proposal tesis judul : peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematika siswa dengan...

46
1 PROPOSAL TESIS Judul : Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematika Siswa dengan Pendekatan Saintifik Siswa Kelas VII SMPS Sukma Bangsa Pidie Oleh : Sugeng Handayani A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan. Apalagi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, peran matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki nilai esensial yang dapat diterapkan diberbagai bidang kehidupan. Pola pikir matematika juga menjadi sebuah adalan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Begitu pentingnya matematika tetapi kurang dibarengi dengan semangat keilmuan oleh peserta didik di sekolah-sekolah. Matematika adalah sebuah pelajaran yang dianggap sebagai momok dan pelajaran yang dihindari oleh peserta didik. Kalau tidak ada pelajaran matematika di sekolah dalam

Upload: unyiah

Post on 04-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PROPOSAL TESIS

Judul : Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi Matematika Siswa dengan Pendekatan Saintifik Siswa Kelas VII SMPS Sukma Bangsa Pidie

Oleh : Sugeng Handayani

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pelajaran matematika mempunyai peranan yang

sangat penting di dalam dunia pendidikan. Apalagi dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, peran

matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki

nilai esensial yang dapat diterapkan diberbagai bidang

kehidupan. Pola pikir matematika juga menjadi sebuah

adalan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Begitu

pentingnya matematika tetapi kurang dibarengi dengan

semangat keilmuan oleh peserta didik di sekolah-sekolah.

Matematika adalah sebuah pelajaran yang dianggap sebagai

momok dan pelajaran yang dihindari oleh peserta didik.

Kalau tidak ada pelajaran matematika di sekolah dalam

2

satu minggu saja, suasana sekolah seolah-olah menjadi

tampak segar dan penuh semangat.

Kurang semangatnya peserta didik dalam belajar

matematika berkorelasi dengan hasil PISA dan TIMSS.

Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, Indonesia hampir

semua peserta didik hanya mampu menguasai pelajaran

matematika sampai level 3 (tiga) dari 6 (enam) level

yang dirumuskan di dalam studi PISA. Sementara negara

lain yang terlibat di dalam studi ini banyak yang

mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan

keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama. Sementara

dari Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang

matematika dan IPA untuk peserta didik kelas 2 SMP juga

menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Peserta didik

Indonesia untuk bidang matematika lebih dari 95 % hanya

mampu mencapai level menengah, sementara misalnya di

Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level

tinggi dan advance.

Dari hasil ke dua analisis diatas terlihat

bahwa kualitas dari hasil yang didapatkan peserta didik

1

3

dalam mempelajari matematika. Tentu ini bukan kesalahan

mutlak dari siswa, semua yang berkecimpung didunia

pendidikan patut dikoreksi dan diperbaiki, terutama guru

yang menjadi tumpuan kemajuan pendidikan.

Dari hasil Studi PISA dan TIMSS di atas

pemerintah mencoba memperbaiki kualitas pendidikan

terutama pelajaran matematika dengan mencanangkan

kurikulum 2013 sebagai langkah strategis dalam menghadapi

globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik

modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah

(saintifik) sebagai katalisator utamanya. Pendekatan

ilmiah (scientific approach) diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses

kerja yang memenuhi kriteria ilmiah yang meliputi

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi

dan mengkomunikasikan.

Dalam pembelajaran guru juga bebas

berkreatifitas untuk mengolah kelas sebaik mungkin

4

dengan menggunakan model-model pembelajaran salah satunya

Quantum Teaching. Model ini membuat suasana menjadi

menarik dan menyenangkan sehingga matematika bukan lagi

pelajaran yang menjadi momok atau menakutkan. Apakah

dengan pendekatan Saintifik model ini dapat menuntut

siswa berpikir kreatif, kritis, komunikasi, melatih

nalar? Sehubungan dengan masalah di atas maka akan

dicobakan pada proses “Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kreatif dan Komunikasi Matematika Siswa dengan Pendekatan

Saintifik Siswa Kelas VII SMPS Sukma Bangsa Pidie”

khususnya pada model pembelajaran Quantum Teaching.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka

yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif

siswa dengan pendekatan saintifik lebih baik dari

5

siswa yang diajarkan dengan pendekatan

konvensional di SMPS Sukma Bangsa Pidie?

b. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa dengan pendekatan saintifik lebih baik dari

siswa yang diajarkan dengan pendekatan

konvensional di SMPS Sukma Bangsa Pidie?

c. Bagaimana persentase ketercapaian indikator

kemampuan berpikir kreatif siswa tentang

matematika?

d. Bagaimana persentase ketercapaian indikator

kemampuan komunikasi matematis siswa tentang

matematika?

e. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan

berpikir kreatif dengan kemampuan komunikasi

matematis siswa tentang matematika?

