Download - Lp Bronkitis Fix
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKITIS
DI RUANG CEMPAKA I RSUD RAA SOEWONDO PATI
DI SUSUN OLEH :
IWAN LUTFI JATINUGROHO
22020110120055
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKITIS
A. PENGERTIAN
Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus. Bronkitis akut
merupakan kejadian terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus
sebagai komplikasi dari penyakit selesma, influenza, batuk rejan, campak
atau rubela.infeksi skunder merupakan akibat bakteri, yang umumnya
bakteri haemophilus influezae atau streptococcus pnemoniae. Pada
bronkitis kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami hipertrofi akibat
asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan keluhan pasien
satu-satunya adalah batuk pruduktif serta sputum mukoid yang terjadi
sepanjang hari selama tiga bulan berturut-turut selama dua tahun berturut-
turut. (kamus keperawatan: Hinchliff, sue 1999).
Bronkitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit
pernafasan lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan penyakit
tersendiri.sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang
masih kontroversi dan ketidak-jelasan di antara para klinikus dan para
penyidik.bronkitis sering merupakan dignosa yang di tegakkan,baik di luar
maupun di dalam negeri,walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak
sama.bahkan stern (1983) meragukan adanya bronkitis kronik pada anak
sebagai penyakit tersendiri.Mengapa hal ini sampai terjadi kesimpang
siuran karena masih belum ada konsensus tentang bronkitis pada anak ini
(buku kuliah ilmu kesehatan anak seri 3 : 1985)
Jadi bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara
ke paru-paru). Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus yang
banyak dan beberapa perubahan pada saluran pernafsan
B. KLASIFIKASI
1. Bronchitis akut merupakan suatu perandangan dari bronchiole,
bronchus, dan trakea oleh berbagai sebab dan mendadak atau tiba-tiba
berlangsung sementara.
2. Bronchitis kronis merupakan suatu sindrom dimana terdapat batuk
kronis produktif selama paling sedikit 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi
berulang kali dalam jangka 2 tahun
C. ETIOLOGI
Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti
Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para
influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada
anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma
pneumoniae (Ngastiyah; 1997; 37).
Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri
(staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae).
Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur
(Purnawan Junadi; 1982; 206).
Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik
atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan
cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik
memudahkan terjadinya bronkitis (Ngastiyah; 1997; 37).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak
keringat “Diaphoresis”, tachycardia, tachypnoe.
2. Tanda iritasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi
sekret, rasa sakit dibawah sternum
3. Tanda obstruksi : Sesak nafas, rasa mau muntah.
Gejala bronkitis berupa:
- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
- Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
- Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
- Lelah
- Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
- Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
- Pipi tampak kemerahan
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan.
E. PATHOFISIOLOGI
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan
inflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar-
kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin
banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini
menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus.
Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan
dan membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses
ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat terjadi perubahan fibrotik yang
terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru
yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan
bronkiektatis.
(manurung, 2008)
Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan hidung
“dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/
bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.
(Purnawan Junadi; 1982; 207).
F. PATHWAY
(Purnawan Junadi; 1982; 207)
Virus/ bakteri memasuki tubuh
(bakterimia/ viremia)
Alergen
Aktivasi IG.E
Peningkatan pelepasan histamin
Edema mukosa sel goblet memproduksi
mukus
Resiko infeksi
Batuk kering, setelah 2-3 batuk mulai berdahak dan
timbul lendir.
Hipertermia
Mungkin dahak berwarna kuning (infeksi sekunder)
Peningkatan frekwensi pernafasan
Penggunaan otot-otot bantu pernafasan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Nyeri : pada retrosternal
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Malaise
Demam
Perubahan pola nafas
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai
suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa
normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5
liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran
normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan
kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan
ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume
tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat
pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal
secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong
alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. (manurung,
2008 )
2. Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut
dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil
berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat
menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.
(manurung, 2008 )
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai
derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru
obstruktif menahun. (manurung, 2008 )
4. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada
peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum
diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis
paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan
sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada
saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan
apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
· Lapisan teratas agak keruh
· Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
· Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak (celluler debris).
(mutaqin, 2008)
H. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Memenuhi intake cairan sampai di atas atau lebih 4000 ml per hari serta
dengan memanipulasi lingkungan di sekitar pasien dengan uap panas atau
dengan kabut dingin. Fungsinya adalah untuk membantu mengencerkan
dahak.
2. Medis.
Pada penyebab yang di karenakan oleh virus belum ada obat khusus, anti
biotik tidak ada gunanya. Banyak minum terutama air buah sangat
memadahi. Obat penekan batuk tidak boleh di berikan pada batuk yang
berlendir.
Bila batuk tidak mereda pada 2 minggu patut dicurigai kemungkinan
infeksi skunder dan pemberian anti biotik dapat di berikan asal telah
hilang kemungkinan terjadi pertusis.bakteri yang di anjurkan adalah
Amoxillin, ko-trimoxasol dan golongan mikrolide.anti biotik di berikan
selama dua minggu dan bila tidak berhasil maka dilakukan rongen foto
toraks untuk menyingkirkan adanya kulaps paru segmental dan lober,
benda asing dan tuberkulosis.
Bila bronkitis akut terjadi berulang kali perlu di kaji adanya penyebab lain
seperti kelainan saluran nafas,benda asing, bronkiektasis, defisiensi
imonologis, hiperreaktivitas bronkus, dan ISPA (infeksi saluran nafas atas
akut) atas yang belum teratasi.
