tinjauan metode konstruksi top-down dan
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019
551
TINJAUAN METODE KONSTRUKSI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP
BERDASARKAN BIAYA DAN WAKTU
Pramesti Nurhaliza Alifani1, Rayhan Mahesa Kurnia2, Agung Budi Broto3
Politeknik Negeri Jakarta Jl. Prof. Dr. G.A. Siwabessy,
Kampus UI Depok, 16424
Telp: (021) 7270036, (021) 7270044
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT Construction methods are very influential on the cost and execution time of a project. To obtain the right
construction method, it is necessary to compare some of the existing construction methods. The common
construction method used in Indonesia is the bottom-up construction method, where the work begins with
excavating from top basement elevation alongside with the ground anchor work then followed by Foundation
work and continued by structure work until completion. Along with the development of technology there is a
new method, that is top-down construction method where structural and quarry work is carried out
simultaneously starting from the top basement until the bottom of the basement then continued with the
foundation work. In the top-down method structure work can be done simultaneously top and bottom. Those
two methods are reviewed in terms of cost and time. To compare both methods of construction, it needs a shop
drawing for volume calculation, the implementation method of each method, the multiplier coefficient from
PUPR number 28/PRT/M/2016 and the unit price for materials and tools to calculate the construction cost, as
well as the duration of work. From the data above then processed into construction cost for both methods based
on PUPR number 28/PRT/M/2016 and the scheduling duration that is presented in the Bar chart form. Both
methods are compared based on the work method, construction cost requirement, and duration of work. From
the comparison, the Top-Down construction methods can be more profitable. The top-down method has 25.58%
more work items than the bottom-up method but has a duration of 119 days less than the bottom-up method.
The bottom-up method has a construction cost difference of Rp 5,857,017,191.06 cheaper than the top-down
method. However, the top-down method has a 26.67% greater effectiveness than the bottom-up method.
Keywords : Basement; Observation; Method; Top-Down; Bottom-Up
ABSTRAK Metode konstruksi sangat berpengaruh pada biaya dan waktu pelaksanaan suatu proyek. Untuk mendapatkan
metode konstruksi yang tepat, perlu dibandingkannya beberapa metode konstruksi yang ada. Metode
konstruksi yang lumrah digunakan di Indonesia adalah metode konstruksi bottom-up, dimana pekerjaan
dimulai dengan pekerjaan galian dari elevasi basement teratas yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan
ground anchor kemudian diikuti dengan pekerjaan pondasi dan dilanjutkan pekerjaan struktur diatasnya
sampai selesai. Seiring dengan perkembangan teknologi terdapat metode baru yaitu metode konstruksi top-
down dimana pekerjaan struktur dan galian dilakukan secara bersamaan yang dimulai dari basement teratas
hingga basement terbawah dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi. Pada metode top-down pekerjaan struktur
atas dikerjakan secara bersamaan dengan pekerjaan struktur bawah. Kedua metode tersebut ditinjau dari segi
biaya dan waktu. Untuk membandingkan kedua metode konstruksi tersebut dibutuhkan gambar kerja untuk
perhitungan volume, metode pelaksanaan dari masing-masing metode, koefisien pengali dari Permen PUPR
Nomor 28/PRT/M/2016 dan harga satuan alat dan material untuk menghitung biaya konstruksi, serta durasi
pekerjaan. Dari data tersebut diolah menjadi kebutuhan biaya konstruksi kedua metode berdasarkan Permen
PUPR Nomor 28/PRT/M/2016 dan durasi penjadwalan yang tersaji dalam barchart. Kedua metode
dibandingkan berdasarkan metode kerja, kebutuhan biaya konstruksi, dan durasi pekerjaannya. Dari hasil
perbandingan didapatkan bahwa metode konstruksi top-down dapat lebih menguntungkan. Metode top-down
memiliki item pekerjaan 25,58% lebih banyak dibandingkan dengan metode bottom-up tetapi memiliki durasi
119 hari lebih cepat. Metode bottom-up memiliki selisih biaya konstruksi sekitar Rp 5,857,017,191.06 lebih
murah dibandingkan dengan metode top-down. Akan tetapi metode top-down memiliki kefektifitasan sebesar
26,67% lebih besar dibandingkan metode bottom-up.
