Download - New moon.pdf

Transcript

http://ac-zzz.blogspot.com/

New MoonStephenie Meyer

Twilight Buku ke 2New moonDaftar IsiPENDAHULUAN1. PESTA2. JAHITAN3. TAMAT4. TERBANGUN5. CURANG6. TEMAN-TEMAN7. PENGULANGAN8. ADRENALIN9. KAMBING CONGEK10. PADANG RUMPUT11. SEKTE12. PENYUSUP13. PEMBUNUH14. KELUARGA15. TEKANAN16. PARIS17. TAMU18. PEMAKAMAN19. BERPACU

20. VOLTERRA21. VONIS22. PENERBANGAN23. KEBENARAN24. PEMUNGUTAN SUARAEPILOG—KESEPAKATAN

http://ac-zzz.blogspot.com/

These violent delights have violent ends And intheir triumph die, like fire and powder, Which, as

they kiss, consume.Romeo and Juliet, Act II, Scene VI

PENDAHULUANAKU merasa bagai terperangkap dalam mimpiburuk mengerikan. Dalam mimpi itu kau harusberlari, berlari terus sampai paru-parumu pecah,tapi kau tak sanggup memacu tubuhmu untukbergerak cukup cepat. Kakiku rasanya makin lamamakin lambat sementara aku berjuang menembuskerumunan orang yang tidak memiliki perasaan,tapi jarum di menara jam tak juga melambat. Takpeduli dan tanpa belas kasihan, jarum jam ituterus bergerak menuju akhir—akhir segalanya.Tapi ini bukan mimpi, dan, tidak seperti mimpiburuk, aku tidak berlari menyelamatkan nyawaku;aku berlari untuk menyelamatkan sesuatu yangjauh lebih berharga. Hidupku nyaris tak adaartinya bagiku hari ini.Menurut Alice tadi, besar kemungkinan kamibakal mati di sini. Mungkin hasil akhirnya akanlain bila ia tidak terperangkap cahaya matahariyang menyilaukan; hanya akulah yang bisa berlarimelintasi lapangan terbuka yang terang benderangdan padat ini.Tapi aku tidak bisa berlari cukup cepat.Jadi tak ada artinya bagiku, kami dikelilingimusuh-musuh kami yang luar biasa berbahaya.Saat jam mulai berdentang, bergetar di bawah solsepatuku yang terasa berat, tahulah aku bahwaaku terlambat – dan aku senang sesuatu yanghaus darah menungguku di sayap bangunan.Karena bila aku gagal dalam misiku ini, aku tidaklagi memiliki keinginan untuk hidup.

Jam kembali berdentang, dan matahari

http://ac-zzz.blogspot.com/

memancarkan cahayanya yang terik tepat dari titikdi tengah langit.

1. PESTAAKU 99,9% yakin sedang bermimpi.Alasan mengapa aku begitu yakin sedangbermimpi adalah, pertama, aku berdiri di bawahcahaya matahari yang terang benderang—sorotmatahari yang menyilaukan, sesuatu yang takpernah terjadi di Forks, Washington, kampunghalamanku yang selalu berhujan—dan kedua, akusedang menatap nenekku, Grandma Marie.Padahal Gran sudah meninggal enam tahun lalu,jadi itu bukti solid untuk menguatkan teorikutentang mimpi ini.Gran tak banyak berubah; wajahnya masih tepatseperti yang kuingat. Kulitnya lembut dan layu,terlipat-lipat membentuk ribuan keriput kecil yangmenggelantung lembut pada tulang di bawahnya.Seperti aprikot kering, tapi dengan gumpalanrambut putih tebal yang mengelilingi wajahnyabagaikan awan.Mulut kami—mulut Gran berupa kerutankeriput—mengembang membentuk senyumterkejut pada saat bersamaan. Ternyata Gran jugatidak menyangka akan bertemu denganku.Aku baru saja hendak bertanya kepadanya;begitu banyak pertanyaan berkecamuk dalam

benakku—Apa yang Gran lakukan di sini dalammimpiku? Ke mana saja Gran selama enam tahunterakhir ini? Apakah Pop baik-baik saja, danapakah mereka sudah bertemu, di mana punmereka berada sekarang—tapi Gran membukamulut saat aku juga membuka mulut, jadi akuberhenti untuk memberinya kesempatan lebihdulu. Gran juga terdiam, kemudian kami samasamatersenyum melihat kecanggungan kami."Bella?"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Bukan Gran yang memanggil namaku, dan kamipun sama-sama menoleh untuk melihat siapagerangan yang bergabung dalam reuni kecil kami.Sebenarnya tanpa melihat pun aku sudah tahusiapa dia; itu suara yang pasti akan kukenali dimana pun—kukenal dan kurespons, tak peduliapakah aku sedang bangun atau tidur... ataubahkan mati, aku yakin. Suara yang untuknya akurela berjalan melintasi api—atau, agar tidakterdengar terlalu dramatis, mengarungi hujan dansengatan hawa dingin yang selalu datang setiaphari.Edward.Walaupun aku selalu senang bertemudengannya—baik sadar maupun tidak—danwalaupun aku hampir yakin aku sedang bermimpi,tak urung aku panik juga saat Edward berjalanmenghampiri kami di bawah terik matahari yangmenyengat.Aku panik karena Gran tak tahu aku mencintaivampir—tak seorang pun mengetahuinya—jadibagaimana aku bisa menjelaskan fakta bahwa

sorot matahari yang benderang memantul di kulitEdward dalam bentuk ribuan keping pelangi,membuatnya terlihat seakan-akan terbuat darikristal atau berlian?Well, Gran, kau pasti sudah melihat pacarkuberkilau kilau. Memang begitulah dia kalau beradadi bawah sinar matahari. Jangan khawatir...Apa yang Edward lakukan? Alasan utama iatinggal di Forks, kota yang curah hujannyatertinggi di dunia, adalah supaya ia bisa berada diluar rumah pada siang hari tanpa takut rahasiakeluarganya terbongkar. Tapi sekarang ia malahmelenggang santai menghampiriku—senyumtermanis menghiasi wajahnya yang rupawan—seakan-akan hanya ada aku di sini.Detik itu juga, aku berharap bukan aku satusatunya

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang terkecualikan oleh bakatmisteriusnya; biasanya aku justru bersyukurmenjadi satu-satunya orang yang pikirannya takbisa dibaca Edward. Tapi sekarang aku malahberharap ia bisa membaca pikiranku juga, supayaia bisa mendengar peringatan yang kuteriakkandalam pikiranku.Aku melayangkan pandangan panik kepadaGran, dan melihat ternyata itu sudah terlambat.Gran sudah berpaling menatapku, dan sorotmatanya sama terkejutnya dengan sorot mataku.Edward—masih menyunggingkan senyumnyayang begitu menawan hingga membuat hatikubagai menggelembung dan meledak memecahkandada—merangkul bahuku dan membalikkan

tubuhku sehingga aku berdiri berhadap-hadapandengan nenekku.Ekspresi Gran membuatku terkejut. Alih-alihtampak ngeri, ia malah menatapku takut-takut,seperti menunggu disemprot. Dan ia berdiri denganposisi sangat aneh—sebelah tangan terangkatcanggung menjauhi tubuhnya, terulur, dankemudian tertekuk di udara. Seperti merangkulseseorang yang tidak bisa kulihat, seseorang yangtidak tampak...Barulah kemudian, saat melihat gambaran yanglebih besar, aku menyadari ada pigura emas yangmembingkai sosok nenekku. Tidak mengerti, akumengangkat tangan yang tidak memeluk pinggangEdward dan mengulurkannya untuk menyentuhnenekku. Gran meniru gerakanku dengan tepat,seperti cermin. Tapi di mana jari-jari kamiseharusnya bertemu, tak ada apa-apa kecuali kacayang dingin...Dengan keterkejutan memusingkan, mimpikusekonyong-konyong berubah jadi mimpi buruk.Tak ada Gran.Itu aku. Bayanganku dalam cermin. Aku—tua,

http://ac-zzz.blogspot.com/

keriput, dan layu.Edward berdiri di sampingku, bayangannyatidak terpantul dalam cermin, begitu rupawan, danselamanya berumur tujuh belas tahun.Edward menempelkan bibirnya yang sempurnadan sedingin es ke pipiku yang keriput.“Selamat ulang tahun,” bisiknya.

Aku terbangun kaget—kelopak mataku terbukalebar—dan terkesiap. Cahaya kelabu muram,cahaya matahari yang seperti biasa selalu tersaputmendung, menggantikan cahaya matahari yangterang benderang dalam mimpiku.Hanya mimpi, kataku dalam hati. Itu tadi hanyamimpi. Aku menarik napas dalam-dalam,kemudian terlonjak lagi waktu alarmku berbunyi.Kalender kecil di sudut permukaan jammenginformasikan padaku hari ini tanggal tigabelas September.Hanya mimpi, tapi di satu sisi setidaknya mimpiitu cukup meramalkan apa yang bakal terjadi dimasa mendatang. Hari ini hari ulang tahunku. Akugenap delapan belas tahun.Berbulan-bulan lamanya aku sangat takutmenantikan datangnya hari ini.Sepanjang musim panas yang sempurna—musim panas paling membahagiakan yang pernahkualami, musim panas paling membahagiakanyang pernah dialami siapa pun di mana pun,sekaligus juga musim panas paling berhujansepanjang sejarah kawasan SemenanjungOlympic—tanggal muram ini bergentayangandalam diam, menunggu saat yang tepat untukmenyerang.Dan kini setelah itu terjadi, ternyata jauh lebihburuk daripada yang kutakutkan bakal terjadi.Aku bisa merasakannya—aku lebih tua. Setiap hariaku bertambah tua, tapi ini lain, lebih parah,pertambahan usiaku diukur sekarang. Aku sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

delapan belas tahun.

Sementara Edward tidak akan pernah jadidelapan belas tahun.Ketika sedang menggosok gigi, aku nyaristerkejut karena wajah yang terpantul di cermintidak berubah. Kupandangi diriku, mencari tandatandabakal munculnya keriput di kulitku yangseputih gading. Tapi satu-satunya kerutan yangada hanya di dahi, dan aku tahu kalau aku bisarileks, kerutan itu akan hilang. Tapi aku tidak bisa.Alisku tetap terpatri membentuk garis khawatir diatas mata cokelatku yang waswas.Itu hanya mimpi, aku mengingatkan diriku lagi.Hanya mimpi... tapi juga mimpi burukku yangterburuk.Aku melewatkan sarapan, terburu-buru inginmeninggalkan rumah secepat mungkin. Tapi akutak sepenuhnya bisa menghindari ayahku, jaditerpaksalah aku meluangkan beberapa menitberlagak riang. Aku benar-benar berusahamenunjukkan kegembiraan mendapat kado-kadoyang sudah kuminta untuk tidak usah dibelikan,tapi setiap kali tersenyum, rasanya seakan-akantangisku hendak pecah.Aku bersusah-payah menahan diri saatmengendarai truk menuju sekolah. Sosok Grantadi–aku tidak mau berpikir itu aku–sulitdienyahkan dari kepalaku. Aku tak bisa merasakanperasaan lain selain putus asa saat berbelokmemasuki lapangan parkir di belakang gedungForks High School dan melihat Edward bersandartanpa bergerak di Volvo-nya yang mengkilat,bagaikan patung marmer dewa berhala keindahan

yang telah lama dilupakan orang. Ia bahkan lebihtampan daripada dalam mimpiku tadi. Dan ia disana menungguku, seperti biasa setiap hari.Perasaan putus asa itu sesaat lenyap; digantikan

http://ac-zzz.blogspot.com/

rasa takjub. Bahkan setelah setengah tahunpacaran dengannya, aku masih belum percaya akupantas memperoleh keberuntungan sebesar ini.Saudara perempuannya, Alice, berdiri disebelahnya, menungguku juga.Tentu saja Edward dan Alice bukan saudarakandung (di Forks ceritanya adalah, semua anakkeluarga Cullen diadopsi dr. Carlisle Cullen danistrinya, Esme, karena keduanya jelas terlalu mudauntuk mempunyai anak remaja), tapi merekasama-sama berkulit putih pucat, mata mereka jugasama-sama memiliki secercah warna keemasanyang aneh, dengan bayangan gelap menyerupaimemar di bawahnya. Wajah Alice sama sepertiEdward, juga sangat indah. Bagi orang yang tahu—seperti aku—kemiripan itu menunjukkan siapamereka sesungguhnya.Melihat Alice menunggu di sana—matacokelatnya bersinat-sinar girang, tangannyamenggenggam benda segi empat kecil terbungkuskertas warna perak—membuat keningku berkerut.Aku sudah memberi tahu Alice aku tidakmenginginkan apa-apa, apa pun, baik itu kadomaupun perhatian, untuk hari ulang tahunku.Jelas, keinginanku ternyata diabaikan.Kubanting pintu Chevy '53 milikku—kepingankecil karat beterbangan mengotori baju hitamkuyang basah—dan berjalan lambat-lambat

menghampiri mereka. Alice berlari cepatmenghampiriku, wajah mungilnya berseri-seri dibawah rambut hitamnya yang jabrik."Selamat ulang tahun, Bella!""Ssstt!" desisku, memandang berkeliling untukmemastikan tak ada yang mendengarperkataannya barusan. Hal terakhir yangkuinginkan adalah perayaan dalam bentuk apapun untuk memperingati hari muram ini.Alice tak menggubrisku. "Kau mau membuka

http://ac-zzz.blogspot.com/

kadonya sekarang atau nanti saja?" tanyanyapenuh semangat sementara kami menghampiriEdward yang masih menunggu."Tidak ada kado-kadoan," protesku.Sepertinya Alice akhirnya bisa mencernasuasana hatiku yang buruk. "Oke... nanti saja,kalau begitu. Kau suka album kiriman ibumu? Dankamera dari Charlie?"Aku mendesah. Tentu saja ia tahu aku dapatkado apa saja. Bukan hanya Edward satu-satunyaanggota keluarga mereka yang memilikikemampuan istimewa. Alice pasti bisa "melihat"apa yang ingin diberikan kedua orangtuaku begitumereka memutuskannya sendiri."Yeah. Kadonya bagus-bagus.""Menurutku idenya bagus sekali. Kau kan hanyasatu kali jadi murid senior seumur hidupmu. Jadiada baiknya pengalaman itu didokumentasikan ""Kau sendiri, sudah berapa kali jadi muridsenior?"

"Itu lain."Saat itu kami sudah sampai di tempat Edward,dan ia mengulurkan tangan padaku. Akumenyambutnya dengan penuh semangat, sejenakmelupakan suasana hariku yang muram.Kulit Edwatd, seperti biasa. licin, keras, dansangat dingin. Dengan lembut diremasnya jarijariku.Kutatap mata topaz-nya yang berkilauan,dan hatiku bagai diremas keras-keras. Mendengardetak jantungku yang kencang, Edward tersenyumlagi.Ia mengangkat tangannya yang bebas danmenelusuri bagian luar bibirku dengan ujungjarinya yang dingin sambil bicara "Jadi, sesuaihasil pembicaraan, aku tak boleh mengucapkanselamat ulang tahun padamu, benar begitu?""Ya. Itu benar," Aku tidak pernah bisamenirukan cara bicaranya yang mengalun serta

http://ac-zzz.blogspot.com/

artikulasinya yang sempurna dan formal.Kemampuan yang hanya bisa dipelajari pada abadlalu."Hanya mengecek," Edward menyurukkan jarijarinyake rambut perunggunya yang berantakan."Siapa tahu kau berubah pikiran. Kebanyakanorang sepertinya menikmati hari ulang tahun danhadiah."Alice tertawa, suaranya bergemerincing, sepertigenta angin. "Tentu saja kau akan menikmatinya.Semua orang akan bersikap baik padamu hari inidan menuruti kemauanmu, Bella. Hal terburuk apa

yang bisa terjadi?" Itu pertanyaan retoris yang takperlu dijawab."Bertambah tua," aku tetap menjawab, dansuaraku kedengarannya tidak semantap yangkuinginkan.Di sampingku, senyum Edward mengejang kaku."Delapan belas kan tidak terlalu tua," sergahAlice. "Bukankah wanita biasanya menunggusampai mereka berumur 29 baru merasa tua?""Delapan belas berarti lebih tua daripadaEdward," aku bergumam.Edward mendesah."Teknisnya begitu," sambung Alice, menjaganadanya tetap ringan. "Tapi kan, hanya setahunlebih tua."Dan kupikir... kalau aku bisa merasa yakin akanmasa depan yang kuinginkan, yakin aku bisabersama Edward selamanya, juga Alice dan semuaanggota keluarga Cullen yang lain (lebih disukaitidak sebagai wanita tua yang keriputan)... makasatu atau dua tahun lebih tua takkan terlalumasalah bagiku. Tapi tekad Edward sudah bulatbahwa tidak akan ada perubahan bagiku di masadepan. Masa depan yang membuatku jadi sepertidia—membuatku abadi juga.Kebuntuan, begitulah ia menyebutnya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jujur saja, aku tidak benar-benar bisamemahami jalan pikiran Edward. Apa enaknya bisamati? Menjadi vampir tampaknya bukan hal yang

tidak enak—setidaknya kalau melihat bagaimanakeluarga Cullen menjalaninya."Jam berapa kau akan datang ke rumah?"sambung Alice, mengganti topik. Dari ekspresinya,ia merencanakan sesuatu yang justru inginkuhindari."Aku tidak tahu aku punya rencana datang kesana.""Oh, yang benar saja, Bella!" keluh Alice. "Kautidak akan merusak kegembiraan kami, kan?""Lho, kusangka di hari ulang tahunku akuberhak menentukan apa yang aku inginkan.""Aku akan menjemputnya di rumah Charlie usaisekolah," kata Edward pada Alice, takmenggubrisku sama sekali."Aku harus kerja," protesku."Ah, siapa bilang," tukas Alice dengan nadamenang. "Aku sudah bicara dengan Mrs. Newtonmengenainya. Dia mau kok mengganti jadwal shiftmu.Dia kirim salam 'Selamat Ulang Tahun'.""Aku—aku tetap tidak bisa datang," katakuterbata-bata, gelagapan mencari alasan. "Aku, Wellbelum sempat nonton Romeo and Juliet untukkelas bahasa Inggris."Alice mendengus. "Ah, kau sudah hafal Romeoand Juliet!'"Tapi kata Mr. Berty, kami harus melihatsandiwara itu dilakonkan untuk bisa sepenuhnya

menghargainya—karena begitulah yang diinginkanShakespeare."Edward memutar bola matanya."Kau kan sudah nonton filmnya," tuduh Alice."Tapi versi yang 1960-an belum. Kata Mr. Berty,versi itulah yang terbaik."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Akhirnya, Alice menghapus senyum kemenanganitu dari wajahnya dan memelototiku. "Ini bisamudah, atau bisa juga sulit, Bella, tapi pokoknya—"Edward memotong ancamannya. "Rileks, Alice.Kalau Bella ingin nonton film. dia boleh nontonfilm. Ini kan hari ulang tahunnya.""Nah, kan," imbuhku."Aku akan membawanya ke sana sekitar jamtujuh," sambung Edward. "Kau punya banyakwaktu untuk menyiapkan semuanya."Tawa Alice kembali berderai. "Kedengarannyaasyik. Sampai nanti malam, Bella! Bakalan asyik,lihat saja nanti" Ia nyengir—senyum lebarnyamenampakkan sederet giginya yang sempurna danmengilat—lalu mengecup pipiku dan berlarimenuju kelas pertamanya sebelum aku sempatmerespons.“Edward, please—" aku mulai memohon, tapiEdward menempelkan jarinya yang dingin kebibirku."Nanti saja kita diskusikan. Kita bisa terlambatmasuk kelas.”

Tidak ada yang repot-repot memandangi kamisaat kami sepera biasa mengambil tempat dibagian belakang kelas (sekarang hampir semuakelas kami sama—luar biasa bagaimana Edwardbisa membuat para pegawai tata usaha yangwanita mau membantunya). Edward dan akusudah bersama-sama cukup lama sehingga tak lagimenjadi sasaran gosip. Bahkan Mike Newton sudahtak lagi melayangkan pandangan muram yang dulusempat membuatku merasa sedikit bersalah.Sekarang ia malah tersenyum, dan aku senangkarena sepertinya ia bisa menerima bahwa kamihanya bisa berteman. Mike banyak berubah selamaliburan musim panas kemarin—wajahnya kinitidak lagi bulat tembam, membuat tulang pipinya

http://ac-zzz.blogspot.com/

tampak semakin menonjol, dan rambut pirangpucatnya pun dipotong model baru; kinirambutnya tidak jabrik lagi, melainkan sedikitlebih panjang dan di-gel hati-hati untukmenimbulkan kesan agak berantakan. Mudah sajamengetahui dari mana ia mendapatkan inspirasimodel rambut itu—tapi penampilan Edward bukansesuatu yang bisa diperoleh dengan cara meniru.Seiring dengan berjalannya hari, akumempertimbangkan beberapa cara untuk mangkirdari entah acara apa yang akan dilangsungkan dirumah keluarga Cullen malam ini. Pastimenyebalkan jika harus mengikuti perayaanpadahal suasana hatiku justru sedang inginberduka. Tapi, yang lebih parah lagi, pasti akanada perhatian dan hadiah-hadiah di sana.Perhatian bukan sesuatu yang diinginkan orangkikuk yang gampang cedera seperti aku. Tak ada

yang ingin menjadi sorotan bila besarkemungkinan kau bakal jatuh terjerembab.Dan aku sudah terang-terangan meminta—Well,memerintahkan, lebih tepatnya—agar tidak adayang memberiku kado tahun ini. Kelihatannyabukan hanya Charlie dan Renee yang memutuskanuntuk tidak menggubrisnya.Aku tidak pernah punya banyak uang, tapi itubukan masalah bagiku. Renee membesarkan akudengan gaji guru TK. Pekerjaan Charlie juga tidakmemberinya gaji besar—dia kepala polisi di sini, diForks yang hanya kota kecil. Satu-satunyapendapatan pribadiku hanya didapat dari hasilbekerja tiga kali seminggu di toko perlengkapanolahraga setempat. Di kota sekecil ini, bisamendapat pekerjaan saja sudah untung. Setiap senyang kuhasilkan langsung masuk ke tabunganuntuk biaya kuliah nanti. (Kuliah itu Rencana B.Aku masih berharap bisa menjalankan Rencana A,tapi Edward ngotot ingin tetap mempertahankan

http://ac-zzz.blogspot.com/

aku sebagai manusia...)Edward punya banyak uang—aku bahkan tidakingin membayangkan jumlahnya. Uang hampir takada artinya bagi Edward atau anggota keluargaCullen lainnya. Itu hanya sesuatu yang semakinbertambah karena mereka memiliki waktu takterbatas dan saudara perempuan dengankemampuan ajaib memprediksi tren pasar modal.Edward sepertinya tidak mengerti mengapa akutidak ingin ia menghabiskan uangnya untukku—mengapa aku justru merasa tidak enak bila diajakmakan di restoran mahal di Seattle, mengapa ia

tidak diizinkan membelikan aku mobil yang bisamelaju di atas kecepatan 88 kilometer per jam,atau mengapa aku tidak membiarkan ia membayaruang kuliahku (konyolnya, ia sangat antusiasterhadap Rencana B). Edward menganggapkusenang bersikap sulit padahal sebenarnya tidakperlu.Tapi bagaimana aku bisa membiarkannyamemberiku banyak hal sementara aku tidak bisamembalasnya? Ia, entah untuk alasan apa, inginbersamaku. Jika ia memberiku hal lain lagi, ituhanya akan membuat kami makin tidak seimbang.Waktu terus berjalan, baik Edward maupunAlice tak lagi mengungkit masalah hari ulangtahunku, jadi aku mulai merasa sedikit rileks.Kami duduk di meja kami yang biasa saatmakan siang.Ada semacam gencatan senjata aneh di mejakami. Kami bertiga—Edward, Alice, dan aku—duduk di sisi meja paling selatan. Karena sekaranganggota keluarga Cullen lain yang "lebih tua" danlebih mengerikan (dalam kasus Emmett, jelas)sudah lulus, Alice dan Edward tidak terlihat terlalumengancam, jadi bukan hanya kami yang duduk dimeja ini. Teman-temanku yang lain, Mike danJessica (yang sedang dalam fase canggung sehabis

http://ac-zzz.blogspot.com/

putus), Angela dan Ben (yang hubungannyaberhasil melewati musim panas dengan selamat),Eric, Conner, Tyler, dan Lauren (walaupun yangterakhir itu tidak termasuk kategori teman) semuaduduk di meja yang sama, di seberang garispemisah yang tak kasatmata. Garis itu lenyap di

hari-hari cerah saat Edward dan Alice bolossekolah, dan pada hari seperti itu, obrolan bisaberlangsung sangat lancar dan melibatkan aku.Edward dan Alice tidak menganggap sikapteman-temanku yang agak mengasingkan merekaitu aneh atau menyinggung perasaan, seperti yangpasti bakal kurasakan kalau itu terjadi padaku.Mereka nyaris tidak memerhatikannya. Orangorangselalu merasa agak canggung berdekatandengan keluarga Cullen, malah bisa dibilang nyaristakut, untuk alasan yang mereka sendiri tak bisajelaskan. Aku pengecualian yang jarang dalam halitu. Terkadang justru Edward yang merasaterganggu melihat betapa nyaman aku di dekatnya.Menurutnya itu berbahaya bagi kesehatanku—pendapat yang selalu kutolak mentah-mentahsetiap kali ia mengutarakannya.Siang berlalu dengan cepat. Sekolah usai, danseperti biasa, Edward mengantarku ke truk. Tapikali ini, ia membukakan pintu penumpang. Alicepasti membawa mobilnya pulang supaya Edwardbisa memastikan aku tidak kabur.Aku bersedekap dan tidak menunjukkan tandatandabakal segera berteduh dari hujan yangmenderas. "Sekarang kan hari ulang tahunku, jadiboleh dong aku yang menyetir?""Aku berpura-pura hari ini bukan hari ulangtahunmu, seperti yang kauinginkan.”"Kalau ini bukan hari ulang tahunku, berartiaku tidak harus pergi ke rumahmu malam ini...”

"Baiklah," Edward menutup pintu dan berjalan

http://ac-zzz.blogspot.com/

melewatiku untuk membuka pintu pengemudi."Selamat ulang tahun.""Ssst," desahku setengah hati. Aku naikmelewati pintu yang sudah terbuka, dalam hatiberharap Edward menerima tawaranku yang lain.Edward mengotak-atik radio sementara akumenyetir, menggeleng sebal."Sinyal radiomu jelek sekali."Keningku berkerut. Aku tidak suka Edwardmenjelek-jelekkan trukku. Trukku bagus kok—punya kepribadian."Kepingin stereo yang bagus? Naik mobilmusaja." Aku begitu gugup menghadapi rencana Alice,ditambah suasana hatiku yang memang sudahmuram, jadi kata-kata yang keluar dari mulutkuterdengar lebih tajam daripada yang sebenarnyakumaksudkan. Aku jarang marah kepada Edward,dan nadaku yang ketus membuat Edwardmengatupkan bibir rapat-rapat menahan senyum.Setelah aku memarkir trukku di depan rumahCharlie, Edward merengkuh wajahku dengankedua tangan. Ia memegangku sangat hati-hati,hanya ujung-ujung jarinya yang menempel lembutdi pelipis, tulang pipi, dan daguku. Seolah-olahaku gampang pecah. Dan itu benar—biladibandingkan dengan dia, paling tidak.“Seharusnya hari ini suasana hatimu lebih baikdibanding kan hari-hari lain" bisiknya. Aromanapasnya yang manis membelai wajahku.

"Dan kalau suasana hatiku jelek?" tanyaku,napasku tidak teratur.Bola mata Edward yang keemasan menyalanyala."Sayang sekali."Kepalaku sudah berputar-putar saat Edwardmendekatkan kepalanya ke wajahku danmenempelkan bibirnya yang sedingin es ke bibirku.Tepat seperti yang ia inginkan, sudah pasti, akulangsung melupakan semua kekhawatiranku dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

berkonsentrasi untuk ingat menghirup napas danmengeluarkannya.Bibir Edward terus menempel di bibirku, dingin,licin, dan lembut, sampai aku merangkulkankedua tanganku ke lehernya dan membiarkandiriku hanyut dalam ciumannya, agak terlaluantusias malah. Aku bisa merasakan bibirnyatertekuk ke atas saat ia melepaskan wajahku danmelepaskan tanganku yang mendekap tengkuknyaerat-erat.Edward sangat berhati-hati dalam utusanhubungan fisik, karena ia ingin aku tetap hidup.Meski tahu aku harus memberi jarak aman antarakulitku dengan gigi Edward yang setajam silet danberlapis racun itu, aku cenderung melupakan halhalremeh semacam itu saat ia menciumku."Jangan nakal," desahnya di pipiku. Edwardmenempelkan bibirnya sekali lagi dengan lembutke bibirku, kemudian melepaskan pelukannya,melipat kedua lenganku di perut.Denyut nadi menggemuruh di telingaku.Kutempelkan sebelah tanganku ke dada.

Jantungku berdebar sangat keras di bawah telapaktangan."Menurutmu, apakah aku bisa jadi semakin baikdalam hal ini?" tanyaku, menujukannya padadiriku sendiri. "Bahwa jantungku suatu saat nantiakan berhenti mencoba melompat keluar daridadaku setiap kali kau menyentuhku?""Aku benar-benar berharap itu tidak akanterjadi," jawab Edward, sedikit puas pada dirisendiri.Kuputar bola mataku. "Ayo kita nonton keluargaCapulet dan Montague saling menghabisi,bagaimana?""Your wish, my command"Edward duduk berselonjor di sofa sementara akumenyetel film, mempercepat bagian pembukaan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Waktu aku duduk di pinggir sofa di depannya,Edward merangkul pinggangku dan menarikku kedadanya. Memang tidak senyaman bersandar dipunggung sofa, karena dada Edward keras dandingin—dan sempurna—seperti pahatan es, tapiaku jelas lebih menyukainya. Edward menarikselimut tua yang tersampir di punggung sofa danmenghamparkannya menutupi tubuhku, supayaaku tidak membeku karena bersentuhan dengantubuhnya."Kau tahu, sebenarnya aku kurang suka padaRomeo," Edward berkomentar saat filmnya mulai."Memangnya Romeo kenapa?" tanyaku, agaktersinggung. Romeo salah satu karakter fiksi

favoritku. Sampai aku bertemu Edward, akusempat agak-agak naksir padanya."Well, pertama-tama, dia mencintai Rosalineini—apa menurutmu itu bukan plin-plannamanya? Kemudian, beberapa menit setelahpernikahan mereka, dia membunuh sepupu Juliet.Itu sangat tidak cerdas. Kesalahan demi kesalahan.Masa menghancurkan kebahagiaannya sendiri?"Aku mendesah. "Kau mau aku menontonnyasendirian?"“Tidak, toh aku akan lebih banyakmenontonmu." Jari-jarinya menyusur membentukpola di kulit lenganku, membuat bulu kudukkumeremang. "Kau bakal menangis, tidak?""Kemungkinan besar," aku mengakui, "kalau akumemerhatikan.""Aku tidak akan mengganggumu kalau begitu."Tapi aku merasakan bibirnya di rambutku, dan itusangat mengganggu.Akhirnya film itu berhasil menyita perhatianku,sebagian besar berkat “jasa" Edward membisikkandialog-dialog Romeo di telingaku—suaranya yangmerdu bak beledu membuat suara si aktorterdengar lemah dan kasar. Dan aku benar-benar

http://ac-zzz.blogspot.com/

menangis, membuat Edward geli, saat Julietterbangun dan menemukan suami barunya sudahmeninggal."Harus kuakui, aku agak iri padanya dalam halini," kata Edward, mengeringkan air matakudengan seberkas rambutku.

"Dia cantik sekali."Edward mengeluarkan suara seperti jijik. "Akubukan iri karena ceweknya—tapi karena mudahnyadia bunuh diri," Edward mengklarifikasi dengannada menyindir. "Kalian manusia gampang sekalimati! Tinggal menelan setabung kecil ekstraktumbuhan...""Apa?" aku kaget."Itu pernah terpikir olehku, dan aku tahu daripengalaman Carlisle, prosesnya tidak sesederhanaitu. Aku bahkan tidak tahu berapa kali diamencoba bunuh diri awalnya... begitu sadar diasudah berubah menjadi..." Suara Edward, yangsempat berubah serius, kini ceria lagi. "Dan sampaisekarang ternyata dia masih sehat walafiat."Aku berbalik supaya bisa membaca ekspresiwajahnya. "Ngomong apa sih kau?" tuntutku. "Apamaksudmu, itu pernah terpikir olehmu?""Musim semi lalu, waktu kau... nyaristerbunuh..." Edward terdiam sejenak untukmenarik napas dalam-dalam, berusaha keraskembali memperdengarkan nada menggoda. "Tentusaja aku berusaha fokus untuk menemukanmuhidup-hidup, tapi sebagian otakku menyusunrencana cadangan. Seperti kataku tadi, taksemudah yang bisa dilakukan manusia."Sedetik, kenangan akan perjalanan terakhirkuke Phoenix membanjiri otakku dan membuatkumerasa pusing. Aku bisa melihat semuanya dengansangat jelas—terik matahari yang menyilaukan,gelombang panas yang menguap dari beton saat

http://ac-zzz.blogspot.com/

aku berlari sekuat tenaga, tergesa-gesa, dan putusasa, untuk menemukan vampir sadis yang inginmenyiksaku sampai mati. James, menunggu diruang cermin bersama ibuku sebagai sandera—atau aku menyangka begitu. Aku tidak tahu ituhanya tipuan. Sama halnya James juga tidak tahusaat itu Edward sedang lari untuk menyelamatkanaku; Edward tiba tepat waktu, meski nyaristerlambat. Tanpa berpikir, jari-jariku meraba bekasluka berbentuk bulan sabit di tanganku yangsuhunya selalu beberapa derajat lebih rendahdaripada bagian kulitku yang lain.Aku menggeleng—seolah ingin menepiskenangan buruk itu jauh-jauh—dan berusahamencerna maksud Edward. Perutku melilit."Rencana cadangan?" ulangku."Well, aku tidak mau hidup tanpa kau," Edwardmemutar bola matanya, seolah-olah jawaban itusudah sangat jelas, tak perlu ditanyakan lagi. "Tapiaku tak tahu bagaimana melakukannya—aku tahuEmmett dan Jasper tidak akan mau membantu...jadi kupikir mungkin aku akan pergi ke Italia danmelakukan sesuatu untuk memprovokasi Volturi."Aku tidak ingin percaya bahwa Edward serius,tapi matanya terlihat muram, terfokus padasesuatu di kejauhan saat ia mempertimbangkanberbagai cara untuk menghabisi nyawanya sendiri.Seketika aku marah."Apa itu Volturi?" tuntutku."Volturi itu nama sebuah keluarga," Edwardmenjelaskan, matanya masih tampak muram."Keluarga sejenis kami, sangat tua dan berkuasa.

Di dunia kami, mereka bisa dianggap keluargabangsawan, kurasa. Carlisle pernah tinggalsebentar dengan mereka dulu, di Italia, sebelumkemudian menetap di Amerika—kau ingatceritanya?""Tentu saja aku ingat."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku tidak akan pernah lupa saat pertama kaliaku ke rumah Edward, mansion putih besar jauhdi pelosok hutan, di tepi sungai, atau kamartempat Carlisle—yang bisa dianggap ayahEdward—menyimpan koleksi lukisan yangmenggambarkan sejarah pribadinya. Lukisan yangpaling meriah, paling berwarna-warni, sekaligusyang paling besar yang ada di sana,menggambarkan kehidupan Carlisle di Italia. Tentusaja aku ingat potret diri kwartet lelaki kalem,masing-masing berwajah memesona sepertimalaikat serafin, berdiri di balkon paling tinggi, ditengah pusaran berbagai warna yang bercampuraduk. Walaupun lukisan itu sudah berabad-abadusianya, Carlisle—si malaikat pirang—tetap takberubah. Dan aku ingat ketiga malaikat lain,kenalan Carlisle dari masa awal hidupnya. Edwardtak pernah menyebut nama Volturi untuk triorupawan itu, dua berambut hitam, satu berambutseputih salju. Ia menyebut mereka Aro, Caius, danMarcus, malaikat malam penjaga seni..."Intinya, kau tidak boleh membuat kesalkeluarga Volturi," sambung Edward, memutuslamunanku. "Kecuali kau memang ingin mati—atau apa sajalah istilahnya untuk kami." Suaranya

sangat tenang, sehingga terkesan ia nyaris bosanoleh kemungkinan itu.Kemarahanku berubah menjadi kengerian.Kurengkuh wajahnya yang seperti marmer dankuremas kuat-kuat."Kau jangan sekali-kali, jangan sekali-kali,berpikir seperti itu lagi!" sergahku. "Tak peduli apapun yang terjadi padaku, kau tidak bolehmencelakakan dirimu sendiri!""Aku tidak akan pernah membahayakan dirimulagi, jadi itu tidak perlu diperdebatkan lagi.""Membahayakan aku! Kusangka kita sudahsepakat semua ketidakberuntungan itu adalah

http://ac-zzz.blogspot.com/

salahku?" Amarahku menjadi-jadi. "Beraniberaninyakau berpikir begitu?" Pikiran bahwaEdward tak mau hidup lagi, bahkan walaupun akusudah mati, terasa sangat menyakitkan."Apa yang akan kaulakukan, bila situasinyadibalik?""Itu lain."Tampaknya Edward tidak mengerti di mana letakperbedaannya. Ia berdecak."Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu?" Akupucat memikirkan kemungkinan itu. "Kau mauaku menghabisi nyawaku sendiri?''Secercah kepedihan menyaput garis-gariswajahnya yang sempurna.

"Kurasa aku bisa mengerti maksudmu... sedikit,"Edward mengakui. "Tapi apa yang bisa kulakukantanpa kau?""Apa pun yang sudah kaulakukan selama inisebelum aku datang dan memperumitkeberadaanmu."Edward mendesah. "Kau membuatnya terdengarsangat mudah."Seharusnya memang begitu. Aku toh tidaksemenarik itu.”Edward sudah hendak membantah, tapi lalumengurungkan niatnya. "Tidak perludiperdebatkan," ia mengingatkan aku. Mendadak,ia mengubah posisi duduknya menjadi lebihformal, menggeserku ke samping sehingga kamitak lagi berdempetan."Charlie?" tebakku.Edward tersenyum. Sejurus kemudian akumendengar suara mobil polisi menderu memasukihalaman. Aku mengulurkan tangan, meraih tanganEdward dan menggenggamnya erat-erat. Hanya ituyang bisa ditolerir ayahku.Charlie masuk sambil menenteng kardus pizza."Hai, Anak-anak." Ia nyengir padaku. "Kupikir,

http://ac-zzz.blogspot.com/

sekali-sekali boleh juga kau dibebaskan dari tugasmemasak dan mencuri piring di hari ulangtahunmu. Lapar?""Tentu. Trims, Dad."

Charlie tak pernah mengomentari kondisiEdward yang kelihatannya tak punya seleramakan. Ia sudah terbiasa melihat Edwardmelewatkan makan malam."Anda tidak keberatan saya mengajak Bellakeluar malam ini, kan?" tanya Edward setelahCharlie dan aku selesai makan.Kupandangi Charlie penuh harap. Siapa tahuayahku memiliki konsep bahwa ulang tahunadalah acara keluarga, jadi aku harus tinggal dirumah—ini ulang tahun pertamaku bersamanya,ulang tahun pertama sejak ibuku, Renee, menikahlagi dan pindah ke Florida, jadi aku tidak tahubagaimana ayahku menyikapinya."Boleh saja—malam ini Mariners main lawanSox," Charlie menjelaskan, dan harapankulangsung musnah. "Jadi aku tidak bisamenemani... Ini" Charlie meraup kamera yang iabelikan atas saran Renee (karena akumembutuhkan foto-foto untuk mengisi albumku)dan melemparnya ke arahku.Seharusnya Dad tidak melemparkan kamera itupadaku— sejak dulu aku memiliki kelemahandalam hal koordinasi. Kamera itu menyapu ujungujungjariku, dan terpental k lantai. Edwardmenyambarnya sebelum benda itu jatuhmembentur lantai linoleum."Gesit juga kau," komentar Charlie. "Kalaumalam ini ada acara seru di rumah keluargaCullen, Bella, jangan lupa memotret. Kau tahusendiri bagaimana ibumu—dia pasti sudah taksabar ingin segera melihat foto-foto itu."

"Ide bagus, Charlie," kata Edward, menyerahkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

kamera itu padaku.Aku mengarahkan kamera itu pada Edward, danmenjepretnya. "Berfungsi dengan baik.""Bagus. Hei, kirim salam pada Alice, ya. Diasudah lama tidak main ke sini." Sudut-sudutmulut Charlie tertarik ke bawah."Baru juga tiga hari, Dad," aku mengingatkanayahku. Charlie tergila-gila pada Alice. Ia jadi dekatdengannya musim semi lalu ketika Alicemembantuku melewati masa-masa pemulihan yangsulit; Charlie merasa sangat berterima kasih padaAlice karena menyelamatkannya dari keharusanmemandikan anak perempuan yang sudah hampirdewasa. "Akan kusampaikan padanya.""Oke. Bersenang-senanglah kalian malam ini"Jelas, itu pengusiran secara halus, Charlie sudahberingsut ke ruang duduk dan pesawat televisi.Edward tersenyum menang dan meraihtanganku, menarikku keluar dari dapur.Sesampainya di trukku, Edward membukakanpintu penumpang untukku lagi, dan kali ini akutidak membantah. Aku masih sulit menemukanbelokan tersamar yang menuju rumahnya dikegelapan malam seperti ini.Edward mengemudikan mobil ke arah utaramelintasi Forks, kentara sekali jengkel denganbatas kecepatan yang bisa ditempuh Chevy-kuyang berasal dari zaman prasejarah ini. Mesinnyamengerang lebih keras daripada biasanya saat

Edward menggenjotnya di atas kecepatan delapanpuluh kilometer per jam."Pelan-pelan," aku mengingatkan dia."Tahu apa yang bakal sangat kausukai? Audicoupe mungil yang bagus sekali. Suara mesinnyahalus, tenaganya kuat...""Nggak ada yang salah dengan trukku. Danomong-omong tentang hal tidak penting yangberharga mahal, kalau kau tahu apa yang bagus

http://ac-zzz.blogspot.com/

untukmu, kau tidak mengeluarkan uang untukmembeli hadiah ulang tahun.""Satu sen pun tidak""Bagus.""Bisakah kau membantuku?""Tergantung apa yang kauminta."Edward mendesah, wajahnya yang tampantampak serius. "Bella, ulang tahun terakhir yangkami rayakan adalah saat Emmett berulang tahundi tahun 1935. Tolonglah santai sedikit, dan janganterlalu menyulitkan malam ini. Mereka semuasangat bersemangat."Selalu agak mengagetkanku setiap kali Edwardmenyinggung hal-hal semacam itu. "Baiklah, akuakan bersikap manis.”"Mungkin seharusnya aku mengingatkanmu...""Ya, please""Waktu kubilang mereka semua sangatbersemangat... maksudku mereka semua."

"Semua?" Aku tersedak. "Lho, kukira Emmettdan Rosalie sedang di Afrika." Semua orang diForks mengira anak-anak keluarga Cullen yangsudah dewasa pindah ke luar kota untuk kuliahtahun ini ke Darmouth, tapi aku tahu yangsebenarnya.“Emmett ingin datang.""Tapi... Rosalie?”"Aku tahu. Bella. Jangan khawatir, dia akanbersikap sangat baik."Aku diam saja. Tidak semudah itu untuk tidakmerasa khawatir. Tak seperti Alice, kakak "angkat"Edward yang lain, Rosalie yang berambut pirangdan sangat cantik itu, tidak begitu menyukaiku.Sebenarnya, lebih dari sekadar tidak suka. BagiRosalie, aku penyusup tak diundang yangmengetahui kehidupan rahasia keluarganya.Aku merasa sangat bersalah memikirkan situasisaat ini, karena dugaanku, kepergian Rosalie dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

Emmett untuk waktu lama adalah salahku,walaupun diam-diam aku senang ia tidak ada.Emmett, kakak Edward yang bertubuh besar dansuka bercanda, nah kalau dia, aku benar-benarmerasa kehilangan. Dalam banyak hal, ia sudahseperti kakak lelaki yang ingin kumiliki sejakdulu... hanya saja jauh, jauh lebih mengerikan.Edward memutuskan mengganti topik. "Jadi,kalau kau tidak memperbolehkan akumembelikanmu Audi, adakah hal lain yangkauinginkan untuk ulang tahunmu?"

Kata-kata itu meluncur dari bibirku dalambentuk bisikan. "Kau tahu apa yang kuinginkan."Kerutan dalam muncul di dahi Edward yangsemulus marmer. Jelas ia berharap tadi tidakmengalihkan topik pembicaraan dari masalahRosalie.Rasanya kami sudah sering sekali berdebat hariini.“Jangan malam ini, Bella. Please?”“Well, mungkin Alice bisa mengabulkankeinginanku."Edward menggeram—suaranya dalam danmengancam. "Ini tidak akan menjadi ulangtahunmu yang terakhir, Bella," ia bersumpah."Itu tidak adil!"Kalau tidak salah aku mendengar gigi-giginyagemertak.Kami sudah berhenti di depan rumah sekarang.Lampu-lampu bersinar terang dari setiap jendela didua lantai pertama. Deretan lentera Jepang yangterang bergelantungan di atap teras, membiaskanpendaran cahaya lembut di pohon-pohon cedarbesar yang mengelilingi rumah. Mangkuk-mangkukbesar berisi bunga—mawar merah jambu—berjajarsepanjang tangga lebar yang mengarah ke pintupintudepan.Aku mengerang.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Edward menarik napas dalam-dalam beberapakali untuk menenangkan diri. "Namanya juga

pesta," ia mengingatkanku. "Berusahalah bersikapbaik.""Tentu," gerutuku.Edward turun untuk membukakan pintu bagiku,lalu mengulurkan tangan."Aku punya pertanyaan."Ia menunggu dengan waswas."Kalau film ini dicuci cetak," kataku, memainkankamera di tanganku, "apakah kau akan muncul difoto?"Tawa Edward pecah berderai. Ia membantukuturun dari mobil, menarikku menaiki tangga, danmasih terus tertawa saat membukakan pintuuntukku.Mereka semua menunggu di ruang duduk yangbesar dan berwarna putih. Begitu aku melangkahmasuk, mereka menyambutku dengan teriakannyaring, "Selamat ulang tahun, Bella!" sementaraaku menunduk dengan wajah merah padam. Alicelahisumsiku, yang telah menutup semua bagianyang permukaannya datar dengan lilin pink danlusinan mangkuk kristal berisi ratusan mawar. Adameja bertaplak putih diletakkan di sebelah grandpiano Edward, dengan kue tart pink di atasnya,bunga-bunga mawar, tumpukan piring kaca, dangundukan kecil kado terbungkus kertas warnaperak.Ini ratusan kali lebih parah daripada yang bisakubayangkan.

Edward. merasakan kegalauanku. merangkulpinggangku dengan sikap menyemangati, lalumengecup puncak kepalaku.Orangtua Edward. Carlisle dan Esme—tetapsemuda dan serupawan biasanya—berdiri palingdekat ke pintu. Esme memelukku hati-hati,

http://ac-zzz.blogspot.com/

rambutnya yang halus dan sewarna karamelmembelai pipiku saat ia mengecup dahiku,kemudian Carlisle merangkul pundakku."Maaf tentang ini. Bella," bisiknya. "Kami tidaksanggup mengekang Alice."Rosalie dan Emmett berdiri di belakang mereka.Rosalie tidak tersenyum, tapi setidaknya ia tidakmelotot. Emmett nyengir lebar. Sudah berbulanbulanaku tidak bertemu mereka; aku sudah lupabetapa luar biasa cantiknya Rosalie—nyarismenyakitkan melihatnya. Dan benarkah Emmettsejak dulu sudah begitu... besar?"Kau sama sekali tidak berubah," kata Emmett,berlagak seolah-olah kecewa. "Sebenarnya akuberharap kau sedikit berubah, tapi ternyatawajahmu tetap merah, seperti biasa.”"Terima kasih banyak, Emmett," kataku,semakin merah padam.Emmett tertawa. "Aku harus keluar dulusebentar" —ia terdiam untuk mengedipkan matapada Alice dengan gaya mencolok—"Janganberbuat macam-macam selagi aku tidak ada.”“Akan kucoba."

Alice melepas tangan Jasper dan bergegas maju,giginya berkilauan di bawah cahaya lampu. Jasperjuga tersenyum, tapi tetap berdiri di tempat. Iabersandar, jangkung dan pirang, di tiang di kakitangga. Setelah beberapa hari terkurung bersamadi Phoenix, kusangka ia sudah tidakmenghindariku lagi. Tapi sikapnya sekarangkembali seperti sebelumnya—sedapat mungkinmenghindariku—begitu terbebas dari kewajibansementaranya untuk melindungiku. Aku tahu itubukan masalah pribadi, hanya tindakanpencegahan, dan aku mencoba untuk tidak terlalusensitif mengenainya. Jasper agak sulitmenyesuaikan diri dengan diet keluarga Cullendibandingkan para anggota keluarga yang lain; bau

http://ac-zzz.blogspot.com/

darah manusia lebih sulit ditolaknya dibandingyang lain-lain—ia belum terlalu lama mencoba."Waktunya buka kado!" seru Alice. Ia menggamitsikuku dengan tangannya yang dingin danmenarikku ke meja penuh tart dan kado-kadomengilap.Aku memasang wajah martirku yang terbaik."Alice, sudah kubilang aku tidak menginginkanapa-apa—“"Tapi aku tidak mendengarkan," sela Alice,senyum puas tersungging di bibirnya. "Bukalah." Iamengambil kamera dari tanganku danmenggantinya dengan kotak segiempat besar warnaperak.Kotak itu sangat ringan hingga terasa kosong.Label di atasnya menandakan kado itu dari

Emmett, Rosalie, dan Jasper. Waswas, kurobekkertas itu dan kupandangi kotak di dalamnya.Itu kotak peralatan elektronik, dengan angkaangkapada namanya. Kubuka kotak itu, berharapmengetahui isinya. Tapi kotak itu kosong.“Ehm... trims."Senyum Rosalie terkuak sedikit. Jasperterbahak. "Itu stereo untuk mobilmu; iamenjelaskan. "Emmett sedang memasangnyasekarang supaya kau tidak bisamengembalikannya."Alice selalu selangkah di depanku."Trims, Jasper. Rosalie." kataku pada mereka,nyengir saat teringat keluhan Edward siang taditentang radioku-hanya jebakan, ternyata. “Trims,Emmett!" seruku dengan suara lebih keras.Aku mendengar suara tawanya yang berdentumdari dalam trukku, dan mau tak mau aku ikuttertawa.“Berikutnya, buka kadoku dan kado Edward,"kata Alice, begitu bersemangat hingga suaranyaterdengar melengking tinggi. Di tangannya ada

http://ac-zzz.blogspot.com/

kotak kecil pipih.Aku menoleh dan melayangkan pandangantajam pada Edward. "Kau sudah janji."Sebelum ia sempat menjawab. Emmett berlarilarimelewati pintu. "Tepat pada waktunya!"serunya. Ia menyelinap di belakang Jasper, yangjuga beringsut lebih dekat dari biasanya agar bisamelihat lebih jelas.

"Aku tidak mengeluarkan uang satu sen pun,"Edward meyakinkan aku. Ia menyingkirkanseberkas rambut dari wajahku, membuat kulitkubagai tergelitikAku menghirup napas dalam-dalam danmenoleh pada Alice. "Berikan padaku," akumendesah Emmett terkekeh gembira.Aku mengambil kado kecil itu dari tangannya,memutar bola mataku pada Edward sambilmenyelipkan jariku di bawah pinggiran kertas danmenyentakkannya di bawah selotip."Sial," gumamku saat kertas itu mengiris jariku;aku menarik jariku dari bawah kertas untukmengetahui kondisinya. Setitik darah muncul dariluka kecil itu.Sesudahnya segalanya terjadi begitu cepat."Tidak!” raung Edward.Ia menerjangku hingga terjengkang menabrakmeja. Meja terbalik, menjatuhkan kue tart dankado-kado, juga bunga-bunga dan piring-piring.Aku mendarat di tengah kepingan kristal yangpecah berantakan.Jasper menabrak Edward, dan suaranyaterdengar seperti benturan batu-batu besar saatterjadi longsor.Ada lagi suara lain, geraman mengerikan yangsepertinya berasal jauh dari dasar dada Jasper.Jasper berusaha menerobos melewati Edward,mengatupkan giginya hanya beberapa sentimetersaja dari wajah Edward.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Detik berikut Emmett menyambar Jasper daribelakang, menguncinya dalam pitingan tanganyang besar, tapi Jasper memberontak, matanyayang liar dan kosong hanya terfokus padaku.Selain shock, aku juga merasa kesakitan. Akuterbanting ke lantai di dekat piano, kedua tanganrefleks terbentang lebar untuk menahan jatuhku,tepat menimpa kepingan-kepingan kaca yangtajam. Baru sekarang aku merasakan kesakitanyang pedih dan menusuk yang menjalar daripergelangan tangan ke lipatan siku.Pusing dan linglung, aku mendongak dari darahmerah cerah yang merembes keluar darilenganku—dan melihat enam pasang mata vampiryang tiba-tiba menatapku dengan sorot kelaparan.

2. JAHITANHANYA Carlisle yang tetap tenang. Pengalamanbekerja di UGD selama berabad-abad tergambarjelas dalam suaranya yang tenang dan berwibawa."Emmett, Rose, bawa Jasper keluar."Kali ini tanpa senyum, Emmett mengangguk."Ayolah, Jasper."Jasper meronta-ronta dalam cengkeramanEmmett, menggeliat-geliat, menyorongkan giginyake arah saudaranya, matanya masih liar.Wajah Edward pucat pasi saat ia menghamburdan membungkuk di atas tubuhku, posisinya jelas

melindungi. Geraman rendah bernadamemperingatkan terdengar dari sela-sela giginyayang terkatup rapat. Aku tahu ia tidak bernapas.Rosalie, wajah malaikatnya tampak puas, majuselangkah di depan Jasper—menjaga jarak dengangiginya—dan membantu Emmett menyeret Jasperkeluar lewat pintu kaca yang dibukakan Esme,sebelah tangan menutup mulut dan hidungnya.Wajah Esme yang berbentuk hati tampak malu.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Akubenar-benar minta maaf, Bella," jeritnyasambil mengikuti yang lain-lain ke halaman."Beri aku jalan, Edward," gumam Carlisle.Sedetik berlalu, kemudian Edward mengangguklambat-lambat dan merilekskan posisinya.Carlisle berlutut di sebelahku, mencondongkantubuh untuk memeriksa lenganku. Bisa kurasakanperasaan shock membeku di wajahku, jadi akuberusaha mengubahnya."Ini, Carlisle," kata Alice, mengulurkan handuk.Carlisle menggeleng. "Terlalu banyak serpihankaca di lukanya." Ia mengulurkan tangan danmerobek bagian bawah taplak meja putih menjadikain panjang tipis. Dililitkannya kain itu di bawahsiku untuk membentuk semacam bebat. Bau anyirdarah membuat kepalaku pening. Telingakuberdenging."Bella," kata Carlisle lirih. "Kau mau akumengantarmu ke rumah sakit, atau kau mau akumerawatnya di sini saja?"

"Di sini saja, please," bisikku. Kalau iamembawaku ke rumah sakit, cepat atau lambatCharlie pasti bakal tahu."Biar kuambilkan tasmu,” kata Alice."Mari kita bawa dia ke meja dapur," kata Carlislepada Edward.Edward mengangkatku dengan mudah,sementara Carlisle memegangi lenganku agar tetapstabil."Bagaimana keadaanmu, Bella?" tanya Carlisle."Baik-baik saja," Suaraku terdengar cukupmantap, dan itu membuatku senang.Wajah Edward kaku seperti batu.Alice telah menunggu di sana. Tas Carlisle sudahdiletakkan di meja, bersama lampu meja kecil yangmenyala terang dicolokkan ke dinding. Edwardmendudukkan aku dengan lembur ke kursi,sementara Carlisle menarik kursi lain. Ia langsung

http://ac-zzz.blogspot.com/

bekerja.Edward berdiri di sampingku, sikapnya masihprotektif, masih menahan napas."Pergilah, Edward," desahku."Aku bisa mengatasinya,” Edward bersikeras.Tapi dagunya kaku; sorot matanya menyala-nyalaoleh dahaga yang coba dilawannya sekuat tenaga,jauh lebih parah baginya ketimbang bagi yang lainlain.

"Kau tidak perlu sok jadi pahlawan," tukasku."Carlisle bisa mengobatiku tanpa bantuanmu.Pergilah dan hirup udara segar."Aku meringis saat Carlisle melakukan sesuatu dilenganku yang rasanya perih."Aku akan tetap di sini," bantah Edward."Kenapa kau senang menyiksa diri sendiri?”gumamku.Carlisle memutuskan menengahi. "Edward, lebihbaik kau menemui Jasper sebelum dia jadi takterkendali. Aku yakin dia marah pada dirinyasendiri, dan aku ragu dia mau mendengarkannasihat yang lain selain kau sekarang ini.""Benar," dukungku penuh semangat. "CariJasper sana.""Lebih baik kau melakukan sesuatu yangberguna," imbuh Alice.Mata Edward menyipit karena kamimengeroyoknya seperti itu, tapi akhirnya iamengangguk sekali dan berlari kecil dengan lincahmelalui pintu dapur sebelah belakang. Aku yakin iabelum menarik napas sekali pun sejak jariku teriristadi.Perasaan kebas dan mati rasa menyebar disekujur lenganku. Meski perihnya hilang, namunitu membuatku teringat pada lukaku, jadikupandangi saja wajah Carlisle dengan saksamauntuk mengalihkan pikiran dari apa yangdilakukan tangannya. Rambut Carlisle berkilauemas di bawah cahaya lampu sementara ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

membungkuk di atas lenganku. Bisa kurasakansecercah rasa mual mengaduk-aduk perutku, tapiaku bertekad takkan membiarkan kegelisahanmenguasaiku. Sekarang tak ada lagi rasa sakit,yang ada hanya perasaan seperti ditarik-tarik yangberusaha kuabaikan. Tak ada alasan untukmuntah-muntah seperti bayi.Seandainya tak berada dalam jangkauanpandanganku, aku pasti takkan menyadari Aliceakhirnya menyerah dan menyelinap ke luarruangan. Dengan senyum kecil meminta maaf, ialenyap di balik pintu dapur."Well, itu berarti semuanya," desahku. "Aku bisamengosongkan ruangan, paling tidak.""Itu bukan salahmu," hibur Carlisle sambilterkekeh. "Itu bisa terjadi pada siapa pun.""Bisa," ulangku. "Tapi biasanya hanya terjadipadaku."Lagi-lagi Carlisle tertawa.Ketenangan sikap Carlisle jauh lebihmenakjubkan saat dibandingkan reaksi yanglainnya. Tak tampak secercah pun kegugupan diwajahnya. Carlisle bekerja dengan gerakan-gerakancepat dan mantap. Satu-satunya suara lain selainembusan napas kami yang pelan hanya bunyi klingkling saat pecahan-pecahan kecil kaca dijatuhkansatu demi satu ke meja."Bagaimana kau bisa melakukannya?" desakku."Bahkan Alice dan Esme..." Aku tak menyelesaikankata-kataku, hanya menggeleng heran. Walaupunmereka semua juga sudah meninggalkan diet

tradisional vampir seperti halnya Carlisle, tapihanya dia yang sanggup mencium aroma darahtanpa merasa tergoda sedikit pun untukmencicipinya. Jelas, itu jauh lebih sulit daripadayang terlihat."Latihan bertahun-tahun,” jawab Carlisle.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Sekarang aku sudah hampir tidak menyadaribaunya lagi.”"Menurutmu, apakah akan lebih sulit bila kaucuti lama dari rumah sakit? Dan tidak selaluberdekatan dengan darah?""Mungkin," Carlisle mengangkat bahu, tapikedua tangannya tetap mantap. "Aku tak pernahmerasa perlu cuti lama-lama." Ia menyunggingkansenyum ceria ke arahku. "Aku terlalu menikmatipekerjaanku."Kling, kling, kling. Kaget juga aku melihatbanyaknya serpihan kaca di lenganku. Aku tergodauntuk melirik tumpukan yang semakin bertambah,hanya untuk melihat ukurannya, tapi aku tahu ideitu takkan membantuku menahan keinginan untuktidak muntah."Apa sebenarnya yang kaunikmati?" tanyaku.Sungguh tak masuk akal—bertahun-tahunberjuang dan menyangkal diri untuk bisa mencapaisuatu titik di mana ia bisa menahannya begitumudah. Lagi pula aku ingin terus mengajaknyabicara; obrolan membantu mengalihkan pikirandari perutku yang mual.Bola mata Carlisle yang berwarna gelap tampaktenang dan merenung saat ia menjawab. "Hmm.

Aku paling senang kalau... kemampuanku ini bisamembantu menyelamatkan orang yang kalau tidakkutolong pasti akan meninggal. Senang rasanyamengetahui bahwa, karena kemampuanku,kehidupan orang lain bisa jauh lebih baik karenaaku ada. Bahkan indra penciumanku terkadangbisa menjadi perangkat diagnosis yang berguna."Satu sisi mulutnya terangkat membentuk separosenyuman.Aku memikirkan hal itu sementara Carlislemengorek-ngorek lukaku, memastikan semuaserpihan kaca telah diambil Lalu ia merogoh-rogohtasnya, mencari peralatan baru, dan aku berusaha

http://ac-zzz.blogspot.com/

untuk tidak membayangkan jarum dan benang."Kau berusaha sangat keras membenahi sesuatuyang sebenarnya bukan salahmu," katakusementara sensasi tarikan yang baru mulai terasadi pinggir-pinggir kulitku. "Maksudku, kau tidakminta dilahirkan seperti ini. Kau tidak memilihkehidupan seperti ini, tapi kau tetap berusahasangat keras untuk menjalaninya dengan baik.""Aku bukan hendak membenahi apa-apa,"Carlisle menyanggah halus. "Seperti segalanyadalam hidup, aku hanya memutuskan hendakberbuat apa dengan kehidupan yang kumilikisekarang.""Kau membuatnya terdengar terlalu mudah."Carlisle memeriksa lenganku lagi. "Nah, sudah,"ujarnya, menggunting benang. "Sudah beres." Iamengolesi kapas bertangkai ukuran besar dengancairan sewarna sirup banyak-banyak, lalumembalurkannya dengan saksama di seluruh

permukaan luka yang sudah dijahit. Baunya aneh;membuat kepalaku berputar. Cairan itu membuatkulitku perih."Tapi awalnya," desakku sementara Carlislemenempelkan kasa panjang menutupi luka, lalumerekatkannya ke kulitku. "Mengapa terpikirolehmu untuk mencoba cara hidup yang lain selainyang lazim bagi kalian?"Bibir Carlisle terkuak, membentuk senyumpribadi. "Edward tak pernah menceritakannyapadamu?""Pernah. Tapi aku ingin memahami jalanpikiranmu..."Wajah Carlisle mendadak berubah serius lagi,dan aku bertanya-tanya dalam hati apakah ia jugamemikirkan hal yang sama. Bertanya-tanya apayang akan kupikirkan saat—aku menolak berpikiritu hanya kemungkinan—itu terjadi padaku."Kau tahu ayahku pemuka agama," kenang

http://ac-zzz.blogspot.com/

Carlisle sambil membersihkan meja dengan hatihati,mengelap semuanya dengan kasa basah,kemudian mengulanginya lagi. Bau alkoholmembakar rongga hidungku. "Dia memilikipandangan yang agak keras terhadap dunia, halyang mulai kupertanyakan sebelum aku berubah."Carlisle meletakkan semua kasa kotor danserpihan kaca ke dalam mangkuk kristal kosong.Aku tidak mengerti maksudnya, sampai kemudianCarlisle menyalakan korek. Kemudian iamembuang batang korek api ke tumpukan kainyang basah oleh alkohol, dan api yang tiba-tibamenyala membuatku melompat kaget.

"Maaf,” katanya. "Nah, sudah... aku tidaksependapat dengan keyakinan yang dianut ayahku.Tapi tidak pernah, selama hampir empat ratustahun sekarang sejak aku dilahirkan, aku melihatapa pun yang membuatku meragukan keberadaanTuhan dalam wujud bagaimanapun. Bahkanbayangan dalam cermin pun tidak."Aku pura-pura mengamati balutan di lengankuuntuk menyembunyikan kekagetanku melihat arahpembicaraan kami. Agama adalah hal terakhir yangkuharapkan bakal menjadi jawabannya. Akusendiri bisa dibilang tidak memiliki keyakinan.Charlie menganggap dirinya Lutheran, karenaitulah agama yang dianut kedua orangtuanya, tapidi hari Minggu ia beribadah di tepi sungai denganjoran dan pancing. Renee sesekali ke gereja, tapisama seperti affair singkatnya dengan tenis,kerajinan tembikar, yoga, dan kursus bahasaPrancis, ia sudah tertarik pada hal lain saat akubaru mulai menyadari kegemaran barunya.Aku yakin semua ini kedengarannya aneh,karena keluar dari mulut vampir. Carlisle nyengir,tahu penggunaan kata itu secara sambil lalu selaluberhasil membuatku shock. "Tapi aku berharapmasih ada tujuan dalam hidup ini. bahkan bagi

http://ac-zzz.blogspot.com/

kami. Sulit memang, harus kuakui,” sambungCarlisle dengan nada tak acuh. "Bagaimanapunjuga, kami telah dikutuk. Tapi aku berharap, danmungkin ini harapan konyol, bahwa kami bisamendapatkan sedikit penghargaan karena telahmencoba."

"Menurutku itu tidak konyol," gumamku. Akutak bisa membayangkan ada orang, termasukTuhan, yang tidak terkesan pada Carlisle. Lagipula, satu-satunya surga yang kuinginkan adalahyang ada Edward-nya. "Dan kurasa orang lain puntak ada yang berpikir begitu.""Sebenarnya, kau orang pertama yangsependapat denganku.""Memangnya yang lain-lain tidak merasakan halyang sama?" tanyaku, terkejut, pikiranku hanyatertuju pada satu orang secara khusus.Carlisle kembali menebak jalan pikiranku."Edward sependapat denganku sampai batastertentu. Tuhan dan surga itu ada... begitu juganeraka. Tapi dia tidak percaya ada kehidupansetelah kematian untuk jenis kami," Suara Carlislesangat lembut; ia memandang ke luar jendela besardi atas bak cuci, ke kegelapan. "Kau tahu, menurutdia, kami sudah kehilangan jiwa kami."Aku langsung teringat kata-kata Edward siangtadi: kecuali kau memang ingin mati—atau apasajalah istilahnya untuk kamu. Sebuah bola lampuseakan menyala di kepalaku."Jadi itulah masalahnya, bukan?" aku menduga."Itulah sebabnya dia begitu sulit mengabulkankeinginanku."Carlisle berbicara lambat-lambat. "Akumemandang... putraku. Kekuatannya,kebaikannya, kecemerlangan yang terpancardarinya—dan itu justru semakin mengobarkansemangat itu, keyakinan itu, lebih dari yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

sudah-sudah. Bagaimana mungkin tidak adakehidupan setelah kematian untuk makhluk sebaikEdward?"Aku mengangguk penuh semangat, setuju."Tapi kalau keyakinanku sama seperti Edwardbahwa jiwa kami sudah hilang..." Carlislemenunduk memandangiku dengan sorot mata takterbaca. "Seandainya kau meyakini hal yang samaseperti yang diyakininya. Tegakah kau merenggutjiwanya?"Cara Carlisle memfrasekan pertanyaan itumenghalangi jawabanku. Seandainya ia bertanyaapakah aku rela mempertaruhkan jiwaku untukEdward, jawabannya jelas. Tapi apakah aku relamempertaruhkan jiwa Edward? Kukerucutkanbibirku dengan sikap tak suka. Itu bukan barteryang adil."Sekarang kau mengerti masalahnya."Aku menggeleng, sadar sifat keras kepalakumulai muncul.Carlisle mendesah."Itu pilihanku,” aku berkeras."Itu juga pilihannya," Carlisle mengangkattangan begitu melihatku hendak membantah."Terlepas dari apakah dia bertanggung jawabmelakukan hal itu terhadapmu.""Dia bukan satu-satunya yang bisamelakukannya," Kupandangi Carlisle dengan sikapspekulatif.

Carlisle tertawa, ketegangan langsung mencair."Oh, tidak. Kau harus membereskan masalah inidengan dia!' Tapi sejurus kemudian ia menghelanapas panjang. "Itu bagian yang aku tidak akanpernah bisa yakin. Kupikir, dalam banyak hal lain,aku sudah melakukan yang terbaik dengan apayang harus kulakukan. Tapi benarkah tindakankuyang membuat orang lain menjalani kehidupanseperti ini? Aku tak bisa memutuskan."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku tidak menjawab. Aku membayangkanbagaimana jadinya hidupku seandainya Carlislemenolak godaan untuk mengubah keberadaannyayang sendirian... dan bergidik."Ibu Edward-lah yang membuatku yakin dengankeputusanku" Suara Carlisle nyaris hanya bisikan.Matanya menerawang kosong ke luar jendela yanggelap."Ibunya?" Setiap kali aku bertanya kepadaEdward tentang orangtuanya, ia hanya berkatamereka sudah lama meninggal dan ingatannyakabur. Sadarlah aku ingatan Carlisle terhadaporangtua Edward, meski pertemuan mereka sangatsingkat, pastilah sangat jelas."Ya. Namanya Elizabeth. Elizabeth Masen.Ayahnya, Edward Senior, tidak pernah tersadarselama di rumah sakit. Dia meninggal saatgelombang pertama serangan influenza terjadi. TapiElizabeth sadar nyaris hingga menjelangmeninggal. Edward mirip sekali dengannya—warnarambutnya juga pirang tembaga, begitu jugamatanya, sama-sama hijau."

"Mata Edward dulu hijau?" gumamku, berusahamembayangkannya."Ya..." Carlisle menerawang jauh. "Elizabethsangat mengkhawatirkan putranya. Diamempertaruhkan peluangnya untuk selamatdengan berusaha merawat Edward dalam keadaansakit. Kusangka Edward-lah yang akan lebih dulumeninggal, kondisinya jauh lebih parah daripadaibunya. Saat maut menjemput Elizabeth, prosesnyasangat cepat. Kejadiannya tepat setelah matahariterbenam, dan aku datang untuk menggantikanpara dokter yang sudah bekerja seharian. Saat iturasanya sulit sekali berpura-pura—begitu banyakyang harus ditangani, dan aku tidak butuhistirahat. Betapa bencinya aku harus pulang kerumah, bersembunyi dalam gelap dan berpurapura

http://ac-zzz.blogspot.com/

tidur padahal begitu banyak orang yangsekarat."Pertama-tama aku pergi untuk mengecekkeadaan Elizabeth dan putranya. Aku mulaimerasa terikat pada mereka–hal yang berbahayamengingat kondisi manusia yang rapuh. Begitumelihatnya, aku langsung tahu kondisi Elizabethsemakin parah. Demamnya tak terkendali, dantubuhnya sudah tak kuat lagi melawan."Tapi dia tidak tampak lemah, saat diamemandangiku dengan mata menyala-nyala dariranjangnya.”'"Selamatkan dia!' pintanya padaku dengansuara serak yang sanggup dikeluarkantenggorokannya.

'"Aku akan berusaha semampuku’ aku berjanjipadanya, meraih tangannya. Demamnya tinggisekali, hingga ia bahkan tak bisa merasakantanganku yang sangat dingin itu. Semua terasadingin di kulitnya.“’Kau harus bisa,’ desaknya, mencengkeramtanganku begitu kuat hingga aku bertanya-tanyadalam hati apakah ia bisa selamat dari krisis ini.Matanya keras, seperti batu, seperti zambrud. 'Kauharus melakukan semua yang mampukaulakukan. Apa yang orang lain tidak bisa, itulahyang harus kaulakukan untuk Edward-ku.’“Aku ketakutan. Dia menatapku denganmatanya yang tajam menusuk, dan, sesaat, akuyakin dia tahu rahasiaku. Kemudian demammenguasainya, dan dia tak pernah sadar lagi. Diameninggal hanya satu jam setelah mengutarakantuntutannya padaku.“Berpuluh-puluh tahun lamanya akumempertimbangkan untuk menciptakanpendamping untuk hidupku. Hanya satu makhluklain yang bisa benar-benar mengenalku, bukanaku yang berpura-pura. Tapi aku tak pernah bisa

http://ac-zzz.blogspot.com/

menemukan pembenaran untukku – melakukanseperti yang pernah dilakukan terhadapku."Lalu di sanalah Edward berbaring, sekarat.Jelas sekali dia hanya punya waktu beberapa jam.Di sampingnya terbaring ibunya, entah bagaimanawajahnya tetap tidak tampak tenang, meski dalamkematian."Carlisle seperti melihat lagi semuanya,kenangannya tidak pudar meski seabad telah

berlalu. Aku juga bisa melihatnya dengan jelas,saat Carlisle bicara—“keputusasaan yangmelingkupi rumah sakit, atmosfer kematian yangterlampau kuat. Tubuh Edward panas membaraoleh demam, nyawanya terancam seiring dengandetik-detik yang berjalan... sekujur tubuhku lagilagibergidik, mengenyahkan bayangan itu daripikiranku."Kata-kata Elizabeth terngiang-ngiang dikepalaku. Bagaimana dia bisa menebak apa yangbisa kulakukan? Mungkinkah ada orang yangbenar-benar menginginkan hal itu untuk anaknya?"Kupandangi Edward. Meski sakit keras, diatetap tampan. Ada sesuatu yang murni dan indahtergambar di wajahnya. Seperti yang kuinginkan diwajah anakku kalau aku punya anak."Setelah bertahun-tahun tak bisa memutuskan,aku langsung bertindak tanpa berpikir lagi.Pertama-tama, kudorong dulu jenazah ibunya kekamar mayat, lalu aku kembali untuk menjemputEdward. Saat itu rumah sakit kekurangan tenagadan perhatian untuk menangani setengah sajakebutuhan para pasien. Kamar mayat kosong—dariorang hidup, paling tidak. Diam-diam kubawaEdward keluar dari pintu belakang, kugendongmelewati atap-atap rumah, kembali ke rumahku."Aku tidak tahu harus bagaimana. Kuputuskanuntuk membuat kembali luka seperti yang pernahkuterima dulu, beberapa abad sebelumnya di

http://ac-zzz.blogspot.com/

London. Belakangan, aku merasa bersalah. Lukaitu lebih menyakitkan dan lebih lama sembuhdaripada yang sebenarnya diperlukan.

"Tapi aku tidak menyesal. Aku tidak pernahmenyesal telah menyelamatkan Edward," Carlislemenggeleng, kembali ke masa kini. Ia tersenyumpadaku. "Kurasa sebaiknya kuantar kau pulangsekarang.""Biar aku saja," kata Edward. Ia muncul dariarah ruang makan yang remang-remang, berjalanlambat-lambat untuk ukurannya. Wajahnya datar,ekspresinya tak terbaca, tapi ada yang tidak beresdengan matanya—sesuatu yang cobadisembunyikannya sekuat tenaga. Aku merasaperutku seperti diaduk-aduk."Carlisle bisa mengantarku," kataku. Akumenunduk memandang kemejaku; bahan katunbiru mudanya basah oleh bercak-bercak darah.Bahu kananku berlepotan krim gula warna pink."Aku tidak apa-apa," Suara Edward datar tanpaemosi. "Kau toh perlu ganti baju. Bisa-bisa Charlieterkena serangan jantung kalau melihatmu sepertiitu. Akan kuminta Alice mencarikan bajuuntukmu." Edward berjalan lagi keluar dari pintudapur.Kupandangi Carlisle dengan sikap waswas. "Diakalut sekali.""Memang," Carlisle sependapat. "Yang terjadimalam ini adalah apa yang paling ditakutinyabakal terjadi. Membahayakanmu, karena keadaankami yang seperti ini.""Itu bukan salahnya.""Bukan salahmu juga."

Aku mengalihkan tatapanku dan mata Carlisleyang indah dan bijak. Aku tidak sependapatdengannya.Carlisle mengulurkan tangan dan membantuku

http://ac-zzz.blogspot.com/

berdiri. Kuikuti dia ke ruang utama. Esme sudahkembali; sedang mengepel lantai tempatku jatuhtadi—dengan cairan desinfektan murni tanpacampuran kalau menilik dari baunya."Esme, biar aku saja," Bisa kurasakan wajahkukembali merah padam."Aku sudah selesai." Esme mendongak dantersenyum padaku. "Bagaimana keadaanmu?""Baik-baik saja," aku meyakinkan dia. "Carlislemenjahit lebih cepat daripada dokter lain yangpernah menanganiku."Mereka berdua tertawa.Alice dan Edward muncul dari pintu belakang.Alice bergegas mendapatiku, tapi Edward berdiriagak jauh, ekspresinya sulit digambarkan."Ayolah," ajak Alice. "Akan kucarikan sesuatuyang tidak begitu mengerikan untuk dipakai."Alice menemukan kemeja Esme yang warnanyamendekati warna bajuku tadi. Charlie tak bakalmemerhatikan, aku yakin. Perban putih panjang dilenganku tidak tampak terlalu serius setelah akutak lagi memakai baju yang berlepotan bercakdarah. Charlie toh tak pernah terkejut melihatkudiperban.“Alice," bisikku saat ia kembali berjalan menujupintu.

"Ya?" Suara Alice tetap pelan, memandangikudengan sikap ingin tahu, kepalanya ditelengkan kesatu sisi."Seberapa parah?" Aku tak yakin apakahberbisik-bisik begini ada gunanya. Walaupun kamidi lantai atas, dengan pintu tertutup, mungkin iatetap bisa mendengarku.Wajah Alice menegang. "Aku belum bisamemastikan.""Jasper bagaimana?"Alice mendesah. "Dia sangat kesal pada dirinyasendiri. Itu memang lebih sulit baginya dibanding

http://ac-zzz.blogspot.com/

bagi yang lain, dan dia tidak suka merasa dirilemah.""Itu bukan salahnya. Bisa tolong katakanpadanya aku tidak marah, sama sekali tidak marahpadanya, bisa, kan?""Tentu saja."Edward menungguku di pintu depan. Begitu akusampai di kaki tangga, ia membukakan pintutanpa sepatah kata pun."Bawa barang-barangmu!" pekik Alice waktu akuberjalan waswas menghampiri Edward. Ia meraupkedua bungkusan, yang satu baru separo terbuka,serta kameraku dari bawah piano, dan menjejalkansemuanya ke lekukan lenganku yang tidak terluka."Kau bisa mengucapkan terima kasih belakangan,kalau sudah membuka kado-kadomu!”Esme dan Carlisle mengucapkan selamat malamdengan suara pelan. Sempat kulihat mereka

diamTiraikasih

diam melirik putra mereka yang diam seribubahasa, sama seperti aku.Lega rasanya berada di luar; aku bergegasmelewati deretan lentera dan mawar yang kinimengingatkanku pada peristiwa tak mengenakkantadi. Edward berjalan di sampingku tanpa bicara.Ia membukakan pintu penumpang untukku, danaku naik tanpa protes.Di atas dasbor terpasang pita merah besar,menempel di stereo yang baru. Kurenggut pita itudan kubuang ke lantai. Waktu Edward naik disampingku, kutendang pita itu ke bawah kursi.Edward tidak melihat ke arahku ataupun stereoitu. Kami juga tidak menyalakannya, dan entahbagaimana kesunyian justru semakin terasa olehraungan mesin yang tiba-tiba. Edward ngebutterlalu kencang melintasi jalan yang gelap danberkelok-kelok.Kesunyian itu membuatku sinting.

http://ac-zzz.blogspot.com/

“Katakan sesuatu," pintaku akhirnya saatEdward berbelok memasuki jalan raya."Kau ingin aku bilang apa?" tanyanya dengansikap menjauh.Aku meringis melihat sikapnya yang tak maumendekat. "Katakan kau memaafkan aku."Perkataanku itu menimbulkan secercahkehidupan di wajahnya—secercah amarah."Memaafkanmu? Untuk apa?""Seandainya aku lebih berhati-hati, tidak akanterjadi apa-apa.”

"Bella, jarimu hanya teriris kertas—itu bukanalasan untuk mendapat hukuman mati.""Tetap saja aku yang salah."Kata-kataku seolah membobol bendungan."Kau yang salah? Kalau jarimu teriris kertas dirumah Mike Newton, dan di sana ada Jessica,Angela, dan teman-teman normalmu lainnya, apahal terburuk yang mungkin terjadi? Mungkinmereka tidak bisa menemukan plester untukmu?Kalau kau terpeleset dan menabrak tumpukanpiring kaca karena ulahmu sendiri—bukan karenaada yang mendorongmu—bahkan saat itu pun, halterburuk apa yang bisa terjadi? Paling-palingdarahmu berceceran mengotori jok mobil saatmereka mengantarmu ke UGD? Mike Newton bisamemegangi tanganmu saat dokter menjahitmu—dan dia tidak perlu berjuang melawan doronganuntuk membunuhmu selama berada di sana.Jangan menyalahkan dirimu sendiri dalam hal ini,Bella. Itu hanya akan membuatku semakin jijikpada diriku sendiri.""Bagaimana bisa Mike Newton dibawa-bawadalam pembicaraan ini?" tuntutku."Mike Newton dibawa-bawa dalam pembicaraanini karena akan jauh lebih aman kalau kauberpacaran saja dengan Mike Newton," geramEdward.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Lebih baik mati daripada berpacaran denganMike Newton." protesku. "Aku lebih baik matidaripada berpacaran dengan orang lain selain kau.”"Jangan sok melodramatis, please"

"Kalau begitu, kau juga tidak usah ngomongyang bukan-bukan."Edward tidak menjawab. Ia menatap garang keluar kaca, ekspresinya kosong.Aku memeras otak, mencari cara untukmenyelamatkan malam ini. Tapi sampai trukberhenti di depan rumahku, aku masih belummenemukan caranya."Kau akan menginap malam ini?" tanyaku."Sebaiknya aku pulang."Hal terakhir yang kuinginkan adalah Edwardberkubang dalam perasaan bersalah. "Untuk ulangtahunku," desakku."Tidak bisa dua-duanya—kau ingin orangmengabaikan hari ulang tahunmu atau tidak. Pilihsalah satu," Nadanya kaku, tapi tidak seseriussebelumnya. Diam-diam aku mengembuskannapas lega."Oke. Aku sudah memutuskan aku tidak maukau mengabaikan hari ulang tahunku. Kutunggukau di atas."Aku melompat turun, meraih kado-kadoku.Edward mengerutkan kening."Kau tidak perlu membawanya."“Aku menginginkannya," jawabku otomatis,kemudian bertanya-tanya dalam hati apakahEdward menggunakan teknik psikologi terbalik.“Tidak, itu tidak benar. Carlisle dan Esmemengeluarkan uang untuk membeli kadomu."

"Tidak apa-apa," Kudekap kado-kado itu dengankikuk di bawah lenganku yang tidak terluka, lalumembanting pintu mobil. Kurang dari satu detikEdward sudah keluar dari mobil dan berdiri di

http://ac-zzz.blogspot.com/

sampingku."Biar kubawakan paling tidak," katanya sambilmengambil kado-kado itu dari pelukanku. "Akuakan menemuimu di kamarmu."Aku tersenyum. "Trims.""Selamat ulang tahun," bisik Edward, lalumembungkuk untuk menempelkan bibirnya kebibirku.Aku berjinjit agar bisa berciuman lebih lama,tapi Edward melepaskan bibirnya. Iamenyunggingkan senyum separonya yang sangatkusukai itu, lalu menghilang di balik kegelapan.Pertandingan masih berlangsung; begitu berjalanmemasuki pintu depan, aku langsung bisamendengar suara komentator meningkahi soraksoraipenonton di televisi."Bell?" seru Charlie."Hai, Dad," balasku, muncul dari sudut ruangan.Kurapatkan lenganku ke sisi tubuh. Tekanan itumembuat lukaku berdenyut-denyut, dan akumengerutkan hidung. Anestesinya mulaikehilangan pengaruhnya ternyata."Bagaimana pestanya?" Charlie tidur-tiduran disofa dengan kaki ditumpangkan di lengan sofa.Rambut cokelat keritingnya kempis di satu sisi.

"Alice merajalela. Bunga, kue tart, lilin, kado—pokoknya komplet.""Mereka memberimu kado apa?""Stereo untuk trukku." Dan beberapa kado lainyang belum diketahui isinya."Wow""Yeah," aku sependapat. "Well, aku mau tidurdulu." "Sampai besok pagi."Aku melambaikan tangan. "Sampai besok.""Lenganmu kenapa?"Wajahku kontan memerah dan mulutku memaki"Aku tadi tersandung. Nggak apa-apa kok""Bella," Charlie mendesah, menggelenggelengkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

kepala."Selamat malam, Dad."Aku bergegas masuk ke kamar mandi, tempatkumenyimpan piamaku sebagai persiapan untukmalam-malam seperti ini. Aku memakai tank topdan celana katun sebagai ganti sweter bolongbolongyang biasa kupakai tidur, meringis saatgerakanku membuat jahitan di lenganku tertarik.Dengan satu tangan aku mencuci muka, menyikatgigi, lalu cepat-cepat masuk ke kamar.Ia sudah duduk di tengah-tengah tempat tidur,malas-malasan mempermainkan salah satu kadoperakku."Hai," sapanya. Suaranya sedih. Ia masihmenyalahkan dirinya sendiri.

Aku naik ke tempat tidur, menyingkirkan kadokadoitu dan tangan Edward, lalu naik kepangkuannya."Hai," Aku meringkuk di dadanya yang sekerasbatu. "Boleh kubuka kadoku sekarang?""Mengapa tahu-tahu kau antusias begini?"tanyanya."Kau membuatku ingin tahu."Kuambil kotak persegi panjang tipis yang pastikado dari Carlisle dan Esme."Biar aku saja," saran Edward. Diambilnya kadoitu dan tanganku dan dirobeknya kertas perakpembungkusnya dengan satu gerakan luwes. Laluia menyodorkan kotak putih persegi empat itupadaku."Kau yakin aku bisa mengangkat tutupkotaknya?" sindirku, tapi Edward takmengacuhkan sindiranku.Kotak itu berisi selembar kertas panjang dantebal, penuh berisi tulisan. Butuh waktu semenitbaru aku bisa mencerna informasi yang tertulis disana."Kita akan pergi ke Jacksonville?" Aku girang

http://ac-zzz.blogspot.com/

bukan main, meski sebenarnya tidak ingin.Kadonya berupa voucher tiket pesawat, untukkudan Edward."Begitulah idenya.""Aku tak percaya. Renee bakal girang setengahmati! Tapi kau tidak keberatan, kan? Di sana

panas terik, jadi kau harus berada di dalam rumahseharian""Kurasa itu bisa diatasi," kata Edward, tapikeningnya berkerut. "Seandainya aku tahu kauakan bereaksi seperti ini, aku akan menyuruhmumembukanya di depan Carlisle dan Esme.Kusangka kau bakal protes.""Well, tentu saja ini berlebihan. Tapi aku bisapergi bersamamu!"Edward tertawa kecil. "Tahu begitu, aku akanmengeluarkan uang untuk membeli kadomu.Ternyata kau masih bisa berpikir sehat."Aku menyingkirkan tiket-tiket itu dan meraihkado dari Edward, rasa ingin tahuku muncul lagi.Edward mengambilnya dariku dan membukabungkusnya seperti kado pertama tadi.Ia menyerahkan padaku kotak CD bening,dengan CD kosong di dalamnya."Apa ini?" tanyaku, heran.Edward tidak berkata apa-apa; dikeluarkannyaCD itu lalu dimasukkannya ke CD player di atasnakas. Tangannya menekan tombol play dan kamimenunggu dalam kesunyian. Lalu musik mulaimengalun.Aku mendengarkan, tak mampu berkata apaapa,mataku terbelalak lebar. Aku tahu iamenunggu reaksiku, tapi aku tak sanggup bicara.Air mataku menggenang, dan aku mengangkattangan untuk menyekanya sebelum jatuh menetesdi pipi.

“Lenganmu sakit?” tanya Edward waswas.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tidak, ini bukan karena lenganku. Indah sekali,Edward. Tak ada kado lain yang bisa kauberikanyang lebih kusukai daripada ini. Aku tak percaya."Lalu aku diam, supaya bisa mendengarkan.CD itu berisi rekaman musiknya, komposisinya.Musik pertama di CD itu adalah lagu ninaboboku.“Kupikir kau tidak akan membiarkankumembelikanmu piano supaya aku bisamemainkannya untukmu di sini," Edwardmenjelaskan."Kau benar""Lenganmu bagaimana?""Baik-baik saja," Sebenarnya, lukaku mulaiterasa panas di balik perban. Aku inginmengompresnya dengan es batu. Sebenarnya akubisa menggunakan tangan Edward, tapi itu bakalmembuatnya tahu aku kesakitan."Aku akan mengambilkan Tylenol untukmu.""Aku tidak butuh apa-apa," protesku, tapiEdward sudah menurunkan aku dari pangkuannyadan berjalan ke pintu."Charlie," desisku. Charlie tidak tahu Edwardsering menginap di kamarku. Sebenarnya, bisabisaia terserang stroke bila aku memberi tahunya.Tapi aku tidak merasa terlalu bersalah telahmemperdaya ayahku. Soalnya, kami toh tidakmelakukan apa-apa yang dilarang olehnya. Edwarddan aturan-aturannya...

“Dia tidak akan menangkap basah aku," janjiEdward sebelum lenyap tanpa suara di balikpintu... dan kembali sejurus kemudian, memegangipintu sebelum sempat menutup kembali. Iamemegang gelas kumur yang diambilnya darikamar mandi serta sebotol pil di satu tangan.Aku menerima pil-pil yang disodorkannya tanpamembantah—aku tahu paling-paling aku bakalkalah berdebat dengannya. Dan lenganku mulaibenar-benar nyeri.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Lagu ninaboboku terus mengalun, lembut danlirih, di latar belakang."Sudah malam," kata Edward. Ia meraup danmenggendongku dengan satu tangan, sementaratangan satunya membuka penutup tempat tidur.Lalu ia membaringkanku dengan posisi kepala diatas bantal, kemudian menyelimutiku. Ia berbaringdi sebelahku—di atas selimut agar aku tidakkedinginan— dan meletakkan lengannya di atastubuhku.Aku menyandarkan kepala di bahunya danmengembuskan napas bahagia."Terima kasih sekali lagi," bisikku."Terima kasih kembali."Sejenak suasana sunyi sementara akumendengarkan lagu ninaboboku berakhir. Lagulain mulai. Aku mengenalinya sebagai lagu favoritEsme."Kau sedang memikirkan apa?" bisikku.

Edward ragu-ragu sejenak sebelum menjawab."Sebenarnya, aku sedang berpikir tentang apa yangbenar dan yang salah."Aku merasakan sekujur tubuhku bergidik."Kau ingat kan, aku tadi memutuskan ingin kautidak mengabaikan hari ulang tahunku?" akuburu-buru bertanya, berharap ia tidak tahu akuberusaha mengalihkan perhatiannya.“Ya," Edward sependapat, waspada.“Well, aku sedang berpikir-pikir, karenasekarang masih hari ulang tahunku, aku ingin kaumenciumku lagi."“Kau serakah malam ini.""Ya, memang—tapi please, jangan lakukan apapun yang tidak ingin kaulakukan," akumenambahkan, kesal.Edward tertawa, kemudian mendesah. "Semogasurga mencegahku melakukan hal-hal yang tidakingin kulakukan," katanya dengan nada putus asa

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang aneh saat ia meletakkan tangannya di bawahdaguku dan mendongakkan wajahku.Ciuman kami diawali seperti biasa—Edwardtetap sehati-hati biasanya, dan seperti biasa pula,jantungku mulai bereaksi berlebihan. Kemudiansesuatu sepertinya berubah. Tiba-tiba saja bibirEdward melumat bibirku lebih ganas, tangannyamenyusup masuk ke rambutku dan mendekapwajahku erat-erat. Dan, walaupun tanganku jugamenyusup masuk ke rambutnya, dan meski jelasaku mulai melanggar batas kehati-hatiannya,

namun sekali ini ia tidak menghentikanku.Tubuhnya dingin di balik selimut yang tipis, tapiaku menempelkan tubuhku erat-erat ke tubuhnya.Ia berhenti begitu tiba-tiba; didorongnya akudengan kedua tangan yang lembut tapi tegas.Aku terhenyak ke atas bantal, terengah-engah,kepalaku berputar. Sesuatu menarik-narikingatanku, tapi aku tak kunjung bisa meraihnya."Maaf," kata Edward, napasnya juga terengahengah."Itu tadi sudah melanggar batas."“Aku tidak keberatan," kataku megap-megap.Edward mengerutkan kening padaku dalamgelap. "Cobalah untuk tidur, Bella.""Tidak, aku ingin kau menciumku lagi."“Kau menilai pengendalian diriku kelewat tinggi.""Mana yang lebih membuatmu tergoda, darahkuatau tubuhku?" tantangku."Dua-duanya," Edward nyengir sekilas, meskisebenarnya tak ingin, lalu kembali serius."Sekarang, bagaimana kalau kau berhentimempertaruhkan peruntunganmu dan pergitidur?""Baiklah," aku setuju, meringkuk lebih rapatpadanya. Aku benar-benar lelah. Ini hari yangpanjang dalam banyak hal, namun aku tidakmerasa lega saat hari ini berakhir. Seakan-akanada hal lain yang lebih buruk bakal terjadi besok.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Firasat konyol—kejadian apa yang lebih buruk

daripada hari ini tadi? Pasti hanya karena akushock.Berusaha agar tidak ketahuan, akumenempelkan lenganku yang sakit di bahuEdward, supaya kulitnya yang dingin bisameredakan sakitku. Seketika itu juga nyerinyahilang.Aku sudah hampir tertidur, mungkin malahsudah separo tidur, waktu mendadak aku sadarciuman Edward tadi mengingatkan aku pada apa:musim semi lalu, ketika harus meninggalkankuuntuk menyesatkan James, Edward memberikuciuman perpisahan, tidak tahu kapan—atauapakah—kami akan bertemu lagi. Ciuman tadi juganyaris terasa menyakitkan, seperti ciuman itu,meski entah untuk alasan apa, aku tak bisamembayangkannya. Aku bergidik dalam tidurku,seolah-olah aku sudah mengalami mimpi buruk.

3. TAMATKEESOKAN paginya, perasaanku benar-benarkacau. Aku tidak bisa tidur nyenyak; lengankunyeri dan kepalaku sakit. Perasaanku semakinkacau melihat wajah Edward tetap licin danmuram saat ia mengecup dahiku sekilas danmerunduk keluar dari jendela kamarku. Aku takutmembayangkan waktu yang kulewatkan saat tidurtadi, takut Edward berpikir tentang yang benar dansalah lagi sambil memandangiku tidur. Kegelisahan

itu seolah menambah pukulan bertubi-tubi dikepalaku.Edward menungguku di sekolah, seperti biasa,tapi wajahnya masih muram. Ada sesuatu di baliktatapannya dan aku tak yakin apa itu—dan itumembuatku takut. Aku tak ingin mengungkitnyasemalam, tapi aku tak yakin apakah dengan

http://ac-zzz.blogspot.com/

menghindarinya justru memperparah keadaan.Edward membukakan pintu untukku."Bagaimana perasaanmu?""Sempurna," dustaku, meringis saat suara pintudibanting bergema di dalam kepalaku.Kami berjalan sambil membisu, Edwardmemperpendek langkah untuk mengimbangiku.Begitu banyak pertanyaan yang ingin kulontarkan,tapi sebagian besar harus menunggu, karenapertanyaan-pertanyaan itu untuk Alice: BagaimanaJasper pagi ini? Apa yang mereka katakan waktuaku sudah pulang? Apa kata Rosalie? Dan yangpaling penting apa yang dilihat Alice akan terjadi dimasa mendatang menurut penglihatannya yanganeh dan tidak sempurna itu? Bisakah Alicemenebak apa yang dipikirkan Edward, mengapa iabegitu muram? Apakah firasat ketakutan yang takmau enyah dari hatiku ini berdasar?Pagi berlalu dengan lambat. Aku tak sabar inginbertemu Alice, walaupun tidak benar-benar bisabicara dengannya kalau Edward ada di sana.Edward sendiri lebih banyak berdiam diri. Sesekaliia menanyakan lenganku, dan aku menyahutinyadengan berbohong.

Alice biasanya mendului kami makan siang; iatak perlu mengimbangi orang lelet seperti aku. Tapiia tak ada di meja, menunggu dengan nampanpenuh makanan yang tak akan dimakannya.Edward tidak mengatakan apa-apa tentangabsennya Alice. Mulanya aku mengira kelasnyabelum selesai—sampai aku melihat Conner danBen, yang sekelas dengannya di kelas bahasaPrancis jam keempat."Mana Alice?" tanyaku pada Edward dengansikap waswas.Edward memandangi granola bar yangdiremasnya pelan-pelan sebelum menjawab. "Diamenemani Jasper."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Jasper baik-baik saja?""Dia pergi dulu untuk sementara.""Apa? Ke mana?"Edward mengangkat bahu. "Tidak pasti kemana.""Alice juga," kataku putus asa. Tentu saja, bilaJasper membutuhkannya, Alice akan pergi.“Ya. Dia pergi untuk sementara. Dia mencobameyakinkan Jasper untuk pergi ke Denali."Denali adalah tempat sekumpulan vampir uniklain—vampir baik seperti keluarga Cullen—tinggal.Tanya dan keluarganya. Aku beberapa kalimendengar tentang mereka. Edward pernahbertemu mereka musim dingin lalu saatkedatanganku ke Forks membuat hidupnya sulit.

Laurent, anggota paling beradab dalam kelompokkecil James, memilih ke sana daripada berpihakkepada James untuk melawan keluarga Cullen.Masuk akal bila Alice mendorong Jasper untukpergi ke sana.Aku menelan ludah, berusaha mengenyahkanganjalan yang tiba-tiba bersarang ditenggorokanku. Perasaan bersalah membuatkepalaku tertunduk dan bahuku terkulai. Akumembuat mereka terusir dari rumah merekasendiri, seperti Rosalie dan Emmett. Aku benarbenarwabah penyakit."Lenganmu sakit?" kata Edward dengan nadabertanya."Siapa yang peduli dengan lengan tololku?"sergahku jengkel.Edward tidak menyahut, dan aku meletakkankepalaku di meja.Usai sekolah, kebisuan semakin taktertahankan. Aku tak ingin menjadi orang yangmemecah kebisuan, tapi rupanya hanya itu satusatunyapilihan kalau aku ingin ia bicara lagidenganku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau datang nanti malam?" tanyaku ketikaEdward berjalanmengiringiku—sambil membisu—ke trukku. Ia selalu datang."Nanti?"Aku senang karena ia terlihat kaget. “Aku haruskerja. Aku kan harus tukaran shift dengan Mrs.Newton untuk bisa libur kemarin."

"Oh," gumam Edward."Jadi kau akan datang kalau aku sudah dirumah, ya kan?" Aku tidak suka karena tiba-tibamerasa tak yakin tentang hal ini."Kalau kau menginginkannya.""Aku selalu menginginkanmu," akumengingatkannya, mungkin sedikit lebihbersungguh-sungguh daripada seharusnya.Aku mengira ia bakal tertawa, atau tersenyum,atau setidaknya bereaksi terhadap kata-kataku."Baiklah kalau begitu," sahutnya tak acuh.Edward mengecup keningku lagi sebelummenutup pintu trukku. Lalu ia berbalik dan berlarimelompat dengan anggun ke mobilnya.Aku masih sanggup menyetir trukku keluar darilapangan parkir sebelum kepanikanmenghantamku telak-telak, tapi aku sudahkehabisan napas ketika sampai di Newton's.Ia hanya butuh waktu, aku meyakinkan dirikusendiri. Ia pasti bisa melupakannya. Mungkin iasedih karena keluarganya harus pergi. Tapi Alicedan Jasper sebentar lagi kembali, begitu jugaRosalie dan Emmett. Kalau perlu, aku akanmenjauh dulu dari rumah putih besar di tepisungai itu—aku tidak akan pernah menjejakkankaki lagi di sana. Bukan masalah. Aku tetap bisabertemu Alice di sekolah. Ia akan kembalibersekolah, kan? Lagi pula, ia lebih sering beradadi rumahku. Ia tak mungkin tega menyakiti hatiCharlie dengan menjauhiku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Tak diragukan lagi aku akan bertemu Carlislesecara teratur—di UGD.Bagaimanapun, kemarin tidak terjadi apa-apa.Tidak terjadi apa-apa. Aku memang jatuh—tapi itukan sudah biasa. Dibandingkan musim semi lalu.sepertinya ini tidak penting. Jamesmeninggalkanku babak-belur dan nyaris matikehabisan darah—meski begitu Edward tabahmenjalani minggu demi minggu yang tak adaakhirnya di rumah sakit jauh lebih baik daripadaini. Apakah karena, kali ini, ia tidak melindungikudari serangan musuh? Melainkan dari saudaranyasendiri?Mungkin jauh lebih baik jika Edwardmembawaku pergi saja, daripada keluarganyatercerai berai seperti itu. Depresiku sedikitberkurang waktu aku mulai membayangkan bisaberduaan dengan Edward tanpa ada yangmengganggu. Seandainya Edward bisa bertahansampai akhir tahun ajaran ini, Charlie takkan bisamelarang. Kami bisa pergi ke luar kota untukkuliah, atau berpura-pura itulah yang kamilakukan, seperti Rosalie dan Emmett tahun ini.Tentu saja Edward bisa menunggu satu tahun. Apaartinya satu tahun kalau kau bisa hidupselamanya? Menurutku itu tidak terlalu berat.Aku berhasil menabahkan diri hingga sanggupturun dari truk dan berjalan ke toko. Hari ini MikeNewton menduluiku datang ke sini, tersenyum danmelambai waktu aku masuk. Kusambar rompiku,mengangguk samar ke arahnya. Otakku masihsibuk membayangkan berbagai skenario

menyenangkan tentang aku dan Edward yangmelarikan diri ke tempat-tempat eksotis.Mike membuyarkan lamunanku. "Bagaimanaulang tahun-mu?”"Ugh," gumamku. "Aku senang itu sudahberakhir."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Mike memandangiku dari sudut matanya,seolah-olah aku sinting.Waktu berjalan sangat lambat. Aku inginbertemu lagi dengan Edward, berdoa semoga iasudah bisa mengatasi saat-saat terburuknya, apapun itu, waktu aku bertemu lagi dengannya nanti.Semua baik-baik saja, aku meyakinkan diri sendiriberulang kali. Semua pasti akan normal lagi.Kelegaan yang kurasakan waktu berbelokmemasuki kawasan tempat tinggalku dan melihatmobil perak Edward terparkir di depan rumahkusangat besar dan luar biasa. Dan itu membuatkugelisah.Aku bergegas masuk lewat pintu depan, berserusebelum benar-benar berada di dalam."Dad? Edward?"Saat aku berseru, terdengar jelas alunan musikacara SportsCenter yang ditayangkan ESPNbergema dari ruang duduk."Di sini," Charlie menyahut.Aku menggantungkan jas hujan dan bergegasmengitari sudut ruangan.

Edward duduk di kursi, sementara ayahku disofa. Mata keduanya sama-sama tertuju ke layartelevisi. Fokus itu normal saja bagi ayahku. Tapitidak demikian halnya bagi Edward."Hai," sapaku lemah."Hai, Bella," sahut ayahku, matanya tak pernahberalih dari layar televisi. "Kami baru saja makanpizza dingin. Kalau tidak salah masih ada di meja""Oke."Aku menunggu di ambang pintu. AkhirnyaEdward menoleh sambil tersenyum sopan."Sebentar lagi aku menyusul," janjinya. Matanyaberalih lagi ke televisi.Sejenak aku hanya bisa bengong, shock. Takseorang pun di antara mereka sepertinyamenyadari hal itu. Aku bisa merasakan sesuatu,

http://ac-zzz.blogspot.com/

mungkin kepanikan, bertumpuk di dadaku. Akukabur ke dapur.Pizza-nja sama sekali tidak menarikperhatianku. Aku duduk di kursi, melipat lutut,dan memeluk kedua kakiku. Ada yang tidak beres,mungkin lebih parah daripada yang kusadari.Obrolan khas cowok terus berlanjut dari depanlayar televisi.Aku berusaha mengendalikan diri, memberipenjelasan masuk akal pada diriku. Hal palingburuk apa yang bisa terjadi? Aku tersentak. Jelasitu pertanyaan keliru. Sulit rasanya bernapasdengan benar.

Oke, aku berpikir lagi, hal paling buruk apa yangsanggup kuterima? Aku juga tidak terlalumenyukai pertanyaan itu. Tapi aku memikirkanberbagai kemungkinan yang kupertimbangkan hariini tadi.Menjauh dari keluarga Edward. Tentu saja.Edward tidak mungkin berharap Alice juga bakalkujauhi. Tapi kalau Jasper tak bisa didekati,berarti lebih sedikit waktu yang bisa kuhabiskanbersama Alice. Aku mengangguk sendiri—itu bisakuterima.Atau pergi dari sini. Mungkin Edward tak inginmenunggu sampai akhir tahun ajaran, mungkinharus sekarang juga.Di hadapanku, di meja, tergeletak hadiahhadiahkudari Charlie dan Renee yangkutinggalkan di sana semalam. Kamera yang taksempat kugunakan di rumah keluarga Cullentergeletak di sebelah album. Sambil menarik napaspanjang kusentuh sampul depan album cantikyang dihadiahkan ibuku padaku, teringat padaRenee. Entah bagaimana, sekian lama hidup tanpaibuku tidak membuatku lantas bisa lebih mudahmenerima kemungkinan hidup terpisah selamanyadarinya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Dan Charlie akan tinggal sendirian di sini,ditinggalkan. Hati mereka bakal terluka...Tapi kami akan kembali, bukan? Kami pastiakan datang berkunjung, bukan begitu?Aku tak bisa memastikan jawabannya.

Aku meletakkan pipiku ke lutut, memandangibenda-benda yang menjadi ungkapan cinta keduaorangtuaku. Aku tahu jalan yang kupilih ini bakalsulit. Dan, bagaimanapun, aku memikirkanskenario terburuk—yang paling buruk yang bisakuterima.Aku menyentuh album itu lagi, membalikkansampul depannya. Sudut-sudut logam kecil sudahtersedia di halaman dalam untuk meletakkan fotopertama. Bagus juga idenya, merekamkehidupanku di sini. Aku merasakan doronganyang aneh untuk mulai. Mungkin aku tak punyawaktu lama lagi di Forks.Aku memainkan tali kamera, penasaran denganfilm pertama di dalamnya. Mungkinkah hasilnyaakan mendekati sosok aslinya? Akumeragukannya. Tapi Edward tampaknya tidakkhawatir hasilnya bakal kosong. Aku terkekehsendiri, mengenang tawa lepasnya semalam.Tawaku terhenti. Begitu banyak yang berubah, danbegitu tiba-tiba. Membuatku merasa sedikitpusing, seakan-akan aku berdiri di tepi tebingcuram yang sangat tinggi.Aku tak ingin memikirkannya lagi. Kusambarkameraku dan berjalan menuju tangga.Kamarku tak banyak berubah dalam kurunwaktu tujuh belas tahun semenjak ibuku tinggal disini. Dinding-dindingnya masih berwarna birumuda, tirai berenda menguning yang tergantung didepan jendela juga masih sama. Sekarang di sanaada tempat tidur, bukan boks. tapi Renee pastiakan mengenalinya dari selimut quilt yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

terhampar berantakan di atasnya—itu hadiah dariGran.Bagaimanapun, aku memotret kamarku. Takbanyak lagi yang bisa kulakukan malam ini—diluar sudah terlalu gelap—dan perasaan itusemakin kuat, sekarang bahkan nyaris menjadikeharusan. Aku akan merekam segala sesuatutentang Forks sebelum harus meninggalkannya.Perubahan akan datang. Aku bisamerasakannya. Bukan prospek menyenangkan,tidak bila hidup saat ini sudah begitu sempurna.Aku sengaja berlama-lama di kamar sebelumturun lagi ke bawah, sambil menenteng kamera,berusaha menepis kegelisahan yang berkecamuk dihatiku, memikirkan jarak aneh yang tidak inginkulihat di mata Edward. Ia pasti bisamengatasinya. Mungkin ia khawatir aku bakalkalut bila ia mengajakku pergi. Akan kubiarkan iamengatasi perasaannya tanpa ikut campur. Danaku akan siap bila nanti ia memintaku.Aku sudah siap dengan kameraku waktumenyelinap diam-diam ke ruang duduk. Aku yakintak mungkin Edward tidak menyadarikehadiranku, tapi ia tetap tidak mendongak. Akumerasakan tubuhku merinding saat perasaandingin menerpa perutku; kuabaikan perasaan itudan kuambil foto mereka.Barulah mereka menoleh memandangku. KeningCharlie berkerut. Wajah Edward kosong, tanpaekspresi."Apa-apaan sih kau, Bella?" protes Charlie.

“Oh, ayolah," Aku pura-pura tersenyum saatberanjak duduk di lantai, persis di depan sofatempat Charlie berbaring santai. "Dad kan tahusebentar lagi Mom pasti menelepon untuk bertanyaapakah aku sudah memanfaatkan hadiahhadiahku.Aku harus segera memulainya supayaMom tidak kecewa.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tapi mengapa kau memotretku?" gerutuCharlie."Karena Dad ganteng sekali," jawabku, menjagaagar nada suaraku tetap ringan. "Dan karena Dadlahyang membeli kamera ini, maka Dad wajibmenjadi salah satu objeknya."Charlie menggumamkan kata-kata yang tidakjelas."Hei, Edward," kataku dengan lagak tak acuhyang patut diacungi jempol. "Ambil fotoku bersamaayahku."Kulempar kamera itu padanya, sengajamenghindari matanya, lalu berlutut di sampinglengan sofa yang dijadikan tumpuan kepalaCharlie. Charlie mendesah."Kau harus tersenyum, Bella," gumam Edward.Aku menyunggingkan senyum terbaikku, dankamera menjepret."Sini kufoto kalian," Charlie mengusulkan. Akutahu ia hanya berusaha mengalihkan fokus kameradari dirinya.Edward berdiri dan dengan enteng melemparkankamera itu kepada Charlie.

Aku bangkit dan berdiri di samping Edward, danpengaturan itu terasa formal dan asing bagiku.Edward mengaitkan sebelah lengannya ke bahuku,dan aku merangkul pinggangnya lebih erat. Akuingin menatap wajahnya, tapi tidak berani."Senyum, Bella," Charlie mengingatkanku lagi.Aku menghela napas dalam-dalam dantersenyum. Lampu blitz seakan membutakanmataku."Cukup sudah potret-memotretnya malam ini,"kata Charlie kemudian, menjejalkan kamera kecelah di antara bantal-bantal sofa, lalu berguling diatasnya. "Kau tidak perlu menghabiskan satu rolfilm sekarang juga."Edward menurunkan tangannya dari bahuku

http://ac-zzz.blogspot.com/

dan menggeliat melepaskan diri dengan sikapkasual. Lalu ia duduk lagi di kursi.Aku ragu, lalu duduk bersandar lagi di sofa.Mendadak aku merasa sangar ketakutan sampaisampaitanganku gemetar. Kutempelkan keduatanganku ke perut untuk menyembunyikannya,meletakkan daguku ke lutut dan memandangilayar televisi di depanku, tak melihat apa-apa.Setelah acara berakhir, aku bergeming di tempatduduk. Dari sudut mata kulihat Edward berdiri."Sebaiknya aku pulang," katanya.Charlie tidak mengangkat wajah dari tayanganiklan. "Sampai ketemu lagi."Aku berdiri dengan sikap canggung—tubuhkukaku setelah duduk diam sekian lama—lalu

mengikuti Edward ke pintu depan. Ia langsung kemobilnya."Kau menginap tidak?'" tanyaku, tanpa adaharapan dalam suaraku.Aku sudah bisa menebak jawabannya, jadirasanya tidak terlalu menyakitkan."Tidak malam ini."Aku tidak menanyakan alasannya.Edward naik ke mobilnya dan menderu pergisementara aku berdiri di sana, tak bergerak. Akunyaris tak sadar hujan telah turun. Akumenunggu, tanpa tahu apa yang kutunggu, sampaipintu di belakangku terbuka."Bella, kau ngapain?" tanya Charlie, terkejutmelihatku berdiri sendirian di sana, air hujanmenetes-netes membasahi tubuhku.“Tidak sedang apa-apa."' Aku berbalik danterseok-seok kembali ke rumah.Malam itu sangat panjang, aku nyaris tak bisaberistirahat.Aku bangun segera setelah mataharimembiaskan cahaya pertamanya di luar jendelakamarku. Seperti robot aku bersiap-siap ke

http://ac-zzz.blogspot.com/

sekolah, menunggu langit terang. Setelah makansemangkuk sereal, aku memutuskan sekarangsudah cukup terang untuk memotret. Akumemotret trukku, lalu bagian depan rumah. Akuberbalik dan menjepret hutan di dekat rumahCharlie beberapa kali. Lucu juga bagaimana hutanitu tak lagi terasa mengancam seperti dulu.

Sadarlah aku bahwa aku akan sangat kehilanganini semua—kehijauan, keabadian, kemisteriusanhutan ini. Semuanya.Aku memasukkan kamera ke tas sekolahsebelum berangkat. Kucoba memusatkan pikiranpada proyek baruku, bukan pada fakta bahwaEdward ternyata belum berhasil mengatasikegalauan hatinya sepanjang malam.Selain takut, aku mulai tidak sabar. Sampaiberapa lama lagi ini akan berlangsung?Kebisuan itu berlangsung sepanjang pagi.Edward berjalan di sampingku, bungkam seribubahasa, sepertinya tak pernah benar-benarmenatapku. Aku mencoba berkonsentrasi padapelajaran-pelajaranku, tapi bahkan bahasa Inggrispun tak mampu menarik perhatianku. Mr. Bertysampai harus dua kali mengulang pertanyaantentang Lady Capulet sebelum aku sadar iamenujukan pertanyaan itu padaku. Edwardmembisikkan jawaban yang benar dengan suarapelan, lalu kembali mengabaikanku.Saat makan siang, kebisuan terus berlanjut.Rasanya aku seperti hendak menjerit setiap saat,jadi, untuk mengalihkan pikiran akumencondongkan badan, melanggar garis batas takkasatmata, dan berbicara pada Jessica."Hei, Jess?"“Ada apa, Bella?""Boleh aku minta tolong?" tanyaku, merogohtasku. “Ibuku ingin aku memotret teman-temanku

http://ac-zzz.blogspot.com/

untuk albumku. Jadi tolong potretkan semuaorang, ya?” Kuulurkan kamera itu padanya."Tentu." jawabnya, nyengir, lalu berpaling untukmenjepret Mike yang mulutnya sedang penuhmakanan.Sudah bisa ditebak, perang potret pun terjadi.Kulihat mereka mengedarkan kamera ke sekelilingmeja, tertawa terbahak-bahak, berpose, danmengeluh karena difoto dalam keadaan jelek.Anehnya, tingkah mereka terasa kekanak-kanakanbagiku. Mungkin aku saja yang sedang tidak mooduntuk bersikap layaknya manusia normal hari ini."Waduh," kata Jessica dengan nada memintamaaf saat mengembalikan kamera padaku."Sepertinya kami menghabiskan filmmu.""Tidak apa-apa. Aku sudah memotret semuayang perlu kupotret kok."Usai sekolah, Edward mengantarku ke lapanganparkir sambil membisu. Aku harus bekerja lagi,dan sekali ini aku justru merasa senang.Bersamaku ternyata tidak membantu memperbaikikeadaan. Mungkin kalau ia sendirian justru akanmembuat suasana hatinya lebih baik.Aku memasukkan filmku ke Thriftway dalamperjalanan ke Newton's, kemudian mengambil fotofotoyang sudah dicuci cetak sepulang kerja. Dirumah aku menyapa Charlie sekilas, menyambarsebungkus granola bar dari dapur, lalu bergegasmasuk ke kamar sambil mengempit amplop berisifoto-foto itu.

Aku duduk di tengah ranjang dan membukaamplop itu dengan sikap ingin tahu bercampurwaswas. Konyolnya, aku masih separo berharapfoto pertama akan menampilkan bidang kosong.Waktu mengeluarkannya, aku terkesiap dengansuara keras. Edward tampak sama tampannyadengan aslinya, menatapku dengan sorot hangatyang kurindukan beberapa hari belakangan ini.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sungguh luar biasa bagaimana seseorang bisatampak begitu... begitu... tak terlukiskan. Seribukata pun takkan mampu menandingi foto ini.Dengan cepat aku melihat-lihat sekilas foto laindalam tumpukan, lalu menjejerkan tiga diantaranya di tempat tidur.Foto pertama adalah foto Edward di dapur, sorotmatanya yang hangat memancarkan kegembiraan.Foto kedua adalah foto Edward dan Charlie,menonton ESPN. Perbedaan ekspresi Edwardtampak nyata. Sorot matanya tampak hati-hati disini, tidak ramah. Masih tetap sangat tampan,namun wajahnya terkesan lebih dingin, lebihmenyerupai patung, kurang hidup.Terakhir foto Edward dan aku berdiriberdampingan dengan sikap canggung. WajahEdward sama seperti dalam foto terakhir, dingindan menyerupai patung. Kekontrasan di antarakami sangat menyakitkan. Ia tampak bagai dewa.Aku tampak sangat biasa, bahkan untuk ukuranmanusia, nyaris polos. Kubalik foto itu denganperasaan jijik.Bukannya mengerjakan PR, aku malah begadanguntuk memasukkan foto-foto itu ke album. Dengan

bolpoin aku membuat catatan di bawah semuafoto, nama-nama dan tanggalnya. Aku sampai padafoto Edward dan aku, dan, tanpa memandanginyaterlalu lama, melipatnya jadi dua danmenyelipkannya ke sudut logam, sisi Edwardmenghadap ke atas.Setelah selesai, aku menjejalkan tumpukan fotokedua ke amplop yang masih baru, lalu menulissurat terima kasih yang panjang untuk Renee.Edward masih belum datang juga. Aku tak inginmengakui dialah alasanku begadang hingga larutbegini. Aku berusaha mengingat kapan terakhirkali ia tidak datang, tanpa alasan, tanpamenelepon... Ternyata tidak pernah. Lagi-lagi, aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

tak bisa tidur nyenyak. Sama seperti dua harisebelumnya, suasana di sekolah juga tetap penuhkebisuan yang menegangkan dan membuatfrustrasi. Aku lega waktu melihat Edwardmenungguku di lapangan parkir, tapi kelegaan itusirna dengan cepat. Tak ada perubahan dalamdirinya, kecuali mungkin ia lebih menjauh.Sulit rasanya mengingat alasan dari semuakekacauan ini. Hari ulang tahunku rasanya telahlama berselang. Kalau saja Alice kembali. Segera.Sebelum keadaan jadi makin tak terkendali lagi.Tapi aku tak bisa bergantung pada hal itu. Akusudah memutuskan kalau aku tak bisa bicaradengan Edward hari ini, benar-benar bicara, akuakan menemui Carlisle besok. Aku harusmelakukan sesuatu.Sepulang sekolah Edward dan aku akanmembicarakannya sampai tuntas, aku berjanji

pada diriku sendiri. Aku tak mau menerima alasanapa pun.Edward mengantarku ke trukku, dan akumenguatkan diri untuk melontarkan tuntutan."Keberatan tidak kalau aku datang ke rumahmuhari ini?" tanya Edward sebelum kami sampai ketruk, menduluiku."Tentu saja tidak.""Sekarang?" tanya Edward lagi, membukakanpintu untukku.“Tentu," aku menjaga suaraku tetap datar,walaupun tidak menyukai nada mendesak dalamsuaranya. "Aku hanya akan memasukkan suratuntuk Renee ke bus surat dalam perjalananpulang. Sampai ketemu di rumah."Edward memandangi amplop tebal di jok trukku.Tiba-tiba ia mengulurkan tangan danmenyambarnya."Biar aku saja" ujarnya pelan. "Dan aku akantetap lebih cepat sampai di rumah daripada kau."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Ia menyunggingkan senyum separo favoritku, tapikesannya lain. Matanya tidak memancarkansenyum itu."Oke," aku setuju, tak mampu membalassenyumnya. Edward menutup pintu, lalu berjalanke mobilnya.Memang benar Edward sampai lebih dulu dirumahku. Ia sudah memarkir mobilnya di tempatCharlie biasa parkir waktu aku menghentikantrukku di depan rumah. Itu pertanda buruk.

Berarti ia tidak berniat lama-lama di rumahku.Aku menggeleng dan menghela napas dalamdalam,berusaha menabahkan hati.Edward turun dari mobil waktu aku keluar daritrukku, lalu berjalan menghampiriku. Iamengulurkan tangan, mengambil tasku. Itunormal. Tapi ia menyurukkannya lagi ke jok truk.Itu tidak normal."Ayo jalan-jalan denganku," ajaknya, suaranyatanpa emosi. Ia meraih tanganku.Aku tidak menjawab. Aku tak punya alasanuntuk memprotes, tapi aku langsung tahu apayang kuinginkan. Aku tidak menyukainya. Inigawat, ini benar-benar gawat, suara di kepalakuberkata berulang-ulang.Tapi Edward tidak menunggu jawabanku.Ditariknya aku ke sisi timur halaman, tempathutan berbatasan dengan halaman. Akumengikutinya meski dalam hati menolak, berusahaberpikir di sela-sela kepanikan yang melandaku.Inilah yang kuinginkan, aku mengingatkan dirikusendiri. Kesempatan untuk membicarakannyasampai tuntas. Jadi mengapa kepanikan inimencekikku?Kami baru beberapa langkah memasukipepohonan ketika Edward berhenti. Kami bahkanbelum sampai di jalan setapak—aku masih bisamelihat rumahku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Begini kok dibilang jalan-jalan.Edward bersandar di pohon dan memandangiku,ekspresinya tak terbaca.

“Oke, ayo kita bicara," kataku. Nada suarakuterdengar lebih berani daripada yang sebenarnyakurasakan.Edward menghela napas dalam-dalam."Bella, kami akan pergi."Aku juga menghela napas dalam-dalam.Kusangka aku sudah siap. Tapi tetap saja akubertanya."Mengapa sekarang? Setahun lagi—""Bella, sudah saatnya. Lagi pula, berapa lamalagi kami bisa bertahan di Forks? Carlisle tidaktampak seperti sudah berumur tiga puluh tahun,apalagi dia mengaku sekarang usianya 33. Kamiharus memulai dari awal lagi secepatnya,bagaimanapun juga"Jawaban Edward membuatku bingung. Akumemandanginya, berusaha memahamimaksudnya. Ia balas menatapku dingin.Dengan perasaan mual, aku pun memahamimaksudnya. Aku menggeleng-gelengkan kepala,berusaha menjernihkan pikiran. Edwardmenunggu tanpa sedikit pun tanda tidak sabar.Butuh beberapa menit baru aku bisa bicara."Oke," kataku. "Aku ikut.""Tidak bisa, Bella. Ke mana kami akan pergi...itu bukan tempat yang tepat untukmu.""Di mana kau berada, di situlah tempat yangtepat untukku.""Aku tidak baik untukmu, Bella."

