sma negeri 1 lakudo - ojs uho

12
22 Volume 6 No. 1 Januari 2021 p-ISSN: 2477-8192 dan e-ISSN: 2502-2776 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DI KELAS XI 1 SMA NEGERI 1 LAKUDO Fahrun 1 , La Ode Amaluddin 2 , La Ode Nursalam 3 1 Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo Email: [email protected] 2 Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo Email: [email protected] 3 Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo Email: [email protected] (Received: 10 November 2020; Accepted: 11 Desember 2020; Published: 3 Januari 2021) ©2019 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi. Ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 ) ABSTRACT SMAN 1 Lakudo is one of the schools in Central Buton District which is the object of research because its learning outcomes are still low. This is because only 54% of students meet the minimum completeness criteria. The objectives in this study are: (1) to determine the learning activities of students who are taught using the Problem Solving learning model, (2) to determine the teaching activities of teachers in applying the Problem Solving learning model, (3) to determine the learning outcomes of students taught using the model Problem Solving learning. The subjects in this study were students of class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo who were enrolled in the odd semester of the 2019 school year, totaling 23 students. The data of this research are qualitative data and quantitative data. In this study the following results were obtained: (1) IPS-Geography learning activities for students of class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo who were taught by applying the Problem Solving learning model in each cycle there was an increase. This can be seen from the average score of student activity in the first cycle of 2.7 being in the sufficient category, and increasing in the second cycle of 3.1 in the good category; (2) the teacher's activity by applying the Problem Solving learning model to each cycle of increase. This can be seen from the average score of teacher activity in the first cycle of 2.7 being in the sufficient category, and increasing in the second cycle of 3.2 in the good category; (3) description of student learning outcomes in class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo in cycle I shows that the maximum value obtained by students is 78.6 and the minimum value is 28.6 with an average value of 63.2, while the results of the description of student learning outcomes in cycle II shows that the maximum value obtained by students is 85.7 and a minimum value of 60.7 with an average value of 77.2; (3) an increase in student learning outcomes in class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo by applying the Problem Solving learning model is 14. The conclusion of this study is the Problem Solving model can improve the results learner learners. Keywords: Problem Solving; Activities; Learning Outcome; SMAN 1 Lakudo. ABSTRAK SMAN 1 Lakudo adalah salah satu sekolah di Kabupaten Buton Tengah yang menjadi objek peneliti karena hasil belajarnya masih rendah. Hal ini dikarenakan hanya 54% siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) untuk menentukan aktivitas belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Solving, (2) untuk menentukan aktivitas mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Solving, (3) untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI 1 SMA Negeri 1 Lakudo yang terdaftar pada

Upload: khangminh22

Post on 24-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

22

Volume 6 No. 1 Januari 2021

p-ISSN: 2477-8192 dan e-ISSN: 2502-2776

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DI

KELAS XI1 SMA NEGERI 1 LAKUDO

Fahrun

1, La Ode Amaluddin

2, La Ode Nursalam

3

1Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo

Email: [email protected] 2Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo

Email: [email protected] 3Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Halu Oleo

Email: [email protected]

(Received: 10 November 2020; Accepted: 11 Desember 2020; Published: 3 Januari 2021)

©2019 – Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi. Ini adalah artikel dengan

akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0 (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 )

ABSTRACT SMAN 1 Lakudo is one of the schools in Central Buton District which is the object of research

because its learning outcomes are still low. This is because only 54% of students meet the minimum

completeness criteria. The objectives in this study are: (1) to determine the learning activities of

students who are taught using the Problem Solving learning model, (2) to determine the teaching

activities of teachers in applying the Problem Solving learning model, (3) to determine the learning

outcomes of students taught using the model Problem Solving learning. The subjects in this study were

students of class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo who were enrolled in the odd semester of the 2019

school year, totaling 23 students. The data of this research are qualitative data and quantitative data.

In this study the following results were obtained: (1) IPS-Geography learning activities for students of

class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo who were taught by applying the Problem Solving learning model

in each cycle there was an increase. This can be seen from the average score of student activity in the

first cycle of 2.7 being in the sufficient category, and increasing in the second cycle of 3.1 in the good

category; (2) the teacher's activity by applying the Problem Solving learning model to each cycle of

increase. This can be seen from the average score of teacher activity in the first cycle of 2.7 being in

the sufficient category, and increasing in the second cycle of 3.2 in the good category; (3) description

of student learning outcomes in class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo in cycle I shows that the maximum

value obtained by students is 78.6 and the minimum value is 28.6 with an average value of 63.2, while

the results of the description of student learning outcomes in cycle II shows that the maximum value

obtained by students is 85.7 and a minimum value of 60.7 with an average value of 77.2; (3) an

increase in student learning outcomes in class XI1 of SMA Negeri 1 Lakudo by applying the Problem

Solving learning model is 14. The conclusion of this study is the Problem Solving model can improve

the results learner learners.

Keywords: Problem Solving; Activities; Learning Outcome; SMAN 1 Lakudo.

