataan Ustadzah Syahidah maka dapat
disimpulkan bahwa adanya bentuk dukungan emosional dengan
cara pemberian semangat yang diberikan oleh pihak dari
Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Pembimbing dan pengasuh juga membangun hubungan
kekeluargaan dengan para santri sehingga santri merasa bahwa
mereka adalah satu kesatuan dari Pesantren Insanul Qur’an.
Selain itu pembimbing dan pengasuh juga melakukan pendekatan
secara emosional dengan para santri. Hal ini terlihat jelas dari
luwesnya santri-santri tertawa dan bersendagurau dengan
pembimbing dan pengasuh.
“Kadangkan santri capek, ngeluh tapi ya kita
nguatin aja. Selain itukan memang niatnya agar
mereka mandiri di sini biar nanti di luar mereka
bisa bantu orangtuanya.”123
Dukungan dari orangtua selain memotivasi anaknya,
orangtua memberikan dukungan pada anaknya dengan cara
mengapresiasi hasil hafalan anaknya, membawakan makanan
kesukaan anaknya, membanggakan peningkatan baik perilaku
ataupun hafalannya dan sekedar mengelus-elus kepala anaknya
untuk menguatkan anaknya. Hal ini terlihat pada saat peneliti
122
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 123
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
91
melakukan penelitian di hari minggu yaitu hari penjengukkan
orangtua.
Bahkan saat peneliti sedang berbincang-bincang dengan
para orangtua pada tanggal 22 September 2019, terlihat ada
orangtua yang saat itu tidak bisa berkunjung untuk menemui
anaknya dan menghubungi salah satu orangtua yang ada di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor hanya untuk sekedar
berkomunikasi dengan anaknya. Dengan menanyakan kabar,
kondisi kesehatan, perkembangan hafalan dan kondisi di
lingkungan Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Tampak juga santri yang tidak dikunjungi orangtuanya
namun pembimbing, pengasuh, pemilik yayasan bahkan orangtua
santri lain yang sedang berkunjung memberikan dukungan yang
meningkatkan emosional santri menjadi lebih tegar. Contohnya
seperti orangtua yang mengajak santri lain untuk ikut bergabung
dalam kegiatan makan-makan mereka, selain itu mereka juga
mengajak santri lain berkomunikasi. Sehingga santri lain juga
merasakan kehangatan hubungan dalam keluarga.
2. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan yaitu keberfungsian membuat
seseorang menjadi merasa dihargai dan diterima oleh lingkungan
sekitarnya sehingga meningkatkan kerja diri seseorang yang
merasa diakui dan diterima terlepas dari kesalahan yang
dibuatnya. Dalam hal ini dukungan penghargaan yang diterima
santri adalah sebagai berikut:
92
“kami juga menghargai santri-santri ini. Seperti
yang mba tau bahwa tidak semua dari santri-
santri ini bisa membayar tapi karena keinginan
yang kuat dari mereka untuk nyantri dan berubah
jadi lebih baik lagi.Kami menghargai hal
tersebut.”124
Pada hasil wawancara dengan Ustadzah Syahidah dapat
disimpulkan bahwa adanya bentuk dukungan penghargaan yang
diberikan oleh pembimbing. Dalam hal ini pembimbing
menghargai keinginan kuat dari santri untuk mengubah kondisi
dirinya menjadi lebih baik.
“iya seperti bila mereka Cuma bisa menyetorkan
hafalan sedikit, kita tidak memaksakan karenakan
semuanya punya tingkatan kekuatan hafalan yang
berbeda-beda jadi ya kita hargai berapapun yang
mereka hafal.”125
Selain itu pada wawancara dengan Ummi Tina selaku
pengasuh, dapat disimpulkan bahwa pengurus pun menghargai
kemampuan santrinya dalam menjalankan kegiatannya, selama
adanya usaha yang dilakukan oleh santri di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor. Selain itu Ummi Tina juga mengatakan:
“Disini gak ada hukuman-hukuman sih mba.
Soalnya anak-anaknya kan juga rajin. Mereka
Cuma gak ngejalanin tugasnya kalau sakit
doang.Santri-santri di sini dibiasakan
mengerjakan semuanya sendiri.Selain itu diberi
contoh juga, lama-lama mereka mengikuti.
124
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 125
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
93
Kadangkan santri capek, ngeluh tapi ya kita
nguatin aja. Selain itu kan memang niatnya agar
mereka mandiri di sini biar nanti di luar mereka
bisa bantu orangtuanya.”126
Sangat terlihat jelas bahwa pengasuh senantiasa
menghargai setiap usaha santri dalam menyelesaikan
kegiatannya. Karena pengasuh tidak pernah mengeluhkan atau
memberikan hukuman kepada santri ketika santri salah dalam
mengerjakan tugasnya, melainkan memberikan arahan mengenai
cara-cara yang benar dalam mengerjakan kegiatan yang
diberikan.
“dua-duanya. Kalau orangtuanya yang mau
anaknya gak mau kan percuma gak bakal
berjalan. Awalnya tau pesantren ini dari
teman.”127
Ketika peneliti bertanya mengenai menjadi santri adalah
keinginan anak atau orangtua, salah satu orangtua menjawab
bahwa hal tersebut adalah keinginan kedua pihak. Dari hal ini
dapat disimpulkan, bahwa tidak ada paksaan dari orangtua
sehingga anak diberikan haknya dalam memilih yang membuat
mereka dihargai dalam menentukan pilihannya sendiri.
3. Dukungan Informasional
126
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019 127
Wawancara Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
94
Dukungan informasional yaitu dukungan berupa
pemberian informasi atau pengetahuan atau melatih keterampilan
untuk digunakan dalam mengatasi masalah orang yang dituju.
Pada Pesantren Insanul Qur’an Bogor terdapat pembinaan
keterampilan dan spiritual seperti tahfidz Qur’an, mempelajari
sejarah kehidupan nabi, kajian, dan pendidikan umum.
Pembinaan kesehariannya meliputi kegiatan eco preneur seperti
tani dan ternak untuk putra, menjahit dan memasak kue untuk
putri yang diharapkan dapat menjadi bekal bagi santri tersebut
sehingga mampu berkembang menjadi lebih mandiri.
Program-program di Pesantren Insanul Qur’an Bogor
dirancang sedemikian rupa sehingga di dalam proses
pelaksanaanya, santri menerima dukungan yang dapat
meningkatkan kemandiriannya.
Pembimbing pun tidak hanya membimbing para santri
dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an, namun juga memberikan
bimbingan spiritual seperti kajian di hari Sabtu atau pun
mengingat-ngingat sejarah peradaban para nabi yang membuat
santri selalu mengingat Allah di setiap kegiatan yang mereka
laksanakan.128
Dalam kegiatan sehari-hari pun para santri selalu
diberikan informasi secara langsung maupun tidak langsung.
Contohnya seperti pembimbing langsung memberikan informasi
ketika kegiatan berternak bahwa nabi dulunya juga berternak.
128
Observasi di Pesantren Insanul Qur’an Bogor pada Tanggal 28
Juni 2019.
95
Selain itu ada juga tulisan-tulisan yang ditempel di dinding,
seperti kebersihan sebagian dari iman, contoh-contoh kesalahan
dalam sholat.
“fokusnya menghafal tapi juga ingin anak-anak
belajar jahit. Selain itu santri-santri di sini dibina
agar mandiri. Dengan cara semua tugas mereka
kerjakan sendiri. Cuci piring, bersih-bersih
bahkan ini Ummi masak, nanti mereka yang
mencuci piringnya. Santri di sini bahkan tidak
usah di suruh lagi. Mereka liat kakaknya saja
dan terbiasa dengan kegiatan di sini.”129
Pengasuh di Pesantren Insanul Qur’an Bogor juga terlibat
dalam pemberian dukungan kepada para santri. Pengasuh
membina santri yang baru masuk dengan memberikan informasi
mengenai bagaimana cara mencuci baju, mencuci piring,
menyapu sekitar pesantren dan bagaimana cara memasak air.
Pengasuh juga mengarahkan santri agar senantiasa menjaga
kebersihan pesantren dan peka terhadap lingkungan yang kurang
rapih. Pengasuh pun ikut terlibat dalam kegiatan santri sehingga
santri dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh pengasuh.
Orangtua ikut dalam memberikan dukungan berupa
informasi. Hal ini terlihat pada tanggal 29 September 2019 saat
waktu pengjengukkan santri, ada orangtua yang terlihat sedang
memberitahukan anaknya agar disiplin mengikuti perintah dari
para pengurus di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
4. Dukungan Pendampingan
129
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
96
Pendampingan merupakan bentuk hubungan personal
menemani, mengawal, menjadi teman mengisi waktu luang,
rekreasi dan menemani dalam melalui masa-masa sulit.
Pada saat observasi, pembimbing mengatakan bahwa di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor diakhir semesteran selalu
diadakan kegiatan rekreasi bersama para santri. Hal ini dilakukan
sebagai pelepas penat dari beratnya kegiatan menghafal dan
hadiah bagi santri yang sudah melaksanakan semua kegiatan
dengan baik.130
“kalau dari penampilan gak keliatan tapi kalau
belajar baru keliatan kurangnya. Jangankan
belajar, mengerti pergaulan dan mengenal
mata uang itu ya di pondok. Karenakan
semuanya harus dipantaukan seperti mencuci,
menjemur pakaian, keseharian, mereka piket,
awalnya semua harus didampingin tapi lama-
lama mereka belajar sendiri.”131
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan bersama
Ustadzah Syahidah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
adanya bentuk dukungan pendampingan dari pembimbing
maupun pengasuh. Walaupun santri-santri pada dasarnya
diarahkan agar meningkat kemandiriannya, namun pembimbing
dan pengasuh tidak serta merta melepas tanggung jawabnya
sebagai pihak yang memberikan pendampingan kepada santri di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
130
Observasi di Pesantren Insanul Qur’an Bogor pada Tanggal 28
Juni 2019. 131
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 28 Juni 2019
97
Bentuk dukungan pendampingan dari orangtua yaitu
dengan adanya jadwal penjengukkan khusus untuk orangtua,
sehingga orangtua tetap bisa memantau keadaan anaknya di
Pesatren Insanul Qur’an Bogor.
Selain itu pembimbing, pengasuh dan pimpinan yayasan
sekaligus Pesantren Insanul Qur’an Bogor setiap seminggu atau
dua minggusekali, selalu melakukan pertemuan untuk m
embicarakan perkembangan para santri dan melakukan evaluasi
terhadap pembinaan yang dilakukan di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor. Yang dari hasil pengamatan peneliti, perkembangan-
perkembangan tersebut senantiasa di sampaikan kepada
orangtuasetiap kali orangtua menjenguk anaknya.132
B. Dampak Dukungan Sosial terhadap Kemandirian Santri
Duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Menurut Erikson kemandirian merupakan usaha untuk
melepaskan diri dari orangtua untuk menemukan dirinya dengan
perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana
dampak dukungan sosial terhadap kemandirian santri duafa di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Pesantren tersebut terdiri dari santri yang kisaran umurnya
12-17 tahun, yang artinya sudah masuk tahap remaja.Dengan
jumlah santri sekitar 39 santri. Yang terdiri dari 23 santri
132
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
98
perempuan dan 16 santri laki-laki. Dan dari jumlah tersebut
hanya 4 santri perempuan dan 5 santri laki-laki yang membayar
iuran bulanan secara total.
