tinjauan metode konstruksi top-down dan

10
Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019 551 TINJAUAN METODE KONSTRUKSI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP BERDASARKAN BIAYA DAN WAKTU Pramesti Nurhaliza Alifani 1 , Rayhan Mahesa Kurnia 2 , Agung Budi Broto 3 Politeknik Negeri Jakarta Jl. Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI Depok, 16424 Telp: (021) 7270036, (021) 7270044 E-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRACT Construction methods are very influential on the cost and execution time of a project. To obtain the right construction method, it is necessary to compare some of the existing construction methods. The common construction method used in Indonesia is the bottom-up construction method, where the work begins with excavating from top basement elevation alongside with the ground anchor work then followed by Foundation work and continued by structure work until completion. Along with the development of technology there is a new method, that is top-down construction method where structural and quarry work is carried out simultaneously starting from the top basement until the bottom of the basement then continued with the foundation work. In the top-down method structure work can be done simultaneously top and bottom. Those two methods are reviewed in terms of cost and time. To compare both methods of construction, it needs a shop drawing for volume calculation, the implementation method of each method, the multiplier coefficient from PUPR number 28/PRT/M/2016 and the unit price for materials and tools to calculate the construction cost, as well as the duration of work. From the data above then processed into construction cost for both methods based on PUPR number 28/PRT/M/2016 and the scheduling duration that is presented in the Bar chart form. Both methods are compared based on the work method, construction cost requirement, and duration of work. From the comparison, the Top-Down construction methods can be more profitable. The top-down method has 25.58% more work items than the bottom-up method but has a duration of 119 days less than the bottom-up method. The bottom-up method has a construction cost difference of Rp 5,857,017,191.06 cheaper than the top-down method. However, the top-down method has a 26.67% greater effectiveness than the bottom-up method. Keywords : Basement; Observation; Method; Top-Down; Bottom-Up ABSTRAK Metode konstruksi sangat berpengaruh pada biaya dan waktu pelaksanaan suatu proyek. Untuk mendapatkan metode konstruksi yang tepat, perlu dibandingkannya beberapa metode konstruksi yang ada. Metode konstruksi yang lumrah digunakan di Indonesia adalah metode konstruksi bottom-up, dimana pekerjaan dimulai dengan pekerjaan galian dari elevasi basement teratas yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan ground anchor kemudian diikuti dengan pekerjaan pondasi dan dilanjutkan pekerjaan struktur diatasnya sampai selesai. Seiring dengan perkembangan teknologi terdapat metode baru yaitu metode konstruksi top- down dimana pekerjaan struktur dan galian dilakukan secara bersamaan yang dimulai dari basement teratas hingga basement terbawah dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi. Pada metode top-down pekerjaan struktur atas dikerjakan secara bersamaan dengan pekerjaan struktur bawah. Kedua metode tersebut ditinjau dari segi biaya dan waktu. Untuk membandingkan kedua metode konstruksi tersebut dibutuhkan gambar kerja untuk perhitungan volume, metode pelaksanaan dari masing-masing metode, koefisien pengali dari Permen PUPR Nomor 28/PRT/M/2016 dan harga satuan alat dan material untuk menghitung biaya konstruksi, serta durasi pekerjaan. Dari data tersebut diolah menjadi kebutuhan biaya konstruksi kedua metode berdasarkan Permen PUPR Nomor 28/PRT/M/2016 dan durasi penjadwalan yang tersaji dalam barchart. Kedua metode dibandingkan berdasarkan metode kerja, kebutuhan biaya konstruksi, dan durasi pekerjaannya. Dari hasil perbandingan didapatkan bahwa metode konstruksi top-down dapat lebih menguntungkan. Metode top-down memiliki item pekerjaan 25,58% lebih banyak dibandingkan dengan metode bottom-up tetapi memiliki durasi 119 hari lebih cepat. Metode bottom-up memiliki selisih biaya konstruksi sekitar Rp 5,857,017,191.06 lebih murah dibandingkan dengan metode top-down. Akan tetapi metode top-down memiliki kefektifitasan sebesar 26,67% lebih besar dibandingkan metode bottom-up. Kata Kunci : Basement; Tinjauan; Metode; Top-Down; Bottom-Up