ABSTRAK SMAN 1 Lakudo adalah salah satu sekolah di Kabupaten Buton Tengah yang menjadi objek

peneliti karena hasil belajarnya masih rendah. Hal ini dikarenakan hanya 54% siswa yang memenuhi

kriteria ketuntasan minimal. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) untuk menentukan aktivitas

belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem Solving, (2) untuk menentukan

aktivitas mengajar guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem Solving, (3) untuk

mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Solving. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo yang terdaftar pada

23

semester ganjil tahun ajaran 2019 yang berjumlah 23 siswa. Data penelitian ini adalah data kualitatif

dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut: (1) aktivitas belajar IPS-

Geografi siswa kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Solving pada setiap siklus terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata

aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,7 berada pada kategori cukup, dan meningkat pada siklus II

sebesar 3,1 berada pada kategori baik; (2) aktivitas guru dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Solving pada setiap siklus terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata

aktivitas guru pada siklus I sebesar 2,7 berada pada kategori cukup, dan meningkat pada siklus II

sebesar 3,2 berada pada kategori baik; (3) deskripsi hasil belajar siswa kelas XI1 SMA Negeri 1

Lakudo pada siklus I menunjukkan bahwa nilai maksimum yang diperoleh siswa adalah 78,6 dan nilai

minimum sebesar 28,6 dengan nilai rata-rata 63,2, sedangkan hasil deskripsi hasil belajar siswa pada

siklus II menunjukkan bahwa nilai maksimum yang diperoleh siswa adalah 85,7 dan nilai minimum

sebesar 60,7 dengan nilai rata-rata 77,2; (3) peningkatan hasil belajar siswa kelas XI1 SMA Negeri 1

Lakudo dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving adalah sebesar 14. Kesimpulan

penelitian ini adalah model Problem Solving dapat menigkatkan hasil belajar peserta didik.

Kata Kunci : Problem Solving; Aktivitas; Hasil Belajar; SMAN 1 Lakudo

PENDAHULUAN Rendahnya mutu pendidikan di Negara

kita disebabkan oleh beberapa fenomena yang

sering kita jumpai, diantaranya: rendahnya

kualitas pendidik atau pengajar, kurangnya

saraa dan prasarana belajar, kurangnya

relevansi kurikulum yang dibuat, kurang

pedulinya orang tua siswa, siswa dan

kurangnya motivasi siswa dalam belajar

(Hamalik, 2011).

Upaya untuk mewujudkan suatu proses

pembelajaran yang efektif dan berkualitas

dapat dilaksanakan dengan cara melakukan

dua hal. Pertama, mengoptimalkan peran guru

dalam proses atau kegiatan belajar mengajar di

dalam kelas, yaitu sebagai sumber belajar,

fasilitator, motivator, demonstrator, dan

sebagai evaluator siswa. Kedua, meningkatkan

aktivitas, kreativitas dan motivasi belajar siswa

(Woolnough & Allsop, 2011).

Berkaitan dengan penjelasan tersebut,

diperlukan pemilihan model pembelajaran

yang sesuai. Hal tersebut dikarenakan tidak

semua penerapan modek pembelajaran cocok

atau sesuai dengan karakter materi atau bahan

ajar dan siswa di dalam kelas, sehingga untuk

memilih model pembelajaran yang sesuai,

perlu diperhatikan karaketristik materi dan

bahan ajar, kondisi siswa, serta sarana dan

prasarana siswa di dalam kelas tersebut.

Pembelajaran perlu dilakukan secara bervariasi

untuk membangkitkan minat siswa, sehingga

dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya

menerima materi pembelajaran saja, tetapi

dapat menjadikan siswa belajar lebih mandiri.

Dengan demikian, siswa menemukan sendiri

pokok masalah dalam pembelajaran. Dengan

kata lain, proses pembelajaran tidak cenderung

berpusat pada guru, tetapi melibatkan siswa

secara aktif (Sastrawijaya, 2012).

Namun demikian, pada kenyataannya

yang terjadi di lapangan bahwa masih belum

sesuai dengan yang diharapkan, seperti halnya

beberapa siswa belum mampu untuk mencapai

kompetensi individual yang diperlukan untuk

mengikuti materi selanjutnya, dan belum dapat

belajar sampai pada tingkat pemahaman yang

maksimal. Siswa baru mampu mengingat

fakta, konsep, serta gagasan inovatif lainnya

pada tingkat ingatan, belum dapat

menggunakan dan menerapkannya dalam

pemecahan masalah sehari-hari yang nyata

(Hamalik, 2011).

Lulusan (siswa) yang diperlukan tidak

hanya mampu mengingat dan memahami

konsep atau informasi, tetapi juga harus

memiliki kemampuan untuk memutuskan

sesuatu persoalan. Kemampuan tersebut akan

tercermin melalui proses pembelajaran yang

memungkinkan individu terlibat dalam

berbagai bentuk kegiatan pemecahan masalah,

baik secara individual maupun kolektif

(Hamalik, 2011).

Problem solving merupakan model yang

menggunakan pendekatan konstruktivisme

yang didalamnya terdapat beberapa siklus dan

tahapan pembelajaran (Hamalik, 2011).

Sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam menunjang keberhasilan proses

pembelajaran Geografi. Dalam kegiatan model

pembelajaran problem solving ini, siswa

berperan aktif dan terlibat secara langsung

dalam pembelajaran, sehingga diharapkan

siswa dapat memahami konsep, meningkatkan

23

keterampilan berpikir, menghubungkan konsep

dengan kehidupan nyata dan dapat

meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2011).

