Transcript
Page 1: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR

“CIDERA KEPALA SEDANG”

DISUSUN OLEH TINGKAT II

KELOMPOK 4

ANNISA FEBRIANI PUTRI

DIANA ZULHIJAH

ELSA MAYORI

KEZZIA PUTRI WAZANE

MUTIAWATI

NIA NUTHAYATI

NOVI FEBRIANI

RAHMAT ALHAMDA

RAHMI DAFAT MAYENI

RINI SUNDARI

WITRI ANWAR

YULITA AYU PURNAMA SARI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Page 2: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji beserta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas limpahan rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan

baik.Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbingyang telah membantu dan mengarahkan dalam pembuatan makalah

ini serta kepada teman-teman, yang telah mendukung dan membantu dalam

penulisan makalah ini.

Makalah ini ditulis untuk melengkapi tugas mata kuliah Sistem Respirasi

Sesuai dengan petunjuk dalam silabus penulis membahas tentang “Cidera Kepala

Sedang”.

Mudah-mudahan dalam penyusunan makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan,

sehingga dapat mempermudah dan melancarkan proses pembelajaran.

Dalam proses pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak terdapat

kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis

mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dalam makalah ini. Terima kasih.

Bukittinggi, 19 November 2015

Penulis

Page 3: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................

1.2 TUJUAN PENULISAN........................................................................

1.3 METODE PENULISAN......................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SKENARIO..........................................................................................

2.2 CIDERA KEPALA SEDANG.............................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN CIDERA KEPALA SEDANG

3.1 PENGKAJIAN.....................................................................................

3.2 ANALISA DATA.................................................................................

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................

3.4 NURSING CARE PLANNING...........................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN.....................................................................................

4.2 SARAN.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

Page 4: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGCidera kepala mencakup trauma pada kulit kepala, tengkorak (karanium

dan tulang wajah), atau otak. Keparahan cidera berhubungan dengan tingkat

awal kerusakan awal otak dan patologi sekunder yang terkait. Cidera primer

terjadi bersamaan dengan dampak dari gaya akselarasi-deselarasi atau gaya

rotasi dan mencakup fraktur, gegar, kontusio, dan laseleras. Cidera sekunder

dapat dimulai pada saat trauma terjadi atau pada waktu setelahnya. Cidera

sekunder mencakup respons biokimia terhadap trauma serta penyakit sistemik

yang memperburuk cidera primer dan menyebabkan kerusakan SSP

tambahan. Cidera sekunder meliputi gangguan akson, hematoma, hipertensi

intracranial, infeksi SSP, hipotensi, hipotermia, hipoksemia, dan hiperkapnia

(Stillwell, 2011).

Di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas terus meningkat tiap

tahunnya. Sebagian besar korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara

sepeda motor. Kontribusi sepeda motor terhadap kecelakaan di indonesia

adalah 80,3%. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh faktor manusia, faktor

kendaraan dan foktor lingkungan yang saling berkaitan (Slamet, 2013)

Klasifikasi cidera kepala diantaranya yaitu Komosio Serebri (geger

otak). Geger otak berasal dari benturan kepala yang menghasilkan getaran

keras atau menggoyangkan otak, menyebabkan perubahan cepat pada fungsi

otak, termasuk kemungkinan kehilangan kesadaran >10 menit yang

disebabkan cidera pada kepala. Tanda-tanda geger otak yaitu hilang

kesadaran, sakit kepala berat, hilang ingatan (amnesia), mata berkunang-

kunang, pening, lemah, pandangan ganda. Kontusio serebri (memar otak),

memar otak lebih serius daripada geger otak, keduanya dapat diakibatkan

oleh pukulan atau benturan pada kepala. Memar otak menimbuklan memar

dan pembengkakan pada otak, dengan pembuluh darah dalam otak pecah dan

pendarahan pasien pingsan, pada keadaan berat dapat berlangsung berhari-

hari hingga berminggu-minggu (Anonim, 2013).

Page 5: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

Gejala yang dapat dijumpai adalah adanya suatu lucid interval (masa

sadar setelha pingsan sehingga kesadaran menurun lagi), tensi yang semakin

bertambah tinggi, nadi yang semakin bertambah tinggi atau bertambah

lambat, hemiparesis, dan terjadi anisokori pupil. Hematoma subrudal adalah

pendarahan yang terjadi diantara durameter dan arakhnoidea. Pendarahan

dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang

menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam

durameter atau karena robeknya arachnoid. Gejala yang dapat tampak adalah

penderita mengeuh tentang sakit kepala yang semakin bertambah keras, ada

gangguan psikis, kesadaran penderita semakin menurun, terdapat kelainan

neurologis seperti hemiparesis, epilepsy, dan edema pupil (Anonm, 2013).

Cidera Kepala Sedang (CKS) adalah, kehilagan kesadaran atau amnesia

dengan nilai GCS 9-12 retrograd lebih dari 30 menit tetapi kuarang dari 24

jam. Pasien dengan trauma kepala mempunyai resiko untuk terjadinya

kerusakan otak dan kematian. Resiko kematian kemungkinan meningkat

karena pasien jatuh kedalam koma yang lama (Anonim, 2013).

Nyeri kepala pada pasien dengan cidera kepala dapat mengakibatkan

nyeri kepala berat, berdenyut, muntah, photophobia dan phonophobia

(Rahayu, 2013).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal

skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan

atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Alimul, 2012).

Nyri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenagkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa yang tiba-

tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung <6 bulan (Nanda, 2010).

1.2 TUJUAN PENULISANMahasiswa mampu mengerti dan memahami:

1.2.1 Apa itu Cidera Kepala Sedang?

Page 6: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

1.2.2 Proses keperawatan pasien Cidera Kepala Sedang, meliputi:

a. Defenisi

b. Etilogi

c. Manifestasi klinis

d. Patofisiologi

e. Komplikasi

f. Pemeriksaan diagnostic

g. Pelaksanaan medis

h. Discharge planning

1.3 METODE PENULISANMetode penulisan yang digunakan adalah: Studi Kepustakaan, yaitu

dengan mempelajari berbagai sumber berupa buku-buku yang membahas

tentang penyakit Cidera Kepala Sedang sesuai dengan judul makalah ini dan

juga mencari beberapa sumber di internet.

Page 7: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 SKENARIOTn.Y mengalami kecelakaan lalu lintas, Tn.Y sedang mengendarai

motor dengan kecepatan sedang bertabrakan dengan pengendara motor yang

lain, saksi mengatakan pada saat bertabrakan helm yang digunakan Tn.Y

lepas dan kepala mengenai aspal. Pada waktu kejadian Tn.Y tidak sadar.

Perkiraan waktu dari tempat kejadian sampai rumah sakit ± 30 menit. Tiba di

IGD jam 07:12, diukur nilai GCS 8 (E2, M4, V2). Pada jam 07:35 dilakukan

pengukuran GCS lai dengan nilai GCS 13 (E3, M5, V5). Tn.Y mengalami

luka pada dahi kiri sepanjang 7 cm, kompresi pada os cranium region frontal

sinistra (terlihat LCS), fraktur mandibula, pendarahan hidung dan mulut, luka

bibir atas dan bawah, 2 gigi seri tanggal, cruces sinistra mengalami VE dan

VL. Tekanan darah 160/110 mmHg.

2.1.1 Kata Kunci Skenario

a. GCS

b. LCS

c. Kompresi

d. Os cranium region frontal sinistra

e. Fraktur mandibular

f. Cruces sinistra

g. VE dan VL

2.1.2 Pertanyaan

a. Jelaskan definisi dari Cidera Kepala Sedang!

b. Jelaskan etiologi dari Cidera Kepala Sedang!

c. Jelaskan patofisiologi dari Cidera Kepala Sedang!

d. Jelaskan manifestasi klinis dari Cidera Kepala Sedang!

e. Bagaimana penatalaksanaan medik pada penderita Cidera

Kepala Sedang?

f. Sebutkan pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang

dari kasus Cidera Kepala Sedang!

Page 8: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

g. Komplikasi apa saja yang dapat timbul dari Cidera Kepala

Sedang?

h. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari kasus di atas

(pengkajian, perencanaan, intervensi, dan diagnosa)!

2.2 CIDERA KEPALA SEDANG2.2.1 Konsep Dasar Medis pada Pasien Cidera Kepala

1. Defenisi Cidera Kepala

Menurut Brunner dan Suddarth (2001), cedera kepala

adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak.

Sedangkan menurut Doengoes (1999), cedera kepala adalah

cedera kepala terbuka dan tertutup yang terjadi karena: fraktur

tengkorak, kombusio gegar serebri, kontusio memar, laserasi dan

pendarahan serebral subrakhnoid, subdural, epidural,

intraserebral, batang otak.

Menurut Pierce dan Neil (2006), cedera kepala merupakan

proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap

kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak.

Dan menurut Brain Injury Assosiation of America (2009),

cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat

kongenital ataupun degenerative, tetapi diseabkan oleh serangan

atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mnegubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan

kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa

cedera kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan

otak yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung

pada kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan

kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematian.

Page 9: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

2. Jenis-Jenis Cidera Kepala

Menurut Brunner dan Suddarth (2001), cedera kepala

terbagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Cedera Kepala Terbuka

Luka kepala terbuka akibat cidera kepala dengan

pecahnya tengkorak atau luka penetrasi, besarnya cedera

kepala pada tipe ini ditentukan oleh massa dan bentuk

dari benturan, keruskan otak juga dapat terjadi jika

tulang tengkorak menusuk dan masuk kedalam jaringn

otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak

akibat benda tajam/tembakan, cedera kepala terbuka

memungkinkan kuman pathogen memiliki abses

langsung ke otak.

b. Cedera Kepala Tertutup

Benturan kranial pada jaringan otak di dalam

tengkorak ialah goncangan yang mendadak. Dampaknya

mirip dengan sesuatu yang bergerak cepat, kemudian

serentak berhenti dan bila ada cairan akan tumpah.

Cedera kepala tertutup meliputi: kombusio geger otak,

kontusio memar, dan laseransi.

Menurut Rosjidi (2007), trauma kepala diklasifikasikan

menjadi derajat bardasarkan nilai dari Glasgow Coma Scale

(GCS) yaitu:

a. Ringan

GCS: 13-15

Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia

tetapi <30 menit

Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur

cerebral, hematoma

b. Sedang

GCS: 9-12

Page 10: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit

tetapi kurang dari 24 jam

Dapat mengalami fraktur tengkorak

c. Berat

GCS: 3-8

Kehilangan kesadaran dna atau terjadi amnesia

lebih dari 24 jam

Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau

hematoma intracranial

Menurut Smehzer dan Bare (2001), cidera kepala di

klasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan cidera, dan

morfologi:

a. Mekanisme → trauma tumpul dan trauma tembus

b. Keparahan cidera

Cidera kepala ringan (GCS: 14-15)

Cidera kepala sedang (GCS: 9-13)

Cidera kepala berat (GCS: 3-8)

c. Morfologi

Fraktur tengkorak → terjadi dalam berbagai bentuk

yaitu fraktur linier, fraktur basiler

Lesi intra cranial

Commotion cerebri (geger otak) → Disfungsi

neurologis sementara dan dapat pulih atau tanpa

hilangnya kesadaran, tanpa disertai kerusakan

jaringan otak.

Contusion cerebri → menggambarkan area otak

yang mengalami memar atau laserasi.

Hematoma epidural → suatu akumulasi darah pada

ruang antara tulang tengkorak bagian dalam dan

lapisan meninges paling luar (durameter).

Page 11: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

Hematoma subepidural → akumulasi darah

dibawah lapisan meninges durameter dan diatas

lapisan arachoid yang menutup otak. Pasien yang

akut menunjukkan gejala dalam 24-28 jam setelah

cidera.

Hematoma intra cranial → penggumpalan darah 25

ml atau lebih di dala parenkim otak

3. Etiologi Cidera Kepala

a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau

sepeda dan mobil.

b. Kecelakaan pada saat olahraga, anak dengan

ketergantungan.

c. Cedera akibat kekerasan.

d. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah

dimana dapat merobek otak.

e. Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya

lebih berat sifatnya.

f. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah

dimana dapat merobek otak, misalnya tertemba peluru atau

benda tajam.

(Rosjidi, 2007)

a. Cidera percepatan (akselerasi) terjadi jika benda yang

sedang bergerak membentur kepala yang dalam seperti

trauma pukulan benda tumpul

b. Cidera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala

membentur objek yang secara relative tidak bergerak

(Hudak & Gallo, 1997)

4. Patofisiologi

Cedera memang peranan yang sangat besar dalam

menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu

Page 12: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

kepala. Cedera percepatan aselerasi terjadi jika benda yang

sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma

akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda

tumpul. Cedera perlambatan deselerasi adalah bila kepala

membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan

mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara

bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak

langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara

kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan

pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma

regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.

Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam

cedera otak, yaitu cedera otak primer dan cedera otak sekunder.

Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau

bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu

fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen.

Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi

stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami proses

penyembuhan yang optimal. Cedera primer, yang terjadi pada

waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak,

laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi karena

terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa

mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam

tubuh. Sedangkan cedera otak sekunder merupakan hasil dari

proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera

primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat,

cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi

serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Cidera kepala

terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra kranial

akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala

selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh darah.

Karena perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat

Page 13: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

menyebabkan hipoksia, hiperemi peningkatan volume darah pada

area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi

arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan

akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK), adapun,

hipotensi (Soetomo, 2002).

Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan

menyebabkan robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera kepala

intra kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan

kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan

syaraf kranial tertama motorik yang mengakibatkan terjadinya

gangguan dalam mobilitas (Brain, 2009).

5. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya

dan distribusi cedera otak.

a. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)

Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus

menetap setelah cedera.

Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur,

perasaan cemas.

Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara,

masalah tingkah laku

Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa

hari, beberapa minggu atau lebih lama setelah

konkusio cedera otak akibat trauma ringan.

b. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)

Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai

dengan kebinggungan atau bahkan koma.

Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil,

perubahan TTV, gangguan penglihatan dan

pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit

kepala, vertigo dan gangguan pergerakan.

Page 14: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

c. Cedera kepala berat, Diane C (2002)

Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat

sebelum dan sesudah terjadinya penurunan

kesehatan.

Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak

aktual, adanya cedera terbuka, fraktur tengkorak

dan penurunan neurologik.

Nyeri, menetap atau setempat, biasanya

menunjukan fraktur.

Fraktur pada kubah kranial menyebabkan

pembengkakan pada area tersebut.

6. Komplikasi

Kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan

hematoma intrakranial edema serebral progresif dan herniasi otak,

komplikasi dari cedera kepala adalah:

a. Edema pulmonal

Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema

paru, etiologi mungkin berasal dari gangguan neurologis

atau akibat sindrom distress pernafasan dewasa. Edema

paru terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang

berusaha mempertahankan tekanan perfusi dalam

keadaan konstan. Saat tekanan intrakranial meningkat

tekanan darah sistematik meningkat untuk memcoba

mempertahankan aliran darah keotak, bila keadaan

semakin kritis, denyut nadi menurun bradikardi dan

bahkan frekuensi respirasi berkurang, tekanan darah

semakin meningkat. Hipotensi akan memburuk keadan,

harus dipertahankan tekanan perfusi paling sedikit 70

mmHg, yang membutuhkan tekanan sistol 100-110

mmHg, pada penderita kepala. Peningkatan

vasokonstriksi tubuh secara umum menyebabkan lebih

Page 15: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

banyak darah dialirkan ke paru, perubahan permiabilitas

pembulu darah paru berperan pada proses berpindahnya

cairan ke alveolus. Kerusakan difusi oksigen akan

karbondioksida dari darah akan menimbulkan

peningkatan TIK lebih lanjut.

b. Peningkatan TIK

Tekana intrakranial dinilai berbahaya jika

peningkatan hingga 15 mmHg, dan herniasi dapat terjadi

pada tekanan diatas 25 mmHg. Tekanan darah yang

mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi

rerebral. Yang merupakan komplikasi serius dengan

akibat herniasi dengan gagal pernafasan dan gagal

jantung serta kematian.

c. Kejang

Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak

akut selama fase akut. Perawat harus membuat persiapan

terhadap kemungkinan kejang dengan menyediakan

spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral

disamping tempat tidur klien, juga peralatan penghisap.

Selama kejang, perawat harus memfokuskan pada upaya

mempertahankan jalan nafas paten dan mencegah cedera

lanjut. Salah satu tindakan medis untuk mengatasi kejang

adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat yang

paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan

secara intavena. Hati-hati terhadap efek pada system

pernafasan, pantau selama pemberian diazepam,

frekuensi dan irama pernafasan.

d. Kebocoran cairan serebrospinalis

Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus

frontal atau dari fraktur tengkorak basilar bagian

petrosus dari tulangan temporal akan merobek meninges,

sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh

Page 16: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

dibersihkan, diirigasi atau dihisap, cukup diberi bantalan

steril di bawah hidung atau telinga. Instruksikan klien

untuk tidak memanipulasi hidung atau telinga.

e. Infeksi

(Rosjidi, 2007)

7. Penatalaksanaan

a. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema

serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.

b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk

mengurangi vasodilatasi.

c. Pemberian analgetik.

d. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu;

manitol 20%, glukosa 40% atau gliserol.

e. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin)

atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.

f. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin,

aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3

hari kemudian diberikan makanan lunak.

g. Pembedahan

(Smelzer, 2001)

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Scan CT (tanpa/denga kontras)

Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik,

menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.

b. MRI → sama dengan scan CT dengan atau tanpa kontras.

c. Angiografi serebral

Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti

pengeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan,

trauma

Page 17: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

d. EEG

Untuk memperlihatkan keberadaan atau

berkembangnya gelombang patologis.

e. Sinar X

Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang

(fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena

perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.

f. BAER (Brain Auditory Evoked Respons)

Menentukan fungsi korteks dan batang otak.

g. PET (Positron Emission Tomography)

Menunjukan perubahan aktifitas metabolisme pada

otak.

h. Fungsi lumbal, CSS

Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan

subarachnoid.

i. GDA (Gas Darah Artery)

Mengetahui adanya masalah ventilasi atau

oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.

j. Kimia /elektrolit darah

Mengetahui ketidak seimbangan yang berperan

dalam peningkatan TIK/perubahan mental.

k. Pemeriksaan toksikologi

Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab

terhadap penurunan kesadaran.

l. Kadar antikonvulsan darah

Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi

yang cukup fektif untuk mengatasi kejang.

(Doenges, 1999)

Page 18: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CIDERA

KEPALA SEDANG

3.1 PENGKAJIAN3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Tn.Y

Usia : 19 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Jam masuk : 07.12

Jam pengkajian : 07.35

Dx. Medis : Cidera Kepala Sedang (CKS)

3.1.2 Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Umum

A (Airway) : ada pendarahan hidung

B (Breathing) : tidak sesak nafas, terpasang O2 3 liter/menit

C (Circulation) : TD 160/110 mmHg

D (Disability) : pasien dalam keadan sadar

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala Ada luka di dahi kiri sepanjang 7 cm, kompresi pasa os

cranium region frontal, fraktur mandibular

Mata Hamatom pada palpebral iri, konjungtiva tidak anemis,

sclera tidak ikterik

Hidung Ada pendarahan, teraba krepitasi

Mulut Ada pendarahan, muntah darah, luka bibir atas dan

bawah, 2 gigi seri tanggal

Telinga Tidak ada pendarahan, simetris

Leher Tidak ada jejas, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Paru Inspeksi: tidak ada hematom, luka ataupun jejas

Palpasi: tidak ada benjolan

Perkusi: sonor

Auskultasi: vesikuler

Page 19: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

Jantung Inspeksi: tidak tampak ictus cordis

Palpasi: terapa ictus cordis pada intercostal ke-5 sinistra

mid clavikula

Perkusi: redup

Auskultasi: S1 dan S2 reguler

Abdomen Inspeksi: tidak ada hematom, luka jejas, asites

Palpasi: tidak ada nyeri tekan

Perkusi: tympani

Auskultasi: terdengar peristaltic usus

Genitalia Terpasang DC. Warna urin kuning, jumlah ±50 CC

Ekstremitas Cruces sinistra mengalami VE dan VL, terpasang IV line

di ekstremitas atas kiri

Integument Turgor kulit elastis

3.2 ANALISA DATANo DATA ETIOLOGI MASALAH1 DO: pasien

mengeluhkan sesak nafas

DS: pasien terlihat sulit bernafas

Hipoksia jaringan↓

Kerusakan pertukaran gas↓

Pernafasan dangkal

Pola nafas tidak efektif

2 DS: pasien terlihat terluka di bagian kepala

Trauma pada jaringan lunak↓

Rusaknya jaringan kepala↓

Luka terbuka

Rsiko tinggi terhadap infeksi

3 DO: pasien mengeluhkan nyeri kepala, pusing

DS: pasien terlihat kesakitan

Benturan kepala↓

Trauma kepala↓

Cedera jaringan↓

Hematoma↓

Tekanan intracranial ↗↓

Aliran darah ke otak ↘

Perubahan perfusi jaringan cerebral

4 DO: pasien mengeluhkan susah melakukan aktifitas sehari hari

Kerusakan hemifiser motoric↓

Penurunan kekuatan tahanan otot

Gangguan mobilitas fisik

Page 20: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

DS: pasien terlihat sulit beraktifitas

5 DO: pasien mnegeluhkan tidak merasakan apa-apa

DS: pasien terlihat tidak peka terhadap ransangan

Diakibatkan oleh penurunan kesadaran yang dialami pasi

Gangguan persepsi sensori

6 DO: pasien mengeluhkan yeri dibagian kepala

DS: pasien terlihat kesakitan, pasien terlihat gelisah

Robekan dan distruksi↓

Jaringan sekitar tertekan

Gangguan nyaman nyeri

7 DS: pasien terlihat sulit berbicara

Penurunan kesadaran↓

Kekacauan pola bahasa

Gangguan komunikasi verbal

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATANa. Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler,

kerusakan medula oblongata neuromaskuler.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d jaringan trauma, kerusakan kulit

kepala.

c. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral dan peningkatan

tekanan intracranial.

d. Gangguan mobilitas fisik b/d perubahan persepsi sensori dan kognitif,

penurunan kekuatan dan kelemahan.

e. Gangguan persepsi sensori b/d penurunan kesadaran, peningkatan

tekanan intra kranial.

f. Gangguan nyaman nyeri b/d cedera psikis, alat traksi.

g. Gangguan komunikasi verbal b/d cedera otak dan penurunan

keseadaran.

Page 21: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

3.4 NURSING CARE PLANNINGNo DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI1 Gangguan pola nafas

berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler, kerusakan medula oblongata neuromaskuler.

Tujuan:Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola nafas efektif (ventilasi adekuat dan kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan)

Status VS dalam batas normal Suara nafas bersih Tidak ada dypsnea

Buka jalan nafas, posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Kaji adanya tanda-tanda distress pernafasan (dyspnea, nafas cuping hidung, retraksi dada)

Auskultasi suara nafas, catat adanya nafas tambahan Hitung irama, frekuensi, dan kedalaman pernafasan Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Kolaborasi pemberian O2

2 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kerusakan kulit kepala.

Tujuan:Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi

Suhu tubuh dalam batas normal

AL dalam batas normal

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien Kaji keadaan luka, cetat adanya kemerahan, bengkak, pus Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic Lakukan perawatan pada selang infus dan kateter Anjurkan pasien untuk meningkatkan system imun tubuh

dengan nutrisi dan hidrasi yang adekuat Pantau aliran infus Kolaborasi pemberian antibiotic Pantau hasil pemeriksaan lab, catat adanya leukositosis Ukur vital sign, catat adanya penigkatan suhu

3 Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intracranial

Tujuan:Setelah dilalukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

Pasien melaporkan tidak ada pusing atau sakit kepala

Tidak terjadi peningkatan teaknan intracranial

Peningkatan kesadaran GCS ≥ 13

Pantau status neurologis secara teratur, catat adanya nyeri kepala, pusing

Berikan posisi supine kepada pasien Pantau vital sign Pantau input dan output cairan, perhatikan urin output,

membrane mukosa dan turgor kulit Kolaborasi pemberian O2

Pertahankan pemberian cairan per IV

Page 22: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

diharapkan perfusi jaringan serebral kembali normal

4 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan persepsi sensori dan kognitif, penurunan kekuatan dan kelemahan.

Tujuan:Pasien dapat melakukan mobilitas fisik setelah mendapat perawatan dengan benar

ADL mandii atau dibantu dengan alat (skala 0-1)

Pergerakan sendi aktif Fungsi otot normal

Kaji derajat ketergantungan pasien dengan menggunakan skala ketergantungan 0-4

Kaji keterbatasan pergerakan sendi Monitor lokasi timbulnya nyeri/ketidaknyamanan selama

latihan gerak Ukur vital sign sebelum dan sesudah latihan Lakukan latihan ROM secara bertahap

5 Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran, peningkatan tekanan intra kranial.

Tujuan:Fungsi persepsi sensori kembali normal setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam

Mampu mengenali orang dan lingkungan sekitar

Mengakui adanya perubahan dalam kemampuannya

Kaji kesadaran sensori dengan sentuhan, panas/ dingin, benda tajam/tumpul dan kesadaran terhadap gerakan

Evaluasi secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan, sensori dan proses piker

Bicara dengan suara yang lembut dan pelan, gunakan kalimat pendek dan sederhana

Pertahankan kontak mata Berikan lingkungan terstruktur rapi, nyaman dan buat jadwal

untuk klien jika mungkin dan tinjau kembali6 Gangguan rasa nyeri berhubungan

dengan cedera psikis, alat traksi

Tujuan:Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 2x24 jam rasa nyeri dapat berkurang/ hilang dengan sempurna

Skala nyeri berkurang 3-1 Pasien mengatakan nyeri

mulai berkurang, ekspresi wajah pasien rileks

Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya

Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya adanya infeksi, trauma servikal

Berikan tindakan kenyamanan, misal pedoman imajinasi, visualisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas hiburan, kompres

Kolaborasi denganpemberian obat anti nyeri, sesuai indikasi misal, dentren (dantrium) analgesik; antiansietas missal diazepam (valium)

7 Gangguan komunikasi verbal Mengidentifikasi pemahaman Kaji derajat disfungsi

Page 23: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

berhubungan dengan cedera otak dan penurunan keseadaran.

Tujuan:Kerusakan komunikasi verbal tidak terjadi

tentang masalahkomunikasi dan klien dapat

menunjukankomunikasi dengan baik

Mintalah pasien untuk mengikuti perintah Anjurkan keluarga untuk berkomunikasi dengan pasien

Page 24: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULANCidera kepala mencakup traumapada kulit kepala, tengkorang (cranium

dan tulang wajah), atau otak. Keparaha cidera berhubungan dengan tingkat

keparahan awal otak dan patologi sekunder yang terkait. Cidera primer terjadi

bersaman dengan dampak dari gaya akselerasi-deselarasi atau gaya rotasi dan

mencakup fraktur, gegar, kontusio dan laselaras. Cidera sekunder dapat

dimulai pada saat trauma terjadi atau pada waktu setelahnya. Cidera sekunder

mencakup reaksi biokimia terhadap trauma serta penyakit sistemik yang

memperburuk cidera primer dan menyebabkan kerusakan SSP tambahan.

Page 25: Cidera Kepala Sedang Menuju Fix

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. (2003). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius : Jakarta

Wilkinson, J. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Tarwoto, et. al. (2007). Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta : Sagung Seto

Smeltzer, Suzanna C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner

dan Suddart., Edisi 8. Jakarta: EGC


Top Related