budaya lubuklinggau dalam pembelajaran …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/all bunga...
TRANSCRIPT
1
BUDAYA LUBUKLINGGAU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(PENGEMBANGAN LKS BERBASIS ETNOMATEMATIKA) UNTUK
MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA
2018/2019
ARTIKEL ILMIAH
Oleh :
Nama : Bunga Marcicilia
NPM : 4014018
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Drajat Friansah, S.Si., M.Pd.
2. Maria Luthfiana, M.Pd,Mat.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2018
1
2
BUDAYA LUBUKLINGGAU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(PENGEMBANGAN LKS BERBASIS ETNOMATEMATIKA) UNTUK
MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA
2018/2019
Oleh : Bunga Marcicilia1, Drajat Friansah2, Maria Luthfiana3
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan LKS berupa LKS siswa
dengan berbasis Etnomatematika pada materi sistem persamaan linear tiga
variabel untuk siswa kelas X MAN 1 (model) Lubuklinggau dan mengetahui
kualitas LKS dilihat dari aspek kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan
4-D (four D model). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define,
Design, Develop, and Disseminate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Kevalidan LKS menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan mendapat kategori
baik pada komponen kelayakan bahasa dengan rata-rata skor sebesar 3,00, pada
komponen kelayakan isi mendapat kategori sangat baik dengan rata-rata skor
sebesar 3,24, sedangkan pada komponen kelayakan penyajian mendapatkan
predikat baik dengan rata-rata skor 3,04. (2) kualitas bahan ajar dilihat dari aspek
kepraktisan termasuk dalam kriteria “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,13
ditentukan berdasarkan hasil respon siswa terhadap LKS. Keefektifan LKS dilihat
dari aspek motivasi belajar siswa pada saat sebelum menunjukkan rata-rata skor
sebesar 3,01 sedangkan pada saat sesudah menunjukkan rata-rata skor sebesar
3,74 termasuk dalam kriteria “Sangat Baik”.
Kata Kunci:Etnomatematika , LKS, Lubuklinggau
ABSTRACT
The purpose of this study was to develop student worksheets in the form
of ethnomatics-based student worksheets on the material system of three-variable
linear equations for students of class X MAN 1 (model) Lubuklinggau and find
out the quality of worksheets seen from the aspects of validity, practicality, and
effectiveness. This research is a development research with a 4-D (four D model)
development model. This model consists of 4 development stages, namely Define,
Design, Develop, and Disseminate. The results showed that: (1) the validity of
worksheets showed that the worksheets developed were categorized as good in the
components of language feasibility with an average score of 3,00, the content
feasibility component was very good with an average score of 3,24, while the
presentation feasibility component gets a good predicate with an average score of
3,04. (2) the quality of teaching materials seen from the practical aspects included
in the criteria of "Good" with an average score of 3,13 is determined based on the
results of student responses to LKS. The effectiveness of LKS is seen from the
aspect of student learning motivation during Pre-Test showing an average score of
3,01 while the Post-Test showed an average score of 3,74 included in the "Very
Good" criterion.
Keywords: Ethnomatematics, LKS, Lubuklinggau.
1Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2dan3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
3
PENDAHULUAN
“Pembentukan sikap merupakan aspek penting dalam pembelajaran
Matematika, sehingga tugas guru dalam menyampaikan materi dapat membantu
proses pembentukan sikap peserta didiknya” (Daryanto, dalam Prihastari;
2015:155). “Pada saat ini pendidikan di Indonesia menerapkan K13 revisi 2016,
orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara
kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge )”
(Majid, 2014:28). Dengan kata lain guru adalah fasilisator, selain itu guru harus
mampu mengembangkan bahan ajar yang digunakan agar siswa tidak merasa
bosan dan jenuh ketika belajar matematika.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di MAN 1 (model)
Lubuklinggau, siswa di MAN 1 (model) Lubuklinggau ada siswa yang aktif dan
ada siswa yang tidak aktif karena siswa kurang berani untuk menyampaikan
pendapatnya di kelas. Sehingga sangat dibutuhkannya motivasi sebagai penggerak
untuk kemauan siswa dalam belajar, hal ini memungkinkan untuk digunakan LKS
dengan muatan motivasi didalamnya sebagai bahan ajar. Guru mata Pelajaran
yang bernama Ibu Diana Sari, S.Ag menerangkan bahwa di MAN 1 (model)
Lubuklinggau tidak selalu menggunakan LKS karena bahan ajar yang digunakan
saat mengajar adalah buku cetak. Guru dalam menyampaikan materi ataupun
penugasan pada siswanya banyak mengambil soal-soal dari buku ajar, kadangkala
menggunakan LKS pada materi tertentu tetapi LKSnya itu dibuat terlebih dahulu
oleh guru dan pada saat mengerjakannya siswa sedikit kesulitan mengaplikasikan
dan memaknai dalam kegunaan mempelajari materi dalam LKS. Selain itu, LKS
yang susunannya kurang berwarna, menarik, dan kurang adanya acuan penggerak
kemauan siswa dalam belajar. Maka dari itu dibutuhkan LKS yang
4
penyusunannya menarik, kreatif, dan dapat dipahami oleh siswa saat belajar di
sekolah maupun di rumah.