Kata Kunci : Basement; Tinjauan; Metode; Top-Down; Bottom-Up
Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...
552
PENDAHULUAN Proyek konstruksi saat ini
berkembang dengan pesat di Indonesia,
khususnya pada bangunan gedung
bertingkat. Para pengembang berlomba-
lomba dalam membangun gedung-gedung
bertingkat beserta fasilitasnya guna
memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu biaya yang murah dan waktu
pelaksanaan yang singkat menjadi sasaran
yang sangat penting dalam pembangunan
gedung agar dapat bersaing pada bidang
industri dan bisnis saat ini.
Pemilihan metode konstruksi yang
baik dan tepat sangat berdampak pada suatu
proyek terutama dalam hal biaya dan waktu
(Khakim, Anwar and Hasyim 2011).
Terdapat dua jenis metode konstruksi yang
dapat dilaksanakan pada proyek konstruksi
saat ini, yaitu metode konstruksi bottom-up
dan metode konstruksi top-down. Pada
umumnya metode konstruksi bottom-up
adalah metode konstruksi konvensional
yang paling sering digunakan dalam proyek
konstruksi, dimana pelaksanaannya dimulai
dari galian tanah serta pondasi dan
diteruskan dengan pembuatan balok, pelat
dan kolom menerus hingga pelat atap
(Mistra 2012).
Seiring berkembangnya waktu dan
teknologi, terdapat metode konstruksi baru
yaitu metode konstruksi top-down. Pada
metode konstruksi top-down, pelaksanaan
struktur bawah dilakukan dari basement
teratas dan dilanjutkan sampai kedalaman
basement yang diinginkan. Pekerjaan
struktur dan galian apabila menggunakan
metode top-down dikerjakan secara
bersamaan (Prawidiawati and Nurcahyo
2015).
Dalam pembangunan basement,
metode top-down umumnya memiliki
kebutuhan biaya yang lebih mahal dan
waktu pelaksanaan yang dapat dipercepat
dibandingkan dengan metode bottom-up
(Tanubrata 2015). Dalam keadaan dimana
proyek sangat berdekatan dengan bangunan
lain, maka dapat menggunakan metode top-
down (Sukamta 2010).
Oleh karena itu penelitian ini
memiliki tujuan untuk mencari dan
mengetahui perbedaan dari segi biaya dan
waktu metode top-down dan metode
bottom-up pada pembangunan basement.
METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil lokasi di
Jl. Kapten Tendean, Kuningan Barat,
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Lebih
tempatnya penelitian ini dilakukan pada
proyek pembangunan Gedung Perkantoran
Menara Tendean. Objek yang dijadikan
peninjauan pada penelitian ini adalah
pekerjaan basement dengan jumlah 4 lantai.
Metode pengambilan data yang
dilakukan pada penelitian ini yaitu berupa
pengamatan, dokumentasi, studi literatur
dan pengumpulan data teknis. Penelitian ini
dilaksanakan sesuai dengan diagram alir
sistematika penelitian yang dapat dilihat
pada gambar 1 berikut :
A
Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019
553
HASIL dan PEMBAHASAN A. Data Bangunan
Basement Menara Tendean terdiri
dari 4 lantai basement dengan ketinggian
lantai basement 1 yaitu 3,5 m dan ketingian
basement 2 sampai basement 4 yaitu 3 m.
B. Metode Konstruksi Top-Down
Tahapan pelaksanaan dengan
menggunakan metode top-down pada
Proyek Menara Tendean adalah sebagai
berikut :
1. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah yang
digunakan adalah diaphragm wall. Data
teknik diaphragm wall sebagai berikut:
Tebal (t) : 80 cm
Kedalaman : 15 m
2. Pekerjaan Pondasi Bored Pile
Pondasi bored pile direncanakan
menggunakan Ø 800 cm sebanyak 140
unit dan Ø 1.200 sebanyak 53 unit.