"Jangan konyol," Aku ingin terdengar marah,tapi kedengarannya malah seperti memohon. "Kauhal terbaik dalam hidupku.""Duniaku bukan untukmu," ucap Edwardmuram.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Apa yang terjadi pada Jasper—itu bukan apaapa,Edward! Bukan apa-apa!""Kau benar," Edward sependapat. "Persis sepertiitulah yang bakal terjadi.""Kau sudah berjanji! Di Phoenix, kau berjanjikau akan tinggal—""Sepanjang itu yang terbaik untukmu," Edwardmengoreksiku."Tidak! Ini masalah jiwaku, kan?" aku berteriak,marah, kata-kata berhamburan dari mulutku—namun entah bagaimana tetap saja terdengarseperti memohon-mohon. "Carlisle memberitahuku, dan aku tidak peduli, Edward. Aku tidakpeduli! Ambil saja jiwaku. Aku tidakmenginginkannya tanpa kau—itu sudah jadimilikmu!"Edward menarik napas dalam-dalam danbeberapa saat menerawang menatap tanah. Waktuakhirnya ia mendongak, matanya tampak berbeda,lebih keras—seperti emas cair yang membekukeras."Bella, aku tidak ingin kau ikut denganku."Edward mengucapkan kata-kata itu lambat-lambatdan jelas, matanya yang dingin menatap wajahku,

memerhatikan sementara aku menyerap semuaperkataannya.Sunyi sejenak saat aku mengulangi kata-kata ituberkali-kali dalam pikiranku, memilah-milah untukmendapatkan maksud sesungguhnya."Kau... tidak... menginginkanku?" Aku mencobamengucapkan kata-kata itu, bingungmendengarnya diucapkan dalam urutan seperti itu."Tidak."Kutatap matanya, tak mengerti. Edward balasmenatapku tanpa ampun. Matanya bagai topaz—keras dan jernih dan sangat dalam. Aku merasaseolah-olah bisa memandang ke dalamnya hinggaberkilo-kilometer jauhnya, namun di kedalaman

http://ac-zzz.blogspot.com/

tak berdasar itu aku tidak melihat adanyakontradiksi dari kata yang diucapkannya tadi.“Well, itu mengubah semuanya." Aku terkejutmendengar nada suaraku yang kalem dan tenang.Pasti karena perasaanku sudah mati rasa. Akutidak menyadari apa yang ia katakan padaku. Itumasih tetap tak masuk akal.Edward mengalihkan pandangan ke pepohonansaat bicara lagi. "Tentu saja, aku akan selalumencintaimu... sedikit-banyak. Tapi peristiwamalam itu membuatku sadar, sekaranglah saatnyaberubah. Karena aku... lelah berpura-pura menjadisesuatu yang bukan diriku, Bella. Aku bukanmanusia." Edward menatapku lagi, bagian-bagiandingin wajahnya yang sempurna memang bukanmanusia. "Aku membiarkan ini berlangsung terlalulama, dan aku minta maaf untuk itu."

"Jangan." Suaraku kini hanya berupa bisikan;kesadaran mulai meresapiku, menetes-netes bagaiasam dalam pembuluh darahku. "Jangan lakukanini."Edward hanya menatapku, dan kelihatan darimatanya kata-kataku sudah terlambat. Ia sudahmelakukannya. "Kau tidak baik untukku, Bella."Edward membalikkan kata-kata yangdiucapkannya tadi, jadi aku tak bisamembantahnya. Aku tahu benar aku tidak cukupbaik baginya.Aku membuka mulut untuk mengatakansesuatu, kemudian menutupnya lagi. Edwardmenunggu dengan sabar, wajahnya bersih darisegala emosi. Kucoba sekali lagi."Kalau... kalau memang itu yang kauinginkan."Edward mengangguk satu kali.Sekujur tubuhku terasa lumpuh. Aku tak bisamerasakan apa-apa dari leher ke bawah."Tapi aku ingin meminta sesuatu, kalau boleh,"katanya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Entah apa yang dilihatnya di wajahku, karenasesuatu berkelebat di wajahnya sebagai respons.Tapi sebelum aku sempat memahaminya, ia telahmengubah ekspresinya menjadi topeng tenang yangsama."Apa saja," aku bersumpah, suaraku sedikitlebih kuat.Sementara aku menatapnya, mata beku Edwardmencair. Emas itu berubah menjadi cair lagi,

melebur, membakar mataku dengan kekuatanteramat besar."Jangan lakukan sesuatu yang ceroboh atautolol," perintahnya, tak lagi dingin. "Kau mengertimaksudku?"Aku mengangguk tak berdaya.Mata Edward mendingin, sikap menjagajaraknya kembali lagi. "Aku memikirkan Charlie,tentu saja. Dia membutuhkanmu. Jaga dirimubaik-baik—demi dia."Lagi-lagi aku mengangguk. "Baiklah," bisikku.Edward tampak rileks sedikit."Dan aku akan menjanjikan sesuatu padamusebagai balasannya," katanya. "Aku berjanji ini kaliterakhir kau bertemu denganku. Aku tidak akankembali. Aku tidak akan menyulitkanmu lagi. Kaubisa melanjutkan hidupmu tanpa gangguan darikulagi. Nantinya akan terasa seolah-olah aku takpernah ada."Lututku pasti mulai gemetar, karena pohonpohonmendadak bergoyang. Bisa kudengar darahmenderas lebih cepat di belakang telingaku. SuaraEdward terdengar semakin jauh.Edward tersenyum lembut. "Jangan khawatir.Kau manusia—ingatanmu tak lebih dari sekadarsaringan. Waktu akan menyembuhkan semua lukabagi jenismu.""Kalau ingatanmu?" tanyaku. Kedengarannyaseperti ada yang menyumbat tenggorokanku,

http://ac-zzz.blogspot.com/

seolah-olah aku tersedak.

"Well—“ Edward ragu-ragu selama satu detikyang singkat—"aku tidak akan lupa. Tapi jenisku...kami sangat mudah dialihkan perhatiannya." Iatersenyum, senyumnya tenang dan tidakmenyentuh matanya.Edward mundur selangkah menjauhiku. "Akusudah mengatakan semuanya, kurasa. Kami tidakakan mengganggumu lagi."Kata "kami" yang ia ucapkan menggugahperhatianku. Itu membuatku terkejut; kusangkaaku sudah tak bisa menyadari apa pun lagi."Alice tidak akan kembali," aku tersadar. Entahbagaimana Edward bisa mendengarku—mulutkutidak mengeluarkan suara—tapi sepertinya iamengerti.Ia menggeleng pelan, matanya tak pernah lepasdari wajahku.“Tidak. Mereka semua sudah pergi. Aku tetaptinggal untuk berpamitan denganmu.""Alice sudah pergi?" Suaraku hampa oleh rasatak percaya."Sebenarnya dia ingin berpamitan, tapi akumeyakinkan dia, perpisahan seketika justru lebihbaik bagimu."Kepalaku pusing; sulit rasanya berkonsentrasi.Kata-kata Edward berputar-putar dalam pikiranku,dan aku seperti mendengar dokter di rumah sakitdi Phoenix, musim semi lalu, saat menunjukkanhasil foto rontgen padaku. Kelihatan kan kalaupatahnya tiba-tiba, jarinya menelusuri foto

tulangku yang patah. Itu bagus. Dengan begitubisa sembuh lebih mudah, lebih cepat.Aku berusaha bernapas normal. Aku perluberkonsentrasi, mencari jalan keluar dari mimpiburuk ini."Selamat tinggal, Bella," kata Edward, suaranya

http://ac-zzz.blogspot.com/

tetap tenang dan damai."Tunggu!" aku tersedak oleh kata itu,menggapainya, memerintahkan kakiku yang terasaberat untuk membawaku maju.Kusangka Edward juga mengulurkan tanganuntuk menggapaiku. Tapi tangannya yang dinginmencengkeram pergelangan tanganku danmerapatkannya ke sisi kiri dan kanan tubuhku. Iamembungkuk, dan menempelkan bibirnya sekilaske dahiku, sangat sebentar. Mataku terpejam."Jaga dirimu baik-baik," desahnya, rasa dinginmenerpa kulitku.Terasa tiupan angin sekilas yang tidak wajar.Mataku terbuka. Daun-daun pohon maple bergetaroleh embusan angin pelan yang menandaikepergiannya.Ia sudah pergi.Dengan kaki gemetar, mengabaikan fakta bahwatindakanku itu tak ada gunanya, aku berjalanmengikutinya memasuki hutan. Buktikepergiannya langsung lenyap. Tak ada jejak kaki,daun-daun diam kembali, tapi aku terus berjalantanpa berpikir. Aku tak sanggup melakukan hal

lain. Aku harus terus bergerak. Kalau aku berhentimencarinya, semua berakhir.Cinta, hidup, makna... berakhir.Aku berjalan dan berjalan. Waktu tak adaartinya lagi bagiku sementara aku berjalan pelanmenembus semak belukar. Berjam-jam telahberlalu, tapi rasanya baru beberapa detik. Mungkinwaktu terasa membeku karena hutan tampaksama tak pedulinya betapapun jauhnya akumelangkah. Aku mulai khawatir aku hanyaberputar-putar dalam lingkaran, lingkaran yangsangat kecil, tapi aku terus berjalan. Sering kaliaku tersandung, dan, setelah hari makin gelap,aku juga sering terjatuh.Akhirnya aku tersandung sesuatu—karena

http://ac-zzz.blogspot.com/

sekarang sudah gelap gulita, aku tak tahu bendaapa yang membuatku tersandung—dan tak bisabangkit lagi. Aku berguling ke samping, supayabisa bernapas, dan bergelung di rerumputan yangbasah.Sementara aku berbaring di sana, aku merasawaktu terus berjalan tanpa aku menyadarinya. Akutak ingat berapa lama waktu telah berlalusemenjak malam turun. Apakah di sini selalusegelap ini di malam hari? Padahal seharusnya adasedikit cahaya bulan yang menerobos gumpalanawan, bersinar menembus kanopi pepohonan, danmenerpa tanah.Tapi malam ini tidak. Malam ini langit hitampekat. Mungkin tak ada bulan malam ini—mungkin ada gerhana bulan, bulan baru.

Bulan baru. Aku gemetaran, meski tidakkedinginan.Hitam pekat untuk waktu yang sangat lamasebelum aku mendengar mereka memanggilmanggil.Seseorang meneriakkan namaku. Sayup-sayupdan teredam tetumbuhan basah yangmengelilingiku, tapi itu jelas namaku. Aku tidakmengenali suara itu. Terpikir olehku untukmenjawab, tapi aku linglung, dan butuh waktulama untuk menyimpulkan aku sebaiknyamenjawab. Saat itu. teriakan itu sudah berhenti.Beberapa saat kemudian hujanmembangunkanku. Kurasa aku tidak benar-benartertidur; aku hanya terhanyut dalam kondisi taksadar dan tak bisa berpikir, bertahan dengansegenap kekuatan ke perasaan kebas yangmembuatku tak bisa menyadari apa yang tak inginkuketahui.Hujan sedikit membuatku gelisah. Akumenggigil. Kubuka belitan tanganku yangmelingkari lutut untuk menutupi wajah.Saat itulah aku mendengar teriakan itu lagi. Kali

http://ac-zzz.blogspot.com/

ini lebih jauh, dan kadang-kadang terdengarseperti beberapa suara berteriak bersama-sama.Aku mencoba menghela napas dalam-dalam. Akuingat seharusnya aku menyahut, tapi kukiramereka takkan bisa mendengarku. Sanggupkahaku berteriak cukup lantang?Tiba-tiba terdengar suara lain, mengagetkankukarena cukup dekat. Seperti mendengus-dengus,

suara binatang. Kedengarannya binatang besar.Dalam hati aku bertanya-tanya apakah seharusnyaaku merasa takut. Aku tidak takut—cuma matirasa. Itu bukan masalah. Dengusan itu pergi.Hujan terus turun, dan bisa kurasakan airmenggenang di pipiku. Saat sedang berusahamengumpulkan kekuatan untuk memalingkankepala, kulihat seberkas cahaya.Awalnya hanya kilau samar yang memantul disemak-semak di kejauhan. Cahaya itu semakinlama semakin terang, menyinari bidang besar,tidak seperti lampu senter yang menyorot lurus.Cahaya itu menembus semak terdekat, danternyata cahaya itu berasal dari lentera propane,tapi hanya itu yang bisa kulihat—kecemerlangannya sesaat membutakanku."Bella."Suara itu berat dan tidak kukenal, tapi bernadamengenali. Ia tidak memanggil namaku untukmencari, tapi memberi tahu bahwa aku sudahditemukan.Aku menengadah—tinggi sekali rasanya—keseraut wajah gelap yang kini bisa kulihatmenjulang tinggi di atasku. Samar-samar akusadar orang asing itu mungkin hanya terlihatsangat tinggi karena kepalaku masih tergeletak ditanah."Kau dilukai?"Aku tahu kata-kata itu berarti sesuatu, tapi akuhanya bisa memandanginya, bingung. Apa artinya

http://ac-zzz.blogspot.com/

pengertian pada saat seperti ini?

"Bella, namaku Sam Uley."Namanya sama sekali asing."Charlie menyuruhku mencarimu."Charlie? Nama itu menggugahku, dan akuberusaha lebih menyimak perkataannya. Charlieberarti sesuatu, kalaupun yang lain tidak.Lelaki jangkung itu mengulurkan tangan.Kutatap tangan itu, tak yakin harus melakukanapa.Mata hitamnya menilaiku sedetik, kemudian iamengangkat bahu. Dengan gerakan cepat danluwes, ia mengangkatku dari tanah danmembopongku.Aku terkulai dalam gendongannya, lemas,sementara lelaki itu berjalan melompat-lompatdengan tangkas menembus hutan yang basah.Sebagian diriku tahu seharusnya ini membuatkumarah—dibopong orang asing. Tapi aku sudah takpunya tenaga lagi untuk marah.Rasanya sebentar saja sudah tampak lampulampudan dengungan berat suara kaum lelaki.Sam Uley memperlambat langkah saat mendekatikerumunan."Aku menemukannya!" serunya, suaranyamenggelegar.Dengungan itu terhenti, dan mulai lagi sejuruskemudian dengan lebih keras. Wajah-wajahberputar membingungkan di atas kepalaku. Hanyasuara Sam yang masuk akal di tengah kekacauan

itu, mungkin karena telingaku menempel didadanya."Tidak, kurasa dia tidak cedera," katanya padaseseorang. "Dia hanya terus-menerus berkata 'Diasudah pergi’."Apakah aku mengatakannya dengan suarakeras? Kugigit bibirku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Bella, Sayang, kau baik-baik saja?"Itu suara yang pasti akan kukenali di manapun—bahkan saat suaranya sarat oleh perasaankhawatir seperti sekarang ini."Charlie?" Suaraku terdengar asing dan kecil."Aku di sini, Sayang"Aku merasa tubuhku dipindahkan, dan sejuruskemudian, aku bisa mencium bau khas jaketsheriff ayahku yang terbuat dari kulit. Charlieterhuyung-huyung menggendongku."Mungkin sebaiknya aku saja yangmembopongnya," Sam Uley menyarankan."Tidak perlu," jawab Charlie, agak terengah.Ia berjalan pelan-pelan, tersaruk-saruk. Kalausaja aku bisa mengatakan padanya untukmenurunkanku dan membiarkan aku berjalansendiri, tapi tak ada suara yang keluar darikerongkonganku.Di mana-mana ada lampu, dipegangsegerombolan orang yang berjalan bersamanya.Rasanya seperti pawai. Atau prosesi pemakaman.Aku memejamkan mata.

"Kita sudah hampir sampai di rumah, Sayang,”sesekali Charlie bergumam.Kubuka mataku lagi waktu kudengar kuncipintu diputar.Kami di teras rumah, dan lelaki gelap jangkungbernama Sam memegang pintu untuk Charlie.sebelah tangan terulur ke arah kami, seolahbersiap-siap menangkapku bila lengan Charlie takkuat lagi membopongku.Tapi Charlie berhasil menggendongku melewatipintu dan membaringkanku di sofa ruang duduk."Dad, aku basah kuyup," sergahku lemah."Tidak apa-apa." Suaranya serak. Kemudian iaberbicara pada seseorang. "Selimut-selimut ada didalam lemari di puncak tangga.""Bella?'' tanya sebuah suara baru. Aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

memandangi lelaki berambut kelabu yangmembungkuk di atasku, dan baru mengenalinyasetelah beberapa detik yang berlalu teramatlamban."Dr. Gerandy?" gumamku."Benar, Sayang" jawab lelaki itu. "Kau terluka,Bella?"Butuh semenit untuk benar-benarmemikirkannya. Aku bingung karena teringatpertanyaan sama yang diajukan Sam Uley di hutantadi. Hanya saja Sam menanyakannya secaraberbeda: Kau dilukai? tanyanya tadi. Perbedaannyajelas sekali sekarang.

Dr. Gerandy menunggu. Sebelah alisnya yangberuban terangkat, dan kerutan di dahinyasemakin dalam.“Aku tidak apa-apa," dustaku. Kata-kata itucukup benar untuk menjawab pertanyaannya.Tangannya yang hangat menyentuh dahiku, danjari-jarinya menekan bagian dalam pergelangantanganku. Kulihat bibirnya bergerak-gerak saat iamenghitung, matanya tertuju pada jam tangan."Apa yang terjadi padamu?" tanyanya, nadanyabiasa-biasa saja.Aku membeku dalam genggaman tangannya,kurasakan perasaan panik di pangkaltenggorokanku."Kau tersesat di hutan?" desak si dokter. Akumenyadari beberapa orang ikut mendengarkan.Tiga lelaki jangkung berwajah gelap—dari La Push,reservasi Indian Quileute di sepanjang garis pantai,kalau tidak salah—Sam Uley salah satunya, berdiriberimpitan memandangiku. Mr. Newton ada disana bersama Mike dan Mr. Weber, ayah Angela;mereka memandangiku, tidak terang-teranganseperti orang-orang asing itu. Suara-suara beratlain berdengung dari arah dapur dan di luar pintudepan. Setengah isi kota pastilah mencariku tadi.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Charlie berada paling dekat denganku. Iamencondongkan tubuh untuk mendengarjawabanku."Ya," bisikku. "Aku tersesat."

Dokter mengangguk, berpikir, jari-jarinyadengan lembut memeriksa kelenjar di bawahdaguku. Wajah Charlie mengeras."Kau lelah?" dr. Gerandy bertanya.Aku mengangguk dan memejam dengan patuh."Menurutku tak ada yang mengkhawatirkan,"kudengar dokter itu bicara pelan pada Charliebeberapa saat kemudian. "Hanya kelelahan.Biarkan dia tidur untuk memulihkan kekuatan.Besok aku datang untuk mengecek keadaannya."Dokter terdiam sebentar. Ia pasti melihat jamtangannya karena lalu menambahkan, "Well, hariini maksudku."Terdengar suara berderit saat mereka samasamabangkit dari sofa."Apakah benar?" bisik Charlie. Suara-suaramereka terdengar lebih jauh sekarang. "Merekasudah pergi?""Dr. Cullen meminta kami untuk tidakmengatakan apa-apa," dr. Gerandy menjawab."Tawaran itu datang sangat tiba-tiba; mereka harussegera memilih. Carlisle tidak ingin kepindahannya diributkan."Pemberitahuan singkat kan tak ada salahnya,"gerutu Charlie.Suara dr. Gerandy terdengar tidak enak waktu iamenimpali. "Ya, Well, dalam situasi ini, adabaiknya bila memberi peringatan.”Aku tidak mau mendengar lagi. Aku merabaraba,mencari pinggiran selimut yang dihamparkan

seseorang di atas tubuhku, lalu menariknya hinggamenutupi telinga.Kesadaranku hilang-timbul. Aku mendengar

http://ac-zzz.blogspot.com/

Charlie mengucapkan terima kasih dengan suaraberbisik pada para sukarelawan saat satu demisatu mereka pulang. Aku merasakan jemarinyamembelai dahiku, disusul kemudian dengandihamparkannya selimut lain. Telepon berderingbeberapa kali, dan ia bergegas menjawabnyasebelum bunyi deringan membangunkanku. Iamenjawab kekhawatiran para penelepon dengansuara pelan."Yeah, kami sudah menemukannya. Dia tidakapa-apa. Tersesat. Sekarang dia baik-baik saja,"begitu kata Charlie berkali-kali.Aku mendengar per-per kursi berderit saat iaduduk di sana untuk menjagaku.Beberapa menit kemudian telepon kembaliberdering.Charlie mengerang saat bangkit dari kursinyadengan susah payah, kemudian menghambur,tersaruk-saruk, menuju dapur. Kubenamkankepalaku lebih dalam ke bawah selimut, tak inginmendengarkan pembicaraan yang sama lagi."Yeah," jawab Charlie, menguap.Suaranya berubah, terdengar jauh lebihwaspada saat ia bicara lagi. "Di mana?" Sejenak iaterdiam. "Kau yakin itu di luar reservasi?" Terdiamlagi. "Tapi apa yang bisa terbakar di sana?"Suaranya terdengar waswas bercampur bingung."Dengar, aku akan ke sana dan mengeceknya."

Aku mendengarkan, semakin tertarik, sementaraCharlie menekan serangkaian nomor di telepon."Hei, Billy, ini Charlie—maaf menelepon sediniini... tidak, dia baik-baik saja. Sekarang dia tidur...Trims, tapi bukan itu alasanku menelepon. Akubaru saja ditelepon Mrs. Stanley, dan katanya darijendela tingkat dua rumahnya, dia bisa melihat apiberkobar di tebing-tebing laut, tapi aku tidakbenar-benar... Oh!" Mendadak suaranya berubah—nadanya terdengar jengkel... atau marah. "Dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengapa mereka berbuat begitu? He eh.Benarkah?" Charlie mengucapkannya dengan nadasarkastis. "Well, jangan meminta maaf padaku.Yeah, yeah. Pastikan apinya tidak menjalar kemana-mana... Aku tahu, aku tahu, aku hanyaheran mereka bisa menyalakannya di cuaca sepertiini."Charlie ragu-ragu sejenak, lalu dengan engganmenambahkan, "Terima kasih sudah mengirimSam dan anak-anak lain ke sini. Kau benar—mereka memang lebih mengenal kondisi hutandaripada kami. Sam-lah yang menemukannya, jadiaku berutang budi padamu... Yeah, kita bicara laginanti," Charlie menyanggupi, nadanya masihmasam, sebelum menutup telepon.Charlie menggerutu, kata-katanya tidak jelas, iaberjalan tersaruk-saruk kembali ke ruang duduk."Ada apa?" tanyaku.Charlie bergegas menghampiriku. “Maafmembuatmu terbangun. Sayang"“Ada yang terbakar, ya?"

“Tidak ada apa-apa," Charlie meyakinkan aku."Hanya api unggun di tebing-tebing sana."“Api unggun?” tanyaku. Suaraku tidak terdengaringin tahu. Nadanya mati.Charlie mengerutkan kening. "Beberapa anakdari reservasi berulah aneh-aneh.” ia menjelaskan."Mengapa?" tanyaku muram.Kentara sekali Charlie tidak ingin menjawab. Iamenunduk memandangi lantai di bawah lututnya."Mereka merayakan kabar itu." Nadanya getir.Hanya ada satu kabar yang terpikir olehku,meski aku berusaha untuk tidak memikirkannya.Kemudian potongan-potongan informasi itu mulaimenyatu. "Karena keluarga Cullen pergi," bisikku."Mereka tidak suka ada keluarga Cullen di LaPush—aku sudah lupa soal itu."Suku Quileute percaya takhayul tentang "yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

berdarah dingin" peminum darah yang merupakanmusuh suku mereka, sama halnya dengan legendamereka tentang air bah dan leluhur berwujudwerewolf. Hanya cerita, cerita rakyat, bagi sebagianbesar mereka. Tapi ada segelintir yang percaya.Teman baik Charlie, Billy Black, termasuk yangpercaya, walaupun Jacob, putranya,menganggapnya tolol karena percaya padatakhayul. Billy pernah mengingatkanku agarmenjauhi keluarga Cullen...Nama itu menggerakkan sesuatu dalam diriku,sesuatu yang mulai mencakar-cakar, berusahamuncul ke permukaan, sesuatu yang aku tahutidak ingin kuhadapi.

"Konyol," gerutu CharlieSesaat kami hanya duduk berdiam diri. Langittak lagi gelap di luar jendela. Di suatu tempat dibalik hujan, matahari mulai terbit."Bella?" Charlie bertanya.Kupandangi ia dengan gelisah."Dia meninggalkanmu sendirian di hutan?”tanya Charlie.Aku berkelit dari pertanyaannya. "BagaimanaDad tahu ke mana harus mencariku?" Pikirankumengelak dari kesadaran yang mau tak mau mulaidatang, datang dengan cepat sekarang."Pesanmu,” jawab Charlie, terkejut. Ia merogohsaku belakang jinsnya dan mengeluarkan kertaskumal. Kertas itu kotor dan basah, dengan bekaslipatan silang-menyilang yang menandakan kertasitu sudah dibuka dan dilipat lagi berulang kali.Charlie membukanya lagi, mengangkatnya sebagaibukti. Tulisan cakar ayam di sana sangat miriptulisanku sendiri.Pergi jalan-jalan dengan Edward, menyusuri jalansetapak, begitu bunyi tulisannya. Sebentar lagipulang, B."Waktu kau tidak pulang-pulang, aku menelepon

http://ac-zzz.blogspot.com/

ke rumah keluarga Cullen, tapi tak ada yangmengangkat," cerita Charlie pelan. "Lalu akumenelepon rumah sakit, dan dr. Gerandy memberitahu Carlisle sudah pindah.""Mereka pindah ke mana?" gumamku.

Charlie menatapku. "Edward tidak memberitahu?"Aku menggeleng, hatiku ciut. Mendengarnamanya disebut seakan melepaskan sesuatu yangsejak tadi mencakari hatiku—rasa sakit yangmembuatku tak bisa bernapas, terperangah olehkekuatannya yang luar biasa.Charlie memandangiku dengan sikap ragu saatmenjawab. “Carlisle menerima pekerjaan di rumahsakit besar di Los Angeles. Kurasa gajinya pastisangat besar."LA kota yang panas terik. Mustahil merekabenar-benar pindah ke sana. Aku teringat mimpiburukku dengan cermin itu... cahaya matahariberpendar-pendar dari kulitnya—Kepedihan mengoyak hariku saat aku teringatwajahnya."Aku ingin tahu apakah Edwardmeninggalkanmu sendirian di tengah hutan sana,"desak Charlie.Mendengar nama Edward membuatku sangattersiksa. Aku menggeleng kalut, putus asa inginlepas dari cengkeraman kepedihan itu. "Akulahyang salah. Dia meninggalkanku di jalan setapak,aku masih bisa melihat rumah ini... tapi akumencoba mengikutinya.”Charlie hendak mengatakan sesuatu; dengansikap kekanak-kanakan aku menutup keduatelingaku. "Aku tidak bisa membicarakan ini, Dad.Aku ingin ke kamarku."

Sebelum ayahku bisa menjawab, aku sudahmenghambur turun dari sofa dan tersaruk-saruk

http://ac-zzz.blogspot.com/

menaiki tangga ke atas.Seseorang datang ke rumah untuk meninggalkanpesan bagi Charlie. pesan yang menuntunnyauntuk menemukanku. Sejak menyadari hal itu,kecurigaan sudah timbul di benakku. Akumenghambur ke kamarku, menutup pintu, danmenguncinya sebelum berlari ke CD player disamping tempat tidurku.Semua masih tampak persis seperti sebelum akumeninggalkannya. Kutekan bagian atas CD player.Kaitannya terlepas, dan tutupnya perlahanmengayun terbuka.Kosong.Album yang diberikan Renee untukku tergeletakdi lantai di samping tempat tidur, persis di tempataku terakhir kali meletakkannya. Kubukasampulnya dengan tangan gemetar.Aku hanya perlu melihat halaman pertama.Sudut-sudut logam kecil di dalamnya tak lagimenjepit foto. Halamannya kosong, yang tertinggalhanya tulisan tanganku sendiri di bagian bawah:Edward Cullen, dapur Charlie, 13 September.Aku berhenti di sana. Sudah kuduga ia akansangat cermat menghapus semua jejaknya.Nantinya akan terasa seolah-olah aku tak pernahada.Aku merasakan lantai kayu halus di bawahlututku, lalu telapak tanganku, kemudian

menempel di kulit pipiku. Aku berharap bakalpingsan tapi sayangnya, ternyata aku tidakkehilangan kesadaran. Gelombang kepedihan yangtadi hanya menerpaku kini menerjang tinggi,menggulung kepalaku menyeretku ke bawah.Aku tak muncul lagi di permukaan.OKTOBER-NOVEMBER-

http://ac-zzz.blogspot.com/

DESEMBER-JANUARI-

4. TERBANGUNWAKTU berlalu. Bahkan saat rasanya mustahil,waktu tetap tenis berjalan. Bahkan di saat setiapdetik pergerakan jarum jam terasa menyakitkan,bagaikan denyut nadi di balik luka memar. Waktuseakan berlalu di jalan yang tidak rata, bergejolakdan diseret-seret, namun terus berjalan. Bahkanbagiku.-KEPALAN Charlie meninju meja. "Baiklah, Bella!Aku akan mengirimmu pulang."

Aku mendongak dari serealku, yang sejak tadihanya kupandangi tanpa kumakan, dan menatapCharlie dengan shock. Aku tidak menyimakpembicaraan—sebenarnya, aku malah tidak sadarkami sedang berbicara—jadi aku tidak mengertimaksud perkataannya."Aku kan sudah di rumah," gumamku, bingung."Aku akan mengirimmu ke Renee, keJacksonville," Charlie menjelaskan maksudnya.Charlie memandang putus asa saat aku lambatlaun mencerna maksudnya."Apa salahku?" Kurasakan wajahku mengernyit.Benar-benar tidak adil. Kelakuanku selama empatbulan terakhir ini benar-benar tak bercela. Setelahminggu pertama itu, yang tak pernah kami ungkitungkitlagi, aku tak pernah bolos sekolah ataukerja satu hari pun. Nilai-nilaiku sempurna. Akutak pernah melanggar jam malam—aku toh takpernah ke mana-mana sehingga harus melanggarjam malam. Aku juga sangat jarangmenghidangkan masakan sisa untuk makanmalam. Charlie merengut.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau tidak melakukan apa-apa. Justru itulahmasalahnya. Kau tidak pernah melakukan apaapa."“Dad mau aku bikin ulah?" Aku keheranan,alisku bertaut saking bingungnya. Aku berusahakeras memerhatikan. Itu tidak mudah. Aku sudahsangat terbiasa mengabaikan semuanya sehinggaseperanya telingaku berhenti berfungsi.

"Bikin ulah lebih baik daripada... daripadabermuram durja setiap saat seperti ini!”Perkataannya sedikit menyinggung perasaanku.Padahal aku sudah berhati-hati untukmenghindari segala bentuk kesedihan, termasukbermuram durja."Aku tidak bermuram durja kok.""Itu bukan kata yang tepat," Charliemenyimpulkan dengan enggan. "Bermuram durjamasih lebih baik—itu berarti melakukan sesuatu.Kau sekarang... tanpa kehidupan, Bella. Kurasaitulah istilah yang paling tepat."Tuduhan itu tepat mengenai sasaran. Akumenghela napas dan berusaha memperdengarkannada ceria.“Maafkan aku, Dad." Permintaan maafkuterdengar agak datar, bahkan di telingaku sendiri.Kusangka selama ini aku berhasil menipunya.Menjaga agar Charlie tidak menderita adalahtujuan utama semua upayaku. Sungguhmenyebalkan semua upayaku itu sia-sia belaka.“Aku tidak ingin kau meminta maaf."Aku mendesah. “Kalau begitu, katakan apa yangDad ingin kulakukan."“Bella,” Charlie ragu-ragu, dengan cermatmenelaah reaksiku terhadap kata-katanyaselanjutnya. "Sayang kau bukan orang pertamayang mengalami hal semacam ini, tahu.""Aku tahu." Cengiran yang menyertai katakatakutadi lemah dan tak meyakinkan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Dengar, Sayang. Menurutku mungkin—mungkin kau butuh bantuan.""Bantuan?"Charlie diam sejenak, kembali mencari kata-katayang tepat. "Ketika ibumu pergi," ia memulai,keningnya berkerut, "dan membawamubersamanya." Charlie menghela napas dalamdalam."Well, itu masa-masa yang sangat beratbagiku.""Aku tahu, Dad," gumamku."Tapi aku bisa mengatasinya," tegas Charlie."Sayang kau tidak mengatasinya. Aku menunggu,aku berharap keadaan jadi lebih baik" Iamemandangiku dan aku buru-buru menunduk."Kurasa kita sama-sama tahu keadaan ternyatabelum membaik juga.""Aku baik-baik saja kok."Charlie tak menggubris sergahanku. "Mungkin,Well, mungkin kalau kau bicara dengan orang laintentang masalah ini. Seorang profesional.""Dad mau aku berkonsultasi ke psikiater?"suaraku terdengar sedikit lebih tajam saatmenyadari maksudnya."Mungkin itu bisa membantu.""Dan mungkin itu sama sekali takkanmembantu.”Aku tidak begitu paham soal psikoanalisis, tapiaku sangat yakin itu tidak bakal efektif kecualisubjeknya relatif jujur. Tentu, aku bisa

mengatakan hal sebenarnya—kalau aku inginmenghabiskan sisa hidupku di sel untuk orang gilayang dindingnya dilapisi busa pengaman.Charlie mengaman ekspresiku yang keraskepala, dan beralih menggunakan senjata lain."Ini di luar kemampuanku, Bella. Mungkinibumu-""Dengar," sergahku datar. "Aku akan keluarmalam ini, kalau memang itu yang Dad inginkan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku akan menelepon Jess atau Angela.""Bukan itu yang kuinginkan," bantah Charlie,frustrasi. "Rasanya aku tak sanggup melihatmuberusaha lebih keras lagi. Belum pernah akumelihat orang berusaha sekeras itu. Sedih harikumelihatnya."Aku pura-pura bodoh, menunduk memandangimeja. "Aku tidak mengerti, Dad. Pertama Dadmarah karena aku tidak melakukan apa-apa,kemudian Dad bilang tidak ingin aku keluar.""Aku ingin kau bahagia—tidak, bahkan tidakperlu sedrastis itu. Aku hanya ingin kau tidakmerana lagi. Menurutku kesempatanmu untukpulih akan lebih besar kalau kau pergi dari Forks,"Mataku berkilat oleh percikan emosi pertamayang sudah sekian lama kupendam dalam hati."Aku tidak mau pindah," tolakku."Kenapa tidak?" tuntut Charlie."Sekarang semester terakhirku di sekolah—pindah hanya akan mengacaukan semuanya."

“Kau kan pintar—kau pasti bisa mengejarpelajaran.""Aku tidak mau mengganggu Mom dan Phil."“Ibumu sudah lama ingin kau tinggalbersamanya lagi."“Florida terlalu panas."Kepalan tangan Charlie kembali menghantammeja. "Kita sama-sama tahu apa yang sebenarnyaterjadi di sini, Bella, dan itu tidak baik untukmu.”Ia menghela napas dalam-dalam. "Ini sudah berlalubeberapa bulan. Tidak ada telepon, tidak ada surat,tidak ada kontak. Kau tidak bisa terus-terusanmenunggunya."Kutatap Charlie dengan garang. Kemarahan itunyaris, meski tidak sampai, mencapai wajahku.Sudah lama sekali wajahku tak pernah lagimembara oleh emosi apa pun.Topik ini benar-benar terlarang, seperti yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

disadari benar oleh Charlie."Aku tidak menunggu apa-apa. Aku tidakmengharapkan apa-apa," bantahku dengan nadamonoton yang rendah."Bella—" Charlie memulai, suaranya berat."Aku harus berangkat sekolah," selaku, berdiridan merenggut sarapanku yang belum disentuhdari meja. Kujatuhkan mangkukku di bak cucitanpa merasa perlu mencucinya dulu. Aku taksanggup meneruskan pembicaraan lagi.

"Aku akan menyusun rencana dengan Jessica,"seruku dari balik bahu sambil menyandang tassekolah, tanpa menatap mata Charlie. "Mungkinaku tidak makan malam di rumah. Kami akanpergi ke Port Angeles dan nonton film."Aku sudah keluar dari pintu sebelum Charliebereaksi.Karena begitu terburu-buru ingin secepatnyamenyingkir dari hadapan Charlie, aku termasukorang pertama yang sampai di sekolah.Keuntungannya adalah, aku mendapat tempatparkir yang bagus sekali. Tapi sayangnya aku jadipunya banyak waktu kosong, padahal selama inisedapat mungkin aku berusaha menghindariwaktu kosong.Dengan cepat, sebelum sempat memikirkantuduhan-tuduhan Charlie tadi, aku mengeluarkanbuku Kalkulus-ku. Kubuka di bagian yang akanmulai kami pelajari hari ini dan berusahamemahaminya sendiri. Membaca matematikabahkan jauh lebih sulit daripadamendengarkannya, tapi aku semakinmenguasainya. Beberapa bulan terakhir ini, akumenghabiskan waktu sepuluh kali lebih banyakuntuk mempelajari Kalkulus daripada yang pernahkuhabiskan untuk pelajaran Matematika sebelumini. Hasilnya, nilaiku rata-rata selalu A. Aku tahuMr. Varner merasa perbaikan nilai-nilaiku berkat

http://ac-zzz.blogspot.com/

metode mengajarnya yang superior. Dan kalau itumembuatnya bahagia, aku tidak inginmenghancurkan fantasinya.

Kupaksa diriku untuk terus belajar sampailapangan parkir penuh, dan akhirnya aku malahharus bergegas menuju kelas Bahasa Inggris. Kamisedang membahas tentang Animal Farm, topik yangcukup mudah. Bagiku komunisme bukan masalah;selingan segar di sela-sela kisah cintamembosankan yang mengisi sebagian besarkurikulum. Aku duduk di kursiku, senang karenabisa mengalihkan perhatian ke topik yangdiajarkan Mr. Berty.Waktu berlalu tanpa terasa bila aku di sekolah.Sebentar saja lonceng sudah berbunyi. Aku mulaimemasukkan buku-bukuku ke tas."Bella?'Aku mengenali suara Mike, dan sudah tahu apayang akan ia katakan sebelum iamengucapkannya."Besok kau kerja?"Aku mendongak. Ia bersandar di seberang gangdengan ekspresi cemas. Setiap Jumat ia selalumenanyakan hal yang sama. Tak peduli aku tidakpernah cuti sakit sehari pun. Well, dengan satupengecualian, beberapa bulan silam. Tapi ia takpunya alasan memandangiku dengan sikapprihatin seperti itu. Aku kan karyawan teladan."Besok Sabtu, kan?" aku balas bertanya. SetelahCharlie mengungkitnya, barulah aku sadar betapahampa kedengarannya suaraku."Ya, benar," sahut Mike. "Sampai ketemu dikelas Bahasa Spanyol," Ia melambai satu kali

sebelum berbalik memunggungiku. Ia tak pernahlagi mengantarku ke kelas.Aku tersaruk-saruk menuju kelas Kalkulusdengan ekspresi muram. Di kelas ini aku duduk di

http://ac-zzz.blogspot.com/

sebelah Jessica.Sudah berminggu-minggu, bahkan mungkinberbulan-bulan, Jess tak pernah lagi menyapakubila aku berpapasan dengannya di koridor. Akutahu aku membuatnya tersinggung dengansikapku yang antisosial, dan ia ngambek. Tidakbakal mudah mengajaknya bicara sekarang—apalagi meminta bantuannya. Akumempertimbangkan semuanya masak-masaksementara berdiri di luar kelas, sengaja berlamalama.Aku tak ingin menghadapi Charlie lagi tanpaadanya interaksi sosial yang bisa dilaporkan. Akutahu aku tak bisa berbohong, walaupun bayanganmenyetir sendirian ke Port Angeles pulang-pergi—memastikan odometerku menampilkan jarak milyang tepat—terasa sangat menggoda. Tapi ibuJessica gemar bergosip, dan cepat atau lambatCharlie pasti akan bertemu dengan Mrs. Stanley dikota. Kalau itu terjadi, tak diragukan lagi ia bakalmengungkit masalah itu. Jadi berbohong jelastidak mungkin.Sambil mendesah, kudorong pintu hinggaterbuka. Mr. Varner melayangkan tatapan galak—ia sudah memulai pelajaran. Aku bergegas kekursiku. Jessica sama sekali tidak mendongakwaktu aku duduk di sebelahnya. Untung saja aku

punya waktu lima puluh menit untuk menyiapkanmental.Kelas ini bahkan berlalu lebih cepat daripadaBahasa Inggris. Sebagian kecil disebabkan olehpersiapan yang kulakukan tadi pagi di mobil—tapisebagian besar berasal dan fakta bahwa waktuselalu berjalan sangat cepat bila aku harusmenghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan.Aku meringis ketika Mr. Varner menyudahipelajaran lima menir lebih cepat. Ia tersenyumseperti orang yang telah berbuat baik.“Jess?" Hidungku mengernyit waktu tubuhku

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengejang, menunggunya menyerangku.Jessica berbalik di kursi untuk menghadapiku,menatapku tak percaya. "Kau bicara padaku,Bella?""Tentu saja," Aku membelalakkan mata, berlagaklugu."Apa? Kau butuh bantuan dengan Kalkulus?"Nadanya sinis."Tidak." Aku menggeleng. "Sebenarnya, aku ingintahu apakah kau mau... nonton film bersamakunanti malam? Aku benar-benar membutuhkanmalam khusus cewek." Kata-kata itu terdengarkaku, seperti dialog yang diucapkan asal saja, danJessica tampak curiga."Kenapa kau mengajakku?" tanyanya, sikapnyamasih tidak ramah."Kau orang pertama yang terpikir olehku bilaaku sedang ingin kumpul-kumpul dengan teman

cewek," Aku tersenyum, berharap senyumkuterlihat tulus. Bisa jadi itu benar. Setidaknyadialah orang pertama yang terpikir olehku bila akuingin menghindari Charlie. Berarti kan sama saja.Kesinisan Jessica sedikit berkurang. "Well,entahlah.""Kau ada acara?"“Tidak... kurasa aku bisa saja pergi bersamamu.Kau mau nonton apa?"Aku tidak tahu film apa yang sedang diputarsaat ini," elakku. Aku memeras otak mencaripetunjuk—bukankah baru-baru ini aku mendengarseseorang berbicara tentang film? Melihat poster?"Bagaimana kalau film tentang presiden wanitaitu?"Jessica menatapku ganjil "Bella, film itu kansudah lama sekali tidak diputar lagi.""Oh." Keningku berkerut. "Apakah ada film yangingin kau tonton?”Sifat asli Jessica yang cerewet serta-merta

http://ac-zzz.blogspot.com/

muncul sementara ia berpikir. "Well, ada filmkomedi romantis yang mendapat banyak pujian.Aku ingin menontonnya. Dan ayahku baru sajanonton Dead End dan benar-benar menyukainya."Aku langsung tertarik pada judulnya yangmenjanjikan."Ceritanya tentang apa?""Zombie dan semacamnya. Kata ayahku, itu filmpaling seram yang pernah ditontonnya bertahuntahun."

"Kedengarannya sempurna." Aku lebih sukaberurusan dengan zombie daripada nonton filmcinta-cintaan."Oke." Kelihatannya Jessica terkejut melihatresponsku. Aku berusaha mengingat-ingat apakahdulu aku suka nonton film horor, tapi tidak bisamemastikan. "Bagaimana kalau aku menjemputmusepulang sekolah nanti?" Jessica menawarkan diri.“Tentu.”Jessica menyunggingkan senyum bersahabatyang masih terlihat sedikit ragu sebelum beranjakpergi. Aku agak terlambat membalas senyumnya,tapi kupikir ia masih sempat melihatnya.Sisa hari itu lewat dengan cepat, pikirankuterfokus pada acara malam ini. Dari pengalamansebelumnya aku tahu, begitu berhasil membuatJessica ngobrol. aku hanya perlu bergumam pelandi saat yang tepat sebagai balasan. Hanyadiperlukan interaksi minimal.Kabut tebal yang mengaburkan hari-hariku kiniterkadang membingungkan. Aku terkejut saatmendapati diriku sudah di kamar, tidak begitumengingat perjalanan pulang ke rumah dansekolah atau bahkan membuka pintu depan. Tapiitu bukan masalah. Aku justru bersyukur bilawaktu berjalan tanpa terasa.Aku tidak melawan kabut yang menyelubungipikiranku saat berpaling menghadap lemari. Adatempat-tempat tertentu di mana perasaan kebas

http://ac-zzz.blogspot.com/

itu lebih dibutuhkan. Aku nyaris tidakmemerhatikan apa-apa saat menggeser pintu

lemari, menyingkapkan tumpukan sampah di sisikiri, tersuruk di bawah baju-baju yang tak pernahkupakai.Mataku tidak melirik kantong plastik hitambesar berisi hadiah-hadiah ulang tahun terakhirku,tidak melihat bentuk stereo yang menonjol di balikplastik hitam; aku juga tidak berpikir tentang jarijarikuyang berdarah setelah aku merenggutkanbenda itu secara paksa dari dasbor.Kusentakkan tas lama yang jarang kupakai darigantungannya, lalu kudorong pintu lemari hinggatertutup.Saat itulah aku mendengar suara klakson.Cepat-cepat kukeluarkan dompetku dari tassekolah dan kumasukkan ke tas. Aku bergegas,seolah-olah dengan bergegas aku bisa membuatmalam ini berlalu lebih cepat.Kulirik diriku di cermin ruang depan sebelummembuka pintu, hati-hati mengatur ekspresikudengan menyunggingkan senyum dan berusahamempertahankannya.“Terima kasih sudah mau pergi denganku malamini," kataku pada Jess sambil naik ke kursipenumpang, berusaha memperdengarkan nadaberterima kasih. Sudah cukup lama aku takpernah lagi memikirkan apa yang akan kukatakanpada orang lain selain Charlie. Jess lebih sulit. Akutak yakin harus berpura-pura menunjukkan emosiyang bagaimana.

"Tentu. Omong-omong, mengapa tahu-tahukepingin?" tanya Jess sambil menjalankanmobilnya."Tahu-tahu kepingin apa?""Mengapa kau tiba-tiba memutuskan... untukkeluar?" Kedengarannya ia mengubah

http://ac-zzz.blogspot.com/

pertanyaannya di tengah-tengah.Aku mengangkat bahu. "Sekali-sekali boleh,kan?"Saat itulah aku mengenali lagu yang diputar diradio, lalu cepat-cepat mengulurkan tangan ketombol pemutar. "Keberatan, nggak?" tanyaku."Tidak, silakan saja."Aku memutar-mutar tombol ke beberapa stasiunsampai menemukan satu yang tidak "berbahaya".Kulirik ekspresi Jess saat musik yang barukutemukan itu mengalun mengisi mobil.Mata Jess langsung menyipit. "Sejak kapan kaumendengarkan musik rap?""Entahlah," jawabku. "Sudah lumayan lama.""Kau suka lagu ini?" tanyanya ragu."Jelas."Akan sangat sulit berinteraksi dengan Jessicasecara normal bila aku harus berusaha kerasmengabaikan suara musiknya pula. Maka aku punmengangguk-anggukkan kepala, berharapgerakanku seirama dengan ketukan."Oke..." Jessica memandang ke luar kaca depandengan mata melotot.

"Bagaimana hubunganmu dengan Mikebelakangan ini?" aku buru-buru bertanya.“Kau lebih sering ketemu dia daripada aku."Pertanyaanku tadi tidak membuatnya mulaimengoceh seperti yang kuharapkan bakal terjadi.“Sulit ngobrol di tempat kerja," gumamku, lalumencoba lagi– "Ada cowok lain yang kencandenganmu belakangan ini?""Tidak juga. Kadang-kadang aku kencan denganConner Aku kencan dengan Eric dua minggu lalu."Jessica memutar bola matanya dan aku bisamerasakan adanya cerita yang panjang. Kusambarkesempatan baik itu."Eric Yorkie? Siapa yang mengajak siapa?"Jessica mengerang, semakin bersemangat. "Ya,

http://ac-zzz.blogspot.com/

dia dong tentu saja! Aku tidak tahu bagaimanamenolak ajakannya dengan halus.""Dia mengajakmu ke mana?" desakku, tahu iaakan menerjemahkan semangatku sebagaiketertarikan. "Ceritakan semuanya."Jessica langsung nyerocos, dan aku dudukbersandar di kursiku, merasa lebih nyamansekarang. Aku menyimak ceritanya dengansaksama, sesekali menggumam bersimpati danterkesiap ngeri bila diperlukan. Setelah selesaidengan cerita tentang Eric, ia melanjutkan denganmembandingkannya dengan Conner tanpa perludiminta lagi.Filmnya main lebih awal, jadi Jess mengusulkansupaya kami nonton pertunjukan sore dan sesudah

itu baru makan. Aku senang-senang sajamengikuti semua kemauannya; bagaimanapun,aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan—menghindar dari Charlie.Kubiarkan saja Jess terus mengoceh selamapreview film-film baru, supaya aku bisa lebihmudah mengabaikannya. Tapi aku gugup waktufilmnya dimulai. Sepasang kekasih berjalanmenyusuri tepi pantai, bergandengan tangan danmendiskusikan perasaan mereka dengan ekspresipenuh cinta yang memuakkan dan palsu. Kutahandiriku untuk tidak menutup telinga dan mulaiberdendang. Aku kan tidak berniat nonton filmcinta-cintaan"Katanya film zombie," desisku pada Jessica"Memang film zombie kok.""Lantas, kenapa belum ada orang yangdimakan?" tanyaku putus asa.Jessica memandangiku dengan matamembelalak lebar yang nyaris tampak ngeri. "Akuyakin bagian itu pasti muncul sebentar lagi,”bisiknya."Aku mau beli popcorn dulu. Kau mau juga?"

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tidak, terima kasih."Seseorang di belakang kami ber-"sssttt".Aku sengaja berlama-lama di konter makanan,memandangi jam sambil berdebat dalam hatiberapa persen dari film berdurasi sembilan puluhmenit yang bisa dihabiskan untuk adegan cinta.Kuputuskan sepuluh menit sudah lebih dari

cukup, itu pun aku menyempatkan diri berhentisebentar di depan pintu teater untuk memastikan.Terdengar suara jeritan membahana dari speaker,jadi tahulah aku, bahwa aku sudah cukup lamamenunggu."Kau ketinggalan semuanya," gumam Jess waktuaku menyusup ke kursiku. "Hampir semua orangsudah jadi zombie sekarang.""Antreannya panjang." Kusodorkan popcorn-ku.Ia mengambil segenggam.Sisa film itu dipenuhi adegan serangan zombieserta jeritan tanpa henti segelintir orang yangmasih hidup, jumlah mereka menyusut cepat.Awalnya aku menyangka tak ada adegan yangbakal membuatku terusik. Tapi aku merasagelisah, dan awalnya aku tak tahu kenapa.Baru setelah menjelang akhir cerita, saatmemandangi wajah si zombie yang kurus cekung,terseok-seok menghampiri manusia terakhir yangmenjerit-jerit ketakutan, aku menyadari apamasalahnya. Adegannya berganti-ganti antarawajah ketakutan si tokoh wanita, dengan wajahmati tanpa ekspresi makhluk yang mengejarnya,berganti-ganti, semakin lama makin dekat.Dan sadarlah aku sosok mana yang palingmenyerupai aku.Aku berdiri."Mau ke mana kau? Kira-kira dua menit lagifilmnya habis," desis Jess.

"Aku perlu minum," gumamku sambil lari ke

http://ac-zzz.blogspot.com/

pintu keluar.Aku duduk di bangku di luar pintu teater danberusaha sangat keras untuk tidak memikirkankeironisannya. Tapi memang ironis, kalau dipikirpikir,bahwa, pada akhirnya, justru akulah yangberubah jadi zombie. Sungguh tak terduga samasekali.Bukan berarti aku dulu tak pernah bermimpimenjadi monster mistis—hanya saja itu bukanmayat hidup menyeramkan. Kugelengkan kepalakukuat-kuat untuk mengenyahkan pikiran itu,merasa panik. Aku tak boleh memikirkan apa yangpernah kuimpikan dulu.Sungguh menyedihkan menyadari diriku bukanlagi tokoh utama, bahwa kisahku sudah berakhir.Jessica keluar dari pintu teater, sejenak tampakragu, mungkin bertanya-tanya ke mana harusmulai mencariku. Begitu melihatku ia tampak lega,tapi hanya sesaat. Kemudian ia kelihatan kesal.“Apakah filmnya terlalu seram bagimu?"tanyanya."Yeah," jawabku. "Kurasa aku ini penakut.""Lucu juga." Keningnya berkerut. "Aku tidakmengira kau ketakutan—aku menjerit terus, tapitak pernah mendengarmu menjerit sekali pun. Jadiaku tidak mengerti kenapa kau malah keluar."Aku mengangkat bahu. "Aku cuma ketakutan."Jessica rileks sedikit. "Rasa-rasanya itu tadimemang film paling seram yang pernah kutonton.

Berani taruhan, malam ini kita pasti bakalbermimpi buruk.""Tak diragukan lagi," sahutku, berusahamenjaga suaraku tetap normal. Aku tahu aku pastibakal bermimpi buruk, tapi tidak ada zombiedalam mimpiku. Mata Jessica menatap wajahkusekilas, lalu membuang muka. Mungkin aku takberhasil membuat suaraku terdengar normal."Kau mau makan di mana?" tanya Jess.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Terserah.""Oke."Jess mulai mengoceh tentang aktor utama filmtadi sementara kami berjalan beriringan. Akumengangguk-angguk saat ia mencerocos penuhsemangat, memuji-muji ketampanan si aktor. Akusendiri tak ingat pernah melihat lelaki yang bukanzombie dalam film itu.Aku tidak memerhatikan ke mana Jessicamengajakku. Aku hanya samar-samar menyadaridi luar sudah gelap dan suasananya lebih sepi.Agak lama baru aku tersadar mengapa suasanasepi. Jessica sudah berhenti mengoceh.Kupandangi dia dengan sikap meminta maaf,berharap aku tidak membuatnya tersinggung.Jessica tidak sedang melihat ke arahku.Wajahnya tegang; ia menatap lurus ke depan danberjalan cepat. Kulihat matanya jelalatan ke kanan,ke seberang jalan, lalu melihat ke arah depan lagi,berulang kali.

Saat itulah baru aku memerhatikan keadaansekelilingku.Kami berada di trotoar yang tidak diterangilampu jalan. Toko-toko kecil yang berjajar disepanjang jalan sudah tutup semua, etalaseetalasenyagelap gulita. Setengah blok di depan,lampu-lampu jalan kembali menyala, dan tampakolehku di sana, lengkungan kuning cemerlangMcDonald's yang hendak didatanginya.Di seberang jalan ada saru toko yang masihbuka. Etalasenya diberi penutup di bagian dalamdan tampak reklame-reklame neon menyala, iklanberbagai merek bir, bersinar di depannya. Reklameterbesar berwarna hijau cerah, bertuliskan namabarnya—One-Eyed Pete’s. Dalam hati akubertanya-tanya apakah bar itu mengusung temabajak laut yang tidak terlihat dari luar. Pintubesinya dibiarkan terbuka; bagian dalamnya

http://ac-zzz.blogspot.com/

remang-remang, dan dengungan pelan suara-suarapengunjung dan denting es batu membentur gelasterbawa hingga ke seberang jalan. Tampak empatcowok bersandar di dinding sebelah pintu.Kulirik lagi Jessica. Matanya terpaku pada jalandi depannya dan ia berjalan cepat. Ia tidak tampakketakutan—hanya waswas, berusaha untuk tidakmenarik perhatian.Aku berhenti tanpa berpikir, memandangikeempat cowok itu dengan perasaan deja vu yangsangat kuat. Jalan yang berbeda, malam yangberbeda, tapi adegannya kurang-lebih sama. Salahseorang di antara mereka bahkan pendek danberambut gelap. Saat aku berhenti dan berpaling

ke arah mereka, cowok itu mendongak dengansikap tertarik.Aku balas menatapnya, membeku di trotoar."Bella?" Jess berbisik. "Apa yang kaulakukan?"Aku menggeleng, aku sendiri tidak tahu. "Kurasaaku kenal mereka...," gumamku.Apa yang kulakukan? Seharusnya aku lari darikenangan ini secepat aku bisa, menghalaubayangan empat cowok yang berdiri itu daripikiranku, melindungi diriku dengan perasaankebas yang membuatku bisa berfungsi selama ini.Kenapa aku malah melangkah, dengan linglung, kejalan?Rasanya terlalu kebetulan aku bisa berada diPort Angeles bersama Jessica, bahkan dijalan yanggelap. Mataku tertuju pada si cowok pendek,berusaha mencocokkannya dengan ingatankutentang cowok yang mengancamku malam ituhampir satu tahun yang lalu. Aku penasaranapakah aku bisa mengenali cowok itu, bila itubenar-benar dia. Bagian tertentu dari malamtertentu itu kabur bagiku. Tubuhku lebih bisamengingatnya daripada pikiranku; kakikumengejang saat aku mencoba memutuskan akan

http://ac-zzz.blogspot.com/

lari atau tetap berdiri tegak, tenggorokanku keringsaat aku berusaha menjerit keras-keras, kulitkumenegang di bagian buku-buku jari saat akumengepalkan tinju, bulu kudukku meremang saatsi cowok berambut gelap memanggilku "Manis..."Ada semacam kesan mengancam yangditunjukkan cowok-cowok itu, yang tidak ada

hubungannya dengan peristiwa malam itu. Kesanitu muncul dari fakta bahwa mereka orang asing,bahwa suasana di sini gelap, dan jumlah merekalebih banyak daripada kami—tidak ada yang lebihspesifik daripada itu. Tapi cukup membuat suaraJessica terdengar panik saat ia berserumemanggilku."Bella, ayolah!”Aku tidak menggubrisnya, melangkah pelanpelantanpa pernah memutuskan secara sadaruntuk menggerakkan kakiku. Aku tidak mengertimengapa, tapi ancaman samar yang ditunjukkancowok-cowok itu justru menarikku ke arah mereka.Dorongan hati yang benar-benar tak masuk akal,tapi sudah lama sekali aku tak pernah lagimerasakan dorongan hati apa pun... jadi kuikutisaja.Sesuatu yang asing berdesir dalam pembuluhdarahku. Adrenalin, aku menyadari, yang sudahlama absen dalam diriku, menggenjot denyutnadiku semakin cepat dan berjuang melawanhilangnya sensasi. Aneh—mengapa ada adrenalinkalau aku tidak merasa takut? Rasanya nyarisbagaikan gema masa lalu saat aku berdiri sepertiini, di jalan gelap di Port Angeles, bersama orangorangasing.Aku tidak melihat alasan untuk takut. Aku tidakbisa membayangkan ada yang perlu kutakuti lagidi dunia ini, setidaknya secara fisik. Itu salah satukeuntungan kalau sudah kehilangan segalanya.Aku sudah separo menyeberang ketika Jess

http://ac-zzz.blogspot.com/

menyusul dan menyambar lenganku.

“Bella! Kau tidak boleh masuk ke bar!" desisnya."Aku bukannya mau masuk," jawabku asal,menepis tangannya. "Aku hanya ingin melihatsesuatu...""Kau sinting, ya?" bisiknya. "Kepingin bunuhdiri?"Pertanyaan itu menarik perhatianku, danmataku terfokus padanya."Tidak, aku tidak kepingin bunuh diri" Suarakudefensif, tapi itu benar. Aku tidak bermaksudbunuh diri. Bahkan pada awalnya, saat kematiantak diragukan lagi akan mendatangkan kelegaan,itu tidak pernah terpikir olehku. Aku terlalubanyak berutang budi pada Charlie. Aku merasabertanggung jawab atas Renee. Aku harusmemikirkan mereka.Dan aku sudah berjanji tidak akan melakukanhal yang tolol atau ceroboh. Karena semua alasanitu, aku masih bernapas hingga detik ini.Teringat pada janji itu, aku merasakan secercahperasaan bersalah, tapi apa yang kulakukansekarang tidak tergolong perbuatan tolol danceroboh. Aku kan tidak mengiris pergelangantanganku dengan pisau.Mata Jess membulat, mulutnya ternganga lebar.Pertanyaannya tentang bunuh diri tadi hanyapertanyaan retoris, dan aku terlambatmenyadarinya."Pergi makan sana," bujukku padanya,melambaikan tangan ke restoran cepat saji. Aku

tidak suka caranya menatapku. "Sebentar lagi akumenyusul"Aku berpaling darinya, kembali menatapkeempat cowok yang memandangi kami dengansorot takjub bercampur ingin tahu."Bella, hentikan sekarang juga!"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Otot-ototku langsung mengejang, membekukaku di tempatku berdiri. Karena bukan suaraJessica yang menegurku sekarang. Suara itubernada marah, suara yang sangat kukenal, suarayang indah—lembut bagai beledu bahkan saatsedang gusar.Itu suaranya—aku sangat berhati-hati untuktidak menyebut namanya—dan terkejut karenasuara itu tidak membuatku terjengkang, tidakmembuatku meringkuk di trotoar karena tersiksaoleh perasaan kehilangan. Tidak ada kepedihan,tidak ada sama sekali.Detik itu juga, begitu mendengar suaranya,semuanya jadi sangat jelas. Seakan-akan kepalakumendadak muncul di permukaan kolam berairgelap. Aku jadi lebih menyadari semuanya—pemandangan, suara-suara, hawa dingin yangtidak kusadari berembus tajam menerpa wajahku,aroma yang menyeruak dari pintu bar yangterbuka.Aku memandang berkeliling dengan shock."Kembali ke Jessica," suara indah itumemerintahkan, masih bernada marah. "Kausudah berjanji—tidak akan melakukan perbuatantolol."

Aku sendirian. Jessica berdiri beberapa meterdariku, menatapku dengan sorot ngeri. Bersandardi dinding, orang-orang asing itu menonton denganbingung, mempertanyakan sikapku yang berdirimematung di tengah jalan.Aku menggeleng, berusaha memahami. Aku tahuia tidak ada di sana, namun tetap saja ia terasabegitu dekat, dekat untuk pertama kalinya sejak...sejak yang terakhir itu. Nada marah dalamsuaranya merupakan ungkapan keprihatinanamarah sama yang dulu pernah sangat familier—sesuatu yang sudah lama tak pernah kudengarlagi, sepertinya sudah selamanya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tepati janjimu." Suara itu mulai menghilang,seperti suara radio yang volumenya dikecilkan.Aku mulai curiga jangan-jangan sedangberhalusinasi. Dipicu, tak diragukan lagi, olehkenangan itu—deja vu itu, perasaan familier anehbahwa aku pernah mengalami situasi yang sama.Dengan cepat aku menelaah berbagaikemungkinan dalam pikiranku.Opsi pertama: aku sudah sinting. Itu istilahorang awam bagi mereka yang mendengar suarasuaradalam pikiran mereka.Mungkin.Opsi kedua: Pikiran bawah sadarku memberikuapa yang memang kuinginkan. Ini pemenuhankeinginan—kelegaan sementara dari rasa sakitdengan merangkul pemikiran yang keliru bahwa iapeduli apakah aku hidup atau mati.Memproyeksikan apa yang akan ia katakan

seandainya A) ia ada di sini, dan B) ia takutsesuatu yang buruk bakal terjadi padaku.Kemungkinan.Aku tak bisa melihat opsi ketiga, jadi akuberharap pilihannya adalah yang kedua dan inihanya pikiran bawah sadarku yang tak terkendali,bukannya sesuatu yang mengharuskan akudimasukkan ke rumah sakit jiwa.Namun reaksiku tak bisa dibilang waras—akujustru bersyukur Selama ini aku memang takutkehilangan suaranya, dan dengan demikian, lebihdari yang lain, aku sangat bersyukur pikiranbawah sadarku bisa mengenang suara itu lebihjelas daripada pikiran sadarku.Aku tak boleh memikirkan dia. Itu sesuatu yangselama ini kuhindari. Tentu saja sesekali terpelesetitu wajar; aku hanya manusia biasa. Tapikeadaanku semakin baik, jadi sekarang inikepedihan itu bisa kuhindari selama beberapa hariberturut-turut. Gantinya adalah perasaan kebas

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang tak pernah berakhir. Antara merasa pedihdan tidak merasa apa-apa, aku memilih tidakmerasa apa-apa.Aku menunggu datangnya kepedihan itusekarang. Aku tidak lumpuh—pancaindraku terasaluar biasa intens setelah sekian bulan diliputikabut—tapi kepedihan normal itu tak kunjungdatang. Satu-satunya kesakitan hanya perasaankecewa karena suaranya menghilang.Aku punya waktu sedetik untuk memilih.

Tindakan bijaksana adalah lari dariperkembangan yang kemungkinan besar bakalmenghancurkan—dan jelas tidak stabil secaramental—ini. Sungguh tolol mendorong munculnyahalusinasi.Tapi suaranya semakin menghilang.Aku maju selangkah, mengetes."Bella, kembali," geramnya.Aku mendesah lega. Kemarahan itulah yangingin ku dengar—bukti palsu yang dibuat-buatbahwa ia peduli, anugerah meragukan dari alambawah sadarku.Beberapa derik berlalu sementara aku menyortirpikiranku Orang-orang asing itu memandangiku,ingin tahu. Mungkin yang terlihat di luar adalahaku sedang menimbang-nimbang apakah akanmenghampiri mereka atau tidak. Bagaimanamereka bisa menebak bahwa aku berdiri di sanamenikmati momen ketidakwarasan yang mendadakdatang tanpa diduga?“Hai," sapa salah satu cowok itu, nadanya penuhpercaya diri sekaligus sedikit sarkastis. Kulit danrambutnya terang, dan ia berdiri dengan sikappercaya diri, yakin dirinya tampan. Aku tidak bisamelihat apakah ia tampan atau tidak. Aku diliputiprasangka.Suara di kepalaku menjawab dengan geramanmenakutkan. Aku tersenyum, dan si cowok yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

percaya diri itu sepertinya menanggap ituundangan.

"Ada yang bisa kubantu? Sepertinya kautersesat," Lelaki itu nyengir dan mengedipkanmata.Dengan hati-hati aku melangkahi selokan yangdialiri air yang tampak hitam dalam kegelapan."Tidak. Aku tidak tersesat."Sekarang setelah aku berada lebih dekat—dananehnya mataku bisa terfokus—aku menganalisiscowok pendek berambut gelap tadi. Ternyata samasekali asing. Aku merasakan sensasi kecewa yangmencurigakan bahwa ia ternyata bukan cowokjahat yang berusaha menyakitiku hampir satutahun yang lalu.Suara di kepalaku kini diam.Si cowok pendek menyadari tatapanku. "Bolehaku membelikanmu minuman?" ia menawarkan,gugup, tampaknya tersanjung karena akumemandanginya terus."Aku masih di bawah umur," jawabku otomatis.Cowok itu terperangah—bertanya-tanyamengapa aku mendekati mereka. Aku merasa wajibmenjelaskan."Dari seberang jalan, kau mirip seseorang yangkukenal. Maaf, ternyata aku salah."Ancaman yang menarikku dari seberang jalanmendadak menguap. Mereka bukan cowok-cowokberbahaya yang kuingat. Mungkin mereka orangbaik-baik. Aman. Aku langsungtidak tertarik lagi.

"Tidak apa-apa," si cowok pirang yang percayadiri tadi berkata. "Tinggallah di sini dan ngobroldengan kami.""Trims, tapi aku tak bisa." Jessica ragu-ragu ditengah jalan, matanya membelalak oleh amarahdan perasaan dikhianati."Oh, beberapa menit saja."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku menggeleng, dan berbalik untuk bergabungdengan Jessica."Ayo kita makan," usulku, nyaris tidakmeliriknya. Walaupun aku tampak, saat itu,terbebas dari sikap kosong dan hampa sepertizombie, namun aku tetap menjaga jarak. Pikirankusibuk. Perasaan mati yang aman dan kebas itutidak kembali, dan aku jadi semakin gelisah seiringberjalannya waktu, karena perasaan itu takkunjung datang."Apa sih yang ada dalam pikiranmu tadi?"bentak Jessica. Kau tidak kenal mereka—bisa jadimereka psikopat!"Aku mengangkat bahu, berharap Jessica akanmelupakannya. Aku hanya mengira kenal salahsatu dari mereka."“Kau ini aneh sekali, Bella Swan. Aku merasaseperti tidak mengenal dirimu."“Maaf.” Aku tidak tahu lagi harus bilang apa.Kami berjalan memasuki McDonald's sambilmembisu. Aku berani bertaruh, Jessica pastimenyesal karena tadi kami berjalan kaki ke sini,bukannya naik mobil, supaya bisa memesan lewat

mobil saja. Sekarang ia gelisah dan ingin Segeramengakhiri malam ini, sama seperti yangkurasakan pada awalnya.Beberapa kali aku mencoba mengajaknyamengobrol sambil makan, tapi Jessica menolakbekerja sama. Aku pasti benar-benar telahmembuatnya tersinggung.Waktu kami kembali ke mobilnya, Jessicamengembalikan saluran ke stasiun radio favoritnyadan mengeraskan volume sampai kelewat kerasuntuk bisa ngobrol dengan nyaman.Aku tidak perlu berusaha sekeras biasa untukmengabaikan musiknya. Walaupun pikiranku,sekali itu, tidak kebas dan kosong, tapi banyak hallain yang kupikirkan selain menyimak lirik lagu.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Kutunggu perasaan kebas itu kembali, ataukepedihan itu. Karena kepedihan itu pasti datang.Aku sudah melanggar aturanku sendiri. Alih-alihmenghindar dari kenangan, aku malah maju danmenyapanya. Aku sudah mendengar suaranya,begitu jelas, di kepalaku. Ada harga yang haruskubayar, aku yakin itu. Apalagi kalau aku tidakbisa lagi mendatangkan kabut untuk melindungidiriku. Aku merasa terlalu sadar, dan itumembuatku takut.Tapi kelegaan masih merupakan emosi terkuatdalam diriku—kelegaan yang berasal dari lubukhatiku yang terdalam.Meski berjuang keras untuk tidak memikirkandia, aku tidak berjuang untuk melupakan. Akukhawatir—di larut malam saat kelelahan karena

kurang tidur mematahkan pertahananku—semuaitu berangsur-angsur lenyap. Bahwa pikirankuberlubang-lubang seperti saringan, dan bahwasuatu saat nanti aku tak lagi bisa mengingat warnamatanya dengan tepat, sentuhan kulitnya yangdingin, serta tekstur suaranya. Aku tidak bisamemikirkannya, tapi aku harus mengingatnya.Karena tinggal satu hal yang perlu kuyakini agaraku bisahidup–aku harus tahu dia ada. Itu saja.Yang lain-lain masih bisa kutahan. Pokoknya asaldia ada.Itulah sebabnya aku merasa lebih terperangkapdi Forks daripada sebelumnya, mengapa akubertengkar dengan Charlie waktu ayahkumengusulkan perubahan. Sejujurnya, seharusnyaitu bukan masalah; tidak ada yang akan kembalilagi ke sini.Tapi kalau aku pindah ke Jacksonville, atau ketempat lain yang terang benderang dan tidakfamilier, bagaimana aku bisa yakin ia nyata? Ditempat aku tidak akan pernah bisa membayangkandia, keyakinan itu akan memudar... dan itu tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

bisa kuterima.Terlarang untuk diingat, takut untuk dilupakan;sungguh sulit menjalaninya.Aku terkejut waktu Jessica menghentikanmobilnya di depan rumahku. Perjalanan pulangtidak memakan waktu lama, tapi, meski terasasebentar, aku tidak mengira Jessica bakalmembisu sepanjang jalan.

"Terima kasih sudah mau pergi denganku, Jess,"kataku sambil membuka pintu. "Acara kita tadi...asyik." Aku berharap asyik istilah yang tepat.“Tentu," gumamnya.“Aku minta maaf tentang... kejadian sehabis filmtadi."“Terserahlah, Bella" Jessica memandang luruske kaca depan, tidak memandangku. Sepertinyasemakin malam ia semakin marah, bukan malahmelupakannya.“Sampai ketemu lagi hari Senin?""Yeah. Bye."Aku menyerah dan menutup pintu. Jessicamenderu pergi, masih tak mau melihatku.Aku sudah lupa pada Jessica sesampainya didalam rumah.Charlie menungguku di tengah ruang depan,kedua lengannya terlipat rapi di dada dengantelapak tangan mengepal."Hai, Dad," sapaku acuh tak acuh sambilmerunduk melewati Charlie, berjalan menujutangga. Aku sudah terlalu lama memikirkan dia,dan aku ingin berada di atas sebelum semua itumengejarku."Dari mana saja kau?" tuntut Charlie.Kupandangi ayahku, terkejut. "Aku pergi nontonfilm di Port Angeles bersama Jessica. Seperti yangkubilang tadi pagi.""Hahhh," gerutu ayahku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tidak apa-apa, kan?”Charlie mengamati wajahku, matanya melebarketika melihat sesuatu yang tak terduga. "Yeah,tidak apa-apa. Kau senang?""Tentu," jawabku. "Kami nonton zombiememangsa orang-orang. Bagus sekali."Mata Charlie menyipit."Malam, Dad."Charlie membiarkanku lewat. Aku bergegasmasuk ke kamarku.Aku berbaring di tempat tidur beberapa menitkemudian, menyerah saat kepedihan itu akhirnyamuncul.Hal ini benar-benar melumpuhkan, sensasibahwa sebuah lubang besar menganga di dadaku,merenggut semua organ vitalku dan meninggalkanbekas luka yang masih basah dan berdarah disekelilingnya, yang masih tetap berdenyut nyeridan mengeluarkan darah meski waktu terusberjalan. Secara rasional aku tahu paru-parukupasti masih utuh, namun a megap-megapmenghirup udara dan kepalaku berputar seolaholahsegenap usahaku sia-sia. Jantungku pastijuga masih berdetak, tapi aku tak bisa mendengardetaknya di telingaku; tanganku terasa birukedinginan. Aku meringkuk seperti bayi, memelukdada seperti memegangi diriku agar tidak hancurberantakan. Aku berusaha menggapai perasaankelu dan lumpuh, penyangkalanku, tapi perasaanitu meninggalkanku.

Meski begitu, kudapati bahwa ternyata aku bisabertahan. Aku sadar, aku merasakan kepedihanitu—perasaan kehilangan yang terpancar keluardari dadaku, mengirimkan gelombang kesakitanyang menghancurkan ke kaki—tangan dankepalaku—tapi semua itu masih bisa kutahan. Akubisa melewatinya. Walaupun rasanya kepedihan itutidak melemah seiring berjalannya waktu, tapi aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

jadi semakin kuat menahannya.Apa pun yang terjadi malam ini—dan apakahpenyebabnya zombie, adrenalin, atau halusinasi—itu telah membangunkan aku.Untuk pertama kali dalam kurun waktu lama,aku tidak tahu harus mengharapkan apa esokpagi.

5. CURANG"BELLA, bagaimana kalau kau pulang saja,"Mike menyarankan, matanya terfokus ke satu sisi,tidak benar-benar menatapku. Aku bertanya-tanyaberapa lama hal itu sudah berlangsung, tanpa akumenyadarinya.Sore ini tak banyak pengunjung di Newtons. Saatitu hanya ada dua pengunjung, backpacker sejatikalau menilik dari obrolannya. Mike menghabiskansatu jam terakhir menjelaskan kelebihan dankekurangan dua merek ransel lightweight padamereka. Tapi mereka menghentikan dulupembicaraan serius tentang harga, dan malah

asyik saling membual soal kisah-kisah petualanganhiking terbaru mereka di hutan. Mikememanfaatkan kesempatan itu untukmeninggalkan mereka sebentar."Aku tidak keberatan tetap di sini," kataku. Akumasih belum bisa menenggelamkan diri kembali kecangkang mati rasa yang melindungiku, jadi segalasesuatu tampak begitu dekat dan nyaring hari ini,seakan-akan aku telah membuka kapas yangselama ini menyumbat telingaku. Kucoba untukmengabaikan tawa para hiker itu, tapi tidakberhasil."Sudah kubilang," kata cowok gempal berjenggotoranye yang tidak cocok dengan rambutnya yangcokelat gelap. "Aku sudah pernah melihat beruanggrizzly dari jarak sangat dekat waktu diYellowstone, tapi itu masih belum apa-apa

http://ac-zzz.blogspot.com/

dibandingkan binatang yang satu ini." Rambutnyalengket, dan bajunya kelihatan seperti sudahdipakai berhari-hari. Benar-benar baru turungunung."Tidak mungkin. Beruang hitam tidak mungkinbisa sebesar itu. Beruang grizzly yang kaulihat itumungkin bayi beruang." Cowok kedua tinggilangsing, wajahnya gosong terbakar matahari danberkerut-kerut karena kelewat sering di udaraterbuka, membentuk lapisan kulit kering yangmengesankan."Serius, Bella, begitu kedua orang ini selesai,aku akan menutup toko," gumam Mike."Yah, jika kau memang ingin aku pergi..." akumengangkat bahu.

"Dalam posisi merangkak, hewan itu lebih tinggidaripada kau," si cowok berjenggot ngototsementara aku mengemasi barang-barangku."Besar sekali dan hitam pekat. Aku akanmelaporkannya pada pengawas hutan di sini.Orang-orang harus diperingatkan—aku tidakmelihatnya di gunung lho— tapi hanya beberapakilometer dari ujung jalan setapak."Si wajah kasar tertawa dan memutar bolamatanya. “Biar kutebak—kau melihatnya dalamperjalanan turun, kan? Kau belum makanmakanan sungguhan atau tidur di tanah selamaseminggu, bukan?""Hei, eh, namamu Mike, kan?" seru si cowokberjenggot, menoleh pada kami."Sampai keremu Senin," gumamku“Ya, Sir," jawab Mike. berpaling pada mereka."Katakan, pernahkah ada peringatan di sinibaru-baru ini—tentang beruang hitam?”"Tidak, Sir. Tapi ada baiknya untuk selalumenjaga jarak dan menyimpan makanan Andadengan benar. Anda sudah pernah melihat kalengantiberuang kami yang baru? Beratnya tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

sampai satu kilo...”Pintu menggeser terbuka dan aku keluarmenerobos hujan Aku meringkuk di dalam jaketkudan berlari ke mobil. Hujan menderas memukulmukulpenutup kepalaku dengan suara luar biasakeras, tapi sebentar saja raungan mesinmengalahkan suara lainnya.

Aku tidak ingin pulang ke rumah Charlie yangkosong. Semalam sangat menyiksa, dan aku takingin mengulangi lagi adegan penyiksaan itu.Bahkan setelah kepedihan hatiku mereda sehinggaaku bisa tidur, penyiksaan itu ternyata belumberakhir. Seperti yang kukatakan pada Jessicasetelah nonton film, tak diragukan lagi aku pastiakan bermimpi buruk.Sekarang setiap malam aku memang selalubermimpi buruk. Mimpiku selalu sama, karenaselalu mimpi buruk yang sama. Kau pasti mengiraaku akan bosan setelah sekian bulan berlalu,menjadi imun terhadapnya. Tapi mimpi itu takpernah gagal membuatku ngeri, dan baru berakhirsaat aku menjerit terbangun. Charlie tak pernahdatang lagi untuk menengok dan mencari tahu apayang terjadi, untuk memastikan tidak adapenyusup yang mencekikku atau semacamnya—iasekarang sudah terbiasa.Mimpi burukku mungkin bahkan tidakmenakutkan bagi orang lain. Tidak ada yang tahutahumelompat dari persembunyian dan berteriak,"Buuu!" Tidak ada zombie, tidak ada hantu, tidakada psikopat. Hanya pepohonan berlumutmembentang sejauh mata memandang, begitusunyi sehingga kesunyian itu menekan gendangtelingaku. Suasana gelap, seperti senja di hariberawan, hanya ada seberkas cahaya tertinggaluntuk melihat bahwa tidak ada yang bisa dilihat.Aku bergegas menembus keremangan tanpa jalansetapak, selalu mencari, mencari, mencari, makin

http://ac-zzz.blogspot.com/

lama makin panik sementara waktu terus berjalan,berusaha bergerak lebih cepat, meski kecepatan

membuat langkahku kikuk... Kemudian aku akansampai pada satu titik dalam mimpiku—dan akubisa merasakannya datang sekarang, tapi rasanyaaku tak pernah bisa menggugah diriku untukbangun sebelum saat itu tiba—saat aku tidak bisamengingat apa yang sebenarnya kucari. Waktu akusadar tidak ada apa-apa yang bisa dicari, dan tidakada apa-apa yang bisa ditemukan. Bahwa takpernah ada apa-apa kecuali hutan sepi yangkosong, dan tidak akan pernah ada apa-apa lagiuntukku... tidak ada apa-apa kecuali kehampaan...Biasanya saat itulah teriakanku dimulai.Aku tidak memerhatikan ke mana akumengendarai trukku—hanya berjalan tak tentuarah, menyusuri jalan tikus yang kosong danbasah karena aku sengaja menghindari jalan-jalanmenuju rumahku—karena aku memang tak tahumau pergi ke mana.Kalau saja aku bisa merasa kebas lagi, tapi akutak ingat bagaimana dulu aku bisa membuat dirikumerasa seperti itu. Mimpi buruk itu menggayutipikiranku dan membuatku memikirkan hal-halyang akan membuatku sedih. Aku tak inginmengingat hutan. Bahkan saat aku bergidik danmenepis bayangan-bayangan itu, aku merasa airmataku merebak dan kepedihan mulai merayapitubir lubang di dadaku. Kulepas saru tangan darikemudi dan memeluk tubuhku agar tetap utuh.Nantinya akan terasa seolah olah aku tak pernahada. Kata-kata itu berkelebat di benakku, tak lagiterdengar jelas dan sempurna seperti halusinasikusemalam. Sekarang itu hanya kata-kata, tanpa

suara, seperti tulisan yang tercetak di buku. Hanyakata-kata, tapi kata-kata itu mengoyak lubang didadaku hingga terbuka lebar, dan aku menginjak

http://ac-zzz.blogspot.com/

rem keras-keras, tahu seharusnya aku tidakmenyetir dalam keadaan seperti ini.Aku membungkuk, menempelkan wajahku kekemudi dan mencoba bernapas tanpa paru-paru.Aku bertanya-tanya berapa lama ini akanberlangsung Mungkin suatu saat nanti, bertahuntahundari sekarang—bila kepedihan itu meredahingga ke tahap aku sanggup menanggungnya—aku akan bisa mengenang kembali beberapa bulanpendek yang akan selalu menjadi masa-masaterindah dalam hidupku. Dan, jika kepedihan inibisa cukup mereda hingga membuatku mampuberbuat begitu, aku yakin akan merasa bersyukuratas waktu yang pernah ia berikan padaku. Lebihdari yang kuminta, lebih dari yang pantaskuterima. Mungkin suatu saat nanti aku bisamelihatnya seperti itu.Tapi bagaimana jika lubang ini takkan pernahmembaik? Bila tubirnya yang basah tak pernahsembuh? Bila kerusakannya permanen dan takbisa diperbaiki lagi?Kudekap diriku lebih erat lagi. Nantinya akanterasa seolah-olah ia tak pernah ada, pikirkumerana. Janji yang sungguh tolol dan mustahilditepati! Bisa saja ia mencuri foto-fotoku danmengambil kembali hadiah-hadiahnya, tapi itutidak mengembalikan keadaan seperti dulu,sebelum aku bertemu dengannya. Bukti fisikadalah bagian yang paling tidak signifikan. Aku

telah diubah, bagian dalam diriku diubah hingganyaris tak bisa dikenali lagi. Bahkan bagian luarkutampak berbeda—wajahku pucat kekuningan,putih kecuali bagian bawah mata yang berwarnaungu, hasil mimpi buruk yang tak berkesudahan.Mataku tampak gelap berlatar belakang kulitkuyang pucat sehingga—meskipun seandainya akucantik, dan dilihat dari dekat—aku bahkan bisadikira vampir sekarang. Tapi aku tidak cantik, jadi

http://ac-zzz.blogspot.com/

kemungkinan aku lebih mirip zombie.Seolah-olah ia tak pernah ada? Itu gila namanya.Janji yang takkan pernah bisa ia tepati, janji yangdilanggar segera setelah ia membuatnya.Aku membentur-benturkan kepalaku ke kemudi,berusaha mengalihkan diriku dari kepedihan yangteramat sangat.Itu membuatku merasa tolol, karena berpikiruntuk selalu menepati janjiku. Di mana logisnya,menepati kesepakatan yang sudah dilanggar pihaksatunya? Siapa yang peduli kalau aku melakukanperbuatan yang tolol dan ceroboh? Tak ada alasanmenghindar dari kecerobohan, tak ada alasanmengapa aku tak boleh melakukan hal tolol.Aku tertawa meski pikirku itu tidak lucu, masihmegap-megap menghirup udara. Bertindak cerobohdi Forks—melakukan rencana itu di sini samasekali tak ada harapan.Humor tidak lucu itu mengalihkan perhatianku,dan meredakan kepedihan hatiku. Napasku mulaimudah, dan aku bisa duduk bersandar ke kursi.Walaupun hari ini cuaca dingin, tapi dahiku basaholeh keringat.

Aku berkonsentrasi pada rencana tanpa harapanitu untuk mencegah pikiranku terbawa lagi kekenangan yang menyakitkan. Melakukan halceroboh di Forks membutuhkan kreativitas tinggi—mungkin lebih dari yang kumiliki. Tapi akuberharap bisa menemukan jalan... perasaankubakal lebih enak jika aku tidak berpegangan eraterat,sendirian, pada kesepakatan yang sudahdilanggar. Seandainya saja aku juga bisamelanggar sumpahku sendiri. Tapi bagaimana akubisa berbuat curang, di kota kecil yang amantenteram ini? Tentu saja Forks tidak selalu aman.tapi begitulah tampaknya keadaannya sekarangMembosankan aman.Lama sekali aku memandang ke luar kaca

http://ac-zzz.blogspot.com/

depan, pikiranku bergerak lambat—sepertinya akutak bisa membuat pikiranku berkelana ke tempatlain. Kumatikan mesin, yang mengerang dengansuara memilukan setelah tidak dijalankan begitulama, lalu turun ke tengah hujan yang mengguyur.Hujan dingin menetes-netes dari rambutku,kemudian mengalir menuruni pipi bagai air mata.Air hujan membantu menjernihkan kepalaku. Akumengerjap-ngerjapkan air dari mataku, menatapkosong ke seberang jalan.Setelah memandang selama satu menit, barulahaku menyadari di mana aku berada. Aku memarkirtrukku di tengah-tengah jalur utara RussellAvenue. Aku berdiri di depan rumah keluargaCheney—trukku menghalangi jalan masuk kegarasi mereka—dan di seberang jalan tinggalkeluarga Marks. Aku tahu aku harus

memindahkan trukku, dan bahwa aku haruspulang. Salah besar berkeliaran tanpa tujuanseperti ini, pikiran melantur dan linglung,membahayakan keselamatan pengemudi lain diForks. Selain itu, sebentar lagi pasti ada orangyang bakal melihatku, dan melaporkanku padaCharlie.Saat menghela napas dalam-dalam untukbersiap-siap sebelum bergerak, sebuahpengumuman di halaman rumah ke-luarga Marksmenarik perhatianku—sebenarnya itu hanyalahpotongan kardus yang disandarkan di kotak pos,dengan tulisan huruf-huruf balok hitam di atasnya.Terkadang, takdir benar-benar terjadi.Kebetulan? Atau memang sudah ditakdirkanseperti itu? Entahlah, tapi tolol rasanya berpikirbahwa entah bagaimana sudah ditakdirkan bahwasepeda-sepeda motor rongsok karatan di halamandepan rumah keluarga Marks, di sebelahpengumuman bertulis tangan DIJUAL,SEBAGAIMANA ADANYA, memiliki tujuan lain yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

lebih besar dengan berada di sana, tepat di tempataku membutuhkannya.Jadi mungkin itu bukan takdir. Mungkin adabanyak cara untuk bertindak ceroboh, dan barusekarang mataku terbuka.Ceroboh dan tolol. Itu dua kata favorit Charliesehubungan dengan sepeda motor.Pekerjaan Charlie tidak sebanyak pekerjaanpolisi di kota-kota besar, tapi ia sering mendapatpanggilan dalam kasus-kasus kecelakaan lalu

lintas. Dengan jalan bebas hambatan yang panjangdan basah, berkelok-kelok dan berbelok menembushutan, tikungan buta demi tikungan buta, mudahsaja melakukan aksi semacam itu. Tapi bahkandengan adanya truk-truk tronton yang melajulambat mengangkut kayu, sebagian besar orangmemilih tak melakukannya. Kecuali mereka yangmengendarai sepeda motor, dan Charlie sudahterlalu sering melihat korban-korban berjatuhan,hampir selalu anak-anak, tergeletak di jalan raya.Ia pernah menyuruhku berjanji sebelum akuberumur sepuluh tahun, untuk tidak pernah naikmotor. Bahkan di usia semuda itu, aku tak perluberpikir dua kali sebelum berjanji. Siapa yang maunaik motor di sini? Rasanya seperti mandi dalamkecepatan sembilan puluh kilo meter per jam.Begitu banyak janji yang kutepati...Saat itulah sebuah ide muncul di kepalaku. Akuingin melakukan hal yang tolol dan ceroboh, danaku ingin melanggar janji. Mengapa harus berhentipada satu hal saja?Hanya sampai sejauh itu aku memikirkannya.Kuterobos genangan air hujan menuju pintu depanrumah keluarga Marks dan menekan bel.Salah seorang anak lelaki keluarga Marks, yanglebih muda, yang baru masuk SMA membukakanpintu. Aku tak ingat namanya. Rambut pirangpasirnya hanya sebahuku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Anak itu mengenaliku. "Bella Swan?" serunyakaget.

“Berapi harga motor itu?" tanyaku, napaskuterengah-engah, menyentakkan ibu jariku ke balikbahu ke arah benda yang dipajang di halaman“Kau serius?” tanyanya."Tentu saja."“Sepeda-sepeda motor itu sudah tidak bisajalan."Aku mendesah tak sabaran—itu sudah bisakusimpulkan dan tulisan di pengumuman."Berapa?"“Kalau kau benar-benar menginginkannya, ambilsaja. Ibuku menyuruh ayahku memindahkansepeda-sepeda motor itu ke jalan supaya diangkuttruk sampah."Kulirik lagi sepeda-sepeda motor itu danmenyadari keduanya bertengger di atas tumpukanrumput kering dan ranting-ranting mau."Kauyakin?”"Tentu, mau tanya sendiri pada ibuku?”Mungkin lebih baik tidak melibatkan orangdewasa, siapa tahu ia akan menyampaikannyapada Charlie."Tidak, aku percaya padamu."Kau mau aku membantumu?” cowok itumenawarkan diri. "Motor itu tidak enteng lho.""Oke, trims. Tapi aku hanya butuh satu.""Sebaiknya ambil saja dua-duanya," kata cowokitu. "Mungkin kau bisa menggunakan onderdilnya."

Cowok itu mengikutiku keluar ke tengahcurahan hujan dan membantuku menaikkankedua motor yang berat itu ke bak belakangtrukku. Sepertinya ia bersemangat sekali inginmenyingkirkannya, jadi aku tidak membantah."Memangnya apa yang mau kaulakukan dengansepeda-sepeda motor itu?" tanyanya. "Sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

bertahun-tahun tidak bisa jalan""Sudah kuduga," kataku, mengangkat bahu.Karena ide ini muncul mendadak, aku belumsempat menyusun rencana apa pun. "Mungkin akuakan membawanya ke bengkel Dowling."Cowok itu mendengus. "Dowling akan memintaongkos perbaikan lebih mahal daripada hargamotornya sendiri."Itu benar. John Dowling terkenal seringmemasang tarif mahal; tak ada yang maumembetulkan mobil di bengkelnya kecualiterpaksa. Kebanyakan lebih suka pergi ke bengkeldi Port Angeles, kalau mobilnya masih bisa jalan.Dalam hal itu, aku sangat beruntung—awalnyaaku sempat khawatir, waktu Charliemenghadiahiku truk antik ini, bahwa aku takkanbisa merawatnya. Tapi ternyata aku tak pernahmengalami masalah apa pun, kecuali suaramesinnya yang berisik dan batas maksimalkecepatannya yang hanya 88 kilometer per jam.Jacob Black telaten merawatnya sejak mobil inimasih menjadi milik ayahnya, Billy...Ilham menyambarku bagai sambaran petir—bukan hal yang tidak masuk akal, mengingat saatini sedang hujan badai. "Kau tahu nggak? Itu

bukan masalah. Aku kenal orang yang jagomengutak-atik mobil""Oh. Baguslah kalau begitu," Cowok itutersenyum lega.Cowok itu melambaikan tangan waktu akumenjalankan trukku, masih terus tersenyum.Ramah juga dia.Sekarang aku ngebut dan memiliki tujuan, ingincepat-cepat sampai di rumah sebelum Charliepulang, siapa tahu ia pulang lebih cepat, walaupunkecil sekali kemungkinan itu bakal terjadi. Akumenghambur ke dalam rumah menuju pesawattelepon, masih sambil menggenggam kunci mobil.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kepala Polisi Swan, please," kataku waktuteleponku dijawab seorang deputi. "Ini Bella.”"Oh, hai, Bella," sahut Deputi Steve ramah."Akan kupanggilkan dia"Aku menunggu."Ada apa, Bella?" tuntut Charlie begitumengangkat telepon."Apa aku tidak boleh menelepon Dad kalau tidakada masalah gawat?"Charlie terdiam sebentar. "Kau tidak pernahmenelepon sebelumnya. Apakah ada masalah?""Tidak. Aku hanya ingin menanyakan arah jalanke rumah keluarga Black—sepertinya aku sudahtidak ingat lagi. Aku ingin mengunjungi Jacob.Sudah berbulan-bulan aku tidak bertemudengannya."

Ketika Charlie berbicara lagi, suaranya terdengarjauh lebih gembira. "Ide yang bagus sekali, Bells.Ada bolpoin?"Arahan yang ia berikan sangat sederhana. Akuberjanji akan pulang saat makan malam, walaupunCharlie mencoba mengatakan tak perlu terburuburu.Ia ingin bergabung denganku di La Push,tapi aku menolak keras.Jadi dengan niat pulang tepat waktu akumengendarai truk ku terlalu cepat menyusurijalan-jalan ke luar kota yang gelap oleh hujanbadai. Harapanku, aku bisa menemui Jacobsendirian. Billy mungkin akan mengadukankukalau ia mengetahui rencanaku.Sembari menyetir, aku agak waswas memikirkanreaksi Billy nanti bila bertemu denganku. Ia pastigirang sekali. Dalam benak Billy tak diragukan lagi,ini semua berakhir jauh lebih baik daripada yangberani ia harapkan. Kegembiraan dan kelegaannyahanya akan mengingatkanku pada satu hal yangtak sanggup kuingat. Hari ini jangan lagi, akumemohon dalam hati. Aku sudah lelah.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Rumah keluarga Black samar-samar masihfamilier, rumah kayu kecil dengan jendela-jendelasempit dan cat merah kusam yang membuatnyamirip lumbung kecil. Kepala Jacob sudah nongoldari jendela bahkan sebelum aku sempat turundari truk. Tak diragukan lagi, raungan suara mesinyang familier memberi tahukan kedatangankupadanya. Jacob sangat bersyukur waktu Charliemembeli mobil truk Billy untukku,menyelamatkannya dari keharusan mengendarai

truk ini kalau sudah cukup umur. Aku sangatmenyukai trukku, tapi Jacob sepertinyamenganggap batas kecepatan truk ini sebagaikekurangan.Ia berlari menyongsongku."Bella!" Cengiran senang tersungging lebar diwajahnya, giginya yang putih cemerlang tampaksangat kontras dengan kulitnya yang cokelatkemerahan. Sebelum ini aku tak pernah melihatrambutnya tidak dikucir. Kini rambutnya tergeraiseperti tirai satin hitam di sisi kiri dan kananwajahnya yang lebar.Jacob tumbuh semakin dewasa dalam delapanbulan terakhir. Ia melewati titik di mana otot-ototmasa kanak-kanaknya mengeras membentuksosok remaja bertubuh padat dan tegap; otot-otottendon dan urat nadinya semakin jelas di balikkulit lengan dan tangannya yang merah cokelat.Wajahnya masih semanis yang kuingat, meski kinijuga mulai menegas – tulang pipinya semakintajam, rahangnya persegi, semua kemontokanmasa kecil telah lenyap."Hai, Jacob!” Aku merasakan doronganantusiasme yang tidak biasa begitu melihatsenyumnya. Sadarlah aku bahwa aku senangbertemu dengannya. Kenyataan itumengejutkanku.Aku membalas senyumnya, dan sesuatu terbetik

http://ac-zzz.blogspot.com/

dalam pikiranku, bagaikan dua keping puzzle yangmenyatu. Aku sudah lupa betapa aku sangatmenyukai Jacob Black.

Jacob berhenti beberapa meter dariku, dan akumendongak menatapnya dengan terkejut, kepalakumenengadah jauh ke belakang hingga hujanmenetes-netes membasahi wajahku."Kau semakin jangkung!" tuduhku takjub.Jacob tertawa, senyumnya semakin lebar."Seratus sembilan puluh dua sentimeter lebih," iamemberi tahu dengan perasaan puas diri.Suaranya semakin berat, tapi masih sedikit serakseperti yang kuingat dulu."Apakah kau akan berhenti tumbuh?" akumenggeleng-geleng tak percaya. "Besar sekali kau.""Masih kurus, tapi." Ia nyengir. "Ayo masuk!Nanti kau basah kuyup."Jacob berjalan menduluiku, memilin rambutnyadengan tangannya yang besar sambil berjalan. Iamengeluarkan karet gelang dan saku celana danmengikat rambutnya.“Hai, Dad," serunya waktu kami merundukmelewati pintu depan. "Lihat siapa yang datang."Billy sedang di ruang tamunya yang mungil,tangannya memegang buku. Ia meletakkan bukuitu di pangkuan dan menggelindingkan kursirodanya ke depan begitu melihatku."Well kejutan besar! Senang bertemu denganmu.Bella."Kami bersalaman. Tanganku lenyap dalamgenggamannya yang lebar.

"Apa yang membawamu ke sini? Charlie baikbaiksaja, kan?""Ya, tentu. Aku hanya ingin bertemu Jacob—akusudah lama sekali tidak bertemu dengannya."Mata Jacob berbinar-binar mendengarjawabanku. Senyumnya lebar sekali hingga pipinya

http://ac-zzz.blogspot.com/

pasti terasa sakit."Bisakah kau makan malam di sini?" Billy jugabersemangat."Tidak, aku kan harus memasak untuk Charlie,Anda tahu.""Ah, aku kan bisa meneleponnya sekarang," Billymenyarankan. "Pintu rumah ini selalu terbukauntuknya."Aku tertawa untuk menyembunyikankecanggunganku. "Bukan berarti Anda tidak akanbertemu lagi denganku. Aku janji akan kembali lagike sini—saking seringnya sampai Anda bosanmelihatku." Bagaimanapun, kalau Jacob bisamembetulkan motor itu, harus ada yangmengajariku mengendarainya.Billy menanggapi perkataanku dengan berdecak."Oke, mungkin lain kali""Jadi, Bella, kau ingin melakukan apa?" tanyaJacob."Terserah. Apa yang sedang kaulakukan waktuaku datang tadi?" Anehnya, aku merasa nyaman disini. Rumah ini familier, meski terasa berjarak. Takada yang membuatku teringat pada masa lalukuyang menyakitkan.

Jacob ragu-ragu. "Aku baru mau mengutak-atikmobilku, tapi kita bisa melakukan hal lain...""Tidak, itu sempurna!" selaku. "Aku ingin sekalimelihat mobilmu."“Oke" sahut Jacob, tak yakin. "Ada di belakang,di garasi."Malah lebih baik, batinku. Aku melambai padaBilly. "Sampai ketemu lagi nanti.”Pepohonan rindang dan semak belukarmenyembunyikan garasi dari rumah. Garasi itusebenarnya tak lebih dari dua pondok besar yangdisatukan. Di dalamnya, di atas blok sinder,bertengger sesuatu yang dalam pandangankumenyerupai mobil utuh. Aku mengenali simbol di

http://ac-zzz.blogspot.com/

grille depannya, paling tidak.“Volkswagen apa itu?" tanyaku.“Volkswagen Rabbit—keluaran 1986, mobilklasik."“Bagaimana keadaannya:""Hampir selesai," jawab Jacob riang. Kemudiansuaranya turun satu oktaf. “Ayahku menepatijanjinya padaku musim semi lalu.""Ah," ucapku.Tampaknya Jacob memahami keengganankuuntuk mengungkit lagi topik itu. Aku mencobauntuk tidak mengingat kejadian saat prom bulanMei. Ketika itu Jacob disuap ayahnya dengan janjiakan diberi uang dan onderdil mobil asalkan maumenyampaikan pesan untukku ke sana. Billy ingin

aku menjauh dari orang terpenting dalam hidupku.Ternyata kekhawatirannya, akhirnya, tidakberalasan. Aku malah terlalu aman sekarang.Tapi aku bertekad akan melakukan sesuatuuntuk mengubahnya."Jacob, kau tahu seluk-beluk motor?” tanyaku.Jacob mengangkat bahu. "Lumayan. TemankuEmbry punya motor trail. Kadang-kadang kamimengutak-atiknya. Kenapa?"“Well..." Aku mengerucutkan bibir sambilmenimbang-nimbang. Aku ragu apakah Jacob bisamerahasiakan hal ini, tapi aku tak punya banyakpilihan. "Belum lama ini aku mendapat sepasangsepeda motor, tapi kondisinya tidak bagus. Akuingin tahu apakah kau bisa membetulkannya."“Asyik" Jacob tampak benar-benar senangmendapat tantangan itu. Wajahnya berseri-seri."Akan kucoba."Aku mengacungkan jari, mengingatkan."Masalahnya," aku menjelaskan. "Charlie tidaksuka aku naik motor. Jujur saja, bisa jadi uratnadi di dahinya bakal putus kalau dia tahu tentanghal ini. Jadi kau tidak boleh memberi tahu Billy."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tentu, tentu." Jacob tersenyum. "Aku mengerti.""Aku akan membayarmu," sambungku.Jacob tersinggung mendengarnya. "Tidak. Akuingin membantu. Kau tidak boleh membayarku.""Well... bagaimana kalau barter saja?" Usulan itumuncul begitu saja di benakku sementara aku

bicara, tapi kedengarannya cukup masuk akal."Aku hanya butuh satu motor—dan aku juga ingindiajari menaikinya. Jadi bagaimana kalau begini?Aku akan memberimu satu sepeda motor,kemudian kau bisa mengajariku caramengendarainya.""Ke-reeen." Jacob mengucapkan kata itu dalamdua silabel."Tunggu sebentar—kau sudah cukup umurbelum? Ulang tahunmu kapan?""Sudah lewat," goda Jacob, menyipitkan mata,pura-pura marah. "Sekarang aku sudah enambelas.""Kayak umur bisa menghentikanmu sajasebelum ini,” aku menggerutu. "Maaf aku lupa hariulang tahunmu.”"Tidak apa-apa. Aku juga lupa hari ulangtahunmu. Umur mu berapa, empat puluh?"Aku mendengus. "Hampir."“Kita satukan saja pesta ulang tahun kita untukmerayakannya.""Kedengarannya seperti kencan.”Mata Jacob berbinar mendengarnya.Aku harus mengekang antusiasmenya sebelumia telanjur salah sangka—hanya saja sudah lamasekali aku tak pernah lagi merasa seringan dansebebas ini. Jarangnya aku merasakan perasaanitu membuatnya jadi lebih sulit dikendalikan.

"Mungkin kalau motornya sudah selesaidibetulkan— hitung-hitung hadiah untuk kita,"aku menambahkan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

“Setuju. Kapan kau akan membawanya ke sini?"Aku menggigit bibir, malu. "Sudah ada ditrukku" aku mengakui.“Bagus." Kelihatannya ia bersungguh-sungguh.“Apakah Billy bakal melihat kalau kitamembawanya ke sini?”Jacob mengedipkan mata. "Diam-diam saja,kalau begitu."Kami menyelinap mengitari rumah dari sisitimur, merapat ke pepohonan bila kami bisaterlihat dari jendela, berlagak seperti sedang jalan jalan,untuk berjaga-jaga. Jacob dengan cekatanmenurunkan sepeda-sepeda motor itu dari baktruk, mendorongnya satu per satu ke semaktempat aku bersembunyi. Enteng saja kelihatannyabaginya—padahal seingatku sepeda-sepeda motoritu berat, sangat berat."Kondisinya tidak parah-parah amat kok," kataJacob, menilai kondisi sepeda-sepeda motor itusementara kami mendorongnya ke bawah naunganpepohonan. "Yang satu ini malah bisa bernilaitinggi kalau sudah dibetulkan—ini Harley Sprintkuno.""Kalau begitu, itu punyamu.""Kau yakin?'"Jelas.”

"Tapi untuk membetulkannya butuh banyakbiaya," kata Jacob, mengerutkan keningmemandangi bagian-bagian sepeda motor yangsudah menghitam. "Kita harus menabung duluuntuk bisa membeli onderdil.""Bukan kita,” tolakku. "Kalau kau maumembetulkannya gratis, akulah yang akanmembeli onderdilnya.""Entahlah...," gumam Jacob."Aku punya sedikit uang tabungan. Dana kuliah,kau tahu." Masa bodoh dengan kuliah, pikirku

http://ac-zzz.blogspot.com/

dalam hati. Aku toh tidak menabung tidak cukupbanyak untuk pergi ke suatu tempat istimewa—lagipula, aku toh tidak berniat meninggalkan Forks.Apa bedanya kalau aku membobol tabungankusedikit?Jacob hanya mengangguk. Semua itu masukakal saja baginya.Sementara kami mengendap-endap kembali kegarasi, aku memikirkan keberuntunganku. Hanyacowok remaja yang mau melakukan ini: menipuorangtua kami dengan membetulkan kendaraanberbahaya dan menggunakan uang yangseharusnya ditabung untuk kepentingan kuliah. Iatidak melihat ada yang salah dengan hal itu. Jacobbenar-benar anugerah dari para dewa.

6. TEMAN-TEMANKEDUA sepeda motor itu tidak perludisembunyikan di tempat yang jauh, cukupmenyimpannya di garasi Jacob. Kursi roda Billytidak bisa bergerak di tanah tidak rata yangmemisahkan pondok dengan rumah.Jacob mulai membongkar motor pertama—yangberwarna merah, yang akan menjadi milikku—hingga bagian-bagiannya terlepas. Ia membukapintu Rabbit-nya supaya aku bisa duduk di jok.bukan di lantai. Sambil bekerja Jacob mengobroldengan gembira, hanya perlu kupancing sedikituntuk meneruskan obrolan. Ia menceritakansekolahnya, kelas-kelas yang ia ikuti, juga duasahabatnya."Quil dan Embry?" selaku. "Nama-nama yangtidak lazim.”Jacob terkekeh. "Quil itu nama turunan, sedangEmbry nama bintang sinetron. Pokoknya aku tidakbisa bilang apa-apa soal itu. Mereka bakal ngamukkalau kau mulai menyinggung nama mereka –mereka bakal mengeroyokmu."

http://ac-zzz.blogspot.com/

“Itu kausebut teman baik?" Aku mengangkatsebelah alis."Mereka memang baik kok. Hanya saja janganejek nama mereka."Saat itulah terdengar seruan di kejauhan."Jacob?" teriak seseorang."Itu Billy, ya?" tanyaku.

"Bukan," Jacob menunduk, dan kelihatannyawajahnya memerah di balik kulitnya yang cokelat."Baru dibicarakan sudah nongol. Itu panjang umurnamanya.""Jake? Kau di sini?" Teriakan itu kini semakindekat."Yeah!" Jacob menyahut, lalu mendesah.Kami menunggu sambil terdiam sebentar sampaidua cowok jangkung berkulit gelap melenggangmemasuki garasi.Yang satu bertubuh ramping, hampir setinggiJacob. Rambut hitamnya sedagu dan dibelahtengah, sebelah diselipkan di balik telinga kirisementara yang kanan tergerai bebas. Cowoksatunya yang lebih pendek tubuhnya lebih gempal.Kaus putihnya ketat menutupi dadanya yangberotot, dan tampaknya ia sadar dan bangga akanhal itu. Rambutnya dipangkas pendek sekalihingga nyaris cepak.Langkah keduanya langsung terhenti begitumereka melihatku. Si ceking melirikku dan Jacobbergantian, sementara si gempal menatapku terus,senyum mengembang perlahan di wajahnya."Hei, Buy," Jacob menyapa mereka setengahhati."Hei, Jake," sahut si pendek tanpa mengalihkantatapannya dariku. Aku terpaksa membalassenyumnya, seringaiannya sangat jail. Melihatkutersenyum, ia mengedipkan mata. "Halo.”"Quil, Embry—ini temanku, Bella."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Quil dan Embry, aku masih belum tahu yangmana Quil dan yang mana Embry, bertukarpandang dengan sorot penuh makna.“Anak Charlie, kan?" tanya si gempal,mengulurkan tangan."Benar,” jawabku menjabat tangannya.Genggamannya mantap; kelihatannya ia sepertisedang melenturkan otot-otot bisepsnya.“Aku Quil Ateara,” ia memperkenalkan diridengan gagah sebelum melepaskan tanganku.“Senang berkenalan denganmu, Quil."“Hai, Bella. Aku Embry. Embry Call—mungkinkau sudah bisa menebaknya" Embrymenyunggingkan senyum malu-malu danmelambai dengan satu tangan, yang kemudian iajejalkan ke saku jinsnya.Aku mengangguk. "Senang berkenalandenganmu juga.""Kalian ngapain?” tanya Quil, masih terusmemandangiku.“Bella dan aku ingin memperbaiki sepeda-sepedamotor ini," Jacob menjelaskan, meski itu taksepenuhnya tepat. Tapi sepeda motor sepertinyakata ajaib. Perhatian kedua cowok itu langsungberalih ke proyek Jacob, mencecarnya denganpertanyaan-pertanyaan terpelajar. Banyak darikata-kata yang mereka gunakan tidak kumengerti,dan kurasa aku harus memiliki kromosom Y untukbenar-benar memahami semangat mereka yangmeluap-luap.

Ketiganya masih asyik mengobrol tentangonderdil dan bagian-bagian motor waktu akumemutuskan untuk pulang sebelum Charliemuncul di sini. Sambil mendesah, aku merosotturun dari Rabbit.Jacob mendongak lagi, ekspresinya sepertimeminta maaf. “Kami membuatmu bosan, ya?"“Tidak." Dan aku memang tidak bohong. Aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

merasa senang–benar-benar aneh. "Tapi aku harusmemasak makan malam untuk Charlie.""Oh... Well, aku akan selesai membongkar motorini malam ini dan menentukan apa saja yang kitabutuhkan untuk memperbaikinya. Kapan kau inginkita menggarapnya lagi?""Bisakah aku kembali lagi besok?" Hari Minggusudah menjadi kutukan dalam hidupku. Takpernah ada cukup PR untuk menyibukkanku.Quil menyenggol lengan Embry dan keduanyanyengir.Jacob tersenyum senang. "Wah, pasti asyik!""Kalau kau bisa menyusun daftarnya, kita bisapergi untuk membeli onderdil," aku menyarankan.Wajah Jacob sedikit berkurang kegembiraannya."Aku masih belum yakin apakah aku sebaiknyamembiarkanmu membayar semuanya."Aku menggeleng. "Tidak bisa. Pokoknya akuakan mendanai proyek ini. Kau tinggalmenyumbang tenaga dan keahlian saja"Embry memutar bola matanya pada Quil.

"Tetap saja rasanya kurang tepat," Jacobmenggeleng."Jake, kalau aku membawa sepeda-sepeda motorini ke bengkel, berapa biaya yang akan dimintamontir padaku?" aku beralasan.Jacob tersenyum. "Oke, kalau begitu setuju.""Belum lagi kau nanti harus mengajarikumengendarainya, aku menambahkan.Quil nyengir lebar pada Embry dan membisikkansesuatu yang tak bisa kutangkap. Tangan Jacobmelayang untuk menampar bagian belakang kepalaQuil. "Cukup sudah, keluar,” gerutunya."Tidak, sungguh, aku harus pulang,” protesku,bergegas ke pintu. "Sampai ketemu besok, Jacob.”Bcgiru aku lenyap dari pandangan, kudengarQuil dan Embry berseru berbarengan,"Wuuuuuuu!"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Diikuti sejurus kemudian dengan suara gradakgruduk,diselingi dengan "Waduh!" dan "Hei!""Kalau kalian berani-berani menjejakkan kakilagi ke tanahku besok..." Kudengar Jacobmengancam. Suaranya lenyap waktu aku berjalanmelewati pepohonan.Aku tertawa pelan. Suara itu membuat matakumembelalak heran. Aku tertawa, benar-benartertawa, padahal tak ada yang memerhatikan. Akumerasa sangat ringan hingga aku tertawa lagi,hanya agar perasaan itu bertahan lebih lama.

Aku lebih dulu sampai di rumah ketimbangCharlie. Waktu ia datang, aku baru sajamengangkat ayam goreng dari wajan danmeletakkannya di atas tumpukan serbet kertas."Hai, Dad." Aku nyengir padanya.Wajah ayahku tampak shock sesaat sebelum iamengubah ekspresinya. "Hai, Sayang," sapanya,suaranya terdengar tidak yakin. "Senang bertemuJacob?"Aku mulai memindahkan makanan ke meja. "Ya,senang.""Well, baguslah kalau begitu." Charlie masihberhati-hati. "Kalian ngapain?'Sekarang giliranku yang berhati-hati. "Akunongkrong di garasinya dan menontonnya bekerja.Dad tahu dia sedang memperbaiki Volkswagen?"“Yeah, kalau tidak salah Billy pernahmenceritakannya."Interogasi harus terhenti saat Charlie mulaimengunyah, tapi ia terus mengamati wajahkusambil makan.Usai makan malam aku menyibukkan diri,membersihkan dapur dua kali, kemudianmengerjakan PR pelan-pelan di ruang depansementara Charlie menonton pertandingan hoki.Aku menunggu selama mungkin, tapi akhirnyaCharlie mengatakan malam sudah larut. Ketika

http://ac-zzz.blogspot.com/

aku tidak menjawab, ia bangkit, meregangkan otot,lalu pergi tidur, mematikan lampu. Dengan engganaku mengikutinya.

Saat menaiki tangga, aku merasakan sisa-sisaperasaan senang aneh yang kurasakan sore tadimenyusut dari dalam diriku, digantikan perasaantakut memikirkan apa yang akan kuhadapisekarang.Aku tidak kebas lagi. Malam ini akan, takdiragukan lagi, sama mengerikannya dengansemalam. Aku berbaring di tempat tidur danbergelung rapat-rapat, menanti datangnyaserangan. Kupejamkan mataku erat-erat dan...tahu-tahu, hari sudah pagi.Kupandangi cahaya keperakan pucat yangmenerobos jendela kamarku, terperangah.Untuk pertama kali dalam empat bulan lebih,aku bisa tidur tanpa bermimpi. Bermimpi ataumenjerit. Entah emosi mana yang lebih kuat—legaataukah shock.Aku berbaring diam di tempat tidurku selamabeberapa menit, menunggu perasaan itu datangkembali. Karena pasti ada yang datang. Kalaubukan kepedihan, maka mati rasa. Aku menunggu,tapi tak terjadi apa-apa. Aku merasa lebih bugardaripada yang kurasakan beberapa bulanbelakangan ini.Aku tak yakin ini bakal bertahan. Rasanyaseperti berdiri di tubir yang licin dan berbahaya,dan bergerak sedikit saja pasti bakal membuatkutergelincir. Mengedarkan pandangan ke sekelilingkamar dengan mata tiba-tiba jernih—menyadaribetapa aneh kelihatannya, terlalu resik, seolaholahaku tidak tinggal di sini sama sekali—benarbenarberbahaya.

Kutepis pikiran itu dari benakku, danberkonsentrasi, sambil berpakaian, pada fakta

http://ac-zzz.blogspot.com/

bahwa aku akan bertemu Jacob lagi hari ini.Pikiran itu membuatku nyaris merasa.., penuhharapan. Mungkin akan sama seperti kemarin.Mungkin aku tak perlu mengingatkan diriku untuktampak tertarik dan mengangguk atau tersenyumpada interval tertentu, seperti yang kulakukanpada orang-orang lain. Mungkin... tapi aku takyakin ini akan bertahan juga. Tidak yakin hari iniakan sama—begitu mudah—seperti kemarin. Akutidak akan menyiapkan diri untuk kekecewaanseperti itu.Saat sarapan, Charlie bersikap hati-hati. Iaberusaha menyembunyikan sikap penasarannya,mengarahkan mata ke telurnya sampai yakin akutidak melihat."Apa yang akan kaulakukan hari ini?" tanyanya,mengamati benang yang terlepas di pinggiranmansetnya, seakan-akan tidak terlalumemerhatikan jawabanku."Aku mau main ke rumah Jacob lagi"Charlie mengangguk tanpa mendongak. "Oh,"ujarnya."Dad keberatan?" Aku pura-pura khawatir. "Akubisa tinggal di rumah..."Charlie buru-buru mendongak, sorot panikterpancar dari wajahnya. "Tidak, tidak! Pergi saja.Kebetulan Harry akan datang untuk nontonpertandingan denganku."

"Mungkin Harry bisa menjemput Billy sekalian,"aku menyarankan. Semakin sedikit saksi mata,semakin baik."Wah, ide bagus."Aku tak yakin apakah pertandingan itu hanyaalasan untuk "mengusirku" dari rumah, tapiCharlie tampak cukup bersemangat sekarang. Ialangsung menghampiri pesawat telepon sementaraaku memakai jas hujan. Aku merasa sedikitwaswas dengan buku cek yang tersimpan di saku

http://ac-zzz.blogspot.com/

jaketku. Aku tak pernah menggunakannyaDi luar hujan turun seperti air ditumpahkan dariember.Aku harus mengendarai trukku lebih pelan lagi;aku nyaris tak bisa melihat mobil lain di depantrukku. Tapi akhirnya aku sampai juga di jalanberlumpur yang menuju ke rumah Jacob. Sebelumaku sempat mematikan mesin, pintu depan sudahterbuka dan Jacob berlari menyongsongku sambilmembawa payung hitam besar.Ia memegangi payung itu menaungi pintutrukku."Charlie menelepon tadi—katanya kau sudahjalan ke sini," Jacob menjelaskan sambil nyengir.Dengan enteng, tanpa harus dikomando lagi olehotot-otot yang mengelilinginya, bibirku merekahmembentuk senyuman. Perasaan hangat yanganeh menggelegak menaiki kerongkonganku,padahal air hujan yang memercik ke pipiku dinginseperti es.

"Hai, Jacob.""Pintar juga kau, mengusulkan supaya Billydijemput," Jacob mengangkat tangannya untukber-high five denganku.Aku harus mengulurkan tangan tinggi-tinggiuntuk membalasnya dan Jacob tertawa.Harry datang menjemput Billy beberapa menitkemudian. Jacob mengajakku melihat-lihatkamarnya yang kecil sambil menunggu orangorangdewasa pergi."Jadi kita ke mana, Pak Montir?" tanyaku begitupintu depan ditutup Billy.Jacob mengeluarkan kertas yang terlipat darisaku dan meluruskannya. "Kita mulai dari tempatpenimbunan barang bekas, siapa tahu kitaberuntung. Proyek ini bisa jadi agak mahal lho," iamengingatkanku. "Kedua motor itu perlu dipermakhabis-habisan agar bisa berfungsi lagi." Karena

http://ac-zzz.blogspot.com/

wajahku tidak tampak waswas, Jacobmenambahkan, "Maksudku mungkin bisa habislebih dari seratus dolar.”Aku mengeluarkan buku cek dan mengibasngibaskannyamemutar bola mata seolahmeremehkan kekhawatirannya. “Itu sih enteng."Hari ini lumayan aneh. Aku menikmatinya.Bahkan saat di tempat penimbunan barang bekassekalipun, di bawah guyuran hujan dan berlepotanlumpur setinggi pergelangan kaki. Awalnya akupenasaran apakah itu hanya aftershock setelahkehilangan perasaan kebas, tapi menurutku itubukan penjelasan yang cukup masuk akal.

Aku mulai berpikir penyebab terbesarnya adalahJacob. Bukan hanya karena ia selalu senangbertemu denganku, atau bahwa ia tidak diam-diammelirikku dari sudut matanya, menunggu akumelakukan sesuatu yang bisa membuatku dikiragila atau depresi. Sama sekali tak adahubungannya denganku. Penyebabnya adalahJacob sendiri. Pada dasarnya Jacob memangperiang, dan sifat periang itu terbawa dalamdirinya seperti aura, menularkannya pada siapapun yang kebetulan di dekatnya. Seperti bumi yangmengelilingi matahari, setiap kali ada orang dalamjangkauan gravitasinya, Jacob membuat merekamerasa hangat. Hal yang alamiah, bagian daridirinya yang sesungguhnya. Tak heran aku begitubersemangat ingin bertemu dengannya.Bahkan saat ia mengomentari lubang mengangadi dasbor-ku, itu tak lantas membuatku panikseperti seharusnya."Srereo-nya rusak, ya?" tanyanya heran."Yeah," dustaku.Jacob merogoh-rogoh ke balik lubang itu. "Siapayang mengeluarkannya? Kok sampai rusakbegini...""Aku," jawabku mengakui.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob terbahak. "Mungkin sebaiknya kau nantijangan sering-sering menyentuh motor.""Bukan masalah."Menurut Jacob, kami beruntung dalamperburuan kami di tempat penimbunan barang

bekas. Ia sangat bersemangat melihat beberapalogam penyok temuannya yang menghitam karenaoli; aku kagum karena ia bisa tahu kegunaanbenda-benda itu.Dari sana kami ke Checker Auto Parts diHoquiam. Dengan trukku, perjalanan ke sanamakan waktu dua jam lebih ke arah selatan,menyusuri jalan bebas hambatan yang berkelokkelok,tapi waktu berlalu tanpa terasa bila bersamaJacob. Ia mengobrol tentang teman-teman dansekolahnya, dan aku mendapati diriku mengajukanbanyak pertanyaan, bahkan tanpa berpura-pura,tapi karena benar-benar ingin mengetahuijawabannya."Dari tadi aku terus yang bicara," protes Jacobsetelah selesai bercerita panjang-lebar tentang Quildan huru-hara yang ditimbulkannya gara-garamengajak kencan pacar murid senior. "Bagaimanakalau sekarang gantian? Apa saja yang sedangterjadi di Forks? Di sana pasti jauh lebih serudaripada di La Push.""Salah," aku mendesah. "Benar-benar tidak adaapa-apa di sana. Teman-temanmu jauh lebihmenarik daripada teman-temanku. Aku sukateman-temanmu. Si Quil itu lucu."Kening Jacob berkerut. "Kurasa Quil sukapadamu."Aku tertawa. "Dia agak terlalu muda untukku."Kerutan di kening Jacob semakin dalam. "Diatidak terlalu lebih muda darimu. Hanya satu tahunbeberapa bulan."

Aku merasa kami tidak sedang membicarakan

http://ac-zzz.blogspot.com/

Quil lagi. Aku menjaga agar suaraku tetap ringan,menggoda. “Tentu, tapi mengingat perbedaankematangan antara cowok dan cewek, bukankahmenurutmu sebaiknya kita menghitungnya dalamusia anjing? Berapa umurku dalam usia anjing,kira dua belas tahun lebih tua?”Jacob tertawa, memutar bola matanya. "Oke,tapi kalau kau mau sok pilih-pilih seperti itu, kaujuga harus membuat perhitungan rata-rata sesuaiukuran tubuh. Kau kan kecil sekali, jadi sepuluhtahun harus dibuang dari total umurmu.""Seratus enam puluh senti kan tinggi rata-rata,"dengusku. "Bukan salahku kalau kau kelewattinggi."Kami saling mengolok-olok seperti itu hinggamencapai Hoquiam, masih memperdebatkanformula yang tepat untuk menentukan umur—akukehilangan dua tahun karena tidak bisa menggantiban, tapi mendapat satu tahun lagi karenaditugaskan mengurus pembukuan di rumahku—sampai kami tiba di Checker, dan Jacob haruskembali berkonsentrasi. Kami menemukan semuayang ada dalam daftarnya, dan Jacob yakin akanmencapai banyak kemajuan dengan onderdil yangsudah kami beli.Saat kami tiba kembali di La Push, umurku 23tahun dan dia 30—jelas ia menambahkankeahliannya mengutak-atik mesin untukmendongkrak umurnya.Aku belum melupakan alasanku melakukan ini.Dan, meski dalam prosesnya aku merasa lebih

bahagia daripada yang kuduga sebelumnya, takada alasan untuk mengubah keinginan awalku.Aku tetap ingin berbuat curang. Tidak masuk akalmemang, tapi aku benar-benar tak peduli. Akuakan melakukan hal paling ceroboh yang bisakulakukan di Forks. Jangan harap aku akan tetapmenepati janjiku sementara pihak lain sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

melanggarnya. Menghabiskan waktu bersamaJacob ternyata jauh lebih mengasyikkan daripadayang kuduga.Billy belum pulang, jadi kami tidak perlusembunyi-sembunyi menurunkan barang-barangbelanjaan kami. Begitu semua sudah kamihamparkan di lantai plastik dekat kotak perkakasJacob, Jacob langsung mulai bekerja sambil terusbicara dan tertawa-tawa sementara jari-jarinyamenyortir dengan ahli berbagai onderdil logam dihadapannya.Kepiawaian Jacob bekerja dengan tangan sangatmenakjubkan. Padahal tangannya tampak kelewatbesar untuk pekerjaan rumit yang harus dilakukandengan cermat dan tepat. Saat sedang bekerja,gerakannya nyaris terkesan anggun. Tidak sepertibila sedang berdiri; tubuhnya yang jangkung dankakinya yang besar membuatnya nyaris samakikuknya denganku.Quil dan Embry tidak muncul, jadi mungkinancaman Jacob kemarin ditanggapi serius olehmereka.Hari berlalu kelewat cepat. Sebentar saja harisudah gelap di mulut garasi, kemudian kamimendengar Billy memanggil kami.

