Download - Laporan Kasus 2 GEA
Laporan kasus
GASTROENTERITIS AKUT
OLEH
Mizwar Zulmi
09101036
Pembimbing :
dr. Zaitul Wardana, SpPD-DTMH
KEPANITERAAN KLINIK SENIORBAGIANILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS
ABDURRABRSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PEKANBARU
2014
0
BAB I
PENDAHULUAN
Gastroenteteritis akut merupakan penyakit yang biasa terjadi pada anak-
anak dan orang dewasa dan dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab
dengan variasi penyakit dari yang ringan hingga berat. Gastroenteritis biasanya
disebabkan oleh karena infeksi, meskipun demikian diet makanan yang tidak
sesuai, terjadinya malabsorpsi makanan, dan berbagai macam gangguan pada
saluran cerna juga dapat menyebabkan keadaan tersebut. Penyakit gastroenteritis
ini biasanya merupakan penyakit yang sembuh dengan sendirinya (“self-limited”),
tetapi manajemen dan tatalaksana yang tidak baik dari infeksi akut tersebut dapat
menyebabkan keadaan yang berlarut-larut.1
Komplikasi yang paling sering terjadi akibat gatroenteritis adalah
kehilangan cairan dari tubuh atau yang disebut dengan dehidrasi.1 Cairan akan
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kemudian akan diabsorpsi
di dalam tubuh. Jika kemampuan untuk minum untuk mengkompensasi
kehilangan cairan akibat diare dan muntah terganggu maka dehidrasi akan terjadi.
Kematian yang terjadi akibat gastroenteritis pada anak-anak dan orang dewasa
terutama disebabkan karena kehilangan cairan dari tubuh dalam jumlah yang
besar.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastroenteritis akut adalah peradangan pada lambung dan usus yang ditandai
dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah dan seringkali
disertai peningkatan suhu tubuh. Gastoenteritis terdiri dari peradangan pada
lambung (gastritis) dan usus (enteritis).3
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa atau sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal. Gastritis merupakan
penyakit yang sering ditemukan dan merupakan respon mukosa terhadap berbagai
iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein, alcohol dan
aspirin merupakan pencetus yang lazim. Infeksi Helicobacter pylori lebih sering
dianggap penyebab gastritis akut. Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non
steroid (OAINS), sulfonamid, steroid juga diketahui menggangu sawar mukosa
lambung.4
Enteritis merupakan peradangan pada usus yang ditandai dengan gejala diare.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gram atau 200ml/24 jam. Defenisi lain buang air besar cair lebih dari 3 kali
sehari, buang air besar tersebut bisa/tanpa disertai oleh lendir ataupun darah.5
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidlines 2005, diare akut
didefenisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan diare kronis
adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.5
Diare infektif adalah bisa penyebabnya adalah infeksi. Sedangkan diare non
infektif adalah apabila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab diare. Dare
organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau
toksikologik. Diare fungsional adalah apabila tidak ditemukan penyebab organik.5
2
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 1995,diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian
pada lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut di negara
berkembang terjadi terutama pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun,
dimana dua pertiga diantaranya tinggal di daerah/lingkungan yang buruk,kumuh
dan padat.Dengan sistem pembuangan sampah yang tidak memenuhi
syarat,keterbatasan air bersih dalam jumlah maupun distribusinya,kurangnya
bahan sumber makanan disertai cara penyimpanan yang tidak memenuhi
syarat,tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan.4
Di Amerika Serikat, dengan perbaikan sanitasi dan tingkat pendidikan,
prevalensi diare karena infeksi berkurang. Data dariCenters for Disease Control
and prevetion (CDC) menunjukan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella,
Listeria, E.coli,dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas
kebersihan dan keamanan makanan. Sementara dibeberapa rumah sakit di
Indonesia data menunjukkan diare karena infeksi masih menduduki peringkat
pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat kerumah
sakit.4
2.3 Etiologi4,5
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar
10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, dan
sebagainya
Diare akut karenainfeksi dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri
Jenis bakteri penyebab yaitu: Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella
dysentriae, Vibrio cholera non 01, Vibrio parachemolyticus, Yersinia
entero colityca, klebsiella,pseudomonas, aeromonas
3
2. Parasit
Jenis protozoa penyebab yaitu: Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Trichomanes hominis, Isospora sp. Jenis cacing penyebab yaitu: A.
lumbricoides, trichuris trichiura, strongiloides stercoralis.
