PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI L SIDOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
ARTIKEL ILMIAH
Oleh
RADHA TANIA DEWI
NPM 4013019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU)
2017
2
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI L SIDOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Radha Tania Dewi1
As Elly S2 dan Lucy Asri Purwasi
3
Email: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri L Sidoharjo Tahun
Pelajaran 2017/2018”. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah
terdapat pengaruh model pembelajaran probing-prompting terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri L Sidoharjo tahun pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Probing-
Prompting terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri L
Sidoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah True
Eksperimental Design dengan desain yang berbentuk pre-test, post-test design.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri L
Sidoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018, yang terdiri dari 213 siswa. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengundian. Kelas VIII.3 terpilih
sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting dan kelas VIII.5 sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, yaitu
pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikansi 𝛼
= 0,05, diperoleh thitung (2,03) > ttabel (1,67), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran probing-prompting terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri L Sidoharjo tahun pelajaran 2017/2018.
Rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen sebesar 37,34 dan
kelas kontrol 33,54.
Kata Kunci: Pengaruh, Probing-Prompting, Hasil Belajar Matematika.
3
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang
penting dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya dapat dilihat dari banyaknya
konsep matematika yang dapat digunakan, baik dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun dalam kehidupan sehari-hari (Utami dkk.,
2014:260). Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, kita akan
belajar menalar secara kritis, kreatif dan aktif (Susanto, 2013:183).
Iriani dan Leni (2013:109) mengatakan bahwa pembelajaran matematika
di sekolah perlu ditekankan agar hasil belajar yang diperoleh relevan dengan
kehidupan sehari-hari dan dapat diaplikasikan sehingga sesuai dengan kebutuhan.
Sementara itu, menurut Wahyudin (Ebih dkk, 2015:22) sebuah langkah tersulit
yang harus dicapai para siswa dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah
atau soal-soal dalam matematika adalah memperoleh suatu keadaan yang disebut
dengan “kematangan bermatematika”.
Berdasarkan pengamatan saat melaksanakan Penerapan Perangkat
Pembelajaran (PPP) pada bulan Agustus sampai Oktober 2016 di SMP Negeri L
Sidoharjo, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini
disebabkan karena banyak siswa yang tidak menyukai materi pada pelajaran
matematika, siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit
untuk dipelajari dan dipahami. Matematika juga dianggap pelajaran yang selalu
berkaitan dengan rumus-rumus yang rumit dan sulit untuk dimengerti. Meskipun
guru dalam proses pembelajaran di kelas telah melibatkan siswa untuk berperan
4
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
aktif, namun sebagian besar siswa jarang untuk menanyakan hal-hal yang belum
paham tentang materi yang disampaikan. Bahkan banyak siswa yang terlihat
malas dan tidak percaya diri untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru di
depan kelas. Hal ini terlihat dari data hasil ulangan akhir semester siswa
sebelumnya, yakni dari 211 siswa hanya 43 (20,4%) siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dan 168 (79,6%) siswa belum mencapai nilai
ketuntasan mininal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 75,
sehingga membuat sebagian besar siswa harus mengikuti program remedial untuk
memperbaiki nilai.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru memiliki peranan penting
dalam membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Bantuan tersebut dapat
berupa terciptanya proses pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, serta
bermakna untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adanya kebermaknaan yang
diperoleh siswa selama proses pembelajaran menyebabkan apa yang dipelajari
siswa akan menjadi lebih optimal dan berguna bagi dirinya sendiri ataupun
lingkungan di sekitarnya (Kariani dkk., 2014:2). Salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk membantu guru menciptakan proses pembelajaran yang
bermakna dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan memilih model
pembelajaran yang tepat dan inovatif. Terdapat banyak model pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya yaitu
model pembelajaran Probing-Prompting.
Menurut Suherman (Huda, 2016:281) model pembelajaran Probing-
Prompting adalah model pembelajaran dengan menyajikan serangkaian
5
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat
meningkatkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan
pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah pada siswa mendorong siswa untuk selalu aktif
berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Sedangkan menurut
Widyastuti dkk., (2014:3) terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan
dalam pembelajaran Probing-Prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi
aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya,
serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan
sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai
pemikiran tingkat tinggi.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri L Sidoharjo tahun pelajaran
2017/2018?”