3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam

proposal tesis ini adalah sebagai berikut;

6

a. Untuk menelaah pencapaian peningkatan kemampuan

berpikir kreatif siswa dengan penerapan pendekatan

saintifik.

b. Untuk menelaah pencapaian peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa dengan penerapan

pendekatan saintifik.

c. Untuk melihat persentase ketercapaian indikator

kemampuan berpikir kreatif siswa

d. Untuk melihat persentase ketercapaian indikator

kemampuan komunikasi matematis siswa.

e. Untuk melihat pengaruh berpikir kreatif terhadap

komunikasi matematis siswa dengan pendekatan

saintifik.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yang bearti bagi peneliti, guru, siswa, dan

sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung

peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.

a. Manfaat Teoritis

7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi sumber informasi atau masukan kepada guru

dalam memberikan pelajaran yang dinilai sulit

dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran.

Pendekatan saintifik dengan model pembelajaran

Quantum Teaching memberikan cara belajar dalam

suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan,

sehingga siswa akan lebih bebas untuk

berkomunikasi dan berpikir kreatif dalam

menemukan pengalaman baru dalam pembelajarannya.

b. Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi peneliti adalah memberikan

sumbangan pengalaman tentang berpikir kreatif

dan komunikasi matematis dengan penerapan

pendekatan saintifik

2) Manfaat bagi siswa

a) Meningkatkan meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif dalam pemecahan suatu

masalah

8

b) Meningkatankan kemampuan komunikasi

matematis dalam pemecahan suatu masalah

c) Hasil belajar siswa meningkat pada materi

dua garis sejajar dipotong oleh garis lain

d) Siswa lebih termotivasi dan lebih mencintai

pelajaran matematika

3) Manfaat bagu guru

a) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan

pendekatan saintifik sebagai pendekatan

yang diharuskan dalam implementasi

kurikulum 2013.

b) Guru lebih termotivasi untuk melakukan

penelitian tentang berpikir kreatif dan

komunikasi matematis untuk meningkatkan

prestasi siswa

c) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan

pendekatan dan model pembelajaran yang

bervariatif sehingga pelajaran matematika

menjadi menarik.

9

4) Manfaat bagi sekolah adalah memberikan

sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan

proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kualitas pendidikan.

5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan

sebelumnya, yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa

dengan pendekatan saintifik lebih baik dari siswa

yang diajarkan dengan pendekatan konvensional di

SMPS Sukma Bangsa Pidie.

b. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

dengan pendekatan saintifik lebih baik dari siswa

yang diajarkan dengan pendekatan konvensional di

SMPS Sukma Bangsa Pidie.

c. Persentase ketercapaian indikator kemampuan

berpikir kreatif siswa tentang matematika.

10

d. Persentase ketercapaian indikator kemampuan

komunikasi matematis siswa tentang matematika.

e. Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir

kreatif dengan kemampuan komunikasi matematis

siswa tentang matematika.

6. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan pendapat

mengenai hal-hal yang dimaksudkan dalam penelitian ini,

maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai

berikut:

a. Kemampuan berikir kreatif adalah

b. Kemampuan komunikasi matematika adalah proses

menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika

secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikannya,

sehingga siswa dikatakan mampu berkomunikasi

dalam matematika jika mampu menyatakan dan

menafsirkan gagasan matematika secara lisan,

tertulis atau mendemonstarisikannya.

11

c. Pendekatan saintifik adalah pendekatan ilmiah

metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis

pada bukti-bukti dari objek yang dapat

diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-

prinsip penalaran yang spesifik dengan tahapan-

tahapan seperti mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi atau menalar, dan

mengkomunikasikan

d. Pembelajaran Konvensional adalah menyampaikan

ilmu pengetahuan kepada siswa dengan cara guru

sebagai subjek pembelajaran dan siswa menjadi

objek, jadi siswa diibaratkan seperti botol

kosong yang akan diisi oleh guru.

