UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETAPAN KARAKTER
EKSTRAK TUMBUHAN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G
Price) POHON INANG TEH (Camellia sinensis (L.) O.K) DENGAN
METODE 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dionisius Laffyanto
NIM : 128114100
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETAPAN KARAKTER
EKSTRAK TUMBUHAN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G
Price) POHON INANG TEH (Camellia sinensis (L.) O.K) DENGAN
METODE 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dionisius Laffyanto
NIM : 128114100
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Nothing can stop God’s plan for your life
-Isaiah 14 : 27-
I can do all things through Christ who strengthens me
-Philippians 4 : 13-
God always gives his best to those who leave the
choice with him
-Jim Elliot-
Be strong. Be brave. Be fearless. You’re not alone.
-Joshua 1 : 9-
Dengan mengucap syukur,
Kupersembahkan karya kecil ini untuk :
Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan perlindungan, kekuatan dan
pertolongan saat aku terjatuh
Papa, Mama, Mas Ogyk dan Mbak Tisa yang selalu memberikan doa dan dukungan
dalam
setiap langkahku dan kehidupanku
Orang tersayang dan sahabat-sahabatku yang selalu setia menemaniku dan
memberiku semangat
Almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
penyertaanNya yang selalu menyertai penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antioksidan Dan Penetapan
Karakter Ekstrak Tumbuhan Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G
Price) Pohon Inang Teh (Camellia sinensis (L.) O.K) dengan Metode 2,2-
Diphenyl-1-Picrylhidrazil (DPPH)”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) program studi Farmasi di
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian menyadari bahwa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini
tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulsi sangat mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayanti, M.Si., Ph.D., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis menjalankan
pembelajaran selama masa studi.
2. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan selama rancangan, pengusulan skripsi,
pelaksanaan penelitian, dan penulisan skripsi.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang menguji serta
memberi arahan, kritik, dan saran yang bersifat membangun bagi penulis.
4. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen penguji yang
menguji serta memberi arahan, kritik, dan saran yang bersifat membangun
bagi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Segenap dosen Fakultas Farmasi yang tidak bisa disebutkan satu per satu
selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendidik, mengarahkan, dan
memberi nasihat-nasihat positif.
6. Bapak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Mas
Bimo slaku laboran Laboratorium Kimia Analisis Instrumental, dan segenap
laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas segala bantuan untuk penulis
selama pelaksanaan penelitian
7. Keluarga (Papa, Mama, Mas Ogyk, dan Mbak Tisa) yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis, baik secara moral maupun materil.
8. Eugenius Yogia dan Gama Nindya, sahabat dan teman seperjuangan dalam
penyelesaian skripsi atas segala dukungan, masukan, kritik, saran, keluh
kesah, canda, tawa kepada penulis selama proses dari awal hingga akhirnya
lulus bersama.
9. Dewita Cici Ernia, teman, sahabat, pacar yang tidak pernah berhenti untuk
selalu mengingatkan dan memberi dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
10. Natasha Queen Ferdinand, teman, sahabat, yang telah menemani penulis
ketika mengambil sampel dan membantu baik dalam hal moral dan selalu
memberikan dukungannya agar penulis segera menyelesaikan skripsi.
11. Seluruh teman-teman Farmasi angkatan 2012 dan teman-teman Mas Boy
2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah berdinamika
bersama selama hampir 4 tahun ini, semua canda, tawa, sedih yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
dilalui bersama dari awal Titrasi hingga sekarang ini, tidak lupa juga atas
dukungan doanya selalu kepada penulis.
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan pada
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi semua pihak.
Akhir kata, penulsi berharap agar skripsi ini dapt berguna bagi pembaca dan
pengemban ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.
Yogyakarta, 15 Januari 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vi
PRAKATA .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
INTISARI ................................................................................................... xviii
ABSTRACT ................................................................................................. xix
BAB I PENGANTAR ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Permasalahan ...................................................................................... 4
C. Keaslian Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................... 7
A. Sisik Naga ........................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
1. Klasifikasi Tumbuhan .................................................................. 7
2. Morfologi Tumbuhan ................................................................... 7
3. Kandungan Kimia ........................................................................ 8
B. Kandungan Kimia Metabolit Sekunder ............................................... 9
C. Radikal Bebas ..................................................................................... 11
D. Antioksidan ......................................................................................... 13
E. Metode Uji Aktivitas Antioksidan ...................................................... 16
F. Tahap Pembuatan Simplisia ................................................................ 18
G. Ekstraksi .............................................................................................. 20
H. Kromatografi ....................................................................................... 22
I. Spektrofotometri ................................................................................. 24
J. Landasan Teori .................................................................................... 27
K. Hipotesis ............................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 29
B. Variabel ............................................................................................... 29
C. Definisi Operasional ........................................................................... 30
D. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 31
1. Bahan Penelitian ........................................................................... 31
2. Alat Penelitian ............................................................................... 31
E. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 32
1. Determinasi Tumbuhan ................................................................. 32
2. Pengumpulan Tumbuhan Sisik Naga ............................................ 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
3. Pembuatan Simplisia Tumbuhan Sisik Naga ................................ 32
4. Ekstraksi Tumbuhan Sisik Naga ................................................... 33
5. Karakterisasi Ekstrak .................................................................... 33
a. Pemeriksaan Mikroskopik ...................................................... 33
b. Penetapan Kadar Abu Total .................................................... 34
c. Penetapan Kadar Abut Tidak Larut Asam .............................. 34
d. Penetapan Kadar Sari Larut Air .............................................. 34
e. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ......................................... 35
f. Uji Kandungan Kimia Ekstrak ................................................ 35
6. Uji Aktivitas Antioksidan ............................................................ 36
a. Uji Pendahuluan (Optimasi Panjang Gelombang DPPH) ....... 36
b. Uji Pendahuluan (Penentuan Reaction Time) ......................... 36
c. Pembuatan Larutan ................................................................. 37
1) Pembuatan Larutan DPPH .................................................. 37
2) Pembuatan Larutan Uji Ekstrak .......................................... 37
3) Pembuatan Larutan Blanko ................................................ 38
4) Pembuatan Larutan Standar Rutin ...................................... 38
d. Pengujian Aktivitas Antioksidan ............................................ 39
e. Perhitungan Nilai IC50 ............................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 40
A. Determinasi Tumbuhan Sisik Naga .................................................... 40
B. Pengumpulan Tumbuhan Sisik Naga .................................................. 40
C. Pengeringan Tumbuhan Sisik Naga .................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. Penyerbukan Tumbuhan Sisik Naga ................................................... 42
E. Ekstraksi Tumbuhan Sisik Naga ......................................................... 43
F. Pemeriksaan Mikroskopik .................................................................. 44
G. Karakterisasi Tumbuhan Sisik Naga ................................................... 46
H. Kandungan Kimia Ekstrak .................................................................. 47
1. Pengujian Senyawa Minyak Atsiri ................................................ 49
2. Pengujian Senyawa Flavonoid ...................................................... 52
3. Pengujian Senyawa Tanin ............................................................. 54
4. Pengujian Senyawa Steroid ........................................................... 56
F. Uji Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Sisik Naga ............................... 57
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ................................. 57
2. Penentuan Reaction Time / Operating Time (OT) ........................ 58
3. Uji Aktivitas Antioksidan ............................................................. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63
A. Kesimpulan ......................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64
LAMPIRAN ............................................................................................... 69
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................... 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Macam ROS dan Antioksidan yang Menetralisir ................... 14
Tabel II. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Nomor Mesh ........................ 42
Tabel III. % Kadar Uji Karakteristik Simplisia, Ekstrak Diklorometan,
Etil Asetat, dan Metanol ........................................................... 47
Tabel IV. Nilai Rf Sampel dan Standar Eugenol ..................................... 49
Tabel V. Nilai Rf Sampel dan Standar Rutin ......................................... 51
Tabel VI. Nilai Rf Sampel dan Standar Asam Tanat .............................. 52
Tabel VII. Nilai Rf Sampel dan Standar β-sitosterol ................................ 54
Tabel VIII. Nilai IC50 Rutin dan Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat,
Metanol Tumbuhan Sisik Naga Pohon Inang Teh .................. 59
Tabel IX. Penggolongan Kekuatan Aktivitas Antioksidan Rutin Dan
Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat, dan Metanol Tumbuhan
Sisik Naga dengan Metode DPPH .......................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penangkapan radikal bebas metode DPPH ........................... 17
Gambar 2. Hasil uji mikroskopik dengan pembanding MMI Jilid V ...... 45
Gambar 3. Hasil elusi KLT standar eugenol dan sampel ....................... 50
Gambar 4. Hasil elusi KLT standar rutin dan sampel ............................ 51
Gambar 5 hasil elusi KLT standar asam tanat dan sampel .................... 53
Gambar 6. Hasil elusi KLT standar β-sitosterol dan sampel .................. 55
Gambar 7. Grafik kurva Operating Time DPPH dan rutin ..................... 57
Gambar 8. Mekanisme reaksi radikal DPPH dengan senyawa
antioksidan ............................................................................. 58
Gambar 9. Mekanisme reaksi rutin dengan DPPH ................................. 58
Gambar 10. Histogram perbandingan IC50 rutin dengan ekstrak
diklorometan, etil astat, metanol tumbuhan sisik
naga pohon inang Teh ........................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Tumbuhan Sisik Naga .......................................... 70
Lampiran 2. Surat Determinasi Tumbuhan Sisik Naga .......................... 71
Lampiran 3. Penimbangan Serbuk Simplisia Tumbuhan Sisik Pohon
Inang Teh ............................................................................ 72
Lampiran 4. Volume Maserasi Menggunakan Pelarut Diklorometan,
Etil Asetat, dan Metanol .................................................... 72
Lampiran 5. Bobot Tetap dan % Rendemen Ekstrak Diklorometan,
Etil Asetat, dan Metanol Tumbuhan Sisik Naga Pohon
Inang Teh ............................................................................ 73
Lampiran 6. Penimbangan dan % Rendemen Karakterisasi Simplisia
Dan Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat, dan Metanol
Tumbuhan Sisik Naga Pohon Inang Teh ............................ 74
Lampiran 7. Penimbangan dan Perhitungan Konsentrasi DPPH untuk
Panjang Gelombang Maksimum ........................................ 79
Lampiran 8. Hasil Panjang Gelombang Maksimum Metode DPPH ...... 80
Lampiran 9. Penimbangan Dan Perhitungan Konsentrasi Rutin untuk
Penentuan Operating Time ................................................. 80
Lampiran 10. Hasil Operating Time metode DPPH ................................. 81
Lampiran 11. Penimbangan dan Perhitungan Konsentrasi DPPH dan
Rutin Sebagai Kurva Pembanding ...................................... 83
Lampiran 12. Hasil Pengukuran Absorbansi dan Perhitungan Aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Antioksidan Rutin ............................................................... 86
Lampiran 13. Penimbangan dan Perhitungan Konsentrasi DPPH dan
Sampel Larutan Uji Untuk Kurva Sampel Uji ................... 88
Lampiran 14. Hasil Pengukuran Absorbansi dan Perhitungan Aktivitas
Antioksidan Sampel Uji ..................................................... 94
Lampiran 15. Hasil Statistika Uji Normalitas dan uji t tidak
Berpasangan Nilai IC50 Rutin dan Sampel Uji ................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI
Pemakaian bahan alam semakin luas karena memiliki aktivitas
antioksidan. Antioksidan menghambat suatu radikal bebas dengan cara bereaksi
dengan radikal bebas reaktif menjadi radikal bebas relatif stabil. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui karakter dan aktivitas antioksidan tumbuhan sisik
naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price) pohon inang Teh (Camellia sinensis
(L.) O.K). Tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki aktivitas
antioksidan.
Pengujian dilakukan dengan karakterisasi simplisia dan ekstrak
diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga mengikuti parameter
standar umum yang terdapat pada Materia Medika Indonesia Jilid V. Pengujian
aktivitas antioksidan dilakukan secara kualitatif menggunakan KLT dan secara
kuantitatif menggunakan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH) yang
dinyatakan dengan nilai Inhibition Concentration 50 (IC50). Keberadaan senyawa
beraktivitas antioksidan akan mengubah warna larutan dari ungu menjadi kuning.
Kontrol positif yang digunakan adalah rutin.
Hasil uji karakterisasi menunjukkan bahwa tumbuhan simplisia dan
ekstrak metanol tumbuhan sisik naga pohon inang Teh telah memenuhi standar
umum pada MMI. Hasil kuantitatif aktivitas antioksidan menunjukkan terdapat
aktivitas antioksidan lemah dengan nilai IC50 (2.003,666 ± 31,021) µg/mL pada
ekstrak diklorometan, (582,166 ± 6,627) µg/mL pada ekstrak etil asetat, dan
(160,800 ± 3,843) µg/mL pada ekstrak metanol.
Kata kunci: Antioksidan, Tumbuhan Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L.)
M.G Price) pohon inang tanaman Teh, Karakterisasi, KLT, DPPH, IC50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
The used of natural materials more extensive because it has antioxidant
activity. Antioxidant inhibit a free radical with the reaction of reactive free radical
into a relatevely stable free radical. The study was conducted to determine the
character and antioxidant activity of sisik naga plant (Pyrrosia piloselloides (L)
M.G Price of host tree tea. It is one of the plant that have antioxidant activity.
The testing conducted with the characterization of simplicia and
dichloromethane extract, ethyl acetate extract, and methanol extract of sisik naga
plant of host tree tea following by a common parameters standard of Materia
Media Indonesia 5th Volume. The antioxidant activity testing was conducted
qualitatively by TLC and quantitatively with 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil
(DPPH) method which expressed as the value Inhibition Concentration 50 (IC50).
The existence of active antioxidant compounds would change DPPH color from
purple to yellow. Rutin was a control positive at this study.
The result showed that the characterization of simplicia and methanol
extract of sisik naga plant of host tree tea to qualified by a common parameters
standard of Materia Media Indonesia 5th Volume. The IC50 were (003.666 ±
31.021) µg/mL of dichloromethane extract, (582.166 ± 6.627) µg/mL of ethyl
acetate extract, and (160.800 ± 3.8431) µg/mL of methanol extract. The
quantitatively result of antioxidant activity was weak.
Keyword: Antioxidant, Sisik Naga plant (Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price
of host tree tea, Characterization, TLC, DPPH, IC50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pemakaian bahan alam saat ini semakin meluas seiring dengan besarnya
pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam menghambat penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, serta gejala penuaan dini. Masalah-
masalah ini berkaitan dengan kemampuan antioksidan untuk bekerja sebagai
inhibitor reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu
pencetus penyakit-penyakit di atas (Tahir, Wijaya, Widianingsih, 2003).
Tanpa disadari, dalam tubuh manusia terbentuk radikal bebas secara terus
menerus, baik melalui proses metabolisme sel normal maupun akibat respon
terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti paparan polusi lingkungan, ultraviolet,
dan asap rokok. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron
tidak berpasangan (unpaired electron). Adanya elektron yang tidak berpasangan
menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara
menyerang dan mengikat elektron molekul sekitarnya misalnya protein, asam
lemak tak jenuh, dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari
molekul-molekul target tersebut, yang paling rentan terhadap serangan radikal
bebas adalah asam lemak tak jenuh. Radikal bebas terbentuk melalui suatu reaksi
oksidasi, dimana radikal bebas yang terbentuk memiliki tingkat kereaktifan yang
tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan oksidatif yang
ditimbulkan karena terpapar radikal bebas dapat menyebabkan penuaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
beragam penyakit seperti arterosklerosis, diabetes, sirosis, dan kanker
(Aruldoss and Thangavel, 2011).
Kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dapat dihambat oleh
antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan,
dimana senyawa tersebut mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi.
Antioksidan menghambat suatu radikal bebas dengan cara bereaksi dengan radikal
bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif dan relatif stabil (Fessenden
dan Fessenden, 1982). Tubuh secara alami memiliki antioksidan untuk membatasi
kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Salah satu contoh antioksidan
alami yang terdapat pada tubuh adalah enzim SOD (superoxyde dismutase).