Upload: khangminh22

Post on 05-Mar-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019

551

TINJAUAN METODE KONSTRUKSI TOP-DOWN DAN BOTTOM-UP

BERDASARKAN BIAYA DAN WAKTU

Pramesti Nurhaliza Alifani1, Rayhan Mahesa Kurnia2, Agung Budi Broto3

Politeknik Negeri Jakarta Jl. Prof. Dr. G.A. Siwabessy,

Kampus UI Depok, 16424

Telp: (021) 7270036, (021) 7270044

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRACT Construction methods are very influential on the cost and execution time of a project. To obtain the right

construction method, it is necessary to compare some of the existing construction methods. The common

construction method used in Indonesia is the bottom-up construction method, where the work begins with

excavating from top basement elevation alongside with the ground anchor work then followed by Foundation

work and continued by structure work until completion. Along with the development of technology there is a

new method, that is top-down construction method where structural and quarry work is carried out

simultaneously starting from the top basement until the bottom of the basement then continued with the

foundation work. In the top-down method structure work can be done simultaneously top and bottom. Those

two methods are reviewed in terms of cost and time. To compare both methods of construction, it needs a shop

drawing for volume calculation, the implementation method of each method, the multiplier coefficient from

PUPR number 28/PRT/M/2016 and the unit price for materials and tools to calculate the construction cost, as

well as the duration of work. From the data above then processed into construction cost for both methods based

on PUPR number 28/PRT/M/2016 and the scheduling duration that is presented in the Bar chart form. Both

methods are compared based on the work method, construction cost requirement, and duration of work. From

the comparison, the Top-Down construction methods can be more profitable. The top-down method has 25.58%

more work items than the bottom-up method but has a duration of 119 days less than the bottom-up method.

The bottom-up method has a construction cost difference of Rp 5,857,017,191.06 cheaper than the top-down

method. However, the top-down method has a 26.67% greater effectiveness than the bottom-up method.

Keywords : Basement; Observation; Method; Top-Down; Bottom-Up

ABSTRAK Metode konstruksi sangat berpengaruh pada biaya dan waktu pelaksanaan suatu proyek. Untuk mendapatkan

metode konstruksi yang tepat, perlu dibandingkannya beberapa metode konstruksi yang ada. Metode

konstruksi yang lumrah digunakan di Indonesia adalah metode konstruksi bottom-up, dimana pekerjaan

dimulai dengan pekerjaan galian dari elevasi basement teratas yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan

ground anchor kemudian diikuti dengan pekerjaan pondasi dan dilanjutkan pekerjaan struktur diatasnya

sampai selesai. Seiring dengan perkembangan teknologi terdapat metode baru yaitu metode konstruksi top-

down dimana pekerjaan struktur dan galian dilakukan secara bersamaan yang dimulai dari basement teratas

hingga basement terbawah dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi. Pada metode top-down pekerjaan struktur

atas dikerjakan secara bersamaan dengan pekerjaan struktur bawah. Kedua metode tersebut ditinjau dari segi

biaya dan waktu. Untuk membandingkan kedua metode konstruksi tersebut dibutuhkan gambar kerja untuk

perhitungan volume, metode pelaksanaan dari masing-masing metode, koefisien pengali dari Permen PUPR

Nomor 28/PRT/M/2016 dan harga satuan alat dan material untuk menghitung biaya konstruksi, serta durasi

pekerjaan. Dari data tersebut diolah menjadi kebutuhan biaya konstruksi kedua metode berdasarkan Permen

PUPR Nomor 28/PRT/M/2016 dan durasi penjadwalan yang tersaji dalam barchart. Kedua metode

dibandingkan berdasarkan metode kerja, kebutuhan biaya konstruksi, dan durasi pekerjaannya. Dari hasil

perbandingan didapatkan bahwa metode konstruksi top-down dapat lebih menguntungkan. Metode top-down

memiliki item pekerjaan 25,58% lebih banyak dibandingkan dengan metode bottom-up tetapi memiliki durasi

119 hari lebih cepat. Metode bottom-up memiliki selisih biaya konstruksi sekitar Rp 5,857,017,191.06 lebih

murah dibandingkan dengan metode top-down. Akan tetapi metode top-down memiliki kefektifitasan sebesar

26,67% lebih besar dibandingkan metode bottom-up.

