sertifikasi kompetensi sebagai upaya perlindungan hukum bagi tenaga kerja industri pariwisata dalam...
TRANSCRIPT
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhana ekonomi suatu Negara merupakan hal
yang sangat penting dicapai karena setiap Negara
menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang
lebih baik dan ini akan menjadi indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu Negara. Dalam hal mempercepat
pertumbuhan ekonomi ada banyak hal yang menjadi jalan
keluar agar dapat memacu pertumbuhan tersebut, mulai
dari melakukan pembenahan internal kondisi perekonomian
disuatu Negara bahkan sampai melakukan kerjasama
intenasional dalam segala bidang untuk dapat memberikan
kontribusi positif demi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan
naik turun dari tahun ke tahun, pada tahun 2012
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2 persen, dan
pada tahun ini perekonomian Indonesia mengalami
penurunan yaitu sekitar 5,78 persen dibandingkan tahun
2012, (Badan Pusat Statistik, 2014). Hal ini disebabkan
oleh tekanan pada transaksi berjalan dan pelemahan
nilai tukar rupiah yang dibarengi dengan laju inflasi.
Tekanan pada transaksi berjalan yang mengalami deficit
selama tiga kuartal terakhir mendorong peningkatan suku
bunga acuan sehingga menekan investasi. Meski defisit
transaksi berjalan menurun sidnifikan dari USD 8,5
miliar pada kuartal sebelumnya menjadi USD 4 miliar
pada kuartal IV-2013.
Menurut Adityo (2014) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor sumber
daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu
pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor
daya modal. Lalu kita dapat melihat bagaimana kelima
faktor tersebut sudah secara maksimal dikelola,
faktanya ada beberapa Negara di kawasan Asai Tenggara
yang msih terbelakang dalam pengelolaan beberapa faktor
tersebut walaupun kita juga dapat melihat beberapa
Negara lainnya sudah cukup mampu mengelola dengan baik.
Jika melihat bagaimana Indonesia mengelola kelima
faktor tersebut. Beberapa faktor belum dapat
dimaksimalkan untuk itu Indonesia dan sembilan Negara
lainnya membentuk ASEAN Community 2015 atau komunitas
ASEAN 2015.
ASEAN merupakan suatu organisasi perkumpulan
bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Pada tahun 2015, ASEAN
merencanakan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional
ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara
keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan
ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Dengan adanya MEA tersebut,
maka akan tercipta suatu pasar besar kawasan ASEAN yang
2
akan berdampak besar terhadap perekonomian Negara
anggotanya.
Indonesia sendiri dalam menghadapi gerakan
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, pemerintah terus
melakukan persiapan dan perbaikan untuk dapat
meningkatkan daya saing Indonesia termasud dalam bidang
Sumber Daya Manusia (SDM). Sektor pariwisata Indonesia
dinilai menjadi sektor yang paling siap menghadapi MEA
2015 dari sisi sumber daya manusia. Wakil ketua Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), sumarna Abdurahman
yang dikutip di Beritadaerah.co.id mengatakan jika sumber
daya manusia bidang pariwisata paling siap bersaing
karena memiliki lembaga sertifikasi yang mempuni.
Pada saat ini standar pengembangan sertifikasi
yang diterapkan oleh asosiasi pariwisata di dalam
negeri telah menjadi acuan bagi asosiasi bisnis
pariwisata di tingkat ASEAN. Hal tersebut didorong oleh
keunggulan dari Asosiasi Pariwisata Indonesia dalam
strandar kompetensi profesi bidang pariwisata sehingga
dicontoh oleh asosiasi lainnya.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kesiapan Indonesia dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015?
3
2. Bagaimanakan Peran Sertifikasi Kompetensi Dalam Upaya
Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Pariwisata?
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana
kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 dan bagaimana Peran Sertifikasi Kompetensi
Dalam Upaya Perlindungan Hukum BAgi Tenaga Kerja
Industri Pariwisata Dalam Menyambut Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015.