Secara alamiah tubuh memiliki antioksidan di dalamnya, namun jumlahnya cukup
terbatas, oleh karena itu dibutuhkan asupan antioksidan tambahan dari luar tubuh.
Sumber antioksidan dapat berasal dari alam maupun sintetik. Antioksidan
sintetik menunjukkan adanya potensi sebagai agen penyebab kanker
(karsinogenik). Beberapa antioksidan sintetik menunjukkan dampak yang
merugikan pada kesehatan, meskipun tidak beracun pada tingkat yang biasa
digunakan, tetapi antioksidan sintetik terlibat dalam menimbulkan beberapa
penyakit, misalnya kanker. Oleh karena itu antioksidan yang berasal dari alam
lebih aman untuk dikonsumsi.
Tumbuhan paku-pakuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
ekosistem hutan dan manusia. Ekosistem hutan, tumbuhan paku-pakuan berperan
dalam pembentukan humus dan melindungi tanah dari erosi, sedangkan dalam
kehidupan manusia, tumbuhan paku-pakuan berpotensi sebagai sayur-sayuran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kerajinan tangan, tanaman hias maupun sebagai obat-obatan tradisional
(Purnawati, Turnip, dan Lovadi, 2014).
Tumbuhan sisik naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price merupakan
salah satu contoh dari tumbuhan paku-pakuan dengan familia Polypodiaceae
berupa tumbuhan herba yang hidup epifit pada pohon inang. Tumbuhan sisik naga
dapat hidup epifit pada tanaman teh, kopi, jambu, palem dan lain-lain. Tanaman
teh bersifat antioksidan dengan kandungan kimia utama senyawa fenol seperti
katekin dan epigallokatekin gallat (EGCG). Pada penelitian sebelumnya diperoleh
hasil ekstrak diklorometan tumbuhan sisik naga berefek antioksidan dengan nilai
IC50 12,82 ug/mL (Wulandari, Elya, Hanani, and Pawitan, 2013). Terdapat
perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak tumbuhan benalu dengan inang tanaman
kepel, kedondong, srikaya dan teh. Perbedaan pohon inang menyebabkan
perbedaan kandungan kimia dalam tanaman sehingga menyebabkan efek
antioksidannya juga berbeda.
Tumbuhan sisik naga mengandung senyawa flavonoid, tanin, steroid atau
triterpenoid, minyak atsiri dan glikosida yang diduga berpotensi sebagai
antikanker. Kanker merupakan penyakit mematikan yang sulit diobati dan
penyebab utama kematian seluruh dunia (Sahid, Pandiangan, Siahaan, dan
Rumondor, 2013). Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan faktor penting dalam
proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang dapat menyari
sebagian besar metabolit sekunder dalam simplisia (Astarina, Astuti, dan
Warditiani, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penentuan karakter dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik
simplisia, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam,
penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, dan uji kandungan
kimia ekstrak menggunakan KLT.
Salah satu uji untuk menentukan aktivitas antioksidan adalah metode
DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl). Pada metode ini penangkap radikal bebas
menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan
penghilangan warna. Nilai aktivitas antioksidan diketahui melalui nilai IC50 yang
merupakan konsentrasi yang menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi
DPPH awal (Sunarni, 2005). Digunakan metode DPPH pada penelitian ini karena
metode ini sederhana, cepat, dilakukan dalam suhu ruangan dan mudah untuk
skrining aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini
terbukti akurat dan praktis (Prakash, Rigelhof, and Miller, 2001).
B. Permasalahan
1. Bagaimana karakter simplisia dan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan
metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak
diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai uji aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH ekstrak diklorometan, etil asetat, dan
metanol tumbuhan sisik naga pohon inang tanaman teh belum ada. Penelitian lain
terkait dengan penilitan ini adalah penilitian yang dilakukan oleh Erna Tri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Wulandari, Elya, Hanani, dan Pawitan, 2013 yang menguji aktivitas antioksidan
tumbuhan sisik naga menggunakan metode DPPH tetapi tidak meneliti karakter
dari simplisia dan ekstrak tumbuhan sisik naga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai karakter dan aktivitas antioksidan pada ekstrak diklorometan, etil
asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh yang diukur dengan
metode DPPH.
2. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang efek antioksidan yang terdapat pada tumbuhan sisik naga pohon inang
tanaman teh sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertahanan
tubuh manusia dari radikal bebas.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum : mengetahui karakter simplisia dan ekstrak diklorometan, etil
asetat, metanol tumbuhan sisik naga pohon inang tanaman teh dan aktivitas
antioksidan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga
pohon inang tanaman teh menggunakan metode DPPH.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui karakter simplisia dan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan
metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Mengetahui nilai aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan nilai IC50
pada ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga
pohon inang teh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sisik Naga
a. Klasifikasi Tumbuhan
Famili : Polypodiaceae
Genus : Drymoglossum
Spesies : Drymoglossum piloselloides (L.) C. Presl
Sinonim : Pyrrosia piloselloides (L.) M.G. Price
(United States Department of Agriculture, 2015).
Nama Daerah : Sumatra: picisan, sisik naga, sakat riburibu (Melayu).
Jawa: paku duduwitan (Sunda), pakis duwitan (Jawa)
(Anonim, 1989).
b. Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan sisik naga merupakan tumbuh-tumbuhan epifit kecil
dengan akar rimpang tipis, merayap jauh. Daun satu sama lain tumbuh
pada jarak yang pendek, tangkai pendek, tidak terbagi, pinggir utuh,
berdaging atau seperti kulit, permukaan buah tidak berbulu sama sekali
atau sedikit (Heyne, 1987).
Daun tumbuhan paku ini bulat dan kecil yang menyerupai sisik
naga. Daunnya ada 2, yaitu tropofil dan sporofil. Pada jenis yang tropofil,
daun berbentuk bulat dan kecil, sedangkan jenis sporofil daunnya lebih
panjang dibandingkan tropofil, sporofil juga memiliki sporangium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Sporangium terdapat pada daun fertil (Purnawati, Turnip, dan Lovadi
2014).
Tumbuh-tumbuhan ini tersebar di seluruh Asia Tropik, di daerah
dengan musim kering yang banyak hujan, dari daerah datar hingga ± 1000
m di atas permukaan laut, tumbuh secara umum pada batang, dahan pohon
dan perdu yang daunnya tidak begitu lebat (Heyne, 1987). Tumbuhan paku
ini ditemukan di hutan kerangas, rawa dan gambut, menempel pada batang
pohon atau hidupnya epifit. Akarnya menjulur dan melekat kuat pada
inangnya (Purnawati, Turnip, dan Lovadi, 2014).
Tumbuhan sisik naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G Price
merupakan salah satu familia Polypodiaceae berupa tanaman herba yang
hidup epifit pada pohon inang. Sisik naga dapat hidup epifit pada pohon
mangga, angsana, mahoni, flamboyan, ketapang, palma, nangka, kerai
payung, dan lain sebagainya (Sahid, Pandiangan, Siahaan, dan Rumondor,
2013).
c. Kandungan Kimia
Tumbuhan sisik naga mengandung senyawa flavonoid, tanin,
steroid atau triterpenoid, minyak atsiri dan glikosida falvonoid (Sahid,
Pandiangan, Siahaan, dan Rumondor, 2013). Metanol dapat melarutkan
flavonoid, glikosida flavonoid, tanin, steroid, senyawa fenolik, saponin,
dan alkaloid karena metanol merupakan pelarut universal yang memiliki
gugus polar (-OH) dan gugus non polar (CH3) sehingga dapat menarik
analit-analit yang bersifat polar maupun non polar. Minyak atsiri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
steroid dapat larut dalam senyawa non polar karena tersusun atas senyawa
triterpenoid. Triterpenoid tersusun dari rantai panjang hidrokarbon C30
yang menyebabkan sifatnya non polar sehingga dapat mudah terekstrak
dalam pelarut yang bersifat non polar. Senyawa triterpenoid juga dapat
terikat dengan gugus gula sehingga akan dapat tertarik oleh pelarut yang
bersifat semi polar bahkan pelarut polar (Astarina, Astuti, dan Warditiani,
2013). Digunakan 3 pelarut untuk ekstraksi yaitu diklorometan (non
polar), etil asetat (semi polar), dan metanol (polar) untuk menyari senyawa
metabolit sekunder. (Yuhernita dan Juniarti, 2011).
B. Kandungan Kimia Metabolit Sekunder
Metabolit diklasifikasikan menjadi 2, yaitu metabolit primer dan
metabolit sekunder. Metabolit primer dibentuk dalam jumlah terbatas dan
digunakan untuk pertumbuhan dan kehidupan organisme. Metabolit sekunder
adalah senyawa kimia yang dibentuk pada biosintesis metabolit sekunder yang
terjadi setelah berlangsungnya biosintesis metabolit primer (Nofiani, 2008).
Kandungan utama dalam metabolit sekunder antara lain, saponins,
cardiac, dan cyanogenic glycosides, terpenoids, sterols, phenols,
phenilpropanoids, alkaloids, flavonoids, and tannins. Untuk saponins, cardiac /
cyanogenic glycosides yang terbentuk dari glukosa selama proses fotosintesis,
bisa juga terbentuk melalui respirasi dari asam amino dan metabolisme terpenoid.
Beberapa tanaman memiliki kemampuan untuk memproduksi sianida dan
glikosida sianogenik yang merupakan sitotoksin kuat dan inhibitor kompetitif
terhadap atom besi. Saponin memiliki ciri khas pada busa dan terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
polisiklik aglikon baik dari steroid kolin maupun terpenoid (Bianchi and Canuel,
2011).
Terpenoid dan steroid termasuk dalam derivative isoprena polimer.
Ketika 2 isoprena tersebut bergabung akan membentuk monoterpenoid,
sesquiterpenoid terbentuk dari 3 unit isoprena, dan diterpenoid terbentuk dari 4
unit isoprena. Terpenoid termasuk di dalam triterpenoid, yang terbentuk dari
polimerisasi 6 unit isoprena. Steroid terdapat pada hampir semua jenis tanaman
(gymnoesperm dan angiosperm), dan juga pada jamur dan hewan. Pada tumbuhan,
steroid dibiosintesis dari cycloartenol (Bianchi and Canuel, 2011).
Fenol dibiosintesis oleh beberapa rute yang berbeda, dan demikian
merupakan kelompok heterogen. Walaupun sering dibilang memiliki kesamaan
dengan alkohol karena adanya gugus hidroksil (-OH), fenol tetap diklasifikasikan
secara terpisah karena –OH tidak terikat pada atom karbon jenuh. Fenol juga
mudah teroksidasi dan dapat membentuk polimer, umumnya adalah shikimate. 2
jalur dasar yang terlibat adalah asam shikimat dan asam malonat. Turunan lain
dari fenol antara lain, phenylpropanolol, kumarin, asam sinamat, asam sinapinic
dan coniferyl alkohol, fenol dan turunannya ini termasuk intermediet dalam
biosintesis lignin (Bianchi and Canuel, 2011).
Alkaloid dihasilkan oleh dekarboksilasi asam amino atau transaminasi
dari aldehida. Biosintesis alkaloid yang berbeda membutuhkan enzim yang
berbeda. Pada biosintesis opiate, enzimnya adalah tirosin / dopa dekarboksilase
(TYDC), yang mengubah L-tyrosin menjadi tyramine, dopa menjadi dopamine.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Flavonoid adalah senyawa polifenol pada tumbuhan yang melindungi
dari ultraviolet dan sebagai media interaksi antara tumbuhan dan mikroba.
Beberapa golongan flavonoid, antara lain, flavonones, anthocyanes yang memberi
pigmentasi pada bunga (merah, kuning, dll) serta jaringan tumbuhan lainnya.
Flavonoid berbeda dari senyawa fenolik yang lain dilihat dari tingkat oksidasi
pada pusat cincin pyran dan sifat biologisnya (Bianchi and Canuel, 2011).
Flavonoid akan menunjukkan pemadaman bercak pada UV 254 nm
sedangkan pada UV 366 nm bercak akan berfluorosensi kuning gelap, hijau, atau
biru. Digunakan deteksi kimia semprot AlCl3 akan mengeluarkan warna kuning
pada flavonoid (Sari, Djannah, dan Nurani, 2010).
Tanin adalah senyawa polifenol yang mengikat dan mengendapkan
protein, biasanya dibagi menjadi tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin
terhidrolisis terdiri dari polyol-carbohydrate, dimana gugus -OH dari karbohidrat
sebagian atau seluruhnya diesterifikasi dengan golongan fenolik seperti asam
gallic dan asam ellagic. Tanin tersebut dihidrolisis oleh asam lemah untuk
produksi karbohidrat dan asam fenolat (Bianchi and Canuel, 2011).
C. Radikal Bebas
Dalam struktur atom dan molekul, elektron biasanya saling berpasangan
satu sama lainnya, setiap pasangan bergerak dalam orbitnya. Namun suatu kali
terdapat suatu spesies elektron yang keberadaanya mampu bergerak dalam orbital
namun dalam keadaan tanpa pasangan elektron. Spesies yang mampu bergerak
dalam orbitnya tanpa pasangan biasa masuk dalam istilah “free”. Atom tanpa
pasangan tersebut biasanya akan lebih reaktif untuk menstabilkan dirinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sehingga akan bersifat radikal dan akan mudah dalam berinteraksi dengan
senyawa-senyawa lain. Senyawa dengan elektron bebas tersebut disebut dengan
radikal bebas (Nonhebel and Walton, 1974).
Reaktivitas radikal bebas merupakan upaya untuk mencari pasangan
elektron. Sebagai dampak kerja radikal bebas tersebut, akan terbentuk radikal
bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil untuk
berpasangan dengan radikal sebelumnya. Namun, bila 2 senyawa radikal bertemu,
elektron-elektron yang tidak berpasangan dari kedua senyawa tersebut akan
bergabung dan membentuk ikatan kovalen yang stabil. Sebaliknya, bila senyawa
radikal bebas bertemu dengan senyawa bukan radikal bebas, akan terjai 3
kemungkinan :
1. Radikal bebas akan memberikan elektron yang tidak berpasangan (reduktor)
kepada senyawa bukan radikal bebas.
2. Radikal bebas menerima elektron (oksidator) dari senyawa bukan radikal
bebas.
3. Radikal bebas bergabung dengan senyawa bukan bebas (Winarsi, 2007).
Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh, dan
lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari ketiga molekul tersebut,
yang paling rentan terhadap radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh, akibatnya
dinding sel menjadi rapuh karena membran sel yang rusak akibat radikal bebas.
Senyawa oksigen reaktif ini juga mampu merusak bagian dalam pembuluh darah
sehingga meningkatkan pengendapan kolesterol dan menimbulkan aterosklerosis.
Senyawa radikal bebas ini juga berpotensi merusak basa DNA sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mengacaukan sistem info genetika, dan berlanjut pada pembentukan sel kanker
(Winarsi, 2007).
D. Antioksidan
Radikal bebas dari berbagai bentuk selalu dihasilkan dalam metabolisme
spesifik dalam tubuh dan dicegah dengan antioksidan yang dapat menangkal
radikal bebas tersebut. Ketika tingkat radikal bebas lebih tinggi daripada
antioksidan yang ada, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif pada
jaringan dan bimolekul, sehingga dapat menyebabkan penyakit, seperti penyakit
kanker (Rajesh and Natvar, 2011).
Reactive Oxygen Species (ROS) adalah molekul oksigen yang sangat
reaktif dan di dalamnya pula mengandung radikal bebas. Jenis ROS termasuk
dalam radikal hidroksil, radikal anion superoksida, hidrogen peroksida, singlet
oksigen, radikal oksida nitrat, radikal hipoklorit, dan berbagai peroksida lipid.
Semuanya mampu bereaksi dengan membran lipid, asam nukleat, protein, dan
enzim, serta molekul kecil lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan sel
(Pervical, 1998).
Untuk melindungi sel-sel dan sistem organ tubuh dari ROS, terdapat
beberapa komponen dalam tubuh manusia sebagai antioksidan baik endogen
maupun eksogen yang dapat menetralisir radikal bebas, antara lain:
1. Nutrient-derived antioxidant, seperti asam askorbat (vitamin C), tocopherols
dan tocotrienols (vitamin E), karotenoid, dan senyawa dengan bobot molekul
rendah (lipoic acid, glutation)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Antioxidant enzymes, seperti superokside dismutase, glutathione peroxidase,
dan glutathione reductase
3. Metal binding proteins, seperti ferritin lactoferrin, albumin, dan
caruloplasmin (Pervical, 1998).