Trianto (2010:111) mengungkapkan bahwa “Lembar kegiatan siswa dapat
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan
untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan
eksperimen atau demonstrasi”. “Penggunaan LKS sebagai media belajar menjadi
semakin populer di kalangan guru sehingga LKS disebut sebagai media belajar
alternatif” (Padmaningrum:2006). Dengan mengembangkan LKS yang inovatif
diharapkan dapat membantu dan meningkatkan kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran.
Prestasi belajar siswa di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lain.
Hasil PISA (Programme for International Student Assessment) 2015
menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 69 dari 76 negara. Hasil TIMSS
(Trends in International Mathematics and Science Study) 2015 menunjukkan
Indonesia berada pada peringkat 45 dari 50 negara (dalam Rahmawati, 2017:70).
Menurut Sardiman (2014:84) “Dalam kegiatan belajar-mengajar akan berhasil
baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai
masalah dan hambatan secara mandiri”. Jadi kekuatan yang mendorong seseorang
untuk belajar dan mempengaruhi keberhasilan belajar adalah motivasi belajar.
Menurut Wijayanto (2017:81) “Pembelajaran kreatif, menarik dan bermakna
dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis Budaya karena dapat menjadikan
pembelajaran bermakna kontekstual yang sangat terkait dengan komunitas budaya
sehingga pembelajaran menarik dan menyenangkan”. “Etnomatematika
merupakan kajian yang meneliti cara sekelompok orang dari budaya tertentu
dalam memahami, mengekspresikan, dan menggunakan konsep-konsep serta
5
praktik-praktik kebudayaannya yang digambarkan sebagai sesuatu yang
Matematis” (Menurut Barton, dalam Zulkifli & Dardiri; 2016:221). “Menerapkan
Etnomatematika dalam pendidikan khususnya pendidikan Matematika diharapkan
nantinya siswa dapat lebih memahami Matematika dan budaya mereka serta para
pendidik lebih mudah untuk menanamkan nilai budaya itu sendiri dalam diri
peserta didiknya, sehingga nilai budaya merupakan karakter bangsa tertanam
sejak dini dalam diri siswa” (Prihatsari, 2017:71).
Mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis Etnomatematika
dengan budaya Lubuklinggau berarti menanamkan, memanfaatkan nilai-nilai
budaya secara kontekstual, serta menumbuhkan motivasi belajar dalam
pembelajaran matematika dengan tahapan-tahapan belajar yang sesuai dengan
perkembangan proses berpikir siswa, metode yang siswa pakai, ataupun tingkat-
tingkat berpikir yang siswa tunjukkan. Dengan demikian diharapkan siswa dapat
lebih mudah memahami konsep-konsep Matematika bermuatan budaya. Dari
masalah yang dihadapi, peneliti menawarkan solusi yaitu dengan Budaya
Lubuklinggau dalam Pembelajaran Matematika (Pengembangan LKS Berbasis
Etnomatematika) untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas X SMA
2018/2019.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian LKS
Menurut Ahmadi & Amri (2014:171) “Lembar Kerja Siswa (student
work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik”. Sedangkan Menurut Trianto (2009:111) “Lembar kegiatan siswa
adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau
pemecahan masalah”. Berdasarkan pengertian LKS dapat disimpulkan bahwa
6
Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi materi,
ringkasan, dan tugas yang harus dikerjakan siswa untuk memaksimalkan
pemahaman serta lebih mengaktifkan peserta didik.
B. Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2014:73) “Motivasi adalah
perubahan energi diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi menurut
Wlodkowsky (dalam Sugihartono, dkk; 2007:38) merupakan suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan
ketahanan pada tingkah laku tersebut. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar adalah kekuatan untuk mendorong seseorang untuk
belajar. Motivasi belajar bisa timbul dari dalam atau dari luar diri seseorang
seperti: lingkungan, keluarga, guru, maupun orang lain.
C. Pengembangan LKS berbasis Etnomatematika
Menurut Francois (dalam Wijayanto, 2017:81), “perluasan penggunaan
etnomatematika yang sesuai dengan keanekaragaman budaya siswa dan dengan
praktik matematika dalam keseharian mereka membawa matematika lebih dekat
dengan lingkungan siswa karena etnomatematika secara implisit merupakan
program atau kegiatan yang menghantarkan nilai-nilai dalam matematika dan
pendidikan matematika”. “pendekatan Ethnomathematical bertujuan untuk
membuat matematika sekolah lebih relevan dan bermakna bagi siswa dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan dan menegaskan
lebih budaya relevan dilihat dari matematika” (Rosa, dkk; 2016:26).
7
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Research & Development (R&D). Dalam penelitian ini dikembangkan LKS
dengan berbasis Etnomatematika yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
belajar yang dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. Pengembangan LKS ini,
mengacu pada pengembangan yang Mengadaptasi dari Penelitian Sebelumnya
yang dilakukan oleh Wijayanto (2017:83) menggunakan modifikasi model
pengembangan perangkat pembelajaran 3-D dari Thiagarajan yakni Define
(Pendefinisian), Design (Perencanaan), dan Develop (Pengembangan).
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1 MAN 1
(model) Lubuklinggau. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan angket dan wawancara terhadap respon dan motivasi
sebelum dan sesudah belajar siswa menggunakan produk LKS berbasis
Etnomatematika materi Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel.
Tabel 1
Pedoman Pemberian Skor Lembar Penilaian Kevalidan LKS
Skor Kriteria
4 Sangat baik
3 Baik
2 Kurang baik
1 Sangat kurang baik
(adaptasi Sugiyono, 2015:166)
Tabel 2
Pedoman Pemberian Skor Lembar Penilaian Kepraktisan LKS
Skor Kriteria
4 Sangat baik
3 Baik
2 Kurang baik
1 Sangat kurang baik
(adaptasi Sugiyono, 2015:166)
8
Tabel 3
Pedoman Pemberian Skor Lembar Keefektifan LKS Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Nilai
Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju 5
Setuju Tidak Setuju 4
Ragu-ragu Ragu-ragu 3
Tidak Setuju Setuju 2
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 1
Tabel 4
Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor Menjadi Data Kualitatif Interval Rata-rata Skor Klasifikasi
𝑥 > 3,4 Sangat Baik
2,8 < 𝑥 ≤ 3,4 Baik
2,2 < 𝑥 ≤ 2,8 Cukup
1,6 < 𝑥 ≤ 2,2 Kurang
1,6 ≤ 𝑥 Sangat Kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dari hasil penilaian LKS yang dikembangkan mendapat Kategorikan baik
pada komponen kelayakan bahasa dengan Rata-rata skor sebesar 3,00. Pada
komponen kelayakan isi mendapat Kategorikan baik dengan rata-rata skor sebesar
3,26. Sedangkan, pada komponen kelayakan penyajian mendapatkan kategorikan
baik dengan Rata-rata skor 3,04. Didapatkan rata-rata skor dari validator sebesar
3,10 dengan skor maksimum 4,00 sehingga LKS berbasis Etnomatematika dapat
diklasifikasikan valid.
Hasil dari uji coba kelompok kecil didapatkan skor rata-rata sebesar 3,10
termasuk dalam klasifikasi Baik. Dari hasil uji kelompok kecil ini peneliti dapat
melihat kelayakan untuk tahap selanjutnya yaitu uji coba lapangan (kelompok
besar). Hasil dari uji coba lapangan dilakukan dengan 37 orang siswa didapatkan
hasil skor rata-rata sebesar 3,01 termasuk dalam klasifikasi Baik dengan skor
(Adaptasi Widoyoko, 2009:236)
(Adaptasi Widoyoko, 2009:236)
75
9
maksimum 4,00. Sehingga LKS berbasis Etnomatematika yang dikembangkan
memenuhi Kepraktisan LKS.