Permasalahan utama remaja duafa adalah banyaknya
hambatan dalam memperoleh obyek yang sangat diinginkannya
dengan jalan yang wajar sehingga mereka mengalami frustasi dan
tekanan batin.133
Sehingga dalam hal ini, peneliti ingin meneliti
sebuah pesantren yang menawarkan sebuah solusi dengan
memberikan dukungan kepada santri duafa agar mereka dapat
meningkatkan kemandiriannya sehingga dapat menjalani
kehidupan lebih baik.
Selain itu permasalahan lain yang dihadapi santri di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor, terletak pada latar belakang
santri duafa tersebut yaitu kebanyakan dari santri berasal dari
keluarga miskin. Saat sedang observasi dan wawancara, peneliti
kerap mendapat jawaban bahwa orangtua kebanyakan bekerja
sebagai buruh. Selain itu santri sebelum masuk ke pesantren juga
ada yang mengalami permasalahan dijauhi oleh teman-temannya,
sehingga ketika di awal masuk pesantren banyak santri yang tidak
mau berpisah dari orangtuanya. Seperti ungkapan dari santri
bernama Novi dan Eka:
“aku suka disindir-sindir sih sama temen-temen,
jadi suka ngelampiasin emosinya ke orang
rumah. Soalnya aku dulu emosian banget
133Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2017), Hal. 89.
99
orangnya. Tapi itu dulu, disini orang-orangnya
baik”134
Dari pernyataan Novi tersebut terlihat bahwa
permasalahan dijauhi oleh temannya itu berupa sindiran yang
Novi terima dari teman-temannya.
“kalau di tempat saya dulu, bodoh bodoh sendiri,
pinter pinter sendiri. Kalau di sini kan walaupun
semuanya di kerjain masing-masing tapi tetap
saling bantu. Dulu saya dijauhin mungkin karena
saya kan orangnya biasa-biasa aja. Dulu saya
juga sering diledekin “Eka kamu bodoh banget
sih. Eka kok kamu lambat banget sih pahamnya”.
Tapi aku dihina gitu malah jadi semangat untuk
bisa. Ya walaupun sedih juga sih.”135
Masalah lain yang dialami oleh santri yaitu ketertinggalan
dari segi pendidikan formal maupun pendidikan dalam keluarga.
Dalam hal ini peneliti mendapati santri-santri yang sulit untuk
dimintai data karena kesulitan tanda-tangan dan masih belum
lancar dalam menulis.
Selain itu santri-santri mengaku, dulunya sangat
ketergantungan dengan keberadaan orangtuanya. Banyak dari
mereka yang bahkan belum bisa melakukan tugas sehari-hari.
“Tadinya males banget dirumah itu, alhamdullah
sekarang sudah bisa bantu-bantu ibu dirumah.
Dari yang dulunya sedikit-sedikit ngambek
134
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 135
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
100
sekarang udah bisa mengontrol, dulu saya
melawan orangtua dan tidak deket orangtua.”136
Dari pernyataan Novi tersebut, ia menyebutkan bahwa ia
kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehinga membuatnya
bergantung dengan keberadaan orangtuanya bahkan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari seperti membantu orangtua.
“Tadinya apa-apa orangtua, alhamdulillah
sekarang sudah bisa mandiri. Soalnya di sini
semuanya kerjain sendiri. Dulu apa-apa sama ibu
dan suka ngomel.”137
“Dulu sekolahnya di rumah.”138
Dari permasalahan-permasalahan tersebutlah, peneliti
meneliti dukungan sosial bagi kemandirian duafa di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor. Yang mengacu pada dukungan yang
diberikan oleh pembimbing, pengasuh dan orangtua. Seperti yang
dijelaskan oleh Ustadzah Syahidah berikut ini:
“Keberadaan seorang pembimbing di sebuah
pesantren itu, bukan hanya sebagai seseorang
yang membina santri dalam menghafal Al-
Qur’an. Tetapi juga sebagai keluarga kedua yang
memberikan dukungan kepada santri agar santri
memiliki akhlak karimah dan juga mampu
136
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 137
Wawancara Siti Nurjanatul Ma’wa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 138
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
101
meningkatkan kemandirian santri sehingga santri
memperbaiki kondisi kehidupannya.”139
Dari penjelasan Ustadzah Syahidah tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembimbing maupun pengasuh di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor membangun iklim kekeluargaan kepada
santri agar mereka merasakan adanya hubungan emosional yang
erat.
“Dukungan dari berbagai pihak di Pesantren
Insanul Qur’an, sangat berpengaruh kepada
santri. Karena santri-santri ini sebelumnya kurang
memperdulikan lingkungannya dan banyak
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di pesantren
sebelumnya tidak pernah dilakukan santri di
rumah. Selain itu sebagian besar santri tidak
percaya diri dan memiliki emosi yang tinggi.
Namun setelah masuk ke pesantren, santri mulai
terbiasa menghadapi permasalahan yang di
temuinya di pesantren sehingga mereka dapat
menemukan solusinya secara mandiri. Bahkan
santri mampu membagikan ilmu-ilmu yang
didapatnya di pesantren kepada anggota
keluarganya yang lain maupun masyarakat di
sekitarnya.140
Selain itu Ustadzah Syahidah tidak pernah membatasi
santri dalam menghafal, karena beliau menyadari bahwa setiap
santri memiliki kemampuan menghafalnya masing-masing.
Beliau juga kerap mengingatkan santri dalam melakukan kegiatan
139
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 140
Wawancara Syahidah Ramadhani Pembimbing Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
102
sehari-hari, mengenai cara berpakaian yang sopan, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan pesantren. Beliau pun
membiasakan santri untuk senantiasa menjaga pergaulan terhadap
lawan jenis.
“penting, dukungan dari keluarga, lingkungan
itu sangat penting. Kalau sendiri gak akan bisa
jalan harus ada dukungan dari orang lain.”141
Berdasarkan penjelasan dari salah satu orangtua di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa orangtua pun juga mulai sadar
bahwa pentingnya dukungan dari kalangan orangtua untuk
meningkatkan perkembangan kemandirian anaknya.
Berdasarkan keterangan yang sudah dijelaskan
sebelumnya dari pembimbing, pengasuh dan orangtua, santri
pada awalnya belum bisa melakukan banyak hal secara mandiri
bahkan belum mengenal huruf dan tidak memahami bagaimana
seharusnya bersikap dengan lawan jenis.
Seperti yang sudah dijelaskan oleh para santri sebelumnya
di atas, santri mengaku bahwa awalnya mereka adalah anak yang
sangat ketergantungan dengan orangtuanya, tidak dapat
mengendalikan emosinya, nakal bahkan tidak mendengarkan
nasihat dari orangtuanya. Namun setelah berproses di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor, santri merasakan banyak perubahan yang
terjadi pada dirinya.
141
Wawancara Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 19 September 2019
103
Karena jauh dari orangtua, santri terbiasa melakukan
segala hal sendiri. Sehingga para santri benar-benar merasakan
bagaimana berartinya keberadaan orangtua dalam hidup mereka.
Hal ini terlihat jelas dari respon santri ketika peneliti mulai
mempertanyakan dukungan terkait orangtua. Beberapa santri
tidak dapat membendung tangisannya sehingga sesi wawancara
pun terasa sangat natural dan informasi yang diberikan pun sesuai
dengan yang mereka rasakan.
Berdasarkan karakteristik kemandirian menurut Erikson,
maka dapat disimpulkan dampak dukungan sosial terhadap
kemandirian santri duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor
adalah sebagai berikut:142
a. Kondisi dimana seseorang memiliki hasrat untuk
bersaing untuk kemajuan dirinya.
Pesantren Insanul Qur’an Bogor, sejak awal didirikannya
memang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian duafa
sehingga mereka memiliki keinginan serta kemampuan untuk
bersaing demi kemajuan dirinya. Hal ini seperti yang ditegaskan
oleh Ummi Tina, yaitu sebagai berikut:
“Pada dasarnya Pesantren Insanul Qur’an Bogor
kan memang diarahkan untuk meningkatkan
kemandirian santri duafa, karena memang dari
awal kakak saya (Ummi Aan) beserta teman-
temannya memperjuangkan kaum duafa agar
mampu mengubah kehidupannya dengan tetap
berpegang teguh pada ilmu Al-Qur’an. Bahkan
142M. Hosnan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bogor: Galia
Indonesia, 2016), Hal. 185.
104
awal-awalnya mereka langsung turun ke jalan
mencari satu persatu anak duafa untuk di bina
menjadi santri.”143
Hal ini semakin diperjelas oleh santri-santri yang
diwawancarai. Menurut pengakuan mereka sudah mengalami
perubahan selama menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an.
Pada penjelasannya, mereka yang tadinya tidak memperdulikan
mengenai apa yang akan terjadi nantinya, sekarang sudah
memiliki cita-cita dan keinginan untuk menjadi seseorang yang
jauh lebih baik. Berikut merupakan hasil wawancara:
“lebih keperubahan jadi lebih baik lagi.”144
Makwa mengatakan bahwa hasrat untuk bersaing dalam konteks
kemajuan pada dirinya lebih pada perubahan dirinya menjadi
lebih baik.
“iya ada. Karena dari sekolah yang dulu saya
sering dibilangin “lama, belajarnya payah”.
Saya juga pernah berhenti sekolah dan
akhirnya saya kerja. Akhirnya dari diri saya
sendiri terdorong untuk bisa lebih dari yang
lain.”145
Eka mengatakan bahwa kondisi yang terjadi membuat
dirinya semakin terdorong untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya
143
Wawancara Yatina Erawati Petugas Pesantren Insanul Qur’an
Bogor pada Tanggal 28 Juni 2019 144Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 145
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
105
“iya. Pengen jadi lebih baik dari temen-
temen. Dan pengen berdakwah jadi kiyai.
Mau berdakwah sampai keluar negeri. Mau
jadi kayak Habib Mudzir.”146
Dari ketiga hasil wawancara tersebut, maka dapat
disimpulkan adanya keinginan untuk menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya. Beberapa anak yang mendapat tekanan seperti
dijauhi oleh teman-temannya, justru menjadi termotivasi untuk
mampu keluar dari permasalahan yang dihadapinya dan terfokus
pada kemajuan dirinya.
b. Mampu menentukan keputusan dan inisiatif dalam
menghadapi masalah.
Seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan-penjelasan
sebelumnya, bahwa santri-santri pada awalnya tidak memiliki
kepekaan yang cukup baik terhadap kondisi lingkungan tempat
tinggalnya. Namun di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, santri-
santri dibina kepekaannya terhadap permasalahan yang terjadi
disekitarnya sehingga mereka mampu menentukan dan
berinisiatif sendiri dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapinya. Seperti hasil wawancara berikut ini:
“iya. Contohnya kalau dulu pada susah buat
bangun sholat malam, sekarang karena sudah
dibiasain saya bangunin jadi terbiasa.”147
146
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019 147
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
106
Seperti selayaknya remaja biasa, mereka juga mengalami
yang namanya kesulitan ketika harus bangun di tengah malam
untuk melaksanakan sholat sunnah. Namun dari hasil wawancara
di atas maka dapat disimpulkan bahwa santri lain yang melihat
permasalahan ini setelah menjadi santri di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor, ia lebih peka terhadap permasalahan tersebut dan
akhirnya memiliki inisiatif sendiri untuk memberikan solusi
terhadap permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu berikut
merupakan hasil wawancara dengan santri lainnya:
“iya karena di sini berfikir sendiri jadi suka
ide-ide muncul. Contohnya dulu gak ada
pelajaran Bahasa Arab, sejak saya saranin ke
ustadzah jadi ada pelajaran Bahasa Arab.”148
Salah satu santri bernama Eka mengaku bahwa
pembiasaan mengerjakan segala sesuatu sendiri di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor, membuat ide-ide bermunculan. Salah satu
idenya adalah mempelajari Bahasa Arab dan akhirnya ia
berinisiatif untuk menyarankan hal tersebut kepada para
pembimbing sehingga sekarang santri selain menghafal tapi juga
dapat memahami apa yang mereka hafalkan.
“iya. Sekarang pengen punya kuburan
wakaf.Separuh untuk wakaf separuh untuk
keluarga. Pernah juga berinisiatif sendiri cuci
piring malem-malem tanpa di suruh.”149
148
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 149
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
107
Santri lain bernama Faris pun tadinya merupakan santri
yang sangat pemalu dan ketergantungan dengan orangtuanya.
Namun setelah menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor,
ia sudah mampu mengambil keputusan sendiri. Seperti pada hasil
wawancara di atas bahwa ia bahkan pernah berinisiatif sendiri
untuk mencuci piring tanpa disuruh.
c. Memiliki kepercayaan diri dan mampu mengerjakan
tugas-tugasnya.
Terkait kepercayaan diri santri duafa di Pesantren Insnaul
Qur’an, dari pihak pembimbing, pengasuh bahkan orangtua sudah
memberikan bentuk dukungan kepercayaan kepada santri. Seperti
yang sudah dibahas pada penjelasan mengenai dukungan sosial
yang diterima santri di atas, bahwa kepercayaan akan membentuk
santri yang percaya diri dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Berikut merupakan hasil wawancara dengan beberapa santri
mengenai perubahan pada kepercayaan diri mereka:
“insya Allah bisa, soalnya ustadz
ustadzahnya pada membantu. Yang paling
sering itu permasalah pertemanan sering
terjadinya konflik, tapi karena tinggal 1
atap, mau lari nggak bisa ya akhirnya lama-
lama bisa menyelesaikan sendiri.”150
Novi mengatakan bahwa kondisi pesantren membuatnya
terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan secara mandiri.
150
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
108
“iya karena hinaan-hinaan yang aku terima.
Aku terdorong banget. Bahkan ustadzah,
ummi sering ngasih kepercayaan untuk
membimbing santri-santri yang lain.”151
Eka menjelaskan bahwa mereka sekarang memiliki
kepercayaan diri dalam menghadapi permasalahan mereka.
Pasalnya ada dukungan dari pembimbing serta pengasuh
sehingga mereka terdorong untuk semakin percaya diri dalam
menyelesaikan secara mandiri permasalahan yang mereka hadapi.
Dan berikut hasil wawancara dengan santri lainnya:
“percaya diri. Tapi sebenernya ana pemalu
pada awalnya tapi lama-lama kalau kenal
percaya diri.”152
Pada wawancara tersebut, Ma’wa mengatakan bahwa ia
awalnya merupakan santri yang pemalu. Namun bila sudah akrab
dengannya, ia merupakan santri yang percaya diri. Hal ini terlihat
jelas karena pada saat pertama kali diajak berbicara oleh peneliti,
Ma’wa hanya senyum-senyum sambil menundukkan
pandangannya.
“makin percaya diri karena mau masukkin
orangtua ke dalam syurga.”153
Berdasarkan hasil wawancara dengan Faris, ia
mengatakan bahwa ia semakin percaya diri setelah menjadi santri
151
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 152
Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 153
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
109
di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Hal ini semakin diperkuat
dari keterangan salah satu orangtua yang mengatakan:
“Farhan sekarang udah bagus banget
perubahannya mba. Dulu dia itu kemana-
mana sendiri, gak bisa apa-apa dia itu
dulunya waktu awal-awal nyantri. Tapi
sekarang udah bagus banget mba, setelah
masuk pesantren jadi lebih dekat sama
orang lain dan rajin lagi dia.”154
Dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan kepercayaan
diri Faris. Dari yang tadinya kemana-mana sendiri dan tidak bisa
apa-apa, sekarang ia sudah menjadi lebih percaya diri.
d. Memiliki sikap tanggung jawab atas apa yang
dilakukan.
Santri-santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, memang
diajarkan untuk mengerjakan segalanya secara mandiri dan
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor.
Hal ini dilakukan agar terbina sikap tanggung jawab santri
sehingga dalam kehidupannya setelah lulus dari Pesantren
Insanul Qur’an Bogor, mereka tidak melakukan hal-hal yang
akan mereka sesali nantinya. Kepercayaan yang terbentuk setelah
menjadi santri, dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini:
“karena saya kan otaknya lambat, saya
paling lambat menghafal dari pada yang lain.
Tapi saya tetap semangat. Justru ketika yang
154Warniti Orang Tua Santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor pada
Tanggal 19 September 2019
110
lain tidur, saya jam 2 bagun untuk
menghafal.”155
Pada hasil wawancara dengan Eka tersebut dapat
disimpulkan, Eka merasa bertanggung jawab atas pilihannya
untuk menjadi santri sehingga ia berusaha dengan keras tetap
semangat dalam menghadapi masalahnya.
“iya. Karena sayang sama orangtua dan
berbakti sama keluarga.”156
Faris merupakan salah satu santri yang memiliki
perubahan yang baik ketika berada di Pesantren Insanul Qur’an
Bogor. Pasalnya ia menjadi santri yang selalu mengedepankan
agama dalam bertingkah laku. Seperti hasil wawancara di atas,
Faris mulai menyadari bahwa ia bertanggung jawab atas
keluarganya sehingga ia menyayangi dan ingin senantiasa
berbakti kepada orangtuanya.
Bahkan pada tanggal 22 September 2019, peneliti melihat
ada seorang santri yang terlihat sibuk sendiri tapi secara mandiri
merapihkan sendal-sendal orangtua yang sedang berkunjung dan
ternyata santri tersebut adalah Faris. Ketika ditanya mengapa ia
melakukan hal itu, katanya karena tidak enak kalau pembimbing
dan pengasuh melihat berantakan dan saat itu sedang ada ketua
pesantren.
155
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 156
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
111
Dalam hal ini dapat disimpulkan adanya perubahan dalam
aspek memiliki sikap bertanggung jawab karena merasa memiliki
tanggung jawab dalam menjaga kebersihan pesantren sehingga
tanpa disuruh ia langsung bergerak sendiri.
Berdasarkan karakteristik-karakteristik kemandirian
menurut Erikson di atas, maka dapat disimpulkan bahwa santri-
santri duafa di Pesantren Insanul Qur’an Bogor mengalami
perkembangan pada kemandiriannya. Hal ini semakin diperkuat
oleh pengakuan santri duafa yang diwawancarai oleh peneliti,
yaitu sebagai berikut:
“iya kak. Tadinya apa-apa orangtua,
alhamdulillah sekarang mah sudah bisa
mandiri.”157
Novi menjelaskan bahwa ia sudah merasakan perubahan
pada kemandiriannya menjadi lebih mandiri dari sebelumnya.
“dulu apa-apa sama ibu dan suka ngomel,
kalau di sini apa-apa sendiri walaupun
masih ada manja-manjanya. Dan sekarang
kalau mau pulang kerumah alhadulillah
sudah bisa membantu ibu di rumah.”158
Makwa pun menjelaskan bahwa dulunya ia adalah anak
yang manja namun karena pembinaan di pesantren, ia menjadi
lebih mandiri.
157
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 158
Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
112
“iya kan disini tanpa orangtuanya semua
jadi harus berfikir sendiri. Disini ide-ide
baru muncul gitu. Saya kan orangnya lama
gitu kalau memahami, di sini dibantu
banget. Dulu saya juga gak pake hijab, tapi
sekarang baru tau kalau 1 helai rambut aja
dosa. Suara, adab, akhlak, lebih sayang
juga sama orangtua, bisa sedikit-sedikit
ngerubah orangtua karena ibu saya susah
banget kalau sholat. Tapi sayang ajak
bukan nyuruh karena sebelum berdakwah
keluar, berdakwah dulu di keluarga.”159
Eka merasa banyak perubahan setelah ia menjadi santri di
Pesantren Insanul Qur’an Bogor terutama pada kemandiriannya.
“dari SD malas-malasan. Sekarang suka
bantu-bantu. Kalau berantakan suka
rapihin.”160
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa santri
duafa tersebut dapat disimpulkan bahwa dulunya santri sangat
bergantung dengan keberadaan orangtuanya, namun mereka
sudah mengalami peningkatan dalam kemandiriannya. Bahkan
dengan menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor selain
meningkatkan pengetahuan keagamaan mereka, mereka juga
semakin sadar akan keberfungsian dirinya di lingkungannya
sehingga diharapkan mereka dapat memiliki kehidupan yang
lebih baik.
159
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 160
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
113
Dukungan yang diberikan baik dalam segi material,
emosional, penghargaan, informasional maupun pendampingan
menghasilkan peningkatan kemandirian santri baik dalam aspek
pengendalian emosionalnya maupun tingkah lakunya.
Hal ini terlihat dari temuan peneliti bahwa setiap sholat
santri selalu merapatkan kakinya setiap kali berdiri. Mereka juga
selalu berdoa bersama sambil berhadap-hadapan tanpa disuruh
lagi, mereka juga senantiasa kuliah tujuh menit setiap selesai
sholat ashar walaupun ada atau tidak ada pembimbing. Bahkan
santri terlihat merapihkan sendal dari orangtua yang berkunjung
tanpa disuruh oleh siapapun. Berikut merupakan jawaban yang
dijelaskan oleh beberapa santri :
“alhamdulillah nyaman, karena guru-guru
pembimbing, temen suka memotivasi kalau
ana lagi sedih. Kalau ana sedih-sedih guru-
gurunya, pembimbing dan semuanya
nyemangatin ana.”161
Makwa menjelaskan bahwa semua yang berada di
pesantren senantiasa mendukung dalam kemajuan dirinya.