Tabel. I Macam ROS dan Antioksidan Yang Menetralisir (Pervical, 1998).
ROS SENYAWA ANTIOKSIDAN
Radikal Hidroksil Vitamin C, glutation, flavonoid, asam
lipoic
Radikal Superoksida Vitamin C, glutation, flavonoid, SOD
Hidrogen Peroksida Vitamin C, glutation, betakaroten,
vitamin E, CoQ10, flavonoid, asam
lipoic
Lemak Peroksida Betakaroten, vitamin E, ubiquinone,
flavonoid, glutation peroksidase
Sistem antioksidan secara alami telah tersedia di dalam tubuh seperti
superoksida dismutase (SOD) dan glutation-s-transferase (GST) serta antioksidan
yang berasal dari makanan seperti senyawa fenolik dan flavonoid. Kekurangan
antioksidan di dalam tubuh dapat berakibat perlindungan tubuh terhadap serangan
radikal bebas lemah (Pujimulyani, Raharjo, Marsono, dan Santoso, 2010).
Efek antioksidan mengacu pada senyawa fenolik seperti, flavonoid, asam
fenolat, dan diterpen fenolik. Senyawa tersebut dapat menghambat autooksidasi
melalui mekanisme penangkapan radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu
elektron yang tidak berpasangan dalam radikal. Setelah bereaksi dengan radikal
bebas dan menyumbangkan satu elektronnya antioksidan akan membentuk radikal
antioksidan namun radikal antioksidan bersifat tidak reaktif karena distabilkan
oleh cincin fenolik (Pokorny, Yanishlieva, and Gordon, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Aktivitas senyawa polifenol sebagai antioksidan meliputi 3 mekanisme,
antara lain:
1. Aktivitas penangkapan radikal bebas dengan proses transfer elektron
2. Mencegah spesies senyawa reaktif memproduksi katalisis melalui reaksi
logam
3. Interaksi dengan antioksidan lain untuk meningkatkan aktivitasnya
Antioksidan adalah suatu senyawa yang ketika dalam konsentrasi rendah
berada bersama substrat yang mudah teroksidasi secara signifikan mampu untuk
menunda atau menghambat reaksi oksidasi dari substrat tersebut (Cadenas and
Packer, 2002).
Secara umum antioksidan dibedakan menjadi dua yaitu antioksidan
enzimatis dan antioksidan non-enzimatis. Antioksidan enzimatis disebut juga
sebagai antioksidan primer atau antioksidan endogenus. Suatu senyawa dapat
dikatakan sebagai antioksidan primer apabila dapat memberikan atom hidrogen
secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang
terbentuk segera menjadi senyawa yang lebih stabil. Contoh antioksidan enzimatis
adalah superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase.
Antioksidan non enzimatis disebut juga sebagai antioksidan sekunder atau
antioksidan eksogenus. Kerja sistem antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara
menangkap radikal bebas sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan
komponen seluler (Winarsi, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
E. Metode Uji Aktivitas Antioksidan
Ada beberapa metode uji aktivitas antioksidan antara lain, metode
deoksiribosa, ABTS, DPPH, dll. Metode deoksiribosa atau hydroxyl radical
scavenging assay merupakan suatu metode pengukuran aktivitas antioksidan
untuk menghambat radikal bebas. Prinsipnya adalah radikal hidroksil yang
dihasilkan oleh reakis kompleks Re-EDTA akan menyerang deoksiribosa
sehingga menghasilkan malonaldehida (MDA), setelah pemanasan dengan
penambahan asam tiobarbiturat menghasilkan kromogen warna merah. Senyawa
yang memiliki aktivitas antioksidan akan memudarkan kromogen warna merah
(Halliwell, Gutteridge, and Auroma, 1987).
Metode ABTS (asam 2,2-azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat)
merupakan senyawa radikal kation yang lebih reaktif dibandingkan dengan
metode DPPH. ABTS merupakan senyawa yang larut air dan stabil secara kimia.
Kemampuan relatif antioksidan untuk mereduksi ABTS dapat diukur dengan
spektrofotometri pada panjang gelombang 734 nm. perbandingan antara uji
sampel dengan baku diekspresikan sebagai TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant
Activity) (Pokorny, Yanishlieva, and Gordon, 2001).
Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji
dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang
gelombang 517 nm dengan warna ungu. Penangkap radikal bebas menyebabkan
elektron menjadi berpasangan dengan adanya donor hidrogen yang kemudian
menyebabkan penghilangan warna atau berubah warna menjadi kuning yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sebanding dengan jumlah elektron yang diambil, dan sebagai konsekuensinya
absorbansi dari DPPH juga menurun (Shekar and Anju, 2014).
Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa atau ekstrak
untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan persen
penghambatan. Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan
adalah harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition
Concentration (IC50), yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
antioksidan yang memberikan % penghambatan 50% (Molyneux, 2004).
Gambar 1. Penangkapan radikal bebas metode DPPH (Prakash, Rigelhof,
and Miller, 2001).
Kelebihan metode DPPH antara lain sederhana, cepat, dilakukan dalam
suhu ruangan dan mudah untuk skrining aktivitas penangkap radikal beberapa
senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat dan praktis. Kelemahannya hanya
dapat larut dalam media organic (terutama alkohol), tidak pada media aqueous
sehingga membatasi kemampuannya dalam penentuan peran antioksidan
hidrofilik (Prakash, Rigelhof, and Miller, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
F. Tahap Pembuatan Simplisia
Tahap pembuatan simplisia antara lain, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan, serta
pemeriksaan mutu (Prasetyo dan Inoriah, 2013).
Tumbuhan yang didapatkan disortasi basah terlebih dahulu untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing selain bahan simplisia,
misalnya, tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
kotoran lain harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut
dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Kemudian dilakukan pencucian untuk
menghilangkan tanah dan kotoran lain yang melekat pada bahan simplisia
(Prasetyo dan Inoriah, 2013).
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih mengalir pada
simplisia. Cara ini sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba
pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada
permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba (Prasetyo
dan Inoriah, 2013).
Setelah pencucian, dilakukan pengeringan dengan tujuan untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu merupakan media pertumbuhan
kapang jasad renik lainnya. Enzim dalam sel, masih dapat bekerja menguraikan
senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih
mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan
kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya
keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi, dan penggunaan isi sel. Reaksi enzimatik tidak berlangsung bila
kadar air dalam simplisia kurang dari 10% (Prasetyo dan Inoriah, 2013).
Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari dengan cara simplisia
diletakkan 1 lapis dalam tempat bersih kemudian ditutup dengan kain hitam
kemudian dimasukkan di dalam oven. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama
proses pengeringan adalah suhu udara, kelembaban udara, aliran udara, waktu
pengeringan, dan luas permukaan bahan (Prasetyo dan Inoriah, 2013).
Pembuatan simplisia dengan cara menjemur di bawah sinar matahari
langsung memiliki banyak kelemahan yaitu sangat tergantung dengan cuaca, suhu
yang tidak terkontrol dan rawan terhadap kontaminasi. Suhu yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan kerusakan pada bahan diantaranya, terpenoid hidrokarbon,
minyak atsiri, seskuiterpen lakton, dan senyawa-senyawa yang memiliki ikatan
rangkap (Ma’mun et al, 2006).
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang
masih tertinggal pada simplisia kering. Kemudian dilakukan pengepakan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
penyimpanan menggunakan wadah yang bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi
dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan
warna, bau, rasa, dan sebagainya. Selain itu wadah harus melindungi simplisia
dari cemaran mikroba, kotoran dan serangga, serta mempertahankan senyawa
aktif yang mudah menguap atau terhindar dari sinar matahari (Prasetyo dan
Inoriah, 2013).
G. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan pemisahan zat aktif jaringan tanaman atau hewan
dari komponen inaktif atau inert dengan menggunakan pelarut yang selektif sesuai
dengan prosedur standar. Tujuan dari prosedur standar untuk ekstraksi simplisia
adalah mendapatkan zat aktif yang diinginkan. Ekstrak yang diperoleh mungkin
siap untuk digunakan sebagai agen obat dalam bentuk tincture dan ekstrak cair,
atau dapat diproses lebih lanjut untuk dimasukkan dalam bentuk sediaan seperti
tablet atau kapsul. Ekstrak yang diperoleh juga dapat difraksinasi untuk
mengisolasi suatu senyawa kimia yang lebih spesifik. Beberapa teknik ekstraksi
yang sering digunakan adalah maserasi, perkolasi, digesti, dan sokletasi (Handa,
Khanuja, Longo, and Rakesh, 2008). Terdapat 2 cara ekstraksi menggunakan
pelarut, yaitu cara dingin dan cara panas. Untuk yang cara dingin antara lain:
1. Maserasi
Proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Secara teknologi,
maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
keseimbangan konsentrasi. Untuk maserasi kinetik berarti dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pengadukan secara kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
ekstraksi dengan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat
pertama dan seterusnya. Metode ini merupakan pilihan terbaik untuk
ekstraksi simplisia yang mengandung senyawa-senyawa yang termolabil
(Depkes RI, 2000).
2. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).
Untuk ekstraksi cara panas, antara lain:
1. Digesti
Maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang
lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu umumnya dilakukan pada
temperatur 40º-50º C (Depkes RI, 2000).
2. Sokletasi
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstran dengan adanya pendingin balik. Metode ini
tidak dapat digunakan untuk senyawa-senyawa yang termolabil karena
pemanasan yang dapat menyebabkan degradasi senyawa tersebut (Depkes
RI, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampa 3-5 kali sehinggan dapat diperoleh proses ekstraksi
sempurna (Depkes RI, 2000).
4. Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur 96º-98º C selama
15-20 menit (Depkes RI, 2000).
5. Dekok
Infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur sampai
titik didih air. Ekstraksi ini digunakan untuk simplisia yang mengandung
senyawa larut air dan stabil terhadap pemanasan (Depkes RI, 2000).
H. Kromatografi
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari 2 fase,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu
dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam absorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau
kerapatan muatan ion (Kemenkes RI, 2013).
Teknik kromatograafi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di
antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya. Umumnya zat terlarut
dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau
gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penjerap seperti
halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel, dan resin penukar ion, atau
dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam
dan fase gerak (Kemenkes RI, 2013).
Jenis-jenis kromatografi dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian FHI adalah Kromatografi Lapis
Tipis (KLT), Kromatografi Gas (KG), dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT). KLT umumnya lebih banyak digunakan untuk tujuan identifikasi,
karena mudah dan sederhana serta memberikan pilihan fase diam yang lebih luas
dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif dari
suatu campuran (Kemenkes RI, 2013).
Dalam KLT, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang
dilapiskan pada lempeng kaca, plastik, atau logam secara merata, umumnya
digunakan lempeng kaca. KLT dapat memisahkan senyawa berdasarkan tigkat
kepolarannya. Perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak
rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai titik yang memberikan
intensitas maksimum pada bercak, dinyatakan sebagai harga Rf (Kemenkes RI,
2013). Petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak pada KLT, antara
lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
1. Fase gerak harus memiliki kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisihan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel,
polaritas fase gerak akan meentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga
menentukan nilai Rf.
4. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut
sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol dengan
perbandingan tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).
I. Spektrofotometri
Spektrofotometri UV/Visibel memiliki prinsip yaitu radiasi pada rentang
panjang gelombang 200–700 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa.
Elektron pada ikatan dalam molekul menjadi tereksitasi sehingga berada pada
keadaan energi yang lebih tinggi dalam proses menyerap sejumlah energi yang
melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan di dalam
ikatan molekul, panjang gelombang radiasi yang diserap semakin panjang
(Watson, 2010).
Absorpsi cahaya ultraviolet atau cahaya tampak mengakibatkan adanya
transisi elektronik, yaitu perpindahan elektron dari orbital dasar yang energinya
rendah menuju keadaan tereksitasi yang energinya lebih tinggi. Panjang
gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya
perpindahan elektron. Molekul – molekul yang memerlukan energi lebih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
untuk memindahkan elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
pendek dan begitu sebaliknya (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis:
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal yang perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi
senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang
digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
Reaksinya selektif dan sensitif
Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel
Hasil reaksi stabil dalam dalam jangka waktu yang lama
Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengatur pH, pemakaian masking agent
atau penggunaan teknik ekstraksi (Gandjar dan Rohman, 2007).
b. Waktu Operasional (Operating Time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran
yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara
waktu pengukuran dengan absorbansi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada saat awal terjadi reaksi, absorbansi senyawa yang berwarna ini
meningkat sampai waktu tertentu hingga diperoleh absorbansi yang stabil.
Semakin lama pengukuran, maka ada kemungkinan senyawa yang berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tersebut menjadi rusak atau terurai sehingga intensitas warnanya turun
akibatnya absorbansinya juga turun (Gandjar dan Rohman, 2007).
c. Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih
panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan
antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).
Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang
maksimal, yaitu:
Pada panjang gelombang maksimal, bentuk kurva kepekaannya juga
maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan
absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar
dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.
Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika
digunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman, 2007).
d. Pembuatan Kurva Baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi
(y) dengan konsentrasi (x). Penyimpangan dari garis lurus biasanya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
disebabkan oleh kekuatan ion yang tinggi, perubahan suhu, dan reaksi ikutan
yang terjadi (Gandjar dan Rohman, 2007).
e. Pembacaan Absorbansi Sampel atau Cuplikan
Absorban yang terbaca hendaknya antara 0,2 - 0,8 atau 15% - 70% jika
dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini ini berdasarkan anggapan bahwa
kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (Gandjar dan Rohman,
2007).
J. Landasan Teori
Sisik naga merupakan tumbuh-tumbuhan epifit kecil dengan akar
rimpang tipis, merayap jauh. Daun satu sama lain tumbuh pada jarak yang
pendek, tangkai pendek, tidak terbagi, pinggir utuh, berdaging atau seperti kulit,
permukaan buah tidak berbulu sama sekali atau sedikit. Tumbuhan sisik naga
mengandung minyak atsiri, terpenoid, fenol, tanin, flavonoid, saponin, steroid.
Penentuan karakter simplisia dan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan
metanol tumbuhan sisik naga dilakukan dengan uji pemeriksaan mikroskopik
simplisia berupa serbuk simplisia, akar, batang dan daun, kemudian penetapan
kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut air, penetapan kadar sari tidak
larut asam, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, dan uji
kandungan kimia ekstrak menggunakan KLT.
Tumbuhan sisik naga mengandung senyawa flavonoid, tanin, steroid atau
triterpenoid, minyak atsiri dan glikosida falvonoid (Sahid, et al, 2013). Metanol
dapat melarutkan flavonoid, glikosida flavonoid, tanin, steroid, senyawa fenolik,
saponin, dan alkaloid karena metanol merupakan pelarut universal yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
gugus polar (-OH) dan gugus non polar (CH3) sehingga dapat menarik analit-
analit yang bersifat polar maupun non polar. Minyak atsiri dan steroid dapat larut
dalam senyawa non polar karena tersusun atas senyawa triterpenoid. Triterpenoid
tersusun dari rantai panjang hidrokarbon C30 yang menyebabkan sifatnya non
polar sehingga dapat mudah terekstrak dalam pelarut yang bersifat non polar.
Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan
suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang
517 nm dengan warna ungu. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron
menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang
sebanding dengan jumlah elektron yang diambil.
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah
harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition
Concentration (IC50), yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%.
K. Hipotesis
1. Karakter simplisia dan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan
sisik naga pohon inang tanaman teh sudah memenuhi standar.
2. Ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga pohon
inang tanaman teh memiliki aktivitas antioksidan yang dinyatakan dalam IC50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dengan rancangan
acak lengkap pola searah. Merupakan jenis penelitian eksperimental karena
penelitian ini mencari hubungan sebab akibat dari ekstrak diklorometan, etil
asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga yang menempel pada pohon inang teh
yang digunakan dengan nilai IC50 yang dihasilkan. Rancangan acak karena
pengambilan sampel tumbuhan sisik naga yang menempel pada pohon inang teh
dilakukan secara acak, tidak ada pemilihan secara khusus. Rancangan lengkap
karena terdapat kontrol positif, kontrol negatif dan kelompok perlakuan.
B. Variabel
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak diklorometan,
etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh.
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan
tumbuhan sisik naga pohon inang teh (%IC).
3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah waktu pemanenan,
waktu inkubasi, suhu pada saat inkubasi.
4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi cuaca
pada tempat tumbuh tumbuhan, umur tumbuhan yang dipanen, dan
kelembaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
C. Definisi Operasional
1. Ekstrak diklorometan tumbuhan sisik naga pohon inang teh adalah hasil dari
proses maserasi simplisia kering tumbuhan sisik naga pohon inang teh yang
menggunakan menggunakan pelarut dikloromethan sampai filtrat jernih.
2. Ekstrak etil asetat tumbuhan sisik naga pohon inang teh adalah hasil dari
proses maserasi simplisia kering tumbuhan sisik naga pohon inang teh yang
menggunakan menggunakan pelarut asetat sampai filtrat jernih.
3. Ekstrak metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh adalah hasil dari
proses maserasi simplisia kering tumbuhan sisik naga pohon inang teh yang
menggunakan menggunakan pelarut metanol sampai filtrat jernih.
4. Penetapan karakter tumbuhan sisik naga pohon inang teh meliputi
pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu
tidak larut asam, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut
etanol, dan uji kandungan kimia ekstrak sisik naga.
5. Persen inhibition concentration (%IC) adalah nilai yang diperoleh dari selisih
absorbansi larutan kontrol (tanpa sampel sisik naga) dan larutan dengan
sampel sisik naga dibagi larutan kontrol dikalikan 100%.
6. Inhibition Concentrations 50 (IC50) merupakan nilai konsentrasi ekstrak
tanaman sisik naga yang menghasilkan penangkapan 50% radikal bebas
(DPPH).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
D. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
Tumbuhan
Tumbuhan yang diteliti adalah tumbuhan sisik naga yang tumbuh
pada pohon inang teh diperoleh dari perkebunan teh di daerah
Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah dan telah diidentifikasi di
Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
Bahan Kimia
Air suling, bahan kualitas teknis Brataco Chemica, yaitu
dikorometan, etil asetat, metanol, bahan berkualitas pro analitik (E.Merck)
yaitu, toluen, asam asetat, metanol, n-butanol, lempeng silika, eugenol,
alumunium klorida, besi 3 klorida, dan bahan kualitas pro analitik Sigma
Chem Co., USA meliputi, DPPH, Rutin, Asam tanat, β sitosterol.
2. Alat penelitian
Alat penggiling, bejana maserasi, peralatan kromatografi lapis tipis,
pH meter (Eutech Instrumen pH 510) penguap putar (rotary evaporator)
(Buchi R-205, Jerman), spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U 2000, Jepang),
peralatan gelas, mikropipet (Acura 825, Socorex).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan sisik naga pohon inang teh dilakukan di
Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta menggunakan bahan acuan United States Department of
Agriculture.
2. Pengumpulan Tumbuhan Sisik Naga
Tumbuhan sisik naga pohon inang tanaman teh diambil dari
perkebunan Teh Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah tanggal 16 Mei 2015
pukul 06.00 WIB.
3. Pembuatan Simplisia Tumbuhan Sisik Naga
Tumbuhan sisik naga pohon inang teh yang didapat dilakukan sortasi
basah untuk menghilangkan pengotor serta tumbuhan lain. Setelah itu
pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel seperti
debu dan serangga. Bagian daun dipisahkan dari bagian tumbuhan lain yang
terikut saat pengumpulan. Kemudian dicuci dengan air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang melekat lalu ditiriskan sampai sisa air
menghilang. Tumbuhan sisik naga dikeringkan dalam oven pada suhu 40º C.
Dikatakan kering jika daun dapat hancur ketika diremas dengan tangan.
Setelah kering, tumbuhan sisik naga pohon inang teh disortasi kering untuk
menghilangkan pengotor-pengotornya. Tumbuhan sisik naga pohon inang teh
yang telah disortasi kering kemudian diserbuk menggunakan blender, lalu
diayak. Digunakan ayakan dengan nomer 40 mesh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4. Ekstraksi Tumbuhan Sisik Naga
Serbuk kering tumbuhan sisik naga pohon inang teh ditimbang kurang
lebih 100 g dimaserasi dengan pelarut diklorometan. Kemudian dilakukan
remaserasi dengan pelarut sama sampai filtrat hasil maserasi jernih. Hasil
maserasi disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacuum
rotary evaporator pada suhu lebih kurang 500 C sehingga diperoleh ekstrak
kental diklorometan. Ampas dikeringkan kemudian dimaserasi kembali
dengan pelarut etil asetat dan diremaserasi hingga hasil maserasi jernih. Hasil
maserasi disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacuum
rotary evaporator pada suhu lebih kurang 500 C sehingga diperoleh ekstrak
kental diklorometan. Ampas dikeringkan kemudian dimaserasi kembali
dengan pelarut metanol dan diremasirasi hingga hasil maserasi jernih kemudian
hasil maserasi disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan vacuum
rotary evaporator pada suhu lebih kurang 500 C sehingga diperoleh ekstrak
kental etil asetat dan ekstrak kental metanol. Masing-masing ekstrak ditimbang
dan dihitung rendemen ekstrak.
5. Karakterisasi Ekstrak
a. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik tumbuhan sisik naga pohon inang teh
dilakukan dengan menggunakan bagian dari penampang melintang dan
penampang membujur daun serta batang tumbuhan sisik naga dan serbuk
tumbuhan sisik naga kering yang dipotong tipis menggunakan alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pemotong khusus dengan bantuan kloralhidrat yang kemudian dipanaskan
untuk melihat fragmen pengenal pada tumbuhan.
b. Penetapan Kadar Abu Total
Timbang seksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan
dan masukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan
perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang. Jika dengan cara
ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring melalui
kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan
dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan
hingga bobot tetap.kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji,
dinyatakan dalam % b/b.
c. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Didihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total
dengan 25 mL asam klorida ence LP selama 5 menit. Kumpulkan bagian
yang tidak larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci
dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang
tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam
% b/b.
d. Penetapan Kadar Sari Larut Air
Timbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan di udara. Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100
mL air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan
selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105º C dan ditara, panaskan
sisa pada suhu 105º C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut
air.
e. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Timbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah
dikeringkan di udara. Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100
mL etanol P, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18
jam. Saring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20 mL
filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah
dipanaskan 105º C dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105º C hingga bobot
tetap. Hitung kadar dalam % sari larut etanol.
f. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
Ekstrak diklorometana, etil asetat, dan ekstrak metanol tumbuhan
sisik naga yang digunakan untuk identifikasi ekstrak secara KLT dibuat
dengan melarutkan 0,5 g ekstrak diklorometan/ ekstrak etil asetat / ekstrak
metanol tumbuhan sisik naga dengan pelarut yang sesuai dimana ekstrak
larut. Ekstrak ditotolkan pada fase diam silika gel GF254 dengan
menggunakan mikrohematokrit sebanyak 5-10 ul. Fase gerak yang
digunakan meliputi :
- toluen :etil asetat (93:7 v/v) dengan pembanding eugenol
- n butanol: asam asetat:air (4:1:5 v/v) dengan pembanding rutin
- n butanol: asam asetat : air (5:1:4 v/v) dengan pembanding asam tanat
0,05% dalam etanol 70%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
- Etil Asetat : Toluene (9 : 1 v/v) dengan pembanding β-sitosterol
Deteksi dilakukan pada sinar UV 254 dan 366 nm dan pereaksi
semprot FeCl3 dan AlCl3. Bercak yang muncul dibandingkan dengan
standar.
6. Uji Aktivitas Antioksidan
Pada masing-masing ekstrak dari tumbuhan sisik naga pohon inang
teh (ekstrak diklorometan, ekstrak etil asetat, ekstrak metanol) diuji aktivitas
antioksidan dengan metode Bloiss dengan beberapa modifikasi. Nilai IC50
dihitung dengan menggunakan rumus persamaan regresi.
a. Uji Pendahuluan (Optimasi Panjang Gelombang DPPH)
Larutan DPPH yang telah dibuat dengan konsentrasi 20 µg/mL
ditentukan spektrum serapannya menggunakan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang 400 nm hingga 700 nm. Dan ditentukan panjang
gelombang optimumnya.
b. Uji Pendahuluan (Penentuan Reaction Time)
Menggunakan 3 konsentrasi rutin (0,005 mg/mL ; 0,015 mg/mL;
0,025 mg/mL. Sebanyak 3,8 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam
tabung reaksi tetutup kemudian ditambah dengan 0,2 mL larutan standar
rutin. Campuran larutan tadi kemudian dikocok kuat. Larutan dibaca
absorbansi dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang
maksimal hasil scanning, selama 60 menit sampai diketahui terjadi
penurunan absorbansi secara nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
c. Pembuatan Larutan
1) Pembuatan Larutan DPPH
Sejumlah 10 mg DPPH ditimbang dan dilarutkan dalam 100
mL metanol p.a didapatkan kosentrasi 100 ug/mL. Kemudian dipipet
20 mL kemudian dicukupkan volumenya dengan 100 mL metanol p.a
(20 ug/mL).
2) Pembuatan Larutan Uji Ekstrak
a. Ekstrak Diklorometan
Pembuatan larutan induk (konsentrasi 10 mg/mL).
Sejumlah 100 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL
metanol p.a hingga homogen.
Pembuatan larutan seri (konsentrasi 0,1; 0,5; 1,0; 1,5; dan
2,0 mg/mL). Dipipet masing-masing 0,1; 0,5; 1; 1,5; dan 2 mL
dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan dicukupkan
volumenya dengan metanol p.a hingga 10 mL.
b. Ekstrak Etil Asetat
Pembuatan larutan induk (konsentrasi 5 mg/mL).
Sejumlah 50 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL
metanol p.a hingga homogen.
Pembuatan larutan seri (konsentrasi 0,15; 0,25; 0,4; 0,5;
dan 0,6 mg/mL). Dipipet masing-masing 0,3; 0,5; 0,8; 1,0; dan
1,2 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan dicukupkan
volumenya dengan metanol p.a hingga 10 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
c. Ekstrak Metanol
Pembuatan larutan induk (konsentrasi 1 mg/mL).
Sejumlah 10 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL
metanol p.a hingga homogen.
Pembuatan larutan seri (konsentrasi 0,06; 0,09; 0,12; 0,15;
dan 0,18 mg/mL). Dipipet masing-masing 0,6; 0,9; 1,2; 1,5; dan
1,8 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan dicukupkan
volumenya dengan metanol p.a hingga 10 mL.
3) Pembuatan Larutan Blanko
Larutan blanko yang digunakan adalah 0,2 mL metanol p.a
dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 3,8 mL DPPH,
dikocok hingga homogen. Didiamkan selama 30 menit (Reaction
Time).
4) Pembuatan Larutan Standar Rutin
Pembuatan larutan induk (konsentrasi 1000 µg/mL).
Sejumlah 10 mg rutin ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL metanol
p.a hingga homogen.
Pembuatan larutan seri (konsentrasi 0,01; 0,02; 0,03; 0,04;
0,05 mg/mL). Dipipet masing-masing ; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 mL
dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan dicukupkan volumenya
dengan metanol p.a hingga 10 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Pengujian Aktivitas Antioksidan
Dari masing-masing larutan uji dipipet 0,2 mL dimasukkan
kedalam tabung reaksi, ditambahkan 3,8 mL DPPH 35 µg/mL, dikocok
hingga homogen, diinkubasi pada suhu 37o C selama 30 menit (Reaction
Time) dan diukur serapannya pada panjang gelombang 516 nm. Dilakukan
pengujian yang sama untuk pembanding rutin.
e. Perhitungan Nilai IC50
Nilai IC50 dihitung berdasarkan persen inhibisi terhadap radikal
DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel dengan rumus :
% inhibisi = (Abs blanko – Abs sampel/ Abs blanko) x 100%
Setelah didapatkan presentasi inhibisi dari masing-masing
konsentrasi, kemudian dintentukan persamaan y = a + bx dengan
perhitungan secara regresi linear dimana x adalah konsentrasi (µg/mL) dan
y adalah presentase inhibisi (%). Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan
Inhibition Concentration 50% (IC50) yaitu konsentrasi sampel yang dapat
meredam radikal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tumbuhan Sisik Naga
Tujuan determinasi tumbuhan yaitu untuk memastikan kebenaran dari
tanaman dari identitas tumbuhannnya untuk analisis fitokimia. Determinasi
tumbuhan ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk sebuah
penelitian yang menggunakan sampel berupa tanaman. Determinasi tumbuhan
sisik naga pohon inang teh dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma menurut United States Department
of Agriculture tahun 2005.
Hal ini dikuatkan dengan adanya pembuktian berupa surat determinasi
tanaman (lampiran 2) yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menyatakan
kebenaran identitas tumbuhan yang digunakan dalam penelitian, serta herbarium
yang disimpan dalam laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Pengumpulan Tumbuhan Sisik Naga
Tumbuhan sisik naga pohon inang teh diperoleh dari kawasan kebun teh
di daerah Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Tumbuh-tumbuhan ini
tersebar di seluruh Asia Tropik, di daerah dengan musim kering yang banyak
hujan, dari daerah datar hingga ± 1000 m di atas permukaan laut, tumbuh secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
umum pada batang, dahan pohon dan perdu yang daunnya tidak begitu lebat
(Heyne, 1987).
Diambil tumbuhan sisik naga pohon inang teh dengan daun yang masih
segar dan berbagai ukuran serta bentuk daun. Pengambilan dilakukan pada
tanggal 16 Mei 2015 di pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB sebelum matahari
terbit. Dilakukan pada pagi hari karena kondisi dan cuaca dapat mempengaruhi
kualitas dari tumbuhan. Menurut Pallipane dan Rolle, 2008, pemanenan paling
baik dapat dilakukan pada cuaca paling sejuk, ketika aktivitas fisiologis tanaman
rendah. Dapat dilakukan malam hari atau pagi hari.
C. Pengeringan Tumbuhan Sisik Naga
Tujuan dilakukan pengeringan tumbuhan sisik naga pohon inang teh
adalah untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung di dalam tumbuhan
dan untuk mengawetkan tumbuhan. Proses pengeringan tumbuhan sisik naga
pohon inang teh antara lain, sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering,
pengepakkan dan penyimpanan. Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan
tumbuhan dari tumbuhan lain dan pengotor-pengotor lain, kemudian dilakukan
pencucian menggunakan air mengalir agar dapat menghilangkan pengotor yang
tertinggal di tumbuhan.
Setelah itu dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari dan oven
untuk mengurangi kadar air yang ada di dalam simplisia. Simplisia kering
kemudian disortasi kering untuk memisahkan pengotor-pengotor yang masih
tertinggal, kemudian disimpan dalam wadah yang dapat melindungi zat aktif
simplisia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
D. Penyerbukan Tumbuhan Sisik Naga
Hasil simplisia yang telah kering kemudian diserbuk dengan cara
dihaluskan menggunakan blender. Menurut penelitian Subositi, dilakukan
penyerbukan dengan tujuan untuk mendapatkan ukuran partikel yang kecil
sehingga luas permukaan simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari
menjadi lebih besar dengan memperkecil ukuran partikelnya. Semakin besar luas
permukaan, semakin cepat laju pelarutannya. Didapatkan bobot serbuk halus
561,24 gram hasil pengayakan dengan nomor mesh 40.
Tabel II. Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Nomor Mesh (Sigma-Aldrich,
2016).
