psikologi pendidikan tgs 1 (review buku)
TRANSCRIPT
TUGAS REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN
(Tugas ini disusun untuk Tugas Matakuliah Psikologi Pendidikan, Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris, Semester II B)
Oleh :
Meylia Azurah : 1113014000043
Dosen:
Ibu Zikri Neni Iska, Dra.,M.Psi
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
BIODATA BUKU
Judul Buku : Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan)
Pengarang : Drs. Wasty Soemanto
Penerbit : PT. Renika Cipta
Jumlah Hal : 226 Halaman
Cetakan : ketiga, Maret, 1990
Pentingnya psikologi dalam pendidikan menjadi bahasan utama yang dibahas pada
bab pertama dalam buku “Psikologi Pendidikan” oleh Drs. Wasty Soemanto. Banyak orang
berpendapat bahwa tujuan pendidikan dasar adalah mempersiapkan generasi muda untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan tinggi akhirnya
dimaksudkan untuk mempersiapkan para mahasiswa untuk dapat memperoleh sukses
dalam karir dan kehidupan pribadi, serta mampu berpatisipasi di dalam masyarakat. Semua
ini kemudian dimaksudkan untuk menjadikan negara lebih maju dari pada negara-negara
yang lain (hal.1). Kenyataannya banyak masyarakat yang kecewa dengan pendidikan
indonesia karena tidak mendapatkan hasil pendidikannya yang diharapkan. Setelah
mengecap pendidikan di Indonesia dengan mati-matian membiayai dan menempuh
pendidikan tersebut, akhirnya mereka tidak mendapat kebahagiaan dan pekerjaan yang
sesuai dengan pendidikannya. Terlepas siapa yang bersalah dalam hasil pendidikan di
Indonesia yang terpenting adalah “Bagaimana kita mengusahakan agar pendidikan berguna
bagi kebahagiaan manusia, sehingga murid-murid di sekolah merasa sesuai dan tidak
merasa terpisah dari masyarakat dan lingkungannya.” (hal.3)
Konsepsi pendidikan di Indonesia telah terjadi perubaan besar dalam 20 abad ini, di
mana murid-murid harus diajar dengan diberi pengetahuan sebanyak mungkin dalam
berbagai mata pelajaran. Sehingga mengakibatkan murid bersifat pasif dan hanya tinggal
menerima apa yang disuguhkan oleh guru. Lalu berangsur-angsur menuju ke arah sistem
progresif. Berdasarkan studi psikologi belajar yang baru serta sosiologi pendidikan, maka
masyarakat pendidikan mengehendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan
dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan
sosial sekolah. Seperti yang di gagaskan oleh John Dewey mengenai "Pendidikan Progresif"
bukan bermaksud agar sekolah-sekolah dirubah total menjadi sekolah ala John Dewey
tetapi sebagian besar konsepsi pendidikan semacam itu tidak bertentangan dengan
pendidikan yang berdasarkan demokrasi Pancasila. John Dewey ingin mengubah situasi
semacam itu dengan jalan: “Memberi kesempatan kepada murid untuk belajar secara
individually learning, memberi kesempatan kepada murid untuk belajar melalui
experiencing, memberikan motivasi, dan bukan perintah, mengikut sertakan murid di
dalam setiap aspek kehidupan sekolah, menyadarkan murid bahwa hidup itu dinamis (hal.
4).”
Berbagai pengajaran lama seperti "Sistim drill", pengajaran melalui hafalan yang
verbalistis serta aktivitas-aktivitas belajar mekanis di kelas, seharusnya sudah tidak
diterapkan lagi. Pengajaran yang memberikan kemerdekaan anak didik dalam melakukan
dan menemukan berbagai hal hendaknya diberikan kepada anak didik, terlebih-lebih dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. “Dapat di garis bawahi bagi dunia pendidikan kita,
pendidikan hendaknya berlangsung secara psikologis” (hal.4). Jadi perhatian utama dalam
pendidikan harus ditunjukan kepada anak didik.