3. Pekerjaan Kingpost
Penggunaan kingpost pada metode
top-down berfungsi untuk menunjang
balok dan ringslab selama proses
penggalian. Dimensi kingpost yang
digunakan yaitu H-Beam 428.412.25.35
dan H-Beam 428.422.40.40.
4. Pekerjaan Galian, Capping Beam Dan
Ringslab B-1
- Pekerjaan galian B-1 dibagi menjadi
8 zona pekerjaan sesuai gambar 3 dan
digali sampai dengan kedalaman
rencana yaitu 3.5 meter. Digunakan
excavator PC-200 sebanyak 4 unit.
- Tahapan pekerjaan capping beam B-
1
a. Tanah digali sesuai dengan
dimensi capping beam
b. Tanah dilapisi dengan lantai kerja
agar permukaan rata.
c. Pemasangan bekisting dengan tipe
loose formwork.
d. Pemasangan tulangan.
e. Pengecoran.
Pekerjaan diatas dilakukan dengan
urutan pekerjaan seperti gambar 1
pada halaman 6.
- Pekerjaan Ringslab B-1
Ring slab berfungsi sebagai
penahan beban lateral dari diaphragm
wall dan juga sebagai pengikat
kingpost. Ringslab digunakan juga
sebagai jalan akses keluar masuk alat
berat pada kondisi area proyek yang
relatif sempit.
a. Pemasangan bekisting loose
formwork
b. Pemasangan tulangan.
c. Pengecoran.
Pekerjaan diatas dilakukan dengan
urutan pekerjaan seperti gambar 3.
5. Pekerjaan Galian, Balok Dan
Ringslab,B-3
- Pekerjaan galian B-3 mempunyai
pembagian zona sama dengan galian
B-1 dengan perbedaan kedalaman
galian yaitu 3 meter dan
menggunakan excavator PC-200
sebanyak 4 unit dan Long Arm
sebanyak 2 unit. Pekerjaan
penggalian B-3 mempunyai item
tambahan yaitu soil barrier yang
berfungsi sebagai dinding pembatas
dan/atau penahan antara area
timbunan tanah dan area basement
yang sedang dalam tahap pengerjaan.
- Tahapan Pekerjaan ringslab B-3
a. Pemasangan bekisting loose
formwork
b. Pemasangan tulangan.
c. Pengecoran.
Pekerjaan diatas dilakukan dengan
urutan pekerjaan seperti gambar 3.
6. Pekerjaan galian B-4 dan pondasi raft
- Pekerjaan galian B-9 dibagi menjadi
8 zona pekerjaan dan digali sampai
A
Gambar 1 Diagram Alir Penelitian
Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...
554
dengan kedalaman rencana yaitu 3
meter. Menggunakan excavator PC-
200 sebanyak 4 unit dan Long Arm
sebanyak 2 unit.
- Pekerjaan Pondasi Raft
a. Pekerjaan tulangan dipasang lapis
demi lapis.
b. Pengecoran.
7. Pekerjaan Struktur
Setelah pekerjaan galian, ringslab,
pondasi raft, bored pile, dan kingpost
selesai, maka kingpost dicor secara
permanen sebagai kolom utama.
Setelah itu dilakukan pengecoran
void pada ringslab dimulai dari
basement terbawah sampai basement 1
beserta pekerjaan struktur berupa kolom,
balok dan core wall.
C. Metode Konstruksi Bottom-Up
Pada metode bottom-up penelitian
menggunakan referensi metode pada
proyek konstruksi yang menggunakan
metode bottom-up serta studi literatur dari
jurnal-jurnal dan buku-buku yang
membahas metode bottom-up sebagai
acuan metode pekerjaan.
1. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah yang
digunakan pada metode bottom-up sama
dengan metode top-down
2. Pekerjaan Pondasi Bored Pile
Dimensi rencana dan banyaknya
bored pile sama dengan metode top-
down
3. Pekerjaan Galian
Penggalian tanah untuk bangunan
gedung di bawah permukaan tanah
dilakukan apabila diaphragm wall telah
selesai dikerjakan pada keliling
bangunan yang direncanakan.