Berdasarkan observasi awal penulis di

SMA Negeri 1 Lakudo, ditemukan bahwa nilai

rata-rata hasil belajar IPS-Geografi siswa kelas

XI1 pada materi pokok Dinamika dan Masalah

Kependudukan Tahun Ajaran 2017-2018 yaitu

sebesar 63, dimana nilai ini belum memenuhi

kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari

sekolah, yaitu sebesar 70. Dari total 26 siswa,

ditemukan hanya sebanyak 7 siswa (21,88%)

yang mempeoroleh nilai rata-rata ≥ 70,

sedangkan sisanya sebanyak 25 siswa

(78,12%) yang memperoleh nilai rata-rata

sebesar.

Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa

hal, yaitu pada proses pembelajaran di kelas

terlihat bahwa guru lebih memfokuskan pada

metode ceramah, pembelajaran cenderung

berpusat pada guru, serta guru menjadi pusat

kegiatan pembelajaran dalam menemukan

penyelesaian dari suatu masalah, sehingga

berdampak pada antusias siswa yang kurang

maksimal dan tidak termotivasi untuk belajar.

Akibatnya, mata pelajaran Geografi dianggap

membosankan dan sulit dipahami oleh siswa.

Dengan menggunakan model problem

solving ini, dapat merangsang siswa

menghadapi masalah untuk berpikir dan

menggunakan pikirannya dalam proses

pemecahan masalah sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang sudah ditentukan. Model

pembelajaran problem solving bersifat

kontekstual dan mengembangkan kemampuan

berpikir siswa dan proses pemecahan masalah.

Adanya permasalahan yang diberikan akan

mengajak siswa menemukan solusi dengan

berdiskusi bersama dengan kelompoknya

(Purwanto, 2012).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada

September sampai dengan Oktober 2019

semester ganjil di kelas XI1 SMAN 1 Lakudo.

Peta Lokasi Penelitian Peta penelitian dapat dilihat pada

gambar sebagai berikut.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian (SMAN 1 Lakudo)

Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan alur

yang digunakan peneliti dalam proses

penelitian. Desain penelitian dalam penelitian

tindakan kelas (PTK) yang dilakukan ini

adalah sebagai berikut:

24

24

Gambar 3. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan gambar 3 di atas tentang

Posedur PTK ini direncanakan berdasarkan

pada 2 (dua) siklus dilaksanakan sesuai dengan

perubahan yang ingin dicapai, seperti halnya

yang didesain dalam faktor yang diselidiki

untuk melihat sejauhmana pengetahuan siswa

pada materi pokok Dinamika dan Masalah

Kependudukan.

Dengan mengacu pada Gambar 1 di atas,

maka prosedur penelitian tindakan ini meliputi:

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)

observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi dalam

setiap siklus. Secara rinci, maka prosedur

penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan

sebagai berikut.

SIKLUS I 1. Perencanaan

a. Peneliti bersama dengan guru berdiskusi

dan mengidentifikasi masalah.

Kemudian menetapkan alternatif

tindakan untuk dapat mengatasi masalah

dalam pembelajaran IPS-Geografi.

Selanjutnya peneliti menyusun RPP 01

pada pertemuan pertama dengan sub

materi pokok Sumber Data

Kependudukan sesuai dengan tahap

model pembelajaran problem solving

yang akan diterapkan untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

IPS-Geografi siswa.

b. Membuat desain pembelajaran dengan

skenario pembelajaran yang sesuai

dengan tahap-tahap model pembelajaran

pemecahan masalah (problem solving)

yang akan diterapkan untuk kemudian

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

IPS-Geografi siswa pada sub materi

pokok Sumber Data Kependudukan

untuk pertemuan pertama (RPP 01).

c. Membuat lembar kerja siswa (LKS 01).

d. Membuat lembar observasi aktivitas

siswa dan kegiatan guru dalam

pembelajaran.

e. Membuat evaluasi untuk mengetahui

hasil belajar siswa setelah mengikuti

pembelajaran, yaitu berupa tes siklus

dalam bentuk essay dan membuat kunci

jawaban, serta aturan penskoran

terhadap instrumen yang digunakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pada tahap ini adalah

melaksanakan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran problem

solving pada materi pokok Dinamika dan

Masalah Kependudukan sesuai dengan RPP 01

untuk pertemuan pertama dengan sub materi

pokok Sumber Data Kependudukan.

3. Observasi dan Evaluasi

Dalam tahap ini, dilaksanakan observasi

dengan menggunakan lembar observasi

pembelajaran. Observasi bertujuan untuk

Refleksi

Orientasi Perencanaan

SIKLUS I

Pelaksanaan tindakan

Pengamatanan

Orientasi Perencanaan berikut

Perbaikan Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

25

25

mendapatkan data berupa aktivitas siswa dan

guru selama kegiatan pembelajaran, serta

melakukan evaluasi.

4. Refleksi

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada

tahap observasi dan evaluasi sebelumnya

dikumpulkan dan dilakukan proses analisis.

Selanjutnya ditinjau kembali apakah hal atau

aspek yang direncanakan dan dilakukan telah

mencerminkan hasil yang sesuai dengan

kriteria yang diharapkan atau belum. Apabila

belum maksimal, maka penelitian akan

dilanjutkan pada siklus berikutnya dan

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada

siklus sebelumnya, akan diperbaiki pada

kegiatan atau proses siklus berikutnya.