1.3 Metedologi Penulisan
Penulisan ini menggunakan pendekatan analisis
deskriptif untuk mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan yang dikemukakakan diatas, serta kajian
literature dari berbagai sumber informasi dan data yang
penulis peroleh sebagai acuan atau pedoman dalam
menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi
regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah
meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda
utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama
ekonomi difokuskan pada program-program pemberian
preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan
(joint ventures), dan skema saling melengkapi
(complementation scheme) antar pemerintah negara-negara
anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti
ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading
Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme
(1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan
5
Enhanced Preferential Trading arrangement (1987). Pada dekade
80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai
belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk
menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara
anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk
bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian
mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan.
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan suatu komunitas
Negara-negara ASEAN yang sangat luas, tidak ada
batasan-batasan wilayah dalam bidang perekonomian.
Diaman suatu Negara dapat masuk bebas dalam persaingan
pasar. “Masyarakat Ekonomi ASEAN yang bebas dari
berbagai hambatan, pengutamaan peningkatan
konektivitas, pemanfaatan berbagai skema kerja sama
baik intra-ASEAN maupun antara ASEAN dengan Negara
mitra khususnya mitra FTA, serta penguatan peran UKM
dalam proses integrasi internal ASEAN maupun dengan
Negara mitra”.
Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah salah satu pilar-
pilar impian Masyarakat ASEAN yang dicetuskan dalam
kesepakan Bali Concord II. ASEAN berharap dapat
membentuk sebuah pasar tunggal dan basis produksi
sebelum tahun 2015. Artinya sebelum tahun 2015,
pergerakan barang, jasa, investasi, dan buruh terampil
di ASEAN akan dibuka dan diliberalisasi sepenuhnya,
sementara aliran modal akan dikurangi hambatannya.
Masih ada keleluasaan, pengecualian dan hambatan-
6
hambatan (khususnya dalam aliran uang dan modal) dalam
liberalisasi ini, dan para anggota yang belum siap
untuk meliberalisasi sektor jasa mereka dapat memilih
menunda pembukaan sektor tersebut. Namun, tujuan
startegis dan komitmenya adalah menyingkirkan semua
hambatan dan pengecualian ini, serta seluruh Anggota
harus memiliki komitmen yang sama.
Secara umum MEA memiliki 12 sektor prioritas,
yakni: produk-produk berbasis pertanian, otomotif,
elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil
dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-
ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Inilah
sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan
menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain.
Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini
diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan
berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan
keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik investasi
dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling
melakukan outsourching) serta membantu mengembangkan
produk-poduk buatan ASEAN. Selain itu dilakukan
pengembangan terhadap sektor prioritas pangan,
pertanian dan kehutanan.
7
Gambar Masyarakat Ekonomi ASEAN dalam piagam ASEAN
8
ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEANJadwal Cetak
biru
Pasar tunggaldan basisproduksi
KawasanEkonomi yangberdaya saing
Pertumbuhanekonomi yang
merata
Integrasi keperekonomian
global
Melalui aliranbebas di:
Barang Jasa Investasi TK terampil
Kebijakan ekonomi yangberdaya saing
Perlindungan konsumen intellectual proverty rights
Pengembangan infrastruktur
Pengembangan
UKM
Inisiatif
integritas
Pendekatan koeheren hubungan ekonomi eksternal
Partisipasi
Sumber : www.kemenlu.go.id
2.2 Tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN tersebut
bertujuan untuk meningtakan kesejahteraan seluruh
anggota ASEAN sehingga mampu menghadapi persaingan pada
lingkup regional dan global. Hal ini merupakan suatu
kemajuan yang sangat nignifikan sebagai respon terhadap
care of human security yang mencangkup keamana ekonomi,
keamanan pangan, keamanan kesehatan, dan keamanan
politik.