Penggalian tahap awal sampai pada
kedalaman tertentu dilakukan selama
diaphragm wall (tanpa penopang) masih
mampu menahan tekanan tanah.
Kemudian dilakukan bertahap sesuai
dengan kedalaman titik ground anchor.
Pekerjaan galian tersebut
dilaksanakan dengan urutan seperti
gambar 2 halaman 6.
4. Pekerjaan Ground Anchor
Referensi data teknis yang
digunakan untuk ground anchor
didapatkan dari proyek pembangunan
Grand Dharmahusada Lagoon,
Surabaya.
Ground anchor ini digunakan untuk
menahan/menstabilkan dinding penahan
tanah dengan meneruskan gaya
horizontal yang diakibatkan oleh gaya
dorong dari tanah. Kedalaman Ground
Anchor sedalam 21 meter untuk lapis
pertama dan 22 meter untuk lapis kedua
dan ketiga dengan total 618 titik di
sekeliling diaphragm wall .
5. Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur meliputi kolom,
balok, pelat, dan core wall. Pekerjaan
yang dilakukan yaitu :
a. Pemasangan bekisting.
b. Pemasangan tulangan.
c. Pengecoran.
D. Analisis Biaya
Untuk dapat menganalisis dari segi
biaya menghitung terlebih dahulu volume
kebutuhan material, tenaga, dan alat yang
digunakan untuk tiap item pekerjaan sesuai
dengan tahapan pelaksanaan. Analisis
Harga Satuan dihitung berdasarkan volume
pekerjaan dikalikan dengan harga satuan
item yang dihitung berdasarkan Permen
PUPR no 28 Tahun 2016. Contoh
perhitungan Analisis harga satuan dapat
dilihat pada Tabel 1 pada halaman 7.
Setelah diketahui AHSP tiap item
pekerjaan selanjutnya menyusun rencana
anggaran biaya (RAB). RAB dapat dihitung
berdasarkan volume tiap pekerjaan
dikalikan dengan harga satuan tiap
pekerjaan. Dari hasil perhitungan RAB
didapatkan total biaya yang dibutuhkan
menggunakan metode Top-Down dan
Bottom-Up pada Tabel 2 halaman 7.
E. Analisis Waktu
Menghitung produktivitas alat dan
pekerja diperlukan untuk mendapatkan
durasi dari tiap pekerjaan. Didapatkannya
durasi dengan cara membagi volume
pekerjaan dengan produktivitas
alat/pekerja.
Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019
555
Setelah mendapatkan durasi dari
tiap item pekerjaan, maka penggunakan
Microsoft Project 2019 dan berdasarkan
sequence pekerjaan maka didapatkan total
durasi pelaksanaan pekerjaan dari kedua
metode. Hasil perhitungan durasi dari
metode Top-down dan bottom-up dapat
dilihat pada tabel 3 pada halaman 8.
Dari hasil penjadwalan didapatkan
durasi pekerjaan menggunakan metode top-
down adalah 311 hari sedangkan
menggunakan metode bottom-up adalah
430 hari. Perhitungan penjadwalan
menggunakan metode bar chart yang dapat
dilihat pada bagian akhir jurnal penelitian.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembangunan basement Gedung
Perkantoran Menara Tendean
menggunakan metode top-down
membutuhkan waktu pelaksanaan
sekitar 311 hari sedangkan dengan
metode bottom-up membutuhkan waktu
sekitar 430 hari. Dapat disimpulkan
bahwa pembangunan menggunakan
metode top-down membutuhkan durasi
yang lebih cepat 119 hari dibandingkan
dengan metode bottotm-up. Dengan
demikian metode top-down lebih efektif
27,67% dibandingkan dengan metode
bottom-up.