Berbicara mengenai situasi pengajaran Indonesia, kita tidak dapat menutupi
kenyataan dimana sekolah-sekolah masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran-mata
pelajaran dan berakibat peranan dan minat guru-guru ataupun murid-murid-murid masih
banyak dibatasi oleh policy serta pengawasan dari pihak pemerintah. Pendidikan kita masih
belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik. Memang ada
kemungkinan, bahwa keberhasilan pendidikan kita adalah tidak lepas hubungannya
dengan keterampilan guru-guru dalam mengelola belajar-mengajar. Sedangkan pendidikan
kita sekarang belum banyak yang memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik dan
masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan serta
pemenuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Maka sudah seharusnya sekarang di era yang
modern ini pendidikan kita hendaknya melayani kebutuhan dan hakikat psikologis anak
didik. "Pendidikan seharusnya mempunyai kreasi-kreasi baru di sepanjang waktu dengan
berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik" (hal.7)
Apabila kita meneliti dunia pendidikan dalam praktek, masih banyak guru-guru
yang menganggap pekerjaan mereka tidak lebih dari menumpahkan air ke dalam botol
kosong. Sedangkan guru yang benar-benar berhasil adalah guru yang sadar bahwa dia
mengajarkan sesuatu kepada murid-murid yang berharga dan berkembang. Dengan itu
pula para guru dapat sudah memberikan harapan agar mereka menghormati pekerjaan
mereka sebagai guru. “Pekerjaan guru adalah lebih bersifat psikologis dari pada pekerjaan
seorang dokter, insyinyur, atau ahli hukum.” Oleh karena itu guru hendaknya tak pernah
bosan dengan pekerjaannya dan terus mengenal anak didik serta mendalami kehidupan
kejiwaan anak didik sepanjang waktu.
Sekolah-sekolah yang menekankan disiplin ketat terhadap murid-murid di kelas
serta menjadikan disiplin sebagai alat yang penting untuk menyampaikan bahan pelajaran
kepada murid-murid, maka sekolah-sekolah tersebut belum memberi tempat yang tinggi
dan terhormat terhadap psikologi dalam dunia pendidikan. Dalam pendidikan, kepatuhan
memang sangat perlu, tetapi sebaiknya kepatuhan itu tidak sepihak. Sebaiknya kepatuhan
terjadi secara timbal-balik dan melibatkan semua pihak di dalam proses pendidikan, baik
itu anak didik, pendidik, kurikulum, maupun fasilitas pendidikan. Maka dalam hal ini
penerapan psikologi dalam belajar memerlukan pemikiran yang dalam sehingga perlakuan
pendidik terhadap anak didik sesuai dengan sifat dan hakikat anak didik.
Di awal buku ini kita diberi pengertian, pemahaman, dan kesadaran bahwa
pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang sangat penting dalam
pendidikan, oleh karena itu pengetahuan tentang psikologi sudah seharusnya menjadi
kebutuhan untuk para pendidik. Karena belajar-mengajar merupakan prilaku inti dalam
proses dan pendidikan psikologi itu berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik
sebagai manusia yang berkembang. Inti persoalan psikologis dalam proses pendidikan
adalah terletak pada anak didik, sebab pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan bagi
bagi anak didik. Pelayanan pendidikan sesuai dengan sifat dan hakikat menjadi salah satu
yang penting, agar pelayanan tersebut merubah tingkah laku anak didik ke arah pribadi
yang optimal.
Selanjutnya pada bab II buku ini menjelaskan tentang sifat dan hakikat kejiwaan
manusia.
Para ahli mengatakan bahwa kepribadian manusia berupa kombinasi antara badan
dan jiwa. Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang
menggerakan aktifitas jiwa-raga yaitu syaraf pertumbuhan, perasaan, dan intelek. Oleh
karena itu bisa dikatakan manusia mempunyai tiga sifat dasar yaitu, sifat biologis (manusia
tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan
lingkungannya), sifat hewani (adanya perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-
desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup dan melalui peralatan inderanya,
manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya), dan sifat
intelektual (manusia dapat membedakan baik buruknya obyek) (hal.11).
Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, banyak para ahli mengungkapkan
versi kekuatan-kekuatan umum jiwa manusia. Salah satunya John Locke berpendapat
bahwa akal merupakan kekuatan vital untuk mengembangkan diri dan akal mempunyai
kekuatan-kekuatan serta material untuk melatih kekuatan-kekuatan itu. “Ada dua kekuatan
akal manusia yaitu pertama, kekuatan berpikir yang disebut pengertian (pengertian tersebut
memerlukan keterlibatan enam kekuatan mental manusia yaitu mengamati/pengamat,
mengingat/pengingat, imajinasi, kombinasi aktivet psikus, abstraksi/pikiran, pemakaian
tanda/simbolis) dan yang kedua, kekuatan kehendak yang disebut kemauan (kemauan
adalah kekuatan untuk memilih) (hal.13).
Segenap tingkahlaku manusia mempunyai latarbelakang psikologis. Oleh karena itu
aktifitas-aktifitas manusia itu dapat dicari hukum-hukum psikologis yang mendasarinya.