Kata Kunci : Basement; Tinjauan; Metode; Top-Down; Bottom-Up

Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...

552

PENDAHULUAN Proyek konstruksi saat ini

berkembang dengan pesat di Indonesia,

khususnya pada bangunan gedung

bertingkat. Para pengembang berlomba-

lomba dalam membangun gedung-gedung

bertingkat beserta fasilitasnya guna

memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh

karena itu biaya yang murah dan waktu

pelaksanaan yang singkat menjadi sasaran

yang sangat penting dalam pembangunan

gedung agar dapat bersaing pada bidang

industri dan bisnis saat ini.

Pemilihan metode konstruksi yang

baik dan tepat sangat berdampak pada suatu

proyek terutama dalam hal biaya dan waktu

(Khakim, Anwar and Hasyim 2011).

Terdapat dua jenis metode konstruksi yang

dapat dilaksanakan pada proyek konstruksi

saat ini, yaitu metode konstruksi bottom-up

dan metode konstruksi top-down. Pada

umumnya metode konstruksi bottom-up

adalah metode konstruksi konvensional

yang paling sering digunakan dalam proyek

konstruksi, dimana pelaksanaannya dimulai

dari galian tanah serta pondasi dan

diteruskan dengan pembuatan balok, pelat

dan kolom menerus hingga pelat atap

(Mistra 2012).

Seiring berkembangnya waktu dan

teknologi, terdapat metode konstruksi baru

yaitu metode konstruksi top-down. Pada

metode konstruksi top-down, pelaksanaan

struktur bawah dilakukan dari basement

teratas dan dilanjutkan sampai kedalaman

basement yang diinginkan. Pekerjaan

struktur dan galian apabila menggunakan

metode top-down dikerjakan secara

bersamaan (Prawidiawati and Nurcahyo

2015).

Dalam pembangunan basement,

metode top-down umumnya memiliki

kebutuhan biaya yang lebih mahal dan

waktu pelaksanaan yang dapat dipercepat

dibandingkan dengan metode bottom-up

(Tanubrata 2015). Dalam keadaan dimana

proyek sangat berdekatan dengan bangunan

lain, maka dapat menggunakan metode top-

down (Sukamta 2010).

Oleh karena itu penelitian ini

memiliki tujuan untuk mencari dan

mengetahui perbedaan dari segi biaya dan

waktu metode top-down dan metode

bottom-up pada pembangunan basement.

METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil lokasi di

Jl. Kapten Tendean, Kuningan Barat,

Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Lebih

tempatnya penelitian ini dilakukan pada

proyek pembangunan Gedung Perkantoran

Menara Tendean. Objek yang dijadikan

peninjauan pada penelitian ini adalah

pekerjaan basement dengan jumlah 4 lantai.

Metode pengambilan data yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu berupa

pengamatan, dokumentasi, studi literatur

dan pengumpulan data teknis. Penelitian ini

dilaksanakan sesuai dengan diagram alir

sistematika penelitian yang dapat dilihat

pada gambar 1 berikut :

A

Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019

553

HASIL dan PEMBAHASAN A. Data Bangunan

Basement Menara Tendean terdiri

dari 4 lantai basement dengan ketinggian

lantai basement 1 yaitu 3,5 m dan ketingian

basement 2 sampai basement 4 yaitu 3 m.

B. Metode Konstruksi Top-Down

Tahapan pelaksanaan dengan

menggunakan metode top-down pada

Proyek Menara Tendean adalah sebagai

berikut :

1. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah yang

digunakan adalah diaphragm wall. Data

teknik diaphragm wall sebagai berikut:

Tebal (t) : 80 cm

Kedalaman : 15 m

2. Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Pondasi bored pile direncanakan

menggunakan Ø 800 cm sebanyak 140

unit dan Ø 1.200 sebanyak 53 unit.