Aku melompat dan membantu Jacob menyimpansemua peralatan, ragu-ragu karena tak yakinapakah aku boleh menyentuh bagian-bagiansepeda motor itu."Tinggalkan saja," kata Jacob. "Aku akan bekerjalagi nanti malam.""Jangan lupakan tugas sekolahmu atau tugaslainnya," kataku, merasa sedikit bersalah. Aku takingin Jacob mendapat masalah. Masalah itu hanyauntukku."Bella?"Kami sama-sama tersentak waktu suara Charlieyang familier menyeruak di antara pepohonan,

http://ac-zzz.blogspot.com/

kedengarannya dekat sekali."Sial," gerutuku. "Ya, sebentar!" teriakku ke arahrumah."Ayo pergi." Jacob tersenyum, menikmatiketegangan. Ia mematikan lampu, dan sesaat akuseolah-olah buta. Jacob menyambar tanganku danmenarikku keluar dari garasi, menembuspepohonan, kakinya menemukan jalan setapakyang sudah sangat dikenalnya dengan mudah.Tangannya kasar, dan sangat hangat.Meski ada jalan setapak, kami masih sajatersandung-sandung dalam gelap. Jadi kami samasamatertawa waktu rumah mulai tampak.Tawanya tidak terlalu dalam; ringan dan hanya dipermukaan, tapi tetap menyenangkan. Aku yakinJacob tidak menyadari secercah histeria didalamnya. Aku tidak biasa tertawa, dan tawa ituterasa menyenangkan tapi sekaligus meresahkan.

Charlie berdiri di teras belakang yang kecil,bersama Billy yang duduk di ambang pintu dibelakangnya."Hai, Dad," sapa kami berbarengan, dan itumembuat kami tertawa lagi.Charlie memandangiku dengan mata terbelalaklebar, lalu melirik sekilas ke bawah, melihat tanganJacob yang menggandeng tanganku."Billy mengundang kita makan malam," kataCharlie dengan nada biasa-biasa saja."Resep spageti super rahasiaku. Diwariskanturun-temurun ke beberapa generasi," kata Billydengan suara serak.Jacob mendengus. "Kurasa Ragu belum adaselama itu."Di dalam rumah penuh orang. Ada HarryClearwater bersama keluarganya—istrinya, Sue,yang samar-samar masih kuingat dari liburanmusim panas di Forks waktu aku masih kecil dulu,dan kedua anaknya. Leah murid senior seperti aku,

http://ac-zzz.blogspot.com/

tapi usianya setahun lebih tua. Kecantikannyaeksotis—kulit tembaga indah, rambut hitammengilat, bulu mata tebal seperti bulu ayam—dania sibuk sendiri. Sejak kami datang, ia terus asyikmengobrol di telepon rumah Billy, dan tidakkunjung berhenti. Seth berumur empat belastahun; ia mendengarkan setiap kata yang keluardari mulut Jacob dengan sorot mata mengidolakan.Karena tidak semua orang bisa ditampung dimeja dapur, Charlie dan Harry mengeluarkankursi-kursi ke halaman, dan kami makan spageti

dari piring yang diletakkan di pangkuan, dikeremangan cahaya lampu yang menyorot daribalik pintu rumah Charlie yang terbuka. Kaumlelaki mengobrolkan pertandingan, lalu Harry danCharlie menyusun rencana untuk memancingbersama-sama. Sue menyindir suaminya tentangkolesterolnya dan berusaha, meski gagal,membuatnya malu dan makan sesuatu yangberdaun dan berwarna hijau. Jacob mengobroldenganku dan Seth, yang sesekali menyela denganpenuh semangat setiap kali Jacob terlihat sepertimau melupakannya. Charlie menatapku, berusahaagar tidak kentara, dengan sorot mata senangnamun waspada.Berisik dan terkadang membingungkan rasanyasaat semua orang berlomba-lomba mengungguliyang lain dalam bercerita, dan tawa dari satulelucon diinterupsi dengan cerita tentang leluconlain. Aku tak perlu sering-sering bicara, tapi akubanyak tersenyum, dan itu hanya karena akumerasa ingin. Rasanya aku tak ingin pulang.Tapi, ini Washington, dan akhirnya hujanmembubarkan pertemuan kami; ruang tamu Billykelewat sempit untuk melanjutkan acara

kumpulkumpulkami. Charlie tadi naik mobil Harry, jadikami pulang naik trukku. Charlie bertanya tentang

http://ac-zzz.blogspot.com/

kegiatanku hari ini, dan sebagian besar yangkuceritakan benar—bahwa aku pergi dengan Jacobmencari onderdil kemudian menontonnya bekerjadi garasi.

"Menurutmu, kau akan mengunjunginya laginanti?” tanya Charlie, berusaha menunjukkansikap biasa-biasa saja."Besok sepulang sekolah,” aku mengakui. "Akuakan membawa PR-ku, jangan khawatir.""Pastikan kau melakukannya," perintah Charlie,berusaha menutupi perasaan puasnya.Aku merasa gelisah sesampai di rumah. Akutidak ingin naik ke lantai atas. Hangatnyakehadiran Jacob berangsur-angsur lenyap, dansebagai gantinya, perasaan resah semakin menjadijadi.Aku yakin aku tak mungkin tidur tenang duamalam berturut-turut.Untuk menunda tidur aku mengecek e-mail; adapesan baru dari Renee.Ia menulis tentang kegiatannya hari itu, tentangklub buku yang mengisi waktu luang karena iakeluar dari kelas meditasi, tentang pengalamannyaminggu ini menjadi guru pengganti di kelas dua,membuatnya merindukan murid-murid TK-nya. Iajuga menulis tentang Phil yang menikmatipekerjaan barunya sebagai pelatih, dan bahwamereka berencana berbulan madu kedua ke DisneyWorld.Dan aku membaca semuanya seperti membacabuku harian, bukan surat yang ditujukan untukorang lain. Hatiku dilanda perasaan menyesal,membuat perasaanku tertusuk. Aku ini bukananak baik.Aku membalas e-mail-nya dengan cepat,mengomentari setiap bagian suratnya, dan

menceritakan aktivitasku juga—kuceritakantentang pesta spageti di rumah Billy dan apa yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

kurasakan saat menonton Jacob membuat sesuatuyang berguna dari potongan-potongan kecillogam—kagum dan sedikit iri. Aku sama sekalitidak mengungkit tentang perubahan nyata dalamsurat ini dibandingkan surat-surat lain yangditerima ibuku dalam beberapa bulan terakhir. Akubahkan nyaris tak ingat apa yang kutulis semingguyang lalu, tapi aku yakin isinya pasti sangat tidakresponsif. Semakin dipikir, semakin aku merasabersalah; aku pasti benar-benar membuat ibukukhawatir.Aku masih bertahan sampai jauh malamsesudah itu, menyelesaikan PR lebih banyakdaripada yang seharusnya kukerjakan. Tapi meskikurang tidur dan sudah menghabiskan hampirseharian bersama Jacob—merasa nyaris bahagia—ternyata itu tetap tak bisa menjauhkan mimpiburuk dari tidurku selama dua malam berturutturut.Saat bangun aku gemetaran, teriakanku teredambantal. Ketika cahaya pagi yang samar masukmelalui jendelaku, aku diam tak bergerak di tempattidur dan mencoba mengenyahkan mimpi burukitu. Tapi ada sedikit perbedaan dalam mimpi tadimalam, dan aku berkonsentrasi mengingatnya.Semalam aku tidak sendirian di hutan. SamUley—lelaki yang menemukanku di hutan padamalam yang tidak sanggup kupikirkan dalamkeadaan sadar itu—ada di sana. Perubahan yanganeh dan tak terduga-duga. Yang mengejutkan,

mata gelapnya memancarkan sorot tidak ramah,sarat rahasia yang sepertinya tak ingin ia bagikanpadaku. Kupandangi dia sesering yang bisadilakukan mataku yang jelalatan mencari-cari; akujadi gelisah, selain perasaan panik yang biasa,karena ia ada di sana. Mungkin itu karena, bilaaku tidak sedang menatap langsung ke arahnya,bentuk badannya seolah menggeletar dan berubahdalam tatapanku. Tapi ia tidak melakukan apa-apa

http://ac-zzz.blogspot.com/

kecuali berdiri dan memandangiku. Tidak sepertiwaktu kami bertemu di dunia nyata, ia tidakmenawarkan bantuan.Charlie memandangiku selama sarapan, dan akuberusaha mengabaikannya. Kurasa aku pantasmenerimanya. Aku tak bisa berharap ayahku tidakmengkhawatirkan aku. Mungkin butuh berminggu minggubaru ia akan berhenti memandangikuseolah-olah menunggu aksi zombie-ku munculkembali, jadi aku harus berusaha untuk tidakmembiarkan itu menggangguku. Bagaimanapun,aku sendiri juga akan mengawasi kemunculan lagisi zombie itu. Dua hari belum cukup untukmenganggap diriku sudah benar-benar sembuh.Sekolah justru sebaliknya. Sekarang setelah akumemerhatikan, kentara sekali tak ada yangmemerhatikanku.Aku ingat hari pertama aku datang ke ForksHigh School—betapa aku sangat berharap bisaberubah warna menjadi abu-abu dan menghilangke balik beton trotoar yang basah seperti bunglonraksasa. Tampaknya permohonanku terkabul, satutahun terlambat.

Rasanya seolah-olah aku tidak di sana. Bahkanmata guru-guru melewati kursiku seolah-olahkursi itu kosong.Aku mendengar segalanya sepanjang pagi, sekalilagi mendengar suara-suara orang di sekelilingku.Aku berusaha mengetahui apa yang terjadi, tapiobrolan mereka terpotong-potong jadi akhirnya akumenyerah.Jessica tidak mendongak waktu aku duduk disebelahnya di kelas Kalkulus."Hai, Jess," sapaku sok biasa-biasa saja."Bagaimana sisa akhir minggumu kemarin?"Jessica menengadah dengan sorot mata curiga.Mungkinkah ia masih marah? Atau hanya tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

sabar menghadapi orang gila?"Super," jawabnya, mengalihkan perhatiankembali ke bukunya."Bagus," gumamku.Istilah "menganggap sepi" sangat tepatmenggambarkan sikap Jessica saat itu. Aku bisamerasakan udara hangat berhembus dari kisi-kisidi lantai, tapi tetap saja aku kedinginan.Kuambil jaket yang tadi kusampirkan kepunggung kursi, lalu memakainya lagi.Pelajaran keempatku berakhir terlambat, jadimeja tempatku biasa makan siang sudah penuhwaktu aku sampai di sana. Mike sudah ada disana, begitu juga Jessica dan Angela, Conner,Tyler, Eric, dan Lauren. Katie Marshall, muridjunior berambut merah yang rumahnya dekat

dengan rumahku, duduk bersama Eric, dan AustinMarks—kakak cowok yang memberiku motor—duduk di sebelahnya. Aku bertanya-tanya dalamhati sejak kapan mereka duduk di sini, tidak ingatapakah ini yang pertama kali atau sudah menjadikebiasaan.Aku mulai kesal pada diriku sendiri. Rasanyaseolah-olah aku dimasukkan ke kardus dandipendam dalam biji-biji Styrofoam selamasemester lalu.Tidak ada yang mendongak waktu aku duduk disebelah Mike, walaupun kursiku berderit nyaringmenggores lantai linoleum waktu aku menariknya.Aku berusaha mengikuti obrolan.Mike dan Conner asyik mengobrol tentangolahraga, jadi aku langsung menyerah, tidak bisamengikuti obrolan mereka."Ke mana Ben hari ini?" tanya Lauren padaAngela. Aku tergugah, tertarik. Aku penasaranapakah itu berarti Angela dan Ben masih pacaran.Aku nyaris tidak mengenali Lauren. Rambutpirangnya yang halus seperti sutra dipotong

http://ac-zzz.blogspot.com/

pendek—sekarang rambutnya model pixicsuperpendek, sampai-sampai bagian belakangnyadicukur habis kayak cowok. Aneh sekali. Kalausaja aku tahu alasan di baliknya. Mungkin adapermen karet yang menempel di rambutnya? Ataujangan-jangan ia menjual rambutnya? Apakahorang-orang yang biasa diperlakukan tidak baikolehnya memergokinya sendirian di belakang gymdan menggundulinya? Kuputuskan tidak adil

menilainya dari pendapatku dulu. Siapa tahusekarang ia sudah berubah jadi baik."Ben kena flu perut," jawab Angela dengan suarapelan dan kalem. "Mudah-mudahan tidak lamasakitnya. Semalam sakitnya parah sekali."Angela juga mengubah model rambutnya.Sekarang layer di rambutnya sudah dipanjangkan.“Apa saja yang kalian lakukan akhir minggukemarin?" tanya Jessica. kedengarannya tidakterlalu memedulikan jawabannya. Berani bertaruh,itu pasti hanya pancingan supaya ia bisamenceritakan ceritanya sendiri. Aku penasaranapakah ia akan bercerita tentang Port Angelessementara aku duduk hanya dua kursi jauhnyadari dia? Apakah aku begitu tidak kasatmata,sehingga tidak ada yang merasa tidak nyamanmembicarakan aku padahal aku ada di sini?"Sebenarnya kami berniat piknik hari Sabtu,tapi... berubah pikiran," cerita Angela. Ada sedikitketegangan dalam suaranya yang menarikperhatianku.Kalau Jess, tetap saja tidak peduli. "Sayangsekali," katanya, bersiap membeberkan ceritanyasendiri. Tapi ternyata bukan hanya aku yangmemerhatikan."Apa yang terjadi?" tanya Lauren ingin tahu.“Well," jawab Angela, terkesan lebih ragu-ragudaripada biasanya, walaupun ia memang selaluberhati-hati. "Kami naik mobil ke utara, hampir

http://ac-zzz.blogspot.com/

sampai ke sumber air panas—di sana ada tempatyang asyik untuk piknik, kira-kira satu setengah

kilometer menyusuri jalan setapak. Tapi baruseparo jalan menuju ke sana... kami melihatsesuatu.""Melihat sesuatu? Apa?" Alis Lauren yang pucatbertaut. Bahkan Jess sepertinya mendengarkansekarang."Entahlah," jawab Angela. "Kami pikir ituberuang. Soalnya warnanya hitam, tapisepertinya... terlalu besar."Lauren mendengus. "Oh, masa kau juga!" Sorotmatanya berubah mengejek, dan kuputuskanmenarik kembali keraguanku barusan. Jelas,kepribadiannya belum banyak berubah, tidakseperti rambutnya. "Tyler juga berusahameyakinkanku dengan cerita mengenai beruangminggu lalu.""Tak mungkin ada beruang berkeliaran sedekatitu dengan pemukiman penduduk," kata Jessica,berpihak pada Lauren."Sungguh," protes Angela dengan suara rendah,menunduk memandang meja. "Kami benar-benarmelihatnya."Lauren tertawa meremehkan. Mike masih asyikmengobrol dengan Conner, tidak memerhatikanmereka."Tidak, dia benar," selaku tak sabar. "Hari Sabtukemarin ada hiker yang mengaku melihat beruangjuga, Angela. Katanya, beruang itu besar danhitam, dan tidak jauh di luar kota. Benar kan,Mike?"

Suasana langsung sunyi. Setiap pasang mata dimeja itu berpaling dan menatapku dengan shock.Si cewek baru, Katie, mulutnya ternganga sepertibaru saja menyaksikan ledakan. Tidak ada yangbergerak.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Mike?" gumamku, malu. "Ingat, tidak, orangyang bercerita soal beruang itu?""T-tentu," jawab Mike terbata-bata sedetikkemudian. Entah mengapa ia memandangkuseaneh itu. Aku bicara dengannya di tempat kerja,kan? Benar, kan? Kalau tidak salah sih begitu...Mike pulih dari kagetnya. "Yeah, tempo hari adaorang bilang dia melihat beruang hitam besar diujung jalan setapak lebih besar daripada grizzly.""Hmph." Lauren berpaling pada Jessica,bahunya mengejap lalu langsung mengubah topik."Sudah dapat kabar dari USC?" tanyanya.Semua ikut berpaling, kecuali Mike dan Angela.Angela tersenyum ragu-ragu padaku, dan akuburu-buru membalas senyumnya."Omong-omong, apa saja kegiatanmu akhirpekan kemarin, Bella?" tanya Mike ingin tahu, tapianehnya waswas.Semua kecuali Lauren menoleh, menunggujawabanku."Jumat malam Jessica dan aku nonton film diPort Angeles, Sabtu siang dan hampir sepanjanghari Minggu kuhabiskan di La Push.”

Beberapa pasang mata menatapku dan Jessicaberganti-ganti. Jessica tampak kesal. Aku jadibertanya-tanya dalam hati apakah itu karena ia takingin orang lain tahu ia pergi bersamaku, ataukarena ingin ia yang bercerita."Kalian nonton film apa?" tanya Mike, mulaitersenyum."Dead End—yang ada zombie-nya itu lho." Akunyengir memberi semangat. Mungkin sebagiankerusakan yang kubuat selama bulan-bulanzombie-ku kemarin masih bisa diperbaiki."Dengar-dengar, filmnya seram ya. Menurutmubegitu?" Mike bersemangat meneruskan obrolan."Bella bahkan keluar di akhir film, sakingketakutannya," sela Jessica sambil tersenyum licik.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku mengangguk, berusaha menunjukkan wajahmalu. "Seram abis."Mike tak henti-hentinya menanyaiku sampaimakan siang berakhir. Berangsur-angsur, yanglain-lain bisa memulai obrolan lain, meski masihsering memandangiku. Angela lebih seringmengobrol dengan Mike dan aku, dan, waktu akuberdiri untuk membuang sisa-sisa makanan darinampan, ia mengikuti."Trims ya," katanya pelan setelah kami jauh darimeja."Untuk apa?""Untuk berbicara, membelaku tadi.""Bukan masalah."

Angela menatapku prihatin, tapi bukan karenaia mengira aku sudah sinting. "Kau baik-baiksaja?"Inilah sebabnya aku lebih memilih Jessicadaripada Angela—walaupun aku lebih menyukaiAngela—untuk menemaniku jalan bareng. KarenaAngela terlalu cepat mengerti."Tidak sepenuhnya," aku mengakui. "Tapi sudahsedikit lebih baik.""Aku senang," ucapnya. "Aku kehilangan kauselama ini."Saat itulah Lauren dan Jessica melenggangmelewati kami, dan aku mendengar Laurenberbisik keras, "Aduh senangnya. Bella sudahkembali."Angela memutar bola matanya pada mereka, dantersenyum padaku dengan sikap menyemangati.Aku mendesah. Rasanya seperti memulai dariawal lagi."Hari ini tanggal berapa?" tanyaku tiba-tiba."Sembilan belas Januari.""Hmm.""Memangnya kenapa?" tanya Angela."Kemarin tepat satu tahun aku memulai hari

http://ac-zzz.blogspot.com/

pertamaku di sini," kenangku.“Tidak banyak yang berubah," gumam Angela,memandang Lauren dan Jessica.

"Memang," sahutku sependapat. "Aku jugaberpikir begitu.

7. PENGULANGANENTAH apa yang kulakukan di sini.Apakah aku berusaha mendorong diriku kembalike keadaan seperti zombie? Apakah aku sudahberubah menjadi masokis—senang disiksa?Seharusnya aku langsung ke La Push. Aku merasajauh. jauh lebih sehat bila bersama Jacob, Inibukan hal yang sehat untuk dilakukan.Tapi aku terus saja mengendarai trukku pelanpelanmenembus jalan yang ditumbuhi semaksemakliar di kiri-kanan-nya, meliuk-liukmenerobos pepohonan yang melengkung di ataskepala bagai terowongan hijau yang hidup. Keduatanganku gemetar, dan aku mempereratcengkeramanku pada setir.Aku tahu sebagian alasanku melakukan inikarena mimpi buruk itu; sekarang setelah akubenar-benar terbangun, kehampaan mimpi itumenggerogoti saraf-sarafku, seperti anjingmengkhawatirkan di mana tulangnya dikubur. Adasesuatu yang harus dicari. Tak bisa diraih danmustahil, tidak peduli dan tidak perhatian... tapidia ada di luar sana, di suatu tempat. Aku harusmemercayai hal itu.Sebagian yang lain adalah sensasi pengulangananeh seperti yang kurasakan di sekolah tadi,

tanggal yang kebetulan itu. perasaan bahwa akumemulai dari awal lagi—mungkin akan begitulahhari pertamaku jadinya bila aku sungguh-sungguhmenjadi orang yang paling tidak biasa di kafeteriasiang itu.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Kata-kata itu memenuhi kepalaku, tanpa nada,seolah-olah aku membaca dan bukanmendengarnya langsung:Nantinya akan terasa seolah-olah aku tak pernahada.Aku membohongi diri sendiri dengan membagialasan kedatanganku ke sini menjadi hanya duabagian. Aku tak mau mengakui motivasi terbesar.Karena secara mental itu tidak waras.Sebenarnya, aku ingin mendengar suaranya lagi,seperti delusi aneh yang kualami Jumat malamlalu. Untuk waktu yang singkat itu, ketikasuaranya datang dari bagian lain selain ingatansadarku, ketika suaranya terdengar sempurna dansemanis madu, bukan gaung lemah seperti yangbiasa dimunculkan kenanganku, aku bisamengingatnya tanpa merasa sedih. Itu tidakbertahan lama; kepedihan itu kembalimenyerangku, sesuatu yang aku yakin pasti akanterjadi setelah aku melakukan tindakan cerobohini. Tapi momen-momen berharga saat aku bisamendengarnya lagi bagaikan rayuan yang tak bisaditolak. Aku harus mencari cara untuk mengulangipengalaman itu... atau mungkin istilah yang lebihtepat adalah episode.Aku berharap deja vu adalah kuncinya. Itusebabnya aku akan pergi ke rumahnya, yang tak

pernah kuinjak lagi sejak pesta ulang tahunkuyang sial itu, beberapa bulan silam.Tumbuh-tumbuhan lebat dan nyaris menyerupaihutan belantara merayap lamban di sampingjendela trukku, meluncur dan meluncur terus.Kupercepat laju trukku, mulai gelisah. Sudahberapa lama aku menyetir? Bukankah seharusnyaaku sudah sampai di rumah itu? Tetumbuhanbegitu menyemak hingga jalan yang kulalui tampakasing.Bagaimana kalau aku tak bisa menemukannya?

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku bergidik. Bagaimana kalau tidak ada buktinyata sama sekali?Kemudian kelebatan pepohonan mulaimerenggang, persis seperti yang kucari, hanya sajasekarang tidak terlalu kentara. Flora di sini tidakmenunggu lama untuk mengklaim kembali tanahyang dibiarkan tak dijaga. Pakis-pakisan tinggisudah menyusup ke padang rumput di sekelilingrumah, mengimpit batang-batang pohon cedar,bahkan sampai ke teras yang lebar. Seolah-olahhalaman dibanjiri—setinggi pinggang—dengangelombang hijau berombak-ombak.Dan rumah itu ada di sana, tapi tidak sama.Meski tidak ada yang berubah di bagian luar,namun kekosongan berteriak dari jendelajendelanyayang melompong. Mengerikan. Untukpertama kali semenjak melihat rumah indah ini,aku merasa ini tempat yang tepat untuk kediamanvampir.Kuinjak rem dalam-dalam, berpaling. Aku takberani maju lebih jauh lagi.

Tapi tak ada yang terjadi. Tidak ada suara apaapadalam benakku.Aku membiarkan mesin truk tetap menyala danmelompat ke dalam lautan pakis. Mungkin, sepertiJumat malam lalu, kalau aku melangkah maju...Pelan-pelan aku berjalan menghampiri bagiandepan rumah yang sepi dan kosong, mesin trukkumenggemuruh menenangkan di belakangku. Akuberhenti sesampainya di tangga teras, karena tidakada apa-apa di sini. Tidak tersisa sedikit pun kesanbahwa mereka pernah di sini... bahwa ia pernah disini. Rumah itu memang masih berdiri kokoh, tapiitu tidak banyak berarti. Realita konkretnya tidakakan mengenyahkan kehampaan mimpi burukku.Aku tidak berjalan lebih dekat lagi. Aku tidakingin melongok ke dalam jendela. Entah mana yanglebih berat dilihat. Bila ruangan-ruangan di

http://ac-zzz.blogspot.com/

dalamnya melompong, bergaung kosong dari lantaike langit-langit, itu pasti akan sangat menyakitkan.Seperti waktu nenekku meninggal, saat ibukuberkeras menyuruhku tetap di luar sebelum Beliaudimakamkan. Alasannya, aku tidak perlu melihatGran seperti itu, mengingatnya seperti itu, lebihbaik mengingatnya seperti waktu ia masih hidup.Tapi apakah tidak lebih buruk bila semuanyatetap sama? Bila sofa-sofa itu masih berada ditempat aku terakhir kali melihatnya, lukisanlukisanmasih terpajang di dinding—dan lebihparah lagi, piano itu masih bertengger dipanggungnya yang rendah? Itu hanya bisaditandingi dengan rumah ini lenyap tanpa bekas,melihat benda-benda itu teronggok begitu saja.

Bahwa semua masih sama, tak disentuh dandilupakan, ditinggalkan pemiliknya.Sama seperti aku.Aku berbalik memunggungi kekosongan yangmenyayat hati itu dan bergegas kembali ke truk.Hampir saja aku berlari. Aku ingin secepatnyapergi dari sini, kembali ke dunia manusia. Akumerasa diriku hampa, dan aku ingin bertemuJacob. Mungkin ada penyakit lain yangberkembang dalam diriku, kecanduan lain, sepertikekebasan yang kurasakan sebelumnya. Aku takpeduli. Kuinjak pedal gas dalam-dalam, memacutrukku secepat mungkin, menggelinding menuju"obat" yang dapat memuaskan kecanduanku.Jacob sudah menungguku. Dadaku seakanmerileks begitu melihatnya, membuatku mudahbernapas."Hai, Bella," serunya.Aku tersenyum lega. “Hai, Jacob" Kulambaikantangan pada Billy yang memandang ke luarjendela."Ayo kita segera bekerja," kata Jacob dengansuara pelan namun bersemangat.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Entah bagaimana aku bisa tertawa. "Kau benarbenarbelum muak padaku, ya?" aku penasaran. Iasendiri pasti mulai bertanya-tanya, sebegitu putusasanya aku ingin punya teman.Jacob berjalan menduluiku mengitari rumahuntuk menuju garasi."Nggak. Belum."

"Tolong beritahu aku kapan aku mulaimembuatmu kesal. Aku tidak mau menjadipengganggu.""Oke." Jacob tertawa, suaranya sengau. "Tapikalau aku jadi kau, aku tidak bakal terlaluberharap."Saat melangkah memasuki garasi, aku shockmelihat motor merah itu sudah berdiri, tampaklebih mirip motor daripada onggokan besi tua.“Jake, hebat benar kau," desahku.Lagi-lagi Jake tertawa. "Aku jadi obsesif bilasedang mengerjakan proyek." Ia mengangkat bahu."Kalau pintar sih, seharusnya aku berlama-lamamengerjakannya.""Kenapa?"Jacob menunduk, berdiam diri lama sekalihingga aku sempat bertanya-tanya apakah iamendengar pertanyaanku. Akhirnya, ia bertanyapadaku, "Bella, seandainya aku berkata tidak bisamembetulkan sepeda-sepeda motor itu, apa yangakan kaukatakan?"Aku juga tidak langsung menjawab, dan Jacobmendongak untuk mengecek ekspresiku."Aku akan berkata... sayang sekali, tapi beranitaruhan, kita pasti bisa mencari kegiatan lainuntuk dilakukan. Kalau kepepet sih, kita bahkanbisa mengerjakan PR bersama."Jacob tersenyum, dan bahunya kembali rileks. Iaduduk di sebelah motor dan memungut obeng.

"Menurutmu kau masih akan datang ke sini kalau

http://ac-zzz.blogspot.com/

aku sudah selesai memperbaikinya, begitu?""Jadi maksudmu itu ya?" Aku menggeleng."Kurasa aku memang sengaja memanfaatkankeahlian mekanikmu yang kelewat murah itu. Tapiselama kau masih mengizinkan aku datang ke sini,aku pasti datang.""Berharap ketemu Quil lagi?" godanya."Ketahuan deh."Jacob terkekeh. "Kau benar-benar sukamenghabiskan waktu bersamaku?" tanyanya,takjub."Suka, suka sekali. Dan akan kubuktikan. Akuharus kerja besok, tapi Rabu-nya kita bisamelakukan sesuatu yang tidak ada hubungannyadengan perbengkelan.""Seperti apa?""Entahlah. Kita bisa pergi ke rumahku supayakau tidak tergoda untuk menjadi obsesif. Kau bisamembawa tugas sekolahmu—kau pasti banyakketinggalan pelajaran, karena aku tahu aku punbegitu.""Boleh juga bikin PR bareng." Jacob mengernyitdan aku bertanya-tanya dalam hati berapa banyakPR yang sudah lalai ia kerjakan agar bisabersamaku."Benar," aku sependapat. "Kita harus mulaimenunjukkan sikap bertanggung jawab sesekali,kalau tidak Billy dan Charlie tidak bakal semudahini memberi izin," Aku membuat isyarat yang

menggambarkan kami sebagai kesatuan. Jacobsenang melihatnya—wajahnya berseri-seri."Mengerjakan PR sekali seminggu?" usulnya.“Mungkin lebih baik dua kali," akumenyarankan, membayangkan setumpuk PR yangbaru saja diberikan hari ini.Jacob mengembuskan napas berat. Lalu iamengulurkan tangan melewati kotak perkakas,mengambil kantong kertas. Dari dalamnya ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengeluarkan dua kaleng soda, membuka satudan menyodorkannya padaku. Lalu dibukanyakaleng kedua dan diangkatnya dengan sikapseperti hendak bersulang."Ini untuk tanggung jawab," katanya. "Dua kaliseminggu.""Dan kecerobohan pada setiap hari diantaranya," aku menekankanJacob nyengir dan menempelkan kalengnya kekalengku.Aku sampai di rumah lebih malam daripadayang kurencanakan, dan mendapati Charlie sudahmemesan pizza dan bukannya menunggukupulang. Ia tidak menerima permintaan maafku."Tidak apa-apa," ia meyakinkan aku. "Sesekalikau pantas mendapat istirahat dari tugasmemasak."Aku tahu Charlie hanya merasa lega karena akumasih bersikap layaknya manusia normal, dantidak ingin merusak suasana.

Aku mengecek e-mail dulu sebelum mulaimengerjakan PR. Ternyata ada balasan dari Renee.Ia bersemangat sekali mengomentari setiap halyang kutulis kemarin, jadi aku pun membalasnyadengan penjelasan panjang-lebar tentangkegiatanku hari ini. Semua kecuali tentang sepedamotor. Bahkan Renee yang periang itu bakaljantungan kalau kuceritakan.Suasana sekolah hari Selasa lumayanmenyenangkan – Angela dan Mike sepertinya siapmenyambutku kembali dengan tangan terbuka—dengan berbaik hati melupakan sikapku yangmenyimpang beberapa bulan terakhir ini.Sementara Jess masih menolak. Aku jadipenasaran jangan-jangan ia membutuhkan suratpermintaan maaf resmi atas insiden di Port Angelestempo hari.Mike riang dan cerewet sekali saat bekerja.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Seolah-olah selama ini ia menyimpan bahanobrolan selama satu semester dan menumpahkansemuanya sekarang. Aku mendapati diriku bisatersenyum dan tertawa bersamanya, meski tidaksemudah bila aku bersama Jacob. Kelihatannyatidak ada maksud apa-apa di baliknya, sampai tibawaktunya untuk pulang.Mike memasang tanda "TUTUP" di etalasesementara aku melipat rompiku danmenjejalkannya di bawah konter."Menyenangkan sekali malam ini," kata Mikesenang."Yeah," aku sependapat, meski lebih sukamenghabiskan soreku di garasi.

"Sayang kau harus keluar sebelum filmnyaselesai minggu lalu."Aku agak bingung mengikuti jalan pikirannya.Kuangkat bahuku. "Kurasa aku memang penakut.""Maksudku, seharusnya kau nonton film yanglebih bagus, yang kau suka," ia menjelaskan."Oh," gumamku, masih bingung."Seperti misalnya Jumat ini. Bersamaku. Kitabisa pergi nonton film yang tidak seram samasekali.”Kugigit bibirku.Aku tidak ingin merusak hubunganku denganMike, tidak bila dialah salah satu dari sedikit orangyang siap memaafkanku atas sikap gilaku. Tapi ini,lagi-lagi, terasa sangat familier. Seakan-akanperistiwa tahun lalu tak pernah terjadi. Kalau sajakali ini aku bisa memakai Jess sebagai alasan.“Maksudmu berkencan?" tanyaku. Bersikapjujur mungkin langkah terbaik yang bisa diambilsaat ini. Langsung ke pokok masalah.Mike mencerna nada suaraku. "Kalau kau mau.Tapi tidak perlu begitu juga.""Aku tidak mau berkencan," jawabku lambatlambat,menyadari betapa benar hal itu. Seisi

http://ac-zzz.blogspot.com/

dunia terasa sangat jauh denganku sekarang."Hanya sebagai teman?" Mike mengusulkan.Bola matanya yang biru jernih sekarang tidaktampak terlalu bersemangat. Kuharap ia

bersungguh-sungguh waktu mengatakan kami bisajadi teman saja."Pasti asyik. Tapi sayangnya aku sudah punyaacara Jumat nanti, jadi bagaimana kalau minggudepan?""Kau mau ngapain?" tanyanya, lebih ingin tahudaripada yang kurasa ingin ia tunjukkan."Bikin PR. Aku sudah... janji akan belajarbersama teman.”"Oh. Oke. Mungkin minggu depan."Mike mengantarku ke trukku, sikapnya tidakseceria tadi. Aku jadi teringat bulan-bulanpertamaku di Forks. Lingkaran kehidupankuseolah kembali ke titik awal, dan sekarangsemuanya terasa bagaikan gema—gema yangkosong, tanpa ketertarikan seperti dulu.Esok malamnya Charlie tidak kelihatan kagetsedikit pun melihat Jacob dan aku berselonjor dilantai ruang tamu dengan buku pelajaranbertebaran di mana-mana, jadi kurasa ia dan Billydiam-diam membicarakan kegiatan kami.“Hai, Anak-anak," sapanya, matanya mengarahke dapur. Aroma lasagna yang kubuat sesoreantadi—sementara Jacob menonton dan sesekalimencicipi—menguar ke ruang depan; aku sengajaberbuat baik, berusaha menebus dosa gara-garamembiarkan Charlie memesan pizza terus.Jacob ikut makan malam bersama kami, lalupulang sambil membawa sepiring makanan untukBilly. Dengan enggan ia menambahkan satu tahun

lagi ke umurku yang masih bisa dinegosiasikankarena kepiawaianku memasak.Hari Jumat kami nongkrong di garasi, dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sabtu-nya, usai bekerja di Newtons, kami bikin PRlagi. Charlie merasa cukup yakin aku sudahkembali waras sehingga mau pergi memancingbersama Harry. Waktu ia pulang, kami sudahselesai mengerjakan PR—merasa sangatbertanggung jawab dan dewasa—dan sedangmenonton Monster Garage di Discovery Channel."Mungkin sebaiknya aku pulang," Jacobmendesah. "Ternyata sudah malam sekali.""Oke, baiklah," gerutuku. "Kuantar kau pulang."Jacob tertawa melihat ekspresiku yangkeberatan—sepertinya itu membuatnya senang."Besok kembali bekerja," kataku begitu kamisudah aman di dalam truk. "Jam berapa kau mauaku datang?"Ada kesan riang yang tak bisa dijelaskanterpancar dari senyumnya. "Kutelepon kau dulu,oke?""Tentu." Keningku berkerut, bertanya-tanya adaapa. Senyum Jacob semakin lebar.Aku membersihkan rumah keesokan paginya—sambil menunggu Jacob menelepon sekaligusberusaha mengenyahkan mimpi burukku yangterakhir. Pemandangannya berubah. Semalam akuberkelana di tengah lautan pakis yang diselingipohon hemlock raksasa di sana-sini. Tidak adaapa-apa lagi di sana, dan aku tersesat,

menggelandang tanpa tujuan dan sen dirian, tidakmencari apa-apa. Ingin rasanya kumarahi dirikusendiri karena pergi ke sana minggu lalu.Kutepiskan mimpi itu dari pikiran sadarku,berharap mimpi tersebut akan terkunci rapat disuatu tempat dan tidak muncul lagi.Charlie sedang mencuci mobil patrolinya di luar,jadi ketika telepon berdering, aku langsungmenjatuhkan sikat WC dan lari ke bawah untukmengangkatnya."Halo?" jawabku terengah-engah.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Bella." kata Jacob, nadanya aneh dan formal."Hai, Jake""Aku yakin kita... ada kencan hari ini," katanya,nadanya sarat makna terselubung.Butuh waktu sedetik bagiku untukmencernanya. "Sudah selesai? Aku tidak percaya!"Waktunya benar-benar tepat. Aku membutuhkansesuatu yang bisa mengalihkan pikiranku darimimpi buruk dan kehampaan."Yeah, dua-duanya sudah berfungsi lagi.""Jacob, kau ini benar-benar, tidak diragukanlagi, orang paling berbakat dan hebat yang pernahkukenal. Usiamu bertambah sepuluh tahun karenaini.""Keren! Jadi sekarang aku sudah separo baya."Aku tertawa. "Aku akan segera ke sana!"

Kulempar semua peralatan bersih-bersihku kebawah konter kamar mandi, lalu kusambarjaketku."Mau ke rumah Jake," kata Charlie waktu akuberlari melewatinya. Itu bukan pertanyaan.“Yep," sahutku sambil meloncat ke truk."Aku nanti akan ke kantor," Charlie berserupadaku.“Oke," aku balas berteriak, memutar kunci.Charlie mengatakan sesuatu, tapi aku tak bisamendengarnya dengan jelas karena terhalangraungan mesin truk. Ke dengarannya seperti,"Buru-buru amat?"Kuparkir trukku di sisi rumah keluarga Black,dekat pepohonan, supaya kami bisa lebih mudahmenyelundupkan sepeda-sepeda motor itu keluar.Waktu aku turun, secercah warna berkelebatmenarik perhatianku—dua motor mengilap, satumerah, satu hitam, tersembunyi di balik semak,tidak tampak dari rumah. Jacob sudah siap.Sepotong pita biru diikat membentuk pita kecildi setiap setang motor. Aku tertawa melihatnya

http://ac-zzz.blogspot.com/

sewaktu Jacob menghambur keluar rumah."Siap?" tanyanya pelan, matanya berbinar-binar.Aku menengok ke belakang bahunya, tapi tidakada tanda-tanda kehadiran Billy."Yeah," jawabku, tapi tidak merasa terlalubersemangat seperti sebelumnya; aku mencoba

membayangkan diriku benar-benar menunggangisepeda motor itu.Dengan enteng Jacob menaikkan sepeda-sepedamotor itu ke bak belakang trukku,membaringkannya dengan hati-hati agar tidakterlihat."Ayo," ajaknya, suaranya lebih tinggi daripadabiasanya karena bersemangat. "Aku tahu tempatyang aman—tidak ada yang akan memergoki kitadi sana."Kami ke luar kota menuju selatan. Jalan tanahberkelok-kelok keluar-masuk hutan—terkadangtidak tampak pemandangan lain selain pepohonan,dan sejurus kemudian tiba-tiba tampakpemandangan indah Samudera Pasifikmembentang luas, jauh hingga ke batas cakrawala,abu-abu gelap di bawah awan-awan. Kami beradadi atas pantai, di puncak tebing-tebing yangmembatasi pantai di sini, dan pemandangannyaseakan membentang luas hingga ke ujung bumi.Aku mengendarai trukku pelan-pelan, supayabisa dengan aman memandangi samudra luassesekali, sementara jalan berkelok-kelok semakindekat ke tebing-tebing laut. Jacob bercerita tentangkeberhasilannya memperbaiki kedua sepeda motoritu, tapi penjelasannya mulai mengarah ke hal-halteknis, jadi aku tidak begitu memerhatikan.Saat itulah aku melihat empat orang berdiri ditubir batu, terlalu dekat ke pinggir tebing. Darijauh aku tidak bisa menebak usia mereka, tapiasumsiku mereka lelaki dewasa. Meski hari ini

http://ac-zzz.blogspot.com/

dingin, kelihatannya mereka hanya mengenakancelana pendek.Kulihat lelaki yang tubuhnya paling tinggi majusemakin dekat ke pinggir tebing. Otomatis akumemperlambat laju truk, kakiku ragu-ragu di pedalrem.Dan detik berikutnya, lelaki itu menjatuhkandirinya dari pinggir tebing."Tidak!" teriakku, menginjak rem dalam-dalam."Ada apa?" Jacob balas berteriak, kaget."Orang itu—dia baru saja melompat dari pinggirtebing! Mengapa mereka tidak mencegahnya? Kitaharus menelepon ambulans!" Kubentangkan pintutruk lebar-lebar dan melompat keluar, tindakanyang sama sekali tak masuk akal. Jalan tercepat kepesawat telepon adalah kembali ke rumah BillyTapi aku tidak memercayai apa yang baru sajakulihat. Mungkin di alam bawah sadarku, akuberharap akan melihat sesuatu yang berbeda bilatidak dihalangi kaca depan trukku.Jacob tertawa, dan aku berbalik menatapnyadengan panik. Apakah ia begitu tidak punyaperasaan, begitu tega?"Mereka hanya terjun dari tebing, Bella.Rekreasi. Di La Push kan tidak ada mal," Jacobmenggoda, meski ada secercah nada kesal dalamsuaranya."Terjun dari tebing?" ulangku, bingung. Takpercaya rasanya melihat sosok kedua melangkahke pinggir tebing, diam sejenak, kemudian dengan

sangat anggun melompat ke udara. Ia melayanguntuk waktu yang rasanya seperti berabad-abadbagiku, sebelum akhirnya membelah ombak kelabugelap dengan mulus, jauh di bawah sana."Wow. Tinggi sekali." Aku masuk kembali ketruk, sambil terus memandangi kedua penerjunyang tersisa. "Tingginya tidak mungkin kurang daritiga puluh meter."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Well, yeah, kebanyakan dari kami terjun dariposisi yang agak lebih ke bawah, dari batu yangmenjorok ke luar tebing itu." Jacob menuding keluar jendela. Tempat yang ditunjukkannya memangtampak jauh lebih masuk akal. "Orang-orang itusinting. Mungkin hanya ingin pamer. Maksudku,yang benar saja, hari ini kan dingin sekali. Airnyapasti sangat dingin." Jacob mengernyit tak setuju,seolah-olah adegan berbahaya tadimenyinggungnya secara pribadi. Aku agak terkejutjuga melihatnya. Kukira Jacob hampir tak pernahmarah."Kau pernah terjun dari tebing?" Kata "kami"yang diucapkannya tadi tak luput daripendengaranku."Tentu, tentu," Ia mengangkat bahu dan nyengir."Asyik kok. Agak ngeri, memacu adrenalin."Aku menoleh kembali memandangi tebing-tebingitu, dan melihat sosok ketiga mondar-mandir dipinggir tebing. Belum pernah aku menyaksikansesuatu yang senekat itu seumur hidupku. Matakumembelalak, dan aku tersenyum. "Jake, kau harusmengajakku terjun dari tebing kapan-kapan.

Jacob menatapku dengan kening berkerut,wajahnya tidak setuju. "Bella, baru saja kau maumemanggilkan ambulans untuk Sam," iamengingatkanku. Kaget juga aku, ia bisa mengenalisiapa orang tadi dari kejauhan."Aku ingin mencoba," aku berkeras, bergerakuntuk turun lagi dari truk.Jacoh menyambar pergelangan tanganku.“Jangan hari ini ok?: Bisakah kira menunggusetidaknya sampai cuaca menghangat?"“Oke, baik." aku setuju. Dengan pintuterbuka,angin sedingin es membuat bulu kudukkumeremang. "Tapi aku ingin melakukannya dalamwaktu dekat.”"Dalam waktu dekat." Jacob memutar bola

http://ac-zzz.blogspot.com/

matanya. "Terkadang kau sedikit aneh, Bella. Kautahu itu?"Aku mendesah. "Ya."“Dan kita tidak akan terjun dari puncak." Akumenonton, takjub, saat pemuda ketiga memulaiterjunnya dengan berlari lebih dulu danmelontarkan diri lebih jauh ke udara kosongdaripada kedua temannya yang lain. Pemuda itumeliuk dan berputar-putar di angkasa saat terjunbebas, seperti penerjun payung. Ia tampak benarbenarbebas—tanpa beban dan bersikap sesukahati."Baiklah." aku setuju. "Setidaknya untukpertama kali."

Sekarang giliran Jacob yang mendesah. "Jadi,tidak, kita menjajal motor kita?" tuntut Jacob."Oke, oke," jawabku, mengalihkan mata dariorang terakhir yang menunggu di tebing.Kukenakan lagi sabuk pengamanku dan menutuppintu. Mesin masih menyala, meraung keras bilatidak dijalankan. Kami kembali melaju.“Jadi siapa mereka—orang-orang gila itu?"tanyaku.Jacob mengeluarkan suara seperti kesal daritenggorokannya. "Mereka geng La Push.""Kalian punya geng?" tanyaku. Sadarlah akusuaraku terdengar kagum.Jacob langsung tertawa melihat reaksiku. "Tidakseperti itu. Sumpah, mereka itu seperti pengawassekolah yang melenceng dari tugasnya. Merekatidak suka bikin ulah, melainkan menjagaketenteraman." Jacob mendengus. "Pernah, suatukali ada pemuda dari daerah Makah rez sana,badannya juga besar, pokoknya penampilannyasangar. Well, menurut kabar burung, pemuda itumenjual sabu ke anak-anak, dan Sam Uley sertapara muridnya mengusir pemuda itu dari tanahkami. Mereka selalu saja mendengung-dengungkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

soal tanah kami dan harga diri suku... konyol jugalama-lama. Parahnya lagi, dewan sukumenganggap serius mereka. Kata Embry, dewansuku benar-benar bertemu Sam secara teratur."Jacob menggeleng-gelengkan kepala, wajahnyamenunjukkan mimik tidak suka. "Embry jugapernah mendengar dari Leah Clearwater bahwa

geng itu menyebut diri mereka 'pelindung’ atausemacam itulah."Tangan Jacob mengepal, sepertinya gatal inginmeninju sesuatu. Belum pernah aku melihatnyaseperti itu.Kaget juga aku mendengar nama Sam Uleydisebut-sebut. Aku tidak ingin nama itu membawakembali ingatan tentang mimpi burukku, jadi akuburu-buru menyampaikan hasil pengamatansekilasku untuk mengalihkan perhatian. "Kautidak terlalu menyukai mereka.""Kelihatan, ya?" tanyanya sarkastis."Well. Kedengarannya mereka tidak melakukanhal yang tidak baik" Aku berusaha menenangkanJacob, membuatnya riang kembali. "Hanya sajasikap mereka memang agak terlalu sok alim untukanak geng.""Yeah. Sok alim itu istilah yang tepat. Merekaselalu ingin pamer—seperti terjun tebing itu.Mereka bertingkah seperti... seperti, entahlah.Seperti cowok-cowok macho. Dulu pernah, waktunongkrong di toko bersama Embry dan Quil,semester lalu, Sam datang bersama kronikroninya,Jared dan Paul. Quil mengatakansesuatu, kau kan tahu dia suka omong besar danomongannya membuat Paul jengkel. Matanyalangsung berubah gelap, dan dia sepertitersenyum—bukan, dia memamer kan giginya rapitidak tersenyum—dan sepertinya dia marah sekalisampai-sampai sekujur tubuhnya bergetar ataubagaimana. Tapi Sam meletakkan tangannya di

http://ac-zzz.blogspot.com/

dada Paul dan menggeleng. Paul memandanginya

sebentar dan kemudian tenang kembali. Terusterang, seolah-olah Sam-lah yang bisamenenangkannya—seakan-akan Paul bakalmencabik-cabik kami kalau tidak dihentikan Sam."Jacob mengerang. "Seperti film western kacangan.Kau tahu kan, Sam itu besar sekali, umurnya sajasudah dua puluh. Tapi Paul juga masih enambelas, lebih pendek daripada aku dan tidaksegempal Quil. Kurasa, salah satu dari kami bisasaja mengalahkannya."Cowok macho? aku sependapat. Aku bisamelihatnya dalam benakku ketika Jacobmenggambarkannya, dan itu mengingatkanku padasesuatu... tiga cowok jangkung berkulit gelapberdiri diam dan saling merapat di ruang tamurumah ayahku. Gambarnya miring ke satu sisi,karena kepalaku terbaring di sofa sementara dr.Gerandy dan Charlie membungkuk di atasku...Apakah mereka itu geng Sam?Aku cepat-cepat berbicara lagi untukmengalihkan perhatianku dari kenangan itu."Apakah Sam tidak sedikit terlalu tua untuk halsemacam ini?""Yeah. Seharusnya dia kuliah, tapi dia tetaptinggal di sini. Sudah begitu, tidak ada yangmempermasalahkannya pula. Padahal, dewan sukumarah besar waktu kakak perempuanku menolaktawaran beasiswa parsial dan lebih memilihmenikah. Tapi, oh tidak, Sam Uley tidak mungkinmelakukan kesalahan."Wajah Jacob mengeras oleh amarah—amarahdan perasaan lain yang awalnya tidak kukenali.

"Kedengarannya sangat menjengkelkan dan...aneh. Tapi aku tidak mengerti mengapa kaumemasukkannya ke hati." Kulirik wajahnya,berharap aku tidak membuatnya tersinggung.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob mendadak tenang, memandang ke luarjendela."Belokannya terlewat," katanya datar.Aku membuat putaran berbentuk huruf U yanglebar sekali; sampai nyaris menabrak pohon saatlingkaran yang kubuat membuat trukku terseokhingga ke setengah badan jalan."Terima kasih peringatannya," gerutuku sambilmulai menyusuri jalan kecil."Maaf, tadi aku sedang tidak memerhatikanjalan." Sejenak tidak ada yang bicara."Kau bisa berhenti di mana saja di sepanjangjalan ini," kata Jacob lirih.Aku menepikan truk dan mematikan mesin.Telingaku berdenging oleh kesunyian yangmendadak. Kami turun, lalu Jacob berjalan kebelakang untuk menurunkan sepeda motor. Akumencoba membaca ekspresinya. Ada hal lain yangmembuatnya gundah. Pertanyaanku tadi tepatmengenai sasaran.Jacob tersenyum setengah hati sambilmendorong motor merah itu ke sisiku. "Selamatulang tahun yang terlambat. Kau siap?""Rasanya sudah." Tiba-tiba saja motor itutampak mengancam, menakutkan, waktu akusadar sebentar lagi aku akan mengendarainya.

"Kita akan pelan-pelan saja," Jacob berjanji.Hati-hati kusandarkan motor itu ke bemper truksementara Jacob menurunkan motornya."Jake..." Aku ragu-ragu sejenak waktu iakembali mengitari truk."Yeah?""Apa sebenarnya yang membuatmu merasaterganggu? Mengenai Sam. maksudku? Apakahada masalah lain?" Ku, pandangi wajahnya, tapi iatidak marah. Ia menatap tanah dan menendangkansepatunya ke roda depan sepeda motornya berkalikali.seperti mengulur-ulur waktu.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob mendesah. "Hanya... cara merekamemperlakukan aku. Membuatku takut." Katakataitu mulai berhamburan keluar dari mulutnya."Kau tahu, dewan suku terdiri atas para anggotayang kedudukannya setara, tapi kalaupun adapemimpin, pemimpinnya adalah ayahku. Aku tidakpernah bisa mengerti mengapa orang-orangmemperlakukan dia seperti itu. Mengapa opininyayang paling didengar. Pasti ada hubungannyadengan ayahnya dan ayah dari ayahnya. Kakekbuyutku, Ephraim Black, bisa dibilang kepala sukukami yang terakhir, dan mereka masihmendengarkan perkataan Billy, mungkin karenaitu."Tapi aku sama saja seperti orang-orang lain.Tidak ada yang memperlakukan aku secaraistimewa... sampai sekarang."Aku terperangah mendengarnya. "Sammemperlakukan mu secara istimewa?"

"Yeah," jawab Jacob, mendongak danmemandangku dengan sorot galau. "Diamemandangiku seperti menunggu sesuatu...seperti berharap aku akan bergabung dengan gengtololnya itu suatu saat nanti. Dia lebihmemerhatikan aku daripada pemuda-pemuda lain.Aku tidak suka."“Kau tidak perlu bergabung dengan geng apapun." Suaraku marah. Ini benar-benar meresahkanhati Jacob, dan itu membuatku marah.Memangnya para "pelindung" ini pikir siapamereka?“Yeah.” Kaki Jacob masih terus menendangnendangroda."Apa?" Aku tahu pasti masih ada lagi.Jacob mengerutkan kening, alisnya bertautseperti kalau ia tampak sedih dan khawatir,bukannya marah. "Ini tentang Embry. Dia selalumenghindariku belakangan ini"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Pikiran itu sepertinya tidak ada hubungannyadengan masalah tadi, tapi aku ingin tahu apakahmasalah yang dihadapinya dengan sahabatnya itugara-gara aku. "Kau kan bersamaku terus akhirakhirini," aku mengingatkan dia, merasa egois.Ternyata selama ini aku memonopoli dia."Tidak, bukan gara-gara itu. Bukan hanya akuyang merasa begitu—Quil juga, dan orang-oranglain. Embry tidak sekolah selama satu minggu, tapitidak pernah ada di rumah bila kami mencobamenemuinya. Dan waktu dia kembali, diatampak... dia tampak kalut. Ketakutan. Quil dan

aku berusaha membujuknya untuk menceritakanmasalah yang dihadapinya, tapi dia tidak maubicara pada kami berdua."Kupandangi Jacob, menggigit bibir dengancemas—ia benar-benar ketakutan. Tapi Jacob tidakbalas menatapku. Ia memandangi kakinya yangmenendang-nendang karet ban. Temponya makinlama makin cepat."Lalu minggu ini, tak ada hujan tak ada angin,Embry mulai bergabung dengan Sam dan

temantemannyayang lain. Dia tadi juga ada di tebing."Suaranya rendah dan tegang.Akhirnya Jacob menatapku juga. "Bella, dulumereka lebih sering mengganggu Embry daripadaaku. Embry bahkan tidak mau berurusan denganmereka. Tapi sekarang dia membuntuti Sam kemana-mana seolah-olah dia sudah bergabungdalam sebuah sekte."Dan hal yang sama juga terjadi pada Paul.Persis sama. Dia bukan teman Sam. Lalu tahutahudia tidak masuk sekolah beberapa minggu,dan ketika kembali, mendadak Sam sepertimemiliki dia. Entah apa maksudnya. Aku tidakmengerti, dan aku merasa harus mencari tahu,karena Paul temanku dan... Sam menatapku

http://ac-zzz.blogspot.com/

dengan sikap aneh... dan...” suara Jacobmenghilang."Kau sudah membicarakan ini dengan Billy?"tanyaku. Ketakutannya mulai menular. Bulukuduk di sekujur tubuhku meremang.

Kini wajahnya tersaput amarah. "Sudah,"dengusnya. "Benar-benar membantu.”"Apa kata ayahmu?"Ekspresi Jacob sinis, dan saat berbicara, iamenirukan suara ayahnya yang berat. "Tidak adayang perlu kaukhawatirkan sekarang, Jacob.Beberapa tahun lagi, kalau kau tidak... Well, akankujelaskan nanti." Dan kemudian suaranya biasalagi. "Bagaimana penjelasan seperti itu bisamembuatku mengerti? Apakah ayahku berusahamenjelaskan bahwa ini disebabkan oleh pubertastolol, usia akil balig dan sebangsanya? Ini soal lain.Ada yang tidak beres."Jacob menggigit-gigit bibir bawahnya danmeremas kedua tangannya. Kelihatannya ia sepertimau menangis.Instingku langsung menyuruhku merangkulnya,memeluk pinggangnya dan menempelkan wajahkuke dadanya. Ia besar sekali, aku merasa sepertianak kecil yang memeluk orang dewasa."Oh, Jake, semua pasti beres!" akumeyakinkannya. "Kalau keadaan bertambah parah,kau bisa tinggal bersamaku dan Charlie. Jangantakut, akan kita cari jalan keluarnya!"Jacob membeku sedetik, kemudian kedualengannya yang panjang merangkulku ragu-ragu."Trims, Bella." Suaranya lebih serak daripadabiasa.Sesaat kami berdiri diam sambil berpelukan, danitu tidak membuatku kalut; malah, aku merasanyaman bisa bersentuhan dengannya. Berbeda

sama sekali dengan saat terakhir kali seseorang

http://ac-zzz.blogspot.com/

memelukku seperti ini. Ini pelukan persahabatan.Dan Jacob orangnya sangat hangat.Aneh juga bagiku, bisa sedekat ini—lebih secaraemosional daripada fisik, meski kedekatan fisikjuga merupakan hal yang aneh bagiku—dengansesama manusia. Itu bukan gayaku yang biasa.Normalnya, tidak mudah bagiku berhubungandengan manusia, dalam tahapan yang sangatmendasar.Tidak dengan manusia."Kalau tahu begini reaksimu, aku akan lebihsering panik." Suara Jacob ringan, terdengarnormal lagi, dan tawanya menggemuruh ditelingaku. Jari-jemarinya menyentuh rambutku,lembut dan hati-hati.Well, bagiku ini persahabatan.Aku cepat-cepat melepaskan diri, tertawabersamanya, tapi dalam hati bertekad untukmengembalikan keadaan ke perspektif semula."Sulit dipercaya aku dua tahun lebih tuadarimu," tukasku, memberi penekanan pada kata"lebih tua". "Kau membuatku merasa seperti orangkerdil." Berdiri sedekat ini dengannya, aku benarbenarharus mendongak tinggi-tinggi untuk bisamelihat wajahnya."Kau selalu saja lupa umurku sudah empatpuluhan.”“Oh, benar."

Jacob menepuk-nepuk kepalaku. "Kau sepertiboneka kecil,” godanya. "Boneka porselen."Aku memutar bola mataku, mundur lagiselangkah. "Sudahlah, jangan mulai lagi denganejekanmu soal albino itu.”"Serius nih, Bella, kau yakin kau bukan albino?"Jacob mendekatkan tangannya yang kemerahanitu ke tanganku, perbedaannya sangat mencolok."Aku belum pernah melihat orang yang lebih pucatdaripada kau... Well. Kecuali–" Jacob tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

meneruskan kata-katanya, dan aku membuangmuka berusaha tidak memahami apa yang hendakia katakan.“Bagaimana, jadi naik motor atau tidak?”“Ayolah,” ajakku, lebih antusias daripadasetengah menit sebelumnya. Kalimat Jacob yangtidak selesai tadi mengingatkanku pada alasanmengapa aku datang ke sini.

8. ADRENALIN"OKE, yang mana kopling?"Aku menuding tuas di setang kiriku. Salah besarmelepaskan pegangan. Sepeda motor yang berat itugoyah di bawahku, terancam jatuh ke samping.Cepat-cepat kusambar lagi setangnya, berusahamenegakkannya."Jacob, motornya tidak mau berdiri tegak,"keluhku,

"Nanti akan stabil kalau sudah jalan," janjinya."Sekarang, mana rem?""Di belakang kaki kananku.""Salah."Jacob menyambar tangan kananku danmenekukkan jari-jariku ke tuas di belakang setanggas."Tapi tadi kaubilang—""Ini rem yang harus kaugunakan. Jangan pakairem belakang dulu, itu untuk nanti, kalau kausudah bisa mengendarainya dengan benar.""Kedengarannya kok tidak benar," tukaskucuriga. "Bukan kali kedua rem itu samapentingnya?""Lupakan saja rem belakang, oke? Ini—"Jacobmenumpang, kan telapak tangannya ke telapaktanganku dan menggerakkannya untuk meremastuas. "Begini caranya mengerem. Jangan lupa." Iameremas tanganku sekali lagi."Baiklah." aku setuju.

http://ac-zzz.blogspot.com/

“Gas?”Kuputar setang kanan."Gigi?"Aku menyenggolnya dengan tungkai kaki kiriku."Bagus sekali. Kurasa kau sudah hafal namanamabagiannya. Sekarang tinggalmenjalankannya."

"He-eh," gumamku, tidak berani mengatakanapa-apa lagi. Perutku melilit aneh dan rasanyasuaraku mau pecah. Aku takut sekali. Akuberusaha meyakinkan diri bahwa ketakutanku itutak beralasan. Aku toh sudah pernah melewati halterburuk yang mungkin terjadi. Dibandingkandengan itu, mengapa hal lain bisa membuatkutakut? Seharusnya aku bisa menghadapi mautdengan enteng dan berani.Tapi perutku tidak percaya.Kutatap jalan tanah yang membentang panjangdi hadapanku, diapit di sisi kiri dan kanannyadengan tetumbuhan hijau rimbun berkabut.Jalanannya berpasir dan lembab. Lebih bagusdaripada lumpur.“Sekarang, tekan koplingnya," Jacobmemerintahkan.Kuremas kopling dengan jari-jari tanganku."Sekarang ini penting, Bella," Jacobmenekankan. "Jangan lepas kopling itu, oke? Akuingin kau menganggapnya granat aktif. Pinnyasudah dilepas dan sekarang kau menahanpemicunya."Aku meremasnya semakin kuat."Bagus. Kira-kira bisa tidak kau menyalakanmesin dengan mengengkol pedal kakinya?""Kalau aku memindahkan kakiku, aku bisajatuh," kataku dengan rahang terkatup rapat, jarijarikumencengkeram erat granat aktifku.

"Oke, biar aku saja. Jangan lepaskan

http://ac-zzz.blogspot.com/

koplingnya."Jacob mundur selangkah, kemudian tiba-tibamengengkol pedal keras-keras. Terdengar raunganpendek, dan sepeda motor tersentak ke depansaking kerasnya Jacob mengengkol. Aku mulaigoyah ke samping, tapi Jacob buru-burumemegangi sepeda motor sebelum benda itu jatuhbersamaku ke tanah."Tahan," ia menyemangati. "Koplingnya masihkaupegang?""Ya," jawabku."Jejakkan kakimu—akan kucoba lagi." Jacobmenumpukan tangannya ke sadel belakang, untukberjaga-jaga.Empat kali mengengkol baru mesinnya menyala.Bisa kurasakan motor itu bergetar di bawahkuseperti binatang yang marah. Kucengkeram koplingkuat-kuat sampai jari-jariku sakit."Cobalah menggas," Jacob menyarankan. "Pelanpelan.Dan jangan lepaskan koplingnya."Ragu-ragu, kuputar setang kanan. Meski hanyasedikit, namun sepeda motor menggeram dibawahku. Kedengarannya marah dan laparsekarang. Jacob tersenyum puas."Ingat bagaimana caranya memasukkan gigisatu?' tanyanya."Ya.""Well, lakukanlah."

"Oke"Jacob menunggu beberapa detik. "Kaki kiri,"desaknya."Aku sudah tahu," sergahku, menarik napasdalam-dalam"Yakin kau mau melakukannya?" tanya Jacob."Kelihatannya kau takut.""Aku baik-baik saja,” bentakku. Kupelankan gassedikit."Bagus sekali," Jacob memujiku. "Sekarang,

http://ac-zzz.blogspot.com/

pelan-pelan sekali lepaskan kopling."Jacob mundur selangkah menjauhi motor."Kau mau aku melepaskan granat?" tanyaku takpercaya. Pantas saja ia mundur."Begitulah caramu menjalankan motor, Bella.Tapi lakukan sedikit demi sedikit."Saat mulai melonggarkan cengkeraman, akushock bukan main saat mendengar suara yangbukan milik cowok yang berdiri di sampingku."Ini ceroboh, kekanak-kanakan, dan idiot, Bella,"suara selembut sutra itu menegur."Oh!" aku terkesiap, dan tanganku terlepas darikopling.Sepeda motor itu memberontak di bawahku,menyentakku maju dan ambruk ke tanah, separobodinya menindihku. Suara mesinnya terbatukbatuklalu mati.

"Bella?" Jacob menyentakkan sepeda motor beratitu dengan enteng. "Kau terluka?”Tapi aku tidak mendengarkan."Sudah kubilang," suara sempurna itu berbisik,sebening kristal."Aku tidak apa-apa," gumamku, linglung.Lebih dari itu. Suara di kepalaku telah kembali.Masih terngiang-ngiang di telingaku—gaung yanglembut dan sehalus beledu.Pikiranku berputar cepat memikirkan berbagaikemungkinan. Tidak ada yang familier di sini—dijalanan yang tidak pernah kulihat, melakukansesuatu yang tidak pernah kulakukansebelumnya—tidak ada deja vu. Jadi halusinasi itupasti dipicu hal lain... aku merasa adrenalinmenderas kembali di pembuluh darahku, dankurasa aku tahu jawabannya. Kombinasi adrenalindan bahaya, atau mungkin hanya ketololan.Jacob menarikku berdiri."Kepalamu terbentur?” tanyanya."Kelihatannya tidak," Aku menganggukkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

kepala ke depan dan ke belakang, mengecek."Motornya tidak rusak, kan?" Pikiran itumembuatku waswas. Aku sangat ingin mencobalagi, segera. Bertindak ceroboh ternyata lebihberhasil daripada yang kukira. Tidak harusmelakukan kecurangan. Mungkin aku sudahmenemukan cara untuk memunculkanhalusinasi— itu jauh lebih penting.

"Tidak. Mesinnya hanya mati," jawab Jacob,menyela spekulasi kilatku. "Kau terlalu cepatmelepas kopling."Aku mengangguk. "Ayo kita coba lagi""Kau yakin?" tanya Jacob."Positif."Kali ini aku mencoba mengengkol sendiri. Sulitsekali; aku harus meloncat sedikit agar bisamenginjak pedal sekuat tenaga, dan setiap kalimelakukannya, sepeda motor itu seperti mencobamenjatuhkanku. Tangan Jacob menggelayut di atassetang, siap menangkapku kalau akumembutuhkannya.Setelah beberapa kali mencoba dengan benar,bahkan ditambah dengan beberapa kali percobaanyang kurang tepat, baru mesinnya menyala danmeraung hidup di bawahku. Ingat bahwa ibaratnyaaku sedang memegang granat, aku bereksperimendengan memutar-mutar handel gas. Mesinlangsung menggeram begitu handel gas diputarsedikit saja. Senyumku kini sama lebarnya dengansenyum Jacob."Hati-hati melepas koplingnya," Jacobmengingatkanku. "Kau ingin bunuh diri, kalaubegini? Jadi itu ya tujuannya?" suara itu berbicaralagi, nadanya galak.Aku tersenyum kaku—masih berfungsiternyata—dan mengabaikan pertanyaan itu. Jacobtidak akan membiarkan hal buruk menimpaku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Pulanglah ke Charlie," suara itumemerintahkan. Keindahannya membuatkuterpesona. Aku tak sanggup membiarkaningatanku kehilangan suara itu, tak peduli berapapun harga yang harus kubayar."Lepaskan pelan-pelan," Jacob menyemangatiku."Baiklah," jawabku. Aku agak resah waktumenyadari perkataanku itu menjawab pertanyaanmereka berdua.Suara di kepalaku lagi-lagi menggerammengatasi raungan mesin motor.Berusaha fokus kali ini, tidak membiarkan suaraitu mengagetkanku lagi, aku melepaskancengkeramanku sedikit demi sedikit. Tahu-tahugiginya masuk dan motor menyentak maju.Dan aku pun terbang.Terpaan angin kencang yang tadi tidak adameniup kulitku hingga melekat erat di tengkorakdan menerbangkan rambutku ke belakang dengankekuatan sangat besar, seolah-olah ada yangmenjambaknya. Perasaan mulas yang kurasakantadi sebelum melaju lenyap sudah; adrenalinmenderas di sekujur tubuh, menggelitik urat-uratnadiku. Pohon-pohon lewat cepat di sebelahku,kabur menjadi dinding hijau.Tapi ini baru gigi satu. Kakiku beringsut-ingsutmaju mendekati gigi sementara tanganku memutarsetang untuk menambah gas.

"Tidak, Bella!" suara semanis madu itumemerintahkan dengan nada marah, tepat ditelingaku. "Hati-hati!"Pikiranku sempat teralih sejenak dari kecepatanuntuk menyadari bahwa jalanan ternyata mulaimenikung pelan ke kiri, tapi aku masih tetapmelaju lurus. Jacob belum mengajariku caranyamembelok."Rem, rem," aku bergumam sendiri, dan secaranaluri menginjak rem keras-keras dengan kaki

http://ac-zzz.blogspot.com/

kanan, seperti yang biasa kulakukan saat menyetirmobil.Motor mendadak goyah di bawahku, pertamabergetar ke satu sisi dan baru kemudian ke sisilain. Motor itu menyeretku ke arah dinding hijau,padahal kecepatanku kelewat tinggi. Aku berusahamembelokkan setang ke arah berlawanan, danmendadak bobotku mendorong motor ke tanah,masih terus tergelincir ke arah pepohonan.Sepeda motor itu kembali mendarat di atastubuhku, meraung nyaring, menarikku melintasipasir basah hingga membentur sesuatu yang tidakbergerak. Aku tak bisa melihat. Wajahkutersungkur ke dalam lumut. Aku mencobamengangkat kepala, tapi sesuatu menghalangiku.Aku pusing dan bingung. Kedengarannya adatiga hal yang menggeram—motor di atasku, suaradi kepalaku, dan sesuatu yang lain..."Bella!" Jacob berteriak, dan aku mendengargeraman motor lain berhenti

Motor itu tak lagi mengimpitku ke tanah, danaku berguling untuk bernapas. Semua geraman itudiam."Wow," gumamku. Aku merasa sangat bergairah.Beginilah pasti resep jitu untuk halusinasiadrenalinditambah bahaya ditambah perbuatantolol. Sesuatu yang mendekati itu, paling tidak."Bella!" Jacob membungkuk cemas di atasku.Bella, kau masih hidup?""Aku baik-baik saja!” seruku antusias. Akumeregangkan otot-otot lengan dan kakiku.Kelihatannya semua masih berfungsi dengan baik.Ayo kita lakukan lagi.""Kurasa jangan." Jacob masih terdengar waswas."Kurasa sebaiknya kuantar kau ke rumah sakitdulu.”"Aku baik-baik saja."“Ehm, Bella? Di dahimu ada luka robek yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

besar sekali, dan darahmu mengucur deras." Jacobmemberitahuku.Aku meletakkan tangan di kepala. Benar saja,tanganku jadi basah dan lengket. Aku tidakmencium bau apa-apa kecuali lumut lembab diwajahku, dan itu mencegah datangnya mual."Oh, maafkan aku, Jacob." Kutekan luka itukuat-kuat, seolah-olah dengan begitu aku bisamemaksa darah masuk kembali ke kepalaku."Untuk apa kau meminta maaf karenaberdarah?" tanya Jacob sambil memelukpinggangku dan membantuku berdiri. "Ayo kita

pergi. Aku yang menyetir." Ia mengulurkan tangan,meminta kunci."Sepeda-sepeda motornya bagaimana?" tanyakusambil menyerahkan kunci.Jacob berpikir sebentar. "Tunggu di sini. Danambil ini." Jacob membuka kausnya yang sudahternoda darah, lalu melemparnya ke arahku.Kubuat kaus itu menjadi buntalan dankutempelkan ke dahiku. Aku mulai mencium barudarah; aku menarik napas dalam-dalam lewatmulut dan mencoba berkonsentrasi pada hal lain.Jacob melompat kembali menaiki sepeda motorhitam, menyalakan mesinnya dengan hanya sekalimengengkol, lalu langsung ngebut,menghamburkan pasir dan kerikil-kerikil kecil dibelakangnya. Ia tampak atletis dan profesional saatmembungkuk ke depan di atas setang, kepalamerunduk, wajah maju, rambut mengilat berkibarkibarmenerpa kulit punggungnya yang cokelatkemerahan. Mataku menyipit iri. Aku yakin tidakterlihat seperti itu saat mengendarai motor.Kaget juga aku menyadari betapa jauhnya akumengendarai motorku. Aku nyaris tak bisa melihatJacob di kejauhan waktu ia akhirnya sampai ketrukku. Ia melemparkan sepeda motor ke bak trukdan berlari ke sisi kemudi.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku benar-benar tidak keberatan waktu Jacobmemacu trukku hingga suara mesinnya meraungmemekakkan telinga. Kepalaku sedikit pusing,perutku mual, tapi lukaku tidak serius. Darahyang keluar dari luka kepala memang cenderung

lebih banyak. Jacob sebenarnya tak perlu sepanikitu.Jacob membiarkan mesin tetap menyalasementara ia berlari mendapatiku, melingkarkanlengannya lagi ke pinggangku."Oke, ayo kunaikkan kau ke truk.""Sungguh, aku tidak apa-apa," aku meyakinkanJacob sementara ia membantuku naik. "Janganpanik begitu. Darahnya hanya sedikit kok.""Sedikit bagaimana, ini banyak sekali,” kudengarJacob menggerutu waktu ia lari mengambil sepedamotorku."Sekarang, mari kita pikirkan dulu masalah inisebentar, kataku setelah Jacob naik lagi ke mobil."Kalau kau membawaku ke UGD seperti ini,Charlie pasti akan tahu nanti." Kulirik tanah danlumpur yang mengering di jinsku."Bella, kurasa lukamu perlu dijahit. Aku tidakakan membiarkanmu mati kehabisan darah.”“Itu, tidak akan terjadi,” aku meyakinkannya.“Kita antar saja dulu motornya, kemudian mampirke rumahku supaya aku bisa menghilangkansemua bukti dan baru kemudian ke rumah sakit.”"Bagaimana dengan Charlie?“"Katanya tadi dia harus kerja."“Kau yajin?”“Percakah padaku. Aku ini gampang berdarah.Ini tidak separah kelihatannya kok."

Jacob tidak senang mendengarnya—sudut-sudutmulutnya tertekuk ke bawah—tapi ia tidak inginmenyusahkanku. Aku memandang ke luar jendela,menempelkan kaus Jacob yang berlepotan darah

http://ac-zzz.blogspot.com/

ke kepala, sementara ia membawa trukku menujuForks.Sepeda motor itu jauh lebih baik daripada yangkubayangkan. Tujuan sesungguhnya tercapai. Akusudah berbuat curang—melanggar janjiku. Akumelakukan kecerobohan yang tidak perlu.Sekarang aku tak lagi merasa terlalu meranakarena kedua pihak sudah sama-sama ingkar janji.Dan, menemukan kunci ke halusinasi!Setidaknya, begitulah yang kuharapkan. Aku akanmenguji teori itu sesegera mungkin. Mungkinmereka bisa menanganiku dengan cepat di UGD,jadi aku bisa mencobanya lagi nanti malam.Ngebut di jalan seperti tadi rasanya luar biasa.Terpaan angin menampar wajahku, cepatnya motormelaju dan kebebasan yang kurasakan...mengingatkanku pada kehidupan masa laluku,terbang menembus hutan lebat tanpa berjalan,menaiki punggungnya sementara ia berlari –pikiranku berhenti sampai di situ, membiarkaningatanku terputus begitu saja karena mendadakhatiku miris. Aku meringis.“Kau masih baik-baik?” tanya Jacob."Yeah." Aku berusaha tetap memperdengarkannada tegar seperti sebelumnya."Omong-omong," imbuh Jacob. "Aku akanmencopot kabel rem kakimu malam ini."

Di rumah, yang pertama kulakukan adalahmenyempatkan diri melihat keadaanku di cermin;benar-benar mengerikan. Darah mengering dalambentuk aliran tebal di sepanjang pipi dan leherku,menempel di rambutku yang berlumpur. Kuamatidiriku dari sisi klinis, berpura-pura darah itu catsupaya tidak mual. Aku bernapas lewat mulut, dantidak merasa ingin muntah.Aku mencuci muka sebisaku. Lalukusembunyikan pakaian kotorku yang berlepotandarah di bagian bawah keranjang cucian, lalu

http://ac-zzz.blogspot.com/

memakai jins baru dan kemeja (jadi tidak perlumemakainya lewat kepala) sehati-hati mungkin.Aku berhasil melakukannya dengan satu tangandan menjaga pakaianku tidak terkena noda darah."Cepatlah," seru Jacob."Oke, oke," aku balas berteriak. Setelahmemastikan tidak meninggalkan bukti-buktimemberatkan, aku turun ke lantai bawah."Bagaimana kelihatannya?" tanyaku."Lebih baik," ia mengakui."Tapi apakah aku terlihat seperti tersandung digarasimu dan kepalaku membentur palu?""Ya, kurasa begitu.""Baiklah kalau begitu, kita berangkat."Jacob bergegas menggiringku keluar, danbersikeras menyetir lagi. Kami sudah setengahjalan menuju rumah sakit waktu aku sadar iamasih tidak memakai baju.

Aku mengurutkan kening dengan perasaanbersalah. "Seharusnya tadi kita mengambil jaketuntukmu.”"Nanti sandiwara kita terbongkar dong,” godaJacob. "Lagi pula, udara tidak dingin kok.""Kau bercanda, ya?” Aku gemetar, tangankuterulur untuk menyalakan pemanas.Kupandangi Jacob untuk melihat apakah iasengaja berlagak gagah supaya aku tidak khawatir,tapi kelihatannya ia cukup nyaman. Sebelahtangannya bertengger di bagian belakang kursiku,sementara aku justru meringkuk supaya tetaphangat.Jacob benar-benar terlihat lebih tua daripadaenam belas tahun—bukan empat puluh, tapimungkin lebih tua dariku. Quil saja masih kalahberotot dibandingkan dia, padahal Jacobmenganggap dirinya kurus seperti tengkorak.

Ototototnyapanjang dan liat, tapi jelas kelihatan di

http://ac-zzz.blogspot.com/

balik kulitnya yang mulus. Warna kulitnya cantiksekali, membuatku iri saja.Jacob sadar sedang diamati."Apa?" tanyanya, mendadak canggung."Tidak apa-apa. Hanya saja aku tidakmenyadarinya sebelum ini. Tahukah kau bahwakau lumayan tampan?"Begitu kata-kata itu terlontar, aku khawatir iaakan salah menerima observasi impulsifku itu.Tapi Jacob hanya memutar bola matanya."Kepalamu terbentur keras sekali, ya?"

"Aku serius.""Well, kalau begitu, trims. Kayaknya."Aku nyengir. "Sama-sama. Kayaknya."

Aku mendapat tujuh jahitan untuk menutupluka di keningku. Setelah merasa perih karenamendapat anestesi lokal, prosedurnya sendiri tidaksakit. Jacob memegangi tanganku sementara dr.Snow menjahit, dan aku berusaha untuk tidakmemikirkan betapa ironisnya itu.Kami lama sekali di rumah sakit. Setelah selesai,aku harus mengantar Jacob ke rumahnya danburu-buru pulang untuk memasak makan malamuntuk Charlie. Charlie sepertinya memercayaiceritaku bahwa aku jatuh di garasi Jacob.Bagaimanapun, bukan baru kali ini aku pergisendiri ke UGD.Malam itu tidak seburuk malam pertama itu,setelah aku mendengar suaranya yang sempurnadi Port Angeles. Lubang itu kembali menganga,seperti yang selalu terjadi setiap kali aku jauh dariJacob, tapi bagian pinggirnya tak lagi berdenyutdenyutnyeri. Aku selalu menyusun rencana kedepan, menanti-nanti datangnya delusi lagi, danitu mengalihkan perhatianku. Juga, aku tahuperasaanku akan lebih enak besok, saat bertemulagi dengan Jacob. Itu membuat lubang hampa dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

kepedihan yang familier itu lebih mudahditanggung; sebentar lagi kelegaan akan kudapat.Mimpi buruk juga kehilangan sedikit potensinya.

Aku takut pada kehampaan, seperti yang selaluterjadi, tapi anehnya, aku juga tidak sabarmenunggu saat-saat yang akan membuatkumenjerit dan kemudian tersadar. Aku tahu mimpiburuk itu pasti berakhir.Hari Rabu berikutnya, sebelum aku sampai dirumah dan UGD, dr. Gerandy menelepon ayahkuuntuk mengingatkan kemungkinan aku mengalamigegar otak dan menyarankannya untukmembangunkan aku setiap dua jam sekalisepanjang malam untuk memastikan itu tidakserius. Mata Charlie menyipit curiga mendengarpenjelasan lemahku yang lagi-lagi mengatakan akutersandung."Mungkin sebaiknya kau jangan lagi nongkrongdi garasi, Bella,” Charlie menyarankan saat makanmalam.Aku panik, khawatir Charlie bakal mengeluarkansemacam dekrit yang melarangku pergi ke La Push,dan akibatnya aku tidak akan bisa mengendaraimotorku lagi. Tapi aku tak mau menyerah—hari iniaku mengalami halusinasi paling menakjubkan.Delusiku yang bersuara sehalus beledu ituberteriak-teriak padaku selama hampir lima menitsebelum akhirnya aku menginjak rem kelewatmendadak dan tubuhku terlempar membenturpohon. Untuk itu aku rela merasakan sakit yangakan kualami malam ini tanpa mengeluh.“Aku bukannya tersandung di garasi," aku buruburumemprotes. "Kami sedang hiking, dan akutersandung batu."

"Sejak kapan kau suka hiking?" Charlie bertanyaskeptis. "Kerja di Newton's membuatku ketularandemam berpetualang," dalihku. "Setiap hari

http://ac-zzz.blogspot.com/

menjual berbagai perlengkapan hiking, lama-lamapenasaran juga."Charlie menatapku tajam, tidak percaya.“Aku akan lebih berhati-hati," janjiku, diamdiammenyilangkan jari-jariku di bawah meja."Aku tidak keberatan kau hiking di sekitar LaPush, tapi jangan jauh-jauh dari kota, oke?""Kenapa?'“Well, belakangan ini aku sering mendapatlaporan tentang kemunculan hewan-hewan liar.Petugas dari departemen kehutanan akanmengecek laporan-laporan itu, tapi untuksementara waktu..."“Oh, soal beruang besar itu," kataku, mendadakpaham. “Yeah, beberapa hiker yang datang keNewton's juga mengaku melihatnya. Dad yakin adaberuang grizzly raksasa yang bermutasi di luarsana?"Kening ayahku berkerut. "Pokoknya ada sesuatu.Jangan jauh-jauh dari kota. oke?""Tentu, tentu," aku buru-buru menyahut.Kelihatannya Charlie tidak begitu puas."Charlie mulai curiga," keluhku pada Jacobwaktu aku menjemputnya sepulang sekolah padahari Jumat.

"Mungkin untuk sementara kita jangan naikmotor dulu." Jacob melihat ekspresi penolakan diwajahku dan menambahkan, "Setidaknya untuksatu-dua minggu ini. Kau bisa kan menjauhirumah sakit selama satu minggu?""Lantas, kita ngapain dong?" omelku.Jacob tersenyum riang. "Terserah kau."Aku memikirkannya sebentar—tentang apa yangkuinginkan.Aku tidak suka membayangkan bakalkehilangan kedekatanku dengan kenangan takmenyakitkan itu, meski hanya beberapa detik—kenangan yang datang sendiri, tanpa aku perlu

http://ac-zzz.blogspot.com/

memikirkannya secara sadar. Kalau aku tidak bisanaik motor, berarti aku harus mencari jalan lainuntuk melakukan hal yang berbahaya dan memicuadrenalin, dan untuk itu diperlukan pemikiranyang serius serta kreativitas. Tidak melakukanapa-apa untuk sementara sepertinya tidakmenarik. Bagaimana kalau aku depresi lagi,bahkan walaupun sudah bersama Jake? Aku harustetap menyibukkan diri.Mungkin ada jalan lain, resep lain... tempat lain.Keliru besar mendatangi rumahnya, jelas. Tapikehadiranmu pasti terpatri di suatu tempat, ditempat lain selain dalam diriku. Pasti ada tempatdi mana kehadirannya terasa lebih nyata di antaralokasi-lokasi penting yang sarat kenanganmanusia-manusia lain.Ada satu tempat yang terlintas dalam benakku.Satu tempat yang akan selalu menjadi miliknya,

bukan milik orang lain. Tempat yang magis penuhcahaya. Padang rumput indah yang hanya pernahkulihat sekali dalam hidupku, benderang oleh sinarmatahari dan kulitnya yang berpendar-pendargemerlap.Ide itu berpotensi besar menjadi senjata makantuan—bisa jadi itu malah akan sangatmenyakitkan. Bahkan memikirkannya saja sudahmembuat dadaku nyeri oleh kehampaan. Sulitrasanya menahan perasaan tetap tenang, agartidak ketahuan. Tapi jelas, di sanalah tempatkupasti bisa mendengar suaranya. Lagi pula. akusudah telanjur mengatakan pada Charlie bahwaaku pernah hiking..."Apa yang kaupikirkan sampai serius begitu?"tanya Jacob."Well..." Aku mulai lambat-lambat. "Dulu akupernah menemukan tempat di dalam hutan—akumenemukannya waktu aku sedang, eh, hiking.Padang rumput kecil, pokoknya indah sekali.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Entah apakah aku bisa menemukannya lagisendiri. Mungkin bisa kalau mencoba beberapakali..."“Kita bisa memakai kompas dan peta," kataJacob penuh percaya diri. "Kau tahu dari manamemulainya?"“Ya, tepat dari ujung jalan setapak di ujung jalansatu sepuluh berakhir. Arah selatan, kalau tidaksalah."

"Bagus, Ayo kita cari." Seperti biasa, Jacobselalu bersemangat menerima ajakanku. Tidakpeduli betapa pun anehnya ajakanku itu.Maka, Sabtu siang aku mengikat sepatu bothiking baruku—dibeli paginya denganmemanfaatkan diskon dua puluh persen khususkaryawan yang kupakai untuk pertama kali—menyambar peta topografi Semenanjung Olympic,lalu melaju ke La Push.Kami tidak langsung mulai; pertama-tama,Jacob tengkurap di lantai ruang tamu—panjangbadannya mengisi seluruh ruangan—dan, selamadua puluh menit penuh, menggambar jaring-jaringrumit di bagian-bagian tertentu pada petasementara aku bertengger di kursi dapurmengobrol dengan Billy. Sepertinya Billy samasekali tidak khawatir mendengar rencana kamipergi hiking. Aku terkejut juga karena Jacobmenceritakan padanya tentang rencana kami,padahal orang-orang banyak meributkan soalberuang itu. Aku ingin meminta Billy untuk tidakbercerita pada Charlie, tapi takut permintaan itujustru mendorongnya berbuat sebaliknya."Mungkin kita akan bertemu beruang super itu,"canda Jacob, matanya tertuju pada desainnya.Aku cepat-cepat melirik Billy, takut ia bakalbereaksi seperti Charlie.Tapi Billy hanya tertawa mendengar perkataananaknya. "Mungkin sebaiknya kaubawa saja satu

http://ac-zzz.blogspot.com/

stoples madu, untuk jaga-jaga."

Jacob terkekeh. "Mudah-mudahan sepatu botbarumu bisa berlari cepat, Bella. Satu stoplesmadu tidak cukup untuk menahan beruang yangkelaparan.""Aku hanya perlu berlari lebih cepat darimu.""Selamat deh kalau begitu!" seru Jacob,memutar bola matanya sambil melipat peta. "Ayokita pergi.”"Selamat bersenang-senang," kata Billy sambilmenggelinding menuju lemari es.Charlie bukan tipe orang yang sulit, tapisepertinya Billy jauh lebih longgar ketimbang dia.Aku mengemudikan trukku sampai ke ujungjalan tanah, berhenti dekat papan petunjuk yangmenandai awal jalan setapak. Sudah lama sekahaku tak pernah lagi ke sini, dan perutku bereaksidengan gugup. Bisa jadi ini sangat gawat. Tapiakan setimpal dengan hasilnya kalau aku bisamendengarnya.“Aku turun dan memandangi belukar hijau yangrapat.“Aku pergi ke arah ini," gumamku, menudinglurus ke depan."Hmmm,” gumam Jake."Apa?”Ia melihat ke arah yang kutunjuk, lalu ke jalansetapak yang sudah ditandai dengan jelas, dankembali lagi."Aku pasti mengira kau cewek penjelajah sejati."

“Enak saja." Aku tersenyum lemah. "Aku inipemberontak."Jacob tertawa, kemudian mengeluarkan petakami."Tunggu sebentar." Ia memegang kompas dengansikap ahli, memutar peta hingga mengarah ketempat yang ia inginkan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Oke—garis pertama pada peta. Ayo cabut."Kentara sekali Jacob harus memperlambatlangkah demi aku, tapi ia tidak mengeluh. Akuberusaha untuk tidak memikirkan perjalananterakhirku ke bagian hutan ini, ditemani seseorangyang sama sekali berbeda. Kenangan-kenangannormal masih tetap berbahaya. Kalau kubiarkandiriku tergelincir, aku akan mendapati dirikumencengkeram dada untuk menahannya tetaputuh, megap-megap kehabisan udara, danbagaimana aku menjelaskan itu pada Jacob?Ternyata tetap memfokuskan diri pada masasekarang tidak sesulit yang kuduga. Hutan inisangat mirip dengan bagian lain semenanjung, dankehadiran Jacob membuat suasana hatiku sangatjauh berbeda.Jacob bersiul-siul riang, lagunya tidak kukenal,sambil mengayun-ayunkan kedua lengan danberjalan ringan menembus semak belukar yangkasar. Bayang-bayang tak tampak segelap biasa.Tidak dengan ditemani matahari pribadiku.Sesekali Jacob mengecek kompas, memastikankami tetap di jalur yang benar. Kelihatannya iabenar-benar paham apa yang dilakukannya. Aku

ingin memujinya, tapi lalu mengurungkan niat. Takdiragukan lagi ia bakal menambahkan beberapatahun ke usianya yang sudah menggelembung.Pikiranku berkelana sementara aku berjalan,dan rasa ingin tahuku muncul. Aku masih belummelupakan pembicaraan kami waktu itu di tebingtebinglaut—selama ini aku menunggu Jacobmengungkitnya lagi, tapi kelihatannya itu tidakbakal terjadi."Hei... Jake?" tanyaku ragu-ragu."Yeah?""Bagaimana kabar... Embry? Dia sudah kembalinormal?"Jacob terdiam sejenak, masih terus berjalan

http://ac-zzz.blogspot.com/

dengan langkah-langkah panjang. Ketika beradakira-kira tiga meter di depan, ia berhenti untukmenungguku."Tidak. Dia belum kembali normal," kata Jacobbegitu aku sampai di dekatnya, sudut-sudutmulutnya tertarik ke bawah. Ia belum mulaiberjalan lagi. Seketika itu juga aku langsungmenyesal sudah mengungkitnya."Masih bersama Sam?""Yep."Jacob merangkul bahuku, dan ekspresinyatampak sangat galau sehingga aku tak beranimenghalaunya dengan guyonan, seperti yangsebenarnya ingin kulakukan.

"Mereka masih memandangimu dengan sikapaneh?” aku separo berbisik.Pandangan Jacob menerawang menembuspepohonan. "Kadang-kadang.”“Dan Billy?”“Sangat membantu, seperti yang sudah-sudah,”tukas Jacob dengan nada masam bercampurmarah yang membuatku merasa tidak enak.“Sofa kami selalu siap menampungmu," akumenawarkan.Jacob tertawa, sikap masamnya yang tidak biasamendadak lenyap. “Tapi coba bayangkan betapamembingungkannya posisi Charlie—waktu Billymenelepon polisi bahwa aku diculik."Aku tertawa, senang melihat Jacob normal lagi.Kami berhenti waktu Jacob berkata kami sudahberjalan hampir sepuluh kilometer, memotong kebarat sebentar, lalu kembali menyusuri jalur lurussesuai gambar dalam petanya. Semua tampaksama persis seperti jalan masuk tadi, dan akupunya firasat pencarian tololku bisa dibilang gagaltotal. Aku terpaksa mengakuinya waktu akhirnyahari mulai gelap, hari yang tak bermataharimeredup berganti malam tak berbintang, tapi

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob justru lebih percaya diri.“Asal kau yakin kita memulainya dari tempatyang tepat..." Ia menunduk menatapku."Ya, aku yakin."

“Maka kita pasti akan menemukannya," iaberjanji, menyambar tanganku dan menarikkumenerobos semak pakis. Begitu keluar dari dalamsemak, kulihat trukku bertengger di pinggir jalan.Jacob melambaikan tangannya dengan bangga."Percayalah padaku.""Kau hebat," aku mengakui. "Tapi lain kali,jangan lupa bawa senter.""Mulai sekarang, hiking menjadi kegiatan tetapkita setiap hari Minggu. Aku baru tahu ternyatajalanmu selamban itu."Aku menyentakkan tanganku dari gandengannyadan berjalan sambil mengentak-entakkan kaki kemobil, sementara Jacob terkekeh melihat reaksiku."Bagaimana, mau mencoba lagi besok?"tanyanya, menyusup masuk ke jok penumpang."Tentu. Kecuali kau mau pergi tanpa aku supayaaku tidak menahanmu dengan langkah-langkahkuyang selamban siput.”"Aku tahan kok," Jacob meyakinkan aku. "Tapikalau kita hiking lagi nanti, lebih baik kaumemakai moleskin–semacam sepatu (mokasin yangterbuat dari kulit hewan berbulu. Berani bertaruh,kakimu pasti lecet-lecet dengan sepatu bot barumuitu.”"Sedikit," aku mengakui. Rasanya kakikumemang lecet semua."Mudah-mudahan besok kita bisa melihatberuang. Aku agak kecewa juga soal itu."

"Ya, aku juga," sergahku sinis. "Mungkin besokkita beruntung dan akan menjadi mangsabinatang!""Beruang tidak suka makan manusia. Kita toh

http://ac-zzz.blogspot.com/

tidak enak-enak amat." Jacob nyengir padaku didalam truk yang gelap. "Tentu saja, bisa jadi kaumerupakan pengecualian. Berani bertaruh, kaupasti enak sekali.""Terima kasih banyak," sahutku, membuangmuka. Ia bukan orang pertama yang mengatakanhal itu.

9. KAMBING CONGEKWAKTU mulai berjalan jauh lebih cepatdibanding sebelumnya. Sekolah, bekerja, danJacob—meski tidak selalu dalam urutan itu—membentuk pola yang rapi dan mudah diikuti. Dankeinginan Charlie terwujud: aku tidak merana lagi.Tentu saja. aku tidak bisa sepenuhnya menipu dirisendiri. Saat berhenti untuk menginventarisasihidupku, sesuatu yang kuusahakan untuk tidakterlalu sering kulakukan, aku tak bisamengabaikan implikasinya terhadap tingkahlakuku.Aku seperu bulan tersesat—planetku hancurdalam skenario film rentang kepedihan hati yangmenimbulkan perubahan besar—yang tetap, walaubagaimanapun, bergerak dalam orbitnya yang kecil

dan sempit mengitari ruang angkasa yang kinikosong melompong, mengabaikan hukum gravitasi.Aku semakin piawai naik motor, dan itu berartiaku tidak membuat Charlie khawatir lagi karenaterlalu sering jatuh. Tapi itu juga berarti suara dikepalaku mulai menghilang, sampai aku tidakmendengarnya lagi sama sekali. Diam-diam akupanik. Aku semakin kalap menari padang rumputitu. Aku memeras otak mencari aktivitas lain yangbisa memicu idrenalin.Aku tak lagi memerhatikan hari-hari yangberlalu – tidak ada alasan untuk itu. karena akuberusaha sebisa mungkin hidup di masa kini,tanpa masa lalu yang menghilang, atau masa

http://ac-zzz.blogspot.com/

depan yang menjelang. Karena itulah aku terkejutwaktu Jacob mengungkit tanggal berapa sekarangsaat kami bertemu untuk mengerjakan PR. Iasudah menungguku waktu aku berhenti di depanrumahnya."Selamat Hari Valentine," kata Jacob, tersenyum,tapi menunduk saat menyapaku.Ia mengulurkan kotak kecil berwarna pink,menaruhnya di telapak tangan."Well, aku merasa tolol sekali," gumamku. "IniHari Valentine?”Jacob menggeleng dengan lagak pura-purasedih. "Terkadang kau ini seperti tidak ada di sinisaja. Ya, sekarang tanggal 14 Februari. Nah,maukah kau menjadi Valentine-ku? Berhubungkau tidak membelikan sekotak cokelat seharga

lima puluh sen, paling tidak itulah yang bisakaulakukan."Aku mulai merasa tidak enak. Kata-katanyabernada menyindir, tapi hanya di permukaan."Apa tepatnya kewajiban menjadi Valentine?"aku mengelak."Biasalah—menjadi budak seumur hidup,semacam itu.""Oh, Well, kalau hanya itu..." Kuterima kotakcokelat itu. Tapi aku berusaha memikirkan carauntuk menegaskan batas-batas itu. Lagi. BersamaJacob, sepertinya batas-batas itu sering kali kabur."Jadi, apa yang akan kita lakukan besok?Hiking, atau UGD?""Hiking,” aku memutuskan. "Bukan hanya kauyang bisa obsesif. Aku mulai berpikir janganjangantempat itu hanya khayalanku saja..." Akumengerutkan kening dan menerawang."Kita pasti bisa menemukannya,” Jacobmeyakinkanku. "Sepeda motor hari Jumat?” iamenawarkan.Aku melihat kesempatan dan langsung

http://ac-zzz.blogspot.com/

menyambarnya tanpa meluangkan waktu untukmemikirkannya masak-masak lebih dulu."Jumat nanti aku akan pergi nonton film. Sudahlama sekali aku berjanji pada teman-temansekafeteriaku untuk pergi bareng." Mike pastisenang.

Tapi wajah Jacob langsung berubah. Aku sempatmenangkap secercah ekspresi di matanya yanggelap sebelum ia menunduk dan memandangtanah.“Kau ikut, kan?" aku cepat-cepat menambahkan."Atau kau merasa bergaul dengan serombonganmurid senior itu sangat membosankan?" Ternyataaku tetap tak bisa menjaga jarak dengannya. Akutidak tega melukai hati Jacob; kami sepertimemiliki hubungan khusus yang aneh, dankesedihannya menusuk hatiku juga. Apalagi, akusenang membayangkan diriku ditemani olehnyamelewati "cobaan" ini—aku memang sudah berjanjipada Mike, tapi tidak merasa terlalu antusiasmelakukannya.“Kau ingin aku ikut, bersama teman-temanmuyang lain?"“Ya," dengan jujur aku mengakui, meski dalamhati tahu ini hanya akan membuat masalah. "Akuakan lebih senang kalau ada kau. Ajak Quilsekalian, biar lebih ramai.""Quil bakal kalang-kabut. Cewek-cewek senior."Jacob terkekeh dan memutar bola matanya. Akutidak menyebut nama Embry, begitu juga dia.Aku ikut tertawa. "Akan kucoba memberinyapilihan yang cantik-cantik."Aku mengutarakan maksudku pada Mike dikelas Bahasa Inggris."Hei, Mike," sapaku setelah kelas berakhir. "Kautidak ada acara Jumat malam nanti?"

Mike mengangkat wajah, mata birunya langsung

http://ac-zzz.blogspot.com/

penuh harap. "Tidak ada. Mau pergi bareng?"Aku menyusun kalimatku dengan hati-hati. "Akusedang berpikir-pikir untuk pergi beramai-ramai"—aku menekankan kata itu—"nonton Crosshairs"Sebelumnya aku sudah melakukan penelitian lebihdulu—bahkan sampai membaca resensi film segalauntuk memastikan aku tidak bakal kecele nanti.Konon katanya film itu bergelimang darah dariawal sampai akhir. Aku belum begitu pulih untuktahan menyaksikan film cinta-cintaan."Kedengarannya asyik, kan?""Tentu," sahut Mike, kentara sekali kurangbersemangat."Asyik."Sedetik kemudian, wajahnya kembali ceriahingga hampir mendekati level kegembiraannyatadi. "Bagaimana kalau kita ajak Angela dan Ben?Atau Eric dan Katie?"Ia bertekad membuat acara jalan-jalan inimenjadi semacam kencan ganda rupanya."Bagaimana kalau dua-duanya?" saranku. "DanJessica juga. tentu saja. Juga Tyler dan Conner,dan mungkin Lauren,” aku menambahkan denganenggan. Aku kan sudah berjanji akan membawabanyak pilihan untuk Quil."Oke," gumam Mike, usahanya gagal."Dan," lanjutku, "aku juga akan mengajakbeberapa teman dari La Push. Jadi sepertinya kitamembutuhkan Suburban-mu kalau semua ikut."

Mata Mike menyipit curiga."Ini teman-temanmu yang selama ini seringbelajar bareng kau?"“Yep, tepat sekali," jawabku riang. "Walaupunkau bisa menganggapnya tutoring—mereka barukelas dua SMA""Oh," kata Mike terkejut. Setelah berpikirsedetik, ia tersenyum.Namun akhirnya Suburban itu tidak diperlukan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jessica dan Lauren langsung bilang sibuk begituMike mengatakan akulah yang merencanakanacara pergi bareng ini. Eric dan Katie sudah punyarencana sendiri—mau merayakan tiga minggumereka pacaran atau apa. Lauren sudah lebih dulumenyatroni Tyler dan Conner sebelum Mike, jadimereka juga bilang sibuk. Bahkan Quil pun batalikut—dihukum tidak boleh keluar rumah gara-garaberkelahi di sekolah. Akhirnya, hanya Angela danBen yang bersedia, juga Jacob tentu saja.Meski begitu, jumlah pengikut yang berkurangbanyak itu tidak mengurangi kegembiraan Mike.Yang ia ocehkan melulu tentang hari Jumat."Kau yakin tidak mau menonton Tomorrow andForever saja?" tanyanya saat makan siang,menyebut judul film komedi romantis yang sedangmenduduki peringkat teratas dalam deretan filmfilmbox office. "Menurut resensi Rotten Tomatoes,filmnya bagus banget lho."

"Aku ingin nonton Crosshairs? aku bersikeras."Aku sedang mood nonton film-film action. Yangbanyak darah dan isi perutnya!''"Oke." Mike berpaling, tapi aku masih sempatmelihat ekspresinya yang menganggapku sinting.Sesampainya di rumah sepulang sekolah,sebuah mobil yang sangat familier terparkir didepan rumahku. Jacob berdiri bersandar di kapmesin, seringai lebar menghiasi wajahnya."Tidak mungkin!" teriakku sambil melompatturun dari truk. "Kau sudah selesai! Aku tidakpercaya! Kau sudah selesai memermak si Rabbit!"Jacob berseri-seri. "Baru semalam. Iniperjalanan pertamanya.""Luar biasa." Kuangkat tanganku untuk ber-highfive.Jacob memukulkan telapak tangannya ketelapak tanganku, tapi membiarkannya tetap

http://ac-zzz.blogspot.com/

menempel di sana, memilin jari-jarinya dengan jari jariku."Jadi, boleh tidak aku mengendarainyamalam ini?""Jelas boleh," jawabku, lalu mendesah."Ada apa?""Aku menyerah—aku tidak bisa mengungguli ini.Jadi kau menang. Kau yang paling tua."Jacob mengangkat bahu, tidak terkejutmelihatku menyerah. "Itu sudah jelas."

Suburban Mike muncul di tikungan, berdegukdeguk.Kutarik tanganku dari tangan Jacob, dankulihat ia mengernyit."Aku ingat cowok ini," katanya pelan ketika Mikememarkir mobilnya di seberang jalan. "Dia cowokyang mengira kau pacarnya. Dia masih salahsangka?"Aku mengangkat sebelah alisku. "Sebagian orangsulit menerima penolakan.""Bagaimanapun," kata Jacob sambil merenung,"terkadang kegigihan bisa membuahkan hasil.""Lebih sering menjengkelkan, tapi."Mike turun dari mobil dan menyeberang jalan."Hai, Bella,” ia menyapaku, kemudian matanyaberubah waswas pada waktu menengadahmemandangi Jacob. Kulirik Jacob sebias berusahaobjektif. Ia sama sekali tidak mirip anak kelas 2SMA. Badannya besar sekali—kepala Mike nyaristidak sampai sebahu Jacob; aku bahkan tak inginmembayangkan tinggi, ku kalau aku berdiri disebelahnya—dan wajahnya juga tampak lebih tuadaripada biasa, bahkan sebulan yang lalusekalipun."Hai. Mike! Kau masih ingat Jacob Black?"“Tidak juga.” Mike mengulurkan tangan."Teman lama keluarga,” Jacob memperkenalkandiri, menjabat tangan Mike. Mereka bersalamandengan keras. Setelah melepaskan genggamannya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Mike meregangkan jari-jarinya.

Kudengar telepon berdering dari dapur.“Kuangkat dulu ya— siapa tahu dari Charlie,"kataku pada mereka, lalu berlari masuk.Ternyata Ben. Angela terserang flu perut, dan iaenggan pergi sendiri tanpa Angela. Ia memintamaaf karena batal pergi dengan kami.Aku berjalan lambat-lambat menghampiri keduacowok yang sedang menunggu itu, menggelengkankepala. Aku benar-benar berharap Angela cepatsembuh, tapi harus kuakui aku agak kesal olehperkembangan tak terduga ini. Jadi sekaranghanya tinggal kami bertiga, Mike, Jacob, dan aku—benar-benar menyenangkan, pikirku, sinisbercampur muram.Keliarannya Jake dan Mike tidak berusahamengakrabkan diri selama kepergianku. Merekaberdiri terpisah beberapa meter, salingmemunggungi sambil menungguku; ekspresi Mikemasam, meski Jacob tetap seceria biasa.“Ang sakit,” aku memberi tahu dengan muram."Dia dan Ben tidak bisa ikut.”“Kurasa flu itu mulai menulari anak-anak lain.Austin dan Conner hari ini juga tidak masuk.Mungkin lain kali saja kita pergi," Mikemenyarankan.Sebelum aku sempat mengiyakan, Jacob sudahangkat bicara."Aku sih masih tetap ingin pergi. Tapi kalau kaulebih suka tidak pergi, Mike—"

"Tidak, aku ikut," potong Mike. "Aku hanyamemikirkan Angela dan Ben. Ayo kita pergi," Iamulai berjalan menghampiri Suburban-nya."Hei, kau keberatan tidak kalau Jacob yangmenyetir?" tanyaku. "Aku sudah bilang dia bolehmenyetir tadi—dia baru saja selesai memperbaikimobilnya. Dia memermaknya dari nol lho,"

http://ac-zzz.blogspot.com/

pamerku, bangga seperti ibu yang anaknya juarakelas."Terserah," bentak Mike."Baiklah kalau begitu," sahut Jacob, seakanakansemua beres. Di antara kami bertiga, dialahyang kelihatannya paling santai.Mike naik ke kursi belakang Rabbit denganekspresi jijik.Jacob, seperti biasa, bersikap riang, mengobrolramai sampai aku sama sekali lupa pada Mikeyang merajuk tanpa suara di kursi belakang.Kemudian Mike mengubah strategi. Iamencondongkan tubuh, meletakkan dagunya dibahu kursi; pipinya nyaris menyentuh pipiku. Akubergeser sedikit, memunggungi jendela."Radionya rusak, ya?" tanya Mike, nadanyasedikit marah, memotong omongan Jacob."Tidak," jawab Jacob "Tapi Bella tidak sukamusik."Kupandangi Jacob, terkejut. Aku tidak pernahbilang begitu padanya."Bella?" tanya Mike, jengkel.

Dia benar gumamku, sambil masih terusmemandangi profil Jacob yang tenang."Kok bisa kau tidak suka musik?" tuntut MikeAku mengangkat bahu. "Entahlah. Jengkel sajamendengarnya.”“Hmph,” Mike duduk bersandar.Waktu kami sampai di bioskop, Jacobmengulurkan selembar sepuluh dolar.“Apa ini?” tolakku.“Aku belum cukup umur untuk nonton film ini,"ia mengingatkanku.“Aku tertawa keras-keras. "Jadi usia relatif takada gunanya, ya. Apakah Billy akan membunuhkukalau aku menyelundupkanmu masuk?”“Tidak. Aku sudah bilang padanya kauberencana mengorupsi keluguanku "

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku terkikik, dan Mike mempercepat langkahuntuk mengimbangi kami.Aku nyaris berharap Mike memutuskan untuktidak ikut saja. Ia masih terus merajuk—merusaksuasana saja. Tapi aku juga tak ingin berkencansendirian dengan Jacob. Itu tidak akan membantuapa-apa.Filmnya tepat seperti yang diramalkan. Di bagianawalnya saja sudah empat orang yang ditembakdan satu dipenggal kepalanya. Cewek di depankumenutup mata dan memalingkan wajah ke dadateman kencannya. Si cowok menepuk-nepuk bahusi cewek, sambil sesekali nyengir. Mike sepertinya

tidak menonton. Wajahnya kaku sementaramatanya memelototi tirai di aras layar.Aku menyiapkan diri untuk bertahan selamadua jam, menonton warna-warna dan gerakangerakandi layar, bukannya melihat bentuk-bentukorang, mobil, dan rumah. Tapi kemudian Jacobmulai tertawa."Apa?" bisikku."Oh, ayolah!" Jacob balas mendesis. "Masa darahmenyembur sejauh itu. Ketahuan bangetbohongnya!"Lagi-lagi ia tertawa, saat tiang benderamenombak seorang pria ke tembok beton.Sesudah itu aku benar-benar menonton filmnya,tertawa bersamanya saat adegannya makin lamamakin konyol. Bagaimana aku bisa melawan garisbatas dalam hubungan kami yang makin lamamakin kabur ini kalau aku sangat menikmatikebersamaanku dengannya?Baik Jacob maupun Mike sama-samamenumpangkan lengannya di lengan kursiku, satudi kiri, satu di kanan. Tangan mereka sama-samaditumpangkan dengan sikap santai, telapak tanganmenghadap ke atas, dalam posisi yangkelihatannya tidak natural. Seperti jebakan

http://ac-zzz.blogspot.com/

beruang dari baja, terbuka dan siap menjeratmangsa. Jacob punya kebiasaan meraih tangankusetiap kali ada kesempatan, tapi di sini, di dalambioskop yang gelap, dengan Mike melihat, hal itubisa diartikan berbeda—dan aku yakin ia tahu itu.Aku tidak percaya Mike memikirkan hal yang

sama, tapi tangannya melakukan hal yang samaseperti yang dilakukan Jacob.Kulipat kedua tanganku erat-erat di dada danberharap tangan mereka akan berhenti beraksi.Mike-lah yang pertama menyerah. Ketika filmsudah berjalan kira-kira setengahnya, ia menariklengannya dan nun condongkan tubuh ke depan,memegang kepalanya dengan tangan. Mulanyakukira ia bereaksi pada sesuatu yang ada di layat,tapi kemudian ia mengerang."Mike, kau tidak apa apa?" bisikku.Pasangan di depan kami menoleh danmemandangi Mike waktu ia mengerang lagi.“Tidak,” jawabnya terengah. “Sepertinya akusakit."Aku bisa melihat kilauan keringat di wajahnyadengan bantuan cahaya dari layar.Mike mengerang lagi, lalu bangkit danmenghambur ke pintu. Aku berdiri untukmengikutinya, dan Jacob langsung meniruku.“Kau tidak perlu ikut. Jangan biarkan delapandolarmu terbuang sia-sia," desakku saat berjalanmenyusuri gang di tengah deretan kursi bioskop."Tidak apa-apa. Kau benar-benar jago memilihfilm, Bella. Filmnya konvol banget,” Suara Jacobberubah dari berbisik menjadi normal, begitu kamikeluar dari teater.Tidak tampak tanda-tanda Mike di ruangtunggu, dan aku senang Jacob tadi memutuskan

keluar bersamaku—ia bisa menyelinap ke toiletcowok untuk mengecek keberadaan Mike di sana.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Beberapa detik kemudian, Jacob kembali.“Oh, memang benar dia ada di sana," katanya,memutar bola matanya. "Dasar lembek.Seharusnya kau mengajak orang yang perutnyalebih kuat. Orang yang tertawa kalau melihatdarah membuat cowok lembek muntah.""Akan kubuka mataku lebar-lebar, kalau-kalauada orang seperti itu."Kami hanya berdua di ruang tunggu. Keduateater sedang memutar film, jadi ruang tunggukosong melompong—cukup sunyi sehingga kamibisa mendengar bunyi berondong jagung meletupletupdi kios makanan di lobi.Jacob duduk di bangku berlapis beledu yangmenempel di dinding, menepuk-nepuk tempatkosong di sebelahnya."Kedengarannya dia bakal lama di dalam sana,"katanya, menjulurkan kakinya yang panjang,bersiap-siap menunggu.Sambil mendesah aku ikut duduk bersamanya.Tampaknya Jacob berpikir untuk mengaburkangaris batas di antara kami lagi. Benar saja, begituaku duduk, ia membuat gerakan untuk merangkulpundakku."Jake," protesku, berkelit. Jacob menurunkantangannya, tidak tampak tersinggung olehpenolakanku tadi. Ia mengulurkan tangan dandengan mantap meraih tanganku, menarik

pinggangku waktu aku berusaha berkelit lagi. Darimana ia memperoleh kepercayaan dirinya itu?"Tunggu sebentar, Bella," katanya, suaranyatenang. "Jawab dulu pertanyaanku."Aku meringis. Aku tidak ingin melakukan ini.Tidak sekarang, tidak nanti. Tidak ada hal lainyang tersisa dalam hidupku saat ini yang lebihpenting daripada Jacob Black. Tapi sepertinya iabertekad ingin mengacaukan semuanya."Apa?" gerutuku masam.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau suka padaku, kan?""Kau tahu aku suka padamu.""Lebih daripada badut yang sedang muntahmuntahdi dalam sana itu, kan?" Jacob menudingpintu toilet."Ya," aku mendesah."Lebih daripada cowok-cowok yang kaukcnal?"Sikapnya kalem, tenang—seolah-olah jawabankutidak penting, atau ia sudah tahu jawabannya."Lebih daripada cewek-cewek juga," jawabku."Tapi hanya itu," katanya, dan itu bukanpertanyaan.Sulit sekali menjawabnya, sulit mengucapkankata itu. Apakah ia bakal sakit hati danmenghindariku? Bagaimana aku bisa kuatmenghadapinya?"Ya," bisikku.

Jacob nyengir. "Itu tidak apa-apa, tahu. Asalkankau paling suka padaku. Dan kau menganggapkuganteng—kayaknya Aku siap menjadi orang yanggigih dan menjengkelkan.""Perasaanku tidak akan berubah,” kataku, danmeski berusaha agar suaraku tetap normal, akubisa mendengar nada sedih di dalamnya.Ekspresinya seperti berpikir, tak lagi menggoda."Pasti masih karena yang satu itu, kan?"Aku meringis. Lucu juga bagaimana ia seolahtahu untuk tidak mengucapkan namanya—sepertisebelumnya di mobil mengenai musik. Jacobmenangkap banyak hal tentang aku tanpa akuperlu menjelaskannya."Kau tidak perlu membicarakannya," kata Jacob.Aku mengangguk, bersyukur."Tapi jangan marah padaku kalau akumendekatimu terus, oke?" Jacob menepuk-nepukpunggung tanganku. "Karena aku tidak maumenyerah. Aku masih punya banyak waktu."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku mendesah. "Seharusnya kau tidak menyianyiakannyauntukku," kataku, meski akumenginginkannya. Apalagi karena ia maumenerimaku dalam keadaanku yang seperti ini—barang rusak, apa adanya."Aku memang ingin melakukannya, selama kaumasih suka bersamaku.""Aku tidak bisa membayangkan aku tidak sukabersamamu,” ungkapku jujur.

Jacob berseri-seri. "Itu sudah cukup buatku.""Hanya saja jangan berharap lebih," akumengingatkan, mencoba menarik tanganku. Jacobterus memeganginya dengan gigih."Ini tidak membuatmu rikuh, kan?" tanyanya,meremas jari-jariku."Tidak," desahku. Sejujurnya, rasanyamenyenangkan. Tangannya jauh lebih hangatdaripada tanganku; aku selalu merasa kedinginanbelakangan ini."Dan kau tidak peduli pada apa yang diapikirkan." Jacob menyentakkan ibu jarinya ke arahtoilet."Kurasa tidak.""Kalau begitu apa masalahnya?""Masalahnya," ujarku, "karena ini artinyaberbeda bagiku dan bagimu.""Well," Jacob mempererat genggamannya. "Itumasalahku, kan?""Terserahlah," gerutuku. "Jangan lupa, tapi.""Aku tidak akan lupa. Pin-nya sudah dilepaskandari granatnya, sekarang, he?" Ia menohokkanjarinya ke rusukku.Aku memutar bola mata. Kurasa kalau ia inginmenjadikan masalah ini sebagai lelucon, ituhaknya.Jacob berdecak pelan sebentar waktu jarimanisnya menelusuri bekas luka di sisi tanganku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Lucu juga bekas lukamu di sini ini," katanyatiba-tiba, memuntir tanganku untukmengamatinya. "Bagaimana kejadiannya?”Telunjuk tangannya yang satu lagi menyusuritepian bekas luka panjang berbentuk bulan sabitkeperakan yang nyaris tak terlihat di kulitku yangpucat.Aku merengut. "Masa aku harus mengingat darimana saja semua bekas lukaku berasal?"Aku menunggu kenangan itu menghantamku—membuka lubang yang menganga. Tapi sepertiyang sudah sering kali terjadi, kehadiran Jacobmenjagaku tetap utuh."Bekas luka ini dingin," gumamnya, menekanpelan tempat James dulu melukaiku dengangiginya.Kemudian Mike tersaruk saruk keluar dari toilet,wajahnya kelabu dan berkeringat. Ia tampakkepayahan.“Oh, Mike," aku kaget.“Keberatan tidak kalau kita pulang lebih cepat?"bisiknya."Tidak, tentu saja tidak.” Kutarik tanganku danberdiri untuk membantu Mike berjalan. Ia tampaklimbung.“Filmnya terlalu sadis untukmu?" tanya Jacobtanpa perasaan.

Pelototan Mike garang sekali. "Aku bahkan tidaksempat melihatnya," gumamnya. "Aku sudah mualsejak sebelum lampu-lampu dimatikan."“Kenapa kau diam saja?" kumarahi diasementara kami berjalan sempoyongan menujupintu keluar.“Aku berharap nanti akan hilang sendiri," jawabMike."Tunggu sebentar," kata Jacob sesampainyakami di pintu. Ia cepat-cepat berjalan kembali ke

http://ac-zzz.blogspot.com/

kios makanan."Boleh minta wadah popcorn kosong?" tanyanyapada cewek penjaga kios. Cewek itu memandangMike satu kali, lalu langsung menyodorkan wadahkosong pada Jacob.“Bawa dia keluar, please," pinta si penjaga kios.Jelas, cewek itulah yang kebagian tugas mengepel.Kuseret Mike ke udara luar yang dingin danbasah. Ia menghela napas dalam-dalam. Jacobberjalan tepat di belakang kami. Ia membantukumenaikkan Mike ke kursi belakang, lalumenyodorkan wadah itu padanya dengan mimikserius."Please,” hanya itu yang Jacob katakan.Kami membuka semua jendela, supaya udaramalam yang dingin berembus masuk, berharap itubisa membantu Mike merasa lebih sehat. Akumemeluk kedua kakiku dengan kedua tangan agartetap hangat.

"Kedinginan lagi?" tanya Jacob, merangkulpundakku sebelum aku sempat menjawab."Kau tidak?"Jacob menggeleng."Kau pasti demam atau sebangsanya," gerutuku.Aku sendiri membeku kedinginan. Kusentuhkeningnya dengan jari-jariku, dan kepalanyamemang panas."Astaga, Jake—badanmu panas sekali!""Aku merasa baik-baik saja." Ia mengangkatbahu. "Sehat walafiat."Aku mengerutkan kening dan menyentuhkepalanya lagi. Kulitnya membara di bawah jarijariku."Tanganmu sedingin es," protes Jacob."Mungkin memang aku yang kedinginan," akumengalah.Mike mengerang di kursi belakang, lalu muntahke dalam wadah. Aku meringis, berharap perutkutahan mendengar dan mencium baunya. Jacob

http://ac-zzz.blogspot.com/

menoleh cemas untuk memastikan mobilnya tidakterkena muntahan.Jarak terasa semakin panjang dalam perjalananpulang.Jacob diam, merenung. Ia membiarkanlengannya tetap melingkari pundakku, dan rasanyabegitu hangat hingga angin dingin terasa nyaman.Aku memandang ke luar kaca depan, hatikudiliputi perasaan bersalah.

Seharusnya aku tidak memberi harapan padaJacob. Itu kulakukan murni karena egois. Takpeduli aku sudah berusaha memperjelas posisiku.Kalau ia merasa masih ada harapan, meskipunsedikit, untuk mengubah hubungan ini menjadilebih dari sekadar persahabatan, itu berarti akumasih kurang jelas dalam memberinya penjelasan.Bagaimana caraku menjelaskan supaya iamengerti? Aku ini cangkang kosong. Ibarat rumahtak berpenghuni—ditinggalkan— selama berbulanbulanaku tak bisa didiami. Sekarang aku sedikitlebih baik. Ruang depan sudah diperbaiki. Tapihanya itu—hanya satu ruang kecil. Padahal Jacobpantas mendapatkan lebih baik daripada itu—lebihbaik daripada sekadar satu ruangan yang sudahnyaris ambruk dan kemudian dibetulkan.Sebanyak apa pun yang ia lakukan tidak akan bisamembuatku berfungsi kembali.Namun aku tahu aku takkan mau menjauhinya,bagaimanapun juga. Aku terlalumembutuhkannya, dan aku egois. Mungkin akubisa lebih memperjelas sisiku, supaya ia maumeninggalkan aku. Pikiran itu membuatkubergidik, dan Jacob mempererat rangkulannya.Aku mengantar Mike pulang dengan Suburbannya,sementara Jacob mengikuti di belakang untukmengantarku pulang. Jacob lebih banyak diamsepanjang perjalanan menuju rumahku, dan akubertanya-tanya dalam hati apakah ia memikirkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

hal-hal yang sama seperti yang kupikirkan.Mungkin saja ia berubah pikiran.