(buku kuliah ilmu kesehatan anak seri 3 : 1985)
Daftar Obat Pada Bronkitis Menurut Respiratori Disosder
No. Nama Obat Indikasi Dosis
1 Hidrocodone bitartrat Antitusif 5 – 10 Mg
2 Codein phospat Antitusif 10 - 20 Mg
3 Dextrometorpan Analgesik nonnarktik 10 - 20 Mg/ 4jam, 30 mg/ 6jam
4 Noscapine Analgesik nonnarktik 15 - 30 Mg
5 Levopropoxyphene Analgesik nonnarktik 50 - 100 Mg
6 Terbutaline Bronkodilator 2,5 – 5 Mg
7 Theophylline Bronkodilator Dosis tinggi di sesuaikan dengan
serum theopillin
8 Doxycyline Antibiotik 250 - 500 Mg PO
9 Terramicin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
10 Amphisilin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Tanggal pengkajian
b. Tanggal masuk
c. Identitas klien
Nama
Alamat
Tanggal lahir/umur
Jenis kelamin
Agama
Diagnosa medis
Identitas penanggung jawab
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang : serangan, kapan, cara, factor
predisposisi, factor presipitasi)
4. Riwayat Masa lalu
Kehamilan (Keberapa, prenatal, postnatal, aborsi,
kesehatan selama hamil, obat yang dikonsumsi)
Persalinan (lama persalinan, jenis persalinan, tempat,
obat)
Kelahiran (BBL/PBL, waktu penambahan BBL, kondisi
kesehatan, apgar score, kelainan konginetal, kapan keluar
ruang perawatan)
Alergi
Pertumbuhan dan perkembangan
Imunisasi
Kebiasaan khusus
5. Head to Toe
6. Pengkajian fungsional
7. Riwayat kesehatan keluarga
a. Pohon penyakit
b. Penyakit
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan produksi sekret.
2. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
3. Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
malaise, anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
menetapnya sekret, proses penyakit.
(Doenges, Marilyn. 2000)
K. FOKUS INTERVENSI
1. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi nafas. Beberapa derajat spasme bronkus
terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi nafas.
Kaji/pantau frekuensi
pernafasan.
Tachipnoe biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat
ditemukan selama / adanya proses
infeksi akut.
Dorong/bantu latihan nafas
abdomen atau bibir
Memberikan cara untuk mengatasi
dan mengontrol dispoe dan
menurunkan jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk Batuk dapat menetap tetapi tidak
efektif, khususnya pada lansia,
penyakit akut atau kelemahan
Tingkatkan masukan cairan
sampai 3000 ml/hari
Hidrasi membantu menurunkan
kekentalan sekret mempermudah
pengeluaran.
2. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam
batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Jelaskan pada keluarga tindakan
perawatan yang akan dilakukan.
Pengetahuan yang memadai
memungkinkan klien dan
keluarga kooperatif terhadap
tindakan keperawatan.
Anjurkan kepada keluarga dan
klien untuk minum lebih banyak.
Hidrasi cairan yang cukup
dapat menurunkan suhu tubuh.
Berikan kompres.
Penurunan panas dapat
dilakukan dengan cara
konduksi melalui kompres.
Kolaborasi
pemberian antipiretik.
Penurunan suhu dapat
dilakukan dengan tehnik
evaporasi.
Antipiretik mengandung
regimen yang bekerja pada
pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
3. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.
Tujuan : Perbaikan dalam pola nafas.
Intervensi Rasional
Ajarkan pasien pernafasan
diafragmatik dan pernafasan bibir
Membantu pasien
memperpanjang waktu
ekspirasi. Dengan teknik ini
pasien akan bernafas lebih
efisien dan efektif.
Berikan dorongan untuk
menyelingi aktivitas dan periode
istirahat
memungkinkan pasien untuk
melakukan aktivitas tanpa
distres berlebihan.
Berikan dorongan penggunaan
pelatihan otot-otot pernafsan jika
diharuskan
menguatkan dan
mengkondisikan otot-otot
pernafasan
4. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d malaise,
anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Intervensi Rasional
Kaji kebiasaan diet. Pasien distress pernafasan akut,
anoreksia karena dispnea,
produksi sputum.
Auskultasi bunyi usus Penurunan bising usus
menunjukkan penurunan
motilitas gaster.
Berikan perawatan oral Rasa tidak enak, bau adalah
pencegahan utama yang dapat
membuat mual dan muntah.
Timbang berat badan sesuai
indikasi.
Berguna menentukan
kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
Konsul ahli gizi Kebutuhan kalori yang
didasarkan pada kebutuhan
individu memberikan nutrisi
maksimal.
5. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
menetapnya sekret, proses penyakit.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko
Tinggi infeksi
Intervensi Rasional
Awasi suhu. Demam dapat terjadi karena
infeksi atau dehidrasi
Observasi warna, bau sputum Sekret berbau, kuning dan
kehijauan menunjukkan adanya
infeksi.
Tunjukkan dan bantu pasien
tentang pembuangan sputum.
mencegah penyebaran patogen
Diskusikan kebutuhan masukan
nutrisi adekuat
Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah
terhadap infeksi.
Berikan anti mikroba sesuai
indikasi
Dapat diberikan untuk
organisme khusus yang
teridentifikasi dengan kultur.
DAFTAR PUSTAKA
Junadi, Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985 .lmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong, Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.
Susan F. Wilson. June M. Thomson. 1990 “Respiratori Disorder” Klinical
Nursing Series. Mosby Year Book