3. Pekerjaan Kingpost

Penggunaan kingpost pada metode

top-down berfungsi untuk menunjang

balok dan ringslab selama proses

penggalian. Dimensi kingpost yang

digunakan yaitu H-Beam 428.412.25.35

dan H-Beam 428.422.40.40.

4. Pekerjaan Galian, Capping Beam Dan

Ringslab B-1

- Pekerjaan galian B-1 dibagi menjadi

8 zona pekerjaan sesuai gambar 3 dan

digali sampai dengan kedalaman

rencana yaitu 3.5 meter. Digunakan

excavator PC-200 sebanyak 4 unit.

- Tahapan pekerjaan capping beam B-

1

a. Tanah digali sesuai dengan

dimensi capping beam

b. Tanah dilapisi dengan lantai kerja

agar permukaan rata.

c. Pemasangan bekisting dengan tipe

loose formwork.

d. Pemasangan tulangan.

e. Pengecoran.

Pekerjaan diatas dilakukan dengan

urutan pekerjaan seperti gambar 1

pada halaman 6.

- Pekerjaan Ringslab B-1

Ring slab berfungsi sebagai

penahan beban lateral dari diaphragm

wall dan juga sebagai pengikat

kingpost. Ringslab digunakan juga

sebagai jalan akses keluar masuk alat

berat pada kondisi area proyek yang

relatif sempit.

a. Pemasangan bekisting loose

formwork

b. Pemasangan tulangan.

c. Pengecoran.

Pekerjaan diatas dilakukan dengan

urutan pekerjaan seperti gambar 3.

5. Pekerjaan Galian, Balok Dan

Ringslab,B-3

- Pekerjaan galian B-3 mempunyai

pembagian zona sama dengan galian

B-1 dengan perbedaan kedalaman

galian yaitu 3 meter dan

menggunakan excavator PC-200

sebanyak 4 unit dan Long Arm

sebanyak 2 unit. Pekerjaan

penggalian B-3 mempunyai item

tambahan yaitu soil barrier yang

berfungsi sebagai dinding pembatas

dan/atau penahan antara area

timbunan tanah dan area basement

yang sedang dalam tahap pengerjaan.

- Tahapan Pekerjaan ringslab B-3

a. Pemasangan bekisting loose

formwork

b. Pemasangan tulangan.

c. Pengecoran.

Pekerjaan diatas dilakukan dengan

urutan pekerjaan seperti gambar 3.

6. Pekerjaan galian B-4 dan pondasi raft

- Pekerjaan galian B-9 dibagi menjadi

8 zona pekerjaan dan digali sampai

A

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...

554

dengan kedalaman rencana yaitu 3

meter. Menggunakan excavator PC-

200 sebanyak 4 unit dan Long Arm

sebanyak 2 unit.

- Pekerjaan Pondasi Raft

a. Pekerjaan tulangan dipasang lapis

demi lapis.

b. Pengecoran.

7. Pekerjaan Struktur

Setelah pekerjaan galian, ringslab,

pondasi raft, bored pile, dan kingpost

selesai, maka kingpost dicor secara

permanen sebagai kolom utama.

Setelah itu dilakukan pengecoran

void pada ringslab dimulai dari

basement terbawah sampai basement 1

beserta pekerjaan struktur berupa kolom,

balok dan core wall.

C. Metode Konstruksi Bottom-Up

Pada metode bottom-up penelitian

menggunakan referensi metode pada

proyek konstruksi yang menggunakan

metode bottom-up serta studi literatur dari

jurnal-jurnal dan buku-buku yang

membahas metode bottom-up sebagai

acuan metode pekerjaan.

1. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah yang

digunakan pada metode bottom-up sama

dengan metode top-down

2. Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Dimensi rencana dan banyaknya

bored pile sama dengan metode top-

down

3. Pekerjaan Galian

Penggalian tanah untuk bangunan

gedung di bawah permukaan tanah

dilakukan apabila diaphragm wall telah

selesai dikerjakan pada keliling

bangunan yang direncanakan.

