sma negeri 1 lakudo - ojs uho
TRANSCRIPT
22
Volume 6 No. 1 Januari 2021
p-ISSN: 2477-8192 dan e-ISSN: 2502-2776
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DI
KELAS XI1 SMA NEGERI 1 LAKUDO
Fahrun
1, La Ode Amaluddin
2, La Ode Nursalam
3
1Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo
Email: [email protected] 2Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo
Email: [email protected] 3Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo
Email: [email protected]
(Received: 10 November 2020; Accepted: 11 Desember 2020; Published: 3 Januari 2021)
©2019 – Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi. Ini adalah artikel dengan
akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 )
ABSTRACT SMAN 1 Lakudo is one of the schools in Central Buton District which is the object of research
because its learning outcomes are still low. This is because only 54% of students meet the minimum
completeness criteria. The objectives in this study are: (1) to determine the learning activities of
students who are taught using the Problem Solving learning model, (2) to determine the teaching
activities of teachers in applying the Problem Solving learning model, (3) to determine the learning
outcomes of students taught using the model Problem Solving learning. The subjects in this study were
students of class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo who were enrolled in the odd semester of the 2019
school year, totaling 23 students. The data of this research are qualitative data and quantitative data.
In this study the following results were obtained: (1) IPS-Geography learning activities for students of
class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo who were taught by applying the Problem Solving learning model
in each cycle there was an increase. This can be seen from the average score of student activity in the
first cycle of 2.7 being in the sufficient category, and increasing in the second cycle of 3.1 in the good
category; (2) the teacher's activity by applying the Problem Solving learning model to each cycle of
increase. This can be seen from the average score of teacher activity in the first cycle of 2.7 being in
the sufficient category, and increasing in the second cycle of 3.2 in the good category; (3) description
of student learning outcomes in class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo in cycle I shows that the maximum
value obtained by students is 78.6 and the minimum value is 28.6 with an average value of 63.2, while
the results of the description of student learning outcomes in cycle II shows that the maximum value
obtained by students is 85.7 and a minimum value of 60.7 with an average value of 77.2; (3) an
increase in student learning outcomes in class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo by applying the Problem
Solving learning model is 14. The conclusion of this study is the Problem Solving model can improve
the results learner learners.
Keywords: Problem Solving; Activities; Learning Outcome; SMAN 1 Lakudo.
ABSTRAK SMAN 1 Lakudo adalah salah satu sekolah di Kabupaten Buton Tengah yang menjadi objek
peneliti karena hasil belajarnya masih rendah. Hal ini dikarenakan hanya 54% siswa yang memenuhi
kriteria ketuntasan minimal. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) untuk menentukan aktivitas
belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Solving, (2) untuk menentukan
aktivitas mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Solving, (3) untuk
mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Solving. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo yang terdaftar pada
23
semester ganjil tahun ajaran 2019 yang berjumlah 23 siswa. Data penelitian ini adalah data kualitatif
dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: (1) aktivitas belajar IPS-
Geografi siswa kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Solving pada setiap siklus terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,7 berada pada kategori cukup, dan meningkat pada siklus II
sebesar 3,1 berada pada kategori baik; (2) aktivitas guru dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Solving pada setiap siklus terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata
aktivitas guru pada siklus I sebesar 2,7 berada pada kategori cukup, dan meningkat pada siklus II
sebesar 3,2 berada pada kategori baik; (3) deskripsi hasil belajar siswa kelas XI1 SMA Negeri 1
Lakudo pada siklus I menunjukkan bahwa nilai maksimum yang diperoleh siswa adalah 78,6 dan nilai
minimum sebesar 28,6 dengan nilai rata-rata 63,2, sedangkan hasil deskripsi hasil belajar siswa pada
siklus II menunjukkan bahwa nilai maksimum yang diperoleh siswa adalah 85,7 dan nilai minimum
sebesar 60,7 dengan nilai rata-rata 77,2; (3) peningkatan hasil belajar siswa kelas XI1 SMA Negeri 1
Lakudo dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving adalah sebesar 14. Kesimpulan
penelitian ini adalah model Problem Solving dapat menigkatkan hasil belajar peserta didik.
Kata Kunci : Problem Solving; Aktivitas; Hasil Belajar; SMAN 1 Lakudo
PENDAHULUAN Rendahnya mutu pendidikan di Negara
kita disebabkan oleh beberapa fenomena yang
sering kita jumpai, diantaranya: rendahnya
kualitas pendidik atau pengajar, kurangnya
saraa dan prasarana belajar, kurangnya
relevansi kurikulum yang dibuat, kurang
pedulinya orang tua siswa, siswa dan
kurangnya motivasi siswa dalam belajar
(Hamalik, 2011).
