surat pencatatan - repository poltekkes semarang

91
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SURAT PENCATATAN CIPTAAN Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan: Nomor dan tanggal permohonan : EC00201939733, 9 Mei 2019 Pencipta Nama : Puji Hastuti, AHli(A), MHKes, Anita Widiastuti, SKep, MKes, , dkk Alamat : Jl Muria RT 5 RW 5 Desa Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah, Cilacap, Jawa Tengah, 53282 Kewarganegaraan : Indonesia Pemegang Hak Cipta Nama : Puji Hastuti, Ahli(A), MHKes, Anita Widiastuti, SKep, MKes, , dkk Alamat : JL Muria RT 5 RW 5 Kroya Cilacap, Cilacap, 9, 53282 Kewarganegaraan : Indonesia Jenis Ciptaan : Buku Judul Ciptaan : Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan Tinjauan Kurikulum Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan Tahun 2016 Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia : 9 Mei 2019, di Jakarta Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya. Nomor pencatatan : 000141801 adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon. Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M., ACCS. NIP. 196611181994031001

Upload: khangminh22

Post on 07-Apr-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATANCIPTAAN

Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan : EC00201939733, 9 Mei 2019

Pencipta

Nama :Puji Hastuti, AHli(A), MHKes, Anita Widiastuti, SKep, MKes,

, dkk

Alamat : Jl Muria RT 5 RW 5 Desa Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten

Cilacap Propinsi Jawa Tengah, Cilacap, Jawa Tengah, 53282

Kewarganegaraan : Indonesia

Pemegang Hak Cipta

Nama :Puji Hastuti, Ahli(A), MHKes,  Anita Widiastuti, SKep, MKes, 

, dkk

Alamat : JL Muria RT 5 RW 5 Kroya Cilacap, Cilacap, 9, 53282

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Ciptaan : Buku

Judul Ciptaan : Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan Tinjauan Kurikulum

Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan Tahun 2016

Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama

kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah

Indonesia

: 9 Mei 2019, di Jakarta

Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70

(tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung

mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Nomor pencatatan : 000141801

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.

Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta.

a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M., ACCS.

NIP. 196611181994031001

LAMPIRAN PENCIPTA

No Nama Alamat

1 Puji Hastuti, AHli(A), MHKesJl Muria RT 5 RW 5 Desa Kroya Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

Propinsi Jawa Tengah

2 Anita Widiastuti, SKep, MKes Kebumen RT 2 RW 4 Baturraden Banyumas Jawa Tengah

3 Riza Amalia, SST, MKes Jl. Serayu No.68 RT 02 RW 03 Kebondalem Pemalang

LAMPIRAN PEMEGANG

No Nama Alamat

1 Puji Hastuti, Ahli(A), MHKes JL Muria RT 5 RW 5 Kroya Cilacap

2 Anita Widiastuti, SKep, MKes Kebumen RT 02 RW 04 Baturraden

3 Riza Amalia, SST, MKes Jl. Serayu No.68 RT 02 RW 03 Kebondalem Pemalang

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Buku Ajar

KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN

Tinjauan Kurikulum Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan tahun 2016

ii Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan

Puji Hastuti, Ahli (A), MH.KesAnita Widiastuti, S.Kep, M.Kes

Riza Amalia, S. ST., M.Kes

Blog : www.transinfotim.blogspot.comPenerbit : Trans Info Media, Jakarta

Buku Ajar

KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN

Tinjauan Kurikulum Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan tahun 2016

iv Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan v

Kata Pengantar

Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan buku ajar ini. Buku Ajar Ketrampilan Dasar Klinik Kebidanan ini memuat materi yang disesuaikan dengan kurikulum pendidikan tinggi Diploma III Kebidanan tahun 2016 tentang pengenalan instru-ment kebidanan, prinsip pecegahan infeksi, pemrosesan alat dan penanganan sampah dalam praktik kebidanan, pemerik-saan fisik, menyiapkan pemeriksaan untuk diagnostic, obat-obatan dan pemberian cairan yang digunakan dalam praktik kebidanan, perawatan luka dalam praktik kebidanan, asuhan pasien bedah pada kasus kebidanan dan prinsip-prinsip bio-fisika kesehatan dalam praktik kebidanan.

Dalam penyelesaian buku ajar ini, kami telah banyak menda-patkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Warijan, SPd, A.Kep. MKes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang.

2. Ibu Sri Rahayu, S.Kp, Ns, STr. Keb, MKes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes.

vi Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan vii

Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................ v

Daftar Isi ................................................................................... vii

Bab 1Pengenalan Instrument ........................................................... 1 A. Definisi Alat Kesehatan ........................................................ 1 B. Penggolongan Alat Kesehatan ............................................. 2

Bab 2Prinsip Pencegahan Infeksi Pemrosesan Alat danPenanganan Sampah .............................................................. 33Cuci Tangan ............................................................................... 33

Bab 3Pemeriksaan Fisik ................................................................... 47

Bab 4Menyiapkan Pemeriksaan Untuk Diagnostic ........................ 61 A. Persiapan Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen ......... 61 B. Persiapan Pemeriksaan Radiologi ....................................... 69

3. Ibu Suparmi, SPd, SSiT, MKes selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang.

4. Teman-teman penulis yang luar biasa, terima kasih atas kerja sama dan kekompakannya.

5. Keluarga tercinta dari seluruh penulis atas pengertiannya yang luar biasa.

Penulis menerima dengan tangan terbuka terhadap kritik dan saran guna perbaikan buku ajar ini dikemudian hari. Akhir kata, semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Purwokerto, Januari 2019

Penulis

viii Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �

Bab 5Obat-obatan dan Pemberian Cairan yang Digunakan dalam Praktik Kebidanan .................................................................... 73 A. Sediaan Obat ........................................................................ 73 B. Prinsip Pemberian Obat ....................................................... 73 C. Cara Penyimpanan Obat ....................................................... 76 D. Teknik Pemberian Obat ........................................................ 77

Bab 6Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan ............................ 107 A. Pengertian Luka ................................................................... 107 B. Persiapan Merawatan Luka ................................................. 112 C. Menjahit Luka ....................................................................... 116 D. Merawat Luka ....................................................................... 129E. Mengangkat Jahitan ............................................................. 138

Bab 7Asuhan Pasien Bedah Pada Kasus Kebidanan ..................... 143 A. Pengertian Perioperatif ........................................................ 143 B. Perawatan Preoperasi .......................................................... 144 C. Perawatan Intraoperasi ........................................................ 148 D. Perawatan Postoperasi ........................................................ 152

Bab 8Prinsip-Prinsip Biofisika Kesehatan dalamPraktik Kebidanan ................................................................... 157

Biodata Penulis ........................................................................ 165

Daftar Pustaka .......................................................................... 167

A. DEFINISI ALAT KESEHATAN

Dalam bahasa Inggris dikenal nama/istilah Medical Instruments. Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, namanya akan menjadi Alat-Alat Kedokteran atau Alat-Alat Medis. Dalam ba-hasa Indonesia dikenal nama/istilah Alat-Alat Kesehatan atau disingkat dengan nama ALKES.

ALKES ini ruang lingkupnya lebih luas daripada alat kedok-teran. Tetapi akan lebih lengkap lagi bila ALKES ini ditam-bah dengan alat-alat untuk penyelidikan, sehingga namanya berubah menjadi Alat-Alat Kesehatan dan Penyelidikan atau disingkat dengan nama AAKP atau A2KP.

Definisi ALKES menurut peraturan Menteri Kesehatan R.I no. 220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6 September 1976, yang dimaksud dengan: Alat Kesehatan adalah barang, in-strument, aparat atau alat, termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimak-sudkan untuk digunakan dalam :

1BAB

PENGENALAN INSTRUMENT

� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �

1. Pemeliharaan dan perawatan alat kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.

2. Pemulihan, perbaikan atau perubahan suatu fungsi badan atau struktur badan manusia.

3. Diagnosa kehamilan pada manusia atau pemeliharaan selama hamil dan setelah melahirkan termasuk pemeli-haraan bayi.

4. Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat kesehatan, Alat Kesehatan adalah instrument, aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meri-ngankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Definisi semacam itu juga terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.

B. PENGGOLONGAN ALAT KESEHATAN

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 116/SK/79, alat kesehatan dapat digolongkan men-jadi :

1. Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan.

2. Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan bi-natang piaraan.

3. Alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan.

4. Wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol infus.

5. Peralatan obstetri dan ginekologi.

6. Pelalatan anestesi.

7. Peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi.

8. Peralatan dan perlengkapan kedokteran THT.

9. Peralatan dan perlengkapan kedokteran mata.

Penggolongan ALKES bisa dibagi menurut macam-macam keadaan, ditinjau dari segi apa, misalnya saja menurut :

1. Penggolongan menurut fungsinya :

a. Peralatan medis :

1) Instrument atau perlengkapan seperti : X-Ray, ICU, ICCU, Obgyn, Emergency dept, kardiologi, opera-ting theatre, dan lain-lain.

2) Utensilien, seperti Nierbekken, alat pembalut, urinal, bedpan, catheters dan lain-lain.

b. Peralatan non-medis, seperti : dapur, generator, keper-luan cucian (laundry) dan lain-lain.

1) Penggolongan menurut sifat pemakaiannya.

a) Peralatan yang habis dipakai (consumable).

b) Peralatan yang dapat digunkan secara terus menerus.

2. Penggolongan menurut kegunaanya.

Sesuai dengan kepentingan penggunaanya, peralatan itu dapat di bagi sebagai berikut ; THT, peralatan bedah, per-alatan obgyn, peralatan gigi, peralatan orthopedic, dan lain-lain.

� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �

3. Penggolongan menurut umur peralatan.

Termasuk disini juga sistem penghapusannya, misalnya saja :

a. Yang tidak memerlukan pemeliharaan atau yang hanya untuk 1 kali pakai (disposable) atau yang habis terpakai (consumable) atau yang mempunyai “unit cost” rendah seperti alat suntik, pincet, gunting, alat bedah, selimut, dan lain-lain.

b. Alat-alat yang penting atau alat dengan waktu penyu-sutan lebih dari 5 tahun seperti peralatan laboratorium, peralatan ruang bedah, dan lain-lain.

c. Alat-alat berat dengan waktu penyusutan lebih dari 5 tahun atau dikaitkan dengan bangunan dimana alat itu ditempatkan seperti alat X-Ray, alat sterilisasi, perleng-kapan dapur, pencucian, dan lain-lain.

4. Penggolongan menurut macam dan bentuknya.

a. Alat-alat kecil dan yang umum seperti jarum, semprit, alat bedah, alat THT, alat gigi, catheter, alat orthopedic, film X-Ray, dan lain-lain.

b. Alat perlengkapan rumah sakit, seperti meja operasi, autoclave, sterilizer, lampu operasi, unit perlengkapan gigi, dan lain-lain.

c. Alat laboratorium, seperti alat gelas, reagens, test kit diagnostic, dan lain-lain.

d. Alat perlengkapan radiologi/nuklir, seperti X-Ray, scan-ner, dan lain-lain.

5. Penggolongan menurut katalog-katalog pabrik alat.

a. Dari SMIC-RRC :

- Instrument gigi.

- Instrument untuk akupunktur.

- Instrument diagnostic.

- Instrument bedah umum.

- Instrument obstetric.

- Instrument THT.

- Perlengkapan Rumah Sakit.

- Alat-alat dari panic untuk Rumah Sakit.

- Alat-alat dari karet.

- Barang-barang higienis seperti gaas, handuk, dll.

b. AESCULAP – Jerman :

- AA : Untuk keperluan postmortem (Autopsy anatomy)

- AB : Microscopy

- AC : Alat untuk eksaminasi-diagnostik

- AD : Alat untuk mengukur

- AJ : Alat untuk vaksinasi

- AN : Alat untuk anesthesia dan laryngoscope

- BA : Scalpel, pisau

- BB : Pegangan scalpel

- BC : Gunting

- BD : Dissecting dan tissue forceps

- BF : Sponge-washing-tendon seizing organ dan foreign body forceps, towel clamps.

- BH : Bulldog and arteriklem

- BJ : Peritoneum, hysterectomy, vaginal dan compression, dissecting dan ligature forceps

- BL : Needles, catgut-silk

- BM : Durogrip instruments

- BN : Suture clips dan alatnya, pocket instruments set

� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �

- BT : Wound retractor

- BV : Abdominal, self retaining, pocket instrument set

- EA : Alat-alat untuk intestinal dan rektal

- EB : Alat-alat untuk empedu dan hati

- EF : Alat-alat untuk urogenital

- EJ : Trocar

- EL : Vaginal speculum

- EM : Uterine dilator

- EO : Uterine forceps

- ER : Alat-alat untuk biopsy dan curet

- ET : Alat-alat untuk obstetrik

- FA : Alat-alat untuk tracheotomy

- FB : Alat untuk pembedahan kardiaovaskuler dan thorax

- FF : Trepanation

- FH : Alat untuk amputasi

- FK : Elevator, curet tulang, raspatories

- FL : Palu, pahat, gauges

- FO : Alat untuk memegang/memotong tulang, finger nail instruments

- FR : Handdrill

- GA : Motor electro-aurgial

- GF : Electro-suction pump

- GK : Coagulator

- GN : Nerve stimulator

- JG : Kidney tray, sterilizing forceps

- LX : Wire extension, plester instruments

- SC : Syringes

- SF : Alat suntik untuk biopsy, tuberculine-insuline syringes

- SH : Glycerine syringes

- SJ : Injector

- SK : Adaptor, tubing connections

- SL : Water syringes

- SR : Jarum-jarum

c. JMS (Japan Medical Supply) – Guide to disposable pro-ducts

1) Infusion

2) Blood collection and transfusion

3) Syringes and needles

4) I.V accessories

5) I.V hyperalimentation

6) Feeding systems

7) Drainage systems

8) Gloves

9) Clinical examination

10) Dialysis

11) Miscellaneous

JMC (Japan Medical Instrument Catalog) – Japan

a. Diagnostic, general, intestinal

b. Injection, infusion

c. Physical examination, models

d. Anesthetic

e. Suture needles, suture

f. General operating, neurosurgical orthopedic

� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �

g. Rehabilitation, physical therapy

h. Ophthalmic

i. Ear, nose, and throat

j. Urological

k. Gynecologic, obstetric

l. X-Ray, dark room

m. ICU, CCU, equipments

n. Ward

o. Operating room

p. Sterilizing

q. Staff wears

r. Pharmaceutical

s. Post-mortem, dissecting

t. Microscope and accessories

u. Laboratory

v. Rubber goods, disposable

w. Glass, p;lyethylene, porcelain wares

6. Penggolongan menurut Keputusan Men.Kes. R.I.no.116/SK/79 :

a. Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan.

b. Pesticide dan insektisida pembasmi hama manusia dan binatang piaraan.

c. Alat perawatan yang digunakan dalam salon kecan-tikan.

d. Wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol infus.

e. Peralatan obstetric dan gynecologi.

f. Peralatan anesthesia.

g. Peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi.

h. Peralatan dan perlengkapan THT.

i. Peralatan dan perlengkapan mata.

j. Peralatan Rumah Sakit.

k. Peralatan kimia.

l. Peralatan hematologi.

m. Peralatan imunologi.

n. Peralatan mikrobiologi.

o. Peralatan patologi.

p. Peralatan toksikologi.

q. Peralatan ortopedi.

r. Peralatan rehabilitasi (physical medicine).

s. Peralatann bedah umum dan bedah plastik.

t. Peralatan kardiologi.

u. Peralatan neurologi.

v. Peralatan gastro enterologi dan urologi.

w. Peralatan radiologi.

7. Penggolongan menurut Kepraktisan penyimpanan

a. Alat-alat perawatan.

b. Alat-alat kedokteran umum (medical instruments).

c. Hospital furniture and equipments.

d. Alat-alat laboratorium gelas.

e. Alat-alat kedokteran gigi.

f. Alat-alat X-ray dan accessories.

g. Alat-alat optik.

h. Alat bedah (surgical instruments).

i. Alat bedah tulang.

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

j. Alat untuk penyelidikan.

k. Alat kedokteran hewan (veteriner).

l. Alat-alat elektromedis.

Fungsi Alat-Alat Kesehatan

1. Stetoskop

Stetoskop (bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein, memeriksa) adalah sebuah alat medis akustik untuk me-meriksa suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga digunakan untuk mendengar intestine dan aliran da-rah dalam arteri dan “vein”.

Jenisnya :

a. Obstetrical Stethoscope/ Stethoscope monoaural (Ing.) Stethoscope bidan

Fungsi: untuk mendengar bunyi jantung bayi dalam kandungan ibu hamil

b. Stethoscope binaural (bagian yang ditempelkan di telinga)

Fungsi : untuk mendengar bunyi organ tubuh misalnya: jantung, paru-paru.

2. Termometer

Digital Clinical ThermometerFDTH-VO-3

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu (tem-peratur), taupun berupa suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur.

3. Tensi meter untuk mengukur tekanan darah.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

4. Funduscope untuk mendengarkan denyut jantung janin

(funduscope kayu)

5. Doppler untuk mendengarkan denyut jantung janin (elek-trik)

6. USG untuk mengetahui keadaan dalam rahim, misal: janin, tumor, kanker, IUD.

7. Bak Instrumen sebagai tempat alat-alat yang akan digu-nakan untuk menolong persalinan/merawat luka

8. Bengkok sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat menolong persalinan/merawat luka

9. Gunting Tali pusar untuk mengunting tali pusar bayi.

10. Klem

Klem atau Clamp adalah alat untuk menjepit (memegang dan menekan) suatu benda. Ada berbagai macam jenis klem. Fungsi klem secara umum adalah alat yang digu-nakan untuk menjepit tali pusar.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

Jenis-jenis klem antara lain :

a. Arterie klem (Beld.) Artery Forceps (Ing.)

Arteri klem tergolong alat seperti pegangan gunting dengan cantelan.

Fungsi : untuk menjepit pembuluh darah arteri.

Arteri klem dapat digolongkan ke dalam dua bagian

1) Kocher : ujungnya bergigi

2) Pean : ujungnya tidak bergigi

b. Peritoneum forceps

Fungsi : untuk menjepit jaringan selaput perut.