“Sebenarnya aku ingin mampir, karena kitapulang lebih cepat," kata Jacob sambilmenghentikan mobilnya di samping trukku. "Tapikurasa kau benar bahwa aku demam. Aku mulaimerasa sedikit... aneh.""Oh tidak, jangan sampai kau sakit juga! Kaumau aku mengantarmu pulang?""Tidak" Jacob menggeleng, alisnya bertaut. “Akubelum merasa sakit. Hanya... tidak enak badan.Kalau terpaksa sekali, aku akan berhenti di pinggirjalan.""Maukah kau meneleponku begitu sampai dirumah?" tanyaku cemas."Tentu, tentu." Jacob mengerutkan kening,memandang lurus ke kegelapan, dan menggigitbibir.Kubuka pintu untuk turun, tapi Jacob meraihpergelangan tanganku dengan lembut danmemeganginya. Aku kembali merasakan betapapanas kulitnya bersentuhan dengan kulitku."Ada apa, Jake?" tanyaku."Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,Bella... tapi kurasa ini akan terdengar gombal."Aku mendesah. Ini pasti kelanjutan pembicaraandi teater tadi. "Silakan.""Begini, aku tahu kau sering merasa tidakbahagia. Dan mungkin ini tidak membantu apaapa,tapi aku ingin kau tahu aku akan selalumendampingimu. Aku tidak akanmengecewakanmu—aku berjanji kau akan selalu

bisa mengandalkan aku. Wow, kedengarannyabenar-benar gombal. Tapi kau tahu itu, kan?Bahwa aku tidak akan pernah, tidak sekali pun,menyakitimu?""Yeah, Jake. Aku tahu itu. Dan aku memang

http://ac-zzz.blogspot.com/

sudah mengandalkanmu, mungkin lebih daripadayang kau tahu."Senyum merekah di wajahnya, seperti matahariterbit merekah merah di awan-awan, dan aku inginmemotong lidahku sendiri. Semua yang kukatakanmemang benar, tapi seharusnya aku berbohong.Mengatakan hal sebenarnya adalah salah, ituhanya akan menyakiti hatinya. Aku akanmengecewakannya.Mimik aneh melintas di wajahnya. "Kurasa akubenar-benar harus pulang sekarang," katanya.Aku cepat-cepat turun."Telepon aku!" teriakku begitu ia beranjak pergi.Kupandangi mobilnya berlalu, dan sepertinya iamasih bisa mengemudikan mobilnya dengan baik,paling tidak. Kupandangi jalanan yang kosongsetelah mobilnya lenyap, perasaanku juga sedikittidak enak, tapi bukan karena alasan fisik.Kalau saja Jacob Black terlahir sebagai saudaralelakiku, saudara laki-laki kandung, sehingga akumemiliki hak hukum atas dirinya yang membuatkubebas dari perasaan bersalah. Tuhan tahu akutidak pernah berniat memanfaatkan Jacob, tapiperasaan bersalah yang kurasakan saat ini mautak mau membuatku berpikir bahwa jangan-janganmemang itulah yang kulakukan.

Terlebih lagi, aku tidak pernah berniat mencintaidia. Satu hal yang kuketahui benar—dan akumeyakininya dari lubuk hatiku yang terdalam, daripusat tulang-tulangku, dari puncak kepala hinggaujung kaki, dari dalam dadaku yang hampa— cintamemberi orang kekuatan untukmenghancurkanmu. Aku hancur luluh dan tidakbisa diperbaiki lagi. Tapi aku membutuhkan Jacobsekarang, membutuhkannya seperti obat. Akusudah terlalu lama memanfaatkannya sebagaikruk, dan aku terjerumus lebih dalam daripadayang awalnya kurencanakan dengan orang lain.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sekarang aku tak tega menyakiti hatinya, tapi akujuga tak bisa menahan diri untuk terus-menerusmenyakitinya. Ia mengira waktu dan kesabaranakan mengubahku, dan, walaupun aku tahu iasalah besar, tapi aku juga tahu aku akanmembiarkannya mencoba.Ia sahabatku. Aku akan selalu sayang padanya,tapi itu takkan pernah cukup.Aku masuk untuk menunggu telepon danmenggigiti kuku."Filmnya sudah selesai?" tanya Charlie kagetwaktu aku berjalan masuk. Ia duduk di lantai, taksampai setengah meter dari TV. Pastipertandingannya seru sekali."Mike tiba-tiba sakit," aku menjelaskan."Semacam flu perut.”"Kau tidak apa-apa?""Sekarang sih aku baik-baik saja," jawabku ragu.Jelas, aku juga sudah tertular.

Aku bersandar di konter dapur, tanganku hanyabeberapa sentimeter dari telepon, berusahamenunggu dengan sabar. Aku teringat mimik anehdi wajah Jacob sebelum pulang tadi, dan jari-jarikumengetuk-ngetuk konter. Seharusnya aku tadimemaksanya supaya mau diantar pulang.Kupandangi jam dinding sementara menit-menitberlalu. Sepuluh. Lima belas. Bahkan kalau akuyang menyetir, hanya butuh waktu lima belasmenit untuk sampai ke sana, dan Jacob menyetirmobilnya lebih cepat daripada aku. Delapan belasmenit. Kuangkat telepon dan kuhubunginomornya.Teleponku berdering dan berdering. MungkinBilly sudah tidur. Mungkin aku salah menekannomor. Kucoba lagi.Pada deringan kedelapan, saat aku sudahhampir menyerah, Billy menjawab."Halo?" tanyanya. Suaranya waswas, seperti

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengharapkan kabar buruk."Billy, ini aku, Bella—Jake sudah sampai dirumah belum? Dia berangkat dari sini dua puluhmenit yang lalu.""Dia sudah sampai," jawab Billy datar."Seharusnya dia meneleponku." Aku agak kesal."Dia merasa tidak enak badan waktu berangkattadi, jadi aku khawatir.""Dia... terlalu sakit sehingga tidak bisamenelepon. Dia sedang kurang sehat sekarang.”

Nada suara Billy seperti berjarak. Aku sadar iapasti ingin menemani Jacob."Beritahu aku bila butuh bantuan,” akumenawarkan. "Aku bisa datang ke sana." Akuteringat pada Billy, terikat pada kursi rodanya,sementara Jake mengurus dirinya sendiri..."Tidak, tidak," tolak Billy cepat-cepat. "Kamibaik-baik saja. Kau di rumah saja."Caranya mengatakan itu nyaris kasar.“Oke "jawabku."Bye, Bella."Well, paling tidak ia sudah sampai di rumah.Anehnya, kekhawatiranku tak kunjung mereda.Aku menaiki tangga dengan langkah-langkah berat,cemas. Mungkin aku bisa ke rumahnya besoksebelum bekerja, untuk mengecek keadaannya.Aku bisa membawakan sup—kalau tidak salahmasih ada sekaleng sup Campbells tersimpan disuatu tempat.Aku sadar semua rencana itu buyar ketikamendadak terjaga jauh lebih awal—jamkumenunjukkan pukul setengah lima pagi—danbergegas ke kamar mandi. Charlie menemukankudi sana setengah jam kemudian, terbaring di lantai,pipiku menempel di pinggir bak mandi yang dingin.Ia menatapku lama sekali."Flu perut," akhirnya ia berkata."Ya," erangku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

“Kau butuh sesuatu?" tanyanya.

"Hubungi keluarga Newton, please?” pintakudengan suara serak. "Katakan aku ketularan Mike,jadi tidak bisa masuk hari ini. Sampaikan jugapermintaan maafku.""Tentu, bukan masalah," Charlie meyakinkanku.Sepanjang sisa hari itu kuhabiskan di lantaikamar mandi, tidur beberapa jam dengan kepaladibaringkan di atas handuk.Charlie mengatakan dirinya harus bekerja, tapiaku curiga itu hanya alasan karena ia butuh akseske kamar mandi. Ia meninggalkan segelas air dilantai agar aku tidak dehidrasi.Aku terbangun waktu ia datang. Kulihat harisudah gelap di kamarku—hari sudah malam.Charlie menaiki tangga untuk mengecek kondisiku."Masih hidup?""Begitulah," jawabku."Kau menginginkan sesuatu?""Tidak, trims."Charlie ragu-ragu sejenak, jelas bingung harusmelakukan apa. "Oke, kalau begitu," katanya, laluturun lagi ke dapur.Kudengar telepon berdering beberapa menitkemudian. Charlie berbicara dengan seseorangdengan suara pelan, lalu menutup telepon."Mike sudah sembuh," serunya padaku.Well, pertanda bagus. Dia jatuh sakit kuranglebihdelapan jam sebelum aku. Jadi tinggaldelapan jam lagi. Pikiran itu membuat perutku

mual, dan kuangkat tubuhku untuk membungkukdi atas toilet.Aku ketiduran lagi di atas handuk, tapi waktuterbangun aku sudah berbaring di tempat tidurdan di luar jendela tampak terang. Aku tidak ingatpindah; Charlie pasti menggendongku ke kamar—ia juga meninggalkan segelas air di atas nakas.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Tenggorokanku kering kerontang. Kureguk habisisi gelasku, meski rasanya aneh.Perlahan-lahan aku bangkit, berusaha untuktidak memicu timbulnya rasa mual lagi. Akulemah, dan mulutku tidak enak, tapi perutku baikbaiksaja. Kulirik jam.Dua puluh empat jamku sudah berlalu.Aku tidak memaksakan diri, dan hanya makanbiskuit asin untuk sarapan. Charlie tampak legamelihatku pulih.Begitu yakin tidak akan tergeletak lagi sehariandi lantai kamar mandi, kutelepon Jacob.Jacob sendiri yang menjawab, tapi begitumendengar suaranya, aku tahu ia belum sembuh."Halo?" Suaranya serak, parau."Oh, Jake," aku mengerang bersimpati."Suaramu aneh.""Aku memang merasa aneh," bisiknya.“Aku sangat menyesal mengajakmu pergidenganku. Ini menyebalkan."

"Aku senang kok pergi." Suaranya masihberbisik. "Jangan salahkan dirimu. Ini bukansalahmu.""Kau pasti sembuh sebentar lagi," akumeyakinkannya. "Waktu aku bangun tadi pagi,ternyata aku sudah sembuh.""Memangnya kau sakit?" tanyanya datar."Ya, aku juga ketularan. Tapi sekarang akusudah sembuh.""Baguslah," Suaranya hampa."Jadi kau pasti juga akan sembuh dalambeberapa jam," aku menyemangatinya.Aku nyaris tidak mendengar jawabannya."Kurasa sakitku tidak sama denganmu.""Kau bukannya flu perut?" tanyaku, bingung."Bukan. Ini lain."“Apa yang terasa tidak enak?""Semuanya," bisik Jacob. "Sekujur tubuhku

http://ac-zzz.blogspot.com/

sakit."Kesakitan di suaranya nyaris nyata."Apa yang bisa kubantu, Jake? Aku bisamembawakan apa untukmu?""Tidak ada. Kau tidak bisa datang ke sini."Sikapnya kasar. Aku jadi teringat sikap Billy tempohari."Aku kan sudah terekspos dengan penyakit apapun yang merongrongmu saat ini," akumengingatkan.

Jacob mengabaikan perkataanku. "Aku akanmeneleponmu kalau bisa. Aku akan memberi tahukapan kau bisa datang lagi.""Jacob—""Aku harus pergi," katanya, mendadak buruburu."Telepon aku kalau kau sudah merasa lebihsehat.""Baiklah," sahutnya, tapi suaranya terdengarpahit dan aneh.Ia terdiam beberapa saat. Aku menunggunyamengucapkan selamat berpisah, tapi ia jugamenunggu."Sampai ketemu lagi," kataku akhirnya."Tunggu sampai aku menelepon," katanya lagi."Oke... Bye, Jacob.""Bella," ia membisikkan namaku, kemudianmenutup telepon.

10. PADANG RUMPUTJACOB tidak menelepon.Pertama kalinya aku menelepon, Billy yangmengangkat dan mengatakan Jacob masih tidur.Aku berusaha mengorek keterangan, memastikanBilly sudah membawanya ke dokter. Menurut Billysudah, tapi entah mengapa, untuk alasan yang aku

sendiri tak tahu, aku kok tidak begitu percayapadanya. Aku menelepon lagi, beberapa kali sehari,

http://ac-zzz.blogspot.com/

selama dua hari berikutnya, tapi tak ada yangmengangkat.Sabtunya kuputuskan untuk menemui Jacob,masa bodoh dengan undangan. Tapi rumah merahkecil itu kosong. Aku jadi takut—sesakit itukahJacob sampai harus dirawat di rumah sakit? Akumampir ke rumah sakit dalam perjalanan pulang,tapi menurut perawat jaga di meja depan, baikJacob maupun Billy tidak datang ke rumah sakit.Kuminta Charlie menelepon Harry Clearwaterbegitu ia sampai di rumah dan kantor. Akumenunggu, waswas, sementara Charlie mengobroldengan teman lamanya; obrolan mereka sepertinyasangat lama tanpa sekali pun menyebut-nyebutnama Jacob. Kedengarannya Harry-lah yang barusaja pulang. dari rumah sakit... menjalani tesjantung. Kening Charlie berkerut, tapi Harrybercanda dengannya, menceritakan yang luculucu,sampai Charlie tertawa lagi. Barulahkemudian Charlie bertanya tentang Jacob, dansekarang ia tak lagi banyak bicara sehingga akutak bisa mengikuti percakapan, karena ia hanyamengucapkan hmmm dan yeah berulang-ulang.Aku mengetuk-ngetukkan jari ke konter di sampingCharlie, sampai ia memegang tanganku untukmenghentikannya.Akhirnya Charlie menutup telepon dan berpalingpadaku."Kata Harry, saluran teleponnya bermasalah, jadiitulah sebabnya teleponmu tidak nyambung. Billy

membawa Jake ke dokter di reservasi, dankelihatannya dia sakit mono. Dia ke capekan, dankata Billy, dia tidak boleh ditengok," lapor Charlie."Tidak boleh ditengok?" tanyaku tak percaya.Charlie mengangkat sebelah alis. "Sekarang kaujangan ikut campur, Bells. Billy tahu apa yangterbaik untuk Jake. Sebentar lagi juga dia sembuhdan bisa ke sini lagi. Bersabarlah."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku tidak memaksa. Charlie terlalu khawatirmemikirkan Harry. Jelas itu lebih penting—tidaktepat mengganggu pikirannya dengan hal-halsepele. Jadi aku naik ke lantai atas danmenyalakan komputer. Aku menemukan situskedokteran dan mengetikkan kata "mononukleosis"ke kolom pencarian.Yang kutahu tentang mono hanyalah bahwaseseorang bisa tertular penyakit itu dariberciuman, sesuatu yang jelas tak mungkin terjadipada Jake. Aku membaca gejala-gejalanya dengancepat—kalau demam memang ia mengalaminya,tapi bagaimana dengan gejala yang lain? Tidak adaradang tenggorokkan parah, tidak ada kelelahan,tidak ada pusing kepala, setidaknya tidak sebelumia pulang dari bioskop: ia bahkan sempat berkatadirinya "sehat walafiat”. Benarkah penyakitnyamuncul secepat itu? Berdasarkan artikel itu,sepertinya yang harus muncul lebih dulu adalahradang tenggorokannya.Kupandang layar komputer dan bertanya-tanyadalam hati mengapa, tepatnya, aku melakukan halini. Mengapa aku merasa sangat... sangat curiga,

seperti tidak percaya pada cerita Billy? Untuk apaBilly berbohong pada Harry?Aku saja yang konyol, mungkin. Aku hanyakhawatir, dan jujur saja. aku takut tidakdiperbolehkan bertemu Jacob—itu membuatkugelisah.Aku menyimak keterangan lain dalam artikel itu,menggali lebih banyak informasi. Aku berhentibegitu sampai pada bagian yang menjelaskanpenyakit mono bisa bertahan lebih dari sebulan.Sebulan? Mulutku ternganga.Tapi Billy tak mungkin menerapkan aturan tidakboleh dijenguk sampai selama itu. Tentu saja tidak.Jake bisa gila kalau disuruh berbaring terus ditempat tidur tanpa seorang pun bisa diajak bicara.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Apa sebenarnya yang ditakutkan Billy? Menurutartikel itu, pengidap mono harus menghindariaktivitas fisik, tapi tidak ada penjelasan tentangaturan tidak boleh dijenguk. Penyakit itu kan tidakterlalu menular.Kuputuskan untuk memberi Billy waktu satuminggu sebelum mulai mengorek-ngorek lagi. SatuMinggu sudah cukup lama.Ternyata satu minggu itu lama sekali. Hari Rabuaku yakin tidak bakal mampu bertahan hidupsampai Sabtu.Ketika memutuskan untuk tidak menggangguBilly dan Jacob selama seminggu, aku sebenarnyatak yakin Jacob bakal menuruti aturan Billy.Setiap hari sesampainya di rumah dari sekolah,

aku berlari ke pesawat telepon untuk mengecekpesan-pesan. Tidak pernah ada pesan untukku.Aku melanggar janjiku sendiri dengan mencobameneleponnya tiga kali, tapi saluran teleponnyamasih rusak.Aku terlalu sering tinggal di rumah, dan terlalusering sendirian. Tanpa Jacob, juga adrenalin dankegiatan yang bisa mengalihkan pikiran, semuayang selama ini kutekan mulai menghantuiku lagi.Mimpi-mimpi itu mulai menyerangku lagi. Akutidak lagi bisa melihat bagian akhirnya datang.Yang ada hanya kehampaan yang mengerikan—terkadang di hutan, terkadang di lautan pakiskosong tempat rumah putih itu tak lagi ada.Sesekali ada Sam Uley di sana, di hutan,mengawasiku lagi. Aku tidak memedulikan dia—tidak ada kenyamanan yang kurasakan dengankehadirannya, aku malah merasa semakinsendirian. Walhasil, aku selalu terbangun setelahmenjerit ketakutan, setiap malam.Lubang di dadaku kini semakin parah.Kusangka aku sudah bisa mengendalikannya, tapiaku mendapati diriku meringkuk, setiap hari,

http://ac-zzz.blogspot.com/

sambil mencengkeram pinggang dan megap-megapkehabisan udara.Aku tak mampu menghadapi kesendirian denganbaik.Aku lega tak terkira di pagi hari waktuterbangun—setelah menjerit, tentu saja—danteringat sekarang hari Sabtu. Berarti hari ini akubisa menelepon Jacob. Dan kalau saluran teleponmasih tetap belum berfungsi, aku akan ke La Push.

Bagaimanapun caranya, pokoknya hari ini haruslebih baik daripada seminggu terakhir yang sepiini.Aku menghubungi nomor telepon Jacob, lalumenunggu tanpa berharap apa-apa. Jadi aku kagetwaktu Billy mengangkat telepon pada deringkedua.“Halo?”“Oh. hai, cerita teleponnya sudah berfungsi lagi!Hai, Billy. Ini Bella. Aku hanya ingin tahu kabarJacob. Apakah dia sudah bisa ditengok? Akusedang berpikir-pikir untuk mampir–“"Maafkan aku, Bella,” sela Billy, dan akubertanya-tanya apakah ia sedang nonton televisi;kedengarannya perhatian Billy sedang tertuju padahal lain. "Dia tidak ada di rumah.""Oh." Butuh sedetik untuk mencernanya. "Kalaubegitu dia sudah sembuh?”"Yeah," jawab Billy, setelah sempat ragu-ragusejenak. "Ternyata bukan mono. Hanya virusbiasa.”"Oh. Kalau begitu... ke mana dia?""Dia pergi jalan-jalan bersama teman-temannyake Port Angeles—kalau tidak salah mau nontonfilm atau sebangsa-nya. Dia pergi seharian.""Well, aku lega mendengarnya. Aku khawatirsekali. Aku senang dia cukup sehat untuk pergijalan-jalan." Suaraku terdengar palsu sementaraaku mengoceh tidak keruan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob sudah sembuh, tapi tidak merasa perlumeneleponku. Ia pergi dengan teman-temannya.Sementara aku duduk di rumah, merindukannyasetiap jam. Aku kesepian, cemas, bosan...

tercabikcabik– dan sekarang kecewa karena menyadariperpisahan kami selama seminggu ini ternyatatidak memiliki dampak yang sama terhadapnya.“Kau menginginkan sesuatu?" Billy bertanyasopan.“Tidak, tidak juga."“Well, akan kusampaikan padanya kaumenelepon,” Billy berjanji. “Bye, Bella.”“Bye,” sahutku, tapi Billy sudah lebih dulumenelepon telepon.Sesaat aku hanya bisa mematung dengantelepon masih di tangan.Jacob pasti berubah pikiran, seperti yangkutakutkan selama ini. Ia mengikuti saranku dantidak menyia-nyiakan waktunya untuk seseorangyang tidak bisa membalas perasaannya. Akumerasa darah menyusut dari wajahku."Ada yang tidak beres?" tanya Charlie sambilmenuruni tangga."Tidak," dustaku, meletakkan gagang telepon."Kata Billy, Jacob sudah sehat. Dia tidak kenamono. Syukurlah.""Jadi dia mau datang ke sini, atau kau yang kesana?" tanya Charlie sambil lalu, mulai mengadukadukisi lemari es.

"Tidak dua-duanya," aku mengakui. "Dia pergidengan teman-temannya yang lain."Nada suaraku akhirnya menarik perhatianCharlie. Ia mendongak menatapku dengan sikapmendadak kaget, tangannya membeku memegangisebungkus keju lembaran."Bukankah sekarang masih terlalu pagi untuk

http://ac-zzz.blogspot.com/

makan siang?" tanyaku seringan mungkin,berusaha mengalihkan pikiran."Tidak, aku hanya mau membuat sesuatu untukbekal ke sungai...""Oh, mau mancing hari ini?""Well, Harry menelepon... dan hari tidak hujan."Charlie sibuk menyiapkan setumpuk makanan diatas konter sembari bicara. Tiba-tiba iamengangkat wajahnya lagi seolah-olah menyadarisesuatu. "Katakan, kau mau aku di rumah sajamenemanimu, berhubung Jake pergi?""Tidak apa-apa, Dad," kataku, berusahamemperdengarkan nada tak peduli. "Ikan makanlebih lahap bila cuaca cerah."Charlie menatapku, wajahnya jelas bimbang.Aku tahu ia khawatir, takut meninggalkan akusendirian, kalau-kalau aku “bermuram durja” lagi."Sungguh, Dad. Mungkin aku akan meneleponJessica,” dalihku buru-buru. Aku lebih sukasendirian daripada diawasi terus seharian olehCharlie. "Kami harus belajar Kalkulus. Aku bisameminta bantuannya." Bagian itu benar. Tapi akuharus bisa sendiri tanpa meminta bantuan Jessica.

"Ide bagus. Kau terlalu banyak bermain denganJacob, teman-temanmu yang lain bakal mengirakau sudah melupakan mereka."Aku tersenyum dan mengangguk, seolah-olahpeduli pendapat teman-temanku.Charlie berbalik, tapi lalu berputar lagi denganekspresi khawatir. "Hei, kau mau belajar di siniatau di rumah Jess, kan?""Tentu, mau di mana lagi?""Well, aku hanya ingin kau berhati-hati untuktidak masuk ke hutan, seperti yang sudahkukatakan padamu sebelumnya."Butuh semenit bagiku untuk memahaminya,karena saat itu pikiranku sedang tertuju pada hallain. "Masalah dengan beruang lagi?"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Charlie mengangguk, keningnya berkerut. "Adahiker yang hilang—polisi hutan menemukankemahnya tadi pagi, tapi tidak ada tanda-tandakeberadaannya. Di sana ada jejak-jejak binatangbesar... tentu saja binatang itu bisa saja datangkemudian, karena mencium bau makanan...Pokoknya, mereka sekarang sedang memasangjebakan untuk menangkapnya."“Oh,” ucapku sambil lalu. Aku tidak benar-benarmendengarkan peringatannya; aku jauh lebih kalutmemikirkan situasiku dengan Jacob daripadakemungkinan menjadi mangsa beruang.Aku senang Charlie terburu-buru. Ia tidakmenungguku menelepon Jessica, jadi aku tidakperlu bersandiwara. Aku menyibukkan diri dengan

mengumpulkan semua buku sekolahku di mejadapur untuk kumasukkan ke tas; mungkin ituterlalu berlebihan, dan bila Charlie tidak begitubersemangat pergi memancing, itu pasti akanmembuatnya curiga.Aku begitu sibuk terlihat sibuk hingga tidakmenyadari betapa mengerikannya hari kosong yangmembentang di hadapanku sampai aku melihatCharlie meluncur pergi. Hanya butuh kira-kira duamenit memandangi telepon dapur yang diam seribubahasa untuk memutuskan aku tidak mau tinggaldi rumah hari ini. Aku menimbang-nimbangbeberapa pilihan.Aku tidak akan menelepon Jessica. Sepanjangpengamatanku, Jessica sudah menyeberang ke sisigelap.Aku bisa naik truk ke La Push dan mengambilmotorku— pikiran menarik, tapi masalahnya satu:siapa yang akan mengantarku ke UGD kalau akumembutuhkannya nanti?Atau... aku toh sudah punya peta dan kompas ditrukku. Aku yakin sudah cukup memahamiprosesnya sehingga tidak akan tersesat. Mungkin

http://ac-zzz.blogspot.com/

aku bisa mengeliminasi dua garis lagi hari ini,dengan begitu kami akan lebih maju daripadajadwal bila nanti Jacob mau menemuiku lagi. Akumenolak memikirkan kapan kira-kira itu akanterjadi. Atau apakah itu takkan pernah terjadi lagi.Aku sempat merasakan secercah perasaanbersalah saat menyadari bagaimana perasaanCharlie kalau tahu aku mau ke hutan; tapi aku

mengabaikannya. Pokoknya aku tidak bisa tinggaldi rumah lagi hari ini.Beberapa menit kemudian aku sudah berada dijalan tanah yang tidak mengarah ke tempattertentu. Aku membuka semua jendela danmenyetir secepat yang bisa dilakukan trukku,mencoba menikmati embusan angin yang menerpawajahku. Hari berawan, tapi nyaris kering – hariyang cerah untuk ukuran Forks.Untuk memulai dibutuhkan waktu yang lebihlama daripada bila per* bersama Jacob. Setelahmemarkir truk di tempat biasa, aku harusmenghabiskan waktu tak kurang dari lima belasmenit untuk mempelajari jarum kecil dipermukaan kompas serta tanda-tanda di peta yangsekarang sudah lecek itu. Setelah yakin mengikutijalur yang benar, aku mulai berjalan memasukihutan.Hutan penuh kehidupan hari ini, semuamakhluk kecil menikmati kekeringan yang hanyasementara. Namun entah bagaimana, bahkandengan kicauan burung-burung dan dengungserangga yang mengitari kepalaku dengan berisik,juga bunyi langkah kaki tikus yang berkelebatmenerobos semak belukar, hutan terkesan lebihmenyeramkan hari ini; membuatku teringat padamimpi burukku yang terbaru. Aku tahu itu hanyakarena aku sendirian, kehilangan siulan riangJacob serta suara sepasang kaki lain menginjaktanah yang lembab.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Perasaan gelisah itu semakin kuat saat akusemakin dalam memasuki pepohonan. Aku mulai

susah bernapas—bukan karena berkeringat, tapikarena aku mengalami kesulitan dengan lubangtolol di dadaku lagi. Kudekap tubuhku dengankedua tangan dan berusaha mengenyahkankepedihan itu dari pikiranku. Nyaris saja akuberbalik, tapi aku tak ingin menyia-nyiakan upayayang telah kulakukan.Ritme langkah-langkahku mulai menumpulkanpikiran dan kepedihanku, sementara aku terusmerangsek maju. Napasku akhirnya mulai teratur,dan aku senang tak jadi pulang. Aku semakinpiawai menjelajah alam; aku tahu aku sekarangbisa berjalan lebih cepat.Aku tidak tahu apakah aku jauh lebih efisiensekarang. Kalau tidak salah, mungkin aku sudahberjalan enam kilometer lebih, dan bahkan belummulai mencari. Kemudian, dengan ketiba-tibaanyang membuatku kehilangan orientasi, akumelangkah melewati lengkingan pendek yangterbentuk dari dua pohon maple merambat—menerobos semak pakis setinggi dada—danmemasuki padang rumput.Ini tempat yang sama, itu aku yakin benar.Belum pernah aku melihat tempat terbuka lainyang begitu simetris. Bentuknya bulat sempurna,seolah-olah ada orang yang dengan sengajamembuat lingkaran sempurna, mencabuti pohonpohontanpa meninggalkan jejak sedikit pun direrumputan yang melambai-lambai. Ke arah timursayup-sayup aku mendengar suara mata airmenggelegak.

Tempat ini tidak terlalu memesona tanpa cahayamatahari, namun tetap sangat indah dan tenang.Sekarang bukan musimnya bunga-bunga liar;permukaannya tertutup rumput tebal yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengayun tertiup angin sepoi-sepoi, bagaikan riakair di permukaan danau.Ini tempat yang sama... tapi aku tidakmenemukan yang kucari-cari di sini.Kekecewaan datang nyaris seketika seperti saatkesadaran itu datang. Aku terhenyak ke tanah,berlutut di pinggir padang terbuka, mulai

terengahengah.Apa gunanya pergi lebih jauh lagi? Tak ada yangtertinggal di sini. Tidak lebih dari kenangan yangbisa kupanggil kembali setiap kali akumenginginkannya, asal aku rela menanggungkepedihan yang menyertainya—kepedihan yangkurasakan sekarang, yang membuatku menggigil.Tidak ada yang istimewa dengan tempat ini bila diatak ada. Aku tak yakin benar apa yang kuharapakan kurasakan di sini, tapi padang rumput inihampa oleh atmosfer, hampa oleh segalanya, samaseperti tempat-tempat lain. Sama seperti mimpiburukku. Kepalaku berputar-putar, pusing sekal.Setidaknya aku datang sendirian. Akumerasakan serbuan perasaan syukur saatmenyadari hal itu. Kalau aku menemukan padangrumput ini bersama Jacob... Well, aku takmungkin bisa menyamarkan lubang tak berdasartempatku jatuh sekarang. Bagaimana aku bisamenjelaskan keadaanku yang hancur berkepingkeping,kondisiku yang meringkuk seperti bola

untuk menjaga agar lubang kosong itu tidakmencabik-cabik tubuhku? jauh lebih baik bilatidak ada yang melihatku.Dan aku juga tak perlu menjelaskan pada siapapun mengapa aku begitu tergesa-gesameninggalkan tempat ini. Jacob pasti akanberasumsi, setelah begitu bersusah-payah melacakkeberadaan tempat ini, bahwa aku inginmenghabiskan waktu lebih dari hanya beberapadetik di sini. Tapi sekarang pun aku sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

berusaha mendapatkan kekuatan untuk bisaberdiri lagi. memaksa diriku bangkit supaya bisapergi dari sini. Terlalu banyak kepedihan yangharus ditanggung di tempat kosong ini—kalauperlu aku bahkan tidak keberatan merangkak.Untung saja aku sendirian!Sendirian. Aku mengulangi kata itu dengankepuasan muram sambil memaksa diriku bangkitmeski hatiku sakit sekali. Tepat saat itu sesosoktubuh melangkah keluar dari sela-sela pepohonandi sebelah utara, kira-kira tiga puluh langkahjauhnya.Berbagai macam emosi berkecamuk dalamdiriku detik juga. Pertama adalah terkejut; akuberada jauh dari jalan setapak mana pun, dantidak mengira akan ada orang lain di sini.Kemudian saat mataku terfokus pada sosok takbergerak itu, melihat tubuhnya yang bergemingdan kulitnya yang pucat, serbuan harapan yangmenyakitkan mengguncangku. Aku menekannyahabis-habisan, berjuang melawan sayatan pedihpenderitaan saat mataku menjalar ke wajah di

bawah rambut yang hitam, bukan wajah yang inginkulihat. Berikutnya muncul rasa takut; ini bukanwajah yang kutangisi, namun jaraknya cukupdekat hingga aku tahu cowok yang menghadap kearahku itu bukan hiker yang tersesat.Kemudian, akhirnya, aku mengenalinya."Laurent!" pekikku, kaget bercampur senang.Respons yang tak masuk akal. Mungkinseharusnya aku berhenti pada perasaan takut.Laurent adalah salah satu anggota kelompokJames saat kami pertama kali bertemu. Ia tidakikut dalam perburuan yang terjadi kemudian—perburuan di mana akulah mangsanya—tapi ituhanya karena ia takut; aku dilindungi kelompoklain yang lebih besar daripada kelompoknya. Akanlain ceritanya kalau tidak begitu—saat itu ia tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

menyesal tidak menjadikanku makanannya. Tentusaja ia pasti sudah berubah, karena ia pergi keAlaska untuk tinggal bersama kelompok beradablain, keluarga lain yang juga menolak minum darahmanusia demi alasan etis. Keluarga lain seperti...tapi aku tidak membiarkan diriku memikirkannama itu.Ya, takut pasti lebih masuk akal, tapi yangkurasakan hanya kepuasan berlebihan. Padangrumput ini kembali menjadi tempat magis. Magisyang lebih gelap daripada yang kuharapkan, jelas,namun tetap magis. Inilah koneksi yang kucari.Bukti, walau bagaimanapun kecilnya, bahwa—disuatu tempat di dunia yang sama dengan tempatkutinggal—dia ada.

Mustahil melihat bahwa Laurent masih persissama seperti dulu. Kurasa sungguh tolol danmanusiawi sekali mengharapkan ada semacamperubahan dari tahun lalu. Tapi memang adasesuatu... aku tak tahu persis apa itu."Bella?" tanya Laurent, tampak lebih terperangahdari pada yang kurasakan.“Kau ingat.” Aku tersenyum. Sungguh konyolaku bisa begitu gembira karena ada vampir yangmengingat namaku.Laurent nyengir. “Aku tidak mengira akanbertemu kau di sini." Ia melenggangmenghampiriku, ekspresinya takjub.“Apa tidak terbalik? Aku memang tinggal di sini.Kusangka kau sudah pergi ke Alaska."Laurent berhenti kira-kira sepuluh langkahdariku, menelengkan kepala ke satu sisi. Wajahnyaadalah wajah paling tampan yang kulihat untukkurun waktu yang rasanya seperti berabad-abad.Kuamati garis-garis wajahnya dengan perasaanlega yang rakus. Ini dia orang kepada siapa akutidak perlu berpura-pura—seseorang yang sudahtahu setiap hal yang tak pernah bisa

http://ac-zzz.blogspot.com/

kuungkapkan."Kau benar," ia sependapat. "Aku memang pergike Alaska. Meski begitu, aku tidak mengira...Waktu aku mendapati rumah keluarga Cullensudah kosong, kusangka mereka sudah pindah."“Oh." Aku menggigit bibir ketika nama itumembuat lukaku yang masih basah kembali

berdarah. Butuh sedetik untuk menenangkan diri.Laurent menunggu dengan sorot ingin tahu."Mereka memang sudah pindah," akhirnya bisajuga aku memberi tahunya."Hmm,” gumam Laurent. "Kaget juga aku,mereka meninggalmu. Bukankah kau sejenispeliharaan mereka?"Matanya sama sekali, tidak memancarkan sorotmenghina.Aku tersenyum kecut. "Semacam itulah.""Hmmm," ujarnya, tampak berpikir lagi.Saat itulah aku sadar mengapa ia tampaksama— terlalu sama. Setelah Carlisle memberitahu kami Laurent tinggal dengan keluarga Tanya,aku mulai membayangkan dia, meski aku jarangmemikirkannya, dengan mata keemasan yangsama seperti yang dimiliki... keluarga Cullen—akumeringis saat memaksa nama itu keluar. Matayang dimiliki semua vampir baik.Tanpa sengaja aku mundur selangkah, dan matamerahnya yang gelap dan penuh keingintahuan itumengikuti gerakanku."Apakah mereka sering mengunjungimu?"tanyanya, nadanya masih biasa-biasa saja, tapitubuhnya bergerak ke arahku."Berbohonglah," suara beledu indah itu berbisikcemas dari benakku.Aku terkejut mendengar suaranya, tapiseharusnya itu tidak membuatku kaget. Bukankah

saat ini aku berada dalam bahaya yang tak

http://ac-zzz.blogspot.com/

terbayangkan? Sepeda motor tidak ada apa-apanyadibandingkan ini.Aku melakukan apa yang diperintahkan suaraitu."Sesekali." Aku berusaha tetap terdengar ringan,rileks. "Waktu terasa lebih panjang bagiku,rasanya. Sementara mereka, kau tahu, mudahdialihkan perhatiannya..." Aku mulai melantur.Aku harus berusaha keras menutup mulut."Hmmm," kata Laurent lagi. "Bau rumahnyaseperti sudah lama tidak ditinggali...""Kau harus berbohong lebih baik lagi, Bella,"desak suara itu.Aku mencoba. "Aku harus memberi tahu Carlislekalau kau mampir. Dia pasti menyesal tidaksempat menemuimu.” Aku berpura-pura berfikirsebentar. "Tapi mungkin aku tidak perlumenceritakannya pada... Edward, kurasa–“ akunyaris tak mampu menyebut namanya, dan itumembuat ekspresiku aneh, mementahkangertakanku sendiri “– karena dia sangat pemarah..Well, aku yakin kau masih ingat. Dia masih sensitifkalau mengingat kejadian dengan James waktu ituAku memutar bola mata dan melambaikan tangandengan lagak cuek, seolah-olah itu semua sejarahlama, tapi ada secercah nada histeris dalamsuaraku. Aku bertanya-tanya dalam hati apakahLaurent bakal mengenalinya."Benarkah begitu?" Laurent menanggapi dengansenang... sekaligus skeptis.

Aku menjawab singkat, agar suaraku tidakmenunjukkan kepanikanku. "Mm-hmm.”Laurent melangkah ke samping dengan sikapbiasa-biasa saja, memandang berkeliling padangrumput kecil itu. Kusadari langkah itumembawanya semakin dekat denganku. Dikepalaku suara itu merespons dengan geramanrendah.

http://ac-zzz.blogspot.com/

“Bagaimana keadaan di Denali? Kata Carlisle,kau tinggal bersama Tanya?" suaraku melengkingkelewat tinggi.Pertanyaan itu membuatnya diam sebentar. "Akusangat menyukai Tanya," ia merenung. "Apalagisaudara perempuannya Irina... aku tidak pernahmenetap terlalu lama di satu tempat sebelumnya,dan aku menikmati keuntungan dan hal-hal baruyang bisa kurasakan. Tapi larangannya sulit...Heran juga aku, mereka bisa bertahan begitulama." Ia tersenyum padaku seperti mengajakberkomplot. "Kadang-kadang aku melanggarnya."Aku tak sanggup menelan ludah. Kakiku mulaibergerak mundur, tap, langsung membeku saatmatanya yang merah berkelebat turun danmenangkap gerakan itu."Oh," kataku dengan suara lemah. "Jasper jugapunya masalah dengan itu.""Jangan bergerak," suara itu berbisik. Akuberusaha melakukan apa yang ia perintahkan.Sulit, tapi; insting untuk lari nyaris tak bisadikendalikan.

"Benarkah?" Laurent tampak tertarik. "Itukahsebabnya mereka pergi?""Bukan," jawabku jujur. "Jasper lebih berhatihatidi rumah.""Benar," Laurent sependapat. "Begitu juga aku."Satu langkah maju yang diambilnya jelasdisengaja."Apakah Victoria pernah menemukanmu?"tanyaku, napasku tersengal, sangat inginmengalihkan perhatiannya. Itu pertanyaan pertamayang muncul di benakku, dan aku langsungmenyesalinya begitu kata-kata itu terlontar darimulutku. Victoria—yang memburuku bersamaJames, kemudian menghilang—bukanlahseseorang yang ingin kuingat pada saat-saatgenting seperti ini.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Tapi pertanyaan itu menghentikannya."Ya," jawab Laurent, ragu-ragu melangkah."Sebenarnya kedatanganku ke sini adalah untukmembantunya." Ia mengernyit. "Dia tidak akansenang kalau tahu hal ini.""Tahu apa?" tanyaku bersemangat,mengundangnya untuk terus bicara. Laurentmemandang garang ke arah pepohonan, jauhdariku. Aku memanfaatkan kelengahannya itudengan mundur satu langkah.Laurent kembali memandangku dantersenyum—ekspresinya membuatnya terlihatseperti malaikat berambut hitam.

"Kalau dia tahu aku membunuhmu," jawabnyasambil mendengkur merayu.Aku terhuyung-huyung mundur. Geraman panikdi kepalaku membuatnya semakin sulit didengar."Dia ingin melakukannya sendiri,” Laurentmelanjutkan senang. "Dia agak... kesal denganmu.Bella.""Aku?" pekikku.Laurent menggeleng dan terkekeh. "Aku tahu,menurutku sepertinya itu juga agak sedikit bodoh.Tapi James pasangannya, dan Edward-mumembunuhnya."Bahkan di sini, di ambang maut, namanyamasih merobek lukaku yang masih basah bagaikanpisau bergerigi tajam.Laurent tidak menyadari reaksiku. "Menurutnyalebih tepat membunuhmu daripada membunuhEdward—itu baru adil, pasangan untuk pasangan.Dia memintaku memetakan arah untuknya,katakanlah begitu. Tak kukira kau begitu mudahditemukan. Jadi mungkin rencana Victoria tidaksempurna—ternyata kau bukanlah sasaran balasdendam seperti yang dia bayangkan, karena kaupasti tidak berarti banyak bagi Edward bila diameninggalkanmu sendiri di sini tanpa

http://ac-zzz.blogspot.com/

perlindungan."Pukulan lain, sayatan lain ke dadaku.Laurent bergerak sedikit, dan aku terseokmundur selangkah.

Kening Laurent berkerut. "Kurasa dia bakalmarah, bagaimanapun juga."“Kalau begitu mengapa tidak kautunggu sajadia?" bujukku dengan suara tercekik.Seringaian licik membelah wajahnya. "Well, kaubertemu denganku di saat yang tidak tepat, Bella.Kedatanganku ke sini bukan untuk menjalankanmisi Victoria—aku sedang berburu. Aku sangathaus, dan baumu... sungguh menerbitkan air liur."Laurent menatapku dengan sikap setuju, seolaholahperkataan itu dimaksudkan sebagai pujian."Ancam dia," delusi indah itu memerintahkan,suaranya terdistorsi oleh kengerian."Dia pasti tahu kau yang melakukannya,"bisikku, mematuhi perintah suara itu. "Kau tidakakan bisa lolos.""Mengapa tidak?" Senyum Laurent melebar. Iamemandang ke sekeliling padang terbuka kecilyang dikitari pepohonan itu. "Baumu akan tersapuhujan berikutnya. Tak ada yang akan menemukanmayatmu—kau hanya akan dinyatakan hilang,seperti banyak, banyak sekali manusia lain. Tidakada alasan bagi Edward untuk mengira ituperbuatanku, kalau dia cukup peduli untukmenyelidiki. Yakinlah, tidak ada masalah pribadidalam hal ini, Bella. Hanya karena aku haus.""Memohonlah," halusinasiku memohon."Please?” pintaku.

Laurent menggeleng, wajahnya ramah, "Anggapsaja begini, Bella. Kau sangat beruntung karenaakulah yang menemukanmu.""Benarkah begitu?" tanyaku, mencurikesempatan untuk mundur satu langkah lagi.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Laurent mengikuti, gesit dan anggun."Ya," ia meyakinkanku. "Aku akan sangat cepat.Kau tidak akan merasakan apa-apa, aku janji. Oh,aku akan berbohong pada Victoria mengenainyananti, tentu saja, hanya untuk menenangkanhatinya. Tapi kalau kau tahu apa yang diarencanakan untukmu, Bella..." Laurent menggelengdengan gerak lamban, seakan-akan nyaris jijik."Berani sumpah, kau pasti akan berterima kasihpadaku untuk ini."Kutatap ia dengan ngeri.Laurent mengendusi angin yang menerbangkanhelai-helai rambutku ke arahnya. "Menerbitkan airliur," ia mengulangi kata-katanya, menghirupdalam-dalam.Tubuhku mengejang, bersiap lari, matakumenyipit saat aku mengkeret ngeri,dan raunganmarah Edward bergema di kejauhan, di bagianbelakang kepalaku. Namanya menembus semuadinding yang kubangun untuk menahannya.Edward, Edward, Edward. Aku akan mati. Tidakapa-apa bila aku memikirkan dia sekarang.Edward, aku cinta padamu.Melalui mataku yang menyapit, kulihat Laurentberhenti mengendus udara dan memalingkankepala secepat kilat ke kiri. Aku tak berani

mengalihkan pandanganku darinya, mengikutimatanya meski ia tak perlu mengalihkan perhatianataupun trik lain untuk mengalahkanku. Akuterlalu takjub untuk merasa lega ketika ia pelanpelanmulai mundur menjauhiku."Aku tak percaya," ucapnya, suaranya begitupelan hingga aku nyaris tidak mendengarnya.Barulah saat itu aku menoleh. Mataku menyapupadang rumput, mencari interupsi yangmemperpanjang hidupku.Awalnya aku tidak melihat apa-apa, dan matakusecepat kilat kembali ke Laurent. Ia mundur lebih

http://ac-zzz.blogspot.com/

cepat lagi sekarang, matanya menatap tajam kedalam hutan.Lalu aku melihatnya; sesosok makhluk hitambesar muncul dari sela-sela pepohonan, tenangseperti bayangan, dan berjalan mantapmenghampiri si vampir. Tubuhnya besar sekali—setinggi kuda, tapi lebih gemuk, jauh lebih berotot.Moncongnya yang panjang meringis, memamerkansederet taring setajam belati. Geraman liarmeluncur dari sela-sela giginya, menggelegarmelintasi ruang terbuka seperti suara petirmenyambar.Beruang itu. Hanya saja, ternyata hewan itubukan beruang. Namun tetap saja, pasti monsterhitam raksasa inilah makhluk yang menggegerkanwarga itu. Dari jauh orang akan mengira ituberuang. Hewan apa lagi yang badannya bisasebesar dan sekekar itu?

Aku berharap akan beruntung dan bisamelihatnya dari jauh. Tapi yang terjadi malahhewan itu melangkah tanpa suara melintasirerumputan, hanya tiga meter dari tempatkuberdiri."Jangan bergerak sedikit pun," suara EdwardberbisikKupandangi makhluk mengerikan itu, pikirankukacau saat aku berusaha menemukan namahewan itu. Bentuknya jelas mirip anjing, begitujuga caranya bergerak. Aku hanya bisa memikirkansatu kemungkinan, terpaku dalam kengerian yangamat sangat. Namun tak pernah terbayangkanolehku serigala bisa sebesar itu.Lagi-lagi hewan itu menggeram, dan aku bergidikngeri mendengarnya.Laurent mundur ke pinggir pepohonan, dan,meski membeku ketakutan, pikiranku dilandakebingungan. Mengapa Laurent mundur? Memangserigala itu sangat besar, tapi makhluk itu tetap

http://ac-zzz.blogspot.com/

hanya binatang. Mengapa vampir takut padabinatang? Dan Laurent sangat ketakutan. Matanyamembelalak ngeri, sama seperti aku.Seperti menjawab pertanyaanku, tiba-tiba sajaserigala raksasa itu tidak sendirian. Mengapit disisi kiri dan kanannya, ada dua hewan raksasa lainmelenggang diam memasuki padang rumput. Yangsatu berbulu abu-abu gelap, satunya lagi cokelat,namun keduanya tidak setinggi serigala pertama.Serigala abu-abu muncul dari balik pepohonanhanya beberapa meter dariku, matanya terpakupada Laurent.

Belum lagi aku sempat bereaksi, dua serigalalain menyusul, membentuk huruf V, sepertikawanan burung yang bermigrasi ke selatan. Ituberarti monster cokelat kemerahan yangmerangsck menembus semak belukar beradacukup dekat denganku hingga aku bisamenyentuhnya.Tanpa sengaja aku terkesiap dan melompatmundur – tindakan paling tolol yang bisakulakukan. Lagi-lagi aku membeku, menungguserigala-serigala itu berbalik menyerangku, mangsayang lebih lemah. Sempat terlintas dalam benakkusemoga Laurent segera beraksi dan melumatgerombolan serigala itu-itu mudah saja baginya.Kurasa di antara dua pilihan di depanku, dimangsa sekawanan serigala hampir bisa dibilangpilihan yang lebih buruk.Serigala yang paling dekat denganku, yangberbulu cokelat kemerahan, memalingkan kepalasedikit begitu mendengarku terkesiap.Mata serigala itu gelap, nyaris hitam. Hewan itumenatapku sepersekian detik, matanya yang gelapterkesan terlalu cerdas untuk hewan liar.Sementara hewan itu memandangiku, mendadakaku teringat pada Jacob—lagi-lagi dengan perasaanbersyukur. Setidaknya aku datang ke sini

http://ac-zzz.blogspot.com/

sendirian, ke padang rumput negeri dongeng yangpenuh monster-monster mengerikan ini.Setidaknya Jacob tidak akan ikut mati. Setidaknyaaku tidak bertanggung jawab atas kematiannya.Geraman rendah yang sekali lagi keluar darimoncong pemimpin gerombolan membuat serigala

cokelat-merah itu memalingkan kepala secepatkilat, kembali kepada Laurent.Laurent menatap gerombolan monster serigalaitu dengan perasaan shock dan takut yang tak bisaditutup-tutupi. Perasaan pertama bisa kupahami.Tapi aku terperangah waktu, tanpa aba-aba lebihdulu, ia berbalik dan menghilang di balikpepohonan.Dia kabur.Detik itu juga kawanan serigala itu langsungmengejarnya, berlari cepat melintasi padangrumput terbuka dengan langkah-langkahbertenaga, menggeram dan mengatup-ngatupkanmoncong dengan keras dan nyaring. Keduatanganku serta-merta terangkat ke atas, secaranaluriah menutup telinga. Suara itu menghilangdengan sangat cepat begitu gerombolan serigalalenyap di balik hutan.Kemudian aku sendirian lagi.Lututku terkulai, tak sanggup menopang berattubuhku, dan aku terjatuh dengan posisi tanganbertumpu di tanah, isak tangis memenuhikerongkonganku.Aku tahu aku harus segera pergi, sekarang juga.Berapa lama serigala-serigala itu akan mengejarLaurent sebelum berbalik dan mengejarku? Atauakankah Laurent melawan mereka? Mungkinkah iayang nanti akan kembali mencariku?Awalnya aku tak bisa bergerak; lengan dankakiku gemetaran, dan aku tak tahu bagaimanabisa kembali berdiri.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Pikiranku tak bisa menghalau ketakutan,kengerian, ataupun kebingungan yang kurasakan.Aku tidak memahami apa yang baru sajakusaksikan.Vampir tak seharusnya kabur dari sekawanananjing raksasa seperti itu. Apa gunanya gigi yangtajam dan kulit mereka yang sekeras granit?Dan serigala-serigala seharusnya tidakmengganggu Laurent. Walaupun ukuran merekayang luar biasa itu mengajar mereka untuk tidaktakut pada apa pun, tetap saja tak masuk akalmengapa mereka mengejarnya. Aku ragu kulitLaurent yang sedingin marmer memancarkan bauyang menyerupai makanan. Mengapa merekamalah mengabaikan makhluk berdarah panas danlemah seperti aku dan justru mengejar Laurent?Aku tidak mengerti sama sekali.Angin dingin menyapu padang rumput,mengayunkan rumput-rumput seolah ada sesuatuyang menggerakkannya.Aku cepat-cepat berdiri, mundur walaupunangin menerpaku tanpa mencederai.

Tersandungsandungpanik, aku berbalik dan langsung larimenerobos pepohonan.Beberapa jam berikutnya sungguh mengerikan.Butuh waktu tiga kali lebih lama untuk meloloskandiri dari pepohonan daripada untuk mencapaipadang. Awalnya aku tidak memerhatikan ke manaaku melangkah, pikiranku hanya terfokus padamelarikan diri. Setelah cukup tenang untuk ingatbahwa aku punya kompas, aku sudah jauh di

pelosok hutan yang asing dan menakutkan. Keduatanganku gemetar sangat hebat sehingga akuharus meletakkan kompas di tanah berlumpuruntuk bisa membacanya. Beberapa menit sekaliaku harus berhenti untuk meletakkan kompas danmengecek bahwa aku masih berjalan ke barat laut,

http://ac-zzz.blogspot.com/

mendengarkan—bila suara-suara itu tidaktersembunyi di balik langkah-langkah kakiku yangpanik—bisikan pelan berbagai hal yang takkelihatan di sela-sela dedaunan.Pekikan burung jaybird membuatku terlompatke belakang dan jatuh menimpa pohon cemaramuda berdaun lebat. Akibatnya lenganku tergoresgoresdan rambutku terbelit daun-daun cemara.Tupai yang mendadak berkelebat lewat membuatkumenjerit begitu keras hingga menyakitkan bahkantelingaku sendiri.Akhirnya pohon-pohon mulai renggang. Akumuncul dijalan kosong kira-kira satu setengahkilometer dari tempatku meninggalkan truk tadi.Meskipun didera kelelahan yang amat sangat, akuberlari-lari kecil menyusuri jalan sampaimenemukan trukku. Sesampai di dalamnyatangisku kembali meledak. Kukunci pintu trukrapat-rapat sebelum merogoh kantong untukmengeluarkan kuncinya. Raungan suara mesinterasa melegakan dan waras. Suara itumembantuku menahan air mata sementara akumemacu trukku secepatnya menuju jalan utama.Sesampainya di rumah, kondisiku sudah lebihtenang, tapi masih kacau-balau. Mobil polisiCharlie sudah terparkir di halaman—aku bahkan

tidak menyadari hari sudah malam. Langit sudahmenggelap."Bella?" seru Charlie begitu aku membantingpintu depan dan cepat-cepat memutar kunci."Yeah, ini aku." Suaraku lemah."Dari mana saja kau?" tanyanya menggelegar,muncul dari ambang pintu dapur dengan wajahgarang.Aku ragu-ragu. Ayahku mungkin sudahmenelepon keluarga Stanley. Sebaiknya akumenceritakan hal yang sebenarnya saja."Aku pergi hiking," aku mengaku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Mata Charlie kaku. "Mengapa tidak jadi pergi kerumah Jessica?""Aku sedang malas belajar Kalkulus hari ini."Charlie bersedekap. "Kan sudah kubilang untukmenjauhi hutan.""Yeah, aku tahu. Jangan khawatir, aku tidakakan melakukannya lagi," Aku bergidik.Sepertinya baru saat itulah Charlie benar-benarmemerhatikan keadaanku. Aku ingat tadi akusempat meringkuk di tanah hutan; jadi pastilahkeadaanku benar-benar berantakan."Apa yang terjadi?" desak Charlie.Lagi, aku memutuskan mengatakan hal yangsebenarnya, setidaknya sebagian, adalah pilihanterbaik. Aku terlalu terguncang untuk berpurapuraaku tadi menikmati hari yang tenang denganflora dan fauna hutan.

"Aku melihat beruang itu." Aku berusahamengatakannya dengan tenang, tapi suaraku tinggidan gemetar. "Ternyata bukan beruang— tapisejenis serigala. Dan jumlahnya ada lima. Ada yangberbulu hitam besar, abu-abu, cokelatkemerahan..."Mata Charlie membelalak ngeri. Ia bergegasmenghampiriku dan menyambar bagian ataslenganku.“Kau tidak apa-apa?"Kepalaku mengangguk-angguk lemah."Ceritakan padaku apa yang terjadi.""Mereka tidak menggubrisku. Tapi setelahmereka pergi, aku lari dan terjatuh-jatuh."Charlie melepaskan bahuku dan memelukkuerat-erat. Selama beberapa saat ia tidakmengatakan apa-apa.“Serigala," gumamnya."Apa?""Menurut polisi hutan, jejak-jejaknya bukanjejak beruang— tapi serigala tidak sebesar itu..."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Mereka ini raksasa""Berapa banyak katamu tadi?"“Lima.”Charlie menggeleng, keningnya berkerut cemas.Akhirnya ia bicara dengan nada yang tidak bisaditawar-tawar lagi. "Tidak boleh hiking lagi.""Pasti," aku berjanji dengan patuh.

Charlie menelepon ke kantor untuk melaporkanapa yang kulihat. Aku berbohong sedikit saatmengatakan di mana persisnya aku melihatserigala-serigala itu—kubilang saja aku sedangmenyusuri jalan setapak yang mengarah ke utara.Aku tak ingin ayahku tahu seberapa jauh aku telahmasuk ke dalam hutan, melanggar larangannya,dan, yang lebih penting lagi, aku tidak mau oranglain berkeliaran di dekat tempat Laurent mungkinmencariku. Pikiran itu membuatku mual."Kau lapar?" tanya Charlie setelah menutuptelepon.Aku menggeleng, meskipun seharusnya perutkukeroncongan. Aku belum makan seharian."Capek saja," jawabku. Aku berbalik menujutangga."Hei," seru Charlie, suaranya mendadak berubahcuriga lagi. "Bukankah kau tadi bilang Jacob pergiseharian?""Kata Billy begitu," jawabku, bingung mendengarpertanyaannya.Charlie mengamati ekspresiku sebentar, dantampaknya puas dengan apa yang dilihatnya disana."Hah.""Kenapa?" tuntutku. Kedengarannya Charlieseolah menuduhku telah berbohong padanya tadipagi. Mengenai hal lain selain belajar denganJessica.

"Well, hanya saja waktu aku menjemput Harry

http://ac-zzz.blogspot.com/

tadi, aku melihat Jacob di depan toko yang ada disana bersama teman-temannya. Aku melambaimenyapanya, tapi dia... Well aku tak yakin diamelihatku. Sepertinya dia sedang berdebat denganteman-temannya. Dia tampak aneh, seperti kesalmengenai sesuatu. Dan... berbeda. Seolah-olah kaubisa melihat anak itu bertumbuh! Setiap kalimelihatnya, sepertinya dia semakin bertambahbesar.""Kata Billy, Jake dan teman-temannya pergi kePort Angeles untuk nonton film. Mungkin merekasedang menunggu teman di sana.""Oh." Charlie mengangguk dan berjalan kedapur.Aku berdiri di ruang depan, berpikir tentangJacob yang berdebat dengan teman-temannya. Akupenasaran apakah ia mengonfrontir Embry rentangkedekatannya dengan Sam. Mungkin itulahsebabnya ia meninggalkanku hari ini—kalau ituberarti ia bisa menuntaskan masalahnya denganEmbry aku ikut senang.Aku berhenti sebentar untuk memastikan pintumasih terkunci rapat sebelum masuk ke kamar.Tindakan konyol sebenarnya. Apa gunanya kuncibagi monster-monster yang kulihat siang tadi?Asumsiku, gagang pintu saja sudah cukup untukmenghalangi masuknya serigala, karena merekatidak memiliki ibu jari untuk memegang. Dankalau Laurent datang ke sini...Atau... Victoria.

Aku berbaring di tempat tidurku, tapi tubuhkubergetar begini hebat hingga aku susah tidur. Akumeringkuk rapat-rapat di bawah selimut, danmenghadapi fakta-fakta mengerikan.Tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak adapencegahan yang bisa kuambil. Tidak ada tempatuntuk bersembunyi. Tidak ada orang yang bisamenolongku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku sadar, dengan perut melilit mual, bahwasituasinya sekarang lebih buruk daripada itu.Karena semua fakta itu juga mengacu padaCharlie. Ayahku, tidur di kamar yang bersebelahandengan kamarku, hanya terpisah sedikit saja dariinti sasaran yang terpusat padaku. Bau tubuhkuakan menggiring mereka ke sini, tak peduli akuada di sini atau tidak.Tremor itu mengguncang-guncang tubuhkusampai gigi-gigiku gemeletukan.Untuk menenangkan diri aku membayangkanhal yang tidak mungkin: aku membayangkanserigala-serigala besar itu berhasil menangkapLaurent di hutan dan membantai makhluk yangtidak bisa mati dan tidak bisa dihancurkan itu,seperti mereka memangsa habis manusia normallainnya. Meski absurd, bayangan itu membuatkutenang. Kalau serigala-serigala itu berhasilmenangkapnya, ia tidak bisa mengatakan padaVictoria bahwa aku sendirian di sini. Bila ia tidakkembali, mungkin Victoria mengira keluarga Cullenmasih melindungiku. Seandainya kawanan serigalaitu bisa memenangkan pertarungan...

Vampir-vampir baikku takkan pernah kembali;betapa melegakan membayangkan vampir jenis lainjuga bisa menghilang.Kupejamkan mataku rapat-rapat dan menunggudatangnya ketidaksadaran—hampir tidak sabarlagi menunggu mimpi burukku dimulai. Lebih baikbermimpi buruk daripada melihat seraut wajahtampan yang pucat tersenyum padaku sekarangdari balik kelopak mataku.Dalam imajinasiku, mata Victoria hitam olehdahaga, cemerlang oleh antisipasi, dan bibirnyamenekuk, menampilkan gigi-giginya yang berkilaudalam kegembiraan. Rambut merahnya teranglaksana api; berkibar-kibar kusut mengitariwajahnya yang liar.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Kata-kata Laurent tadi terngiang-ngiang dalambenakku. Kalau kau tahu apa yang dia rencanakanuntukmu...Aku menempelkan tinjuku kuat-kuat ke mulutagar tidak menjerit.

11. SEKTESETIAP kali aku membuka mata dan melihatcahaya matahari, menyadari aku telah selamatmelewati satu malam lagi, merupakan kejutanbagiku. Setelah pulih dari keterkejutan, jantungkumulai berdetak kencang dan telapak tangankuberkeringat; aku baru bisa bernapas lega setelah

turun dari tempat tidur dan memastikan Charliejuga selamat.Kentara sekah ia khawatir—melihatku meloncatkaget setiap kah mendengar suara keras, atauwajahku tiba-tiba memucat tanpa alasan jelas.Dari pertanyaan-pertanyaan yang sesekalidiajukannya, Charlie sepertinya menyalahkanketidakhadiran Jacob sebagai penyebabnya.Ketakutan yang selalu menghantui pikirankubiasanya mengalihkan perhatianku dari faktabahwa satu minggu lagi telah berlalu, tapi Jacobmasih belum meneleponku. Tapi kalau aku bisaberkonsentasi pada kehidupan normal—kalauhidupku bisa dibilang normal—hal ini membuatkugelisah.Aku sangat kehilangan dia.Rasanya sudah cukup parah ditinggal sendirisebelum aku ketakutan setengah mati begini.Sekarang, lebih dari sebelumnya aku rindu tawalepasnya yang riang dan cengirannya yang menularitu. Aku membutuhkan perasaan aman dan warasyang bisa kuperoleh dengan nongkrong digarasinya serta tangan hangatnya menggenggamjari-jariku yang dingin.Aku separo berharap ia bakal meneleponku hari

http://ac-zzz.blogspot.com/

Senin. Misalnya ada kemajuan soal Embry,bukankah ia ingin melaporkannya? Aku inginmemastikan kecemasan terhadap temannyalahyang menyita seluruh waktunya, bukan karena iatak mau lagi berteman denganku.

Aku meneleponnya Selasa, tapi tidak ada yangmenjawab. Apakah saluran teleponnya rusak lagi?Atau Billy sekarang memasang caller ID?Hari Rabu aku menelepon setiap setengah jamsekali sampai jam sebelas malam, putus asa inginmendengar kehangatan suara Jacob.Hari Kamis aku duduk di dalam truk di depanrumah—dengan kedua pintu terkunci rapat—kuncitruk di tangan, selama satu jam penuh. Akuberdebat dengan diriku sendiri, berusahamembenarkan keinginan untuk pergi sebentar keLa Push, tapi tak sanggup melakukannya.Aku tahu Laurent pasti sudah kembali keVictoria sekarang. Kalau aku pergi ke La Push,bisa-bisa aku menuntun salah seorang dari merekake sana. Bagaimana kalau mereka menangkapkuketika Jake di dekatku? Meski sangat menyakitkanbagiku, aku tahu lebih baik bagi Jacob bila iamenghindariku. Lebih aman untuknya.Sudah cukup buruk aku tidak bisa menemukanjalan untuk mengamankan Charlie. Kemungkinanbesar mereka akan datang mencariku pada malamhari, dan alasan apa yang bisa kuutarakan untukmembuat Charlie keluar dari rumah? Bisa saja akumenceritakan hal sebenarmu, capi ini akanmembuatnya mengurungku di ruangan tertutuprapat. Aku rela-rela saja menjalani semua itu—menerima dengan tangan terbuka, malah—bila itubisa membuat Charlie aman. Tapi Victoria tetapakan datang ke rumah Charlie lebih dulu,mencariku. Mungkin, bila ia menemukan aku disini, itu sudah cukup baginya. Mungkin ia akan

http://ac-zzz.blogspot.com/

langsung pergi setelah selesai berurusandenganku.Jadi aku tidak bisa lari. Kalaupun bisa, maupergi ke mana? Ke Renee? Aku bergidikmembayangkan diriku membawa bayanganmematikan itu ke dunia ibuku yang aman danbermandikan matahari. Aku tidak akan pernahmembahayakan nyawanya seperti itu.Kekhawatiran itu meninggalkan lubang besar diperutku. Tak lama lagi aku akan punya dua lubangyang sama persis.Malam itu Charlie kembali berbuat baik danmeneleponkan Harry untukku, mencari tahuapakah keluarga Black sedang ke luar kota. Harrymelaporkan bahwa Billy menghadiri rapat dewanRabu malam kemarin, dan tidak menyebut-nyebutbakal pergi ke mana pun. Charlie mewanti-wantikuuntuk tidak mengganggu mereka—Jacob pastiakan menelepon kalau sudah punya waktu.Jumat siang, saat mengendarai truk sepulangsekolah, pikiran itu sekonyong-konyongmenghantamku.Aku tidak sedang memerhatikan jalan yangsudah sangat kukenal, membiarkan suara mesinmenumpulkan otak dan membungkamkekhawatiranku, saat alam bawah sadarkumenyampaikan keputusan yang selama ini pastidisimpulkan dalam pikiranku tanpa aku sendirimengetahuinya.Begitu hal tersebut terpikirkan olehku, akumerasa diriku benar-benar tolol karena tidak sejak

dulu teringat hal itu. M' mang sih, aku sedangbanyak pikiran—vampir yang terobsesi inginmembalas dendam, serigala mutan raksasa, lubangyang masih basah di pusat dada—tapi setelah akumenjajarkan semua bukti yang ada, sungguhmemalukan bahwa kesimpulan ini begitu jelas.Jacob sengaja menghindariku. Kata Charlie, ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

tampak aneh, kesal... jawaban-jawaban Billy yangsamar dan tidak membantu.Astaga, aku tahu persis apa yang terjadi padaJacob.Pasti gara-gara Sam Uley. Bahkan mimpiburukku pun berusaha memberi tahuku. Samberhasil mendapatkan Jacob. Apa pun yang terjadipada cowok-cowok lain di reservasi telah terjadijuga pada temanku dan mereka mencurinyadariku. Ia diisap masuk ke sekte Sam.Bukan karena Jacob tak mau lagi bertemandenganku, aku menyadari dengan perasaanterharu yang tiba-tiba menyerbu.Kubiarkan trukku berhenti dengan mesinmenyala di depan rumahku. Apa yang sebaiknyakulakukan? Aku menimbang-nimbang bahaya darisetiap pilihan yang akan kuambil.Kalau aku pergi mencari Jacob, bisa-bisa akumenuntun Victoria atau Laurent ke rumahnya.Kalau aku tidak pergi menemuinya, Sam akanmenariknya lebih dalam lagi ke gengnya yangmengerikan itu. Mungkin akan terlambat kalauaku tidak segera bertindak.

Seminggu telah berlalu, dan belum ada vampiryang datang mencariku. Seminggu sudah lebih daricukup bagi mereka untuk kembali, jadi aku pastibukan prioritas. Besar kemungkinan, seperti yangsudah kuputuskan sebelumnya, mereka akandatang mencariku pada malam hari. Peluangmereka mengikutiku ke La Push jauh lebih kecildaripada peluang kehilangan Jacob karenaterpengaruh Sam.Bahaya menyusuri jalanan hutan yang terpencilsepadan dengan tujuanku. Ini bukan kunjunganiseng untuk mengetahui apa "yang terjadi. Akusudah tahu apa yang terjadi. Ini misipenyelamatan. Aku akan berbicara dengan Jacob—menculiknya kalau perlu. Aku pernah melihat

http://ac-zzz.blogspot.com/

tayangan di PBS tentang memprogram ulangorang-orang yang sudah dicuci otak. Pasti ada carauntuk memulihkannya.Kuputuskan untuk menelepon Charlie lebihdulu. Mungkin apa pun yang sedang terjadi di LaPush saat ini memerlukan keterlibatan polisi. Akumenghambur masuk, tidak sabar lagi ingin segeraberangkat.Charlie sendiri yang mengangkat telepon."Kepala Polisi Swan.""Dad, ini Bella.”"Ada apa?"Kali ini aku tidak bisa membantah asumsinyabahwa kalau aku menelepon pasti ada yang tidakberes. Suaraku gemetar. "Aku mengkhawatirkanJacob."

"Kenapa?" tanya Charlie, terkejut oleh topik yangtidak terduga-duga itu.“Kupikir... kupikir sesuatu yang aneh sedangterjadi di reservasi. Jacob pernah cerita tentanghal-hal aneh yang terjadi pada cowok-cowok lainsepantarnya. Sekarang, dia bertingkah samaseperti mereka dan aku takut.""Hal-hal seperti apa?" Charlie berbicara dengannada profesional khas polisi. Itu bagus; berarti iamenanggapi keluhanku dengan serius.“Mula-mula dia ketakutan, lalu diamenghindariku, dan sekarang... aku takut diasudah bergabung dengan geng aneh di sana,gengnya Sam. Gengnya Sam Uley."“Sam Uley?" ulang Charlie, terkejut lagi"Ya."Suara Charlie terdengar lebih rileks waktu iamenjawab. "Kurasa kau keliru, Bells. Sam Uley ituanak baik. Well, sekarang dia sudah dewasa.Pemuda baik. Coba saja kaudengar komentar Billymengenai dia. Sam melakukan hal-hal positifdengan para pemuda di reservasi. Dia itu yang—"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Charlie tak melanjutkan kata-katanya, danmenurutku ia tadi pasti hendak mengatakansesuatu tentang malam saat aku tersesat di hutan.Aku buru-buru meneruskan kata-kataku."Dad, bukan begitu. Jacob takut padanya.""Kau sudah bicara pada Billy tentang hal ini?"Charlie berusaha menenangkanku sekarang. Aku

langsung kehilangan perhatiannya begitumenyebut nama Sam tadi."Billy tidak merasa khawatir.""Well, Bella, kalau begitu aku yakin semua beres.Jacob kan, masih anak-anak; dia mungkin cumaberulah. Aku yakin dia baik-baik saja.Bagaimanapun, dia toh tidak bisa bersamamuterus setiap saat.""Ini tidak ada kaitannya denganku," akubersikeras, tapi percuma saja, aku sudah kalah."Menurutku, kau tidak perlu khawatir soal ini.Biarkan Billy yang mengurus Jacob.""Charlie..." Suaraku mulai merengek."Bells, urusanku banyak sekali sekarang. Duaturis hilang dari jalan setapak di luar danau sabit."Suaranya terdengar gelisah. "Masalah denganserigala ini jadi semakin tak terkendali."Sejenak perhatianku teralih—terperangah, lebihtepatnya— oleh kabar itu. Tak mungkin serigalaserigalaitu sela menghadapi Laurent..."Dad yakin itu yang terjadi pada mereka?" tanya“Itulah yang kutakutkan. Sayang. Ada—" Charlieragu-ragu sejenak. “Di sana ada jejak-jejak lagi.dan... bercak darah juga kali ini"“Oh! Kalau begini pasti tidak terjadi konfrontasi.Laurent pasti berhasil lari dari kejaran serigalaserigalaitu, tapi mengapa? Apa yang kulihat dipadang rumput waktu itu semakin lama semakinaneh—semakin mustahil untuk dipahami.

“Dengar, aku benar-benar harus pergi. Jangan

http://ac-zzz.blogspot.com/

khawatirkan Jake, Bella. Aku yakin semuanyaberes."“Baiklah," sergahku pendek, frustrasi karenakata-katanya mengingatkanku pada krisis lebihmendesak yang kuhadapi. "Bye." Kututup telepon.Kupandangi pesawat telepon lama sekali. Masabodohlah, aku memutuskan.Billy menjawab setelah dua deringan."Halo?""Hai, Billy," sapaku, nyaris menggeram. Akuberusaha terdengar lebih ramah saat meneruskankata-kataku. "Bisa bicara dengan Jacob?”"Jake pergi."Sangat mengejutkan. "Anda tahu dia ke mana?""Pergi dengan teman-temannya." Suara Billyhati-hati."Oh ya? Ada yang kukenal? Quil?" Kentara sekalikata-kata itu tidak terlontar dengan sikap biasabiasasaja seperti yang sebenarnya kumaksudkan."Bukan," jawab Billy lambat-lambat. "Kurasa diatidak pergi bersama Quil hari ini."Aku tahu lebih baik aku tidak menyebut namaSam. "Embry?" tanyaku.Billy terkesan lebih gembira karena bisamenjawab pertanyaan yang satu ini. "Yeah, denganEmbry."

Itu sudah cukup bagiku. Embry termasuk gengmereka. "Well, bisa tolong suruh dia meneleponkukalau sudah pulang nanti, ya?""Tentu, tentu. Tidak masalah." Klik."Sampai ketemu lagi, Billy," gerutuku di teleponyang sudah mati.Aku mengendarai trukku ke La Push, bertekadhendak menunggu. Aku akan duduk di depanrumahnya semalaman kalau perlu. Aku akan bolossekolah. Cepat atau lambat anak itu pasti pulang,dan kalau itu terjadi, ia harus bicara denganku.Otakku begitu sibuk memikirkan perjalanan

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang selama ini begitu takut kulakukan hinggarasanya hanya butuh beberapa detik saja untuksampai ke sana. Tahu-tahu saja hutan sudahmulai menipis, dan aku tahu sebentar lagi akuakan bisa melihat rumah-rumah kecil pertama direservasi.Berjalan menjauh, di sisi kiri jalan, tampakcowok jangkung bertopi bisbol.Napasku sempat tercekat sesaat ditenggorokkan, berharap keberuntunganmemihakku sekali itu, dan aku tanpa sengajabertemu Jacob tanpa perlu bersusah-payah. Tapipemuda itu badannya terlalu lebar, dan rambut dibawah topinya pendek. Bahkan dari belakang punaku yakin itu Quil, meski ia tampak lebih besardaripada waktu aku terakhir kali melihatnya. Adaapa dengan pemuda-pemuda Quileute ini? Apakahmereka dicekoki hormon pertumbuhan hasileksperimen?

Aku meminggirkan trukku ke sisi jalan yangberlawanan arah dan berhenti di sebelahnya. Quilmendongak saat mendengar raungan mesin trukkumendekat.Ekspresi Quil lebih membuatku takut daripadaterkejut. Wajahnya muram, suntuk, dan dahinyaberlipat-lipat khawatir."Oh, hai, Bella," ia menyapaku muram."Hai, Quil... kau baik-baik saja?"Quil menatapku sedih. "Baik."Mungkin aku bisa mengantarmu ke suatutempat?" aku menawarkan.“Tentu kurasa," gumamnya. Ia berjalan tersaruksarukmengitari bagian depan truk dan membukapintu penumpang lalu naik.“Ke mana.""Rumahku di sisi utara, di belakang toko,"katanya.“Kau sudah bertemu Jacob hari ini?" Pertanyaan

http://ac-zzz.blogspot.com/

itu terlontar dari mulutku bahkan sebelum Quilselesai bicara.Kutatap Quil penuh semangat, menunggujawabannya. Tapi Quil hanya memandang ke luarkaca depan beberapa saat sebelum menjawab."Dari jauh," jawab Quil akhirnya."Dari jauh?" ulangku.“Aku berusaha mengikuti mereka—dia bersamaEmbry." Suara Quil rendah, sulit didengar di selaselasuara mesin. Aku mencondongkan tubuh lebih

dekat. "Aku tahu mereka melihatku. Tapi merekamalah berbelok dan menghilang di balikpepohonan. Kurasa mereka tidak sendirian—kurasa Sam dan anggota gengnya ada bersamamereka.“Aku sudah satu jam berkeliaran di hutan,memanggil-manggil mereka. Aku baru saja keluarke jalan lagi waktu kau datang.”"Jadi Sam berhasil mendapatkannya." Kata-kataitu tidak begitu jelas terdengar—gigiku terkatuprapat.Quil memandangiku. "Jadi kau tahu soal itu?”Aku mengangguk. "Jake pernah berceritapadaku... sebelum ini.”"Sebelum ini," ulang Quil, dan mendesah."Jadi Jacob sekarang sama parahnya denganyang lain-lain?""Tidak pernah meninggalkan Sam sedetik pun."Quil membuang muka dan meludah dari jendelayang terbuka."Dan sebelum itu—apakah dia menghindarisemua orang? Tingkahnya aneh?"Suara Quil rendah dan kasar. "Tidak selamayang lain-lain. Mungkin hanya satu hari. Lalu Sammenemuinya.""Menurutmu, apa penyebabnya? Narkoba atausebangsanya?”"Aku tak bisa membayangkan Jacob atau Embry

http://ac-zzz.blogspot.com/

terlibat hal-hal kayak begitu... tapi aku tahu apa?

Apa lagi kalau bukan itu? Dan mengapa orangorangtua tidak khawatir?" Quil menggelenggelengkankepala, dan rasa takut kini terpancardari matanya. "Jacob tak ingin menjadi bagian...sekte ini. Aku tidak mengerti apa yang bisamengubahnya." Quil memandangiku, wajahnyaketakutan. "Aku tidak ingin menjadi yangberikutnya."Mataku membayangkan ketakutan yang sama.Ini kedua kalinya aku mendengarnya digambarkansebagai sekte. Tubuhku bergidik. "Orangtuamumenanggapi ketakutanmu?"Quil meringis. "Yang benar saja. Kakekku dudukdi dewan suku, sama seperti ayah Jacob. Sam Uleyitu pemuda terbaik yang pernah ada di sini, begitumenurut kakekku."Kami berpandangan beberapa saat. Kami sudahsampai di La Push sekarang, dan trukku nyarismerangkak di jalan yang lengang. Tampak olehkusatu-satunya toko di desa itu, tak jauh di depan.“Aku turun saja sekarang." kata Quil. "Rumahkudi sana.” Ia menuding rumah petak kayu dibelakang toko. Kutepikan trukku, dan ia melompatturun.“Aku akan menunggu Jacob," kataku kaku.Semoga beruntung." Quil membanting pintu dantersaruk-saruk menyusuri jalanan, kepalatertunduk, bahu terkulai.Wajah Quil menghantuiku saat aku memutartruk, kembali ke rumah keluarga Black. Ia takut

menjadi yang berikutnya. Apa sebenarnya yangterjadi di sini?Aku berhenti di depan rumah Jacob, mematikanmesin, dan menurunkan kaca jendela. Hari panasterik, angin tidak bertiup. Kurumpangkan keduakakiku di dasbor, siap menunggu.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sebuah gerakan berkelebat di sudut mataku—aku menoleh dan melihat Billy memandangiku daribalik jendela depan dengan mimik bingung. Akumelambai dan menyunggingkan senyum kaku. tapitetap di tempatku.Mata Billy menyipit; ia membiarkan tirai terjatuhmenutupi kaca jendela.Aku siap menunggu selama mungkin, tapi akuberharap ada yang bisa kulakukan. Kukeluarkanbolpoin dari dasar ransel, serta selembar kertasulangan lama. Aku mulai mencoret-coret bagianbelakang kertas itu.Aku baru sempat menggambar sebaris bentukbelah ketupat waktu mendadak ada yangmenggedor pintu trukku.Aku terlonjak, mendongak, mengira akanmelihat Billy."Sedang apa kau di sini, Bella?" geram Jacob.Kupandangi dia, terperangah takjub.Jacob berubah drastis selama beberapa mingguaku tidak melihatnya. Hal pertama yang menarikperhatianku adalah rambutnya—rambutnya yangindah sudah lenyap, dipangkas pendek, menutupikepalanya bagaikan satin hitam mengilap.

GarisTiraikasih

garis wajahnya tampak mengeras, lebih kaku...menua. Leher dan bahunya juga berbeda, tampaklebih padat. Tangannya, yang mencengkerambingkai jendela, tampak besar sekali, dengan otototottendon dan pembuluh darah menonjol di balikkulitnya yang cokelat kemerahan. Tapi perubahanfisik itu tidak penting.Ekspresinyalah yang membuatnya nyaris takbisa dikenali lagi. Senyum terbuka dan ramah itukini lenyap, sama seperti rambutnya, sorot hangatdi matanya yang gelap berganti dengan sorot tidaksuka yang langsung terasa mengganggu. Adakegelapan dalam diri Jacob sekarang. Seolah-olah

http://ac-zzz.blogspot.com/

matahariku telah meledak."Jacob?" bisikku.Jacob hanya menatapku, matanya tegang danmarah.Sadarlah aku kami tidak sendirian. Dibelakangnya berdiri empat cowok lain; semuanyajangkung dan berkulit cokelat kemerahan, rambuthitam dipangkas pendek seperti rambut Jacob.Mereka bisa disangka kakak-beradik—aku bahkantak bisa menentukan yang mana Embry di antarakelompok itu. Kemiripan mereka semakindipertegas dengan sorot tidak suka yang samasamaterpancar dari setiap pasang mata.Setiap pasang kecuali satu. Paling tua denganjarak beberapa tahun, Sam berdiri paling belakang,wajahnya tenang dan yakin. Aku harus menelankembali kebencian yang merayap naik dikerongkonganku. Ingin benar kuhajar dia. Tidak,aku ingin melakukan lebih daripada itu. Lebih dari

segalanya, aku ingin tampak garang danmematikan, menjadi seseorang yang membuatorang lain tak berani macam-macam. Seseorangyang bakal membuat Sam Uley ketakutan setengahmati.Aku ingin menjadi vampir.Keinginan bengis itu membuatku terpana danterkejut. Itu keinginan yang paling terlarang darisemuanya—bahkan saat aku menginginkannyahanya untuk alasan kejam seperti ini untukmengalahkan musuh—karena itulah yang palingmenyakitkan. Masa depan itu sudah hilang untukselama-lamanya, tidak pernah benar-benar beradadalam jangkauanku. Aku berusaha mengendalikandiriku lagi sementara lubang di dadaku

berdenyutdenyuthampa.“Kau mau apa?" tuntut Jacob, ekspresinyamakin terlihat tidak suka sementara ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

menyaksikan berbagai emosi campur aduk diwajahku.“Aku ingin bicara denganmu," kataku dengansuara lemah. Aku berusaha fokus tapi aku masihkesal karena membiarkan impian tabuku tadi lepaskendali."Silakan," desisnya dari sela-sela gigi yangterkatup rapat. Sorot matanya garang. Belumpernah aku melihatnya menatap siapa pun sepertiitu, apalagi aku. Hatiku sakit sekali—sakitnyanyata, seperti tusukan di kepalaku."Sendirian!" desisku, dan suaraku lebih kuat.Jacob menoleh ke belakang, dan aku tahu ke mana

matanya mengarah. Setiap pasang mata tertujupada Sam untuk mengetahui reaksinya.Sam mengangguk satu kali, wajahnya samasekali tak tampak gelisah. Ia melontarkankomentar pendek dalam bahasa yang mengalundan tidak kukenal—aku hanya tahu itu bukanbahasa Prancis ataupun Spanyol, tapi dugaanku,itu bahasa Quileute. Ia berbalik dan berjalanmasuk ke rumah Jacob. Yang lain-lain, Paul,Jared, dan Embry, seperti kuduga, mengikutinyamasuk."Oke." Jacob tampaknya tidak terlalu marah lagisetelah yang lain-lain pergi. Wajahnya kini sedikitlebih tenang, tapi juga lebih tidak berdaya. Sudutsudutmulutnya seperti tertarik ke bawah secarapermanen.Aku menarik napas dalam-dalam. "Kau tahu apayang ingin kuketahui."Jacob tidak menjawab. Ia hanya menatapkugetir.Aku balas menatapnya dan kesunyian berlanjut.Kepedihan di wajahnya membuat nyaliku lenyap.Aku merasa kerongkonganku tercekat."Bisakah kita jalan-jalan?" tanyaku, mumpungmasih bisa bicara.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob tidak menyahut; wajahnya tidak berubah.Aku turun dari truk, merasakan mata-mata yangtidak kelihatan menatapku dari balik jendela, lalumulai berjalan menuju pepohonan di utara. Kakikumenginjak rerumputan lembab dan lumpur di

samping jalan, dengan suara berdecit, dan, karenahanya itu satu-satunya suara yang terdengar,awalnya aku mengira Jacob tidak mengikutiku.Tapi waktu aku menoleh, ia sudah berjalan disisiku, entah bagaimana kakinya menemukanpijakan yang tidak menimbulkan suara.Aku merasa lebih tenang saat mencapai tepihutan, karena Sam tak mungkin bisa melihatku.Sementara kami berjalan aku memeras otak,memikirkan hal yang tepat untuk diutarakan, tapinihil. Sebaliknya aku malah semakin marahkarena Jacob tersedot semakin dalam... karenaBilly membiarkan ini terjadi... karena Sam bisabisanyaberdiri di sana dengan sikap tenang danpenuh percaya diri...Jacob tiba-tiba mempercepat langkah, berjalanmelewatiku dengan mudah dengan kedua kakinyayang panjang, kemudian berbalik menghadapiku,berdiri tepat di tengah jalan setapak sehingga akuterpaksa berhenti juga.Pikiranku sempat beralih sejenak ke gerakgeriknyayang anggun dan mantap. Padahal selamaini Jacob hampir sama kikuknya dengankuberkaitan dengan pertumbuhan badannya yang takpernah berakhir. Kapan itu berubah?Tapi Jacob tidak memberiku kesempatan samasekali untuk memikirkannya."Mari kita tuntaskan,” katanya, suaranya kerasdan parau.Aku menunggu. Ia tahu apa yang kuinginkan.

"Itu tidak seperti yang kaukira." Suaranyasekonyong-konyong terdengar letih. "Ternyata tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

seperti yang kukira—aku salah besar.""Jadi apa, kalau begitu?"Jacob mengamati wajahku lama sekali,menimbang-nimbang. Amarah tak sepenuhnyaenyah dari matanya. "Aku tak bisa memberitahumu," katanya akhirnya.Rahangku mengeras, dan aku berbicara darisela-sela gigiku yang terkatup rapat. "Kusangkakita berteman.""Dulu kita memang berteman." Ada sedikitpenekanan pada kata dulu."Tapi kau tidak membutuhkan teman lagi,"tukasku masam. "Kau punya Sam. Bagus sekali,bukan—sejak dulu kau memang kagum padanya.""Aku tidak memahaminya sebelum ini.""Dan sekarang kau sudah melihat kebenaran.Haleluya"“Ternyata itu tidak seperti yang kukira. Inibukan salah Sam. Dia membantuku sebisamungkin." Suara Jacob berubah rapuh, dan iamemandang melampaui kepalaku, melewatiku,amarah membara di matanya.“Dia membantumu," aku mengulangi dengansikap ragu. "Jelas."Tapi Jacob sepertinya tidak mendengarkan. Iamenarik napas panjang dalam-dalam, berusaha

menenangkan diri. Ia sangat marah sampai-sampaitangannya gemetar."Jacob, please,” bisikku. “Bisakah kauceritakansaja padaku apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinaku bisa membantu.""Tidak ada yang bisa membantuku sekarang."Kata-kata itu meluncur dalam bentuk eranganpelan; suaranya pecah."Apa yang dia lakukan padamu?" tuntutku, airmataku merebak. Aku mengulurkan tanganpadanya, seperti pernah kulakukan sebelumnya,maju selangkah dengan kedua lengan terbuka

http://ac-zzz.blogspot.com/

lebar.Kali ini Jacob mengelak, mengangkat keduatangannya dengan sikap defensif. "Jangan sentuhaku," bisiknya."Apakah Sam menular?" gumamku. Air matakonyol itu lolos dari sudut-sudut mataku. Akumenyekanya dengan punggung tangan, dan melipatkedua lenganku di dada."Berhentilah menyalahkan Sam." Kata-kata ituterlontar cepat, seperti refleks. Kedua tangan Jacobterangkat ke atas, hendak memilin rambut yangsudah tidak ada lagi, kemudian terkulai lemas kesisi tubuhnya."Kalau begitu aku harus menyalahkan siapa?"sergahku.Jacob menyunggingkan senyum separo; hal yangmuram dan aneh."Kau tidak ingin mendengar jawabannya."

"Siapa bilang tidak ingin!" sergahku. "Aku ingintahu, dan aku ingin tahu sekarang.""Kau keliru," Jacob balas membentak."Jangan berani-berani mengatakan aku keliru—bukan aku yang dicuci otak! Katakan padakusekarang siapa yang bersalah dalam hal ini, kalaubukan Sam-mu yang berharga itu!""Kau sendiri yang minta," Jacob menggerampadaku, matanya berkilat-kilat. "Kalau kau inginmenyalahkan seseorang, mengapa tidakkauarahkan saja jarimu pada makhluk-makhlukpengisap darah kotor dan berbau busuk yangsangat kaucintai itu?”Mulutku ternganga dan napasku mengeluarkansuara terkesiap kaget. Aku membeku di tempat,tertusuk oleh kata-katanya yang setajam pisau.Kepedihan mengoyak tubuhku dalam pola familier,lubang basah itu terkoyak dari bagian dalam keluar, tapi itu belum apa-apa dibandingkan berbagaipikiran kalut yang berkecamuk dalam benakku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku tak yakin pendengaranku benar. Tidak sedikitpun tampak tanda-tanda keraguan di wajahnya.Hanya amarah.Mulutku masih terus menganga lebar."Sudah kubilang kau pasti tidak inginmendengarnya," tukas Jacob."Aku tidak mengerti siapa yang kaumaksud,"bisikku.Jacob mengangkat sebelah alis dengan sikap takpercaya. "Menurutku kau justru sangat mengerti

siapa yang kumaksud. Kau tidak menyuruhkumengucapkan namanya, kan? Aku tidak maumenyakitimu."“Aku tidak mengerti siapa yang kaumaksud,"ulangku seperti robot."Keluarga Cullen,” jawabnya lambat-lambat,mengulur-ulur kata itu, mengamati wajahku saatmengucapkannya. "Aku tahu itu—aku bisa melihatdi matamu apa akibatnya bila aku menyebut namamereka."Aku menggeleng-gelengkan kepala, berusahamenyangkal sekaligus menjernihkan pikiran padasaat bersamaan. Bagaimana ia bisa mengetahui halini? Dan apa hubungan semua itu dengan sekteSam? Apakah mereka sekelompok pembencivampir? Apa gunanya membentuk kelompoksemacam itu bila tidak ada lagi vampir yang tinggaldi Forks? Mengapa Jacob justru mulai memercayaicerita-cerita tentang keluarga Cullen sekarang,setelah bukti kehadiran mereka sudah lamalenyap, tidak akan pernah kembali lagi?Lama sekali baru aku menemukan jawaban yangtepat. "Jangan katakan sekarang kau percaya padacerita-cerita takhayul Billy," kataku dengan sikapmengejek yang tidak terlalu meyakinkan."Ternyata dia lebih banyak tahu daripada yangkukira.""Bersikaplah serius, Jacob."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob menatapku garang, sorot matanyamengkritik.

"Terlepas dari soal takhayul," sergahku buruburu."Aku tetap tidak mengerti mengapa kaumenuduh keluarga..."—meringis—"Cullen. Merekapindah lebih dari setengah tahun lalu. Bagaimanamungkin kau menyalahkan mereka atas apa yangdilakukan Sam sekarang?""Sam tidak melakukan apa-apa, Bella. Dan akutahu mereka sudah pindah. Tapi terkadang... halhaltertentu terjadi, dan semuanya sudahterlambat.""Hal-hal tertentu apa? Apa yang terlambat? Kaumenyalahkan mereka karena apa?"Jacob tiba-tiba mendekatkan wajahnya kewajahku, amarah berkobar-kobar di matanya."Karena mereka ada," desisnya.Aku terkejut dan perhatianku tiba-tiba teralihkarena mendadak muncul kata-kata peringatan dibenakku dalam suara Edward, padahal saat ituaku bahkan tidak sedang merasa takut."Diamlah sekarang, Bella. Jangan desak dia,"Edward memperingatkan di telingaku.Sejak nama Edward menerobos keluar daridinding pertahanan tempatnya terkubur selamaini, aku tak bisa lagi menguncinya rapat-rapat.Nama itu tak lagi menyakitkan hatiku – tidakselama detik-detik berharga saat aku bisamendengar suaranya.Jacob marah sekali di hadapanku, sekujurtubuhnya gemetar oleh amarah.

Aku tidak mengerti mengapa delusi Edwardmuncul tak terduga-duga dalam benakku. Jacobmemang marah, tapi ia tetap Jacob. Tidak adaadrenalin, tidak ada bahaya."Beri dia kesempatan untuk menenangkan diri,"suara Edward berkeras.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku menggelengkan kepala bingung. "Sikapmukonyol," kataku pada mereka berdua.“Terserah," sergah Jacob, kembali menariknapas dalam-dalam. "Aku tidak mau berdebatdenganmu. Itu toh tidak penting lagi, karena sudahtelanjur.""Apanya yang sudah telanjur?"Jacob tidak kaget sedikit pun saat akumeneriakkan kata-kata itu di wajahnya."Ayo kita kembali. Tidak ada lagi yang perludibicarakan."Aku ternganga. "Tentu saja masih ada! Kaubelum menjelaskan apa-apa!'Jacob berjalan melewatiku, melangkah kembalike rumah."Aku bertemu Quil hari ini," teriakku. Jacobmenghentikan langkah, tapi tidak berbalik. "Kaumasih ingat temanmu, Quil? Yeah, dia ketakutan."Jacob berbalik menghadapiku. Wajahnya sedih."Quil," hanya itu yang ia ucapkan“Dia juga mengkhawatirkanmu. Dia sangatketakutan." Tatapan Jacob menerawangmelewatiku dengan sorot putus asa.

Aku semakin bersemangat mengomporinya. "Diatakut ikan menjadi yang berikutnya."Jacob berpegangan pada sebatang pohon,wajahnya berubah kehijauan di bawah kulitnyayang merah kecokelatan. "Dia takkan menjadi yangberikutnya," gumam Jacob pada diri sendiri. "Takmungkin. Sekarang semua sudah selesai.Seharusnya ini semua tidak terjadi lagi. Kenapa?Kenapa?" Ia meninju pohon. Pohon itu tidak besar,namun ramping dan kira-kira hanya semeter lebihtinggi daripada Jacob. Tapi aku tetap terkejut saatpohon itu roboh dengan bunyi keras.Jacob menatap pohon itu dengan terkejut, lalupandangannya berubah ngeri."Aku harus kembali." Ia berbalik dan berjalan

http://ac-zzz.blogspot.com/

pergi sangat cepat hingga aku harus berlari-larikecil untuk menyamai langkahnya."Kembali kepada Sam!""Bisa dibilang begitu," kedengarannya persisseperti maksud Jacob. Ia bergumam dan tak maumemandangku.Aku mengejarnya sampai ke truk. "Tunggu!" akuberteriak memanggil saat Jacob mengarah kerumahnya.Ia berbalik menghadapku, dan kulihattangannya gemetaran lagi."Pulanglah, Bella. Aku tak bisa bertemandenganmu lagi" Kepedihan yang kurasakan,meskipun sepertinya konyol dan tak penting,benar-benar kuat. Air mata menggenangi mataku

lagi. "Apakah kau... mencampakkan aku?" Katakatayang keluar salah, tapi itulah cara terbaikyang bisa kupikirkan untuk bertanya padanya.Bagaimanapun juga, apa yang Jake dan aku milikilebih dari sekadar cinta monyet. Ini lebih kuatdaripada itu.Ia tertawa pahit. "Tidak. Jika akumencampakkanmu, aku akan bilang 'Kita lebihbaik berteman.' Tapi sekarang, aku bahkan takbisa mengatakan itu.""Jacob... kenapa Sam tidak membolehkanmupunya teman lain? Please, Jake. Kau sudah janji.Aku membutuhkanmu!" Kehampaan hidupkusebelum ini—sebelum Jacob membawa sedikitalasan untuk hidup lagi ke dalam hidupku—seakan bersiap menghadangku. Kesepian mencekiktenggorokanku."Maafkan aku, Bella." Jacob mengucapkan setiapkata perlahan-lahan dengan suara dingin yangsepertinya bukan miliknya.Aku tak percaya itu yang sebenarnya ingindiucapkan Jacob. Sepertinya ada hal lain yangberusaha ia katakan lewat sorot matanya yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

marah, tapi aku tak bisa memahami pesan itu.Mungkin ini sama sekali bukan tentang Sam.Mungkin ini juga tak ada hubungannya dengankeluarga Cullen. Mungkin Jacob hanya berusahakeluar dari situasi yang tak mungkin berubah, takada harapan. Mungkin seharusnya akumembiarkan ia melakukan itu, jika itu yang terbaikuntuknya. Aku harus melakukan itu. Itu hal yangbenar.

Tapi aku mendengar suaraku berbisik."Aku minta maaf tak bisa... sebelum... kuharapaku bisa mengubah perasaanku terhadapmu,Jacob." Aku putus asa, berusaha menggapai,mengulur kebenaran begitu jauhnya hingga katakatakunyaris melengkung menjadi kebohongan."Mungkin... mungkin aku bisa berubah," akuberbisik. "Mungkin, kalau kau memberiku sedikitwaktu... Tapi jangan menyerah terhadapkusekarang, Jake. Aku takkan bisa bertahan."Wajahnya berubah dari marah menjadi sedihdalam sedetik. Satu tangannya yang masihgemetaran terulur menggapaiku."Tidak. Jangan berpikir begitu, Bella, please.Jangan salahkan dirimu, jangan pikir ini salahmu.Ini semua salahku. Sumpah, ini sama sekali bukansalahmu.”"Bukan salahmu, tapi salahku," aku berbisik."Pasti sudah ada yang baru untukmu.""Aku sungguh-sungguh, Bella. Aku tidak..."Jacob berjuang menyelesaikan kalimatnya,suaranya semakin serak saat ia berusahamengendalikan emosi. Sorot matanya tersiksa."Aku tidak cukup baik untuk menjadi temanmulagi, atau apa pun. Aku tidak seperti dulu lagi. Akutidak baik.""Apa?" Kupandangi dia, bingung dan heran. "Kauini bicara apa? Kau jauh lebih baik daripada aku,Jake. Kau baik! Siapa yang mengatakan kau tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

baik? Sam? Itu kebohongan yang keji, Jacob!

Jangan biarkan dia berkata begitu padamu!" akutiba-tiba berteriak lagi.Wajah Jacob keras dan datar. "Tidak ada yangmemberi tahuku. Aku tahu siapa diriku.""Kau temanku, itulah kau! Jake—jangan!"Jacob mundur menjauhi ku."Maafkan aku, Bella," katanya lagi; kali ini hanyaberupa gumaman lirih. Ia berbalik dan hampirhampirberlari memasuki rumah.Aku tak sanggup bergerak dari tempatku berdiri.Kupandangi rumah kecil itu; tampaknya rumah ituterlalu kecil untuk menampung empat cowokberbadan besar dan dua pria yang bahkan lebihbesar lagi. Tidak ada reaksi apa pun di dalam.Tidak ada kibasan pada tirai jendela, tidak adasuara-suara ataupun gerakan. Rumah itumenatapku kosong.Hujan mulai turun rintik-rintik, menusukkulitku di sana-sini. Aku tak mampu mengalihkanpandangan dari rumah itu. Jacob akan keluar lagi.Pasti.Hujan turun semakin deras, angin juga bertiupsemakin kencang. Tetesan air tak lagi jatuh dariatas; air hujan kini menyamping dari barat.Tercium olehku bau garam dan lautan. Rambutkumenampari wajah, menempel di bagian-bagianyang basah dan menjerat bulu mataku. Akumenunggu.Akhirnya pintu terbuka, dan dengan lega akumaju selangkah.

Billy menggelindingkan kursi rodanya keambang pintu. Aku tidak melihat siapa-siapa dibelakangnya.“Charlie baru saja menelepon, Bella. Kukatakanpadanya kau sudah dalam perjalanan pulang."Matanya menyorotkan rasa iba.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sorot iba itulah yang menggerakkanku. Akutidak berkomentar. Aku hanya berbalik sepertirobot dan naik ke truk. Aku tadi membiarkan kacakacajendela terbuka, jadi jok mobilku kan danbasah. Tidak apa-apa. Aku toh sudah kepalangbasah kuyup.Ini bukan apa-apa! Ini bukan apa-apa! pikirankuberusaha menghiburku. Itu benar. Im memangbukan apa-apa. Ini bukan akhir dunia, tidak lagi.Ini hanyalah akhir dari secuil kedamaian yangtertinggal. Hanya itu.Ini bukan apa-apa, aku sependapat, lalumenambahkan, tapi ini cukup menyakitkan.Kusangka selama ini Jake memulihkan lubangdalam diriku—atau setidaknya menambalnya,menjaganya agar tidak terlalu menyakitiku.Ternyata aku salah. Ternyata selama ini iamemahat lubangnya sendiri, sehingga sekaranghatiku bolong-bolong seperti keju Swiss. Dalamhati aku bertanya-tanya mengapa aku tidakhancur berkeping-keping.Charlie sudah menunggu di teras. Begitu trukkuberhenti, ia menghampiriku.

"Billy menelepon. Katanya kau bertengkardengan Jake-katanya kau sangat kalut,” iamenjelaskan sambil membukakan pintu untukku.Lalu ia memandang wajahku. Ekspresimengenali yang penuh kengerian tergambar diwajahnya. Aku berusaha merasakan wajahku daridalam, untuk mencari tahu apa yang dilihatnya.Wajahku kosong dan dingin, dan sadarlah akuwajahku ini mengingatkan Charlie pada apa."Kejadiannya tidak seperti itu," gumamku.Charlie merangkulku dan membantuku turundari truk. Ia tidak mengomentari bajuku yangbasah kuyup."Kalau begitu apa yang terjadi?" tanyanyasesampainya di dalam. Ditariknya selimut yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

tersampir di punggung sofa dan dililitkannya dibahuku. Sadarlah aku sekujur tubuhku masihgemetaran.Suaraku hampa tak bernyawa. "Kata Sam Uley,Jacob tidak boleh berteman lagi denganku."Charlie melayangkan pandangan aneh kearahku. "Siapa yang bilang begitu?""Jacob," jawabku, meski tidak persis begitu yangia katakan. Tapi itu tetap benar.Alis Charlie bertaut. "Kau benar-benar merasaada yang tidak beres dengan pemuda Uley ini?""Aku yakin. Tapi Jacob tidak mau memberi tahuapa itu." Aku bisa mendengar air menetes-netesdari bajuku ke lantai dan menciprat di linoleum."Aku mau ganti baju dulu."

Charlie tenggelam dalam pikirannya. "Oke,"sahutnya sambil lalu.Aku memutuskan untuk mandi karena merasasangat kedinginan, tapi air panas ternyata tidakbisa memengaruhi suhu kulitku. Aku masihkedinginan ketika akhirnya aku menyerah danmematikan air. Dalam suasana yang mendadakhening, aku bisa mendengar Charlie berbicaradengan seseorang di bawah. Aku membungkusrubuhku dengan handuk, lalu membuka pintukamar mandi secelah.Suara Charlie terdengar marah. “Aku tidakpercaya. Itu tidak masuk akal."Kemudian suasana sepi, dan barulah aku sadarCharlie sedang berbicara di telepon. Saru menitberlalu."Jangan menyalahkan Bella!" Charlie tiba-tibaberteriak. Aku terlonjak. Ketika ia bicara lagi,suaranya hati-hati dan lebih rendah. "Selama iniBella dengan jelas menyatakan dia dan Jacobhanya berteman... Well, kalau memang begitu,mengapa kau tidak mengatakannya sejak awal?Tidak, Billy menurutku dia benar dalam hal ini...

http://ac-zzz.blogspot.com/

Karena aku tahu bagaimana anak perempuanku,dan kalau menurutnya Jacob ketakutan sebelumini—" Charlie berhenti bicara, dan waktumenjawab, ia nyaris berteriak lagi.“Apa maksudmu aku tidak kenal anakperempuanku sebaik yang kukira!" Iamendengarkan sebentar, dan responsnya sangatpelan hingga nyaris tak bisa kutangkap. "Kalaukaupikir aku akan mengingatkannya tentang hal

itu, sebaiknya kau berpikir lagi. Dia baru mulaibisa melupakannya, dan sebagian besar karenaJacob, kurasa. Kalau apa pun yang dilakukanJacob dengan si Sam ini membuat Bella kembaliterpuruk dalam depresi, maka Jacob harusberurusan denganku. Kau memang temanku, Billy,tapi ini menyakiti keluargaku." Charlie kembaliterdiam saat Billy menjawab.“Kau benar—sekali saja anak-anak itumelanggar aturan, aku pasti akan tahumengenainya. Kami akan mengawasi situasi ini,kau boleh yakin akan hal itu." Ia bukan lagiCharlie; sekarang ia Kepala Polisi Swan.“Baik. Yeah. Bye." Telepon dibanting keraskeras.Aku berjingkat-jingkat cepat melintasi lorongdan masuk ke kamarku. Charlie menggerutumarah di dapur.Jadi Billy hendak menyalahkan aku. Akumemberi harapan pada Jacob dan akhirnya iamuak.Sungguh aneh, karena itu juga yangkutakutkan, tapi setelah mendengar perkataanJacob sore tadi, aku tidak percaya lagi bahwaitulah yang menjadi penyebabnya. Ada hai lainselain cinta yang bertepuk sebelah tangan, dansungguh mengagetkan bila Billy sampai harusmenggunakan itu sebagai alasan. Itu membuatkuberpikir bahwa rahasia apa pun yang merekasimpan pastilah lebih besar daripada yang selama

http://ac-zzz.blogspot.com/

ini kubayangkan. Setidaknya Charlie memihakkusekarang.

Aku memakai piama lalu merangkak naik ketempat tidur. Hidup saat ini sudah terasa cukupgelap hingga kubiarkan diriku melanggar janjikusendiri. Lubang itu—sekarang ada lebih dari satulubang—toh sudah terasa menyakitkan, jadimengapa tidak? Kutarik keluar kenanganku—bukan kenangan sesungguhnya yang pasti akanterlalu menyakiti, tapi kenangan palsu tentangsuara Edward dalam benakku sore tadi—danmemutarnya berulang kali di kepalaku sampai akutertidur dengan air mata masih menuruni wajahkuyang kosong.Mimpiku baru malam ini. Hujan turun danJacob berjalan tanpa suara di sampingku, meski dibawah kakiku tanah yang kuinjak bergemeretakseperti kerikil kering. Tapi ia bukan Jacob-ku; iaJacob yang baru, masam, dan anggun. Gayaberjalannya yang anggun dan mantapmengingatkanku pada seseorang yang lain, dan,saat kuperhatikan, garis-garis wajahnya berubah.Kulitnya yang cokelat kemerahan memudar,meninggalkan seraut wajah putih pucat bagaitulang. Matanya berubah warna menjadi emas.kemudian merah, lalu emas lagi. Rambutnya yangdipangkas pendek acak-acakan tertiup angin,berubah warna menjadi tembaga begitu anginmenyentuhnya. Dan wajahnya berubah sangattampan hingga membuat hatiku hancur

berkepingkeping.Aku mengulurkan tangan ke arahnya, tapiia mundur selangkah, mengangkat kedua tanganseperti tameng. Kemudian Edward menghilang.Aku tak yakin, waktu aku terbangun dikegelapan, apakah aku baru mulai menangis,

ataukah air mataku mengalir saat aku tidur dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

terus mengalir sampai sekarang. Kutatap langitlahkamar yang gelap. Aku bisa merasakan sekarangsudah tengah malam – aku masih separo tertidur,mungkin malah masih tidur. Kupejamkan matakudengan letih, berdoa semoga tidurku tidakdiganggu mimpi lagi.Saat itulah aku mendengar suara yangmembuatku terbangun tadi. Suara sesuatu yangtajam menggesek permukaan jendela danmenimbulkan bunyi berderit yang melengkingtinggi, seperti suara kuku menggores kaca.

12. PENYUSUPKEDUA mataku membelalak ngeri, padahal akusangat kelelahan dan bingung sampai-sampai takyakin apakah aku sudah bangun atau masih tidur.Sesuatu menggaruk-garuk kaca jendelaku lagidengan suara melengking tinggi yang sama.Bingung dan kikuk karena mengantuk, akutersaruk-saruk turun dari tempat tidur danmelangkah ke jendela, mengerjap-ngerjapkan airmata yang masih menggenang di mataku.Sosok hitam besar bergelantungan goyah di sisiluar kaca jendela, menerjang ke arahku sepertihendak menabrak kaca. Aku terhuyung-huyungmundur, ngeri, kerongkonganku tercekat hendakmenjerit.

Victoria.Ia datang mencariku.Mati aku.Jangan Charlie juga!Kutelan lagi jeritan yang sudah menggumpal ditenggorokanku Aku tak boleh bersuara. Entahbagaimana caranya. Pokoknya jangan sampaiCharlie datang memeriksa...Kemudian suara parau yang sudah sangatkukenal keluar dari sosok gelap itu.“Bella!” sosok itu mendesis. "Aduh! Brengsek,

http://ac-zzz.blogspot.com/

buka jendelanya! ADUH!”Butuh dua detik untuk mengenyahkan rasatakut sebelum aku bisa bergerak, tapi kemudianaku bergegas ke jendela dan mendorong kacanya.Awan-awan diterangi cahaya remang di baliknyacukup untuk membuatku bisa mengenal, sosokitu."Sedang apa kau?" aku terkesiap.Jacob bergelayut goyah di pucuk tanaman yangtumbuh di tengah-tengah halaman kecil Charlie.Bobot tubuhnya membuat pohon itu merunduk kearah rumah dan sekarang ia berayun—kalanyabergelantungan enam meter di atas tanah—taksampai semeter dariku. Ranting-ranting kurus dipucuk pohon menggaruk-garuk dinding rumah lagidengan suaranya yang berderit-derit.

“Aku mencoba menepati"—Jacob terengahengah,memindahkan berat badannya saat puncakpohon memantulkannya— janjiku!"Aku mengerjapkan pandanganku yang kabur,mendadak yakin aku tengah bermimpi.“Kapan kau pernah berjanji untuk bunuh diridengan jatuh dari pohon Charlie?”Jacob mendengus, menganggap gurauanku tidaklucu, mengayunkan kaki agar bisa lebih seimbang."Minggir," perintahnya."Apa?"Jacob mengayunkan kalanya lagi, ke belakangdan ke depan, meningkatkan momentum. Sadarlahaku apa yang hendak dilakukannya."Jangan. Jake!"Tapi aku merunduk juga ke samping, karenasudah terlambat. Sambil menggeram Jacobmenerjang ke jendela kamarku yang terbuka.Jeritan lain siap terlontar dari kerongkongankusaat menunggu Jacob terjatuh dan mati—ataupaling tidak cedera membentur papan kayu. Tapiaku benar-benar shock waktu ia dengan tangkas

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengayun masuk ke dalam kamar, mendaratdengan tumit mencium lantai dan suara berdebumpelan.Tatapan kami otomatis mengarah ke pintu,menahan napas, menunggu apakah suara tadimembangunkan Charlie. Kesunyian berlalubeberapa detik, kemudian kami mendengar suaradengkur tertahan Charlie.

Cengiran lebar lambat-lambat merekah di wajahJacob; tampaknya ia sangat puas pada diri sendiri.Itu bukan cengiran seperti yang selama ini kukenaldan kusukai—tapi cengiran baru, yang seolahmengejek keluguannya dulu, di wajah baru yangkini menjadi milik Sam.Itu agak keterlaluan bagiku.Aku menangisi cowok ini sampai ketiduran.Penolakan kasarnya tadi meninggalkan lubangbaru yang menyakitkan di dadaku. Iameninggalkan mimpi buruk yang baru, sepertiinfeksi pada luka—penghinaan setelah perlakuanburuk. Dan sekarang ia datang ke kamarku,tersenyum mengejek seolah-olah semua itu takpernah terjadi. Dan lebih parahnya lagi, walaupunkedatangannya berisik dan canggung, ulahnyamengingatkanku pada Edward ketika dulu iasering menyusup masuk lewat jendela malammalam,dan kenangan itu semakin memedihkanluka hatiku yang belum sembuh.Semua ini, ditambah fakta bahwa aku sangatkelelahan, membuat suasana hatiku jadi buruk."Keluar!" desisku, sebisa mungkin membuatbisikanku terdengar ketus.Jacob mengerjapkan mata, wajahnya berubahkosong karena terkejut."Tidak," protesnya. "Aku datang untuk memintamaaf.""Aku tidak terima!”

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku berusaha mendorongnya kembali ke luarjendela—bagaimanapun juga, kalau ini mimpi, iatidak akan cedera apa-apa. Tapi ternyata tak adagunanya. Aku tak sanggup menggerakkantubuhnya sedikit pun. Cepat-cepat kujatuhkantanganku, lalu mundur menjauhinya.Ia tidak mengenakan pakaian, walaupun anginyang bertiup masuk dari jendela cukup dinginuntuk membuatku gemetar, dan aku merasa taknyaman memegang dadanya yang telanjang.Kulitnya panas membara, seperti kepalanya waktuaku terakhir kali menyentuhnya dulu. Seolah-olahia masih demam tinggi.Ia tidak kelihatan sakit. Ia terlihat besar. Jacobmencondongkan tubuh ke arahku, besar sekalihingga menutupi jendela, bingung melihat reaksikuyang sengit.Sekonyong-konyong aku tak sanggupmenanggungnya lagi—rasanya seolah-olah semuaakibat dari kurang tidur yang kualami sekian lamamenerjangku sekaligus. Aku capek sekali hinggarasanya ingin ambruk ke lantai saat itu juga.Tubuhku limbung, dan aku berjuang kerasmenjaga mataku tetap terbuka."Bella?" bisik Jacob waswas. Diraihnya sikukuwaktu aku limbung lagi, lalu digiringnya aku ketempat tidur. Kakiku lunglai begitu aku sampai dipinggir tempat tidur, dan kujatuhkan kepalakuyang lemas ke kasur."Hei, kau baik-baik saja?" tanya Jacob, perasaanwaswas membuat keningnya berkerut.

Aku menengadah memandanginya, air mata dipipiku belum sepenuhnya kering. "Bagaimana akubisa baik-baik saja, Jacob?"Kesedihan menggantikan sebagian kepahitan diwajahnya. "Benar," Jacob sependapat, lalumenghela napas dalam-dalam. "Brengsek. Well,aku—aku minta maaf, Bella" Permintaan maaf itu

http://ac-zzz.blogspot.com/

tulus, tak diragukan lagi, meski masih ada kerutkerutmarah di wajahnya."Mengapa kau datang ke sini? Aku tidakmenginginkan permintaan maaf darimu, Jake.""Aku tahu," bisiknya. "Tapi aku tak bisamembiarkan kita berpisah seperti sore tadi.

Benarbenartidak menyenangkan. Maafkan aku."Aku menggeleng letih. "Aku tidak mengerti samasekali."“Aku tahu. Aku ingin menjelaskan—" MendadakJacob berhenti bicara, mulutnya ternganga, hampirseolah-olah ada sesuatu yang memutus aliranudaranya. Lalu ia menghirup napas dalam-dalam."Tapi aku tak bisa menjelaskan," katanya, masihmarah. "Kalau saja aku bisa."Kubiarkan kepalaku jatuh ke tangan.Pertanyaanku terbenam oleh lenganku. "Kenapa?"Jacob terdiam sesaat. Kuputar wajahku ke satusisi—terlalu letih untuk menegakkannya—untukmelihat ekspresinya. Wajahnya membuatkuterkejut. Matanya menyipit, giginya terkatup rapat,dahinya berkerut-kerut seolah sedang mengerahkan segenap kekuatan.

"Ada apa?" tanyaku.Jacob mengembuskan napas berat, dan akusadar selama ini ia juga menahan napas. "Akutidak bisa melakukannya," gumamnya, frustrasi.“Melakukan apa?”Jacob mengabaikan pertanyaanku. "Dengar,Bella, pernahkah kau punya rahasia yang tidakbisa kauceritakan pada siapa-siapa?"Ia menatapku dengan sorot mengerti, danpikiranku langsung melompat ke keluarga Cullen.Mudah-mudahan saja ekspresiku tidak terlihatbersalah."Sesuatu yang tidak bisa kauberitahukan padaCharlie, pada ibumu?" desaknya. "Sesuatu yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

bahkan tak bisa kaubicarakan denganku? Bahkansekarang pun tidak?"Aku merasakan tatapanku mengeras. Aku tidakmenjawab pertanyaannya, meski tahu ia akanmengartikan itu sebagai pembenaran."Bisakah kau mengerti bahwa... situasiku saatini juga kurang-lebih sama?" Ia kembali terbatabata,seolah berusaha mencari kata-kata yangtepat. "Terkadang loyalitas menghalangimumelakukan hal yang kauinginkan. Terkadang kautidak bisa menceritakan rahasia itu karena tidakberhak menceritakannya."Aku tak bisa membantah. Ia benar sekali—akumenyimpan rahasia yang tak berhak kuceritakan,namun yang wajib kulindungi. Rahasia yang, tibatiba,seolah-olah ia tahu mengenainya.

Aku masih belum memahami hubungan antararahasia ini dengan dia, atau Sam, atau Billy. Apahubungannya semua ini dengan mereka, apalagisekarang keluarga Cullen sudah pergi?"Aku tak tahu mengapa kau datang ke sini,Jacob, kalau tujuanmu hanya untuk berteka-tekidenganku, bukannya memberi jawaban.""Maafkan aku" bisiknya. "Ini benar-benarmembuatku frustrasi."Beberapa saat kami berpandangan di kamaryang gelap, wajah kami sama-sama tidak memilikiharapan."Bagian yang paling menyakitiku," kata Jacobsekonyong-konyong, "adalah bahwa kausebenarnya sudah tahu. Aku sudah menceritakansemuanya padamu!""Apa maksudmu?"Jacob terkesiap kaget, kemudianmencondongkan tubuhnya ke arahku, wajahnyaberubah dari tidak memiliki harapan ke penuhsemangat meluap-luap hanya dalam hitungandetik. Ia menatap mataku berapi-api, wajahnya

http://ac-zzz.blogspot.com/

antusias dan penuh semangat. Ia mengucapkankata-kata itu tepat di mukaku; embusan napasnyasepanas kulitnya."Kurasa aku tahu bagaimana mengakalinya—karena sebenarnya kau sudah tahu, Bella! Akutidak boleh menceritakannya padamu, tapi lainhalnya kalau kau bisa menebaknya! Aku tidak bisadibilang membocorkan rahasia!"

"Kau mau aku menebak? Menebak apa?""Rahasiaku! Kau pasti bisa—kau sudah tahujawabannya!"Aku mengerjap dua kali, mencoba menjernihkanpikiran. Aku lelah sekali. Tak satu pun perkataanJacob masuk akal bagiku.Jacob melihat ekspresiku yang kosong,kemudian wajahnya kembali mengeras,mengerahkan segenap kekuatan. "Tunggu, akuakan memberimu sedikit bantuan" katanya. Apapun yang coba ia lakukan, itu sangat sulit karenanapasnya sampai terengah-engah."Bantuan?" tanyaku, berusaha mengikutipembicaraannya.Kelopak mataku terasa berat, tapi kupaksamataku agar tetap terbuka."Yeah," ujarnya, napasnya berat. "Sepertipetunjuk, misalnya.”Jacob merengkuh wajahku dengan tangannyayang besar dan kelewat panas, memegangnyahanya beberapa sentimeter dari wajahnya.Ditatapnya mataku dalam-dalam sementara iaberbisik, seolah-olah berusaha memberi tahukansesuatu di balik kata-kata yang ia ucapkan."Kau masih ingat waktu kita pertama kalibertemu—di tepi pantai di La Push?""Tentu saja masih.""Ceritakan padaku mengenainya."

Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba

http://ac-zzz.blogspot.com/

berkonsentrasi. "Kau menanyakan trukku..."Jacob mengangguk, mendorongku untukmelanjutkan. "Kita mengobrol tentang Rabbit...""Teruskan.""Kita berjalan-jalan di tepi pantai..." Pipiku mulaipanas di bawah telapak tangan Jacob saatpikiranku melayang ke hari itu, tapi Jacob tidakmenyadarinya, karena kulitnya sendiri panas.Waktu itu aku mengajaknya jalan-jalan,menggodanya dengan maksud ingin menggaliinformasi darinya.Jacob mengangguk, cemas menunggukelanjutannya.Suaraku nyaris tak terdengar. "Kaumenceritakan kisah- kisah menyeramkan... legendasuku Quileute."Jacob memejamkan mata dan membukanya lagi."Ya." Kata itu terucap dengan tegang, bersungguh sungguh,seolah-olah ia sedang berada di tepisesuatu yang vital. Ia berbicara lambat-lambat,setiap kata diucapkan dengan jelas. "Kau ingat apayang kuceritakan waktu itu?"Bahkan dalam gelap, ia pasti bisa melihatperubahan rona wajahku. Bagaimana aku bisamelupakannya? Tanpa menyadari apa yang ialakukan, Jacob memberi tahu apa yang perlukuketahui hari itu—bahwa Edward adalah vampir.Jacob menatapku dengan mata yang tahu terlalubanyak. "Pikirkan baik-baik" katanya.

"Ya, aku ingat," desahku.Jacob menghela napas dalam-dalam, berusahakeras mengendalikan perasaannya. "Apa kau ingatsemua cerita—" Ia tak mampu menyelesaikanpertanyaan. Mulutnya ternganga seakan-akansesuatu mengganjal kerongkongannya."Semua ceritanya?" tanyaku.Jacob mengangguk bisu.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Kepalaku seperti diaduk-aduk. Hanya satu ceritayang benar-benar penting. Aku tahu Jacob jugamenceritakan hal-hal lain, tapi aku tak bisamengingat cerita pendahuluannya yang tidakpenting, apalagi otakku saat ini rasanya tumpulsaking lelahnya. Aku mulai menggeleng-gelengkankepala.Jacob mengerang dan melompat turun daritempat tidur. Ia menekankan tinjunya ke keningdan bernapas dengan cepat dan marah. "Kausudah tahu, kau sudah tahu," gerutunya pada dirisendiri."Jake? Jake, please, aku lelah sekali. Aku tidakbisa berpikir sekarang. Mungkin besok..."Jacob menarik napas untuk menenangkan diridan mengangguk. "Mungkin nanti kau akan ingat.Kurasa aku mengerti mengapa kau hanya ingatsatu cerita saja," imbuhnya dengan nada menyindirdan getir. "Kau keberatan, tidak, kalau akubertanya sesuatu tentang hal itu?" tanyanya,nadanya masih sinis. "Sudah sejak lama aku ingintahu.”

“Tentang apa?” tanyaku waswas."Tentang cerita vampir yang kuceritakanpadamu."Kupandangi dia dengan sorot waspada, takmampu menjawab. Tanpa menunggupersetujuanku, Jacob tetap mengajukanpertanyaannya."Benarkah waktu itu kau memang tidak tahu?"tanyanya, suaranya berubah parau. "Benarkah akuyang pertama kali memberi tahumu siapa diasesungguhnya?"Bagaimana ia bisa mengetahuinya? Mengapa iamemutuskan untuk percaya, mengapa barusekarang? Gigiku mengatup rapat. Kubalastatapannya, tak berniat menjawab. Jacobmenyadarinya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau mengerti kan, apa yang kumaksud denganloyalitas?" gumamnya, suaranya semakin parau."Hal yang sama juga terjadi padaku, tapi lebihparah. Kau tak bisa membayangkan betapakuatnya aku terikat..."Aku tidak suka itu—tidak suka melihatnyamemejamkan mata seolah-olah kesakitan saatmengatakan dirinya terikat tadi. Lebih dari sekadartidak suka—aku sadar bahwa aku benci, membenciapa pun yang menyakitinya. Sangat benci.Wajah Sam memenuhi pikiranku.Bagiku, ini semua intinya adalah sesuatu yangsecara sukarela dilakukan. Aku menjaga rahasia

keluarga Cullen karena cinta: tidak berbalas, tapisejati. Bagi Jacob, tidak harus menjadi seperti itu."Apakah kau tak bisa membebaskan diri?"bisikku, menyentuh pinggiran kasar di bagianbelakang rambutnya yang pendekTangan Jacob mulai gemetar, tapi ia tidakmembuka mata. "Tidak. Aku terikat di dalamnyaseumur hidup. Seperti hukuman penjara seumurhidup." Tawa sinis. "Lebih lama daripada itu,mungkin.""Tidak, Jake," erangku. "Bagaimana kalau kitakabur? Hanya kau dan aku. Bagaimana kalau kitalari dari rumah, dan meninggalkan Sam?""Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikandengan kabur dari rumah, Bella," bisik Jacob. "Akumau saja kabur bersamamu, tapi... seandainyabisa." Bahunya kini ikut gemetar. Ia menghelanapas dalam-dalam. "Sudahlah, aku harus pergi.""Kenapa?""Pertama, sepertinya kau nyaris ambruk setiapsaat. Kau butuh tidur—aku ingin kau sehat danbugar sehingga bisa berpikir jernih. Kau harus bisamenyimpulkannya, kau harus bisa""Lalu kenapa lagi?"Kening Jacob berkerut. "Aku harus menyelinap

http://ac-zzz.blogspot.com/

pergi diam-diam—seharusnya aku tak bolehmenemuimu. Mereka pasti bertanya-tanya di manaaku sekarang." Mulutnya berkerut. "Kurasa akuharus tetap menceritakannya pada mereka."

