tugas.diasnostik bunga

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon individu,keluarga,dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan actual maupun potensial. Diagnostic dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk menegakkan suatu diagnose penyakit klien atau pasien. Karena, melaui pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan / penyakit. Factor- faktor yang menegakkan suatu masalah, kemampuan klien untuk mengatasi masalah. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic, yaitu : USG, RONTGEN, PAP SMEAR, ENDOSKOPI, KOLONOSKOPI, CT.SCANING, MMAMOGRAFI, EEG, EKG. Jenis-jenis spesimen yaitu pemeriksaan darah, urine, feses, sputum. Sumber kesalahan diagnostic yaitu : kesalahan pengumpulan data, kesalahan dalam interpretasi dan analisis data, kesalahan dalam pengelompokan data, kesalahan dalam pernyataan diagnostik. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pemeriksaan diagnostik protein urin ? 2. Bagaimana pemeriksaan diagnostik reduksi urin ? 3. Bagaimana pemeriksaan USG ?

Upload: independent

Post on 26-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan diagnostic adalah penilaian klinis tentang respon

individu,keluarga,dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses

kehidupan actual maupun potensial.

Diagnostic dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan

untuk menegakkan suatu diagnose penyakit klien atau pasien. Karena, melaui

pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi

masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan / penyakit. Factor-

faktor yang menegakkan suatu masalah, kemampuan klien untuk mengatasi

masalah.

Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic, yaitu : USG, RONTGEN, PAP

SMEAR, ENDOSKOPI, KOLONOSKOPI, CT.SCANING, MMAMOGRAFI,

EEG, EKG. Jenis-jenis spesimen yaitu pemeriksaan darah, urine, feses, sputum.

Sumber kesalahan diagnostic yaitu : kesalahan pengumpulan data, kesalahan

dalam interpretasi dan analisis data, kesalahan dalam pengelompokan data,

kesalahan dalam pernyataan diagnostik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pemeriksaan diagnostik protein urin ?

2. Bagaimana pemeriksaan diagnostik reduksi urin ?

3. Bagaimana pemeriksaan USG ?

2

C. TUJUA MASALAH

1. Mengetahui pemeriksaan diagnostik protein urin.

2. Mengetahui pemeriksaan diagnostik reduksi urin.

3. Mengetahui pemeriksaan USG.

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pemeriksaan Diagnostik Protein Urin.

A. Pengertian

Pemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yang terjadi dalam

suasana asam, karena hasil pemeriksaan dinilai dari kekeruhan, maka

urine harus jernih.

Tujuan :

1. Untuk menentukan adanya protein dalam urine

2. Untuk menentukan adanya indikasi kelainan-kelainan pada fungsi

renal

Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi

nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak

lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin

sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.

Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa

gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti

adanya penyakit ginjal yang serius.

Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya

proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara,

tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak

progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi

sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang

4

serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan

penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit

dasarnya.

Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring

rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu

merupakan manifestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru

dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali

pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.

Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah

menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit

diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di

urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.

Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang

cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron

setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin

B. Patofisiologi Protein uria

Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan

yaitu:

1. Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan

filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.

2. Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal

difiltrasi.

5

3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight

Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi

tubulus.

4. Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi

IgA dalam respon untuk inflamasi.

C. Klasifikasi Protein Urin

1. Protein urin fisiologis

Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan

kelainan/penyakit ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada individu

sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering

ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari

dan bersifat sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal

jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai

lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria

masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus

tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin

akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif).

2. Protein urin patologis

Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan

proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla

obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan kelainan

kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun

demikian proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan

6

merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit

ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.

Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang

berat, sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu

protein didalam urin yang mengnadung lebih dari 3 gram/24 jam pada

dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya berhubungan

secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering pula

dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.

D. Prosedur

1. Pemilihan sampel urin

Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang

24 jam pada seseorang akan memberikan hasil yang hampir sama

dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun meskipun pada

hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan

memberikan hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda

dengan urin siang atau malam. Berbagai jenis sampel urin antara lain

urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial, urin 24 jam serta urin 3

gelas dan urin 2 gelas pada pria.

a. Urin sewaktu

Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu

yang tak ditentukan secara khusus. Urin ini dapat digunakan

untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup baik untuk

pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa

pendapat khusus.