“nyaman karena disini kita semua berubah
bareng-bareng dan kebersamaan. Mereka
menjadi pendorong, memotivasi dan
seneng banget di sini jadi banyak
kegiatannya.”162
161
Wawancara Siti Nurjanatul Makwa Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 162
Wawancara Novia Romdona Hakim Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019
114
Novi pun juga menjelaskan bahwa dengan adanya
kebersamaan di Pesantren Insanul Qur’an Bogor pun menjadikan
dorongan tersendiri untuk kemajuan dirinya.
“walaupun ustadzahnya pada geregetan
sama saya karena otak saya lambat. Tapi
mereka selalu membantu saya, menghargai
kemampuan hafalan saya. Awalnya kan
masih penyesuaian, belum ngerti. Awalnya
kaget gitu, kalau di sini mau gak mau kita
harus bisa sendiri. Awalnya terpaksa, lama-
lama terbiasa dan insya Allah luar
biasa.”163
Eka menyatakan bahwa ia sangat kesulitan dalam
mempelajari sesuatu namun para pembimbing senantiasa
memberikan dukungan kepadanya.
“Nyaman, pembimbing sangat ngebantu,
apalagi ngebantu dalam talaqi surat. Pernah
juga curhat juga karena susah ngaji, pengen
pinter dan orangtua.”164
Dari beberapa pernyataan di atas dapat dilihat bahwa
santri pun mengalami kesulitan tersendiri di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor sehingga mereka membutuhkan dukungan dari
semua yang berkontribusi dalam menjalankan lingkungan
pesantren karena memang waktu mereka dihabiskan hanya
berada di dalam Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
163
Wawancara Eka Novi Supriyatin Santriwati Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada Tanggal 19 September 2019 164
Wawancara Faris Rantisi Santri Pesantren Insanul Qur’an Bogor
pada Tanggal 19 September 2019
115
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan,
maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh pembimbing,
pengasuh dan orangtua kepada santri duafa di Pesantren
Insanul Qur’an Bogor yaitu dukungan material, dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional
maupun dukungan pendampingan.
2. Dampak dukungan sosial terhadap kemandirian santri duafa
di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, bersifat positif untuk
kemandirian. Artinya, adanya dukungan sosial menjadikan
santri duafa menjadi lebih mandiri.
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini menjadi gambaran nyata bahwa
dukungan sosial sangat penting bagi duafa sebagai salah satu cara
meningkatkan kemandirian mereka. Hasil dari penelitian
diharapkan dapat menjadikan para penyuluh khususnya
mahasiswa bimbingan dan penyuluhan Islam, semakin
memahami kebutuhan duafa dan cara penanganannya sehingga
para duafa dapat berkembang dan memiliki kehidupan yang lebih
baik. Serta hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat
sebagai penginformasian bagi Pesantren Insanul Qur’an Bogor
untuk memberikan pelayanan pemberdayaan yang semakin baik.
116
C. SARAN
Berdasarkan kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh
peneliti di Pesantren Insanul Qur’an Bogor, peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran kepada pesantren: Dukungan Sosial yang diberikan
kepada santri sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dan sebaiknya
program-program yang sudah dirancang harus lebih
dimaksimalkan pelaksanaan kegiatannya sehingga santri
duafa benar-benar merasakan manfaat dari program-program
yang dirancang tersebut.
2. Saran kepada orangtua: Dukungan yang diterima dari
orangtua hendaknya lebih ditingkatkan lagi. Mengingat
bahwa dukungan dari orangtua berpengaruh besar pada
peningkatan kemandirian santri duafa.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.Asrori, Ali. 2016. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.Azwar, Saifuddin. 2017. Metode Penelitian Psikologi. Bandung:
Pustaka Pelajar.[BPS] Badan Pusat Statistik. Profil Kemiskinan di Indonesia.
(Internet) diakses pada 15 Juli 2019. Tersedia pada:https://www.bps.go.id
[Depag RI] Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an danTerjemahannya. Bandung: PT Syaamil.
Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:Bumi Aksara.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Pendekatan Kualitatif. Jakarta:Salemba Humanika.
Hosnan, M. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bogor: Galia Indonesia.
Indrawan, Rully, Poppy Yaniawati. 2014. Metodologi Penelitian.Bandung: Refika Aditama.
Kholilurohmah, Syifa Akmalia. 2019. Dukungan Sosial danMotivasi dalam Beribadah pada Lansia di Pondok LansiaBedikari Tangerang. Jakarta: UIN Jakarta.
Kartono, Kartini. 2017. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
King, Laura A. 2010. The Science of Psychology: AnAppreciative View. Jakarta: Salemba Humanika.
Maleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:Bumi Aksara.
Marheni, Krisna Indah. 2017. Art Therapy bagi Anak SlowLearner. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Martono, Nanang. 2016. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:Rajawali Pers.
Muhsin. 2014. Menyayangi Dhuafa. Jakarta: Gema Insani.Muis, Abdul. 2015. Pengaruh Dukungan Sosial dan Bimbingan
Agama Islam terhadap Kepercayaan Diri PenyandangTunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Jakarta: UIN Jakarta.
Mutiah, Sri Ayu Miswatul. 2019. Pengaruh Dukungan Sosial
Teman Sebaya terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII-
1 SMP Negeri 5 Seruway Aceh Tamiang Tahun Ajaran
2018/2019. Medan: UIN Sumatra Utara.
Najmi, Muhammad Irfan. 2018. Peran Pengasuh dalamPembinaan Kemandirian Anak Yatim di Rumah Yatim Ar-Rohman Bintaro. Jakarta: UIN Jakarta.
[Ponpes ETIQ] Profil Pondok Pesantren Eco Tahfizh InsanulQur’an. Yayasan Pemberdayaan Ummat Dian Kahuripan.
Rachmiwanti, Vira, Hartosujono. 2015. Hubungan antaraDukungan Sosial dengan Kemandirian pada PenyandangTuna Daksa di Pusat Rehabilitasi Terpadu PenyandangCacat Bantul. Yogyakarta: Universitas SarjanawiyataTamansiswa Yogyakarta. Jurnal Psikologi (5) 2: 1.
Sarafino, Edward, Smith, Timoty W. 2011. Health Psychology.US: Jhon Willey & Sons Inc.
Silvia, Ahriani. 2018. Dukungan Sosial bagi Kemandirian Wariapada Rumah Singgah Waria Anak Raja, Depok. Jakarta:UIN Jakarta.
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ummah, Khurul Aimmatul. 2018. Pola Implementasi AlokasiZiswaf Dalam Penyediaan Akses Pendidikan Bagi KaumDhuafa. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Wibowo, Istiqomah, Dkk. 2013. Psikologi Komunitas. Depok:LPSP3.
Yuningsih, Ratna. 2018. Analisis Perkembangan Kemandirianpada Anak Autis di Sekolah Khusus Putra-Putri MandiriCiputat. Jakarta: UIN Jakarta.
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT BumiAksara.
SURAT KETERANGAN
Nomor: 001/SK-MHS/XI/2019
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hasantoha Adnan
Jabatan : Pimpinan Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Dengan ini menerangkan bahwa :
NO Nama NIM
1 Sahvilla Meutia Sari 11150520000024
Mahasiswi tersebut telah melaksanakan penelitian skripsi dengan judul “Dukungan Sosial Bagi
Kemandirian Duafa Di Pesantren Insanul Qur’an Bogor“ bertempat di Pesantren Insanul
Qur’an Bogor pada bulan Juni s/d Oktober 2019.
Demikian surat keterangan ini, agar digunakan sebagaimana mestinya.
Depok, 7 November 2019
Pimpinan Pesantren,
Hasantoha Adnan Syahputra, SSos, Msi
PEDOMAN WAWANCARA PEMBIMBING
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Syahidah Ramadhani
Usia : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Perempun
Asal : Bekasi
Tempat wawancara : Di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakangpendidikan).Jawaban: Syahidah Ramadhani, 6 Februari 1995 diBekasi. Lagi ngejalanin kuliah di Sekolah TinggiUshuluddin di Darul Hikmah.
2. Bagaimana keakraban hubungan antara pembimbingdengan santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: sangat akrab mba. Bahkan kalau misalnya kamisakit, santri-santrinya nanti khawatir. Biasanya santrinyanyariin dan seperti kehilangan.
3. Apa yang ini dikembangkan di Pesantren Insanul Qur’anBogor selain menghafal Al-Qur’an?Jawaban: sebenernya dari pesantren, santri-santri inidiarahkan untuk bisa merealisasikan ilmu yang merekadapat di pesantren dengan menerapkan dengan pekerjaanmereka nantinya. Santri-santri dibimbing agar merekabekerja bukan hanya untuk materi tapi karena merekasenang mengerjakannya. Sehingga tentu di sini tuhmereka selain menghafal juga dibina kemandiriannya.
4. Seberapa penting dukungan terhadap santri dalam prosesmeningkatkan kemandiriannya?
Jawaban: sangat penting mba. Karena ya tadi mereka kandi sini sudah capek menghafal walaupun mereka tidakpernah mengeluh tapi kan sudah tugas kita untukmenyemangati mereka.
5. Apa bentuk dukungan yang diberikan pembimbing kepadasantri untuk meningkatkan kemandiriannya?Jawaban: kalau menghafal didukung dengan cara talaqi.Menghafal satu ayat satu ayat, kalau sudah bagussantrinya menghafal sendiri. Atau ngasih-ngasih motivasidan pernah ngedatangin motivator. Memberikaninformasi-informasi dengan konsep pembiasaan sepertimereka harus biasa pakai kaos kaki, menjaga pakaianmereka karena kan di sini banyak masyarakat yang lewat-lewat. Di biasakan sholat jama’ah.
6. Apakah pembimbing menghormati santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban: iya. Seperti santri yang paling tua kita kasihkepercayaan untuk mengurusi adik-adik santrinya. Untukmenghormati dia karena dia lebih tua dari pada yang lain.
7. Apakah pembimbing menghargai santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban: kami juga menghargai santri-santri ini. Sepertiyang mba tau bahwa tidak semua dari santri-santri ini bisamembayar tapi karena keinginan yang kuat dari merekauntuk nyantri dan berubah jadi lebih baik lagi. Kamimenghargai hal tersebut.
8. Apakah pembimbing mencintai santri di Pesantren InsanulQur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:iya karena memang di sini kan lingkupnya keciljadi kami seperti keluarga sendiri mba.
9. Apakah pembimbing memperhatikan santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?
Jawaban:di sinikan lingkupnya kecil jadi kalau ada apa-apa berasa juga di merekanya. Kalau kitanya gakmemperhatikan mereka nanti mereka ngerasa dicuekin.Jadi bentuk bimbingannya itu harus sering bangetngingetin dan kita gak boleh lelah untuk itu karenagimana pun mereka kan kadang juga ngerasa capek.