B. Landasan Teoritis

1. Pendekatan Pembelajaran Matematika

Pendekatan pembelajaran matematika adalah

adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar

konsep yang disajikan dapat beradaptasi oleh siswa.

12

Menurut Johar, dkk (2006:30) mengemukakan bahwa

pendekatan pembelajaran adalah suatu bentuk pola

aktifitas yang merupakan dasar pijakan guru mengorganisir

kegiatan belajar mengajar. Jadi pendekatan pembelajaran

matematika adalah teknik penyajian yang dikuasai guru

untuk mengajar matematika kepada siswa di dalam kelas

baik secara individual maupun secara kelompok agar

pembelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan

oleh siswa dengan baik sehingga siswa mempunyai kemampuan

matematika.

2. Pendekatan Saintifik

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah

dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai

titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Metode

ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas

fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau

mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk

dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry)

13

harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat

diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip

penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah

umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui

observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan

menguji hipotesis. Proses pembelajaran harus dipandu

dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini

bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu

kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus

dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip,

atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah

jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta

atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau

penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,

legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi

edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka

14

yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran

yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir

secara kritis, analistis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu

berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan,

dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi

pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu

memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir

yang rasional dan objektif dalam merespon substansi

atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang

dapat

dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan

jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

15

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran

sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menalar, dan

mengkomunikasikan.

3. Model Pembelajaran Quantum Teaching

Quantum Teaching pertama kali dipakai oleh

Deporter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992. Kuantum

sendiri memiliki arti sebagai sebuah interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya. Sedangkan Quantum Teaching

berarti pengubahan belajar yang meriah dengan segala

nuansannya yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan

perbedaan yang memaksimalkan moment belajar dalam kelas.

Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk

belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.

Sehingga dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa

menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri

dan orang lain.

Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum

Teaching yaitu setiap interaksi dengan siswa, setiap

16

rancangan kurikulum, dan metode intruksional dibangun

diatas prinsip “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan

antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini

mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid

sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar.

Untuk menjadi seorang Quantum Teaching, maka seorang guru

harus mampu mengorkestrasi pembelajaran sesuai dengan

modalitas dan gaya para pengajarnya.

Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip, atau

kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Segalanya Berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa

tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan

pelajaran , dari alat bantu mengajar sampai alat

peraga, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2. Segalanya Bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai

tujuan, semuanya.

3. Pengalaman sebelum pemberian nama

17

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan

kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu,

oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi

ketika siswa telah mengalami informasi sebelum

memperoleh nama / konsep yang akan dipelajari.

4. Alat setiap usaha

Belajar matematika jelas mengandung resiko. Belajar

terjadi melangkah keluar dari kenyamanan, maka

mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan

kepercayaan diri mereka.

5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Perayaan adalah serapan pelajaran sukses, perayaan

atau pemberian penguatan akan memberikan umpan

balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi

positif dalam belajar matematika.

Adapun strategi pembelajaran Quantum Teaching sebagai

berikut;

18

a. Mengorkestrasikan suasana yang menggairahkan

Suasana kelas adalah penentu psikologi utama yang

mempengaruhi belajar akademis menurut Walberg dan

Greenberg. Adapun kunci untuk membangun suasana

tersebut adalah

1) Kekuatan Terpendan ( NIAT )

2) Jalinan Rasa Simpati dan Saling Pengertian

3) Keriangan dan Ketakjuban

4) Rasa Saling Memiliki

5) Keteladanan

b. Mengorkestrasikan Landasan Yang Kukuh

1) Tujuan Yang Sama

2) Prinsip-Prinsip dan Nilai Yang Sama

3) Keyakinan Akan Kemampuan Pelajar, Belajar Dan

Mengajar Seorang guru harus yakin dengan kemampuan

belajar siswanya.

4) Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan.

c. Mengorkestrasikan Lingkungan Yang Mendukung

1) Lingkungan Sekeliling

2) Alat bantu yakni benda yang mewakili gagasan.

19

3) Pengaturan bangku

4) Tumbuh, aroma, hewan peliharaan dan unsur organik

lain dikondisikan dengan serasi.

