tinjauan pengangguran
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
I. Pengangguran
Ada hubungan yang erat sekali antara
tingginya tingkat pengangguran, luasnya kemiskinan,
dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi
sebagian besar orang yang tidak mempunyai pekerjaan
yang tetap atau hanya bekerja paruh waktu selalu
berada diantara kelompok masyarakat yang sangat
miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di
sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk
diantara kelompok masyarkat kelas menengah ke atas.
Namun, salah jika beranggapan bahwa setiap orang
yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang
yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Hal ini
karena ada kadangkala ada pekerjaan di perkotaan
yang tidak secara sukarela karena mencari pekerjaan
yang lebih dan lebih sesuai dengan tingkat
pendidikannya.
Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih
rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka
mempunyai sumber lain yang bisa membantu masalah
keuangan mereka. Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja sama sekali atau bekerjakuran dari dua
hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
mencari pekerjaan (Simanjuntak, 1985).
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan
jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi
mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam
empat minggu terakhir untuk mencapai pekerjaan
(Kaufman dan Hotchkiss, 1999).
Badan Pusat Statistik mendefinisikan penganggur
sebagai mereka yang tidak bekerja atau mencari
pekerjaan, seperti mereka yang belum bekerja yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Termasuk
didalam kategori ini adalah mereka yang sudah
bekerja karena sesuatu hal berhenti atau
diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan. Usaha mencari pekerjaan ini tidak
terbatas pada seminggu, sebulan pencarian, jadi
mereka yang berusaha mendapatkan pekerjaan dan
permohonannya telah dikirim lebih satu minggu yang
lalu tetap dianggapsebagai pencari kerja. Untuk
mengukur tingkat pengangguran pada suatu 23
daerah/wilayah bias didapat dari presentasi membagi
jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dan
dinyatakan dalam persen (BPS, 1990).
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan
jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi
mereka sedang melakukan usaha secara aktif untuk
mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan suatu
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut
(Sukirno, 1997). Ada kecenderungan pengangguran
lebih terpusat di kota daripada di desa. Kelompok
pengangguran ini kebanyakan adalah tenaga kerja yang
baru menyelesaikan pendidikan dan sedang menunggu
untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
aspirasi mereka. Selama menunggu pekerjaan yang
diinginkan, biaya mereka ditanggung oleh keluarga
yang relatif mampu.
Ini mengisyaratkan bahwa masalah pengangguran
dinegara sedang berkembang kurang berkaitan dengan
kemiskinan (Effendi,1995). Tingkat pengangguran
terdidik (Educated Unemployment rate) merupakan rasio
jumlah pencari kerja yang berpendidikan SLTA ke atas
(sebagai kelompok terdidik) terhadap besarnya
angkatan kerja pada kelompok tersebut (BPS, 2008).
Pengangguran tenaga kerja terdidik akan lebih
terlihat terutama dari kelompok usia muda yang baru
lulus dari tingkat pendidikannya serta mencari kerja
untuk pertama kalinya
A.Pengangguran biasanya dibedakan atas 3
jenis berdasarkan keadaan yang
menyebabkan, antara lain:1. Pengangguran konjungtural (Cycle
Unemployment) adalah pengangguran yangdiakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklusekonomi.
2. Pengangguran struktural (Struktural
Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh ketidakcocokan antara
keterampilan (kualifikasi) tenaga kerja yang
dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang
tersedia.Perubahan struktur ekonomi dan corak
ekonomi dalam jangka panjang merupakan latar
belakang ketidakcocokan itu. Pengangguran
struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti :
Akibat permintaan berkurang
Akibat kemajuan dan pengguanaan
teknologi
Akibat kebijakan pemerintah
3. Pengangguran friksional (FrictionalUnemployment) adalah pengangguran yang munculakibat adanya ketidaksesuaian antara pemberikerja dan pencari kerja (pergantian pekerjaanatau pergeseran tenaga kerja). Pengangguranini muncul dari kemauan tenaga kerja yangbersangkutan. Ia menganggur untuk sementarawaktu dalam rangka mencari pekerjaan yanglebih baik, menantang dan menunjang karirnya.Pengangguran ini sering disebut pengangguransukarela.