10. Apakah pembimbing di Pesantren Insanul Qur’an Bogormembuat santri merasa aman dan jelaskan seperti apacontohnya?Jawaban: iya. Contohnya seperti kita tidak melepaskansantri kita begitu saja. Setelah lulus mereka masih kitaarahkan agar mendapatkan pekerjaan yang sesuai denganmereka.
11. Apa saja perkembangan yang terlihat dari santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor yang terkait dengankemandirian santrinya?Jawaban: kalau dari pakaian kan sangat keliatan misalnyapakai kerudung. Kalau dari kelakuan, mereka yangtadinya gak peka gak perduli bahkan yang tadinya gakbisa ngapain-ngapain di rumah gak pernah kerja apa. Danpekerjaan yang tadinya belum pernah mereka kerjain jadibisa mereka kerjain sendiri di sini. Bahkan ada yang udahbisa berbagi ilmunya di rumah dan sekarang mereka jugabisa jaga diri. Sama orang tua juga lebih ngerti. Di sininyajuga mereka tadinya cengeng dan emosian jadi lebih bisamengerti orang lain, mungkin karena di sini hidupnyabareng-bareng jadi lebih bisa memaklumi sama oranglain.
PEDOMAN WAWANCARA PENGASUH
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Yatina Erawati
Usia : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempun
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakangpendidikan).Jawaban: Yatina Erawati. Lahir di Jakarta 17 April 1973.Lulusan Aliya.
2. Bagaimana keakraban hubungan pengasuh dengan santridi Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: ya kayak yang mba liat aja. Santri-santri di sinideket semua.
3. Apa yang ini dikembangkan di Pesantren Insanul Qur’anBogor selain menghafal Al-Qur’an?Jawaban: fokusnya menghafal tapi juga ingin anak-anakbelajar jahit. Selain itu santri-santri di sini dibina agarmandiri. Dengan cara semua tugas mereka kerjakansendiri. Cuci piring, bersih-bersih bahkan ini Ummimasak, nanti mereka yang mencuci piringnya. Santri disini bahkan tidak usah di suruh lagi. Mereka liat kakaknyasaja dan terbiasa dengan kegiatan di sini.
4. Seberapa penting dukungan terhadap santri dalam prosesmeningkatkan kemandiriannya?Jawaban: sangat penting. Karena kadang kan santri capek,ngeluh tapi ya kita nguatin aja. Selain itu kan memang
niatnya agar mereka mandiri di sini biar nanti di luarmereka bisa bantu orang tuanya.
5. Apa bentuk dukungan yang diberikan pengasuh kepadasantri untuk meningkatkan kemandiriannya?Jawaban: dengan cara pembiasaan. Santri-santri di sinidibiasakan mengerjakan semuanya sendiri. Selain itudiberi contoh juga, lama-lama mereka mengikuti.
6. Apakah pengasuh menghormati santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban: oh iya. Setiap santri kan punya privasinyasendiri, di sini kita setarakan sikap ke santrinya biarmereka gak merasa di beda-bedakan.
7. Apakah pengasuh menghargai santri di Pesantren InsanulQur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban: iya seperti bila mereka cuma bisa menyetorkanhafalan sedikit, kita tidak memaksakan karena kansemuanya punya tingkatan kekuatan hafalan yangberbeda-beda jadi ya kita hargai berapapun yang merekahafal.
8. Apakah pengasuh mencintai santri di Pesantren InsanulQur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban: iyalah mba, kalau kita tidak mencintai santriuntuk apa kita memohon ketua yayasan untuk kembalimenaungi pesantren. Karena kan pesantren juga gakpunya banyak biaya jadi ya dari kita cari bantuan gitu dariorang-orang.
9. Apakah pengasuh memperhatikan santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban: iya. Misalnya kalau mereka lagi sakit, ya gakkita paksakan untuk mengerjakan tugas harian mereka. Disinikan mereka di niatkan untuk ibadah.
10. Apakah pengasuh di Pesantren Insanul Qur’an Bogormembuat santri merasa aman dan jelaskan seperti apacontohnya?Jawaban: iya contohnya seperti kami pisahkan tempatsantri laki-laki dan perempuan. Selain itu mba tau kanyang dari Aceh. Itu kan mereka gak punya biaya karenaemang niatnya ke sini untuk masuk sekolah denganbeasiswa dan ternyata sampai sini gak dapat beasiswanya,jadi ya kami yakinkan mereka bisa di sini aja sampaimereka sukses dan bisa pulang ke Aceh dengan uangmereka sendiri.
11. Apa saja perkembangan yang terlihat dari santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor yang terkait dengankemandirian santrinya?Jawaban: oh banyak mba. Dulunya mah masih padamanja sama orang tuanya. Nempel aja waktu awal-awal tutapi sekarang mba bisa liat sendiri, santri-santri pada rajin,gak ada yang di suruh-suruh lagi. Udah pada tau apa yangharus mereka lakuin.
PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Warniti
Usia : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Pemalang
Tempat wawancara : Di Pesantren Insanul Qur’an Bogor
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan pekerjaan).Jawaban: ibu sartini, Pemalang, 15 Juni 1974, pekerjaandangang. tau pesantren dari teman.
2. Anak menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogorkarena keinginan sendiri atau orang tua? (alasannya)Jawaban: dua-duanya. Kalau orang tuanya yang mauanaknya gak mau kan percuma gak bakal berjalan.Awalnya tau pesantren ini dari teman.
3. Menurut ibu/bapak, dukungan itu merupakan hal yangpenting atau tidak bagi anak selama menjadi santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: penting, dukungan dari keluarga, lingkunganitu sangat penting. Kalau sendiri gak akan bisa jalanharus ada dukungan dari orang lain.
4. Dukungan seperti apa yang ibu/bapak berikan agar anaksenantiasa bersemangat menjalani aktifitasnya diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: harus meniatkan karna Lillahi Ta’ala, pokotnyasemangat terus, jangan karna takut sama mama, kalautakutnya sama mama kan gak bisa kalau mamanya gakada berarti dia gak takut, tapi kalau takutnya sama Allah
selalu ada yang ngawasin. Harus punya target gimanakedepan.
5. Apakah ada perubahan perilaku pada anak setelahmenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: awal kepesntren kan masih anak-anak kalusekarang kan udah mulai mandiri udah bisa masaksendiri, cuci banjo sendiri.
6. Apa harapan bapak/ibu kepada anak selama menjadisantri di Pesantren Insanul Bogor?Jawaban: biar menjadi anak yang berguna, buat orangtua, agama Negara, sukses dunia akhirat.
PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Samiati
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Bogor
Tempat wawancara : Di Pesantren Insanul Qur’an Bogor
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan pekerjaan).Jawaban: Samiati, waduh gak ingat mbak, 50 tahun kira-kira umur saya, saya kadang buruh.
2. Anak menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogorkarena keinginan sendiri atau orang tua? (alasannya)Jawaban: dua-duanya. Soalnya kan banyak kertas ituuntuk dia, dia pilih yang mana, yaudah alhamdulillahmaunya disini. Lagian Pesantren Insanul Qur’an Bogoritu kan Alhamdulillah pesantrennya mempermudah untukpembiayaannya. Udah itu mbak, jaman sekarang ngeri.Di tempat saya tu tingkah remajanya macam-macam.Remajanya disana tu banyak yang mabuk-mabukkan,pakai anting laki-lakinya, ada juga pergaulan bebas.
3. Menurut ibu/bapak, dukungan itu merupakan hal yangpenting atau tidak bagi anak selama menjadi santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: penting.
4. Dukungan seperti apa yang ibu/bapak berikan agar anaksenantiasa bersemangat menjalani aktifitasnya diPesantren Insanul Qur’an Bogor?
Jawaban: ya saya dukung aja, yang penting anak sayajadi anak baik. Atau kalau disini bawain makanan danjenguk, karena kan rindu.
5. Apakah ada perubahan perilaku pada anak setelahmenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: ya samalah mba kayak yang tadi juga.Alhamdulillah sekarang udah bisa bantu-bantu.
6. Apa harapan bapak/ibu kepada anak selama menjadisantri di Pesantren Insanul Bogor?Jawaban: biar jadi anak yang bener.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Novya Romdona Hakim
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempun
Asal : Depok
Tempat wawancara : Di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, latar belakangpendidikan, nama orang tua dan pekerjaan).Jawaban: nama saya Novia Romdona Hakim biasa dipanggil Novi, lahir di Depok 1 November 2003. Sayalulus dari SDN di Tapos kota Depok. Nama bapak sayaLukman Hakim dan ibu saya Nur Hayati.Kerjanya ituburuh bengkel kalau ibunya ibu rumah tangga.
2. Bagaimana keakraban hubungan antara kamu denganpembimbing serta pengasuhdi Pesantren Insanul Qur’anBogor?Jawaban: sangat baik karena ustadz dan ustadzah disinibaik-baik semua.
3. Apa saja kegiatan sehari-hari kamu di Pesantren InsanulQur’an Bogor?Jawaban: kalau hari senin sampai jum’at nih. Macam-macam adasholat malam, sholat wajib lalu mengajisetelah itu piket, setoran hafalan, kultum dan setelah itubebas. Jam setengah 10 malam tidur.
4. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut meningkatankemandirian kamu?Jawaban: iya kak. tadinya apa-apa orang tua,alhamdulillah sekarang mah sudah bisa mandiri.
5. Apa saja perubahan dari dirimu yang kamu rasakan,berkembang menjadi lebih baik?Jawaban: dari yang tadinya males banget dirumah itu,alhamdullah sekarang sudah bisa bantu-bantu ibudirumah. Dari yang dulunya sedikit-sedikit ngambeksekarang udah bisa mengontrol, dulu saya melawan orangtua dan tidak deket orang tua.
6. Apakah kamu memiliki inisiatif dan mampu menentukankeputusan sendiri dalam menghadapi masalah?Jawaban: iya. Contohnya kalau dulu pada susah buatbangun sholat malam, sekarang karena sudah dibiasainsaya bangunin jadi terbiasa.
7. Apakah kamu memiliki keinginan dalam bersaing untukkemajuan dirimu?Jawaban: iya.
8. Apakah kamu percaya diri dalam menyelesaikan tugas diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: insya Allah bisa, soalnya ustadz ustadzahnyapada membantu.
9. Apakah kamu sudah mampu bertanggung jawab terhadapapa yang kamu lakukan?Jawaban: insyaAllah sudah bisa kak.
10. Kesulitan apa yang kamu rasakan disini dan bagaimanakamu menyikapinya?Jawaban: yang paling sering itu permasalah pertemanansering terjadinya konflik, tapi karena tinggal 1 atap, maulari nggak bisa ya akhirnya lama-lama bisa menyelesaikansendiri.