3. Virus
Jenis virus penyebab yaitu: rotavirus, adenovirus, norwalk virus
Pola mikro organisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan
umur, tempat, dan waktu. Dinegara maju, diare akut paling sering disebabkan oleh
norwalk virus, Helicobacteri jejuni, Salmonella sp, Clostridum difficle, sedangkan
penyebab paling sering dinegara berkembang adalah Enterotoxicgenic eshericia
coli, rotavirus dan V. cholerae.
2.4 Patofisiologis6
Sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cema setiap harinya,berasal dari
luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung,empedu dan
sebagainya). Sebagaian besar(75-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi
kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus
besar.sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar akan diresorbsi,sehingga
tersisa jumlah 150-250 ml caran yang akan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor faal yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu
sama lain,misalnya,cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanisme meningkatnya volume,sehingga motilitas
usus meningkat. Sebaliknya, bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus
sehingga waktu penyerapan elektrolit,air dan zat-zat lain terganggu.
2.5 Patogenesis4,7
Dua hal yang harus diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi
adalah faktor kausal(agent) dan faktor penjamu(host).Faktor penjamu adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut,terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan
interntraktus intestinalis seperti keasaman lambung,motilitas usus,imunitas dan
4
juga mencakup lingkungan mikroflora usus,sekresi mukosa,dan enzim
pencernaan.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi Shigella sp.terbukti dapat
menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi oleh V.cholera.Hipomotilitas usus pada infeksi usus dapat
memperpanjang waktu diaredan gejala penyakit,serta mengurangi absorbsi
elektrolit dan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi.Peran imunitas
dibuktikan dengan didapatkannya frekuensi pasien giardiasis pada mereka yang
kekurangan IgA,demikian pula diare yang terjadi pada penderita HIV/AIDS
karena gangguan imunitas.Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usus
dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali,akan terjadi sekresi antibodi.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya
lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa,kemampuan memproduksi
toksin yang mepengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat
membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri diklasifikasikan
menjadi:
1. Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare
sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri
non invasi misalnya V. cholera non 01, V. cholera 01 atau 0139,
Enterotoksigenik E. coli (ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereus,
Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi dan enterotoksin ini
mengakibatkan kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Adenin Dinukleotid
pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3′,5′-siklik
mono phospat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion
klorida kedalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation
natrium dan kalium.
Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na melalui mekanisme pompa
Na tidak terganggu, karena itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na+
5
dan K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi ion Na (diiringi oleh
H2O, K+, HCO3-, dan Cl-). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian
larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel usus. Glukosa
tersebut diserap bersama air, sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan
HCO3-. Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan
keluar secara deras dan banyak (voluminous). Keadaan ini disebut sebagai
diare sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).
ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin yaitu labile toxin (LT) dan
stable toxin (ST). LT bekerja secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi
hanya memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim adenilat siklase.
Dengan demikian jelas bahwa diare yang disebabkan E. coli lebih ringan
dibandingkan diare yang disebabkan V. cholerae.
Clostridium perfringens (tipe A) yang sering menyebabkan keracunan
makanan menghasilkan enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera
yang menyebabkan diare yang singkat dan dahsyat.
2. Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare
inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Salmonella spp., Shigella spp., C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia, C.
perfringens tipe C, Entamoeba histolytica, P. shigelloides, C. difficile,
Campylobacter spp. Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi, sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur dengan lendir dan darah. Walaupun demikian, infeksi oleh kuman-
kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pada
pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritrosit dan leukosit.
2.6 Manifestasi klinis4
Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal
oral langsung dari penderita diare atau melalui
makanan/minuman yang terkontaminasi bakteri patogen yang
berasal dari tinja manusia/hewan atau bahan muntahan
6
penderita. Penularan dapat juga berupa transmisi dari
manusia ke manusia melalui udara (droplet infection)
misalnya: rota virus, atau melalui aktivitas seksual kontak
oral-genital atau oral-anal.
Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik
(watery diarrhea) dengan gejala-gejala: mual, muntah,
dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan disertai
atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair.
Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam
setelah makan atau minuman yang terkontaminasi.
Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan
kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan
cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit turun, serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Kehilangan bikarbonas menyebabkan perbandingan
bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang menyebabkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi napas menjadi lebih cepat
dari biasa (pernapasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha
badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah
dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-
tanda denyut nadi yang cepat lebih dari 120x/mnt, tekanan
darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, ujung-ujung eksterimitas dingin, dan kadang
7
sianosis. Karena kehilangan kalium, pada diare akut juga
dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
sangat menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis
tubulus ginjal akut, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal
akut.
Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih
berat, akan terjadi kepincangan pada pembagian darah
dengan pemusatan darah yang lebih banyak dalam sirkulasi
paru-paru. Observasi ini penting sekali karena dapat
menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima
rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut
sebagai diare inflamasi dengan gejala mual, muntah dan
demam yang tinggi, disertai nyeri perut, tenesmus, diare
disertai darah dan lendir. Pada diare akut karena infeksi,
dugaan terhadap bakteri penyebab dapat diperkirakan
berdasarkan anamnesis makanan atau minuman dalam
beberapa jam atau hari terakhir, dan anamnesis atau
observasi bentuk diare (pada tabel 1).
Yersinia dapat menginvasi mukosa ileum terminalis dan
kolon bagian proksimal, dengan nyeri abdomen disertai nyeri
tekan di regio titik Mc.Burney dengan gejala seperti
apendisitis akut.
Diare akut karena infeksi dapat disertai gejala-gejala
sistemik lainnya seperti Reiter’s syndrome (arthritis, uretritis,
dan konjungtivitis) yang dapat disebabkan oleh Salmonella,
Campylobacter, Shigella, dan Yersinia. Shigella dapat
menyebabkan hemolytic-uremic syndrome. Diare akut dapat
juga sebagai gejala utama beberapa infeksi sistemik antara
8
lain hepatitis virus akut, listeriosis, legionellosis, dan toksik
renjatan sindrom.
Tabel 1. Epidemi Diare Akut
Sarana Bakteri Patogen
Air Vibrio cholerae, Norwalk agent,
Giardia, Cryptospordium (termasuk
makanan yang dicuci dengan air
tersebut).
Makanan
Unggas Salmonella, Campylobacter, dan
Shigella spp.
Sapi, juice buah
yg tidak
dipasteurisasi
Enterohemoragic escherichia coli
Babi Cacing pita (tape worm)
Sea food dan
kerang
V. cholerae non 01, V.
parahaemolyticus; vibrio spp,
Salmonella spp., Aeromonas spp,
Hepatitis A,B,C
Keju, susu Listeria spp.
Telur Salmonella spp.
Mayoinase +
makanan &
cream
Staphylococcus dan Clostridium
Nasi goreng Bacillus cereus
Berrie segar Cycklospora spp.
Sayuran atau
buah-buahan
kaleng
Clostridium spp.
Kecambah Enterohemorrhagic E. coli dan
Salmonella spp.
9
Lingkungan
Hewan ke
manusia
Salmonella, Campylobacter,
Cryptosporodium, Giardia spp.
Manusia ke
manusia
(termasuk
seksual kontak)
Semua bakteri enterik, virus, parasit
Rumah
sakit/antibiotik
C. difficile
Kolam renang Giardia dan Crytosporodium spp.
Wisatawan asing E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Giardia, Entamoeba
histolytica
2.7 Diagnosis4,8
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik
etiologi bila anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan
penunjang menyokongya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat
membantu diagnosis:
1. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
2. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang
dimakan/minum oleh penderita.
3. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang
mungkin oleh karena keracunan makanan atau
pencemaran sumber air.
4. Dimana tempat tinggal penderita.
5. Pola kehidupan seksual.
Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-
limited disease. Indikasi untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi, tampak darah pada
feses, panas > 38,5o C diare > 48 jam tanpa tanda-tanda
10
perbaikan, kejadian luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada
penderita berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun,
dan pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah.
Penentuan derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara
objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan
selama diare. Subjektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor
Maurice king, dan lain-lain.