No. Mesh Inchi Standar (mm)
4 0,187 4,760
5 0,157 4,000
6 0,132 3,360
7 0,111 2,830
8 0,094 2,380
10 0,078 2,000
20 0,033 0,841
30 0,023 0,595
40 0,016 0,420
50 0,012 0,297
60 0,010 0,250
70 0,008 0,210
80 0,007 0,177
100 0,006 0,149
120 0,005 0,125
140 0,004 0,105
170 0,003 0,088
270 0,002 0,053
400 0,001 0,037
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
E. Ekstraksi Tumbuhan Sisik Naga
Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan senyawa yang terdapat di dalam
tumbuhan sisik naga berupa ekstrak kental. Serbuk halus yang didapatkan dibagi
menjadi 5 replikasi dengan berat 100 gram pada masing-masing replikasi.
Digunakan 3 pelarut untuk ekstraksi, diklorometan, etil asetat, dan metanol.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi kemudian dilakukan
remaserasi hingga filtrate jernih. Menurut Ma’mun, 2006 remaserasi dilakukan
hingga filtrat (diklorometan, etil asetat, metanol) jernih agar kandungan kimia
yang terdapat di dalam tumbuhan tersari sempurna. Tujuan digunakannya 3
pelarut adalah untuk memisahkan senyawa yang bersifat non polar
(diklorometan), semi polar (etil asetat), dan polar (metanol).
Setelah semua hasil maserasi dikumpulkan, filtrat dipekatkan menggunakan
rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan
metanol. Setelah dipekatkan menggunakan rotary evaporator kemudian
dipekatkan menggunakan waterbath untuk mendapatkan bobot tetap, menurut
Depkes RI, 1989, yang dimaksudkan dalam bobot tetap ini bahwa 2 kali
penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang
ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah zat dikeringkan selama 1 jam.
Didapatkan bobot dan % rendemen diklorometan 3,35% b/b; etil asetat 1,05% b/b;
dan metanol 11,98% b/b. % rendemen menggambarkan banyaknya kandungan
senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak. Dari hasil penelitian, % rendemen
ekstrak metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh paling besar, hal ini
dikarenakan metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
melarutkan analit yang bersifat polar maupun non polar. Menurut penelitian
Astarina, Astuti, dan Warditiani, 2013, metanol dapat menarik lebih banyak
metabolit sekunder antara lain senyawa fenolik, tanin, alkaloid, steroid, saponin,
dan flavonoid.
F. Pemeriksaan Mikroskopik
Pengamatan mikroskopik bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur
anatomi jaringan yang khas pada tumbuhan sisik naga. Menurut Materia Medika
Indonesia Jilid V, pengamatan mikroskopik pada penampang melintang melalui
tulang daun sisik naga tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk
persegi panjang, kutikula tebal, stomata terdapat lebih banyak daripada epidermis
atas dan kadang-kadang terdapat rambut penutup berbentuk bintang, epidermis
bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tebal.
Mesofil tidak mempunyai jaringan palisade, jaringan bunga karang terdiri dari
beberapa lapis sel, terdapat sel sekresi, berkas pembuluh tipe konsentris
amfikibral. Serbuk berwarna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah sel
epidermis atas bentuk tidak beraturan, dinding tebal bergelombang, sel epidermis
bawah tidak beraturan, pada epidermis bawah terdapat stomata kriptopor dengan
tipe anomisitik, sel sekresi, rambut penutup bentuk bintang, dan sel parenkim
mesofil besar bentuk poligonal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Hasil Mikrokopik MMI Jilid V Keterangan
2
1
Sayatan permukaan bawah daun
2 1
1. Stomata
2. Epidermis bawah
1
Penampang membujur daun
1
1. Rambut penutup
1 2
Fragmen serbuk simplisia
2
1
1. Epidermis bawah
2. Parenkim mesofil
Gambar 2. Hasil uji mikroskopik dengan pembanding MMI Jilid V
Hasil pemeriksaan mikroskopik tumbuhan sisik naga didapatkan ciri khas
yang sesuai dengan Materia Medika Indonesia Jilid V antara lain, stomata,
epidermis bawah, rambut penutup, dan parenkim mesofil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
G. Karakterisasi Tumbuhan Sisik Naga
Karakterisasi simplisia dan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol
tumbuhan sisik naga pohon inang teh bertujuan untuk mengetahui apakah telah
memenuhi mutu. Syarat mutu adalah semua paparan yang tertera dalam
monografi yang merupakan syarat mutu simplisia dan ekstrak yang bersangkutan.
Suatu simplisia dan ekstrak tidak dapat dikatakan bermutu jika tidak memenuhi
syarat mutu tersebut. Syarat mutu ini berlaku bagi simplisia dan ekstrak dengan
tujuan pemeliharaan kesehatan dan pengobatan yang tertera di dalam Farmakope
Herbal Indonesia, 2013.
Menurut Materia Medika Indonesia Jilid V, standarisasi mutu tumbuhan
sisik naga, antara lain kadar abu < 8%, kadar abu yang tidak larut dalam asam <
4,5%, kadar sari yang larut dalam air > 25,5%, kadar sari yang larut dalam etanol
> 6%, dan bahan organik asing < 2%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel III. % Kadar Uji Karakteristik Simplisia, Ekstrak
Diklorometan, Etil Asetat, dan Metanol
% Kadar Abut Total (% b/b)
Replikasi Serbuk
Simplisia
Ekstrak
Diklorometan
Ekstrak
Etil Asetat
Ekstrak
Metanol
1 2,0682 1,5464 2,0682 2,1163
2 1,3012 1,8629 1,3012 2,5577
3 2,8201 1,6243 2,8201 1,9962
% Kadar Abut Tidak Larut Asam (% b/b)
Replikasi Serbuk
Simplisia
Ekstrak
Diklorometan
Ekstrak
Etil Asetat
Ekstrak
Metanol
1 0,6631 0,1305 0,6289 0,1480
2 0,7193 0,1222 0,8839 0,1097
3 0,7801 0,0914 0,7136 0,1810
% Kadar Sari Larut Air (% b/b)
Replikasi Serbuk
Simplisia
Ekstrak
Diklorometan
Ekstrak
Etil Asetat
Ekstrak
Metanol
1 26,2135 5,6796 9,7058 69,6787
2 26,1980 4,9484 10,1428 80,3280
3 27,2404 5,9223 8,5714 74,7156
% Kadar Sari Larut Etanol (% b/b)
Replikasi Serbuk
Simplisia
Ekstrak
Diklorometan
Ekstrak
Etil Asetat
Ekstrak
Metanol
1 26,4646 14,9494 50,8333 68,1553
2 23,3636 13,1730 45,4054 61,5406
3 27,6237 20,9223 90,2702 72,4257
Dari hasil penelitian, serbuk simplisia tumbuhan sisik naga pohon inang teh
telah memenuhi standar mutu yang tertera pada Materia Medika Indonesia Jilid V.
H. Kandungan Kimia Ekstrak
Uji kandungan kimia ekstrak bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kandungan senyawa secara spesifik yang ada dalam ekstrak
diklorometan, etil asetat, dan metanol sisik naga dengan membandingkan harga Rf
dengan senyawa standar. Senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak
merupakan senyawa identitas dari ekstrak tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Penentuan kandungan kimia ekstrak secara kualitatif dilakukan dengan
metode KLT. Digunakan KLT karena pelaksanaannya cukup sederhana,
pemisahannya cepat, dan dapat memisahkan sampel dalam jumlah kecil. Prinsip
pemisahan dengan metode KLT adalah pemisahan yang terjadi karena molekul-
molekul sampel tertahan pada fase diam atau dibawa oleh fase gerak, bergantung
pada afinitas senyawa untuk kedua fase tersebut (Harmita, 2002).
Penelitian ini menggunakan sampel ekstrak diklorometan, etil asetat, dan
metanol tumbuhan sisik naga yang dibandingkan dengan standar eugenol, rutin,
asam tanat, dan β-sitosterol untuk mencari kandungan minyak atsiri, flavonoid,
tanin, dan steroid. Pada penelitian, sebelum dilakukan elusi pada sampel maupun
standar, bejana yang digunakan dijenuhkan terlebih dahulu menggunakan fase
gerak agar elusi berjalan baik (merata/tidak miring). Jenuhnya bejana dapat
diketahui bila kertas saring telah terbasahi seluruhnya, maka tujuan dari
pemberian kertas saring untuk meratakan penjenuhan uap di dalam chamber.
Lempeng silika yang digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu selama ±30
menit pada suhu 110ºC agar silika dalam keadaan kering, karena jika silika yang
digunakan keadaan basah akan sulit menyerap senyawa yang akan dipisahkan.
Deteksi yang digunakan dalam penelitian ada deteksi fisika dan kimia. Deteksi
fisika menggunakan lampu UV 254 nm dan 366 nm, sedangkan deteksi kimia
menggunakan FeCl3 dan AlCl3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1. Pengujian Senyawa Minyak Atsiri
Fase Diam : Silika gel GF254
Fase Gerak : Toluen : Etil asetat (93:7 v/v)
Pembanding : Eugenol
Tabel IV. Nilai Rf Sampel dan Standar Eugenol
No. Ekstrak Deteksi Pereaksi
Kimia (FeCl3)
Deteksi UV 254 Deteksi UV 366
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
1. Diklorometan 0,16
0,19
0,34
Hijau
0,3 Pemadaman
0,16
0,19
0,28
0,34
0,55
0,63
0,68
0,81
Merah
2. Etil Asetat - - - - 0,15
0,17
0,27
0,31
0,33
0,55
0,62
Merah
3. Metanol - - - - 0,32 Merah
4. Standar
Eugenol
0,51 Ungu 0,51 Pemadaman 0,11
0,31
0,51
Biru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Rf Rf
1,00 1,00
0,50 0,50
A B C D 0,00 A B C D 0,00
Ekstrak Diklorometan Ekstrak Etil Asetat
Gambar 3. Hasil elusi KLT standar eugenol dan sampel. Keterangan A :
Standar eugenol, B: Ekstrak pohon inang jambu air, C: Ekstrak pohon inang
kopi, D : Ekstrak pohon inang teh
Hasil dari KLT pada Tabel IV dan Gambar 3, menunjukkan bahwa
hasil kualitatif pada ekstrak diklorometan dan etil asetat diduga mengandung
minyak atsiri dilihat dari nilai Rf yaitu 0,55 sedangkan Rf standar eugenol
0,51 pada deteksi sinar UV 366 nm. Menurut Pavithra, 2015, eugenol
merupakan komponen dari minyak cengkeh dan minyak wangi yang
memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, dan efek antiviral.
2. Pengujian Senyawa Flavonoid
Fase Diam : Silika gel GF254
Fase Gerak : n butanol : asam asetat : air (4:1:5 v/v)
Pembanding : Rutin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Rf Rf
Tabel V. Nilai Rf Sampel dan Standar Rutin
No. Ekstrak Deteksi Pereaksi
Kimia (AlCl3)
pada UV 366
Deteksi UV 254 Deteksi UV 366
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
1. Diklorometan 0,45
0,52
Putih
0,88 Pemadaman
0,88 Merah
2. Etil Asetat 0,52
0,60
Kuning
- - - -
3. Metanol 0,15
0,39
0,41
0,52
0,60
0,65
Kuning
Biru
0,15
Pemadaman
0,15
0,41
0,52
0,65
Biru
4. Standar Rutin 0,52
0,60
Kuning 0,52
Pemadaman 0,52
Pemadaman
1,00 1,00
0,50 0,50
A B C D 0,00 A B C D 0,00
Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Metanol
Gambar 4. Hasil elusi KLT standar rutin dan sampel. Keterangan A :
Standar rutin, B: Ekstrak pohon inang jambu air, C: Ekstrak pohon inang
kopi, D : Ekstrak pohon inang teh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Dari Tabel V dan Gambar 4, menunjukkan bahwa hasil kualitatif KLT
dari ekstrak etil asetat dan metanol sisik naga pohon inang inang teh memiliki
kandungan flavonoid, dapat dilhat dari nilai Rf dan warna elusi, nilai Rf pada
ekstrak etil asetat, metanol dan standar rutin 0,52 dan berpendar warna kuning
pada deteksi menggunakan AlCl3 dalam sinar UV 366 nm.
Pada hasil kualitatif KLT yang menggunakan standar rutin yang
merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas
antioksidan (Dighe, Gokarn, Shambhu, and Mestry, 2011). Selain rutin,
terdapat kaempferol, kuercetin, apigenin, dll yang dapat digunakan juga sebagai
anti-inflamasi, anti-alergi, antithrombotic, hepatoprotektif, antispasmodic, dan
anticancer. Untuk mengidentifikasi kandungan flavonoid dari ekstrak tanaman
melalui KLT, digunakan alumunium klorida ( Kale and Laddha, 2012).
3. Pengujian Senyawa Tanin
Fase Diam : Silika gel GF254
Fase Gerak : n butanol : asam asetat : air (5:1:4 v/v)
Pembanding : Asam Tanat 0,05% dalam etanol 70%
Tabel VI. Nilai Rf Sampel dan Standar Asam Tanat
No. Ekstrak Deteksi Pereaksi
Kimia (FeCl3)
Deteksi UV 254 Deteksi UV 366
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
1. Diklorometan 0,85
Hijau
0,85 Pemadaman
0,85 Merah
2. Etil Asetat 0,85 Hijau 0,85 Pemadaman 0,85 Merah
3. Metanol 0,1 Hitam 0,1
Pemadaman
0,42
0,63
Biru
4. Standar Asam
Tanat 0,05%
0,1 Hitam 0,1 Pemadaman 0,63
0,72
Kuning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Rf
Rf
1,00 1,00
0,50 0,50
A B C D 0,00 A B C D 0,00
Ekstrak Metanol UV 254 nm Ekstrak Metanol (FeCl3)
Gambar 5. Hasil elusi KLT standar tanin dan sampel. Keterangan A :
Standar asam tanat 0,05%, B: Ekstrak pohon inang jambu air, C: Ekstrak
pohon inang kopi, D : Ekstrak pohon inang teh
Dari Tabel VI dan Gambar 5, menunjukkan bahwa ekstrak metanol
mengandung tanin, yang dapat dilihat dari nilai Rf yang ada, nilai Rf pada
ekstrak maupun standar tanin sama, yaitu 0,1 pada UV 254 nm terjadi
pemadaman dan pada deteksi menggunakan FeCl3 terjadi warna hitam.
Penggunaan FeCl3 sebagai deteksi kimia untuk menunjukkan warna
biru kehitaman atau hijau kehitaman yang menunjukkan adanya tanin
(Diniatik, Kusuma, dan Purwaningrum, 2011). Digunakan deteksi FeCl3
karena tanin merupakan bagian dari senyawa fenolik yang ditunjukkan dari
adanya perubahan warna karena reaksi FeCl3 dengan salah satu gugus
hidroksil pada senyawa tanin (Astarina, Astuti, dan Warditiani, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4. Pengujian Senyawa Steroid
Fase Diam : Silika gel GF254
Fase Gerak : etil asetat : toluena (9:1: v/v)
Pembanding : β-sitosterol
Uji kualitatif KLT menggunakan β-sitosterol bertujuan untuk
mengetahui kandungan steroid dalam ekstrak sisik naga pohon inang teh.
Menurut Hadadare dan Salunkhe, 2013, β-sitosterol merupakan phytosterols
(plant sterols) yang memiliki struktur mirip dengan kolesterol, larut di dalam
alkohol. Steroid memiliki beberapa aktivitas farmakologi antara lain,
androgenic, antiadenomic, anticancer, antiedemic, antiinflammatory
(Supriya, Pratima, and Gabhe, 2010).
Tabel VII. Nilai Rf Sampel dan Standar β-sitosterol
No. Ekstrak Deteksi Pereaksi
Kimia (FeCl3)
Deteksi UV 254 Deteksi UV 366
Rf Warna Rf Warna Rf Warna
1. Diklorometan 0,72 Hijau
0,54
0,72
Pemadaman 0,66
0,72
Merah
2. Etil Asetat 0,72 Hijau 0,72 Pemadaman 0,72 Merah
3. Metanol - - - - 0,72 Merah
4. Standar β-
sitosterol
0,66 Ungu 0,66 Pemadaman 0,66 Biru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Rf
1,00
0,50
A B C D 0,00
Ekstrak Diklorometan UV 366
Gambar 6. Hasil elusi KLT Standar β-sitosterol dan sampel. Keterangan A :
Standar β-sitosterol, B: Ekstrak pohon inang jambu air, C: Ekstrak pohon
inang kopi, D : Ekstrak pohon inang teh
Dari Tabel VII dan Gambar 6, menunjukkan hasil kualitatif KLT
menggunakan standar β-sitosterol. Pada ekstrak diklorometan sisik naga
pohon inang teh terdapat kandungan steroid, hal ini ditunjukkan dengan nilai
Rf pada deteksi UV 366 nm pada ekstrak dan standar sebesar 0,66.