Sedangkan untuk Angket motivasi belajar pada saat sebelum
menggunakan LKS didapatkan rata-rata skor sebesar 3,01 sedangkan angket
motivasi belajar siswa pada saat saat sesudah menggunakan LKS didapatkan rata-
rata skor sebesar 3,74 dengan skor maksimum 4,00 sehingga LKS dapat
diklasifikasikan Sangat Baik. Sehingga LKS berbasis Etnomatematika yang
dikembangkan memenuhi Keefektifan LKS.
2. Pembahasan
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, diperoleh produk penelitian
berupa LKS berbasis Etnomatematika pada materi Sistem persamaan linear tiga
variabel. LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa Lembar Kegiatan
Siswa. Selain bertujuan untuk menghasilkan LKS berbasis Etnomatematika,
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kepraktisan LKS sistem persamaan
linear tiga variabel pada kelas X SMA. LKS ini dikembangkan dengan model
pengembangan 3-D (four D model). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan,
yaitu Define, Design, and Develop. LKS diuji cobakan kepada siswa kelas X
MIPA 1 MAN 1 (model) Lubuklinggau. Sebelum diuji cobakan, LKS divalidasi
oleh tiga orang dosen yang terdiri dari ahli bahasa, ahli materi, dan ahli.
1. Tahap Define
Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa langkah analisis, adapun
analisis yang dilakukan adalah analisis awal, analisis siswa, analisis tugas, analisis
konsep, dan analisis tujuan pembelajaran. Pada analisis awal diketahui bahwa
kurikulum yang digunakan pada kelas X MAN 1 (model) Lubuklinggau adalah
kurikulum 2013, selain itu juga didapati beberapa masalah yang timbul dalam
10
pembelajaran matematika antara lain kurangnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, kurangnya gambar ilustrasi pada LKS yang digunakan sehingga
kurang memotivasi siswa, dalam LKS juga belum menggunakan konteks yang
berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Pada tahap analisis siswa
diketahui bahwa siswa kelas X SMA sudah bisa berpikir secara abstrak dan
memikirkan pemecahan masalah menurut logikanya, namun kenyataannya siswa
masih membutuhkan bimbingan guru dalam proses pembelajaran. Pada tahap
analisis tugas struktur yang akan dipelajari adalah materi Sistem Persamaan
Linear Tiga Variabel.
2. Tahap Design
Pada tahap ini terdapat empat langkah yaitu: 1) penyusunan tes acuan
patokan, 2) pemilihan media, 3) pemilihan format, 4) desain awal. Pada tahap
pertama yaitu penyusunan tes acuan patokan, pada tahap ini penulis membuat
soal-soal cerita yang akan digunakan di dalam LKS, soal cerita selalu dikaitkan
dengan kehidupan sosial budaya sehari-hari yang telah dilakukan secara turun-
temurun, tes acuan patokan dibagi menjadi empat macam, yaitu: 1) latihan beserta
langkah-langkah penyelesaian yang berbentuk pertanyaan pada masalah selalu
berjudul “Mari Mengingat” dalam pengerjaan soal ini siswa diperbolehkan
berdiskusi dan berkelompok. Pada tahap kedua yaitu pemilihan media, pada tahap
ini LKS dipilih sebagai media untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa dan penulisan LKS dengan berbasis Etnomatematika sehingga tersusunlah
draf awal LKS.
3. Tahap Develop
Pada tahap ini langkah yang dilakukan adalah validasi LKS disertai revisi
dari para ahli, uji coba lapangan, dan pengitungan tingkat motivasi belajar siswa.
11
Validasi LKS ini dilakukan untuk mengetahui kualitas LKS dilihat dari komponen
kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa. LKS yang
dikembangkan mendapat Klasifikasi baik pada komponen kelayakan bahasa
dengan Rata-rata skor sebesar 3,00 ini memenuhi 5 komponen kelayakan bahasa
yaitu lugas, komunikatif, dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan
perkembangan peserta didik, dan kesesuaian dengan kaidah bahasa. pada
komponen kelayakan isi mendapat Klasifikasi sangat baik dengan rata-rata skor
sebesar 3,26 memenuhi 3 aspek penilaian yaitu aspek kelayakan isi, aspek
kelayakan penyajian, dan aspek Penilaian Etnomatematika. sedangkan pada
komponen kelayakan penyajian mendapatkan klasifikasi baik dengan Rata-rata
skor 3,04 ini memenuhi aspek kelayakan kegrafikan yang terdiri dari 3 komponen
yaitu ukuran Lembar Kegiatan Siswa, Desain Sampul Lembar Kegiatan Siswa,
dan Desain isi Lembar Kegiatan Siswa. Maka diperoleh rata-rata skor validator
sebesar 3,10 sehingga LKS diklasifikasikan valid. Dengan demikian LKS berbasis
Etnomatematika yang dikembangkan memenuhi syarat kevalidan.