Penggalian tahap awal sampai pada

kedalaman tertentu dilakukan selama

diaphragm wall (tanpa penopang) masih

mampu menahan tekanan tanah.

Kemudian dilakukan bertahap sesuai

dengan kedalaman titik ground anchor.

Pekerjaan galian tersebut

dilaksanakan dengan urutan seperti

gambar 2 halaman 6.

4. Pekerjaan Ground Anchor

Referensi data teknis yang

digunakan untuk ground anchor

didapatkan dari proyek pembangunan

Grand Dharmahusada Lagoon,

Surabaya.

Ground anchor ini digunakan untuk

menahan/menstabilkan dinding penahan

tanah dengan meneruskan gaya

horizontal yang diakibatkan oleh gaya

dorong dari tanah. Kedalaman Ground

Anchor sedalam 21 meter untuk lapis

pertama dan 22 meter untuk lapis kedua

dan ketiga dengan total 618 titik di

sekeliling diaphragm wall .

5. Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur meliputi kolom,

balok, pelat, dan core wall. Pekerjaan

yang dilakukan yaitu :

a. Pemasangan bekisting.

b. Pemasangan tulangan.

c. Pengecoran.

D. Analisis Biaya

Untuk dapat menganalisis dari segi

biaya menghitung terlebih dahulu volume

kebutuhan material, tenaga, dan alat yang

digunakan untuk tiap item pekerjaan sesuai

dengan tahapan pelaksanaan. Analisis

Harga Satuan dihitung berdasarkan volume

pekerjaan dikalikan dengan harga satuan

item yang dihitung berdasarkan Permen

PUPR no 28 Tahun 2016. Contoh

perhitungan Analisis harga satuan dapat

dilihat pada Tabel 1 pada halaman 7.

Setelah diketahui AHSP tiap item

pekerjaan selanjutnya menyusun rencana

anggaran biaya (RAB). RAB dapat dihitung

berdasarkan volume tiap pekerjaan

dikalikan dengan harga satuan tiap

pekerjaan. Dari hasil perhitungan RAB

didapatkan total biaya yang dibutuhkan

menggunakan metode Top-Down dan

Bottom-Up pada Tabel 2 halaman 7.

E. Analisis Waktu

Menghitung produktivitas alat dan

pekerja diperlukan untuk mendapatkan

durasi dari tiap pekerjaan. Didapatkannya

durasi dengan cara membagi volume

pekerjaan dengan produktivitas

alat/pekerja.

Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019

555

Setelah mendapatkan durasi dari

tiap item pekerjaan, maka penggunakan

Microsoft Project 2019 dan berdasarkan

sequence pekerjaan maka didapatkan total

durasi pelaksanaan pekerjaan dari kedua

metode. Hasil perhitungan durasi dari

metode Top-down dan bottom-up dapat

dilihat pada tabel 3 pada halaman 8.

Dari hasil penjadwalan didapatkan

durasi pekerjaan menggunakan metode top-

down adalah 311 hari sedangkan

menggunakan metode bottom-up adalah

430 hari. Perhitungan penjadwalan

menggunakan metode bar chart yang dapat

dilihat pada bagian akhir jurnal penelitian.

KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembangunan basement Gedung

Perkantoran Menara Tendean

menggunakan metode top-down

membutuhkan waktu pelaksanaan

sekitar 311 hari sedangkan dengan

metode bottom-up membutuhkan waktu

sekitar 430 hari. Dapat disimpulkan

bahwa pembangunan menggunakan

metode top-down membutuhkan durasi

yang lebih cepat 119 hari dibandingkan

dengan metode bottotm-up. Dengan

demikian metode top-down lebih efektif

27,67% dibandingkan dengan metode

bottom-up.

