Download - 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 1/27
1
PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA
Disusun Sebagai Tugas Semester
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B
Dosen Pengampu: Ir. Nusyirwan Radjab, M.M.
Oleh:
Home Group 2
Agnes Lazuardi 1406621052
Chintya Veronika Hatcellya 1406621071
Lisa Irsanty Zulkarnain 1406620661
Monica Renata Goldi Rumawas 1406620674
Rahska Ag Zubir 1406619956
Reno Abdul Karim Koestoer 1406621411
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B – 7 Paralel
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 2/27
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada kami sehingga kami mampu
mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas akhir
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B.
Penurunan tanah di kota-kota besar seperti di wilayah DKI Jakarta menjadi isu
yang hangat diperbincangkan beberapa tahun belakangan ini. Meskipun
mekanisme alam dapat menyebabkan penurunan tanah namun perilaku
manusialah yang menjadi faktor utama terjadinya fenomena penurunan tanah
tersebut sehingga pada akhirnya hal tersebut akan menimbulkan efek negatif baik
bagi lingukungan maupun manusia.
Oleh karena itu, untuk mengatasi penurunan tanah itu perlu adanya perubahan
perilaku manusia sehingga pola hidup yang tercipta dapat mendukung restorasi
tanah. Selain itu, aplikasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan sains
juga perlu diimplementasikan untuk membantu baik warga DKI Jakarta maupun
warga yang mengalami fenomena penurunan tanah ini sehingga fase selanjutnya
dapat dihambat dan dampak negatif dapat dikurangi demi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam mengerjakan makalah ini, kami ingin berterima kasih kepada dosen
kami, Ir. Nusyirwan Radjab, M.M, yang telah berperan sebagai pembimbing dan
fasilitator dalam setiap diskusi kami. Tanpa bimbingan beliau, kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun makalah ini. Namun,
sebagai manusia kami juga menyadari bahwa kami penuh dengan keterbatasan.
Makalah yang telah kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenaitu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terhadap makalah
kami. Segala masukan akan kami terima dengan hati terbuka sehingga kami
senantiasa dapat memperbaiki kinerja kami dalam karya-karya kami selanjutnya.
Depok, 24 Mei 2015
Penulis
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 3/27
3
PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA
Oleh: Home Group 2
ABSTRAK
Fenomena penurunan muka tanah (land subsidence) hampir terjadi di seluruh
dunia, termasuk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan
Semarang. Penurunan tanah di Jakarta diduga disebabkan oleh ekstraksi air tanah
yang berlebihan serta diakibatkan pula oleh beban (loading ) bangunan, kompaksi
alamiah dan juga proses tektonik. Secara umum banyak metode untuk memantau
penurunan muka tanah seperti: GPS (Global Positioning System), InSAR
( Interferometry Syntetic Aperture Radar ), metode sipat datar, dan gayaberat
( gravity). Penurunan muka tanah memberikan dampak negatif secara langsung di
sekitar wilayah terdampak, seperti menyebabkan banjir dan rob (tidal flooding ) didaerah pantai (coastal zone), kerusakan pada gedung-gedung dan rumah-rumah,
serta infrastruktur seperti jembatan dan jalan, bahkan dapat menyebabkan
meledaknya pipa gas. Penurunan muka tanah juga mempunyai implikasi terhadap
kehidupan sosial seperti berkurangnya kualitas hidup dan lingkungan (kondisi
sanitasi dan kesehatan) di wilayah terdampak. Penurunan muka tanah juga
merupakan salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi
yang cukup besar. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa gerakan terintegrasi dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan muka
tanah itu sendiri.
Kata kunci: akibat, air tanah, ekstraksi, kerugian, penyebab, penurunan,
permukaan tanah, sebab, solusi.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 4/27
4
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2
ABSTRAK ........................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 6
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 7
BAB II ISI ........................................................................................................... 8
2.1.
Pengertian Penurunan Permukaan Tanah Menurut Para Ahli ........... 8
2.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penurunan Permukaan Tanah ... 8
2.2.1. Faktor Alami ......................................................................... 8
2.2.2. Faktor Manusia ...................................................................... 10
2.2.2.1.Pengambilan Air Tanah yang Berlebihan ................. 10
2.2.2.2.Kegiatan Pertambangan ............................................ 11
2.2.2.3.Pendirian Bangunan .................................................. 12
2.2.3.
Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Menurut
Armi Susandi ......................................................................... 13
2.3. Akibat dan Dampak yang Ditimbulkan dari Penurunan Permukaan
Tanah ................................................................................................. 14
2.3.1. Banjir dan Rob ...................................................................... 14
2.3.2. Kerusakan Infrastruktur ......................................................... 15
2.3.3. Kerugian Ekonomi ................................................................ 15
2.4.
Teknik Pemantauan Penurunan Permukaan Tanah ........................... 152.4.1
Menggunakan Metode GPS ................................................... 16
2.4.2 Menggunakan Metode Sipat Datar ........................................ 17
2.4.2.1. Jenis Peralatan Sipat Datar ....................................... 17
2.5
Data dan Analisis Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta ...... 18
2.5.1 Fakta Penelitian Penurunan Muka Tanah di DKI Jakarta ..... 19
2.5.1.1. Fakta Penelitian Hasanudin Z. Abidin ...................... 19
2.5.1.2. Fakta Penelitian Ramdhan dan Hutasoit ................... 20
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 5/27
5
2.6 Solusi dan Upaya untuk Mengatasi Masalah Penurunan Permukaan
Tanah ................................................................................................. 20
2.6.1
Peraturan Pemerintah ............................................................. 20
2.6.1.2. Mengatasi Masalah Kependudukan .......................... 22
2.6.1.3. Solusi Lain dari Pemerintah ..................................... 23
2.6.2
Perilaku Masyarakat .............................................................. 23
2.7. Kendala yang Dihadapi dalam Mengatasi Masalah Penurunan
Permukaan Tanah .............................................................................. 24
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 25
3.1 Kesimpulan .......................... ............................................................ 25
3.2 Saran .................................................................................................. 26
REFERENSI ....................................................................................................... 26
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 6/27
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penurunan tanah atau biasa yang disebut dengan land subsidence merupakan
suatu fenomena alam yang banyak terjadi di kota – kota besar yang berlokasi di
sekitar pantai atau dataran aluvial, seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
Proses atau gerakan turunnya permukaan tanah telah banyak terjadi di berbagai
wilayah di dunia terutama dikota-kota besar yang berlokasi dikawasan pantai atau
dataran aluvial (endapan lepas yang bergerak ke tempat lain atau tidak berada di
sekitar batuan induk dimana berukuran butiran berupa pasir dan lempung).