Tabel 5
Validasi dari para ahli
Ahli Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Bahasa
perbaiki kata pungut
Setelah direvisi
12
perbaiki tanda baca, kalimat, dan tata
penulisan.
setelah direvisi
Media
cover harus disesuaikan dengan isi cover yang setelah direvisi
Buang gambar yang tidak perlu dan
perbaiki latar
Setelah direvisi
13
Buang gambar/tulisan yang tidak perlu
Setelah direvisi
Materi
Buatlah langkah-langkah penemuan
konsep untuk siswa
Setelah direvisi
Perbaiki penulisan soal
Setelah direvisi
14
Saran untuk ditambahkan soal yang lebih menantang
Selanjutnya LKS diujicobakan kepada kelompok kecil, dari hasil
permasalahan yang dikerjakan oleh siswa maka dapat disimpulkan bahwa enam
siswa yang menjadi subjek penelitian mengerti dan bisa menggunakan LKS
dengan baik sehingga LKS bisa langsung diujicobakan kepada kelompok besar
atau uji coba lapangan. Selanjutnya dilakukan uji coba lapangan, subjek penelitian
disini adalah siswa kelas X MIPA 1 MAN 1 (model) Lubuklinggau. Setelah siswa
menggunakan LKS yang dikembangkan, siswa diberikan angket respon siswa.
Data angket respon siswa digunakan untuk melihat kepraktisan LKS yang
dikembangkan. Dari hasil analisis data angket respon siswa didapatkan nilai
kuantitatif dengan Rata-rata skor sebesar 3,01 termasuk dalam Klasifikasi baik.
Ini memenuhi 4 Indikator Penilaian Lembar Kegiatan Siswa yaitu Kemudahan,
Bahasa, Ketertarikan, dan Materi. Sedemikian rupa sehingga LKS berbasis
Etnomatematika yang dikembangkan memenuhi syarat kepraktisan.
pada hasil dari analisis data angket motivasi belajar yang dilakukan 2
tahapan yaitu sebelum dan sesudah menggunakan Lembar Kegiatan Siswa. Dari
hasil angket motivasi belajar sebelum menggunakan LKS berbasis
Etnomatematika didapatkan nilai kuantitatif dengan rata-rata skor sebesar 3,01
15
termasuk dalam klasifikasi baik dan dari hasil angket motivasi belajar sesudah
menggunakan LKS berbasis Etnomatematika didapatkan nilai kuantitatif dengan
rata-rata skor sebesar 3,74. Ini memenuhi 4 Indikator penilaian Motivasi belajar
siswa dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa berbasis Etnomatematika
yaitu perhatian (Attention), Relevansi (Relevance), Kepercayaan diri
(Confidence), dan Kepuasan (Satisfaction). Analisis Kemampuan terhadap
motivasi belajar siswa melalui Budaya Lubuklinggau dalam pembelajaran
Matematika (Pengembangan LKS berbasis Etnomatematika) untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa kelas X SMA 2018/2019. Analisis Penilaian dapat dilihat
pada grafik 1 dan grafik 2.
Grafik 1 Hasil Perhitungan Angket sebelum menggunakan LKS
0
1
2
3
4
S-1
S-2
S-3
S-4
S-5
S-6
S-7
S-8
S-9
S-10
S-11
S-12
S-13
S-14
S-15
S-16
S-17
S-18
S-19
S-20
S-21
S-22
S-23
S-24
S-25
S-26
S-27
S-28
S-29
S-30
S-31
S-32
S-33
S-34
S-35
S-36
S-37
Hasil angket sebelum menggunakan LKS
0
1
2
3
4
5
6
S-1 S-3 S-5 S-7 S-9 S-11 S-13 S-15 S-17 S-19 S-21 S-23 S-25 S-27 S-29 S-31 S-33 S-35 S-37
Hasil Angket Sesudah menggunakan LKS
16
Grafik 2 Hasil Perhitungan Angket sesudah menggunakan LKS
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Mengembangkan budaya Lubuklinggau dalam pembelajaran Matematika
(Pengembangan LKS dengan berbasis Etnomatematika) untuk menumbuhkan
Motivasi belajar siswa kelas X SMA. Pada materi Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel dilakukan dengan mengadopsi model pengembangan 4-D (four
D model). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design,
Develop, and Disseminate. Proses pada tahap Define meliputi: a) analisis
awal, b) analisis siswa, c) analisis tugas, d) analisis konsep, dan e)
merumuskan tujuan pembelajaran. Proses pada tahap Design meliputi: a)
pemilihan format dan b) desain awal, pada desain awal meliputi pembuatan
angket untuk validasi, angket respon siswa, angket motivasi belajar siswa dan
penulisan draft awal. Proses pada tahap Develop meliputi: a) validasi oleh
para ahli diikuti dengan revisi, b) uji coba produk. Proses pada tahap
Disseminate tidak dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian.
2. Kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan LKS yang dikembangkan.
a. Kevalidan LKS menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan mendapat
Kategorikan baik pada komponen kelayakan bahasa dengan Rata-rata skor
sebesar 3,00. Pada komponen kelayakan isi mendapat Kategorikan baik
dengan rata-rata skor sebesar 3,26. Sedangkan, pada komponen kelayakan
penyajian mendapatkan kategorikan baik dengan Rata-rata skor 3,04.
17
Didapatkan rata-rata skor dari validator sebesar 3,10 dengan skor maksimum
4,00 sehingga LKS berbasis Etnomatematika dapat diklasifikasikan valid.
b. Kepraktisan LKS diukur berdasarkan 2 tahapan yaitu uji coba kelompok kecil
dan uji coba lapangan (kelompok besar). Hasil dari uji coba kelompok kecil
didapatkan skor rata-rata sebesar 3,10 termasuk dalam klasifikasi Baik. Dari
hasil uji kelompok kecil ini peneliti dapat melihat kelayakan untuk tahap
selanjutnya yaitu uji coba lapangan (kelompok besar). Hasil dari uji coba
lapangan dilakukan dengan 37 orang siswa didapatkan hasil skor rata-rata
sebesar 3,01 termasuk dalam klasifikasi Baik dengan skor maksimum 4,00.
Sehingga LKS berbasis Etnomatematika yang dikembangkan memenuhi
Kepraktisan LKS.
c. Keefektifan LKS diukur berdasarkan angket motivasi yang dilakukan pada
saat sebelum dan sesudah menggunakan LKS. Angket motivasi belajar pada
saat sebelum menggunakan LKS didapatkan rata-rata skor sebesar 3,01
sedangkan angket motivasi belajar siswa pada saat saat sesudah menggunakan
LKS didapatkan rata-rata skor sebesar 3,74 dengan skor maksimum 4,00
sehingga LKS dapat diklasifikasikan Sangat Baik . Sehingga LKS berbasis
Etnomatematika yang dikembangkan memenuhi Keefektifan LKS.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, I. K. & Amri, S. (2014). Pengembangan & Model Pembelajaran
Tematik Intergratif. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Padmaningrum, Regina. T. (2006). Penilaian Lembar Kerja Siswa. UNY.
(disampaikan dalam kegiatan Pengabdian pada Masyarakat di ruang
Serbaguna Laboratorium Kimia FMIPA UNY 29 juli 2006)
Prihatsari, E. B. (2015). Pemanfaatan Etnomatematik melalui Permainan Engklek
sebagai Sumber Belajar. Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran, 2(1),
1555-162.
Rahmawati, F. D. & Marsigit. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Etnomatematika untuk meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan Matematika, 6(6). 69-76.
Rosa, Milton., Orey, U. D’Ambrosio. D. C., Alangui, L. S. W. V., Gavaette, M. E.
(2016). Saat Ini dan masa depan Persprektif Etnommatematika sebagai
Program. Amerika Serikat: Springer Nature.
Sardiman. (2014). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Siregar, Sofian. (2013). Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif :
dilengkapi dengan perhitungan Marval dan Aplikasi SPSS versi 17.
Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
______. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Wijayanto, Z. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Berbasis Etnomatematika pada Keraton Yogyakarta. Jurnal LP3M, 3(1),
81-88.
Widoyoko, E. Putro. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Zulkifli, M. & Dardiri, N. (2016). Etnomatematika dalam Sistem Pembilangan
pada Masyarakat Melayu Riau. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
19(2), 220-238.