11. Spuit / Syringe

Fungsi : untuk menyuntik

12. Gunting Episiotomi untuk menggunting bagian perineum terutama jika perineum ibu yang melahirkan kaku.

13. Suction pump untuk menyedot lendir dalam saluran per-napasan bayi

14. Kateter untuk membantu mengeluarkan urine.

Fungsi : untuk mengeluarkan/ pengambilan urine

Jenisnya :

a. Nelaton Catherther : terbuat dari latex/ karet

b. Metal Catherther : terbuat dari stainlesstil

c. Ballon Cathether/ Foley Cathether : terbuat dari latex/ karet dilengkapi dengan balon dengan cara menyun-tikkan aqua pada vertilnya bila telah masuk agar cathe-ther tidak copot.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

15. Benang CatGut : benang yang digunakan dalam menjahit luka.

16. Baby Scale untuk menimbang berat badan bayi.

17. HB Sahli (Haemometer) untuk mengukur kadar hemo-globin dalam darah.

18. Sarung tangan / Handscoon untuk melindungi petugas kesehatan saat bekerja.

19. Pinset anatomi alat untuk membantu proses menjahit luka, untuk menjepit otot.

20. Jarum Hecting : Jarum untuk membantu proses menjahit luka

21. Nalpuder Hecting adalah alat yang digunakan untuk membantu proses menjahit luka dan juga untuk menjepit benang.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

22. Setengah Kocher adalah alat yang digunakan untuk me-mecahkan/ melubangi selaput ketuban jika belum pecah.

1. Alat-alat untuk Perawatan

Alat-alat yang dipergunakan untuk perawatan baik diru-mah atau di rumah sakit dapat dikelompokan menjadi 2.

a. Alat Pembalut Luka

1) Plester

Fungsi : Untuk menutupi luka dilengkapi pelekat.

2) GAAS (B. Belanda), Kasa (B. Indonesia)

Bentuk berupa kain jarang-jarang, seperti ram kawat.

Gaas atau kain kasa dapat digolongkan ke dalam :

a) Gaas Steril, (Kasa Hydrofil Steril) yang paling banyak digunakan adalah ukuran 18 x 22 cm.

b) Dressing (penutup luka) ukuran 7,5 cm x 7,5 cm dan 10 cm x 10 cm.

c) Gaas yang berisi bahan obat.

Yang sudah banyak dikenal adalah :

i. Sofra-tule : Gaas steril berisi Soframisin

ii. Bacti gras : Gaas steril berisi Chlorhexadine dalam parafin

iii. Actisorb : Gaas steril berisi Charcoal

iv. Petronet : Gaas steril berisi Parafin Jeli

d) Verband (Pembalut)

Verband digolongkan ke dalam beberapa bagian, yaitu :

i. Kasa Hidrofil (Bandage Gauze) kain kasa pan-jang untuk membalut luka.

ii. Pembalut Elastis (Elastic Bandage)

iii. Pembalut Leher, untuk menopang kepala dan membatasi gerak dari tulang leher.

iv. Pembalut Gips, kain kasa dilengkapi kalsium setelah dibalut dibasahi air hangat agar mengeras untuk penderita patah tulang.

b. Alat Perawatan Pasien

1) Warm Water Zak (Beld.) Hot Water Botle (Ing.) Botol Panas/Buli-buli Panas.

Bentuk : Berupa kantung dari karet dengan tutup di ujungnya, diisi air panas.

Fungsi : Untuk kompres panas

2) Ijskap (Beld.) Ice Bag (Ing.) Eskap (Ind.)

Bentuk : Berupa kantung dari karet dengan tutup di tengahnya, diisi pecahan es batu.

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

Fungsi : Untuk kompres dingin.

3) Bors Pomp (B. Belanda) Breast Pump and relieve (B. Inggris) Pompa Susu (B. Indonesia)

Fungsi : Untuk membantu memompa air susu keluar dari payudara wanita yang sedang menyusui.

4) Tapelhoed atau Tapelhoedje (B. Belanda) Nipple Shield (B.Ing.) Pelindung Puting Susu

Fungsi : Untuk melindungi puting susu yang lecet pada waktu menyusui sehingga si bayi dapat menghisap air susu melewati alat tersebut.

5) Windring (B. Belanda) Air Cusion (B. Ing.)

Bentuk : Berupa alat yang terbuat dari karet berbentuk lingkaran seperti ban mobil, diameter dalam 13,5 cm luar 40 cm.

Fungsi : Sebagai tempat duduk pada penderita wasir/am-beien.

6) Colostomy Bag

Fungsi : Untuk menampung feses pada pasien setelah operasi colon (pembedahan usus buatan melalui otot dan kulit perut)

7) Urinal

Fungsi : Untuk menampung urine pada pasien yang tidak boleh/bisa ke WC.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

Jenisnya :

Urinal male : Untuk pasien laki-laki

Urinal female : Untuk pasien wanita

8) Bedpan

Fungsi : Untuk menampung feses pada pasien yang tidak boleh/bisa ke WC.

9) Pus basin, Emesis basin

Fungsi : Untuk menampung muntah, nanah, kapas bekas dan lain-lain.

10) Instrument Tray atau paratus

Fungsi : Tempat menyimpan alat-alat perawatan

2. Alat untuk Tindakan Medis

a. Urine Bag

Fungsi : Untuk menampung urine yang dihubung-kan dengan Balloon Cathether/Foley Cathether untuk mengeluarkan/pengambilan urine pada sistem tertutup

b. Stomach Tube (Ing.) Maag Slang/Maag Sonde (Beld.)

Fungsi :

1) Untuk mengumpulkan cairan/getah lambung,

2) Untuk membilas/ mencucui isi perut,

3) Untuk pemberian obat-obatan.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

c. Feeding Tube

Fungsi : Untuk nutrisi/ pemberian cairan makanan melalui mulut atau hidung.

d. Mucus Extractor atau Suction Cathether (Ing.) Slimzuiger (Beld.)

Fungsi : Untuk menyedot lendir dari trakhea bayi baru lahir

e. Wing needle

Fungsi : Sebagai perpanjangan vena untuk pemberian cairan infus atau obat intra vena dalam jangka lama.

f. Infusion set

Fungsi : Selang untuk pemberian cairan infus

g. Tranfusion Set

Fungsi : Untuk pemberian tranfusi darah

h. Injection Needle (B. Ing.) Jarum Suntik

Fungsi : Untuk menyuntik digabungkan dengan alat suntik (Spuit = Syringe).

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

i. Gliserin Syringe (B. Ing.) Glyserin Spuit(B. Belanda) Spuit Gliserin

Fungsi : Untuk menyemprotkan lavement/clysma me-laui anus cairan yang sering digunakan adalah gliserin atau larutan sabun.

j. Currete

Fungsi : Untuk membersihkan rahim pada pasien abor-tus/ keguguran

3. Alat Untuk Diagnosa Penyakit

a. Buku test buta warna/Ishihara’s Test for colour Blindness

Fungsi : Memeriksa buta warna

b. Chart Vision Snellen

Fungsi : Memeriksa visus/ketajaman penglihatan.

c. Reflex Hamer

Fungsi : Memeriksa kemampuan refleksi dari bagian tertentu tubuh kita, misalnya lutut.

d. Tongue depressor/ Tongue Blade (B. Ing.) Tong spatel (B. Indonesia)

Fungsi : Untuk menekan lidah agar dapat memeriksa/me-lihat kelainan pada tenggorokan, misalnya amandel dan faringitis.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

e. Laringeal mirror

Fungsi : Untuk memeriksa/melihat keadaan dalam mulut/ tenggorokan

f. Speculum

Speculum atau specula (bentuk jamak) adalah alat yang dimasukkan ke dalam liang rongga tubuh yang kegunaan-nya adalah untuk memeriksa/ melihat bagian yang berada di dalam liang rongga tsb.

1) Nasal Speculum

Fungsi : Untuk memeriksa rongga hidung

2) Ear Speculum

Fungsi : Untuk memeriksa rongga telinga

3) Rectum Speculum

Fungsi : Untuk memeriksa lubang anus/rektal.

4) Vaginal Speculum

Fungsi: Untuk memeriksa lubang vagina.

4. Alat-alat Bedah

a. Scalpel (B. Belanda) Bistoury/Bistouries (B. Ing.) Pisau operasi (B. Indonesia)

Istilah lain yaitu :

1) Scalpel Blade : Pisau operasi

Fungsi : Pembedahan

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

2) Scalpel Handel pegangan pisau operasi

Fungsi : Pegangan pisau operasi

b. Gunting

Gunting merupakan alat untuk memotong. Jenis-jenis gunting antara lain :

1) Bandage Scissors (B. Ing.) Verbandschaar (B. Belanda) gunting verband atau Gass

Fungsi : Memotong verband atau kain kasa

2) Surgical Scissors gunting operasi

Fungsi : Gunting untuk pembedahan

3) Dissecting Scissors

Fungsi : Gunting untuk memotong jaringan tubuh untu keperluan praktek.

c. Needle Holders (B. Ing.) Naald Voerder (B. Belanda)

Fungsi : Untuk menjepit jarum jahit (hechtnaald) serta menjahit luka terbuka seperti luka kecelakaan atau pem-bedahan.

d. Jarum jahit /Hecht Naald (B. Belanda) Surgical Needles atau Suture Needles (B. Ing.)

Fungsi : Jarum untuk menjahit luka

Jenis-jenis jarum jahit:

1) Ujungnya bulat untuk menjahit otot.

2) ujungnya segi tiga untuk menjahit kulit.

e. Suture (B. Ing.) Benang Bedah

Benang bedah dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu:

1) Yang dapat diabsorbsi jaringan tubuh.

Menurut bahannya terdiri dari :

a) Collagen yang berasal dari jaringan usus sapi, sub mukosa kambing, usus kucing. Sampai sekarang disebut Catgut (usus kucing)

Catgut dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu :

a.1Catgut Plain

a.2Catgut Chromic

Catgut Chromic adalah Catgut Plain yang dilapisi oleh chromium sehingga daya kekuatan mengikat-nya lebih lama.

b) Polygiactin 910 conrtoh : Vicryl

c) Polygiactin acid conrtoh : Dexon

2) Yang tidak diabsorbsi tubuh.

Jenisnya yaitu :

1) Linen dari rami.

2) Sutera, dalam bahasa Belanda : Zijde Dalam Bahasa Inggris Silk.

3) Polyamide (Nylon).

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

CUCI TANGAN

A. Pengertian

Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencega-han penyebaran infeksi. Cuci tangan sebaiknya dilakukan:

1. Sebelum memeriksa (kontak langsung) dengan klien.

2. Sebelum memakai sarung tangan DTT atau steril.

3. Setelah situasi tertentu dimana kedua tangan dapat terkontaminasi, seperti :

a. Memegang instrumen yang kotor dan alat lainnya.

b. Menyentuh selaput lendir, darah atau cairan tubuh lainnya.

c. Kontak yang lama dan intensif dengan klien/pa-sien.

4. Setelah melepaskan sarung tangan.

2BAB

PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI, PEMROSESAN ALAT DAN PENANGANAN SAMPAH

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

B. Tujuan

1. Menghilangkan kotoran dan debu dari permukaan kulit.

2. Mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.

C. Langkah-langkah Cuci Tangan

1. Basahi kedua telapak tangan dengan air mengalir, lalu tuangkan sabun ke telapak tangan, usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak tangan.

2. Gosok masing-masing punggung tangan secara ber-gantian.

3. Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari.

4. Gosokkan ujung jari (buku-buku) dengan mengatup-kan jari tangan kanan kemudian gosokkan ke telapak tangan kiri bergantian.

5. Gosok dan putar ibu jari serta empat jari yang lain se-cara bergantian.

6. Gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara ber-gantian.

7. Gosok kedua pergelangan tangan dengan cara diputar secara bergantian, setelah itu bilas dengan menggu-nakan air bersih dan mengalir, lalu keringkan.

Persiapan Alat

1. Bak cuci tangan dengan kran air mengalir.

2. Cairan anti septik/sabun.

3. Handuk/pengering.

Keselamatan Kerja

1. Patuhi prosedur kerja.

2. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan, se-perti cincin atau jam tangan.

3. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai ke-layakan penggunaannya.

4. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sis-tematis oleh petugas.

5. Perhatikan prinsip aseptik dan antiseptik.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

MENCUCI TANGAN BIASA

1. Dasar Teori

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan, penye-baran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui se-bagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pitter, 2002). Cuci tangan dianggap sebagai salah satu langkah paling efektif untuk mengurangi penu-laran mkroorganisme dan mencegah infeksi.

2. Pengertian

Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan me-makai sabun dan air mengalir. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan meng-gunakan sabun anti microbial, iritasi kulit jauh lebih ren-dah apabila menggunakan sabun biasa.

3. Tujuan

a. Mengurangi angka penyebaran mikroorganisme dari tangan.

b. Mencegah terjadinya penyebaran infeksi dari klien.

c. Mencegah penyebaran kepada diri sendiri.

4. Mencuci Tangan Dilakukan Pada Keadaan

a. Pada awal dan akhir shift.

b. Sebelum kontak dengan klien.

c. Setelah merawat pasien dengan penyakit menular.

d. Setelah menyentuh bahan-bahan organic.

e. Setelah menangani alat-alat yang mengkontaminasi.

f. Setelah melepas sarung tangan.

5. Petunjuk

a. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan susun secara berurutan.

b. Ikuti petunjuk yang ada.

c. Bekerja secara hati-hati dan teliti.

6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Demi

Keselamatan Kerja

a. Patuhi prosedur pekerjaan.

b. Bertindak lembut dan hati-hati pada saat melakukan tindakan.

c. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan penggunannya.

d. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas.

7. Persiapan Cuci Tangan

a. Air bersih yang mengalir dan ember besar atau was-tafel.

b. Sabun cuci tangan yang mengandung desinfektan dan tidak merusak tangan.

c. Handuk atau lap tangan yang bersih dan kering.

8. Prosedur Pelaksanaan

a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

b. Lepas cincin, jari tangan, dan gelang.

c. Basahi kedua tangan dengan menggunakan air menga-lir, gunakan sabun secara merata pada kedua tangan.

d. Gosok kedua tangan dan jari.

e. Gosok punggung tangan secara bergantian.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

f. Gosok sela jari-jari tangan yang berlawanan, lakukan secara bergantian.

g. Gosok punggung jari secara bergantian.

h. Gosok ujung jari pada telapak tangan secara bergan-tian.

i. Bilas kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.

j. Tutup kran dengan tissu atau handuk bersih.

k. Keringkan tangan dengan handuk bersih.

MENCUCI TANGAN STERIL

1. Dasar Teori

Cuci tangan steril adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan. Tujuannya adalah mence-gah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua be-lah tangan. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan penggunaan penggosok dengan bahan dasar alkohol tanpa air yang mengandung klorheksidin menun-jukkan pengurangan yang lebih besar pada jumlah mikrobial pada tangan, meningkatkan kesehatan kulit dan mereduksi waktu dan sumber daya (Larson dkk, 2001).

2. Tujuan

Mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan.

3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Demi Keselamatan Kerja

a. Bertindak lembut dan hati-hati pada saat melakukan tindakan.

b. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan penggunannya.

c. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas.

d. Jangan memakai sikat yang keras karena dapat meru-sak kulit.

e. Jangan menyentuh objek atau permukaan terkontami-nasi sebelum menggunakan sarung tangan.

4. Peralatan dan Perlengkapan

a. Sabun biasa/antiseptik.

b. Bahan antiseptik.

c. Sikat lembut DTT.

d. Spon.

e. Handuk steril/lap bersih dan kering.

f. Wastafel atau air yang mengalir.

5. Prosedur Pelaksanaan

a. Siapkan peralatan dan bahan yang sudah dibutuhkan.

b. Lepas cincin, jam tangan dan gelang.

c. Basahi kedua tangan dengan menggunakan air me-ngalir sampai siku. Digunakan sabun kearah lengan bawah, lakukan hal yang sama pada sebelah tangan.

d. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut kearah luar (antara sela-sela jari dan telapak tangan), kemudian bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular kenakan seluruh busanya dan cuci. Mengulangi hal yang sama pada lengan yang lain. Lakukan selama minimal 2 menit (3-5 menit).

e. Membilas tangan dan lengan secara terpisah dengan air mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ke atas sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan me-ngalir ke area bersih.

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

f. Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah dengan antiseptik minimal se-lama 2 menit.

g. Membilas setiap tangan dan lengan secara terpisah dengan air yang mengalir. Setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ke atas sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area tangan.

h. Menegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan atau benda apa-pun.

i. Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-anginkan. Seka tangan dimulai dari ujung jari hingga siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi handuk yang berbeda.

j. Pakai sarung tangan yang steril atau DTT pada kedua tangan.

PROSES DEKONTAMINASI

Alat tidak habis pakai yang sudah digunakan langsung dide-kontaminasi dengan merendam hingga seluruh bagian alat terendam ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Setelah dekontaminasi dilakukan, kemudian peralatan di cuci dengan sabun (bila perlu disikat) hingga bersih lalu dibilas dengan air. Untuk proses selanjutnya peralatan tersebut dapat di sterilkan atau di DTT (disinfeksi tingkat tinggi), tergantung kebutuhan/tujuan penggunaan peralatan selanjutnya.

1. STERILISASI

Sterilisasi atau proses mensterilkan alat yang sudah dicu-ci dan dibilas hingga dapat digunakan kembali. Dengan proses inilah semua (100%) organisme/bakteri penyebab infeksi dapat dibunuh, termasuk endospora. Sehingga alat

yang sudah disterilkan dapat digunakan kembali dengan aman, tanpa menimbulkan risiko penyebaran infeksi baik pada petugas maupun pada pasien (terutama infeksi no-sokomial).

Ada beberapa cara mensterilkan alat, yaitu:

a. Sterilisasi Uap

Yaitu proses sterilisasi alat dengan menggunakan auto-klaf, yang cara kerjanya menggunakan panas dan tekanan sehingga dapat membunuh semua bakteri dengan efektif. Semua jenis peralatan dapat disterilkan dengan menggunakan metode ini.

Bila menggunakan autoklaf untuk proses sterilisasi, maka harus digunakan pada suhu 1210C dan 106 kpa selama 20 menit untuk alat yang tidak dibungkus kain dan 30 menit untuk alat yang dibungkus kain. Kemudian alat didiamkan hingga kering sebelum diangkat atau di-gunakan.

b. Sterilisasi Panas Kering

Proses sterilisasi dengan panas kering adalah dengan menggunakan oven. Peralatan yang dapat diserilkan dengan metode ini hanya jenis logam dan kaca saja. Prosesnya dilakukan selama 1 jam pada suhu 1700C. Namun, khusus alat-alat yang tajam (gunting, jarum, dll) diproses selama 2 jam pada suhu 1600C. Hal ini dikarenakan proses sterilisasi alat tajam pada suhu yang lebih tinggi dan pada waktu yang lebih lama, akan membuat peralatan tajam tersebut menjadi tumpul ter-lebih lagi bila dilakukan terus menerus.

c. Sterilisasi Kimia

Proses sterilisasi juga dapat dilakukan dengan menggu-nakan bahan-bahan kimia, diantaranya dengan meng-

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

gunakan Glutaraldehid (Cydex), dan Formaldehid 8%. Pada penggunaan glutaraldehid (Cydex), caranya de-ngan merendam peralatan (sudah dicuci, dibilas, dan dikeringkan) selama 8-10 jam (minimal) kemudian dibilas dengan menggunakan air steril (aquades atau aquabides).