I. Uji Aktivitas Antioksidan Tumbuhan Sisik Naga
1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk menentukan
panjang gelombang yang dapat memberikan absorbansi optimal dengan adanya
sedikit perubahan konsentrasi dari hasil reaksi antara radikal DPPH dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
senyawa uji. Penentuan panjang gelombang maksimum digunakan konsentrasi
baku DPPH yaitu 0,02 mg/mL. Scanning penjang gelombang maksimum
dilakukan pada rentang panjang gelombang 400 nm - 600 nm. Didapatkan
panjang gelombang maksimum 516 nm. Menurut Molyneux, 2004, ada
beberapa macam panjang gelombang maksimum DPPH yang dapat digunakan,
antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm, dan 520 nm.
2. Penentuan Reaction Time / Operating Time (OT)
Penentuan OT bertujuan untuk mendapatkan rentang waktu pengukuran
absorbansi sampel yang tepat, dimana reaksi antara senyawa uji dengan radikal
DPPH telah berlangsung secara optimal sehingga dapat memberikan
absorbansi yang stabil. Menurut Molyneux, 2004, DPPH dapat memberikan
serapan karena memiliki gugus kromofor dan auksokrom, serta adanya
dekolorisasi elektron sehingga menghasilkan warna ungu.
Penentuan OT dilakukan untuk rutin sebagai senyawa baku pembanding.
Penentuan OT dilakukan pada 3 konsentrasi yang berbeda, yaitu konsentrasi
rendah, tengah, dan tinggi. Setiap konsentrasi akan memberikan nilai
absorbansi yang berbeda pada panjang gelombang maksimum, sehingga 3
konsentrasi tersebut dapat menggambarkan OT pada masing-masing
konsentrasi. Konsentrasi rutin yang digunakan yaitu 0,005 mg/mL, 0,015
mg/mL, 0,025 mg/mL. Pengukuran OT dilakukan pada panjang gelombang
maksimum yang telah didapatkan yaitu 516 nm. rentang waktu yang digunakan
untuk penentuan OT rutin yaitu 60 menit dengan selang waktu 5 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 7. Grafik kurva Operating Time DPPH dan rutin
Dari hasil yang ditampilkan (gambar 7), didapatkan OT selama 30 menit.
Hal ini ditunjukkan absorbansi yang stabil mulai dari menit ke 30. Nilai
serapan yang stabil berarti nilai serapan yang dihasilkan pada rentang waktu
tertentu memiliki selisih yang kecil. Dari penelitian Molyneux, 2004, OT
yang didapatkan sebesar 30 menit.
3. Uji Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan ekstrak sisik naga bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar aktivitas antioksidan pada tumbuhan sisik naga pohon inang
teh. Dalam penelitian ini digunakan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil
(DPPH). Prinsipnya adalah penangkapan elektron bebas dari senyawa radikal
yang menyebabkan berukurangngnya intensitas warna radikal DPPH dari ungu
menjadi kuning (Molyneux, 2004).
0,5
0,55
0,6
0,65
0,7
0 10 20 30 40 50 60 70
Ab
sorb
ansi
Waktu (menit)
KURVA OPERATING TIME
0,005 mg/ml
0,015 mg/ml
0,025 mg/ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar 8. Mekanisme reaksi radikal DPPH dengan senyawa antioksidan
(Yuhernita dan Juniarti, 2011).
Senyawa yang digunakan sebagai kontrol positif adalah rutin. Rutin
merupakan senyawa golongan flavonoid yang telah diketahui memiliki
aktivitas antioksidan. Menurut Kale dan Laddha, 2012, rutin memiliki gugus
–OH fenolat di dalam struktur rutin yang mereduksi DPPH sehingga terjadi
penurunan intensitas warna dari ungu menjadi kuning.
Gambar 9. Mekanisme reaksi rutin dengan radikal DPPH (Li, Xu, and
Chen, 2012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Parameter pengukuran aktivitas antioksidan adalah IC50 yang merupakan
konsentrasi senyawa uji yang diperlukan untuk menghambat radikal bebas
sebesar 50%. Nilai IC50 didapatkan dari persamaan regresi linear yang
menyatakan hubungan antara konsentrasi dengan persen aktivitas antioksidan
yang ditimbulkan. Semakin kecil konsentrasi IC50 yang dihasilkan, semakin
besar aktivitas antioksidan senyawa uji (Yuhernita dan Juniarti, 2011).
Tabel VIII. Nilai IC50 Rutin Dan Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat, dan
Metanol Tumbuhan Sisik Naga Pohon Inang Teh
Rutin
Replikasi IC50 (µg/ml) Rerata ± SD
1 46,1
2 48,5 47,270 ± 1,2014
3 47,2
Diklorometan
Replikasi IC50 (µg/ml) Rerata ± SD
1 2.005,0
2 2.034,0 2.003,666 ± 31,0215
3 1.972,0
Etil Asetat
Replikasi IC50 (µg/ml) Rerata ± SD
1 581,0
2 589,3 582,166 ± 6,6275
3 576,2
Metanol
Replikasi IC50 (µg/ml) Rerata ± SD
1 158,1
2 159,1 160,800 ± 3,8431
3 165,2
Berdasarkan kategori tingkat antioksidan, rutin dengan ekstrak
diklorometan tumbuhan sisik naga pohon inang teh sisik naga, dapat
digolongkan seperti pada tabel. :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel IX. Penggolongan Kekuatan Aktivitas Antioksidan Rutin Dan
Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat, dan Metanol Tumbuhan Sisik Naga
dengan Metode DPPH (Fidrianny, Darmawanti, dan Sukrasno, 2014).
Tingkat Aktivitas Antioksidan (IC50) dengan
Metode DPPH
Sampel IC50
(µg/ml)
Sangat
Kuat (< 50
µg/ml)
Kuat (50-
100
µg/ml)
Sedang
(101-150
µg/ml)
Lemah
(>150
µg/ml)
Rutin 47,27 ѵ
Ekstrak
Diklorometan
2.003,666 ѵ
Ekstrak Etil
Asetat
582,166 ѵ
Ekstrak
Metanol
160,8 ѵ
Pada Tabel IX menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak diklorometan, etil
asetat, dan metanol sisik naga besar sehingga aktivitas antioksidannya
tergolong lemah. Jika dibandingkan dengan nilai IC50 standar rutin yang
memiliki aktivitas kuat.
Gambar 10. Histogram perbandingan IC50 rutin dengan ekstrak
diklorometan, etil asetat, metanol tumbuhan sisik naga pohon inang teh
Berdasarkan Gambar 10, dapat dilihat bahwa nilai IC50 rutin jauh lebih
rendah dibandingkan dengan ekstrak diklorometan, sedangkan untuk ketiga
0
500
1000
1500
2000
2500
rutin ekstrakdikloromet
an
ekstrak etilasetat
ekstrakmetanol
Series1 42,27 2.003,67 582,166 160,8
Nila
i IC
50
(µ
g/m
l)
Nilai IC50 Rutin dan Ekstrak Sisik Naga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
ekstrak, aktivitas antioksidan paling kuat terdapat pada ekstrak metanol. Hal ini
dikarenakan adanya senyawa flavonoid yang terlarut dalam metanol.
Uji statistik dilakukan setelah mendapatkan nilai IC50. Uji statistik
dilakukan untuk memastikan kebermaknaan nilai IC50 rutin dengan nilai IC50
ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol sisik naga. Uji pertama yang
dilakukan adalah uji normalitas. Menurut Dahlan, 2012, uji normalitas data
bertujuan untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal atau tidak.
Jumlah data kurang dari 50 maka digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk. Uji
normalitas ini menentukan jenis uji yang akan dilakukan selanjutnya.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value lebih besar dari 0,05 (taraf
kepercayaan 95%), dengan kata lain signifikansi yang dihasilkan lebih besar
daripada nilai signifikansi yang ditentukan. Dapat disimpulkan bahwa nilai
IC50 standar rutin, ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol sisik naga
terdistribusi secara normal.
Uji yang dilakukan selanjutnya adalah uji parametrik karena data
terdistribusi secara normal. Uji parametrik yang dilakukan adalah uji t tidak
berpasangan untuk menguji antara dua kelompok data, yaitu rutin dengan
ekstrak diklorometan, rutin dengan ekstrak etil asetat, dan rutin dengan ekstrak
metanol, dilihat dari adanya perbedaan rata-ratanya. Hasil perhitungan
didapatkan nilai p-value antara rutin dengan ekstrak diklorometan, rutin dengan
ekstrak etil asetat, dan rutin dengan ekstrak metanol <0,05. Nilai signifikansi
yang didapatkan lebih kecil daripada nilai signifikansi yang telah ditentukan
yaitu 0,05 (taraf kepercayaan (95%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Disimpulkan bahwa nilai rata-rata IC50 rutin dengan ekstrak
diklorometan, etil asetat, dan metanol sisik naga inang teh berbeda bermakna,
dimana rutin memiliki nilai IC50 rendah dengan aktivitas antioksidan lebih
besar dibandingkan ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol sisik naga
inang teh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakter simplisia tumbuhan sisik naga pohon inang teh sesuai dengan
Materia Medika Indonesia Jilid V.
2. Nilai IC50 ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga
pohon inang teh tergolong lemah dibandingkan dengan standar rutin yang
memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat.
B. Saran
Perlu dilakukan uji lebih lanjut terutama pada ekstrak metanol sisik naga
karena jika dibandingkan dengan ekstrak diklorometan dan etil asetat, ekstrak
diklorometan memiliki aktivitas antioksidan yang paling besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, M., and Markham K.R., 2006, Flavonoids, CRC Press, United States,
p. 2.
Anonoim, 2000, Quantification of Tannins in Tree Foliage, FAO/IAEA Working
Document, Vienna, 2-24.
Aruldoss, V. and Thangavel, K.P., 2011, Antioxidant And Antimicrobial Activity
Using Different Extracts Of Anacardium occidentale L., IJABPT, 2 :
436 – 443.
Astarina, N.W.G., Astuti, K.W., dan Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia
Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.), Jurnal
Farmasi Udayana, 1-7.
Bianchi, T.S., Canuel, E.A., 2011, Chemical Biomarker in Aquatic Ecosystem,
Princeton University Press, New Jersey, pp. 16-18.
Bloiss M.S, Antioxidant Determinations by the Use of Stable Free Radicals,
Nature, 1958, 181, 1199-1200.
Cadenas, E. and Packer, L., 2002, Handbook of Antioxidant, Second Edition,
USA, Marcell Dekker Inc, p. 4.
Dahlan, 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika,
Jakarta, hal. 17.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia,
Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. xviii,
184-188.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, hal. 6, 13-38.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Farmakope Herbal, Edisi
Pertama, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 172-
179.
Dighe, V.V., Gokarn, V.N., Shambhu, N.S., and Mestry D.Y., 2011, Comparison
of Extraction Techniques for Quantitative Determination of Rutin from
Morus alba Linn. By Reverse Phase High Performance Liquid
Chromatography, International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2
(1) 750-757.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Diniatik, Kusuma A.M., Purwaningrum, O., 2011, Uji Aktivitas Antivirus Ekstrak
Eanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruitz & Pav) Terhadap Virus
Newcastle Disease (ND) dan Profil Kromatografi Lapis Tipisnya,
PHARMACY, (8) 51-70.
Fessenden, R. J., and Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik, Edisi Ketiga, jilid 2,
Jakarta, Erlangga, hal. 436 – 437.
Fessenden, R. J., and Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid 1,
Jakarta, Erlangga, hal. 240.
Fidrianny, I., Darmawanti, A., dan Sukrasno, 2014, Antioxidant Capacities From
Different Polarities Extracts of Cucurbitaceae Leaves Using Frap, DPPH
Assays And Correlation With Phenolic, Flavonoid, Carotenoid Content,
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, (6):
858-862.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 252-256, 323, 324, 353-363.
Hadadare, M., and Salunkhe, V., 2013, Simultaneous Estimation of Beta Sitoterol
and Palmitic Acid from Methanolic extract of Caralluma Ascedens Var
Fimbriata by UV Spectrophotometry, Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 4 (3) 225-232.
Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C., and Aruoma, O.I., 1987, the Deoxyrybose
Method: A Simple “Test-Tube” Assay for Determination of Rate
Constants for Reactions of Hydroxyl Radicals, ANALYTICAL
BIOCHEMISTRY, (165): 215-219.
Handa, S.S., Khanuja S.P.S., Longo G., and Rakesh D.D , 2008, Extraction
Technologies for Medicinal and Aromatic Plants, INTERNATIONAL
CENTRE FOR SCIENCE AND HIGH TECHNOLOGY, Trieste, pp. 22
– 23.
Harmita, 2002, Analisis Fisikokimia: Kromatografi, Vol. 2, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, hal. 1-3.
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, Yayasan Sarana Wana
Jaya, Jakarta, hal. 1819.
Kale, M.S., and Laddha K.S., 2012, Determination of Total Flavonoids Content
and Quantification of Rutin in Mommordica tuberosa (Roxb) Cogn.
Fruits by RP-HPLC, Asian Journal of Traditional Medicines, 7 (5) 220-
225.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Farmakope Herbal Indonesia,
Edisi 1, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 94-
110.
Li, X., Xu, M., and Chen, D., 2012, Protective Effect Against Hydroxyl-Induced
DNA Damage and Antioxidant Activity of Radix Bupleuri In Vitro,
Spatula DD, 2(4) 219-227.
Ma’mun, Suhirman S., Manoi F., Sembiring B.S., Tritianingsih, Sukmasari M., et
al., 2006, Teknik Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Purwoceng, Laporan
Pelaksanaan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 314-324.
Molyneux, P., 2004, the Use of the Stable Free Radical DPPH for Estimating
Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci. Technol., 26 (2), 211-219.
Nofiani, R. 2008. Urgensi dan Mekanisme Biosisntesis Metabolit Sekunder
Mikroba Laut. Jurnal Natur Indonesia, 10 (2) : 120-125.
Nonhebel, D.C., and Walton, J.C., 1974, Free Radical Chemistry, Cambridge
University Press, London, pp. 1-6.
Pallipane, K.B., and Rolle, R., 2008, Good Practice For Assuring The Post-
Harvest Quality Of Exotic Tree Fruit Crops Produced In Jamaica, FAO,
Rome, pp. 12-13.
Pavithra, B., 2014, Eugenol-A Review, Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research, 153-154.
Pervical, M., 1998, Antioxidants, Clinical Nutrition Insights,
http://acudoc.com/Antioxidants.PDF, diakses 27 Oktober 2015.
Pokorny, et al, 2001, Antioxidant in Food, CRC Press, USA, pp. 71-74.
Prakash, et al., Antioxidant Activity, Medallion Laboratories Analytical Progress,
http://www.medallionlabs.com/Downloads/Antiox_acti_.pdf, diakses 25
Oktober 2015.
Prasetyo, dan Inoriah, E., 2013, Pengolahan Budidaya Tanaman Obat-Obatan
(Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Peertanian UNIB,
Bengkulua, hal. 16-19.
Pujimulyani, D., Raharjo, S., Marsono, Y., dan Santoso, U., 2010, Pengaruh
Blanching Terhadap Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenol, Flavonoid, dan
Tanin Terkondensasi Kunir Putih (Curcuma mangga Val.), ARGITECH,
30 (3) 141-147.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Purnawati, U., Turnip, M,. Lovadi, I., 2014, Eksplorasi Paku-Pakuan
(Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak,
Jurnal Protobiont, 3 (2): 155-165.