LANDASAN TEORI
a. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013:3). Menurut Nawawi
(Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah
6
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
materi pelajaran tertentu. Suprijono (kariani dkk., 2014:5) juga
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut Krathwohl (2002:215) terdapat 6 tahapan uraian yang dapat
membantu guru menentukan kejelasan kompetisi dasar sesuai dengan proses
kognitif, yaitu :
1) Remember (Mengingat C1)
Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan
yang relavan dari memori jangka panjang.
2) Understand (Memahami C2)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan
pembelajaran dan mempu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,
tulisan maupun grafik.
3) Apply (Menerapkan C3)
Menerapkan adalah kemampuan merumuskan prosedur untuk
menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa
terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal.
4) Analyze (Menganalisis C4)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecahkan sauatu
kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian
tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan
keseluruhannya.
7
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
5) Evaluate (Menilai C5)
Menilai didefenisikan sebagai kemampuan melakukan judgement
berdasar pada kriteria dan stantar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah
menentukan kualitas, efektifitas, efsiensi, dan konsistensi.
6) Create (Berkreasi C6)
Create didefenisikan sebangai menggeneralisasi ide baru, produk atau
cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai
meletakkan beberapa elemen dan satu kesatuan yang menyeluruh sehingga
terbentuklah dalam suatu bentuk yang koheren atau fungsional.
b. Pengertian Model Probing-Prompting
Menurut Huda (2016:281) arti dari kata probing adalah penyelidikan
dan pemeriksaan, sementara prompting adalah mendorong atau menuntun.
Sementara itu menurut Widyastuti dkk., (2014:3), Probing-Prompting adalah
suatu model pembelajaran dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan
yang bersifat menuntun dan menggali pengetahuan siswa, sehingga terjadi
proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan yang ada pada diri siswa
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Proses tanya jawab dalam pembelajaran dilakukan dengan menunjuk
siswa secara acak, sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi
aktif. Siswa tidak bisa menghindari proses pembelajaran, karena setiap saat ia
bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab (Huda, 2016:282). Dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting
ini, kemungkinan akan terjadi suasana tegang, tetapi bisa dibiasakan. Untuk
8
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
mengurangi kondisi tegang, guru hendaknya mengajukan serangkaian
pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suasana menyejukkan dan bernada
lembut. Ada canda, senyum dan ceria serta jawaban siswa yang salah harus
tetap dihargai karena salah adalah ciri bahwa dia sedang belajar dan telah
berpartisipasi (Shoimin, 2016:126).
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Probing-Prompting
Langkah-langkah model pembelajaran Probing-Prompting dalam
penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1) Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan
memperlihatkan gambar atau rumus yang sesuai dengan materi.
2) Siswa melakukan diskusi kecil kepada teman sebangku untuk memahami
gambar atau rumus yang telah diperlihatkan.
3) Seluruh siswa diberi pertanyaan yang sesuai dengan indikator dan tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
4) Siswa melakukan diskusi kecil kepada teman sebangku untuk merumuskan
masalah yang diberikan.
5) Salah satu siswa ditunjuk untuk menjawab permasalahan yang diberikan.
6) Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan tentang jawaban tersebut
untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang
sedang berlangsung.
7) Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih
menekankan bahwa tujuan pembelajar tersebut benar-benar telah dipahami
oleh seluruh siswa.
9
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
d. Kelebihan Model Pembelajaran Probing-Prompting
Menurut (Shoimin, 2016:128), kelebihan model pembelajaran
Probing-Prompting, yaitu:
1) Mendorong siswa aktif berpikir.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
3) Perbedaan pendapat antar siswa dapat dikompromikan atau diarahkan.
4) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun
ketika itu siswa sedang ribut atau ketika sedang mengantuk, maka akan
hilang rasa kantuknya.
5) Sebagai cara meninjau kembali (review) bahan pelajaran yang lampau.
e. Kekurangan Model Pembelajaran Probing-Prompting
Menurut (Shoimin, 2016:129), kekurangan model pembelajaran
Probing-Prompting, antara lain yaitu:
1) Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada tiap siswa.
2) Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
3) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa.