SIKLUS II 1. Perencanaan

a. Peneliti membuat RPP 02 pada

pertemuan kedua untuk sub materi

pokok Pertumbuhan dan Kepadatan

Penduduk, dan RPP 03 pada pertemuan

ketiga untuk sub materi pokok

Permasalahan Kependudukan dan

Solusinya sesuai dengan tahap-tahap

model pembelajaran problem solving,

serta hasil refleksi yang dilakukan pada

siklus I.

b. Meninjau kembali desain pembelajaran,

khususnya skenario yang terkait dengan

proses pembelajaran dalam penerapan

model pembelajaran problem solving

atau pemecahan masalah pada sub materi pokok Pertumbuhan dan

Kepadatan Penduduk, dan sub materi

pokok Permasalahan Kependudukan dan

Solusinya, masing-masing untuk

rencana pelaksanaan pembelajaran

kedua dan ketiga (RPP 02 dan 03) yang

diterapkan pada siklus II.

c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS

2 dan 3).

d. Membuat alat evaluasi untuk materi

pokok Demografi (Dinamika dan

Masalah Kependudukan) untuk

mengetahui hasil belajar siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran problem

solving, berupa tes siklus dalam bentuk

essay dan membuat kunci jawaban, serta

aturan penskoran terhadap instrumen

yang digunakan dalam penelitian.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pada tahap ini melaksanakan

pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran problem solving sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP 02

dan RPP 03) masing-masing untuk sub materi

pokok Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk,

dan Permasalahan Kependudukan dan

Solusinya.

3. Observasi dan Evaluasi

Dalam tahap ini dilaksanakan observasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar pengamatan. Observasi

ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa

aktivitas siswa dan guru selama kegiatan

pembelajaran, serta melakukan evaluasi.

4. Refleksi

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada

tahap observasi dan evaluasi sebelumnya

dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian akan

dilihat apakah hal yang direncanakan dan

dilakukan itu telah mencerminkan hasil yang

sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Data dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah

data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif diperoleh dari tes hasil belajar siswa,

sedangkan data kuantitatif diperoleh dari

lembar observasi. Sumber data dalam

penelitian ini adalah guru dan siswa.

Teknik Pengambilan Data 1. Data mengenai aktivitas belajar siswa

diambil dengan menggunakan lembar

observasi dengan cara memberikan skor

pada aspek aktivitas yang dilakukan untuk

siswa sesuai dengan kriteria yang

ditentukan pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

2. Data hasil belajar siswa IPS siswa diambil

dengan menggunakan tes hasil belajar

dengan bentuk tes berupa tes uraian yang

mencakup semua indikator pembelajaran

pada siklus I dan siklus II.

Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan

berupa analisis deskriptif dalam bentuk

persentase dan rata-rata.

Langkah-langkah analisis data :

1. Membuat tabulasi data dalam bentuk skor

perolehan hasil belajar tiap item soal pada

lampiran.

2. Menentukan hasil belajar siswa, dimana

rentang nilai yang digunakan untuk tes

26

26

uraian dalam penelitian ini adalah 0

sampai 100 dengan rumus (Usman dan

Setiawati, 2011) :

100xSm

SpiX i

Keterangan :

Xi = nilai yang diperoleh siswa ke-i

Spi = skor yang diperoleh siswa ke-i

Sm = skor maksimum yang mungkin

dicapai (skor ideal)

3. Menentukan nilai rata-rata hasil belajar

siswa ( X ) dengan rumus (Sudjana, 2013):

n

X

X

n

i

i 1

_

Keterangan : _

X = nilai rata-rata

i = nilai tiap-tiap siswa

n = jumlah siswa

4. Menentukan standar deviasi (SD) dengan

rumus (Sudjana, 2011):

1

1

2

2

n

XX

S

n

i

i

Keterangan :

S = standar deviasi

X = rata-rata nilai hasil belajar

iX = nilai setiap harga X

n = jumlah sampel

5. Menentukan tingkat pencapaian

ketuntasan belajar. Secara individu, TB

ditentukan dengan menggunakan rumus

(Uzer, 2013):

%100xn

npTBTingkat

Keterangan :

np = jumlah yang dijawab benar oleh

sejumlah siswa

n = jumlah soal seluruhnya

Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan

kriteria keberhasilan tidakan untuk

mengetahui:

a. Siswa yang hasil belajarnya sudah

tuntas.

b. Persentase jumlah siswa yang hasil

belajarnya sudah tuntas, dengan

menggunakan rumus:

% tuntas = %100xN

TB

Keterangan.

TB = jumlah siswa yang tuntas

belajar

N = jumlah siswa secara

keseluruhan

Nilai klasikal =

%100xIdealNilai

rataRataNilai

Hasil yang diperoleh dibandingkan

dengan kriteria keberhasilan tindakan

khususnya mengenai rata-rata nilai hasil

belajar siswa (Sudjana, 2010).

6. Mengklasifikasikan skor rata-rata aktivitas

siswa (Ramli, 2010:) sebagai berikut:

1 ≤ Xi < 2 : kategori kurang

2 ≤ Xi < 3 : kategori cukup

3 ≤ Xi < 4 : kategori baik

Xi = 4 : kategori sangat baik

Kriteria Keberhasilan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini

dipandang berhasil apabila :

1. Secara individu, jika hasil belajar IPS

Geografi yang menjadi subjek penelitian

telah mencapai kriteria ketuntasan minimal

70 dari nilai ideal 100.

2. Secara klasikal, jika jumlah siswa yang

telah mencapai tingkat pencapaian

ketuntasan minimal ≥ 70 dalam penelitian

ini adalah minimal 70%.