11. Apakah kamu nyaman tinggal disini?Jawaban: nyaman karena disini kita semua berubahbareng-bareng dan kebersamaan.
12. Apakah pembimbing dan pengasuh di sinimemberikankamu dukungan baik secara emosional, material,penghargaan, informasional dan pendampingan?Jawaban: iya, mereka menjadi pendorong, memotivasidan seneng banget di sini jadi banyak kegiatannya.
13. Apakah orang tua memberimu dukungan selama kamumenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: iya, didukung banget dan berarti banget buatsaya.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Siti Nurjanatul Ma’wa
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempun
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, latar belakangPendidikan dan nama orang tua).Jawaban:nama ana siti nurjanatul makwa biasa di panggilmakwa, lahir 7 Maret 2006 di Depok. Sekolahnya pindah-pindah karena mengikuti orang tua, sampai kelas 4 nya diJakarta selanjutnya di Cileungsi, ana kelas 5 SD, ayah anasudah meninggal sejak kelas 5 SD, nama almarhum ayahSainandri dan ibu Yati.
2. Bagaimana keakraban hubungan antara kamu denganpembimbing serta pengasuh di Pesantren Insanul Qur’anBogor?Jawaban:dekat sama semuanya soalnya kalau ana sedihselalu di semangatin.
3. Apa saja kegiatan sehari-hari kamu di Pesantren InsanulQur’an Bogor?Jawaban: kegiatan sehari-hari sama seperti yang lain,menghafal, cuci piring, masak air, rapih-rapih, hari sabtubiasa ditambah belajar matematika, Bahasa Inggris,Bahasa Indonesia, kalau minggu biasanya bebas dankunjungan orang tua biasanya, kegiatan di luar.
4. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut meningkatankemandirian kamu?
Jawaban: iya banyak kak. Tadinya apa-apa orang tua,alhamdulillah sekarang sudah bisa mandiri.Soalnya di sinisemuanya kerjain sendiri.
5. Apa saja perubahan dari dirimu yang kamu rasakan,berkembang menjadi lebih baik?Jawaban: perubahan, dulu apa-apa sama ibu dan sukangomel, kalau disini apa-apa sendiri walaupun masih adamanja-manjanya. Dan sekarang kalau mau pulangkerumah alhadulillah sudah bisa membantu ibu di rumah.
6. Apakah kamu memiliki inisiatif dan mampu menentukankeputusan sendiri dalam menghadapi masalah?Jawaban: iya bisa.
7. Apakah kamu memiliki keinginan dalam bersaing untukkemajuan dirimu?Jawaban: lebih keperubahan jadi lebih baik lagi.
8. Apakah kamu percaya diri dalam menyelesaikan tugas diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: percaya diri. Tapi sebenernya ana pemalu padaawalnya tapi lama-lama kalau kenal percaya diri.
9. Apakah kamu sudah mampu bertanggung jawab terhadapapa yang kamu lakukan?Jawaban: iya, bertanggung jawab.
10. Kesulitan apa yang kamu rasakan disini dan bagaimanakamu menyikapinya?Jawaban; kesulitan dan menyikapinya, teman-teman sukamenyindir-menyindir. Tapi saya juga suka menyindir-nyindir, tapi karena 1 atap jadi biasanya mengalah danteman-teman juga saling mengalah.
11. Apakah kamu nyaman tinggal disini?Jawaban: alhamdulillah nyaman, nyaman karena guru-guru pembimbing, temen suka memotivasi kalau ana lagisedih.
12. Apakah pembimbing dan pengasuh di sini memberikankamu dukungan baik secara emosional, material,penghargaan, informasional dan pendampingan?Jawaban: iya kak. Kalau ana sedih-sedih guru-gurunya,pembimbing dan semuanya nyemangatin ana.
13. Apakah orang tua memberimu dukungan selama kamumenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: alhamdulillh ibu ana bangga banget kak. Anasangat rindu dan sayang banget.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Eka Novi Supriyatin
Usia : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jakarta
Tempat wawancara : Pesantren Insanul Qur’an Bogor
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, latar belakangpendidikan, nama orang tua dan pekerjaan).Jawaban:nama saya Eka Novi Supriyatin biasa di panggilEka. Saya lahir di Jakarta 28 November 1999. LulusanSMP. Bapak Nurkholis dan Ibu Mulyani Nur Makhrifah,orang tua saya dua-duanya sama karyawan galon.
2. Bagaimana keakraban hubungan antara kamu denganpembimbing serta pengasuh di Pesantren Insanul Qur’anBogor?Jawaban: sangat akrab. Ustadzah tau sendirilah sayaotaknya lambat tapi di sini saya di dorong untuksemangat.
3. Apa saja kegiatan sehari-hari kamu di Pesantren InsanulQur’an Bogor?Jawaban: kalau hari minggu kita bebas, tapi sholat danngaji selalu berjalan, dan piket atau kerja bakti danbiasanya kegiatan diluar, angkat-angkat tanah buattanaman.Kalau ada orang tua, orang tua datang biasanyahabis dzuhur.
4. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut meningkatankemandirian kamu?Jawaban: iya ada.
5. Apa saja perubahan dari dirimu yang kamu rasakan,berkembang menjadi lebih baik?Jawaban: iyakan disinitanpa orang tuanya semua jadiharus berfikir sendiri.Disini ide-ide baru muncul gitu.Saya kan orangnya lama gitu kalau memahami, di sinidibantu banget. Dulu saya juga gak pake hijab, tapisekarang baru tau kalau 1 helai rambut aja dosa. Suara,adab, akhlak, lebih sayang juga sama orang tua, bisasedikit-sedikit ngerubah orang tua karena ibu saya susahbanget kalau sholat. Tapi saya ngajak bukan nyuruhkarena sebelum berdakwah ke luar, berdakwah dulu dikeluarga.
6. Apakah kamu memiliki inisiatif dan mampu menentukankeputusan sendiri dalam menghadapi masalah?Jawaban: iya karena di sini berfikir sendiri jadi suka ide-ide muncul. Contohnya dulu gak ada pelajaran BahasaArab, sejak saya saranin ke ustadzah jadi ada pelajaranBahasa Arab.
7. Apakah kamu memiliki keinginan dalam bersaing untukkemajuan dirimu?Jawaban: iya ada. Karena dari sekolah yang dulu sayasering dibilangin “lama, belajarnya payah”.Saya jugapernah berhenti sekolah dan akhirnya saya kerja.Akhirnya dari diri saya sendiri terdorong untuk bisa lebihdari yang lain.
8. Apakah kamu percaya diri dalam menyelesaikan tugas diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: iya karena hinaan-hinaan yang aku terima. Akuterdorong banget. Bahkan Ustadzah, Ummi sering ngasihkepercayaan untuk membimbing santri-santri yang lain.
9. Apakah kamu sudah mampu bertanggung jawab terhadapapa yang kamu lakukan?Jawaban: insya Allah iya.
10. Kesulitan apa yang kamu rasakan disini dan bagaimanakamu menyikapinya?Jawaban: karena saya kan otaknya lambat, saya palinglambat menghafal dari pada yang lain. Tapi saya tetapsemangat. Justru ketika yang lain tidur, saya jam 2 bagununtuk menghafal.
11. Apakah kamu nyaman tinggal disini?Jawaban: awalnya kan masih penyesuaian, belum ngerti.Awalnya kaget gitu, kalau di sini mau gak mau kita harusbisa sendiri.Awalnya terpaksa, lama-lama terbiasa daninsya Allah luar biasa.
12. Apakah pembimbing dan pengasuh di sini memberikankamu dukungan baik secara emosional, material,penghargaan, informasional dan pendampingan?Jawaban: walaupun ustadzahnya pada geregetan samasaya karena otak saya lambat. Tapi mereka selalumembantu saya, menghargai kemampuan hafalan saya.
13. Apakah orang tua memberimu dukungan selama kamumenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: orang tua saya sebenernya datang sebulansekali. Tapi orang tua saya tergantung saya sih karenamama gak banyak cerita.Kalau misalnya saya gak kuat disini, orang tua berani ngeluarin.Orang tua gak mau sayamenyiksa diri. Jadi orang tua saya selalu ngedukung apayang saya pilih. Dorongan saya sih bener-bener dari orangtua karena mama pernah bilang “mama ini tuh udah tualoh, mama Cuma mau kamu bisa ngaji.Buat ngajiin mamakalau udah meninggal”.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama : Faris Rantisi
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Bekasi
Tempat wawancara : Di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, latar belakangpendidikan, nama orang tua dan pekerjaan).Jawaban: nama saya Faris Rantisi biasa di panggil Farhan,lahir di Banten 14 September 2005. Saya sebelumnyasekolah di rumah.Nama Bapak Hermansyah, nama ibuSiti Azizah.Kerja bapak kuli bangunan kalau ibunya iburumah tangga.
2. Bagaimana keakraban hubungan antara kamu denganpembimbing serta pengasuh di Pesantren Insanul Qur’anBogor?Jawaban: dekat banget.
3. Apa saja kegiatan sehari-hari kamu di Pesantren InsanulQur’an Bogor?Jawaban: ngaji, belajar, bantu-bantu setiap hari sabtu atauminggu kayak berkebun, bersihin kolam lele, cabutrumput. Kerja bakti juga biasanya.
4. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut meningkatankemandirian kamu?Jawaban: iya ada.
5. Apa saja perubahan dari dirimu yang kamu rasakan,berkembang menjadi lebih baik?
Jawaban: dari SD malas-malasan.Sekarang suka bantu-bantu.Kalau berantakan suka rapihin.
6. Apakah kamu memiliki inisiatif dan mampu menentukankeputusan sendiri dalam menghadapi masalah?Jawaban: iya. Sekarang pengen punya kuburan wakaf.Separuh untuk wakaf separuh untuk keluarga.Pernah jugaberinisiatif sendiri cuci piring malem-malem tanpa disuruh.
7. Apakah kamu memiliki keinginan dalam bersaing untukkemajuan dirimu?Jawaban: iya.Pengen jadi lebih baik dari temen-temen.Dan pengen berdakwah jadi kiyai.Mau berdakwahsampai keluar negeri. Mau jadi kayak Habib Mudzir.
8. Apakah kamu percaya diri dalam menyelesaikan tugas diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: makin percaya diri karena mau masukkin orangtua ke dalam syurga.
9. Apakah kamu sudah mampu bertanggung jawab terhadapapa yang kamu lakukan?Jawaban: iya. Karena sayang sama orang tua dan berbaktisama keluarga.
10. Kesulitan apa yang kamu rasakan disini dan bagaimanakamu menyikapinya?Jawaban: banyak. Apalagi menghafal suka susah tapibiasanya di bantu pembimbingnya.
11. Apakah kamu nyaman tinggal disini?Jawaban: nyaman.
12. Apakah pembimbing dan pengasuh di sini memberikankamu dukungan baik secara emosional, material,penghargaan, informasional dan pendampingan?Jawaban: pembimbing sangat ngebantu, apalagi ngebantudalam talaqi surat. Pernah juga curhat juga karena susah
ngaji, pengen pinter dan orang tua. Pernah juga di kasihbaju.Ummi suka ngebanggain.