2. Pembangunan basement Gedung
Perkantoran Menara Tendean
menggunakan metode top-down
membutuhkan biaya konstruksi sekitar
Rp 180,621,209,376.58 sedangkan jika
menggunakan metode bottom-up
membutuhkan biaya konstruksi sekitar
Rp 174,764,192,163.71. Dari
perbedaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa metode bottom-up dapat lebih
murah sebesar Rp 5,857,017,191.06
dibandingkan dengan metode top-
down.
UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Pembimbing,
Dosen dan Teman Jurusan Teknik Sipil,
Politeknik Negeri Jakarta
DAFTAR PUSTAKA [1] Alwi, M. Aryansyah, and Syahrizal.
n.d. "Analisis Penerapan SIstem
Penjadwalan CPM, PERT, dan LBO
Pada Penjadwalan Proyek (Studi Kasus:
Pembangunan Gedung Kantor PT. Jasa
Asuransi Indonesia - Pematang
Siantar)."
[2] Asiyanto. 2008. Metode Konstruksi
Gedung Bertingkat. Jakarta: UI Press.
[3] Bintang, Nopirin Abliataniaga,
Mahayekti Bagaskara, and M. Agus
Wibowo. 2014. "Kajian Pemilihan
Pekerjaan Basement Pada Bangunan
Bertingkat Tinggi Menggunakan
Metode Top Down Sebagai Inovasi
Metode Pelaksanaan (Studi Kasus :
Proyek Sudirman Suites Hotel And
Apartement Jakarta)." Jurnal KArya
Teknik Sipil 3(4): 950-955.
[4] Choiriyah, Siti. 2015. "Analisis
Pekerjaan Basement (Pekerjaan Galian
Dan Diaphragm Wall) Pada Metode
Top-Down Dengan Alat Berat Ditinjau
Dari Aspek Teknik, Waktu, Dan
Biaya." Jurnal Teknik Sipil UNTAG
Surabaya 163-168.
[5] Khakim, Zainul, M. Ruslim Anwar, and
M. Hamzah Hasyim. 2011. "Studi
Pemilihan Pengerjaan Beton Antara
Pracetak Dan Konvensional Pada
Pelaksanaan Konstruksi Gedung
Dengan Metode AHP." Jurnal
Rekayasa Sipil 5: 95-107.
[6] Laksono, Taufik Dwi. 2007.
"Produktivitas Pada Proyek
Konstruksi." Teodolita 8(2): 11-18.
[7] Mistra, H. 2012. Struktur Dan
Konstruksi Bangunan Tinggi Sistem
Top and Down. Jakarta: Griya Kreasi.
[8] Noegroho, Randi Oktovan, and
Koespiadi. 2015. "Comparison of Work
Between Bottom Up Method and Top
Down Method: Execution and Timing."
Proceedings of Narotama International
Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...
556
Conference on Civil Engineering 2015
125-138.
[9] Prawidiawati, Fitri, and Cahyono
Nurcahyo. 2015. "Analisa
Perbandingan Metode Bottom-up dan
Metode Top-Down Pekerjaan
Basement Pada Gedung Parkir
Apartement Skyland City Education."
Jurnal Teknik ITS 4(1).
[10] Project Management Institute.
2017. A Guide to The Project
Management Body of Knowledge - Sixth
Edition. Newton Square, Pennsy Ivania:
Project Management Institute.
[11] PUPR. 2016. Lampiran Peraturan
Menteri PUPR No 28.
[12] Sukamta, Davy. 2010.
Perkembangan Dan Kemajuan
Konstruksi Gedung Tinggi dan Besmen
Dalam. Makalah.
[13] Tanubrata, Maksum. 2015.
"Pelaksanaan Konstruksi Dengan
Sistem Top-Down." Simposium
Nasional 289-293.
[14] Udiana, I Made. 2013. "Desain
Campuran Semen Dan Air Pada
Pekerjaan Grouting Proyek
Bendungan/Waduk Nipah Madura
Jawa Timur." Jurnal Teknik Sipil Vol.
II. No.2 93-104.
[15] Wirliasanti, Irika, and Lenggogeni.