4. Pengangguran musiman adalah pengangguran yangmuncul akibat pergantian musim misalnyapergantian musim tanam ke musim panen.
5. Pengangguran teknologi adalah pengangguranyang terjadi akibat perubahan ataupenggantian tenaga manusia menjadi tenagamesin-mesin.
6. Pengangguran siklus adalah pengangguran yangdiakibatkan oleh menurunnya kegiatanperekonomian (karena terjadi resesi).Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnyapermintaan masyarakat (aggrerat demand).Contoh : suatu saat perekonomian suatu negaramengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saatlain, mengalami resesi (menurun) atau bahkandepresi.Pada saat krisis ekonomi, daya belimasyarakat menurun sehingga tingkatpermintaan terhadap barang dan jasa jugamenurun.Turunnya permintaan masyarakatterhadap barang dan jasa memaksa produsenuntuk menurunkan kegiatan produksi.Produsenmelakukan ini antara lain dengan caramengurangi pemakaian faktor produksi,termasuk tenaga kerja.Inilah mengapa padasaat krisis ekonomi kita menyaksikanbanyaknya pegawai atau buruh terkena PHKsehingga menganggur.
B.Jenis pengangguran menurut waktu kerja1. Pengangguran Terselubung (Disguissed
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidakbekerja secara optimal karena suatu alasantertentu. Contoh : suatu kantor mempekerjakan10 orang karyawan padahal pekerjaan dalamkantor itu dapat dikerjakan dengan baik walauhanya dengan 8 orang karyawan saja,sehinggaterdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja. Orang-orang semacam ini yang disebut denganpengangguran terselubung.
2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalahtenaga kerja yang tidak bekerja secara optimalkarena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanyatenaga kerja setengah menganggur ini merupakantenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jamselama seminggu. Contoh : seorang buruhbangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan disuatu proyek untuk sementara menganggur sambilmenunggu proyek berikutnya.
Setengah pengangguran dibagi menjadi duakelompok :
Setengah Penganggur Terpaksa, yaitumereka yang bekerja dibawah jam kerjanormal dan masih mencari pekerjaan ataumasih bersedia menerima pekerjaan lain.
Setengah Penganggur Sukarela, yaitumereka yang bekerja di bawah jam kerjanormal tetapi tidak mencari pekerjaanatau tidak bersedia menerima pekerjaanlain, misalnya tenaga ahli yang gajinyasangat besar.
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalahtenaga kerja yang sungguh-sungguh tidakmempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis inicukup banyak karena memang belum mendapatpekerjaan padahal telah berusaha secaramaksimal.
4. Pengangguran tenaga kerja terdidik disebabkanbahwa semakin tinggi 25 pendidikan akan semakintinggi pula aspirasinya untuk mendapatkankedudukan atau kesempatan kerja yang lebihsesuai Pengangguran tenaga kerja terdidik dinegara sedang berkembang umumnya mengelompokkanpada golongan usia muda dan yangberpendidikan.. Meningkatnya penganggurantenaga kerja terdidik yaitu:
Ketidakcocokan antara karakteristiklulusan baru yang memasuki dunia kerjadengan kesempatan kerja yang tersedia.
Semakin terdidik seseorang, makasemakin besar harapannya pada jenispekerjaan yang aman, dengan demikianangkatan kerja terdidik lebih sukamemilih menganggur dari pada mendapatpekerjaan yang tidak sesuai dengankeinginan mereka.
Terbatasnya daya serap tenaga kerjasektor formal yang kurang beresiko.
Belum efisiensinya fungsi pasar tenagakerja.
C.Faktor-faktor yang menyebabkanpengangguran1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan
Kesempatan KerjaKetidakseimbangan terjadi apabila jumlahangkatan kerja lebih besar daripada kesempatankerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangatjarang terjadi.
2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan
penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama ataulebih besar daripada angkatan kerja,pengangguran belum tentu tidak terjadi.Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaianantara tingkat pendidikan yang dibutuhkan danyang tersedia. Ketidakseimbangan tersebutmengakibatkan sebagian tenaga kerja yang adatidak dapat mengisi kesempatan kerja yangtersedia.
4. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antardaerah tidak seimbangJumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkinsaja lebih besar dari kesempatan kerja,sedangkan di daerah lainnya dapat terjadikeadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapatmengakibatkan perpindahan tenaga kerja darisuatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatunegara ke negara lainnya.
5. Budaya pilih-pilih pekerjaan, Pada dasarnyasetiap orang ingin bekerja sesuai dengan latarbelakang pendidikan. Dan lagi ditambah dengansifat gengsi maka tak heran kebanyakan yangditemukan di Indonesia bukan pengangguranterselubung, melainkan pengangguran terbukayang didominasi oleh kaum intelektual(berpendidikan tinggi).
6. Pemalas selain budaya memilih-milihpekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur
di Indonesia adalah budaya malas. Malas mencaripekerjaan sehingga jalan keluar lain yangditempuh adalah dengan menyogok untukmendapatkan pekerjaan.
7. Tidak mau ambil resiko, adakah yang beranimengambil resiko seperti itu? Kami yakinsedikit sekali. Padahal kalau dipikir-pikir itujustru menguntungkan si pencari kerja selama 3bulan tersebut ia bisa menimba pengalamansebanyak-banyaknya.
D.Dampak-dampak pengangguran1. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian
suatu Negara, Jika tingkat pengangguran disuatu negara relatif tinggi, hal tersebutakan menghambat pencapaian tujuan pembangunanekonomi yang telah dicita-citakan.Hal ini terjadi karena pengganguran berdampaknegatif terhadap kegiatan perekonomian,seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Pengangguran bisa menyebabkanmasyarakat tidak dapatmemaksimalkan tingkat kemakmuranyang dicapainya. Hal ini terjadikarena pengangguran bisa
menyebabkan pendapatan nasionalriil (nyata) yang dicapaimasyarakat akan lebih rendahdaripada pendapatan potensial(pendapatan yang seharusnya). Olehkarena itu, kemakmuran yang dicapaioleh masyarakat pun akan lebihrendah.
Pengangguran akan menyebabkanpendapatan nasional yang berasaldari sektor pajak berkurang. Halini terjadi karena pengangguranyang tinggi akan menyebabkankegiatan perekonomian menurunsehingga pendapatan masyarakat punakan menurun. Dengan demikian,pajak yang harus dibayar darimasyarakat pun akan menurun. Jikapenerimaan pajak menurun, danauntuk kegiatan ekonomi pemerintahjuga akan berkurang sehinggakegiatan pembangunan pun akan terusmenurun.
Pengangguran tidak menggalakkanpertumbuhan ekonomi. Adanyapengangguran akan menyebabkan dayabeli masyarakat akan berkurangsehingga permintaan terhadapbarang-barang hasil produksi akanberkurang. Keadaan demikian tidakmerangsang kalangan Investor(pengusaha) untuk melakukanperluasan atau pendirian industribaru. Dengan demikian tingkatinvestasi menurun sehinggapertumbuhan ekonomipun tidak akanterpacu.
Mengurangi output negara Menurunkan taraf hidup Memperlambat proses pembangunan Meningkatkan Tingkat Kemiskinan
2. Dampak pengangguran terhadap Individu yangMengalaminya dan Masyarakat, berikut inimerupakan dampak negatif pengangguranterhadap individu yang mengalaminya danterhadap masyarakat pada umumnya:
Pengangguran dapat menghilangkanmata pencaharian
Pengangguran dapat menghilangkanketrampilan
Pengangguran dapat meningkatkanangka kriminalitas
Pengangguran akan menimbulkanketidakstabilan sosial politik.
Pengangguran dapat meningkatkanangka kemiskinan.