Upaya untuk mewujudkan suatu proses
pembelajaran yang efektif dan berkualitas
dapat dilaksanakan dengan cara melakukan
dua hal. Pertama, mengoptimalkan peran guru
dalam proses atau kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas, yaitu sebagai sumber belajar,
fasilitator, motivator, demonstrator, dan
sebagai evaluator siswa. Kedua, meningkatkan
aktivitas, kreativitas dan motivasi belajar siswa
(Woolnough & Allsop, 2011).
Berkaitan dengan penjelasan tersebut,
diperlukan pemilihan model pembelajaran
yang sesuai. Hal tersebut dikarenakan tidak
semua penerapan modek pembelajaran cocok
atau sesuai dengan karakter materi atau bahan
ajar dan siswa di dalam kelas, sehingga untuk
memilih model pembelajaran yang sesuai,
perlu diperhatikan karaketristik materi dan
bahan ajar, kondisi siswa, serta sarana dan
prasarana siswa di dalam kelas tersebut.
Pembelajaran perlu dilakukan secara bervariasi
untuk membangkitkan minat siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
menerima materi pembelajaran saja, tetapi
dapat menjadikan siswa belajar lebih mandiri.
Dengan demikian, siswa menemukan sendiri
pokok masalah dalam pembelajaran. Dengan
kata lain, proses pembelajaran tidak cenderung
berpusat pada guru, tetapi melibatkan siswa
secara aktif (Sastrawijaya, 2012).
Namun demikian, pada kenyataannya
yang terjadi di lapangan bahwa masih belum
sesuai dengan yang diharapkan, seperti halnya
beberapa siswa belum mampu untuk mencapai
kompetensi individual yang diperlukan untuk
mengikuti materi selanjutnya, dan belum dapat
belajar sampai pada tingkat pemahaman yang
maksimal. Siswa baru mampu mengingat
fakta, konsep, serta gagasan inovatif lainnya
pada tingkat ingatan, belum dapat
menggunakan dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah sehari-hari yang nyata
(Hamalik, 2011).
Lulusan (siswa) yang diperlukan tidak
hanya mampu mengingat dan memahami
konsep atau informasi, tetapi juga harus
memiliki kemampuan untuk memutuskan
sesuatu persoalan. Kemampuan tersebut akan
tercermin melalui proses pembelajaran yang
memungkinkan individu terlibat dalam
berbagai bentuk kegiatan pemecahan masalah,
baik secara individual maupun kolektif
(Hamalik, 2011).
Problem solving merupakan model yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme
yang didalamnya terdapat beberapa siklus dan
tahapan pembelajaran (Hamalik, 2011).
Sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran Geografi. Dalam kegiatan model
pembelajaran problem solving ini, siswa
berperan aktif dan terlibat secara langsung
dalam pembelajaran, sehingga diharapkan
siswa dapat memahami konsep, meningkatkan
23
keterampilan berpikir, menghubungkan konsep
dengan kehidupan nyata dan dapat
meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2011).
Berdasarkan observasi awal penulis di
SMA Negeri 1 Lakudo, ditemukan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar IPS-Geografi siswa kelas
XI1 pada materi pokok Dinamika dan Masalah
Kependudukan Tahun Ajaran 2017-2018 yaitu
sebesar 63, dimana nilai ini belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari
sekolah, yaitu sebesar 70. Dari total 26 siswa,
ditemukan hanya sebanyak 7 siswa (21,88%)
yang mempeoroleh nilai rata-rata ≥ 70,
sedangkan sisanya sebanyak 25 siswa
(78,12%) yang memperoleh nilai rata-rata
sebesar.
Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu pada proses pembelajaran di kelas
terlihat bahwa guru lebih memfokuskan pada
metode ceramah, pembelajaran cenderung
berpusat pada guru, serta guru menjadi pusat
kegiatan pembelajaran dalam menemukan
penyelesaian dari suatu masalah, sehingga
berdampak pada antusias siswa yang kurang
maksimal dan tidak termotivasi untuk belajar.
Akibatnya, mata pelajaran Geografi dianggap
membosankan dan sulit dipahami oleh siswa.
Dengan menggunakan model problem
solving ini, dapat merangsang siswa
menghadapi masalah untuk berpikir dan
menggunakan pikirannya dalam proses
pemecahan masalah sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan. Model
pembelajaran problem solving bersifat
kontekstual dan mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan proses pemecahan masalah.
Adanya permasalahan yang diberikan akan
mengajak siswa menemukan solusi dengan
berdiskusi bersama dengan kelompoknya
(Purwanto, 2012).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada
September sampai dengan Oktober 2019
semester ganjil di kelas XI1 SMAN 1 Lakudo.
Peta Lokasi Penelitian Peta penelitian dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian (SMAN 1 Lakudo)
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan alur
yang digunakan peneliti dalam proses
penelitian. Desain penelitian dalam penelitian
tindakan kelas (PTK) yang dilakukan ini
adalah sebagai berikut:
24
24
Gambar 3. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan gambar 3 di atas tentang
Posedur PTK ini direncanakan berdasarkan
pada 2 (dua) siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai, seperti halnya
yang didesain dalam faktor yang diselidiki
untuk melihat sejauhmana pengetahuan siswa
pada materi pokok Dinamika dan Masalah
Kependudukan.