2013. Mnajemen Konstruksi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Tabel – Tabel atau Gambar dapat ditampilkan diakhir artikel
Pekerjaan galian, capping beam, dan slab pada metode konstruksi Top-Down dikerjakan
dengan dibagi – bagi menjadi beberapa zona atau yang lebih dikenal dengan sequence
pekerjaan. Pada metode Top-Down zona pekerjaan dibagi menjadi 7 zona yang dapat dilihat
pada gambar 1 diatas.
VOI
B - 1
B - 2
B - 3
B - 4 B - 5
B - 6
B - 7
Gambar 2 Sequence Pekerjaan Galian, pengecoran
slab dan capping beam pada metode Top-Down
Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019
557
Pekerjaan galian, capping beam, dan slab pada metode konstruksi Bottom-Up mempunyai
perbedaan dalam hal pembagian sequence pekerjaan dibandingkan dengan metode Top-Down.
Pada metode Bottom-Up zona pekerjaan dibagi menjadi 4 zona yang dapat dilihat pada gambar
2 diatas.
Tabel 1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Metode Bottom-Up Pada Item Pekerjaan Galian
PEKERJAAN GALIAN
Galian Tanah Kedalaman > 4m
Tenaga
Pekerja 0.1633 OH 64.176.00 10.479.94
Mandor 0.0163 OH 109.099.20 1.778.32
Operator PC-100 0.3267 OH 102.681.60 33.542.66
Operator PC-200 0.0933 OH 102.681.60 9.583.62
Operator Longarm 0.0653 OH 102.681.60 6.708.52
Alat
Excavator PC-100 0.0133 jam 155.000.00 2.066.67
Excavator PC-100 0.0133 jam 155.000.00 2.066.67
Excavator PC-200 0.0133 jam 175.000.00 2.333.33
Longarm (DMLR2520) 0.0093 jam 225.000.00 2.100.00
Total 70.659.72
Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) penelitian dihitung berdasarkan Permen PUPR No 28
Tahun 2016. AHSP terdiri dari 2 harga satuan yaitu harga satuan tenaga kerja dan material.
Koefisien berdasarkan Permen PUPR No 28 Tahun 2016 dan harga stuan berdasarkan jurnal
harga satuan pekerjaan area DKI Jakarta Tahun 2019.
Tabel 2 Perbandingan RAB Metode Top-Down dan Bottom-Up
NO Uraian Pekerjaan Jumlah Harga Metode
Top-Down
Jumlah Harga Metode
Bottom-Up
1 Pekerjaan Galian Basement 1 Rp 958,103,681.72 -
2 Pekerjaan Galian Basement 3 Rp 3,824,181,057.11 -
3 Pekerjaan Galian Basement 4 Rp 1,462,833,012.16
4 Pekerjaan Galian Tanah Keseluruhan - Rp 4,660,072,683.80
5 Pekerjaan Ground Anchor - Rp 23,176,940,023.45
B -
B -
B -
B -
Gambar 3 Sequence Pekerjaan Galian,
pengecoran slab dan capping beam pada
metode Bottom-Up
Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...