"Kau tidak perlu mengatakan apa-apa padamereka" desisku."Bagaimanapun, aku akan tetapmengatakannya."Amarah berkobar dalam dadaku. "Aku bencimereka!"Jacob menatapku dengan mata membelalaklebar, terkejut. "Tidak, Bella. Jangan benci mereka.Ini bukan salah Sam ataupun salah satu darimereka. Seperti sudah kukatakan padamusebelumnya—ini salahku. Sesungguhnya Sam itu...Well, luar biasa baik. Jared dan Paul juga baik,walaupun Paul agak sedikit... Dan Embry temankusejak dulu. Tidak ada yang berubah dalam halitu—satu-satunya yang belum berubah. Aku benarbenarmerasa tak enak hati kalau ingar bagaimanadulu aku punya pandangan jelek terhadap Sam...”Sam luar biasa baik? Kupandangi Jacob dengansikap tidak percaya, tapi tak kutanggapi."Kalau begitu, mengapa kau tidak bolehmenemuiku?" tuntutku."Karena tidak aman," gumam Jacob, menunduk.Kata-katanya membuatku bergidik ngeri. Jadi iajuga tahu itu? Tak ada orang lain yang tahukecuali aku. Tapi ia benar—sekarang ini tengahmalam, waktu yang tepat untuk berburu. Jacobtak seharusnya berada di kamarku. Kalau adayang datang mencariku, aku harus sendirian."Kalau aku menganggapnya terlalu... terlaluberisiko," bisiknya, "aku tidak mungkin datang.Tapi, Bella," ia menatapku lagi, "aku pernah

berjanji padamu. Aku tidak menyangka janji ituakan begitu sulit ditepati, tapi bukan berarti aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

tidak akan berusaha."Jacob melihat ekspresi tak mengerti di wajahku."Setelah nonton film konyol waktu itu," iamengingatkan aku. "Aku berjanji padamu, akutidak akan pernah menyakitimu... Aku benar-benarmelanggar janjiku sendiri sore tadi, ya?""Aku tahu kau tidak bermaksud melakukannya,Jake. Tidak apa-apa."“Trims, Bella." Jacob meraih tanganku. "Akuakan melakukan apa pun yang bisa kulakukanagar bisa berada di sisimu, sesuai janjiku." Tibatibaia nyengir. Bukan cengiranku, bukan cengiranSam, tapi kombinasi aneh keduanya. "Akan sangatmembantu bila kau bisa menyimpulkannya sendiri,Bella. Cobalah untuk benar-benar berusaha."Aku meringis lemah. "Akan kucoba."“Dan aku akan berusaha menemuimu laginanti," Jacob mendesah. "Dan mereka pasti akanberusaha mencegahku melakukannya.""Jangan dengarkan mereka.""Akan kucoba," Jacob menggeleng, seolahmeragukan dirinya sendiri. "Begitu kau bisamenebaknya, segeralah datang dan beritahu aku."Mendadak ia teringat sesuatu, sesuatu yangmembuat kedua tangannya gemetar. "Kalau kau...kalau kau masih mau menemuiku.""Mengapa aku tidak mau menemuimu?"

Wajah Jacob berubah keras dan pahit, wajahyang seratus persen milik Sam. "Oh, ada sajaalasannya, pasti" tukasnya kasar. "Dengar, akubenar-benar harus pergi. Bisakah kau melakukansesuatu untukku?"Aku hanya mengangguk, takut melihatperubahan dalam dirinya."Paling tidak telepon aku—kalau kau tidak maumenemuiku lagi. Beritahu aku kalau memangbegitu.""Itu tidak akan terjadi—"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob mengangkat sebelah tangan,menghentikan kata-kataku. "Pokoknya beritahuaku."Ia berdiri dan berjalan ke jendela."Jangan tolol, Jake," tukasku. "Bisa-bisa kakimupatah nanti. Lewat pintu saja. Charlie tidak akanmemergokimu.""Aku tidak akan kenapa-kenapa," tukasnya, tapiberbalik menuju pintu juga. Ia ragu-ragu waktumelewatiku, menatapku dengan ekspresi seolaholahsesuatu menusuknya. Ia mengulurkansebelah tangan, memohon.Aku menerima uluran tangannya, dan tiba-tibaia menyentakku—kasar sekali—hingga aku tertarikturun dari tempat tidur dan menabrak dadanya."Siapa tahu aku tak bisa bertemu lagidenganmu," bisiknya di rambutku, memelukkusangat erat hingga tulang-tulangku terasa sepertimau remuk.

"Tidak bisa—bernapas!" aku megap-megap.Jacob langsung melepas pelukannya, sebelahtangannya memegang pinggangku agar aku tidakterjatuh. Ia mendorongku, kali ini lebih lembut,kembali ke tempat tidur."Tidurlah, Bells. Kau harus bisa berpikir jernih.Aku tahu kau pasti bisa melakukannya. Aku inginkau mengerti. Aku tak ingin kehilangan kau, Bella.Tidak karena masalah ini."Jacob mencapai pintu hanya dalam sekalimelangkah, membukanya pelan-pelan, kemudianlenyap di baliknya. Aku mencoba mendengar suaralangkah-langkah kakinya menuruni tangga, tapitidak terdengar apa-apa.Aku berbaring lagi di tempat tidur, benakkuberputar. Aku terlalu bingung, terlalu letih.Kupejamkan mata, berusaha mencerna semuanya,tapi detik berikutnya ketidaksadaran menelankubegitu cepat hingga terasa membingungkan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Bukan tidur damai tanpa mimpi sepertidambaanku yang kudapatkan—tentu saja bukan.Lagi-lagi aku melihat diriku di hutan, dan mulaiberkeliaran seperti yang selalu kulakukan.Dengan cepat aku menyadari ini bukan mimpiyang sama seperti biasa. Pertama, karena akutidak merasakan dorongan untuk berjalan taktentu arah atau melakukan pencarian; aku hanyasekadar berkeliaran karena kebiasaan, karenamemang itulah yang biasanya kulakukan di sini.Sebenarnya, ini bahkan bukan hutan yang sama.Aromanya berbeda, begitu juga cahayanya. Hutan

ini tidak berbau tanah lembab, melainkan berbauasin air laut. Aku tak bisa melihat langit; meskibegitu, matahari pasti bersinar—dedaunan diatasku berwarna hijau zambrud.Ini hutan di sekitar La Push—dekat pantai disana, aku yakin. Aku tahu bila aku menemukanpantai, aku pasti bisa melihat matahari. Maka akumempercepat langkah, mengikuti suara deburombak yang samar-samar terdengar di kejauhan.Dan mendadak muncul Jacob, Ia menyambartanganku, menarikku kembali ke bagian hutanpaling gelap."Jacob, ada apa?" tanyaku. Wajahnya ketakutanseperti anak kecil, dan rambutnya kembali indah,diikat ke belakang membentuk ekor kuda yangtergerai di pangkal leher. Ia menarikku sekuattenaga, tapi aku menolak; aku tak ingin masuk kekegelapan."Lari, Bella, kau harus lari!" bisiknya, ketakutan.Serbuan gelombang deja vu yang sekonyongkonyongdatang begitu kuat hingga nyarismembangunkanku.Sekarang aku tahu mengapa aku mengenalitempat ini. Karena aku pernah berada di sanasebelumnya, di mimpi yang lain. Sejuta tahun yanglalu, bagian dari kehidupan yang sama sekali

http://ac-zzz.blogspot.com/

berbeda. Ini mimpi yang pernah kudapat padamalam setelah aku berjalan-jalan dengan Jacob dipantai, malam pertama aku tahu Edward ituvampir. Mengenang kembali hari itu bersama

Jacob pastilah yang memicu timbulnya mimpi inidari kenanganku yang terkubur.Terpisah dari mimpi itu sekarang, akumenunggu mimpi itu berlanjut. Cahayamenghampiriku dari pantai. Beberapa saat lagiEdward akan keluar dari pepohonan, kulitnyaberkilau redup, matanya hitam dan berbahaya. Iaakan melambai ke arahku, dan tersenyum.Wajahnya setampan malaikat, giginya runcingruncingdan tajam...Tapi aku terlampau cepat. Ada hal lain yangharusnya terjadi lebih dulu.Jacob menjatuhkan tanganku dan menjerit.Gemetar dan mengentak-entak, ia terjatuh ketanah dekat kakiku.“Jacob!” jeritku, rapi ia sudah lenyap.Sebagai gantinya kini tampak serigala berbulumerah-cokelat dengan mata gelap dan cerdas.Mimpiku melenceng jauh, seperti kereta api yangkeluar dari rel.Ini bukan serigala yang sama seperti yangpernah kuimpikan di kehidupan lain. Ini serigalabesar berbulu cokelat kemerahan yang berdiridekat sekali denganku di padang rumput,seminggu yang lalu. Serigala raksasa yang sangatbesar, lebih besar daripada beruang.Serigala itu menatapku saksama, berusahamenyampaikan sesuatu yang penting denganmatanya yang cerdas. Mata hitam-cokelat yangfamilier, seperti mata Jacob Black. Aku terbangun

sambil menjerit sekeras-kerasnya. Aku nyarisberharap Charlie akan datang untuk mengecekkeadaanku kali ini. Ini bukan jeritanku yang biasa.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Kubenamkan kepalaku di bantal dan berusahameredam jeritan histeris yang hendak keluar darikerongkonganku. Kutekan bantal kuat-kuat kewajahku, bertanya-tanya dalam hati apakah akujuga bisa membungkam fakta yang baru sajaberhasil kuhubungkan.Tapi Charlie tidak datang, dan akhirnya aku bisajuga meredam jeritan aneh yang keluar daritenggorokanku.Aku ingat semuanya sekarang—setiap kata yangkeluar dari mulut Jacob pada hari itu di pantai,bahkan bagian sebelum ia sampai ke cerita tentangpara vampir, atau "yang berdarah dingin" menurutistilahnya. Terutama bagian pertama.“Apakah kau tahu tentang legenda kamu tentangasal-muasal kami-maksudku suku Quikute?”tanyanya.“Tidak juga," aku mengakui.“Well ada banyak legenda, sebagian bahkandipercaya sudah ada sejak Zaman Air Bah—konon,suku Quileute kuno mengikat kano mereka di

pucukpucukpohon tertinggi di pegunungan untuk bisaselamat, seperti Nabi Nuh dan bahteranya!” Iatersenyum, untuk menunjukkan ia sendiri tidakbegitu memercayai cerita-cerita sejarah. "Legendalain mengatakan kami keturunan serigala—danbahwa sampai sekarang serigala masih berkerabatdengan kami. Hukum adat melarang kamimembunuh mereka.

"Lalu ada cerita-cerita tentang yang berdarahdingin." Suara Jacob terdengar sedikit lebih rendah."Yang berdarah dingin?""Ya. Ada cerita-cerita tentang yang berdarahdingin, cerita-cerita itu sama tuanya dengan legendaserigala, dan ada juga yang masih cukup baru.Menurut legenda, kakek buyutku sendiri mengenalsebagian dari mereka. Dialah yang membuat

http://ac-zzz.blogspot.com/

kesepakatan untuk menghalau mereka dari tanahkami." Jacob memutar bola matanya."Kakek buyutmu?""Beliau itu tetua suku, seperti ayahku. Begini,yang berdarah dingin itu musuh alami serigala—Well, bukan serigala sungguhan, tapi serigala yangmenjelma menjadi manusia, seperti leluhur kami.Kau bisa menyebutnya werewolf.""Werewolf punya musuh?""Hanya satu."Sesuatu menyumbat kerongkonganku,mencekikku. Aku berusaha menelannya, tapibenda itu tersangkut di sana. tak bergerak. Akuberusaha meludahkannya."Werewolf,” aku terkesiap.Ya, kata itulah yang tadi menyumbattenggorokanku.Dunia seolah jungkir balik, miring padaporosnya.Tempat macam apakah ini? Benarkah ada duniadi mana legenda-legenda kuno berkeliaran di

sepanjang perbatasan kota-kota kecil, berhadapandengan monster-monster mistis? Apakah itu berartisetiap kisah dongeng didasarkan pada sesuatuyang benar-benar nyata? Adakah hal yang warasatau normal sama sekak, atau semuanya hanyamagis dan kisah-kisah hantu?Kucengkeram kepalaku kuat-kuat, menjaganyaagar tidak meledak.Sebuah suara kecil garing dalam benakkubertanya mengapa aku begitu kalut. Bukankah akusudah menerima keberadaan vampir sejak dulu—dan tanpa histeris sama sekali?Benar sekali, aku ingin balas meneriaki suaraitu. Tidakkah saru mitos sudah cukup untuk siapapun, cukup untuk seumur hidup?Lagi pula, sebelumnya tidak ada satu momenpun di mana aku tak sepenuhnya menyadari

http://ac-zzz.blogspot.com/

bahwa Edward Cullen bukan manusia biasa. Jadibukan hal mengagetkan waktu aku tahu siapa iasebenarnya—karena jelas sekali ia itu berbeda.Tapi Jacob? Jacob, yang hanyalah Jacob, dantidak lebih daripada itu? Jacob, temanku? Jacob,satu-satunya manusia yang bisa memahamiku...Dan ia bahkan bukan manusia.Kulawan dorongan untuk menjerit lagi.Jadi, apa arti semua itu bagiku?Aku tahu jawaban pertanyaan itu. Berarti adayang benar-benar tidak beres denganku.Bagaimana bisa hidupku dipenuhi karakterkarakterdari film horor? Bagaimana mungkin aku

bisa begitu peduli pada mereka sehingga hatikuterasa seperti direnggutkan dan dadaku setiap kalimereka pergi mengikuti jalan hidup mistis mereka?Di kepalaku segalanya berputar dan bergerak,berubah posisi sehingga hal-hal yang tadinyaberarti sesuatu, sekarang memiliki arti berbeda.Berarti tidak ada sekte. Tidak pernah ada sekte,tidak pernah ada geng. Tidak, ternyata bahkanlebih buruk daripada itu. Yang ada ternyata adalahkawanan.Kawanan yang terdiri atas lima werewolf raksasaaneka warna yang waktu itu berjalan melewatiku dipadang rumput Edward...Mendadak, aku merasa harus bergegas. Matakumelirik jam—masih terlalu pagi, tapi aku takpeduli. Aku harus pergi ke La Push sekarang. Akuharus menemui Jacob supaya ia bisa memberitahuku bahwa aku tidak hilang ingatan.Kusambar baju bersih pertama yang bisakutemukan, tak peduli apakah serasi atau tidak,lalu berlari menuruni tangga, melompati dua anaktangga sekaligus. Nyaris saja aku bertabrakandengan Charlie saat menghambur di lorong,menuju ke pintu."Mau ke mana kau?" tanyanya, terkejut

http://ac-zzz.blogspot.com/

melihatku, sama seperti aku terkejut melihatnya."Kau tahu sekarang jam berapa?""Yeah. Aku harus menemui Jacob.""Kusangka urusan dengan Sam—"

"Itu tidak penting, aku harus bicara dengannyasekarang juga.""Sekarang masih terlalu pagi." Kening Charlieberkerut ketika ekspresiku tidak berubah. "Tidakmau sarapan dulu?""Tidak lapar." Kata-kata meluncur cepat daribibirku. Charlie menghalangi jalanku. Akumenimbang-nimbang untuk merundukmengitarinya dan kabur secepat-cepatnya, tapi akutahu aku harus memberi penjelasan nanti."Sebentar lagi aku kembali, oke?"Charlie mengerutkan kening. "Langsung kerumah Jacob, kan? Tidak mampir-mampir dulu?"Tentu saja tidak. mau mampir ke mana? Katakatakuberkejaran, karena aku begitu terburuburu."Entahlah," Charlie mengakui. “Hanya saja...Well, terjadi penyerangan lagi – serigala-serigala itulagi. Dekat sekali dengan pemukiman penduduk disumber air panas sana—kali ini ada saksi matayang menyaksikan. Korban hanya beberapa meterdari jalan saat menghilang. Istrinya melihatserigala abu-abu besar beberapa menit kemudian,waktu dia sedang mencari suaminya, lalu larimencari bantuan."Perutku langsung mulas mendengarnya. "Orangitu diterkam serigala?""Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang itu—yang ada hanya bercak darah" Wajah Charlietampak galau. "Para polisi hutan menyisir hutandengan bersenjata lengkap, membawa sukarelawan

yang juga bersenjata. Banyak pemburu yang inginterlibat—tersedia hadiah bagi yang bisa menembak

http://ac-zzz.blogspot.com/

mati serigala. Itu berarti akan banyak tembakmenembak

di hutan, dan itu membuatkukhawatir." Charlie menggeleng. "Kalau orang-orangterlalu bersemangat, bisa terjadi banyakkecelakaan..."“Mereka akan menembaki serigala-serigala itu?"Suaraku naik tiga oktaf."Apa lagi yang bisa kita lakukan? Ada apa?"tanya Charlie, matanya yang tegang menelisikwajahku. Rasanya aku seperti mau pingsan;wajahku pasti lebih pucat daripada biasanya, tohbukan aktivis lingkungan hidup, kan?" ku takmampu menjawab.Seandainya Charlie tidak sedangmemandangiku, aku pasti sudah menyurukkankepalaku antara lutut. Aku lupa pada para hikeryang hilang itu, juga jejak-jejak berdarah... akutidak menghubungkan fakta-fakta itu dengankesadaran pertamaku."Dengar, Sayang, ini tidak perlu membuatmuketakutan. Asalkan kau tetap di kota atau dijalanraya—tidak berhenti-berhenti—oke?""Oke," sahutku lemah."Pergi dulu ya."Kutatap Charlie lekat-lekat untuk pertama kali,dan kulihat ia melilitkan sarung pistolnya kepinggang dan memakai sepatu hiking.

"Kau tidak akan ikut terjun mencari serigalaserigalaitu kan, Dad?""Aku harus membantu, Bells. Banyak orangmenghilang."Suaraku naik lagi, nyaris histeris sekarang."Jangan! Jangan, jangan pergi. Terlalu berbahaya!""Aku harus melakukan tugasku, Nak. Janganpesimis begitu—aku akan baik-baik saja" Charlieberbalik ke pintu, membukanya danmemeganginya. "Kau mau pergi?"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku ragu-ragu, perutku masih seperti diadukaduk.Apa yang bisa kukatakan untukmenghentikannya? Kepalaku pusing sekali, takmampu berpikir apa-apa."Bells?""Mungkin sekarang memang masih terlalu pagiuntuk pergi ke La Push," bisikku."Aku setuju," kata Charlie, lalu melangkahkeluar ke tengah hujan, menutup pintu dibelakangnya.Begitu Charlie lenyap dari pandangan, akumerosot lemas ke lantai dan menyurukkankepalaku di antara lutut.Haruskah aku menyusul Charlie? Apa yang bisakukatakan?Dan bagaimana dengan Jacob? Jacobsahabatku; aku harus memperingatkan dia. Kalaudia benar-benar – aku meringis dan memaksadiriku memikirkan istilah itu – werewolf (dan aku

tahu itu benar, aku bisa merasakannya), itu berartiorang-orang akan menembaki dia! Aku harusmemberitahu Jacob dan teman-temannya bahwaorang-orang akan berusaha membunuh merekabila mereka berkeliaran sebagai serigala raksasa.Aku harus membentahu mereka supaya berhenti.Mereka harus berhenti! Charlie ada di hutan.Pedulikah mereka pada hal itu? Aku penasaran...Hingga saat ini, hanya orang-orang asing yanghilang. Apakah itu berarti sesuatu, atau hanyakebetulan?Aku harus percaya bahwa Jacob, paling tidak,peduli pada hal itu.Bagaimanapun, aku harus mengingatkan dia.Atau... perlukah aku?Jacob sahabatku, tapi benarkah ia jugamonster? Monster sungguhan? Monster jahat?Haruskah aku mengingatkan dia, padahal dia danteman-temannya... pembunuh? Padahal mereka

http://ac-zzz.blogspot.com/

begitu tega membantai para hiker yang tidakberdosa? Seandainya mereka benar-benar makhlukjahat seperti yang ada di film-film horor, salahkahbila aku melindungi mereka?Mau tak mau aku jadi membandingkan Jacobdan teman-temannya dengan keluarga Cullen.Kudekap tubuhku erat-erat. melawan lubang itu,saat aku memikirkan mereka.Aku tidak tahu apa-apa tentang werewolf, itusudah jelas. Paling-paling aku membayangkanmereka mendekati sosok seperti yang seringdigambarkan di film-film – makhluk setengah

manusia berbadan besar dan berbulu lebat atausemacam itu – itu pun kalau aku membayangkanmereka. Jadi aku tak tahu apa yang membuatmereka berburu, apakah karena kelaparan ataukehausan atau hanya dorongan untuk membunuh.Sulit menilainya, karena aku tidak tahu apa-apa.Tapi pasti tidak lebih sulit daripada yang dialamikeluarga Cullen dalam upaya mereka menjadimakhluk yang baik. Ingatanku melayang kepadaEsme—air mataku merebak saat membayangkanwajahnya yang teduh dan baik—serta bagaimana,meski sikapnya begitu keibuan dan penuh kasihsayang, ia terpaksa menahan napas, merasa malusekali, dan lari menjauhiku waktu aku berdarah.Tak mungkin lebih sulit daripada itu. Aku jugateringat pada Carlisle, yang selama berabad-abadberjuang mengajari dirinya sendiri untukmengabaikan darah, sehingga ia bisamenyelamatkan nyawa manusia sebagai dokter.Tidak ada yang lebih sulit daripada itu.Para werewolf memilih jalan berbeda.Sekarang, apa yang seharusnya aku pilih?

13. PEMBUNUHKALAU saja itu orang lain dan bukan Jacob,pikirku pada diri sendiri, menggeleng-gelengkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

kepala saat melaju melintasi jalan raya yangmembelah hutan menuju La Push.

Aku masih belum yakin aku melakukan hal yangbenar, tapi aku sudah berkompromi dengan dirikusendiri.Aku tak bisa memaafkan apa yang Jacob danteman-temannya, kawanannya, lakukan. Sekarangaku mengerti maksud perkataannya semalam—bahwa aku mungkin tidak ingin menemuinya lagi—dan bahwa aku bisa meneleponnya seperti yang iausulkan, tapi rasanya itu pengecut. Setidaknya,aku harus bicara empat mata dengannya. Akankukatakan dengan tegas padanya bahwa aku takmungkin mengabaikan apa yang sedang terjadi.Aku tak mungkin berteman dengan pembunuhtanpa mengatakan apa-apa, membiarkanpembunuhan itu terus berlanjut... Itu berarti akusama jahatnya dengan mereka.Tapi aku tak bisa tidak mengingatkan dia juga.Aku harus berbuat sebisaku untuk melindunginya.Kuhentikan trukku di depan rumah keluargaBlack dengan bibir terkatup rapat. Cukup sudahketerkejutanku menghadapi kenyataan sahabatkuwerewolf. Haruskah ia menjadi monster juga?Rumah itu gelap gulita, tak tampak cahayalampu di jendela-jendelanya, tapi aku tak pedulikalaupun aku membangunkan mereka. Tinjukumenggedor-gedor pintu depan dengan marah;gedorannya mengguncang dinding-dinding."Silakan masuk,” kudengar Billy berseru sejuruskemudian, dan sebuah lampu menyala.Kuputar kenop pintu; ternyata tidak terkunci.Billy bersandar di pintu dekat dapur yang kecil, di

bahunya tersampir mantel mandi, ia belum dudukdi kursi rodanya. Begitu melihat siapa yang datangmatanya melebar sedikit, kemudian wajahnyaberubah kaku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Well, selamat pagi, Bella. Mengapa kau datangpagi-pagi buta begini?""Hai, Billy. Aku perlu bicara dengan Jake—dimana dia?""Ehm... kurang tahu ya," dusta Billy, wajahnyatetap datar."Tahukah kau apa yang dilakukan Charlie pagiini?" tuntutku, muak melihatnya mengulur-ulurwaktu."Haruskah aku tahu?""Dia dan setengah isi kota turun ke hutanmembawa senapan, memburu serigala-serigalaraksasa."Ekspresi Billy berubah, tapi kemudian datar lagi."Jadi aku ingin bicara dengan Jake mengenai halitu. kalau kau tidak keberatan," lanjutku.Billy mengerucutkan bibirnya yang tebal. "Akuberani bertaruh Jake pasti masih tidur," kata Billyakhirnya, mengangguk ke lorong kecil di sebelahkamar depan. "Belakangan dia sering pulang larutmalam. Anak itu buruh istirahat—mungkinsebaiknya kau tidak membangunkan dia.”"Sekarang giliranku," gumamku pelan sambilberjalan menuju lorong. Billy mendesah.

Kamar Jacob yang kecil, yang sebenarnya lebihmirip ruang penyimpanan baju, adalah satusatunyapintu di lorong yang panjangnya taksampai satu meter. Aku tidak repot-repotmengetuk. Aku langsung membuka pintunya;pintu itu membentur dinding dengan suara keras.Jacob—masih mengenakan celana olahragahitam yang dipotong pendek seperti semalam—berbaring diagonal di ranjang dobel yang mengisiseluruh ruangan dan hanya menyisakan beberapasentimeter saja di sisi-sisinya. Bahkan dalam posisimiring tempat tidur itu masih kurang panjang;kaki Jacob tergantung di satu sisi dan kepalanya disisi lain. Ia tidur nyenyak, mendengkur pelan

http://ac-zzz.blogspot.com/

dengan mulut terbuka. Bahkan suara pintumembentur dinding tidak membuatnya tersentak.Wajahnya damai dalam tidur yang nyenyak,semua garis-garis amarah lenyap. Ada lingkaran dibawah mata yang tidak kusadari sebelumnya.Meski ukuran tubuhnya sangat besar, ia kinitampak sangat muda, dan sangat letih. Perasaaniba mengguncang hatiku.Aku keluar lagi dan menutup pintu dengansuara pelan.Billy memandangiku dengan sorot ingin tahudan waspada saat aku berjalan lambat-lambatkembali ke ruang depan."Sebaiknya kubiarkan saja dia tidur sebentar."Billy mengangguk, kemudian kamiberpandangan beberapa saat. Aku ingin sekalimenanyakan apa pendapat Billy tentang hal ini.

Apa pendapatnya tentang perubahan yang dialamiputranya? Tapi aku tahu ia mendukung Sam sejakawal, jadi Kupikir pembunuhan-pembunuhan itupasti tidak berarti apa-apa baginya. Bagaimana iamembenarkan hal ku pada dirinya sendiri, aku takbisa membayangkan.Aku juga melihat banyak pertanyaanberkecamuk di matanya yang gelap, tapi ia jugatidak menyuarakannya."Begini saja," kataku, memecah keheningan yangsangat terasa. “Aku akan pergi ke pantai sebentar.Kalau dia bangun, tolong katakan padanya akumenunggunya, oke?""Tentu, tentu," Billy menyanggupi.Aku ragu apakah Billy benar-benar akanmenyampaikan pesanku. Well, kalaupun tidak, akusudah berusaha, kan?Aku mengendarai trukku ke First Beach danmemarkirnya di lapangan tanah yang kosong. Harimasih gelap—subuh muram menjelang pagi yangberawan—dan waktu mematikan lampu truk aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

nyaris tak bisa melihat apa-apa. Aku harusmembiasakan mataku dulu sebelum bisamenemukan jalan setapak yang membelah ilalangtinggi. Udara di sini lebih dingin, angin bertiupmenerpa air yang hitam, dan kujejalkan keduatanganku dalam-dalam ke saku jaket musimdinginku. Setidaknya hujan sudah berhenti.Aku berjalan menyusuri tepi pantai ke arahtembok laut sebelah utara. Tidak tampak Pulau St.James maupun pulau-pulau lain, hanya

bentukTiraikasih

bentuk samar nun jauh di sana. Aku berjalan hatihatimeniti karang, mewaspadai driftwood yangmungkin bisa membuatku tersandung.Aku menemukan apa yang kucari sebelummenyadari aku mencarinya. Benda itu muncul darikegelapan setelah jaraknya hanya tinggal beberapameter: sebatang driftwood panjang seputih tulangyang terdampar jauh ke karang. Akar-akarnyaterpilin ke atas dan mengarah ke lautan, bagaikanratusan tentakel rapuh. Aku tak yakin apakah itupohon yang sama tempat Jacob dan aku mengobroluntuk pertama kalinya—obrolan yang mengawalibegitu banyak benang kusut dalam hidupku—tapisepertinya lokasinya sama. Aku duduk di tempatkududuk dulu, dan memandang lautan yang takkelihatan.Melihat Jacob seperti itu—lugu dan rapuh dalamtidurnya—telah mengenyahkan semua perasaanjijikku, melenyapkan semua amarahku. Aku masihtetap tak bisa menutup mata pada apa yangterjadi, seperti yang tampaknya dilakukan Billytapi aku juga tak bisa menghakimi Jacob atasperbuatannya itu. Itulah yang namanya sayang.Saat kau menyayangi seseorang mustahil bersikaplogis mengenai mereka. Jacob tetap temanku,terlepas dari apakah ia membunuh orang atautidak. Dan aku tak tahu harus bagaimana

http://ac-zzz.blogspot.com/

menghadapi hal itu.Saat membayangkan Jacob tidur begitu damai,aku merasakan dorongan yang sangat kuat untukmelindunginya. Sungguh tidak logis.

Logis atau tidak aku terus saja membayangkanwajahnya yang damai, berusaha menemukanjawaban, mencari cara untuk melindunginya,sementara langit perlahan-lahan berubah warnamenjadi kelabu."Hai, Bella."Suara Jacob datang dari kegelapan danmembuatku kaget. Suaranya lirih, nyaris malumalu,tapi karena aku mengira bakal mendengarkedatangannya dari suara batu-batu yang terinjak,tetap saja suara itu membuatku kaget. Tampakolehku siluetnya membelakangi matahari terbit—kelihatannya besar sekali."Jake?"Jacob berdiri beberapa langkah jauhnya,bergerak-gerak gelisah.“Kata Billy kau datang mencariku—tidak butuhwaktu lama, kan? Sudah kukira kau pasti bisamenebaknya.""Yeah, aku ingat ceritanya sekarang," bisikku.Lama tidak terdengar apa-apa dan, walaupunmasih terlalu gelap untuk bisa melihat jelas,kulitku bagai tergelitik seolah-olah mata Jacobmengamati wajahku lekat-lekat. Pastilah sudahcukup terang bagi Jacob untuk melihat ekspresiku,karena waktu ia bicara lagi, suaranya mendadakberubah sinis."Kau toh bisa menelepon saja," sergahnya kasar.Aku mengangguk. "Memang."

Jacob mulai mondar-mandir di atas bebatuan.Kalau kubuka telingaku lebar-lebar, aku bisamendengar suara langkah kakinya menginjakbebatuan di balik debur ombak. Batu-batu

http://ac-zzz.blogspot.com/

berderak seperti kastanyet di telingaku."Mengapa kau datang?" tuntutnya, takmenghentikan langkah-langkahnya yang marah."Kupikir lebih baik kita bertemu langsung."Jacob mendengus. "Oh, jauh lebih baik.""Jacob, aku harus memperingatkanmu—""Tentang para polisi hutan dan pemburu?Jangan khawatir. Kami sudah tahu.""Jangan khawatir?" tuntutku tak percaya. "Jake,mereka membawa senapan! Mereka jugamemasang perangkap dan menawarkan hadiahuang dan—""Kami bisa menjaga diri," geramnya, masih terusmondar-mandir. "Mereka takkan bisa menangkapapa-apa. Mereka hanya membuat keadaan lebihsulit—sebentar lagi mereka juga akan menghilang.""Jake!" desisku.“Apa? Memang kenyataannya begitu kok."Wajahku pucat saking jijiknya. "Bisa-bisanyakau... merasa seperti itu? Kau kenal orang-orangini. Charlie juga ikut!” Pikiran itu membuatperutku mulas.Langkah Jacob langsung berhenti. "Apa lagi yangbisa kami lakukan?” semburnya.

Matahari mengubah awan-awan menjadi merahmuda keperakan di atas kami. Aku bisa melihatekspresinya sekarang; wajahnya marah, frustrasi,merasa dikhianati.“Bisakah kau..., Well berusaha untuk tidakmenjadi... werewolf?” aku menyarankan sambilberbisik.Jacob melontarkan kedua tangannya ke udara."Kayak aku punya pilihan saja!" teriaknya. "Danapa gunanya itu, kalau kau justru khawatir orangorangakan menghilang?"“Aku tidak mengerti."Jacob menatapku garang, matanya menyipit danmulutnya terpilin membentuk seringai. "Tahukah

http://ac-zzz.blogspot.com/

kau apa yang membuatku sangat marah?”Aku terkejut melihat ekspresinya yang garang.Jacob sepertinya menunggu jawaban, maka akupun menggeleng."Kau ini benar-benar munafik, Bella—lihat saja,kau duduk di sana, takut padaku! Apakah ituadil?" Kedua tangannya gemetar oleh amarah."Munafik? Mengapa takut pada monster berartiaku munafik?"“Ugh!” erang Jacob, menekankan tinjunya yanggemetar ke pelipis dan memejamkan mata rapatrapat."Coba dengar omonganmu sendiri!""Apa?"Jacob berjalan dua langkah mendekatiku,mencondongkan tubuh di atasku dan menatapku

berapi-api. "Well, aku menyesal aku tidak bisamenjadi monster yang tepat untukmu, Bella.Kurasa aku tidak sehebat si pengisap darah itu,bukan?''Aku melompat berdiri dan balas memandangnyadengan sorot berapi-api juga. "Tidak, memangtidak!" teriakku. "Masalahnya bukan siapa kau,tolol, tapi apa yang kaulakukan!""Apa artinya itu?" raung Jacob, sekujurtubuhnya gemetar menahan marah.Aku kaget bukan kepalang waktu mendadakterdengar suara Edward mewanti-wantiku."Berhati-hatilah, Bella," suaranya yang selembutbeledu mengingatkan. "Jangan paksa dia. Kauharus menenangkannya."Bahkan suara di kepalaku bersikap tidak masukakal hari ini.Tapi aku tetap menurutinya. Aku relamelakukan apa saja demi suara itu."Jacob," aku memohon, mengubah nadasuaraku jadi lembut dan datar. "Apakah benarbenarperlu membunuh orang, Jacob? Apakahtidak ada cara lain? Maksudku, kalau vampir bisa

http://ac-zzz.blogspot.com/

mencari jalan lain untuk bertahan tanpamembunuh orang, masa kalian tidak bisamencobanya juga?"Jacob tertegak kaget, seolah-olah kata-katakutadi menyetrum sekujur tubuhnya. Alisnyaterangkat dan matanya membelalak lebar."Membunuh orang?" tuntutnya.

"Memangnya kaupikir kita sedangmembicarakan apa?"Tubuh Jacob sudah tidak gemetar lagi. Kini iamenatapku dengan sikap tak percaya bercampurharap-harap cemas. "Kusangka kita sedangberbicara tentang perasaan jijikmu terhadapwerewolf!”"Tidak, Jake, bukan. Masalahnya bukan karenakau... werewolf. Itu bukan masalah,” aku berjanjipadanya, dan aku tahu saat mengucapkan katakataitu bahwa aku bersungguh-sungguh. Akubenar-benar tak peduli bila ia berubah menjadiwerewolf—dia tetap Jacob. "Kalau kau bisamencari jalan untuk tidak melukai orang-orang...hanya itu yang aku tidak suka Mereka tidakberdosa Jake, orang-orang seperti Charlie, dan akutak mungkin menutup mata sementara kau—""Hanya itu? Sungguh?” Jacob menyela katakataku,senyumnya merekah. “Kau takut karenaaku ini pembunuh? Hanya itu alasanmu?""Apakah itu belum cukup?"Tawa Jacob meledak."Jacob Black, ini sangat tidak lucu!""Memang, memang," Jacob sependapat, masihterus terbahak bahak.Ia melangkah lebar-lebar dan meraup tubuhku,memelukku erat-erat."Kau benar-benar sungguh-sungguh, tidakkeberatan kalau aku bermetamorfosis menjadi

anjing raksasa?" tanyanya, suaranya terdengar

http://ac-zzz.blogspot.com/

bahagia di telingaku."Tidak," aku terkesiap. "Tidak—bisa—napas—Jake!"Jacob melepaskan pelukannya, tapi meraihkedua tanganku. "Aku bukan pembunuh, Bella."Kutatap wajahnya dengan saksama, dan tampakjelas itu benar. Perasaan lega meliputiku."Sungguh?" tanyaku."Sungguh," janji Jacob dengan sikap khidmat.Kuangkat kedua lenganku dan kupeluk dia.Mengingatkanku pada hari pertama kami menjajalmotor—tapi tubuhnya lebih besar sekarang, danaku merasa lebih seperti kanak-kanak.Seperti waktu itu juga, ia membelai rambutku.“Maaf aku mengataimu munafik," Jacobmeminta maaf."Maaf aku mengataimu pembunuh."Jacob tertawa.Sesuatu melintas dalam pikiranku saat itu, danaku melepas pelukanku supaya bisa menatapwajahnya. Alisku bertaut cemas. "Bagaimanadengan Sam? Dan yang lain-lain?"Jacob menggeleng, tersenyum seakan-akanbeban berat terangkat dari bahunya. "Tentu sajatidak. Tidak ingatkah kau bagaimana kamimenyebut diri kami?"

Ingatan itu sangat jelas—itu baru terpikir olehkuhari ini, "Pelindung?""Tepat.""Tapi aku tidak mengerti. Apa yang terjadi dihutan? Para hiker yang hilang, bercak darah?"Wajah Jacob langsung berubah serius dankhawatir. "Kami berusaha melakukan tugas kami,Bella. Kami berusaha melindungi mereka, tapikami selalu sedikit terlambat.""Melindungi mereka dari apa? Jadi benar-benarada beruang di luar sana?""Bella, Sayang, kami hanya melindungi orangorang

http://ac-zzz.blogspot.com/

dari satu hal—dari satu-satunya musuhkami. Itu sebabnya kami ada—karena mereka jugaada."Kutatap Jacob dengan pandangan kosongselama satu detik sebelum akhirnya mengerti.Darah langsung surut dari wajahku dan pekikanpelan tanpa kata terlontar dari bibirku.Jacob mengangguk. "Sudah kuduga kau pastibisa menyadari apa yang sebenarnya terjadi.""Laurent," bisikku. "Dia masih di sana."Jacob mengerjapkan mata dua kali, danmenelengkan kepala ke satu sisi. "Siapa Laurent?"Aku berusaha menyortir berbagai pikiran yangberkecamuk di kepalaku agar bisa menjawab. "Kautahu—kau melihatnya di padang rumput. Kau kanada di sana..." Kata-kata itu terlontar dengan nada

takjub saat semuanya jadi jelas. “Kau ada di sana,karena itu dia tidak jadi membunuhku...”“Oh si lintah berambut hitam itu?" Jacobmenyeringai, Seringaiannya kaku dan garang. “Jadiitukah namanya?"Aku bergidik. “Nekat benar kau?” bisikku. "Diabisa membunuhmu! Jake, tidak sadarkah kaubetapa berbahaya—"Lagi-lagi Jacob memotong perkataanku dengantertawa. "Bella, satu vampir bukan masalah besarbagi sekawanan werewolf sebesar kami. Begitumudahnya sampai malah tidak terasa asyik lagi!”"Apanya yang mudah?”"Membunuh si pengisap darah yang akanmembunuhmu. Tapi itu bukan berarti kami bisadigolongkan sebagai pembunuh," Jacob buru-burumenambahkan. "Vampir kan bukan manusia."Aku hanya dapat menggerak-gerakkan muluttanpa suara. "Kau... membunuh... Laurent?"Jacob mengangguk. “Well, kami melakukannyabersama-sama," ia membenarkan.“Jadi Laurent sudah mati?" bisikku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Ekspresinya berubah. "Kau tidak marah, kan?Dia kan akan membunuhmu—dia memang berniatmembunuh, Bella, kami yakin itu sebelum kamimenyerang. Kau juga tahu itu, kan?""Aku tahu itu. Tidak, aku tidak marah—aku..."Aku merasa harus duduk. Aku mundur goyahselangkah sampai tungkaiku menyentuh driftwood,

lalu mengenyakkan tubuhku di sana. "Laurentsudah mati. Dia tidak akan kembali mencariku.""Kau tidak marah, kan? Dia bukan temanmuatau bagaimana, kan?”“Temanku?" Aku mendongak menatapnya,bingung dan pusing saking leganya. Aku mulaimengoceh, mataku basah. "Tidak, Jake. Aku malahsangat... sangat lega. Kusangka dia akanmenemukanku—setiap malam aku ketakutanmenunggunya datang, berharap dia cukup puasdenganku dan tidak mengganggu Charlie. Akusangat ketakutan, Jacob... Tapi bagaimana? Diakan vampir! Bagaimana kalian bisamembunuhnya? Dia kan sangat kuat, sangatkeras, seperti marmer..."Jacob duduk di sebelahku, lengannya yang besarmerengkuhku dengan sikap menenangkan."Karena itulah kami diciptakan, Bells. Kami jugakuat. Kalau saja kau memberi tahuku bahwa kausangat ketakutan. Kau tak perlu takut.""Kau kan tidak ada," gumamku, pikirankumenerawang."Oh, benar.""Tunggu, Jake—tapi kusangka kau sudah tahu.Semalam katamu tidak aman jika kau berada dikamarku. Kusangka itu karena kau tahu adavampir yang akan datang. Itu kan yangmaksudmu?"Jacob tampak bingung sebentar, kemudianmenunduk. "Tidak, bukan itu maksudku."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kalau begitu kenapa menurutmu tidak amanbila kau berada di kamarku?"Jacob menatapku dengan mata penuhpenyesalan. "Maksudku bukannya tidak amanbagiku. Aku justru memikirkan keselamatanmu.""Apa maksudmu?"Jacob menunduk dan menendang sebutir batu."Ada lebih dari satu alasan kenapa aku takseharusnya berada di dekatmu, Bella. Aku tidakboleh membocorkan rahasia kami padamu, itusalah satunya, tapi alasan lain adalah karena initidak aman bagimu. Kalau aku sangat marah... danemosiku tersulut... bisa-bisa kau terluka."Aku memikirkan penjelasannya baik-baik."Waktu kau marah sebelumnya... waktu akumeneriakimu... dan tubuhmu gemetar...?"“Yeah.” Jacob tertunduk semakin dalam. "Tololbenar aku. Aku harus lebih bisa menahan diri. Akusudah bersumpah untuk tidak marah, apa punyang kaukatakan padaku. Tapi... aku sangatmarah karena kupikir aku akan kehilangan kau...bahwa kau tak bisa menerima keadaanku yangsebenarnya...""Apa yang akan terjadi... bila kau sangatmarah?" bisikku."Aku akan berubah menjadi serigala." Jacobbalas berbisik."Tidak perlu menunggu bulan purnama?"Jacob memutar bola matanya. "Versi Hollywooditu tak sepenuhnya benar." Lalu ia mendesah, dan

kembali serius. "Kau tidak perlu merasa terlalutakut. Bells. Kami akan membereskan masalah ini.Dan kami akan menjaga Charlie serta yang lainlainsecara khusus—kami tidak akanmembiarkannya celaka. Percayalah padaku."Sesuatu yang amat sangat jelas, yangseharusnya langsung bisa kutangkap—tapi karenaselama ini pikiranku sibuk membayangkan Jacob

http://ac-zzz.blogspot.com/

dan teman-temannya berkelahi melawan Laurent,hal itu benar-benar tak terpikir olehku—barumuncul dalam pikiranku saat itu, ketika Jacobmulai berbicara dalam konteks sekarang.Kami akan membereskan masalah ini.Jadi ini belum berakhir."Laurent sudah tewas," aku terkesiap, sekujurtubuhku dingin seperti es.“Bella?” tanya Jacob waswas, menyentuh pipikuyang kelabu“Kalau Laurent sudah tewas... seminggu yanglalu... berarti ada orang lain yang membunuhorang-orang itu sekarang."Jacob mengangguk; rahangnya terkatup rapat,dan ia berbicara dari sela-selanya. "Mereka berdua.Kami menyangka pasangannya pasti inginmelawan kami—dalam kisah-kisah kami, merekabiasanya sangat marah kalau kau membunuhpasangan mereka—tapi dia terus-menerus larimenjauh, tapi lalu kembali lagi. Kalau saja kamitahu apa yang diincarnya, akan lebih mudahmelumpuhkannya. Tapi sikapnya tak masuk akal.Dia terus saja menari-nari di pinggir, seperti

menguji pertahanan kami, mencari jalan masuk—tapi masuk ke mana? Dia ingin pergi ke mana?Menurut Sam, dia berusaha memisahkan kami,supaya kesempatannya lebih besar..."Suara Jacob berangsur-angsur menghilangsampai kedengarannya seperti berasal dari ujungterowongan yang panjang; aku tak lagi bisamenangkap kata demi kata. Dahiku berkeringatdan perutku seperti diaduk-aduk, seperti waktuaku flu perut dulu. Persis seperti waktu aku fluperut.Aku cepat-cepat berpaling darinya, danmembungkuk di atas driftwood. Tubuhkuterguncang, perutku yang kosong sangat mual,walaupun tak ada apa-apa di dalamnya yang bisa

http://ac-zzz.blogspot.com/

dimuntahkan.Victoria ada di sini. Mencariku. Membunuhiorang-orang asing di hutan. Hutan tempat Charliemelakukan pencarian...Kepalaku berputar cepat.Jacob menyambar bahuku—mencegahkuambruk dan mencium bebatuan. Aku bisamerasakan embusan napasnya yang panas dipipiku. "Bella! Ada apa?""Victoria," aku terkesiap segera setelah bisamenarik napas di sela-sela serangan mual yangmelandaku.Di kepalaku, Edward menggeram marahmendengar nama itu.

Kubiarkan Jacob menarikku dari posisi dudukkuyang terkulai, ia meletakkanku dengan canggung dipangkuannya, membaringkan kepalaku yanglunglai ke bahunya. Ia berusaha kerasmenyeimbangkanku, menjagaku agar tidak terkulailemas dan jatuh dari pangkuannya.Disingkirkannya rambutku yang berkeringat danwajahku."Siapa?" tanya Jacob. "Kau bisa mendengarku,Bella? Bella?""Dia bukan pasangan Laurent,” erangku di bahuJacob. "Mereka hanya teman lama...”"Kau mau minum? Perlu dokter? Katakanpadaku aku harus bagaimana," tuntut Jacob,bertubi-tubi."Aku bukan sakit—aku takut," aku menjelaskansambil berbisik. Istilah takut kedengarannya tidakmencakup semua yang kurasakan.Jacob menepuk-nepuk punggungku. "Takutpada si Victoria ini?"Aku mengangguk, bergidik."Victoria itu vampir wanita berambut merah?"Aku gemetar lagi, dan merintih, "Ya.""Bagaimana kau bisa tahu dia bukan

http://ac-zzz.blogspot.com/

pasangannya?""Laurent memberi tahuku bahwa James-lahpasangannya," aku menjelaskan, otomatismelemaskan tanganku yang dihiasi bekas luka.

Jacob memalingkan wajahku, merengkuhnyakuat-kuat dengan tangannya yang besar.Ditatapnya mataku lekat-lekat. "Ada hal lain yangdia ceritakan, Bella? Ini penting. Kau tahu vampirwanita itu menginginkan apa?""Tentu saja," bisikku. "Victoria menginginkanaku."Mata Jacob membelalak lebar, lalu menyipit."Mengapa?" tuntutnya."Edward membunuh James,'' bisikku. Jacobmemegangiku sangat erat hingga aku tak perlumencengkeram lubang itu—pelukannyamembuatku tetap utuh. "Victoria memang...marah. Tapi kata Laurent, Victoria menganggaplebih adil membunuhku daripada Edward.Pasangan sebagai ganti pasangan. Dia tidak tahu—masih belum tahu, kurasa—bahwa... bahwa..." Akumenelan ludah dengan susah payah. "Bahwahubungan kami sudah tidak seperti itu lagi. Tidakbagi Edward, setidaknya."Perhatian Jacob sempat beralih sebentarmendengar perkataanku itu, ekspresinya campuraduk. "Jadi itu yang terjadi? Mengapa keluargaCullen pindah?""Bagaimanapun, aku hanya manusia biasa.Tidak ada yang istimewa," aku menjelaskan,mengangkat bahu lemah.Sesuatu yang kedengarannya seperti geraman—bukan geraman sesungguhnya, hanya suaramanusia yang mencoba meniru—bergemuruh di

dada Jacob di bawah telingaku. "Kalau si pengisapdarah idiot itu benar-benar cukup tolol untuk—""Please? erangku. "Please. Jangan."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob ragu-ragu, lalu mengangguk satu kali."Ini penting," katanya lagi, wajahnya kembaliserius sekarang. "Inilah tepatnya yang perlu kamiketahui. Kita harus segera memberi tahu yanglain."Jacob berdiri, menarikku hingga ikut berdiri.Kedua tangannya tetap memegangi pinggangkusampai ia yakin aku tidak akan jatuh."Aku tidak apa-apa," dustaku.Ia melepaskan sebelah tangannya daripinggangku dan ganti memegang tanganku. "Ayokita pergi."Jacob menarikku kembali ke truk.“Kita mau ke mana?" tanyaku.“Aku belum yakin," Jacob mengakui. "Aku akanminta diada kan pertemuan. Hei, tunggu dulu disini sebentar, oke?” Jacob menyandarkanku ke sisitruk dan melepaskan tanganku.“Kau mau ke mana?”“Sebentar lagi aku kembali." janjinya. Lalu iaberbalik dan berlari cepat melintasi lapanganparkir, menyeberang jalan, dan masuk ke balikhutan yang memagari tepi jalan. Ia lenyap di balikpepohonan gesit dan cekatan bagai rusa."Jacob!' aku berteriak memanggilnya dengansuara serak, tapi ia sudah lenyap.

Ini bukan saat yang tepat untuk ditinggalsendirian. Beberapa detik setelah Jacob tidakterlihat, aku sudah megap-megap kehabisannapas. Kuseret kakiku ke dalam truk, danlangsung mengunci pintu rapat-rapat. Namun akubelum sepenuhnya merasa tenang.Victoria sudah memburuku. Hanyakeberuntungan yang membuatnya belummenemukanku sekarang—hanya keberuntungandan lima werewolf remaja. Aku mengembuskannapas tajam. Tak peduli apa yang dikatakan Jacob,membayangkan ia berada di dekat Victoria

http://ac-zzz.blogspot.com/

sungguh mengerikan. Aku tak peduli ia bisaberubah menjadi apa bila marah. Aku bisa melihatVictoria dalam pikiranku, wajahnya liar,rambutnya seperti api, mematikan, takterkalahkan...Tapi, menurut cerita Jacob, Laurent sudah mati.Apakah itu mungkin? Edward—otomatis akumencengkeram dadaku—pernah menjelaskanpadaku betapa sulitnya membunuh vampir. Hanyavampir lain yang bisa melakukannya. Tapi kataJacob tadi karena itulah werewolf diciptakan...Katanya ia akan mengawasi Charlie secarakhusus—bahwa sebaiknya aku memercayakankeselamatan ayahku pada para werewolfBagaimana aku bisa memercayainya? Tak seorangpun dari kami aman! Apalagi Jacob, bila iaberusaha menempatkan diri di antara Victoria danCharlie... di antara Victoria dan aku.Rasanya aku ingin muntah lagi.

Ketukan tajam di jendela membuatku memekikketakutan—tapi ternyata hanya Jacob, yang sudahkembali. Kubuka kunci pintu dengan jari-jarigemetar sekaligus bersyukur."Kau benar-benar ketakutan, ya?" tanyanyasambil memanjat naik.Aku mengangguk."Tidak perlu. Kami akan menjagamu—Charliejuga. Aku janji.""Rasanya lebih mengerikan membayangkan kaumenemukan Victoria daripada Victoria menemukanaku," bisikku.Jacob tertawa. "Kau harus lebih memercayaikami. Kalau tidak, itu sama saja menghina."Aku hanya menggeleng. Aku sudah terlalu seringmelihat vampir beraksi."Kau tadi ke mana?" tanyaku.Jacob mengerucutkan bibir, dan tidakmengatakan apa-apa.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Apa? Apa itu rahasia?"Jacob mengerutkan kening. "Tidak juga. Agakaneh saja, tapi. Aku tidak ingin membuatmungeri.""Aku sudah agak terbiasa dengan hal-hal yanganeh sekarang ini." Aku mencoba tersenyum meskitak berhasil.Jacob balas nyengir dengan enteng. "Kurasamau tidak mau kau harus terbiasa juga. Oke.

Begini, saat kami menjadi serigala, kami bisa...saling mendengar."Alisku bertaut bingung."Bukan mendengar suara-suara," sambungJacob, "tapi kami bisa mendengar... pikiran—setidaknya pikiran masing-masing—tak pedulibetapa pun jauhnya kami. Itu sangat membantubila kami berburu, namun di luar itu, justru terasamengganggu. Memalukan – membuat kita jaditidak punya rahasia. Aneh, ya?”“Jadi itu yang kaumaksud semalam, waktukauhilang kau akan memberitaku mereka bahwakau datang menemuiku, walaupun sebenarnya takingin?”“Cerdas juga kau.”"Kau juga pandai sekali menghadapi hal-halaneh. Kusangka itu akan membuatmu merasaterganggu."“Itu tidak... kau bukan orang pertama yangkukenal yang bisa melakukan hal seperti itu. Jadirasanya tidak aneh bagiku."“Benarkah?... Tunggu—maksudmu parapengisap darah itu?""Kuharap kau tidak menyebut mereka begitu."Jacob tertawa."Terserah. Keluarga Cullen, kalau begitu?""Hanya... hanya Edward." Diam-diamkulingkarkan sebelah tanganku ke tubuh.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob tampak terkejut—terkejut yang tidaksenang. "Kusangka itu hanya dongeng. Akumemang pernah mendengar legenda tentangvampir yang bisa melakukan... hal-hal istimewa,tapi kusangka itu hanya mitos.""Apakah masih ada yang hanya mitos?" tanyakukecut.Jacob merengut. "Kurasa tidak. Oke, kita akanbertemu Sam dan yang lain-lain di tempat kita naikmotor dulu."Aku menyalakan mesin dan menjalankan trukkukembali di jalan.“Jadi kau berubah jadi serigala tadi, agar bisaberbicara pada Sam?" tanyaku, penasaran.Jacob mengangguk, tampak malu-malu. "Hanyasebentar – aku mencoba untuk tidakmemikirkanmu agar mereka tidak tahu apa yangterjadi. Aku takut Sam akan menyuruhku untuktidak mengajakmu.""Itu tidak akan menghentikanku." Aku tidakdapat mengenyahkan persepsiku bahwa Sam jahat.Aku selalu mengatupkan gigiku rapat-rapat setiapkali mendengar namanya."Well, tapi itu akan menghentikan aku" kataJacob, berubah muram. "Ingat bagaimana aku takbisa menyelesaikan kalimatku semalam?Bagaimana aku tak bisa menyampaikan ceritakusecara utuh?""Yeah. Kau kelihatan seperti tercekik sesuatu."

Jacob berdecak garang. "Nyaris. Sam bilang, akutidak boleh memberi tahumu. Dia itu... ketuakawanan, begitulah. Dia itu Alpha-nya. Bila diamenyuruh kami melakukan sesuatu, atau tidakmelakukan sesuatu—bila dia bersungguh-sungguhdengan ucapannya, Well, kita tidak bisamengabaikannya begitu saja.""Aneh," gerutuku."Sangat," Jacob sependapat. "Itu semacam

http://ac-zzz.blogspot.com/

kekhasan werewolf.”"Hah" adalah respons terbaik yang terpikirkanolehku."Yeah, hal semacam itu banyak sekali—hal-halyang khas werewolf. Aku tak bisa membayangkankeadaan Sam, berusaha menghadapinya sendirian.Bersama-sama sebagai kawanan saja sudah cukupburuk, apalagi sendirian."Sam pernah sendirian?""Yeah,” Jacob merendahkan suaranya. "Waktuaku... berubah, itu peristiwa paling... burukperistiwa paling mengerikan yang pernahkualami—lebih buruk daripada yang bisa kubayangkan. Tapi aku tidak sendirian – ada suarasuaradi sana. dalam kepalaku, menjelaskan apayang terjadi dan apa yang harus kulakukan.Dengan begitu aku bisa tetap mempertahankankewarasanku. kurasa. Tapi Sam...” Jacobmenggeleng-gelengkan kepala. “Sam tidak dapatbantuan dan siapa pun."Buruh waktu cukup lama untuk bisa menerimasemua ini. Saat Jacob menjelaskan seperti itu. sulit

untuk tidak merasa kasihan pada Sam. Akuberulang kali harus mengingatkan diri sendiribahwa tak ada alasan untuk membencinya lagi.“Apakah mereka akan marah melihatku datangbersamamu?" tanyaku.Jacob mengernyitkan muka. "Mungkin. Mungkinsebaiknya aku—“Tidak, tidak apa-apa.” Jacob menenangkanku."Kau tahu banyak hal yang bisa membantu kami.Kau kan bukannya tidak tahu apa-apa. Kauseperti... entahlah, mata-mata atau apa. Kaupernah berada di belakang garis lawan."Aku mengerutkan kening. Itukah yangdiinginkan Jacob dariku? Informasi dari "orangdalam" yang bisa membantu merekamenghancurkan musuh? Tapi aku bukan matamata.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Selama ini aku tidak mengumpulkaninformasi apa-apa. Belum-belum, perkataannyatadi membuatku merasa seperti pengkhianat.Tapi aku ingin ia menghentikan Victoria, kan?Tidak.Aku memang ingin Victoria dihentikan, kalaubisa sebelum ia menyiksaku sampai mati ataubertemu Charlie atau membunuh orang asing lagi.Aku hanya tidak ingin Jacob menjadi orang yangmenghentikannya, atau yang mencobamenghentikannya. Aku tidak ingin Jacob dekatdekatdengannya.“Seperti soal pengisap darah yang bisa membacapikiran,” sambung Jacob, tak menyadari

kebisuanku. "Itu salah satu hal yang perlu kamiketahui. Sungguh menyebalkan bahwa ternyatacerita-cerita itu benar. Semuanya jadi lebih rumitHei. menurutmu si Victoria ini juga punyakemampuan khusus?""Kurasa tidak," jawabku ragu, kemudianmendesah. "Kalau ada, dia pasti sudahmenceritakannya.""Dia? Oh, maksudmu Edward—uupps, maaf.Aku lupa. Kau tidak suka menyebut namanya.Atau mendengarnya."Kuremas perutku, berusaha mengabaikanperasaan berdenyut-denyut di sekitar dadaku."Tidak juga, tidak.""Maaf.""Bagaimana kau bisa begitu mengenalku, Jacob?Terkadang seolah-olah kau bisa membacapikiranku.""Ah, tidak. Aku hanya memerhatikan."Kami sampai di jalan tanah kecil tempat Jacobpertama kali mengajarku naik motor."Ini tidak apa-apa?" tanyaku.“Tentu, tentu.”Aku menepi dan mematikan mesin.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau masih merasa tidak bahagia, ya?"gumamnya.Aku mengangguk, mataku menerawang ke hutanyang muram.

“Apa menurutmu... mungkin... sekarang ini kaujadi lebih baik tanpanya?"Aku menghela napas lambat-lambat, kemudianmengembuskannya. "Tidak."“Karena dia bukan yang terbaik—""Please, Jacob," selaku, memohon sambilberbisik. "Bisakah kita tidak membicarakanmasalah ini? Aku tidak tahan!”"Oke." Jacob menarik napas dalam-dalam. "Maafkalau aku mengungkit soal itu.""Jangan merasa tidak enak. Kalau sajasituasinya berbeda, justru menyenangkan akhirnyabisa membicarakan hal ini dengan orang lain.Jacob mengangguk. "Yeah, menyimpan rahasiadirimu selama dua minggu saja rasanya sulit.Pastilah berat sekali, tidak bisa membicarakannyadengan siapa pun.”“Berat sekali." aku membenarkan.Jacob terkesiap. “Mereka datang. Ayo turun.""Kau yakin? tanyaku sementara Jacob membukapintu truk. "Mungkin sebaiknya aku tidak beradadi sini."“Mereka harus bisa menerimanya," kata Jacob,kemudian nyengir. "Siapa sih yang takut padaserigala besar yang jahat?”"Ha ha," sergahku. Tapi aku turun juga daritruk, bergegas mengitari bagian depan untukberdiri di samping Jacob. Aku masih ingat jelasmonster-monster raksasa yang kulihat di padang

rumput waktu itu. Kedua tanganku gemetar,seperti tangan Jacob tadi, tapi lebih karena takutketimbang marah.Jacob meraih tanganku dan meremasnya. "Itu

http://ac-zzz.blogspot.com/

mereka."

14. KELUARGAAKU mengkeret di samping Jacob, matakumenyapu hutan, mencari werewolf lain. Ketikamereka muncul, melangkah keluar dari sela-selapepohonan, penampilan mereka tak seperti yangkuharapkan. Sejak tadi, yang ada dalam pikirankuhanyalah bayangan para serigala. Tapi yangkulihat ini adalah empat cowok setengah telanjangbertubuh sangat besar.Sekali lagi, mereka mengingatkanku padakakak-beradik, kembar empat. Dari cara merekaberjalan yang nyaris sinkron satu sama lain,berdiri di seberang jalan di depan kami, bagaimanamereka semua memiliki otot-otot yang panjang danliat di bawah kulit yang sama-sama cokelatkemerahan, rambut hitam mereka sama-samadipangkas pendek, serta bagaimana ekspresimereka mendadak berubah pada saat yang tepatsama.Awalnya mereka datang dengan sikap ingin tahudan hati-hati. Tapi begitu melihatku di sana,separo tersembunyi di samping Jacob, amarahmereka langsung meledak pada detik yang sama.

Sam masih yang paling besar, walaupun Jacobsebentar lagi bakal menyainginya. Sam sudah tidakbisa lagi disebut remaja. Wajahnya sudah lebih tua– bukan berarti sudah keriput atau ada tandatandapenuaan, tapi dalam hal kematangan, sertaekspresi sabarnya.“Apa yang kaulakukan, Jacob?” tuntutnya.Salah seorang di antara mereka, yang tidakkukenal—Jared atau Paul—merangsek melewatiSam dan langsung menyemprot Jacob sebelum iabisa membela diri."Mengapa kau tidak bisa mengikuti aturan,Jacob?" teriaknya, mengangkat kedua tangannya

http://ac-zzz.blogspot.com/

ke udara. "Apa sih yang kaupikirkan? Apakah dialebih penting daripada segalanya—daripadaseluruh suku? Daripada orang-orang yang bakalterbunuh?”"Dia bisa membantu," jawab Jacob pelan."Membantu!" teriak cowok yang marah itu.Kedua lengannya mulai gemetar. "Oh, manamungkin! Aku yakin si pencinta lintah itu setengahmati ingin membantu kita!"“Jangan bicara tentang dia seperti itu!" Jacobbalas berteriak, tersinggung mendengar sindiranitu.Sekujur tubuh cowok itu bergetar hebat, mulaidari bahu hingga ke punggung."Paul! Tenang!" Sam memerintahkan.

Paul menggerakkan kepala ke belakang dan kedepan, bukan membantah, tapi seolah-olah sepertiberusaha berkonsentrasi.“Ya ampun, Paul," gerutu salah seorang diantara mereka— mungkin Jared. "Kendalikandirimu."Paul memuntir kepalanya ke arah Jared,bibirnya menekuk ke belakang dengan sikap kesal.Lalu ia beralih menatapku garang. Jacob majuselangkah untuk menamengiku.Tindakannya itu justru membuat amarah Paulsemakin menjadi-jadi."Betul sekali, lindungi dia!" raung Paul marah.Tubuhnya kembali bergetar, berguncang hebat,dan kepala sampai kaki Ia mengedikkan kepalanya,geraman terlontar dari sela-sela giginya."Paul!" Sam dan Jacob berteriak berbarengan.Paul seperti terjungkal ke depan, tubuhnyabergetar dahsyat. Sebelum tubuhnya menciumtanah, terdengar suara robekan keras, dan tubuhcowok itu meledak.Bulu-bulu perak gelap menyembur keluar daritubuhnya, mengubahnya menjadi makhluk yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

lima kali lebih besar daripada ukuransebenarnya—makhluk itu sangat besar dan berdiridengan sikap membungkuk, siap menerkam.Moncong serigala itu tertarik ke belakang,menampakkan gigi-giginya, dan sebuah geramanlagi menggemuruh dari dadanya yang besar. Bola

matanya yang gelap dan berapi-api terpakupadaku.Detik itu juga Jacob berlari menyeberang jalan,langsung menghampiri monster itu. "Jacob!"jeritku.Setengah jalan, sekujur tubuh Jacob bergetarhebat. Ia melompat maju, menerjang dalam posisikepala lebih dulu ke udara yang kosong.Diiringi suara robekan nyaring, Jacob jugameledak. Ia meledak keluar dari kulitnya—cabikancabikankain hitam dan Putih terpental ke udara.Kejadiannya begitu cepat hingga seandainya akuberkedip, seluruh proses transformasi itu pastiakan luput dari penglihatanku. Sedetiksebelumnya Jacob melompat tinggi ke udara, derikberikutnya ia sudah berubah menjadi serigalacokelat kemerahan—sangat besar hingga rasanyatak masuk akal bagiku bagaimana makhluksebesar itu bisa berada di dalam diri Jacob—menerkam monster berbulu perak yang merunduk.Jacob membungkam serangan si werewolfdengan langsung menerkam kepalanya. Geramangeramanmarah bergema seperti halilintarmemantul di pepohonan.Cabikan-cabikan kain hitam dan putih—sisasisapakaian Jacob jatuh ke tanah tempat iamenghilang tadi.“Jacob!" jeritku lagi, terhuyung-huyung maju."Tetaplah di tempatmu, Bella," Sammemerintahkan. Sulit mendengar suaranya di

http://ac-zzz.blogspot.com/

antara raungan dua serigala yang sedang

bertarung. Keduanya saling menggigit danmerobek, gigi mereka yang tajam saling mengarahke tenggorokkan masing-masing. Serigala Jacobtampaknya berada di atas angin—tubuhnya jelaslebih besar daripada serigala yang lain, dankelihatannya juga lebih kuat. Ia memukulkanbahunya berkali-kali ke tubuh si serigala abu-abu,memukul mundur ke arah hutan."Bawa Bella ke rumah Emily," teriak Sam padayang lain, yang menonton pertarungan itu denganasyik. Jacob berhasil mendorong serigala kelabuitu keluar dari jalan, dan mereka lenyap ke balikhutan, walaupun geraman-geraman mereka masihterdengar nyaring. Sam lari mengejar mereka,menendang sepatunya hingga terlepas sambilberlari. Saat melesat memasuki pepohonan,sekujur tubuhnya bergetar dari kepala sampaikaki.Geraman dan suara moncong dikatupkandengan keras berangsur-angsur lenyap. Tiba-tibasuara itu hilang sama sekali dan jalanan langsunglengang.Salah satu cowok itu tertawa.Aku menoleh dan menatapnya–mataku yangmembelalak terasa membeku, seakan-akan aku takbisa mengerjapkan mata.Cowok itu sepertinya menertawakan ekspresiku."Well, jarang-jarang kan, kau melihat yang sepertiitu," tawanya terkekeh-kekeh. Samar-samar akumengenali wajahnya—lebih kurus daripada yanglain... Embry Call.

"Kalau aku sih sudah sering," sergah cowok yanglain, Jared, menggerutu. "Setiap hari, malah.""Ah, Paul kan tidak setiap hari lepas kendaliseperti tadi," sergah Embry tak setuju, sambil terusnyengir. "Mungkin dua dalam tiga kali

http://ac-zzz.blogspot.com/

kesempatan."Jared berhenti untuk memungut sesuatu yangberwarna putih dari tanah. Ia mengacungkannyapada Embry; benda ini menggelantung lemas ditangannya."Hancur sama sekali," kata Jared. "Padahal kataBilly, ini sepatu terakhir yang bisa dibelinya—kurasa mulai sekarang Jacob harus bertelanjangkaki.""Yang satu ini selamat," kata Embry,mengacungkan kets putih. "Jadi Jake bisamelompat-lompat," imbuhnya sambil tertawa.Jared mulai mengumpulkan cabikan-cabikankain dari tanah. "Bisa tolong ambilkan sepatuSam? Yang lain-lain akan langsung dibuang ketong sampah."Embry menyambar sepatu-sepatu itu, laluberlari-lari kecil ke tempat Sam menghilang tadi.Sejurus kemudian ia muncul lagi dengan jinsdipotong pendek tersampir di lengan. Jaredmengumpulkan cabikan-cabikan pakaian Jacobdan Paul. Mendadak ia seperti teringat padaku.Ia memandangiku dengan saksama, menilai."Hei, kau tidak mau pingsan atau muntah atausebangsanya, kan?" desaknya.

“Rasanya tidak,” jawabku terkesiap.“Kau kelihatan agak pucat. Mungkin sebaiknyakau duduk.”“Oke,” gumamku. Untuk kedua kalinya pagi itu,aku menyurukkan kepalaku di antara lutut."Jake seharusnya memperingatkan kami," keluhEmbry.“Seharusnya dia tidak mengajak ceweknya.Memangnya apa yang dia harapkan bakal terjadi?”“Well, ketahuan deh kalau kita serigala," desahEmbry. "Hebat, Jake."Aku menengadahkan wajah dan memelototikedua cowok yang sepertinya menganggap semua

http://ac-zzz.blogspot.com/

ini masalah kecil. "Kalian sama sekali tidakkhawatir memikirkan keselamatan mereka?"tuntutku.Embry mengerjapkan mata satu kali, terkejut."Khawatir? Mengapa?""Bisa-bisa mereka saling melukai!"Embry dan Jared tertawa terbahak-bahak. "Akujustru berharap Paul berhasil menggigitnya,"sergah Jared. "Biar tahu rasa dia."Aku langsung pucat."Hah, yang benar saja!" Embry tidak sependapat."Kau lihat tidak Jake tadi? Begitu dilihatnya Paullepas kendali, dia hanya butuh waktu, berapa,setengah detik untuk menyerang? Anak itu benarbenarberbakat."

"Paul sudah lebih lama bertarung. Taruhansepuluh dolar, dia pasti berhasil meninggalkanbekas luka di tubuh Jake."“Taruhan diterima. Jake sangat alami. Paul tidakbakal punya kesempatan."Mereka bersalaman, nyengir.Aku berusaha menghibur diri melihat sikapmereka yang seolah tak peduli, tapi aku taksanggup mengenyahkan bayangan brutal

serigalaserigalayang bertarung itu dari kepala ku. Perutkumulas, perih dan kosong, kepalaku berdenyutdenyutkarena khawatir."Ayo kita ke rumah Emily. Dia pasti sudahmenyiapkan makanan." Embry menundukmemandangiku. "Keberatan tidak mengantar kamike sana?""Tidak masalah," jawabku dengan suaratercekik.Jared mengangkat sebelah alis. "Mungkinsebaiknya kau saja yang nyetir, Embry. Dia masihkelihatan seperti mau muntah.""Ide bagus. Mana kuncinya?" Embry bertanya

http://ac-zzz.blogspot.com/

padaku."Masih di lubangnya."Embry membuka pintu penumpang. "Naiklah,"katanya dengan nada riang, mengangkatku dengansebelah tangan dan mendudukkanku di jok mobil.Diamatinya ruang kosong yang tersisa di kabindepan. "Kau terpaksa duduk di bak belakang"katanya pada Jared.

"Tidak apa-apa. Soalnya aku gampang jijik. Akutidak mau berada di dalam sana kalau dia muntahnanti.""Aku berani bertaruh dia lebih kuat daripada itu.Dia kan bergaul dengan vampir."“Lima dolar?" tanya Jared."Beres. Aku jadi merasa tidak enak, mengambiluangmu seperti ini."Embry naik dan menyalakan mesin sementaraJared melompat cekatan ke bak belakang. Begitupintu ditutup, Embry bergumam padaku, "Janganmuntah, oke? Aku cuma punya sepuluh dolar, dankalau Paul menggigit Jacob...""Oke." bisikkuEmbry menjalankan truk. mengantar kamikembali ke perkampungan."Hei. bagaimana cara Jake mengakali aturanitu?”"'Mengakali... apa?""Eh, perintah itu. Kau tahu, untuk tidakmembocorkan rahasia. Bagaimana cara diamemberi tahu hal ini padamu?""Oh, itu," kataku, ingat bagaimana Jacobberusaha keras menahan keinginan untukmembeberkan hal sebenarnya padaku semalam."Dia tidak mengatakan apa-apa. Aku bisa menebakdengan benar."Embry mengerucutkan bibir, tampak terkejut."Hmm. Kurasa boleh juga kalau begitu."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kita mau ke mana?" tanyaku."Ke rumah Emily. Dia pacar Sam... bukan,sekarang sudah tunangannya, kurasa. Merekaakan menemui kami di sana setelah Sam berhasilmelerai mereka. Dan setelah Paul dan Jakeberhasil mendapat baju lagi, kalau masih ada bajuPaul yang tersisa.""Apakah Emily tahu tentang...?"“Yeah. Dan hei, jangan memandangi dia terus,ya? Sam bakal marah."Aku mengerutkan kening padanya. "Kenapa akuingin memandanginya terus?"Embry tampak tidak enak hati. "Seperti yangkaulihat barusan tadi, ada risikonya bergauldengan werewolf Ia buru-buru mengubah topik."Hei, kau tidak marah kan, soal si pengisap darahberambut hitam yang di padang rumput itu?Kelihatannya dia bukan temanmu, tapi..." Embrymengangkat bahu."Tidak, dia bukan temanku.""Baguslah. Kami tidak mau memulai sesuatu,melanggar kesepakatan, kau tahu.""Oh ya, Jake pernah bercerita tentangkesepakatan itu, dulu sekali. Kenapa membunuhLaurent berarti melanggar kesepakatan?”"Laurent," Embry mengulangi, mendengus,seolah-olah geli vampir itu memiliki nama. "Well,teknisnya sih, kami membuat kesepakatan itudengan keluarga Cullen. Kami tidak bolehmenyerang salah seorang di antara mereka,

keluarga Cullen, setidaknya, di luar tanah kami—kecuali mereka lebih dulu melanggar kesepakatan.Kami tidak tahu si pengisap darah berambut hitamitu kerabat mereka atau bukan. Kelihatannya kaumengenalnya.""Mereka melanggar kesepakatan kalaumelakukan apa?""Kalau mereka menggigit manusia. Jake tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

mau menunggu sampai sejauh itu.""Oh. Eh, trims. Aku senang kalian tidakmenunggu sampai dia menggigitku.""Sama-sama." Embry terdengar sepertibersungguh-sungguh.Embry mengemudikan truk hingga melewatirumah yang terletak paling timur di sisi jalan rayasebelum berbelok memasuki sepotong jalan tanahyang sempit, "Trukmu lamban,” komentarnya."Maaf."Di ujung jalan tampak rumah mungil yang duluberwarna abu-abu. Hanya ada satu jendela sempitdi samping pintu biru yang sudah kusam dimakancuaca, tapi kotak jendela bawahnya penuh bungamarigold jingga dan kuning cerah, memberi kesanceria pada rumah itu.Embry membuka pintu mobil dan menghirupudara dalam-dalam. “Mmmm, Emily sedangmemasak."Jared melompat turun dan bak belakang danlangsung menuju pintu, tapi Embrymenghentikannya dengan meletakkan tangan di

dadanya. Ia menatapku dengan penuh arti dan berdeham-

deham.“Aku tidak bawa dompet," dalih Jared."Tidak apa-apa. Aku tidak akan lupa."Mereka menaiki satu undakan dan masuk kerumah tanpa mengeruk pintu. Aku mengikutidengan malu-malu.Ruang depan, seperti halnya rumah Billy,sebagian besar berupa dapur. Seorang wanitamuda, berkulit sehalus satin berwarna tembagadan rambut lurus panjang berwarna hitam sepertibulu gagak, berdiri di konter dekat bak cuci piring,mengeluarkan kue-kue muffin dari loyang danmenaruhnya di piring kertas. Sesaat aku sempatmengira alasan Embry mengatakan padaku untuk

http://ac-zzz.blogspot.com/

tidak memandanginya adalah karena gadis itusangat cantik.Kemudian gadis itu bertanya, "Kalian lapar?"dengan suara merdu mengalun, dan memalingkanwajah sepenuhnya menghadap kami, senyumtersungging di separuh bagian wajahnya.Sisi kanan wajahnya dipenuhi bekas luka yangmemanjang dari batas rambut hingga ke dagu, tigagaris merah panjang dan tebal, berwarna terangmeski luka itu sudah lama sembuh. Satu garismenarik sisi bawah sudut matanya yang hitam danberbentuk kenan, garis yang lain memilin sisikanan mulutnya menjadi seringaian permanen.Bersyukur karena sudah diperingatkan Embry,aku buru-buru mengalihkan pandangan ke kueTiraikasih

kue muffin di tangannya. Baunya sangat lezat –seperti blueberry segar."Oh," seru Emily, terkejut. "Siapa ini?"Aku menengadah, berusaha memfokuskanpandangan pada sisi kiri wajahnya."Bella Swan," Jared menjawab pertanyaannyasambil mengangkat bahu. Rupanya, aku pernahmenjadi topik pembicaraan sebelum ini. "Siapalagi?""Bukan Jacob namanya kalau tidak bisamengakali perintah,” gumam Emily. Iamemandangiku, dan tak satu pun dari dua bagianwajah yang dulu cantik itu terlihat ramah. "Jadi,kau ini si cewek vampir."Aku mengejang. "Ya. Kalau kau cewek serigala?"Emily tertawa, begitu pula Embry dan Jared. Sisikiri wajahnya berubah hangat. "Kurasa begitu." Iaberpaling kepada Jared. "Mana Sam?""Bella, eh, membuat Paul kaget tadi pagi."Emily memutar bola matanya yang tidak cacat."Ah, Paul," desahnya. "Kira-kira lama atau tidak?Aku baru mau mulai memasak telur.""Jangan khawatir," Embry menenangkan. "Kalau

http://ac-zzz.blogspot.com/

mereka terlambat, kami tidak akan membiarkanmakanannya mubazir."Emily terkekeh, lalu membuka lemari es. "Tidakdiragukan lagi," ujarnya sependapat. "Bella, kaulapar? Silakan ambil muffin-nya."

"Trims." Aku mengambil satu dari piring danmulai menggigiti pinggirnya. Rasanya lezat, danterasa nyaman di perutku yang mual. Embrymeraih kue ketiga dan menjejalkannya ke mulut."Sisakan untuk saudara-saudaramu,” tegurEmily memukul kepalanya dengan sendok kayu.Istilah itu membuatku terajut, tapi yang lain-lainsepertinya tidak menganggapnya aneh."Dasar rakus,” komentar Jared.Aku bersandar di konter dan menonton merekabertiga salin, mengejek seperti keluarga. DapurEmily menyenangkan, cemerlang dengan rak-rakdapur berwarna putih dan lantai papan dan kayuberwarna pucat. Di atas meja bulat kecil, sebuahteko porselen biru-putih yang sudah retak penuhberisi bunga-bunga liar. Embry dan Jared terlihatseperti di rumah sendiri di sini.Emily mengocok telur dalam porsi sangat besar,beberapa lusin sekaligus, di mangkuk kuningbesar. Ia menyingsingkan lengan bajunya yangberwarna lembayung muda, dan aku bisa melihatbekas-bekas luka membentang sepanjang lenganhingga ke punggung tangan kanan. Bergaul denganwerewolf memang benar-benar berisiko, tepatseperti yang dikatakan Embry tadi.Pintu depan terbuka, dan Sam melangkahmasuk."Emily," sapanya, nadanya penuh cinta hinggaaku merasa malu, sepera pengganggu, saat kulihatSam berjalan melintasi ruangan hanya dalam satulangkah lebar dan merengkuh wajah Emily dengan

telapak tangannya yang lebar. Ia membungkuk dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengecup bekas luka gelap di pipi kanan Emilysebelum mengecup bibirnya."Hei, jangan begitu dong," Jared protes. "Akusedang makan.""Kalau begitu tutup mulut dan makan sajalah,"usul Sam, mencium bibir Emily yang hancur itusekali lagi.“Ugh," erang Embry.Ini lebih parah daripada film romantis manapun; adegan itu begitu nyata mendendangkankebahagiaan, kehidupan, dan cinta sejati.Kuletakkan muffin-ku dan kulipat kedua lengankudi dadaku yang kosong. Kupandangi bunga-bungaitu, berusaha mengabaikan momen intim mereka,serta luka hatiku sendiri yang berdenyut-denyutnyeri.Aku bersyukur karena perhatianku kemudianberalih pada Jacob dan Paul yang menerobosmasuk melalui pintu, shock berat karena merekatertawa-tawa. Kulihat Paul meninju bahu Jacobdan Jacob membalas dengan menyikutpinggangnya. Mereka tertawa lagi. Kelihatannyamereka tidak kurang sesuatu apa pun.Jacob memandang sekeliling ruangan, berhentibegitu melihatku bersandar, canggung dan rikuh,di konter di pojok dapur."Hei, Bells," ia menyapaku riang. Disambarnyadua muffin ketika berjalan melewati meja laluberdiri di sampingku. "Maaf soal tadi,” gumamnyapelan. "Bagaimana keadaanmu?"

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Muffinnyaenak" Kuambil lagi muffinya dan mulaimenggigitinya lagi. Dadaku langsung terasa lebihenak begitu Jacob ada di sampingku."Oh, ya ampun!" raung Jared, menyela kami.Aku menengadah, dan melihat Jared sertaEmbry mengamati garis merah muda samar dilengan atas Paul. Embry nyengir, girang.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Lima belas dolar," soraknya."Itu gara-gara kau?" bisikku pada Jacob, teringattaruhan mereka."Aku nyaris tidak menyentuhnya kok. Saatmatahari terbenam nanti lukanya pasti sudahsembuh.""Saat matahari terbenam?" Kupandangi garis dilengan Paul. Aneh, tapi kelihatannya luka ituseperti sudah berumur beberapa minggu.“Khas werewolf,” bisik Jacob.Aku mengangguk, berusaha untuk tidak terlihatbingung.“Kau baik-baik saja?” tanyaku pada Jacobdengan suara pelan.“Tergores pun tidak,” Ekspresinya puas.“Hei, guys,” seru Sam dengan suara nyaring,menyela obroli dalam ruangan kecil itu. Emilysedang menghadap kompor mengaduk-adukadonan telur dalam wajan besar, tapi sebelahtangan Sam masih memegang bagian atas

punggung Emily gerakan yang tidak disadarinya.“Jacob punya informasi untuk kita."Paul tidak tampak terkejut. Jacob pasti sudahmenjelaskan tentang ini padanya dan Sam. Atau...mereka mendengar pikiran Jacob.“Aku tahu apa yang diinginkan si rambut merahitu." Jacob menujukan perkataannya pada Jareddan Embry. "Itulah yang ingin kusampaikan padakalian sebelumnya." Ditendangnya kaki kursi yangdiduduki Paul."Lalu?" tanya Jared.Wajah Jacob berubah serius. "Dia memangberusaha membalas dendam atas kematianpasangannya—tapi ternyata pasangannyabukanlah si pengisap darah berambut hitam yangkita bunuh. Keluarga Cullen membunuhpasangannya tahun lalu, jadi sekarang diamengincar Bella."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Itu bukan berita baru bagiku, tapi tetap saja akubergidik ngeri mendengarnya.Jared, Embry, dan Emily menatapku denganmulut ternganga kaget."Dia kan hanya gadis biasa," protes Embry."Aku tidak berkata itu masuk akal. Tapi itulahsebabnya si pengisap darah berusaha menerobospertahanan kita. Dia berniat pergi ke Forks."Mereka terus menatapku dengan mulut masihterbuka lebar selama beberapa saat. Kutundukkankepalaku.

"Bagus sekali," kata Jared akhirnya, senyumanmulai bermain di bibirnya. "Kita punya umpan."Dengan kecepatan mengagumkan Jacobmenyambar pembuka kaleng dari konter danmelemparkannya ke kepala Jared. Tangan Jaredterangkat lebih cepat daripada yang kupikirmungkin terjadi, dan menangkapnya tepat sebelumalat itu menghantam wajahnya."Bella bukan umpan.""Kau tahu maksudku," tukas Jared, tidakmerasa malu."Jadi kita akan mengubah pola kita," kata Sam,mengabaikan pertengkaran mereka. "Kita akanmencoba meninggalkan beberapa lubang, danmelihat apakah dia akan terperangkap didalamnya. Kita harus berpencar, dan aku tidaksuka itu. Tapi kalau dia memang benar-benarmengincar Bella, dia mungkin tidak akan berusahamemanfaatkan kekuatan kita yang terpecah."“Quil harus segera bergabung dengan kita,"gumam Embry. “Dengan begitu kita bisa berpencardalam jumlah sama besar.”Semua menunduk. Aku melirik wajah Jacob,dan ekspresinya tampak tak berdaya, sepertikemarin sore, di depan rumahnya. Walaupunsekarang mereka kelihatannya sudah bisamenerima takdir mereka, di sini di dapur yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

ceria ini. tak seorang werewolf pun menginginkannasib yang sama menimpa teman mereka."Well, kita tidak boleh mengandalkan hal ini."kata Sam pelan, kemudian melanjutkan kataTiraikasih

katanya dengan suara biasa. "Paul, Jared, danEmbry akan bertugas di perimeter luar sementaraJacob dan aku bertugas di bagian dalam. Kita akanbersatu lagi setelah berhasil menjebaknya.”Kulihat Emily tidak terlalu suka mendengar Samakan berada di kelompok yang lebih kecil.Kekhawatirannya membuatku menengadah danmenatap Jacob, ikut khawatir juga.Sam menatap mataku. “Menurut Jacob,sebaiknya kau lebih banyak menghabiskan waktudi sini. di La Push. Dia takkan bisa menemukanmusemudah itu. untuk berjaga-jaga.""Bagaimana dengan Charlie?” tuntutku."March Madness masih berlangsung," kataJacob. "Kurasa Billy dan Harry bisa mengajakCharlie ke sini bila tidak sedang bekerja.""Tunggu.” sergah Sam. mengangkat sebelahtangan. Ia melirik Emily sebentar, lalu melirikku."Menurut Jacob itulah yang terbaik, tapi kau harusmemutuskannya sendiri. Sebaiknya kaupertimbangkan benar-benar risiko kedua pilihanitu dengan sangat serius. Kaulihat sendiri tadi pagibetapa mudahnya keadaan berubah menjadiberbahaya di sini, betapa cepatnya situasi menjaditak terkendali. Jika kau memutuskan untuktinggal bersama kami, aku tak bisa menjaminkeselamatanmu.""Aku tidak akan melukainya," gumam Jacob,menunduk.

“Sam berlagak seolah-olah tidak mendengarperkataannya. "Kalau ada tempat lain di mana kaumerasa aman..."Aku menggigit bibir. Ke mana aku bisa pergi

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang tidak akan membahayakan keselamatanorang lain? Aku bergidik ngeri membayangkandiriku menyeret Renee ke dalam persoalan ini –menariknya ke tengah lingkaran sasaran tembakyang kukenakan... "Aku tidak ingin membawaVictoria ke tempat lain,” bisikku.Sam mengangguk. "Itu benar. Lebih baikmembawanya ke sini, tempat kita bisamenghabisinya."Aku tersentak. Aku tidak ingin Jacob ataupunyang lain berusaha menghabisi Victoria. Kulirikwajah Jacob; ekspresinya tenang, nyaris samaseperti yang kuingat sebelum masalah serigala inimengemuka, dan tampak benar-benar tidak pedulibila harus memburu vampir."Kau akan berhati-hati, kan?" tanyaku, menelanludah dengan suara keras.Cowok-cowok terpekik karena geli. Semuamenertawakanku—kecuali Emily. Ia menatapmataku, dan tiba-tiba aku bisa melihatkesimetrisan di balik wajahnya yang cacat.Wajahnya masih cantik, dan terlihat hidup dengankeprihatinan yang bahkan lebih besar daripadayang kurasakan. Aku terpaksa membuang muka,sebelum cinta di balik keprihatinan itu bisamembuat hatiku nyeri lagi.

"Makanan sudah siap," serunya kemudian, danpembicaraan strategis itu langsung berhenti.Cowok-cowok itu bergegas mengitari meja—yangtampak kecil dan terancam hancur berantakanoleh ulah mereka—dan langsung menyikat habiswajan ukuran prasmanan berisi telur yangdiletakkan Emily di tengah mereka dengankecepatan yang mampu memecahkan rekor. Emilymakan sambil bersandar di konter seperti aku—menghindari hiruk-pikuk di meja makan—danmengawasi mereka dengan sorot sayang.Ekspresinya jelas menyata kan bahwa inilah

http://ac-zzz.blogspot.com/

keluarganya.Intinya, bukan ini yang kuharapkan darisekawanan werewolf.Aku menghabiskan hari itu di La Piish,kebanyakan di rumah Billy. Ia meninggalkan pesandi telepon Charlie dan di kantor polisi, dan saatmakan malam, Charta datang membawa dua pizza.Untung juga ia membawa dua pizza ukuran besar;satu dihabiskan sendiri oleh Jacob.Kulihat Charlie mengawasi kami dengan sikapcuriga sepanjang malam, terutama Jacob yangbanyak berubah. Ia menanyakan rambutnya;Jacob hanya mengangkat bahu dan menjawabbahwa begini lebih nyaman.Aku tahu begitu Charlie dan aku pulang nanti,Jacob akan langsung berangkat—berlari-larisebagai serigala, seperti yang dilakukannya tanpahenti sepanjang hari tadi. Ia dan saudarasaudaranyamelakukan semacam pengawasanterus-menerus, mencari tanda-tanda kembalinya

Victoria. Tapi karena mereka mengejarnya darisumber air panas semalam—mengejarnya hinggasetengah perjalanan menuju Canada, menurutJacob— ia belum lagi menampakkan batanghidungnya.Aku sama sekali tak berharap ia bakalmenyerah. Aku tidak seberuntung itu.Jacob mengantarku ke truk sehabis makanmalam dan berdiri terus dekat jendela, menungguCharlie menjalankan mobilnya lebih dulu."Jangan takut malam ini," pesan Jacob,sementara Charlie pura-pura mengalami kesulitandengan sabuk pengamannya. "Kami ada di luarsana, berjaga-jaga.""Aku tidak akan mengkhawatirkan dirikusendiri," janjiku."Konyol. Memburu vampir kan menyenangkan.Ini justru bagian terbaik dari semua kekacauan

http://ac-zzz.blogspot.com/

ini."Aku menggeleng. "Kalau aku konyol, berarti kausinting."Jacob terkekeh. "Istirahatlah, Bella, Sayang. Kaukelihatan capek sekali.”"Akan kucoba."Charlie menekan klakson dengan sikap tidaksabar.“Sampai besok,” seru Jacob. “Datanglah pagipagisekali.""Pasti."

Charlie mengikutiku pulang ke rumah. Aku takbegitu memerhatikan lampu-lampu di kacaspionku. Aku malah sibuk memikirkan di manaSam, Jared, Embry, dan Paul berada sekarang,berlari-lari di kegelapan malam. Aku bertanyatanyadalam hati apakah Jacob sudah bergabungdengan mereka.Sesampai di rumah, aku bergegas menujutangga, tapi Charlie membuntuti tepat dibelakangku."Sebenarnya ada apa, Bella?" tuntutnya sebelumaku sempat meloloskan diri. "Kusangka Jacobbergabung dengan geng dan kalian berselisihpaham.""Kami sudah baikan.""Dan gengnya?""Entahlah—siapa sih yang bisa mengerti cowokcowokremaja? Mereka itu misterius. Tapi akusudah berkenalan dengan Sam Uley dantunangannya, Emily. Kelihatannya mereka ramahkok." Aku mengangkat bahu. "Mungkin semuahanya salah paham."Wajah Charlie berubah. "Aku malah belumdengar dia dan Emily sudah resmi bertunangan.Baguslah kalau begitu. Gadis malang."“Dad tahu apa yang terjadi padanya?""Diserang beruang, di kawasan utara sana, saat

http://ac-zzz.blogspot.com/

musim salmon bertelur—kecelakaan tragis. Sudahlebih dari setahun berlalu sejak saat itu.

Dengardengar,Sam sangat terpukul oleh kejadian itu."

"Sungguh tragis," aku menirukan. Lebih darisetahun lalu. Aku berani bertaruh peristiwa ituterjadi ketika baru ada satu werewolf di La Push.Aku bergidik membayangkan perasaan Sam setiapkali memandang wajah Emily.Malam itu. lama sekali aku berbaring denganmata nyalang, mencoba memilah-milah kembaliberbagai peristiwa yang kualami seharian tadi.Kuulangi lagi saat makan malam bersama Billy,Jacob dan Charlie. hingga ke siang yang panjang dirumah keluarga Black, harap-harap cemasmenunggu kabar dari Jacob, ke dapur Emily,hingga ke kengerian yang kurasakan saat parawerewolf itu bertarung, juga saat berbicara denganJacob di tepi pantai.Aku memikirkan perkataan Jacob tadi pagi,tentang kemunafikan. Lama sekali aku memikirkanhal itu. Aku tidak suka menganggap dirikumunafik, tapi apa gunanya membohongi dirisendiri?Aku meringkuk rapat-rapat. Tidak, Edwardbukan pembunuh. Bahkan di masa lalunya yangkelam, ia tidak pernah membunuh orang yangtidak bersalah, paling tidak.Tapi bagaimana kalau ia dulu pembunuh?Bagaimana kalau, selama aku mengenalnya, iatidak berbeda dengan vampir-vampir lain?Bagaimana bila saat itu banyak orang menghilangdari hutan, seperti yang terjadi sekarang? Apakahitu akan membuatku menjauhinya?Aku menggeleng sedih. Cinta itu tak masuk akal,aku mengingatkan diri sendiri. Semakin kau

mencintai seseorang, semakin pikiranmu menjadi

http://ac-zzz.blogspot.com/

tidak rasional.Aku berguling dan berusaha memikirkan hallain—lantas memikirkan Jacob serta

saudarasaudaranya,berlari-lari di luar sana dalam gelap.Aku tertidur dengan benak dipenuhi bayanganserigala, tak terlihat di malam hari, menjagaku daribahaya. Waktu bermimpi, aku berdiri lagi di hutan,tapi aku tidak berkeliaran. Aku memegangi tanganEmily yang cacat sementara kami menghadap kearah bayang-bayang dan dengan cemas menunggupara werewolf kami kembali ke rumah.

15. TEKANANLIBURAN musim semi lagi di Forks. Saatterbangun Senin pagi, aku berbaring di tempattidur beberapa detik, mencerna hal itu. Padaliburan musim semi tahun lalu, aku juga diburuvampir. Mudah-mudahan ini tak lantas menjadisemacam tradisi.Sebentar saja aku sudah terbiasa dengan polakehidupan di La Push. Kebanyakan akumelewatkan hari Minggu di pantai, sementaraCharlie nongkrong dengan Billy di rumah keluargaBlack. Aku dikira sedang bersama Jacob, tapiberhubung banyak yang harus dilakukan Jacob,jadilah aku berkeliaran sendirian,merahasiakannya dari Charlie.

Saat mampir untuk mengecek keadaanku, Jacobmeminta maaf karena sering meninggalkanku.Menurutnya, jadwalnya tidak selalu segila ini. tapisampai Victoria bisa dihentikan, serigala-serigalaitu harus tetap waspada penuh.Saat kami berjalan jalan menyusur tepi pantaisekarang, Jacob selalu menggandeng tanganku.Ini membuatku berpikir tentang komentar Jaredtempo hari, tentang Jacob yang melibatkan“ceweknya". Kurasa memang begitulah yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

tampak dari luar. Selama Jake dan aku tahubagaimana status sebenarnya hubungan kami, takseharusnya aku membiarkan asumsi-asumsisemacam itu mengganggu pikiranku. Dan mungkinmemang tidak akan mengganggu, kalau saja akutidak tahu Jacob akan sangat senang bilahubungan kami menjadi seperti yang disangkaorang. Tapi berhubung gandengan tangannyaterasa menyenangkan karena membuat tangankuhangat, aku pun tidak memprotes.Aku bekerja pada hari Selasa sore—Jacobmengikutiku dengan motornya untuk memastikanaku sampai di sana dengan selamat—dan itu takluput dari perhatian Mike.“Kau berkencan dengan cowok dari La Push itu,ya? Yang kelas dua itu?" tanya Mike, tak mampumenyembunyikan perasaan tak suka dalam nadasuaranya.Aku mengangkat bahu. "Tidak dalam arti teknis.Tapi aku memang menghabiskan sebagian besarwaktuku dengan Jacob. Dia sahabatku."

Mata Mike menyipit licik. "Jangan tipu dirimusendiri, Bella. Cowok itu tergila-gila padamu.""Memang," aku mendesah. "Hidup memangrumit.""Dan cewek-cewek itu kejam," geram Mike pelan.Kurasa mudah saja berasumsi demikian.Malam itu Sam dan Emily bergabung denganCharlie dan aku, menikmati hidangan pencucimulut di rumah Billy. Emily membawa kue yangsanggup meluluhkan hati lelaki mana pun yangbahkan lebih keras daripada Charlie. Bisa kulihat,melalui obrolan yang mengalir lancar mengenaiberbagai topik, bahwa kekhawatiran Charlietentang geng di La Push mulai mencair.Jake dan aku menyingkir ke luar, agar lebihleluasa mengobrol. Kami pergi ke garasinya danduduk di dalam Rabbit. Jacob menyandarkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

kepala, wajahnya lesu karena lelah."Kau butuh tidur, Jake.""Nanti juga bisa."Jacob mengulurkan tangan dan meraihtanganku. Kulitnya terasa sangat panas di kulitku."Apakah itu juga salah satu kekhasanmusebagai werewolf?" tanyaku. "Tubuh yang panas,maksudku.""Yeah. Suhu tubuh kami memang sedikit lebihpanas daripada manusia normal. Sekitar 42-43derajat. Aku tidak pernah kedinginan lagi. Aku bisatahan dalam kondisi begini"—ia mengibaskan

tangan, menunjukkan kondisinya yangbertelanjang dada—"di tengah badai salju dan tidakmerasa apa-apa. Kepingan es langsung mencairbegitu mengenai tubuhku.""Dan kalian semua pulih dengan cepat—itu jugakekhasan kalian sebagai werewolf?""Yeah, mau lihat? Keren sekali lho." Mata Jacobterbuka dan ia nyengir. Tangannya merogoh-rogohke dalam laci mobil. Sejurus kemudian tangannyakeluar lagi, menggenggam pisau lipat."Tidak, aku tidak mau melihat!" teriakku begitumenyadari apa yang ada di benak Jacob."Singkirkan benda itu!"Jacob terkekeh, tapi mengembalikan pisau itu ketempat semula. "Baiklah. Untung juga kami cepatpulih. Kau kan tidak bisa menemui dokter bilasuhu tubuhmu setinggi kami, karena manusianormal pasti sudah mati.”"Ya, benar juga." Aku memikirkan hal itusebentar. "Dan bertubuh sangat besar—itu jugasalah satu kekhasan kalian? Apakah karena itukalian semua mengkhawatirkan Quil?""Itu dan fakta bahwa kakek Quil mengatakananak itu bisa mengoreng telur di dahinya.” WajahJacob memperlihatkan ekspresi tak berdaya.Takkan lama lagi. Tidak ada batasan umur yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

tepat... pokoknya seseorang akan semakin besardan semakin besar lalu tiba-tiba—" Jacobmenghentikan kata-katanya dan sejurus kemudianbaru bisa bicara lagi. "Terkadang, kalau kaumerasa sangat marah atau sebangsanya, itu bisa

memicu perubahan lebih cepat. Padahal aku tidaksedang marah mengenai sesuatu—aku malahsedang bahagia!” Jacob tertawa getir. "Karena kau,sebagian besar. Itulah sebabnya ini tidak terjadilebih cepat padaku. Malah semakin membesardalam diriku—membuatku jadi seperti bom waktu.Tahukah kau apa yang memicuku jadi berubah?Aku pulang dari nonton film dan kata Billy akuterlihat aneh. Hanya itu, tapi aku langsung emosi.Kemudian aku—aku meledak. Aku sampai nyarismengoyak-ngoyak wajahnya—ayahku sendiri!"Jacob bergidik, wajahnya memucat."Separah itukah, Jake?" tanyaku waswas,berharap aku bisa membantunya. "Apakah kaumerana?""Tidak, aku tidak merana," jawabnya. "Tidak lagi.Tidak karena sekarang kau sudah tahu. Rasanyaberat sekali, sebelum ini," Ia mencondongkantubuhnya sehingga pipinya menempel di puncakkepalaku.Sejenak ia terdiam, dan aku bertanya-tanyadalam hati apa yang sedang ia pikirkan. Mungkinaku tak ingin mengetahuinya."Apa bagian yang paling sulit?" bisikku, masihberharap bisa membantu."Bagian tersulit adalah merasa... tidak memilikikendali," jawabnya lambat-lambat. "Merasa seolaholahaku tak yakin pada diri sendiri – sepertimisalnya kau tidak seharusnya berdekatandenganku, bahwa tak seorang pun seharusnyaberdekatan denganku. Seolah-olah aku ini monsteryang akan mencederai orang lain. Lihat saja Emily.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sam tak bisa menguasai amarahnya satu detiksaja... dan saat itu Emily terlalu dekat dengannya.Dan sekarang, tak ada yang bisa ia lakukan untukmemperbaikinya. Aku bisa mendengar pikiranpikiranSam – aku tahu bagaimana rasanya..."Siapa sih yang ingin menjadi mimpi buruk,menjadi monster?"Kemudian, melihat betapa mudahnya akumelakukan semua itu, bahwa aku lebih hebatdaripada mereka semua—apakah itu berarti akukurang manusia dibandingkan Embry atau Sam?Kadang-kadang aku takut kehilangan diri sendiri.""Apakah itu sulit? Menemukan dirimu lagi?""Awalnya," jawab Jacob. "Butuh latihan untukbisa berubah-ubah. Tapi lebih mudah bagiku.""Mengapa?" tanyaku heran."Karena Ephraim Black kakek ayahku, dan QuilAteara kakek ibuku.""Quil?" tanyaku bingung."Kakek buyut Billy," Jacob menjelaskan. "Quilyang kaukenal itu sepupu jauhku."Tapi mengapa penting sekali siapa kakekbuyutmu?""Karena Ephraim dan Quil tergabung dalamkawanan terakhir. Levi Uley anggota ketiga. Jadiaku mewarisinya dari kedua pihak. Aku tidakmungkin bisa berkelit. Begitu juga Quil."Ekspresi Jacob muram.

"Bagian apa yang terbaik?" tanyaku, berharapbisa membuatnya gembira."Bagian terbaik." ujarnya, tiba tiba tersenyumlagi, "adalah kecepatannya.""Lebih cepat daripada naik motor?"Jacob mengangguk, antusias. "Tak adatandingannya.""Seberapa cepat kau bisa...?""Berlari?" Jacob menyelesaikan pertanyaanku."Lumayan cepat. Aku bisa mengukurnya dengan

http://ac-zzz.blogspot.com/

apa, ya? Kami berhasil menangkap... siapanamanya? Laurent? Aku yakin kau pasti bisa lebihmemahami hal itu dibandingkan orang lain."Itu benar. Aku tidak bisa membayangkan halitu—serigala berlari lebih cepat daripada vampir.Kalau keluarga Cullen berlari, mereka semua jaditak terlihat saking cepatnya.“Nah, sekarang giliranmu menjelaskan sesuatuyang tidak aku ketahui," kata Jacob. "Sesuatutentang vampir. Bagaimana kau bisa tahan,berdekatan dengan mereka? Apakah kau tidaktakut?""Tidak," jawabku tajam.Nadaku membuatnya berpikir sebentar."Katakan, mengapa pengisap darahmumembunuh si James itu?" tanyanya tiba-tiba."James mencoba membunuhku—diamenganggapnya permainan. Dia kalah. Ingatkah

kau musim semi lalu waktu aku masuk rumahsakit di Phoenix?"Jacob terkesiap kaget. "Dia sudah sedekat itu?""Amat, sangat dekat." Kuelus bekas lukaku.Jacob melihatnya, karena ia memegangi tanganyang kugerakkan."Apa itu?" Ia mengganti tangan, mengamatitangan kananku. "Ini bekas lukamu yang aneh itu,yang dingin." Diamatinya bekas itu lebih dekat,dengan pemahaman baru, dan terkesiap.“Ya, dugaanmu tepat," kataku."James menggigitku." Mata Jacob membelalak,dan wajahnya berubah jadi kekuningan di balikpermukaannya yang cokelat kemerahan.Tampaknya ia nyaris muntah."Tapi kalau dia menggigitmu...? Bukankahseharusnya kau menjadi...?" Ia tersedak."Edward menyelamatkanku dua kali," bisikku."Dia mengisap racun itu dari dalam tubuhku—kautahu kan, seperti mengisap bisa ular." Aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengejang saat kepedihan itu melesat menjalaripinggir lubang.Tapi bukan aku satu-satunya yang mengejang.Aku bisa merasakan tubuh Jacob bergetar disampingku. Bahkan mobil pun sampaiberguncang-guncang."Hati-hati, Jake. Tenang. Tenangkan dirimu.""Yeah," ia terengah-engah. "Tenang." Iamenggoyangkan kepalanya ke depan dan ke

belakang dengan gerak cepat. Sejurus kemudian,hanya tangannya yang bergoyang."Kau baik-baik saja?""Yeah, hampir. Ceritakan hal lain. Beri sesuatuyang berbeda untuk dipikirkan.""Apa yang ingin kauketahui?""Entahlah." Jacob memejamkan mata,berkonsentrasi, "Tentang kelebihan-kelebihanmereka. Apakah ada anggota keluarga Cullen lainyang memiliki... bakat khusus? Misalnya membacapikiran?"Sejenak aku ragu. Rasanya ini pertanyaan yangakan ditanyakan Jacob pada mata-mata, bukantemannya. Tapi apa gunanya menyembunyikan apayang kuketahui? Itu toh tidak berarti apa-apa lagisekarang, lagi pula itu bisa membantunyamengendalikan diri.Maka aku pun cepat-cepat berbicara, denganbayangan wajah rusak Emily menghantui pikiran,dan bulu kudukku meremang di kedua lenganku.Tak terbayangkan olehku bagaimana bila serigalaberbulu merah-cokelat itu mendadak muncul didalam Rabbit ini—bisa-bisa seluruh garasi iniporak-poranda bila Jacob berubah wujudsekarang."Jasper bisa... sedikit mengendalikan emosiorang-orang di sekitarnya. Bukan dalam artinegatif, hanya menenangkan orang, semacam itu.Mungkin itu akan sangat membantu Paul," aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

menambahkan, sedikit menyindir. "Sementara Alicebisa melihat hal-hal yang akan terjadi. Masa

depan, begitulah, meski tidak persis benar. Hal-halyang dia lihat bisa berubah bila seseorangmengubah jalan yang sedang mereka lalui..."Seperti waktu dia melihatku sekarat... dan diamelihatku menjadi seperti mereka. Dua hal yangternyata tidak terjadi. Dan tidak akan pernahterjadi. Kepalaku mulai pening—rasanya aku takbisa mengisap cukup banyak oksigen dari udara.Tidak ada paru-paru.Jacob sudah bisa menguasai diri sepenuhnya,tubuhnya diam tak bergerak di sampingku."Mengapa kau selalu melakukan itu?" tanyanya.Ia menarik pelan satu lenganku, yang mendekapdada, kemudian menyerah waktu aku bersikerastak mau melepaskannya. Aku bahkan tak sadartanganku telah mendekap dada. "Kau selaluberbuat begitu setiap kali kau merasa sedih.Mengapa?""Sakit rasanya memikirkan mereka," bisikku."Rasanya aku tak bisa bernapas... seolah-olah akupecah berkeping-keping..." Sungguh aneh betapabanyaknya yang bisa kuungkapkan pada Jacobsekarang. Tak ada lagi rahasia di antara kami.Jacob mengelus-elus rambutku. "Sudahlah,Bella, sudahlah. Aku tidak akan mengungkitnyalagi. Maafkan aku.""Aku tidak apa-apa." Aku terkesiap. “Itu sudahbiasa. Bukan salahmu.”"Benar-benar pasangan yang kacau ya, kita ini?”sergah Jacob. "Tak seorang pun di antara kita bisamempertahankan kondisi normal."

"Menyedihkan," aku sependapat, masih belumbisa bernapas."Setidaknya kita masih memiliki satu sama lain,"kata Jacob, jelas-jelas merasa terhibur oleh

http://ac-zzz.blogspot.com/

pemikiran itu.Aku juga merasa terhibur. "Setidaknya masihada itu," aku sependapat.Dan saat kami bersama, semua baik-baik saja.Tapi ada tugas berat dan berbahaya yang wajibdilakukan Jacob, jadi aku lebih sering sendirian,terkungkung di La Push demi keamananku sendiri,tanpa kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran darisemua kekhawatiranku.Aku merasa canggung karena harus selaluberada di rumah Billy. Aku belajar untukmempersiapkan diri menghadapi ujian Kalkulusminggu depan, tapi baru sebentar saja aku sudahbosan. Kalau tidak ada hal pasti yang bisadikerjakan, aku merasa harus berbasa-basi denganBilly—tekanan melakukan etika yang benar dalambermasyarakat. Masalahnya, Billy bukan orangyang enak diajak ngobrol, dan jadilahkecanggungan itu terus berlanjut.Aku mencoba main ke rumah Emily pada hariRabu siang, untuk berganti suasana. Awalnyacukup menyenangkan. Emily periang dan tidakpernah bisa duduk diam. Aku membuntutinyasementara ia mondar-mandir ke sana kemari disekeliling rumah dan halamannya yang kecilmengosek lantai yang bersih tanpa noda,mencabuti rumput-rumput liar, membetulkanengsel rusak, menenun benang wol dengan alat

tenun kuno, dan selalu saja memasak. Ia mengeluhsedikit tentang selera makan cowok-cowok itu yangkian hari kian besar saja, tapi mudah dilihatbahwa ia sama sekali tidak keberatan mengurusmereka. Bukan hal sulit bergaul dengannya—bagaimanapun, kami sama-sama cewek serigalasekarang.Tapi Sam datang setelah aku berada di sanabeberapa jam. Aku hanya bertahan sampai akumemastikan Jacob baik-baik saja dan bahwa tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

ada kabar apa-apa, dan sesudahnya aku bergegaspergi. Sulit rasanya menelan aura cinta dankebahagiaan yang melingkupi mereka dalam dosisbegitu besar, tanpa kehadiran orang lain yang bisamengencerkannya.Jadilah aku berkeliaran di pantai, bolak-balikmenyusuri tepi pantai yang berbatu-batu, berulangkali.Menghabiskan waktu sendirian berdampakburuk bagiku. Setelah bisa bersikap jujur padaJacob, aku jadi terlalu banyak membicarakan danmemikirkan keluarga Cullen. Tak peduli betapapun kerasnya aku mencoba mengalihkan pikiran—padahal banyak yang harus kupikirkan: akubenar-benar sangat khawatir memikirkan Jacobdan saudara-saudara serigalanya, aku takutmemikirkan keselamatan Charlie dan orang-oranglain yang mengira mereka memburu binatang akusemakin lama semakin dekat dengan Jacob tanpapernah secara sadar memutuskan untuk maju kearah itu dan aku tak tahu bagaimanamenyikapinya—namun tak satu pun dari semua

masalah yang sangat nyata dan sangat layak untukdipikirkan itu sanggup mengalihkan pikiranku darikepedihan di dadaku untuk waktu yang lama.Akhirnya, aku bahkan tidak sanggup berjalan lagi,karena tak bisa bernapas. Aku duduk di sepetakbebatuan yang agak kering dan meringkuk sepertibola.Jacob menemukanku dalam keadaan seperti itu,dan kentara sekali dan ekspresinya bahwa iamengerti.“Maaf,” ucapnya langsung. Ia menarikku daritanah dan melingkarkan kedua lengannya dipundakku. Baru saat itulah aku sadar betapadingin tubuhku. Kehangatannya membuatkubergetar, tapi setidaknya aku bisa bernapas dengandia di sana.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Aku mengacaukan liburan musim semimu,"Jacob menyalahkan diri sendiri sementara kamiberjalan lagi menyusuri pantai."Tidak, itu tidak benar. Aku toh tidak punyarencana apa-apa. Lagi pula, rasanya aku tidaksuka liburan musim semi.""Besok pagi aku bisa libur. Yang lain-lain bisaberpatroli tanpa aku. Kita akan melakukan sesuatuyang menyenangkan."Kata itu terasa asing dalam kehidupankusekarang, nyaris tidak bisa dimengerti. Aneh."Menyenangkan?""Kau butuh bersenang-senang. Hmm..." MataJacob menerawang ke ombak kelabu yangbergulung-gulung, menimbang-nimbang. Saat

matanya menyapu cakrawala, mendadak iamendapat ilham."Aku tahu!" serunya. "Ada lagi satu janji yangharus kutepati.""Kau ini ngomong apa?”Jacob melepaskan tanganku dan menuding kearah selatan pantai, tempat pantai yang berbentukbulan sabit itu berakhir di tebing-tebing laut yangtinggi menjulang. Aku mengikuti arah pandangnya,tak mengerti."Bukankah aku sudah berjanji akanmengajakmu terjun dari tebing?"Aku bergidik."Yeah, memang akan sangat dingin—tapi tidaksedingin hari ini. Bisa kaurasakan cuaca berubah?Tekanan udaranya? Besok pasti cuaca akan lebihhangat. Bagaimana, kau mau?"Air yang gelap kelihatannya tidak mengundang,dan dilihat dari sini. Tebing-tebing itu bahkanterlihat lebih tinggi daripada sebelumnya.Tapi sudah berhari-hari aku tak lagi mendengarsuara Edward. Mungkin itu juga bagian darimasalah. Aku kecanduan suara dari delusiku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Keadaan jadi memburuk bila aku terlalu lamatidak mendengar suara itu. Terjun dari tebing pastibisa memulihkan keadaan.“Jelas tentu aku mau. Asyik."“Kalau begitu kita kencan," kata Jacob,menyampirkan lengannya di pundakku.

"Oke—sekarang kau harus tidur." Aku tidaksuka melihat lingkaran hitam di bawah matanyamulai tampak terukir permanen di kulitnya.Aku bangun pagi-pagi sekali keesokan harinyadan menyelundupkan baju ganti ke mobil.Firasatku mengatakan Charlie tidak bakalmenyetujui rencana hari ini, sama seperti ia tidakakan menyetujui rencana sepeda motor itu.Gagasan melupakan sejenak semuakekhawatiranku membuatku nyaris merasabersemangat. Mungkin memang akanmenyenangkan. Kencan dengan Jacob, kencandengan Edward... Aku tertawa pahit. Boleh sajaJake berkata kami pasangan yang kacau—tapiakulah sesungguhnya yang benar-benar kacau.Aku membuat werewolf terkesan sangat normal.Aku mengira Jacob bakal menungguku di depanrumah, seperti yang biasa ia lakukan setiap kalisuara mesin trukku yang berisik mengabarkankedatanganku. Ketika dia tidak muncul akumengira dia masih tidur. Aku akan menunggu –memberinya kesempatan beristirahat sebanyakmungkin. Dia butuh istirahat, sekaligus menunggucuaca sedikit lebih menghangat. Perkiraan Jaketernyata benar; cuaca berubah semalam.Gumpalan awan tebal kini menggelantung diatmosfer, membuat udara nyaris lembab; di bawah"selimut" kelabu itu, hawa panas dan pengap.Kutinggalkan sweterku di truk.Kuketuk pintu pelan-pelan."Masuklah, Bella," seru Billy.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Billy duduk di meja dapur, makan sereal dingin."Jake tidur?""Eh, tidak." Billy meletakkan sendoknya, danalisnya bertaut."Ada apa?" desakku. Kentara sekali dari ekspresiBilly bahwa sesuatu telah terjadi."Embry, Jared, dan Paul menemukan jejak barupagi-pagi sekali tadi. Sam dan Jake berangkatuntuk membantu. Sam optimis—vampirperempuan itu terpojok di sisi pegunungan.Menurut Sam, mereka punya peluang besar untukmengakhirinya.""Oh, tidak, Billy," bisikku. "Oh, tidak."Billy tertawa, dalam dan rendah. "Sebegitusukanya kau pada La Push hingga inginmemperpanjang masa tahananmu di sini?""Jangan bercanda, Billy. Ini terlalu mengerikanuntuk dijadikan lelucon.""Kau benar," Billy sependapat, masih tersenyum.Mata tuanya mustahil dibaca. "Yang satu ini sulitditaklukkan.”Aku menggigit bibir."Bagi mereka, ini tidak seberbahaya yangkaukira. Sam tahu apa yang harus dilakukan. Kauhanya perlu mengkhawatirkan dirimu sendiri.Vampir itu tidak berniat melawan mereka. Diahanya berusaha menghindari mereka... danmenemukanmu."

"Bagaimana Sam tahu apa yang harus dialakukan?" aku, menepiskan kekhawatiran Billvterhadap keselamatanku. “Mereka barumembunuh satu vampir bisa jadi itu hanyakeberuntungan.”"Kami melaksanakan tugas kami dengan sangatserius, Bella. Tak ada yang terlupa. Semua yangperlu mereka ketahui sudah diwariskan secaraturun-temurun selama beberapa generasi."Keterangan itu tidak lantas membuatku merasa

http://ac-zzz.blogspot.com/

lega seperti yang mungkin dimaksudkan Billy.Ingatan tentang Victoria yang liar, garang, danmematikan, terlalu kuat bercokol dalam kepalaku.Kalau ia tidak bisa menghindari para werewolf,akhirnya ia akan berusaha menerobos pertahananmereka.Billy kembali menekuni sarapannya; aku dudukdi sofa dan memindah-mindahkan saluran televisitanpa berniat menonton. Tapi itu tidak lama. Akumulai merasa terperangkap di ruangan kecil itu,sesak, gelisah karena tak bisa melihat ke luarjendela-jendela yang tertutup tirai."Aku akan ke pantai,” kataku tiba-tiba kepadaBilly, lalu bergegas ke pintu.Berada di luar ternyata tak banyak membantu.Awan-awan didorong ke bawah oleh beban yangtak kasatmata hingga tidak membuat perasaanterperangkapku mereda. Anehnya, hutan terkesankosong saat aku berjalan menuju pantai. Takterlihat olehku satu hewan pun—tidak ada burung,tidak ada tupai. Telingaku juga tidak mendengarkicauan burung. Keheningan itu terasa

mengerikan; bahkan desiran angin menerpapepohonan pun tidak ada.Aku tahu semua itu hanya karena cuaca, namuntetap saja aku gelisah Tekanan atmosfer yang beratdan panas bisa dirasakan bahkan oleh pancaindramanusiaku yang lemah, dan hal itu menandakanbakal terjadinya badai besar. Kondisi langitsemakin menguatkan dugaanku; awan bergulunggulunghebat padahal di daratan tak ada angin.Awan terdekat berwarna abu-abu gelap, tapi disela-selanya aku bisa melihat lapisan awan lainyang berwarna ungu gelap. Langit memilikirencana yang sangat dahsyat hari ini. Semuahewan di hutan pasti sudah berlindung.Begitu sampai di pantai, aku menyesal telahdatang ke sini—aku muak pada tempat ini. Hampir

http://ac-zzz.blogspot.com/

setiap hari aku datang ke sini, berkeliaransendirian. Apa bedanya dengan mimpi-mimpiburukku? Tapi mau ke mana lagi? Aku terseokseokmenghampiri driftwood, lalu duduk diujungnya supaya bisa bersandar di akarnya yangsaling membelit. Dengan muram aku menengadahke langit yang murka, menunggu tetesan hujanpertama memecah keheningan.Aku berusaha tidak memikirkan bahaya yangdihadapi Jacob dan teman-temannya. Karena tidakada apa-apa yang bisa menimpa Jacob. Aku taktahan memikirkannya. Aku sudah terlalu banyakkehilangan—apakah takdir akan merenggut sedikitkedamaian yang masih tersisa? Sepertinya itutidak adil, tidak seimbang. Tapi mungkin aku telahmelanggar suatu aturan tak dikenal, melanggar

batas yang membuatku jadi terkutuk. Mungkinsalah melibatkan diri dengan mitos dan legenda,memunggungi dunia manusia. Mungkin...Tidak. Tidak ada apa-apa yang akan menimpaJacob. Aku harus meyakini hal itu atau akutakkan bisa berfungsi."Argh!" Aku mengerang, lalu melompat turundari batang kayu. Aku tak sanggup duduk diam;itu lebih parah daripada berjalan mondar-mandir.Sebenarnya aku sudah berharap akanmendengar suara Edward pagi ini. Sepertinya itusatu-satunya hal yang membuatku bisa bertahanmelewati hari ini. Lubang di dadaku belakangan inimulai bernanah, seolah-olah membalas dendamuntuk waktu-waktu ketika kehadiran Jacobmenjinakkannya. Bagian pinggirnya panasmembara.Ombak semakin menggelora saat aku berjalan,mulai mengempas bebatuan, tapi tetap belum adaangin. Aku merasa ditekan oleh tekanan badai.Segalanya berpusar-pusar di sekelilingku, tapi ditempatku berdiri, udara diam tak bergerak. Udara

http://ac-zzz.blogspot.com/

menghantar gelombang listrik ringan—aku bisamerasakan rambutku bergemerisik.Di tengah laut, ombak lebih ganas daripada disepanjang tepi pantai. Kulihat gelombangmenghantam garis tebing, menyemburkan awanputih buih laut tinggi ke angkasa. Tak ada gerakandi udara, meski awan bergolak semakin cepatsekarang. Kelihatannya mengerikan—seolah-olahawan-awan itu bergerak sendiri. Aku menggigil,

walaupun tahu itu hanya karena tekanan udarayang sangat besar.Tebing-tebing itu menjulang bagaikan pisauhitam di langit yang murka. Saat memandanginya,ingatanku melayang ke hari ketika Jacob berceritatentang Sam dan "geng'-nya. Aku ingat bagaimanacowok-cowok itu—para werewolf—melontarkan dirike angkasa. Bagaimana tubuh-tubuh itu jatuh danberputar-putar ke bawah masih tergambar jelasdalam ingatanku. Aku membayangkan perasaanbebas merdeka saat jatuh... Aku membayangkanbagaimana suara Edward dalam pikiranku –marah, sehalus beledu, sempurna... Panas didadaku semakin menjadi-jadi.Pasti ada cara untuk memuaskan dahaga itu.Kepedihan di dadaku semakin lama semakin takbisa ditolerir lagi. Kupandangi tebing-tebing sertagelombang yang menghempas bebatuan.Well mengapa tidak? Mengapa tidakmemuaskannya saja sekarang?Jacob sudah berjanji akan mengajakkumelompat dan tebing, bukan? Hanya karena iatidak bisa menemaniku, bukan berarti aku harusmelupakan kegiatan untuk mengalihkan pikiranyang sangat kubutuhkan ini—semakinmembutuhkannya karena saat ini Jacob sedangmempertaruhkan nyawanya sendiri?Mempertaruhkannya. pada intinya, demi aku.Kalau bukan karena aku, Victoria tidak akan

http://ac-zzz.blogspot.com/

membunuhi orang-orang di sini... melainkan ditempat lain, jauh dari sini. Kalau sampai terjadiapa-apa pada Jacob, akulah yang bersalah.