Dengan mengacu pada Gambar 1 di atas,
maka prosedur penelitian tindakan ini meliputi:
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi dalam
setiap siklus. Secara rinci, maka prosedur
penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.
SIKLUS I 1. Perencanaan
a. Peneliti bersama dengan guru berdiskusi
dan mengidentifikasi masalah.
Kemudian menetapkan alternatif
tindakan untuk dapat mengatasi masalah
dalam pembelajaran IPS-Geografi.
Selanjutnya peneliti menyusun RPP 01
pada pertemuan pertama dengan sub
materi pokok Sumber Data
Kependudukan sesuai dengan tahap
model pembelajaran problem solving
yang akan diterapkan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
IPS-Geografi siswa.
b. Membuat desain pembelajaran dengan
skenario pembelajaran yang sesuai
dengan tahap-tahap model pembelajaran
pemecahan masalah (problem solving)
yang akan diterapkan untuk kemudian
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
IPS-Geografi siswa pada sub materi
pokok Sumber Data Kependudukan
untuk pertemuan pertama (RPP 01).
c. Membuat lembar kerja siswa (LKS 01).
d. Membuat lembar observasi aktivitas
siswa dan kegiatan guru dalam
pembelajaran.
e. Membuat evaluasi untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran, yaitu berupa tes siklus
dalam bentuk essay dan membuat kunci
jawaban, serta aturan penskoran
terhadap instrumen yang digunakan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah
melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran problem
solving pada materi pokok Dinamika dan
Masalah Kependudukan sesuai dengan RPP 01
untuk pertemuan pertama dengan sub materi
pokok Sumber Data Kependudukan.
3. Observasi dan Evaluasi
Dalam tahap ini, dilaksanakan observasi
dengan menggunakan lembar observasi
pembelajaran. Observasi bertujuan untuk
Refleksi
Orientasi Perencanaan
SIKLUS I
Pelaksanaan tindakan
Pengamatanan
Orientasi Perencanaan berikut
Perbaikan Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
25
25
mendapatkan data berupa aktivitas siswa dan
guru selama kegiatan pembelajaran, serta
melakukan evaluasi.
4. Refleksi
Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada
tahap observasi dan evaluasi sebelumnya
dikumpulkan dan dilakukan proses analisis.
Selanjutnya ditinjau kembali apakah hal atau
aspek yang direncanakan dan dilakukan telah
mencerminkan hasil yang sesuai dengan
kriteria yang diharapkan atau belum. Apabila
belum maksimal, maka penelitian akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya dan
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siklus sebelumnya, akan diperbaiki pada
kegiatan atau proses siklus berikutnya.
SIKLUS II 1. Perencanaan
a. Peneliti membuat RPP 02 pada
pertemuan kedua untuk sub materi
pokok Pertumbuhan dan Kepadatan
Penduduk, dan RPP 03 pada pertemuan
ketiga untuk sub materi pokok
Permasalahan Kependudukan dan
Solusinya sesuai dengan tahap-tahap
model pembelajaran problem solving,
serta hasil refleksi yang dilakukan pada
siklus I.
b. Meninjau kembali desain pembelajaran,
khususnya skenario yang terkait dengan
proses pembelajaran dalam penerapan
model pembelajaran problem solving
atau pemecahan masalah pada sub materi pokok Pertumbuhan dan
Kepadatan Penduduk, dan sub materi
pokok Permasalahan Kependudukan dan
Solusinya, masing-masing untuk
rencana pelaksanaan pembelajaran
kedua dan ketiga (RPP 02 dan 03) yang
diterapkan pada siklus II.
c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS
2 dan 3).
d. Membuat alat evaluasi untuk materi
pokok Demografi (Dinamika dan
Masalah Kependudukan) untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan model pembelajaran problem
solving, berupa tes siklus dalam bentuk
essay dan membuat kunci jawaban, serta
aturan penskoran terhadap instrumen
yang digunakan dalam penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran problem solving sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 02
dan RPP 03) masing-masing untuk sub materi
pokok Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk,
dan Permasalahan Kependudukan dan
Solusinya.
3. Observasi dan Evaluasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar pengamatan. Observasi
ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan
pembelajaran, serta melakukan evaluasi.
4. Refleksi
Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada
tahap observasi dan evaluasi sebelumnya
dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian akan
dilihat apakah hal yang direncanakan dan
dilakukan itu telah mencerminkan hasil yang
sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
Data dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif diperoleh dari tes hasil belajar siswa,
sedangkan data kuantitatif diperoleh dari
lembar observasi. Sumber data dalam
penelitian ini adalah guru dan siswa.