Masalah jiwa dan keyakinan Ketentraman keluarga akan terganggu Meningkattnya tindakan kriminal
E.Kebijakan-kebijakan mengatasi pengangguran1. Cara mengatasi pengangguran struktural
Peningkatan mobilitas modal dan tenagakerja
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerjadari tempat dan sector yang kelebihan ketempat dan sektor ekonomi yang kekurangan
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untukmengisi formasi kesempatan (lowongan)kerja yang kosong, dan
Segera mendirikan industri padat karya diwilayah yang mengalami pengangguran
2. Cara mengatasi pengangguran friksional Perluasan kesempatan kerja dengan cara
mendirikan industri-industri baru,terutama yang bersifat padat karya
Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagaibidang industri untuk merangsang timbulnyainvestasi baru
Menggalakkan pengembangan sector Informal,seperti home indiustri
Menggalakkan program transmigrasi untukmenyerap tenaga kerja di sector agrarisdan sector formal lainnya
Pembukaan proyek-proyek umum olehpemerintah, seperti pembangunan jembatan,jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lainsehingga bisa menyerap tenaga kerja secaralangsung maupun untuk merangsang investasibaru dari kalangan swasta.
3. Cara mengatasi pengangguran musiman Pemberian informasi yang cepat jika ada
lowongan kerja di sector lain, Melakukan pelatihan di bidang keterampilan
lain untuk memanfaatkan waktu ketikamenunggu musim tertentu
4. Cara mengatasi pengangguran siklus Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap
barang dan jasa Meningkatkan daya beli Masyarakat
Menurut konsep yang digunakan Badan Pusat Statistik
dalam SAKERNAS (1998), angkatan kerja yang merupakan
penduduk usia kerja (10 tahun atau lebih) punya
pekerjaan sementara, tidak bekerja dan mencari
pekerjaan. Sedangkan yang diartikan bekerja disini
adalah mereka yangmelakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau
keuntungan dan lamanya bekerja sedikit satu jam secara
terus menerus dalam seminggu yang lalu.
Menurut Sukirno (1997), efek buruk dari pengangguran
adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai
seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat
karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang
mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki
pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat
buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan
menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka
panjang
Upah sebagaimana lazimnya diartikan sebagai harga
dari tenaga kerja, Dilihat dari pengertian ini maka
peranan upah sangat besar sekali dalam menentukan
jumlah permintaaan maupun penawaran tenaga kerja
(Ananta 1989). Besarnya penyediaan tenaga kerja dalam
masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya
untuk proses produksi. Diantara mereka yang sudah aktif
dalam kegiatannya menghasilkan barang atau jasa. Mereka
dinamakan golongan yang bekerja. Sebagian lain
tergolong yang siap bekerja atau sedang berusaha
mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau
penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja
dinamakan angkatan kerja (Ananta, 1989).
Produktivitas, pertumbuhan ekonomi, investasi,
pengeluaran pemerintah, upah dan inflasi berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.
Produktivitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang
signifikan antara tingkat pengangguran dan
produktivitas mengindikasikan bahwasanya tingkat
pengangguran dipengaruhi oleh produktivitas. Apabila
produktivitas mengalami peningkatan maka kemampuan
tenaga kerja dalam menghasilkan output akan meningkat
sehingga akan berdampak terhadap peningkatan permintaan
tenaga kerja.
Peningkatan permintaan tenaga kerja ini akan
menurunkan tingkat pengangguran. Sebaliknya, apabila
produktivitas mengalami penurunan maka kemampuan tenaga
kerja dalam menghasilkan output akan menurun sehingga
akan berdampak terhadap penurunan permintaan tenaga
kerja. Penurunan permintaan tenaga kerja ini akan
meningkatkan tingkat pengangguran. Apabila
produktivitas mengalami peningkatan maka penggunaan
terhadap tenaga kerja juga akan mengalami peningkatan.
Peningkatan penggunaan tenaga kerja akan menurunkan
jumlah tingkat pengangguran. Begitu sebaliknya, apabila
produktivitas mengalami penurunan maka penggunaan
terhadap tenaga kerja juga akan mengalami penurunan.
penurunan ini akan meningkatkan tingkat pengangguran.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengangguran di Indonesia. Terdapatnya pengaruh
yang signifikan antara tingkat pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi mengindikasikan bahwasanya tingkat
pengangguran dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi.
Kenaikan permintaan terhadap tenaga kerja ini akan
berakibat terhadap menurunnya tingkat pengangguran.