HASIL PENELITIAN

Data Aktivitas Siswa Data mengenai Aktivitas Siswa kelas

XI1 SMA Negeri 1 Lakudo selama

pembelajaran dengan menggunakan model

Problem Solving dengan metode PTK diambil

dengan menggunakan lembar pengamatan

(observasi) dengan cara memberikan skor pada

aspek aktivitas yang dilakukan oleh siswa

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Data mengenai distribusi rata-rata aktivitas

siswa pada setiap siklus dapat dilihat pada

Tabel 1.

27

27

Tabel 1. Rata-rata Aktivitas Siswa Pada Setiap Siklus

No. Aspek yang Dinilai Siklus

I II

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan awal guru

Siswa memfokuskan diri terhadap penyampaian guru

Siswa aktif berdiskusi dan mengerjakan LKS pada tiap-tiap kelompok

Siswa menentukan dan mengamati konsep pada suatu permasalahan

Siswa mendiskusikan dan menganalisis masalah yang dihadapi

Siswa mencari dan menyusun data dalam proses pemecahan masalah

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kepada anggota atau kelompok

lain

Siswa menganalisis dan menanggapi konsep yang dikemukakan

kelompok lain

Siswa mengemukakan ide/pendapat dan membuat kesimpulan dalam

diskusi

Siswa mendengarkan dan memahami klarifikasi guru

Siswa menjawab pertanyaan lisan yang diajukan guru

Siswa menghubungkan konsep pelajaran dalam proses kehidupan

sehari-hari yang bersifat nyata

3.0

2.7

2.7

2.7

2.7

2.3

2.8

2.5

2.7

2.7

2.5

2.7

3.3

3.0

3.2

3.1

3.3

3.1

3.0

3.0

3.2

3.0

3.1

3.3

Rata-rata Aktivitas Siswa 2.7 3.1

Kategori Cukup Baik

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2019.

Gambar 3. Grafik Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Tiap Siklus (Hasil Analisis Data Primer, 2019).

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 3 di

atas menunjukkan bahwa pada siklus I

aktivitas siswa terendah berada pada aspek

mencari dan menyusun data dalam proses

pemecahan masalah, sedangkan aktivitas siswa

dengan kategori tertinggi terdapat pada aspek

mendengarkan dan memperhatikan penjelasan

awal guru. Pada siklus II, aktivitas siswa

tertinggi berada pada aspek mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan guru,

mendiskusikan dan menganalisis masalah yang

dihadapi, serta mampu menghubungkan

konsep pelajaran dalam proses kehidupan

sehari-hari. Setiap aspek yang diamati

menunjukkan peningkatan dari siklus I ke

siklus II. Skor rata-rata aktivitas siswa pada

siklus I sebesar 2,7 mengalami peningkatan

rata-rata aktivitas siswa pada siklus II menjadi

3,1.

Data Aktivitas Guru Gambaran aktivitas guru menggunakan

model Problem Solving dapat dilihat pada

Tabel 2.

2.4

2.6

2.8

3

3.2

siklus I Siklus II

2.7

3.1

Sk

or

Ra

ta-r

ata

Ak

tiv

ita

s

Sis

wa

28

28

Tabel 2. Data Skor Rata-rata Aktivitas Guru Pada Tiap Siklus

No. Aspek yang Dinilai Skor Rata-rata

Siklus I Siklus II

A. Kegiatan Pendahuluan

1 Mengucapkan salam untuk memulai pelajaran 3 3,5

2 Membuka pelajaran dan mempersiapkan siswa 3 3

3 Melakukan motivasi dan apersepsi dengan memberikan pertanyaan

yang berkenaan dengan materi yang diajarkan 3 3,5

4 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4

B. Kegiatan Inti

1 Membagi dan mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok

yang terdiri dari 5-6 siswa 3 4

2 Memberikan penjelasan secara umum tentang masalah yang akan

dipecahkan dalam diskusi kelompok 3 3

3 Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dan menjelaskan

tata cara pelaksanaannya 3 3,5

4 Meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas

yang dilaksanakan 3 3,5

5 Memantau kegiatan/aktivitas masing-masing kelompok dalam

menyelesaikan soal-soal dalam LKS. 2 3

6 Membimbing kelompok belajar yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan LKS 2 2,5

7 Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menyajikan/mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan. 2 3

8 Melakukan evaluasi dan klarifikasi hasil diskusi dari pemecahan

masalah masing-masing kelompok. 3 3

9 Memberikan apresiasi dan tanggapan pada masing-masing kelompok 3 3

10 Mengajak siswa untuk berpikir, menemukan, dan menjelaskan

penerapan konsep yang dipelajari terkait dengan kehidupan sehari-hari 2 3

C. Kegiatan Akhir

1 Guru bersama siswa menyimpulkan atau memberi rangkuman

mengenai materi pelajaran 3 3,5

2 Memberikan refleksi terhadap proses pembelajaran yang sudah

dilaksanakan 3 3

3 Menutup pelajaran 3 3

D. Suasana Kelas

1 Siswa antusias 2 3,5

2 Guru antusias 3 3

3 Waktu sesuai alokasi 2 3,5

4 KBM sesuai skenario pada RPP 3 3

Rata-rata Aktivitas Guru 2,7 3,2

Kategori Cukup Baik

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2019.

Gambar 4. Grafik Skor Rata-rata Aktivitas Guru Tiap Siklus (Hasil Analisis Data Primer, 2019).

