Download - Pendidikan Seumur Hidup Adalah Tuntutan
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP ADALAH TUNTUTAN
KEHIDUPAN MANUSIA SEBAGAI MAHKLUK YANG BERAKAL
Oleh: Siti Krisnawati.
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan terobosan penting dalam upaya membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, apabila tidak memprioritaskan pendidikan sebagai unsur
yang penting dalam membangun manusia seutuhnya, maka akan berimplikasi
terhadap munculnya berbagai masalah kemanusian, seperti meningkatnya
pengangguran, meningkatnya kriminalitas, meningkatnya kemiskinan dan berbagai
persoalan lain yang dapat menghambat kemajuan suatu bangsa dan negara dalam
upaya mewujudkan kesejahteraan yang adil dan merata.
Dengan pendidikan manusia dapat menuju kesempurnaan hidupnya, karena
pada dasarnya pendidikan merupakan upaya sadar yang dilalukan oleh individu atau
kelompok dengan individu atau kelompok lain untuk memperoleh ilmu, membentuk
sikap, dan membekali keterampilan.
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling unggul keberadaannya
dibandingkan dengan mahkluk lain (binatang dan tumbuhan), keunggulan manusia
terletak pada akalnya. Dengan akalnya, manusia dapat mengatasi berbagai persoalan
hidupnya dengan mudah, namun apabila akal tersebut tidak dioptimalkan fungsinya,
maka manusia tidak akan memiliki arti apa-apa dalam hidupnya, manusia tidak
1
lebih seperti mahkluk lain yang hanya melakukan reproduksi. Oleh karena itu
pendidikan sebagai sarana untuk mengoptimalkan fungsi akal dalam kehidupan
manusia merupakan kebutuhan yang amat vital dan perlu mendapat perhatian yang
serius dari semua pihak.
Pendidikan dilakukan melalui proses berpikir tentang diri dan
lingkungannya melalui proses pembelajaran. Sedangkan berpikir pada dasarnya
merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa ilmu.
Ilmu merupakan buah pemikiran manusia dalam menjawab berbagai
persoalan yang ditemukan dalam hidupnya yang disusun secara kritis, analitis, dan
sistimatis, serta telah dibuktikan kebenarannya.1 Untuk bisa menghargai ilmu
sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti apakah makna ilmu itu
sebenarnya bagi kehidupan manusia.
Mereka yang mendewa-dewakan ilmu sebagai satu-satunya sumber
kebenaran biasanya tidak mengetahui makna ilmu yang sebenarnya. Demikian juga
sebaliknya dengan mereka yang memalingkan muka dari ilmu, mereka yang tidak
mau melihat kenyataan betapa ilmu telah membentuk peradaban seperti apa yang
kita punyai sekarang ini, kepicikan seperti itu kemungkinan besar disebabkan
karena mereka kurang mengenal makna ilmu yang sebenarnya.
1 Jujun S. Suriasumantri, 1995, Filsafat Ilmu: Sebuah Penngantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, h. 19
2
Ilmu diperoleh melalui pendidikan dengan melakukan proses pembelajaran,
kehidupan tanpa ilmu ibarat bearjalan tanpa petunjuk, sehingga pendidikan bagi
hidup manusia sebagai mahkluk yang berakal merupakan tuntutan kehidupan yang
harus dilakukan sepanjang hayat. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalaha antara lain: apa makna pendidikan bagi kehidupan?,
apa manfaat pendidikan bagi kehidupan manusia? mengapa pendidikan merupakan
tuntutan kehidupan yang berakal?