Derajat dehidrasi berdasarkan defisit berat badan:
Dehidrasi ringan: defisit 2½ – 5 %
Dehidrasi sedang: defisit 5 – 10 %
Dehidrasi berat: defisit > 10 %
Derajat dehidrasi berdasarkan skor Maurice King:
Bagian tubuh
yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum Sehat
Gelisah,
cengeng,
apatis,
mengantuk
Mengigau,
koma, atau
syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata NormalSedikit
cekung
Sangat
cekung
Ubun-ubun besar NormalSedikit
cekung
Sangat
cekung
Mulut Normal KeringKering dan
sianosis
Denyut
nadi/menitKuat > 120
Sedang (120 -
140)> 140
Skor 0 – 2 : dehidrasi ringan
Skor 3 – 6 : dehidrasi sedang
Skor >7 : dehidrasi berat
11
2.8Penatalaksanaan1,5
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang
dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
2. Memberikan terapi simptomatik
3. Memberikan terapi definitive
2.8.1. Rehidrasi sebagai prioritas utama
pengobatan1,4,5
Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan
RL merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja. Apabila tidak
tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik.
Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml
pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat
diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang
ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat
diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan
berbagai akibatnya.
Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya
jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan memakai cara:
BJ Plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan:
BJ Plasma – 1.025 x BB (Kg) x 4 ml
0.001
Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:
12
− Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x kgBB
− Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x kgBB
− Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x kgBB
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang
diberikan penilaian/skor sebagai berikut:
Pemeriksaan Skor
Rasa haus/muntah 1
Suara serak 2
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor
atau koma
2
Tekanan darah sistolik 60-90
mmHg
1
Tekanan darah sistolik < 60
mmHg
2
Frekwensi Nadi > 120 x/menit 1
Frekwensi nafas > 30 x/menit 1
Turgor kulit menurun 1
Facies cholerica/wajah keriput 2
Ekstremitas dingin 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
Kebutuhan cairan = Skor x 10% x BB (kg) x 1 liter
15
Jalan masuk atau cara pemberian cairan. Pemberian cairan
pada orang dewasa dapat melalui oral dan intravena. Untuk
pemberian per oral diberikan larutan oralit yang komposisinya
berkisar antara 20 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr Na bikarbonat
dan 1,5 gr KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara
13
komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan
mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak
ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan
menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda,
dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1
cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Cairan per
oral juga digunakan untuk mempertahankan hidrasi setelah
rehidrasi inisial.
Jadwal pemberian cairan. Untuk jadwal rehidrasi inisial
yang dihitung dengan rumus BJ plasma atau sistem skor
Daldiyono diberikan dalam waktu 2 jam. Tujuannya jelas agar
tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadwal pemberian
cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3, didasarkan kepada
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial
sebelumnya, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
2.8.2. Memberikan terapi simptomatik1,4,5
I. Obat anti diare:
a. Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai
tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat
sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga
enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit
sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara
normal. Di Indonesia saat ini tersedia di bawah nama
Hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti
diare.
b. Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat,
loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin
sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x
14
sehari, loperamid 2 – 4 mg atau 3 – 4 x sehari dan lomotil 5
mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara
yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekuensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak
dianjurkan.
c. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat,
pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius
atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa
usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang
dapat merangsang sekresi elektrolit.
d. Zat hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari
Plantago oveta, Psyllium, Karaya(Strerculia), Ispraghulla,
Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan
cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi
dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-
10 cc atau 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan
dalam bentuk kapsul atau tablet.
II. Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila
mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk
nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
15
keberhasilan mengurangi atau menghilangkan diare harus
diberikan dalam jumlah yang adekuat.
2.8.3. Memberikan terapi definitif1,4,5
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan
pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh
kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik diindikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien immunocompromised. Terapi kausal dapat diberikan pada
infeksi:
V. kolera El Tor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari
atau kortimoksazol dosis awal 2 x 3 tab, kemudian 2 x 2
tab selama 6 hari atau kloramfenikol 4 x 500 mg/hr
selama 7 hari atau golongan Fluoroquinolon.
ETEC: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau Kuinolon
selama 3 hari.
S. aureus: Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari
Salmonella Typhi: Obat pilihan Kloramfenikol 4 x 500
mg/hr selama 2 minggu atau Sefalosporin generasi 3 yang
diberikan secara IV selama 7-10 hari, atau Ciprofloksasin 2
x 500 mg selama 14 hari.