Semua peralatan yang sudah dicuci dan dibilas dapat langsung disterilkan (tanpa dikeringkan) dengan cara sterilisasi uap dan panas kering. Namun, khusus cara kimia, harus dikeringkan dulu sebelum disterilkan agar kandungan dalam larutan kimia yang digunakan tidak berubah akibat pegaruh dari air yang menempel pada peralatan yang belum dikeringkan tersebut.

Beberapa metode sterilisasi di atas, dapat membunuh seluruh bakteri/organisme termasuk endospora dengan persentase hingga 100%.

2. DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi)

Disinfeksi tingkat tinggi, merupakan salah satu metode pencegahan infeksi yang dapat dilakukan sebagai alterna-tif jika tidak dilakukan sterilisasi karena ada tindakan ter-tentu yang memang/boleh menggunakan peralatan yang hanya di-DTT saja.

Ada beberapa cara DTT, yaitu:

a. Merebus

Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah meren-dam peralatan secara keseluruhan (seluruh bagian alat terendam air) dalam air yang akan direbus. Kemudian didihkan air dan mulai menghitung waktu saat air mu-lai mendidih selama 20 menit dalam panci tertutup. Setelah itu, alat dapat digunakan. Sebaiknya digunakan sesegera mungkin atau disimpan di dalam wadah (yang

sudah di-DTT) tertutup. Waktu maksimal penyimpanan selama satu minggu.

b. Mengukus

Mengukus peralatan yang akan di-DTT, hamper sama halnya denga mengukus kue. Hanya saja dalam proses DTT, dilakukan selama 20 menit kemudian api dikecil-kan sehingga air tetap mendidih. Waktu penghitungan-nyapun dimulai saat keluarnya uap. Setelah itu, dike-ringkan sebelum diimpan.

c. Kimia

DTT dengan kimia, dapat menggunakan klorin 0,5% untuk alat yang tidak akan berkorosif (berkarat), klorin 0,1% (untuk peralatan yang mungkin berkorosif), for-maldehid dan glutaraldehid.

d. Cara DTT pada peralatan dengan metode kimia hampir sama dengan proses sterilisasi dengan kimia. Hanya saja terdapat perbedaan pada waktu, yaitu haya 20 menit, dan air yang digunakan adalah air DTT. Peralatan yang di-DTTpun hanya dapat disimpan dalam waktu maksi-mal 1 minggu.

e. Pada hasilnya, dengan DTT memang dapat membunuh bakteri-bakteri/organisme-organisme pada peralatan yang didisinfeksi. Namun berbeda dengan sterilisasi, dimana dengan sterilisasi dapat membunuh ensodpora yang dapat menyebabkan tetani namun dengan DTT tidak.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

PENANGANAN SAMPAH

Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah tidak dipakai atau sudah dibuang oleh manusia. Sampah dibagi menjadi tiga; sampah padat, cair, dan gas.

Berdasarkan karakteristiknya, sampah dibagi atas:

1. Kandungan zat/kimia

Berdasarkan kandungan zat kimianya, sampah terdiri atas sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anor-ganik merupakan sampah tidak membusuk, seperti logam, pecahan gelas, plastik, dan lain-lain. Sedangkan sampah organik merupakan sampah yang dapat membusuk, se-perti sisa makanan.

2. Dapat dan tidaknya terbakar

Berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar, sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah mudah terbakar dan sampah tidak dapat terbakar. Sampah mudah terbakar seperti ker-tas, karet, plastik, dan lain-lain. Sampah tidak dapat ter-bakar seperti kaleng bekas, logam, kaca dan lain-lain.

Berdasarkan penggolongan sampah tersebut di atas, sampah juga dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya yakni basah, kering atau tajam.

Pengelolaan Sampah

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pada tahap ini, sampah dikumpulkan berdasarkan ke-lompoknya, seperti sampah basah sendiri, sampah kering sendiri, dan sampah benda tajam tersendiri, selanjutnya dilakukan pengangkutan.

2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Pada tahap ini, sampah dimusnahkan atau dikelola dengan cara sebagai berikut; ditanam (yakni dengan memasukkan atau menimbun dalam tanah dan dibakar (dengan melaku-kan pembakaran melalui tungku pembakaran), sampah tersebut kemudian dijadikan pupuk, biasanya jenis sam-pah ini adalah sampah organik, seperti sisa makanan yang dapat membusuk.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita untuk mengetahui keadaan atau kelainan dari pen-derita. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana ke-sehatan umum ibu, bila keadaan umumnya baik agar diper-tahankan jangan sampai daya tahan tubuh menurun; untuk mengetahui adanya kelainan, bila ada kelainan, kelainan itu lekas diobati dan disembuhkan agar tidak mengganggu.

Pemeriksaan dilakukan pada penderita yang baru pertama kali datang periksa, ini dilakukan dengan lengkap; pada pemeriksaan ulangan, dilakukan yang perlu saja jadi tidak semuanya; waktu persalinan, untuk penderita yang belum pernah diperiksa dilakukan dengan lengkap bila masih ada waktu, dan bagi ibu yang pernah periksa dilakukan yang per-lu saja.

Macam-macam cara pemeriksaan yaitu dengan inspeksi (periksa pandang/observasi), palpasi (periksa raba), auskulta-si (periksa dengar), dan perkusi (periksa ketuk).

3BAB

PEMERIKSAAN FISIK

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

1. Pengertian

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi maupun auskultasi dari kepala sampai dengan kaki.

Pendekatan pada saat pemeriksaan fisik dapat menggu-nakan pendekatan head to toe. Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan berurutan sampai ke kaki. Mulai dari: Keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rec-tum, ekstremitas.

Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah. Setiap perubahan yang berbeda dengan keadaan normal diang-gap sebagai indikasi yang penting mengenai keadaan ke-sehatan sekarang. Karena itu empat komponen ini disebut tanda-tanda vital (Potter dan Perry, 1997).

2. Tujuan

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan data ob-jektif mengenai kondisi tubuh/fisik dari klien.

3. Prinsip Umum Pemeriksaan Fisik

a. Komprehensif.

b. Menjaga kesopanan.

c. Mengadakan hubungan/komunikasi dengan klien.

d. Pencahayaan dan lingkungan yang memadai.

e. Pencatatan data dan pengambilan tindakan yang se-suai dengan masalah atau kondisi klien.

4. Teknik Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggu-nakan penglihatan, pendengaran dan penghidu untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik ter-tentu dari bagian tubuh.

b. Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dari organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari nor-mal.

c. Perkusi

Perkusi adalah menegetuk permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh.

d. Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk mendeteksi jaringan, bentuk, suhu, persepsi getaran, atau pergerakan dan konsistensi.

5. Keselamatan Kerja

a. Pastikan klien telah mendapatkan informasi yang leng-kap mengenai tindakan yang akan dilakukan.

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

b. Dapatkan persetujuan klien secara lisan maupun tu-lisan sebelum melakukan tindakan.

c. Selama melakukan tindakan harus memperhatikan keadaan klien.

d. Perhatikan privasi, kenyamanan dan keamanan klien selama tindakan.

e. Sebelum melakukan tindakan pastikan semua alat yang digunakan dalam keadaan siap pakai.

f. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas.

g. Sebelum dan selama tindakan perhatikan prinsip pencegahan infeksi.

Lakukan semua prosedur tindakan secara hati-hati.

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

1. Tempat tidur

2. Senter

3. Thermometer

4. Stetoskop

5. Tensimeter

6. Jam

7. Hamer

8. Sarung tangan

9. Kapas sublimat

10. Bengkok

11. Timbangan berat badan

12 Pita meter (metlin)

13. Pengukur tinggi badan

14. Handuk

15. Tempat cuci tangan / wastafel

16. Larutan Chlorin 0,5%

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Jelaskan pada ibu maksud dan tujuan dilakukan pemerik-saan.

2. Susun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja.

3. Cuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih.

4. Atur posisi pasien senyaman mungkin (berbaring pada tempat tidur yang rata).

5. Lakukan penilaian secara sistematis keadaan umum pa-sien, dengan inspeksi terhadap : keadaan umum, status nutrisi, warna kulit, tekstur kulit dan pigmentasi.

6. Lakukan pemeriksaan pada kepala dan wajah, dengan melakukan inspeksi dan palpasi pada kepala dan kulit kepala untuk melihat kesimetrisan, warna rambut, adakah pembengkakan, kelembaban, lesi, edema dan bau.

7. Lakukan inspeksi pada wajah adakah cloasma, pembeng-kaan palpebrae.

8. Lakukan pemeriksaan pada mata: melihat pergerakan bola mata, posisi dan kesejajaran mata, kelainan pada bola mata (strabismus, dll), sklera dan konjungtiva, adakah vaskularisasi (apakah tampak ikterus pada sklera dan apakah tampak anemi pada konjungtiva), inspeksi adakah sekret pada sklera dan konjungtiva.

Memeriksa mata pasien.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

9. Lakukan inspeksi pada hidung dari arah depan dengan memeriksa septum hidung berada ditengah atau tidak, adakah benda asing, sekret hidung, perdarahan, polip.

Melakukan pemeriksaan hidung

10. Lakukan pemeriksaan pada mulut dan kerongkongan, dengan melakukan inspeksi untuk melihat :

a. Rongga mulut: diperiksa adakah stomatitis, kemam-puan menggigit, mengunyah dan menelan.

b. Bibir: warna, simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan dan bengkak.

c. Gusi: warna dan edema.

d. Gigi geligi: karang gigi, caries, sisa gigi.

e. Lidah: kotor, warna, kesimetrisan, kelembaban, luka, bercak dan pembengkakan.

f. Kerongkongan: tonsil, peradangan, lendir/ secret.

Melakukan pemeriksaan mulut.

11. Lakukan inspeksi pada telinga dengan melihat canalis bersih atau tidak, radang, cairan yang keluar, adakah benda asing.

melakukan pemeriksaan telinga

12. Lakukan pemeriksaan pada leher :

a. Lakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan, perge-rakan, adakah massa, kekakuan leher.

b. Lakukan pemeriksaan pada kelenjar thyroid yaitu de-ngan melakukan inspeksi untuk melihat besarnya ke-lenjar thyroid dan juga bentuknya, lakukan palpasi dengan cara satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang. Lalu jari-jari meraba permukaan kelenjar dan pasien diminta untuk menelan, bila yang

teraba saat diminta ikut tertelan hal itu menandakan benar adanya bahwa yang teraba adalah kelenjar thy-roid yang membesar.

c. Lakukan palpasi pada vena jugularis untuk melihat tekanannya juga untuk melihat apakah vena jugularis tersebut mengembang secara nyata.

d. Lakukan inspeksi dan palpasi pada leher adakah pem-besaran kelenjar limfe. Bila ada tentukan ukuran, ben-tuk, mobilitas, dan konsistensi.

Melakukan pemeriksaan leher

13. Lakukan pemeriksaan pada dada dengan cara :

a. Lakukan inspeksi apakah pola pernafasan normal. Adakah tanda-tanda ketidaknyamanan bernafas

b. Lakukan auskultasi pada dinding thorax dengan meng-gunakan stetoskop yaitu pasien diminta bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka lalu letakkan stetoskop secara sistematis dari atas ke bawah dengan mem-bandingkan antara kiri dan kanan

c. Lihat bentuk payudara, kesimetrisan, adanya benjolan atau tidak, bentuk puting susu, areola mamae

Melakukan inspeksi dan palpasi payudara

14. Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah ketiak (pakai sarung tangan bila perlu)

Lihat adakah benjolan atau pembesaran getah bening

15. Lakukan pemeriksaan pada abdomen dengan cara :

a. Lakukan inspeksi untuk mengamati bentuk abdomen membusung/ datar, umbilikus menonjol/ tidak, adakah bayangan bendungan vena dikulit abdomen, apakah ada benjolan/ massa, strie, warna, ketebalan lemak.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

b. Lakukan auskultasi dengan cara meletakkan stetoskop pada daerah epigastrium dan 4 kuadran abdomen, lalu dengarkan peristaltik usus (normal 3-35).

c. Lakukan palpasi, sebelumnya menanyakan kepada pasien adakah bagian perut yang sakit, bila ada maka bagian tersebut dipalpasi terakhir. Melakukan palpasi abdomen dimulai dari palpasi umum di keseluruhan dinding abdomen untuk mencari tanda nyeri umum (peritonitis, pankreatitis). Lalu cari dengan perabaan ada tidak massa, benjolan (tumor). Melakukan pemerik-saan turgor kulit, lalu melakukan palpasi berikut ini :

1) Lakukan palpasi hepar dengan menggunakan jari tangan kanan dimulai dari kuadran kanan bawah berangsur-angsur naik mengikuti irama nafas dan gembungan perut dan berusaha merasakan sentuh-an tepi hepar pada tepi jari telunjuk. Bila normal maka hepar tidak teraba.

2) Lakukan palpasi lien dengan cara bimanual dimana jari-jari tangan kiri mengangkat dengan cara me-ngait dinding perut kiri atas dari arah belakang, se-dangkan tangan kanan berupaya meraba lien (bila normal maka tidak akan teraba).

3) Lakukan perkusi abdomen dengan cara mengetuk, jari tengah tangan kiri yang ditempelkan di dinding abdomen, massa padat atau cair akan menimbulkan suara pekak.

4) Lakukan perkusi ginjal di dinding abdomen belakang pada sudut costo vertebral dengan di alasi telapak tangan kiri kita lakukan perkusi dengan sisi ulnar kepalan tangan kanan.

16. Lakukan pemeriksaan ekstremitas dengan cara :

a. Lakukan inspeksi pada ekstremitas adakah edema, bila ada lakukan pemeriksaan dengan penekanan pada daerah yang dianggap terdapat edema, bila ada ceku-ngan hal tersebut menandakan adanya edema.

b. Lakukan inspeksi adakah varises.

c. Lakukan inspeksi lain untuk mengamati apakah ek-stremitas simetris atau tidak, pergerakan bebas atau tidak, kelainan-kelainan lain.

d. Melakukan perkusi :

1) Reflek biseps

Pegang lengan pasien yang disemifleksikan sambil menempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps ibu jari kemudian di ketok, hal ini mengakibatkan ge-rakan fleksi lengan bawah, apabila ada kontraksi menandakan bahwa refleksi otot baik.

2) Reflek triseps

Pegang lengan bawah pasien yang difleksikan sete-ngah (semifleksi). Setelah itu diketok pada tendon insersim trisep. Yang berada sedikit di atas ole-kranon. Apabila lengan bawah mengadakan gerakan ekstensi, dan ada kontraksi menandakan bahwa ref-lek otot baik.

3) Ekstremitas bawah

Tungkai difleksikan dan digantung, misalnya pada tempat tidur. Kemudian diketok pada tendon musku-lus kuadriseps femoris, di bawah atau di atas patela, biasanya di bawah patela apabila ada kontraksi be-rarti refleks otot baik.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

17. Periksa punggung pasien, inspeksi adakah kelainan pada spina, bagaimana bentuk bujur sangkar michelis.

18. Pakai sarung tangan.

19. Lakukan vulva hygiene.

Melakukan vulva hygiene sambil melakukan inspeksi.

20. Lakukan pemeriksaan genetalia dan kelenjar limfe inguinal dimana :

a. Melakukan palpasi pada kelenjar limfe, apakah teraba membesar atau nyeri.

b. Melakukan inspeksi pada vulva secara keseluruhan adakah prolapsus uteri, benjolan pada kelenjar bartho-lini, pengeluaran pervaginam (sekret), bila ada ama-ti warna, bau, nyeri (sebaiknya dilakukan pada meja ginekologi).

21. Lakukan pemeriksaan pada anus bersamaan dengan pemeriksaan genetalia dengan melakukan inspeksi untuk mengetahui adakah haemoroid, fistula dan kebersihan.

22. Rapikan pasien.

23. Bereskan alat.

24. Lepas sarung tangan.

25. Cuci sarung tangan dalam larutan chlorin 0,5%, lepas se-cara terbalik dan direndam selama 10 menit.

Melepas sarung tangan dalam larutan chlorin 0,5%

26. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih.

27. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu.

28. Lakukan dokumentasi tindakan dan hasil pemeriksaan.

Melakukan dokumentasi tindakan

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

1. Dasar Teori

Pemeriksaan bayi dilakukan sesaat sesudah bayi baru la-hir pada saat kondisi atau suhu tubuh bayi sudah stabil dan setelah dlakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat dan bayi ditempatkan ditempat hangat.

2. Tujuan

Tujuan pemeriksaan fisik pada bayi adalah untuk menge-nal/menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera, memastikan normalitas.

3. Keselamatan Kerja

a. Patuhi prosedur pekerjaan.

b. Perhatikan keadaan umum bayi dan cegah agar bayi tidak hipotermi.

c. Pemeriksaan dilakukan dengan hati-hati, perhatikan keamanan dan keselamatan bayi selama melakukan tindakan.

4. Peralatan

a. Kapas

b. Senter

c. Thermometer

d. Stetoskop

e. Flanel/selimut bayi

f. Bengkok

g. Timbangan berat badan bayi (timbangan tidur)

h. Pita meter (Metlin)

i. Pengukur tinggi badan

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

5. Prosedur Pelaksanaan

a. Jelaskan pada ibu atau keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan.

b. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, lingkungan, sosial, faktor ibu dan perinatal, faktor neonatal.

c. Susun alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja.

d. Cuci tangan menggunakan sabun di bawah air menga-lir, keringkan dengan handuk.

e. Lakukan penimbangan. Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala timbangan ke titik nol sebe-lum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi dengan berat alas dan pembungkus bayi.

f. Lakukan pengukuran panjang badan, letakkan bayi di tempat datar. Ukur panjang badan bayi menggunakan alat pengukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan diluruskan.

g. Ukur kepala bayi. Pengukuran dilakukan dari dahi ke-mudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.

h. Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kem-bali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).

i. Lakukan pemeriksaan kepala. Lakukan pengecekan kontur tulang tengkorak, penonjolan daerah cekung, perhatikan juga hubungan kedua telinga simetris atau tidak, dan keadaan mata, apakah ada tanda-tanda in-feksi. Perhatikan juga bibir dan mulut.

j. Periksa leher. Amati apakah ada pembesaran kelenjar thyroid atau vena jugularis.

k. Periksa dada, perhatikan bentuk, puting, bunyi nafas, bunyi jantung.

l. Periksa bahu, lengan, tangan, perhatikan gerak dan jumlah jari.

m. Periksa sistem saraf, adanya reflek moro.

n. Periksa perut, perhatikan bentuk, penonjolan sekitar pusat, perdarahan tali pusat, benjolan.

o. Periksa genetalia laki-laki, perubahan skrotum apa su-dah turun, penis berlubang.

p. Periksa genetalia perempuan, perhatikan vagina berlu-bang, uretra berlubang, labia mayora dan minora.

q. Periksa tungkai dan kaki, perhatikan gerakan, jumlah jari, bentuk.

r. Periksa punggung dan anus, perhatikan adakah pem-bengkaan atau cekungan, periksa anus berlubang atau tidak.

s. Periksa kulit, perhatikan vernik, warna kulit, pembeng-kakan dan bercak hitam, tanda lahir.

t. Jelaskan pada ibu/keluarga tentang hasil pemeriksaan

u. Rapikan bayi.

v. Bereskan alat.

w. Lakukan pendokumentasian tindakaan dan hasil pemeriksaan.