B. Pengertian Pendidikan
Para ahli pendidikan mengartikan pendidikan dengan pandangan yang
berbeda-beda. Menurut Muhtar Yahya dan Nasruddin Thaha berpendapat bahwa
pendidikan adalah mempersiapkan dan memberikan bekal kepada anak untuk
menjadi orang yang sempurna, percaya pada diri sendiri sehingga dapat lebih baik
selama hidupnya.2 Sedangkan Plato berpendapat, “pendidikan adalah mengasuh
jasmani dan rohani untuk mencapai keindahan dan kesempurnaan hidup manusia di
dunia.”3 Menurut Langeveld, “pendidikan adalah memberikan bimbingan atau
pertolongan dalam usaha anak menunaikan tugas hidupnya secara berdiri sendiri
(Self Standing).”4
2 Muchtar Yahya dan Nasruddi Thoha. 1941. Fannuttarbiyah, Padang Panjang: Al-Maktah Al-Tarbiyah, h. 3
3 William Ebenstein. 1960. The Great Political Thinkers: Plato to Pressent, New York: Holt Remhart and Wusroh, h. 44 – 45
4 M.j. Langeveld, Tth. Diklat Pedagogik HMI, Com, SPF GAMA, Yogyakarta: Gama, h. 15
3
Berdasarkan pandangan para ahli pendidikan sebagaimana dinyatakan di
atas, maka dapat dinyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai upaya yang
dilakukan secara sadar dalam mengembangakan berbagai potensi yang dimiliki oleh
manusia yang dilakukan oleh individu atau kelompok kepada individu atau
kelompok yang lain untuk mendapatkan ilmu, memilki moral yang baik dan
memiliki keterampilan.
C. Fungsi Pendidikan Bagi Kehidupan Manusia
Pendidikan merupakan proses untuk dapat menghasilkan peserta didik yang
memiliki ilmu, moral dan keterampilan. Pendidikan sebagai proses berarti
pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan berbagai usaha untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu. Secara makro menurut Pratiknya bahwa fungsi proses pendidikan itu
meliputi tiga hal, yaitu (1) proses alih nilai (transfer of Value), (2) Proses alih
pengetahuan (transfer of knowledge) dan (3) Proses alih metodologi (Transfer of
Methodology) 5
Melalui proses pendidikan individu didorong untuk berpikir, menilai dan
bertindak. Sedangkan hasil pendidikan yang diinginkan barulah tercapai bila
berpikir dan tingkah lakunya membantu kebutuhan individu dan kesejahteraan
kelompoknya. Individualisasi dan sosialisasi yang bertujuan untuk memajukan dan
meningkatkan kemampuan pribadi, termasuk juga kehidupan sosialnya.
Sebagaimana dinyatakan Crow dan Crow bahwa pendidikan sebagai suatu proses
5 Ibid., h. 6
4
dalam menambah suatu bentuk kegiatan yang menjadikan seseorang individu sesuai
dengan kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan kebiasaan-kebiasaan,
undang-undang, keyakinan, bahasa dan lembaga-lembaga sosial dari satu generasi
ke generasi lainnya.6
Hasil pendidikan meliputi perubahan yang telah terjadi atau berlangsung
sebagai hasil partisipasi individu dalam pengalaman belajar. Perubahan yang
diperoleh sebagai hasil belajar sebenarnya merupakan petunjuk demi mencapai
tujuan pendidikan. Sedangkan tuntutan pendidikan akan berbeda-beda karena
tuntutan kultural dan kemampuan serta ambisi individu. Oleh karena itu hasil
pendidikan sebagai pencerminan dari keseluruhan pengaruh belajar akan berbeda
diantara kelompok-kelompok kultural dan antar anggota kelompok yang sama.
Dengan demikian hasil pendidikan dapat menggambarkan tingkat pendidikan yang
dimiliki seseorang sebagai hasil pengalaman belajar. Namun menurut Plato bahwa
hakikat pendidikan tidak saja hanya menerima pengetahuan, tetapi adanya
perkembangan pembawaan yaitu pembawaan untuk memperoleh hakikat diri yang
dihasilkan dari pengalaman yang berkesinambungan.7 Secara mikro pendidikan
merupakan proses pengembangan sumber daya manusia8 yang dalam prosesnya
meliputi tiga hal (1) proses pembudayaan, (2) proses pembinaan iman dan takwa,
(3) Proses pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi.9
6 Abd. Rahman Abror. 1989. Pshisichologi Pendidikan, Jogyakarta: Nurcahaya, h. 77 William Ebenstein, op. cit, h. 25-26 8 Ahmad W. Pratiknya, op. cit., h. 6-7 9 Ibid., h. 5
5
Proses pembudayaan ialah proses transformasi budaya yang berkaitan dengan
nilai-nilai etis, estetis dan nilai budaya, serta wawasan kebangsaan dalam rangka
terbinanya manusia berbudaya. Proses pembinaan iman dan taqwa ialah
transformasi nilai-nilai keagamaan (iman, taqwa, kebajikan dan lain sebagainya).
Proses pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi ialah mengembangkan potensi
kearah terbinanya kemampuan manusia sebagai manusia yang mampu
mengembangkan dirinya dan mengolah lingkungannya, dengan kemampuanya
untuk menciptakan dan memanfaatkan dalam proses mengatasi persoalan hidupnya,
maka akan mendapatkan kesejahteraan bagi umat manusia.10 Sedangkan keselarasan
dalam kaitannya dengan individu dan masyarakat untuk keperluan pendidikan dari
perspektif subyek dan perspektif pendidik. Hal ini bahwa pada hakikatnya
pendidikan adalah proses pemanusiaan yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Oleh karenanya prakarsa dan tanggung jawab belajar yaitu cara untuk individu,
harus secara eksplisit dan sedini mungkin diberikan kepada subyek didik. Akibatnya
pada tingkat permulaan pendidik mengambil sikap lebih mencampuri dan
menentukan, tetapi pada prinsipnya sejak sedini mungkin dan secara sistematis
pendidik menarik diri dari campur tangan pendidikan yang menjadi tanggung jawab
pendidik dalam menyediakan dan mengatur kondisi untuk membelajarkan subyek
didik dengan demikian diharapkan akan menghasilkan manusia dan masyarakat
belajar yang mampu memperbaharui metode pendidikan yang sesuai dengan
pembinaan dan pengembangan peserta didiknya.
10 Ibid., h. 5
6
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa fungsi pendidikan bagi kehidupan
manusia meliputi: proses interaksi manusia yang ditandai keseimbangan dan
kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidik, usaha penyiapan subyek
didik menghadapi lingkungan hidup yang terus menerus, meningkatkan kualitas
pribadi dan masyarakat, berlangsung seumur hidup, kuat dalam mengahadapi
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia
seutuhnya.11
D. Tiga Pusat Pendidikan Sebagai Jalur Pendidikan.
Dalam mekanismenya pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur pendidikan
yang dikenal dengan istilah tri pusat pendidikan. Ketiga jalur tersebut antara lain:
jalur sekolah, masyarakat, dan keluarga.12
Pendidikan melalui jalur sekolah diartikan terutama memberi bekal kepada
anak agar dapat memasuki kehidupan bermasyarakat dimana perkembangannya
seirama dengan perkembangan masing-masing masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui jalur sekolah dan
tindakan pendidikan yang dikuasai seseorang diperoleh melalui jalur sekolah. Jalur
sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan
pembelajaran secara berkesinambungan.13
11 T. Raksa Joni. 1985. Wawasan Kependidikan Guru, Jakarta: Depdikbud Dikti-P2LPTK, h. 812 Hadari Nawawi. 1985. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Gunung Agung,
h. 5613 Sikun Pribadi. 1987. Mutiara-Mutiara Pendidikan, Jakarta: Erlangga, h. 84
7
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada dasarnya membantu
keluarga dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan dan pendayagunaan
bakat, minat dan potensi yang dimiliki anak. Kegiatan untuk mengembangkan
bakat, minat dan potensi tersebut harus dilakukan secara terencana, terarah dan
sistematik guna mencapai tujuan tertentu, tujuan tersebut harus mengandung nilai-
nilai yang serasi dengan kehidupan yang berlaku dilingkungan masyarakat. Oleh
karena itu fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi untuk
meneruskan, mempertahankan dan sebagai sarana untuk memobilisasi individu dan
masyarakat melalui pembelajaran, serta ikut membentuk kepribadian subyek didik
agar menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di dalam kebudayaan dan
masyarakat. Sebagaimana menurut Halsey bahwa lembaga pendidikan memainkan
peranan penting dalam masyarakat, sebagai agen kontrol sosial, perubahan budaya
dan seleksi sosial. Bahkan menurut Halsey bahwa pendidikan seseorang dapat
menentukan struktur seseorang dalam masyarakat, karena pendidikan seseorang
menunjukkan pada kapasitas dan kualitas cara berfikir, bersikap dan
profesionalisme seseorang. Halsey percaya bahwa lembaga pendidikan merupakan
sarana mobilisasi sosial yang dapat menentukan seseorang masuk dalam struktur
sosial sesuai dengan tingkat pendidikan. Karena lembaga pendidikan dalam
pelaksanaannya memnyiapkan dan membentuk individu dan kelompok tidak hanya
memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan dan profesionalisme.14
14 Jerome Karabel and A.P. Halsey, 1977, Power and Ideology in Education, New York: Oxford University Press, h. 167 – 171
8
Dengan demikian sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran besar
dalam membentuk dan menyiapkan seseorang untuk menjadi orang yang memiliki
pengetahuan, mandiri, profesionalisme serta bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup manusia di masa mendatang.
Selanjutnya jalur pendidikan yang kedua adalah jalur pendidikan yang
dilaksankan pada masyarakat seperti kursus-kursus dan pelatihan. Jalur pendidikan
yang dilaksanakan di masyarakat merupakan upaya untuk mengembangkan sumber
daya manusia, terutama pengembangan aspek kemampuan intelektual dan aspek
kepribadian manusia. Pendidikan yang non formal yang dilaksanakan di masyarakat
seperti pelatihan dan kurusus-kursus pada hakikatnya merupakan bagian dari proses
pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan
khusus seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan latihan adalah suatu cara
untuk memperoleh keterampilan tertentu.15
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pendidikan dalam
pelaksanaanya dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia baik dari
aspek keilmuwan dan moral maupun dari aspek keterampilan.16 Selain dari jalur
pendidikan formal dan non formal sebagai sarana pengembangan kualitas sumber
daya manusia, jalur pendidikan lain yang tidak kalah pentingnya adalah jalur
pendidikan informal yaitu pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga. Sebab
pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama di mana
15 Soekidjo Notoatmodjo. 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, h. 27
16 Soekidjo Notoatmodjo. op. cit., h. 30-33
9
anak mulai diperkenalkan dengan dunianya yang mengitarinya. Anak-anak mulai
mengenal dunia karena diperkenalkan oleh keluarganya terutama oleh ayah ibunya
sebagai pendidikan yang pertama sekali dalam proses pendidikan manusia. Oleh
karena itu pendidikan keluarga menjadi pendidikan yang begitu amat penting dalam
kehidupan manusia dalam pengembaraannya di dunia ini.
Demikian bahwa pendidikan formal, non formal dan pendidikan imformal
merupakan jalur pendidikan yang penting dan strategis dalam upaya pengembangan
kualitas sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.
E. Pendidikan Seumur Hidup Adalah Tuntutan Bagi Kehidupan Manusia
Sebagai Makhluk Yang Berakal
Pendidikan seumur merupakan tuntutan bagi kehidupan yang berakal, hal ini
karena pendidikan adalah instrument untuk menuju kesempurnaan hidup manusia.
Manusia dinyatakan sebagai manusia apabila mampu menyatakan dirinya dalam
hidupnya melalui aktivitas berpikir, bersikap, dan bekerja, dimana aktivitas tersebut
merupakan perangkat pendidikan.
Dalam ajaran Islam sebagai agama rahmatanlillalamin memberikan perhatian
khusus terhadap pendidikan sebagai sesuatu yang penting bagi hidup manusia untuk
dapat mencapai eksistensi kemanusiaanya. Dalam upaya untuk menuju
kesempurnaan hidup, maka Islam memerintahkan untuk menuntut ilmu dalam
waktu yang tidak terbatas selama hayat masih dikandung badan. Prinsip belajar
yang diperoleh melalui pendidikan ini merupakan ajaran Islam yang penting
10
sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga
liang lahat”. (HR. Ibn. Abd. Bar.). Dalam hadits tersebut dinyatakan bahwa
manusia sebagai mahkluk berakal dituntut untuk mecari ilmu sepanjang hidupnya
melalui proses pendidikan. Sebab dalam Islam dinyatakan bahwa mereka yang
berilmu dan tidak berilmu itu berbeda, sebagaimana dinyatakan dalam Firman
Allah:
Artinya: “Katakanlah (ya Muhammad), tidaklah sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu! Sesunggunyalah yang memiliki akal pikiranlah yang dapat menerima pelajaran. Q.S. Ar. Zumar 9).
Berdasarkan ayat di atas, memberikan isyarat kepada manusia tentang adanya
perbedaan bagi manusia sebagai mahkluk yang berakal yang memfungsikan akalnya
secara optimal dengan yang tidak, bagi manusia yang memiliki ilmu akan
ditinggikan derajatnya dibandingkan dengan mereka yang tak berilmu. Hal ini
sesuai dengan Firman Allah:
Artinya: “… (Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan itu. (Q.S 58 Al Mujadalah 11)
11
Berbagai contoh peristiwa alam dan benda-benda yang ada di dunia ini, tidak
dapat dipikirkan dan diolah oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan untuk
memperkuat imannya, kecuali oleh orang yang berilmu yang menggunakan
ilmunya, Firman Allah dalam al-Qur’an:
Artinya: “ Itulah berbagai contoh perumpamaan yang Kami berikan kepada manusia, tidak ada yang dapat memikirkannya (untuk kepentingan hidupnya), kecuali orang yang berilmu”, (QS. Al-Ankabut 43).
Demikian beberapa pernyataan ayat dan hadits di atas merupakan faktor
terbesar yang membuat manusia itu mulia, karena memiliki ilmu dan menggunakan
ilmunya, sehingga menuntut ilmu melalui proses pendidikan seumur hidup
merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang sebagai mhkluk yang
berakal. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, beberapa ayat
menyatakan:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”(Q.S. At-Tahrim 6)17
17 Al-Qur’an, Surat At-Tahrim : 6
12
Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S.
Asy-Syu’ara; 214).18
Demikian dari beberapa pernyataan ayat di atas, nampak bahwa Islam
mengajarkan tentang pendidikan yang bersipat mendalam, integral, universal, dan
bearlangsung seumur hidup. Hal ini agar manusia dapat memperoleh kesejahteraan
hidupnya sebagai akhir dari tujuan pendidikan.
Selanjutnya bahwa dalam ajaran Islam, pendidikan merupakan kebutuhan
yang harus diutamakan yang di awali dari pemeliharaan diri, keluarga, dan
masyarakat yang kemudian sebagai wujudnya harus direalisasikan baik dalam
institusi pendidikan imformal, formal dan non formal sebagai sarananya.
Pendidikan imformal yang dilaksanakan dalam keluarga merupakan
pendidikan yang paling utama, yaitu dimana anak-anak mulai mengenal dunia
sekitarnya. Anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dari mulai
cara mengucapkan kata-kata seperti mama, papa, kakak, adik dan lailn-lain, sampai
pada mengenal dunia sekitarnya. Sehingga keluarga memiliki peran yang cukup
besar bagi pembentukan watak dan sikap anak.
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dari mulai
tingkat dasar hingga perguruan tinggi, pendidikan sekolah merupakan pendidikan
yang berjenjang dan memiliki aturan dan disiplin yang ketat, dimana para peserta
18Al-Qur’an, Surat Asyi Syuro : 214
13
didik diberikan pengetahuan dan dibekali keterampilan sesuai dengan program studi
yang disediakan oleh sekolah.
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di masyarakat
melalui kursus-kursus, pelatihan, lokakarya dan lain-lain. Tujuan dari jenis
pendidikan yang dilaksanakan di masyarakat adalah adalah membekali keterampilan
pada peserta didiknya untuk dapat bekerja secara fropesional sesuai dengan
keterampilan yang dimilikinya.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pendidikan
merupakan tuntutan bagi kehidupan yang berakal. Hal ini sejalan dengan ajaran
agama dengan mewajibkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat, hal ini agar
manusia dapat merealisasikan eksistensi kemanusiaan dalam kehidupannya dengan
tindakan yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungann pada masa sekarang dan
yang akan datang.
F. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dirumuskan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan ilmu dan
keterampilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada
seseorang atau sekelompok orang baik secara formal, imformal dan non formal
untuk menuju kebahagiaan hidup manusia.
14
2. Fungsi pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan peserta didik menjadi
orang yang berilmu, bermoral dan memiliki keterampilan yang dapat diabdikan
kepada masyarakat, bangsa dan Negara di masa sekarang dan yang akan datang.
3. Pendidikan dalam pelaksanaanya dilakukan melalui tiga jalur yaitu pendidikan
imformal yang dilakukan oleh keluarga, pendidikan formal dilakukan oleh
sekolah, dan pendidikan non formal dilakukan oleh masyarakat. Ketiga pusat
pendidikan tersebut merupakan jalur pendidikan yang penting dan strategis
dalam upaya meningkatkan harkat martabat manusia. Hal ini sesuai dengan
ajaran Islam sebagai agama yang universal yaitu bahwa pendidikan harus
berlangsung sepanjang hayat dan merupakan kewajiban bagi setiap manusia
tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
15
Abror, Abd. Rahman 1989. Pshisichologi Pendidikan, Jogyakarta: Nurcahaya,
Ebenstein, William, 1960. The Great Political Thinkers: Plato to Pressent, New York: Holt Remhart and Wusroh,
Joni, T. Raksa, 1985. Wawasan Kependidikan Guru, Jakarta: Depdikbud Dikti-P2LPTK,
Karabel, Jerome, and A.P. Halsey, 1977, Power and Ideology in Education, New York: Oxford University Press,
Langeveld, M.j. , Tth. Diklat Pedagogik HMI, Com, SPF GAMA, Yogyakarta: Gama,
Mudyahardjo, Redja dkk. 1993, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: UT.,
Nawawi, Hadari, 1985. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Gunung Agung,
Notoatmodjo, Soekidjo, 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta,
Pribadi, Sikun, . Mutiara-Mutiara Pendidikan, Jakarta: Erlangga,
Pratiknya, Ahmad W. 1994. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada PJP II, Makalah yang disampaikan dalam seminar tentang “ Pengembangan Peran Pendidikan Islam dan Tradisi Pesantren Dalam Modernitas Bangsa”, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 10 – 11 Juli,
Suriasumantri, Jujun S., 995, Filsafat Ilmu: Sebuah Penngantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan,
Syaib, Akhmad, 1964, Ushul Anakdi Al-Adah, Kairo: Maktabah An-Nahdhah Al-Mistiah,
Yahya, Muchtar, dan Nasruddi Thoha. 1941. Fannuttarbiyah, Padang Panjang: Al-Maktah Al-Tarbiyah,
16
17