Salmonella non Typhi: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau
ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 –
7 hari.
Shigellosis: Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol 4 x 500
mg/hr selama 5 hari.
Helicobacter jejuni (C. jejuni): Eritromisin, dewasa: 3 x 500
mg atau 4 x 250 mg, anak: 30-50 mg/kgBB/hr dalam dosis
16
terbagi selama 5-7 hari atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr
selama 5-7 hari.
Amoebiasis: 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau Tinidazol
dosis tunggal 2 g/hr selama 3 hari.
Giardiasis: Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu
atau Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari.
Balantidiasis: Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari
Virus: simptomatik dan suportif.
2.9 Komplikasi1,5
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan
komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak.
Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara
mendadak sehingga terjadi syok hipovolemik yang cepat.
Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke
hipokalemia dan asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan
medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat
diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal
yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat
juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi
yang disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS
menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-
14 hari setelah diare. Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi
EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan
antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu
setelah penyakit diare karena Campylobakter, Shigella,
Salmonella, atau Yersinia spp.
17
2.10 Prognosis5
Penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang
mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas
dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada
lanjut usia. Pada negara Amerika Serikat, mortalits berhubungan
dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi
EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan
sindrom uremik hemolitik.
2.11 Pencegahan5,6
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral,
penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi
yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar
dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran
manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan
ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan dan
air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk
membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk
memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan
tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang
diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa
menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau
sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air. Semua
buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air
yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum
dikonsumsi.
18
Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat
digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran.
Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk
susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah
EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang
tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah
jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare
infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat
terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V.
colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak
begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan.
Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya
lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 %
efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral
terbaru juga melindungi 70 %, hanya memerlukan 1 dosis dan
memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral
telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama
4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin
lainnya.
19
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny . A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 37 tahun
Alamat : Tenayan Raya, Pekanbaru
Tanggal Masuk RS : 4 April 2014
Tanggal Pemeriksaan : 5 April 2014
ANAMNESIS (Autoanamnesis dan alloanamnesis)
Keluhan Utama
Mencret dan muntah sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS pasien mengeluhkan mencret lebih dari 6 kali perhari. Satu
kali mencret lebih kurang seperlima gelas berisi cairan bercampur sedikit
20
ampas, lendir (+), tidak ada darah, tidak berbau menyengat,mencret seperti
cucian beras disangkal. Pasien juga mengeluhkan muntah sebanyak 4x
berisi cairan dan makanan, muntah didahului dengan mencret terlebih
dahulu, sekali muntah lebih kurang setengah gelas, tidak ada darah.
Kemudian pasien minum obat oralit dan norit tapi keluhannya sedikit
berkurang.
3 jam SMRS pasien mengeluhkan diarenya semakin sering > 10x,
diarenya berisi cairan yang bercampur sedikit ampas, lendir (+), tidak ada
darah, tidak berbau menyengat, mencret seperti cucian beras disangkal.
Pasien juga mengeluhkan muntah sebanyak 5x berisi cairan dan makanan,
muntah didahului dengan mencret terlebih dahulu yang disertai demam (+)
Pada awal keluhan mencret, pasien mengeluhkan demam, demam tidak
terlalu tinggi, terus menerus, menggigil (-), keringat dingin (-). BAK
lancar tidak ada keluhan. Pasien juga merasakan nyeri perut. Nyeri perut
terasa hilang timbul, di seluruh bagian perut, semakin berat saat ingin
buang air besar, nyeri saat makan dan setelah makan (-), Nafsu makan
menurun, pasien masih mau minum, badan terasa lemas, Pasien dibawa ke
berobat ke RS AA pekanbaru, di IGD pasien mendapat terapi rehidrasi
IVFD RL sebanyak 3 kolf, oralit 1 sachet, ciprofloxacin 500 mg tab,
Domperidon10 mg.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengeluhkan hal seperti ini sebelumnya
Riwayat gastritis (-)
Riwayat HT (-), DM (-)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama
HT (-), DM (-)
Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga
21
Pasien makan masakan sendiri seperti biasa, riwayat bepergian keluar
daerah tidak ada,
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 90/70 mmHg
Nadi : 110x/menit (teratur, isian cukup)
Nafas : 24x/menit
Suhu : 37,8°C
BB = 56 kg
Tinggi badan = 160 cm
BMI = 19.6
Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher
Kulit dan wajah : Wajah tidak pucat
Mata : Mata cekung (-)Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil bulat, isokor dengan diameter
3/3 mm, reflek cahaya (+/+), mata cekung (-)
Mulut : bibir kering (-),sianosis (-), lidah tidak kotor,
suara serak (-), gusi tidak ada perdarahan, faring
tidak hiperemis
Leher : KGB tidak membesar, JVP 5-2 cmH2O
Thorak
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan,
gerak nafas simetris, tidak ada bagian yang
tertinggal.