4) Waktu seiring banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah True Eksperimental Design dengan desain yang
berbentuk pre-test, post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP Negeri L Sidoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018, yang
terdiri dari 213 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah Kelas VIII.3 terpilih sebagai
kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting dan kelas
VIII.5 sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran
konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, yaitu pre-test dan
10
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
post-test. Materi yang diajarkan yaitu operasi bentuk aljabara. Untuk menguji
hipotesis, doata dianalisia menggunkana uji-t dengan taraf signifikansi 𝛼 = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
1. Kemampuan Awal
Pre-test ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap
materi operasi bentuk aljabar sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran probing-prompting di kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional di kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dijelaskan
bahwa skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 13,69 dan skor rata-rata kelas
kontrol 13,14. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata
pengetahuan awal siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama dan
dikategorikan masih sangat rendah
Berdasarkan hasil pengujian statistik uji-t 2 pihak dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata skor hasil belajar
matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan.
2. Kemampuan Akhir
Berdasarkan hasil perhitungan didapat skor rata-rata kelas eksperimen
sebesar 37,34 dan skor rata-rata kelas kontrol sebesar 33,54. Jadi secara deskriptif
dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika kelas eksperimen
lebih besar dari pada kelas kontrol.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa peningkatan rata-rata skor hasil
belajar matematika siswa kelas eksperimen sebesar 23,65 dan peningkatan rata-
11
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
rata skor hasil belajar matematika siswa kelas kontrol sebesar 20,40. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar matematika siswa di kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil pengujian statistik uji-t 1 pihak dapat disimpulkan
bahwa “terdapat pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil
belajar matematika siswa siswa kelas VIII SMP Negeri L Sidoharjo Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
PEMBAHASAN
Pembelajaran dengan model Probing-Prompting dapat terjadi jika guru
merancang dan melaksanakan pembelajaran yang dimulai dengan memberikan
pertanyaan atau masalah kepada siswa. Peran guru pada pembelajaran dengan
model Probing-Prompting ini sebagai fasilitator, pembimbing dan motivator. Hal
ini sangat penting untuk memberikan tanggapan dalam upaya penyelesaian soal
dan masalah sehingga siswa mampu berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Proses pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
pembelajaran Probing-Prompting mengalami beberapan hambatan, pembelajaran
yang baru bagi peneliti maupun siswa membutuhkan waktu dan penyesuaian.
Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran menggunakan model probing-
prompting ini sebanyak dua jam pembelajaran dimaksimalkan peneliti untuk
melakukan perlakuan pertama pada materi operasi bentuk aljabar dengan panduan
RPP. Proses pembelajaran tersebut menggunakan LKS dan siswa diminta untuk
berkelompok terdiri dari dua orang yaitu teman sebangkunya, Peneliti meminta
siswa untuk memahami secara berdiskusi maksud dari gambar yang ada pada
12
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
LKS, awalnya siswa merasa bingung dan kesulitan tetapi masalah tersebut dapat
teratasi oleh peneliti dengan memberikan motivasi kepada siswa. Setelah siswa
berdiskusi dan memahami maksud dari gambar yang ada pada LKS, siswa mulai
dapat memahami konsep tentang materi operasi bentuk aljabar. Selanjutnya,
peneliti meminta siswa untuk mengejakan soal yang ada pada LKS secara
berdiskusi.
Pada proses pembelajaran ini, siswa terlihat tegang dengan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti karena siswa tidak bisa menjawab. Guru
memiliki kendala untuk menuntun siswa mendapatkan jawaban yang benar. Hal
ini terlihat dari ketidakmampuan siswa menjawab pertanyaan peneliti mengenai
materi operasi bentuk aljabar, siswa merasa sulit untuk menganalisis dan
menjawab soal yang bersifat menggali dan menuntun, sehingga kondisi kelas
menjadi tidak kondusif karena siswa sibuk bertanya dan berdiskusi dengan siswa
dari kelompok lain. Untuk mengatasinya, guru berkeliling kelas untuk mengawasi
jalannya diskusi dan membantu siswa yang kesulitan, terutama pada indikator
menganalisis dan memecahkan masalah.
Setelah siswa selesai mengerjakan soal yang diberikan, peneliti menunjuk
siswa secara acak untuk mempresentasikan jawabannya ke depan kelas. Pada
tahap ini banyak siswa yang merasa malu, takut dan tidak percaya diri untuk
mempresentasikan jawaban di depan. Mereka lebih cenderung meminta kepada
peneliti untuk menunjuk temannya yang pintar untuk mempresentasikan jawaban
di depan kelas. Akibatnya, siswa yang memiliki kemampuan rendah tidak dapat
memahami materi yang telah dibahas.