Rajesh, M.P., and Natvar., J., P., 2011, In Vitro Antioxidant Activity of Coumarin
Compounds by DPPH, Super Oxide and Nitric Oxide Free Scavenging
Methods, Journal of Advanced Education & Research, 1:52-68.
Sahid, A., Pandiangan, D., Siahaan, P., Rumondor, M .J., Uji Sitotoksisitas
Ekstrak Metanol Daun Sisik Naga (Drymogsslossum piloselloides Pesl.)
terhadap Sel Leukimia P388., Jurnal MIPA UNSRAT Online, 2 (2): 94-
99.
Sari, Y.D., Djannah, S.N., dan Nurani, L.H., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri
Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) Secara In Vitro Terhadap
Staphylococcus aureus ATSS 25923 dan Escherchia coli ATCC 35218
Serta Profil Kromatografi Lapis Tipis, KES MAS, (4) 144-239.
Shekar, T.C., and Anju, G., 2014, Antioxidant Activity by DPPH Radical
Scavenging Method of Ageratum conyzoides Linn. Leaves, American
Journal of Ethnomedicine, 1 (4), 244-249.
Sigma-Aldrich, Particle Size Conversion Table, 2016,
http://www.sigmaaldrich.com/chemistry/stockroom-reagents/learning-
center/technical-library/particle-size-conversion.html, diakses tanggal 4
Januari 2016.
Subositi, A.P.D., Analisis Ukuran Partikel Bahan Penyusun Ramuan Jamu dan
Volume Air Penyari terhadap Mutu ekstrak yang Dihaluskan, Balai
Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 111-115.
Sunarni, T., 2005, Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa
kecambah Dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae, Jurnal Farmasi
Indonesia, 2 (2), 53-61.
Supriya, J., Pratima, T., and Gabhe S.Y., 2010, Marker Based Standardization of
Commercial Formulations and Extracts Containing Beta-Sitosterol D-
Glucoside Using HPTLC, International Journal of research in Ayurveda
& Pharmacy, 1 (2) 616-623.
Tahir, I., Wijaya,k., Widianingsing, D., 2003, Terapan Analisis Hansch Untuk
Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol, Makalah
Seminar Khemometri, Jogjakarta.
United States Department of Agriculture, 2005, 10 February, Taxon: Pyrrosia
piloselloides (L.) M.G. Price, Germplasm Resources Information
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Network, http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/taxon.pl?447799,
diakses tanggal 12 Oktober 2015.
Watson, D.G., 2010, Analisis Farmasi : Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi
Dan Praktisi Kimia Farmasi, Edisi 2, EGC, Jakarta, hal. 105.
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kanisius,
Yogyakarta,hal. 13-80.
Wulandari, E.T., Elya, B., Hanani, E, Pawitan, J.A., 2013, In Vitro Antioxidant
And Cytotoxicity Activity of Extract and Fraction Pyrrosia piloselloides
(L ) M.G Price, International Journal of PharmTech Research, 5 (1):
119-125.
Yuhernita dan Juniarti, Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak
Metanol Daun Surian yang Berpotensi Sebagai Antioksidan, Makara,
Sains, 15(1) 48-52.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 1. Gambar Tumbuhan Sisik Naga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 2. Surat Determinasi Tumbuhan Sisik Naga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 3. Penimbangan Serbuk Simplisia Tumbuhan Sisik Naga Pohon
Inang Teh
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Replikasi 4 Replikasi 5
Berat
Sampel
100,23 g 100,01 g 100,00 g 100,15 g 100,23 g
Lampiran 4. Volume maserasi menggunakan pelarut diklorometan, etil
asetat, dan metanol
DIKLOROMETAN
Replikasi 1 (mL) Replikasi 2
(mL)
Replikasi 3
(mL)
Replikasi 4
(mL)
Replikasi 5
(mL)
300 300 300 300 250
150 100 100 100 150
150 70 70 100 150
150 250
150 100
200 300
100 100
100 100
100 100
150 100
100 100
100 100
100
100
100
ETIL ASETAT
Replikasi 1 (mL) Replikasi 2
(mL)
Replikasi 3
(mL)
Replikasi 4
(mL)
Replikasi 5
(mL)
300 300 300 300 300
100 100 100 100 100
100 100 150 100 100
100 100 100 100 100
100 150 150 100 100
150 100 100 100 100
100 100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
METANOL
Replikasi 1 (mL) Replikasi 2
(mL)
Replikasi 3
(mL)
Replikasi 4
(mL)
Replikasi 5
(mL)
300 300 300 300 300
100 100 250 100 100
100 100 100 100 100
100 100 100 100 100
100 100 100 100 100
100 100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100 100
100 100
100 100
100
100
Lampiran 5. Bobot Tetap dan % Rendemen Ekstrak Diklorometan, Etil
Asetat, dan Metanol Tumbuhan Sisik Naga Pohon Inang Teh
Kosong (g) Cawan + isi (g) Isi (g)
Diklorometan 56,2798 73,0476 16,7712
R1 Diklorometan 56,3243 59,2275 2,9019
R2 Diklorometan 48,8245 51,1676 2,3485
R3 Diklorometan 22,2667 24,3356 2,1540
R4 Diklorometan 59,5475 64,7675 5,2254
R5 Diklorometan 52,6261 56,8134 4,1934
Etil Asetat 36,7963 42,6326 5,2547
R1 Etil Asetat 36,7953 38,5296 1,7423
R2 Etil Asetat 22,2413 23,8390 1,5937
R3 Etil Asetat 21,8045 23,5365 1,7384
R4 Etil Asetat 53,2209 53,5409 0,3243
R5 Etil Asetat 53,2343 53,6738 0,4005
Metanol 58,5856 118,6298 60,0445
R1 Metanol 58,5858 73,8645 15,2884
R2 Metanol 22,1385 36,6798 14,5460
R3 Metanol 56,6656 69,4163 12,7524
R4 Metanol 22,1998 29,9969 7,8457
R5 Metanol 53,2220 62,8709 9,6508
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
% Rendemen = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚) × 100%
1. Ekstrak Diklorometan
% Rendemen = 5,2547
500,62 × 100% = 3,3500 % b/b
2. Ekstrak Etil Asetat
% Rendemen = 16,7712
500,62 × 100% = 1,0496 % b/b
3. Ekstrak Metanol
% Rendemen = 60,0045
500,62 × 100% = 11,9860 % b/b
Lampiran 6. Penimbangan dan % Rendemen Karakterisasi Simplisia
Dan Ekstrak Diklorometan, Etil Asetat, dan Metanol Tumbuhan Sisik
Naga Pohon Inang Teh
1. Penetapan Kadar Abu Total
o SERBUK
Berat % Rendemen
Replikasi 1 Cawan
Kosong
22,1424
2,0682 % b/b
Cawan + Isi 23,1529
Cawan + Abu 22,1633
Replikasi 2 Cawan
Kosong
20,6342
1,3012 % b/b
Cawan + Isi 21,6351
Cawan + Abu 20,6472
Replikasi 3 Cawan
Kosong
21,3720
2,8201 % b/b
Cawan + Isi 22,3719
Cawan + Abu 21,4002
o ETIL ASETAT
Berat % Rendemen
Replikasi 1 Cawan
Kosong
23,4921
0,5431 % b/b
Cawan + Isi 23,8419
Cawan + Abu 23,4940
Replikasi 2 Cawan
Kosong
22,1902
1,9675 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Cawan + Isi 22,5409
Cawan + Abu 22,1971
Replikasi 3 Cawan
Kosong
22,1416
0,6850 % b/b
Cawan + Isi 22,4919
Cawan + Abu 22,1440
o DIKLOROMETAN
Berat % Rendemen
Replikasi 1 Cawan
Kosong
22,1848
1,5464 % b/b
Cawan + Isi 23,1806
Cawan + Abu 22,2001
Replikasi 2 Cawan
Kosong
20,6420
1,8629 % b/b
Cawan + Isi 21,6243
Cawan + Abu 20,6603
Replikasi 3 Cawan
Kosong
22,1364
1,6243 % b/b
Cawan + Isi 23,1214
Cawan + Abu 22,1534
o METANOL
Berat % Rendemen
Replikasi 1 Cawan
Kosong
21,4000
2,1163 % b/b
Cawan + Isi 23,4271
Cawan + Abu 21,4429
Replikasi 2 Cawan
Kosong
22,1377
2,5577 % b/b
Cawan + Isi 24,1434
Cawan + Abu 22,1890
Replikasi 3 Cawan
Kosong
20,6437
1,9962 % b/b
Cawan + Isi 22,6876
Cawan + Abu 20,6845
2. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
% Rendemen =bobot abu tidak larut asam (g)
bobot sample (g)× 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Serbuk
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot sampel (g) 1,0105 1,0009 0,9999
Cawan kosong (g) 22,1424 20,6342 21,3720
Cawan + abu tidak larut
asam (g)
22,1491 20,6414 21,3798
Bobot abu tidak larut
asam (g)
0,0067 0,0072 0,0078
% Rendemen 0,6631 % b/b 0,7193 % b/b 0,7801 % b/b
Diklorometan
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot sampel (g) 0,9958 0,9823 0,9850
Cawan kosong (g) 22,1848 20,6420 22,1364
Cawan + abu tidak larut
asam (g)
22,1861 20,6432 22,1373
Bobot abu tidak larut
asam (g)
0,0013 0,0012 0,0914
% Rendemen 0,1305 % b/b 0,1222 % b/b 0,0914 % b/b
Etil Asetat
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot sampel (g) 0,3498 0,3507 0,3503
Cawan kosong (g) 23,4921 22,1902 22,1416
Cawan + abu tidak larut
asam (g)
23,4943 22,1933 22,1441
Bobot abu tidak larut
asam (g)
0,0022 0,0031 0,0025
% Rendemen 0,6289 % b/b 0,8839 % b/b 0,7136 % b/b
Metanol
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot sampel (g) 2,0271 2,0057 2,0439
Cawan kosong (g) 21,4000 22,1377 20,6437
Cawan + abu tidak larut
asam (g)
21,4030 22,1399 20,6474
Bobot abu tidak larut
asam (g)
0,0030 0,0022 0,0037
% Rendemen 0,1480 % b/b 0,1097 % b/b 0,1810 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3. Penetapan Kadar Sari Larut Air
%Rendemen =Bobot sari (g)
Bobot serbuk (g)×
20
4× 100%
Serbuk
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 1,03 1,01 1,04
Cawan kosong
(g)
31,2511 43,7822 44,8355
Cawan + sari (g) 31,3051 43,8358 44,8947
Bobot sari (g) 0,0540 0,0536 0,0592
% Rendemen 26,2135 % b/b
26,1980 % b/b 27,2404 % b/b
Diklorometan
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 1,03 0,97 1,03
Cawan kosong
(g)
43,0877 48,1270 35,3875
Cawan + sari (g) 43,0994 48,1366 35,3997
Bobot sari (g) 0,0117 0,0096 0,0122
% Rendemen 5,6796 % b/b 4,9484 % b/b 5,9223 % b/b
Etil Asetat
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 0,34 0,35 0,35
Cawan kosong
(g)
43,7846 44,8472 43,0843
Cawan + sari (g) 43,7912 44,8543 43,0903
Bobot sari (g) 0,0066 0,0071 0,0060
% Rendemen 9,7058 % b/b 10,1428 % b/b 8,5714 % b/b
Metanol
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 4,98 5,03 5,10
Cawan kosong
(g)
48,1052 35,3949 43,7809
Cawan + sari (g) 48,7992 36,2030 44,5430
Bobot sari (g) 0,6940 0,8081 0,7621
% Rendemen 69,6787 % b/b
80,3280 % b/b 74,7156 % b/b
4. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
% 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑟𝑖 (𝑔)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 (𝑔)×
20
4× 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Serbuk
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 0,99 1,10 1,01
Cawan kosong
(g)
43,1001 35,3953 43,7884
Cawan + sari (g) 43,1525 35,4467 43,8442
Bobot sari (g) 0,0542 0,0514 0,0558
% Rendemen 26,4646 % b/b
23,3636 % b/b 27,6237 % b/b
Diklorometan
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 0,99 1,00 1,03
Cawan kosong
(g)
43,0936 35,3919 43,7874
Cawan + sari (g) 43,1232 35,4193 43,8250
Bobot sari (g) 0,0296 0,0274 0,0431
% Rendemen 14,9494 % b/b
13,1730 % b/b 20,9223 % b/b
Etil Asetat
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 0,36 0,37 0,37
Cawan kosong
(g)
43,0931 35,3956 43,7877
Cawan + sari (g) 43,1297 35,4286 43,8545
Bobot sari (g) 0,0366 0,0336 0,0668
% Rendemen 50,8333 % b/b
45,4054 % b/b 90,2702 % b/b
Metanol
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Bobot serbuk (g) 1,03 0,98 1,01
Cawan kosong
(g)
43,0921 35,3920 43,7854
Cawan + sari (g) 43,2325 35,5126 43,9317
Bobot sari (g) 0,1404 0,1206 0,1463
% Rendemen 68,1553 % b/b
61,5406 % b/b 72,4257 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 7. Penimbangan dan Perhitungan Konsentrasi DPPH Untuk
Panjang Gelombang Maksimum
Penimbangan DPPH : Arloji Kosong = 13,2624 gram
Arloji + Isi = 13,2726 gram
Arloji + Sisa = 13,2626 gram
Isi = 0,0100 gram
= 10 mg
10 𝑚𝑔
100 𝑚𝐿 = 0,1
mg
mL
Dibuat DPPH dengan konsentrasi 20 mg/mL
C1 x V1 = C2 x V2
0,1 mg/mL x 20 mL = C2 x 100 mL
C2 = 0,02 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 8. Hasil Panjang Gelombang Maksimum Metode DPPH
Lampiran 9. Penimbangan dan Perhitungan Konsentrasi Rutin untuk
Penentuan Operating Time
Operating Time (OT) Konsentrasi Rutin 0,005 mg/mL ; 0,015 mg/mL;
0,025 mg/mL
Kertas kosong : 13,2176 g
Kertas + sampel : 13,3177 g
Kertas + sisa : 13,2177 g
Rutin : 0,0100 g
10 mg
10 mL = 1 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Konsentrasi 1 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,05 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,005 mg/mL
Konsentrasi 2 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,15 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,015 mg/mL
Konsentrasi 3 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,25 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,025 mg/mL
Lampiran 10. Hasil Operating Time Metode DPPH
Panjang Gelombang 516 nm
Menit Absorbansi
0.005 𝐦𝐠
𝐦𝐋⁄
Absorbansi
0,015 𝐦𝐠
𝐦𝐋⁄
Absorbansi
0,025 𝐦𝐠
𝐦𝐋⁄
Keterangan
Menit ke-5 0,655 0,621 0,575
Menit ke-10 0,654 0,616 0,563
Menit ke-15 0,654 0,612 0,553
Menit ke-20 0,654 0,608 0,546
Menit ke-25 0,653 0,605 0,541
Menit ke-30 0,653 0,604 0,538 OT
Menit ke-35 0,654 0,603 0,536
Menit ke-40 0,655 0,603 0,538
Menit ke-45 0,655 0,601 0,540
Menit ke-50 0,657 0,603 0,541
Menit ke-55 0,658 0,604 0,541
Menit ke-60 0,659 0,604 0,541
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Konsentrasi 0,005 mg/mL
Konsentrasi 0,015 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Konsentrasi 0,025 mg/mL
Lampiran 11. Penimbangan dan perhitungan konsentrasi DPPH dan
rutin sebagai kurva pembanding
Penimbangan DPPH : Arloji Kosong = 13,2521 gram
Arloji + Isi = 13,2622 gram
Arloji + Sisa = 13,2522 gram
Isi = 0,0100 gram
= 10 mg
10 𝑚𝑔
100 𝑚𝐿 = 0,1 mg/mL
Dibuat DPPH dengan konsentrasi 20 mg/mL
C1 x V1 = C2 x V2
0,1 mg/mL x 20 mL = C2 x 100 mL
C2 = 0,02 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Penimbangan Rutin
R 1 R 2 R 3
Kertas kosong 14,4146 g 14,2496 g 14,2363 g
Kertas + sampel 14,4247 g 14,2598 g 14,2463 g
Kertas + sisa 14,4147 g 14,2497 g 14,2363 g
Rutin 0,0100 g 0,0101 g 0,0100 g
Pembuatan Larutan Baku Rutin (1 mg/mL)
Replikasi 1
10 mg
10 mL = 1 mg/mL
Konsentrasi Seri 1 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,1 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,01 mg/mL
Konsentrasi Seri 2 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,2 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,02 mg/mL
Konsentrasi Seri 3 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,3 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,03 mg/mL
Konsentrasi Seri 4 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,4 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,04 mg/mL
Konsentrasi Seri 5 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,5 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,05 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Replikasi 2
10,1 mg
10 mL = 1,01 mg/mL
Konsentrasi Seri 1 : C1 x V1 = C2 x V2
1,01 mg/mL x 0,1 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,0101 mg/mL
Konsentrasi Seri 2 : C1 x V1 = C2 x V2
1,01 mg/mL x 0,2 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,0202 mg/mL
Konsentrasi Seri 3 : C1 x V1 = C2 x V2
1,01 mg/mL x 0,3 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,0303 mg/mL
Konsentrasi Seri 4 : C1 x V1 = C2 x V2
1,01 mg/mL x 0,4 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,0404 mg/mL
Konsentrasi Seri 5 : C1 x V1 = C2 x V2
1,01 mg/mL x 0,5 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,0505 mg/mL
Replikasi 3
10 mg
10 mL = 1 mg/mL
Konsentrasi Seri 1 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,1 mL = C2 x 10 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
C2 = 0,01 mg/mL