5) Musik

d. Mengorkestrasikan Perencanaan Pengajaran Yang Dinamis

1) Dari dunia mereka ke dunia kita

2) Modalitas Vak ( Visual Auditorial Kinestik )

a. Visual, ciri-ciri : Teratas, memperhatikan segala

sesuatu, menjaga penampilan, mengingat dengan

gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan,

membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh untuk

meningkatkan daya serap membutuhkan untuk dilihat

dan diamati senang.

b. Auditorial, ciri-ciri : Perhatian mudah pecah,

berbicara dengan pola berirama, belajar dengan

cara mendengarkan, dan bersuara saat membaca

untuk meningkatkan daya serat menggunakan suara

seperti nyanyian, puisi bahkan diskusi.

c. Kinestik, ciri-ciri : mudah Mengingat dan

ungkapan wajah banyak bergerak / belajar langsung

20

dengan mengerjakan, senang dengan kegiatan fisik

untuk meningkatkan daya serap, memudahkan media,

senang dengan kegiatan fisik untuk meningkatkan

daya serap, memudahkan media yang dapat dipegang

dan disentuj langsung.

d. Model kesuksesan dari sudut pandang

Ada dua factor utama yang membantu menentukan

kesuksesan siswa yakni kesulitan pelajaran dan

derajat resiko pribadi. Hal-hal yang dapat

dilakukan guru untuk kesuksesan siswanya yakni,

saat memperkenalkan isi pelajaran selalu

menyanyikan dengan menggunakan unsur V-A-K,

sering melakukan pengulangan, membuat kelompok

kecil untuk memantapkan belajar dan menyelesaikan

secara perseorangan.

3) Kecerdasan Berganda bertemu Slum-n-Bil

Kecerdasan yang dimaksud di sini adalah special

visual, linguistic verbal, interpersonal, musical

ritmik, naturalis badan kinestik dan logis

matematika. Tetapi seorang guru harus keluar dari

21

zona nyaman dalam mengajar dan merancang pengajaran

siswa harus diber kesempatan mengatur kecerdasan

sesuai dengan potensinya.

4) Penggunaan Metafora, perumpamaan dengan sugesti

Metafora dapat membantu menghidupkan konsep-konsep

yang dapat terlupakan memunculkannya ke dalam otak

secar mudah dan cepat. Perumpamaaan akan memudahkan

siswa untuk lebih mengerti susegti memiliki kekuatan

mendalam.

Karekateristik model pembelajaran Quantum Teaching Sebagai

berikut;

1. Sintakmatik

Agar proses pembelajarn dengan model quantum teaching

ini dapat benar-benar sedinamis mungkin. Maka, perlu

melalui tahap- tahapan di bawah ini yang sering

dikenal sebagai kerangka rancangan quantum teaching

TANDUR yaitu :

a. Tahap pertama: Tumbuhkan

22

Pada langkah ini guru harus menumbuhkan motivasi

dan semangat belajar siswa. Dan memberi tahu siswa

bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas

pendidikan mereka sendiri, mengaitkan pelajaran

dengan masa depan dan berguna dalam dunia nyata.

Sehingga mereka tahu apa manfaat dari apa yang

sedang mereka pelajari bagi diri mereka biasannya

dikenal dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).

b. Tahap Kedua : Alami

Guru memberika pengalaman kepada siswa dan

memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah.

Karena pengalaman membangun keingintahuan siswa dan

dapat menciptakn beberaap pertanyaan dalam benak

mereka. Saaat pengalaman terbentang, guru

mengumpulkan inforamasi untuk memaknai pengalamn

tersebut. Inforamsi ini membuat yang abstrak

menjadi konkrit.

c. Tahap Ketiga : Namai

Setelah membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan

mengenai pengalaman mereka, maka penamaan dapat

23

memuaskan keingintahuan siswa. Penamaan memuaskan

hasrat alami otak untuk memberikan identitas,

mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan merupakan

informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan

sebagainya. Guru menyediakan kata kunci, konsep,

model, rumus, strategi dan sebuah masukan.

d. Tahap Keempat : Demonstrasi

Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untukmenunjukkan bahwa mereka tahu. Guru

memberikan peluang untuk menerjemahkan dan

menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran

yang lain dank e dalam kehidupan mereka serta mampu

mempergakan tingkat kecakapan mereka dengan

pengetahuan yangg baru saja mereka miliki.

e. Tahap Kelima : Ulangi

Siswa diberi kesempatan untuk mengajarkan

pengetahuan baru mereka kepada orang lain.