13. Apakah orang tua memberimu dukungan selama kamumenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban: ngedukung tapi kadang-kadang ngejenguknyasebulan sekali karena sibuk.Orang tua suka nanyainkesehatan, dibawain kaos, obat. Insya Allah orang tuabangga, suka ngomong Alhamdulillah, biar pinter dek.Kalau bapak biasanya banyak ngomong.
PEDOMAN WAWANCARA PEMBIMBING
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Asal :
Tempat wawancara :
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakangpendidikan).Jawaban:
2. Bagaimana keakraban hubungan antara pembimbingdengan santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban:
3. Apa yang ini dikembangkan di Pesantren Insanul Qur’anBogor selain menghafal Al-Qur’an?Jawaban:
4. Seberapa penting dukungan terhadap santri dalam prosesmeningkatkan kemandiriannya?Jawaban:
5. Apa bentuk dukungan yang diberikan pembimbing kepadasantri untuk meningkatkan kemandiriannya?Jawaban:
6. Apakah pembimbing menghormati santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
7. Apakah pembimbing menghargai santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
8. Apakah pembimbing mencintai santri di Pesantren InsanulQur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
9. Apakah pembimbing memperhatikan santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
10. Apakah pembimbing di Pesantren Insanul Qur’an Bogormembuat santri merasa aman dan jelaskan seperti apacontohnya?Jawaban:
11. Apa saja perkembangan yang terlihat dari santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor yang terkait dengankemandirian santrinya?Jawaban:
PEDOMAN WAWANCARA PENGASUH
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Asal :
Tempat wawancara :
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakangpendidikan).Jawaban:
2. Bagaimana keakraban hubungan pengasuh dengan santridi Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban:
3. Apa yang ini dikembangkan di Pesantren Insanul Qur’anBogor selain menghafal Al-Qur’an?Jawaban:
4. Seberapa penting dukungan terhadap santri dalam prosesmeningkatkan kemandiriannya?Jawaban:
5. Apa bentuk dukungan yang diberikan pengasuh kepadasantri untuk meningkatkan kemandiriannya?Jawaban:
6. Apakah pengasuh menghormati santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
7. Apakah pengasuh menghargai santri di Pesantren InsanulQur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
8. Apakah pengasuh mencintai santri di Pesantren InsanulQur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
9. Apakah pengasuh memperhatikan santri di PesantrenInsanul Qur’an Bogor dan jelaskan seperti apa contohnya?Jawaban:
10. Apakah pengasuh di Pesantren Insanul Qur’an Bogormembuat santri merasa aman dan jelaskan seperti apacontohnya?Jawaban:
11. Apa saja perkembangan yang terlihat dari santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor yang terkait dengankemandirian santrinya?Jawaban:
PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Asal :
Tempat wawancara :
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan pekerjaan).Jawaban:
2. Anak menjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogorkarena keinginan sendiri atau orang tua? (alasannya)Jawaban:
3. Menurut ibu/bapak, dukungan itu merupakan hal yangpenting atau tidak bagi anak selama menjadi santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban:
4. Dukungan seperti apa yang ibu/bapak berikan agar anaksenantiasa bersemangat menjalani aktifitasnya diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban:
5. Apakah ada perubahan perilaku pada anak setelahmenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban:
6. Apa harapan bapak/ibu kepada anak selama menjadisantri di Pesantren Insanul Bogor?Jawaban:
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI DUAFA
Dukungan Sosial bagi Kemandirian Duafa di Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Asal :
Tempat wawancara :
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, latar belakangpendidikan, nama orang tua dan pekerjaan).Jawaban:
2. Bagaimana keakraban hubungan antara kamu denganpembimbing serta pengasuhdi Pesantren Insanul Qur’anBogor?Jawaban:
3. Apa saja kegiatan sehari-hari kamu di Pesantren InsanulQur’an Bogor?Jawaban:
4. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut meningkatankemandirian kamu?Jawaban:
5. Apa saja perubahan dari dirimu yang kamu rasakan,berkembang menjadi lebih baik?Jawaban:
6. Apakah kamu memiliki inisiatif dan mampu menentukankeputusan sendiri dalam menghadapi masalah?Jawaban:
7. Apakah kamu memiliki keinginan dalam bersaing untukkemajuan dirimu?Jawaban:
8. Apakah kamu percaya diri dalam menyelesaikan tugas diPesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban:
9. Apakah kamu sudah mampu bertanggung jawab terhadapapa yang kamu lakukan?Jawaban:
10. Kesulitan apa yang kamu rasakan disini dan bagaimanakamu menyikapinya?Jawaban:
11. Apakah kamu nyaman tinggal disini?Jawaban:
12. Apakah pembimbing dan pengasuh di sinimemberikankamu dukungan baik secara emosional, material,penghargaan, informasional dan pendampingan?Jawaban:
13. Apakah orang tua memberimu dukungan selama kamumenjadi santri di Pesantren Insanul Qur’an Bogor?Jawaban:
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 12 September 2019 saya untuk pertamakalinya ke Pesantren Insanul Qur’an Bogor tanpa diantar naikmotor karena saat itu teman-teman saya yang biasa mengantarsaya sedang meyelesaikan tugas akhir mereka dan teman sayaAgnes belum membuat surat izin mengemudi sedangkan saat itusedang banyak polisi yang berjaga. Sehingga kami memutuskanuntuk naik kendaraan umum.
Jarak antara rumah saya ke Pesantren Insanul Qur’anBogor sekitar 2 sampai 3 jam. Saya berangkat dari pukul 9 siangdan kendaraan untuk sampai ke lokasi penelitian cukup banyakyaitu dari rumah saya harus berjalan kaki sampai tempatpemberhentian angkot T11, lalu naik angkot 37 sampai kampongrambutan. Setelah itu naik 121 angkot ke Cileungsi sampaitempat pemberhentian terakhir dan setelah itu naik angkot 42sampai ke depan gang menuju lokasi Pesantren Insanul Qur’anBogor. Dan berjalan kaki lagi sampai ke lokasi.
Dan yang baru saya ketahui adalah angkutan umum disana hanya sampai pukul 4 sore setelah itu saya akan kesulitanmendapatkan angkutan umum. Bahkan saat di lokasi saya melihatjarang yang menggunakan aplikasi ojek online sehingga sayaharus selalu melihat waktu agar dapat menyesuaikan dengan jamkendaraan umum ketika saya akan pulang.
Selain mengalami kendala dalam hal jarak yang cukupjauh serta kendaraan umum yang tidak selalu ada di lokasipenelitian. Saya juga mengalami kendala pada saat beradaptasidengan cuaca di Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Karena setiapkali saya observasi untuk bertemu dengan para pengurus, sayaselalu sakit demam setelah itu.
Cuaca di sekitar lokasi penelitian memang sangat panas.Cahaya mataharinya sangat terik dan kering dengan debu yangsangat pekat. Di sepanjang perjalanan sangatlah tampak jelasbahwa debu-debu melapisi permukaan daun, atap rumah, sertadinding rumah yang tampak sangat kusam akibat tebalnya debuyang menempel.
Hal itu menjadi salah satu alasan terbesar, mengapapeneliti jadi sering terlihat mengulur-ulur waktu. Karena selamasakit, paling tidak peneliti membutuhkan waktu seminggu untuksembuh total. Sedangkan penelitian harus terus berjalan dan diselesaikan. Dalam hal ini peneliti mengakalinya dengan tetapberproses membuat skripsi walaupun dengan kondisi tubuh yangmasih sakit, yang biasanya dipaksakan di hari ke 3.
Dan setelah sampai di Pesantren Insanul Qur’an Bogor,ternyata santri-santrinya sudah dipindahkan ke lokasi santri laki-laki yang berada di sekitar persawahan. Saat sampai di sana, sayabertemu dengan anak dari Ummi Aan dan beliau segeramenghubungi salah satu pihak di pesantren untuk menjemputsaya dan teman saya.
Selama menunggu beliau menceritakan mengapa lokasiasrama perempuan dipindahkan berdampingan dengan lokasiasrama santri laki-laki yaitu karena di sana lingkungannya lebihterbuka dengan alam. Dikelilingi oleh sawah, kebun, kolam ikansehingga kegiatan eco preneur dapat dilaksanakan dengan lebihmaksimal.
Selain itu menghafal dengan lingkungan alam dirasa akancocok dengan santri karena lebih tenang dan sejuk. Beliau jugamengatakan bahwa nantinya asrama lama santri perempuan akandijadikan tempat usaha laundry agar dapat menjadi salah satupenghasil dana di Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya kami di jemputoleh pengurus di sana. Sesampainya di sana, saat itu tepatnyapukul 1 siang. Karena pada awal masuk kami di harus melewatiasrama santri laki-laki, saat itu saya melihat suasana yang cukuptenang di sana. Santrinya menyebar di setiap saung dan terlihatsedang menghafal tanpa kegaduhan.
Dan setelah sampai di lokasi asrama santri perempuanyang bangunannya berlawanan arah dengan santri laki-laki, sayamendapati hal yang bertolak belakang dengan santri laki-lakinya.Kondisi kegiatan menghafal dan setoran santri perempuanterdengar sangat gaduh dengan cara mereka menghafal denganmeninggikan volume suara mereka, terkadang juga terdengartertawaan karena mereka sambil mengobrol.
Namun di sana pembimbing tidak serta mertamembiarkan santrinya dalam kegaduhan. Terlihat terkadangpembimbing memberikan kode-kode seperti “sstttt” atau “ayoayo sebentar lagi waktunya istirahat” untuk mengkondusifkankondisi. Memang di sana sangat terlihat jelas bahwa konsep yangdi terapkan yaitu konsep serius tapi santai.
Setelah itu saya berbincang-bincang dengan UstadzahSyahidah dan Ummi Aan.Namun karena Ustadzah Syahidahharus melanjutkan membimbing santri perempuan menghafal,akhirnya saya berbincang-bincang dengan Ummi Aan.
Saat itu Ummi Aan menceritakan mengenai sejarahterbentuknya Pesantren Insanul Qur’an Bogor. Sehingga sayabaru mengetahui bahwa dulu awalnya para pengurus mencari-carisantri untuk menjadi santri di pesantren. Karena menurut beliauselain mereka mengalami kesulitan ekonomi, mereka juga tidakmemiliki keinginan untuk belajar sehingga mereka harus dibujukuntuk menjadi santri.
Dan setelah itu saya kembali berbincang-bincang denganUstadzah Syahidah untuk membicarakan tentang santri, sambilbeliau menyuapi anaknya makan. Saat itu saya juga mendengarsantri ribut karena mengingatkan santri lain agar tidak bermainhandphone.