0

1

2

3

4

Siklus I Siklus II

2.7

3,2

Sk

or

Ra

ta-r

ata

Ak

tiv

ita

s

Gu

ru

29

29

Berdasarkan tabel 2 dan gambar 4 di

atas menunjukkan bahwa setiap aspek yang

diamati pada siklus I menunjukkan bahwa nilai

skor rata-rata aktivitas guru selama proses

pembelajaran adalah sebesar 2,7. Berdasrkan

nilai tersebut, aktivitas guru dalam mengelola

pembelajaran termasuk dalam kategori cukup

baik.

Hasil kategori tersebut diduga

disebabkan oleh masih adanya beberapa aspek

pembelajaran yang belum sepenuhnya

dilaksanakan dengan efektif dan maksimal

oleh pengajar atau guru, diantaranya adalah

aspek memantau aktivitas masing-masing

kelompok dalam menyelesaikan soal-soal

lembar kerja siswa (LKS), membimbing

masing-masing kelompok belajar yang

mengalami kesulitan, memberikan kesempatan

kepada masing-masing kelompok belajar untuk

kemuian mempresentasikan hasil diskusi yang

telah dilakukan, mengajak siswa untuk

berpikir, menemukan, dan menjelaskan

penerapan materi atau konsep-konsep yang

dipelajari terkait dengan kehidupan sehari-hari

yang bersifat nyata, mengembangkan antusias

siswa, dan pengelolaan alokasi waktu yang

belum efektif. Pada siklus II, tampak bahwa

kegiatan atau aktivitas guru cenderung

mengalami peningkatan dibandingkan pada

siklus I, dimana skor rata-rata aktivitas guru

dalam mengelola proses pembelajaran pada

siklus II tersebut adalah sebesar 3,2 yang

termasuk dalam kategori baik. Hal ini

menunjukkan bahwa guru sudah memiliki

kemampuan dalam menerapkan model

pembelajaran tipe Problem Solving pada

materi pokok Demografi Dinamika dan

Masalah Kependudukan.

Data Hasil Belajar Data hasil belajar IPS-Geografi siswa

diperoleh dengan menggunakan tes hasil

belajar. Berdasarkan analisis deskriptif

terhadap hasil belajar IPS-Geografi siswa pada

materi pokok Demografi (Dinamika dan

Masalah Kependudukan) ditunjukkan dalam

bentuk tes siklus yang terdiri dari tes siklus I

dan tes siklus II yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Analisis Hasil Belajar Siswa

Siklus I Siklus II

Nilai Keterangan

Nilai Keterangan

ST BT ST BT

Jumlah 1453,6 1775,0

Nilai Rata-rata 63,2 77,2

Nilai Maksimal 78,6 85,7

Nilai Minimal 28,6 60,7

Standar Deviasi 14,0 7,7

Jumlah ST 13 18

Jumlah BT 10 5

% Sudah Tuntas 56,5 78,3

% Belum Tuntas 43,5 21,7

Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2019.

Gambar 5. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Secara Keseluruhan

(Hasil Analisis Data Primer, 2019)

0

20

40

60

80

100

Siklus I Siklus II

28.6

60.7

78.6 85.7

63.2 77.2

14 7.7

Nilai Minimum

Nilai Maksimum

Nilai Rerata

Standar Deviasi

30

30

Berdasarkan Tebel 3 dan gambar 5 di

atas menunjukkan bahwa hasil belajar IPS-

Geografi siswa kelas XI1 pada materi pokok

Dinamika dan Masalah Kependudukan setelah

diajar dengan menerapkan model pembelajaran

problem solving menunjukkan adanya

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal

tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 4.4 di

atas yang menunjukkan bahwa hasil belajar

IPS-Geografi siswa dari siklus I ke siklus II

yang terlihat jelas mengalami peningkatan.

PEMBAHASAN

Aktivitas Siswa Hasil analisis deskriptif terhadap

aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama

dengan sub materi pokok Sumber Data

Kependudukan menunjukkan bahwa nilai rata-

rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 2,7

dengan kategori cukup baik. Pada pertemuan

ini, terdapat aspek aktivitas siswa yang masih

kurang dan perlu ditingkatkan, yaitu pada

aktivitas mencari informasi dan menyusun data

yang diperlukan untuk pemecahan masalah,

dengan perolehan rata-rata skor aktivitas siswa

sebesar 2,3. Hal ini diduga disebabkan karena

siswa belum terbiasa mencari data-data dalam

upaya untuk pemecahan masalah.

Analisis deskriptif aktivitas siswa pada

pertemuan kedua dengan sub materi pokok

Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas

siswa pada siklus II adalah 2,7 dengan kategori

cukup. Analisis deskriptif aktivitas siswa pada

pertemuan ketiga dengan sub materi pokok

Permasalahan Kependudukan dan Solusinya

menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas

siswa pada siklus II adalah 2,9 dengan kategori

baik. Pada skor rata-rata aktivitas siswa pada

pertemuan kedua dan ketiga diperoleh nilai

rata-rata aktivitas siswa pada siklus II secara

keseluruhan adalah 3,1. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa sudah antusias dalam mengikuti

pembelajaran, sehingga menyebabkan

beberapa aktivitas siswa tergolong tinggi dan

kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah dan menemukan solusi sudah lebih

baik dari sebelumnya.

Pada siklus II ini, kegiatan aktivitas

siswa mengalami peningkatan dibandingkan

dengan aktivitas siswa pada siklus I.

Peningkatan tersebut menunjukkan kekurangan

kualitas belajar siswa yang terdapat pada siklus

I dapat teratasi. Peningkatan ini disebabkan

oleh kualitas siswa dalam mendengarkan dan

memahami penjelasan guru, kemampuan siswa

mendiskusikan dan menganalisis masalah,

serta mampu menghubungkan konsep

pelajaran dalam proses kehidupan sehari-hari

yang bersifat nyata. Pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan guru juga sudah sesuai dengan

langkah-langkah model pembelajaran.

Aktivitas Guru Pada siklus I ini, pembelajaran yang

dilakukan oleh guru cukup sesuai dengan

model pembelajaran Problem Solving,

walaupun secara umum belum maksimal.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap

aktivitas guru pada pertemuan pertama dengan

sub materi pokok Sumber Data Kependudukan

menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas

guru pada siklus I adalah sebesar 2,7 dengan

kategori cukup baik. Pada pertemuan pertama,

terdapat beberapa aspek aktivitas guru yang

masih kurang dan perlu ditingkatkan, yaitu pada aspek memantau aktivitas belajar,

melakukan bimbingan kelompok belajar yang

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

soal-soal pada Lembar Kerja Siswa,

memberikan kesempatan kepada masing-

masing anggota kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi yang telah

dilakukan, dan mengajak siswa untuk berpikir,

menemukan dan menjelaskan penerapan

konsep ilmu yang dipelajari terkait dengan

kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut diduga disebabkan karena

guru masih belum terbiasa dalam

melaksanakan pembelajaran dengan efektif.

Selain itu, penggunaan waktu dalam proses

pembelajaran juga masih kurang optimal,

terutama pada proses diskusi kelompok yang

membutuhkan waktu yang lebih dari

perencanannya, sehingga kegiatan

pembelajaran masih menggunakan waktu yang

minim. Penjelasan tersebut menunjukkan

bahwa guru belum maksimal dalam

melaksanakan pembelajaran, sehingga

menyebabkan beberapa aktivitas guru masih

tergolong rendah. Dengan demikian, ada

beberapa aspek aktivitas guru yang perlu

ditingkatkan lagi.

Hasil analisis deskriptif terhadap

aktivitas guru pada pertemuan kedua

menunjukkan bahwa nilai rata-rata aktivitas

guru adalah sebesar 3,0 dengan kategori baik.

Sedangkan hasil analisis deskriptif aktivitas

guru pada pertemuan ketiga menunjukkan

bahwa nilai rata-rata aktivitas guru pada siklus

31

31

II adalah sebesar 3,4 dengan kategori baik. Hal

ini menunjukkan bahwa guru sudah efektif

dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga

menyebabkan aktivitas guru tergolong tinggi.

Berdasarkan skor rata-rata aktivitas

guru, dapat diketahui bahwa aktivitas guru

pada pertemuan ketiga mengalami peningkatan

dibandingkan dengan pertemuan kedua. Pada

skor rata-rata aktivitas guru pada pertemuan

kedua dan pertemuan ketiga, diperoleh nilai

rata-rata aktivitas siswa pada siklus II secara

keseluruhan, yaitu sebesar 3,2.

Pada siklus II ini, aktivitas guru

mengalami peningkatan yang signifikan

dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan

skor rata-rata aktivitas guru menandakan

bahwa kekurangan atau kelemahan-kelemahan

guru yang terdapat pada siklus I dapat teratasi,

sehingga aktivitas guru yang dilakukan dapat

sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini diduga

disebabkan karena guru sudah efektif dan

optimal dalam melaksanakan pembelajaran.

Dengan demikian, guru sudah memenuhi

klasifikasi pengajar dalam melaksanakan

pembelajaran.

Hasil Belajar Hasil analisis deskriptif terhadap hasil

belajar geografi siswa pada siklus I

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

termasuk dalam kategori rendah dan hanya

beberapa siswa yang memiliki nilai dengan

kategori tinggi. Kurangnya hasil belajar

geografi siswa pada siklus I diduga disebabkan

oleh faktor alamiah, yaitu siswa yang diuji

belum mendapatkan materi pokok, sehingga

kemampuan, pemahaman dan pengetahuan

mereka tentang materi pelajaran masih sangat

terbatas.

Parameter yang dijadikan sebagai

patokan keberhasilan hasil belajar siswa adalah

dengan membandingkan nilai rata-rata prestasi

belajar geografi siswa dengan nilai KKM

sekolah, dalam hal ini nilai KKM SMA Negeri

1 Lakudo Kelas XI adalah 70. Hasil belajar

geografi siswa dikatakan berhasil apabila nilai

hasil belajar siswa lebih tinggi daripada nilai

KKM sekolah. Pada siklus I, diperoleh nilai

rata-rata hasil belajar sebesar 63,2. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil belajar geografi

siswa pada siklus I belum memenuhi nilai

KKM sekolah, sehingga dikatakan belum

berhasil.

Analisis deskriptif hasil belajar IPS-

Geografi pada siklus II diperoleh bahwa nilai

rata-rata hasil belajar siswa adalah 77,2 dengan

standar deviasi sebesar 7.7. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil belajar geografi

siswa pada siklus II sudah memenuhi nilai

KKM yaitu sebesar 70. Dengan demikian,

penerapan model pembelajaran Problem

Solving memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut

disebabkan karena guru dalam mengelola

kegiatan pembelajaran telah mengacu pada

hasil analisis dan refleksi pada siklus I,

sehingga hasilnya sesuai dengan yang

diharapkan.

Berdasarkan data hasil belajar siklus I

dan siklus II, rata-rata hasil belajar siswa pada

siklus II sudah lebih baik dari siklus I. Hal ini

disebabkan karena penguasaan siswa terhadap

materi pokok Dinamika dan Masalah

kependudukan sudah lebih baik. Hal ini juga

menunjukkan bahwa guru sudah mampu

mengelola pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran dengan optimal.

Parameter peningkatan hasil belajar adalah

dengan menggunakan dan membandingkan

nilai rata-rata hasil belajar geografi siswa pada

siklus I dan siklus II. Hasil belajar geografi

siswa dikatakan berhasil apabila nilai hasil

belajar siswa pada siklus II lebih tinggi

daripada hasil belajar siswa pada siklus I. Pada

siklus I, skor rata-rata nilai hasil belajar siswa

sebesar 63,2, sedangkan pada siklus II sebesar

77,2 serta telah memenuhi nilai KKM sekolah.

Dengan demikian peningkatan hasil belajar

siswa pada siklus I dan siklus II adalah sebesar

14.

Parameter yang dijadikan sebagai

patokan ketuntasan hasil belajar siswa adalah

menggunakan dan membandingkan nilai rata-

rata prestasi belajar dengan nilai KKM

sekolah,. Pada siklus I, terdapat 10 siswa

(43,48%) belum tuntas serta nilainya masih

dibawah KKM, sedangkan sebanyak 13 siswa

(56,48%) sudah tuntas dalam belajarnya, serta

nilainya sudah memenuhi KKM. Pada siklus

II, hanya terdapat 5 orang siswa (21,74%) yang

belum tuntas dalam belajarnya, serta nilainya

dibawah KKM, sedangkan sebanyak 18 siswa

(78,26%) sudah tuntas dalam belajarnya, serta

nilainya sudah memenuhi KKM.

Berdasarkan hasil penelitian, secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Problem Solving berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan hasil belajar

IPS-Geografi siswa. Peningkatan hasil belajar

tersebut dikarenakan adanya peningkatan

32

32

aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian dari Pri

Subekti (2017) yang menunjukkan bahwa

model pembelajaran Problem Solving

meningkatkan hasil belajar IPA Siswa dengan

nilai rata-rata hasil belajar pada siklus 2

sebesar 90,04”.

KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa: (1) aktivitas belajar siswa

kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo yang diajar

dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Solving pada setiap siklus terjadi

peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari skor

rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar

2,7 berada pada kategori cukup, dan meningkat

pada siklus II sebesar 3,1 berada pada kategori

baik, (2) deskripsi hasil belajar siswa kelas XI1

SMA Negeri 1 Lakudo pada siklus I

menunjukkan bahwa nilai maksimum yang

diperoleh siswa adalah 78,6 dan nilai minimum

sebesar 28,6 dengan nilai rata-rata 63,2,

sedangkan hasil deskripsi hasil belajar siswa

pada siklus II menunjukkan bahwa nilai

maksimum yang diperoleh siswa adalah 85,7

dan nilai minimum sebesar 60,7 dengan nilai

rata-rata 77,2, dan (3) peningkatan hasil belajar

siswa kelas XI1 SMA Negeri 1 Lakudo pada

materi pokok Demografi (Dinamika dan

Permasalahan Kependudukan) dengan

menerapkan model pembelajaran Problem

Solving adalah sebesar 14.

SARAN

1. Bagi siswa, yaitu diharapkan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar

geografi dengan suasana yang lebih

menyenangkan dan memberikan

penanaman konsep yang lebih baik.

2. Bagi guru IPS-Geografi, yaitu diharapkan

dapat mengetahui, memahami dan

menerapkan model pembelajaran Problem

Solving sebagai alternatif tindakan yang

efektif dan effisien dalam upaya

peningkatan hasil belajar geografi siswa,

sehingga terjadi kesesuaian antara aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik siswa

dalam pembelajaran.

3. Bagi sekolah, khususnya kelas XI1

SMANegeri 1 Lakudo agar selalu

menggunakan model Problem Solving

dalam pembelajaran, khususnya

pembelajaran pada mata pelajaran geografi

untuk mengatasi banyaknya siswa yang

pasif dalam pembelajaran, serta untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi peneliti yang relevan, dapat dijadikan

sebagai bahan/ referensi dalam melakukan

penelitian yang berhubungan dengan

model pembelajaran Problem Solving.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan hasil dan jurnal ini

penulis meyampaikan ucapan terima kasih

yang tulus kepada Dr. La Ode

Amaluddin,S.Pd., M.Pd selaku pembimbing I

dan La Ode Nursalam, S.Pd., M.Pd selaku

pembimbing II yang meluangkan waktu dan

tenaga dalam memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis, ucapan terima kasih

kepada seluruh dosen-dosen, staf jurusan serta

tim review dan editor jurnal yang berada dalam

ruang lingkup pendidikan geografi

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik. (2011). Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ramli. (2010). Metodologi Penelitian

Pendidikan. Kendari: Unhalu.

Sastrawijaya, T. (2011). Proses Belajar

Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud.

Sudjana, N. (2013). Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito.

Usman dan Setiawati. (2011). Statistika.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uzer, U. (2013). Upaya Optimalisasi Kegiatan

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Woolnough, B.E. dan Allsop, T. (2011).

Practical Work in Science. Cambridge:

Cambridge University Press.

33