7

b. Urin pagi

Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah

bangun tidur. Urin pagi lebih pekat daripada urin siang sehingga

cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll. Bagi

kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan

kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic

gonadotrophin (HCG) di dalam urin.

c. Urin postprandial

Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3

jam setelah makan.

Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa

di dalam urin)

d. Urin 24 jam

Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam,

dengan cara:

1) Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L)

umumnya dilengkapi pengawet.

2) Jam 7 pagi urin dibuang.

3) Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan

dicampur. Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan

kuantitatif. Ada juga urin yang tak tak penuh 24 jam,

misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagi sampai dengan jam 7

malam) , urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai dengan

jam 7 pagi), urin 2 jam dll.

8

e. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas

Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas,

dengan cara:

1) Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih

2) Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen)

3) Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti

2. Alat dan Bahan

Alat :

a) Tabung reaksi

b) Centrifuge dan tabungnya

c) Penjepit

d) Lampu spiritus

e) Pipet tetes

Bahan :

a) Asam asetat 10%

b) Natrium asetat

c) Asam asetat glasial

d) Aquadest

e) Urine sewaktu

3. Prosedur

Pemanasan Dengan Asam Asetat

1) Cara

a. Pembuatan reagen asam asetat 10%

b. Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya

9

c. Didihkan selama 1-2 menit

d. Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat

atau albumin

e. Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam

keadaan mendidih, amati

2) Hasil

NO Pengamatan hasil Simbol

a. Tidak ada kekeruhan (-)

b. Kekeruhan sedikit sekali (±)

c. Kekeruhan sedikit (+) 10-50 mg %

d. Kekeruhan jelas (++) 50-200 mg %

e. Kekeruhan hebat (+++) 200-500 mg %

f. Kekeruhan menggumpal (++++) >500 mg %

2. Pemeriksaan Diagnostik Reduksi Urin.

A. Pengertian

Diabetes Mellitus (DM) dalam kehamilan (Gestational DM/ GDM)

adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin

resistence. Faktor rsiko GDM adalah riwayat keluarga DM, kegemukan,

glukosuria. GDM meningkatkan mordibitas neonatus misal hiploglikemia,

ikterus, polisitemia, makrosomia. Pemeriksaan GDM bisa dilakukan

dengan pemerikaaan glukosa urine. Prinsip pemeriksaan glukosa urine

adalah glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis

menyebabkan perubahan warna dari hijau menjadi merah. Untuk

pemeriksaan ini sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi obat seperti

10

vitamin C, salisilat, streptomisin karena akan mempengaruhi hasil positif

palsu. Untuk menentukan adanya glukosa dalam urine. Dalam suasana

alkali kuat, ditambah dengan pemanasan, gula-gula akan mereduksi ion

cupri menjadi cupro dengan hasil terjadi CuOH yang bewarna kuning atau

CuO yang bewarna merah, tergantung dari jumlah reduktor yang terdapat

pada urine.

B. Proses Pembentukan Urin

Proses pembentukan urin Terdapat 3 proses penting yang berhubungan

dengan proses pembentukan urine, yaitu :

1) Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi

menyaring darah dalam glomerus yang mengandung air, garm, gula,

urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga

dihasilkan filtrat glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut

zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna

bagi tubuh, misal glukosa, asm amino dan garam-garam.

2) Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal

zat dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang

dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder) dengan kadar urea yang

tinggi yang dapat bersifat racun bagi tubuh.

3) Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh

darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi

reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat

sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa

dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke

11

pelvis renalis.

Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung

urine (vesika urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari

tubuh.

C. Proses Pengeluaran Urin

Proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada

dalam ren diteruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra

dalam alat kelamin.

1) Pengeluaran urine diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika

Hormone). Bila air minum yang masuk banyak maka pengeluaran

hormone ADH akan berkurang, sehingga urine yang dikeluarkan juga

banyak. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH

sedikit.

2) Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH

akan terpacu menjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan

akan menjadi sedikit. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap

hormone ADH banyak.

D. Kandungan Zat Dalam Urin

1) Air sebanyak 95 %

2) Urea, asam ureat dan ammonia

3) Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)

4) Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)

5) Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon

12

E. Fungsi Urin

1) Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam

tubuh.

2) Sebagai penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi

akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi

akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat

F. Glukosa

Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa.

Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran,

madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari

hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa. Glukosa

darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi

atau tenaga dan juga merupakan hasil yang paling besar (Baron, 1990).