Teknik Pengambilan Data 1. Data mengenai aktivitas belajar siswa
diambil dengan menggunakan lembar
observasi dengan cara memberikan skor
pada aspek aktivitas yang dilakukan untuk
siswa sesuai dengan kriteria yang
ditentukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
2. Data hasil belajar siswa IPS siswa diambil
dengan menggunakan tes hasil belajar
dengan bentuk tes berupa tes uraian yang
mencakup semua indikator pembelajaran
pada siklus I dan siklus II.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan
berupa analisis deskriptif dalam bentuk
persentase dan rata-rata.
Langkah-langkah analisis data :
1. Membuat tabulasi data dalam bentuk skor
perolehan hasil belajar tiap item soal pada
lampiran.
2. Menentukan hasil belajar siswa, dimana
rentang nilai yang digunakan untuk tes
26
26
uraian dalam penelitian ini adalah 0
sampai 100 dengan rumus (Usman dan
Setiawati, 2011) :
100xSm
SpiX i
Keterangan :
Xi = nilai yang diperoleh siswa ke-i
Spi = skor yang diperoleh siswa ke-i
Sm = skor maksimum yang mungkin
dicapai (skor ideal)
3. Menentukan nilai rata-rata hasil belajar
siswa ( X ) dengan rumus (Sudjana, 2013):
n
X
X
n
i
i 1
_
Keterangan : _
X = nilai rata-rata
i = nilai tiap-tiap siswa
n = jumlah siswa
4. Menentukan standar deviasi (SD) dengan
rumus (Sudjana, 2011):
1
1
2
2
n
XX
S
n
i
i
Keterangan :
S = standar deviasi
X = rata-rata nilai hasil belajar
iX = nilai setiap harga X
n = jumlah sampel
5. Menentukan tingkat pencapaian
ketuntasan belajar. Secara individu, TB
ditentukan dengan menggunakan rumus
(Uzer, 2013):
%100xn
npTBTingkat
Keterangan :
np = jumlah yang dijawab benar oleh
sejumlah siswa
n = jumlah soal seluruhnya
Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan
kriteria keberhasilan tidakan untuk
mengetahui:
a. Siswa yang hasil belajarnya sudah
tuntas.
b. Persentase jumlah siswa yang hasil
belajarnya sudah tuntas, dengan
menggunakan rumus:
% tuntas = %100xN
TB
Keterangan.
TB = jumlah siswa yang tuntas
belajar
N = jumlah siswa secara
keseluruhan
Nilai klasikal =
%100xIdealNilai
rataRataNilai
Hasil yang diperoleh dibandingkan
dengan kriteria keberhasilan tindakan
khususnya mengenai rata-rata nilai hasil
belajar siswa (Sudjana, 2010).
6. Mengklasifikasikan skor rata-rata aktivitas
siswa (Ramli, 2010:) sebagai berikut:
1 ≤ Xi < 2 : kategori kurang
2 ≤ Xi < 3 : kategori cukup
3 ≤ Xi < 4 : kategori baik
Xi = 4 : kategori sangat baik
Kriteria Keberhasilan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini
dipandang berhasil apabila :
1. Secara individu, jika hasil belajar IPS
Geografi yang menjadi subjek penelitian
telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
70 dari nilai ideal 100.
2. Secara klasikal, jika jumlah siswa yang
telah mencapai tingkat pencapaian
ketuntasan minimal ≥ 70 dalam penelitian
ini adalah minimal 70%.
HASIL PENELITIAN
Data Aktivitas Siswa Data mengenai Aktivitas Siswa kelas
XI1 SMA Negeri 1 Lakudo selama
pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Solving dengan metode PTK diambil
dengan menggunakan lembar pengamatan
(observasi) dengan cara memberikan skor pada
aspek aktivitas yang dilakukan oleh siswa
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Data mengenai distribusi rata-rata aktivitas
siswa pada setiap siklus dapat dilihat pada
Tabel 1.
27
27
Tabel 1. Rata-rata Aktivitas Siswa Pada Setiap Siklus
No. Aspek yang Dinilai Siklus
I II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan awal guru
Siswa memfokuskan diri terhadap penyampaian guru
Siswa aktif berdiskusi dan mengerjakan LKS pada tiap-tiap kelompok
Siswa menentukan dan mengamati konsep pada suatu permasalahan
Siswa mendiskusikan dan menganalisis masalah yang dihadapi
Siswa mencari dan menyusun data dalam proses pemecahan masalah
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kepada anggota atau kelompok
lain
Siswa menganalisis dan menanggapi konsep yang dikemukakan
kelompok lain
Siswa mengemukakan ide/pendapat dan membuat kesimpulan dalam
diskusi
Siswa mendengarkan dan memahami klarifikasi guru
Siswa menjawab pertanyaan lisan yang diajukan guru
Siswa menghubungkan konsep pelajaran dalam proses kehidupan
sehari-hari yang bersifat nyata
3.0
2.7
2.7
2.7
2.7
2.3
2.8
2.5
2.7
2.7
2.5
2.7
3.3
3.0
3.2
3.1
3.3
3.1
3.0
3.0
3.2
3.0
3.1
3.3
Rata-rata Aktivitas Siswa 2.7 3.1
Kategori Cukup Baik
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2019.