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

A. PERSIAPAN PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN SPESIMEN

1. SPESIMEN DARAH

a. Persiapan pengambilan spesimen darah vena

1) Alat dan bahan

- Bak instrumen

- Torniquet

- Spuit 3 cc

- Botol untuk spesimen darah

- Kapas alkohol

- Bengkok

- Sarung tangan

- Pengalas atau perlak kecil

4BAB

MENYIAPKAN PEMERIKSAAN UNTUK DIAGNOSTIC

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

2) Pelaksanaan

- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.

- Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.

- Memasang sampiran.

- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Memakai sarung tangan.

- Membebaskan lokasi pengambilan spesimen darah vena dari pakaian.

- Mencari daerah vena yang terlihat jelas venanya.

- Memasang pengalas di bawah daerah yang akan di-ambil darahnya.

- Mengikat bagian di atas daerah yang akan diambil darahnya dengan karet pembendung atau torniquet, pasien dianjurkan mengepalkan tangannya.

- Mendesinfeksi kulit dengan kapas alkohol secara sirkuler dengan diameter ± 5 cm.

- Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak domi-nan.

- Menusukkan jarum ke dalam vena, dengan tangan dominan (jarum dan kulit membentuk sudut ± 200).

- Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk vena.

- Membuka karet pembendung, anjurkan pasien membuka kepalan tangan (bila darah telah terlihat pada tabung spuit).

- Menarik penghisap sehingga darah masuk ke dalam tabung spuit, hisap sebanyak kebutuhan.

- Menarik jarum keluar, dengan meletakkan kapas alkohol di atas jarum dan tarik jarum keluar.

- Memasukkan darah dalam spuit ke dalam botol yang tersedia (memasukkan agak miring dan tidak terlalu keras menyemprotkannya).

- Memberi label pada botol dan siap dibawa ke labo-ratorium untuk pemeriksaan.

- Membereskan alat, buang alat suntik dengan benar.

- Melepaskan sarung tangan.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilaku-kan.

b. Persiapan pengambilan spesimen darah perifer

1) Alat dan bahan:

- Lanset

- Kapas alkohol

- Kapas kering

- Sarung tangan

- Pengalas

- Botol tempat darah yang diberi label, alat pengukur Hb (Hb sahli) dlll tergantung jenis pemeriksaan

- Bengkok

2) Pelaksanaan :

- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

- Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.

- Memasang sampiran.

- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Memakai sarung tangan.

- Mendesinfeksi kulit dengan kapas alkohol (ujung jari) dan biarkan kering.

- Menusuk dengan lanset secara tegak lurus.

- Mengusap darah yang baru keluar dengan kapas kering, darah yang keluar berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.

- Menekan bekas tusukan dengan kapas kering.

- Membereskan alat, buang lanset dengan benar.

- Melepas sarung tangan.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Melakukan dokumentasi tindakan yang telah di-lakukan.

2. SPESIMEN URINE

a. Persiapan pengambilan spesimen urine

1) Pelaksanaan

- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tin-dakan yang akan dilakukan.

- Menyiapkan alat dan membawa ke dekat pasien.

- Memasang sampiran.

- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Memakai sarung tangan.

Pasien yang istirahat total di tempat tidur.

- Memasang pengalas di bawah bokong pasien.

- Memasang pispot di bawah bokong pasien.

- Membantu pasien untuk cebok dulu sebelum berkemih.

- Membiarkan urine yang keluar permulaan dan me-nampung urine yang keluar berikutnya dengan beng-kok atau botol yang disediakan sesuai kebutuhan.

- Membantu pasien untuk cebok.

Pasien yang dapat berjalan.

- Memberitahu pasien untuk membiarkan saja urine yang keluar permulaan mengalir sedikit dan menam-pung urine yang keluar berikutnya dengan bengkok atau botol yang telah disediakan.

- Memberi etiket yang jelas dan mengisi formulir pe-ngiriman, untuk segera dikirim ke laboratorium.

- Membereskan alat.

- Melepas sarung tangan.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

- Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilaku-kan.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

3. SPESIMEN FESESa. Persiapan pengambilan spesimen feses

1) Pelaksanaan

- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tin-dakan yang akan dilakukan.

- Menyiapkan alat dan membawa ke dekat pasien.

- Memasang sampiran.

- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Memakai sarung tangan.

Pasien yang tidak kuat berjalan.

- Memasang pengalas di bawah bokong pasien.

- Memberikan urinal atau pispot pada pasien untuk BAK.

- Mengganti urinal dengan pispot untuk BAB.

- Mengambil tinja sedikit dengan lidi kapas, memasukkan ke dalam tempat yang sudah dise-diakan.

- Membantu pasien untuk cebok.

Pasien yang dapat berjalan.

- Memberitahu pasien untuk mengambil tinja de-ngan lidi kapas dan memasukkan ke tempat yang telah disediakan, jangan sampai tinja tercampur dengan air.

- Memberi etiket yang jelas dan mengisi formulir pengiriman untuk segera dikirim ke laboratorium

- Membereskan alat.

- Melepas sarung tangan.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Melakukan dokumentasi tindakan yang telah di-lakukan.

4. SPESIMEN CAIRAN PERVAGINAM

a. Persiapan pengambilan spesimen cairan vagina

1) Alat dan bahan :

- Kapas lidi steril atau oase

- Obyek glass

- Bengkok

- Sarung tangan

- Kain kassa, kapas sublimat

- Perlak

2) Pelaksanaan

- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tin-dakan yang akan dilakukan.

- Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.

- Memasang sampiran.

- Membuka atau menganjurkan pasien menang-galkan pakaian bawah.

- Memasang pengalas di bawah bokong pasien.

- Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dor-sal recumbent).

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Memakai sarung tangan.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

- Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telun-juk tangan yang tidak dominan.

- Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi ta-ngan yang dominan sesuai kebutuhan.

- Menghapuskan sekret vagina pada obyek glass yang disediakan.

- Membuang kapas lidi dalam bengkok.

- Memasukkan obyek glass ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan ditutup.

- Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium.

- Membereskan alat.

- Melepas sarung tangan.

- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.

- Melakukan dokumentasi tindakan yang telah di-lakukan.

5. SPESIMEN SPUTUM

Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilaku-kan untuk mendeteksi adanya kuman seperti tuberkulosis pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhi-etaksis.

Persiapan dan pelaksanaan :

a. Siapkan wadah dalam keadaan steril.

b. Dapatkan sputum pada pagi hari atau sebelum makan pagi.

c. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan spu-tum.

d. Pertahankan agar wadah dalam keadaan tertutup.

e. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam), ikuti instruksi yang ada pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum, yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut.

B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang digu-nakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisi dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan di atas permukaan kulit atau di atas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan.

Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi ber-bagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada kehamilan cairan amnion dapat me-nambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat mengidentifikasi ukuran, bentuk, dan po-sisi, kemudian dapat mendeteksi pankreas, limpa, tiroid, dan lain-lain.

Persiapan dan pelaksanaan :

a. Lakukan informed consent.

b. Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen, kandung empedu, hepar, limpa, pankreas.

c. Oleskan jeli konduktif pada permukann kulit yang akan dilakukan USG.

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

d. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan ke belakang di atas permukaan kulit.

e. Lakukan antara 10-30 menit.

f. Premedikasi jarang dilakukan hanya bila pasien dalam keadaan gelisah.

g. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan un-tuk mencegah masuknya udara.

h. Bila apada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), pelvis dan ginjal pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih semen-tara untuk trimester ketiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung kemih kosong.

i. Bila pada otak lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.

j. Bila pada jantung anjurkan untuk bernafas perlahan dan menahan setelah inspirasi dalam.

2. RONTGEN

Rontgen atau sering dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak dan rangka, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar X yang sedikit karena tinggi-nya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrining dari berbagai kelainan yang ada pada organ.

Persiapan dan pelaksanaan :

a. Lakukan informed consent.

b. Tidak ada pembatasan makanan atau cairan.

c. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan dengan posisi berdiri AP (an-

terior posterior) lateral dapat juga dilakukan, baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain dapat digunakan dan perhiasan dapat dilepaskan, anjurkan pasien untuk tarik napas dan menahan napas pada waktu pengambilan foto sinar X.

d. Pada jantung fota PA dan lateral kiri dapat di indikasikan untuk mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung, perhi-asan pada leher harus dilepaskan, baju diturunkan hing-ga ke pinggang.

e. Pada abdomen pelaksanaan foto harus dilakukan sebe-lum pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan dan digu-nakan baju kain/kertas. Pasien tidur telentang dengan tangan menjauh dari tubuh, testis harus dilindungi.

f. Pada tengkorak, sebelum pelaksanaan foto, penjepit rambut harus dilepaskan, kaca mata gigi palsu sebe-lum pemeriksaan.

g. Pada rangka bila dicurigai terdapat fraktur anjurkan pua-sa, dan imobilisasi pada daerah fraktur.

3. PAP SMEAR

Pap Smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digu-nakan untuk mendeteksi adanya kanker serviks atau men-deteksi sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks dan respon terhadap kemoterapi dan radiasi.

Persiapan dan pelaksanaan :

a. Lakukan informed consent.

b. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan.

c. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina atau memasukkan obat melalui vagina atau melaku-kan hubungan seks sekurang-kurangnya 24 jam atau sebaiknya 48 jam.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

d. Anjurkan pasien berbaring di meja periksa dalam posisi lithotomi.

e. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air mengalir di-masukkan ke vagina.

f. Spatula kayu bengkok (pap stick) digunakan untuk mengusap serviks, kemudian dipindahkan ke kaca mikroskop dan dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.

g. Beri label nama dan tanggal.

4. MAMMOGRAFI

Mammografi merupakan pemeriksaan dengan bantuan si-nar X yang dilakukan pada bagian payudara untuk mende-teksi adanya kista atau tumor, dan digunakan untuk meni-lai payudara secara periodik

Persiapan dan pelaksanaan:

a. Lakukan informed consent.

b. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan.

c. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan di leher dilepas.

d. Gunakan pakian kertas atau gaun bagian depan terbuka.

e. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakkan payudara satu persatu di atas meja kaset sinar X, saat payudara ditekan pasien akan diminta untuk menahan nafas.

f. Lalu lakukan pemeriksaan.

A. SEDIAAN OBAT

Ada berbagai macam bentuk sediaan obat, antara lain :

1. Bentuk sediaan padat, misalnya tablet, kaplet, kapsul, pil, granula.

2. Bentuk sediaan semi padat, misalnya salep, krim, gel, suppositoria.

3. Bentuk sediaan cair, misalnya sirup, larutan, suspensi, emulsi.

B. PRINSIP PEMBERIAN OBAT

Dalam pemberian obat, bidan harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian obat. Ada prinsip 10 BENAR dalam pem-berian obat.

OBAT- OBATAN DAN PEMBERIAN CAIRAN YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIK

KEBIDANAN

5BAB

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

1. Benar Klien

a. Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.

b. Membedakan klien dengan dua nama yang sama.

2. Benar Obat

a. Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan.

b. Bidan bertanggungjawab untuk mengikuti perintah yang tepat.

c. Bidan harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga kali (pada saat meli-hat botol/kemasan obat, sebelum menuang/menghisap obat, setelah menuang/menghisap obat).

d. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah.

e. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut.

f. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa.

3. Benar Dosis Obat

a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.

b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomen-dasikan untuk obat yang bersangkutan.

c. Bidan harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan mempertim-bangkan: tersedianya obat dan dosis obat yang diresep-kan, pertimbangan berat badan klien (mg/kgBB/hari).

d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian

a. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari.

c. Pemberian obat memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan.

5. Benar Cara Pemberian

a. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh ha-rus tepat dan memadai.

b. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan se-belum memberikan obat-obat peroral.

c. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute parenteral.

d. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral telah ditelan.

e. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

- Oral (melalui mulut): cairan, suspensi, pil, kaplet, atau kapsul.

- Sublingual (di bawah lidah untuk absorpsi vena).

- Bukal (diantara gusi dan pipi).

- Topikal (dipakai pada kulit).

- Inhalasi (semprot aerosol).

- Instilasi (pada mata, hidung, telinga, rektum, atau vagina).

- Parenteral : intradermal, subkutan, intramuskular, intravena.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

6. Benar Dokumentasi

Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang ber-laku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.

7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien

Bidan mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pen-didikan kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek sam-ping, dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan.

8. Hak klien untuk menolak

Klien berhak menolak dalam pemberian obat. Bidan harus memberikan informed consent dalam pemberian obat.

9. Benar Pengkajian

Bidan selalu memeriksa TTV (tanda-tanda vital) sebelum pemberian obat.

10. Benar Evaluasi

Bidan selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

C. CARA PENYIMPANAN OBAT

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :

1. Suhu

Suhu adalah faktor terpenting karena pada umumnya obat bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas).

Untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria di-simpan di tempat sejuk < 150C (tapi tidak boleh beku), vak-sin tifoid antara 2-100C, vaksin cacar air harus <50C.

2. Posisi

Posisi pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bu-kan tempat umum dan terkunci.

3. Kadaluarsa

Dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil lebih dahulu. Perhatikan perubahan warna.

D. TEKNIK PEMBERIAN OBAT

1. Oral

Pemberian obat per oral adalah memberikan obat melalui mulut

a. Tujuan

1) Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sis-temik melalui saluran gastrointestinal.

2) Menghindari pemberian obat yang dapat menyebab-kan kerusakan kulit/jaringan.

3) Menghindari pemberian obat yang dapat menyebab-kan nyeri.

b. Fokus perhatian

Alergi terhadap obat, kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan diare yang dapat menggang-gu absorpsi obat, efek samping obat, interaksi obat, ke-butuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

c. Prosedur kerja

1) Tahap pra interaksi

• Cek rekam medis tentang program pemberian obat oral.

• Persiapan alat :

- Baki berisi obat-obat atau kereta dorong obat (bergantung pada sarana yang ada)

- Kartu/buku rencana pengobatan

- Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat

- Pemotong obat (jika diperlukan)

- Martil dan lumpang penggerus (jika diperlukan)

- Gelas pengukur (jika diperlukan)

- Gelas dan air minum

- Sedotan

- Sendok

- Pipet

- Spuit sesuai ukuran mulut anak-anak

2) Tahap orientasi

• Berikan salam, tanyakan anama klien, bila perlu ke-nalkan nama bidan.

• Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga.

3) Tahap kerja

• Siapkan peralatan.

• Cuci tangan.

• Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral.

• Periksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kadaluarsa obat.

• Ambil obat sesuai keperluan.

• Siapkan obat yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan.

Tablet atau kapsul :

- Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.

- Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlu-kan.

- Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus. Setelah itu, campur-kan dengan menggunakan air. “cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerjanya”.

Obat dalam bentuk cair :

- Putar/bolak-balik obata agar tercampur rata sebe-lum dituangkan. Buang obat jika telah berubah war-na atau menjadi keruh.

- Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas (untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam).

- Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan be-rada pada telapak tangan anda kemudian tuangkan obat jauh dari label (mencegah label menjadi rusak

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

akibat tumpahan cairan obat sehingga label tidak dapat dibaca dengan tepat).

- Tuangkan obat dengan takaran sesuai dengan taka-ran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk obat ber-skala.

- Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu (mencegah tutup botol sulit dibu-ka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol).

- Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.

• Berikan obat tepat pada waktunya dan dengan cara yang benar

- Identifikasi klien dengan tepat.

- Jelaskan tujuan dan daya kerja obat dengan bahsa yang mudah dipahami klien.

- Atur pada posisi duduk. Jika tidak memungkinkan, atur posisi lateral (posisi ini membantu mempermu-dah untuk menelan dan mencegah aspirasi).

- Kaji tanda-tanda vital jika diperlukan.

- Ukur tensi sebelum pemberian obat penurun tensi.

- Beri klien air yang cukup untuk menelan obat jika sulit menelan, anjurkan klien meletakkan obat di li-dah bagian belakang kemudian anjurkan minum.

- Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan anda.

• Mengembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar.

• Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien (biasanya 30 menit setelah pemberian obat).

Gambar Pemberian obat secara oral

2. Pemberian obat topikal

a. Pada Kulit

Pemberian obat yang dilakukan pada kulit yang bertu-juan mempertahankan hidrasi lapisan kulit, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau menga-tasi infeksi kulit. Pemberian obat kulit dapat dilakukan dengan banyak preparat, seperti krim, lotion, aerosol, spray, atau bubuk.

1) Alat dan bahan

• Obat dalam tempatnya lotion, krim, aerosol, spray, bubuk

• Kain kassa

• Kertas tisu

• Balutan

• Pengalas

• Air sabun dan air hangat

2) Prosedur kerja

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

• Cuci tangan.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

• Gunakan sarung tangan.

• Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat atau air sabun (bila terdapat kulit yang mengeras/kerak).

• Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pe-makaian, seperti mengoleskan, mengompres.

• Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

• Catat prosedur dan respons pasien.

Gambar Pemberian obat topikal pada kulit

b. Pada Mata

Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata. Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil : pengukuran refraksi dengan cara mele-mahkan otot lensa, juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dan lain-lain.

1) Alat dan bahan

• Obat dalam tempatnya (tetes steril atau salep)

• Plester

• Kain kassa

• Kertas tisu

• Balutan

• Sarung tangan

• Air hangat atau kapas pelembab

2) Prosedur kerja

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

• Cuci tangan.

• Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dan posisi bidan di samping kanan pasien.

• Gunakan sarung tangan.

• Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas pelembab (atau tisu) dari sudut luar mata ke arah hidung, bila sangat kotor basuh dengan air hangat.

• Buka mata dengan menekan perlahan bagian ba-wah menggunakan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang orbita.

• Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva se-suai dosis. Minta pasien untuk menutup mata de-ngan perlahan ketika menggunakan tetes mata.

• Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang aplikator di atas tepi kelopak mata. Kemudian tekan tube hingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata bawah. Secara bergantian, berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak mata.

• Tutup mata dengaan kasa bila perlu.

• Cuci tangan setelah prosedur dilaksanakan.

• Catat respon pasien.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

Gambar Pemberian obat topikal pada mata

c. Pada Telinga

Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khu-susnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberikan dapat berupa antibiotik (tetes atau salep).

1) Alat dan bahan

• Obat dalam tempatnya

• Penetes

• Spekulum telinga

• Pinset anatomi dalam tempatnya

• Plester

• Kain kassa

• Kertas tisu

• Balutan

2) Prosedur kerja

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

• Cuci tangan.

• Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, upayakan telinga pasien menghadap ke atas.

• Luruskan lubang telinga dengan menarik daun te-linga ke atas atau ke belakang (pada anak).

- Bila berupa tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelem-bung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.

- Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi dan oleskan salep. Kemudian masukkan/oleskan pada liang telinga.

• Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit.

• Tutup telinga dengan balutan dan plester (bila perlu).

• Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

• Catat respon pasien.

Gambar Pemberian Obat Topikal pada Telinga

d. Pada Hidung

Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan tetes hidung. Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hidung (rinitis)

1) Alat dan bahan

• Obat dalam tempatnya

• Pipet

• Spekulum hidung

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

• Pinset anatomi dalam tempatnya

• Korentang dalam tempatnya

• Plester

• Kain kassa

• Kertas tisu

• Balutan

2) Prosedur kerja

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

• Cuci tangan.

• Atur posisi pasien dengan cara :

- Duduk di kursi dengan kepala tengadah ke be-lakang.

- Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tem-pat tidur.

- Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.

• Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).

• Pertahankan posisi kepala tetap menengadah se-lama 5 menit.

• Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

• Catat respon pasien.

Gambar Pemberian Obat topikal pada hidung

3. Pemberian obat secara sublingual

Pemberian obat dengan cara meletakkannya di bawah lidah sampai di absorpsi ke dalam pembuluh darah.

a. Alat dan bahan

1) Baki berisi obat-obat atau kereta dorong obat (ber-gantung pada sarana yang ada).

2) Kartu atau buku rencana pengobatan.

3) Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat.

4) Pemotong obat (jika diperlukan).

b. Tujuan

1) Memperoleh efek lokal dan sistemik.

2) Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat diban-dingkan secara oral.

3) Menghindari kerusakan hepar oleh obat.

c. Prosedur kerja

Secara umum persiapan dan langkah-langkah sama dengan pemberian obat secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberi penjelasan untuk meletakkan obat di bawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan biarkan berada di bawah lidah sampai habis diabsorpsi seluruhnya.

d. Catatan

Obat yang biasa diberikan dengan cara sublingual adalah nitrogliserin, suatu obat vasodilator yang digu-nakan pada penyakit jantung Angina Pectoris.

4. Pemberian obat secara bukal

Pemberian obat dengan cara meletakkannya diantara gusi dengan membran mukosa pipi.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

a. Alat dan bahan

1) Baki berisi obat-obat atau kereta dorong obat (ber-gantung pada sarana yang ada).

2) Kartu atau buku rencana pengobatan.

3) Mangkuk untuk tempat obat.

4) Pemotong obat (jika diperlukan).

b. Tujuan

1) Memperoleh efek lokal dan sistemik.

2) Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat diban-dingkan secara oral.

3) Menghindari kerusakan hepar oleh obat.

c. Prosedur kerja

Secara umum sama dengan pemberian obat dengan cara oral, akan tetapi klien perlu diberi penjelasan bahwa obat harus diletakkan diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai seluruh obat habis diabsorpsi.

Gambar Pemberian obat secara sublingual

5. Pemberian obat melalui anus/rektum

Pemberian obat yang dilakukan melalui anus/rektum dengan tujuan memberikan efek lokal maupun sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat su-positoria. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal

seperti pada obat dulcolax suppositoria yang berfungsi se-cara lokal untuk meningkatkan defekasi. Contoh secara sistemik adalah pemberian obat aminofillin suppositoria dengan fungsi mendilatasi bronkhial. Pemberian obat sup-positoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rektal yang melewati sfingter anus interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

a. Prosedur kerja

1) Cek catatan bidan dan medis tentang program em-berian obat melalui rektum.

2) Persiapan alat :

• Obat suppositoria dalam tempatnya

• Sarung tangan

• Kain kassa

• Vaseline/pelumas/pelicin

• Kertas tisu

b. Tahap orientasi

1) Berikan salam, tanyakan nama klien, kalau perlu kenalkan nama bidan.

2) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga.

c. Tahap kerja

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Gunakan sarung tangan.

4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

5) Olesi ujung obat supositoria dengan pelicin.

�0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

6) Minta pasien mengambil posisi tidur miring (sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri. Kemudian masukkan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan mengenai dinding rektal ±10 cm pada orang dewasa dan ±5 cm untuk anak/bayi.

7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan dae-rah sekitar anal dengan tisu.

8) Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/mi-ring selama ±15 menit.

9) Lepaskan sarung tangan dan letakkan di bengkok.

10) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

11) Catat respon pasien.

d. Tahap terminasi

1) Evaluasi perasaan pasien.

2) Simpulkan hasil kegiatan.

3) Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya.

4) Akhiri kegiatan dan cuci tangan.

5) Dokumentasikan : waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis, dan cara pemberian.

Gambar Pemberian Obat melalui anus

6. Pemberian obat melalui vagina

Pemberian obat yang dilakukan melalui vagina yang ter-sedia dalam bentuk krim dan supositoria untuk mengobati infeksi lokal.

a. Tahap pra interaksi

1) Cek catatan bidan dan rekam medis : pemberian obat melalui vagina.

2) Persiapan alat :

a) Obat dalam tempatnya

b) Sarung tangan

c) Kain kassa

d) Kertas tisu

e) Kapas sublimat dalam tempatnya

b. Tahap orientasi

1) Berkan salam, tanyakan nama klien, bila perlu ke-nalkan nama bidan.

2) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga.

c. Tahap kerja

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Gunakan sarung tangan.

4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kassa.

5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas subli-mat.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

Catatan :

• Bila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator atau ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan, regang-kan lipatan labia dan masukkan aplikator ± 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.

• Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recum-bent.

• Bila obat jenis supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat. Regangkan labia mino-ra dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vagina posterior sampai 7,5-10 cm.

6) Setelah obat masuk, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.

7) Anjurkan untuk tetap pada posisinya selama 10 menit agar obat terabsorpsi.

8) Cuci tangan stelah prosedur dilakukan.

9) Catat respons pasien.

d. Tahap terminasi

1) Evaluasi perasaan pasien.

2) Simpulkan hasil kegiatan.

3) Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya.

4) Akhiri kegiatan dan cuci tangan.

5) Dokumentasikan : waktu pemberian, obat yang diberi-kan, dosis, dan cara pemberian.

Gambar Pemberian obat melalui vagina

7. Pemberian obat melalui injeksi Intra Cutan (IC)

Memasukkan obat ke dalam jaringan kulit

a. Tujuan

1) Mendapatkan reaksi setempat pada tes alergi.

2) Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang di-simpan di bawah kulit untuk diabsorpsi.

3) Metode untuk test diagnostik untuk allergen atau mengetahui penyakit tertentu.

b. Lokasi injeksi

1) Lengan bawah

Bagian depan lengan (volar), sepertiga dari lekukan siku atau dua pertiga dari pergelangan tangan. Pada kulit yang sehat, jauh dari pembuluh darah, untuk tes mantouk dan tes alergi.

2) Lengan atas

Tiga jari di bawah sendi bahu, di tengah-tengah dae-rah muskulus deltoid untuk BCG.

c. Prosedur kerja

1) Tahap pra interaksi

• Cek catatan bidan dan rekam medis : program pemberian obat melalui intradermal.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

• Persiapan alat :

- Spuit 1 ml dan jarumnya.

- Obat sesuai dengan yang diperlukan.

- Kapas alkohol dalam tempatnya.

- Perlak pengalas.

- Bengkok.

- Sarung tangan.

- Bak injeksi.

2) Tahap orientasi

• Berikan salam, tanykan nama pasien, bila perlu ke-nalan nama bidan.

• Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga.

3) Tahap kerja

• Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.

• Tanyakan keluhan pasien dan kaji adanya alergi.

• Jaga privacy pasien.

• Gunakan sarung tangan.

• Pilih tempat tusukan pada lengan bawah. Jika le-ngan bawah tidak dapat digunakan, gunakan tem-pat alternatif lain.

• Posisikan pasien dengan dengan lengan bawah menghadap muka bidan.

• Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan di-lakukan terapi intra dermal.

• Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan ka-pas alkohol dan buka tutup jarum.

• Tempatkan ibu jari tangan non dominan sekitar 1 cm di bawah tempat penusukan dan tarik kulit.

• Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan meng-gunakan tangan dominan, masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 10-150.

• Jika jarum telah masuk ke bawah kulit dan terlihat, masukkan lagi 1/8 cm.

• Masukkan obat perlahan-lahan perhatikan adanya jendalan (jendalan harus terbentuk).

• Cabut jarum dengan sudut yang sama saat disun-tikkan.

• Jika terdapat darah, usap dengan lembut menggu-nakan kapas alkohol lain.

• Buat lingkaran 1 cm disekelilingi jendalan dan in-struksikan pasien untuk tidak menggosok daerah itu.

• Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak, jika tes alergi, observasi adanya reaksi sistemik misalnya: sulit bernafas, berkeringat, pingsan, berkurangnya tekanan darah, mual, muntah, dan sianosis.

• Kembalikan posisi pasien.

• Buka sarung tangan dan bereskan alat-alat dan buang peralatan yang sudah tidak diperlukan lagi.

4) Tahap terminasi

• Evaluasi perasaan pasien.

• Simpulkan hasil kegiatan.

• Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya.

• Akhiri kegiatan dan cuci tangan.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

• Dokumentasikan : waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis, dan cara pemberian

Gambar Injeksi Intra Cutan

8. Pemberian obat melalui injeksi Sub Cutan (SC)

Memberikan obat melalui injeksi di bawah kulit yang di-lakukan pada lengan atas daerah luar, kaki bagian atas.

a. Tujuan

Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perla-han-lahan.

b. Lokasi injeksi

Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area vascular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal serta daerah scapula. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar di bawahnya.

c. Prosedur kerja

1) Tahap pra interaksi

• Cek catatan bidan dan rekam medis : program pem-berian obat melalui sub kutan.

• Persiapan alat :

- Spuit 1 ml dan jarumnya.

- Obat sesuai dengan yang diperlukan.

- Kapas alkohol dalam tempatnya.

- Perlak pengalas.

- Bengkok.

- Sarung tangan.

- Bak injeksi.

2) Tahap orientasi

• Berikan salam, tanyakan nama klien, kalau perlu kenalkan nama bidan.

• Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga.

3) Tahap kerja

• Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.

• Tanyakan keluhan pasien dan kaji adanya alergi.

• Jaga privacy pasien.

• Gunakan sarung tangan.

• Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan bila pasien menggunakan pakaian berlengan.

• Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Kemudian tempatkan pada bak injeksi.

• Desinfeksi dengan kapas alkohol.

�� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ��

• Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan di-lakukan suntikan subkutan.

• Lakukan penusukan dengan lubang jarum mengha-dap ke atas membentuk sudut 450 terhadap permu-kaan kulit.

• Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, masukkan obat perlahan hingga habis.

• Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikkan dimasukkan ke dalam bengkok.

• Catat prosedur pemberian obat dan respon pasien.

• Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak.

• Kembalikan posisi pasien.

• Buka sarung tangan, bereskan alat-alat dan buang peralatan yang sudah tidak diperlukan lagi.

4) Tahap terminasi

• Evaluasi perasaan klien.

• Simpulkan hasil kegiatan.

• Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.

• Akhiri kegiatan dengan cuci tangan.

• Dokumentasikan : waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis, dan cara pemberian.

9. Pemberian obat melalui injeksi Intra Muskuler (IM)

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot dengan menggunakan spuit.

a. Tujuan

Memasukkan obat ke dalam jaringan otot untuk diab-sorbsi.

b. Daerah injeksi

1) Area ventrogluteal.

2) Area dorsogluteal.

3) Area vastus lateralis.

4) Area deltoid.

5) Area rektus femoralis.

c. Teknik penyuntikan intramuskuler Z track

Teknik penyuntikan secara intramuskuler pada dasarnya ada dua cara yaitu metode penyuntikan konvensional/standar dan metode penyuntikan Z track. Perbedaan kedua metode ini terletak pada insersi jarum dari kulit sampai otot. Pada penyuntikan secara konvensional atau standar, dae-rah insersi jarum mulai dari dermis sampai ke otot dalam satu garis lurus, sedangkan pada metode penyuntikan intramuskuler Z track pemberian obat melalui suntikan (injeksi) ke dalam jaringan otot dengan meninggalkan ja-lan kecil bekas jarum yang disuntikkan berbentuk zig-zag sehingga cairan obat tidak dapat keluardari jaringan otot. Perbedaan ini disebabkan pada metode penyuntikan in-tramuskuler konvensional/standar, kulit diregangkan dulu sebelum disuntik. Sedangkan pada metode penyuntikan intramuskuler Z track kulit yang akan disuntik ditarik ke arah samping, baru setelah obat dimasukkan dan jarum suntik di tarik keluar, kulit yang diatrik tadi dilepaskan kembali.

d. Prosedur kerja

1) Tahap pra interaksi

• Cek catatan bidan dan rekam medis : program pem-berian obat melalui intramuskuler.

�00 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �0�

• Persiapan alat :

- Bak steril.

- Spuit 2-5 ml dan jarumnya (sesuai jumlah obat).

- Obat sesuai dengan yang diperlukan.

- Kapas alkohol dalam tempatnya.

- Bengkok.

- Buku catatan dan alat tulis.

- Sarung tangan.

- Kertas etket/label.

2) Tahap orientasi

• Berikan salam, tanyakan nama klien, kalau perlu kenalkan nama bidan.

• Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/ keluarga.

3) Tahap kerja

• Memberikan kesempatan klien untuk bertanya.

• Menyiapkan alat di samping tempat tidur penderita dan menjaga privacy pasien.

• Mencuci tangan secara menyeluruh, kenakan sarung tangan.

• Tanyakan keluhan pasien dan kaji adanya alergi.

• Mengatur posisi pasien dengan nyaman, bebaskan pakaian pada area yang akan diinjeksi.

• Pilih area penusukan yang bebas dari lesi, kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.

• Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.

• Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada ta-ngan non dominan.

• Buka tutup jarum.

• Tarik kulit ke bawah ±2,5 cm di bawah area penusu-kan dengan tangan non dominan.

• Dengan cepat masukkan jarum dengan posisi 900 dengan tangan dominan masukkan sampai pada jaringan otot. Gunakan metode Z track.

• Lakukan asipirasi dengan tangan non dominan me-nahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.

• Observasi aspirasi tersebut, jika tidak ada darahnya masukkan obat perlahan-lahan.

• Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.

• Jika terjadi perdarahan tekan area tersebut dengan kassa steril sampai berhenti.

• Kembalikan posisi pasien.

• Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya.

• Buka sarung tangan dan cuci tangan.

• Dokumentasikan hasil tindakan.

4) Tahap terminasi

• Evaluasi perasaan klien.

• Simpulkan hasil kegiatan.

• Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.

• Akhiri kegiatan dengan cuci tangan.

�0� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �0�

• Dokumentasikan : waktu pemberian, obat yang diberikan, dosis, dan cara pemberian.Deltoid site Ventrogluteal site

Acromialprocess

DeltoidMuscle

Scapula

Humerus

DeepbrachialarteryRadial nerve

Anteriorsuperioriliac spine

Iliac crest

Gluteusmedius

Greatertrochanter

Gambar Lokasi pemberian injeksi IM pada lengan

ArteriGlutealSuperior

NervusSciatic

Gambar Lokasi pemberian injeksi Im pada bokong

10. Pemberian obat melalui injeksi Intra Vena (IV)

Pemberian obat/cairan dengan cara memasukkan lang-sung ke dalam pembuluh darah vena.

a. Tujuan

1) Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat karena langsung masuk pada peredaran darah.

2) Menghindari kerusakan jaringan.

3) Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.

b. Daerah dan posisi injeksi

1) Pada lengan : vena basilica dan sefalika.

2) Pada tungkai : vena sefalika.

3) Pada leher : vena jugularis.

4) Pada kepala : vena frontalis atau temporalis.

c. Persiapan alat

1) Bak steril.

2) Spuit 3 ml atau 5 ml dan jarumnya.

3) Obat sesuai dengan yang diperlukan.

4) Kapas alkohol dalam tempatnya.

5) Perlak pengalas.

6) Bengkok.

7) Buku catatan dan alat tulis.

8) Sarung tangan.

9) Karet pembendung (tornikuet).

10) Plester, kassa, dan gunting.

d. Prosedur kerja

1) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.

2) Tanyakan keluhan pasien dan kaji adanya alergi.

3) Jaga privacy pasien.

4) Gunakan sarung tangan.

5) Mengatur posisi pasien dengan nayaman, bebaskan pakaian pada area yang akan diinjeksi.

6) Letakkan touniquet 5 cm di atas tempat penusukan dan kencangkan.

7) Anjurkan pasien untuk mengepalkan telapak tangan dan membukanya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk.

�0� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �0�

8) Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol.

9) Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm di bawah tusukan.

10) Pegang jarum dalam posisi 300 sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan-lahan dan pasti.

11) Rendahkan posisi jarum sejajar dan tersukan jarum ke dalam vena.

12) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan me-nahan barrel dari spuit dan tangan dominan menarik punger, observasi adanya darah pada spuit.

13) Bila darah ada, maka lepaskan torniquet.

14) Masukkan obat ke dalam pembuluh vena perlahan la-han.

15) Keluarkan jarum dari pembuluh vena.

16) Tutup tempat tusukan dengan kassa steril yang diberi betadin.

17) Kembalikan posisi pasien.

18) Buka sarung tangan dan bereskan alat-alat dan buang peralatan yang sudah tidak diperlukan lagi.

19) Evaluasi perasaan klien.

20) Simpulkan hasil kegiatan.

21) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.

22) Akhiri kegiatan dengan cuci tangan.

23) Dokumentasikan : waktu pemberian, obat yang diberi-kan, dosis, dan cara pemberian.

Intramuskular

SubkutanIntravena

Intrakutan

Subkutan Intravena IntrakutanIntramuskular

Epidermis

Dermis

JaringanSubkutan

Otot

Gambar Pemberian Obat melalui injeksi (IM,SC,IC,IV)

�0� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �0�

A. PENGERTIAN LUKA

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh (diskontinuitas jaringan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Proses yang ke-mudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuh-an luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase infla-masi, poliferasi dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodelling) jaringan.

1. Jenis-jenis Luka

Berdasarkan sifat kejadiannya, luka dibagi menjadi dua jenis, yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, se-dangkan luka tidak disengaja misalnya luka terkena trau-ma. Luka yang tidak disengaja juga dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Luka disebut tertutup, jika

PERAWATAN LUKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

6BAB

�0� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan �0�

tidak terjadi robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan. Luka terbuka seperti luka abrasi (yakni luka akibat gesekan), luka puncture (luka akibat tusukan), dan luka hautration (luka akibat alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Dibidang kebidanan, luka yang sering terjadi adalah luka episiotomi, luka bedah seksio caesarea, atau luka saat proses persalinan.

Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi menjadi dua, yakni luka mekanik dan luka nonmekanik. Luka me-kanik terdiri atas vulnus scissum, vulnus contusum, vul-nus kaceratum, vulnus punctum, vulnus seloferadum, vulnus morcum, dan vulnus abrasio. Sedangkan luka non-mekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau serangan listrik.