Tentunya, dengan menggunaka cara yang berbeda dari

asalnya. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan

menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Dan

24

tentunya menunjukan pelajar cara-cara mengulang

materi yang telah dibahas.

f. Tahap Keenam: Rayakan

Pada langkah terakhir ini, siswa menyimpulkan

materi yang dipelajari hari ini dan menuliskan

refleksi pembelajaran. Guru memberikan

reward/penghargaan atas usaha, keberhasilan dan

ketekunan kepada siswa terbaik dan kelompok

terbaik. Guru juga memberikan perayaan berupa

pujian dan masing-masing siswa memberikan motivasi

kepada teman meraka.

2. Sistem Sosial

Sistem sosial model ini menghendaki guru berangkat

dari asumsi bahwa guru hanya sebagai fasilitator dan

reflector saja. Yang lebih di utamakan adalah keaktifan

siswa. Karena siswa bertanggung jawab penuh

ataspendidikan mereka sendiri . Peran guru lebih dari

sekedar pemberi ilmu pengetahuan, tetapi guru adalah

rekan belajar, model, pembimbing dan mengubah kesuksesan

25

siswa. Artinya, kewenangan dibagi antara siswa dan guru.

Norma yang berlaku terletak pada kebesbasan berfikir dan

berpeilaku saat dalam proses pembelajaran. Ganjaran yang

dipakai tidak bersifat hukuman namun perayaan. Karena

perayaan dapat memperkuat kesuksesan dan motivasi siswa.

Misalnya, berupa pujian,tepuk tangan, empati dari

guru,dll. Dan untuk menat asuasana hati siswa, dapat

digunakan music saat proses pembelajaran.

3. Prinsip-prinsip reaksi

Prinsip-prinsip reaksi dalam model pembelajaran ini

diantaranya adalah

a. Guru mendekati siswa dan menciptakan AMBAK (Apa

Manfaatnya BagiKu) da memupuk sikap juara pada

siswa. Sehingga siswa memahami bahwa kegagalan itu

keberhasilan yang tertunda.

b. Guru memberikan lingkungan belajar yang tepat agar

siswa mampu berinteraksi.

26

c. Mmberikan kesempatan siswa untuk memanfaatkan

keterampilan yang mereka miliki dan berfikir

kreatif dalam segala situasi.

d. Guru harus harus mengetahui karakteristik masing-

masing siswanya baik itu visual,auditorial atau

kinestetik. Agar pembelajaran dapat diterima baik

oleh siswa meski mereka mempunyai karakteristik

yang berbeda.

e. Merayakan keberhasilan yang telah dilakukan oleh

siswa saat mereka mampu menyelesaikan tugasnya.

Hal ini akan memacu motivasi dan kepercayaan diri

siswa.

4. Sistem Pendukung

Sarana yang dibutuhkan dalam model pembelajaran ini

berbeda-beda, tergantung pada fungsi dari pembelajaran

itu sendiri. Jika pembelajaran itu berhubungan dengan

kontra akademik, maka sumber-sumber yang sesuai harus

tersedia. Namun jika pembelajaran itu berbicara tentang

penyuluhan terhadap masalah perilaku, maka tidak

27

diperlukan sumber, tapi cukup dengan keterampilan guru

dalam menyuluh.

5. Dampak intruksional dan penyerta

Model pembelajaran Quantum Teaching memberikan dampak

intruksional pada siswa yaitu:

a. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapan

pengetahuan dalam bentuk bahasa lisan ataupun

verbal.

b. Kemampuan keterampilan intelektual adalah kepekaan

yang berhubungan dengan lingkungan serta

mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Kemampuan kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan

mengarahkan kognitifnya sendiri, kemampuaan ini

meliputi konsep dan kaidah memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik adalah kemampuan serangkaian

jasmani antara koordinasi otak dengan tubuh.

28

e. Kemampuan sikap adalah kemampuan menerima atau

menolak objek berdasar penelitian terhadap objek

tersebut.