Dan pada pertemuan ini, santri perempuannya mulai akrabdengan saya. Mereka mulai berani mengenalkan diri mereka,mereka juga mulai berani mengajak saya bercanda. Bahkanbeberapa dari mereka juga mulai curhat baik mengenai kondisimereka di pesantren maupun kondisi keluarga mereka.
CATATAN LAPANGAN
17 September 2019, saya kembali berniat berangkat kePesantren Insanul Qur’an Bogor. Namun setelah sayamenghubungi Ummi Aan dan beliau menyarankan saya untukbertemu dengan Ibu Ati dan Bapak Anto di rumah mereka.
Dan setelah itu saya segera menghubungi Ibu Ati untukmenanyakan alamat tempat tinggal Ibu Ati dan Bapak Anto yangternyata berada di wilayah Depok Lama. Setelah mendapatkanalamat yang dituju, saya segera berangkat ke kediaman tersebut.
Sesampainya di sana, saya langsung bertemu dengan IbuAti dan Bapak Anto yang kebetulan saat itu sedang sakit. BapakAnto dan Ibu Ati menjelaskan mengenai sejarah terbentuknyapesantren bahkan menjelaskan mengenai awal terbentuknyayayasan yang menaungi pesantren tersebut.
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 19 September 2019, saya kembalimelakukan observasi serta wawancara ke Pesantren InsanulQur’an Bogor. Namun tidak seperti biasa, cuaca di sana sangatpanas dan jauh lebih panas dari biasanya. Kondisi jalanan jugamacet total bahkan teman yang menemani saya untuk kepesantren tertidur dengan sangat pulas.
Kami yang berangkat dari pukul 10 pagibaru sampai kePesantren Insanul Qur’an Bogor pada pukul 12 siang. Dan saatitu bertepatan dengan santri-santri yang sedang beristirahat. Disana yang saya temukan adalah kuatnya hubungan kekeluargaanantara santri dengan pembimbing karena di satu ruangan terdapatpembimbing dengan para pengabdi yang sedang berbincang-bincang serta anak dari pembimbing bermain bersama santri yangsedang berada di ruangan yang sama.
Di bagian lain dari ruangan tersebut, santri-santriperempuan terlihat sedang tidur siang.yang sedang menghafal dansetoran. Seperti biasanya, santri laki-lakinya terlihat lebih tenangdibandingkan dengan santri perempuannya.
Saat itu peneliti baru menyadari bahwa santri dibiasakanuntuk melaksanakan puasa sunnah, karena setiap peneliti datangdi hari Senin dan Kamis santri sedang berpuasa. Saat itu santri-santri menghafal di ruang teras dan Ummi Tina, Ummi Aansedang memasak opor daging untuk berbuka puasa.Sambilmemasak peneliti mewawancarai Ummi Tina.
Saat berada di sana santri-santri sempat teralihperhatiannya karena melihat teman peneliti yang saat itumenggunakan celana jeans. Dan ternyata santri-santri diPesantren Insanul Qur’an Bogor sejak awal menjadi santri sudahdibiasakan untuk menggunakan gamis dan rok pada malam hari.
Lalu pada pukul 3 sore, santri membubarkan diri dansegera bersiap-siap untuk sholat berjama’ah. Dan sebagian darimereka membersihkan teras yang tadi digunakan untuk tempatsetoran hafalan.
Kemudian peneliti menemukan bahwasanya ternyatasantri-santri di sana dibiasakan untuk selalu berdo’a, dzikir danmengaji bersama setelah melaksanakan sholat wajib. Dan merekaharus berhadap-hadapan sehingga tidak ada santri yang tertidur.Selain itu, santri-santri di sana setiap melaksanakan sholatberjama’ah mereka selalu merapatkan kakinya dan merapikanbarisannya, karena memang itu sudah dibiasakan olehpembimbingnya.
Selain itu peneliti juga menemukan bahwa merekadibiasakan berdakwah sesudah sholat ashar berjama’ah secarabergilir dengan cara kultum. Dan setelah selesai melaksanakankultum, peneliti kembali mewawancarai beberapa santri.
Saat itu santri sudah semakin terbuka dengan peneliti,bahkan sesi wawancara terasa seperti sedang ada kegiatan curhatantara peneliti dengan santri yang diwawancarai.Hal iniditunjukkan dengan meluapnya emosional santri sehingga merekamenangis ketika ditanya mengenai beberapa hal, terutamamengenai keluarganya.
Setelah itu karena sudah menunjukkan pukul 4 sore, sayadan teman saya segera bergegas untuk pulang karena takut tidakmendapatkan angkutan umum. Dan ternyata benar kami kesulitanuntuk mendapatkan angkutan umum, dan pada akhirnya syukurAlhamdulillah masih ada tersisa 1 angkutan umum dan itu punhanya mengantar kami setengah perjalanan menuju rumah.
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 22 September 2019, peneliti memutuskanuntuk melakukan penelitian sendirian karena tidak ada yang bisamenemani pada hari itu.Sedangkan, hanya pada hari Mingguorang tua berkunjung ke Pesantren Insanul Qur’an Bogor.
Pada hari itu peneliti sampai ke Pesantren Insanul Qur’anBogor pada pukul 10 pagi. Dan sesampainya di sana penelitimelihat santri-santri laki-laki sedang bergotong-royongmembersihkan lingkungan pesantren. Dan di asrama perempuankosong tidak orang karena ternyata sedang membersihkan asramayang lama.
Lalu peneliti memutuskan untuk berbaur dengan paraorang tua.Disana peneliti mewawancarai beberapa orang tua, danhanya 1 orang tua yang bersedia untuk diwawancarai sedangkanyang lainnya hanya ikut-ikutan menjawab.Karena kondisitersebut, komunikasi peneliti dengan para orang tua menjadi lebihterbuka dan lebih santai.
Disela-sela komunikasi kami, peneliti melihat ada seorangsantri yang terlihat sibuk sendiri tapi secara mandiri merapihkansendal-sendal orang tua yang sedang berkunjung. Selain itu, ketuayayasan beserta istrinya datang sambil membawa bibit tanamanuntuk kegiatan eco preneur santri.
Selain itu santri juga melakukan kegiatan berkebun,memangkas rumput, membersihkan kolam lele, yang dilakukanbersama ketua yayasan serta Ustadz Faruq. Peneliti juga melihatbagaimana orang tua memberikan perhatiannya kepada anaknyayang sedang mondok dengan cara mengelus-elus kepalanya,membawakan bekal makanan kesukaannya, dan menanyakanmengenai bagaimana kegiatannnya di Pesantren Insanul Qur’anBogor.
Walaupun tidak semua santri yang dikunjungi oleh orangtuanya, namun mereka saling berbagi kebahagiaan dengancarasaling berbagi makanan dan makan bersama. Setelah makanmereka tidak langsung pergi, melainkan saling membagi tugasada yang mencuci, ada yang membersihkan tempatnya, dan adajuga yang menyiapkan air minum untuk di minum bersama.Dandisitu peneliti juga menemukan bahwa ada santri yang jarang dijenguk oleh orang tuanya sehingga santri tersebut mencariperhatian dari orang tua rekannya.
Namun walaupun seperti itu, orang tua dari santri yanglain juga memberikan perhatian kepada santri tersebut, denganmenanyakan kabar, memberikan makanan, serta membanggakansantri tersebut. Santri lain yang tidak dijenguk orang tuanyamendengarkan kajian dari radio serta terkadang merekamerangkumnya tanpa di perintah oleh pembimbingnya sendiri.
Di sana tampak juga orang tua yang membanggakan danmenceritakan perkembangannya anaknya baik dalam segihafalannya maupun kebiasaan yang melatih kemandiriananaknya. Dan di sana peneliti baru mengetahui bahwa para orangtua yang bertemu dengan peneliti rata-rata menyelesaikanpendidikannya hanya sampai sekolah dasar.
CATATAN LAPANGAN
Lalu di tanggal 29 September 2019, peneliti kembaliberkunjung ke Pesantren Insanul Qur’an Bogor dengan ditemanioleh adik peneliti. Dan tidak seperti biasanya, pada hari itusuasana cuaca di lokasi penelitian tidak sepanasbiasanya.Biasanya cahaya matahari terik dan kering, pada hari itucahaya mataharinya sedikit meredup dan kegiatan observasi sertawawancara kali ini peneliti tidak sakit setelah pulang dariPesantren Insanul Qur’an Bogor.
Seperti biasanya, hari Minggu adalah jadwalberkunjungnya orang tua dan kegiatan berkebun, bertani sertaberternak. Pada hari itu santri-santri saling bergotong-royongmembersihkan lingkungan pesantren sambil melakukan kegiataneco preneur. Namun karena ketua yayasan sakit, pada hari itumereka tidak ditemani oleh ketua yayasan dalam melakukankegiatan eco preneur.
Lalu pada sampai pukul 3 sore, peneliti terus-terusanmengikuti kegiatan santri sambil mencatat kegiatan yang merekalakukan sembari melakukan pendekatan bersama para santri. Danwalaupun tanpa pembimbing, santri-santri tampak salingmengingatkan untuk segera melakukan sholat berjama’ah.
Dan karena peneliti harus bertemu dengan Ummi Tina,namun Ummi Tina hanya bisa ditemui di rumahnya. Makapeneliti memutuskan untuk pergi berkunjung ke rumah UmmiTina yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Pesantren InsanulQur’an Bogor.
Saat sedang berjalan keluar dari pesantren, peneliti tidaksengaja melihat santri laki-lakinya yang ternyata sudah rapihsedang berdoa bersama. Di sana peneliti menemukan bahwa
untuk kedisiplinan, santri laki-laki lebih disiplin dibandingkandengan santri perempuanya.
Karena melihat hal tersebut, peneliti sengaja berhentisebentar sekedar untuk merapihkan kertas. Dan peneliti melihatbahwa setelah selesai sholat berjama’ah, santri laki-lakinyalangsung mengganti baju koko yang mereka pakai dengan bajubiasa. Dan di saat yang bersamaan, peneliti bertemu dengan salahsatu santri laki-laki yang sesuai dengan penelitian ini. Sehinggatanpa piker panjang peneliti segera mewawancara santri tersebutuntuk yang kesekian kalinya.
Dan setelah dari itu peneliti pergi ke rumah Ummi Tinadan segera menyelesaikan kekurangan yang di butuhkan penelitipada penelitian ini. Lalu segera pamit untuk pulang karenamengingat waktu yang semakin sore serta kendaraan umum yangsangat jarang.
DOKUMENTASI FOTO
Lokasi Mondok Santri Laki-laki
Kegiatan Menghafal, Belajar dan Sholat Berjama’ah Santri Laki-laki
Lokasi Mondok Santri Perempuan
Kegiatan Berkebun yang Dilakukan Santri Perempuan
Suasana Menghafal dan Kultum Setelah Sholat Ashar
Lingkungan Sekitar Pesantren Insanul Qur’an Bogor
Kegiatan Wawancara dan Mengobrol dengan Santri serta OrangTua