558
NO Uraian Pekerjaan Jumlah Harga Metode
Top-Down
Jumlah Harga Metode
Bottom-Up
6 Pekerjaan Diaphgram Wall Rp 49,557,421,250.47 Rp 49,557,421,250.47
7 Pekerjaan Pondasi Bored Pile Rp 905,335,309.31 Rp 905,335,309.31
8 Pekerjaan King Post Rp 22,993,525,344.32 -
9 Pekerjaan Pondasi Raft Rp 59,003,361,392.92 Rp 59,003,361,392.92
10 Pekerjaan Capping Beam Rp 4,354,131,718.95 -
11 Pekerjaan Balok Basement 3 Ring Slab Rp 2,938,181,087.29 -
12 Pekerjaan Balok Basement 3 - Rp 3,102,293,545.05
13 Pekerjaan Balok Basement 1 Void Rp 1,287,545,327.08
14 Pekerjaan Balok Basement 2 Rp 3,868,994,370.15 Rp 3,868,994,370.15
15 Pekerjaan Balok Basement 3 Void Rp 1,001,616,486.60 -
16 Pekerjaan Balok Basement 1 - Rp 5,554,392,523.95
17 Pekerjaan Kolom Grouting Basement 4 Rp 2,457,627.92 -
18 Pekerjaan Kolom Grouting Basement 3 Rp 2,347,614.20 -
19 Pekerjaan Kolom Grouting Basement 2 Rp 2,347,614.20 -
20 Pekerjaan Kolom Basement 4 Rp 2,276,233,549.53 Rp 2,232,153,549.53
21 Pekerjaan Kolom Basement 3 Rp 2,152,974,323.72 Rp 2,152,974,424.72
22 Pekerjaan Kolom Basement 2 Rp 2,152,974,323.72 Rp 2,152,974,424.72
23 Pekerjaan Kolom Basement 1 Rp 2,470,271,854.93 Rp 2,470,271,854.93
24 Pekerjaan Pelat Ring Slab Basement 1 Rp 6,590,516,579.38 -
25 Pekerjaan Pelat Void Basement 1 Rp 1,137,393,252.60 -
26 Pekerjaan Pelat Lantai Basement 1 - Rp 6,084,590,714.79
27 Pekerjaan Pelat Lantai Basement 2 Rp 2,453,019,421.77 Rp 2,453,019,421.77
28 Pekerjaan Pelat Ring Slab Basement 3 Rp 4,022,219,637.90 -
29 Pekerjaan Pelat Void Basement 3 Rp 1,092,315,140.24 -
30 Pekerjaan Pelat Lantai Basement 3 - Rp 3,278,488,499.57
31 Pekerjaan Core Wall Rp 4,110,908,376.58 Rp 4,110,908,376.58
Total Rp 180,621,209,354.77 Rp 174,764,192,163.71
Selisih Rp 5.857.017.191.06
Perhitungan RAB didapatkan dari perhitungan AHSP yang dikalikan dengan volume
pekerjaannya. Dari kedua metode dapat terlihat perbedaan dari masing-masing item pekerjaan
dan selisih total RAB nya.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Durasi Metode Top-Down dan Bottom-Up
Pekerjaan Durasi (hari)
Top-Down Bottom-Up
Guide Wall 120 120
Diaphragm Wall 184 184
King Post 68 -
Ground Anchor - 97
Bored Pile 14 14
Pondasi Raft 56 56
Galian Basement 1 10 -
Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019
559
Pekerjaan Durasi (hari)
Top-Down Bottom-Up
Galian Basement 3 46 -
Galian Basement 4 53 -
Galian Basement Total - 104
Capping Beam 112 -
Ringslab Basement 1 112 -
Ringslab Basement 3 98 -
Balok + Pelat Basement 1 44 139
Balok + Pelat Basement 2 128 145
Balok + Pelat Basement 3 44 139
Kolom 81 81
Core Wall 81 81
Durasi Pekerjaan sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek tersebut. Durasi pekerjaan
dapat dihitung menggunakan rumus tertentu ataupun dengan laporan harian pada proyek
tersebut. Tabel diatas merupakan table perbedaan durasi dari kedua metode yang ditinjau dalam
penelitian ini.
Gambar 4 Bar Chart Metode Bottom-Up
Dari item – item pekerjaan pada metode konstruksi dan durasi pekerjaan dapat dituangkan
dalam bentuk Bar Chart pada gambar diatas menggunakan aplikasi Microsoft Project 2019
agar diketahui durasi keseluruhan dari pekerjaan Basement bila menggunakan metode Bottom-
Up.
Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...
560
Gambar 5 Bar Chart Metode Top-Down
Dari item – item pekerjaan pada metode konstruksi dan durasi pekerjaan dapat dituangkan
dalam bentuk Bar Chart pada gambar diatas menggunakan aplikasi Microsoft Project 2019
agar diketahui durasi keseluruhan dari pekerjaan Basement bila menggunakan metode Top-
Down.