Indonesia akan memasuki era Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015, dimana dengan tujuan yang baik itu
diharapkan mampu membawa perubahan untuk pertumbuhan
ekonomi di Indonesia agar lebih baik. Apabila kita
melihat lebih jauh dibalik tujuan utnuk meningkatkan
stabilitas perekonomian antar Negara ASEAN artinya sisi
lain yang dapat kita lihat bahwa sama saja seperti
meliberalisasikan arus barang, tenaga kerja, investasi
9
12 sektor prioritas
Pengembangansektor
Penelitian PengembanganSDM
Kerangkainstitusiregional
(Sekretariat,
Political willdan
implementas
dan modal. Liberalisasi arus barang artinya akan
menjadi pengurangan dan penghilangan hambatan tariff.
Liberalisasi modal akan dilakuakn dengan meniadakan
aturan administrasi yang menghambat penanaman modal,
artinya semua orang yang masuk kawasan ASEAN dapat
menanamkan modalnya dinegara ASEAN secara lebih mudah.
Selain itu adanya liberalisasi tenaga kerja dimana kita
bebas mencari lapangan pekerjaan tidak hanya di dalam
negeri melainkan dikawasan ASEAN.
2.3 Sertifikasi Profesi di Bidang Pariwisata
Menurut Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2012
tentang sertifikasi kompetensi dan sertifikasi usaha di
bidang pariwisata bahwa Sertifikasi Kompetensi di
Bidang Pariwisata adalah proses pemberian sertifikat
kompetensi di bidang kepariwisataan yang dilakukan
secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi
sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
standar internasional dan/atau standar khusus.
Mengacu pada UU No. 10 2009 Tentang Kepariwisataan
bahwa mulai Tahun 2014 Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif mewajibkan para pekerja pariwisata
untuk menguji kompetensi dan Peraturan Pemerintah No.
52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi di Bidang
Pariwisata, yang menyatakan pengusaha pariwisata wajib
memperkejakan tenaga kerja yang telah memiliki Sertikat
Kompetensi di Bidang Pariwisata.
10
2.4 Kesiapan Indonesaia Dalam Menghadapai Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015
Sebagai salah satu dari tiga pilar utama ASEAN
community 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dibentuk
dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi
lebih baik serta mampu bersaing dengan Negara-negara
yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan dengan
kondisi Negara ASEAN saat ini. Selain itu juga dengan
terwujudnya ASEAN Community yang dimana di dalamnya
terdapat aspek ekonomi, dapat menjadikan posisi ASEAN
menjadi lebih strategis di kancah Internasional.
Terwujudnya komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN ini
dapat membuka mata semua pihak, sehingga terjadi suatu
dialog antar sektor yang dimana nantinya juga saling
melengkapi diantara para stakeholder sektor ekonomi di
Negara-negara ASEAN ini sangat penting. Misalnya untuk
infrastruktur, di Indonesia masih sangat membutuhkan,
baik itu berupa jalan raya, bandara, pelabuhan, dan
lain sebagainya. Dalam hal ini kita dapat memperoleh
manfaat dari saling tukar pengalaman dengan anggota
ASEAN lainnya.
11
Menurut Sulung DKK (2013) mengatakan bahwa peluang
Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA 2015
sebenarnya cukup besar, saat ini Indonesia merupakan
peringkat 16 di dunia untuk besarnya skala ekonomi.
Besarnya skala ekonomi juga didukung oleh proporsi
penduduk usia produktif and pertumbuhan kelas menengah
yang besar. Prospek ekonomis Indonesia yang positif
juga didukung oleh perbaikan peringkat investasi
Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya
indonesai sebagai peringkat 4 (empat) prospective
destinations menurut UNCTAD World Investment Report. Maki
kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat
dilihat ketika banyak Negara yang “tumbang” diterpa
pelemahan perekonomian global, perekonomian Indonesia
masih dapat terjaga untuk tumbuh positif. Untuk
mewujudkan peluang MEA 2015, sudah saatnya kita
berbenah dan melakukan tindakan-tindakan efektif dan
terarah dan didukung oleh berbagai pihak.