Berikut ini merupakan uraian penjelasan lebih lanjut me-ngenai luka mekanik :

a. Vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terlihat rapi.

b. Vulnus contusum, luka memar karena cedera pada ja-ringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul.

c. Vulnus kaceratum, luka robek karena terkena mesin atau benda lainnya yang menyebabkan robeknya jari-ngan luka dalam.

d. Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil dibagian luar (dibagian mulut lukanya), tetapi besar dibagian dalam luka.

e. Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan pe-luru.

f. Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuk-nya pada bagian luka.

g. Vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke pembuluh darah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa fak-tor, yaitu :

a. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka mem-butuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.

b. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan me-ngalami proses penyembuhan lama.

c. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan de-ngan pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

d. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit, seperti diabetes melitus dan gin-jal, dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

e. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu per-baikan sel, terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya. Sebagai contoh, vitamin A diper-lukan untuk membantu proses epitelisasi atau penu-tupan luka dan sintesis kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk adanya kapiler-ka-

��0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

piler darah, dan vitamin K yang membantu sintesis pro-tombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.

f. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres, mem-pengaruhi proses penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi obat-obatan, merokok, atau stres akan mengalami proses penyem-buhan luka lebih lama.

3. Klasifikasi penyembuhan luka :

Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, ber-jalan secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder (sanatio per secundam) cara ini biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menga-nga lebar.

Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan pri-mer (sanatio per primam) yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Namun penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping seperti luka tembak se-ring meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian sebaikmya dibersihkan dan dieksisi (debridemen) dahulu dan kemudiam dibiarkan se-lama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan akan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut penyembuhan primer tertunda. Terjadinya infeksi pada luka pascaeksisi umumnya terjadi karena eksisi luka tidak cukup luas dan

teliti. Jika setelah debridemen luka langsung dijahit, dapat diharapkan terjadi penyembuhan primer.

Pada manusia, penyembuhan luka denga cara reorganisa-si dan regenerasi hanya terjadi pada epidermis, hati, dan tulang yang dapat menyembuh alami tanpa meninggalkan bekas. Organ lain, termasuk kulit mengalami penyembuh-an secara epimorfis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat yang tidak sama dengan jaringan se-mula.

Fase penyembuhan luka

Fase Proses Gejala dan tanda

I Inflamasi Reaksi radang Dolor, rubor, kalor, tumor, gangguan fungsi

II Proliferasi Regenerasi/ fibroplasia

Jaringan granulasi/ kalus tulang menutup: epitel/endotel/mesotel

III Penyudahan Pematangan dan perupaan kembali

Jaringan parut/fibrosis

4. Gangguan penyembuhan luka

Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh (endogen) atau oleh penyebab dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah gangguan koagulasi yang disebut koagulopati dan gangguan sistem imun. Semua gangguan pembekuan darah akan meng-hambat penyembuhan luka sebab hemostasis merupakan titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguan sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan, kontaminasi. Bila sistem daya ta-han tubuh, baik humoral maupun selular tenganggu, pem-bersihan kontaminan dan jaringan mati serta penanahan infeksi tidak berjalan baik.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

Gangguan sistem imun dapat terjadi terjadi pada infeksi virus, terutama HIV, keganasan tahap lanjut, penyakit menahun berat seperti tuberkulosis, hipoksia setempat seperti ditemukan pada arteriosklerosis, diabetes meli-tus, morbus Raynoud, morbus Burger, kelainan pendara-han (hemangioma, fistel arteriovena) atau fibrosis. Sistem imun juga dipengaruhi oleh gizi kurang akibat kelaparan, malabsorbsi, juga oleh kekurangan asam amino esensial, mineral maupun vitamin, serta oleh gangguan dalam me-tabolisme makanan, misalnya pada penyakit hati. Selain itu fungsi sistem imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti pada usia lanjut dan penyakit terten-tu, misalnya penyakit Cushing dan penyakit Addison.

Penyebab eksogen meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan mengganggu mitosis dan merusak sel dengan aki-bat dini maupun lanjut. Pemberian sitostatik, obat penekan reaksi imun, misalnya setelah transplantasi organ, kor-tikosteroid juga akan mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruh setempat seperti infeksi, hematom, benda asing, serta jaringan mati sangat menghambat penyembuhan luka.

B. PERSIAPAN MERAWATAN LUKA

1. Diagnosis

Pertama-tama dilakukan pemeriksaan secara teliti un-tuk memastikan apakah ada perdarahan yang harus di-hentikan. Kemudian, tentukan jenis trauma, tajam atau tumpul, luasnya kematian jaringan, banyaknya kontami-nasi dan berat ringannya luka.

2. Tindakan

Pertama dilakukan anestesia setempat atau umum, tergan-tung berat dan letak luka, serta keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptik, kalau perlu dicuci dengan air sebelumnya. Kemudian daerah sekitar lapangan kerja ditutup dengan kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka dari kontaminan se-cara mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau dan dibersihkan dengan bilasan, gu-yuran atau semprotan cairan NACl. Akhirnya lakukan pen-jahitan denga rapi. Bila diperkirakan akan terbentuk atau dikeluarkan cairan yang berlebihan perlu dibuat penyaliran. Luka ditutup dengan bahan yang dapat mencegah lengket-nya kasa, misalnya mengandung vaselin, ditambah dengan kasa penyerap, dan dilanjut dengan pembalut elastis.

Dalam melakukan perawatan luka terdapat hal-hal yang mempersulit tindakan dan penyembuhan yang dibedakan menjadi :

a. Penyulit dini

Hematom harus dicegah dengan mengerjakan he-mostasis secara teliti. Hematom yang mengganggu atau terlalu besar sebaiknya dibuka dan dikeluarkan. Seroma adalah penumpukan cairan luka dilapangan bedah. Jika seroma mengganggu atau terlalu besar da-pat dilakukan pungsi. Jika seroma kambuh sebaiknya dibuka dan dipasang penyalir.

Infeksi luka terjadi jika luka yang terkontaminasi dija-hit tanpa pembilasan dan eksisi yang memadai. Pada keadaan demikian luka harus dibuka kembali, dibiar-kan terbuka dan penderita diberi antibiotik sesuai de-ngan hasil biakan dari cairan luka atau nanah.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

b. Penyulit lanjut

Keloid dan jaringan parut hipertropik timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam ter-atur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.

3. Persetujuan tindakan medik

Penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam bidang kedokteran atau patient rights, sebagai salah satu ke-wajiban etik yang harus dipatuhi oleh setiap warga pro-fesi kedokteran. Selanjutnya persetujuan tindakan medik berkembang menjadi kewajiban administrasi dan hukum. Persetujuan tindakan medik adalah adanya persetujuan dari pasien terhadap tindakan medik yang akan dilaku-kan terhadap dirinya. Persetujuan diberikan setelah pasien memperoleh penjelasan yang lengkap dan obyektif ten-tang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan. Dalam tindakan medis penjahitan luka penderita memperoleh penjelasan kondisi luka, kemungkinan penyembuhan secara primer dan sekunder, cacat yang mungkin timbul, keuntungan dan kerugian jahit luka, anestesi lokal.

4. Anestesia

a. Anestesia infiltrasi

Anestesia infiltrasi dilakukan dengan menyuntikkan anestetik lokal langsung ke jaringan tanpa memper-timbangkan persarafannya. Anestetik berdifusi dan khasiatnya dicapai melalui penghambatan ujung saraf perasa di jaringan subkutan. Jika penyuntikan aneste-tik menimbulkan nyeri, berarti teknik penyuntikan tidak

memenuhi syarat. Infiltrasi dimulai dengan penyuntikan kecil intrakutan yang memang menimbulkan sedikit nyeri. Tempat penyuntikan intrakutan digunakan sebagai pintu masuk selanjutnya untuk anestetik. Penyuntikannya harus dilakukan secara teliti, sedikit demi sedikit supaya tidak menyebabkan nyeri.

b. Anestesi lapangan

Merupakan penyuntikan anestetik subkutan sedemikian rupa sehingga terjadi anestesia di distal penyuntikan.

Gambar :Anestesi sebidang : belah ketupat Hackenbrunch.

1. Dimulai dengan penyuntikan kecil intrakutan pada dua lokasi sebagai pintu masuk 2. Dari kedua tempat itu diberikan suntikan anestetik infiltrasi subkutan 3. Sayatan kulit untuk operasi yang

direncanakan

1

32 1

2

5. Peringatan yang berhubungan dengan anestetik lokal

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mem-berikan anastesi lokal, yaitu :

a. Tanyakan dalam anamnesis apakah penderita pernah menerima suntikan anestetik lokal.

b. Jangan tinggalkan penderita setelah dilakukan aneste-tik lokal.

c. Sewaktu penyuntikan anestetik lokal, sebaiknya pen-derita dibaringkan.

d. Perhatikan tindak asepsis.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

e. Ingat kontraindikasi penggunaan vasokonstriktor.

f. Pakai vasokonstriktor bila ada kemungkinan penyerap-an cepat.

g. Pakai vasokonstriktor bila diperlukan anestesia untuk waktu lama.

h. Pakai persentase obat anestesia serendah mungkin.

i. Berikan dosis yang memadai.

j. Berikan pada tempat yang tepat.

k. Cegah iskemia kompresi.

l. Hindari penyuntikan intravaskuler.

Sediaan lidokain

Anestetik %Dosis

maksimal (ml)

Mula kerja Lama kerja

Lidokain 2% 10 5 menit

Lidokain+adrenalin 2% 25 5 menit 70 menit

C. MENJAHIT LUKA

1. Pemilihan Benang

Ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang ja-hit, yaitu jenis bahannya, kemampuan tubuh untuk me-nyerapnya dan susunan filamennya. Benang yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga bulan bergantung pada jenis benang dan kondisi jaringan yang dijahit.

Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus domba (catgut) dan dibedakan dalam

catgut murni yang tanpa campuran dan catgut kromik yang bahannya bercampur larutan asam kromat. Catgut murni cepat diserap, kira-kira dalam waktu satu minggu, sedangkan catgut cromik diserap lebih lama, kira-kira 2-3 minggu.

Disamping itu, ada benang yang terbuat dari bahan sin-tetik, baik dari asam poliglikolik maupun dari poliglaktin dan memiliki daya tegang yang besar. Benang ini dapat dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang dapat diserap menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan fistel benang atau infiltrat jaringan yang mungkin ditandai indurasi. Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh umumnya tidak menimbulkan reaksi jaringan karena bukan merupakan bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutra yang sangat kuat dan liat, dari kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan dari poli-ester yang merupakan bahan sintetik yang kuat dan biasa-nya dilapisi teflon. Selain itu terdapat pula benang nilon yang berdaya tegang besar, yang dibuat dari polipropilen, dan baja yang terbuat dari baja tahan karat.

Karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap ber-ada di jaringan tubuh. Benang jenis ini biasanya dipakai pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi akan terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda asing, dikeluarkan.

Benang alami terbuat dari bahan sutra atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat bereaksi dengan jaringan tubuh mes-kipun minimal karena mengandung juga bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi terlebih dahulu dengan larutan garam sebelum digunakan.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

Benang sintetik terbuat dari poliester, nilon, atau polipro-pilen yang umumnya dilapisi oleh bahan pelapis teflon atau dakron. Dengan lapisan ini permukaannya lebih mulus sehingga tidak mudah bergulung atau terurai. Benang ini mempunyai daya tegang yang besar dan dipakai untuk ja-ringan yang memerlukan kekuatan penyatuan yang besar.

Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilamen bila hanya terdiri atas satu serat saja dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai men-jadi satu. Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu, pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan mempertim-bangkan faktor kosmetik. Sedangkan kekuatan jaringan ini ditentukan oleh jumlah jahitan yang dibuat, jarak jahi-tan, dan jenis benangnya. Pada daerah wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0).

D 1 2 3

C 4 1

2

3A

B

1 2 3 4

14

38

12

Gambar :Berbagai macam lengkung jarum dan berbagai macam penampang jarumA. 1.mata elips 2.Mata segi empat 3. Mata perancis 4. AtraumatikB. 1/4 Lingkaran, 3/8 Lingkaran, 1/2 LingkaranC. 1. ekor atau pantat jarum, ujung jarum 2. Daerah tempat memasang pemegang jarum 3. tubuh atau batang jarum 4. Ujung jarum

A B C

D E F

G

H1

2 3

Ukuran dan jenis benang untuk berbagai jaringan

Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran

Fasia Semua 2.0-1

Otot Semua 3.0-0

Kulit Tak terserap 2.0-6.0

Lemak Terserap 2.0-3.0

Hepar Kromik catgut 2.0-0

Ginjal Semua catgut 4.0

Pankreas Sutera, kapas 3.0

Usus halus Catgut, sutera, kapas

2.0-3-0

Usus besar Kromik catgut 4.0-0

Tendo Tak terserap 5.0-30

Kapsul sendi Tak terserap 3.0-20

Peritoneum Kromik catgut 3.0-20

Bedah mikro Tak terserap 7.0-11-0

��0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

SUTURE * CHARACTERISTICS AND FREQUENT USES

Vicryl®, Dexon® Absorbable; 60-90 days. Ligate or suture tissues where an absorbable suture is desirable

PDS® or Maxon® Absorbable; 6 months. Ligate or suture tissues especially where an absorbable suture and extended wound support is desirable

Prolene® Nonabsorbable, Inert.

Nylon Nonabsorbable. Inert. General closure.

Silk Nonabsorbable. (Caution: Tissue reactive and may wick microorganisms into the wound). Excellent handling. Preferred for cardiovascular procedures.

Chromic Gut Absorbable. Versatile material.

Stainless Steel Wound Clips, Staples

Nonabsorbable. Requires instrument for skin removal.

Table SUTURE SELECTION

Penggunaan nama merek umum sebagai contoh tidak me-nunjukkan dukungan produk. Pemilihan benang: Gunakan terkecil terkecil yang adekuat.

2. Jarum jahit bedah

Jarum jahit bedah yang lurus maupun yang lengkung, ber-beda-beda bentuknya. Perbedaan bentuk ini pada penam-pang batang jarum yang bulat atau bersegi tajam, dan ber-mata atau tidak bermata. Panjang jarum pun beragam dari 2-60 mm.

Masing-masing berbeda kegunaannya, berbeda cara mem-persiapkan dan memasang benangnya. kelengkungan jarum berbeda untuk kedalaman jaringan yang berbeda,

sedangkan penampang batang jarum dipilih berdasarkan lunak kerasnya jaringan. Jarum yang sangat lengkung untuk luka yang dalam dan penampang yang bulat untuk jaringan lunak dan yang bersegi untuk kulit. Jarum yang bermata akan membuat lubang tusukan lebih besar, se-dangkan jarum yang tidak bermata yang disebut atrauma-tik akan membuat lubang yang lebih halus.

3. Jenis jahitan

Jenis jahitan yang umum dipakai adalah :

a. Jahitan tunggal/terputus/interuptus.

b. Jahitan jelujur/kontinyu.

c. Jahitan jelujur/kontinyu terkunci.

d. Jahitan matras vertikal.

e. Jahitan matras horisontal.

4. Menjahit Luka

Biasanya luka bedah yang selesai dijahit ditutup dengan alasan untuk melindungi dari infeksi, di samping agar cairan luka yang keluar terserap, luka tidak kekeringan, dan luka tidak tergaruk oleh penderita. Selain itu, perda-rahan dihentikan dengan memberi sedikit tekanan pada luka. Jenis penutup luka dapat berupa kasa yang diolesi vaselin atau salep antibiotik, atau kasa kering.

Sebenarnya luka operasi yang kering yang ditutup pri-mer lebih baik dibiarkan terbuka, tetapi umumnya secara psikologis kurang berkenan bagi penderita maupun kelu-arganya.

Penutup luka yang sudah basah oleh darah atau cairan luka harus diganti. Penggantiannya harus dilakukan de-ngan teknik aseptik. pada kesempatan mengganti balutan ini, sekaligus dicari kemungkinan asal perdarahan atau

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

kebocoran cairan luka tersebut. Kemudian sumber kebo-coran harus ditangani, misalnya dengan tindakan hemos-tasis. Bila tidak dipasang penyalir pada luka bedah, penu-tup luka dapat dibiarkan sampai 48 jam pasca bedah agar tujuan penutupan luka dapat dicapai.

Luka bedah perlu diawasi pada masa pascabedah. Luka tidak perlu dilihat setiap hari dengan membuka penu-tup luka, kecuali jika ada gejala atau tanda gangguan penyembuhan luka atau radang. Bila luka sudah kuat dan sembuh primer, jahitan atau benangnya dapat diangkat. Saat pengambilan benang tergantung pada kondisi luka waktu diperiksa. Umumnya luka didaerah wajah memer-lukan waktu 3-4 hari, di daerah lain 7-10 hari. Salah satu faktor penting dalam menentukan saat pencabutan jahitan adalah tegangan pada tepi luka bedah. Tepi luka yang se-arah dengan garis lipatan kulit tidak akan tegang, semen-tara luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau yang dijahit setelah banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan ketegangan tepi luka yang besar. Dalam hal ini pengambilan jahitan harus ditunda lebih lama sampai dicapai kekuatan jaringan yang cukup sehingga bekas ja-hitan tidak mudah terbuka lagi.

Saat pengangkatan jahitan

Daerah jahitan Saat pengangkatan (hari ke-)

Wajah (termasuk kelopak mata dan lidah)

4

Skrotum 5

Kulit kepala 6-7

Tangan dan jari 7

Dinding perut : • Sayatan lintang• Sayatan vertikal

7-99-11

Pinggang dan bahu 11-12

5. Alat dan Bahan

a. Bahan

1) NaCl fisiologis

2) Povidon Iodine 10%

3) Perhidrol 3%

4) Lidocain 2%

5) Klorin 0,5%

6) Kasa steril

7) Plester

8) Spuit 3 cc

9) Benang side no. 3.0

10) Benang catgut no. 3.0

b. Minor set steril

1) Wadah dari logam : 1 Buah

2) Needle holder/pemegang jarum : 1 Buah

3) Jarum dengan ujung segi tiga : 1 Buah

4) Jarum dengan ujung bulat : 1 Buah

5) Pinset anatomi : 1 Buah

6) Pinset chirrurgis : 1 Buah

7) Gunting Benang : 1 Buah

8) Gunting jaringan : 1 Buah

9) Klem arteria berujung lurus/bengkok : 3 Buah

10) Kain steril : 1 Buah

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

6. Prosedur Tindakan/ Pelaksanaan

a. Menentukan jenis luka

Menilai bentuk luka : Teratur/tidak

Menilai tepi luka : Teratur/tidak, jembatan jaringan

Menilai luas luka : Panjang dan lebar dalam cm

Menilai kedalaman luka : Dalam cm

b. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan tin-dakan medik:

1) Menjelaskan kondisi luka.

2) Menjelaskan prosedure tindakan.

3) Menjelaskan tujuan tindakan, keuntungan dan keru-gian.