Para pendidik juga harus memahami kekuatan-kekuatan jiwa anak didik, hal ini penting
agar pendidik dapat lebih mengenal hakikat anak didik. Sehingga mereka mampu
membimbing belajar anak didik lebih tepat dan efektif.
Aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia terdiri dari :
1. Pengamatan (dalam hal ini pengamatan indera).
Pengamatan merupakan fungsi primer, sebab dapat dikatakan bahwa
pengamatan merupakan pintu gerbang bagi masuknya setiap stimuli, ide, atau
pengaruh dari luar diri.stimuli atau pengaruh dari luar itu dapat berasal dari
lingkungan fisis, pengalaman, maupun pendidikan. Dengan mengamati, seseorang
dapat mengenal dunia nyata. Pengenalan terhadap dunia nyata dapat sangat
menentukan perkembangan pribadi seseorang. Cara-cara penyajian dunia
pengamatan berjumlah sama dengan jumlah alat indera, yakni: pengelihatan,
pendengaran, perabaan, pembauan, dan pengucapan. Masing-masing menghasilkan
sifat-sifat sensoris yang berbeda.
Oleh karena fungsi pengamatan sangat strategis dalam diri seseorang, maka
pendidikan hendaknya menaruh perhatian besar terhadap kondisi peralatan indera
serta bekerjanya indera anak didik. Perhatian pendidikan terhadap anak hal ini
dapat diwujudkan antara lain dengan:
a) Tindakan metodologis: dengan pemilihan serta penggunaan metode
mengajar-belajar yang efektif bagi perkembangan pengamatan serta
pribadi anak didik secara keseluruhan.
b) Tindakan manajerial: dengan penyelenggaraan pengelolaan kelas untuk
menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang kondusif bagi proses
belajar-mengajar, baik secara fisiologis maupun secara psikologis.
2. Tanggapan
Tanggapan bisa diartikan sebagai bayangan yang jadi kesan yang dihasilkan
dari pengamatan. Menurut Johanh Frederich (1776-1841), tanggapan adalah
merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Tanggapan dipandang sebagai kekuatan
psikologis yang dapat menolong atau menimbulkan keseimbangan, atau merintangi
atau merusak keseimbangan (hal.24)
Pentingnya peranan tanggapan bagi tingkahlaku, maka pendidikan hendaknya
mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan yang ada pada
anak didik, sehingga akan berkembang suatu kondisi si motivatif bagi perbuatan
belajar anak didik.
3. Fantasi
Fantasi bisa didefinisikan sebagai aktivet imajiner untuk membantu
tanggapan-tanggapan baru dengan dengan pertolongan tanggapan-tanggapan baru
dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang
baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Kegunaan
fantasi antara lain :
a) Dengan fantasi orang dapat memahami dan menghargai kultur orang
lain.
b) Dengan fantasi, orang dapat keluar dari ruang dan waktu, dehingga ia
dapat memahami hal-hal yang ada dan terjadi di tempat lain dan di
waktu yang lain, misalnya dalam mempelajari ilmu bumi dan sejarah.
c) Fantasi dapat membantu seseorang dalam mencari keseimbangan hidup
batin.
d) Fantasi memungkinkan seseorang untuk dapat membuat perencanaan
untuk dilaksanakan di masa mendatang. (hal25-26)
Oleh karena banyaknya kegunaan fantasi bagi kehidupan manusia, maka
pendidikan hendaknya berusaha mengembangkan fantasi anak didik secara sehat,
mislanya melalui kegiatan ekspresif.
4. Ingatan.
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan
pencaman secara aktif. Ingatan dapat dikatakan kuat apabila kesan-kesan yang
tersimpan bertahan lama. Dan dapat dikatakan luas apababila kesan-kesan
tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya.
Dalam hal ingatan, pendidik hendaknya mengetahui bahwa masing-masing
individu adalah unik, maka daya ingatan masing-masing anak didikpun berbeda-
beda. Metode belajar-mengajar yang tepat, pembagian waktu belajar yang tepat,
serta pencipta kondisi-kondisi belajar yang menunjang. Untuk membantu anak didik
memperlancar aktivitet reproduksi, latihan dan penyempurnaan bahasa sangat
penting.
5. Pikiran
Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian
pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Disini akal adalah
sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Setiap keputusan yang kita ambil
merupakan hasil pekerjaan melaui pikiran. Setiap keputusan akan mengarahkan dan
mengendalikan tindakan atau tingkah laku. Dengan demikian akal/pikiran dapat
dikatakan sangat menentukan didalam perubahan tingkah laku manusia serta dalam
mengembangkan aspek-aspek kepribadian lainnya.
Oleh karena itu, pendidikan hendaknya memberikan bimbingan yang sebaik-
baiknya bagi perkembangan akal anak didik.