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
22
Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru,ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIK (sela interkosta) V, 1
jari medial linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
o Batas jantung kiri atas : SIK III garis parasternal
sinistra
o Batas jantung kiri bawah : SIK V linea midclavicularis
sinistra
o Batas jantung kanan atas : SIK III garis sternalis dextra
o Batas jantung kanan bawah : SIK V garis sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 24 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, turgor kulit dalam batas normal, nyeri
tekan disemua kuadran abdomen (+), hepar dan
lien tidak teraba
Ektremitas
akral hangat, capillary refilling time < 2 detik,washer womens hand
(-),edema tidak ada.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit : 11.800/ul (↑)
Hemoglobin : 11,8 gr/dl
Hematokrit : 43,4 %
Trombosit : 214.000/ul
23
Na+ : 136 mmol/L
K+ : 3,1 mmol/L
Cl- :108,5 mmol/L
RESUME
Ny . A 37 tahun mengeluhkan mencret dan muntah sejak 2 hari SMRS. lebih dari
6 kali perhari. 3 jam SMRS mengeluhkan diarenya semakin sering > 10x,
diarenya berisi cairan bercampur sedikit ampas, lendir (+), Pasien juga
mengeluhkan muntah sebanyak 5 kali berisi cairan dan makanan, muntah
didahului dengan mencret terlebih dahulu, sekali muntah lebih kurang setengah
gelas. Pada awal keluhan mencret, pasien mengeluhkan demam, demam tidak
terlalu tinggi, terus menerus. BAK lancar tidak ada keluhan. Pasien juga
merasakan nyeri perut. Nyeri perut terasa hilang timbul, di seluruh bagian perut,
semakin berat saat ingin buang air besar, nyeri saat makan dan setelah makan (-),
Nafsu makan menurun, pasien masih mau minum, badan terasa lemas.
Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan mata cekung, bibir kering (-), faring
hiperemis (-), lidah kotor (-), bising usus 24x/menit dan nyeri tekan pada seluruh
abdomen (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan leukosit
(11800/ul).
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan kultur feses
DAFTAR MASALAH
1. Vomitus dan Diare
2. nyeri perut
3. Leukositosis dan febris
Berdasarkan dari anamnesis pasien mengeluhkan mencret sejak 2 hari
SMRS lebih dari 10 kali. Hal ini sesuai dengan kriteria gejala diare yaitu buang
air besar encer atau cair dan lebih dari 3 kali sehari. Sedangkan berdasarkan mula
dan lamanya, diare pada pasien ini termasuk akut karena onset gejalanya tiba-tiba
24
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami diare akut. Adapun diare kronis biasanya bersifat hilang timbul
(berulang) dan berlangsung lebih dari 14 hari.4
Keluhan diare pada pasien ini diduga disebabkan oleh infeksi, ditandai
dengan adanya demam dan peningkatan leukosit. Pada literatur disebutkan lebih
dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi. Pada pasien dengan infeksi bakteri
biasanya terdapat leukositosis, berbeda dengan diare karena virus yang biasanya
memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit normal.4,7
Muntah dan diare yang terjadi pada pasien ini disebabkan oleh toksin
bakteri pada saluran pencernaan pasien, bakteri masuk bersama makanan yang
dikonsumsi pasien, sehingga akan menimbulkan iritan pada gatrointestinal
sehingga terjadilah ransangan pada pusat muntah yaitu pada chemoreseptor trigger
zone (CTZ), sehingga memungkinkan mengeluarkan toksin dari lambung.
Adanya nyeri perut pada pasien diduga akibat peningkatan motilitas usus
dan organisme yang menempel pada epitel intestinal. Nyeri perut yang dirasakan
terutama saat mencret juga bisa mengarahkan kita pada suatu infeksi Shigella sp,
sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan feses/tinja untuk mengetahui patogen
penyebab diare.4,7 Namun pada kasus ini hal tersebut belum dilakukan.
Peningkatan kadar leukosit pada pasien ini disebabkan oleh suatu proses
infeksi. Pada pasien dengan infeksi biasanya didapatkan peningkatan leukosit,
berbeda dengan diare akibat virus yang biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit normal.
DIAGNOSIS KERJA
Gastroenteritis akut
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non farmakologis :
Bedrest total
Diet ML (makanan mudah dicerna)
Farmakologis:
25
IVFD RL 10 tpm / 24 jam
Oralit 1 sachet tiap kali mencret
Ciprofloxacin 2x500mg tab
Inj ranitidin 2x1g
Inj Ondansentron 1x1
Loperamid 2x4 mg
FOLLOW UP
(05/5/2014)
S : mencret (+), demam (-),muntah (-), nyeri perut sudah berkurang.
O : Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD: 90/70mmHg, Nadi: 100 kali/menit, Pernafasan: 22
kali/menit, Suhu: 36,50C
Mata : Mata cekung (-)
Abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 16 kali permenit,
Palpasi : Nyeri tekan (+)
A : Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi
P : IVFD RL 10 tpm/ 24 jam
Jika mencret, berikan oralit 1 sachet tiap kali mencret
Inj ranitidin 20 mg 2x1
Loperamid 1x4 mg
Observasi tanda dehidrasi
(06/5/2014)
S : mencret (-) muntah (-), nyeri perut (-)
O : Kesadaran : composmentis
26
Vital sign : TD: 100/70mmHg, Nadi: 96 kali/menit, Pernafasan: 18
kali/menit, Suhu: 36,5OC
Abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 12 kali permenit,
Palpasi : nyeri tekan (-)
A : gastroenteritis akut
P : IVFD RL 10 tpm/24jam
Ceftriakson injeksi 2x1gram
(07/5/2014)
S : mencret (-) muntah (-), nyeri perut (-)
O : Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD: 100/70mmHg, Nadi: 84 kali/menit, Pernafasan: 20
kali/menit, Suhu: 36,5OC
Abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 10 kali permenit,
Palpasi : nyeri tekan (-)
A : -
P : Pasien diperbolehkan pulang siangnya...
Jika mencret, berikan oralit 1 sachet tiap kali mencret
27
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis diare akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan buang
air besar cair lebih dari 3 kali sehari disertai dengan muntah 5 kali sejak 2 hari
SMRS, demam, nyeri pada perutnya dan badan terasa lemas.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pernafasan cepat dan dalam, penurunan
tekanan darah, peningkatan denyut nadi, dan nyeri abdomen pada seluruh
kuadran. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan kadar leukosit
Pasien mengeluhkan muntah dan diare semakin sering sejak 3 jam SMRS,
buang air besar lebih dari 10 kali sejak 2 hari SMRS dan demam. Muntah dan
diare yang terjadi pada pasien disebabkan oleh toksin bakteri pada saluran
pencernaan pasien, bakteri masuk bersama makanan yang dikonsumsi pasien,
muntah dan diare ini disebabkan oleh bakteri didukung peningkatan kadar leukosit
pada darah pasien dan didukung juga oleh peningkatan suhu tubuh pada pasien
ini. Infeksi bakteri menyebabkan peningkatan leukosit yang merupakan respon
imun tubuh dan respon demam yang merupakan respon kompensasi tubuh atas
masuknya antigen asing ke dalam tubuh. Diare dan muntah pada pasien ini tidak
terdapat darah dan lendir begitu juga pada muntahnya, bakteri penyebab diare tipe
sekretorik pada pasien ini tidak invasif terhadap saluran cerna.
Bakteri ini menghasilkan toksin sehingga merangsang usus halus sehingga
terjadi peningkatan aktifitas enzim adenil siklase. Sebagai akibat peningkatan
aktivitas enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP atau cGMP, yang
28
mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium, dan air dari dalam
sel ke lumen usus (sekresi cairan yang isotonis) serta menghambat absorpsi
natrium, klorida, dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik di dalam lumen usus (hiperosmoler). Kemudian
akan terjadi hiperperistaltik usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan di
dalam lumen usus tersebut, sehingga cairan dapat dialirkan dari lumen usus halus
ke lumen usus besar (kolon).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan pernafasan cepat dan dalam,
penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi serta nyeri pada seluruh
abdomen. Pernafasan cepat dan dalam (Kusmaul) terjadi karena pada pasien ini
terjadi sekresi bikarbonat melalul BAB dan muntah pasien, sehingga terjadi
peningkatan keasaman pada darah pasien, oleh karena itu dikompensasi oleh
pernafasan cepat dan dalam. Peningkatan denyut nadi merupakan kompensasi
tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Adanya nyeri perut pada
pasien diduga akibat peningkatan motilitas usus dan organisme yang menempel
pada epitel intestinal. Nyeri perut yang dirasakan terutama saat mencret juga bisa
mengarahkan kita pada suatu infeksi Shigella sp, sehingga dianjurkan untuk
pemeriksaan feses/tinja untuk mengetahui patogen penyebab diare.4,7 Namun pada
kasus ini hal tersebut belum dilakukan
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peningkatan kadar leukosit
Peningkatan kadar leukosit pada pasien ini disebabkan oleh suatu proses infeksi.
Pada pasien dengan infeksi biasanya didapatkan peningkatan leukosit, berbeda
dengan diare akibat virus yang biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit
normal.
Rencana pemeriksaan untuk pasien ini adalah kultur feses untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab diare, pemeriksaan kultur feses ini juga
bermanfaat untuk penentuan terapi yang cocok untuk pasien ini. selain itu juga
perlu dilakukan pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui keasaman darah
apakah berhubungan dengan pernafasan pasien yang cepat dan dalam.
Komplikasi utama pada diare akut adalah kehilangan cairan dan kelainan
elektrolit yang mendadak sehingga dapat menyebabkan dehidrasi, apabila tidak
ditangani dengan baik dapat mengakibatkan syok hipovolemik.1,5 Pada pasien ini
29
saat diperiksa tidak tampak adanya tanda-tanda dehidrasi. Hal ini dibuktikan dari
keadaan umum pasien tidak gelisah atau bahkan koma, turgor kulit masih normal,
mata tidak cekung, mulut tidak kering, dan denyut nadi masih dalam batas
normal. Sedangkan pada skor Daldiyono, didapatkan 2 karena ada rasa haus dan
muntah, dan tekanan darah sistolik 90 mmHg. Prinsip pengobatan diare pada
pasien ini ada 3 yaitu pertama, penanganan dehidrasi melalui rehidrasi oral
dengan oralit dan banyak minum, ataupun parenteral dengan infus cairan. Kedua
yaitu mengatasi penyebabnya dengan memberikan antibiotikciprofloksasin,
preparat kuinolon dipilih karena efektif terhadap bakteri patogen non-invasif dan
invasif termasuk Shigella spp. Ketiga terapi simtomatis gejala diarenya dengan
obat anti diare, preparat yang dapat digunakan adalah loperamid karena tidak
adiktif dan memiliki efek samping paling kecil.1,5
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 1, Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006. Hal. 410 –
415.
2. Ahlquist DA, Camilleri M. Diarrhea and constipation. In :Harrison's
Principles of Internal Medicine 16th Edition. Mc-Graw-Hill Professional.
2004.
3. Lung E. Acute Diarrheal Disease. In : Friedman SL. Current diagnosis and
treatment in Gastroenterology 2nd Ed. Mc Graw Hill & Lange. 2002.
4. Diare akut. Dalam : Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1,
Edisi ketiga. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2001. 500-4.
5. Kayser FH. Medical Microbiology. New York. 2005.
6. Fauci AS, et al. Harrison Manual of Medicine 17th Edition. Mc-Graw-Hill
Medical. 2009.
7. Fried M, Fox M. Diarrhea. In : Siegenthaler W. Differential Diagnosis in
Internal Medicine From Symptom to Diagnosis. Thieme. New York. 2007.
8. Gastroenteristis. Dapat diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit_subkategori/7/index.html.
9. Mansjoer, A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran edisi III.Jakarta: Media
Aesculapius.2001.
31
32