4) Meminta persetujuan tindakan.

c. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam keadaan steril.

d. Menentukan jenis benang dan jarum yang diperlukan.

e. Memilih antiseptik, desinfektan yang diperlukan.

f. Melakukan cuci tangan secara foerbringer.

g. Memakai sarung tangan steril.

h. Melakukan tindakan aseptik anti septik, dimulai dari tengah ke tepi secara sentrifugal menggunakan kasa dan povidon iodine.

i. Melakukan anestesi lokal (secara infiltrasi atau lapa-ngan).

Cara: Menusukkan jarum sub kutan menyusuri tepi luka sampai seluruh luka teranestesi dengan baik. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak masuk pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam spuit). Infiltrasikan lidokain

bersamaan waktu menarik mundur jarum 2-4 cc (tergantung luas luka).

j. Melakukan debridemen luka

Cara: Setelah luka teranestesi dengan baik,

desinfeksi luka menggunakan perhidrol 3%, agar ko-toran yang menempel terangkat. Untuk mengangkat tanah/ pasir yang melekat dapat menggunakan kasa atau sikat halus. Lanjutkan dengan irigasi menggu-nakan NaCl fisiologis sampai semua kotoran terang-kat.

k. Pasang kain steril.

l. Lakukan eksplorasi luka untuk mencari perdarahan aktif, jaringan-jaringan mati/rusak. Perdarahan dari vena cukup dihentikan dengan penekanan menggunakan kasa steril beberapa detik. Perdarahan arterial dihentikan dengan ja-hitan ligasi. Jaringan mati/rusak dibuang menggunakan gunting jaringan. Lakukan aproksimasi tepi luka. Buang tepi luka yang mati, tidak teratur. Singgahkan dahulu jarum untuk keamanan, buat ikatan menggunakan benang pada pembuluh darah yang terpotong. Buatlah simpul kedua di bawah jahitan.

m. Desinfeksi menggunakan povidon Iodine.

n. Menjahit luka.

1) Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung pemegang jarum pada pertengahan atau sepertiga ekor jarum. Jika penjepitan kurang dari

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

setengah jarum, akan sulit dalam menjahit. Pegang needle holder dengan jari-jari sedemikian sehingga pergelangan tangan dapat melakukan gerakan rotasi dengan bebas.

2) Masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1cm, membentuk sudut 90˚.

3) Dorong jarum mengikuti kelengkungan jarum.

4) Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam. Aproksimasi tepi luka harus baik.

5) Penjahitan luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap atau monofilament.

6) Jarak tiap jahitan sekitar 1 cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang menutup dengan baik. Bila terlalu rapat meningkatkan trauma jaringan dan reaksi infla-masi.

Melakukan jahit luka/suture interuptus

Melakukan jahit luka/suture jelujur

Melakukan jahit luka/suture jelujur terkunci

Melakukan jahit luka/suture matras vertikal

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

Melakukan jahit luka/suture matras horisontal

o. Melakukan dressing

Setelah penjahitan selesai, lakukan eksplorasi. Jahitan yang terlalu ketat/kendor diganti. Desinfeksi luka de-ngan povidone iodine. Tutup dengan kasa steril be-berapa lapis untuk menyerap discharge yang mungkin terbentuk dan diplester.

p. Melakukan dekontaminasi :

Untuk menghindari penularan penyakit yang menular lewat serum/cairan tubuh. Alat-alat direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

q. Memberikan edukasi perawatan luka

Berikan edukasi tentang makanan, cara merawat luka, mengganti kasa. Waktu kontrol.

r. Menentukan prognosis penyembuhan

Menjelaskan lama penyembuhan, waktu pengangka-tan jahitan, hasil jahitan, penyulit-penyulit yang mem-pengaruhi penyembuhan luka.

D. MERAWAT LUKA

Tindakan merawat luka merupakan proses penanganan luka yang terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka.

Luka perlu dirawat untuk menjaga luka dari trauma, meng-istirahatkan atau imobilisasi luka, mencegah terjadinya per-darahan, mencegah kontaminasi oleh kuman, mengabsorbsi drainase atau cairan tubuh yang keluar melalui luka, serta meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis klien.

Perawatan luka perlu dilakukan bila balutan basah dan kotor karena hal-hal di luar balutan luka, ada rembesan eksudat, ingin mengkaji keadaan luka, serta dilakukan dengan frekuensi tertentu untuk mempercepat debridement jaringan nekrotik.

Pemilihan balutan dan metode balutan sangat membantu dalam proses penyembuhan luka. Pemilihan obat-obatan to-pical untuk membersihkan luka yang di anjurkan adalah cairan normal salin yang merupakan larutan fisiologis dan tidak akan membahayakan jaringan luka. Banyak larutan topical yang bersifat toksik pada luka seperti yodium-providon, larutan asam asetat, hydrogen peroksida, oleh karena itu cairan ini tidak boleh untuk membersihkan luka. Di bawah ini akan dipaparkan teknik perawatan luka.

1. Perawatan Luka Dengan Teknik Basah-Kering

Teknik merawat luka basah kering merupakan perawat-an luka dengan cara menutup luka dengan balutan ba-sah kemudian di lapisi lagi dengan balutan kering. Bagian yang basah dari balutan secara efektif membersihkan luka terinfeksi dari jaringan nefrotik. Kasa yang lembab akan langsung mengabsorbsi semua eksudat dan kotoran pada luka. Sedangkan lapisan luar di buat kering bertujuan un-

��0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

tuk membantu menarik kelembaban dari luka ke dalam balutan dengan aksi kapiler.

a. Tujuan

1) Mengabsorbsi drainase dan menghilangkan debris.

2) Melindungi luka dari trauma mekanis.

3) Mencegah kontaminasi dari kotoran-kotoran tubuh seperti feces dan urine.

4) Menghambat atau membunuh mikroorganisme.

5) Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai de-ngan penyembuhan luka.

6) Memberikan rasa aman bagi mental dan fisik pa-sien.

7) Membantu proses penyembuhan luka.

b. Indikasi

Dilakukan pada luka yang tidak teratur atau terinfeksi yang memerlukan debridement.

c. Prosedur

Tahap Pre interaksi :

1) Lakukan verivikasi order yang ada untuk perawatan luka.

2) Siapkan alat

Alat Steril dalam bak instrument steril

• Sarung tangan

• Gunting 1 buah

• Pinset steril 2 buah

• Kasa steril

• Kom steril untuk larutan antiseptic/pembersih

Alat tidak steril

• Sarung tangan disposable

• Pinset bersih

• Kom dengan larutan desinfektan

• Cairan NaCl 0,9 %

• Larutan pembersih yang di resepkan atau antiseptic

• Plester dan gunting plester

• Bengkok

• Kantong plastik untuk sampah

• Perlak/pengalas

• Kapas alkohol

• Handsscrub/spray alkohol

Tahap Orientasi :

1) Berikan salam, tanyakan nama klien dan panggilan yang di sukai.

2) Memperkenalkan nama perawat dan menjelaskan pro-sedur, tujuan serta lamanya tindakan.

3) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya.

4) Kontrak waktu dan menanyakan kesiapan klien.

Tahap kerja :

1) Mendekatkan alat.

2) Menjaga privacy klien.

3) Cuci tangan secara menyeluruh, menggunakan sarung tangan proteksi.

4) Mengantur posisi klien yang nyaman. Bebaskan area luka dari pakaian klien. Pertahankan area yang tidak dilakukan tindakan tetap tertutup.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

5) Pasang pengalas di bawah area yang akan dilakukan perawatan, letakkan bengkok di atas pengalas.

6) Membuka balutan lama menggunakan pinset bersih atau sarung tangan bersih.

• Lepaskan plester.

• Angkat balutan dengan pinset atau sarung tangan, masukkan ke dalam bengkok.

• Bila balutan lengket pada luka, basahi balutan de-ngan NaCl atau air steril, perlahan bebaskan balutan dari eksudat yang mongering. Jelaskan pada klien mungkin akan merasakan ketidaknyamanan (pada kondisi luka yang rapuh, balutan sangat lengket atau berpotensi perdarahan lakukan dengan hati-hati, ba-sahi dulu balutan dengan NaCl atau air steril) bila ada kassa dibagian dalam/tampon ambil dengan pinset steril.

7) Buang balutan kotor pada kantong sampah medis, hindari kontaminasi permukaan luar kantong.

8) Siapkan peralatan perawatan luka steril. Tuangkan larutan yang di resepkan ke dalam kom steril dan tam-bahkan kassa secukupnya.

9) Kenakan sarung tangan steril (kalau perlu).

10) Bersihkan luka dengan kassa antiseptic atau larutan fisiologis, pegang kasa dengan tangan dominan meng-gunakan pinset steril. Bersihkan luka dari area yang bersihke area yang terkontaminasi atau dari tengan ke tepi luka atau dari atas ke bawah. Gunakan permukaan kasa terpisah untuk setiap kali mengusap/membersih-kan luka.

11) Observasi luka: ukuran luka, warna dasar luka, tanda-tanda infeksi, karakter dan jumlah drainase pada luka. Bila perlu lakukan palpasi di sekitar luka.

12) Bila ada jaringan yang nekrotis lakukan nekrotomi, kemudian bersihkan lagi.

13) Ulangi langkah nomer 10.

14) Pasang balutan primer: letakkan kasa beranyaman halus yang lembab tepat pada permukaan luka. Bila luka dalam secara perlahan masukkan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab atau sesuai program.

15) Pasang balutan sekunder: letakkan kasa kering di atas balutan basah secukupnya atau sesuai dengan pro-gram.

16) Fiksasi dengan plester atau kasa gulung sesuai de-ngan kondisi dan letak luka. Luka yang tidak memung-kinkan diplester, difiksasi dengan kasa gulung.

17) Ambil pengalas dan bengkok.

18) Kenakan kembali pakaian klien, atur posisi yang nya-man.

19) Bereskan alat dan buang kotoran pada tempat sam-pah medis.

20) Lepas sarung tangan dan cuci tangan.

Tahap Terminasi :

1) Evaluasi hasil yang di capai : kondisi luka, hal-hal yang harus diperhatikan klien dan respon klien.

2) Berikan reinforcement pada klien, lakukan kontrak un-tuk pertemuan berikutnya.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

3) Dokumentasikan tindakan (Nama pemberi tindakan, waktu pelaksanaan, hasil observasi luka, hasil tin-dakan)

2. Perawatan Luka Dengan Teknik Balutan Kering-Kering

Prosedur perawatan luka dengan melakukan menutup luka menggunakan balutan kasa kering.

a. Tujuan

1) Melindungi luka dari trauma mekanik.

2) Mengimobilisasikan luka.

3) Mengabsorbsi drainase.

4) Mencegah kontaminasi dan kotoran-kotoran tubuh (feces dan urine).

5) Membantu hemostasis.

6) Menghambat dan membunuh mikroorganisme.

7) Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai de-ngan penyembuhan luka.

8) Memberikan rasa aman bagi mental dan fisik pa-sien.

b. Indikasi

Dilakukan pada luka dengan penyembuhan primer, seperti luka operasi.

c. Kontra Indikasi

Luka kotor, luka infeksi.

d. Prosedur

Tahap Pre Interaksi.

1) Lakukan verivikasi order yang ada untuk perawatan luka

2) Siapkan alat:

Alat Steril dalam bak instrument steril

• Sarung tangan.

• Gunting 1 buah.

• Pinset steril 2 buah.

• Kasa steril.

• Kom steril untuk larutan antiseptic/pembersih.

• Korentang dalam tempatnya.

Alat tidak steril/bersih.

• Sofratul.

• Salep antibiotic (bila diperlukan).

• Sarung tangan disposable.

• Pinset bersih.

• Kom dengan larutan desinfektan.

• Cairan NaCl 0,9 %.

• Larutan pembersih yang di resepkan atau antiseptic

• Plester dan gunting plester.

• Bengkok.

• Kantong plastik untuk sampah.

• Perlak/pengalas.

• Kapas alkohol.

• Handsscrub/spray alkohol.

Tahap Orientasi

1) Berikan salam, tanyakan nama klien dan panggilan yang di sukai.

2) Memperkenalkan nama perawat dan menjelaskan pro-sedur, tujuan serta lamanya tindakan.

3) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

4) Kontrak waktu dan menanyakan kesiapan klien

Tahap kerja

1) Mendekatkan alat.

2) Menjaga privacy klien.

3) Cuci tangan secara menyeluruh, menggunakan sarung tangan proteksi.

4) Mengantur posisi klien yang nyaman. Bebaskan area luka dari pakaian klien. Pertahankan area yang tidak dilakukan tindakan tetap tertutup.

5) Pasang pengalas di bawah area yang akan dilakukan perawatan, letakkan bengkok di atas pengalas.

6) Membuka balutan lama menggunakan pinset bersih atau sarung tangan bersih.

• Lepaskan plester.

• Angkat balutan dengan pinset atau sarung tangan, masukkan ke dalam bengkok.

• Bila balutan lengket pada luka, basahi balutan de-ngan NaCl atau air steril, perlahan bebaskan balutan dari eksudat yang mongering. Jelaskan pada klien mungkin akan merasakan ketidaknyamanan (pada kondisi luka yang rapuh, balutan sangat lengket atau berpotensi perdarahan lakukan dengan hati-hati, ba-sahi dulu balutan dengan NaCl atau air steril) bila ada kassa dibagian dalam/tampon ambil dengan pinset steril.

7) Buang balutan kotor pada kantong sampah medis, hindari kontaminasi permukaan luar kantong. Lepaskan sarung tangan.

8) Siapkan peralatan perawatan luka steril. Tuangkan larutan yang di resepkan kedalam kom steril dan tam-bahkan kassa secukupnya.

9) Kenakan sarung tangan steril (kalau perlu).

10) Bersihkan lukan dengan kassa antiseptic atau laru-tan fisiologis, pegang kasa dengan tangan dominan menggunakan pinset steril. Bersihkan luka dari area yang bersihke area yang terkontaminasi atau dari te-ngah ke tepi luka atau dari atas ke bawah. Gunakan permukaan kasa terpisah untuk setiap kali mengusap/membersihkan luka.

11) Observasi luka: ukuran luka, warna dasar luka, tanda-tanda infeksi, karakter dan jumlah drainase pada luka. Bila perlu lakukan palpasi di sekitar luka.

12) Ulangi langkah nomer 10.

13) Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka.

14) Berikan salep antibiotic atau sufratul bila diperlukan.

15) Pasang balutan primer: kassa kering pada insisi atau luka dengan menyesuaikan bentuk luka (sesuai pro-gram).

16) Pasang balutan sekunder: letakkan kasa kering di atas balutan primer secukupnya atau sesuai dengan pro-gram.

17) Fiksasi balutan dengan plester atau kasa gulung.

18) Ambil pengalas dan bengkok.

19) Kenakan kembali pakaian klien, atur posisi yang nya-man.

20) Bereskan alat dan buang kotoran pada tempat sam-pah medis.

21) Lepas sarung tangan dan cuci tangan.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

Tahap Terminasi

1) Evaluasi hasil yang di capai : kondisi luka, hal-hal yang harus diperhatikan klien dan respon klien.

2) Berikan reinforcement pada klien, lakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya.

3) Dokumentasikan tindakan (Nama pemberi tindakan, waktu pelaksanaan, hasil observasi luka, hasil tin-dakan).

E. MENGANGKAT JAHITAN

Suatu tindakan melepas jahitan yang biasanya dilakukan pada hari ke 5-7 (menyesuaikan dengan penyembuhan luka yang terjadi).

1. Tujuan

a. Mempercepat proses penyembuhan luka.

b. Mencegah proses infeksi luka akibat adanya korpus alenium.

2. Indikasi

a. Pada klien yang mendapatkan tindakan jahitan dan te-lah memasuki waktu pengangkatan jahitan.

b. Waktu pengangkatan jahitan.

Tempat Hari Pengangkatan

Wajah termasuk kelopak mata dan lidah 4

Skrotum 5

Kulit Kepala 6-7

Tangan dan jari 7

Dinding perut :

- Sayatan lintang 7-9

- Sayatan vertikan 9-11

Pinggang dan bahu 11-12

3. Pelaksanaan

Tahap Pre Interaksi :

a. Lakukan verifikasi dokumentasi perawatan yang ada untuk mengangkat jahitan luka.

b. Menyiapkan alat.

• Set angkat jahitan steril

(Bak steril berisi : kom steril, 1 pinset anatomi, 1 pinset chirurgis, 1 gunting angkat jahitan).

• Kassa steril secukupnya.

• Larutan desinfektan.

• Plester.

• Gunting plester.

• Pengalas.

• Bengkok.

• Satu pasang sarung tangan bersih.

• Kantung sampah disposible.

• Pinset bersih dalam tempatnya.

• Salp atau sufratul sesuai kebutuhan.

Tahap Orientasi :

a. Berikan salam, tanyakan nama klien dan panggilan yang di sukai.

b. Memperkenalkan nama perawat dan menjelaskan pro-sedur, tujuan serta lamanya tindakan.

��0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

c. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya.

d. Kontrak waktu dan menanyakan kesiapan klien.

Tahap Kerja :

a. Mendekatkan alat.

b. Menjaga privacy klien.

c. Cuci tangan secara menyeluruh, menggunakan sarung tangan proteksi.

d. Mengantur posisi klien yang nyaman. Bebaskan area luka dari pakaian klien. Pertahankan area yang tidak dilakukan tindakan tetap tertutup.

e. Pasang pengalas di bawah area yang akan dilakukan perawatan, letakkan bengkok di atas pengalas.

f. Membuka balutan lama menggunakan pinset bersih atau sarung tangan bersih.

g. Bersihkan lukan dengan kassa antiseptic atau larutan fisiologis.

h. Observasi luka, bila perlu lakukan palpasi di sekitar luka.

i. Bersihkan kembali.

j. Siapkan kasa untuk tempat bekas benang jahitan.

k. Dengan menggunakan pinset chirurgis pada tangan non dominan (kiri) pegang simpul jahitan dengan pin-set dan angkat menjauhi kulit.

l. Pegang gunting menggunakan tangan dominan (kanan). Tempatkan ujung kurva gunting di bawah simpul benang dekat kulit.

m. Gunting benang dan dengan pinset tarik perlahan de-ngan satu gerakan hingga benang terlepas dari kulit. Kemudian tempatkan bekas benang di atas selembar

kasa yang sudah di siapkan. Jangan menggunting benang jahitan di sisi atas tengah, yang akan me-ngakibatkan benang bagian luar masuk ketika menarik benang.

n. Teruskan pengangkatan benang jahitan sisanya sampai habis atau sebagian sesuai kondisi luka. Bila kondisi tidak memungkinkan jahitan diangkat seluruhnya, lakukan pengangkatan jahitan sebagian selang seling dan angkat jahitan sisanya pada waktu yang lain untuk mencegah dehiscence/everasi.

o. Bersihkan bekas benang dengan antiseptic kemudian keringkan dengan kassa kering.

p. Tutup luka dengan kassa kering steril, lapisan dalam boleh diberikan salp antibiotic/sufratul baru di tutup dengan kassa steril.

q. Fiksasi balutan dengan plester.

r. Rapika kembali pasien, atur posisi yang nyaman.

s. Bereskan lat, cuci tangan dan lepaskan sarung tangan.