13
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
Pada pertemuan kedua, peneliti masih menggunakan LKS dalam proses
pembelajaran tersebut dan siswa diminta untuk kembali pada kelompoknya. Pada
pertemuan ini siswa telah mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini
terbukti semakin banyaknya siswa yang mampu menyampaikan pendapat dan
siswa telah mampu menjawab pertanyaan yang diajukan walaupun siswa harus
banyak diberikan pertanyaan yang sifatnya menuntun terlebih dahulu. siswa mulai
mampu menyelesaikan soal-soal latihan yang terdapat pada LKS.
Pada pertemuan ketiga, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan
model probing-prompting yang berbantukan LKS, siswa sudah dapat bekerjasama
dengan baik dalam berdiskusi kecil untuk merumuskan jawaban yang diajukan
oleh peneliti, siswa juga sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti, siswa-siswa lain pun sudah aktif menyampaikan pendapat
mereka. Soal-soal latihan yang terdapat pada LKS juga sudah bisa diselesaikan
tetapi masih ada penjelasan-penjelasan yang masih belum tepat. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dari pertemuan pertama dan
kedua.
Model pembelajaran probing-prompting diharapkan dapat menjadi salah
satu model yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
hasil belajar matematika khususnya masalah yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir dan juga
imajinasinya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan bahkan diikuti dengan
praktik yang nyata di depan kelas.
14
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran Probing-Prompting terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri L Sidoharjo Tahun Pelajaran
2017/2018. Rata-rata skor hasil belajar matematika di kelas eksperimen sebesar
30,87 dan rata-rata skor hasil belajar matematika siswa di kelas kontrol sebesar
28,00. Peningkatan rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen
sebesar 23,65 dan peningkatan rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelas
kontrol sebesar 20,40. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata skor
hasil belajar matematika siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) Bagi pendidik, diharapkan dengan
model pembelajaran Probing-Prompting ini dapat membantu pendidik dalam
meningkatkan hasil belajar matematika, serta pendidik harus mempersiapkan
pembelajaran dengan matang sebelum pembelajaran dilaksanakan; 2) Model
pembelajaran Probing-Prompting dapat dijadikan sebagai alternatif bagi siswa
maupun guru dalam belajar, untuk meningkatkan hasil belajar matematika
menjadi lebih mudah dipelajari; 3) Bagi peneliti, untuk menggunakan model
pembelajaran Probing-Prompting peneliti harus mempunyai perencanaan
pembelajaran dan persiapan yang matang dalam proses pembelajaran yang akan
15
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
dilakukan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Dalam
penelitian ini, peneliti diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini agar hasil
penelitian ini dapat berguna pada masyarakat luas; 4) Kepada sekolah untuk dapat
menerapakan model pembelajaran Probing-Prompting sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar matematika dan keaktifan siswa dalam belajar,
sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang ada di
sekolah; 5) Guru, diharapkan dapat menerapakan model pembelajaran Probing-
Prompting sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan
siswa dalam belajar; 6) Peneliti, diharapkan dapat menggunakan model
pembelajaran Probing-Prompting pada pembelajaran matematika untuk dijadikan
sebagai pengalaman dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti & Mudjiyono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ebih AR. Arhasy. 2015. Kontribusi Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik
SQ4R Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis
Matematis. Jurnal Siliwangi Vol. 1. No. 1. 21-31.
Huda, Miftahul. 2016. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Iriani, Dewi dan Mutia Leni. 2013. Identifikasi Gaya Belajar Dan Pengaruhnya
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII
SMPN 2 Kerinci. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 109-
114.
Kadir, Abdul. 2013. Konsep Pembelajaran Kontekstual di Sekolah. Dinamika
Ilmu. 13, (3), 17-38.
Kariani, dkk. 2014. Model Problem Based Learning Menggunakan Metode
Probing-Prompting Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2, (1), 1-10.
Krathwohl DR. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy:An Overview.Theory
Into Prantice, 41 (4) : 212-218
16
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-uzz Media.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Utami, N.F, dkk. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Think Talk Write
(TTW) dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Terhadap Prestasi
Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematika dan
Kreativitas Belajar Siswa SMP sekabupaten Wonogiri. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika. 2, (3), 260-265.
Widyastuti, D.A, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Probing-Prompting
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2
Antosari Kecamatan Selemadeg Barat. E-journal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. 2, (1), 1-10.