Penurunan tanah berhubungan dengan fenomena – fenomena alam dan
lingkungan yang dibangun manuasia seperti terjadinya banjir, intrusi air laut,
perubahan aliran sungai, dan penataan konstruksi bangunan yang notabene
bersifat destruktif.
Subsidence adalah gerakan permukaan (biasanya, permukaan bumi) karena
bergeser ke bawah relatif terhadap datum seperti permukaan laut. Kebalikan dari
penurunan yang mengangkat, yang menghasilkan peningkatan elevasi. Penurunantanah menjadi perhatian ahli geologi, insinyur geoteknik dan surveyor.
Subsidence sering menyebabkan masalah besar, di mana pembubaran kapur
oleh aliran cairan di bawah permukaan menyebabkan penciptaan void . Jika atap
kekosongan ini menjadi terlalu lemah, maka atap tersebut dapat runtuh dan batu
atasnya dan bumi akan jatuh ke dalam ruang, menyebabkan penurunan di
permukaan.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang pengertian, proses,
faktor-faktor penyebab, dampak, dan akibat dari penurunan permukaan tanah yang
terjadi di DKI Jakarta ini. Selain itu, akan diulas pula beberapa teknik pemantauan
dan solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi dampak negatif dari
penurunan permukaan tanah yang ada di DKI Jakarta tersebut. Penulis berharap
agar pembaca lebih memahami faktor-faktor pemicu penurunan permukaan tanah
di DKI Jakarta, sehingga para pembaca mempunyai kesadaran diri untuk turut
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 7/27
7
berperan serta dalam mencegah penurunan permukaan tanah dan menjaga baik
DKI Jakarta maupun bumi di mana tempat kita tinggal.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari penurunan permukaan tanah?
2.
Apa faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan permukaan tanah?
3. Apa dampak dan akibat yang ditimbulkan dari terjadinya penurunan
permukaan tanah?
4. Apa saja teknik pemantauan yang dapat digunakan untuk memantau dan
mengetahui mengenai penurunan permukaan tanah?
5.
Apa solusi dan upaya yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah
penurunan permukaan tanah?
6. Apa kendala yang dihadapai dalam mengatasi masalah penurunan permukana
tanah?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari penurunan permukaan tanah
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan permukaan
tanah
3. Untuk mengetahui dampak dan akibat yang ditimbulkan dari terjadinya
penurunan permukaan tanah
4. Untuk mengetahui teknik pemantauan yang dapat digunakan untuk memantau
dan mengetahui mengenai penurunan permukaan tanah
5. Untuk mengetahui solusi dan upaya yang dapat diberikan untuk mengatasi
masalah penurunan permukaan tanah6.
Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasi masalah
penurunan permukaan tanah
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 8/27
8
BAB II
ISI
2.1. PENGERTIAN PENURUNAN PERMUKAAN TANAH MENURUT
PARA AHLI
Menurut Marfai (2006), penurunan permukaan tanah atau land subsidence
merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas
suatu datum tertentu (kerangka referensi geodesi) di mana terdapat berbagai
macam variabel penyebabnya. Menurut penelitian Hasanudin Z Abidin, Ketua
Kelompok Keilmuan Geodesi ITB, penurunan permukaan tanah atau subsiden di
Jakarta telah terpantau sejak tahun 1982.
Secara umum informasi tentang karakteristik dan pola land subsidence
(penurunan tanah) di wilayah Jakarta akan sangat bermanfaat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan yang berkelanjutan di
wilayah Jakarta. Karena data dan informasi tentang penurunan muka tanah akan
sangat bermanfaat bagi aspek- aspek pembangunan seperti untuk perencanaan
tata ruang (di atas maupun di bawah permukaan tanah), perencanaan
pembangunan sarana/prasarana, pelestarian lingkungan, pengendalian dan pengambilan airtanah, pengendalian intrusi air laut, serta perlindungan masyarakat
(linmas) dari dampak penurunan tanah (seperti terjadinya banjir); maka sudah
sewajarnya bahwa informasi tentang karakteristik penurunan tanah ini perlu
diketahui dengan sebaik-baiknya dan kalau bisa sedini mungkin. Dengan kata
lain, fenomena penurunan permukaan tanah perlu dipelajari dan dipantau secara
berkesinambungan.
2.2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN
PERMUKAAN TANAH
2.2.1. Faktor Alami
Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang
luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal
ini biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah,
biasanya terjadi didaerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989).
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 9/27
9
Berbagai penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan
menjadi:
1.
Siklus geologi.
Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses –
proses yang terlihat dalam siklus geologi adalah: pelapukan
(denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi
(crustal movement ). Adapun keterkaitannya yaitu pelapukan bisa
disebabkan oleh air seperti pelapukan batuan karena erosi baik secara
mekanis maupun kimia, oleh perubahan temperature yang
mengakibatkan terurainya permukaan batuan, oleh angin terutama di
daerah yang kering dan gersang karena pengaruh glacial dan oleh
gelombang yang biasanya terjadi di daerah pantai (abrasi).