6. Perhatian
Perhatian dapat diartikan dari dua macam, yaitu:
a) Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju kepada
sesuatu obyek.
b) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk mnyertai sesuatu
aktivet. (hal. 32)
Ditinjau dari segi kepentingan pendidikan dan belajar, pemilihan jenis
perhatian yang efektif untuk memperoleh pengalaman belajar adalah hal yang
penting bagi subyek yang belajar. Pemilihan cara kerja perhatian oleh anak didik ini
dapat dibimbing oleh pihak pendidik atau lingkungan belajarnya.
7. Perasaan
Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian
pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda
dengan keadaan atau nilai dalam diri. Pada umumnya perasaan bersangkutan
dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena mengamati,
menanggap. Perasaan banyak mendasari dan juga mendorong tingkahlaku manusia.
Suasana jiwa anak didik sangat mempengaruhi kegaairahan belajarnya. Agar belajar
anak dapat berlangsung efektif pendidikan hendaknya menciptakan situasi
sedemikian rupa, sehingga menimbulkan perasaan-perasaan yang baik yang dapay
menambah kegairahan anak didik untuk belajarnya.
8. Kemauan
Kemauan adalah bukan aktifitas ataupun usaha kejiwaan. Kemauan yang
juga disebut kekuatan kehendak, dapat diartikan sebagai kekuatan untuk memilih
dan merealisir suatu tujuan. Tujuan ini merupakan pilihan di atara berbagai tujuan
yang bertentangan. Oleh karena kemauan berdasarkan hasil belajar, maka
pendidikan mempunyai peranan penting dalam mengendalikan kemauan anak
didik untuk belajar lebih lanjut. Pendidikan hendaknya mampu memberikan
pengalaman belajar sedemikian rupa, sehingga pengalaman itu memperkuat
kemauan anak didik untuk belajar lebih lanjut.
Pada bab III buku ini membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan
manusia.
Pengertian tumbuh sendiri berbeda dengan berkembang. Arti pertumbuhan pribadi
sebagai perubahan kuantitatifpada material pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh
lingkungan. Terdapat hukum-hukum yang mengatur pertumbuhan, yaitu:
1) Pertumbuhan adalah kuantitatif serta kualitatif.
2) Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan teratur.
3) Tempo pertumbuhan adalah tidak sama.
4) Taraf perkembangan berbagai aspek pertumbuhan adalah berbeda-beda.
5) Kecepatan serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasikan oleh kondisi-kondisi
didalam dan di luar badan.
6) Masing-masing individu tumbuh menurut caranya sendiri yang unik.
7) Pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspeknya saling berhubungan.
Adapun hukum-hukum dalam perkembangan antara lain:
1) Perkembangan adalah kualitatif.
2) Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil belajar.
3) Usia ikut mempengaruhi perkembangan.
4) Masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang berbeda-
beda.
5) Dalam keseluruhan periode perkembangan, setiap species perkembangan
individu mengikuti pola umum yang sama.
6) Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas lingkungan.
7) Perkembangan yang lambat dan dapat dipercepat.
8) Perkembangan meliputi proses individuasi dan integrasi.
Selanjutnya pada bab IV buku ini membahas tentang hereditas dan lingkungan.
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik
individu dari pihak orang tuanya. Sedangkan pengertian lingkungan mencakup segala
material dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik bersifat fisiologis(lingkungan
meliputi material jasmaniah didalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem
saraf,dan lain-lain), psikologis (selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat,
kebutuhan, emosi an kapasitas intelektual), maupun sosia-kultural (interaksi dan kondisi
eksternal).
Setiap perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil interkasi antara hereditas dan
lingkungan. Individu dan perkembangannya adalah produk dari hereditas dan
lingkuangan. Sifat-sifat yang herediter sangat sukar diubah, meskipun pada generasi-
generasi berikutnya diadakan modifikasi intensif misalnya dengan program-program
eugenic, sterilisasi atau perkawinan selektif. Sedangkan sifat-sifat yang tumbuh akibat
pengaruh lingkungan relatif lebih mudah untuk diubah melalui perbaikan-perbaikan
pendidikan, sosial dan politik.
Selanjutnya pada bab V dibuku ini membahas tinjauan psikologis tentang
belajar.
Belajar menurut James O. Whittaker, “Learning may be defined by as the process by which
behavior originates is altered through training or experience.” Proses di mana tingkahlaku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Cronbach
dalam bukunya “Educational Psychology” “Learning is shown by change in behavior as a
result of experience.” Dengan demikian yang dimaksud belajar efektif adalah melalui
pengalaman. (hal. 99)