Jika dilihat dari sisi demografi Sumber Daya
Manusia, Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN ini sebenarnya merupakan salah satu Negara yang
produktif. Jika dilihat dari faktor usia, sebagian
besar penduduk Indonesia atau sekitar 70% nya merupakan
usia produktif. Jika kita lihat pada sisi ketenaga
kerjaan kita memiliki 110 juta tenaga kerja (Badan
Pusat Statistik, 2007), stabilitas ekonomi Indonesia
yang kondusif ini merupakan sebuah opportunity dimana
12
Indonesia akan menjadi sebuah kekuatan tersendiri,
apalagi dengan sumber daya alam yang begitu besar, maka
akan sangat tidak masuk akal apabila kita tidak bisa
berbuat sesuatu dengan hal tersebut.
Bila melihat catatan perdagangan dengan Negara
ASEAN beberapa tahun terakhir, Indonesia layak optimis
bahwa MEA merupakan peluang untuk maju lebih pesat.
Hubungan dagang dengan negara-negara ASEAN telah
mendongkrak peningkatan ekspor. Indonesia saat ini
mengontribusikan sekitar 50 persen pertumbuhan negara-
negara kawasan ASEAN. Angka ini memberikan sinyal
positif bahwa MEA adalah bentuk peningkatan intensitas
hubungan ekonomi dengan negara-negara ASEAN, yang akan
memberi dampak yang menjanjikan bagi ekonomi Indonesia
di masa depan.
Selain itu, jumlah kelas menengah dan porsi
ekonomi yang besar diprediksi akan memimpin pertumbuhan
ekonomi di antara negara-negara ASEAN. Integrasi
ekonomi di ASEAN ini berpeluang menjadi batu loncatan
bagi Indonesia untuk memiliki posisi tawar yang kuat
dalam konstelasi politik global. Indonesia bahkan
diprediksi bahwa akan menjadi negara dengan tingkat
ekonomi terbesar ke tujuh pada 2030. Kenyataan ini dan
prediksi ke depan tersebut memberi angin segar dalam
membangun optimisme Indonesia menatap masa depan
khususnya menjelang berlakunya MEA pada 2015.
13
Namun, di balik optimisme potensi peluang
tersebut, banyak kalangan merasa skeptis dengan
kesiapan Indonesia menghadapi MEA. Sebagian
mengkhawatirkan MEA akan mengakibatkan terhantamnya
sektor-sektor usaha dalam negeri. Kekhawatiran lain
juga muncul akibat masih lemahnya daya saing,
pembangunan infrakstruktur yang masih belum maksimal,
serta defisit neraca berjalan. Masalah-masalah tadi
merupakan hal mendasar yang membuat sebagian kalangan
pesimis tentang kesiapan Indonesia menghadapi MEA 2015.
Kekhawatiran soal ketidaksiapan tidak hanya
terjadi pada Indonesia saja, melainkan juga pada
negara-negara ASEAN yang lain. Hal ini terungkap
melalui suvey yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika
di Singapura. Survey yang melibatkan 475 pengusaha
senior Amerika tersebut mengungkapkan bahwa 52 persen
responden tidak percaya Masyarakat Ekonomi ASEAN dapat
diwujudkan pada tahun 2015.
Disamaping adanya kekhawatiran dapat disimpulkan
bahwa mengenai Kesiapan Indonesia dalam menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN, bisa dikatakan siap, Namun di
dalam negeri perlu diupayakan mengurangi kesenjangan
ekonomi kesenjangan antara pemerintah pusat dengan
daerah lalu mengurangi kesenjangan antara pengusaha
besar dengan UKM dan peningkatan dalam beberapa sektor
yang mungkin masih harus didorong untuk meningkatkan
daya saing. Hal ini menyiratkan aspek persaingan yang
14
menyodorkan peluang sekaligus tantangan bagi semua
negara. Namun kekayaan sumber alam Indonesia yang tidak
ada duanya di kawasan, merupakan local-advantage yang
tetap menjadi daya tarik kuat, di samping jumlah
penduduknya terbesar yang dapat menyediakan tenaga
kerja murah.