2. Sedimentasi daerah cekungan ( sedimentary basin).
Biasanya daerah cekungan terdapat di daerah – daerah tektonik
lempeng terutama di dekat perbatasan lempeng. Sedimen yang
terkumpul di cekungan semakin lama semakin banyak dan
menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian
proses kompaksi sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan
pada permukaan tanah. Sebagian besar penurunan muka tanah akibat
faktor ini adalah:
a. Adanya gaya berat dari beban yang ditimbulkan oleh endapan dan
juga ditambah dengan air menyebabkan kelenturan pada lapisan
kerak bumi.
b. Aktivitas internal yang menyebabkan naiknya temperature kerak
bumi dan kemudian mengembang menyebabkan kenaikan pada permukaan pada permukaan tanah. Setelah itu proses erosi dan
pendinginan kembali menyebabkan penurunan muka tanah.
c. Karakteristik deformasi dari lapisan tanah yang berkaitan dengan
tekanan – tekanan yang ada
3. Adanya rongga di bawah permukaan tanah sehingga atap rongga runtuh
dan hasil runtuhan atap rongga membentuk lubang yang disebut sink hole.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 10/27
10
4. Adanya aktifitas vulkanik dan tektonik. Konsolidasi alamiah lapisan
tanah.
5. Gaya-gaya tektonik.
Karena adanya gaya teknonis yang menyebabkan getaran dan
pergerakan lapisan kulit bumi/tanah yang juga dapat menyebabkan
terjadinya penurunan muka tanah. Menurut Haartman yang dimaksud
dengan tenaga tektonisme adalah dislokasi yang terjadi pada batuan di
dalam bumi. Dislokasi adalah perubahan posisi atau letak dari komplek
batuan, baik yang mengakibatkan putusnya hubungan antar batuan atau
tidak. Umumnya bentuk hasil kerja dari tektonisme adalah berupa
lipatan dan patahan. Tektonisme terbagi dua hal, yaitu gerak
Epirogenesa dan gerak Orogenesa.
Epirogenesa adalah pergeseran kulit bumi yang berlangsung dalam
waktu yang lama, gerakannya lambat, dan meliputi daerah yang luas.
Epirogenesa positif adalah gerakan yang ditimbulkan menuju ke
dalam bumi atau penurunan. Penyebabnya adalah tambahan beban,
misalnya adanya sedimen yang sangat tebal dan sebagainya, sehingga
lautan seakan-akan naik.
6. Ekstraksi gas dan minyak bumi.
7. Ekstraksi lumpur.
8. Patahan kerak bumi.
9. Konstraksi panas bumi di lapisan litosfer.
2.2.2. Faktor Manusia
Penurunan tanah paling sering disebabkan oleh aktivitas manusia, berikut
adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan penurunan tanah:2.2.2.1. Pengambilan Air Tanah yang Berlebihan
Bagi kebanyakan masyarakat terutama di kawasan industri air tanah
merupakan pilihan yang paling disukai sebagai sumber kebutuhan air. Hal
ini berkaitan dengan kenyataan bahwa pada musim kemarau jumlah air
permukaan (sungai, danau, dan waduk) menyusut drastis dan sering diikuti
dengan menurunnya kualitas air sampai pada tingkat layak dikonsumsi.
Berbeda dengan gerakan air permukaan, gerakan air tanah jauh lebih
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 11/27
11
lambat dari pada air permukaan sehingga air tanah yang dapat
dimanfaatkan masih tersedia dalam jumlah cukup besar, bahkan selama
musim kemarau berlangsung.
Pengambilan air tanah secara berlebihan mengakibatkan penurunan
tanah karena pemakaian sumur dalam. Dengan meningkatnya kebutuhan,
baik untuk keperluan industri, pertanian, kebutuhan rumah tangga,
perhotelan, perkantoran, pengambilan air tanah mengalami peningkatan
dari tahun ketahun. Konsekuensi yang dirasakan dalam bentuk penurunan
tinggi permukaan air tanah yang pada gilirannya dapat menyebabkan
terjadinya penurunan tanah (land subsidence).
2.2.2.2. Kegiatan Pertambangan
Kegiatan penambangan dapat menimbulkan penurunan tanah seperti
penambangan bahan galian baik padat seperti: batu bara, dan cair ataupun
gas seperti: gas alam dan minyak bumi. Beberapa jenis penambangan dan
khususnya metode yang sengaja menyebabkan kekosongan diekstraksi
akan menghasilkan penurunan permukaan.
Pertambangan akan menyebabkan subsidence diinduksi relatif
diprediksi dalam, manifestasi besarnya dan luasnya. Pertambangan akibat
penurunan hampir selalu sangat lokal ke permukaan di atas area
ditambang, ditambah margin sekitar luar. Besarnya vertikal penurunan itu
sendiri biasanya tidak menyebabkan masalah, kecuali dalam kasus
drainase (termasuk drainase alami) - melainkan adalah tekan permukaan
terkait dan strain tarik, kelengkungan, miring dan perpindahan horisontal
yang merupakan penyebab kerusakan terburuk untuk lingkungan alam,
bangunan dan infrastruktur.Dimana kegiatan pertambangan direncanakan, pertambangan akibat
penurunan dapat berhasil dikelola jika ada kerjasama dari semua
stakeholder . Hal ini dicapai melalui kombinasi dari perencanaan tambang
yang cermat, mengambil langkah-langkah pencegahan, dan melaksanakan
perbaikan pasca-tambang.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 12/27
12
2.2.2.3. Pendirian Bangunan
Tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah
dapat menjadi pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari
bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan. Penambahan
bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan di
bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan
adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara
dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan
tanah yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya
menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah.
Pendirian bangunan dapat mengakibatkan penurunan tanah. Terutama
di kota-kota besar. Bangunan – bangunan, gedung – gedung perkantoran
pencakar langit yang terletak di kota – kota besar dapat menimbulkan
penurunan tanah. Contohnya kota Jakarta dibangun di atas sedimen yang
terdiri dari lempung terkonsolidasi, lumpur, gambut, dan pasir sangat
rentan terhadap penurunan. Daerah seperti yang umum di daerah delta,
dimana sungai mengalir ke lautan, di sepanjang dataran banjir yang
berdekatan dengan sungai, dan di tanah rawa pesisir. Dalam pengaturan
tersebut, subsidence adalah proses alami sedimen disimpan oleh sungai
dan lautan terkubur, dan berat yang melapisi, baru disimpan sedimen,
compacts sedimen dan mereda materi.
Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban
berat diatasnya seperti struktur bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah
dibawahnya mengalami kompaksi/konsolidasi. Penurunan muka tanah inisering juga disebut dengan settlement . Berat bangunan akan menyebabkan
tekanan pada tanah dasar yang menyebar dan semakin kebawah semakin
kecil. Secara umum penurunan tanah akibat pembebanan dapat dibagi ke
dalam tiga jenis, yaitu:
a) Penurunan seketika (penurunan elastis)
Terjadi pada saat beban diberikan dan diterima oleh air pori,
sehingga timbul tegangan air pori pada tanah berpermeabilitas rendah:
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 13/27
13
untuk sementara tidak ada air pori yang yang terdisipasikan (tanah
dalam kondisi undrained), tanah akan terdeformasi tanpa mengalami
perubahan volume, sehingga deformasi vertikal (penurunan) akan
diikuti pengembangan ke arah lateral.
b) Penurunan konsolidasi (primer)
Terjadi bersamaan dengan terdispersinya air pori, akibat penurunan
yang terjadi disertai dengan perubahan volume; tegangan air pori
diteruskan ke partikel tanah menjadi tegangan efektit tanah; kecepatan
terjadinya konsolidasi tergantung kecepatan keluarnya air pori yang
merupakan fungsi permeabilitas tanah dan batas-batas drainase.
c) Penurunan sekunder dan penurunan jangka panjang
Terjadi setelah seluruh tegangan air pori terdisipasi dan tegangan
efektif tanah konstan; deformasi ini terjadi akibat efek rangkak
(drained creep).
2.2.3. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Menurut Armi
Susandi, Dosen dan Peneliti Program Studi Meteorologi ITB
1. Struktur tanah
Tanah yang bersifat aluvial yang terbentuk dari akumulasi endapan
tanah dari dataran tinggi yang terbawa oleh aliran sungai membentuk
struktur tanah aluvial.
Tanah aluvial tergolong tanah yang kurang stabil untuk menopang
beban-beban berat seperti jalan raya untuk jalur muatan kendaraan berat
dan gedung-gedung bertingkat.
2. Proses alami
a.
Intrusi air laut mengakibatkan pelapukan tanah b.
Temperatur tinggi menyebabkan tanah meremah menjadi butiran
halus
c. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah lapuk melumer
menjadi kehilangan daya untuk menahan beban.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 14/27
14
3. Pengambilan air tanah yang intensif
a. Pemukiman
Meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan peningkatan
pemukiman di satu wilayah. Kebutuhan akan air bersih pun ikut
meningkat.
b. Industri
Eksploitasi air untuk industri mengganggu kestabilan air tanah.
Pengambilan air tanah dalam jumlah besar tanpa diiringi dengan
penyerapan tanah menyebabkan konsentrasi air tanah berkurang
sehingga menciptakan rongga-rongga.
4. Beban-beban seperti gedung-gedung bertingkat dan jalan raya
sebagai jalur muatan kendaraan berat menambah ketidakstabilan tanah.
2.3. AKIBAT DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI
PENURUNAN PERMUKAAN TANAH
Penurunan permukaan tanah di Jakarta membawa beberapa dampak negatif,
yaitu:
2.3.1.
Banjir dan Rob
Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah di Jakarta adalah
banjir. Banjir yang terjadi di Jakarta kian tahun kian meningkat. Banjir yang
terjadi pada tahun 2007 lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia
dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Banjir
pada tahun tersebut mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta
terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik
lokasi banjir. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karenaterseret arus, tersengat listrik, atau sakit.
Selain banjir yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi, banjir rob juga
sering terjadi di Jakarta. Banjir rob merupakan banjir yang secara umum
disebabkan oleh naiknya permukaan air laut akibat air pasang. Di Jakarta,
terutama Jakarta Utara, banjir rob selain karena air pasang, penurunan
permukaan tanah dan efek pemanasan global (menyebabkan permukaan air
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 15/27
15
laut naik) juga turut memperparah keadaan. Tercatat terdapat 27 titik di
Jakarta Utara yang menjadi titik rawan terjadinya banjir rob.
2.3.2. Kerusakan Infrastruktur
Penurunan tanah di Jakarta pertama kali diketahui oleh ilmuan yaitu pada
tahun 1978, saat keretakan muncul di jembatan sarinah, di jalan M.H Thamrin.
Setelah diteliti, keretakan tersebut terjadi ternyata akibat penurunan
permukaan tanah.
Selain itu, pada 16 September 2010, jembatan di jalan R.E. Martadinata,
Jakarta Utara ambles. Hal ini setelah diteliti, diakibatkan oleh penurunan
permukaan tanah Jakarta.
Lalu kerusakan infrastruktur yang selanjutnya adalah perubahan elevasi
dan kemiringan sungai, kanal, dan saluran air, kerusakan jembatan, jalan,
kereta api, badai saluran, selokan sanitasi, saluran, dan tanggul, kerusakan
bangunan swasta dan publik, kegagalan casing baik dari kekuatan yang
dihasilkan oleh pemadatan halus bahan dalam sistem akuifer.
2.3.3. Kerugian Ekonomi
Kerusakan infrastruktur serta banjir yang melanda Jakarta juga turut
mempengaruhi aspek perekonomian. Dari banjir Jakarta pada tahun 2007,
kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah,
diperkirakan 4,3 triliun rupiah.
2.4. TEKNIK PEMANTAUAN PENURUNAN PERMUKAAN TANAH
Studi karakteristik penurunan muka tanah diperlukan dalam penentuan pola
dan laju penurunan muka tanah. Hal ini diperlukan untuk penataan dan
perencanaan wilayah dimana membutuhkan stabilitas wilayah dalam penempatanlokasi pembangunan dan pusat aktivitas pembangunan. Untuk itu diperlukan suatu
sistem pemantauan dan pengukuran penurunan muka tanah baik secara spasial
maupun non-spasial secara berkala untuk mendapatkan pengetahuan suatu
wilayah secara vertikal secara baik.
Pengetahuan suatu wilayah secara vertikal sangat dibutuhkan untuk
menunjang pembangunan infrastruktur seperti: pembangunan gedung-gedung,
pembangunan pelabuhan, pembangunan pemukiman serta pemanfaatan ruang
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 16/27
16
dibawah permukaan tanah. Pemantauan titik-titik kontrol vertikal (tinggi) secara
periodik pada lokasi-lokasi yang ditentukan akan menghasilkan nilai turunnya
permukaan tanah sebagai akibat pengaruh deformasi vertikal pada permukaan
tanah yang direpresentasikan melalui perubahan tinggi titik-titik kontrol vertikal.
Pada prinsipnya, penurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipantau dengan
menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g.
pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan
piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan
metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar
(leveling ), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan
InSAR ( Interferometric Synthetic Aperture Radar ).
2.4.1. Teknik Pemantauan Penurunan Permukaan Tanah dengan
Menggunakan Global Positioning System
GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan
pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System (Abidin, 2000;
Hofmann-Wellenhof et al., 1997). Prinsip studi penurunah tanah dengan
metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di
beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik untuk ditentukan koordinatnya
secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS. Dengan mempelajari
pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei
yang satu ke survei berikutnya, maka karakteristik penurunan tanah akan dapat
dihitung dan dipelajari lebih lanjut.
GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi (dua
komponen horisontal dan satu komponen vertikal). Jadi disamping
memberikan informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS jugasekaligus memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah
horisontal.
GPS memberikan nilai vektor pergerakan dan penurunan tanah dalam
suatu sistem koordinat referensi yang tunggal. Dengan itu maka GPS dapat
digunakan untuk memantau pergerakan suatu wilayah secara regional secara
efektif dan efisien.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 17/27
17
GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi
sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial
maupun temporal. Dengan tingkat presisi yang tinggi dan konsisten ini maka
diharapkan besarnya pergerakan dan penurunan tanah yang kecil sekalipun
akan dapat terdeteksi dengan baik.
GPS dapat dimanfaatkan secara kontinyu tanpa tergantung waktu (siang
maupun malam), dalam segala kondisi cuaca. Dengan karakteristik semacam
ini maka pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan dan
penurunan muka tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel.
Pemantauan penurunan tanah di wilayah DKI Jakarta menggunakan
teknologi satelit GPS telah dilasanakan secara periodik sejak tahun 1997
sampai dengan akhir tahun 2005 oleh KK Geodesi bekerjasama dengan
BAKOSURTANAL dan Pemda DKI, dimana survei pengukurannya telah
dilakukan sebanyak 5 periode pengamatan. Dari hasil pengolahan data survey
GPS memang diperoleh informasi mengenai adanya penurunan tanah di
wilayah Jakarta, dimana daerah Jakarta utara merupakan wilayah yang cukup
signifikan terjadi penurunan tanah. Besarnya penurunan tanah diwilayah
Jakarta selama lima periode ini rata – rata berkisar antara beberapa centimeter
sampai beberapa belas centimeter, dan di daerah tertentu ada yang mencapai
beberapa puluh centimeter.
2.4.2. Teknik Pemantauan Penurunan Permukaan Tanah dengan Metode
Sipat Datar
Pengukuran menyipat datar mempunyai maksud untuk menentukan beda
tinggi antara titik-titik pada permukaan bumi. Sebagai acuan penentuan tinggi
titik-titik tersebut digunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi lokal.2.4.2.1. Jenis Peralatan Sipat Datar
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam
empat macam utama:
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar
dengan sumbu ke satu sebagai sumber putar.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 18/27
18
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan
ditempatkan pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat
diputar dengan sumbu ke satu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar
dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu
putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat
diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu
mekanis, tetapi nivo tidak diletakkan pada teropong, melainkan
ditempatkan di bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat diangkat
dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.
d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari
bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian
bawah dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo
ditempatkan di teropong.
2.5. DATA DAN ANALISIS PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI
JAKARTA
Salah satu penyebab turunnya tanah di Jakarta adalah eksploitasi air tanah
yang berlebih. Sejak awal abad ke-20, penduduk Jakarta memanfaatkan air tanah
untuk memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan air minum, maupun kebutuhan
industri pabrik. Namun seiring waktu, kebutuhan air meningkat, sehingga
pemanfaatan air tanah pun juga meningkat. Peningkatan pemanfaatan air tanah
menyebabkan turunnya tanah di Jakarta.
Peningkatan pemanfaatan air tanah di Jakarta terjadi karena beberapa faktor,
yaitu urbanisasi dan padatnya penduduk Jakarta, serta aktivitas industri.Populasi penduduk Jakarta pada tahun 2010 adalah 9.558.198 penduduk
(Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar
1,49% tiap tahunnya, maka diperkirakan populasi penduduk DKI Jakarta pada
tahun 2015 adalah sebesar 10.291.822 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar
15.500 jiwa/km2. Populasi penduduk yang 10,2 juta merupakan populasi
penduduk saat akhir minggu. Pada kenyataanya, populasi penduduk Jakarta saat
hari kerja berkisar antara 13-15 juta. Penduduk. 2,5 – 3,5 juta penduduk tersebut
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 19/27
19
berasal dari kota di sekitar Jakarta (Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, atau
bahkan Bandung) yang bekerja di Jakarta. Penduduk Jakarta yang besar ini
meningkatkan pengonsumsian air tanah. Untuk air minum saja, penduduk Jakarta
hanya menggunakan 30% air yang berada di permukaan, selebihnya pemenuhan
kebutuhan air diambil dari air tanah.
Selain itu, pertumbuhan penduduk Jakarta juga meningkatkan pertumbuhan
aktivitas industri di Jakarta. Aktivitas industri di Jakarta sangat bergantung
dengan air tanah, karena infrastruktur untuk mendapatkan air dari sumber lain
tidak terpenuhi. Berdasarkan data, hanya sekitar 3,5 juta meter kubik air bersih
dari sumber air permukaan yang digunakan untuk kebutuhan industri. Angka
tersebut hanya memenuhi 1% kebutuhan air industri. Jadi, selebihnya didapat dari
eksploitasi air tanah.
Peningkatan penggunaan air tanah oleh aktivitas manusia ini mengakibatkan
persediaan air tanah berkurang sehingga permukaan tanah turun. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa Jakarta kini sering tertimpa banjir.
2.5.1. Fakta Penelitian Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh sejumlah ahli dan pakar
menyatakan bahwa telah terjadi penurunan permukaan tanah di Jakarta.
Perkiraan rata-rata penurunan tanah untuk periode Desember 1997 sampai
dengan September 2005 adalah 1 – 10 cm/tahun dan mencapai 15 – 20
cm/tahun. Penurunan tanah rata rata terbesar terjadi di barat laut Jakarta. Dari
observasi periode 1982 – 1991, penurunan permukaan tanah tertinggi terjadi di
Cengkareng dan Jakarta Utara dengan 8,5 cm/tahun. Di periode 1997 – 1999,
penurunan tanah tertinggi terjadi di Daan Mogot, daerah barat laut Jakarta
dengan 31,9 cm/tahun.2.5.1.1. Fakta Penelitian Hasanudin Z. Abidin, Ketua Kelompok
Keilmuan Geodesi ITB
Pengukuran penurunan permukaan tanah menggunakan metode sipat
datar menunjukkan subsiden berkisar 20 sampai 200 cm dan terjadi dalam
kurun waktu tahun 1982 hingga tahun 1997.
Dalam kurun waktu tahun 1997 hingga tahun 2007, dengan
menggunakan metode survei global positioning system (GPS), penurunan
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 20/27
20
terus berlangsung. Di Jakarta Utara dan Jakarta Barat diketahui laju
penurunannya tergolong paling tinggi, yaitu 10-15 cm per tahun. Angka
tersebut menunjukan penurunan tanah di Jakarta masih terus berlangsung.
2.5.1.2. Fakta Penelitian Ramdhan dan Hutasoit Tahun 2007
Penurunan permukaan tanah di Jakarta dalam kurun waktu 1991-1997
lebih besar dibandingkan dengan tahun 1982-1991. Hal ini dipengaruhi
penurunan muka air tanah di akuifer menegah dan akuifer dalam.
Kontribusi pengambilan air tanah terhadap penurunan permukaan tanah
17,5 persen. Menurut peneltian yang dilakukan 15 tahun lalu, lapisan
tanah di Jakarta terdiri dari endapan kuarter setebal 200 hingga 300 meter.
2.6. SOLUSI DAN UPAYA UNTUK MENGATASI MASALAH
PENURUNAN PERMUKAAN TANAH
Masyarakat yang terutama menjadi bagian dari warga DKI Jakarta, tentunya
memiliki peran penting dalam terjadinya penurunan permukaan tanah di DKI
Jakarta. Pada awalnyapun mayoritas penyebab penurunan permukaan tanah
tersebut terjadi karena perilaku manusia yang tidak mencintai dan merawat
lingkungan ini sebagaimana mestinya. Oleh karena itu untuk mengatasinya, perlu
juga melakukan gerakan yang terintegrasi untuk mengubah pola pikir dan pola
hidup manusia agar dampak buruk dari penurunan permukaan tanah tersebut dapat
diminimalisasi baik dalam segi dampak maupun penyebarannya.
2.6.1 Solusi yang Dapat Dilakukan oleh Pihak Pemerintah
Dalam mengatasi penurunan permukaan tanah, pemerintah memiliki peran
yang besar. Peraturan – peraturan, hukum, undang-undang, dsb yang dimiliki
suatu daerah dapat berpengaruh untuk lingkungan tersebut.2.6.1.1. Peraturan Pemerintah
1. Pembatasan eksploitasi air tanah sesuai Perda No.10 tahun 1998.
Untuk bisa menghentikan ektrasksi (moratorium), pemerintah perlu
segera dan segera menyediakan air bersih perpipaan yang dapat
memenuhi hampir seluruh kebutuhan air bersih perkotaan di DKI
Jakarta ini. Ada beberapa langkah agar dapat menyediakan air
bersih yang cukup tanpa mengekstraksi air dalam tanah yaitu
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 21/27
21
dengan memanfaatkan 13 sungai yang melewati Jakarta, sayangnya
semua sungai itu dijadikan tempat pembuangan limbah oleh
masyarakat sekitar. Bersihkan sungai, lakukan penyuluhan pada
masyarakat sekitar akan pentingnya sungai di lingkungan mereka,
lalu akan tercipta sumber air yang minimal dapat digunakan untuk
keperluan mandi, dll. Namun jika pengelolaan sungai yang baik
dapat dibuat adanya air bersih yang pelayananya prima tingkat
kebocorannya rendah, kualitasnya benar-benar air minum,
harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Ini bisa
memecahkan banyak masalah, yang pertama bisa menjaga agar air
tanah tetap berada dalam tanah, lalu membuat sumber air yang
murah dan sehat bayangkan jika hal ini terealisasikan maka tidak
perlu lagi mengimpor air dari daerah luar Jakarta ini berarti
menghemat biaya produksi dan transportasi, lalu yang tak kalah
penting juga membuat kota Jakarta lebih indah dan sehat.
2. Pemberian pajak yang tinggi terhadap hotel atau bangunan lainnya
yang hanya menggunakan air tanah sebagai pemasok air bersihnya.
3.
Mewajibkan membuat sumur resapan air hujan sesuai SK
Gubernur Prov. DKI Jakarta No. 68 Tahun 2005 tanggal 8 Juni
2005
4. Memperketat pelaksanaan pembangunan di kawasan Kota
Administrasi jakarta Utara dengan menjaga kesesuaian rencana
arahan intensitas bangunan yang berlaku di Kota Administrasi
Jakarta Utara (Perda 6 Tahun 1999)
5.
Menambah area ruang terbuka hijau dengan pembelian lahan untukterbuka hijau, peremajaan kawasan, penetapan kewajiban
pengembang untuk mnyediakan ruang terbuka hijau, dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau privat secara optimal. Dengan
membangun daerah daerah resapan air, contohnya ruang terbuka
hijau. Sekali lagi hal ini tidak hanya berdampak pada kandungan
air tanah yang menjaga permukaan tanah Jakarta saja, tapi juga ini
sangat berguna untuk menjaga kualitas udara, kesehatan dan
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 22/27
22
tempat bermain untuk anak-anak. Lalu jika keterbatasan lahan, bisa
dibuat kebijakan bahwa setiap rumah minimal memiliki atau
menyisakan beberapa meter dari rumahnya agar dijadikan tempat
resapan air hujan atau sumur biopori. Buatlah lubang-lubang
biopori di taman atau di sekitar rumah. Lubang ini membantu
mempercepat proses penyerapan air ke dalam tanah, sehingga
dapat mengurangi jumlah air yang menguap bebas ke alam.
Walaupun sedikit tapi andaikan setiap rumah melakukannya maka
jika dikalkulasi akan berdampak sangat besar.
6. Pelestarian hutan mangrove di daerah Angke Kapuk dan Muara
Angke sebagai kawasan hutan lindung yang juga berfungsi sebagai
pencegah intrusi air laut. (Pasal 126 Raperda RTRW 2010-2030)
7. Pemanfaatan ruang kawasan perumahan vertikal untuk menjamin
pelestarian lingkungan hidup serta pembangunan rumah susun
sederhana yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau yang
berfungsi ekologis dan sosial (Pasal 137).
8. Pembatasan perkembangan area industri yang ada di Penjaringan,
Kelapa Gading dan Cilincing, mengembangkan area industri ke
Marunda, Cilincing. (Pasal 146)
2.6.1.2. Solusi yang Dilakukan Pemerintah Mengatasi Masalah
Kependudukan
Hal lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah mengalokasikan
sumber daya manusia yang sudah terlalu padat di DKI Jakarta dengan
melakukan pengendalian kepadatan penduduk, di antaranya:
1.
Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untukmembatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan
massal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
2. Penetapan Undang Undang untuk membatasi batas umur
perkawinan. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi
jumlah angka kelahiran yang tinggi.
3. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. Dengan
semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 23/27
23
tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara
sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
Pendidikan juga mempunyai fungsi laten untuk menunda usia
perkawinan.
4. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi.
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki
kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju
pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
2.6.1.3. Solusi Lain yang Dapat Dilakukan Oleh Pemerintah
1. Penggunaan yang maksimal terhadap air kiriman dari wilayah
dataran tinggi, seperti Bogor dan daerah sekitarnya.
2. Merubah air laut menjadi air tawar. Hal ini sudah di lakukan di
negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab.
2.6.2 Perilaku Masyarakat
Perilaku warga DKI Jakarta dan kesadaran dari dalam diri sendiri
merupakan faktor utama dalam mengatasi penurunan permukaan tanah di DKI
Jakarta. Peraturan, pengetahuan, maupun fasilitas yang ada tidak akan
bermanfaat tanpa kesadaran dari dalam diri tiap warganya. Melakukan
penghematan akan penggunaan air tanah, misalnya bisa memakai air yang
sudah dipakai untuk menyiram kloset seperti di Jepang, jika mungkin
mandilah dengan menggunakan shower karena meminimalisasi penggunaan
air. Lalu gunakanlah kloset yang mengunakan dua sistem pembilasan air,
setiap sistem pembilasan bekerja sesuai dengan volume air yang dikeluarkan,
bila kloset hanya digunakan untuk buang air kecil, gunakan pembilasandengan volume kecil yang tentunya lebih hemat konsumsi air, gunakan air
bekas cucian sayuran dan buah untuk menyiram tanaman. Selain hemat, air
bekas cucian sayur, buah dan daging ternyata bisa menyuburkan tanaman.dan
banyak hal lain yang dapat dilakukan guna menghemat air tanah yang dipakai.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 24/27
24
2.7. KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MENGATASI PENURUNAN
PERMUKAAN TANAH
Meskipun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah membuat dan menerapkan
Undang-Undang dan Perda untuk mengatasi masalah penurunan permukaan
tanah, ada beberapa kendala dalam pelaksanannya. Beberapa kendala yang
dihadapi dalma mengatasi penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta adalah:
1. Tidak sesuainya pembuatan sumur resapan pada daerah Jakarta Utara
karena tingginya muka air tanah.
2. Keterbatasannya penyediaan air bersih sehingga menyebabkan masyarakat
cenderung untuk melakukan penyedotan air tanah.
3.
Masih ada masyarakat yang mengeksploitasi air tanah secara ilegal baik
untuk kebutuhan pribadi maupun industri.
4. Masih adanya peruntukan RTH yang dimanfaatkan untuk kegiatan non
RTH secara ilegal.
5.
Ketersedian lahan yang semakin menipis ditambah dengan menigkatnya
aktivitas ekonomi di Jakarta Utara yang menyebabkan harga tanah
semakin tinggi.
6.
Masih terdapatnya mis-informasi dan mis-persepsi mengenai ruang
terbuaka hijau yang mengakibatkan partisipasi masyarakat tidak optimal.
7. Rendahnya pengendalian kewajiban penyediaan fasilitas sosial dan
fasilitas umum untuk ruang terbuka hijau.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 25/27
25
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penurunan permukaan tanah mengakibatkan retak-retak pada bangunan-
bangunan rumah, dan seringnya terjadi banjir yang disebabkan oleh rob, di mana
akibat dari penurunan tersebut air laut tidak dapat kembali lagi ke laut. Penurunan
tanah terjadi diakibatkan oleh sifat tanah yang kohesif yang mengakibatkan tanah
sangat mudah sekali mengalami penurunan apabila dibebani, serta pengerjaan
konstruksi yang tergesa-gesa tanpa menunggu tercapainya derajat konsolidasi
yang aman dan tidak adanya penyelidikan geoteknik sebelum pengerjaan
konstruksi merupakan kesalahan fatal dalam pembangunan suatu bangunan.
Oleh karena itu butuh gerakan terintegrasi untuk mengatasi penurunan muka
tanah itu sendiri. Salah satunya adalah melalui implementasi teknologi yang kian
berkembang, kita harus dapat menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mengatasi masalah-masalah geografi di Jakarta seperti penurunan
muka tanah sehingga dapat setidaknya meminimalisir efek negatifnya, baru
kemudian mencoba memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi. Selainmelalui teknologi, mengatasi penurunan muka tanah juga perlu dilakukan dengan
mengubah pola pikir, perilaku, serta pola hidup manusia yang selama ini kian
memperparah kondisi lingkungan.
Yang menarik dari proses penurunan muka tanah, selain telah mengakibatkan
berbagai perubahan bentuk permukaan bumi dengan berbagai sumber kekayaan
alamnya, juga perlu disadari adanya proses yang berpotensi menjadi suatu
bencana alam. Secara sadar ataupun tidak sadar, saat ini kita telah berada di
daerah berpotensi bencana. Untuk itu, pemahaman dan usaha - usaha manajemen
bencana secara dini dan berkesinambungan perlu dilakukan, sehingga kita bisa
hidup nyaman, aman, dan sejahtera.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 26/27
26
3.2. SARAN
1. Apabila mendirikan bangunan di atas tanah timbunan yang tinggi,
pengurugannya harus dilakukan secara bertahap dan dipadatkan lapis demi
lapis, sehingga kepadatan tanah mencukupi dan derajat konsolidasi tanah yang
aman dapat tercapai.
2. Sangat perlu dilakukan penyelidikan dan analisis geoteknik terlebih dahulu
sebelum mendirikan suatu bangunan untuk mengantisipasi bahaya penurunan,
karena penurunan yang besar dapat menyebabkan terjadinya kegagalan
struktur.
3.
Pemerintah seharusnya lebih peka dan peduli terhadap kerusakan lingkunganterutama penurunan permukaan tanah ini. Penurunan yang terus terjadi dan
semakin meluas ini dapat dipantau dengan banyak metode pengukuran tanah,
salah satunya menggunakan Global Positioning System (GPS). Dengan
menggunakan GPS penurunan tanah bisa terpantau terus dan cepat
ditanggulangi.
REFERENSI
1. Abidin, H. Z., R. Djaja, D. Darmawan, S. Hadi, A. Akbar, H. Rajiyowiryono,
Y. Sudibyo, I. Meilano, M. A. Kusuma, J. Kahar, C. Subarya (2001b). " Land
Subsidence of Jakarta (Indonesia) and its Geodetic-Based Monitoring
System." Natural Hazards. Journal of the International Society of the
Preventation and Mitigation of Natural Hazards, Vol. 23, No. 2/3, March, pp.
365 – 387
2.
Abidin, H.Z., R. Djaja, H. Andreas, M. Gamal, Indonesia K. Hirose, Y.
Maruyama (2004). “Capabilities and Constraints of Geodetic Techniques for
Monitoring Land Subsidence in the Urban Areas of Indonesia”. Geomatics
Research Australia. No.81, December, pp. 45-58.
3. Abidin, H.Z., H. Andreas, M. Gamal, R. Djaja, D. Murdohardono, H.
Rajiyowiryono, M. Hen-drasto (2006). “Studying Landsubsidence of Bandung
Basin (Indonesia) Using GPS Survey Method ”. Survey Review. Vol. 38, No.
299. January, pp.397-405.
7/23/2019 02 Makalah Tugas Akhir_PBL 2_HG 2
http://slidepdf.com/reader/full/02-makalah-tugas-akhirpbl-2hg-2 27/27
27
4. Braadbaart, O. and F. Braadbaart (1997). “ Policing the Urban Pumping Race:
Industrial Groundwater Overexploitation in Indonesia”. World Development.
Vol. 25, No. 2, pp. 199-210.
5.
Djaja R., J. Rais, H. Z Abidin and W. Kuntjoro (2004). “The Land Subsidence
of Jakarta Metropolitan Area”. Proceedings of the 3rd FIG Regional
Conference for Asia and the Pacific (in CD ROM), Jakarta, Indonesia,
October 3-7, Paper TS6.4 Engineering Surveys.
6. Gumilar, I. and Abidin, H.Z. and Andreas, H. and Mahendra, A.D. and Sidiq,
T.P. and Gamal, M. (2007) STUDI POTENSI KERUGIAN EKONOMI
(ECONOMIC LOSSES) AKIBAT PENURUNAN MUKA TANAH.
Documentation Teknik Geodesi.
7. Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) study, several reports a.o. Activity
Report: Land subsidence and adaptation / mitigation strategies, JCDS
Bridging Phase, Rien Dam, Deltares, 2012
8.
John A. Church and Neil J. White. 2011. Sea-Level Rise from the Late 19th to
the Early 21st Century.
9. Marfai, M.A., Sartohadi, J., Sudrajat, S., Budiani, S.R., dan Yulianto, F. 2006.
Banjir Genangan di Kawasan Pesisir Akibat Kenaikan Muka Air Laut. Jurnal
Kebencanaan Indonesia. Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
10. Marsudi. 2011. Prediksi Laju Amblesan Tanah di dataran Aluvial Semarang,
Propinsi Jawa Tengah. Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung.
11. Projecting twenty-first century regional sea-level Changes, A.B.A.Slangen et
al, draft January 9, 2013, (Submitted) or Towards regional projections of
twenty-first century sea-level change based on IPCC SRES scenarios,A.B.A.Slangen et al., Clim Dyn, 38 (5-6), 2012
12. Taufiq. Nz. Agus. 2010. Penyelidikan Konservasi Airtanah, Cekungan Air
Tanah Semarang – Demak.