Gambar 3. Grafik Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Tiap Siklus (Hasil Analisis Data Primer, 2019).
Berdasarkan tabel 1 dan gambar 3 di
atas menunjukkan bahwa pada siklus I
aktivitas siswa terendah berada pada aspek
mencari dan menyusun data dalam proses
pemecahan masalah, sedangkan aktivitas siswa
dengan kategori tertinggi terdapat pada aspek
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan
awal guru. Pada siklus II, aktivitas siswa
tertinggi berada pada aspek mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru,
mendiskusikan dan menganalisis masalah yang
dihadapi, serta mampu menghubungkan
konsep pelajaran dalam proses kehidupan
sehari-hari. Setiap aspek yang diamati
menunjukkan peningkatan dari siklus I ke
siklus II. Skor rata-rata aktivitas siswa pada
siklus I sebesar 2,7 mengalami peningkatan
rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menjadi
3,1.
Data Aktivitas Guru Gambaran aktivitas guru menggunakan
model Problem Solving dapat dilihat pada
Tabel 2.
2.4
2.6
2.8
3
3.2
siklus I Siklus II
2.7
3.1
Sk
or
Ra
ta-r
ata
Ak
tiv
ita
s
Sis
wa
28
28
Tabel 2. Data Skor Rata-rata Aktivitas Guru Pada Tiap Siklus
No. Aspek yang Dinilai Skor Rata-rata
Siklus I Siklus II
A. Kegiatan Pendahuluan
1 Mengucapkan salam untuk memulai pelajaran 3 3,5
2 Membuka pelajaran dan mempersiapkan siswa 3 3
3 Melakukan motivasi dan apersepsi dengan memberikan pertanyaan
yang berkenaan dengan materi yang diajarkan 3 3,5
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4
B. Kegiatan Inti
1 Membagi dan mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok
yang terdiri dari 5-6 siswa 3 4
2 Memberikan penjelasan secara umum tentang masalah yang akan
dipecahkan dalam diskusi kelompok 3 3
3 Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dan menjelaskan
tata cara pelaksanaannya 3 3,5
4 Meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas
yang dilaksanakan 3 3,5
5 Memantau kegiatan/aktivitas masing-masing kelompok dalam
menyelesaikan soal-soal dalam LKS. 2 3
6 Membimbing kelompok belajar yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan LKS 2 2,5
7 Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
menyajikan/mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2 3
8 Melakukan evaluasi dan klarifikasi hasil diskusi dari pemecahan
masalah masing-masing kelompok. 3 3
9 Memberikan apresiasi dan tanggapan pada masing-masing kelompok 3 3
10 Mengajak siswa untuk berpikir, menemukan, dan menjelaskan
penerapan konsep yang dipelajari terkait dengan kehidupan sehari-hari 2 3
C. Kegiatan Akhir
1 Guru bersama siswa menyimpulkan atau memberi rangkuman
mengenai materi pelajaran 3 3,5
2 Memberikan refleksi terhadap proses pembelajaran yang sudah
dilaksanakan 3 3
3 Menutup pelajaran 3 3
D. Suasana Kelas
1 Siswa antusias 2 3,5
2 Guru antusias 3 3
3 Waktu sesuai alokasi 2 3,5
4 KBM sesuai skenario pada RPP 3 3
Rata-rata Aktivitas Guru 2,7 3,2
Kategori Cukup Baik
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2019.
Gambar 4. Grafik Skor Rata-rata Aktivitas Guru Tiap Siklus (Hasil Analisis Data Primer, 2019).
0
1
2
3
4
Siklus I Siklus II
2.7
3,2
Sk
or
Ra
ta-r
ata
Ak
tiv
ita
s
Gu
ru
29
29
Berdasarkan tabel 2 dan gambar 4 di
atas menunjukkan bahwa setiap aspek yang
diamati pada siklus I menunjukkan bahwa nilai
skor rata-rata aktivitas guru selama proses
pembelajaran adalah sebesar 2,7. Berdasrkan
nilai tersebut, aktivitas guru dalam mengelola
pembelajaran termasuk dalam kategori cukup
baik.