Sebagai sumber energi, glukosa ditranspor dari sirkulasi darah

kedalam seluruh sel-sel tubuh untuk dimetabolisme. Sebagian glukosa

yang ada dalam sel diubah menjadi energi melalui proses glikolisis dan

sebagian lagi melalui proses glikogenesis diubah menjadi glikogen,

dimana setiap saat dapat diubah kembali menjadi glukosa bila diperlukan.

Kadar glukosa darah puasa normal sewaktu puasa adalah 80-90 mg/dL.

Konsentrasi tersebut meningkat menjadi 120-140 mg/dL selama

jam pertama atau lebih setelah makan dan normal dalam waktu 2 jam

setelah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Jika kadar urine terlalu besar

dalam darah maka akan dibuang melalui urine, padahal kurang dari 0,1%

dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang

13

dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi

karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang

menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun,

glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa

dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk

menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine,

reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan

zat warna.

G. Prosedur

1. Alat dan Bahan

Alat

a) Tabung reaksi

b) Lampu spiritus

c) Penjepit kayu

d) Gelas ukur

e) Pipet tetes

Bahan :

a) CuSO4.5H2O

b) Asam sitrat

c) Na2CO3 anhidrat

d) Aquadest

e) Glucotest strip

f) Urine sewaktu

14

2. Prosedur Dengan Cara Benedict

A. Cara

a) Pembuatan reagen

1) Larutkan 17,3 g CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquadest,

dengan pemanasan

larutkan 173 g natrium sitrat dan 100 g Na2CO3anhidrat

dalam 600 ml aquadest, panaskan kemudian saring

perlahan-lahan dengan adukan yang konstan tambahkan

larutan sitrat karbonat. Bersihkan seluruh CuSO4 dengan

aquadest dan tambahkan aquadest hingga mencapai volume

1000 ml

2) masukkan 2,5 ml reagen benedict kedalam tabung reaksi

3) tambaahkan 0,25 ml (4 tetes) urine dan campurkan

4) letakkan dalam penangas air mendidih selama 2-3 menit

5) angkat dan langsung baca

B. Hasil

No. Warna yang terjadi simbol Jumlah glukosayang terkandung

dalam urin :

1 Biru tidak ada endapan (-) 0,0 – 0,1 g/dl

2 Hijau dengan endapan kuning (+) 0,5 – 1,0 g/dl

3 Kuning (++) 1,0 – 1,5 g/dl

4 Orange (+++) 1,5 – 2,5 g/dl

5 Merah (++++) 2,5 – 4,0 g/dl

15

3. Pemeriksaan USG.

A.     Pengertian

USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang

memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang

memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian

hasilnya ditampilkan dalam layar monitor Pada awalnya penemuan alat

USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian

bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja

gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.

Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali

diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu

penyakit.

Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan

sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan

gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer

pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang

ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan

diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian

rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat

pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser

penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga

USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.

Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical

imaging yang dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu

16

teknik yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu

jaringan sel (tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-

invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan

teknik pendeteksian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan

direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya

peralatan MI.

B.      Tujuan persiapan USG

Tujuan USG adalah untuk membantu mendiagnosis

perkembangan janin pada setiap trimester. Hal itu sangat ditekankan

oleh dr. Rudiyanti, Sp.OG. Dijelaskan olehnya, pada kehamilan

trimester pertama tujuan USG adalah meyakinkan adanya kehamilan,

menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi,

menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan kelainan bawaan,

menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada

kehamilan muda (misalnya kehamilan ektopik), menentukan lokasi

janin apakah di dalam atau di luar rahim, menentukan kondisi janin jika

tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin, dan mendiagnosis

adanya janin kembar.

Sedangkan di trimester kedua dan ketiga adalah untuk menilai

jumlah air ketuban, menentukan kondisi plasenta, menentukan ukuran

janin, memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya,

menentukan letak janin apakah sungsang atau terlilit tali pusat, serta

untuk melihat kemungkinan adanya tumor.

17

C.     Persiapan alat dan bahan

Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan

juga tetap baik. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang

dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan

pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat mesin

USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat

ketidaktahuan operator USG.

Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan

yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah

rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan UPS.

Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan

semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak)

yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang

lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak

transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat

mesin USG).

Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan

dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit.

Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya.

Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat

kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang

sebagai penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.