2. Pembangunan basement Gedung

Perkantoran Menara Tendean

menggunakan metode top-down

membutuhkan biaya konstruksi sekitar

Rp 180,621,209,376.58 sedangkan jika

menggunakan metode bottom-up

membutuhkan biaya konstruksi sekitar

Rp 174,764,192,163.71. Dari

perbedaan tersebut dapat disimpulkan

bahwa metode bottom-up dapat lebih

murah sebesar Rp 5,857,017,191.06

dibandingkan dengan metode top-

down.

UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Pembimbing,

Dosen dan Teman Jurusan Teknik Sipil,

Politeknik Negeri Jakarta

DAFTAR PUSTAKA [1] Alwi, M. Aryansyah, and Syahrizal.

n.d. "Analisis Penerapan SIstem

Penjadwalan CPM, PERT, dan LBO

Pada Penjadwalan Proyek (Studi Kasus:

Pembangunan Gedung Kantor PT. Jasa

Asuransi Indonesia - Pematang

Siantar)."

[2] Asiyanto. 2008. Metode Konstruksi

Gedung Bertingkat. Jakarta: UI Press.

[3] Bintang, Nopirin Abliataniaga,

Mahayekti Bagaskara, and M. Agus

Wibowo. 2014. "Kajian Pemilihan

Pekerjaan Basement Pada Bangunan

Bertingkat Tinggi Menggunakan

Metode Top Down Sebagai Inovasi

Metode Pelaksanaan (Studi Kasus :

Proyek Sudirman Suites Hotel And

Apartement Jakarta)." Jurnal KArya

Teknik Sipil 3(4): 950-955.

[4] Choiriyah, Siti. 2015. "Analisis

Pekerjaan Basement (Pekerjaan Galian

Dan Diaphragm Wall) Pada Metode

Top-Down Dengan Alat Berat Ditinjau

Dari Aspek Teknik, Waktu, Dan

Biaya." Jurnal Teknik Sipil UNTAG

Surabaya 163-168.

[5] Khakim, Zainul, M. Ruslim Anwar, and

M. Hamzah Hasyim. 2011. "Studi

Pemilihan Pengerjaan Beton Antara

Pracetak Dan Konvensional Pada

Pelaksanaan Konstruksi Gedung

Dengan Metode AHP." Jurnal

Rekayasa Sipil 5: 95-107.

[6] Laksono, Taufik Dwi. 2007.

"Produktivitas Pada Proyek

Konstruksi." Teodolita 8(2): 11-18.

[7] Mistra, H. 2012. Struktur Dan

Konstruksi Bangunan Tinggi Sistem

Top and Down. Jakarta: Griya Kreasi.

[8] Noegroho, Randi Oktovan, and

Koespiadi. 2015. "Comparison of Work

Between Bottom Up Method and Top

Down Method: Execution and Timing."

Proceedings of Narotama International

Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...

556

Conference on Civil Engineering 2015

125-138.

[9] Prawidiawati, Fitri, and Cahyono

Nurcahyo. 2015. "Analisa

Perbandingan Metode Bottom-up dan

Metode Top-Down Pekerjaan

Basement Pada Gedung Parkir

Apartement Skyland City Education."

Jurnal Teknik ITS 4(1).

[10] Project Management Institute.

2017. A Guide to The Project

Management Body of Knowledge - Sixth

Edition. Newton Square, Pennsy Ivania:

Project Management Institute.

[11] PUPR. 2016. Lampiran Peraturan

Menteri PUPR No 28.

[12] Sukamta, Davy. 2010.

Perkembangan Dan Kemajuan

Konstruksi Gedung Tinggi dan Besmen

Dalam. Makalah.

[13] Tanubrata, Maksum. 2015.

"Pelaksanaan Konstruksi Dengan

Sistem Top-Down." Simposium

Nasional 289-293.

[14] Udiana, I Made. 2013. "Desain

Campuran Semen Dan Air Pada

Pekerjaan Grouting Proyek

Bendungan/Waduk Nipah Madura

Jawa Timur." Jurnal Teknik Sipil Vol.

II. No.2 93-104.

[15] Wirliasanti, Irika, and Lenggogeni.

2013. Mnajemen Konstruksi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Tabel – Tabel atau Gambar dapat ditampilkan diakhir artikel

Pekerjaan galian, capping beam, dan slab pada metode konstruksi Top-Down dikerjakan

dengan dibagi – bagi menjadi beberapa zona atau yang lebih dikenal dengan sequence

pekerjaan. Pada metode Top-Down zona pekerjaan dibagi menjadi 7 zona yang dapat dilihat

pada gambar 1 diatas.

VOI

B - 1

B - 2

B - 3

B - 4 B - 5

B - 6

B - 7

Gambar 2 Sequence Pekerjaan Galian, pengecoran

slab dan capping beam pada metode Top-Down

Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019

557

Pekerjaan galian, capping beam, dan slab pada metode konstruksi Bottom-Up mempunyai

perbedaan dalam hal pembagian sequence pekerjaan dibandingkan dengan metode Top-Down.

Pada metode Bottom-Up zona pekerjaan dibagi menjadi 4 zona yang dapat dilihat pada gambar

2 diatas.

Tabel 1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Metode Bottom-Up Pada Item Pekerjaan Galian

PEKERJAAN GALIAN

Galian Tanah Kedalaman > 4m

Tenaga

Pekerja 0.1633 OH 64.176.00 10.479.94

Mandor 0.0163 OH 109.099.20 1.778.32

Operator PC-100 0.3267 OH 102.681.60 33.542.66

Operator PC-200 0.0933 OH 102.681.60 9.583.62

Operator Longarm 0.0653 OH 102.681.60 6.708.52

Alat

Excavator PC-100 0.0133 jam 155.000.00 2.066.67

Excavator PC-100 0.0133 jam 155.000.00 2.066.67

Excavator PC-200 0.0133 jam 175.000.00 2.333.33

Longarm (DMLR2520) 0.0093 jam 225.000.00 2.100.00

Total 70.659.72

Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) penelitian dihitung berdasarkan Permen PUPR No 28

Tahun 2016. AHSP terdiri dari 2 harga satuan yaitu harga satuan tenaga kerja dan material.

Koefisien berdasarkan Permen PUPR No 28 Tahun 2016 dan harga stuan berdasarkan jurnal

harga satuan pekerjaan area DKI Jakarta Tahun 2019.

Tabel 2 Perbandingan RAB Metode Top-Down dan Bottom-Up

NO Uraian Pekerjaan Jumlah Harga Metode

Top-Down

Jumlah Harga Metode

Bottom-Up

1 Pekerjaan Galian Basement 1 Rp 958,103,681.72 -

2 Pekerjaan Galian Basement 3 Rp 3,824,181,057.11 -

3 Pekerjaan Galian Basement 4 Rp 1,462,833,012.16

4 Pekerjaan Galian Tanah Keseluruhan - Rp 4,660,072,683.80

5 Pekerjaan Ground Anchor - Rp 23,176,940,023.45

B -

B -

B -

B -

Gambar 3 Sequence Pekerjaan Galian,

pengecoran slab dan capping beam pada

metode Bottom-Up

Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...