Hasil kategori tersebut diduga
disebabkan oleh masih adanya beberapa aspek
pembelajaran yang belum sepenuhnya
dilaksanakan dengan efektif dan maksimal
oleh pengajar atau guru, diantaranya adalah
aspek memantau aktivitas masing-masing
kelompok dalam menyelesaikan soal-soal
lembar kerja siswa (LKS), membimbing
masing-masing kelompok belajar yang
mengalami kesulitan, memberikan kesempatan
kepada masing-masing kelompok belajar untuk
kemuian mempresentasikan hasil diskusi yang
telah dilakukan, mengajak siswa untuk
berpikir, menemukan, dan menjelaskan
penerapan materi atau konsep-konsep yang
dipelajari terkait dengan kehidupan sehari-hari
yang bersifat nyata, mengembangkan antusias
siswa, dan pengelolaan alokasi waktu yang
belum efektif. Pada siklus II, tampak bahwa
kegiatan atau aktivitas guru cenderung
mengalami peningkatan dibandingkan pada
siklus I, dimana skor rata-rata aktivitas guru
dalam mengelola proses pembelajaran pada
siklus II tersebut adalah sebesar 3,2 yang
termasuk dalam kategori baik. Hal ini
menunjukkan bahwa guru sudah memiliki
kemampuan dalam menerapkan model
pembelajaran tipe Problem Solving pada
materi pokok Demografi Dinamika dan
Masalah Kependudukan.
Data Hasil Belajar Data hasil belajar IPS-Geografi siswa
diperoleh dengan menggunakan tes hasil
belajar. Berdasarkan analisis deskriptif
terhadap hasil belajar IPS-Geografi siswa pada
materi pokok Demografi (Dinamika dan
Masalah Kependudukan) ditunjukkan dalam
bentuk tes siklus yang terdiri dari tes siklus I
dan tes siklus II yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Analisis Hasil Belajar Siswa
Siklus I Siklus II
Nilai Keterangan
Nilai Keterangan
ST BT ST BT
Jumlah 1453,6 1775,0
Nilai Rata-rata 63,2 77,2
Nilai Maksimal 78,6 85,7
Nilai Minimal 28,6 60,7
Standar Deviasi 14,0 7,7
Jumlah ST 13 18
Jumlah BT 10 5
% Sudah Tuntas 56,5 78,3
% Belum Tuntas 43,5 21,7
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2019.
Gambar 5. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan
(Hasil Analisis Data Primer, 2019)
0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus II
28.6
60.7
78.6 85.7
63.2 77.2
14 7.7
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
Nilai Rerata
Standar Deviasi
30
30
Berdasarkan Tebel 3 dan gambar 5 di
atas menunjukkan bahwa hasil belajar IPS-
Geografi siswa kelas XI1 pada materi pokok
Dinamika dan Masalah Kependudukan setelah
diajar dengan menerapkan model pembelajaran
problem solving menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal
tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 4.4 di
atas yang menunjukkan bahwa hasil belajar
IPS-Geografi siswa dari siklus I ke siklus II
yang terlihat jelas mengalami peningkatan.
PEMBAHASAN
Aktivitas Siswa Hasil analisis deskriptif terhadap
aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama
dengan sub materi pokok Sumber Data
Kependudukan menunjukkan bahwa nilai rata-
rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 2,7
dengan kategori cukup baik. Pada pertemuan
ini, terdapat aspek aktivitas siswa yang masih
kurang dan perlu ditingkatkan, yaitu pada
aktivitas mencari informasi dan menyusun data
yang diperlukan untuk pemecahan masalah,
dengan perolehan rata-rata skor aktivitas siswa
sebesar 2,3. Hal ini diduga disebabkan karena
siswa belum terbiasa mencari data-data dalam
upaya untuk pemecahan masalah.
Analisis deskriptif aktivitas siswa pada
pertemuan kedua dengan sub materi pokok
Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas
siswa pada siklus II adalah 2,7 dengan kategori
cukup. Analisis deskriptif aktivitas siswa pada
pertemuan ketiga dengan sub materi pokok
Permasalahan Kependudukan dan Solusinya
menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas
siswa pada siklus II adalah 2,9 dengan kategori
baik. Pada skor rata-rata aktivitas siswa pada
pertemuan kedua dan ketiga diperoleh nilai
rata-rata aktivitas siswa pada siklus II secara
keseluruhan adalah 3,1. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa sudah antusias dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga menyebabkan
beberapa aktivitas siswa tergolong tinggi dan
kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan menemukan solusi sudah lebih
baik dari sebelumnya.
Pada siklus II ini, kegiatan aktivitas
siswa mengalami peningkatan dibandingkan
dengan aktivitas siswa pada siklus I.
Peningkatan tersebut menunjukkan kekurangan
kualitas belajar siswa yang terdapat pada siklus
I dapat teratasi. Peningkatan ini disebabkan
oleh kualitas siswa dalam mendengarkan dan
memahami penjelasan guru, kemampuan siswa
mendiskusikan dan menganalisis masalah,
serta mampu menghubungkan konsep
pelajaran dalam proses kehidupan sehari-hari
yang bersifat nyata. Pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan guru juga sudah sesuai dengan
langkah-langkah model pembelajaran.