Disamping itu terdapat pula dampak penyerta, yaitu :

a. Menimbulkan semangat kreativitas semangad pada siswa

b. Memupuk solidaritas antar siswa

c. Menambahnilai dan prestasi belajar siswa

4. Kemampuan berpikir Kreatif

Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses

kognitif yaitu suatu aktivitas mental yang lebih

menekankan penalaran untuk memperoleh pengetahuan,

Presseinsen (Hartono, 2009). Ia juga mengemukakan bahwa

proses berpikir terkait dengan jenis perilaku lain dan

memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hal penting dari

berpikir di samping pemikiran dapat pula berupa

terbangunnya pengetahuan, penalaran, dan proses yang

lebih tinggi seperti mempertimbangkan. Sedangkan dalam

kaitannya dengan berpikir kreatif didefinisikan dengan

29

cara pandang yang berbeda antara lain Jonhson (dalam

Siswono, 2004: 2) mengatakan bahwa berpikir kreatif yang

mengisyaratkan ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian

melibatkan aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan

pertanyaan, mempertimbangkan informasi-informasi baru dan

ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu pikiran terbuka,

membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang

serupa, mengaitkan satu dengan yang lainnya dengan bebas,

menerapkan imajinasi pada setiap situasi yang

membangkitkan ide baru dan berbeda, dan memperhatikan

intuisi.

            Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir

kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan

macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi

yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan

kesesuain. Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004: 177)

dijelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan

mental untuk meningkatkan kemurnian (originality), dan

30

ketajaman pemahaman (insight)dalam mengembangkan

sesuatu (generating).

Berkenaan dengan hal tersebut Sternberg mengemukakan

bahwa dalam hal mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

ada beberapa strategi yang digunakan antara lain:

1. Mendefinisikan kembali masalah

2. Mempertanyakan dan menganalisis asumsi-asumsi

3. Menjual ide-ide kreatif

4. Membangkitkan ide-ide

5. Mengenali dua sisi pengetahuan

6. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan

7. Mengambil resiko-resiko dengan bijak

8. Menoleransi  ambiguitas (kemenduan)

9. Membangun kecakapan diri

10. Menemukan minat sejati

11. Menunda kepuasan

12. Membuat model kreativitas

5. Kemampuan Komunikasi Matematika

31

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai

suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa

pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau

perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung

melalui media. Kemampuan komunikasi matematis  dapat

diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam 

menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa

dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan

kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang

dialihkan berisi tentang materi matematika yang

dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau

strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat

dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan

siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun

tertulis.

Di dalam proses pembelajaran matematika di

kelas, komunikasi gagasan matematika bisa berlangsung

antara guru dengan siswa, antara buku dengan siswa, dan

antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert setiap kali

32

kita mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita

harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara

tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab

bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan

berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan

dengan kemampuan orang yang kita ajak berkomunikasi. Kita

harus mampu menyesuaikan dengan sistem representasi yang

mampu mereka gunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya akan

berlangsung dari satu arah dan tidak mencapai sasaran.

Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam

komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut

NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari : (1) Kemampuan

mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan,

tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya

secara visual; (2) Kemampuan memahami,

menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika

baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3)

Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-

notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk

33

menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan

model-model situasi.

Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat

dilihat dari kemampuan berikut :

1. menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke

dalam idea matematika.

2. menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik,

secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar,

grafik dan aljabar

3. menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau

simbol matematika

4. mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang

matematika

5. membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika

tertulis

6. membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan

definisi dan generalisasi

34

7. menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang

telah dipelajari.

C. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen murni.

Penelitian eksperimen murni ini lebih dari sekadar

mendeskripsikan konteks dan hasil. Peneliti

memberikan perlakuan kepada partisipan, kondisi, alat

dan bahan tertentu untuk menentukan apakah perlakuan

tersebut memiliki dampak atau pengaruh pada variabel

atau faktor hasil tertentu. Desain penelitian ini “

Pre-tes-Post-tes Control Group Design” (Sudjana : 2005)

seperti yang dibawah ini;

Tabel C.1 Desain Penelitian

Kelas Pre-test Perlakuan Post-testEksperimen O X OKontrol O O O

Dengan O = Pre-test dan Post-test

35

X = Pembelajaran matematika siswa

dengan Pendekatan Saintifik

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VII SMPS Sukma Bangsa Pidie yang terdiri dari 2

kelas, karena jumlah kelasnya hanya dua maka populasi

menjadi sampel penelitian.

3. Teknik Pengumpulan

Data penelitian diperoleh dari tes tulis. Data

yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif dan

komunikasi matematika siswa diperoleh melalui tes

tulis (pre-test dan post test)

4. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, data tersebut dianalisa

secara statistik untuk mengukur reabilitas,

validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran setiap

butir soal. Tujuan dari analisis ini untuk melihat

apakah soal yang diujicobakan valid dan reabel untuk

menjadi instrumen dalam penelitian ini. Hasil tes

36

akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

yang signifikan dari pembelajaran dengan pendekatan

Saintifik terhadap kemampuan berpikir kreatif dan

komunikasi matematika siswa.