Tahap Terminasi

a. Evaluasi hasil yang di capai secara subjektif dan objek-tif.

b. Berikan reinforcement pada klien, lakukan kontrak un-tuk pertemuan berikutnya.

c. Dokumentasikan tindakan (Nama pemberi tindakan, waktu pelaksanaan, hasil observasi luka, hasil tin-dakan).

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

A. PENGERTIAN PERIOPERATIF

Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan yaitu prabedah (praopera-tive), bedah (intraoperative), dan pascabedah (postoperative). Prabedah atau praoperasi merupakan masa sebelum dilaku-kannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentu-kannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah. Intrabedah atau intraoperasi merupa-kan masa pembedahan yang dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pascabedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukannya pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi se-lanjutnya.

Keperawatan perioperatif dilakukan berdasarkan proses keperawatan dan perawat perlu menetapkan strategi yang

ASUHAN PASIEN BEDAH PADA KASUS KEBIDANAN

7BAB

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

sesuai dengan kebutuhan individu selama periode periope-ratif sehingga klien memperoleh kemudahan sejak datang sampai klien sehat kembali. Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang diberikan sebelum (pre-operatif), selama (intraoperatif), dan setelah (pascaoperatif) (Potter & Perry, 2006).

B. PERAWATAN PREOPERASI

Preoperasi merupakan tahap pertama dari perawatan peri-operatif yang dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Pada tahap ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu terse-but dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara preoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan pada saat pembedahan.

Rencana tindakan yang dapat dilakukan yaitu :

1. Pemberian Tindakan Kesehatan Prabedah

Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup penjelasan mengenai berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.

2. Persiapan Diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan diet. Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, delapan jam

sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diper-bolehkan makan. Sedangkan cairan tidak diperbolehkan empat jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3. Persiapan Kulit

Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan dae-rah yang akan dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksaklorofin atau sejenis-nya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut maka harus dicukur.

4. Latihan Bernafas dan Latihan Batuk

Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru. Sedangkan batuk dapat men-jadi kontraindikasi pada bedah intracranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diafragma dengan cara seperti berikut ini :

a. Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengem-bangkan toraks.

b. Tempatkan tangan di atas perut.

c. Tarik nafas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.

d. Tahan nafas selama tiga detik.

e. Keluarkan nafas dengan mulut yang di moncongkan.

f. Tarik nafas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah nafas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lender.

g. Istirahat.

h. Ulangi langkah c sampai g 2 kali lagi. (Long, 1961)

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

5. Latihan Kaki

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep dan latihan mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat di-lakukan dengan mengkontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki dan ulangi hingga sepuluh kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membeng-kokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian melu-ruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki ketepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.

6. Latihan Mobilitas

Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dikubitus, merangsang peristaltik, serta menguragi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk disisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasien kesisi tempat tidur. Melatih duduk di-awali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung disisi tempat tidur. Mobilitas dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Setelah 12-24 jam pertama postoperasi pasien berpin-dah posisi setiap 1-2 jam. Melakukan latihan kaki se-tiap jam jika pasien terjaga.

b. Jika pasien mampu beradaptasi untuk melakukan mi-ring kanan dan kiri, 6-12 jam berikutnya pasien dibantu untuk bergerak secara bertahap dari posisi berbaring

ke duduk sampai semua tanda pusing hilang. Posisi ini dapat dicapai dengan menaikkan posisi bagian tempat tidur.

c. Apabila pasien dapat duduk di tempat tidur tanpa mengeluh pusing hari ke tiga postoperasi anjurkan un-tuk menjuntai kaki di samping tempat tidur, jika tanda-tanda vital normal dan pasien tidak mengeluh pusing bantu pasien untuk berdiri di samping tempat tidur dan bantu pasien untuk berjalan perlahan dalam jarak pen-dek ± 2-3 meter.

d. Hari ke empat paien dibantu untuk berjalan ke kamar mandi dan jika luka operasi kering, pemenuhan nutri-si baik, hasil pemeriksaan penunjang baik, tidak ada komplikasi lainnya, perawat dapat memberitahukan kepada dokter agar pasien boleh dipulangkan (Perry dan Potter).

7. Pencegahan Cidera

Untuk mengatasi risiko terjadinya cidera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah :

a. Cek identitas pasien.

b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat meng-ganggu, misalnya cincin, gelang, dan lain-lain.

c. Besihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirku-lasi.

d. Lepaskan kontak lensa.

e. Lepaskan protesis.

f. Alat bantu pendengaran bisa digunakan jika pasien ti-dak dapat mendengar.

g. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko terjadi tromboflebitis.

C. PERAWATAN INTRAOPERASI

1. Fase-fase dalam asuhan intraoperatif

a. Perlindungan terhadap injury

Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah sega-la macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh pera-wat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghi-langkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pa-sien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikolo-gis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intraoperatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang di-hadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.

b. Monitoring pasien

Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap in-traoperatif meliputi 4 hal, yaitu :

1) Safety Management

Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan ke-amanan bagi pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah pengaturan posisi pasien. Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk mem-berikan kenyamanan pada klien dan memudahkan

pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan perubah-an-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu.

2) Monitoring Fisiologis

Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal-hal sebagai berikut :

• Melakukan balance cairan

Penghitungan balance cairan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghi-tung jumlah cairan yang masuk dan yang ke-luar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.

• Memantau kondisi cardiopulmonal

Pemantauan kondisi kardiopulmonal harus di-lakukan secara kontinue untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan lain-lain.

• Pemantauan terhadap perubahan vital sign

Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam ba-tas normal. Jika terjadi gangguan harus dilaku-kan intervensi secepatnya.

��0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

3) Monitoring Psikologis

Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pa-sien sadar) dukungan psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :

• Memberikan dukungan emosional pada pasien.

• Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama prosedur pemberian induksi.

• Mengkaji status emosional klien.

• Mengkomunikasikan status emosional pasien ke-pada tim kesehatan (jika ada perubahan).

4) Pengaturan dan koordinasi Nursing Care

Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care, tindakan yang dilakukan antara pemakaian lain :

• Memanage keamanan fisik pasien.

• Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.

Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi se-lama pembedahan mencapai aspek pemantauan fisiologis perubahan tanda vital, sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu, lakukan pengkajian terha-dap tim, dan instrument pembedahan serta anesthesia yang diberikan.

Rencana tindakan yang dapat dilakukan yaitu :

1. Penggunaan Baju Seragam Bedah

Penggunaan baju seragam bedah di desain secara khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang steril atau baju harus dimasukkan ke dalam celana atau harus menu-

tupi pinggang untuk mengurangi penyebaran bakteri, serta gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, dan elemek steril.

2. Mencuci Tangan Sebelum Pembedahan.

3. Menerima Pasien di Daerah Bedah

Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melaku-kan pemeriksaan ulang diruang openerimaan untuk mengecek lagi nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomer status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.

4. Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke Kamar Bedah

Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilakukan.

5. Pembersihan dan Persiapan Kulit

Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat dae-rah yang akan di bedah bebas dari kotora dan lemak ku-lit, serta untuk mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spectrum khasiat, memiliki kecepatan khasiat, memiliki potensi yang baik dan tidak menurun bila terdapat kadar alkohol, abun deterjen, atau bahan organik lainnya.

6. Penutupan Daerah Steril

Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

7. Pelaksanaan Anesthesia

Anesthesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anesthesia umum, inhalasi atau intravena, an-esthesia regional, dan anesthesia local.

8. Pelaksanaan Pembedahan

Setelah dilakukan anesthesia, tim bedah akan melsanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.

D. PERAWATAN POSTOPERASI

Keperawatan postoperasi adalah periode akhir dari kepera-watan perioperasi. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pence-gahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada ta-hap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang mem-perlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post-operasi sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.

Faktor yang mempengaruhi postoperasi:

a. Mempertahankan jalan nafas.

Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasa-ngan mayo/gudel.

b. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi

Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.

c. Mempertahankan sirkulasi darah

Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma ekspander.

1. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase

Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk menge-tahui keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat pe-ngaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitus-nya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.

2. Balance cairan

Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi ele-minasi pasien.

3. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah risiko injury

Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemas-an, disorientasi dan berisiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diper-lukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

4. Tindakan Postoperasi

Ketika pasien sudah selesai dalam tahap intraoperasi, setelah itu pasien di pindahkan keruang perawatan, maka hal-hal yang harus perawat lakukan, yaitu :

a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pa-sien, drainage, tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah postoperasi.

b. Manajemen Luka

Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai de-ngan pengangkatan jahitan.

c. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting un-tuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.

d. Rehabilitasi

Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa ber-bagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.

e. Discharge Planning

Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan in-formasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya post operasi.

Ada 2 macam discharge planning : 1) Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing

yang diberikan kepada klien (sebagai dokumentasi)

2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.

Setelah tindakan pembedahan (pasca bedah), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah status kesadaran, kuali-tas jalan nafas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovascular, lokasi daerah pem-bedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam pembedahan. Rencana tindakan yang dapat dilakukan yaitu:

1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengura-ngi rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara merawat luka, serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pem-bentukan kolagen dan mempertahankan intigritas dinding kapiler.

2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latih-an nafas, tarik nafas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan nafas selama tiga detik dan hembuskan. Dapat pula dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian nafas dikeluarkan perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.

3. Mempertahankan sirkulasi dengan stoking pada pasien yang beresiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tem-pat duduk guna memperlancar vena balik.

4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit de-ngan memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, moni-tor input dan output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

5. Mempertahankan eleminasi dengan mempertahankan asup-an dan output, serta mencegah terjadinya retensi urine.

6. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang mem-perkuat otot sebelum ambulatory.

7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.

1. Biomekanika

Biomekanika adalah disiplin sumber ilmu yang mengin-tegrasikan faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan manusia yang diambil dari pengetahuan dasar seperti fisika, matematika, kimia, fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada tu-buh.

NIOSH (National For Occupational Safety and Health) adalah suatu lembaga yang menangani masalah kesehat-an dan keselamatan kerja di Amerika, telah melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap biomekanika yaitu :

• Berat benda yang dipindahkan, hal ini ditentukan oleh pembebanan langsung.

• Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh.

• Frekuensi pemindahan dicatat sebagai rata-rata pemin-dahan/menit untuk pemindahan berfrekuensi tinggi.

PRINSIP-PRINSIP BIOFISIKA KESEHATAN DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

8BAB

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

• Periode (durasi) total waktu yang diberlakukan dalam pemindahan pada suatu pencatatan.

2. Pengaruh tekanan dalam ilmu kebidanan

• Tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh sirkula-si darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital. Pada setiap detak jantung tekanan darah bervariasi antara sistolik (maksimum) dan diastolik (minimum) tekanan. Tekanan darah ter-jadi karena pompaan pada jantung dan resistensi pem-buluh darah, berkurang sehingga darah beredar melalui arteri.

• Tekanan didalam kandung kemih, peningkatan tekanan didalam kandung kemih akibat adanya akumulasi (per-tambahan terus menerus) volume urine.

• Tekanan pada sistem pencernaan

Makanan masuk melalui mulut menuju usus dan keluar kembali melalui anus. Pada usus terdapat beberapa bagian usus antara usus halus, usus besar dan duabe-las jari (duodenm). Katub didalam usus berperan un-tuk meratakan penyaluran atau pengaliran makanan didalamnya.

• Tekanan pada mata

Cairan bening didalam bola mata yang terdapat antara permukaan mata dan retina memiliki tekanan tertentu sehingga dapat menjaga bola mata pada bentuk dan ukuran yang tetap. Apabila pengaliran cairan pada mata mengalami penyumbatan menyebabkan sirkulasi tidak berjalan sewajarnya mata akan mengakibatkan tekanan didalam mata menjadi meningkat. Peningkatan

tekanan ini dapat membatasi suplai darah ke retina se-hingga mempengaruhi kejelasan penglihatan.

• Tekanan di dalam tengkorak

Ruang disekitar otak memiliki cairan otak yang disebut dengan cerebrospinal. Apabila terjadi tekanan didalam otak akan meningkatkan tekanan internal tengkorak yang menyebabkan terjadinya pembesaran tengkorak.

3. Thermodinamika

Termodinamika (bahasa yunani : thermos = ‘panas’ dan dynamic = ‘perubahan’) adalah fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah batasan yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya yang disebut lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas sis-tem lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan lingkungan.

4. Transfer panas (Alih Panas)

Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit ada 4 cara :

a. Konduksi (conduction), adalah perpindahan panas melalui suatu zat perantara (umumnya zat padat) tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut.

b. Konveksi (convection), adalah perpindahan panas melalui suatu zat perantara (umumnya zat cair) dengan disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut.

c. Radiasi (radiation), adalah perpindahan panas secara langsung (tanpa melalui zat perantara).

d. Evaporasi (evaporatioon).

��0 Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

5. Thermografi

Penggunaan thermografi untuk diagnostic fenomena keab-normalan operasi atau kinerja suatu sistem dapat diketahui melalui parameter temperatur kerja yang terjadi. Kamera thermografi inframerah merupakan sebuah alat pencitraan distribusi radiasi panas permukaan dalam dalam ben-tuk gambar termal dan hasil temperatur terukur. Alat ini merupakan sebuah alat uji tak merusak yang mendeteksi pancaran radiasi obyek langsung melalui medium udara.

6. Penerapan hydrodinamika dalam pelayanan kebidanan

Hydrodinamika adalah ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid dalam skala makroskopik.

7. Gaya vertikal dan kegunaan klinik

Gaya vertikal dan kegunaan klinik adalah gaya bekerja pada suatu benda/tubuh manusia. Contohnya apabila se-seorang berdiri diatas benda maka orang tersebut mem-beri gaya di atas benda tersebut sedangkan benda tersebut memberi reaksi gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diberikan orang tersebut.

8. Gaya yang membentuk sudut

Gaya yang bekerja pada suatu tubuh membentuk sudut dengan garis horizontal atau garis vertikal pada gaya yang membentuk sudut yang perlu diperhatikan adalah pe-nguraian vektor-vektornya yang merupakan proses keba-likan dari perpaduan vektor. Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang bertitik tangkap sama dan terletak pada satu bidang.

Penguraian gaya tersebut dapat dimanfaatkan untuk peng-gunaan klinik atau pengobatan terutama bila terjadi cedera pada tulang dengan menganalisa gaya berdasarkan kon-

sep vektor untuk mendapatkan beban sebagai pemberat-nya. Contohnya jika seseorang mengalami cedera pada le-her atau otot kakinya, maka dapat dilakukan pengobatan dengan menggunakan traksi leher dan traksi otot.

9. Macam-macam gelombang arus listrik

Gelombang arus listrik berkaitan erat dengan dengan penggunaan arus listrik untuk merangsang saraf motoris atau saraf sensoris. Macam-macam Gelombang arus lis-trik :

a. Arus bolak balik/sinusoidal.

b. Arus setengah gelombang (telah diarahkan).

c. Arus searah penuh tapi masih mengandung riple/desir.

d. Arus searah murni.

e. Faradik.

f. Surged faradik/sentakan faradik.

g. Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal.

h. Gulvanik yang interuptus.

i. Arus gigi gergaji.

10. Daya ultrasonic

Efek gelombang ultrasonic :

a. Mekanik, yaitu menimbulkan disintegrasi beberapa benda padat, dipakai utnuk menentukan lokasi batu empedu.

b. Panas, pada jaringan bisa terjadi pembentukan rongga dengan intensitas yang tinggi.

c. Kimia, menyebabkan proses oksidasi dan hidrolisis pada ikatan tertentu.

d. Biologis, gabungan dari beberapa efek yaitu pelebaran pembuluh darah, peningkatan permeabilitas membran

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

sel darah, peninkatan aktifitas sel, otot mengalami pa-ralyse bakteri dan virus mengalami kehancuran, keleti-han apabila daya ditingkatkan.

11. Electro – Cardiograph (ECG)

ECG merupakan instrument medis yang dibutuhkan oleh para para medis untuk memperoleh informasi ten-tang kerja fungsi jantung seseorang. Signal ECG diukur dengan bantuan kepingan logam yang dikenal sebagai elektroda, elektroda ditempelkan pada permukaan ku-lit di titik-titik pengukuran. Metoda ini memberikan im-pedansi permukaan kulit dimana besarnya tergantung pada frekuensi. Karena harganya, ECG tidak tersedia di pusat-pusat pelayanan medis didaerah atau puskesmas. Untuk mengetahui kerja fungsi jantung seorang pasien, para medis didaerah harus mengirim pasiennya terlebih dahulu ke rumah sakit atau laboraturium medis yang hanya terdapat dikota besar. Karenanya, seorang pasien harus mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi untuk mengetahui kesehatan jantungnya.

12. Doppler

Adalah perubahan frekuensi atau panjang gelombang dari sebuah sumber gelombang yang diterima oleh pe-ngamat, jika sumber suara/gelombang tersebut bergerak relatif terhadap pengamat/pendengar. Untuk gelombang yang umum dijumpai, seperti gelombang suara yang menjalar dalam medium udara, perhitungan dari peru-bahan frekuensi ini, memerlukan kecepatan pengamat dan kecepatan sumber relatif terhadap medium dimana gelombang itu disalurkan.

13. Suction

Suction adalah alat untuk membersihkan jalan nafas atas dari adanya secret.

14. Vacum Extraksi

Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh kare-na itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengeks-presikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan de-ngan tarikan kearah yang sama. Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang di-hasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interau-terin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

15. Alat monitoring kesejahteraan janin

Alat kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi ke-sejahteraan janin. Pemeriksaan umumnya dilakukan pada usia 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jan-tung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila de-nyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang kuat.

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

Biodata Penulis

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan ���

Daftar Pustaka

1. Ahmadsyah Ibrahim. Ed: Luka, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 66-88

2. Saefudinabdul Bari, Adriaanszgeorge, WiknjosastroGulardiHanifa, WaspodoDjoko, ed. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Ed. 1. Jakarta: JNPKKR-POGI. 2000: 45-54

3. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Anestesia, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 239-264

4. Wijdjoseno-Gardjito. Ed: Pembedahan, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 265-288

5. KarnadihardjaWarko. Ed: Penyulit pascabedah, dalam: Syamsuhidajat R, Wim de Jong, ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004: 293-303

6. Surgical Care at the District Hospital.htm

��� Buku Ajar | Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan

7. ResidentNet-Wound Closure-clinical update.htm

8. SumartiEndah, (2015) Kebutuhan Dasar Manusia, Yogyakarta : Graha Ilmu

9. NurulEko W, (2010) Buku ajar ketrampilan dasar praktik klinik kebidanan, Yogyakarta : Pustaka Rihama