Kita harus segera berbenah diri untuk menyiapkan
Sumber Daya Manusia Indonesia yang kompetitif dan
berkulitas global. Menuju tahun 2015 tidaklah lama,
Sudah siapkah kita akan Tantangan dan peluang bagi
kalangan profesional muda kita untuk tidak terbengong-
bengong menyaksikan lalu-lalang tenaga asing di wilayah
kita. Tantangan Indonesia kedepan adalah mewujudkan
perubahan yang berarti bagi kehidupan keseharian
masyarakatnya. Semoga seluruh masyarakat Indonesia kita
ini bisa membantu untuk mewujudkan kehidupan ekonomi
dan sosial yang layak agar kita bisa segera mewujudkan
masyarakat ekonomi ASEAN.
2.5 Sertifikasi Kompetensi Dalam Upaya Perlindungan
Hukum Bagi Tenaga Kerja Pariwisata
Saat ini maasyarakat Indonesia berada pada
lingkungan global yang sedang bergerak dengan dinamis
dan kompleks, dengan kondisi-kondisinya yang baru, yang
langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
diri masyarakat yang harus dihadapi dengan sikap
terbuka. Salah satu aspek penting yang perlu disiapkan
15
dengan cepat bangsa ini adalah Sumber Daya Manusia
(SDM) yang kompeten. Kualitas sumber daya manusia
merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan dan
kemajuan suatu bangsa. Para tenaga kerja dari Negara
MEA yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi
tentunya akan lebih meiliki kesempatan yang lebih luas
untuk mendapatkan keuntungan ekonomi di dalam MEA.
Dalam sektor pariwisata peluang yang bisa diraih
saat diberlakukannya MEA 2015 relatif lebih besar
dibandingkan dengan tantangan berupa persaingan yang
harus dihadapi. Pariwisata ASEAN nantinya menjadi ”single
destination” yang akan mendorong lebih banyak lagi
wisatawan dari kawasan ASEAN ke Indonesia. Pariwisata
merupakan salah satu sektor yang siapa memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, menurut Menparekraf Mari
Elka Pangestu yang dikutip di www.satuharapan.com
kesepakatan di bawah MEA untuk pariwisata antara lain
terkait dengan menyepakati standar kopetensi untuk
profesi pariwisata dan meningkatkan kualitas
profesional SDM dengan melakukan sertifikasi.
Dalam hal penetapan standar kompetensi, sejak 1998
Indonesai menjadi lead country delam pengembangan SDM
pariwisata ASEAN, standar kompetensi SDM pariwisata
tingkat ASEAN (ACCSTP) sebagian besar adalah standar
yang diterapkan di Indonesia. Selain itu Indonesia juga
ditunjuk sebagai Regional Sekretariat yang
memfasilitasi implementasi dari MRA (Mutual Recognition
16
Arrangement/MRA) tenaga kerja professional pariwisata di
kawasan ASEAN.
Untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja sektor
pariwisata perlu ada pelatihan dan sertifikasi sumber
daya manusia (SDM) pariwisata yang berasis pada
kompetensi. Alat ukurnya adalah pengetahuan,
keterampilan dan prilaku. Untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan dan perilaku itu didirikanlah LSP (lembaga
Sertifikasi Profesi). Tujuan pembentukan LSP sektor
pariwisata adalah untuk mengeluarkan sertifikasi bagi
pekerja di sektor pariwisata yang mengacu pada
keterampilan standar nasional untuk Biro Perjalanan
Wisata, restoran dan perhotelan. Pada kenyataannya
keberadaan LSP ini masih belum dimanfaatkan secara
maksimal oleh para pekerja di sektor pariwisata. Di
sisi lain keberadaan SKKNI itu sendiri belum
diimplementasikan secara menyeluruh dalam ruang lingkup
perhotelan, restoran dan lembaga pendidikan pariwisata
di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh regulasi selama
ini yang menetapkan bahwa SKKNI bersifat sukarela
(www.suarapembaruan.com).