Data nilai gain yang diperoleh dari skor

kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi matematika

dikelompokan menurut pembelajarannya. Selanjutnya

data diolah dengan ANOVA dua jalur, tetapi sebelumnya

diuji normalitas dan homoginitas. Seluruh perhitungan

statistik menggunakan bantuan komputer yakini program

microsoft Excell dan SPSS.

a. Uji validitas butir soal

Uji validitas ini bertujuan untuk melihat apakah

instrumen tersebut mampu mengukur apa yang inginkan

sehingga instrumen tersebut dapat mengungkapkan

data yang ingin diukur. Uji validitas ini

menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl

37

Person. Menurut Arikunto (2008:72) koefisein

korelasi (rxy) yang dimaksud adalah

rxy=N∑ XY−∑ X∑Y

√[N∑X2−(∑ X )2 ] [N∑Y2−(∑Y )2 ]Keterangan:

N = banyak sampel

Y = skor setiap item soal yang diperoleh siswa

X = skor total item soal yang diperoleh siswa

Untuk menguji signifikan koefisien korelasi

menggunakan uji-t (Sudjana, 2001: 369) dengan

rumus:

t=rxy√ N−21−rxy

2

Keterangan

t = koefisien thitung

rxy = koefisien korelasi

N = banyaknya siswa peserta tes

Pengujian validitas dilakukan dengan membandingkan

thitung dengan ttabel. Kriteria yang harus dipenuhi

agar koefisien validitas tes termasuk signifikan

38

adalah jika thitung > ttabel dengan ttabel =t(1-α)(dk) untuk

α adalah taraf signifikan dan dk = N-2.

b. Uji reabilitas instrumen

Uji reabilitas instrumen sebagai alat ukur yang

baik apabila alat ukur tersebut memiliki konsitensi

yang dapat diandalkan dan dapat dikerjakan dalam

level yang sama oleh siapapun. Artinya tes tersebut

memiliki taraf kepercayaan yang tinggi apabila

hasil test selalu tetap. Untuk menghitung

reabilitas instrumen perangkat tes digunakan rumus

sesuai dengan tes uraian yaitu rumus alpha-cronbbach

(Arikunto, 2008:109) sebagi berikut:

rp=( nn−1 )[1−

∑sj2

sj2 ]Keterangan

rp = Rebabilitas yang dicari

∑sj2 = Jumlah variasi skor seluruh soal menurut

skor tertentu

sj2 = Variasi skor seluruh soal menurut skor

perorangan

39

n = Banyak soal

c. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal

untuk membedakan antar siswa yang berkemampuan

tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(Arikunto, 2008: 211)

Indeks daya pembeda soal dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003)

Dp=SA−SB

IA

Keterangan

Dp = Indeks daya pembeda suatu soal

SA = jumlah skor yang dicapai pada kelompok atas

SB = jumlah skor yang dicapai pada kelompok bawah

IA = jumlah skor idela pada kelompok atas

d. Tingkat kesukaran

Pengukuran tingkat kesukaran soal adalah pengukuran

seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika

suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang,

maka dapat dikatakan soal itu tidak baik. Menurut

40

Arikunto (2008:206) suatu soal tes hendaknya tidak

terlalu sukar dan tidak pula mudah.

Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut (Arikunto, 2008)

Tk=SA+SB

N×skormaksimum

Keterangan

Tk = Indeks kesukaran suatu soal

SA = jumlah skor yang dicapai pada kelompok atas

SB = jumlah skor yang dicapai pada kelompok bawah

N = jumlah siswa pada kelompok atas dan bawah

e. Gambaran umum kemampuan berfikir kreatif dan

komunikasi matematika

Gambaran umum kemampuan berpikir kreatif dan

komunikasi matematika siswa berupa skor tes pada

kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis secara

deskriptif atas dasar presentase dan dirumuskan

sebagai berikut:

N= SSM×100%

41

Keterangan

N = Nilai persen yang dicapai atau yang diharapkan

S = Skor mentah yang diharapkan

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

f. Menguji Normalitas

Menurut Ruseffendi (1998:294) menguji normalitas

data menggunakan rumus khi-kuadrat (chi-square)

sebagai berikut:

x2=∑(f0−fe )2

fe

Keterangan

x2 = Khi-Kuadrat

f0 = frekuensi dari yang diamati

fe = frekuensi dari yang diharapkan

Langkah berikutnya adalah membandingkan x2hitung dengan

x2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k-3. Dalam hal ini

k menyatakan banyaknya kelas interval.