Begitu sebaliknya, apabila pertumbuhan ekonomi turun
berarti telah terjadi penurunan terhadap produksi
barang dan jasa karena penurunan produksi barang dan
jasa akan menyebabkan penurunan terhadap faktor-faktor
produksi salah satunya adalah tenaga kerja. Penurunan
permintaan terhadap tenaga kerja ini akan berakibat
terhadap meningkatnya tingkat pengangguran. Terdapat
pengaruh yang signifikan dan negatif antara pertumbuhan
ekonomi dengan pengangguran, kenaikan pertumbuhan
ekonomi akan menurunkan pengangguran. Kenaikan
pertumbuhan ekonomi akan mengurangi pengangguran
sedangkan penurunan pertumbuhan ekonomi akan
meningkatkan pengangguran. Penelitian penulis juga
menemukan bahwa terdapat hubungan yang berbanding
terbalik antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di
Indonesia.
Investasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang
signifikan antara tingkat pengangguran dan investasi
mengindikasikan bahwasannya tingkat pengangguran
dipengaruhi oleh investasi. Investasi yang meningkat
menandakan adanya peningkatan terhadap kegiatan
penanaman modal baik itu berupa pendirian pabrik baru,
membeli peralatan dan mesin-mesin ataupun sebagainya.
Oleh karena itu, kegiatan penanaman modal ini akan
banyak membutuhkan input-input produksi diantaranya
adalah tenaga kerja,
Sehingga penggunaan atau penyerapan terhadap tenaga
kerja menjadi meningkat. Kondisi meningkatnya
penyerapan tenaga kerja akan menurunkan tingkat
pengangguran. Begitu sebaliknya, apabila investasi
turun maka kegiatan penanaman modal juga akan mengalami
penurunan. Kondisi ini akan menurunkan produktivitas
produsen dalam menghasilkan berbagai macam jenis barang
dan jasa, sehingga berdampak terhadap penurunan
penyerapan tenaga kerja. Penurunan penyerapan tenaga
kerja ini mengimplikasikan terjadinya kenaikan tingkat
pengangguran. Investasi yang meningkat akan
meningkatkan permintaan tenaga kerja sehingga tingkat
pengangguran menurun. Kemudian, pengeluaran pemerintah
mempengaruhi tingkat pengangguran secara signifikan.
Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara tingkat
pengangguran dan pengeluaran pemerintah mengindikasikan
bahwasanya tingkat pengangguran dipengaruhi oleh
pengeluaran pemerintah.
Apabila pengeluaran pemerintah meningkat seperti
belanja modal untuk meningkatkan infrastruktur, maka
akan berdampak terhadap peningkatan produksi output.
Output yang meningkat akan meningkatkan permintaan
terhadap faktor-faktor produksi salah satunya adalah
tenaga kerja. Dengan demikian keadaan seperti ini akan
mendorong turunnya tingkat pengangguran. Sebaliknya,
apabila pengeluaran pemerintah mengalami penurunan maka
akan menghambat proses terjadinya produksi barang dan
jasa (output) sehingga permintaan terhadap faktor-
faktor produksi juga akan menurun. Oleh karena itu,
keadaan ini akan menyebabkan tingkat pengangguran
meningkat.
Keynes pada hakikatnya berpendapat bahwa
perekonomian selalu menghadapi masalah pengangguran dan
campur tangan pemerintah yang aktif dalam perekonomian
akan membantu masalah ini. Salah bentuk campur tangan
yang dapat dilakukan adalah dengan menjalankan
kebijakan fiskal. Dalam hal ini Keynes mengisyaratkan
kebijakan fiskal yang ekspansif melalui pengurangan
pajak dan penambahan pengeluran pemerintah (Government
Expenditure).
Disamping itu, upah berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengangguran. Terdapatnya pengaruh yang
signifikan antara tingkat pengangguran dan upah
mengindikasikan bahwasanya tingkat pengangguran
dipengaruhi oleh upah. Kenaikan upah akan menyebabkan
terjadinya kenaikan biaya produksi perusahaan. Kenaikan
biaya produksi ini tentunya akan berdampak terhadap
peningkatan harga output sehingga menyebabkan
permintaan terhadap output menurun. Dengan demikian,
adanya kenaikan upah ini akan menyebabkan perusahaan-
perusahaan menurunkan permintaannya terhadap tenaga
kerja sehingga tingkat pengangguran meningkat.