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) dalam bidang biro perjalanan wisata, hotel dan
restoran. SKKNI ini kemudian diserahkan kepada lembaga
pendidikan dan pelatihan agar dapat dibuatkan suatu
modul atau buku ajar dalam mempersiapkan materi uji dan
tempat uji kompetensi. Lembaga-lembaga yang akan
17
melaksanakan sertifikasi kompetensi bidang pariwisata
diantaranya adalah LSP Hotel dan Restoran di Jakarta,
LSP Pariwisata Jakarta, LSP Pariwisata Nusantara di
Bandung, LSP Pariwisata Indonesia di Bali, LSP Spa
Nasionaldi Jakarta, LSP Cohe spa di Surabaya, LSP
Pariwisata Nasional di Surabaya, LSP Wiyata Nusantara
di Yogyakarta dan LSP MICE di Jakarta. Dengan adanya
lembaga-lembaga tersebut para tenaga kerja pariwisata
dengan mudah mendapatkan sertifikasi kompetensi
sehingga akan memberikan suatu kepastian hukum dalam
melindungi para tenaga kerja industri pariwisata dalam
menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Perlindungan tenaga kerja sangat mendapat
perhatian dalam Hukum Ketenagakerjaan. Bahkan beberapa
pasal dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13
Tahun 2013), pada intinya menyebutkan bahwa
perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan
kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan
dunia usaha (kharim, 2003). Perlindungan tenaga kerja,
termasuk perlindungan atas hak-hak dasar pekerja untuk
berorganisasi dan berunding dengan pengusaha,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja,
perlindungan khusus tenaga wanita, anak, orang muda dan
18
penyandang cacat serta perlindungan upah jaminan sosial
tenaga kerja.
Pasal 27 ayat 2 Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi: Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
ditengah persaingan global yang sangat ketat ini maka
pemerintah berusaha memberikan perlindungan hukum bagi
tenaga kerja Indonesia dalam wujud sertifikasi
kompetensi sebagai alat untuk mengatasi persaingan
kerja menyongsong IATA 2015. Tujuan pokok tersebut
dapat dijelaskan bahwa tanggung jawab pemerintah
menyediakan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup, waktu
dan tempa yang tepat serta kualitas ketrampilan yang
sesuai, karena tujuan penggunaan tenaga kerja
dimaksudkan sebagai upaya untuk memperkerjakan angkatan
kerja secara penuh dan produktif. Perencanaan tenaga
kerja yang dibua toleh pemerintah dapat memberikan
informasi mengenai pasar kerja untuk masa kerja 5
sampai 10 tahun mendatang (Budi Astuti, 2008).
Pentingnya sertifikasi kompetensi untuk tenaga
kerja yang bergerak dalam industri pariwisata telah
diatur dalam UU Kepariwisataan Indonesia yaitu UU No.
10 Tahun 2009 yang menyebutkan Sertifikasi adalah
proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja
pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk
pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan kepariwisataan.
19
Sedangkan Kompetensi dapat diartikan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja
pariwisata untuk mengembangkan profesionalitas kerja.