42

Jika x2hitung < x2

tabel maka dapat dikatakan bahwa data

tersebut berdistribusi normal.

g. Uji Homoginitas varians

Uji homoginitas bertujuan untuk mengetahui

apakah kedua distribusi pada kelompok ekperimen dan

kelompok kontrol memiliki variasi-variasi yang sama

atau tidak. Menurut Ruseffendi (1998:294) menguji

homoginitas data menggunakan rumus sebagai berikut:

Hipotesis yang akan diuji adalah

H0 :σ12 = σ2

2

H0 :σ12 ≠ σ2

2

F=Sbesar2

Skecil2 =Sb2

Sk2

Keterangan

Sb2 = Variansi terbesar

Sk2 = Variansi terkecil

Langkah berikutnya adalah membandingkan

Ftabel dengan Fhitung dengan derajat kebebasan (dk)

43

pembilang = (n1-1) dan dk penyebut (n2-1. Pada taraf

signifikaan α = 0,05. Jika Ftabel< Fhitung maka tolak H0.

h. Uji Anava

Selanjutnya digunakan uji ANOVA 2 jalur yang

dilanjutkan dengan uji pasangan yaitu uji Scheffe

dengan SPSS untuk melihat apakah peningkatan

kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi

matematika siswa yang ada dikelompok eksperimen

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang ada

dikelompok kontrol. Hipotesis yang akan diuji

sebagai berikut:

H0 : μ1 = μ2 : Peningkatan kemampuan berpikir

kreatif dan komunikasi matematika siswa

yang diajarkan dengan pendekatan saintifik

model pembelajaran Quantum Teaching tidak

lebih baik dari pembelajaran konvensional.

H0 : μ1 > μ2 : Peningkatan kemampuan berpikir

kreatif dan komunikasi matematika siswa

yang diajarkan dengan pendekatan saintifik

44

model pembelajaran Quantum Teaching lebih

baik dari pembelajaran konvensional

5. Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian ini direncanakan sesuai

dengan jadwal pada tabel berikut:

Tabel C.2 Jadwal kegiatan penelitian yang direncanakan

No Waktu KegiatanTahun 2014/2015Jun

Agus

Ok Des

Feb

1 Membuat proposal2 Seminar proposal3 Menyusun perangkat

pembelajaran dan instumen pembelajaran

4 Pelaksanaan di lapangan

5 Penulisan tesis

DAFTAR PUSTAKA

45

DePoter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2005. Quantum Learning.

Jakarta : Kaifa.

__________. 2005. Quantum Teaching. Jakarta : Kaifa.

Fitriani,  Marini dkk. 2010. Pengembangan PerangkatPembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kuantum Di KelasViii Smp. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4. No.1,Juni 2010.

Hamalik, O. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Johar,R. dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh:Universitas Syiah Kuala.

Joice, B.dkk. 2009. Model of Teaching:Model-model pengajaran.Jakarta: Pustaka Belajar.

Kemendikbud. 2013. Matematika kelas VII. Jakarta:

Kemendikbud.

_________.2013. Model Kurikulum 2013.Jakarta:

Kemendikbud.

Munandar, U. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta:  Rineca

Cipta.

NCTM.1989. Curriculum and Evaluation Standards for SchoolMathematics. Reston,VA: Authur.

46

Pujiastuti, Emi. Pemanfaatan Model-Model PembelajaranMatematika Sekolah Sebagai Konsekuensi Logis Otonomi DaerahBidang Pendidikan. Jurnal Matematika Dan Komputer Vol. 5.No. 3, 146 - 155, Desember 2002.

Sardiman, U. 2001. Pendekatan Pembelajaran Matematika denganKomunikasi Matematika. Jakarta: CV. Rajawali.

Wintarti, Etik, dkk. 2008. Matematika Kelas VII Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Within. 1992. Mathematics Task Centre; Proffesional Development and Problem Solving. In J Wakefield and L. Velardi (Ed). Celebrating Mathematics Learning. Melbourne: The Mathematical Association of Victoria.

30