18

D.    Persiapan Pemeriksaan Lingkungan

Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan

pasien, setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan

setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat mencegah penyebaran

infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi kembali

menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG

dimana infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi

lebih besar pada waktu pemeriksaan USG transvaginal karena terjadi

kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina. Resiko penularan dibagi

dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan. Resiko penularan

tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi

menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang

dipakai memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen

oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.

Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang

mengadakan kontak dengan mukosa yang intak, misalnya USG

transvaginal; peralatan yang dipakai minimal memerlukan sterilisasi

tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).

Resiko penularan ringan ter adi pada pemeriksaan kontak

langsung dengan kulit intak, misalnya USG transabdominal; peralatan

yang dipakai cukup dibersihkan dengan alkohol 70% (sudah dapat

membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak, fungisidal, dan

tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air

19

E.     Persiapan Pasien

Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus

memperoleh informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang

akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah

harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi

pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.

Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa

juga melalui penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau

sonologist. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa

pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk

dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.

Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan

kembali apakah ia seorang nova atau nyonya?, jelaskan dan perlihatkan

tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap pemeriksaan (kondom

penting untuk mencegah penularan infeksi).

Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang

sebanyak dua buah, hal ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.

Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG

bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ

kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan harapan dari pasien.

Sering terjadi bahwa pasien mengeluh "Kok sudah dikomputer masih

juga tidak diketahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung

telur?” USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam

20

bidang kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya

agar diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.

F.      Persiapan Pemeriksa

Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan

pemeriksaan USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena

bersifat darurat gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan

ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila

akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.

Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan

pemeriksaan fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan

persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan dilakukan.

Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia

saat ini hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang

bersifat invasif misalnya kordosintesis atau amniosintesis.

Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan

persetujuan tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk

mencegah penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit

menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian

narkoba.

Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku

teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara

berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya

mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang

21

sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan latihan

yang dilakukannya.

22

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur

tindakan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari

penderita dapat berupaurin (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample

darihasil biopsy.

Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan

tentang pengambilan spesimen urine, kita dapat mengetahui kandungan dan

kelainan yang terdapat dalam urine sehingga kita dapat lebih cepat mencegah

dan menanggulanginya.

Pada proses pengambilan spesimen urine harus mempersiapkan alat-

alatnya dengan lengkap dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

akan dilakukan bila pasien sadar serta mengetahui dengan baik tentang tata

cara pelaksanaannya.

Sehingga di dalam labolatorium dapat melakukan berbagai macam

penilitian dan kesimpulan untuk menemukan suatu diagnosa.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar akan adanya kekuragan

dalam kelengkapan isi maupun penulisan, dengan adanya hal tersebut penulis

menerima saran atau masukan guna untuk perbaikan dalam makalah ini

23

KATA PENGANTAR

Dengan terselesaikannnya makalah ini kami mengucapkan puji syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan baik lahir

maupun batin kepada kami untuk menyusun makalah ini . Adapun maksud dari

penyusunan makalah ini adalah memenuhi persyaratan dalam pembuatan makalah

untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kegawatdaruratan Maternal dengan judul “

Makalah Diagnostik “ . Kami menyadari akan kekurangan kesempurnaan dalam

penyusunan makalah ini mengingat pengetahuan kami yang terbatas , namun

berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka makalah ini dapat

terselesaikan . Untuk itu kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan

setinggi – tingginya kepada yang terhormat dosen pengampu yang telah

memberikan pengarahan , petunjuk dan bimbingan serta saran dalam penyusunan

makalah ini dan teman - teman yang telah membantu dan mendukung dalam

pembuatan makalah ini. Harapan kami semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang diberikan kepada kami .

Dan semoga makalah ini dapat berguna dalam menunjang pengetahuan dan

kemajuan Universitas Kadiri yang akan datang , Amin .

ii

24

DAFTAR PUSTAKA

Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat, 2006, Keterampilan Dasar Praktik

Klinik Kebidanan, Jakarta : Salemba Medi

Cunningham FG etc, editor. Williams Obstetrics 20th edition. Connecticut:

Applenton Lange. 1998.

Febrianto H.N. Perdarahan Pasca Persalinan. Fakultas Kedokteran. Universitas

Sriwijaya. 2007.

25

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan Protein Urin, Reduksi Urin dan USG

Oleh :

BUNGA PANJANI R15615636

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D IV) MINAT KLINIK

UNIVERSITAS KADIRI

2016