Pasal 26 UU No. 10 Tahun 2009 menyebutkan bahwa
setiap pengusaha pariwisata berkewajiban untuk
meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan
dan pendidikan serta menerapkan standar usaha dan
standar kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Ini berarti bahwa peningkatan
kompetensi dari tenaga kerja supaya memperoleh
sertifikasi kompetensi merupakan kewajiban dari
pengusaha itu sendiri. Akan tetapi kalau kita lihat,
pengusaha kurang memperhatikan masalah peningkatan
sumber daya manusianya. Mereka lebih menginvestasikan
dana yang dimiliki pada bangunan/fisik, karena mereka
tidak melihat secara langsung manfaat dari sertifilasi
kopetensi ini. Pengaturan lain tentang Standardisasi
dan Sertifikasi kompetensi juga dapat lihat pada Pasal
53 yang menyebutkan bahwa tenaga kerja di bidang
kepariwisataan memiliki standar kompetensi. Sesuai
amanat Pasal 55 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan (tentang pengaturan lebih lanjut
sertifikasi kompetensi) dan untuk menjawab tantangan ke
depan, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang
20
Pariwisata yaitu Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2012
tentang Sertifikasi Kompetensi di Bidang Pariwisata
Mengenai Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang
harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan
tertentu.Untuk Pengembangan sertifikasi kompetensi
kerja dilakukan oleh BNSP terkait dan terpadu dengan
pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) serta pengembangan pelatihan berbasis
kompetensi di lembaga-lembaga pelatihan kerja sebagai
kesatuan Sistem Latihan Kerja Nasional (SISLATKERNAS).
Sesuai dengan Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-
Undang No. 13 tahun 2003, sertifikasi kompetensi kerja
merupakan bentuk pengakuan secara formal terhadap
kompetensi kerja yang telah dikuasai oleh lulusan
pelatihan kerja atau tenaga kerja yang telah
berpengalaman. Pengaturan sertifikasi kompetensi kerja
ini merupakan bagian integral dari SISLATKERNAS.
Standar kompetensi mencerminkan kemampuan yang
dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung
oleh sikap kerja. Penerapannya mengacu pada unjuk kerja
dan syarat kerja.(Tania Ginting-2013).
Pelaksanaan kegiatan fasilitasi sertifikasi
kompetensi ini adalah mandat Undang-Undang No. 10 tahun
2009 tentang Kepariwisataan dan telah dituangkan dalam
rencana strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
21
Kreatif 2012. Sejak 2007 hingga 2014, Kemenparekraf
telah melakukan program sertifikasi sebanyak 64.127
tenaga kerja dibidang pariwisata antara lain bidang
hotel dan restoran, spa, biro perjalanan wisata, MICE,
tour leader, jasa boga, maupun wisata minat khusus seperti
arung jeram dan selam. Jumlah tenaga kerja yang telah
mendapat sertifikasi ini jauh diatas target yang
ditetapkan pada akhir 2014 sebanyak 50 ribu tenaga
kerja pariwisata.
Sebagai pekerja di bidang pariwisata, sertifikasi
dan standar kompetensi merupakan hal penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta
mendukung daya saing pariwisata Indonesia di
mancanegara. Dengan adanya Sertifikasi kompetensi
tersebut akan menjadi pemicu untuk para pekerja
pariwisata dalam mempersiapkan diri dalam menyambut
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
BAB III
SIMPULAN dan SARAN
3.1 SIMPULAN
Dari paparan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa pemerintah telah mengambil suatu tindakan sebagai
upaya memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga
22
kerja Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 melalui
standarisasi dan sertifikasi dan diharapkan dengan
metode tersebut pariwisata indonesia semakin optimal
dalam pengelolaannya. Pentingnya sertifikasi kopetensi
untuk tenaga kerja yang bergerak dalam industri
pariwisata telah diatur dalam UU Kepariwisataan
Indonesia yaitu UU No. 10 Tahun 2009 yang menyebutkan
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada
usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung
peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan
pengelolaan kepariwisataan. Sedangkan Kompetensi dapat
diartikan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan
profesionalitas kerja.Sertifikasi sangat diperlukan
dalam menghadapi persaingan Tenaga Kerja tingkat
nasional maupun internasional.