Konsentrasi Seri 2 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,2 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,02 mg/mL
Konsentrasi Seri 3 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,3 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,03 mg/mL
Konsentrasi Seri 4 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,4 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,04 mg/mL
Konsentrasi Seri 5 : C1 x V1 = C2 x V2
1 mg/mL x 0,5 mL = C2 x 10 mL
C2 = 0,05 mg/mL
Lampiran 12. Hasil Pengukuran Absorbansi dan Perhitungan Aktivitas
Antioksidan Rutin
Replikasi Konsentrasi
(mg/ml)
Absorbansi
Kontrol
DPPH
Absorbansi
Rutin
% IC Persamaan
Regresi
Linier
0,01 0,481 17,21170 y = 912,22x
0,02 0,425 26,85026 + 7,9862
1 0,03 0,581 0,381 43,42341
0,04 0,325 44,06196 r = 0,9989
0,05 0,266 54,21687
0,01 0,471 18,93287 y = 777,97x
0,02 0,409 29,60413 + 12,22
2 0,03 0,581 0,380 34,59552
0,04 0,325 44,06196 r = 0,9950
0,05 0,287 50,60241
0,01 0,449 22,71945 y = 755,59x
0,02 0,418 28,05508 + 14,269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
3 0,03 0,591 0,364 37,34940
0,04 0,325 44,06196 r = 0,9972
0,05 0,276 52,49570
y = 912,22x + 7,9862R² = 0,9978
0
10
20
30
40
50
60
0 0,02 0,04 0,06
% IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs % IC Rutin Replikasi 1
Series1
Linear (Series1)
y = 777,97x + 12,22R² = 0,9899
0
10
20
30
40
50
60
0 0,02 0,04 0,06
% IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs % IC Rutin Replikasi 2
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 13. Penimbangan dan Perhitungan Konsentrasi Dpph dan
Sampel Larutan Uji Untuk Kurva Sampel Uji
Sampel Larutan Uji
1. Diklorometan
Penimbangan DPPH : Arloji Kosong = 13,2533 gram
Arloji + Isi = 13,2636 gram
Arloji + Sisa = 13,2534 gram
Isi = 0,0102 gram
= 10,2 mg
10,2 𝑚𝑔
100 𝑚𝐿 = 0,102
𝑚𝑔𝑚𝐿⁄
Dibuat DPPH dengan konsentrasi 20 mg/mL
C1 x V1 = C2 x V2
0,102 mg/mL x V1 = 0,02 mg/mL x 100 mL
V1 = 19,60 mL
y = 755,59x + 14,269R² = 0,9946
0
10
20
30
40
50
60
0 0,02 0,04 0,06
% IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs % IC Rutin Replikasi 2
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BERAT
SAMPEL
R 1 R 2 R 3
Arloji kosong 13,8536 g 14,2265 g 13,8536 g
Arloji + sampel 13,9537 g 14,3273 g 13,9537 g
Arloji + sisa 13,8536 g 14,2267 g 13,8536 g
Sampel 0,1001 g 0,1006 g 0,1001 g
Pembuatan Larutan Seri Sampel Diklorometan
REPLIKASI 1:
Konsentrasi baku: 10,01 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,1 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,1 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,099 𝑚𝐿
Seri 2 (0,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,499 𝑚𝐿
Seri 3 (1 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 1 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,999 𝑚𝐿
Seri 4 (1,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 1,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,498 𝑚𝐿
Seri 5 (2 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 2 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,998 𝑚𝐿
REPLIKASI 2:
Konsentrasi baku: 10,06 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,1 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,1 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,099 𝑚𝐿
Seri 2 (0,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,497 𝑚𝐿
Seri 3 (1 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 1 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,994 𝑚𝐿
Seri 4 (1,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 1,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,491 𝑚𝐿
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Seri 5 (2 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 2 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,988 𝑚𝐿
REPLIKASI 3:
Konsentrasi baku: 10,01 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,1 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,1 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,099 𝑚𝐿
Seri 2 (0,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,499 𝑚𝐿
Seri 3 (1 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 1 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,999 𝑚𝐿
Seri 4 (1,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 1,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,498 𝑚𝐿
Seri 5 (2 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 2 𝑚𝑔/𝑚𝐿
10,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,998 𝑚𝐿
2. Etil Asetat
Penimbangan DPPH : Arloji Kosong = 13,2496 gram
Arloji + Isi = 13,2599 gram
Arloji + Sisa = 13,2498 gram
Isi = 0,0101 gram
= 10,1 mg
10,1 𝑚𝑔
100 𝑚𝐿 = 0,101
𝑚𝑔𝑚𝐿⁄
Dibuat DPPH dengan konsentrasi 0,02 mg/mL
C1 x V1 = C2 x V2
0,101 mg/mL x V1 = 0,02 mg/mL x 100 mL
V1 = 19,80 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
BERAT
SAMPEL
R 1 R 2 R 3
Arloji kosong 13,8527 g 14,2276 g 14,2452 g
Arloji + sampel 13,9033 g 14,2780 g 14,2955 g
Arloji + sisa 13,8530 g 14,2278 g 14,2454 g
Sampel 0,0503 g 0,0502 g 0,0501 g
Pembuatan Larutan Seri Sampel Etil Asetat
REPLIKASI 1:
Konsentrasi baku: 5,03 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,15 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,15 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,298 𝑚𝐿
Seri 2 (0,25 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,25 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,497 𝑚𝐿
Seri 3 (0,4 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,4 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,795 𝑚𝐿
Seri 4 (0,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,994 𝑚𝐿
Seri 5 (0,6 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,192 𝑚𝐿
REPLIKASI 2:
Konsentrasi baku: 5,02 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,15 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,15 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,298 𝑚𝐿
Seri 2 (0,25 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,25 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,498 𝑚𝐿
Seri 3 (0,4 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,4 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,796 𝑚𝐿
Seri 4 (0,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,996 𝑚𝐿
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Seri 5 (0,6 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,195 𝑚𝐿
REPLIKASI 3:
Konsentrasi baku: 5,01 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,15 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,15 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,299 𝑚𝐿
Seri 2 (0,25 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,25 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,01 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,499 𝑚𝐿
Seri 3 (0,4 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,4 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,798 𝑚𝐿
Seri 4 (0,5 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,998 𝑚𝐿
Seri 5 (0,6 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,6 𝑚𝑔/𝑚𝐿
5,02 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,197 𝑚𝐿
3. Metanol
Penimbangan DPPH : Arloji Kosong = 13,3112 gram
Arloji + Isi = 13,3214 gram
Arloji + Sisa = 13,3113 gram
Isi = 0,0101 gram
= 10,1 mg
10,1 𝑚𝑔
100 𝑚𝐿 = 0,101 𝑚𝑔/𝑚𝐿
Dibuat DPPH dengan konsentrasi 0,02 mg/mL
C1 x V1 = C2 x V2
0,101 mg/mL x V1 = 0,02 mg/mL x 100 mL
V1 = 19,80 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
BERAT
SAMPEL
R 1 R 2 R 3
Arloji kosong 14,2259 g 14,2265 g 13,8536 g
Arloji + sampel 14,2403 g 14,2373 g 13,8641 g
Arloji + sisa 14,2260 g 14,2267 g 13,8537 g
Sampel 0,0103 g 0,0106 g 0,0104 g
Pembuatan Larutan Seri Sampel Metanol
REPLIKASI 1:
Konsentrasi baku: 1,03 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,06 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,580 𝑚𝐿
Seri 2 (0,09 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,09 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,873 𝑚𝐿
Seri 3 (0,12 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,12 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,165 𝑚𝐿
Seri 4 (0,15 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,15 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,456 𝑚𝐿
Seri 5 (0,18 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,18𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,03 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,747 𝑚𝐿
REPLIKASI 2:
Konsentrasi baku: 1,06 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,06 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,566 𝑚𝐿
Seri 2 (0,09 𝑚𝑔
𝑚𝐿𝑙⁄ ) 0,09 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,849 𝑚𝐿
Seri 3 (0,12 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,12 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,132 𝑚𝐿
Seri 4 (0,15 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,15 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,415 𝑚𝐿
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Seri 5 (0,18 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,18𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,698 𝑚𝐿
REPLIKASI 3:
Konsentrasi baku: 1,04 mg/mL
Volume baku yang diambil untuk masing-masing konsentrasi:
Seri 1 (0,06 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,04 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,576 𝑚𝐿
Seri 2 (0,09 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,09 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,04 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 0,865 𝑚𝐿
Seri 3 (0,12 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,12 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,04 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,153 𝑚𝐿
Seri 4 (0,15 𝑚𝑔
𝑚𝐿⁄ ) 0,15 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,442 𝑚𝐿
Seri 5 (0,18 𝑚𝑔/𝑚𝐿) 0,18 𝑚𝑔/𝑚𝐿
1,06 𝑚𝑔/𝑚𝐿 × 10 𝑚𝐿 = 1,730 𝑚𝐿
Lampiran 14. Hasil Pengukuran Absorbansi dan Perhitungan Aktivitas
Antioksidan Sampel Uji
Replikasi Konsentrasi
(mg/ml)
Absorbansi
Kontrol
DPPH
Absorbansi
Diklorometan
% IC Persamaan
Regresi
Linier
0,1 0,497 4,423077 y = 24,483x
0,5 0,454 12,69231 + 0,9974
1 1 0,520 0,394 24,23077
1,5 0,326 37,30769 r = 0,9987
2 0,256 50,76923
0,1 0,494 3,703704 y = 23,388x
0,5 0,43 16,17934 + 0,993
2 1 0,513 0,382 25,53606
1,5 0,329 35,86745 r = 0,9964
2 0,256 50,09747
0,1 0,522 1,879699 y = 25,891x
0,5 0,458 13,90977 + 0,0953
3 1 0,532 0,4 24,81203
1,5 0,31 41,72932 r = 0,9956
2 0,265 50,18797
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
y = 24,483x + 0,9115R² = 0,9974
0
10
20
30
40
50
60
0 0,5 1 1,5 2 2,5
% IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs % IC Diklorometan R.1
Series1
Linear (Series1)
y = 23,388x + 2,4206R² = 0,993
0
10
20
30
40
50
60
0 0,5 1 1,5 2 2,5
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Diklorometan R.2
Series1
Linear (Series1)
y = 25,891x + 0,0953R² = 0,9914
0
10
20
30
40
50
60
0 0,5 1 1,5 2 2,5
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Diklorometan R.3
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Replikasi Konsentrasi
(mg/ml)
Absorbansi
Kontrol
DPPH
Absorbansi
Etil Asetat
% IC Persamaan
Regresi
Linier
0,15 0,444 14,61538 y = 83,112x
0,25 0,404 22,30769 + 1,6484
1 0,4 0,520 0,346 33,46154
0,5 0,290 44,23077 r = 0,9981
0,6 0,252 51,53846
0,15 0,458 4,590818 y = 104,96x
0,25 0,423 14,97006 - 11,862
2 0,4 0,508 0,346 26,94611
0,5 0,292 41,71657 r = 0,9956
0,6 0,238 51,89621
0,15 0,458 9,842520 y = 97,7x
0,25 0,423 16,73228 - 6,2992
3 0,4 0,508 0,346 31,88976
0,5 0,292 42,51969 r = 0,9977
0,6 0,238 53,14961
y = 83,112x + 1,6484R² = 0,9963
0
10
20
30
40
50
60
0 0,2 0,4 0,6 0,8
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Etil Asetat R.1
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Replikasi Konsentrasi
(mg/ml)
Absorbansi
Kontrol
DPPH
Absorbansi
Metanol
% IC Persamaan
Regresi
Linier
0,06 0,483 0,483 y = 419,94x
0,09 0,423 0,423 - 16,411
1 0,12 0,535 0,358 0,358
0,15 0,289 0,289 r = 0,9989
0,18 0,213 0,213
0,06 0,442 17,38318 y = 320,25x
0,09 0,385 28,03738 - 0,972
2 0,12 0,535 0,329 38,50467
0,15 0,279 47,85047 r = 0,9979
0,18 0,238 55,51402
0,06 0,420 19,69407 y = 282,98x
0,09 0,373 28,68069 + 3,2502
3 0,12 0,523 0,321 38,62333
y = 104,96x - 11,862R² = 0,9914
0
10
20
30
40
50
60
0 0,2 0,4 0,6 0,8
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Etil Asetat R.2
Series1
Linear (Series1)
y = 97,7x - 6,2992R² = 0,9956
0
10
20
30
40
50
60
0 0,2 0,4 0,6 0,8
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Etil Asetat R.3
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
0,15 0,287 45,12428 r = 0,9981
0,18 0,241 53,91969
y = 419,94x - 16,411R² = 0,998
0
10
20
30
40
50
60
70
0 0,05 0,1 0,15 0,2
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Metanol R.1
Series1
Linear (Series1)
y = 320,25x - 0,972R² = 0,9959
0
10
20
30
40
50
60
0 0,05 0,1 0,15 0,2
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Metanol R.2
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 15. Hasil Statistika Uji Normalitas dan Uji T tidak Berpasangan
Nilai IC50 Rutin dan Sampel Uji
Uji Normalitas Baku dengan Sampel Uji
Uji t tidak Berpasangan Baku Rutin dan Ekstrak Diklorometan
y = 282,98x + 3,2505R² = 0,9963
0
10
20
30
40
50
60
0 0,05 0,1 0,15 0,2
%IC
Konsentrasi
Konsentrasi vs %IC Metanol R.3
Series1
Linear (Series1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Uji t tidak Berpasangan Baku Rutin dan Ekstrak Etil Asetat
Uji t tidak Berpasangan Baku Rutin dan Ekstrak Metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BIOGRAFI PENULIS
Penulis Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas
Antioksidan Dan Penetapan Karakter Ekstrak
Tanaman Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G
Price) Pohon Inang Teh (Camellia sinensis (L.) O.K)
Dengan Metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil
(DPPH)” dengan nama Dionisius Laffyanto. Penulis
lahir di Sleman, 6 Oktober 1993, merupakan anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Haryono Subyakto dan Lucia Sri
Iswanti. Penulis mengawali pendidikan di TK Kanisius Demangan Baru
Yogyakarta (1998-2000), SD Kanisius Demangan Baru Yogyakarta (2000-2006),
SMP Stella Duce 1 Yogyakarta (2006-2009), dan SMA Kolese De Britto
Yogyakarta (2009-2012). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan Sarjana di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten Praktikum
Farmakognosi-Fitokimia (2014), aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan
pernah menjadi koordinator Hubungan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa
Farmasi Universitas Sanata Dharma, dan aktif dalam kegiatan kampus antara lain
Pharmacy Pherformance and Road to School (2013-2014), Titrasi (2013-2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI