tugas.diasnostik bunga
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon
individu,keluarga,dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses
kehidupan actual maupun potensial.
Diagnostic dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan
untuk menegakkan suatu diagnose penyakit klien atau pasien. Karena, melaui
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan / penyakit. Factor-
faktor yang menegakkan suatu masalah, kemampuan klien untuk mengatasi
masalah.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic, yaitu : USG, RONTGEN, PAP
SMEAR, ENDOSKOPI, KOLONOSKOPI, CT.SCANING, MMAMOGRAFI,
EEG, EKG. Jenis-jenis spesimen yaitu pemeriksaan darah, urine, feses, sputum.
Sumber kesalahan diagnostic yaitu : kesalahan pengumpulan data, kesalahan
dalam interpretasi dan analisis data, kesalahan dalam pengelompokan data,
kesalahan dalam pernyataan diagnostik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemeriksaan diagnostik protein urin ?
2. Bagaimana pemeriksaan diagnostik reduksi urin ?
3. Bagaimana pemeriksaan USG ?
2
C. TUJUA MASALAH
1. Mengetahui pemeriksaan diagnostik protein urin.
2. Mengetahui pemeriksaan diagnostik reduksi urin.
3. Mengetahui pemeriksaan USG.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pemeriksaan Diagnostik Protein Urin.
A. Pengertian
Pemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yang terjadi dalam
suasana asam, karena hasil pemeriksaan dinilai dari kekeruhan, maka
urine harus jernih.
Tujuan :
1. Untuk menentukan adanya protein dalam urine
2. Untuk menentukan adanya indikasi kelainan-kelainan pada fungsi
renal
Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi
nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak
lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin
sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa
gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti
adanya penyakit ginjal yang serius.
Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya
proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara,
tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak
progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi
sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang
4
serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan
penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit
dasarnya.
Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring
rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu
merupakan manifestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru
dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali
pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.
Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah
menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di
urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang
cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron
setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin
B. Patofisiologi Protein uria
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan
yaitu:
1. Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan
filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.
2. Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal
difiltrasi.
5
3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight
Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi
tubulus.
4. Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi
IgA dalam respon untuk inflamasi.
C. Klasifikasi Protein Urin
1. Protein urin fisiologis
Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan
kelainan/penyakit ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada individu
sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering
ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari
dan bersifat sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal
jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai
lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria
masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus
tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin
akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif).
2. Protein urin patologis
Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan
proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla
obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan kelainan
kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun
demikian proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan
6
merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit
ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.
Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang
berat, sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu
protein didalam urin yang mengnadung lebih dari 3 gram/24 jam pada
dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya berhubungan
secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering pula
dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.
D. Prosedur
1. Pemilihan sampel urin
Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang
24 jam pada seseorang akan memberikan hasil yang hampir sama
dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun meskipun pada
hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan
memberikan hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda
dengan urin siang atau malam. Berbagai jenis sampel urin antara lain
urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial, urin 24 jam serta urin 3
gelas dan urin 2 gelas pada pria.
a. Urin sewaktu
Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu
yang tak ditentukan secara khusus. Urin ini dapat digunakan
untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa
pendapat khusus.
7
b. Urin pagi
Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah
bangun tidur. Urin pagi lebih pekat daripada urin siang sehingga
cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll. Bagi
kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan
kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic
gonadotrophin (HCG) di dalam urin.
c. Urin postprandial
Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3
jam setelah makan.
Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa
di dalam urin)
d. Urin 24 jam
Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam,
dengan cara:
1) Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L)
umumnya dilengkapi pengawet.
2) Jam 7 pagi urin dibuang.
3) Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan
dicampur. Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan
kuantitatif. Ada juga urin yang tak tak penuh 24 jam,
misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagi sampai dengan jam 7
malam) , urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai dengan
jam 7 pagi), urin 2 jam dll.
8
e. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas
Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas,
dengan cara:
1) Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih
2) Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen)
3) Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti
2. Alat dan Bahan
Alat :
a) Tabung reaksi
b) Centrifuge dan tabungnya
c) Penjepit
d) Lampu spiritus
e) Pipet tetes
Bahan :
a) Asam asetat 10%
b) Natrium asetat
c) Asam asetat glasial
d) Aquadest
e) Urine sewaktu
3. Prosedur
Pemanasan Dengan Asam Asetat
1) Cara
a. Pembuatan reagen asam asetat 10%
b. Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya
9
c. Didihkan selama 1-2 menit
d. Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat
atau albumin
e. Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam
keadaan mendidih, amati
2) Hasil
NO Pengamatan hasil Simbol
a. Tidak ada kekeruhan (-)
b. Kekeruhan sedikit sekali (±)
c. Kekeruhan sedikit (+) 10-50 mg %
d. Kekeruhan jelas (++) 50-200 mg %
e. Kekeruhan hebat (+++) 200-500 mg %
f. Kekeruhan menggumpal (++++) >500 mg %
2. Pemeriksaan Diagnostik Reduksi Urin.
A. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) dalam kehamilan (Gestational DM/ GDM)
adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin
resistence. Faktor rsiko GDM adalah riwayat keluarga DM, kegemukan,
glukosuria. GDM meningkatkan mordibitas neonatus misal hiploglikemia,
ikterus, polisitemia, makrosomia. Pemeriksaan GDM bisa dilakukan
dengan pemerikaaan glukosa urine. Prinsip pemeriksaan glukosa urine
adalah glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis
menyebabkan perubahan warna dari hijau menjadi merah. Untuk
pemeriksaan ini sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi obat seperti
10
vitamin C, salisilat, streptomisin karena akan mempengaruhi hasil positif
palsu. Untuk menentukan adanya glukosa dalam urine. Dalam suasana
alkali kuat, ditambah dengan pemanasan, gula-gula akan mereduksi ion
cupri menjadi cupro dengan hasil terjadi CuOH yang bewarna kuning atau
CuO yang bewarna merah, tergantung dari jumlah reduktor yang terdapat
pada urine.
B. Proses Pembentukan Urin
Proses pembentukan urin Terdapat 3 proses penting yang berhubungan
dengan proses pembentukan urine, yaitu :
1) Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi
menyaring darah dalam glomerus yang mengandung air, garm, gula,
urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga
dihasilkan filtrat glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut
zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna
bagi tubuh, misal glukosa, asm amino dan garam-garam.
2) Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal
zat dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang
dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder) dengan kadar urea yang
tinggi yang dapat bersifat racun bagi tubuh.
3) Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh
darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi
reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat
sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa
dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke
11
pelvis renalis.
Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung
urine (vesika urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari
tubuh.
C. Proses Pengeluaran Urin
Proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada
dalam ren diteruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra
dalam alat kelamin.
1) Pengeluaran urine diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika
Hormone). Bila air minum yang masuk banyak maka pengeluaran
hormone ADH akan berkurang, sehingga urine yang dikeluarkan juga
banyak. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH
sedikit.
2) Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH
akan terpacu menjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan
akan menjadi sedikit. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap
hormone ADH banyak.
D. Kandungan Zat Dalam Urin
1) Air sebanyak 95 %
2) Urea, asam ureat dan ammonia
3) Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)
4) Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)
5) Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon
12
E. Fungsi Urin
1) Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh.
2) Sebagai penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat
F. Glukosa
Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa.
Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran,
madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari
hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa. Glukosa
darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi
atau tenaga dan juga merupakan hasil yang paling besar (Baron, 1990).
Sebagai sumber energi, glukosa ditranspor dari sirkulasi darah
kedalam seluruh sel-sel tubuh untuk dimetabolisme. Sebagian glukosa
yang ada dalam sel diubah menjadi energi melalui proses glikolisis dan
sebagian lagi melalui proses glikogenesis diubah menjadi glikogen,
dimana setiap saat dapat diubah kembali menjadi glukosa bila diperlukan.
Kadar glukosa darah puasa normal sewaktu puasa adalah 80-90 mg/dL.
Konsentrasi tersebut meningkat menjadi 120-140 mg/dL selama
jam pertama atau lebih setelah makan dan normal dalam waktu 2 jam
setelah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Jika kadar urine terlalu besar
dalam darah maka akan dibuang melalui urine, padahal kurang dari 0,1%
dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang
13
dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun,
glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa
dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk
menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine,
reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan
zat warna.
G. Prosedur
1. Alat dan Bahan
Alat
a) Tabung reaksi
b) Lampu spiritus
c) Penjepit kayu
d) Gelas ukur
e) Pipet tetes
Bahan :
a) CuSO4.5H2O
b) Asam sitrat
c) Na2CO3 anhidrat
d) Aquadest
e) Glucotest strip
f) Urine sewaktu
14
2. Prosedur Dengan Cara Benedict
A. Cara
a) Pembuatan reagen
1) Larutkan 17,3 g CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquadest,
dengan pemanasan
larutkan 173 g natrium sitrat dan 100 g Na2CO3anhidrat
dalam 600 ml aquadest, panaskan kemudian saring
perlahan-lahan dengan adukan yang konstan tambahkan
larutan sitrat karbonat. Bersihkan seluruh CuSO4 dengan
aquadest dan tambahkan aquadest hingga mencapai volume
1000 ml
2) masukkan 2,5 ml reagen benedict kedalam tabung reaksi
3) tambaahkan 0,25 ml (4 tetes) urine dan campurkan
4) letakkan dalam penangas air mendidih selama 2-3 menit
5) angkat dan langsung baca
B. Hasil
No. Warna yang terjadi simbol Jumlah glukosayang terkandung
dalam urin :
1 Biru tidak ada endapan (-) 0,0 – 0,1 g/dl
2 Hijau dengan endapan kuning (+) 0,5 – 1,0 g/dl
3 Kuning (++) 1,0 – 1,5 g/dl
4 Orange (+++) 1,5 – 2,5 g/dl
5 Merah (++++) 2,5 – 4,0 g/dl
15
3. Pemeriksaan USG.
A. Pengertian
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang
memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian
hasilnya ditampilkan dalam layar monitor Pada awalnya penemuan alat
USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian
bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja
gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.
Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali
diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan
sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan
gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer
pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang
ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan
diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian
rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat
pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser
penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga
USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical
imaging yang dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu
16
teknik yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu
jaringan sel (tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-
invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan
teknik pendeteksian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan
direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya
peralatan MI.
B. Tujuan persiapan USG
Tujuan USG adalah untuk membantu mendiagnosis
perkembangan janin pada setiap trimester. Hal itu sangat ditekankan
oleh dr. Rudiyanti, Sp.OG. Dijelaskan olehnya, pada kehamilan
trimester pertama tujuan USG adalah meyakinkan adanya kehamilan,
menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi,
menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan kelainan bawaan,
menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada
kehamilan muda (misalnya kehamilan ektopik), menentukan lokasi
janin apakah di dalam atau di luar rahim, menentukan kondisi janin jika
tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin, dan mendiagnosis
adanya janin kembar.
Sedangkan di trimester kedua dan ketiga adalah untuk menilai
jumlah air ketuban, menentukan kondisi plasenta, menentukan ukuran
janin, memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya,
menentukan letak janin apakah sungsang atau terlilit tali pusat, serta
untuk melihat kemungkinan adanya tumor.
17
C. Persiapan alat dan bahan
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan
juga tetap baik. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang
dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan
pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat mesin
USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat
ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan
yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah
rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan
semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak)
yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang
lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak
transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat
mesin USG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan
dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit.
Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya.
Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat
kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang
sebagai penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.
18
D. Persiapan Pemeriksaan Lingkungan
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan
pasien, setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan
setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat mencegah penyebaran
infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi kembali
menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG
dimana infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi
lebih besar pada waktu pemeriksaan USG transvaginal karena terjadi
kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina. Resiko penularan dibagi
dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan. Resiko penularan
tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi
menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang
dipakai memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen
oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang
mengadakan kontak dengan mukosa yang intak, misalnya USG
transvaginal; peralatan yang dipakai minimal memerlukan sterilisasi
tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan ter adi pada pemeriksaan kontak
langsung dengan kulit intak, misalnya USG transabdominal; peralatan
yang dipakai cukup dibersihkan dengan alkohol 70% (sudah dapat
membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak, fungisidal, dan
tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air
19
E. Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus
memperoleh informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang
akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah
harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi
pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa
juga melalui penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau
sonologist. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa
pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan
kembali apakah ia seorang nova atau nyonya?, jelaskan dan perlihatkan
tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap pemeriksaan (kondom
penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang
sebanyak dua buah, hal ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG
bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ
kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan harapan dari pasien.
Sering terjadi bahwa pasien mengeluh "Kok sudah dikomputer masih
juga tidak diketahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung
telur?” USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam
20
bidang kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya
agar diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.
F. Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan
pemeriksaan USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena
bersifat darurat gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan
ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila
akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan
pemeriksaan fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan
persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia
saat ini hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang
bersifat invasif misalnya kordosintesis atau amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan
persetujuan tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk
mencegah penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit
menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian
narkoba.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku
teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara
berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya
mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
tindakan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita dapat berupaurin (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample
darihasil biopsy.
Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan
tentang pengambilan spesimen urine, kita dapat mengetahui kandungan dan
kelainan yang terdapat dalam urine sehingga kita dapat lebih cepat mencegah
dan menanggulanginya.
Pada proses pengambilan spesimen urine harus mempersiapkan alat-
alatnya dengan lengkap dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan bila pasien sadar serta mengetahui dengan baik tentang tata
cara pelaksanaannya.
Sehingga di dalam labolatorium dapat melakukan berbagai macam
penilitian dan kesimpulan untuk menemukan suatu diagnosa.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar akan adanya kekuragan
dalam kelengkapan isi maupun penulisan, dengan adanya hal tersebut penulis
menerima saran atau masukan guna untuk perbaikan dalam makalah ini
23
KATA PENGANTAR
Dengan terselesaikannnya makalah ini kami mengucapkan puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan baik lahir
maupun batin kepada kami untuk menyusun makalah ini . Adapun maksud dari
penyusunan makalah ini adalah memenuhi persyaratan dalam pembuatan makalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal dengan judul “
Makalah Diagnostik “ . Kami menyadari akan kekurangan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini mengingat pengetahuan kami yang terbatas , namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka makalah ini dapat
terselesaikan . Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi – tingginya kepada yang terhormat dosen pengampu yang telah
memberikan pengarahan , petunjuk dan bimbingan serta saran dalam penyusunan
makalah ini dan teman - teman yang telah membantu dan mendukung dalam
pembuatan makalah ini. Harapan kami semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang diberikan kepada kami .
Dan semoga makalah ini dapat berguna dalam menunjang pengetahuan dan
kemajuan Universitas Kadiri yang akan datang , Amin .
ii
24
DAFTAR PUSTAKA
Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat, 2006, Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Kebidanan, Jakarta : Salemba Medi
Cunningham FG etc, editor. Williams Obstetrics 20th edition. Connecticut:
Applenton Lange. 1998.
Febrianto H.N. Perdarahan Pasca Persalinan. Fakultas Kedokteran. Universitas
Sriwijaya. 2007.