3.2 SARAN
Kiranya sangat tepat bila pemerintah diharuskan
untuk lebih mempersiapkan langkah dan strategis
menghadapi ancaman dampak negatif dari MEA dengan
menyusun dan menata kembali kebijakan-kebijakan
nasional yang diarahkan agar dapat lebih mendorong dan
meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan
industri sehingga kulaitas sumber daya manusia baik
dalam birokrasi maupun dunia usaha ataupun professional
meningkat. Pemerintah diharapkan pula untuk menyediakan
23
lembaga-lembaga sertifikasi yang lebih banyak dan
ditempatkan disetiap provinsi disuluruh Indonesia
sehingga mudah diakses oleh para pekerja pariwisata
dari berbagai penjuru daerah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Adityo, Putri, Nadia. 2014. Masyarakat Ekonomi ASEAN2015. (makalah). Serang. Universitas Sultan AgengTirtayasa.
Anonim. 2012. Tenaga Kerja Pariwisata Perlu Kompetensi.(Diakses 22 september 2014). URL:http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/tenaga-kerja-pariwisata-perlu-disertifikasi-kompetisi/27675
Anonim, 2014. Tahun 2015, Pekerja Pariwisata WajibBersetifikasi. (Diakses 21 september 2014). URL:http://beritadewata.com/Daerah/Gianyar/Tahun-2015,-Pekerja-Pariwisata--Wajib-Bersertifikasi-.html
Anonim. 2014. Perkembangan Ekonomi Terkini 2014..(diakses 14 september 2014) URL :http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/ekonomi-makro/166-perkembangan-ekonomi-terkini
Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan EkonomiIndonesia.
Bagiastuti, Ni, Ketut. 2014. Sertifikasi kompetensi sebagai upaya perlindungan hukum Bagi tenaga kerja industri pariwisata dalam menyambut iata 2015. (Jurnal). Bali. Politeknik Negeri Bali.
24
Budi Astuti, (2008), Sertifikasi Uji Kompetensi SebagaiUpaya Perlindungan Hukum Bagi Tenaga KerjaIndonesia/Tenaga Kerja Wanita Penata Laksana RumahTangga (TKI/TKW PLRT), (Tesis), UniversitasDiponegoro, Semarang.
Buwono, Akbar. 2014. SDM Pariwisata Dinilai Paling SiapHadapi MEA. (Diakses 11September 2014) URL:http://beritadaerah.co.id/2014/09/12/sdm-pariwisata-dinilai-paling-siap-hadapi-mea/
Hakim, Andi, Muhammad. 2013. Penerapan “Acceleration ToImprove The Quality Of Huma Resource” Dengan Pengetahuan,Pengembangan, Dan Persaingan Sebagai Langkah DalamMengotimalkan Daya Saing Indonesia di MEA 2015.(Jurnal). Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Herlambang, R, Sulung, DKK. 2013. Kesiapan IndonesiaDalam Menghadapi Era MEA 2015 Melalui KebijakanRedenominasi. (paper). Purwekerto. UniversitasJenderal Soedirman
Nurul. 2013. Kesiapan Indonesia Menghadapi MasyarakatEkonomi ASEAN 2015. (Diakse, 22 September 2014).URL: http://id.voi.co.id/voi-komentar/4889-kesiapan-indonesia-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-2015
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 tahun2012 tentang Sertifikasi Kompetensi Dan SertifikasiUsaha Di Bidang Pariwisata. Jakarta.
Rimandasari, eka, anggraheni, rini. 2014. KesiapanSumber Daya Manusia (SDM) Indonesia MenyongsongImplementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.Kompasiana, (diakses 16 september 2014). URL:http://regional.kompasiana.com/2014/06/28/kesiapan-sumber-daya-manusia-sdm-indonesia-menyongsong-implementasi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015-664888.html
25
Sarah Tania Ginting. (2013). Kondisi Sumber DayaManusia Sebagai Penunjang Industri Pariwisata DiIndonesia.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan.
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/6631/9-Cabang-Industri-Jadi-Unggulan
http://id.wikipedia.org/wiki/Sertifikasi_profesional
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/menparekraf-pariwisata-sudah-antisipasi-mea-sejak-2007
26