Kesadaran itu menikam hatiku dalam-dalam danmembuatku berlari-lari kecil kembali ke jalanmenuju rumah Billy, tempat trukku berada.Aku tahu jalan terdekat ke tebing-tebing, tapiaku harus mencari jalan kecil yang akanmembawaku sampai ke bibir tebing. Saatmenyusuri jalan itu, aku mencari belokan ataupercabangan, karena aku tahu Jake berniatmengajakku melompat dari pinggir tebing yanglebih rendah, bukan dari puncaknya. Tapi jalankecil itu hanya berupa satu garis yang berkelokkelokmenuju bibir tebing tanpa memberikanpilihan lain. Aku tak sempat lagi mencari jalan lainyang mengarah ke bawah—badai bergerak semakincepat sekarang. Angin akhirnya mulaimenyentuhku, awan-awan menekan semakin dekatke tanah. Begitu sampai di tempat jalan tanah itumelebar menuju ngarai batu, tetesan hujanpertama jatuh dan membasahi wajahku.Tidak sulit meyakinkan diriku bahwa aku tidaksempat lagi mencari jalan lain—aku memang inginmelompat dari puncak tebing. Bayangan inilahyang bertahan di kepalaku. Aku ingin terjun bebasyang akan terasa seperti terbang.Aku tahu ini hal paling tolol dan palingsembrono yang pernah kulakukan. Pikiran itumembuatku tersenyum. Kepedihan itu mulaimereda, seakan-akan tubuhku tahu suara Edwardbeberapa detik lagi akan terdengar...Laut terdengar sangat jauh, bahkan lebih jauhdaripada sebelumnya, waktu aku berada di jalansetapak di tengah pepohonan. Aku meringis

membayangkan suhu air yang pasti sangat dingin.Tapi aku takkan membiarkannya menghentikanku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Angin bertiup semakin kencang sekarang,membuat hujan berpusar-pusar di sekelilingku.Aku melangkah ke pinggir tebing, mengarahkanmata ke ruang kosong di hadapanku. Jari-jarikakiku meraba-raba ke depan tanpa melihat,mengusap-usap pinggir batu begitumenemukannya. Aku menghela napas dalamdalamdan menahannya... menunggu."Bella."Aku tersenyum dan mengembuskan napas.Ya? Aku tidak menjawab dengan suara keras,takut suaraku akan menghancurkan ilusi indahitu. Edward terdengar sangat nyata, sangat dekat.Hanya bila ia merasa tidak suka seperti ini akubisa mendengar kenangan nyata suaranya—teksturnya yang selembut beledu dan intonasimusikalnya yang menjadikannya suara palingsempurna di antara segala suara."Jangan lakukan ini," pintanya.Kau yang menginginkan aku menjadi manusia,aku mengingatkan dia. Well lihat aku sekarang."Please. Demi aku."Tapi kau tidak mau tinggal bersamaku selaindengan cara ini.“Please.” Itu hanyalah bisikan di tengah hujanyang tersapu angin, yang menerbangkan rambutku

dan membasah, bajuku membuat rubuhku basahkuyup seolah-olah ini lompatan keduaku.Aku membungkuk dan bertumpu pada jantungkakiku."Jangan, Bella!" Ia marah sekarang, dan amarahitu terasa sangat indah.Aku tersenyum dan mengangkat kedua lengankulurus-lurus ke muka, seakan-akan hendak terjun,menengadahkan wajahku ke hujan. Tapi karenaterbiasa berenang di kolam umum selamabertahun-tahun—kaki lebih dulu, pertama kali.Aku mencondongkan tubuh ke depan,

http://ac-zzz.blogspot.com/

membungkuk agar bisa meloncat lebih jauh...Dan aku melemparkan tubuhku dari tepi tebing.Aku menjerit saat tubuhku melayang di udaraterbuka seperti meteor, tapi jeritanku adalahjeritan kegembiraan, bukan takut. Angin melawan,sia-sia berusaha melawan gravitasi yang tak bisadikalahkan, mendorongku dan memutar-mutartubuhku dalam gaya spiral bagai roketmenghunjam bumi.Yes! Kata itu bergema di benakku begitutubuhku membelah permukaan air. Air terasaseperti es, lebih dingin daripada yang kutakutkan,namun kedinginan itu justru menambahkenikmatan yang kurasakan.Aku bangga pada diriku sendiri saatmenghunjam semakin dalam ke air hitam yangmembekukan. Tak sedikit pun aku merasa takut—hanya murni adrenalin. Sungguh, terjun bebas

sama sekali tidak menakutkan. Manatantangannya?Saat itulah arus air menangkapku.Pikiranku begitu terpusat pada ukuran tebing,pada bahaya nyata ketinggiannya yang curam,hingga sama sekali tak memikirkan air gelap yangmenanti. Tak pernah terbayangkan olehku bahwabahaya sesungguhnya mengintai jauh di bawahku,di bawah ombak yang bergulung-gulung.Rasanya ombak seperti melawanku,

melemparlemparkanaku bolak-balik di antara merekaseolah-olah mereka bertekad membagiku denganmencabik-cabik tubuhku. Aku tahu cara yangbenar menghindari air pasang-surut yang salingbertabrakan: berenang paralel dengan garis pantai,bukan berjuang sekuat tenaga menuju pantai. Tapipengetahuan itu tak banyak berguna karena akutidak tahu di mana letak pantai.Aku bahkan tak tahu arah menuju permukaan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Air yang bergolak itu hitam pekat di segala arah;tak ada cahaya setitik pun yang bisamembimbingku ke atas. Gravitasi sangat kuat biladibandingkan udara, tapi itu belum ada apaapanyadibandingkan dengan arus ombak—aku takbisa merasakan tarikan ke bawah, tarikan ke arahmana pun. Yang kurasakan hanya arus yangbegitu kuat membuatku berputar-putar terusseperti boneka kain.Aku berusaha keras menahan napas, menguncibibir rapat-rapat untuk mempertahankanpersediaan oksigen terakhir yang masih tersisa.

Tak mengherankan bila delusiku menghadirkanEdward di sana. Sudah sepantasnya, mengingatsebentar lagi aku bakal mati. Aku justru heranmenyadari betapa pastinya pengetahuan itu. Akuakan tenggelam. Aku sedang tenggelam."Berenanglah terus!" Edward memohon denganpanik dalam pikiranku.Ke mana? Tidak ada apa-apa kecuali kegelapan.Tidak ada tempat ke mana aku bisa berenang.“Hentikan itu!” perintahnya. “Jangan beraniberanimenyerah!”Air yang dingin membuat lengan dan kakikumati rasa. Aku tak lagi merasakan pukulanbertubi-tubi seperti tadi. Yang kurasakan sekaranghanya pusing, berpusar-pusar tak berdaya didalam air.Tapi aku mendengarkan kata-katanya. Kupaksakedua lenganku untuk terus menggapai-gapai,kakiku untuk menendang lebih kuat, meski setiapdetik aku dihadapkan pada arah yang baru. Gawat.Apa gunanya?"Berjuang!" teriaknya. "Sialan, Bella, berjuanglahterus."Kenapa?Aku tidak ingin berjuang lagi. Dan bukan karenakepalaku terasa ringan, atau karena kedinginan,

http://ac-zzz.blogspot.com/

atau karena otot-otot lenganku gagal berfungsikarena kelelahan, yang membuatku merasa cukupsenang berada di tempatku sekarang. Aku nyarisbahagia karena semua akan berakhir. Ini kematian

yang lebih mudah daripada kematian-kematianlain yang pernah kuhadapi. Kedamaian yang ganjil.Aku sempat berpikir tentang hal-hal klise,tentang bagaimana kau seharusnya melihatkembali sekilas perjalanan hidupmu. Ternyata akujauh lebih beruntung. Siapa pula yang inginmelihat pemutaran ulang?Aku melihat dia, dan aku tidak ingin lagiberjuang. Begitu jelas, jauh lebih nyata daripadakenangan mana pun. Alam bawah sadarkumenyimpan kenangan akan Edward dalam detailsempurna, menyimpannya untuk momen terakhirini. Aku bisa melihat wajahnya yang sempurnaseolah-olah ia benar-benar di sana; kulitnya yangsedingin es dalam nuansa warna yang tepat,bentuk bibirnya, garis dagunya, kilatan emas dimatanya yang berapi-api. Wajar saja ia marah,karena aku menyerah. Rahangnya terkatup rapatdan cuping hidungnya kembang-kempis olehamarah."Tidak! Bella, tidak!"Telingaku dibanjiri air yang membekukan, tapisuaranya terdengar lebih jelas daripada biasa. Akumengabaikan kata-katanya dan berkonsentrasimendengarkan suaranya. Untuk apa berjuang jikaaku sudah merasa sangat bahagia dalamkeadaanku sekarang ini? Bahkan saat paruparukuseperti dibakar karena membutuhkanasupan udara dan kakiku kejang karena air yangsedingin es, aku justru merasa bahagia. Aku sudahlupa bagaimana rasanya kebahagiaan yangsesungguhnya.

Kebahagiaan. Itu membuat kematian jadi bisa

http://ac-zzz.blogspot.com/

dihadapi dengan lapang dada.Arus menang saat itu, mendorongku dengankasar membentur sesuatu yang keras, batu yangtak kelihatan dalam gelap. Benda itumenghantamku dengan keras di bagian dada,membenturku seperti batang besi, dan udaramelesat keluar dari paru-paruku, meledak dalambentuk gumpalan gelembung perak tebal. Batangbesi itu seperti menyeretku, menarikku menjauhiEdward, semakin dalam ke dasar samudra yanggelap.Selamat tinggal, aku cinta padamu, adalah halterakhir yang kupikirkan.

16. PARISSAAT itulah kepalaku menyembul kepermukaan.Sungguh membingungkan. Padahal aku yakinaku tenggelam.Arus tak mau menyerah begitu saja. Gelombangmenghantamku lagi ke bebatuan; batu-batu itumemukul bagian tengah punggungku dengankeras, berirama, mendorong air keluar dari

paruparuku.Air menggerojok keluar dalam volumemengagumkan, mengucur deras dari mulut danhidungku. Garam terasa panas membakar danparu-paruku terbakar, dan kerongkongankudipenuhi air hingga aku tak bisa menarik napas

dan batu-batu itu menyakiti punggungku. Entahbagaimana aku bisa bertahan di satu tempat,padahal ombak masih menggelora di sekelilingku.Aku tak bisa melihat apa-apa kecuali air di manamana,menggapai wajahku."Bernapaslah!" sebuah suara, penuh kepanikan,memerintahkan, dan aku merasa hariku bagaitertusuk pedih waktu mengenali suara itu—karenaitu bukan suara Edward.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku tak bisa mematuhinya. Air terjun yangmenggerojok deras dari mulutku tidak memberikukesempatan untuk menarik napas. Air hitamsedingin es memenuhi dadaku, membuatnyaseperti terbakar.Batu itu kembali menghantam punggungku,tepat di antaratulang bahu, dan air kembali terdorong keluardari paru, paruku."Bernapaslah, Bella! Ayolah!" Jacob memohonmohon.Bintik-bintik hitam bermunculan dalampandanganku, semakin lebar dan semakin lebar,menghalangi cahaya. Batu itu menghantamku lagi.Batu itu tidak dingin seperti air; rasanya justrupanas di kulitku. Sadarlah aku bahwa itu tanganJacob, berusaha mengeluarkan air dari paruparuku.Batang besi yang menyeretku dari lautjuga... hangat... Kepalaku berputar, bintik-bintikhitam tadi menutupi segalanya...Apakah itu berarti aku sekarat lagi? Aku tidaksuka—rasanya tidak seindah tadi. Sekarang hanya

ada kegelapan, tidak ada yang bisa dilihat di sini.Deburan ombak mereda dalam kegelapan danhilang sama sekali, bahkan suara wuss yang miripombak justru datang dari bagian dalam telingaku..."Bella?" panggil Jacob, suaranya masih tegang,tapi tak sepanik sebelumnya. "Bells, Sayang, kaubisa mendengarku?"Isi kepalaku berputar dan berguling memualkan,seolah-olah bergabung dengan air yang bergolak..."Sudah berapa lama dia tidak sadar?" tanyaseseorang.Suara yang bukan suara Jacob membuatkuterguncang, menyentakkanku ke kesadaran yanglebih terfokus.Sadarlah aku bahwa aku diam tak bergerak. Takada arus yang menarik-narik tubuhku –pergolakan itu hanya ada dalam kepalaku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Permukaan di bawahku datar dan tak bergerak.Rasanya kasar di bawah lenganku yang telanjang."Entahlah," jawab Jacob, masih terdengar kalut.Suaranya sangat dekat. Tangan-tangan itu—begituhangat hingga itu pasti tangannya—menyingkirkanrambut-rambut basah dari pipiku. "Beberapamenit? Tidak butuh waktu lama menariknya kepantai."Suara wuss pelan di dalam telingaku bukanlahsuara ombak—melainkan udara yang keluarmasukparu-paruku lagi. Setiap tarikan napasterasa panas—saluran napasku lecet, seperti habisdisikat dengan wol baja. Tapi aku bernapas.

Dan aku membeku kedinginan. Ribuan butirantajam sedingin es menghunjam wajah danlenganku, membuat perasaan kedinginan itusemakin menjadi-jadi."Dia masih bernapas. Sebentar lagi dia pastisiuman. Tapi usahakan agar dia tidak kedinginan.Aku tidak suka melihat warna wajahnya..." Kali iniaku mengenali suara Sam."Menurutmu tidak apa-apa bila kitamemindahkannya?""Punggungnya tidak cedera kan, waktu diajatuh?""Entahlah."Mereka ragu-ragu.Aku berusaha membuka mata. Butuh waktucukup lama, tapi kemudian aku bisa melihat awanawanungu gelap yang menghujamku denganhujan yang dingin membekukan. "Jake?" panggilkudengan suara serak.Wajah Jacob menghalangi langit. "Oh!" serunya,ekspresi lega menyaput wajahnya. Matanya basaholeh hujan. "Oh, Bella! Kau baik-baik saja? Kaubisa mendengarku, tidak? Ada yang sakit?""H-hanya t-tenggorokanku," jawabku terbatabata,bibirku gemetar kedinginan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Ayo, kami akan membawamu pergi dari sini,"kata Jacob. Ia menyelipkan kedua lengannya dibawah tubuhku dan mengangkatku dengan mudahsekali—seperti mengangkat kardus kosong saja.Dadanya telanjang dan hangat; ia merundukkan

bahu untuk melindungiku dari hujan. Kepalakuterkulai di atas lengannya. Aku memandangkosong ke laut yang menggelora, memukuli pasir dibelakangnya.“Bisa?" kudengar Sam bertanya."Ya, akan kuurus sendiri mulai sekarang.Kembalilah ke rumah sakit. Aku akan menyusulmunanti. Trims, Sam."Kepalaku masih berputar-putar. Tak satu punperkataan Jacob yang bisa kucerna pada awalnya.Sam tidak menyahut. Tidak ada suara, dan akubertanya-tanya dalam hati apakah ia sudah pergi.Air menjilat dan menjulur jauh memasukipantai, mengejar kami sementara Jacobmembopongku pergi, seolah-olah marah karenaaku lolos. Saat aku memandang dengan letih,mataku yang tidak fokus menangkap secercahwarna—seberkas api kecil menari di air yang gelap,nun jauh di teluk. Gambaran itu tak masuk akal,dan aku bertanya-tanya seberapa sadar dirikusesungguhnya. Kepalaku berputar-putarmengenang air hitam yang bergolak—kehilanganorientasi hingga tak tahu mana arah naik danmana turun. Begitu tersesat... tapi entahbagaimana Jacob..."Bagaimana kau bisa menemukanku?" tanyakuparau.“Aku memang mencarimu," jawabnya. Ia separoberlari menembus hujan, menjauhi pantai menujuke jalan. "Aku mengikuti jejak ban mobilmu,kemudian aku mendengarmu menjerit..." Jacob

bergidik. "Mengapa kau nekat terjun, Bella?

http://ac-zzz.blogspot.com/

Apakah tidak kaulihat sebentar lagi bakal badai?Apakah kau tidak bisa menungguku?" Nadanyadipenuhi amarah setelah kelegaan kini memudar."Maaf," gumamku. "Itu tadi memang tolol.""Yeah, itu tadi benar-benar tolol," Jacobsependapat, tetesan air hujan berjatuhan darirambutnya saat ia mengangguk. "Dengar, bisatidak kausimpan dulu hal-hal tolol itu sampai adaaku? Aku takkan bisa berkonsentrasi kalau kukirakau bakal terjun dari tebing tanpasepengetahuanku.""Tentu," sahutku setuju. "Bukan masalah." Akuterdengar seperti perokok berat. Aku berusahamembersihkan tenggorokkan—kemudian meringis;saat membersihkan tenggorokkan, rasanya sepertiditusuk pisau di sana. "Apa yang terjadi hari ini?Kau berhasil... menemukannya?" Sekarang gantiaku yang bergidik, walaupun aku tidak begitukedinginan, menempel di tubuh Jacob yangpanasnya tidak normal itu.Jacob menggeleng. Ia masih terus berlari-larikecil menyusuri jalan menuju ke rumahnya."Tidak. Dia kabur ke arah laut—lebihmenguntungkan bagi para pengisap darah itu disana. Itulah sebabnya aku langsung bergegaspulang—aku takut dia akan menduluiku berenangke sini. Kau begitu sering berada di pantai..." SuaraJacob menghilang, terkesiap."Sam kembali bersamamu... jadi semua jugasudah pulang?" Aku berharap mereka sudah tidaklagi berada di luar dan mencarinya.

“Yeah. Semacam itulah."Aku mencoba membaca ekspresinya,menyapitkan mata melawan hujan yang menderas.Sorot matanya tegang oleh kecemasan ataukesedihan.Kata-kata yang tadi tak bisa kucerna mendadaklangsung kupahami. "Kau tadi mengatakan...

http://ac-zzz.blogspot.com/

rumah sakit. Sebelum ini, pada Sam. Apakah adayang terluka? Apakah dia melawan kalian?"Suaraku melompat satu oktaf, terdengar anehkarena parau."Tidak, tidak. Waktu kami kembali, Em sudahmenunggu hendak menyampaikan kabar. TentangHarry Clearwater. Tadi pagi Harry terkena seranganjantung.""Harry?” Aku menggeleng, berusaha mencernaperkataannya. "Oh, tidak! Charlie sudah tahu?""Yeah. Dia juga di sana, bersama ayahku.""Apakah Harry akan bertahan?"Mata Jacob kembali mengejang. "Sekarang inikondisinya tidak begitu bagus."Seketika itu juga aku merasa sangat bersalah—merasa benar-benar tidak enak telah dengansembrono terjun dari tebing. Tak seharusnyasemua orang mengkhawatirkanku sekarang.Sungguh waktu yang sangat tidak tepat untukmelakukan hal ceroboh."Apa yang bisa kulakukan?" tanyaku.

Saat itulah hujan berhenti. Aku tidak sadar kamisudah sampai di rumah Jacob sampai ia berjalanmelewati pintu. Badai menghantam atap."Kau bisa menunggu di sini" jawab Jacob sambilmenurunkanku ke sofa pendek. "Aku

bersungguhsungguh,Bella—tepat di sini. Akan kuambilkanpakaian kering."Kubiarkan mataku menyesuaikan diri denganruangan yang gelap sementara Jacob sibukmencari-cari di kamarnya. Ruang depan yangsempit terasa sangat kosong tanpa Billy, nyarismenyedihkan. Anehnya, suasana terasamengerikan—mungkin itu hanya karena aku tahuia sedang di mana.Sebentar Jacob sudah kembali. Ia melemparkansetumpuk baju katun berwarna abu-abu. "Pasti

http://ac-zzz.blogspot.com/

kebesaran untukmu, tapi itu yang terbaik yangkupunya. Aku akan, eh, keluar sebentar supayakau bisa berganti baju.""Jangan ke mana-mana. Aku masih terlalu lelahuntuk bergerak. Temani saja aku."Jacob duduk di lantai di sebelahku,punggungnya bersandar di sofa. Aku penasarankapan terakhir kali ia tidur. Ia tampak letih yangkurasakan.Jacob membaringkan kepalanya di bantal disebelahku dan menguap. "Kurasa aku bisaistirahat sebentar..."Matanya terpejam. Kubiarkan mataku terpejamjuga.

Kasihan Harry. Kasihan Sue. Aku tahu Charliepasti sangat kalut. Harry sahabatnya. MeskipunJake tadi merasa sangsi, aku justru sangatberharap Harry bisa sembuh kembali. DemiCharlie. Demi Sue, Leah, dan Seth...Sofa Billy letaknya persis di sebelah radiator, jadiaku merasa hangat sekarang, meskipun pakaiankubasah kuyup. Paru-paruku yang sakitmendorongku ke keadaan tidak sadar, bukanmalah membuatku terus terjaga. Samar-samar akusempat berpikir apakah aku boleh tidur... atau akumencampuradukkan tenggelam dengan gegarotak...? Jacob mulai mendengkur pelan, dandengkurannya menenangkanku seperti ninabobo.Dengan cepat aku tertidur.Untuk pertama kali dalam kurun waktu sangatlama, mimpiku sama seperti mimpi-mimpi normallainnya. Hanya berkeliaran dalam ingatan samarke kenangan-kenangan lama— melihat mataharikota Phoenix yang teriknya membutakan, wajahibuku, rumah pohon bobrok, selimut quilt kusam,dinding kaca, api di air yang gelap... aku langsunglupa pada gambaran yang satu begitu gambaranyang lain muncul.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Gambaran terakhir adalah satu-satunya yangbertahan dalam ingatanku. Tidak berarti apa-apa—hanya dekorasi di sebuah panggung. Sebuahbalkon di waktu malam, dengan lukisan bulanpurnama menggantung di langit. Kulihat seoranggadis bergaun tidur mencondongkan tubuh di biraibalkon dan berbicara sendiri.

Tidak berarti apa-apa... tapi ketika lambat launkesadaranku pulih, nama Juliet muncul dalambenakku.Jacob masih tidur; ia merosot ke lantai, tarikannapasnya dalam dan teratur. Suasana rumah lebihgelap daripada sebelumnya, di luar jendela gelapgulita. Tubuhku kaku, tapi hangat dan hampirkering. Bagian dalam tenggorokanku bagai dibakarsetiap kali aku menarik napas.Aku harus bangkit—setidaknya untuk minum.Tapi tubuhku ingin terus berbaring di sini, tidakpernah bergerak lagi.Alih-alih bergerak, aku malah memikirkan Julietlagi.Aku bertanya-tanya dalam hari, apa yang akania lakukan seandainya Romeo meninggalkannya,bukan karena dilarang menemuinya, tapi karenakehilangan minat? Bagaimana seandainya Rosalindmemberinya kesempatan, dan Romeo berubahpikiran? Bagaimana seandainya, alih-alih menikahiJuliet, Romeo justru menghilang?Kurasa aku tahu bagaimana perasaan Juliet.Juliet pasti takkan kembali ke kehidupanlamanya, tidak terlalu. Ia tidak mungkinmelanjutkan hidup, aku yakin itu. Bahkanseandainya ia hidup sampai tua dan keriput, setiapkali memejamkan mata, wajah Romeo-lah yangakan selalu terbayang. Ia akan menerimakenyataan itu, pada akhirnya.Aku bertanya-tanya apakah akhirnya Juliet akanmenikah dengan Paris, hanya untuk

http://ac-zzz.blogspot.com/

membahagiakan orangtuanya, demi menjagaketenangan. Tidak, mungkin tidak, akumemutuskan. Tapi kisah itu memang tak banyakbercerita tentang Paris. Ia hanya peran pembantu tempelan,ancaman, tenggat waktu untukmemaksa Juliet.Bagaimana seandainya peran Paris lebih dariitu?Bagaimana seandainya Paris teman Juliet?Sahabatnya? Bagaimana seandainya Paris satusatunyaorang kepada siapa Juliet bisamencurahkan keluh kesahnya tentang hubungancintanya yang gagal dengan Romeo? Satu-satunyaorang yang benar-benar memahami Juliet danmembuatnya merasa seperti manusia normal lagi?Bagaimana seandainya Paris itu sabar dan baik?Menjaganya baik-baik? Bagaimana seandainyaJuliet tahu ia tak mungkin bisa bertahan tanpaParis? Bagaimana kalau Paris benar-benarmencintai Juliet dan ingin agar ia bahagia?Dan... bagaimana bila Juliet mencintai Paris?Tidak sebesar cintanya pada Romeo. Sama sekalitidak seperti itu. tentu saja. Tapi cukup sampaiJuliet ingin agar Paris bahagia juga?Desah napas Jacob yang lambat dan dalamadalah satu-satunya suara di ruangan itu—sepertininabobo yang digumamkan pada seorang anak,seperti desir suara kursi goyang, seperti detakjarum jam tua di saat kau tidak perlu pergi kemana-mana... Pendek kata, suara yang membawakedamaian.

Seandainya Romeo benar-benar pergi, takpernah kembali lagi, adakah bedanya seandainyaJuliet menerima tawaran Paris atau tidak?Mungkin seharusnya Juliet mencoba mengaiskembali kepingan-kepingan hidupnya yang masih

http://ac-zzz.blogspot.com/

tersisa. Mungkin itulah hal yang paling mendekatikebahagiaan yang bisa diraihnya.Aku mendesah, lalu mengerang saat desahan itumenggesek tenggorokanku. Aku terlalu jauhmenghayati kisah itu. Romeo takkan mungkinberubah pikiran. Itulah sebabnya orang-orangmasih mengenang namanya, selalu dikaitkandengan nama kekasihnya: Romeo dan Juliet. Itulahsebabnya kisah itu indah. "Juliet dicampakkan danakhirnya bersanding dengan Paris" tidak akanpernah menjadi hit.Aku memejamkan mata dan kembali terlena,membiarkan pikiranku berkelana meninggalkandrama tolol yang tak i kupikirkan lagi. Aku malahmemikirkan kenyataan—bagaimana aku terjun daritebing serta bagaimana itu merupakan kesalahanyang sangat tolol. Dan bukan hanya lompat tebing,tapi juga sepeda motor dan ulahku yang tidakbertanggung jawab, yang ingin menjadi seperti EvelKnievel. Bagaimana kalau sesuatu yang burukmenimpaku? Apa akibatnya bagi Charlie? Seranganjantung yang menimpa Harry mendadakmenempatkan segala sesuatu ke dalam perspektifyang benar. Perspektif yang tak ingin kulihat,karena—bila aku mengakui kebenarannya—ituberarti aku harus mengubah cara-caraku. Bisakahaku hidup seperti itu?

Mungkin. Itu takkan mudah; faktanya, justruakan sangat menyedihkan jika aku harusmengenyahkan halusinasiku dan berusahabersikap dewasa. Tapi mungkin sebaiknya akumelakukannya. Dan mungkin aku bisa. Kalau adaJacob.Aku tidak bisa memutuskannya sekarang. Ituterlalu menyakitkan. Lebih baik aku memikirkanhal lain saja.Bayangan-bayangan dari ulah cerobohku soretadi berkecamuk dalam pikiranku sementara aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

mencoba membayangkan hal yang menyenangkanuntuk dipikirkan... desir angin saat aku jatuh, airyang hitam pekat, tarikan arus... wajah Edward...aku memikirkannya lama sekali. Tangan Jacobyang hangat memukul-mukul punggungku,berusaha membuatku kembali bernapas... tetesanhujan yang tajam yang dicurahkan awan-awanungu... api aneh di antara ombak...Ada sesuatu yang familier tentang secercahwarna di air itu. Tentu saja itu tak mungkin api—Pikiranku terputus oleh suara ban mobilmelindas lumpur dijalan di luar Kudengar mobil ituberhenti di depan rumah, disusul kemudiandengan suara pintu-pintu dibuka dan ditutup.Terpikir olehku untuk bangkit dan duduk, tapikemudian mengurungkan niatku.Mudah saja mengenali suara Billy. namun tidakseperti biasa, ia berbicara dengan nada sangatrendah, hingga hanya terdengar seperti gumamanserak.

Pintu terbuka, lampu menyala. Aku mengerjapngerjapkanmata, buta sesaat. Jake tersentakbangun, terkesiap dan melompat berdiri."Maaf," geram Billy. "Kami membangunkankalian, ya?"Pelan-pelan mataku terfokus pada wajahnya,kemudian, begitu bisa membaca ekspresinya, airmataku langsung merebak."Oh, tidak, Billy!" erangku.Billy mengangguk pelan, ekspresinya keras olehdukacita. Jake bergegas menghampiri ayahnya danmeraih satu tangannya. Kesedihan membuatwajahnya tiba-tiba terlihat seperti anak kecil—tampak aneh di tubuhnya yang dewasa.Sam berdiri tepat di belakang Billy, mendorongkursi rodanya melewati pintu. Pembawaannormalnya yang tenang tak terlihat di wajahnya

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang pilu."Aku ikut sedih," bisikku.Billy mengangguk. "Semua merasa kehilangan.""Mana Charlie?""Ayahmu masih di rumah sakit bersama Sue.Banyak... yang harus diurus."Aku menelan ludah susah payah."Sebaiknya aku segera kembali ke sana," gumamSam, lalu cepat-cepat merunduk keluar dari pintu.Billy menarik tangannya dari genggaman Jacob,lalu menggelindingkan kursi rodanya melintasidapur menuju kamarnya.

Jake mengawasi kepergiannya sebentar, lalududuk lagi di lantai di sampingku. Ia menutupwajahnya dengan kedua tangan. Kugosok-gosokbahunya, berharap tahu harus bilang apa.Lama kemudian baru Jacob meraih tangankudan menempelkannya di wajah.“Bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja?Mungkin seharusnya aku membawamu ke dokteratau sebangsanya." Jacob mendesah."Tak perlu mencemaskan aku," kataku parau. Iaberpaling menatapku. Ada lingkaran merah dimatanya. "Kau kelihatan payah.""Aku memang agak kepayahan.""Aku akan mengambil trukmu kemudianmengantarmu pulang—mungkin sebaiknya kausudah di rumah kalau Charlie pulang nanti.""Benar.”Aku berbaring lunglai di sofa sambil menunggu.Billy tinggal di dalam kamar. Aku risi karenakeberadaanku mengganggu tuan rumah yang inginmenyendiri dalam dukacitanya.Tak lama kemudian Jake kembali. Raunganmesin trukku memecah keheningan sebelum akumengharapkannya. Tanpa berkata apa-apa Jacobmembantuku berdiri dari sofa, merangkulpundakku ketika hawa dingin di luar membuat

http://ac-zzz.blogspot.com/

tubuhku menggigil Tanpa bertanya lagi ia langsungduduk di balik kemudi, kemudian mendekapkurapat-rapat di sampingnya. Aku membaringkankepalaku di dadanya.

“Bagaimana caramu pulang nanti?" tanyaku."Aku tidak akan pulang. Kami kan belumberhasil menangkap si pengisap darah itu, ingat?"Tubuhku bergidik, bukan karena kedinginan.Sesudah itu kami lebih banyak berdiam diri.Hawa dingin membuatku terjaga. Pikiranku awas,dan otakku bekerja sangat keras dan sangat cepat.Bagaimana seandainya? Tindakan tepat apayang harus kulakukan?Aku tak bisa membayangkan hidupku tanpaJacob sekarang—berusaha membayangkannya sajasudah membuatku ngeri. Bagaimanapun, ia telahmenjadi bagian esensial yang membuatku bertahanhidup. Tapi membiarkan keadaan seperti apaadanya... apakah itu kejam, seperti yangdituduhkan Mike?Aku ingat pernah berharap Jacob itu saudaralelakiku. Aku sadar sekarang, yang kuinginkansebenarnya adalah mengklaimnya sebagai milikku.Rasanya seperti bukan saudara bila ia memelukkuseperti ini. Pelukannya menyenangkan—hangat,nyaman, dan familier. Aman. Jacob adalahpelabuhan yang aman.Aku bisa mengklaimnya. Hal itu ada dalamjangkauanku.Aku harus menceritakan semua padanya, akutahu itu. Hanya itu satu-satunya cara bersikapadil. Aku harus menjelaskannya dengan benar,supaya ia tahu aku bukannya membuka lembaranbaru, bahwa ia terlalu baik bagiku. Ia sudah tahu

aku hancur, bagian itu tidak akan membuatnyaterkejut, tapi ia harus tahu seberapa parahkerusakannya. Aku bahkan harus mengakui

http://ac-zzz.blogspot.com/

bahwa aku gila—menjelaskan tentang suara-suarayang kudengar. Ia perlu mengetahui segalanyasebelum mengambil keputusan.Tapi, bahkan saat aku menyadari pentingnyakejujuran itu, aku tahu Jacob akan menerimakuapa adanya. Ia bahkan tidak akan berpikir-pikirlagi.Aku harus berkomitmen dalam hal ini—berkomitmen sebanyak yang masih tersisa dalamdiriku, memberikan setiap kepingan yang tersisa.Itu satu-satunya cara bersikap adil padanya.Maukah aku? Bisakah?Salahkah berusaha membuat Jacob bahagia?Bahkan seandainya cinta yang kurasakan padanyatak lebih dari gema lemah dari apa yang dulu bisakulakukan, walaupun hatiku jauh dari sini,berkelana dan menangisi Romeo-ku yang phinplan,apakah itu salah?Jacob menghentikan trukku di depan rumahkuyang gelap gulita, mematikan mesin hinggakesunyian tiba-tiba menyergap. Seperti yangsudah-sudah, tampaknya ia bisa memahami jalanpikiranku sekarang.Jacob mengulurkan lengannya yang lain untukmemelukku, meremukkanku ke dadanya,mendekapku erat-erat. Lagi-lagi, rasanyamenyenangkan. Nyaris seperti manusia utuh lagi.

Kukira Jacob pasti memikirkan Harry, tapikemudian saat berbicara, nadanya meminta maaf."Maaf. Aku tahu kau tidak merasa seperti yangkurasakan, Bells. Sumpah aku tidak keberatan.Aku hanya senang kau tidak keberatan aku bisabernyanyi—padahal itu bukan nyanyian yang ingindidengar orang." Jacob mengumandangkan tawasengaunya di telingaku.Napasku melejit satu tingkat, mengamplasdinding-dinding tenggorokanku.Tidak mungkinkah Edward, meski terkesan tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

peduli, ingin agar aku bahagia? Tidakkah masihtersisa sedikit perasaan sayang sebagai temandalam dirinya untuk menginginkan itu bagiku?Kurasa pasti masih. Edward tidak mungkin marahpadaku karena hal ini: memberikan secuil cintayang tidak ia inginkan pada temanku Jacob. Lagipula, itu bukan cinta yang sama.Jake menempelkan pipinya yang hangat kepuncak kepalaku.Jika aku memalingkan wajahku ke samping—jika aku menempelkan bibirku ke bahunya yangtelanjang... aku tahu benar apa yang akan terjadiselanjutnya. Mudah sekali. Tidak perlu adapenjelasan apa-apa malam ini.Tapi bisakah aku melakukannya? Mampukahaku mengkhianati hatiku yang hampa demimenyelamatkan hidupku yang menyedihkan?Kupu-kupu menggelepar dalam perutku saataku berpikir untuk memalingkan kepala.

Kemudian, sama jelasnya seperti bila aku beradadalam bahaya besar, suara Edward yang sehalusbeledu berbisik di telingaku."Berbahagialah," katanya.Aku langsung membeku.Jacob merasakan tubuhku mengejang danotomatis melepaskan pelukannya, menggapai kepintu.Tunggu, aku ingin berseru. Tunggu sebentar.Tapi aku masih terpaku di tempat, mendengarkangema suara Edward dalam kepalaku.Udara yang dingin oleh badai berembus masukke truk."OH!" Napas Jacob tersentak keluar, seolah-olahseseorang meninju perutnya. "Sialan!”Jacob membanting pintu dan memutar kuncimobil pada saat bersamaan. Kedua tangannyagemetar sangat hebat hingga aku tak tahubagaimana ia bisa melakukannya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Ada apa?"Jacob meraungkan mesin terlalu cepat; mesinterbatuk-batuk dan mati."Vampir," semburnya.Darah surut dan kepalaku dan membuatkupening. "Bagaimana kau tahu?'"Karena aku bisa menciumnya! Sialan!”Mata Jacob liar, jelalatan menjelajahi jalananyang gelap. Tampaknya ia tidak terlalu menyadari

getaran yang menjalari sekujur tubuhnya."Berubah atau membawanya pergi dari sini?"desisnya pada diri sendiri.Ia menunduk menatapku sekilas, melihat sorotmataku yang ketakutan dan wajahku yang pucat,kemudian matanya menyapu jalanan lagi. "Baiklah.Kubawa kau pergi dari sini."Mesin menyala dengan suara meraung. Ban-banberdecit saat ia memutar truk ke arah berlawanan,berbalik menuju satu-satunya tempat kami bisameloloskan diri. Lampu truk menyapu trotoar,menerangi bagian depan hutan yang gelap, danakhirnya memantul pada mobil yang diparkir diseberang jalan depan rumahku."Berhenti!" aku terkesiap kaget.Itu mobil hitam—mobil yang kukenal. Akumemang paling tidak tahu apa-apa soal mobil, tapikalau mobil yang satu itu, aku hafal benar. ItuMercedez S55 AMG. Aku tahu berapa tenaga kudadaya mesinnya serta warna interiornya. Aku tahubagaimana rasanya mesin yang bertenaga itumenderum dari bagian dalamnya. Aku tahubagaimana aroma jok kulitnya yang mewah sertabagaimana lapisan kaca filmnya yang ekstra gelapmembuat tengah hari terasa seperti senja dari balikjendela-jendelanya.Itu mobil Carlisle."Berhenti!" pekikku lagi, kali ini lebih keras,karena Jacob memacu trukku secepat-cepatnya

http://ac-zzz.blogspot.com/

menjauhi jalan.“Apa?!"

"Itu bukan Victoria. Berhenti, berhenti! Akuingin kembali."Jacob menginjak rem begitu dalam hingga akuterpaksa menahan tubuhku di dasbor agar tidakterbentur."Itu mobil Carlisle! Itu milik keluarga CuUen.Aku kenal mobil itu.Jacob melihat fajar merekah di wajahku, dansekujur tubuhnya berguncang hebat."Hei, tenanglah, Jake. Tidak apa-apa. Tidak adabahaya, kaulihat? Rileks.""Yeah, tenang," sahut Jacob dengan napasterengah-engah, menundukkan kepala danmemejamkan mata. Sementara ia berkonsentrasiagar tidak meledak menjadi serigala, aku menolehke belakang dan memandangi mobil hitam itu.Itu hanya Carlisle, kataku pada diri sendiri.Jangan berharap lebih. Mungkin juga Esme...Hentikan sekarang juga, kataku pada diri sendiri.Hanya Carlisle. Itu saja sudah luar biasa. Lebihdari yang kuharapkan akan pernah terjadi lagi."Ada vampir di rumahmu," desis Jacob. "Tapikau malah ingin kembali?"Aku meliriknya, dengan enggan mengalihkanmataku dari Mercedes itu—takut mobil itu bakalmenghilang begitu aku melirik ke tempat lain."Tentu saja," kataku, suaraku hampa karenaterkejut mendengar pertanyaannya. Tentu saja akuingin kembali.

Wajah Jacob mengeras saat akumemandanginya, membentuk topeng getir yangkusangka sudah lenyap untuk selamanya. Tepatsebelum topeng iu menutupi wajahnya, aku sempatmenangkap kejang pengkhianatan berkelebat darimatanya. Kedua tangannya masih gemetar. Ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

tampak sepuluh tahun lebih tua daripadaku.Ia menarik napas dalam-dalam. "Kau yakin itubukan tipuan?”“Itu bukan tipuan. Itu Carlisle. Antar akukembali!"Guncangan hebat melanda bahunya yang lebar,tapi matanya datar dan tanpa emosi. "Tidak.""Jake, tidak apa-apa—""Tidak. Pulanglah sendiri, Bella." Suara Jacobterdengar bagai tamparan – aku tersentak saatsuaranya menghantamku. Dagunya mengejang danmengendur."Begini, Bella," sambungnya dengan suara samakerasnya. "Aku tidak bisa kembali ke sana. Adakesepakatan atau tidak, itu musuhku yang ada didalam sana.""Tidak seperti itu—""Aku harus segera memberi tahu Sam. Inimengubah semuanya. Kami tidak boleh tertangkapsaat ada dalam teritorial mereka.""Jake, ini bukan perang!"

Jacob tak menggubris kata-kataku. Diamemasukkan gigi netral lalu melompat keluar daripintu, membiarkan mesin tetap menyala."Bye, Bella," serunya sambil menoleh sebentar."Aku benar-benar berharap kau tidak mati." Iaberlari kencang menembus kegelapan, tubuhnyabergetar sangat hebat hingga sosoknya terlihatkabur; ia sudah lenyap sebelum aku sempatmembuka mulut untuk memanggilnya kembali.Rasa bersalah membuatku terhenyak sebentar.Apa yang kulakukan pada Jacob?Tapi rasa bersalah tak mampu menahankuterlalu lama.Aku bergeser ke kursi sebelah dan memasukkangigi. Kedua tanganku getaran, sama seperti tanganJake tadi, dan aku harus berkonsentrasi penuh.Lalu dengan hati-hati aku memutar truk dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

membawanya lagi ke rumahku.Gelap gulita setelah aku mematikan lampumobil. Charlie begitu tergesa-gesa berangkat hinggalupa menyalakan lampu teras. Sejenak aku sempatragu, memandangi rumah itu, muram disaputbayang-bayang. Bagaimana kalau ternyatamemang tipuan?Kupandangi lagi mobil hitam itu, nyaris takterlihat di gelap malam. Tidak. Aku kenal mobil itu.Meski begitu, tetap saja tanganku gemetar,bahkan lebih hebat daripada sebelumnya, saat akumeraih kunci di atas pintu. Saat memegang kenoppintu untuk membuka kuncinya, kenop terputar

dengan mudah dalam genggamanku. Kubiarkanpintu terbentang lebar. Ruang depan gelap pekat.Aku ingin menyerukan sapaan, tapitenggorokanku kelewat kering. Sepertinya aku takmampu menarik napas.Aku maju selangkah memasuki rumah danmeraba-raba mencari tombol lampu. Hitam pekat—seperti air hitam tadi... Mana sih tombol lampu?Sama seperti air yang hitam tadi, dengan apiJingga menyala menjilat-jilat di atasnya, meski itutidak mungkin. Tidak mungkin itu kobaran api,tapi kalau begitu apa...? Jari-jariku menyusuridinding, masih mencari-cari, masih gemetar...Tiba-tiba sesuatu yang dikatakan Jacob sore tadibergema dalam pikiranku, akhirnya otakku bisajuga mencernanya... Dia kabur ke arah laut—lebihmenguntungkan bagi para pengisap darah itu disana. Itulah sebabnya aku langsung bergegaspulang—aku takut dia akan menduluiku berenangke sini.Tanganku mengejang saat masih mencari tombollampu, sekujur tubuhku membeku kaku, saat akusadar mengapa aku mengenali warna Jingga anehdi air itu.Rambut Victoria, berkibar-kibar liar tertiup

http://ac-zzz.blogspot.com/

angin, warnanya seperti api... bersamaku danJacob. Apa jadinya kalau tidak ada San, kalaukami hanya berdua...? Aku tak mampu bernapasataupun bergerak.Lampu menyala, meski tanganku yang membekutidak juga berhasil menemukan tombol lampu.

Aku mengerjap-ngerjapkan mata, silau olehlampu yang tiba-tiba menyala, dan melihatseseorang di sana, menungguku.

17. TAMUDIAM tak bergerak dan putih, dengan matahitam besar terpaku di wajahku, tamukumenunggu, bergeming di tengah ruang depan,cantik luar biasa.Sesaat lututku gemetar, dan aku nyaris rubuh.Detik berikutnya aku menghamburmenghampirinya."Alice, oh, Alice!" pekikku, menubruknya.Aku lupa betapa kerasnya tubuh Alice; rasanyaseperti menabrak dinding semen."Bella?" Suara Alice lega bercampur bingung.Aku memeluknya erat-erat, terengah-engahkarena berusaha menghirup sebanyak mungkinaroma kulitnya. Baunya lain dari yang lain—bukanberaroma bunga ataupun rempah-rempah, jugabukan wangi jeruk ataupun musk. Tak satuparfum pun di dunia ini yang bisa menandinginya.Ingatanku tidak bisa mengingatnya dengan tepat.Aku tidak sadar saat napasku yang terengahengahberubah menjadi sesuatu yang lain – akubaru sadar bahwa aku menangis tersedu-seduketika Alice menyeretku ke sofa ruang tamu danmenarikku ke pangkuannya. Rasanya seperti

meringkuk dalam pelukan patung baru, tapilekukan tubuh patung batu itu pas benar denganbentuk tubuhku. Alice mengusap-usap

http://ac-zzz.blogspot.com/

punggungku dengan lembut, menunggukumenguasai diri kembali."Aku... maafkan aku," isakku. "Aku hanya...sangat bahagia... bertemu denganmu!""Sudahlah, Bella. Semua baik-baik saja.""Ya," isakku. Dan, kali ini, sepertinya memangbegitu.Alice mendesah. "Aku sudah lupa betapaemosionalnya kau," katanya, nadanya terdengartidak suka.Aku mendongak dan memandangnya dari selaselaair mataku. Leher Alice tegang, menjauhiku,bibirnya terkatup rapat. Matanya hitam kelam."Oh" aku mengembuskan napas, menyadarimasalahnya. Alice haus. Dan aromaku menggoda.Sudah lama sekali aku tak pernah lagi memikirkanhal semacam itu. "Maaf.""Ini salahku sendiri. Sudah lama sekali akutidak berburu. Seharusnya aku tidak membiarkandiriku sehaus itu. Tapi aku terburu-buru hari ini."Tatapannya yang diarahkan padaku sangat garang."Omong-omong, maukah kau menjelaskan padakubagaimana caranya sampai kau masih hidup?"Pertanyaan ini membuatku kaget dan langsungmenghentikan sedu-sedanku. Aku langsungmenyadari apa yang terjadi, dan mengapa Alicedatang ke sini.

Aku menelan ludah dengan suara keras. "Kaumelihatku jatuh.""Tidak," sergah Alice, matanya menyipit. "Akumelihatmu melompat.”Aku mengerucutkan bibir sambil berusahamemikirkan penjelasan yang tidak terdengarsinting.Alice menggelengkan kepala. "Sudah kubilangpadanya ini bakal terjadi, tapi dia tidak percayapadaku. 'Bella sudah berjanji,’” Alice menirukansuara Edward dengan sangat sempurna hingga

http://ac-zzz.blogspot.com/

membuatku membeku shock saat kepedihanmerobek tubuhku. '"Jangan mencoba melihat masadepannya juga,'" sambung Alice, masih mengutipkata-kata Edward. "'Kita sudah cukupmembuatnya menderita.'"Tapi meski tidak mencari, bukan berarti akutidak melihat," lanjut Alice. "Aku bukannyamengawasimu, sumpah, Bella. Hanya saja sudahterjalin hubungan batin denganmu, jadi... waktuaku melihatmu melompat, tanpa pikir panjang akulangsung naik pesawat. Aku tahu pasti sudahterlambat, tapi aku tidak bisa tidak melakukanapa-apa. Kemudian aku sampai di sini, berpikirmungkin aku bisa membantu Charlie, dan tahutahukau datang." Alice menggeleng-gelengkankepala, kali ini karena bingung. Suaranya tegang."Aku melihatmu tercebur ke air dan aku menunggudan menunggumu muncul kembali, tapi kau tidakkeluar-keluar juga. Apa yang terjadi? Dan tegabenar kau berbuat begitu kepada Charlie?Pernahkah kau berhenti sejenak untuk

memikirkan dampaknya bagi dia? Dan bagikakakku? Apa kau pernah berpikir apa yangEdward—"Aku langsung memotongnya saat itu juga, begitumendengarnya menyebut nama Edward. Tadikubiarkan saja dia nyerocos, bahkan setelah akusadar dia salah paham, hanya untuk mendengarsuaranya yang bagaikan denting lonceng merduitu. Tapi sekarang sudah saatnya menyela."Alice, aku bukan mau bunuh diri.”Alice menatapku ragu. "Jadi maksudmu, kautidak terjun dari tebing?""Bukan, tapi..." aku meringis. "Itu kulakukanhanya untuk bersenang-senang."Ekspresinya mengeras."Aku pernah melihat teman-teman Jacob terjundari tebing," sergahku. "Kelihatannya... asyik, dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

aku sedang bosan..."Ia menunggu."Aku tidak mengira badai akan memengaruhiarus air. Sebenarnya, aku bahkan tidakmemikirkan air sama sekali."Alice tidak percaya begitu saja. Kentara sekali iamasih mengira aku mencoba bunuh diri.Kuputuskan untuk mengalihkan pikirannya. “Jadikalau kau melihatku terjun, mengapa kau tidakmelihat Jacob?”Alice menelengkan kepalanya ke satu sisi,perhatiannya terusik.

Aku melanjutkan. "Memang benar aku mungkinsudah tenggelam seandainya Jacob tidak melompatmenyusulku. Well, oke, bukan mungkin lagi. Tapiuntunglah dia menyusulku, dan dia menarikku kepermukaan, dan kurasa dia menyeretku ke pantai,walaupun saat itu aku pingsan jadi tidak tahu apaapa.Aku tidak mungkin tenggelam lebih dari satumenit sebelum dia menyambarku. Bagaimana kaubisa tidak melihatnya?"Kening Alice berkerut bingung. "Ada orang yangmenarikmu keluar?""Ya. Jacob menyelamatkan aku."Kutatap Alice dengan sikap ingin tahu sementaraberbagai emosi berkecamuk di wajahnya. Ia merasaterganggu oleh sesuatu—visinya yang tidaksempurna? Tapi aku tak yakin. Kemudian iamencondongkan tubuh dan mengendus bahuku.Aku langsung mengejang."Jangan konyol," kecamnya, mengendusiku lagi."Kau sedang apa?"Alice mengabaikan pertanyaanku. "Siapa yangbersamamu barusan? Kedengarannya kalian tadibertengkar.""Jacob Black. Dia... sahabatku, begitulah.Setidaknya, dulu..." Ingatanku melayang padawajah Jacob yang marah dan merasa dikhianati,

http://ac-zzz.blogspot.com/

bertanya-tanya dalam hati apa statusnya bagikusekarang.Alice mengangguk, sepertinya sibuk memikirkanhal lain.

"Apa?""Entahlah," tukasnya. "Aku tak yakin itu berartiapa.""Well, aku tidak tewas, setidaknya."Alice memutar bola matanya. “Sungguh tololEdward, mengira kau bisa bertahan hidupsendirian. Belum pernah kulihat orang yang begitumudah tersangkut pada hal-hal tolol yangmengancam nyawa.""Aku bertahan kok," tegasku.Alice memikirkan hal lain. "Jadi, kalau arus airterlalu kuat bagimu, bagaimana Jacob ini bisamenolongmu?""Jacob itu... kuat"Alice mendengar keengganan dalam suaraku,dan alisnya terangkat.Aku menggigit bibir sejenak. Ini rahasia ataubukan? Dan kalau ini rahasia, kepada siapa akulebih berpihak? Jacob, atau Alice?Terlalu sulit menyimpan rahasia, akumemutuskan. Jacob tahu semuanya, jadi mengapaAlice tidak?"Begini, Well dia itu... werewolf,” aku mengakuidengan sikap buru-buru. "Suku Quileute berubahmenjadi serigala bila ada vampir di sekitar mereka.Mereka sudah kenal Carlisle sejak dulu sekali.Apakah saat itu kau sudah bersama Carlisle?”Alice ternganga sejenak, tapi sejurus kemudianpulih dari kekagetannya, matanya mengerjap

cepat. "Well, kalau begitu pantas ada bau itu,”gerutunya. "Tapi apakah itu menjelaskan apa yangtidak kulihat?" Ia berpikir, kening porselennyaberkerut.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Bau?" ulangku."Baumu tidak enak," cetus Alice sambil lalu,keningnya masih berkerut. "Werewolf? Kau yakinsoal itu?""Yakin sekali," aku memastikan, meringis saatteringat bagaimana Paul dan Jacob bertarung dijalan. "Kalau begitu kau masih belum bersamaCarlisle waktu terakhir kali ada werewolf diForks?""Belum. Aku belum menemukannya." Alicemasih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tibatibamatanya membelalak, dan ia berpaling,menatapku dengan ekspresi shock. "Sahabatmuwerewolf?”Aku mengangguk malu-malu. "Ini sudahberlangsung berapa lama?""Belum lama," jawabku, suaraku terdengardefensif. "Dia baru beberapa minggu menjadiwerewolf!”Alice membelalak memandangiku. "Werewolfyang masih muda? Itu bahkan lebih parah! Edwardbenar—kau magnet yang menarik bahaya.Bukankah kau seharusnya menghindari bahaya?""Tidak ada yang salah dengan werewolf!”gerutuku, tersinggung mendengar nadanya yangmengkritik.

"Sampai amarah mereka meledak." Alicemenggeleng kuat-kuat. "Dasar kau, Bella. Oranglain pasti bakal hidup lebih baik setelah paravampir meninggalkan kota. Tapi kau langsungbergaul dengan monster-monster pertama yangbisa kautemukan."Aku tidak ingin berdebat dengan Alice—akumasih gemetaran saking gembira karena ia benarbenar,sungguh-sungguh ada di sini, hingga akubisa menyentuh kulit marmernya dan mendengarsuaranya yang seperti genta angin—tapi ia sangatkeliru.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tidak, Alice, para vampir tidak sepenuhnyapergi—tidak semuanya, paling tidak. Justru itulahmasalahnya. Kalau bukan karena para werewolfitu, Victoria pasti sudah berhasil menemukankusekarang. Well kalau bukan karena Jake danteman-temannya, Laurent pasti berhasilmembunuhku sebelum Victoria, kurasa, jadi—""Victoria?" desis Alice. "Laurent?"Aku mengangguk, sedikit waswas melihatekspresi yang terpancar dari mata hitamnya.Kutuding dadaku sendiri. "Magnet yang menarikbahaya, ingat?"Alice menggeleng-geleng lagi. "Ceritakan semuapadaku— dari awal."Aku memoles awal kisahku, sengaja melewatkancerita tentang motor dan suara-suara itu, tapimembeberkan semua yang terjadi sampai hari ini.Alice tidak menyukai penjelasan singkatku tentangkebosanan dan lompat tebing, jadi aku buru-buru

menceritakan tentang api aneh yang kulihat di airdan apa perkiraanku mengenainya. Matanyamenyipit hingga nyaris segaris di bagian itu. Anehjuga melihatnya begitu... begitu berbahaya—sepertivampir. Aku menelan ludah dengan susah payahdan melanjutkan kisahku tentang Harry.Alice mendengarkan ceritaku tanpa menyela.Sesekali, ia menggeleng, dan kerutan di keningnyasemakin dalam hingga tampak seperti terpahatsecara permanen di kulit marmernya. Ia tidakberbicara dan, akhirnya, aku terdiam, dicekamkesedihan karena kematian Harry. Pikirankumelayang pada Charlie; sebentar lagi ia pulang.Bagaimana kira-kira kondisinya?"Kepergian kami sama sekali tidak membawakebaikan bagimu, ya?" gumam Alice.Aku tertawa satu kali—kedengarannya agakhisteris. "Memang tujuannya bukan itu, kan?Kalian pergi bukan demi kebaikanku."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Alice merengut memandangi lantai beberapasaat. "Well, kurasa aku bertindak impulsif hari initadi. Mungkin seharusnya aku tidak ikut campur."Bisa kurasakan darah surut dari wajahku.Perutku langsung mulas. "Jangan pergi, Alice,"bisikku. Jari-jariku mencengkeram kerah kemejaputihnya dan aku mulai tak bisa bernapas."Kumohon, jangan tinggalkan aku."Mata Alice membelalak semakin lebar, "Baiklah,"ia memberi penekanan pada setiap katanya. "Akutidak akan ke mana-mana malam ini. Tarik napasdalam-dalam."

Aku berusaha menuruti, meski rasanya itumustahil.Alice memandangi wajahku sementara akuberkonsentrasi menarik napas. Ia menunggusampai aku lebih tenang untuk berkomentar."Kau kelihatan kacau sekali, Bella.""Aku kan tadi tenggelam," akumengingatkannya."Bukan itu maksudku. Kau berantakan."Aku tersentak. "Dengar, aku sudah berusahasemampuku.""Apa maksudmu?"“Ini tidak mudah. Aku sedang berjuangmengatasinya."Kening Alice berkerut. "Sudah kubilang padaEdward," katanya pada diri sendiri."Alice," aku mendesah. "Kaukira kau bakalmenemukan apa tadi? Maksudku, selain aku mati?Apakah kau berharap akan menemukanku dalamkeadaan ceria dan bernyanyi-nyanyi gembira? Kaukan tahu bagaimana aku.""Memang. Tapi harapanku begitu.""Kalau begitu berarti aku bukan orang palingtolol di dunia.”Telepon berdering.“Itu pasti Charlie," kataku, berdiri dengan susah

http://ac-zzz.blogspot.com/

payah. Kusambar tangan Alice yang sekeras batu

dan kuseret ia bersamaku ke dapur. Aku takkanmelepaskannya dari pandanganku."Charlie?" seruku di corong telepon."Bukan, ini aku," sahut Jacob."Jake!"Alice mengamati ekspresiku."Hanya ingin memastikan kau masih hidup,"kata Jacob masam."Aku baik-baik saja. Sudah kubilang itu bukan—""Yeah. Aku mengerti. Bye," Jacob langsungmenutup telepon.Aku mendesah dan menengadahkan kepala,menatap langit-langit. "Gawat."Alice meremas tanganku. "Mereka tidak sukaaku datang.""Memang tidak. Tapi itu toh bukan urusanmereka."Alice merangkul bahuku. "Jadi apa yang kitalakukan sekarang?" tanyanya. Sesaat ia sepertibicara pada dirinya sendiri. "Banyak yang harusdilakukan. Membereskan yang belum selesai.""Melakukan apa?"Wajah Alice mendadak terlihat hati-hati. "Akutidak begitu yakin... aku harus menemui Carlisle."Apakah dia harus pergi secepat ini? Perutkulangsung mulas.

"Tidak bisakah kau tinggal dulu di sini?"pintaku. "Please? Sebentar saja. Aku sangat rindupadamu." Suaraku pecah."Kalau menurutmu itu ide bagus" Matanyaterlihat tidak senang. ."Menurutku itu ide bagus. Kau bisa menginap disini – Charlie pasti senang sekali.""Aku kan punya rumah, Bella"Aku mengangguk, kecewa tapi tidak menyerah.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Alice ragu-ragu, mengamanku."Well aku kan perlu mengambil baju ganti,paling tidak."Aku memeluknya. "Alice, kau baik sekali!""Dan kurasa aku harus berburu. Segera,"imbuhnya kaku."Uups" Aku langsung mundur selangkah."Kau bisa kan, menghindari masalah satu jamsaja?" tanyanya skeptis. Kemudian, sebelum akusempat menjawab, Alice mengacungkan satu jaridan memejamkan mata. Wajahnya datar dankosong selama beberapa detik.Kemudian matanya terbuka dan ia menjawabpertanyaannya sendiri. "Ya, kau akan baik-baiksaja. Setidaknya malam ini." Ia meringis. Bahkansaat mengernyit seperti itu, ia masih terlihatseperti malaikat."Nanti kau kembali, kan?" tanyaku, suarakukecil. "Aku janji—satu jam."

Kulirik jam di meja dapur. Alice tertawa danmencondongkan tubuh cepat-cepat untukmengecup pipiku. Detik berikutnya ia sudah pergi.Aku menarik napas dalam-dalam. Alice akankembali. Tiba-tiba aku merasa jauh lebih enak.Banyak sekali yang harus kulakukan untukmenyibukkan diri sambil menunggu. Mandi jelasjadi prioritas pertama. Sambil menanggalkanpakaian, aku mengendusi bahuku, tapi tidak bisamencium bau apa pun kecuali bau garam danrumput laut. Aku jadi penasaran apa maksud Alicemengatakan tubuhku bau sekali.Setelah tubuhku bersih, aku kembali ke dapur.Tidak terlihat tanda-tanda Charlie sudah makan,jadi mungkin ia lapar jika pulang nanti. Akubergumam tanpa nada sambil menyibukkan diri didapur.Sementara kaserol hari Kamis kemarin sedangdipanaskan di microwave, aku memasang seprai di

http://ac-zzz.blogspot.com/

sofa dan meletakkan bantal tua. Alice tidakmembutuhkannya, tapi Charlie perlu melihatnya.Aku berhati-hati untuk tidak mengawasi jamdinding. Tak ada alasan untuk panik; Alice sudahberjanji.Aku tergesa-gesa menghabiskan makanankutanpa merasakannya—yang kurasakan hanya perihsaat makanan meluncur di tenggorokanku yangluka. Kebanyakan aku haus; pasti ada setengahgalon air laut yang terminum olehku. Tingginyakadar garam dalam tubuhku membuatkudehidrasi.

Aku beranjak untuk mencoba nonton TV sambilmenunggu.Ternyata Alice sudah di sana, duduk di tempattidurnya yang telah kusiapkan. Matanya bagaikanbutterscotch cair. Ia tersenyum dan menepuknepukbantal. "Trims.""Kau datang lebih awal," seruku, gembira.Aku duduk di sebelahnya dan menyandarkankepalaku di bahunya. Ia melingkarkan lengannyayang dingin di bahuku dan mendesah."Bella. Harus kami apakan kau?""Entahlah," aku mengakui. "Aku benar-benarsudah berusaha sekuat tenaga."“Aku percaya padamu."Lalu kami terdiam"Apakah—apakah dia..." Aku menghela napasdalam-dalam. Lebih sulit menyebut namanyadengan suara keras, walaupun aku bisamemikirkannya sekarang. "Apakah Edward tahukau di sini?" Aku tidak tahan untuk tidakbertanya. Bagaimanapun, itu kepedihanku. Akuakan membereskannya setelah Alice pergi nanti,aku berjanji pada diriku sendiri, dan merasa mualmemikirkannya."Tidak."Hanya ada satu kemungkinan bahwa itu benar.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Dia tidak sedang bersama Carlisle dan Esme?""Dia datang beberapa bulan sekali."

"Oh." Kalau begitu ia pasti masih sibukmenikmati hal-hal lain yang bisa mengalihkanpikirannya. Aku memfokuskan rasa ingin tahukupada topik lain yang lebih aman. "Kauhilang tadikau terbang ke sini... Kau datang dari mana?""Aku sedang di Denali. Mengunjungi keluargaTanya.""Apakah Jasper ada di sini? Dia datangbersamamu?"Alice menggeleng. "Dia tidak suka aku ikutcampur. Kami sudah berjanji..." Suaranyamenghilang, kemudian nadanya berubah."Menurutmu Charlie tidak keberatan aku datangke sini?" tanyanya, terdengar waswas."Charlie menganggapmu baik sekali, Alice""Well, sebentar lagi kita akan tahu."Benar saja, beberapa detik kemudian akumendengar suara mobil memasuki halaman. Akumelompat dan bergegas membukakan pintu.Charlie tersaruk-saruk pelan meniti jalan,matanya tertuju ke tanah dan bahunya terkulai.Aku menghampirinya; ia bahkan tidak melihatkusampai aku memeluk pinggangnya. Ia membalaspelukanku dengan sepenuh hati.“Aku ikut sedih mendengar tentang Harry, Dad""Aku akan sangat kehilangan dia," gumamCharlie."Bagaimana keadaan Sue?"

"Dia seperti orang linglung, seperti belum bisamencernanya. Sam menemaninya sekarang..."Volume suaranya hilang-timbul. "Kasihan anakanakitu. Leah hanya setahun lebih tua daripadakau, sementara Seth baru empat belas..." Charliemenggeleng-gelengkan kepala.Sambil tetap merangkulku, Charlie berjalan lagi

http://ac-zzz.blogspot.com/

menuju pintu."Em, Dad?" Kupikir lebih baik akumengingatkannya dulu. "Dad pasti tidak akanmenyangka siapa yang sedang di sini sekarang."Charlie menatapku kosong. Kepalanya menolehdan melihat Mercedez yang diparkir di seberangjalan, cahaya lampu teras terpantul di bodinyayang dicat hitam mengilat. Sebelum ia sempatbereaksi, Alice sudah berdiri di ambang pintu."Hai, Charlie," sapanya pelan. "Maaf aku datangpada saat yang sangat tidak tepat.""Alice Cullen?" Charlie memicingkan mata,memandangi sosok mungil di depannya, seolaholahmeragukan matanya sendiri. "Alice, benarkahitu kau?""Ini memang aku," Alice membenarkan."Kebetulan aku sedang berada di sekitar sini.""Apakah Carlisle...?"“Tidak, aku sendirian."Baik Alice maupun aku tahu bukan Carlislesebenarnya yang ingin ditanyakan Charlie.Lengannya mencengkeram bahuku lebih erat.

"Dia boleh menginap di sini, kan?" pintaku. "Akusudah memintanya.""Tentu saja," jawab Charlie datar. "Kami senangmenerimamu di sini, Alice.""Terima kasih, Charlie. Aku tahu waktunyasangat tidak tepat.""Tidak, tidak apa-apa, sungguh. Aku akansangat sibuk melakukan apa yang bisa kulakukanuntuk keluarga Harry; aku senang ada yangmenemani Bella.""Makan malam sudah siap di meja, Dad," akumemberi tahu ayahku."Trims, Bell" Ia meremas bahuku sekali lagisebelum tersaruk-saruk ke dapur.Alice kembali ke sofa, dan aku mengikutinya.Kali ini dialah yang merangkul bahuku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau kelihatan capek.""Yeah," aku sependapat, dan mengangkat bahu."Begitulah kalau habis mengalami peristiwa yangnyaris menyebabkan kematian... Jadi, apapendapat Carlisle mengenai kedatanganmu kesini?""Dia tidak tahu. Dia dan Esme sedang pergiberburu. Beberapa hari lagi dia kembali.""Kau tidak akan memberi tahu dia, kan... kalaudia datang lagi nanti?'' tanyaku. Alice tahu yangkumaksud kali ini bukan Carlisle."Tidak. Bisa-bisa dia ngamuk nanti," jawab Alicemuram. Aku tertawa, kemudian mendesah.

Aku tidak kepingin tidur. Aku ingin berjagasepanjang malam, mengobrol dengan Alice. Lagipula, tidak masuk akal bila aku lelah, karenaseharian tadi aku tidur di sofa Jacob. Tapitenggelam benar-benar menguras habis tenagaku,tapi mataku tak mau diajak kompromi. Kuletakkankepalaku bahunya yang sekeras batu, danterhanyut dalam tidur yang lebih tenang daripadayang bisa kuharapkan.Aku bangun pagi-pagi sekali, dari tidur nyenyaktanpa mimpi, merasa segar bugar tapi kaku. Akuterbaring di sofa, di bawah selimut yang kusiapkanuntuk Alice, dan aku bisa mendengarnyamengobrol dengan Charlie di dapur.Kedengarannya Charlie sedang membuatkansarapan untuknya."Seberapa parah keadaannya, Charlie?" tanyaAlice lirih, dan awalnya kukira mereka sedangmembicarakan keluarga Clearwater.Charlie mendesah. "Parah sekali.""Ceritakan semua padaku. Aku ingin tahu persisapa yang terjadi setelah kami pergi."Sejenak tidak terdengar apa-apa kecuali pinturak dapur ditutup dan pemantik api di kompordinyalakan. Aku menunggu, tegang.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Aku tidak pernah merasa begitu tak berdaya,"Charlie memulai lambat-lambat. "Aku tidak tahuapa yang harus kulakukan. Minggu pertama itu—aku sampai mengira mungkin dia perlu dirawat dirumah sakit. Dia tidak mau makan atau minum,juga tidak mau bergerak. Dr. Gerandy bolak-balik

menyebut istilah 'katatonik’, tapi aku tidakmengizinkannya menemui Bella. Aku takut ituakan membuatnya ketakutan.”“Tapi akhirnya dia normal lagi?""Aku meminta Renee datang dan membawanyake Florida. Pokoknya aku tidak mau menjadi orangyang... seandainya dia harus dirawat di rumahsakit atau sebangsanya. Aku berharap tinggaldengan ibunya bisa membantu. Tapi waktu kamimulai mengemasi pakaiannya, tiba-tiba saja diabangun. Aku pernah melihat Bella mengamukseperti itu. Dia bukan anak pemarah, tapi, yaampun, saat itu dia mengamuk habis-habisan. Diamenghamburkan pakaiannya ke mana-mana danberteriak-teriak, tidak mau disuruh pergi—kemudian akhirnya dia mulai menangis.Menurutku, itulah titik baliknya. Aku tidakmembantah waktu dia bersikeras ingin tetaptinggal di sini... dan awalnya dia benar-benarseperti sudah membaik..."Suara Charlie menghilang. Sulit mendengarnyamencurahkan isi hati seperti ini, tahu betapa akusudah sangat menyusahkannya."Tapi?” desak Alice."Dia kembali bersekolah dan bekerja, makan,tidur, dan mengerjakan PR. Dia menjawab biladitanya. Tapi dia... kosong. Matanya hampa.Banyak hal kecil yang hilang—dia tidak maumendengarkan musik lagi; aku bahkan pernahmenemukan setumpuk CD rusak di tong sampah.Dia tidak membaca; dia tidak mau berada diruangan yang sama bila TV menyala, meskipun

http://ac-zzz.blogspot.com/

sejak dulu dia memang jarang nonton TV Akhirnyaaku mengerti—Bella sengaja menghindar darisegala sesuatu yang mengingatkannya pada... dia."Kami nyaris tak bisa berbicara; aku sangatkhawatir akan mengatakan hal-hal yang bisamembuatnya sedih—hal-hal kecil saja bisamembuatnya kalut—dan dia tidak pernah memulaipembicaraan. Dia baru menjawab bila kutanya."Dia sendirian terus sepanjang waktu. Tidakpernah membalas telepon teman-temannya, dansetelah beberapa saat, mereka berhenti menelepon."Pendek kata, rasanya seperti tinggal denganmayat hidup. Aku masih mendengar dia menjeritdalam tidurnya...”Aku nyaris bisa melihatnya bergidik. Aku sendirijuga bergidik waktu ingat. Kemudian akumendesah. Ternyata aku tidak berhasilmemperdaya Charlie dengan berpura-pura terlihatbaik-baik saja. Sedikit pun dia tidak terperdaya."Aku sangat menyesal mendengarnya, Charlie,"ucap Alice, nadanya muram."Itu bukan salahmu." Cara Charlie mengucapkanhal itu menunjukkan dengan jelas bahwa iamenganggap ada orang yang bertanggung jawabdalam hal itu. "Sejak dulu kau selalu baikpadanya.""Sepertinya dia sudah lebih baik sekarang""Yeah. Sejak dia bergaul dengan Jacob Black,aku melihat banyak kemajuan. Pipinya mulaimerona lagi bila dia pulang, matanya juga kembali

bercahaya. Dia lebih bahagia." Charlie terdiamsejenak, dan suaranya berbeda waktu berbicaralagi. "Jacob satu atau dua tahun lebih mudadaripada Bella, dan aku tahu dia dulu menganggapJacob sebagai teman, tapi kurasa mungkinhubungan mereka sekarang lebih daripada itu,atau mengarah ke sana paling tidak." Charlie

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengucapkannya dengan nada yang nyaris sepertimengajak perang. Itu peringatan, bukan bagi Alice,tapi agar Alice meneruskannya ke pihak lain."Walaupun lebih muda, Jake sangat dewasa,"sambung Charlie, nadanya masih defensif. "Diamengurus ayahnya secara fisik seperti Bellamengurus ibunya secara emosional. Itumendewasakan dia. Anaknya juga tampan—miripibunya. Dia cocok dengan Bella," Charliemenandaskan."Kalau begitu, untunglah Bella memiliki dia,"Alice sependapat.Charlie mengembuskan napas panjang, merasatidak punya lawan lagi. "Oke, kurasa itu terlalumelebih-lebihkan. Entahlah... bahkan meskipunsudah ada Jacob, sesekali aku masih melihatsesuatu di matanya, dan aku bertanya-tanyaapakah bisa memahami betapa sakit hatinyasesungguhnya. Itu tidak normal, Alice, dan itu...itu membuatku takut. Sama sekali tidak normal.Tidak seperti... ditinggal seseorang, tapi seolaholahseperti ada yang meninggal.” Suara Charliepecah.Memang seperti ada yang meninggal—seolaholahakulah yang meninggal. Karena rasanya lebih

dari sekadar kehilangan seseorang yangmerupakan cinta paling sejati dalam hidupku. Tapijuga kehilangan seluruh masa depan, seluruhkeluarga— seluruh hidup yang telah kupilih...Charlie melanjutkan ceritanya dengan nada takberdaya. "Aku tidak tahu apakah Bella akan bisamelupakannya—aku tak yakin apakah dia bisapulih dari sesuatu seperti ini. Sejak dulu dia selalukonstan dalam segala hal. Dia bukan tipe orangyang melupakan masa lalu, atau yang bisaberubah pikiran.""Dia memang berbeda dari yang lain," Alicemembenarkan dengan suara kering.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Dan Alice..." Charlie ragu-ragu sejenak. "Kautahu aku sayang padamu, dan bisa kulihat diasenang bisa bertemu lagi denganmu, tapi... akuagak khawatir bagaimana kunjunganmu ini akanberakibat padanya."“Aku juga begitu, Charlie, aku juga begitu. Akutidak akan datang seandainya tahu keadaannyaseperti ini. Maafkan aku."“Jangan meminta maaf, Sayang. Siapa yangtahu? Mungkin ini akan berdampak baik baginya.""Mudah-mudahan kau benar."Lama tidak terdengar suara apa-apa kecualibunyi garpu menggesek piring dan suara Charliemengunyah. Aku bertanya-tanya dalam hati dimana Alice menyembunyikan makanannya.“Alice, aku harus menanyakan sesuatupadamu," kata Charlie canggung.

Alice tetap tenang. "Silakan.""Dia tidak bermaksud kembali ke sini untukberkunjung, bukan?" Aku bisa mendengar amarahtertahan dalam suara Charlie.Alice menjawab dengan nada lembut danmenenangkan. "Dia bahkan tidak tahu aku kemari.Terakhir kali aku bicara dengannya, dia sedang diAmerika Selatan."Tubuhku langsung tegang mendengar informasibaru ini, dan membuka telingaku lebar-lebar."Baguslah kalau begitu," dengus Charlie. "Well,kuharap dia senang di sana."Untuk pertama kali terdengar secercah nadakaku dalam suara Alice. "Aku tidak akanberasumsi apa-apa, Charlie." Aku tahu bagaimanamatanya berkilat bila ia menggunakan nada itu.Terdengar suara kursi didorong menjauhi meja,menggesek lantai dengan suara keras. Akumembayangkan Charlie berdiri; tak mungkin Alicemenghasilkan suara seberisik itu. Keran diputar,airnya menciprat membasahi piring.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sepertinya mereka tidak akan membicarakanEdward lagi, maka kuputuskan sekaranglahwaktunya bangun.Aku berbalik, sengaja membuat pegas sofaberderit. Lalu aku menguap dengan suara keras.Suara-suara di dapur langsung terdiam.Aku menggeliat dan mengerang.

"Alice?" panggilku pura-pura lugu; suaraku yangparau karena tenggorokanku sakit membuatsandiwaraku semakin meyakinkan.“Aku di dapur, Bella,” seru Alice, tak ada tandatandadalam suaranya bahwa ia curiga akumenguping pembicaraan mereka tadi. Tapi iamemang pandai menyembunyikan hal-halsemacam itu.Charlie harus berangkat saat itu—ia akanmembantu Sue Clearwater mengurus segalasesuatu berkaitan dengan pemakaman Harry. Inipasti akan jadi hari yang sangat panjang danmembosankan seandainya tidak ada Alice. Iabelum mengatakan kapan akan pergi, dan aku jugatidak bertanya. Aku tahu itu takkan bisa dihindari,tapi aku sengaja tidak mau memikirkannya.Kami malah mengobrol tentang keluarganya—semua kecuali satu.Carlisle bekerja shift malam di Ithaca danmengajar paruh waktu di Cornell. Esmemerestorasi sebuah rumah yang didirikan padaabad ketujuh belas, sebuah monumen bersejarah,di hutan di utara kota. Emmett dan Rosalie sempatpergi berbulan madu lagi ke Eropa selamabeberapa bulan, tapi sekarang sudah kembali.Jasper juga berada di Cornell, kali ini belajarfilosofi. Sementara Alice melakukan beberapa risetpribadi, berkaitan dengan informasi yang tanpasengaja kutemukan untuknya musim semi lalu. Iaberhasil melacak keberadaan rumah sakit jiwatempatnya menghabiskan tahun-tahun terakhirnya

http://ac-zzz.blogspot.com/

sebagai manusia. Kehidupan yang tidak diingatnyasama sekali."Namaku dulu Mary Alice Brandon," Alicebercerita padaku dengan suara pelan. “Aku punyaadik perempuan bernama Cynthia. Anakperempuannya—keponakanku—masih hidup dantinggal di Biloxi."Kau berhasil mengetahui alasan merekamemasukkanmu ke... tempat itu?” Apa yangmembuat orangtua sanggup melakukan halseekstrem itu? Walaupun putri mereka bisamelihat hal-hal yang akan terjadi di masa depan...Alice menggeleng, mata topaz-nya berpikir. "Takbanyak yang bisa kutemukan mengenai mereka.Aku meneliti semua koran lama yang disimpan dimikrofilm. Keluargaku tidak sering disebut-sebut;mereka bukan bagian dari lingkaran sosial yangdiberitakan di koran-koran. Yang ada hanya beritapertunangan kedua orangtuaku, juga pertunanganCynthia," Nama itu diucapkan dengan sikapcanggung. "Kelahiranku juga diumumkan... begitujuga kematianku. Aku menemukan hiburanku.Aku juga mencuri formulir pendaftaranku kerumah sakit jiwa dari arsip lama rumah sakit.Tanggal aku masuk ke sana dan tanggal di nisankusama."Aku tidak tahu harus mengatakan apa, dan,setelah terdiam sejenak, Alice beralih ke topik-topiklain yang lebih ringan.Keluarga Cullen telah berkumpul lagi sekarang,kecuali satu orang, menghabiskan liburan musimsemi di Denali bersama Tanya dan keluarganya.

Aku mendengarkan dengan penuh semangat,bahkan kabar-kabar yang paling remeh sekalipun.Alice tak pernah menyinggung orang yang palingmenarik hatiku, dan aku mensyukurinya.Cukuplah mendengar cerita-cerita tentang keluarga

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang dulu aku pernah bermimpi ingin menjadibagian darinya.Charlie baru kembali setelah hari gelap, dan iatampak lebih lelah daripada malam sebelumnya. Iaakan kembali ke reservasi besok pagi-pagi sekaliuntuk menghadiri pemakaman Harry, jadi ia tidurlebih cepat. Aku tidur di sofa lagi bersama Alice.Charlie nyaris terlihat seperti orang asing saatberjalan menuruni tangga sebelum matahari terbit,mengenakan setelan jas tua yang tak pernahkulihat sebelumnya. Jasnya dibiarkan takdikancing; kurasa pasti karena terlalu sesaksehingga tidak bisa dikancing Dasinya agak terlalulebar untuk mode saat ini Ia berjingkat-jingkat kepintu, berusaha tidak membangunkan kami.Kubiarkan ia pergi. Pura-Pura tidur, seperti yangdilakukan Alice di kursi malas.Begitu Charlie keluar, Alice langsung duduktegak. Di bawah selimut, ia berpakaian lengkap."Apa yang akan kita lakukan hari ini?" tanyanya."'Entahlah—kau melihat hal menarik yang bakalterjadi?"Alice tersenyum dan menggeleng. "Tapi sekarangkan masih pagi sekali."Sekian lama menghabiskan waktu di La Pushberarti mengabaikan setumpuk pekerjaan di

rumah, jadi aku memutuskan untukmembereskannya sekarang. Aku ingin melakukansesuatu, apa saja, agar hidup Charlie lebihmudah—mungkin membuatnya senang bila pulangdan menemukan rumah bersih dan rapi. Akumemulainya dari kamar mandi—ruangan itulahyang paling menunjukkan tanda-tanda tidakterurus.Sementara aku bekerja, Alice bersandar diambang pintu dan mengajukan pertanyaan remehtentang, Well, teman-teman SMA kami seru apasaja yang mereka kerjakan semenjak ia pergi.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Wajahnya tetap tenang dan tanpa emosi, tapi akubisa merasakan ketidaksukaannya waktu ia sadarbetapa sedikitnya yang bisa kuceritakan padanya.Atau mungkin itu hanya perasaan bersalahkusetelah menguping pembicaraannya dengan Charliekemarin pagi.Aku sedang sibuk berkutat dengan cairanpembersih, menggosok dasar bak mandi, waktu belpintu berbunyi.Aku langsung menoleh pada Alice, danekspresinya terperangah, nyaris waswas, hal yanganeh; Alice tidak pernah terkejut."Sebentar!" seruku ke pintu depan, berdiri, lalubergegas ke wastafel untuk membasuh kedualenganku."Bella," kata Alice dengan secercah nadafrustrasi dalam suaranya, "kurasa aku bisamenebak siapa yang datang itu, jadi kupikir adabaiknya kalau aku pergi."

"Menebak?" aku menirukan. Sejak kapan Aliceharus menebak sesuatu?"Bila ini pengulangan dari ketidakmampuankumelihat masa depan seperti yang terjadi kemarin,maka besar kemungkinan yang datang itu JacobBlack atau salah seorang... temannya."Aku menatap Alice, mulai paham. "Jadi kautidak bisa melihat werewolf?"Alice meringis. "Sepertinya begitu." Jelas iajengkel oleh fakta ini—sangat jengkel.Bel pintu berdering lagi—berbunyi untuk keduakalinya, cepat dan tidak sabar."Kau tidak perlu pergi ke mana-mana, Alice. Kauyang lebih dulu berada di sini."Alice mengumandangkan tawa kecilnya yangmerdu itu— ada nada sinis di sana. "Percayalahpadaku—bukan ide bagus membiarkan aku beradadalam ruangan yang sama dengan Jacob Black."Alice mengecup pipiku sekilas sebelum lenyap di

http://ac-zzz.blogspot.com/

balik pintu kamar Charlie—dan keluar dari jendelakamar bagian belakang, tak diragukan lagi.Bel pintu kembali berdering.

18. PEMAKAMANAKU berlari cepat menuruni tangga danmenyentakkan pintu, membukanya.

Yang datang Jacob, tentu saja. Walaupun "buta",Alice tidak bodoh.Ia berdiri nyaris dua meter dari pintu, hidungnyamengernyit tidak suka, tapi wajahnya tenang—seperti topeng. Meski begitu aku tidak termakanoleh sikapnya yang sok tenang; aku bisa melihatkedua tangannya gemetar pelan.Amarah menjalari tubuhnya. Hal itu membuatkuteringat pada siang tak menyenangkan ketika ialebih memilih Sam ketimbang aku, dan akumerasakan daguku terangkat dengan sikap defensifsebagai respons.Rabbit milik Jacob menunggu dengan mesinmenyala di pinggir jalan, bersama Jared di balikkemudi dan Embry di kursi penumpang. Akupaham maksudnya: mereka takut membiarkanJacob datang ke sini sendirian. Itu membuatkusedih, sekaligus agak jengkel. Keluarga Cullentidak seperti itu.“Hai,” sapaku akhirnya ketika Jarob tak jugabicara.Jake mengerucutkan bibir, masih berdiri agakjauh dari pintu. Matanya menyapu bagian depanrumah. Aku menggertakkan gigi. "Dia tidak di sini.Kau membutuhkan sesuatu?"Jacob ragu-ragu. "Kau sendirian?""Ya." Aku mendesah."Boleh aku bicara sebentar denganmu?""Tentu saja boleh, Jacob. Silakan masuk."

Jacob menoleh memandangi teman-temannya di

http://ac-zzz.blogspot.com/

mobil. Kulihat Embry menggeleng sedikit. Entahmengapa, itu membuatku jengkel bukan main.Rahangku kembali terkatup rapat. "Pengecut,”gumamku pelan.Mata Jacob beralih lagi padaku, alisnya yanghitam tebal berkerut marah di atas matanya yangmenjorok masuk. Rahangnya mengeras, dan iaberjalan mengentak-entakkan kaki—tidak adaistilah lain untuk melukiskan caranya berjalan—menghampiriku dan merangsek melewatiku masukke rumah.Aku menatap Jared dan kemudian Embry dulu—aku tidak suka cara mereka menatapku tajamseperti itu; apakah mereka benar-benar mengiraaku akan membiarkan Jacob dilukai?—sebelummenutup pintu di depan hidung mereka.Jacob berdiri di ruang depan di belakangku,memandangi onggokan selimut di ruang tamu."Pesta menginap nih?" tanyanya, nadanya sinis."Yeah," jawabku, sama ketusnya. Aku tidak sukamelihat Jacob bertingkah seperti ini. "Memangnyakenapa?”Jacob mengernyitkan hidungnya lagi, sepertimencium suatu yang tidak menyenangkan. "Mana‘teman’-mu?” Aku bisa mendengar tanda kutipdalam suaranya.“Ada beberapa hal yang harus dia kerjakan.Dengar, Jacob, apa maumu?”

Ada sesuatu di ruangan ini yang kelihatannyamembuat Jacob gelisah—kedua lengannya yangpanjang bergetar. Ia tidak menjawab pertanyaanku.Ia malah beranjak ke dapur, matanya jelalatan.Aku mengikutinya. Ia mondar-mandir di depankonter dapur yang pendek."Hei." seruku, menghalanginya. Jacob berhentimondar-mandir dan menunduk memandangiku."Apa masalahmu?""Aku tidak suka harus datang ke sini"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Ucapannya menyinggung perasaanku. Akumeringis, dan mata Jacob terpejam."Kalau begitu sayang sekali kau harus datang,"gerutuku. "Mengapa tidak langsung sajakausampaikan apa yang perlu kausampaikansupaya kau bisa pergi?"“Aku hanya perlu mengajukan beberapapertanyaan padamu. Tidak butuh waktu lama.Kami harus segera kembali untuk menghadiripemakaman.""Oke. Tanyakan saja" Aku mungkin terlaluberlebihan dalam menunjukkan sikapbermusuhan, tapi aku tidak mau Jacob melihatbetapa menyakitkannya ini bagiku. Aku tahu akutidak bersikap adil. Bagaimanapun, aku lebihmemilih si pengisap darah ketimbang dia semalam.Aku menyakitinya lebih dulu.Jacob menghela napas dalam-dalam, dan jarijarinyayang gemetar mendadak diam. Wajahnyamulai tenang seperti topeng.

“Salah satu anggota keluarga Cullen menginap disini bersamamu," ujarnya.“Benar. Alice Cullen."Jacob mengangguk khidmat. "Berapa lama diaakan berada di sini?""Selama yang dia inginkan." Nadaku masihmenantang. "Rumah ini terbuka baginya.""Menurutmu bisakah kau... tolong...menjelaskan padanya tentang yang lain itu—Victoria?"Wajahku memucat. "Aku sudah berceritapadanya."Jacob mengangguk. "Kau perlu tahu bahwa kamihanya bisa mengawasi wilayah kami sendiri denganadanya seorang anggota keluarga Cullen di sini.Kau baru akan aman bila berada di La Push. Akutidak bisa lagi melindungimu di sini.""Oke," sahutku, suara nyaris tak terdengar.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob memalingkan wajah, memandang ke luarjendela. Ia tidak melanjutkan kata-katanya."Itu saja?"Dengan mata tetap tertuju ke jendela, Jacobmenjawab, "Satu pertanyaan lagi."Aku menunggu, tapi ia tidak bicara juga. "Ya?"desakku akhirnya."Apakah yang lain-lain juga akan kembali ke sinisekarang?" tanyanya, suaranya pelan dan tenang.Mengingatkanku pada pembawaan Sam yangselalu tenang. Semakin hari Jacob semakin mirip

Sam... aku heran sendiri mengapa itu membuatkumerasa sangat terganggu.Sekarang akulah yang diam saja. Jacob menolehdan memandangi wajahku dengan matamenyelidik."Well?" tanyanya. Susah payah ia berusahamenutupi ketegangan di balik ekspresinya yangtenang."Tidak," jawabku akhirnya. Dengan enggan."Mereka tidak akan kembali."Ekspresinya tidak berubah. "Oke. Itu saja.Kutatap dia dengan garang, kejengkelankukembali membara.”Well, sekarang kau bisa pergi.Katakan pada Sam monster-monster mengerikanitu tidak kembali untuk menyerang kalian.”“Oke,” ulang Jacob, tetap tenang.Sepertinya perkataanku itu menyinggungperasaannya. Jacob cepat keluar dari dapur. Akumenunggu mendengar bunyi pintu depan dibuka,tapi tidak terdengar apa-apa. aku bisa mendengardetak jarum jam di atas kompor, dan dalam hatiaku mengagumi kemampuan Jacob bergerak tanpasuara.Benar-benar kacau. Bagaimana mungkin akubisa membuatnya menjauh dariku dalam waktubegitu singkat?Apakah ia akan memaafkanku bila Alice sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

pergi nanti? Bagaimana kalau ia tidakmemaafkanku?

Aku bersandar lemas ke konter dan menguburwajahku dengan kedua tangan. Bagaimana akubisa mengacaukan semuanya? Tapi apa lagi yangbisa kulakukan yang mungkin membuahkan hasilberbeda? Bahkan saat menoleh ke belakang, akutak bisa memikirkan cara lain yang lebih baik,tindakan lain yang sempurna."Bella...?" tanya Jacob, suaranya gelisah. Akumengeluarkan wajahku dari balik tangan danmelihat Jacob ragu-ragu di ambang pintu dapur;ternyata ia belum pergi seperti yang kukira. Setelahmelihat tetes-tetes bening berkilauan di tanganku,barulah aku sadar bahwa aku menangis.Ekspresi tenang Jacob kini lenyap; wajahnyacemas dan tak yakin. Ia bergegas kembali danberdiri di depanku, menunduk sehingga matanyadekat sekali dengan mataku."Aku melakukannya lagi, ya?""Melakukan apa?" tanyaku, suaraku pecah,"Melanggar janjiku. Maaf.""Tidak apa-apa," gumamku. "Kali inipenyebabnya aku sendiri."Wajah Jake berkerut-kerut. "Aku tahubagaimana perasaanmu terhadap mereka.Seharusnya aku tidak kaget lagi."Aku bisa melihat perubahan di matanya. Inginrasanya aku menjelaskan bagaimana Alicesesungguhnya, untuk melindunginya daripenghakiman Jacob, tapi seolah-olah ada yang

mengingatkanku bahwa sekarang belum waktunyamenjelaskan hal itu.Maka aku hanya bisa berkata, "Maaf," sekali lagi."Bagaimana kalau kita tidak usahmempermasalahkannya lagi, oke? Dia hanyaberkunjung, kan? Dia akan pergi, dan keadaan

http://ac-zzz.blogspot.com/

akan kembali normal.""Tidak bisakah aku berteman dengan kalianberdua sekaligus?" tanyaku, suaraku tak mampumenyembunyikan kepedihan yang kurasakan.Jacob menggeleng lambat-lambat. "Tidak, kurasatidak bisa."Aku mengisap ingus dan memandangi kakinyayang besar. "Tapi kau mau menungguku, kan? Kauakan tetap menjadi temanku, walaupun aku jugamenyayangi Alice?"Aku tidak mendongak, takut melihat pikiranJacob berkaitan dengan kalimat terakhirku tadi.Jacob tidak langsung menjawab, jadi mungkin adabenarnya aku tidak melihat tadi."Yeah, aku akan selalu menjadi temanmu,"katanya parau. "Tak peduli siapa pun yangkausayangi."“Janji?”“Janji.”Aku bisa merasakan lengan Jacob meliukku,dan aku bersandar di dadanya, masih terisak-isak.“Menyebalkan.”

"Yeah.” Kemudian Jacob mengendusi rambutkudan berseru, “Hueek.”“Apa!” sergahku. Aku mendongak dan melihathidung Jacob mengernyit lagi. "Mengapa semuaorang bersikap begitu padaku? Aku kan tidak bau!”Jacob tersenyum sedikit. "Ya. kau bau—baumuseperti mereka. Hah. Terlalu manis—manismemuakkan. Dan... dingin. Membakar hidungku.""Sungguh?" Aneh. Bau Alice wangi sekali. Bagimanusia, setidaknya. "Tapi kalau begitu, mengapaAlice juga menganggapku bau sekali?"Senyum Jacob langsung lenyap. "Hah. Mungkinbaginya bauku juga tidak terlalu enak. Hah.""Well, bau kalian baik-baik saja menurutku."Aku meletakkan kepalaku di dadanya lagi. Akuakan sangat kehilangan Jacob kalau dia pergi

http://ac-zzz.blogspot.com/

meninggalkanku nanti. Seperti makan buahsimalakama saja—di satu sisi aku ingin Alice tetapdi sini selamanya. Aku bisa mati—secarametaforis—bila dia meninggalkanku. Tapibagaimana aku bisa tahan hidup tanpa bertemuJacob? Benar-benar kacau, pikirku lagi.“Aku pasti akan merindukanmu," bisik Jacob,menyuarakan pikiranku. "Setiap menit. Mudahmudahansebentar lagi dia pergi.""Tidak harus seperti itu, Jake."Jacob mendesah. "Tidak, memang harus begitu,Bella. Kau... sayang padanya. Jadi lebih baik bilaaku tidak dekat-dekat dengannya. Aku tidak yakinakan cukup bisa mengendalikan diri untuk

menghadapinya. Sam pasti marah kalau akumelanggar kesepakatan, dan–" nadanya berubahsarkastis—"mungkin kau juga tidak suka kalauaku membunuh temanmu.”Aku terkejut mendengar perkataannya, tapiJacob justru semakin mempererat lengannya,menolak melepaskanku. "Tidak ada gunanyamenghindari kebenaran. Memang begitulahkeadaannya, Bells."“Aku tidak suka keadaannya seperti itu."Jacob membebaskan satu tangan sehingga bisamengangkat daguku dengan tangan cokelatnyayang besar dan memaksaku menatapnya. "Yeah.Lebih mudah dulu, ketika kita masih sama-samamanusia, ya?"Aku mendesah.Kami saling memandang lama sekali. Tangannyapanas membara di kulitku. Di wajahku, aku tahutidak tergambar emosi apa pun kecuali kesedihansendu—aku tidak ingin mengucapkan selamatberpisah sekarang, meski hanya sebentar. Mulanyawajah Jacob merefleksikan wajahku, namun ketikakami sama-sama tak mengalihkan pandangan,ekspresinya berubah.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Ia melepaskanku, mengangkat tangannya yanglain untuk membelai pipiku dengan ujung-ujungjari, terus hingga ke dagu. Aku bisa merasakanjari-jarinya bergetar—kali ini bukan karena marah.Ia menaruh telapak tangannya ke pipiku, sehinggawajahku terperangkap oleh kedua tangannya yangpanas membara.

"Bella," bisiknya.Aku membeku.Tidak! Aku belum mengambil keputusan tentangini. Entah apakah aku mampu melakukannya, dansekarang aku sedang tak bisa berpikir. Tapisungguh tolol jika aku mengira menolaknyasekarang takkan menghasilkan konsekuensi apaapa.Aku membalas tatapannya. Ia bukan Jacob-ku.tapi ia bisa menjadi milikku. Wajahnya sangatkukenal dan kusayang. Dalam begitu banyak hal,aku memang mencintainya. Ia penghiburku,pelabuhanku yang aman. Sekarang mi, aku bisamemilih untuk menjadikannya milikku.Alice memang sekarang kembali, tapi itu tidakmengubah apa-apa. Cinta sejari telah hilangselama-lamanya. Sang pangeran takkan pernahkembali untuk mengecupku danmembangunkanku dari tidur yang panjang. Lagipula, aku juga bukan seorang putri. Jadi apaprotokol cerita dongeng untuk ciuman-ciuman lain?Ciuman sepele yang tidak memusnahkan mantra?Mungkin akan mudah—seperti menggenggamtangannya atau dirangkul olehnya. Mungkin akanterasa menyenangkan. Mungkin tidak akan terasaseperti pengkhianatan. Lagi pula, memangnya akumengkhianati siapa? Hanya diriku.Sambil tetap menatap mataku, Jacob mulaimendekatkan wajahnya ke wajahku. Tapi akumasih belum bisa memutuskan.

Dering telepon membuat kami sama-sama

http://ac-zzz.blogspot.com/

melompat kaget, namun tidak membuyarkankonsentrasi Jacob. Ia menarik tangannya daribawah daguku dan menyambar gagang telepon,tapi sambil tetap memegang pipiku dengantangannya yang lain. Matanya yang gelap takberalih sedikit pun dari mataku. Pikiranku terlalukacau untuk bisa bereaksi, bahkan mengambilkesempatan dari gangguan yang mendadak itu."Kediaman keluarga Swan," jawab Jacob, suaraseraknya rendah dan dalamSeseorang menyahut, dan sikap Jacob sertamertaberubah. Ia menegakkan badan, dantangannya terjatuh dari wajahku. Matanyalangsung berubah datar, wajahnya kosong, danaku berani mempertaruhkan sisa dana kuliahkuyang tidak seberapa bahwa yang menelepon itupasti Alice.Kesadaranku pulih dan tanganku terulur,meminta telepon. Jacob tak menggubrisku."Dia tidak ada di sini," jawab Jacob, dan katakatanyabernada garang.Orang yang menelepon itu mengatakan sesuatu,sepertinya meminta tambahan informasi, karenaJacob menambahkan dengan sikap enggan, "Diasedang menghadiri pemakaman."Lalu Jacob menutup telepon. "Dasar pengisapdarah kurang ajar," gerutunya pelan. Ia kembalimenunjukkan wajah yang seperti topeng getir itu.

"Siapa itu, kenapa kau menutup telepon begitusaja?" aku terkesiap, marah. "Ini rumahku, dan ituteleponku!""Tenang! Justru dia yang menutup teleponduluan!""Dia? Dia siapa?"Jacob menyemburkan gelar itu dengan nadamengejek. "Dr. Carlisle Cullen.""Mengapa kau tidak memberikan teleponnyapadaku?!"

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Dia tidak minta bicara denganmu kok," jawabJacob dingin. Wajahnya tenang, tanpa ekspresi,tapi kedua tangannya gemetar. "Dia bertanya dimana Charlie dan kujawab. Kurasa aku tidakmelanggar etika apa pun.""Dengar aku, Jacob Black—"Tapi Jacob jelas tidak mendengarkan katakataku.Ia menoleh ke belakang dengan cepat,seolah-olah ada orang yang memanggilnya dariruangan lain. Matanya membelalak lebar dantubuhnya mengejang, lalu mulai bergetar. Otomatisaku ikut mendengarkan juga, tapi tidak terdengarsuara apa-apa."Bye, Bells." semburnya, lalu tergesa-gesamenuju pintu depan.Aku berlari mengejarnya. "Ada apa?”Kemudian aku menabraknya, saat ia berhenti,menggoyang-.oyanskan badan dengan bertumpuPada tumit, memaki pelan. Tiba-tiba ia berbalik

lagi, menyenggolku keras. Aku goyah dan rubuh kelantai, kedua kakiku tersangkut di kakinya."Sialan, aduh!” protesku saat Jacob buru-burumenyentakkan kakinya, membebaskannya daribelitan kakiku.Susah payah aku bangkit kembali sementaraJacob berlari menuju pintu belakang; mendadak iakembali membeku. Alice berdiri tak bergerak dikaki tangga."Bella," panggilnya dengan suara tercekat. Akucepat-cepat berdiri dan menghamburmendapatinya. Mata Alice nanar dan menerawangjauh, wajahnya tegang dan pucat pasi sepertimayat. Tubuhnya yang langsing bergetar karenapergolakan di dalam dirinya."Alice, ada apa?" pekikku. Aku merengkuhwajahnya dengan kedua tangan, berusahamenenangkannya.Matanya mendadak terfokus ke mataku,

http://ac-zzz.blogspot.com/

membelalak oleh kesedihan."Edward," hanya itu yang ia bisikkan.Tubuhku bereaksi lebih cepat daripada yangsanggup ditangkap oleh otakku begitu mendengarjawabannya. Awalnya aku tak mengerti mengaparuangan berputar atau dari mana raungan hampadi telingaku ini berasal. Pikiranku bergerak sangatlambat, tak mampu mencerna wajah Alice yangmuram dan apa hubungan hal itu dengan Edward,sementara tubuhku saat itu sudah goyah, mencarikelegaan dalam ketidaksadaran sebelum kenyataandapat menghantamku telak-telak.

Tangga terlihat miring dalam sudut yang sangattidak lazim.Suara Jacob yang marah tiba-tiba terdengar ditelingaku, mendesis menghamburkan kata-katamakian. Samar-samar aku merasa tidak senang.Teman-teman barunya jelas memberi pengaruhyang tidak baik.Aku terbaring di sofa tanpa mengerti mengapaaku bisa berada di sana, dan Jacob masih terusmengumpat-umpat. Rasanya seperti ada gempabumi—sofa berguncang-guncang di bawahtubuhku."Kauapakan dia?" tuntut Jacob.Alice tak menggubrisnya. "Bella? Bella, sadarlah.Kita harus bergegas.""Jangan mendekat," tegur Jacob."Tenanglah, Jacob Black," Alice memerintahkan."Jangan sampai kau berubah dalam jarak sedekatitu dengannya.""Kurasa aku tidak punya masalah dalammengendalikan diri," sergah Jacob, tapi suaranyaterdengar sedikit lebih dingin.“Alice?" Suaraku lemah. "Apa yang terjadi?"tanyaku, walaupun aku tidak ingin mendengarnya."Aku tidak tahu," Alice tiba-tiba meraung. "Apayang dia pikirkan?!"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Susah payah aku berusaha mengangkattubuhku, meski kepalaku pusing. Sadarlah akubahwa aku mencengkeram tangan Jacob untuk

menyeimbangkan diri. Dialah yang berguncangguncang,bukan sofanya.Alice mengeluarkan ponsel perak kecil daridalam tas sementara mataku memandanginya.Jari-jarinya menekan cepat serangkaian tombol,begitu cepatnya hingga tampak kabur."Rose, aku harus bicara dengan Carlislesekarang.” Suaranya tajam saat melontarkan katakataitu. "Baiklah, pokoknya segera setelah diakembali. Tidak, aku akan naik pesawat. Dengar,kau sudah dapat kabar dari Edward?”Alice terdiam sekarang, mendengarkan denganekspresi yang semakin lama semakin ngeri.Mulutnya ternganga, membentuk huruf O penuhkengerian, dan ponsel di tangannya bergetar hebat."Mengapa?” ia terkesiap. “Mengapa kau berbuatbegitu, Rosalie?”Apa pun jawabannya, itu membuat dagu Alicemengeras karena marah. Matanya berkilat-kilatdan menyipit.“Well kau salah besar dua kali, Rosalie, jadi itupasti akan jadi masalah, bukan?" tanyanya tajam."Ya, benar. Dia baik-baik saja—ternyata akusalah... Ceritanya panjang... Tapi kau juga salahdalam hal itu, karena itulah aku menelepon... Ya,memang itulah yang kulihat."Suara Alice sangat kaku dan bibirnya tertarik kebelakang. "Sudah agak terlambat untuk itu, Rose.Simpan saja penyesalanmu untuk orang yangmemercayainya." Alice menutup ponsel lipatnyakeras-keras.

Ia tampak tersiksa saat berpaling menatapku."Alice," semburku cepat-cepat. Aku belumsanggup membiarkannya bicara. Aku butuh

http://ac-zzz.blogspot.com/

beberapa detik lagi sebelum ia berbicara dan katakatanyamenghancurkan apa yang tersisa dalamhidupku. "Alice, Carlisle sudah kembali. Dia barusaja menelepon..."Alice menatapku kosong. "Kapan?" tanyanyadengan suara bergaung hampa."Setengah menit sebelum kau muncul."“Apa katanya?” Ia benar-benar fokus sekarang,menunggu jawabanku.“Aku tidak sempat bicara dengannya." Matakumelirik Jacob.Alice mengalihkan tatapannya yang tajammenusuk pada Jacob. Jacob tersentak, tapibergeming di dekatku. Ia duduk dengan sikapcanggung, hampir seperti berusaha menamengikudengan tubuhnya."Dia minta bicara dengan Charlie, dankukatakan Charlie tidak ada," sergah Jacob dengannada tidak senang."Hanya itu?" tuntut Alice, suaranya sedingin es."Lalu dia langsung menutup telepon," bentakJacob. Sekujur tubuhnya bergetar, membuatkuikut terguncang.Alice menyentakkan kepalanya kembali kearahku. "Bagaimana persisnya kata-katanya?"

"Dia bilang, 'Dia tidak ada di sini,’ dan waktuCarlisle bertanya Charlie ke mana, Jacobmenjawab, 'Dia sedang menghadiri pemakaman.’”Alice mengerang dan merosot lemas."Katakan padaku, Alice," bisikku."Itu tadi bukan Carlisle," katanya dengan sikaptak berdaya."Jadi menurutmu aku pembohong?" raung Jacobdari sampingku.Alice mengabaikannya, memfokuskan diri padawajahku yang kebingungan."Itu tadi Edward." Alice mengucapkannya sambil

http://ac-zzz.blogspot.com/

berbisik dengan suara tercekat. "Dia mengira kausudah mati."Pikiranku mulai bekerja lagi. Kata-kata itubukanlah yang kutakutkan, dan kelegaanmenjernihkan pikiranku."Rosalie memberi tahu dia bahwa aku bunuhdiri, benar, kan?" tanyaku, mendesah saattubuhku mulai rileks kembali."Benar," Alice mengakui, matanya berkilatmarah. "Dalam pembelaannya, dia memang benarbenarmemercayainya. Mereka terlalumengandalkan penglihatanku meskipunpenglihatanku tidak sempurna. Tapi Rosaliesampai melacak keberadaan Edward hanya untukmenyampaikan hal itu! Apakah dia tidak sadar...atau peduli...?" Suara Alice menghilang dalamkengerian.

"Dan waktu Edward menelepon ke sini, diamengira yang dimaksud Jacob adalahpemakamanku," aku tersadar. Sakit rasanyamengetahui aku tadi sudah sangat dekatdengannya, hanya beberapa sentimeter saja darisuaranya. Kuku-kukuku terbenam di kulit lenganJacob, tapi ia bergeming.Alice menatapku aneh. "Kau tidak kalut,"bisiknya."Well, waktunya memang sangat tidak tepat, tapisemua bisa diluruskan kembali. Kalau diamenelepon lagi nanti, dia bisa diberitahu tentang...kejadian... sebenarnya..." Suaraku menghilang.Tatapan Alice membuat kata-kataku tersangkut ditenggorokkan.Mengapa Alice sepanik ini? Mengapa wajahnyaberkerut-kerut oleh sikap kasihan bercampurngeri? Apa yang dikatakannya pada Rosalie ditelepon barusan? Sesuatu tentangpenglihatannya... dan penyesalan Rosalie; Rosalietakkan pernah menyesali apa pun yang terjadi

http://ac-zzz.blogspot.com/

padaku. Tapi bila dia menyakiti keluarganya,saudara lelakinya..."Bella," bisik Alice. "Edward tidak akanmenelepon lagi. Dia percaya pada Rosalie."“Aku. Tidak. Mengerti." Mulutku membentuksetiap kata tanpa suara. Aku tidak sanggupmendorong udara keluar dari mulutku untukmengucapkan kata-kata yang akan membuat Alicemenjelaskan maksudnya."Dia pergi ke Italia."

Seketika aku langsung mengerti.Ketika suara Edward terngiang kembali dalamingatanku, suaranya bukan lagi imitasi sempurnadari delusiku. Hanya nada datar dan lemah sepertiyang terekam dalam ingatanku. Tapi kata-katanyasaja sudah cukup mengoyak dadaku danmembuatnya menganga lebar. Kata-kata ituberasal dari saat ketika aku beranimempertaruhkan segala yang kumiliki pada faktabahwa ia mencintaiku.Well aku tidak mau hidup tanpa kau, kataEdward waktu itu ketika kami menonton Romeodan Juliet meninggal, persis di ruangan ini. Tapiaku tidak tahu bagaimana melakukannya... akutahu Emmett dan Jasper tidak akan maumembantu... jadi kupikir mungkin aku akan pergi keItalia dan melakukan sesuatu untuk memprovokasiVolturi... Kau tidak boleh membuat kesal keluargaVolturi. Kecuali kau memang ingin mati.Kecuali kau memang ingin mati."TIDAK!" Penyangkalan setengah berteriak ituterdengar sangat nyaring setelah kata-kata yangdiucapkan sambil berbisik, hingga membuat kamisemua terlonjak kaget. Aku merasa darahmenyembur ke wajahku saat aku menyadari apayang telah dilihat Alice. "Tidak! Tidak, tidak, tidak!Tidak boleh! Dia tidak boleh melakukan hal itu!""Dia langsung membulatkan tekad begitu

http://ac-zzz.blogspot.com/

temanmu mengonfirmasi bahwa sudah terlambatuntuk menyelamatkanmu."

"Tapi dia... dia yang pergi! Dia tidakmenginginkanku lagi! Apa bedanya itu sekarang?Dia toh sudah tahu aku bakal meninggal suatusaat nanti!""Menurutku dia memang tidak berniat hidup lagisetelah kau tidak ada," ujar Alice pelan."Berani betul dia!" jeritku. Aku berdiri sekarang,dan Jacob bangkit dengan sikap ragu, lagi-lagimenempatkan dirinya di antara Alice dan aku."Oh, minggirlah, jacob!" Kusikut tubuhnya yanggemetar itu dengan sikap tidak sabar. “Apa yangbisa kita lakukan?” tanyaku pada Alice. Pasti adayang bisa kami lakukan. “Apakah kita tidak bisameneleponnya? Bisakah Carlislemenghubunginya?”Alice menggeleng-geleng. "Itu hal pertama yangkucoba. Dia membuang ponselnya ke tong sampahdi Rio—teleponku dijawab orang lain...,” bisiknya."Kaubilang tadi kita harus bergegas. Bergegasbagaimana? Ayo kita lakukan, apa pun itu!""Bella, aku – aku tidak bisa memintamuuntuk..." Suaranya menghilang dalamkebimbangan."Minta saja!" perintahku.Alice memegang bahuku dengan kedua tangan,memegangiku jari-jarinya membuka dan menutupsecara sporadis untuk memberi penekanan padakata-katanya. "Mungkin saja kita sudah terlambat.Aku melihatnya mendatangi keluarga Volturi... danminta mati." Kami sama-sama bergidik, dan

mataku tiba-tiba buta. Aku mengerjap-ngerjapkanmata, mengusir air mata yang merebak. "Sekarangtergantung pada pilihan mereka. Aku tidak bisamelihatnya sampai mereka mengambil keputusan.Tapi kalau mereka mengatakan tidak, dan itu

http://ac-zzz.blogspot.com/

mungkin saja terjadi—Aro kan, menyayangiCarlisle, dan tidak mau membuatnya sedih –Edward punya rencana cadangan. Keluarga Volturisangat protektif terhadap kota mereka. KalauEdward melakukan sesuatu yang mengoyakkankedamaian tempat itu, menurut perkiraannya,mereka pasti akan bertindak untukmenghentikannya. Dan dia benar. Mereka memangakan bertindak."Kutatap Alice dengan dagu mengejang frustrasi.Aku belum mendengar alasan apa pun yang bisamenjelaskan mengapa kami masih berdiri di sini.“Jadi kalau mereka setuju mengabulkanpermintaannya, berarti kita terlambat. Kalaumereka menolak, dan Edward menjalankanrencananya untuk membuat mereka marah, kitajuga terlambat. Kalau dia melakukankecenderungan teatrikal-nya... mungkin kita masihpunya waktu.""Ayo kita pergi!""Dengar, Bella! Terlepas dari apakah kita nantiterlambat atau tidak, kita akan berada di jantungkota Volturi. Aku akan dianggap kaki tanganEdward bila dia berhasil. Kau akan menjadimanusia yang bukan hanya terlalu banyak tahu,tapi juga membangkitkan selera. Besarkemungkinan mereka akan menghabisi kita—

walaupun dalam kasusmu hukumannya mungkinmenjadikanmu menu makan malam.""Jadi itukah sebabnya kita tidak kunjungberangkat juga?" tanyaku dengan sikap takpercaya. "Aku akan pergi sendirian kalau kautakut." Dalam hati aku menghitung jumlah uang direkeningku, dan bertanya-tanya apakah Alicebersedia meminjamkan kekurangannya padaku.“Aku hanya takut membuatmu terbunuh.”Aku mendengus sebal. "Setiap hari juga akuhampir terbunuh kok! Katakan padaku apa yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

perlu kulakukan!”"Tulis pesan untuk Charlie. Aku akan meneleponperusahaan penerbangan."“Charlie," aku terkesiap.Bukan berarti keberadaanku di sini bisamelindunginya, tapi sanggupkah akumeninggalkannya sendirian di sini untukmenghadapi... ."Aku tidak akan membiarkan apa pun menimpaCharlie.” Suara pelan Jacob terdengar paraubercampur marah. "Masa bodoh dengankesepakatan."Aku mendongak dan menatapnya, tapi Jacobmerengut melihat ekspresiku yang panik."Cepatlah. Bella,” sela Alice dengan nadamendesak. Aku berlari ke dapur, menyentakkanlaci-laci hingga terbuka dan membuang semuaisinya ke lantai, kalang-kabut mencari bolpoin.

Sebuah tangan cokelat halus mengulurkan bolpoinpadaku."Trims,” gumamku, menarik tutupnya dengangigi. Tanpa bersuara Jacob mengulurkan notestempat kami biasa menuliskan pesan-pesantelepon. Kurobek lembaran paling atas dankulempar begitu saja ke balik bahuku.Dad, tulisku. Aku bersama Alice. Edward sedangada masalah. Dad boleh menghukumku kalau akupulang nanti Aku tahu waktunya sangat tidak tepat.Maafkan aku. Sangat sayang padamu. Bella."Jangan pergi," bisik Jacob. Amarahnya lenyapkarena sekarang Alice sudah tak ada lagi diruangan itu.Aku tidak mau membuang-buang waktuberdebat dengannya. "Kumohon, kumohon,kumohon jaga Charlie baik-baik," pintaku sambilmelesat kembali ke ruang depan. Alice menunggudi ambang pintu dengan tas disampirkan kepundak.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Ambil dompetmu—kau harus membawa KTP.Please, kuharap kau punya paspor. Tak ada waktuuntuk membuat paspor palsu."Aku mengangguk dan berlari menaiki tangga,lututku lemas oleh perasaan bersyukur karenaibuku sempat ingin menikah dengan Phil di pantaidi Meksiko. Tentu saja, seperti semua rencananyayang lain, rencana itu gagal total. Tapi aku sudahtelanjur melakukan segala persiapan berkenaandengan rencananya itu.

Aku menghambur memasuki kamar. Kujejalkandompet tuaku, T-shirt bersih, dan celana panjangke dalam ransel, dan cak ketinggalan sikat gigi.Lalu aku melesat lagi menuruni tangga. Perasaandeja vu nyaris terasa mencekik saat ini.Setidaknya, tidak seperti waktu itu—ketika akuharus melarikan diri dari Forks untuk lolos darikejaran para vampir haus darah, bukan malahmenemui mereka—aku tidak perlu berpamitandengan Charlie secara langsung.Jacob dan Alice tampak bersitegang di depanpintu yang terbuka, berdiri berjauhan satu samalain hingga awalnya orang pasti takkan mengiramereka sedang berbicara. Tampaknya mereka takmenggubris kemunculanku kembali yang berisik."Mungkin saja kau bisa mengendalikan dirisesekali, tapi kau membawanya ke hadapan

lintahlintahyang—" tuduh Jacob dengan nada marah."Ya. Kau benar, anjing." Alice tak kalah garang."Keluarga Volturi itu inti utama jenis kami—merekalah alasan mengapa bulu kudukmumeremang saat kau mencium bauku. Merekahakikat mimpi-mimpi burukmu, kengerian di balikinstingmu. Aku bukannya tidak menyadari hal itu.""Dan kau membawa Bella ke mereka, sepertimembawa sebotol anggur ke pesta!" teriak Jacob."Kaupikir dia lebih aman bila aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

meninggalkannya sendirian di sini, bersamaVictoria yang mengincarnya?”"Kami bisa mengatasi si rambut merah.”

"Kalau benar begitu, mengapa dia masihberburu?"Jacob menggeram, dan getaran hebatmengguncang tubuhnya.“Hentikan!” teriakku pada mereka berdua, kalutoleh perasaan tidak sabar. "Nanti saja berdebatnya,kalau kita sudah kembali. Ayo berangkat!'Alice berbalik menuju mobilnya, menghilangsaking buru-burunya. Aku bergegas menyusulnya,otomatis berhenti sebentar untuk berbalik danmengunci pintu.Jacob menyambar lenganku dengan tangannyayang gemetar. "Please, Bella. Kumohon."Bola matanya yang gelap berkaca-kaca oleh airmata. Tenggorokanku tercekat."Jake, aku harus—“"Tapi kau tidak harus pergi. Sungguh. Kau bisatinggal di sini bersamaku. Kau bisa tetap hidup.Demi Charlie. Demi aku."Mesin Mercedes Carlisle menderum; meraungraungsemakin keras saat Alice menginjak pedalgas dengan tidak sabar.Aku menggeleng, air mataku mengalir turun.Kutarik lenganku dari pegangannya, dan Jacobtidak menahanku.“Jangan mati, Bella," katanya dengan suaratercekik. "Jangan pergi. Jangan."Bagaimana kalau aku tidak pernah melihatnyalagi?

Pikiran itu menyeruak keluar dari benakku disela-sela air mata tanpa suara; sedu sedanterlontar dari dadaku. Aku meraih pinggang Jacobdan memeluknya sebentar, mengubur wajahkuyang bersimbah air mata di dadanya. Jacob

http://ac-zzz.blogspot.com/

menempelkan tangannya yang besar ke belakangkepalaku, seolah-olah ingin menahanku di sana."Selamat tinggal, Jake." Kutarik tangannya darirambutku, dan kuaum telapaknya. Aku taksanggup menatap wajahnya. “Maaf,” bisikku.Kemudian aku berbalik dan berlari ke mobil.Pintu penumpang sudah terbuka, menunggu.Kulempar ranselku ke belakang dan masuk,membanting pintu di belakangku.“Jaga Charlie baik-baik!" aku menoleh danberteriak ke luar jendela, tapi Jacob sudah tidaktampak lagi. Saat Alice menginjak pedal gas kuatkuatdan – ban mobil berderit keras bagaikanlengkingan suara manusia – memutar mobildengan cepat ke arah jalan, mataku tertumpu padacabikan sesuatu berwarna putih, dekat pinggirpepohonan. Cabikan sepatu.

19. BERPACUKAMI berhasil naik pesawat hanya beberapadetik sebelum jadwal keberangkatan, dan siksaansesungguhnya dimulai. Pesawat bertengger diapron dengan mesin menyala sementara parapramugari melenggang—begitu santainya—di

sepanjang lorong pesawat, menepuk-nepuk tasyang disimpan di kompartemen di atas tempatduduk, memastikan semuanya beres. Pilot-pilotmencondongkan tubuh dari kokpit, mengobroldengan pramugari-pramugari ketika mereka lewat.Tangan Alice terasa keras di pundakku,menahanku tetap di kursi sementara aku bergerakgerakgelisah.“Ini lebih cepat daripada berlari," Alicemengingatkanku dengan suara pelan.Aku hanya mengangguk sambil terus bergerakgerak.Akhirnya pesawat bergulir pelan, sedikit demisedikit menambah kecepatan dan itu semakinmenyiksaku. Kusangka aku bakal lega setelah

http://ac-zzz.blogspot.com/

pesawat akhirnya lepas landas, tapiketidaksabaran yang kurasakan ternyata takberkurang juga.Alice sudah mengangkat telepon dari punggungkursi di depannya sebelum pesawat berhentimenanjak, sengaja memunggungi pramugari yangmenatapnya tidak setuju. Namun sesuatu diekspresiku membuat pramugari itu mengurungkanniatnya untuk menghampiri dan menegur kami.Aku berusaha menulikan telinga dari bisik-bisikAlice dengan Jasper; aku tak ingin mendengarkata-katanya lagi, tapi ada juga beberapa yangtanpa sengaja terdengar olehku.“Aku tidak yakin, aku bolak-balik melihatnyamelakukan berbagai hal berbeda, berkali-kaliberubah pikiran... Pembunuhan massal di kota,

menyerang penjaga, mengangkat mobil di ataskepala di alun-alun kota... kebanyakan hal-halyang akan mengekspos mereka—dia tahu itu carapaling cepat memaksa mereka bereaksi..."Tidak, tidak bisa." Suara Alice semakin pelanhingga nyaris tak terdengar, walaupun aku dudukhanya beberapa sentimeter di sebelahnya. Akumenajamkan pendengaran. "Katakan pada Emmett,jangan... Well, susul Emmett dan Rosalie dan bawamereka kembali... Pikirkan baik-baik, Jasper.Kalau dia melihat salah seorang di antara kita,menurutmu, apa yang akan dia lakukan?"Alice mengangguk. "Tepat sekali. MenurutkuBella-lah satu-satunya kesempatan—kalau masihada kesempatan... aku akan melakukan apa punyang masih bisa dilakukan, tapi siapkan Carlisle;kemungkinannya kecil."Lalu ia tertawa, kemudian suaranya tercekat.“Aku juga sudah memikirkan hal itu... Ya, akujanji." Suaranya berubah memohon. "Jangan ikutiaku. Aku janji, Jasper. Bagaimanapun caranya,aku akan keluar... Dan aku cinta padamu.”

http://ac-zzz.blogspot.com/

Alice menutup telepon, dan bersandar dikursinya dengan mata terpejam. "Aku benci harusberbohong padanya.”"Ceritakan semua padaku, Alice," pintaku. “Akutidak mengerti. Menapa kau menyuruh Jaspermenghentikan Emmett, menapa mereka tidakboleh datang menolong kita?""Dua alasan," bisik Alice, matunya masihterpejam. "Yang pertama sudah kukatakan

padanya. Kami bisa saja berusaha menghentikanEdward sendiri—kalau Emmett bisamenemukannya, mungkin kami bisa meyakinkandia bahwa kau masih hidup. Tapi kami takkanberhasil mendekati Edward diam-diam. Dan kalaudia melihat kami datang mencarinya, dia justruakan bertindak lebih cepat. Dia akan melemparkanBuick ke tembok batu atau semacamnya, dankeluarga Volturi akan melumpuhkannya."Ada alasan kedua tentu saja, alasan yang tidakbisa kuungkapkan pada Jasper. Karena bilamereka ada di sana dan keluarga Volturimembunuh Edward, mereka pasti akan melawankeluarga Volturi, Bella." Alice membuka matanyadan menatapku, memohon. "Kalau saja adakesempatan kami bisa menang... kalau saja adakesempatan kami berempat bisa menyelamatkansaudara kami dengan bertempur untuknya,mungkin ceritanya akan lain. Tapi kami tidak bisa,dan, Bella, aku tidak sanggup kehilangan Jasperseperti itu."Sadarlah aku mengapa mata Alice memohonpengertianku. Ia melindungi Jasper, denganmempertaruhkan nyawa kami sendiri, danmungkin nyawa Edward juga. Aku mengerti, danaku tidak berpikir buruk tentangnya. Akumengangguk.“Apakah Edward tidak bisa mendengarmu?"tanyaku. "Tidak bisakah dia tahu, begitu

http://ac-zzz.blogspot.com/

mendengar pikiranmu, bahwa aku masih hidup,bahwa tidak ada gunanya melakukan hal ini?"

Bukan berarti kalau aku sudah mati ia bisadibenarkan melakukannya. Aku masih tidakpercaya ia sanggup bereaksi seperti ini. Sungguhtak masuk akal! Aku ingat sangat jelas katakatanyahari itu di sofa, ketika kami nonton Romeodan Juliet bunuh diri, yang satu menyusul yanglain. Aku tidak mau hidup tanpa kau, begitu kataEdward waktu itu, seolah-olah itu kesimpulan yangsangat jelas. Tapi kata-kata yang diucapkannya dihutan saat ia meninggalkanku telah membuyarkansemua itu—secara paksa."Kalau dia mendengarkan," Alice menjelaskan."Tapi percaya atau tidak, mungkin saja untukmembohongi pikiranmu. Seandainya kau sudahmeninggal, aku akan tetap berusahamenghentikannya. Dan aku akan berpikir 'Bellamasih hidup, Bella masih hidup’ sekuat tenaga.Dia tahu itu "Kukertakkan gigiku dengan perasaan frustrasi."Kalau kami bisa melakukan ini tanpa kau,Bella, aku tidak akan membahayakankeselamatanmu seperti ini. Tindakanku ini sangattidak bisa dibenarkan.""Jangan tolol. Itu hal terakhir yang seharusnyakaukhawatirkan" Aku menggeleng dengan sikaptak sabar. "Ceritakan apa yang kaumaksud waktubilang kau tidak suka harus membohongi Jasper."Alice menyunggingkan senyum muram. "Akuberjanji padanya akan keluar sebelum merekamembunuhku juga. Padahal aku tidak bisamenjamin—itu sangat tidak mungkin." Alicemengangkat alis, seolah-olah berusaha

meyakinkanku untuk lebih serius lagi menanggapibahaya itu."Siapa sebenarnya keluarga Volturi ini?" tanyaku

http://ac-zzz.blogspot.com/

berbisik. "Apa yang membuat mereka jauh lebihberbahaya dari pada Emmett, Jasper, Rosalie, dankau?" Sulit membayangkan hal lain yang lebihmengerikan daripada itu.Alice menarik napas dalam-dalam, sekonyongkonyongmelayangkan pandangan tidak suka kebalik bahuku Aku menoleh dan masih sempatmelihat lelaki yang duduk di seberang gangmembuang muka. seakan-akan tidak sedangmenguping pembicaraan kami. Kelihatannya iapengusaha, bersetelan jas lengkap dengan dasi danlaptop di pangkuan. Ketika aku menatapnya kesal,lelaki itu membuka komputer dan dengan lagakterang-terangan memasang headphone ditelinganya.Aku mencondongkan tubuh lebih dekat kepadaAlice. Bibirnya tepat di telingaku saat iamembisikkan ceritanya."Aku kaget waktu kau mengenali nama itu,"katanya. "Bahwa kau langsung mengertimaksudku—waktu kukatakan Edward pergi keItalia. Awalnya kukira aku harus menjelaskan.Seberapa banyak yang sudah diceritakan Edwardpadamu?""Dia hanya mengatakan mereka keluarga tuayang berkuasa, seperti bangsawan. Bahwa kautidak boleh membuat mereka kesal kecuali kauingin... mati," bisikku. Kata terakhir itu sangatsulit diucapkan.

"Kau harus mengerti," ujar Alice, suaranya lebihlambat, lebih terukur. "Kami keluarga Cullen unikdalam banyak hal, lebih daripada yang kauketahui.Sebenarnya... justru tidak normal kalau begitubanyak di antara kami bisa hidup bersama dalamdamai. Sama halnya dengan keluarga Tanya diutara, dan Carlisle berspekulasi bahwa dengantidak mengisap darah manusia, akan lebih mudahbagi kami untuk bisa hidup beradab, membentuk

http://ac-zzz.blogspot.com/

ikatan yang didasarkan pada kasih, bukan sematamatauntuk bertahan hidup atau perasaannyaman. Bahkan kelompok kecil James yangterdiri atas tiga vampir itu bisa dikatakan besar—dan kaulihat sendiri betapa mudahnya Laurentmeninggalkan mereka. Biasanya jenis kamibepergian sendirian, atau berpasang-pasangan.Keluarga Carlisle yang terbesar saat ini, sepanjangpengetahuanku, kecuali satu keluarga lain.Keluarga Volturi."Aslinya, mereka bertiga, Aro, Caius, danMarcus."“Aku pernah melihat mereka," gumamku. "Dilukisan di ruang kerja Carlisle."Alice mengangguk. "Dua wanita bergabungdengan mereka kemudian, dan mereka berlimamembentuk keluarga. Entahlah, tapi menurutkuusia merekalah yang memberi mereka kemampuanuntuk hidup bersama dengan damai. Usia merekatiga ribu tahun lebih. Atau mungkin bakat khususmereka yang membuat mereka sengajabertoleransi. Seperti Edward dan aku, Aro danMarcus juga... berbakat."

Alice melanjutkan ceritanya sebelum aku sempatbertanya. “Atau mungkin juga kecintaan merekapada kekuasaan yang menyatukan mereka.Menyebut mereka dengan istilah bangsawanadalah sangat tepat.""Tapi kalau hanya lima—""Lima yang membentuk keluarga," Alicemengoreksi. "Itu belum termasuk pengawalmereka."Aku menghela napas dalam-dalam."Kedengarannya... serius.""Oh, memang," Alice meyakinkan aku. “Adasembilan pengawal tetap, begitulah yang terakhirkami dengar. Yang lain-lain... tidak tetap. Gontaganti.Dan banyak di antara mereka juga berbakat

http://ac-zzz.blogspot.com/

– dengan bakat-bakat luar biasa, membuat apayang bisa kulakukan terlihat seperti tipuanmurahan. Mereka dipilih keluarga Volruri karenakemampuan mereka, baik cara fisik maupun yanglain."Aku membuka mulut, tapi lalu menutupnya lagi.Kurasa aku tak ingin tahu seberapa kecil peluangmenang dari mereka.Alice mengangguk lagi, seolah-olah mengerti apayang kupikirkan. "Mereka jarang terlibatkonfrontasi. Tak ada yang setolol itu hingga maumencari gara-gara dengan mereka. Mereka tetaptinggal di kota dan hanya pergi untukmelaksanakan kewajiban."“Kewajiban?" aku keheranan.

"Edward tidak menceritakan padamu apa yangmereka lakukan?”"Tidak," jawabku, merasa wajahku kosong tanpaekspresi.Alice melongok lagi ke balik bahuku, ke arah silelaki pengusaha, lalu mendekatkan bibirnya yangsedingin es ke telingaku."Ada alasan mengapa Edward menyebut merekabangsawan... kelas penguasa. Selama beribu-ributahun, mereka menjadi pihak yang menegakkanperaturan kami—itu berarti menghukum parapelanggarnya. Mereka melaksanakan kewajiban itudengan tegas."Mataku terbelalak shock. "Jadi ada peraturan?"tanyaku, suaraku kelewat keras."Ssstt!""Kenapa tak ada yang memberi tahukusebelumnya?" bisikku marah. "Maksudku, akuingin menjadi... salah satu dari kalian! Kenapatidak ada yang menjelaskan aturan-aturannyapadaku?"Alice berdecak melihat reaksiku. "Peraturannyatidak terlalu rumit, Bella. Hanya ada satu

http://ac-zzz.blogspot.com/

larangan—dan kalau kaupikir benar-benar, kaumungkin bisa menebaknya sendiri."Aku berpikir sebentar. "Tidak, aku tidak tahu."Alice menggeleng, kecewa. "Mungkin aturannyaterlalu jelas. Kami – hanya harus merahasiakaneksistensi kami."

“Oh,” gumamku. Memang jelas sekali.“Itu masuk akal, dan kebanyakan kami tidakbutuh diawasi,” lanjut Alice. "Tapi setelah beberapaabad, terkadang salah seorang di antara kami adayang bosan. Atau gila. Entahlah. Dan saat itulahkeluarga Volturi menengahi sebelum perbuatanpara vampir itu bisa mengakibatkan hal buruk bagimereka, atau bagi kami semua.""Jadi Edward...""Berencana melecehkan peraturan itu di kotamereka sendiri—kota yang diam-diam telah merekakuasai selama tiga ribu tahun, sejak ZamanEtruria. Saking protektifnya terhadap kota mereka,mereka tidak mengizinkan perburuan di dalamtembok kota. Bisa jadi Volterra kota teraman didunia—setidaknya dari serangan vampir.""Tapi katamu tadi mereka tidak pernahmeninggalkan kota. Lantas bagaimana merekamakan?""Mereka tidak pergi. Mereka membawa makananmereka dari luar, terkadang dari tempat-tempatsangat jauh. Dengan begitu para pengawal punyakegiatan lain bila tidak sedang menghabisi paravampir yang membelot. Atau melindungi Volterradari hal-hal yang tak diinginkan...""Dari situasi seperti ini, seperti Edward," akumenyelesaikan kalimatnya. Menakjubkan betapamudahnya mengucapkan nama Edward sekarang.Aku tak yakin apa perbedaannya. Mungkin karenaaku tak berniat hidup lebih lama lagi kalau takbisa bertemu dengannya. Atau tidak hidup sama

http://ac-zzz.blogspot.com/

sekali, kalau kami terlambat. Tenang rasanyakarena tahu aku bisa mengakhirinya denganmudah."Aku ragu mereka pernah menghadapi situasiseperti ini,” gumam Alice, kesal. "Tak banyakvampir yang ingin bunuh diri."Suara yang keluar dari mulutku sangat pelan,tetapi Alice sepertinya mengerti itu jerit kesedihan.Ia dengan lengannya yang kurus dan kokoh.“Kita akan berusaha semampu kita, Bella. Inibelum berakhir.”“Memang belum.” Aku membiarkan Alicemenghiburku, meski tahu ia menganggap peluangkami sangat kecil. “Dan keluarga Volturi akanmenghabisi kita kalau kita gagal.”Alice menegang. “Sepertinya kau malah senang.”Aku mengangkat bahu.“Hentikan, Bella, atau kita berbalik di New Yorkdan kembali ke Forks.”“Apa?”“Kau tahu maksudku. Kalau kita terlambatmenyelamatkan Edward, aku akan berusahasekuat tenaga mengembalikanmu ke Charlie, danaku tak mau kau berulah macam-macam.Mengerti?”"Tentu, Alice."Alice mundur sedikit agar bisa memelototiku."Jangan macam-macam.""Sumpah pramuka " tukasku.

Alice memutar bola matanya."Biarkan aku berkonsentrasi sekarang. Aku akanmencoba melihat apa yang direncanakannya."Sebelah tangan Alice tetap merangkulku, tapi iamenyandarkan kepalanya ke kursi danmemejamkan mata. Ia menempelkan tangansatunya ke sisi wajah, mengusap-usapkan ujungjarinya ke pelipis.Aku mengawasinya dengan takjub. Akhirnya ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

diam, tak bergerak sama sekali.Menit-menit berlalu, dan kalau aku tidakmengenalnya, aku mungkin mengira Alice tertidur.Aku tidak berani mengganggunya untuk bertanya.Aku tidak mengizinkan diriku membayangkankengerian yang akan kami hadapi, atau, yang lebihmengerikan, kemungkinan bahwa kami bakalgagal—tidak kalau aku tak ingin menjerit

sekeraskerasnya.Aku juga tak bisa mengantisipasi apa-apa.Mungkin kalau aku sangat, sangat, sangatberuntung, aku bisa menyelamatkan Edward,bagaimanapun caranya. Tapi aku tidak setolol itu,mengira dengan menyelamatkannya, aku bisatinggal bersamanya. Aku tidak berbeda, tidak lebihistimewa daripada sebelumnya. Tak ada alasanbaru mengapa ia menginginkanku sekarang.Bertemu dengannya dan kemudian kehilangan dialagi...Kulawan rasa sedih itu. Ini harga yang haruskubayar untuk menyelamatkan hidupnya. Akuakan membayarnya.

Film diputar, dan penumpang di sebelahkumemasang headphone. Terkadang aku melihat jugasosok-sosok yang berkelebat di layar monitor yangkecil, tapi tidak tahu apakah itu film roman atauhoror.Rasanya seperti berabad-abad baru pesawatmulai mengurangi ketinggian untuk mendarat diNew York City. Alice bergeming dalam trance-nya.Aku bingung harus bagaimana. Kuulurkantanganku untuk menyentuhnya, tapi lalu kutariklagi. Ini terjadi belasan kali sebelum pesawatterguncang menyentuh landasan."Alice," kataku akhirnya. “Alice, kita harusturun."Aku menyentuh lengannya.Pelan-pelan sekali mata Alice terbuka. Ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

menggeleng sebentar.“Ada yang baru?" tanyaku pelan, takut terdengarlelaki di sebelahku.“Tidak juga," jawab Alice sambil mengembuskannapas, nyaris tak bisa kutangkap. "Dia semakindekat. Dia sedang memutuskan bagaimana diaakan memintanya.”“Kami harus berlari mengejar pesawat yang akanmembawa kami ke Italia, tapi itu bagus – lebih baikbegitu daripada harus menunggu. Alicememejamkan mata dan kembali hanyut ke tranceseperti sebelumnya. Aku menunggu sesabarmungkin. Ketika hari kembali gelap aku membukapenutup jendela untuk memandang ke luar, ke

kegelapan yang menghampar tak ada bedanyadengan memandangi penutup jendela.Aku bersyukur selama beberapa bulan ini akubanyak berlatih mengendalikan pikiran. Jadi, alihalihmemikirkan berbagai kemungkinanmengerikan, tak peduli apa pun kata Alice, akutidak berniat tetap hidup, aku berkonsentrasimemikirkan masalah-masalah lain yang lebihringan. Misalnya saja, apa yang akan kukatakanpada Charlie sepulangnya aku nanti? Itu masalahpelik yang cukup menyita pikiran selama beberapajam. Dan Jacob? Ia berjanji akan menunggu, tapiapakah janji itu masih berlaku? Apakah aku akansendirian di Forks nanti, tanpa siapa-siapa samasekali? Mungkin aku tidak ingin benahan hidup,tak peduli apa pun yang terjadi.Rasanya baru beberapa detik kemudian Alicemengguncang bahuku—ternyata aku ketiduran."Bella," desisnya, suaranya agak terlalu keras dikabin gelap yang dipenuhi orang-orang yangsedang tidur.Aku tidak mengalami disorientasi—tidurkubelum cukup lama."Ada apa?"

http://ac-zzz.blogspot.com/

Mata Alice berkilat di bawah lampu bacaremang-remang dari barisan di belakang kami."Tidak ada apa-apa." Alice tersenyum senang."Kabar baik. Mereka berunding, tapi sudahmemutuskan untuk menolak permintaannya."

"Keluarga Volturi?" gumamku, masihmengantuk."Tentu saja, Bella, perhatikan. Aku bisa melihatapa yang akan mereka katakan.""Beritahu aku."Seorang pramugara berjingkat-jingkatmenyusuri lorong, menghampiri kami. "Boleh sayaambilkan bantal untuk Anda?" Bisikan pelannyaseperti menegur kami karena kami bercakap-cakapcukup keras."Tidak, terima kasih." Alice menengadah dantersenyum lebar padanya, senyumnya luar biasamanis. Pramugara itu tampak keheranan saatberbalik dan tersaruk-saruk kembali ke tempatnya."Beritahu aku," bisikku, nyaris tak terdengar.Alice berbisik-bisik di telingaku. "Mereka tertarikpadanya—menurut mereka, bakat Edward bisasangat berguna. Mereka akan menawarinya tinggalbersama mereka.""Apa yang akan dikatakan Edward?""Aku belum bisa melihatnya, tapi berani taruhanpasti seru" Alice nyengir lagi. "Ini kabar baikpertama—titik terang pertama. Mereka tertarik;mereka benar-benar tak ingin menghancurkandia—mubazir, begitulah istilah yang akandigunakan Aro—dan mungkin itu cukup membuatEdward menjadi kreatif. Semakin banyak waktuyang dia habiskan untuk memikirkan rencananya,semakin baik bagi kita."

Penjelasan itu tak cukup membuatku berharap,membuatku merasakan kelegaan yang jelas sekalidirasakan Alice. Masih begitu banyak

http://ac-zzz.blogspot.com/

kemungkinan kami bisa terlambat. Dan kalau akutidak bisa melewati tembok kota Volturi, aku tidakakan mampu menghentikan Alice menyeretkukembali ke rumah."Alice?""Apa?""Aku bingung. Bagaimana kau bisa melihatsejelas itu? Sementara di lain waktu, kau melihatkejadian-kejadian yang sangat jauh – peristiwa peristiwayang tidak terjadi?'“Mata Alice berubah kaku. Aku bertanya-tanyadalam hati apakah ia bisa menebak isi pikiranku."Aku bisa melihatnya dengan jelas karenaperistiwanya langsung dan dekat, dan karena akubenar-benar berkonsentrasi. Kejadian-kejadianyang sangar jauh datang sendiri – itu hanyapencuatan sekelebat, kemungkinan-kemungkinansaman Tambahan lagi, aku melihat jenisku lebihjelas daripada aku melihat jenismu. Edwardbahkan lebih mudah lagi, karena hubungankusangat dekat dengannya.”"Kau bisa melihatku kadang-kadang," akumengingatkannya.Alice menggeleng. "Tidak sejelas aku melihatEdward."Aku mendesah. "Kalau saja kau benar-benarbisa melihat masa depanku dengan tepat. Awalnya,

waktu kau pertama kali melihat hal-hal tentangaku, bahkan sebelum kita bertemu...""Apa maksudmu?"“Kau melihatku menjadi seperti kalian." Akumengatakannya nyaris tanpa suara.Alice mendesah. "Itu merupakan kemungkinanpada waktu itu.""Pada waktu itu," aku mengulangi.“Sebenarnya, Bella..." Alice ragu-ragu sejenak,kemudian sepertinya mengambil pilihan. "Jujur

http://ac-zzz.blogspot.com/

saja, rasanya ini jadi semakin konyol. Aku berdebatdengan diriku, apakah aku harus mengubahmusendiri.”Kutatap Alice, membeku oleh perasaan shock.Serta-merta pikiranku menolak kata-katanya. Akutidak boleh terlalu berharap, takut ia berubahpikiran."Apakah aku membuatmu takut?" tanya Alice."Kusangka memang itulah yang kauinginkan.""Memang!" aku terkesiap. "Oh, Alice, lakukansekarang! Aku bisa membantumu—dan aku tidakakan memperlambat larimu. Gigit aku!""Ssstt," Alice memperingatkan. Si pramugaralagi-lagi melihat ke arah kami. "Cobalah berpikirjernih," bisiknya. "Waktunya tidak cukup. Kitaharus sampai di Volterra besok. Padahal kalau akumenggigitmu, kau akan menggeliat-geliat kesakitanberhari-hari." Alice mengernyitkan muka. "Danbayangkan saja bagaimana reaksi para penumpanglain."

Aku menggigit bibir. "Kalau kau tidakmelakukannya sekarang, kau akan berubahpikiran.""Tidak" Alice mengerutkan kening, ekspresinyatidak senang. "Kurasa aku tidak akan berubahpikiran. Edward pasti akan marah, tapi apa lagiyang bisa dia lakukan?"Jantungku berdegup semakin kencang. "Tidakada."Alice tertawa pelan, kemudian mendesah. "Kauterlalu percaya padaku, Bella. Aku tidak yakinapakah aku bisa. Bisa-bisa kau malah terbunuhnanti."“Aku berani mengambil risiko itu.""Kau ini sangat aneh, bahkan untuk ukuranmanusia.”“Trims.”"Oh Well, saat ini, ini kan hanya hipotesis.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Pertama-tama, kita harus bisa melewati hari esoklebih dulu.”"Benar sekali," Tapi setidaknya aku punyasesuatu yang bisa diharapkan seandainya kamiselamat melewati hari esok. Kalau Alice benarbenarmenepati janjinya—dan kalau dia tidakmembunuhku—maka Edward boleh mengejar apasaja yang dia inginkan untuk mengalihkanpikirannya, dan aku bisa mengikutinya. Aku tidakakan membiarkannya memikirkan hal lain.Mungkin, kalau aku cantik dan kuat, dia tidakingin memikirkan hal lain.

"Tidurlah lagi," Alice menyuruhku. Aku akanmembangunkanmu kalau ada perkembanganbaru.""Baiklah," gerutuku, yakin aku takkan bisa tidurlagi. Alice mengangkat kedua kakinya ke kursi,merangkulnya dengan kedua tangan danmeletakkan dahinya ke lutut. Ia bergoyang majumundursambil berkonsentrasi.Aku meletakkan kepalaku ke kursi, menatapnya,dan tahu-tahu waktu aku sadar, kulihat Alicemenurunkan penutup jendela dengan keras,menghalangi cahaya matahari yang mulai merekahdi ufuk timur."Apa yang terjadi?” gumamku."Mereka sudah menolak permintaannya," kataAlice pelan. Aku langsung bisa melihat antusiasmeAlice lenyap sama sekali.Suaraku tercekat di tenggorokkan karena panik."Apa yang akan Edward lakukan?”"Kacau sekali awalnya. Aku hanya bisa melihatsepotong-potong, rencananya berubah-ubah sangatcepat.""Apa saja rencananya?" desakku."Waktunya sangat tidak tepat," bisik Alice."Awalnya dia memutuskan untuk berburu."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Alice menatapku, melihat mimik tak mengertitergambar di wajahku.

"Di kota," ia menjelaskan. "Dia sudah hampirmelakukannya. Tapi dia berubah pikiran padasaat-saat terakhir."“Dia tidak mau mengecewakan Carlisle,"gumamku. Tidak pada akhirnya."Mungkin," Alice sependapat."Cukupkah waktunya?" Saat aku bicara, terasaada perubahan tekanan udara dalam kabinpesawat. Aku bisa merasakan pesawat mengurangiketinggian."Mudah-mudahan cukup—kalau Edward tetappada keputusan terakhirnya, mungkin."“Apa itu?""Mudah saja. Dia akan berdiri di bawah terikmatahari."Berdiri di bawah terik matahari. Hanya itu.Itu saja sudah cukup. Bayangan Edward berdiridi tengah padang rumput—kulitnya berkilauan danberpendar-pendar seolah-olah terbuat dari jutaanberlian—terpatri sangat jelas dalam ingatanku. Takseorang manusia pun yang melihatnya akanmelupakannya. Keluarga Volturi tidak mungkinmengizinkan itu terjadi. Tidak bila mereka ingintetap merahasiakan keberadaan mereka di kota itu.Kupandangi seberkas cahaya abu-abu yangmenerobos masuk lewat jendela-jendela terbuka."Kita akan terlambat" bisikku, kerongkongankutercekat oleh kepanikan.

Alice menggeleng. "Saat ini, dia cenderung inginmelakukan hal yang melodramatis. Dia ingindirinya ditonton sebanyak mungkin orang, jadi diaakan memilih alun-alun utama, di bawah menarajam. Tembok-tembok di sana tinggi. Dia akanmenunggu sampai matahari tepat di atas kepala."Jadi kita punya waktu sampai tengah hari?”

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kalau kita beruntung. Kalau dia tetap dengankeputusannya."Suara pilot bergaung melalui interkom,mengumumkan, pertama dalam bahasa Prancislalu Inggris, bahwa kami akan segera mendarat.Lampu sabuk pengaman menyala dengan suaraberdenting."Seberapa jauh perjalanan dari Florence keVolterra?”"Tergantung seberapa cepat kau menyetir...Bella?”“Ya?”Alice menatapku dengan sikap spekulatif."Bagaimana pendapatmu tentang pencurian mobilmewah?Sebuah Porsche kuning terang berhenti dengansuara rem berdecit nyaring beberapa meter didepanku yang berjalan mondar-mandir, tulisanTURBO dengan huruf-huruf melengkung perakterpampang di bagian belakangnya. Semua orangdi trotoar bandara yang penuh sesakmemerhatikan mobil itu.

"Cepat, Bella!" Alice berteriak tak sabar lewatjendela yang terbuka.Aku berlari ke pintu dan melompat masuk,rasanya ingin sekali menutupi wajahku denganstoking hitam seperti pencuri."Ya ampun, Alice," keluhku. “Apa kau tidak bisamemilih mobil lain yang lebih mencolok untukdicuri?"Interior mobil itu berlapis kulit hitam, danjendela-jendelanya dilapisi kaca film gelap.Rasanya lebih aman berada di dalam, sepertimalam hari.Alice meliuk-liukkan mobil, terlalu kencang,menerobos lalu lintas bandara yang ramai—menyusup di antara ruang-ruang lowong tipis diantara mobil-mobil sementara aku tegang

http://ac-zzz.blogspot.com/

ketakutan dan tanganku meraba-raba mencarisabuk pengaman."Pertanyaan yang lebih penting," Alicemengoreksi, "apakah aku tidak bisa mencuri mobillain yang bisa berlari lebih cepat, dan jawabannyatidak. Aku beruntung."“Aku yakin akan sangat menenteramkan kalaujalan-jalan diblokir.”Alice tertawa keras. "Percayalah padaku, Bella.Kalaupun ada pemblokiran jalan, itu terjadi dibelakang kita." Diinjaknya pedal gas dalam-dalam,seolah ingin membuktikan kata-katanya.Mungkin seharusnya aku melihat-lihatpemandangan di luar jendela, ke kota Florence

kemudian Tuscan yang kulewati dengan sangatcepat hingga pemandangan terlihat kabur. Iniperjalanan pertamaku ke mana pun, dan mungkinjuga yang terakhir. Tapi cara Alice menyetirmembuatku ngeri, meskipun aku tahu aku bisamemercayainya di balik kemudi. Dan aku terlalutersiksa oleh perasaan gelisah hingga tak inginmelihat perbukitan atau kota-kota berpagartembok yang tampak bagaikan kastil di kejauhan."Ada lagi yang kaulihat?""Ada sesuatu yang terjadi," gumam Alice."Semacam festival. Jalan-jalan dipenuhi orang danbendera-bendera merah. Sekarang tanggalberapa?”Aku tidak yakin. "Tanggal sembilan belas,mungkin?'"Well, ironis sekali. Ini hari Santo Marcus.""Berarti apa?"Alice berdecak kesal. "Kota itumenyelenggarakan perayaan setiap tahun. Menurutlegenda, seorang misionaris Katolik, PastorMarcus-Marcus dari Volturi, begitulah – berhasilmengenyahkan semua vampir dari Voltetra 1500tahun yang lalu. Konon, sang pastor menjadi

http://ac-zzz.blogspot.com/

martir di Rumania, dalam upayanyamenghilangkan wabah. Tentu saja itu hanya omongkosong – vampir itu tidak pernah meninggalkankota. Tapi dari sanalah hal-hal takhayul sepertisalib dan bawang putih berasal. Pastor Marcussukses menggunakannya. Dan vampir tak pernahmengganggu Volterra, jadi pasti mujarab.”

Alice sinis. "Itu lantas menjadi semacamperayaan di kota, dan penghargaan bagi kepolisian– bagaimanapun, Volterra kota yang luar biasaaman. Polisilah yang mendapat nama.”Sadarlah aku apa yang dimaksud Alice denganironis. "Mereka pasti tidak senang kalau Edwardmengacaukan semuanya justru Pada Hari SantoMarcus, kan?"Alice menggeleng, ekspresinya muram. Tidak.Mereka akan bertindak sangat cepat.Aku membuang muka, berjuang melawankegelisahan yang membuat gigiku ingin menggigitbibir bawahku. Sekarang bukan saat yang tepatuntuk berdarah.Mengerikan, bagaimana matahari tampak sangattinggi di langit yang biru pucat.“Dia masih berencana menunggu sampai tengahhari?" tanyaku.“Ya. Dia memutuskan untuk menunggu. Danmereka menunggunya.""Katakan padaku apa yang harus kulakukan."Mata Alice tetap tertuju ke jalan yang berliku—jarum spidometer menyentuh angka paling kananpada piringan."Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Dia hanyaharus melihatmu sebelum beranjak ke tempatterang. Dan dia harus melihatmu sebelummelihatku.""Bagaimana caranya?”

Mobil merah kecil tampak seperti ngebut dalam

http://ac-zzz.blogspot.com/

posisi mundur saat Alice melesat menyalipnya.“Aku akan mengantarmu sedekat mungkin kesana, kemudian kau harus berlari ke arah yangkutunjukkan.”Aku mengangguk."Usahakan agar tidak tersandung" Alicemenambahkan. Tidak ada waktu untuk gegat otakhari ini."Aku mengerang. Itu sangat khas aku—mengacaukan semuanya, menghancurkan dunia,hanya gara-gara kikuk sesaat.Matahari terus menanjak di langit sementaraAlice berpacu menduluinya. Cahayanya sangatterik, dan itu membuatku panik. Jangan-janganEdward nanti merasa tak perlu menunggu sampaitengah hari."Itu," kata Alice tiba-tiba, menuding kota kastildi puncak bukit terdekat.Aku menatapnya, merasakan untuk pertamakalinya secercah ketakutan baru. Setiap menitsejak kemarin pagi—rasanya seperti sudahseminggu yang lalu—saat Alice mengucapkannamanya di kaki tangga, hanya ada satuketakutan. Meski begitu, sekarang, saat akumenatap tembok-tembok bata merah kuno sertamenara-menara yang menjulang di puncak bukitterjal, aku merasakan ketakutan lain yang lebihegois merayapi hatiku.

Menurutku kota itu sangat cantik. Namun kotaitu benar-benar membuatku sangat ketakutan."Volterra," kata Alice dengan suara datar dandingin.

20. VOLTERRAKAMI memulai pendakian yang terjal, danjalanan makin lama makin sesak. Saat jalanberkelok semakin tinggi, mobil-mobil berjajarberimpitan hingga sulit bagi Alice untuk menyelipnyelip

http://ac-zzz.blogspot.com/

di antara mereka. Laju mobil kami melambatdan mulai merangkak di belakang Peugeot kecilcokelat."Alice," erangku. Jam di dasbor tampaknyabergerak semakin cepat.Hanya ini satu-satunya jalan masuk," Alicemencoba menenangkan. Tapi suaranya terlalutegang untuk bisa menenangkanMobil-mobil terus beringsut maju, setiap kalihanya mampu bergerak beberapa puluh senti.Terik matahari begitu cemerlang, rasanya sudahberada tepat di atas kepala.Mobil-mobil merayap satu per satu menuju kota.Setelah kami semakin dekat, aku bisa melihatmobil-mobil diparkir * Pinggir jalan dan orangorangturun, berjalan kaki. Mulanya kukira itukarena mereka tidak sabar – sesuatu yang bisakupahami. Tapi kemudian mobil melewati

tikungan, dan aku bisa melihat lapangan parkir diluar tembok kota, serta kerumunan orang berjalanmelewati gerbang. Tak ada yang diizinkan masukdengan mengendarai mobil.“Alice,” bisikku mendesak.“Aku tahu," jawabnya. Wajahnya seperti pahatanes.Sekarang setelah aku menyadarinya, dan karenamobil merayap sangat lambat hingga aku bisamelihat keadaan sekelilingku, ternyata hari sangatberangin. Orang-orang yang berdesak-desakanmenuju pintu gerbang mencengkeram topi erat-eratdan menepis rambut dari wajah mereka. Pakaianmereka berkibaran. Aku juga melihat warna merahdi mana-mana. Baju merah, topi merah, benderamerah menjulur bagaikan pita-pita panjang disamping gerbang, berkibar-kibar ditiup angin—tepat di depan mataku, syal merah terang yangdililitkan seorang wanita di rambutnya mendadakterbang tertiup angin. Syal itu terpilin ke udara,

http://ac-zzz.blogspot.com/

menggeliat-geliat seperti makhluk hidup. Wanitaitu meraih syalnya, melompat ke udara, tapi syalitu berkibar lebih tinggi, seutas warna merah darahdengan latar belakang dinding tembok kuno yangkusam."Bella" Alice berkata dengan nada rendah danmendesak. “Aku tidak bisa melihat apa yang akandiputuskan penjaga itu di sini—kalau aku tidakbisa masuk, kau harus masuk sendiri. Kau harusberlari. Tanya saja jalan menuju Palazzo dei Priori,dan berlarilah ke arah yang mereka tunjukkan.Jangan sampai tersesat."

"Palazzo dei Priori, Palazzo dei Priori," akumengulang-ulang nama itu, berusahamenghafalnya."Atau ‘menara jam', kalau mereka bisaberbahasa Inggris. Aku akan memutar danberusaha mencari tempat sepi di belakang kotasupaya bisa memanjat tembok.”Aku mengangguk. “Palazzo dei Priori.”“Edward akan berada di bawah menara jam, diutara alun-alun. Di sebelah kanannya ada gangsempit, dan dia menunggu di sana, di bawahbayang-bayang. Kau harus menarik perhatiannyasebelum dia keluar ke bawah terik matahari.”Aku mengangguk-angguk cepat.Alice sudah mendekati bagian depan barisan.Tampak seorang lelaki berserat biru lautmengarahkan arus lalu lintas, membelokkanmobil-mobil menjauhi lapangan parkir yang penuh.Mobil-mobil itu berputar arah dan kembali untukmencari tempat parkir di pinggir jalan. Lalu tibalahgiliran Alice.Lelaki berseragam itu menggerak-gerakkantangannya dengan sikap ogah-ogahan, tidakmemerhatikan. Alice menekan pedal gas,menyusup di sampingnya, melaju menuju gerbang.Lelaki itu meneriakkan sesuatu pada kami, tapi

http://ac-zzz.blogspot.com/

tetap berdiri di tempat, melambai-lambaikantangan kalang-kabut pada mobil berikut agar tidakmeniru kelakuan buruk kami.Lelaki di pintu gerbang mengenakan seragamyang sama. Saat kami mendekat, gerombolan turis

melewati kami, memenuhi trotoar, memandangdengan sikap ingin tahu Porsche mewah yangmemaksa masuk itu.Si penjaga berdiri tepat di tengah jalan. Alicememiringkan mobil hati-hati sebelum berhenti.Sinar matahari menerpa jendelaku, dan Aliceterlindung oleh bayang-bayang. Dengan cekatantangannya terulur ke belakang kursi danmenyambar sesuatu dari dalam tasnya.Penjaga itu menghampiri mobil dengan ekspresikesal, lalu dengan marah mengetuk kaca jendelaAlice.Alice menurunkan kaca jendelanya separo, dankulihat penjaga itu terperangah sedikit begitumelihat wajah yang menyembul di balik kaca mobilyang gelap."Maaf hanya bus pariwisata yang diperkenankanmasuk k, kota hari ini, Miss," kata penjaga itudengan bahasa Inggris patah-patah yang berlogatkental. Nadanya kini meminta maaf, seolah-olahmenyesal harus menyampaikan kabar buruk padawanita yang sangat memesona.“Ini tur pribadi," sahut Alice, menyunggingkansenyum memikat. Ia mengulurkan tangan ke luarjendela, ke terik matahari. Aku menegang, sebelumkemudian sadar bahwa ia mengenakan sarungtangan warna kulit sebatas siku. Alice meraihtangan si penjaga yang masih terangkat sehabismengetuk kaca jendelanya tadi, lalu menariknya kedalam mobil. Alice meletakkan sesuatu ke telapaktangan si penjaga, lalu menutup jari-jarinya.

Wajah si penjaga tampak linglung waktu ia

http://ac-zzz.blogspot.com/

menarik kembali tangannya dan memandangigulungan tebal uang yang kini dipegangnya. Yangterluar adalah lembaran seribu dolar."Apakah ini lelucon?" gumam si penjaga.Senyum Alice membutakan. "Hanya bila Andamenganggapnya lucu."Penjaga itu menatap Alice, matanya membelalaklebar. Dengan gugup kulirik jam di dasbor. KalauEdward tetap dengan rencana semula, kami hanyapunya waktu lima menit."Aku agak terburu-buru," ucap Alice, masihtersenyum.Penjaga itu mengerjap dua kali, kemudianmenyurukkan uang itu ke dalam rompinya. Iamundur selangkah menjauhi jendela danmelambaikan tangan, menyilakan kami lewat.Tampaknya tak ada yang menyadari perpindahanuang secara diam-diam tadi, Alice melajumemasuki kota, dan kami sama-samamengembuskan napas lega.Jalanan sangat sempit, dilapisi bebatuan yangwarnanya sama dengan bangunan-bangunancokelat kayu manis pudar yang menutupi jalandengan bayang-bayangnya. Rasanya seperti yangmenutupi berada di gang. Bendera-bendera merahmenghiasi dinding, satu sama lain hanya berjarakbeberapa meter, berkibar-kibar ditiup angin yangmelengking di jalan sempit itu.Jalanan penuh sesak, dan para pejalan kakimembuat laju kami terhambar.

"Tidak jauh lagi,” Alice menyemangatiku;tanganku mencengkeram pegangan pintu, siapmeloncat ke jalan begitu mendapat aba-aba dariAlice.Alice memacu mobil dengan cepat sambilsesekali mengerem mendadak, dan orang-orang dijalan mengacungkan tinju mereka kepada kamidan meneriakkan kata-kata bernada marah yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

untungnya tidak kumengerti. Ia berbelokmemasuki jalan kecil yang tak mungkindiperuntukkan bagi mobil; orang-orang yang shocksampai harus menempelkan tubuh rapat-rapat keambang pintu di pinggir jalan saat kami lewat.Kami menemukan jalan lain di ujungnya.Bangunan-bangunan di sini lebih tinggi; lantaiteratas condong ke jalan dan bertemu di tengahsehingga tak ada sinar matahari menyentuhtrotoar—bendera-bendera merah yang berkibar ditiap-tiap sisi nyaris bersentuhan. Kerumunanorang di sini bahkan lebih padat daripada ditempat lain. Alice menghentikan mobil. Aku sudahmembuka pintu sebelum mobil sepenuhnyaberhenti.Alice menuding ke jalan yang melebar ke sepetakruang terbuka yang terang benderang. "Di sana—kita sekarang di selatan alun-alun. Larilahmenyeberangi alun-alun, ke kanan menara jam.Aku akan mencari jalan memutar—"Napas Alice mendadak terkesiap, dan saat iabicara lagi; suaranya berupa desisan. "Mereka adadi mana-mana!”

Aku langsung tegang, tapi Alice mendorongkukeluar mobil. "Lupakan mereka. Waktumu tinggaldua menit. Lari, Bella, lari!" teriaknya, turun darimobil sambil bicara.Aku tak sempat melihat Alice melebur dalambayang-bayang. Aku juga tak sempat menutuppintu mobil di belakangku. Kudorong seorangwanita yang menghalangi jalanku dan berlarisekencang-kencangnya dengan kepala tertunduk,tidak menggubris apa pun kecuali batu-batu tidakrata di bawah kakiku.Keluar dari lorong yang gelap, mataku dibutakancahaya matahari yang menyorot tajam ke alunalunutama. Angin menderu menerpaku,menerbangkan rambut hingga menutupi mata dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

semakin membutakan mataku. Tidak heran akutidak melihat pagar betis di depanku sampai akumenabraknya.Tak ada ruang lowong, tak ada celah sedikit pundi antara tubuh-tubuh yang saling berimpitan itu.Kudorong mereka dengan marah, melawan tangan tanganyang balas mendorongku. Kudengarseruan-seruan kesal dan bahkan jerit kesakitansaat aku berjuang menerobos kerumunan, tapitidak ada yang dilontarkan dalam bahasa yangkukenal. Wajah-wajah kabur yang penuh amarahdan kekagetan, lagi-lagi dikelilingi warna merah.Seorang wanita berambut pirang cemberut padaku,dan syal merah yang melilit lehernya tampakseperti luka mengerikan. Seorang anak yangdipanggul di atas bahu seorang laki-laki,

menunduk dan nyengir padaku, bibirnya terbuka,memamerkan taring vampir dari plastik.Kerumunan itu mendesak-desakku, memutarbadanku ke arah yang salah. Aku senang adamenara jam yang bisa menjadi patokan, kalautidak aku pasti sudah kehilangan arah. Tapi keduajarum jam yang terpampang di sana beringsutingsutmengarah ke matahari yang tak kenal belaskasihan, dan walaupun aku mendorongkerumunan sekuat tenaga, aku tahu akuterlambat. Aku balikan belum sampai setengahjalan. Aku tidak akan berhasil. Aku tolol, lamban,dan aku manusia, dalami semua akan marikarenanya.Aku berharap Alice bisa keluar. Aku berharapAlice akan melihatku dari balik bayang-bayanggelap dan tahu aku telah gagal, supaya ia bisapulang ke Jasper.Aku memasang telinga, berusaha mendengarkandi balik seruan-seruan bernada marah, suara yangakan menjadi pertanda bahwa hal yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

kutakutkan telah terjadi: napas tertahan, mungkinteriakan, saat seseorang melihat Edward.Namun saat itu ada celah di tengahkerumunan—aku bisa melihat ruang kosong didepan. Cepat-cepat aku berlari menghampirinya,tidak menyadarinya sampai tulang keringkumemar menabrak bata. Rupanya ada kolam airmancur besar berbentuk segiempat, tepat di tengahalun-alun.Aku nyaris menangis lega saat mengayunkankakiku ke pinggir kolam dan berlari mengarungi air

selutut. Air bercipratan di sekelilingku saat akuberlari melintasi air kolam. Bahkan di bawah terikmatahari, angin yang bertiup terasa sangat dingin,dan basah membuat dingin itu menyakitkan. Tapikolam air mancur itu sangat lebar; aku jadi bisamenyeberangi pusat alun-alun hanya dalambeberapa detik. Aku tidak berhenti saat mencapaisisi seberang—aku menggunakan dinding kolamyang rendah sebagai tumpuan, dan melemparkandiri ke tengah kerumunan.Kini orang-orang justru menghindariku, takingin terciprat air dingin yang menetes-netes daribajuku yang basah saat aku berlari. Akumenengadah, menatap jam lagi.Dentang lonceng yang dalam dan menggemuruhbergaung ke segenap penjuru alun-alun.Getarannya terasa hingga ke batu-batu di bawahkakiku. Anak-anak menangis, menutup telinga.Dan aku mulai berteriak sambil berlari,"Edward!" jeritku, tahu itu sia-sia. Kerumunanini terlalu berisik, dan suaraku terengah-engahkarena lelah. Tapi aku tak bisa berhenti berteriak.Jam kembali berdentang. Aku berlari melewatiseorang anak dalam gendongan ibunya—rambutnya nyaris putih di bawah cahaya matahariyang terik. Sekelompok lelaki jangkung, semuanyamengenakan blazer merah, berteriak mengingatkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

saat aku menghambur menerobos mereka. Jamberdentang lagi.Di balik para lelaki berblazer itu, tampak celahdi tengah kerumunan, ruang kosong di antara parapengunjung yang berdesak-desakan di

sekelilingku. Mataku menyapu lorong gelap disebelah kanan alun-alun segiempat luas di bawahmenara jam. Aku tak bisa melihat jalan—terlalubanyak orang yang menghalangiku. Jam kembaliberdentang.Sulit melihat sekarang. Tanpa kerumunan yangmenahan angin, angin menampar wajahku danmembakar mataku. Entah itukah yang membuatair mataku merebak, atau apakah aku menangiskalah saat jam kembali berdentang.Sebuah keluarga kecil beranggotakan empatorang berdiri paling dekat dengan mulut gang. Duagadis mengenakan gaun merah, dengan pitasenada menghiasi rambut gelap mereka yang diikatke belakang. Sang ayah tidak tinggi. Sepertinyaaku bisa melihat sesuatu yang benderang diketeduhan, tepat di atas bahunya. Akumenghambur ke arah mereka, berusaha melihatdari balik air mataku yang pedih. Jam berdentang,dan gadis terkecil menutup telinganya rapat-rapat.Gadis yang lebih tua, tingginya hanyasepinggang ibunya, merangkul kaki sang ibu danmemandang ke dalam bayang-bayang di belakangmereka. Kulihat gadis itu menarik-narik sikuibunya dan menuding ke keteduhan. Jamberdentang, dan aku sudah sangat dekat sekarang.Aku sudah cukup dekat sehingga bisamendengar suara si sadis kecil yang melengkingtinggi. Ayahnya menatapku terperanjat saat akumenghambur menghampiri mereka, meneriakkannama Edward berkali-kali dengan suara serak.

Si gadis yang lebih tua tertawa terkikik dan

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengatakan sesuatu pada ibunya, menuding lagike bayang-bayang dengan sikap tidak sabar.Aku meliuk melewati sang ayah—ia buru-buruberkelit, mengamankan bayinya agar tidaktertabrak olehku—dan berlari sekencangkencangnyake ruang gelap di belakang merekasementara jam berdentang nyaring di ataskepalaku.“Edward, jangan!" jeritku, tapi suaraku hilangditelan gemuruh lonceng yang bergaung.Aku bisa melihatnya sekarang. Dan bisa kulihatbahwa ia tidak melihatku.Itu benar-benar Edward, kali ini bukanhalusinasi. Dan tahulah aku delusiku ternyatalebih kacau daripada yang kusadari; bayangankutentang Edward tak seindah aslinya.Edward berdiri, tak bergerak seperti patung,hanya beberapa meter dari mulut gang. Matanyaterpejam, lingkaran di bawahnya berwarna ungutua, kedua lengannya terkulai rileks di sisitubuhnya, telapak tangan mengarah ke atas.Ekspresinya sangat damai, seolah sedangmembayangkan hal-hal menyenangkan. Kulitdadanya yang seperti marmer telanjang—sehelaikain putih teronggok dekat kakinya. Cahaya yangmemantul dari jalan alun-alun yang dilapisi batugemerlap samar oleh kilau yang terpantul darikulitnya.Belum pernah aku melihat pemandangan yanglebih indah daripada itu—bahkan saat aku berlari,

terengah-engah dan berteriak-teriak, tak urungaku terpesona. Dan tujuh bulan terakhir takberarti apa-apa. Kata-katanya di hutan dulu takberarti apa-apa. Bukan masalah bila ia tidakmenginginkanku. Aku tidak akan pernahmenginginkan hai lain selain dirinya, tak pedulibetapa pun lamanya aku hidup.Jam berdentang, dan Edward melangkah lebar

http://ac-zzz.blogspot.com/

menuju cahaya."Tidak!" jeritku. "Edward, lihat aku!"Edward tidak mendengarkan. Bibirnyatersenyum kecil. Ia mengangkat kakinya, siapmengambil langkah yang akan membawanyalangsung ke bawah sorotan matahari.Aku menabraknya begitu keras hinggakekuatannya pasti akan membuatku tersungkur ketanah seandainya kedua lengannya tidakmenangkap dan memegangiku. Benturan itumembuatku kehabisan napas dan menyentakkankepalaku ke belakang.Mata Edward yang gelap perlahan-lahan terbukasementara jam kembali berdentang.Ia menunduk, menatapku dengan keterkejutantanpa suara."Luar biasa," ucapnya, suaranya yang merdu ituterdengar takjub, sedikit geli. "Carlisle benar.""Edward," aku berusaha menarik napas, tapitidak ada yang suara yang keluar. "Kau haruskembali ke tempat teduh. Kau harus pindah!"

Edward tampak terpesona. Tangannya membelaipipiku lembut. Sepertinya ia tidak sadar akuberusaha memaksanya kembali. Rasanya sepertimendorong tembok. Jam berdentang tapi Edwardtidak bereaksi.Aneh sekali, padahal aku tahu saat itu kamiberada dalam bahaya maut. Namun detik itu akumerasa damai. Utuh. Aku bisa merasakanjantungku berpacu kencang di dadaku, darahmendesir panas dan cepat mengisi pembuluhdarahku lagi. Paru-paruku dipenuhi aroma harumyang menguar dari kulitnya. Seakan-akan takpernah ada lubang di dadaku. Aku sempurna –bukan sembuh, karena seolah-olah memang takpernah ada luka di sana.“Aku tidak percaya prosesnya ternyata cepatsekali. Aku tidak merasa apa-apa, hebat sekali

http://ac-zzz.blogspot.com/

mereka," renung Edward, memejamkan matanyalagi dan menempelkan bibirnya ke rambutku.Suaranya bagaikan madu dan beledu. "Kematian,yang mengisap madu dari desah napasmu, takmemiliki kuasa terhadir kecantikanmu," bisiknya,dan aku mengenali sebaris kalimat yang diucapkanRomeo di kuburan. Jam berdentang untuk terakhirkali. "Aroma tubuhmu juga persis sama," sambungEdward. "Jadi mungkin inilah neraka. Aku tidakpeduli. Aku akan menerimanya.""Aku belum mati," selaku. "Dan kau juga belum!Kumohon, Edward, kita harus pindah. Merekapasti tidak jauh dari sini!"Aku memberontak dalam pelukannya, dan alisEdward bertaut bingung.

"Apa?’ tanyanya sopan.“Kita tidak mati, belum! Tapi kita harus pindahdari sini sebelum keluarga Volturi—"Pemahaman berkelebat di wajahnya saat akubicara. Belum lagi aku selesai bicara. Edward tibatibamenarikku menjauhi tepi keteduhan,membalikkan badanku dengan mudah hinggapunggungku menempel di dinding bata, dan iamemunggungiku menghadap ke gang. Kedualengannya terbentang lebar, melindungi, didepanku.Aku mengintip dari bawah lengannya danmelihat dua sosok hitam keluar dari balik

bayangbayang."Salam, Tuan-Tuan," suara Edward tenang danramah, di permukaan. "Kurasa aku tidakmembutuhkan layanan kalian hari ini. Aku akansangat berterima kasih, bila kalian bersediamenyampaikan ucapan terima kasihku kepadatuan-tuan kalian.""Bagaimana kalau kita pindahkan pembicaraanke tempat lain yang lebih memadai?" suara halusberbisik dengan nada mengancam.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Menurutku itu tidak perlu." Suara Edward lebihkeras sekarang. “Aku tahu instruksimu, Felix. Akutidak melanggar aturan apa pun.""Felix hanya bermaksud menegaskankeberadaan matahari," kata bayang-bayang laindengan nada menenangkan. Mereka tersembunyidi balik jubah abu-abu gelap yang panjangnya

mencapai tanah dan mengembang tertiup angin."Mari kita cari tempat yang lebih teduh.""Aku akan menyusul tepat di belakang kalian,"ujar Edward kering. "Bella, bagaimana kalau kaukembali ke alun-alun dan menikmati festival?""Tidak, bawa gadis itu," bayang-bayang pertamaberkata entah bagaimana bisa memperdengarkannada mengerling dalam bisikannya."Kurasa tidak." Sikap pura-pura ramah yangditunjukkan Edward langsung lenyap. SuaraEdward datar dan dingin. Ia sedikit mengubahposisi tubuhnya, dan bisa kulihat ia siap-siapbertarung."Tidak." Aku hanya mampu menggerakkanmulut tanpa suara."Ssst," bisik Edward, ditujukan hanya padaku.“Felix," bayang-bayang kedua, yang lebih bisamengerti, mengingatkan. "Jangan di sini." Iaberpaling kepada Edward. "Aro hanya ingin bicaralagi denganmu, kalau kau sudah memutuskanuntuk tidak lagi memaksa kami menurunkeinginanmu."“Tentu saja," Edward setuju. "Tapi biarkan gadisini pergi.”“Aku khawatir itu tidak mungkin," bayangbayangsopan itu menyahut dengan sikapmenyesal. "Kami memiliki aturan yang harusditaati.”"Kalau begitu aku khawatir tidak akan bisamenerima undangan Aro, Demetri."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Baiklah kalau begitu," dengkur Felix. Matakusudah bisa beradaptasi dengan keadaan yangremang-remang, dan kulihat ternyata Felixbertubuh sangat besar, tinggi dan tebal di bagianpundak. Ukuran tubuhnya mengingatkanku padaEmmett.“Aro pasti kecewa," desah Demetri."Aku yakin dia pasti bisa mengatasikekecewaannya," sahut Edward.Felix dan Demetri beringsut semakin dekat kemulut gang sedikit demi sedikit memperlebar jarakdi antara mereka sehingga bisa menyerang Edwarddari dua sisi. Mereka bermaksud memaksanyamasuk lebih dalam ke lorong, untuk menghindarikeributan. Tak ada pantulan cahaya bisamenyentuh kulit mereka; keduanya aman di balikjubah.Edward tidak bergerak sedikit pun. Iamenempatkan dirinya dalam bahaya karenamelindungiku.Tiba-tiba Edward menolehkan kepalanya dengancepat, ke arah kegelapan lorong yang berkelokkelok.Demetri dan Felix melakukan hal yangsama, sebagai respons atas suara atau gerakanyang terlalu halus untuk pancaindraku."Bagaimana bila kita menjaga sikap?" sebuahsuara merdu mengalun menyarankan. "Ada wanitadi sini."Alice melenggang ringan ke sisi Edward,pembawaannya tenang. Tak sedikit pun tandatandaketegangan dalam dirinya. Ia tampak begitu

mungil, sangat rapuh. Kedua lengannya yang kecilbergoyang-goyang seperti kanak-kanak.Meski begitu, baik Demetri maupun Felixlangsung menegakkan badan, jubah merekaberputar pelan saat angin berembus sepanjanglorong. Wajah Felix berubah masam. Rupanyamereka tidak suka bila keadaan berimbang.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kita tidak sendirian," Alice mengingatkanmereka.Demetri menoleh ke belakang. Beberapa meterke arah alun-alun, keluarga kecil tadi, yang anakanakperempuannya bergaun merah, memandangikami. Si ibu berbicara dengan nada mendesakpada suaminya, matanya tertuju pada kamiberlima. Ia membuang muka waktu Demetrimelihat ke arahnya. Sang suami berjalan beberapalangkah menuju alun-alun, dan menepuk bahusalah seorang lelaki berblazer merah.Demetri menggeleng. "Kumohon, Edward, janganmempersulit keadaan," ujarnya."Setuju," Edward menyetujui. "Dan kalau kitapergi dengan tenang sekarang, tidak akan adaorang yang tahu.”Demetri mendesah frustrasi. "Setidaknya izinkankami mendiskusikan masalah ini secara lebihtertutup.”Enam lelaki berblazer merah sekarangbergabung dengan keluarga kecil tadi danmemandangi kami dengan ekspresi waswas. Akusangat khawatir dengan sikap protektif Edward didepanku—pasti itulah yang memicu kecemasan

orang-orang tadi. Ingin rasanya aku berteriak padamereka untuk lari.Rahang Edward mengatup dengan suara keras.“Tidak.”Felix tersenyum.“Cukup.”Suara itu tinggi, tajam dan datang dari belakangkami.Aku mengintip dari bawah lengan Edward danmelihat sosok lain yang kecil dan gelap, berjalanmenghampiri kami. Menilik jubahnya yangmengembang, aku tahu itu salah seorang darimereka. Siapa lagi?Awalnya kukira sosok itu bocah lelaki. Si

http://ac-zzz.blogspot.com/

pendatang baru itu semungil Alice, dengan rambutcokelat pucat dan lemas yang dipangkas pendek.Tubuh di balik jubahnya—yang berwarna lebihgelap, nyaris hitam—ramping dan memilikikarakteristik feminin sekaligus maskulin. Tapiwajahnya terlalu cantik untuk ukuran laki-laki.Wajahnya yang bermata lebar dan berbibir penuhitu bakal membuat malaikat Botticelli terlihatbagaikan monster menyeramkan. Bahkanwalaupun iris matanya merah pucat.Ukuran tubuhnya sangat tidak signifikansehingga reaksi para vampir lain begitu melihatkedatangannya membuatku bingung. KeteganganFelix dan Demetri langsung mencair, dan merekamundur selangkah dari posisi mereka yang siapmenyerang melebur kembali dalam keremangan

bayang-bayang bangunan yang bagian atasnyamenjorok ke jalan.Edward juga menurunkan kedua lengannya danberubah rileks—tapi karena kalah.“Jane,” desahnya, nadanya mengenalibercampur menyerah.Alice melipat kedua lengannya di dada,ekspresinya datar.“Ikuti aku," kata Jane lagi, suaranya yangkekanak-kanakan terdengar monoton. Ia berbalikdan melenggang tanpa suara memasuki kegelapan.Felix melambaikan tangan pada kami, menyuruhkami berjalan duluan sambil tersenyum mengejek.Alice langsung berjalan mengikuti Jane. Edwardmerangkul pinggangku dan menarikku berjalan disampingnya. Lorong yang kami lewati menikungsedikit ke bawah dan semakin menyempit. Akumendongak memandang Edward dengan berbagaipertanyaan berkecamuk di mataku, tapi Edwardhanya menggeleng. Meskipun aku tak bisamendengar yang lain-lain berjalan di belakangkami, aku yakin mereka ada di sana.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Well, Alice," kata Edward dengan sikap sepertimengajak ngobrol sementara kami berjalan."Kurasa seharusnya aku tidak kaget melihatmudatang ke sini.""Itu salahku," Alice menyahut dengan nada yangsama. "Jadi sudah kewajibanku pula untukmeluruskannya."

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Suara Edwardsopan, seakan-akan tidak begitu tertarik. Akuyakin pasti karena ada pihak-pihak lain yang ikutmendengarkan di belakang kami."Ceritanya panjang." Alice melirik sekilas kearahku. "Singkatnya, dia memang melompat daritebing, tapi bukan karena mau bunuh diri.Belakangan ini Bella menyukai olahraga ekstrem."Wajahku memerah dan aku memandang luruske depan, menatap bayang-bayang gelap yang takbisa lagi kulihat. Bisa kubayangkan apa yangdidengar Edward dalam pikiran Alice sekarang.Nyaris tenggelam, diburu vampir-vampir, bertemandengan werewolf..."Hm," ucap Edward pendek, dan nadanya tidaklagi terdengar biasa-biasa saja.Lorong meliuk-liuk, masih terus menurun, jadiaku tidak melihat jalan itu buntu hingga kamisampai di depan tembok bata yang datar dan takberjendela. Vampir mungil bernama Jane tadi tidakterlihat.Tanpa ragu dan tanpa menghentikan langkahsedikit pun. Alice melenggang menuju dinding.Kemudian dengan tangkas ia menyelinap masuk kelubang yang menganga di jalan.Kelihatan seperti saluran limbah, menjorok dititik terendah jalan yang berbatu. Aku tidakmenyadarinya sampai Alice mendadak lenyap, tapikisi-kisi penutupnya digeser separuh. Lubang itukecil dan gelap gulita.Aku langsung mogok.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tidak apa-apa, Bella,” kara Edward pelan. Aliceakan menangkapmu.”Kupandangi lubang itu dengan sikap ragu.Kurasa Edward pasri akan turun lebih dulu, kalausaja tidak ada Demetri dan Felix menunggu, sinisdan diam, di belakang kami.Aku berlutut dan meringkuk, mengayunkankedua kakiku ke lubang yang sempit."Alice?" bisikku, suaraku gemetar.“Aku di sini, Bella," Alice meyakinkanku.Suaranya terdengar terlalu jauh di bawah hinggatak berhasil menenangkan hatiku.Edward memegangi pergelangan tanganku—tangannya terasa seperti batu di musim dingin—lalu menurunkan aku ke kegelapan."Siap?" tanyanya."Lepaskan dia," seru Alice.Aku memejamkan mata sehingga tidak bisamelihat kegelapan, menutupnya rapat-rapatdengan penuh ketakutan, mengatupkan mulutagar tidak menjerit. Edward menjatuhkanku.Aku jatuh tanpa suara, tak jauh dari ataslubang. Udara mendesir melewatiku selamasetengah detik, kemudian, tepat ketika akumengembuskan napas keras-keras, kedua lenganAlice yang sudah menunggu menangkapku.Tubuhku pasti bakal memar-memar; lenganAlice sangat keras. Ia membantuku berdiri tegak.

Suasana di dasar lubang remang-remang, tapitidak gelap gulita. Cahaya dari lubang di atasmembiaskan kilauan samar, terpancar basah daribatu-batu di bawah kakiku. Cahaya sempat hilangsedetik, dan sejurus kemudian wajah Edward yangputih samar-samar muncul di sampingku. Iamerangkul pundakku, memelukku rapat di sisinya,dan mulai menggiringku maju dengan cepat. Akumelingkarkan kedua lenganku di pinggangnya yang

http://ac-zzz.blogspot.com/

dingin, berjalan tersandung-sandung dan tersaruksarukdi permukaan batu yang tidak rata. Suarakisi-kisi berat digeser menutupi saluran limbah dibelakang kami, berdentang mantap dan keras.Cahaya remang-remang dari jalan dengan cepathilang ditelan kegelapan. Suara langkah-langkahkakiku yang tersaruk-saruk bergaung di ruanganyang gelap gulita; kedengarannya sangat lebar, tapiaku tak yakin. Tak ada suara apa-apa selain debarjantungku yang berpacu cepat serta kakikumenginjak batu-batu basah—kecuali satu kali,waktu aku mendengar desahan tidak sabarberbisik di belakangku.Edward memelukku erat-erat. Dengan tangansatunya ia memegang wajahku, ibu jarinya yanghalus menyusuri bibirku. Sesekali aku merasa iamenempelkan wajahnya ke rambutku. Aku sadarini mungkin satu-satunya kesempatan kami, jadiaku merapatkan diriku lebih dekat padanya.Saat ini rasanya seakan-akan iamenginginkanku, dan itu sudah cukup untukmenghalau kengerian yang kurasakan, berada diterowongan bawah tanah, bersama para vampir di

belakang kami. Mungkin itu tidak lebih daripadaperasaan bersalah – perasaan bersalah jugalahyang mendorong Edward datang ke sini untuk matikarena ia yakin gara-gara dialah aku bunuh diri.Tapi aku merasakan bibirnya diam-diam menempeldi keningku, dan aku tak peduli apa motivasinya.Setidaknya aku bisa bersamanya lagi sebelum akumati. Itu lebih baik daripada umur panjang.Seandainya saja aku bisa menanyakan apapersisnya yang terjadi sekarang. Aku ingin sekalitahu bagaimana kami akan mati – seolah-olahkeadaan bisa lebih baik dengan tahu lebih dulu.Tapi aku tak bisa bersuara meskipun denganberbisik karena kami dikelilingi vampir lain. Yanglain-lain bisa mendengar semuanya – setiap

http://ac-zzz.blogspot.com/

tarikan napasku, setiap detak jantungku.Jalan setapak di bawah kaki kami terusmenurun, membawa kami lebih dalam ke perutbumi, dan itu membuatku merasa dicekamketakutan pada ruang sempit. Untung ada tanganEdward yang terasa menenangkan di wajahku,hingga aku tidak menjerit.Aku tidak tahu dari mana cahaya itu berasal,tapi perlahan-lahan suasana di sekelilingku mulaiberwarna abu-abu gelap, tak lagi hitam pekat.Kami berada di terowongan melengkung yangrendah. Cairan hitam pekat merembes keluar daribatu-batu kelabu, seolah-olah mengeluarkan tinta.Tubuhku gemetar, dan kurasa itu karenaketakutan. Baru setelah gigi-gigiku gemeletuk akumenyadari itu karena aku kedinginan. Bajuku

masih basah, dan suhu di bawah kota dinginmenusuk Begitu pula kulit Edward.Edward menyadari hal itu pada saat yangbersamaan denganku, lalu ia melepaskanpelukannya dan hanya menggandengku saja.“T-t-tidak,” kataku dengan gigi gemeletuk,merangkul pinggangnya lagi. Aku tak pedulimeskipun tubuhku membeku. Siapa yang tahuberapa lama lagi waktu yang tersisa?Tangan dingin Edward menggosok-gosoklenganku, berusaha menghangatkanku.Kami bergegas menyusuri terowongan, ataubagiku rasanya seperti bergegas. Langkahlangkahkuyang lamban membuat jengkelseseorang—kurasa pasti Felix—dan akumendengarnya mendesah jengkel sesekali.Di ujung terowongan tampak kisi-kisi—batangbatangbesinya sudah berkarat, tapi seteballenganku. Pintu kecil yang terbuat dari batangbatangbesi yang lebih tipis dan saling berkaitanterbuka lebar. Edward merunduk melewatinya danbergegas memasuki ruangan lain yang lebih besar

http://ac-zzz.blogspot.com/

dan terang. Pintu besi itu terbanting menutupdengan suara berdentang nyaring, diikuti bunyigerendel dipasang. Aku terlalu takut untuk melihatke belakang.Di sisi lain ruangan terdapat pintu kayu rendahyang berat. Pintu itu sangat tebal—aku bisamelihatnya karena pintu itu juga terbentang lebar.Kami melangkah melewati pintu itu, dan akumemandang berkeliling dengan terkejut, dan

otomatis langsung rileks. Di sampingku Edwardmenegang, dagunya mengeras kaku.

21. VONISKAMI berada di aula yang terang benderang dantidak mencolok. Dindingnya putih kusam,lantainya dilapisi karpet abu-abu. Lampu-lampuneon persegi panjang terpasang dalam jarak yangsama di sepanjang langit-langit. Hawa di sini lebihhangat, dan aku bersyukur karenanya. Ruanganini tampak sangat ramah dibandingkan saluranpembuangan limbah berdinding batu yang gelapdan mengerikan tadi.Sepertinya Edward tidak sependapat denganpenilaianku. Matanya memandang garang kelorong aula yang panjang, ke sosok kurus hitamyang berdiri di ujung sana, dekat lift.Ia menarikku bersamanya, sementara Aliceberjalan di sisiku yang lain. Pintu yang beratmenutup dengan suara berderit di belakang kami,kemudian terdengar bunyi gerendel digeser.Jane menunggu di dekat lift, sebelah tanganmemegangi pintu agar tetap terbuka untuk kami.Ekspresinya apatis.Begitu masuk ke lift, tiga vampir yang bekerjauntuk keluarga Volturi terlihat semakin rileks.Mereka menyingkapkan jubah mereka,membiarkan penutup kepala terbuka dan terkulaidi pundak. Baik Felix maupun Demetri sama-sama

http://ac-zzz.blogspot.com/

memiliki kulit sewarna zaitun—kelihatan anehdikombinasikan dengan raut wajah mereka yangpucat seperti kapur. Rambut hitam Felix dipangkaspendek, sementara rambut Demetri tergerai lepasberombak-ombak ke bahunya. Mata mereka merahtua di bagian pinggir, tapi semakin gelap hingganyaris hitam di sekitar pupil. Di balik jubah, bajumereka modern, pucat, dan biasa. Aku mengkeretdi sudut, menempel pada Edward. Tangannyamasih menggosok-gosok lenganku. Matanya takpernah lepas memandangi Jane.Perjalanan dengan lift singkat saja; kamimelangkah memasuki ruangan yang kelihatannyaseperti ruang penerimaan tamu yang mewah.Dinding-dindingnya berlapis panel kayu, lantainyaditutup karpet tebal empuk berwarna hijau. Takada jendela, tapi lukisan-lukisan besar bergambarpemandangan daerah pedesaan Tuscan yangditerangi cahaya lampu benderang tergantung dimana-mana sebagai pengganti jendela. Sofa-sofakulit berwarna lembut ditata membentukkelompok-kelompok yang nyaman, dan meja-mejamengilap dihiasi vas-vas kristal penuh karanganbunga berwarna-warni meriah. Aroma bungabungaitu mengingatkanku pada rumah duka.Di tengah ruangan berdiri konter tinggi mengilapdari kayu mahoni. Aku ternganga keherananmelihat seorang wanita berdiri di baliknya.Wanita itu bertubuh tinggi, dengan kulit gelapdan mata hijau. Ia akan terlihat sangat cantik diperusahaan lain—tapi tidak di sini. Karena ia jugamanusia, sama seperti aku. Aku tidak mengerti apa

yang dikerjakan wanita manusia itu di sini,sikapnya begitu rileks, dikelilingi para vampir.Wanita itu tersenyum sopan menyambutkedatangan kami. “Selamat siang, Jane,” sapanya.Tidak ada keterkejutan di wajahnya saat ia melirik

http://ac-zzz.blogspot.com/

rombongan Jane. Tidak juga Edward yang dadatelanjangnya berkilau samar tertimpa cahayalampu putih, atau bahkan aku, yang acak-acakandan sangat jelek bila dibandingkan dengannya.Jane menangguk. “Gianna.” Ia terus berjalanmenuju sepasang pintu ganda di bagian belakangruangan, dan kami semua mengikuti.Saat Felix melewati meja. ia mengedipkan matapada Gianna, dan wanita itu tertawa.Di sisi dalam pintu kayu itu terdapat ruangpenerimaan tamu lain yang berbeda jenisnya.Bocah lelaki pucat bersetelan abu-abu mutiarabisa dikira kembaran Jane. Rambutnya lebih gelap,dan bibirnya tidak sepenuh bibir Jane, namunsama memikatnya. Ia maju menghampiri kami.Sambil tersenyum tangannya terulur pada Jane."Jane.""Alec," sahut Jane memeluk pemuda itu. Merekaberciuman pipi. Kemudian pemuda itu menatapkami."Mereka mengirimmu keluar untuk membawasatu tapi kau kembali dengan membawa dua...setengah," kata pemuda itu, menatapku. "Bagussekali."Jane tertawa—suaranya ceria seperti celotehanbayi.

"Selamat datang kembali, Edward," Alecmenyapanya. "Sepertinya suasana hatimu sudahlebih baik."“Sedikit," Edward membenarkan dengan nadadatar. Kulirik wajah Edward yang keras, danbertanya-tanya dalam hati bagaimana mungkinsuasana hatinya bisa lebih buruk dari sekarang.Alec terkekeh, dan memerhatikan aku yangmenempel erat di sisi Edward. "Jadi, inikah sipembuat heboh itu?" tanyanya, skeptis.Edward hanya tersenyum, ekspresinya sinis.Kemudian tubuhnya mengejang.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Bodoh," ucap Felix dengan nada biasa-biasasaja dari belakang.Edward berbalik, geraman rendah terdengar daridadanya. Felix tersenyum—tangannya terangkat,telapak tangan mengarah ke atas; ia menekukkanjari-jarinya dua kali, mengundang Edward untukmaju.Alice menyentuh lengan Edward. "Sabar," iamengingatkan.Mereka bertukar pandang cukup lama, dan akuberharap bisa mendengar apa yang dikatakan Alicepadanya. Menurutku pasti ada hubungannyadengan tidak menyerang Felix, karena Edwardmenarik napas dalam-dalam dan berpaling kembalipada Alec."Aro pasti sangat senang bisa bertemu lagidenganmu," kata Alec, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kalau begitu jangan biarkan dia menungguterlalu lama," saran Jane.Edward mengangguk satu kali.Alec dan Jane, bergandengan tangan, berjalanmendului kami memasuki aula lain yang luas dansarat hiasan—apakah ruangan ini ada ujungnya?Mereka mengabaikan pintu-pintu di ujung aula-—pintu-pintu itu seluruhnya dilapisi emas—berhenti di tengah jalan sebelum mencapaiujungnya, dan menggeser panel yang menutupipintu kayu polos. Pintu itu tidak terkunci. Alecmembukakannya untuk Jane.Aku ingin mengerang saat Edward menarikkumemasuki pintu itu. Kami memasuki ruangan yanglagi-lagi terbuat dan batu tua seperti yang ada dialun-alun, di lorong, dan di saluran pembuanglimbah. Suasananya juga gelap dan dingin.Ruang peralihan dari batu itu tidak besar. Dibaliknya ada ruangan lain yang lebih terang danbesar menyerupai gua, bentuknya bulat sempurna,seperti menara kasti yang besar... mungkin benar

http://ac-zzz.blogspot.com/

ini menara. Dua lantai ke atas, tampak dua jendelaberbentuk celah memanjang, membuat cahayamatahari yang menerobos melaluinya jatuh dalambentuk persegi panjang di lantai batu di bawahnya.Tidak ada cahaya buatan. Satu-satunya perabot diruangan itu hanyalah beberapa kursi kayu besarseperti singgasana, yang diletakkan tidakberaturan, rata dengan dinding batu yangmelengkung. Di pusat lingkaran, di cekunganpendek, terdapat saluran pembuangan limbah lagi.Aku bertanya-tanya dalam hati apakah mereka

menggunakannya sebagai jalan keluar, sepertilubang di jalan.Ruang itu tidak kosong. Segelintir orangberkumpul, tampaknya sedang mengobrol santai.Gumaman suara-suara pelan dan halus terdengarbagai dengungan lembut di udara. Saat akumelihat, sepasang wanita pucat bergaun musimpanas berhenti di bawah sepetak cahaya matahari,dan, seperti prisma, kulit mereka membiaskanpendar cahaya pelangi ke dinding-dinding cokelatkusam.Wajah-wajah memesona itu menoleh begiturombongan kami memasuki ruangan. Sebagianbesar makhluk abadi itu mengenakan celanapanjang dan kemeja biasa – pokoknya, pakaianyang tidak akan terlihat mencolok di jalan-jalan dibawah sana. Namun lelaki yang pertama kaliberbicara mengenakan jubah panjang. Warnanyahitam pekat, dan menyapu lantai. Aku sempatmengira rambut hitam kelamnya yang panjangadalah tudung jubahnya.“Jane, Sayang, kau sudah kembali!” seru lelakiitu senang. Suaranya terdengar seperti desahanlirih.Lelaki itu melenggang maju, dan gerakannyabegitu luwes sampai-sampai aku ternganga,mulutku terbuka lebar. Bahkan Alice, yang setiap

http://ac-zzz.blogspot.com/

gerakannya terlihat seperti menari, tidak bisamenandinginya.Aku lebih terperangah lagi saat lelaki itumelenggang lebih dekat dan aku bisa melihatwajahnya. Tidak seperti wajah-wajah menarik tapi

tidak natural yang mengelilinginya (karena ia tidakmenghampiri kami sendirian; seluruh rombonganmengerubunginya dengan rapat, beberapamengikuti di belakang, yang lain berjalanmendahuluinya dengan sikap waspada khaspengawal). Aku tidak bisa menentukan apakahwajahnya tampan atau tidak. Garis-garis wajahnyamemang sempurna. Tapi ia berbeda dari paravampir di sampingnya, sama seperti merekaberbeda denganku. Kulitnya putih transparan,seperti mereka berbeda denganku. Kulitnya putihtransparan, seperti kulit bawang, dan tampaksama rapuh – kelihatan sangat kontras denganrambut hitam panjang yang membingkai wajahnya.Aku merasakan dorongan aneh yang mengerikanuntuk menyentuh pipinya, untuk merasakanapakah kulitnya lebih lembut daripada kulitEdward atau Alice, dan bila diraba apakah terasahalus, seperti kapur. Matanya merah, sama sepertimakhluk-makhluk lain di sekitarnya, tapiwarnanya berselaput, keruh seperti susu; akupenasaran apakah pandangannya terganggu olehselaput itu.Vampir itu melenggang menghampiri Jane,merengkuh wajah Jane dengan tangannya yangberlapis kulit setipis kertas, mendaratkan kecupanringan di bibir tebal Jane, lalu melenggang mundurselangkah.“Ya, tuan,” Jane tersenyum; ekspresinyamembuatnya terlihat seperti bocah malaikat. “Akumembawanya kembali hidup-hidup seperti yangAnda inginkan.”

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Ah, Jane.” Vampir itu tersenyum. “Kau sungguhmenenteramkan hatiku."Ia mengarahkan matanya yang berkabut ke arahkami, dan senyumnya semakin cerah – menjadigirang."Dan Alice dan Bella juga!'' soraknya, bertepuktangan dengan tangannya yang kurus. "Ini benarbenarkejutan yang menggembirakan! Hebat!Kupandangi vampir itu, shock mendengarnyamenyebut nama kami dengan sikap ramah, seolaholahkami teman lama yang mampir tanpa didugaduga.Vampir itu berpaling pada pendamping kamiyang bertubuh besar. "Felix, tolong sampaikankepada saudara-saudaraku tentang kedatangantamu-tamu kita. Aku yakin mereka pasti tidakingin melewatkan kesempatan ini""Baik, Tuan" Felix mengangguk dan lenyap dibalik pintu tempat kami masuk tadi."Kaulihat, Edward?" Vampir aneh itu menolehdan tersenyum pada Edward, seperti kakek yangsayang tapi marah pada cucunya. "Apa kubilang?Kau senang kan, aku tidak mengabulkanpermintaanmu kemarin?"“Ya, Aro, aku senang," Edward membenarkan,mempererat pelukannya di pinggangku.“Aku suka akhir yang membahagiakan." Aromendesah. "Itu sangat jarang terjadi. Tapi akuingin mendengar cerita selengkapnya. Bagaimanaitu bisa terjadi? Alice?" Ia berpaling kepada Alice,

sorot ingin tahu terpancar dari matanya yangberkabut. Saudaramu sepertinya menganggapmutidak mungkin salah, tapi jelas ada kesalahan."“Oh, aku masih jauh dari sempurna." Alicemenyunggingkan senyum memesona. Ia tampaksangat santai, hanya saja kedua tangannyaterkepal erat. "Seperti yang Anda lihat hari ini, akumenyebabkan masalah sesering akumenyelesaikannya."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau terlalu rendah hati," cela Aro. "Aku sudahsering melihat bakatmu yang luar biasa, dan haruskuakui, bakatmu benar-benar unik. Hebat!"Alice melirik sekilas kepada Edward. Itu tidakluput dari perhatian Aro."Maaf, kita belum berkenalan, bukan? Akuhanya merasa seperti sudah mengenalmu, dan akucenderung suka mendului. Saudaramumemperkenalkan kita kemarin, dengan cara yanganeh. Begini, aku juga memiliki sebagian bakatseperti yang dimiliki saudaramu, hanya saja akumemiliki batasan, sedangkan dia tidak." Aromenggelengkan kepala; nadanya iri."Dan juga jauh lebih kuat," Edwardmenambahkan dengan nada kering. DitatapnyaAlice sementara ia menjelaskan dengan cepat. "Aromembutuhkan kontak fisik untuk bisamendengarkan pikiranmu, tapi dia bisa mendengarlebih banyak daripada aku. Kau tahu aku hanyabisa mendengarkan pikiran yang sedang melintasdalam pikiranmu saat ini. Aro bisa mendengarsemua pikiran yang pernah singgah di kepalamu.

Alice mengangkat alisnya yang indah, danEdward menelengkan kepala.Itu juga tak luput dari perhatian Aro."Tapi bisa mendengar dari jauh..." Aromendesah, melambaikan tangan pada merekaberdua, dan pertukaran pikiran yang baru sajaterjadi. "Itu akan sangat menyenangkan.”Aro memandang ke balik bahu kami. Semuakepala ikut berpaling ke arah yang sama, termasukJane, Alice dan Demetri, yang berdiri tanpa suaradi sebelah kami.Aku yang terakhir menoleh. Felix sudah kembali,dan di belakangnya melenggang dua lelakiberjubah hitam. Keduanya sangat mirip denganAro, salah satunya bahkan juga berambut hitamtergerai. Yang satunya bahkan juga berambut

http://ac-zzz.blogspot.com/

hitam tergerai. Yang satunya lagi berambut putihterang seperti salju – seputih wajahnya – yangtergerai lepas ke bahu. Kulit wajah mereka samasamasetipis kertas.Lengkap sudah trio yang tergambar pada lukisanCarlisle, tidak berubah meski tiga ratus tahuntelah berlalu semenjak lukisan itu dibuat."Marcus, Caius. lihat!" seru Aro. "Bella ternyatamasih hidup, dan Alice datang bersamanya! Hebat,bukan?"Tak seorang pun di antara mereka tampaksetuju dengan pemilihan kata hebat yangdigunakan Aro. Si vampir berambut hitam terlihatsangat bosan, seakan-akan sudah terlalu seringmenyaksikan antusiasme Aro yang meluap-luap

selama berabad-abad. Wajah vampir yang lainmasam di bawah rambutnya yang seputih salju.Ketidaktertarikan yang mereka tunjukkan takmengurangi semangat Aro."Mari kita dengar ceritanya bersama-sama," Aronyaris berdendang dengan suaranya yang sehalusbulu.Si vampir tua berambut putih menjauh,melenggang menghampiri salah satu singgasanakayu. Yang lain berhenti di sebelah Aro, dan iamengulurkan tangan, mulanya kukira hendakmeraih tangan Aro. Tapi ia hanya menyentuhtelapak tangan Aro sekilas dan kemudianmenjatuhkan tangannya kembali. Aro mengangkatsebelah alisnya yang hitam. Aku jadi heranbagaimana kulitnya yang setipis kertas itu tidakremuk oleh gerakan tersebut.Edward mendengus sangat pelan, dan Alicememandanginya, ingin tahu."Terima kasih, Marcus," ujar Aro. "Itu sangatmenarik,"Sadarlah aku, sedetik terlambat, bahwa Marcusmembiarkan Aro mengetahui pikirannya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Marcus kelihatannya tidak tertarik. Iamelenggang menjauhi Aro, mendekati vampirsatunya yang pastilah bernama Caius, yang dudukmenempel di dinding. Dua vampir yangmendampinginya mengikuti tanpa suara dibelakangnya—pengawal, seperti yang sudahkuduga sebelumnya. Aku bisa melihat dua wanitabergaun musim panas yang berdiri mengapit Caius

dengan sikap sama. Agak konyol menurutku bilavampir membutuhkan pengawal, tapi mungkinpara vampir tua itu sama rapuhnya seperti yangditunjukkan kulit mereka.Aro menggelengkan kepala. "Luar biasa,"ucapnya. "Benar-benar luar biasa."Ekspresi Alice frustrasi. Edward berpalingpadanya dan menjelaskan dengan ringkas dansuara pelan. "Marcus bisa melihat hubungan. Diaterkejut melihat betapa kuatnya hubungan kita."Aro tersenyum. "Sangat menyenangkan,"ulangnya lagi. Lalu ia berbicara pada kami. "Agaksulit membuat Marcus terkejut, aku bisamemastikan."Kutatap wajah Marcus yang datar seperti mayat,dan aku percaya."Sungguh sulit dimengerti, bahkan sekarang,"renung Aro, menatap lengan Edward yangmelingkari pinggangku. Sulit bagiku mengikutijalan pikiran Aro yang ruwet. Aku berusahamengikuti dengan susah payah. "Bagaimana kaubisa berdiri sedekat itu dengannya?""Bukan berarti mudah," jawab Edward tenang."Namun tetap saja—la tua cantante! Sungguhmubazir!”Edward tertawa datar, “Aku menganggapnyalebih sebagai harga yang harus dibayar.”Aro merasa skeptis. “Harga yang sangat tinggi.”“Kesempatan memang berharga mahal.”

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aro terbahak. “Kalau saja aku tidak bisamencium aromanya melalui pikiranmu, aku tidakmungkin percaya godaan terhadap darah seseorangbisa sekuat itu. Aku sendiri belum pernahmerasakan hal seperti itu. Kebanyakan kita relamenukar apa saja untuk dapat memiliki anugerahsebesar itu, tapi kau malah...”“Menyia-nyiakannya,” Edward menyelesaikankata-kata Aro, suaranya kini terdengar sinis.Lagi-lagi Aro terbahak. “Ah, betapa kangennyaaku pada sobatku, Carlisle! Kau mengingatkan akupadanya—hanya saja dia tidak segalak kau.""Carlisle jauh melebihi aku dalam banyak hallain.""Tak pernah terpikir olehku, aku akan pernahmelihat Carlisle kehilangan kendali diri, tapi kaumembuatnya malu.""Itu tidak benar." Edward terdengar tidak sabar.Seolah-olah ia muak dengan basa-basi ini. Itumembuatku semakin takut; mau tak mau aku jadiberusaha membayangkan apa yang ia harapkanbakal terjadi.“Aku senang melihat kesuksesannya," renungAro. "Kenanganmu mengenainya adalah anugerahbagiku, meski itu membuatku sangat takjub. Akuheran karena ternyata aku... justru senang melihatkesuksesannya di jalan tak lazim yang dipilihnya.Kukira dia akan tersia-sia, melemah seiringberjalannya waktu. Aku sempat mencelarencananya menemukan pihak-pihak lain yangsetuju dengan pandangannya yang aneh. Namun

bagaimanapun aku senang karena ternyata akukeliru.”Edward tidak menanggapi."Tapi pertahanan dirimu!" Aro mendesah. “Akutidak tahu kekuatan sehebat itu ternyata ada.Membiasakan diri mengabaikan godaan sedahsyatitu, bukan hanya sekali melainkan berkali-kali—

http://ac-zzz.blogspot.com/

seandainya tidak merasakannya sendiri, aku pastitidak akan percaya."Edward membalas pandangan kagum Aro tanpaekspresi. Aku cukup mengenali wajahnya—waktutidak banyak mengubahnya—untuk mengetahuibahwa di balik ekspresinya yang tenang, tersimpanamarah yang menggelora. Susah payah akuberusaha mempertahankan napasku tetap tenang."Hanya mengingat bagaimana dia begitumenggairahkan bagimu..." Aro terkekeh."Membuatku haus."Edward mengejang."Jangan merasa terganggu," Aro meyakinkannya."Aku tidak bermaksud mencelakakannya. Tapi akusangat ingin tahu, mengenai satu hal secarakhusus." Ia menatapku dengan sikap sangattertarik. "Bolehkah?" tanyanya penuh semangat,mengangkat sebelah tangan."Tanya saja padanya." Edward menyarankandengan nada datar."Tentu saja, kurang ajar benar aku!" seru Aro.“Bella,” ia berbicara sendiri padaku sekarang. "Akutakjub karena kau satu-satunya yang merupakan

pengecualian terhadap bakat Edward yangmengagumkan itu—sungguh sangat menarik halsemacam itu bisa terjadi! Dan aku jadi ingin tahu.berhubung bakat kami serupa dalam banyak hal,apakah kau mau berbaik hati mengizinkan akuuntuk mencoba – melihat apakah kau merupakanpengecualian bagiku juga?”Mataku serta-merta melirik Edward denganpenuh ketakutan. Meski bertanya dengan sikapsopan yang berlebihan, aku tak yakin aku punyapilihan. Ngeri rasanya membayangkan mengizinkaAro menyentuhku, namun tak urung diam-diamaku tertarik oleh kesempatan menyentuh kulitnyayang aneh ini.Edward mengangguk menyemangati – apakah

http://ac-zzz.blogspot.com/

karena ia yakin Aro tidak akan mencelakakanku,atau karena memang tak ada pilihan aku tidaktahu.Aku berpaling kembali pada Aro dan mengangkattanganku pelan-pelan di hadapanku. Tangankugemetar.Aro melenggang menghampiriku, dan aku yakinia sengaja memasang mimik tenang untukmeyakinkan aku. Namun garis-garis wajahnyakelewat aneh, terlalu asing dan menakutkan,untuk dapat meyakinkan aku. Mimik wajahnyalebih percaya diri daripada kata-katanya tadi.Aro mengulurkan tangan, seperti hendakmenjabat tanganku, dan menempelkan kulitnyayang aneh ke kulitku. Kulitnya terasa kerassekaligus rapuh—lebih menyerupai serpih daripadagranit—dan lebih dingin daripada yang kukira.

Matanya yang berkabut tersenyummemandangiku, dan mustahil bagiku untukmengalihkan pandangan. Matanya memesonadengan cara yang ganjil dan tidak menyenangkan.Wajah Aro berubah di depan mataku. Rasapercaya diri itu goyah dan mula-mula menjadikeraguan, baru kemudian tidak percaya sebelumakhirnya tenang kembali, membentuk topengramah.“Sangat menarik," ucapnya sambil melepaskantanganku dan kembali ke tempatnya.Mataku berkelebat memandang Edward, dan,walaupun wajahnya tenang, ia tampak sedikit puaspada diri sendiri.Aro terus dalam ekspresi menerawang. Sesaat iadiam, matanya berkelebat menatap kami bertiga.Kemudian tiba-tiba ia menggelengkan kepalanya."Ini pertama kalinya," katanya pada diri sendiri."Aku jadi penasaran apakah dia juga imunterhadap bakat-bakat kita yang lain... Jane,Sayang?"

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tidak!" Edward mengucapkan kata itu sambilmenggeram Alice menyambar lengannya,memeganginya. Edward menepiskannya.Si mungil Jane tersenyum bahagia pada Aro."Ya, Tuan?"Edward benar-benar menggeram sekarang,suara itu terlontar dari dalam dirinya, matanyamenatap Aro garang dengan sorot berapi-api.Ruangan sunyi senyap, semua memandanginya

dengan tercengang dan tak percaya, seolah-olah iamelakukan sesuatu yang sangat memalukan dantak bisa diterima. Kulihat Felix menyeringai penuhharap dan maju satu langkah. Aro meliriknya, danFelix langsung menegang, seringaiannya berubahjadi ekspresi merajuk.Lalu ia berbicara kepada Jane. “Aku ingin tahu,sayangku, apakah Bella imun terhadapmu."Aku nyaris tak bisa mendengar suara Aro karenageraman marah Edward. Edward melepaskan aku,bergerak untuk menyembunyikanku daripandangan mereka. Caius melayang ke arah kami,bersama rombongannya, untuk menonton.Jane berbalik menghadapi kami dengan senyummemesona tersungging di wajah."Jangan!" pekik Alice saat Edward menerjanggadis mungil itu.Sebelum aku sempat bereaksi, sebelum semuaorang lain bisa melompat ke tengah mereka,sebelum para pengawal Aro sempat mengejang,Edward sudah terjatuh ke lantaiTak ada yang menyentuhnya, tapi ia tergeletak dilantai baru, menggeliat-geliat kesakitan, semenaraaku menatapnya dengan penuh kengerian.Tane hanya tersenyum padanya sekarang, danmendadak aku mengerti. Inilah yang dimaksudAlice mengenai bakat luar biasa, mengapa semuaorang memperlakukan Jane dengan hormat danmengapa Edward melemparkan diri di depannya

http://ac-zzz.blogspot.com/

sebelum Jane bisa melakukannya terhadapku.

“Hentikan!" aku menjerit, suaraku bergemadalam kesunyian, melompat ke depan di antaramereka. Tapi Alice merangkulku sekuat-kuatnyadengan kedua tangan, tak peduli aku merontaronta.Tidak ada suara yang keluar dari bibirEdward saat ia menggeliat-geliat di lantai batu.Kepalaku serasa mau pecah karena tidak tegamelihatnya."Jane," Aro memanggilnya dengan suara tenang.Jane mendongak cepat masih tersenyum senang,matanya bertanya-tanya. Begitu memalingkanwajah, Edward berhenti menggeliat-geliat.Aro menelengkan kepala ke arahku.Jane mengarahkan senyumnya padaku.Aku bahkan tidak membalas tatapannya. Akumemandangi Edward dari dekapan tangan Alice,masih meronta-ronta tanpa hasil."Dia tidak apa-apa," bisik Alice padaku dengansuara kaku. Saat Alice berbicara Edward duduk,lalu berdiri dengan tangkas. Matanya menatapmataku, sorot matanya tampak ketakutan Awalnyakukira ketakutan itu karena apa yang batu sajadialaminya. Tapi kemudian ia berpaling cepat kearah Jane, lalu kembali padaku – dan ketegangandi wajahnya mengendur, berubah lega.Aku memandangi Jane juga dan ia tidak lagitersenyum. Ia menatapku garang, dagunyamengeras oleh kuatnya ia berkonsentrasi. Akumengkeret, menunggu datangnya rasa sakit.Tidak terjadi apa-apa.

Edward sudah berdiri di sampingku lagi.Disentuhnya lengan Alice dan Alicemenyerahkanku padanya.Tawa Aro meledak. "Ha, ha, ha," tawanya. "Hebatsekali!"Jane mendesis frustrasi, mencondongkan tubuh

http://ac-zzz.blogspot.com/

ke depan, seolah-olah bersiap menerjang."Jangan kecewa, Sayang," kata Aro dengan nadamenenangkan, meletakkan tangannya yangseringan bedak ke bahu Jane. "Dia mengacaukankita semua"Bibir atas Jane melengkung ke belakang,memamerkan giginya sementara ia terusmenatapku garang."Ha, ha, ha," lagi-lagi Aro terbahak. "Kau sangatberani, Edward, menahan sakit tanpa suara. Akupernah meminta Jane melakukannya padaku satukali—hanya karena ingin tahu." Ia menggelengkagum.Edward melotot, jijik."Jadi mau kita apakan kau sekarang?" Aromendesah.Edward dan Alice mengejang. Ini bagian yangmereka tunggu-tunggu sejak tadi. Aku mulaigemetar."Kurasa tidak ada kemungkinan kau berubahpikiran?" Aro bertanya pada Edward dengan sikappenuh harap. "Bakatmu akan menjadi tambahanyang sangat baik untuk kelompok kecil kami."

Edward ragu-ragu. Dari sudut mata kulihat Felixdan Jane meringis.Edward seakan menimbang setiap kata denganseksama, sebelum mengucapkannya. "Kurasa...tidak... usah.”"Alice?" tanya Aro, masih berharap. “Mungkinkau tertarik bergabung dengan kami?""Tidak, terima kasih," jawab Alice.“Dan kau, Bella?" Aro mengangkat alisnya.Edward mendesis, rendah di telingaku, kutatapAro dengan pandangan kosong. Apakah iabergurau? Atau ia benar-benar serius menanyakanapakah aku ingin tinggal untuk makan malam?Kesunyian itu dikoyakkan oleh suara Caius, sivampir berambut putih.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Apa?" tuntutnya pada Aro; suaranya, meski taklebih dari sekadar bisikan, Terdengar datar."Caius, masa kau tidak melihat potensi di sini?"Aro mencelanya dengan sikap sayang. 'Aku belumpernah melihat bakat prospektif lain yang sangatmenjanjikan sejak kita menemukan Jane dan Alec.Dapatkah kaubayangkan kemungkinannya bila diamenjadi salah seorang di antara kita?"Caius membuang muka dengan ekspresi sengit.Mata Jane berapi-api karena tersinggungdibanding-bandingkan.Edward menahan marah di sampingku. Aku bisamendengar gemuruh di dadanya, yang nyaris

menjadi geraman. Aku harus berusaha agaramarahnya tidak membuatnya celaka."Tidak, terima kasih," aku angkat bicara dengansuara yang tak lebih dari bisikan, suaraku gemetarkarena takut.Aro mendesah. "Sayang sekali. Sungguh sia-sia."Edward mendesis. "Bergabung atau mati, begitu?Aku sudah bisa menduganya waktu kami dibawake ruangan ini. Hukummu tidak berarti apa-apa."Nada suara Edward membuatku terkejut. Iaterdengar berang, tapi ada sesuatu yang disengajadalam cara penyampaiannya – seolah-olah iamemilih kata-kata yang akan ia ucapkan denganbegitu saksama."Tentu saja tidak,” Aro mengerjap, terperangah."Kami memang sudah berkumpul di sini, Edward,menunggu Heidi kembali. Bukan karena kau.""Aro," Caius mendesis. "Hukum mengklaimmereka."Edward menatap Caius garang, "Bagaimanabisa?" tuntutnya. Dia pasti bisa membaca pikiranCaius, tapi sepertinya bertekad membuatnyamengutarakan pikiran itu dengan suara keras.Caius mengacungkan telunjuknya yang panjangkurus padaku. "Dia terlalu banyak tahu. Kau

http://ac-zzz.blogspot.com/

sudah mengekspos rahasia kita." Suaranya setipiskertas, sama seperti kulitnya."Di sini juga ada beberapa manusia dalamsandiwara kalian," Edward mengingatkan Caius,

dan ingatanku langsung melayang pada resepsioniscantik di bawah.Wajah Caius terpilin membentuk ekspresi baru.Apakah itu dimaksudkan sebagai senyuman?"Benar," ia sependapat. "Tapi kalau merekasudah tidak kami butuhkan lagi, mereka akanmenjadi pemuas dahaga kami. Bukan begiturencanamu untuk gadis yang satu ini Kalau diamembocorkan rahasia kita, apakah kau siapmenghabisinya? Kurasa tidak," dengusnya."Aku tidak akan—" aku membuka mulut, masihberbisik. Caius membungkamku dengan tatapandingin."Kau juga tidak berniat menjadikannya salahsatu dari kita,” lanjut Caius. "Dengan begitu, diaancaman bagi eksistensi kita. Meski ini benar,dalam hal ini hanya hiduplah yang dikorbankan.Kau boleh pergi kalau memang mau.”Edward menyeringai, menunjukkan gigi-giginya.“Sudah kukira,” kata Caius, dengan ekspresimenyerupai kegembiraan. Felix mencondongkantubuh, bersemangat.“Kecuali..." Aro menyela. Kelihatannya ia tidaksenang dengan arah pembicaraan ini. “Kecuali kaumemang berniat memberinya keabadian?”Edward mengerucutkan bibir, ragu-ragu sesaatsebelum menjawab. "Dan kalau itu benar?"Aro tersenyum, kembali senang. “Yah, kalaubegitu kau boleh pulang dan menyampaikansalamku pada sobatku Carlisle." Ekspresinya

berubah ragu. "Tapi aku khawatir kau harusbersungguh-sungguh dengan ucapanmu."Aro mengangkat tangan di hadapannya. Caius,

http://ac-zzz.blogspot.com/

yang awalnya memberengut marah, berubah rileks.Bibir Edward mengejang membentuk garismarah. Ia menatap mataku, dan aku membalastatapannya.“Ucapkan dengan sungguh-sungguh," bisikku."Kumohon."Sebegitu menjijikkannyakah ide itu? ApakahEdward lebih suka mati daripada mengubahku?Perutku seperti ditendang.Edward menunduk menatapku dengan ekspresitersiksa.Kemudian Alice melangkah menjauhi kami, majumendekati Aro. Kami menoleh dan menatapnya.Tangannya terangkat seperti Aro.Alice tidak mengatakan apa-apa, dan Aromelambaikan tangan kepada para pengawalnyayang bergegas datang untuk menghalangi Alice. Aromenemui Alice di tengah, dan meraih tangannyadengan mata memancarkan kilau tamak danpenuh semangat.Aro menunduk ke atas tangan mereka yangsaling menyentuh mata terpejam saatberkonsentrasi. Alice diam tak bergerak, wajahnyakosong. Aku mendengar Edward menggertakkangigi.Semua diam tak bergerak. Aro seakan membekudi atas tangan Alice. Detik demi detik berlalu dan

semakin lama aku semakin tertekan, bertanyatanyasampai kapan ini akan terus berlangsung,apakah waktu sudah berlalu terlalu Uma Se belumitu berarti sesuatu yang buruk telah terjadi—lebihburuk daripada keadaan sekarang.Waktu terus berjalan dan terasa menyiksa, dansejurus kemudian suara Aro mengoyakkeheningan."Ha, ha, ha," ia tertawa, kepalanya masihtertunduk ke depan. Ia mendongak perlahanlahan,matanya cemerlang oleh kegembiraan. "Itu

http://ac-zzz.blogspot.com/

sangat menakjubkan!"Alice tersenyum kering. "Aku senang Andamenikmatinya.""Melihat berbagai hal yang telah kaulihat—terutama peristiwa-peristiwa yang belum terjadi!"Aro menggeleng-geleng takjub."Tapi akan terjadi," Alice mengingatkan,suaranya kalem. "Ya, ya, itu sudah ditentukan.Tentu tidak ada masalah."Caius tampak sangat kecewa—perasaan yangtampaknya juga dirasakan Felix dan Jane."Aro," tegur Caius.“Caius Sayang," Aro tersenyum. "Jangan cerewet.Coba pikirkan kemungkinan-kemungkinannya!Mereka memang tidak bergabung dengan kita hariini, tapi kita selalu bisa berharap di masamendatang. Coba bayangkan kegembiraan yangakan dibawa hanya oleh Alice saja ke keluarga kecil

kita... Lagi pula, aku juga sangat ingin melihatbagaimana jadinya Bella nanti!"Aro tampak yakin sekali. Apakah ia tidak sadarbetapa subjektifnya penglihatan Alice? Bahwa iabisa memutuskan untuk mengubahku hari ini,kemudian mengubahnya besok? Sejuta keputusankecil, baik keputusannya maupun keputusanbanyak pihak lain – juga Edward – dapat sajamengubah jalan hidupnya, sehingga dengandemikian, masa depan pun akan ikut berubah.Dan apakah ada artinya bila Alice bersedia,apakah ada bedanya bila aku benar-benar berubahmenjadi vampir, bila itu justru menjijikkan bagiEdward? Bila kematian, baginya, merupakanalternatif yang lebih baik daripada memilikiku disisinya selamanya, menjadi gangguan yang abadi?Meski sangat ketakutan, aku merasa dirikuterbenam dalam perasaan depresi, tenggelam didalamnya..."Kalau begitu kami boleh pergi sekarang?" tanya

http://ac-zzz.blogspot.com/

Edward datar."Ya, ya," jawab Aro riang. "Tapi datanglah lagikapan-kapan. Ini benar-benar mengasyikkan!"“Dan kami juga akan mengunjungi kalian,"Caius berjanji, matanya tiba-tiba separuhterpejam, seperti tatapan kadal yang kelopakmatanya tebal. "Untuk memastikan kalianmenepati bagian kalian. Kalau aku jadi kau, akutidak akan menunda terlalu lama. Kami tidakpernah menawarkan kesempatan kedua."Rahang Edward mengeras, tapi ia mengangguk.

Caius tersenyum sinis dan melenggang kembalike tempat Marcus masih duduk, tidak bergerakdan tidak tertarik.Felix mengerang."Ah, Felix," Aro tersenyum geli. "Sebentar lagiHeidi datang. Sabarlah."“Hmmm," Ada semacam kecemasan dalam suaraEdward. “Kalau begitu, mungkin sebaiknya kamipergi saja sekarang.”“Benar," Aro sependapat. "Itu ide bagus.Kecelakaan bisa saja terjadi Tapi kumohon kaumau menunggu di bawah sampai hari gelap, kalaukau tidak keberatan.”“Tentu saja,” Edward setuju, sementara akumeringis membayangkan harus menungguseharian sebelum bisa keluar dari sini."Dan ini," Aro menambahkan, memberi isyaratkepada Felix dengan satu jari. Felix langsungdatang menghampirinya, dan Aro membuka jubahabu-abu yang dikenakan vampir bertubuh besaritu, melepasnya dari pundaknya. Dilemparkannyajubah itu pada Edward. "Ambillah. Kau agak terlalumenarik perhatian."Edward memakai jubah itu, menurunkanpenutup kepalanya.Aro mendesah. "Cocok untukmu."Edward tertawa, tapi mendadak terdiam,

http://ac-zzz.blogspot.com/

menoleh ke belakang. "Terima kasih, Aro. Kamiakan menunggu di bawah."

"Selamat jalan, sobat-sobat muda," kata Aro,matanya cemerlang saat ia memandang ke arahyang sama."Ayo kita pergi," kata Edward, nadanyamendesak sekarang.Demetri memberi isyarat agar kamimengikutinya, kemudian beranjak menuju pintutempat kami datang tadi. Tampaknya, itu satusatunyajalan keluar.Edward menarik tanganku dan berjalan cepatcepat.Alice merapat di sisiku yang lain, wajahnyakeras."Masih kurang cepat," gumamnya.Aku mendongak padanya, ketakutan, tapi Alicehanya tampak sedih. Saat itulah pertama kalinyaaku mendengar celotehan orang-orang mengobrol—keras dan kasar—terdengar dari arah ruang depan."Well, ini tidak biasa," dentum suara kasarseorang laki-laki."Sangat abad pertengahan," balas seorangwanita dengan suaranya yang melengking tinggidan tidak enak didengar.Serombongan besar orang melewati pintu yangkecil, memenuhi ruangan berdinding baru yanglebih kecil. Demitri memberi isyarat pada kami agarmenepi. Kami menempel rapat-rapat di dindingyang dingin untuk memberi jalan pada mereka.Pasangan yang berjalan paling depan, orangorangAmerika kalau mendengar aksennya,memandang berkeliling dengan sikap menilai.

"Selamat datang, Tamu-Tamu! Selamat datang diVolterra!" Aku bisa mendengar Aro berseru riangdari ruangan menara yang besar.Anggota rombongan lain, jumlahnya mungkinempat puluh atau lebih, berbaris masuk setelah

http://ac-zzz.blogspot.com/

pasangan tadi. Beberapa mengamari keadaansekelilingnya seperti turis. Beberapa bahkanmemotret. Yang lain-lain tampak bingung, seolaholahcerita yang membawa mereka ke ruangan inisekarang tak lagi masuk akal. Perhatianku tertarikpada wanita mungil berkulit gelap. Di lehernyamelingkar rosario, dan wanita itu mencengkeramsalib erat-erat dengan satu tangan. Ia berjalanlebih lambat daripada yang lain, sesekalimenyentuh anggota rombongan lain dan bertanyadalam bahasa yang tidak kumengerti. Sepertinyatidak ada yang memahaminya, dan suara wanitaitu terdengar semakin panik.Edward menarik wajahku ke dadanya, tapiterlambat. Aku sudah mengerti.Begitu ada celah yang memungkinkan untuklewat, Edward cepat-cepat mendorongku ke arahpintu. Aku bisa merasakan ekspresi ngeri terguratdi wajahku, dan air mataku mulai menggenang.Aula emas penuh ukiran itu sunyi, kosong tanpakehadiran siapa pun, kecuali seorang wanita jelitayang tampak bagai patung. Ia memandangi kamidengan sikap ingin tahu, utama aku."Selamat datang kembali, Heidi," Demetrimenyapa dari belakang kami.

Heidi tersenyum sambil lalu. Ia mengingatkankupada Rosalie, meski tidak mirip sama sekali—hanya karena kecantikannya juga begitu luarbiasa, tak terlupakan. Aku bagai tak mampumengalihkan tatapan.Wanita itu berpakaian begitu rupa untuksemakin menonjolkan kecantikannya. Kakinyayang luar biasa panjang tampak lebih gelap dalambalutan stoking, terpampang jelas di balik rokmininya yang superpendek. Blusnya berlenganpanjang dan berleher tinggi namun sangat ketat,dan terbuat dari vinyl merah. Rambut panjangnyayang sewarna kayu mahoni itu mengilap, dan bola

http://ac-zzz.blogspot.com/

matanya berwarna ungu aneh—warna yang hanyamungkin dihasilkan lensa kontak biru yangmenutupi iris berwarna merah."Demetri," wanita itu balas menyapa dengansuara selembut sutra, matanya berkelebat dariwajahku ke jubah abu-abu yang dikenakanEdward."Boleh juga hasil pancingannya," puji Demetripadanya, dan mendadak aku memahamidandanannya yang mencolok... ia bukan hanyapemancing, tapi sekaligus juga umpan."Trims." Heidi menyunggingkan senyummemesona. "Kau tidak ikut?""Sebentar lagi. Sisakan beberapa untukku.”Heidi mengangguk dan merunduk melewatipintu sambil melayangkan pandangan ingin tahusekali lagi ke arahku.

Edward berjalan sangat cepat hingga aku harusberlari-lari untuk bisa mengimbanginya. Tapibelum lagi kami berhasil mencapai pintu berukir diujung aula, pekik jerit itu telah dimulai.

22. PENERBANGANDEMETRI meninggalkan kami di ruangpenerimaan ramu yang mewah dan ceria iru,tempar wanita bernama Gianna bertugas di balikkonter yang mengilat. Musik yang merdu danramah mengalun dari pengeras suara yangtersembunyi."Jangan keluar sebelum gelap," Demerrimengingarkan kami.Edward mengangguk, dan Demerri bergegaspergi.Gianna sama sekali tak terkejut mendengarperkataan itu, meski matanya mengawasi jubahyang dipinjam Edward dengan mata menyipit,berspekulasi."Kau baik-baik saja.'' tanya Edward pelan,

http://ac-zzz.blogspot.com/

terlalu pelan untuk bisa didengar oleh wanitamanusia itu. Suaranya kasar – kalau beledu bisadibilang kasar – oleh perasaan cemas. Pasti karenamasih tertekan oleh situasi kami, pikirku."Sebaiknya segera dudukkan dia sebelum jatuh,"kata Alice. Sepertinya dia akan kehilangankendali."

Saat itu barulah aku sadar tubuhku gemetar,bergetar kuat, sekujurku berguncang sampaigigiku gemeletukan dan ruangan di sekelilingkuberputar dan pandanganku kabur. Selama sedetiksempat aku bertanya dalam hati, seperti inikahyang Jacob rasakan sesaat sebelum meledakmenjadi werewolf.Aku mendengar suara yang tidak masuk akal,bunyi robekan aneh, meningkahi musik merduyang mengalun di latar belakang. Karena tubuhkuterguncang hebat, aku tak bisa memastikan darimana suara itu berasal."Ssstt, Bella, ssstt, bisik Edward sambilmenarikku ke sofa paling jauh dari pandanganmanusia yang ingin tahu di meja."Kurasa dia histeris. Mungkin sebaiknyakautampar saja dia," Alice menyarankan.Edward memandangnya sekilas dengan kalut.Kemudian aku mengerti. Oh. Itu suaraku. Bunyirobekan itu ternyata isak tangis yang keluar daridadaku. Itulah yang membuat tubuhkuberguncang-guncang."Tidak apa-apa, kau aman, tidak apa-apa,"bujuk Edward berkali-kali. Ia mengangkatku kepangkuannya dan menyelubungi tubuhku denganjubah wolnya yang tebal, melindungiku darikulitnya yang dingin.Aku tahu sungguh tolol bereaksi seperti ini.Siapa yang tahu sampai kapan aku bisa melihatwajahnya? Ia selamat, aku selamat, dan ia bisameninggalkan aku begitu kami bebas. Dengan

http://ac-zzz.blogspot.com/

mata dipenuhi air mata seperti ini hingga aku takbisa melihat garis-garis wajahnya dengan jelasadalah kesia-siaan—kegilaan.Namun di balik mataku, tempat air mata takdapat menghapus bayangan itu, aku masih dapatmelihat wajah putih seorang wanita mungil yangmencengkeram rosario."Orang-orang itu," seduku."Aku tahu," bisik Edward."Sungguh mengerikan.”“Ya. memang. Seandainya kau tidak melihatnyatadi.”Aku membaringkan kepalaku di dadanya yangdingin, menyeka maniku dengan jubah yang tebal.Aku menarik napas dalam-dalam beberapa kali,berusaha menenangkan diri."Ada yang bisa kubantu?” sebuah suarabertanya sopan. Ternyata Gianna, mencondongkantubuh di balik bahu Edward dengan raut wajahprihatin namun tetap profesional sekaligusmenjaga jarak. Tampaknya ia sama sekali tidakmerasa risi berada hanya beberapa sentimeter darivampir yang galak. Entah ia benar-benar tidakmenyadarinya, atau sangat baik dalammenjalankan tugasnya.'Tidak," Edward menjawab dingin.Gianna mengangguk, tersenyum padaku,kemudian menghilang.

Aku menunggu sampai ia jauh. "Apakah dia tahuapa yang berlangsung di sini?" tanyaku, suarakupelan dan parau. Aku mulai bisa menguasai diri,tarikan napasku mulai tenang.“Ya. Dia tahu semuanya," Edward menjawabpertanyaanku.“Tahukah dia bahwa mereka akanmembunuhnya suatu hari nanti?""Dia tahu kemungkinannya begitu," jawab

http://ac-zzz.blogspot.com/

Edward.Jawabannya membuatku terkejut.Wajah Edward sulit dibaca. "Dia berharapmereka akan memutuskan untukmempertahankannya."Aku merasa darah surut dari wajahku. "Diaingin menjadi salah satu dari mereka?"Edward mengangguk, matanya tajam menatapwajahku, mengamati reaksiku.Aku bergidik. "Bagaimana mungkin diamenginginkan hal itu?” bisikku, lebih ditujukanpada diriku sendiri, bukan karena ingin mendapatjawaban. "Bagaimana mungkin dia bisa setega itu,melihat orang-orang digelandang memasukiruangan mengerikan itu, dan ingin menjadi bagiandari semua itu?"Edward tidak menjawab. Ekspresinya berkerut,merespons perkataanku barusan.Saat aku menatap wajahnya yang begiturupawan, berusaha memahami perubahannya,

mendadak terpikir olehku bahwa aku benar-benarberada di sini, dalam pelukan Edward, betapapunsingkatnya, dan bahwa kami tidak—saat ini—hendak dibunuh."Oh, Edward," isakku, dan aku menangis lagi.Reaksi yang benar-benar tolol. Air mataku terlaluderas sehingga aku tak bisa melihat wajahnya lagi,dan itu tak bisa dimaafkan. Padahal jelas akuhanya punya waktu sampai matahari terbenam.Bagaikan kisah dongeng, dengan tenggat waktuyang akan mengakhiri keajaiban."Ada apa?" tanya Edward, masih cemas,membelai-belai punggungku dengan tepukantepukanlembut.Aku merangkul lehernya—apa hal terburuk yangbisa ia lakukan? Paling-paling mendorongku jauhjauh—dan merapatkan tubuh lebih dekat lagipadanya. "Apakah aku gila bila aku justru merasa

http://ac-zzz.blogspot.com/

bahagia sekarang?" tanyaku. Suaraku tercekat.Edward tidak mendorongku. Ia malahmendekapku erat-erat di dadanya yang sekeras es,begitu eratnya hingga aku sulit bernapas, bahkandengan paru-paruku yang telah utuh kembali."Aku sangat mengerti maksudmu," bisiknya. “Tapikita punya banyak alasan untuk bahagia. Salahsatunya, karena kira hidup.""Ya." aku setuju. "Itu alasan yang bagus.”“Dan bersama-sama,” desah Edward. Embusannapasnya begitu harum sehingga membuatkepalaku melayang.

Aku hanya mengangguk, yakin Edward tidakterlalu bersungguh-sungguh dengan perkataannyaitu, seperti halnya aku.“Dan kalau beruntung, kita akan tetap hidupbesok."“Mudah-mudahan,” sahutku gelisah."Peluangnya cukup bagus." Alice meyakinkanku.Selama ini ia lebih banyak diam, sampai-sampaiaku nyaris melupakan kehadirannya. "Aku akanbertemu lagi dengan Jasper dalam waktu kurangdari 24 jam," ia menambahkan dengan nada puas.Betapa beruntungnya Alice. Ia bisa memercayaimasa depannya.Aku tidak mampu terlalu lama mengalihkanmata dari wajah Edward. Aku memandanginyaterus, sepenuh hati berharap masa depan tidakakan datang. Bahwa momen ini akan berlangsungselamanya, atau, kalau tidak bisa, bahwa akutidak akan ada lagi bila masa depan itu tiba.Edward membalas tatapanku, bola matanyayang gelap tampak lembut, dan mudah bagikuberpura-pura ia merasakan hal yang samadenganku. Jadi itulah yang kulakukan. Berpurapura,untuk membuat momen ini semakin indah.Ujung-ujung jari Edward menyusuri lingkaran dibawah mataku. "Kau kelihatan capek sekali."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Dan kau kelihatan haus," aku balas berbisik,mengamati memar ungu di bawah mata hitamnya.Edward mengangkat bahu. "Tidak apa-apa."

"Kau yakin? Aku bisa duduk dengan Alice," akumenawarkan diri, meski sebenarnya tidak rela; akulebih suka Edward membunuhku sekarangdaripada beringsut satu sentimeter saja daritempatku berada sekarang.“Jangan konyol." Edward mendesah; embusannapasnya yang wangi membelai-belai wajahku.“Tidak pernah aku sekuat ini mengendalikan diridalam hal itu dibanding sekarang."Berjuta pertanyaan berkecamuk dalam benakkuingin kutanyakan padanya. Salah satunya sudahberada di ujung bibirku sekarang, tapi kutelankembali. Aku tidak ingin merusak suasana,walaupun suasananya sangat tidakmenyenangkan, di ruangan yang membuatkumual, di bawah tatapan seorang calon monster.Dalam pelukan Edward, sungguh mudahberkhayal bahwa ia menginginkanku. Aku tidakmau memikirkan motivasinya sekarang—apakah iabersikap begini untuk membuatku tenang selamakami masih dalam bahaya, atau ia hanya merasabersalah karena kami berada di sini dan legakarena ia tidak harus bertanggung jawab ataskematianku. Mungkin perpisahan kami sudahcukup lama sehingga aku tidak membuatnyabosan sekarang ini. Tapi semua itu bukanmasalah. Aku jauh lebih bahagia dengan berpurapura.Aku berbaring tenang dalam pelukannya,mengenang kembali wajahnya, berpura-pura...Edward memandangi wajahku seolah-olahmelakukan hal yang sama, sambil berdiskusi

dengan Alice bagaimana caranya pulang. Suaramereka begitu cepat dan rendah hingga aku tahuGianna tidak bisa memahaminya. Aku sendiri

http://ac-zzz.blogspot.com/

nyaris tak bisa menangkapnya. Tapikedengarannya seperti melibatkan pencurian mobillagi. Malas-malasan aku berpikir apakah Porschekuning yang kami pakai sebelumnya sudahkembali ke tangan pemiliknya atau belum."Apa maksudnya omongan tentang penyanyiitu?” tanya Alice suatu saat.“La tua cantante,” jawab Edward. Suaranyamembuat kata-kata itu terdengar mengalun sepertimusik."Ya, itu," kata Alice, dan aku berkonsentrasisesaat. Aku sendiri juga penasaran tadi.Aku merasakan bahu Edward terangkat.“Mereka mempunyai julukan bagi orang yangaroma tubuhnya sama seperti aroma Bella dipenciumanku. Mereka menyebutnya menyanyiku –karena darahnya menyanyi untukku."Alice terbahak.Aku lelah sekali dan ingin tidur, tapi aku matimatianmelawannya. Aku tidak mau kehilangansatu detik pun bersamanya. Sesekali, sambilberbicara dengan Alice, Edward tiba-tibamembungkuk dan menciumku—bibirnya yangsehalus kaca menyapu rambut, dahi, juga ujunghidungku. Setiap kali itu terjadi, seolah-olah aliranlistrik menyengat hatiku yang lama tertidur. Suaradegupnya seakan memenuhi seluruh penjururuangan.

Ini surga—berada persis di tengah neraka.Aku benar-benar kehilangan orientasi waktu.Jadi ketika lengan Edward memeluk lengankulebih erat, dan baik ia maupun Alice memandangke ujung ruangan dengan ekspresi waswas, akulangsung panik. Aku mengkeret dalam pelukanEdward saat Alec—matanya kini merah cemerlang,namun setelan jas abu-abu terangnya tetap bersihtanpa noda meski habis makan sore—berjalanmelewati pintu ganda.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Ternyata ia membawa kabar baik."Kalian boleh pergi sekarang," kata Alec padakami, nadanya sangat hangat, seperti kawan lama."Kami harap kalian segera pergi dari kota ini."Edward tidak mau berpura-pura ramah;suaranya sedingin es. “Itu bukan masalah."Alec tersenyum, mengangguk, kemudianmenghilang lagi.“Ikuti lorong sebelah kanan di tikungan sana,sampai ke deretan lift pertama,” Gianna memberitahu kami sementara Edward membantuku berdiri."Lobinya dua lantai di bawah, langsung keluar kejalan. Selamat jalan," ia menambahkan dengannada riang. Aku bertanya-tanya dalam hati,apakah kecakapannya dalam bekerja cukup untukmenyelamatkannya.Alice melontarkan pandangan sengit ke arahnya.Aku lega ada jalan keluar lain; aku tidak yakinakan sanggup berjalan menyusuri lorong-lorongbawah tanah lagi.

Kami keluar melalui lobi yang ditata dengansangat mewah dan berselera tinggi. Akulah satusatunyayang menoleh ke belakang, memandangikastil abad pertengahan yang menaungi facadebisnis mewah. Aku tidak bisa melihat menara itudari sini, dan aku sangat bersyukur.Pesta masih berlangsung meriah di jalan-jalan.Lampu-lampu jalan baru mulai menyala saat kamiberjalan cepat menyusuri gang-gang sempit beralasbatu. Langit kelabu kusam semakin memudar diatas kepala, dan bangunan-bangunan begitu padatmenyesaki jalan hingga suasananya terasa lebihgelap.Pestanya juga lebih gelap. Jubah panjangEdward yang menjuntai tidak tampak mencolokseperti yang mungkin akan terjadi pada malammalamnormal lain di Volterra. Beberapa orangjuga mengenakan jubah satin hitam, dan taring

http://ac-zzz.blogspot.com/

plastik seperti yang pernah kulihat dipakai seoranganak kecil di alun-alun siang tadi tampaknya jugasangat populer di kalangan orang dewasa."Konyol," kecam Edward.Aku tidak menyadari kapan Alice menghilangdari sampingku. Aku menoleh untuk menanyakansesuatu, tapi ia tidak ada."Mana Alice?" bisikku panik."Dia pergi mengambil tas kalian dari tempat diameninggalkannya siang tadi."Aku bahkan sudah lupa aku membawa sikatgigi. Informasi itu membuatku senang.

"Dia mencuri mobil juga, pasti?" tebakku.Edward nyengir. "Tidak sampai kita berada diluar."Rasanya jauh sekali baru kami sampai di pintugerbang. Edward bisa melihat aku kelelahan; iamerangkul pinggangku dan memapahku hampirsepanjang perjalanan.Aku bergidik saat ia menarikku melewatigerbang batu hitam melengkung. Jeruji besar kunoyang menggantung di atas tampak seperti pintukerangkeng, mengancam hendak menimpa kami,mengurung kami di dalam.Edward membimbingku ke mobil berwarnagelap, yang menunggu dalam lingkaran bayangandi kanan gerbang dengan mesin menyala. Akuterkejut waktu Edward menyusup masuk ke jokbelakang bersamaku, tidak bersikerasmengemudikannya.Alice meminta maaf. "Maafkan aku." Iamelambaikan tangan ke dasbor. "Tidak banyakpilihan.""Tidak apa-apa, Alice." Edward nyengir. "Tidakbisa selalu memilih 911 Turbo."Alice mendesah. "Aku harus memiliki salah satumobil semacam itu secara legal. Sungguh luarbiasa."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Nanti kubelikan satu untuk hadiah Natal," janjiEdward.Alice menoleh dan menatap Edward dengansenyum berseri-seri, dan itu membuatku khawatir,

karena saat itu ia sudah ngebut menuruni jalanperbukitan yang gelap dan berkelok-kelok."Kuning," katanya.Edward tetap merangkulku erat-erat. Dalamselubung jubah abu-abunya, aku merasa hangatdan nyaman. Lebih dari nyaman."Kau bisa tidur sekarang, Bella," bisiknya."Sudah berakhir."Aku tahu yang dimaksud Edward adalahbahaya, mimpi buruk di kota kuno, tapi aku masihharus menelan ludah dengan susah payah sebelumbisa menjawab.“Aku tidak mau tidur. Aku tidak capek." Kalimatterakhir itu tidak benar. Yang benar adalah akubelum mau memejamkan mata. Mobil ini hanyaditerangi samar-samar oleh nyala lampu paneldasbor, tapi itu sudah cukup untuk bisa melihatwajahnya.Edward menempelkan bibirnya di cekungan dibawah telingaku. "Cobalah," bujuknya. Akumenggeleng.Edward mendesah. "Kau masih saja keraskepala."Aku memang keras kepala; mati-matian akumelawan kelopak mataku yang berat, dan akumenang.Bagian tersulit adalah melewati jalan yang gelap;lampu-lampu benderang di bandara Florencesedikit melegakan hati, begitu juga kesempatanuntuk menyikat gigi dan ganti baju dengan pakaian

bersih; Alice membelikan Edward baju baru juga,dan Edward membuang jubah hitamnya ke tongsampah di sebuah gang. Penerbangan ke Roma

http://ac-zzz.blogspot.com/

hanya sebentar hingga kelelahan tidak sempatmembuatku tertidur. Tapi aku tahu penerbangandari Roma ke Atlanta akan sangat berbeda, jadikuminta pramugari membawakan segelas Cocacola."Bella,” tegur Edward tidak senang. Ia tahubiasanya aku tidak menolerir minuman yangmengandung kafein.Alice duduk di belakang kami. Aku bisamendengarnya berbisik-bisik dengan Jasper ditelepon."Aku tidak mau tidur," aku mengingatkannya.Aku memberi alasan yang bisa dipercaya karenaitu memang benar. "Kalau aku memejamkan matasekarang, aku akan melihat hal-hal yang tidakingin kulihat. Bisa-bisa aku malah bermimpiburuk.”Edward tidak membantahku lagi setelah itu.Sebenarnya ini saat yang tepat sekali untukmengobrol, untuk mendapat jawaban yangkubutuhkan—dibutuhkan tapi tidak benar-benardiinginkan; belum-belum aku sudah merasa sulitmemikirkan apa yang bakal kudengar. Waktu yangpanjang membentang di hadapan kami tanpagangguan apa pun, dan Edward tidak mungkinmelarikan diri dariku di atas pesawat—well,setidaknya, tidak semudah itu. Tidak ada yang bisamendengar kami kecuali Alice; hari sudah larutmalam, dan sebagian besar penumpang mematikan

lampu dan meminta bantal dengan suara pelan.Mengobrol bisa membantuku melawan kelelahan.Namun, anehnya, aku malah menutup mulutkurapat-rapat dari banjir pertanyaan.Pertimbanganku mungkin salah karena kelelahan,tapi aku berharap dengan menunda pembicaraan,aku bisa meminta waktu beberapa jam dengannyananti—memperpanjang kebersamaan ini satumalam lagi, ala Scheherazade,Jadilah aku minum bergelas-gelas soda, bahkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

berkedip pun aku nyaris tak mau. Edwardtampaknya cukup senang bisa mendekapku dalampelukannya, jari-jarinya menelusuri wajahku lagidan lagi. Aku juga menyentuh wajahnya. Aku taksanggup menghentikan diriku sendiri, meski takutitu akan menyakitiku nanti, kalau aku sudahsendirian lagi. Edward terus saja menciumirambutku, keningku, pergelangan tanganku... tapitak pernah bibirku, dan itu bagus. Soalnya, berapakali hati yang hancur lebur masih bisa diharapkanpulih kembali' Beberapa hari terakhir ini, akubertahan melewati berbagai peristiwa yangseharusnya mengakhiri hidupku, tapi itu tidakmembuatku merasa kuat. Malah aku merasasangat rapuh, seakan-akan satu kata saja sanggupmenghancurkanku.Edward juga diam saja. Mungkin ia berharapaku akan tidur. Mungkin memang tak ada yangingin ia katakan.Aku memenangkan adu kekuatan melawankelopak mataku yang berat. Mataku masih terbukalebar saat kami mencapai bandara di Atlanta, dan

aku bahkan sempat melihat matahari terbit diawan-awan di atas kota Seattle sebelum Edwardmenutup jendela rapat-rapat. Aku bangga padadiriku sendiri. Tak satu menit pun terlewatkan.Baik Alice maupun Edward sama sekali tidakterkejut melihat rombongan yang menunggukedatangan kami di Bandara Sea-Tac, tapi akukaget luar biasa. Jasper adalah yang pertamakulihat—tampaknya ia tidak melihatku sama sekaliMatanya hanya, tertuju pada Alice. Alice bergegasmendapatkannya; mereka tidak berpelukan sepertipasangan-pasangan lain yang bertemu di siniKeduanya hanya saling memandang wajah

masingmasing,namun, entah mengapa, momen itu justruterasa sangat pribadi sampai-sampai aku merasa

http://ac-zzz.blogspot.com/

perlu membuang muka.Carlisle dan Esme menunggu di sudut sepi jauhdan antrean di depan metal detector. dalamnaungan pilar besar. Esme mengulurkan tangan,memelukku erat-erat dengan sikap canggung,karena Edward tidak melepaskan pelukannyadariku."Terima kasih banyak," bisiknya di telingaku.Kemudian Esme memeluk Edward, dan ia terlihatseperti ingin menangis."Jangan pernah membuatku menderita sepertiitu lagi,” Esme nyaris menggeram.Edward menyeringai, penuh penyesalan. “Maaf,Mom.”"Terima kasih Bella,” kata Carlisle. “kamiberutang budi padamu.”

“Ah, tidak,” gumamku. Tiba-tiba saja akumerasa letih sekali karena begadang semalaman.Kepalaku terasa lepas dari tubuhku.“Dia sangat kelelahan," Esme memarahi Edward."Mari kita bawa dia pulang."Tidak yakin apakah saat ini ingin pulang, akutersaruk-saruk, separo buta, melintasi bandara,Edward menyeretku di satu sisi, sementara Esmedi sisi lain. Aku tidak tahu apakah Alice dan Jaspermengikuti di belakang kami atau tidak, dan akuterlalu lelah untuk melihat.Kurasa aku tertidur, walaupun masih berjalan,saat kami sampai di mobil. Keterkejutan melihatEmmett dan Rosalie bersandar pada sedan hitamdi bawah cahaya buram lampu-lampu garasi parkirmembuatku tersentak. Edward mengejang."Jangan," bisik Esme. "Rosalie merasa bersalah.""Memang seharusnya begitu," tukas Edward,tidak berusaha memelankan suara."Itu bukan salahnya." belaku, kata-kataku tidakterdengar jelas karena kelelahan.“Beri kesempatan padanya untuk meminta

http://ac-zzz.blogspot.com/

maaf," pinta Esme. "Kami akan naik mobil bersamaAlice dan Jasper."Edward memandang garang pasangan vampirberambut pirang yang sangat memesona itu.“Kumohon, Edward," ujarku. Sebenarnya akujuga tidak mau semobil dengan Rosalie, samaseperti Edward, tapi cukup sudah akumenyebabkan perpecahan dalam keluarga ini.

Edward mendesah, lalu menarikku ke mobil.Emmett dan Rosalie naik ke kursi depan tanpabicara, sementara Edward lagi-lagi menarikku kekursi belakang. Aku tahu aku tidak akan mampumelawan kelopak mataku lagi, jadi kubaringkankepalaku di dadanya dengan sikap kalah,'membiarkan mataku terpejam. Kurasakan mesinmobil menderum pelan."Edward," Rosalie memulai."Aku tahu." Nada kasar Edward terdengar tidakramah."Bella?" Rosalie bertanya lirih.Kelopak mataku menggeletar terbuka denganshock Ini pertama kalinya ia berbicara langsungpadaku."Ya, Rosalie?" sahutku, ragu-ragu.“Aku sangat menyesal, Bella. Aku merasa sangatbersalah telah menyebabkan semua ini, dan sangatbersyukur kau cukup berani untuk pergi danmenyelamatkan saudaraku setelah apa yangkuperbuat. Kuharap kau mau memaafkanku.”Kata-katanya canggung, terbata-bata karenamalu, tapi terdengar tulus."Tentu saja, Rosalie," gumamku, menyambarkesempatan apa saja untuk membuatnya tidakmembenciku lagi. “Ini bukan salahmu. Akulahyang melompat dari tebing sialan itu. Tentu sajaaku memaafkanmu.”Kata-kataku terdengar mengantuk.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Itu tidak masuk hitungan sampai dia sadar,Rose,” Emmet terkekeh."Aku sadar kok," tukasku; tapi suarakuterdengar seperti gumaman tidak jelas.Kemudian suasana sunyi, kecuali derum pelansuara mesin. Aku pasti tertidur, karena rasanyabaru beberapa detik kemudian pintu terbuka danEdward membopongku turun dari mobil Matakutidak mau membuka. Mulanya kukira kami masihdi bandara.Kemudian aku mendengar suara Charlie."Bella!" teriaknya dari jauh."Charlie,” gumamku, berusaha menghalaukantuk yang melandaku.“Ssstt" bisik Edward. "Semua beres; kau sudahsampai di rumah dan aman. Tidur sajalah."“Berani-beraninya kau menunjukkan mukamulagi di sini." Charlie memaki Edward. suaranyaterdengar jauh lebih dekat sekarang."Sudahlah, Dad." erangku. Charlie tidakmenggubrisku."Kenapa dia," tuntut Charlie."Dia hanya sangat lelah, Charlie,” Edwardmenenangkannya. "Biarkan dia istirahat.""Jangan ajari aku!" teriak Charlie. "Berikan diapadaku. Jangan sentuh dia!'Edward berusaha menyerahkanku kepadaCharlie, tapi aku mencengkeram tubuhnya kuatkuat,tak mau melepaskannya. Aku bisa

merasakan tangan ayahku menyentakkanlenganku.“Hentikan, Dad," sergahku lebih keras lagi. Akuberhasil memaksa kelopak mataku membukauntuk menatap Charlie nanar. "Marah sajapadaku."Saat itu kami berada di depan rumahku. Pintudepan terbuka lebar. Awan yang menaungi di ataskepala terlalu tebal hingga aku tak bisa

http://ac-zzz.blogspot.com/

memperkirakan jam berapa sekarang.“Itu sudah pasti," tegas Charlie. "Masuk kedalam."“Ke. Turunkan aku," desahku.Edward menurunkan aku. Bisa kulihat bahwaaku berdiri, tapi aku tidak bisa merasakan kakiku.Aku maju sempoyongan, sampai trotoar berputarke arah wajahku. Dengan tangkas Edwardmenyambarku sebelum wajahku mencium beton."Izinkan aku membawanya ke atas,” kataEdward. "Setelah itu aku akan pergi.""Jangan," tangisku, panik. Aku belummendapatkan penjelasan apa-apa. Ia tidak bolehpergi dulu, setidaknya sampai ia menjelaskansemuanya, bukan begitu?“Aku tidak akan jauh-jauh," Edward berjanji,berbisik sangat pelan di telingaku sehingga Charlietidak mungkin bisa mendengar.Aku tidak mendengar Charlie menjawab, tapiEdward berjalan memasuki rumah. Mataku hanyasanggup bertahan sampai tangga. Hal terakhir

yang kurasakan adalah tangan dingin Edwardmembuka cengkeraman jari-jariku dari kemejanya.

23. KEBENARANRASANYA aku tidur lama sekali—sekujurtubuhku kaku, seolah-olah aku tidak bergeraksama sekali selama itu. Pikiranku linglung danlamban; berbagai mimpi aneh—mimpi dan mimpiburuk—berpusar-pusar dalam benakku. Semuatampak sangat jelas. Kengerian dan kebahagiaan,semua berbaur jadi kebingungan yang aneh. Adaperasaan tak sabar bercampur ketakutan,keduanya bagian dari mimpi penuh frustrasi saatkakiku tak bisa berlari cepat... Dan di mana-manaada monster, musuh-musuh bermata merah yanglebih menyeramkan daripada sesama mereka yanglebih beradab. Mimpi itu masih terpatri kuat – aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

bahkan masih ingat nama-namanya. Tapi bagianyang paling kuat dan paling jelas dari mimpi itubukanlah kengeriannya. Melainkan kehadiranmalaikat itulah yang paling jelas kuingat.Sulit rasanya membiarkan malaikat itu pergi danbangun. Mimpi ini tak mau disingkirkan begitusaja ke gudang mimpi yang tak ingin kudatangilagi. Aku melawannya dengan susah payah saatpikiranku mulai lebih awas, terfokus padakenyataan. Aku tak ingat hari apa ini, tapi akuyakin ada yang menungguku, entah ku Jacob,sekolah, pekerjaan, atau hal lain. Aku menarik

napas dalam-dalam, bertanya-tanya dalam hatibagaimana aku sanggup menjalani satu hari lagi.Sesuatu yang dingin menyentuh dahiku lembutsekaliKupejamkan mataku lebih rapat. Rupanya akumasih bermimpi, tapi anehnya, rasanya sungguhsangat nyata. Aku sudah hampir terbangun...beberapa detik lagi, dan mimpi akan lenyap.Tapi aku sadar mimpi itu terasa kelewat nyata,kelewat nyata sehingga tak mungkin terjadi.Lengan sekeras batu yang kubayangkan memeluktubuhku amat terlalu kokoh. Kalau kubiarkanlebih lama lagi, aku akan menyesal nanti. Dengankeluhan menyerah, kubuka paksa kelopak matakuuntuk menghalau ilusi itu."Oh!" aku terkesiap kaget, dan melemparkantinjuku ke muka.Well jelas, aku sudah kelewatan; salah besarmembiarkan imajinasiku jadi tak terkendali. Oke,mungkin "membiarkan" bukan istilah yang tepat.Aku memaksanya menjadi tak terkendali—bisadibilang aku dikuntit halusinasiku sendiri—dansekarang pikiranku meledak.Dibutuhkan kurang dari setengah detik untukmenyadari bahwa, kepalang basah sudah telanjursinting, ada baiknya kunikmati saja delusiku,

http://ac-zzz.blogspot.com/

mumpung delusinya menyenangkan.Aku membuka lagi mataku – dan Edward masihdi sana, wajahnya yang sempurna hanya beberapasentimeter dari wajahku.

“Aku membuatmu takut, ya?” suaranya yangrendah bernada cemas.Ini bagus sekali, sebagai delusi. Wajahnya,suaranya, aroma tubuhnya, segalanya – semuajauh lebih baik daripada tenggelam. Kilasankhayalanku yang rupawan itu mengawasiperubahan ekspresiku dengan waswas. Matanyahitam pekat, dengan bayangan menyerupai memardi bawahnya. Itu membuatku terkejut; Edwardhalusinasiku biasanya muncul dalam keadaankenyang.Aku mengerjap dua kali, susah payah berusahamengingat hal terakhir yang aku yakin nyata. Alicejuga ada dalam mimpiku, dan bertanya-tanyaapakah ia benar-benar kembali, atau itu hanyakhayalan. Kalau tidak salah, ia kembali pada hariaku nyaris tenggelam waktu itu..."Oh. brengsek" makiku parau. Tenggorokankuseperti tersumbat."Ada apa, Bella?”Aku mengerutkan kening pada Edward, tidakbahagia. Wajahnya bahkan jauh lebih cemasdaripada sebelumnya.“Aku sudah mati, kan?" erangku. "Aku benarbenartenggelam. Brengsek, brengsek, brengsek!Charlie pasti sedih sekali."Kening Edward berkerut. "Kau belum mati""Kalau begitu, mengapa aku tidak bangunbangunjuga?" tantangku, mengangkat alis."Kau sudah bangun, Bella."

Aku menggeleng. "Tentu, tentu. Kau memangingin aku mengira begitu. Kemudian keadaan akanlebih parah waktu aku terbangun nanti. Kalau aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

masih bisa bangun, dan itu tidak akan terjadi,karena aku sudah mati. Cawat. Kasihan Charlie.Juga Renee dan Jake..." Suaraku menghilang, ngerimembayangkan apa yang telah kulakukan.“Aku bisa mengerti kau salah mengartikan akudengan mimpi buruk." Senyum Edward yangberumur singkat terlihat muram. "Tapi aku tidakbisa membayangkan apa yang telah kaulakukansehingga kau masuk neraka. Memangnya kaubanyak membunuh orang selagi aku tidak ada?"Aku meringis. "Jelas tidak. Kalau saat ini akuberada di neraka, kau tidak akan ada di sinibersamaku."Edward mendesah.Pikiranku semakin jernih. Mataku berkelebatsebentar dari wajahnya—meski sebenarnyaenggan-—ke jendela yang gelap dan terbuka, lalukembali padanya. Kupandangi dia sambilmengingat-ingat... dan aku merasakan rona merahyang tidak familier menjalari pipiku dengan hangatsaat lambat laun aku menyadari bahwa Edwardsungguh-sungguh, benar-benar ada di sinibersamaku, tapi aku malah membuang-buangwaktu dengan menjadi idiot."Kalau begitu, semua itu benar-benar terjadi?"Nyaris sulit mengubah mimpiku menjadikenyataan. Rasanya aku belum bisa menerimakonsep itu.

"Tergantung." Senyum Edward masih kaku."Kalau yang kaumaksud adalah kita hampirdibantai di Italia, ya, itu benar.”"Aneh sekali," renungku. "Aku benar-benar pergike Italia. Tahukah kau, aku bahkan tak pernahpergi lebih jauh dari Alburquerque?”Edward memutar bola matanya. "Mungkinsebaiknya kau tidur lagi. Kau masih linglung.""Aku sudah tidak capek lagi.” Pikiranku kembalijelas sekarang. "Jam berapa sekarang? Sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

berapa lama aku tertidur?”"Sekarang baru jam satu pagi lewat sedikit. Jadi,kira-kira empat belas jam."Aku menggeliat saat Edward bicara. Tubuhkukaku sekali."Charlie?" tanyakuEdward mengerutkan kening. “Tidur. Mungkinkau tahu saat ini aku melanggar aturan. Well,teknisnya sih tidak, karena kata Charlie aku tidakboleh menjejakkan kaki lagi melewati pintu,sementara aku masuk lewat jendela... Tapi meskibegitu, maksudnya sudah jelas.”"Charlie melarangmu datang ke sini?" tanyaku,perasaan tak percaya dengan cepat meleburmenjadi amarah.Sorot mara Edward sedih. "Memangnya apa yangkauharapkan?"Sorot mataku marah. Aku harus bicara denganayahku—mungkin sekarang saat yang tepat untuk

mengingatkan ayahku bahwa secara hukum akusudah dianggap dewasa. Itu tidak berarti banyaktentu saja, kecuali dalam hal prinsip. Sebentar lagitidak ada lagi alasan untuk melarangku. Akumengalihkan pikiran ke hal-hal lain yang tidakterlalu menyakitkan."Ceritanya bagaimana?" tanyaku, benar-benaringin tahu, sekaligus berusaha keras menjaga agarobrolan terus berlangsung juga untukmenenangkan diriku sendiri, supaya aku tidakmembuat Edward kabur ketakutan oleh kerinduanmenggebu-gebu yang bergejolak dalam diriku."Apa maksudmu?"“Aku harus menceritakan apa pada Charlie? Apaalasanku menghilang selama... omong-omongberapa hari aku pergi?" Aku berusaha

menghitunghitung.“Hanya tiga hari.” Tatapan Edward mengeras,tapi kali ini senyumnya lebih alami. “Sebenarnya,

http://ac-zzz.blogspot.com/

aku berharap kau punya penjelasan bagus.Soalnya aku tidak tahu harus memberi alasanapa.”Aku mengerang. "Hebat.""Well mungkin Alice bisa memberi alasan yangtepat," kata Edward, berusaha menghibur hatiku.Dan aku merasa terhibur. Siapa yang peduli apayang harus kuhadapi nanti? Setiap detik ia di sini –begitu dekat, wajahnya yang sempurna berkilaudalam keremangan cahaya yang dipantulkanangka-angka jam alarmku – sangatlah berhargadan tidak patut disia-siakan.

"Jadi," aku memulai, memilih pertanyaan yangpaling tidak penting—walaupun tetap sangatmenarik—sebagai permulaan. Aku sudahdiantarkan dengan selamat sampai ke rumah, jadisebentar lagi Edward mungkin akan memutuskanuntuk pergi, kapan saja. Aku harus membuatnyaterus bicara. Lagi pula, surga sementara ini tidaksepenuhnya komplet tanpa suaranya. "Apa yangkaulakukan selama ini sampai tiga hari yang lalu?"Wajah Edward langsung kecut. "Tidak ada yangmenarik.""Tentu saja tidak," gumamku."Mengapa kau mengernyitkan muka seperti itu?""Well.." aku mengerucutkan bibir, menimbangnimbang."Seandainya kau, misalnya, hanyamimpi, jawaban seperti itulah yang pasti akankauucapkan. Imajinasiku pasti sudah mentok."Edward mendesah. "Kalau aku menceritakannyapadamu, apakah akhirnya kau akan percayabahwa kau tidak sedang bermimpi buruk?" ,"Mimpi buruk!" ulangku sinis. Edwardmenunggu jawabanku. "Mungkin," jawabku secelahberpikir sejenak. “Kalau menceritakannya padaku.""Selama ini aku... berburu.""Masa hanya itu yang kaulakukan?” kritikku.“Itu jelas tidak membuktikan aku sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

terbangun.”Edward ragu-ragu, kemudian berbicara lambatlambat,memilih kata-kata dengan saksama. "Akubukan berburu makanan... sebenarnya aku

mencoba belajar... mencari jejak. Aku kurangbagus dalam hal itu.”“Apa yang kaulacak?" tanyaku, tertarik."Bukan sesuatu yang penting." Kata-kataEdward tidak sejalan dengan ekspresinya; iatampak gelisah, tidak nyaman."Aku tidak mengerti."Edward ragu-ragu; wajahnya, mengilat oleh biashijau aneh lampu jam, tampak terkoyak."Aku—" Edward menarik napas dalam-dalam."Aku berutang maaf padamu. Tidak, tentu saja akuberutang banyak padamu, jauh lebih banyakdaripada itu. Tapi kau harus tahu—" kata-katamulai mengalir sangat cepat. Seingatku, beginilahcara Edward bicara bila sedang gelisah, sehinggaaku harus berkonsentrasi penuh untukmenangkap semuanya— "bahwa aku sama sekalitidak tahu. Aku tidak menyadari kekacauan yangkutinggalkan. Kusangka kau aman di sini. Sangataman. Aku tidak mengira Victoria—" bibir Edwardmelengkung ke belakang saat mengucapkan namaitu—"akan kembali. Harus kuakui, ketikamelihatnya waktu itu, aku lebih memerhatikanpikiran James. Tapi aku sama sekali tidak melihatrespons semacam ini dalam dirinya. Bahwa diabahkan memiliki hubungan dengan James. Kurasaaku mengerti sekarang—Victoria sangat yakin padaJames, jadi tak pernah terlintas dalam pikirannyabahwa James bisa gagal. Rasa percaya diri yangterlalu berlebihanlah yang menutupi perasaannyaterhadap James – itu membuatku tidak melihat

besarnya cinta Victoria kepada James, sertahubungan batin yang terjalin di antara mereka.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Bukan berarti tindakanku meninggalkanmumenghadapi bahaya semacam itu bisa dimaafkan.Waktu aku mendengar apa yang kaukatakan padaAlice—apa yang dilihatnya sendiri—waktu akusadar ternyata kau sampai harus bergaul denganwerewolf, werewolf yang tidak dewasa, kasar,makhluk terburuk lain selain Victoria—" Edwardbergidik dan serbuan kata-katanya terhentisejenak. "Ketahuilah, aku sama sekali tidak tahutentang hal ini. Aku merasa muak, muak luarbiasa, bahkan sampai sekarang, setiap kali akubisa melihat dan merasakan kau aman dalampelukanku. Sungguh bodoh dan tolol aku ini—""Hentikan," aku memotong perkataannya.Edward menatapku sedih, dan aku berusahamenemukan kata-kata yang tepat—yang akanmembebaskan Edward dari kewajiban rekaannyasendiri ini, yang membuatnya sangat menderita.Tidak mudah mengutarakannya. Entah apakahaku bisa mengucapkannya tanpa menangis. Tapiaku harus mencoba melakukannya dengan benar.Aku tidak mau menjadi sumber perasaan bersalahdan kesedihan dalam hidupnya. SeharusnyaEdward bahagia, tak peduli bagaimana akibatnyabagiku.Aku benar-benar berharap bisa menunda bagianterakhir pembicaraan kami ini. Soalnya, ini hanyaakan mengakhiri lebih cepat pertemuan kami.

Mengandalkan latihan selama berbulan-bulanuntuk berusaha bersikap normal di hadapanCharlie, aku memasang ekspresi datar."Edward," kataku. Mengucapkan namanyamembuat tenggorokanku serasa terbakar. Aku bisamerasakan bayangan lubang itu,, siap mengangakembali dan mengoyak dadaku begitu Edwardpergi nanti. Entah bagaimana aku bisa bertahannanti. "Ini harus dihentikan sekarang. Kau tidakboleh berpikir begitu. Kau tidak bisa membiarkan...

http://ac-zzz.blogspot.com/

rasa bersalah ini menguasai hidupmu. Kau tidakbisa bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadipadaku di sini. Itu bukan salahmu, itu hanyalahbagian dari bagaimana kehidupan sebenarnyabagiku. Jadi, kalau aku tersandung di depan busatau hal lain suatu saat nanti, kau harus sadarbukan tugasmu untuk menyalahkan dirimu. Kautidak boleh langsung kabur ke Italia hanya karenakau merasa bersalah tidak bisa menyelamatkanaku. Bahkan seandainya aku terjun dari tebing ituuntuk mati, itu pilihanku sendiri, bukankesalahanmu. Aku tahu sudah menjadi... sifatmumenanggung rasa bersalah untuk segalasesuatunya, tapi kau benar-benar tidak bisamembiarkan hal itu membuatmu melakukan halhalekstrem! Itu sangat tidak bertanggung jawab—pikirkan Esme dan Carlisle dan—"Aku nyaris tak bisa menahan tangis. Akuberhenti untuk menarik napas dalam-dalam,berharap bisa menenangkan diri. Aku harusmembebaskannya. Aku harus memastikan ini tidakakan pernah terjadi lagi.

“Isabella Marie Swan," bisik Edward, ekspresiganjil melintasi wajahnya. Ia nyaris tampak marah."Jadi kau yakin aku meminta Volturimembunuhku karena merasa bersalah?"Aku bisa merasakan wajahku memancarkansikap tidak mengerti. "Memangnya bukan karenaitu?""Merasa bersalah? Memang sangat. Lebihdaripada yang bisa kaupahami."“Jadi... apa maksudmu? Aku tidak mengerti.""Bella, aku datang ke keluarga Volturi karenakukira kau sudah mati," ujarnya, suaranya lembut,matanya berapi-api. “Bahkan seandainya aku tidakpunya andil dalam kematianmu"—Edward bergidiksaat membisikkan kata terakhir itu – “seandainyapun itu bukan salahku, aku akan tetap pergi ke

http://ac-zzz.blogspot.com/

Italia. Jelas, seharusnya aku lebih berhati-hati—seharusnya aku langsung bicara pada Alice, bukanmenerima begitu saja perkataan Rosalie. Tapi,bayangkan saja, aku harus berpikir bagaimanawaktu pemuda itu berkata Charlie sedangmenghadiri pemakaman? Apa kemungkinannya?"Kemungkinannya..." lalu Edward menggerutu,terusik. Suaranya pelan sekali hingga aku tidakyakin mendengar perkataannya dengan benar."Kemungkinannya selalu berlawanan dengankeinginan kita. Kesalahan demi kesalahan. Akutidak akan pernah mengkritik Romeo lagi.""Tapi aku masih belum mengerti," kataku."Justru itulah intinya. Memangnya kenapa?""Maaf?"

"Memangnya kenapa kalau aku sudah mati?"Edward menatapku ragu beberapa saat sebelummenjawab. "Kau tidak ingat apa yang pernahkukatakan padamu sebelumnya?”"Aku ingat semua yang pernah kaukatakanpadaku." Termasuk kata-kata yang menegaskansemuanya.Edward membelai bibir bawahku dengan ujungujungjarinya yang dingin. "Bella, sepertinya kausalah mengerti." Ia memejamkan mata,menggerakkan kepala ke depan dan ke belakangdengan senyum miring menghiasi wajahnya yangrupawan. Bukan senyum bahagia. "Kukira akusudah menjelaskan dengan sangat jelassebelumnya. Bella, aku tak sanggup hidup di duniakalau kau tidak ada."“Aku..." Kepalaku berputar sementara akumencari-cari kara yang tepat. "Bingung." Benar.Penjelasannya sungguh tidak masuk akal bagiku.Edward menatap mataku dalam-dalam dengantatapannya Kang tulus dan bersungguh-sungguh."Aku pembohong besar, Bella, aku harus jadipembohong besar begitu.”

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku mengejang, otot-ototku mengunci seolahbersiap menahan benturan. Otot dadakumengejang, sakitnya luar biasa.Edward mengguncang bahuku, berusahamelenturkan posturku yang kaku. "Dengarkankata-kataku sampai selesai! Aku ini pembohongbesar, tapi kau juga terlalu cepat percaya padaku."Edward meringis. "Itu... sangat menyakitkan."

Aku menunggu, masih kaku."Saat kita di hutan, waktu aku mengucapkanselamat tinggal—"Aku tidak mengizinkan diriku mengingatkenangan buruk itu. Aku berusaha keras tetapberada di masa sekarang saja."Waktu itu kau tidak mau melepaskan aku,"bisiknya. "Aku bisa melihatnya. Aku tidak inginmelakukannya—sungguh sangat menyakitkanbagiku melakukannya—tapi aku tahu kalau akutidak bisa meyakinkanmu bahwa aku tidakmencintaimu lagi, pasti baru lama sekali kau bisakembali menjalani hidup. Aku berharap, bila kaumengira aku sudah tidak mencintaimu lagi, makakau pun akan melakukan hal yang sama.""Perpisahan seketika," bisikku dari sela-selabibir yang tak bergerak."Tepat sekali. Tapi aku tak pernahmembayangkan ternyata mudah sajamembohongimu! Kusangka itu mustahil dilakukanbahwa kau akan sangat meyakini hal yangsebenarnya sehingga aku harus berbohong dulumati-matian sebelum aku bisa menanamkansedikit saja benih keraguan dalam pikiranmu. Akubohong, dan aku sangat menyesal—menyesalkarena menyakitimu, menyesal karena itu upayayang sia-sia. Menyesal karena aku tidak bisamelindungimu dari diriku yang sebenarnya. Akuberbohong untuk menyelamatkanmu, tapi ternyatatidak berhasil. Maafkan aku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Tapi bagaimana bisa kau malah percayapadaku? Padahal sudah ribuan kali akumenyatakan cintaku padamu, bagaimana kau bisamembiarkan satu kata saja menghancurkankepercayaanmu padaku?"Aku tidak menjawab. Aku terlalu shock untukbisa membentuk respons yang rasional."Aku bisa melihatnya di matamu, kau sejujurnyapercaya aku tidak menginginkanmu lagi. Konsepyang paling absurd dan konyol—seolah-olah akubisa bertahan tanpa membutuhkanmu!"Aku masih kaku. Kata-katanya tidakkumengerti, karena tidak masuk akal.Edward mengguncang bahuku lagi, tidak keraskeras,tapi cukup membuat gigiku gemeletuksedikit."Bella," desahnya. "Sungguh, apa yang adadalam pikiranmu waktu itu!"Dan tangisku pun pecah. Air mata menggenangdan kemudian mengalir deras di kedua pipiku."Sudah kukira," isakku. "Sudah kukira aku pastibermimpi.""Keterlaluan benar kau ini," sergah Edward, lalutertawa-tawanya keras dan frustrasi. "Bagaimanacaranya aku menjelaskan supaya kau mau percayapadaku? Kau tidak sedang tidur, dan kau belummati. Aku ada di sini, dan aku cinta padamu. Akuselalu mencintaimu, dan akari selalu mencintaimu.Aku memikirkanmu, melihat wajahmu dalampikiranku, setiap detik selama kita berpisah.

Waktu kubilang aku tidak menginginkanmu lagi,bisa dibilang itu semacam sumpah palsu yangpaling konyol."Aku menggeleng sementara air mata terusmenetes dari sudut-sudut mataku.''Kau tidak percaya padaku, kan?” bisiknya,wajahnya yang pucat sekarang lebih pucat

http://ac-zzz.blogspot.com/

daripada biasanya – aku bisa melihatnya bahkan dibawah cahaya lampu remang-remang. “Mengapakau malah percaya pada kebohongan, dan bukankebenaran?”"Memang tidak pernah masuk akal bahwa kaumencintaiku," aku menjelaskan suaraku tercekat."Sejak dulu aku tahu itu.”Mata Edward menyipit, dagunya mengeras."Akan kubuktikan bahwa kau sudah bangun,"janjinya.Ia merengkuh wajahku di antara keduatangannya yang sekeras besi, tak menggubrispemberontakanku saat aku berusaha memalingkanwajah."Kumohon, jangan," bisikku.Edward berhenti, bibirnya hanya beberapasentimeter dari bibirku."Mengapa tidak?" tuntutnya. Napasnyaberembus di wajahku, membuat kepalakuberputar."Kalau nanti aku terbangun"—Edward membukamulut untuk protes, maka aku pun buru-buru

mengoreksi—"oke, lupakan itu—kalau kau pergilagi nanti, tanpa ini pun keadaan sudah cukupsulit."Edward mundur sedikit, menatap wajahku."Kemarin, ketika aku hendak menyentuhmu,kau sangat... ragu-ragu, begitu hati-hati, tapi tetapsama. Aku ingin tahu mengapa. Apakah karenaaku terlambat? Karena aku terlalu menyakitihatimu? Karena kau sudah mencintai orang lain,seperti yang kumaksudkan bagimu? Kalaumemang begitu, itu... cukup adil. Aku tidak akanmencela keputusanmu. Jadi, tidak usah mencobamenjaga perasaanku, please—ceritakan sajapadaku sekarang apakah kau masih mencintaikuatau aduk setelah semua yang kulakukan padamu.Bisakah kau?" bisik Edward.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Pertanyaan idiot macam apa itu?""Jawab saja. Please."Lama sekali kutatap Edward dengan tajam."Perasaanku terhadapmu takkan pernah berubah.Tentu saja aku cinta padamu—dan itu tak bisadiganggu gugat lagi!""Hanya itu yang perlu kudengar."Lalu bibir Edward menempel di bibirku, dan akutak mampu melawannya. Bukan karena ia ribuankali lebih kuat daripada aku, tapi karenapertahanan diriku langsung ambruk begitu bibirkami bertemu. Ciuman kali ini tidak sehati-haticiuman lain yang bisa kuingat, tapi itu bukanmasalah. Kalau memang aku akan menghancurkan

diriku lebih jauh lagi, maka lebih baik sekaliansaja.Maka aku pun membalas ciumannya, jantungkuberdebar-debar tidak berirama saat napaskumemburu dan jari-jariku membelai wajahnyadengan rakus. Aku bisa merasakan tubuhnya yangsekeras marmer menempel di setiap lekuktubuhku, dan aku sangat gembira ia tidakmendengarkan aku—tak ada kepedihan di duniayang dapat membenarkan kehilangan cinta ini.Tangan Edward meraba wajahku, sama sepertitanganku meraba wajahnya, dan saat bibir kamiterpisah sejenak beberapa detik, ia membisikkannamaku.Ketika kepalaku mulai terasa pusing, Edwardmenarik tubuhnya, tapi menempelkan telinganyadi dadaku.Aku berbaring di sana, nanar, menunggunapasku tenang kembali."Omong-omong; kata Edward dengan nadabiasa-biasa saja. “Aku tidak akanmeninggalkanmu."Aku tidak mengatakan apa-apa, dan Edwardsepertinya bisa mendengar nada skeptis dalam

http://ac-zzz.blogspot.com/

diamku.Ia mengangkat wajahnya dan menatapku lekatlekat."Aku tidak akan pergi ke mana-mana. Tidaktanpa kau," ia menambahkan dengan nada lebihserius. "Dulu aku meninggalkanmu karena inginkau punya kesempatan untuk menjalani hidupyang normal dan bahagia sebagai manusia. Aku

bisa melihat akibatnya bila kau terus bersamaku—membuatmu terus-menerus dalam bahaya,merenggutmu dari duniamu, mempertaruhkannyawamu setiap kali aku bersamamu. Jadi akuharus berusaha. Aku harus melakukan sesuatu,dan tampaknya, pergi adalah satu-satunya jalan.Kalau aku tidak beranggapan kau akan lebih baik,aku tidak akan pernah pergi. Aku terlalu egois.Hanya kau yang lebih penting daripada apa yangkuinginkan... yang kubutuhkan. Apa yangkuinginkan dan kubutuhkan adalah bersamamu,dan aku tahu aku tidak akan pernah cukup kuatmeninggalkanmu lagi. Terlalu banyak alasan untuktinggal—syukurlah! Sepertinya kau tidak bisaaman, tak peduli betapa pun jauhnya jarak diantara kita.""Jangan janjikan apa-apa," bisikku. Kalau akumembiarkan diriku berharap, tapi ternyataharapanku kosong... itu akan membunuhku.Seandainya semua vampir yang tak kenal belaskasihan itu tak sanggup menghabisiku, kehilanganharapan pasti bisa melakukannya.Bola mata Edward yang hitam berkilat marah."Jadi kau – pikir aku bohong sekarang?"“Tidak—tidak bohong." Aku menggeleng,berusaha berpikir jernih. Mempelajari hipotesisbahwa ia memang mencintaiku, namun tetapberpikir objektif dan klinis, sehingga aku tidakakan jatuh dalam perangkap harapan. "Kaumemang bersungguh-sungguh... sekarang. Tapibagaimana dengan besok, kalau kau memikirkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

kembali semua alasan mengapa kau

meninggalkanku dulu? Atau bulan depan, kalauJasper lepas kendali lagi terhadapku?"Edward tersentak.Ingatanku melayang ke hari-hari terakhirhidupku sebelum Edward meninggalkanku,berusaha melihatnya melalui saringan apa yangdikatakannya padaku sekarang. Dari sudutpandang itu, membayangkan bahwa iameninggalkanku saat masih mencintaiku,meninggalkanku demi aku, aku jadi mengertisikapnya yang dingin dan menjauhiku. "Kau tohtidak melakukannya tanpa memikirkannya masakmasaklebih dulu, kan?" tebakku. "Nanti pun kauakan melakukan apa yang kauanggap benar.""Aku tidak setegar yang kaukira," sergahEdward. "Benar atau salah tidak lagi berartibanyak buatku; aku akan tetap kembali. SebelumRosalie mengabarkan berita itu padaku, aku sudahtidak lagi berusaha menjalani hidup seminggudemi seminggu, atau bahkan sehari demi sehari.Aku berjuang untuk bisa bertahan hidup dari satujam ke satu jam berikutnya. Hanya soal waktusaja—dan tidak lama lagi sebenarnya—aku akanmuncul lagi di depan jendelamu dan memohonagar kau mau menerimaku kembali. Aku tidakkeberatan memohon sekarang, kalau memang itumaumu."Aku meringis. "Kumohon, seriuslah.”"Oh, aku serius kok," tegas Edward, sikapnyagarang sekarang. "Bisakah kau mencobamendengarkan apa yang akan kukatakan padamu?

Maukah kau memberiku kesempatan menjelaskanapa artinya kau bagiku?”Edward menunggu, mengamati wajahku saat iaberbicara untuk memastikan aku benar-benarmendengarkan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Sebelum kau. Bella, hidupku bagaikan malamtanpa bulan. Gelap pekat, tapi bintang-bintang—titik-titik cahaya dan alasan... Kemudian kaumelintasi langitku bagaikan meteor. Tiba-tiba sajasemua seperti terbakar; ada kegemerlapan, adakeindahan. Setelah kau tidak ada, setelah meteortadi lenyap di batas cakrawala, semuanya hitamkembali. Tidak ada yang berubah, tapi matakusudah dibutakan oleh cahaya terang tadi. Akutidak bisa lagi melihat bintang-bintang. Jadi tidakada alasan lagi untuk apa pun juga.”Aku ingin memercayainya. Tapi ini hidupkutanpa dia yang Edward lukiskan, bukansebaliknya."Matamu akan menyesuaikan diri lagi,"gumamku."Itulah masalahnya—tidak bisa.""Bagaimana dengan hal-hal yang bisamengalihkan pikiranmu?"Edward tertawa tanpa emosi. "Itu hanya bagiandari kebohonganku, Sayang. Tidak ada yang bisamengalihkan pikiran dari... dari penderitaan.Jantungku sudah hampir sembilan puluh tahuntak lagi berdetak, tapi ini berbeda. Rasanyaseakan-akan jantung hatiku hilang—seolah-olahrongga dadaku kosong. Seakan-akan, segala

sesuatu dalam diriku kutinggalkan di sinibersamamu.""Lucu," gumamku.Edward mengangkat sebelah alisnya yangsempurna itu. "Lucu?"Maksudku aneh—kukira hanya aku yang merasaseperti itu. Banyak sekali bagian diriku yang hilangjuga. Sudah lama sekali aku tak pernah benarbenarbisa bernapas." Kuisi paru-paruku denganudara, menikmati sensasinya. "Dan jantungku.Jelas-jelas sudah hilang."Edward memejamkan mata dan menempelkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

telinganya dadaku lagi. Kubiarkan pipikumenempel di rambutnya, merasakan teksturnya dikulitku, menghirup aroma wangi tubuhnya."Kalau begitu, melacak tidak bisa mengalihkanpikiran?" tanyaku, ingin tahu, sekaligus inginmengalihkan pikiranku sendiri. Aku sudah nyarisberharap lagi. Aku tidak akan mampumenghentikan diri terlalu lama. Jantungkuberdetak, menyanyi di dadaku."Tidak." Edward mendesah. "Itu tidak pernahmenjadi sesuatu yang dilakukan untukmengalihkan pikiran. Itu kewajiban.""Apa maksudmu?""Maksudnya, walaupun aku tidak pernahmengharapkan akan muncul bahaya dari Victoria,aku tidak akan membiarkannya lolos begitu sajasetelah... Well, seperti kataku tadi, aku payahdalam hal itu. Aku berhasil melacaknya sampai

jauh ke Texas, tapi kemudian aku mengikutipetunjuk palsu sampai ke Brazil—padahalsebenarnya dia malah datang ke sini." Edwardmengerang. "Aku bahkan tidak berada di benuayang benar! Dan sementara itu, lebih burukdaripada ketakutanku yang paling buruk—""Kau memburu Victoria?" aku setengah memekikbegitu bisa menemukan suaraku, melesat naik duaoktaf.Dengkur Charlie di kejauhan terhenti, dansejurus kemudian mulai lagi dengan berirama."Tidak berhasil," jawab Edward, mengamatiekspresi garangku dengan mimik bingung. "Tapipasti bisa lebih baik lain kali. Dia tidak akanmenodai udara yang segar ini dengan menariknapas dan mengembuskannya lebih lama lagi.”"Itu... tidak bisa," akhirnya aku bisa jugabersuara. Gila. Walaupun dibantu Emmett atauJasper sekalipun. Ini lebih buruk daripadabayanganku yang lain: Jacob Black berdiri

http://ac-zzz.blogspot.com/

berhadap-hadapan dengan sosok Victoria yangkejam dan buas. Aku tak sanggup membayangkanEdward di sana, walaupun ia jauh lebih bisabertahan daripada sahabatku yang setengahmanusia itu."Sudah terlambat baginya. Aku mungkin masihbisa mengabaikan kejadian waktu itu, tapi tidaksekarang, setelah—"Aku menyelanya lagi, berusahamemperdengarkan nada tenang. "Bukankah kaubaru saja berjanji tidak akan meninggalkan aku?"

tanyaku, melawan kata-kata yang kuucapkan,tidak mengizinkannya tertanam di hatiku. "Janjiitu tidak sejalan dengan ekspedisi pelacakan yangmemakan waktu lama, bukan?”Kening Edward berkerut. Geraman pelanterdengar dari dadanya. "Aku akan menepatijanjiku, Bella. Tapi Victoria—" geraman itu semakinjelas terdengar—"harus mati. Segera.""Tak usah tergesa-gesa," ujarku, berusahamenyembunyikan kepanikanku. "Mungkin diatidak akan kembali. Gerombolan Jake mungkinberhasil membuatnya kabur ketakutan. Sungguhtidak ada alasan untuk tetap mencarinya. Selainitu, aku punya masalah lain yang lebih besarketimbang Victoria."Mata Edward menyipit, tapi ia mengangguk."Memang benar. Masalah werewolf memangmasalah besar."Aku mendengus. "Yang kumaksud bukan Jacob.Masalahku jauh lebih parah daripadasegerombolan serigala remaja yang berbuat onar."Kelihatannya Edward ingin mengatakan sesuatu,tapi kemudian mengurungkannya. Giginyaterkatup dengan suara berdetak, dan ia berbicaradi sela-selanya. "Benarkah?" tanyanya. “Kalaubegitu, apa masalah terbesarmu? Masalah yangmembuat kembalinya Victoria mencarimu terasa

http://ac-zzz.blogspot.com/

bagaikan persoalan sepele bila dibandingkandengannya?""Bagaimana kalau yang kedua terberat?" elakku."Baiklah," Edward setuju, curiga.

Aku terdiam. Aku tidak yakin bisa menyebutkannamanya. “Ada pihak-pihak lain yang akan datangmencariku," aku mengingatkannya dengan bisikanpelan.Edward mendesah, tapi reaksinya tidak sekuatyang kubayangkan, apalagi bila dibandingkandengan responsnya terhadap Victoria tadi."Jadi keluarga Volturi hanya yang keduaterberat?""Sepertinya kau tidak kalut mendengarnya,"komentarku."Well, kita punya banyak waktu untukmemikirkannya masak-masak. Bagi mereka waktuartinya sangat jauh berbeda denganmu, ataubahkan aku. Mereka menghitung tahun seperti kaumenghitung hari. Aku tidak heran bila kau sudahberumur tiga puluh tahun baru mereka teringatlagi padamu," imbuh Edward enteng.Kengerian melandaku.Tiga puluh tahun.Kalau begitu, janji-janji Edward tidak berartiapa-apa, pada akhirnya. Bila suatu hari nanti akuakan mencapai umur tiga puluh tahun, berartiEdward tidak mungkin berencana tinggal lama.Kepedihan mengetahui hal itu membuatku sadarbahwa aku mulai berharap, tanpa mengizinkandiriku melakukannya."Kau tidak perlu takut," ujar Edward, cemas saatmelihat air mataku mulai merebak lagi. “Aku tidakakan membiarkan mereka menyakitimu."

"Selama kau ada di sini." Bukan berarti akupeduli apa yang terjadi pada diriku setelah ia pergi.Edward merengkuh wajahku dengan kedua

http://ac-zzz.blogspot.com/

tangannya yang sekeras batu, memegangnya erateratsementara matanya yang sekelam malammenatap mataku lekat-lekat dengan daya gravitasiyang menyerupai lubang hitam."Tapi kauhilang tadi tiga puluh!” bisikku. Airmata merembes keluar dari sudut mata. "Jadi apa?Kau akan tinggal, tapi membiarkan aku menjaditua? Yang benar saja."Sorot mata Edward melembut, sementaramulutnya mengeras. "Tepat seperti itulah yangakan kulakukan. Pilihan apa lagi yang kupunya?Aku tidak bisa hidup tanpa kau, tapi aku tidakmau menghancurkan jiwamu."“Apakah itu sungguh-sungguh karena..." Akuberusaha menjaga suaraku tetap datar, tapipertanyaan ini terlalu sulit untuk dilontarkan. Akuingat bagaimana ekspresi Edward waktu Aro nyarismemohon padanya untuk mempertimbangkan idemembuatku abadi. Ekspresi muak itu. Apakahkengototan Edward untuk tetap mempertahankanaku sebagai manusia sungguh-sungguh karenajiwaku, atau karena ia tak yakin dirinyamenginginkan aku bersamanya sebegitu lama?“Ya?" tanya Edward, menunggu pertanyaanku.Aku malah mengajukan pertanyaan lain. Hampir—tapi tidak persis—sama susahnya."Tapi bagaimana kalau nanti aku sudah tuasekali dan orang-orang mengira aku ibumu?

Nenekmu?" Suaraku pucat oleh perasaan jijik—akubisa melihat wajah Gran lagi dalam mimpikutentang bayangan dalam cermin waktu itu.Seluruh wajah Edward melembut sekarang. Iamengusap air mata dari pipiku dengan bibirnya."Itu tidak penting bagiku," embusan napasnyamenerpa kulitku. "Kau akan selalu menjadi orangyang paling cantik bagiku. Tentu saja..." Edwardragu-ragu, sedikit tersentak. "Kalau kau menjadilebih tua daripada aku – kalau kau menginginkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

sesuatu yang lebih – aku bisa memahaminya,Bella. Aku berjanji tidak akan menghalangimukalau kau ingin meninggalkan aku."Mata Edward tampak bagaikan batu akik cairdan benar-benar tulus. Ia berbicara seolah-olahtelah memikirkan rencana tolol ini masak-masak."Kau tentunya sadar suatu saat nanti aku akanmati, bukan?" desakku.Edward juga sudah memikirkan hal itu. "Akuakan menyusulmu secepat aku bisa.""Ini benar-benar..." Aku mencari kata yang tepat."Gila.""Bella, hanya itu satu-satunya cara yangtertinggal—""Mari kita mundur dulu sejenak," tukasku;merasa marah membuatku jauh lebih mudahuntuk berpikir jernih dan tegas. "Kau pasti masihingat pada keluarga Volturi, kan? Aku tidak bisatetap menjadi manusia selamanya. Mereka akanmembunuhku. Walaupun seandainya mereka tidakmemikirkan aku sampai aku berumur tiga puluh

tahun"—aku mendesiskan kalimat itu—"apa kaubenar-benar mengira mereka bakal lupa?""Tidak," jawab Edward lambat-lambat,menggelengkan kepala. "Mereka tidak akan lupa.Tapi...""Tapi?"Edward menyeringai sementara aku menatapnyakecut. Mungkin bukan aku satu-satunya yangsinting di sini. "Aku punya beberapa rencana.""Dan rencana-rencana itu," tukasku, suarakusemakin masam dalam setiap katanya.

"Rencanarencanaitu pasti berpusat padaku yang tetapmenjadi manusia.”Sikapku membuat ekspresi Edward mengeras"Itu sudah jelas." Nadanya kasar, wajahnya yangbak malaikat itu arogan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Kami bertatapan garang beberapa saat.Kemudian aku menarik napas dalam-dalam,menegakkan bahu, dan mendorong lengan Edwardjauh-jauh supaya bisa duduk tegak."Kau ingin aku pergi?" tanya Edward, dan hatikuterasa nyeri melihat bagaimana pemikiran itumenyakiti hatinya, meski ia berusaha tidakmenunjukkannya."Tidak." jawabku. "Aku yang akan pergi.""Boleh aku bertanya kau akan ke mana?"tanyanya."Aku akan pergi ke rumahmu," jawabku, masihmenggapai-gapai tanpa melihat.

Edward berdiri dan menghampiriku. "Inisepatumu. Kau akan naik apa ke sana?""Trukku."“Suaranya mungkin akan membuat Charlieterbangun," kata Edward sebagai upaya untukmembuatku mengurungkan niat.Aku mendesah. “Aku tahu. Tapi jujur saja,sekarang pun aku pasti akan dihukum tidak bolehkeluar rumah beberapa minggu. Jadi mumpungsudah basah, kecebur saja sekalian.""Itu tidak benar Charlie pasti akan menyalahkanaku, bukan kau.""Kalau punya ide lain yang lebih baik, katakansaja."“Tetaplah di sini." Edward menyarankan, tapiekspresinya tidak berharap.“Jangan harap. Tapi silakan saja kalau kau mautetap di sini. Anggap saja di rumah sendiri,"dorongku, kaget sendiri mendengar betapawajarnya caraku menyindir, lalu bergegas menujupintu.Tiba-tiba saja Edward sudah berdiri dihadapanku, menghalangi jalan.Aku mengerutkan kening, dan berbalik menujujendela. Tidak terlalu tinggi kok dari tanah, dan di

http://ac-zzz.blogspot.com/

bawah sebagian besar berupa rerumputan..."Oke," desah Edward. "Aku akanmembopongmu."

Aku mengangkat bahu. "Terserah. Tapi mungkinsebaiknya kau juga berada di sana.""Mengapa begitu?""Karena kalau kau sudah punya pendapat, sulitsekali mengubah pendapatmu. Jadi aku yakin kaupasti ingin mendapat kesempatan mengutarakanpandangan-pandanganmu.""Pandangan-pandanganku mengenai apa?" tanyaEdward dari sela-sela rahangnya yang terkatuprapat."Ini bukan lagi hanya mengenai kau. Kau bukanpusat semesta alam, tahu." Kalau pusat semestaalam pribadiku, tentu saja, adalah cerita lain."Kalau kau akan membuat keluarga Volturimendatangi kita hanya gara-gara hal tolol sepertimempertahankan aku sebagai manusia, makakeluargamu perlu didengar juga pendapatnya.""Pendapat mereka mengenai apa?" tanyaEdward, setiap kata diucapkan dengan jelas."Ketidakabadianku. Aku akan melakukan votinguntuk menentukannya."

24. PEMUNGUTAN SUARAEDWARD tidak senang, perasaan itu denganmudah bisa dibaca dari ekspresinya. Namun tanpaberargumen lebih jauh lagi, ia membopongku danmelompat lincah dari jendelaku, mendarat tanpaentakan sedikit pun, seperti kucing. Ternyata

lumayan tinggi juga jarak dari jendela ke tanah,tidak seperti dugaanku."Baiklah kalau begitu," kata Edward, suaranyasinis oleh sikap tidak setuju. "Naiklah."Ia membantuku naik ke punggungnya, lalumelesat secepat kilat. Bahkan setelah sekian lama

http://ac-zzz.blogspot.com/

tidak menaiki punggungnya lagi, rasanya ituseperti sesuatu yang rutin. Mudah. Terbukti inisesuatu yang tak pernah dilupakan, seperti naiksepeda.Sunyi senyap dan gelap saat Edward berlarimenembus hutan, embusan napasnya lambat danteratur—saking gelapnya, pepohonan yang terbangmelewati kami nyaris tak terlihat, dan hanyaembusan kuat angin menerpa wajah yangmenunjukkan betapa cepat Edward berlari. Udaralembab; tidak membakar mataku seperti angin dialun-alun besar waktu itu, dan rasanya nyaman.Malam juga terasa menenangkan, setelah siangbenderang yang menakutkan itu. Seperti waktuaku masih kecil, bermain di balik selubung selimuttebal, kegelapan ini terasa familier dan melindungi.Aku ingat bagaimana berlari menembus hutanseperti ini dulu membuatku ngeri, bagaimana duluaku selalu memejamkan mata. Rasanya itu reaksiyang tolol sekarang. Kubuka mataku lebar-lebar,dagu menempel di bahunya, dan pipiku dilehernya. Kecepatannya sungguh menggairahkan.Seratus kali lebih asyik daripada naik motor.Aku memalingkan wajah menghadap wajahEdward dan menempelkan bibirku ke kulitlehernya yang dingin dan keras.

"Terima kasih," ucapnya, sementara bayanganbayanganhitam samar pepohonan melesat disamping kami. "Apakah itu berarti kaumemutuskan bahwa kau sudah bangun?"Aku tertawa. Suara tawaku terdengar ringan,alami, renyah. Pas. "Tidak juga. Bagaimanapun,lebih dari itu aku tidak mau bangun. Tidak malamini.""Aku akan mengembalikan lagi kepercayaanmupadaku, bagaimanapun caranya," gumam Edward,lebih ditujukan pada dirinya sendiri. "Walaupun itujadi hal terakhir yang kulakukan."

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Aku percaya padamu kok," aku meyakinkan dia."Aku justru tidak percaya pada diriku sendiri.""Tolong jelaskan."Edward memperlambat larinya dan berjalan—aku tahu itu karena terpaan angin mereda—dandugaanku, kami tak jauh dari rumahnya. Malah,kalau tidak salah aku bisa mendengar suara airsungai mengalir dalam gelap, di suatu tempat takjauh dari sini.“Well–“ aku memeras otak, berusahamenemukan cara yang tepat untuk menjelaskanmaksudku. “Aku tidak... cukup percaya padadiriku sendiri. Bahwa aku pantas mendapatkanmu.Aku tidak punya apa-apa yang bisamempertahankanmu.”Edward berhenti dan mengulurkan tangan kebelakang, menurunkan aku dari punggungnya.Tangannya yang lembut tidak melepaskanku;bahkan sesudah ia membantuku menjejakkan kaki

ke tanah, ia merangkulku erat-erat, mendekapkudi dadanya."Aku milikmu selamanya, ikatan itu tak bisadipatahkan," bisiknya. "Jangan pernah ragukanitu.'Tapi bagaimana bisa aku tidak meragukannya?"Kau belum memberi tahu...," gumamnya."Apa?""Apa masalah terbesarmu.""Tebak saja sendiri.” Aku mendesah, kemudianmengulurkan tangan untuk menyentuh ujunghidungnya dengan telunjuk.Edward mengangguk. "Aku memang lebih burukdaripada keluarga Volturi," ucapnya muram."Kurasa aku pantas mendapatkannya."Aku memutar bola mataku. "Hal terburuk yangbisa dilakukan keluarga Volturi adalahmembunuhku."Edward menunggu dengan sorot mata tegang.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau bisa meninggalkan aku,'' aku menjelaskan."Keluarga Volturi, Victoria... mereka bukan apa-apadibandingkan dengan kau meninggalkan aku."Bahkan dalam gelap aku bisa melihat kepedihanmemilin wajahnya – mengingatkanku padaekspresinya di bawah tatapan Jane yang menyiksa;aku merasa muak, dan menyesal telah mengatakanhal yang sebenarnya."Jangan; bisikku, menyentuh wajahnya. "Jangansedih"

Edward mengangkat salah satu sudut mulutnyasetengah hati, tapi ekspresi itu tidak menyentuhmatanya. "Kalau saja ada jalan untuk membuatmupercaya bahwa aku tak sanggup meninggalkanmu,"bisiknya. "Hanya waktu, kurasa, yang bisameyakinkanmu.Aku menyukai pikiran itu. "Oke," aku setuju.Wajah Edward masih tampak tersiksa. Akuberusaha mengalihkan perhatiannya dengan halhallain yang sepele."Jadi—karena kau sudah memutuskan akantinggal di sini. Boleh aku mendapatkan kembalibarang-barangku?" tanyaku, sengaja membuatnada suaraku seringan mungkin.Usahaku berhasil, sampai batas tertentu:Edward tertawa. Namun sorot matanya masihsedih. "Barang-barangmu tak pernah kubawa,"jawabnya. "Aku tahu itu salah, karena aku pernahberjanji akan meninggalkanmu tanpa hal-hal yangbisa mengingatkanmu padaku. Memang tolol dankekanak-kanakan, tapi aku ingin meninggalkansesuatu dari diriku untukmu. CD, foto-foto, tiket—semua tersimpan di bawah lantai papankamarmu.""Sungguh?"Edward mengangguk, tampak sedikit terhiburmelihat reaksiku yang jelas-jelas gembiramendengar fakta sepele itu. Namun belum cukup

http://ac-zzz.blogspot.com/

untuk menghapus kepedihan di wajahnya.

"Kurasa," ujarku lambat-lambat. “Aku tidakyakin, tapi kurasa... kurasa mungkin aku sudahmengetahuinya sejak dulu.""Apa yang kauketahui?"Aku hanya ingin mengenyahkan sorot sedih inidan mata Edward, namun saat aku mengucapkankata-kata itu, kedengarannya justru sangat benar,lebih daripada yang kuduga.“Sebagian diriku, mungkin alam bawah sadarkutidak pernah berhenti meyakini bahwa kau tetappeduli padaku, apakah aku hidup atau sudahmari. Mungkin itulah sebabnya aku mendengarsuara-suara."Sejenak, suasana sunyi senyap. Suara-suara?tanya Edward datar."Well, hanya satu suara. Suaramu. Ceritanyapanjang." Ekspresi kecut di wajah Edwardmembuatku berharap aku tidak mengungkit-ungkitmasalah itu. Akankah ia mengira aku sinting,seperti orang-orang lain? Apakah perkiraan orangorangitu benar? Tapi paling tidak ekspresi itu—yang membuat Edward terlihat seolah-olahterbakar—mereda."Aku punya waktu kok." Suara Edward terdengarkaku dan datar."Ceritanya menyedihkan."Edward menunggu.Aku tak yakin bagaimana menjelaskannya."Ingatkah kau waktu Alice menyebut tentang olahraga ekstrem?"

Edward mengucapkan kata-kata itu tanpaperubahan nada maupun penekanan. "Kau terjundari tebing untuk bersenang-senang."“Eh, benar. Dan sebelum itu, dengan sepedamotor—"“Sepeda motor?" sergah Edward. Aku cukup

http://ac-zzz.blogspot.com/

mengenali suaranya untuk mengetahui adasesuatu yang mulai bergolak di balik ketenangansikapnya."Kurasa bagian yang itu tidak kuceritakan padaAlice."“Memang tidak."“Well tentang itu... Begini, aku menemukanbahwa... saat aku melakukan sesuatu yang tololatau berbahaya... aku bisa mengingatmu lebihjelas," aku mengaku, merasa diriku benar-benarsinting. "Aku jadi bisa mengingat bagaimanasuaramu bila sedang marah. Aku bisamendengarnya, seolah-olah kau berdiri tepat disebelahku. Kebanyakan aku mencoba untuk tidakmemikirkanmu, tapi ini tidak begitumenyakitkan—rasanya seolah-olah kaumelindungiku lagi. Seakan-akan kau tidak inginaku terluka."Dan, Well, aku jadi penasaran sendiri apakahalasan mengapa aku bisa mendengarmu begitujelas adalah karena, di balik itu semua, aku selalutahu kau tidak pernah berhenti mencintaiku."Lagi, saat aku bicara, kata-kata yang keluar darimulutku terdengar sangat meyakinkan. Bahwa itu

memang benar. Lubuk hatiku yang terdalammengenali kebenarannya.Edward mengucapkan kata-kata itu dengansuara separo tercekik. "Kau... sengaja...membahayakan nyawamu... hanya agar bisamendengar—""Ssstt," aku memotong kata-katanya. "Tunggusebentar. Kurasa aku mendapat pencerahan."Ingatanku melayang ke malam di Port Angelesketika aku mengalami delusi pertama. Ada duaopsi. Sinting atau pemenuhan harapan. Aku tidakmelihat opsi ketiga.Tapi bagaimana kalau...Bagaimana kalau kau sungguh-sungguh percaya

http://ac-zzz.blogspot.com/

sesuatu itu benar, tapi ternyata kau salah?Bagaimana kalau kau begitu keras kepala meyakinikau benar, bahwa kau bahkan tidak maumempertimbangkan kebenaran? Apakah kebenaranitu akan dibungkam, atau kebenaran itu akanberusaha menerobos keluar?Opsi ketiga: Edward mencintaiku. Ikatan yangterbentuk di antara kami bukanlah ikatan yangbisa dihancurkan oleh ketidakhadiran, jarak, atauwaktu Dan tak peduli apakah ia lebih istimewa,lebih rupawan, lebih pintar, atau lebih sempurnadaripada aku, bagaimanapun ia sudah berubah,tak bisa diperbaiki lagi, sama seperti aku. Samahalnya aku akan selalu menjadi miliknya, demikianjuga ia akan selalu menjadi milikku.Itukah yang selama ini coba kukatakan padadiriku sendiri?

"Oh!""Bella?""Oh. Oke. Aku mengerti.""Pencerahanmu?" tanya Edward, suaranyabergetar dan tegang."Kau mencintaiku," ujarku kagum. Keyakinandan kebenaran itu melanda diriku lagi.Walaupun matanya masih waswas, senyumseparo yang sangat kucintai itu melintasiwajahnya. "Benar, aku memang mencintaimu."Hatiku menggelembung hingga rasanya sepertinyaris meremukkan tulang-tulang rusukku.Memenuhi rongga dada dan menyumbatkerongkongan hingga aku tak bisa bicara.Edward benar-benar menginginkanku sepertiaku menginginkan dia—selamanya. Hanya karenaia takut aku akan kehilangan jiwaku, karena ia takingin merenggut hal-hal manusiawi dari diriku,yang membuat Edward begitu ngotot ingin tetapmempertahankan aku sebagai manusia.Dibandingkan dengan ketakutan bahwa ia tidak

http://ac-zzz.blogspot.com/

menginginkan aku, halangan ini—jiwaku—nyaristerasa tidak signifikan.Edward merengkuh wajahku erat-erat dengantangannya yang dingin dan menciumku sampaikepalaku pening dan hutan seperti berputar. Laluia menempelkan dahinya ke keningku, dan napaskami memburu, lebih cepat daripada biasanya."Kau masih lebih baik daripada aku," kataEdward.

"Lebih baik dalam hal apa?""Bertahan. Kau, setidaknya, masih mauberusaha. Bangun pagi-pagi, berusaha bersikapnormal demi Charlie, menjalani rutinitas hidupmu.Kalau tidak sedang aktif melacak, aku.., benarbenartidak berguna. Aku tidak bisa berada disekitar keluargaku—aku tidak bisa berada disekitar siapa pun. Aku malu mengakui bahwakurang lebih aku hanya terpuruk dan membiarkandiriku dilanda kesedihan." Edward menyeringai,malu-malu. "Jauh lebih menyedihkan daripadamendengar suara-suara. Dan, tentu saja, kau tahuaku juga begitu."Aku sangat lega karena Edward tampaknyabenar-benar mengerti—senang karena ini semuamasuk akal baginya. Pokoknya, ia tidakmenatapku seakan-akan aku sudah gila. Iamenatapku seakan-akan... ia mencintaiku."Aku hanya mendengar satu suara," koreksiku.Ia tertawa dan menarikku erat di sebelah kanantubuhnya, lalu mulai membimbingku maju."Aku hanya menuruti maumu," Edwardmelambaikan tangan ke kegelapan di depan kamisaat kami berjalan. Tampak sesuatu yang pucatdan megah di sana—rumahnya, aku tersadar."Pendapat mereka tak ada pengaruhnya sedikitpun.”"Ini memengaruhi mereka juga sekarang.”Edward mengangkat bahu tak acuh.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Ia berjalan mendahuluiku melalui pintu depanyang terbuka, memasuki rumah yang gelap, danmenyalakan lampu-lampu. Ruangan itu masihsama seperti yang kuingat dulu piano dan sofa-sofaputih serta tangga megah berwarna pucat itu. Takada debu, tak ada kain-kain putih.Edward memanggil nama-nama anggotakeluarganya dengan volume suara yang biasakugunakan bila berbicara dalam keadaan biasa."Carlisle? Esme? Rosalie? Emmett? Jasper? Alice?"Mereka mendengarnya.Carlisle tiba-tiba sudah berdiri di sampingku,seakan-akan sudah sejak tadi berada di sana."Selamat datang kembali, Bella." Ia tersenyum."Apa yang bisa kami lakukan untukmu pagi ini?Dalam bayanganku, mengingat jamnya yang tidaklazim, aku yakin ini bukan sekadar kunjunganramah-tamah?"Aku mengangguk. "Aku ingin berbicara dengansemuanya sekaligus, kalau boleh. Mengenaisesuatu yang penting."Aku tak tahan untuk tidak melirik wajah Edwardsambil bicara. Ekspresinya tidak setuju namunpasrah. Waktu aku melihat kembali pada Carlisle,ia juga sedang memandang Edward."Tentu saja," jawab Carlisle. "Bagaimana kalaukita bicara di ruangan lain?"Carlisle mendului melintasi ruang duduk yangterang benderang, berbelok memasuki ruangmakan, menyalakan lampu-lampu sambil berjalan.Dinding-dindingnya berwarna putih, langitTiraikasih

langitnya tinggi, seperti ruang duduk. Di tengahruangan, di bawah lampu kristal yangmenggantung rendah, tampak meja besar mengilatberbentuk oval yang dikelilingi delapan kursi.Carlisle menarik keluar kursi di kepala mejauntukku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku belum pernah melihat keluarga Cullenmenggunakan meja ruang makan sebelumnya—ituhanya perabot. Mereka tidak makan di rumah.Begitu aku berbalik untuk duduk di kursi, akumelihat kami tidak sendirian. Esme berjalanmengikuti Edward, dan di belakangnya, anggotakeluarga lainnya menyusul.Carlisle duduk di kananku, sementara Edward dikiri. Tanpa bersuara yang lain-lain duduk di kursimasing-masing Alice nyengir padaku, belum-belumsudah memahami plotnya Emmett dan Jasperterlihat ingin tahu, sementara Rosalie tersenyumragu-ragu padaku. Malu-malu aku membalassenyumnya. Masih butuh waktu untukmembiasakan diri.Carlisle mengangguk padaku. "Silakan dimulai."Aku menelan ludah. Tatapan merekamembuatku gugup. Edward meraih tanganku dibawah meja. Aku melirik padanya, tapi iamemandangi anggota keluarganya yang lain,wajahnya tiba-tiba garang."Well" aku terdiam sejenak. "Kuharap Alicesudah menceritakan pada kalian semua yangterjadi di Volterra?""Semuanya sudah," Alice meyakinkanku.

Aku melayangkan pandangan penuh artipadanya. "Dan saat dalam perjalanan?""Itu juga sudah," angguknya."Bagus," aku mengembuskan napas lega. "Kalaubegitu, kita semua sudah sama-sama mengerti."Mereka menunggu dengan sabar sementara akumencoba menata pikiranku."Jadi begini, aku punya masalah," aku memulai."Alice berjanji pada keluarga Volturi bahwa akuakan menjadi seperti kalian. Mereka akanmengirim seseorang ke sini untuk mengecek, danaku yakin itu sesuatu yang harus dihindari."Jadi, sekarang, ini melibatkan kalian semua. Itu

http://ac-zzz.blogspot.com/

sangat kusesali." Kutatap wajah rupawan merekasatu demi satu, meninggalkan yang paling rupawansebagai yang terakhir. Sudut-sudut mulut Edwardtertekuk ke bawah, membentuk seringaian. "Tapikalau kalian tidak menginginkan aku, aku tidakakan memaksa kalian, terlepas dari apakah Alicesetuju melakukannya atau tidak.”Esme membuka mulut untuk bicara, tapikuangkat jariku untuk menghentikannya."Please, izinkan aku menyelesaikanpenjelasanku dulu. Kalian tahu apa yangkuinginkan. Dan aku yakin kalian tahu bagaimanapendapat Edward. Jadi, menurutku, satu-satunyacara yang adil untuk memutuskannya adalahdengan melakukan pemungutan suara. Kalaukalian memutuskan tidak menginginkanku,maka... kurasa aku akan kembali ke Italiasendirian. Aku tidak mau mereka datang ke sini!'

Memikirkannya saja sudah membuat keningkuberkerut.Terdengar geraman samar dari dalam dadaEdward. Aku mengabaikannya."Dengan mempertimbangkan keselamatankalian, aku ingin kalian memilih ya atau tidaktentang apakah aku akan menjadi vampir."Aku separo tersenyum saat mengucapkan kataterakhir itu, dan memberi isyarat pada Carlisleuntuk mulai."Tunggu sebentar," sela Edward.Kutatap dia garang lewat mata yang disipitkan.Edward mengangkat alisnya padaku, meremastanganku."Ada yang ingin kutambahkan sebelum kitamemulai pemungutan suara."Aku mendesah."Tentang bahaya yang dimaksud Bella,"lanjutnya. "Menurutku, kita tidak perlu kelewatkhawatir."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Ekspresi Edward semakin bersemangat. Iameletakkan sebelah tangannya di permukaan mejayang mengilap dan mencondongkan tubuh.“Begini," ia menjelaskan, memandang sekelilingmeja sambil bicara, "ada lebih dari satu alasanmengapa aku tak ingin menjabat tangan Aro disana, pada akhirnya. Ada sesuatu yang takterpikirkan oleh mereka, dan aku tak ingin

memunculkan pikiran itu dalam benak mereka."Edward nyengir."Apa itu?" desak Alice. Aku yakin ekspresikujuga sama skeptisnya dengan mimik Alice."Keluarga Volturi terlalu percaya diri, danalasannya kuat. Saat memutuskan menemukanseseorang, mereka bisa menemukannya denganmudah. Ingatkah kau pada Demetri?" Edwardmenoleh padaku.Aku bergidik. Bagi Edward itu berarti "ya"."Dia bisa menemukan orang-orang—itu memangbakatnya, karena itulah merekamempekerjakannya."Nah, selama kita bersama mereka, akumenyadap otak mereka untuk mencari tahu halapa saja yang bisa menyelamatkan kita,mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Jadiaku melihat bagaimana bakat Demetri bekerja. Diapelacak—pelacak yang seribu kali lebih hebatdaripada James. Kemampuannya secara longgarterhubung dengan apa yang kulakukan, atau apayang Aro lakukan. Dia menangkap... bau? Akutidak tahu bagaimana menggambarkannya...getaran... pikiran seseorang, dan kemudianmengikutinya. Dia bisa melacak dari jarak sangatjauh."Tapi setelah eksperimen kecil yang dilakukanAro, well...”Edward mengangkat bahu.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kaupikir dia takkan bisa menemukan aku,"sergahku datar.Edward tersenyum puas. "Aku yakin sekali.Demetri bergantung sepenuhnya pada indra lainitu. Kalau itu tidak mempan dilakukanterhadapmu, mereka semua bakal buta."Lantas, bagaimana itu bisa menyelesaikanpersoalan?”"Jelas sekali, Alice akan bisa memberi tahukankapan mereka berencana datang, kemudian akuakan menyembunyikanmu Mereka takkan bisaberbuat apa-apa,” kata Edward dengan sikapsenang. "Itu akan sama sulitnya dengan mencarijarum dalam tumpukan jerami!"Edward dan Emmert bertukar pandang dantersenyum menyeringai.Ini tak masuk akal. "Tapi mereka bisamenemukanmu," aku mengingatkannya."Dan aku bisa menjaga diriku sendiri.”Emmett tertawa, dan mengulurkan tangan keseberang meja pada saudaranya, mengacungkantinjunya. "Rencana yang bagus sekali, saudaraku,"ucapnya antusias.Edward mengulurkan tangan danmembenturkan tinjunya dengan tinju Emmett."Tidak," desis Rosalie."Sama sekali tidak" aku sependapat."Bagus," ucap Jasper kagum."Dasar idiot," omel Alice.

Esme hanya memandang garang kepada Edward.Aku menegakkan posisi dudukku, kembalifokus. Ini kan rapatku."Baiklah kalau begitu. Edward telahmenawarkan alternatif lain pada kalian sebagaibahan pertimbangan," ujarku dingin. "Mari kitamelakukan pemungutan suara."Kali ini aku menatap Edward; lebih baik akusegera mengetahui pendapatnya. "Kau ingin aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

bergabung dengan keluargamu?"Mata Edward sekeras dan sehitam batu api."Tidak dengan cara itu. Kau harus tetap menjadimanusia."Aku mengangguk sekali, menjaga ekspresikutetap tenang, dan berlanjut ke yang lain."Alice?""Ya.""Jasper?""Ya," jawab Jasper, suaranya muram. Akusedikit terkejut— aku sama sekali tidak yakin padapilihannya—tapi aku menekan reaksiku danmelanjutkan."Rosalie?"Rosalie ragu-ragu sejenak, menggigit bibirbawahnya yang penuh dan sempurna itu. "Tidak."Aku tetap memasang wajah tenang danmemalingkan wajahku sedikit untuk melanjutkanke anggota keluarga lain, tapi Rosalie mengangkat

kedua tangannya, telapak tangannya mengarah kedepan."Izinkan aku memberi penjelasan," Rosaliememohon. "Bukan berarti aku tidak suka kaumenjadi saudaraku. Hanya saja... ini bukankehidupan yang akan kupilih untuk diriku sendiri.Kalau saja dulu ada orang yang memilih tidakuntukku."Aku mengangguk lambat-lambat, kemudianberpaling kepada Emmett."Ya, tentu saja!" Ia nyengir. "Kita bisa mencarijalan lain untuk mencari gara-gara dengan siDemetri ini."Aku masih meringis mendengar perkataannyasaat berpaling kepada Esme."Ya, tentu saja, Bella. Aku sudahmenganggapmu bagian dari keluargaku.""Terima kasih, Esme," bisikku sambil berpalingkepada Carlisle.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Tiba-tiba saja aku merasa gugup, berharap akutadi meminta suaranya lebih dulu. Aku yakin inisuara yang paling berarti, suara yang dianggaplebih dari suara mayoritas.Carlisle tidak melihat ke arahku."Edward," ujarnya."Tidak," geram Edward. Rahangnya mengeras,bibirnya menyeringai, memperlihatkan gigi-giginya.“Ini satu-satunya jalan yang masuk akal,"Carlisle berkeras. "Kau sudah memilih untuk tidak

hidup tanpa dia, jadi menurutku tak ada pilihanlain."Edward menjatuhkan tanganku, keluar darimeja. Ia menghambur meninggalkan ruangan,menggeram-geram marah."Kurasa kau sudah tahu jawabanku." Carlislemendesah.Aku masih memandangi kepergian Edward."Trims," gumamku.Suara benda pecah yang mengoyak gendangtelinga terdengar dari ruang sebelahAku tersentak, lalu cepat-cepat bicara. "Hanyaitu yang kuperlukan. Terima kasih semuanya.Untuk kesediaan kalian menerimaku. Begitujugalah yang kurasakan terhadap kalian semua."Suaraku tercekat oleh emosi di akhir kalimat.Dalam sekejap Esme sudah berdiri disampingku, lengannya yang dingin memelukku."Bella tersayang," desahnya.Aku membalas pelukannya. Dari sudut matakulihat Rosalie menunduk memandangi meja, dansadarlah aku kata-kataku tadi dapat ditafsirkanberbeda."Well, Alice," ujarku setelah Esme melepaspelukannya. "Di mana kau ingin melakukannya?"Alice menatapku, matanya membelalak ngeri."Tidak! Tidak! TIDAK!" raung Edward,menghambur kembali ke dalam ruangan. Ia sudah

http://ac-zzz.blogspot.com/

sampai di hadapanku sebelum aku sempat

berkedip, membungkuk di atasku, wajahnyaberkerut-kerut marah. "Kau gila, ya?" teriaknya."Apa kau benar-benar sudah tidak waras lagi?"Aku mengkeret menjauhinya, kedua tanganmenutupi telinga."Eh, Bella," Alice menyela dengan nada gelisah."Sepertinya aku belum siap melakukan itu. Akuharus menyiapkan diri dulu...""Kau sudah berjanji," aku mengingatkannya,memandang garang dari bawah lengan Edward.“Aku tahu, tapi... Yang benar saja, Bella! Akutidak tahu bagaimana melakukannya tanpamembunuhmu.""Kau bisa melakukannya," aku menyemangati."Aku percaya padamu."Edward menggeram marah.Alice menggeleng cepat-cepat, terlihat panik."Carlisle?" Aku menoleh dan memandanginya.Edward merenggut wajahku dengan tangannya,memaksaku menatapnya. Sebelah tangannya yanglain terulur, telapak tangannya mengarah padaCarlisle.Carlisle tak menggubrisnya. "Aku bisamelakukannya," ia menjawab pertanyaanku. Kalausaja aku bisa melihat ekspresinya. "Kau tak perlutakut aku akan kehilangan kendali.""Kedengarannya bagus." Aku berharap ia bisamemahaminya; sulit berbicara dengan jelas bilaEdward mencengkeram daguku seperti ini.

"Tunggu," sergah Edward dari sela-sela giginya"Tidak perlu melakukannya sekarang.""Tidak ada alasan untuk tidak melakukannyasekarang," balasku, kata-kataku tidak terdengarjelas."Aku bisa memikirkan beberapa alasan.""Tentu saja bisa," tukasku masam. "Sekarang

http://ac-zzz.blogspot.com/

lepaskan aku.”Edward melepaskan wajahku, dan melipat kedualengannya di dada. "Kira-kira dua jam lagi, Charlieakan datang ke sini mencarimu. Dan aku tak ragudia akan melibatkan polisi.""Ketiga polisi yang ada di sini." Tapi akumengerutkan kening.Ini selalu menjadi bagian tersulit. Charlie, Renee.Sekarang ada Jacob juga. Orang-orang yang akankutinggalkan, orang-orang yang akan kusakiti.Kalau saja hanya aku orang yang menderita, tapiaku tahu itu tidak mungkin.Di saat yang sama, aku lebih menyakiti merekalagi dengan tetap menjadi manusia.Membahayakan nyawa Charlie dengan berada didekatnya. Membahayakan Jake lebih lagi denganmenarik musuh-musuhnya datang ke wilayah yangwajib dijaganya. Dan Renee—aku bahkan takberani mengambil risiko mengunjungi ibukusendiri karena takut bakal membawa masalah masalahkuyang mematikan ke sana!Aku magnet yang menarik bahaya; akumenerima kenyataan itu.

Dengan menerimanya, aku tahu aku harus bisamenjaga diri dan melindungi orang-orang yangkucintai, meskipun itu berarti aku tidak bisabersama mereka. Aku harus kuat."Dengan maksud untuk tetap tidak menarikperhatian orang!' tukas Edward, masih berbicaralewat gigi terkatup rapat, tapi memandang Carlislesekarang, "kusarankan kita mengakhiripembicaraan ini sekarang, setidaknya sampai Bellalulus SMU, dan pindah dari rumah Charlie.""Itu permintaan yang masuk akal, Bella," ujarCarlisle.Aku memikirkan reaksi Charlie bila ia bangunpagi ini, bila—setelah ia mengalami kehilangan

http://ac-zzz.blogspot.com/

besar dengan meninggalnya Harry, kemudian akumembuatnya kalang-kabut dengan kepergiankuyang tanpa penjelasan—ia menemukan tempattidurku kosong. Charlie pantas mendapatkan yanglebih baik daripada itu. Toh tidak lama lagi;kelulusanku sudah di depan mata...Aku mengerucutkan bibir. 'Akankupertimbangkan."Edward langsung rileks. Rahangnya mengendur."Mungkin sebaiknya kuantar kau pulang,”katanya, lebih tenang sekarang, tapi jelas inginburu-buru membawaku pergi dari sini. "Siapa tahuCharlie bangun lebih pagi."Kupandangi Carlisle. "Setelah kelulusan?""Aku janji."

Aku menarik napas dalam-dalam, tersenyum,dan berpaling kembali ke Edward. "Oke. Kau bolehmembawaku pulang."Edward membawaku melesat keluar dari rumahsebelum Carlisle bisa menjanjikan hal lain. Iamembawaku keluar lewat pintu belakang, jadi akutidak melihat barang apa yang pecah di ruangtamu.Perjalanan pulang sangat hening. Aku merasamenang dan sedikit puas pada diri sendiri. Sangatketakutan juga, tentu saja, tapi aku berusaha tidakmemikirkan bagian itu. Tak ada gunanyamengkhawatirkan rasa sakit—baik fisik maupunemosional—jadi itu tidak kulakukan. Tidak sampaibenar-benar harus.Sesampainya di rumahku, Edward tidakberhenti. Ia langsung berlari menaiki dinding danmasuk lewat jendela kamarku dalam temposetengah detik. Lalu ia melepaskan kedualenganku yang melingkari lehernya danmembaringkanku di tempat tidur.Kusangka aku punya gambaran cukup jelastentang apa yang ia pikirkan, tapi ekspresinya

http://ac-zzz.blogspot.com/

membuatku terkejut. Bukannya marah, ia malahterlihat seperti menimbang-nimbang Ia berjalanmondar-mandir tanpa suara di kamarku yanggelap sementara aku memerhatikan dengankecurigaan yang semakin menjadi-jadi."Apa pun yang kaurencanakan, itu tidak akanberhasil," kataku."Ssstt. Aku sedang berpikir."

"Ugh," erangku, mengempaskan diri ke tempattidur dan menyelubungi kepalaku dengan selimut.Tidak terdengar suara apa-apa, tapi mendadakEdward sudah di sana. Ia menyibakkan selimutsupaya bisa melihatku. Ia berbaring di sebelahku.Tangannya terangkat, menyibakkan rambutkuyang jatuh di pipi."Kalau kau tidak keberatan, aku lebih suka kautidak menyembunyikan wajahmu. Aku sudahpernah merasakan hidup tanpa kau selama yangbisa kutahan. Sekarang... jawab pertanyaanku.""Apa?" tanyaku, enggan."Seandainya kau bisa memiliki segalanya yangada di dunia ini, apa saja, apa yang kauinginkan?"Aku bisa merasakan skeptisme di mataku."Kau."Edward menggeleng tidak sabar. "Sesuatu yangbelum kaumiliki."Aku tidak yakin ke mana ia berusahamengarahkanku, jadi aku berpikir dengan hati-hatisebelum menjawab. Aku menemukan jawabanyang memang benar, tapi mungkin juga mustahil.Aku ingin... bukan Carlisle yang melakukannya.Aku ingin kaulah yang mengubahku."Kuamati reaksi Edward dengan kecut, mengira iaakan marah lagi seperti yang kulihat di rumahnyatadi. Kaget juga aku waktu kulihat ekspresinyatidak berubah. Ia masih terlihat menimbangnimbang,berpikir keras.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Kau rela menukar itu dengan apa?"Aku tidak memercayai pendengaranku. Denganmulut ternganga lebar, kupandangi wajahnya yangtenang dan langsung melontarkan jawabansebelum otakku sempat berpikir."Apa saja."Edward tersenyum tipis, kemudianmengerucutkan bibir. "Lima tahun?"Wajahku berkerut membentuk ekspresi antarakecewa dan ngeri."Kaubilang tadi apa saja," Edwardmengingatkanku."Ya, tapi... kau akan memanfaatkan waktu limatahun itu untuk berkelit. Aku harus menyambarkesempatan ini, mumpung masih ‘panas’. Lagipula, terlalu berbahaya menjadi manusia—bagiku,setidaknya. Jadi, apa saja kecuali itu."Edward mengerutkan kening. "Tiga tahun?""Tidak!""Itu tidak berarti apa-apa sama sekali bagimu?"Aku berpikir betapa aku sangat menginginkanhal ini. Lebih baik memasang wajah sok tenang,aku memutuskan, dan tidak membiarkan Edwardtahu betapa aku sangat menginginkannya. Ituakan membuat posisiku berada di atas angin."Enam bulan?"Edward memutar bola matanya. "Masih kurang.""Satu tahun, kalau begitu," tawarku. "Itubatasanku."

"Paling tidak beri aku dua tahun.""Enak saja. Sembilan belas aku masih mau. Tapijangan harap aku mau mendekati usia dua puluh.Kalau selamanya kau akan berusia belasan, akujuga mau seperti itu.Edward berpikir sebentar. "Baiklah. Lupakansoal batasan waktu. Kau boleh menjadi seperti aku– tapi ada syaratnya.”"Syarat?" Suaraku berubah datar. "Syarat apa?”

http://ac-zzz.blogspot.com/

Sorot mata Edward tampak hati-hati—iaberbicara lambat-lambat. "Menikahlah duludenganku."Kupandangi dia, menunggu... "Oke. Di manalucunya?"Edward mendesah. "Kau melukai egoku, Bella.Aku baru saja melamarmu, tapi kau malahmenganggapnya gurauan.""Edward, kumohon, seriuslah."“Aku seratus persen serius." Edward menatapkutanpa sedikit pun sorot humor di wajahnya."Oh, ayolah," tukasku, ada secercah nadahisteris dalam suaraku. "Aku kan baru delapanbelas.""Well, aku hampir seratus sepuluh. Sudahwaktunya aku menikah."Aku membuang muka, memandang ke luarjendela yang gelap, berusaha mengendalikankepanikan sebelum telanjur meledak.

"Begini, menikah tidak masuk dalam daftarprioritasku saat ini, kau mengerti? Ini ibaratciuman kematian bagi Renee dan Charlie.""Pilihan katamu menarik.""Kau tahu maksudku."Edward menghela napas dalam-dalam. "Tolongjangan katakan kau takut pada komitmen," kataEdward dengan nada tidak percaya, dan akumengerti maksudnya."Sama sekali bukan itu," elakku. "Aku... takutpada reaksi Renee. Dia sangat menentangpernikahan sebelum aku berumur tiga puluh.""Karena dia lebih suka kau menjadi salah satudari kaum yang terkutuk selamanya." Edwardtertawa sinis."Kurasa kau bercanda.""Bella, kalau kau membandingkan tingkatkomitmen antara Penyatuan dalam ikatanpernikahan dengan menukar jiwamu sebagai ganti

http://ac-zzz.blogspot.com/

hidup selamanya sebagai vampir..." Edwardmenggelengkan kepala. "Kalau kau tidak cukupberani untuk menikah denganku, maka—""Well," aku menyela. "Bagaimana kalau akuberani? Bagaimana kalau kuminta kaumembawaku ke Vegas sekarang juga? Apakah tigahari lagi aku bisa menjadi vampir?"Edward tersenyum, giginya berkilau dalam gelap."Tentu; jawabnya, menerima gertakanku. "Kuambildulu mobilku."

"Brengsek," gerutuku. "Kuberi kau waktudelapan belas bulan.""Tidak ada kesepakatan lain," sergah Edward,nyengir. "Aku suka syarat ini""Baiklah. Biar Carlisle saja yang melakukannyasetelah aku lulus nanti.""Kalau memang itu maumu." Edwardmengangkat bahu, dan senyumnya benar-benarseperti senyum malaikat."Kau benar-benar keterlaluan," erangku. "Benarbenarmonster."Edward terkekeh. "Jadi karena itu kau tidakmau menikah denganku?"Lagi-lagi aku mengerang.Edward mencondongkan tubuh ke arahku; bolamatanya yang hitam pekat melebur dan berapi-api,membuyarkan konsentrasiku. "Please, Bella?"desahnya.Sejenak aku sampai lupa bernapas. Begitu pulihkembali, aku buru-buru menggeleng, berusahamenjernihkan pikiranku yang mendadak buntu."Apakah akan lebih baik jika aku punya waktuuntuk membelikanmu cincin?""Tidak! Tidak usah ada cincin segala!" Bisadibilang aku benar-benar berteriak.“Uups.”"Charlie bangun; sebaiknya aku pulang," kataEdward dengan sikap menyerah. Jantungku

http://ac-zzz.blogspot.com/

berhenti berdetak.

Edward mengamati ekspresiku sesaat."Kekanak-kanakan tidak, kalau aku bersembunyidi lemarimu?""Tidak," bisikku penuh semangat. "Tinggallah.Please."Edward tersenyum dan menghilang.Aku gelisah seperti cacing kepanasan dalamgelap, menunggu Charlie datang mengecekku.Edward tahu persis apa yang ia lakukan, dan akuberani bertaruh, membuatku kaget adalah bagiandari rencananya. Tentu saja aku masih punyapilihan membiarkan Carlisle melakukannya, tapisekarang setelah aku tahu ada kesempatanEdward mau mengubahku sendiri, aku sangatmenginginkan kesempatan itu. Curang benarEdward.Pintu kamarku membuka secelah."Pagi, Dad.""Oh, hai, Bella." Charlie terdengar malu karenakepergok mengecek. "Sudah bangun rupanya."“Yeah. Sejak tadi aku menunggu Dad bangunsupaya bisa mandi." Aku beranjak bangun."Tunggu dulu," tukas Charlie, menyalakanlampu. Aku mengerjap-ngerjapkan mata, silau olehnyala terang yang tiba-tiba, dan sehati-hatimungkin menjaga agar mataku tidak melirik teruske lemari. "Kita bicara dulu sebentar."Aku tak mampu tidak meringis. Aku lupa mintadicarikan alasan yang bagus oleh Alice.

“Kau tahu kau dalam masalah besar."“Yeah, aku tahu."“Aku sudah seperti orang gila tiga hari terakhirini. Pulang dari pemakaman Harry, aku mendapatikau sudah pergi. Jacob hanya bisa mengatakankau kabur bersama Alice Cullen, dan menurut dia,kau dalam kesulitan. Kau tidak meninggalkan

http://ac-zzz.blogspot.com/

nomor telepon yang bisa dihubungi, dan kau jugatidak menelepon. Aku tidak tahu di mana kauberada atau kapan— atau apakah—kau akanpulang. Tidak tahukah kau betapa... betapa..."Charlie tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Iamenarik napas tajam dan melanjutkan katakatanya."Bisakah kau memberiku satu saja alasanmengapa aku tidak perlu mengirimmu keJacksonville saat ini juga?"Mataku menyipit. Jadi mau main ancam nih?Aku juga bisa kalau begitu. Aku duduk tegaktegak,menarik selimut yang menyelubungitubuhku. "Karena aku tidak mau pergi.""Tunggu sebentar, young lady—""Begini, Dad, aku menerima tanggung jawabpenuh atas ulahku kemarin, dan Dad berhakmenghukumku selama yang Dad inginkan. Akujuga akan mengerjakan semua tugas rumah,termasuk mencuci pakaian dan piring, sampai Dadmenganggapku kapok. Dan menurutku, Dad jugaberhak mengusirku dari sini—tapi itu tidak akanmembuatku pindah ke Florida."

Wajah Charlie langsung merah padam. Iamenarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelummenjawab."Kau mau menjelaskan pergi ke mana kaukemarin?"Oh, brengsek. "Ada... masalah gawat."Charlie mengangkat alis, sudah menduga akubakal memberi penjelasan yang brilian seperti itu.Aku menggelembungkan pipi lalumengembuskannya dengan suara keras. "Entahbagaimana aku bisa menamakannya, Dad. Intinyahanya salah paham. Yang ini bilang begitu, yangitu bilang begini. Akhirnya jadi rak terkendali.”Charlie menunggu dengan ekspres, tak percaya."Begini, Alice mengatakan pada Rosalie tentangaku melompat dari tebing..." Dengan panik aku

http://ac-zzz.blogspot.com/

berusaha memberikan penjelasan masuk akal,sebisa mungkin tetap menyatakan hal yang benarsehingga ketidakmampuanku berbohong denganmeyakinkan takkan terlalu kentara, tapi belum lagiaku sempat melanjutkan ceritaku, ekspresi Charliemengingatkanku bahwa ia tidak tahu apa-apatentang masalah lompat tebing itu.Ya ampun. Kayak aku belum kena masalah saja."Kurasa aku belum menceritakan itu pada Dad,"sergahku tercekat. "Bukan apa-apa kok. Hanyaiseng, berenang bersama Jake. Pokoknya begini,Rosalie lantas memberi tahu Edward, dan Edwardlangsung kalap. Rosalie tanpa sengaja membuatceritanya terdengar seolah-olah aku mencoba

bunuh diri atau semacamnya. Edward tidak maumenjawab teleponnya, jadi Alice menyeretku ke...LA, untuk menjelaskan secara langsung." Akumengangkat bahu, sepenuh hati berharap semogaCharlie tidak terlalu memerhatikan kekagokankubarusan sehingga tidak menyimak penjelasanbrilian yang kuberikan padanya.Wajah Charlie langsung membeku. "Memangnyakau benar-benar berniat bunuh diri, Bella?"“Tidak, tentu saja tidak. Hanya bersenangsenangdengan Jake. Terjun dari tebing. Anak-anakLa Push sering melakukannya kok. Seperti katakutadi, itu bukan apa-apa."Wajah Charlie memanas—dari membeku kepanas oleh amarah. "Lantas, maksudnya EdwardCullen itu apa?" raungnya. “Selama ini, diameninggalkanmu begitu saja tanpa penjelasan—"Aku buru-buru memotongnya. "Lagi-lagi salahpaham."Wajah Charlie memerah lagi. "Jadi sekarang diakembali?""Aku belum tahu rencana pastinya bagaimana.Kalau tidak salah, mereka semua kembali."Charlie menggeleng-gelengkan kepala, urat-urat

http://ac-zzz.blogspot.com/

nadi di keningnya menyembul. "Aku ingin kaumenjauhi dia, Bella. Aku tidak percaya padanya.Dia tidak baik untukmu. Aku tidak akanmembiarkannya merusakmu seperti itu lagi.""Baiklah," sergahku judes.

Charlie bertumpu pada tumitnya dan bergoyangmaju-mundur. "Oh." Ia tergagap sesaat,mengembuskan napas dengan suara keras karenaterkejut. "Kusangka kau akan bersikap sulit.""Memang." Aku memandang lurus-lurus ke mataCharlie. "Maksudku, 'Baiklah, aku akan keluar darirumah ini.’”Mata Charlie melotot; wajahnya pucat pasi.Tekadku luntur saat aku mulai mengkhawatirkankesehatannya. Charlie kan tidak lebih mudadaripada Harry..."Dad, aku tidak ingin keluar dari rumah ini,"kataku lebih lembut. "Aku sayang pada Dad. Akutahu Dad khawatir, tapi Dad harus percaya padakudalam hal ini. Dan Dad harus melunakkan sikapterhadap Edward kalau Dad ingin aku tetap tinggaldi sini. Dad ingin aku tinggal di sini atau tidak?”"Itu tidak adil, Bella. Kau tahu aku ingin kautinggal di sini.""Kalau begitu bersikaplah baik pada Edward,karena di mana ada aku, di situ ada dia." Akumengucapkannya dengan sikap yakin. Keyakinanyang kudapat dari pencerahan itu masih kuat."Tidak di rumahku," Charlie mengamuk.Aku mengembuskan napas berat. “Begini, akumemberi ultimatum lagi pada Dad malam ini – ataulebih tepatnya pagi ini. Pikirkan saja dulu selamabeberapa hari, oke? Tapi tolong diingat bahwaEdward dan aku ibaratnya sudah satu paket.”"Bella–"

"Pikirkan dulu," aku bersikeras. "Dan sementaraDad memikirkannya, bisa tolong beri aku privasi?

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku benar-benar harus mandi.”Wajah Charlie berubah warna menjadi unguaneh, tapi ia keluar juga, membanting pintu

keraskeras.Kudengar ia berjalan mengentak-entakkankaki menuruni tangga.Kulempar selimutku, dan tahu-tahu saja Edwardsudah di sana, duduk di kursi goyang, seakanakansudah di sana selama pembicaraanku denganCharlie berlangsung."Maaf soal tadi," bisikku."Bukan berarti aku tidak pantas mendapatkanyang jauh lebih buruk," Edward balas berbisik."Jangan bertengkar dengan Charlie gara-gara aku,please.""Sudahlah, jangan khawatir," desahku sambilmengemasi peralatan mandi dan satu setel pakaianbersih. "Aku akan bertengkar dengannya kalaumemang perlu, tapi tak lebih dari itu. Atau kauberusaha memberi tahuku bahwa kalau aku keluardari rumah ini, aku tidak diterima di tempatmu?"Aku membelalakkan mata, pura-pura kaget."Memangnya kau mau pindah ke rumah penuhvampir?"“Mungkin itu tempat paling aman untuk orangseperti aku. Lagi pula..." aku menyeringai. "KalauCharlie mengusirku, berarti tidak perlu menunggusampai lulus, kan?"

Rahang Edward mengeras. "Begitu bersemangatingin terkutuk selamanya," gerutunya.“Kau tahu kau tidak benar-benar meyakini itu."“Oh, begitu ya?" gerutunya."Tidak. Kau tidak percaya."Edward menatapku tajam dan membuka muluthendak bicara, tapi aku memotongnya."Kalau kau benar-benar percaya kau telahkehilangan jiwamu, maka waktu akumenemukanmu di Volterra, kau pasti langsung

http://ac-zzz.blogspot.com/

menyadari apa yang terjadi, bukannya mengira kitaberdua sudah sama-sama mati. Tapi kau tidakbegitu—kau malah berkata 'Luar biasa. Carlislebenar,'" aku mengingatkannya, merasa menang."Ternyata, kau masih berharap."Sekali ini, Edward tak mampu mengatakan apaapa."Jadi marilah kita sama-sama berharap, oke?"saranku. "Bukan berarti itu penting. Kalau adakau, aku tidak butuh surga."Pelan-pelan Edward bangkit, lalu merengkuhwajahku dengan kedua tangan sambil menatapmataku lekat-lekat. "Selamanya," ia bersumpah,masih sedikit terperangah."Hanya itu yang kuminta," kataku, lalu berjinjitagar bisa menempelkan bibirku ke bibirnya.

EPILOG—KESEPAKATANHAMPIR semuanya kembali normal—normalseperti sebelum masa ini, ketika aku berkeliaranlaksana mayat hidup—dalam tempo sangat cepat,lebih daripada yang kuyakini bisa terjadi. Rumahsakit menerima Carlisle kembali dengan tanganterbuka, bahkan tidak merasa perlu menutupikegembiraan mereka bahwa Esme tidak terlalusuka tinggal di LA. Gara-gara aku tidak ikutulangan Kalkulus karena harus pergi ke luar negeriwaktu itu, nilai Alice dan Edward saat ini lebihbagus daripada aku untuk bisa lulus SMA. Tibatibakuliah menjadi prioritas (kuliah masih tetapmerupakan rencana B, untuk jaga-jaga siapa tahutawaran Edward membuatku batal mengambilpilihan melakukannya dengan Carlisle sesudahlulus). Sudah banyak tenggat waktu pendaftaranyang kulewatkan, tapi Edward menyodorkansetumpuk formulir baru untuk kuisi setiap hari. Iasudah mengembalikan berkas pendaftarannya keHarvard, jadi tidak masalah baginya bila, gara-garaaku terlalu banyak berleha-leha, kami terdampar di

http://ac-zzz.blogspot.com/

Peninsula Community College tahun depan.Charlie agak marah padaku, dan ia jugamendiamkan Edward. Tapi setidaknya Edwarddiizinkan – selama jam berkunjung yang sudahditentukan—masuk ke rumah lagi. Tapi aku tidakdiizinkan keluar dari sana.Aku hanya boleh keluar untuk bersekolah danbekerja, jadi dinding-dinding kelasku yangberwarna kuning kusam mendadak terasa begitu

mengundang bagiku. Itu berhubungan erat denganorang yang duduk di meja di sebelahku.Edward mengambil jadwalnya yang lama, jadi iasekelas denganku di hampir semua pelajaran.Kelakuanku begitu aneh, sejak keluarga Cullen"pindah" ke LA, sehingga tak ada yang mau dudukdi sampingku. Bahkan Mike, yang dulu selalubersemangat memanfaatkan setiap kesempatan,sekarang pun seperti menjaga jarak. Dengankembalinya Edward, delapan bulan terakhir nyarisbagaikan mimpi buruk yang mengganggu.Nyaris, meski tidak persis seperti itu. Salahsatunya, karena sekarang aku dihukum tidakboleh keluar rumah. Dan alasan lain, sebelummusim gugur waktu itu, aku tidak bersahabatdengan Jacob Black. Jadi, tentu saja, waktu ituaku belum merasa kehilangan dia.Aku tidak bisa pergi ke La Push, dan Jacob tidakmau datang menemuiku. Ia bahkan tidak maumenerima teleponku.Kebanyakan aku menelepon ke sana malammalam,setelah Edward diusir – jam sembilan tepatoleh Charlie yang meski muram tapi tampaknyasangat senang bisa mengusir Edward – dansebelum Edward menyusup kembali ke kamarkulewat jendela setelah Charlie tidur. Aku sengajamemilih waktu itu untuk melakukan panggilanyang sia-sia ini karena kulihat Edward selalumengernyitkan muka setiap menyebut nama

http://ac-zzz.blogspot.com/

Jacob. Seperti tidak suka dan waswas... mungkinbahkan marah. Kurasa itu karena Edward jugapunya prasangka buruk terhadap werewolf,

walaupun tidak sevokal Jacob terhdap "parapengisap darah”.Jadi. aku jarang menyebut-nyebut nama Jacob.Dengan Edward di dekatku, sulit memikirkanhal-hal yang tidak membahagiakan – bahkanmemikirkan mantan sahabatku, yang saat inimungkin sedang sangat tidak bahagia, gara-garaaku. Kalaupun aku memikirkan Jake, aku selalumerasa bersalah karena tidak sering memikirkandia.Dongeng itu sudah kembali. Sang pangeransudah kembali, dan kutukan jahat dilenyapkan.Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadapkarakter lain yang tertinggal dan tidak ikutbahagia. Apakah kisah ini juga akan berakhirbahagia selamanya untuk dia?Minggu-minggu berlalu, dan Jacob masih tidakmau menjawab teleponku. Hal ini mulaimembuatku terus-menerus khawatir. Seperti keranbocor di belakang kepalaku yang tidak bisakumatikan atau kuabaikan. Tes, tes, tes. Jacob,Jacob, Jacob.Jadi, meski jarang menyebut-nyebut namaJacob, terkadang perasaan frustrasi dan gelisahkumeluap juga."Benar-benar brengsek!" aku mengomel panjangpendekpada Sabtu siang saat Edwardmenjemputku dari tempat kerja. Lebih mudahmelampiaskan amarah daripada merasa bersalah."Ini sama saja dengan menghina!"

Aku sudah mencoba segala cara, denganharapan mendapat respons berbeda. Kali ini akumencoba menelepon Jake dari tempat kerja, tapiteleponku dijawab Billy yang sama sekali tidak bisa

http://ac-zzz.blogspot.com/

membantu. Lagi-lagi."Kata Billy, Jacob tidak mau bicara denganku,"aku meradang, memelototi hujan yang mengalirmembasahi jendela mobil. “Masa dia ada di sana,tapi tidak mau berjalan tiga langkah saja untukmenerima telepon! Biasanya Billy hanyamengatakan Jacob keluar, sibuk, tidur, atausemacamnya Maksudku, bukan berarti aku tidaktahu dia bohong padaku tapi paling tidak cara itumasih lebih sopan. Kurasa Billy juga benci padakusekarang. Tidak adil!""Bukan begitu, Bella," ucap Edward tenang."Tidak ada yang benci padamu.""Rasanya seperti itu," gerutuku, melipat kedualengan di dada. Sekarang itu hanya kebiasaan yangsulit diubah. Tidak ada lagi lubang di dadakukini—aku bahkan sudah nyaris tidak ingatperasaan hampa yang pernah kurasakan."Jacob tahu kami sudah kembali, dan aku yakindia tahu pasti aku bersamamu," jelas Edward. "Diatidak mau dekat-dekat denganku. Permusuhan itusudah berurat akar dalam dirinya.""Itu kan konyol. Dia tahu kau tidak... sepertivampir-vampir lain.""Bukan berarti tidak ada alasan untuk menjagajarak."

Aku memandang garang melalui kaca depanmobil. Yang kulihat hanya wajah Jacob, terpasungdalam topeng getir yang kubenci itu."Bella, memang beginilah keadaannya," kataEdward kalem. "Aku bisa mengendalikan diri, tapiaku ragu dia bisa. Dia masih sangat muda. Besarkemungkinan akan terjadi perkelahian, dan akutidak tahu apakah bisa menghentikannya sebelumaku membu—" Edward mendadak berhenti bicara,kemudian cepat-cepat melanjutkan. "Sebelum akumenyakitinya. Kau tidak akan senang. Aku tidakingin itu terjadi."

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku ingat apa yang dikatakan Jacob di dapurwaktu itu, mendengar kata-kata yang ia ucapkansambil mengenang suaranya yang parau. Aku tidakyakin akan cukup bisa mengendalikan diri untukmenghadapinya... Mungkin kau juga tidak sukakalau aku membunuh temanmu. Tapi, Jacobternyata mampu mengendalikan diri, waktu itu..."Edward Cullen," bisikku. "Tadi kau maumengatakan membunuhnya, kan? Iya, kan?”Edward membuang muka, memandang ke hujandi luar. Di depan kami, lampu merah yang taditidak kusadari keberadaannya berubah menjadihijau dan Edward menjalankan mobilnya kembali,mengemudikannya sangat lamban. Tidak biasanyaia menyetir sepelan ini."Aku akan berusaha... sekuat tenaga... untuktidak melakukannya," kata Edward akhirnya.Kutatap ia dengan mulut ternganga lebar, tapiEdward tetap memandang lurus ke depan. Kami

berhenti sebentar di depan tanda stop di pojokjalan.Mendadak, aku ingat apa yang terjadi pada Parisketika Romeo kembali. Pengarahan adegannyasederhana: Mereka bertarung. Paris kalah. Tapi inikonyol. Mustahil."Well" ujarku, menarik napas dalam-dalam,menggeleng untuk mengenyahkan kata-kata itudari benakku. "Hal seperti itu takkan pernahterjadi, jadi tidak ada alasan untukmengkhawatirkannya. Dan kau tahu Charliesedang memelototi jam sekarang. Sebaiknya cepatantar aku pulang sebelum aku dapat masalah lagigara-gara pulang terlambat."Aku menengadah padanya, tersenyum setengahhati.Setiap kali menatap wajah Edward, wajah yangluar biasa sempurna itu, jantungku berdebarkeras, kencang, dan sangat terasa dalam dadaku.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Kali ini debaran itu berpacu lebih cepat dari padabiasanya. Aku mengenali ekspresinya yangmembeku seperti patung itu."Kau memang akan dapat masalah lagi, Bella,"bisiknya dari sela-sela bibirnya yang tidakbergerak.Aku bergeser lebih dekat, mencengkeram lenganEdward sambil mengikuti arah pandangnya. Entahapa yang kukira bakal kulihat—mungkin Victoriaberdiri di tengah jalan, rambut merah menyalanyaberkibar-kibar ditiup angin, atau sederet makhluk

tinggi berjubah hitam... atau sekawanan werewolfyang marah. Tapi aku tidak melihat apa-apa."Apa? Ada apa?"Edward menghela napas dalam-dalam."Charlie...""Ayahku?" pekikku.Lalu Edward menunduk menatapku, danekspresinya cukup tenang hingga mampumeredakan sedikit kepanikanku."Charlie... mungkin tidak akan membunuhmu,tapi dia sedang berpikir-pikir untukmelakukannya," Edward memberitahu. Ia mulaimenjalankan mobilnya, memasuki jalan rumahku,tapi melewati rumahku dan memarkir mobilnya dipinggir pepohonan."Memangnya aku melakukan kesalahan apa?"tanyaku terkesiap.Edward menoleh ke belakang, ke arah rumahCharlie. Aku mengikuti arah pandangnya, danmelihat untuk pertama kalinya benda yangterparkir di jalan masuk, persis di sebelah mobilpatroli ayahku. Mengilat, warnanya merah terang,mustahil terlewatkan. Motorku, berdiri gagah disana.Kata Edward tadi, Charlie sudah siapmembunuhku, jadi ia pasti sudah tahu – bahwasepeda motor itu milikku. Hanya ada satu orang di

http://ac-zzz.blogspot.com/

balik pengkhianatan ini."Tidak!" seruku kaget. "Mengapa? MengapaJacob tega melakukan ini padaku?" Perasaan sakit

karena dikhianati melanda hatiku. Padahal akusangat percaya pada Jacob – saking percayanyasampai aku menceritakan semua rahasiakupadanya. Seharusnya ia menjadi pelabuhan yangaman bagiku – orang yang selalu bisa kuandalkan.Tentu saja hubungan kami saat ini sedangrenggang rapi aku tidak mengira fondasi dasarhubungan kami telah berubah. Kusangka itu tidakbisa berubah!Kesalahan apa yang kulakukan sehingga pantasdiganjar seperti ini? Charlie bakal sangat marah—dan lebih daripada itu, ia akan merasa sakit hatidan cemas. Apakah bebannya selama ini masihbelum cukup? Tak pernah terbayang olehku Jakebisa begitu licik dan keju Air mataku merebak,terasa perih di mataku, tapi itu bukan air matakesedihan. Aku telah dikhianati. Tiba-tiba saja akusangat marah sampai kepalaku berdenyut-denyutseperti mau meledak."Dia masih di sini?" desisku."Ya. Dia menunggu kita di sana," Edwardmemberi tahuku, mengangguk ke jalan setapakyang membelah pepohonan hutan yang rapatmenjadi dua.Aku melompat turun dari mobil, menghambur kearah pepohonan dengan kedua tangan sudahmengepal, siap meninju.Mengapa Edward harus lebih cepat daripadaaku?Ia sudah menyambar pinggangku sebelum akusampai di jalan setapak itu.

"Lepaskan aku! Biar kubunuh dia! Dasarpengkhianat!' Aku meneriakkan makian itu ke arahpepohonan.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Nanti Charlie dengar,” Edward mengingatkanku."Dan kalau dia sudah menyuruhmu masuk, diabakal membeton pintunya, mencegahku masuk."Aku melirik ke arah rumah, dan sepertinyahanya sepeda motor merah mengilap itu saja yangtampak olehku. Aku marah sekali. Kepalakuberdenyut-denyut lagi."Beri aku kesempatan bicara sekali saja denganJacob kemudian aku akan menemui Charlie." Siasiasaja aku memberontak minta dilepaskan."Jacob Black ingin bertemu denganku. Karenaitulah dia masih di sini."Aku langsung kaget—aku serta-merta berhentimeronta-ronta. Kedua tanganku terkulai lemas.Mereka bertarung; Paris kalah.Aku memang marah, tapi tidak semarah itu."Bicara?" tanyaku."Kurang-lebih begitu.""Lebihnya bagaimana?" Suaraku bergetar.Edward merapikan rambutku yang jatuh disekitar wajah. "Jangan khawatir, kedatangannya kesini bukan untuk berkelahi denganku. Diabertindak sebagai... juru bicara bagi kawanannya.""Oh."Edward menengok lagi ke arah rumah,mempererat rangkulannya di pinggangku, lalu

menarikku ke arah hutan. "Kita harus bergegas.Charlie sudah mulai tidak sabar."Kami tidak perlu pergi terlalu jauh; Jacob sudahmenunggu tak jauh dari situ. Ia menunggu sambilbersandar di pohon berlumut, wajahnya keras dangetir, persis yang kubayangkan. Ia menatapku,kemudian Edward. Mulut Jacob menyeringaimembentuk seringaian sinis, dan ia bergesermenjauh dari tempatnya bersandar. Ia berdiribertumpu pada bagian belakang kakinya yangtelanjang, agak condong ke depan, mengepalkankedua tangannya yang gemetar. Ia tampak lebih

http://ac-zzz.blogspot.com/

besar dibandingkan terakhir kali aku melihatnya.Entah bagaimana, meski rasanya mustahil, iamasih terus bertumbuh. Tubuhnya akanmenjulang melebihi Edward, kalau mereka berdiribersisian.Tapi Edward langsung berhenti berjalan begitukami melihat Jacob, menyisakan jarak yang cukuplebar di antara kami dan Jacob. Edward sengajamemosisikan tubuhnya begitu rupa sehingga akuberada di belakangnya. Aku menjulurkan badanmelewati rubuhnya supaya bisa menatap Jacob—menuduhnya dengan mataku.Tadinya aku mengira dengan melihat ekspresiJacob yang sinis dan penuh kebencian akanmembuatku semakin marah. Tapi ternyata akumalah teringat saat terakhir kali melihatnya,dengan air mata berlinang. Amarahku melemah,menggeletar, sementara aku menatap Jacob.Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya—aku tidak suka reuni kami harus terjadi seperti ini

"Bella," kata Jacob sebagai salam, mengangguksatu kali ke arahku tanpa mengalihkanpandangannya sedikit pun dari Edward."Kenapa?" bisikku, berusaha menyembunyikansuara tercekat di kerongkonganku. "Tega-teganyakau berbuat begini padaku, Jacob?"Seringaian sinis itu lenyap, namun wajahnyatetap keras dan kaku. "Ini yang terbaik."“Apa maksud perkataanmu itu? Memangnya kauingin Charlie mencekikku? Atau kau ingin dia kenaserangan jantung, seperti Harry? Tak pedulibetapapun marahnya kau padaku, tega-teganyakau melakukan ini padanya?"Jacob meringis, alisnya bertaut, tapi ia tidakmenjawab.“Dia tidak ingin menyakiti siapa pun—dia hanyaingin kau dihukum, sehingga kau tidak diizinkanmenghabiskan waktu denganku," gumam Edward,

http://ac-zzz.blogspot.com/

menjelaskan pikiran yang tak ingin diutarakanJacob.Mata Jacob menyala-nyala oleh kebencian saatia me berengut marah pada Edward."Aduh, Jake!" erangku. "Aku memang sudahdihukum! Memangnya kaukira kenapa aku tidakke La Push dan menendang bokongmu karena kautidak mau menerima teleponku?"Mata Jacob berkelebat ke arahku, untukpertama kalinya tampak bingung. "Jadi karenaitu?" tanyanya, kemudian ia mengunci mulut

rapat-rapat, seperti menyesal telah kelepasanbicara."Dia kira akulah yang tidak mengizinkan, bukanCharlie," Edward menjelaskan lagi."Hentikan," bentak Jacob.Edward tidak menanggapi.Jacob bergetar hebat, kemudian iamenggertakkan giginya sekeras kepalan tangannya."Ternyata Bella tidak melebih-lebihkan waktu diabercerita tentang... kemampuanmu," katanya darisela-sela giginya. "Jadi kau pasti sudah tahukenapa aku datang ke sini""Benar," jawab Edward lirih. "Tapi, sebelum kaumulai, aku perlu mengatakan sesuatu."Jacob menunggu, membuka dan menutuptelapak tangannya sementara berusahamengendalikan getaran tubuhnya yang merayapikedua lengan."Terima kasih," ucap Edward, dan suaranyabergetar karena ketulusan hatinya. "Aku tidakakan pernah bisa mengungkapkan betapabesarnya rasa terima kasihku padamu. Akuberutang budi padamu sepanjang sisa...eksistensiku.Jacob menatapnya dengan pandangan kosonggetaran tubuhnya langsung berhenti. Ia melirikcepat ke arahku, rapi raut wajahku sama

http://ac-zzz.blogspot.com/

bingungnya."Karena kau telah menjaga Bella," Edwardmengklarifikasi, suaranya parau dan

bersungguhTiraikasih

sungguh. "Saat aku... tidak ada untukmenjaganya.""Edward—" aku membuka mulut untukmengatakan sesuatu, tapi Edward mengangkatsebelah tangan, matanya tertuju kepada Jacob.Ekspresi mengerti menyapu wajah Jacob sesaatsebelum topeng keras itu kembali. "Aku tidakmelakukannya untukmu.”“Aku tahu. Tapi itu tidak menghapus perasaanterima kasih yang kurasakan. Kurasa kau perlutahu. Seandainya ada yang bisa kulakukanuntukmu, selama itu masih dalam kekuasaanku..."Jacob mengangkat sebelah alisnya yang hitam.Edward menggeleng. "Aku tidak punya kuasadalam hal itu.”"Kuasa siapa, kalau begitu?" geram Jacob.Edward menunduk menatapku. "Kuasanya. Akucepat belajar, Jacob Black, jadi aku tidak akanmelakukan kesalahan yang sama dua kali. Akuakan tetap di sini sampai dia menyuruhku pergi."Sejenak aku terhanyut dalam tatapan mataemasnya. Tidak sulit memahami bagianpercakapan yang tak bisa kudengar itu. Satusatunyayang diinginkan Jacob dari Edward adalahpergi dari sini.“Tidak akan," bisikku, mataku masih terpakupada mata Edward.Jacob membuat suara seperti mau muntah.

Dengan enggan kualihkan tatapanku dari mataEdward, memandang Jacob dengan keningberkerut. "Ada hal lain yang kubutuhkan, Jacob?Kau ingin aku kena masalah – misimu sudahtercapai. Bisa jadi Charlie akan mengirimku ke

http://ac-zzz.blogspot.com/

sekolah militer. Tapi itu tidak akan bisamembuatku menjauhi Edward. Tidak ada yang bisamelakukan hal itu. Jadi, apa lagi yangkauinginkan?"Jacob tak mengalihkan tatapannya dari Edward."Aku hanya perlu mengingatkan teman-temanmuyang suka mengisap darah itu tentang beberapapoin penting dalam kesepakatan yang telah merekasepakati. Hanya karena perjanjian itulah aku tidakmengoyak-ngoyak leher mereka saat ini juga.""Kami belum lupa," sergah Edward, dan padasaat yang bersamaan aku menuntut, "Poin-poinpenting apa?"Jacob masih memandang Edward garang, tapi iamenjawab pertanyaanku. "Kesepakatan itu sangatspesifik. Kalau salah seorang di antara merekamenggigit manusia, gencatan senjata berakhir.Menggigit, bukan membunuh," ia menekankan.Akhirnya, ia menatapku. Sorot matanya dingin.Detik ini juga aku menangkap maksudnya,kemudian wajahku berubah sedingin wajahnya."Itu sama sekali bukan urusanmu.""Enak saja—" hanya itu yang sanggupdilontarkan Jacob.Aku tidak mengira jawabanku yang terburuburuakan mendatangkan respons sekeras itu.

Meski datang untuk menyampaikan peringatan itu,Jacob pasti tidak tahu. Ia pasti mengira peringatanitu hanya sebagai tindakan pencegahan. Ia tidaksadar – atau tidak mau percaya – bahwa aku telahmenentukan pilihan. Bahwa aku benar-benarberniat menjadi anggota keluarga Cullen.Jawabanku membuat Jacob nyaris kejangkejang.Ia menempelkan tinjunya kuat-kuat kepelipis, memejamkan mata rapat-rapat danmembungkuk seperti berusaha mengendalikanentakan-entakan tubuhnya. Wajahnya berubahhijau ke-kuningan di balik kulitnya yang cokelat

http://ac-zzz.blogspot.com/

kemerahan.“Jake? Kau baik-baik saja?" tanyaku cemas.Aku maju setengah langkah menghampirinya,tapi Edward menyambar tubuhku dan menarikkudengan kasar ke belakangnya. "Hati-hati! Dia tidakbisa menguasai diri,” ia mengingatkanku.Tapi entah bagaimana Jacob sudah bisamenguasai diri; hanya kedua lengannya yanggemetar sekarang. Ia merengut menatap Edwarddengan kebencian menyala-nyala. "Ugh, Akutakkan mungkin menyakitinya."Perubahan tekanan dalam kalimat Jacobbarusan tidak luput dari perhatian Edwardmaupun aku, begitu juga dengan tuduhan yangtersirat di dalamnya. Desisan pelan terlontar daribibir Edward. Refleks Jacob mengepalkan tinjunya."BELLA!" raungan Charlie membahana dari arahrumah. "MASUK KE RUMAH SEKARANG JUGA!"

Kami langsung membeku, mendengarkankesunyian yang mengikutinya.Aku yang pertama bersuara; suaraku gemetar."Sialan."Ekspresi marah Jacob sedikit melunak. "Akubenar-benar minta maaf soal itu," gumamnya. "Akuharus melakukan apa yang bisa kulakukan—akuharus berusaha..."“Trims." Suaraku yang bergetar menghancurkankesinisanku. Aku melayangkan pandang ke ujungjalan setapak, setengah berharap Charliemenghambur menerobos semak-semak basahseperti banteng mengamuk. Aku akan menjadibendera merahnya di skenario itu."Satu hal lagi," kata Edward padaku, kemudiania berpaling kepada Jacob. “Kami tidakmenemukan jejak Victoria di wilayah kami – kaliansendiri bagaimana?"Edward langsung tahu jawabannya begitu Jacobmemikirkannya, tapi Jacob tetap menyuarakannya.

http://ac-zzz.blogspot.com/

"Terakhir kalinya adalah waktu Bella... pergi. Kamibiarkan saja dia mengira dia berhasil menerobospertahanan kami—lalu kami mempersempitlingkaran, bersiap-siap menyerangnya..."Punggungku bagaikan disiram air es."Tapi kemudian dia melesat pergi sepertikelelawar melesat keluar dari neraka. Sepanjangyang bisa kami duga, dia cium bau adikperempuanmu dan langsung kabur. Sejak diabelum kembali mendekati tanah kami."

Edward mengangguk. "Kalau dia kembali, diabukan masalah kalian lagi. Kami akan—""Dia membunuh di wilayah kami," desis Jacob."Dia milik kami!""Tidak—," aku mulai memprotes pernyataanmereka."BELLA! AKU MELIHAT MOBILNYA JADI AKUTAHU KAU ADA DI SANA! KALAU KAU TIDAKMASUK KE RUMAH DALAM SATU MENIT..!"Charlie tidak menyelesaikan ancamannya."Ayo," ajak Edward.Aku menoleh kepada Jacob, terbagi-bagi.Apakah aku akan melihatnya lagi?"Maaf," bisik Jacob pelan sekali sehingga akubaru mengerti setelah membaca gerak bibirnya."Bye, Bells."Kau sudah berjanji," aku mengingatkannyadengan sedih. "Masih berteman, kan?"Jacob menggeleng lambat-lambat, dan gumpalandi tenggorokanku nyaris mencekikku."Kau tahu betapa sulitnya aku sudah berusahamenepati janji itu, tapi... aku tidak tahu bagaimanaaku bisa terus mencobanya. Tidak sekarang..."Jacob berusaha keras mempertahankan mimikwajahnya yang seperti topeng, tapi mimik itu goyahkemudian lenyap. "Aku kehilangan kau, mulutnyabergerak-gerak tanpa suara. Sebelah tangannyaterulur padaku, jari-jarinya membentang, seolah

http://ac-zzz.blogspot.com/

berharap jari-jari itu cukup panjang untuk

menjembatani jarak yang membentang di antarakami."Aku juga," ujarku tercekat. Tanganku terulur kearahnya melintasi jarak yang lebar.Seolah terhubung, gema kepedihan hati Jacobmemilin hatiku. Kesedihannya adalah kesedihankujuga."Jake..." Aku maju selangkah menghampirinya.Ingin rasanya aku memeluk pinggangnya danmenghapus ekspresi sedih di wajahnya.Edward menarikku lagi, lengannya menahan,bukan melindungi."Tidak apa-apa," aku meyakinkan Edward,mendongak untuk membaca wajahnya dengansorot percaya di mataku. Ia pasti mengerti.Mata Edward tak bisa dibaca, wajahnya tanpaekspresi. Dingin. "Tidak, itu tidak benar.""Lepaskan dia," geram Jacob, kembali marah."Dia ingin lepas! Jacob maju dua langkah lebarlebar.Kilatan antisipasi terpancar dari matanya.Dadanya seolah menggelembung saat ia bergetar.Edward mendorongku ke belakangpunggungnya, berputar menghadapi Jacob."Tidak! Edward—!""ISABELLA S WAN!""Ayolah! Charlie marah!" Suaraku panik, tapibukan karena Charlie sekarang. "Cepatlah!"Kutarik-tarik tangan Edward dan ia sedikitrileks. Ditariknya aku kembali pelan-pelan,

matanya terus tertuju kepada Jacob sementarakami mundur.Jacob mengawasi kami dengan seringaian marahmenghiasi wajahnya yang getir. Sorot antisipasitadi surut dari wajahnya, kemudian, tepat sebelumhutan memisahkan kami, wajahnya tiba-tibaberkerut menahan sakit.

http://ac-zzz.blogspot.com/

Aku tahu pemandangan wajahnya yang terakhiritu akan terus menghantuiku sampai akumelihatnya tersenyum lagi.Dan saat itulah aku bersumpah bahwa aku akanmelihatnya tersenyum, dan itu tidak lama lagi. Akuakan mencari jalan untuk mempertahankantemanku.Edward tetap merangkul pinggangku,mendekapku erat-erat. Hanya itu yang membuatair mataku tidak tumpah.Aku punya banyak persoalan serius.Sahabatku menganggapku musuh.Victoria masih berkeliaran, membahayakansemua orang yang kusayangi.Kalau aku tidak segera menjadi vampir, keluargaVolturi akan membunuhku.Dan kini, sepertinya bila aku berubah, parawerewolf Quileute juga akan melakukan hal yangsama—selain berusaha membunuh keluarga masadepanku juga. Sebenarnya menurutku merekatidak bakal berhasil, tapi apakah sahabatku akantewas dalam usahanya melakukan hal itu?

Benar-benar persoalan yang sangat serius. Jadikenapa semua masalah itu mendadak terasasangat tidak signifikan saat kami menerobos keluardari pepohonan dan aku melihat ekspresi di wajahCharlie yang ungu?Edward meremasku lembut. "Tenang, ada aku.”Aku menarik napas dalam-dalam.Itu benar. Ada Edward di sini, dengan kedualengannya memelukku.Aku sanggup menghadapi apa pun juga, selamaada dia. Kutegakkan bahuku dan berjalan majumenyongsong nasib, takdirku berjalan mantapmengiringiku.

###


Top Related