558

NO Uraian Pekerjaan Jumlah Harga Metode

Top-Down

Jumlah Harga Metode

Bottom-Up

6 Pekerjaan Diaphgram Wall Rp 49,557,421,250.47 Rp 49,557,421,250.47

7 Pekerjaan Pondasi Bored Pile Rp 905,335,309.31 Rp 905,335,309.31

8 Pekerjaan King Post Rp 22,993,525,344.32 -

9 Pekerjaan Pondasi Raft Rp 59,003,361,392.92 Rp 59,003,361,392.92

10 Pekerjaan Capping Beam Rp 4,354,131,718.95 -

11 Pekerjaan Balok Basement 3 Ring Slab Rp 2,938,181,087.29 -

12 Pekerjaan Balok Basement 3 - Rp 3,102,293,545.05

13 Pekerjaan Balok Basement 1 Void Rp 1,287,545,327.08

14 Pekerjaan Balok Basement 2 Rp 3,868,994,370.15 Rp 3,868,994,370.15

15 Pekerjaan Balok Basement 3 Void Rp 1,001,616,486.60 -

16 Pekerjaan Balok Basement 1 - Rp 5,554,392,523.95

17 Pekerjaan Kolom Grouting Basement 4 Rp 2,457,627.92 -

18 Pekerjaan Kolom Grouting Basement 3 Rp 2,347,614.20 -

19 Pekerjaan Kolom Grouting Basement 2 Rp 2,347,614.20 -

20 Pekerjaan Kolom Basement 4 Rp 2,276,233,549.53 Rp 2,232,153,549.53

21 Pekerjaan Kolom Basement 3 Rp 2,152,974,323.72 Rp 2,152,974,424.72

22 Pekerjaan Kolom Basement 2 Rp 2,152,974,323.72 Rp 2,152,974,424.72

23 Pekerjaan Kolom Basement 1 Rp 2,470,271,854.93 Rp 2,470,271,854.93

24 Pekerjaan Pelat Ring Slab Basement 1 Rp 6,590,516,579.38 -

25 Pekerjaan Pelat Void Basement 1 Rp 1,137,393,252.60 -

26 Pekerjaan Pelat Lantai Basement 1 - Rp 6,084,590,714.79

27 Pekerjaan Pelat Lantai Basement 2 Rp 2,453,019,421.77 Rp 2,453,019,421.77

28 Pekerjaan Pelat Ring Slab Basement 3 Rp 4,022,219,637.90 -

29 Pekerjaan Pelat Void Basement 3 Rp 1,092,315,140.24 -

30 Pekerjaan Pelat Lantai Basement 3 - Rp 3,278,488,499.57

31 Pekerjaan Core Wall Rp 4,110,908,376.58 Rp 4,110,908,376.58

Total Rp 180,621,209,354.77 Rp 174,764,192,163.71

Selisih Rp 5.857.017.191.06

Perhitungan RAB didapatkan dari perhitungan AHSP yang dikalikan dengan volume

pekerjaannya. Dari kedua metode dapat terlihat perbedaan dari masing-masing item pekerjaan

dan selisih total RAB nya.

Tabel 3 Hasil Perhitungan Durasi Metode Top-Down dan Bottom-Up

Pekerjaan Durasi (hari)

Top-Down Bottom-Up

Guide Wall 120 120

Diaphragm Wall 184 184

King Post 68 -

Ground Anchor - 97

Bored Pile 14 14

Pondasi Raft 56 56

Galian Basement 1 10 -

Seminar Nasional Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta, 2019

559

Pekerjaan Durasi (hari)

Top-Down Bottom-Up

Galian Basement 3 46 -

Galian Basement 4 53 -

Galian Basement Total - 104

Capping Beam 112 -

Ringslab Basement 1 112 -

Ringslab Basement 3 98 -

Balok + Pelat Basement 1 44 139

Balok + Pelat Basement 2 128 145

Balok + Pelat Basement 3 44 139

Kolom 81 81

Core Wall 81 81

Durasi Pekerjaan sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek tersebut. Durasi pekerjaan

dapat dihitung menggunakan rumus tertentu ataupun dengan laporan harian pada proyek

tersebut. Tabel diatas merupakan table perbedaan durasi dari kedua metode yang ditinjau dalam

penelitian ini.

Gambar 4 Bar Chart Metode Bottom-Up

Dari item – item pekerjaan pada metode konstruksi dan durasi pekerjaan dapat dituangkan

dalam bentuk Bar Chart pada gambar diatas menggunakan aplikasi Microsoft Project 2019

agar diketahui durasi keseluruhan dari pekerjaan Basement bila menggunakan metode Bottom-

Up.

Pramesti, Rayhan, Agung, Tinjauan Metode Konstruksi...

560

Gambar 5 Bar Chart Metode Top-Down

Dari item – item pekerjaan pada metode konstruksi dan durasi pekerjaan dapat dituangkan

dalam bentuk Bar Chart pada gambar diatas menggunakan aplikasi Microsoft Project 2019

agar diketahui durasi keseluruhan dari pekerjaan Basement bila menggunakan metode Top-

Down.