Sebaliknya, apabila upah mengalami penurunan maka biaya
produksi perusahaan juga akan menurun.
Penurunan biaya produksi ini akan menurunkan harga
output sehingga permintaan terhadap output meningkat
dan keuntungan perusahaan pun ikut meningkat. Kondisi
ini tentunya akan mendorong permintaan tenaga kerja
sehingga tingkat pengangguran menurun. Kenaikan upah
akan menyebabkan terjadinya kenaikan pengangguran.
Jumlah tenaga kerja yang diminta (permintaan tenaga
kerja), baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang, mempunyai hubungan negatif dengan tingkat
upah. Apabila tingkat upah mengalami kenaikan maka
permintaan terhadap tenaga kerja akan menurun sehingga
akan meningkatkan tingkat pengangguran.
Sebaliknya, apabila tingkat upah mengalami penurunan
maka permintaan terhadap tenaga kerja akan meningkat
sehingga akan menurunkan tingkat pengangguran
Selanjutnya, inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengangguran di Indonesia secara
parsial. Tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan
antara inflasi dan tingkat pengangguran mengindikasikan
bahwa tingkat pengangguran tidak dipengaruhi oleh
inflasi di Indonesia.
Hal ini dikarenakan inflasi yang terjadi di
Indonesia sebagian besar adalah inflasi yang berasal
dari kenaikan atau dorongan biaya produksi (Cost Push
Inflation) bukan berasal dari kenaikan atau tarikan
permintaan (Demand Pull Inflation). Sebab inflasi yang
berasal dari tarikan permintaan akan mendorong produsen
atau perusahaan untuk meningkatkan kapasaitas
produksinya dengan menambah input-input produksi
diantaranya tenaga kerja (asumsi modal tetap). Akibat
dari peningkatan penggunaan input produksi dalam hal
ini adalah tenaga kerja maka akan menurunkan tingkat
pengangguran.
Sedangkan inflasi yang berasal dari dorongan biaya
tidak akan menyebabkan peningkatan terhadap permintaan
input produksi (tenaga kerja) dan bahkan sampai kadar
tertentu peningkatan biaya produksi ini justru akan
mengurangi penggunaan tenaga kerja sehingga
meningkatkan tingkat pengangguran. Kondisi ini
dibuktikan oleh semakin meningkatnya biaya produksi
perusahaan di Indonesia beberapa tahun belakangan
seperti meningkatnya harga-harga bahan baku dan barang
modal impor akibat krisis keuangan global sehingga
mendorong kenaikan harga output produksi.
Kenaikan harga output produksi ini telah memicu
terjadinya inflasi di Indonesia akan tetapi inflasi
seperti ini tidak mengakibatkan kapasitas produksi
meningkat sehingga penggunaan tenaga kerja juga tidak
meningkat. Oleh karena itu, tingkat pengangguran tidak
berkurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu Algofari (2010) yang menemukan
bahwa tidak ada pengaruh inflasi terhadap pengangguran
di Indonesia. Naik turunnya inflasi tidak akan
menyebabkan naik turunnya pengangguran di Indonesia
hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran. Akan
tetapi penelitian penulis menemukan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi dan
tingkat pengangguran. Artinya kenaikan dan penurunan
inflasi tidak memberikan efek terhadap tingkat
pengangguran di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. (http://yogotakgentar.blogspot.com/2014/02/
makalah-penganggurandi-indonesia-di.html).2. (http://mohammad-riyandi.blogspot.com/2012/06/
pengangguran-di-indonesia-bagaimana.html)
ReferencesAimon, Zulhanafi Hasdi. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Tingkat Pengangguran di Indonesia.
Cahyani, Indah Gita. 2014. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN TERDIDIK DI SULAWESI SELATAN. Makassar : s.n., 2014.
Choili, Fakhtul Mufid. 2014. Analisis Pengaruh Pengangguran, ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus 33 Provinsi Indonesia). Malang : s.n., 2014.
SAPUTRA, WHISNU ADHI. 2011. PENGANGGURAN TERDIDIK DI SULAWESI SELATAN, PDRB, IPM, PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN / KOTA JAWA TENGAH. Semarang : s.n., 2011.