Aktivitas Guru Pada siklus I ini, pembelajaran yang
dilakukan oleh guru cukup sesuai dengan
model pembelajaran Problem Solving,
walaupun secara umum belum maksimal.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap
aktivitas guru pada pertemuan pertama dengan
sub materi pokok Sumber Data Kependudukan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas
guru pada siklus I adalah sebesar 2,7 dengan
kategori cukup baik. Pada pertemuan pertama,
terdapat beberapa aspek aktivitas guru yang
masih kurang dan perlu ditingkatkan, yaitu pada aspek memantau aktivitas belajar,
melakukan bimbingan kelompok belajar yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal pada Lembar Kerja Siswa,
memberikan kesempatan kepada masing-
masing anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi yang telah
dilakukan, dan mengajak siswa untuk berpikir,
menemukan dan menjelaskan penerapan
konsep ilmu yang dipelajari terkait dengan
kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut diduga disebabkan karena
guru masih belum terbiasa dalam
melaksanakan pembelajaran dengan efektif.
Selain itu, penggunaan waktu dalam proses
pembelajaran juga masih kurang optimal,
terutama pada proses diskusi kelompok yang
membutuhkan waktu yang lebih dari
perencanannya, sehingga kegiatan
pembelajaran masih menggunakan waktu yang
minim. Penjelasan tersebut menunjukkan
bahwa guru belum maksimal dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga
menyebabkan beberapa aktivitas guru masih
tergolong rendah. Dengan demikian, ada
beberapa aspek aktivitas guru yang perlu
ditingkatkan lagi.
Hasil analisis deskriptif terhadap
aktivitas guru pada pertemuan kedua
menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas
guru adalah sebesar 3,0 dengan kategori baik.
Sedangkan hasil analisis deskriptif aktivitas
guru pada pertemuan ketiga menunjukkan
bahwa nilai rata-rata aktivitas guru pada siklus
31
31
II adalah sebesar 3,4 dengan kategori baik. Hal
ini menunjukkan bahwa guru sudah efektif
dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga
menyebabkan aktivitas guru tergolong tinggi.
Berdasarkan skor rata-rata aktivitas
guru, dapat diketahui bahwa aktivitas guru
pada pertemuan ketiga mengalami peningkatan
dibandingkan dengan pertemuan kedua. Pada
skor rata-rata aktivitas guru pada pertemuan
kedua dan pertemuan ketiga, diperoleh nilai
rata-rata aktivitas siswa pada siklus II secara
keseluruhan, yaitu sebesar 3,2.
Pada siklus II ini, aktivitas guru
mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan
skor rata-rata aktivitas guru menandakan
bahwa kekurangan atau kelemahan-kelemahan
guru yang terdapat pada siklus I dapat teratasi,
sehingga aktivitas guru yang dilakukan dapat
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini diduga
disebabkan karena guru sudah efektif dan
optimal dalam melaksanakan pembelajaran.
Dengan demikian, guru sudah memenuhi
klasifikasi pengajar dalam melaksanakan
pembelajaran.
Hasil Belajar Hasil analisis deskriptif terhadap hasil
belajar geografi siswa pada siklus I
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
termasuk dalam kategori rendah dan hanya
beberapa siswa yang memiliki nilai dengan
kategori tinggi. Kurangnya hasil belajar
geografi siswa pada siklus I diduga disebabkan
oleh faktor alamiah, yaitu siswa yang diuji
belum mendapatkan materi pokok, sehingga
kemampuan, pemahaman dan pengetahuan
mereka tentang materi pelajaran masih sangat
terbatas.
Parameter yang dijadikan sebagai
patokan keberhasilan hasil belajar siswa adalah
dengan membandingkan nilai rata-rata prestasi
belajar geografi siswa dengan nilai KKM
sekolah, dalam hal ini nilai KKM SMA Negeri
1 Lakudo Kelas XI adalah 70. Hasil belajar
geografi siswa dikatakan berhasil apabila nilai
hasil belajar siswa lebih tinggi daripada nilai
KKM sekolah. Pada siklus I, diperoleh nilai
rata-rata hasil belajar sebesar 63,2. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar geografi
siswa pada siklus I belum memenuhi nilai
KKM sekolah, sehingga dikatakan belum
berhasil.
Analisis deskriptif hasil belajar IPS-
Geografi pada siklus II diperoleh bahwa nilai
rata-rata hasil belajar siswa adalah 77,2 dengan
standar deviasi sebesar 7.7. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar geografi
siswa pada siklus II sudah memenuhi nilai
KKM yaitu sebesar 70. Dengan demikian,
penerapan model pembelajaran Problem
Solving memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut
disebabkan karena guru dalam mengelola
kegiatan pembelajaran telah mengacu pada
hasil analisis dan refleksi pada siklus I,
sehingga hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan.
Berdasarkan data hasil belajar siklus I
dan siklus II, rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus II sudah lebih baik dari siklus I. Hal ini
disebabkan karena penguasaan siswa terhadap
materi pokok Dinamika dan Masalah
kependudukan sudah lebih baik. Hal ini juga
menunjukkan bahwa guru sudah mampu
mengelola pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran dengan optimal.
Parameter peningkatan hasil belajar adalah
dengan menggunakan dan membandingkan
nilai rata-rata hasil belajar geografi siswa pada
siklus I dan siklus II. Hasil belajar geografi
siswa dikatakan berhasil apabila nilai hasil
belajar siswa pada siklus II lebih tinggi
daripada hasil belajar siswa pada siklus I. Pada
siklus I, skor rata-rata nilai hasil belajar siswa
sebesar 63,2, sedangkan pada siklus II sebesar
77,2 serta telah memenuhi nilai KKM sekolah.
Dengan demikian peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus I dan siklus II adalah sebesar
14.
Parameter yang dijadikan sebagai
patokan ketuntasan hasil belajar siswa adalah
menggunakan dan membandingkan nilai rata-
rata prestasi belajar dengan nilai KKM
sekolah,. Pada siklus I, terdapat 10 siswa
(43,48%) belum tuntas serta nilainya masih
dibawah KKM, sedangkan sebanyak 13 siswa
(56,48%) sudah tuntas dalam belajarnya, serta
nilainya sudah memenuhi KKM. Pada siklus
II, hanya terdapat 5 orang siswa (21,74%) yang
belum tuntas dalam belajarnya, serta nilainya
dibawah KKM, sedangkan sebanyak 18 siswa
(78,26%) sudah tuntas dalam belajarnya, serta
nilainya sudah memenuhi KKM.
Berdasarkan hasil penelitian, secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Solving berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar
IPS-Geografi siswa. Peningkatan hasil belajar
tersebut dikarenakan adanya peningkatan
32
32
aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian dari Pri
Subekti (2017) yang menunjukkan bahwa
model pembelajaran Problem Solving
meningkatkan hasil belajar IPA Siswa dengan
nilai rata-rata hasil belajar pada siklus 2
sebesar 90,04”.
KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa: (1) aktivitas belajar siswa
kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo yang diajar
dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Solving pada setiap siklus terjadi
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor
rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar
2,7 berada pada kategori cukup, dan meningkat
pada siklus II sebesar 3,1 berada pada kategori
baik, (2) deskripsi hasil belajar siswa kelas XI1
SMA Negeri 1 Lakudo pada siklus I
menunjukkan bahwa nilai maksimum yang
diperoleh siswa adalah 78,6 dan nilai minimum
sebesar 28,6 dengan nilai rata-rata 63,2,
sedangkan hasil deskripsi hasil belajar siswa
pada siklus II menunjukkan bahwa nilai
maksimum yang diperoleh siswa adalah 85,7
dan nilai minimum sebesar 60,7 dengan nilai
rata-rata 77,2, dan (3) peningkatan hasil belajar
siswa kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo pada
materi pokok Demografi (Dinamika dan
Permasalahan Kependudukan) dengan
menerapkan model pembelajaran Problem
Solving adalah sebesar 14.
SARAN
1. Bagi siswa, yaitu diharapkan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar
geografi dengan suasana yang lebih
menyenangkan dan memberikan
penanaman konsep yang lebih baik.
2. Bagi guru IPS-Geografi, yaitu diharapkan
dapat mengetahui, memahami dan
menerapkan model pembelajaran Problem
Solving sebagai alternatif tindakan yang
efektif dan effisien dalam upaya
peningkatan hasil belajar geografi siswa,
sehingga terjadi kesesuaian antara aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa
dalam pembelajaran.
3. Bagi sekolah, khususnya kelas XI1
SMANegeri 1 Lakudo agar selalu
menggunakan model Problem Solving
dalam pembelajaran, khususnya
pembelajaran pada mata pelajaran geografi
untuk mengatasi banyaknya siswa yang
pasif dalam pembelajaran, serta untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi peneliti yang relevan, dapat dijadikan
sebagai bahan/ referensi dalam melakukan
penelitian yang berhubungan dengan
model pembelajaran Problem Solving.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan hasil dan jurnal ini
penulis meyampaikan ucapan terima kasih
yang tulus kepada Dr. La Ode
Amaluddin,S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I
dan La Ode Nursalam, S.Pd., M.Pd selaku
pembimbing II yang meluangkan waktu dan
tenaga dalam memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis, ucapan terima kasih
kepada seluruh dosen-dosen, staf jurusan serta
tim review dan editor jurnal yang berada dalam
ruang lingkup pendidikan geografi
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik. (2011). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ramli. (2010). Metodologi Penelitian
Pendidikan. Kendari: Unhalu.
Sastrawijaya, T. (2011). Proses Belajar
Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud.
Sudjana, N. (2013). Metoda Statistika.
Bandung: Tarsito.
Usman dan Setiawati. (2011). Statistika.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Uzer, U. (2013). Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Woolnough, B.E. dan Allsop, T. (2011).
Practical Work in Science. Cambridge:
Cambridge University Press.
33